7 minute read

• Qurban dan Keteladanan 12 Bangun Sinergi, Kelola Biomassa • Mendongkrak Produksi Getah Pinus dengan

Bangun Sinergi

Kelola Biomassa

Advertisement

Jalinan kerja sama perlu dibangun dengan banyak pihak, untuk mencapai target dan tujuan. Begitu pula dalam hal pengelolaan perusahaan. Hal itu juga mendasari langkah Perum Perhutani terus membangun sinergi guna membangun kerja sama strategis dengan banyak pihak. Termasuk dengan sesama BUMN. Bangunan sinergi dengan sesama BUMN itu ditunjukkan Perhutani dan sejumlah BUMN dalam mewujudkan pengelolaan energi alternatif, biomassa. Seperti apa wujud konkretnya?

Jalinan sinergi itu terbentuk di antara PT PLN (Persero), Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), dan Perum Perhutani. Ketiga BUMN tersebut bersinergi guna membangun kerja sama strategis dalam memastikan penyediaan pasokan biomassa untuk mendukung pelaksanaan co-firing di 52 lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Penegasan tentang terbentuknya jalinan sinergi itu terwujud dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara PT PLN (Persero) dengan Perum Perhutani dan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Jumat, 16 Juli 2021.

Sinergi terkait energi biomassa di antara tiga BUMN tersebut sudah mulai terjalin sejak awal tahun ini. Bermula dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) pada Januari 2021, kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara PLN dengan Perum Perhutani dan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) dalam penyediaan biomassa dan pengembangan industri biomassa untuk cofiring PLTU batu bara, yang ditandatangani pada 16 Juli 2021 itu.

Penandatanganan HoA tersebut dilakukan secara daring. Penandatanganan HoA dilaksanakan oleh Direktur Utama PT PLN, Zulkifli Zaini; Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani; dan Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro.

Sejumlah tokoh turut menyaksikan penandatanganan

Foto: Ardya Setya/Kompersh Kanpus

Foto: Ardya Setya/Kompersh Kanpus

tersebut. Di antaranya adalah Wakil Menteri (Wamen) I Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pahala Nugraha Mansury; Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana; dan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana. HoA itu selanjutnya digunakan sebagai landasan hukum bagi PT PLN, Perum Perhutani, dan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), dalam pelaksanaan penyediaan dan pengembangan industri biomassa untuk co-firing PLTU.

Di kesempatan itu, Menteri BUMN, Erick Thohir, melalui Pahala Nugraha Mansury, mengatakan, co-firing PLTU merupakan program yang berkontribusi dalam peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT). Selain itu, juga merupakan bagian dari ekosistem listrik kerakyatan.

“Untuk itu, sinergi tiga BUMN ini sangat penting untuk menjamin pasokan biomassa untuk program co-firing PLTU, dan dapat tentunya memberi nilai tambah bagi bisnis Perhutani dan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero),” terang Erick Thohir.

Stategic Mapping BUMN

Kementerian BUMN sendiri telah menargetkan program co-firing sebagai Strategic Mapping BUMN untuk klaster energi. Sehingga, Erick berharap, kerja sama ini dapat segera ditindaklanjuti, agar keberlanjutan program co-firing dapat terjaga.

Sedangkan Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, mengatakan, penggunaan co-firing biomassa tersebut sebagai upaya untuk memenuhi target bauran EBT sejumlah 23 persen pada 2025. Sejauh ini, PLN menargetkan 52 lokasi co-firing PLTU yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan biomassa sebesar 9 juta ton per tahun pada 2025. Dan di masa depannya, kerja sama ini diharapkan memberikan ketersediaan pasokan biomassa dengan keekonomian yang wajar.

“PLN mengharapkan sebagian besar kebutuhan biomassa tersebut dapat dipenuhi dari Perhutani dan PTPN sesuai dengan area kerja dan kewenangannya, yang posisinya terjangkau dari PLTU PLN yang masuk dalam program co-firing,” katanya.

Di dalam pokok-pokok HoA tersebut dijelaskan, nantinya Perhutani akan menyediakan woodchip dalam bentuk serbuk (sawdust), sementara PTPN memasok limbah perkebunan/ tandan kosong segar. Dengan begitu, PLN sebagai pembeli, sementara Perhutani dan PTPN sebagai pemasok.

Rencana kerja sama tersebut merupakan hal yang baru bagi tiga perusahaan. Sehingga, Zulkifli berharap dukungan dari Kementerian BUMN dan pihak

Foto: Ardya Setya/Kompersh Kanpus

“Ke depannya, Perhutani juga akan menyiapkan industri biomassa berbasis tanaman hutan untuk menghasilkan produk wood pellet dan atau wood chip,” kata Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro.

pemerintah untuk kesuksesan program co-firing itu. Terutama dari sisi kebijakan dan regulasi terkait penyediaan biomassa.

“PLN mengucapkan terima kasih atas kerja sama dari Perum Perhutani dan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), dalam kelanjutan kerja sama penyediaan biomassa dan rencana pengembangan industri biomassa. Mudah-mudahan kerja sama ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi negara Indonesia terutama dalam hal energy security,” tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, mengatakan, program co-firing PLTU batu bara dengan biomassa merupakan salah satu program “Green Booster” untuk mendukung target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Nasional sebesar 23 % pada 2025. Hal itu dilakukan untuk menurunkan emisi karbon yang dihasilkan PLTU batu bara. HoA itu sendiri berdasarkan Surat Wakil Menteri I BUMN Nomor S-27/ Wk/.1MBU/03/2021 tanggal 18 Maret 2021 yang memuat Proyek Strategis dan Strategic Mapping BUMN untuk bekerjasama dalam program co-firing biomassa PLTU batu bara sebagai Strategic Mapping BUMN Klaster Energi Tahun 2021.

“PTPN Group memiliki potensi biomassa berbasis komoditi perkebunan yang cukup besar, antara lain biomassa dari komoditi kelapa sawit, karet, dan tebu yang dimiliki oleh PTPN I hingga PTPN XIV. PTPN Group mengestimasikan dapat menyuplai 500.000 ton tandan kosong segar kepada PT PLN dan angka tersebut dapat berkembang hingga 750.000 ton tandan kosong segar per tahun pada 2024, sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) PTPN Group. Dan diharapkan, program ini akan menghasilkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan berdampak pada kualitas udara di sekitar menjadi lebih baik,” ujar Ghani.

Wood Pellet dan Wood Chip

Menurut Ghani, Co-firing biomassa dengan batu bara menawarkan aspek positif bagi lingkungan. Co-firing biomassa akan mengurangi emisi karbon dioksida. Di samping itu, biomassa juga mengandung sulfur yang jauh lebih sedikit daripada kebanyakan batu bara. Sehingga, program co-firing juga akan mengurangi emisi sulfur dioksida yang cukup signifikan. Ia menambahkan, perjanjian HoA itu sebagai salah satu bentuk Good Corporate Governance (GCG) yang dijalankan oleh Badan Usaha Milik Negara dalam menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi masyarakat luas.

“Kami berharap, melalui kerja sama penyediaan biomassa untuk PLTU batu bara antara PTPN, Perum Perhutani, dan PT PLN (Persero), dapat menjadi pionir dan pemantik dalam pengembangan biomassa untuk suplai PLTU batu bara di dalam negeri,” katanya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro, mengatakan, saat ini Perhutani memiliki sumber daya kawasan hutan seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa dan Madura, serta 1,3 juta hektare di luar Pulau Jawa yang dikelola oleh anak perusahaan dan dapat dikembangkan menjadi hutan

Foto: Tantida Isa/Kompersh Divre Jateng

tanaman energi. Adapun yang telah dikembangkan, hutan tanaman energi seluas ± 27.000 hektare dari rencana seluas sekitar 70.000 hektare.

“Ke depannya, Perhutani juga akan menyiapkan industri biomassa berbasis tanaman hutan untuk menghasilkan produk wood pellet dan atau wood chip,” katanya.

Perhutani juga menyiapkan klaster tanaman energi seluas 70.000 hektare dan rencana industri turunannya, yaitu wood chip dan wood pellet sejak 2019 dan telah menjadi program dalam RJPP 2020-2024, karena peluang pasar luar negeri yang menjanjikan. Tidak hanya itu. Perhutani juga ingin berperan dalam program pemerintah mencapai target bauran energi nasional sebesar 23 % pada 2025 dan target penurunan emisi sebesar 29 % pada 2030 sesuai Paris Agreement.

Gamal di Semarang

Terkait program pemenuhan bauran energi baru terbarukan, Direktur Komersial Perum Perhutani, Ahmad Ibrahim, menyambangi wilyah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Semarang, pada Selasa, 10 Agustus 2021. Kegiatan Ibrahim itu dalam rangka kunjungan kerja (kunker). Di dalam kunjungan kerja tersebut, Ahmad Ibrahim didampingi oleh Wakil Kepala Divisi Regional Jawa Tengah, Dhadut; Kepala Departemen Komersial Kayu Kantor Pusat Perhutani, Iwan Setiawan; dan General Manager Brumbung, Sumardi.

Pada kesempatan tersebut, usai menyambut rombongan Direktur Komersial, Administratur Perhutani KPH Semarang, Edi Suroso, melaporkan bahwa di wilayahnya terdapat potensi tanaman gamal yang cukup luas. Namun potensi tersebut sampai saat ini belum dilakukan pemanenan. Begitu pula dengan rencana pengolahannya menjadi palet.

Menanggapi hal tersebut, Ahmad Ibrahim mengatakan, Perhutani sangat serius untuk melakukan pengembangan tanaman gamal sebagai sumber pendapatan di masa depan. Sebab, gamal ini digadanggadang menjadi bahan bakar ramah lingkungan pengganti batu bara. Ahmad Ibrahim pun mengimbau Administratur dan jajarannya di lapangan untuk terus menjaga dan mengawal tanaman gamal sampai masa panen atau tebang.

“Rencananya, tahun 2022 akan dibangun Pabrik Wood Pellet di lokasi pabrik kayu Brumbung,” katanya.

Gamal (Gliricidia sepium) sendiri adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae atau Leguminosae). Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Kini, diketahui juga bahwa gamal merupakan sumber energi baru terbarukan yang sangat potensial. Dan karena pengembangan gamal begitu besar di wilayah Perhutani, gamal bisa menjadi salah satu unggulan Perhutani di masa depan.

• DR/PR/2021-VII-16/Smg/Sho

This article is from: