Buletin Edisi XII / Juni 2015

Page 1

EDISI XII/JUNI 2015

W WO O RR LL DD DD AA YY AA G G AA II N N SS TT CC H H II LL DD LL AA BB O O RR


KATA REDAKSI

Anak-anak mendapat pendidikan untuk menjadi orang terdidik sehingga bisa mendidik anak-anak lainnya. Tetapi apa jadinya jika anakanak yang seharusnya mendapatkan pendidikan dasar dan moral, malah harus mengerjakan pekerjaan yang menghalangi kegiatan bersosiaisasinya, menghilangkan potensi dan martabatnya, serta berbahaya bagi fisik dan perkembangan mental mereka? Di beberapa negara masih terdapat anak-anak yang dijadikan pekerja dengan jam kerja tinggi yang tidak sesuai dengan umur, upah, dan keselamatan mereka. Lihatlah sekeliling kita, Indonesia sekalipun, anak-anak dijadikan sebagai jermal, buruh rumah tangga, dan lainnya. Padahal, tidak seharusnya anakanak dijadikan pekerja seperti itu karena tenaga dan waktu mereka dapat digunakan dalam belajar, berkreasi serta berprestasi. Dalam buletin kali ini, Genera akan mengangkat isu “Child Labor” yang diperingati sebagai World Day Against Child Labour yang jatuh pada tanggal 12 Juni. Genera juga me ngajak para pembaca untuk mendukung penghapusan pekerjaan yang tidak layak pada anak melainkan dengan memberikan pendidikan serta kegiatan yang bermanfaat bagi mereka, sesuai dengan tema dari ILO (International Labour Organization) yaitu NO to child labour – YES to quality education! Adanya penambahan beberapa rubrik, diharapkan para pembaca dapat menambah wawasan, informasi dan puas terhadap isi dari Genera’s Bulletin ini. Semoga selalu menginspirasi. Karina Astari,

PIMPINAN REDAKSI Karina Astari | REDAKTUR PELAKSANA CETAK Windy Amorita | TIM LAYOUT Devina Sela Almadia | Idham Aria Pratama | Riska Nur Aini | Yuliana Restu Utami | Gherhana Novyany | Rani Ismayani | TIM EDITOR Syafira Yolanda | Tiffani Dias Anggraeni | Sonia K | Devi Muthia R | Diva Zahra K.P | Adystiana.Y | Mitha R.A | Nida Alya | Annisa Aprilia F | Riva Ayu Hanandiva | Tyas Veronica | Viona Annanditami | Gita Andrawina C

1


ISSUE

Dok. : www.davinhd.com

PEDAGANG ANAK-ANAK JUGA BUTUH MENJADI ANAK-ANAK

S

aat ini, sudah tidak asing lagi bagi kita untuk menjumpai anak-anak usia dini berkeliling menjajakan barang dagangan seperti snack-snack ringan di berbagai macam kawasan publik. Hal tersebut biasa kita temui di pasar, pemberhentian lampu merah, stasiun kereta, taman bahkan di kampus-kampus. Mereka menjadi pedagang asongan yang menawarkan barang daganga untuk mencari uang dengan bersaing dengan pedagang lain yang sudah dewasa. Banyak hal yang membuat anak-anak ini terjerumus menjadi pedagang asongan. Alasan yang sering kita dengar adalah kondisi ekonomi keluarga yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penghasilan orang tua yang rendah menyebabkan anak-anak ini terpaksa mengikuti jejak orang tuanya untuk bekerja meskipun tanpa memiliki bekal pendidikan dan keterampilan. Begitu pula dengan Winanti, seorang bocah berumur dua belas tahun yang bekerja sebagai pedagang asongan. “Saya berjualan untuk membantu orang tua saya, mereka sudah tidak bekerja,� Saat itu Winanti sedang berjualan di Jalan Sumatera, Bandung. Ia menjajakan cireng mentah yang ia dapatkan dari tetangganya. Ia bercerita bahwa ia bersama teman-temannya pergi dari rumahnya yang berada di Ciparay, menggunakan angkutan umum tanpa pengawasan orangtua. Menurut pengakuan Winanti, ayah dan ibunya mengizinkan Winanti untuk berjualan selama ia libur sekolah yaitu hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Walaupun Winanti masih bersekolah, tidak selayaknya orangtua Winanti membiarkan anaknya mencari nafkah sementara mereka berdiam diri di rumah. Sering sekali kita acuh tak acuh membeli barang dagangan mereka, entah itu karena tertarik akan barang yang ia tawarkan atau hanya sekedar merasa kasihan. Hal seperti ini seharusnya tidak kita lakukan lagi, mengingat dampak yang akan diterima oleh pedagang

2


ISSUE anak-anak tersebut akan jauh lebih besar di masa mendatang. Nantinya mereka akan malas untuk bersekolah dan lebih memilih bekerja atau berdagang demi mendapatkan uang yang mereka pikir cukup untuk menghidupi kehidupan mereka. Dalam hal ini, kita harus membantu dan mengingatkan bahwa pendidikan menjadi hal yang penting, karena hal tersebut merupakan investasi jangka panjang yang akan membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa sebenarnya memiliki hak asasi atau hak dasar sejak dilahirkan. Salah satu bentuk hak dasar anak adalah jaminan untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, mental, sosial dan intelektual. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua anak berkesempatan memperoleh hak dasar tersebut secara optimal, terutama bagi anak-anak yang orang tuanya tidak mampu secara ekonomi sehingga mereka harus bekerja membantu orangtuanya mencari nafkah.

Di Indonesia sendiri sudah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur usia pekerja, yaitu Pasal 68 UU No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Dan dalam ketentuan perundang-undangan tersebut, anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun. Berarti 18 tahun adalah usia minimum yang diperbolehkan pemerintah untuk bekerja. Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum memperhatikan hak-hak dasar bagi anak-anak tersebut. Untuk itu, hal yang dapat kita lakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak mempekerjakan anakanak dalam pekerjaan apapun. Mereka wajib memiliki masa kecil yang dirasakan sebagaimana harusnya anak - anak lain alami, yaitu dengan mendapatkan pendidikan yang layak dan juga mempunyai waktu untuk bermain.

3


ISSUE

Mereka wajib memiliki masa kecil yang dirasakan sebagaimana harusnya anak - anak lain alami, yaitu dengan mendapatkan pendidikan yang layak dan juga mempunyai waktu untuk bermain. Untuk mewujudkan itu semua, kita tidak hanya dapat mengandalkan pemerintah untuk mengaturnya, karena nyatanya hukum yang sudah ada tetap tidak melindungi pekerja anak-anak tersebut. Untuk itu, kita dapat terjun langsung membantu mereka dengan memberikan suatu kegiatan edukasi terhadap anak-anak yang kurang mampu dengan membuka wawasan mereka akan pentingnya pendidikan untuk investasi jangka panjang di masa yang akan datang. Karena dengan bekerja atau berdagang seperti yang dijalani oleh Winanti, ia akan sulit untuk fokus menjalani pendidikan, sebab ia harus berjualan untuk mencari nafkah dan hal ini tidak hanya disebabkan oleh kemiskinan, tetapi juga dapat memiskinkan, artinya anakanak yang bekerja dan tidak mengecap pendidikan akan tetap hidup dalam kondisi kemiskinan di kemudian hari. Akibat lebih jauh lagi, generasi berikutnya akan tetap miskin dan tidak berpendidikan. Jika sejak kecil mereka sudah dibiasakan berdagang atau mencari nafkah, mereka tidak akan punya waktu untuk menjadi seorang anak-anak.(LG/Anggita C)

4


ISSUE

Memperingati World Day Against Child Labour bersama International Labour Organization (ILO)

T

idak kah hati ini gusar ketika melihat anak kecil bertebaran di pinggir jalan mencari uang? Entah itu berjualan ataupun bekerja paruh waktu. Seperti yang kita ketahui, seharusnya anakanak pergi ke sekolah, belajar dan bermain, bukan memikirkan cara mencari uang ditengah hiruk-pikuknya dunia. Peringatan Hari Menentang Pekerja Anak atau World Day Against Child Labour, tidak akan terlepas dari peranan ILO (International Labour Organization) yang telah didirikan sejak tahun 1919.

Setiap negara mempunyai cara masing-masing untuk memperingati World Day Against Child Labour yang ditetapkan pada tanggal 12 Juni, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2013 kemarin, bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Kuningan, Jakarta, dengan mengangkat isu “Hapuskan Pekerja Anak dalam Pekerjaan Rumah Tangga’ dihadiri oleh Kemendikbud, Kemensos, Kemendagri, Kemenakertrans, Apindo, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan LSM, digelar pertunjukkan teater bertajuk “Mutiara Retak di Balik Kain Pel�. Pementasan ini disutradarai oleh Herlina Syarifudin sekaligus yang juga merupakan penulis naskah pentas. Pementasan ini bercerita tentang permasalahan pembantu rumah tangga anak-anak yang sering mengalami kekerasan, pelecehan hingga lunturnya semangat untuk bersekolah. Pementasan ini juga menjadi salah satu kampanye untuk terwujudnya undang-undang perlindugan pembantu rumah tangga. ILO memperkirakan sekitar 2.6 juta pekerja rumah tangga di Indonesia, 26% diantaranya adalah anak-anak berusia dibawah 18 tahun.

5


ISSUE

Dok. : Anggara Mahendra (Pementasan drama “Mutiara Retak di Balik Kain Pel”)

ILO dan beberapa musisi hebat dunia juga telah meluncurkan Music Against Child Labour Initiative, yang menyerukan para musisi di seluruh dunia untuk mendedikasikan konser atau lagu perjuangan melawan pekerja anak. Pendidikan musik dapat memberdayakan anak-anak, membangun keterampilan dan yang terpenting mendorong anak untuk pergi ke sekolah lagi. ILO tidak gentar, tetap konsisten mendorong dan menyuarakan kepada semua musisi di dunia agar berkontribusi dalam melawan pekerja anak. Hasilnya tidak lah sia-sia, 11 mei yang lalu, Pilar Jurado, musisi asal Madrid, Spanyol, mendedikasikan konsernya, LaborArte Initiative Festival 2015 “Musik terhadap pekerja anak”. Festival ini diselenggarakan sebagai pembuka dalam rangka 100 Karya Penciptaan ILO, yang akan diselenggarakan pada tahun 2019 nanti. Pusat Kebudayaan Conde Duque, Spanyol, akan menjadi tuan rumah edisi pertama. Kegiatan yang dipersiapkan dalam festival ini berupa pemutaran film, debat, pembacaan puisi, pertunjukan musik termasuk konser Pilar Jurado.

“Children have the right to play, read and learn. They have the right to happiness. It is our duty to guarantee that for them. Music is an instrument of peace. It can cancel out the system of oppression which still seeks to exploit children, children full of hope, in every corner of the world.” - Federico Soffici, Mae6


ISSUE Tidak hanya di Spanyol, empat anak muda dari Kanada yang sudah bernyanyi secara profesional sejak kecil menciptakan lagu “Raise Our Voices� untuk melawan pekerja anak. Empat bersaudara ini menulis lagu, dan mendedikasikannya kepada jutaan pekerja anak di seluruh dunia dan Music Against Child Labour Initiative, serta menunjukan penampilan terbaiknya untuk menggalang dana guna memberantas pekerja anak. Sebagai pemuda, mereka yakin bahwa semua anak memiliki hak yang sama untuk belajar dan bermain, mereka ingin menjadi agen perubahan dan pengingat bahwa kampanye melawan pekerja anak sangat penting.

Foto. Raise Our Voices

Di India, pemerintah bekerja sama dengan LSM lokal membangun The Social Protection Schemes di beberapa daerah terpencil seperti Rajasthan dan Bhuja. Hal ini guna mewaspadai tingginya jumlah pekerja anak di India, membangun hubungan yang erat dengan masyarakat dan memotivasi orangtua serta anak-anak untuk tidak berhenti sekolah. Banyak kisah yang dilaporkan berhasil membujuk anak-anak di India untuk akhirnya bersekolah kembali, yang pada akhirnya usaha dari pemerintah India ini tentu tidak sia-sia. (LG/Amellia)

7


ISSUE

MASA KECILKU UNTUK MENCARI NAFKAH

M

asa kanak-kanak merupakan masa yang paling bahagia dimana anak-anak dapat menghabiskan waktu bermain bersama teman-teman ataupun ayah dan bunda, belajar banyak hal, dan lainnya. Namun belakangan ini banyak sekali anak-anak yang terenggut masa kanak-kanaknya karena harus mencari nafkah untuk membantu kehidupan keluarganya. Sekarang ini, bukanlah hal asing jika banyak sekali pengemis di jalanan yang masih berusia dini. Sulitnya kehidupan di zaman ini memaksa mereka untuk membantu menafkahi kehidupan keluarganya. Sungguh sangat ironis jika kita melihat pemandangan seperti ini. Banyak sekali faktor yang melatarbelakangi maraknya pengemis berusia dini. Diantaranya membantu ekonomi keluarga, menjadi korban penculikan, dipaksa bekerja oleh pihak lain, dan lain sebagainya.

Dok : http://1.bp.blogspot.com

Seharusnya yang mereka lakukan hanyalah bermain dan belajar seperti layaknya anak-anak seumur mereka tanpa harus memikirkan kondisi ekonomi keluarga untuk dapat bertahan hidup. Banyak orang tua pengemis yang beranggapan dengan memanfaatkan anak mereka menjadi pengemis akan menghasilkan penghasilan yang cukup besar. Dengan dijadikannya mereka sebagai pengemis, orang-orang yang melihatnya merasa iba dan memberikan uang dibanding jika orang dewasa yang melakukan itu. Ada yang merasa kasihan dan prihatin terhadap pengemis anak, tak sedikit pula sebagian orang yang sinis dan acuh terhadap mereka. Banyak orang beranggapan anak jalanan merupakan sampah berjalan di sekitar perempatan jalanan kota karena keberadaan mereka sangat mengganggu pemandangan.

8


ISSUE

Di berbagai daerah, terutama kota-kota besar, pengemis mendapat respon yang kurang baik. Karena hal-hal tersebut maka dibuat beberapa peraturan daerah yang menyatakan akan memberikan denda kepada siapa saja yang memberikan uang kepada para pengemis dikarenakan keberadaan pengemis dapat mengganggu keindahan kota. Pengemis adalah sebagian orang yang ingin mendapatkan penghasilan yang mudah hanya dengan cara meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Maraknya pengemis anak di sekitar kita merupakan akibat orang tua yang malas mencari kerja dan mengandalkan anak mereka untuk menjadi pengemis. Padahal usia anak mereka adalah

anak-anak dibawah umur. Masa -masa yang semestinya mereka habiskan untuk memaksimalkan tumbuh kembang fisik dan mentalnya malah digunakan untuk sekedar melantunkan lagu picisan di sudut kota demi mendapatkan seperak dua perak uang. Hidup menjadi pengemis bukanlah harapan ataupun cita-cita seorang anak. Tidak adak seorang anak yang ingin dilahirkan menjadi anak-anak jalanan ataupun pengemis. Mereka pun sama seperti anak-anak pada umumnya bermain bersama teman sebaya dan mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka rasakan, bukan sebaliknya. Mereka merasakan teriknya matahari berkeliling kota dengan tangan meminta hanya sekedar untuk mendapatkan recehan demi mencukupi kehidupannya

(LG/Windy Amorita).

Dok : http://stat.k.kidsklik.com

9


ISSUE

JUNJUNG FAIR TRADE, STOP CHILDREN LABOUR !

Dok.gizanherbal.wordpress.com

H

ari Menentang Pekerja Anak Sedunia (World Day Against Child Labour) diperingati setiap tanggal 12 Juni, dimulai sejak tahun 2002. Menurut International Labour Organization (ILO), peringatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan pergerakan anti pekerja anak. Setiap tahun peringatan tersebut selalu dipenuhi dengan refleksi dan evaluasi dari seluruh penjuru dunia, terutama dari negara-negara yang selama ini tak kunjung menyelesaikan permasalahan terkait pekerja anak, salah satunya Indonesia. Kondisi itu menjadi keprihatinan dunia. Pekerja anak menurut ILO didefinisikan sebagai pekerja yang berusia antara 5 tahun hingga 17 tahun. Pekerja anak dapat mengacu pada

pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan dan kesejahteraan fisik serta mental, dan/atau mengganggu pendidikan, rekreasi dan pengembangan. Menurut perkiraan ILO, ada sekitar 168 juta pekerja anak di dunia, sekitar setengah dari mereka bekerja dalam kondisi berbahaya. Data tersebut menunjukkan penurunanjumlah, kemungkinan karena adanya pengaruh kampanye Hari Anti Pekerja Anak itu sendiri. World Fair Trade Organization (WFTO) telah merumuskan 10 prinsip yang harus diikuti oleh negara anggota organisasi dalam penerapan Fair Trade sehari-hari. Dari kesepuluh prinsip tersebut, salah satunya adalah tidak mengeksploitasi tenaga kerja anak dan buruh. Fair trade sendiri adalah sistem perdagangan berkelanjutan yang berusaha untuk membantu produsen (perajin, petani

10


ISSUE nelayan, dsb.) yang terpinggirkan melalui sistem pembayaran yang adil, kondisi tempat kerja yang layak, bantuan teknis, program sosial, kesetaraan, transparansi, saling mempercayai, dan menjaga lingkungan. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan pasar baru di antara negara-negara berkembang, sementara di sisi lain juga menjaga nilai-nilai dan tradisi lokal.Beberapa kriteria khusus dalam standar Fair trade yang berlaku

Dalam beberapa tahun terakhir, Fair Trade Labour International telah mendedikasikan sumber daya yang cukup untuk melindungi anak-anak. Pekerja anak buka hanya menyangkut kemiskinan dan ketidakadilan, tetapi juga berhubungan dengan eksploitasi, kurangnya akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan perlindungan sosial, diskri minasi, serta konflik. Fair trade berkomitmen untuk memerangi akar penyebab pekerja anak

Dok.gizanherbal.wordpress.com/

secara langsung untuk pekerja anak diantaranya, anak-anak di bawah usia 15 tahun tidak untuk dipekerjakan oleh organisasi Fair trade baik secara langsung maupun tidak langsung, anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak melakukan pekerjaan yang membahayakan sekolah atau pengembangan sosial, moral atau fisik seseorang, anak-anak hanya diperbolehkan untuk membantu di pertanian keluarga dengan pengawasan yang ketat, pekerjaan harus sesuai usia dan dilakukan di luar jam sekolah atau selama liburan, dll.

11

dan proaktif mencegah penyalahgunaan dan eksploitasi anak. Fair trade bekerja sama dengan lembaga perlindungan anak nasional dan organisasi hak anak untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan jangka panjang anak-anak yang terkena dampak. Kita harus dapat menjunjung fair trade dan melindungi hak anak untuk hidup di lingkungan yang aman dan protektif. Semoga masa depan yang cerah bagi anak-anak sedunia dapat terwujud. (LG/Hana)


PROFIL

RMHR, RUMAH BAGI ANAK-ANAK MUSISI JALANAN

R

umah Musik Harry Roesli (RMHR) merupakan sebuah dedikasi untuk mengenang dan menghargai karya-karya Almarhum Harry Roesli. Berlokasi di Jalan Supratman No. 57 Bandung, rumah tersebut merupakan kediaman Almarhum yang kemudian menjadi markas Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) yang didirikannya. Lewat DKSB, beliau membina para seniman jalanan dan markasnya menjadi tempat berdiskusi aktivis mahasiswa. Hingga kini, rumah kreasi tersebut masih ramai dikunjungi sebagai tempat mengasah bakat seni anak-anak musisi jalanan yang memiliki keinginan untuk belajar.

Tidak hanya anak-anak jalanan, Rumah Musik Harry Roesli pun dibuka untuk umum. Keberadaan RMHR kini diteruskan oleh kedua putra dari Alm. Harry Roesli yang bernama Layala Khrisna Patria dan Lahami Khrisna Parana. Tidak ada batasan umur bagi anakanak musisi jalanan yang ingin belajar di RMHR, banyak diantaranya yang direkrut langsung untuk bergabung dan kemudian dibina sesuai passionnya. Beberapa lainnya bahkan datang karena kesadaran diri ingin

12


PROFIL �Tidak hanya ilmu mengenai musik saja, namun banyak ilmu lain yang saya dapatkan dari sharing bersama orang-orang hebat di sini seperti mengenai bisnis� jelas Teh Fani, seorang seniman yang berasal dari jalanan dan telah bergabung selama 2 tahun di RMHR. Pembinaan mengenai musik dilakukan rutin didampingi oleh tim pengajar yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak-anak. Namun, tidak hanya anak-anak musisi jalanan yang dibina, siapa pun yang ingin belajar bisa ikut bergabung dan disesuaikan dengan jadwal yang ada. Tim pengajar terdiri dari sebagian volunteer dan sebagian mantan anak binaan Alm. Harry Roesli.

mengembangkan minat dan bakat dibidang seni. Mayoritas mereka berasal dari Bandung, namun ada pula yang berasal dari luar kota seperti Garut dan Tasikmalaya. Hingga saat ini, total anak-anak musisi jalanan yang masih aktif sekitar 25 anak. Namun di luar itu, telah begitu banyak anak yang dulu dibina dan kini telah bekerja.

“Saya berharap kedepannya RMHR bisa lebih memperluas jaringan dan menghasilkan talent berkualitas yang lebih banyak lagi� jelas Teh Fani. (LG/Astri Nurlaeli)

Yang menjadi daya tarik kuat mereka bergabung adalah keinginan untuk menjadi seseorang yang mandiri demi memperoleh kehidupan yang lebih baik. Serta banyak anak binaan RMHR ini diundang untuk tampil di beberapa event kampus dan wedding party, bahkan di beberapa event musik besar salah satunya seperti di Java Jazz Festival.

13


World Day Against Child Labour: Mahasiswa Harus Lebih Aware dan Berani Bertindak

PROFIL

Dok : Facebook Indonesia Pintar

P

roblematika, seolah menjadi sahabat setia negeri ini. Segelintir masalah mulai dari ranah politik, ekonomi, hukum, dan berbagai bidang lainnya, menjadi sorotan publik dan membutuhkan penyelesaian. Salah satu hal yang menjadi sorotan di bulan Juni ini adalah masalah banyaknya pekerja anak di Indonesia. Anak-anak yang mestinya menikmati hak untuk

menuntut ilmu, malah bertindak sebagai pekerja. Masalah pekerja anak ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di dunia. Seperti yang kita tahu, pada tanggal 12 Juni ditetapkan sebagai World Day Against Child Labour, yakni menentang adanya pekerja anak di dunia. Peringatan hari dunia ini

14


PROFIL

Dok : Twitter Taman Ilmu Unpad

ditetapkan sejak tahun 2002 oleh ILO (International Labour Organization), badan PBB yang fokus dalam ketenagakerjaan. Tapi apakah peringatan hari dunia ini memberikan dampak yang berarti terhadap masalah pekerja anak? Aktivis dari Taman Ilmu Unpad dan Indonesia Pintar Jatinangor pun berpendapat mengenai peringatan hari sedunia menentang adanya pekerja anak ini. Adalah Deby Anindya (Agroteknologi 2013) dan Anggika Kurnia (Hubungan Internasional 2011). Deby adalah bagian dari Taman Ilmu Unpad, menjabat sebagai sekretaris kepengurusan 2015. Taman Ilmu Unpad sendiri adalah program kerja dari Kementerian Pengabdian Kepada Masyarakat BEM Kema Unpad yang telah berjalan dari tahun 2008. Sedangkan Anggi adalah ketua dari Indonesia Pintar Jatinangor, salah satu operasi bagian dari gerakan Indonesia pintar yg diinisiasi oleh Komune Rakapare, sebuah organisasi non pemerintah sebagai pemecah konflik sosial yang berpusat di Bandung. Seiring dengan bertambahnya volunteer, maka dibukalah cabang wilayah Jatinangor

pada Februari 2015. Menyinggung World Day Against Child Labour sebagai aktivis dari Taman Ilmu, Deby menyatakan setuju dengan upaya menentang adanya pekerja anak, karena mestinya yang anak-anak harus tahu adalah belajar dan bermain, bukan memikirkan penghasilan. Anak-anak membutuhkan ilmu pengetahuan sebagai bekal menjalani hidup ketika beranjak dewasa. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Anggi. Anggi pun menambahkan pendapat bahwa masalah child labour ini adalah masalah yang kompleks yang disebabkan oleh kesenjangan taraf kesejahteraan sosial. Menurutnya, child labour ini berkaitan dengan tingkat kesadaran orangtua, tingkat kesejahteraan orangtua, kesempatan kerja orangtua, dan kondisi psikologis keluarga. Dibutuhkan upaya yang berkepanjangan dalam menyelesaikan masalah child labour ini. Peringatan hari sedunia menentang adanya pekerja anak, setidaknya membuat kita berharap akan ada upaya penyelesaiannya. Hal ini bukan hanya menjadi ‘pekerjaan rumah’ pemerintah namun juga masyarakat, tak terkecuali mahasiswa. Harapan Anggi, minimal mahasiswa, sebagai kelas menengah yang mengenyam pendidikan bisa lebih aware dengan kondisi sekitarnya, berani bertindak, dan empati. (LG/Fajar Bolipia)

15


dok : nihdia.com

PROFIL

Prestasi Anak Negeri yang Mendunia

H pan.

ak anak adalah mendapatkan pendidikan bukan menjadi pekerja atau malah memangku beban hidup keluarga. Inilah beberapa prestasi anak yang dibesarkan dengan penuh hara-

1. Sepatu Listrik Siswa Bogor Meraih Emas di Malaysia Hibar Syahrul Gafur, siswa kelas 8 SMPN 1 Kota Bogor, menciptakan sepatu khusus untuk menghindari kekerasan seksual terhadap wanita, yang berhasil mengantarnya untuk meraih medali emas pada ajang kompetisi sains International Exhibition of Young Inventors (IEYI) 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia untuk kategori Safety and Health. Secara kasat mata, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu wanita tipe wedges. Tetapi dalam hak tebal sepatu, terdapat rangkaian listrik yang dirancang khusus. Jika merasa dalam bahaya, si pemakai tinggal menginjak tombol yang ada di bagian belakang sepatu lalu menendang ke arah pelaku kekerasan. Secara otomatis, pelaku akan tersengat hantaran listrik. “Inspirasi awal datang dari seringnya pemberitaan kasus perkosaan dan pelecehan seksual di Indonesia dan juga di India, saya prihatin melihatnya. Jadi timbul ide membuat sesuatu untuk melindungi perempuan dari kejahatan pelecehan seksual,� kata Hibar saat ditemui di sekolahnya.

16


PROFIL Bocah berperawakan kurus tinggi ini menuturkan saat ide pembuatan sepatu listrik muncul, ia langsung mendiskusikannya dengan guru pembimbing ekstrakurikuler Fisika yang ditekuninya. Ide Hibar langsung disambut antusias oleh guru bernama Warsito yang mendampinginya membuat sepatu anti pelecehan seksual tersebut. “Awalnya bukan sepatu, tetapi semacam celana dalam atau bra. Namun setelah dikaji, ternyata tidak terlalu aman, hingga akhirnya dipilihlah sepatu,” ucap Hibar. Hibar dibantu Warsito selama kurang lebih dua minggu untuk menemukan dan memasang rangkaian listrik pada sepatunya. “Kesulitannya ada pada pengisian daya listriknya supaya bisa nyetrum dan perubahan arus searah juga arus bolak balik,” katanya. Setelah menemukan rangkaian listriknya, Hibar lalu mendatangi pengrajin sepatu di wilayah Ciomas untuk merancang desain sepatunya itu dengan berbekal model sepatu milik sang kakak. Sebelum menang di Malaysia, hasil karya bungsu dari dua bersaudara itu sempat diikutkan dalam kompetisi tingkat nasional, namun gagal mendapat juara.

2. Kakak Beradik Progammer Cilik Fahma Waluya Rosmansyah (17) dan Hania Pracika Rosmansyah (11), dua kakak beradik ini berhasil menjuarai APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) pada kategori Secondary Student Project melalui program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone as My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku untuk Belajar Adikku) di tahun 2010. Fahma dan Hania berhasil mendapat apresiasi tinggi dari tim juri dan memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner), disusul ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award (runner-up) pada kategori yang sama, yaitu: • SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB – Brunei Darussalam • Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia • SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka • Destine Strategy karya Rayongwittayakom School – Thailand. Rosmansyah bersaudara ini mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang berhasil meraih Juara (Winner) APICTA dalam 10 tahun terakhir sejak tahun 2001. Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti siswa-siswa elementary, middle, dan high school, pemenangnya berasal dari siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school).

17


PROFIL 3. Melani, Atlet Renang Tuna Grahita yang Tidak Bisa Dipandang Sebelah Mata Melani Putri (15), seorang tuna grahita, berhasil mengukir prestasi gemilang dengan memecahkan rekor renang gaya dada 50 meter di Pekan Paralimpik Nasional XIV 2012 di Riau. Sekilas tidak ada yang kurang dari penampilannya. Kaki, tangan, dan semua anggota badannya tumbu dengan sempurna. Ia memang tidak cacat fisik, namun dia memiliki kelemahan terkait IQ-nya yang di bawah rata-rata, hanya 64. Inilah kelemahan Melani sehingga dia masuk dalam kontingen paralimpik asal Bumi Lancang Kuning Riau. Suatu ketika ia pernah berada dalam suatu konferensi pers dan mencoba menjawab pertanyaan yang begitu panjang, Melani lebih banyak menghela nafasnya. Dia tidak bisa menjawab jika ada pertanyaan lebih dari satu sehingga orang tuanya yang sekaligus pelatih renang putrinya memberitahukan bahwa anaknya tidak bisa menjawab pertanyaan yang begitu panjang. Untuk melatih Melani serta atlet cacat mental lainnya, memang dibutuhkan kesabaran yang ekstra. Mengapa? Sebab penyandang tuna grahita selalu lambat dalam berpikir. “Di sinilah dibutuhkan ektra kesabaran, karena memang atlet tuna grahita kadang tidak paham dengan apa yang kita harapkan. Karena itu pelatihan mereka dibutuhkan kesabaran yang besar,� kata Ahok, orang tua sekaligus pelatih sang atlet tuna grahita. Melani yang merupakan anak bungsu dari lima bersaudara ini, di usia 15 tahun masih duduk di bangku SLB kelas 6. Orang tuanya baru mengetahui kelemahan anaknya ini ketika Melani duduk di bangku kelas 4 SD. Gurunya saat itu pun menyarankan Melani dipindahkan ke SLB karena tidak dapat mengikuti pelajaran. Dari sanalah, orang tua membawanya ke psikolog untuk mengukur IQ-nya. Setelah itu barulah orang tua menyadari kelemahan putrinya. Dalam Pekan Olahraga Pelajar Cacat Nasional tahun 2011 di Pekanbaru, Melani menyabet dua medali emas. Prestasinya dalam berenang kian gemilang. Terbukti dalam Peparnas 2012, Melani memecahkan rekor ASEAN Paralimpik Games dengan kecepatan waku berenang 47,42 detik. Prestasi ini mengalahkan rekor sebelumnya yang juga diraih atlet asal Sumsel, Mayang Sari dengan waktu 49,16 detik. “Alhamdulillah, saya bisa menang. Tidak menyangka bisa pecah rekor,� ucap Melani polos.Prestasi anak-anak tersebut menjadi contoh, betapa pekerja anak harus ditentang. Jika anak-anak dibiarkan tumbuh dan hidup dalam dunia yang seharusnya, lihatlah prestasi yang bisa mereka raih untuk kemajuan bangsa ini, sungguh luar biasa bukan? (LG/Destianep)

18


PROFIL

MELINDUNGI ANAK MELALUI ORGANISASI LPA JABAR

S

ederhana, mungkin itu kata yang dapat menggambarkan Kantor Pusat LPA (Lembaga Perlindungan Anak) Jawa Barat yang berada di kawasan Ciumbuleuit, Kota Bandung ini. Meskipun bangunannya tidak semewah yang dibayangkan, namun sederet prestasi terpajang di ruang penerima tamu tempat bertemu sosok Ibu Diana, Manajer Program LPA Jabar. Tanpa berbasa-basi, beliau langsung menjelaskan visi, misi, dan program kerja dari LPA Jabar sendiri. LPA Jabar merupakan suatu organisasi independen sejak tahun 1999 yang bergerak dalam bidang sosial dengan spesifikasi Perlindungan Hak Anak melalui SK Gubernur Jawa Barat. Program kerja yang diterapkan pada LPA Jabar meliputi: (1)Sosialisasi dan Diseminasi; (2)Jaringan Kemitraan; (3)Advokasi; (4) Capacity Building dan (5) Monitoring perlindungan anak yang berbasis masyarakat.

Bukan hal yang asing di Indonesia melihat anak dibawah umur bekerja baik di jalanan maupun kawasan usaha. Untuk itulah LPA Jabar sesuai visi dan misi mereka melancarkan berbagai aksi nyata. Salah satu program yang tengah digalakan adalah penarikan 2000 anak di daerah Jabar yang saat ini bekerja untuk dikembalikan ke bangku sekolah.Dari informasi yang diperoleh dari Ibu Diana, daerah Kabupaten Bogor dan Sukabumi menempati posisi terbanyak dalam kategori pekerja anak. Hal ini menjadisemakin miris apabila orangtualah yang menyuruh mereka untuk bekerja.Fungsi keluarga disini sangat penting mengingat kekuatan dan pondasi terbesar karakter anak dibangun dari keluarga. Apabila dari kecil mereka sudah didoktrin untuk bekerja maka hal ini dapat mengganggu mental dan psikis anak tersebut.

19


PROFIL Selama ini, LPA Jabar belum dapat bertindak untuk menghukum instansi yang mempekerjakan anak mengingat mereka hanyalah wadah untuk membantu anak-anak agar tidak dipekerjakan.

Last but not least, bagi rekanrekan mahasiswa atau temanteman yang ingin memberikan pengabdian lebih kepada anak langsung saja datang ke LPA Jabar. Mereka sangat menyambut para volunteer mengingat organisasi ini akan terus berjalan karena kemurahan hati para relawan untuk mengorbankan tenaga dan waktu mereka dalam melindungi anak.

Selain rutin melakukan penyuluhan, LPA Jabar juga rutin mengadakan latihan keterampilan bagi anak-anak yang terlanjur putus sekolah akibat dari bekerja maupun dipekerjakan.“Keterampilan disesuaikan dengapotensi daerah tersebut, seperti menjahit, otomotif dan keterampilan lainnya,� ujar Ibu Diana saat diwawancara. Dalam memperingati World Day Against Child Labour, LPA Jabar selaku perwakilan Ibu Diana berharap agar Indonesia tidak mempekerjakan anak dibawah umur lagi dan meminta pemerintah untuk turun langsung mengatasi masalah tersebut mengingat wewenang untuk menghukum berada di pemerintah terkait.

Meskipun sebatas relawan,yakinlah semua akan berbayar manisketika melihat raut bahagia anak Indonesia yang tidak dibebani dengan pekerjaan atau apapun. Karena memang seharusnya mereka berada di sekolah, bercengkrama dengan teman sebaya, dan menikmati indahnya masa anakanak. Happy World Day Against Child Labour! (LG / Deswita)

Program lain yang dicanangkan LPA Jabar adalah menggalakkan menentang adanya pekerja anak melalui media sosial mengingat media sosial di Indonesia sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan rasa empati terhadap lingkungan sekitar. Dalam menjalankan organisasi independen ini, LPA Jabar mendapat dana dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Pihak Swasta, Perorangan serta Organisasi Internasional Penyandang Dana.

20


PROFIL

Menapaki Mimpi Melalui Mawapres

Ashifa Zahra Afifah, Agribisnis 2012. Perwakilan Mawapres tahun 2015 dari Fakultas Pertanian

Program Mawapres atau Mahasiswa Berprestasi merupakan kegiatan yang diadakan pemerintah bekerjasama dengan pihak universitas untuk memberi penghargaan kepada mahasiswa yang meraih prestasi tinggi, baik akademik ataupun non-akademik. Diadakannya program ini, diharapkan dapat memberi motivasi kepada mahasiswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Pemilihan Mawapres dilakukan secara bertahap, dimulai dengan seleksi per fakultas. Seleksi tersebut meliputi penulisan karya tulis ilmiah, Focus Group Discussion, wawancara, dan presentasi karya ilmiah. Setiap fakultas tentu mempunyai jagoannya masing-masing untuk maju menuju seleksi tingkat universitas. Untuk tahun 2015 ini, perwakilan Mawapres Fakultas Pertanian adalah Ashifa Zahra Afifah, Agribisnis 2012.

21


PROFIL

Menurut Ashifa menjadi Mawapres merupakan kesempatan yang luar biasa untuk mengembangkan diri maupun menambah pengetahuan. Ia mengaku tidak pernah menargetkan untuk menjadi seorang mahasiswa berprestasi. “Aku hanya selalu menargetkan untuk mampu memberikan yang terbaik disetiap perjalananku untuk mencapai tujuan dan citacita. Alhamdulillah Allah kasih jalannya dengan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Mawapres ini,” katanya. Selain menjadi Mawapres, Ashifa pun aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, bahkan tahun ini memegang amanah menjadi Menteri Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian. Ia mengakui bahwa organisasi juga penting untuk mengembangkan diri, diantaranya jiwa kepemimpinan, time management, dan juga untuk menambah networking. Walaupun terkadang sulit untuk membagi waktu, tetapi menurutnya kuncinya adalah fokus, dan memprioritaskan apa yang sudah menjadi tanggung jawab maka semua akan berjalan lancar. Ditanya soal kiat-kiat menjadi Mawapres, mahasiswa yang akrab dipanggil Shifa ini bercerita bahwa ia tidak memiliki kiat-kiat khusus untuk menjadi seorang mahasiswa berprestasi. Keluarga dan mimpinyalah yang terus memotivasi dirinya untuk menjadi yang terbaik. “I want to create positive impact to my society, dengan begitu aku harus mulai dari sendiri,” tambah Ashifa. Kedepannya, mahasiswa yang memiliki moto hidup “you can if you think you can” pun berharap mahasiswa pertanian lainnya dapat meningkatkan prestasinya untuk menjadi mahasiswa berprestasi karena semua mahasiswa berpeluang untuk menjadi mahasiswa berprestasi. (LG/Anggita K)

22


FAPERTA NEWS

Faperta Bina Desa 2015: Dari Mahasiswa untuk Indonesia

K

Peserta Bindesnas tahun ini terdiri dari sepuluh universitas di Indonesia, yaitu Unpad (Universitas Padjadjaran), IPB (Institut Pertanian Bogor), Unsri (Universitas Sriwijaya), UNS (Universitas Negeri Semarang), Unmul (Universitas Mulawarman), Unizhar Mataram (Universitas Al-Azhar), UGR (Universitas Gunung Rinjani), UB (Universitas Brawijaya), Universitas Tadu Lako Sulsel, UBB (Universitas Bangka Belitung), dan Undova Sumbawa (Universitas Cordova).

egiatan Bina Desa Nasional (Bindesnas) 2015 yang dilaksanakan di Mataram pada 20-24 Mei lalu merupakan salah satu program kerja dari IBEMPI (Ikatan BEM Pertanian Indonesia). Proker ini dilaksanakan satu kali setiap satu periode kepengurusan. IBEMPI beranggotakan seluruh universitas di Indonesia yang memiliki Fakultas Pertanian didalamnya. Menurut hasil Musyawarah Nasional (Munas) yang dilakukan di Palembang, terbentuklah kesepakatan bahwa Bindesnas tahun ini akan dilakukan di daerah Mataram dan Lombok, dengan Universitas Mataram sebagai panitia dalam acara ini.

23


FAPERTA NEWS

3

Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam Bindesnas tahun ini adalah:

Peserta survey turun ke desa dan melihat secara langsung proses pembuatan gula aren di rumah rumah penduduk. Respon dari penduduk setempat sangatlah baik. Menurut mereka, kedatangan mereka yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini disambut dengan hangat.

1

Seminar Nasional Pertanian Seminar ini bertemakan “Dari Pertanian untuk Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan�. Setelah rangkaian seminar ada bazar dari mahasiswa Universitas Mataram.

4

Peserta survey mengadakan diskusi untuk memutuskan konsep pengembangan bina desa yang baik di Desa Bukit Tinggi itu, yang selanjutnya akan diteruskan oleh mahasiswa Universitas di NTB yang tergabung dalam IBEMPI, yaitu Universitas Mataram.

2 Desa yang menjadi sasaran bina desa adalah Desa Bukit Tinggi Kecamatan Gunung Sari Kab. Lombok Barat. Komoditas yang dihasilkan oleh kebanyakan penduduk di desa yang dibina ini adalah gula aren. Namun karena pengetahuan yg kurang, harga gula aren yg dijual oleh masyarakat kepada pengumpul masih sangat murah. Oleh karena itu diadakan sosialisasi mengenai pengemasan gula aren guna menambah nilai tambah produk sehingga harga bisa lebih tinggi.

5 Di akhir rangkaian kegiatan ada agenda city tour yang disediakan panitia untuk seluruh peserta Bindesnas.

24


FAPERTA NEWS

Menurutnya, kesan yang dirasakan selama menjalani Bindesnas yaitu sangat senang karena dalam kegiatan ini dapat bertemu dan berdiskusi dengan teman-teman dari berbagai universitas di Indonesia, berbagi pengetahuan dan pengalaman di daerah masing-masing, serta belajar dari keadaan desa Gunung Sari di Lombok. “Saya berharap semoga Bindesnas tahun depan bisa lebih baik dari tahun ini dan secara nyata dapat membantu masyarakat pedesaan yang masih tertinggal. Sehingga ada kontribusi dari mahasiswa untuk membantu masyarakat secara langsung dan turut serta dalam pembangunan Indonesia karena mahasiswa adalah penerus bangsa ini.� ujarnya. (LG/Nurul

Menurut Tinna, salah satu peserta Bindesnas 2015, kendala yang dihadapi oleh peserta selama disana adalah perbedaan bahasa. “Sewaktu di desa, kami dibuat kelompok yang berisi delegasi dari berbagai universitas untuk berkunjung langsung ke rumah warga. Jadi agak sulit untuk berkomunikasi dengan warga yang diantaranya masih sulit berbicara bahasa indonesia. Tetapi dengan adanya pendamping dari panitia (Universitas Mataram), kendala tersebut dapat teratasi.� ujarnya.

Rismayanti)

25


FAPERTA NEWS

<

Mendengar kata SOL, hal pertama yang terlintas tentu bertanya, “Apa itu SOL? Apa yang di lakukan selama SOL?”, kita dapat menemukan jawabannya dari sosok Yazid Najuwan, delegasi Fakultas Pertanian dalam ajang School Of Leader yang diselenggarakan BEM Kema Unpad di bawah Kementerian Minat dan Bakat. Yazid merasa sangat bangga dapat mewakili Fakultas Pertanian mengingat setiap fakultas hanya mewakilkan dua delegasi yakni dari BEM dan dari BPM. Saat diwawancara, Yazid bercerita bahwa selama lima hari berturut-turut ikut SOL ia banyak belajar tentang “organisasi”. Bagaimana membuka pikiran dan open minded terhadap isu-isu apa saja yang ada di Unpad, dan meyakinkan kembali bahwa kader SOL ini adalah satu Unpad bukan satu pertanian. “Apabila kita sudah memikirkan Unpad, kita tak akan berani bilang fakultas lain jelek atau bagus, yang ada hanya satu Unpad!”, ujar Yazid. Yazid juga mengutarakan bahwa ibarat baja, mereka benar-benar ditimpa dari sangat dasar. Awal mula terbentuk BEM, BPM dan organisasi lainnya semua dikaji mendalam di SOL. Satu hal yang pasti adalah dengan mengetahui alasan yang kuat, kader SOL diharapkan dapat menjadi penerus dan mempertahankan organisasi tersebut bukan hanya dengan embel-embel seorang “pemimpin”. Satu hal menarik yang dibahas dalam SOL ini sesuai dengan misi politiknya adalah mencapai “segitiga emas” di Unpad. Tentu kita tahu bahwa UI, ITB dan universitas terkemuka lainnya sudah mempunyai tagline lulusan berkualitas tanpa harus melalui serangkaian uji tes dan kelayakan. Unpad sendiri telah menunjukkan eksistensinya sebagai PTN terfavorit selama dua tahun berturut-turut, namun untuk lulusannya sendiri masih belum bisa disejajarkan dengan ITB maupun UI. ”Yang paling penting kan bagaimana kita bersaing di dunia kerja setelah lulus nanti”, tambahnya. Kutipan tadi sekaligus menjadi misi SOL selanjutnya dalam mencetak kader bangsa yang dapat disejajarkan dengan PTN lainnya. Jadi, jangan mau kalah dengan kampus tetangga, ya!

“Agent of Changes” di School of Leader

26


FAPERTA NEWS Dilain waktu, kader SOL dari Faperta lainnya yaitu Fitri turut diwawancara. Ia merasa bangga sekaligus terkejut lulus SOL mengingat saingannya seluruh Unpad. “Kaget bisa lolos, meskipun sudah mengirim CV dan wawancara. Bangga bisa mewakili Faperta”, ujar Fitri saat itu. Tidak jauh berbeda dengan Yazid, konsep kepemimpinan selalu diutarakan Fitri. Bagaimana menentukan goals untuk almamater, belajar hakikat organisasi, jiwa kepemudaan dan leadership serta satu yang pasti adalah mengubah mindset tentang kepemimpinan. Fitri merupakan salah satu kader perempuan yang lolos seleksi SOL. Dia merasa surprise bahwa kader perempuan tidak kalah jumlahnya dengan kader laki-laki yang lolos seleksi SOL, bahkan seimbang. Hal ini menandakan bahwa emansipasi perempuan khususnya untuk menjadi seorang pemimpin sudah tidak dipandang sebelah mata dan dianggap tabu.

Sedikit mengulas rangkaian kegiatan SOL tahun ini, SOL 2015 merupakan tahun ke-8 sejak awal diadakannya School Of Leader. Tahun ini acara berlangsung selama lima hari, yakni dua hari di Fisip dan tiga hari lainnya di Hotel Augusta, Lembang. Akomodasi selama SOL murni ditanggung pihak Unpad. SOL merupakan misi kaderisasi setelah pradasar yang kita dapat selama Prabu, selanjutnya hal dasar lain yang didapat dari pola pembinaan hingga berlanjut pada SOL. Setelah SOL, level nasionalnya adalah kader bangsa mewakili masing-masing almamater. Semoga setelah mengikuti rangkaian SOL, mereka dapat berkontribusi untuk pertanian serta teruntuk almamater tercinta, Universitas Padjajaran. Mengutip kata-kata mutiara Mark Yarnell “A leader is someone who demonstrates what’s possible”. So, tidak akan ada yang tidak mungkin buat mereka. Terus berkarya dan menginspirasi ya, teman-teman! (LG/

Yazid dan Fitri , Kader SOL 2015 dari Faperta.

Deswita)

27


FAPERTA NEWS

HIMATAN MENJADI JUARA UMUM PILMITANAS 2015

Faperta juara! Sebelumnya, kami ucapkan selamat untuk Himatan yang telah menjadi juara umum Pilmitanas 2015! Bagi yang belum tahu, Pilmitanas adalah kepanjangan dari Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional yang terdiri dari berbagai rangkaian lomba. Delegasi-delegasi Himatan yang ikut serta dalam Pilmitanas 2015 ini diantaranya yaitu Chantik MFA dalam kateogori lomba poster dan Abdul Haris dalam kategori lomba fotografi. Lalu ada juga Junius Noval, Ary Satrya, dan Elis Nuraeni dalam kategori Soil Debate dan Soil Judging Contest. Pilmitanas diselenggarakan dua tahun sekali oleh Fokushimiti (Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia). Untuk tahun ini, acara utamanya dilaksanakan di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, pada tanggal 10-17 Mei lalu. Dari enam rangkaian perlombaan di ajang bergengsi ini, Himatan memenangkan tiga emas dan satu perunggu.

28


FAPERTA NEWS Menurut Riandy, dari bulan Maret Himatan sudah melakukan persiapan untuk mengikuti Pilmitanas ini, yaitu mulai dari melakukan dua kali seleksi internal di Himatan dan akhirnya terpilihlah delegasi terbaik yang berangkat ke Padang. Hal-hal yang dipersiapkan diantaranya yaitu rangkaian bimbingan atau pelatihan kepada para delegasi tersebut dengan dibantu oleh dosen, alumni, ataupun secara mandiri. Himatan pula yang mengurus masalah periizinan dan perdanaan. “Himatan juga membuat acara syukuran di Student Center Faperta Unpad. Acara ini merupakan bentuk ucapan terima kasih atas dukungan penuh dari pihak dekanat, SBA, himpunan dan pihak lainnya. Selain ucapan terima kasih juga ada sharing dari para delegasi yang mengikuti lomba tersebut�, ungkap Allan. Sekali lagi, selamat untuk Himatan! Soil solid! (LG/Destia)

29


FAPERTA NEWS

GENERA’S DAY 2015 “CHANGE THE ORDINARY” Genera’s Day yang digelar pada tanggal 22 Mei lalu di Che.Co Café-Resto merupakan acara puncak perayaan ulang tahun Genera yang ke-6. Di acara tersebut, diadakan photo exhibition, sharing session, launching Genera’s Magazine dan masih banyak lagi. Genera’s Day kali ini dimeriahkan pula oleh live performances dari beberapa band diantaranya The Milo, Troü, The Triangle, Povo dan The Trees Strip. Pada Sharing Media Session, dihadirkan beberapa pembicara untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka khususnya di bidang jurnalistik. Sharing Media Session ini dibagi menjadi tiga sesi. Pembicara pada sesi pertama adalah Friska dari Radio ITB yang berbagi ilmu mengenai Media Entertainment.

30


FAPERTA NEWS Dilanjutkan pembicara pada sesi kedua adalah Fauzi selaku Redaktur Djatinangor yang berbagi ilmu mengenai media berpengaruh di Jatinangor. Sharing Media Session ditutup dengan pembicara sesi ketiga yaitu Charlie dari FKPMB yang mengungkapkan tentang perkumpulan media. Pada acara ini pula diadakan peluncuran Genera’s Magazine yang bertemakan The Transision, dimana Genera memang tengah berupaya menghadirkan berbagai terobosan dan karya baru yang berkualitas. Pada sesi tersebut juga diumumkan pemenang berbagai lomba dari pekan jurnalistik yang telah diadakan sebelumnya. Para pemenang lomba tersebut diantaranya:

Desain Totebag Terbaik

Juara Umum Fotografi

1. Kinanto Prabu W. – FTIP 2. Alvin Niza - FMIPA

1. Febbie Gracia 2. Miftahul Fajri 3. Andreina Ratu

Artikel Ilmiah

Juara Sub Tema Fotografi

1. Dewi Susilowati 2. Supriady S.

activities

Annisa Khoirunazmi

3. Ary Satrya

places

General Winner 1. Ajeng Ara

Hary Satria

2. Bilfahmi 3. Djuli Pamungkas 4. Khanza 5. Koasi Unpad 6. Nurasena Iman 7. Oka Lovy 8. Reza Ardian - Unpad Traveller 9. Riansyah 10. Huru Hara Community

31

human interest

Huru Hara Community


FAPERTA NEWS Salah satu pengunjung acara Genera’s Day, Amelia Dewi Utami dari Fakultas Pertanian Unpad merasa acara ini sangat bagus, catchy, dan change the ordinary. Dewi Susilowati, pemenang dari lomba artikel ilmiah menuturkan bahwa lomba yang diadakan cukup bagus dan dapat memacu mahasiswa untuk lebih kreatif terutama di bidang menulis. Povo band pun ketika diwawancarai seusai performances menyatakan Genera telah satu step lebih maju dan berharap Genera dapat menyuguhkan berita yang semakin baik. Sebagai simbolis bertambahnya usia Genera dilakukanlah pemotongan kue dan tiup lilin. Akhirnya, rangkaian acara Genera’s Day ditutup dengan penampilan dari The Milo yang menambah semarak suasana. Acara ini bukan hanya menandakan bertambahnya usia, tetapi juga kedewasaan bagi Genera itu sendiri. Genera mungkin masih sebatas pers mahasiswa, namun seperti tema ulang tahunnya kali ini yaitu change the ordinary memberi harapan agar Genera dapat menghasilkan lebih banyak terobosan baru. Semoga Genera dapat terus menjadi inspirasi generasi muda dan terus menghasilkan karya yang kreatif dan berkualitas. Selamat ulang tahun Genera! (LG/Hana & Dela)

32


UNPAD NEWS

Kuliah Tak Hanya Lagi Menjadi Mimpi Si “Kaya� UKT (Uang Kuliah Tunggal) mulai diberlakukan di Universitas Padjadjaran sejak tahun 2013 hingga saat ini. UKT merupakan suatu sistem dimana biaya perkuliahan yang ditanggung oleh setiap mahasiswa disesuaikan dengan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, dan/atau seseorang yang membiayainya, sesuai dengan UU no 12 tahun 2012 pasal 88. UKT digolongkan dalam beberapa golongan berdasarkan penghasilan dari penanggung biaya perkuliahan. Penggolongan dimulai dari golongan satu sebagai yang terendah, dan golongan lima sebagai yang tertinggi. Dasar penentuan besaran UKT adalah standar satuan biaya operasional yang mana standar ini pun diberlakukan sebagai dasar dari penetapan alokasi dana APBN untuk perguruan tinggi negeri. Sistem UKT mengalami perubahan pada beberapa PTN yang menerapkannya, sebagai contoh yaitu yang terjadi di Unpad. Pada tahun 2013 semua mahasiswa yang masuk melalui jalur SBMPTN dan SMUP (diploma) dimasukkan ke dalam golongan lima karena dianggap mampu, namun, dalam perjalannya banyak mahasiswa yang mengajukan keberatan dan memohon adanya penyesuaian dan dimasukkan ke dalam golongan yang tepat. Akhirnya, sistem seperti ini tidak diberlakukan lagi di tahun 2014 dan 2015. Semua mahasiswa baik yang masuk melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, dan SMUP mendapat perlakuan yang sama dalam penggolongan UKT. Perubahan ini membuahkan hasil yang baik terlihat pada perbandingan tahun 2013 dengan 2014, permasalahan pada tahun 2014 secara kasar terlihat adanya penurunan.

33


Dok: http://radaronline.co.id

UNPAD NEWS

Pelaksanaan penyesuaian sistem memerlukan kerja sama dari berbagai pihak yang terkait, seperti rektorat, dekanat, BEM universitas, dan juga BEM fakultas sebagai pendamping yang turun langsung menangani permasalahan-permasalahan UKT mahasiswa. Proses penanganan ini dimulai dari pemanggilan mahasiswa yang terlibat untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya yang kemudian melakukan penyerahan berkas kepada Wakil Dekan 2 apabila dirasa perlu adanya penanganan khusus. Tahap ini dilakukan oleh Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa di lingkup BEM fakultas. Berkas yang diajukan kemudian diverifikasi di fakultas selanjutnya fakultas mengeluarkan surat rekomendasi kepada Wakil Rektor 2 untuk diverifikasi secara lanjut oleh pihak universitas. Penyesuaian UKT dilaksanakan guna memberikan penyamarataan hak untuk mendapatkan pendidikan bagi setiap mahasiswa dan meminimalisir terjadinya pengunduran diri oleh mahasiswa dengan alasan biaya. Rektor Unpad menyatakan bahwa tidak akan ada mahasiswa yang di drop out karena alasan tidak mampu membayar biaya kuliah. “Harapan saya simple kok, saya hanya ingin semakin lama Unpad semakin baik dalam pelaksanaan sistem serta pelayanan terkait UKT ini, sehingga tak ada lagi mahasiswa yang merasa disibukkan, kebingungan, bahkan kesulitan karena uang kuliah bukan karena perkuliahannya itu sendiri,� jelas Abdul Hakim Audah, Menteri Advokasi dan Pelayanan Mahasiswa BEM KEMA Unpad 2015 saat ditanya mengenai harapannya bagi sistem UKT di Unpad. Perubahan-perubahan kearah yang lebih baik selalu diupayakan agar kedepannya tidak ada lagi mahasiswa yang merasa terbebani oleh sistem uang kuliah tunggal ini, dan tentunya sistem ini harus selalu diawasi dalam pelaksanaannya. Itulah tugas kita sebagai mahasiswa yang harus peduli terhadap mahasiswa lainnya. (LG/Amirah Widyasmara)

34


UNPAD NEWS

Buku Aspirasi, Harapan untuk Sebuah Solusi?

R

ektor baru Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. med. Tri Hanggono pada tanggal 30 Mei kemarin mendapatkan sebuah hadiah yang diserahkan oleh Ketua BPM Kema Unpad, Kang Koko Iwan Agus. Buku ini diserahkan pada saat forum diskusi pimpinan lembaga dari BEM Kema, BPM Kema, BEM Fakultas, BPM Fakultas, dan juga UKM yang diadakan di Bale Sawala, Rektorat. Asal muasal Buku Aspirasi ini berawal dari forum-forum diskusi bersama Bapak Rektor pasca pelantikan. Mulanya, pada kegiatan Unpad Sawargi yang diadakan oleh BEM Kema pada 1719 April lalu, dimana salah satu agendanya adalah diskusi yang menghadirkan Prof. Tri untuk sharing mengenai permasalahan dan juga program-program kemahasiswaan BEM Kema, BEM Fakultas,dan UKM yang ada di Unpad. Tak lama berselang, BPM Kema Unpad mengundang kembali Prof.Tri dalam acara Open House, kali ini BPM Kema mengundang seluruh lembaga universitas maupun BEM dan BPM yang ada di fakultas. Dan pada kesempatan ini, terdapat pula diskusi antara rektor dengan mahasiswa. Dengan adanya dua kegiatan tersebut, muncul anggapan bahwa antara BPM dan BEM seolah berlomba satu sama lain mengingat acara yang diselenggarakan hampir serupa dan dalam waktu yang tidak jauh berbeda. Pada momen itulah Prof.Tri mengatakan bahwa untuk membangun Universitas Padjadajaran yang lebih baik maka harus terbangun sinergisitas, paling tidak antar sesama lembaga. Beliau menawarkan, bahwa sebagai bentuk komitmennya dalam membangun Universitas Padjadjaran, beliau akan meluangkan waktunya untuk lebih sering berdiskusi dengan mahasiswa. Demi mengakomodir aspirasi mahasiswa, selanjutnya pihak LPKA (Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni) Unpad mengundang pimpinan lembaga untuk berdiskusi bersama, dengan tujuan mempersiapkan teknis pertemuan rektor. Hasil dari forum tersebut diputuskan bahwa akan lebih sistematis dan terkoordinir jika apa saja yang ingin disampaikan mahasiswa tertuang dalam sebuah bundel buku yang akan diberikan kepada Prof.Tri.

35


UNPAD NEWS Maka setelah itu, persiapan Buku Aspirasi dipindah tanggungjawabkan kepada BPM Kema Unpad. Forum-forum selanjutnya membahas bagaimana menjaring keinginan dan kebutuhan seluruh Kema Unpad. Berdasarkan kesepakatan, dibuatlah kuisioner, agar representatif maka dibutuhkan kurang lebih 3000 mahasiswa untuk mengisi kuisioner yang diisi secara online maupun langsung. Kuisioner ini disebarluaskan selama kurang lebih dua minggu, bekerja sama dengan BEM setiap fakultas untuk menyampaikan kepada warga. Kuisioner itu sendiri membahas empat aspek yang dinilai penting, yaitu mengenai : 1. Akademik 2. Sarana dan Prasarana 3. Tata Kelola Keuangan 4. Kesejahteraan Mahasiswa Penjaringan aspirasi melalui kuisioner ini tidak berjalan sesuai harapan, karena terkendala beberapa hal, maka responden pengisian kuisioner ini hanya didapat oleh sekitar 1200 mahasiswa yang berpartisipasi. Namun, adanya tenggang waktu yang diberikan kepada mahasiswa, maka sejumlah responden tersebut dianggap cukup, dan pengolahan data serta kajian-kajian dilaksanakan diwakili oleh BPM masing-masing fakultas. Sampailah pada hari yang ditunggu-tunggu, Diskusi Pengembangan Kemahasiswaan Universitas Padjadajaran, selain dihadiri oleh pimpinan lembaga, forum ini juga dihadiri oleh pimpinan setiap fakultas untuk turut serta mendengarkan diskusi mahasiswa dengan Bapak Rektor. Prof.Tri berdiri di podium, mendengarkan dengan seksama juga mencatat hal-hal yang disampaikan oleh mahasiswa. Setelah penyampaian oleh mahasiswa, Prof.Tri menanggapi berbagai keluh-kesah juga masukan untuk Universitas Padjadjaran, bahkan beliau pada akhir sesi menantang mahasiswa bahwa tanggal 20 Juni nanti, mahasiswa dapat memberikan semacam proposal lengkap tentang detail atau perencanaan kegiatan kemahasiswaan yang hari itu dibicarakan dan tertera dalam Buku Aspirasi. Demikianlah, forum demi forum dilaksanakan, semuanya bertujuan dengan motivasi dapat memberikan harapan untuk sebuah solusi juga resolusi rumah yang lebih baik lagi. “Unpad ngahiji, Unpad kahiji�, slogan Bapak Rektor kita ini semoga tak hanya sekedar mimpi, tapi menjadi visi besar bersama seluruh civitas dan mahasiswa Universitas Padjadjaran. (LG/Ghaniyya)

36


EXTRAS

WHAT

CHILDREN

37


EXTRAS

SHOULD

DO

38


Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang Jawa Barat 45363 www.generapersma.com www.generapersma.com

persmagenera X persmagenera @PersmaGenera Genera Persma

L @PersmaGenera I Genera Persma


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.