IMPACT REPORT “ “ Menyemai Manfaat Rumah Kepemimpinan
Selayang Pandang Impact Report Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. ~ Q.S. Al Kahfi: 13
Berawal dari Cita-Cita Mulanya adalah cita-cita membangun kembali Indonesia, sebuah Indonesia baru yang idam-idamkan. Indonesia yang kuat dan dinamis, sebuah negara di mana hukum tegak sebagai pilar dan atap pelindung yang mengayomi semua anak bangsa dalam kesetaraan, dan roda ekonomi berputar menebarkan kemakmuran dan kesejahteraan yang berkeadilan. Indonesia dalam visi para pendiri Rumah Kepemimpinan adalah Indonesia baru di mana politik dan demokrasi yang berakal sehat menjadi wahana bagi segenap rakyat yang berdaulat untuk mengekspresikan kehendak luhurnya sebagai bangsa yang beradab. Dalam cita-cita para peletak dasar lembaga ini, Indonesia baru adalah Indonesia yang bermoral tinggi, bangsa yang hidup dalam kesantunan. Indonesia yang dirindukan adalah Indonesia yang bermartabat, Indonesia yang disegani oleh bangsa-bangsa sedunia, sekaligus menjadi rahmat bagi umat manusia dan guru bagi seluruh alam. Sebagai bangsa muslim terbesar di dunia, diyakini kita punya tanggung jawab lebih untuk membangun peradaban yang memanusiakan manusia. Kita harus tampil memimpin – bukan membebek – menunjukkan kesejatian bangsa pejuang yang mendedikasikan keberadaannya bagi kemanusiaan, sebagaimana amanat Allah SWT: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. [QS. ‘Ali Imran, 3: 110] Agar mampu mengemban amanat ilahiyah dan kemanusiaan tersebut kita harus melakukan proses transformasi struktural dan kultural, dimulaidengan membangun paradigma baru kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan moralitas dan penegakan hukum, kesantunan politik beretika, kematangan dan kearifan berdemokrasi, serta kemandirian berekonomi, di samping upaya yang sungguh-sungguh untuk membangun titik temu, kebersamaan, persatuan dan sinergi di antara berbagai komponen bangsa. Jika gagal melakukan transformasi maka bangsa ini tidak akan pernah keluar dari keterpurukkan yang hingga saat ini masih memerangkap kita. Sementara transformasi niscaya membutuhkan kehadiran sosok pemimpin yang tangguh sebagai lokomotif penggeraknya, sebagai agents of transformation. Dengan kata lain, kualitas suatu bangsa adalah fungsi dari kualitas proses transformasinya, dan kualitas proses transformasi tersebut merupakan cerminan dari kualitas kepemimpinan para pemimpinnya.
1
Dari seluruh komponen bangsa, pemuda, khususnya mahasiswa diyakini memiliki potensi lebih untuk dikembangkan menjadi lokomotif perubahan tersebut. Pendidikan tinggi yang dijalaninya membuat mahasiswa memiliki modal lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial vertikal, yang pada akhirnya akan mengantarkan mereka ke posisi-posisi strategis sebagai penentu kebijakan. Dewey (1964) mengatakan: “Etimologically, the world education means just a process of leading or bringing up. When we have the outcome of the process in mind, we speak of education as shaping, forming, molding acitivity – that is as shaping into the standard form of social acitivity.� Jelaslah bahwa peran pendidikan dalam mobilitias sosial vertikal adalah trilogi yang meliputi kendaraan (vehicle), mesin penggerak (engine), dan lintasan (track). Pendidikanlah yang mestinya cukup besar kapasitas angkutnya (peran sebagai vehicle), cukup kuat daya dorongnya (peran sebagai engine), dan tepat arah gerak majunya (peran sebagai track), yang membuat generasi muda bangsa ini dapat menapaki piramida sosial-politik hingga ke puncaknya untuk kemudian menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Namun dalam kehidupan masyarakat dan bangsa masih terdapat kesenjangan yang sangat besar antara idealita trilogi peran pendidikan tersebut dengan realitanya. Akses terhadap pendidikan berkualitas, yaitu pendidikan yang mampu mengemban trilogi peran tersebut, apalagi pada jenjang pendidikan tinggi, ternyata merupakan komoditas sangat mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan yang sangat terbatas. Pada tahun 1950 baru terdapat 10 institusi pendidikan tinggi yang menjadi “kendaraan� bagi 6.500 orang generasi muda bangsa ini. Pada tahun 1970, yang merupakan awal era regim Soeharto, jumlah lembaga pendidikan tinggi, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, melonjak menjadi
2
450, dengan jumlah mahasiswa sekitar 237 ribu orang. Menjelang tahun 1990 terdapat sekitar 900 perguruan tinggi yang mewadahi sekitar 1.486.000 mahasiswa. Pada tahun 2004 terdapat kurang lebih 2.376 perguruan tinggi, terdiri dari 81 institusi di bawah Depdiknas, 59 di bawah Depag, dan 2.236 dikelola masyarakat, dengan jumlah peserta didik lebih dari 2,5 juta orang. Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi memang telah mengalami lompatan signifikan, yaitu dari 9% di tahun 1985 menjadi 12,8% di tahun 2002. Namun dilihat dari angka absolutnya, dari sejutar 27 juta generasi muda berusia 19-24 tahun, masih terdapat lebih dari 24 juta orang yang belum dapat mengeyam bangku perguruan tinggi. Angkaangka yang ada tentu saja akan semakin membuat kita prihatin jika variabel kualitas, apalagi kualitas kepemimpinan yang kemudian berhasil dibentuk, ikut menjadi pertimbangan. Keprihatinan mendalam atas situasi saat itu,mengerucutkan spektrum gagasan dan pemikiran yang sejak lama berkecamuk, ke arah upaya untuk melahirkan sebuah institusi yang mengambil peran strategis sebagai inkubator, sekaligus akselator, kepemimpinan baru Bangsa ini. Dengan menjadikan nilai-nilai keteladanan para Nabi sebagai contoh laku keseharian, Rumah Kepemimpinan berupaya melahirkan pemimpin-pemimpin Bangsa di masa depan dengan tidak hanya memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni, tapi juga memiliki nilai dan karakter mulia dengan berpedoman pada laku kenabian. Kesemua harapan dan cita, hingga 17 tahun perjalanan Rumah Kepemimpinan semakin mengkristal dalam tiga kata:
"Nurturing Prophetic Leaders"
Sambutan Direktur Rumah Kepemimpinan Mendekatkan Investasi Masa Depan Menjadi tantangan tersendiri bagi kami di Rumah Kepemimpinan untuk mengajak sebanyak-banyaknya partisipasi publik dalam turut serta menghadirkan kepemimpinan yang lebih baik di masa depan. Perumpamaan yang paling sederhana adalah bahwa aktivitas ini laksana menanam pohon jati yang jika hari ini ditanam, barulah akan bisa dituai hasilnya 15 sampai 20 tahun lagi. Waktu yang tidak singkat, karena proses membentuk manusia apalagi yang diharapkan memiliki karakter dan kemampuan lebih dari yang lain memang tidak sederhana. Manusia bukanlah mesin atau robot yang statis dan tak memiliki kemampuan berpikir bebas. Manusia, khususnya anak-anak muda memiliki karakteristik unik dan kompleks. Seberapa pun sulitnya dalam membentuk kepemimpinan masa depan, kami sadari sepenuhnya bahwa harus ada yang mengambil peran ini. Setelah perjalanan selama 18 tahun pun kami sedikit pun tak merasa bahwa kami sudah baik lalu berhenti melakukan peningkatan kualitas institusi. Salah satu yang kami lakukan hari ini adalah menghadirkan capaian-capaian jangka pendek yang sejatinya itu adalah anak tangga-anak tangga untuk meraih tujuan akhir yang lebih besar. Lebih spesifik lagi, kami melakukan riset secara ilmiah tentang berapa nilai kembali investasi sosial (Social Return on Investment) dari dana yang sudah kami terima lalu kelola. Hasilnya, secara resmi nilainya adalah 3,12 atau 312%. Di mana artinya yaitu setiap Rp 100.000,- yang didonasikan kepada kami di Rumah Kepemimpinan, memberikan dampak sosial (kebermanfaatan) bagi para peserta senilai Rp 312.000,- dalam periode satu tahun. Atas hasil ini, kami berharap agar gambaran yang cukup jauh dan tinggi tentang lahirnya pemimpin masa depan melalui program ini dapat ditangkap lebih jelas untuk skala yang lebih dekat. Dengannya, semoga semakin banyak lagi partisipasi publik baik secara pribadi maupun institusi untuk turut serta bersama kami di Rumah Kepemimpinan berkontribusi demi masa depan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Salam RK #RaihKemenangan Adi Wahyu Adji
3
Idealisme Kami Betapa inginnya kami agar bangsa ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang telah mengharu-biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik bangsa ini, sementara kita hanya menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan. Kami ingin agar bangsa ini mengetahui bahwa kami membawa misi yang bersih dan suci; bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Kami tidak mengharapkan sesuatupun dari manusia; tidak mengharap harta benda atau imbalan lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekadar ucapan terima kasih. Yang kami harap adalah terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Allah, Pencipta alam semesta
4
Daftar Isi 1 3 4 5 6 7 9 11 12 13 14 15 16 17 18
Selayang Pandang Impact Report Sambutan Direktur Rumah Kepemimpinan Idealisme Kami Daftar Isi Perjalanan Rumah Kepemimpinan Infografis Fakta Rumah Kepemimpinan Hari Ini Profil Rumah Kepemimpinan Kegiatan yang diberikan Dampak dari program pembinaan Rumah Kepemimpinan Perhitungan Dampak (Pendekatan SROI) Sekilas Tentang Social Return on Investment Alur Perhitungan SROI Hasil Perhitungan Social Return on Investment Rumah Kepemimpinan
Epilog Tim Penyusun 5
PERJALANAN
RUMAH KEPEMIMPINAN 2002 - 2018
6
7
7%
89 ALUMNI
yang bergerak di bidang Aperatur Sipil Negara bagi Pegawai Negeri Sipil
8%
100 ALUMNI
yang membangun usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan
5%
65 ALUMNI
yang bergerak di bidang non goverment Organization atau non pemerintah
36% 30%
yang sedang melanjutkan studi, S2, S3
8
392 ALUMNI
478 ALUMNI
Profil Rumah Kepemimpinan Pada setiap angkatan, peserta Rumah Kepemimpinan dibina selama dua tahun masa pembinaan di asrama masing-masing regional. Dalam dua tahun masa pembinaannya, peserta Rumah Kepemimpinan diarahkan untuk memiliki beberapa nilai, karakter dan kompetensi dasar yang akan berpengaruh pada keseharian dan performanya di kampus dan juga di lingkungan tempat peserta berada. Adapun nilai, karakter, dan kompetensi dasar yang dimaksud antara lain :
ROOM PK Nilai yang dibiasakan selama masa pembinaan di asrama Rumah Kepemimpinan dirumuskan dengan nama ROOM. ROOM secara etimologi berarti ruang, dimana memiliki falsafah yang terkandung didalamnya bahwa peserta Rumah Kepemimpinan dapat menjadi tempat yang “nyaman� untuk bertemu dari segala macam perbedaan yang ada di luar sana yang kelak akan terangkai menjadi satu gagasan menakjubkan untuk Bangsa dan Negara. ROOM juga berarti sebuah keleluasaan dan kelapangan hati yang menandakan ketenangan dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Selain daripada itu, ROOM juga sebuah akronim untuk menjelaskan empat nilai luhur yang sepertinya sedang tercerabut dari perilaku berbangsa dan bernegara kita hari ini.
Rendah Hati Peserta Rumah Kepemimpinan diharapkan menjadi seorang yang memiliki kerendahan hati dan tidak berlaku angkuh atas pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Open Minded Peserta Rumah Kepemimpinan diharapkan menjadi seorang yang open minded dalam menerima dan memaknai pendapat atau gagasan dari orang lain yang mungkin memiliki perbedaan.
Prestatif Peserta Rumah Kepemimpinan selain diharapkan memiliki nilai yang tergabung dalam akronim ROOM diatas, mereka juga diarahkan menjadi mahasiswa yang prestatif atas apa yang dimilikinya, dalam hal akademik, paper, konferensi dan lain sebagainya yang termasuk dalam kriteria berprestasi.
Objektif Peserta Rumah Kepemimpinan diharapkan menjadi seorang yang objektif dalam melihat suatu peristiwa dan juga dalam memandang suatu persolan.
Moderat Peserta Rumah Kepemimpinan diharapkan menjadi seorang yang seimbang lagi adil dalam bersikap, tidak berat sebelah dan berupaya mencari titik temu diantara perbedaan-perbedaan yang ada.
Kontributif Peserta Rumah Kepemimpinan juga diharapkan memiliki aktivitas keorganisasian di kampus maupun diluar kampus, serta memiliki kontribusi dalam memberikan dampak pada organisasi yang diikutinya itu.
9
MEMILIKI 8 KOMPETENSI DASAR Secara peningkatan kemampuan dan kompetensi, peserta Rumah Kepemimpinan dibina untuk memiliki dan atau mengembangkan 8 kompetensi dasar yang telah sebelumnya dirumuskan pada kurikulum dari Rumah Kepemimpinan. Kompetensi dasar yang dimaksud diantara lain :
Visioner Visioner berhubungan dengan kemampuan peserta pembinaan Rumah Kepemimpinan dalam memiliki perecanaan hidup yang matang.
Spiritualis Spiritualitas berhubungan dengan hal-hal yang bersifat spiritualitas peserta seperti kualitas ibadah dan pemaknaannya serta kaitannya dengan perilaku keseharian peserta.
Pengetahuan Pengetahuan berhubungan dengan kemampuan peserta dalam memahami keilmuan dan pengetahuan pada bidangnya dan mampu untuk mensintesa ilmu pengetahuan yang dimiliki menjadi karya.
Berjejaring Berjejaring berhubungan dengan kemampuan peserta Rumah Kepemimpinan untuk dapat berjejaring dengan banyak pihak dan mampu untuk berkolaborasi dengan jejaring yang dimilikinya untuk kebaikan bersama.
10
Kepemimpinan Kepemimpinan berhubungan dengan kemampuan peserta pembinaan Rumah Kepemimpinan dalam memiliki kemampuan kepemimpinan yang berpengaruh dimanapun para peserta berkiprah.
Manajemen Manajemen berhubungan dengan kemampuan peserta Rumah Kepemimpinan dalam mengelola organisasi yang diikutinya dengan sumber daya yang ada.
Komunikasi Komunikasi berhubungan dengan kemampuan peserta Rumah Kepemimpinan dalam berkomunikasi dan menyampaikan gagasannya kepada publik melalui lisan maupun tulisan.
Kebugaran Kebugaran berhubungan dengan hal-hal yang bersifat fisik dalam diri peserta pembinaan Rumah Kepemimpinan seperti kesehatan, kebersihan diri dan lingkungan.
Fasilitas yang Diberikan Untuk mencapai target pembinaan peserta, Rumah Kepemimpinan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang diberikan kepada peserta. Kegiatan yang diberikan ada yang diberikan dalam kategori tahunan, bulanan, pekanan maupun harian. Berikut kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh Rumah Kepemimpinan dan diterima oleh peserta pembinaan sebagai fasilitas pembinaan yang didapatkan :
Kegiatan Tahunan NLC (National Leadership Camp)/ IYCS (Indonesia Youth Contributor Summit) LATGAB (Inspiring Youth Leaders Forum)/ IYLF(Latihan Gabungan) Impactful Learning Fasilitation
Kegiatan Bulanan Kajian Islam Kontemporer Leaders 'n Leadership Menuju Puncak Manfaat Dialog Tokoh Diskusi Pasca Kampus Sharing Alumni Coaching
Kegiatan Pekanan Tahsin Tahfidz Alquran Kajian Islam Pekanan Tae Kwon Do
Asrama pembinaan selama 2 tahun Uang saku senilai Rp. 500.000 per bulan per peserta pembinaan
11
Dampak dari program pembinaan Rumah Kepemimpinan Sebagai sebuah proses intervensi dalam bentuk program pembinaan kepada mahasiswa, Rumah Kepemimpinan mengharapkan terjadinya perubahan pada diri peserta pembinaan Rumah Kepemimpinan. Perubahan dalam diri peserta pembinaan Rumah Kepemimpinan dapat disebut juga sebagai dampak daripada intervensi atau program yang dilakukan dengan segala turunan kegiatannya. Adapun dampak-dampak yang diharapkan dan juga
12
telah dirasakan didapat dari learning outcome yang telah disusun oleh bidang program (Beneficiaries Base) di Rumah Kepemimpinan. Dampak ini pula disadur dari delapan kompetensi dasar yang menjadi profil luaran peserta Rumah Kepemimpinan nantinya. Berikut dampak-dampak yang diharapkan sekaligus juga dirasakan oleh peserta pembinaan di Rumah Kepemimpinan :
Berani mengambil resiko demi mewujudkan visi pribadi dan organisasi
Konsisten membuat perencanaan dan mengevaluasinya dalam rangka mencapai tujuan pribadi dan organisasi
Mampu mengevaluasi pencapaian rencana hidup pribadi dan perencanaan strategis organisasi serta menyusun langkah korektif
Mau merangkul kelompok yang berbebeda dan mengajak pada persatuan demi kepentingan bersama
Kemampuan untuk memberikan pengaruh dalam skala nasional
Berkomitmen dalam menyebarluaskan kebaikan dimanapun berada
Menghargai perbedaan pendapat di kalangan umat dan golongan
Memiliki paling tidak satu aktivitas yang menjadi aktivitas unggulan penyebarluasan kebaikan
Memiliki kemampuan untuk menghafal 1.5 juz Al Quran
Memahami kaidahkaidah dalam menyebarluaskan kebaikan
Mampu bangkit dari seberat apapun kegagalan
Mengajak orang lain untuk melakukan aktifitas produktif
Mampu melakukan inovasi di tengah keterbatasan sumber daya pribadi dan organisasi
Berkeinginan kuat mengaplikasikan bidang ilmu pengetahuannya untuk menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat
Memiliki konsistensi untuk berbicara dan menulis untuk publik dalam rangka mencerdaskan publik
Mampu menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak yang menjadi jejaringnya
Menciptakan budaya bersih di lingkungannya
Menambah kebugaran diri dan menjaga kesehatan
Perhitungan Dampak (Pendekatan SROI)
Dampak yang diberikan oleh Rumah Kepemimpinan kepada peserta sedianya perlu untuk dihitung dan divaluasi. Upaya untuk memvaluasikan dampak sekiranya bermanfaat untuk beberapa hal seperti :
Sebagai bentuk akuntabilitas kegiatan Rumah Kepemimpinan kepada stakeholder
Sebagai acuan untuk dapat mengoptimalkan kualitas intervensi program Rumah Kepemimpinan
Sebagai sarana informasi yang diberikan oleh Rumah Kepemimpinan terutama kepada calon donator atau mitra yang hendak bekerjasama dengan mitra
Untuk perhitungan dampak dari program pembinaannya, Rumah Kepemimpinan menggunakan pendekatan Social Return on Investment (SROI). SROI sendiri merupakan pendekatan yang dikenal baik dalam dunia filantropi untuk menghitung serta mengukur valuasi daripada dampak yang dihasilkan atas intervensi program yang dilakukan. Sebagaimana disampaikan oleh Nicholls et.al. (2009), bahwa analisis SROI merupakan kerangka kerja untuk mengukur dan menghitung konsep nilai yang lebih luas. SROI mencoba untuk mengurangi ketimpangan dan degradasi lingkungan serta meningkatkan taraf hidup dengan cara menggabungkan biaya sosial, lingkungan, dan ekonomi beserta keuntungan yang diperoleh.
13
Sekilas Tentang Social Return on Investment WHY Dalam suatu intervensi yang berujung pada pengembangan sumber daya manusia, agaknya sulit untuk dapat divaluasi terkait dampak yang dihasilkan dari proses intervensi tersebut. Berbagai metode coba dirancang untuk dapat menjawab tantangan ini. Salah satu metode perhitungan dampak yang telah teruji dan dapat dipertanggung-jawabkan adalah dengan menggunakan metode atau pendekatan Social Return on Investment. Metode ini mencoba menghitung sejumlah uang yang telah diinvestasikan (value for money) pada suatu intervensi sosial terhadap luaran atau dampak yang akan nantinya dihasilkan pada suatu intervensi (Purwohedi, 2016).
HOW Pendekatan Social Return on Investment telah masif nyata digunakan diseluruh dunia untuk menghitung atau memberikan valuasi atas dampak yang dihasilkan oleh suatu intervensi sosial. Dibandingkan dengan pendekatan lain, SROI lebih melibatkan peran stakeholder dalam proses perhitungan dan analisisnya. Dengan pelibatan stakeholder, SROI mampu menghasilkan hasil analisis yang lebih komprehensif ketimbang pendekatan lain. (Purwohedi, 2016). Selain itu, keunggulan lain pendekatan SROI adalah bahwa pendekatan ini lebih berfokus pada perubahan yang terjadi pada penerima manfaat, bukan sekedar manfaat yang diberikan. SROI diciptakan untuk coba mempertimbangkan aspek tersebut.
WHAT Pendekatan Social Return on Investment dihitung dengan terlebih dahulu mendefinisikan ruang lingkup program yang akan dihitung nilai manfaatnya. Kemudian dilakukan penentuan stakeholder siapa saja yang terlibat dalam proses intervensi ini. stakeholder-stakeholder tersebut akan dilibatkan juga dalam perhitungan nilai manfaat dengan pendekatan ini. Para stakeholder dilibatkan dalam mendefinisikan luaran atau perubahan yang dirasakan oleh penerima manfaat dan juga memberikan valuasi atau nilai atasnya. Setelah semua perubahan atau dampak sudah diberikan nilai, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai SROI dengan membandingkan antara manfaat yang dirasakan oleh penerima manfaat dengan berapa yang dikeluarkan oleh pelaku intervensi. Durasi Pelaksanaan Perhitungan SROI : 1,5 bulan (dari pekan pertama Januari 2020 hingga pekan kedua Februari 2020) Februari 2020) Lokasi Perhitungan SROI : Kantor Pusat Rumah Kepemimpinan, Jakarta
14
Alur Perhitungan SROI 1
Pembuatan model perhitungan SROI
3
Revisi model perhitungan
Pada tahapan ini dilakukan pembuatan model awal perhitungan SROI untuk menghitung dampak Rumah Kepemimpinan kepada peserta pembinaan. Model perhitungan awal mencatat semua keuntungan atau benefit (tangible maupun intangible) yang diterima oleh peserta Rumah Kepemimpinan.
Setelah dilakukan FGD dan memperoleh beberapa kesepakatan, model perhitungan kemudian di revisi hingga mendaptkan iterasi model yang lebih cocok. Revisi dilakukan dengan membuat formulasi perhitungan pada aplikasi excel agar sedianya tatkala dilakukan pengisian dapat langsung secara otomatis terhitung nilai SROI-nya.
Perhitungan akhir nilai SROI Rumah
5 Kepemimpinan
Pelaksanaan FGD dengan
2 mengundang beberapa stakeholder
Setelah membuat model perhitungan awal SROI, maka dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk memvalidasi dampak sekaligus menentukan financial proxy dari dampak yang dihasilkan. FGD dilakukan pada hari Kamis, tanggal 16 Januari 2020 dilakukan di Ruang Rapat Rumah Kepemimpinan. Adapun pada FGD ini yang diundang untuk turut serta antara lain, Direktur Eksekutif RK, Eksekutif Pusat RK, Alumni RK, Peserta pembinaan RK, dan dipandu oleh alumni RK yang tengah berkiprah di salah satu start up terkemuka yang telah memiliki pengalaman dalam perhitungan dampak sosial, yakni Saudara Jiwo Damar.
4
Deep interview beberapa peserta Rumah Kepemimpinan Setelah model perhitungan sudah pas dan cocok, maka langkah selanjutnya yang ditempuh adalah dengan melakukan deep interview kepada perwakilan peserta Rumah Kepemimpinan yang sebelumnya diundang untuk turut serta dalam FGD. Dari tiga orang peserta tersebut hendak diketahui nilai pengurang dari valuasi dampak yang ada. Sebagaimana dalam konsep analisis SROI yang disampaikan oleh Purwohedi (2016), terdapat empat faktor pengurang yang harus disertakan dalam perhitungan SROI. Keempat faktor pengurang yang dimaksud antara lain deadweight, displacement, attribution, dan drop off.
Setelah selesai melakukan deep interview maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data yang didapat pada aplikasi/ sheet excel yang telah dibuat sebelumnya. Karena sudah dirancang formulasi disana, maka hasil akhir akan diketahui segera setelah semua financial proxy dan nilai pengurang di input. Adapun formula dalam perhitungan SROI Rumah Kepemimpinan dapat dijabarkan sebagai berikut : SROI
Valuasi dampak-(Valuasi dampak Ă— Suku Bunga (7%)) Valuasi real fasilitas yang diberikan
15
Hasil Perhitungan Social Return on Investment Rumah Kepemimpinan Maka dari perhitungan yang dilakukan didapati nilai SROI Rumah Kepemimpinan sebesar :
3,12 atau
312% Setiap Rp. 100.000 yang didonasikan oleh donator kepada Rumah Kepemimpinan maka akan berdampak kepada penerima manfaat (peserta pembinaan) RK sebesar
Rp. 312.000 dalam periode satu tahun
16
Epilog Investasi pada pengembangan sumber daya manusia merupakan investasi yang menguntungkan. Akan tetapi, menguntungkan yang dimaksud disini bukanlah menguntungkan dengan ukuran-ukuran finansial. Menguntungkan dalam investasi jenis ini dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh adalah berupa meningkatnya modal sosial yang dimiliki oleh sumber daya manusia penerima manfaat. Meningkatnya modal sosial bagi penerima manfaat akan berdampak positif bagi penerima manfaat atas bertambahnya kemampuan dan kapasitas penerima manfaat untuk dapat “do more� berbuat lebih daripada yang sebelumnya. Tidak hanya berhenti pada keuntungan bagi pribadi penerima manfaat saja, hal ini juga akan meningkatkan keberfungsian sosial penerima manfaat untuk lebih berarti dan memberikan manfaat bagi lingkungannya.
Laporan ini dibuat sebagai bentuk pertanggung-jawaban publik atas apa-apa yang kami upayakan. Program, aktivitas, pembiasaan, pembentukan, penjagaan dan lain sebagainya bagi para penerima manfaat Rumah Kepemimpinan. Laporan ini pula sebagai sebentuk akuntabilitas organisasi Rumah Kepemimpinan dalam merealisasikan visi dan misinya. Kami menyadari, pekerjaan rumah yang menanti didepan sana, masih teramat banyak. Upaya perbaikan untuk terus memperbesar dan memperluas dampak pastinya akan menjadi agenda utama kami. Namun daripada itu, yang paling penting adalah kami amat sangat menginginkan untuk terus bergerak bersamasama dengan kalian menyongsong Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Demikianlah hal yang terus memompa semangat kami di Rumah Kepemimpinan untuk dapat terus bergerak mengelola investasi pada pengembangan sumber daya manusia. Citacita yang didamba dalam bait-bait Idealisme Kami menjadi arah langkah kami di Rumah Kepemimpinan. Berharap akan hadirnya saatsaat dimana Indonesia kan menjadi lebih baik dan bermartabat. Dimana kami dan setiap kita perlu untuk berkolaborasi, mengambil bagian untuk bersama-sama menuju titik itu.
17
Tim Penyusun Mereka yang terlibat dalam perhitungan SROI Rumah Kepemimpinan : Direktur Rumah Kepemimpinan Adi Wahyu Adji Eksekutif Pusat Lusi Cahya Pertiwi Enung Azizah Mulyawati Aqil Wilda Arief Peserta Rumah Kepemimpinan Kevin Aushaf Quds Syafina Amorita Candini Yulianah Alumni Rumah Kepemimpinan Jiwo Damar A Angga Fauzan Lola Mulyantika Dhita Mutiara Nabella
18
Gedung Rumah Kepemimpinan Lantai 3, Jl. Lenteng Agung Raya No.20, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. 12640 +62 21 7888 3828 | info@rumahkepemimpinan.org www.rumahkepemimpinan.org
Rumah_Kepemimpinan
Rumah Kepemimpinan
Rumah Kepemimpinan