Selayang Pandang Impact Report Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. ~ Q.S. Al Kahfi: 13
Berawal dari Cita-Cita Mulanya adalah cita-cita membangun kembali Indonesia, sebuah Indonesia baru yang idam-idamkan. Indonesia yang kuat dan dinamis, sebuah negara di mana hukum tegak sebagai pilar dan atap pelindung yang mengayomi semua anak bangsa dalam kesetaraan, dan roda ekonomi berputar menebarkan kemakmuran dan kesejahteraan yang berkeadilan. Indonesia dalam visi para pendiri Rumah Kepemimpinan adalah Indonesia baru di mana politik dan demokrasi yang berakal sehat menjadi wahana bagi segenap rakyat yang berdaulat untuk mengekspresikan kehendak luhurnya sebagai bangsa yang beradab. Dalam cita-cita para peletak dasar lembaga ini, Indonesia baru adalah Indonesia yang bermoral tinggi, bangsa yang hidup dalam kesantunan. Indonesia yang dirindukan adalah Indonesia yang bermartabat, Indonesia yang disegani oleh bangsa-bangsa sedunia, sekaligus menjadi rahmat bagi umat manusia dan guru bagi seluruh alam. Sebagai bangsa muslim terbesar di dunia, diyakini kita punya tanggung jawab lebih untuk membangun peradaban yang memanusiakan manusia. Kita harus tampil memimpin – bukan membebek – menunjukkan kesejatian bangsa pejuang yang mendedikasikan keberadaannya bagi kemanusiaan, sebagaimana amanat Allah SWT: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. [QS. ‘Ali Imran, 3: 110] Agar mampu mengemban amanat ilahiyah dan kemanusiaan tersebut kita harus melakukan proses transformasi struktural dan kultural, dimulaidengan membangun paradigma baru kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan moralitas dan penegakan hukum, kesantunan politik beretika, kematangan dan kearifan berdemokrasi, serta kemandirian berekonomi, di samping upaya yang sungguh-sungguh untuk membangun titik temu, kebersamaan, persatuan dan sinergi di antara berbagai komponen bangsa. Jika gagal melakukan transformasi maka bangsa ini tidak akan pernah keluar dari keterpurukkan yang hingga saat ini masih memerangkap kita. Sementara transformasi niscaya membutuhkan kehadiran sosok pemimpin yang tangguh sebagai lokomotif penggeraknya, sebagai agents of transformation. Dengan kata lain, kualitas suatu bangsa adalah fungsi dari kualitas proses transformasinya, dan kualitas proses transformasi tersebut merupakan cerminan dari kualitas kepemimpinan para pemimpinnya.
1