Pelepasan Mahasiswa KKL STAIS Kutim
P3M STAIS ADAKAN PEMBEKALAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
OLEH BUPATI KUTAI TIMUR
Gazebo News. Hari ini senin (28/02), STAIS Kutim menerjunkan mahasiswa untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Program ini rencananya akan dilaksanakan selama 40 hari di mulai pada tanggal 5 Maret 2011. Sebelum berangkat ke lokasi masing-masing para peserta KKL dilepas secara simbolik di depan kantor Bupati yang dilaksanakan pada hari senin 20 Februari 2011, acara pelepasan ini dimulai dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh Bapak Zanuar Anwar salah satu dosen STAIS, setelah itu dilanjutkan dengan laporan dari Ketua STAIS, beliau menyampaikan KKL ini harus dilaksanakan pada Tri wulan pertama meski ada usulan untuk diundur, dengan alasan agar pelaksanaan wisuda nantinya bisa berjalan tepat waktu yakni pada tahun 2011 ini. Pelepasan dilaksanakan dikantor Kabupaten oleh Wakil Bupati Kutai Timur, Bapak Bupati sendiri berhalangan hadir dikarenakan sedang dalam masa istirahat setelah menjalani operasi kecil yang mengganggu kesehatannya, dalam sambutannya Wakil bupati menyampaikan rasa bangganya terhadap mahasiswa STAIS yang akan melaksanakan KKL dan berpesan kepada mereka untuk sungguhsungguh dalam melaksanakan kegiatan yang menjadi salah satu aplikasi dari Tri Darma Perguruan Tinggi ini, “para peserta KKL diharapkan mampu memberikan sumbangsih yang nyata kepada masyarakat sekitar, bukan hanya sekedar pasang papan nama di setiap RT dan Desa-desa sebagaimana yang sering dilakukan selama ini, akan tetapi melaksanakan hal-hal yang lebih bermanfaat harus
Penyematan Almamater oleh wakil Bupati Kutim, tanda pelepasan secara resmi mahasiswa KKL, STAIS Kutim. foto/edy diutamakan” ujar beliau. Setelah menyampaikan sambutannya, Bapak Wakil Bupati kemudian melepaskan secara simbolis peserta KKL yang berjumlah sekitar 110 orang, pelepasan ditandai dengan pemakaian Almamater STAIS kepada peserta KKL yang diwakili oleh Khoirul Huda dan Fatimah Aina.**Kang Mas
Informasi Cepat Saji Usaha mencari pencerahan dalam kisruh kebebasan pers
Sebuah buku best seller menjelaskan bahwa di era globalisasi dan digital saat ini hal yang paling penting adalah informasi. Untuk bertahan hidup butuh informasi, ketinggalan informasi seseorang akan tertinggal dari perkembangan yang terjadi. Tak dapat di pungkiri informasi sudah menjadi kebutuhan primer masarakat modern. Maka tak ayal, media yang berperan sebagai penyedia informasi adalah bidang yang sangat urgen. Perannya media informasi dapat menjadi penentu apa dan bagaimana perkembangan politik, bisnis, iptek dsb ke depan. Menyadari perihal di atas, tak heran bila sekretaris cabinet Indonesia bersatu II, Dipo Alam berang ketika melihat media selalu mengkritik bahkan cenderung menghujat pemerintah. Dengan terang terangan Dipo Alam “menyemprot” tiga media yang ia anggap sebagai penyebar kebencian terhadap pemerintah dengan ancaman boikot kepada tiga media tersohor tersebut. Sebagai bagian dari pemerintah, ia tentu sadar betul apa jadinya bila media terus memberi informasi yang mmojokkannya (baca=pemerintah). Bisa di bayangkan apa jadinya nanti, kepercayaan masyarakat akan luntur, diikuti kekecewaan dan selanjutnya apapun bisa terjadi. Celakanya, tindakan “membela diri” Dipo Alam tersebut melanggar kebebasan pers. Dengan memboikot media, ia telah menghalangi sumber berita media tersebut. Dan itu dilarang karena informasi adalah hak yang harus terpenuhi. Kelanjutan dari episode tersebut adalah dua dari tiga media “korban” boikot menyerang balik Dipo Alam melalui pengacaranya, Dipo Alam di somasi untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Saat ini saya tak ingin membahas pertengkaran itu. Karena saya yakin, itu akan menghilang dengan sendirinya nanti. Tapi ada
Gazebo news-Untuk membekali pengetahuan kepada para peserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL), yakni para mahasiswa STAIS semester VIII, Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) mengadakan pembekalan (santiaji) kuliah kerja lapangan di Gazebo STAIS pada tanggal 25-27 Februari 2011. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 50 orang dari sekitar 100 peserta KKL. Menurut ketua P3M Mustatho’, M.Pd.I, kegiatan ini dimaksudkan untuk membekali mahasiswa dengan berbagai macam pengetahuan tentang keagamaan, masyarakat dan social. Dalam pembekalan ini, materi-materi yang disampaikan antara lain tentang pengorganisaMahasiswa STAIS pesera Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sian masa, tata kelola administrasi saat mengikuti materi pembekalan oleh Hariyono, M.Si pemerintahan, praktek pengurusan jenazah, KKL dan pendidikan dalam foto/ali basuki masyarakat, dan sebagainya. Kegiatan pembekalan ini dimulai sekitar pukul 08.00, diawali dengan pembukaan oleh Pembantu Ketua III Haryono, M.S.I. Sebelum membuka secara resmi, beliau sempat menyampaikan tentang tujuan dari KKL, antara lain memberikan pengalaman belajar mahasiswa tentang pemberdayaan masyarakat, menjadikan mahasiswa agar berkepribadian lebih dewasa dan memperluas wawasan mahasiswa dengan mengembangkan pola pemikiran dan pola penalaran untuk dapat berpartisipasi dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi masyarakat. Setelah menyampaikan beberapa hal, kemudian acara dibuka secara resmi, “dengan bacaan bismillahirrahmaanirrahiim, pembekalan (santiaji) KKL STAIS tahun akademik 2010/2011, resmi saya buka, ujar Haryono. Terlihat cukup ramai dan menarik ketika pembekalan tersebut sampai pada materi praktek pengurusan jenazah yang dibawakan oleh pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kutai Timur, pasalnya yang dijadikan contoh jenazah adalah mahlan, seorang mahasiswa yang sudah berumur kepala empat. Para mahasiswa terlihat cukup penasaran ketika dicontohkan tata cara mengurusi jenazah, seperti memandikan dan mengkafani jenazah. Hal ini dikarenakan banyaknya mahasiswa yang belum tahu betul tentang bagaimana cara mengurusi jenazah dengan baik dan benar. Menurut seorang pemateri, dalam mengurusi jenazah itu harus betul-betul dengan cara yang lembut dan hati-hati, katanya.**muchtar
IKLAN
Oleh: Basuki Ali hal yang bisa kita (masyarakat) cermati dengan munculnya kasus ini. Bisa kita cermati, bila pejabat sekelas Sekkab sampai mau bermain api dalam kasus itu. Apakah media dewasa ini memang sangat menghawatirkan?. Masyarakat kita adalah konsumen sejati dengan sangat nyaman menelan apapun tanpa ingin tau apa yang kita telan. Termasuk informasi, celakanya kita disuapi informasi-informasi yang tidak sehat. Media sebagai produsen informasi di Negara kita tidak memberi bahan mentah yaitu fakta, melainkan barang jadi yaitu opini. Yang mereka lempar bukan sekedar fakta, tapi juga sudah di bubuhi bumbu-bumbu. sehingga rasanya sudah terdesign oleh mereka. Mereka akan memilih bahan berita yang sesuai selera mereka lalu meraciknya dengan opini-opini mereka atau orang yang “sealiran” sehingga terciptalah berita yang mampu menyetir pemikiran masyarakat. Jadilah informasi yang mereka sediakan adalah informasi cepat saji. Biasanya, rasa berita yang di sampaikan akan sangat di tentukan siapa dalang media yang bersangkutan. Biasanya dalang tersebut adalah pemeran panggung politik (nah loh!). maka kalau mau cermat, media di indonesia (khususnya media berita) adalah alat untuk mempengaruhi massa. Kalau sudah begini, lagi-lagi masyarakat tak di untungkan. Menyadari hal di atas mau tak mau masyarakat lah yang mengalah, karena susah mengharapkan media mau “tobat”. Maka di tengah tuntutan hidup yang semakin menghimpit, kini masyarakat juga di tuntut pandai-pandai menyaring informasi. Pandai-pandai memisahkan opini dan fakta, pandaipandai menjaga diri dari hasutan media. Karena tentu saja kita tak ingin masyarakat selalu di jadikan alat tanpa pernah bisa merasakan hasilnya.
Mading edisi II, 28 Februari 2011
Muchtar/085250295089
Kepolisian Kutim Pasrah Terhadap Pelaku
Cyber Crime Oleh: Moch Khoirul Faizin
“Mas penipu itu iblis, dicari kemanapun tidak akan ketemu apalagi lewat internet”, kata salah seorang polisi dikantor Polsek Sangatta Utara menjawab laporan salahsatu redaksi Gazebo perihal cyber fraud (penipuan lewat internet) yang dialaminya. Kata-kata itu apakah patut diucapkan oleh seorang polisi yang memiliki kewajiban untuk mengatasi tindak kejahatan. Kejahatan sering terjadi dimana-mana, dan fator pemicunya pun bermacammacam. Ada orang melakukan kejahatan karena tidak ada pilihan lain bagi dirinya untuk bertahan hidup, selain dari melakukan kejahatan. Namun ada juga yang menjadikan kejahatan sebagai profesi untuk meraih keuntunga. Ada kejahatan pasti ada yang dirugikan, dan tidak ada satupun manusia yang mau dirugikan. Kepolisian memiliki tanggung jawab untuk mengatasinya meskipun saat ini kapasitasnya belum mumpuni, namun harus ada usaha-usaha yang dilakukan bukan malah terkesan pasrah dengan ketidak berdayaannya. Ada masalah maka ada peluang untuk meneliti dan mempelajarinya, sehingga apabila terjadi kasus yang serupa kepolisian kutim dapat menentukan tindakan yang harus dilakukan. Yang lebih mengherankan lagi saat salahsatu redaksi Gazebo tidak menuntut untuk ditangani kasusnya. Namun hanya meminta surat bahwa ia telah melapor atas kejahatan yang dialami, tetapi pihak polsek Sangatta Utara tidak mau memberikannya den-
gan alas an bahwa apabila kasus ini tercatat maka akan diminta pertanggung jawaban atas penanganannya. Apa maksud dari itu? Apakah ini mengindikasikan bahwa mereka tidak mau bekerja atau bekerja jika ada yang melancarkannya?. Padahal dengan adanya data yang ter-record maka suatu saat jika dibutuhkan dapat ditemukan oleh yang membutuhkannya. Memang menangani kasus cyber crime lebih sulit dibandingkan dengan kasus kejahatan lain. Karena pertama, membutuhkan tenaga ahli IT untuk mengungkapnya. Kedua, kejadian bisa lintas daerah atau lintas Negara. Korban di Sangatta pelaku di medan, dan bahkan bisa dari luar negeri. Ketiga, kalau IP Address yang digunakan sang penipu bodong alias tak jelas atas nama siapa. KTP yang dipakai untuk mendaftarkan IP Address tersebut merupakan KTP palsu. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Sulistyo (mediaindonesia.com). Penanganan masalah ini menjadi tuntutan era Teknologi Informasi, sehingga tidak hanya polsek Kutim yang harus meningkatkan kemampuan, namun seluruh kantor kepolisian Republik Indonesia.
Redaksi Gazebo menerima tulisan, dari pembaca untuk di terbitkan di media ini atau majalah Gazebo. Kirim tulisan ke email ini faizinempok32@yahoo.com