PUTRA KEGELAPAN
Dennis Fisher
ANDA DAPAT DAPAT MEMBERI MEMBERI ANDA DAMPAK YANG YANG BERARTI! BERARTI! DAMPAK Materi kami kami tidak tidak dikenakan dikenakan biaya. Pelayanan kami didukung Materi oleh persembahan kasih dari dari para para pembaca pembaca kami. kami. oleh persembahan kasih Jika Anda Anda ingin ingin mendukung mendukung pelayanan pelayanan kami, kami, Anda Anda dapat Jika dapat mengirimkan persembahan kasih melalui rekening mengirimkan persembahan kasih melalui rekening “Yayasan ODB Indonesia” “Yayasan ODB Indonesia” BCA Green GreenGarden GardenA/C A/C253-300-2510 253-300-2510 BCA BNI Daan DaanMogot MogotA/C A/C0000-570-195 0000-570-195 BNI MandiriTaman TamanSemanan SemananA/C A/C118-000-6070-162 118-000-6070-162 Mandiri QRCode Code Standar Standar QR Pembayaran Nasional Nasional Pembayaran
Scan QR QR code codeini iniuntuk untukdonasi donasidengan denganaplikasi aplikasi Scan e-wallet berikut: e-wallet berikut: Yayasan Yayasan ODBIndonesia Indonesia ODB
Silakan konfirmasi kasih Anda melalui: Silakan konfirmasipersembahan persembahan kasih Anda WhatsApp: 0878.7878.9978 melalui nomor kontak kami di halaman belakang buklet ini. E-mail: indonesia@odb.org SMS: 081586111002
Anda juga dapat mendukung kami dengan meng-klik tautan ini.
pengantar
Yudas: Putra Kegelapan
A
pa yang salah dengan Yudas? Bagaimana mungkin ia hidup selama tiga tahun sebagai salah seorang kawan terdekat Kristus, lalu mengkhianati sahabat terbaik yang pernah dimilikinya itu? Yudas adalah bagian penting dalam pendidikan rohani kita. Harapan, mimpi, dan kesalahannya dicatat demi kebaikan kita. Kegelapan yang menyelimutinya diceritakan untuk mencerahkan kita. Kesedihan dan penyesalannya digambarkan untuk menolong kita semakin mendekat kepada kasih Allah. Dalam buku ini, editor peneliti Our Daily Bread 1
Ministries, Dennis Fisher, memperlihatkan kepada kita bagaimana hidup Yudas dapat menolong kita untuk memahami bukan hanya kecenderungan manusiawi kita, melainkan juga bahaya kegelapan yang bersembunyi dalam terang. Martin R. DeHaan II
2
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
daftar isi satu
Di Balik Selubung Kegelapan ����������������������������������������� 4 dua
Bahaya dari Ambisi Agamawi �����������������������������������������8 tiga
Bahaya dari Kemunafikan Moral ���������������������������������12 empat
Bahaya dari Kepentingan Diri ��������������������������������������23 lima
Cara Melawan Kegelapan ����������������������������������������������� 27 enam
Berjalan dalam Terang �����������������������������������������������������33 tujuh
Pilihan Ada di Tangan Kita ���������������������������������������������36
EDITOR KEPALA: David Sper GAMBAR SAMPUL: © Shutterstock / lzf PENERJEMAH: Christina Natasha EDITOR TERJEMAHAN: Dwiyanto Fadjaray, Rosi L. Simamora PENATA LETAK: Mary Chang GAMBAR ISI: (hlm.1) © Shutterstock / Izf; (hlm.5) Tobias Hämmer via Pixabay.com; (hlm.10) Sue Brady via Pixabay.com; (hlm.31) ID#12019 via Pixabay.com Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974 © 2021 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, MI Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Indonesia.
Indonesian Discovery Series “Judas Son of Darkness”
satu
Di Balik Selubung Kegelapan
D
alam The Lord of the Rings karya J.R.R. Tolkien, ukiran pada cincin emas yang diperebutkan menggambarkan pergulatan moral antara baik
dan jahat.
Satu Cincin untuk memerintah atas semua, Satu Cincin untuk menemukan yang lain, Satu Cincin untuk membawa mereka semua Dan mengikat mereka dalam kegelapan. Dalam dunia ciptaan Tolkien yang didiami hobbit, kurcaci, peri, dan manusia, orang yang memiliki “cincin kekuasaan” ini akan berumur panjang dan bisa menghilang saat mengenakannya. Namun, cincin itu memiliki sisi gelap, yakni 4
pengaruh jahat yang merusak. Lama-kelamaan, cincin itu akan merasuki dan mencemari jiwa pemiliknya, sekaligus berusaha mencelakakan orang lain. Pada masa kini, konsep kejahatan sering kali diabaikan, kecuali sebagai unsur hiburan dalam novel dan film. Akan tetapi, Alkitab melukiskan kejahatan sebagai sesuatu yang nyata sekaligus berbahaya. Sebagian bahayanya adalah karena kejahatan bekerja di balik selubung kegelapan (YOHANES 3:19). Sifat kejahatan yang tersembunyi dan penuh rahasia adalah sebagian elemennya yang paling menggelisahkan. Seperti karbon monoksida yang tidak berwarna dan tidak berbau, kejahatan bisa tak terdeteksi untuk waktu lama dan dapat membunuh tanpa peringatan lebih dahulu. Mungkin yang lebih mengerikan adalah kemampuan kejahatan untuk meniru kebaikan. Orang-orang terkejut, bahkan syok, saat mengetahui kejahatan sering kali menggunakan sesuatu yang suci sebagai selubung. Rasul Paulus, dalam surat kepada pengikut Kristus di Korintus, memperingatkan tentang mereka yang menggunakan gaya bahasa rohani sebagai kedok: Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang mencari kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat dimegahkan. Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayanpelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka (2 KORINTUS 11:12-15).
Di Balik Selubung Kegelapan
5
Pada abad pertama banyak orang yang mengaku “rasul” berpura-pura memberitakan Injil padahal sebenarnya menentang pekerjaan Allah. Gereja sepatutnya menjadi tempat orang-orang yang hancur hati dan berduka menemukan penyegaran dan pemulihan melalui kebenaran dan kasih. Ketika ini terjadi, umat Allah diperlengkapi untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Namun, Anda tidak perlu menjadi anggota gereja terlalu lama untuk menemukan kejahatan yang bersembunyi dalam kegelapan: • Seorang anggota gereja yang kelihatannya saleh menggelapkan uang dari tempat kerjanya. • Seorang majelis yang dihormati terbukti melakukan kekerasan seksual terhadap putrinya sendiri. • Seorang gembala yang pernah dikasihi banyak orang menjadi semakin otoriter dan suka menuduh. • Seorang pemimpin majelis gereja mengelak dari kritik dengan menuduh siapa pun yang menyampaikan keprihatinan mereka sebagai “pemecah belah”, “pemberontak”, atau “penentang perubahan”. • Seorang pendeta yang memimpin seminar pertumbuhan gereja di mana-mana memanfaatkan perjalanan dinasnya untuk menutupi perselingkuhan. Ketika mereka yang disegani dan dipercaya terjerat dalam kegagalan moral yang serius, orang-orang yang mengenal mereka sering kali tertegun. Teman dan rekan kerja mereka mulai meragukan penilaian mereka sendiri. Pertanyaan yang muncul kemudian tidaklah mengherankan: “Mengapa kita sama sekali tidak menduganya? Apa yang salah dengan kita sehingga kita dibutakan sedemikian rupa?” Jika menengok ke belakang, terkadang kita dapat 6
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
melihat tanda-tanda yang terasa tidak lazim pada waktu itu. Namun, bisa jadi peringatan yang kita lihat saat itu terselubungi karena para penipu tersebut pandai berdalih. Mereka sepertinya sangat peka terhadap kerusakan moral orang lain. Barulah ketika mengingat-ingat kembali, kita melihat kebaikan yang berlebihan dan kritik moral terhadap orang lain itu sering menjadi cara pikiran sesat mereka bersembunyi di balik topeng moralitas. Inilah yang dilakukan Yudas. Ia bukan hanya seorang tokoh dalam Alkitab, melainkan juga salah satu kawan terdekat Kristus. Namun, kedekatannya dengan Kristus itulah yang menjadikan Yudas Iskariot contoh mengerikan dari cara kerja kejahatan. Kisah Yudas bisa jadi membingungkan. Ia dipilih Yesus untuk menjadi salah satu dari dua belas rasul dan diberi kepercayaan untuk mengelola keuangan mereka. Selama lebih dari tiga tahun, ia mendengarkan pengajaran Yesus dan melihat mukjizat-mukjizat yang Dia lakukan. Akan tetapi, setelah menyaksikan hal-hal yang begitu ingin dilihat orang Kristen sepanjang zaman, Yudas justru bersekongkol untuk mengkhianati Yesus demi tiga puluh keping uang perak— harga murah seorang budak yang terbunuh tanpa sengaja (KELUARAN 21:32). Apa yang terjadi pada Yudas? Apa yang menyebabkannya tega mengkhianati Gurunya sendiri? Bagaimana bisa seseorang yang memiliki hak istimewa untuk berjalan di sisi Sang Terang Dunia berakhir dalam kegelapan abadi? Lalu, apa yang dapat kita pelajari dari kesalahan Yudas yang nahas, supaya kita tidak melakukan hal yang sama dan berakhir pada akhir menyedihkan yang sama?
Di Balik Selubung Kegelapan
7
dua
Bahaya dari Ambisi Agamawi
P
ada akhir dekade 70-an, dunia menyaksikan kejahatan mengerikan yang bersembunyi dalam hati seorang pengkhotbah terkenal, yang membawanya kepada kematian yang mengenaskan. Pesan mengenai keprihatinan sosial yang disampaikannya begitu memikat dan permulaan gerejanya sangat menjanjikan. Para idealis dan orang-orang yang terpinggirkan bergabung di sana. Banyak yang menganggap itulah “gereja yang seharusnya.” Para anggota gereja mulai mengambil peran aktif dalam pengentasan kemiskinan kota dengan keyakinan bahwa mereka sedang mengerjakan sebuah misi, bukan hanya bergabung menjadi jemaat. Ketika kekuasaan gereja atas pengikutnya semakin 8
besar dan memperoleh lebih banyak uang dari anggota yang semakin bertambah, sang pengkhotbah pun menjadi semakin tinggi hati. Dengan gigih ia melawan kritik apa pun yang ditujukan kepada dirinya. Sisi gelap dirinya mabuk oleh kekuasaan dan uang, hingga ia mencampakkan Alkitab dan mengklaim dirinyalah yang memiliki otoritas lebih tinggi. Demi menghindari kritik dan mempertahankan kendali, orang yang menyebut dirinya “pilihan Allah” itu memindahkan jemaatnya ke luar negeri. Ketika kekuasaannya terancam, sebagai jalan terakhir untuk menunjukkan pengaruhnya, ia menyuruh pengikutnya melakukan bunuh diri massal. Bagaimana mungkin seorang rohaniwan melakukan hal mengerikan tersebut—khususnya di tempat yang dinamakan “The People’s Temple” (Kuil Rakyat)? Jawabannya terletak pada sifat kejahatan itu sendiri. Di mana saja kejahatan muncul, ia menunjukkan kecenderungannya untuk mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Hasilnya mudah ditebak. Sejak awal peradaban, kisah seperti ini telah terjadi berulang kali. Ketika kegelapan kebohongan dibiarkan, ia akan membuahkan kehancuran dan kematian. Namun, kejahatan berbahaya karena sering dipadukan dengan tujuan yang mulia. Pemimpin “The People’s Temple” tidak hanya berawal sebagai pemberita Injil, tetapi juga sebagai pembawa pesan belas kasihan kepada orang miskin. Ada kemungkinan sebelum Yudas Iskariot menjadi murid Yesus, ia terlibat dalam tujuan mulia untuk memerdekakan bangsanya dari penjajahan Romawi. Sebagian pihak meyakini nama belakangnya, Iskariot, berasal dari kata Latin scarius, yang berarti “orang yang
Bahaya dari Ambisi Agamawi
9
membawa belati”. Belati adalah senjata yang lazim digunakan kaum Zelot, kelompok politik yang bertekad memulihkan Israel dengan cara mengusir penjajah Romawi. Semangat untuk melihat tanah air mereka dimerdekakan dari kekuasaan asing sangat mengakar di antara muridmurid Yesus. Mereka mempercayai perkataan para nabi Israel yang menjanjikan kebebasan politik dan pemulihan rohani lewat kedatangan seorang mesias dan raja. Penantian mereka menjadi-jadi seiring tertujunya mata bangsa itu kepada seorang rabi pelaku mukjizat dari Nazaret. Kerinduan banyak orangtua Yahudi diucapkan sendiri oleh ibu Yakobus dan Yohanes ketika ia memohon kepada Yesus untuk mengizinkan kedua putranya duduk di sisi kanan dan kiri Yesus dalam Kerajaan-Nya kelak (MATIUS 20:20-23). Namun, harapan publik tersebut akan kandas kemudian oleh penundaan. Penyelamatan rohani harus mendahului kejayaan politik. Allah akan mengizinkan kejahatan memainkan peran utama dalam kejatuhannya sendiri, baru kemudian Dia memenuhi janji-janji-Nya kepada Israel. Dengan memilih Yudas sebagai salah seorang muridNya, Yesus menyiapkan kondisi untuk sesuatu yang sekarang dapat dilihat sebagai rencana penebusan yang cerdas dan luar biasa. Beberapa jam sebelum ditahan, ketika makan perjamuan Paskah bersama murid-murid-Nya untuk terakhir kali, Yesus berkata: “Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku” (YOHANES 13:18). Yesus sedang merujuk kepada lagu yang ditulis Daud, raja Israel paling terkenal, “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku” (MAZMUR 41:10). Melalui perbuatan-perbuatan Yudas, nubuat Alkitab akan 10
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
digenapi. Melalui tangan Allah yang berkuasa, kejahatan akan digiring menuju perangkap. Iblis, yang berkuasa atas maut, akan ditaklukkan (IBRANI 2:14), dan Pribadi yang berkuasa atas kehidupan akan meraih penebusan bagi semua yang percaya (MATIUS 20:28; 26:28; 2 KORINTUS 5:21). Meskipun Yudas melaksanakan perbuatan dosanya dalam kegelapan malam, Allah akan memakainya untuk membawa terang kepada banyak orang. Dalam dunia milik Allah, kejahatan takkan pernah menang. Namun, sementara kita menyaksikan kesanggupan Allah dalam mengalahkan kejahatan, kita harus melihat bahaya sejati dari kejahatan. Kejahatan telah menghancurkan Yudas, dan masih mengincar kita hingga hari ini.
Bahaya dari Ambisi Agamawi
11
tiga
Bahaya dari Kemunafikan Moral
D
ua partner bisnis Kristen di Pantai Barat Amerika awalnya merasa optimis dengan perusahaan kecil yang mereka bangun. Perusahaan itu pun tumbuh pesat hanya dalam beberapa tahun. Merekrut orang-orang untuk menjual makanan dan suvenir di gelanggang olahraga ternyata sangat menguntungkan. Laba mereka meningkat stabil dari bulan ke bulan. Namun, di tengah pertumbuhan yang pesat itu, pimpinan keuangan perusahaannya berulang kali menuduh sejumlah staf telah melakukan kecurangan, ketidaksenonohan, dan ketidakjujuran. Setiap kali seseorang mempertanyakan keputusannya, ia semakin bersikeras. Berbulan-bulan kemudian, muncul masalah serius. 12
Pimpinan keuangan itu ketahuan menggunakan pembukuan ganda yang ia sembunyikan dengan sangat lihai sehingga awalnya tidak terdeteksi oleh auditor profesional. Dengan licik ia mencuri dari dana yang ditransfer ke rekeningrekening pekerjanya. Ia menyalahkan dan menjadikan para staf sebagai kambing hitam atas perbuatannya. Untuk mengalihkan perhatian dari kegiatan ilegalnya, ia menyoroti kesalahan kecil orang lain. Akhirnya, perusahaan tersebut pun bangkrut. Orang yang menuntut integritas tinggi dari orang lain ternyata tidak memiliki integritas pada dirinya sendiri. Yudas memiliki pola perilaku yang mirip. Peristiwanya bertempat di Betania, rumah sahabat Yesus—Maria, Marta, dan Lazarus. Waktu itu berlangsung perjamuan untuk menghormati Yesus (YOHANES 12:2), kemungkinan besar karena Dia baru saja membangkitkan Lazarus dari kematian. Marta dikenal dengan persiapannya yang teliti (LUKAS 10:40), jadi kemungkinan ini bukan perayaan kecil. Ini perjamuan istimewa. Alkitab mengisyaratkan bahwa Maria lebih ingin mendengarkan daripada melayani. Namun, ia sendiri pasti menyadari ini perjamuan khusus, dan ingin menghormati Yesus dengan cara istimewa. Malam itu, alih-alih duduk diam di kaki Yesus dan mendengarkan pengajaran-Nya, Maria mengurapi kaki-Nya dengan setengah kati minyak narwastu murni yang mahal, yang harganya setara dengan upah setahun. Lalu, dalam ungkapan kasih yang lebih dahsyat, Maria menyeka minyak yang mengalir dengan rambutnya sendiri, suatu tindakan yang bahkan tidak akan dilakukan pelayan rumah sekalipun (YOHANES 12:3). Seluruh kemewahan yang dicurahkan kepada Yesus ini
Bahaya dari Kemunafikan Moral
13
ternyata dianggap berlebihan oleh Yudas. Tak ada indikasi Yudas keberatan dengan makan malam yang disiapkan Marta, tetapi ia jelas menyatakan kegeramannya atas persembahan Maria kepada Yesus. Dengan mengenakan topeng kemunafikan moral, yaitu keprihatinannya terhadap orang miskin, Yudas memprotes, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” (AY.5). Rupanya ia telah menaksir harga persembahan Maria dan memutuskan persembahan itu berlebihan dan salah tujuan. Akar dari keberatan Yudas tidaklah semulia seperti keprihatinannya terhadap orang miskin. Ia tidak paham ungkapan kasih Maria kepada Yesus. Ia bahkan menentangnya. Motivasinya adalah keserakahan, bukan kedermawanan. Rasul Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil yang menyebutkan apa yang sesungguhnya terjadi di balik topeng kebaikan hati Yudas: Hal itu dikatakan [Yudas] bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (AY.6). Untuk menonjolkan citra dirinya sebagai orang yang baik hati, Yudas melontarkan keraguan atas motivasi baik Maria. Namun, Yesus menyibak kebohongan itu dengan kebenaran. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu” (AY.7-8). Penggunaan wewangian balsem yang mahal adalah bagian dari ritual penguburan orang Yahudi. Maria tidak 14
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
menyadarinya, tetapi tindakannya menjadi persiapan untuk penguburan Kristus. Namun, perkataan Yesus pasti menimbulkan kebingungan bagi siapa pun yang mendengarnya. Yesus, yang sedang berada di puncak kepopuleran-Nya saat itu, sepertinya sangat jauh dari celaka. Keesokan harinya banyak orang mengambil daun-daun palem dan memenuhi jalan untuk menyongsong Dia masuk ke kota Yerusalem. Paskah masih enam hari lagi, dan dalam waktu singkat tersebut, teriakan orang-orang akan berganti dari “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (YOHANES 12:13) kepada “Salibkan Dia!” (19:15). Kehidupan Yudas dan Yesus begitu berseberangan. Yudas ingin memanfaatkan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri; Yesus rela menyerahkan nyawa-Nya demi orang lain. Dalam sebagian besar kisah Alkitab, Yudas selalu berada di balik layar. Namun, ketika sejumlah besar uang menjadi taruhan, hatinya yang serakah mendorongnya untuk muncul. Di sinilah pertama kalinya teguran Yesus kepada Yudas dicatat. Perintah-Nya agar Yudas membiarkan Maria menunjukkan bahwa Yudas mungkin mencoba menghalangi Maria secara fisik. Mungkin Yudas berpikir jika ia bertindak cepat, sebagian minyak tersebut dapat disimpannya untuk dijual demi keuntungan. Yudas sangat lihai mengambil milik orang lain untuk dirinya sendiri. Ada paralel yang menarik dalam terjemahan Alkitab Yang Terbuka (AYT). Yohanes menulis bahwa Yudas “membawa kotak uang, dia biasa mengambil uang yang dimasukkan ke dalam kotak itu.” (12:6 AYT). Kata “masuk” yang digunakan itu paralel dengan Yohanes 13:2 (AYT), “Setan telah memasukkan niat dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Yesus.” Yudas mengira
Bahaya dari Kemunafikan Moral
15
dengan menipu dan mencuri ia dapat mempertahankan kendali. Sebaliknya, cara-cara tersebut justru membuatnya kehilangan kendali. Ia membuka diri kepada kejahatan, masuk ke perangkap Iblis, dan melangkah menuju kehancurannya sendiri. Sedikit lagi, Yudas akan jatuh ke jurang kejahatan yang sangat dalam. Akan tetapi, di balik semua itu, justru rencana Allah yang berdaulatlah yang sedang tergenapi, bukan rencana Iblis yang keji. Dekat dengan terang tidak menjamin penerangan yang sempurna. Ketika bulan mengorbit bumi, ia berputar pada porosnya sedemikian rupa sehingga hanya satu sisi yang menghadap bumi. Sebelum penjelajahan luar angkasa di era modern, sisi gelap bulan tetap menjadi misteri. Demikian pula ketika kehendak manusia terpaku kuat pada satu posisi. Posisi itu akan membuat kita terus menyembunyikan dosa dan kelemahan dari terang Allah yang menyucikan dan menyembuhkan. Yesus berkata: Inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak (YOHANES 3:19-20). Meskipun berada dalam hadirat Kristus yang indah selama lebih dari tiga tahun, Yudas terus-menerus menutupi sisi gelapnya dari terang. Ia berbaur dengan murid-murid yang lain, tetapi tidak pernah mengarahkan keinginannya kepada Kristus. Sebaliknya, ia menuruti keinginannya sendiri, yang akhirnya membuatnya mengutuki diri sendiri. 16
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
Seperti Adam dan Hawa, Yudas hidup dalam hadirat Allah—tetapi itu tidak cukup. Mungkin ia menginginkan sesuatu yang tidak ia dapatkan, atau mungkin ia mengharapkan sesuatu yang akhirnya ia sadari tidak akan pernah terjadi. Untuk sementara waktu, Yudas sangat bersemangat mengikuti rabi paling populer di Israel. Namun, perasaan itu makin mereda. Untuk sementara waktu, ia mengira Yesus akan memulihkan kerajaan Israel yang pernah jaya dahulu. Namun, Yesus tidak menunjukkan sedikit pun ketertarikan terhadap kekuasaan duniawi. Untuk sementara waktu, Yudas punya akses kepada uang orang-orang kaya yang mendukung pelayanan mereka. Namun, kemudian Yesus menegurnya karena Yudas mengkritik persembahan Maria. Mungkinkah teguran Kristus itu yang mulai menyingkap kedok yang Yudas kenakan selama ini? Keengganan untuk menerima kritik dapat berujung pada pembalasan dendam. Mungkin inilah yang terjadi pada Yudas. A. T. Robertson, dalam buku Harmony of the Gospels melontarkan kemungkinan ini: “Karena tersinggung oleh teguran Yesus dalam perjamuan tersebut, Yudas berkomplot dengan pihak penguasa untuk mengkhianati Yesus.” Yudas mungkin merasa telah melakukan kesalahan besar karena menghabiskan tiga setengah tahun hidupnya bersama Yesus. Bisa jadi ia berpikir, kalau ada yang bisa diperolehnya sebagai ganti waktu yang sia-sia tersebut, satu-satunya cara adalah dengan menjual satu-satunya hal berharga yang ia miliki—akses kepada Yesus. Catatan Alkitab cocok dengan pendapat ini. Setelah meninggalkan perjamuan di Betania, kemunculan Yudas berikutnya adalah di hadapan imam kepala untuk
Bahaya dari Kemunafikan Moral
17
menegosiasikan harga pengkhianatan Yesus. Yudas bertanya, “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” (MATIUS 26:15). Ternyata jumlahnya tidak banyak. Hanya tiga puluh uang perak. Rupanya bagi Yudas ini lebih baik daripada tidak sama sekali, jadi ia pun mengambil uang itu dan mulai mencari kesempatan untuk mengkhianati Yesus (AY.16). Ratusan tahun sebelum peristiwa ini, Nabi Zakharia menulis: “Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak” (ZAKHARIA 11:12). Jumlah itu merupakan harga seorang budak (KELUARAN 21:32). Bukan kebetulan Yesus dikhianati dengan jumlah tersebut. Itulah salah satu dari banyak nubuat yang digenapi sebagai penegasan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Kesepakatan pun dibuat. Rencana sudah disusun. Yudas tinggal menunggu kesempatan untuk memenuhi bagiannya. Yang menjadi paradoks, Yudas mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan niat jahatnya pada hari raya paling suci dalam agama Yahudi. Sudah ribuan tahun orang Yahudi merayakan Paskah, dan semua orang Yahudi sudah hafal tata ibadahnya. Semua merayakan dengan makanan yang sama, dimakan dalam urutan yang sama, dengan doa dan pembacaan Taurat yang sama sebelum setiap sajian. Namun, Paskah kali ini berbeda bagi dua belas pria Yahudi di ruang atas. Rabi mereka mengucapkan kalimat menggemparkan: “Seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku” (YOHANES 13:21). Namun, pengumuman itu tidak berhenti sampai di situ. Yesus memberi tahu mereka siapa pengkhianat itu. “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian Ia mengambil 18
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot (13:26). Dalam budaya Timur Tengah kuno, ada kebiasaan sang tuan rumah perjamuan mengambil sepotong roti, mencelupkannya, dan memberikannya kepada seorang tamu kehormatan. Sejumlah orang berpendapat, Yesus melakukan ini sebagai tindakan kasih yang terakhir kepada Yudas. Akan tetapi, Yudas telah mengeraskan hatinya. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera” (AY.27). Bayangkan, Iblis sendiri hadir dalam momen kudus itu. Ketika Allah menetapkan perjanjian baru dengan umat-Nya untuk menggenapi rencana penebusan-Nya, Iblis merasuki diri Yudas Iskariot untuk menggagalkan rencana tersebut. Melalui serangkaian keputusan bodoh dan keras kepala, Yudas menjadi pemain kunci dalam pengkhianatan terhadap Anak Allah. Tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam (YOHANES 13:28-30). Murid-murid yang lain belum mengerti bahwa Yudas pergi untuk mengkhianati Yesus. Mereka mengira ia pergi untuk membeli sesuatu untuk kebutuhan pelayanan mereka atau membagikan sesuatu kepada orang miskin. Citra diri Yudas yang dipolesnya dengan baik masih belum tercoreng.
Bahaya dari Kemunafikan Moral
19
Yesus dan murid-murid lain kemudian meninggalkan ruang atas, menyeberangi Lembah Kidron, dan memasuki sebuah taman di Bukit Zaitun. Itulah tempat peristirahatan mereka, dan Yudas mengetahuinya. Yudas kembali menemui para imam kepala untuk mengatur penangkapan Yesus. Mereka sepakat sebuah ciuman akan menjadi tanda yang digunakan Yudas untuk mengenali targetnya (MATIUS 26:47-56). Detasemen yang terdiri atas lebih dari 200 prajurit (yang berdinas di benteng Antonia dekat Bait Allah di Yerusalem) menyertai para penjaga Bait Allah, yang melaksanakan perintah pemegang otoritas agama, yaitu Sanhedrin. Jumlah sebesar ini dibutuhkan untuk mengendalikan kericuhan seandainya para pengikut Yesus melawan. Dipimpin Yudas Iskariot, para petugas keagamaan dan pengawal militer yang mengerikan itu menemui Yesus. Selain dipersenjatai tombak dan pedang, para tentara juga membawa obor dan lentera, sehingga tercipta bayanganbayangan yang berderap dalam kegelapan malam. Mereka lekas menuju taman zaitun yang damai, tempat Yesus membawa para murid untuk berdoa (YOHANES 18:1-3). Rombongan ini tidak mengejutkan Yesus. Alih-alih mencoba kabur, Dia menyerahkan diri-Nya kepada mereka dalam ketaatan kepada rencana Bapa-Nya. Yohanes menuliskan: Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: “Siapakah yang kamu cari?” Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Kata-Nya kepada mereka: “Akulah Dia.” Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata 20
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah (YOHANES 18:4-6). Ketika para prajurit menyatakan siapa yang mereka cari, Yesus menjawab dengan singkat, “Akulah [Dia]” (dalam bahasa Yunani). Sejumlah ahli Alkitab percaya jawabanNya merupakan klaim ketuhanan, karena “AKULAH AKU” adalah nama yang digunakan Allah untuk memperkenalkan diri-Nya kepada Musa di semak yang menyala (KELUARAN 3:14). Kata-kata ini dapat ditransliterasikan dari bahasa Ibrani menjadi YAHWEH, sebagai “Akulah Aku” atau “Dia yang ada dari Dirinya sendiri.” Klaim mengejutkan ini yang mungkin menyebabkan para prajurit mundur dan jatuh ke tanah. Maka Ia bertanya pula: “Siapakah yang kamu cari?” Kata mereka: “Yesus dari Nazaret.” Jawab Yesus: “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: “Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa” (YOHANES 18:7-9). Segera setelah Yesus menegaskan identitas-Nya, Dia meminta para prajurit membiarkan murid-murid-Nya pergi. Selama tiga setengah tahun, Yudas telah menjadi bagian dari kelompok murid yang terdekat dengan Yesus. Keakraban emosional yang datang dari kedekatan dengan Yesus bisa dialaminya. Akan tetapi, ia tidak membuka hatinya. Dengan menolak untuk menyerahkan kehendaknya kepada Tuhan, ia menjadikan dirinya terbuka kepada Iblis. Akibatnya, si malaikat jatuh sekarang memiliki sosok fisik yang dipakainya untuk menentang Sang Anak Allah dalam rupa manusia. Yesus berkata kepada Yudas, “Teman, lakukanlah maksud
Bahaya dari Kemunafikan Moral
21
kedatanganmu” (MATIUS 26:50 AYT). Lalu, seperti baru terpikir oleh-Nya, Yesus melontarkan pertanyaan lain. “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” (LUKAS 22:48). Seakan-akan Yesus pun terkejut melihat betapa dalamnya kerusakan yang bisa diperbuat oleh kejahatan, hingga menggunakan tanda kasih untuk tujuan yang egois dan desktruktif. Yudas merusak hal yang baik dengan menggunakannya untuk maksud jahat. Ia mengubah simbol keintiman menjadi alat pengkhianatan. Membayangkan Yesus ditangkap oleh musuh-musuh-Nya ternyata terlalu berat untuk Petrus. Tanpa pikir panjang, ia menghunus pedang dan memotong telinga Malkhus, seorang hamba Imam Besar. Ketika darah mengalir pada pipi musuhNya, Yesus merespons dalam kasih dengan menyembuhkan telinga orang tersebut (LUKAS 22:51). Setelah menegur Petrus atas tindakannya, Yesus menunjukkan ketaatan kepada kehendak Bapa dengan membiarkan diri-Nya dibelenggu dan dibawa pergi (YOHANES 18:10-13). Meskipun Yesus yang ditangkap pihak penguasa, justru Yudas yang kehilangan kebebasannya. Dengan melawan Sang Pemilik kehidupan demi keuntungan sesaat, ia kehilangan kesempatan untuk hidup bersama Yesus dalam kekekalan. Setelah semua itu terjadi, Yudas tidak pergi dan menghitung uangnya dengan gembira. Akhir yang sangat berbeda menantinya. Ketika seseorang mulai menyusuri jalan muslihat, ada beragam motivasi yang mendorongnya. Kejahatan yang penuh siasat bersifat adiktif karena menggugah rasa ingin tahu, memberikan ketegangan, dan membuat orang merasa penting. 22
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
empat
Bahaya dari Kepentingan Diri
S
elama berbulan-bulan FBI (Biro Investigasi Federal) menerima laporan adanya orang dalam yang menjual rahasia negara kepada agen asing. Dampak pengkhianatan tersebut sangat merusak. Ia membocorkan rencana perlindungan terhadap Presiden Amerika Serikat manakala terjadi perang nuklir. Ia membongkar identitas para agen ganda yang bekerja untuk AS kepada pemerintah negara lain, yang kemudian menarik pulang para agen tersebut dan mengeksekusi mereka. Rahasia-rahasia lain juga dibeberkannya, sehingga dibutuhkan jutaan dolar uang pajak rakyat untuk memperbaiki sistem keamanan nasional. Agen pengkhianat ini sangat berhasil menutupi jejaknya 23
sampai-sampai identitasnya tidak terlacak oleh para pejabat di kedua belah pihak. Akhirnya, FBI memasang perangkap yang berhasil menangkap si pengkhianat. Ia seorang suami dan ayah yang tinggal di pinggiran kota. Ia sudah mendekati usia pensiun setelah hampir dua puluh tahun menjadi agen. Ia juga aktif melayani di gereja yang mengedepankan kerohanian dan perbuatan baik. Bahkan, ia satu jemaat dengan pimpinan FBI, dan keduanya mengakui kesalehan satu sama lain. Mengapa ia melakukannya? Menurut penjelasan yang diberikan, sebagian karena balas dendam dan sebagian karena ingin merasa diri penting setelah dilangkahi dalam promosi jabatan. Ia sering merasa diabaikan dalam pekerjaannya. Seorang agen asing yang menangkap kebutuhannya akan pengakuan, membujuknya untuk membantu pihak musuh. Ketika berhasil mempermainkan agen-agen dari kedua pihak, ia pun merasa penting. Ia senang sekaligus seru saat bisa mengelabui dan membuat kedua pihak bingung. Namun, akhirnya ia menyesali dampak perbuatannya terhadap keluarganya. Istri dan anak-anaknya harus hidup dengan aib dari perbuatannya, dan ia harus dipisahkan secara permanen dari mereka. Si agen memang menyesal, tetapi konsekuensinya tak terhindarkan. Seperti agen tersebut, Yudas telah membangun citra diri yang membuat orang mempercayainya. Pasti inilah alasan ia menjadi penanggung jawab kas. Namun, sementara ia menerima sumbangan dengan satu tangan, ia mencuri dari uang itu dengan tangan lain. Sedari awal, hatinya sudah menunjukkan kecenderungan korupsi. Alkitab tidak memberi bukti lebih lanjut apakah murid24
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
murid yang lain mengendus sesuatu yang tidak beres. Apakah seharusnya mereka punya cara untuk memeriksa bendahara mereka? Sebagian orang Kristen meyakini bahwa sistem pertanggungjawaban antarsesama yang disebut “accountability partners” dapat mencegah kejatuhan moral. Memang banyak alasan baik untuk memiliki semacam mitra tepercaya yang saling menolong untuk mempertanggungjawabkan kondisi moral dan rohani kita (PENGKHOTBAH 4:9). Namun, sayangnya, kejahatan dapat menipu orang-orang paling jeli sekalipun. Luar biasanya, Yudas mungkin pernah memiliki mitra semacam ini. Ketika Kristus mengutus para murid untuk melayani, Dia menempatkan mereka berpasang-pasangan (MATIUS 10:4). Seorang murid bernama Simon orang Zelot sering dikaitkan dengan Yudas. Siapa yang akan mempertanyakan karakter mitra pelayanan Anda jika Anda sama-sama telah menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan? (LUKAS 9:1-6). Namun, dalam hati setiap manusia, termasuk hati kita sendiri, kebaikan dan kejahatan selalu bertarung untuk memegang kendali (GALATIA 5:17). Bukti bahwa Yudas mulai menyadari seriusnya dampak pengkhianatannya baru muncul setelah Yesus ditahan. Tidak jelas kapan tepatnya Iblis meninggalkan tubuh Yudas. Namun, setelah Yesus diadili beberapa kali dan dinyatakan bersalah, Yudas sekali lagi bertindak atas inisiatifnya sendiri. Ketika mengetahui Yesus dijatuhi hukuman mati, ia menyesal. Hal itu menunjukkan ia mungkin mengharapkan hasil yang berbeda. Ia mungkin berharap semua itu memaksa Yesus mendirikan Kerajaan-Nya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, Yesus membiarkan diri-Nya dijatuhi hukuman. Injil Matius melanjutkan cerita ini dalam pasal 27:
Bahaya dari Kepentingan Diri
25
Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imamimam kepala dan tua-tua, dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri (AY.3-5). Penyesalan sering kali disusul dengan kebutuhan untuk mengaku dan mengganti rugi. Kedua hal ini terlihat jelas dalam sikap Yudas. Ia pergi menemui orang-orang yang telah berkomplot dengannya dan memberi tahu mereka bahwa ia telah mengkhianati “orang yang tak bersalah”, dan mencoba mengembalikan uang yang telah ia terima. Melihat mereka tidak tergerak oleh penyesalannya, Yudas melempar uang perak itu ke dalam Bait Suci dan pergi. Tanpa pengharapan untuk memperbaiki konsekuensi dari pengkhianatannya, Yudas menjatuhkan hukuman pamungkas atas dirinya sendiri—kematian—dan menggantung diri. Menurut Kisah Para Rasul 1:18, Yudas jatuh tertelungkup dan “perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.” Hal ini mungkin saja terjadi ketika tali gantungannya putus atau dahan pohonnya patah.
26
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
lima
Cara Melawan Kegelapan
H
anya ada satu Yudas Iskariot. Ada banyak orang memiliki kekurangan-kekurangan seperti Yudas, tetapi tidak akan ada orang lain yang mengemban peran sebagai orang “yang telah ditentukan untuk binasa” (YOHANES 17:12). Demikian pula tidak akan ada orang lain yang mengemban peran sebagai “Anak Allah”. Tuhan Yesus Kristus, Sang Terang Dunia, sepenuhnya mewujudkan natur Allah. Namun, siapa saja yang berjalan dalam terang-Nya akan menjadi pembawa terang pula. Dalam [Kristus] ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (YOHANES 1:4). 27
Allah menyediakan sarana supernatural bagi kita untuk melemahkan cengkeraman kehendak manusiawi yang menghalangi kita untuk mengarahkan pandangan kepada terang Allah yang mengubahkan hidup. Mempercayai kebenaran Kristus daripada diri kita sendiri membuat kita dibebaskan dari keharusan untuk membayar upah dosa. Namun, kita masih cenderung mengejar kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain, bahkan masih sering menipu diri sendiri (ROMA 7:1-25). Rasul Yohanes menekankan hal ini ketika menulis: Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita (1 YOHANES 1:8). Perbedaan antara orang yang hidup berdasarkan kasih karunia Allah dan orang yang semakin cepat tergelincir ke jurang kejahatan, dapat terlihat dari sejauh mana seseorang menyerahkan hatinya kepada Allah. Kehendak yang tunduk kepada Allah akan siap mengakui kesalahan dan berbalik darinya. Namun, hati yang bersikukuh menuruti kehendaknya sendiri tidak mau tunduk kepada Allah. Hati seperti ini akan menggunakan tipu daya dan manipulasi untuk memperdaya orang lain agar mengikuti rencananya. Yudas memakai ambisi agamawi untuk menjalankan rencananya sendiri. Ia memakai kemunafikan moral untuk menyembunyikan dosanya dan menimbulkan keraguan atas kesetiaan orang lain yang murni. Lalu, ia memakai kepentingan diri untuk mengkhianati Dia yang datang untuk menyelamatkan dunia. Untuk menghindari karakter seorang Yudas, kita perlu semakin terbuka dan tulus dalam interaksi kita dengan Allah 28
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
dan sesama. Rasul Yohanes memberitahu kita caranya: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 YOHANES 1:5-9). Mengaku sering dijumpai dalam kosakata Kristen, tetapi artinya sering salah dimengerti. Mengaku tidak berarti hanya menerima kesalahan yang kita lakukan atau menyebutkan satu per satu dosa kita. Mengaku artinya “menyetujui” atau “mengatakan hal yang sama”. Ketika kita sepakat dengan Allah mengenai perbuatan yang menyakitkan hati-Nya, kita sedang mengaku. Lalu, ketika kita mengaku, Dia sanggup menyucikan kita dan memenuhi kita lagi dengan Roh-Nya (EFESUS 5:18; GALATIA 5:16-17), serta menguatkan kita untuk melawan dosa tersebut di masa mendatang. Mungkin ada dari Anda yang bertanya, “Jika Allah sudah mengampuni semua dosa saya ketika saya bertobat, mengapa saya harus mengakui dosa saya terus-menerus?” Jawabannya dimulai dengan pertanyaan lain. Pernahkah Anda menjauh dari seorang kawan karena tahu Anda telah melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya? Menghindar dari masalah tidak akan memperbaikinya. Mengabaikan
Cara Melawan Kegelapan
29
kesalahan membuat kita semakin terasingkan. Namun, ketika kita mengakui kesalahan kita, rekonsiliasi dapat terjadi. Bersepakat dengan Allah sama seperti itu. Kita mengaku bahwa kita telah menyimpang dari jalan kebenaran yang dikehendaki-Nya bagi kita, dan kita menyatakan keinginan untuk kembali ke jalan itu. Ketika pengakuan diikuti dengan pertobatan, yaitu berbalik kepada Allah, Dia akan menerima kita kembali dalam hadirat-Nya, dan kita sekali lagi berjalan dalam terang kasih-Nya dan pimpinan ilahi-Nya. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (MAZMUR 119:105).
Mengakui dosa kita kepada teman yang kita percaya adalah jenis pengakuan lain yang dapat meningkatkan keterbukaan kita dan membuat kita semakin sungguhsungguh dan taat. Kita memerlukan orang-orang tepercaya dalam hidup kita yang “menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih” (EFESUS 4:15 BIS). Ketika seseorang mengasihi kita dengan tulus ikhlas (ROMA 12:9), kita mempercayainya untuk menunjukkan titik-titik lemah dalam karakter kita. Titik-titik lemah itu biasanya terletak dalam area-area hidup kita yang paling menentang Allah. Agar dapat mempertahankan kemurnian kita, kita butuh terpapar terus-menerus kepada terang pemikiran dan jalan Allah. Pertemuan rutin dengan Allah memungkinkan terang firman-Nya menyingkapkan dosa-dosa tersembunyi, yang akan dapat disembuhkan dengan doa dan pengakuan. Namun, jika dibiarkan, dosa-dosa itu akan berkembang menjadi kejahatan yang hanya akan musnah ketika kita mati. Yesus tidak bersembunyi dari terang Bapa-Nya, dan Dia juga tidak menyembunyikan terang itu. Sepanjang catatan 30
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
Injil, kita melihat bagaimana Dia menggunakan terang untuk menyingkapkan kebenaran tentang manusia, dengan cara yang lembut tetapi sangat jelas, seperti kepada wanita di tepi sumur, Zakheus, Nikodemus, atau pemuda yang kaya. Mereka dan sejumlah orang lain merupakan sekumpulan orang yang tidak menyangka akan menerima perhatian dari Allah dalam wujud manusia itu. Namun, Yesus bersedia menunjukkan terang itu di mana pun ada orang tertarik untuk melihatnya. Kedekatan Yesus dengan Bapa-Nya memberi kita teladan bagaimana menjadi pribadi yang memperhatikan sesama ketimbang kepentingan diri sendiri (MARKUS 1:35-39). Yesus, Sang Terang Dunia, telah meneruskan terang itu kepada kita. Kita perlu mengangkatnya tinggi-tinggi dan menjaganya tetap bercahaya dalam dunia yang gelap. Hati yang egois hanya dapat disembuhkan dengan fokus kepada orang lain dan kerelaan menjadi saluran kasih Allah. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (MATIUS 5:16). Ingatlah kesebelas murid lain yang rela tunduk kepada kehendak Rabi mereka dan mengikuti teladan-Nya berjalan dalam terang. Melalui mereka, dan dengan kuasa Allah, dunia dijungkirbalikkan selamanya. Yang sakit disembuhkan, yang mati dibangkitkan, Injil diberitakan, gereja didirikan, dan alam maut takkan menguasainya. Manusia yang penuh kelemahan dan rawan dosa dipakai Allah menjadi saluran kasih dan terang-Nya kepada dunia yang membutuhkannya. Ketika kita mengesampingkan kepentingan kita dan menundukkan kehendak kita kepada kehendak Allah, kasihNya mengalir melalui kita kepada orang lain, sembari
Cara Melawan Kegelapan
31
kita berusaha menjawab kebutuhan dan meringankan penderitaan orang-orang yang kita jumpai dalam hidup ini. Menjadi manusia berarti memiliki kebutuhan dan keinginan. Semua ini tidak buruk atau berdosa. Sebagai pemberian Allah, kebutuhan dan keinginan kita tidak mungkin terpuaskan melalui cara-cara yang tidak memuliakan Allah. Pilihan-pilihan yang benar mendekatkan kita kepada Allah dan kepuasan sejati. Akan tetapi, pilihanpilihan yang salah menjauhkan kita dari Allah dan membawa kita kepada ketidakpuasan yang menjadi-jadi. Memutuskan mana yang harus kita pilih membutuhkan kearifan rohani. Arif berarti “dapat mengenali atau memahami.” Kearifan rohani adalah kemampuan mengenali dan memahami pilihan-pilihan yang menjaga kita tetap berada dalam terang. Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan (EFESUS 5:8-10). “[Menguji] apa yang berkenan” adalah frasa yang juga digunakan dalam proses pengujian logam untuk memastikan keasliannya. Segala pilihan yang menguatkan keinginan kita untuk menaati Allah pasti melewati ujian dan berkenan kepada-Nya. Kehidupan yang arif dan taat akan menjauhkan kita dari kejahatan, sekaligus meneguhkan kita dalam terang Allah yang ajaib. Saat berjalan dalam terang, kita akan mengambil pilihan-pilihan yang menjawab kebutuhan kita dan kebutuhan sesama melalui kehidupan kita yang saleh dan rela berbagi. 32
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
enam
Berjalan dalam Terang
K
ejahatan membuat kita tidak ingin mengakui kebobrokan moral kita dan melakukan perubahan yang menyakitkan untuk mengatasinya. Kejahatan bersembunyi dari terang. Manakala kita melawan kehendak Allah dan suara-Nya yang berbicara dalam hati nurani kita, kita sedang membiarkan kejahatan memasuki kehidupan kita. Saat Yudas menolak untuk mengizinkan terang Allah menyinari relung hatinya yang gelap, ia menjadi alat Iblis. Pemulihan yang ditawarkan Allah untuk masalah kegelapan adalah terang. Berjalan dalam terang berarti memastikan Allah saja yang memimpin kita setiap hari. Kita mengakui kecenderungan kita untuk berdosa dan rela bekerja sama dengan Allah ketika Dia menyoroti perilakuperilaku kita yang perlu diubah. Allah adalah “Bapa segala 33
terang”, dan berjalan bersama-Nya akan mengusir kegelapan dan membuka jalan bagi kita untuk menerima setiap anugerah yang sempurna. Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran (YAKOBUS 1:17). Cincin dalam cerita Tolkien memakai kuasa untuk mengikat orang-orang dalam kegelapan dan mengendalikan mereka dengan tujuan untuk menyakiti orang lain. Namun, Tuhan dan Raja kita memberikan kuasa-Nya kepada mereka yang ingin berjalan bersama-Nya dalam terang hadiratNya yang ajaib, dan kepada mereka yang ingin membawa kebebasan dan pemulihan bagi orang-orang yang masih terjerat dalam ikatan dosa dan kejahatan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memeriksa apakah Anda sedang berjalan dalam terang: 1. Apakah perbuatan orang lain yang merugikan Anda telah mendorong Anda membalas dendam, atau sedang belajar mengampuninya? 2. Apakah Anda menunjuk dosa orang lain untuk mengalihkan perhatian dari dosa Anda sendiri, atau mau membereskan masalah Anda? 3. Apakah Anda menyalahkan orang lain atas kegagalan Anda, atau bertanggung jawab atas tindakan Anda? 4. Apakah Anda mengejar rencana Anda sendiri, atau menundukkan diri kepada rencana Allah? 5. Apakah Anda menampilkan citra diri yang palsu, atau semakin tulus dan terbuka kepada orang lain? 6. Apakah Anda bersikap jujur dalam 34
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
pertanggungjawaban kepada sesama, atau sebenarnya sedang menipu mereka? 7. Apakah Anda bertumbuh dalam penundukan diri kepada Allah, atau terus bersikeras mendahulukan kehendak diri sendiri? 8. Apakah Anda membatasi hasrat diri Anda dan menyalurkannya dengan benar, atau membiarkan hasrat-hasrat tersebut mengendalikan Anda? 9. Ketika tergoda, apakah Anda tunduk kepada Allah dan melawan Iblis, atau menyerah begitu saja? 10. Apakah saat teduh Anda bersama Allah menyegarkan jiwa Anda (MAZMUR 23:1-3), atau semakin jarang bahkan cenderung mundur?
Berjalan dalam Terang
35
tujuh
Pilihan Ada di Tangan Kita
A
langkah mengerikannya ketika kejahatan yang menyamar sebagai kebenaran. Ada perbedaan yang sangat besar antara hati yang hancur karena penyesalan dosa dan pikiran yang licik sedingin batu. Bandingkanlah Yudas, yang mencengkeram kesalahannya begitu rupa hingga terselubungi kebenaran, dengan Petrus, yang sepenuhnya menyesali kegagalannya. Menurut catatan Injil, Petrus pernah mengambil langkah iman yang besar, tetapi kemudian jatuh dalam kegagalan (MATIUS 14:22-23). Ia mengungkapkan kebenaran rohani yang luar biasa, tetapi disusul ucapan menyesatkan di bawah pengaruh Iblis (MATIUS 16:13-23). Namun, dalam segala ketidaksempurnaannya, Petrus tetap memiliki hati yang 36
lemah lembut untuk diajar Allah. Berbeda dengan Yudas Iskariot. Ia seorang pemberontak dan pencuri kawakan yang menyelubungi dirinya dengan kemunafikan rohani. Ia pernah menyatakan bahwa persembahan mahal yang ditujukan bagi Kristus seharusnya dijual dan uangnya dibagikan kepada orang miskin (YOHANES 12:4-6). Namun, ia sendiri menyerahkan Kristus kepada musuh-musuh-Nya demi tiga puluh keping uang perak (MATIUS 26:15,46-49). Penolakan Yudas yang gigih terhadap terang rohani akhirnya berujung pada tindak kejahatan yang terbesar dan kehancuran dirinya sendiri. Ada dua pelajaran rohani yang dapat Anda terima. Yang pertama, jika Anda belum pernah mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda secara pribadi, inilah saatnya—ketika Anda merenungkan harga dari dosa dan kejahatan kita—untuk mengakui kebutuhan Anda akan Dia. Menurut Alkitab, kita semua telah berbuat dosa. Ini bukan hanya karena kita tidak sempurna, melainkan juga karena kita dilahirkan ke dalam dunia ini dalam keterpisahan rohani dari Allah (ROMA 3:23; 6:23). Natur manusia yang telah berdosa mendesak kita untuk mengakui bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Satu-satunya pengharapan kita adalah meminta Kristus mengampuni dosa kita dan memberikan hidup kekal kepada kita. Jika Anda sadar Anda belum pernah mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, Anda dapat melakukannya saat ini juga. Percayalah kepada janji Kitab Suci yang menyatakan bahwa semua yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup yang kekal (YOHANES 1:12; 5:24). Pelajaran kedua ditujukan kepada Anda yang telah mempercayai Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Setelah
Pilihan Ada di Tangan Kita
37
mengamati pengalaman Yudas, mungkin kita disadarkan pada kecenderungan manusia untuk menyembunyikan motivasi diri yang berdosa di balik topeng keagamaan. Jika ini yang selama ini Anda lakukan, ingatlah Anda tidak sendirian. Menjadi orang Kristen tidak berarti kebal terhadap segala keinginan dan daya tarik yang memalingkan hati kita dari kehendak Allah. Yang penting, kita berusaha jujur terhadap diri sendiri dan terhadap Allah. Ketika Anda merasa sedang tersesat dalam pikiran, perkataan, atau perbuatan Anda, akuilah hal itu di hadapan Tuhan (1 YOHANES 1:9). Lalu, dengan bersandar kepada Roh Kudus yang berdiam dalam diri Anda, teruslah menjalani kehidupan yang saleh di dalam Tuhan (YOHANES 15:1-8; GALATA 5:16; EFESUS 5:18). Bagi kita telah tersedia sukacita dan anugerah yang melimpah, seperti dikatakan Rasul Yohanes: Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna. . . . Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa (1 YOHANES 1:4-7).
38
YUDAS: PUTRA KEGELAPAN
dhdindonesia.com
MN046