Tulisan-Tulisan Semester Satu

Page 1

clara padmasari



Daftar Isi

T-Series: Mediamorfosis dan Perebutan Tahta dalam YouTube 1 Dampak Penyederhanaan Framing pada Gerakan Lingkungan di Media Sosial 13 Paus Rihanna dan Persepsi Kebertubuhan

25



T-Series: Mediamorfosis dan Perebutan Tahta dalam YouTube Tahun 2018 merupakan tahun yang sengit untuk meraih posisi nomor satu sebagai akun tersubscribed. PewDiePie, YouTuber asal Swedia akan disusul oleh perusahaan asal India, T-Series sebagai akun nomor satu di YouTube. Sebagai YouTuber independen, banyak orang bersimpati dengan PewDiePie untuk mempertahankan posisi YouTuber. Di sisi lain, orang India pun mendukung T-Series dengan alasan PewDiePie telah menghina negara mereka. T-Series merupakan perusahaan label rekaman dan film asal India. Perusahaan tersebut didirikan oleh Gulshan Kumar yang melihat adanya peluang pasar dalam industri rekaman. Kumar melihat adanya para pengikut Hindu lanjut usia yang tidak lagi membaca puji-pujian karena adanya gangguan penglihatan. Oleh karena itu, ia membuat rekaman puji-pujian dengan menggaet penyanyi dan dijual dengan harga yang murah. Perusahaan ini mulai mengekspansi bisnisnya ke dalam bentuk film dengan mendokumentasikan ziarah Hindu dan menjualnya dalam bentuk VHS tape. Lalu, pada akhirnya ia menjadi produsen film dan musik pop dalam waktu kurang dari 10 tahun. Artikel ini berusaha menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan dapat berpindah ke dalam bentuk digital, dalam hal ini YouTube dan menjadi pesaing content creator independen yang saat ini bertahta PewDiePie. Untuk menjelaskan hal ini, saya akan menguraikan ekosistem YouTube, mediamorfosis dan juga akhirnya menjelaskan situasi T-Series vs PewDiePie dalam konteks pengguna internet India.


YouTube dan Internet India YouTube merupakan media sosial berbasis video yang didirikan tahun 2005. Media ini didirikan oleh tiga mantan karyawan PayPal yakni Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed Karim. Awal mula didirikannya YouTube tidak lepas dari cerita personal Hurley dan Chen yang saat itu mengalami kesulitan untuk berbagi video. “Broadcast Yourself�, slogan YouTube, menjadi karakter dari media sosial berbasis video yang memungkinkan pengguna mengunggah dan membagikan rekaman video di internet secara mandiri dan gratis. Pada tahun 2006, YouTube dibeli oleh Google dalam bentuk saham. Sejak saat itu, YouTube terus berkembang hingga berbentuk apa yang dikenal sekarang. YouTube menjadi wadah popular bagi warganet untuk mengunggah, melihat dan mengomentari sebuah video. Bahkan sejak adanya Partner Program, sebuah sistem berbasis AdSense pada tahun 2007, warganet yang mengunggah video ke YouTube mendapatkan penghasilan dari iklan. Sebanyak 45% hasil pendapatan dari iklan merupakan bagian YouTube, dan sebanyak 55% hasil pendapatan lainnya ditujukan untuk pengunggah. Dari sini, mulai ada sebuah istilah untuk orangorang yang bekerja secara independen untuk menghasilkan video di YouTube, yakni content creator. Sejak YouTube berdiri, content creator menjadi pekerjaan tetap dalam YouTube dan hal ini juga dimanfaatkan oleh para perusahaan berdomain penyiaran untuk memindahkan platform analog menjadi platform digital. India sebagai negara berkembang mengalami peningkatan dalam pengguna Internet. Menurut data WeAreSocial, India memiliki populasi sebanyak 1,347 biliun jiwa dan pengguna internet sebanyak 462,1 juta pengguna. Walaupun angka ini


cukup sedikit untuk negara dengan populasi yang banyak, namun pengguna Internet di India mengalami kenaikan sebanyak 31% sejak tahun lalu. Bahkan, pengguna Internet di India tidak lagi hanya sebatas melalui komputer, namun smartphone. Penggunaan smartphone sebagai media untuk berinternet ada sebanyak 40%, sedangkan untuk penggunaan komputer hanya sebanyak 15% saja. Hal ini terjadi karena India merupakan negara dengan pasar smartphone terbesar kedua setelah Tiongkok. Keterjangkauan smartphone di India yang menjadikan negara tersebut mengalami kenaikan jumlah pengguna media sosial sebanyak 31% dan juga kenaikan pengguna aktif smartphone sebanyak 38% Para pengguna internet juga masih menyukai konten yang berada di TV. Ada sebanyak 85% pengguna internet India masih menonton televisi secara regular. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun internet sudah mulai diminati oleh masyarakat India, televisi tetap menjadi salah satu pilihan hiburan. Konsumsi televisi India pun tidak bisa lepas dari adanya industri Bollywood, yang kerap memproduksi lagu sekaligus dengan film. T-Series pun juga memanfaatkan TV untuk menyebarkan produksi film dan lagu, walaupun T-Series kerap dibajak oleh para pelaku media penyiaran yang menggunakan lagunya tanpa izin. Salah satu solusi dari T-Series agar tetap menjadi relevan dan mendapat keuntungan dari musik industri adalah dengan berpindah ke internet, yakni melalui YouTube yang memadai untuk industri penyiaran dan membayar para produsen videonya dengan adanya AdSense. Mediamorfosis Berpindahnya T-Series dari model analog, yang hanya dengan memproduksi film secara fisik dan mendistribusikan lagunya ke TV hingga akhirnya berpindah ke YouTube merupakan


bentuk mediamorfosis. Pada bagian ini, saya akan menjelaskan mediamorfosis dan dampaknya terhadap T-Series. Mediamorfosis, menurut Roger Fidler adalah transformasi media komunikasi dari yang merupakan pengaruh dari adanya kebutuhan yang dibayangkan, tekanan kompetitif dan politis, dan inovasi sosial dan teknologi. Istilah ini secara singkat menceritakan tentang perubahan media dari bentuk analog hingga ke bentuk digital. Ada tiga proses mediamorfosis menurut Fidler, yakni koevolusi, konvergensi dan kompleksitas. Koevolusi merupakan sebuah proses di mana bila setiapa ada perubahan dalam sebuah media, maka bentuk yang mengikutinya akan berubah pula. Hal ini juga terjadi dalam bentuk domain komunikasi, salah satunya penyiaran. Adanya bahasa digital mampu mengubah domain penyiaran yang berasal dari analog menjadi digital. Hal inilah yang dinamakan dengan koevolusi. Proses konvergensi merupakan proses kombinasi dari beberapa faktor seperti video, cetak dan komputer. Singkat cerita, konvergensi merupakan kombinasi dari sebuah bentuk menjadi bentuk baru yang saling berhubungan. Sebuah produk seperti video musik tidak hanya dikenal sebagai satu produk musik saja, namun juga video dan musik. Proses terakhir merupakan kompleksitas. Yang dimaksud dengan kompleksitas adalah perubahan yang muncul oleh adanya kekacauan atau chaos. Kekacauan yang dialami dalam sebuah sistem mempengaruhi sebuah kompleksitas. Namun, kekacauan tidak berarti sebuah sistem akan mati, dan merusak kompleksitas. Media justru bersifat adaptif dan memunculkan sistem komunikasi yang baru dari sebuah kekacauan. T-Series dan Persaingan Tahta YouTube Sejak Februari 2017, T-Series menjadi channel YouTube dengan jumlah tayang terbanyak, mengalahkan video musik yang


bertebaran di YouTube. T-Series sebagai media penyiaran musik dan film Bollywood diuntungkan dengan adanya pengembangan internet 4G di India pada tahun 2016. Media saat itu sudah mulai menebak bahwa T-Series akan meraih posisi teratas akun yang memiliki pelanggan di YouTube, yang mampu menggeser content creator independen. YouTube di India menjadi salah satu media sosial favorit dan merupakan web yang sering dikunjungi oleh warganet India. Dari data yang diketahui, YouTube merupakan web nomor 4 terbanyak yang diakses melalui web, namun merupakan aplikasi ponsel pintar yang banyak digunakan kedua setelah Facebook. Walaupun T-Series telah menjadi anggota YouTube sejak tahun 2006, namun keberadaan pelanggan T-Series yang semakin banyak dapat dimaklumi karena adanya peningkatan pengguna internet di India. T-Series telah melakukan mediamorfosis sejak mengekspansi YouTube dengan melihat adanya peluang dan kebutuhan untuk tetap relevan dengan penonton India. Pun, T-Series menjadi satusatunya media sosial yang hanya menyediakan lagu-lagu dan teaser film Bollywood. Monopoli T-Series dan mediamorfosisnya menjadi sebuah keuntungan untuk menjadi salah satu akun dengan pelanggan terbanyak. Televisi masih banyak digunakan oleh warganet India, dengan persentase 85% dari jumlah pengguna internet India. Adanya kerjasama T-Series dengan film-film Bollywood yang ditayang di televisi atau produksinya sendiri memungkinkan para warganet yang ingin mendengarkan lagu-lagu Bollywood dan menonton film Bollywood berlangganan T-Series. T-Series tidak lagi terperangkap dalam domain penyiaran analog sebagai penyiar video musik. Ia sekarang bermetamorfosis dalam bentuk akun YouTube.


Hal inilah yang dinamakan sebagai bentuk koevolusi. Lalu, apa yang menyebabkan T-Series mengalami transformasi ke bentuk akun YouTube? T-Series sebelum berpindah ke dalam YouTube mengalami pembajakan yang dilakukan oleh para pemiliki media penyiaran. Tentu pembajakan ini tidak menguntungkan T-Series, dan pemilik T-Series pun berusaha untuk mencari keuntungan dengan membuat ringtone berbayar. Usaha ringtone berbayar membuat T-Series bekerja secara stagnan hingga pada tahun 2011, ketika petinggi T-Series mengikuti konferensi di Belanda dan melihat peluang bisnis baru melalui YouTube. Dengan adanya YouTube, T-Series yang telah mencampurkan video dan musik mampu mengekspansi bisnisnya dalam bentuk lain. Saat ini, T-Series memiliki berbagai macam jaringan T-Series dengan berbagai macam bahasa, bahkan ke dalam bentuk animasi anak-anak dan siaran kesehatan. Konvergensi T-Series tidak hanya terjadi dalam skala bentuk, maupun juga dalam skala bisnis. Industri film, industri musik dan bahkan animasi menjadi sebuah kesatuan untuk menghasilkan produk video dari T-Series. Adanya T-Series yang mulai mendominasi YouTube membuat para content creator independen merasa tersisihkan. T-Series, sebagai sebuah perusahaan memiliki laju produksi yang sangat cepat daripada para content creator independen karena sumber daya yang memadai. Hal ini menimbulkan adanya pertarungan di YouTube, sebagai sebuah perlawanan antara content creator independen dengan perusahaan besar, selayaknya Daud vs Goliat. Pada bulan Mei 2018, PewDiePie juga dikenal dengan Felix Kjellberg, seorang YouTuber asal Swedia, membuat sebuah video berjudul “You India, You Lose�. Pada video ini, Kjellberg merespon meme mengenai orang-orang India, baik meme sinema elektronik (sinetron) India maupun meme pengguna internet India


yang menginginkan kencan daring. Respon orang India beragam dari video ini, ada yang menganggap bahwa video ini bentuk sarkasme, namun ada juga yang merasa keberatan dengan video ini. Salah satunya adalah Ekta Kapoor, artis sinetron India yang menjadi salah satu bahan meme yang direspon Kjellberg. Kapoor mengatakan bahwa Kjellberg obsesif dengan dirinya. Lalu, pada tahun ini pun Kjellberg memulai ‘perang’ dengan T-Series. Perang ini dimulai karena adanya dugaan kejanggalan dalam jumlah pelanggan tayangan T-Series, lalu Kjellberg pada bulan September pun membuat diss track untuk T-Series. Bagi penggemar Kjellberg, diss track ini merupakan candaan dengan referensi dari video “You India, You Lose� dan juga meme yang telah direspon oleh Kjellberg. Namun, bagi sebagian orang India menganggap diss track ini penghinaan, karena isinya tidak menghina T-Series namun menyinggung bahasa dan budaya India. Walaupun ada dugaan dalam kasus sub-bot (subscriber bot/ robot pelanggan), pada kenyataannya pengguna Internet di India semakin meningkat, terutama dengan adanya koneksi internet dan ponsel pintar yang murah. India menempati peringkat kedua dalam tingkat penjualan ponsel pintar dan menurut data dari WeAreSocial, pengguna internet melalui ponsel pintar di India lebih banyak, dibanding dengan pengguna internet melalui komputer. Adanya ponsel pintar dan tarif internet yang murah memungkinkan warga India terhubung ke media sosial, salah satunya YouTube. Dukungan warganet India terhadap T-Series menjadi masuk akal, ketika T-Series sebagai media penyiaran menggunakan media analog dan digital untuk menyebarkan produknya. Pengguna internet di India masih menonton televisi, sehingga T-Series menjadi sebuah hal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. T-Series mampu mengakomodasi kebutuhan industri hiburan


para warganet India melalui YouTube, sehingga jangkauan T-Series dengan warganet pun juga lebih dekat. Bahkan, dalam algoritma YouTube pun, T-Series mendapatkan keuntungan dengan adanya kuantitas video yang banyak dan juga jangkauan lokal di kalangan warganet India. Maka, persoalan Daud vs Goliat perlu ditinjau ulang karena hal ini bergantung dengan penontonnya, bukan para pemilik atau content creator. Kesimpulan Youtube telah memungkinkan adanya individu untuk mengunggah video mereka dan mendapatkan keuntungan dari menjadi seorang content creator. Hal ini pula yang menyebabkan adanya perusahaan seperti T-Series untuk mengekspansi bisnisnya ke dalam YouTube. Sebagai perusahaan label rekaman dan film, T-Series mampu mengunggah video dan film langsung ke YouTube tanpa perlu adanya izin atau kerjasama dengan media penyiaran lain seperti televisi dan radio. Adanya proses perubahan dari analog menjadi digital merupakan proses mediamorfosis, yakni transformasi media yang dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. T-Series, yang mengalami kerugian dari adanya pembajakan, melihat YouTube sebagai peluang bisnis. Hal ini menjadi terbukti ketika T-Series akhirnya meraupkan jutaan dolar dari hasil penyiaran melalui YouTube. Keuntungan tersebut merupakan akibat adanya penggunaan internet yang berkembang di India, yakni adanya penggunaan jaringan 4G, pasar smartphone yang murah dan masuknya internet di daerah pelosok. T-Series yang memiliki wadah di analog dan digital, mampu memadai para pendengar maupun penonton. Adanya televisi yang masih menjadi favorit warganet India, sulit untuk melepaskan budaya menonton dan mendengar dari kesehariannya. Akibatnya, seiring berkembangnya pelanggan T-Series di Youtube, muncul sebuah perlawanan dari content creator independent yang melihat T-Series diuntungkan di


YouTube. Namun, pertarungan antara T-Series dengan PewDiePie tidak bisa dipandang hanya sebagai bentuk ekspansi perusahaan ke dalam bentuk digital, namun adanya perubahan media konsumsi pula dalam warganet India yang beralih ke bentuk digital.

Daftar Pustaka Biswas, Soutik “PewDiePie v T-Series: The battle to be king of YouTube”, https://www.bbc.com/news/world-asia-india-46602705 diakses tanggal 21 Desember 2018, 06.17 Chow, A “How a Bollywood Music Label Conquered YouTube” https://www.nytimes.com/2018/11/14/world/asia/t-series-youtube-india.html diakses tanggal 20 Desember 2018, 22.01 Fidler, Roger. (1997), Mediamorfosis: Understanding New Media atau Mediamorfosis: Memahami Media Baru, terjemahan Hartono Hadikusumo (2003), Bentang, Yogyakarta.



Dampak Penyederhanaan Framing pada Gerakan Lingkungan di Media Sosial Media sosial adalah wadah untuk menghubungkan, berinteraksi, dan terlibat antara pengguna dan pengguna lain. Wadah ini menyediakan orang-orang yang menginginkan informasi yang cepat dan ringkas, dalam segala kondisi ruang dan waktu. Salah satu media sosial paling terkenal adalah Instagram. Instagram telah menjadi salah satu media sosial yang paling disukai di Indonesia. Media sosial ini berada di urutan kedua setelah Facebook sebagai media sosial berbasis mobile dengan pengguna yang berkembang. Banyak gerakan sosial mencoba untuk melibatkan pengguna mereka di Instagram dan menggunakan fitur-fiturnya dengan mengunggah gambar feed dan Instagram story. Salah satu gerakannya adalah No Straw Movement. No Straw Movement diprakarsai oleh Divers Change Action bekerja sama dengan KFC Indonesia. Gerakan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Divers Change Acton, Nature Research Journal, Quartz dan Ecowatch yang menyatakan ada 93.244.847 sedotan plastik yang telah mencemari lautan Indonesia. Data ini juga memberikan informasi tentang lebih dari 11 miliar fragmen plastik yang mengendap di terumbu karang dan fakta bahwa sedotan plastik telah merusak hewan yang keliru mengkonsumsi sedotan plastik. No Plastic Straw Movement dibingkai (framing) sebagai salah satu masalah sampah plastik yang lebih besar. Framing membuat masalah sampah plastik lebih sederhana, dengan cara berkampanye tidak lagi mengkonsumsi sedotan plastik saat


minum. Adanya penyederhanaan dalam mengonsumsi minuman tidak bisa lepas dari fakta bahwa awal gerakan ini juga bekerja sama dengan KFC Indonesia, walaupun dalam studi Divers Clean Action dan rekan meluas ke sampah plastik, tidak hanya sedotan plastik. Sebagai salah satu restoran cepat saji, KFC mencoba untuk berkontribusi dalam kelestarian lingkungan dengan tidak lagi menyediakan sedotan plastik dan menghentikan kebiasaan masyarakat yang menggunakan sedotan saat makan dan minum. Hal ini menyebabkan banyak orang dan bahkan toko mencoba untuk mencari dan memberikan alternatif dalam mengonsumsi minuman, dengan memiliki sedotan stainless. Penelitian ini mencoba untuk menemukan dampak penyederhanaan dalam No Plastic Straw Movement. Untuk mengetahui bagaimana gerakan ini dapat dipahami baik oleh aktor, saya memberikan dua contoh yang menunjukkan dampak dari gerakan yang disederhanakan. Makalah ini akan dibagi ke beberapa bagian, pertama teori framing Benford dan Snow dan juga visual analysis Droer, Mattoni, Teune. Teori framing dan visual analysis akan memberikan gagasan tentang bagaimana orang-orang mengekspresikan gerakan sosial mereka baik dalam bentuk teks dan visual. Pada bagian ini saya juga akan menjelaskan secara singkat bagaimana Instagram merepresentasi gerakan sosial. Kedua, saya akan membahas mengenai gerakan ini, bentuk teks dan visual apa yang menjadi penggerak dalam gerakan ini. Lalu, saya akan membahas mengenai gambar-gambar yang telah saya pilih untuk menjelaskan bagaimana penyederhanaan framing terjadi dengan teori-teori yang telah saya paparkan. dan akhirnya, saya akan menyimpulkan penelitian dengan tesis saya.


Proses Pembingkaian dan Analisis Visual Menurut Benford dan Snow (2000:623), ada beberapa pengembangan dalam proses framing, yang merupakan proses diskursif, strategis dan perebutan. Pada artikel ini, saya akan fokus kepada proses diskursif. Proses diskursif adalah bagaimana teks dihasilkan dalam gerakan sosial. Dalam semiotika, proses diskursif tidak juga terbatas pada teks, tetapi juga gambar atau bahkan kombinasi keduanya, seperti dalam bentuk poster atau propaganda. Proses diskursif mencoba membuat situasi lebih penting daripada masalah lainnya. Hal ini mencoba membuat slogan, atau bahkan membuat teks, keterangan yang dapat memobilisasi gerakan dan menciptakan identitas. Proses diskursif juga menciptakan simbol, gambar yang bisa membentuk opini seseorang, atau bahkan sebagai pertentangan. Visual analysis menurut Doerr, Mattoni dan Teune (2013:xii) dalam gerakan sosial dibagi dalam tiga bentuk yakni, visual expression, visual representation, dan visibility. Pada artikel ini, saya akan membahas visual expression. Visual expression adalah bentuk visual dari pesan. Sebagai bagian dari proses diskursif, ekspresi visual yang mencoba untuk membuat perlawanan. Foto dan bahkan bahan, produk desain dapat dianggap sebagai posisi dan mengidentifikasi mereka baik sebagai aliansi atau lawan. Pada akhirnya, visual expression menghasilkan sebuah simbol atau logo yang mampu menjadi ikon dari sebuah gerakan. Ikon ini tidak hanya menjadi ikon untuk tanda adanya gerakan, namun juga menjadi simbol pelawanan yang digunakan para aktor. Untuk menyimpulkan bagian ini, pertama saya akan menjelaskan Instagram. Sebagai media sosial berbagi berbasis visual, Instagram memiliki dua fitur yang banyak digunakan oleh orang untuk terlibat dan menarik pemirsa, yakni gambar feed dan Instagram stories. Ketika fokus media sosial terletak pada visual maka


cara untuk memobilisasi, membuat wacana dan mengekpresikan gerakan juga dalam cara visual. Aktivisme media sosial Instagram bukan tentang bagaimana orang mengklik, tetapi kebutuhan untuk mengekspresikan posisi mereka dalam media visual. Harapannya, seseorang akan terinspirasi dari aktor gerakan, dan menduplikasi wacana gerakan tersebut dengan mengunggah gambar atau video serupa. Tagar, Teks, dan Gambar The Divers Clean Action, sebagai inisiator gerakan, telah menghasilkan banyak wacana dan juga tagar untuk memobilisasi gerakan. Organisasi ini menciptakan gerakan #NoPlasticStraw, meskipun ada banyak tagar untuk mengekspresikan No Plastic Straw Movement seperti #stopsedotanplastik, #merdekadarisedotanplastik, #saynotoplasticstraws, #tolaksedotanplastik. Isu-isu yang dibawa oleh tagar itu tidak jauh berbeda dengan Divers Clean Action. Mereka juga menghasilkan beberapa isu pada sedotan plastik seperti bahaya sedotan plastik yang dapat dikonsumsi oleh hewan, mikroplastik dari sedotan plastik, dan fakta bahwa sedotan plastik tidak berharga untuk pemulung. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh penelitian, Indonesia juga merupakan negara terbesar kelima yang mencemari lautan dengan sedotan plastik. Beberapa isu dipaparkan dalam keterangan gambar Instagram dan menjadi bagian dari proses diskursif dari gerakan. Divers Clean Action tidak mengangkat isu ini sendirian. Berita daring telah membuat kontribusi untuk membingkai gerakan sedotan plastik sebagai masalah di masyarakat. Berita membentuk bagaimana sedotan plastik adalah salah satu masalah dan termasuk solusi untuk tindakan ini. Sebagai contoh, Republika Online (22 April 2018) memuat berita mengenai aksi kampanye No Plastic Straw Movement yang diinisiasi oleh The Body Shop. Lalu artikel IDN Times (19 Oktober 2018) memuat berita mengenai alternatif


penggunaan sedotan. Adanya berita daring menunjukkan bahwa sebagai salah satu ekosistem internet, berita secara tidak langsung membuat framing dalam gerakan dengan menghasilkan diskursus sendiri. Kedua berita tersebut juga fokus dengan masalah sedotan plastik, namun tidak meluas ke isu sampah plastik. Merlyna Lim (2013) menyatakan kondisi orang-orang yang bertindak hanya didasarkan pada isu-isu yang dipopulerkan oleh media mainstream. Adanya berita daring yang memuat isu ini membingkai gerakan ini juga dengan secara sederhana, lalu isu ini pun dibawa ke dalam media sosial secara sederhana pula. Bahkan Instagram memungkinan untuk melihat narasi yang lebih sederhana dengan adanya bantuan tagar dan slogan-slogan, sesuai dengan karakter media sosial yang hanya sekejap dan cepat. Media sosial Instagram yang sederhana, kompak dan berbasis visual, menghasilkan proses partisipasi politik dan diskursus yang sederhana, cepat, ringkas dan visual. Para masyarakat yang mengunggah gambar mencoba untuk mengaktualisasi gerakan dan posisi mereka dengan menggunakan gambar dan sedotan steel atau material alternatif sedotan lain untuk membuat simbolisasi gerakan.Mereka cenderung menggunakan tagar, untuk mengidentifikasi diri dengan gerakan, menciptakan kesadaran dan menarik pemirsa untuk belajar tentang gerakan tersebut. Aktivisme yang mudah dengan mengunggah gambar lebih cenderung membuat peserta terlibat dan menciptakan simbol status: perubahan mendasar dalam cara Anda mengonsumsi. Sedotan stainless tidak lagi digunakan sebagai produk belaka, namun menjadi simbol pertentangan dan tindakan sadar pada pergantian konsumsi sebagai gerakan. Sebagai New Social Movement, para aktor harus membuat dan menggunakan simbol, untuk menjadi budaya dan tingkat gaya hidup tanding untuk menciptakan perubahan. Karena No Plastic Straw Movement ini


adalah bagian dari gerakan hijau, tujuan gerakan dan partisipasi politik adalah konsumsi alternatif. Budaya tanding yang diaktualisasi dalam bentuk perubahan gaya hidup, membentuk sedotan stainless menjadi simbol baru. Simbolnya jelas. Sedotan stainless adalah pertarungan dengan sedotan plastik. Meskipun, simbolnya hanyalah alat untuk memobilisasi gerakan secara mudah dan sederhana, beberapa orang gagal mendeteksi narasi yang lebih luas dari sampah plastik.

Gambar 1 cerita Instagram oleh @ ymchristydacosta

Gambar 2 cerita Instagram oleh @ lolipolli


Kedua gambar di atas menunjukkan bagaimana No Plastic Straw Movement menciptakan cara alternatif untuk menikmati minuman. Gambar 1 menunjukkan bagaimana aktor menggunakan sedotan stainless daripada sedotan plastik yang disediakan oleh restoran. Gambar tersebut juga tertulis dengan “Stainless straw dong ye sebagai keterangan dan “#nostrawmovement #noplasticstraws” sebagai tagar. Dalam kasus lain, Gambar 2 menunjukkan bagaimana aktor menggunakan sedotan stainless untuk mengkonsumsi minuman, meskipun dikemas dalam plastik. Pada Gambar 2, aktor menulis “Save our earth by not using plastic straws (Selamatkan bumi kami dengan tidak menggunakan sedotan plastik) (emoji)” dan “ I got this stainless steel from dhuwedhewe. id (Saya mendapatkan baja tahan karat ini dari dhuwedhewe.id)” sebagai keterangan gambar dan “#saynotoplasticstraws” sebagai tagar. Kedua gambar menunjukkan bagaimana mereka secara tidak langsung mempromosikan penggunaan sedotan stainless dengan menunjukkan cara alternatif untuk mengkonsumsi minuman dan kekuatan tagar. Namun pada Gambar 2, kita dapat melihat bagaimana aktor menggunakan sedotan stainless saat menggunakan gelas plastik. Ini menunjukkan bagaimana walaupun No Plastic Straw Movement mengubah cara orang mengkonsumsi dan mengubah gaya hidup mereka, tetapi itu tidak memicu para pelaku untuk belajar tentang masalah plastik yang lebih luas. Bingkai penyederhanaan gagal untuk menarik para aktor atau bahkan penonton untuk memahami bahwa masalah lingkungan mendasar diletakkan pada penggunaan plastik. Meskipun penyederhanaan tersebut bersifat politis, karena Divers Clean Action berkolaborasi dengan KFC Indonesia untuk menginisiasi gerakan, Divers Clean Action juga menunjukkan dalam penelitian mereka bahwa sampah plastik lainnya juga dapat merusak lautan. Penyederhanaan menunjukkan cacat dalam tindakan New Social Movement: mentalitas ‘mulai dari diri sendiri’ atau ‘mulai dari sesuatu yang kecil’. Individualisme dan melakukan aksi sekecil


mungkin dalam New Social Movement didorong karena sasaran gerakan adalah perubahan gaya hidup. Ketika gerakan menjadi lebih sederhana, para pelaku yang melihat gerakan tersebut juga menduplikasi hal-hal sederhana. Meskipun tagar dapat membantu memperluas pemirsa tentang No Plastic Straw Movement, Instagram sebagai media sosial, dirancang untuk menjadi sederhana, cepat, sekejap. Merlyna Lim menyatakan bahwa media sosial dirancang untuk menciptakan narasi pendek. Konten yang dibawa di Instagram harus terlibat dengan cara yang lebih sederhana. Begitu pula dengan fitur Instagram Stories yang digunakan oleh kedua aktor memiliki karakter sekejap dan cepat, pesannya harus lebih sederhana dan cepat juga. Tagar seperti #saynotoplasticstraw #noplasticstraw sederhana, cepat dan mudah untuk dianggap sebagai posisi. Dengan demikian, keampuhan No Plastic Straw Movement yang dianggap sebagai bagian dari No Plastic Waste Movement hanya berdampak pada orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dan bersedia untuk mengeksplorasi pengetahuan yang lebih luas, bukan kepada orang-orang yang menduplikasi atau bahkan menggunakan momen tersebut untuk menciptakan komodifikasi. Kesimpulan Artikel ini menyimpulkan bahwa penyederhanaan No Plastic Waste Movement dengan denciptakan No Plastic Straw Movement, meskipun efektif untuk menciptakan perubahan dalam konsumsi, tidak memicu para pelaku untuk mempelajari isu yang lebih besar dari gerakan. Mereka bertindak hanya dari apa yang mereka temui di media sosial, dalam bentuk visual dan tagar. Media sosial Instagram pun didesain untuk menciptakan diskursus yang cepat dan sekejap, sehingga mereka melihat diskurus tersebut dengan sederhana, dan menduplikasikannya secara sederhana pula. Mereka menyimpulkan bahwa sedotan


plastik adalah konsumsi yang bermasalah, dan ada kebutuhan untuk mendapatkan konsumsi alternatif untuk mengubah sedotan plastik. Dengan mengubah cara konsumsi ke dalam bentuk alternatif, para aktor gerakan menganggap telah berkontribusi kepada lingkungan dalam bentuk sesederhana mengganti sedotan. dan Mentalitas New Social Movement untuk menginisiasi sebuah gerakan dengan ‘mulai dari diri sendiri’ dan ‘mulai dari hal yang paling kecil’ hanya efektif bila aktor tidak berhenti ke dalam persoalan sederhana, namun juga meluas. Daftar Pustaka Benford, Robert D. dan David A. Snow (2000): Framing Processes and Social Movements: An Overview and Assesment, Annual Review of Sociology, 26, 611-639. http://www.jstor.org/stable/223459 Doerr, Nicole, Alice Mattoni dan Simon Teune (2013): Advances in the Visual Analysis of Social Movements.. Emerald Books Doherty, Brian 2002: Ideas and Actions in Green Movement. Routledge, London Lim, Merlyna: Many Clicks but Little Sticks: Social Media Activism in Indonesia. Journal of Contemporary Asia, DOI:10.1080/0047233 6.2013.769386 Berita Republika Online 22 April 2018, https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/04/22/p7lhyf299-penggunaan-sedotan-plastik-semakin-mengkhawatirkan, diakses 14 Desember 2018, 15:21 IDN Times, 19 Oktober 2018, https://www.idntimes.com/hype/


fun-fact/dita-anitya/pengganti-sedotan-plastik-c1c2, diakses 14 Desember 2018, 15:22 Stat Counter GlobalStats, http://gs.statcounter.com/social-media-stats/mobile/indonesia, diakses 15 Desember 2018, 22:42


Paus Rihanna dan Persepsi Kebertubuhan Tanggal 7 Mei 2018, Met Gala kembali diadakan dengan tema Heavenly Bodies: Fashion and the Catholic Imagination. Met Gala atau yang dikenal sebagai Costume Institute Gala merupakan sebuah acara galang dana tahunan untuk Metropolitan Museum of Art’s Costume Institute, New York. Setiap tahun, acara penggalangan dana ini memiliki tema yang berbeda, dan diikuti dengan pameran busana dengan tema yang sama. Dari tahun 2015 hingga 2017, tema Met Gala yakni “China: Through The Looking Glass”, “Manus X Machina” dan “Rei Kawakubo/Comme des Garçons.” Rihanna, salah satu selebriti dan penyanyi dari Barbados, merupakan salah satu dewan anggota pada Met Gala tahun ini. Ia juga dikenal sebagai selebriti yang berani bereksperimen, dan hal ini telah ia buktikan di kedua Met Gala sebelumnya dengan memakai gaun panjang berwarna emas karya Guo Pei dengan lebar yang hampir menutupi tangga Met Museum pada tahun 2015— nama pendek Metropolitan Museum of Art’s Costume Institute, New York—dan terakhir ia salah satu selebriti yang berani memadukan gaun haute couture karya Rei Kawakubo dengan string high heels yang tinggi dan dandanan yang eksperimental pada tahun 2017. Tidak semua tamu Met Gala berani bereksperimen bahkan berpakaian sesuai dengan tema yang diadakan oleh Met Gala. Pada dua tahun terakhir (Rihanna tidak mengikuti Met Gala pada tahun 2016), Rihanna mampu merebut hati orang yang melihatnya dengan gaun yang ia pakai, karena sesuai dengan tema yang diusung. Beberapa orang bahkan menempatkan Rihanna sebagai juara kostum terbaik dalam Met Gala dari kalangan media. Pada tahun ini, ia kembali bereksperimen dengan memakai gaun rancangan Maison Margiela. Busana yang


ia kenakan berupa mahkota dan mini dress korset Paus yang dibalut dengan berbagai macam kristal, lengkap dengan jubah panjang. Pada artikel ini, saya akan membahas mengenai Rihanna dan kostumnya dengan teori fenomenologi persepsi oleh MerleauPonty dan proses penubuhan David Morgan. Dari persepsi ini, saya mencoba memposisikan Rihanna dan gaun tersebut dalam bentuk tubuh dan kostum. Tubuh dan Kebertubuhan Untuk mendalami sebuah tubuh dan kebertubuhan, saya menggunakan fenomenologi persepsi dari Merleau-Ponty dan tiga bentuk embodiment yang diutarakan David Hill. Merleau-Ponty mengkritik kaum intelektual yang memandang bahwa subjek tidak mempunyai pengaruh terhadap objek. Bila objek merupakan sebuah bahasa, maka kata yang diucapkan subjek menjadi tidak ada maknanya. Konsep ini dikritik oleh Merleau-Ponty dengan menggunakan konsep tubuh-subjek, untuk mengatakan bahwa sebuah tubuh memiliki makna. Untuk membuktikan hal ini, Merleau-Ponty membuat sebuah pembedaan antara speaking speech dan spoken speech. Speaking speech menurut MerleauPonty adalah bentuk dari bahasa (langue), sedangkan spoken speech merupakan bentuk dari wicara (langue). Dalam spoken speech, orang membuat makna melalui pesan yang disampaikan. Bahkan dalam ekspresi tubuh, spoken speech dapat berupa ekspresi wajah, yang dapat diartikan sebagai emosi tertentu. Dalam hal ini, bahasa menjadi sebuah tindakan untuk membuat subjek tersebut ada. Dalam pandangan Merleau-Ponty, ia menganggap bahwa tubuh dan pikiran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini merupakan kritik pula untuk Descartes yang menganggap bahwa tubuh dan pikiran merupakan hal yang berbeda. Merleau-


Ponty dalam konsep tubuh-subjek, memungkinkan bahwa tubuh dan pikiran adalah hal yang selaras. Tubuh melakukan sebuah gerakan spontan karena adanya pikiran yang berpersepsi, “The perceiving mind is an incarnated body”. Persepsi bekerja dalam kerjasama antara pikiran dan tubuh. Pikiran sendiri merupakan tempat perebutan wacana, merupakan tempat di mana dominasi, pengetahuan bekerja dalam diri seseorang. Sedangkan tubuh merupakan bentuk-bentuk inderawi, sebuah tempat yang akan melakukan hasrat. Dari sini, keduanya berhubungan, terutama ketika tubuh didisiplinkan oleh pikiran atau pun ketika tubuh mengatakan sesuatu ke pikiran. Dalam esai David Morgan berjudul “The Look of Sacred”, ia mencoba untuk mengklasifikasikan bentuk persepsi manusia dalam penubuhan tubuh-subjek. Ada tiga macam klasifikasi yang ia buat, yakni: Tubuh Sebelum Gambar, Tubuh Bersama Gambar dan Tubuh Transenden dalam Gambar. Tubuh Sebelum Gambar. Tubuh Sebelum Gambar dideskripsikan sebagai pengalaman kebertubuhan seseorang ketika memakai sebuah jimat atau makeup. Pengalaman tubuh dalam Tubuh Sebelum Gambar, subjek yang memakai atau berhubungan dengan objek tertentu tidak lagi memiliki keterpisahan antar subjek-objek, subjek membuat evaluasi baru terhadap diri, terlahir kembali dengan objek yang ia kenakan. Objek yang dikenakan mampu mengubah diri seseorang menjadi apa yang diinginkan oleh orang tersebut bersama dengan objek. Pada Tubuh Bersama Gambar, subjek dan objek menyatu dan membentuk sebuah representasi. Subjek yang terlihat dengan objek yang ia kenakan, menciptakan sebuah makna dan menimbulkan persepsi. Persepsi tersebutlah yang menimbulkan adanya interaksi dari penglihat dengan subjek. Sedangkan, Tubuh Transenden dalam Gambar adalah bentuk ketika subjek tidak


lagi hanya sekedar merepresentasikan gambar, namun memiliki wacana yang melebihi dari objek yang dikenakan. Dengan kedua teori ini, saya akan mencoba untuk membahas sosok Rihanna dan pakaian yang digunakan. Ketika Rihanna memakai pakaian tersebut, maka muncul berbagai persepsi, pula pemaknaan terhadap sosok Rihanna. Pada intinya, barang yang menubuh terhadap subjek menimbulkan sikap politis tertentu, yang akan memunculkan persepsi dalam proses penubuhan seseorang. Paus Rihanna Keputusan Rihanna memakai gaun, jubah dan tiara rancangan Maison Margiela, tidak bisa menghindari persepsi yang melihat bagaimana pakaian tersebut menubuh dengan Rihanna. Rihanna bukan hanya seorang selebriti biasa, ia dideskripsikan sebagai orang yang pemberani, tidak takut bereksperimen. Ia tidak lagi datang ke acara Met Gala hanya sebagai anggota dewan, atau seorang selebriti yang punya akses untuk ke Met Gala. Ia datang sebagai Rihanna, seorang selebriti yang mampu mendobrak zona nyaman. Baju yang menubuh dengan Rihanna, tidak lagi dipandang sebagai sekedar ‘baju’ dan ‘Rihanna’. Keduanya menjadi satu, dan memiliki makna. Baju yang menubuh dalam Rihanna merupakan spoken speech, baju tersebut memilki makna yang dapat disampaikan kepada para penglihatnya, dan dengan baju tersebut, Rihanna tidak lagi hanya dipandang sebagai Rihanna seseorang. Ia dan baju tersebut menghasilkan persepsi kepada dirinya, kepada penglihatnya dan sebagai subjek yang menjadi ikon. Sebagai tubuh-subjek Rihanna, perlu untuk mengetahui aspek-aspek yang membentuk Rihanna, dengan alasan hal inilah yang akhirnya


membuat sebuah persepsi terhadapnya. Rihanna sendiri bukanlah seorang mega bintang biasa. Ia adalah seorang penyanyi, pebisnis, aktris, bahkan ia baru saja dikukuhkan menjadi duta Barbados untuk mempromosikan pendidikan, turisme dan investasi. Perempuan kelahiran Barbados ini telah menghasilkan delapan studio album, dan bermain peran di berbagai film seperti Ocean’s 8, Battleship dan Valerian and the City of a Thousand Planets. Ia dianggap sebagai ikon busana oleh media dengan alasan, ia memulai beberapa tren seperti potongan rambut bob, pakaian bulu warna-warni, outerwear yang besar dan keputusannya untuk tampil di Red Carpet maupun acara formal lainnya dengan gaun yang mampu menarik perhatian. Ia sendiri seorang Kristen, dan mengatakan bahwa Tuhan merupakan inspirasinya dalam berkarya. Sebagai selebriti, ia bukanlah orang yang takut dengan tantangan, dan juga mengekpresikan seksualitasnya dengan terbuka. Rihanna sendiri memandang dirinya bukanlah sebuah role model, dan beberapa kali melalui karyanya, ia mengekspresikan dirinya sebagai “bad girl”. Sejak album “Good Girl Gone Bad” pada tahun 2007, Rihanna mulai membentuk dirinya sebagai “bad girl” dengan ekspresi sensual dalam cara berpakaian, lagu dan video musik yang ia ciptakan. Dalam teori tubuh, “bad girl” ataupun ekspresi sensual didisiplinkan oleh pikiran yang memiliki wacana bahwa perempuan tidak boleh mengekspresikan seksualitas. Rihanna mendobrak wacana tersebut dengan membiarkan tubuhnya tidak didisipin oleh wacana yang berkembang, dengan cara merebut wacana tersebut melalui karyanya. Wacananya sebagai “bad girl” masih ia pakai hingga sekarang, bahkan dalam pakaian yang ia kenakan untuk Met Gala. Sebagai Tubuh Sebelum Gambar, pengalaman berpakaian Rihanna mengevaluasi dirinya sebagai seorang pemimpin dari


ikon busana dekade ini. Pemimpin dari ikon busana yang diusung Rihanna adalah seseorang perempuan yang nyaman dengan seksualitasnya dan bereksperimen dengan busana yang ia pakai. Sebagai Tubuh Bersama Gambar, Rihanna tidak lagi dipandang hanya sebagai ikon busana oleh para penglihat, ia didapuk sebagai Paus Rihanna, sosok glamor yang berani mengambil resiko dengan memakai jubah paus. Para penggemar Rihanna memandangnya sebagai seorang role model, seseorang yang patut untuk diidolakan karena keberaniannya dan keanggunannya. Beberapa respon cuitan Twitter penggemarnya seperti “THE FASHION ICON WE NEVER DESERVED ~ RIHANNA” dan “I will like to thank Robyn Rihanna Fenty for inventing Religion!” menunjukkan bahwa Rihanna telah memukau penggemarnya. Bagi para penglihat, sebagian orang menganggapnya hal tersebut adalah bentuk apropriasi dalam keagamaan. Para pengikut Katolik menganggap bahwa apa yang dilakukan Rihanna tidak layak, karena Paus dan yang menyangkut pada tubuhnya, yakni pakaian, merupakan tokoh agama laki-laki yang tidak mengekspresikan seksualitasnya. Bagi para penglihat hal ini merupakan sebuah kritik kepada institusi keagamaan, yang terus merepresi seksualitas dan kemungkinan adanya pemimpin agama perempuan. Hal inilah bentuk Dalam Tubuh Transenden dalam Gambar, ketika para penglihat mencoba menghubungkan Rihanna dengan relevansi sebuah keadaan. Kesimpulan Rihanna, sebagai ikon pop dekade ini, mendobrak wacana umum mengenai perempuan dengan menunjukkan diri sebagai “bad girl”. “Bad girl” didefinisikan sebagai seorang perempuan yang berani mengekspresikan seksualitasnya dan tampil berbeda dari yang lain. Ekspresi seksualitas dan keberanian Rihanna, dalam


konteks Met Gala yang bertemakan Heavenly Bodies: Fashion and the Catholic Imagination, diekspresikan dalam bentuk jubah, mini dress dan tiara karya Maison Margiela yang membuatnya terlihat seperti seorang Paus. Dari sini, Rihanna dan pakaian yang ia kenakan tidak lagi menjadi sebuah bentuk politik yang berbeda, antara politik sebuah pakaian dan seorang selebriti, namun keduanya bergabung dan menciptakan politik tersendiri, dengan menghasilkan makna dan persepsi. Rihanna dengan memakai baju tersebut mepresentasikan dirinya sebagai pemimpin ikon busana dan merepresentasi sosok role model bagi para penggemarnya yang mengapresiasi seksualitas dan keberaniannya. Namun, dengan memakai baju yang dikhususkan untuk pemimpin umat Katolik yang kebanyakan pria, Rihanna tidak lagi menjadi sosok politis yang hanya sekedar memakai baju kepausan. Ia juga menantang institusi keagamaan untuk lebih terbuka dengan seksualitas dan wacana perempuan dalam hirarki keagamaan.

Daftar Pustaka Irawan (2008), “Animal Ambigitatis: Memahami Manusia Melalui Pemikiran Maurice Merleau-Ponty dan Jacques Lacan”, Jalasutra, Yogyakarta Lang, Cady, “Rihanna Going Full Pope on the 2018 Met Gala Red Carpet Is a Religious Experience”, diakses tanggal 20 Desember 2018, pukul 1:32 http://time.com/5257694/rihanna-met-galadress-pope-2018/ Morgan, D. (2011) “The look of the sacred,” dalam Orsi, R. A. (ed.), The Cambridge Companion to Religious Studies, Cam-


bridge University Press, pp. 296–318. https://doi.org/10.1017/ CCOL9780521883917.016 Mzezewa, Tariro, “Rihanna Reigns With Pope-Inspired Dress at Met Gala”, diakses tanggal 20 Desember 2018, pukul 1.32 https:// www.nytimes.com/2018/05/07/style/rihanna-dress-met-gala. html




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.