BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
1
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK PERISET DATA
:
MASNUN MAS’UD
PENULIS
:
EDDY KARNA SINOEL
PENYUNTING
:
FOTOGRAFER
:
EDDY KARNA SINOEL MASNUN MAS’UD I NYOMAN BUDHIANA
PRACETAK
:
MAHIRUN MAHYUN
CETAKAN KEDUA, 2006
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG PENERBIT: PT NEWMONT NUSA TENGGARA SUMBAWA BARAT www.newmont.co.id ptnnt.public.relation@newmont.com
2
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
3
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................... KATA PENGANTAR .................................................... UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................
ii vi x
WACANA BATU HIJAU ....................................................
1
CERITA SUDUT DESA Sketsa Petani .................................................... Wajah Pendidikan .................................................... Potret Kesehatan .................................................... Catatan Perjalanan ....................................................
9 19 27 35
BATU HIJAU TENTANG SEBUAH TAMBANG Era Tambang .................................................... Community Development .......................................... Sebuah Komitmen ....................................................
45 59 69
BATU HIJAU PEDULI SESAMA Revitalisasi Pertanian ................................................ 81 Human Development ................................................. 95 Membenahi Infrastruktur .......................................... 111 Mempertajam Motivasi .............................................. 121 BATU HIJAU MERETAS KEHIDUPAN Geliat Jereweh .................................................... Gairah Sekongkang .................................................... Magnet Maluk .................................................... Fokus Benete .................................................... Harapan Belo .................................................... Kegigihan Goa .................................................... Kiprah Beru ....................................................
4
131 149 165 177 185 193 199
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK Kebanggaan Sekongkang Bawah ............................. Keuletan Sekongkang Atas ........................................ Optimisme Tongo .................................................... Tekad Aik Kangkung ................................................. Potensi Tatar ....................................................
207 215 223 231 239
BATU HIJAU MENATAP MASA DEPAN Adam, Sebuah Keteladanan ...................................... Menuju Kemandirian ................................................. Lisensi Sosial .................................................... Titik Pandang .................................................... Kata Mereka ....................................................
247 255 263 269 277
DATA PUSTAKA
.................................................... 283
5
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
6
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
KATA PENGANTAR D ESA T ANPA D ISADARI BANYAK MEMBERI PELAJARAN K EHIDUPAN ADA K ETELADANAN DI SANA
B
ATU
HIJAU DULU, KINI DAN ESOK adalah buku
berisi rekam jejak anak negeri dari sudut-sudut desa yang sekarang mulai menggeliat setelah bertahuntahun lamanya hidup dalam keterbatasan. Ini adalah sebuah catatan perjalanan. perjalanan menelusuri desa-desa, berdialog dengan petani, nelayan, pengrajin, pengusaha kecil, anak-anak muda penuh kreatif, siswa, guru, dokter serta mereka yang menyintai desa dan masyarakatnya. Ada kilas balik. Dulu, Kini dan Esok. Cerita lama adalah penggalan sejarah lampau. Namun ia menjadi sejarah kini. Dan sejarah kini akan menjadi pula sejarah esok Itulah yang ingin disampaikan dalam kumpulan rekam jejak dan catatan perjalanan ini. Lihatlah desa-desa itu. Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Aik Kangkung, Tatar serta Goa, Beru, Belo, Maluk dan Benete. Kegairahan warga terlihat di sana. Prakarsa anak-anak desa terus tumbuh. Mencoba mengambil peran dalam kehidupan desa. Proses kreatif yang penuh optimisme. Di sepanjang jalan Aik Kangkung menuju Tatar, siswa berseragam nampak bersemangat pergi ke sekolah, sementara seorang dokter di Maluk dengan bangga menyatakan malaria di sini tidak lagi menjadi penyakit yang menakutkan. Ada petani di Benete bercerita tentang keberhasilan menanam bawang merah. Guru di Sekongkang Bawah bertutur tentang prestasi siswa, siswa bicara tentang cita-cita, sementara seorang warga Desa Sekongkang Atas mengisahkan kemajuan koperasinya. Dari Tongo, ada tokoh 7
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
masyarakat yang bangga dengan kemajuan desanya, sedangkan seorang petani Tatar merasa optimistis dengan potensi gaharunya cukup menjanjikan. Keberhasilan budidaya System of Rice Intensification (SRI) diceritakan petani dari Aik Kangkung dan Sekongkang Bawah, sedangkan petani di Goa berhasil mengelola bisnis kopra. Lihat pula kisah mahasiswa asal Belo yang mendapat beasiswa atas prestasinya. Inilah wajah lingkar tambang. Secara nyata yang tampak sekarang adalah kegairahan Sekongkang dan menggeliatnya Jereweh, dua kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat yang tengah memacu pertumbuhan dan pemberdayaan warga desa. Inilah rekam jejak yang ingin disampaikan dalam buku ini. Banyak pelajaran bahkan teladan yang bisa dipetik ketika rangkuman data dicari langsung ke desa-desa yang kini sedang mengalami perkembangan itu. Suguhan fakta dari sebuah proses pemberdayaan, pengembangan dan pembangunan masyarakat yang tengah terjadi saat ini. Pada posisi itulah buku BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK ini disusun. Disusun dari fakta lapangan yang dituangkan dalam kalimat-kalimat bertutur. Tujuannya sederhana, ingin memberikan gambaran utuh dan sesungguhnya dari kehadiran sebuah program besar yang disebut Community Development (ComDev) sebagai prakarsa Newmont Batu Hijau yang dalam putaran waktunya hingga sekarang telah memberi nuansa pertumbuhan dan perkembangan bagi kehidupan di desa-desa lingkar tambang. Dan disadari sepenuhnya bahwa belum semua sisi-sisi kehidupan penduduk desa lingkar tambang terangkum dalam buku ini. Tentu masih ada catatan-catatan keberhasilan dari warga desa lainnya yang belum terangkat. Atau, mungkin juga ada pandangan-pandangan lain yang kebetulan saja
8
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
berbeda. Biarkanlah warna-warni itu menjadi bagian dari kehidupan. Karena sesungguhnya ia adalah juga sisi lain dari persahabatan. Buku BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK diterbitkan oleh Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau. Apakah ada pesan yang ingin disampaikan? Ada. Hanya sepenggal kalimat, “Bahwa desa tanpa kita sadari banyak memberi pelajaran kehidupan�. Lingkar Tambang, Agustus 2005 EDDY KARNA SINOEL TENTANG PENULIS EDDY KARNA SINOEL adalah seorang wartawan senior di Nusa Tenggara Barat. Karir jurnalistiknya dirintis di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA sejak tahun 1990 hingga sekarang. Ketika menjadi mahasiswa di Bandung, ia banyak menulis artikel politik, seni budaya dan aktivitas kemahasiswaan di berbagai media cetak, seperti Merdeka, Sinar Harapan dan Pikiran Rakyat di samping menjadi Pemimpin Redaksi Koran Kampus Socio. Pendidikan formalnya diselesaikan pada jurusan Hubungan Internasional Fakultas Sosial Politik (Sospol) Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung. Sementara pendidikan jurnalistiknya diperoleh dari Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA (LPJA) Jakarta. Pernah bertugas sebagai wartawan LKBN ANTARA Biro Denpasar (Bali) tahun 1990-1996 kemudian sejak 1996 hingga sekarang menjadi Kepala LKBN ANTARA Biro Mataram (NTB). Pengalaman jurnalistiknya antara lain liputan peristiwa politik nasional di Jakarta serta liputan di Dili (Timor Timur) ketika terjadi penangkapan dan persidangan Xanana Gusmao. Sementara liputan luar negeri yang pernah dilakukannya adalah ke Hong Kong, Singapura dan Malaysia. Beberapa kali mendapat penghargaan untuk karya jurnalistik baik selama bertugas di Bali maupun NTB. Sementara di bidang keorganisasian, ia sekarang menduduki jabatan Wakil Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Nusa Tenggara Barat. Sebagai orang yang berpengalaman di bidang jurnalistik, ia sering menjadi pembicara pada pelatihan jurnalistik untuk kalangan wartawan dan mahasiswa. Berbagai pengalaman jurnalistik yang telah dijalaninya ini tidak terlepas dari dukungan penuh istri tercintanya seorang dokter dan dua putrinya yang memberi apresiasi terhadap profesi kewartawanannya.
9
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
10
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
UCAPAN TERIMA KASIH SEBUAH PROSES PANJANG TELAH DILAKUKAN UNTUK MENYUSUN BUKU BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
B
anyak narasumber yang diwawancarai untuk mengetahui fakta lapangan tentang program Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau di desa-desa lingkar tambang. Fakta-fakta inilah yang kemudian menjadi bahan dalam penyusunan buku BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK ini. Karena itu, sepantasnya pada kesempatan yang baik ini disampaikan ucapan terima kasih kami dari nurani paling dalam kepada narasumber : PETANI, PENGRAJIN, PEDAGANG KECIL PENGOJEK, PENGURUS KOPERASI PENGUSAHA KECIL, DOKTER PUSKESMAS BIDAN PUSTU, GURU, SISWA, PEMUDA K REATIF AKTIVIS K EMASYARAKATAN, TOKOH MASYARAKAT PARA K EPALA DESA C AMAT J EREWEH C AMAT SEKONGKANG C AMAT TALIWANG
Dan atas terbitnya buku ini, ucapan terima kasih disampaikan pula kepada para sahabat dari NEWMONT BATU HIJAU Semoga Allah SWT memberkahi semua niat baik kita Amin .
11
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
12
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
WACANA BATU HIJAU PARTISIPASI SELURUH MASYARAKAT ADALAH STRATEGI UNTUK MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN
D
an strategi itu, kata E d g a r Owens dan R o b e r t Shaw, dua ahli ekonomi d a r i Amerika Serikat (AS), menampilkan kebijakan di mana massa (masyarakat) atau disebut sebagai produsen kecil, seperti petani, pengrajin, pengusaha kecil, diikutsertakan dalam pembangunan agar gerak pembangunan tersebut tetap memiliki nilai-nilai sosial serta bernilai ekonomis bagi kehidupan rakyat. Jika strategi ini menjadi filosofi pembangunan, maka akan memungkinkan produsen kecil untuk meningkatkan pendapatan lewat usahanya sendiri dan menciptakan cukup banyak lapangan kerja. Suatu kebijakan yang lebih adil dan dapat mengurangi tingkat kesulitan hidup rakyat di samping mempercepat penciptaan lapangan kerja baru.
Konstruksi proyek Batu Hijau menghabiskan dana 1,8 Miliar dolar AS dan melibatkan 17.000 tenaga kerja
13
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Sementara ahli ekonomi dari Indonesia, Profesor Mubyarto, memandang peranserta aktif dan produktivitas masyarakat harus terus diupayakan untuk menumbuhkan kemandirian yang dapat mengatasi sendiri masalah kehidupannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui proses pemberdayaan yang antara lain mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, penyediaan modal kerja serta penciptaan peluang dan kesempatan berusaha. Melalui jalur pendekatan tersebut masyarakat dengan kekuatan sendiri diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraannnya secara memadai dan berkelanjutan. Merujuk pada pendapat para ahli ekonomi tersebut nampaknya ada pesan yang ingin disampaikan ketika derap pembangunan tengah dilakukan. Bahwa upaya untuk lebih memberdayakan masyarakat berkait erat dengan aspek pengembangan sumber daya manusia, penyediaan lapangan kerja serta menciptakan peluang dan kesempatan berusaha. Pesoalannya sekarang adalah, apakah ada ruang-ruang bagi masyarakat untuk berprakarsa itu tercipta agar rakyat bisa lebih mampu mengatasi masalah kehidupannya
Pada tahun 2000 Newmont Batu Hijau mulai melakukan operasi penambangan
14
Adalah Newmont Batu Hijau pada sekitar tahun 1986 memulai eksplorasi di perut bumi bagian barat daya Pulau Sumbawa yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Eksplorasi tersebut berlangsung selama empat tahun, dan baru pada tahun 1990 para ahli geologi menemukan cebakan tembaga forfiri yang kemudian diberi nama Batu Hijau untuk dikelola dan dikembangkan lebih lanjut. Enam tahun setelah dilakukan kajian teknik dan lingkungan sejak ditemukan cebakan tembaga forfiri, Newmont Batu Hijau tahun 1996 memulai pembangunan konstruksi proyek pertambangan tersebut. Investasi yang dikeluarkan untuk untuk pembangunan proyek Batu Hijau tersebut menghabiskan dana
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
sekitar 1,8 Miliar dolar Amerika Serikat (AS) dengan melibatkan lebih kurang 17.000 tenaga kerja lokal, tenaga kerja dari daerah-daerah lain di tanah air serta para ahli dari luar negeri. Pada tahun 2000 Newmont Batu Hijau mulai melakukan operasi tambang di wilayah yang berada atau berdekatan dengan sedikitnya dua kecamatan, Sekongkang dan Jereweh. Dan setidaknya ada sepuluh desa yang disebut sebagai desa-desa lingkar tambang menjadi mitra terdekat perusahaan pertambangan ini, yaitu Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Aik Kangkung (SP-1) dan Tatar (SP-2) yang masuk Kecamatan Sekongkang, serta Desa Maluk, Benete, Belo, Beru dan Goa berada di wilayah Kecamatan Jereweh. Wajah perubahan sejak masa konstruksi Newmont Batu Hijau dilakukan hingga memasuki masa operasional tambang sekarang ini nampaknya sedikit banyak harus diakui bahwa perubahan tengah terjadi di desa-desa lingkar tambang tersebut. Perubahan menuju kemajuan dan perbaikan kesejahteraan hidup warga desa melalui apa yang disebut oleh para ahli ekonomi tadi sebagai upaya penguatan kemandirian masyarakat dengan pengembangan sumberdaya manusia serta menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha. Jika kemudian Newmont Batu Hijau dalam operasionalnya sekarang ini, seperti yang disebutkan dalam program pengembangan masyarakat atau Community Development (ComDev), menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan, menjalin kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat, maka sesungguhnya ruang-ruang seperti itu mulai terlihat secara kasat mata di desadesa lingkar tambang. Program pengembangan masyarakat yang disusun Newmont Batu Hijau, yaitu pembangunan infrastruktur, kesehatan
Community Devlopment (ComDev) adalah ujung tombak Newmont Batu Hijau memberdayakan masyarakat lingkar tambang
15
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
masyarakat, pendidikan serta pertanian dan pengembangan usaha berskala kecil, adalah langkah strategis dan bermakna mendalam manakala upaya pember-dayaan masyarakat tengah dilakukan untuk menuju kemandirian penduduk desa. Pandangan Owens, Shaw dan Mubyarto mengenai partisipasi masyarakat setidaknya mulai terlihat di desa-desa lingkar tambang. Ada pengembangan sumberdaya manusia, ada penciptaan lapangan kerja dan ada peluang berusaha. Pembinaan dan pelatihan sumberdaya manusia, mulai dari petani, pengrajin serta pekerja-pekerja sektor informal lainnya, tumbuhnya usaha-usaha berskala lokal pedesaan yang terkadang mampu melewati batas-batas wilayah serta terciptanya peluang berusaha melalui apa yang disebut sebagai Prakarsa Bisnis Lokal merupakan kata kunci dalam upaya mencapai kemandirian masyarakat. Inilah yang tampak di desa-desa lingkar tambang saat ini, bahwa tumbuhnya berbagai prakarsa untuk menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha disertai dengan kegairahan penduduk desa turun ke sawah, ladang, melaut menangkap ikan serta bekerja di sektor informal mencerminkan terus tumbuhnya partisipasi mayarakat menuju kemandiriannya.
Wajah desa-desa lingkar tambang kini mengalami perubahan signifikan Ada pertum buhan dan perkembangan perekonomian masyarakat
16
Tidak pula bisa diabaikan bahwa partisipasi masyarakat desa yang semakin tumbuh untuk meningkatkan kesejahteraannya berhubungan erat dengan semakin berkurangnya beban warga desa untuk memperoleh berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhan yang langsung menyentuh aspek kehidupannya, seperti pemenuhan pangan, sandang, kesehatan dan pendidikan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa telah terjadi kemitraan yang kuat antara penduduk desa dengan Newmont Batu Hijau dan pemerintah daerah dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
menuju kemandiriannya. Yang terlihat secara kasat mata sekarang ini adalah komitmen tinggi Newmont Batu Hijau serta kegairahan masyarakat setiap desa untuk berprakarsa atau mengambil peran aktif dalam pembangunan di pedesaan. Pada tataran ini apa yang disebut dengan paradigma baru dalam pembangunan yang harus melibatkan masyarakat secara luas untuk mengambil prakarsa paling tidak sudah nampak di desa-desa lingkar tambang dalam Kecamatan Sekongkang dan Jereweh, bahkan telah pula melintasi batas-batas wilayah dan provinsi. Lihatlah desa-desa di lingkar tambang sekarang ini. Warga desa terserap sebagai tenaga kerja di perusahaan tambang, hasil pertanian meningkat, pendidikan terjamin, kesehatan terlayani, infrastruktur dibangun, sementara peluang usaha tumbuh dan berkembang. Atau, seperti diungkapkan sejumlah penduduk desa sendiri, “Meskipun kami tidak bekerja di Newmont Batu Hijau, tetapi kami bisa terserap di sektor-sektor informal lainnya karena peluang usaha tumbuh di desa-desa ini�. Sebuah pesan yang bermakna mendalam.
Newmont Batu Hijau mengedepankan kemitraan bersama masyarakat dan pemerintah
Wacana ini tidak memiliki pretensi untuk menyatakan bahwa apa yang terjadi di kawasan Batu Hijau sekarang ini adalah kesempurnaan atau sesuatu yang sudah sempurna. Bahwa masih perlu ditingkatkan berbagai program yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat di desa-desa lingkar tambang, adalah sesuatu yang akan terus dilakukan di masa-masa mendatang. Tetapi setidaknya apa yang terlihat di desa-desa lingkar tambang sekarang ini sedikit banyak menunjukkan hasil kerja keras antara masyarakat bersama Batu Hijau dan pemerintah melalui konsep kemitraan dan persahabatan. Sejatinya, itulah komitmen Batu Hijau untuk masyarakat desa.
17
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
18
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
CERITA SUDUT DESA SKETSA PETANI WAJAH PENDIDIKAN POTRET KESEHATAN CATATAN PERJALANAN
19
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
20
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
SKETSA PETANI DELAPAN HINGGA SEMBILAN BULAN PENDUDUK DESA TERPAKSA MAKAN GADUNG SERAMPING (SAGU) ATAU PISANG HASIL PANEN PADI CUKUP TIGA ATAU EMPAT BULAN
K
ehidupan masyarakat di desa-desa yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Sekongkang dan Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, hingga menjelang dasawarsa 1990-an masih memprihatinkan dan menghadapi berbagai kesulitan. Sektor pertanian yang diharapkan bisa menopang hidup para petani belum mencukupi, karena lahan pertanian yang ada hanya bisa ditanami sekali setahun. Hasilnya masih sangat sedikit, dan tidak jarang pula mengalami gagal panen akibat kekurangan air untuk mengairi sawah. Saat itu fasilitas irigasi belum ada. Untuk mendapatkan air para petani membuat saluran dengan cara menaruh daun pisang atau daun dari tanaman lain di atas batu agar air bisa mengalir ke sawah. Namun air yang dialirkan lebih banyak ke luar dari pada masuk ke sawah. Tidak jarang terjadi
Pertanian merupakan tulang punggung ekonomi masyarakat desa-desa lingkar tambang sekarang dan masa mendatang
Kekurangan air, padi umur panjang, serangan hama, sistem tradisional menjadi penyebab petani gagal panen
21
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
kesalahpahaman antarpetani karena rebutan air terutama jika air yang telah dibagi oleh malar atau pekasih diserobot oleh petani lain. Persoalan lain yang dihadapi adalah kepemilikan lahan persawahan di Sekongkang masih relatif sempit, paling banyak dua hingga tiga petak, sedangkan jenis padi yang ditanam umumnya berumur panjang mencapai enam hingga tujuh bulan. Serangan hama tanaman adalah masalah lain yang dihadapi masyarakat petani saat itu. Para petani secara bersama-sama harus menjaga tanamannya selama berbulan-bulan. Kondisi yang tidak mendukung itu disertai pula sistem bertani saat itu masih sangat tradisional. Petani belum mengenal cara bercocoktanam yang baik, begitu juga pemupukan dan cara memberantas hama tanaman. Akibatnya, hasil panen ditunggu dengan penuh kecemasan. Selama berbulan-bulan petani tidak bisa memperkirakan berapa banyak hasil panennya, karena masalah yang dihadapi adalah kekurangan air, umur padi yang panjang serta serangan hama tanaman. Kalau mendapatkan seratus ikat padi sudah tergolong banyak. Itupun kadang-kadang habis untuk membayar pinjaman padi yang sudah diambil sebelum musim panen.
Kebutuhan pokok sulit dipenuhi, pangan terbatas, masyarakat banyak yang mengonsumsi gadung, sagu atau umbiumbian
22
Seorang tokoh masyarakat Desa Sekongkang Bawah, H Lukman Adam menggambarkan potret warga desa saat itu yang memang sulit memenuhi bahan kebutuhan pokok karena hasil panen sangat sedikit. Kalau ada sedikit uang petani berbelanja ke Taliwang dengan menunggang kuda menempuh jarak puluhan kilometer membeli jagung giling. Untuk membeli beras uang tidak cukup, jika dipaksakan berasnya hanya sedikit., karena itu lebih baik membeli jagung giling. Kalau tidak ada uang terpaksa mencari gadung atau sagu untuk makan. “Yang penting saat itu adalah kenyang,� tutur Lukman yang pernah menjadi Kepala Gabung istilah untuk
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Kepala Desa Gabungan Sekongkang Bawah, Tatar dan Talonang. Persoalan sulitnya mendapatkan bahan makanan itu juga diceritakan oleh tokoh masyarakat Desa Sekongkang Atas, H Begawan. Seperti kebanyakan penduduk desa lainnya ia juga terpaksa mengonsumsi sagu, gadung atau pisang karena musim paceklik hampir berlangsung sepanjang tahun. Hasil panen padi di lahan persawahan tidak mencukupi, karena sering gagal panen akibat kekurangan air atau serangan hama. Untuk mencari tambahan penghasilan agar bisa membeli bahan makanan, ada petani yang harus menjual blangse , sejenis karung yang terbuat dari anyaman daun enau, ke Taliwang. Setelah mendapat uang langsung dihabiskan untuk membeli jagung giling dan sedikit beras. Kalau tidak ada blangse yang bisa dijual, petani terpaksa pergi ke hutan menggali gadung untuk diambil umbinya. Pada malam hari gadung tersebut dikupas dan diiris kecil-kecil, direndam dengan abu basah dan garam untuk menghilangkan racunnya kemudian dijemur sampai kering. Gadung kering itu kemudian dikukus dan dicampur kelapa. Inilah bahan makanan yang disiapkan untuk makan keesokan harinya. Warga di Desa Sekongkang Atas selain bertanam padi, juga menanam kacang hijau di ladang yang tidak begitu luas. Namun kalau pun ada hasil dari panen kacang hijau, kendalanya saat itu adalah kesulitan pemasaran, karena tidak ada alat transportasi kecuali kuda. “Kalau menjual kacang hijau harus ke Taliwang. Perjalanan memerlukan waktu seharian penuh dengan kuda,� ujar Begawan. Kesulitan memenuhi kebutuhan hidup tidak hanya dialami masyarakat Desa Sekongkang Atas dan Sekongkang Bawah, tetapi juga dialami masyarakat Desa Maluk. Amaq Mahrip, tokoh masyarakat Desa Maluk asal Lombok, bercerita tentang kehidupan di desanya yang serba sulit.
Petani hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawahnya, tetapi tetap tidak mencukupi karena saluran air tidak berfungsi baik
23
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Petani saat itu menanam padi dan kacang hijau, namun hasilnya sangat sedikit, karena tergantung pada air hujan di samping sering dirusak hama tanaman. Masyarakat desa akhirnya harus mencari jenis makanan lain untuk dimakan setiap hari. Karena Desa Maluk merupakan daerah penghasil gadung, banyak warga yang mengonsumsi umbiumbian tersebut meskipun harus diproses dengan baik agar tidak keracunan. Ini gambaran Desa Maluk saat itu. Bahan makanan terutama beras sulit diperoleh masyarakat akibat kurangnya hasil pertanian. Pada musim paceklik, banyak penduduk dari Lombok dan wilayah Sumbawa lainnya datang ke Maluk untuk mencari gadung. “Pemerintah memang memberi bantuan, tetapi tidak mencukupi,� tutur Mahrip. Para petani menanam padi hanya sekali setahun, karena sawah tadah hujan. Kalau banyak air hasilnya cukup bagus, tetapi kalau air kurang hasilnya sedikit. Kesulitan inilah yang menyebabkan masyarakat Maluk harus mencari bahan pangan lain. Keluhan masyarakat saat itu adalah sulitnya memperoleh air untuk pengairan dan serangan hama tanaman. Kalau tanaman ditinggalkan satu hari akan habis dimakan atau dirusak babi hutan. Cara mengatasinya, petani tidak bisa meninggalkan sawah untuk kegiatan lain, harus menunggu tanaman sampai tiba musim panen.
Berbulan-bulan petani harus menunggui sawahnya agar tidak dirusak atau diserang hama
24
Desa Benete juga menghadapi berbagai kesulitan di bidang pertanian. Para petani terpaksa menggarap sawah tadah hujan, menggarap lahan kritis serta sistem ladang berpindah. Akibatnya, hasil panen sangat terbatas, dan ini berdampak pada sulitnya mendapatkan bahan pangan terutama beras. Penduduk pun harus mengonsumsi bahan makanan di luar beras termasuk gadung. Kepala Desa Benete, M Zain Sidik menuturkan para petani saat itu mengelola lahannya secara tradisional akibat terbatasnya ilmu pengetahuan serta belum
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
tersedianya fasilitas irigasi. Untuk mencari tambahan penghasilan petani mencari rotan, bambu serta madu di hutan. Potret kehidupan masyarakat di Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Maluk dan Benete saat itu adalah lilitan kesulitan hidup. Kesulitan bahan makanan sehari-hari adalah masalah utama yang dihadapi warga setempat. Sepanjang tahun penduduk sulit memperoleh bahan makanan. Masyarakat terpaksa mengonsumsi bahan makanan seadanya, seperti sagu, gadung atau pisang. Persoalan yang dihadapi warga desa sehari-hari tersebut pada akhirnya menimbulkan dampak luas. Anak-anak yang sebenarnya harus sekolah terpaksa membantu orangtua di sawah dan ladang. Tujuannya sederhana, membantu orangtua memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tidak mengherankan kalau usia anak-anak terpaksa dihabiskan bekerja di sawah dan ladang. Banyak anak desa tidak bisa menamatkan Sekolah Dasar (SD) karena setiap hari harus bekerja di sawah atau ladang membantu orangtua. Tidak ada waktu dan biaya untuk sekolah. Masyarakat memang harus bekerja keras. Untuk menggarap sawah atau ladang tidak bisa hanya mengandalkan tenaga manusia yang terbatas. Karena itu, petani biasanya juga memelihara ternak, seperti kerbau dan kuda. Kerbau diperlukan untuk membajak sawah, sementara kuda menjadi alat transportasi. Tetapi semuanya serba terbatas. Fasilitas irigasi langka, umur padi untuk bisa dipanen panjang, lahan sempit, ada serangan hama. “Hasilnya tidak cukup, dan ini berlangsung bertahun-tahun,� kata Kepala Desa Sekongkang Bawah, H Hasbullah HMA. Kesulitan yang sama juga dialami masyarakat Desa Tongo. Sektor pertanian hanya mengandalkan air hujan atau sawah tadah hujan. Untuk mendapatkan air para petani di Desa Tongo yang sebelumnya masuk wilayah Desa Sekongkang Atas
Petani hanya mengandalkan tenaga manusia dan kerbau untuk membajak sawah yang hasilnya tidak maksimal
25
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
membuat bendungan yang disebut tangkal usal, sejenis bendungan tradisional yang dibuat dari kayu besar dan daun kayu untuk menyimpan air hujan. Selain di sawah, petani saat itu juga menanam padi dan kacang hijau di ladang dengan cara berpindahpindah dari satu tempat ke tempat lain. Jenis padi yang ditanam umumnya berumur panjang sampai enam bulan dan hasilnya pun relatif sedikit, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga musim panen berikutnya. Karena itu waktu senggang setelah menanam padi dimanfaatkan untuk mencari tambahan penghasilan. Petani pergi ke hutan mencari air nira untuk membuat gula aren, mencari rotan, kayu gaharu, dan kerang di laut, bahkan menangkap ular yang kulitnya bisa dijual. Apa saja dilakukan petani untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup saat itu. “Yang jelas kalau tidak ada uang, penduduk mengonsumsi gadung dan sagu,� ujar Kepala Desa Tongo, Ibrahim Sama.
Rumput terkadang lebih tinggi dari pada padi dan mengganggu pertumbuhan tanaman pangan
26
Kehidupan di Desa Aik Kangkung yang dihuni para transmigran asal Lombok, Bali dan Sumbawa ternyata tidak jauh berbeda, karena lahan pertaniannya juga kritis di samping tidak ada sistem pengairan yang baik. Para petani menanam padi di lahan tadah hujan, sementara hasil yang diperoleh sangat sedikit. Petani di desa yang sebelumnya juga dikenal dengan sebutan Satuan Permukiman Satu (SP-1) itu juga sering mengalami gagal panen akibat kekurangan air. Tidak ada pilihan lain kecuali mengonsumsi bahan pangan pengganti beras khususnya gadung. Lahan pertanian diolah secara tradisional, dibajak dengan kerbau sekedar agar bisa menanam. Terkadang rumput yang tumbuh di sawah lebih tinggi dari pada tanaman padi. Kepala Desa Aik Kangkung, Mustamir AK, transmigran kelahiran Jereweh yang pertama datang ke Tongo tahun 1989, memaparkan sulitnya bertani saat itu. Kondisi lahan pertanian yang
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
diberikan pemerintah masing-masing dua hektar masih berupa lahan mentah. Petani harus bekerja keras mengolah lahan dengan peralatan sederhana, sementara tantangan lain yang dihadapi adalah kekurangan air. Memang para transmigran yang mencoba bertani itu mendapat jaminan hidup selama lima tahun dari pemerintah. Bantuan itu berupa beras, ternak sapi dan ayam serta alat-alat pertanian. Namun setelah tiga tahun berjalan sering gagal panen, di sisi lain jaminan dari pemerintah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Apa boleh buat, masyarakat terpaksa makan gadung seperti juga transmigran lainnya, “ kata Mustamir. Sulitnya kehidupan sehari-hari juga dialami masyarakat petani di Desa Tatar, sebelumnya bernama Satuan Permukiman Dua (SP-2) yang umumnya warga transmigrasi. Saat itu desa ini dihuni oleh para transmigran dari Lombok, Bali dan penduduk lokal Sumbawa. Para transmigran ini bahkan hingga paruh dasawarsa 1990-an masih menghadapi kesulitan bahan pangan karena sering gagal panen akibat kekurangan air dan belum baiknya cara pengolahan lahan pertanian. Kondisi ini memaksa para transmigran mencari usaha sampingan setelah menanam padi, misalnya menjadi tukang pikul kayu jika kebetulan ada penebangan di hutan serta menangkap ikan dengan jaring pada saat air laut surut. Pada tahun pertama dan kedua tinggal di lokasi transmigrasi hasil panen masih relatif mencukupi, namun mulai tahun ketiga petani sering gagal panen. Kehidupan saat itu semakin sulit karena jaminan pangan dari pemerintah masing-masing 40 kilogram beras per bulan sering terlambat diterima akibat hambatan transportasi. Jatah tersebut diberikan untuk satu tahun, setelah itu tidak ada lagi, kadang-kadang warga makan jagung, pisang atau ubi kayu.
Karena sulitnya kehidupan saat itu banyak transmigran yang meninggalkan lokasi kembali ke kampung halamannya masing-masing
27
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
“Banyak transmigran meninggalkan lokasi karena beratnya tantangan hidup,” kata Kepala Desa Tatar, Muhammad Yunus. Ia memperkirakan hampir 50 persen warga transmigran meninggalkan lokasi transmigrasi. Transmigran asal Tongo kembali Tongo, begitu juga yang asal Lombok kembali ke Lombok.
Akibat kesulitan bahan pangan petani terpaksa naik gunung dan perbukitan untuk mencari gadung sebagai pengganti beras
28
Dari berbagai kesulitan yang dialami penduduk di desa-desa tersebut nampak jelas bahwa hasil panen yang terbatas akibat belum adanya sistem irigasi atau pengairan yang baik serta jenis padi berumur panjang menjadi alasan utama sulitnya memperoleh kebutuhan pangan saat itu.”Desa Goa juga mengalami tantangan yang sama,” tutur Kepala Desa Goa, Nasrullah Ma’arif. Hasil panen yang sedikit akibat kekurangan air dan jenis padi berumur panjang menyebabkan petani hanya bisa menanam padi sekali dalam satu tahun. Sementara bagi masyarakat Desa Belo meski saat itu ada fasilitas irigasi yang dibangun pemerintah, tetapi kondisinya kurang mendukung karena tidak mampu menampung air hujan secara maksimal. Air lebih banyak ke luar akibat bagian bawah bendungan bocor. “Persoalan ini berdampak pada sulitnya air untuk keperluan irigasi,” kata Kepala Desa Belo, Raohon. Sebagian besar sawah petani tidak kebagian air, bahkan pada musim hujan petani tetap kekurangan air akibat kurang berfungsinya bendungan tersebut. Sementara masyarakat Desa Beru akibat kesulitan pangan tersebut terpaksa naik gunung dan perbukitan untuk mencari gadung atau sagu sebagai bahan makanan pengganti beras. Masa-masa sulit memenuhi kebutuhan pangan, meski relatif lebih singkat sekitar tiga bulan, tetapi petani tetap harus mencari alternatif bahan pangan yang lain, seperti menanam jagung dan ubi. “Ini yang dijadikan bahan makanan untuk beberapa bulan sebelum masuk musim sulit pangan,” ujar tokoh masyarakat Desa Beru, H Fatahullah.
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Ada pelajaran menarik yang dapat diambil dari sepenggal cerita masyarakat Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Aik Kangkung, Tatar, Benete, Maluk, Goa, Beru dan Belo ketika semuanya dihadapkan pada serba keterbatasan. Sistem pertanian tradisional dengan mengolah lahan apa adanya, jenis bibit padi yang berumur panjang, kekurangan air akibat fasilitas irigasi terbatas bahkan tidak ada sama sekali serta tidak dipahaminya pengendalian hama tanaman, menjadi penyebab sedikitnya hasil panen. Namun bagaimana pun sulitnya kehidupan ketika itu, setidaknya ada sisi lain yang bisa ditarik menjadi pelajaran berharga, bahwa daya juang petani saat itu bisa menjadi bekal awal untuk menuju masa depan yang lebih baik. Masa depan dan harapan seluruh masyarakat desa.
Daya juang petani menjadi bekal menuju masa depan
Dulu para petani setelah musim tanam memanfaatkan waktu luang untuk berburu di hutan
29
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
30
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
WAJAH PENDIDIKAN KETIKA ANAK-ANAK DESA HARUS MEMBANTU ORANGTUA DI SAWAH PENDIDIKAN AKHIRNYA TERABAIKAN SEKOLAH MENJADI SESUATU YANG BERAT DAN MAHAL
P
otret siswa pergi ke sekolah memakai sandal jepit bahkan telanjang kaki masih segar dalam ingatan penduduk Desa Sekongkang Atas dan Sekongkang Bawah. Bertanyalah p a d a beberapa w a r g a d e s a , bagaimana anak-anak dulu pergi ke sekolah. Jawaban y a n g muncul a d a l a h keprihatinan y a n g mendalam. S a n d a l jepit, telanjang kaki, perut kosong, tidak mampu membeli sepatu, kurangnya alat kelengkapan sekolah, seperti buku tulis, buku pelajaran dan alat tulis, sudah sangat akrab dan menjadi potret keseharian anak-anak desa saat itu. Ada siswa Sekolah Dasar (SD) di Sekongkang terpaksa memakai baju untuk beberapa hari baru diganti. Bahkan pergi ke sekolah dengan telanjang kaki
Jangankan membeli alat tulis dan buku, pergi sekolah pun pakai sandal jepit dan perut kosong, kondisi masih memprihatinkan
31
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
melewati kebun kacang. Kakinya pun akrab dengan duri-duri tumbuhan. Pulang sekolah langsung membantu orangtua di sawah atau ladang, esoknya untuk beberapa hari tidak masuk sekolah karena membantu orangtua menanam padi. Sekolah hanya semampunya saja, karena orangtua kesulitan biaya. Berangkat ke sekolah dengan perut kosong. Jika kebetulan menemukan buah mangga atau bidara jatuh, langsung dipungut untuk sekedar mengganjal perut. Di rumah tidak ada makanan untuk sarapan. Begitulah wajah pendidikan di Sekongkang ketika itu. Tidak ada sarana dan prasarana pendidikan memadai. Anak-anak desa kalau pun sekolah tidak bisa konsentrasi penuh, karena perlengkapan sekolah tidak memadai di samping bekerja membantu orangtua lebih diutamakan. Kesempatan sekolah tidak termanfaatkan dengan baik. Ketika pagi hari seharusnya berada di sekolah, anak-anak desa justru berada di sawah.
Anak-anak desa hanya bisa sekolah sampai SD, terkadang tidak tamat Fasilitas pendidikan masih sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali
32
Keprihatinan dan sulitnya menempuh pendidikan di Sekongkang ternyata tidak hanya persoalan sandal jepit, telanjang kaki serta ketidakmampuan membeli buku tulis, buku pelajaran dan alat tulis, tetapi juga gedung sekolah yang tidak memadai, lebih jauh lagi sekolahnya tidak ada. “Dulu hanya ada SD di Sekongkang,� kata Kepala Desa Sekongkang Bawah, H Hasbullah HMA. belum ada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kalau ada anak-anak desa tamat SD, sulit untuk melanjutkan ke SMP. SMP hanya ada di Jereweh atau Taliwang. Jarak ke Jereweh atau Taliwang sekitar 40 kilometer, cukup jauh. Kalau pun ada siswa yang meneruskan sekolahnya ke SMP, orangtua harus mengeluarkan biaya cukup besar. Biaya kos, biaya transportasi dan biaya makan. Faktor inilah yang kemudian menyebabkan para orangtua harus berpikir dulu untuk menyekolahkan anaknya ke SMP, karena rata-rata pekerjaannya adalah petani dengan penghasilan rendah.
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Kondisi pendidikan yang memprihatinkan itu juga dialami warga Sekongkang lainnya. SD hanya beratap santek, atap yang terbuat dari bambu, sementara dindingnya gedek atau anyaman dari bambu. Bangku seadanya. Tenaga guru yang sangat terbatas menjadi persoalan lain bidang pendidikan saat itu. Dulu rata-rata pendidikan masyarakat sebatas tingkat SD dan hanya beberapa orang yang mampu melanjutkan sekolah hingga SMP. “Ini akibat rendahnya penghasilan masyarakat,” ujar Kepala Desa Sekongkang Atas, Syarifudin. Penduduk desa umumnya petani kecil, di samping jauhnya SMP, hanya ada di Taliwang dan Jereweh. Persoalan biaya dan ketidakmampuan orangtua akibat hasil pertanian yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi alasan utama bagi anak-anak untuk tidak sekolah, meskipun ketika itu untuk SD sudah ada di desa. Kesulitan menempuh pendidikan juga dialami masyarakat Desa Maluk dan Benete. Anak-anak desa meskipun bisa mengikuti pendidikan di SD yang serba terbatas, tetap sulit melanjutkan ke SMP. “ Akibatnya sebagian besar anak-anak tidak melanjutkan sekolah,” kata Kepala Desa Maluk, Mukhlis H Mukhtar dan Kepala Desa Benete, M Zain Sidik. Baru setelah SMP Jereweh dibangun ada orangtua yang menyekolahkan anak-anaknya ke SMP, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Seperti desadesa lainnya persoalan pendidikan di Desa Tongo juga memprihatinkan. Masalah yang dihadapi tidak hanya terbatasnya fasilitas pendidikan, tetapi juga akibat kesulitan ekonomi. Anak-anak usia sekolah jarang mau belajar karena ikut membantu orangtua di ladang. “Di Desa Tongo dulu sekolah susahnya bukan main,” ujar tokoh masyarakat Tongo, Jabir HMS. Jangankan sepatu, pakaian saja tidak ada. Belum lagi tenaga guru yang sangat terbatas. Kalau ingin meneruskan ke SMP harus ke Taliwang. Banyak siswa kalau ingin pulang liburan ke Tongo hanya
Akibat fasilitas pendidikan terbatas siswa tidak nyaman belajar dan guru tidak nyaman mengajar Anak-anak menjadi kurang bergairah ke sekolah
33
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
bisa setahun sekali, karena sulitnya transportasi. Meski kemudian di Jereweh dibangun SMP, tetapi tetap menyulitkan para orangtua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya. Kondisi yang serba terbatas juga menyebabkan anak-anak sekolah tidak leluasa mengikuti pelajaran. Meski sekolah ada, tetapi sarana dan prasarana sangat terbatas, siswa pun tidak bisa belajar maksimal. Di Desa Tatar keterbatasan infrastruktur cukup membuat kerepotan anak-anak sekolah. Pada saat air laut pasang, anak-anak harus berenang karena tidak ada jembatan. “Dengan celana dan baju basah siswa masuk kelas,� kata Kepala Desa Tatar, Muhammad Yunus.
Pendidikan belum menjadi kebutuhan mendasar masyarakat, karena masyarakat masih bergelut dengan tuntutan hidup sehari-hari
34
Sementara di Desa Aik Kangkung, seperti dituturkan Kepala Desa Mustamir AK, agak terbantu dengan statusnya sebagai daerah transmigrasi, tetapi bukan berarti tidak ada kesulitan untuk menempuh pendidikan dasar. SD serta SMP yang saat itu masih bersifat filial (cabang) memang ada, namun ujian akhir SMP masih harus ditempuh di Jereweh. “Akibatnya tidak semua anak setamat SD melanjutkan ke SMP,� kata Mustamir. Sisi lain dari dunia pendidikan di desa-desa tersebut adalah anakanak yang terpaksa ikut membantu orangtua bekerja, di sawah, ladang atau melaut. Ketika ada warga lain mengingatkan bahwa anaknya harus sekolah, jawabannya adalah tidak ada biaya. Pada saat ada orang lain ingin membantu pakaian sekolah dan minta orangtua hanya menyiapkan sepatu saja, dijawab tetap tidak bisa karena tidak ada uang. Begitulah wajah pendidikan saat itu. Pendidikan belum menjadi kebutuhan mendasar masyarakat akibat tidak memadainya sarana dan prasarana belajar. Masyarakat Desa Goa, Beru dan Belo misalnya juga menghadapi masalah pendidikan yang sama sebelum ada SMP di Jereweh. Misalnya di Desa Goa hanya beberapa lulusan SD saja yang melanjutkan pendidikan ke SMP Taliwang. Ini terkait dengan
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
ketidakmampuan orangtua. Jarak Taliwang dan Jereweh memang relatif dekat, namun para orangtua kalau ingin menyekolahkan anaknya tetap harus mengeluarkan biaya transportasi atau biaya pemondokan. Ini pula yang menyebabkan para orangtua tidak mampu menyekolahkan anaknya ke SMP. “Ketika itu lulusan SD di Goa hanya beberapa orang yang melanjutkan ke SMP,” ujar Kepala Desa Goa, Nasrullah Ma’arif. Itu pun hanya mereka yang orangtuanya cukup mampu. Persoalan mendasar saat itu adalah ketidak mampuan orangtua secara ekonomis untuk menyekolahkan anaknya serta fasilitas pendidikan yang memang masih kurang. Gambaran sama juga terlihat dari cerita yang dialami orangtua dan siswa di Desa Beru. Para orangtua yang di desa ini rata-rata hanya mampu menyekolahkan anaknya di SD. Untuk melanjutkan ke SMP terbentur pada masalah biaya sekolah mengingat penduduknya hanya mengandalkan pendapatan dari bertani. Apalagi ketika di Jereweh belum ada SMP, sangat sulit untuk menyekolahkan anak-anak ke Taliwang karena memerlukan banyak biaya. “Anak-anak usia sekolah lebih banyak pergi ke ladang,” tutur Kepala Desa Beru, Basyarudin. Anak-anak terpaksa membantu orangtua. Akibatnya, mereka hanya sampai tamat SD atau bahkan banyak pula yang tidak tamat sekolah dasar. Sementara di Desa Belo, seperti dituturkan Kepala Desa Raohon, kemampuan ekonomi penduduk sangat mempengaruhi minat sekolah. Karena anakanak banyak membantu orangtua di sawah untuk mencari nafkah akhirnya tidak sampai tamat SD. Persoalan pendidikan ketika itu memang kurang mendapat perhatian oleh para orangtua karena semuanya terbatas, tidak hanya sarana dan prasarana pendidikan, tetapi juga kemampuan penduduk desa secara ekonomi. Tidak
Sedikit sekali anak-anak yang tamat SD melanjutkan ke SMP, akibat ketidakmampuan orangtua dan jauhnya lokasi SMP
35
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
mengherankan kalau anak-anak desa biasanya hanya menempuh pendidikan SD, jarang melanjutkan ke tingkat SMP. Kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menyebabkan terbengkalainya pendidikan untuk anak-anak meski sesungguhnya minat untuk sekolah itu tetap ada. Cerita salah seorang warga Sekongkang Bawah, Muhammad Yasin, yang sekarang menjadi tenaga pendidik di kampung halamannya adalah contoh betapa sulit menempuh pendidikan yang setiap hari harus menempuh jarak Sekongkang–Taliwang. “Saya mengalami sulitnya sekolah saat itu,” ujar Yasin. Persoalan transportasi adalah hambatan lain yang dihadapi masyarakat jika ingin sekolah. Transportasi dari satu desa ke desa lain yang kebetulan ada sekolahnya tidak mendukung. Ini yang menye-babkan bidang pendidikan, ketika infrastruktur atau sarana dan prasarana belum memadai, menjadi terabaikan oleh warga desa. Ketidakmampuan orangtua secara ekonomi untuk menyekolahkan anak-anaknya serta tidak adanya jenjang pendidikan yang lebih tinggi di desanya menyebabkan banyak siswa yang putus sekolah. Dampak luasnya adalah menurunnya minat menempuh pendidikan. Tamat SD atau pun tidak sudah dirasakan cukup. Kondisi ini dialami warga bertahun-tahun bahkan hingga menjelang dasawarsa 1990-an. Seperti diungkapkan seorang tenaga pendidik lainnya, Abdullah yang berasal dari Sekongkang Atas, “Pendidikan saat itu relatif terbelakang”
Pendidikan saat itu menjadi terbelakang dan ini dialami masyarakat bertahuntahun lamanya
36
Apa yang diungkapkan oleh masyarakat desa soal pendidikan tersebut nampaknya tidak terlepas dari beberapa unsur yang kait mengait satu sama lain, yaitu ketidakmampuan ekonomi masyarakat, infrastruktur serta sarana dan prasarana sekolah tidak memadai di samping hambatan transportasi yang menimbulkan biaya tinggi. Kesulitan memperoleh pendidikan bagi anak-anak usia sekolah ini selama bertahun-tahun terus dialami
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
penduduk di desa-desa tersebut, sehingga sekolah saat itu menjadi sesuatu yang terasa berat dan mahal. Ketika para orangtua ingin menyekolahkan anak-anaknya, dan anak-anak itu sendiri ingin sekali sekolah, belajar dan terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, saat itu pula berbagai kesulitan harus dihadapi oleh masyarakat desa yang saat itu masih harus bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti itulah refleksi keprihatinan dunia pendidikan di desa-desa yang bisa dikatakan masih terbelakang saat itu. Dan, perjalanan waktu pada akhirnya akan menjawab kegalauan masyarakat desa terhadap bidang pendidikan yang masih dirasakan tertinggal itu.
Infrastruktur pendidikan yang terbatas menyebabkan anak-anak desa sulit sekolah
37
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
38
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
POTRET KESEHATAN HAMPIR SETIAP MINGGU ADA YANG MENINGGAL AKIBAT MALARIA BAHKAN MENURUT CERITA SAAT ITU MUNCUL ISTILAH ENDAK PULANG PENGKALIK
Seorang petugas dari Newmont Batu Hijau sedang mengambil sampel jentik nyamuk untuk memberantas penyakit malaria
I
stilah endak pulang pengkalik adalah kiasan yang menggambarkan suasana sangat memprihatinkan. Terjemahan bebasnya adalah alat-alat untuk menggali makam terpaksa ditinggalkan di lokasi pemakanan karena besoknya mungkin akan ada lagi yang meninggal akibat penyakit malaria. Masyarakat Desa Maluk saat itu mengeluh setiap hari, penyakit malaria terus menyerang warga kemudian merenggut korban jiwa. Kesedihan dan keprihatinan mewarnai kehidupan di desa tersebut. Seorang anggota keluarga atau tetangga meninggal akibat malaria terkadang menjadi sesuatu yang biasa, karena siapa yang bisa membantu kalau satu dokter pun ketika itu tidak ada. Bahkan ketika masyarakat berusaha membawa penderita malaria ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Jereweh, belum sempat diobati, sudah meninggal
Malaria menjadi penyakit yang menakutkan masyarakat saat itu Puskesmas jauh, tenaga kesehatan tidak ada, akhirnya berobat secara tradisional
39
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
dalam perjalanan. Malaria saat itu menjadi penyakit yang sangat menakutkan bagi penduduk setempat. Malaria tidak hanya menyerang wilayah Desa Maluk, tetapi juga Desa Sekongkang Bawah, Sekongkang Atas dan Tongo. Cerita tentang ganasnya malaria ini dituturkan oleh dr Adib Ahmad Syammakh dari Puskesmas Maluk, tokoh masyarakat Desa Sekongkang Bawah, H Lukman Adam, Kepala Desa Sekongkang Atas, Syarifuddin dan tokoh masyarakat Desa Maluk, Amaq Mahrip. Karena tingginya penderita malaria yang menelan korban jiwa, banyak masyarakat pendatang meninggalkan lokasi di Desa Maluk. Warga khawatir terserang penyakit mematikan tersebut. Bahkan Maluk saat itu bisa dikatakan hiper-endemis atau di atas endemis. Angka serangan kasus malaria saat itu bisa mencapai sekitar 70 persen. Maluk ketika itu memang menjadi daerah dengan populasi vektor nyamuk malaria sangat tinggi, karena kawasan ini dulunya hutan. Program penyemprotan belum bisa dilakukan karena keterbatasan dana dan sarana yang dimiliki pemerintah.
Desa Maluk saat itu bisa dikatakan hiperendemis malaria Angka kasus bisa mencapai 70 %
40
Pemerintah saat itu mencoba mengatasinya dengan pemberian kelambu, memang cukup bagus, tetapi angka penderita malaria masih tetap tinggi. Ini yang menjadi keluhan utama masyarakat bahwa ganasnya penyakit malaria sulit sekali ditanggulangi ketika pelayanan kesehatan belum bisa diberikan secara maksimal akibat keterbatasan sarana, biaya dan petugas kesehatan. Amaq Mahrip menggambarkan pula keprihatinan saat itu ketika ada masyarakat yang terserang penyakit malaria. Untuk mengobati malaria masyarakat hanya bisa berusaha dengan pengobatan tradisional berupa obat dari kulit kayu. Petugas kesehatan dari Jereweh sangat sedikit dan jarang datang ke Maluk. Kalau
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
pun datang paling hanya satu atau dua kali dalam sebulan, sehingga tidak ada pilihan lain bagi warga desa kecuali berobat secara sederhana dan apa adanya termasuk jika harus membuat ramuan obatobatan tradisional. Akibat ganasnya penyakit malaria ini banyak warga asal Lombok yang saat itu berada di Desa Maluk terpaksa pulang ke kampungnya di Lombok dengan menggunakan perahu kecil, dan jarang kembali lagi ke Maluk. Penyakit lain yang diderita warga selain malaria adalah diare serta penyakit kulit. “Ini akibat lingkungan tidak bersih�, ujar Amaq Mahrip. Derajat kesehatan masyarakat memang rendah sekali karena belum adanya sarana dan prasarana kesehatan termasuk tidak adanya petugas kesehatan seperti perawat, bidan dan dokter baik di Desa Maluk, Sekongkang Atas maupun Sekongkang Bawah. Penuturan Syarifuddin dari Desa Sekongkang Atas mengenai kesehatan warganya cukup memberikan gambaran utuh bahwa saat itu masyarakat sulit berobat dan mendapat pelayanan kesehatan. Dulu masyarakat begitu mudahnya menyatakan orang sakit dengan ucapan, “Oh ini ketemuk�. Artinya akibat disapa orangtua yang sudah meninggal. Kalau sudah begitu biasanya warga memanggil dukun. Oleh dukun, pasien tersebut dijampi dengan air putih, muka dan seluruh tubuhnya disiram dengan air putih tadi. Bahkan ada juga rumahnya yang dipukul-pukul pakai ayam. Harapan masyarakat saat itu ketika pasien bisa sembuh. Nampaknya memang beralasan kalau penduduk desa berupaya menyembuhkan anggota keluarganya yang sakit seperti itu, karena memang tidak ada tenaga kesehatan, apalagi dokter. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih terabaikan, akibatnya derajat kesehatan masyarakat
Pasien dijampi dengan air putih, sementara rumah dipukul-pukul pakai ayam agar penyakit bisa sembuh
41
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
masih sangat rendah. Karena cukup tingginya angka kematian akibat malaria, lokasi transmigrasi banyak yang ditinggalkan penghuninya, penduduk mencoba menghindari penyakit mematikan tersebut sekaligus berusaha mencari bantuan pengobatan. Ada warga yang sakit terpaksa dibawa dengan perahu kecil ke Lombok dan mendarat di Tanjung Luar. Kasus malaria ketika itu juga sulit dihindari oleh penduduk di desa-desa lainnya, seperti Tongo, Benete, Aik Kangkung, Goa, Beru, Tatar dan Belo. Kondisi di Tongo memang cukup rawan malaria. Setiap hari ada dua sampai tiga warga terkena penyakit tersebut. Penduduk hanya bisa mengobati secara tradisional dengan membawanya ke dukun. Kalau mau berobat ke Puskesmas Jereweh harus menggunakan kuda. Tidak ada tenaga medis saat itu di desa ini, bahkan satu bulan belum tentu datang. Masyarakat Tongo tidak hanya menghadapi penyakit malaria, tetapi juga kolera. “Masalah kesehatan ketika itu sulit diatasi,� tutur Kepala Desa Tongo, Ibrahim Sama.
Kesulitan ekonomi menjadi penyebab masyarakat tidak mampu berobat ke pusat pelayanan kesehatan yang lokasinya jauh
42
Rawannya malaria dengan angka penderita cukup tinggi juga terjadi di Desa Benete. Penduduk saat itu selalu khawatir jika ada anggota keluarganya terserang penyakit tersebut, karena biaya tidak ada akibat kesulitan ekonomi, hambatan transportasi serta sulitnya tenaga kesehatan. Pengobatan menjadi tidak maksimal karena hanya mengandalkan cara-cara tradisional. “Tidak mengherankan kalau cukup banyak membawa korban,� kata kata Kepala Desa Benete M Zain Sidik . Upaya masyarakat mengatasi masalah kesehatan ketika itu memang tidak bisa maksimal, karena di Desa Aik Kangkung penduduk juga hanya bisa merawat penderita dengan cara-cara tradisional, yaitu meramu akar dan daun tanaman tertentu untuk
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
dijadikan obat. “Angka penderita malaria di desa ini cukup tinggi,” ucap Kepala Desa Aik Kangkung, Mustamir AK. Tingginya angka penderita penyakit malaria juga dialami penduduk Desa Tatar. Masyarakat setempat jika terkena malaria dihadapkan pada situasi yang serba tidak memungkinkan untuk berobat karena kesulitan ekonomi dan hambatan transportasi. “Tidak sedikit penduduk saat itu menjadi korban penyakit malaria ,” ujar Kepala Desa Tatar, Muhammad Yunus. Sementara di di Desa Goa, Beru dan Belo kendati tidak separah desa-desa lainnya, penyakit malaria tetap ditemukan di desadesa tersebut. Memang jumlahnya tidak seperti di Desa Maluk. Lokasi ketiga desa ini berada di dalam kota Kecamatan Jereweh yang saat itu sudah memiliki Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). “Memang malaria berjangkit, tetapi tidak terlalu tinggi”, ucap Kepala Desa Goa, Nasrullah Ma’arif. Sama seperti di Desa Goa, malaria juga tidak begitu mewabah di Desa Beru dan Belo meskipun menurut Kepala Desa Basyarudin dan Raohon, tetap ada penderita penyakit tersebut di samping jenis penyakit lainnya terutama diare akibat lingkungan belum begitu bersih. Apa yang diungkapkan masyarakat desa mengenai tingginya angka penderita malaria bahkan merenggut korban jiwa itu memang dihadapi masyarakat sehari-hari. Kesulitan ekonomi, transportasi, belum adanya fasilitas dan tenaga kesehatan menjadi keprihatinan mendalam. Penduduk sepertinya harus pasrah dengan keadaan. Meski ada usaha berobat, tetapi tidak bisa maksimal. Karena sudah cukup tingginya angka penderita dan kematian akibat penyakit malaria di desa-desa tersebut pada akhirnya memunculkan istilah di masyarakat, endak pulang pengkalik.
Beberapa desa bahkan disebut sarang malaria Ketika mewabah banyak merenggut korban jiwa
43
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Beberapa desa yang ketika itu masuk Kecamatan Jereweh bahkan disebut sebagai sarang penyakit malaria, seperti Desa Maluk dan Benete. Khusus di Maluk banyak penduduk yang memang merupakan warga transmigran terpaksa meninggalkan lokasi akibat serangan penyakit tersebut. “Memang desadesa itu endemis malaria, bahkan Maluk saat hiperendemis,� kata Camat Jereweh, ME Arianto. Kondisi saat itu memang memprihatinkan. Masyarakat harus bergelut dengan penyakit malaria yang terkadang mewabah dan merenggut korban jiwa. Padahal warga desa masih menghadapi persoalan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Tidak adanya fasilitas kesehatan menyebabkan penduduk desa tidak mendapat pelayanan kesehatan maksimal
44
Sementara wilayah Sekongkang ketika masih masuk dalam Kecamatan Jereweh fasilitas kesehatan bisa dikatakan tidak ada. Kalau pun ada mantri yang datang sifatnya insidental, padahal ketika itu Sekongkang merupakan daerah endemis malaria. “Kalau sakit, masyarakat sulit mendapat perawatan,� tutur Camat Sekongkang, Drs.Marga Rahman,S.Sos. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) belum ada, apalagi dokter dan paramedis. Derajat kesehatan masyarakat di Sekongkang ketika itu memang sangat rendah karena tidak tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai, tenaga kesehatan masih sangat terbatas kemudian diperburuk lagi oleh hambatan transportasi. Tidak heran kalau masyarakat baik di Jereweh maupun Sekongkang sampai harus menggunakan cara-cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan. Misalnya warga desa membentangkan benang merah di pagar atau memberi makan kepada anak-anak di jalan masuk perkampungan sambil mengumandangkan azan. Ini merupakan upaya warga melakukan tolak bala.
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Cerita keprihatinan tentang ganasnya malaria serta kurangnya pelayanan kesehatan yang diungkapkan masyarakat tersebut merupakan gambaran nyata bahwa hanya berselang beberapa tahun lalu penduduk di wilayah Sekongkang dan Jereweh masih bergelut dengan persoalan penyakit serius terutama malaria. Berbagai istilah yang muncul di masyarakat seperti hiper-endemis atau endemis bahkan ada memunculkan kiasan endak pulang pengkalik menunjukkan indikasi betapa seriusnya persoalan pelayanan kesehatan saat itu. Apa yang disebut dengan tolak bala itu pun mencerminkan upaya preventif agar masyarakat tidak terkena penyakit terutama malaria yang mengganas saat itu.
Benang merah dibentangkan di rumah untuk tolak bala
Pemberantasan sarang nyamuk malaria dilakukan melalui pengasapan
45
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
46
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
CATATAN PERJALANAN KETIKA ITU ANAK SAYA SAKIT KERAS TIDAK ADA JALAN LAIN KECUALI BEROBAT KE J EREWEH SETELAH S HALAT S UBUH DAN BERDOA SAYA BAWA ANAK ITU DENGAN MENUNGGANG KUDA
U
sai shalat Subuh saya berangkat ke Jereweh untuk mencari pertolongan. Sepanjang perjalanan kondisi anak saya semakin kritis akibat penyakit Malaria. Tiba di Jereweh ketika masuk shalat Maghrib. Syukur alhamdulillah jiwa anak saya bisa tertolong setelah dirawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Jereweh. Ini sepenggal cerita H Hamdan, seorang warga Desa Sekongkang Atas ketika mengisahkan tentang pahit getirnya kehidupan di desanya yang dirasakan masih terisolir dan sulit menjangkau desa-desa lain. Awaludin, juga dari Sekongkang Atas, menceritakan pula betapa sulitnya transportasi saat itu. Ia datang ke kota Jereweh harus menunggang kuda terutama jika ada keluarga yang sakit atau keperluan mendesak lainnya. Suatu saat Awaludin t e r p a k s a m e m b a w a anaknya yang sakit keras ke
Saat itu dari Sekongkang ke Jereweh dengan kuda mem-butuhkan waktu seharian penuh
47
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Puskesmas Jereweh untuk berobat. Masih dalam kondisi sangat lemah, anaknya terpaksa ditaruh di atas punggung kuda, dan ia pun sendirian berjalan kaki sambil menuntun kuda. Perjalanan panjang dimulainya dari Sekongkang Atas ke Jereweh. Meskipun kondisi anaknya lemah, tetapi tetap harus beristirahat beberapa kali karena ia pun merasakan kelelahan luar biasa. Lebih dari tiga belas jam Awaludin dan anaknya tiba di Jereweh. Ia merasa lega setelah anaknya mendapat perawatan. Persoalan transportasi yang hanya mengandalkan kuda belum sepenuhnya mampu membantu masyarakat desa. Kalau ada penduduk yang sakit, tetapi tidak punya uang dan kuda, maka kesulitan semakin bertambah. Tidak mungkin dipikul menuju Jereweh untuk berobat. Jalan setapak yang jika musim hujan berlumpur setinggi lutut merupakan kendala warga kalau mau ke Jereweh. Karena itu, kalau musim paceklik tiba, ada keluarga sakit, uang ke Jereweh tidak ada, ditambah lagi jalan setapak yang penuh lumpur, maka masyarakat bersikap pasrah. “Hanya bisa berobat secara tradisional ke dukun,� tutur tokoh masyarakat Sekongkang Bawah, H Lukman Adam.
Kalau tidak ada hal penting dan mendesak masyarakat tidak akan pergi ke Sekongkang yang saat itu masih terisolir
48
Pahit getir dari sudut-sudut desa tentang sulitnya transportasi dalam kehidupan masyarakat saat itu diceritakan pula oleh M Jafar, warga Desa Labuan Lalar, Kecamatan Taliwang. Ia lebih baik memilih jalur laut dari pada melalui jalan darat kalau pergi ke desa-desa yang sulit dijangkau, seperti Sekongkang atau Tongo. Jafar menghitung waktu. Kalau melalui laut waktu tempuhnya lebih singkat, tidak sampai sehari penuh. Paling lama lima hingga enam jam dan tidak terlalu menguras tenaga untuk menapaki jalan mendaki dan menuruni bukit. Tetapi meskipun melalui jalur laut bukan berarti tidak ada hambatan. Kalau tidak ada gelombang atau angin kencang, jalur laut memang lebih singkat. Ketika musim angin kencang dan gelombang besar, tidak ada yang berani datang ke Sekongkang melalui laut, risikonya berat.
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Saat itu tidak sedikit nelayan yang hilang karena perahunya dihantam gelombang dan tenggelam, bahkan ada juga terseret arus ke pantai berbatu yang mengakibatkan perahunya hancur . Jika tidak ada keperluan sangat penting dan mendesak, warga tidak mau datang ke desa-desa itu. “Karena harus menempuh perjalanan sangat melelahkan,” kata Jafar yang ketika itu sering datang ke Sekongkang untuk membeli hasil bumi di desa-desa tersebut. Betapa sulitnya transportasi saat itu. Fasilitas jalan belum ada. Untuk bepergian ke ibukota kecamatan terdekat, seperti Jereweh, warga sejumlah desa di Sekongkang harus berjalan kaki melalui jalan setapak atau menunggang kuda melewati hutan seharian penuh. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan sebagian besar warga jarang bepergian ke luar desa. Kehidupan masyarakat di desa-desa yang kini masuk dalam wilayah Kecamatan Sekongkang itu memang dalam keadaan serba sulit, warga nyaris tidak pernah berhubungan dengan penduduk lain yang ada di luar desa. Begitu juga dengan warga dari luar Sekongkang Atas dan Sekongkang Bawah, seperti di Jereweh dan Taliwang. Umumnya mereka membayangkan betapa sulit datang ke desa-desa tersebut, karena harus berjalan kaki melalui jalan setapak atau menunggang kuda sepanjang hari. Bekal makanan dan air minum harus cukup agar tidak kelaparan dan kehausan selama dalam perjalanan. “Warga sempat pesimistis,” kata Hamdan. Bahkan masyarakat menilai mustahil keterasingan ini dapat dibuka. Kemudian muncul kesan saat itu bahwa Sekongkang saat itu dilupakan dan dianaktirikan. Sampai keluar anekdot bahwa jalan antara Taliwang–Sekongkang baru bisa dibuka kalau bejemat lepang, (jika katak dapat melaksanakan shalat Jumat). Rasa pesimistis warga di desa terisolir itu tampaknya beralasan karena saat itu tidak ada
Warga Sekongkang nyaris tidak pernah berhubungan dengan penduduk lain di luar desa, akibat sulitnya sarana dan prasarana transportasi
49
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
alat transportasi, sementara jalan belum memadai. Warga masih harus berjalan kaki atau menunggang kuda kalau ingin ke Jereweh. Penduduk pun tidak pernah bermimpi kalau suatu saat nanti akan ada kendaraan yang bisa masuk ke desa-desa tersebut. Baru pada paruh awal tahun 1980-an jalan Sekongkang - Jereweh mulai dibuka, beberapa jembatan dibangun dan kendaraan pertama yang masuk adalah sebuah truk yang membawa material semen, pasir dan besi beton melewati jalan setapak. Mahyudin adalah salah satu sopir pertama yang berhasil membawa truk masuk ke wilayah Sekongkang. Warga setempat seakan-akan tidak percaya ada kendaraan yang bisa masuk ke desanya. Meski jalan sudah dibuka, tetapi belum bisa dikatakan baik. Kondisi jalan saat itu masih parah, pada musim hujan harus membawa cangkul, sekop, kapak dan parang, bahkan perlu dua hingga tiga karung sekam untuk ditaburkan di jalan agar roda kendaraan bisa jalan di tanah licin saat musim hujan.
Dari Jereweh ke Maluk jalan kaki tanpa istirahat bisa dua sampai tiga jam, kalau ada istirahat bisa empat hingga lima jam
50
Di setiap tanjakan penumpang terpaksa turun dulu, dan tanpa diminta ada di antara penumpang terpaksa ikut mendorong truk, sedangkan sebagian penumpang lainnya menarik dengan tali dari depan. Penumpang menyadari kesulitan yang dihadapi sopir, karena itu tanpa diminta penumpang turun jika truk tidak bisa jalan akibat licin. Sementara parang dan kapak fungsinya untuk memotong pohon jika ada yang roboh melintang di tengah jalan. Cerita lain datang dari I Nyoman Trasna yang tinggal di Jereweh. Ia kalau menjalankan tugas keamanan harus menggunakan kuda sampai Sekongkang, Maluk dan Tongo. Apalagi musim hujan, karena jalan belum memadai, terkadang harus berjalan kaki melalui jalan setapak. Dari Jereweh ke Maluk kalau berjalan terus tanpa istirahat melalui jalan setapak memerlukan waktu tempuh sekitar dua jam. Tetapi kalau ada
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
istrirahatnya bisa mencapai tiga sampai empat jam. Jalan kaki juga dilakukan ketika ia harus bertugas dari Jereweh ke Benete. Transportasi saat itu memang sangat terbatas, hanya ada satu truk melayani masyarakat di seputar wilayah Taliwang, Jereweh, Benete, Maluk, Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah dan Tongo. Truk itu dibawa Mahyudin. Meski ada satu truk yang sudah beroperasi, tetapi masih belum juga bisa melayani seluruh penduduk di sejumlah desa tersebut. Masyarakat akhirnya tetap mengandalkan kuda kalau ingin berdagang. Kuda menjadi satusatunya alat transportasi yang efektif saat itu. Masyarakat Benete jika ingin berdagang harus siap merugi, karena sulitnya alat transportasi serta belum memadainya jalan untuk dilewati. Pedagang dari Benete jika ingin memasarkan cabe ke Taliwang harus membelinya terlebih dahulu di Tongo, tetapi itu pun tidak bisa langsung diangkut. Pengalaman penduduk Benete tersebut menggambarkan betapa sulitnya berdagang ketika itu. Kalau mau beli cabe di Tongo harus menginap sampai dua hari sebelum dipasarkan ke Taliwang. Misalnya beli 50 kilogram cabe, dimasukkan karung dan diangkut pakai kuda. “Sampai Taliwang tinggal 30 kilogram karena susut,� ujar Ma’arif, seorang warga Desa Benete. Kesulitan transportasi juga dirasakan masyarakat Desa Maluk, karena sarana dan prasarana jalan belum dibuka. Saat itu kalau ke Jereweh sangat sulit, hanya bisa jalan kaki atau menunggang kuda melintasi jalan setapak dan pada musim hujan harus melewati jalan berlumpur. Kalau membawa orang sakit, warga yang sehat saja kadang-kadang harus istirahat dan tidur di jalan, berangkat pagi tiba siang bahkan sore di Jereweh. Karena itu kalau ada orang sakit terutama transmigran asal Lombok terpaksa dibawa ke Lombok dengan sampan kecil. “Biasanya mereka
Kalau dari Benete mau membeli hasil pertanian di Tongo harus menginap sampai dua hari
51
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
tidak kembali lagi ke Maluk,� tutur Kepala Desa Maluk, Mukhlis H Mukhtar. Masyarakat di tiga desa lainnya, Desa Goa, Beru dan Belo masih cukup beruntung karena dekat Jereweh yang saat itu fasilitas jalan sudah ada meski belum baik terutama jika ingin ke Taliwang atau Sumbawa Besar. Sedikit kendala yang dihadapi saat itu adalah angkutan pedesaan yang jumlahnya masih terbatas. Namun jika penduduk setempat ingin ke wilayah Sekongkang dan Tongo masih sulit karena fasilitas jalan sangat buruk. Kalau dari Sekongkang mau ke ke Tongo terpaksa naik kuda melalui jalan berlumpur melewati hutan. “Sangat melelahkan,� kata Camat Jereweh, ME Arianto. Kalau di Jereweh sekitar tahun 1988-1989 kendaraan masih sangat jarang. Ketika masyarakat ada keperluan ke Tongo atau Sekongkang harus membawa bekal untuk dimakan dalam perjalanan. Selama perjalanan dari Jereweh ke Sekongkang harus istirahat di Dusun Pola Mata untuk makan kemudian jalan dan istirahat lagi di Peruak Paya untuk makan lagi. Sulitnya transportasi ini tidak hanya disebabkan oleh belum memadainya infrastruktur, tetapi juga karena belum berkembangnya berbagai wilayah pedesaan tersebut. Perekonomian masyarakat belum berkembang, sementara perdagangan masih sebatas upaya pemenuhan bahan kebutuhan pokok saja .
Kesulitan transportasi saat itu antara lain karena infrastruktur belum ada dan desa-desa belum berkembang
52
Camat Sekongkang, Marga Rahman bahkan menilai wilayahnya dulu sangat terisolir. Masyarakat dari luar harus membayangkan dulu betapa sulitnya ke daerah ini. Jangankan jalan ke Sekongkang, jalan utama menuju daerah yang lebih dikenal masyarakat, seperti Jereweh dan Taliwang saja belum ada. Waktu tempuh yang dihabiskan sampai seharian penuh. Karena itu ketika ada kendaraan yang masuk Sekongkang, penduduk desa merasa aneh dan menyebutkan sebagai rumah jalan atau rumah lewat. Hambatan transportasi
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
memang menjadi persoalan serius bagi masyarakat desa sehingga wilayah menjadi tidak berkembang. Dan ini mempengaruhi semua aktivitas kehidupan. Masyarakat setempat saat itu hanya bisa menunggu jawaban dari pertanyaan apakah desanya bisa berkembang maju, dinamis, ada denyut nadi ekonomi yang terus bergerak menuju perbaikan kehidupan. Atau, masih akan terus menunggang kuda dan berjalan kaki melalui jalan setapak.
Sulitnya transportasi saat itu menyebabkan warga desa mengalami hambatan untuk bepergian
53
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
54
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
TENTANG BATU HIJAU ERA TAMBANG “COMMUNITY DEVELOPMENT” SEBUAH KOMITMEN
55
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
56
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
ERA TAMBANG BENTANGAN ALAM PADA SEBUAH BEBUKITAN ITU MEMANCARKAN C AHAYA K EHIDUPAN MENEMBUS BATAS RUANG DAN WAKTU MENGGERAKKAN DAYA HIDUP
Kegiatan operasi di tambang terbuka Batu Hijau
B
entangan alam itu berada di barat daya Pulau Sumbawa. Posisinya sekitar lima belas kilometer dari pantai barat, sepuluh kilometer dari pantai selatan, atau delapan puluh satu kilometer dari Kota Mataram di Pulau Lombok, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada ketinggian tiga ratus sampai enam ratus meter, ketika itu bulan Mei 1990, sebuah tim survei geologi PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) berhasil menemukan tubuh cebakan, tembaga porfiri dalam jumlah cukup besar dengan sedikit kandungan emas dan perak. Para ahli geologi PTNNT sudah melakukan eksplorasi selama empat tahun sejak tahun 1986 pada bentangan tanah bebukitan itu. Eksplorasi yang tidak sia-sia karena ditemukan cebakan tembaga porfiri di perut bumi barat daya Pulau Sumbawa, di wilayah Kecamatan Jereweh dan Kecamatan
Cebakan Batu Hijau mengandung lebih banyak tembaga dengan sedikit emas
57
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat. Tanggal 2 Desember 1986 PTNNT kemudian menandatangani Kontrak Karya Generasi Keempat dengan Pemerintah Indonesia. Batu Hijau adalah nama yang diberikan kepada cebakan itu oleh PTNNT. Sejak itu, era Batu Hijau yang identik dengan PTNNT pun dimulai. Studi kelayakan yang dilanjutkan dengan studi penelitian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) disetujui Pemerintah Indonesia bulan Oktober 1996. Hampir setahun kemudian pada bulan Mei 1997 izin konstruksi disetujui Pemerintah Indonesia. Pembangunan proyek Batu Hijau pun dimulai selama lebih kurang tiga tahun dengan menghabiskan biaya total sebesar 1,8 miliar dolar AS. Selama masa pembangunan proyek atau masa konstruksi antara tahun 1997-1999 sekitar 17.000 tenaga kerja dilibatkan. Tanggal 1 Maret 2000 PTNNT yang lebih akrab disebut Newmont Batu Hijau memulai produksi komersial perdananya. Kerja keras sejak 1986 itu tidak sia-sia sekaligus menjanjikan masa depan bagi masyarakat di sekitar pertambangan tersebut. KANDUNGAN TEMBAGA
B
Belum banyak masyarkat yang tahu kalau Newmont Batu Hijau lebih banyak menambang tembaga dari pada emas
58
atu Hijau adalah tambang terbuka (open pit mine). Artinya semua mineral berharga yang mengandung tembaga, emas, dan perak ditambang dari permukaan tanah dengan menggunakan alat berat tambang. Pada saat pit digali baik batuan yang mengandung mineral maupun batuan limbah harus diambil. Untuk melakukan penambangan dalam sebuah lubang besar di tanah diperlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai istilah bijih dan batuan sisa. Bijih adalah batuan yang mempunyai kandungan mineral, seperti tembaga, emas, dan perak, sedangkan batuan batusan sisa adalah material yang tidak mengandung cukup mine-ral berharga. Penambangan dilakukan dengan
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
cara mengambil batuan baik bijih maupun batuan sisa dari lubang t a m b a n g . Penambangan batuan baik bijih m a u p u n bantuan sisa di Batu Hijau m e n c a p a i 600.000 ton per hari. Sedangkan total batuan yang ditambang selama masa operasi tambang diperkirakan mencapai tiga miliar ton. Belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa sesungguhnya tambang Batu Hijau lebih banyak tembaga dari pada emas dan perak. Untuk mendapatkan satu truk bijih harus ditambang tiga truk batuan. Bijih diangkut ke instalasi pengolahan mineral, sedangkan batuan sisa diangkut ke area pembuangan. Karena itu Batu Hijau merupakan cebakan tembaga porfiri dengan sedikit kandungan emas dan perak. Setiap ton bijih yang diolah menghasilkan rata-rata 4,87 kilogram tembaga, sedangkan hasil emas yang diperoleh sangat sedikit hanya 0,37 gram dari setiap ton bijih yang diolah. Perbandingannya, apabila bijih yang diproses setara dengan 100 kilogram padi, katakanlah mewakili 100 kilogram bijih, maka tembaga yang dihasilkan hanya 0,5 kilogram, sementara emas hanya 0,037 gram atau kurang dari bobot satu butir padi.
Dari 100 kilogram bijih hanya diperoleh 0,037 gram emas atau kurang dari bobot satu butir padi
59
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
PROSES PENAMBANGAN
P
roses penambangan di Batu Hijau diawali dengan kegiatan pemboran dan peledakan. Batuan akan terlepas dari tanah dengan diameter rata-rata 0,25 meter. Batuan tersebut dipindahkan dengan menggunakan alat muat shovel ke truk berkapasitas 240 ton kemudian diangkut menuju dua unit crusher atau mesin penghancur. Dengan mesin penghancur inilah ukuran bijih batuan diperkecil hingga berdiameter rata-rata kurang dari 15 centimeter. Dari crusher bijih batuan diangkut dengan ban berjalan sepanjang kurang lebih enam kilometer ke pabrik pengolahan yang disebut konsentrator. Ketika berada di konsentrator inilah mineral berharga dipisahkan dari batuan yang tidak bernilai ekonomis melalui proses penggerusan dan pengapungan (flotasi). Proses dimulai dengan mengangkut bijih dari tempat penimbunan ke konsentrator yang memiliki alat penggerus besar. Selanjutnya, bijih yang telah dicampur air laut dimasukkan dalam mesin penggerus (semi auto genous grinding). Alat ini digunakan untuk menggerus bijih hingga ukurannya menjadi sebesar krikil. Bijih yang sudah dicampur air laut tersebut menghasilkan bubur bijih (slurry) yang kemudian dipompa ke dalam tangki cyclone.
Proses panjang harus dilakukan dengan teknologi tinggi untuk mendapatkan konsentrat atau mineral bernilai ekonomi khususnya tembaga
60
Di dalam alat ini partikel bijih berukuran lebih besar yang terdapat dalam slurry dipisahkan untuk kemudian digerus ulang di dalam ball mill. Ball mill juga merupakan alat penggerus yang menggunakan bola baja untuk menggerus bijih batuan hingga berukuran sebesar butir pasir. Setelah ke luar dari ball mill, partikel halus yang terkandung dalam slurry kemudian dipompa ke tangki cyclone lainnya untuk proses pemisahan akhir partikel bijih. Sementara bubur bijih halus dari tangki cyclone dialirkan ke beberapa tangki lainnya yang disebut sel pengapungan (flotasi) untuk diambil kandungan
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
mineral berharganya. Proses pengapungan ini tidak menggunakan bahan kimia secara berlebihan dan tidak berbahaya, karena itu metode ini aman dan dapat meminimalkan dampak lingkungan. Secara fisika proses ini memisahkan mineral berharga dan mineral tidak berharga di dalam bubur bijih dengan gelembung udara dan reagen. Ada dua jenis reagen yang dimasukkan ke dalam tangki, yaitu reagen yang menempel pada mineral berharga serta reagen yang berfungsi untuk menjaga stabilitas gelembung akibat proses pengadukan. Cara kerja reagen ini sama dengan sabun deterjen. Ketika gelembung udara naik, mineral berharga menempel pada gelembung tersebut kemudian naik ke permukaan. Mineral berharga yang terkumpul di permukaan ini disebut konsentrat, terdiri atas partikel-partikel mengandung tembaga dan mineral lainnya. Dari proses pengapungan ini konsentrat dikirim ke tangki counter current decant. Dalam tangki ini air laut dibuang kemudian konsentrat dikentalkan dengan cara mengalirkan air tawar secara berlawanan arah. Air tawar ini akan memisahkan air laut, dan konsentrat akan mengendap di dasar tangki. Ketika berada di dalam mesin filtrasi, konsentrat ditampung dalam tangki besar dan terus diaduk agar tidak mengendap. Selanjutnya
Batuan tambang Newmont Batu Hijau diangkut dengan ban berjalan (conveyor belt) menuju pabrik pengolahan sepanjang 6 km
61
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
konsentrat dialirkan melalui filter press untuk menurunkan sekitar 91 persen kandungan air dari konsentrat dengan menggunakan tekanan udara. Setelah ke luar dari filter press, konsentrat berubah bentuk menjadi bubuk halus yang mengandung logam tembaga serta sedikit emas dan perak. Konsentrat ini selanjutnya disimpan dalam gudang sambil menunggu proses pengapalan. Ketika proses pengapalan akan dilakukan, konsentrat diangkut dengan ban berjalan kemudian dimuat ke kapal kargo. Konsentrat kemudian dikirim dengan kapal ke beberapa tempat peleburan di berbagai penjuru dunia dan ke Gresik, Jawa Timur untuk diproses lebih lanjut, dilebur, dipisahkan dan diambil logam berharga yang terkandung di dalamnya. TAILING
D
Tailing mengalir ke palung laut dalam antara tiga sampai empat kilometer di bawah permukaan laut
62
ari semua proses penambangan dan alur produksi ini terdapat sisa batuan halus menyerupai lumpur yang disebut tailing. Tailing ini tidak berbahaya. Newmont Batu Hijau atas izin Pemerintah Indonesia telah memutuskan memilih penempatan tailing di dasar laut atau sub Sea Tailing Placement (STP). Ada pertimbangan sangat matang kenapa dipilih STP. Aspek teknis dan lingkungan merupakan hal utama yang dipertimbangkan dalam penempatan tailing. Kedua aspek tersebut terkait erat dengan keamanan penempatan tailing baik yang mempengaruhi keselamatan wilayah di sekitarnya maupun lingkungan hidup. Persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah, tailing harus tersimpan pada tempat aman, baik pada saat tambang beroperasi maupun pascatambang. Artinya, penempatan tailing harus dirancang dengan baik sehingga aman bagi penduduk di sekitarnya, aman bagi lingkungan, dan lokasi tersebut dapat direklamasi agar bisa kembali atau mendekati keadaan semula, baik melalui peran sumber daya manusia, teknologi maupun secara alamiah.
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Pada STP telah dipertimb a n g k a n peletakan jalur pipa tailing tidak mengganggu atau merusak terumbu karang dan tidak juga mengganggu alur pelayaran Di samping itu penyebaran tailing juga diatur, penempatannya di dasar laut harus pada kedalaman t e r t e n t u sehingga tidak menutupi daerah produktif. Dengan demikian STP merupakan sistem pengaliran lumpur tailing melalui pipa yang aman ke laut dalam agar seluruh padatan tailing yang dihasilkan selama tambang beroperasi dapat mengalir kemudian mengendap di dasar laut dalam yang memiliki produktivitas rendah. Pengaliran tailing Newmont Batu Hijau prosesnya melalui pipa kemudian mengalir menuju dasar laut pada palung yang sangat dalam di lepas pantai Sejorong. Di sepanjang garis pantai ini terdapat palung laut Teluk Senunu di Samudera Hindia dengan kedalaman lebih dari 3000 meter sampai 4000 meter atau 3 hingga 4 kilometer. Jalur pipa tailing menjorok di dalam laut sampai ke tepi palung laut pada kedalaman sekitar 112 meter, sementara jarak dari pantai ke ujung pipa bawah laut adalah 3.200 meter atau 3,2 kilometer. Ketika tailing mengalir ke luar dari ujung pipa bawah laut, tailing langsung jatuh menuju ke palung laut dalam antara 3000 meter sampai 4000
Pipa tailing menjorok ke palung laut pada kedalaman 112 meter
Air laut dalam secara efektif menutup tailing sehingga tidak bergerak, sama seperti pasir di bawah laut
63
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
meter atau 3 sampai 4 kilometer di bawah permukaan laut. Sistem STP Newmont Batu Hijau ini menggunakan dua jenis pipa, yaitu jaringan pipa darat dan jaringan pipa laut. Pipa darat terbuat dari baja dan bagian dalamnya dilapisi karet setebal 19 milimeter (mm) untuk mengurangi korosi (karat) dan abrasi akibat aliran tailing. Jaringan pipa darat membentang sepanjang 6000 meter atau 6 kilometer dari tempat pengolahan mineral ke pantai. Sedangkan jaringan pipa laut terbuat dari material kuat dan ringan dengan diamater lebih dari 1 meter serta ketebalan dinding pipa 90 milimeter (mm). Karena sifat berat dan massa jenisnya, tailing secara alami mengalir turun pada dinding-dinding curam ngarai bawah laut dan mengendap di dasar ngarai selatan Pulau Sumbawa sekitar 3000 meter sampai 4000 meter atau 3 hingga 4 kilometer di bawah permukaan Samudera Hindia.
Newmont Batu Hijau 2 kali meraih “PROPER Hijau� sebagai penghargaan terhadap manajemen lingkungan yang baik
64
Air laut dalam secara efektif menutup tailing sehingga tidak bergerak, seperti pasir yang berada di dasar laut . Karena tailing lebih berat dari air laut, maka tailing tidak mengapung ke permukaan. Dan dampak terhadap lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin. STP yang dibangun sudah mengikuti semua persyaratan nasional dan internasional , karena itu pula izin tailing yang diajukan Newmont Batu Hijau diberikan oleh Pemerintah Indonesia. Perusahaan pertambangan ini selalu menyosialisasikan masalah tailing ini kepada seluruh masyarakat terutama penduduk di desa-desa lingkar tambang, bahwa sistem pembuangan tailing memang harus ada untuk sebuah pertambangan besar. Kata kuncinya terletak pada kesepahaman bahwa tailing harus secara maksimal diupayakan tetap bersahabat dengan lingkungan. Inilah yang menjadi komitmen tinggi Batu Hijau.
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK LINGKUNGAN
D
alam paradigma baru pertambangan, Newmont Batu Hijau memberikan perhatian tinggi terhadap lingkungan, bahkan komitmen perusahaan pertambangam tembaga dan emas ini adalah menerapkan standar lingkungan tertinggi. Artinya, semua persyaratan standar nasional dan internasional dipenuhi untuk meminimalkan dampak negatif operasional tambang. Misalnya soal tailing. Setelah dilakukan kajian komprehensif bertahun-tahun diputuskan menggunakan sub Sea Tailings Placement (STP) sebagai sistem pembuangan terbaik di Batu Hijau. Dengan STP ini dampak tailing dapat diminimalkan. Ini terbukti dari berbagai penelitian ilmiah baik nasional maupun internasional bahwa sistem STP yang disertai pemantauan lingkungan secara ketat dapat meminimalkan dampak tailing terhadap wilayah perairan di selatan Pulau Sumbawa. Karena itu, lingkungan bagi Newmont Batu Hijau adalah taruhan masa depan. Ini adalah komitmen Newmont Batu Hijau sejak dulu, sekarang maupun masa mendatang. Audit dan inspeksi lingkungan terhadap Newmont Batu Hijau melalui apa yang disebut
Setiap kegiatan yang mempengaruhi lingkungan diawasi ketat melalui inspeksi dan audit lingkungan
65
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
dengan Program Peringkat Kinerja Lingkungan (PROPER) selama ini menempatkan Newmont Batu Hijau pada PROPER Hijau untuk tahun 2003& 2005. Ini berarti manajemen lingkungan dikelola dengan sangat baik dan memenuhi semua standar persyaratan yang berlaku. Program reklamasi yang dilakukan bersamaan dengan operasional tambang merupakan wujud nyata. Newmont Batu Hijau terhadap perlindungan lingkungan. Lahan-lahan yang terganggu akibat operasional tambang segera direklamasi. Tujuannya untuk menyetabilkan kondisi tanah, menciptakan kembali komunitas hutan dan mengurangi peluang tumbuhnya gulma di daerah yang dibuka untuk kegiatan penambangan. Pada tahun 2003 Newmont Batu Hijau menanam kembali di lahan batuan sisa seluas 22,77 hektar. Kemudian tahun 2004 luas lahan yang direklamasi bertambah menjadi 54,22 hektar meliputi reklamasi permanen mencapai areal 14,02 hektar, pemeliharaan revegetasi sekitar 5,10 hektar dan revegetasi sementara seluas 35,10 hektar. Bahkan tahun 2005 ditingkatkan lagi menjadi 76,6 hektar yang mencakup reklamasi permanen 18,3 hektar, pemeliharaan revegetasi 8,8 hektar dan revegetasi sementara 49,5 hektar.
Lahan yang terganggu akibat operasional tambang, segera direklamasi.
66
Newmont Batu Hijau sesungguhnya menempatkan faktor lingkungan sebagai salah satu penentu operasional tambang secara berkelanjutan. Setiap kegiatan yang dinilai mempengaruhi lingkungan terus diawasi secara ketat melalui berbagai penelitian internasional, nasional bahkan melibatkan tim independen. Ini dilakukan untuk memberikan gambaran utuh bahwa Newmont Batu Hijau terbuka dalam pengelolaan lingkungan. Berbagai bidang yang berkaitan langsung dengan lingkungan dipantau dan diteliti secara ketat untuk memastikan bahwa lingkungan tersebut aman dari kemungkinan timbulnya pencemaran. Pemantauan
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Produk akhir dari Newmont Batu Hijau adalah konsentrat
Tim Independen Nusa Tenggara Barat (NTB) pernah melakukan penelitian terhadap tailing, air tambang, air laut dan ikan laut dalam. Sementara sejumlah lembaga internasional, pemantau independen dan Pemerintah Indonesia juga telah meneliti tailing, air sumur, air permukaan, sediment laut dan sungai serta ikan laut dalam dan survei pasar. Pada sisi lain, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian laut dalam di perairan selatan Keterlibatan berbagai lembaga internasional dan nasional ini termasuk tim independen yang memantau dan meneliti berbagai aspek lingkungan ini adalah bagian dari komitmen lingkungan Newmont Batu Hijau dengan selalu menerapkan prinsip keterbukaan. Karena lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab sosial bagi Newmont Batu Hijau untuk masa depan. K ONTRIBUSI
N
ewmont Batu Hijau atau PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) adalah perusahaan patungan Indonesia yang sahamnya dimiliki oleh Nusa Tenggara Partnership 80 persen dan PT Fukuafu Indah 20 persen. Saham pada Nusa Tenggara Partnership sebesar 56,25 persen dimiliki oleh Newmont Indonesia Limited, sementara saham
Sedikitnya 7.200 tenaga kerja terserap langsung bekerja dalam lingkungan Newmont Batu Hijau Belum dihitung masyarakat yang bekerja tidak langsung sebagai dampak positif tumbuh nya peluang usaha
67
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
43,75 persen dimiliki Nusa Tenggara Mining Corporation. Kehadiran Newmont Batu Hijau sejak masa konstruksi 1997-1999 hingga operasional tambang hingga sekarang ini banyak memberikan kontribusi kepada berbagai pihak termasuk pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, wilayah-wilayah kecamatan dan desa-desa di areal pertambangan. Ketika masa konstruksi sedang dilaksanakan sedikitnya 17.000 tenaga kerja terserap. Setelah memasuki masa operasional tambang hingga sekarang ini terdapat lebih kurang 7.200 orang karyawan terserap secara langsung dalam lingkungan Newmont Batu Hijau. Para karyawan tersebut sekitar 4.300 orang karyawan Newmot Batu Hijau dan 3.000 orang karyawan yang bekerja di berbagai kontraktor. Dari jumlah itu lebih dari 60 persen adalah tenaga kerja yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk khususnya masyarakat di desa-desa yang berdekatan dengan areal pertambangan dalam wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Di luar karyawan yang terlibat secara langsung di Newmont Batu Hijau, juga banyak pihak yang terlibat secara tidak langsung pada perusahaan ini, misalnya para pemasok berbagai peralatan, material konstruksi, produk makanan serta produk jasa lainnya.
Royalti Newmont Batu Hijau 19992004 menembus angka 90,8 juta dolar AS
68
Data ekonomi Newmont Batu Hijau menunjukkan angka kontribusi sekitar 35,90 juta dolar Amerika Serikat (AS) setiap tahun kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk pajak, nonpajak serta royalti. Bahkan khusus untuk hitungan royalti, Newmont Batu Hijau sejak pengapalan konsentrat pertama tahun 1999 hingga 2004 telah membayar sekitar 90,8 juta dolar AS kepada Pemerintah Indonesia. Sementara setiap tahun Newmont Batu Hijau membelanjakan lebih dari 183 juta dolar AS untuk pembelian barang dan
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
jasa dari dalam negeri Indonesia, sekitar 55 juta dolar AS untuk pembayaran gaji karyawan nasional serta 2,3 juta dolar AS untuk program pengembangan masyarakat. Khusus untuk wilayah yang berdekatan dengan pertambangan, Newmont Batu Hijau setiap tahun sedikitnya menghabiskan lebih dari 2 juta dolar AS untuk membeli barangbarang dan jasa dari pemasok lokal di desa-desa sekitar daerah tambang atau yang lebih dikenal sebagai desa-desa lingkar tambang. Sesungguhnya, Newmont Batu Hijau telah memberi denyut kehidupan, dulu, sekarang, dan harapan masa mendatang.
Newmont Batu Hijau menghabiskan lebih dari 2 juta dolar AS untuk membeli barang dan jasa dari pemasok lokal lingkar tambang
69
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
70
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
“COMMUNITY DEVELOPMENT” K EHIDUPAN P EDESAAN MEMANCARKAN KEGAIRAHAN BATU HIJAU DAN MASYARAKAT MELANGKAH BERSAMA
M
asyarakat desa mulai meniti kehidupannya. Jalan untuk sedikit ke luar dari berbagai kesulitan dan keterbatasan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari selama ini mulai terbuka. Sejak masa konstruksi sekitar tahun 1996, dimulainya pengoperasian tambang tahun 2000 hingga sekarang ini, kehidupan warga desa tampak
bergairah. Roda perekonomian terlihat berputar. Kisah masa lalu adalah penggalan sejarah yang berharga untuk menyusun kembali sejarah masa depan. Segala keterbatasan selama ini secara perlahan tetapi pasti mulai dan semakin terpenuhi. Penduduk di desa-desa sekitar lingkar tambang serta desa-desa lain lintas kecamatan dan lintas kabupaten sedikit banyak mengalami pertumbuhan cukup pesat. Ada optimisme pada penduduk desa, gairah bekerja semakin tercermin pada sikap warga
Program “Community Development” (ComDev) adalah langkah Newmont Batu Hijau untuk memberikan rasa optimistisme kepada masyarakat
71
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
yang ingin lebih maju dari sebelumnya, dan lebih dari itu prakarsa, peran aktif dan kreativitas terus tumbuh dan berkembang. Nampak ada pesan yang ingin disampaikan dari perubahan dan perkembangan yang terlihat di desa-desa lingkar tambang sejak kehadiran Newmont Batu Hijau hingga sekarang ini, bahwa ternyata Newmont Batu Hijau tidak hanya mengelola pertambangan tembaga dan emas di bagian barat daya Pulau Sumbawa, tetapi juga memberi denyut kehidupan ekonomi masyarakat desa. Dari infrastruktur hingga sarana kesehatan, dan dari pendidikan hingga pertanian serta pengembangan usaha kecil yang berhubungan langsung dengan masyarakat desa disentuh oleh Newmont Batu Hijau. Sentuhan ini pula yang memberi dampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan penduduk desa. Peluang usaha tumbuh menyertai kemunculan pengusaha-pengusaha lokal yang tidak hanya lintas desa, tetapi juga lintas kecamatan, lintas kabupaten dan lintas provinsi.
“Sejak Kehadiran Newmont� adalah kata-kata yang selalu diucap-kan masyarakat desa untuk menunjukkan adanya kemajuan yang mereka rasakan
72
Sementara sektor informal berkembang seiring dengan tumbuhnya peluang usaha baru yang menyebar di desa-desa lingkar tambang Newmont Batu Hijau. Ungkapan paling sering dikemukakan ketika kepada warga desa ditanya soal pertanian dan pengembangan usaha kecil, infrastruktur, kesehatan serta pendidikan sekarang ini adalah penggalan kalimat pembuka, yaitu Sejak Kehadiran Newmont. Ada makna mendalam dari penggalan kalimat pembuka tersebut. Masyarakat di desa-desa lingkar tambang seakan ingin menyatakan bahwa ada benang merah yang secara tegas menggambarkan telah terjadi perubahan, pertumbuhan atau perkembangan cukup berarti bagi pendudukan pedesaan dari masa-masa sulit ke fase meretas kehidupan agar lebih baik dari sebelumnya seperti yang tengah terjadi sekarang ini.
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
A d a l a h p r o g r a m Community Development ( C o m D e v ) Newmont Batu Hijau yang secara kasat mata sulit untuk diingkari peran aktifnya m a n a k a l a pertumbuhan dan perkembangan telah terjadi di desa-desa lingkar tambang. Karena, prakarsa Newmont Batu Hijau untuk mengedepankan pengembangan masyarakat memang secara langsung telah menyentuh aspek kehidupan mendasar penduduk desa. Konsep pengembangan masyarakat yang menjadi paradigma Newmont Batu Hijau memang disusun dan diprogramkan secara terencana dan matang untuk kepentingan rakyat seluas-luasnya. Tidak saja menjangkau warga di desa-desa lingkar tambang, tetapi juga memberi denyut pada desa-desa di luar lingkar tambang hingga lintas kecamatan, lintas kabupaten dan lintas provinsi. Empat program yang dikedepankan Community Development (ComDev) selama ini membuktikan adanya tingkat kepedulian yang tinggi dari Newmont Batu Hijau untuk membangun masyarakat desa. Pembangunan infrastruktur, kesehatan masyarakat, pendidikan serta pertanian dan pengembangan usaha berskala kecil adalah program yang secara nyata menyentuh langsung kebutuhan kehidupan masyarakat desa. Sedangkan prinsip-prinsip yang dipegang Newmont Batu Hijau, seperti pembangunan berkelanjutan, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, aplikasi teknologi tepat guna, partisipasi masyarakat serta praktik terbaik mencerminkan sikap Newmont
Roda perekonomian masyarakat terus bergerak Pendidikan adalah faktor menentukan generasi masa depan
Program ComDev Newmont Batu Hijau difokuskan pada infrastruktur, kesehatan, pendidikan serta pertanian dan pengembangan usaha kecil
73
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Batu Hijau yang memandang masyarakat tidak sekadar menjadi objek yang diberdayakan, tetapi juga sebagai subjek yang mampu memberdayakan diri sendiri, keluarga dan warga desanya. Newmont Batu Hijau tidak berjalan sendiri dalam menjalankan program Community Development (ComDev) karena yang mengetahui dan memahami kehidupan realistis masyarakat desa adalah masyarakat desa itu sendiri. Karena itu dibentuk beberapa yayasan yang dipercaya penuh dapat melaksanakan program kemasyarakatan tersebut.
YOP berfungsi menyerap dan menampung aspirasi masyarakat agar setiap program memang berasal dari masyara-kat untuk masyarkat
74
Dalam upaya memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di desa-desa lingkar tambang atau seluruh desa di berbagai kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa Barat, Newmont Batu Hijau sejak tahun 1999 membentuk Yayasan Olat Perigi (YOP). Bagi Newmont Batu Hijau, YOP yang awal pembentukannya digagas sendiri oleh masyarakat, tokoh agama dan anakanak muda kreatif di Kecamatan Jereweh, dimaksudkan untuk membantu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat lingkar tambang melalui program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan, pengembangan usaha kecil dan kredit mikro. Karena luasnya desadesa lingkar tambang serta untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat, Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (ComDev) membentuk dan membagi wilayah administrasi YOP, yaitu YOP-1 mewilayahi Kecamatan Jereweh, YOP-2 mewilayahi Kecamatan Taliwang, Kecamatan Brang Rea dan Kecamatan Seteluk, serta YOP-3 mewilayahi Kecamatan Sekongkang. Ini berarti keberadaan YOP sudah mencakup lima wilayah kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat. Berbagai program yang dilakukan YOP telah secara nyata melibatkan masyarakat, kelompok swadaya masyarakat , lembaga swadaya
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
masyarakat dan pengusaha lokal yang mengajukan berbagai prakarsa atau inisiatif guna bersama-sama meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Pada posisi ini YOP berfungsi sebagai penampung, pengelola dan penindaklanjut aspirasi masyarakat. Artinya, setiap program y a n g dijalankannya berasal dari masya-rakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Masyarakat diberi kesempatan untuk berprakarsa. Kemudian YOP menampung, mengelola dan menindaklanjuti inisiatif masyarakat tersebut. Selan-jutnya YOP dan masyarakat bersama-sama mewujudkannya. Untuk pemberdayaan bidang perekonomian masyarakat dalam skala lebih luas, Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (ComDev) pada tahun 2000 membentuk pula Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB). Tujuannnya adalah melaksanakan program pengembangan perekonomian secara berkelanjutan. Melalui lembaga-lembaga inilah Newmont Batu Hijau melaksanakan program Community Development (ComDev) khususnya berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian, peternakan, perikanan, pengembangan usaha kecil, kredit mikro serta fokus pada penguatan lembaga-
Kucuran dana untuk program ComDev Newmont Batu Hijau hingga sekarang sudah mencapai Rp 70 miliar
75
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
lembaga ekonomi pedesaan. Dari sini pula Newmont Batu Hijau dan masyarakat desa melangkah bersama untuk meretas kehidupan. Apa sesungguhnya yang sudah dikerjakan Newmont Batu Hijau dalam program Community Development (ComDev) untuk meretas kehidupan masyarakat desa selama ini. Hanya sebuah wacana atau fakta. Aksi nyata adalah kunci untuk menjawabnya, sementara data-data realistis menjadi faktor pendukung yang menguatkan asumsi bahwa perusahaan pertambangan tembaga dan emas ini telah berbuat sesuatu kepada warga desa yang berada di lingkar tambang.
Infrastruktur pertanian dibangun berdasarkan kebutuhan petani dan analisa menyeluruh yang dilakukan Newmont Batu Hijau
76
Sedikitnya Rp 70 miliar dana yang telah dikucurkan Newmont Batu Hijau untuk pembangunan berbagai jenis infrastruktur dalam program Community Development (ComDev) sejak dimulainya pembangunan infrastruktur beberapa tahun lalu hingga sekarang. Pembangunan sekolah, seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekongkang di Desa Sekongkang Bawah dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Maluk secara menyeluruh termasuk sarana dan prasarana penunjangnya adalah contoh nyata dari kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap bidang pendidikan dan kesehatan. Renovasi dan rehabilitasi Sekolah Dasar (SD), SMP dan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu) serta Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di seluruh desa lingkar tambang merupakan sisi lain dari komitmen Newmont Batu Hijau terhadap pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat yang selama ini memang diharapkan setelah bertahuntahun berhadap dengan kondisi yang serba terbatas. Pelatihan dan pembinaan kepada para guru dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan mengajar serta mutu pelayanan kesehatan adalah, di samping dana bantuan pendidikan kepada siswa serta pemberian beasiswa kepada siswa dan mahasiswa berprestasi, adalah
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
w u j u d keberpihakan Newmont Batu Hijau kepada masyarakat untuk agar dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pendidikan. Pembangunan Embung Puja di Desa Tongo adalah bentuk konkret program Newmont Batu Hijau untuk me-majukan bidang pertanian di pede-saan. Sementara berbagai fasilitas irigasi berupa ben-dung, embung dan saluran irigasi lainnya di desa-desa lingkar tam-bang, seperti di Desa Aik Kang-kung, Tatar, Se-kongkang Bawah, Sekongkang Atas, Beru, Goa dan Belo merupakan komitmen Newmont Batu Hijau untuk meningkatkan produksi pertanian. Berbagai infrastruktur pertanian ini dibangun berdasarkan permintaan kebutuhan serta analisis komprehensif Newmont Batu Hijau bahwa perlu ada fasiltas irigasi yang memadai jika ingin meningkat-kan kesejahteraan penduduk di desadesa lingkar tambang yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Program konkret lainnya dari Newmont Batu Hijau untuk bidang pertanian adalah penyuluhan dan pembinaan terhadap para petani terutama dalam upaya meningkatkan hasil panen baik padi maupun tanaman hortikultura. Pada skala yang lebih luas lagi, Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (ComDev) memberikan juga perhatian tinggi kepada sektor perkebunan, peternakan dan perikanan. Para petani, petani peternak dan nelayan memperoleh berbagai pelatihan mulai dari alih pengetahuan mengenai
Anak-anak desa semakin dipacu untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi
ComDev Newmont Batu Hijau adalah motor penggerak roda kehidupan masyarkat desa lingkar tambang
77
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
sistem pertanian dan perikanan hingga bantuan bibit padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan ikan. Bagi Newmont Batu Hijau, program Community Development (ComDev) yang bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat terutama di desa-desa lingkar tambang tidak hanya cukup pada bidang infrastruktur pertanian, pendidikan dan kesehatan serta pembangunan sosial kemasyarakatan seperti peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga harus disertai dengan pengembangan sektor ekonomi rakyat. Karena itu berbagai peluang usaha diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui pendekatan kemitraan dikembangkan konsep Prakarsa Bisnis Lokal yang memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengambil prakarsa sendiri kemudian bermitra dengan Newmont Batu Hijau dan sub-kontraktornya. Semakin banyak jenis hasil panen petani dan produk keterampilan masyarakat lainnya yang dipasok ke perusahaan pertambangan ini. Di sini program Community Development (ComDev) dirasakan sangat bermanfaat bagi penduduk desa lingkar tambang.
Langkah menuju kehidupan yang lebih baik semakin terbuka
78
Bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dari apa yang telah dilakukan oleh Newmont Batu Hijau selama ini ditarik kesimpulan bahwa program Community Development (ComDev) telah menjadi motor penggerak roda kehidupan masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Menjadi pemicu berdenyutnya nadi perekonomian masyarakat. Sebagai sebuah kesisteman yang kait-mengait, maka pembangunan berbagai infrastruktur, pembinaan dan pelatihan masyarakat, bantuan-bantuan di bidang pertanian, pendidikan dan kesehatan serta terbukanya peluang-peluang usaha, merupakan langkah awal bagi masyarakat untuk memacu pertumbuhan ekonomi rakyat di desa-desa lingkar tambang. Langkah menuju ke arah kehidupan
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
masyarakat yang lebih baik lagi semakin terbuka. Sesungguhnya masyarakat menginginkan kemajuan itu. Newmont Batu Hijau sejak masa survei geologi, masa konstruksi hingga operasional tambang sekarang ini telah melakukan aksi nyata untuk masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Berbagai fasilitas yang dibangun perusahaan ini, mulai dari infrastruktur pertanian, pendidikan, kesehatan, sarana umum dan pengembangan perekonomian hingga pemberdayaan sumber daya manusia, adalah cermin dari kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap masa depan masyarakat pedesaan. Dan, program konkret dari Community Development (ComDev) lainnya masih akan dilakukan Newmont Batu Hijau untuk masyarakat desa, sekarang dan masa mendatang. Inilah komitmen sesungguhnya dari Newmont Batu Hijau untuk masyarakat desa lingkar tambang serta desa-desa lain yang mengitarinya.
Newmont Batu Hijau akan terus peduli kepada masyarakat desa
Program ComDev Newmont Batu Hijau memberikan prioritas tinggi terhadap bidang pendidikan
79
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
80
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
SEBUAH KOMITMEN SEBUAH KOMITMEN ADALAH REFLEKSI TANGGUNG JAWAB SOSIAL KE DEPAN DAN KOMITMEN ITU SECARA KONSISTEN AKAN DILANJUTKAN NEWMONT BATU HIJAU
B
agi Newmont Batu Hijau komitmen adalah refleksi tanggung jawab sosial yang berdimensi masa depan. Ada mata rantai yang berkelanjutan sejak dulu, sekarang, masa mendatang hingga pascatambang. Ada implementasi program yang mewujud secara nyata pada masyarakat di desadesa lingkar tambang. Keberadaan masyarakat secara utuh dimaknakan sebagai bagian tidak terpisahkan dari sebuah sistem, dan ia melekat pada setiap pergerakan Newmont Batu Hijau. Sejatinya itulah komitmen Newmont Batu Hijau terhadap masyarakat manakala konsep masyarakat itu sendiri diberi makna sebagai sebuah subjek dalam setiap langkah pembangunan kemasyarakatan. Newmont Batu Hijau telah memulai dan akan terus melakukan apa yang disebut dengan program Community Development (ComDev), sebuah
Komitmen Newmont Batu Hijau adalah refleksi tanggung jawab sosial ke depan
81
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Nemwont Batu Hijau berharap pascatambang nanti sudah terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri
82
program besar untuk kesejahteraan masyarakat. Dan, pada tataran ini Newmont Batu Hijau sudah melangkah, melangkah bersama masyarakat dan melangkah bersama pemerintah dalam jalinan persahabatan menuju masa depan. Adalah Malik Salim, Senior Manager External Relations Newmont Batu Hijau, menyumbangkan pemikirannya tentang apa sesungguhnya yang menjadi konsep Newmont Batu Hijau dalam program pembangunan masyarakat. Pandangannya mengenai keberadaan Newmont Batu Hijau di tengah-tengah masyarakat desa lingkar tambang setidaknya dapat dipahami sebagai faktor yang melatarbelakangi kenapa Newmont Batu Hijau begitu peduli dengan pembangunan kemasyarakatan di desa-desa lingkar tambang Konsep dasar program Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau untuk masyarakat desa lingkar tambang dilatarbelakangi pemikiran bahwa daerah di sekitar tambang adalah wilayah yang terkena dampak langsung oleh semua aktivitas pertambangan. Karena itu, Newmont Batu Hijau diwajibkan untuk melakukan pembangunan dan pengembangan masyarakat yang berada di desa-desa sekitar tambang. Lebih dari itu, sejak awal beroperasi Newmont Batu Hijau telah berkomitmen untuk melaksanakan tanggung jawab sosial ke depan yang disadari sangat penting untuk keberhasilan operasional tambang serta pembangunan berkelanjutan di kawasan Batu Hijau. Ini berarti Newmont Batu Hijau memiliki konsep dasar yang terencana untuk masyarakat lingkar tambang. Ketika operasional tambang tembaga dan emas di Batu Hijau terus beroperasi, maka menjadi tanggung jawab Newmont Batu Hijau untuk selalu peduli dengan masyarakat sekitarnya. Kepedulian inilah yang kemudian diwujudnyatakan melalui program
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
pengembangan masyarakat baik pembangunan berbagai infrastruktur (infrastructure building) maupun pengembangan kapasitas masyarakat (community capacity building) untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian masyarakat lingkar tambang baik sekarang maupun masa mendatang hingga pascatambang. Karena itu pula Newmont Batu Hijau memandang dirinya sendiri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat lingkar tambang. Newmont batu Hijau tidak akan berarti apaapa tanpa keberadaan masyarakat yang mendukung penuh operasional pertambangan. Atas pemikiran ini pula Newmont Batu Hijau akan tetap berkomitmen tinggi bahwa kehadiran perusahaan tambang tembaga dan emas ini diharapkan mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat lingkar tambang. Langkah yang telah dan akan terus dilakukan adalah melaksanakan program Community Development (ComDev) secara konsisten. Program ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat sejahtera dan mandiri pada pascatambang. Sementara komitmen Newmont Batu Hijau direfleksikan melalui kerjasama dalam kemitraan dengan
Kemitraan adalah penting bagi Newmont Batu Hijau dalam menjalankan berbagai program pembangunan kemasyarakatan
83
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Kami menghargai setiap kritik konstruktif terhadap Newmont Batu Hijau
84
masyarakat dan pemerintah demi menjaga proses pembangunan berkelanjutan di kawasan Batu Hijau. Malik Salim nampaknya memahami betul bahwa program Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau adalah program yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan mendasar masyarakat lingkar tambang, seperti bidang pertanian, pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana umum serta pembangunan ekonomi masyarakat. Karena itu pencapaian hasil dari program ini akan sangat menentukan keberhasilan Newmont Batu Hijau mewujudkan masyarakat lingkar tambang yang sejahtera dan mandiri di masa mendatang. Dalam program pembangunan di lingkar tambang masyarakat menjadi subjek pembangunan. Ini menjadi dasar konsep kemitraan yang dibangun Newmont Batu Hijau selama ini. Artinya, setiap pembangunan infrastruktur atau pengembangan kapasitas masyarakat, penduduk desa selalu dilibatkan melalui suatu perencanaan dari bawah. Sasaran akhirnya agar semua infrastruktur serta pengembangan kapasitas masyarakat benar-benar tepat sasaran dan tepat kebutuhan. Masyarakat memang merasakan apa yang telah dilakukan oleh Newmont Batu Hijau. Fasilitas air bersih dibangun karena masyarakat butuh air bersih, infrastruktur pendidikan dibangun karena masyarakat menginginkan anakanaknya mudah sekolah, infrastruktur kesehatan dibangun karena penduduk desa ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Kenapa infrastruktur pertanian dibangun, seperti embung atau bendung, karena memang petani selama ini kesulitan air untuk memaksimalkan hasil panen. Ketika kemudian Newmont Batu Hijau melakukan berbagai
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
pelatihan untuk alih pengetahuan dan alih keterampilan di berbagai bidang khususnya pertanian dan usaha kecil, maka yang dituju adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kapasitas masyarakat harus ditingkatkan jika ke depan yang diharapkan adalah membentuk masyarakat sejahtera dan mandiri hingga pascatambang. Apa yang dilakukan Newmont Batu Hijau terhadap masyarakat lingkar tambang terutama dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan kapasitas masyarakat selalu bersandar pada konsep kemitraan antara Newmont Batu Hijau, masyarakat lingkar tambang dan pemerintah daerah. Contoh konkret adalah pembangunan gedung SMP Negeri Sekongkang yang menelan dana sekitar Rp 3,2 miliar. Lahan disediakan oleh masyarakat, pembangunan gedung dan fasilitas-fasilitas disiapkan oleh Newmont Batu Hijau, sedangkan operasional sekolah seperti penyediaan guru dan program pendidikan dilakukan oleh pemerintah daerah. Begitu pula dengan pembangunan infrastruktur lainnya baik di bidang pertanian, kesehatan, sarana dan prasarana umum maupun pengembangan ekonomi melalui penciptaan peluang usaha. Sesungguhnya Newmont Batu Hijau mengharapkan partisipasi aktif masyarakat lingkar tambang dalam setiap gerak pembangunan yang telah diprogramkan dalam community development. Karena melalui peran aktif masyarakat melalui proses konsultatif dan partisipatif inilah yang pada akhirnya menjadikan hasil-hasil pembangunan dapat dirasakan dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Bagi Newmont Batu Hijau, masyarakat lingkar tambang adalah mitra, sahabat dan subjek yang memiliki potensi untuk semakin berkembang atau mengembangkan diri. Karena itu, masyarakat ditempatkan pada
Keberhasilan program merupakan tanggung jawab bersama.
85
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Lisensi sosial adalah wujud nyata penerimaan masyarakat terhadap NNT.
86
posisi yang sangat strategis oleh Newmont Batu Hijau dalam setiap program pengembangan kemasyarakatannya. Inilah makna lain dari sebuah komitmen tersebut, bahwa Newmont Batu Hijau memandang masyarakat lingkar tambang sebagai unsur penting dalam sebuah sistem yang tengah berjalan. Karena itu dalam program community development yang sudah menjadi semacam cetak biru (blue print) Newmont Batu Hijau disebutkan tujuan membentuk masyarakat sejahtera dan mandiri pascatambang. Dari prinsip dan tujuan inilah Newmont Batu Hijau telah dan akan terus mengambil langkah strategis menyiapkan masyarakat masa depan yang mampu meraih kesejahteraan dan kemandirian bersama. Apakah Newmont Batu Hijau optimistis masyarakat sejahtera dan mandiri ini akan tercapai, seperti diungkapkan Malik Salim, “Kami optimistis bisa tercapai�. Karena untuk mencapai tujuan tersebut Newmont Batu Hijau telah mempersiapkan pilar penopang pengembangan masyarakat yang mencakup pembangunan infrastruktur, pengembangan bidang pertanian, pendidikan, kesehatan dan usaha kecil. Pilar-pilar ini kemudian didukung pula oleh langkah Newmont Batu Hijau yang terus menerus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui apa yang disebut dengan program community capacity development atau pengembangan kapasitas masyarakat. Potensi sumber daya manusia di desa-desa lingkar tambang akan lebih diberdayakan melalui pengembangan kapasitas masyarakat ini. Sesungguhnya potensi itu ada, masyarakat tinggal dilatih dan dibina. Ada alih pengetahuan, ada alih keterampilan, ada alih teknologi. Newmont Batu Hijau sudah melakukan berbagai pelatihan dan pembinaan ini. Hasilnya tidak sia-sia. Masyarakat sekarang semakin cerdas mengambil prakarsa
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
untuk menjawab peluang-peluang usaha. Masyarakat pun sudah mampu melaksanakan sistem pertanian yang mampu meningkatkan hasil panen. Ini hasil yang secara kasat mata dapat dilihat di desa-desa lingkar tambang sekarang ini. Bagi Newmont Batu Hijau perubahan yang terjadi di masyarakat saat ini adalah langkah awal untuk menuju kesejahteraan dan kemandirian di masa mendatang. Komitmen Newmont Batu Hijau tidak akan bisa ditawar-tawar lagi. Karena komitmen adalah bagian dari tanggung jawab sosial ke depan, dan Newmont Batu Hijau adalah juga bagian tidak terpisahkan dari masyarakat lingkar tambang itu sendiri. Ikatan emosional sekarang ini semakin terjalin erat antara masyarakat dan Newmont Batu Hijau. Sejarah keberadaan tambang tembaga dan emas di kawasan Batu Hijau adalah juga bagian dari sejarah masyarakat desa lingkar tambang. Dampak luas dari terjalin eratnya ikatan emosional antara Newmont Batu Hijau dan masyarakat selama ini adalah semakin tingginya tingkat apresiasi masyarakat terhadap Newmont Batu Hijau. Lihatlah sepuluh desa lingkar tambang, Maluk, Benete, Belo, Goa dan Beru hingga Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Tatar dan Aik Kangkung. Masyarakat di desa-desa yang paling dekat dengan wilayah pertambangan ini memberi dukungan positif terhadap keberadaan Newmont Batu Hijau. Lebih dari itu warga desa bergairah menjalani kehidupan sehari-harinya, mengambil prakarsa dan mengisi berbagai peluang usaha yang telah diciptakan baik langsung maupun tidak langsung oleh Newmont Batu Hijau. Meski demikian Newmont Batu Hijau nampak menyadari bahwa belum semua keinginan masyarakat bisa dipenuhi secara maksimal.
Newmont Batu Hijau tetap optimistis masyarakat sejahtera dan mandiri akan terbentuk di masa mendatang
87
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Karena itu ada ruang kritik konstruktif atau aspirasi yang berkembang di masyarakat. Bagi Newmont Batu Hijau ini adalah positif. Setidaknya kritik konstruktif serta aspirasi masyarakat yang terus berkembang itu adalah refleksi dari kecintaan masyarakat lingkar tambang siapa pun dia atau mereka terhadap Newmont Batu Hijau. Terhadap kritikan ini, Malik Salim menyikapinya demikian, “Kami menghargai semua kritikan, karena dari kritikan itu Newmont Batu Hijau bisa terus berusaha memperbaiki apa yang dirasakan kurang oleh masyarakat”. Mungkin yang perlu dipahami secara utuh oleh seluruh masyarakat lingkar tambang, bahwa semua itu memerlukan proses dan setiap proses memerlukan waktu. “Begitulah apresiasi Newmont Batu Hijau dalam menjawab semua kritikan konstruktif tersebut,” tutur Malik Salim. Ruang kritik tetap terbuka, karena bagi Newmont Batu Hijau kritikan adalah sisi lain dari kecintaan dan persahabatan masyarakat lingkar tambang.
Newmont Batu Hijau akan terus melan-jutkan komit-mennya dalam pengembangan kemasyarakatan
88
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Jika ada pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat desa lingkar tambang, maka pesan itu adalah Newmont Batu Hijau akan tetap memegang dan terus melanjutkan komitmen tingginya dalam bidang pengembangan masyarakat untuk mencapai masyarakat sejahtera dan mandiri baik sekarang, masa mendatang maupun pascatambang ketika Newmont Batu Hijau harus mengakhiri masa operasional tambangnya. Ke depan, di saat Newmont Batu Hijau tinggal menjadi catatan sejarah, di saat itu pula masyarakat lingkar tambang tetap mengenangnya sebagai sahabat yang pernah bersama-sama melangkah untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian. Proses ini yang akan dituju dari sebuah komitmen itu.
Newmont Batu Hijau sudah melangkah bersama masyarakat dan pemerintah dalam jalinan persahabatan menuju masa depan
89
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
90
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
BATU HIJAU PEDULI SESAMA REVITALISASI PERTANIAN “HUMAN DEVELOPMENT” MEMBENAHI INFRASTRUKTUR
91
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
92
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
REVITALISASI PERTANIAN INI BUKAN RETORIKA DALAM REVITALISASI PERTANIAN, PROGRAM DIFOKUSKAN PADA KETAHANAN PANGAN, KETERSEDIAAN PANGAN DAYA BELI YANG TERJANGKAU DAN KEMANDIRIAN PANGAN (PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO, WADUK JATILUHUR, 11 JUNI 2005)
B
agaimana Newmont Batu Hijau memandang bidang pertanian ? Sesungguhnya, bukan itu pertanyaannya. Tetapi sejatinya bagaimana masyarakat sendiri memandang dunia pertanian. Mengapa infrastruktur dibangun ? Pertanian adalah tulang punggung ekonomi masyarakat, dan dalam pembangunan pertanian persoalan yang paling elementer adalah irigasi. Lantas, kenapa teknologi SRI (System of Rice Intensification) ? Dari sini petani dapat meningkatkan hasil panennya. Menuju ketersediaan pangan dan kemandirian pangan.
Muhammad Atek Zambani, Coordinator Agribusiness Community Development (ComDev)
Infrastruktur pertanian dibangun untuk menyejahterakan petani di desa-desa lingkat tambang
Revitalisasi pertanian bertujuan mewujudkan ketersediaan pangan
93
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Newmont Batu Hijau, mencoba berbagi pengalaman tentang pembangunan pertanian. Ia adalah sosok yang banyak berkomunikasi dan berhubungan langsung dengan para petani di desa-desa lingkar tambang, berdialog, berdiskusi dan menyerap aspirasi untuk kemudian dicari solusinya agar petani dapat lebih meningkatkan kesejahteraannya. Satu prinsip Newmont Batu Hijau dalam membangun pertanian di desa-desa lingkar tambang, yaitu masyarakat menjadi subjek, bukan objek pembangunan. Karena itu, segala perencanaan disusun dari bawah. Sejak tahun 2001 sudah dilakukan penyusunan perencanaan bidang pertanian bersama masyarakat yang disebut dengan Participatory Rural Appraisal (PRA). Seluruh masyarakat mengidentifikasi potensi desa masingmasing. Mana potensi bisa dikembangkan dalam program, kemudian dipertajam lagi oleh Komite Pengembangan Desa (KPD) yang merupakan perwakilan dari seluruh komponen masyarakat, ada dari Karang Taruna, tokoh agama, tokoh masyarakat, petani dan nelayan. Mereka menjadi perwakilan untuk menyusun program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Komitmen Newmont Batu Hijau untuk mendukung perencanaan yang telah disusun masyarakat
94
Ini perencanaan strategi dan yang menjadi acuan Newmont Batu Hijau. Dalam perencanaan strategi tersebut diserap aspirasi dari masyarakat. Selama ada Newmont Batu Hijau katakanlah 30 tahun ke depan, masyarakat membutuhkan apa untuk memajukan pertaniannya berdasarkan rencana yang telah dibuat sendiri. Dengan demikian menjadi komitmen Newmont Batu Hijau untuk mendukung perencanaan yang telah disusun oleh masyarakat. Pertanian adalah tulang punggung ekonomi masyarakat di wilayah ini sejak sebelum ada Newmont Batu Hijau. Karena itu ke depan, setelah ada Newmont Batu Hijau atau saat operasional Newmont Batu Hijau berakhir, pertanian
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
diharapkan tetap menjadi tulang punggung ekonomi. Dalam pembangunan pertanian, persoalan paling elementer atau mendasar adalah irigasi. Di PRA sudah teridentifikasi masalah itu. Ada sumber mata air dan sungai yang bisa dimanfaatkan menjadi irigasi. “Kemudian dibangun infrastruktur,� kata Zambani. Misalnya pembangunan fasilitas irigasi di Desa Aik Kangkung, Tatar serta Tongo. Sekarang ini di Desa Benete, dan tahun depan 2006 kita bangun Bendungan Murus, sesuai dengan potensi alam dan sumber air masing-masing. Kalau ada sumber air berupa sungai, dibangun bendung. Kalau tidak ada, seperti di Tongo, dibangun embung. Sementara di Murus, Jereweh ada sungai dan sudah dilakukan survei. Rencananya akan dibangun tahun depan. Newmont Batu Hijau meyakini pembangunan infrastruktur pertanian akan memenuhi kebutuhan masyarakat petani, karena masyarakat dilibatkan sejak awal perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Di sinilah makna masyarakat menjadi subjek pembangunan, bukan objek pembangunan. Seperti diungkapan masyarakat selama ini, para petani di desa-desa lingkar tambang merasakan dampak pembangunan infrastruktur pertanian tersebut.
Newmont Batu Hijau akan terus memprogramkan revitalisasi pertanian yang tidak hanya menyangkut peningkatan hasil panen, tetapi juga sektor perikanan
95
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Relevansinya untuk memajukan sektor pertanian di desa-desa lingkar tambang tentu terkait dengan revitalisasi pertanian. Ada hubungan signifikan dengan ketersediaan pangan. Masyarakat, apalagi di desa-desa ini, biasanya merasa aman kalau di rumahnya ada beras. Beras menjadi komoditi nonekonomi yang masih subsistence, artinya masyarakat menanam untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Kebutuhan sendiri itu bisa untuk rumah tangga dan kepentingan sosial. Kalau ada tetangga hajatan, mereka membawa beras. Karena itu, hingga kini untuk komersialisasi masih belum ada, meski ada beberapa petani di Sekongkang yang sudah mulai menjual hasil panen padinya. Ini sesungguhnya merupakan langkah menjanjikan untuk masa depan. Namun bagaimana pun Newmont Batu Hijau ingin lebih dari itu. Ingin seperti beberapa petani di Sekongkang yang sudah menjual hasil panennya karena terus meningkat.
Petugas Lapangan (PL) ditempatkan satu orang di satu desa
Peningkatan hasil panen padi milik petani dampingan itulah yang terus dimaksimalkan dari tahun ke tahun dalam kerangka revitalisasi pertanian. Newmont Batu Hijau melalui program ComDev melatih dan membina sumber daya manusia di bidang pertanian. Misalnya, Petugas Lapangan (PL) secara berkala diberi pelatihan untuk nantinya menyampaikan tentang pentingnya menanam padi dengan System of Rice Intensification (SRI) sebagai teknologi terbaik di Indonesia. Sosialisasi informasi mengenai SRI bahkan sudah dimodifikasi semudah mungkin dalam sebuah buku, sehingga petani mudah membaca dan memahaminya, seperti bagaimana memilih dan menyeleksi benih atau bibit dengan telur dan air garam atau bagaimana membuat persemaian. Agar pesan SRI sampai, satu PL ditempatkan di satu desa. Ini bagian dari langkah penting untuk memberikan penyuluhan kepada para petani.
96
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Dengan hanya melihat buku petunjuk tentang SRI, orang buta huruf pun bisa menerapkannya, apalagi di dampingi PL. Target penyuluhan atau pendampingan adalah 200 petani per tahun dengan asumsi 20 orang petani per desa per tahun. Program ini disesuaikan dengan musimnya, kalau musim padi dilakukan penyuluhan padi, demikian juga kalau musim palawija diberi penyuluhan palawija dan pada musim bawang merah penyuluhannya tentang bawang merah. “Hasilnya, cukup menggembirakan,� tutur Zambani. Berdasarkan data awal yang kita peroleh, dari areal tanam seluas 44 are yang diukur dengan meteran, hasilnya 487 blek berisi 12 kilogram per blek. Totalnya 5.844 kilogram. Kalau satu hektar, hasilnya 13,28 ton. Itu catatan dari PL kami yang dihasilkan oleh seorang petani Desa Sekongkang Bawah bernama Adam. Setelah diklarifikasi ulang, ternyata Adam menghitungnya per karung, sehingga hitungannya menjadi 10,88 ton per hektar. Itu pun sudah sangat luar bisa, mengingat target nasional untuk revitalisasi pertanian hanya 6 ton. Dengan teknologi SRI ini, ada petani yang hasilnya jauh lebih tinggi dari skala nasional. Ini karena ada seleksi bibit. Kendati bibit itu berlabel, tetapi dengan SRI tetap diseleksi. Kalau bibit berlabel biasanya sering digunakan sepenuhnya. Namun dengan SRI akan terseleksi 20 hingga 30 persen. Benih yang diseleksi
Dengan teknologi SRI para petani di desa lingkar tambang mampu meningkatkan hasil panen
97
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
dengan telur dan air garam inilah yang akan tenggelam, sementara bibit yang tidak berkualitas akan naik ke permukaan air atau terapung. Ini sebenarnya pengalaman praktis dari petani Lampung yang diperkenalkan di desa-desa lingkar tambang. Tujuannya agar bibit benar-benar bernas dan menghasilkan bibit tanaman yang kokoh. Kalau ditanam serempak, tidak naik turun. Cara pembenihan selama ini biasanya menghabiskan dua kuintal atau 200 kilogram untuk satu hektar, sementara SRI berdasarkan pengalaman petani di sini hanya enam kilogram bibit, cukup untuk satu hektar. Pada saat pembenihan jangan lupa diberi tanah dan kompos untuk memudahkan pencabutan. Jika tidak, agak sulit mencabut bibit. Cara mencabut bibit juga berbeda, pada SRI harus sabar mencabutnya dengan cara dicungkil pakai cetok, sehingga akarnya tidak rusak. Berbeda dengan kebiasaan selama ini, setelah dicabut, akar bibit padi dibanting atau dipukul pada paha petani agar akarnya bersih. Kalau SRI tidak seperti itu, bibit ditanam bersama tanahnya agar Remalik atau cepat hidup. Kalau SRI, begitu ditanam langsung hijau, dan menanamnya satu-satu. Ada juga petani yang menanam dua batang per lubang dengan jarak cukup jarang. Memang ini aneh bagi petani, bahkan ada petani yang menilai terlalu jarang sehingga bisa lewat dua sampai tiga orang. Cara ini sempat ditertawakan. Padahal ini memberikan ruang untuk pertumbuhan anakannya.
Penerapan SRI akan menghemat pemakaian bibit, pupuk serta sedikit menggunakan air
98
Dalam uji coba penerapan teknologi SRI, petani diajari melakukan pengamatan mingguan. Ini penting, seperti pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bidang kesehatan. Artinya, di sektor pertanian pun ada Posyandu. Pada minggu pertama biasanya ditimbang berapa bobot bayi, kalau pada padi berapa anakannya. Pada minggu kedua berapa pertambahan anakannya, demikian
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
seterusnya. Ini yang diajarkan kepada petani. Kondisi tanaman termasuk warna daun secara berkala diamati. Kalau butuh pupuk akan kelihatan, sementara untuk penyiangan petani dibantu alat yang telah dimodifikasi sede-mikian rupa sehing-ga mudah dipakai. Tujuan penyiangan ini untuk mem-percepat pertum-buhan anakan. Saat pemupukan, kalau dalam pengamatan tidak butuh pupuk, tidak perlu dipupuk. Tetapi kalau berdasarkan penilaian perlu pupuk, maka diberi pupuk tambahan. Untuk pengendalian hama dan penyakit, diupayakan secara maksimal tanpa zat kimia. Petani dilatih menggunakan pestisida nabati. Petani yang telah dilatih pasti mengetahui cara membuat ramuan pestisida nabati dengan bahan-bahan alami di samping teknik bagaimana memanfaatkan musuh alami. Musuh alami serangga yang bisa untuk mengendalikan hama dan berfungsi sebagai pemakan hama atau predator. Kalau ada walang sangit bisa menggunakan yuyu atau kepiting. Sampai pada pascapanen, masih diajarkan bagaimana memanfaatkan jerami kembali ke tanah. Ini terkait dengan pemupukan. Artinya, pupuk adalah sebuah energi yang berubah bentuk menjadi batang, daun dan menjadi biji. Ini semua perwujudan dari pupuk. Mestinya kalau diambil padi, batang, daun dan lain-lain yang tidak dipanen, maka dikembalikan ke tanah sebagi pupuk lagi. Kalau setiap waktu selalu dibakar, berarti petani menambah pupuk terus. Tetapi jika
Dalam membangun sektor pertanian, Newmont Batu Hijau mengedepankan tiga program unggulan, padi, palawija dan bawang merah
99
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
dibusukkan dan dikembalikan ke lahan, maka akan menjadi pupuk yang bermanfaat untuk pertumbuhan padi. Petani yang menerapkan SRI tidak akan membakar jeraminya. Dikembalikan lagi menjadi pupuk. Sementara untuk penggunaan air juga diatur. Kalau SRI sedikit menggunakan air, tidak seperti bercocok tanam selama ini, air tergenang yang berakibat mengurangi pertumbuhan anakan. Berbagai keuntungan bisa didapatkan dari teknologi SRI. Misalnya irit bibit. Kalau selama ini petani bisa menghabiskan 200 kilogram bibit setiap hektar, maka dengan SRI hanya enam kilogram, sangat jauh sekali perbedaannya. Hasilnya kalau dengan cara tradisional maksimal lima sampai enam ton, dengan cara SRI bisa dua kali lipat, 10 sampai 12 ton. SRI itu irit menggunakan bibit dan pupuk tetapi hasilnya jauh lebih tinggi. Mungkin yang harus diperhatikan sungguh-sungguh pada SRI ini adalah perlunya penanganan intensif dari petani. Petani harus mau membersihkan gulma, mau menanam satu-satu dengan sabar. Memang, semuanya kembali kepada faktor sumber daya manusia itu sendiri. Kalau petani mau menerapkannya secara disiplin, semuanya bisa seperti petani Sekongkang Bawah, Adam yang mencapai hasil 10,88 ton. Newmont Batu Hijau yakin nantinya semua petani akan beralih ke SRI, apalagi setelah melihat bukti-bukti di lapangan.
Newmont Batu Hijau juga mengembangkan sektor peternakan seperti sapi, kerbau dan kambing untuk membantu ekonomi petani
Dalam upaya memacu perkembangan sektor pertanian di desa-desa lingkar tambang, Newmont Batu Hijau mengedepankan tiga program unggulan, yaitu padi, palawija dan bawang merah sesuai dengan musimnya. Selain penyuluhan, Newmont Batu Hijau bersama petani juga melakukan penelitian dan pengembangan. Kegiatan ini penting untuk mencari teknik yang sesuai dengan petani di sini baik secara sosial maupun kesesuaian dengan
100
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
sumber daya alam yang beriklim kering. Ini yang terus menerus dikembangkan melalui pendirian empat laboratorium lapangan. Jika sudah memungkinkan, rencananya dibangun 10 laboratorium lapangan di setiap desa lingkar tambang. Sesungguhnya kalau desa-desa itu memberikan kontribusi, maka di semua desa akan dibangun laboratorium lapangan. Sejauh ini baru empat desa yang menyediakan lahan kas desa. Mungkin nanti menyusul desa-desa lain menyediakan lahan, sementara Newmont Batu Hijau mendirikan bangunan dan prasarana laboratoriumnya. Ini semua untuk petani itu sendiri agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang pertanian termasuk menanamkan budaya yang intensif. Bagi Newmont Batu Hijau meski upaya untuk memajukan petani di desa-desa lingkar tambang tidak terlepas dari program unggulan tiga komoditi
tadi, padi, palawija dan bawang merah, tetapi sesungguhnya yang disasar adalah peningkatan ekonomi petaninya.
Di bidang perikanan Newmont Batu Hijau membantu nelayan dalam budidaya kerapu dan lobster
101
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Artinya, tidak hanya didekati oleh tanaman semusim, namun ada program lain agar petani dalam waktu singkat memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, peternakan kambing yang kini sudah berkembang mencapai ribuan ekor. Bahkan ada program intensifikasi percontohan pengandangan ternak di Pondok Pesantren Al Furqon Desa Tongo serta di Desa Goa. Selain itu, juga diberikan penyuluhan peternakan sehat dan pengobatannya. Sementara dalam program teknologi tepat guna terutama untuk menekan kehilangan hasil petani, dikembangkan mesin perontok padi yang sederhana. Tujuannya agar petani tidak memukulmukul padi dalam waktu cukup lama. Ini target ke depan. Yang sudah jalan adalah alat memecah mete gelondongan. Biasanya petani selama ini memakai parang, dan ini lambat sekali. Karena itu perlu alat pemecah mete gelondongan. Problem selama ini petani menjual mete gelondongan dengan harga relatif murah, kalau nanti petani bisa memecah sendiri metenya, maka harga bisa lebih mahal. Sejauh ini sudah dimodifikasi alat perontok padi, alat tugal, alat penyiangan gulma agar petani lebih cepat bekerja, mengingat selama ini dengan alatalat yang ada petani kurang cepat bekerja.
Newmont Batu Hijau tidak hanya berwacana, tetapi langsung mewujudkan langkah konkret
Pemberdayaan lain yang dilakukan adalah menyangkut kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sebagai konsekuensi dibangunnya infrastruktur. Kegiatannya bersifat gotong royong, ada pertemuan perencanaan tanam, evaluasi, dan bantuan pengadaan sarana produksi (saprodi). Newmont Batu Hijau juga memberikan bantuan kepada P3A masing-masing Rp 5 juta untuk stimulan pengadaan pupuk dan bibit sendiri. Tujuannya ke depan menjadi koperasi petani yang bisa menyediakan bibit. Khusus untuk nelayan ada program pelatihan, pengembangan kelompok swadaya masyarakat serta peningkatan
102
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
pendapatan nelayan dengan budidaya lobster. Lobster itu ditetaskan. Dulu lobster yang ada telurnya dijual, sekarang ini ditetaskan, kemudian dikembalikan ke laut agar lobster yang menjadi s u m b e r p e n d a p a t a n nelayan bisa berkembang. Ini khusus di Dusun Senutuk, Desa Aik Kangkung. Di bidang kelautan, sudah dirintis budidaya rumput laut b e r s a m a International Finance Corporation (IFC) sebagai jaringan internasional yang telah melatih petani desa ini di Bali. Ke depannya akan dibuat jaringan kerja rumput laut untuk Indonesia. Budidaya kerapu juga telah dirintis yang jaringannya juga bersifat nasional dengan memanfaatkan Permodalan Nasional Madani (PNM). Untuk budidaya kerapu ini disediakan sedikitnya 20 rakit di Desa Labuan Lalar, Kecamatan Taliwang. Itu an-tara lain program yang telah dan akan terus dikem-bangkan. Jadi, ada tujuh program untuk mening-katkan pendapatan petani dan mening-katkan penge-tahuan petani di desa-desa lingkar tambang. Pertama, padi, palawija dan sayuran, kedua perkebunan, ketiga perikanan dan pengembangan pesisir, keempat peternakan besar, kelima unggas, keenam P3A dan ketujuh bantuan petugas lapangan dan staf desa. Tujuh program ini yang merupakan komitmen untuk meningkatkan pendapatan dan pengetahuan para petani di desa-desa lingkar tambang. Newmont Batu Hijau tidak hanya memberikan penyuluhan, tetapi juga membantu bibit, sementara pupuk dan pestisida dibuat secara bersama-sama.
Newmont Batu Hijau membantu pendapatan para nelayan melalui budidaya lobster
Harus ada sinergi antara Newmont Batu Hijau, masyarkat dan pemerintah
103
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
“Program yang dijalankan terbukti tidak hanya wacana saja. “Tetapi langsung aksi di lapangan,� ucap Zambani. Dalam program lima tahun ke depan, untuk memajukan pertanian lingkar tambang, Newmont Batu Hijau ingin tercapai kecukupan atau swasembada pangan agar di lingkar tambang ini tidak lagi harus mendatangkan produk dari luar lingkar tambang. Ini misi besar Newmont Batu Hijau. Dalam lima tahun ke depan semua kebutuhan pangan dan sayuran dicukupi oleh masyarakat lingkar tambang sendiri termasuk untuk kebutuhan Newmont Batu Hijau.
Masyarakat juga harus proaktif bekerjasama dengan Newmont Batu Hijau dan pemerintah untuk mencapai kemajuan
Selanjutnya sepuluh tahun ke depan, setelah tanaman pangan dan sayuran mencukupi, dirintis tanaman industri. Ini akan mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang merupakan tanaman jangka menengah dan jangka panjang. Zambani sudah berhubungan dengan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) untuk penanaman jarak pagar secara meluas di masyarakat. Bahkan juga sudah deal dengan USAID untuk membangun industri pengolahan minyak jarak di sini. Sehingga ke depan nanti, misalnya, pembangkit listrik di Tongo dan perahu mesin nelayan bisa menggunakan bahan bakar produksi daerah ini termasuk kendaraan yang menggunakan solar. Selain jarak, juga akan dikembangkan tanaman nimba untuk bahan baku shampoo. Ini bisa menjadi komoditi unggulan di masa mendatang, jarak dan nimba. Sekarang ini sudah dilakukan pembibitan ribuan tanaman nimba di Desa Benete. Rencananya nanti akan ditanam di setiap desa. Sementara di Sekongkang ada bibit flamboyan dan waru. Tanaman-tanaman ini selain memberikan nilai ekonomi, juga menjadi tanaman penghijauan. Masyarakat akan banyak memperoleh manfaat jika dikembangkan. Petani bisa meningkatkan pendapatan, sementara industri pengolahan akan
104
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
menyerap banyak tenaga kerja. Tanaman jangka pendek telah dirintis, tanaman jangka menengah dan jangka panjang juga mulai dirintis. Secara perlahan nanti di desa-desa itu ada Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) yang mengurusi perkebunan untuk tanaman industri. Ketika masa operasional tambang berakhir, roda-roda perekonomian di desadesa lingkar tambang akan tetap berputar. Karena itu Nemwont Batu Hijau selalu merujuk pada pandangan universal bahwa apa pun program pengembangan masyarakat akan bisa berjalan manakala ada sinergi antara masyarakat, pihak swasta dan pemerintah. Ini yang harus dipikirkan bersama, membentuk sinergi yang tangguh untuk kesejahteraan masyarakat desa lingkar tambang sekarang dan masa mendatang.
Newmont Batu Hijau sudah merintis budidaya tanaman jati untuk masa depan
105
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
106
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
“ HUMAN DEVELOPMENT “ PENDIDIKAN DAN KESEHATAN FAKTOR MENENTUKAN MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA HUMAN DEVELOPMENT KE DEPAN DIHARAPKAN TERBENTUK MASYARAKAT CERDAS DAN SEHAT
J
ika sekarang langkah membangun sumber daya manusia, human development, sudah dilakukan, berarti investasi paling berharga untuk masa depan sudah ditanamkan. Sebaliknya, ketika langkah itu tidak dilakukan, jangan gantungkan harapan dan bersiap-siaplah menerima ketertinggalan, keterpurukan dan ketidakberdayaan. Siapa pun dan di manapun manusianya, di desa, kota, ataupun sebuah bangsa. Adalah United Nations Development Program (UNDP), Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengembangkan apa yang disebut sebagai Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia. Yang menarik dari konsep UNDP dalam membangun sumber daya manusia ini adalah domain pendidikan, kesehatan dan ekonomi (income)
Newmont Batu Hijau sudah menanamkan investasi masa depan Langkah konkretnya adalah kepedulian tinggi pada bidang pendidikan dan kesehatan
107
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
masyarakat sebagai faktor penentu keberhasilan meningkatkan kualitas manusia. Faozan Maulad, Senior Supervisor Social Development ComDev Newmont Batu Hijau, memandang pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan adalah kata kunci untuk membangun sumber daya manusia. Ia mencoba merinci faktafakta lapangan dua bidang tersebut di desa-desa lingkar tambang yang menjadi bagian dari program Comdev Newmont Batu Hijau.
Bidang pendidikan ditempatkan sebagai kebutuhan mendasar untuk masyarakat desa lingkar tambang
Berdasarkan pengamatan di desa-desa lingkar tambang, banyak bangunan sekolah yang tidak memenuhi syarat, baik tembok, atap, ruang kelas, meja kursi maupun bangunan secara keseluruhan. Ini membuat siswa dan guru tidak pernah nyaman mengikuti proses belajar dan mengajar. Newmont Batu Hijau menyadari sepenuhnya potret pendidikan saat itu. Karenanya, ketika Newmont Batu Hijau hadir dan mulai menjalankan program pengembangan masyarakat, maka tidak ada alasan untuk tidak peduli dengan pembangunan bidang pendidikan. Indikatornya, jika diukur dari pengeluaran dana pembangunan infrastruktur, maka bidang pendidikan berada di peringkat kedua setelah bidang pertanian yang menjadi mata pencaharian pokok hampir sebagian besar masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Makna terdalam dari pemeringkatan ini adalah, Newmont Batu Hijau menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan mendasar masyarakat yang harus dibantu demi membentuk sumber daya manusia berkualitas di masa mendatang. Pembangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekongkang di Desa Sekongkang Bawah yang memiliki 12 ruang belajar, laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), perpustakaan dan fasilitas olahraga, dengan total investasi Rp 3,2 miliar,
108
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Tersedianya bus sekolah bantuan Newmont Batu Hijau sangat membantu siswa dan guru
adalah salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat desa lingkar tambang. Para orangtua selama ini terkadang harus menghapus niatnya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi setelah menamatkan Sekolah Dasar (SD), karena SMP hanya ada di Jereweh dan Taliwang. Adalah tepat langkah program ComDev Newmont Batu Hijau membangun SMP Sekongkang, karena akan sangat membantu menekan angka putus sekolah atau hanya tamat SD di wilayah itu. Dari hanya tamat SD sekarang bisa meningkat menjadi tamat SMP. “Ini langkah nyata membangun sumber daya manusia berkualitas,� kata Faozan. Renovasi dan rehabilitasi puluhan SD, bahkan membangun Taman Kanak-Kanan (TK) serta memberikan bantuan sarana dan prasarana pendidikan kepada SMP, Sekolah Menengah Atas (SMA), madrasah dan pondok pesantren di desadesa lingkar tambang yang masuk Kecamatan Sekongkang dan Kecamatan Jereweh hingga beberapa sekolah di Kecamatan Taliwang adalah langkah strategis Newmont Batu Hijau untuk
Selain beasiswa, Newmont Batu Hijau juga memberikan dana bantuan pendidikan kepada keluarga tidak mampu agar anaknya bisa tetap sekolah
109
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
menggairahkan para orangtua, guru dan siswa mengikuti tahapan-tahapan pendidikan dasar dan menengah. Bertanyalah kepada masyarakat di desa-desa lingkar tambang soal pendidikan ini. Jawaban yang mengemuka adalah, tidak ada lagi persoalan berarti untuk menempuh pendidikan, SD, SMP atau SMA. Di salah satu desa, seperti yang pernah diungkapkan seorang warganya, jika ada siswa yang tidak sekolah maka tanggung orangtuanya dipertanyakan, bahkan ada yang mencemooh, kenapa anaknya tidak sekolah padahal kemudahan sudah terlihat di depan mata. Kenapa ? Karena Newmont Batu Hijau selain membantu infrastruktur pendidikan, juga memberikan dana bantuan pendidikan untuk anak-anak SD dari keluarga tidak mampu secara ekonomi serta beasiswa anak-anak berprestasi mulai dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.
Ada hubungan signifikan antara beasiswa dan prestasi anak didik Siswa dan mahasiswa memacu diri untuk terus belajar meraih prestasi terbaik
Untuk beasiswa, sejak digulirkan tahun ajaran 1998-1999 hingga sekarang kini, Newmont Batu Hijau telah memberikan beasiswa kepada 3.135 siswa dan mahasiswa dalam tiga kategori, yaitu beasiswa perak, emas dan platinum. Upaya meningkatkan prestasi siswa dan mahasiwa yang berasal dari Kabupaten Sumbawa Barat dan umumnya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup berhasil. Indikasinya dapat dilihat dari standar nilai minimum. Siswa SMP dan SMA yang mendaftar sebagai calon penerima beasiswa, nilai rapor rata-rata minimal 7, sementara mahasiswa indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 3,0. “Dan ternyata banyak prestasi di atas standar nilai minimal itu,� ujar Faozan. Dalam bahasa lain, Faozan menilai ada hubungan signifikan antara beasiswa dan peningkatan prestasi siswa dan mahasiswa. Ini berarti siswa dan mahasiswa tersebut semakin giat
110
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
belajar untuk mengejar prestasi membanggakan. Relevansinya ke depan adalah terbentuknya sumber daya manusia yang menjanjikan, ada prestasi, ada kualitas. Ini yang menjadi sasaran Newmont Batu Hijau dalam membangun bidang pendidikan di desa-desa lingkar tambang. Inti pemberian beasiswa adalah stimulasi untuk siswa atau mahasiswa yang mau berprestasi serta menghargai prestasi yang sudah dicapai. Banyaknya siswa dan mahasiswa mendaftar sebagai calon penerima beasiswa yang rata-rata nilai rapor serta indeks prestasi di atas syarat minimal memberikan indikasi bahwa kemampuan siswa dan mahasiswa di kabupaten dan provinsi ini meningkat. Sisi lain yang disentuh Newmont Batu Hijau untuk membangun bidang pendidikan adalah memberikan dana bantuan pendidikan kepada siswa SD, SMP dan SMA yang orangtuanya tidak mampu secara ekonomi di wilayah desa-desa lingkar
Masyarakat umum dan siswa terus ditingkatkan minat bacanya untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
111
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
tambang. Dan bentuknya berupa biaya sekolah selama satu tahun. Uang komite, sebelumnya dikenal sebagai Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP), dibayar Newmont Batu Hijau selama satu tahun sesuai dengan besarnya bayaran di sekolah tersebut. Siswa juga diberi bantuan paket pakaian seragam, tas dan alat-alat sekolah dan sepatu. Jumlah siswa yang menerima dana bantuan pendidikan sejak digulirkan tahun 2002 hingga sekarang ini sebanyak 642 siswa yang tersebar di desa-desa lingkar tambang. Pada tahun 2005 ini ditargetkan 350 siswa mendapat bantuan dana pendidikan, tetapi ternyata melampaui target menjadi 365 orang. Karena itu jumlah keseluruhan sejak dimulai tiga tahun lalu mencapai 642 siswa. Angka ini setidaknya akan semakin mengurangi jumlah siswa putus sekolah. Newmont Batu Hijau ingin membantu pemerintah menekan angka putus sekolah, meningkatkan angka partisipasi anak usia sekolah serta peningkatan kualitas pendidikan.
Selain pendidikan formal, Newmont Batu Hijau juga memperhatikan pendidikan nonformal khusus untuk anak didik putus sekolah atau yang masih menganggur agar memiliki keterampilan
Meningkatkan kualitas anak didik tidak serta merta cukup dengan infrastruktur, beasiswa atau dana bantuan pendidikan, tetapi juga terkait erat dengan upaya menumbuhkan minat baca siswa agar wawasan pengetahuannya terus bertambah. Newmont Batu Hijau peduli dengan program minat baca ini, karena itu diadakan perpustakaan keliling. Di Kecamatan Jereweh dan Kecamatan Sekongkang semua SD, SMP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) memiliki perpustakaan sekolah dengan koleksi antara 1.000 sampai 1.500 eksemplar buku pelajaran dan buku bacaan umum. Newmont Batu Hijau juga melengkapi perpustakaan itu dengan perangkat pengelolaan administrasi perpustakaan serta melatih dua guru di setiap sekolah untuk mengelola perpustakaan,
112
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Masyarakat desa belajar membaca, menulis dan berhitung
misalnya mengenai pembuatan label dan katalog. Sejak tahun 2003 bantuan untuk perpustakan sekolah di SD dan SMP atau MTs sudah mencapai sekitar 25.000 eksemplar buku pelajaran, buku bacaan umum dan buku-buku referensi lainnya. Kehadiran perpustakaan keliling juga bagian dari upaya meningkatkan minat baca siswa dan masyarakat umum. Satu mobil perpustakaan keliling sudah dioperasikan, dan ada penambahan satu unit lagi mobil perpustakaan keliling yang akan melayani masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Selain ingin meningkatkan minat baca untuk meluaskan wawasan serta menambah ilmu pengetahuan, perpustakaan keliling ini juga berfungsi membangun atau merekatkan hubungan baik dengan masyarakat. Bus sekolah untuk siswa adalah kepedulian lain dari Newmont Batu Hijau untuk memudahkan para pelajar pergi dan pulang sekolah. Bus sekolah ini mengantarkan pelajar dari Sekongkang yang mungkin sekolah di SMA Jereweh atau SMA Taliwang untuk pergi dan pulang ke Sekongkang, Maluk atau Benete. Pertimbangannya karena Newmont Batu Hijau melihat bus-bus umum yang ada sekarang ini banyak dinaiki para pekerja perusahaan dan masyarakat umum. Ada
Keaksaraan Fungsional bertujuan mengupayakan masyarakat yang umumnya perempuan desa agar bisa membaca, menulis dan berhitung
113
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
kekhawatiran siswa terlambat sekolah, sehingga disediakan bus. Memang belum akan cukup. “Tetapi niatnya adalah membantu keterbatasan alat transportasi umum,� tutur Fauzan. Newmont Batu Hijau tidak hanya menyentuh sektor pendidikan formal saja, tetapi juga memperhatikan pendidikan nonformal dengan fokus anak-anak putus sekolah, artinya lulusan SD, SMP dan SMA yang tidak melanjutkan sekolah, atau bahkan lulusan diploma yang masih menganggur, diikutkan kursus keterampilan. Keterampilan ini disesuaikan dengan minat anak-anak muda tersebut, misalnya pengelasan, otomotif, perbengkelan sepeda motor dan mobil, administrasi kantor serta operator komputer. Untuk memberikan keterampilan tersebut Newmont Batu Hijau menjalin kerjasama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Mataram serta lembaga-lembaga kursus komputer yang ada di Taliwang dan Jereweh atau kursus mekanik kendaraan di Mataram.
Newmont Batu Hijau menjalin kerjasama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Mataram dalam menjalankan pendidikan non formal
Sejak dimulai tahun 2000 sampai saat ini sudah 354 orang yang mengikuti berbagai jenis kursus keterampilan tersebut. Anak-anak muda ini kebanyakan berasal dari Kecamatan Jereweh dan Sekongkang atau desa-desa lingkar tambang. Dari 354 orang yang lulus tersebut, berdasarkan pemantauan di lapangan, tercatat 38,42 persen atau sekitar 136 orang sudah bekerja di berbagai bidang baik di sub-kontraktor maupun Newmont Batu Hijau sendiri di samping bekerja di kontraktorkontraktor lokal. Program pendidikan nonformal lainnya adalah Keaksaraan Fungsional yang sudah berjalan sejak tahun 2002. Berbeda dengan sistem paket atau pemberantasan buta huruf yang dilaksanakan pemerintah, program yang dicanangkan Newmont Batu Hijau ini lebih mengarah pada upaya bagaimana memberikan kesempatan kepada masyarakat yang kebanyakan perempuan untuk
114
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
bisa membaca, menulis dan berhitung. Materinya disusun bersama dan disesuaikan dengan pekerjaannya. Kalau dia petani, misalnya ada kalimat beli bibit padi, diajarkan sampai hafal betul kendati pada awalnya tidak tahu mana huruf a dan b. Setelah itu baru dipecah per suku kata hingga setiap hurufnya dimengerti. Cara ini cukup berhasil. Sampai sekarang dari 362 orang terindikasi buta huruf di Desa Tongo, Aik Kangkung, Tatar, Benete dan Beru, tercatat 348 orang umumnya perempuan usia produktif ikut program Keaksaraan Fungsional ini. Dari 348 warga belajar tersebut hingga akhir tahun 2004 sudah lulus 281 orang. Sisanya sekitar 67 orang tetap akan melanjutkan keikutsertaannya sampai benar-benar bisa membaca, menulis dan berhitung yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang pendidikan ini, bantuan Newmont Batu Hijau tidak hanya berbentuk bangunan fisik, seperti gedung dan alat kelengkapan belajar mengajar saja, tetapi juga disentuh hal-hal nonfisik terkait dengan kualitas tenaga pendidik. Upaya meningkatkan kualitas guru ini dilakukan melalui berbagai program pelatihan baik dengan mendatangkan fasilitator dari luar daerah maupun mengirimkan guru-guru untuk studi banding ke
Program Newmont Batu Hijau dalam bidang pendidikan juga meningkatkan kualitas guru di desadesa lingkar tambang
115
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
sekolah-sekolah yang sudah maju. Meski untuk saat ini konsentrasi adalah wilayah Kecamatan Sekongkang dan Jereweh, tetapi dilibatkan juga guru-guru dari Kecamatan Taliwang, Seteluk dan Brang Rea. Pembangunan bidang pendidikan sesungguhnya harus dipahami secara utuh dan komprehensif, karena prosesnya tidak hanya cukup dengan selesainya urusan infrastruktur, sarana dan prasarana belajar, perpustakaan keliling dan bus sekolah saja, melainkan ada yang lebih dari itu, yakni menciptakan kesadaran masyarakat, orangtua, wali murid, siswa serta berbagai pihak di luar sekolah itu sendiri. Kesadaran itu akan terbentuk manakala dilibatkan pemangku kepentingan untuk bersamasama memperhatian bidang pendidikan. Para pemangku kepentingan ini harus menyadari sepenuhnya bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar menghasilan anak-anak yang cerdas di masa mendatang perlu disertai dengan perhatian masyarakat, para orangtua, wali murid dan siswa itu sendiri untuk terus peduli dengan pembangunan bidang pendidikan. Kalau kesadaran itu sudah terbangun, maka cita-cita membentuk masyarakat yang cerdas akan bisa diwujudkan. Ini refleksi dari investasi sumber daya manusia untuk masa depan. Keberadaan Posyandu mampu menjangkau masyarakat desa dan efektif memberikan kesadaran pentingnya hidup sehat kepada warga desa lingkar tambang
MASYARAKAT SEHAT
Membangun sumber daya manusia, jika pendekatan yang dilakukan merujuk pada konsep UNDP mengenai Human Development Index, maka sesungguhnya upaya membentuk masyarakat yang cerdas harus disertai pula dengan terjaminnya kesehatan masyarakat. Apa yang menjadi konsep Newmont Batu Hijau dalam pembangunan bidang kesehatan di desa-desa lingkar tambang selama ini ? Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
116
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Pengasapan (fogging) bertujuan memberantas jentik-jentik nyamuk malaria
mengilas balik masa lalu dengan mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk merevitalisasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) akibat ditemukannya banyak kasus bayi di bawah lima tahun (balita) menderita gizi buruk dan gizi kurang sepanjang bulan Juni 2005, Newmont Batu Hijau sejak tahun 2003 justru sudah melakukan program khusus penguatan Posyandu tersebut. Sekarang dan ke depan Newmont Batu Hijau tetap akan memperkuat Posyandu di samping terus membangun infrastruktur kesehatan serta meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. “Kita juga punya semacam kartu menuju sehat,� kata Faozan. Kegunaannya untuk memantau status gizi balita dengan indikasi garis hijau, garis kuning dan garis merah. Kenapa Posyandu yang menjadi fokus perhatian ? Harus diakui bahwa di pos pelayanan terpadu ini banyak aktivitas yang dilakukan masyarakat, mulai dari pelayanan kesehatan baik kepada balita maupun ibu hamil, memberikan penyuluhan tentang kesehatan ibu dan anak, hingga membahas masalah-masalah kesehatan yang dihadapi seharihari. Untuk mendukung kegiatan tersebut, Newmont Batu Hijau mendidik kader-kader dan
Angka kasus malaria turun dari 70 % menjadi hanya 4 %
117
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
terus berusaha agar kader ini jumlahnya tidak sampai berkurang, bahkan harus diusahakan terus bertambah. Ternyata ada hasil positif yang cukup signifikan. Jumlah kader di lingkar tambang hingga sekarang sudah tercatat 126 orang. Tingkat kehadiran mereka yang beberapa bulan lalu mencapai 96,82 persen, sekarang sudah menjadi 107,94 persen. Artinya jumlah kader sudah bertambah menjadi 142 orang dari target pembinaan 126 kader. Bertambahnya jumlah kader ini erat kaitannya dengan pembinaan, sehingga para kader merasa bertanggung jawab untuk selalu datang ke Posyandu. Yang menggembirakan, tingkat kehadiran balita ke Posyandu yang pada awal 2003 hanya rata-rata 35 persen kemudian meningkat menjadi 71,12 persen pada paruh tahun 2005. Bagi Newmont Batu Hijau mencegah munculnya kasus gizi buruk akan lebih baik dari pada mengobati balita yang mengalami masalah gizi. Karena itu, program pemberian makanan tambahan untuk balita melalui Posyandu yang ada di desa-desa lingkar tambang terus dilaksanakan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak agar tetap sehat.
Masyarakat sehat akan meningkatkan produktivitas serta membentuk sumber daya manusia berkualitas
Keberadaan Posyandu dirasakan mampu menjangkau masyarakat desa secara lebih luas. Sasaran pokoknya tidak hanya memantau status gizi balita, tetapi juga ibu-ibu hamil dan kesehatan balita secara umum. Melalui kerjasama dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) serta Puksesmas Pembantu (Pustu) dilakukan berbagai penyuluhan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama ibu-ibu hamil dan balita. Kehamilan sehat akan sangat membantu mengurangi angka kematian ibu melahirkan, sementara balita yang terpantau status gizinya dan kondisi kesehatannya dengan baik akan menekan angka kematian bayi.
118
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Untuk menguatkan peran Posyandu, Newmont Batu Hijau menempatkan seorang Community Organizer (CO) di setiap Puskemas. CO inilah yang mendampingi Posyandu dari segi nonteknis, sementara tenaga kesehatannya dari Puskesmas dan kader kesehatan lainnya. Peran CO adalah berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat baik kehadiran balita ke posyandu balita, pertemuan kader, ibu hamil maupun membantu fasilitas kerja Posyandu dan Puskesmas. Karena itu, Newmont Batu Hijau memberi perhatian tinggi terhadap pembangunan bidang kesehatan. Seperti yang sudah dilakukan melalui program ComDev berbagai infrastruktur telah dibangun. Contoh nyata adalah pembangunan Puskemas Maluk, Puskesmas Pembantu (Pustu) Benete s e r t a bangunan Posyandu di sejumlah desa l i n g k a r tambang serta b a n t u a n perangkat medis dan perangkat rawat inap di Puskemas Maluk, Benete dan Tongo. Sementara bantuan satu unit ambulans masingmasing untuk setiap Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat. Fasilitas ini mampu menjangkau kawasan-kawasan yang lokasinya relatif jauh di samping dapat difungsikan sebagai Puskesmas Keliling (Pusling). Bantuan peralatan medis banyak berkaitan dengan perawatan gigi, tabung oksigen dan peralatan untuk melayani ibu melahirkan, obatobatan di samping sarana dan prasarana nonmedis, seperti tempat tidur untuk rawat inap dan ibu mela-
Peran Puskesmas Keliling (Pusling) sangat membantu masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
119
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
hirkan. “Bahkan ada bantuan dana terutama jika kekurangan obat,� ujar Faozan. Dengan tersedianya berbagai infrastruktur kesehatan, seperti Puskesmas, Pustu dan Posyandu, semakin memudahkan masyarakat di desa-desa lingkar tambang untuk memperoleh pelayanan kesehatan baik tenaga dokter, bidan maupun perawat. Dampak luasnya adalah terus berkurangnya angka penderita berbagai penyakit termasuk malaria yang selama bertahun-tahun menjadi penyakit paling menakutkan di beberapa desa lingkar tambang. Berkat penyuluhan intensif, peran aktif dari para tenaga medis di Puskesmas dan Pustu serta keterlibatan Klinik Newmont Batu Hijau, ISOS, dalam program pengasapan (fogging) dari Benete hingga Tatar untuk memberantas nyamuk malaria, kasus penyakit ini menurun drastis. Ketika dilakukan survei pertama beberapa tahun lalu, angka kasus malaria mencapai 70 persen, dan pada tahun 2003 mampu diturunkan menjadi hanya 4 persen. Kalau dulu sejumlah desa di lingkar tambang disebut sebagai daerah endemis malaria, kini tidak begitu banyak lagi ditemukan kasus penyakit malaria yang dialami masyarakat desa. Untuk penyakit lain, ketika di banyak daerah heboh dengan kasus demam berdarah, di sini tidak ada. Kalau pun ada, tidak menyebar, karena langsung ditangani tenaga medis di pusat-pusat pelayanan kesehatan. Ia melihat ada keterkaitan erat antara pembangunan infrastruktur dan pelayanan kesehatan masyarakat. Keberadaan fasilitas-fasilitas kesehatan di desa-desa lingkar tambang telah menyadarkan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Yang terlihat sekarang ini di desa-desa lingkar tambang adalah masyarakat yang selalu mendatangi Puskesmas dan Pustu untuk berobat serta memelihara kesehatan terutama ibu-ibu hamil dan balita yang secara rutin mendatangi Posyandu. 120
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Ini berarti ada tekad kuat untuk selalu hidup sehat. Sekarang ini penduduk jarang datang ke dukun seperti yang sering dilakukan selama bertahun-tahun ketika pusat-pusat pelayanan kesehatan sulit dijangkau. Ini mengindikasikan sudah muncul kesadaran di masyarakat. Kalau ingin sehat atau sedang sakit, maka harus datang ke pusat-pusat pelayanan kesehatan termasuk praktik dokter. Masyarakat bisa melakukannya karena semakin meningkatkanya kemampuan ekonomi penduduk desa. Newmont Batu Hijau ingin melihat masyarakat di desa-desa lingkar tambang ini, sekarang dan masa mendatang, selalu mengutamakan kesehatan. Karena masyarakat yang sehat akan mampu meningkatkan produktivitas serta membentuk sumber daya manusia berkualitas sekarang dan masa mendatang. Masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Ini salah satu komitmen Newmont Batu Hijau dalam pembangunan kesehatan. Membangun sumber daya manusia, human development, memang tidak akan terlepas dari sejauh mana pembangunan kesehatan dan pendidikan dilakukan, karena dua bidang ini menjadi faktor menentukan dalam membentuk masyarakat cerdas dan sehat. Pada tataran ini Newmont Batu Hijau sudah melakukannya untuk masyarakat desa lingkar tambang.
Anak-anak yang cerdas dan sehat akan menjadi sumber daya manusia masa depan
121
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
122
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
MEMBENAHI INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR DIBANGUN KARENA DIBUTUHKAN IRIGASI, SEKOLAH, PUSKESMAS, PASAR, JALAN, DRAINASE INI BENTUK KEPEDULIAN NEWMONT BATU HIJAU PADA MASYARAKAT DESA
A
da relevansi kuat antara infrastruktur dan kebutuhan masyarakat. Ketika pergerakan warga desa lingkar tambang selama bertahun-tahun terasa sangat lambat yang menyebabkan terhambat pula pertumbuhan pada semua aspek kehidupan, maka pembangunan sarana dan prasarana adalah jawaban paling tepat untuk lebih memberdayakan penduduk desa agar terlepas dari berbagai kesulitan yang dihadapi selama ini. W a g i m i n Hadisastra, General Supervisor Infrastructure Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau, memaparkan secara rinci pembangunan infrastruktur dan kebutuhan masyarakat di desadesa lingkar tambang. Infrastruktur ada karena memang dibutuhkan, dan Newmont Batu Hijau memandangnya sebagai sebuah tanggung jawab
Infrastruktur dibangun karena Newmont Batu Hijau punya tanggung jawab sosial ke depan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa lingkar tambang
123
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
sosial ke depan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa. Ini adalah salah satu filosofi dari program ComDev Newmont Batu Hijau, bahwa upaya mengembangkan masyarakat harus pula disertai pembangunan infrastruktur yang ternyata memang sudah sejak lama diharapkan penduduk di desa-desa lingkar tambang. Tidak ada lagi hambatan berarti dalam membangun sektor pertanian, mendapatkan pelayanan kesehatan, mengikuti pendidikan atau membuka berbagai peluang usaha dan menggerakkan roda perekonomian. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan selama ini telah mewujud nyata. Dan ini dirasakan masyarakat desa.
Masyarakat sendiri yang dapat menilai apakah berbagai infrastruktur yang dibangun itu bermanfaat bagi kehidupan warga desa
Newmont Batu Hijau membangun gedung Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena ketika itu memang tidak ada sekolah di daerah tersebut. Newmont Batu Hijau membangun Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) karena masyarakat memerlukan pelayanan kesehatan. Dan Newmont Batu Hijau membangun irigasi karena petani sangat membutuhkan air untuk pertanian. Kenapa dibangun prasarana umum, seperti pasar, terminal, jalan, atau fasilitas umum untuk sektor informal, karena memang warga menginginkannya agar bisa memacu pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraannya. Berbagai infrastruktur itu sangat dibutuhkan masyarakat luas, tidak hanya keinginan satu, dua orang atau sekelompok orang saja. Tetapi sudah menjadi kebutuhan. Contoh paling signifikan dengan dampak positif yang dirasakan masyarakat luas adalah pembangunan bendung atau embung untuk para petani lingkar tambang. Newmont Batu Hijau sejak membangun infrastruktur hingga sekarang ini telah menghabiskan total dana tidak kurang dari Rp 70 miliar. Dana puluhan miliar rupiah tersebut khusus untuk pembangunan fisik saja, dan di luar investasi
124
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
untuk capacity building atau penguatan kelembagaan pertanian, pendidikan, kesehatan dan sektor-sektor lainnya. Apakah ini merupakan bentuk nyata kepedulian Newmont Batu Hijau untuk masyarakat di desa-desa lingkar tambang ? “Semua penilaian tersebut dikembalikan kepada masyarakat itu sendiri,� kata Wagimin. Karena sesungguhnya masyarakat dapat melihat dan merasakan a p a k a h infrastrukturinfrastruktur yang dibangun t e r s e b u t bermanfaat d a l a m kehidupannya. Sejauh yang d i l i h a t Newmont Batu H i j a u , masyarakat telah merasakan dampak positif keberadaan infrastruktur itu. Hasil panen meningkat, pelayanan kesehatan mudah dijangkau, anak-anak bisa mengikuti pendidikan, mobilitas warga bisa lebih cepat, sementara sektor-sektor informal tumbuh dan berkembang. Data pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh program ComDev Newmont Batu Hijau sejak 1998 hingga paruh 2005 untuk seluruh masyarakat di desa-desa lingkar tambang mencakup sepuluh jenis pembangunan fisik, yaitu jalan, drainase, jembatan, pengadaan air bersih, bangunan gedung, sarana pembuangan sampah,
Yang bisa dilihat secara kasat mata bahwa berbagai infrastruktur yang dibangun Newmont Batu Hijau menyentuh langsung kebutuhan masyarakat pedesaan
125
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
stabilisasi sungai, irigasi, fasilitas pantai dan infrastruktur lainnya. Newmont Batu Hijau telah melakukan berbagai perbaikan, pemeliharaan, perawatan, peningkatan, dan penguatan jalan baik jalan pemerintah maupun yang dibuat Newmont Batu Hijau dengan menggunakan paving block. Ruas-ruas jalan tersebut dapat dilihat pada ruas jalan di Desa Maluk, Benete, Sekongkang, Benete-Pelabuhan, Benete-Jereweh, Telong-Elong, Maluk-Benete, SekongkangTownship, Sekongkang-Maluk, Tongo Sejorong, Township-Tongo Sejorong, Townsite-Tongo-TatarAik Kangkung, Sekongkang Bawah-Tongo, Sekongkang Atas-Maluk, Tongo-Tatar dan JerewehSekongkang.
Fasilitas irigasi dibangun untuk membantu petani meningkatkan hasil panen padi Beberapa embung dan bendung sudah dibangun Newmont Batu Hijau di desadesa lingkar tambang
Sementara sistem drainase telah dibangun di Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Aik Kangkung, Maluk, Beru, Goa dan Belo. Untuk fasilitas jembatan dilakukan perbaikan jembatan Sekongkang, Jereweh, Goa dan Aik Kangkung. Untuk pengadaan air bersih dibangun sumur-sumur bor, pompa air, kincir angin serta instalasi dan jaringan pipa yang menyebar di Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Aik Kangkung, Tatar, Maluk, Benete, Tongo Sejorong di samping sanitasi air di Tatar, Aik Kangkung, Tongo, Maluk dan Benete. Infrastruktur pendidikan yang dibangun, direnovasi atau dilakukan rehabilitasi oleh Newmont Batu Hijau mencakup Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekongkang Sekolah Dasar (SD) 01 Sekongkang Atas, SD 02 Sekongkang Bawah, SD 01 Benete, SD 01 dan 02 Maluk, SD 01 Tongo, SD Tatar, SD Aik Kangkung, SD Dasan Jereweh, SMP Aik Kangkung, , SMP Jereweh, SD Beru, Pesantren Al Furqon Tongo serta perumahan guru SMP Sekongkang. Di bidang kesehatan, infrastruktur yang dibangun adalah Puskesmas Maluk, Puskesmas
126
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Pembantu (Pustu) Tongo, up-grade Pustu Benete, pembangunan Posyandu Benete dan Tongo Sejorong serta rehabilitasi dan memberikan berbagai bantuan pendukung fasilitas seperti Puskesmas Sekongkang serta pusat-pusat pelayanan kesehatan di Aik Kangkung, Tatar, Sekongkang Atas dan Sekongkang Bawah. “Khusus Puskesmas Maluk, seluruhnya dibangun Newmont Batu Hijau termasuk fasilitas kelengkapannya,� ujar Wagimin. Fokus kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap bidang pertanian diwujudkan dengan pembangunan fasilitas irigasi yang bermanfaat bagi petani untuk meningkatkan hasil panennya, seperti Bendung Senutuk di Desa Aik Kangkung, Bendung Tabiung di Desa Tatar, dan pembangunan Embung Puja di Desa Tongo, di samping berbagai fasilitas irigasi lainnya di beberapa desa lingkar tambang lainnya serta pos-pos Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Untuk stabilisasi sungai dilakukan di Sungai Sejorong, Sungai Sekongkang Atas, Sungai Sekongkang Bawah serta penguatan tebing Sungai
Newmont Batu Hijau juga membangun kantor polisi, pasar, terminal, dan fasilitas umum lainnya untuk masyarakat
127
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Sejorong. Menyediakan tempat pembuangan sampah serta memberikan bantuan truk-truk sampah kepada beberapa desa di lingkar tambang merupakan sisi lain dari kepedulian terhadap upaya untuk membudayakan hidup bersih dan sehat. Newmont Batu Hijau melihat ada potensi pariwisata di beberapa desa di lingkar tambang, seperti Pantai Maluk dan Pantai Rantung di Sekongkang. Karena itu pantai yang semakin banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri ini, terutama Pantai Maluk, terus dibenahi seperti menyediakan kedai-kedai untuk sektor informal berjualan serta fasilitas atraksi bahari berupa kano.
Pembangunan infrastruktur hingga tahun 2009 masih akan dilakukan oleh Newmont Batu Hijau Setelah itu mungkin investasinya akan sedikit menurun karena dirasakan sudah cukup memadai
Fasilitas lain yang dibangun adalah markas Kepolisian Sektor (Polsek) Maluk, Pasar Maluk, pasar tradisisonal dan terminal Sekongkang, toilet umum, fasilitas panggung terbuka di lapangan sepakbola pada sejumlah desa, renovasi mess Samawa di Mataram hingga perbaikan kantor Bupati Sumbawa Barat. Berbagai item bangunan fisik ini belum termasuk bantuan fisik untuk menunjang operasional bidang kesehatan, pendidikan, pertanian, perkebunan, perikanan, seperti Puskesmas Keliling, ambulans, Perpustakaan Keliling, bus sekolah, bibit-bibit tanaman padi , tanaman keras dan hortikultura, pupuk, alat kelengkapan nelayan di pesisir pantai, di samping pelatihan-pelatihan dan studi banding untuk para petani, guru-guru dan kader-kader kesehatan. Jumlah dana yang paling signifikan dari infrastruktur yang kita bangun selama ini adalah bidang pertanian terutama bendung, embung dan jaringan irigasi lainnya, menyusul bidang pendidikan, mulai sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) hingga SMA serta bidang kesehatan, baru kemudian sarana dan prasarana umum. Ia menilai
128
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
sambutan masyarakat terhadap kehadiran infrastruktur yang dibangun Newmont Batu Hijau sangat positif , karena program ini dilakukan berdasarkan bottom-up planning, aspirasi dari bawah, dari masyarakat sendiri, dan bukan topdown planning. Ini adalah prinsip dasar bagi Newmont Batu Hijau untuk pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat di desadesa lingkar tambang. Newmont Batu Hijau ke depan masih akan terus membangun berbagai infrastruktur untuk masyarakat. Untuk tahun 2005 sudah ada
Untuk membantu pedagang Newmont Batu Hijau membangun pasar Maluk
programnya, sudah disosialisasikan kepada masyarakat, bahkan Newmont Batu Hijau merasa perlu mempresentasikan program tersebut agar masyarakat memahami dan mendukung infrastruktur yang akan dibangun. Untuk tahun 2005 program ComDev Newmont Batu Hijau yang sudah disosialisasikan kepada masyarakat dan pemerintah daerah mencakup 64 proyek yang tersebar di seluruh desa lingkar tambang di Kecamatan Sekongkang dan Kecamatan Jereweh. 129
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Proyek-proyek tersebut tetap memberikan perhatian tinggi terhadap bidang pertanian, pendidikan, kesehatan dan fasilitas untuk kepentingan umum lainnya. Ke depan masih banyak pembangunan infrastruktur yang akan dibangun, renovasi atau rehabilitasi oleh Newmont Batu Hijau. Misalnya dari 14 sekolah yang ada di Kecamatan Sekongkang dan Kecamatan Jereweh, masih ada tiga lagi yang belum tersentuh, tetapi udah masuk perencanaan. Newmont Batu Hijau sampai tahun 2009 masih akan membenahi infrastruktur, membangun dan melanjutkan yang belum selesai. Setelah 2009 mungkin mulai ada sedikit penurunan investasi untuk infrastruktur, karena diperkirakan pada tahun itu secara umum kebutuhan infrastuktur di dua kecamatan tersebut sudah relatif selesai dan memadai, mungkin juga sudah lebih dari cukup. Kalau infrastrukur sudah relatif lengkap, alokasi dana untuk infrastruktur akan semakin menurun. Meskin pun masih ada tetapi akan semakin kecil.
Masyarakat lingkar tambang akan disiapkan menjadi sumber daya manusia yang mandiri di masa depan
Tentang keberhasilan program ComDev Newmont Batu Hijau membangun berbagai infrastruktur untuk masyarakat desa lingkar tambang, General Supervisor Infrastructure ComDev Newmont Batu Hijau ini menilai sebagai keberhasilan yang tidak terlepas dari apa yang disebut dengan kemitraan. Karena sudah menjadi visi ComDev Newmont Batu Hijau untuk menjalin kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah. Kemitraan selalu dijunjung tinggi oleh Newmont Batu Hijau. Dan sebagai kontraktor Pemerintah Indonesia, Newmont Batu Hijau tidak akan pernah berjalan sendiri. Semua didialogkan dan dikomunikasikan. Kemitraan antara Newmont Batu Hijau, masyarakat dan pemerintah merupakan faktor menentukan dalam membangun desa-desa lingkar
130
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
tambang atau Kabupaten Sumbawa Barat secara keseluruhan. Ini yang harus dijaga bersama untuk mewujudkan harapan-harapan di masa depan yang lebih baik lagi, sekarang, selama tambang beroperasi, bahkan pascatambang. Pascatambang, desa-desa di lingkar tambang sudah lebih maju. Masyarakatnya lebih mandiri. Yang bertani silakan benar-benar bertani, karena fasilitas sudah tersedia. Suatu saat operasional Newmont Batu Hijau akan berakhir juga. “Kita siapkan dari sekarang masyarakat mandiri dan tangguh itu,� kata Wagimin optimistis. Kehadiran Newmont Batu Hijau sesungguhnya ingin mengajak masyarakat menggapai kesejahteraan bersama.
Infrastruktur yang dibangun Newmont Batu Hijau langsung menyentuh kebutuhan mendasar masyarakat lingkar tambang
Keberhasilan membangun infrastruktur tidak terlepas dari kemitraan Newmont Batu Hijau dengan pemerintah dan masyarakat
131
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
132
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
MEMPERTAJAM MOTIVASI MENGUBAH CARA PANDANG MASYARAKAT LINGKAR TAMBANG ADALAH TUGAS BERAT PENGEMBANGAN K APASITAS M ASYARAKAT
B
agi Newmont Batu Hijau upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur pertanian, pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana umum atau menciptakan berbagai peluang usaha saja, tetapi lebih dari itu ada sisi lain harus menyertainya manakala tujuan akhir yang ingin dicapai adalah juga kemandirian pada pascatambang. Sisi lain itu adalah pengembangan kapasitas masyarakat (community capacity building) sebagai bagian dari program besar Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau. K e t i k a i n f r a struktur dan peluang usaha telah dan akan terus dibangun s e r t a diciptakan, maka sesungguhnya kapasitas masyarakat harus pula dikembangkan u n t u k
Pengembangan kapasitas masyarakat berkaitan erat dengan upaya mengubah cara pandang dan mentalitas manusia
133
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
menghadapi berbagai tantangan yang bakal dihadapi masyarakat lingkar tambang. Melalui pendekatan ini yang diharapkan ke depan adalah terbentuknya masyarakat sejahtera dan mandiri meskipun pada saatnya nanti Newmont Batu Hijau harus mengakhiri masa operasi tambangnya. Michael Nugroho, General Supervisor Community Capacity Building ComDev Newmont Batu Hijau, memaparkan pandangannya mengenai pengembangan kapasitas masyarakat lingkar tambang. Tugas yang diembannya sangat berat, bukan soal pembangunan fisik saja, tetapi lebih jauh dari itu, soal pembangunan nonfisik. Ia sendiri menyebutnya sebagai tugas yang berurusan dengan perubahan cara pandang, mentalitas, paradigma atau mindset manusia. Dan ini tidak mudah, perlu proses dan butuh kesabaran. Program capacity building ini, kata Michael, berkaitan dengan hal-hal yang tidak tampak secara fisik, seperti bangunan atau infrastruktur, tetapi sebaliknya menyangkut hal-hal yang tidak tampak jelas, seperti kecerdasan dan kemandirian.
Ada kemajuan pada pengusaha lokal setelah diberi pelatihan sebagai langkah memberikan motivasi ekstrinsik
Tentang apa yang hendak dicapai dari pengembangan kapasitas masyarakat ini digambarkannya dalam dinamika pengusaha lokal di lingkar tambang yang dimulai dengan istilah intrinsic motivation atau primary motivation (motivasi primer). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari orang yang bersangkutan dan muncul dari dalam tanpa adanya stimulus dari pihak luar. Motivasi ini adalah motivasi dasar yang juga menjadi pendorong dalam mekanisme pertahanan hidup (survival mechanism). Orang yang mempunyai motivasi intrinsik dalam dunia usaha pada umumnya akan mampu tetap bertahan, berlanjut, dan mengembangkan usahanya. Jika motivasi intrinsik ini diabaikan, maka dampak yang akan dirasakan oleh seseorang adalah ketidakberdayaan bahkan kemiskinan. Karena itu, motivasi intrinsik perlu dipertajam dan digalakkan pada para pengusaha lokal yang ada di lingkar
134
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
tambang. Mungkin tidak banyak pengusaha lingkar tambang yang memiliki motivasi intrinsik ini. Spekulasi Michael tidak akan lebih dari 2 % pengusaha yang memiliki motivasi intrinsik ini dari ratusan orang yang saat ini disebut sebagai pengusaha lingkar tambang. Sementara 98% lainnya merupakan pengusaha lokal dadakan yang belum memiliki naluri dasar untuk bertahan hidup dalam dunia usaha. Kehadiran para pengusaha ini hanya merespons peluang usaha. Pengusaha seperti ini biasanya rapuh dan mudah patah semangat apabila menghadapi kegagalan. Meski demikian Newmont Batu Hijau tidak mengabaikan 98 % pengusaha yang tidak memiliki motivasi intrinsik ini. Para pengusaha tersebut terus dirangsang dengan berbagai upaya antara lain melalui pelatihan, seperti pembukuan, perpajakan dan kewirausahaan serta diberi lapangan pekerjaan, misalnya pasokan dan proyek. Langkah ini ditujukan untuk merangsang extrinsic motivation atau motivasi ekstrinsik agar bisa berpartisipasi dalam merespons peluang-peluang yang ada. Beberapa di antara pengusaha ini bisa berubah dan mulai menekuni pekerjaan dengan lebih baik dan produktif. Ini bisa dilihat dari kemampuannya memberikan harga sesuai tuntutan pasar, memenuhi tenggat waktu pengiriman, memenuhi
Perjalanan menuju seribu langkah selalu dimulai dari langkah pertama Usaha yang kokoh juga bermula dari usaha kecil
135
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
kualitas dan kuantitas yang dipersyaratkan serta mampu memenuhi kemasan yang dipesan konsumen. Michael menyebut motivasi ekstrinsik ini sebagai motivasi sekunder (secondary motivation) yang muncul setelah ada rangsangan dari pihak luar. Memang ada perubahan yang terlihat dan dapat diukur pada pengusaha lingkar tambang setelah diberikan motivasi ekstrinsik ini. Jika sebelumnya para pengusaha tidak melakukan pembukuan, setelah dilatih, mereka bisa membuat pembukuan dengan metode yang relatif baik dan benar. Begitu juga dengan masalah perpajakan. Sebagai wajib pajak, beberapa pengusaha meski belum semua sudah mampu melakukan penghitungan pajak mereka dengan benar. Bagi Newmont Batu Hijau kemajuan ini sangat menggembirakan karena pelatihan yang diberikan selama ini sudah dapat mengubah cara pandang masyarakat khususnya pengusaha lokal dalam memenuhi kewajiban sebagai warga negara.
Berfungsinya prakarsa bisnis lokal adalah implementasi dari penguatan kapasitas masyarakat
Modal utama yang diperlukan dalam usaha apapun adalah kemauan dari pengusaha bersangkutan untuk maju dan berkembang. Motivasi intrinsik atau pun motivasi ekstrinsik. Setelah motivasi ini dimiliki maka modal selanjutnya adalah kemampuan untuk mengelola usaha sesuai dengan skalanya. Kemampuan untuk mengelola usaha ini erat kaitannya dengan berbagai pelatihan yang diberikan kepada masyarakat. Baru setelah kedua modal utama itu dimiliki diperlukan adanya modal finansial untuk kemudian ditumbuhkan, dikembangkan dan diperbaiki secara terus menerus. Tanpa melalui langkah ini, maka upaya yang ditanamkan akan gugur di jalan. “ Tidak akan berlanjut,� ujar Michael. Dari sini nampak ada dua hal penting yang diberikan Newmont Batu Hijau kepada masyarakat desa lingkar tambang untuk menuju kesejahteraan dan kemandirian, yaitu kemauan dan kemampuan dari masyarakat itu sendiri, sementara faktor modal
136
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
akan berjalan menyertai kemampuan dan kemampuan tersebut. Artinya manakala masyarakat lingkar tambang sudah memiliki kemauan dan kemampuan itu, maka melalui program community development Newmont Batu Hijau akan menjalin kemitraan termasuk mengucurkan bantuan permodalan kepada masyarakat yang secara ekonomi memang ingin maju, tumbuh dan berkembang. Perjalanan menuju seribu langkah akan selalu dimulai dari langkah pertama, maka sesungguhnya usaha yang kokoh juga bermula dari skala kecil, sesuai kebutuhan pasar. Usaha itu dikerjakan dengan ketekunan, keuletan dan tidak pernah berhenti. Tidak pernah menyerah. Kinerja selalu diperbaiki terus menerus. “Ini yang akan membuat usaha menjadi kokoh,� tutur Michael. Bagi Newmont Batu Hijau semua proses ini telah dan akan terus dilakukan untuk masyarakat desa lingkar tambang. Karena itu, community capacity building menjadi salah satu prioritas dalam pengembangan masyarakat. Jika budget untuk program pengembangan masyarakat Newmont Batu Hijau tahun 2005 disiapkan sekitar 1,45 juta dolar AS, maka 72 persen atau lebih kurang 1,05 juta dolar AS untuk pembangunan infrastruktur dan
Pengembangan kapasitas masyarakat mendapat prioritas dalam program ComDev Newmont Batu Hijau
137
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
28 persen atau sekitar 401,4 ribu dolar AS untuk penguatan kapasitas masyarakat (community capacity building). Pembangunan kapasitas masyarakat ini ditempatkan oleh Newmont Batu Hijau pada posisi strategis di samping pembangunan infrastruktur pertanian, pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana umum yang merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat lingkar tambang. Dari penguatan kapasitas masyarakat inilah diharapkan infrastruktur yang dibangun dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu menghasilkan output maksimal untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Karena itu penguatan kapasitas masyarakat juga mencakup sumber daya manusia di bidang pertanian, pendidikan, kesehatan serta usaha kecil yang saat ini tumbuh dan berkembang di desa-desa lingkar tambang setelah masyarakat mulai mengambil insiatif untuk memanfaatkan secara maksimal program prakarsa bisnis lokal.
“Padma Award 2003� merupakan pengakuan pemerintah terhadap komitmen Newmont Batu Hijau yang melaksanakan program pengembangan masyarakat
Apa yang telah dilakukan Newmont Batu Hijau dalam menjalankan program community development ternyata memberikan hasil signifikan dengan diberikannya penghargaan “Padma Award 2003� kepada Newmont Batu Hijau oleh Pemerintah Indonesia yang mengakui komitmen tinggi perusahaan tambang tembaga dan emas ini terhadap program pengembangan masyarakat dengan segala implementasinya termasuk community capacity building. Karena itu, Newmont Batu Hijau tahun 2005 ini tetap memfokuskan program pengembangan masyarakat pada aspek pemberdayaan infrastruktur yang telah dibangun serta penguatan kelembagaan (institution reinforcement). Salah satu hasil yang secara kasat mata dapat dirasakan dari penguatan kapasitas masyarakat ini adalah berfungsinya secara maksimal apa yang disebut dengan prakarsa bisnis lokal. Masyarakat telah mengambil prakarsa dan mengembangkan
138
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
potensi dirinya untuk kemudian menjalin kemitraan dengan Newmont Batu Hijau. Peluang usaha yang diciptakan perusahaan tambang tembaga dan emas ini telah menumbuhkan pengusaha-pengusaha lokal di desa-desa lingkar tambang. Ini yang oleh Newmont Batu Hijau disebut sebagai dampak positif dari sebuah industri tambang yang hadir di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Data ekonomi Newmont Batu Hijau menyebutkan sekitar 2 juta dolar AS telah dibelanjakan setiap tahun untuk menyerap berbagai jenis barang dan jasa yang dipasok oleh pengusaha lokal di desa-desa lingkar tambang. Seperti diungkapkan Malik Salim, Senior Manager External Relations Newmont Batu Hijau, “Melalui prakarsa bisnis lokal, Newmont Batu Hijau mencoba memaksimalkan kapasitas pengusaha lokal untuk membuka peluang usaha dan menjalin kerjasama dengan Newmont Batu Hijau�. Pada tataran ini community capacity building memiliki peran penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang mampu menumbuhkembangkan setiap potensi yang ada di desa-desa lingkar tambang. Sesungguhnya kemauan untuk maju dengan motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik menjadi kunci pembuka dalam upaya menuju kesejahteraan dan kemandirian masyarakat baik sekarang, masa mendatang hingga pascatambang.
Motivasi adalah kunci pembuka untuk menuju kesejahteraan dan kemandirian
139
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
140
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
BATU HIJAU MERETAS KEHIDUPAN GELIAT JEREWEH GAIRAH SEKONGKANG MAGNET MALUK FOKUS BENETE KEGIGIHAN GOA KIPRAH BERU KEBANGGAAN SEKONGKANG BAWAH KEULETAN SEKONGKANG ATAS OPTIMISME TONGO TEKAD AIK KANGKUNG POTENSI TATAR
141
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
142
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
GELIAT JEREWEH ADA POTENSI PARIWISATA DI JEREWEH KAPAL YANG MEMBAWA TURIS ITU RUTIN MERAPAT DI PANTAI MALUK SEMENTARA PERTANIAN TERUS DIKEMBANGKAN
S
ejumlah wisatawan mancanegara nampak duduk di kursi jemur yang disediakan di atas pasir Pantai Maluk. Turis-turis ini dengan santai memandang ke arah laut yang diapit beberapa perbukitan. Sementara sekitar seratus meter dari bibir pantai tampak kapal yang ukurannya tidak begitu besar sedang buang jangkar. Kapal inilah yang digunakan para wisatawan asing tersebut datang ke Pantai Maluk dari Pulau Bali pada paruh Juni 2005. Benar ungkapan beberapa pedagang makanan dan minuman ringan di sekitar Pantai Wisata Maluk sekitar satu bulan sebelum kedatangan turis asing tersebut, biasanya bulan Juni, Juli dan Agustus, ada kapal membawa wisatawan asing ke Pantai Wisata Maluk. Ucapan itu terbukti, pada paruh Juni 2005 ternyata memang ada kapal datang membawa beberapa wisatawan
Kapal mengangkut wisatawan mancanegara dari Bali secara rutin dan berkala merapat di Pantai Wisata Maluk
143
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
mancanegara menikmati keindahan pantai dan perairan di Desa Maluk. Sedikitnya sepuluh turis turun ke darat, sementara yang lainnya masih di kapal. Para wisatawan asing itu menikmati pasir putih Pantai Maluk, sementara para pedagang makanan dan minuman ringan di kedai-kedai yang dibangun Newmont Batu Hijau bersiap-siap menerima kedatangan turis asing tersebut. Potensi yang terpendam itu sekarang menunjukkan awal perkembangannya. Kapal yang mengangkut wisatawan mancanegara dalam bulanbulan tertentu biasanya memang merapat di Pantai Maluk di Desa Maluk dan Pantai Jelenga di Desa Beru yang berada di wilayah Kecamatan Jereweh. Para turis asing itu turun ke darat. Ada yang berbelanja mencicipi makanan dan minuman ringan di sejumlah kedai di pesisir pantai berpasir putih itu. Ada pula yang bermain canoe, mencoba papan selancar (surfing) atau sekedar duduk dan bermain di tepi pantai.
Pada hari-hari libur Pantai Wisata Maluk ramai dikunjungi wisatawan nusantara dan masyarakat dari desa-desa lingkar tambang
Datanglah pada hari-hari libur. Pengunjung yang datang dari desa-desa lingkar tambang di wilayah Kecamatan Jereweh dan Sekongkang atau daerah-daerah lain memadati pantai berpasir putih itu. Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Mereka menjadi wisatawan nusantara yang ingin melihat indahnya Pantai Maluk. Kemudian lihatlah pula Pantai Jelenga di Desa Beru. Ada potensi yang sama dengan Pantai Maluk. Mulai berkembang dan dikembangkan. Bahkan di pantai ini sudah ada sedikitnya 30 bungalow yang dilengkapi dengan restoran. Dalam penilaian sebagian warga desa, Pantai Jelenga disebut lebih memiliki daya tarik terutama untuk para peselancar (surfer). Maka tidak heran kalau kapal yang biasanya datang dari Pulau Bali dengan membawa turis biasanya asal Australia dan Jepang singgah dulu di Pantai Jelenga baru kemudian ke Pantai Wisata Maluk.
144
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Apa yang bisa dikesankan dari wajah Pantai Maluk dan Pantai Jelenga sekarang ini ? Tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa inilah salah satu kelebihan Jereweh sebagai sebuah kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat. Memiliki potensi pariwisata yang bisa dikembangkan, Pantai Maluk dan Pantai Jelenga. Dan ini pula menjadi tandatanda awal untuk menyatakan Pantai Maluk dan Pantai Jelenga sudah menjadi daerah tujuan wisata yang cukup banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara untuk berlibur. “Ini merupakan potensi yang bisa diandalkan ke depan,� kata Camat Jereweh, ME Arianto. Penilaian yang sama mengenai potensi pariwisata tersebut juga diungkapkan Kepala Desa Maluk, Mukhlis H Mukhtar. Bahkan ia melihat ada peluang mendatangkan para investor untuk mengembangkan Pantai Maluk. Pemerintahan desa sendiri sudah mulai mempersiapkan kegiatan yang dapat mendukung pembangunan kepariwisataan. Misalnya dari unsur sosial budaya masyarakat dikembangkan seni tradisional yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pada waktu-waktu tertentu ada pergelaran gendang beleq dari Lombok, kesenian sekeco dari Sumbawa serta reog ponorogo
Newmont Batu Hijau menyiapkan berbagai fasilitas di Pantai Wisata Maluk yang kini tumbuh dan berkembang sektor informal
145
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
atau kuda lumping dari Jawa. Atraksi tersebut bisa menjadi suguhan unik untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara, dan menjadi faktor pendukung pembangunan pariwisata. Kalau sektor pariwisata berkembang, maka dampak luasnya adalah pertumbuhan sektorsektor lain yang akan menopang kepariwisataan itu sendiri. Sektor informal dipastikan tumbuh pesat, dan ini berarti bakal ada penyerapan sekaligus penciptaan lapangan kerja baru. Di sisi lain, sektor pertanian dalam arti luas yang selama ini menjadi pilar ekonomi masyarakat di Kecamatan Jereweh juga akan terpacu untuk berkembang mengiringi tumbuhnya sektor kepariwisataan itu sendiri. Berkembangnya sektor pariwisata di Kecamatan Jereweh terutama di Desa Maluk yang memiliki Pantai Maluk diakui berkat peran Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (Comdev). Berbagai fasilitas yang ada di pantai sekarang ini merupakan bantuan konkret dari perusahaan pertambangan etmaba dan emas tersebut. Misalnya 12 berugak, 6 kedai, canoe, tempat bermain anak-anak, kursi jemur, tempat membilas setelah mandi di laut, kamar kecil, lapangan voli pantai dan tempat parker, disiapkan untuk mendukung pembangunan pariwisata di Pantai Maluk.
Sektor pariwisata dan pertanian bisa menjadi potensi andalan Kecamatan Jereweh di masa mendatang
Lihatlah Jereweh sekarang ini. Masyarakat di desa-desa yang masuk wilayah kecamatan tersebut semakin terpacu untuk terus menata kehidupan yang lebih baik lagi. Ada pariwisata dengan objek pantai yang indah, dan ada pula desa yang mengalami pertumbuhan pesat. Roda perekonomian terus bergerak, sektor informal menyerap banyak tenaga kerja, sementara di sisi lain bidang pertanian terus dikembangkan masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Sektor pariwisata dan pertanian di Jereweh ini bisa saling kait-mengait satu sama lain. Hasil-hasil pertanian dalam arti luas di
146
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
kecamatan ini cukup menjanjikan, seperti terlihat dari hasil produksi petani baik beras, palawija maupun hortikultura di Desa Goa, Beru, Belo dan Benete. “Pada perkembangan ke depan, sektor pertanian bisa diandalkan untuk mendukung pariwisata,�ujar Arianto. Di Desa Goa, Belo, Beru dan Benete bisa dikembangkan buah-buahan, sayur-sayuran serta budidaya tambak ikan atau udang. potensi lahan cukup menyebar di desa-desa tersebut, dan hasil produksi berbagai jenis komoditi tersebut yang bisa mendukung kebutuhan pariwisata. Karena itu tidak berlebihan kalau pembangunan sektor pariwisata di Kecamatan Jereweh dapat mendorong pembangunan sektor pertanian atau sebaliknya. Produksi pertanian di desa-desa dalam wilayah kecamatan ini cukup maju. Hasil padi lebih meningkat, sementara para petani terus mengembangkan tanaman palawija dan hortikultura yang ternyata mampu pula memberikan nilai ekonomi bagi penduduk desa. Jika potensi pariwisata Pantai Maluk dan Pantai Jelenga menyatu dengan kekuatan pertanian di Desa Goa, Beru, Belo dan Benete, maka impian masyarakat di Kecamatan Jereweh untuk terus maju dan berkembang bukanlah sesuatu hal yang sulit dicapai.
Newmont Batu Hijau tidak siasia mengembangkan Pantai Wisata Maluk karena sekarang ini sudah banyak dikunjungi wisatawan
147
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
MEMACU PARIWISATA DAN PERTANIAN eretan kano (canoe) tampak berjajar rapi di Dpinggir Pantai Maluk. Disewakan kepada
pengunjung Rp 5.000 per jam. Di sebelah jajaran canoe tersebut terlihat pula kursi santai yang terbuat dari papan dan kayu bercat putih, sementara tidak jauh dari garis pantai terdapat kedai-kedai kayu beratap ilalang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Sebuah ruang terbuka berukuran cukup luas dilengkapi meja dan kursi berada persis menghadap pantai, pengunjung bisa melihat laut serta perahu-perahu nelayan yang lalu lalang menjaring ikan. Suasana khas daerah pariwisata semakin terasa ketika suara ombak terdengar seakan saling berkejaran disertai pemandangan orangorang bermain canoe.
Suatu saat dolar akan banyak berputar di kawasan Pantai Wisata Maluk yang kini sudah menjadi objek wisata Newmont Batu Hijau berperan membenahi fasilitas wisata di pantai berpasir putih itu
Tidak sia-sia jika Newmont Batu Hijau membantu penuh seluruh fasilitas pantai yang kini dikenal sebagai Pantai Wisata Maluk itu. Karena ternyata pantai berpasir putih ini mampu menjaring wisatawan baik dari luar negeri maupun dalam negeri di samping masyarakat setempat. Lebih dari itu, penduduk lokal pun terserap dalam lapangan pekerjaan sektor informal di samping mendapat bantuan modal usaha. Adalah L Burhanudin yang merasakan bantuan modal dari ComDev Newmont Batu Hijau. Ia mendapat bantuan lunak Rp 5 juta yang kemudian dijadikannya modal berdagang gado-gado, es campur serta makanan kecil dan minuman ringan. “Saya dibantu modal awal dari Newmont Batu Hijau,� tutur Burhanudin yang kini usahanya semakin berkembang baik. Usahanya sekarang sudah maju, mampu meraup keuntungan antara Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta setiap bulan. Dan ia pun tidak begitu sulit untuk menghidupi keluarganya bahkan bisa menabung. Burhanudin tidak sendirian di Pantai Maluk. Banyak pula pedagang sektor informal lainnya mengembangkan usaha yang sama. Misalnya
148
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Akhyar, 34 tahun, yang berjualan makanan kecil dan minuman ringan. Dari hasil dagangnya ia bisa menghidupi keluarganya. Sementara belasan pedagang lain juga mencoba mengais rezeki di objek wisata bahari yang sudah dikembangkan Newmont Batu Hijau dengan berbagai fasilitasnya. Ketika kapal yang mengangkut wisatawan mancanegara merapat di pantai, turis turun ke darat dan belanja makanan atau minuman ringan. Para pedagang di Pantai Maluk ini memang masih menjual makanan dan minumannya dengan kurs rupiah meski yang membeli turis asing. Tetapi suatu saat bukan tidak mungkin peredaran dolar juga mewarnai geliat pariwisata di wilayah Kecamatan Jereweh ini. Jika objek-objek wisata ini terus berkembang, maka berarti pariwisata di Kecamatan Jereweh akan tumbuh menjadi sektor yang menjanjikan bagi masyar a k a t n y a . D a m p a k luasnya adalah, banyak kebutuhan yang bisa dipenuhi untuk menopang geliat pariwisata terutama dari hasil sektor pertanian dalam arti luas. Hasil panen sekarang ini memang meningkat karena petani mampu mengolah lahan pertaniannya dengan baik. Fasilitas irigasi yang dibangun Newmont Batu Hijau serta
Fasilitas irigasi yang dibangun Newmont Batu Hijau telah membantu petani mengairi areal persawahannya
149
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
pembinaan dan penyuluhan yang diberikan perusahaan ini melalui Yayasan Serikat Tani Pembangunan (YSTP) tentang bagaimana bercocok tanam yang baik, peng-gunaan bibit unggul serta obat-obatan, pada kenyatannya telah memberikan kontribusi cukup berarti bagi masyarakat di wilayah ini. Sekarang hasil panen ada yang hampir dua ton per hektar, bahkan untuk lahan-lahan khusus bisa mencapai dua sampai tiga ton per hektar. “Sebelumnya jarang ada yang mencapai tingkat produksi seperti itu,� ucap Arianto. Keberhasilan sektor pertanian di desa-desa dalam wilayah Kecamatan Jereweh, seperti yang diungkapkan para petani itu sendiri, memang berkat peran Newmont Batu Hijau yang banyak membantu fasilitas irigasi dan pembinaan yang dibutuhkan petani di Desa Goa, Beru dan Belo. Di sisi lain upaya membangun sektor pertanian juga didukung oleh tersedianya alat-alat pertanian serta intensifnya pembinaan dan penyuluhan kepada para petani. Newmont Batu Hijau memberikan bantuan traktor tangan (handtractor) untuk memudahkan petani mengolah tanah. Puluhan traktor tangan bantuan Newmont Batu Hijau sudah diberikan kepada petani, dan ini sangat membantu dalam pengolahan tanah. “Petani tidak perlu lagi membajak sawah dengan kerbau,� ujar Kepala Desa Belo, Raohon dan Kepala Desa Beru, Basyarudin. Satu kecamatan ada 2 puskesmas Puskesmas Maluk mendapat prioritas karena penduduknya padat dan roda perekonomian desa berkembang pesat
Peningkatan cukup berarti kini semakin dirasakan para petani, karena kelebihan hasil produksi padi dan palawija ternyata tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja, tetapi juga dijual ke pasaran, sementara produksi hortikultura dipasok ke perusahaan sub-kontraktor Newmont Batu Hijau. Seperti dilakukan para petani di Desa Benete yang mampu memasok sayur-sayuran untuk memenuhi
150
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
kebutuhan Newmont Batu Hijau melalui subkontraktornya. Para petani di desa ini mendapat pembinaan dan penyuluhan dari Newmont Batu Hijau terutama cara bercocok tanam sayur-sayuran. “Produksi sayuran ini disuplai ke sub-kontraktor Newmont Batu Hijau,” ujar Kepala Desa Benete, M Zain Sidik. Bukan tidak mung-kin suatu saat nanti produksi pertanian di Jereweh akan menjadi andalan kecamatan ini untuk menyejah-terakan masyarakatnya yang disertai pem-bangunan sektor pariwisata. Sektor pariwisata sekarang ini mulai menggeliat, seperti yang terlihat di objek wisata Pantai Maluk dan Pantai Jelenga. Kalau Dam Murus sudah berfungsi, maka ada tiga desa yang areal persawahannya bisa diairi, yakni Goa, Beru dan Belo. Petani bisa menamam tiga kali dalam satu tahun. “Saya optimistis dampak Dam Murus akan meningkatkan kesejahteraan petani,” tutur Arianto. Ia juga melihat potensi pariwisata yang mulai tumbuh dan berkembang. Pariwisata dan pertanian ke depan bisa menjadi andalan Jereweh. D UA P USKESMAS
S
atu kecamatan ada dua Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Itulah dari sedikit keistimewaan Jereweh. Kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 13.374 jiwa ini memiliki Puskemas Jereweh dan Puskesmas Maluk. Semula hanya ada Puskesmas Jereweh yang menjadi pusat rujukan
Kesehatan ibu dan anak mendapat kepedulian dari Newmont Batu Hijau
Kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan Jereweh sudah semakin membaik karena pusat-pusat pelayanan kesehatan mudah dijangkau
151
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
desa-desa di sekitarnya. Namun dengan berbagai pertimbangan matang dibangun lagi Puskesmas Maluk.Salah satu pertimbangan dibangunnya Puskesmas Maluk oleh Newmont Batu Hijau adalah perkembangan pesat di desa tersebut di samping padatnya jumlah penduduk yang ternyata datang dari berbagai daerah baik dari Provinsi NTB maupun daerah lain di Tanah Air. Desa Maluk sekarang ini berpenduduk hampir tujuh ribu jiwa, sementara desa-desa lain yang masuk Kecamatan Jereweh masih di bawah angka tiga ribu jiwa. Kehadiran dua Puskesmas ini semakin memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terutama bagi warga desa lainnya, seperti Desa Benete, Goa, Beru dan Belo meskipun sebenarnya di desa-desa tersebut juga memiliki Pukesmas Pembantu (Pustu). Tenaga dokter, bidan dan perawat yang ditempatkan di setiap Puskesmas, Pustu dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) menjalin juga kerjasama dengan Internastional SOS (ISOS), Klinik Newmont Batu Hijau, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Lingkungan di setiap desa kini semakin terjaga karena dibangun drainase dan bak-bak sampah agar masyarakat menyadari pentingnya kesehatan
Untuk pelayanan kesehatan di Kecamatan Jereweh sejak Newmont Batu Hijau membantu berbagai fasilitas kesehatan bisa dikatakan sudah semakin baik. Bahkan penyakit malaria yang dulu mewabah di Desa Maluk dengan angka penderita cukup tinggi bahkan merenggut korban jiwa, sekarang sudah bisa dikurangi. Kepala Puskesmas Maluk, dr Adib Ahmad Syammakh bahkan memberikan angka cukup fantastis, bisa diturunkan dari 70 persen menjadi hanya 4 persen kasus malaria. Ini suatu prestasi bidang kesehatan yang patut dipuji, karena Maluk yang pernah menjadi daerah hiper-endemis malaria kini dapat mengurangi angka penderita dan angka kematian akibat penyakit tersebut. Maluk bahkan tidak lagi disebut sebagai sarang malaria.
152
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Puskesmas Maluk bantuan Newmont Batu Hijau juga dilengkapi peralatan medis, mobil ambulans serta laboratorium dasar untuk pemeriksaan penyakit-penyakit tertentu termasuk malaria. Ke depan bukan tidak mungkin di Puskesmas Maluk ini ada laboratorium untuk pemeriksaan kimia darah, sehingga penduduk dari Jereweh dan Sekongkang tidak perlu jauh-jauh pergi ke Mataram. Langkah strategis lain yang dilakukan pusat pelayanan kesehatan ini adalah pada setiap Posyandu selalu diadakan penyuluhan kesehatan, bahkan dilakukan pula deteksi tumbuh kembang anak serta pemberian makanan tambahan kepada bayi yang dibantu Newmont Batu Hijau untuk membiayai program kesehatan masyarakat. Secara keseluruhan kondisi kesehatan masyarakat di Jereweh semakin membaik. Warga desa mudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyebar di seputar kecamatan ini. Puskesmas Jereweh sendiri sudah cukup lama berdiri dan sempat melayani seluruh penduduk desa di lingkar tambang. Seiring dengan dibangunnya pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya, seperti Puskesmas Maluk dan Puskesmas Sekongkang, maka masyarakat di lingkar tambang sekarang ini tidak menemui kesulitan dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Berbeda dengan beberapa tahun lalu ketika masyarakat lingkar tambang hanya bisa berobat ke Puskesmas Jereweh. “Sekarang ini Puskesmas Jereweh mewilayahi tiga desa, yakni Goa, Beru dan Belo�, kata Kepala Puskesmas Jereweh, dr I Wayan Suryana. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan, pusat kesehatan masyarakat ini juga mendapat bantuan alat-alat kesehatan habis pakai, makanan tambahan untuk masyarakat kurang mampu serta bahkan mobil ambulans dari Newmont Batu Hijau. Untuk menjaga lingkungan agar tidak menimbulkan kerawanan penyakit, di desa-desa
Puskemas Jereweh sekarang ini mewilayahi tiga desa yakni Goa, Beru dan Belo
153
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
dalam Kecamatan Jereweh juga telah dibangun drainase, penyediaan air bersih serta bak-bak sampah yang tujuannya mengajak masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Persoalan kesehatan sekarang ini memang tidak lagi menjadi sesuatu yang menyulitkan bagi masyarakat, karena berbagai fasilitas ada di setiap desa. “Kekhawatiran masyarakat terhadap malaria kini sudah berkurang,” tutur Kepala Desa Belo, Raohon. Newmont Batu Hijau melalui program pengembangan masyarakatnya membantu pembuatan saluran-saluran air, sehingga tidak ada genangan air yang bisa menjadi sarang jentik nyamuk. Dan itulah salah satu program Community Development (Comdev) untuk masyarakat Belo. Keberadaan berbagai fasilitas kesehatan telah memudahkan penduduk desa mendapatkan pelayanan kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat semakin membaik. Puskesmas Pembantu di Desa Benete baru direnovasi oleh Newmont Batu Hijau. Pembasmian jentik nyamuk secara berkala sangat membantu mencegah munculnya berbagai jenis penyakit termasuk malaria. “Pelayanan kesehatan
juga makin mudah dijangkau,” ujar Zain Sidik.
MEMBANGUN SDM
K Tidak ada lagi alasan bagi anak-anak desa untuk tidak sekolah karena fasilitas pendidikan cukup memadai
unci masa depan adalah pendidikan yang dilakukan sekarang ini. Karena itu bidang pendidikan menjadi fokus perhatian pemerintahan dan program ComDev Newmont Batu Hijau. “Syukur Newmont Batu Hijau banyak membantu,” kata Arianto. Tidak ada hambatan berarti bagi anak-anak desa di wilayah Kecamatan Jereweh untuk menempuh pendidikan SD, SMP dan SMA. Keinginan menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sudah semakin mudah seiring dengan dibangunnya infrastruktur pendidikan tersebut. Dulu anak-anak desa yang tamat SMP sulit melanjutkan sekolah ke SMA, karena hanya ada di Taliwang. Sekarang SMA yang
154
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
dibangun Newmont Batu Hijau sudah ada di Jereweh. Proses belajar dan mengajar semakin m u d a h didapatkan oleh anakanak desa . Penamb a h a n fasilitas pendidikan terus dilakukan untuk mempermudah jangkauan masyarakat menyekolahkan a n a k anaknya. Setelah pembangunan dan renovasi SD, SMP dan SMA dilakukan oleh Newmont Batu Hijau di desadesa di lingkar tambang termasuk di Kecamatan Jereweh, perusahaan pertambangan tembaga dan emas ini juga membangun SMP Negeri 2 Jereweh di Desa Benete. Sementara untuk memudahkan anak-anak pergi ke sekolah, Newmont Batu Hijau menyediakan bus sekolah gratis untuk menjemput dan mengantar siswa dari Maluk atau Benete menuju sekolahnya di Taliwang, Jereweh dan Sekongkang. Tersedianya bus sekolah ini sangat membantu anak-anak disiplin mengikuti pelajaran karena tidak lagi terlambat masuk sekolah. Pemberian beasiswa serta dana bantuan pendidikan mencerminkan kepedulian tinggi Newmont Batu Hijau kepada anak-anak desa dari keluargakeluarga tidak mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Anak-anak desa sekarang ini semakin mudah menempuh pendidikan mulai dari SD, SMP hingga SMA
Membangun infrastruktur pendidikan adalah terobosan strategis Newmont Batu Hijau untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
155
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Banyak siswa SD yang mendapat dana bantuan pendidikan, sementara siswa SMP dan SMA selain ada yang mendapat dana bantuan pendidikan juga memperoleh beasiswa untuk pelajar yang berprestasi. Dulu minat sekolah anak-anak desa meski cukup tinggi terbentur pada tidak tersedianya sarana dan prasarana pendidikan di samping kemampuan orangtua yang sangat terbatas untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Apalagi ketika SMP belum ada di Kecamatan Jereweh, siswa harus melanjutkan ke Taliwang yang jaraknya cukup jauh serta memerlukan biaya tinggi. Sekarang dengan tersedianya SD, SMP dan SMA di Kecamatan Jereweh, anak-anak desa semakin berpeluang sekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Sekarang memang tidak ada alasan lagi untuk tidak sekolah,” ujar Kepala Desa Goa, Nasrullah Ma’arif.
Jika sektor informal sudah tumbuh dan berkembang di Pantai Wisata Maluk maka desa akan bisa menambah sumber pemasukannya
Kemajuan di sektor pertanian dalam arti luas serta terbukanya peluang berusaha di sektor-sektor informal termasuk bidang pariwisata yang mampu menciptakan lapangan kerja telah berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Yang terlihat sekarang ini di wilayah Kecamatan Jereweh adalah, pada satu sisi terjadi peningkatan perekonomian masyarakat, di sisi lain sarana dan prasarana pendidikan tersedia. Ini yang mempengaruhi semangat orangtua dan anakanaknya untuk terus sekolah. Kalau di satu lingkungan ada anak yang tidak sekolah malah menjadi pembicaraan karena semua fasilitas sudah tersedia. “Bahkan yang kurang mampu mendapat dana bantuan pendidikan dari Newmont Batu Hijau,” tutur seorang warga Desa Beru, Yusuf Ibrahim. Pemerataan pendidikan juga mendapat perhatian dari program ComDev Newmont Batu Hijau. Seluruh desa di Kecamatan Jereweh mendapat bantuan yang cukup berarti untuk menunjang proses belajar mengajar siswa dan guru-guru. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, beasiswa serta dana bantuan pendidikan untuk keluarga tidak
156
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
mampu hingga tersedianya bus sekolah, perpustakaan keliling dan penyediaan buku-buku pelajaran di perpustakaan. Sementara Mukhlis memandang bantuan Newmont Batu Hijau di bidang pendidikan telah meringankan penduduk desa untuk menyekolahkan anak-anaknya mulai dari SD, SMP hingga SMA. Sejak dibangun, direnovasi atau direhabilitasi sekolahsekolah dasar di desa ini, anak-anak semakin bersemangat menempuh pendidikan. Tidaklah berlebihan jika penilaian yang muncul di masyarakat seputar Kecamatan Jereweh sekarang ini adalah semakin membaiknya bidang pendidikan dibandingkan beberapa tahun lalu ketika anak-anak desa sulit sekolah atau melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. “Saya melihat kualitas pendidikan juga semakin bagus,� ujar Zain Sidik. Berkembangnya bidang pendidikan di Kecamatan Jereweh akhir-akhir ini merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat yang sejak lama mendam-bakan berbagai kemudahan menempuh pendidikan baik tingkat dasar maupun lanjutan. Pilihan Newmont Batu Hijau membangun sarana dan prasarana sekolah serta berbagai bantuan yang semakin mempermudah anak-anak desa mengikuti pelajaran, setidaknya merupakan terobosan strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sekarang dan masa mendatang.
PENGEMBANGAN
P
EKONOMI MASYARAKAT
erkembangan pesat berbagai aspek kehidupan di wilayah Kecamatan Jereweh, seperti infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan serta akhir-akhir ini berkembang sektor pariwisata, secara nyata telah menggerakkan roda perekonomian masyarakat di daerah ini. Sebelumnya sektor informal tidak berkembang di Kecamatan Jereweh, namun sekarang para pedagang, pengrajin serta pengusaha lokal
Ekonomi masyarakat semakin berkembang seperti yang terlihat di pasarpasar tradisional
157
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
tumbuh pesat karena peluang semakin terbuka khususnya sejak kehadiran Newmont Batu Hijau bersama sub-kontraktornya. Ini disebabkan tidak hanya sekadar ada peluang usaha, tetapi juga mengucurnya bantuan modal dari perusahaan pertambangan tersebut kepada sektor informal melalui program Comdev Newmont Batu Hijau. Proses pendampingan untuk memberdayakan masyarakat yang dilakukan Newmont Batu Hijau serta berjalan efektifnya Prakarsa Bisnis Lokal telah memberikan kontribusi nyata kepada pertumbuhan ekonomi masyarakat. Munculnya para pedagang di obyek wisata Pantai Maluk adalah contoh kecil dari berkembangnya sektor informal di Kecamatan Jereweh. Para pedagang di sektor informal ini diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengais rezeki. Newmont Batu Hijau menye-rahkan pengelolaan fasilitas wisata Pantai Maluk termasuk tempat berdagang kepada Badan Usaha Milik Desa (BUM Des). “Pihak desa masih mengutamakan pedagang agar pendapatan meningkat,� ucap Mukhlis. Tetapi kalau sektor informal tersebut sudah tumbuh dan berkembang maka ke depan bisa menjadi salah satu sumber pendapatan desa. Inilah bantuan konkret Newmont Batu Hijau dalam memberdayakan masyarakat di desa-desa lingkar tambang.
Prakarsa Bisnis Lokal bertujuan menumbuhkembangkan pengusaha lokal dan peluang usaha di desa-desa lingkar tambang
Sementara seorang warga Desa Belo, H Madjid Ino melihat kemajuan dari sisi lain, yakni terbukanya peluang usaha petani di desa ini untuk lebih mengembangkan komoditi sayur-sayuran yang dapat dijual baik ke pasaran umum maupun dipasok untuk memenuhi kebutuhan subkontraktor Newmont Batu Hijau . Setiap kelompok petani sayur di desa-desa lingkar tambang mendapat jatah untuk menyuplai sayur termasuk petani di Desa Belo dua kali seminggu. Kini petani di Desa Belo mendapat tambahan penghasilan. Selain dari tanaman padi dan palawija juga hasil
158
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
panen sayur-sayuran. Ini berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Geliat ekonomi di Kecamatan Jereweh sekarang ini kian nyata. Pendapatan masyarakat semakin meningkat. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah deretan rumah-rumah baru dan permanen yang pagar halamannya tidak lagi menggunakan sampak atau pagar dari bilah bambu, tetapi pagar atau terali besi. Kecamatan Jereweh sesungguhnya cukup potensial untuk semakin maju dan berkembang. Pariwisata dan pertanian adalah dua bidang yang bisa saling mendukung dan memberi keuntungan. Pertumbuhan dua sektor ini secara nyata telah menggerakkan roda perekonomian desa. Ke depan sektor pariwisata jika dikelola dengan baik akan dapat diandalkan, sementara di bidang pertanian para petani terus berupaya meningkatkan produksinya, pendidikan mampu mencerdaskan anak-anak desa dan pelayanan kesehatan kian membaik. Intinya, dari segi ekonomi bisa mandiri, dari sisi kesehatan membentuk masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, sementara dari segi pendidikan semakin berkualitas.
Dinamika masyarakat lingkar tambang sejak kehadiran Newmont Batu Hijau semakin tinggi
159
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
160
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
GAIRAH SEKONGKANG JANGAN MEMBAYANGKAN SEKONGKANG SEPERTI DULU BANYAK KEMAJUAN YANG DIALAMI DAERAH INI GAIRAH EKONOMI MEWARNAI KEHIDUPAN WARGA ADA PERTUMBUHAN, ADA PERKEMBANGAN
S
ekongkang sekarang berbeda jauh dengan Sekongkang dulu. Gairah ekonomi masyarakat setiap hari terlihat nyata di kecamatan dengan penduduk 4.833 jiwa ini. Denyut ekonomi masyarakat telah memicu pergerakan ke arah pertumbuhan dan perkembangan pada berbagai aspek kehidupan yang paling mendasar, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertanian serta usaha kecil dan menengah. Kalau selama ini anakanak di Desa Sekongkang Atas dan Sekongkang Bawah sulit melanjutkan pendidikan ke SMP karena lokasinya jauh, hanya ada di Jereweh dan Taliwang, sekarang di Sekongkang s u d a h dibangun SMP oleh Newmont Batu Hijau m e l a l u i p r o g r a m Community Development (ComDev). Newmont Batu Hijau membangun SMP yang berlokasi
Denyut kehidupan masyarakat Sekongkang sekarang ini semakin dirasakan masyarakat karena dibangunnya berbagai infrastruktur yang memang sangat dibutuhkan selama ini
161
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
di Sekongkang Bawah pada tahun 2000 dengan dana sekitar Rp 3,2 miliar. Sekolah itu dilengkapi 12 ruangan belajar, perpustakaan, laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta berbagai fasilitas olahraga. Belum lagi renovasi dan rehabilitasi berbagai Sekolah Dasar (SD) serta kelengkapan sarana dan prasarana belajar-mengajar di setiap sekolah di desa-desa yang masuk wilayah Kecamatan Sekongkang. Berbagai fasilitas pendidikan ini dibangun dan diberikan Newmont Batu Hijau dengan tujuan agar seluruh masyarakat terutama anak-anak tidak lagi mengalami kesulitan menempuh pendidikan. Nampaknya sulit untuk tidak mengatakan bahwa bantuan Newmont Batu Hijau di berbagai bidang termasuk pendidikan yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat sangat dirasakan penduduk desa. “Wajar kalau masyarakat bersyukur,� kata Camat Sekongkang, Marga Rahman.
Keberadaan bus sekolah bantuan Newmont Batu Hijau sangat membantu siswa dan guru dalam transportasi pergi dan pulang sekolah
Keberadaan bus sekolah sangat membantu guru dan siswa. Operasionalnya didanai oleh Newmont Batu Hijau bekerjasama dengan Komite Sekolah. Sekarang ini di Sekongkang tidak ada lagi istilah tidak bisa sekolah setelah berbagai fasilitas pendidikan tersedia dan cukup memadai. Newmont Batu Hijau dalam program peduli pendidikan memberikan beasiswa kepada siswa dan mahasiswa berprestasi di samping dana bantuan pendidikan khusus untuk siswa yang orangtuanyanya tidak mampu. Kisah tentang sulitnya pendidikan di masa silam tinggal menjadi cerita bagi masyarakat Kecamatan Sekongkang yang mewilayahi Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tongo, Aik Kangkung dan Desa Tatar. Keceriaan anak-anak sekolah di SD dan SMP saat ini mencerminkan kegairahan masyarakat menatap masa depannya. Tidak hanya sebatas SD dan SMP, anak-anak desa juga bisa menjangkau Sekolah
162
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Anak-anak desa kini semakin bersemangat mengikuti pelajaran di sekolah
Menengah Atas (SMA) Taliwang. Kehadiran bus sekolah dan semakin lancarnya angkutan umum saat ini telah membantu transportasi siswa pergi dan pulang sekolah setiap hari, gambaran nyata yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat desa. Masyarakat Sekongkang realistis memandang kehidupan. Pergerakan kehidupan menuju perbaikan sudah dirasakan sekarang ini. Bukan hanya anak-anak yang sedang menempuh pendidikan formal saja mendapat perhatian dari Newmont Batu Hijau, tetapi juga pada pendidikan nonformal. Berbagai pelatihan khusus keterampilan diberikan kepada pemuda desa, mulai dari bidang komputer, manajemen koperasi, manajemen keuangan, pengelola usaha kecil hingga perbengkelan. Newmont Batu Hijau juga membantu membangun sumber daya manusia berkualitas. “Sejak kehadiran Newmont Batu Hijau, pendidikan di Sekongkang menunjukkan kemajuan,� tutur Kepala Desa Sekongkang Atas, Syarifudin. Perbaikan gedung SD oleh Newmont Batu Hijau dengan dana sekitar Rp 900 juta, belum termasuk fasilitas pendukung, seperti bangku, meja dan fasilitas penunjang proses belajar mengajar serta perangkat komputer, adalah bukti perhatian perusahaan
Kesulitan ekonomi masyarakat secara perlahan tetapi pasti dapat diatasi, dan orangtua bersemangat menyekolahkan anak-anaknya
163
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
pertambangan ini terhadap kemajuan dunia pendidikan di wilayah ini. Dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat baik yang bekerja langsung di Newmont Batu Hijau maupun di sub-kontraktor serta munculnya berbagai peluang usaha yang menyerap banyak pekerja di sektor informal telah mengubah kualitas hidup masyarakat. Kesulitan ekonomi keluarga secara perlahan mulai berkurang. Para orang tua telah mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang lebih tinggi hingga perguruan tinggi di luar Sumbawa termasuk di Mataram bahkan sampai ke Pulau Jawa. Keterbelakangan bidang pendidikan yang dirasakan masyarakat Sekongkang selama ini mengalami perubahan signifikan. Tidak lagi terlihat anak-anak sekolah hanya memakai sandal jepit, telanjang kaki atau berpakaian sekedarnya dengan perlengkapan belajar yang tidak memadai.
Newmont Batu Hijau menghargai prestasi siswa dan mahasiswa melalui penghargaan beasiswa
Peran pemerintah tentu cukup besar dalam upaya memajukan bidang pendidikan tersebut, namun kehadiran Newmont Batu Hijau telah memperkuat komitmen bersama untuk memberikan berbagai fasilitas pendidikan yang akan menjadi modal awal membentuk generasi masa depan yang berkualitas. Newmont Batu Hijau setidaknya telah mengubah pandangan masyarakat terhadap pendidikan, ini terbukti dengan semakin banyak anak-anak yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, SMP, dan SMA. “Bahkan sampai perguruan tinggi,� kata seorang pendidik asal Sekongkang, Abdullah. Keberadaan SMP Sekongkang yang dibangun Newmont Batu Hijau sangat membantu anak-anak di desa ini. Dulu sekolah SMP cukup jauh, di Jereweh atau Taliwang. Kalau jaraknya cukup jauh maka pengeluaran biaya sekolah cukup besar. Sekarang berbagai pengeluaran itu bisa dikurangi. Bahkan jika masih ada orangtua yang tidak mampu, Newmont
164
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Batu Hijau memberikan dana bantuan pendidikan termasuk pakaian seragam, tas sekolah dan alatalat kelengkapan belajar lainnya. Siswa dan mahasiswa berprestasi juga diberikan beasiswa yang diharapkan menjadi pendorong bagi siswa dan mahasiswa lainnya untuk mengejar prestasi di sekolah. Ini langkah strategis untuk memacu anakanak agar selalu bersemangat dalam belajar. Dan Newmont Batu Hijau menghargai prestasi-prestasi yang sudah diraih oleh siswa dan mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat (NTB) terutama dari desa-desa lingkar tambang di Kabupaten Sumbawa Barat. MEMBAIKNYA KESEHATAN MASYARAKAT
K
eprihatinan masyarakat di Kecamatan Sekongkang terhadap ganasnya penyakit malaria yang saat itu banyak merenggut korban jiwa ketika fasilitas pelayanan kesehatan tidak ada, sekarang bukan lagi menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan dan menakutkan. Angka penderita malaria serta angka kematian akibat malaria serta p e n y a k i t penyakit lainnya sudah dapat ditekan karena tersedianya pusat-pusat p e l a y a n a n kesehatan. F a s i l i t a s kesehatan di Sekongkang dulu tidak ada sama sekali. Warga desa jika mau berobat harus ke Jereweh atau Taliwang.
Penimbangan bayi secara rutin dilaksanakan masyarakat di setiap Posyandu untuk memantau tumbuh kembang anak
165
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Sekarang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sekongkang sudah ada, diresmikan tahun 2004. Puksemas Sekongkang tersebut dibangun oleh pemerintah, sementara fasilitas pendukung dibantu Newmont Batu Hijau. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat sebelum ada PTNNT, di Sekongkang tidak ada fasilitas kesehatan. Saat itu Sekongkang masih bergabung dengan Kecamatan Jereweh. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat kalau pun ada hanya dilayani seorang mantri, sifatnya pun insidental, karena jumlah petugas kesehatan sangat terbatas yang harus melayani cukup banyak masyarakat.
Puskesmas Sekongkang dan Newmont Batu Hijau bekerjasama meningkatkan peranan dan memperkuat Posyandu di setiap desa lingkar tambang
Penanganan penyakit malaria difokuskan untuk mengurangi jumlah angka kesakitan dan angka kematian. Newmont Batu Hijau berperan penuh dalam penanggulangan penyakit tersebut melalui Department Malaria Control, sedangkan untuk kelancaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sakit disiapkan mobil ambulans dan Puskesmas Keliling (Pusling). Department Malaria Control bertugas mulai dari menangkap jentik nyamuk, mengobservasi lokasi-lokasi rawan berkembangnya nyamuk malaria serta melakukan penyemprotan di sepanjang jalan, genangan air dan dalam rumah penduduk. Berbagai upaya yang dilakukan Newmont Batu Hijau untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sangat dirasakan penduduk desa. Penyakit malaria yang sempat mewabah sampai menelan korban jiwa kini tidak lagi menjadi momok bagi warga Sekongkang. Derajat kesehatan masyarakat sudah mulai meningkat, begitu juga kesadaran warga untuk hidup sehat. Kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pola hidup sehat mulai terlihat. Warga desa jika ada keluarganya yang sakit langsung berobat ke dokter atau pusat-pusat pelayanan kesehatan. Ketika pertama kali beroperasi, Puskesmas Sekongkang ini tidak ada dana
166
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
operasional. “Syukurlah Newmont Batu Hijau membantu Rp 10 juta untuk enam bulan,� kata Kepala Puskemas Sekongkang, dr Milada Aini. Puskesmas Sekongkang menjalin kerjasama dengan Newmont Batu Hijau mengembangkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan fokus perhatian pada titik-titik mana penduduk antusias pergi ke pusat-pusat pelayanan kesehatan. Ini untuk memudahkan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan di samping upaya meningkatkan pemahaman warga tentang pentingnya hidup sehat. Sarana pelayanan kesehatan yang juga banyak mendapat bantuan Newmont Batu Hijau adalah Puskesmas Pembantu (Pustu) Aik Kangkung, Tatar dan Sekongkang Atas. Perusahaan ini membantu merehabilitasi Pustu tersebut di samping membangun Pustu Tongo. Sementara untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal kepada masyarakat, selain ada fasilitas pelayanan kesehatan, juga telah ditempatkan sejumlah paramedis baik bidan maupun perawat. Ada kesadaran warga desa untuk hidup sehat, dan ini akan sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Soal kesehatan masyarakat memang tidak bisa hanya
Rumah-rumah penduduk desa kini memiliki jamban dan warga mulai terbiasa hidup bersih
167
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
mengandalkan kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan, tenaga medis atau fasilitas lainnya saja, tetapi harus didukung pula oleh kesadaran masyarakat tentang arti penting pola hidup sehat. Dalam upaya mencegah mewabahnya berbagai jenis penyakit terutama malaria, diare serta berbagai penyakit lain, seperti infeksi saluran pernafasan atas, tuberkulosis serta melaksanakan program kesehatan ibu dan anak, Newmont Batu Hijau berkoordinasi dengan pemerintah melakukan berbagai langkah bersama masyarakat, antara lain menggerakkan program kebersihan lingkungan di setiap desa. Di desa-desa dalam wilayah Kecamatan Sekongkang dibangun bak sampah permanen serta drainase. Newmont batu Hijau selain membangun bak sampah permanen, juga memberikan bantuan dua unit dump truck termasuk biaya operasionalnya, masing-masing satu unit untuk mengangkut sampah di wilayah Desa Sekongkang Bawah dan Sekongkang Atas serta satu unit untuk Desa Tongo. Sampah-sampah ini dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang lokasinya jauh dari permukiman penduduk.
Kehadiran Embung Puja sangat membantu petani Tongo meningkatkan hasil panen
Khusus untuk mencegah munculnya kembali penyakit malaria yang sebelumnya sangat tinggi dilakukan penyemprotan dan pengasapan (fogging) secara berkala oleh Newmont Batu Hijau, sementara fasilitas air bersih untuk masyarakat disediakan sumur-sumur bor dilengkapi bak penampung kemudian dialirkan dengan melalui jaringan pipa ke rumah-rumah penduduk. Masyarakat tidak lagi mandi, mencuci dan buang air besar di kali. “Tetapi telah menggunakan jamban yang dibangun di setiap rumah penduduk,� ujar Kepala Desa Sekongkang Atas, Syarifuddin. Masyarakat di Kecamatan Sekongkang sekarang ini juga semakin mudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Kehadiran dan kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap pem-bangunan bidang kesehatan telah
168
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Sekongkang. Penyakit malaria serta jenis penyakit lainnya yang selama ini selalu mengkhawatirkan penduduk, sekarang sudah semakin jauh berkurang jumlah penderitanya. Seperti yang diungkapkan lagi oleh Kepala Desa Aik Kangkung, Mustamir AK, “Pelayanan kesehatan mudah diperoleh masyarakat�. Kesehatan memang akan menjadi faktor penting untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yang pada gilirannya dapat memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, sekarang dan masa mendatang. Gairah Sekongkang sekarang ini merefleksikan adanya kemajuan yang berarti bagi seluruh masyarakat di kecamatan ini. MEMBERDAYAKAN PETANI
Kecamatan Sekongkang merupakan wilayah lingkar tambang Newmont Batu Hijau. Dampak positif langsung atau pun tidak langsung dari kehadiran perusahaan pertambangan tersebut sudah dirasakan oleh masyarakat. Indikasi yang tampak adalah kegairahan warga dalam beraktivitas sehari-hari. Anak-anak pergi ke sekolah, karyawan bekerja, petani ke sawah, guru mengajar, tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada warga, anak-anak muda berwirausaha, sementara ibu-ibu rumah tangga menciptakan lapangan kerja sendiri dengan menambah keterampilan. Para petani tidak lagi khawatir dengan kekurangan air akibat sistem pengairan yang tidak memadai atau dengan cara tradisional
Petani Tongo mulai memasok sayur-sayuran ke Newmont Batu Hijau melalui subkontraktor yang ternyata mampu menambah pendapat masyarakat
169
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
yang menyebabkan hasil panen sedikit. Panen satu kali dalam setahun kini sudah ditinggalkan. Keberadaan Embung Puja di Desa Tongo serta berbagai fasilitas irigasi di desa-desa lingkar tambang lainnya, seperti Desa Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Tatar dan Aik Kangkung di wilayah Kecamatan Sekongkang, ternyata mampu meningkatkan hasil panen padi. Kalau dulu satu hektar sawah hanya mampu menghasilkan sekitar dua ton padi sekarang naik dua kali lipat bisa empat sampai lima ton padi per hektar. Bahkan sudah ada petani yang secara luar biasa mampu mencapai produksi di atas lima ton. Ini erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur pertanian terutama fasilitas irigasi di desa-desa tersebut yang secara nyata telah meningkatkan hasil panen para petani.
Prakarsa Bisnis Lokal dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat pedesaan melalui kerjasama saling menguntungkan dengan Newmont Batu Hijau
Kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap pembangunan bidang pertanian tidak hanya terbatas pada pembangunan fasilitas irigasi saja, tetapi juga peningkatan skill dan pengetahuan para petani. Petani diberi pelatihan bahkan diikutikan dalam studi banding ke daerah lain yang sudah lebih maju sistem pertaniannya. Newmont Batu Hijau melalui program pengembangan masyarakat atau Community Development (Comdev) secara rutin memberikan pembinaan kepada para petani. Meningkatnya pemahaman, pengetahuan dan keterampilan para petani disertai dukungan sistem pengairan yang baik telah memberikan hasil yang baik pula kepada pendapatan para petani. Upaya meningkatkan hasil panen padi hanyalah satu sisi yang menjadi kepedulian Newmont Batu Hijau di Kecamatan Sekongkang. Bidang hortikultura sekarang sudah dilirik oleh masyarakat untuk semakin dikembangkan karena memiliki prospek baik untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk desa khususnya para petani. Misalnya
170
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
bercocok tanam sayur-sayuran, bawang merah dan kacang kedelai. Petani di Desa Tongo bekerjasama dengan Newmont Batu Hijau mengembangkan budidaya sayur-sayuran untuk disuplai ke perusahaan tersebut melalui sub-kontraktornya. Kerjasama ini melibatkan kelompok masyarakat. Ada sekitar 20 petani sayur di desa tersebut. Hasilnya diserap oleh sub-kontraktor untuk memenuhi kebutuhan seluruh karyawan Newmont Batu Hijau. Jenis sayur-sayuran yang dihasilkan petani di desadesa lingkar tambang dalam wilayah Kecamatan Sekongkang antara lain bayam, kacang panjang, sawi hijau, sawi putih, kol, labu putih dan labu kuning. Sayur-sayuran inilah yang dipasok petani ke subkontraktor untuk selanjutnya disuplai ke Newmont Batu Hijau. Dulu warga membeli sayur-sayuran bisa sampai ke Lombok, tetapi sekarang bisa dengan mudah memperolehnya. “Petani Tongo sudah mampu menghasilkannya,� ujar seorang petani Desa Tongo, Sukarta. Petani ini hanyalah salah satu dari banyak petani di Desa Tongo yang selain menanam sayursayuran juga berusaha menjadi pemasok ke subkontraktor Newmont Batu Hijau. Ini artinya ada dinamika ekonomi penduduk desa, dan
Peran Newmont Batu Hijau ingin mengajak masyarakat mengejar ketertinggalannya
171
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
menggairahkan masyarakatnya untuk membuka peluang usaha dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Petani-petani di desa-desa lingkar tambang lainnya juga ikut merasakan usaha lokal seperti ini. Kalau seorang petani mendapat jatah satu kali dalam sepekan untuk memasok sayur-sayuran ke subkontraktor Newmont Batu Hijau, maka pada pekan berikutnya dilakukan oleh petani lain dari Kecamatan Jereweh atau Taliwang. Bagi Newmont Batu Hijau dinamika antarpetani yang pada perkembangan selanjutnya memunculkan pula pengusaha kecil di desa merupakan refleksi keberhasilan dari apa yang disebut sebagai Prakarsa Bisnis Lokal. Artinya, interaksi petani, pengusaha, subkontraktor dan Newmont Batu Hijau telah menumbuhkan peluang bisnis yang memberi banyak manfaat kepada penduduk desa.
Masyarakat desa kini semakin akrab menggunakan teknologi canggih berkat pertumbuhan perekonomian di desa-desa lingkar tambang
Gairah kehidupan masyarakat di Kecamatan Sekongkang menunjukkan roda perekonomian bergerak, tumbuh dan terus berkembang. Dampak luasnya adalah kehidupan warga desa yang semakin baik. Indikasinya bisa dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang secara nyata memperlihatkan kemajuan berarti pada penduduk setempat. Pendapatan masyarakat di Kecamatan Sekongkang rata-rata Rp 750.000 per bulan, artinya di atas lima juta rupiah per tahun. Mereka rata-rata petani. Belum lagi pendapatan anak-anaknya yang bekerja di Newmont Batu Hijau dan sub-kontraktor. Jadi relatif tidak ada kekhawatiran soal kemampuan ekonomi di masyarakat. Dari besaran pendapatan tersebut, rata-rata masyarakat di sini sudah mampu membangun rumah permanen. Itulah kemajuan yang ingin diperlihatkan oleh warga desa. “Dan ini menunjukkan daya beli masyarakat jauh meningkat,� kata Camat Sekongkang, Marga Rahman.
172
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK MENGGERAKKAN EKONOMI
Bagi masyarakat Sekongkang infrastruktur adalah kebutuhan mutlak untuk menggerakkan roda ekonomi agar terus berputar mengiringi dinamika warga menuju kesejahteraannya. Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan pertanian bantuan Newmont Batu Hijau selama ini telah memberikan kontribusi nyata kepada penduduk desa lingkar tambang. Kehadiran SD, SMP, Puskesmas, Pustu, Posyandu, fasilitas irigasi, air bersih, berbagai pelatihan dan pembinaan untuk petani, bantuan pendidikan, beasiswa, bantuan sarana dan prasarana kesehatan serta terbukanya peluang-peluang usaha, secara perlahan tetapi pasti telah melepaskan desa-desa di Kecamatan Sekongkang dari ketertinggalan. Peran Newmont Batu Hijau yang mengajak masyarakat untuk mengejar ketertinggalan pada kenyataannya telah menumbuhkan perekonomian warga di segala bidang kehidupan. Ketika aktivitas ekonomi penduduk terus berkembang, ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan untuk memudahkan pergerakan transportasi sudah tersedia, maka tidak ada lagi keterisolasian desadesa di Kecamatan Sekongkang. Sekongkang sudah menjadi daerah terbuka.
Ada interaksi positif antara masyarakat dan Newmont Batu Hijau
173
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Menggerakkan roda perekonomian masyarakat adalah komitmen Newmont Batu Hijau sekaligus berkah bagi seluruh penduduk di desa-desa ini. Ekonomi tumbuh dan berkembang, masyarakat dibina, dididik bahkan atas inisiatif sendiri ikut mengembangkan diri menjadi pengusaha-pengusaha lokal yang semakin jeli mencari peluang usaha. Di sisi lain, penduduk desa terutama anak-anak muda diajak ikut pelatihan di berbagai bidang agar terampil dan bisa menciptakan lapangan kerja. Semakin terbuka dan bergeraknya roda ekonomi di wilayah Kecamatan Sekongkang tidak hanya ditandai oleh mudahnya jangkauan alat transportasi, tersedianya berbagai infrastruktur, munculnya pengusahapengusaha lokal, semakin membaiknya derajat kesehatan masyarakat atau terampilnya para petani di desa-desa tersebut, tetapi juga dapat dilihat dari masuknya berbagai investasi lain yang menyertai dinamika ekonomi penduduk desa.
Semakin terbukanya wilayah Sekongkang telah menggerakkan roda ekonomi masyarakat desa
Masyarakat sekarang tidak lagi asing dengan telepon seluler atau jaringan televisi termasuk jaringan TV kabel yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh penduduk desa untuk mengenal barang-barang berteknologi canggih tersebut. Kini warga desa tidak lagi aneh dengan produk-produk elektronika yang selama ini banyak digunakan orang di kota-kota besar saja. Warga desa sudah biasa berkomunikasi dengan telepon seluler, dan tidak pernah ketinggalan informasi yang disiarkan berbagai saluran televisi melalui jaringan parabola. Produk elektronik lain yang sudah akrab dengan masyarakat adalah mesin cuci. Sebuah kemajuan yang tidak pernah diimpikan sebelumnya. Jangan tanya soal sepeda motor. Dulu jumlah sepeda motor bisa dihitung dengan jari. Hanya guru yang memilikinya. Sekarang setiap rumah tangga ratarata punya sepeda motor yang meramaikan arus lalu lintas di wilayah Kecamatan Sekongkang. Ini adalah dampak luas dari keberadaan Newmont Batu Hijau. Setidaknya ini langkah awal kemajuan bagi masyarakat Kecamatan Sekongkang.
174
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Ada cerita menarik di Sekongkang jika dikaitkan dengan kehadiran Newmont Batu Hijau. Sejumlah pejabat Kabupaten Sumbawa pada sekitar tahun 1988 datang ke Sekongkang. Kehadiran para pejabat kabupaten itu nampaknya menjadi tonggak awal munculnya hubungan baik antara masyarakat dan Newmont Batu Hijau. Terungkap bahwa pemerintah daerah ingin meminjam perumahan guru SD Sekongkang untuk dijadikan base camp Newmont Batu Hijau. Masyarakat menyambut baik keinginan dan rencana Newmont Batu Hijau itu. Terjadilah interaksi positif antara warga desa dan perusahaan pertambangan tersebut. Masyarakat Sekongkang yang saat itu umumnya petani diberikan kesempatan pula untuk bekerja. Tenaga kerja lokal pun mulai terserap saat itu. Penyerapan tenaga kerja lokal di Sekongkang ternyata sudah berlangsung sejak Newmont batu Hijau melakukan eksplorasi tambang, berlanjut ketika berlangsung masa konstruksi, dan hingga saat ini operasional tambang. Inikah tonggak awal persahabatan yang erat dan sulit dipisahkan antara masyarakat di Kecamatan Sekongkang dan keberadaan Newmont Batu Hijau. Yang jelas, dan sulit untuk tidak mengatakannya demikian, bahwa Sekongkang kini semakin berkembang.
Sekongkang juga memiliki Pantai Rantung yang indah dan berpotensi menjadi objek wisata
175
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
176
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
MAGNET MALUK MATAHARI BELUM LAGI TERBIT DI TIMUR INGAR BINGAR SUDAH MULAI TERDENGAR DENYUT KEHIDUPAN NYARIS TAK BERHENTI MALUK MEMBERI MAGNET
Sektor informal tumbuh pesat di Desa Maluk yang membuka berbagai peluang usaha
S
ejumlah pengojek menjelang pagi tampak mulai lalu lalang di setiap gang mencari penumpang. Sementara di salah satu sudut jalan, pedagang makanan dan minuman terlihat pula mulai melayani pembeli. Dari kejauhan beberapa warga sudah melakukan aktivitas rutinnya. Denyut Desa Maluk pun dimulai. Kesibukan dinihari tersebut mengawali geliat Maluk yang sekarang tumbuh pesat. Maluk kini ibarat gadis cantik yang mulai bersolek. Maluk seakan memiliki magnet yang mampu menumbuhkan minat banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat di Tanah Air untuk mendatanginya. Ada daya tarik tersendiri pada Maluk. Aktivitas warga semakin ramai ketika jarum jam menunjukkan angka 05.00 Wita. Para pengojek terlihat sibuk mengantar penumpang yang akan bekerja di Newmont Batu Hijau, sementara warga desa lainnya mulai bersiap melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
Maluk kini semakin berkembang pesat, ada daya tarik tersendiri pada desa yang kini banyak didatangi oleh masyarakat dari berbagai daerah
177
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Para pedagang antara pukul 06.00 - 07.00 Wita mulai membuka toko dan warungnya. Bahkan pasar tradisional sudah diramaikan oleh pedagang dan pembeli. Itulah Desa Maluk yang tidak berlebihan kalau saat ini disebut sedang mengarah menjadi sebuah kota dengan segala kesibukan warganya. Maluk yang beberapa tahun lalu nyaris tanpa aktivitas, kini justru diwarnai padatnya kesibukan warga desa sepanjang hari, pagi, siang dan malam hingga dinihari keesokan harinya. Apa yang terlihat pada Desa Maluk sekarang ini nampaknya memang tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Newmont Batu Hijau sejak beberapa tahun lalu. Perusahaan ini telah memberi nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi warga desa. Sebagian besar masyarakat desa bahkan menyatakan tidak akan ada Maluk seperti sekarang ini jika tidak ada perusahaan pertambangan tembaga dan emas tersebut. “Perputaran uang di Maluk mungkin bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah setiap hari,� kata Camat Jereweh, ME Arianto.
Maluk pernah berpenduduk sekitar sepuluh ribu jiwa yang datang dari berbagai wilayah di NTB dan daerah lain di Indonesia
Desa Maluk memang bisa dikatakan luar biasa perkembangannya. Sebelum masa konstruksi dan beroperasinya Newmont Batu Hijau, desa ini hanya dihuni tidak lebih dari 1.600 jiwa yang merupakan para transmigran asal Lombok, Bali dan Jawa. Sekarang setelah Newmont Batu Hijau beroperasi, pertambahan jumlah penduduk Maluk mencapai sekitar 6.000 jiwa yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia serta warga asing yang bekerja di Newmont Batu Hijau. Maluk pernah berpenduduk hampir 10.000 jiwa ketika masa konstruksi Newmont Batu Hijau dilakukan. Ini akibat berdatangannya para pekerja dari berbagai daerah di tanah air. Konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk yang pesat itu adalah dibutuhkannya tempat tinggal dan makan serta kelancaran transportasi dan berbagai fasilitas lainnya untuk mendukung aktivitas masyarakat.
178
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Faktor ini pula yang menyebabkan perubahan pesat telah terjadi di Desa Maluk. Berbagai indikasi tumbuhnya ekonomi Desa Maluk memang secara kasat mata terlihat sekarang ini. Mulai dari gadogado hingga menu masakan Eropa serta berbagai jenis minuman produksi dalam dan luar negeri bisa ditemukan di desa ini. Hotel dan restoran berkembang pesat, warung telekomunikasi dan counter telepon seluler (ponsel) atau handphone (Hp) serta beberapa lembaga perbankan dan perusahaan swasta beroperasi di Maluk. Menarik pula untuk dicatat bahwa di desa ini dapat pula ditemukan usaha laundry dan salon kecantikan yang selama ini mungkin hanya dikenal sebagai usaha jasa untuk orang-orang di kota besar. Inilah refleksi dari kemajuan ekonomi Maluk dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran Newmont Batu Hijau telah menjadi stimulasi bagi masyarakat desa untuk terus berkembang kea rah yang lebih baik lagi. Internet sudah tidak asing lagi bagi warga Desa Maluk. Penggunaan teknologi informasi cangih itu bukan lagi menjadi sesuatu yang istimewa, bersurat bisa dilakukan melalui surat elektronik (e-mail) atau bermain di dunia maya. Lihatlah Maluk saat ini. Peluang bisnis tumbuh dan berkembang dari
Berbagai jenis usaha pariwisata ada di Desa Maluk, seperti hotel, restoran, objek wisata dan atraksi wisata bahari di perairan Pantai Wisata Maluk
179
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
berbagai jenis usaha. Para investor lokal atau pun dari luar daerah mulai menanamkan modalnya di desa ini, sementara masyarakat setempat lainnya menciptakan berbagai usaha yang bisa menciptakan lapangan kerja. Para pedagang kecil serta kios-kios berjajar di hampir setiap ruas jalan di Desa Maluk. Sektor informal berkembang. Masyarakat pun terus melangkah berusaha meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Tidak ada alasan untuk tidak menangap peluang bisnis yang tercipta oleh kehadiran Newmont Batu Hijau. “Sedikitnya ada 60 restoran atau warung makan di Maluk, sedangkan tempat kos sekitar 500 unit,� ujar Kepala Desa Maluk, Mukhlis H Mukhtar. Penuturan sejumlah pedagang sektor informal di Maluk menggambarkan betapa desa ini menjanjikan kehidupan yang layak sepanjang setiap orang mau berusaha. Apalagi berdasarkan cerita para pendatang yang berinvestasi di Maluk menyebutkan bahwa Maluk yang dulu hanyalah sebuah desa kecil dan relatif terisolir, sekarang semakin dikenal di tanah air karena keberadaan Newmont Batu Hijau.
Para pedagang di Desa Maluk kini tumbuh dan berkembang, sektor informal mulai disentuh masyarakat desa terutama di sektor pariwisata
Burhanuddin, seorang penjual gado-gado, es campur dan makanan kecil di Pantai Maluk, adalah sebuah potret keberhasilan sektor informal. Ia membuka usahanya dengan modal awal hanya Rp 750.000, kemudian beberapa bulan berselang mendapat bantuan modal dari Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (Comdev) sebesar sebesar Rp 5 juta. Dengan modal tersebut kini usahanya cukup berkembang. Setiap hari ia mendapat Rp 300.000 hingga Rp 400.000 dan keuntungan setiap bulan mencapai Rp2 juta hingga Rp2,5 juta. Sebagian digunakan untuk membayar angsuran pnjaman sebesar Rp 500.000 serta membayar sewa saung (stand) Rp100.000 per bulan. “Alhamdullilah dari hasil berjualan kecil-kecilan ini saya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga,� tutur
180
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Burhanuddin. Gambaran yang sama juga dikemukakan Supriadi, warga Alas yang mencoba mangadu nasib berjualan gado-gado, pelecing dan rujak bersama isterinya di Desa Maluk. Beberapa tahun lalu ia mengajak isterinya membuka usaha kecil-kecilan dengan menyewa satu kamar ukuran kecil. Uang sewanya sebesar Rp 350.000 per bulan sekaligus dijadikan tempat tinggal bersama anaknya. Supriadi bersama isterinya bisa dikatakan berjualan gado-gado, pelecing dan rujak tanpa modal. Artinya bahan baku diambilnya dari pasar pada pagi hari kemudian dibayar pada sore harinya. Dari hasil berjualan gado-gado, pelecing, dan rujak pendapatannya mencapai Rp300.000 setiap hari dengan keuntungan bersih sebesar Rp50.000 setiap hari. Hasil ini cukup untuk menghidupi dan membiayai sekolah tiga anaknya. “Meski tidak bekerja di Newmont Batu Hijau, tetapi saya bisa membuka peluang usaha kecil-kecilan,� kata Supriadi. Potret keberhasilan sektor informal di Desa Maluk terekam pula dari cerita seorang pedagang nasi goreng asal Malang, Jawa Timur, Hadinata. Ia mengaku tertarik membuka usaha kecil-kecilan di desa ini setelah mendapat informasi bahwa Maluk
Mengais rezeki di Pasar Maluk angkutan tradisional masih disukai masyarakat
181
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
semakin berkembang sejak kehadiran Newmont Batu Hijau. Ia berangkat dari Malang bersama isterinya tahun lalu dengan membawa modal Rp 5 juta. Uang tersebut digunakan untuk menyewa rumah tempat berjualan sebesar Rp 4 juta. Hadinata ketika itu sempat kebingungan, karena modal yang tersisa setelah dipakai biaya hidup sehari-hari hanya Rp 400.000. Itu pun berkurang lagi menjadi hanya Rp 75.000 setelah membuat tempat berjualan. Hadinata pun memulai usaha kecil-kecilan menjual pisang goreng yang setiap malam terjual 700 buah dengan harga Rp 500 per buah. Ternyata usahanya cukup berkembang, langganannya mulai banyak terutama karyawan Newmont Batu Hijau yang mencari makanan kecil setelah pulang kerja. Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membeli piring dan kursi serta meja tempat berjualan, jenis makanan yang dijual juga bertambah, ada nasi goreng, minuman ringan dan es campur.
Jasa ojek adalah lapangan kerja yang tercipta setelah Newmont Batu Hijau berada di desa-desa lingkar tambang
Kendati hanya jualan kecil-kecilan, Hadinata mempekerjakan tujuh karyawan yang bekerja berdasarkan tiga kali shift. Dari modal awal hanya Rp75.000 kini omzet dagangannya mencapai sekitar Rp 2 juta setiap hari. “Ini dampak kehadiran Newmont Batu Hijau terhadap Desa Maluk,� ujar Hadinata. Hasil yang didapatkan selama ini bisa dimanfaatkan untuk membiayai seorang anaknya yang kuliah di Malang dan dua anak lainnya sedang sekolah lanjutan tingkat atas di Lumajang. Kalau Burhanuddin, Supriadi dan Hadinata mampu meraup rupiah dengan berjualan makanan dan minuman ringan , lain lagi dengan Syahril yang sekarang ini boleh disebut sebagai pengusaha lokal yang mampu merebut peluang bisnis sejak kehadiran Newmont Batu Hijau. Ia mampu menangkap peluang bisnis di bidang transportasi ojek yang sangat diperlukan untuk mengantar karyawan Newmont Batu Hijau atau pun ketika
182
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
para karyawan perusahaan pertambangan itu pulang kerja. Dengan hanya bermodalkan sebuah sepeda motor tua, Syahril mencoba usaha baru sebagai tukang ojek. Ketika memulai profesi sebagai tukang ojek, Syahril yang asal Lombok ini mengaku kewalahan melayani penumpang yang saat itu sangat ramai, karena jumlah pengojek baru sekitar 45 orang. Bahkan pada masa konstruksi Newmont Batu Hijau ia terpaksa mengangkut dua penumpang sekaligus. Setelah satu tahun menekuni pekerjaan sebagai tukang ojek, hasil yang diperolehnya selama ini digunakannya untuk mengganti sepeda motor tuanya dengan yang baru, Suzuki Shogun. Meskipun dengan cara kredit ternyata hasil mengojeknya mampu melunasi kredit hanya dalam waktu dua tahun. “Pengojek yang beroperasi di Maluk dan Benete bisa meraup penghasilan rata-rata Rp 50.000 hingga Rp 80.000 setiap hari,� kata Syahril yang karena kegigihannya menjalankan profesi tersebut ia diangkat menjadi Sekretaris Koperasi Pramujasa Lingkar Tambang. Jumlah pengojek di Desa Maluk termasuk pula di Desa Benete mencapai sekitar 336 orang. Pertumbuhan para motoris ini memang terkait erat dengan keberadaan Newmont Batu Hijau yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu menciptakan lapangan kerja baru selama setiap individu mau bekerja dengan sungguhsungguh. Setiap hari para pengojek ini mengangkut banyak penumpang yang umumnya karyawan Newmont Batu Hijau ke Benete. Tarif di seputar Desa Maluk sebesar Rp 1.000, sedangkan ke Benete Rp 2.000. Kalau ke Sekongkang bisa mencapai Rp 10.000. Syahril adalah potret anak muda yang berhasil dan mau bekerja keras. Hasilnya memang tidak sia-sia, dari hanya satu sepeda motor kini sudah bertambah menjadi lima sepeda motor yang semuanya dioperasikan.
Pengojek di Maluk bisa meraih pendapatan hingga Rp. 80.000 per hari
183
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Angsuran untuk lima sepeda motor itu pun sudah dilunasi. Anak muda yang ternyata seorang sarjana ini sekarang sudah menikmati hasil kerja kerasnya. Syahril yang selama ini terjun langsung sebagai tukang ojek kini sudah menjadi pengusaha ojek. Ia tinggal menunggu setoran dari lima sepeda motor yang dioperasikan masing-masing Rp15.000 per hari. Dari usaha ojek kini ia meraup penghasilan Rp 2,25 juta per bulan. “Ini dampak keberadaan Newmont Batu Hijau,� ujar Syahril yang ternyata juga mengoperasikan cidomo sebagai alat angkut pedesaan.
Masyarakat semakin kreatif mendampingi keberadaan Newmont Batu Hijau dengan menumbuhkan berbagai peluang usaha
I Nyoman Trasna, warga yang tinggal di Jereweh namun mengelola usaha di Maluk, mengakui kalau kehadiran Newmont Batu Hijau telah memberi peluang usaha bagi penduduk desa. Ia membuka usaha kos dengan membangun tempat kos sederhana dari dinding gedeg dan atap alang-alang sebanyak 30 kamar yang ketika itu disewakan Rp50.000 per kamar per bulan. Dari usaha ini ia meraup penghasilan sebesar Rp 1,5 juta setiap bulan. Dari hasil usahanya itu ia memperbaiki tempat kosnya menjadi permanen dan semi permanen. Sekarang sewa tempat kosnya naik dari Rp50.000 menjadi Rp100.000 per bulan, bahkan untuk bangunan permanen mencapai Rp300.000 per bulan. Pendapatan yang cukup menjanjikan dari usaha kos ini tidak hanya dinikmati oleh Trasna, tetapi juga puluhan pemilik kos lainnya di Desa Maluk yang kini sudah tumbuh menjadi pengusaha-pengusaha lokal sejak beroperasinya Newmont Batu Hijau. Potret Desa Maluk adalah sebuah dinamika pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Berbagai potensi kini semakin dikembangkan oleh masyarakatnya sendiri yang ternyata sangat kreatif dan inovatif mendampingi keberadaan Newmont Batu Hijau yang dinilai telah memberi berbagai peluang usaha untuk kesejahteraan warga desanya sendiri. Kenyamanan dan ketenangan
184
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
menjalankan usaha serta terbukanya peluang usaha masyarakat Desa Maluk sesungguhnya didukung oleh berbagai faktor penunjang yang tidak lagi menjadi beban berat bagi warga desa. Misalnya bidang kesehatan, pendidikan, pertanian dan infrastruktur yang beberapa tahun lalu masih menjadi persoalan sulit dipecahkan, kini sudah bisa dinikmati penduduk secara luas. Newmont Batu Hijau membantu berbagai fasilitas, sarana dan prasarana bidang-bidang tersebut sebagai wujud kepedulian perusahaan pertambangan ini terhadap masyarakat Desa Maluk. Artinya, Newmont Batu Hijau hadir tidak hanya menciptakan peluangpeluang usaha bagi warga desa, tetapi sekaligus membantu secara konkret aspek-aspek kehidupan yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat. Di bidang kesehatan Newmont Batu Hijau membangun Puskesmas Maluk. Masyarakat sekarang ini tidak perlu lagi berobat ke Puskesmas Jereweh, cukup di Puskesmas Maluk yang memiliki fasilitas rawat inap. Keberadaan puskesmas ini cukup mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penyakit malaria yang pernah menjadikan Maluk sebagai daerah hiper-endemis kini angka penderita dan angka kematian berkurang drastis. Kasus malaria sekarang ini hanya sekitar
Petugas Newmont Batu Hijau bersiap melaksanakan tugas pengasapan (fogging) untuk memberantas nyamuk malaria
Berbagai peluang usaha tumbuh dan berkembang di Desa Maluk
185
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
empat persen dari sebelumnya hingga 70 persen. “Penurunan kasus malaria ini tidak terlepas dari bantuan Newmont Batu Hijau,� ujar Kepala Puksemas Maluk, dr Adib Ahmad Syammakh. Puskesmas Maluk selama ini bekerjasama dengan Departement Malaria Control Newmont Batu Hijau untuk mengatasi tingginya penderita malaria terutama dalam pencarian kasus, penyediaan obatobatan, pengasapan (fogging), screening sample serta pelatihan tenaga medis termasuk petugas laboratorium yang mampu meneliti penyakit malaria. Maluk di bidang kesehatan nampaknya cukup mendapat perhatian. Biasanya di satu kecamatan hanya ada satu puskesmas. Di Kecamatan Jereweh sudah ada, tetapi Maluk yang masuk Kecamatan Jereweh tetap dibangun puskesmas yang wilayah kerjanya masuk juga Desa Benete. Pertimbangannya adalah padatnya penduduk Desa Maluk dan berkembangnya perekonomian desa. Karena itu Newmont Batu Hijau tidak hanya membangun puskesmas, tetapi juga membantu fasilitas lain, seperti peralatan medis, Puskesmas Keliling serta Puskesmas Pembantu (Pustu) Benete. “Yang menggembirakan dari masyarakat Desa Maluk ini adalah meningkatnya kesadaran untuk hidup sehat,� tutur dr Adib.
Pariwisata Maluk adalah potensi yang akan terus dikembangkan karena cukup menjanjikan di masa mendatang
Desa Maluk kini sedang menuju pertumbuhan pesat di berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Roda perekonomian yang bergerak cepat serta semakin membaiknya taraf kehidupan warga desa dan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat telah mempengaruhi pula pembangunan di bidang pendidikan. Dulu anak-anak desa boleh dikatakan tidak begitu serius untuk sekolah karena keterbatasan sarana, prasarana dan fasilitas lain termasuk kurangnya kemampuan orangtua menyekolahkan anak-anaknya. Kini tidak ada lagi alasan untuk tidak sekolah bagi anak-anak desa. Kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap bidang
186
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
pendidikan diwujudkan secara konkret membangun SD Negeri 2 serta rehabilitasi SD Negeri 1 Maluk. Kedua sekolah dasar ini juga mendapat bantuan buku-buku pelajaran, alat belajar siswa serta tersedianya perpustakaan keliling untuk meningkatkan minat baca anak-anak desa. Beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi serta dana bantuan pendidik untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu telah menumbuhkan semangat tinggi masyarakat desa untuk terus sekolah dan belajar. Kebutuhan yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat, seperti kesehatan dan pendidikan, nampaknya bukan lagi sesuatu yang menyulitkan bagi penduduk Desa Maluk sekarang ini. Ketika roda perekonomian tumbuh pesat disertai membaiknya derajat kesehatan masyarakat dan semakin majunya bidang pendidikan, maka aspek kehidupan masyarakat lainnya juga turut berkembang. Sektor pertanian dengan sub-sektor perkebunan serta pariwisata kini juga semakin berkembang di Desa Maluk. Produksi sayur-sayuran yang dihasilkan petani di desa ini setidaknya bisa disuplai ke sub-kontraktor untuk memenuhi kebutuhan Newmont Batu Hijau. Hubungan timbal balik antara masyarakat petani, sub-kontraktor dan Newmont Batu Hijau ini mencerminkan bahwa Prakarsa Bisnis Lokal di Desa Maluk berjalan cukup baik. “Jangan lupa, pariwisata adalah potensi Maluk yang sekarang mulai berkembang,� ujar Kepala Desa Maluk, Mukhlis H Mukhtar. Newmont Batu Hijau banyak membantu fasilitas di Pantai Maluk, sebuah objek wisata yang mulai banyak dikunjungi masyarakat bahkan wisatawan mancanegara dan nusantara. Lihatlah Maluk sekarang ini. Desa yang sedang menggeliat. Magnetnya seakan terasa di mana-mana, di desadesa lingkar tambang, di ibukota kabupaten dan ibukota provinsi hingga menyebar ke daerah-daerah lain di tanah air. Dan, selamat datang di Maluk.
Desa Maluk kini sedang menuju pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
187
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
188
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
FOKUS BENETE PETANI MULAI BERGAIRAH BAWANG MERAH JADI KOMODITI MASA DEPAN ADA TARGET SEPULUH TON ADA NIAT BERHAJI
S
ejumlah petani nampak tidak ragu menyatakan bahwa menanam bawang merah lebih menguntungkan dari pada komoditi lain, bahkan termasuk padi. Bawang merah diistilahkan pula tidak akan bisa dikejar oleh komoditi lain dalam hitungan bisnis. Keuntungannya bisa berlipat-lipat. Dan semurah-murahnya harga bawang merah masih lebih menguntungkan dibandingkan jenis tanaman lain. Apa yang terlihat sekarang ini di Desa Benete adalah tingginya minat petani untuk menanam bawang merah. Masa panen bawang merah yang cukup singkat hanya dua bulan disertai nilai ekonomi lebih tinggi pada gilirannya telah menumbuhkan semangat petani untuk melirik komoditi tersebut. Tidak pula berlebihan kalau dikatakan bawang merah kini menjadi fokus petani Desa Benete di samping beragam jenis palawija dan sayur-sayuran.
Bawang merah menjadi komoditi yang cukup menjanjikan bagi petani di Desa Benete
189
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Fokus bawang merah yang seakan-akan menjadi denyut baru bagi para petani Desa Benete memang bukan tanpa alasan. Petani pun tidak sekadar terhanyut pada pola hitungan bisnis saja, tetapi juga strategi pola tanam sudah dipikirkan. Sementara penyuluhan, pembinaan, bibit, cuaca dan lahan adalah sisi lain yang sudah diantisipasi. Inilah prakarsa yang tampak di Desa Benete. Petani mengambil peran untuk menggerakkan roda perekonomian desa manakala suatu komoditi yang dinilai berprospek baik dinilai akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk desa. Adalah petani Aimin AR, akrab dipanggil Pak Anto, membuktikan pengalamannya menanam bawang merah. Ketika Newmont Batu Hijau mambantu bibit, menyiapkan laboratorium pertanian, dan penyuluhan atau pembinaan kepada para petani, maka komoditi tersebut menjadi lebih menjanjikan, layak bisnis dan mampu menumbuhkan usahausaha bisnis lokal. “Saya beberapa kali menanam bawang merah, sementara ujicoba di laboratorium sudah dua kali,� tutur Aimin.
Hasil panen bawang merah bisa mencapai sepuluh kali lipat dan cukup memberi keuntungan bagi para petani
Pernah menanam bawang merah dengan bibit sekitar 50 kilogram, hasilnya mencapai 600 sampai 700 kilogram, lebih dari sepuluh kali lipat. Katakanlah bisa dijual Rp 4.000 per kilogram, maka penghasilan bisa mencapai Rp 2,8 juta. Aimin adalah salah seorang petani yang pernah mendapat bantuan bibit bawang merah dari Newmont Batu Hijau sekitar 50 kilogram. Ia pun kini menjadi salah seorang petani binaan dan petugas laboratorium pertanian yang dikembangkan Newmont Batu Hijau. Baginya, kehadiran Newmont Batu Hijau serta berbagai bantuan yang tidak hanya bibit dan pembinaan, tetapi juga pompa air dan traktor tangan (handtractor) merupakan faktor pendorong tumbuhnya minat petani untuk mengembangkan komoditi bawang merah. Seperti dituturkan Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Benete, L Tohir, yang juga Community Organizer (CO) Newmont
190
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Batu Hijau, bahwa program Community Development (ComDev) sekarang ini menaruh perhatian cukup besar terhadap pengembangan komoditi bawang merah di Desa Benete karena dinilai memiliki prospek baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Penyuluhan pertanian untuk pengembangan bawang merah di Desa Benete ini tidak hanya dilakukan dengan cara lisan atau sekadar teori, tetapi juga langsung dipraktikkan di laboratorium pertanian Benete. Tujuannya agar pertani cepat memahami cara bercocok tanam bawang merah selain dapat melihat bukti berdasarkan pengalaman nyata. Luas lahan ujicoba di laboratorium pertanian Benete sekitar 80 are, khusus untuk ujicoba tanaman bawang merah sekitar 70 are. Ujicoba yang dilakukan selama ini ditanam pada dua petak dengan bibit bawang merah sekitar 300 kilogram. Hasilnya cukup tinggi mencapai tiga ton lebih. Sementara ujicoba dengan 600 kilogram mampu menghasilkan sedikitnya enam ton bawang merah. “Ini semua bantuan Newmont Batu Hijau kepada petani bawang merah,� ujar Aimin yang nampak optimistis bawang merah akan menjadi komoditi andalan Desa Benete di masa mendatang.
Lahan di Desa Benete yang potensial ditanami bawang mencapai sekitar 120 hektar
191
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Dalam survei Penyuluh Pertanian Lapangan Newmont Batu Hijau serta para petani binaan tercatat sedikitnya 120 hektar lahan di Desa Benete yang potensial dan cocok ditanami bawang merah. Petani pun sekarang ini sudah mengatur strategi penanaman bawang merah agar harga komoditi tersebut di pasaran tetap tinggi. Kalau menanam bulan sembilan atau sepuluh yang panennya pada bulan sebelas atau dua belas, maka harganya di pasaran bisa mencapai di atas Rp 10.000 per kilogram, karena komoditi tersebut hanya dipasok dari Desa Benete dan tidak ada pasokan dari daerah lain. Menanam bawang merah pada bulan tiga atau empat yang panennya bulan lima atau enam harganya juga masih cukup bagus bisa mencapai Rp 8.000 per kilogram, karena pasokan dari daerah lain belum ada. Harga yang diperhitungkan paling rendah antara Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram hanya ketika petani menanam bulan tujuh atau delapan yang panennya bulan sembilan dan sepuluh, karena di daerah lain juga banyak petani menanam bawang merah. “Namun semurahmurahnya harga bawang merah di pasaran masih bisa dijual Rp 3.000 per kilogram,� kata Aimin.
Petani yakin bisa mencapai hasil panen bawang merah sebanyak sepuluh ton per hektar
Ini tetap menguntungkan petani. Atau, bisa juga dengan menyimpan hasil panen terlebih dahulu untuk kemudian dijual pada bulan-bulan tertentu ketika harga mahal. Prospek komoditi bawang merah di Desa Benete akhir-akhir ini tidak sekadar punya potensi dalam hasil produksi atau kualitas karena kecocokan tanah dan alam pantai, tetapi juga menyangkut soal pemasaran yang bisa menjangkau lintas desa, lintas kecamatan bahkan lintas kabupaten. Para petani bawang merah di Desa Benete masih ada ikatan kerjasama yang erat dengan pengusaha di Taliwang yang biasa membeli komoditi tersebut. Untuk pemasarannya setiap minggu bisa diserap satu ton bawang merah, dan dalam satu bulan ditarget-kan lima ton. Kalau para petani di Desa Benete bisa menghasilkan bawang
192
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
merah cukup banyak, maka pengusaha tersebut merasa sangat terbantu karena tidak perlu mencari pasokan dari daerah lain, m i s a l n y a Kabupaten Bima yang untuk pengangkutan sekitar satu ton saja ongkosnya bisa mencapai satu juta rupiah. “Soal pemasaran tidak ada masalah, karena dibeli langsung oleh pengusaha,� ujar Tohir. Untuk pengembangan bawang merah di Desa Benete setiap tahun ada 20 petani binaan yang secara bergantian setiap tahun dibina oleh Newmont Batu Hijau dengan melibatkan para pembina lapangan. Bantuan berupa bibit rata-rata sekitar 50 kilogram juga diberikan kepada para petani yang dinilai secara sungguh-sungguh ingin mengembangkan komoditi bawang merah. Penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan oleh Newmont Batu Hijau kepada para petani selain menyangkut jenis bibit unggul dan pengolahan juga menyentuh cara bercocok tanam bawang merah pada musim kemarau atau musim hujan serta langkah-langkah mengatasi penyakit tanaman dan penggunaan pupuk yang rasional. Berdasarkan kondisi alam dan lahan, jenis bawang merah yang cocok ditanam di Desa Benete adalah bibit Filipina. Namun bibit lain, seperti lima varitas yang diberi nama varitas I hingga varitas V dari Desa Maluk juga diujicobakan di laboratorium pertanian.
Peluang usaha semakin terbuka di desa-desa lingkar tambang Para pengusaha lokal ikut tumbuh dan berkembang
193
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Ujicoba seperti ini juga dilakukan dengan menanam bawang merah pada musim hujan, karena sebelumnya sudah berhasil bertanam bawang merah pada musim kemarau. Bawang merah untuk musim hujan, mulai dari jenis bibit, cara penanaman dan perawatan hingga penanganan panen berbeda dengan tanaman bawang untuk musim kemarau. “Misalnya bedengan untuk musim hujan mencapai 30 centimeter,� ujar Tohir. Sementara menjarangkan jarak tanaman merupakan upaya mengantisipasi munculnya penyakit embun minyak di samping menjaga agar rumput tidak tumbuh yang bisa menyebabkan tingginya kelembaban tanah di sekitar tanaman bawang merah. Apa yang tampak di Desa Benete sekarang ini adalah pemahaman yang cukup luas mengenai cara bercocok tanam bawang merah di kalangan petani. Bawang merah menjadi komoditi yang prospektif untuk dikembangkan. Dan dari sini pula tumbuh pengusaha-pengusaha lokal yang memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan.
Setiap satu tahun ada 20 petani binaan Newmont Batu Hijau, dan para petani ini mendapat bantuan bibit beberapa jenis tanaman sekitar 50 kilogram per orang
Aimin yakin jika dikelola dengan baik termasuk jadwal dan pola tanam disertai proses pendampingan baik penyuluhan maupun pembinaan kepada petani oleh Newmont Batu Hijau, maka satu ton bibit yang ditanam di lahan seluas satu hektar akan menghasilkan sekitar 10 ton. Meski harga jual sangat minimal, namun pendapatan bisa menjangkau kisaran Rp 30 juta hingga Rp 40 juta. “Petani bisa naik haji dari hasil panen bawang merah,� tutur Aimin. Pengembangan bawang merah di Desa Benete kini mulai memasuki pola agribisnis. Newmont Batu Hijau terus melakukan pendampingan kepada para petani. Tujuannya agar petani berhasil dalam mengembangkan komoditi tersebut. Berhasil dalam bercocok tanam, panen dan pemasarannya. Desa Benete sesungguhnya memiliki komoditi potensial
194
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
untuk lebih dikembangkan oleh masyarakat desa. Kegairahan petani menanam bawang merah dengan pola yang baik, mulai dari pemilihan jenis bibit, pengolahan tanah, pengaturan jadwal tanam, pencegahan penyakit tanaman hingga kelayakan harga dan peluang pasar, pada akhirnya akan terus mendorong Newmont Batu Hijau untuk memberikan bantuan pendampingan, penyuluhan, membuka peluang pasar hingga bantuan modal melalui program Community Development (Comdev). Peluang usaha untuk terus meningkatkan kesejahteraan petani semakin terbuka. Kata kunci yang diperlukan sekarang ini tinggal kerja keras dan disiplin para petani itu sendiri untuk mengembangkan tanaman bawang merah. “Ke depan Desa Benete bisa jadi sentra bawang merah,� ujar Tohir. Sementara Newmont Batu Hijau dalam upaya mengembangkan sektor pertanian di desa ini, membangun Embung Benete dengan dana sekitar Rp 4,5 miliar yang mampu mengairi lahan persawahan sekitar 200 hektar. Desa Benete yang berpenduduk sekitar 1.576 jiwa sesungguhnya memiliki petani-petani terampil dan komoditi yang bisa diandalkan untuk mengembangkan sektor pertanian.
Ujicoba penanaman bawang merah di Desa Benete semakin banyak dilakukan para petani
195
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
196
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
HARAPAN BELO KETIKA PERSAINGAN SEMAKIN KETAT MAKA BELAJAR DAN TERUS BELAJAR ADALAH KUNCI MERAIH PRESTASI
B
enar ungkapan Wawan Darmawan, mahasiswa semester IV Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram, “Saya tidak ingin mengecewakan orangtua.� Orangtuanya, Mursali B dan Siti Aisyah memang banyak berharap pada anak muda kelahiran Desa Belo 24 April 1983. Karena itu ia tidak mau mengecewakan k e d u a orangtuanya yang t e l a h membesark a n , mendidik dan menyekolahkannya dengan s u s a h payah. T e k a d u n t u k menjadi y a n g terbaik b a g i mahasiswa ini tidak b i s a ditawar-
Tekad dan semangat untuk sekolah sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi Belajar lebih giat menjadi kata kunci untuk terus meraih prestasi
197
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
tawar lagi, karena itu tiada waktu bagi dirinya tanpa belajar. Ia menyadari masa depannya sangat tergantung dari kerja kerasnya sekarang ini. Dan perjuangan itu nampaknya memberikan hasil terbaik bagi dirinya karena sejak menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Jereweh hingga kuliah di Fakultas Teknik Universitas Mataram setiap semester ia meraih prestasi tinggi, dan atas prestasinya ini pula ia mendapat beasiswa dari Newmont Batu Hijau. Ketekunan belajar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) 02 Belo telah mengantarkan pemuda kelahiran Desa Belo ini meraih prestasi cukup membanggakan. Ia lulus SD di kampungnya dengan hasil prestasi baik. Kehidupan keluarganya yang tergolong kurang mampu tidak menjadi halangan bagi Wawan untuk terus sekolah. “Beban orangtua saya cukup berat,� tutur Wawan. Orangtuanya yang bekerja sebagai petani harus membiayai sekolah dua orang anak, sementara hasil panen sangat sedikit karena sawah kesulitan air di samping harga pupuk mahal. Akibatnya, Wawan dan kakaknya hanya sekolah dengan biaya seadanya.
Sejak Kelas I SMP Jereweh ia mendapat beasiswa dari Newmont Batu Hijau Beasiswa ini sangat membantu biaya pendidikannya
Suatu ketika ia minta dibelikan baju seragam olahaga, namun saat itu orangtuanya tidak bisa membelikan karena tidak ada uang. Ia tidak merasa kecewa, dan menyadari bahwa kondisi kehidupan keluarganya serba kekurangan. Masa-masa sulit ketika duduk di bangku SD di kampungnya memacu semangat Wawan untuk terus belajar. Ketika lulus SD ia tidak mengalami kesulitan masuk SMP Negeri Jereweh. Soal biaya pendidikan di SMP memang sempat dikhawatirkannya. Tetapi karena semangatnya tinggi untuk terus melanjutkan sekolah, ia mengabaikan berbagai kesulitan itu. Prinsipnya adalah belajar dan belajar untuk meraih prestasi. “Di tengah kesulitan ini, ketika SMP, saya
198
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
mendapat beasiswa,� ujar Wawan. Karena nilainya baik, sejak Kelas I SMP Jereweh tahun 1999 ia mendapat beasiswa dari Newmont Batu Hijau sebesar Rp 1,2 juta atau Rp 100.000 setiap bulan, kemudian berlanjut saat naik Kelas II dan Kelas III sebesar Rp 900.000 atau Rp 75.000 per bulan. “Alhamdulillah beban orangtua mulai ringan,� ujar Wawan. Kedua orangtuanya sangat senang ketika mengetahui anaknya mendpat beasiswa dari Newmont Batu Hijau. Beasiswa dari Newmont Batu Hijau itu sangat berarti bagi Wawan, karena cukup membantu meringankan beban orangtuanya. Ia bisa membiayai sekolahnya sendiri antara lain untuk membayar uang sekolah. Setelah lulus SMP ia melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Mataram jurusan Teknik Mesin. Karena sejak SMP ia selalu berprestasi mendapat nilan cukup baik, maka ketika sekolah di SMK Negeri 3 Mataram prestasi pun tetap diraihnya. Wawan kembali mendapat beasiswa ketika duduk di Kelas I dan Kelas III SMK Negeri 3 Mataram sebesar Rp 1,2 juta per tahun atau Rp 100.000 setiap bulan. Pemuda asal desa lingkar tambang ini memang bercita-cita ingin melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi. Setelah lulus SMK Negeri 3 Mataram tahun 2003 ia berhasil masuk jurusan Tenik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram. Pertimbangannya memilih Teknik Mesin didasari pemikiran bahwa keahlian di bidang mesin akan sangat dibutuhkan di masa mendatang. Selama kuliah tradisi memperoleh nilai tinggi tetap dipertahankannya sehingga ia bisa meneruskan pula tradisi menerima beasiswa Newmont Batu Hijau. Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hingga Semester IV mencapai 3,0 Wawan memperoleh beasiswa dari perusahaan pertambangan tembaga
Tradisi mendapat beasiswa dari Newmont Batu Hijau terus diterimanya hingga perguruan tinggi
199
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
dan emas tersebut. Sejak Semester I, II, III hingga Semester IV beasiswa yang sudah diperolehnya sebesar Rp 2,6 juta. Beasiswa tersebut cukup untuk membayar uang kuliah, bahkan sisanya bisa dimanfaatkan untuk membeli buku-buku kuliah. “Saya tidak lagi minta kiriman uang dari orangtua,” tutur Wawan. Kalau pun ada kiriman dari orangtua hanya tiga bulan sekali, karena ia sadar orangtuanya seorang petani. Beasiswa yang diperolehnya dari Newmont Batu Hijau dimanfaatkan untuk keperluan uang kuliah termasuk biaya transportasi dan membeli buku. Ia tidak pernah menggunakan beasiswa itu untuk keperluan lain. Mursali dan Siti Aisyah, orangtua Wawan, nampak merasa bangga karena anaknya bisa meraih prestasi dan mendapatkan beasiswa dari Newmont Batu Hijau. Belum banyak siswa asal Belo yang bisa menempuh pendidikan tinggi terutama di Perguruan Tinggi Negeri seperti Universitas Mataram. Wawan pun menceritakan kalau orangtuanya juga mendapat bantuan dari Newmont Batu Hijau karena berhasil menerapkan System of Rice Intensification (SRI) yang terbukti meningkatkan hasil panen petani.
Ia berharap siswa-siswa di Desa Belo terus giat belajar agar meraih prestasi demi meningkatnya kualitas sumber daya manusia
Lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) asal Desa Belo yang melanjutkan kuliah di perguruan tinggi masih bisa dihitung dengan jari, apalagi yang kuliah di Universitas Mataram. Karena itu Wawan mengajak siswa-siswa asal Desa Belo untuk terus belajar meraih prestasi agar bisa meneruskan pendidikan tinggi. Ia melihat prestasi dan kemampuan orangtua menjadi salah satu penghambat anak-anak Desa Belo untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. “Solusinya harus belajar keras,” ujar Wawan. Kalau berprestasi mungkin biaya akan lebih ringan, karena bisa mendapat beasiswa dari Newmont Batu Hijau. Ia
200
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
juga mengharapkan teman-teman lain di Desa Belo lebih giat belajar agar bisa bersaing memperebutkan beasiswa dari Newmont Batu Hijau. Sebenarnya kondisi kehidupan orangtua Wawan tidak jauh berbeda dengan warga lainnya di Desa Belo, namun kedua orangtuanya memiliki semangat tinggi untuk terus menyekolahkan anak-anaknya. Kendati hidupnya kurang beruntung Mursali dan Siti Aisyah mampu mendorong anaknya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Meski hasil panen sedikit, namun tetap disisihkannya untuk membiayai sekolah anakanaknya. Sekarang beban itu sudah berkurang karena anaknya, Wawan Darmawan, menerima beasiswa dari Newmont Batu Hijau sejak duduk di SMP Negeri 3 Jereweh hingga kuliah di juruan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram. Sudah tujuh tahun ini Wawan memperoleh beasiswa dari Newmont Batu Hijau. Kini harapan Wawan untuk menggapai masa depan yang lebih menjanjikan kian terbuka. Prestasinya terus meningkat. Peluang untuk terus mendapatkan beasiswa juga bukanlah impian yang berlebihan karena selama kuliah di Universitas Mataram ia memperoleh indeks prestasi kumulatif sesuai dengan syarat yang ditentukan untuk memperoleh beasiswa Newmont Batu Hijau. Wawan adalah potret kesungguhan anak muda dari Desa Belo untuk terus belajar dan menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Ini bukan tanpa tantangan berat. Kemauan untuk belajar disertai kemampuan orangtua secara ekonomi merupakan kerikil yang selalu dihadapi oleh masyarakat pedesaan seperti dirinya yang hanya berasal dari sebuah desa kecil di lingkar tambang. Tetapi bagi Wawan semuanya tergantung pada setiap individu itu sendiri. Ia percaya bahwa kemauan yang kuat
Salah satu citacitanya adalah membuka peluang usaha di Desa Belo dengan mengaplikasikan keahliannya di bidang teknik mesin
201
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
untuk terus melanjutkan sekolah adalah kunci mewujudkan cita-cita masa depan. “Saya jurusan teknik mesin, ilmu perlu diaplikasikan,� tutur mahasiswa ini. Karena itu ia tidak menutup kemungkinan untuk kembali membangun desa jika sudah meraih sarjana nanti, dan lebih dari itu ia akan berusaha menyejahterakan orangtua yang selama ini telah bersusah payah mendidiknya. Desa Belo ke depan akan lebih maju lagi karena berada di lingkar tambang, dan Newmont Batu Hijau seperti yang terlihat selama ini telah banyak membantu pembangunan di desa itu. Ia melihat akan banyak peluang usaha di desa kelahirannya nanti. Sisi lain dari rencana besar Wawan jika sudah menamatkan kuliahnya adalah membuat bengkel kendaraan sesuai dengan ilmu yang diperolehnya selama di perguruan tinggi. Bengkel kendaraan adalah peluang usaha menjanjikan karena Kabupaten Sumbawa Barat sekarang ini semakin ramai, apalagi jalur jalan menuju desa-desa lingkar tambang. “Keterampilan saya di mesin, ini perlu diaplikasikan,� tutur Wawan yang sejak SD memang bercita-cita ingin menjadi ahli mesin.
Tekad lainnya adalah ingin mandiri serta memberikan lapangan kerja untuk temantemannya yang masih menganggur
Ia pun yakin dengan keberadaan Newmont Batu Hijau usaha di bidang perbengkelan kendaraan akan bisa maju. Orang-orang akan semakin banyak memiliki kendaraan bermotor, sementara di Desa Belo atau Kecamatan Jereweh secara keseluruhan belum ada bengkel otomotif yang representatif. Wawan ingin memanfaatkan peluang ini. Ia tidak akan membuang waktu dengan percuma kalau tidak mendalami teknik mesin melalui bacaan buku di perpustakaan kampus. Cita-cita Wawan nampaknya realistis. Ilmu teknik mesin yang dikuasainya memang seharusnya diaplikasikan, ilmu terapan. Ia pun tidak risih meski nanti selesai kuliah harus membuka usaha kecil-kecilan bengkel
202
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
kendaraan. Baginya para pengusaha besar sekarang ini muncul dari usaha kecil-kecilan. Ini perjalanan hidup yang harus dicontoh jika seseorang ingin maju dan berkembang. Newmont Batu Hijau tidak akan selamanya beroperasi. Di desa-desa yang sekarang masuk lingkar tambang suatu saat nanti tidak akan memiliki Newmont Batu Hijau lagi. “Karena itu saya harus mandiri,” ujar mahasiswa asal Desa Belo ini. Pandangan hidup yang pantas direnungkan oleh anak-anak muda sekarang ini bahwa kemandirian memang harus ditanamkan menjadi filosofi dasar dalam kehidupan sekarang dan masa mendatang.
Jika suatu saat nanti masa operasi tambang Newmont Batu Hijau berakhir, maka “saya harus mampu mandiri”
203
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
204
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
KEGIGIHAN GOA DARI KOPRA IA INGIN BERBUAT SESUATU UNTUK WARGA DESA MENYERAP TENAGA KERJA LOKAL MENGATASI PENGANGGURAN
S
uprianto bergeming. Ia tetap tersenyum ketika teman-temannya tertawa melihat cara kerjanya yang mau bersusah payah bermandi keringat menjemur kelapa untuk dijadikan kopra saat terik matahari. Pernah suatu ketika orang-orang di desanya, Desa Goa, menilai aneh ulahnya yang berkeliling desa di Kecamatan Jereweh untuk melihat kebun kelapa milik masyarakat. Namun niatnya tidak surut. Langkah sudah diayunkannya setapak demi setapak meski terkadang harus menginjak kerikil yang mengganggu perjalanannya. Tidak ada lagi alasan untuk mundur dari keputusan yang sudah diambil. Suara-suara bernada miring itu justru menjadi pendorong sekaligus pemicu bagi dirinya untuk membuktikan bahwa niat baik disertai usaha dan kerja keras akan memberikan hasil yang baik pula. Ia meyakini prinsip hidup itu. Bekerja, mencari pengalaman, menambah pengetahuan kemudian mencoba menerapkannya dan terus
Kopra jika dikelola dengan baik akan menjadi komoditi menguntungkan Setiap usaha yang disertai kerja keras akan memberikan manfaat positif
205
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
mencoba lagi adalah langkah awal menuju keberhasilan. Hanya berbekal uang Rp 100.000 pinjaman dari istri tercintanya, seorang pedagang sayur, ia membeli buah kelapa dari masyarakat Desa Goa dan desa-desa lainnya seharga Rp 400 per butir. Kelapa itu dibelahnya. Ia jemur selama tiga hari agar mudah dikupas. Setelah dikupas kemudian dijemur lagi diterik matahari sekitar dua belas hari hingga menjadi kopra berkualitas tinggi. “Karena modal saya masih kecil, kopra itu dikumpulkan dan disimpan dulu,� tutur Suprianto. Kopra itu belum langsung dijualnya. Hari-hari berikut ia terus membeli kelapa dengan modal seadanya. Dijemur, dikupas, dan dijemur lagi. Sesudah terkumpul dalam jumlah cukup banyak baru dijual ke luar daerah sampai ke Mataram. Ia sadar modal waktu itu masih terlalu kecil untuk berkembang. Namun karena sudah diniatkan untuk menggeluti usaha kopra, ia pun mulai berpikir bagaimana mengembangkan usaha tersebut agar bisa memberikan manfaat bagi keluarga dan penduduk desa.
Syukur Newmont Batu Hijau membantu modal untuk mengembangkan usaha kopra di Desa Goa ini
Bersama seorang teman lainnya, Suprianto memberanikan diri menghubungi Newmont Batu Hijau untuk mendapatkan bantuan modal melalui program Community Development (ComDev). Tanpa diduga sebelumnya Newmont Batu Hijau memberikan bantuan modal Rp 10 juta secara bertahap untuk pengembangan usaha kopranya. “Karena berdua, usaha kopra dikelola bersama temannya,� ujar Suprianto. Ia pun bekerja mulai dari mencari kelapa hingga mengupas dan menjemur sampai kering, sementara temannya bertugas menjual kopra tersebut. Tetapi keberuntungan belum berpihak kepada Suprianto. Mungkin karena belum begitu berpengalaman ia dan temannya harus menderita kerugian sekitar Rp 5,8 juta ketika mengirim kopra, tempurung dan kelapa butiran menggunakan dua truk ke Pulau Jawa. Lelaki ini nyaris putus asa, karena dari modal secara bertahap yang diberikan Newmont Batu Hijau sebesar Rp 10 juta hanya tersisa Rp 4,2 juta. Untuk menyelamatkan usahanya ia dengan
206
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
keberanian ekstra terpaksa menghubungi kembali ComDev Newmont Batu Hijau dan meminta agar sisa modal sebanyak Rp 4,2 juta itu dapat dikelolanya sendiri. “Alhamdulillah disetujui,” ujar Suprianto. Dengan sisa modal tersebut ia mulai berjuang sendiri menekuni usaha kopra yang sebelumnya sempat merugi. Ia yakin suatu saat peluang usaha ini akan tumbuh dan berkembang sepanjang pengelolaan dan pemasarannya dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh. Kerja keras akhirnya harus dirintis kembali oleh Suprianto. Ia ingin membangkitkan lagi usaha yang telah dirintisnya sejak akhir tahun 2004 lalu itu. Buah kelapa milik masyarakat yang ada di Kecamatan Jereweh dan Kecamatan Taliwang dibelinya. Ia kembali membelah, menjemur, mengupas dan menjemurnya lagi agar menjadi kopra bermutu baik. Ada tiga kelas buah kelapa yang dikelolanya saat ini. Kelas A dan B adalah kelapa yang buahnya besar, sedangkan Kelas C buah kelapanya kecil tetapi isi atau dagingnya tetap tebal. Pengelolaan secara profesional agar buah kelapa tersebut menjadi kopra berkualitas tinggi dikerjakan sungguh-sungguh oleh Suprianto. Bahkan ia pun harus mengangkut dan menjual kopranya sendiri sampai ke Mataram. Usaha yang tidak sia-sia. Prinsip lelaki ini bahwa niat baik akan membuahkan hasil yang baik pula akhirnya memberi titik terang. Sekarang ia bisa mengirim kopra dua kali dalam sebulan ke Mataram. Ia memasok sebuah pabrik minyak goreng di kota itu. Harga kopra bisa mencapai tiga ratus ribu lebih per kuintal. Untuk dua kali pengiriman Suprianto bisa meraih keuntungan jutaan rupiah, bahkan modalnya kini sudah berkembang belasan juta rupiah. “Saya tidak bisa membayangkan kalau usaha kopra ini tidak dibantu Newmont Batu Hijau,” ucap bapak dua anak ini. Ia merasakan sekali kemudahan dan keringanan termasuk bantuan modal yang diberikan Newmont Batu Hijau. “Kalau tidak ada bantuan itu, entah saya jadi apa. Mau pinjam bank harus ada agunan. Sulit,” tutur Suprianto. Sesungguhnya ada yang lebih
Kopra dipasarkan hingga Mataram, pasarnya sudah ada Sedangkan kelapa butiran dijual ke Maluk dan Bima
207
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Ada rasa bangga bisa mengajak masyarakat untuk bekerja mengembangkan usaha kopra di desa ini
berarti bagi kehidupan Suprianto manakala usaha kopranya tumbuh dan berkembang hingga sekarang ini. Bukan keuntungan semata yang dipikirkannya, tetapi lebih dari itu ia bisa mengajak temantemannya yang semula menganggur menjadi tenaga kerja di lingkungan usahanya. Dan ia pun kini secara teratur sudah mampu memberi upah kepada pekerjanya setiap 15 hari sekali. Betapa Suprianto bangga ketika usahanya bisa menyerap tenaga kerja dari Desa Goa sendiri. Mengajak teman-temannya yang selama ini masih menganggur ikut bekerja bersama-sama mengembangkan usaha kopranya. Setiap pekerja sesuai kemampuannya mendapat upah yang setidaknya bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarganya masing-masing. Ia tidak menyangka pada akhirnya bisa membantu teman-teman bekerja dalam mengelola usaha kopra ini. “Dari upah mereka bisa membelikan baju atau buku untuk anak-anaknya sekolah,� ujar Suprianto yang sempat mengenyam pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini. Sebuah perjalanan panjang telah dilalui Suprianto. Ia nampaknya ingin menyampaikan pesan bahwa kegigihan, kerja keras dan kepercayaan harus dilakukan dan dijaga ketika memulai suatu usaha yang diyakini bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Ia pun tetap peduli dengan sesame dan ingin mempekerjakan warga desa. Seperti tekad yang sudah ditanamkannya ingin berusaha mengatasi pengangguran selama seseorang itu mau bekerja. Dan ini sudah dibuktikannya dengan menyerap lebih dari sepuluh tenaga kerja yang bertugas memetik, mengupas, menjemur dan mengangkut buah kelapa atau kopra. Jumlah ini belum termasuk pekerja yang ada di Bertong, Taliwang, wilayah yang juga banyak menghasilkan buah kelapa. Ada rasa bangga dalam diri Suprianto ketika usahanya mampu menyerap pekerja lokal dari desanya sendiri. Usaha kopra bagi Suprianto cukup menjanjikan untuk lebih dikembangkan, karena produksi buah kelapa di Kecamatan Jereweh dan Kecamatan Taliwang bisa dikatakan melimpah, sementara pangsa pasar semakin terbuka termasuk ke luar
208
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
daerah hingga Mataram. Tidak hanya kopra, komoditi kelapa butiran pun ia coba perdagangkan lintasdesa bahkan lintaskabupaten. “Produksi buah kelapa melimpah, selain kopra, saya juga menjual kelapa butiran,� tutur Suprianto yang tinggal di Dusun Dasan, Desa Goa. Komoditi ini dijualnya ke Desa Maluk atau Kabupaten Bima. Setiap hari ia bisa menjual sekitar 600 butir kelapa yang untuk jenis kelapa besar harganya bisa mencapai Rp 750 per butir. Memang tidak sia-sia kerja keras lelaki ini. Ia memang sempat merugi ketika mulai menjalankan usahanya, tetapi sekarang mampu bangkit kembali. Apa yang telah dikerjakan Suprianto sekarang ini nampaknya sudah berada dalam fase pertumbuhan yang punya prospek baik. Ia kembali menanamkan tekad untuk lebih mengembangkan usaha kopra ini. Seperti yang diungkapkannya sendiri bahwa ada tujuan yang ingin dicapai manakala usaha yang dirintisnya bisa berkembang lebih baik lagi, yaitu menyerap banyak tenaga kerja yang masih menganggur di desa ini. Bagi Suprianto keuntungan adalah sisi lain dari sebuah usaha yang dijalankannya. Tetapi memberi pekerjaan kepada orang lain adalah sesuatu yang lebih berarti dalam kehidupannya. Menyimak perjalanan panjang Suprianto ini maka sesungguhnya dari sebuah dusun atau desa bisa muncul pengusaha-pengusaha lokal yang tangguh sepanjang bisa mengambil peran dan prakarsa. Kemauan untuk bekerja, kegigihan dan menjaga kepercayaan adalah faktor yang sangat menentukan untuk menggapai keberhasilan. Ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kerja keras lelaki dari Dusun Dasan, Desa Goa ini. Ia menjaga betul kepercayaan yang diberikan ketika Newmont Batu Hijau melalui program ComDev memberikan bantuan modal saat dirinya menghadapi situasi sulit. “Newmont Batu Hijau telah meringankan beban saya,� ujar Suprianto yang juga akrab dipanggil Andes. Ketika sempat merugi, Newmont Batu Hijau memberikan modal yang sangat berarti untuk mengembangkan kembali usaha kopra ini. Dan hasilnya sekarang bisa lebih berkembang. Sebuah ungkapan kejujuran.
Selain untuk memperoleh keuntungan, usaha kopra ini juga memberi lapangan pekerjaan untuk masyarakat desa
209
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
210
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
KIPRAH BERU D ENGAN M ODAL K ETERAMPILAN DAN KEPERCAYAAN USAHA KECIL INI TERUS BERKEMBANG YANG MENGANGGUR KINI DAPAT PEKERJAAN
P
engembangan usaha kecil dan menengah disertai Prakarsa Bisnis Lokal yang menjadi salah satu fokus program Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau untuk masyarakat di desa-desa lingkar tambang pada akhirnya mampu memunculkan pengusahapengusaha kecil yang cukup tangguh. Meski berawal dari usaha yang diistilahkan sebagai kecil-kecilan, tetapi kemudian dapat tumbuh, berkembang dan menyerap beberapa tenaga kerja lokal. Dari Desa Beru, kiprah Samsuadi, 36 tahun, yang mengelola sebuah bengkel las adalah bukti konkret bahwa peluang usaha itu ada manakala seseorang mau berinisiatif, berperan
Memulai usaha kecil-kecilan jangan sampai mudah putus asa Kerja keras dan kesabaran menuntut seseorang untuk terus berkembang
211
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
aktif, dan menjaga kepercayaan yang diberikan. Kerja kerasnya selama bertahun-tahun sejak membuka usaha bengkel las kecil-kecilan di depan rumahnya ternyata tidak sia-sia. Ada pertambahan penghasilan, bisa memberi upah kepada pekerja, dan bisa menyerap tenaga kerja lokal. Usaha bengkel las ini bermula hanya bermodalkan mesin las travo. Tenaga kerja hanya dua orang karena pesanan sedikit. Persoalan yang dihadapi setiap hari adalah mesin las travo yang tidak optimal. Cepat panas. Akibatnya harus sesekali didiamkan hingga dingin untuk kemudian dipergunakan lagi. Kendala seperti ini terus dihadapi selama bertahun-tahun. Tidak ada guratan putus asa meski kendala yang dihadapinya adalah cepat panasnya mesin las travo yang menjadi tulang punggung usaha di bengkel tersebut. Samsuadi mencoba bertahan dengan peralatan las apa adanya. Dan ia pun maklum kalau pesanan yang diterimanya saat itu relatif sedikit. Mesin las travo yang dimilikinya memang tidak bisa bekerja optimal. “Apa yang harus saya lakukan agar usaha bengkel las ini tetap bertahan,� gumam Samsuadi dalam hati. Terlintas dalam benaknya Newmont Batu Hijau. Namun itu pun bukan tanpa keraguan, karena pertanyaan selanjutnya apakah perusahaan ini mau membantunya dari segi permodalan mengingat ia hanyalah seorang warga biasa yang tidak punya hubungan apa-apa.
Alhamdulillah Newmont Batu Hijau membantu mesin las, kompresor dan bor duduk bernilai Rp 10 juta
Hanya bermodal nekad, lelaki ini mencoba mengajukan permohonan bantuan modal kepada Newmont Batu Hijau yang memiliki program ComDev. “Alhamdulillah, Newmont Batu Hijau memercayai saya dan memberikan bantuan yang memang saya harapkan,� tutur Samsuadi. Ia pun diberi bantuan berupa mesin las, kompresor dan bor duduk yang seluruhnya bernilai sekitar Rp 10 juta.
212
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Ia lega dan merasa sangat terbantu. Dengan mesin las baru kendala selama ini sudah bisa diatasi. Mesin las tersebut meski digunakan sepanjang hari mulai pagi hingga petang tidak akan panas. Proses pengerjaan pun menjadi lebih cepat. Dampak ikutan dari peralatan las yang dibantu Newmont Batu Hijau itu adalah semakin banyaknya pesanan membuat pagar dan pintu besi serta terali. Ia pun merasa harus menambah pekerja menjadi empat orang untuk memotong dan mengelas pagar, pintu dan terali besi yang akhir-akhir ini banyak dipesan oleh karyawan Newmont Batu Hijau, sub-kontraktor serta masyarakat desa lainnya. Di awal merintis usahanya, Samsuadi pernah mendatangkan dua orang tukang las dari Pulau Lombok, karena di Desa Beru belum ada tenaga kerja yang terampil mengelas. Ketika ada anak-anak muda desa ini mendapat pelatihan di bidang pengelasan, ia pun merekrut tenaga kerja lokal dari Desa Beru sendiri. “Setidaknya saya bisa mempekerjakan warga desa yang sebelumnya menganggur,� ujar lelaki yang menyelesaikan pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sumbawa Besar. Seiring dengan bertambahnya jumlah pekerja, setiap bulan bengkel las ini dapat menyelesaikan sedikitnya lima pesanan berbagai jenis produk dengan harga bervariasi. Ia juga tidak terlalu kaku dalam sistem pembayaran pemesan. Misalnya untuk pesanan pagar besi bernilai Rp 3 juta, uang mukanya Rp 1 juta, dan sisanya Rp 2 juta dapat diangsur tiga kali. Cara ini bertujuan meringankan beban pemesan karena nilai pembuatan pagar, pintu dan terali besi bisa mencapai jutaan rupiah. Baginya tidak menjadi persoalan dengan sistem angsuran tersebut manakala kepercayaan sudah dijalin bersama. Karena ia pun memahami bahwa usahanya ini
Banyak konsumen memesan produk bengkel las ini, mulai dari pintu, pagar hingga terali besi
213
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
bisa berkembang tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan yang diberikan Newmont Batu Hijau ketika memberi bantuan mesin las, kompresor dan bor duduk bernilai Rp 10 juta . “Kepercayaan memang harus selalu dijaga,” ujar Samsuadi yang juga seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk tenaga administrasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Seteluk. Usaha bengkel las yang diberi nama “Pinokio” ini setiap bulannya bisa menghasilkan uang sekitar Rp 10 juta. Padahal sebelum ada bantuan Newmont Batu Hijau hanya lebih kurang Rp 3 juta. Dari pendapatan Rp 10 juta tersebut, Samsuadi bisa meraup keuntungan bersih rata-rata Rp 2 juta setelah dipotong biaya operasional dan upah pekerja. Pendapatan yang diperoleh dari usaha bengkel las ini sedikit bisa menambah gajinya setiap bulan sebagai PNS. Sementara pekerjanya mendapat upah yang bisa dikatakan lumayan untuk skala desa. Misalnya untuk satu lubang terali tukang las mendapat imbalan Rp 15.000 dan tukang potong Rp 7.500. Kalau mendapat sepuluh lubang per hari maka akan mendapat imbalan Rp 150.000 untuk tukang las dan Rp 75.000 untuk tukang potong.
Ada keinginan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja di Desa Beru
Jika para tenaga kerja ini bekerja terus menerus setiap bulan, maka upah yang diterima rata-rata sekitar Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta. Ia merasa bersyukur bisa menyerap tenaga kerja lokal yang sebelumnya menganggur meski masih relatif sedikit. Ia pun ingin menyerap lebih banyak lagi warga desa sebagai pekerja jika suatu saat bengkel las yang dikelolanya semakin berkembang. “Meski tidak bekerja di perusahaan, setidaknya bisa terserap di bengkel ini,” kata Samsuadi. Terus terang, kata lelaki yang yang sudah dikaruniai seorang anak ini, “Bengkel las Pinokio berkembang sejak mendapat bantuan Newmont Batu Hijau”. Bahkan pesanan pun sekarang ini banyak diminta oleh karyawan
214
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
perusahaan tersebut di samping sub-kontraktornya. Ini adalah peluang usaha yang tercipta di Desa Beru. Peluang seperti ini seharusnya dimaknai sebagai sisi positif dari kehadiran Newmont Batu Hijau. Ia pun memaknai kehadiran perusahaan tambang tembaga dan emas itu sebagai mitra yang telah membantunya ketika merintis bengkel las ini. Karena itu, “Saya tidak akan menyiakan-nyiakan kepercayaan ini,� tutur Samsuadi yang sekarang sudah mulai berencana membangun sebuah tempat usaha lebih memadai lagi. Dari hasil tabungan yang dikumpulkannya setiap bulan, ia sudah bisa membeli tanah untuk tempat usaha baru. Sekarang ini bengkel las Pinokio masih menempati sebuah ruangan berukuran sekitar enam kali delapan meter yang disewa sebesar Rp 500 ribu per tahun. Ia pun bertekad membangun tempat usaha baru sebagai bukti bahwa bengkel yang dirintisnya selama ini dengan susah payah bisa memberikan hasil lebih baik sepanjang ada kemaunan untuk bekerja serta menjaga kepercayaan yang diberikan. Dari hasil usaha ini pula Samsuadi bisa membeli sepeda motor untuk kelancaran karyawannya di bengkel las. Ia merasa ada peluang untuk lebih mengembangkan usaha bengkel las yang dikelolanya sekarang, karena pemesannya semakin bertambah. Para pemesan ini tidak hanya berasal dari desa-desa di Kecamatan Jereweh saja, tetapi juga ada pemesan yang datang dari Kecamatan Sekongkang. Mulai dari Maluk, Benete hingga Tongo, Tatar, Aik Kangkung bahkan desa-desa di Kecamatan Taliwang. Dalam pandangan Samsuadi banyaknya pemesanan pintu, pagar dan terali besi ini erat kaitannya dengan semakin banyaknya masyarakat di desa-desa lingkar tambang yang berhasil membangun rumah permanen. Rumah-rumah permanen ini memerlukan produk yang dihasilkannya untuk pengamanan dan
Konsumen bengkel las ini datang dari desa-desa lingkar tambang dan karyawan Newmont Batu Hijau
215
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
menambah keindahan. Ini menunjukkan pula daya beli masyarakat terus meningkat seiring dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai peluang usaha. “Kebetulan pula baru bengkel las Pinokio ini yang ada di Desa Beru,” ucap Samsuadi yang bersama tenaga kerjanya mampu memenuhi permintaan berbagai desain pintu, pagar dan terali besi sesuai keinginan pemesan. Ia bertekad akan mengembangkan lagi bengkel las Pinokio ini menjadi usaha formal yang akan dijadikannya Usaha Dagang (UD).
Bukti nyata cukup berhasilnya bengkel las ini adalah membangun tempat baru yang lebih representatif
Impian Samsuadi setelah usaha bengkel lasnya menjadi UD adalah berusaha merebut peluang pasar yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat. Pemesannya nanti diharapkan tidak lagi hanya dari karyawan Newmont Batu Hijau secara individu atau masyarakat umum, tetapi juga datang dari pemerintah di daerah ini atau Newmont Batu Hijau sendiri sebagai sebuah perusahaan besar yang dalam program ComDev banyak membangun infrastruktur untuk masyarakat desa lingkar tambang. Belajar dari pengalaman selama ini, kata Samsuadi, “Bahwa kepercayaan yang diberikan memang harus selalu dijaga dan dipertahankan.” Suatu saat nanti jika bengkel las ini berkembang disertai dengan tenaga kerja profesional, maka akan semakin banyak konsumen yang memercayai pengerjaan pintu, pagar dan terali besi di bengkel las Pinokio ini. Ia memang terus berpegang pada prinsip kepercayaan dan mau bekerja, seperti yang telah ditunjukkannya saat merintis usaha ini beberapa tahun lalu hingga cukup berhasil sekarang ini. Sosok pengusaha kecil Samsuadi sesungguhnya banyak diharapkan muncul di desa-desa lingkar tambang Newmont Batu Hijau. Karena program ComDev selama ini memang salah satunya
216
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
memfokuskan pada upaya pengembangan usaha kecil dan menengah yang pelakunya adalah masyarakat desa sendiri. Masyarakat diajak mengambil prakarsa untuk menciptakan peluangpeluang usaha yang akan berdampak secara ekonomis pada warga desa. Seperti bengkel las Pinokio ini, dari usaha kecil-kecilan bisa tumbuh dan berkembang hingga sekarang. Bahkan rencana besar sudah dibuatnya, membangun tempat usaha baru serta menjadikannya sebagai usaha dagang berbadan hukum. Kepercayaan dan kemauan bekerja adalah prinsip Samsuadi dalam menjalankan usahanya selama ini. Ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari Desa Beru.
Kepercayaan dan kerja keras harus menjadi prinsip ketika menerima bantuan dari Newmont Batu Hijau
217
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
218
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
KEBANGGAAN SEKONGKANG BAWAH SMP BERNILAI Rp
3,2 MILIAR ITU
MENJADI KEBANGGAAN ANAK-ANAK DESA TIDAK ADA LAGI ALASAN UNTUK TIDAK SEKOLAH DAN PRESTASI SISWA PUN MEMBANGGAKAN
SMP Negeri 1 Sekongkang dibangun Newmont Batu Hijau dengan dana Rp 3.2 miliar
U
ngkapan cukuplah tamat Sekolah Dasar (SD), tidak ada biaya melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sulit sekolah di Sekongkang karena kalau mau melanjutkan SMP harus ke Jereweh dan Taliwang, akhirnya terjawab dan dapat dihilangkan ketika pada tahun 2000 Newmont Batu Hijau membangun SMP di Desa Sekongkang Bawah bernilai Rp 3,2 miliar. Penduduk desa sebelumnya tidak pernah membayangkan akan ada sekolah cukup megah Sekongkang yang lokasinya berada di Desa Sekongkang Bawah. Masa-masa sulit sekolah atau melanjutkan sekolah terasa masih segar dalam ingatakan, anak-anak desa ke sekolah hanya dengan fasilitas pendidikan apa adanya.
Tidak ada alasan lagi untuk menga-takan cukuplah tamat SD karena sudah ada SMP di Sekongkang
219
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Kegairahan belajar anak-anak desa sempat dikhawatirkan terus menurun akibat serba terbatasnya sarana dan prasarana belajar. Gejala seperti ini ditandai dengan jarangnya anak-anak desa tamat SD, paling tinggi kelas tiga atau kelas empat, dan sedikit yang bisa menamatkan SD. Kalau pun tamat SD persoalan lain adalah sulit melanjutkan ke SMP karena tidak ada di Sekongkang. Jika ke Jereweh atau Taliwang tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan, sementara kemampuan warga desa sangat terbatas.
SMP Negeri Sekongkang kini berdiri megah di Desa Sekongkang Bawah
Sekarang SMP Negeri sudah ada, SMP Negeri 1 Sekongkang yang berlokasi di Desa Sekongkang Bawah. Newmont Batu Hijau berperan penuh membangun sekolah tersebut. Kepedulian perusahaan ini terhadap pembangunan bidang pendidikan dinilai tepat manakala anak-anak desa sangat membutuhkan sebuah sekolah lanjutan yang sudah sejak lama didambakan. Tidak lagi harus ke Jereweh atau Taliwang. Tidak ada lagi biaya besar yang harus dikeluarkan. Yang dibutuhkan adalah semangat belajar anak-anak desa. “Kalau tidak ada Newmont Batu Hijau, kondisi pendidikan di Sekongkang tidak akan seperti sekarang,� kata Kepala Desa Sekongkang Bawah, H Hasbullah HMA. SMP ini sangat membanggakan penduduk desa terutama para siswa. Bahkan anak-anak dari desa-desa lingkar tambang lainnya juga bersekolah di SMP yang berada di Sekongkang Bawah. Keberadaan SMP Negeri 1 Sekongkang ini ternyata memberi dampak ikutan yang luas terhadap upaya mengembangan sektor pendidikan di desa-desa lain seputar lingkar tambang Newmont Batu Hijau. Bukan hanya siswa Sekongkang Bawah yang bersekolah di SMP tersebut. Anak-anak desa dari Sekongkang Atas, Maluk dan Benete juga sekolah di SMP Negeri Sekongkang di Sekongkang Bawah. SMP Negeri 1 Sekongkang yang dibangun Newmont Batu Hijau untuk sejumlah desa di lingkar tambang agar anak-anak setamat SD bisa dengan mudah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
220
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
lebih tinggi, memiliki 12 ruang belajar dan dilengkapi fasilitas laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), ruang perpustakaan lengkap dengan bukubuku serta fasilitas olahraga. Anak-anak desa di lingkar tambang yang sekolah di SMP Negeri 1 Sekongkang juga tidak perlu mengkhawatirkan sarana dan prasarana transportasi saat pergi dan pulang sekolah. Satu unit bus sekolah disiapkan Newmont Batu Hijau untuk membantu kelancaran anak-anak ke sekolah. Dengan bus sekolah yang biaya operasionalnya dibantu pula oleh Newmont Batu Hijau bersama Komite Sekolah inilah para siswa dan guru diantarjemput. Bagi penduduk desa tidak pernah terbayangkan kalau sebelumnya di Sekongkang sulit sekali menempuh pendidikan, kini sudah begitu mudah karena sarana dan prasarana belajar dan mengajar tersedia. Hambatan pendidikan yang dihadapi selama ini semakin berkurang. Bahkan lebih dari sekedar berkurang, melainkan pula anak-anak desa mendapat berbagai fasilitas. “Anak berprestasi mendapat beasiswa, kalau dari keluarga tidak mampu memperoleh dana bantuan pendidikan,� ujar Hasbullah. Dengan adanya SMP Negeri 1 Sekongkang yang lengkap, anak-anak tidak lagi mengalami kesulitan sekolah. Gambaran sektor pendidikan di Sekongkang, baik Sekongkang Bawah, Sekongkang Atas maupun desa-desa yang berdekatan dengan desa ini sekarang memang banyak mengalami perubahan pesat. Pertumbuhan ekonomi di Sekongkang Bawah ketika penduduknya yang sebagian besar petani mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya, anakanak sekolah tampak tidak lagi mengalami kesulitan berarti untuk menempuh pendidikan. Di sisi lain peran aktif Newmont Batu Hijau yang memiliki kepedulian tinggi terhadap bidang pendidikan juga telah mengubah dari begitu sulitnya sekolah selama ini menjadi relatif mudahnya para orangtua menyekolahkan anakanaknya. Tepat jika warga desa menyatakan tidak
Para siswa dan guru semakin bergairah mengikuti proses belajar dan mengajar Ada kebanggaan pada sekolah yang bertahun-tahun memang didambakan
221
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
ada alasan lagi untuk tidak menyekolahkan anakanaknya. Kehadiran SMP Negeri 1 Sekongkang, rehabilitasi SD, bantuan alat-alat kelengkapan belajar dan mengajar serta pembangunan rumahrumah guru serta keberadaan perpustakaan sekolah dan perpustakaan keliling membuktikan bahwa perusahaan pertambangan tersebut memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa ini. Dengar penuturan sejumlah siswa SMP Negeri 1 Sekongkang dan Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sekongkang yang saat ini begitu bergairah menempuh pendidikan dan melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari. Para siswa SMP Negeri 1 Sekongkang ini ternyata mencatat prestasi yang membanggakan. “Saya berterima kasih sekali pada Newmont Batu Hijau yang telah membangun SMP Sekongkang,” kata Eka Tri Hidayati, siswi Kelas III yang sejak Kelas I sampai Kelas III meraih predikat juara I. Prestasi Eka Tri Hidayati yang mampu memperoleh nilai rata-rata 9,02 memang tidak siasia. Newmont Batu Hijau memberinya beasiswa sejak Kelas I hingga Kelas III. “Saya bangga dapat beasiswa, uangnya untuk biaya sekolah dan menabung,” ujar Eka.
Beasiswa dari Newmont Batu Hijau disyukuri para siswa berprestasi Nilai-nilai pun membanggakan para orangtua
Bagi Sartika Dewi, siswi Kelas I SMP Negeri 1 Sekongkang, beasiswa yang diberikan Newmont sangat membantu meringankan biaya sekolahnya. Ia yang memiliki nilai rata-rata 9,01 adalah anak seorang petani. “Beasiswa ini saya gunakan untuk biaya sekolah dan uang saku,” ujar Sartika Dewi. Saumi Ramdani, siswa Kelas II SMP Negeri 1 Sekongkang, juga menerima beasiswa sejak kelas I dengan nilai rata-rata 8,87. “Uang itu untuk biaya sekolah dan menabung,” kata Saumi. Sedangkan Hairunnisa, siswi Kelas III SMP Negeri 1 Sekongkang, menyatakan bangga menerima beasiswa Newmont Batu Hijau. Ia sejak kelas I sampai Kelas III ini memperoleh beasiswa. Nilai rata-ratanya 8 lebih. “Saya dan orangtua sangat terbantu dengan beasiswa Newmont Batu Hijau ini,”
222
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
tutur Hairunnisa. Ia bisa menabung, menambah uang saku, dan membantu belanja orangtuanya yang bekerja sebagai petani. Gita Refki Iskayanti, siswi Kelas II SMP Negeri 1 Sekongkang, penerima beasiswa dari kelas I dengan nilai rata-rata 8,26 juga menyatakan beasiswa yang diperolehnya selama ini dapat membantu orangtua serta sebagian ditabung untuk biaya sekolah. “Beasiswa ini bisa dijadikan pemicu semangat untuk lebih giat belajar lagi,” ujar Gita. Apa kata Wawan Kurniawan, siswa Kelas I SMP Negeri 1 Sekongkang soal beasiswa yang diberikan Newmont Batu Hijau karena prestasinya di sekolah meraih nilai rata-rata 8,86. “Pasti akan terpacu belajar, karena untuk memperoleh beasiswa harus giat belajar,” kata Wawan. Dua siswa-siswi lainnya, Fahrizal Syehan, siswa kelas I SMP Negeri Sekongkang dan Mianti Arni, siswi Kelas III SMP Negeri 1 Sekongkang yang memperoleh beasiswa atas prestasinya di sekolah meraih nilai rata-rata 7 lebih juga mengungkapkan kegembirannya mendapat beasiswa dari Newmont Batu Hijau. “Biaya sekolah saya dibantu oleh beasiswa ini,” ujar Fahrizal. “Kalau saya banyak ditabung, sedikit untuk uang saku,” tutur Mianti. Kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap pembangunan bidang pendidikan di desa-desa lingkar tambang tidak hanya memberikan beasiswa atau sarana dan prasarana belajar mengajar saja, tetapi juga memperhatikan para orangtua siswa yang secara ekonomi kurang mampu. Khusus untuk para siswa yang orangtuanya kurang mampu ini Newmont Batu Hijau memberikan bantuan dana bantuan pendidikan agar anak-anak mereka dapat terus bersekolah. Irmansyah, siswa Kelas I SMP Negeri 1 Sekongkang adalah penerima bantuan biaya pendidikan Newmont Batu Hijau. “Saya sangat terbantu mendapat dana pendidikan dari Newmont Batu Hijau,” kata Irmansyah yang orangtuanya bekerja sebagai petani.
Dana bantuan pendidikan sangat dirasakan siswa yang orangtuanya tidak mampu Siswa pun bisa tetap sekolah
223
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Bantuan tersebut digunakannya untuk membayar uang sekolah, membeli pakaian seragam, buku dan sepatu. Ungkapan yang sama juga dikemukakan Benny Frederik, siswa Kelas I SMP Negeri Sekongkang. “Bantuan dana pendidikan ini membantu biaya sekolah saya,� kata Benny. Sedikitnya saat ini ada 27 siswa berprestasi yang memperoleh beasiswa serta 25 siswa SMP Negeri 1 Sekongkang menerima dana bantuan pendidikan. Beasiswa dan dana bantuan pendidikan yang diberikan Newmont Batu Hijau secara nyata ini telah memberikan makna mendalam bagi siswa dan orangtuanya. Yang berprestasi diberi penghargaan, sementara yang kurang mampu dibantu agar tetap bisa sekolah dengan baik. Keberadaan SMP Negeri 1 Sekongkang bantuan Newmont Batu Hijau ini memang diakui sangat membantu masyarakat desa dalam memberikan kesempatan kepada anakanaknya untuk terus sekolah. Masa-masa sulit melanjutkan pendidikan SMP kini tinggal menjadi kenangan. Kalau dulu banyak anak-anak tamat SD sulit masuk SMP karena tidak ada di Sekongkang, kini telah terjadi perubahan yang sangat berarti. Sekarang bisa dikatakan seluruh orangtua memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah ke SMP. Faktor yang mempengaruhi adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan memadai. “ Ini yang menggairahkan masyarakat desa ini,� kata Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri I Sekongkang, Muhammad Yasin. Andil Newmont Batu Hijau telah memberi semangat kepada orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya
Andil Newmont Batu Hijau memang telah memberikan semangat dan gairah para orangtua dan para siswa untuk terus belajar. Berbagai bantuan juga diberikan . Selain memberikan beasiswa atau dana bantuan pendidikan, juga membantu sarana belajar dan mengajar. Misalnya laboratorium, perpustakaan bahkan bus sekolah. SMP Negeri 1 Sekongkang yang saat ini dipimpin
224
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Kepala Sekolah, Ibrahim AMd memang memiliki fasilitas cukup lengkap. Koleksi perpustakaannya mencapai sekitar 3.300 buku dengan 103 judul, baik buku pelajaran, buku umum maupun buku pegangan guru. Untuk laboratorium sudah dilengkapi alat-alat praktikum biologi dan fisika. “Semuanya bantuan Newmont Batu Hijau,� ujar Muhammad Yasin. Sekarang ini jumlah siswa SMP Negeri Sekongkang tercatat sekitar 157 orang dengan tenaga pendidikan 13 guru. Yang menarik dari sekolah ini adalah mata pelajaran untuk muatan lokal adalah Bahasa Inggris dan Tartil Al Quran. Untuk meningkatkan kualitas guru, Newmont Batu Hijau juga membantu pengiriman guru-guru untuk mengikuti pelatihan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) serta studi banding ke sekolah-sekolah terkenal di luar daerah. Sejak SMP Negeri 1 Sekongkang dibangun oleh Newmont Batu Hijau, tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah, dalam arti tidak melanjutkan pendidikan setelah tamat SD. Wajah-wajah ceria dan semangat belajar tampak mewarnai siswa dan siswi SMP Negeri 1 Sekongkang. Pendidikan pada akhirnya akan menjadi kata kunci dalam membentuk generasi berkualitas di masa mendatang. Dan anak-anak desa itu pun bangga dengan sekolahnya.
Semakin jarang anak-anak desa yang putus sekolah karena fasilitas pendidikan sudah dibangun Newmont Batu Hijau
225
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
226
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
KEULETAN SEKONGKANG ATAS KEULETAN DAN KEPERCAYAAN AWAL KEBANGKITAN UNTUK BERKEMBANG ADA PELAJARAN DARI SEKONGKANG ATAS
M
aslukang nampak mengawasi orang-orang yang menurunkan paving block dari atas truk di sebuah rumah. Peluh menggelantung di dagunya. Ia dengan sigap berjalan ke sisi kanan dan kiri truk. Matahari menyengat, namun tidak begitu dirasakannya. Sebuah topi kusam sedikit melindungi kepalanya. Kesederhanaannya terlihat jelas dari sikapnya. “Saya pak, kita ke kantor saja, dekat dari sini, ngobrolnya di sana,” ucap Maslukang sambil tersenyum. Ia cuma minta waktu beberapa menit untuk menyelesaikan kuitansi pembayaran. Ketika akan diajak sama-sama menuju tempat yang disebutnya, ia m e n o l a k halus, “Biarlah saya jalan kaki saja.” Tempat yang dituju a d a l a h Koperasi Serba Usaha (KSU) Kemuning Jaya. Maslukang yang sehari-hari a d a l a h Sekretaris KSU Kemuning Jaya tidak bisa masuk ke kantornya, karena dua karya-
Berkali-kali ia mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Newmont Batu Hijau
227
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
wannya kebetulan sedang ke luar. “Di sini saja kita ngobrol, tidak apa-apa kan,” tutur Maslukang sambil mengambil tiga bangku kecil yang ditaruh di depan pintu kantornya. “Invoice dari Newmont Batu Hijau setahun bisa Rp 500 juta,” kata Maslukang yang lahir di Sekongkang Atas tahun 1952 ini. Invoice yang ia maksud adalah kuitansi tagihan yang harus dibayar Newmont Batu Hijau dari pembelian berbagai produksi hasil usaha KSU Kemuning Jaya.Ia pun tidak pernah sungkan untuk mengucapkan terima kasih kepada Newmont Batu Hijau yang dikatakannya telah banyak membantu koperasi ini sejak awal berdiri hingga berkembang sampai sekarang. Ia sempat menerawang jauh kemudian bergumam singkat, Dulu Newmont Batu Hijau membantu mesin multiblok kepada koperasi. “Sekarang perusahaan itu sendiri yang banyak membeli produksi koperasi ini.” Maslukang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tampak sekali ia ingin menyampaikan pesan terima kasih atas kepedulian Newmont Batu Hijau. Ia juga seakan tidak menyangka usaha yang dirintis bersama pengurus lainnya itu bisa tumbuh dan berkembang sampai sekarang ini. Alhamdulillah, ucapnya berkali-kali.
Newmont Batu Hijau memberi bantuan satu unit mesin multiblok yang mengawali perkembangan koperasi ini
Ia pun mengawali cerita singkat mengenai KSU Kemuning Jaya. Ini semua dampak dari kehadiran Newmont Batu Hijau. Usaha kecil ikut berkembang, Warga desa dibina, diberi keterampilan, dan diberi pula peluang masuk dalam dunia usaha yang cukup menjanjikan. Sebenarnya cikal bakal terbentuknya KSU Kemuning Jaya ini berawal dari sebuah kegiatan usaha kecil-kecilan yang disebut Industri Batu Hijau (IBH). “Mungkin saat itu kurang berkembang sehingga muncul keinginan membubarkannya,” ujar Maslukang yang sempat mengenyam pendidikan guru agama di Jereweh. Sebagai warga desa, para tenaga kerja IBH mencoba berusaha sekuat tenaga agar usaha ini tetap ada dan
228
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
bertahan. Tekad yang kuat untuk bertahan itu ternyata ditanggapi positif oleh Newmont Batu Hijau. Kesungguhan warga desa untuk terus bekerja keras akhirnya tidak sia-sia hingga akhirnya didirikan sebuah koperasi tahun 2001 yang mengawali terbentuknya KSU Kemuning Jaya. Newmont Batu Hijau mendukung penuh berdirinya KSU Kemuning Jaya, bahkan saat itu melalui program pengembangan masyarakat, Community Development (Comdev), perusahaan pertambangan tembaga dan emas ini langsung memberikan bantuan satu unit mesin multiblok kepada koperasi serta pasir dan semen. Hasil produksi mesin multiblok berupa paving block dibeli sendiri oleh Newmont Batu Hijau khusus untuk memenuhi kebutuhannya. Sementara pemasaran untuk masyarakat umum dibuat paving block serta batu bata secara manual dengan harga yang terjangkau. Di luar perkiraan semula, kata Maslukang yang ikut terjun langsung ke lapangan mengendalikan unit produksi, KSU Kemuning Jaya tumbuh dan berkembang. Bahkan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dibeli lagi satu unit mesin multiblok di Mataram. Para tenaga kerja juga dibina dan diikutkan dalam pelatihan agar terampil dan mampu menghasilkan produksi berkualitas. Nemwont Batu Hijau membantu mengirimkan tiga karyawan koperasi ke Mataram. Ini bentuk kepedulian tinggi perusahaan tersebut terhadap warga Desa Sekongkang Atas. Sekarang KSU Kemuning Jaya untuk unit produksinya menghasilkan paving multiblok tipe batu bata, tiga berlian dan segi enam di samping juga membuat batako, besi beton dan sekarang ada pesanan Newmont Batu Hijau dibuat kerb seperti yang terlihat di Pantai Wisata Maluk. Produksi berbagai jenis bahan bangunan ini ada yang dibuat khusus sesuai permintaan Newmont Batu Hijau serta dibuat secara manual untuk
Produksi koperasi ini diterima oleh Newmont Batu Hijau karena berkualitas baik dan telah melalui uji mutu
229
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
memenuhi permintaan masyarakat atau dijual di pasaran umum. “Kami memproduksi khusus untuk Newmont Batu Hijau karena kualitas harus diuji dulu dan memenuhi standar,” tutur Maslukang, bapak dari tiga anak ini. Sejauh ini tidak ada hambatan dalam proses pembuatan produksi secara khusus tersebut, Newmont Batu Hijau menerimanya, karena memang tenaga kerja sudah terampil berkat peranserta Newmont Batu Hijau sendiri yang pernah mengirimkan karyawan belajar sampai Mataram. Produksi paving block tipe batu bata menggunakan mesin khusus untuk memenuhi pesanan Newmont Batu Hijau dijual dengan harga Rp1.050 per biji, sementara tipe batu batu yang dibuat secara manual untuk masyarakat dijual Rp 600 per biji dan tipe tiga berlian Rp 700 per biji. “Newmont Batu Hijau kalau memesan batako yang dibuat oleh mesin multiblok harganya Rp 5.000 per biji, sedangkan kerb Rp 12.000 per biji,” ujar Maslukang. KSU Kemuning Jaya ternyata mampu memasok produk sesuai standar keinginan Newmont Batu Hijau. Tidak pernah ada masalah dengan kualitas produksi yang khusus dipesan perusahaan tersebut. Sebelum diserahkan memang dilakukan uji mutu terlebih dahulu oleh Newmont Batu Hijau.
Koperasi sudah mampu membeli satu unit truk, sementara Newmont Batu Hijau membantu satu unit truk lainnya yang digunakan bersama-sama koperasi lainnya
Maslukang nampak bangga dengan hasil kerja para tenaga kerjanya, apalagi mereka adalah warga desa. Kualitas sumber daya manusia menjadi fokus perhatian di koperasi ini termasuk bantuan pembinaan dari PTNNT. Unit produksi KSU Kemuning Jaya di Sekongkang Atas kini mampu menyerap tenaga kerja lokal sekitar 16 orang yang masing-masing memiliki keterampilan membuat paving block dan kerb. KSU Kemuning Jaya dalam mengembangkan usahanya tidak hanya mampu memenuhi permintaan Newmont Batu Hijau, tetapi juga untuk masyarakat umum yang jumlahnya bisa mencapai ribuan paving block yang biasanya digunakan untuk penataan halaman perkantoran atau rumah. Produk bahan bangunan hasil koperasi
230
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
ini ternyata diminati konsumen mulai dari wilayah Sekongkang sendiri hingga ke luar wilayah kecamatan bahkan ada permintaan dari kecamatan di luar Kabupaten Sumbawa Barat. Target produksi adalah sekitar 2.000 paving block per hari atau 50.000 paving block per bulan, kalau kerb 20 biji per hari. “Dan ini dibuat khusus untuk memenuhi permintaan Newmont Batu Hijau,” tutur Maslukang. Maslukang yang salah seorang anaknya sedang kuliah di Jogjakarta ini juga menceritakan keberhasilan Unit Simpan Pinjam (USP) KSU Kemuning Jaya dalam membantu masyarakat desa dan usaha kecil produktif. Dengan jumlah anggota yang terus bertambah, dari awal pendirian hanya 12 orang anggota termasuk empat orang pengurus, kini sudah beranggotakan 91 orang. USP Kemuning Jaya sekarang sudah mampu memberikan pinjaman kepada masyarakat desa dari yang terkecil Rp 500.000 hingga tertinggi Rp 5 juta. Sudah puluhan usaha kecil terutama pedagang bakulan di wilayah Sekongkang yang mendapat pinjaman modal dari USP Kemuning Jaya. Ke depan wilayah pelayanan akan diperluas hingga ke Tongo dan Tatar. Bentuk pelayanan pun semakin beragam, tidak hanya menyalurkan bantuan modal, tetapi juga menerima simpanan masyarakat. Bentuk konkret dari simpanan masyarakat tersebut adalah kerjasama dengan lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Murid TK serta semua siswa SD Negeri 1 dan SD Negeri 2 Sekongkang menabung uangnya di koperasi ini. Keberhasilan KSU Kemuning Jaya baik unit produksinya maupun USP mengembangkan usahanya tidak terlepas dari semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat di samping pembinaan sumber daya manusia yang diberikan oleh Newmont Batu Hijau. “Pengetahuan pengurus koperasi bertambah karena dibina Newmont Batu Hijau,” ujar Maslukang yang beristrikan Hadijah, seorang ibu rumah tangga. Dua anak
Keanggotaan Unit Simpan Pinjam terus bertambah, dan ada kemungkinan pelayanan diperluas hingga Tongo dan Tatar
231
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Maslukang lainnya kini sekolah di Mataram dan Sekongkang. Ada dampak luas menyentuh langsung kehidupan masyarakat dari keberadaan KSU Kemuning Jaya yang juga merasakan pengaruh positif dari kehadiran Newmont Batu Hijau. Bantuan modal yang disalurkan koperasi kepada masyarakat yang mengelola usaha kecil ternyata tidak sia-sia. Adalah Hadnen, yang meskipun tinggal di Sekongkang Bawah ikut merasakan bantuan modal dari KSU Kemuning Jaya yang lokasinya di Sekongkang Atas. Ibu tiga orang anak ini mengelola usaha katering di jalur jalan yang menghubungkan Sekongkang Bawah dan Sekongkang Atas. Sebelumnya ia pernah menggeluti usaha menjahit serta berjualan soto dan sate kambing di Desa Maluk. Namun usaha itu tidak berkembang dan kurang menguntungkan. Melihat kehadiran Newmont Batu Hijau dan subkontraktornya Hadnen kemudian menekuni usaha katering di Sekongkang.
Kehadiran Newmont Batu Hijau dan subkontraktornya dirasakan pula oleh seorang ibu rumah tangga yang mengelola usaha katering
Tidak ada kesulitan ketika mengajukan permohonan bantuan modal. Hanya berbekal Kartu Tanda Penduduk (KTP) ia mendapatkan pinjaman pertama kali sebesar Rp 2 juta. Karena usahanya berkembang dan angsuran lancar Hadnen kembali memperoleh bantuan modal yang kedua kali sebanyak Rp 5 juta dari USP KSU Kemuning Jaya. “Pesanan nasi bisa ratusan kotak per hari,� tutur Hadnen yang lahir di Sumbawa Besar tahun 1954. Usaha kateringnya tidak hanya melayani pesanan dari karyawan sub-kontraktor Newmont Batu Hijau, tetapi juga banyak dipesan oleh instansi pemerintah dan sekolah-sekolah. Ia pun saat ini tidak merasa sulit mendapatkan pelanggan karena usahanya sudah cukup dikenal masyarakat. Dari usaha kecilkecilan ini Hadnen mendapat penghasilan cukup besar. Kehidupan ekonomi keluarga semakin membaik. Ia juga bisa membiayai anak-anaknya sekolah lanjutan di Mataram dan Sekongkang. Kerja kerasnya selama ini tidak sia-sia.
232
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Meski terbilang usahanya cukup maju, namun Hadnen tetap mengurus sendiri kateringnya mulai dari belanja ke pasar setiap hari hingga memasak. Ia pun dengan cekatan mengiris sayur atau memotong ikan dibantu beberapa anggota keluarganya. Tersedianya berbagai peluang usaha sebagai dampak positif dari kehadiran Newmont Batu Hijau sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya melalui kemitraan yang saling menguntungkan. “Tinggal bagaimana kita sebagai warga desa mau atau tidak berusaha,� ujar Hadnen. Sementara Maslukang memandang kehadiran Newmont Batu Hijau tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga membuka peluang usaha bagi masyarakat desa. “Masyarakat yang tidak bisa bekerja di Newmont Batu Hijau bisa terserap di usaha lain termasuk di KSU Kemuning Jaya,� tutur Maslukang. Maslukang bersama pengurus koperasi lainnya serta Hadnen dibantu anggota keluarga merupakan potret masyarakat desa yang mampu menjawab peluang usaha dengan kerja keras. Keduanya n a m p a k memegang p r i n s i p b a h w a keuletan, kerja keras dan keperc a y a a n adalah awal kebang-kitan u n t u k tumbuh dan berkembang. Desa tanpa disadari terkadang b a n y a k memberikan pelajaran kehidupan.
Newmont Batu Hijau tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga menumbuhkan peluang usaha
233
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
234
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
OPTIMISME TONGO TANGKAL USAL ADALAH CERITA MENARIK DARI TONGO EMBUNG PUJA KINI MEMBERI OPTIMISME
Anak-anak Desa Tongo sedang memanfaatkan waktu memancing ikan di Embung Puja
T
angkal Usal adalah cara tradisional masyarakat Desa Tongo menampung air hujan yang kemudian digunakan untuk mengairi sawah ketika para petani sulit memperoleh air. Untuk menampung air hujan, petani membendungnya dengan batang besar dan daun-daun kayu yang diikat. Bertahun-tahun petani Desa Tongo menghadapi persoalan kesulitan air untuk mengairi sawah-sawahnya dengan cara tangkal usal. Hasil panen pun menjadi sangat terbatas, hanya satu kali panen dalam setahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup karena khawatir gagal panen, petani berusaha keras memperoleh tambahan penghasilan dengan mencari ular, rotan, madu dan nira. gula aren. Kehidupan masyarakat desa seperti tidak berubah dari waktu ke waktu. “Itu cerita beberapa tahun lalu,� tutur Kepala Desa Tongo, Ibrahim Sama. Kalau sekarang, panen bisa dua kali bahkan tiga kali, dua kali padi satu kali palawija khususnya
Embung Puja bantuan Newmont Batu Hijau memberikan harapan besar bagi petani Desa Tongo meningkatkan hasil panennya
235
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
kedelai. Hasil panen pun bertambah dari paling tinggi satu sampai dua ton menjadi empat ton setiap hektar. Keberhasilan petani Desa Tongo meningkatkan hasil panen memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Embung Puja bantuan Newmont Batu Hijau. Embung Puja ini ternyata memberi harapan baru bagi para petani setempat, karena dengan sistem pengairan yang baik disertai pembinaan serta penyuluhan intensif kepada para petani telah memberikan hasil nyata produksi padi bisa ditingkatkan. Embung dengan jaringan saluran irigasi sekitar 2000 meter, ditambah lagi 300 meter, mampu mengairi lebih dari 60 hingga 70 hektar sawah di Desa Tongo yang semula merupakan sawah tadah hujan. Kini para petani tidak lagi mengalami kesulitan air, upaya meningkatkan hasil panen bukan lagi mimpi panjang, setidaknya saat ini bisa mencapai empat ton per hektar.
Embung Puja juga bisa memberi manfaat lain kepada masyarakat karena telah ditebar 9.000 bibit ikan yang setiap saat bisa dipancing warga desa
Seorang tokoh masyarakat Desa Tongo, Darmansyah memandang keberadaan Embung Puja telah mengubah kondisi masyarakat di desa ini ke arah yang lebih baik. Hasil panen petani tidak saja mampu memenuhi konsumsi lokal, tetapi juga bisa dijual ke pasaran. Sistem pengairan yang baik dengan adanya Embung Puja, pembinaan petani yang diberikan pemerintah bersama Newmont Batu Hijau serta alat-alat pertanian yang modern, seperti traktor tangan (handtractor) ditambah keuletan para petani di Desa Tongo pada akhirnya dapat meningkatkan produksi padi yang secara langsung mempengaruhi peningkatan taraf hidup penduduk desa. “Taraf kehidupan masyarakat Tongo cukup baik, banyak peran Newmont Batu Hijau di sini,� tutur Darmansyah yang juga seorang pimpinan Pondok Pesantren Al Furqon. Ada peran ganda Embung Puja bagi masyarakat Desa Tongo. Di samping mampu mengairi lahan
236
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
persawahan petani juga dimanfaatkan untuk pengembangan sektor perikanan. Dalam embung tersebut sudah dilepas 9.000 bibit ikan bantuan pemerintah dan Newmont Batu Hijau yang setelah besar bisa diambil oleh seluruh masyarakat desa. Keberadaan Embung Puja di desa tersebut ternyata berdampak pada sektor pertanian di Desa Tongo. Dengan tambahan jaringan sekitar 300 meter para petani juga melakukan pencetakan sawah baru yang diharapkan dapat lebih meningkatkan produksi padi. “Sekitar 10 hektar dilakukan pencetakan sawah baru di Tongo,� ujar Ketua Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Tongo, Sukarta. Ini berarti luas lahan persawahan yang bisa diairi Embung Puja bertambah menjadi 70 hektar dari semula 60 hektar, Luas lahan persawahan di Desa Tongo akan bertambah lagi melalui pencetakan sawah baru jika nanti Dam Santong selesai dibangun oleh Newmont
Batu Hijau yang mampu mengairi sawah sekitar 170 hektar. Dengan demikian lebih dari 200 hektar lahan sawah milik petani bisa memperoleh air yang cukup. Tidak saja sawah petani di Desa Tongo yang bisa diairi, tetapi juga sawah-sawah petani di Dusun Sejorong, karena lahan sawah petani di dusun tersebut sebagian besar berada di Desa Lang Loka.
Newmont Batu Hijau memacu semangat petani Tongo untuk meningkatkan hasil panen demi kesejahteraan masyarakat desa
237
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Nilai lebih dari keberadaan fasilitas irigasi bantuan Newmont Batu Hijau ini adalah memacu pembangunan sektor pertanian di Tongo dan Sejorong. Kepedulian Newmont Batu Hijau dalam mengembangkan sektor pertanian tidak berhenti pada sistem pengairan saja, tetapi juga diwujudkan dengan memberikan bantuan sedikitnya 15 unit traktor tangan (handtractor). Petani tidak lagi mengandalkan kerbau untuk menggarap sawah. Sistem pengairan yang terus dibangun disertai pengolahan lahan sawah dengan bantuan traktor tangan telah banyak membantu para petani menggarap lahan persawahannya. Biaya dan energi yang terkuras selama menerapkan cara bertani tradisional dapat dikurangi. Efisiensi dan efektivitas dengan hasil yang maksimal kini mewarnai pembangunan sektor pertanian di Desa Tongo dan dusun-dusun di sekitarnya. Peranan Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (Comdev) dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani dengan cara memberikan pembinaan dan penyuluhan adalah sisi lain yang sangat membantu keberhasilan meningkatkan hasil panen menjadi sekitar empat ton per hektar.
Petani tidak perlu jauh-jauh menggiling padi, karena RMU yang dikelola BUMDes sudah ada di Tongo
Pada saatnya nanti, hasil kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap pembangunan pertanian khususnya di Desa Tongo selama ini, para petani tidak saja mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, tetapi juga dapat memasarkan hasil panennya. Petani sekarang ini tidak perlu lagi jauhjauh menggiling padi hingga ke Sekongkang. Cukup di Tongo, karena Newmont Batu Hijau juga membantu mesin penggilingan padi atau Rice Milling Unit (RMU) yang dikelola oleh pemerintahan desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Des). “Sulit untuk tidak mengatakan Newmont Batu Hijau banyak membantu petani di Tongo,� tutur Ibrahim. Optimisme petani Desa Tongo bukan
238
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Embung Puja yang dibangun Newmont Batu Hijau sangat membantu petani mengairi sawahnya
sekedar menggantungkan harapan pada lahan sawah yang ditanami padi saja. Berbagai pengetahuan yang diperoleh dari pembinaan dan penyuluhan oleh Newmont Batu Hijau telah memberi dampak berarti bagi para petani untuk lebih memberi nilai tambah pada kehidupannya. Pilihannya adalah menjawab tantangan Prakarsa Bisnis Lokal yang sudah diprogramkan secara sungguh-sungguh oleh Newmont Batu Hijau. Dan memang para petani Desa Tongo mulai menjawab tantangan itu melalui usaha kerjasama dengan sejumlah sub-kontraktor dan Newmont Batu Hijau. Ada sekitar 20 petani sayur di Desa Tongo yang menjalin kerjasama dengan sub-kontraktor yang kemudian menyuplainya untuk memenuhi kebutuhan Newmont Batu Hijau. Ini bagian dari Prakarsa Bisnis Lokal yang memberikan peluang kepada petani di Desa Tongo untuk lebih mengambil inisiatif dalam dunia usaha masyarakat desa. Roda perekonomian desa pun semakin berkembang. Para petani itu memasok antara lain kacang panjang, bayam, sawi hijau, sawi putih,
Kondisi Tongo sudah jauh berbeda sejak kehadiran Newmont Batu Hijau Tongo cukup menjanjikan untuk maju dan berkembang
239
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
kol, labu putih dan labu kuning. Jatah yang diberikan setiap pekan oleh sub-kontraktor sekitar tiga ton sayur-sayuran. Tidak sedikit nilai rupiah yang beredar di Desa Tongo ketika petani mampu memasok sayur-sayuran tersebut kepada subkontraktor Newmont Batu Hijau. Desa Tongo dengan jumlah penduduk sekitar 1.800 jiwa yang rata-rata mata pencahariannya sebagai petani kini semakin merasakan dampak positif kehadiran Newmont Batu Hijau yang telah menunjukkan kepedulian tinggi terhadap pembangunan sektor pertanian. Penduduk Desa Tongo kini mengejar masa depan yang lebih baik. Sektor pertanian telah dan akan terus berkembang
Sapi bantuan Newmont Batu Hijau yang diternakkan petani cukup berkembang
serta dikembangkan. Bukan sesuatu yang berlebihan kalau suatu saat nanti bidang pertanian menjadi tulang punggung atau pilar ekonomi Desa Tongo. Tekad para petani sudah dimunculkan, bahwa hasil panen nantinya tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi harus bisa pula dipasarkan sebagai sumber pendapatan keluarga. Begitulah optimisme masyarakat petani Desa Tongo yang dulu sempat mengalami kesulitan pangan serta
240
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
harus barter barang jika terjadi transaksi dagang. Beralasan kalau para petani ingin memasarkan lebih banyak lagi produk pertanian Desa Tongo, karena sarana dan prasarana transportasi sudah semakin terbuka dan lancar yang menghubungkan Tongo dengan seluruh desa di lingkar tambang termasuk ke Taliwang, ibukota Kabupaten Sumbawa Barat. Bantuan Newmont Batu Hijau selama ini banyak memberikan manfaat positif bagi masyarakat Tongo. Kondisi sekarang jauh berbeda dibandingkan sebelum ada Newmont Batu Hijau. “Sebagai putra Tongo kami bersyukur kehadiran perusahaan pertambangan ini,� tutur tokoh masyarakat Tongo, Jabir HMS. Ketika infrastruktur mampu mendukung perkembangan sektor pertanian di Desa Tongo, maka harapan warga desa untuk menggapai hari esok yang lebih baik bukanlah sekedar impian belaka. Kepedulian Newmont Batu Hijau kepada penduduk desa selama ini tidak akan sia-sia, karena sesungguhnya Tongo cukup menjanjikan untuk terus maju dan berkembang.
Kondisi Desa Tongo sekarang ini sudah jauh berubah dibandingkan sebelum ada Newmont Batu Hijau
241
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
242
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
TEKAD AIK KANGKUNG PETANI PUN TIDAK RAGU LAGI MENERAPKAN SRI ADA TARGET 10 TON PER HEKTAR BANYAK KEUNTUNGAN DARI SISTEM INI
S
emula nampak ragu, tetapi kemudian setelah terbukti berhasil meningkatkan hasil panen, justru menjadi pendorong para petani di Desa Aik Kangkung untuk bersama-sama menerapkan budidaya padi dengan System of Rice Intensification (SRI). Lima petani di desa ini, salah satunya Mukti Ali, 34 tahun, sudah membuktikan sistem SRI tersebut. “Saya sempat tidak percaya dengan SRI,� kata petani Aik Kangkung ini. SRI adalah cara bercocok tanam padi secara intensif dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keuntungan dari sistem ini adalah, anakan tanaman padi lebih banyak, bisa 30-60 anakan, sementara akar tanaman lebih banyak tumbuh melebar dan dalam. Di samping itu kesuburan tanah lebih terjaga, efisiensi biaya benih dan pupuk serta pengunaan air lebih sedikit. Setelah membuktikan sendiri keberhasilan menerapkan SRI, Mukti tidak ragu lagi untuk
Petani telah membuktikan SRI mampu meningkatkan hasil panen padi Ada target sepuluh ton per hektar
243
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
menargetkan hasil panen sampai 10 ton. “Itu target saya ke depan,� ujar Mukti. Ia selama ini telah dibina oleh Pemandu Lapangan (PL) Desa Aik Kangkung, Subandi, yang merupakan bagian dari program Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau. Ia pernah membuktikannya pertama kali menanam padi dengan sistem SRI pada lahan sekitar satu are yang ternyata menghasilkan satu kuintal lebih gabah atau setara 80 kilogram beras. Karena itu Mukti merasa optimistis dapat menghasilkan delapan sampai sepuluh ton jika areal tanam mencapai satu hektar. Tekad petani Aik Kangkung ini sekarang adalah belajar ilmu bertani dengan sistem SRI, menerapkannya , dan menargetkan hasil panen bisa mencapai 10 ton per hektar. Berbagai penyuluhan yang diterimanya dari Pemandu Lapangan mengenai SRI membuat dirinya memahami tentang arti penting peningkatan hasil panen. Dulu ketika ia ditempatkan sebagai transmigran tahun 1995 hasil panen petani untuk lahan satu are terkadang tidak sampai satu kuintal, bahkan akibat kesuburan tanah tidak terpelihara baik, hasil panen tahuntahun berikutnya lebih menurun lagi.
Semakin banyak yang menggunakan SRI karena terbukti lebih menguntungkan petani
Sekarang ia memahami SRI sekaligus meyakini bahwa sistem ini akan bisa meningkatkan produksi padi di Desa Aik Kangkung. Apalagi beberapa petani lainnya juga mulai menerapkan SRI setelah mendapat berbagai penyuluhan dari Pemandu Lapangan ComDev Newmont Batu Hijau di samping bantuan bibit padi satu kampet berisi 10 kilogram. “Bagi saya ilmu bertani SRI itu yang penting,� ucap Mukti. Apalagi ada bantuan fasilitas irigasi Senutuk. Ini akan banyak membantu petani Aik Kangkung dalam meningkatkan hasil panennya. Aik Kangkung merupakan daerah transmigran yang berasal dari Sumbawa, Lombok dan Bali. Pola pertanian yang diterapkan selama ini dibawa dari daerah masing-masing hanya berdasarkan cara-cara tradisional. Karena itu perlu ada upaya mengajak
244
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
petani untuk menerapkan SRI seperti yang telah dilakukan oleh Mukti. “Lima petani Aik Kangkung termasuk Mukti menerapkan SRI dan berhasil,� kata P e m a n d u Lapangan (PL), Subandi. Ia menceritakan, lima petani ini mencoba SRI pada lahan seluas satu are. Hasilnya satu kuintal lebih gabah yang setelah digiling setara dengan 80 kilogram beras. Jika dikembangkan pada areal satu hektar, maka hasilnya diperkirakan bisa mendekati sepuluh ton gabah atau setara dengan delapan ton beras. Banyak keuntungan diperoleh petani jika menerapkan SRI. Misalnya penggunaan bibit lebih efisien. Kalau selama ini bisa menghabiskan 50 kg bibit untuk areal satu hektar, maka dengan SRI hanya 25 kilogram. Untuk bibit yang harganya Rp 30.000 per kampet kalau ditanam pada lahan satu hektar yang memerlukan lima kampet, maka bisa mengirit biaya sampai Rp 90.000. Dengan SRI biaya bibit yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 60.000. Dari sisi pemakaian pupuk juga bisa lebih efisien. Biasanya selama ini petani menghabiskan sampai 200 kilogram pupuk urea, tetapi dengan SRI hanya sekitar 50 kilogram. Bisa diirit biaya sampai Rp 225.000. Dalam proses perawatan dan penyiangan yang menggunakan Pupuk Pelengkap Cair (PPC) juga bisa dihemat sampai Rp 40.000. Ia yakin banyak keuntungan diperoleh petani dengan SRI.
SRI bisa menghemat biaya yang harus dikeluarkan petani Perkembangan ini sudah dibuktikah oleh lima petani di Desa Aik Kangkung
245
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Penghematan ini sudah dibuktikan oleh lima petani Desa Aik Kangkung yang melakukan ujicoba SRI. Secara ekonomi, kalau dihitung hasil penjualan gabah mencapai Rp 12 juta per hektar, maka petani bisa meraup keuntungan setelah dikurangi biaya sarana produksi (saprodi) antara Rp 8 juta sampai Rp 9 juta per satu kali musim tanam. Sementara pengalami petani Mukti menunjukkan tingginya tingkat keberhasilan SRI terutama dalam sebaran anakannya. Dengan pengaturan jarak tanam, misalnya 25 x 25 cm sebaran anakannya bisa 40 sampai 70 anakan per rumpun. “Selama ini dengan jarak tanam terlalu dekat hanya menghasilkan paling banyak 27 anakan,� Mukti, petani yang sempat mengenyam pendidikan hingga Kelas 5 Sekolah Dasar (SD) ini. Meski pendidikannya tidak tinggi, namun Mukti selalu ingin belajar dan berkreativitas. Ia belajar membuat pestisida nabati yang ternyata cukup berhasil mengatasi hama walang sangit. Satu kali semprot persitisida nabati yang dibuat dari bahanbahan alami, seperti daun tembakau, pepaya dan sirih, bisa bertahan sampai padi menguning dan siap panen. Ketika padi sudah menguning, siap panen, atau bahkan pada musim panen baru hama itu datang lagi. Ini sangat membantu petani mencegah serangan hama padi.
Sudah banyak perubahan pola tanam petani, dan petani mulai banyak yang mencoba menggunakan SRI
Sosok petani ini memang patut dicontoh oleh petani lain yang ingin membudidayakan SRI. Ia telah membuktikannya sendiri dan ternyata berhasil meningkatkan produksi padi. Prinsipnya adalah mencoba terus dan meminta bimbingan dari Pemandu Lapangan. Dengan cara ini, katanya, “Insya Allah berhasil.� Ia sudah melakukan dan membuktikannya. Kalau seorang petani tidak mau bekerja keras mencoba membudidayakan SRI, maka akan sulit meningkatkan produksi dan pendapatannya.
246
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Sudah banyak perubahan pola tanam di Desa Aik Kangkung. Para petani semakin tertarik membudidayakan SRI. Pemandu Lapangan ComDev Newmont Batu Hijau sedikitnya membina 50 orang petani, di antaranya Mukti yang sudah membuktikan keberhasilan SRI tersebut. Dalam skala yang lebih luas, budidaya SRI ini akan dikembangkan oleh para petani Aik Kangkung. Dan bukan tidak mungkin desa ini suatu saat menjadi salah satu sentra beras di Kabupaten Sumbawa Barat. Tidak pula berlebihan kalau dari Aik Kangkung muncul petani-petani tangguh. Bukan hanya dalam budidaya SRI, tetapi juga menciptakan berbagai kreasi dan eksperimen yang bermanfaat untuk membangun pertanian demi kesejahteraan masyarakat pedesaan, seperti yang telah ditunjukkan oleh petani Mukti. Kreativitas dan eksperimen seorang petani Desa Aik Kangkung ini ternyata memang cukup menjanjikan. Setelah membuktikan keberhasilan SRI, ia mulai mencoba mengembangkan ratun atau serisip untuk dijadikan bibit padi. Dalam dunia pertanian istilah ratun atau serisip ini juga cukup dikenal. Caranya adalah dengan memotong pendek jerami setelah panen, kemudian tumbuh lagi ratun atau serisip yang bisa menjadi bibit padi. Satu atau dua batang ratun ini dipindahkankannya. Ternyata sebaran anakannya bisa mencapai 50 anakan. Ratun atau serisip ini bisa menghemat bibit padi, bahkan sampai tiga kali tidak perlu pembibitan padi. Kalau cara ini bisa dikembangkan maka petani akan lebih bisa menghemat biaya dengan hasil panen yang cukup tinggi. Ia menyatakan ingin belajar lebih banyak lagi tentang ratun atau serisip ini. “Walapun tidak tamat SD, saya ingin terus menerapkan ilmu pertanian di lapangan,� ujar Mukti. Nampaknya ia tidak akan pernah berhenti bekerja. Setelah memahami budidaya SRI yang terbukti mampu meningkat hasil
Meski tidak tamat SD ia terus belajar ilmu pertanian, karena pengetahuan merupakan faktor penting untuk menata kehidupan masa depan
247
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
panen, kreativitasnya sejak mendapat binaan ComDev Newmont Batu Hijau justru semakin berkembang. Ia sempat bereksperimen soal pemberantasan hama tanaman. Suatu ketika, kata Mukti, lahan kacang hijaunya dimasuki kambing dan kuda yang memakan habis daunnya. Ia pun teringat pelajaran pemberantasan hama dari bahan alami yang diberikan Pemandu Lapangan. Bagaimana cara mengatasinya, ini yang terbersit dalam benak petani ini. Ia pun mencoba mempraktikkan obat hama yang dibuat dari bahanbahan alami, seperti daun dan batang pepaya, tembakau serta daun sirih yang dicampur menjadi satu. Bahan-bahan ini kemudian direndam selama tiga hari. Setelah itu airnya disemprotkan ke ladang kacang hijau. “Kambing tidak mau makan daun kacang hijau, ternak ini meninggalkan lahan tanaman,� tutur Mukti yang sekarang karena kepandaiannya mengusir atau mencengah hama tanaman banyak dimintai tolong oleh petani lain. Ia pun dengan ringan tangan sering membantu para petani lainnya yang kesulitan mengusir hama tanaman tersebut. Petani yang sesungguhnya berasal dari Aik Dewa, Pringgasela, Masbagik, Kabupaten Lombok Timur ini nampaknya tidak pernah kehabisan gagasan dalam mengembangkan sektor pertanian di desanya. Setelah membuktikan SRI, mencoba ratun atau serisip serta membuat obat antihama dengan bahan-bahan alami yang dikenal pula sebagai pestisida nabati, ia sekarang mulai menerapkan sistem pangkas pada tanaman kacang panjang.
Ia mencoba ratun dan serisip hasilnya cukup menjanjikan
Dengan pemangkasan bagian ujung kacang panjang ternyata bisa menambah masa panen dengan hasil cukup banyak. Ia sudah berkali-kali melakukan pemangkasan seperti itu. “Teman-teman saya heran kenapa masa panen kacang panjang bisa lebih lama,� ujar Mukti. Panen kacang panjangnya lebih lama dari biasanya satu bulan. Ternyata sistem pangkas ujung kacang panjang ini bisa menambah
248
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
masa panen menjadi dua bulan, tetapi hasil buahnya tetap lebat. Sementara yang masa panen satu bulan terkadang kacang panjangnya cepat mati. Ia akan terus menyempurnakan cara-cara baru yang telah dicobanya berulang kali itu agar hasil panen padi dan berbagai jenis hortikultura di desanya bisa terus meningkat untuk kesejateraan masyarakat. “Saya hanya mencoba menerapkan ilmu yang diberikan Pemandu Lapangan,� kata Mukti, sosok petani yang selalu ingin memberikan sesuatu bermanfaat bagi petani lain di desanya.
Ia mencoba membuat obatobatan antihama dari bahanbahan tradisional yang disebut sebagai pestisida nabati
249
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
250
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
POTENSI TATAR NIAT MULIANYA MENUNAIKAN IBADAH HAJI DARI HASIL TANAMAN GAHARU KINI JEJAKNYA DIIKUTI PETANI LAIN
L
Beni Abdullah, 45 tahun, seorang petani di Desa Tatar, dengan suara sedikit bergetar bergumam singkat, “Suatu saat nanti Insya Allah saya bisa naik haji dari hasil gaharu.� Ia pun memandangi suburnya tanaman gaharu di halaman belakang rumahnya yang ditanam di sela-sela pepohonan mangga dan jambu batu sebagai pohon pelindung. Berawal dari kekhawatirannya terhadap ancaman kepunahan tanaman gaharu (aquilaria malaccensis) yang selama ini tumbuh secara alami di hutanhutan sekitar Desa Tatar. K a r e n a m e l i h a t banyak orang m e n e bangnya, ia sempat berpikir gaharu bisa punah di desa ini, sehingga muncul keinginan u n t u k membudidayakannya. Beni pun m e n c o b a menanam gaharu di pekarangan
Gaharu menjadi potensi komoditi masa depan di Desa Tatar Petani mulai melirik tanaman yang nyaris punah ini
251
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
rumahnya. Ketika pada suatu saat ia sedang sibuk menanam gaharu, beberapa orang dari Newmont Batu Hijau bertanya tentang pohon apa yang ditanam. “Saya jawab gaharu,� tutur Beni. Ia tidak menduga kalau dari jawaban itu Newmont Batu Hijau mengajaknya studi banding tanaman gaharu di wilayah Pusuk, Lombok Barat, yang sudah dikelola secara profesional oleh H Arpan, peraih penghargaan Kalpataru dari pemerintah karena jasanya mengembangkan tanaman gaharu. Beni menimba ilmu budidaya gaharu di Pusuk selama empat hari atas biaya Newmont Batu Hijau. Ia tidak menyangka kalau usahanya menanam gaharu mendapat perhatian dari perusahaan pertambangan tembaga dan emas itu. Baginya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang mahal. Kalau mencari ilmu dengan biaya sendiri, mungkin tidak akan mampu, tetapi ia dibiayai Newmont Batu Hijau, karena itu kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Banyak ilmu tentang budidaya gaharu didapat setelah diajak Newmont Batu Hijau untuk studi banding di Pusuk Lombok Barat
Setelah pulang studi banding di Pusuk, Lombok Barat, Beni langsung mengembangkan tanaman gaharu. Awalnya menanam 50 batang, yang hidup hanya 25 batang. Mungkin karena masih mencoba menanam gaharu. Tetapi dari pengalaman itu ia mencoba lagi dan menerapkan dengan sungguhsungguh pengetahuan tentang menanam gaharu yang sudah diperolehnya selama ini. Usaha Beni tidak sia-sia. Gaharu yang ditanamnya di pekarangan rumah tumbuh dengan baik. Dan hingga sekarang ia memiliki sedikitnya 370 tanaman gaharu. Ada yang sudah berumur tiga tahun dengan panjang tiga meter lebih. Yang lain masih berumur satu sampai dua tahun. Ia pun masih ingat kalau bibit gaharu tersebut ada bantuan dari Newmont Batu Hijau, kenang-kenangan dari H Arpan serta yang diusahakannya sendiri.
252
Ilmu tentang menanam gaharu meskipun hanya
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
sekitar empat hari ia peroleh dari studi banding di Pusuk, Lombok Barat ditambah dengan sejumlah buku pedoman sebagai pegangan telah menumbuhkan keyakinannya bahwa gaharu punya potensi untuk dibudidayakan di Desa Tatar. Ia telah membuktikannya sendiri. Tanaman gaharunya tumbuh dengan baik. Beni bahkan sudah mampu menyuntik (inokulasi) pohon gaharu untuk menghasilkan gubal atau pelapukan kayu mengandung damar wangi (aromatic resin) yang menjadi produk utama tanaman ini di samping kulitnya. Ia pun pernah mempraktekkan penyuntikan pada tanaman gaharu yang ada di hutan. Hasil gubal nya cukup bagus, bahkan grade nya bisa sama dengan hasil penyuntikan yang dilakukan pakar gaharu dari Universitas Mataram (Unram), Dr Parman. Tanaman gaharu bisa disuntik setelah berbuah dulu beberapa kali. “Saya menunggu berbuah dulu,� ujar petani yang menempati Desa Tatar, sebelumnya bernama Satuan Permukiman Dua (SP-2), pada tahun 1996 lalu. Ia menunggu gaharu sampai berbuah dulu baru kemudian disuntik karena dari buah diharapkan mendapat bibit gaharu lagi. Bibit itu bisa dijual Rp 3.000 per batang. Teknik pembuatan bibit ini dipelajarinya dari Arpan di Pusuk. Bukan tanpa alasan kalau Beni sungguh-sungguh mengembangkan tanaman gaharu. Selain menguasai teknik budidaya gaharu sepulangnya dari studi banding yang diajak Newmont Batu Hijau, ia juga melihat prospek harga gubal dan kulit gaharu yang cukup menjanjikan. Perkiraan harga gubal gaharu kelas super mencapai Rp 15 juta per kilogram, sementara kulit gaharu bisa mencapai Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram, bahkan kalau kualitas kulitnya baik bisa di atas harga itu. Namun Beni tetap fokus pada
Harga jual gaharu super bisa mencapai Rp 15 juta per kilogram
253
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
produksi gubal gaharu, karena harganya bisa mencapai belasan juta rupiah. Ia terus belajar dan mencari pengalaman soal tanaman gaharu ini agar bisa menghasilkan gubal gaharu berkualitas tinggi. Sekarang ini ia baru mengembangkan tanaman gaharu pada lahan pekarangan seluas 0,5 hektar. Rencana ke depan adalah menambah lagi areal tanam di lahan usaha dua seluas satu hektar. Ini akan menjadi lahan khusus tanaman gaharu. Untuk lahan usaha satu seluas 0,5 hektar yang dijadikan sawah pada pematangnya juga bisa ditanam gaharu. Dari luas lahan yang dimilikinya dengan jarak tanam satu setengah meter sampai dua meter, ia memperkirakan bisa menanam lebih kurang 625 pohon gaharu. Ini baru untuk satu kepala keluarga. Kalau di Desa Tatar ini para petaninya tergerak untuk membudidayakan gaharu, maka potensi gaharu di wilayah ini bisa diandalkan menjadi sumber pemasukan warga desa. “Saya sudah mengajak petani lain menanam gaharu,” kata petani asal Desa Tanaq Awu, Pujut, Lombok Tengah yang bertransmigrasi sejak sembilan tahun lalu. Ternyata cukup banyak petani yang berminat menanam gaharu karena gaharu merupakan komoditi yang memiliki prospek ekonomi di masa mendatang.
Ia seperti menjadi “kamus hidup” tentang gaharu di Desa Tatar Delapan petani mulai ikut menanam gaharu
Pengetahuan Beni tentang gaharu yang diperolehnya dari studi banding ketika diajak Newmont Batu Hijau memang tidak sia-sia. Ia terkadang menjadi tempat bertanya petani-petani lain di Desa Tatar yang tertarik menanam gaharu. Bahkan teman-temannya yang pernah ikut studi banding juga mulai membudidayakan gaharu 40 sampai 60 pohon. “Setidaknya ada delapan petani Desa Tatar mulai tertarik membudidayakan gaharu,” ucap Beni. Ia pun sekarang ini sudah bisa memberikan penyuluhan kepada para petani yang tertarik
254
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
menanam gaharu. Pengetahuan yang diperolehnya di Pusuk, Lombok Barat tidak hanya m a m p u dipraktekkannya di lapangan, tetapi juga bisa membantu setiap penduduk desa yang ingin mengetahui budidaya gaharu, mulai dari pembibitan, pemangkasan, penyuntikan, panen hingga informasi mengenai harga jual gubal gaharu. Dalam skala desa Beni seperti sudah menjadi kamus hidup tanaman gaharu, menjadi tempat bertanya petani-petani lain. Dan ia pun dengan ikhlas memberikan penjelasan mengenai cara menanam gaharu. Baginya ilmu pengetahuan itu mahal, kalau dicari sendiri tidak akan mampu karena tidak ada uang. Tetapi yang dialami selama ini ada pihak lain yang bersedia membiayai untuk mencari ilmu itu, ilmu tentang bertanam gaharu. “Saya syukuri Newmont Batu Hijau mengajak saya studi banding tentang gaharu di Pusuk,” ujar Beni jujur. Ia tidak ingin menjadi orang yang tidak pandai bersyukur, dan ia pun selalu berprinsip bahwa kemauan dan kerja keras adalah langkah awal menuju keberhasilan. Sejatinya petani yang pernah menjadi Kepala Desa Tatar tahun 1997-2001 ini ingin mengajak
Ibarat “hijrah” maka hidup harus berjuang, bekerja keras dan memanfaatkan kekuatan yang diberikan Allah SWT
255
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
semua orang bekerja keras, karena jika ada sebuah lahan kosong tetapi tidak dimanfaatkan atau dikelola melalui perjuangan dan kerja keras, maka lahan itu tidak akan menghasilkan apa-apa. “Apapun yang dibantu pihak lain, jika tidak bekerja keras, maka tidak akan ada hasilnya,� kata Beni. Ia menerawang jauh mengingat kembali masa-masa awal ditempatkan sebagai transmigran bersama teman-teman lainnya pada tahun 1996 lalu. Baginya tujuan pemerintah menempatkan transmigran di desa ini agar menjadi petani dan bekerja keras meningkatkan kesejahteraan hidup serta memajukan desa. Ibarat hijrah hakikatnya adalah berjuang, bekerja keras dan memanfaatkan secara optimal kekuatan yang diberikan Allah SWT.
Gaharu adalah tanaman masa depan bagi masyarakat Desa Tatar
Lelaki yang bercita-cita ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana ini memang menggambarkan proses perjalanannya dari Desa Tanaq Awu di Lombok Tengah ke Desa Tatar di Sumbawa Barat sebagai hijrah. Karena itu dalam menjalani kehidupan sehari-hari ia selalu menanamkan prinsip kemauan dan kerja keras. Ketika ia mendapat bantuan bibit, langsung dipraktikkan penanamannya. Begitu juga ketika pulang dari studi banding mengenai gaharu, ia langsung menerapkan ilmu yang didapat. Pada akhirnya memang tidak perlu heran kalau lahan yang dimiliki Beni sekarang ini ditumbuhi tanamantanaman produktif. Tidak hanya 370 pohon gaharu, tetapi juga ada 600 lebih pohon mangga di tiga lahan pekarangan termasuk dua lahan pekarangan yang sudah dibelinya dari temannya sendiri. Ia mengaku dari hasil jerih payahnya selama ini bisa membeli dua lahan pekarangan. Total luas lahan pekarangannya sekarang ini 1,5 hektar. Selain gaharu yang ditanami di sela-sela pohon mangga dan jambu batu, juga ada nangka,
256
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
kelapa dan sayur-sayuran. Hasil panennya cukup banyak dan bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Sementara khusus untuk gaharu, Beni menjadikannya sebagai tanaman yang menjanjikan dan memberi harapan pada masa depan. Melihat kiprahnya, Beni sesungguhnya adalah pekerja keras, dan ia pun menjadi sosok yang pandai menyukuri setiap bantuan yang diterimanya. Karena itu ia punya rencana besar dalam menatap masa depan kehidupannya, ingin naik haji dari hasil gaharu. Ia juga mengharapkan anak-anaknya nanti bisa sekolah sampai perguruan tinggi. “Kalau bisa jadi sarjana pertanian dan sarjana agama,� ucap petani Desa Tatar ini dengan penuh kerendahan hati.
L Beni Abdullah berniat suatu saat nanti bisa naik haji dari hasil panen gaharu
257
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
258
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
BATU HIJAU MENATAP MASA DEPAN ADAM, SEBUAH KETELADANAN MENUJU KEMANDIRIAN LISENSI SOSIAL TITIK PANDANG KATA MEREKA
259
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
260
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
ADAM, SEBUAH KETELADANAN AWALNYA, CARA BERTANINYA MENJADI BAHAN TERTAWAAN DAN LEDEKAN PARA PETANI SETELAH MELIHAT PERKEMBANGAN TANAMAN PADI YANG SUBUR DAN BANYAK ANAKAN PARA PETANI PUN MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA BERDECAK KAGUM
A
palagi setelah melihat hasil panennya, meningkat nyaris tiga kali dari hasil biasanya, Adam, petani Sekongkang Bawah, akhirnya muncul sebagai sosok petani yang hasil panennya mampu mencapai 10,88 ton per hektar, paling tinggi di Kabupaten Sumbawa Barat. Pengalaman Adam, petani Sekongkang Bawah ini, kembali mengingatkan pemikiran Kuan-Tzu, seorang pemikir dari negeri China ratusan tahun Sebelum Masehi (551-479 SM), yang mengemukakan gagasannya : Kalau anda membuat rencana untuk satu tahun, tanamlah benih Kalau untuk 10 tahun, tanamlah pohon Kalau untuk 100 tahun, ajarilah petaninya Kalau anda hanya menanam benih sekali anda akan memperoleh panen satu kali Kalau anda mengajari petaninya, anda akan memperoleh panen 100 kali. Tulisan ini sumbangan dari Muhammad Atek Zambani, Coordinator Agribusiness ComDev Newmont Batu Hijau
Hasil panen setelah menerapkan SRI nyaris tiga kali lipat, dan petani Adam sudah membuktikannya
261
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Pada musim tanam tahun 2004, Syamsudin petani dari Desa Belo, boleh berbangga karena membawa harum Kabupaten Sumbawa Barat menjadi Juara III se Provinsi Nusa Tenggara Barat, lantaran penerapan SRI (System of Rice Intensification) untuk mengelola usaha padinya berhasil menembus hasil panen 9,2 ton per haktar. Musim tanam ini hasil panen tersebut berhasil diungguli oleh Adam atau sering dipanggil masyarakatnya Ketip Adam. Untuk mencapai hasil panen itu, Adam, bapak dari lima orang anak ini, harus tahan uji dicemooh kawannya, bahkan istrinya pun ikutan memprotes cara tanam yang dianggapnya “menggunakan akal mati�. Betapa tidak, cara bertaninya dianggap unik dan tidak masuk akal, dan hanya mainan anak. Biasanya para petani langsung main tanam saja. Sedangkan cara yang digunakan Adam ini memakai jarak tanam, dan di tanam satu atau dua tanaman per lubangnya.
Adam menerapkan jarak tanam dan setiap satu atau dua bibit ditanam dalam satu lubang
Namun berbekal semangat ingin mencobanya, ia tetap teguh pada pendiriannya. Kendatipun sebenarnya ia juga meragukan saran dan anjuran dari Pemandu Lapangan Pertanian, Burhan dari Serikat Tani yang bertugas di Sekongkang Bawah. Pada lahan 44 are yang biasanya Adam menanam padi menggunakan 250 kilogram benih padi, Burhan hanya menganjurkan cukup menggunakan 20 kilogram atau 2 kampet saja. “Potong telinga saya, kalau dengan 2 kampet ini tidak cukup,� ujar Burhan meyakinkan. Ia juga menyatakan siap mengganti dua kali lipat selisih panen dari cara lama, jika hasil cara tanam SRI ini tidak berhasil. Alhasil, dengan dua kampet inipun bibit yang ditanam cukup setengahnya saja. Malahan sisa bibitnya diberikan kepada para petani di sekitarnya. Berangkat dari hal ini, kepercayaan Adam mulai tumbuh.
262
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Sewaktu tanam, cara yang dianjurkan Burhan juga dirasa aneh. Bibit padi yang dicabut dari persemaian, biasanya akarnya dibersihkan dari tanah dengan dipukul-pukul, kemudian bibitnya diikat. Tanamnya bisa satu atau dua hari kemudian. Umur cabut bibit biasanya satu bulan. Sedangkan Burhan mengajarkan sebaliknya. Bibit diambil beserta tanahnya dengan menggunakan nampan. Bibit yang dicabut berumur 14 hari dan langsung ditanam pada saat itu juga. “Apa kerja seperti itu, kerjaan anak-anak dan tidak menggunakan akal. Akal mati itu,” cemooh Sahak, teman petani Adam. Cemoohan temannya, sempat membuat hatinya ragu. Guna membuktikan usaha taninya akan membuahkan hasil, setiap hari Adam yang juga menjabat sebagai Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Desa Sekongkang Bawah selalu pergi ke sawah melihat pertumbuhan padinya. Pikirannya hanya satu. Jangan sampai kawannya mengalirkan air di sawah. “Padi saya yang ditanam masih berumur 14 hari, bisa wassalam,” tuturnya. Selain itu ia beranggapan bahwa tanaman padi ini memiliki jiwa, akan memberikan hasil yang
Adam dan istrinya menginjak-injak sela tanaman agar rumput tidak tumbuh
263
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
terbaik bila petaninya sering menjenguk dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Tidak hanya itu, jarak tanam 30cm x 30cm pikir Adam terlalu jarang yang pada gilirannya akan banyak ditumbuhi rumput. Setiap hari Adam dan istrinya ke sawah selain untuk mengontrol air, juga menginjak-injak sela-sela tanaman, agar rumput tidak tumbuh. Namun keraguan ini lambat laun sirna, setelah melihat pertumbuhan padinya tidak seperti biasanya. Padi yang ditanam biasanya esok harinya menguning selama kurang lebih satu minggu, baru kemudian mulai menghijau, atau bahasa Sumbawanya remalik. Akan tetapi, tanaman padi yang ditanam dengan cara ini menunjukkan gejala yang aneh. Mulai dari tanam, tanaman tetap hijau tanpa harus melalui masa kuning dan remalik. Selang satu bulan kemudian, anakan terus tumbuh dengan cepat melebihi pertumbuhan tanaman padi yang ditanam dengan cara biasa.Dari sini, cemoohan kawan-kawan petani yang lain seketika berhenti, dan berubah menjadi decak kagum serta gelengan kepala tanda heran tidak habis mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Selalu ada saja petani yang melihat pertumbuhan tanaman di sawahnya.
Pada lahan 44 are Adam memperoleh hasil panen 66,5 karung Ini luar biasa
Pada saat tanaman padi berumur dua bulan, gulma daun lebar yang disebut Bira mulai banyak. Burhan Pemandu Lapangan dari Serikat Tani Pembangunan sudah melarang Adam untuk tidak menggunakan racun pembunuh rumput. Namun secara sembunyi-sembunyi Adam meracun Bira ini, dengan Herbisida Indamin. Gulmanya memang mati, namun Adam baru sadar kemudian ternyata pertumbuhan anakannya juga berhenti. Meskipun ditambah pupuk urea namun tidak membantu memulihkan kondisi tanamannya. Hanya terjadi perubahan warna daun menjadi lebih
264
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
hijau saja. Anakan tidak bertambah lagi. “Saya menyesal telah menggunakan racun rumput itu. Coba kalau menurut anjuran pak Burhan, aida…pertumbuhan anakan padi pasti luar biasa, “ sesal Adam. Sebelum tanam Adam menggunakan pupuk kandang, dari kotoran kambing. Pemupukan pertama, Burhan menganjurkan menggunakan Urea 14 kilogram, SP36 delapan kilogram, dan KCL 25 kilogram untuk lahan sawah seluas 44 are. Pemupukan kedua dilakukan pada saat padi berumur 40 hari dengan menggunakan Urea 10 kilogram dan KCL 25 kilogram. “Saya ingat anjuran pak Burhan untuk memupuk sedikit demi sedikit, karena tanaman padi yang muda masih punya cadangan makanan di gabahnya,” ungkap Adam yang sudah sejak tahun 1974 dipercaya sebagai khatib di masjid Sekongkang Bawah. Ibarat anak kecil kalau dikasih makanan banyak tidak akan dimakan, dan sia-sia. “Penjelasan ini masuk akal saya,” kata Adam. Menjelang panen adalah saat yang dinantikan Adam. Biasanya dia tahu beres saja mengandalkan buruh tani dalam memanen padinya. Namun karena hatinya sudah menurut, istilahnya “ kemesir” atau keburu ingin melihat hasil panennya, Adam ikut serta terjun ke sawah untuk bekerja merontokkan gabah. Setelah dimasukkan dalam karung, baru tahu bahwa hasil panennya nyaris mencapai 3 kali lipat dari panen biasanya. Sebelumnya dalam luasan 44 are, hasil panen yang didapatnya rata-rata 25 karung, atau paling banter 27 karung. Dengan teknis SRI ini hasilnya sekarang mencapai 66,5 karung, atau dalam 1 hektarnya mencapai 10,88 ton . Hasil ini bisa dikatakan luar biasa. Dari data Biro Pusat Statistik NTB, rata-rata produksi padi 4,19 ton per hektar. Sementara dari uji coba penerapan SRI yang melibatkan 200 orang
Dari hasil panennya Adam secara rutin membayar zakat, dan ia ingin anaknya jadi sarjana
265
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
petani di Kecamatan Sekongkang dan Jereweh hasil yang dicapai Adam ini menduduki peringkat paling tinggi. Kendatipun Adam hidupnya bisa dikatakan sederhana, namun hasil panen yang melimpah ini adalah sebuah karunia dari Allah SWT yang harus disyukuri. Wujud dari rasa syukurnya ini ia melaksanakan kewajiban zakat. Dari hasil panen 150 kaleng gabah, Adam membayarkan zakatnya sebanyak 15 kaleng untuk diberikan kepada fakir miskin atau pembangunan masjid. Cita-cita yang ingin diwujudkan dalam hidupnya cuma satu, ingin menyekolahkan anaknya sampai tingkat sarjana. Untuk itu Adam telah menyisihkan penghasilannya, dan disimpan di bank. “Sekarang ini sudah terkumpul Rp 6,5 juta, �ungkapnya polos. Adam melihat bahwa masa depan anak bungsunya yang sekarang sudah kelas 3 SMP Sekongkang Bawah akan lebih baik jika pendidikannya juga baik. Harapan ini didasari pengalaman hidupnya hanya lulus Sekolah Dasar yang ternyata pengetahuannya terbatas sehingga harus berpuas diri menjadi petani dan aparat desa.
Semakin banyak petani lingkar tambang yang mulai menerapkan teknologi SRI
266
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Guna memajukan pertanian di Sekongkang Bawah, dalam sudut pandang Adam, seluruh petani harus berani mengubah cara dan kebiasaan bertaninya. Dia berkeyakinan cara ini masih bisa terus dikembangkan. Musim tanam padi tahun depan ia akan mencoba mengubah jarak tanam dari 30cm x 30cm menjadi 30cm x 25cm. Ditambah lagi, jika jalan usaha tani menuju hamparan sawahnya yang melintasi sungai sudah bisa dibangun. Adam siap untuk menyumbangkan lahannya, karena dari teknik bercocok tanamnya ini hasilnya bisa ditingkatkan 2 sampai 3 kali lipat. Dari titik pandang inilah sesungguhnya jiwa peneliti telah terpatri. Adam selalu ingin tahu dan mengubah kondisi agar menjadi lebih baik. Ini adalah buah dari pelatihan dan pendampingan Pemandu Lapangan yang sudah menunjukkan titik terang. Perubahan perilaku petani yang menjadi landasan utama menuju kesejahteraan hidup masyarakat lingkar tambang telah dimulai.
Adam memberi keteladanan untuk warga desa lainnya
267
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
268
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
MENUJU KEMANDIRIAN M ENTARI BATU HIJAU M ENYINARI SETIAP S UDUT DESA MEMBERI DENYUT PADA ANAK-ANAK NEGERI MEREKA PUN INGIN MENGGAPAI HARAPAN MASA DEPAN
M
asyarakat mandiri adalah sasaran Newmont Batu Hijau dalam program Community Development (ComDev) yang sekarang ini tengah dijalankan bersama masyarakat di desadesa lingkar tambang. Sementara kebersamaan masyarakat, Newmont Batu Hijau dan pemerintah menjadi kata kunci untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian itu, sekarang, masa mendatang atau pun pascatambang. Adalah tepat jika paradigma baru pertambangan dalam program ComDev Newmont Batu Hijau mengedepankan tujuan utama membentuk “Masyarakat yang sejahtera dan mandiri di masa pascatambang.� Pilar yang akan menjadi penopang bangunan sejahtera dan mandiri tersebut telah dimulai dan akan terus dilakukan oleh perusahaan pertambangan tembaga dan emas ini.
Masyarakat sejahtera dan mandiri adalah cita-cita Newmont Batu Hijau sekarang dan masa mendatang
269
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Penyediaan berbagai infrastruktur oleh Newmont Batu Hijau mulai dari pertanian, kesehatan, pendidikan hingga pengembangan ekonomi masyarakat, penciptaan peluang usaha dan lapangan kerja yang telah dilakukan selama ini merupakan pilar untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Sementara pembinaan dan pelatihan masyarakat mulai dari petani, pengrajin, pedagang, pengurus koperasi, pekerja sektor informal hingga kepedulian pada bidang pendidikan, kesehatan serta bidangbidang lain yang menyentuh langsung kehidupan rakyat, adalah pilar lain yang akan menjadi penyangga kemandirian. Cakupan sasaran peningkatan kualitas sumber daya manusia di pedesaan, seperti yang diprogramkan Newmont Batu Hijau sekarang ini, adalah ingin meningkatkan kemampuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, mengembangkan kemampuan kewirausahaan agar mampu menjadi pelaku ekonomi yang tangguh serta membangun kemampuan untuk menjalin bekerjasama dan kemitraan. Newmont Batu Hijau dalam konteks ini tidak sedang berwacana. Tetapi secara nyata telah melakukan sesuatu untuk masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Apa yang terlihat di Tongo, Tatar, Aik Kangkung, Sekongkang Atas dan Sekongkang Bawah serta Maluk, Benete, Goa, Beru dan Belo sekarang ini adalah bukti dari sebuah komitmen dan kepedulian tinggi terhadap masyarakat. Kebersamaan masyarakat, Newmont Batu Hijau dan pemerintah adalah modal untuk menciptakan kesejahteraan dan kemandirian
Dampak luasnya telah melintasi desa-desa lingkar tambang, menembus wilayah-wilayah di luar lingkar tambang hingga lintaskecamatan, lintaskabupaten dan lintasprovinsi. Pertumbuhan memang sedang terjadi di wilayah desa lingkar tambang kemudian kait mengait dengan wilayahwilayah lain yang dalam bahasa masyarakat
270
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
setempat merupakan pengaruh konstruktif dari kehadiran Newmont Batu Hijau. Cerita tentang petani yang berhasil meningkatkan hasil panen hingga mencapai delapan sampai sepuluh ton per hektar, atau kisah pengojek yang semula hanya bermodalkan sepeda motor tua kemudian memiliki lima sepeda motor baru adalah sinyal awal menuju kesejahteraan dan kemandirian mandiri di masa depan. Ketika para siswa SD dan SMP tidak lagi mengalami kesulitan mengikuti proses belajar dan mengajar di sekolah disertai munculnya senda gurau di masyarakat yang akan mempertanyakan jika ada orangtua tidak menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan tertentu, maka sesungguhnya upaya membentuk sumber daya manusia berkualitas tengah dilakukan. Ini pula yang bakal menjadi investasi masa depan bagi insan-insan pedesaan sekarang dan masa mendatang. Apa yang diungkapkan masyarakat di desa-desa lingkar tambang tentang mudahnya menjangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan, tentang penyakit malaria yang terus berkurang, tentang perilaku masyarakat yang jika sakit akan bergegas pergi ke pusat-pusat pelayanan kesehatan atau langsung ke dokter, merupakan cermin kesadaran warga desa untuk hidup sehat. Dan ini menjadi indikasi semakin meningkatnya perekonomian masyarakat. Lihatlah pengurus koperasi dan seorang ibu rumah tangga yang mampu mengendalikan putaran uang puluhan hingga ratusan juta rupiah. Sebuah kenyataan yang selama ini tidak terbayangkan sama sekali. Tetapi itulah realita bahwa gerak perekonomian desa sedang menuju arah kehidupan yang lebih baik lagi, dan warga desa mengambil prakarsa dan peluang itu.
Newmont Batu Hijau menginginkan sumber daya manusia di desa-desa lingkar tambang mampu mengambil prakarsa membangun desa demi kesejahteraan bersama
271
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Atau, simak pula ungkapan lugas para pedagang kecil yang bisa meraup keuntungan jutaan rupiah sehingga mampu menyekolahkan anak-anaknya ke luar daerah, seperti Sumbawa Besar, Mataram dan bahkan kota-kota besar di Pulau Jawa. Dan, anak-anak desa pun saat ini tidak lagi malu-malu menggantungkan cita-cita yang tinggi. Perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik tengah berproses di desa-desa lingkar tambang. Proses itu akan terus berkelanjutan menuju apa yang disebut sebagai sejahtera dan mandiri. Pada tataran ini Newmont Batu Hijau berperan aktif bersama masyarakat desa meletakkan kerangka kokoh untuk menggapai kesejahteraan sekarang dan mandiri di masa depan. Pada wilayah ini pula Newmont Batu Hijau memandang penduduk desa-desa lingkar tambang sebagai aset dan subjek pembangunan pedesaan yang bersama-sama mengambil peran dan prakarsa untuk pemberdayaan masyarakat dan membangun desa. Ada simbiosis mutualisme antara masyarakat desa dan Newmont Batu Hijau untuk mewujudkan kesejahteraan sekarang dan kemandirian pascatambang.
Newmont Batu Hijau berharap masyarakat desa lingkar tambang sejahtera dan mandiri hingga pascatambang
Newmont Batu Hijau mengeluarkan rata-rata hampir Rp 25 miliar setiap tahun untuk program pengembangan masyarakat. Sekitar 72 persen dari anggaran Rp 25 miliar tersebut untuk pengembangan infrastruktur masyarakat, sementara 28 perssen diarahkan untuk penguatan kapasitas masyarakat. Tidaklah berlebihan jika taruhan yang ingin diraih dari investasi untuk pemberdayaan masyarakat ini adalah pertumbuhan ekonomi menuju kesejahteraan, terbentuknya masyarakat berkualitas serta terciptanya masyarakat mandiri pascatambang.
272
Sebuah pertanggungjawaban masa depan dari
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Newmont Batu Hijau untuk masyarakat desadesa lingkar tambang. Dan tanggung jawab itu tidak hanya pada tataran ekonomi belaka, tetapi juga masuk pada tataran tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Peran ekonomi dan sosial kemasyarakatan difungsikan Newmont Batu Hijau secara maksimal. Newmont Batu Hijau nampaknya ingin mewujudkan apa yang disebut dengan konsep berkembang atas swadaya sendiri istilah yang dipinjam dari pendapat Profesor Sayogyo, pakar sosiologi pedesaan Indonesia. Unsur sejahtera dan mandiri terdapat dalam konsep ini. Langkah yang dilakukan adalah menjalankan program ComDev Newmont Batu Hijau untuk mengembangkan dan memberdayakan masyarakat serta menciptakan peluang usaha di tengah-tengah masyarakat melalui program Prakarsa Bisnis Lokal. Gambaran nyata seperti ini yang sekarang terlihat di desa-desa lingkar tambang. Penduduk desa dalam kapasitasnya sebagai objek dan subjek pembangunan pedesaan mulai terbentuk, tumbuh dan berkembang. Berdialoglah dengan penduduk desa. Ketika dikemukakan pertanyaan apa yang menjadi cita-cita ke depan, maka jawaban yang terungkap adalah meretas kehidupan agar lebih baik dari sebelumnya serta ingin mandiri di masa mendatang. “Kalau pun belum saya yang menikmatinya, Insya Allah anak-anak saya nanti.� Kalimat seperti ini seakan-akan mewakili apa yang tengah terjadi pada masyarakat di desa-desa lingkar tambang. Ada makna mendalam dari ungkapan tersebut. Peran dan prakarsa memang harus dilakukan manakala kesejahteraan dan kemandirian ingin dicapai. Dan, Newmont Batu Hijau telah memberi peluang untuk berperan dan berprakarsa itu. Seperti pandangan Edgar Owens dan Robert Shaw, dua ahli ekonomi dari Amerika Serikat, bahwa
Penduduk desa adalah subjek pembangunan bagi Newmont Batu Hijau Rakyat akan terus dilibatkan dalam pembangunan pedesaan
273
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
“Partisipasi seluruh masyarakat, dalam konteks ini adalah penduduk desa-desa lingkar tambang, adalah strategi untuk mencapai pembangunan menuju perubahan yang lebih baik.� Dalam bahasa lain Profesor Mubyarto, ahli ekonomi Indonesia, mengisyaratkan peranserta dan produktivitas masyarakat harus terus diupayakan untuk menumbuhkan kemandirian yang dapat mengatasi sendiri masalah kehidupannya. Ia juga merujuk pada konsep ekonomi rakyat sebagai ekonominya rakyat kecil yang akan tumbuh dan berkembang manakala perusahaan-perusahaan besar membuka diri dan mengulurkan tangan dalam semangat kemitraan untuk membantu mengembangkan ekonomi rakyat tersebut. Pada posisi ini Newmont Batu Hijau berada. Mendorong tumbuhnya peran aktif dan produktivitas masyarakat untuk menggapai kesejahteraan dan kemandirian. Lebih dari itu, apa yang dilakukan Newmont Batu Hijau terhadap masyarakat di desa-desa lingkar tambang adalah suatu proses bottom up recovery atau pemulihan ekonomi yang dimulai dari bawah.
Desa-desa lingkar tambang kini tengah menuju kesejahteraan dan kemandirian Masyarakat, Newmont Batu Hijau dan pemerintah sudah melangkah bersama
Newmont Batu Hijau memberi ruang prakarsa kepada penduduk desa lingkar tambang, sementara peluang usaha dan pasar menyertai setiap inisiatif bisnis yang muncul dari masyarakat. Apa yang disebut sebagai Prakarsa Bisnis Lokal dalam program Comdev Newmont Batu Hijau sekarang ini terlihat secara kasat mata di desa-desa lingkar tambang. Seperti dikatakan Senior Manager External Relations Newmont Batu Hijau, Malik Salim, “Melalui Prakarsa Bisnis Lokal, Newmont Batu Hijau berusaha memaksimalkan kapasitas pengusaha lokal dengan membuka peluang usaha dan menjalin kerjasama baik dengan Newmont Batu Hijau sendiri maupun kontraktor dan sub-sub kontraktornya.�
274
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Apa yang tampak pada masyarakat di desa-desa lingkar tambang sekarang ini adalah sebuah proses yang sedang menuju konsep sejahtera dan mandiri. Masyarakat sesungguhnya menginginkan kemajuan itu. Dan Newmont Batu Hijau memberi ruang kepada penduduk desa untuk mengambil prakarsa tersebut agar kemajuan bersama bisa tercapai. Menuju masyarakat sejahtera dan mandiri adalah sasaran penting yang ingin diwujudkan melalui program ComDev Newmont Batu Hijau pada masyarakat desa lingkar tambang. Karena itu investasi masa depan yang menjadi bagian dari sebuah pertanggungjawaban sosial kepada masyarakat tidak akan pernah membuat Newmont Batu Hijau ragu untuk membangun dan memberdayakan rakyat di desa-desa lingkar tambang. Sesungguhnya masyarakat dan Newmont Batu Hijau sudah melangkah bersama.
Tanggung jawab sosial Newmont Batu Hijau ke depan adalah memberdayakan masyarakat desa agar mampu mandiri
275
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
276
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
LISENSI SOSIAL KETIKA PARA PEMANGKU KEPENTINGAN MELANGKAH BERSAMA MAKA SESUNGGUHNYA ADA LISENSI SOSIAL UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
N
ewmont Batu Hijau baru saja melepas masa lima tahun sejak melakukan operasi penambangan secara komersial tahun 2000 lalu. Masih panjang perjalanan yang akan dilalui oleh perusahaan tambang tembaga dan emas ini, mungkin 20 atau 25 tahun lagi. Melepas masa lima tahun yang sudah dilewati selama ini memberikan pengalaman mengesankan bahwa masyarakat di desa-desa lingkar tambang atau luar lingkar tambang dalam Kabupaten Sumbawa Barat dan secara umum Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memberi dukungan terhadap keberadaan Newmont Batu Hijau dalam suasana persahabatan, kebersamaan dan kemitraan serta masukanmasukan kritis konstruktif yang datang dari masyarakat itu sendiri. Bagi Newmont Batu Hijau persahabatan dalam kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah
Lisensi Sosial bagi Newmont Batu Hijau adalah kata kunci untuk pembangunan berkelanjutan
277
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
untuk melangkah bersama adalah refleksi dari sebuah lisensi sosial untuk pembangunan berkelanjutan di Batu Hijau. Ini memberi makna bahwa para stakeholders atau pemangku kepentingan, masyarakat, pemerintah dan Newmont Batu Hijau, secara bersama-sama menjaga keberlanjutan operasional tambang hingga suatu saat nanti Newmont Batu Hijau harus mengakhiri masa kontrak karyanya. Dalam bahasa lain, Malik Salim, Senior Manager External Relations Newmont Batu Hijau, memaknai lisensi sosial sebagai wujud penerimaan dan kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai seluruh kegiatan Newmont Batu Hijau. Nilai-nilai itu mengedepankan tanggung jawab sosial, lingkungan dan keselamatan serta jalinan hubungan sosial kemasyarakatan dalam kerangka keberlanjutan pembangunan di Batu Hijau. Kepercayaan dan penerimaan ini kemudian diwujudnyatakan dalam langkah bersama masyarakat, pemerintah dan Newmont Batu Hijau untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di desadesa lingkar tambang serta desa-desa lain yang mengitarinya. Ada interaksi positif antarpemangku kepentingan (stakeholders). Ketika Newmont Batu Hijau mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai refleksi sebuah lisensi sosial untuk pembangunan berkelanjutan, maka tanggung jawab sosial di masa mendatang menjadi domain Newmont Batu Hijau demi terbentuknya masyarakat sejahtera dan mandiri pascatambang.
Interaksi sosial masyarakat dan Newmont Batu Hijau sudah sejak lama terjalin dengan baik
Newmont Batu Hijau memang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang berada di lingkar tambang. Kilas balik masa lalu ketika sebuah tim eksplorasi perusahaan tambang pada sekitar tahun 1988 memerlukan base camp di Sekongkang yang kemudian mendapat respons masyarakat dengan menyediakan tempat seadanya, paling tidak menjadi catatan awal
278
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
berinteraksinya penduduk desa dengan Newmont Batu Hijau. Itu terjadi hampir dua puluh tahun lalu. Perjalanan waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan ikatan sosial antara masyarakat dan Newmont Batu Hijau. Bangunan sosial seperti ini yang sesungguhnya telah mempererat hubungan antarpemangku kepentingan hingga sekarang ini. Interaksi awal Newmont Batu Hijau dan masyarakat desa puluhan tahun lalu tentu tidak hanya terjadi di Sekongkang, tetapi juga bisa dipastikan terjadi di Tongo, Benete, Maluk serta desa-desa lainnya yang kini menjadi pusat-pusat lokasi infrastruktur perusahaan tambang tembaga dan emas ini. Makna yang dapat diambil dari kisah awal kehadiran Newmont Batu Hijau adalah terjadinya interaksi sosial dalam perjalanan waktu yang cukup lama. Karena itulah tidak mengherankan jika penduduk desa sampai saat ini memberikan kepercayaan dan dukungan kepada Newmont Batu Hijau seperti yang tergambar dalam fakta-fakta lapangan di desa-desa lingkar tambang. Ketika kepercayaan itu datang dari masyarakat desa, maka sesungguhnya lisensi sosial itu sudah diberikan untuk Nemwont Batu Hijau sejak dulu, sekarang dan berlanjut pada masa datang. Pada tataran ini sebenarnya lisensi sosial untuk pembangunan berkelanjutan, meski masih dalam skala kecil, sudah diberikan oleh masyarakat sejak lama, paling tidak dimulai ketika terjadi interaksi sosial di awal kehadiran Newmont Batu Hijau hampir dua puluh tahun lalu ketika eksplorasi baru mulai dilakukan untuk menemukan mineral berharga pada bentangan bukit sebelah barat daya Pulau Sumbawa. Dan sekarang, lisensi sosial itu semakin meluas di seluruh desa lingkar tambang, yang secara kasat mata dapat terlihat dari sambutan masyarakat terhadap program Community Development (ComDev) Newmont Batu Hijau.
Newmont Batu Hijau adalah bagian tidak terpisah-kan dari masyarakat
279
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Ungkapan Malik Salim bahwa Newmont Batu Hijau adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat lingkar tambang dapat dimaknakan sebagai kesungguhan dari Newmont Batu Hijau untuk memegang komitmen tanggung jawab sosial ke depan yang selama ini telah dan akan diwujudkan secara nyata dalam program pembangunan kemasyarakatan. Filosofi Newmont Batu Hijau mengenai arti penting sebuah komunitas bernama “masyarakat� dengan menyatakan bahwa Newmont Batu Hijau adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat telah menempatkan posisi masyarakat sebagai bagian dari sebuah sistem yang dijalankan oleh perusahaan multinasional ini. Ketika sistem berjalan maka seluruh komponen dalam kesisteman itu akan bergerak secara menyeluruh dalam rangkaian harmonisasi antarsubsistem. Sudut pandang Owens dan Shaw menjadi pembanding menarik untuk melihat Newmont Batu Hijau sekarang ini. Ketika massa (masyarakat) diikutsertakan secara aktif dalam setiap proses pembangunan (desa-desa lingkar tambang), maka di satu sisi akan memberikan nilai-nilai sosial kepada masyarakat, dan di sisi lain tetap bernilai ekonomis. Apa yang terlihat secara kasat mata di desa-desa lingkar tambang saat ini adalah tingginya interaksi sosial antara masyarakat dan Newmont Batu Hijau yang dalam konsep sosiologis telah menumbuhkan ikatan-ikatan sosial antara satu dan lainnya. Kepercayaan masyarakat lingkar tambang adalah refleksi lisensi sosial bagi Newmont Batu Hijau
Ketika ikatan-ikatan sosial itu melekat satu sama lain, maka sesungguhnya telah tumbuh kemitraan untuk saling menjaga dan menanamkan sikap tanggung jawab bersama. Potret seperti ini tergambar di lingkaran masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya banyak bersentuhan dengan Newmont Batu Hijau, baik di desa-desa yang masuk wilayah Sekongkang dan Jereweh
280
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
maupun desa-desa lain yang mengitarinya dua kecamatan tersebut. Begitu banyak ungkapanungkapan masyarakat di lingkar tambang yang secara langsung atau tidak langsung merefleksikan telah diberikannya suatu kepercayaan, penerimaan dan dukungan sebagai bentuk lisensi sosial untuk pembangunan keberlanjutan Newmont Batu Hijau. Sesungguhnya Newmont Batu Hijau sekarang ini memiliki lisensi sosial dari masyarakat desa lingkar tambang. Program yang diusungnya melalui Community Development (ComDev) bagi masyarakat lingkar tambang dirasakan “membumi� (down to earth) yang langsung menyentuh kebutuhan paling mendasar penduduk desa. Masyarakat menginginkan kemajuan. Karena peluang itu ada, maka biarkanlah masyarakat melangkah untuk menggapainya. Atau, ibarat ikan dan air, pandanglah Newmont Batu Hijau dan masyarakat sebagai perumpamaan itu.
Biarkanlah masyarakat lingkar tambang melangkah bersama Newmont Batu Hijau
281
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
282
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
TITIK PANDANG MASYARAKAT KITA PLURALIS TERBUKA DAN SIAP MENERIMA KEMAJUAN SAYA MELIHAT RAKYAT MEMANG INGIN MAJU BIARKAN MEREKA TUMBUH DAN BERKEMBANG
A
dalah Lutfi Amir, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum LSM Sumbawa Barat (FLSM-SB) mengingatkan pandangan dalam kalimat pembuka tersebut. Ia nampaknya ingin memberikan gambaran utuh bahwa ketika masyarakat desa pada kurun waktu tertentu berada dalam situasi serba terbatas, kemudian masuk pada fase perubahan yang membuka semua keterbatasan itu, maka sesungguhnya rakyat memang menginginkan kemajuan itu. Bagaimana sesungguhnya pandangan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tersebut terhadap Newmont Batu Hijau dengan program Community Development (Comdev) yang selama ini telah dilakukan di desa-desa lingkar tambang. Lutfi Amir mencoba menyumbangkan pemikirannya yang disarikan dari hasil wawancara dengannya di Taliwang. Ia memaparkannya dengan menggunakan istilah Saya, Kita dan Mereka.
Konsentrat Newmont Batu Hijau diangkut dengan kapal ke berbagai negara
Newmont Batu Hijau telah menanam investasi dan tanggung jawab masa depan bahkan hingga pascatambang
283
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Logika saya sederhana saja. Ketika Newmont Batu Hijau mengajak masyarakat desa sekarang ini untuk maju bersama melalui program pengembangan masyarakat, maka berarti Newmont Batu Hijau telah menanam investasi dan bertanggung jawab pada masa depan. Bertanggung jawab pada masyarakat sekarang dan pascatambang. Benang merah itu adalah cerita masa lalu yang masih bisa didengar dari orangtua kita. Tentang pertanian, perkebunan, kesehatan, pendidikan, tentang air bersih, perekonomian masyarakat atau tentang sulitnya transportasi dan sarana atau prasarana pendukung lainnya . Ini menjadi sesuatu yang menarik manakala kita mencoba berbagi cerita tentang kondisi sebelum dan sesudah kehadiran Newmont Batu Hijau. Kita mungkin bisa menelusurinya dengan dialektika historis. Ketika masyarakat masih sangat sulit memenuhi kebutuhan primer, katakanlah kebutuhan perut, bagaimana mungkin mereka memikirkan kesehatan dan pendidikan untuk anak-anak. Apalagi secara geografis desa-desa lingkar tambang ini jauh dari pusat perkotaan semisal Sumbawa Besar. Penduduk desa tidak bisa mengakses ke mana-mana karena sulitnya transportasi.
Paradigma tambang adalah juga membangun untuk kesejahteraan umat manusia
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana warga desa kalau sakit. Apakah ada dokter, mantri atau perawat pada saat itu. Bagaimana ibu-ibu melahirkan, apakah ada bidan yang bisa merawat. Warga desa belum memahami sanitasi lingkungan, belum tahu bagaimana sebuah rumah dan lingkungan yang layak dan bersih. Mungkin saja air yang tergenang di selokansekolan saat itu tidak dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya. Bagaimana tidak menjadi daerah endemis malaria kalau kondisi lingkungan sangat
284
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
buruk. Saya tidak bisa membayangkan kalau Newmont Batu Hijau tidak masuk ke sana. Mungkin bukan hanya kita saja yang harus bersyukur, tetapi republik ini juga perlu bersyukur pada kehadiran Newmont Batu Hijau. Ini mengarah kepada sebuah peradaban manusia, artinya paradigma pertambangan itu adalah juga membangun tambang untuk kesejahteraan umat manusia. Dan ini sudah terbukti bahwa banyak yang dibangun oleh Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (Comdev). Yang saya lihat, semua lini dalam masyarakat di desa-desa lingkar tambang dikembangan oleh Newmont Batu Hijau melalui program Community Development (Comdev) bersama lembaga-lembaga kemasyarakatan, seperti Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB) atau Yayasan Olat Parigi (YOP). Program Community Development (Comdev) telah dilakukan dengan sangat bagus, ada pembangunan bidang pertanian, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan pengembangan ekonomi. Saya melihat ini sebagai berkah untuk masyarakat yang selama ini mernghadapi berbagai kesulitan hidup. Bahwa benar ada konsekuensi logis dari kehadiran sebuah tambang di suatu wilayah. Tetapi jangankan pertambangan, sesuatu yang baru masuk namun berbeda dengan keadaaan awal, pasti akan ada konsekuensi yang harus kita terima. Persoalannya adalah bagaimana kita memperbesar manfaatnya, sementara dampak yang tidak relevan kita minimalkan. Ini penting untuk kita sadari semua, bahwa masyarakat ingin maju. Karena itu saya tidak melihat sesuatu yang aneh di Maluk, Benete dan
Perlu disadari bersama bahwa masyarakat ingin maju Dan Newmont Batu Hijau mengajak menggapai kemajuan itu
285
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Sekongkang. Artinya, saya memandang kedatangan orang baru juga membawa pengetahuan baru. Interaksi ini berdampak bagi pembelajaran masyarakat itu sendiri. Kalau memang bijak, betapa kita begitu tertinggal selama ini, sementara mereka yang datang sudah banyak belajar. Dan itu terjadi sekarang ini. Ada interaksi positif. Masyarakat belajar dan terus belajar meningkatkan kualitas dirinya sendiri. Kesimpulan yang bisa kita tarik dari cerita-cerita masa lalu hingga apa yang terjadi sekarang ternyata jauh perbedaannya. Apa yang dialami sebelum ada Newmont Batu Hijau. Kita merasakannya. Sekarang sesudah kehadiran Newmont Batu Hijau lihatlah kehidupan masyarakat di desa-desa lingkar tambang baik dari sisi ekonomi, pertanian, pendidikan, kesehatan, sosial budaya bahkan keamanan.
Pada semua lini telah terjadi peru-bahan ke arah yang lebih baik Saya yakin kalau ditanya kepada masyarakat lingkar tambang, mereka akan jujur menjawab menerima kehadiran Newmont Batu Hijau
Pada semua lini terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Saya yakin kalau kita tanya masyarakat dari ujung paling jauh yang masuk daerah lingkar tambang dan telah disentuh oleh program Community Development (Comdev), maka secara jujur mereka akan menjawab menerima kehadiran Newmont Batu Hijau . Sulit untuk dipercaya jika ada yang mengatakan tidak menerima kehadiran Newmont Batu Hijau. Saya tidak bermaksud membesar-besarkan apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi ada yang sampai mengatakan Newmont Batu Hijau telah menyelamatkan masyarakat dari kehidupan yang serba sulit selama ini. Kalau fenomena ini yang muncul ke permukaan, maka pertanyaannya apakah salah jika masyarakat menerima kehadiran dan mendukung keberadaan Newmont Batu Hijau. Jika kemudian ada yang berbeda pendapat, itu sah-sah saja, namun saya ingin sekali berdiskusi
286
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
tentang keberadaan Newmont Batu Hijau selama ini. Kita rinci manfaatnya untuk masyarakat satu per satu. Setidaknya ini bisa menjadi pemikiran saya bahwa kita harus membangun daerah, membangun desa, dan upaya itu memerlukan kehadiran orangorang lain. Kita tidak bisa berjalan sendirian, dan itu pula yang dilakukan oleh masyarakat di daerahdaerah lain di tanah air ini. Saya melihat apa yang sudah dilakukan Newmont Batu Hijau dalam program Community Development (Comdev) untuk masyarakat di desadesa lingkar tambang merupakan refleksi sebuah pertang-gungjawaban masa depan. Banyaknya fasilitas yang dibangun, seperti bidang pendidikan dan kesehatan, adalah investasi Newmont Batu Hijau untuk masyarakat di daerah ini menatap masa depannya. Belum lagi kita bicara soal pembangunan pertanian dan pengembangan ekonomi masyarakat. Lihat kemajuan bidang pertanian sekarang ini, dan lihat pula pertumbuhan usaha kecil dan menengah sampai keuangan mikro. Bahkan Newmont Batu Hijau membangun budaya bisnis baru terhadap masyarakat lingkar tambang dengan adanya Prakarsa Bisnis Lokal. Akses dibuka. Pengusahapengusaha lokal tumbuh dan berkembang. Yang saya lihat sekarang ini mulai banyak pengusaha binaan Newmont Batu Hijau mampu melakukan ekspansi. Artinya, tidak hanya sekadar barang yang dipesan oleh Newmont Batu Hijau, tetapi mereka sudah melakukan perluasan pasar sampai lintas kabupaten. Ini buah dari pembinaan yang telah dilakukan Newmont Batu Hijau. Mereka mengenal kewirausahaan. Semua ini bukan lagi mimpi, tetapi sebuah realita bahwa yang terjadi sekarang masyarakat mampu menjadi pelakupelaku ekonomi yang cukup tangguh.
Komitmen Newmont Batu Hijau dapat dilihat secara kasat mata sekarang ini
287
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Komitmen Newmont Batu Hijau untuk masyarakat dapat kita lihat secara kasat mata sekarang ini. Contoh kecil, kalau kita bicara apa yang sudah diberikan Newmont Batu Hijau untuk bidang pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat lingkar tambang, maka makna terdalamnya adalah membentuk insan di daerah ini agar lebih berkualitas dan mampu bersaing dengan masyarakat di daerah lain. Ini pula yang saya lihat dari komitmen Newmont Batu Hijau bahwa masyarakat di desa-desa lingkar tambang akan siap bersaing pada pascatambang nanti. Kepedulian Newmont Batu Hijau terhadap pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan serta pengembangan ekonomi masyarakat sekarang ini akan menjadi kunci masa depan manakala Newmont Batu Hijau harus mengakhiri kontraknya di wilayah ini. Masyarakat pada pascatambang nanti akan lebih siap menghadapi era persaingan, karena sejak sekarang Newmont Batu Hijau sudah memberikan banyak keterampilan, ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman-pengalaman. Dan ini yang diyakini akan menjadi bekal bagi penduduk di desadesa lingkar tambang untuk menatap masa depan.
Pertumbuhan sedang berlangsung dan masyarakat menginginkan kemajuan itu
Strategi Newmont Batu Hijau dengan program Community development (Comdev) yang memberikan pencerahan kepada masyarakat di desa-desa lingkar tambang bahkan di luar lingkar tambang adalah langkah elegan. Dalam pandangan saya, langkah ini selain mendorong masyarakat agar kehidupannya lebih baik, juga menjadi investasi pascatambang. Saya yakin harapan masyarakat di Sumbawa Barat khususnya di lingkar tambang yang menginginkan sumber daya manusia berkualitas, sehat jasmani dan rohani serta kuat di bidang
288
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
ekonomi hingga mencapai kemandiriannya akan bisa dicapai. Ini bukan sesuatu yang berlebihan. Dan, ini bukan pula sebuah mimpi. Newmont Batu Hijau sudah memulai dan telah melakukannya untuk masyarakat. Kita tidak bisa menyangkalnya. Memang begitulah gambaran yang terjadi saat ini, bahwa pertumbuhan sedang berlangsung, dan masyarakat menginginkan kemajuan agar mereka punya harapan lebih baik di masa depan. Apakah masyarakat salah jika menggantungkan harapannya untuk menggapai masa depan itu. Jawabannya ada pada nurani kita .
Program ComDev Newmont Batu Hijau telah memberikan pencerahan kepada masyarakat lingkar tambang
289
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
290
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
KATA MEREKA BIARKANLAH MASYARAKAT MENGUNGKAPKAN PANDANGANNYA INILAH W ARNA WARNI K EHIDUPAN
Keberadaan Newmont Batu Hijau telah menjembatani sebuah persoalankebutuhan masyarakat ( Ibrahim Has, Aktivis LSM Yayasan Terapi ) Petani di desa lingkar tambang ikut merasakan tumbuhnya peluang usaha lokal seperti memasok sayur-sayuran kepada sub-kontraktor Newmont Batu Hijau ( H Zaidun, petani Desa Tatar ) Setelah ada Newmont Batu Hijau baru ada petani sayur di Desa Belo, hasilnya bisa dipasarkan ke peru-sahaan tambang ini ( Madjid Ino, petani sayur Desa Benete ) Nelayan di Senutuk mendapat bantuan perahu dan jaring ikan sementara air bersih untuk masjid dan sekolah ( H Babus Salam, tokoh masyarakat Desa Aik Kangkung ) Yang kami rasakan dari kehadiran Newmont Batu Hijau adalah bantuan modal usaha disertai penguatan kelembagaan melalui pelatihan sumber daya manusia ( Muslimin, SAg, Ketua UPKD Al Unwan, Desa Goa ) Program pembangunan masyarakat yang dilakukan Newmont Batu Hijau dilakukan berdasarkan masukan masyarakat desa lingkar tambang ( Nasrullah, Sekretaris YOP Maluk ) 291
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Hasil panen petani terus meningkat setelah ada bantuan dan pembinaan Newmont Batu Hijau ( Ansyarullah, YSTP Benete ) Petani sudah bisa panen dua kali sebelumnya hanya satu kali, ini berkat pelatihan yang diberikan Newmont Batu Hijau ( Awaludin, petani Sekongkang Atas ) Kalau mau merujuk ibu yang akan melahirkan kami bisa minta bantuan kendaraan Newmont Batu Hijau ( Iis Aisyah, bidan Desa Aik Kangkung ) Keberadaan Taman Pendidikan Quran banyak dibantu Newmont Batu Hijau termasuk mendatangkan guru-guru agama dan buku-buku agama ( Supardjo, Kepala Dusun Mutiara dan Ibrahim Mabino, Kepala Dusun Dasan, Desa Goa ) Bantuan Newmont Batu Hijau disesuaikan pada aspirasi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya (Iskandar, petani sayur di Desa Benete ) Tiga unit kincir angin sangat membantu penduduk desa untuk mendapatkan air bersih ( Saharudin, warga Desa Aik Kangkung ) Warga Sekongkang pernah tidak percaya kalau suatu saat nanti ada kendaraan yang bisa masuk desa karena selama bertahun-tahun wilayah ini terisolir ( Mahyudin, sopir truk yang membawa kendaraan ke Sekongkang ) Kehadiran Newmont Batu Hijau telah memberi peluang usaha kepada masyarakat di daerah ini termasuk Desa Belo ( Supratman, pemilik CV Sinar Perigi, Desa Belo ) 292
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Kami bukan berarti membela Newmont Batu Hijau tetapi memang bantuan perusahaan tambang ini banyak dirasakan masyarakat ( Kamaludin, petani Desa Tatar asal Ketara, Lombok Tengah ) Ketika masa penambangan Newmont Batu Hijau berakhir maka yang diharapkan adalah terbentuknya masyarakat mandiri di wilayah ini karena strukturstruktur ekonomi sudah dibangun di wilayah ini ( Achdyat Amril, ComDev Tongo dan Sekongkang ) Newmont Batu Hijau telah memberikan bantuan beasiswa perak kepada siswa sekolah dan ini cukup membantu pelajar membayar uang komite sekolah dan membeli buku (A Rahim SPd, Kepala Sekolah SMA Taliwang ) Saya menerima beasiswa sejak SMP Jereweh dan berlanjut sampai SMA Kelas II sekarang dengan bantuan beasiswa dan bus sekolah memacu semangat untuk belajar dan kepedulian Newmont Batu Hijau ini jangan kita sia-siakan ( Rita Yulianti, siswa SMA Taliwang asal Desa Goa ) Beasiswa Newmont Batu Hijau sangat bermanfaat bagi saya karena bapak sakit sejak saya SMP dan ibu mencari nafkah saya berusaha meraih prestasi agar bisa terus memperoleh beasiswa untuk terus sekolah hingga sarjana ( Andriyani, Siswi SMA Taliwang ) Beasiswa dari Newmont Batu Hijau ini untuk membeli komputer dan buku-buku pelajaran yang tidak ada di perpustakaan sekolah ( Baiq Ade Mayasari, siswi SMA Taliwang ) 293
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Banyak kegunaan beasiswa Newmont Batu Hijau bisa membantu meringankan beban orangtua dan secara tidak langsung memacu semangat untuk lebih giat belajar lagi ( Yuli Agustini, Siswa SMA Taliwang asal Tepas, Brang Rea ) Banyak manfaat beasiswa Newmont Batu Hijau misalnya bisa meringankan beban orangtua yang juga harus membiayai empat saudara lainnya ( Dewi Sumarti, Siswa SMA Taliwang asal Sekongkang Bawah ) Karena bapak tidak bekerja dan ibu menjadi tenaga kerja di luar negeri beasiswa Newmont Batu Hijau sangat membantu keperluan sekolah saya ( Yanti Susanti, Siswa SMA Taliwang asal Taliwang ) Saya menerima beasiswa Newmont Batu Hijau sejak SMP sehingga bisa meringankan beban orangtua dan dapat menabung ( Palupi Purwaningsih, siswa SMU Taliwang asal Jereweh ) Setelah mendapat beasiswa Newmont Batu Hijau ketika di SMA saya berharap bisa mendapat beasiswa emas di perguruan tinggi karena sangat membantu kelancaran sekolah ( Susi Erniwati, siswa SMA Taliwang ) Beasiswa dari Newmont Batu Hijau membantu saya karena orangtua hanya seorang petani ( Fauziah Sahrawati Siswa SMA Taliwang ) Kehadiran Newmont Batu Hijau sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Taufikurrahman, Pembina Lapangan Bidang kesehatan Desa Tongo ) 294
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
Sejak daya beli masyarakat meningkat banyak yang memesan mebel dari Desa Goa ( Mastur, pengrajin mebel Desa Goa ) Dengan adanya rumpon bantuan Newmont Batu Hijau pendapatan nelayan dapat ditingkatkan ( Andi Abdurrahman, Ketua HNSI Sumbawa Barat ) Yayasan ini diharapkan berkembang dan mampu membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan diharapkan nanti menjadi lembaga keuangan meski Newmont Batu Hijau sudah mengakhiri masa tambangnya ( Junaidi Kasum, Ketua YOP Taliwang ) Bantuan 1.600 bibit kerapu yang sebentar lagi bisa dipanen akan meningkatkan pendapatan nelayan Desa Labuan Lalar ( Abdul Wahab, Ketua Kelompok Budidaya Kerapu Labuan Lalar ) Newmont Batu Hijau selama ini telah menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat Desa Tongo ( Hasni Suhratun, bidan Desa Tongo ) Manfaat keberadaan Newmont Batu Hijau telah dirasakan masyarakat terutama desa lingkar tambang dan suatu saat nanti tentu masyarakat desa di Taliwang juga berharap mendapat perhatian meski porsinya tidak sama ( Drs Hamzah, Camat Taliwang )
295
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
296
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
DATA PUSTAKA Ellis, Derek V, Memulihkan Kehidupan di Dasar Laut setelah Pengendapan Tailing, makalah Seminar Penempatan Tailing Bawah Laut, Unram – Pemprov NTB, 2001 Lembaga Informasi Nasional, Agribisnis di Indonesia, Jakarta, 2001 Mubyarto dan Retno Budiyanto. Program IDT dan Perekonomian Rakyat (Gugus Nusa Tenggara), Yayasan Agro Ekonomika, Jogjakarta, 1997 Owens, Edgar dan Shaw, Robert. Pembangunan Ditinjau Kembali (Development Reconsidered), Gadjah Mada University Press, Jogjakarta, 1977 Poling, George W, Penempatan Tailing Bawah Laut (Mengapa Newmont Memilih DSTP, makalah Seminar Penempatan Tailing Bawah Laut, Unram – Pemprov NTB, 2001 PT Newmont Nusa Tenggara, Bercocok Tanam Padi secara SRI (System of Rice Intensification), Community Capacity Building, 2004 PT Newmont Nusa Tenggara, Newmont Now and Beyond 2003, Batu Hijau, Indonesia, 2003 PT Newmont Nusa Tenggara, Paradigma Baru dalam Industri Pertambangan, Batu Hijau, Indonesia (tanpa tahun) PT Newmont Nusa Tenggara, Program Kerja 2005, Batu Hijau, Sumbawa Barat, 2005 297
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
Sayogyo, Profesor. Indonesia dalam Transisi (G Hanafi Sofyan, Editor), Halmahera Foundation CanberraJakarta, 1995 Soeradji, Budi dan Mubyarto, Gerakan Penanggulangan Kemiskinan, Bappenas, Jakarta, 1998 Surat Kabar Harian Kompas, 10 Juni 2005 Surat Kabar Harian Kompas, 12 Juni 2005
298
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
MALUK 1995
MALUK 2005
BENETE 1995
BENETE 2005
TONGO 1995
TONGO 2005
299
BATU HIJAU
DULU, KINI DAN ESOK
300
BATU HIJAU DULU, KINI DAN ESOK
301