t hanks to... Terima kasih saya yang pertama absolut untuk Dia. Allah. Allah. Allah. Sang Maha Menjadikan segala sesuatu... (yang saya tak sanggup menuliskannya... karena ke-Maha-an-Nya) sehingga novel ini bisa ada. Karena Dia-lah semua jadi ada. (Allah SWT... betapa tangan ini terlampau bergetar bila berbicara tentang segala ke-Maha-an-Mu.) Terima kasih kedua, saya persembahkan untuk kekasih-Nya, our beloved prophet, Muhammad saw. Tanpa melaluinya, kita tak akan mengenal ilmu yang telah sempurna ini. Islam. Terima kasihku pada suamiku, tak ada manusia yang sempurna. Namun, bagiku kaulah kesempurnaan. Terima kasih atas support yang tak terhingga ini. Terima kasih pada kedua anakku, Fadgham dan Freya... kalian-lah permata yang menyenangkan hati Bunda. Terima kasihku pada ibunda yang telah melahirkanku, Mamah Nunu. Dan mertua yang telah melahirkan suamiku,
5
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 5
01/07/2013 11:24:13
Mamah Iyam. Tanpa doa Mamah, segala keindahan ini akan sulit sekali terwujud. Terima kasih pada kakak dan adikku, Deta-Asrul, Kak Dian-Mas Deni, dan Fitrah-Laisa. Terima kasih pada para sahabat yang namanya tertera di novel ini, Irma ‘Madut’ dan Melani ‘Lantud’. Terima kasih atas support positive-nya pada Ustaz Yusuf Mansyur dan Noor Huda Ismail. Manusia-manusia istimewa yang menjadi guru saya. Terima kasih kepada Mbak Inez Tagor, Aditya Wardhani, dan Mbak Irna Dewi atas masukan positifnya. Terima kasih pada Mbak Titi, Mbak Nani, Indi, dan Ana atas support-nya. Terima kasih pada Pak Bakar, Pak Taufiq, Pak Budhi, dan Ibu Mini. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih pada semua teman, sanak famili yang tak bisa saya sebutkan satu per satu, yang telah memberikan banyak pengalaman pada saya hingga saya berada pada titik kehidupan ini.
Astrid Tito
6
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 6
01/07/2013 11:24:13
On A Rainy Day “N
ggak maauu!!” “KENAPA?”
“POKOKNYA NGGAK MAU!!” Aku berteriak dari
dalam kamar. Kutiup pipiku hingga menggelembung melebihi balon. Kumajukan kedua bibirku yang terkatup rapat. Intinya, aku marah. Sangat-sangat marah. HUH!!
7
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 7
01/07/2013 11:24:14
“Iya, tapi kenapa nggak mauuu?” Mamah masih mengejar jawabanku. Ia berteriak, berusaha mengalahkan suara hujan lebat di luar rumah. “NGGAK MAU... yaaa... NGGAK MAU AJAAA...!!!” Aku setengah berteriak. Oh, jangan sampai aku menjadi anak durhaka hanya karena tidak menuruti ajakan Mamah. But please, untuk yang satu ini, NO WAY...!! Aku melipat kedua tanganku di depan dada, membentuk gesture pertahanan yang matang. Mataku membesar, menatap PC tahun jebot lungsuran Oom-ku. Kutarik napas panjangpanjang, kubuang dengan cepat. Puh! Rasanya nyeri tukak lambungku sebentar lagi kumat. “Harus ada alasan konkret!” Mamah bersikeras. Tak lama, pintu kamarku dibuka tanpa permisi. Mamah masuk dengan wajah tak puas. Aku terkesiap melihat penampilan Mamah yang sudah rapih dalam balutan pakaian kebanggaannya. Tunik panjang motif floral, warna hijau tosca, dengan ornamen cantik di bagian dada. Ia terlihat segar, walau tubuhnya masih terlihat kurus. Wajahnya yang setengah keriput karena beban hidup, tersapu habis oleh balutan bedak tebal. Oh well, biar bagaimanapun, dia masih tetap terlihat cantik. Setidaknya, di mataku dan adikku. “KAMU... IKUT!” tegas Mamah seraya memasang giwang andalannya, mas kawin dari almarhum Papah. Aku memandangi Mamah yang masih tampak sibuk dengan mematut-matut dirinya di depan cermin tua peninggalan Nenek. Kupasang wajah tak suka. Bunyi gemuruh di langit seakan mewakili perasaanku yang meletup-letup. 8
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 8
01/07/2013 11:24:14
“Aku tidak mau ikut, Mah! Harus pakai bahasa apa aku bicara? Bahasa Swahili?” Aku menghela napas. Kulembutkan nada bicaraku. “Tapi ini pernikahan sepupu dekatmu, si Linda!!” Mamah mencoba mengingatkanku dengan nada yang super tegas. Kalau sudah begini, aku mulai merasa diteror. HHHHHEH!! Bagaimana tidak?? Pernikahan lagi...! Pernikahan lagi! Pernikahan... Pernikahan... Pernikahan.... Mengapa sih harus ada kata PERNIKAHAN di dunia ini? Satu kata “ajaib” itu, lebih dari sekadar malmare yang mengganggu ketenangan jiwa. Atau bahkan bila sudah sampai tahap bahan diskusi, satu kata itu berubah menjadi momok yang tak hanya meneror alam bawah sadarku, tapi juga merasuk, berputar, dan terjebak di dalam otakku. Bagai benang kusut yang menyumbat aliran darahku. “Kapan Freya menyusul?” “Sudah punya pacar kan? Buruan! Resmikan saja!” “Kapan mau ngundang-ngundang, Fre? Awas! Nanti keburu jadi perawan tua...!!”
Terbayang sudah pertanyaan sambung-menyambung yang akan memburuku tanpa ampun itu. Pertanyaan-pertanyaan yang menyergapku. Menerjangku. Hingga aku tidak mampu bergerak. Terkunci rapat. Pertanyaan-pertanyaan yang mengerikan. Menakutkan. Yang lebih menegangkan daripada dibelenggu oleh satuan tugas antiterorisme. Paranoid!
9
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 9
01/07/2013 11:24:14
“Mah, aku nggak mau ikut. Please understand....� Aku berucap dengan nada lemah. Pernikahan adalah pembicaraan yang selalu membuat energiku terkuras habis. Lelah tiada tara. Aku memang terlalu banyak berlari, hanya untuk menciptakan satu gol cantik. Dan saat ini, aku lebih memilih untuk menyerah, kalah. Mungkin aku lebih cocok jadi polizoa. Lumut yang hidup sendiri. Daripada harus meneruskan mimpiku untuk menjadi seorang Cinderella, yang berharap direngkuh oleh seorang pangeran tampan penyejuk hati. Kucari mata Mamah, meminta toleransinya sebagai seorang ibu yang pernah melahirkanku. Aku memandangnya tanpa berkata lagi. Bagai terhipnotis, Mamah pun mengalah. Dia memelukku dengan lembut. Dan tanpa banyak berkata-kata, ia pun segera beranjak keluar, lalu menutup kembali pintu kamarku. Membuatku, kembali bisa bernapas lega.
10
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 10
01/07/2013 11:24:14
Red Ahh, kutermenung lagi di sini Untuk kesekian kalinya Entah apa yang kutatap Perputaran bulan? Gugusan Bimasakti? Awan pekat di langit gelap? Satu berlalu, yang lain pergi Tinggalkanku sendiri Dengan segenap kesunyian hati Ahh, lelah, Kutak sanggup tenggelam dalam kesendirianku. 11
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 11
01/07/2013 11:24:14
Banking Hall Desember 2005, Pukul 17.00 WIB
“F
iuuuuuhhh... Akhirnya...!!� Aku meregangkan tubuhku. Mengayunkan kedua
tanganku ke kiri dan ke kanan. Uuuggh, rasanya, tubuhku lelah sekali. Sekilas aku melihat wajahku pada cermin kecil yang tergantung di bawah lampu UV. Inilah senjata rahasia para teller. Cermin kecil untuk sekadar mematut diri, di saat deru pekerjaan yang datang bertubi-tubi, seakan menampar wajah tanpa perasaan. Tapi.... Oh, wajah itu. Seperti kehilangan jiwanya. Tak ada sinar benderang yang memantul. Kusut, masam, tak bergairah. Masih kok, masih.... Secara fisik, masih dalam kondisi cantik. Ehm.... Tapi, kurang apa yaa...? Kurang kinclong!! Ibarat mobil, kurang di-compound. Halah! Aku mendesah. Terus terang ya, aku benar-benar lelah dan jenuh. Sibuk, penat, tak punya waktu, adalah narasi dominan dalam perjalanan hidupku akhir-akhir ini. Gempuran pekerjaan dan pukulan materi kuliah yang menggunung seakan telah memenangkan kompetisi dalam perebutan ruang kebebasanku. Ruang waktu untuk tempatku berekspresi.
12
PRINCE CHARMING.inddEDITOK.indd 12
01/07/2013 11:24:14