(Not So) One Sided Love_Kajian Entertainment

Page 1

PRISCILA ASOKA KENASRI 16/399344/SP/27477

PENELITIAN KAJIAN ENTERTAINMENT 2018


LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN PENELITIAN

Apakah hal-hal yang dilakukan oleh para fans untuk idola K-pop mereka adalah tindakan satu arah yang ‘bertepuk sebelah tangan’? Saya tergabung ke dalam fandom sebuah grup idol K-pop bernama iKON sejak awal tahun 2018 dan kerap menemui banyak hal-hal menarik dari kehidupan komunal sebuah fandom. Terlepas dari komitmen seorang fans untuk menggemari seseorang atau sesuatu, ada komitmen yang juga dilakukan fans untuk terlibat di dalam sebuah fandom. Saya melihat banyak hal yang menarik untuk dipelajari dari perilaku teman-teman di dalam suatu fandom, terutama tentang motivasi dan ekspektasi di balik apa yang dilakukan fans yang tergolong ke dalam sebuah fandom, apalagi mempertimbangkan bagaimana mereka melakukan banyak hal untuk idola mereka secara sepihak tanpa balasan langsung dari idola. Henry Jenkins menyebut fans sebagai penggemar atau pemuja (Jenkins, 1992). Fans menjadikan kesenangan atau kepuasan sebagai bagian dari hidup mereka. Mereka melakukan sangat banyak hal dan ingin terlibat secara aktif serta mendekatkan diri dengan objek kesenangan mereka, yakni para idol. Mulai dari mengoleksi album, mendatangi fansign, menghadiri konser, melakukan voting dan streaming, serta mempromosikan atau mendorong orang lain untuk juga mendukung idol tersebut. Namun tanpa adanya feedback secara langsung dari idol, apa yang sesungguhnya fans cari dan harapkan dari seluruh upayanya untuk berkontribusi dalam mendukung idol? Budaya Partisipatori Fans berarti fans mengambil peran yang lebih aktif dalam produksi dan co-creation pesan, komunikasi, dan arti. Ini merupakan salah satu karakteristik budaya fans. Dengan kemajuan teknologi internet seperti sekarang, fans berperan aktif di media sosial dan memiliki kekuatan signifikan di dalam hubungan dinamis antara pesan, komunikator atau idola, dan audiens yang lebih besar atau fandom (Utami, 2016). K-pop sekarang telah bertumbuh pesat sebagai fenomena internasional, membuat komunikasi antara idola dan fans yang mendunia menjadi masalah signifikan. Bentuk-bentuk komunikasi idola-ke-fans terus berevolusi melingkupi platform media sosial seperti Twitter, Instagram, YouTube, V-Live, CH+, dan masih banyak lagi. Tetapi apakah itu cukup untuk menjustifikasi bahwa para fans selama ini tidak melakukan komunikasi satu arah dalam budaya partisipatori mereka seorang diri? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendalami bentuk komunikasi searah maupun dua arah yang dilakukan fans ketika mengidolakan idola K-pop serta memperoleh data yang potensial untuk dikembangkan dalam studi dan penelitian ke depannya.


KONSEP DAN LANDASAN PENELITIAN

Artikel jurnal “Fandom and the Search for Meaning: Examining Communal Involvement With Popular Media Beyond Pleasure” yang ditulis oleh Mina Tsay-Vogel dan Meghan S. Sanders memberi insight yang mendukung proyek Kajian Entertainment saya dengan mengupas bagaimana keterlibatan komunal dengan media populer dapat menteoretisasi fandom. Menjadi bagian dari komunitas fans meningkatkan kesenangan, apresiasi, reaksi fisiologis, perolehan pengetahuan, dan intensi untuk mencari material yang terkait dengan apa yang digemari.

Artikel yang dimuat dalam jurnal Psychology of Popular Media Culture tahun 2015 ini menyinggung bahwa fandom media adalah fenomena yang mendorong individu untuk secara kolektif bergabung menjadi satu di dalam sebuah ‘subculture’ yang didasarkan pada kesamaan ketertarikan atau apresiasi akan sebuah produk budaya populer yang ada di media. Anggota-anggota dari komunitas fans ini menumbuhkan rasa sense of belonging dengan adanya identitas sosial yang terbentuk seiring waktu dengan berada di dalam komunitas tersebut. Subkultur-subkultur dari media hiburan telah memiliki implikasi dalam membentuk identitas sosial, rasa kebersamaan, martabat sosial, dan self-esteem (Zillmann, Bryant, & Sapolsky, 1989 dalam Tsay-Vogel & Sanders, 2015). Fans berbeda dari audiens pasif biasa karena mereka aktif dalam koleksi, produksi, dan konsumsi media tersebut sehingga tidak hanya menjadi penonton. Menurut Jenkins (2000), salah satu karakteristik utama dari fandom adalah kemampuan untuk mengubah reaksi personal menjadi interaksi sosial, budaya penonton menjadi budaya partisipatoris.

Artikel jurnal yang berjudul “Researching Online Fandom” yang ditulis oleh Lucy Bennett mendalami bagaimana penggemar melihat posisi dan komunikasi mereka dengan idola melalui Twitter dan berpendapat bahwa proses itu berfungsi untuk mengkonfigurasi ulang tingkat koneksi dan kedalaman keterlibatan antara idola dan komunitas fans terkait. Artikel dari jurnal Cinema Journal Vol. 52 yang terbit di tahun 2013 ini melihat bagaimana media sosial berdampak pada komunikasi khususnya dalam budaya fans dan fandom di komunitas fans musik populer. Platform media sosial mengubah keterlibatan secara langsung untuk fans dan audiens. Adanya percampuran elemen publik dan privat dari kepribadian idol, komunikasi langsung dengan fans sebagai rekan, dan fans yang diposisikan sebagai pemberi kontribusi vital akan karya setiap idol tampaknya mendukung munculnya perasaan inklusi dan nilai yang kuat bagi sebagian penggemar, meskipun mereka adalah salah satu dari jutaan pengikut yang berpotensi untuk di-notice.


METODE PENCARIAN DATA

Observasi perilaku fans iKON yang disebut iKONIC di media sosial Twitter memunculkan hasil pengamatan bahwa di dalam komunitas fandom selalu ada akun-akun besar (big accounts) yang menjadi semacam key opinion leader di antara akun-akun fans biasa lainnya. Tolok ukur sebuah akun dipandang sebagai big account dilihat dari jumlah followers yang besar dan following yang jauh lebih sedikit, serta kontribusinya bagi komunitas besar iKONIC Indonesia maupun iKONIC internasional di Twitter. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa akun-akun besarini tidak menjadi key opinion leader tanpa alasan karena mereka memiliki apa yang dalam penelitian ini saya istilahkan dengan specialty in fandom. Specialty di sini adalah peran khusus yang diambil seorang fans di dalam fandom dan ragamnya pun banyak, mulai dari memproduksi konten sendiri hingga men-support fans lain agar lebih mudah dan terorganisir dalam berkontribusi untuk idol. Antara lain adalah fansite yang berperan sebagai fotografer momen idol, pengurus pembelian album musik secara kolektif atau bulkbuy, penerjemah yang menerjemahkan konten iKON dalam bahasa Korea ke bahasa Inggris untuk dapat dikonsumsi fans internasional, pembuat fan project dalam rangka khusus seperti konser atau ulang tahun idol, pembuat fanart, dan penggiat streaming dan voting. Wawancara pun dilakukan dengan empat subjek dengan specialty in fandom masing-masing di dalam komunitas iKONIC di Twitter. Subjek pertama adalah Monic (@mncmonicmnc) sebagai pengurus bulkbuy dan penggagas fan project penggalangan dana atas nama salah satu member iKON yang berulang tahun. Subjek kedua adalah Chunny (@jndhcw) sebagai pendiri fanbase @iKONESIA_Team dan penggiat streaming-voting yang paling dipandang di komunitas iKONIC Indonesia. Subjek ketiga adalah Ayi (@ayinurul) sebagai pengurus bulkbuy juga. Dan subjek keempat adalah Thalia (@H0EBABY) sebagai pengurus fan project di saat konser iKON di Indonesia, translator, dan pembuat fanart yang karyanya sudah pernah di-notice dan disimpan oleh salah satu member iKON, Yunhyeong. Perilaku media sosial Twitter keempat subjek ini pun juga diobservasi secara mendalam.


ANALISIS DATA


MONIC DESKRIPSI:

hasil wawancara Temuan menarik yang didapatkan dari wawancara dengan Monic adalah ketiadaan ekspektasi dari Monic terhadap iKON selaku fans dari idol yang didukung. Afeksi yang dikomunikasikan melalui dukungan terhadap iKON tidak dianggap komunikasi satu arah karena Monic sendiri tidak mementingkan dukungan langsung, melainkan dukungan tidak langsung dengan cara mempromosikan dan mengajak orang lain untuk ikut mendukung iKON dengan harapan idolanya akan merasa dihargai. Berdasarkan observasi perilaku Monic di media sosial Twitter dan analisis hasil wawancara, Monic tidak mempermasalahkan komunikasi dua arah yang timpang sebelah antara fans dan idol karena ia sendiri tidak menitikberatkan pemberian dukungan secara langsung pada iKON. Monic lebih mementingkan keterlibatannya dalam komunitas fans dengan ekspektasi personal pleasure serta memperoleh teman-teman sesama fans. Temuan ini sejalan dengan temuan penelitian yang menjadi rujukan sebelumnya, bahwa keanggotaan di dalam komunitas fan meningkatkan respon kesenangan, apresiasi, dan ďŹ siologis, perolehan ilmu, dan intensi untuk mencari material terkait fans lainnya.

Monic adalah seorang karyawati swasta berusia 29 tahun yang menjadi iKONIC dengan specialty menangani pemesanan album iKON secara bulkbuy hingga ratusan album untuk fans iKON se-Indonesia.


CHUNNY DESKRIPSI:

Temuan menarik yang didapatkan dari wawancara dengan Chunny adalah bagaimana ia sangat mementingkan kontribusi fans. Istilah “kontribusi� muncul berkali-kali dalam jawaban wawancaranya. Dalam industri musik K-pop, seorang atau sekelompok idol hanya bisa dianggap berhasil apabila idol tersebut berhasil di tangga lagu (charts) dan di ajang penghargaan (awards). Cara yang sangat lazim dan masuk akal bagi seluruh komunitas penggemar K-pop adalah dengan mencapai keberhasilan di kedua hal tersebut dengan cara streaming dan voting. Chunny adalah sosok yang sangat berpengaruh di komunita iKONIC Indonesia karena selalu menggiatkan donasi uang untuk pembelian streaming pass dan mengkoordinasi streaming team. Berdasarkan observasi perilaku Chunny di media sosial Twitter dan analisis hasil wawancara, Chunny menganggap adanya rasa komunikasi satu arah itu lumrah, karena fans bisa jadi lelah melakukan segala hal seperti voting dan streaming tanpa feedback yang langsung dari idol. Namun, Chunny memaklumi bahwa idol tentu tidak bisa membalas seluruh upaya fans secara langsung. Selain itu, fans yang paling baik adalah fans yang tidak lelah berkontribusi untuk idolanya. Temuan ini sejalan dengan salah satu temuan penelitian yang menjadi rujukan sebelumnya, yakni fans yang diposisikan sebagai pemberi kontribusi vital akan karyanya sebagai idola.

Chunny adalah seorang dosen muda berusia 28 tahun yang merupakan iKONIC dengan specialty membantu menyediakan akses dan cara bagi iKONIC Indonesia untuk voting dan streaming. Chunny mendirikan fanbase khusus demi misinya ini, yakni @iKONESIA_Team.


AYI DESKRIPSI:

Temuan menarik yang didapatkan dari wawancara dengan Ayi adalah bagaimana ia pun turut kerap kali mengangkat topik dukungan dan support yang diartikan olehnya sebagai cara fans untuk memastikan profesi dan karir iKON sebagai penyanyi berjalan mulus ke depan. Hal ini kurang-lebih sama dengan pemikiran Chunny sebelumnya tentang kontribusi, namun Ayi lebih menggarisbawahi “pembelian karya” sebagai cara ia memberi dukungan. Oleh karena itu Ayi mengistilahkan dukungannya dengan “belanja”, baik itu dengan menonton konser, membeli album, merchandise, dan official goods iKON. Cara Ayi memandang komunikasi searah atau dua arah antara idol dan fans menjadi temuan yang menurut saya sangat menarik. Ayi Dalam hubungan fans dan idol menurut Ayi, apabila dilihat dari sudut pandang individual fans atau individual idol, mungkin akan kelihatan seperti komunikasi satu arah saja. Namun apabila fans dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak individual, atau idol yang digemari juga dilihat sebagai satu kesatuan, maka komunikasi yang terjalin akan terlihat sebagai komunikasi dua arah. Ayi mencontohkan ketika iKON melakukan livestream di CH+, fans bersama-sama memberitahu sesuatu dan iKON akan memberi feedback. Hasil akhirnya hampir terasa sama seperti dua orang yang mengobrol dan melakukan komunikasi dua arah seperti biasa.

Ayi adalah seorang karyawan marketing merchandising berusia 24 tahun yang menjadi iKONIC dengan specialty menangani pemesanan album iKON secara bulkbuy untuk fans iKON se-Indonesia bersama Monic.


THALIA DESKRIPSI:

Temuan menarik yang didapatkan dari wawancara dengan Thalia adalah penekanannya pada kesenenangan (pleasure). Ekspektasi Thalia terhadap idolanya adalah supaya mereka merasa senang dan ia juga mendapatkan kesenangan pribadi. Thalia memiliki pandangan yang serupa dengan Monic sebelumnya karena Thalia pun tidak menganggap komunikasi antara fans dan idol yang lebih terkesan satu arah, karena baginya interaksi iKON dengan fans melalui fansign, konser, dan media sosial sudah cukup. Selain itu, berdasarkan observasi perilaku Thalia di media sosial Twitter dan juga analisis hasil wawancara, Thalia lebih mementingkan keterlibatan, aktualisasi diri, dan kepuasan pribadi dalam komunitas fans. Thalia merupakan salah satu akun iKONIC dengan jumlah pengikut sesama iKONIC yang besar. Melalui karya-karya fanart Thalia, ia menemukan fungsi lain dari komunitas fans sehingga di samping berkontribusi dengan caranya sendiri untuk idol, ia juga mendapatkan apresiasi akan karyanya, baik itu dari sesama iKONIC maupun dari iKON sendiri, yang juga sudah pernah me-notice karyanya. Temuan ini sejalan dengan temuan penelitian yang menjadi rujukan sebelumnya, bahwa fans memerlukan tingkat keterlibatan afektif, kognitif, dan perilaku yang tinggi dibandingkan dengan hanya menjadi konsumen media yang pasif.

Thalia adalah seorang graphic designer berusia 22 tahun yang menjadi iKONIC dengan specialty membuat gambar-gambar fanart, membuat project, dan sesekali menjadi translator untuk kontenkonten iKON secara internasional.


KESIMPULAN

Budaya Partisipatori Fans berarti fans mengambil peran yang lebih aktif dalam produksi dan co-creation pesan, komunikasi, dan arti. Ini merupakan salah satu karakteristik budaya fans. Anggota-anggota dari komunitas fans ini menumbuhkan rasa sense of belonging dengan adanya identitas sosial yang terbentuk seiring waktu dengan berada di dalam komunitas tersebut. Fans secara aktif mengambil peran sendirisendiri di dalam suatu komunitas fandom, yang mana peran ini bisa menjadi specialty in fandom mereka yang membuat mereka menjadi key opinion leader untuk fans lain yang mengikuti mereka. Adanya platform media sosial mengubah keterlibatan secara langsung untuk fans dan audiens. Idol yang melakukan percampuran elemen publik dan privat, berkomunikasi langsung dengan fans sebagai rekan, dan fans yang diposisikan sebagai pemberi kontribusi vital membuat fans merasa perlu melakukan kontribusi untuk keberlangsungan kariridol yang berujung pada kesenangan fans sendiri. Fans grup idol iKON tidak selamanya berekspektasi tinggi untuk di-notice oleh idol karena fans juga mencari personal pleasure yang dihasilkan melalui menjadi bagian dari sebuah komunitas fandom, juga untuk alasan berkarya dan aktualisasi diri. Di samping itu, afeksi yang kuat dari iKONIC terhadap iKON menjadi alasan mengapa mereka rela melakukan banyak hal untuk mendukung idol mereka. Afeksi itu dilatarbelakangi dengan keyakinan bahwa iKON sebagai idol juga telah bekerja keras memberikan yang terbaik untuk fansnya. Apabila hubungan fans dan idol dilihat dari sudut pandang individual, mungkin akan kelihatan seperti komunikasi satu arah saja. Namun apabila fans dilihat sebagai satu kesatuan individu dan idol juga dilihat sebagai satu kesatuan individu, maka komunikasi yang terjalin akan terlihat sebagai komunikasi dua arah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi insight dalam memahami fenomena fandom K-pop di media sosial dan kelak dapat diperdalam lebih lanjut untuk penelitian ke depannya.


LAMPIRAN: TRANSKRIP PERTANYAAN WAWANCARA

MENJADI FANS iKON - Sudah berapa lama menjadi iKONIC? Sejak kapan? - Kenapa menjadi fans iKON? - Siapa bias di iKON dan kenapa menjadi fansnya? PARTISIPASI FANS - Apa yang anda rasakan terhadap iKON? (kekaguman/afeksi) - Dengan cara apa anda mengungkapkan perasaan itu kepada iKON di kehidupan nyara? - Dengan cara apa anda mengungkapkan perasaan itu kepada iKON di media sosial? PERILAKU FANGIRLING - Bagaimana cara anda menyampaikan dukungan kepada iKON? - Apa motivasi & tujuan anda dalam menyampaikan dukungan kepada iKON? - Apa ekspektasi anda setelah menyampaikan dukungan kepada iKON? - Apakah anda berharap di-notice oleh idol? - Apakah anda merasa anda hanya melakukan komunikasi satu arah sendirian terhadap iKON? - Mengapa anda sebagai fans rela melakukan sedemikian banyak hal untuk iKON?


Referensi: Bennett, L. (2013). Researching Online Fandom. Cinema Journal, 52 (4), 129-134. Available at: http://www.jstor.org/stable/ 43653153 [Accessed 2018, December 15] Korea Heralds. (2015). How K-pop keeps up with international fans. [online] Available at: http://www.koreaherald.com/view.php?ud= 20150901001068 [Accessed 2018, October 7, 2018] Tsay-Vogel, M., & Sanders, M. S. (2015, May 25). Fandom and the Search for Meaning: Examining Communal Involvement With Popular Media Beyond Pleasure. Psychology of Popular Media Culture. Advance online publication. http://dx.doi.org/10.1037/ ppm0000085 [Accessed 2018, November 24] Utami, L. S. S. (2016). Fans Participatory Culture in Social Media (Studies on Twitter Utilization by Bangtan Boys Fans in Indonesia). [online] International Conference of Communication, Industry, and Community. ISBN: 978-602-74139-0-0. Available at: https:// www.researchgate.net/publication/323476353 [Accessed October 7, 2018]


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.