PSIKOLOGI PENDIDIKAN Judul Artikel : Kesulitan belajar pada Siswa Broken Home Penulis
: Randi Muhammad Gumilang
Lokal/Smt
: B III ( sore )/ III ( tiga )
A. PENDAHULUAN Dalam sebuah lingkungan sekolah terdapat berbagai macam latar budaya, sifat dan karakter dari setiap individuindividu yang berada di dalamnya. Mulai dari para Guruguru, siswasiswi dan Orang tua/wali siswa. Banyak sekali ditemukan kasus seorang siswa yang dikeluarkan dari sekolah dengan alasan pembuat onar (trouble maker), tukang bolos dan halahal lain yang bersifat bertolak belakang dengan sikap serta sifat ideal dari seorang siswa yang berpendidikan. Akan tetapi pernakah kita menelaah lebih jauh mengenai sebab musabab dari tindak tanduk dari siswa tersebut ?. Kenyataan yang menyakitkan ialah para guru atau lembaga pendidikan, urung untuk ambil pusing dalam hal ini. Sehingga funishment ( hukuman ), skorsing atau bahkan dikeluarkannya (DO/droop Out) siswa adalah sebuah pilihan yang seakan diwajibkan atas siswa yang bersangkutan. Hal tersebut diatas diperparah dengan sikap para orang tua/wali siswa yang kadang bersikap prontal dengan cara ikut memarahi atau memberi sangsi bagi sang anak. Atau ada juga yang bersikap cuek tidak peduli seakan hal tersebut telah biasa terjadi. Kemudian masyarakat yang menjadi tempat dimana segala dinamika kehidupan berjalan pun ikut memberikan opini yang tidak kalah menghancurkan bagi kehidupan siswa yang bersangkutan. Ambil contoh, dengan dikeluarkannya seorang anak dari lembaga pendidikan maka secara otomatis siswa tersebut dapat di cap sebagai Berandalan, padahal seharusnya dimasyarakat inilah diperlukan adanya perlakuan yang sifatnya membangun mental anak yang bermasalah tersebut.
1
Lantas yang menjadi pertanyaan adalah pada siapa dan kemana kita harus bertanya tentang sikap dan tindakan yang harus diambil dalam menyikapi persoalan diatas. Dari sebuah judul tentang KESULITAN BELAJAR SISWA BROKEN HOME, dapat diambil beberapa identifikasi permasalahan yang ada didalamnya, antara lain; apa yang dimaksud kesulitan belajar siswa broken home, jenisjenis kesulitan belajar, sebabmusabab kesulitan belajar, begaimana pendekatan yang dapat dilakukan dan yang terakhir adalah bagaimana cara atau kiat dalam menanggulangi masalah tersebut secara ber kesinambungan sehingga yang bersangkutan dapat berdiri diatas jalur belajar yang stabil dan terarah. Artikel ini akan membahas berdasar pada hasil wawancara, observasi dan pengamatan terhadap beberapa siswa dengan latar broken home di SMP Ibnu Sina Sengata Utara, Kutai Timur. B. PEMBAHASAN Peserta didik yang dikatakan sebagai Broken Home pada dasarnya sehat secara fisik dan dalam kondisi yang secara kasat mata tidak ditemukan permasalahan. Yang dimaksud Broken Home adalah latar belakang situasi keluarga yang tidak kondusif bahkan cendrung mengarah pada permasalahan yang mengakar dan mengkontaminasi segala aspek kehidupan dalam sebuah keluarga. Hal yang demikian jelas sangat mempengaruhi dari sisi psikologis peserta didik, dimana akan dirasakan sebuah tekanan dan guncangan yang hebat dalam diri peserta didik, khususnya apabila sebuah permasalahan keluarga yang menimbulkan perpecahan atau perceraian atau kematian salah satu anggota keluarga . Maka kesulitan belajar yang didsari oleh permasalahn keluarga atau broken home adalah keadaan dimana seorang peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dikarenakan adanya permasalahan yang bersifat intern dalam keluarga dan berdampak
2
Permasalahan yang seperti tersebut diatas memang tidak begitu mendasar secara umum dan terlihat sebagai permasalahan yang berasal dari luar diri peserta didik, sehingga ada sebuah kecendrungan pandangan bahwasanya hal tersebut hanya merupakan masalah personal yang terlalu dibesarbesarkan. Dilain sisi persoalan dalam keluarga atau rumah tangga kerap dianggap sebagai sebuah bentuk kegagalan dalam memanage sebuah perencanaan dalam hidup, sehingga timbul gejolak yang akan berujung pada berbagai macam permasalahan dan perpecahan. Jenisjenis kesulitan belajar yang kerap menghinggapi peserta didik yang berlatar broken home dan yang merupakan hasil pengamatan antara lain : 1. Kurangnya konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar. 2. Seringnya berulah/nakal/ribut didalam proses kegiatan belajar. 3. Jatuhnya prestasi belajar secara signifikan. 4. Labilnya kondisi emosional peserta didik didalam keseharian dan dalam kegiatan belajar. 5. Hilangnya Mod atau keinginan yang memacu diri untuk belajar. 6. Adanya kecendrungan berprilaku menyendiri/mengasingkan dan tertutup terhadap orang lain, baik itu Guru,siswa dan orang tua. Dari beberapa jenis temuan diatas terlihat bahwasanya, pada kasus siswa yang berlatar broken home kesulitan belajar yang dialami tidak tau bukan didasari oleh sisi kemampuan intelektualnya melainkan pengaruh lingkungan keluarga(ekstern) dan pada akhirnya berdampak pada penurunan prestasi akademik, pola laku, emosional dan secara menyeluruh yang akhirnya mengkontaminasi diri seorang peserta didik. Namun demikian tidak menutup kemungkinan seorang siswa/peserta didik yang berlatar broken home dapat memiliki intelegensi yang baik dan prestasi yang membanggakan pula, hal yang demikian bersifat kasuistik dan hanya terjadi pada orang yang memiliki mental dan dasar ketetapan psikologis yang kuat dan ditopang oleh pemikiran yang
3
rasional positif, sehingga apa pun yang terjadi dalam kehidupan keluarganya tidak akan mempengaruhi dari aktivitas akademiknya. Dari berbagai indikasi yang dapat ditemukan dari siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar dengan berlatar belakang broken home, dapat ditemukan beberapa faktor penyebab, antara lain : 1. Pertengkaran dalam rumah tangga (orang tua) 2. Perceraian dalam rumah tangga (orang tua) 3. Adanya kepergian atau kematian dari salah satu anggota keluarga atau orang terdekat. 4. Permasalahan rumah tangga (perselingkuhan, kriminalitas, perebutan harta,dll) yang diketahui oleh anak(siswa). Dari beberapa poin tersebut tentu saja masih terdapat berbagai macam bentuk dari penyebab broken home, yang menggelayuti dalam setiap persoalan internal sebuah rumah tangga atau keluarga1. Hal tersebut juga dikuatkan dengan hasil wawancara dengan beberapa anak usia sekolah yang berlatar broken home. Sebut saja “Ds/15” siswa salah satu sekolah Swasta di Sengata ini mengaku bahwasanya penyebab dari seringnya ia tidak memerhatikan pelajaran disekolah adalah karena pikirannya selalu terkontaminasi oleh masalah keluarga, yang dalam hal ini adalah masalah Sang Ayah yang memiliki Istri lebih dari satu/Poligami, bahkan hal tersebut juga berlaku bagi saudarasaudaranya yang bahkan harus putus sekolah dikarenakan tidak sanggup untuk berkonsentrasi dalam sebuah proses akademik, dikarenakan persoalan keluarga tersebut. Setelah mengetahui penyebab dari terbentuknya sisi broken home pada peserta didik maka tentu wajib untuk dicari kemudian dirumuskan tindakan yang dapat diambi, sebagai sebuah solusi dan penyelesaian atas sebuah permasalahan yang berimplikasi pada halhal yang bersifat menghambat dari sebuah perkembangan peserta didik, baik secara akademik maupun non akademik.
1
Berdasar pada telaah/pengamatan dan wawancara bebrapa siswa dan guru di beberapa sekolah.
4
Kemudian pendekatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada kasus siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan latar broken home itu antara lain : 1. Melakukan identifikasi dari permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Dimana seorang tenaga pengajar/Guru harus melatih kepekaan dan selalu bersikap welcome terhadap informasi informasi yang ada, terkait dengan permasalahan personal internal peserta didik. 2. Melakukan pendekatan secara personal pada siswa dan orang tua. Maksudnya disini adalah adanya upaya dari para tenaga pengajar/Guru untuk lebih terjun kedalam permasalahan peserta didik, meskipun tidak secara langsung berada dalam situasi yang ada dalam keluarga. Disini Guru berperan sebagai tempat curhat dan motivator pembangun dari semangat dan keyakinan peserta didik yang bermasalah. Lebih jauh kemudian seorang guru dapat berbicara langsung pada orangtua siswa, dalam bentuk sharing dan hearing, dengan catatan tetap berdiri sebagai seorang yang moderat atau fasislitaor dalam menanggulangi permasalahan yang ada. Kemudian dalam tingkatan yang lebih lanjut dimana pendekatan secara personal tidak dapat dilakukan pada siswa maupun orang tu atau tidak adanya sikap kooperatif dari orang tua, maka yang dapat dilakukan adalah memberikan perhatian, masukan dan motivasi secara intens sehingga siswa yang bermasalah dapat menemukan sebuah pencerahan atas segala permasalahan yang ada, untuk kemudian diarahkan pada halhal yang positif terkait dengan kebutuhan akademik,maupun seglal bentuk interaksi sosial dari siswa tersebut. Setelah melakukan berbagai tindakan/pendekatan terhadap masalah kesulitan belajar siswa dengan latar belakang broken home, maka selanjutnya akan dirumuskan beberapa kiat yang dapat dilakukan sebagai sebuah bentuk antisifasi dan penanggulangan terhadap permasalahan kesulitan belajar siswa, yakni :
5
1. Menanamkan dasar yang kuat dalam diri peserta didik sehingga memunculkan sikap tegar dan tabah dalam menghadapi sebuah masalah atau cobaan. Dalam hal ini erat kaitannya dengan sisi spiritual/religius/keagamaan. 2. Membangun komunikasi yang rileks dan enjoy sehingga siswa dapat dengan leluasa untuk bercerita tentang persoalan pribadinya. 3. Membuat sebuah wadah atau forum yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi secara jujur dan terbuka terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga timbul adanya sebuah bentuk kepercayaan dalam sebuah komunitas yang saling mendukung satu sama lain. Semisal Liqo’, pengajian mudamudi, tausiyah rutin, dsb. 4. Menanamkan secara terus menerus sebuah bentuk arahan yang mengarah pada pendewasaan peserta didik, sehingga kematangan secara pemikiran dapat menguatkan diri dari siswa tersebut. C. KESIMPULAN Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dengan latar belakang broken home, pada dasrnya berasal dari factor luar/ekstern akan tetapi dampak yang timbul kepermukaan adalah adanya indikasi terhadap sisi intern siswa dimana seorang peserta didik akan terlihat mengalami sebuah gangguan terutama dari sisi mental psikologis siswa tersebut yang berujung pada terhambatnya sebuah proses akademik, bahkan mungkin pada tingkatan yang lain akan mengarah pada terhentinya sebuah proses akademik dikarenakan tidak adanya lagi semangat atau kemampuan untuk belajar dan menuntut ilmu. Jenisjenis dari kesulitan belajar siswa dengan latar belakang broken home ini berfariasi, bergantung pada sisi mental dan psikologis siswa tersebut, yang diantaranya adalah adanya sikap trouble maker/pembuat onar, melamun, tidak dapat berkonsentrasi, sangat agresif , emosi yang meluapluap, dsb.
6
Sebabsebab dari gangguan belajar siswa dengan latar broken home sendiri pun berfariasi, namun yang perlu di ingat bahwasanya semua sebab berasal dari lingkup rumah atau keluarga, baik itu dalam hal ekonomi atau hubungan sosial dalam keluarga tersebut. Penaggulangan dari permasalah tersebut terntunya datang dari penagajar/guru, orang tua dan pesefrta didik itu sendiri, dimana semua harus berperan aktiv dalam menggapai sebuah perubahan kerah yang lebih baik dengan cara nasihat, tindakan, bantuan secara moril, maupun materil. Dan penekanan yang lebih jelas adalah harus adanya sebuah usaha untuk mencapai sebuah perubahan. Ketajaman analisis dan kepekaan intelektual serta emosional mutlak diperlukan seorang pengajar/guru, sehingga dalam menghadapi berbagai persoalan siswa dapat memberikan sebuah langkah penyelasaian baik sebagai fasislitator atau sebagai seorang mediator, namun tidak melepaskan sisi propesionalitas sehingga kredibilitas seorang guru tetap terjaga dan kinerjanya pun tetap maksimal. Sebagai penutup dari artikel ini saya berpesan bahwasanya sebuah permasalahan yang pelik sekalipun pasti ada jalan keluarnya, hanya saja hal tersebut perlu ada sebuah tekad, usaha, keyakinan dan do’a. Sehingga segala bentuk upaya yang dilalukan memiliki sebuah nilai, terlepas dari tercapai atau tidaknya sebuah tujuan yang diinginkan. Mengutif sebuah katakata penuh makna dari Seniman. Kalau gatal, jangan digaruk ! Kalau sakit jangan dirasakan ! Dan Saya, tidak hidup dengan penyakit Saya Tetapi saya hidup dengan sebuah keyakinan2.
2
Kick Andy, Episode penyakitpenyakit mematikan ( Seniman Pepeng), thn. 2009.
7