Ko m p i l a s i Ki s a h - Ki s a h “ K E N A PA S AYA MASUK PWK?”
S e m ac a m Kata P e n ga n ta r (Anggap Saja) Ebenezer Howard - CEO Peta Dasar Fix Bgt
Assalamualaykum, Salam Sejahtera, Om swastiastu. Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena sampai detik ini begitu banyak nikmat yang telah dikaruniai kepada kita semua. Sangat senang sekali rasanya setiap hari semenjak Peta Dasar Fix Bgt (PDFB) mulai dikenal oleh teman - teman PWK di seluruh pelosok bumi pertiwi. Entah suntikan energi dari mana yang mampu memaksa kami untuk terus menghidupi akun ini dengan segala cara, baik ditengah badai deadline studio atau bahkan ditengah keterpurukan isi hati. Apalagi ketika sedikit demi sedikit akun ini terus mendapat respon positif dari teman - teman PWK sekalian. Makin meletup - letuplah energi ini. Sehingga, kami rasa sebagai bentuk apresiasi dan semakin memperkenalkan dunia ke-PWK-an kepada khalayak umum, kami mengajak teman - teman PWK untuk bersama menulis kisah kita. Kisah bagaimana akhirnya kita bisa yakin dan menjalani kehidupan studi di program studi ini, kisah bagaimana perjuangan untuk dapat duduk di kursi ini, kisah bagaimana lika - liku yang perlu kita hadapi untuk mencapai titik ini. Terima kasih kepada 16 orang hebat yang telah berbagi kisahnya inspiratifnya, kepada 16 orang putra - putri terbaik dari berbagai daerah di Indonesia yang telah percaya akan kekuatan dari kisah inspiratif sehingga mampu memotivasi siapapun diluar sana. Terima kasih, Salam Perencana, VIVA PLANOLOGI!
1
Da f ta r Is i Diurut Berdasarkan Abjad Nama Pengirim
S e m ac a m Kata P e n ga n ta r
1
Da f ta r Is i
2
Annisa Dwi Wulansari
4
A r c i Ta m a r a
6
Au s h a f W i d i s t o
7
Fa d h i l a N u r L a t i f a h S
10
F i t r i I n d r i ya n i
12
H a f s ya r i n a S u fa
14
I s t i q o m a h Ay u n i n g t y a s
16
L a r a s Ku n R a h m a n t i P u t r i
19
M a h a s t i A d i t ya s a r i
21
Mirza Diani
23
Mu t h i a N u r I p m a s y a t i
26
N i s r i n a D h i y a Ro s y a d a
28
N o va n d r i R a h a d i a n P u t r a
30
N u ru l H a n d ay a n i
33
Ra h m at N a n da T r i n u f i
38
Y u n i t a R a t i h W i j ay a n t i
40
2
Annisa Dwi Wulansari INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL - BANDUNG
“PWK, PLANOLOGI? Jurusan macam apa itu? Bagaimana nanti kerjanya?”, pertanyaan yang selalu ada dibenak saya. Dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, saya masih belum konsisten terhadap apa cita-cita saya sebenarnya. Banyak orang yang memilih jurusan sesuai dengan apa yang mereka sukai. Lalu, hal apa yang saya sukai? Apakah saya harus masuk Arsitektur atau Design karena saya suka menggambar? Sepertinya tidak. Karena saya sadar bahwa gambar yang saya buat tidak begitu bagus. Lalu apa? Apa saya harus masuk Jurnalistik karena menyukai hal-hal yang ada diluar gedung alias kegiatan lapangan? Sepertinya tidak. Karena saya tidak cakap dalam berbicara walaupun saya senang dengan kegiatan mencari berita dan kegiatan wawancara. Pilihan terakhir yang saya punya, apakah saya harus masuk jurusan yang “berbau” ilmiah? Sepertinya itu hal yang paling tidak saya sukai. Berfikir dan mencari informasi, itulah kegiatan selalu dilakukan ketika menjelang kelulusan SMA. Suatu ketika, ada informasi di mading sekolah bahwa ada salah satu jurusan yang sama sekali baru melihatnya, yaitu jurusan PWK. “PWK? Perencanaan Wilayah dan Kota?”berfikir sejenak. Banyak pertanyaan yang ada dibenak saya dan pertanyaan itu tidak semua terjawab oleh guru bk di sekolah saya. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran di jurusan PWK pun belum saya dapatkan. Walaupun begitu, saya tertarik dan berminat untuk masuk jurusan PWK. Tanpa alasan yang kuat, akupun masuk jurusan PWK. Lalu apa yang saya lihat dan saya rasakan ketika masuk jurusan PWK? Ternyata semua yang saya mau terdapat di jurusan ini, seperti hal nya saya suka menggambar, suka kegiatan lapangan, dan hal-hal yang
4
“berbau ilmiah” tidak ada. Di jurusan PWK kita bisa merasakan terjun langsung ke lapangan dalam hal mencari data dan survey, dibimbing bagaimana teknik presentasi yang baik sehingga kita bisa cakap dalam berbicara, dan hal-hal yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dibenak saya. Kini, setelah saya masuk Jurusan PWK saya memiliki alasan yang kuat kenapa saya masuk Jurusan PWK. 1. PWK merupakan jurusan yang sesuai dengan hobi ataupun keinginan saya. 2. PWK melatih saya dalam berorganisasi ataupun berdiskusi dengan banyak orang, karena pada akhirnya dalam PWK membutuhkan partner dalam pekerjaannya. 3. PWK melatih bagaimana menjadi pemimpin, karena pada akhirnya seorang PWK akan menjadi leader dalam pekerjaannya. 4. PWK mengajarkan saya bagaimana merencanakan segala hal dengan melihat berbagai aspek.
A r c i Ta m a r a INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA - LAMPUNG
"Apa tuh pwk?" "Emang ada ya jurusan pwk?" "Hah pwk? Keperawatan gitu?" Pertanyaan-pertanyaan yang sering terlontar kepada saya, seorang mahasiswi pwk ketika menyebutkan jurusan perkuliahan saya. Lucu memang, banyak masyarakat diluar sana yang belum mengetahui pwk itu apa, sedangkan mereka asik menikmati hasil rencana yang telah dibuat oleh para almamater kita. Terus kenapa saya mau masuk ke jurusan yang belum terkenal ini? Jurusan yang asing ditelinga khalayak ramai. "Ya karena diterimanya dijurusan ini, jadi masuk deh", "disuruh orang tua". “nggak tau deh kenapa, iseng” rata-rata mahasiswa/i akan menjawab seperti ini ketika dipertanyakan kenapa mau masuk jurusan perkuliahannya, yaa sebenernya saya juga sama sih, sama sama disuruh orangtua, Ayah saya lebih tepatnya. Cuma beliau sempat memberikan saya beberapa pilihan jurusan, jurusan-jurusan yang sangat asing ditelinga anak SMA seperti saya dulu atau bahkan kalian saat masih menduduki bangku SMA. Beliau menyarankan kepada saya untuk lanjut ke Teknik Geodesi, Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Lingkungan dan Teknik Industri. Selayaknya anak SMA yang masih labil dan cuma tau gaya-gayaan, nggak mau dong masuk ke jurusan yang ga terkenal. Difikiran saya saat itu hanya “kenapa sih nggak nyuruh masuk kedokteran? Kan bisa nolong orang yang lagi sakit” jadi disitu saya menghianati Ayah saya, saya sampaikan kepada beliau bahwa saya ingin menjadi seorang dokter, agar bisa menyembuhkan masyarakat yang sedang kesakitan dan juga sekalian ajang keren-kerenan, karena didaerah tempat saya tinggal Jurusan Kedokteran yang paling hitz. Saya sempat berfikir beliau tentunya kecewa dengan pilihan saya dan akhirnya berhenti untuk memujuk saya, dia hanya tersenyum menatap saya dan mungkin berfikir semoga anak perempuannya ini sukses dengan pilihannya sendiri. Disitu saya cukup bahagia, saya merasa bangga dengan pilihan saya pada saat itu. Beberapa hari kemudian, Ayah saya mengajak saya
6
pergi ke Pasar Gudang Lelang Lama, tempat pelelangan ikan. Kami berjalan kaki mencari ikan segar sampai ujung pasar yang langsung menuju laut, ditepi ini merupakan tempat para nelayan-nelayan menepikan perahu-perahu mereka. Setelah sampai diujung jalan yang membentuk sebuah pertigaan, dengan sebelah kanan masih pasar pelelangan ikan dan disebalah kiri terdapat rumah-rumah papan berjejer yang berdiri diatas permukaan air laut. Disitu saya berfikir, mungkin inilah rumah-rumah para nelayan dan para penjual ikan, tempat yang sangat beresiko dan bahkan sangat tidak layak untuk ditempati karena ukurannya yang sangat kecil dan sampah yang berserakan disekitarnya. Saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada Ayah saya, “Ayah, memang pemerintah memperbolehkan para nelayan dan pedagang untuk tinggal disini?” Ayah saya hanya tersenyum, beliau pun menyuruh saya untuk mencari tau sendiri jawabannya. Mengapa mereka tinggal disini, apa bahayanya, apa tindakan pemerintah yang telah dilakukan. Setelah saya sampai rumah, saya langsung mengakses internet untuk mencari tau jawabannya, seharian saya berkutat untuk mencari tau segala hal yang bisa saya ketahui. Sampai pada akhirnya, saya mengetahui bahwa belum ada usaha dari pemerintah yang terjalankan dalam mengatasi permukiman kumuh ini. Miris memang, tapi beginilah kenyataannya. Banyak masyarakat diluar sana yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, butuh pertolongan dan tidak ada upaya bantuan sama sekali dari pemerintah atau pun LSM dan lain sebagainya untuk membantu. Mulai dari permukiman kumuh ini saya tertarik untuk mencari kasus-kasus lain yang kurang terurus atau seperti wilayah budidaya yang disalah gunakan, hutan kota yang tidak layak, dan banyak kasus lain. Saya selalu mencari jawaban di internet dan sekali duakali tersambung ke WordPress mahasiswa/i Perencanaan Wilayah dan Kota, saya selalu tersenyum ketika melihat nama jurusan ini, jurusan yang pernah ditawarkan oleh Ayah saya dulu. Sampai akhirnya saya membulatkan niat dan berkata kepada Ayah saya sambil tersenyum malu tapi mau, “Ayah, saya tetap akan menjadi seorang dokter, tapi bukan dokter untuk manusia seperti impian saya dulu. Saat ini anak Ayah akan menjadi seorang dokter kota, yang akan merencanakan kota tempat tinggal keluarga kita menjadi lebih baik”.
masuk kemana, dan gue masih belum punya tujuan. Setelah mikir-mikir, entah kenapa gue jadi tertarik masuk jurusan arsitektur. Akhirnya waktu tes masuk perguruan tinggi, gue milih SAPPK ITB, dengan bayangan bahwa setelah keterima disana gue bakal ngambil arsitektur. Gue bahkan ngga mikirin sama sekali kalo di SAPPK itu, ada satu jurusan lain, yang akhirnya jadi jurusan gue sekarang. Terus ternyata gue keterima di SAPPK, abis pengumuman gue langsung sujud syukur. Ya udah alhasil gue jadi kuliah disana dan selang beberapa lama, gue jadi makin ngerti atmosfer akademiknya. Di tahun pertama gue kesusahan banget, soalnya di ITB kan ada TPB (Tahap Persiapan Bersama) dimana maba dimasukin dulu ke fakultas setahun, terus baru bisa milih jurusan. Matkul-nya masih macem Kalkulus-Fisika-Kimia gitu. Buset, gue ga
Au s h a f W i d i s t o INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG - BANDUNG
Oke jadi gue mau cerita dikit. Sejujurnya, selama sekolah gue ga pernah tau apa itu planologi. Tapi entah kenapa sekarang gue kuliah di jurusan itu, dan gue ga pernah satu kali pun ngerasa salah jurusan. Dari kecil gue ga pernah punya satu profesi yang bener-bener gue cita-citain. Gue pernah pengen jadi komikus, game designer, penulis, insinyur, macem-macem lah. Gue ga pernah musingin cita-cita soalnya gue selalu ngerasa kalo hidup gue masih panjang dan masih banyak waktu buat mikirin masa depan. Terus tau-tau gue udah kelas 3 SMA aja, dan gue masih aja bingung. Temen-temen gue udah pada jelas pengen
7
ngerti apa-apa, dan emang ga tertarik juga sebenernya. Untungnya masih ada beberapa matkul pengenalan jurusan yang bisa sedikit ‘menghibur’ gue dengan kuliah yang isinya bukan itung-itungan. Setelah ngerasain kuliah-kuliah pengenalan jurusan ini, baru gue mulai bimbang. Ternyata gue ga suka-suka amat sama kuliah arsitektur. Gue mulai ngelirik jurusan sebelah, planologi alias PWK (Perencanaan Wilayah dan Kota). Karena setelah gue makin ngerti, ternyata planologi tuh asik. Akhirnya gue ngisi planologi di kuesioner pemilihan jurusan. Kenapa akhirnya gue milih planologi? Karena menurut gue pola pikir yang dibentuk dalam kuliah planologi tuh lebih cocok sama apa yang gue mau. Kalo arsitek kan ngerancang bangunan, kalo planner tuh ngerancang kota. Simpelnya sih gitu. Tapi pendekatannya beda banget ternyata, jauh. Ngerancang bangunan kan kebanyakan pake pendekatan desain dan konstruksi. Kalo ngerancang kota, lo ga bisa sekedar mikirin bentuk kotanya doang. Kalo kota bentuknya bagus tapi ga layak ditinggalin kan nonsense juga jadinya, ya gak? Biar bisa layak ditinggalin, banyak banget aspek yang harus dipikirin, makanya lingkup pembelajaran anak plano tuh luas banget. Karena kita ngerancang kota buat ditinggalin sama manusia, jadi mutlak kita harus ngerti soal ilmu-ilmu terkait pola hidup manusia. Dan karena kita akan membangun kota menempati ruang di atas permukaan bumi, jadi kita harus ngerti soal ilmu-ilmu keruangan dan kebumian. Seorang planner sebenernya ngga dituntut buat mendalami semua ilmu itu. Kalo bisa sih emang bagus, tapi kenyataannya kan ga gampang. Makanya peribahasa Jack of all trades, master of none itu berlaku banget buat para planner. Bukan menguasai satu bidang dengan sangat dalam, tapi menguasai semua dengan secukupnya aja. Kemampuan yang menjadi nilai terbesar bukanlah penguasaan satu ilmu, tapi penghubungan berbagai macam ilmu. Gue baru kurang lebih setahun ngerasain kuliah planologi, dan dalam setahun yang singkat ini aja gue udah belajar ekonomi, sosiologi, statistika, ekologi, hukum, geografi, geologi, dan sebagainya. Baru setahun aja udah segitu banyak yang gue dapet, dan sebagai orang yang relatif bosenan gue takjub sama diri gue sendiri karena even setelah setahun ngerasain suka duka kuliah planologi, gue masih tetep bisa mempertahankan ketertarikan gue dan ga keburu bosen kaya biasanya. Itu tadi kalo dari kuliahnya. Dari prospek kerjanya pun, planologi tuh bisa dibilang masih potensial banget. Kalo kata temen gue yang anak manajemen: ‘Manajemen tuh
81
prospeknya luas banget, lo bisa kerja dimana-mana, tapi saingan lo juga banyak banget.’ Kalo planologi? Planologi tuh prospeknya juga luas banget, lo juga bisa kerja dimana-mana, tapi saingan lo dikit. Percaya ga? Gue ngomong gini ga asal-asalan, meskipun gue juga belom kebayang pengen kerja yang kaya apa. Gue sering banget denger kalimat itu dari mana-mana, dari kakak tingkat, dari alumni. Bahkan gue pernah ikutan semacam kunjungan gitu ke Kementrian Agraria dan Tata Ruang, dan pembicara waktu itu bilang: disana masih banyak posisi kerja perencana yang lowong, mereka masih nerima banget kalo ada planner-planner muda yang berminat buat kerja disana. Itu baru contoh di satu tempat doang, sementara prospek kerja lulusan planologi masih ada banyak lagi di tempat-tempat lain. Selain kerja di pemerintahan kan bisa juga ke konsultan, NGO, developer, dll. Bahkan nih, kalo ternyata setelah lulus ga mau kerja di bidang planologi, di bidang apapun pasti ilmu planologi-nya tetep bakalan kepake mengingat ilmu yang dipelajari emang banyak banget. Kota di Indonesia tuh banyak banget, dan kita semua tau kondisinya kaya gimana. Sementara belom semua universitas punya jurusan planologi. Jadi jumlah lulusan planologi pun bisa dibilang masih sangat sedikit. Anak-anak sekolahan pun kebanyakan masih awam sama yang namanya planologi, akhirnya jurusan ini jadi kurang populer. Padahal gue yakin kalo tau planologi itu apa, pasti banyak juga yang bakalan suka. Sejujurnya, harapan gue aja nih, gue pengen banget Indonesia punya banyak planner handal. Soalnya gue selalu seneng kalo liat kota-kota keren di luar negri, tapi gue lebih betah tinggal di Indonesia meskipun gue sering gatel karena kotanya masih awut-awutan. Gue pengen kota-kota Indonesia jadi bagus juga, dan buat ngebagusin kotanya, Indonesia butuh banyak planner yang kompeten. Gue pengen jadi planner, karena gue tau Indonesia butuh planner. Ya udah sekian dari gue. Maaf kalo banyak bahasan yang agak ga penting atau ga nyambung. Semoga tulisan gue bisa sedikit-banyak memberi manfaat.
Fa d h i l a N u r L a t i f a h S UNIVERSITAS GADJAH MADA - YOGYAKARTA
There's this one fundamental question: Kenapa masuk PWK? Kenapa? Kenapa? Hmmm, ngga tau juga saya Pengen aja gitu Tapi keinginannya ada latar belakangnya kok Dan ada kisah perjuangannya juga dibalik itu Yang aku ingat, waktu TK dulu aku kepengen jadi Presiden RI, karena aku merasa orang-orang dewasa yang sering kulihat di TV itu sering banyak salahnya, salah yang anak kecil aja tau, yaelah ngga kompeten banget ya. Terus waktu SMP aku pengen jadi seorang arsitek, keren aja gitu, bisa membuat inovasi-inovasi bangunan yang kece abis, tapi terus sadar kalo gambar vas bunga pake perspektif aja ngga bisa. Terus waktu SMA, beberapa hal menarik minatku, dan beberapa program studi muncul sebagai alternatif pilihan, hubungan internasional, pariwisata, tapi kok ips ya? Padahal SMA kuambil IPA. Terus pilihan IPAnya, teknik lingkungan atau geografi, hmmm. Lalu semua bermula dari sebuah percakapan hangat di ruang tamu rumah kami, antara aku dan bapakku. Saat itu adalah masa di mana aku galau mau menjadi apa esok hari? Dan ide yang sangat brilian muncul dari bapakku, "Kamu kayanya suka analisis gitu ya, kayanya cocok belajar tata ruang. Temen bapak di Jepang ada yang belajar tentang itu. Di masa depan, Indonesia bakal butuh banget ahli tata ruang yang bisa ngebenerin kondisi kota di sini." Ya, jenius, aku bilang. Pas waktu itu aku ngga kepikiran tuh tata ruang apaan, isunya tentang apa, I simply believe in him :) Mulai tertarik memperhatikan kota, walaupun sempat jenuh banget sama keadaannya. Kemudian mengenal teman bapak, seorang dosen planologi ITB, beberapa kali diskusi tentang tata ruang, walaupun sangat cethek bahasanku. Terus cari tau tentang apa yang dipelajari, dan ternyata, bahasannya sangat umum, menyenangkan dan well, menarik. Waktu itu salah satu niatanku adalah, dengan belajar ilmu ke PWK an, paling engga, menambah sensitifitasku terhadap isu keruangan, yang akan membawaku menjadi seorang travel writer, di NatGeo.
10
Walaupun kadang ragu dengan diri sendiri, mampu ngga ya merencanakan? Tapi kemudian, secara sadar ngga sadar, impian itu terpatri di ingatan. Waktu kelas tiga SMA, kalau orang tanya mau masuk mana, secara otomatis jawab PWK, dan otomatis orang tanya, PWK itu apa, dan terpaksa aku jelasin dengan segala keterbatasan pengetahuanku. And well, aku gapunya saingan masuk PWK di SMAku. Sampai akhirnya di saat-saat terakhir pendaftaran SNMPTN, ada seorang teman yang dapat wangsit untuk daftar PWK mengajakku diskusi, dan somehow dia yakin untuk mendaftar PWK. Well, aku menyesatkan seorang teman rupanya haha. Mau tau beberapa tanggapan orang? Ada seorang pakdhe aku bilang, entah serius entah engga, dia bilang PWK itu prodi ngga jelas. Dan aku speechless. Singkat cerita, ketika masa-masa mencari kuliah, aku punya mimpi yang tinggi, buat kuliah di luar negeri. Waktu itu beberapa beasiswa aku incar, Turkiye Burslari, Monbukagakusho, Mitsui Bussan (Padahal di Jepang ngga ada program S1 PWK, nahlo). Dan singkatnya lagi, semua gagal. Gagal karena berbagai faktor, yang intinya adalah kurangnya persiapan. Kemudian, Planologi ITB juga sempat aku lirik, tapi sebelum mendaftar sudah dihalangi ibu, diminta bersikap realistis katanya, karena nilaiku ngga bagus-bagus amat, hidup di sekolah cuma ngevent, main, tidur di kelas, pulang, hura-hura. Dan yah, begitulah, akhirnya daftar SNMPTN di UGM. Alhamdulillah keterima di target minimalku saat itu, bersama dengan seorang teman yang dapat wangsit untuk masuk PWK hahaha. Jadi, ya, begitulah ceritaku. Kalau ditanya apa kesanku masuk PWK? Indah kok Karena jadi mahasiswi perencanaan wilayah dan kota itu: Hidupnya berwarna-warni layaknya pelangi, prospek kerjanya membentang seluas langit, dan masa depannya jelas secerah mentari. Katanya sih, katanya... Paling tidak mentari yang bersinar cerah dikala survei membuat kulit menjadi gosong #ea Anyway, mencari apa yang ingin kamu pelajari dan lakukan di masa depan, bisa bermula dari berbagai hal, buatku PWK adalah gabungan/merger dari berbagai impianku di masa kecil, hasil dari percakapan dengan orang-orang terdekat, keyakinan hati, minat yang jelas tidak jelas serta.... takdir.
F i t r i I n d r i ya n i UNIVERSITAS DIPONEGORO - SEMARANG
PWK ( Perencanaan Wilayah dan Kota ) adalah ilmu yang mempelajari suatu perencanaan wilayah dan kota. Banyak hal yang dipelajari di jurusan ini mengenai perkotaan dan wilayah, seperti kependudukan, pengembangan komunitas, pembiayaan pembangunan, ekonomi wilayah dan kota, dan sebagainya.Sehingga, ruang lingkup yang dipelajari jurusan ini sangat luas. Poin plus yang dimiliki oleh jurusan ini adalah SIG ( Sistem Informasi Geografis ) dimana kita bisa mengelola data yang mempunyai informasi spasial ( bereferensi keruangan ) dan bahkan bisa membuat aplikasi semacam google maps. Alasan saya masuk PWK berawal dari seminar yang di adakan pada tahun 2014 di SMA 2 Kota Tegal oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang Dr.Ir.M.Basuki Hadimuljono,Msc yang mengusung tema Pelopor Penataan Ruang dimana seminar ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat penataan ruang bagi generasi muda. Ketika saya menghadiri seminar tersebut dan berkesempatan untuk menceritakan cita-cita saya yaitu ingin menata kota dimana saya di lahirkan, karena masih banyaknya lahan yang belum digunakan secara optimal, para pelopor penataan ruang mengarahkan saya untuk masuk ke jurusan tata kota yang disebut dengan Perencanaan Wilayah dan Kota mengingat planner sedang dibutuhkan di Indonesia. Mulai dari sini, saya mencoba menggali lebih dalam apa itu PWK dan apa saja yang dipelajari jurusan ini. Saya mulai mencari tahu untuk menggali lebih dalam lagi, saya mulai tertarik ketika melihat prospek kerjanya yang cukup banyak, diantaranya : instansi pemerintah (
12
dosen, bappenas, bappeda, bakosurtanal, PU, Pemda, dinas tata kota, Depdagri, Walikota/Gubernur dll) , kantor lembaga internasional (world bank, ILO, UNDP dll) , sektor swasta ( konsultan, developer, kontraktor dll), LSM. Kebetulan paman saya adalah pegawai pemda dan dia selalu menjelaskan bahwa di kantornya saat ini, yang dibutuhkan adalah anak-anak PWK. Saya tertarik di jurusan ini karena saya sangat peduli terhadap pembanguan wilayah yang ada di sekitar saya dan prospek kerjanya yang bagus. Sejak saya masih SMA, saya selalu berfikir kenapa sistem pembangunan jalan di kota tidak terkordinasi. Contohnya, sesudah perbaikan jalan, satu bulan kemudian ada pemasangan PDAM. Sehingga, kondisi ini tentunya membuat jalan kembali rusak karena bekas galian untuk pipa aliran PDAM. Hal ini membuat jalan kembali diperbaiki, tentunya membuat pengeluaran lebih banyak untuk prasarana. Menurut saya, kurangnya koordinasi antara kedua belah pihak menjadi penyebabnya. Hal inilah yang membuat saya penasaran tentang jurusan apa yang cocok untuk mempelajari permasalahan-permasalahan yang ada di kota. Melalui seminar yang saya ikuti di tahun 2014, terjawab sudah jurusan apa yang cocok untuk saya yaitu PWK dimana prospek kerjanya juga banyak.
H a f s ya r i n a S u fa To be honest, pas SMA gue sama sekali gatau apa itu P W K. Seperti kebanyakan anak SMA pada kenyataan lainnya gue juga ngerasain yang namanya galau milih jurusan, temen-temen gue yang lain udah fix kejar kedokteran, mesin, industri, dll. Lah gue?! Di sekolah gue dulu ada program Goes to Campuss, yap! Kita bakal pergi ke PTN favorit di Indonesia, dan‌yap akhirnya gue sampe di salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah pas di gedung Perencanaan Wilayah dan Kota. Ada kakak kelas gue di sana, temen gue yang sebelumnya udah tau tentang jurusan itu konsul ke kakak kelas gue, dan gue di situ cuma bisa nguping lol. Gue dengerin kakak kelas gue ngomong apa aja dan‌omG gue ngerasa jurusan ini pas banget buat gue. Sepulang GTC gue langsung cari info sebanyak-banyaknya tentang jurusan ini dan pas gue searching ternyata prospek kerjanya t o p b g t dan menurut analisis sotoy gue jurusan ini bakalan naik daun karena ada juga gubernur/walikota berkualitas lulusan jurusan ini dan yang terpenting Indonesia masih sangat membutuhkan tenaga planner berkualitas. Ok sip gue membulatkan tekad ke jurusan ini, sempet sedih sih pas tau snm gue gak lolos, tp gue gak patah semangat akhirnya gue ikut sbm dan yaaa‌layar hijau pun terpampang di monitor pc gue. Gue sampai pada masa ospek/krida (kalo di kampus gue berlangsung 6 bulan) beda dengan beberapa jurusan di FT lainnya, jurusan gue doang yang gak dapet tugas gamtek. Gue dapet tugas bikin peta seangkatan buat metain kost temen-temen gue(dalem hati gue apaansi ini gunanya?) lol. Masuk ke tubes kedua, dapet tugas SURVEI satu RW (istilahnya mini studio) kaget lah gue pertama kalinya dapet tugas disuruh survei dan di dalam survei itu gue baru ngerasain pentingnya suatu TEAMWORK, masuk ke smt 2 gue mulai masuk ke yang namanya studio, kali ini levelnya lebih tinggi. Yap, kelurahan. Semester-semester selanjutnya gue juga bakal ngerasain studio desa, dll(seru kok seru).
14
Intinya, apa sih enaknya masuk PWK? Di PWK kalo yang tadinya lo pendiem, susah cari temen, dll itu GAK ADA dengan sendirinya. Sependiemnya lo kalo udah masuk PWK bakal jadi bisa ngomong/mengekspresikan diri lo juga, karena lo akan dihadapkan dengan tantangan harus kompak, punya sense of belonging ke temen angkatan lo, udah kayak saudara sendiri karena lo almost tiap hari kelompokan, dan pastinya sering PRESENTASI jadi lo nggak akan kaget kalau presentasi di manapun. PWK itu asik karena lo bisa tau semua ilmu walaupun gak mendalam, jadi lo kalo mau ngomong sama anak jurusan manapun bakal nyambung, mau ngomong sama anak ekonomi? Hayo. Geografi? Apalagi. Arsitektur? Gausah ditanya (kita juga arsi, arsinya kota). Kedokteran? Loh kita juga dokter kok, dokter kota(cinta juga kali*eh). Juga prospek kerja lo jadi luas, apalagi kalo punya banyak link), dan menurut gue jurusan ini cocok banget buat generasi muda yang emang udah capek dengan permasalahan bangsa yang tak kunjung usai *huh karena lo akan belajar menuntaskan kemiskinan dengan pendekatan-pendekaatan tertentu dan mengatasi problematika lainnya seperti kemacetan, dll. Kalau dalam dunia kerja, biasanya planner ada di posisi atas karena keahlian planner dalam me-manage(kalau masuk PWK dengan sendirinya jiwa kepemimpinan lo bakal keasah), juga anak PWK itu biasa ngeliat satu hal tapi ditinjau dari beberapa aspek, apalagi kebiasaan nganalisisnya itu lohhh‌jadi kalau ngambil keputusan nggak asal. Pokoknya semua perasaan tuh campur aduk deh emang kalo masuk PWK karena banyak banget tantangannya, tapi yang kuat bertahan di PWK berarti mereka adalah manusia-manusia berkualitas(bukan maksud arogansi kok ini) karena termasuk manusia-manusia tahan banting(?) tapi liat hasilnya nanti weheey. Dah ah, jangan takut masuk PWK intinya.
I s t q o m a h Ay u n i g t y a s UNIVERSITAS DIPONEGORO - SEMARANG
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota mungkin tidak banyak yang mengetahui jurusan ini, apalagi kalau singkatannya, yaitu PWK. Mungkin beberapa orang Jawa Tengah akan bertanya seperti ini "Apa? PWK? Purwokerto maksudnya?". Bukan bukan, ini bukan nama kabupaten. Sepertinya jurusan ini akan lebih akrab di telinga orang-orang dengan nama jurusan tata kota, sering kali jika ditanya jurusan apa dan saya menjawab Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota orang yang bertanya akan merespon "Oo tata kota" dan saya akan tersenyum dan mengiyakannya, lebih baik dari pada jika orang tersebut tidak tahu sama sekali. Lebih seru lagi ketika sepupu saya yang masih kelas 6 SD bertanya "Nanti bisa jadi walikota yaa?". Ada yang menggelitik di hati saya ketika mendengarnya, yaa walaupun setelah lulus dari jurusan ini tidak langsung jadi walikota atau bupati tapi masih ada kesempatan kok untuk itu. Sebenarnya tidak terlalu banyak planner yang mencita-citakan tugas mulia tersebut, mungkin karena kurang bisa balik modal. Untuk yang belum tahu, kuliah di jurusan ini cukup mahal. Di beberapa perguruan tinggi, jurusan ini masuk ke dalam Fakultas Teknik yang terkenal cukup mahal, tugas-tugas di jurusan ini juga cukup menguras kantong. Banyak tugas kita yang perlu didisain dengan apik dan yang pasti jika dicetak cukup menguras
16
kantong. Stop! Takutnya jika dilanjutkan, malah anak-anak SMA takut untuk memilih jurusan ini. Kembali ke judul, kenapa saya masuk PWK? Bisa dibilang dari SMA saya belum pernah sekalipun mendengar nama jurusan ini. Serius deh, nggak bohong. Lhaa terus kenapa dong saya masuk jurusan ini? Jadi ceritanya panjang, yaa ada kalik setahun lebih. Jadi ceritanya dulu saat SMA, saya memilih perguruan tinggi yang akan saya ambil terlebih dahulu. Seperti jurusannya, saya sama sekali juga tidak berfikir untuk masuk ke perguruan tinggi ini, yaitu Universitas Diponegoro (Undip). Saat saya masih duduk di bangku SMA kelas 12 teman saya yang pindahan dari Semarang mengatakan keinginannya untuk mendaftar di Unnes, awalnya saya kira saya salah dengar dengan Unesa yang merupakan salah satu perguruan tinggi di Kota Surabaya-Ibu kota Provinsi Jawa Timur, provinsi dimana saya tinggal. Setelah saya tanyakan kembali ternyata benar dia ingin daftar ke Unnes yang merupakan perguruan tinggi negeri di Kota Semarang. Setelah itu saya tanya-tanya tentang perguruan tinggi negeri yang ada di Kota Semarang, hitung-hitung buat tambahan referensi. Beberapa minggu berikutnya adalah waktu dimana datangnya banyak tawaran untuk masuk ke perguruan
tinggi dengan program diploma tiga melalui jalur PSSB atau melalui nilai raport, salah satunya adalah Undip yang menawarkan beberapa jurusan di Fakultas Teknik. Tapi disitu saya memilih PSD III Teknik Kimia dan akhirnya diterima. Potongan puzzle dari hidupku pun dimulai. Setelah memasuki babak kehidupan baru saya merasakan menjadi mahasiswa baru program diploma fakultas teknik. Dengan berbagai tugas, praktikum, alur kaderisasi, sharing bersama kakak senior dan alumni memberikan kesimpulan bahwa jadi mahasiswa dan yang akan menjadi alumni Program Diploma Tiga Fakultas Teknik itu berat, khususnya untuk perempuan. Dengan pertimbangan tersebut maka diputuskan untuk tahun berikutnya saya akan mengikuti tes SBMPTN kembali. Oleh karena itu, pada saat pendaftaran SBMPTN tahun 2013 akhirnya saya mendaftar melalui jalur Bidikmisi. Saat melakukan input data, saya didampingi oleh ayah saya untuk memilih jurusan-jurusan yang akan diambil. Karena saya telah nyaman di Undip jadi perguruan tinggi yang saya pilih hanya Undip. Untuk jurusan yang dipilih bisa 3, yaitu S1 Teknik Kimia karena saat itu saya sedang kuliah di D3 Teknik Kimia lalu karena ada kenalan ayah saya yang lulusan Teknik
Sipil tetapi malah bekerja disektor tata kota jadi pilihan kedua adalah S1 T PWK dan pilihan ketiga adalah S1 Sistem Komputer yang merupakan jurusan termuda di Fakultas Teknik. Setelah berjalannya waktu dan sudah mendekati waktu UAS akhirnya saat yang dinanti-nanti, yaitu pengumuman SBMPTN. Saat itu adalah saat yang mendebarkan dan saat membuka link tersebut terdapat tulisan selamatnya iyaa selamat kira-kira tulisannya "Selamat Anda diterima di S1 T. PWK Universitas Diponegoro". Rasanya seneng baget walaupun bukan pilihan pertama tapi saya mensyukurinya dan mulailah puzzle kehidupanku yang baru. Kehidupan di dunia planologi dengan tugas-tugas yang menumpuk, kegiatan lapangan kesana sini, ekskursi ke tempat-tempat yang baru, KKL ke luar negeri, dan studio yang buat kita pulang pagi. Semangat buat semuanya yang akan, sedang, dan telah menempuh pendidikan di dunia plano.
17
L a r a s Ku n R a h m a n t i P UNIVERSITAS DIPONEGORO - SEMARANG
Saya memutuskan buat memilih PWK sebagai pilihan di jalur tertulis masuk PTN karena saya dengar, PWK banyak jalan-jalannya, naik motor bersama-sama teman-teman. Dan saya suka hal-hal tersebut. Sesederhana itu. Karena yang saya tahu, apa yang kita pilih haruslah yang kita sukai, atau paling tidak membuat kita tertarik. Sesuatu yang sekarang sering disebut minat; peminatan. Dan faktor kesukaan ternyata sepenting itu, karena menjadi generator utama dalam motivasi kita bertindak. Saya tidak ambil pusing dengan gengsi jurusan pwk yang kalah pamor jauh sekali dengan jurusan teknik lainnya. Karena apalah urgensi gengsi dalam penguasahaan masa depan yang cerah? Saya tidak ambil pusing dengan gengsi jurusan PWK yang kalah pamor jauh sekali dengan jurusan teknik lainnya. Tapi juga perkiraan mengenai kapabilitas saya dalam mempelajari hal-hal di dalamnya. Setahu saya saat itu, PWK belajar mengenai desain kota. Rancangan kawasan beserta estetikanya yang membuat manusia kagum dan merasa senang tinggal di dalamnya. Itu ialah pengetahuan pertama saya tentang PWK yang menarik perhatian saya. Pengetahuan lainnya ialah bahwa PWK juga belajar tentang hubungan antar ruang, penempatan/alokasi bangunan-bangunan dan atau ruang yang tak terbangun seperti sekolahan, taman, industri, perumahan, mall, pasar, tempat pembuangan sampah, lapanngan, dan lain-lain. Mana yang harus berdekatan agar saling mendukung fungsi masing-masing dan mana yang tak boleh berdekatan agar tidak saling mengganggu. Tak cuma itu, infrastruktur dan utilitas pendukungnya
19
juga dipelajari, mengenai jaringannya, mana induk mana cabang, bagaimana perhitungannya untuk memenuhi kebutuhan orang-orang, dan lain-lain. Pengerjaan tugas dilakukan dalam kelompok yang dapat mengasah teamwork. Kemampuan-kemampuan kita tentang manajamen kerja termasuk manajemen manusia, manajemen kerja, dan dana. Bagaimana kita bisa membaca karakter rekan satu kelompok sehingga mengerti bagaimana menghadapinya dalam pembagian tugas, maupun pengumpulan tugas. Bagaimana pendekatan-pendekatan terhadap rekanan itu dipahami dan diterapkan. Dan pengetahuan-pengetahuan saya di atas memberi kesan bahwa PWK adalah hal yang menyenangkan, karena PWK ialah irisan antara ilmu eksakta dan noneksakta, antara perhitungan-perhitungan logika, ilmu sosial, dan sensitivitas atas estetika. PWK yang berada di pertengahan atau grey area dan tidak mutlak atas satu hal itu sesuai dengan karakter saya. Ya, pada akhirnya, saya masuk PWK karena PWK fits in me, which then attracts me, and seems enjoyable to me. Membuat saya yakin bahwa saya bisa MENIKMATINYA. Dari pengetahuan-pengetahuan saya mengenai PWK itu, saya tahu bahwa PWK jelas berguna bagi masyarakat kita. Untuk prospek pekerjaan, saya yakin Tuhan pasti memudahkan.
M a h a s t i A d i t ya s a r i UNIVERSITAS BRAWIJAYA - MALANG
Nama Saya Mahasti Adityasari, Saya berasal dari salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang. Tahun 2014 merupakan tahun dimana Saya lulus dari Sekolah Menengah Atas dan akhirnya Saya akan menjadi seorang mahasiswa di salah satu universitas. Pertengahan kelas dua, Saya memiliki keinginan menjadi mahasiswa di salah satu jurusan di Fakultas Teknik. Akan tetapi Saya masih bingung memilih jurusan apa. Teknik industri, teknik kimia, dan teknik sipil pernah masuk dalam pikiran Saya. Awal kelas tiga, Saya dipinjami handphone (HP) yang didalamnya terdapat game The Sims City. Pertamanya tidak enjoy memainkan game tersebut, tetapi setelah itu Saya ketagihan dan Saya mulai berpikir bahwa membangun kota (merencanakan kota) itu menyenangkan karena ide-ide kita bisa tertuang didalamnya. Setelah mencari-cari informasi, tentang pembangunan kota maupun perencanaan kota, akhirnya Saya memilih Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Jurusan PWK akhirnya Saya pilih. Semakin dekat dengan pendaftaran SNMPTN Saya semakin yakin, bahwa Saya akan memilih jurusan itu. Saya kemudian mencari-cari universitas mana yang didalamnya terdapat jurusan PWK. Dan akhirnya lagi Saya memilih Kota Malang yang sejuk yang didalamnya terdapat Universitas Brawijaya. Banyak orang yang bertanya mengapa Saya memilih PWK, apa itu PWK, kedepannya lulusan PWK bisa apa, dst. Alasan yang pertama mengapa Saya memilih PWK karena jurusan ini memiliki nama yang bagus nan keren dan Saya sudah diberi izin serta dukungan oleh orangtua untuk memilih jurusan ini. Alasan yang kedua, masih sedikit orang yang tahu tentang salah satu jurusan di fakultas teknik ini, sehingga peluang untuk bisa menjadi mahasiswa jurusan PWK khususnya di
21
Universitas Brawijaya sangat tinggi. Pengetahuan masyarakat mengenai jurusan ini sangatlah kurang, padahal lulusan jurusan ini banyak dibutuhkan diinstansi-instansi maupun pemerintah. Alasan selanjutnya, bahwa jurusan ini tidak hanya mempelajari tentang keteknikan akan tetapi di PWK Saya dapat mempelajari tentang sosial maupun ekonomi, lingkungan, dan bagaimana terjun kedalam masyarakat serta merencanakan suatu wilayah yang nyaman untuk ditinggali. Mata kuliah yang ada di PWK pun tidak seperti di jurusan teknik lainnya. Di jurusan ini mahasiswa dituntut untuk berpikir runtut, kreatif dan sistematis yang kelak akan berguna dalam merencanakan suatu perencanaan. Dijurusan ini Saya bisa berimajinasi mengenai kota yang indah dan nyaman untuk ditinggali yang kemudian dapat memunculkan pikiran-pikiran dan ide-ide untuk mendapatkan kota yang indah dan nyaman tersebut. Mengapa Saya memilih jurusan PWK? Alasan selanjutnya terkait dengan prospek kerja kedepannya. Ketika Saya menjadi alumni PWK, Saya mempunyai prospek kerja yang luas dan beragam, karena memiliki cakupan ilmu yang luas sehingga dapat masuk ke instansi pemerintahan, swasta, maupun diluar keilmuan dari PWK. Lulusan PWK dapat masuk kedalam Bappenas, PU, Pemda, Dinas Tata Kota, Departemen Dalam Negeri, pengajar/dosen, peneliti, konsultan, maupun pegawai bank serta lembaga swadaya masyarakat terkait masalah pembangunan. Demikian merupakan beberapa alasan Saya memilih jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Mirza Diani UNIVERSITAS SEBELAS MARET- SURAKARTA
Cara gue masuk pwk bisa dibilang berliku-liku dan penuh drama. Kenapa drama? Soalnya penuh dengan tangisan. Wkwk. Gimana nggak nangis, sedih rasanya berkali-kali ditolak sama PTN. Rasanya tuh lebih menyakitkan daripada ditolak gebetan atau diputusin pacar. Rasanya juga lebih nyesek daripada cinta bertepuk sebelah tangan. Lebay lu. Emang. Lah suka-suka dong, kan gue yang ngerasain. Kalau boleh cerita, cita-cita awal gue sejak kelas 3 SD ingin jadi arsitek. Pokoknya kalau ditanya orang-orang mau jadi apa atau mau lanjut kuliah apa, pasti gue jawab dengan pedenya kalau gue ini calon arsitek. Saking kepengennya gue jadi arsitek, gue sampai nyari tahu sedetail-detailnya mengenai dunia arsitektur dan bikin rencana hidup sampe 20 tahun kedepan seandainya gue beneran jadi arsitek (Rencana hidup 20 tahun? Sudah terlihat bukan bakat gue sebagai anak PWK? Haha) Menjelang kelas 3 SMA akhir, gue terpaksa mencari jurusan lain karena gue nggak bisa ngisi seluruh pilihan di form SNMPTN dengan pilihan arsitektur. Jadilah gue mulai melirik jurusan lain yang hampir mirip sama arsitektur. Jurusan yang gue tahu pasti hampir mirip dengan arsitektur itu adalah teknik sipil. Gue mengakui bahwa gue sangat lemah dan malas sekali dengan itung-itungan berbau fisika, jadi sudah pasti teknik sipil
23
dihapus dari pilihan. Sampai pada akhirnya, suatu hari gue melihat di penjelasan di web ITB mengenai SAPPK. Ternyata setelah masuk SAPPK, maba-maba ini akan dipisah lagi menjadi arsitektur dan planologi. Sejak itulah gue mengenal dan tertarik mengenai jurusan planologi atau PWK. Setelah melewati berbagai ujian hidup (Baca : SNMPTN, SBMPTN, SIMAK UI, UM-UM lain) dan hasilnya mengecewakan.. Belum, belum. Ujian hidup belum berakhir. Karena gue ini orangnya pantang menyerah, gue masih nyoba ujian terakhir di bulan Agustus, namanya UMBPTN, meskipun di ujian ini gue udah sangat pasrah apapun hasilnya. Entah kenapa, seperti diarahkan oleh Yang Maha Kuasa, gue meletakkan PWK di pilihan pertama dan Arsitektur di pilihan kedua saat pengisian form UMBPTN. Alasannya, karena passing grade PWK di kampus gue lebih tinggi dari passing grade arsitektur pada waktu itu. Setelah melewati ujian dan tetek bengeknya, pengumuman tiba. Yeah, akhirnya gue diterima juga. Seneng banget rasanya waktu itu akhirnya masuk PTN. Tapi sedih juga sih, karena nggak sesuai ekspektasi. Galau banget pokoknya waktu itu. Pake nangis-nangisan. Ya, setelah beberapa kali sholat
istikoroh dan melalui pertimbangan-pertimbangan lain, akhirnya gue terima pinangan dari PWK untuk menjadi jalan hidup menuju kesuksesan. Yeah, sepertinya saya memang sudah digariskan untuk berjodoh dengan PWK, dan sepertinya saya tidak menyesal hingga detik ini. Wkwk. Nggak usah ragu. Impresi awal mengenai jurusan ini memang kayak, Apaan sih ini jurusan, kok kayaknya nggak ngetop amat. Kenapa namanya planologi? Belajarnya apaan aja sih kalau masuk jurusan ini? Kok katanya semuanya dipelajari? Ntar kerjanya apaan sih? Tenang, perlahan semuanya akan jelas setelah kamu mulai kuliah, apalagi setelah kamu dapat mata kuliah bernama Studio perencanaan. Nikmatilah kejayaanmu sebagai anak PWK saat studio nanti. HUAHAHAHAHA. Buat kamu yang suka tantangan, PWK tempatnya. Entah itu tantangan untuk berbicara dan mempresentasikan hasil kerja kamu di depan umum, entah itu tantangan untuk ngerjain laporan survey dan tugas lain dalam rentetan deadline yang berdekatan, entah itu tantangan buat mengenali dan mengatasi berbagai tipe-tipe manusia dalam sebuah tim, tantangan untuk mendengarkan pendapat orang lain serta menahan ego dalam kerja tim, dsb dsb, ya anak PWK di tuntut untuk bisa itu semua.
24
Buat yang udah keterima PWK tapi masih ragu karena nggak sesuai sama cita-cita awal, nggak usah ragu. Yakinlah bahwa rencana yang diberikan olehNya lebih baik dari rencana kita. Siapa tahu Tuhan sedang menunjukkan jalan bahwa dengan kuliah di PWK kamu bisa jadi lebih sukses daripada jika kamu kuliah di jurusan lain. Takdir kan gak ada yang tahu, bosque. Wkwk. Bakal banyak banget juga momen-momen indah yang kamu laluin di jurusan ini dan bikin kehidupan kampusmu antimainstream, kayak ngumpul di basecamp bareng temen-temen buat nugas, pahit manisnya bikin berbagai jenis peta (HAHAHA), ngerasain gak tidur bareng temen-temen kelompok buat bikin rumusan isu strategis, analisis-analisis dan sebagainya, debat-debat sengit pas kerja kelompok, rasanya di php-in sama orang-orang kedinasan, momen-momen ngewawancarain warga, banyak pokoknya hal-hal yang mungkin nggak bisa dirasain sama jurusan lain. Yo adik-adik, semangat SBMPTN dan UM-UM lain ya! Tak tunggu kalian jadi bagian dari PWK.
Mu t h i a N u r I p m a s y a t i INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN - KALTIM
Pertanyaan kenapa masuk PWK sebenarnya sudah sering saya dapatkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Kampus Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dari sesama MABA dan para senior jurusan ini pada saat “Welcome Party PWK”, bahkan diri saya sendiri juga sering bertanya-tanya tentang hal itu. Dan setiap kali ditanya pertanyaan seperti itu, saya bingung mau jawab apa. Awalnya saya merasa saya masuk PWK karena emang sudah takdirnya saya harus berada disini, yah, tidak semua hal di dunia ini butuh alasan bukan? Jika kembali ke belakang, jauh ketika saya sedang dilanda perasaan galau campur geregetan sama hasil SNMPTN kala itu dan saya harus segera mengisi pendaftaran SBMPTN itulah pertama kali saya melihat sebuah Jurusan yang bertuliskan ‘Perencanaan Wilayah dan Kota’. “Wah lucu ini jurusannya”, komentar yang pertama kali keluar dari mulut saya, yah benar-benar komentar yang tidak mencerminkan seorang planner. Di kampus Teknik dengan 10 prodi dan 7 prodi yang sudah saya eliminasi terlebih dahulu, saya benar-benar jatuh hati sama si PWK ini *ciyeee* karena saya merasa hanya jurusan ini yang pas untuk saya yang seorang siswa lulusan SMK Administrasi Perkantoran yang notabenenya menghindari pertemuan dengan sahabat lama seperti Fisika dan Matematika. Bermodalkan dengan keyakinan, jatuh hati, dan komentar ‘lucu’ tanpa pernah tahu dan mencoba mencari tahu apa Perencanaan Wilayah dan Kota itu akhirnya saya memilih jurusan ini pada test SBMPTN. Setelahnya baru saya coba googling soal PWK ini (masih ada usaha dong he..he..he)
26
Sampai pada saat saya mulai masuk ke kampus dengan titel sebagai mahasiswa PWK, alasan kenapa saya bisa sampai menjadi seorang calon planner seperti ini adalah karena, ya.. pokoknya saya lulus di PWK karena pengen aja milih PWK. Tapi semua jawaban itu mulai berubah. Seiring berjalannya waktu, PWK mulai menunjukkan kenapa saya bisa sampai ada disini. Iya benar ini semua takdir, tapi saya merasa disini memang tempat yang pantas untuk saya. Perencanaan, Perancangan, Laporan, Menulis, semua yang saya suka ada di PWK. Mungkin awalnya memang susah, apalagi harus pandai berhubungan dengan instansi pemerintah biar survey kita tidak ‘ngadat’ di perjalanan, mencari masalah di suatu wilayah, melakukan digitasi, sensus kependudukan, dan saya rasa semua yang saya lakukan saat ini akan sangat berguna di masa mendatang. Indonesia membutuhkan Planner. Satu kata kunci yang sekarang selalu terpikirkan oleh saya. Banyak daerah-daerah berpotensi yang sangat perlu untuk dikembangkan, banyak masalah-masalah yang harus segera ditanggulangi, dan banyak hal yang dapat kita lakukan untuk kebaikan orang lain. Sekarang saya tahu. Saya memang ada di PWK karena dituntun oleh takdir yang memperkenalkan saya ke dunia ini, dan kenapa saya masuk PWK? Karena Indonesia dan mereka semua....menantikan saya.
N i s r i n a D h i y a Ro s y a d a UNIVERSITAS SEBELAS MARET - SURAKARTA
“Kamu kok udah cocok banget e, Nis jadi dokter. Lha aku mau jurusan apa e masih bingung og.” “Udah tipikal anak kedokteran banget, Nis. Selalu pake rok, keibuan, pinter nganalisis.” “Aku nggak bisa mbayangke, Nis nek kamu masuk teknik piye. Yakali kamu ketemu mur, baut, obeng, pake celana sama sepatu gede.” Aku masih ingat betul kalimat yang diucapkan teman-teman SMA ku menjelang graduation. Dengan logat Jogja yang kental melekat sudah selama tiga tahun. Kalimat kalimat di atas adalah contoh bentuk dukungan dari kawan asrama. Ya, dua tahun lalu aku mendaftar ke jurusan pendidikan dokter. KU mana? Daftar jalur apa? Hampir semua universitas di wilayah Jawa Tengah dan DIY yang punya jurusan kedokteran aku masukkan dalam list pilihanku. Pun dalam setiap seleksi penerimaan mahasiswa baru, mulai dari jalur SNMPTN sampai UMBPT sudah dicoba. Dari situ pasti sudah ketahuan kalau ya, aku tidak lolos di kedokteran manapun bahkan lewat jalur apapun. Sedih nggak? Sampai nangis malah saat pengumuman SBMPTN. Kenapa waktu jalur SNMPTN nggak nangis? Ya karena memang nggak terlalu berharap. Haha. Namanya juga sekolah baru, angkatan pertama kan belum punya kakak kelas. Singkat cerita jalur terakhir yang harus semakin diusahakan adalah UMBPT. Tetap saja masih berambisi, pilihan satu dan dua aku isi dengan kedokteran. Jujur, tidak ada jurusan lain yang memang terpikir selain kedokteran. Berasa punya motto, sekali kedokteran tetap kedokteran! Sampai ambisi itu diragukan oleh ayah, “Wuk, ini kan udah jalur terakhir. Habis kedokteran, isi yang lain ya”. Aku kaget, mau isi apa orang nggak kepikiran selain jadi dokter. Akhirnya, Ayah yang memilihkan jurusan selain kedokteran untuk diisi pada pilihan ketiga. Perencanaan Wilayah dan Kota – Fakultas Teknik – UNS Teknik? Masa sih aku anak teknik? Apa pula itu tata
28
kota? Apa D3 itu? Sederet pertanyaan masih terus berputar-putar sebelum submit formulir pendaftaran. Memang ini peran Ayah, meyakinkan putrinya kalau apapun hasil yang keluar pasti sudah yang terbaik. Dengan mantap Ayah menjelaskan bagaimana cerita teman-temannya di dunia planologi (sebenarnya waktu itu aku belum kenal istilah planologi) dan prospek tata kota yang sangat menjanjikan saat aku lulus. Baiklah, yang penting yakin dan sudah mengantongi doa dari orang tua. Benar saja, aku lolos pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota UNS. S1. Aku menjadi mahasiswa PWK 2014. Motivasi tahun pertama duduk di bangku perkuliahan adalah mengisi waktu. Ya, mengisi waktu sambil belajar saintek untuk SBMPTN di tahun berikutnya. Aku masih punya cita-cita untuk menjadi dokter kandungan kok, bukan dokter kota yang seperti orang bilang untuk menghiburku. Setiap mata kuliah aku pelajari dengan baik, tak lain hanya karena aku paham bagaimana menjadi mahasiswa yang baik. Hanya sebatas itu. Kuliah amanah orang tua. Sudah tahun 2015 saja. Aku mengulang setiap tes yang gagal di tahun lalu. Bahkan aku tidak mendaftar beasiswa untuk mahasiswa yang sudah masuk semester tiga demi menunggu hasil pengumuman diterima kedokteran. Dari SBMPTN, Ujian Mandiri ke luar kota, hingga yang terakhir lagi UMBPT, aku masih belum lolos juga. Masih sedih tapi tidak se-kecewa tahun lalu. Seperti kata orang bijak, pain hurts but the time heals. Tahun kedua aku baru menyusun strategi-strategi kuliah. Menggeser motivasi, bukan hanya sekadar kuliah baik untuk dapat nilai baik, tapi juga dapat esensi dari nilai baik di mata masyarakat yang langsung ‘waaaah’ kalau dengar kuliah di tata kota. Selain itu, aku juga semakin yakin kalau diterima PWK ini berarti pihan terbaik untukku. Aku semakin menikmati dunia perkuliahan ini, menjadi salah satu ketua studio dan mulai mengikuti organisasi mahasiswa perencana. Aku belajar banyak, tidak melulu hanya saintek seperti teknik lain yang dibayangkan teman-teman SMA ku, tapi juga mempelajari nilai-nilai sosial. Itu mengapa PWK dikenal dengan jurusan sosial-nya teknik. Mungkin dengan masuk PWK, jadi lebih banyak pilihan untukku melanjutkan studi ke Jerman. Atau mungkin… seperti mbak Isti yang sekarang menjadi dosen di UGM.
N o va n d r i R a h a d i a n P u t r a INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL - BANDUNG
Bayangan pertama saya tentang planologi/perencanaan wilayah dan kota itu merancang sebuah wilayah atau kota jadi sesuai keinginan kita *bahasa dewa*. Nah ketika orang lain tanya ke saya “kuliah dimana jurusan apa?” sebut saja dia mawar, dan saya dengan sigap menjawab “saya kuliah di ITB naas jurusan planologi!” jawab dengan santai dan cool sambil minum teh gelas, lalu dia merespon “wah keren dong di ITB masuk jurusan tentang planet-planet begitu ya wah keren keren” dia ngomong sambil tepuk sebelah tangan ketika dia mau salto saya cegah karena terlalu hyperbola, saya pun menjawab kembali “bukan bro bukan ITB asli ini ITB kwnya alias ITENAS, dan itu jurusan bukan jurusan yang berhubungan dengan planet apalagi tentang tumbuhan bro” jawab saya sambil minum teh pucuk. Nah kesimpulannya guys banyak orang belom tahu planologi itu apa malah sampe itu ilmu tentang planet dan tumbuhan begitu tapi keren sih kalo merencanakan kehidupan alien haha. Nah terus ceritanya dulu pertama kali ingin masuk jurusan ini karena akan banyak kegiatan menggambar kota, desain kota, ngebikin sketch2 gitu, dan lain sebagainya yang berhubungan sama menggambar. Tapi semua itu berubah sejak negara api menyerang, ternyata kehidupan planologi itu dipenuhi dengan HVS dan bisa sehari suntuk depan laptop, belom lagi buku - buku yang hampir semuanya alhamdulillah bahasa inggris disitu kadang saya merasa ingin les. Jadi jangan banyak berharap karena berharap pada makhluk itu ga baik saudara -
30
saudara kalo masuk plano itu dipenuhi dengan bunga - bunga eh gambar, dan saya rasa pas dulu itu masuk plano ga banyak tugas dan nyelow lah but wait wait and wait ternyata tugas di plano itu kaya ladang gandung yang dihujani coklat dan jadilah laporan2 tugas yang bejibun, nah ngomong2 soal tugas mari kita lanjut ke scene selanjutnya. Setelah masuk ke Planologi ini, emang menyenangkan kok *maksa. Bagi kalian yang suka TI, sosial, bahasa Inggris, semuanya diterapin disini. Yang benci Fisika, Kimia, apapun itu yang anti IPA, masuk aja kesini karena disini ga seseram jurusan yang lain dengan ribuan rumus hitungan. Tapi emang kebanyakan anak-anak Planologi itu kebanyakan SMAnya jurusan IPA. Dan itu sangat membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang bejibuuun kaya guyuran hujan. Nah jadi kalo di planologi itu segala ilmu dipelajarin atau kata lainnya multi disiplin ilmu gaess sampe kucing mau kawin saja kita bisa rencanain, jadi kita di tuntut menjadi makhluk sosial yang berguna dan peduli terhadap lingkungan karena yang kita rencanakan itu untuk kehidupan makhluk hidup salah - salah rencana malapetaka yang datang contohnya ya sekarang ini. Jadi kita itu orang2 yang ambil andil buat kehidupan Indonesia selanjutnya atau kata bernandus (Ketua IAP) planner is zeus keren kan haha jadi kita itu sangat di butuhkan magi masyarakat maka dari itu ayo anak plano kita unjuk gigi bahwa
kita itu ada dan kita itu berguna bagi banyak orang. Nah kawan - kawan setelah saya masuk jurusan ini kurang esensinya kalo jadi mahasiswa ga ikutan organisasi begitu ya walau ditingkat terkecil itu di lingkungan kampus sendiri nah di planologi juga ada wadah organisasi untuk mahasiswa planologi seluruh Indonesia namanya Ikatan Mahasiswa Perencana Indonesia atau selanjutnya disebut IMPI, saya sendiri (karena masih sendirian/jomblo) tergabung dengan IMPI Korwil Bandung Raya seru sih banyak hal yang dapat di pelajari dan hal baru tentang keplanologian dan bisa tukar pendapat, pengalaman bahakan tukeran id line dengan anak kampus lain haha jadi tambah relasi juga guys seru ko jadi anak plano. Oke karena banyak permasalahan yang dihadapi untuk perencana mari kita lanjut soal STUDIO. Makhluk yang satu ini tak asing bagi anak plano karena mata kuliah satu ini adalah mata kuliah yang paling angker kalo kaga serius tamatlah riwayatmu lulus tepat waktu, studio itu guys sangat menyita jiwa raga, waktu, fikiran, materi, kesabaran, sampe perasaan pun di pertaruhkan karena ngerjain studio itu adalah wajib hukumnya sekali males saja kerjain studio hmm jangan harap kamu bisa lulus 4 tahun, nah studio ini dihiasi revisi - revisi yang sangat indah dan presentasi studio itu kaya lewat depan kumpulan harimau salah salah kita bisa di terkam haha *hyperbola lageee. Bagi kaum plano yang sedang meleksanakan studio itu sudah kaya ingin piknik saja kalo sudah presentasinya karena
31
gitulah kita kurang piknik, jadi kalo nyetudio di bawa selow saja gaes nikmati tapi seriusin haha. Intinya kalo masuk plano kepribadianmu akan terbentuk yang tadinya ansos bakal kagak ansos lagi karena kalo di plano ansos ya mubazir saja ilmunya karena kita itu jembatan bagi masyarakat (hakikat mahasiswa), jadi berbanggalah kita sebagai anak Planologi, memang kita belum punya sosok yang menjadi contoh tentang keplanologian nah dari situ barangkali kita sendiri yang nantinya bisa menjadi contoh untuk ilmu keplanologian di Indonesia. Nah karena kalo di ceritain semua itu bakal banyak kaya laporan studio jadi segini dulu saja ya. Karena, saya tahu, dengan menjadi seorang planner yang handal (lulusan Planologi), saya dapat berkontribusi kepada negeri tercinta ini ya walaupun negeri ini sangat kaya, kaya akan kekayaan alam bahkan kaya akan masalah, maka dari itu mari kita bersama untuk membangun NKRI ini menjadi lebih baik lagi. Deal? Oke. Right. Deal.oke cukup sekian dan terima kasih hatur nuhun.
N u ru l H a n d ay a n i UNIVERSITAS SEBELAS MARET - SURAKARTA
Orang bilang, teknik itu kedokteran yang tertunda. Kalo aku sih lebih menganggap ini jalan hidup terbaik yang diberikan Allah. Kesimpulan itu aku dapat setelah beberapa lama mengalami kegalauan. Galau tiap ngelewatin rumah sakit, apalagi kampusku kalo mau pergi ke tengah kota mesti ngelewatin RS Moewardi Solo. Galau denger cerita teman yang nyeritain temannya pindah ke kedokteran, atau keterima ke kedokteran, padahal ngga pintar-pintar banget otaknya, tapi yang penting ada uang (ini maksudnya kuliah kedokteran di swasta juga bisa, asalkan mampu bayar mahal gituu. Tapi kalo ada rumor sogok-menyogok mah sebenernya semua jurusan juga bisa, tapi kebetulan aku dengarnya cuman kedokteran ). Rasanya tuh nyesek di hati, beneran loh. Sampai air mata ngga terasa menetes, haha parah banget ya lebaynya. Loh kok jadi jauh banget nih ceritanya haha. Hmmm pertama-tama mungkin biar nyambung, kita awali dengan pemilihan jurusan pas SNMPTN tertulis beserta alasannya. Dari awal pilihan pertamaku emang kedokteran sih, soalnya aku pengen ngobatin orang sakit, pokoknya
33
pengen bermanfaat buat orang lain deh. Ibuku beberapa tahun belakangan sering berurusan dengan rumah sakit jadi aku sering main kesana (cailah main). Kayanya keren aja gitu, dokter coy! Keliatannya sih makmur-makmur, cuman untuk mencapai kemakmuran hidup dunia untuk seorang dokter juga butuh perjuangan yang ngga sebentar kan. Ngga munafik emang, aku juga pengen kerja yang bisa menghasilkan banyak uang. Dan lagi-lagi, kuliah di PWK bikin pandanganku tentang itu juga berubah. Yaa spoiler dikit lah wkwk. Tapi yang aneh, sesungguhnya aku bisa dibilang ngga pandai aka bego kalo berurusan sama matematika dan kawan2 itungannya yang rempong. Tapi waktu SMA aku mikirnya, yaa coba dulu ajaah siapa tau aku pas masuk kedokteran jadi jenius hehe. Kan kalo Allah udah berkehendak, ngga ada yang bisa ngelawan . Pilihan pertama kedokteran, kedua PWK, ketiga HI. Dari sini aja udah mulai keliatan krisis identitas ya haha. PWK aku kenal dari browsing-browsing mandiri. Awalnya tertarik karena liat penjelasan kuliahnya kayanya keren nih. Ngurusin kota haha. Kebetulan aku suka nonton berita. Kalian anak PWK kalau nonton berita pasti berasa kuliah kan? abis bahasannya tuh PWK semua. Bahkan kasus kriminal pun sangat mungkin ditarik akar permasalahannya untuk dicarikan solusinya guna mengatasi masalah
kota. Balik lagi ke alasan tadi, apalagi PWK itu masuk Fakultas Teknik tapi ngga ada mata kuliah yang IPA banget. Wah idaman sekali bukan? Dulu aku mikirnya, wah bisa jadi walikota nih. Itu pemikiran serius loh, jangan salaah haha. Tapi ini bukan kampanye terselubung kok wkwk. Oke lanjut. Trus aku milih HI, soalnya aku pengen jadi diplomat. Tuh keliatan banget kan aku bukan calon-calon ilmuwan, peneliti, dsb. Laluuuu, hasil SNMPTN pun keluar, dan aku lolos ke PWK UNS tahun 2012. Kemudian aku............... nangis. Kan dulu ceritanya pengen banget kedokteran haha. Ibu aku yang tau aku pengen banget kedokteran trus nawarin aku buat ngulang tahun depan sambil ibu bapak ngumpulin uang buat masuk kedokteran. Tapi aku ngga tega, pikirku ya udah coba PWK dulu aja. Udahnya anak bungsu, IPA sendiri, kuliah jauh sendiri, nyusahin amat kayanya. Kemudian masuk masa-masa ospek. Jadi kalo di FT UNS itu ada ospek fakultas sama ospek jurusan. Ini diringkas aja ya hehe. Ospek fakultas itu kita dibikin kelompok dengan anggota yang berasal dari beda-beda jurusan. Tugasnya dulu juga aku ngga paham banget, aku bukan anak yang bisa kerajinan tangan juga. Pokoknya disuruh bikin sesuatu dari barang bekas apa ya, lupa deh. Trus dibentak-bentak gitu deh kalo salah, aku sih nganggapnya udah biasa. Seru sih, memacu adrenalin dengerin kakak tingkat teriak-teriak, apalagi kalo tiba-tiba teriak di telinga kamu hehe. Jadi mereka sebenarnya itu mancing kita buat berani ngomong ternyata, berani mengeluarkan pendapat gitu deh. Cuman aku bukan tipe yang suka berkoar, cenderung pasrah tapi ngedumel dalam hati haha. Apalagi pas ospek itu masih setengah hati di teknik. Setengah hatinya lagi masih melayang-layang nyari jalan ke kedokteran hihi. Intinya ospek fakultas waktu itu cuman sebentar, beberapa hari soalnya pas puasa juga. Tapi dari ospek fakultas itu aku sadar kalo kuliah itu ngga kaya sekolah. Harus mandiri tapi tetap jaga kesopanan. Walaupun kamu kuliah pakai baju bebas cuman bukan berarti kamu ngga hormat sama yang lebih tua. Ini bukan masalah senioritas loh, apalagi kamu kalau hidup di lingkungan jawa (yang aku tau karena aku cuman berkutat di pulau jawa), kamu harus sopan sama yang lebih tua, jaga perilaku, gitu deh. Jadi buat kalian yang nyangka kalo ospek itu ga penting, apalagi sampai ngadu ke ortu yang punya jabatan entah dimana, duh aku cuman bisa istighfar. Di kampusku sih ngga ada kontak fisik misal dedek-dedek mahasiswa baru
34
ditampar kating gitu. Paling ya disuruh push up (duluuuuu sebelum negara api menyerang). Tapi yaa panitia ospeknya juga jangan keterlaluan, intinya semua kegiatan mesti ada justifikasinya. Trus lanjut ke ospek jurusan. Naaah disini lah teman PWK seperjuangan aka seangkatan bertemu. Kalo ditempatku itu sebulan kurang lebih masa ospeknya. Kita benar-benar digembleng buat kenal seangkatan, buat ngerjain tugas bareng-bareng, buat ngatur waktu, ngatur uang. Tapi waktu masih dedek-dedek dulu otak kita ga sampe sana banget. Yaa hikmah emang bisa diambil di akhir, kalo di awal mah niat hehe. Oya, disinilah saat-saat penyakit kalian bakal kambuh haha. Temanku yang udah beberapa abad asma nya ngga kambuh, pas ospek ini kambuh wkwk. Pokoknya jaga fisik juga yah. Intinya ospek itu benar-benar pengalaman berharga, tergantung kalian menyikapinya dan ospek ini ngga ada apa-apanya dibanding masa kuliah kalian nanti (bukan nakut-nakutin loh, tiap tahapan itu pasti makin menantang kan?) Masuk ke masa kuliah, setahun awal gabut banget. Kalau di PWK UNS sendiri belum ketemu studio soalnya, jadi belum terasa PWK nya. Jadi keimanan kalian diuji, bakal pindah jurusan apa ngga, bakal ikut SNMPTN lagi apa ngga. Aku, udah bertekad ngga nyoba lagi, di samping karena malas belajar lagi buat SNMPTN, aku juga pernah curhat ke kakak tingkat dan dia bilang tunggu aja sebentar lagi pasti klop sama
PWK. Okelah mbak tak tunggu. Kemudian masuklah ke mata kuliah Pengantar Teknik Perencanaan. Ini kaya latihan buat masuk studio gituu. Disinilah aku mulai ngerasa kalo ini jalan terbaik. Kurang seru ya? Kan baru mulai ngerasa haha. Di makul ini udah mulai disuruh ngerencanain sesuatu. Kita sekelompok survey ke lapangan, nyari-nyari masalah, ngobrol-ngobrol sama masyarakat, masuk-masuk ke tempat usaha masyarakat. jadi dulu aku kasusnya di kawasan Industri Kecil Rumah Tangga. Nah kuliah sehari-hari di PWK itu cuman diajarin gimana caranya ngerencanain sama dikenalin aspek-aspek perencanaan mulai dari fisik dasar (itu kaya geografi gitu lah), tata guna lahan, kependudukan, sarana dan prasarana, ekonomi, kebijakan, pokoknya kalau udah masuk hmm kaya misal bahasan tugasku itu kan IKRT, nah kaya jenis-jenis industri, karakteristiknya, itu belajar sendiri haha. Pokoknya banyak hal yang harus kalian pelajari sendiri untuk mendalami masalahnya. Perkuliahan PWK cuman ngasih kalian alat dan metodenya hehe sip sekali lah. Secara garis besar, selama kalian kuliah di PWK, ngelewatin studio, kerja praktik, sampai tugas akhir, kalian bakal terjun lebih dekat ke masyarakat, teman-teman, pemerintahan, swasta, dan diri kalian sendiri. Selama studio, kalian dituntut untuk bekerja dalam kelompok, walaupun sebenarnya kalian
asli kalian selama mata kuliah ini. Gimana caranya kalian mesti menyelesaikan tugas individu dan juga tetap jalanin tugas kelompok. Emosi, tenaga, pikiran, uang, bakal terkuras disini. Trus masyarakat nih, kalian bakal ngerasain gimana menghadapi masyarakat. Waktu survey, suatu waktu pasti teman-teman bakal dianggap antek-antek pemerintah, sampai-sampai mesti dengerin bapak/ibu yang kalian wawancara curhat kesana kemari minta didengar aspirasinya, padahal kita mah apa atuh cuman mahasiswa yang lagi belajar bikin rencana yang entar pas presentasi dibantai dosen sampai halaman slide ppt nya juga dikomen (eleeh curhat). Pokoknya belajar berinteraksi dengan masyarakat lah, hitung-hitung latihan buat nanti kalo udah berumah tangga harus kenal sama tetangga (ini masih jauh sih sebenarnya, tapi ingatlah bahwa perencanaan itu berorientasi ke masa depan!). Lebih mengenal teman-teman. Kalian bakal tau kecenderungan teman kalian, ambisi, gaya hidup, mukanya ada berapa (maaf kasar), pokoknya begitu lah. Ada teman yang benar-benar pintar padahal belajar aja ngga, itu kalian ngga bisa apa-apa soalnya yang model begitu emang udah bawaan dari sana-Nya. Ada yang rajin banget, rajin ngeluh di sosmed hehe. Tau sendiri lah kalo PWK itu tugasnya banyak, ngga pasti pula kaya ilmu pasti, dosen A setuju tapi dosen B ngebantai, kan gokil. Kalo ada teman kaya gitu mestinya kalian ajak main, kali aja kesepian hehe. Pokoknya ada banyak model teman yang bakal kalian temui, berbeda-beda pula, tapi perbedaan itu bukan untuk menjadi jurang loh. Karena bukankah kita diciptakan hanya untuk saling melengkapi? Hehe. Yang penting saling pengertian, jangan sampai seangkatan ngga menyatu. Trus pemerintah, nantinya kalo nyari data pasti mesti kesana. Kalian bakal tau gimana mereka kerja. Ada negatif ada positifnya sih, ceritanya maksudnya. Cuman yang mau aku tekankan disini, kalian bisa tau pemerintah itu kerjanya ngapaian aja, biar kalian ngga apa-apa langsung nyalahin pemerintah, kalau nyalahin pun kalian udah tau karena apa soalnya udah tau kerjaanya ngapain aja. Kalau swasta, mungkin kalian nanti pas kerja praktik yang bakal kenal langsung ke konsultan perencana kali ya. Gimana bisa 1 orang ngerjain 1 RDTR sendirian, gimana coba? Aku bayangin aja udah lapar. Kamu bakal tau gimana susahnya dapat uang yang halal walau sedikit, sedangkan yang ngga halal mungkin aja lebih gampang
35
hehe. Jadi intinya kenapa aku cerita ngalor-ngidul cuman mau jelasin kenapa aku masuk PWK, karena tiap tahapan yang aku lalui selama kuliah di PWK itu semakin meyakinkan aku kalau ini memang jalan terbaik yang Allah kasih. Ngga bisa ngobatin orang sakit karena ngga jadi dokter bukan berarti kamu ngga bisa nolongin orang. Kamu bahkan bisa mengubah hidup banyak orang dengan rencana yang bakal kamu buat. Walaupun saat ini profesi perencana itu masih kalah sama politikus buat bisa benar-benar ngerencanain suatu wilayah untuk mencapai ke arah ideal, tapi aku yakin suatu saat pasti kota, wilayah, atau desa masih bisa berkembang ke arah positif dengan otak-otak perencana di belakangnya. Selain itu, kuliah di PWK juga mendewasakan kamu, asal kamunya juga membuka diri dan benar-benar mengikuti proses yang ada. Jangan lupa, di saat kamu mulai kehilangan arah, ingat
36
orang tua di rumah dan ingat kalau semua yang kita lakuin di dunia termasuk kuliah di PWK itu semata-mata untuk bekal kita di akhirat. Semua orang juga pasti bakal membanggakan jurusan kuliahnya, tapi buatku PWK itu semacam jalan untuk aku bisa bermanfaat buat orang lain.
Ra h m at N a n da T r i n u f i UNIVERSITAS DIPONEGORO - SEMARANG
Kalo kata pribahasa “tak kenal maka tak sayang� maka untuk itu perkenankanlah saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum saya memaparkan kenapa dan apa alasan saya masuk pwk. Nama saya Rahmat Nanda Trinufi seorang anak yang berasal dari daerah takengon aceh tengah atau biasa di kenal dengan gayo yang di kirim orang tua untuk merantau di pulau yang tidak pernah saya kunjungi. Kenapa saya masuk pwk? Pertanyaan itu selalu di lontarkan tidak hanya ketika masih mendaftar jalur undangan saat masuk perguruan tinggi. Tetapi ketika sudah lulus jurusan pwk ini pertanyaan itu tidak pernah hilang atau masih ada saja yang bertanya kenapa saya masuk pwk. Biasanya Pertanyaan itu di lontarkan oleh saudara, sahabat, teman bahkan dosen juga sering bertanya pada kita kenapa masuk pwk. Sehingga pertanyaan itu membuat kita bosan mendengarnya. Alasan saya masuk pwk sebenarnya cukup simple, yang pertama bisa dibilang karena saya penasaran sama jurusan perencanaan wilayah dan kota. Jujur ketika di SMA saya tidak tahu apa itu PWK atau pun planologi, mungkin di daerah saya juga masih banyak yang tidak tahu apa itu pwk dan apa saja yang di bahas di dalam pwk itu. Saya baru mengetahui bahkan baru mendengar jurusan perencanaan wilayah dan kota ini ketika abang
38
saya membahas tentang jurusan-jurusan yang ada di dalam universitas (maklum saat itu masa dimana kita di bingungkan oleh jurusan apa yang ingin kita ambil ketika di universitas nanti). Dari pembahasan abang saya tadi membuat saya penasaran dan terus mencari tahu apa itu pwk bagaimana pwk itu, di mana saja ada jurusan pwk. Alasan kedua karena menurut saya pwk itu merupakan jurusan yang dominan terhadap merencanakan, sehingga saya menghubungkan dengan daerah asal saya. dimana menurut saya sendiri daerah asal saya memiliki potensi untuk berkembang menjadi lebih baik Dan alasan saya yang ketiga adalah karena jurusan pwk masih banyak lapangan perkerjaan yang membutuhkannya, saat kita memilih jurusan pasti kita juga melihat potensi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang ada. Karena kuliah merupakan landasan atau modal ilmu yang kita upayakan untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga menjadi acuan untuk mencari tahu seberapa besar atau banyaknya lapangan pekerjaan yang di butuhkan pada jurusan ini. Kurang lebih tiga alasan tersebut lah yang memacu atau memotivasi saya dan menjadi alasan saya kenapa saya masuk jurusan perencanaan wilayah dan kota.
Y u n i t a R a t i h W i j ay a n t i UNIVERSITAS BRAWIJAYA - MALANG
Masa akhir putih abu-abu, ketika menginjak bangku kelas III SMA ialah masa yang paling tidak menyenangkan bagi hidupku. Bukan berarti tidak ingin menjalani, tetapi kalau setiap hari ditampar dengan soal-soal ujian dan lain sebagainya, siapa yang tidak bosan. Pastilah bosan harap-harap cemas menanti kemana the next university/institute. Seperti berada di persimpangan dimana kita akan melaju yang akan menentukan masa depan kita. Sama seperti aku waktu dulu dilanda kebingunan antara memilih teknik yang bersifat science and mathematics atau PWK yang lebih berorientasi pada social. Awalnya aku tidak tahu apa itu PWK,berbekal searching and browsing di internet kutemukan deretan mata kuliah yang harus ditempuh dan ketika ada kupadati salah satu mata kuliah (just one) yang merupakan basic pelajaran yang aku sukai, tidak butuh pikir panjang langsung kupilih 1 PWK dan tidak ada pilihan yang kedua ataupun ketiga. Karena aku tahu aku akan lolos, tentunya seperti dalam perang. Aku tidak langsung maju menyerang tetapi menyiapkan bekal dari mulai menginjak kelas I SMA dan itulah yang dilupakan teman-temanku. Karena kesuksesan tidak dijalani dalam waktu yang instan, sebab indomie saja butuh direbus meskipun instan.
40
Perjalanan panjang itu membuahkan hasil pada pengumuman SNMPTN. Yes... aku diterima PWK. Lingkungan baru dengan keluarga baru tentunya membuatku shock ketika menginjak semester 2. Siapa yang tidak tahu mata kuliah studio dengan 5 sks sebagai ancaman. Tentu bukan perkara mudah, apalagi tugas berkelompok itu mengharuskan menyatukan kepala 10 orang. Pastinya perang adu mulut sering terjadi ditambah banyak orang yang hanya bergantung pada teman, disitulah aku merasa berada di uncomfort zone yang membuatku ingin keluar dari jurusan ini, tetapi aku ingat pada orangtua dirumah sehingga mengurungkan niatku. Berkali-kali aku berperang dalam hati, apakah salah aku memilih jurusan ini? dan jawaban itu tidak kunjung muncul juga. Daripada meratapi nasib, aku mulai mencari apa menariknya jurusan ini. Mulai mencoba menyukai pelajarannya tapi ternyata bukan itu. Sampai akhirnya kutemukan indahnya warna-warni yang biasa aku lihat dalam mineral dan batuan ternyata ada disini. Warna-warni itu adalah perjalanan mengamati keindahan ciptaan Tuhan, guna lahan, jalan, bangunan yang didalamnya manusia berinteraksi dengan ciri khasnya masing-masing dan aku ada disini merencanakan semuanya tentunya dibawah kendali tangan Tuhan.
A L L I M AG E S I S F R E E L I C E N S E F RO M P I X E L S . C O M