Tulisan ini saya buat untuk memperbaharui “Layout” yang telah usang. Setelah menulis “Layout”, mengerjakan skripsi bertemakan desain tata letak dan menjalani beberapa kali pekerjaan tata-tata, saya rasa perlu adanya pembaharuan dalam apa saja yang perlu diperhatikan dalam tata-tata. Tapi masih ga pake InDesign hehe.
Maaf, kalau bahasa saya terlalu formal. Hehe. (Bila ingin membaca Zine Layout, sila pindai QR code ini)
Berdasarkan pengalaman saya, ada tiga prinsip tata-tata yang saya gunakan:
menyangkut visualisasi tata-tata.
cara menata elemenelemen visual dan verbal.
cara membuat elemen tata-tata “WOW” dengan menggunakan prinsip di luar desain, seperti ekonomi, news value.
Tiga prinsip ini tidak kaku secara metode. Umumnya, metode tata-tata saya Out – Lay – Stand Out. Seseorang bisa merencanakan Stand Out terlebih dahulu, lalu Lay sehingga metodenya menjadi Out – Stand Out – Lay. Jadi, bisa fleksibel ga kaku kayak birokrat.
Out, dalam Bahasa Indonesia memiliki arti keluar. Kata “keluar� merujuk pada maksud dan tujuan yang ingin disampaikan (output). Bagi saya, bagian ini sama seperti creative brief.
Apa jenis media cetak yang didesain? Setelah menjawab pertanyaan tersebut, desainer akan dihadapkan kepada persoalan bahan, dimensi, dan berapa halaman. Mau menggunakan bahan seperti apa? Apakah book paper atau art paper? Apakah A4 atau A5? Berapa halaman? Semua pertanyaan tersebut harus dijawab agar desainer dapat menentukan ukuran elemen visual dan elemen verbal yang nantinya akan ditata. Bahkan, pertanyaan yang sekiranya sepele ini, penting untuk dijawab karena menyangkut dengan budget. Setiap halaman, memiliki nilai ekonomis, yang berarti memiliki nilai jual dan sangat sangat boros bila tidak dimanfaatkan. INGAT SETIAP RUANG ADALAH KOMODITI!!1!1
Siapakah kamu? Seperti apakah kamu? Apa yang ingin kamu sampaikan kepada pembacamu? Tidak hanya tulisan yang bermuatan politik, namun tata-tata dapat menandai ideologi dan visi misi yang dianut.
Pedoman, kode etik dalam sebuah publikasi MASIH BERLAKU dalam tata-tata. Pada produk jurnalistik, maka pedoman yang dianut adalah Sembilan Elemen Jurnalistik oleh Bill Kovach dan Tom Rosentiel dan Kode Etik Jurnalistik.
KOMPAS 28 Juni 2015. Visual, Visible dan Visual Thinking adalah ideologi KOMPAS dalam meletakkan hirarki. Secara pedoman, KOMPAS berusaha tetap menarik dan relevan (Sembilan Elemen Jurnalistik ke-7) melalui desain yang ditampilkan.
Setelah menjawab pertanyaan di atas dan mengetahui pedoman dalam produk publikasi, maka desainer harus membuat keputusan dalam menentukan elemen verbal dan elemen viisual.
Elemen visual, meliputi typeface, colour swatch, proporsi fotografi, infografis dan/atau ilustrasi, gaya desain, besar/kecilnya elemen visual (ilustrasi, foto, infografis), besar/ kecilnya elemen verbal (teks), margin dan grid, serta dekorasi. Elemen verbal, meliputi hirarki teks, seperti keputusan dalam meletakkan quote text, ataupun lead.
Adapun yang harus diperhatikan dan berkaitan dengan kerja redaksi, yakni: letak rubrik pada halaman tertentu, jumlah kata dalam artikel, manipulasi fotografi.
dalam Bahasa Indonesia berarti: meletakkan adapun subprinsip dari Lay, yakni:
Merupakan nama-nama identifikasi elemen verbal dan elemen visual Elemen verbal seperti judul, lead dan teks artikel diurutkan sesuai dengan penulisan artikel. Selain itu, elemen verbal tidak hanya sekedar konten, juga meliputi nomor halaman dan identitas. Elemen visual disesuaikan dengan ruang pada halaman dan elemen verbal. Saya menggunakan hirarki standar dalam tulisan ini. Untuk melihat hirarki yang kompleks, bisa lihat di:
TION * STANDARD EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD
ED * STANDARD EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD E
folio (nomor halaman) folio (identitas, rubrik)
headline
byline (penulis)
byline (fotografer)
lead
STANDARD EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD EDI
photograph
quote text
body text
ARD EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD EDITION * STA
EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD EDITION * STAND
NDARD EDITION * STANDARD EDITION * STANDARD EDITION
Elemen visual dan verbal di situ-situ aja, ga usah pindah. Konsisten. Hal-hal yang konstan biasanya nomor halaman, bulan penerbitan dan nama majalah. Tujuannya agar pembaca dapat mengidentifikasi langsung halaman dan bacaan yang ia baca.
Financial Express, 1 November 2018 letak folio dan label (nama rubrik) tidak bergeser walaupun berpindah halaman Namun, konsistensi juga berlaku pada peletakkan rubrik. Misalnya, pada surat kabar KOMPAS, letak rubrik Opini selalu pada halaman 6
Elemen yang diletakkkan berpisah-pisah. Bentuknya tidak hanya dari segi peletakkan namun juga typeface dan colour swatch
KOMPAS, 28 Juni 2015 variabel terjadi pada typeface, untuk menandai iklan ataupun artikel
Nirmana adalah prinsip dasar dalam menciptakan sebuah karya, dalam hal ini tata-tata. Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto, ada tujuh prinsip desain yakni:
Irama Irama atau ritme adalah pengulangan suatu bentuk yang terus - menerus. Pengulangan bentuk tidak harus selalu berupa bentuk yang sama, tapi juga dalam bentuk yang berbeda ataupun transisi.
Kesatuan Kesatuan, yang juga disebut keutuhan berarti iap elemen saling berhubungan, bisa dengan kesamaan, kemiripan, keselarasan, keterikatan, keterkaitan dan kedekatan. Contoh: kolom dengan kolom, photograph dengan caption.
Dominasi Dominasi merupakan salah satu prinsip yang bertugas sebagai pusat perhatian (daya tarik).
Keseimbangan Keseimbangan bertujuan agar karya enak dilihat dan tidak berat sebelah. Ada berbagai macam keseimbangan, yakni simetris, memancar, sederajat dan tersembunyi.
Proporsi Proporsi adalah salah satu prinsip untuk mencapai keserasian. Dalam tata-tata, proporsi dicapai dalam mengelola ruang
Kesederhanaan Sederhana adalah pas, tidak lebih dan tidak kurang. Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto, sederhana adalah masalah rasa.
Kejelasan Kejelasan dalam tatatata, berarti mudah dimengerti, dipahami. Misalkan, alur pembacaan yang jelas, atau elemen desain yang tidak bertabrakan. Intinya: pembaca paham.
KOMPAS, 28 Oktober 2017 eemen desain disusun sederhana, variabel yang digunakan sedikit. namun, alur membaca kurang jelas.
Artinya terlihat berbeda dari yang lainnya. Prinsip ini kerap berkaitan dengan jual-menjual (ekonomi), namun juga terjadinya sesuatu yang luar biasa, misalnya bencana, selebrasi, atau bahkan ulang tahun.
News value memiliki tujuan agar berita dapat menarik perhatian pembaca. Bentuknya bisa berupa subjek, ataupun kejadian khusus.Hal ini termasuk edisi Ulang Tahun, atau peringatan Sumpah Pemuda Biasanya proporsi news value besar, bahkan menempati satu halaman.
Ruang (dalam halaman publikasi) adalah komoditi. Untuk itu, siapapun yang membeli ruang bisa menggeser menggunakan ruang tersebut. Contoh: Iklan Meikarta sebanyak 4 halaman di surat kabar.
kesimpulan Ada tiga prinsip tata-tata: out, lay dan stand out. Ketiga prinsip ini tidaklah pakem, bisa saja dilanggar. Namun sebaiknya, prinsip Out tetap dijadikan patokan karena berhubungan dengan keredaksian. Mengutip Jakob Oetama, “desain adalah ratu, konten adalah raja.� Konten harus dimuat secara maksimal, dan desain menjadi cara agar konten tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pembaca. Pun saya rasa, keduanya harus berimbang, mengingat keduanya saling berkaitan. Saya akan mencantumkan pesan titipan dari Ayah Koskow lagi: Layout tidak membaringkan konten, tapi mengelola ruang kosong. Pada intinya, konten memang penting, namun menata-nata dengan baik juga penting.
Selamat menata-nata
pustaka : Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2009), Nirmana: Elemen-elemen Seni dan Desain, Jalasutra, Yogyakarta. Harrower, Tim & Julie M. Elman. (2013) The Newspaper Designer’s Handbook, McGraw-Hill, New York.
*
Clara V. Padmasari masih kuliah (lagi), sekarang sibuk membaca. keluh kesah tata-tata? hubungi mail.padmasari@gmail.com
*