Sample Seri Perjalanan Iman - Hakim-Hakim

Page 1

Dari penerbit Our Daily Bread ÂŽ

Seri Perjalanan Iman

HakimHakim 50 Renungan dan Wawasan oleh Gary Inrig


Seri Perjalanan Iman

HakimHakim

50 Renungan dan Wawasan oleh Gary Inrig


Seri Perjalanan Iman Kitab Hakim-Hakim Š 2018 oleh Gary Inrig Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Penerjemah: Chieko, Didi Daryadi, Edi Joko Santoso, Febe Agustina, FX Kurniawan Gandhi Manalu, Glory Henriette, Grace Suwanti, Helena Simatupang Jenni Linardi, Lidia Torsina, Linda Sumayku, Vely Megawati Editor: Jovita Aristya, Dwiyanto Fadjaray Penyelaras Bahasa: Bungaran Gultom, Natalia Endah Perancang Buku: Joshua Tan Penata Letak: Grace Goh, Mary Chang Kutipan ayat diambil dari Teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia Š LAI 1974 ISBN 978-981-11-7262-5 Edisi bahasa Indonesia diterbitkan dan didistribusikan oleh PT Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com Dicetak di Indonesia Cetakan pertama: Desember 2018


Pengantar Kita hidup dalam zaman kemerosotan moral dan kerohanian besar-besaran. Kekuatan yang dahsyat sedang menggempur budaya kita. Bagaimana kita dapat bertahan setiap harinya di tengah masyarakat yang tidak mempunyai standar, yang makin duniawi dan beragam? Ketika setiap orang di sekitar kita melakukan apa yang benar menurut pandangan mereka sendiri, bagaimana pengikut Kristus bisa tetap berada pada jalur yang benar dan hidup berkenan di hadapan Tuhan? Kitab Hakim-Hakim menggambarkan masa kekacauan moral, rohani, dan etika; suatu kesamaan yang relevan dengan situasi kita saat ini—masyarakat yang tidak mempunyai standar. Bangsa Israel yang hidup pada periode itu sangat mirip dengan kita. Allah memberikan mereka potensi untuk mencapai kejayaan, tetapi ada kemungkinan yang besar untuk terjerumus dalam kehancuran. Ketika berani mempercayai Allah dan bersandar kepada-Nya, mereka menjadi umat berhati teguh yang memberikan pengaruh iman positif di zamannya. Namun, ketika pahlawan-pahlawan terhebat Israel mengandalkan kedagingan, tampaklah bahwa mereka hanya umat yang rentan. Akibatnya bukan saja kejatuhan pribadi, tetapi juga malapetaka rohani. Dengan membaca tentang kehidupan bangsa Israel dan menggali prinsip-prinsip agung yang Tuhan singkapkan mengenai cara Dia bekerja di tengah umat-Nya— bagaimana pun keadaan mereka—kita dapat belajar menjalani kehidupan yang tangguh dan tetap berbuah lebat di tengah lingkungan yang kian tidak bersahabat terhadap para pengikut setia dari Tuhan yang sejati.

Segala kemuliaan bagi-Nya,

Gary Inrig


Kami senang Anda ikut serta dalam perjalanan iman untuk menjalin persekutuan yang lebih erat dengan Tuhan kita, Yesus Kristus! Selama lebih dari 50 tahun, pelayanan kami dikenal karena bahan penuntun saat teduh harian yang kami terbitkan, Our Daily Bread (Santapan Rohani). Banyak pembaca menyukai renungan-renungannya yang ringkas, inspiratif, dan relevan bagi kehidupan sehari-hari, yang membawa mereka makin mengenal Allah serta memahami hikmat dan janji-janji firman-Nya yang tidak pernah berubah. Dengan dasar pengalaman itulah, kami menerbitkan Seri Perjalanan Iman untuk menolong orang percaya menjelajahi kitab demi kitab dari firman Tuhan dalam waktu mereka bersama-Nya. Kami percaya bahwa perenungan firman Tuhan yang dilakukan secara teratur akan membawa Anda kepada persekutuan yang makin erat dengan Allah di dalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.

Cara Menggunakan Seri Perjalanan Iman BACA: Buku ini dirancang sebagai pendamping dari pembacaan Alkitab yang Anda lakukan. Penjelasan-penjelasan di dalamnya akan membantu Anda memahami Kitab Suci dari sudut pandang yang baru. RENUNGKAN: Pertanyaan-pertanyaan perenungan dimaksudkan untuk membantu Anda menanggapi Allah dan firman-Nya, sehingga Dia dapat bekerja memperbarui hati dan hidup Anda sepenuhnya. CATAT: Tersedia kolom kosong bagi Anda untuk mencatat segala hasil perenungan dan tanggapan Anda atas bagian yang telah Anda baca.


Tinjauan Umum Kitab Hakim-Hakim adalah kisah serangkaian kekalahan yang mengenaskan. Di dalamnya tercatat ketidakpercayaan dan ketidaktaatan umat yang kian terpecah-belah; mereka tergelincir dalam kekacauan karena “setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hakim-Hakim 21:25). Tema kitab ini adalah pembauran umat Allah, yaitu Israel, dengan kebudayaan bangsa kafir di sekeliling mereka. Karena bangsa penyembah berhala itu secara umum disebut orang Kanaan, boleh dikatakan, orang Israel sedang mengalami “Kanaanisasi”. Akibatnya, mereka kehilangan seluruh keunikannya sebagai umat Allah dan tidak bisa lagi dibedakan dari bangsa-bangsa sekitarnya. Tidak diberitahukan siapa yang menulis kitab Hakim-Hakim ini. Tradisi Yahudi beranggapan bahwa penulisnya adalah Samuel, tetapi hal tersebut tak dapat dibuktikan. Hakim-Hakim adalah kitab yang berbicara kepada zaman kita karena menghadirkan contoh nyata orang-orang yang dipanggil untuk melayani Allah di tengah kesukaran besar. Banyak kisah yang serupa dengan tantangan kita saat ini. Sayangnya, hanya sedikit tokoh yang memberikan teladan positif. Namun, banyak yang bisa dipelajari, tak hanya dari mereka yang bertahan, tetapi juga yang menyerah pada tekanan dan semangat zaman itu. Dengan blak-blakan, Hakim-Hakim menunjukkan konsekuensi dari kompromi iman dan ketidaktaatan ketika dunia ini berhasil membuat orang percaya menjadi serupa dengannya.

Kerangka kitab Hakim-Hakim: 1:1–3:6

Pembauran Israel: menuju kompromi iman

3:7–16:31

Kemerosotan Israel, dan penghakiman serta pendisiplinan Allah

17:1–21:25

Kejatuhan Israel dalam kehancuran total


Hari 1 Baca Hakim-Hakim 1:1-2

S

ekilas, kata-kata pembuka kitab Hakim-Hakim tampak seperti catatan sejarah belaka. Sayangnya, seperti yang akan kita lihat nanti, kata-kata itu justru merupakan titik tertinggi dari kondisi rohani Israel dalam seluruh kitab. Frasa pertama, “Sesudah Yosua mati,” menjadi awal kejatuhan iman bangsa itu.

Kemerosotan ini sebenarnya tak perlu terjadi, sebab kesejahteraan Israel bukan bergantung pada kehebatan para pemimpinnya, melainkan pada kebaikan Allahnya.

Ada dua ayat yang menunjukkan perbedaan besar antara zaman Yosua dan periode hakim-hakim. Ketika Yosua sudah hampir mati, ia mengumumkan satu tantangan terakhir: “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; . . . Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” Orang Israel pun langsung menanggapi: “Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!” (Yosua 24:15-16). Namun, pada permulaan era para hakim, inilah yang dicatat tentang bangsa itu: “Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, mereka melupakan Tuhan, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera” (Hakim-Hakim 3:7). Jadi, dalam beberapa tahun saja, pernyataan “Kami tidak akan

6

melupakan Tuhan” berubah menjadi “orang Israel melupakan Tuhan”. Mengapa hal itu terjadi? Bagaimana umat yang telah mengecap kemenangan demi kemenangan oleh iman terpuruk menjadi bangsa yang terus mengalami kegagalan karena berkompromi? Bagaimana kita harus berjaga-jaga agar hal yang sama tidak menimpa kita? Kematian Yosua menandai terjadinya krisis nasional. Sang pemimpin besar telah pergi, sementara Allah tidak mengangkat orang lain untuk menggantikan Yosua. Namun, umat Israel menanggapinya dengan iman dan kepercayaan, tentu karena pengaruh kehidupan Yosua yang saleh. Mereka bersatu untuk mencari petunjuk Allah dan menjalankan misi-Nya (Hakim-Hakim 1:1). Pertama, mereka mengakui otoritas Tuhan. Mereka benar-benar mencari petunjuk-Nya, bukan hanya melakukan apa yang tampaknya baik. Kedua, mereka menerima misi-Nya— yakni mengambil alih negeri dan membasmi bangsa Kanaan. Ketiga, mereka menunggu perintah Allah. Tuhan menunjuk suku Yehuda (ay.2) untuk memegang kepemimpinan sesuai dengan rencana-Nya yaitu memilih raja dari Yehuda kelak. Hal ini merupakan gambaran awal dari hari yang agung ketika Sang Mesias


Renungkan

akan lahir sebagai keturunan Daud. Namun, yang perlu diperhatikan di sini adalah janji kemenangan dari Tuhan: “Sesungguhnya telah Kuserahkan negeri itu ke dalam tangannya” (ay.2). Itulah yang sebetulnya ditetapkan bagi umat Allah. Namun, sayangnya, kita akan melihat bahwa mereka tak pernah mencapai tingkatan iman setinggi itu lagi dalam kitab ini.

Apakah tanda ketika pertumbuhan rohani Anda mencapai “titik tertinggi”? Bagaimana Anda bisa maju lebih jauh lagi? Bagaimana Anda memenuhi janji kepada Tuhan untuk tidak melupakan dan meninggalkan-Nya?

7


Hari 2 Baca Hakim-Hakim 1:3-36

B

agian Alkitab ini seolah hanya riwayat pertempuran kuno di antah-berantah tanpa ada sangkut pautnya dengan kehidupan kita sekitar tiga puluh abad setelahnya. Namun, bila dicermati, kita akan melihat pola yang cukup umum, sesuatu yang harus kita waspadai. Kisah penaklukan Kanaan dimulai dari wilayah Selatan, disusul perang Yehuda di dataran tinggi sekitar Yerusalem (Hakim-Hakim 1:4-8) yang lebih sukses daripada suku-suku lainnya; pendudukan Hebron (ay.9-15); perang di wilayah selatan (ay.16-17); dan dataran pantai (ay.18). Ini adalah catatan mengagumkan tentang kubukubu Kanaan yang telah ditaklukkan. Namun, ada dua hal mengusik yang menandai munculnya suatu pola yang akan semakin kentara. Hal pertama tertulis di ayat 6: Yehuda menaklukkan Bezek, menangkap sang “raja” serta memotong ibu jari tangan dan kakinya. Ini adalah cara yang sadis sekaligus ampuh untuk mengakhiri karier militernya; ia tidak akan mampu memegang panah maupun pedang lagi. Namun, mutilasi adalah praktik bangsa kafir, bukan ajaran Alkitab. Orang Yehuda telah diperintahkan untuk membunuhnya, tetapi mereka menerapkan standar kebudayaan di sekitar mereka dan mengadopsi praktik bangsa Kanaan. Yehuda tidak sepenuhnya taat.

8

Hal kedua tertulis di ayat 19. Yehuda gagal menghalau penduduk di lembah karena mereka memiliki kereta besi. Kelihatannya masuk akal—bangsa Kanaan memiliki teknologi militer lebih canggih yang menguntungkan mereka. Namun, Allah telah berjanji untuk menghalau musuh Israel. Apalagi, Yosua pernah berkata, “Kamu akan menghalau orang Kanaan itu, sekalipun mereka mempunyai kereta besi dan sekalipun mereka kuat” (Yosua 17:18). Jadi, sebenarnya Yehuda gagal meraih kemenangan karena mereka tidak percaya sepenuhnya kepada Allah.

Kekuatan yang melemah selalu merupakan dampak dari iman yang melemah. Frasa “tidak dapat menghalau penduduk yang di lembah” (HakimHakim 1:19) terus digemakan di seluruh pasal ini. Benyamin gagal menghalau orang Yebus (ay.21) dan Manasye tidak menghalau penduduk kafir (ay.27-28). Catatan yang sama dituliskan tentang Efraim (ay.29), Zebulon (ay.30), dan Asyer (ay.31-32). Titik terendah dialami oleh Dan (ay.3436): mereka didesak ke pegunungan karena orang Amori tidak membiarkan mereka turun ke lembah. Pelajaran dari Hakim-Hakim 1 sangat jelas. Umat Israel sengaja memilih untuk tidak menaati Allah sepenuhnya. Alih-alih mengikut Tuhan


Renungkan

dengan segenap hati, mereka malah berkompromi. Dalam beberapa ayat saja, penaklukan telah berubah menjadi kompromi untuk tinggal bersama, bahkan sikap menyerah. Ini adalah pola yang kelak menghasilkan buah yang teramat pahit.

Seberapa penuh ketaatan Anda kepada Allah? Adakah area tertentu dalam kehidupan di mana Anda hanya menaati Dia setengah-setengah? Dalam bentuk apa saja orang Kristen zaman sekarang berkompromi dengan dunia?

9


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.