Majalah Interaksi PPI Jepang-Summer Edition 2020

Page 1

INTERAKSI

9 8

7

MAJALAH PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG SUMMER EDITION・2020


tim penyusun Penanggung Jawab : Elza Firdiani Sofia (Ketua PPIJ) Alifia Masitha Dewi (Kabiro Kominfo) Redaktur : Ardhiani Kurnia Hidayanti Ni Luh Bayu Purwa Eka Payani Vani Novita Alviani Maulida Purwanti Desain Kreatif : Cendikia Luthfita Putri Shadeeqa Purnajaya Muhammad Akhdan Fadhilah Pramesti Istiandari Humas & Publikasi : Nadia Sekar Irma Justika Vincentius Wilson Devy P.M. Rumalesin Media Sosial : Vivi Angkasa Nadira Anamika Utari Bagus Sidik Waskito Hadi Daffa Alfayedh Tah Andrew Ryan Editor : Ardhiani Kurnia Hidayanti Ni Luh Bayu Purwa Eka Payani


kata pengantar Tidak terasa kepengurusan pusat PPI Jepang 2019/2020 telah hampir genap setahun. Telah banyak suka duka yang dilewati bersama, baik dengan rekan-rekan pengurus pusat, korda dan komsat, serta anggota PPIJ. Meski masih dalam keterbatasan gerak akibat Covid19, berbagai kegiatan sudah kami laksanakan secara daring. Dibalik kesulitan membuat event temu darat, ada hal tak ternilai yang kami rasakan selama pandemi ini: karena semuanya serba online, mengajak berbagai elemen PPI Jepang dari Hokkaido sampai Okinawa bahkan rekan-rekan yang berada di Indonesia untuk bekerja dan berkontribusi menjadi hal yang relatif mudah. Kami berharap meski pandemi ini mencekam dan membuat kita semua berada dalam ketidakpastian yang berkepanjangan, ada hikmah dibalik semua kesulitan yang kita alami dalam skala global ini. Masih terkait Covid-19, ada harapan kita untuk mengatasi pandemi: vaksin dan antibodi monoklonal, yang akan dijelaskan dengan mudah dalam artikel-artikel Ilmiah Populer. Disisi lain, tak hanya mengancam kesehatan fisik, pandemi Covid-19 juga mengancam kesehatan mental. Di edisi ini kami mengajak pembaca untuk menjadi lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental bagi diri sendiri dan orang tercinta di sekitar kita di artikel Liputan. Juga, kami telah melaksanakan simposium tahunan PPIJ, ASSIGN. Mengangkat tema kesehatan mental mahasiswa Indonesia di Jepang, kami sedang merumuskan hasil simposium ini untuk dijadikan rekomendasi kepada pemerintah Indonesia agar ikut memperhatikan kesehatan mental pemuda pada umumnya, khususnya mahasiswa Indonesia di luar negeri. Dalam majalah Interaksi edisi summer ini, kami tetap membahas kegiatan kebudayaan Jepang yang lazim dilaksanakan di musim panas walau dibatalkan dengan alasan keamanan dan kesehatan publik. Kegiatan musim panas di Kagoshima dan Akita menjadi sorotan Interaksi kali ini. Selain itu, musim panas juga cocok sekali untuk driving berkeliling di Jepang. Tidak hanya berkendara sendiri lebih aman karena mengurangi interaksi dengan orang lain jika dibandingkan dengan kendaraan umum, perjalanan juga bisa lebih santai dan tidak diburu oleh waktu. Kami memuat artikel mengenai cara mengambil SIM di Jepang, untuk teman-teman yang tertarik pergi summer drive tapi belum pernah mengurus SIM di Jepang sebelumnya. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk segala pihak yang telah memberikan andil pada kepengurusan PPI Jepang 2019/2020 dalam berbagai level koordinasi. Stay safe and healthy. Tiada kesan tanpa kontribusimu. Salam, Elza Firdiani Sofia Ketua PPI Jepang 2019-2020


1-3

4-7

Antibodi Monoklonal COVID-19

Profil Ketua PPI Jepang

e t n o c

8-10

19-22

Liputan ASSIGN 2020

11-14 Liputan Kegiatan PPI Jepang

Budaya Jepang “Tanbo Art”

15-18

Artikel Kesehatan Mental


s t en

27-30

Hidup di Jepang: Seluk Beluk SIM

31-34

Ilmiah Populer: Vaksin COVID-19

23-26

Summer Festival di Kagoshima

Bonus!

List Beasiswa di Jepang


Profil

Jerih Payah Berbuah Manis Profil Ketua PPI Jepang Periode 2019-2020:

Elza Firdiani Sofia Perempuan, pelajar, dan pemimpin, tiga kata tersebut yang pantas disematkan pada ketua PPI Jepang periode 2019-2020. Menjadi pelajar tingkat doktoral tanpa sokongan beasiswa dan memikul amanah sebagai seorang pimpinan organisasi besar bukanlah suatu yang mudah. Meskipun tenar tapi tanggung jawab yang harus dipikul sangatlah besar. Hal ini dirasakan pula oleh ketua PPI Jepang periode 2019-2020, Elza Firdiani Sofia, yang menjadi sorotan untuk profil Majalah Interaksi edisi kali ini. Elza merupakan wanita asal Batusangkar, Sumatera Barat, yang sedang menempuh pendidikannya sebagai mahasiswi S3 di Universitas Tohoku, Jepang. Kegemarannya dalam menggeluti dunia pengorganisasian sudah tampak sejak lama, hingga pada tahun 2019 berhasil dipilih menjadi ketua PPI Jepang periode 2019-2020. Pada kesempatan kali ini, tim redaksi telah mewawancarai Elza mengenai banyak macam hal seputar seluk-beluk ketercimpungannya sebagai ketua PPIJ. Bagi Elza, memikul jabatan ketua PPIJ bukan berarti hanya memfokuskan agar kegiatan organisasi dapat berjalan sesuai rencana, tapi juga memastikan kesehatan secara fisik dan mental semua orang tetap prima, terutama di tengah keadaan pandemi seperti ini. Kesibukan yang bertambah sudah pasti bagi pribadi yang kerap dipanggil Elza ini. “Sudah pasti sibuk, tapi kesibukannya itu berfaedah”, ujar Elza sambil tertawa. Selain memastikan semua program kerja berlangsung lancar, Elza juga harus memastikan program tersebut relevan dan mendukung keberlangsungan hidup para pelajar di Jepang. Suka dan duka pun banyak dilalui, termasuk rasa cemas terhadap kondisi anggota PPIJ dan mahasiswa di Jepang. Salah satu hal yang membuat Elza merasa cemas adalah terkait pandemi COVID-19. Menurut Elza pada masa pandemi seperti ini, kesehatan dan keselamatan teman-teman mahasiswa harus diutamakan. “Ada rasa khawatir, ada takut, ada cemas, tapi ada hopeful juga, saya akan sangat bahagia jika kepengurusan PPIJ 2019-2020 ini selesai dan semua sehat”, sahut Elza.

Jerih Payah Berbuah Manis


Profil

Jerih Payah Berbuah Manis

Kesehatan Mental: Sama Pentingnya dengan Kesehatan Fisik Pada kepengurusan PPI Jepang periode 2019-2020 pula, Elza menggencarkan agar tema kesehatan mental diangkat dalam program kerja yang direncanakan. Elza menyadari bahwa bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus dipantau pada pelajar yang sedang menempuh Pendidikan di Jepang. “Belakangan ini kesehatan mental kurang diperhatikan. Jika hanya memikirkan fisiknya saja tetapi mentalnya tidak sehat, dapat berimbas buruk juga ke kegiatan kita sehari-hari,” tutur mahasiswi Universitas Tohoku ini. Elza menuturkan, bahwa harus ada keseimbangan antara kesehatan fisik dan juga mental, sebab dua-duanya sama pentingnya untuk dapat menjalani kegiatan sehari-hari. Atas alasan-alasan tersebutlah, PPIJ periode kali ini sangat memfokuskan acara/seminar yang berkaitan dengan kesehatan mental. Elza sangat berharap dengan semakin gencarnya program semacam itu, pelajar-pelajar tidak hanya yang di Jepang melainkan secara keseluruhan dapat saling meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. “Kepengurusan saya masih tahap awareness. Tapi kalau di awal satu orang saja sudah bisa aware, orang tersebut bisa meningkatkan awareness lebih luas disekitarnya”, kata Elza.

Sudah pasti sibuk, tapi kesibukannya itu berfaedah.

Banyak Tantangan, Salah Satunya Dalam Membagi Waktu Agar dapat menjalankan roda organisasi PPIJ dengan baik dan benar, campur tangan seorang ketua saja tidak cukup, melainkan membutuhkan anggota-anggota yang bersedia bekerja sama dalam menjalankan program. Nah, bagi Elza salah satu tantangan yang paling sulit adalah mencari anggota yang tepat untuk mendukung organisasi PPIJ periode tahun ini. Elza mengatakan disitulah letak dukanya, susah mencari anggota yang sevisi-misi dan juga sejalan pikirannya. Namun, buah manis dapat dirasakan setelah memiliki wakil, sekjen, dan ketua divisi/ketua biro yang cocok dan pada akhirnya bisa klop. Di sisi lain, merupakan suatu tantangan tersendiri pula untuk bisa mengayomi seluruh pelajar Indonesia di Jepang, sebab tidak semudah itu untuk menjangkau setiap dari mereka. Elza dan kawankawan PPIJ harus lebih keras memikirkan strategi agar PPIJ benar-benar dapat dijadikan wadah untuk lebih dari 6.000 suara pelajar Indonesia di Jepang. Ditambah lagi akibat kesibukan yang berkali-kali lipat dengan menjadi mahasiswi S3 sekaligus aktif dalam beberapa kegiatan berorganisasi dan volunter, Elza mengaku harus lebih cermat dalam membagi-bagi waktunya. Manajemen waktu merupakan musuh terbesar. Apalagi karena S3 tanpa beasiswa, Elza harus lebih bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan kerja sampingan di tiga tempat yang berbeda. “Kewajiban di PPIJ kadang bisa diwakilkan, tapi studi dan baito (kerja sampingan) tidak bisa. Kembali lagi sih ke prioritas, meskipun kadang masih sering tidur pagi,” ujarnya dengan tawa. Terlepas dari semua tantangan yang dihadapi, Elza merasa dirinya menjadi lebih bijaksana dalam menerima amanah dan menjalankannya semaksimal mungkin. Hal yang penting pula menurutnya adalah kesadaran bahwa ia tidak pernah sendiri, selalu ada yang mendukung dari belakang tatkala kita merasa down. “Kalau pusing, jangan pusing sendiri. Pusingin bareng-bareng,” tegas Elza, yang merasa bahwa masalah itu tidak baik ditanggung sendiri, apalagi kalau tanggung jawab bersama.


Profil

Jerih Payah Berbuah Manis

PPIJ yang Akan Mendatang Selain berfokus pada kegiatan yang relevan dengan kesehatan mental, PPIJ di bawah pimpinan Elza juga menjalankan beberapa program yang erat kaitannya dengan informasi terbaru COVID-19, supaya semua pelajar di Jepang was-was akan apa yang sedang terjadi, peraturan baru, dan lain sebagainya. Semua program yang kerap dilakukan orientasinya akan masih seputar kesejahteraan mahasiswa Indonesia di Jepang. Elza berharap, PPIJ ke depannya akan bisa menjadi wadah yang menyeluruh, tidak hanya mahasiswa reguler tapi juga nonreguler, seperti murid sekolah Bahasa Jepang contohnya. Juga, tidak lupa akan pentingnya pengetahuan tentang job hunting, Elza menargetkan agar di masa yang mendatang PPIJ dapat bekerja sama dengan perusahaan yang fokus di headhunting. Lebih penting lagi, setiap kepengurusan diharapkan agar bisa melihat sejarah kepengurusan sebelumnya, mempelajari alasan dibalik diselenggarakannya sebuah program, dan apakah patut dipertahankan atau justru dikembangkan. Terlebih untuk ketua PPIJ periode selanjutnya, Elza berpesan agar tetap memiliki integritas, kesadaran apakah perkataan di awal masih dipegang atau tidak itu tak kalah penting dengan kelancaran program yang dilaksanakan. Rasa berbesar hati juga harus ditunjukan, karena untuk dapat merangkul seluruh anggota PPIJ, bahkan seluruh pelajar Indonesia di Jepang adalah salah satu tanggung jawab seorang ketua PPIJ. Pesan singkat pun diberikan Elza bagi PPIJ periode ke depan: “Bagi kalian yang ingin jadi ketua atau anggota PPIJ, harus pintar membagi waktu. Kadang, harus ada pengorbanan seperti waktu tidur dan waktu pribadi, tapi semua itu worth it. Semua akan berbuah manis pada akhirnya”, pesan Elza. Di akhir sesi, Elza mengajak seluruh pembaca agar selalu menjaga kesehatan ditengah keadaan pandemi seperti ini. Ada pun pesan menarik yang sempat disampaikan Elza terutama untuk kalian yang ingin studi atau bekerja di Jepang: “Untuk kalian yang di Jepang, jangan lupa belajar Bahasa Jepangnya. Buat yang masih di Indonesia dan ingin ke Jepang, kalian boleh bermimpi setinggi-tingginya. Namun saat rintangan menghadang, jangan putus asa, ataupun menyalahkan ekspektasi kita di awal. Ingat kembali apa alasan kalian di awal ingin ke Jepang, hal apa yang ingin kalian capai. Ingat juga untuk selalu menjaga koneksi dengan sekitar, terutama dengan sesama orang Indonesia”, tutur Elza.

Ketua PPI Jepang Periode 2019-2020

Elza Firdiani Sofia

Penulis: Vincentius Wilson Humas PPI Jepang Waseda University


Ilmiah Populer

Antibodi Monoklonal

Antibodi Monoklonal: Senjata Terakhir untuk Menghentikan COVID-19? Saat ini, pandemi COVID-19 sedang melanda di berbagai tempat di dunia. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat sebanyak 18 juta orang telah terjangkit COVID-19, dengan kematian mencapai 700.000 jiwa saat artikel ini disunting pada awal bulan Agustus 2020. SARS-Cov-2, virus yang membawa penyakit ini, adalah virus yang masuk dalam genus betacoronavirus yang cukup dikenal di kalangan peneliti karena virus dalam golongan ini juga menyebabkan pandemi SARS 2002-2004 (SARS-Cov) dan MERS (MERS-Cov). Sesuai dengan namanya, virus ini memiliki kesamaan genome mencapai 80% dengan virus SARS. Perbedaan yang mencolok antara virus SARS-Cov-2 dengan SARS-Cov maupun MERS-Cov adalah tingkat penyebarannya yang cepat, namun tingkat mortalitasnya cukup rendah, yaitu sekitar 5% (bandingkan dengan SARS-Cov yang mencapai 10% dan MERS-Cov yang mencapai 35%). Di tengah wabah yang terjadi, berbagai akademisi dan perusahaan farmasi berlomba-lomba untuk menemukan obat yang tepat untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Beberapa obat telah diseleksi sebagai kandidat seperti Klorokuin, Hidroksiklorokuin, Remdesivir, dan Favipiravir. Namun, obat-obatan di atas ternyata memiliki banyak kelemahan sebagai obat COVID-19. Berbagai studi menemukan Klorokuin dan Hidroksiklorokuin tidak efektif untuk menyembuhkan COVID-19, walaupun pada awal penelitian mengindikasikan efektifitas kedua obat tersebut untuk menghentikan trombus (pembekuan darah) akibat COVID-19. WHO sendiri sudah memerintahkan penghentian penelitian Hidroksiklorokuin sebagai obat COVID-19. Favipiravir, memiliki nama lain Avigan, yang dikembangkan di Jepang, pada awalnya dipercaya pemerintah Jepang dan Tiongkok untuk menyembuhkan COVID-19. Studi lebih lanjut menemukan bahwa obat ini hanya efektif pada masa awal-awal gejala COVID-19, tidak efektif apabila sudah cukup lama terjangkit COVID-19. Pemerintah Jepang pun saat ini belum memerintahkan secara resmi penggunaan Avigan sebagai obat COVID-19. Remdesivir yang dikembangkan oleh Gilead Sciences menjadi secercah harapan saat penelitian terhadap monyet rhesus menemukan obat ini terbukti efektif mengurangi kerusakan organ dan perkembangan gejala-gejala COVID-19. Hanya saja, studi tersebut menemukan bahwa virus masih tetap berada dalam monyet rhesus meskipun Remdesivir sudah diberikan.


Ilmiah Populer

Berdasarkan uji coba klinis terhadap obat-obat di atas, timbul keraguan atas efektifitas obat-obatan tersebut. Untuk saat ini, pengobatan untuk COVID-19 menggunakan suplemen vitamin dan obat-obat umum untuk menghentikan gejala-gejala COVID-19 seperti Parasetamol untuk menurunkan suhu badan dan vitamin C yang dipercaya meningkatkan imunitas tubuh. Vaksin pun mulai dikembangkan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap SARS-Cov-2 untuk mereka yang belum terjangkit penyakit akibat virus ini. Hanya saja, ketatnya persyaratan agar vaksin dan obat diterima sebagai instrumen penyembuhan terhadap COVID-19 menyebabkan pengembangan kedua hal tersebut memakan waktu minimal 1 tahun, bahkan beberapa jenis vaksin dapat diterima setelah 5-10 tahun uji coba klinis. Pengobatan alternatif pun mulai dikembangkan sebagai strategi untuk menghentikan COVID-19, salah satunya adalah antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal merupakan antibodi yang dibuat dari sel-sel imun yang identik dan berasal dari klon sel induk tunggal. Antibodi monoklonal memiliki struktur yang sama satu dengan yang lain dan memiliki sifat monovalen, yaitu hanya berikatan dengan antigen (penanda asing) yang sama. Pertama kali dikembangkan di tahun 1970an, saat ini ada sekitar ribuan jenis antibodi monoklonal yang diproduksi dan digunakan diberbagai bidang seperti deteksi untuk ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay, suatu metode untuk mendeteksi konsentrasi bahan kimia, umumnya protein), deteksi penyakit influenza, deteksi kehamilan, deteksi bahan kimia berbahaya pada makanan, dll. Dari ribuan antibodi monoklonal yang ada, sekitar 80 jenis diakui dan diberi lisensi oleh FDA (Badan Pangan dan Obat Amerika Serikat) untuk digunakan sebagai terapi penyakit (imunoterapi). Imunoterapi menggunakan antibodi monoklonal diprediksi menjadi tren baru dalam pengobatan penyakit karena terbukti menyelamatkan berbagai jiwa dari berbagai jenis penyakit langka akibat genetik, seperti penyakit Lou-Gehrig yang menyebabkan kelumpuhan saraf otot seperti yang dialami Stephen Hawking, penyakit autoimun yaitu suatu sindrom dimana kekebalan tubuh menyerang sel-sel normal dalam tubuh, bahkan penyakit yang saat ini belum diketahui penyebabnya seperti Alzheimer. Efektifitas antibodi monoklonal menyebabkan berbagai riset pengobatan di akademisi dan perusahaan farmasi beralih dari bahan kimia ke antibodi monoklonal. Tak heran di masa depan, akan ada lebih banyak antibodi monoklonal yang tersedia daripada obat-obatan kimiawi.

Antibodi Monoklonal


Ilmiah Populer

Antibodi Monoklonal

Selain untuk terapi penyakit-penyakit langka, antibodi monoklonal mulai dikembangkan untuk dijadikan obat melawan penyakit akibat virus dan bakteri. Saat ini, antibodi monoklonal sedang dikembangkan untuk mencegah wabah Ebola di Afrika. Tidak hanya Ebola, antibodi monoklonal juga dikembangkan untuk melawan HIV, virus West Nile, virus influenza, virus RSV (Respiratory Syncytial Virus), dan tidak luput virus corona yang saat ini sedang menjadi pandemi. Artikel dari jurnal Nature Communications yang terbit pada bulan Mei 2020 menyatakan keberhasilan grup riset di Utrecht University, Belanda mengembangkan antibodi monoklonal melawan virus SARS-Cov-2 dan mereka mengklaim sebagai yang pertama. Hal ini memberikan harapan akan adanya pengobatan berbasis antibodi monoklonal melawan COVID-19 apabila obat-obatan kimiawi tidak dapat digunakan. Saat ini pun di Indonesia, pemerintah mulai menggunakan serum darah pasien yang sembuh dari COVID-19 untuk kemudian diberikan kepada pasien COVID-19 lainnya karena pasien yang sembuh dari COVID-19 telah memiliki antibodi terhadap SARS-Cov-2 yang disekresi ke serum darah (convalescent plasma therapy).

“

Efektifitas antibodi monoklonal menyebabkan berbagai riset pengobatan di akademisi dan perusahaan farmasi beralih dari bahan kimia ke antibodi monoklonal.

� Apabila dikembangkan lebih lanjut, sampel limfosit B dari pasien yang sembuh dari COVID-19 dapat difusikan dengan sel kanker myeloma yang selanjutnya disebut sel hibridoma. Dari sel hibridoma inilah antibodi monoklonal dapat diekstrak. Penggabungan sel myeloma dengan sel limfosit B bertujuan untuk menciptakan sel limfosit yang bersifat immortal (dapat membelah dan bertambah terus menerus). Antibodi monoklonal terlihat seperti “pahlawan� di tengah wabah COVID-19 ini. Namun, bukan berarti kita bisa cepat gembira. Ada beberapa kendala dalam pengembangan antibodi monoklonal. Salah satu kendala umum pengembangan antibodi monoklonal ialah proses produksi yang memerlukan scaling up, yang selama ini diproduksi untuk riset dalam skala kecil pada akhirnya harus dialih fungsikan untuk produksi skala besar guna memenuhi kebutuhan banyak orang. Artinya, alat-alat yang awalnya didesain untuk skala kecil harus disesuaikan ulang atau menggunakan metode baru untuk produksi massal antibodi monoklonal. Belum tersedianya banyak alat-alat untuk produksi besarbesaran menyebabkan beberapa proses masih dilaksanakan dengan skala kecil dalam jumlah yang besar dan memakan waktu. Ditambah dengan kerumitan beberapa jenis dan struktur yang mengharuskan modifikasi antibodi monoklonal agar diterima oleh tubuh manusia tanpa menghasilkan efek samping menyebabkan harga jualnya melambung


Ilmiah Populer

Antibodi Monoklonal

fantastis. Sebagai contoh KeytrudaÂŽ (pembrolizumab), antibodi monoklonal humanized (diubah sebagai susunan kode genetiknya hingga mendekati kode genetik umum pada antibodi manusia) yang dikembangkan untuk berbagai jenis kanker seperti kanker lambung, limfoma Hodgkin, melanoma, dsb., dijual dengan harga mendekati USD 10,000 (sekitar 140 juta rupiah). Faktor lain yang berpengaruh cukup signifikan adalah faktor transmisi dan mutasi virus. Dalam kasus COVID-19, penelitian telah menemukan beberapa mutasi dalam SARS-Cov-2 yang dapat menghambat pengembangan obat dan vaksin melawan virus penyebab COVID-19 ini. Beberapa mutasi menguatkan kemampuan virus untuk menginfeksi target, beberapa mutasi juga menyebabkan munculnya gejala baru COVID-19 seperti sakit perut dan kerusakan hati, mengindikasikan bahwa COVID-19 mulai menyerang organ gastrointestinal yang sebelumnya diketahui hanya merusak organ respirasi. Tidak hanya itu, strain SARS-Cov-2 yang berbeda antar negara, bahkan dalam beberapa kasus muncul strain yang berbeda antar kota, menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan antibodi monoklonal yang benar-benar monovalen seperti dalam penjelasan sebelumnya. Apabila antibodi monoklonal dikembangkan untuk SARS-Cov-2 yang diambil dari sampel pasien di Indonesia, belum tentu antibodi itu dapat digunakan di Malaysia, Jepang, dan negara lainnya karena bisa saja ada mutasi dalam virus, yang menyebabkan antibodi tidak dapat mendeteksi antigen pada strain virus di negara lain. Apakah antibodi monoklonal akan menjadi senjata terakhir dalam melawan COVID-19? Bisa iya, bisa saja tidak. Sembari kita menunggu wabah mereda, jangan lupa untuk selalu melakukan hal kecil yang dapat mencegah kita terjangkit COVID-19 dan penyakit lainnya, seperti rajin mencuci tangan, menggunakan masker saat keluar, menghindari tempat-tempat keramaian, dan tak lupa physical distancing. Mari bersama lawan COVID-19!

Penulis: Daffa Sean Adinegoro Laboratory of Molecular Biotechnology, School of Agricultural Sciences, Nagoya University Referensi: Wang, C., Li, W., Drabek, D. et al. A human monoclonal antibody blocking SARS-CoV-2 infection. Nat Commun 11, 2251 (2020). https://doi.org/10.1038/s41467-020-16256-y Wang, Yeming; Zhang, Dingyu; Du, Guanhua; Du, Ronghui; Zhao, Jianping; Jin, Yang; Fu, Shouzhi; Gao, Ling; Cheng, Zhenshun; Lu, Qiaofa; Hu, Yi (202004-29). "Remdesivir in adults with severe COVID-19: a randomised, double-blind, placebo-controlled, multicentre trial". The Lancet. 395 (10236): 1569–1578. doi:10.1016/S0140-6736(20)31022-9 Williamson, B.N., Feldmann, F., Schwarz, B. et al. Clinical benefit of remdesivir in rhesus macaques infected with SARS-CoV-2. Nature (2020). https://doi.org/10.1038/s41586-020-2423-5


Liputan

ASSIGN 2020

The 3rd Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegian in Japan “Pentingnya Kesehatan dan Ketahanan Mental”

P

Selain kesehatan jasmani, kesehatan dan ketahanan jiwa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Negara menjamin kesejahteraan fisik dan mental masyarakat Indonesia seperti termaktub dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Mental, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 Bagian 2. Kesehatan mental patut menjadi perhatian bagi kita semua, bukan hanya bagi mereka yang menderita gangguan mental karena masalah kesehatan mental mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan, dan bukan hanya segmen kecil yang terisolasi. Kebanyakan orang dengan masalah kesehatan mental mengalami penurunan kesehatan fisik yang pada akhirnya mengurangi produktivitas, baik di tempat kerja maupun dalam kegiatan sehari-hari. Gangguan kesehatan mental secara keseluruhan juga telah ditemukan mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dan meningkatkan beban dana sosial untuk kesehatan masyarakat. Sehingga, masalah kesehatan mental menimbulkan tantangan besar untuk tidak hanya Indonesia, tetapi juga pembangunan global. Dengan latar belakang inilah, PPI Jepang mengusung isu kesehatan dan ketahanan mental pada simposium ASSIGN tahun ini.

ersatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dan Ibunda.id telah menyelenggarakan The 3rd Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegian in Japan atau ASSIGN 2020 pada tanggal 25-26 Juli 2020. Simposium ilmiah ini merupakan acara tahunan ke-3 yang diselenggarakan oleh PPI Jepang sebagai kontribusi ilmiah para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Jepang untuk masyarakat Indonesia di Jepang dan juga di Tanah Air. ASSIGN 2020 yang mengusung tema “Kesehatan dan ketahanan mental mahasiswa Indonesia di Jepang sebagai representasi mahasiswa Indonesia di luar negeri” diselenggarakan secara daring dikarenakan situasi pandemi COVID-19.

Kebanyakan orang dengan masalah kesehatan mental mengalami penurunan kesehatan fisik yang pada akhirnya mengurangi produktivitas, baik di tempat kerja maupun dalam kegiatan sehari-hari.


Liputan

ASSIGN 2020

Sebelum penyelenggaraan ASSIGN 2020, PPI Jepang telah melakukan studi pendahuluan melalui Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan mulai bulan Desember 2018 sampai Mei 2019 dan juga penyebaran kuesioner mengenai kesehatan mental mahasiswa Indonesia di Jepang. FGD ini dibagi menjadi tiga topik utama yaitu kesehatan mental dalam lingkup sains dan teknologi, lingkup sosial dan budaya, dan lingkup ekonomi. Hasil dari kuesioner dan FGD ini dibawa ke simposium ASSIGN 2020 untuk lebih lanjut dibahas dan dikerucutkan agar bisa menjadi rekomendasi yang tepat sasaran. Kuasa Usaha Ad Interim - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Tri Purnajaya, sangat menyambut penyelenggaraan kegiatan ASSIGN 2020 ini dengan baik. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan PPI Jepang hari ini karena amat relevan dengan kondisi kita saat ini di tengah pandemi, memperkuat barisan agar masyarakat Indonesia kita di Jepang tetap sehat dan kuat secara fisik maupun mental ”, papar Tri dalam sambutannya. Ketua PPI Jepang Periode 2019-2020, Elza Firdiani Sofia mengungkapkan, “Fokus kami pada kesehatan mental adalah sebagai bentuk kepedulian PPI Jepang terhadap pelajar dan mahasiswa Indonesia pada umumnya, khususnya mahasiswa Indonesia di Jepang. Tidak hanya kesehatan fisik yang diperlukan untuk kelancaran studi dan membangun masa depan, namun juga kesehatan mental. Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi pelopor bagi berbagai institusi, lembaga, dan organisasi-organisasi lain untuk lebih memperhatikan hal-hal terkait kesehatan mental”, kata Elza. Ketua Panitia Penyelenggara ASSIGN 2020, Johannes Nicolaus Wibisana berharap bahwa rangkaian focus group discussion (FGD) dan ASSIGN 2020 dapat memberi perspektif baru dan rekomendasi yang tepat sasaran bagi pemerintah Indonesia terhadap kesehatan mental mahasiswa Indonesia yang ada di luar negeri, terutama Jepang.

Diselenggarakan selama dua hari, ASSIGN 2020 menghadirkan 4 pembicara utama, 3 panelis diskusi dan 3 fasilitator diskusi parallel. Pada hari pertama, sesi keynote speech menghadirkan Imam Gunawan, MAP selaku Asisten Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dr. Ir. Hamka Hendra Noer, MSi, selaku Asisten Deputi Bidang Peningkatan IPTEK dan IMTAQ Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ. selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan Hasan Fawzi, S.T., MBA., M.M. selaku Direktur Pengembangan Bisnis, Bursa Efek Indonesia, memberikan pandangan tentang kesehatan mental mahasiswa dalam sudut pandang pemerintah Indonesia dan juga dampak ekonomi kepada kesehatan mental mahasiswa Indonesia.


Liputan

ASSIGN 2020

Tidak hanya kesehatan fisik yang diperlukan untuk kelancaran studi dan membangun masa depan, namun juga kesehatan mental.

” Pada hari kedua, paparan diberikan oleh Dr. H. Mustadin Taggala, selaku Kepala Bagian Humas, Hukum dan Sistem Informasi, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ selaku praktisi medis dan staf ahli di Ibunda.id, dan Prof. Dra. Jenny Lukito Setiawan, M.A., Ph.D., Psikolog dari sisi praktisi dan akademisi. Selanjutnya, diskusi parallel diikuti oleh seluruh peserta simposium yang terbagi ke dalam tiga kelompok dengan pembahasan yang berbeda yaitu “Kesadaran akan Kesehatan Mental dalam Lingkup Pemanfaatan Teknologi”, “Gambaran Kesehatan Mental dalam Lingkup Interaksi Interpersonal dengan Budaya Setempat”, dan “Implikasi Kondisi dan Literasi Keuangan Terhadap Kesehatan Mental”. Diskusi parallel dipandu oleh para fasilitator yaitu Yuliana Hanami, Ph.D. selaku dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Syifa Adilla, S.Psi selaku mahasiswa pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, dan Ahmad Zaky Zamany selaku Ph.D. candidate International Public Policy Osaka University. ASSIGN 2020 menghasilkan serangkaian rekomendasi berkaitan dengan kesehatan dan ketahanan mental yang akan diajukan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian/Lembaga terkait dan juga kepada Pemerintah Jepang melalui lembaga setara yang terkait.

Penulis: Fauzan Alfi Agirachman Wakil Ketua Panitia ASSIGN 2020 Shibaura Institute of Technology


Liputan

Kegiatan PPIJ 19/20

S

ebagai pelajar di Jepang, kita tentunya memiliki banyak tugas di luar kegiatan kuliah dan organisasi. Tidak mudah untuk mendapatkan keseimbangan hidup antara belajar, bekerja, berorganisasi di negara seperti Jepang dengan kultur overwork atau budaya kerja keras. Suatu tantangan bagi kita semua untuk meluangkan waktu untuk menjalankan kegiatan organisasi di saat kita tidak hanya harus kuliah, riset, atau kerja dari pagi sampai malam pada hari biasa, bahkan terkadang SabtuMinggu pun tetap harus melakukan riset atau pekerjaan. Pengurus PPI Jepang, merupakan sekumpulan generasi muda yang mencoba untuk berkontribusi dan mengadakan kegiatan yang bermanfaat bagi khalayak sembari menyeimbangkan antara kuliah, penelitian, pekerjaan dan organisasi. Berbagai kegiatan telah diadakan oleh PPI Jepang. PPI Jepang periode masa bakti kepengurusan 2019/2020 merupakan kepengurusan yang cukup istimewa, karena dipimpin oleh seorang perempuan dan harus menjalankan kegiatan di tengah pandemi COVID-19.


Liputan

Kegiatan PPIJ 19/20

Tantangan Kepengurusan Akibat pandemi COVID-19, sejak awal 2020 segala kegiatan PPI Jepang dalam berbagai level terpaksa diundur atau bahkan dibatalkan demi keamanan dan keselamatan bersama. Imbas dari hal tersebut adalah kegiatan-kegiatan PPI Jepang harus dilaksanakan secara online atau daring lewat berbagai aplikasi antara lain Zoom, Skype, Slack dan sebagainya sebagai sarana untuk mengadakan suatu kegiatan webinar ataupun berkomunikasi dengan tim secara efektif. Meskipun demikian, menurut Elza, Ketua PPI Jepang 2019/2020, terdapat sisi positif dengan dilakukannya kegiatan secara darin. “Karena acara sebagian besar dilaksanakan online, acara-acara yang diselenggarakan oleh berbagai korda dan komsat mengundang peserta dari berbagai daerah di Jepang dan Indonesia sehingga menguatkan silaturahmi di dalam tubuh organisasi PPI Jepang. Ini adalah sebuah kedekatan yang mungkin akan lebih sulit untuk dicapai Suatu tantangan bagi kita jika segala kegiatan dilaksanakan offline,” semua untuk meluangkan waktu papar Elza. Hal senada disampaikan oleh Nico, Sekjen PPI Jepang 2019/2020 untuk menjalankan kegiatan organisasi yang mengatakan bahwa kemudahan di saat kita tidak hanya harus kuliah, melalui berbagai aplikasi dapat menjembatani komunikasi, meskipun riset, atau kerja dari pagi sampai malam... tidak bisa seefektif rapat tatap-muka.

Sedangkan menurut Reinaldo, Wakil Ketua PPI Jepang 2019/2020, terdapat banyak tantangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kepengurusan periode 2019/2020. “Tapi saya yakin, di masa pandemi ini di mana kita tidak dapat berkegiatan secara aktif di luar pun kita juga dapat berkontribusi kepada pelajar di Indonesia maupun pelajar Indonesia di Jepang,” sahut Reinaldo. Elza menambahkan bahwa anggota kepengurusan cukup aktif berkomunikasi mengenai hambatan dan tantangan, baik dalam berorganisasi, kehidupan akademis, dan lain-lain membuat kami menjadi lebih dekat antara satu sama lain dan mudah untuk beker ja sama menghadapi berbagai tantangan kepengurusan.


Liputan

Kegiatan PPIJ 19/20

Kegiatan-Kegiatan Biro dan Divisi PPIJ Jepang 2019/2020

Biro Riset dan Akademik Sesuai dengan namanya, biro ini memayungi aktivitas PPI Jepang yang berkaitan dengan riset dan akademik. Terdiri dari Divisi Data Sains yang menangani sensus mahasiswa, Divisi Kajian dan Aksi Strategis, dan Divisi Kecerdasan Finansial. Sejauh ini kajian PPI Jepang masih dalam lingkup aktivitas kemahasiswaan di Jepang dan belum menyentuh isu-isu terhangat di Indonesia. Jauhnya jarak fisik dan juga fokus studi yang lebih ke arah sains dan teknologi membuat analisa kepengurusan kali ini lebih menggunakan kacamata ilmu pengetahuan alam. Sebagai respons intelektual terhadap fenomena Covid-19 yang mewabah di mancanegara, PPI Jepang membentuk Satgas Covid-19 yang membahas isu-isu terbaru terkait Covid-19. Di bulan Mei yang lalu, PPIJ telah melaksanakan WANNABE, yaitu webinar yang membahas Covid-19 dan dampaknya ke masyarakat dalam berbagai disiplin ilmu. Divisi Kecerdasan Finansial lebih banyak berkutat di sharing session dari ketua divisi. Sesi tersebut dirangkum dalam bentuk infografis yang menarik untuk ditampilkan. Divisi ini banyak menarik kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Baru-baru ini Divisi Kecerdasan Finansial juga meluncurkan Klub Kecerdasan Finansial sebagai sarana belajar mengenai pengetahuan ilmu finansial yang penting untuk mempersiapkan masa depan.

Biro Komunikasi dan Informasi Terdiri dari Divisi Manajemen Website dan Sosial Media, Divisi Desain Kreatif, dan Divisi Redaktur, biro ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kepengurusan harian PPI Jepang dalam penyaluran informasi-informasi berharga untuk mahasiswa Indonesia di Jepang. Khusus tahun ini, Divisi Redaktur baru dibentuk sebagai salah satu wadah penulis cemerlang di PPI Jepang untuk meningkatkan hasil kerja PPI Jepang dalam bentuk tulisan agar dapat dijadikan referensi bagi kepengurusankepengurusan selanjutnya. Program andalan dari Divisi Redaktur adalah Majalah Interaksi yang terbit tiga kali dalam satu periode kepengurusan. Selain hal tersebut, Divisi Redaktur juga aktif mengolah rilis kegiatan yang ditampilkan di website PPI Jepang. Humas PPI Jepang, meskipun bukan bagian langsung dari Biro Komunikasi dan Informasi, aktif berpartisipasi di biro ini sebagai bagian dari Kesekretariatan PPI Jepang yang memastikan hubungan baik PPI Jepang dengan masyarakat luas dan organisasi lain yang melaksanakan kerjasama dengan PPI Jepang dengan semangat kemahasiswaan.


Liputan

Kegiatan PPIJ 19/20

Kegiatan-Kegiatan Biro dan Divisi PPIJ Jepang 2019/2020

Biro Kesejahteraan Mahasiswa Bermitra dengan organisasi, perusahaan, dan universitas lain, biro ini m e n g h a s i l k a n b a n y a k ke r j a s a m a y a n g bermanfaat. Divisi Dana Usaha menjaga hubungan baik dengan sponsor PPI Jepang dan melakukan komunikasi aktif dengan partner resmi untuk kelancaran prog ram kerja, sementara Divisi Kesehatan Mental melaksanakan program kerja terkait kesehatan mental mahasiswa Indonesia di Jepang yang merupakan fokus dari kepengurusan saat ini. Bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Universit as Padjadjaran dan Himpunan Psikologi Pusat (HIMPSI), divisi ini kerap mewadahi sharing pengetahuan dan insight mengenai kesehatan mental yang menjadi dasar dar i k ampanye k ami tent ang perlunya memperhatikan kesehatan mental.

Demikian sebagian gambaran Biro dan Divisi PPI Jepang kepengurusan 2019-2020. Semoga estafet kepengurusan PPI Jepang di periode selanjutnya dapat berkontr ibusi dan menghadirk an inovasi kegiat an yang memberikan manfaat kepada masyarakat, khususnya Mahasiswa Indonesia yang sedang mengayom pendidikan di Jepang.

Biro Sosial Budaya Jika Biro Riset dan Akademik memayungi hal-hal “serius�, Biro Sosial Budaya membawa kesegaran dalam aktivitas PPI Jepang. Divisi Beasiswa dan Bakti Sosial memiliki program andalan Oshaberi yang laris manis membahas tentang seluk-beluk kuliah di Jepang. Sesuai namanya, divisi ini juga menangani program donasi ketika ada bencana alam maupun sosial, seperti misalnya bantuan untuk alat pelindung diri tenaga medis (APD) dan banjir Jakarta. Divisi Kebudayaan, awalnya bertugas untuk mengadakan kegiatan-kegiatan budaya PPI Jepang, sesuai dengan misi kebudayaan kita untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke masyarakat Jepang. Akan tetapi, Covid-19 membuat aktivitas seni dan budaya menjadi sulit sehingga kegiatan pun dialihkan ke kolaborasi channel Youtube untuk membuat konten budaya.

Kontributor: Elza Firdiani SoďŹ a Ketua PPI Jepang 2019/2020 Tohoku University

Reinaldo Dicky Gunawan Wakil Ketua PPI Jepang 2019/2020 Meiji University

Johannes Nicolaus Wibisana Sekretaris Jenderal PPI Jepang 2019/2020 University of Osaka






















a w s i di Jepang s a

e B

35 Bonus!

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: Monbukagakusho/MEXT Scholarship : Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi Jepang : https://www.id.emb-japan.go.jp/sch.html : Undergraduate, Master Degree, Doctoral Degree, Research Student : Full Scholarship

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: Beasiswa AEON 1% Scholarship : AEON : https://aeon1p.com/scholarship/ : Undergraduate, Master Degree dan Doctoral Degree : Partial Scholarship

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: Asian Bridge Programme : Shizuoka University : https://www.suoic.shizuoka.ac.jp/english/international/abp/ : Undergraduate dan Master degree : Partial Scholarship

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: Honjo International Scholarship Foundation : Honjo International Scholarship Foundation : https://www.hisf.or.jp/en/ : Master dan Doctoral Degree : Partial Scholarship

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: Asian Development Bank Scholarship : Asian Development Bank : https://www.adb.org/site/careers/japan-scholarship-program/mai : Master Degree : Full Scholarship

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: INPEX Scholarship Foundation : INPEX Group : https://www.inpex-s.com/en/ : Master Degree : Full Scholarship

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: LPDP : Kementerian Keuangan Republik Indonesia : https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/ : Master Degree dan Doctoral Degree : Full Scholarship

Nama Beasiswa Pemberi Dana Link Degree Beasiswa Jenis Beasiswa

: Sakura Science Project : Japan Science and Technology Agency (JST) : https://ssp.jst.go.jp/EN/form/index.html : SMA/K, Undergraduate, Master dan Doctoral student atau Peneliti : Student Exchange (Full Scholarship)


MAJALAH INTERAKSI PPI JEPANG SUMMER EDITION・2020 presented by


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.