MAKALAH
FIQIH “TALAQ” Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Pendidikan Fiqih Semester : V (Lima) Dosen Pengampu : Mustatho’, M.Pd
DISUSUN OLEH: MOCH KHOIRUL FAIZIN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SENGATA (STAIS) KUTAI TIMUR 2010
ILMU PENDIDIKAN FIQIH “TALAQ�
I.
Latar Belakang Suami-istri adalah suatu hubungan yang terjadi karena adanya suatu proses perkawinan. Perkawinan dilakukan
oleh
seorang
laki-laki
dan
seorang
perempuan yang bertujuan untuk menjalani hidup secara bersama-sama (Keluarga). Namun terkadang dalam menjalankan kehidupan berkeluarga mendapat masalah-masalah yang berakibat pada perceraian. Mengapa masalah-masalah dalam keluarga dapat terjadi, Salman Luthan mengatakan bahwa masalah dalam keluarga bisa terjadi apabila relalita jasmani dan mental aktual tidak sesuai1 . Dengan demikan salah satu
diantara
mereka
merasa
tidak
puas
atas
pelayanan (dalam segala hal) yang diberikan oleh pasangannya, sehingga akan terjadi konflik-konflik  Barkatullah Abdul Hakim, dkk, Hukum Islam Menjawab Tantangan Zaman yang Terus Berkembang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 296. 1
yang ditimbulkan oleh ketidak puasan itu yang akan mengakibatkan perceraian. Allah SWT tahu akan makhluknya, sehingga Allah memberikan aturan-aturan yang harus jalani ketika dalam hubungan keluarga sudah tidak mungkin lagi dipertahankan. Melihat pentingnya aturan-aturan yang harus dilalui dalam melakukan perceraian, sehingga para ulama membahasnya khusus dalam fiqih bab
talaq.
II. Rumusan Masalah Beranjak dari latar belakang permasalah di atas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah mengenai talaq sebagaimana berikut: 1. Apa pengertian talaq? 2. Macam-macam talaq?
3. Syarat-syarat menjatuhkan talaq? 4. Apa yang dimaksud dengan masa iddah? III. Talaq
A.Pengertian Talaq Talaq menurut bahasa artinya ”melepaskan atau meninggalkan” sedangkan menurut istilah syara’ talaq definisi menurut al-Jaziry yaitu: “Talaq ialah
menghilangkan
mengurangi
ikatan
pelepasan
perkawinan
ikatannya
atau
dengan
menggunakan kata-kata tertentu”2 . Definisi menurut
Abu Zakaria al-Anshari, talaq ialah ”Melepas tali akad
nikah
dengan
kata
talaq
dan
yang
semacamnya”3 . Sebagaimana pengertian di atas bahwa talaq itu
ialah
sehingga
memutuskan diantara
hubungan
keduanya
tidak
suami-istri, halal
lagi
melakukan hubungan suami-istri sebelum mereka melakukan rujuk kembali. B.Macam-Macam Talaq
1. Berdasarkan waktu Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talaq maka talaq dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 2 3
Ghozali Abdul Rahman (2008), Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana, Hal. 192. Op.cit,
a. Talaq Sunni, yaitu talaq yang dijatuhkan sesuai dengan tuntunan sunnah.
b. Talaq Bid’i, yaitu talaq yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan tuntunan sunnah. c. Talaq Ia sunni wala bid’i, yaitu talaq yang tidak termasuk kategori talaq sunni dan tidak pula termasuk talaq bid’i. 2. Ditinjau dari kata-kata a. Talaq Sharih, Talaq
Sharih
yaitu
talaq
yang
mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas,
dapat
dipahami
sebagaimana
pernyataan seketika diucapkan. Contoh
kata-talaq
Sharih
sebagaimana
berikut:
Kamu saya cerai sekarang Kamu saya talaq sekarang Kamu sudah bukan istriku lagi Engkau saya firq sekarang juga
Engkau saya pisah sekarang juga Dll. Oleh sebab itu dalam bercanda tidak boleh untuk menggunakan kata-kata talaq karena hal itu
talaq
pun
jatuh
dengan
sah. Alasan
mengapa dalam bercanda tidak dibolehkan menggunakan kata-kata talaq sebagaimana Syaikh
Salim
bin
'Ied
al-Hilali
(2009)
mengatakan bahwa jika hal itu boleh tentu siapa
saja
yang
metalak,
menikah
atau
membebaskan budak akan mengatakan, 'Aku tadi
bermain-main
atau
bercanda.'
Maka
dengan itu akan kacaulah hukum-hukum Allah4 . b. Talaq Kinayah Talaq
Kinayah
yaitu
talaq
yang
mempergunakan kata-kata yang samar namun bermaknakan perceraian. Contoh kata-talaq Sharih sebagaimana berikut:
Pulang saja kamu ke orang tuamu Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali . (2009 ). Larangan Bercanda dengan Menjatuhkan Talak . Available: http://alislamu.com/index.php? Itemid=67&id=2508&option=com_content&task=view. Last accessed 31 Januari 2010. 4
Selesailah sendiri urusanmu Janganlah engkau mendekati aku lagi Engkau sekarang telah jatuh dariku. 3. Ditinjau dari kemungkinan rujuk a. Talaq Raj’i Talaq Raj’i adalah talaq yang dijatuhkan suami terhadap istri yang telah pernah digauli, bukan karena memperoleh ganti rugi hartanya. Menjatuhkan talak raj'i pada istrinya. menurut hanafi
dan
hanbali,
perceraian
ini
belum
menghapuskan seluruh akibat talak, kecuali iddah istrinya telah habis. mereka berpendapat bahwa bila suami jimak dengan istrinya dalam masa
iddah,
maka
perbuatan
itu
dapat
dikatakan sebagai pertanda rujuknya suami. ulama maliki mengatakan bila perbuatan itu di awali dengan niat, maka berarti rujuk. ulama syafi'i mengatakan bahwa suami tidak boleh jimak dengan istrinya yang sedang menjalani masa
iddah,
dan
perbuatan
itu
bukanlah
pertanda rujuk. karena menurut mereka, rujuk harus
dilakukan
dengan
perkataan
atau
pernyataan dari suami secara jelas, bukan dengan perbuatan5 . b. Talaq Ba’in
1. Talak Bain Kubra Talak Bain Kubra adalah talak yang telah berlaku kepada pasangan tersebut sebanyak
tiga
kali.
Iaitu
suami
telah
menceraikan isterinya sebanyak tiga kali. Pasangan ini tidak boleh rujuk atau bernikah semula buat selama-lamanya, melainkan isteri tersebut menikahi lelaki lain dan mereka hidup sebagai suami isteri yang sah. Jika ditakdirkan isteri ini berpisah atau suaminya yang kedua itu meninggal dunia, maka barulah suami pertamanya berhak menikahi bekas isterinya ini. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (2009 ). Talak. Available: http://id.wikipedia.org/wiki/Talak. Last accessed 31 Januari 2010. 5
2. Talak Bain Sughra. Talak Bain Sughra adalah talak yang telah diucapkan oleh suami kurang daripada tiga kali, tetapi pasangan tidak boleh "Rujuk" kembali melainkan dengan pernikahan yang baru, walaupun isterinya di dalam iddah. Sebahagian dari talak Bain Sughra adalah: 1. Talak yang diputuskan oleh Hakam 2. Talak melalui Khulu' 3. Talak yang difasakhkan oleh Hakim
4. Syarat-Syarat Talaq Islam memberikan kepada seorang muslim tiga talaq untuk tiga kali, dengan dua syarat: 1.
Syarat Pertama Bahwa tiap kali talaq dijatuhkan, harus dalam keadaan isteri dengan suci dari haidh. Bila talaq dijatuhkan dalam keadaan isteri sedang haidh, maka hukumnya haram dan berdoa, meski tetap jatuh talaq juga.
2.
Syarat Kedua Pada saat dijatuhkan talaq dalam masa suci,
tidak
boleh
sebelumnya
telah
disetubuhinya. Seorang suami tidak boleh menyetubuhi isterinya sejak suci dari haidh bila ingin mentalaq isterinya. Kalau tampak ada keinginan merujuk sewaktu masih dalam iddah, maka dia boleh merujuknya, tanpa harus menikah ulang. Cukup baginya merujuknya begitu saja denga niat dalam hati. Masa ‘iddah itu sendiri adalah masa tenggang sebelum ikatan pernikahan benar-benar terlepas. Lamanya bagi wanita yang ditalaq oleh suaminya adalah selama 3 kali masa suci dari haidh. Dan seandainya dia tetap tidak merujuknya sehingga habis ‘iddah, dia masih bisa untuk kembali kepada isterinya itu, tetapi harus dengan aqad baru lagi dan juga mahar baru lagi.
Dan kalau dia tidak lagi berhasrat untuk kembali,
maka
si
perempuan
tersebut
diperkenankan kawin dengan orang lain. Kalau si laki-laki tersebut kembali kepada isterinya sesudah talaq satu, tetapi tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang menyebabkan jatuhnya talaq yang
kedua,
sedang
jalan-jalan
untuk
menjernihkan cuaca sudah tidak lagi berdaya, maka dia boleh menjatuhkan talaqnya yang kedua, dengan syarat seperti yang kami sebutkan di atas. Dan dia diperkenankan merujuk tanpa aqad baru (karena masih dalam iddah) atau dengan aqad baru (karena sesudah habis iddah). Dan kalau dia kembali lagi dan dicerai lagi untuk ketiga kalinya, maka ini merupakan suatu bukti nyata, bahwa perceraian antara keduanya itu harus dikukuhkan, sebab persesuaian antara keduanya sudah tidak mungkin. Oleh karena itu dia tidak boleh kembali lagi, dan si perempuan pun sudah tidak lagi halal buat si laki-laki tersebut, sampai dia kawin dengan
orang
lain
secara
syar`i.
Bukan
sekedar
menghalalkan si perempuan untuk suaminya yang pertama tadi. Dari sini kita tahu, bahwa menjatuhkan talaq tiga dengan satu kali ucapan, berarti menentang Allah dan menyimpang dari tuntunan Islam yang lurus. 5. Pengertian Masa Iddah Menurut bahasa, kata iddah berasal dari kata ’adad
(bilangan
dan
ihshaak
(perhitungan),
seorang wanita yang menghitung dan menjumlah hari dan masa haidh atau masa suci. Menurut
istilah,
kata
iddah
ialah
sebutan/nama bagi suatu masa di mana seorang wanita
menanti/menangguhkan
perkawinan
setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah
diceraikan
baik
dengan
menunggu
kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa
quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan6.
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan Perlu juga untuk kita ketahui bahwa Allah mengizinkan
kita
untuk
melakukan
perceraian
namun perceraian adalah perbuatan yang paling dibenci oleh Allah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa ungkapan ”Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah talak”, karena alasan ke-musrsal-an.
B.
Saran Jika
istri
mengetahui
bahwa
suaminya
mengeluarkan kata-kata talaq , maka jangan sekalikali untuk melakukan hubungan suami-istri karena hukumnya tidak halal lagi sebelum ada kata rujuk Anam . (2007). Pengertian Iddah. Available: http://alislamu.com/index.php? option=com_content&task=view&id=443&Itemid=6. Last accessed 31 Januari 2010. 6
dari kedua belah pihak (untuk talak satu dan dua, untuk talaq tiga harus nikah dengan orang lain setelah itu menjalin nikah kembali kepada bekas istri atau bekas suami) barulah hubungan suami-istri halal kembali. DAFTAR PUSTAKA Anam . (2007). Pengertian Iddah. Available: http://alislamu.com/index.php? option=com_content&task=view&id=443&Itemid=6.
Last
accessed 31 Januari 2010. Barkatullah Abdul Hakim (2006), dkk, Hukum Islam
Menjawab Tantangan Zaman yang Terus Berkembang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
(2009
).
http://id.wikipedia.org/wiki/Talak. Januari 2010.
Talak. Last
Available: accessed
31
Ghozali Abdul Rahman (2008), Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali . (2009 ). Larangan
Bercanda
dengan
Menjatuhkan
Talak
.
Available:
http://alislamu.com/index.php? Itemid=67&id=2508&option=com_content&task=view. Last accessed 31 Januari 2010.