Analisis Kerentanan dan Kapasitas Partisipatif Oxfam Sebuah Pedoman Praktisi
Sebuah Sumber Daya Adaptasi dan Pengurangan Risiko Bencana Oxfam 1
Diterjemahkan dari 'A Practitioner's Guide Oxfam'; 24 Februari 2012, dan diadaptasi ke dalam konteks lokal Indonesia oleh Tim Proyek Membangun Ketahanan terhadap Bencana, 2009-2012. Pencetakan buku ini didukung penuh oleh Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR), AusAID.
Oxfam di Indonesia Jl. Taman Margasatwa No. 26/A Ragunan, Jakarta Selatan 12550 Telp. 021 7811827 Fax. 021 7812321 Email: jakarta@oxfam.org.uk
Š Oxfam 2012
2
Daftar Isi
Bagian Satu: Analisis Kerentanan dan Kapasitas Partisipatif Oxfam Pengantar ........................................................................................................................................ 4 Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim Konsep, Definisi dan Sinergi ......... 5 Isu Lintas Sektoral .......................................................................................................................... 7
Bagian Dua: Analisis Kerentanan dan Kapasitas Partisipatif Oxfam Tahap 0: Menyiapkan PCVA ........................................................................................................... 16 Tahap 1: Menghimpun Data Sekunder ........................................................................................... 20 Tahap 2: Menyusun Informasi Tekstual ........................................................................................... 22 Tahap 3: Menyusun Analisis Bahaya, Dampak Perubahan Iklim, Kerentanan & Kapasitas ........... 43 Tahap 4: Prioritisasi Risiko ............................................................................................................. 48 Tahap 5: Menyusun Rencana Aksi .................................................................................................51
3
BAGIAN SATU: ANALISIS KERENTANAN DAN KAPASITAS PARTISIPATIF OXFAM 1. PENGANTAR Evolusi Analisis Kerentanan dan Kapasitas Partisipatif (Participatory Capacity and Vulnerability Analysis - PCVA) Oxfam Analisis Kerentanan dan Kapasitas Partisipatif (PCVA) Oxfam merupakan sebuah proses analisis risiko yang didesain untuk staf Oxfam dan mitra organisasi untuk membantu masyarakat yang menghadapi bencana dan perubahan iklim sebagai pemicu utama kemiskinan dan kemelaratan. Sebagaimana tercermin melalui namanya, akar dari PCVA merupakan dua metodologi pembangunan sosial yang telah mapan: Pertama, PCVA merupakan sebuah evolusi dari metodologi Analisis Kerentanan dan Kapasitas (Capacity and Vulnerability Analysis, VCA) 1 yang, selama dua dekade, telah membantu pekerja kemanusiaan dan pembangunan untuk mendesain program-program yang tidak hanya mengakomodasi faktor-faktor penyebab masyarakat menjadi rentan namun juga kapasitas atau kekuatan mereka untuk mengatasi penderitaan serta melahirkan prakarsa-prakarsa untuk memperbaiki kehidupan. Kedua, PCVA didasarkan pada pengakuan/pemahaman bahwa partisipasi tulus anggota masyarakat dalam desain, perencanaan, dan pengelolaan program akan melahirkan analisis lokal yang lebih tepat, rasa memiliki yang lebih besar terhadap isu dan solusi, serta aksi yang efektif untuk perubahan. PCVA juga menggunakan berbagai teknik dan perangkat Belajar dan Bertindak Partisipatif (Participatory Learning and Action, PLA) 2 untuk menyalurkan berbagai gagasan dan upaya peserta ke dalam sebuah proses analisis, belajar, serta perencanaan aksi yang terstruktur untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Refleksi nilai dan prinsip Oxfam Proses PCVA merefleksikan prinsip dan nilai di balik Pendekatan Berbasis Hak (Rights Based Approach) yang digunakan Oxfam dalam menghadapi kemiskinan dan kemelaratan. Dalam pernyataan maksudnya – memberdayakan laki-laki dan perempuan miskin untuk meningkatkan ketahanan (resilience) terhadap risiko bencana dan perubahan iklim – terefleksi keyakinan Oxfam bahwa seluruh manusia memiliki derajat yang setara, dan bahwa setiap orang mempunyai hak asasi yang harus diakui dan dijunjung tinggi selama-lamanya. PCVA memberikan perhatian khusus pada analisis gender. Sifat proses yang partisipatif memperlihatkan penghargaan Oxfam kepada semua laki-laki dan perempuan sebagai agen pembangunan mereka sendiri yang dengan sumber daya, dukungan, dan pelatihan yang tepat, akan mampu mengatasi masalah mereka sendiri. PCVA memberikan perhatian khusus pada fasilitasi partisipasi perempuan sebagai analis risiko dan pengambil keputusan dalam prioritisasi langkah Pengurangan risiko dan adaptasi. Lebih jauh, model PCVA Oxfam mengakui bahwa ketika masyarakat mampu mengambil langkah efektif untuk memperbaiki keadaan/meningkatkan ketahanan mereka, maka yang menjadi penyebab utama kerentanan adalah marginalisasi dan akses yang tidak setara kepada sumber daya. Karenanya PCVA mendorong masyarakat untuk memberikan tekanan kepada pemerintah untuk menegakkan dan melindungi hak-hak mendasar mereka.
1 2
Anderson and Woodrow (1989). Tumbuh dari abu – strategi pembangunan pada saat terjadi bencana Sebelumnya dikenal sebagai teknis Penilaian Pedalaman Partisipatif (PRA).
4
Sebuah Pedoman Praktisi Pedoman ini didesain untuk mendampingi pengguna potensial sejak tahap penyiapan PCVA, proses fasilitasi sendiri, hingga tahap perencanaan aksi. Definisi-definisi yang digunakan oleh Oxfam
Bagian Pertama dari Pedoman ini memuat latar belakang PCVA, dan proses evolusioner yang telah melahirkan model PVCA 2010. Bagian ini juga menjelaskan mengenai pendekatan yang digunakan Oxfam dalam Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim. Bagian Kedua menyajikan pedoman langkah demi langkah dari tiap tahapan proses PCVA berikut: Tahap 0: Menyiapkan PCVA
Pengurangan Risiko Bencana: Konsep dan praktik pengurangan risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan paparan bahaya, memperkecil kerentanan orang dan harta benda, pengelolaan tanah dan lingkungan yang bijak, serta perbaikan kesiapsiagaan menghadapi keadaan yang tidak diinginkan. Bahaya alam: Fenomena atau proses alam yang mungkin mengakibatkan kehilangan nyawa, cidera atau dampak kesehatan lain, kerugian harta benda, kehilangan penghidupan dan fasilitas, disrupsi sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.
Tahap 1: Menghimpun Data Sekunder Tahap 2: Menyusun Informasi Tekstual
Kerentanan: Karakteristik dan situasi sebuah masyarakat, sistem, atau aset yang membuat mereka mudah terkena dampak merugikan dari sebuah bahaya atau dampak perubahan iklim.
Tahap 3: Menyusun Analisis Bahaya, Dampak Perubahan Iklim, Kerentanan & Kapasitas Tahap 4: Prioritisasi Risiko Tahap 5: Menyusun Rencana Aksi Pedoman ini ditujukan bagi praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi yang bekerja dalam masyarakat dengan kerentanan terhadap bahaya alam dan dampak perubahan iklim. Desain yang fleksibel memungkinkan fasilitator dan masyarakat untuk melaksanakan berbagai tahap proses PCVA yang berbeda selama beberapa hari secara berurutan atau berselang sesuai kebutuhan dan dinamika mereka. Lebih khusus lagi, pedoman ini dibuat untuk membantu staf Oxfam dan organisasi mitra yang melihat dirinya sebagai katalis dalam proses pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim yang akan digerakkan oleh kelompok laki-laki dan perempuan yang akan mereka bantu. 2. PENGURANGAN RISIKO BENCANA DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM: KONSEP, DEFINISI, DAN SINERGI
Kapasitas: Kombinasi keseluruhan kekuatan, kelengkapan, dan sumber daya yang dimiliki sebuah masyarakat, kelompok sosial, atau organisasi yang dapat digunakan untuk meraih tujuan yang disepakati, termasuk yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Adaptasi Perubahan Iklim: Aksi yang dijalankan orang dan institusi untuk mengantisipasi, atau sebagai tanggapan terhadap, perubahan iklim. Meliputi perubahan aktivitas yang dilakukan, dan/ atau cara melakukan aktivitas. Ketahananan: Jika kapasitas adaptif berkaitan dengan kemampuan untuk mempengaruhi dan menanggapi secara langsung proses perubahan (membentuk, mengadakan, atau menanggapi perubahan), ketahanan merupakan kemampuan untuk menerima kejutan atau mengendalikan perubahan. Sumber: Diadaptasi dari UNISDR Terminology of Disaster Risk Reduction, 2009.
Pengurangan Risiko Bencana, PRB (Disaster Risk Reduction, DRR) Komitmen Oxfam kepada pengurangan risiko bencana didorong oleh pemahaman bahwa bencana merupakan akibat dari kombinasi antara paparan terhadap bencana, kondisi kerentanan, dan kapasitas yang tidak memadai untuk mengurangi potensi konsekuensi negatif risiko. Kelompok laki-laki dan perempuan miskin di negara-negara di mana Oxfam bekerja seringkali mengalami kerugian dan kerentanan lebih tinggi dalam bencana mengingat bentuk kemiskinan yang dialami membuat mereka menjadi sangat rentan sekaligus memaksa mereka untuk hidup atau bekerja di area yang terpapar bahaya. Atas alasan tersebut, Oxfam berupaya mengurangi risiko bencana dalam konteks ketika bencana menjadi pemicu utama kemiskinan dan kemelaratan. Ini berarti mengintegrasikan analisis risiko bencana ke dalam program dan mengimplementasikan langkah-langkah untuk menguranginya. Langkah-langkah tersebut mencakup penanganan sebab kerentanan dan penguatan kapasitas rumah tangga, masyarakat, serta lembaga untuk melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat dalam mengantisipasi bencana. 5
Adaptasi Perubahan Iklim, API (Climate Change Adaptation, CCA) Pada saat yang sama, Oxfam menyadari bahwa perubahan iklim global telah memberikan dampak pada kelompok masyarakat paling miskin di seluruh dunia dan akibatnya pada kehidupan, penghidupan, serta kesejahteraan manusia diperkirakan akan meningkat secara dramatis dalam waktu yang tidak lama lagi. Perubahan iklim memicu peningkatan risiko bencana melalui perubahan frekuensi dan intensitas bahaya alam. Perubahan iklim juga memperbesar kerentanan kelompok laki-laki dan perempuan miskin sebagai akibat meningginya temperatur tanah dan laut serta berubahnya pola cuaca pada sumber daya alam yang menjadi sumber makanan, pendapatan, kesejahteraan, dan keamanan mereka. Oxfam berkomitmen membantu masyarakat miskin dan rentan untuk mengembangkan penghidupan yang lenting (resilient) terhadap perubahan iklim global. Oxfam juga berkomitmen mengadakan analisis sistematis mengenai potensi konsekuensi perubahan iklim pada program-programnya, serta membangun kapasitas adaptif masyarakat rentan. Ini berarti mendayagunakan mereka guna menemukan cara baru untuk menghadapi, dan bahkan mengambil keuntungan dari, perubahan iklim serta dampaknya pada sumber daya alam. Sebuah Pendekatan Sinergis Perubahan iklim dan peningkatan risiko bencana berpotensi mengikis hasil-hasil pembangunan dekade sebelumnya dan menggerogoti kehidupan serta penghidupan lebih dari jutaan laki-laki dan perempuan setiap tahun. Untuk alasan ini, pengintegrasian pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim ke dalam program-program dan kampanye Oxfam menjadi sebuah tuntutan yang tidak terbantah dalam menjegal kemiskinan dan kemelaratan. Hubungan antara PRB dan API bagi Oxfam, PRB merupakan elemen sentral adaptasi perubahan iklim. Namun demikian, PRB tidak berhenti sekadar pada pengurangan risiko bahaya terkait iklim, sedang API juga menghendaki adaptasi terhadap dampak gradual jangka panjang dari perubahan iklim. Dengan kemiripan karakteristik, baik konseptual maupun programatikal, Oxfam telah memutuskan untuk merampingkan sejumlah aspek tertentu dalam kedua pendekatan. Model PCVA 2010 dan Pedoman ini dikembangkan untuk memperoleh sebuah proses tunggal analisis dan rencana aksi pada tingkat lokal.
Kotak: Perubahan Iklim dan Bencana: Kemiripan dan Perbedaan Pengurangan Risiko Bencana
Bencana yang tidak berhubungan Bencana yang berhubungan dengan iklim dengan iklim
Dampak klimatis yang tidak berkaitan dengan bencana
Contoh: gempa bumi
Contoh: banjir, kekeringan, angin topan, badai
Contoh: suhu, hujan yang tidak dapat diramal, air pasang setinggi permukaan laut, gangguan air asin
Ă?
Ă?
Memasukkan ke dalam PRB perubahan-perubahan yang dapat diprediksi dalam bahaya yang terkait dengan cuaca
Memasukkan intervensi untuk mendukung masyarakat menangani perubahan perlahan: fokus pada mata pencaharian, pengelolaan sumber daya alam, serta kebijakan dan praktik nasional (lingkungan yang memberdayakan)
Adaptasi perubahan iklim
6
ISU LINTAS SEKTORAL Gender, pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim Risiko bencana dan perubahan iklim memberikan dampak yang berbeda kepada kelompok perempuan dan laki-laki serta anak perempuan dan anak laki-laki. Ini terjadi mengingat fakta bahwa perempuan dan laki-laki memiliki jenis kerentanan yang berbeda di samping juga kapasitas yang berbeda-beda dalam menanggapi bencana serta ketersedian sumber daya yang selalu berubah. Pengalaman yang diperoleh dari program Oxfam dalam situasi tanggap bencana mengindikasikan bahwa perempuan mengalami kehilangan aset penghidupan yang lebih parah, kurang memiliki akses kepada kredit dan bantuan pemulihan, serta lebih sering diabaikan dalam distribusi bantuan. Faktor-faktor ini, pada gilirannya, akan memaksa mereka untuk berhadapan dengan risiko lain, seperti kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual serta HIV/AIDS. Pengalaman Oxfam juga mengindikasikan bahwa perempuan di negara-negara miskin lebih rentan kepada dampak negatif jangka panjang perubahan iklim karena mereka lebih miskin dibanding laki-laki serta ketergantungan kepada sumber daya alam yang rapuh dalam memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga dan mendatangkan penghasilan. Namun demikian, Oxfam juga mengakui bahwa perempuan berpotensi untuk menjadi agen perubahan yang berdaya. Perempuan memainkan peran yang amat penting dalam memobilisasi masyarakat untuk siaga serta tanggap terhadap bencana. Pengetahuan dan tanggung jawab mereka mengenai pengelolaan sumber daya alam terbukti vital bagi daya hidup masyarakat serta cenderung menjadi pilar adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim. Atas alasan tersebut, Oxfam berkomitmen mendalami bagaimana hubungan gender mewarnai kerentanan masyarakat dan tanggapan bencana serta perubahan iklim juga memastikan agar perempuan dapat diberdayakan dalam proses pengurangan risiko bencana dan adaptasi. Model PCVA didesain untuk memastikan diperolehnya data berdasarkan gender pada tiap tahapan proses, dalam rangka membangun analisis yang kuat berkaitan dengan isu-isu gender, risiko bencana, dan perubahan iklim. Model PCVA juga ingin memastikan partisipasi penuh kelompok perempuan dan laki-laki dalam identifikasi prioritas rencana aksi selanjutnya.
HIV dan AIDS, pengurangan risiko bencana serta adaptasi perubahan iklim Pendekatan Oxfam dalam pengurangan risiko bencana dilatarbelakangi pemahaman mengenai hubungan dua arah antara bencana dengan HIV/AIDS. Ini berarti, di satu sisi bencana memicu meningkatnya penularan HIV melalui semakin bertambahnya populasi, eksploitasi, kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual, serta traksaksi seksual sebagai strategi untuk bertahan hidup. Bencana juga berdampak negatif kepada kesehatan orang dengan HIV/AIDS akibat berkurangnya akses untuk memperoleh makanan dan air, serta terhambatnya jaringan perawatan serta obat-obatan. Di sisi lain, AIDS dan HIV membuat orang yang mengidap virus serta mereka yang melakukan perawatan menjadi semakin rentan kepada bencana. Secara umum, rumah tangga yang anggotanya hidup dengan HIV/AIDS umumnya memiliki aset penghidupan yang lebih sedikit serta sudah mengalami kerawanan makanan dan penghasilan bahkan sebelum bencana. Konsekuensinya, strategi yang mereka miliki untuk menghadapi situasi bencana juga sangat terbatas. Lebih jauh lagi, orang dengan HIV/AIDS memiliki kerentanan fisik yang lebih besar pada penyakit dan kekurangan. Di samping peningkatan risiko yang berkaitan dengan bencana, dampak gradual jangka panjang perubahan iklim juga memperparah tingkat kerentanan yang sudah ada pada orang dengan HIV/AIDS. Tekanan air dan kondisi pemanasan memperbesar risiko penyakit, pola cuaca yang tidak dapat diprediksi menggerus kondisi penghidupan yang sudah goyah, dan ketiadaan strategi penanggulangan alternatif akan menjerumuskan lebih banyak perempuan dan anak perempuan ke jurang pekerjaan seks, sehingga turut pula meningkatkan paparan kepada penularan HIV.
7
Model PCVA didesain untuk memastikan agar kelompok laki-laki dan perempuan yang paling rentan kepada bencana dan dampak perubahan iklim sepenuhnya diakomodasi dalam proses analisis risiko dan hak serta kebutuhan mereka diprioritaskan dalam tahapan perencanaan aksi.
KONSEP DASAR PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Ragam pengertian kata bencana berkembang di masyarakat. Baik dimaknai sebagai musibah, peristiwa sampai takdir Tuhan. Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) mendefinisikan bencana sebagai sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian atau penderitaan; Bencana juga dapat dipahami sebagai malapetaka atau kecelakaan3 . Undang-undang No. 24 tahun 2007 mendefinisikan Bencana (Disaster) sebagai; “suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis” (UU No. 24 / 2007). Sementara United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) mendefinisikan bencana sebagai; yang dimutakhirkan pada tanggal 31 Maret 2004 4 ; “A serious disruption of the functioning of a community or a society causing widespread human, material, economic or environmental losses which exceed the ability of the affected community or society to cope using its own resources” (ISDR, 2004); “Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri”. Definisi standar internasional rumusan UN-ISDR ini memposisikan kemampuan manusia atau komunitas untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri. Implikasinya kemudian adalah seberapapun besar ancaman bencana yang ada, selama masyarakat mampu mengatasinya secara mandiri dan mampu memulihkan diri secara cepat, maka tidak bisa dikatakan bencana. 1
3 4
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, 2008, hal. 173 United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), 2004.
8
Maka definisi bencana mengandung tiga aspek dasar, meliputi: 1. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard). 2. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari masyarakat. 3. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka. Bencana (disaster) merupakan fenomena yang terjadi akibat kolektifitas atas komponen bahaya (hazard) yang mempengaruhi kondisi alam dan lingkungan, serta bagaimana tingkat kerentanan (vulnerability) dan kemampuan (capacity) suatu komunitas dalam mengelola ancaman 5, 1. Bahaya (hazard) merupakan suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana.
Bahaya Æ (R = V x C) ÅFaktor Berisiko Å Tekanan Dinamis ÅAkar Masalah 2. Kerentanan (vulnerability); adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Faktor kerentanan meliputi; - Fisik: Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman bencana - Sosial: kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat dan kondisi fisik/ difable) terhadap ancaman bencana - Ekonomi: Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya - Lingkungan: Tingkat ketersediaan/kelangkaan sumber daya (lahan, air, udara) serta kerusakan lingkungan yan terjadi. Penilaian kerentanan adalah proses pengukuran tingkat kerentanan, baik individual maupun kelompok; laki-laki dan perempuan, kelompok umur maupun yang berkemampuan khusus. Penilaian dilakukan berdasarkan aspek fisik, sosial (termasuk kebijakan) dan ekonomi serta lingkungan. 3. Kapasitas (capacity) merupakan kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana. 4. Risiko (risk) merupakan potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Semakin tinggi nilai ancaman dan nilai kerentanan maka risiko terjadinya bencana semakin tinggi. Untuk mengurangi risiko bencana perlu melakukan peningkatan nilai kerentanan (vulnerability) menjadi kapasitas (capacity) dengan melakukan penguatan kapasitas di dalam masyarakat dalam mengelola lingkungan, mengenal ancaman, mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya bencana. Penilaian risiko merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan risiko yang mungkin akan terjadi (probability) pada suatu wilayah dan kemampuan untuk mengantisipasinya pada suatu wilayah tertentu. Tiga unsur penilaian risiko adalah bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity). Untuk menggambarkan risiko digunakan rumus: R = H * V/C (R) = risk/risiko, (H) = hazard/bahaya, (V) = vulnerable/kerentanan : (C) = capacity/kapasitas1
5 Departemen Komunikasi dan informatika, Jurnal Dialog Kebijakan Publik, Politik Bumi dan Manajemen Bencana, 2008, hal 24.
9
Komponen-komponen risiko bencana (bahaya, kapasitas dan kerenantan) bersifat dinamis. Akan mengalami perubahan (langsung - tidak langsung) yang secara otomatis akan mempengaruhi tingkat risiko yang ada. Untuk itu, penilaian dan analisis bahaya, kerentanan maupun kapasitas harus dilakukan secara terus menerus sesuai kebutuhan atau secara priodik. Penilaian komponen risiko bencana tersebut harus memperhatikan aset penghidupan (livelihood assets) masyarakat. Menurut konsep sustainable livelihood ada lima aset penghidupan yang dimiliki oleh setiap individu atau unit sosial yang lebih tinggi di dalam upayanya mengembangkan kehidupannya yaitu aset: 1. Manusia (human capital); Berhubungan dengan nyawa, jenis kelamin, kesehatan, keterampilan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengetahuan; termasuk pengetahuan kebencanaan. 2. Ekonomi (economic capital); Berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran, aset harta seperti hewan ternak, perhiasan, dan sumber mata pencaharian. 3. Sosial-budaya (sosial-cultural capital); Berhubungan dengan relasi, kekerabatan, kerjasama, suku, agama, ras dan adat istiadat. 4. Lingkungan/SDA (natural capital); Berhubungan dengan sumber daya alam, linkungan; sumber air, hutan, tanah, dll. 5. Infrastruktur/fisik (infrastructure/physical capital); Berhubungan dengan aset infrastruktur buatan manusia; rumah, kantor, jalan, rumah sakit, sanitasi dan sekolah serta infrastuktur kemasyarakatan lainnya. Lima katagori ini juga dikenal dengan istilah Pentagon assets. Dengan menggunakan lima katagori ini kita dapat memastikan bahwa semua aspek bahaya, kerentanan dan kapasitas dinilai. Selanjutnya untuk melihat ilustrasi hubungan antara kerentanan dan kapasitas dari bahaya yang ada dalam sektor aset penghidupan 6;
Sektor
Kerentanan
Kapasitas
Manusia
• Kondisi fisik; cacat • Balita atau lanjut usia • Gangguan kesehatan • Pengetahuan kebencanaan kurang • Tingkat pendidikan rendah • Jumlah keluarga yang banyak
• Alat bantu • Perawatan khusus • Kearifan lokal • Kemampuan ekonomi yang baik
Lingkungan
• Penggundulan hutan • Polusi tanah, air, dan udara • Pengrusakan pelindung alami terhadap badai (misalnya, hutan bakau) • Perubahan iklim global
• Modal lingkungan alam • Pembuatan pelindung alami terhadap amukan badai (terumbu karang) • Proses-proses pemulihan lingkungan alam (misalnya, hutan-hutan yang baru saja pulih dari kebakaran hutan)
__________________ 6 Diadopsi dan Dilengkapi dari Charlotte Benson dan John Twigg, Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana: Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan, 2007, hal. 124 10
• Keanekaragaman hayati • Manajemen sumber daya alam yang bertanggung jawab Ekonomi
• Pertanian dengan satu jenis tanaman pangan • Ekonomi yang nondiversifikasi • Ekonomi subsistens • Keadaan terlibat utang • Ketergantungan terhadap bantuan/sokongan
• Modal ekonomi • Penghidupan yang terjamin • Simpanan keuangan • Pertanian dan ekonomi yang beragam
Sosial-budaya
• Pemukiman wilayah tidak aman • Pemukiman lahan dan bangunan dengan kepadatan yang tinggi • Rendahnya mobilitas • Persepsi risiko yang rendah • Pekerjaan yang rentan bahaya • Kelompok dan perseorangan yang rentan • Korupsi • Rendahnya tingkat pendidikan • Kemiskinan • Tidak adanya analisis kerentanan dan kapasitas • Manajemen dan kepemimpinan yang tidak memadai • Kurangnya perencanaan dan kesiapsiagaan bencana
• Modal sosial • Mekanisme bertahan • Strategi menyesuaikan • Ingatan tentang bencana yang lalu • Tata kelola pemerintahan yang baik • Standar-standar etis • Kepemimpinan lokal • Organisasi non pemerintah lokal • Akuntabilitas • Perencanaan dan kesiapsiagaan bencana yang baik
Infrastruktur
• Bangunan yang berisiko • Infrastruktur yang tidak aman • Fasilitas penting yang tidak aman • Urbanisasi yang cepat
• Modal fisik • Bangunan dan infrastruktur yang tangguh yang mampu bertahan dan menolak tekanan bahaya yang luar biasa
11
Model Pelepasan Tekanan (Pressure and Release Model)/Model Mulur Mengkerut (“Crunch” Model) Model Pelepasan Tekanan (Pressure and Release/PAR) merupakan salah satu kerangka kerja analitis yang penting yang dapat digunakan untuk mensistematiskan dan mengelola hasil analisis. PAR mempunyai dua bagian yang diwakili oleh dua diagram; yaitu Model Tekanan (Peningkatan Kerentanan) dan kebalikannya, yaitu Model Pelepasan (Peningkatan Keselamatan). Model ini mengingatkan pada alat analisis lain yang umum digunakan, yaitu Analisis Pohon Masalah/Pemecahan yang utama digunakan dalam banyak bentuk perencanaan proyek (termasuk manajemen siklus proyek).
Peningkatan Kerentanan (lihat gambar 8) Ciri menonjol model PAR ialah berfokus kepada berbagai faktor dan kekuatan berbeda yang mendorong orang ke kondisi tidak aman sehingga membuat mereka menghadapi risiko yang lebih besar. Peningkatan Kerentanan berupaya menjelaskan rantai penjelasan kerentanan tersebut. •
Ia merujuk kepada kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan ”mengapa?” o Mengapa produksi tanaman pangan penduduk rentan kepada dampak negatif yang diakibatkan kekeringan? o Mengapa penduduk tinggal di lokasi yang ada ancaman? o Mengapa penduduk memiliki keterampilan atau pendidikan yang rendah? o Apa saja kekuatan atau proses di dalam masyarakat yang merupakan penerjemahan akar penyebab dan kondisi tidak aman? o Mengapa tidak ada penyebaran kekayaan yang merata dalam masyarakat?
•
“Akar penyebab” merupakan serangkaian proses yang telah mapan dan tersebar luas di masyarakat dan ekonomi dunia. Proses tersebut berdampak kepada lokasi dan penyebaran sumber daya diantara berbagai kelompok penduduk: secara normal meliputi, sebuah fungsi struktur ekonomi, definisi legal atas hak, relasi gender dan elemen-elemen lain dalam tatanan ideologi. Akar masalah merefleksikan penyebaran kekuatan di dalam komunitas. Selain itu, akar masalah menciptakan dua sumber kerentanan: yaitu kerentanan akses terhadap penghidupan serta sumber daya yang kurang aman dan kurang menguntungkan (kemungkinan mendorong meningkatnya kerentanan); dan proses tersebut mungkin menjadi prioritas yang kurang diperhatikan pemerintah dalam melakukan intervensi mitigasi terhadap ancaman.
•
“Tekanan Dinamiss (dynamic pressures)” merupakan proses dan aktivitas yang “menerjemahkan” dampak yang ditimbulkan oleh akar penyebab ke dalam kondisi tidak aman yang menimbulkan kerentanan; tekanan dinamis menyalurkan akar penyebab ke dalam bentuk ketidakamanan yang khusus yang harus menjadi pertimbangan terkait dengan jenis ancaman yang dihadapi penduduk.
•
“Kondisi tidak aman” merupakan bentuk khusus di mana kerentanan yang ada kepada suatu komunitas dinyatakan dalam waktu dan ruang dengan kaitannya terhadap jenis ancaman tertentu. Adanya penduduk di tempat-tempat yang ada ancaman seringkali merupakan akibat tekanan politik ekonomi yang lebih luas, yang bisa menyingkirkan kelompok yang lebih lemah.
12
Gambar 8: Peningkatan Kerentanan
Diagram di atas menggambarkan contoh praktis risiko tanah longsor banjir yang dihadapi kota La Paz, Bolivia. (Diadaptasi dari F. Nathan (2008) “Risk Perception, Risk Management and Vulnerability to Landslides in the Hill-Sopes in the City of La Paz, Bolivia: A Preliminary Statement�, Disasters, Volume 32 No. 3, hal 337-357)
13
Peningkatan Keselamatan (lihat Gambar 9) “Peningkatan Keselamatan� merujuk kepada transformasi kondisi tidak aman menjadi kondisi aman dengan menangani akar penyebab dan penekan dinamis. Gagasan utamanya ialah bahwa selama masih ada intervensi yang dapat mengurangi dampak ancaman (seperti terlihat dalam diagram), akan sama pentingnya untuk menangani sistem tata pemerintahan seperti kebijakan, hukum dan prioritas yang mungkin bisa menjadi bagian dari penekan atau menjadi akar penyebab yang meningkatkan kerentanan. Untuk membuat ringkasan, bagikan Lembar lepas 8 yang memberikan ringkasan tentang “Model Mulur Mengkerut�. Kerja Kelompok Setiap kelompok harus meninjau kembali profil CVA tentang komunitas yang menjadi sampel mereka. Dalam aktivitas ini, mereka harus memilih satu faktor kerentanan (contohnya, penduduk yang tinggal di dekat sungai) dan menetapkan penyebab kerentanan itu dengan mengidentifikasi tekanan dinamis dan akar penyebab.
14
Gambar 9: Peningkatan Keselamatan
15
BAGIAN KEDUA: ANALISIS KERENTANAN DAN KAPASITAS PARTISIPATIF OXFAM TAHAP 0: MENYIAPKAN PCVA Keberhasilan proses PCVA secara langsung terkait dengan kualitas persiapan Anda. Agar berhasil menyiapkan sebuah PCVA Anda harus menyelesaikan tugas-tugas berikut: 1. Definisikan kerangka acuan kerja (terms of reference) proses, yang meliputi landasan, maksud, tujuan, lingkup geografis, dan pemangku kepentingan. 2. Pilih dan latih tim fasilitasi. 3. Alokasikan sumber daya yang dibutuhkan dan atur logistik. Di bawah ini merupakan pedoman mengenai cara menjalankan tugas-tugas di atas. Kerangka Acuan Kerja PCVA Landasan Pertama-tama, selidiki apakah proses serupa sudah dijalankan oleh Oxfam maupun organisasi lain dalam masyarakat atau area yang akan Anda libatkan dalam proses PCVA. Jika benar telah dilaksanakan kurang dari 18 bulan sebelumnya, Anda harus menanyakan alasan dan etika untuk menjalankan kembali proses sejenis. Cermati metodologi, pemangku kepentingan, serta hasil-hasil proses sebelumnya dan tetapkan apakah telah memenuhi kebutuhan Anda. Lebih penting dari semuanya, selidiki dengan cermat apakah metodologi telah mengakomodasi baik adaptasi perubahan iklim maupun pengurangan risiko bencana. Maksud dan Tujuan Jika diputuskan untuk tetap melanjutkan proses PCVA sendiri, uraikan keseluruhan maksud serta rincian tujuan. Dalam banyak kasus, maksud PCVA adalah: • •
mengintegrasikan PRB serta adaptasi perubahan iklim ke dalam program yang ada; atau memperkenalkan desain sebuah program baru yang akan mengintegrasikan PRB dengan langkah-langkah adaptasi.
Kerangka acuan kerja PCVA harus menguraikan secara jelas mana di antara kedua maksud di atas (atau alternatif lain) yang ingin dijalankan dalam proses. Tujuan serupa yang rinci dari model PCVA Oxfam adalah: • •
Mengidentifikasi dan menilai potensi efek bahaya serta proses iklim yang selalu berubah dalam Masyarakat X. Menyepakati sebuah rencana aksi untuk mengurangi risiko bencana dan mendayagunakan adaptasi perubahan iklim dalam Masyarakat X
Lingkup Geografis Untuk meraih tujuan-tujuan di atas, tetapkan lingkup geografis PCVA, yang berarti, masyarakat mana yang akan dilibatkan dalam proses. Jika ada program Oxfam dalam area, berarti ruang lingkup telah ditetapkan, sepanjang masyarakat dan para pemimpin menyetujui.
16
Jika tidak ada program Oxfam di area 1, buat daftar kriteria untuk menentukan tempat pelaksanaan PCVA dan, dalam banyak kasus, kembangkan proyek atau program untuk mendukung rencana aksi lanjutan. Kriteria tersebut mungkin mencakup kesediaan dan minat masyarakat, aksesibilitas masyarakat, keselamatan fisik tim fasilitasi, dan hambatan atau peluang pendanaan. Informasi ini dapat diperoleh dengan mengunjungi masyarakat serta berdiskusi dengan organisasi lain yang bekerja dalam area yang sama. Setelah berhasil mengidentifikasi masyarakat yang akan dibantu dalam upaya mengurangi risiko dan adaptasi, hubungi pimpinan masyarakat untuk menjelaskan mengenai proses PCVA berikut cara memanfaatkan hasil yang diharapkan. Jika masyarakat menyetujui, segera identifikasi pemangku kepentingan dari proses. Pemangku kepentingan Pemangku kepentingan utama dalam proses ini adalah anggota masyarakat sendiri. Namun demikian patut diingat bahwa dalam setiap masyarakat terdapat keragaman gender dan generasional, pengelompokan sosial ekonomi, afiliasi religius dan politik, juga minat individu dan kelompok. Kunci relevansi dan keberhasilan rencana aksi hasil PCVA adalah dukungan seluruh pemangku kepentingan. Di samping pengelompokkan anggota masyarakat yang beraneka, pemangku kepentingan mungkin juga mencakup: • • • • •
Organisasi internasional seperti LSM Internasional, PBB dan Palang Merah yang beroperasi di area; LSM atau Organisasi Berbasis Masyarakat lokal yang bekerja dalam masyarakat; Kelompok atau lembaga keagamaan dalam masyarakat; Lembaga pemerintah di area; Perusahaan swasta yang bekerja dalam atau di sekitar masyarakat.
Cara paling efisien untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan mungkin dengan mengunjungi masyarakat. Ini akan membantu Anda untuk menemui para pimpinan kunci, mengidentifikasi aktor lain, dan mulai membangun hubungan kerja dengan mereka. Ini juga akan membantu dalam membiasakan diri dengan anatomi dan ritme masyarakat, yang selanjutnya dapat dipertimbangkan saat merencanakan aktivitas serta pengaturan logistik. Selama kunjungan dan pembicaraan dengan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan masyarakat lain, tekankan bahwa setiap rencana yang dihasilkan dari PCVA akan digerakkan oleh masyarakat. Meskipun akan memperoleh dukungan dari Oxfam, namun rencana juga membutuhkan bentuk dukungan lain dari, dan koordinasi dengan, berbagai pemangku kepentingan. Setelah berhasil mengidentifikasi pemangku kepentingan, langkah selanjutnya adalah memutuskan kapan mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam proses. Jika organisasi internasional atau non-pemerintah lain yang bekerjasama dengan masyarakat memiliki nilai dan pendekatan yang serupa dengan Oxfam, pertimbangkan untuk bekerjasama dengan mereka sebagai mitra dalam proses. Ini akan membantu Anda membentuk tim fasilitasi gabungan (dari rentang sumber daya manusia yang lebih luas) dan menghimpun sumber daya material serta finansial lain bagi proses. Ini juga memungkinkan pelibatan organisasi lain untuk membantu masyarakat menjalankan rencana aksi yang akan mereka susun melalui proses PCVA. Pendekatan yang lebih konservatif adalah mengadakan sesi pengarahan bersama semua pemangku kepentingan sebelum dan sesudah PCVA dijalankan, untuk memberikan informasi mengenai proses dan rencana kerja. Direkomendasikan untuk menggunakan pendekatan ini jika tidak merasa yakin dengan tingkat kepercayaan antar pemangku kepentingan, mengingat kehadiran perwakilan tertentu atau kepentingan eksternal selama proses mungkin akan memengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberikan informasi yang menentukan keberhasilan PCVA. Apapun pendekatan yang akan diputuskan, pastikan untuk mempertimbangkan implikasi waktu dan sumber daya dalam proses perencanaan.
7 Diasumsikan bahwa Anda memiliki area yang telah dipilih sebelumnya karena tingkat pengetahuan risiko bencana dan/atau dampak perubahan iklim. 17
Tim Fasilitasi Seleksi Tim PCVA bekerjasama menjadi katalisator proses perubahan. Untuk itu ukuran, komposisi, keterampilan dan sikap tim akan menentukan keberhasilan PCVA. Meskipun tidak ada ‘angka keberuntungan’, tim fasilitasi PCVA idealnya terdiri atas 4-6 anggota yang satu di antaranya menjadi ketua tim. Rekomendasi ini dilatarbelakangi pertimbangan-pertimbangan berikut ini: •
Fasilitasi aktivitas partisipatif mensyaratkan energi dan antusiasme. Tim yang elastis mampu memberikan hasil terbaik.
•
Perangkat Belajar dan Bertindak Partisipatif (BBP) mengharuskan fasilitasi langsung. Jika fasilitator tidak dapat mendampingi kelompok, proses terancam akan gagal atau kehilangan momentum.
•
Latihan BBP seringkali harus diulangi bersama beberapa kelompok sehingga membutuhkan investasi waktu yang signifikan. Untuk efisiensi dan menjaga dinamika proses, BBP maksimal jika sejumlah fasilitator bekerja secara simultan untuk latihan yang berbeda-beda.
Lebih jauh, lingkup PCVA meliputi sejumlah masyarakat, maka proses mungkin membutuhkan waktu lebih lama atau masing-masing masyarakat harus dipandu serta didampingi oleh fasilitator subtim. Untuk komposisi tim yang ideal, penting untuk mempertimbangkan hal berikut ini: •
Keterampilan anggota tim fasilitasi akan menentukan kualitas analisa dan rasa memiliki terhadap proses. Semua anggota tim karenanya harus memiliki keterampilan fasilitasi dan komunikasi yang baik, serta paling sedikit salah satu di antaranya memiliki pengalaman mengadakan PCVA.
•
Masing-masing anggota tim memiliki bekal keterampilan teknis serta pengalaman program tertentu dalam bidangnya. Mengingat PRB dan API merupakan isu multidisipliner, maka sebuah tim idealnya memiliki keahlian berkaitan dengan penghidupan, pengelolaan sumber daya alam, PRB, API, gender, dan kesehatan masyarakat, di samping keterampilan advokasi dan pengelolaan siklus proyek untuk membantu pengembangan rencana aksi.
•
Karenanya, dapat diasumsikan bahwa PRB dan aksi adaptasi akan mencakup bidang penghidupan, kesehatan masyarakat, pengelolaan sumber daya alam, dan kesiapsiagaan kemanusiaan, juga advokasi. Dalam rangka menjalankan aksi yang disepakati masyarakat, sangat dianjurkan agar staf program Oxfam yang bertanggung jawab atas alokasi sumber daya dan desain program bisa terlibat secara lekat dalam proses PCVA.
•
Komposisi tim harus seimbang dari sudut gender.
•
Jika dibutuhkan keterampilan bahasa atau pertalian budaya tertentu untuk berkomunikasi dan membangun kepercayaan masyarakat, maka jumlah anggota kelompok yang memilikinya harus memadai.
Disamping hal di atas, menjadi keharusan bagi anggota tim untuk berkomitmen dengan durasi PCVA dan berkomitmen untuk mencurahkan perhatian penuh kepada PCVA.
18
Pemberian Tanggung Jawab Anggota tim harus menetapkan tanggung jawab yang spesifik untuk masing-masing orang termasuk: • • • • • • • • • •
Koordinator tim. Penanggung jawab (focal point) komunikasi dengan masyarakat. Penanggung jawab komunikasi dengan pemangku kepentingan lain; Pemandu disipliner/tematik; Pemandu gender; Pemandu metodologi dan perangkat; Pemandu analisis; Pemandu perencanaan aksi; Logistik dan sumber daya; Pemandu data sekunder.
Semua anggota bertanggung jawab untuk merekam hasil-hasil dan membuat catatan-catatan. Direkomendasikan agar tim menyediakan dua hari untuk menguasai pedoman ini dan mengembangkan rencana fasilitasi, serta satu hingga dua hari untuk menganalisis data sekunder (Tahap 1). Proses fasilitasi tingkat masyarakat (Tahap 2-5) diperkirakan akan memakan waktu tiga hingga lima hari, bergantung jumlah fasilitator dan masyarakat.
Manajemen dan Logistik Proses PCVA harus dianggap sebagai proyek kecil yang membutuhkan anggaran, rencana operasional, serta pemantauan proses berikut hasil-hasilnya. Proses PCVA juga harus dievaluasi oleh anggota tim, masyarakat, serta pemangku kepentingan lain, sehingga dapat diperoleh pelajaran untuk bekal ke depan. Manajemen Anggaran bergantung kepada biaya mata anggaran untuk masing-masing lokasi. Anggarkan biaya transportasi, akomodasi, serta makanan untuk tim fasilitasi, penyegaran untuk para peserta, dan bahan-bahan latihan. Mungkin perlu untuk menghadirkan pejabat pemerintah dalam pertemuan jika anggaran memadai. Rencana operasional harus memuat sebuah jadwal dengan estimasi durasi, alokasi sumber daya, dan penanggung jawab tiap aktivitas. Logistik Beri tanggung jawab kepada seorang anggota tim dengan pengalaman logistik untuk memastikan pengadaan dan penyediaan transportasi, akomodasi, makanan, penyegaran serta bahan untuk proses. Setelah menyelesaikan persiapan PCVA, Anda siap memasuki tahap pengumpulan dan analisis data.
19
TAHAP 1: MENGUMPULKAN DATA SEKUNDER Tahap pertama dari pengumpulan dan analisis data dalam proses PCVA mencari, memperoleh, dan menganalisis data dari sumber sekunder yang berasal dalam dokumentasi lama dan dari aktor-aktor di luar masyarakat yang memiliki pengetahuan signifikan. Tahap 'pra-fasilitasi’ ini merupakan bagian integral dari PCVA yang akan membantu Anda, sebagai fasilitator, untuk meningkatkan partisipasi, analisis dan perencanaan aksi dalam tahap proses selanjutnya dengan cara berikut: •
menyediakan pengetahuan yang akan membantu Anda menggali lebih dalam mengenai kontribusi yang akan diberikan oleh peserta dari masyarakat selama latihan BBP. Sebagai hasil dari penelitian yang tekun, peserta mampu menganalisa situasi mereka sendiri.
•
membantu mengidentifikasi kelompok kepentingan atau kelompok peminatan tertentu sebelum fasilitasi dimulai, sehingga Anda dapat memastikan partisipasi aktif mereka dalam latihan BBP serta membuat aspirasi mereka didengar.
•
memberikan informasi mengenai lembaga, organisasi, kebijakan, dan sumber dukungan relevan yang akan membantu Anda mendorong para peserta untuk mengidentifikasi calon mitra, rekan, dan target dalam perencanaan aksi mereka.
•
memaksa Anda untuk membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan sebelum fasilitasi dimulai, sebagai fondasi yang kokoh untuk pelibatan lebih lanjut, baik melalui aksi langsung maupun advokasi.
Informasi Kunci yang Dibutuhkan Informasi yang harus diperoleh berkaitan langsung dengan pertanyaan dan fokus kunci keseluruhan proses. Tabel berikut akan membantu mengidentifikasi potensi sumber informasi dan mengerucutkan analisis pada bagian yang paling relevan dari informasi.
Informasi yang Dibutuhkan
Sumber Informasi
TINGKAT LOKAL
Kantor sensus nasional
Bagaimana • Lokasi fisik; • Komposisi demografis; • Profil ekonomi; • Riwayat terakhir; dan • Struktur politik masyarakat.
Kantor dan staf pemerintah lokal atau distrik Rencana pembangunan lokal Gereja, masjid, atau lembaga keagamaan lain
Sumber daya alam apa yang tersedia di dalam dan di sekitar masyarakat? Jenis kelompok dan organisasi apa yang ada dalam masyarakat? Lembaga pemerintah apa yang ada di tengah masyarakat atau berhubungan dengan masyarakat? Bencana apa yang dialami masyarakat dalam 20 tahun terakhir, dan bagaimana masyarakat menanggulanginya? Perubahan pola cuaca dan ketersediaan sumber daya seperti apa yang diamati diungkap dan diprediksi, serta bagaimana cara masyarakat menaggulanginya? Bagaimana pengaruh rencana pembangunan lokal terhadap 20
LSM atau OBM lokal yang bekerja dalam masyarakat Peta yang menunjukkan topografi, kawasan agro ekologi, infrastruktur, dan lain-lain
masyarakat, dan apa yang dikatakan mengenai dampak risiko bencana dan perubahan iklim, jika ada? TINGKAT DAERAH Ramalan musiman dan data metereologis mengenai tren iklim terkini, dan Badan Metereologi Nasional
Bagaimana profil bencana daerah? Dampak perubahan iklim apa yang berhasil diamati atau diprediksi di daerah? Bagaimana pengaruh rencana pembangunan daerah terhadap masyarakat, dan apa yang dikatakan mengenai dampak risiko bencana dan perubahan iklim, jika ada?
LSM yang bekerja di daerah Kantor dan staf pemerintah daerah Rencana pembangunan daerah
Organisasi dan lembaga daerah apa yang menjalankan atau bertanggung jawab atas PRB dan API? TINGKAT PROPINSI Bagaimana pengaruh kebijakan pembangunan nasional terhadap masyarakat, dan apa yang dikatakan mengenai risiko bencana dan perubahan iklim, jika ada? Organisasi dan lembaga apa yang menjalankan atau bertanggung jawab atas PRB dan API?
Makalah Strategi Penanggulangan Kemiskinan atau rencana pembangunan nasional. Platform Nasional untuk DRR Kerangka Hyogo untuk Laporan Pemantauan Aksi Komunikasi nasional dengan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di http://unfccc.int/adaptation/napas/ items/4585.php Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di http://www.ipcc.ch/ Dokumen National Adaptation Programme of Action (NAPA) UNDP, UNOCHA atau kantor PBB lain Analisa iklim tingkat negara di http: //country-profiles. geog. ox. ac. uk/
Selama tahap PCVA ini, Anda harus selalu memerhatikan rekomendasi berikut: •
Jangan mencari informasi lebih dari yang benar-benar dibutuhkan. Pertanyaan dalam matriks harus bisa dijawab dengan sedikit kalimat saja. Mengumpulkan terlalu banyak data pada tahap ini akan menguras waktu dan energi yang seharusnya digunakan dalam tahap partisipatif.
•
Dokumen dan masukan verbal yang diperoleh bisa jadi sangat berguna namun pada saat yang sama tidak akurat atau tidak didukung sumber daya yang memadai untuk implementasi. Perlakukan informasi sebagai petunjuk jalan untuk memandu Anda memasuki pintu proses partisipatif.
Setelah menyelesaikan Tahap 1, Anda siap untuk memasuki tahapan PCVA yang diadakan dalam masyarakat, bersama masyarakat.
21
TAHAP 2: MENYUSUN INFORMASI KONTEKSTUAL; IDENTIFIKASI BAHAYA KERENTANAN KAPASITAS DAN RISIKO Ini adalah tahap pertama proses PCVA yang berlangsung dalam masyarakat. Maksud utamanya adalah menyatukan pemahaman mengenai komposisi demografi, struktur sosial politik, penghidupan, dan sumber daya masyarakat. Kesatuan pemahaman ini bersifat vital untuk tahap-tahap selanjutnya karena tidak hanya membantu meningkatkan rasa memiliki terhadap proses namun juga menjadi pilar bagi analisis risiko selanjutnya. Tahap ini, beserta semua tahap selanjutnya, diselenggarakan dengan mengumpulkan informasi guna menggali pertanyaan kunci (Key Questions, KQ) menggunakan teknik belajar dan bertindak partisipatif. Pengantar Direkomendasikan untuk memulai proses PCVA dengan meminta pimpinan masyarakat menyelenggarakan majelis rakyat (community assembly) guna memperkenalkan diri Anda sendiri. Dalam majelis tersebut jelaskan hal berikut ini: • Siapa saja yang menjadi tim fasilitasi, dan organisasi apa yang Anda wakili. • Alasan mengunjungi masyarakat. • Apa yang akan dilakukan (PCVA) dan bagaimana caranya. • Apa yang diharapkan dari anggota masyarakat. • Kapan majelis selanjutnya diselenggarakan agar semua anggota masyarakat dapat memberikan umpan balik terhadap hasil proses. Lebih penting dari semuanya, tekankan bahwa keberhasilan PCVA bergantung kepada kualitas partisipasi anggota masyarakat dan bahwa persepsi dan opini akan sangat membantu. Partisipasi Untuk tahap ini dan semua tahap selanjutnya Anda harus merekrut peserta dari masyarakat untuk mengadakan latihan pengumpulan data dan membuat analisis. Berdasarkan pengetahuan sebelumnya mengenai masyarakat, Anda mungkin telah melakukan pra-identifikasi laki-laki dan perempuan yang bersedia berkontribusi secara efektif dan total bagi proses PCVA. Jika belum, minta bantuan dari pimpinan masyarakat untuk menjelaskan secara rinci bahwa peserta harus terdiri atas laki-laki dan perempuan serta bahwa Oxfam berkomitmen mendayagunakan orang dari semua sektor dan kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses. Setelah bekerjasama dengan peserta menyelesaikan Pertanyaan Kunci 1, Anda akan memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh mengenai komposisi sosial demografi masyarakat sehingga mampu menghimpun partisipasi kelompok laki-laki dan perempuan yang beragam. Alat–alat yang bisa digunakan untuk PCVA antara lain: 1. Diagram Piring Apa diagram piring? Alat PRA yang digunakan untuk mengetahui komposisi penduduk baik dari sisi usia, gender, mata pencaharian, status sosial dan lain-lain. Dalam konteks pengurangan risiko bencana diagram piring dapat digunakan untuk memahami kerentanan dan kapasitas masyarakat.
22
Tujuan Manfaat • •
Membantu masyarakat untuk memahami dinamika sumber daya yang ada di masyarakat Dalam pengurangan risiko bencana, alat ini bermanfaat membantu masyarakat memetakan kerentanan dan kapasitas sumber daya
Bagaimana menggunakan alat ini? Gunakan alat Diagram Piring untuk eksplorasi, dengan prosedur sebagai berikut: •
Bentuk 4 kelompok beranggotakan 4-6 orang, dua kelompok untuk masing-masing gender.
•
Jelaskan bahwa tiap kelompok peserta akan menggambar diagram piring sendiri dan membandingkan serta mendiskusikannya pada akhir latihan.
•
Ajak peserta untuk membayangkan bahwa masyarakat sebagai sepiring besar makanan, dan bahwa beraneka kelompok di dalamnya sebagai bahan di atas piring. Minta mereka untuk menggambar piring yang merepresentasikan masyarakat, dan memperlihatkan jumlah anggota masyarakat yang laki-laki maupun perempuan. Mereka dapat melabeli 'bahan-bahan’ atau subkelompok tadi dengan keterangan atau gambar tertentu, juga jumlah yang rinci jika telah mengetahui jumlah orang dalam masing-masing subkelompok.
•
Lanjutkan cara ini hingga Anda dapat mengeksplorasi seluruh kelompok populasi utama dalam masyarakat, guna memastikan bahwa paling sedikit Anda telah menjangkau populasi berikut: dewasa/anak-anak; lanjut usia; jumlah anak-anak per rumah tangga (menggunakan ukuran relatif seperti lebih dari 4 anak/3 anak atau kurang); orang dengan kemampuan/ orang dengan kekurangan; orang yang mampu bekerja/orang yang tidak mampu bekerja; anak laki-laki usia sekolah yang bersekolah/anak laki-laki usia sekolah yang tidak bersekolah; anak perempuan usia sekolah yang bersekolah/anak perempuan usia sekolah yang tidak bersekolah.
•
Dorong peserta untuk merekomendasikan lebih banyak kelompok populasi dan menggambar diagram piring untuk masing-masing populasi, hingga merasa yakin bahwa semua kelompok telah terwakili.
•
Minta sukarelawan untuk memasang diagram mereka di dinding atau di atas meja dan menjelaskan kepada seluruh kelompok. Dorong diskusi dan upayakan untuk menyepakati sebuah diagram lingkaran sebagai representasi masyarakat.
•
Dorong peserta untuk mempertajam diagram dengan beberapa pertanyaan kunci: 1. Bagaimana pandangan masyarakat terkait dengan kaum penyandang cacat? 2. Bagaiman dengan anak yang tidak sekolah? Mengapa terjadi? Mulai kapan tingkat putus sekolah meningkat? 3. Bagaimana dengan pengangguran? Mengapa ada pengangguran?
•
Setelah selasai menggunakan alat dan mempertajam dengan diskusi menggunakan pertanyaan kunci. Lakukan identifikasi risiko, ancaman, kerentanan dan kapasitas secara partisipatif dengan memasukkan ke dalam tabel berikut :
23
Ancaman
Risiko
Kerentanan
Kapasitas
Manusia Manusia • usia lanjut dengan • SDM muda dengan jumlah ... dengan kualitas dan spesikondisi... fikasi tertentu • penyandang cacat ... berjumlah... dengan akses pada sumber daya.... • putus sekolah dengan jumlah... yang disebabkan oleh faktor-faktor... • pengangguran berjumlah... yang dipengaruhi oleh... •
Tulislah dalam tabel kerentanan dan kapasitas secara lebih detail dan spesifik (volume/jumlah)
Kiat Fasilitasi Berdasarkan makanan khas yang ada di daerah atau negara tempat pelaksanaan PCVA, Anda mungkin bisa menggunakan jenis kue tertentu sebagai contoh. 2. Aktivitas Harian Apa aktivitas harian? Teknik PRA yang digunakan untuk mengkaji penggunaan waktu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan diketahui kecenderungan penggunaaan waktu masyarakat baik laki-laki dan perempuan. Dalam teknik ini akan diketahui pola hubungan dalam keluarga baik ketergantungan ataupun ketidakseimbangan antara anggota keluarga, sehingga akan diketahui kerentanan dan kapasitas masing-masing anggota keluarga. Tujuan dan manfaat aktivitas harian Tujuan dan manfaat dari alat aktivitas harian ini adalah: • Membantu pemahaman bersama atas kegiatan-kegiatan anggota keluarga. • Membantu pemahaman bersama atas beban laki-laki dan perempuan dalam keseharian. • Mengetahui siapa melakukan kegiatan apa (produktif, reproduktif dan sosial) • Mengetahui kapan kegiatan dilakukan,oleh siapa dan membutuhkan berapa lama? • Membantu pemahaman bersama atas kapasitas dan kerentanan masing-masing anggota keluarga pada saat jam kejadian ancaman berlangsung. Analisis aktivitas harian dalam penilaian risiko bencana dapat digunakan untuk menggali berbagai informasi bagaimana aktivitas dan pembagian peran ditingkat keluarga menjelang, pada saat dan pasca krisis (bencana) terjadi. Bagaimana langkah menggunakan teknik aktivitas harian? Tahapan dan langkah penggunaan teknik aktivitas harian sebagai berikut: • Jelaskan pada peserta mengenai tujuan kegiatan, proses kegiatan serta hasil yang diharapkan. •
Bagi peserta menjadi 4 kelompok beranggotakan 5-8 orang. Kelompok 1 untuk perempuan dewasa (umumnya ibu); Kelompok 2 untuk perempuan lanjut usia (umumnya nenek); Kelompok 3 untuk laki-laki dewasa (umumnya ayah); Kelompok 4 untuk laki-laki lanjut usia (umumnya kakek). Pengelompokan berdasarkan gender menjadi sangat penting mengingat aktivitas harian perempuan mungkin jauh berbeda aktivitas harian laki-laki.
•
Mintalah masing-masing kelompok untuk memilih ketua/fasilitator kelompok/pencatat proses dan hasil.
•
Minta mereka untuk berdiskusi dalam kelompok mengenai aktivitas yang mereka jalankan sejak bangun hingga tidur kembali dalam tahun ini. Pastikan agar tiap orang memperoleh giliran untuk berbicara. 24
•
Minta tiap orang untuk menggambar sebuah garis horisontal dan membuat 24 titik berjarak sama yang merepresentasikan 24 jam dalam sehari. Titik pertama mengindikasikan waktu bangun dan memulai aktivitas rutin. Mereka mungkin ingin menandai titik ini dan titik-titik selanjutnya dengan suatu waktu tertentu, misalnya ‘pukul 6 tepat’.
•
Kemudian minta mereka untuk menandai tiap blok aktivitas sesuai urutannya. Lama aktivitas ditunjukan dengan jumlah pecahan jam pada garis waktunya. Peserta harus melabeli blok dengan keterangan atau simbol yang merepresentasikan aktivitas.
•
Jika waktu memadai, minta mereka untuk membuat diagram baru guna merepresentasikan tipikal hari dalam musim lain, seperti musim panen, atau musim tanam. Atau jika mungkin menyajikan beberapa diagram yang menunjukkan kegiatan keseharian petani, nelayan atau pedagang sehingga dapat diketahui kegiatan nelayan saat peceklik, air pasang dan surut, kegitan petani saat panen atau sedang menanam.
•
Dorong peserta untuk mendiskusikan diagram mereka, baik saat dibuat atau setelah selesai, dan minta sukarelawan untuk mempresentasikan dan menjelaskan diagram mereka kepada seluruh kelompok.
•
Dorong untuk mendiskusikan lebih jauh penyebab perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, antara anak-laki-laki dan anak perempuan? Mengapa terjadi perbedaan peran? Bagaimana peran masing-masing dalam kondisi darurat bencana?
Contoh–contoh diagram aktivitas harian (Desa Bentek Kabupaten Lombok Utara) Aktivitas JAM
AYAH
IBU
ANAK
04.00
Masih tidur
Cuci muka, ke dapur, bersih-bersih
Masih tidur
05.00
Bangun tidur,shalat, mandi
Shalat subuh, menyiapkan sarapan
Mandi, siap berangkat sekolah
06.00
Sarapan, Menyiapkan peralatan kerja(parang,sabit, dll) dan bersiap ke tempat kerja,menggunakan sepatu bot dan perlengkapan lainnya (nasi, dll)
Sarapan dan bersih-bersih
Sarapan bersama
07.00
Memberi makan ternak ke kandangnya, berangkat ke tempat kerja
Mencuci di sungai
Berangkat sekolah
08.00
Menyabit rumput untuk makan ternak
Mandi, pergi ke pasar/belanja di pedagang bakulan (sayur,ikan, dll)
Masuk kelas
09.00
Kerja, membersihkan tanaman,
Masak untuk makan siang
Masih di kelas
10.00
Panen hasil kebun
masak
Keluar main
11.00
Istirahat di pondok kebun, makan bekal yang di bawa
Mengambil bambu, mencari kayu bakar ke kebun, memetik sayuran (daun ubi, kacang-kacangan,dll)
Masuk kelas kembali
12.00
Pulang, bawa makanan ternak, hasil panen biasanya kalo banyak diongkoskan ke rumah karena jaraknya yang jauh
13.00
Sampai rumah, mandi shalat
Pulang dari kebun, mandi Memecah bambu (membuat anyaman) sambil menunggu bapak pulang dari kebun Makan bersama, memberi makan, minum ternak
25
Masih belajar
Pulang sekolah, ganti baju, makan siang
14.00
Ngopi, sambil ngobrol dengan Membersihkan bambu untuk memkeluarga dan kadang kadang buat anyaman ke tetangga,
Bermain-main
15.00
Istirahat
istirahat
Membantu ibu dan ayah
16.00
Shalat
Shalat
Shalat, Belajar
17.00
Memberi makan ternak ke kandang
Bersih-bersih rumah
Siap-siap pulang
18.00
Mandi
Mandi
Mandi, pergi ngaji ke masjid
19.00
Shalat magrib,makan malam bersama-sama
Makan malam bersama
Makan malam
20.00
Duduk ngobrol, nonton tv menunggu waktu shalat isya
Duduk ngobrol, nonton tv menunggu waktu shalat isya
Duduk ngobrol, nonton tv menunggu waktu shalat isya
21.00
Setelah shalat kumpul bersama keluarga
Nonton, ngobrol bersama keluarga
belajar
22.00
Bersiap untuk tidur
Bersiap untuk tidur
tidur
23.00
Tidur
tidur
“”
24.00
“”
“”
“”
01.00
“”
“”
“”
02.00
“”
“”
“”
03.00
“”
“”
“”
5 Pagi
26
•
Ajaklah partisipan untuk mengidentifikasi hasil diskusi alat aktivitas harian dengan memetakan ancaman, kerentanan, kapasitas dan risiko seperti pada tabel berikut;
Ancaman
Risiko
Kerentanan •
Perempuan memiliki kecenderungan beban ganda karena pekerjaannya lebih banyak baik pada sektor domestik dan publik
•
Laki-laki penambang di sungai lebih rentan terkena banjir karena berada di sungai terlalu lama denga tanpa ada peringatan dini
•
Cari kayu di hutan terlalu jauh sehingga kalau ada ancaman tidak memahami
•
Waktu belajar yang sempit sehingga berdampak pada kualitas kecerdasan anak
Kapasitas
Kiat Fasilitasi: Berdasarkan tingkat familiaritas para laki-laki dan perempuan dalam menggunakan jam analog sebagai pedoman waktu, Anda bisa memanfaatkan bagian muka jam sebagai representasi waktu siang dan malam, dengan tiap pecahan melambangkan aktivitas yang berbeda-beda. Apapun metode yang Anda pilih, pastikan bahwa seluruh kelompok menggunakan metode yang sama, agar tidak sulit melakukan perbandingan. 3. Hubungan kelembagaan Apa teknik diagram venn kelembagaan? Teknik yang digunakan untuk mengkaji hubungan kelembagaan dalam masyarakat atau hubungan masyarakat dengan lembaga itu sendiri maupun dengan pihak-pihak tertentu yang mempengaruhi masyarakat terkait dengan masalah atau isu-isu tertentu. Hubungan itu disajikan dengan lambang bulatan dan jarak jauh dari setiap bulatan; semakin besar ukuran lingkaran semakin penting peranan lembaga tersebut bagi masyarakat, semakin jauh lingkaran dari lingkaran poros ” yang bernama masyarakat” maka hubungan yang ada semakin renggang. Manfaat alat hubungan kelembagaan (diagram venn) dalam penilaian risiko bencana adalah: • • • •
Membantu pemahaman bersama atas institusi-institusi yang ada di wilayah. Membantu pemahaman bersama atas peran dan tanggungjawab institusi-institusi tersebut. Membantu pemahaman bersama atas pola relasi antara institusi yang ada Membantu pemahaman bersama atas potensi-potensi institusi yang ada untuk menjalankan peran penanggulangan bencana baik pada sebelum, saat dan setelah terjadi situasi darurat.
27
Tahapan menggunakan Teknik Diagram Venn (kelembagaan) dengan prosedur sebagai berikut:  Jelaskan maksud tujuan proses kegiatan dan hasil yang diharapkan  Bentuk 4 kelompok beranggotakan 4-6 orang, yang dibagi menurut gender. Setiap kelompok menunjuk ketua, pencatat proses dan fasilitator.  Minta peserta untuk menyebutkan kelompok dan organisasi (termasuk keagamaan) dalam masyarakat mereka.  Minta mereka untuk menggambar lingkaran pertama (hingga sebesar ukuran kertas/area) sebagai representasi masyarakat.  Jelaskan bahwa dalam gambar yang akan mereka buat, lingkaran besar merepresentasikan aktor penting sedang lingkaran kecil menunjukan aktor dengan peran lebih kecil.  Jelaskan bahwa lingkaran yang ditempatkan dekat dengan lingkaran lain menujukkan hubungan yang erat atau pengaruh yang signifikan sedang lingkaran yang ditempatkan jauh dari lingkaran lain menunjukkan hubungan yang kurang erat atau pengaruh yang minim.  Jelaskan bahwa lingkaran mungkin akan beririsan jika merepresentasikan aktor dengan anggota/elemen yang sama.  Sekarang minta peserta menggambar lingkaran dengan berbagai ukuran sebagai representasi aktor di dalam atau yang terlibat dengan masyarakat dan tempatkan sesuai dengan instruksi di atas.  Setelah peserta menyelesaikan diagram, kumpulkan mereka dan minta seorang sukarelawan untuk mempresentasikan dan menjelaskan diagram mereka kepada seluruh kelompok. Ajukan pertanyaan pendalaman mengenai tiap lingkaran, ukuran, dan hubungannya satu sama lain. Jika diagram memiliki kemiripan, buat sebuah diagram kombinasi. Jika diagram jauh berbeda dan sulit memperoleh kesatuan perspektif dengan cara yang sama, maka pertahankan semua diagram.  Perdalam dengan beberapa pertanyaan kunci; • Mengapa ada organisasi dengan peran besar dan kecil di masyarakat, apa yang menyebabkan lembaga itu memiliki peran yang berbeda? • Lembaga apa saja yang berperan dalam penanggulangan bencana di masyarakat? • Apa peran masyarakat untuk mendorong lembaga-lembaga tersebut terlibat dalam pengurangan risiko bencana? • Bagaimana caranya lembaga yang perannya kecil menjadi memiliki peran yang besar terkait pengurangan risiko bencana?
Kiat Fasilitasi: Mengingat peserta harus menyepakati dalam kelompok mereka mengenai ukuran relatif dan posisi masingmasing lingkaran, disarankan untuk menggunakan bahan-bahan yang mudah dikoreksi (kapur atau spidol yang dapat dihapus).
28
Contoh Diagram Kelembagaan:
 Setelah berdiskusi dan melihat hasil diagram kelembagaan. Identifikasi ancaman kerentanan kapasitas dan risiko yang terekam dalam diskusi dengan alat diagram kelembagaan. Contoh tabel identifikasi risiko; Ancaman
Risiko
Kerentanan
Kapasitas
•
Tidak ada lembaga yang fokus pada pengurangan risiko bencana
Ada lembaga keagamaan yang berperan sangat penting dalam masyarakat
•
Peran pemerintah sebagai penerima mandat PRB tidak dapat berjalan dengan baik
4. Wawancara keluarga Apa itu wawancara semi terstruktur? Wawancara semi terstruktur adalah teknik yang dilakukan untuk mendalami informasi yang sudah ada baik pada level individu, keluarga atau masyarakat atau untuk mendalami informasi yang tidak tergali dalam diskusi kelompok maupun diskusi pleno atau untuk menggali kepentingan-kepentingan tertentu seperti informasi HIV/AIDs atau penyandang cacat dengan cara mewawancarai lebih mendalam tentang informasi tersebut. Tujuan dan Manfaat • •
•
Membantu pemahaman atas kapasitas dan kerentanan di tingkat individu/kelompok yang rentan di kawasan yang terpapar. Membantu pemahaman atas kapasitas dan kerentanan di tingkat keluarga/mata pencaharian tertentu yang rentan yang berada di kawasan terpapar serta mengetahui pola adaptasi mereka dalam mempersiapkan diri, menghadapi dan memulihkan diri paska kondisi darurat yang mereka alami. Membantu menemukan strategi untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas di tingkat individu dan keluarga.
29
Tahapan menggunakan teknik wawancara keluarga Tahapan menggunakan teknik wawancara keluarga sebagai berikut: ~ Susun daftar pertanyaan sebagai pedoman untuk bertanya pada informan kunci. Pertanyaan bersifat terbuka dan sesuai dengan tema. Kalau dalam hal penanggulangan bencana maka pertanyaan yang disusun sesuai dengan tema penanggulangan bencana. ~ Pilih sejumlah rumah tangga untuk diwawancarai sesuai dengan kebutuhan informasi. ~ Beberapa hal yang mempermudah proses wawancara; • Lakukan wawancara dalam suasana kekeluargaan, jangan sampai terkesan memaksa dan menginterograsi informan. • Jelaskan maksud dan tujuan wawancara • Sepakati waktu sehingga tidak mengganggu keluarga yang diwawancarai • Mulailah dengan obrolan yang singkat dan sederhana • Gunakan pertanyaan terbuka, mengapa, bagaimana atau pertanyaan memancing untuk partisipan bercerita • Dengarkan dengan saksama setiap pendapat yang muncul • Catat semua proses diskusi ~ Setelah selesai wawancara. Identifikasi ancaman, kerentanan, kapasitas, dan risiko Ancaman
Risiko
Kerentanan
Kapasitas
Tanah longsor
•
Rumah tertimpa longsoran
•
Sumber penghidupan hanya satu dan berada dilokasi bahaya
Pengetahuan peringatan dini
•
Lahan pertanian tertimpa longsoran Meninggal, cacat
•
Merumput jauh ke dalam hutan
5. Kalender Musim Apa itu kalender musim? Teknik PRA yang digunakan untuk menggali informasi dan persoalan dalam kurun waktu tertentu. Teknik ini juga dapat menggambarkan peristiwa dan kecenderungan yang selalu berulang dalam kurun waktu tertentu, sehingga dengan teknik ini dapat diidentifikasi kerentanan, kapasitas, aset penghidupan dan strategi penghidupan masyarakat. Dalam teknik kalender musim ini, data yang bisa didapat antara lain; curah hujan, ketersediaan pangan, panen, serangan penyakit, variasi produk tanaman, ancaman, risiko dan kerentanan kapasitas. Tujuan dan Manfaat •
• • •
Membantu pemahaman bersama atas pola kegiatan (pengelolaan sumber daya alam, manusia, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan tata pemerintahan) yang dilakukan oleh komunitas dalam periode tertentu/tahun. Membantu pemahaman bersama atas peran laki-laki dan perempuan dalam setiap musim di periode tertentu/tahun. Membantu mengenali kapasitas dan kerentanan baik laki-laki maupun perempuan di setiap musim yang berlangsung dalam satu periode tertentu/tahun. Membantu memetakan perubahan iklim di daerah tertentu
30
Tahapan menggunakan teknik kalender musim Adapun langkah menggunakan teknik ini sebagai berikut: ~ Jelaskan pada partisipan mengenai maksud, tujuan, proses dan hasil kegiatan ini. Mintalah partisipan untuk menunjuk ketua, fasilitator, pencatat proses dan hasil. ~ Dalam pertemuan yang melibatkan partisipan dengan jumlah yang besar (30-35), bagi kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 7-10 laki-laki atau perempuan. Pastikan terdapat paling sedikit satu kelompok untuk masing-masing gender. ~ Mulailah dengan diskusi sederhana, jenis kegiatan apa yang terjadi dan berulang pada kurun atau musim tertentu. apakah pada kurun waktu tertentu sering terjadi peristiwa yang kritis seperti bahaya banjir, konflik, longsor dan lain-lain. Perdalam dengan pertanyaan terbuka. Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, bagaimana tanggapan masyarakat? Siapa yang berperan dalam penanganan peristiwa tersebut? Lembaga mana, perempuan atau laki-laki? Peristiwa apa yang berpengaruh pada asset penghidupan masyarakat? Diskusikan apakah ada hubungan sebab-akibat antara kegiatan masyarakat dengan peristiwa kritis tersebut. ~ Pertajam dengan pertanyaan; apakah ada perubahan musim dan cuaca dalam kurun waktu tertentu? Bagaimana dampak perubahan itu terkait dengan system mata pencaharian masyarakat? Apakah ada ancaman atau risiko baru yang ditimbulkan atas perubahan musim itu? Bagaimana strategi masyarakat menghadapi perubahan itu? ~ Mintalah partisipan dalam setiap kelompok untuk menuliskan dalam tabel kalender musim seperti contoh di bawah ini. Contoh tabel kelender musim: Musim
Peran
Tahun
Laki - laki
Perempuan
Musim hujan
?
?
Musim kemarau
Beban bertambah Mencari pekerjaan karena semakin di kota banyak kerjaan
Musim pancaroba
?
?
Tahun ajaran ? baru pendidikan
?
Musim sakit (diare, ISPA, demam, dll)
?
Merawat anggota keluarga yang sakit
Musim tanam
Membeli pupuk
Menyemai bibit, dan menanam
Musim panen
Menjual hasil panen
Memanen di sawah
Musim hajatan
?
?
Musim pembangunan infrastruktur
?
?
Musrenbang dusun
Menghadiri pertemuan
Tidak pernah diundang
Musrenbang desa
?
?
Musrenbang kecamatan
?
?
Musrenbang kabupaten
?
?
1
31
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
~ Kumpulkan kelompok dan minta sukarelawan dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil-hasil yang mereka peroleh. Kemudian dorong mereka untuk menginterpretasikan hasil, menghubungkan jika mungkin antara diagram dari berbagai kelompok. ~ Menggunakan diagram yang paling merepresentasikan rentang aktivitas, tambahkan informasi dari kelompok lain untuk membuat ringkasan sebagai referensi pada tahap proses PCVA selanjutnya. ~ Tabel yang disepakati dan merepresentasikan rentang aktivitas pada kurun waktu tertentu, digunakan untuk melakukan identifikasi bahaya, kerentanan, kapasitas dan risiko secara bersama. Contoh tabel identifikasi risiko: Ancaman
Risiko (tulis lebih detail dan volume)
Serangan hama
Gagal panen sawah 2 Ha di wilayah desa..
Banjir
Kerentanan
Kapasitas
Masyarakat tidak memiliki kemampuan pengetahuan terkait dengan pemberantasan hama
Modal sosial dalam bentuk gotong royong di masyarakat masih berjalan dengan baik, bentuk kegiatannya Tidak ada tanggul penahan dan pengaruhnya untuk Rumah terendam sepengurangan risiko hingga 1 meter di RT 02 banjir bencana apa? dengan jumlah 40 rumah Rendahnya pengetahuan Televisi rusak dengan jumlah .. di RT 02 masyarakat terkait penanggulangan bencana
Abrasi pantai
Kiat fasilitasi untuk teknik kalender musim: Dalam konteks tertentu masyarakat lokal mungkin lebih familiar dengan musim dibandingkan dengan bulan. Dalam kasus demikian, minta peserta menggunakan perangkat kalender tahunan untuk menamai musimmusim dan menyepakati durasi relatifnya. 6. Peta sumber daya Apa itu peta sumber daya? Peta sumber daya secara visual memuat informasi mengenai sumber daya alam dan fisik yang penting bagi kehidupan, penghidupan (sumber daya alam, sosial, ekonomi, fisik, alam/lingkungan, sumber daya manusia) dan kesejahteraan masyarakat. Manfaat dan Tujuan • Membantu mengenali sumber daya (sosial, ekonomi, fisik, alam/lingkungan dan sumber daya manusia) dan divisualisasi dalam bentuk gambar. • Membantu mengenali kerentanan dan kapasitas dalam masyarakat • Membantu mengenali lebih dalam pemanfaatan wilayah dan masalahnya Tahapan penggunaan peta sumber daya Untuk membuat Peta Sumber Daya, tahapannya sebagai berikut:
32
Ă‚ Jelaskan maksud tujuan, proses dan hasil yang diharapkan. Ă‚ Bagi partisipan kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 6-8 orang dengan variasi gender. Ă‚ Minta mereka untuk menelusuri berbagai sektor yang ada di masyarakat, dengan mencatat sumber daya yang penting bagi penghidupan, kehidupan, dan kesejahteraan masyarakat. Ă‚ Minta pada tiap kelompok untuk membuat peta dasar dengan menyepakati orientasi dan pedoman arah sehingga partisipan dapat berpartisipasi dengan baik. Ă‚ Selanjutnya minta partisipan untuk menuangkan hasil observasi dan catatan tertulis yang ada ke dalam peta besar masyarakat dan menandai semua sumber daya, alam, fisik, dan manusia yang dapat mereka ingat. Lebih terinci akan lebih baik; infrastruktur dan fasilitas sosial (sekolah, mesjid, gereja, jalan, jembatan, posyandu, rumah sakit dan lain-lain), sumber daya alam (air, laut, sungai, padang rumput, hutan, mangrove/bakau dan lain-lain), tata guna lahan (sawah, ladang, lahan kritis, pemukiman dan lainlain), Ă‚ Setelah selesai, minta sukarelawan dari tiap kelompok untuk mempresentasikan peta mereka dan menjelaskan setiap simbol yang mereka gunakan serta sumber daya apa yang penting. Ă‚ Dengan kesepakatan bersama, pilih model terbaik dan tambahkan sumber daya yang teridentifikasi oleh kelompok lain untuk membuat satu peta sumber daya.
33
Kiat Fasilitasi Sangat penting bagi peserta untuk mempertimbangkan sumber daya yang dibutuhkan dalam ketiga bidang secara keseluruhan: kehidupan, penghidupan, dan kesejahteraan. Latihan ini akan membutuhkan waktu lama, bergantung kepada kondisi fisik masyarakat. Fasilitator harus memberikan instruksi yang jelas mengenai gambar dan waktu umpan balik untuk mencegah bubarnya peserta. 7. Peta bahaya Apa itu peta bahaya? Peta yang menggambarkan dan memuat informasi tentang bahaya yang mempengaruhi masyarakat dan potensi dampak yang mempengaruhi penghidupan, kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan dan Manfaat Peta bahaya akan membantu komunitas untuk melihat: • Apakah ada ancaman atau bahaya, kapasitas maupun kerentanan di komunitas, di mana sebarannya? • Jenis dan sumber ancaman bencana yang ada, bagaimana juga frekuensi, dampak, keluasan dan durasinya? • Aset-aset berisiko; apa saja aset yang berisiko dari lima aset penghidupan, lokasi, sebaran dan volumenya? Tahapan penggunaan peta bahaya Jelaskan maksud tujuan proses dan hasil yang diharapkan Ajaklah partisipan melihat kembali peta sumber daya yang sudah disepakati. Teliti kembali secara bersama dan diskusikan, apakah ada hal-hal lain yang masih perlu ditambahkan untuk menyempurnakan peta sumber daya. Mintalah pada partisipan untuk mendiskusikan ancaman/bahaya yang ada di komunitasnya. Mintalah pada partisipan untuk menyepakati simbol dari setiap ancaman. Tanyakan dimana ancaman/bahaya itu biasa terjadi dan tandai sebaran luasnya dalam peta sumber daya yang telah dibuat. Diskusikan penyebab, frekuensi atau keseringan ancaman bahaya itu terjadi. Apa saja risiko yang ditimbulkan dari setiap ancaman itu dari aset penghidupan dan dari sisi gender. Diskusikan tentang kerentanan yang menyebabkan komunitas itu berisiko, cari akar persoalannya. Diskusikan juga tentang kapasitas yang dimiliki oleh komunitas untuk menanggulangi bencana. Kalau diperlukan tandai jalur evakuasi pada peta sumber daya tersebut. Presentasikan hasil peta sumber daya/peta bahaya dan mintalah masyarakat untuk meneliti ulang dan memberi masukan sebelum peta disepakati sebagai peta bahaya yang terbaru.
34
• Mintalah partisipan untuk mengindentifikasi ancaman, kerentanan, kapasitas dan risiko. Kemudian masukkan dalam tabel berikut: Ancaman
Risiko (tulis lebih detail dan volume)
Kerentanan
Kapasitas
Banjir
Gagal panen sawah 2 Ha di wilayah desa..
Masyarakat tidak memiliki kemampuan pengetahuan terkait dengan pemberantasan hama
Rumah terendam sehingga 1 meter di RT 02 dengan jumlah 40 rumah Televisi rusak dengan jumlah .. di RT 02
Tidak ada tanggul penahan banjir
Modal sosial dalam bentuk gotong royong di masyarakat masih berjalan dengan baik, bentuk kegiatannya dan pengaruhnya untuk pengurangan risiko bencana apa?
Rendahnya pengetahuan masyarakat terkait penanggulangan bencana
35
8. Alur sejarah Apa itu teknik alur sejarah? Alur sejarah desa merupakan alat PRA yang bekerja dengan cara mengurutkan kejadian-kejadian sejarah dalam masyarakat. Jadi teknik ini berusaha mengungkap kembali sejarah masa lalu masyarakat dan daerah dengan cara memaparkan sejarah masa lampau yang dianggap penting oleh masyarakat. Kejadian masa lampau itu diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk merancang program dan kegiatan di masa mendatang. Tujuan dan Manfaat Teknik alur sejarah dalam konteks identifikasi risiko akan membantu komunitas untuk menemukan beberapa hal penting; • Pengungkapan kembali sejarah masa lampau akan bermanfaat untuk memahami kembali sejarah dan kejadian-kejadian yang pernah terjadi sehingga masyarakat mampu mencermati perubahan dan mencari hubungan sebab akibat dan akar masalah dari persoalan tersebut. Hal ini juga akan memperkuat kesadaran atas pentingnya perubahan. Dalam konteks pengurangan risiko bencana, alat ini akan bermanfaat untuk mengenali ancaman, kerentanan dan akar masalah dari kejadian bencana. • Membantu pemahaman bersama atas dinamika sebuah wilayah yang terkait dengan kondisi masa lalu sampai sekarang menyangkut aset-aset penghidupan yang ada (perkembangan sumber daya alam, manusia, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan politik lokal) • Membantu pemahaman bersama atas sebab akibat dari peristiwa yang terjadi yang mempengaruhi situasi/kondisi selanjutnya. • Membantu mengenali dampak perkembangan wilayah dan dinamika atas aset-aset penghidupan terhadap kapasitas dan kerentanan kelompok perempuan. Tahapan Penggunaan Teknik Alur Sejarah Desa • Organisasikan masyarakat dengan jumlah 30 orang berdasar varian gender, dan usia. Kemudian bagi menjadi kelompok kecil dengan jumlah 5 orang per kelompok. • Jelaskan apa itu sejarah desa, bagaimana alur proses, tujuan dan hasil yang akan dicapai. • Mulailah dengan pertanyaan yang sederhana tentang nama desa, siapa yang memberi nama, apa arti dan sejarah nama desa itu. • Lanjutkan diskusi dengan kelompok kecil tentang beberapa isu penting di desa dengan awal tahun sejarah yang disepakati. Informasi yang bisa didiskusikan antara lain: 1. Sejarah pemukiman, organisasi masyarakat dan pengorganisasiannya 2. Peristiwa yang mengubah akses masyarakat terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia 3. Peristiwa penting yang mengubah tata kepemilikan tanah, lahan maupun tata guna lahan secara umum 4. Bagaimana dengan infrastruktur fisik di masyarakat? Kapan dimulai? Apa saja? 5. Peristiwa bencana alam dan non alam (banjir, rawan pangan, kekeringan, gempa dan lainnya). Diskusikan dengan mendalam tentang risiko yang terjadi akibat peristiwa besar itu, berapa besar dampaknya, sebaran bencana sampai wilayah mana. Diskusikan juga mengapa peristiwa besar itu terjadi? Bagaimana tindakan dan usaha masyarakat untuk mengurangi risiko dan menangani bencana itu. 6. Bagaimana peran akses dan kontrol perempuan dan laki-laki dalam setiap sejarah masa lalu itu? • Hasil diskusi kelompok kemudian dituliskan dalam lembar plano dan dipresentasikan • Diskusikan mengapa ada peristiwa dianggap penting oleh satu kelompok tapi tidak dianggap penting oleh kelompok lain? • Mintalah masyarakat untuk membuat kesepakatan kepastian waktu kejadian • Diskusikan juga tentang hubungan sebab akibat dari kejadian tersebut? Apa yang dilakukan masyarakat untuk menangani kejadian tersebut? • Setelah selesai, mintalah partisipan untuk melakukan identifikasi risiko, ancaman, kerentanan dan kapasitas berdasar alur sejarah desa yang telah disusun. Kemudian masukkan ke dalam tabel berikut:
36
Ancaman
Risiko (tulis lebih detail dan volume)
Kerentanan
Kapasitas
Gempa
Meninggal, cacat dengan Masyarakat belum meGotong royong dalam jumlah... mahami pengurangan penanganan bencana risiko bencana Rumah roboh dengan jumlah..di RT... Perumahan yang tidak dirancang berketahanan/ Sumber mata air hilang aman terhadap ancaMata pencaharian terman gempa henti antara lain; pedagang ... Mata pencaharian yang tidak terasuransikan Infrastruktur yang rusak dan tidak berfungsi antara lain... Fasilitas pendidikan yang roboh dan tidak berfungsi sejumlah... di RT
Contoh tabel alur sejarah Desa Gumantar, Kabupaten Lombok Utara: TAHUN/WAKTU Zaman Majapahit (Demak Islam)
KEJADIAN • • • • •
Zaman Raja Anak Agung • karang Asem (1800 M) • • •
1968 – 1969
•
• •
Lebe Antasalam mendiami Desa Beleq membuat pemukiman dan mendirikan masjid pertama Lebe Antasalam pindah ke Paok Gading dan mendirikan masjid Karena wabah penyakit Lebe Antasalam berpindah ke Gumantar dan juga mendirikan masjid dan pemukiman baru Gumantar atau juga disebut Guna Mantra dijadikan Lebe Antasalam sebagai tempat penggemblengan dan pengembangan Ilmu Agama Islam Patih Gumantar yang bernama asli SUKARJA (Wakil Antasalam) diutus meneruskan penyebaran Islam ke wilayah barat yaitu ke Aur Kuning (Penjor) Desa Genggelang dan Besari Desa Gondang sekarang Pemekel Subaya mengembangkan sistem kelembagaan adat dan agama di Desa Beleq dengan menggunakan sistem 5 Karang untuk mengatur masyarakatnya yaitu: Pengulu, Pemangku, Raden, Toak Lokak, dan Pemekel Pemekel Subaya melakukan ekspedisi perluasan wilayah dengan membuka lahan irigasi pertanian di Gondang Pemekel Subaya memerintahkan sekitar 44 orang untuk pergi membuat pemukiman dan menetap di Gondang Setelah Pemekel Subaya meninggal kegiatan diteruskan oleh turunannya yaitu; Pemekel Nungsung, Pemekel Besari,Pemekel Akik, Pemekel Sumekar dan Pemekel Manurawang Masyarakat dari Banjar Rincung (Hindu) datang melalui Translok mendiami Boyotan Proyek (zamannya Lalu Anggrat sebagai Kepala Daerah Lombok Barat) Membuka ladang dengan sistem Perauan dan menanaminya dengan jagung dan padi Masyarakat dari Rean, Kuripan, Menang, A ik Ampat Gerung mendiami Melepah dan Kelanjuhan
1974
•
Pembangunan bendungan di Pawang Kates untuk irigasi pertanian
1975
•
SDN 1 Gumantar berdiri
1978
•
SDN 2 Amor-Amor didirikan 37
1980
•
Masyarakat dari Lotim dan Loteng datang mendiami Boyotan Asli dan Amor-Amor dan membuka ladang
1982
•
Proda (sertifikasi untuk wilayah Boyotan Asli dan Boyotan Proyek)
1983
•
Kekeringan melanda kawasan: Amor-Amor, Air Bari, Boyotan Asli dan Boyotan Proyek.
1986
•
SDN 3 Gumantar berdiri
1993-1994
• •
Prona untuk wilayah Amor-Amor, Air Bari, Boyotan Asli dan Boyotan Proyek Bantuan pipa air bersih dari BPPT – Unram unttuk pemanfaatan air bersih dari Amor-Amor ke Sambik Jengkel
1997
•
Pemanfaatan sumber mata air Lawean dan batu bara dengan pipa untuk wilayah: Desa Beleq, Dasan Tereng, Tenggorong dan Gumantar
1998
•
Dibukanya lahan hutan produksi dan dikelola oleh masyarakat sekitar 427 hektar dikelola dengan pola HKM (MPTS 65% kayu dan 35% tanaman produksi) Pembukaan menimbulkan kecemburuan masyarakat Desa Santong dan Desa Sesait masuk dan merambah kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani Desa Gumantar berdiri dan merupakan pemekaran dari Desa Selengen dengan Pj.Kepala Desa Bapak SA,AT
•
• 2001
• •
Desa Gumantar Definitif dengan Kadesnya yaitu REMEDI Bencana longsor terjadi yang merusak perpipaan dan lahan pertanian
2003
•
Redis Swadaya untuk wilayah: Boyotan Proyek, Boyotan Asli, Amor – Amor, Gumantar, Kelanjuhan dan Melepah SMPN 3 Kayangan berdiri
• 2006
•
Pemanfaatan sumber mata air Lokok Gumantar untuk air bersih untuk wilayah: Dasan Tereng, Boyotan Proyek dan Gumantar
2009
• •
Reforma Agraria (Sertifikasi lahan) Bencana longsor dan banjir yang merusak berbagai fasilitas seperti: jalan, jembatan, lahan pertanian dan perumahan
9. Kecenderungan dan Perubahan Apa teknik PRA kecenderungan dan perubahan? Kecenderungan dan perubahan merupakan teknik dalam PRA yang berusaha menggambarkan kecenderungan perubahan keadaan kejadian dan kegiatan dari waktu ke waktu. Teknik ini digunakan untuk mengkaji kecenderungan dan perubahan dengan waktu yang konstan (setiap tahun, 5 tahunan atau setiap 10 tahunan). Tujuan dan Manfaat teknik kecenderungan dan perubahan • Teknik ini dapat digunakan untuk memahami perubahan dan kecenderungan dari waktu ke waktu baik positif maupun negatif. • Teknik kecenderungan dan perubahan dapat digunakan untuk menelusuri akar penyebab dari setiap peristiwa yang terjadi dari kurun waktu tersebut. • Dalam diskusi dengan teknik ini akan mampu memunculkan kesadaran dan pemikiran masyarakat tentang perubahan dan dampaknya sehingga akan mampu merancang program perubahan ke arah yang lebih baik. • Membantu pemahaman bersama atas dinamika yang terjadi, terkait dengan kondisi aset-aset penghidupan apakah kecenderungan dari perubahan-perubahan tersebut berdampak positif atau negatif (meningkatkan kapasitas atau menimbulkan kerentanan) bagi komunitas. • Membantu pemahaman bersama atas pola adaptasi komunitas atas perubahan-perubahan kondisi aset penghidupan yang terjadi di wilayah. • Membantu mengenali dampak dan pola adaptasi kelompok perempuan atas perubahan aset-aset penghidupan. • Kecenderungan dan perubahan sebagai alat penilaian risiko secara spesifik membantu komunitas untuk mengenali dan menggali lebih jauh variabel risiko bencana; sumber-sumber dan jenis ancaman/bahaya serta variabelnya; (Frekuensi: tingkat keseringan terjadinya bencana, Intensitas: kekuatan (daya rusak), Dampak: tingkat kerusakan yg ditimbulkan, Keluasan: luasnya areal yang terkena maupun Durasi: waktu berlangsungnya bencana), kerentanan yang ada di komunitas dalam menghadapi ancaman maupun kapasitasnya dalam menyikapi atau mengurangi risiko bahaya dari waktu ke waktu. 38
Tahapan menggunakan teknik kecenderungan dan perubahan Ä Organisasikan 30 partisipan dengan varian gender dan usia. Ä Jelaskan tentang alur proses, tujuan dan hasil yang akan dicapai dengan teknik kecenderungan dan perubahan. Ä Ajaklah partisipan untuk menyepakati kurun waktu perubahan dan kecenderungan dari setiap kejadian (tahunan, lima tahunan atau sepuluh tahunan). Ä Ajaklah partisipan untuk menyepakati isu atau informasi untuk dikaji dengan teknik perubahan dan kecenderungan. Beberapa isu yang biasa dipakai teknik ini antara lain; » Perkembangan luas lahan, sawah, kebun dan ladang dari waktu ke waktu » Kondisi hutan dan keanekaragaman hayati yang ada dari waktu ke waktu » Perubahan iklim dari waktu ke waktu » Tata air (pengelolaan air, sumber air) dari waktu ke waktu » Perubahan produktivitas lahan dari waktu ke waktu » Perubahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu » Perubahan penghasilan dan pendapatan masyarakat dari waktu ke waktu » Perubahan pendidikan masyarakat dari waktu ke waktu » Kejadian alam maupun non alam yang mengubah pola dan aset masyarakat dari waktu ke waktu » Isu-isu lain yang lebih spesifik Ä Bagi partisipan menjadi beberapa kelompok dengan komposisi setiap kelompok harus seimbang gender dan berjumlah 5-6 partisipan. Ä Ajaklah setiap kelompok untuk mendiskusikan setiap isu dengan lebih detail. Usahakan selalu mengedepankan pertanyaan mengapa perubahan itu terjadi, sehingga akan muncul akar penyebab dari setiap perubahan dan kecenderungan. Di mana peran perempuan dan laki-laki dalam perubahan dan kecenderungan itu. Apakah dampak akibat dari perubahan dan kecenderungan itu pada aset masyarakat. Ä Mintalah setiap kelompok mendokumentasikan hasil diskusi dalam lembaran plano. Kemudian didiskusikan pada diskusi pleno. Ä Catat semua proses diskusi. Kemudian ajaklah partisipan untuk mengidentifikasi risiko, ancaman, kerentanan dan kapasitas dari hasil diskusi teknik kecenderungan dan perubahan. Letakkan identifikasi risiko tersebut dalam tabel berikut: Ancaman
Risiko (tulis lebih detail dan volume)
Kerentanan
Banjir
Korban meninggal, penyakit gatal-gatal, diare
Urbanisasi Penjarahan hutan
Lahan pertanian yang terkena banjir sehingga gagal panen
Mata pencaharian yang sulit
Putusnya jalur transportasi Pelayanan publik terhenti
39
Kapasitas
Contoh hasil teknik perubahan dan kecenderungan; No
Aset
30 tahun lalu
20 tahun lalu
10 tahun lalu
5 tahun lalu
Sekarang
1
Hutan
Masih lebat, masih banyak binatang buas (hanya laki-laki yang berani ke hutan)
Mulai berkurang untuk lahan pertanian (perluasan lahan pertanian dilakukan oleh laki-laki)
Penjarahan hutan (banyak dilakukan oleh laki-laki)
Dilakukan reboisasi (perempuan dilibatkan dalam kegiatan ini)
Mulai hijau kembali (perempuan sudah terbiasa ke hutan)
2
Sawah
Mulai memakai pupuk kimia (laki-laki yang pertama kali tahu jenis pupuk kimianya dan bagaimana cara menggunakannya)
Hasil produksi meningkat (lakilaki yang menentukan penjualan hasil pertanian)
Lahan pertanian semakin berkurang karena untuk pengembangan pemukiman warga (lakilaki semakin banyak yang keluar dari desa untuk mencari pekerjaan di kota)
Hasil produksi menurun drastis, selain itu pupuk semakin langka dan mahal
Sering terancam gagal panen karena musim hujan sudah tidak bisa diperkirakan lagi
3
Kebun
?
?
?
?
?
4
Mata air
?
?
?
?
?
5
Sungai
?
?
?
?
?
6
Laut
?
?
?
?
?
7
Tambak
?
?
?
?
?
8
Pendidikan
?
?
?
?
?
9
Kesehatan
?
?
?
?
?
10
Mata pencaharian
?
?
?
?
?
11
Sosial
?
?
?
?
?
12
Budaya
?
?
?
?
?
13
Transportasi
?
?
?
?
?
14
Telekomu- ? nikasi
?
?
?
?
15
Akses informasi
?
?
?
?
?
16
Penerangan
?
?
?
?
?
17
Ketersediaan air bersih
?
?
?
?
?
40
10. Analisis Mata Pencaharian Apa itu analisis mata pencaharian? Teknik PRA yang berusaha mengkaji, mengenali keadaan kehidupan masyarakat dari aspek mata pencaharian. Dengan teknik ini akan diketahui jenis-jenis mata pencaharian, pembagian pekerjaan antara perempuan dan laki-laki, tingkat penghasilan dan pengeluaran masyarakat. Tujuan dan manfaat •
Membantu pemahaman bersama atas sumber-sumber pendapatan komunitas.
•
Membantu pemahaman bersama atas persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kelompok mata pencaharian tertentu dan pola respons yang dilakukan.
•
Membantu pemahaman bersama atas kapasitas dan kerentanan kelompok mata pencaharian tertentu.
•
Selain itu, analisis mata pencaharian juga secara langsung akan menjadi media bebagai ancaman bencana yang ada terhadap mata pencaharian masyarakat serta upaya-upaya yang dilakukan dalam menyiasati pemenuhan kebutuhan saat mata pencaharian komunitas terancam atau terkena bencana.
Tahapan menggunakan teknik analisis mata pencaharian ~ Organisasikan 30 partisipan dengan varian pekerjaan, usia dan gender. ~ Jelaskan tentang alur proses, tujuan dan hasil yang ingin dicapai. ~ Bagi partisipan ke dalam beberapa kelompok dengan komposisi sesuai dengan jenis mata pencaharian ~ Ajaklah setiap kelompok untuk mendiskusikan mata pencaharian mereka dengan beberapa pertanyaan kunci; »
Apa saja jenis mata pencaharian komunitas masyarakat?
»
Siapa pelaku dari setiap mata pencaharian tersebut? Laki-laki atau perempuan?
»
Apa saja aktivitas dari setiap mata pencaharian tersebut (pertanian; menanam, memanen, dll)
»
Berapa hasil yang didapat dari setiap mata pencaharian tersebut?
»
Berapa besar pengeluaran yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut?
»
Apa tantangan dan kendala, masalah dalam setiap mata pencaharian? Bagaimana masyarakat menyelesaikan masalah tersebut.
»
Ke mana hasil dipasarkan? Hasil digunakan atau dialokasikan untuk apa?
~ Ajaklah partisipan menuangkan hasil diskusi ke dalam kertas plano. Kemudian mintalah setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok untuk mendapatkan tanggapan. ~ Rangkum semua hasil diskusi ke dalam satu tabel analisis mata pencaharian. ~ Ajaklah partisipan untuk mengidentifikasi risiko, ancaman, kerentanan dan kapasitas dan memasukkan ke dalam tabel berikut;
Ancaman
Risiko (tulis lebih detail dan volume)
Kekeringan
Gagal panen lahan sawah seluas...Ha
Kerentanan
Sakit diare dan gatalgatal Hilangnya sumber mata air
41
Kapasitas
Contoh hasil analisis mata pencaharian Kegiatan Mata Pencaharian
Pelaku Laki–laki
Biaya
Hasil
Pemasaran
Masalah
Perempuan
Cara mengatasi masalah
Petani sawah
Padi/ha 4 jt
6,5 ton *2,5 jt Diambil oleh = 16,25 jt pedagang 16,25 jt-4 jt= besar 12,25 jt
Hama (ulat,wereng) Harga murah
Penyemprotan
Petani kebun
Mete/ha 640rb
200kg*7000 = 1.4 jt
Jamur pohon Kupu-kupu putih
Penyemprotan
Dipakai sendiri dan dijual ke pasar
Selamat! Anda telah berhasil menyelesaikan Tahap 2 Proses PCVA. Sekarang Anda memiliki analisis kontekstual substansial yang menjadi penentu keberhasilan dan kualitas tahap-tahap selanjutnya.
42
TAHAP 3: MENYUSUN ANALISIS BAHAYA, KERENTANAN & KAPASITAS Tahapan proses PCVA ini dirancang untuk membantu masyarakat menganalisis kerentanan dan kapasitas mereka berkaitan dengan bahaya alam dan dampak perubahan iklim. Dalam menganalisis risiko secara partisipatif setelah identifikasi risiko, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga mendapatkan gambaran utuh tentang profil ancaman, kerentanan dan kapasitas yang dimiliki oleh komunitas atau masyarakat. Langkah 1: Kompilasi hasil identifikasi risiko, ancaman, kerantanan dan kapasitas Sebelum melakukan analisis ancaman, kerentanan dan kapasitas, partisipan diminta untuk mengkompilasi hasil identifikasi ancaman, kerentanan dan kapasitas yang diperoleh dari hasil kajian PRA ke dalam tabel berikut; Alat PRA
Ancaman
Risiko (tulis lebih detail dan volume)
Kerentanan
Sejarah desa
Gempa bumi
Korban meninggal, cacat
Rendahnya pemahaman masyarakat tentang ancaman
Kapasitas
Rumah roboh Kalender musim
Banjir
Gagal panen Infrastruktur jalan rusak
Berada diwilayah rawan banjir Kesadaran masyarakat yan rendah dalam pengelolaan lingkungan
Tempat evakuasi yang aman
Dan lain-lain
Langkah 2; Analisis ancaman Analisis atau pengkajian ancaman dimaknai sebagai usaha untuk memahami dan mencermati karakter ancaman yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian dan kerusakan aset kehidupan dan penghidupan manusia, baik aset sosial, ekonomi, alam-lingkungan dan infrastruktur fisik. Tujuan dan manfaat • Pengkajian ancaman akan memberikan informasi tentang karakter, sifat dan penyebab ancaman pada masyarakat • Pemahaman karakter ancaman akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan kesiapsiagaan menghadapi ancaman • Pemahaman karakter ancaman akan memberikan kemudahan masyarakat untuk menyusun rencana kesiapsiagaan dan peringatan dini. Tahapan melakukan analisis karakter ancaman • Organisir 25-30 partisipan dengan varian gender dan usia. Bagi partisipan kedalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. • Jelaskan alur proses, tujuan dan hasil dari kegiatan ini. • Lihat kembali hasil identifikasi risiko yang dihasilkan melalui alat PRA. Cermati ancaman yang ada. Kemudian diskusikan setiap ancaman dengan melihat karakter ancamannya. Ajak partisipan untuk mendiskusikan karakter dan sifat dari setiap ancaman. Jelaskan bahwa setiap ancaman memiliki sifat dan karakter yang berbeda pada setiap lokasi. Karakter dari setiap ancaman ada beberapa antara lain; penyebab atau pemicu ancaman, tenaga perusak dari setiap ancaman, tanda peringatan dari ancaman, sela waktu yang tersedia antara tanda waktu peringatan dan kedatangan ancaman, kecepatan kedatangan ancaman, frekuensi (jumlah perulangan kedatangan ancaman dalam satu periode waktu tertentu), durasi (lama ancaman menerpa daerah atau masyarakat), sebaran ancaman di suatu wilayah. • Berikan pada setiap kelompok tabel pengkajian ancaman di bawah ini sebagai bahan diskusi:
43
Jenis ancaman
Karakter ancaman
Penjelasan karakter Risiko ( potensi keruancaman gian yang mungkin ditimbulkan oleh hadirnya ancaman di wilayah tertentu)
Asal penyebab/ pemicu
Risiko berkaitan dengan aset penghidupan dan kehidupan (aset manusia, fisik, ekonomi, sosial dan alam – lingkungan)
Faktor tenaga perusak Tanda peringatan Sela waktu Kecepatan hadir
Volume risiko
Jumlah Besaran Risiko berkaitan dengan aset penghidupan dan kehidupan (aset manusia, fisik, ekonomi, sosial dan alam – lingkungan)
Frekuensi Durasi Sebaran ancaman • •
Tuliskan hasil diskusi ke lembar plano dan minta partisipan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok Catat semua hasil diskusi dan dokumentasikan pengkajian ancaman yang disepakati oleh partisipan.
Langkah 3; Analisis kerentanan Analisis kerentanan dimaknai sebagai usaha untuk mengkaji kerentanan atau kelemahan yang menyebabkan timbulnya risiko pada aset. Kelemahan atau kerentanan ini mengacu pada kelemahan sumber daya manusia, sumber daya alam-lingkungan, sosial-kelembagaan, ekonomi-finansial dan fisik infrastruktur. Tujuan dan Manfaat • pengkajian kerentanan memberikan informasi pada masyarakat tentang kelemahan yang ada pada masyarakat yang menjadi sebab dan akar masalah sehingga masyarakat memiliki potensi risiko saat datangnya ancaman • pengkajian kerentanan akan memberikan pemahaman tentang rencana aksi pengurangan risiko bencana yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi risiko bencana Tahapan untuk melakukan analisis kerentanan • Organisir 25-30 partisipan dengan varian gender dan usia. Bagi partisispan ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. • Jelaskan alur proses, tujuan dan hasil dari kegiatan ini. • Lihat kembali pada hasil identifikasi risiko yang dihasilkan dari alat PRA. Ajaklah partisipan untuk mendiskusikan risiko yang ditimbulkan oleh setiap ancaman dan diskusikan dengan partisipan mengenai kelemahan yang menyebabkan munculnya risiko pada proses identifikasi risiko dengan alat PRA yang sudah dilakukan. Setelah itu pertajam diskusi kelemahan dengan mencari setiap akar penyebab dari setiap kelemahan • Bantulah partisipan dengan menggunakan tabel berikut;
44
Profil ancaman
Elemen berisiko
Lokasi
Kelemahan atau kerentanan yang menyebabkan risiko Kondisi tidak aman
Paparan setiap karakter ancaman
• •
Tekanan dinamik
Akar masalah
Paparan risiko pada setiap Lokasi aset yang berisiko aset manusia, fisik, ekonomi, ekonomi dan sosial (perjelas setiap risiko dengan paparan lebih spesifik dan besaran volumenya)
Tuliskan hasil diskusi ke lembar plano dan minta partisipan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok Catat semua hasil diskusi dan dokumentasikan pengkajian kerentanan yang disepakati oleh partisipan.
Langkah 4; Analisis kapasitas Analisis kemampuan atau kapasitas dimaknai sebagai upaya untuk mengkaji dan mengidentifikasi kemampuan komunitas dan pihak-pihak lain dalam melakukan usaha pengurangan risiko bencana melalui kerjakerja pencegahan mitigasi kesiapsiagaan dan penanganan kedaruratan. Tujuan dan Manfaat •
Analisis kemampuan atau kapasitas bermanfaat untuk mengidentifikasi sumber daya di level komunitas dan pihak lain yang bisa digunakan untuk menangani ancaman, mengurangi kerentanan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengurangi risiko bencana. Analisis kemampuan atau kapasitas berguna untuk mengidentifikasi pihak-pihak lain yang memiliki sumber daya dan dapat dimobilisir untuk penanganan ancaman, mengurangi kerentanan dan risiko.
•
Tahapan untuk melakukan analisis kapasitas • • •
•
Organisir 25-30 partisipan dengan varian gender dan usia. Bagi partisipan ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Jelaskan alur proses, tujuan dan hasil dari kegiatan ini. Ajaklah partisipan untuk mendiskusikan risiko yang ditimbulkan oleh setiap ancaman dan diskusikan dengan partisipan mengenai kemampuan yang dibutuhkan untuk mencegah ancaman, memitigasi ancaman dan mengurangi kerentanan. Kemudian ajak partisipan untuk mendiskusikan kemampuan yang dimiliki komunitas masyarakat yang muncul dalam identifikasi risiko melalui alat PRA. Setelah itu pertajam diskusi kemampuan dengan memetakan sumber daya atau kemampuan mana yang bisa digunakan untuk mencegah ancaman, memitigasi ancaman, mengurangi kerentanan. Kemudian simpulkan berapa besar kebutuhan sumber daya atau kapasitas yang harus dimiliki untuk mengurangi risiko dan berapa besar kemampuan yang tersedia untuk mengurangi risiko. Hasil perbandingan ini akan menunjukkan besaran kesenjangan kemampuan yang tersedia dan yang dibutuhkan sehingga akan memperjelas besaran risikonya. Bantulah partisipan dalam mendiskusikan analisis kapasitas dengan menggunakan tabel berikut;
Tabel analisis kemampuan terhadap ancaman Kemampuan menangani ancaman
Elemen berisiko
Kemampuan Tersedia
Mencegah Memitigasi
45
Dibutuhkan
Kesenjangan
Tabel kemampuan untuk menangani kerentanan Kemampuan menangani kerentanan
waktu
Kemampuan Tersedia
• •
Kerentanan masyarakat
Sebelum kejadian dan saat kejadian
Kerentanan pemerintah
Sebelum kejadian dan saat kejadian
Dibutuhkan
Kesenjangan/yang belum tersedia
Tuliskan hasil diskusi ke lembar plano dan minta partisipan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok Catat semua hasil diskusi dan dokumentasikan pengkajian kapasitas yang disepakati oleh partisipan
Bagaimana, jika ada, terjadinya perubahan iklim di daerah ini? Langkah 1; menganalisis perubahan iklim Kalender Musiman Gunakan perangkat kalender musiman, dengan moda eksplorasi seba- Kalender musiman merupakan gai berikut: sebuah diagram yang menunjukkan pola cuaca selama Bentuk empat kelompok masing-masing beranggotakan 4-6 peserta, sebuah siklus tahunan. paling sedikit satu diantaranya hanya beranggotakan perempuan. Diagram biasanya digambar Satukan pemahaman mengenai pengertian ‘iklim’. Gunakan definisi dalam bentuk diagram dengan sederhana dan berikan contoh-contoh dari lokasi lain (idealnya yang bulan-bulan dalam setahun dikenal oleh anggota masyarakat) untuk menggali pengertian kata pada baris pertama dan kondisi tersebut dalam praktik. cuaca untuk jangka waktu tertentu pada baris selanjutnya. Minta tiap kelompok untuk menggambar diagram dengan 12 kolom (masing-masing mewakili setiap bulan). Kemudian minta mereka untuk melabeli kolom sesuai namanya (mulai dari bulan yang dianggap sebagai awal tahun) Dorong kelompok untuk mengingat kondisi cuaca tipikal yang mereka alami tiap bulan dalam setahun sepuluh yang lalu, dan mendeskripsikan atau menggambarkannya pada baris pertama tiap kolom. Kemudian minta peserta untuk membahas dan mendeskripsikan/menggambarkan dalam baris kedua serta ketiga, kondisi cuaca yang telah mereka alami tiap bulan dalam dua tahun terakhir. Kumpulkan kelompok dan minta sukarelawan dari tiap kelompok untuk menyampaikan hasil-hasil yang mereka peroleh. Minta kelompok untuk merangkum secara lisan mengenai perubahan-perubahan yang paling umum teramati. Jelaskan bahwa iklim berubah secara global sebagai akibat dari jenis dan jumlah bahan bakar yang digunakan di seluruh dunia, dan bahwa para ilmuwan memperkirakan perubahan tersebut akan berlangsung lama. Presentasikan prediksi para ilmuwan mengenai perubahan iklim untuk daerah ini (yang Anda himpun sebelum memulai fasilitasi PCVA) dan tanyakan kepada peserta apakah prediksi tersebut sesuai dengan perubahan-perubahan yang telah mereka catat dalam diagram.
46
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
10 tahun lalu
2 tahun lalu Tahun lalu Kiat Fasilitasi Setelah memberikan informasi mengenai prediksi iklim untuk daerah, jangan ubah kalender musiman yang telah dibuat sebelumnya dalam latihan. Masukan dari data sekunder dimaksudkan untuk melengkapi pengetahuan lokal, bukan untuk menggantikan.
Bagaimana bahaya dan proses perubahan iklim memengaruhi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat serta organisasi, institusi, penghidupan dan sumber daya yang menjadi andalan? Bagaimana cara masyarakat menanggulangi atau mengelola dampak bahaya serta proses perubahan iklim? Gunakan perangkat visualisasi dampak dengan moda eksplorasi sebagaimana di bawah ini guna memperoleh informasi yang dibutuhkan guna menjawab kedua pertanyaan kunci di atas.  Bentuk 4 kelompok beranggotakan 5-8 orang laki-laki dan perempuan, terutama mereka yang telah berpartisipasi dalam latihan-latihan sebelumnya serta memperlihatkan kemampuan bekerja dalam kelompok serta kapasitas analisis yang baik.  Beri tiap kelompok diagram 5 kolom yang sudah jadi, sudah diberi daftar atau gambar bahaya dan proses perubahan iklim (sebagaimana diindentifikasi dalam latihan sebelumnya) dalam kolom paling kiri dan labeli kolom lain dengan ‘siapa/apa/yang mana’, ‘kapan’, dan ‘bagaimana’. Lihat contoh di bawah ini. Tugaskan tiap kelompok untuk menggali salah satu subyek di bawah ini: • Kehidupan laki-laki dan perempuan • Kelompok, organisasi, dan lembaga • Strategi penghidupan • Sumber daya  Minta tiap kelompok untuk mendiskusikan bahaya atau proses iklim satu per satu dan mencatat langsung dalam diagram siapa/apa yang dipengaruhi, kapan, di mana, dan bagaimana (yang terjadi pada mereka).
47
Bahaya dan Perubahan Iklim
Siapa/Apa/ Yang Mana
Kapan
Di mana
Bagaimana
Tanah long- Sekitar 20 sor rumah tangga yang tinggal di atas lereng yang curam
Setelah hujan lebat
Bukit bagian timur masyarakat
Kehilangan rumah. Kehilangan harta benda. Orang terluka atau tewas.
Banjir
20-40 rumah tangga yang tinggal di bantaran sungai
Setelah hujan lebat selama beberapa hari
Bagian selatan masyarakat
Sakit Mengungsi Kerusakan harta benda
Kemarau
Petani jagung
Februari
Ladang yang jauh dari sungai tanpa irigasi
Strategi penanggulangan/ pengelolaan risiko
Kemudian tambahkan sebuah kolom dalam diagram dan beri label ‘strategi penanggulangan atau pengelolaan’ serta minta tiap kelompok untuk mendiskusikan apa yang dilakukan anggota masyarakat untuk menanggulangi atau mengelola dampak bahaya dan proses perubahan iklim yang terjadi pada mereka, organisasi, hubungan kelembagaan juga struktur politik, penghidupan dan sumber daya (sesuai keadaan) mereka. Kumpulkan keempat kelompok untuk mempresentasikan diagram mereka. Berikan waktu untuk diskusi.
Kiat Fasilitasi Paling sedikit satu peserta dalam masing-masing kelompok harus memiliki keterampilan tulis menulis yang baik untuk menuangkan hasil diskusi ke dalam diagram. Selamat! Keluaran dari latihan ini adalah jenis Matriks Kapasitas dan Kerentanan yang diadaptasi untuk menganalisis risiko dan dampak perubahan iklim. Sekarang Anda siap untuk melangkah ke tahap selanjutnya, berupa prioritisasi risiko yang dihadapi masyarakat.
TAHAP 4: PRIORITISASI RISIKO Tahapan proses PCVA ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai komponenkomponen risiko dan membantu peserta untuk membandingkan berbagai sumber risiko yang berbeda. Mengingat pertanyaan kunci dalam Tahap 4 lebih rumit dibanding dalam tahap sebelumnya, pemilihan peserta untuk latihan di bawah ini harus dilakukan berdasarkan kemampuan analitis yang mereka perlihatkan dalam tahap sebelumnya. Demikian pula, moda eksplorasi dalam tahap ini lebih menuntut keterampilan tim fasilitasi. Pertanyaan kunci (KQ) dan moda eksplorasi dalam Tahap 4 adalah sebagai berikut: Bahaya atau proses perubahan iklim apa yang memberikan risiko paling besar kepada masyarakat?
Gunakan perangkat kuadran risiko, dengan moda eksplorasi sebagai berikut: Bentuk sebuah kelompok beranggotakan 4-6 perempuan dengan usia berbeda yang telah berpartisipasi dalam tahap PCVA sebelumnya.
48
Jelaskan pengertian istilah ‘probabilitas’ dan ‘dampak’ menggunakan definisi sederhana di sebelah kanan. Beri contoh-contoh dari lokasi lain untuk menjelaskan pengertian istilah-istilah di atas dalam praktik. Dengan keluaran tahap sebelumnya sebagai rujukan, diskusikan tingkat dampak serta probabilitas terjadinya tiap bahaya dan perubahan iklim yang telah diobservasi. Setelah dicapai konsensus, tuangkan dalam salah satu kuadran untuk menjelaskan bagaimana metode bekerja. Pada akhir proses, rangkum yang telah berhasil Anda lakukan, jelaskan bahwa Anda telah menyusun peringkat tingkat risiko, dengan bahaya/proses dalam kuadran kanan atas sebagai risiko tertinggi, diikuti dengan kiri atas, dan kanan bawah, serta lakukan penyesuaian yang dianggap perlu oleh kelompok. Ulangi proses dengan sebuah kelompok beranggotakan 5-8 orang laki-laki, kemudian satukan kedua kelompok, jika mungkin, untuk membahas peringkat yang mereka susun. Meskipun mungkin berbeda, kedua peringkat sama valid dan harus dipertahankan. Kiat Fasilitasi Jika, selama diskusi mengenai kecenderungan terdapat ketidaksesuaian antara hasil pengamatan masyarakat mengenai perubahan iklim dan prediksi iklim yang kita peroleh, maka tempatkan bahaya atau proses pada titik tengah antara keduanya.
Dampak Besar + Probabilitas Rendah
Dampak Besar + Probabilitas Tinggi
Dampak Kecil + Probabilitas Rendah
Dampak kecil + Probabilitas Tinggi
Apa saja elemen-elemen risiko terbesar? Gunakan metode pemeringkatan dengan moda eksplorasi sebagai berikut. Â Bentuk sebuah kelompok beranggotakan 4-6 perempuan dengan usia berbeda yang telah berpartisipasi dalam tahap PCVA sebelumnya. Â Jelaskan kepada para peserta bahwa mereka akan membuat daftar dengan urutan tertentu, sesuai urgensi masing-masing. Â Berdasarkan diagram mengenai dampak bahaya dan perubahan iklim yang berhasil diidentifikasi dalam latihan-latihan sebelumnya, minta kelompok untuk menuliskan nama tiap elemen yang berisiko sebuah kartu berwarna. Elemen-elemen berisiko mungkin mencakup struktur fisik seperti rumah, ekonomi-finasial, sosial, sumber daya alam-lingkungan, dan sumber daya manusia.
49
Ă‚ Minta kelompok untuk mendiskusikan elemen mana yang paling berisiko, dan menyusun kartu berwarna secara berurutan. Ă‚ Setelah para peserta selesai menyusun peringkat item/isu, minta mereka untuk menjelaskan hasil-hasilnya. Ă‚ Ulangi proses dengan sebuah kelompok beranggotakan 4-6 orang laki-laki, kemudian satukan kedua kelompok, jika mungkin, untuk membahas peringkat yang mereka susun. Meskipun mungkin berbeda, kedua peringkat sama valid dan harus dipertahankan. Contoh prioritisasi risiko dalam konteks kerawanan banjir
Peringkat Semaian Jagung Peringkat berarti menempatkan sekelompok barang/hal sejenis dalam urutan urgensi atau prioritas. Proses dapat dijalankan dengan waktu/simbol yang merepresentasikan barang/hal secara visual, atau dengan keterangan.
Semaian Beras Sumur Air Kayu
Kasur dan Selimut Dalam sebagian besar budaya, semakin tinggi sebuah barang/hal ditempatkan, semakin penting barang/hal tersebut dianggap, meskipun mungkin akan berbeda-beda bergantung konteks.
Ayam
Selamat! Anda telah berhasil menyelesaikan Tahap 4 Proses PCVA. Anda telah menyusun sebuah prioritisasi jenis risiko dan elemen yang paling berisiko dalam masyarakat. Sekarang Anda siap untuk melangkah ke tahap akhir.
50
TAHAP 5: MENYUSUN RENCANA AKSI Ini adalah bagian akhir dari proses PCVA pada tingkat masyarakat. Tahapan ini dirancang untuk membantu masyarakat memformulasikan rencana yang relevan dalam menghadapi risiko-risiko utama yang mereka hadapi melalui langkah-langkah pengurangan risiko dan adaptasi perubahan iklim. Pada tahap ini penting untuk membangun rasa memiliki masyarakat atas analisis yang telah dibuat dan rencana aksi selanjutnya. Untuk itu, Anda harus memulai dengan menyelenggarakan pertemuan masyarakat untuk menyampaikan analisis-analisis yang telah dicapai selama tahap 2-4 dan memberikan waktu bagi masyarakat untuk bertanya serta memberikan penilaian. Penting pula diingat bahwa untuk memandu diskusi dan memfasilitasi keputusan dalam Tahap 5, Anda harus memastikan bahwa para peserta memiliki akses untuk memperoleh semua keluaran yang dihasilkan dalam tahap-tahap sebelumnya. Tujuan dan Manfaat • •
Penyusunan rencana aksi memberikan pemahaman pada masyarakat tentang aksi yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko bencana Penyusunan rencana aksi memberikan kejelasan tentang pihak-pihak yang harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan rencana aksi serta semua yang terlibat dalam pelaksanaan rencana aksi
Tahapan untuk menyusun rencana aksi pengurangan risiko bencana •
• • •
•
•
•
Ajak sekitar 12 laki-laki dan 12 perempuan di antara yang menghadiri pertemuan untuk berpartisipasi dalam latihan berikut. Idealnya tiap kelompok beranggotakan paling sedikit 6 peserta dari latihan dalam proses PCVA Tahap 4. Jelaskan alur proses dan tujuan tahap ini Minta semua partisipan untuk melihat kembali hasil analisis ancaman, kerentanan dan kapasitas Mintalah partisipan untuk mencermati analisis ancaman. Kemudian diskusikan rencana aksi terkait dengan ancaman atau bahaya tersebut. Tanyakan apakah ada ancaman yang bisa dicegah, dengan cara apa? Apakah ada ancaman yang bisa dimitigasi dengan, cara apa? Siapa yang bertanggung jawab dalam aksi itu dan siapa saja yang melaksanakannya? Untuk melakukan aksi itu, apa yang dibutuhkan? Mintalah partisipan untuk mencermati hasil analisis kerentanan. Lihatlah kolom kerentanan/kelemahan yang menyebabkan risiko. Ajukan pertanyaan aksi apa yang bisa mengurangi kerentanan baik kondisi tidak aman, tekanan dinamis dan akar penyebab masalah. Siapa yang akan bertanggung jawab dan siapa yang akan melaksanakannya? Kapan bisa dilaksanakan? Apa yang dibutukan untuk memenuhi rencana aksi tersebut? Mintalah partisipan untuk mencermati hasil analisis kapasitas/kemampuan. Lihatlah kolom sumber daya yang belum tersedia. Ajukan pertanyaan aksi apa yang bisa memenuhi kekurangan/kesenjangan sumber daya? Siapa yang akan bertanggung jawab dan siapa yang akan melaksanakannya? Kapan bisa dilaksanakan? Apa yang dibutuhkan untuk memenuhi rencana aksi tersebut? Bantulah partisipan dengan memasukkan hasil diskusi pada tabel berikut;
Tujuan
Kegiatan Waktu
Kebutuhan
Siapa yang membiayai
Mencegah ancaman Memitigasi ancaman Mengurangi kerentanan Adaptasi perubahan iklim 51
Pelaksana dan pihak yang terlibat
PenangHasil yang gung jawab diharapkan
•
Jelaskan kepada para peserta bahwa mereka baru saja membuat rencana aksi dasar untuk kebutuhan prioritas pengurangan risiko dan adaptasi perubahan iklim dalam masyarakat mereka.
•
Minta pimpinan masyarakat untuk menyelenggarakan majelis rakyat guna mempresentasikan rencana aksi. Selama pertemuan berikan waktu yang memadai untuk diskusi. Untuk menjawab pertanyaan, rujuk berbagai latihan yang dijalankan selama proses PCVA untuk menuju tahap analisis baru.
•
Minta pimpinan masyarakat untuk memrakarsai proses yang tepat guna mengadopsi rencana.
Selamat! Anda telah berhasil memfasilitasi penyusunan Rencana Aksi Pengurangan Risiko dan Adaptasi, berdasarkan pemahaman masyarakat sendiri mengenai risiko sekarang dan akan datang, serta strategistrategi untuk mengatasinya. Dengan demikian, Anda telah pula menyelesaikan tahap akhir proses PCVA tingkat masyarakat.
SUMBER BACAAN TAMBAHAN ~ Dr. Eko Teguh Paripurno; PRA untuk Penanggulangan Bencana (PSMB UPN Veteran Yogyakarta & Perkumpulan Kappala)
52