PSYGHT MAGAZINE #17

Page 1

XXVII | Desember 2021

Stigma Psikologi


Designer : Christabella A. Constantin (2019)

Salam Redaksi Menyambut 2021 yang akan segera berakhir, Redaksi PSYGHT kembali menghadirkan PSYGHT Magazine dengan topik yang sering diperbincangkan mengenai disiplin ilmu Psikologi. PSYGHT Magazine edisi ke-17 ini akan mengangkat tema Stigma Psikologi. Topik ini dipilih PSYGHT karena seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat Indonesia yang memiliki stigma terhadap bidang ilmu Psikologi dan menyebabkan kekeliruan informasi terkait ilmu Psikologi. Oleh karena itu, PSYGHT Magazine edisi ke-17 ini diharapkan dapat mengedukasi pembaca mengenai fakta-fakta Psikologi yang sebenarnya. Pada edisi kali ini, PSYGHT juga akan mengulas film, podcast, dan lagu yang berkaitan dengan ilmu Psikologi dan juga membuat beberapa karya seni tulis-menulis, yaitu cerita pendek dan puisi. Beberapa karya seni tersebut dihasilkan oleh anggota dan nonanggota PSYGHT 2021/2022. PSYGHT juga akan mencantumkan opini-opini yang dimiliki oleh beberapa mahasiswa mengenai ilmu Psikologi. Selain itu, edisi kali ini juga akan mencantumkan beberapa rekomendasi dari PSYGHT mengenai kebiasaan mahasiswa psikologi serta playlist video YouTube terkait ilmu Psikologi. Melalui edisi ini, PSYGHT berharap dapat menambah wawasan pembaca dan juga semakin terbuka mengenai fakta-fakta Psikologi. Dari edisi ini pula, pembaca dapat melihat bagaimana kehidupan Psikologi yang sebenarnya sehingga terhindar dari informasi palsu yang kerap kali menjerumuskan masyarakat Indonesia. Selamat membaca dan terinspirasi Salam. Anggie Renaisance Zulkarnain Putri Pemimpin Redaksi PSYGHT 2020/2021

1


DAFTAR ISI Designer : Christabella A. Constantin (2019)

SALAM REDAKSI…………….……….……….……….……….:….…….………...…1 DAFTAR ISI…………….……….……….……….…………….….………..…….….…2 KOMITE…………….……….……….……….……………….………..……..….……..3 Topik #1: "Kata Orang dan yang Sebenarnya: Stigma tentang Ilmu Psikologi"……...…5 OGT (Oh, gitu, toh): "Lo Anak Psikologi? Ramal Gue, Dong!"……………….………..7 OGT (Oh, gitu, toh): "Lo Anak Psikologi? Nggak Punya Masalah,Ya?"……….….……9 OGT (Oh, gitu, toh): "Lo Anak Psikologi? Mau Curhat!''…………….…….…….…….11 Ulas-tulis: podcast….……….……..….………………..….……….………...…………………13 Topik #1: "Metamorfosis Psikologi: Awal, Tengah, Hari Ini"….………..……..………15 OGT (Oh, gitu, toh): "Psikologi di Era Pandemi"….……….…………….………..……17 Kata-katanya: "Psikologi dari Mata Orang Lain”….……….……….…………….…….19 OGT (Oh, gitu, toh): "Psikologi: Sahabat Semua Orang?….……….……….….…….…21 Ulas-tulis: film….……….……….…………………......……….………...……………….…....23 Pojok seni: puisi - internal..…….………………….….……….………..………….……25 Pojok seni: cerita pendek - internal...…….………………….…...…………….….….…26 Pojok seni: puisi - eksternal…….…………….…….….……….….……….……………29 Pojok seni: cerita pendek - eksternal....….…………………...….………...….……….…31 Ulas-tulis: lagu.……….……….………………….….……….……….…………………33 Rekomendasi PSYGHT: habit psikologi.……….……….………………..….….………34 Rekomendasi PSYGHT: playlist.……….……….………………….……………..…..…36 2


Kom Anggie R. (2019)

Andien A.P. (2020)

Marvella G. (18)

Abigael Z. (19)

Amira Yasmin (20)

Christabella A. (19)

Astari Arfiana (20)

E. Nathania (19)

Benadia Putri (20)

Mei Faalih T. (19)

Irene Betzy (20)

Michael K. (19)

Karina B. (20)

Laurencia A. (21)

Laurensia I. (18)

Velsya Viani (2019)

Designer : Erianthi Nathania I. (2019)

3

Tobias M. (19)

Adinda Bunga (20)

Yasinta Tiara (21)

Angelica C. (19)

Zefannya C. (19)


mite C. Vision (2019)

Caroline E.C. (2019)

Benedicta A. (19)

Karen Ardian (19)

Yora Violetta (20)

Vincent T. (19)

Audrey A. (20)

Gabriela B. (20)

Maria Olivia (20)

Novie Dhiana (20)

Yustisia K. (20)

Angel Putri (21)

Ariellah S. (21)

Grace Noviana (21)

Kathlyn S. (21)

Prastyo Cakti (21)

Dibyaning B.(20)

Robert J. (21)

Jemima A. (20)

4

Shannes F. (21)

Stephanie I. (20)


Ilmu psikologi di Indonesia berkembang sejak tahun 1952 dan diperkenalkan oleh profesor dari Universitas Indonesia yang bernama Slamet Iman Santoso. Pada tahun tersebut, beliau ditunjuk sebagai ketua Jurusan Psikologi di Universitas Indonesia. Pada tahun 1960, Jurusan Psikologi berdiri sendiri sebagai sebuah fakultas dengan Slamet Imam Santoso sebagai dekan pertama, yang kemudian digantikan oleh Bapak Fuad Hassan (Priscilla, 2015). Fuad Hassan merupakan lulusan pertama Jurusan Psikologi pada tahun 1958.

Terdapat mitos-mitos yang tersebar di kalangan masyarakat mengenai mahasiswa psikologi dan ilmu psikologi. Mitos-mitos tersebut sebagai contoh dapat mengetahui secara langsung kepribadian seseorang, mahasiswa psikologi tidak mempunyai masalah (Primala, t.t.), prospek pekerjaan hanya seputar HRD atau menjadi guru bimbingan konseling (BK), psikolog sama dengan psikiater, atau lulus dari Jurusan Psikologi langsung menjadi psikolog (Purbowati, 2021). Contoh pembicaraan dari mulut ke mulut mengenai ilmu psikologi di Indonesia adalah penggunaan kata orang gila yang sering digunakan masyarakat untuk menyebut mereka yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Maharani, 2014).

Mahasiswa Psikologi tidak belajar untuk menjadi cenayang atau peramal. Mahasiswa psikologi belajar mengenai emosi dan sifat manusia yang sangat kompleks. Alih-alih membaca pikiran orang, mahasiswa Psikologi belajar tentang profil kepribadian, perilaku, ekspresi non-verbal, dan berbagai 'petunjuk' lain. Bukan asal tebak, dibutuhkan metode ilmiah, asesmen, prosedur, alat, atau tes psikologis berdasarkan teori-teori Psikologi untuk menilai keadaan seseorang (Purbowati, 2021). 5


Berbekal materi yang dipelajari selama kuliah, seorang Sarjana Psikologi dapat menerapkan ilmunya di berbagai sektor pekerjaan selama tetap berkaitan dengan aspek manusia. Sarjana Psikologi dapat menjadi seorang ahli riset, konsultan, maupun profesi-profesi lain yang berkaitan dengan psikologi. Untuk belajar ilmu psikologi di jenjang S1, seseorang membutuhkan waktu delapan semester atau empat tahun. Jika ingin menjalani profesi psikolog, seseorang harus melanjutkan jenjang kuliah. Dari mereka yang lulus kuliah Jurusan Psikologi, sekitar 25% melanjutkan kuliah ke jenjang pascasarjana. Kemungkinan besar persentase ini diisi oleh para psikolog klinis yang memang diwajibkan melanjutkan kuliah S2 Profesi Psikologi atau Magister Profesi (Mapro) Psikologi. Setelah bergelar M.Psi, seseorang baru bisa disebut sebagai Psikolog (Purbawati, 2021).

Pada dasarnya, seseorang yang masuk ke dalam jurusan psikologi dan mempelajari ilmu psikologi bukan seseorang yang dapat membaca kepribadian secara instan, membaca garis tangan, membaca pikiran manusia, atau dijadikan dukun. Seseorang yang mempelajari psikologi mendapatkan ilmu mengenai mental manusia sehingga bukan asal menebak saja dan memerlukan uji-uji tertentu sebelum mengambil keputusan diagnosis untuk mental seseorang.

Penulis : Benedicta Anita Puspa Dewi Remetwa (2019)

Editor : Caroline Ersalina Christie (2019)

Designer : Tobias Martua Nathanael Soeiono (2019) Andien Arlin Putri (2020)

Daftar Pustaka Priscilla. (2015, April 29). Sejarah psikologi indonesia. Diakses pada Desember 17, 2021, dari https://psychology.binus.ac.id/2015/04/29/sejarahpsikologi-indonesia/ Primala, D, A. (Tanpa Tahun, September 25). Ini 5 faktamitos seputar anak psikologi. Diakses pada Desember 17, 2021, dari https://pijarpsikologi.org/blog/ini-5fakta-mitos-seputar-anak-psikologi Purbowati, D.(2021, Maret 16). Mahasiswa jurusan psikologi konon katanya begini, loh!. Diakses pada Desember 17, 2021, dari https://akupintar.id/infopintar/-/blogs/mahasiswa-jurusan-psikologi-kononkatanya-begini-loh

6


OGT (OH GITU TOH?):

Kebanyakan orang berpikir bahwa psikolog, seperti peramal, dapat membaca pikiran yang sedang dipikirkan seseorang dan juga dapat secara pasti menebak tindakan-tindakan yang akan kita lakukan (Ria, 2013). Namun, hal tersebut adalah mitos.

Sebelum

memahami

perbedaan

antara psikolog dan peramal dengan lebih mendalam, kita harus memahami pengertian peramal dan psikolog terlebih dahulu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata peramal adalah orang yang melihat nasib orang dengan memakai pasir atau membaca kitab nujum untuk melihat nasib atau mengetahui apa yang akan terjadi (primbon, perhitungan, dan sebagainya). Peramal mungkin terlihat dapat meramal secara tepat, tapi sebenarnya ramalan mereka merupakan hal-hal umum yang hampir terjadi pada semua orang. Dalam psikologi biasa disebut dengan Barnum Effect atau Forer Effect. Apa itu Barnum Effect ? Barnum Effect adalah suatu fenomena psikologis ketika seseorang menganggap akurat deskripsi tentang diri mereka yang seolah dibuat khusus untuk mereka (Kathleen, 2016). Sebenarnya deskripsi ini sangat umum dan dapat berlaku untuk banyak orang. Misalnya, ramalan zodiak yang menyatakan bahwa orang dengan zodiak singa adalah orang yang tidak suka bila temannya melanggar janji. 7


Seorang psikolog adalah ahli dalam ilmu psikologi yang berfokus pada pikiran dan perilaku seseorang dan membaca karakteristik seseorang berdasarkan teori-teori dan observasi yang mereka dapatkan (Ria, 2013). Berbeda dari peramal, psikolog memiliki proses untuk ‘menebak’ perilaku maupun perasaan yang sedang dialami seseorang. Salah satu proses yang seringkali digunakan adalah memperhatikan pola perilaku yang tidak disadari. Hal kecil, seperti postur tubuh, gerakan, ekspresi wajah, kontak mata, nada dan volume suara, maupun penggunaan kata (Mary, 2019). Psikolog akan menggunakan tanda-tanda tersebut untuk menebak secara akurat perasaan seseorang dan perilaku yang kemungkinan besar akan dilakukan orang tersebut.

Seorang psikolog juga berkemungkinan besar menghafal pola perilaku yang sedang dialami seseorang (Mary, 2019). Jika seseorang sedang mengalami depresi atau PTSD, maka psikolog dapat menggunakan teoriteori yang sudah dipelajari untuk memprediksi pola pikir dan perilaku orang tersebut. Walaupun akurat, kita harus mengingat gagasan yang dimiliki seorang psikolog adalah sekadar prediksi berdasarkan pola dan teori, sehingga tidak pasti benar.

Dari kedua pemahaman tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa seorang peramal dan psikolog sangatlah berbeda. Seorang peramal dapat menduga nasib kita kedepannya dengan menggunakan metode yang terlihat manipulatif, sedangkan psikolog menganalisa dan memprediksi karakteristik berdasarkan teori dan pola. Walaupun hasilnya terlihat sama, peramal dan psikolog sangatlah berbeda.

Penulis : Nicholas Kho (2021) Robert Johannes Thianto (2021)

Editor : Caroline Ersalina Christie (2019)

8

Designer : Marvella Geraldine (2018) Andien Arlin Putri (2020)


OGT (OH GITU, TOH): “Lo kan anak psikologi, nggak pernah kena depresi dong karena udah belajar teori gangguan mental?”, “Lo kan anak psikologi, kalau ada konflik gampang ya bisa diselesaikan pakai teorinya Freud”. Kalimatkalimat di atas merupakan hal yang kerap didengar telinga mahasiswa psikologi. Sudah menjadi sebuah persepsi umum bahwa spesialisasi seseorang di bidang tertentu mencegahnya untuk mengalami atau setidaknya mengetahui cara mengatasi permasalahan di bidangnya (Shan, 2020). Tidak terkecuali di bidang psikologi. Dalam fakultas psikologi, setiap hari kita disuguhi berbagai macam teori. Mulai dari teori aktualisasi diri ala Maslow, operant conditioning oleh Skinner, ideal self menurut Rogers, dan masih banyak lagi. Tidak jarang pula teori-teori tersebut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengatasi permasalahan maupun meningkatkan kualitas hidup.

Kendati demikian, terdapat dua sisi dari sebuah koin. Satu hal yang sama dapat menimbulkan efek positif maupun negatif terhadap individu. Walaupun pemahaman terhadap teori-teori

tersebut

meningkatkan

memiliki

pengetahuan

dampak

untuk

positif,

seperti

menghadapi

kondisi

tertentu, juga terdapat dampak negatif di baliknya. Salah satunya

adalah

stigma

masyarakat.

Setelah

memiliki

seperangkat ilmu psikologi, mahasiswa psikologi dianggap selalu mampu menggunakan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah di kehidupannya. Anggapan tersebut mendorong pandangan “lo anak psikologi? nggak punya masalah, ya?” 9


Nyatanya, anggapan ini tidak selalu benar. Menurut survei American Psychological Association (2009, dalam Willyard, n.d.), 87% mahasiswa psikologi tercatat mengalami kecemasan, 68% menampilkan gejala gangguan depresi, dan 19% berpikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Pierceall & Keim (2007, dalam Thomas, Caputi, & Wilson, 2014) menambahkan bahwa 75% mahasiswa psikologi mengalami stres dengan level sedang dan 12% dengan level tinggi. Usaha yang mereka lakukan untuk mengatasi stres tersebut juga tidak selalu sehat. Pierceall & Keim (2007) menyatakan bahwa 39% mahasiswa psikologi menghadapi stres dengan mengkonsumsi alkohol dan 15% menggunakan obat-obatan narkotika.

Penulis : Maria Olivia Susilo (2020) Editor : Caroline Ersalina Christie (2019) Designer : Marvella Geraldine (2018) Andien Arlin Putri (2020)

Stigma “lo anak psikologi? nggak punya masalah, ya?” dapat membuat individu enggan untuk membuka diri mengenai masalahnya. Survei oleh American Psychological Association (2010, dalam Katsampa, 2019) menunjukan bahwa hampir 50% individu yang berkarir di area psikologi klinis yang memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya, tidak membuka diri mengenai permasalahannya kepada orang yang terpercaya atau bantuan profesional. Salah satu alasan utamanya adalah rasa malu mengenai pandangan orang lain, yakni stigma negatif akan seorang psikolog yang mengunjungi terapi (Garelick, 2012, dalam Katsampa, 2019).

Dengan demikian, masalah psikologis merupakan hal yang dapat dialami oleh semua orang. Menempuh edukasi dalam suatu bidang tidak menjadikan kita serba paham terhadap bidang tersebut. Walaupun mahasiswa psikologi, psikolog, dan individu yang berkarir di bidang psikologi telah menggali ilmu dan teori-teori yang dibutuhkan, semua orang dapat memiliki masalahnya dan berhak untuk meminta bantuan untuk mengatasinya. 10


OGT (Oh, gitu, toh) : “Lo Anak Psikologi? Mau Curhat!”

“Lo anak psikologi, ya? Mau curhat, dong!”. Inilah yang seharihari didengar mahasiswa psikologi saat berjumpa dengan teman sebaya ataupun keluarga. Sebagai mahasiswa psikologi, sering kali kita dianggap sebagai calon psikolog yang dapat didatangi untuk mendengarkan curhatan atau keluh kesah seseorang. Maka dari itu, mahasiswa psikologi sering dijadikan tempat curhat, terutama oleh teman-teman sebayanya, sehingga banyak yang bercerita mengenai kehidupan pribadi seperti masalah percintaan, pertemanan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Mahasiswa psikologi dituntut untuk menjadi pendengar yang baik sehingga orang-orang menganggap bahwa mereka dapat dijadikan tempat curhat kapanpun dan dimanapun. Memang benar, mahasiswa psikologi dibekali teknik-teknik yang relevan dalam menangani orang yang sedang curhat, salah satunya adalah active listening.

Active listening mengacu pada pola mendengarkan yang membuat kita terlibat dengan lawan bicara dengan cara yang positif (Cuncic, 2020). Hal ini dilakukan dengan mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian, melakukan parafrase dan merefleksikan kembali apa yang dibicarakan lawan bicara, dan tidak memberikan penilaian terhadap lawan bicara kita. Selain active listening, masih banyak teknik lainnya yang dipelajari mahasiswa psikologi. Tidak heran jika mereka menjadi sasaran teman sebayanya untuk dijadikan tempat untuk sekedar mengeluh ataupun bercerita karena dianggap berkompeten dalam mendengarkan atau bahkan menangani masalah orang lain. Walaupun begitu, butuh perjuangan yang keras dalam menimba ilmu, apalagi sampai ke tahap pemberian intervensi yang memang dilakukan oleh orang yang berkompeten seperti konselor atau psikolog.

11


Mahasiswa psikologi tidak cuma-cuma membaca teori dan langsung bisa mempraktekannya. Menurut Zi Orga (dalam Trisnowati, 2016), menjadi seorang konselor profesional saja membutuhkan proses belajar yang panjang dan berdasar pada pengalaman mereka dalam melakukan konseling. Tidak ada salahnya untuk curhat ke mahasiswa psikologi, namun perlu diketahui bahwa mereka masih berproses dan belajar. Selain itu, tidak semua mahasiswa psikologi memiliki minat di bidang konseling yang tugasnya mendengar curhatan orang lain. Ingat, ada banyak bidang dalam ranah psikologi, seperti psikologi industri organisasi, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya. Pastikan juga untuk curhat dengan cara yang sehat dan tidak membebani pendengar kita. Terdapat dua cara mengeluarkan emosi, perasaan, dan pikiran, yaitu venting dan emotional dumping. Venting adalah saat seseorang mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara verbal dengan cara yang sehat.

Sebaliknya, emotional dumping adalah bentuk dari venting yang cenderung toxic atau tidak sehat (Grove, 2021). Seseorang yang melakukan venting biasanya lebih bisa merefleksikan dirinya, fokus pada solusi, dan dapat menerima pandangan yang berbeda dari orang lain. Biasanya, hal ini terjadi secara positif apabila pendengar juga menunjukkan rasa empati dan melakukan active listening (Grove, 2021). Sedangkan, emotional dumping terasa lebih berat bagi pendengar. Seseorang yang melakukan emotional dumping cenderung menyalahkan orang lain, merasa menjadi korban, dan tidak terbuka pada solusi apapun (Orloff, 2017).

Editor : Caroline Ersalina Christie (2019)

Penulis : Karen Ardian (2019) Designer : Amira Yasmin (2020)

Sekarang, kita tahu apa perbedaan venting dan emotional dumping. Maka dari itu, sebagai orang yang ingin curhat, kita perlu mengekspresikan emosi kita dengan sehat dan menghargai pendengar kita agar komunikasi dan hubungan tetap terjaga dengan baik. Ingat bahwa anak psikologi juga manusia dan terkadang mereka juga membutuhkan teman bercerita. Oleh karena itu, yuk, lebih peka lagi saat curhat ke anak psikologi! 12


"STIGMA NEGATIF PSIKOLOG DAN BAGAIMANA CARANYA KE PSIKOLOG?" Penulis: Vincent Tjandera (2019) Designer: Yasinta Tiara Arnanda (2021) Editor: Caroline Ersalina Christie (2019)

Catatan Psikologi adalah organisasi yang bertujuan untuk membagikan ilmu terkait psikologi dan kesehatan mental kepada anak-anak muda di Indonesia secara umum. Awalnya, Catatan Psikologi hanyalah sebuah akun instagram yang dibuat pada Agustus 2017 oleh Jainal Ilmi, seorang psikolog klinis yang lulus dari Universitas Muhammadiyah Malang. Saat itu, Jainal Ilmi masih belajar sebagai mahasiswa, dan melihat minat anak muda Indonesia terhadap psikologi, akhirnya memilih untuk merekrut beberapa temannya dan mengembangkan organisasi tersebut (Catatan Psikologi, n.d.). Episode yang dibahas saat ini berjudul “Stigma Negatif Psikolog dan Bagaimana Caranya ke Psikolog?”. Episode ini sudah disiarkan sejak Maret 2020. Narasumber utama dalam podcast ini adalah Jainal Ilmi, yang pada saat itu sudah bekerja di bidang psikologi. Dalam podcast, “Kang Jay” membahas berbagai stigma yang umum muncul terhadap ilmu psikologi dengan fokus terhadap proses konseling. Pertama, terdapat pandangan bahwa psikologi hanya menangani orangorang yang “gila” atau memiliki gangguan mental serius. Padahal, ada banyak jenis gangguan psikologis dengan tingkat keseriusan yang beragam. Kang Jay menekankan bahwa setiap orang dapat memiliki masalah yang lebih ringan dan pergi ke psikolog karena merasa bingung bagaimana menghadapinya. Menurutnya, hal tersebut merupakan hal yang wajar dan baik saat kita datang ke psikolog dengan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan psikolog memang fokus untuk memodifikasi cara kita berpikir, bertindak, serta mengelola perasaan kita. Gangguan yang serius dan membahayakan diri justru membutuhkan penanganan psikiater dengan pemberian obat khusus. Ke-2, Kang Jay juga menyampaikan bahwa masalah yang kita anggap “mudah” sebetulnya bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius bila tidak ditangani.

13


Misalnya masalah mengelola perasaan setelah putus hubungan dengan pacar. Meskipun awalnya tidak mengganggu, tetapi bila tidak menemukan cara mengelola emosi yang baik, maka dapat berakhir dengan gangguan tidur dan gangguan makan, atau bahkan usaha untuk membunuh diri. Kang Jay sangat berharap agar para pendengar dapat mencoba ke psikolog meskipun merasa masalahnya belum serius, karena psikolog memiliki teknik khusus untuk membantu klien dengan masalah apapun. Ke-3, Kang Jay juga menceritakan adanya stigma dalam masyarakat bahwa “pergi ke psikolog hanya membuang uang”. Banyak orang menganggap masalahnya tidak selesai bila keluhannya hanya dibalas dengan berbagai pertanyaan, padahal sudah membayar uang untuk bertemu selama satu sesi. Stigma ini muncul dari perasaan kecewa karena banyak orang awalnya berharap masalahnya bisa selesai dalam satu sesi, padahal ini merupakan asumsi yang salah. Menurutnya, perlu dipahami bahwa psikolog memiliki kemiripan dengan dokter dalam hal ini. Untuk bisa membantu kliennya, psikolog perlu bertanya lebih detail mengenai masalah yang dihadapi, terutama pada sesi pertama. Sangat sulit untuk seorang psikolog bisa “menyelesaikan masalah” atau memberikan solusi setelah sesi pertama karena masalahnya belum dimengerti secara mendalam. Akar masalah pun bisa beragam dan tidak disadari oleh klien itu sendiri, misalnya berawal sejak lima tahun sebelum mengikuti sesi konseling. Dengan itu, konseling merupakan proses berkelanjutan dan tidak berakhir pada tahap assessment atau mencari informasi saja. Secara umum, topik yang dibahas pada episode podcast ini mengulas bagaimana seharusnya psikologi diterima oleh masyarakat umum. Melalui bahasan podcast ini, kita juga semakin memahami proses konseling. Mungkin saja ada beberapa di antara kita yang ragu untuk pergi mengikuti sesi konseling karena ada banyaknya stigma negatif dan miskonsepsi terkait konseling yang masih dipercaya oleh orang di sekitar kita. Melalui bahasan pada episode ini, semoga kita semua bisa lebih terbuka dan bersedia untuk mencari bantuan melalui proses konseling, ya! DAFTAR PUSTAKA: Catatan Psikologi. (n.d.). Tentang Kami. Diakses dari https://www.catatanpsikologi.com/tentang-kami/ Catatan Psikologi. (2020, Maret). Stigma negatif psikolog dan bagaimana caranya https://open.spotify.com/episode/5lwv1nL79JIUVAT5dNwUzV

14

ke

psikolog?

[Audio

Podcast].

Diakses

dari


TOPIK #1

Metamorfosis Psikologi : Awal. Tengah, Hari Ini Sejarah psikologi dimulai pada tahun 1879, yaitu saat Wilhelm Wundt membangun laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman (Irwanto, 2018). Dalam penelitiannya, Wundt menemukan bahwa pandangan individu berubah pada saat elemen pengaruh diubah. Penemuan Wundt menginspirasi Edward Titchener dalam menciptakan teori strukturalisme. Strukturalisme merupakan upaya untuk mendeskripsikan struktur pikiran, dalam hal ini termasuk sensasi, perasaan, dan gambaran. Selain strukturalisme, penelitian Wundt menginspirasi William James untuk menemukan fungsionalisme yang berfokus pada apa yang dilakukan pikiran daripada apa itu pikiran (Irwanto, 2018). Abad ke-18 dan 19, penemuan psikologi lebih berfokus pada sensasi. Dalam penemuannya, ada perbedaan besar antara persepsi psikologis dan rangsangan fisik. Hal ini terjadi karena persepsi tiap individu berbeda-beda. Kemudian, psikologi yang berfokus mengenai terapi mulai muncul sejak ditemukannya teori psikodinamika oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud merevolusionarisasi psikoterapi dengan metodenya yaitu menganalisis mimpi-mimpi dan kenangan (pengalaman masa kecil) para pasiennya. Pasien Freud kebanyakan adalah tentara yang baru saja mengalami trauma perang. Melihat hal ini, psikolog mulai memberikan psikoterapi sehingga terjadi

Penulis : Yustisia Krisnawulandari Putri (2020), Kathryn Sandrina (2021), dan Ariellah Sharon Mohede (2021) Editor : Caroline Ersalina Christie (2019) Designer : Irene Betzy Sugito (2020)

15

perkembangan psikologi klinis (Irwanto, 2018). Dalam era psikologi pertengahan, mulai muncul tokoh neo-freudian. Tokoh-tokoh ini menemukan teori lain yang berbeda, namun masih memiliki dasar dan asumsi yang sama dengan Freud. Beberapa tokoh neo-freudian yang menemukan teori dan sangat berdampak dalam ilmu psikologi zaman sekarang adalah Carl Jung yang membahas mengenai psikologi analitis. Selain itu, ada juga Erik Erikson yang menemukan teori psikososial dalam perkembangan manusia, Karen Horney yang mencanangkan psikologi feminisme, dan Erich Fromm yang mencanangkan psikoanalisis humanistis (Irwanto, 2018). Teori dan pemikiran yang ditemukan oleh tokoh-tokoh eo-freudian dapat mengembangkan aliran psikologi modern lainnya. Psikologi humanisme membahas tentang perkembangan positif manusia dalam hidup mereka (Mc Leod, 2015 dalam Irwanto, 2018). Dalam psikologi humanisme, Abraham Maslow menemukan bahwa manusia itu memiliki motivasi dalam perilakunya. Sementara itu, Carl Rogers mengembangkan teori personcentered yaitu teori yang membahas mengenai konsep diri manusia untuk mencapai aktualisasi diri (Feist & Feist, 2017).


Selain psikologi humanistik, aliran lain yang muncul dalam era pertengahan dalam psikologi kognitif yang membahas mengenai bagaimana proses mental manusia yang terjadi dalam pikiran rasional. Psikologi kognitif muncul karena ketidakpuasan terhadap teori behaviorisme yang ditemukan di awal-awal perkembangan psikologi (Irwanto, 2018). Tokoh yang terkenal dalam psikologi kognitif adalah Jean Piaget. Piaget menemukan tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari masa kanakkanak hingga dewasa. Penemuan Piaget masih digunakan hingga zaman sekarang (Irwanto, 2018). Di era sekarang, topik psikologi yang berkaitan dengan penyakit dan kesehatan mental sudah bukan hal yang asing lagi bagi sebagian besar orang. Informasi mengenai topik-topik tersebut dapat diakses di internet dengan mudah dan cepat. Kemudahan ini membuat masyarakat lebih bisa menerima, sensitif dan perhatian terhadap kesehatan mental, dan memungkinkan lebih banyak orang untuk mendapatkan pertolongan dan dukungan yang sesuai untuk merawat serta meningkatkan kesehatan mental mereka (Sarkis, 2021). Di sisi lain, banyak orang telah menyalahgunakan informasi yang mereka dapatkan di internet untuk melakukan selfdiagnosis (diagnosis diri) yang belum tentu benar (Pillay, 2010). Hal ini dapat memicu individu untuk menjalankan perawatan yang tidak sesuai. Ia bahkan dapat membagikan informasi yang menyesatkan di internet, yang kemudian dapat menjerumuskan orang lain untuk melakukan self-diagnosis yang salah juga (Pillay, 2010). Maka dari itu, konsultasi kepada seorang profesional masih sangat diperlukan untuk memastikan apabila seseorang benar-benar memiliki gangguan tertentu sehingga perawatan yang dilakukan sesuai. 16

Tentu kondisi pandemi Covid-19 telah banyak merubah bagaimana sesi konsultasi dijalankan, dimana banyak prosedur perawatan mental hanya dilaksanakan secara daring. Meskipun begitu, sudah ada beberapa studi yang telah melaporkan bahwa perawatan daring ternyata memiliki tingkat efektivitas yang sama dengan yang dilakukan secara tatap muka dalam menangani penyakit mental (Sarkis, 2021). Selain terapi daring, dapat dilakukan integrative therapy, yaitu bentuk psikoterapi yang menggabungkan berbagai alat dan pendekatan terapeutik secara ilmiah agar sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu yang menjalani perawatan. (Psychology Today Staff, t.thn). Dalam integrative therapy, terapis dapat mengetahui banyak faktor latar belakang yang dapat digunakan untuk menganalisa individu. Semakin berkembangnya zaman, psikologi telah bermetamorfosis mengikuti kebutuhan masyarakat. Mulai dari keinginan untuk mencari tahu mengenai pandangan individu hingga menjadi terapi yang dilakukan di zaman ini. Psikologi akan terus berkembang mengikuti zaman. Perkembangan psikologi tidak hanya sampai kepada titik ini, namun akan terus bermetamorfosis menjadi suatu ilmu yang dapat menjawab semua pertanyaan mengenai manusia dan perilakunya. Daftar Pustaka Feist, J. & Feist, G. J. (2017). Theories of Personality Ninth Edition. New York : McGraw-Hill Education Irwanto. (2018). Sejarah Psikologi Perkembangan Perspektif Teoretis. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Pillay, S. (2010, Mei 3). The Dangers of Self-Diagnosis. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/debunking-myths-themind/201005/the-dangers-self-diagnosis Psychology Today. (n.d.). Integrative Therapy. Diakses pada Desember 16, 2021, dari https://www.psychologytoday.com/us/therapy-types/integrative-therapy Sarkis, S. (2021, Feb 14). Online Therapy Just As Effective As In-Person Sessions. Diakses dari https://www.forbes.com/sites/stephaniesarkis/2021/02/14/onlinetherapy-just-as-effective-as-in-person-sessions/?sh=3fc8d8ba4659


OGT (Oh gitu, toh):

Psikologi di Era Pandemi Penulis: Audrey Allessandra (2020) Editor: Caroline Ersalina Christie (2019) Designer: Astari Arfiana (2020)

Seperti kita ketahui, pandemi COVID-19 yang sedang melanda telah memengaruhi gaya hidup semua orang dalam kesehariannya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan yang ditetapkan tahun 2020, pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar sehingga masyarakat tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan bebas dan harus dilakukan di rumah (KEMENKES, 2020). Tidak hanya itu, masyarakat hanya diizinkan untuk keluar rumah jika diperlukan. Hal ini diterapkan sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19. Walaupun pandemi ini diketahui memiliki pengaruh terhadap kondisi masyarakat secara fisik, ternyata pandemi juga berdampak besar kepada kondisi psikologis kita. Nyatanya, pandemi juga menimbulkan masalah psikologis.

konseling, baik secara tatap muka atau daring. Data yang diambil dari 194 psikolog di 27 daerah Indonesia menunjukkan adanya 14.619 kasus masalah psikologis di Indonesia (Ansori, 2020). Dari 14.619 kasus, terdapat enam jenis keluhan dan diagnosa masalah psikologis yang paling sering dialami. 1. Masalah belajar Keluhan yang paling umum adalah keluhan masalah belajar dari partisipan anak-anak dan remaja. Keluhan masalah belajar yang dialami seperti hambatan akibat suasana kurang kondusif, kurangnya arahan dari guru, serta beberapa guru kurang siap dalam melakukan pengajaran daring (Jannah, 2020). Masalah yang dialami berupa hambatan saat belajar dan dialami 27.2% dari partisipan.

Selama bulan Maret hingga 2. Keluhan stres Agustus 2020, tim satuan tugas Keluhan ke-2 yang paling Ikatan Psikologi Klinis Indonesia sering terjadi adalah keluhan melakukan pendataan terhadap mengalami gejala stres. individu yang mengikuti layanan Partisipan mengalami gejala 17


berupa perubahan suasana hati, mengalami gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan juga menjadi lebih mudah mengalami tantrum. Keluhan ini didapatkan dari partisipan dari semua kelompok usia dengan persentase 23.9%. 3. Keluhan kecemasan Keluhan kecemasan juga terjadi bersamaan dengan keluhan stres saat partisipan mengalami gangguan pikiran sehingga mengalami gangguan tidur. Keluhan ini dialami oleh partisipan dari semua kelompok usia sebesar 18.9%. 4. Keluhan mood swing Keluhan kecemasan juga terjadi bersamaan dengan keluhan stres saat partisipan mengalami gangguan pikiran sehingga mengalami gangguan tidur. Keluhan ini dialami oleh partisipan dari semua kelompok usia sebesar 18.9%. Mood swing atau perubahan suasana hati merupakan kondisi dimana seseorang mengalami perubahan emosi secara drastis, tidak terkontrol, dan impulsif (Adrian, 2019). Keluhan ini dilaporkan dialami oleh semua kelompok usia partisipan sebesar 9.1%. 5. Gangguan kecemasan Walaupun keduanya membahas kecemasan, terdapat perbedaan antara gejala cemas dan gangguan kecemasan. Seseorang yang mengeluh memiliki gejala cemas menunjukkan gejala yang terjadi secara sementara. Gejala cemas merupakan kondisi yang wajar jika tidak dialami secara terus-menerus. Gangguan kecemasan adalah gangguan mental dengan gejala mengalami rasa cemas yang 18

berlebihan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari individu (Mayo Clinic Staff, 2018). Sebanyak 8.8% persen partisipan melaporkan dan mendapat diagnosa gangguan ini. 6. Keluhan somatik Gangguan somatik adalah rasa sakit fisik yang bisa terjadi di berbagai bagian tubuh dan disebabkan oleh stres atau beban mental yang berat. Masalah ini dialami oleh 4.7% dari partisipan. Nah, setelah mengetahui tipe-tipe masalah psikologis yang semakin sering terjadi di era pandemi, kita perlu menjaga kesehatan mental serta fisik kita. Pandemi COVID-19 dapat membawa dampak yang buruk kepada kondisi psikologis kita (Imandiar, 2021), seperti meningkatkan rasa cemas, stres, menghambat kegiatan seharihari kita, dan bahkan bisa menjadi masalah yang lebih besar, seperti gangguan kecemasan. Sebagai upaya untuk menjaga kesehatan mental, kita dapat menyaring informasi yang kita baca untuk menghindari berita bohong yang menjadi sumber timbulnya rasa cemas dan berkomunikasi dengan kerabatkerabat terdekat. Jangan lupa juga luangkan waktu untuk diri sendiri, karena kesehatan psikologis sepenting kesehatan fisik kita.

DAFTAR PUSTAKA Adrian, K. (2019, 23 Mei). Kenali Penyebab dan Cara Mengatasi Mood Swing. Alodokter. https://www.alodokter.com/mo od-swing-tidak-selamanyanormal-kenali-tanda-tandanya Ansori, A. N. A. (2020, 15 November). Ikatan Psikolog: 14.619 Masalah Psikologis Tercatat Selama Pandemi COVID-19. liputan6. https://www.liputan6.com/healt h/read/4407289/ikatanpsikolog-14619-masalah-psikologi s-tercatat-selama-pandemicovid-19 Jannah, S. M. (2020, 20 Maret). Segudang Masalah Belajar dari Rumah karena Corona COVID-19. Tirto. https://tirto.id/segudangmasalah-belajar-dari-rumahkarena-corona-covid-19-eGqQ Mayo Clinic Staff. (2018, 4 Mei). Anxiety disorders. Mayo clinic. https://www.mayoclinic.org/dise asesconditions/anxiety/symptomscauses/syc-20350961 Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). http://hukor.kemkes.go.id/uploa ds/produk_hukum/PMK_No__9_T h_2020_ttg_Pedoman_ Pembatasan_Sosial_Berskala_Be sar_Dalam_Penanganan_COVID19.pdf Pane, M. D. C. (2020, 30 Januari). Gangguan Kecemasan Umum. Alodokter. https://www.alodokter.com/gan gguan-kecemasan-umum Pranita, E. (2020, 21 Oktober). 6 Masalah Psikologis yang Paling Banyak Muncul Akibat Pandemi Covid-19. Kompas. https://www.kompas.com/sains/ read/2020/10/21/080500923/6masalah-psikologis-yang-p aling-banyak-muncul-akibatpandemi-covid-19?page=all


Kata-Katanya: “Psikologi dari Mata Orang Lain” Penulis : Yustisia Krisnawulandari Putri (2020) Stephanie Imani Sigumonrong (2021) Kathlyn Sandrina (2021) Ariellah Sharon Mohede (2021) Prastyo Cakti Adiputramardianto (2021)

Editor: Caroline Ersalina Christie (2019)

Designer: Michael Keith Marshall (2019) Andien Arlin Putri (2020)

“Psikologi, menurut aku, cabang ilmu yang keren dan cakupannya luas banget, karena hampir seluruh subjek masuk ke dalam psikologi. Ilmu Psikologi pun secara dasarnya bisa dipahami semua orang dan dengan demikian dapat membuat orang-orang menjadi tidak menyepelekan gangguan mental, seperti stress dan sebagainya. Psikologi juga bisa membuat orang lebih aware dengan kondisi diri sendiri dan percaya kalau ada yang siap membantu.” Edith (FKIK 2019) “Menurut aku, ilmu Psikologi itu ilmu yang berpusat pada manusia, ilmu yang menganalisis bukan hanya perilaku atau mental manusia, tapi juga pikiran dan fisik manusia karena berkaitan satu sama lain, tidak bisa dipisahkan antara mental sama fisik. Ilmu ini bukan ilmu yang seperti rumus 1+1=2 atau yang langsung ada jawabannya, karena ilmu ini kompleks dan ada banyak faktor yang memengaruhi jiwa manusia.” Aretha (FT 2021) “Menurut aku, Psikologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari sifat manusia. Biasanya, seseorang yang belajar Psikologi itu akan menangani orang yang memiliki gangguan mental dan bisa membantu orang-orang tersebut agar lebih sehat secara mental.” Javier (FIABIKOM 2021) 19


“Psikologi berkaitan tentang mental dan pikiran yang akan memengaruhi kehidupan sehari-hari.” Rahel (FTP 2020)

“Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, yaitu meliputi tindakan, cara berpikir, kondisi mental, dan emosi yang dimiliki oleh manusia sebagai respon mereka terhadap lingkungannya.” Priskila (FTMM 2020) “Menurut aku, Psikologi itu merupakan ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tentang kesehatan mental manusia. Seseorang yang belajar Psikologi bisa menjadi psikolog dan pekerjaannya adalah memberikan konseling kepada mereka yang membutuhkan.” Della (FPB 2020) “Menurut aku, Psikologi itu ilmu yang belajar mengenai perilaku dan mental manusia. Psikolog pastinya orang-orang yang sudah mendalami psikologi dan kerjanya membantu orang yang membutuhkan pertolongan seperti terapi dan diagnosa penyakit mental.” Dylan (FEB 2020) “Menurut aku, Psikologi itu ilmu yang mempelajari mental, sifat, dan perilaku manusia, belajar memahami cara manusia berpikir, melakukan sesuatu, dan berinteraksi dengan sesama.” Angel (FTB 2021)

20


Penulis: Grace Noviana Yapto (2021) Editor: Caroline Ersalina Christie (2019) Designer: Abigael Zerren (2019)

Psikologi adalah studi ilmiah mengenai perilaku dan proses mental (psychology is the scientific study of behavior and mental process) (Papalia & Olds, 1985; Weber, 1992). Umumnya, kita mendengar bahwa dunia psikologi dikenal dengan metode penanganannya dalam memberikan bantuan konseling kepada seseorang yang mengalami suatu masalah. Dalam konseling tersebut, seorang ahli akan membantu dan mencarikan solusi dari permasalahan individu (Chaplin, 1999). Namun, apakah dunia psikologi hanya sebatas itu saja? Jawabannya, tentu tidak. Bidang psikologi memiliki beberapa kategori. Seorang psikolog tidak hanya bekerja pada bidang kesehatan mental saja. Berikut merupakan beberapa pekerjaan psikolog di berbagai bidang. Psikologi Klinis Definisi psikologi klinis menurut Asosiasi Psikologi Amerika (APA) merupakan ilmu pengetahuan, teori, dan praktek untuk memahami, memprediksi dan mengurangi maladjusment, disabilitas dan ketidaknyamanan yang menimbulkan masalah psikologis dalam perkembangan pribadi manusia (Sulistiyowati, 2021). Bidang psikologi ini memiliki peran untuk membantu seseorang dengan melakukan psikoterapi, melakukan penelitian, dan memberikan pengajaran di tingkat universitas. Psikologi Industri dan Organisasi Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) merupakan penerapan prinsip-prinsip dan metode-metode psikologi dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan perilaku manusia di tempat kerjanya (Berry & Houston, 1993). Bidang Psikologi Industri dan Organisasi ini nantinya akan berperan dalam memelajari perilaku karyawan di lingkungan kerja, terutama pada bagian rekrutmen. Selain itu, mereka juga akan membantu dalam meningkatkan keterampilan dan produktivitas individu di dunia kerja, sehingga dapat mencegah dan mengurangi permasalahan yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan. 21


Psikologi Sosial Menurut David O. Sears (1999), psikologi sosial merupakan ilmu yang secara sistematis berusaha untuk memahami perilaku sosial, yaitu cara mengamati orang lain, bagaimana orang lain bereaksi terhadap sesama, dan bagaimana sikap antar individu dapat saling memengaruhi dalam situasi sosial. Sebagai psikolog sosial, mereka bertanggung jawab untuk meneliti bagaimana sikap dan norma yang berlaku di masyarakat hingga mengamati hubungan inter dan intrapersonal pada suatu kelompok masyarakat.

Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan merupakan ilmu yang memelajari bagaimana seseorang belajar. Dalam bidang pendidikan ini, peran psikolog bertujuan untuk memberikan instruksi dan strategi dalam proses belajar mengajar (Dodi, 2016). Psikolog pendidikan akan banyak ditemui di sekolah, universitas, hingga kementerian pendidikan. Dengan adanya ilmu psikologi pendidikan, seorang pengajar akan memahami dan juga mengerti bagaimana cara mendidik murid-murid yang sesuai dengan tahap perkembangan, baik dari segi kognitif maupun emosi mereka (Mustika, 2019). Psikologi Forensik Psikologi forensik dapat diartikan sebagai semua bentuk pelayanan dan kajian psikologi yang dilakukan di dalam dunia hukum (Putwain & Sammons, 2002). Bidang ini merupakan ilmu yang sedikit berbeda dari bidang-bidang psikologi lainnya. Dalam tugasnya, orang-orang yang bergerak di bidang ini berperan untuk menganalisis suatu kasus secara psikologis dan memelajari karakter seorang tersangka, pelaku, maupun korban dalam suatu kasus. Dengan adanya psikolog forensik ini, penyidik akan lebih terbantu dalam memecahkan suatu kasus.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, terlihat bahwa ilmu psikologi tidak melulu tentang bidang kesehatan mental saja. Namun, psikolog juga dapat bekerja dalam bidang-bidang lainnya, seperti bidang pendidikan, industri dan organisasi, hingga ranah hukum. Maka dari itu, psikologi dapat disebut sebagai sahabat semua orang. DAFTAR PUSTAKA Adnan, I. Pengertian dan Sejarah Psikologi Industri dan Organisasi. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ADBI4410-M1.pdf Arifin, B. S. (2015). Psikologi sosial. http://digilib.uinsgd.ac.id/6298/1/Bambang%20Psikologi%20Sosial.pdf Armando, N. M. Pengertian Psikologi dan Psikologi Komunikasi. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/SKOM431703Dodi, N. (2016). Pentingnya guru untuk mempelajari psikologi pendidikan. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1). Hidayat, B. (2019). Konseling dan Kesehatan Mental. https://www.researchgate.net/profile/BahrilHidayat/publication/319978276_Konseling_dan_Kesehatan_Mental/links/59c4874c458515548f219ed4/Konseling-dan-Kesehatan-Mental.pdf Munandar, A. S. PENGERTIAN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI.https://www.academia.edu/download/66033986/PENGERTIAN_PSIKOLOGI_INDUSTRI_DAN_ORGANISASI.pdf Mustika.R, (2019). Apa Itu Psikolog? Inilah 5 Macam Jurusan Psikologi dan Tugasnya. https://www.golife.id/apa-itu-psikolog/ Sulistiyowati, A. (2021). Diktat Pengajaran Psikologi Klinis. http://digilib.iain-jember.ac.id/id/eprint/2959

22


Mengenal Emosi dalam Dunia Psikologi Melalui Film

O "TU

I S D N E I"

Sutradar a : Pete D octer Tanggal R il is : 18 Mei 20 1 5 (C a n n e s) 1 9 Ju n i 2 0 1 5 (A m e r ik a S e r ik a t 19 Agustu ) s 2 0 1 5 (I n d o n e s ia ) Durasi : 9 4 m e n it Asal Nega ra : Amer ik a S e r ik Bahasa : at In g g r is

Banyak orang mengasosiasikan emosi dengan marah. Padahal, emosi tidak sama dengan marah, lho! Marah adalah bagian dari emosi. Salah satu film animasi garapan Pixar, berjudul Inside Out, dapat membantu kita untuk memahami lebih lanjut mengenai emosi.

23

Penulis : Gabriela Brenda Nathania Sukmana (2020) Editor : Caroline Ersalina Christie (2019) Designer : Adinda Bunga Syahrani (2020)


Inside Out menceritakan tentang lima emosi dasar yang ada di dalam otak manusia, yang dalam film ini berada di dalam otak seorang anak berusia 11 tahun bernama Riley. Kelima emosi tersebut adalah bahagia, sedih, marah, takut dan jijik, yang digambarkan dengan karakter Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust. Mereka bekerja di dalam diri Riley untuk mengendalikan dan menentukan perasaannya. Riley adalah seorang anak yang ceria, sampai sesuatu terjadi ketika ia berusia 11 tahun, yaitu keluarganya harus pindah ke kota baru. Dari situlah, kelima emosi yang selama ini bekerja dengan baik mulai kacau. Mereka saling berebut untuk bisa mengendalikan perasaan Riley. Akibatnya, emosi Riley menjadi kacau dan hal tersebut memengaruhi perilakunya. Dampaknya, Riley menjadi anak yang pemurung dan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Singkat cerita, akhirnya emosi Riley berhasil bekerja kembali dengan baik dan Riley menjadi anak yang ceria lagi. Film Inside Out menggambarkan dengan baik bagaimana emosi bekerja di dalam diri manusia. Tidak hanya emosi, film ini juga menggambarkan bagaimana memori manusia bekerja. Dikemas dalam bentuk animasi yang sederhana tetapi menarik, film ini mempermudah penonton untuk mengerti apa yang disampaikan di dalamnya. Emosi harus bekerja bersamasama dalam mengendalikan dan menentukan perasaan seseorang, tidak bisa hanya satu jenis emosi saja yang melakukannya. Film ini mengingatkan dan mengajarkan kita untuk menerima setiap emosi yang ada di dalam diri kita.

24


internal

You belong in a sunset. Charming and strong, I know you think everything is wrong. The thing you want most in life is to see stars, right? Pick up your head, The world is falling out of sight. At the speed of light, Suddenly there are stars in the sky.

PENULIS : PRASTYO CAKTI ADIPUTRAMARDIANTO (2021) DESIGNER : BERNARDIA PUTRI AYUNINGTYAS (2020)

25


Pojok Seni Cerpen internal

Sarah merupakan sosok gadis yang cantik, ramah, dan periang. Siapa yang tidak mengenal sosoknya? Selain cantik dan memiliki kepribadian yang bagus, dirinya juga bisa dikatakan murid teladan dan cerdas di sekolahnya. Sarah memiliki sahabat dekat bernama Ranti. Tahun ini merupakan tahun terakhirnya di jenjang Sekolah Menengah Atas. Segala tugas dan tuntutan belajar untuk menghadapi Ujian Negara mulai Sarah rasakan di tahun ini. Begitu juga Ranti. Keduanya saling membantu untuk mengajari satu sama lain bagian pelajaran yang tidak mereka mengerti. Pada awalnya, semua berjalan baik dan lancar. Namun, hari demi hari, Ranti menyadari perubahan sikap Sarah. Ranti sadar bahwa Sarah semakin murung, tidak ada semangat untuk beraktivitas, dan hanya menjawab “nggak apa-apa, kok” ketika ditanya tentang perasaannya. Seperti jam istirahat saat ini. Sarah dan Ranti sedang duduk berdua di taman belakang sekolah sembari memakan makanan mereka. Namun, Sarah hanya mengaduk-aduk makanannya seperti tidak berniat memakan makanan yang ada di hadapannya.

Ranti yang mengamati sahabatnya itupun mengerutkan keningnya, "Sarah, kamu nggak makan?" Sarah tersentak dari lamunannya dan menatap Ranti yang duduk di seberangnya, "Ah, iya, ini aku makan." Sambil menyuapkan sedikit makanan ke mulutnya. "Kamu kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Ranti khawatir dengan perubahan dari sahabatnya kian hari semakin terlihat tidak bersemangat menjalani hari. "Enggak kenapa-napa kok aku, udah ah lanjut makan saja.", ucap Sarah tersenyum tipis pada Ranti seolah mengatakan semuanya baik-baik saja. Tetapi, lain halnya dengan Ranti yang menatap khawatir sahabatnya dan mau tidak mau melanjutkan makannya yang tertunda. Ketika pulang sekolah, Ranti sengaja ingin bermain di rumah Sarah sekaligus untuk membahas soal ulangan tadi. Ketika sedang membahas soal tersebut, Ranti merasa bahwa dirinya ingin buang air kecil.

26 Penulis : Yora Violetta Suparman (2020) Editor: Caroline Ersalina Christie (2019) Designer: Irene Betzy Sugito (2020)


Setelah mendapat izin dari Sarah, Ranti pun segera pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya. Ketika sedang berjalan kembali ke kamar Sarah, ia tidak sengaja bertemu dengan kedua orang tua Sarah yang sedang duduk sambil membahas sesuatu yang penting.

Mereka pun bertanya pada Ranti, berharap dapat mengetahui apa yang terjadi pada anaknya saat di sekolah. Ternyata, Ranti pun juga sama, ia hanya bisa mengatakan tidak tahu kepada orang tua Sarah karena juga tidak mengetahui apa penyebabnya.

Ranti yang melihat hal itu pun berjalan “Mungkin Om dan Tante bisa ajak cepat dan tidak lupa mengucapkan Sarah ke psikolog,” ucap Ranti. permisi ketika melewati kedua orang tua Sarah. Sebelum mengambil langkah lebih, “Hah? Ke psikolog? Hahaha.. yang mamanya Sarah memanggil Ranti untuk benar saja kamu, Ran, anak Om nggak mendekat. sampe segitunya kali.” Ucap Papa Sarah. Ranti hanya tersenyum sopan dan bertanya, "Iya, Tante, ada apa, ya?" “Iya, Ran, perasaan Om dan Tante nggak gimana-gimana sama dia, Mamanya Sarah tersenyum lembut dan mungkin dia cuman perlu waktu untuk mulai bertanya, "Tante mau bertanya menghadapi apa yang dihadapi dia mengenai Sarah. Akhir-akhir ini Tante sekarang.” lihat Sarah menjadi lebih pendiam dan murung. Apakah ada masalah di “Ranti mengerti, Om, Tante. Tapi, sekolahnya?" tidak ada salahnya juga Om untuk bawa Sarah ke psikolog. Mungkin ada hal "Tidak ada kok, Om, Tante. Semua yang nggak kita sadari dari Sarah yang berjalan baik-baik saja. Memang, saya membuat dia jadi kayak gini. Dengan juga merasakan perubahan dari Sarah dan adanya psikolog, dia bisa bantu kita saya juga tidak tahu penyebabnya apa." untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi Ranti nampak termenung ketika sama Sarah dan kasih tau ke kita juga menjawab pertanyaan dari Mama Sarah. gimana caranya buat kita, sebagai orang-orang terdekat Sarah, untuk Ternyata, bukan hanya dirinyalah yang bantuin dia melewati apa yang dia menyadari perubahan sikap Sarah, namun hadapi, Om.” kedua orang tua Sarah pun juga menyadari perubahan yang terjadi pada Mendengar perkataan Ranti, mereka sang anak. Ia menjadi jarang makan jadi berpikir bahwa ada benarnya bersama dan memilih untuk makan di perkataan dia. Meskipun selama ini kamar, sering terlihat murung, dan lebih mereka sering bercerita satu sama lain, banyak berkutat di kamar dibandingkan tetap ada hal yang tidak mereka yang biasanya. Mereka sangat khawatir mengerti tentang anak mereka. Meminta dengan perubahan sikap anak mereka. bantuan bukan berarti bahwa mereka tidak mengenal sang anak dengan baik,

27


tetapi tanda bahwa mereka ingin mengenal merasa hal yang sama, kamu jadi inget lebih dalam tentang Sarah dan ingin harus gimana.” Jelas Papa Sarah sambil membantu Sarah untuk bisa mengatasi memperhatikan raut wajah sang anak. kesulitan yang dihadapinya. Mereka pun setuju untuk mengajak Sarah ke psikolog. “Hmmm, iya juga ya. Akhir-akhir ini aku juga ngerasa ada yang ngeganjel di “Nak, sini, Papa sama Mama mau hati aku. Tapi aku pun nggak tau apa cerita.” panggil Mama Sarah. yang aku rasain. Mungkin dengan pergi ke psikolog, aku jadi tahu sebenarnya “Kenapa, Ma?” Sarah berjalan ke arah apa yang aku rasain. Makasih ya, Pa, kedua orang tuanya dan duduk di sebelah Ma, udah bantu aku untuk sadar dengan mamanya. apa yang aku rasain.” Sarah tersenyum tulus pada kedua orang tuanya. “Jadi gini, Mama sama Papa ngeliat kalau kamu akhir-akhir ini berubah banget. “Sama-sama, Nak, jangan lupa juga Kamu jadi lebih murung, raut wajahnya bilang makasih sama RantI. Kalau dia sedih terus, tapi sekali kita tanya kamu nggak saranin ke psikolog, mungkin cuman jawab ‘gapapa kok’. Jujur, kita kamu akan ada di perasaan ini lebih khawatir, Nak, Ranti juga sadar sama hal lama.” ucap Mama Sarah mengelus ini. Karena dia peduli sama kamu, dia puncak kepala sang anak. saranin untuk ke psikolog, siapa tau ketemu jalan keluarnya, Nak.” ujar Mama Sarah tersenyum senang. “Iya, Ma, Sarah dengan pelan, berharap anaknya pasti kok!” mengerti dengan ucapannya. Saat hari libur, orang tua Sarah Sarah mengusap tengkuknya dengan membawanya ke psikolog untuk canggung. “Hah? Aku nggak apa-apa kok, mencari tahu apa yang sebenarnya Ma! Aku cuman capek aja kok, kebetulan terjadi dengannya. Menurut psikolog, kan ini juga lagi di akhir kelas 12, biasa Sarah ternyata sedang mengalami lah banyak ujian.” burnout. Karena terlalu fokus dengan ujian-ujiannya, Sarah sampai tidak ada “Ha ha ha, iya, Nnak, Papa sama Mama waktu untuk sekadar mengistirahatkan tau kok kamu lagi banyak ujian. Tapi, badannya. Bahkan, untuk sekadar yang kali ini beda, Nak. Papa sama Mama menikmati waktu-waktu luang yang ada sadar kalau ada hal yang membuat kamu pun tidak. Biasanya, ia hanya memakai berubah banget dari yang biasanya. waktu tersebut untuk belajar dan belajar. Meskipun mungkin karena faktor lagi ujian, siapa tau ada hal lain yang Akhirnya, sang psikolog memberikan mengganggu kamu, tapi kamu nggak saran kepada Sarah tentang apa yang sadar. Nggak ada salahnya kamu coba harus ia lakukan jika sedang mengalami ngobrol sama psikolog. Hitung-hitung juga burnout. Seiring waktu berjalan, Ranti untuk mengenal dirimu sendiri lebih dan orang tua Sarah dapat melihat dalam. Jadi, kalau selanjutnya kamu senyum dan keceriaan Sarah kembali.

28


Pojok Seni Puisi eksternal

Retak

Kau datang kembali Tanpa patah kata Kau masuk relung hati Hati ini sudah lama hampa Tak masalah oleh pemiliknya Dulu hati ini kau campakkan Seakan tak berpunya perasaan Kau datang kembali Tanpa pernah terjadi apa-apa Membuat ternyaman dalam hati Lalu seakan ingin menghilang tanpa jejak Aku tak pernah siap berpisah Tapi kita ini apa?

Penulis : Brigitta Danastri Putri D (2021) Designer : Karina Berlianfa Herawati (2020)

29


Pojok Seni Puisi eksternal

POISONOUS In all form of poisonous love Yours truly evoke my soul And in all depth of chaos I manage to see your entire part of being Frantic attempts of asking “Have you ever considered leaving me?” Pathetic ways of apologizing “I am sorry for doing this again,” But sorry has just been words Meaningless, useless, overused Just like how you perceive me But still, I will --and always Crave for your presence inside of me

Penulis : Michelle Christy (2021) Designer : Karina Berlianfa Herawati (2020)

30


eksternal

Pojok Seni Cerpen Penulis : Kania Pratiwi (2021) Designer : Amira Yasmin (2020)

"Welcome to Sonomi!, Selamat berbelanja!” kata Akela dengan senyum termanisnya yang dipaksa. Sejujurnya, dia sudah muak bekerja di Sonomi, tapi dia punya alasan yang kuat untuk bekerja di sana. Hanya Sonomi yang mau menerima Akela yang tidak punya pengalaman kerja. Kalau dia tidak bekerja di Sonomi, Akela tidak akan bisa kuliah dan menghidupi adiknya, Andy. Setelah puluhan kali Akela mengatakan kata-kata terkutuk itu, Akela pun pulang setelah shift-nya selesai. Ia cepat-cepat keluar dari toko itu dan berjalan ke lobby untuk memesan ojek online untuk pulang ke rumah. Sebelum ia sempat memesan ojeknya, seseorang menepuk-nepuk pundaknya. “Misi, Mba. Mba yang tadi nyapa-nyapa di Sonomi, kan?” kata orang itu. “Hah? I-,“ kata Akela yang lalu terkaget dengan wajah lelaki itu. “Iya kan, Mba?” “I-iya, Mas. Kenapa, ya?"

“Oh, enggak. Saya cuman mau bilang suara Mba enak banget di denger, hehe,” jawab lelaki itu. “Ooh, saya pikir ada barang yang rusak. Ada apa ya, Mas? Eh, panggil gua Akela aja, jangan Mba.” “Oh, okei Key. Nama gua Lucas, panggil aja Luke, hehe. Lagi mau pulang, Key?” “Iya, nih lagi mesen ojol,” kata Akela sambal melambai-lambaikan ponselnya di depan wajah Luke. “Hmm, gua anter aja gimana?” tawar Luke. Akela pun terkejut karena mereka baru saja kenal. Bagaimana kalau ia diculik? Dijual? Dibuang? “Gak bakal gua culik kok, Key, haha. Yuk, mumpung lagi bawa mobil.”

31


“Setelah mereka sampai ke rumah Akela yang berpagar hitam, Luke langsung memarkirkan mobilnya di depan garasi Akela. Mereka pun masuk dan berpisah di dalam rumah Akela, Luke berjalan ke kamar mandi setelah menanyakan letaknya ke Akela dan Akela ke kamarnya untuk mengganti baju. Setelah selesai dengan urusannya, Luke langsung duduk di sofa di ruang tengah rumah Akela. Akela cantik banget, deh. Suaranya juga bagus. Duh, jadi naksir banget, deh, batin Luke.

Setelah 5 menit berlalu, Akela keluar dari kamarnya bersama dengan seorang lelaki yang terlihat lebih muda daripada Akela. Napas Luke langsung tercekam karena ia pikir ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk memiliki Akela. Ia sudah siap pulang dengan hati yang retak dan perasaan malu. Akela dan lelaki itu berjalan ke arah Luke dan mereka tersenyum kepada Luke. “Luke, Andy. Andy, Luke. Kenalin Luke, ini adek gua,” kata Akela sambil tersenyum. Andy merespons dengan menggerakgerakkan tangannya ke Akela dan Akela membalasnya dengan gerakan tangan pula. Luke tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan.

“Oh, Andy ini tuli. Tadi dia bilang salam kenal pake bahasa isyarat. Dia bisa baca gerak bibir lu kok, tenang aja,” kata Akela setelah dia melihat wajah Luke yang kebingungan. Wajah Luke malah terlihat kaget dan Luke langsung berdiri dan berbicara dengan nada yang berbeda dari sebelumnya. “Duh, Kel. Udah malem, nih. Gua balik dulu, ya. Byee,” kata Luke yang langsung berlari keluar dan masuk ke mobilnya. Hadeh, untung aja gua belom deketin dia. Mana gua tau adeknya tuli. Kalo dia nyantol sama gua, pasti nanti ngerepotin, kata Luke dalam hati. Luke langsung mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Tanpa rasa bersalah dalam hatinya.

32


Lagu "manusia kuat" oleh tulus Tulus, seorang musisi dengan suara lembut dan karyanya yang memikat orang, merilis lagu berjudul “Manusia Kuat”. Lagu tersebut rilis pada tanggal 27 April 2017 dengan Tulus sebagai penulisnya. Lagu-lagu Tulus memang dikenal sebagai karya yang membangkitkan dan menguatkan banyak orang. Tidak terkecuali lagu ini, lirik dari lagu “Manusia kuat” merupakan seruan untuk terus semangat menjalani hidup dan tidak pantang menyerah. Berikut sepotong lirik dari lagu “Manusia kuat” karya Tulus. Kau bisa patahkan kakiku Tapi tidak mimpi-mimpiku Kau bisa lumpuhkan tanganku Tapi tidak mimpi-mimpiku Kau bisa merebut senyumku Tapi sungguh tak akan lama Kau bisa merobek hatiku Tapi aku tahu obatnya Manusia-manusia kuat itu kita Jiwa-jiwa yang kuat itu kita Manusia-manusia kuat itu kita Jiwa-jiwa yang kuat itu kita Lagu “Manusia Kuat” memiliki makna yang cukup dalam, yaitu tidak ada satu orang pun berhak menghancurkan orang lain. Lirik dari lagu Tulus ini juga menekankan bahwa kita adalah manusia yang kuat. Dengan demikian, lagu ini merupakan media bagi Tulus untuk menyampaikan bahwa tidak masalah seberapa besar orang lain mencoba untuk mengganggu atau menghancurkan kita, kita pasti bisa melewatinya karena kita adalah manusia yang kuat.

33


REKOMENDASI PS GHT Dalam jurusan psikologi, mahasiswa belajar mengenai manusia, sifatnya, proses berpikirnya, interaksinya dengan sesama, dan lain sebagainya. Selama proses pembelajarannya, muncul beberapa kebiasaan yang bermanfaat dan dapat untuk diterapkan secara umum. Berikut merupakan empat kebiasaan mahasiswa psikologi yang dapat diikuti teman-teman, yaitu: 1. Mencicil tugas dan waktu belajar Kata “mencicil” mungkin kerap didengar oleh mahasiswa psikologi. Jika ditanya mengenai cara untuk dapat bertahan di jurusan psikologi, maka kebanyakan mahasiswa psikologi akan menyarankan untuk mencicil tugas dan materi yang harus dipelajari. Walaupun terdengar sepele, tapi cara ini memang mujarab. Sudah terbukti bahwa mencicil dalam belajar membuat memori terhadap pelajaran tersebut menjadi lebih kuat daripada menghafal semuanya dalam semalam (Kornell, 2009). 2.Menilai sesuatu dari berbagai perspektif Karena manusia adalah makhluk yang kompleks, tentu sulit untuk dapat menilai perilakunya hanya dari satu sudut pandang saja. Dengan mempelajari bermacam teori mengenai proses berpikir, perkembangan, serta faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, kita jadi tahu bahwa sebuah perilaku yang sama pun dapat disebabkan oleh alasan yang berbeda-beda, sehingga kita tidak langsung menilai sesuatu sebelum memikirkan berbagai kemungkinan lainnya. Kebiasaan untuk melihat berbagai perspektif ini membantu kita menemukan solusi yang kreatif, terutama saat bernegosiasi (Galinsky et al., 2008), serta menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial yang baik (Wang et al., 2014). Penulis : Angel Putri (2021) Editor : Caroline Ersalina Christie (2019) Designer : Yasinta Tiara Arnanda (2021) Andien Arlin Putri (2020)

34


REKOMENDASI PS GHT 3.Berempati Berlanjut dari poin sebelumnya, dengan terbiasa melihat sesuatu dari berbagai macam perspektif, termasuk dari perspektif orang lain, empati kita juga akan meningkat (Cooke et al., 2018). Kita menjadi lebih terbiasa untuk berusaha memahami perasaan dan perilaku seseorang.

4.Kritis dan teliti Hal yang satu ini menjadi kebutuhan utama mahasiswa psikologi dalam pengerjaan tugas, contohnya pembuatan makalah. Dari latar belakang hingga kesimpulan, sumber yang digunakan harus dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, dalam mata kuliah konstruksi tes misalnya, mahasiswa psikologi juga dituntut untuk menjadi kritis dan memastikan bahwa alat ukur yang dibuat benar-benar dapat menjadi tolak ukur yang baik. Dengan terbiasa untuk berpikir kritis, cara pandang kita terhadap dunia jadi lebih luas. Kemampuan kita untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan penting juga meningkat (Murawski, 2014). Itulah beberapa kebiasaan mahasiswa jurusan psikologi yang bermanfaat, baik secara akademis maupun umum. Semoga kalian dapat menerapkannya dan merasakan manfaatnya!

DAFTAR PUSTAKA: Cooke, A. N., Bazzini, D. G., Curtin, L. A., & Emery, L. J. (2018). Empathic understanding: Benefits of perspective-taking and facial mimicry instructions are mediated by self-other overlap. Motivation and Emotion, 42, 446–457. https://doi.org/10.1007/s11031-018-9671-9 Galinsky, A. D., Maddux, W. W., Gilin, D., & White, J. B. (2008). Why it pays to get inside the head of your opponent: The differential effects of perspective taking and empathy in negotiations. Psychological Science, 19(4), 378–384. https://doi.org/10.1111/j.1467-9280.2008.02096. Kornell, N. (2009). Optimising learning using flashcards: Spacing is more effective than cramming. Applied Cognitive Psychology, 23(9), 1297-1317. https://doi.org/10.1002/acp.1537 Murawski, L. M. (2014). Critical Thinking in the Classroom. . .and Beyond. Journal of Learning in Higher Education, 10(1), 25–30. Diambil dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1143316.pdf Wang, C. S., Kenneth, T., Ku, G., & Galinsky, A. D. (2014, January 22). Perspective-Taking Increases Willingness to Engage in Intergroup Contact. PLOS ONE. https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0085681

35


NDASI PSYGH E M O K T RE

PLAYLIST Di Indonesia, banyak beredar mitos-mitos tentang bagaimana orangorang yang mempelajari bidang psikologi mampu membaca pikiran, menyelesaikan semua masalah, menghipnotis, lulus sebatas menjadi HRD atau guru BK, dan sebagainya (Purbowati, 2021; Radiasi Psikologi, 2020). Ada juga yang menganggap bahwa ilmu psikologi tidak ilmiah (Radiasi Psikologi, 2020). Melalui playlist ini, Tim Redaksi PSYGHT merekomendasikan beberapa video YouTube yang menyajikan informasi mengenai ilmu psikologi, prospek kerja jurusan psikologi, dan bagaimana kehidupan mahasiswa psikologi sebenarnya. Playlist ini dirancang khusus agar dapat membantu teman-teman untuk terhindar dari kesalahpahaman yang mungkin terjadi dan meluruskan anggapan-anggapan yang masih belum tepat mengenai bidang psikologi. Dengan itu, mitos dan stigma mengenai ilmu psikologi di Indonesia dapat semakin berkurang.

DAFTAR PUSTAKA Purbowati, D. (2021, Februari 27). Mahasiswa jurusan psikologi konon katanya begini, loh! Aku Pintar. https://akupintar.id/infopintar/-/blogs/mahasiswa-jurusanpsikologi-konon-katanya-begini-loh Radiasi Psikologi. (2020, Desember 21). Psikologi bisa baca pikiran orang?!? Seputar mitos psikologi (part 1). KoalaHero.com Konten Ideal Untuk Pribadi Muda Dinamis. https://www.koalahero.com/psikologibisa-baca-pikiran-orang-seputar-mitospsikologi-part-1/#

36

i : lis utr nu l P e e P g An 21 20

r: ris ito ine h Ed rol na C i a C sal Er 19 20

r: ea ne ia sig enc leth e D ur O La shy An 21 20 tie


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.