281 ok

Page 1

MENTAWAINEWS

4

5

MENTAWAI NEWS

Tabloid Alternatif Dwimingguan

Puailiggoubat Untuk Kebangkitan Masyarakat Mentawai

8 1

-1

No .2 4 Ta Fe hu 81 b n ru XI ar I i2 01

4

HARGA ECERAN RP 3000

MENTAWAINEWS

TIGA JEMBATAN DI SIBERUT PUTUS KONTRAK

TIGA SAKSI DIHADIRKAN DALAM SIDANG DI PTUN

MENGUATKAN BUDAYA MENTAWAI YANG MULAI RAPUH


Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Uggla Sara peilek sia arapenjara akek Kejaksaan Negeri Tuapeijat, dua aleinia sipakatai bulagat pasigalaijat situs Mentawai online anai peilek ragagaba-3 Tak mapalik rapuukuk pagalaiat pagelaran arat laggai Mentawai sai Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, tat makisei bagatta - 4 Pagalaiat aariakenenda telu sai DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai sibara ka PDS, Gubernur tak isili pupaatuanannia - 5 Bulagat kauet sakit alat kesehatan arakua iginia arapakatai sai CV.Sinar Kasih Indah Rp234 juta - 5 Loinak sitarek akenenda sakalaggaijat siorak tsunami ka rura silelepak tak moi rapakei ia kalulut buitak raaalak loinak sigalaira sai IPK Primkopad - 7 Tak mabesik masigelai akek arat laggai Mentawai, kalulut moi taparerek ka sirimanua samba raobak satogat sikolah ragelai ia - 18

Dari Redaksi

T

agline sebuah partai politik yang menyatakan ungkapan latin suara rakyat suara tuhan bisa dimaknai sebagai suara rakyat yang dihargai sebagai penyampai kehendak ilahi. Dalam konteks ini, wakil rakyat sebagai interpretasi suara rakyat harus benarbenar bekerja menjadi penyampai kehendak rakyat. Suara rakyat sangat menentukan nasib para calon legislatif (caleg) yang akan bertarung dalam pemilu legislatif, April mendatang. Jika suara rakyat memilih mereka, maka dipastikan satu kursi empuk di ‘gedung rakyat’ akan mereka raih. Karena itu tidak ada salahnya menjelang pemilihan (atau akan dipilih) melalui perhelatan lima tahunan ini, rakyat menjadi obyek para caleg. Seperti falsafah Jawa, kalau mau memilih jodoh harus melihat bibit, bebet dan bobot. Artinya harus melihat asal usul keluarga, lingkungan keluarga dan pergaulan serta nilai diri atau perilaku diri. Sama saja, memilih orang-orang yang akan mewakili kita (rakyat) di parlemen tentu harus ditimbang-timbang bibit, bebet dan

COVER DEPAN: 1 ILUSTRASI: RUS/APRIL 1 DESAIN: SYAFRIL TABLOID ALTERNATIF DWIMINGGUAN

Puailiggoubat Terbit setiap tanggal 1 dan 15

ISSN: 1412-9140 PENERBIT: Yayasan Citra Mandiri PEMIMPIN UMUM: Roberta Sarogdok PEMIMPIN USAHA: Pinda Tangkas Simanjuntak PEMIMPIN REDAKSI: Yuafriza DEWAN REDAKSI: Roberta Sarogdog Rus Akbar Saleleubaja Yuafriza REDAKTUR: Rus Akbar Syafril Adriansyah Gerson Merari Saleleubaja WARTAWAN DAERAH: Bambang Sagurung (Sikabaluan) Rapot Pardomuan (Sipora) Rinto Robertus (Saibi) Ferdinan Salamanang (Sikakap) Patrisius Sanene’ (Padang) Legend Satoinong (Siberut Selatan) DISTRIBUTOR DAERAH: Arsenius Samaloisa (Sioban) Vincensius Ndraha (Siberut Selatan) Bambang (Siberut Utara) Juanda (Siberut Barat) ALAMAT REDAKSI DAN USAHA: Jl. Kampung Nias 1 No. 21, Padang. Telp (0751) 7877373 - Fax. (0751) 35528 REKENING: Bank Nagari Cabang Pembantu Niaga, Padang No.2105.0210.0207-1 PENCETAK: Padang Graindo, Padang (Isi di luar Tanggung Jawab Percetakan)

Wartawan Puailiggoubat selalu dilengkapi Kartu Pers dan (sesuai Kode Etik Jurnalistik) tidak dibenarkan menerima suap (‘amplop’) dari narasumber.

www.puailiggoubat.com

Memilih bobotnya. Jangan seperti memilih kucing dalam karung, memilih seseorang tanpa tahu kualitas dirinya dan pengabdiannya untuk rakyat. Namun falsafah ini tidak banyak digunakan saat memilih wakil rakyat (DPRD maupun DPR dan DPD) ataupun presiden. Kebanyakan kita melihat atau memilih seseorang dari bungkusnya, dari penampilannya atau pencitraan sesaat saja. Jarang sekali kita melihat seseorang dari rekam jejaknya selama ini, apa saja yang sudah dilakukannya untuk daerah pemilihan, untuk masyarakatnya. Entah karena informasi tentang si calon minim atau memang kita lebih suka mencari jalan pintas. Asal ada yang membagi-bagi uang, memberikan sumbangan, intelek dan terlihat mewah, pastilah itu yang dipilih. Atau memilih karena ada kedekatan misalnya sekampung atau ada hubungan keluarga, kesamaan keyakinan atau kesamaan suku. Bahkan saking tidak kenalnya ratusan caleg yang ada di kertas suara, kebanyakan kita hanya memilih karena fotonya menarik (cantik atau ganteng) atau karena namanya bagus dan unik. Tidak banyak memilih karena partainya.

Pembangunan di Dusun Siribabak

Mapalik ragaba ia tapoi tak raurai ibailiu lagguk ka Tiop makurang - 21

Pertanyakan Pembangunan PAUD Dusun Bere Proyek pembangunan PAUD di Dusun Bere Desa Makalo tidak ada upah tukangnya, masyarakat hanya disuruh kerja swadaya. Saya ingin tanya apakah di dalam Aloka-si Dana Desa (ADD) di desa Maka-lo tidak dibuat program dan anggaran pembangunan PAUD tersebut? (Nardus Saleleubaja: 081266583524)

Pertanyakan

2

Saya mau pertanyakan pemba-ngunan kampung saya, selama ini tidak ada perhatian dari pihak de-sa untuk pembangunan dusun ka-mi. Semua anggaran pembangun-an yang keluar sudah banyak, tapi tidak menyentuh pembangunan di kampung/ Dusun Siribabak De-sa Sagulubbe. (Arianto Sabeleake: 082385857477)

Pembangunan Jembatan Puro Yth. Bapak Bupati Mentawai, bagaimana proses kelanjutan pembangunan jembatan di Puro, Muara Siberut. Apakah

Dalam konteks Mentawai, kesamaan suku, keyakinan, kekerabatan seringkali menjadi dasar bagi pemilih saat mencontreng atau mencoblos saat memilih DPRD Mentawai. Tidak banyak memilih karena mempertimbangkan kualitas caleg itu sendiri. Entah karena informasi minim atau memang kedekatan tadi yang lebih menentukan. Alhasil, kualitas DPRD Mentawai dua periode (2004-2009 dan 2009-2014) yang dipilih langsung itu dapat diukur masyarakat. Sudahkah kinerjanya memuaskan, sudahkah kerjanya berpihak kepada kemajuan masyarakat dan Mentawai, sudahkah fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintah dan penggunaan anggaran dilakukan, sudahkah fungsi legislasi dalam membuat peraturan daerah demi kemajuan dikerjakan ? Masyarakat harus skeptis dan kritis, apakah yang dilakukan anggota DPRD selama ini sudah memuaskan ataukah hanya pencitraan ? Jika jawabnya sudah, mereka tentu layak dipilih kembali. Jika belum, maka nama-nama baru layak dipertimbangkan. Selamat menentukan pilihan.

seperti ini terus badan jembatan kami? Kalau bisa,waktu membangun itu harus CV yang berkualitas membangun, terima kasih.(mariyo di Siberut-Puro) +6282384135692

Isi Puailiggoubat Sajian berita Puailiggoubat edisi 15-31 Januari 2014 hanya dari wilayah Siberut. Apa daerah lain tidak ada berita? Hans Siritoitet. +6281317807989 Jawaban Redaksi Terimakasih, kritikan anda akan menjadi masukan untuk peningkatan kualitas Puailiggoubat ke depan.


3

Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Kejaksaan Negeri Tuapeijat baru menangkap satu terpidana, sementara dua lainnya masih dicari Patrisius Sanene

elarian Rita Mariana (42), salah satu dari tiga terpidana korupsi proyek pembuatan website Mentawai tahun anggaran 2003 berakhir setelah tim Kejaksaan Negeri Mentawai, Kamis malam, 23 Januari 2014 lalu. Rita ditangkap di kediamannya di kawasan Jati, Padang setelah buron selama lebih dari satu tahun. Ia sendiri ditetapkan DPO sejak Oktober 2012. “Informasi keberadaan terpidana kita ketahui sepekan sebelum penangkapan, kemudian kita lakukan koordinasi dengan tim Kejati (Kejaksaan Tinggi) Sumbar dibantu pengamanan dari Polda (Kepolisian Daerah) Sumbar juga ada dari Polres (Kepolisian Resor) Mentawai, pada Kamis malam sekitar pukul 20.30 WIB, kita langsung lakukan penangkapan,” kata Atmariadi, Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Mentawai Jumat, 24 Januari lalu. Dijelaskan Atma, proses penangkapan yang dilakukan tim berjalan lancar tanpa mendapatkan perlawanan dari pihak terpidana maupun dari keluarganya. “Bersama tim kita mendatangi rumahnya dimana saat itu ia sedang memasak, kita jelaskan maksud kedatangan kita, dan pada malam itu juga setelah melakukan pemeriksaan kesehatan, terpidana langsung kita giring ke sel tahanan (di LP Muaro Padang) didampingi pihak keluarga tanpa ada perlawanan,” kata Atma. Kasus yang menimpa Rita bermula pada 2003, Pemda Mentawai menganggarkan pembuatan situs web mentawaionline.com yang awalnya sebesar Rp1,95 miliar, lalu menjadi Rp1,7 miliar dalam APBD Perubahan 2003. Proyek yang diluncurkan 25 Desember 2003 ini dikerjakan Bappeda Mentawai yang ketika itu dikepalai Agustinus Tri Siwi Tjahjoko (Roy Tjahyoko) bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bung Hatta. Rita Mariana lalu ditunjuk LPPM sebagai ketua pelaksana pembuatan proyek website tersebut. Ia kemudian menunjuk Dodi Baswardojo sebagai pelaksana kegiatan. Proyek ini dikerjakan dalam empat kegiatan yakni pengadaan situs web sebesar Rp1,05 miliar, pelatihan operator Rp45 juta, kegiatan akses situs Rp446 juta, dan kegiatan promosi Rp457 juta. Proyek ini lalu diprotes Asosiasi

P

AKHIR PELARIAN BURONAN KORUPSI WEBSITE MENTAWAI Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Sumatra Barat awal 2004. Apkomindo mengajukan dua surat sanggahan kepada Pemda Mentawai, karena tidak ditanggapi akhirnya asosiasi melayangkan surat pengaduan ke Kejaksaan Tinggi. Protes Apkomindo terkait mekanisme dan proses pelaksanaan proyek yang tidak melalui tender terbuka melainkan penunjukan langsung. Selain itu nilai proyek dianggap terlalu tinggi karena proyek pembuatan situs di pemda lain hanya berkisar Rp300 juta. Kejati Sumbar yang ketika itu dikepalai Antasari Azhar menindaklanjuti laporan Apkomindo. Kejaksaan menemukan adanya kerugian negara

senilai Rp994, 7 juta. Pada Oktober 2005 Kejaksaan Tinggi Sumbar menetapkan Roy Tjahyoko, Rita Mariana dan Dodi sebagai tersangka. Roy dan Dodi sempat ditahan oleh Kejati Sumbar di LP Muara, namun kemudian keduanya menjadi tahanan kota bersama Rita Mariana. Belakangan pengurus LPPM menyanggah keterlibatannya dan menyatakan bahwa lembaganya hanya digunakan oleh salah seorang anggota LPPM. Pada putusan tingkat Pengadilan Negeri Padang, masing-masing dihukum dengan vonis berbeda. Roy dinyatakan bebas, sedangkan Rita 1 tahun penjara dan Dody 2 tahun penjara. Jaksa penuntut umum (JPU) Kejari

Tuapeijat menyatakan banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Padang, dan putusan dari Pengadilan Tinggi Sumbar, Roy lagi-lagi dinyatakan bebas. Sementara Rita dan Dody tetap dihukum sesuai putusan pengadilan tingkat pertama. Tidak puas dengan putusan Pengadilan Tinggi, Jaksa PT kembali mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dimana Roy yang sebelumnya diputus bebas, akhirnya dijatuhi hukuman 1 tahun. Sementara Rita dan Dody kembali dijerat dengan hukuman yang sama dengan vonis di tingkat Pengadilan Negeri Padang dan Pengadilan Tinggi Padang. Menurut Atma, berdasarkan putus-

Situs Mahal yang Kini Sudah Mati

S

itus web (media di internet) www.mentawaionline .com milik Pemda Mentawai kini tidak lagi bisa diakses. Pada awalnya, website yang pembuatannya saja senilai Rp1,05 miliar ini tampilannya amatlah sederhana. Begitu juga isinya, tidak banyak informasi yang bisa diakses publik.

Dalam situs ini, tak ada informasi tentang daftar pejabat Pemda Mentawai termasuk biodata ringkas Bupati dan Wakil Bupati. Data informasi maupun kegiatan atau program dinas-dinas juga tidak ada. Begitu juga dengan informasi tentang DPRD Mentawai, ada judulnya namun tidak ada isinya. Tidak banyak informasi yang

bisa diakses, yang banyak justru opini dan artikel yang diolah dari tulisan yang pernah muncul di media cetak nasional. Situs yang seharusnya menyediakan informasi ataupun menjembatani informasi tentang pembangunan tentang Pemda Mentawai kepada pihak luar kini justru tidak lagi aktif. (o)

an Mahkamah Agung Nomor 1850K/ PID.SUS/2009 tanggal 26 Oktober 2010, Rita Mariana diganjar hukuman 1 tahun penjara, denda Rp50 Juta subsidair 3 bulan, dengan mengganti uang senilai Rp6 Juta subsidair 1 bulan. Perbuatan Rita Mariana tersebut telah melanggar pasal 3 jo pasal 18 ayat (1) huruf a dan b ayat (2) ayat 3 UU Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Sementara Roy Tjahjoko dihukum 1 tahun, denda Rp50 Juta subsidair 3 bulan penjara, sedangkan Dody Baswardojo sebagai pelaksana kegiatan dijatuhi hukuman 2 tahun penjara, denda Rp100 juta, dengan membayar uang pengganti Rp963,7 juta subsidair 2 bulan. “Pada saat kita terima putusan kasasi dari MA 25 Juli 2012, kita tidak tahu keberadaan ketiga terpidana karena mereka berstatus tahanan kota, jadi belum dilakukan penahanan, kemudian kita berikan surat pemanggilan sebanyak tiga kali juga tak digubris, pada 17 Oktober karena tidak mengetahui keberadaannya kita masukan dalam DPO,” kata Atma. Hingga kini Roy Tjahjoko, mantan Kepala Bappeda Mentawai dan Dody Baswardojo masih berstatus buronan Jaksa. “ Dua lagi masih dalam pencarian,” kata Atmariadi. (o)


Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Minus dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, itu sudah biasa

Tim Redaksi

Pagelaran Budaya Mentawai

Menguatkan Budaya Mentawai yang Mulai Rapuh FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

entakan dan dentuman gajeuma pagi sekitar pukul 08.30 WIB bersahutan di aula Paroki Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan yang biasanya sepi terlihat sesak. Dari jauh terlihat ratusan siswa yang terdiri SD, SMP dan SMA yang mengenakan aksesoris ala sikerei duduk santai sementara di panggung dengan lihainya anak-anak SD membawakan turuk laggai uliat bilou. Turuk laggai uliat bilou merupakan tarian Mentawai yang menirukan tingkah laku monyet yang merupakan gerakan wajib dalam pembukaan hari pertama Pagelaran Kebudayaan Mentawai yang bertema Harmonisasi Alam dan Kearifan Adat yang dimotori Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan yang turut didukung oleh SD, SMP dan SMA di Siberut Selatan yang dilaksanakan Rabu, 23 Januari. Selain dipadati peserta pagelaran yang berjumlah 165 orang yang terdiri dari 15 tim masing-masing 11 orang, 6 orang dewan juri dan 14 orang panitia, kegiatan pagelaran itu juga diramaikan sekitar 200 orang masyarakat dan anak sekolah yang turut menyaksikan perhelatan tersebut. Acara pembukaan pagelaran dihadiri Kepala UPTD Pendidikan Siberut Selatan, Siberut Tengah dan Siberut Barat Daya Hijon Tasirilotik, Jendam Purba dan Yustinus, Kapolsek Siberut Selatan Ikhlas, yang mewakili Direktur YCMM Yosef Sarogdok. Pagelaran dibuka Camat Siberut Selatan Tambunan Lumban Raja yang sekaligus membuka pagelaran secara resmi yang ditandai dengan pemukulan gajeuma. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan Hijon Tasirilotik mengatakan, pagelaran budaya ini sebagai wadah pengembangan dan penguatan budaya Mentawai kepada generasi muda Mentawai. Pembauran kebudayaan yang terjadi di Mentawai, kata Hijon, membuat pengetahuan dan sikap cinta generasi muda terhadap kebudayaannya mulai terkikis. Ia meminta kepada siswa yang hadir dalam pagelaran untuk tidak malu memakai bahasa dan menunjukkan jati diri sebagai orang Mentawai dimana pun berada. Ia mengapresiasi kepala sekolah di Siberut yang berani menerapkan pendidikan Bumen dalam kurikulum muatan lokal meski banyak keterbatasan yang

4

H

PEMBUKAAN - Camat Siberut Selatan Tambunan Lumban Raja memukul gajeuma dalam pembukaan Pagelaran Budaya Mentawai 23 Januari 2014 dimiliki. “Buktikan bahwa orang Mentawai dapat melakukan sesuatu yang bagus dan harus maju tanpa meninggalkan identitas Mentawai seberapa tinggi pun pendidikan yang dimiliki,” ujarnya. Sementara Yosef Sarogdok menyebutkan, kekayaan alam yang dimiliki Mentawai merupakan sumber inspirasi bagi kebudayaan Mentawai yang diaplikasikan dalam kehidupan seharihari dengan menjaga keseimbangan lingkungan, namun eksploitasi yang berlebihan membuat nilai dan kekayaan budaya Mentawai ikut tergerus. Ia berharap, pagelaran ini memberi kontribusi pengetahuan dalam mengajarkan budaya Mentawai di sekolah terutama makna luhur yang terkandung di dalamnya kepada generasi muda Mentawai. Dengan pengetahuan itu, generasi penerus mengelola sumber daya yang dimiliki secara arif dan bijaksana sesuai dengan kearifan lokal yang dimiliki. Dalam sambutannya Camat Siberut Selatan Tambunan Lumban Raja menyampaikan apresiasi kepada YCMM yang tidak menyerah memperjuangkan agar budaya Mentawai masuk ke dalam kurikulum muatan lokal di sekolah di Mentawai. Menurut dia, tanpa tindakan pelestarian dan penguatan budaya di kalangan generasi muda Mentawai, maka itu akan punah sebab dalam perkembangan saat ini kecintaan akan budaya mulai terkikis. “Maka saya berharap kepada tiap sekolah mengajarkan pelajaran bumen

ini sebaik mungkin, tak perlu takut, sempurna atau tidak sempurna tetap berjuang, budaya ini perlu bagi anakanak sebagai generasi penerus , budaya perlu pembiasaan,” katanya. Setelah acara dibuka, dilanjutkan dengan perlombaan turuk laggai yang membawakan dua macam uliat (gerak) yakni uliat wajib berupa bilou dan pilihan. Dengan lincahnya siswa baik SD, SMP dan SMA memainkan gerak turuk tersebut. Turuk demi turuk ditampilkan SD Siberut Selatan, Siberut Tengah dan Siberut Barat Daya, SMP, SMA Siberut Selatan dan Sanggar Tari Manai Sikerei. Riuh rendah suara dan tepukan penonton yang antusias menyaksikan pagelaran yang tak dihadiri oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai tersebut menambah semarak pagelaran tersebut. Agustinus Sakulok, siswa SMPN 1 Siberut Selatan, salah satu peserta turuk mengatakan, budaya Mentawai seperti turuk sangat istimewa baginya karena sangat unik dan tidak dimiliki daerah lain di luar Mentawai. Menurut Kepala SDN 18 Taileleu Anjelo, pagelaran ini menyemangati anak-anak agar makin mencintai kebudayaan yang mereka miliki. Ia mengatakan, pagelaran yang menampilkan kesenian turuk menjadi wadah pembelajaran bersama baik itu guru maupun murid yang sejak tahun lalu giat menerapkan bumen dalam kurikulum di sekolah. “Keberadaan pelajaran bumen di sekolah sangat menarik bagi siswa,

pertama kali memang mereka sulit mengikuti namun setelah diajar beberapa kali ternyata antusias murid sangat tinggi, bertanya ini apa, lalu fungsi pantang apa?” ujarnya. Di sekolahnya, kata Anjelo, mereka telah membeli beberapa peralatan kebudayaan Mentawai yang dijadikan alat peraga bagi siswa, seperti tuddukat, opa, gajeuma dan yang lainnya. Setelah lomba turuk laggai, keesokan harinya, Jumat 24 Januari, perlombaan dilanjutkan dengan kuliner kreasi makanan Mentawai. Semua kuliner yang dibuat berbahan dasar sagu yang menjadi bahan makanan pokok di Mentawai. Hasilnya sungguh luar biasa, mulai dari makanan tradisional hingga kue modern. Jenis makanan yang dihasilkan antara lain kue bolu sagu, sagu gulung isi sayur, kue sagu marmer, sagon-sagon sagu dan puding sagu. Kriteria penilaian yang ditetapkan berupa rasa, bentuk dan tampilan penyajian. Terkait perlombaan kuliner Mentawai yang berbahan sagu, Hijon menyebutkan, orang Mentawai bisa hidup tanpa beras namun makanan tersebut perlu dikreasikan agar memiliki bentuk dan rasa yang lebih sehingga dapat diterima masyarakat umum sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ketua Panitia Pagelaran Kebudayaan Taruli Tambunan mengaku kagum karena kuliner yang ditampilkan anakanak SD, SMP dan SMA bervariasi. “Luar biasa, perkiraan awal saya pasti modelnya mirip namun ternyata ketika

selesai bukan main banyak modelnya, ternyata makanan Mentawai bisa dibuat model yang lebih bagus dengan rasa yang enak,” katanya, Jumat, 24 Januari. Menurut dia, perlombaan kuliner ala Mentawai bukan persoalan menang atau kalah dalam lomba namun melihat sejauh mana kreativitas anak-anak Mentawai dalam mengembangkan makanan pokok daerah mereka sehingga bernilai ekonomi tinggi. “Terbukti makanan Mentawai yang terbuat dari sagu bisa dikembangkan menjadi makanan modern yang tak kalah dengan kue dari luar,” ujarnya. Setelah tim penilai sebanyak tiga orang menilai kuliner tersebut, peserta dan penonton beserta panitia rebutan memakan makanan yang telah dihidangkan di meja dengan berbagai aksesoris. Sorenya, acara dilanjutkan dengan workshop untuk anak sekolah, workshop tersebut berupa membuat gambar dengan cat yang dicetak dengan daun atau ranting yang banyak terdapat disekitar mereka. Workshop ini bertujuan mengembangkan kreativitas anak-anak untuk memakai segala yang ada di lingkungannya dalam mendukung proses pembelajaran tanpa tergantung sarana yang mesti dibeli dari luar. Cara itu juga mengajarkan siswa makin mencintai lingkungannya dan menggunakan sumber daya alam secara arif dan bijaksana. Pada hari ketiga pagelaran, Sabtu, 25 Januari, dilakukan lomba drama yang bertema kebudayaan Mentawai. Kegiatan ini merupakan dramatisasi mengenai kegiatan adat yang sering dilakukan di Mentawai seperti panungglu (membuka perkebunan), pabetei (ritual pengobatan sikerei) dan peminangan. Setelah menggelar berbagai lomba, kemudian dilakukan acara penutupan yang menampilkan berbagai atraksi dari kontingen. Acara sendiri ditutup secara resmi oleh Camat Siberut Selatan yang diwakili Mateus Samalinggai. Yohanes Tasirikeru, salah satu guru Filial SDN 07 Madobak di Ugai mengatakan, sekitar setahun mengajarkan bumen, pemahaman siswa mulai meningkat. Namun kurangnya dana yang dimiliki sekolah membuat mereka kesulitan mendapatkan alat peraga. “Tempat praktek dan alat-alat peraga budaya belum ada, jadi kami kesulitan sehingga kadang siswa yang kami bawa ke tempat masyarakat untuk belajar sendiri,” kata Levi Tasiriguruk, guru Bumen di SDN 06 Madobak. (spn/bbr/g)


5

Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Gubernur tetap akan mempertahankan keputusannya karena memiliki bukti ketiganya telah diberhentikan dari partai.

Menunggu PAW Tiga Anggota DPRD

Tiga Saksi Dihadirkan dalam Sidang di PTUN FOTO:APRIL/PUAILIGGOUBAT

Syafril Adriansyah Patrisius Sanene

ergantian Antar Waktu (PAW) tiga anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mantawai dari Partai Damai Sejahtera (PDS) masih belum menemui titik terang. Pasalnya, Surat Keputusan Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pengganti Antar Waktu yang dikeluarkan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno digugat ke Pengadilan Negeri Tata Usaha Negara (PTUN) Padang dan tengah dalam proses persidangan. Para penggugat adalah Nikanor Saguruk (Wakil Ketua DPRD), Isar Taleleu (Ketua Komisi A), dan ER Sapalakkai (Ketua Komisi B). Mereka didampingi pengacara Ardyan dan Rianda Seprasia dalam sidang lanjutan dengan agenda pemeriksaan saksi di PTUN Padang, Selasa, 29 Oktober lalu. Sementara Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno sebagai tergugat diwakili oleh pengacara Azmeiyeda dan Hendri Oktavia. Para penggugat memperkarakan Surat Keputusan Gubernur terkait PAW menyalahi aturan. Persoalan tersebut bermula dari adanya masalah di internal PDS. Ketiganya terancam di PAW-kan karena kembali maju sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2014 dari partai dari lain. Ketiganya telah berupaya melakukan perlawanan hukum, melalui mahkamah partai pada September 2013. Akan tetapi SK Gubenur terkait PAW terlanjur terbit pada 23 Oktober 2013. Ketiganya melakukan perlawanan hukum hingga di PTUN. Upaya ketiganya didasarkan pada ketentuan Pasal 32 dan penjelasan Pasal 32 ayat (1) UU Nomor 2/2011 tentang Perubahan Atas UU Nomor 2/ 2008 tentang Partai Politik jo Pasal 32A Peraturan KPU Nomor 3/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan KPU Nomor 22/2010 tentang Pedoman Teknis Verifikasi Calon Pengganti Antar Waktu Anggota DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota Hasil Pemilu. Berdasarkan ketentuan tersebut, apabila terjadi perselisihan internal partai politik, maka penyelesaian tahap awal dilakukan Mahkamah Partai. Dalam sidang pemeriksaan saksi yang dipimpin oleh hakim ketua Baherman, didampingi hakim anggota Ganda Kurniawan, dan Akhdiat

P

SAKSI - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai Nikanor Saguruk (kiri) dan Kabag Hukum dan Humas Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat, Agus Catur Rianto (kanan) memberikan kesaksian dalam sidang di PTUN Padang Satrodinata, pengacara penggugat menghadirkan saksi Nikanor Saguruk dan Isar Taleleu. Dalam kesaksiannya, Nikanor mengungkapkan bahwa sesuai hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas), anggota dewan dari PDS boleh kembali mencalonkan dari partai sahabat karena PDS tidak lolos sebagai peserta pemilu 2014. Sesuai hasil Rapimnas, Nikanor kembali maju sebagai caleg dari partai Nasdem. Nikanor mengaku, dia juga telah berkonsultasi dan berkoordinasi dengan menghubungi DPW PDS Sumatera Barat saat pencalegan. Selain itu juga terdapat kepengurusan baru di tubuh DPC PDS. “Saya tidak tahu kalau ada pergantian kepengurusan. Pergantian

pengurus DPC juga harus dilakukan melalui musayawarah cabang dan itu tidak pernah ada. Dalam AD/ART disebutkan bahwa kepungurusan bisa berubah jika pengurus meninggal dunia atau melakukan pelanggaran,” ujarnya di hadapan majelis hakim. Nikanor juga mengaku masih menjabat sebagai Sekretaris DPC PDS Mentawai hingga sekarang. Ia bahkan menunjukkan kartu anggota yang dikeluarkan dari dalam dompetnya kepada majelis Hakim. Kemudian hakim menunjukkan bukti berupa Surat Keputusan Dewan Pimpinan Wilayah, Partai Damai Sejahtera Sumatera Barat terkait pemberhentian kepengurusan dan anggota PDS sebagai alasan untuk pengajuan PAW.

“Saya tidak pernah melihat surat tersebut, dan yang berhak mencabutnya adalah DPP,” kata Nikanor. Sementara, Isar Teleleu yang juga sebagai saksi dari penggugat mengaku tidak mengetahui adanya surat pengajuan PAW dari DPP serta adanya pergantian kepengurusan baru. “Yang saya tahu cuma penyegaran saja, dan kita tidak menerima surat pemberhentian, tiba-tiba saja sudah ada SK dari Gubernur. Kita sudah surati ke DPP untuk mengklarifikasi tetapi hingga saat ini belum ada jawaban,” jelas Isar. Sementara, pihak tergugat menghadirkan Kabag Hukum dan Humas Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat, Agus Catur Rianto sebagai saksi. Kepada majelis hakim ia menyam-

Pembangunan Abrasi Pantai di Saibi Hampir Selesai SAIBI SAMUKOP-Pembangunan penanggulangan abrasi pantai oleh PT. Faktanusa Cipta Graha di Dusun Masoggunei, Desa Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah hampir selesai pengerjaannya. Menurut Pelaksana Harian PT. Faktanusa Cipta Graha, Adismanto, pekerjaan penanggulangan abrasi pantai sedang berjalan dan hampir selesai.

“Saat ini tinggal 12 meter, kemarin staf Dinas Pekerjaan Umum Mentawai datang, kabarnya aka nada serah terima namun tidak jadi karena pekerjaannya masih berlanjut,” ujarnya, Jumat, 3 Januari lalu. Adismanto juga mengatakan, saat PU datang pihaknya belum putus kontrak, kontrak baru akan berakhir pada 20 Januari mendatang, kalau belum selesai juga maka kontraktor akan didenda.

Dalam kontraknya PT. Faktanusa Cipta Graha mengerjakan pembangunan penahan abrasi sepanjang 443 meter, kerja dimulai pada 19 Juli 2013 sampai 20 Januari 2014 dengan nilai Rp3.462.741.000. “Kita yakin ini akan selesai sampai 20 Januari mendatan karena proses kerja dan materialnya selalu lancar dan tak ada kendala lagi,” katanya. (rr/r)

paikan bahwa SK PAW yang dikeluarkan Gubernur sudah sesuai dengan peraturan yang ada. “PAW itu dimulai dari pemberhentian anggota partai politik dan diajukan oleh pengurus partai kepada pimpinan DPRD Kabupaten/Kota dengaan tembusan kepada Gubernur. Kemudian DPRD meminta rekomendasi dari KPU Mentawai dan memilih calon pengganti dari calon di grup yang sama berdasarkan perolehan suara terbanyak,” jelasnya. Selama proses itu, lanjutnya, Gubernur memiliki waktu 14 hari untuk memproses rekomendasi dari KPU tersebut. Berkas tersebut dikaji oleh tim verifikasi. Agus Catur merupakan salah seorang dari tim verifikasi. Namun saat pembahasan akhir, Agus tidak hadir dan hanya memperoleh informasi dari anggota tim lain. “Semuanya sudah memenuhi syarat,” katanya. Agus menambahkan dirinya tidak mengetahui adanya sengketa partai sebelum SK Gubernur diterbitkan pada 23 Oktober 2013. “Saya baru tahu setelah SK gubernur terbit dan ada gugatan ke pengadilan,” katanya lagi. Kuasa Hukum Gubernur, Azmeiyeda mengungkapkan, pihaknya tetap akan mempertahankan keputusan gubernur tersebut. Apalagi tergugat memiliki bukti bahwa ketiganya telah diberhentikan dari partai sesuai surat keputusan DPW PDS. Surat Keputusan DPW PDS No. 027/ SK DPW. SB. PDS/IV/2013 tertanggal 23 April 2013 menyatakan Nikanor Saguruk dan Isar Talaleu telah diberhentikan dari kepengurusan sedangkan pencabutan kartu anggota Er Sapalakkai tertuang dalam SK No. 028/ SK DPW. SB. PDS/IV/ 2013 tertanggal 2013. “Kalau sudah diberhentikan, harus PAW,” katanya usai sidang. Ditambahkannya, tim nya masih akan menghadirkan empat orang saksi lagi dalam sidang selanjutnya yang akan digelar pada Selasa, 3 Februari 2013. “Kami juga akan memberikan buktibukti-bukti baru,” ujarnya. Sementara kuasa hukum penggugat, Ardyan menegaskan, tim pengacara penggugat juga berencana akan menghadirkan saksi ahli dalam sidang selanjutnya. “Kami meminta kepada majelis hakim untuk menghadirkan saksi ahli yang kompeten di bidang ini. Orangnya masih masih dalam pertimbangan,” katanya dan dijawab oleh hakim bahwa Majelis yang akan menentukan boleh tidaknya dihadirkan saksi ahli. (p)


MENTAWAINEWS Kapus Saibi Bantah Kurangnya Pelayanan Medis Puskemas SAIBI SAMUKOP - Kepala Puskesmas Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah Mariani Fransiska membantah berita berita Puailiggoubat No. 280. edisi 15-31 Januari 2014 dengan judul Alat Medis dan Obat tak Lengkap, Pelayanan Medis di Siberut Tengah Dikeluhkan warga. Bantahan tersebut disampaikan Mariani bersama perawat bersangkutan Bidan Mery dan dokter Zulia Refeni yang mengklarifikasi berita tersebut pada puailiggoubat di Puskesmas, Senin 27 Januari lalu. “Saat itu menjelang natal, ada beberapa tenaga medis yang beragama kristen diliburkan dan memang kita di kesehatan tidak ada libur tapi kita selalu siaga, dan istri Hermansyah ditangani sampai melahirkan dengan selamat. Setelah istri Hermansyah melahirkan dan tidak ada lagi medis yang menjaga, itu tidak benar,” katanya. Menurutnya, setelah istri Hermansyah melahirkan, perawat yang menangani pergi sebentar istirahat, tapi ada perawat lain dan mereka selalu ada dan mengontrol pasien itu dan soal alat medis memang belum lengkap, dan obat baru, Rabu, 29 Januari masuk dari Tuapeijat. Sementara bidan Meri yang menangani istri Hemansyah melahirkan juga membantah telah mengecewakan pasien.Ia mengakui memang sempat mengeluarkan perkataan seperti yang dikutip Hermansyah namun ialah yang menangani pasien melahirkan dan menjaganya. (rr/tris)

Kelompok Siaga Bencana Desa Dibentuk MUARA SIBERUT - Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan membentuk kelompok siaga bencana daerah, Sabtu 25 Januari lalu. Pembentukan kelompok siaga bencana ini diadakan oleh LSM Ready Mentawai yang bekerja sama dengan pemerintahan desa dan masyarakat. Adi Hamdani, Ketua Ready Mentawai mengatakan ready adalah lembaga swadaya masyarakat yang berdiri di Muara Siberut yang fokus pada pengurangan resiko bencana Melalui relawan- re-lawan yang ada di Muara Siberut. “Kami dari Tim Ready berfikir bahwa kelompok siaga bencana yang ada di Muara Siberut harus segera dibentuk yang legalitasnya akan dikukuhkan oleh SK Desa,” ujarnya. Jadi, tambah Adi, dalam hal ini perlu kerja sama dangan Pemdes dan masyarakat. Dalam kerja sama itu merancang beberapa kegiatan untuk rencana pengurangan risiko bencana di Desa Muara Siberut. “Sudah terbentuk 11 pengurus, nanti akan di SK-kan oleh Pemdes,” ucapnya. Menurut Adi, keberadaan Kelompok Siaga Bencana (KSB) ini akan berperan besar dalam rencana simulasi megathrust yang akan dilakukan di Muara Siberut, serta melakukan sosialisasi di tingkat masyarakat . (spn/r)

Puailiggoubat

Rekanan CV. Sinar Kasih Indah diduga merugikan negara senilai Rp234 juta

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

6

FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

Patrisius Sanene’

K

ejaksaan Negeri Tuapeijat menerima berkas dugaan tindak pidana korupsi

pengadaan alat kesehatan dasar puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten kepulauan Mentawai 2012 atas nama tersangka Reynold Oktavianto. “Kita baru menerima satu berkas dari penyidik Polda Sumbar sejak 21 Januari 2014, sementara tersangka lainnya masih dalam pemberkasan Polda,” kata Atmariadi, Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Tuapeijat di kantornya pada Jumat, 24 Januari lalu. Menurut Atmariadi, Reynold Oktavianto merupakan rekanan penyedia barang dengan nama CV. Sinar Kasih Indah. Ia diduga merugikan negara senilai Rp234 juta berdasarkan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sumbar dari total anggaran pengadaan alkes dasar puskesmas tersebut bernilai Rp647,5 juta. Ia diduga telah melakukan pelanggaran pasal 2, pasal 3 UU Tentang Pemberantasan Tindak

KEJARI TUAPEIJAT - Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) perwakilan Tuapeijat di Jalan Khairil Anwar, Kota Padang

Kasus Alkes Mentawai

Jaksa Baru Terima Satu Berkas Tersangka Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 KUHP. Selain Reynold, tersangka lain yang kini berkasnya masih dilengkapi tim penyidik adalah Kepala Dinas Kesehatan Warta Siritoitet selaku Pengguna

Anggaran, Gideon Sinambela sebagai Pejabat Pelaksana Teknik Kegiatan (PPTK), dan Firdaus Ams sebagai Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). Sebelumnya pada Rabu, 11

September 2013, Dokter Warta Siritoitet tetah ditetapkan tersangka oleh Kepolisian Daerah Sumbar yang diduga terlibat penyalahgunaan alat kesehatan dasar Puskesmas tersebut. (r)

Air Bersih PNPM 2012 Puro Sudah Mengalir PURO-Setelah sempat tertunda mengairi air bersih warga Puro, Desa Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan akibat banyak pipa yang rusak, namun setelah dilakukan perbaikan pipa yang rusak warga bisa mendapatkan air besih. Menurut Gerson Saleleu

sebagai penanggungjawab PNPM 2012, tertundanya air bersih karena ada perbaikan pipa yang rusak, tapi itu hanya sebentar, sekarang sudah bisa mengairi ke lokasi penampungan. “Saya berharap agar masyarakat menjaganya, pipa tidak rusak lagi dan saling berbagi jika ada masyarakat

yang mengalirkan ke rumah masing-masing karena air bersih ini bukan milik pribadi,” katanya Sabtu, 18 januari lalu. Malah ada penambahan 13 unit kran air bersih, kini masyarakat sudah terbantu untuk pemenuhaan air minum, mencuci

dan mandi. Stepanus, warga Puro mengatakan dengan jalannya air bersih, selama ini warga hanya mengandalkan air hujan. “Jika musim kemarau kita terpaksa harus berjalan 2 Kilometer untuk mengambil air minum,” katanya. (bbr/r) FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Alak Toga Akan Dijadikan Perdes SAIBISAMUKOP - Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun ini merencanakan akan membuat dua peraturan baru yang menjadi Peraturan Desa (Perdes) yang disahkan secara bersama Pemerintah Desa. Peraturan yang dirancang tersebut yakni tentang adat dan seni budaya serta tentang restribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ketua BPD Melki Sanenek mengatakan, aturan tentang adat dan seni budaya mengacu pada kriminal dan alak toga (mas kawin). Selain itu aturan restribusi PAD muncul karena PAD Desa

Saibi Samukop bertahun-tahun tidak ada sama sekali dan kosong. Sepanjang Tahun 2013, BPD telah merancang lima peraturan yang disahkan bersama-sama Pemerintah Desa dan resmi jadi Perdes yakni Perdes No 01 tahun 2013 tentang RPJM-Desa, Perdes No 02 tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-DESA), Perdes No 03 tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Perdes No 04 tahun 2013 tentang Pembentukan Dusun Toroiji dan Perdes No 05 tentang Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Sementara untuk pembangunan, tahun ini selain merancang dua

ALAK TOGA - Proses pembayaran alak toga dalam tradisi Mentawai yang didramakan siswa SD di Siberut Selatan Pada Pagelaran Budaya di Muara Siberut 24 Januari 2014 peraturan, BPD juga melalui aspirasi warga memprogramkan pembangunan jalan penghubung antar dusun seperti Dusun Sua,

Totoet, Toroiji, Sibuddaoinan, Kaleak Sigirit Buggei agar dapat tersambung menuju Desa Saibi sebagai pusat Kecamatan. (rr/r)


7 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Kayu yang telah disiapkan masyarakat sejak setahun lalu untuk membangun rumah tidak bisa dipakai karena harus menggunakan kayu olahan IPK Primkopad

Pembangunan Huntap

Soal Kayu dan Land Clearing Masih Mengganjal

Tim Redaksi

roses pembangunan hunian tetap (huntap) bagi korban tsunami Mentawai tidak berjalan lancar. Proses pencairan dana huntap ke rekening penerima bantuan terkendala belum beresnya land clearing (pembukaan lahan). Terjadi perbedaan titik lokasi lahan yang diizinkan Kementerian Kehutanan dengan lahan yang sudah dibersihkan Satgas Land Clearing. Erdiman Saogo, salah seorang ketua kelompok masyarakat (pokmas) penerima bantuan dari Dusun Purourougat, Desa Malakopa, Pagai Selatan, mengatakan pemukiman untuk warga Purourougat dan Dusun Asahan, Desa Bulasat, jika berdasarkan SK Kementerian Kehutanan berada di sepanjang jalan poros desa. “Kenyataannya, lokasi yang dibersihkan itu yang berada 3 kilometer dari pinggir jalan, lokasinya perbukitan, tidak datar, tanahnya labil dan banyak pepohonan,” kata Erdiman kepada Puailiggoubat melalui telepon, Rabu, 29 Januari lalu. Akibat persoalan itu, 55 keluarga di Dusun Asahan dan 79 keluarga di Purourougat yang seharusnya sudah menerima dana huntap, hingga kini belum bisa mencairkannya karena belum ada berita acara dari PJOK Land Clearing ke PJOK Huntap. Sementara di beberapa daerah Pagai Utara, proses pembangunan huntap sudah dimulai. Di Dusun Muntei Baru-

FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

P

HUNTARA - Huntara di KM 10 Dusun Sabeuguggung Desa Betumonga Kecamatan Pagai Utara baru Desa Silabu misalnya, 65 keluarga disana sudah mendapatkan dana huntap tahap satu yakni Rp27,2 juta atau 40 persen dari total dana Rp68 juta. Kepala Dusun Muntei Baru-baru Parmenas Saleleubaja mengatakan, saat ini warga dusunnya sedang mengumpulkan dan melangsir bahan material seperti pasir, kerikil, batu, besi dan semen. “Untuk material lokal dikumpulkan masyarakat sementara material seperti besi dan semen ada pemasoknya,” kata Parmenas yang juga ketua pokmas kepada Puailiggoubat, Senin, 28 Januari lalu.

Pemerkosa di Sikakap Diancam Hukuman Maksimal 12 Tahun PADANG-Menanti Jaya (30), warga Sibaibai, Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap, pelaku tindak pemerkosaan terhadap JS diancam pasal 289 tentang asusila 9 tahun atau pasal 285 dengan hukuman maksimal 12 tahun penjara. Berdasarkan dakwaan Jaksa Limra Mesdi dari Kejaksaan Negeri Tuapeijat, terdakwa dengan panggilan Menan telah melakukan upaya pemerkosaan terhadap JS dengan membawanya ke sebuah pondok, namun JS ketakutan dan hendak meninggalkan tempat tersebut namun Menan menahannya dan berhasil melakukan pemerkosaan terhadap JS. JS pun sudah mencoba melakukan perlawanan terhadap Menan, namun tak berhasil karena sudah diancam oleh terdakwa, hingga usai melakukan hubungan intim terdakwa mengancam akan membunuh korban jika memberitahukan kepada orang lain. Tindakan terdakwa terhadap JS tersebut diperkuat dengan adanya bekas fisik perbuatan pelaku terhadap diri JS dari hasil visum et repertum dari Puskesmas Sikakap, nomorR/1638/VER/PUSKSKKP/XI-2013 pada tanggal 18 November 2013 yang ditanda tangani oleh dr. Gustin F. Muhayani. (trs)

Ia menambahkan, sejauh ini tidak ada kendala pembangunan huntap di dusunnya. Warga sepakat pembangunan rumah dilakukan bersama-sama dengan cara bergiliran antara anggota satu pokmas. Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mentawai Elisa Siriparang mengatakan, persoalan land clearing tidak masalah. Namun yang menjadi persoalan kini adalah soal kayu. “Kalau soal land clearing tidak masalah, saat ini sudah ada 700 lebih tapak rumah berdiri, hanya saja kayu untuk membangun rumah mereka terkendala, sebab Primkopad yang mengurus izin IPK-nya belum selesai,” ujar Elisa di Gubernuran Sumatera Barat,

jalan Jendral Sudirman Padang, Senin, 27 Januari lalu. Menurutnya, jika diperbolehkan masyarakat membangun huntap memakai kayu olahannya mungkin sebagian sudah bisa mendirikan rangka rumahnya, sebab masyarakat sudah menyediakan kayunya. “Namun sebenarnya ini adalah pekerjaan BPBD Sumbar, kita BPBD Mentawai hanya menfasilitasi dan memperlancar pembangunan huntap,” ujarnya. BPBD Mentawai sudah mengusulkan ke BPBD Sumbar agar kayu yang sudah diolah masyarakat masuk dalam IPK. “Tapi jawaban mereka tidak bisa,” ucapnya. Kepala BPBD Sumbar, Yazid Fadhli membenarkan persoalan material kayu

tersebut menjadi hambatan pembangunan huntap. Namun pemegang IPK telah memberikan pernyataan mereka menjamin menyiapkan kayu. “Memang saat ini masih ada sedikit kendala. Soal material kayu, pemilik IPK sudah menjamin akan menyiapkan kayu. Saat izin IPK diberikan, kan sudah ada kewajiban bagi pemegang IPK menyiapkan kayu untuk korban gempa. Hal ini, supaya tidak ada anggapan, pemegang izin hanya mencari kayu saja untuk mendapatkan izin IPK,” katanya. Untuk memenuhi pembangunan huntap sebanyak 2.072 KK ini, IPK harus menyiapkan kayu sebanyak 6 sampai 8 kubik kayu. “Ini untuk membangun rumah tipe 36, berbentuk semi permanen,” katanya. Begitu juga kayu yang disiapkan IPK itu bukan kayu asal-asalan tapi kayu yang dijamin kualitasnya. Mengenai penuntasan huntap ini, Yazin menarget sampai bulan November 2014 batas pemakaian anggaran tersebut. Untuk pembangunan huntap ini saja pemerintah mengeluarkan dana sebanyak Rp170 miliar dan semuanya sudah masuk dalam rekening Pokmas. Pantauan Puailiggoubat di lapangan mulai Pagai Selatan dan Pagai Utara masyarakat sudah membeli material bengunan, namun kendalanya kondisi jalan yang tidak mendukung, seperti menuju ke lokasi Betu Monga KM 10 Pagai Utara, mobil yang mengangkut bahan itu harus dua unit, satu menarik dan satu lagi mengangkut bahan bagunan. Hal yang sama terjadi di Pagai Selatan, kendala lainnya lokasi membawa bahan material yang sangat jauh sementara kondisi jalan juga berlumpur. (rus/leo/spr/r/o)

Jaksa Tuntut Tiga Terdakwa Penilap Dana Bencana PADANG-Zulkarnain (42), terdakwa penggelapan dana pemulihan pasca bencana gempa dan tsunami Mentawai 2010 di Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Mentawai dituntut jaksa 4 tahun penjara sementara Mustofa (43) dan Hardinata Syam dituntut masingmasing 2 tahun. Tuntutan dibacakan dalam sidang di Pengadilan Tipikor PN Padang, Kamis, 30 Januari 2014. Selain hukuman penjara, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Atmariadi dan

Edmon Rizal menuntut Zulkarnain denda Rp100 juta, subsidair 6 bulan serta membayar uang pengganti senilai Rp201 Juta. Sementara Mustofa dan Hardinata Syam dituntut masing-masing 2 tahun penjara, denda Rp50 juta subsidair 3 bulan kurungan. Usai pembacaan tuntutan yang dibacakan Jaksa Atmariadi dan Edmon Rizal, ketiga terdakwa melakukan pledoi (pembelaan) terhadap tuntutan jaksa.

Seperti sudah diberitakan sebelumnya, ketiganya didakwa menggelapkan dana pemulihan ekonomi bagi korban tsunami tahun 2011-2013. Dana tersebut diperuntukan untuk 2.072 kepala keluarga dengan rincian Rp375 Ribu per KK untuk sector pertanian dan Rp450 Ribu untuk sector perkebunan. Dalam dakwaan jaksa, perbuatan terdakwa tersebut telah mengakibatkan negara rugi senilai Rp121,5 Juta. (trs)


MENTAWAINEWS Posyandu Muntei Kurang Fasilitas MUNTEI - Kantor Posyandu yang ada di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan yang dibangun lewat PNPM 2010 ternyata masih mengalami kekurangan fasilitas, hal itu disampaikan Nola Mayasari pada Puailiggoubat, Selasa, 28 Januari lalu. “Memang sudah ada fasilitas yang disediakan oleh PNPM Mandiri namun itu hanya sebagian saja. Kami masih kekurangan alat cuci tangan steril (COMP) , meja (rak), dan juga alat pemeriksa kolesterol, karena disini banyak pasien yang sudah tua, jadi untuk alat pemeriksa kolesterol ini sangat penting sekali,” ujarnya. Begitu juga persediaaan obat-obatan masih belum mencukupi, obat- obatan dari puskesmas masuk sekali sebulan, itu akan habis dua sampai tiga minggu. “Jadi untuk mengantisipasi kehabisan obat-obatan kami selalu sediakan obat pribadi yang nantinya itu dibeli sama pasien, namun harga yang kami kasih tidak terlalu tinggi, karena kami melihat kondisi ekonomi masyarakat,” katanya. (spn/r)

Jatah Rujukan Jampersal Puskesmas Sikabaluan Hanya Mampu Biayai Empat Orang SIKABALUAN - Kepala Puskesmas Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara Marojahan Sitorus mengatakan Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam satu tahun hanya mampu membiayai empat orang untuk rujukan ke Padang, kalau lebih ditanggung pribadi. “Dalam satu tahun jatah rujukan Jampersal untuk puskesmas itu sesuai anggaran yang diberikan Pemda Mentawai hanya mampu membiayai empat orang kalau itu dirujuk ke Padang. Lebih dari itu ditanggung pribadi, “ kata Sitorus pada Puailiggoubat, Kamis 16 Januari lalu, namun dia tidak menjelaskan rincian dana tersebut. Lebih lanjut kata Sitorus, bagi masyarakat yang memiliki kartu Jamkesmas dan Jamkesda akan diberikan pelayanan gratis. “Namun pasien yang dirujuk ke Padang biasanya pasien yang membutuhkan pertolongan cepat karena sakit keras atau kasuskasus berat lainnya. Dia punya kategori juga,” katanya. Sementara untuk jalur rujukan berdasarkan aturan, pasien yang akan dirujuk sebelum dibawa ke Padang seharusnya dibawa ke RSUD Mentawai. Kalau di RSUD tidak mampu baru dibawa ke Padang. “Namun sekarang ini bagaimana biar selamat saja makanya langsung tembak ke Padang,” katanya. Berdasarkan informasi biaya cateran boat untuk Sikabaluan-Padang di wilayah Sikabaluan, antara Rp6-8 juta. ”Biaya ini diluar uang pemandu yaitu petugas medis yang mendampingi pasien,” kata Aliamat salah seorang operator boat di Sikabaluan. (bs/r)

Puailiggoubat

NO. 281, 1 - 14 Januari 2014

8

Tiga Jembatan di Siberut Putus Kontrak Pembangunan tiga unit jembatan yang direncanakan untuk penghubung jalan trans Mentawai gagal, tahun 2014 proyek ini dilanjutkan dengan kontraktor lain

TIDAK RAMPUNG Jembatan yang tidak selesai dibangun kontraktor di Saibi Samukop senilai Rp6 Miliar (patris)2.jpg

Patrisius Sanene Rinto Robertus

P

embangunan tiga jembatan di Siberut akhirnya diputuskan Pemerintah Kabupaten

Kepulauan Mentawai putus kontrak, pembangunan jembatan ini akan dilanjutkan tahun ini dengan kontraktor berbeda. “Untuk pembangunan 3 jembatan di Siberut itu kembali dilanjutkan, tapi pekerjanya tidak perusahaan yang lama lagi, karena sudah masuk black list,” kata Ketua DPRD Mentawai, Hendri Dori Satoko, Rabu 29 Januari lalu. Tiga jembatan besar yang putus kontrak kemudian dilanjutkan kembali yakni jembatan penghubung antara Puro-Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, jembatan SaibiSibudda’ Oinan dan Sirisurak menghubungkan Desa Saliguma di Kecamatan Siberut Tengah.

“Untuk anggarannya dilanjutkan dengan anggaran kemarin setelah putus kontrak, tentu ini juga tidak bisa dihentikan di tengah jalan ini bisa selesai karena manfaatnya sudah sangat penting bagi masyarakat,” kata Hendri. Pembangunan jembatan tersebut menyerap anggaran dari APBD Mentawai miliaran rupiah, misalnya saja pembangunan jembatan di Dusun Puro-Madobag senilai Rp7,75 miliar, pembangunan jembatan di Saibi-Sibudda’ Oinan senilai Rp6,9 Miliar, sedang jembatan yang

menghubungkan Sirisurak- Saliguma senilai Rp4,5 Miliar. Nama perusahan yang mengerjakan jembatan yang tidak selesai tersebut telah di black list Pemkab Mentawai diantaranya PT. Bakrie Metal Industries yang membangun jembatan Saibi-Sibudda’ Oinan, kemudian PT. Relis Sapindo Utama yang gagal membangun 2 jembatan yang menghubungkan Puro-Madobag dan Sirisurak menghubungkan Saliguma. Berdasarkan pantauan Puailiggoubat pada Desember 2013, kon-

disi pengerjaan jembatan di PuroMadobag terakhir tampak baru sekitar 50 persen, sementara di Saibi-Sibudda’ Oinan baru 10 persen, sedangkan jembatan yang menghubungkan Sirisurak-Saliguma baru 20 persen. Jarson Sauddeinuk, Camat Siberut Tengah pada Puailiggoubat, 20 Januari lalu membenarkan putusnya kontrak, sejak Desember 2013 dan pekerjaannya belum siap sama sekali. “Benar pemerintah sudah memutuskan kontraknya dan selanjutnya terserah pemerintah kabupaten,” ujarnya. (trs/rr/r)

20 Hektar Sawah di Malupetpet Gagal Panen PURO – Sawah seluas 20 hektar di daerah Malupetpet, Dusun Puro, Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan mengalami gagal panen. Sebagian diantaranya mati dan sebagian lagi tidak berisi. Laban Siriparang (65), petani sawah di Malupetpet mengatakan, sawah seluas 20 hektar itu diolah oleh 20 kepala keluarga, masingmasing KK mengolah 1 hektar.

“Padi itu ditanam September 2013 lalu, banyak padi yang mati dan ada juga yang tidak ada isinya, padi kami diserang hama wereng karena tidak disemprot dan tidak mendapatkan obat-obatan, kalau membeli obatnya kami juga tidak punya uang,” katanya Rabu, 13 Januari 2014. Kelompok tani 20 KK itu sebenarnya bukan bentukan

pemerintah, tapi atas kemauan mereka sendiri untuk bersawah. “Ini bukan kelompok yang diprogramkan pemerintah tapi ini atas inisiatif kami sendiri, untuk bibit diperoleh dari batuan para caleg, ada juga dari warga lain yang sudah panen,” katanya. Laban juga mengatakan, masalah ini sudah dilaporkan pada kepada Dinas Pertanian pada

Oktober lalu. Saat itu staf Dinas Pertanian, kutip Laban, meminta masyarakat mengajukan proposal. Ernis Sababalat (67) mengatakan akibat gagal panen tersebut, para petani mengalami kerugian jutaan rupiah. “Kami berharap pemerintah membantu kami dalam pengadaan obat-obatan untuk pertanian, itu sangat kami butuhkan,” katanya. (spn/r)

Harga Naik, Ibu-ibu Ramai Olah Pinang MAILEPPET - Sejak naiknya harga pinang kering pada Januari ini, ibuibu di Desa Maileppet dan Muntei, Kecamatan Siberut Selatan berbondong-bondong mengolah pinang. Harga pinang ini naik kisaran Rp1.000 per kilogram dimana harga sebelumnya Rp2.000 sampai Rp2.500 naik menjadi Rp3.500 sampai Rp4.000 per

kilogram. Lisa (46) mengatakan dalam seminggu mereka bisa menghasilkan pinang kering 50 sampai 60 kilogram dengan hasil tidak kurang dari Rp100 ribu. Dengan penghasilan itu kebutuhan keluarga bisa tercukupi. “Hasil ini memang tidak banyak tapi sudah membantu suami dalam

penambahan ekonomi kelurga,” katanya. Sayang pinang yang mereka panen itu bukan milik mereka melainkan pinang orang lain yang tidak mereka panen dan membiarkan membusuk. “Jadi dari pada busuk di pangkalnya kami yang mengolah walau sepengetahuan pemilik atau tidak

sama sekali,” tuturnya. Selain itu pinang juga tidak cepat membusuk, meski disimpan lama. tapi meski harga pinang itu naik, tapi tidak menumbuhkan semangat warga untuk menanamnya, lain halnya dengan kakao, kalau harganya naik warga bersemangat untuk menanamnya. (bbr/r)


9 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

Dua nakhoda kapal diganjar 2 tahun, anak buah kapal 1,5 tahun Patrisius Sanene’

P

elaku pengebom ikan asal Sibolga Sumatera Utara yang ditangkap tim patroli

gabungan di perairan Mentawai sudah divonis hakim Pengadilan Negeri Padang Rabu, 22 Januari lalu. Putusan yang dibacakan Ketua Majelis Hakim Yus Enidar disaksikan Jaksa Penuntut Umum Atmariadi dan Edmon Rizal bahwa para terdakwa telah terbukti bersalah melakukan perusakan lingkungan. ”Terdakwa telah terbukti bersalah dan melanggar pasal 84 ayat 2 tentang perikanan,” kata Hakim Yus Enidar membacakan putusan. Para pelaku pengebom ikan KM. Sinar Jaya telah melanggar pasal 84 ayat 2, UU RI Nomor 31 Tahun 20004 yang telah diubah dengan UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan jo 55 ayat (1) ke-1 KUHP dengan barang bukti yang berhasil disita berupa 2 unit kapal. Mereka dijatuhi hukuman yakni Rusli Bin Ismail selaku nahkoda KM. Sinar Jaya dihukum pidana penjara 1 tahun 8 bulan, denda Rp5 juta subsidair 3 bulan, sementara untuk hukuman yang divonis kepada ABK selama 1 tahun 2 bulan denda Rp5 juta diantaranya

PELAKU BOM IKAN Pelaku bom ikan saat dibawa ke Padang dengan KM Gambolo

Pengebom Ikan Mentawai Dipenjarakan, Pemilik Kapal Buron Disman, Suripto, Rudianto Manalu, Saiful Basri, Rafi, dan Berkat Loi. Sementara untuk satu armada KM. MB5 yang dinahkodai Ismail dengan anggotanya telah melanggar pasal 84 ayat 2 tentang perikanan. hHkuman

yang dijatuhkan kepada Ismail 2 tahun penjara, denda Rp10 juta subsidair 5 bulan kurungan. Sementara anggotanya diganjar 1,5 tahun, denda Rp7 juta subsidair 4 bulan kurungan, yakni Yusram, Jamaludin,

Pudan Hutabarat, Sukada dan Rizal Duha. Usai hakim membacakan putusan, para terdakwa menerima putusan dan hakim menutup sidang. Sementara untuk pemilik 2 unit kapal dikatakan Kasi Pidsus Kejaksaan

Negeri Tuapeijat Atmariadi masih dalam pencarian, “Pemilik kapal masih buron sejak dilakukan penangkapan anggotanya di TKP,” kata Atma pada Kamis, 23 Januari 2014. (trs)

dengan sekolah-sekolah. Sementara di Siberut Utara sanggar seni dan budaya bernama ‘Mantuit’ juga ikut diresmikan oleh Camat Siberut Utara, Sandra Oktavia bersama Kapolsek Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara, Iptu. Tuwon pada Rabu, 8 Januari lalu. Acara peresmian sanggar tersebut bertepatan dengan acara tahun baru bersama sanggar yang dilaksanakan di

gedung serbaguna Desa Muarasikabaluan Kecamatan Siberut Utara. Junaidi Sakerebau selaku pembina sanggar mengatakan keberadaan sanggar ini sebagai pemersatu generasi Mentawai khususnya di Kecamatan Siberut Utara, yang mana selama ini ada kesan pendatang berkumpul dengan orang pendatang dan yang masyarakat setempat berteman dengan masyarakat setempat. (rr/bs/r)

Dua Sanggar Seni Dibuka di Siberut SAIBISAMUKOP - Kesadaran pentingnya budaya Mentawai untuk terus dibangkitkan dan diperkenalkan pada generasi penerus mulai dilakukan, di Kecamatan Siberut Tengah telah di bentuk Sanggar Turuk bernama “Teiteijat” yang diresmikan Camat Siberut Tengah, Jarson Sauddeinuk di tempat sementara di Dusun Saibi Muara, Rabu 22 Januari lalu. Keberadaan sanggar Turuk Teitejat

ini juga di dukung dari berbagai instansi pemerintahan dan lembaga terendah setempat. Kepala Desa Saibi Samukop Masimo mengatakan budaya adalah ciri khas dan jati diri orang Mentawai yang selama ini sudah hilang, adanya sanggar ini dapat membangkitkan dan mengenalkan budaya kepada generasi muda. Ketua Sanggar Hasan Sageileppak mengatakan, pembentukan sanggar ini telah digagas sejak tahun 2013. “Tuju-

Perekaman E-KTP di Siberut Tengah Masih Berlangsung SAIBISAMUKOP-Perekaman e-KTP di Kecamatan Siberut Tengah tahun 2014 terus berlangsung. Data E-KTP yang didapat Puailiggoubat di Kantor Camat Siberut Tengah, warga yang sudah menerima fisik e-KTP sebanyak 3.005 orang, yang terekam sebanyak 300 orang dan yang belum terekam sebanyak 887 orang dari 4 ribu target yang ditentukan. Camat Siberut Tengah, Jarson Sauddeinuk mengatakan sampai tahun 2014 ini warga wajib e-KTP masih a da yang belum terekam dan proses perekaman akan tetap dilanjutkan. “Warga yang belum terekam masih banyak, dan proses perekaman akan tetap kita jalankan sampai semuanya terekam,” katanya pada Puailiggoubat di ruangan kerjanya, Senin, 20 Januari lalu. Lambannya perekaman e-KPT menurut Jarson, warga banyak tidak datang saat perekaman padahal sudah diundang. Bagi warga yang belum merekam, sistem yang akan diberlakukan akan lebih keras yaitu menyurati warga yang belum direkam dan menyurati Kades dan Kadusnya untuk disampaikan ke warga. (rr/r)

an sanggar ini dibentuk untuk mengenalkan, membangkitkan, serta mengajarkan budaya pada anak-anak muda, dewasa agar tetap lestari di sepanjang masa dan kita sangat bersyukur karena adanya sanggar ini direspon Dinas Pariwisata,” katanya. Pengawas Sekolah SD/TK UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Tengah Parmenas Sakeru mengatakan adanya sanggar ini dapat di kolaborasikan

Siswa SD, SMP dan SMA Siberut Tengah Disiapkan Hadapi UN SAIBI SAMUKOP-Siswa SD, SMP dan SMA kelas terakhir di Kecamatan Siberut Tengah sedang belajar ekstra untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional. Menurut Pengawas Sekolah SD/ TK Unit pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Siberut Tengah, Parmenas Sakeru, persiapan sudah berjalan baik, semua data siswa di tujuh sekolah sudah di kirim ke Dinas Pendidikan. “Setiap sekolah sudah kita sampaikan untuk efektifkan belajar, guru selalu proaktif dan di bulan Februari kita akan membentuk Panitia UN ini,” katanya di Kantor UPTD, Senin, 27 Januari lalu. Begitu juga di SMPN 1 Siberut

Tengah, menurut kepala sekolahnya, Syaiful Sagaragara untuk menghadapi UN guru-guru didisiplinkan untuk pro aktif ketika mengajar dan selalu memotivasi siswa untuk UN mendatang. “Ada 57 siswa yang akan ikut UN, data itu orang sudah valid, Januari kita buat tambahan jam belajar,” kata pada Puailiggoubat, Senin, 20 Januari lalu. Kata Syaiful selain soal belajar dan proaktif guru, yang paling penting lagi soal pengawasan siswa. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun lalu, saat menjelang ujian satu-satu siswa dikeluarkan akibat hamil diluar nikah. “Para orang tua juga kita sampaikan untuk menjaga anaknya di luar seko-

lah, kita tidak mau gagal lagi seperti pada tahun sebelumnya,” tegas Syaiful. Sementara di SMAN 1 Siberut Tengah, ketika di konfirmasi Puailiggoubat 27 Januari, Kepala Sekolah, Rafael Nyo Satoko tidak berada di tempat sedang urusan dinas di luar Kecamatan Siberut Tengah. Namun Indah Fajar Wati guru bagian kesiswaan mengatakan belum mengetahui seperti apa persiapan Ujian Nasional di sekolah ini. “Kita belum tahu seperti apa persiapan UN karena saya masih baru di sini dan hanya Kepsek yang tahu, kalau soal banyak siswa yang ikut UN ada 41,” tuturnya. (rr/r)


Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

10

Kami Bangga Jadi Orang Mentawai Hanya berselang sekitar satu tahun Pelajaran Muatan Lokal Budaya Mentawai menjadi pelajaran wajib di seluruh SD di Pulau Siberut, siswa yang telah mempelajarinya sedikit demi sedikit mulai mengenal keunggulan adat istiadat yang mereka miliki. Mereka mengaku bangga menjadi anak Mentawai karena kekayaan budaya yang mereka miliki seperti uma, turuk, kerajinan dan kesenian. Mereka tak ragu mengatakan bahwa pelajaran budaya Mentawai tak sesulit apa yang mereka bayangkan saat sebelum belajar. (Gerson Merari Saleleubaja) Agustinus, siswa kelas 1 SMPN 1 Siberut Selatan Kecamatan Siberut Selatan “Di SMP kami belum belajar Bumen, namun kami mencintai kebudayaan yang kami miliki. Meski memakai cawat pada saat pagelaran turuk laggai, saya tidak malu karena ini merupakan bentuk kekayaan seni yang kami miliki sebagai orang Mentawai. Melalui pagelaran ini sedikit demi sedikit kami mulai memahami apa saja kekayaan yang dimiliki daerah kami. Pelajaran bumen penting agar pengetahuan kami terhadap budaya kami tidak luntur.”

Assyarin, siswa kelas VI SDN 02 Matotonan Kecamatan Siberut Selatan “Belajar budaya Mentawai mengolah kemampuan yang ada dalam diri kami sendiri karena kami orang Mentawai, seperti lia, turuk, alat kesenian dan uma. Semua itu kami miliki, karena jika melihat uma yang dibuat orang tua dengan peralatan sederhana mereka menghasilkan rumah yang kuat. Juga ketika melakukan lia, orang tua memiliki sifat kegotongroyongan dan kegigihan dalam hidup. Lantas tak ada alasan jika tidak bangga menjadi orang Mentawai dan memperdalam pengetahuan terhadap itu,”

Emilinda Sanambaliu, siswa kelas VI SDN 07 Madobak Kecamatan Siberut Selatan

Jakobus, siswa kelas V SDN 18 Taileleu Kecamatan Siberut Barat Daya “Kami tidak malu memakai pakaian adat daerah karena merupakan salah satu budaya kami sebagai orang Mentawai, apalagi pakaian ini hanya kami kenakan pada saat-saat tertentu. Mengenal kebudayan sendiri sangat perlu karena saat ini kami sudah banyak tidak tahu seperti orang tua kami dulu.”

“Saya bangga menjadi orang Mentawai karena kami terlihat cantik ketika memakai aksesoris adat yang kami miliki. Meski aksesoris tersebut sederhana bahkan hampir semuanya dari alam namun perempuan Mentawai yang memakainya terlihat anggun.”

Niasman, Siswa kelas V SDN 18 Taileleu Kecamatan Siberut Barat Daya “Di sekolah kami telah diberikan pelajaran Budaya Mentawai, dari pelajaran itu kami mulai tahu apa saja keunikan budaya yang kami miliki, mulai dari keseniannya, model bangunan, alat musik dan lain sebagainya. Pada awal kami belajar Bumen itu sedikit sulit, namun setelah kami pelajari beberapa bulan, ternyata belajar pelajaran itu sangat asyik apalagi disertai praktek. Dari pelajaran itu kami sadar bahwa sebagai orang Mentawai ternyata kami memiliki kebudayaan yang tak kalah dengan yang lainnya.”

Mila, siswa kelas VI SDN 17 Muntei di Tiop Desa Katurei Kecamatan Siberut Barat Daya “Aksesoris yang kami pakai saat ini menjadi bagian dari pelajaran budaya Mentawai yang kami pelajari di sekolah, meski jenisnya atau terkadang namanya beda namun tujuannya sama untuk mempercantik diri. Perempuan Mentawai cantik kalau memakai aksesoris ini dalam acara-acara tertentu. Kalau ditanya bangga, ya jelas saya bangga.”

Pengen, siswa kelas V SDN 16 Saliguma Kecamatan Siberut Tengah “Saya sangat menyukai pelajaran Budaya Mentawai meski pada awalnya itu agak sulit namun ternyata apa yang dipelajari merupakan bentuk kehidupan kami yang nyata dan berada di sekitar kami. Apa yang dilakukan orang tua kami seperti membuat sampan, lia itulah yang ternyata kami pelajari dalam bentuk teorinya. Saat ini pelajaran bumen tidak sulit lagi kami pahami, karena selain bertanya kepada guru kami juga bertanya kepada orang tua kami. Saya sangat bangga menjadi orang Mentawai karena kami memiliki turuk laggai yang tidak dimiliki suku dari daerah lain.”

Keilak Salalatek, Siswa kelas 2 SMPN 2 Siberut Selatan

“Banyak yang bisa dipelajari dari kebudayaan atau tradisi Mentawai, ada kerajinannya, kesenian dan ketrampilan. Semua itu penting dan bisa dipakai dalam kehidupan saat ini, seperti turuk secara tidak langsung mengajarkan bagaimana bekerja sama karena jika tidak gerakannya tidak akan bagus, belum lagi makna yang terkandung di dalamnya. Menjadi orang Mentawai tidak ada bedanya dengan suku lain, karena kami juga kemampuan yang tak kalah dengan yang lain.”

Bayu Tasiritoitet, siswa kelas V SDN 02 Matotonan Kecamatan Siberut Selatan “Orang tua kami mengerti suara musik seperti tuddukat, apa isi pesannya mereka pahami padahal tidak sekolah seperti kami, belum lagi membuat tuddukat yang mengeluarkan nada yang berbeda. Hal itu merupakan pengetahuan yang luar biasa bagi saya, kami saat ini hanya dapat membedakan suara tuddukat loibak atau hasil buruan sementara apa pesan rinci yang disampikan nadanada dalam tuddukat tidak kami pahami. Nah kalau dilihat dari itu, berarti orang Mentawai itu pintar dan mungkin lebih pintar dari suku lain,”


Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

PADANG- Suparman Tasilipet (11), anak korban tsunami asal Dusun Maonai, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, menjalani seleksi untuk bergabung dengan Akademi Sepak Bola Manchester United. Wakil Bupati Mentawai, Rijel Samaloisa, mengatakan, impian bisa merumput bersama setan merah (julukan MU) di stadion Old Trafford, kota Manchester, Inggris tinggal selangkah lagi. Ia harus men-jalani satu uji coba lagi di Singapura pada bulan Juli mendatang. “Jika Suparman lolos, maka dia akan bergabung dengan akademi sepak bola MU di Inggris,” katanya Senin (27/1/2014). Suparman telah lulus tes pertama di antara lima peserta asal Sumbar dalam seleksi peserta Manchester United Soccer School yang diselenggarakan di Jakarta pada Februari 2013. Sebagai apresiasi pemerintah kepada warganya yang memiliki bakat sepak bola, Pemkab Mentawai saat ini tengah membantu dalam kepengurusan passpor dan visa yang didam-

pingi oleh Dinas Pendidikan Mentawai. “Dia punya potensi besar. Semoga kelak dia bisa menjadi atlet sepak bola dan bergabung dengan MU,” tambah Rijel. Suparman merupakan salah seorang korban tsunami yang melanda Mentawai pada 25 Oktober 2010. Saat ini ia dibina oleh Yayasan Kasih Abadi Untuk Mentawai (KAUM). Wakil ketua Yayasan KAUM, Nika-nor Saguruk membenarkan anak bina-annya tersebut memiliki peluang untuk dapat melatih bakat mengolah si kulit bundar bersama salah satu tim terbesar di dunia itu. “Iya benar. Ia juara satu waktu seleksi di Jakarta dan memperoleh medali emas serta piagam. Seleksi yang lebih tingginya di Singapura. Kalau di sana ia lolos, dia bisa bergabung bersama MU,” kata Nikanor yang juga menjabat sebagai wakil ketua DPRD Mentawai itu. Kabar bakal masuknya Suparman ke MU mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan. Mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal meminta Pemerintah un-tuk

mendukung penuh dan membantu Suparman, termasuk dalam hal pembiayaan. Menurut Dino, anak anak berbakat luar biasa dan berprestasi seperti Suparman harus mendapat perhatian lebih dari Pemerintah. “Mereka adalah aset bangsa yang dikemudian hari berpotensi mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia,” kata peserta konvensi Capres Partai Demokrat ini seperti dilansir portal berita tribunnews.com . Ia menilai, pembinaan atlet usia dini menjadi poin penting untuk memajukan olahraga nasional. Oleh karena itu Pemerintah harus mendukung pembinaan atlet-atlet usia muda. Selain itu, para pembaca juga memberikan dukungan kepada Suparman melalui dunia maya. “Mudahmudahan Suparman akan jadi Superman dari Indonesia,” tulis Mas Jhawir mengomentari berita yang dimuat di salah satu media nasional di Jakarta. Semantera, Abdul, memberikan komentar “Ayo suparman tunjukkan kekuatanmu,GBU (Tuhan memberkatimu.” (prl)

11

Nama: SuparmanTasilipet Tempat Lahir: Sipora Agama: Kristen Protestan Alamat: DusunMaonai Jumlah saudara: 3 orang Sekolah: SDN 22 Mapadegat

Sispala SMAN 1 Siberut Selatan Pasang Plang Kampanye Lingkungan MAILEPPET-Didasari dengan kepedulian terhadap lingkungan, Siswa Pencinta Alam (Sispala) SMA N1 Siberut Selatan memasang plang kecil berukuran 810 centimeter yang dipasang di Dusun Simaonai Baga hingga Batjoja, pada September 2013. Plang berisi imbauan menjaga kelestarian lingkungan.

Mereka memasang plang tersebut di bibir pantai di depan pesantren, bertuliskan kepedulian terhadap lingkungan serta mengajak masyarakat Maileppet untuk lebih peduli terhadap lingkungan mengingat abrasi pantai yang meluas dan mengurangi pengambilan pasir, kerikil serta batu secara liar. Pembina Sispala, Kristin Filiana

mengatakan kegiatan ini atas kemauan siswa sendiri dan dibantu pihak Balai Taman Nasional Siberut dalam pengadaan papan. Untuk tulisan imbauan itu siswa sendiri yang membuatnya. “Saya menyetujui kegiatan ini karena abrasi pantai terus terjadi di daerah kita, apalagi saat ini air laut sudah menerjang pinggir jalan,” katanya, Sabtu, 18 Januari lalu.

Kepala Desa Maileppet Idris Siregar menanggapi secara positif aksi siswa tersebut. Ia mengakui kondisi pantai yang mulai habis dan melihat banyaknya pasir, batu dan kerikil yang tertumpuk di pantai depan pesantren. Ia berharap kepada pemerintah untuk memberikan arahan dan sosialisasi akibat pengambilan pasir,

batu dan kerikil secara liar dan pemerintah membangun talud penahan abrasi. Andi, anggota sispala mengatakan jika dibiarkan maka pantai Maileppet akan habis oleh tangan yang tidak bertanggung jawab, pemasangan ini berjalan selama dua hari. (bbr/r)


Sosok

Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

12

Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan, Hijon Tasirilotik.S,Pd

Melayani dari Hati P

engalaman menjadi guru hampir separuh umurnya yakni sekitar 24 tahun di Mentawai, membuat Hijon Tasirilotik, putra kelahiran Desa Saliguma Kecamatan Siberut Tengah 44 tahun silam tidak mengalami hambatan ketika dipercaya menjadi Kepala Cabang Pendidikan Siberut Selatan yang kini menjadi UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan pada Februari 2012. Meski tugas yang diembannya cukup berat namun dengan semangat

memajukan pendidikan Mentawai, ia tetap bisa menikmati pekerjaannya. Ditambah, guru dan kepala sekolah yang dipimpinnya merupakan mantan rekan kerjanya saat masih menjadi guru atau kepala sekolah. Pertama kali Hijon diangkat menjadi guru pada 1988 di SD Santa Maria Muara Siberut, kemudian pada tahun 1992 ia lulus tes CPNS dan menjadi guru di SD Inpres Matotonan yang saat ini bernama SDN 02 Matotonan. Sekitar lima tahun di sana kemudian ia dimutasi di

SDN 16 Saliguma pada tahun 2000. Setelah delapan tahun mengabdi tepatnya pada 2008, ia diangkat menjadi Kepala SDN 16 Saliguma Kecamatan Siberut Tengah. Kemudian pada Februari 2012 ia dipercaya menjadi Kepala Cabang Pendidikan Siberut Selatan menggantikan Lucianus Saleilei. Belajar dari seniornya, yakni Lucianus Saleilei dan rekannya Taruli Tambunan yang saat ini menjadi pengawas TK SD serta bekerja sama dengan dua kepala cabang lainnya yakni Siberut Tengah dan Barat Daya, Hijon membuat gebrakan dengan menetapkan kurikulum muatan lokal budaya Mentawai menjadi pelajaran wajib diberikan kepada murid. Bersama rekan-rekannya yang turut mendukung transformasi kebudayaan Mentawai kepada generasi muda, kurikulum tersebut terus dikembangkan hingga membentuk sebuah silabus yang diadakan pada 2013 mesti tak mendapt restu secara adiministratif dari pimpinan Dinas Pendidikan di Tuapeijat. Baginya memberikan pelayanan dari hati kepada generasi muda Mentawai sebagai kunci kesuksesan pendidikan itu sendiri di daerahnya. Apa faktor penentu percepatan kualitas pendidikan di Siberut Selatan? Guru dan kepala sekolah merupakan motor penggerak utama dalam menjalankan semua program di sekolah dalam rangka memajukan pendidikan di Mentawai. Tanpa mereka semua usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sulit tercapai. Untuk itu saya pribadi berpikir sekaligus menuangkan hal itu dalam kerja saya bagaimana guru yang ada saat ini nyaman bertugas dan betah tinggal di Mentawai terutama yang dari luar tanpa melanggar prinsip dasar pendidikan itu sendiri. Bentuk konkretnya yakni memberikan pelayanan administrasi yang maksimal dalam hal pengurusan kenaikan pangkat, kemudian mengusahakan tempat tinggal mereka (rumah dinas) agar betah bertugas dengan mengajukan usulan kepada dinas pendidikan agar hal tersebut diperhatikan. Kepala sekolah yang menjadi pemimpin juga diharapkan agar tetap berada di tempat tugas, sehingga program kerja dengan guru-guru berjalan maksimal. Kalau kepala

sekolahnya tidak ada, pastinya juga akan ikut-ikutan. Selain memberikan pelayanan, sekaligus kita memberi dorongan agar selalu mengabdi dengan hati sehingga tidak ada beban saat bekerja. Bagi yang sering melakukan pelanggaran tidak lupa juga kita beri teguran, kalau soal sanksi itu kewenangannya kepala dinas. Di Siberut Selatan sendiri apakah kepala sekolahnya berada di tempat tugas? Ya, kita bersyukur semua kepala sekolah berada di sekolahnya masingmasing, kadang mereka keluar namun hal dalam rangka tugas seperti pengurusan berkas murid, guru, dana sekolah dan hal lain namun sudah koordinasi terlebih dahulu dengan kita atau pengawas sekolah. Apakah komposisi sudah memadai? Jika melihat data terkait jumlah dan penyebaran guru, beberapa sekolah masih ada kekurangan guru, namun kalau sekolah yang ada di pusat kecamatan justru ada kelebihan guru sementara di daerah hulu seperti Matotonan justru kurang. Di SDN 02 Matotonan masih kekurangan sebanyak 4 guru, yang ada saat ini baru dua orang yakni satu guru olahraga dan satu lagi kepala sekolah yang juga merangkap jadi guru ada. Untuk mengatasi kekurangan guru, sekolah mengangkat guru tidak tetap (GTT) sebanyak yang kurang. Namun persoalan tidak hanya sampai di situ, ketika jumlah GTT yang diangkat banyak, ini sangat membebani anggaran sekolah karena mesti menggaji guru-guru tersebut karena tidak ada dana dari APBD kecuali guru kontrak. Karena keterbatasan dana sehingga terkadang kita kasihan juga melihat guru-guru honor karena gajinya tidak layak yakni hanya berkisar Rp300-400 ribu per orang per bulan. Satu-satunya dana yang digunakan oleh sekolah diambil dari BOS yang alokasinya hanya 20 persen dari total anggaran. Kita di sini tidak bisa mengintervensi kepala sekolah terkait tinggi rendahnya gaji yang diberikan kepada

ke halaman 13


Sosok

guru honor karena itu tergantung dari kemampuan dana BOS. Apakah tidak ada cara menyeimbangkan jumlah dana BOS untuk sekolah yang berkebutuhan banyak? Kemarin kita usulkan ke dinas untuk menaikkan jumlah dana BOS yakni bagi jumlah muridnya kurang dari 100 orang maka dinaikkan 80 persen, begitu juga dengan BOS reguler. Misalnya dalam satu sekolah memiliki siswa hanya 40 maka mereka dihitung setara dengan 80 siswa dengan cara menaikkan dua kali lipat nilai dana BOS standar agar berimbang dengan sekolah yang ada di pusat kecamatan. Contoh selama ini dana BOS SD per bulan per siswa Rp25 ribu dengan naik menjadi 80 berarti sekolah itu akan mendapatkan dana BOS sebesar Rp 40-50 ribu per bulan per siswa. Dengan kenaikan tersebut maka otomatis gaji guru honor juga ikut bertambah sehingga mereka makin semangat mengajar. Bukan jumlah siswa yang digandakan karena kalau itu dilakukan sama sekali manipulasi, maksudnya ada peningkatan anggaran yang diterima. Di SDN 02 Matotonan jumlah muridnya sebanyak 160, maka karena jumlahnya lebih dari 100 maka BOS yang diterima seperti biasa, ini menjadi dilema tersendiri dengan beban transportasi yang mesti mereka pikul dan lebih berat. Selain Matotonan, sekolah mana saja yang masih kekurangan jumlah guru? SDN 07 dan 06 Madobak masih perlu penambahan guru, kalau jumlah

Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

standar dalam satu SD yakni 6 guru kelas kemudian guru agama 3 ditambah seorang guru olahraga. Itu kalau kelasnya tidak pararel atau hanya sebanyak 6 lokal namun di beberapa sekolah terjadi penambahan rombel (rombongan belajar) seperti SDN 13 Muara Siberut ada 10 lokal belajar, Muntei 9 lokal, SDN 15 Maileppet 7 lokal dan SDN 09 Puro ada 8 lokal. Kebutuhan guru tergantung jumlah siswa, kalau rombong belajarnya banyak maka guru yang dibutuhkan juga banyak, kalau idealnya mesti ada 11 guru untuk satu SD. Nah kalau di Siberut Selatan jumlah guru yang standar sebanyak 70 orang PNS, namun saat kita baru memiliki 47 guru PNS. Berarti kita masih membutuhkan sebanyak 23 orang guru. Harapan kita status guru yang sudah masuk database bisa terangkat karena kita juga kurang nyaman kalau terus-terusan menggunakan tenaga guru honor. Guru database paling banyak sekarang di SDN 06 dan 07 Madobak, untuk mengurangi ketergantungan kepada guru honor, dari data base sendiri sudah banyak yang S1, jadi kemampuan mereka tidak diragukan lagi karena mereka sudah lama mengajar di sekolah tersebut. Selain itu, apakah fasilitas fisik sekolah di wilayah kerja Anda sudah memadai? Pada umumnya fasilitas sekolah kita sudah terpenuhi, beberapa sekolah memang masih ada yang perlu dibenahi seperti SDN 02 Matotonan dan SDN 12 Muntei yang belum memiliki rumah dinas guru, kemudian beberapa sekolah masih kekurangan 1 hingga 2 rombel seperti SDN 15

Maileppet. Kemudian kita masih membutuhkan pembangunan beberapa perpustakaan untuk SDN 06 dan 07 Madobak serta SDN 02 Matotonan. Apa yang Anda lakukan untuk melengkapi fasilitas tersebut? Untuk sementara permasalahan kekurangan tersebut masih dapat ditangani di tingkat sekolah, dan kita tetap berharap pemerintah cepat menanggapi hal itu. Karena hanya perpajangan tangan dinas ke sekolah dan penghubung sekolah ke dinas, tahun ini, saya dengan kawan-kawan sudah mencoba mengusulkan hal ini ke dinas pendidikan di Tuapeijat, tahun lalu kan seharusnya DAK ini sudah masuk dan membenahi kekurangan tersebut. Namun saya tidak tahu entah apa masalahanya sehingga hal itu tak bisa dijalankan, mungkin masalah petunjuk teknis (juknis). Saat ini Data Pokok Pendidikan (Dapodik) memakai sistim online bagaimana SD Siberut Selatan melakukan hal tersebut dengan keterbatasan jaringan internet? Fasilitas internet merupakan kebutuhan yang sangat mendesak saat ini untuk seluruh sekolah di Mentawai, terutama di Siberut Selatan. Semua Dapodik baik pengolahan dan pengirimannya sudah berbasis online. Jangankan di hulu, di pusat kecamatan saja kita masih kesulitan melaksanakannya karena server di beberapa tempat di Siberut Selatan masih lelet. Beberapa kepala sekolah mencoba memakai modem namun karena gangguan sinyal hal tersebut juga tak bisa dilakukan, ditambah data yang akan di upload juga sangat

banyak. Agar semua pengiriman data berjalan lancar, rata-rata kepala sekolah menyelesaikan pengiriman dapodik di Padang, itu satu solusi yang baik meski mereka memakai ongkos dari kantong sendiri, sebagian diambil dari dana BOS. Memang ini menjadi dilema bagi kita ketika server internet kita pasang di kantor ini, tentu membutuhkan dana yang tak sedikit sementara dana kita di cabang ini sangat terbatas, tidak tahulah kalau dengan perubahan cabang menjadi UPTD ini. Selain itu saya sudah mencoba berbincang dengan kepala sekolah untuk sama-sama mengatasi hal ini terutama dari beban biaya karena ini menjadi kebutuhan bersama yang sangat mendesak. Dapodik sangat berpengaruh karena jika upload tidak selesai maka dana mereka seperti BOS tidak akan keluar. Contohnya saat ini, Dapodik sekolah untuk semester 1 yang sudah sinkron datanya, dana bosnya langsung masuk rekening sekolah, sementara yang belum, dana mereka tidak masuk. Di SMPN 2 Siberut Selatan datanya belum sinkron sehingga dana tidak masuk, sementara di SDN 10 karena sudah sinkron Dapodiknya pada semester 1, dananya langsung masuk rekening sekolah. Jadi ini sangat berpengaruh, kalau seperti ini lantas siapa yang akan disalakan, salah sekolahkah atau siapa? Ini yang coba kita pecahkan. Anda memasukkan Bumen dalam kurikulum sekolah mesti belum ada surat perintah yang tegas dari Kepala Dinas Pendidikan Mentawai. Mengapa? Itu sudah menjadi tanggungjawab sebagai pendidik dan sebagai putra asli Mentawai untuk melestarikan kebudayaan yang kami miliki. Meski belum ada ketetapan pada tahun lalu, kami tetap berkoordinasi dengan kepala dinas pendidikan dan selalu melibatkan mereka dalam acara yang berkaitan pengembangan pelajaran Bumen dengan cara mengundang mereka untuk hadir, meski terkadang tak ada hadir seperti saat pagelaran budaya ini. Meski begitu komunikasi selalu kami lakukan, mungkin karena ada kesibukan lain sehingga mereka tak bisa hadir. Yang jelas bagi kami dan kawankawan saya sesama kepala cabang di Siberut, guru dan kepala sekolah bahwa kami sudah berkomitmen untuk mengajarkan budaya Mentawai kepada anak-anak. Karena kalau kita melihat, pengetahuan terhadap kebudayaan yang dimilikinya mulai terkikis dengan kehadiran budaya lain di tengah mereka. Maka saya mengimbau generasi

13

muda Mentawai untuk tidak malu menunjukkan identitasnya sebagai orang Mentawai, karena jika melihat kebudayaan kita, itu tak kalah jauh dengan yang dimiliki suku bangsa di daerah lain di Indonesia. Nah sebagai bentuk respon kami terhadap pelestarian sekaligus kemajuan budaya Mentawai, kami tidak ragu-ragu bekerjasama dengan Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) untuk bersama-sama menggelar pagelaran budaya ini pada Januari 2014. Ini juga menjadi wadah belajar bersama baik guru, kepala sekolah dan anak-anak sehinggga setelah kembali di sekolah ini dapat diteruskan dalam bentuk pelajaran yang wajib. Jadi tidak hanya sampai pada pagelaran saja namun hingga di sekolah, kalau memungkinkan pada tahun depan kami akan menggelar acara yang sama agar kualitas pengetahuan terhadap budaya yang kita miliki makin bertambah. Sejauh Anda melihat, bagaimana dukungan masyarakat terhadap pendidikan di Siberut Selatan? Daya dukung orang tua sudah baik terutama soal biaya dari SD hingga SMA, namun karena kondisi ekonomi yang masih kurang, seringkali beberapa anak tidak dapat melanjut karena dana tak mencukupi. Apa imbauan Anda kepada guru-guru? Saya berharap kepada semua rekan guru di Siberut Selatan secara khusus dan di Mentawai pada umumnya untuk memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Bekerjalah sebaikbaiknya dan ajarlah anak-anak dari hati yang tulus. Meski banyak problem dalam sekolah karena beberapa fasilitas yang masih kurang, saya berharap tidak menyurutkan semangat untuk memajukan kualitas pendidikan di Mentawai (g)

Biodata Nama: Hijon Tasirilotik Tempat/Tanggal Lahir: Silakoinan Hulu/ 7 Februari 1970 Jabatan : Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan Alamat: Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan Pendidikan terakhir: S1 UT PGSD


MENTAWAINEWS Dua SD di Siberut Tengah Akan Direhab SAIBI SAMUKOP-Tahun ini SDN 01 Saibi Samukop dan SDN 10 Cimpungan Kecamatan Siberut Tengah akan direhab. Keduanya mendapat alokasi anggaran dari DAK Sumbar untuk penambahan ruang belajar baru. Pengawas Sekolah SD/TK di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Siberut Tengah, Parmenas Sakeru mengatakan pihak Dinas Pendidikan Sumbar pernah datang meninjau dua SD tersebut. “Saat kunjungan mereka menyampaikan akan ada penambahan ruang belajar di SD yang mereka kunjungi,” katanya kepada Puailiggoubat saat ditemui di kantor UPTD, Senin 27 Januari lalu. Untuk SDN 01 Saibi Samukop ditambah sebanyak delapan lokal dan SDN 10 Cimpungan sebanyak empat lokal. Namun Parmendas belum tahu anggarannya dan realisasinya. Terkait penambahan ruangan tersebut, menurut Parmenas, SDN 01 Saibi Samukop sudah terpilih sebagai sekolah tempat pelaksanaan Ujian Nasional, kondisi bangunannya sudah tua. SD tersebut dibangun semenjak Mentawai masih bergabung dengan Padang Pariaman termasuk SDN 10 Cimpungan. (rr/r)

Puailiggoubat

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

14

KPU Masih Verifikasi 1.406 NIK Warga Mentawai yang Bermasalah Ada data warga yang ganda, NIK yang sama tapi nama beda

FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Patrisius Sanene

H

ingga Januari 2014, Komisi Pemilihan Umum Daerah Mentawai masih

memverifikasi sekitar 1.406 Nomor Induk Kependudukan (NIK) warga Mentawai yang bermasalah. Andres, Ketua KPU Mentawai mengatakan permasalahan Nomor Induk Kependudukan (NIK) disebabkan permasalahan pengimputan data. “Permasalahannya ada data warga yang ganda, misalnya ketika kita cek itu NIK-nya sama tapi nama atau sukunya berbeda, dan sistem kita menyatakan datanya ganda kemudian ada data orang yang sudah

BALIHO - Baliho Caleg di Dusun Tiop Desa Katurei Kecamatan Siberut Barat Daya meninggal, kemudian domisili berbeda karena ada yang pindah,” kata Andres kepada Puailiggoubat, Rabu, 29 Januari. Saat ini KPU terus melakukan perbaikan data NIK sebelum pemili-

han legislatif April mendatang. ”Ini yang sedang kita perbaiki, dimana sebelum Februari kita berusaha NIK kita yang bermasalah sudah capai Nol,” kata Andres. Sementara itu dijelaskan Andres

terkait Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini berjumlah 56.592 orang diluar NIK yang sedang bermasalah. “Kalau jumlah DPT sebelumnya ada 58.717, tapi karena ada yang bermasalah saat ini berjumlah 56.592, dan yang sedang bermasalah tentu masih akan disaring, bisa saja nanti DPT berubah lagi,” kata Andres. Terkait pendistribusian logistik, kata Andres masih sedang menunggu logistik dari Pusat, “ saat ini sudah ada sebagian di gudang logistik namun kita masih menunggu logistik dari Pusat, kemudian Provinsi, baru kemudian Kabupaten,” kata Andres. Sementara itu menyoal pengamanan Pileg April 2014 yang akan datang, pelaksanaan akan dikawal pihak keamanan dari Polda Sumbar, “ Untuk pengamanan pileg KPU seSumbar akan melakukan MoU dengan Polda Sumbar dalam pengamanan,” kata Andres. (trs/r)

Aliamat, Sang Penakluk Badai SIKABALUAN - Pengalaman menyeberangi lautan telah dirasakannya. Amukan badai dan gelombang tinggi telah dilaluinya. Pimpinan yang dibawanya kunjungan silih berganti dan bahkan jumlah mereka melebihi dari 20-an orang. Masih ada nama kepala puskesmas yang dia ingat betul, ada yang samar-samar namun ada yang tidak dia ingat masa sekali. Kepala puskesmas yang masih diingatnya yaitu dr. Firman, dr. Najirman yang sekarang dokter spesialis penyakit dalam yang praktek di Apotik Kimia Farma Jl.Proklamasi No.24 Padang, dr.Adriana istri sekda Mentawai sekarang, dr.ifdil Gusti yang sekarang menjabat sebagai sekda Mentawai, dr. Jimmi Ambarita, dr. Tomar, dr. Zen, dr. M.Nur, Marinus, Justianna, drg Loly dan kepala Puskesmas sekarang yaitu Marojahan Sitorus. Sejak awal bergabung hingga seka-

rang, dirinya masih dipercaya sebagai pemegang kendali dilautan, sebagai operator speedboat. Beberapa orang yang mengenal dia dan pernah mendengar tentang dirinya mereka akan mengatakan kalau dia adalah operator boat senior. Aliamat namanya. Saat Puailiggoubat meminta untuk bercerita tentang pengalamannya menjadi operator speedboat, dengan santai ia menyambutnya. “Selagi

Minim Sosialisasi, Program JKN Bikin Bingung SIKABALUAN-Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diberlakukan awal Januari ini masih membingungkan masyarakat, termasuk Kepala Puskesmas Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara. ”Kita masih bingung seperti apa pelayanan JKN yang sudah diterapkan awal 2014 ini, karena belum ada penyampaian resmi dan prosedurnya bagi kita,” kata Kepala Puskemas Sikabaluan Marojahan Sitorus saat dikonfirmasi Puailiggoubat, Kamis, 9 Januari. Dikatakan Sitorus, pada tahun-tahun sebelumnya masyarakat yang berobat ke puskesmas atau pustu, polindes akan diberikan pelayanan gratis ketika memiliki kartu Jaminan kesehatan masyarakat(Jamkesmas) atau Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). (bs)

masih bisa saya jawab, saya jawab,” katanya sambil tersenyum, Kamis, 16 Januari lalu di Puskesmas Sikabaluan. Dikatakan bapak tiga anak ini, awalnya dia bergabung menjadi operator speedboat jauh sebelum Mentawai menjadi kabupaten sendiri. Namun pertama menerima SK honorer tahun 1997 saat Mentawai masih bergabung dengan Kabupaten Padangpariaman. “Waktu itu kepala puskesmasnya dr. Firman,” katanya. Untuk masuk menjadi tenaga honorer waktu itu, ia harus lulus tes ujicoba membawa speedboat bantuan presiden yang namanya Inpres selama tiga bulan. Hasil tesnya berhasil dan mendapat SK honorer tahun 1997 dengan honor Rp6 ribu per bulan, diterima tiga bulan sekali atau enam bulan sekali. Soal awal kunjungan waktu pertama masuk, Puskesmas Sikabaluan masih sangat luas yaitu Desa Simatalu, Desa Simalegi, Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat. Untuk wilayah Kecamatan Siberut Utara yaitu Desa Bojakan, Desa Sotboyak, Desa Monganpoula, Desa Sikabaluan, Desa Malancan dan Desa Sirilogui. Untuk wilayah Kecamatan Siberut Tengah yaitu Desa Cimpungan.

“Kalau sekarang sudah enak, tinggal kecamatan Siberut Utara dan Kecamatan Siberut Barat bagian Desa Sigapokna. Untuk wilayah pelayanan juga sudah ada yang bisa dilalui dengan akses darat,” katanya. Kendati wilayah cakupan kerja puskesmas sudah mengecil, namun tantangan baru bagi Aliamat yaitu membawa pasien yang dirujuk ke Padang karena sakit keras atau perlu pertolongan medis dengan segera. Dikatakannya, sebelum armada speed-boat Puskesmas Sikabaluan memadai seperti sekarang ia pernah membawa pasien rujukan petugas Dinas Sosial yang kecelakaan saat main bulu tang-kis. Dimana orang tersebut matanya berdarah karena kena suttlecock.”Saya tidak ingat lagi itu tahun pertama. Yang jelas kita masih menggunakan satu mesin ke Padang waktu itu de-ngan lama perjalanan 6 jam,” jelasnya. Karena kebutuhan, saat kepala puskesmas dr. Zen, fasilitas mulai dilengkapi. Pengadaan mesin boat dilakukan dimana mesin disiagakan dua unit berkekuatan masing-masing 40 PK dengan merek Marinir. “Waktu dokter Zen kita sudah sering juga melakukan rujukan ke Padang,” katanya. Untuk saat ini, bila ada pasien yang akan dirujuk ke Padang tidak begitu sulit karena fasilitas sudah memadai. Speedboat sudah ada yang baru, mesin boat sudah ada yang berbahan bakar bensin dengan

kekuatan 40 PK. “Perhitungan kita cuaca lagi dan ketersediaan BBM. Kalau itu sudah oke kita siap jalan. Kalau cuaca bagus dengan dua mesin kekuatan masing-masing 40 PK dapat ditempuh dengan waktu 2,5 jam,” katanya. Dengan melihat lama pengabdiannya sejak menerima SK honorer tahun 1997 lalu hingga sekarang lebih kurang 16 tahun, ternyata di Puskesmas Sikabaluan dialah yang golongannya terendah setelah diangkat menjadi PNS dua tahun lalu. “Kalau dari lama kerja kita yang senior, tapi kalau golongan kita yang terendah,” katanya merendah. Diakui pria kelahiran 17 Agustus 1960, dirinya pernah minta mengundurkan diri dari tugasnya sebagai operator boat untuk bekerja di tempat lain. Pengunduran itu dua kali disampaikan kepada dr. Warta selaku kepala Dinas Kesehatan Mentawai dan satu kali kepada dr. Ifdil Gusti selaku Sekda Mentawai. Namun pengunduran dirinya itu ditolak. Menurut rencana kalau pengunduran dirinya diterima ia mau menjadi operator speedboat ASB atau menjadi operator boat BPBD dengan armada TV One. “Mungkin kita sudah ditakdirkan disini. Biarlah kita menghabiskan pengabdian kita ini hingga pensiun 3 tahun lagi dan genap pengabdian kita 20 tahun menjadi operator speedboat di Puskesmas Sikabaluan,” katanya. (bs)


15 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Februari, Petugas Kesehatan Sikabaluan Ditempatkan di Pustu dan Poskesdes SIKABALUAN-Februari mendatang Pustu dan Poskesde masih kosong diwilayah kerja Puskesmas Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara akan diisi. Hal itu dikatakan kepala Puskesmas Sikabaluan, Marojahan Sitorus pada Puailiggoubat. “Februari mendatang petugas akan kita tempatkan berdasarkan formasi penerimaan CPNS kemaren ditambah penempatan petugas lainnya,” kata Sitorus, Kamis 16 Januari lalu diruang kerjannya. Penempatan petugas berdasarkan formasi penerimaan CPNS tahun lalu diantaranya di Desa Sotboyak yaitu bidan satu orang, di Dusun Lobajau Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat perawat satu orang, di Dusun Sigapokna Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat bidan satu orang. “Yang tidak ada itu hanya di Terekan Hulu dan Bose,” katanya. Untuk wilayah Kerja Puskesmas Sikabaluan berdasarkan penempatan petugas kesehatan diantaranya di Dusun Pokai Desa Sikabaluan, Poskesdes Policoman Kecamatan Siberut Barat, Poskesdes Monganpoula, Poskesdes Sotboyak, Pustu Sirilogui, Polindes Sirilanggai, Pustu Malancan, Pustu Sigapokna Kecamatan Siberut Barat dan Poskedes Bojakan. (bs)

Jalan ke Puskesmas Sikabaluan Rusak SIKABALUAN - Jalan menuju Puskesmas Sikabaluan yang baru yang terletak di jalan poros SikabaluanMonganpoula Kecamatan Siberut Utara dalam kondisi rusak dan ditutupi rumput yang tumbuh di kiri-kanan badan jalan. Badan jalan rabat beton yang dibangun dengan program P2D Mandiri ini lebar badan jalannya setelah pelebaran tahun 2012 lalu 2,5 meter, namun karena di kiri-kanan badan jalan ditutupi rumput dan semak yang terlihat hanya 1 meter. Selain ditutupi rumput yang tinggi, juga badan jalannya sudah banyak yang rusak. Ada yang berlubang dan ada yang retak-retak. Saat hujan air akan tergenang dibagian lubang-lubang di sepanjang badan jalan. Kondisi jalan yang seperti ini ikut dikeluhkan pihak Puskesmas Sikabaluan yang pada pertengahan Januari lalu mulai melakukan pelayanan di sana pada pagi hingga siang hari. “Yang kita khawatirkan ibu-ibu yang bertugas datang dengan membawa motor karena mereka akan kaku atau gugup saat berpapasan dengan orang lain,” kata Marojahan Sitorus kepala Puskesmas Sikabaluan pada Puailiggoubat, Kamis 16 Januari lalu. (bs/r)

Potret Pelayanan Puskesmas Sikabaluan yang Baru FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

Dari lesehan di lantai hingga berbagi tempat di satu meja

DATA PASIEN

Bambang Sagurung

ak perlu menunggu lama hingga masa pemeliharaan oleh kontraktor pembangunan Puskesmas Sikabaluan berakhir, Kepala Puskesmas Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara, Marojahan Sitorus langsung mengerahkan petugas puskesmas yang ada gotongroyong membersihkan bangunan puskesmas yang baru selesai, pertengahan Januari lalu. Mulai dari membersihkan lantai, membersihkan pintu dan jendela, merambah rumput di sekeliling puskesmas hingga penanaman bunga di halaman. Tepatnya, Senin 13 Januari pelayanan kesehatan di Puskesmas Sikabaluan yang baru resmi dibuka bagi masyarakat. Hari pertama dibuka, menurut petugas loket Kristina Suarti, puskesmas itu melayani lima pasien. Berdasarkan pantuan Puailiggoubat di hari pertama kerja tersebut terlihat petugas kesehatan merasa senang karena menempati tempat yang baru dengan bangunan baru, walau jaraknya dari Desa Muarasikabaluan sebagai pusat kecamatan sekitar 2,5 kilometer.

Petugas puskesmas Sikabaluan mengisi data pasien yang hendak berobat

T

Puskesmas baru ini memiliki ruang rawat, KIA, KB, ruang dokter, laboratorium, UGD, ruang steril, ruang obat, apotik, poli gigi, poli umum, poli KIA, tatausaha, termasuk ruang kepala puskesmas. Meski demikian fasilitas penunjang masih minim. Sebut saja di ruang rawat. Pasien yang diperiksa petugas kesehatan dengan menggelar tikar di lantai. Lain lagi dengan ruang poli umum, ruang ini sudah ada satu meja yang berukuran panjang 1,5 meter dengan lebar 1 meter dan beberapa kursi. Dalam satu meja ini dimanfaatkan oleh tiga orang petugas. Jangan tanya dengan ruangan lainnya ada yang tidak punya kursi dan meja sama sekali.

Kepala puskesmas Sikabaluan, Marojahan Sitorus mengakui akan kekurangan mebeler dan fasilitas lainnya yang ada di puskesmas baru. “Semua mebeler ini masih dari puskesmas lama kita angkat. Belum ada mebeler yang baru di puskesmas baru,” katanya, Kamis, 16 Januari di ruang kerjanya. Untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat, petugas dibagi dua tempat, yaitu di puskesmas lama dan puskesmas baru. Di puskesmas baru pelayanan dilakukan pada pagi hingga siang hari. Sementara untuk puskesmas lama dilakukan pada pagi hingga sore hari. “Kalau ada pasien yang sakit pagi hari setelah diperiksa dokter di

puskesmas baru, kalau mereka mau rawat inap maka dilakukan di puskesmas lama karena di puskesmas baru belum ada lampu penerangan,” jelasnya. Untuk petugas kesehatan di Puskesmas Sikabaluan dikatakan Sitorus dari segi jumlah sebenarnya sudah mencukupi, namun yang banyak itu perawat dan bidan. Sementara untuk dokter, petugas labor, gizi dan petugas lainnya belum ada. “Untuk saat ini hanya ada satu dokter umum dan masih kontrak. Kemaren dia lulus tes CPNS tapi tidak dilanjutkan dan melanjutkan kontraknya di Puskesmas Sikabaluan selama 2 tahun,” katanya. (bs/r)

7 SD di Siberut Tengah Belajar Bumen SAIBISAMUKOP - Pelajaran Muatan Lokal Budaya Mentawai sudah diajarkan di tujuh sekolah dasar di Kecamatan Siberut Tengah, hal itu

disampaikan Pengawas Sekolah SD/ TK UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Tengah Parmenas Sakeru. “Sudah tujuh SD menerapkan FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

RUSAK - Jalan Sikabalauan - Monganpola, Siberut Utara semakin menyempit akibat banyaknya tumbuhan liar di kiri kanan badan jalan

Mulok Bumen di daerah kita, tinggal SDN 20 Simoilalak yang belum mengajarkan Bumen,” katanya pada Puailiggoubat, 27 Januari lalu. Salah satu kendala Bumen belum diajarkan karena belum adanya guru yang benar-benar mengerti budaya Mentawai, adapun guru yang mengajar Bumen saat ini yang ikut pelatihan Bumen. “Kita butuh guru Bumen baik yang sarjana maupun tamatan SMA putra Mentawai, tapi mereka memahami dan berpengalaman tentang budaya. Nanti statusnya kita usulkan ke Dinas pendidikan untuk jadi PNS,” ujarnya. Sementara untuk bahan ajaran, menurut Parmenas, sudah ada buku Uma yang diolah kembali sebagai pelajaran. Berbeda di SMP dan SMAN 1 Siberut Tengah, pelajaran Bumen ini belum diajarkan sama sekali, Kepala SMPN 1 Siberut Tengah Syaiful

Sagaragara mengatakan sampai saat ini Budaya Mentawai belum diajarkan di sekolah ini. “Bumen belum ada diajarkan ke siswa,” katanya pada Puailiggoubat, 20 Januari. Memang Bumen sudah masuk dalam kurikulum pelajaran, tapi tak ada guru yang akan mengajarkan. Menurutnya budaya Mentawai sudah layak diajarkan, kalau dilihat budaya Mentawai ini sudah mulai hilang. “Seperti pangurei saja di Saibi ini sudah jarang sekali dilakukan, tapi di sekolah kita ini tak ada guru Bumen, kalaupun kita tugaskan guru yang ada tapi bila tidak paham soal budaya ini kan susah juga,” katanya. Sementara di SMAN 1 Siberut Tengah, Guru Bidang Kesiswaan, Indah Fajar Wati mengatakan pelajaran Bumen belum diajarkan. (rr/r)


Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Perguruan Tinggi untuk Transformasi

8

Suara Puailiggoubat Bangga dengan Budaya Mentawai

P

enerapan pelajaran Muatan Lokal Budaya Mentawai di hampir semua sekolah dasar di Pulau Siberut membawa dampak positif. Para siswa yang notabene kebanyakan anak-anak Mentawai merasa bangga dengan budaya yang diwariskan secara turun temurun itu. Mereka menyadari, budaya Mentawai sarat dengan nilai-nilai dan arif terhadap lingkungan. Inti dari budaya Mentawai yang berasal dari Arat Sabulungan itu adalah harmonisasi alam antar semua unsur kehidupan. Dalam kebudayaan Mentawai, ada penghargaan kepada sungai, laut, pohon atau tumbuhan serta binatang. Dalam Pagelaran Kebudayaan Mentawai yang digelar Yayasan Citra Mandiri Mentawai bekerjasama dengan UPTD Dinas Pendidikan Siberut Selatan, terlihat antusiasme para siswa yang menjadi peserta. Selama tiga hari, mereka saling berlomba dalam pertunjukan turuk laggai (tari tradisional), memasak kuliner khas Mentawai serta pementasan drama. Tidak ada lagi rasa malu mempertontonkan budaya Mentawai, tidak ada lagi rasa malu memperagakan busana tradisional ataupun memasak kuliner khas dari bahan lokal seperti sagu dan keladi. Kondisi ini tentu merupakan suatu lompatan luar biasa dalam mempertahankan dan melestarikan warisan budaya Mentawai. Sejak zaman kemerdekaan, kebudayaan Mentawai menjadi terpinggirkan. Penghancuran alat-alat kebudayaan karena masuknya agama resmi yang diakui pemerintah, menghilangkan identitas orang Mentawai sedikit demi sedikit. Di sekolah, tidak diajarkan pelajaran budaya Mentawai melainkan budaya Minangkabau hanya karena Mentawai termasuk dalam provinsi Sumatra Barat. Perjuangan menjadikan budaya Mentawai sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah telah diinisiasi YCMM sejak 2004. Didukung sejumlah pihak, akhirnya sekolah dasar di Siberut mulai mengajarkan budaya Mentawai meskipun minim bahan ajar ataupun alat peraga. Kini budaya Mentawai sudah masuk ke dalam kurikulum pelajaran sekolah di Mentawai. Meski belum semua sekolah di Mentawai yang mengajarkan materi ini karena kendala bahan ajar dan alat peraga serta ketersediaan guru, namun langkah berani sekolah yang sudah menerapkannya patut kita apresiasi. Para guru yang terkadang harus mencari sendiri bahan-bahan, membuat alat peraga demi bisa mengajarkan budaya Mentawai kepada para siswa patut diacungi jempol. Komitmen Dinas Pendidikan Mentawai untuk segera menerapkan pelajaran ini secara menyeluruh juga kita tunggu tahun ini. z

16

Apakah gunanya seseorang belajar teknik, kedokteran, filsafat, sastra, atau apa saja, ketika ia pulang ke rumahnya, lalu berkata: “Di sini aku merasa asing dan sepi.”

I

tulah bait terakhir “Sajak Seonggok Jagung” karya WS Rendra. Si Burung Merak mempersoalkan pendidikan yang kehilangan konteks, menjauh dari realitas sosial kita. Meski ditulis tahun 1975, sajak itu punya relevansi dengan masalah sosial menahun yang kini kita rasakan. Selain korupsi, ketidakadilan juga masih menghiasi wajah bangsa ini.

Realitas tidak ideal; korupsi dan ketidakadilan, harus diubah. Di sinilah, saya percaya betul, perguruan tinggi memiliki kedigdayaan intelektual dan sosial untuk melakukan hal itu. Sebab, dibandingkan institusi sosial lain, pendidikan tinggi memiliki sejumlah keunggulan. Pertama, masyarakat pendidikan tinggi adalah masyarakat intelektual. Kampus-kampus memiliki mahasiswa, dosen, para doktor, dan para profesor. Tidak hanya memiliki kualifikasi pendidikan baik, jumlah masyarakat perguruan tinggi di Indonesia ternyata cukup besar. Tercatat, kini ada 4,8 juta mahasiswa dan 160 ribu dosen yang di antaranya telah berkualifikasi doktor dan profesor. Meski masih dominan di Jawa, mereka telah tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Kedua, hingga sejauh ini, perguruan tinggi relatif lebih mampu membebaskan diri dari jerat

oleh: Prof Dr Fathur Rokhman MHum Rektor Universitas Negeri Semarang kepentingan pragmatis. Memang, ada perguruan tinggi yang tak luput dari korupsi, namun jumlahnya tidak banyak. Lebih banyak perguruan-perguruan tinggi yang istiqomah pada tiga tugas utamanya, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Orientasi kerja pendidikan tinggi tetap lah pada hal-hal ideal, jangka panjang, dan bersifat kebangsaan. Singkat kata, jika memiliki kehendak, perguruan tinggi sesungguhnya bisa menjadi aktor transformasi sosial yang efektif. Aktor

Maka, untuk memulai kerja besar itu, penjajakan terhadap ideologi perubahan perlu dilakukan. Meski dengan sebutan berbeda, ideologi perubahan tak bisa dipisahkan secara genetis dengan pemikiran kritis Mazhab Frankfurt yang berkembang pada tahun 1930-an. Salah satu konstruksi berpikir yang paling mendasar pada mazhab ini adalah pandangan bahwa realitas adalah hasil konstruksi. Dalam konteks pendidikan, ideology peru-bahan juga dekat dengan gagasan-gagasan Paulo Freire.

intelektual yang bernaung di sana hanya perlu konsolidasi gagasan, mengonstruksi konsep-konsep perubahan, dan menerjemahkannya melalui aksi.

Pemikir Mazab Franfurt meyakini, wajah sosial saat ini adalah “hasil kerja” kelompok tertentu. Realitas dibentuk dengan skema dan sistematika yang rapi sehingga tampak sebagai perubahan yang alami. Pembentukan realitas, antara lain dilakukan oleh kelompok capital, industry kebudayaan, dan institusi politik. Di alam yang demikian itu, tugas pertama perguruan tinggi adalah membangun kesadaran kritis, pertamatama kepada dosen dan mahasiswa, kemudian masyarakat. Kesadaran kritis penting dimiliki supaya tiap-tiap orang mengenali aspek structural pada masalah sosial trtentu. Nuryatno (2008) mengungkapkan, kesadaran kritis adalah antitesis dari kesadaran magis dan naïf. Di dalam kesadaran magis, manusia pasrah pada kehidupan, menganggap segala sesuatu adalah takdir yang telah digariskan. Di dalam kesadaran naïf menusia memiliki kemampun untuk melihat

Ideologi Transformatif Namun, untuk menjadi aktor perubahan, perguruan tinggi perlu menegaskan paradigma operasionalnya. Perguruan tinggi harus terlebih dahulu bebas dari ikatanikatan ideologis yang mengungkungnya menjadi institusi pro status quo. Sebagai subjek, perguruan tinggi juga perlu melepaskan diri dari tekanan kekuasaan yang lebih besar, baik pemerintah, korporasi, juga lembaga-lembaga multinasional. Saya kira, di sinilah perguruan tinggi justru akan menghadapi tantangan terberat. Sebab, selain harus menghadapi kekuasaan, perguruan tinggi juga harus melawan mitos, tradisi, dan dogma yang telah “mendarah daging”.

persoalan, tetapi mereka melakukan privatisasi masalah. Masalah dianggap berasal dari mereka sendiri, bukan dari luar. Sedangkan dalam kesadaran kritis, persoalan dipandang sebagai persoalan struktural. Ketidakadilan sebagai Musuh Dengan kritis semacam itu, musuh utama para cendikiawan bukanlah orang atau institusi, melainkan realitas yang tidak adil. Ketidakadilan dapat berbentuk diskriminasi, penindasan, hegemoni, juga pemangkasan hak. Konsensus ini akan member energi melimpah pada perguruan tinggi saat mengemban visi tri darma. Pada bidang pendidikan, perguruan tinggi harus bekerja dengan prinsip education for

all. Pendidikan tidak hanya harus bermakna bagi diri si pembelajaran, tetapi juga dapat mengubah realitas yang tidak adil. Pada bidang penelitian, perguruan tinggi perlu mengarahkan energinya pada riset-riset berbasis kepentingan publik. Tujuan utama riset ini adalah mengenali masalah sosial dan memberikan solusi yang berkeadilan. Ini berkebalikan dengan riset-riset berbasis korporasi yang didesain dengan menempatkan masyarakat sebagai (calon) konsumen. Pada bidang pengabdian masyarakat, perguruan tinggi bertugas membimbing masyarakat mengatasi masalah struktural yang mengikatnya. Ada berbagai ikatan-ikatan ideologis berupa mitos, tradisi, dan paradigma yang selama ini mengungkung kebebasan politik dan kultural masyarakat. Tugas perguruan tinggi adalah menebas ikatan-ikatan itu sehingga masyarakat bisa memutuskan masa depan ideal yang dikehendakinya. z


17

Puailiggoubat

PODIUM

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Tatkala Mentawai Memilih Wakil Rakyat

Akankah Muncul “Wajah Baru”? P

emilihan umum (pemilu) legislatif, disingkat pileg, digelar serentak di Indonesia tanggal 9 April 2014. Dalam perhelatan akbar tersebut, rakyat Indonesia akan menentukan pilihan suara hatinya untuk mendapatkan perwakilan rakyat di tingkat kota/kabupaten, propinsi, dan nasional. Bersamaan itu, rakyat juga mencari anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Secara khusus, bagaimana dengan pileg di Kabupaten Kepulauan Mentawai? Penulis yakin pileg di kabupaten ini jauh lebih seru ketimbang pileg tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Mengapa? Karena, pileg kabupaten akan memilih (calon) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kepulauan Mentawai periode 2014-2019. Masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai berkesempatan untuk memilih para calon legislator (caleg) pada masa bakti tersebut. Dalam komunikasi di dunia maya, seorang teman sempat mengajukan pertanyaan, “Apakah para anggota Dewan periode 2009-2014 akan melanjutkan tugasnya sebagai anggota Dewan masa bakti 2014-2019? Kalau ya, berarti, perwakilan rakyat Mentawai masih didominasi wajah-wajah lama!?” Pileg dari kalangan caleg di kabupaten Mentawai ataupun di kota dan kabupaten lainnya memang lebih menarik disimak, karena masyarakat memilih perwakilannya yang terdekat. Maka, pada pileg ini, masyarakat yang ada di daerah pemilihan (dapil) I akan memilih para calegnya, begitupun dengan di dapil II, III, IV. Menurut data yang ada, hanya dibutuhkan 20 orang, dari 209 caleg, sebagai anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai periode lima tahun mendatang. Itu berarti, 189 caleg lainnya harus rela dan ikhlas tidak terpilih. Soal wajah-wajah lama maupun wajah baru yang mendominasi perwakilan rakyat di DPRD Mentawai 2014-2019 sepenuhnya ada di tangan pemilih. Di tangan pemilihlah wakil rakyat tersebut tetap dipertahankan atau diganti. Namun, tentu saja, tak semudah itu. Ada alasan tersendiri untuk mempertahankan wajah lama, misalnya karena anggota Dewan tersebut dinilai, dianggap sukses menjalankan tugas perwakilannya di mata masyarakat yang diwakilinya, terutama yang berada di dapilnya. Sangat disayangkan kalau pengalaman lima tahun silam tidak dimanfaatkan untuk diteruskan saja pada periode berikutnya. Kalau pemilihan presiden (pilpres) ada batasan maksimal periodisasinya, hanya dua periode, tidak demikian halnya pileg. Selagi

masyarakat masih mau dan menghendaki caleg bersangkutan untuk tetap

eksis sebagai anggota DPRD, tentulah ada kemungkinan caleg incumbent tersebut tetap menjadi perwakilan rakyat. Sebaliknya, wajah baru mengandaikan adanya semangat baru, darah baru, suasana baru, dan semuanya yang serba baru. Adanya wajah baru mengandaikan adanya keinginan serba baru dari masyarakat pemilihnya untuk mengganti perwakilan rakyat yang lama, karena dianggap tidak berhasil menjalankan tugasnya. Hanya saja, pemilihan wajah baru pileg mengandung resiko. Bisa jadi lebih baik, atau sebaliknya jadi lebih buruk ketimbang perwakilan rakyat yang lama. Itu terjadi, kalau masyarakat salah memilih caleg-nya. Kalau caleg yang dipilih tidak dilihat rekam jejaknya (track record), kinerjanya, kiprahnya selama ini; namun dipilih karena kedekatan hubungan, kekerabatan, kedaerahan maka ada kemungkinan masyarakat bersangkutan harus siapsiap mendapat “suasana baru” yang berbeda dengan anggota Dewan yang digantikannya. Maka, bagaimana kira-kira komposisi perwakilan rakyat Mentawai periode 2014-2019? Masih susah untuk menebaknya, karena politik kekerabatan masih cukup kental di kalangan masyarakat tatkala menentukan pilihan wakilnya di lembaga DPRD. Melihat hal demikian, maka ada kemungkinan wajah lama masih dominan di tubuh lembaga perwakilan rakyat tersebut. Seandainya, saya mempunyai jaringan kekerab a t a n yang luas, terutama dalam satu dapil; maka besar kemungkinan saya bakalan dipilih. Atau, kalau sentimen kedaerahan diangkat, tentulah kalau saya dari satu dapil mengangkat tema-tema pemilihan yang mengedepankan perkembangan atau kemajuan satu daerah perwakilan, akan mendapat perhatian (dan juga kiranya dukungan). Wajah Lama Dominan Apa yang terjadi bila wajah-wajah lama

oleh: Hardigowonto

Pemerhati Masalah Kemasyarakatan

masih mendominasi perwakilan rakyat di lembaga DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai? Saya kira, apa yang terjadi selama periode lima tahun silam (2009-2014) akan diteruskan pada periode 2014-2019. Ritme, alunan, gaya, modelnya tak jauh beda dengan wakil rakyat waktu silam. Sepertinya tak sesuatu yang baru, yang dapat diharapkan untuk perubahan di waktu mendatang. Kalau rakyat pemilih menghendaki kondisi seperti yang pernah terjadi di waktu lalu, maka kemungkinan akan memberikan suaranya, mencoblos caleg yang sekarang masih menjadi anggota DPRD. Singkat kata, bila masyarakat Mentawai masih menghendaki wajahwajah lama mendominasi lembaga perwakilan rakyat, maka boleh dikatakan hanya memperpanjang masa/periode tugas perwakilan. Namun, kalau masyarakat menginginkan adanya perubahan, melalui pergantian para perwakilannya, maka akan terjadilah itu. Mungkinkah wajah-wajah baru akan hadir dalam lembaga perwakilan rakyat di Mentawai? Mungkin saja, syaratnya, masyarakat pemilih beramai-ramai tidak

lagi memilih wajah lama dan segera mencari penggantinya. Di sisi lain, ada kei-

nginan untuk mempertahankan kenyamanan yang sudah didapatkan selama ini, terutama di kalangan para anggota Dewan periode silam, apalagi para wakil rakyat incumbent ini mempunyai basis massa tersendiri. Wajah baru perwakilan rakyat akan muncul bila masyarakat pemilihnya sempat “dilukai”, dikecewakan oleh para caleg incumbent. Sangat mungkin terjadi, terjadi pergeseran dukungan yang memunculkan wajah baru bila selama periode tugasnya sebagai wakil rakyat tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan masyarakat pemilihnya. Pertanyaannya, apakah masyarakat di dapil tersebut telah merasa puas dengan kinerja perwakilan para legislator yang dipilihnya? Konkritnya, apakah aspirasi yang disampaikan kepada legislator mendapat perhatian dan tindak lanjut legislatif maupun eksekutif? Untuk wujud paling nyata, apakah masyarakat di dapil bersangkutan mengalami pertumbuhan dan kemajuan dibandingkan waktu silam? Apakah selama masa reses, anggota dewan tersebut ada mengunjungi konstituennya di dapil bersangkutan atau malah ke tempat lain? Apakah pada saat-saat dibutuhkan, anggota dewan bersangkutan mau menerima kehadiran fisik dari masyarakat yang diwakilinya? Bila disimak, sebenar-

nya menjadi anggota perwakilan rakyat sebenarnya bukanlah suatu peran yang mudah. Idealnya, legislator mampu menjembatani kepentingan masyarakat, khususnya di dapilnya, dengan perwujudannya berupa pembangunan dan kemajuan di lapangan. Selain itu, legislator pun diharapkan mampu menyampaikan program-program pembangunan yang disusunnya bersama pihak eksekutif. Pokoknya, banyak harapan yang disandangkan kepada para

legislator. Menjadi legislator membutuhkan keseriusan, kepenuhan, konsentrasi. Menjadi legislator tidak dapat disamakan dengan orang yang mencari pekerjaan. DPRD atau DPR bukanlah suatu perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan bagi sejumlah orang yang dipilih dalam pemilu. Dari sisi lain, selain caleg, masyarakat pun hendaknya semakin cerdas memilih perwakilannya sebagai anggota dewan. Kalau di waktu silam, seseorang dipilih, dicoblos gambarnya karena kedekatannya, ada aspek hubungan kekerabatan; maka baiklah untuk waktu yang menentukan pada Pemilu 9 April 2014 ini ada “tambahan aspek lain” misalnya kejelasan rekam jejak caleg, kiprahnya selama ini yang menunjang, dan aspek moral-religiusnya mantap. Tentu saja, hal ini mengandaikan masyarakat pemilih mau berepot-repot mencari tahu seluk-beluk caleg baru yang bakal dipilihnya. Masalahnya, maukah masyarakat Mentawai sedikit berepot-repot untuk mencari tahu latar belakang para caleg? Atau, tak mau peduli, sehingga lebih suka memilih wajah lama saja untuk melanjutkan tugasnya? Masyarakat pemilih di Mentawai masih lebih suka memilih yang telah ada, kecuali kalau anggota dewan tersebut mengecewakan pemilihnya sehingga menyebabkan lukaluka batin yang sulit dihapuskan. Namun, dalam analisa saya, seturut perkembangan waktu, masyarakat Mentawai pun semakin pandai saat memilih termasuk juga sangat pragmatis. Pragmatis dalam pengertian, tidak mudah lagi diiming-imingi dengan janjijanji gombal para caleg. Kalau caleg memberikan sesuatu untuk mendapatkan dukungan, misalnya bantuan ini-itu, mungkin akan diterima. Tetapi, soal memberikan suara untuk caleg bersangkutan belum tentu ada jaminan bakal dicoblos. Kalau ada pemberian dari caleg partai mana pun mungkin diterima dengan tangan terbuka, tetapi soal caleg mana yang bakalan dicoblos tidak ada yang dapat memastikannya, saat pemilih berada di dalam bilik suara di hari Pemilu. Oleh sebab itu, marilah kita lihat perkembangan dinamika yang terjadi di tengah masyarakat Mentawai, terutama menjelang dekat hari H dan setelahnya. Kelak akan didapatkan hasil riil, setelah melewati serangkaian penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Akankah masyarakat Mentawai mempunyai wakilnya di lembaga DPRD dari wajah-wajah lama, atau akan muncul wajah-wajah baru? Sejarahlah yang akan membuktikannya. z


Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Tak sulit mengajar Bumen, selain bahannya bisa digali pada warga, murid juga antusias menerima pelajaran ini

18

‘Bakso Sate’ ala Murid SDN 15 Maileppet FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Gerson Merari Saleleubaja

ambil mengacung-acungkan bulatan sebesar bola pingpong yang ditusuk dengan lidi mirip sate, Sandi, murid kelas VI SDN 15 Muntei mengomandai beberapa rekannya untuk turut memanggang, “Hayo mari kita panggang bakso kita biar matang dan bisa dimakan,” katanya yang diikuti teman-temannya memanggang bulatan yang disebut bakso pada tiga perapian yang telah mereka sediakan, Sabtu, 19 Januari. Bulatan yang diteriakkan Sandi dengan teman-temannya dengan bakso yang tepatnya disebut bakso sate itu karena juga ada tusuknya sebenarnya bukanlah bakso kebanyakan yang dikonsumsi masyarakat. Bulatan itu dibuat dari sagu mentah yang diremas dengan kuat dan dibulatkan oleh murid-murid saat mereka mempraktikkan memasak makanan tradisional Mentawai pada saat pelajaran Budaya Mentawai (bumen) yang telah mereka mulai sejak 2012. Sebelum ditusuk dengan lidi, murid-

S

BAKSO SATE - Bakso Sate ala SDN 15 Maileppet Kecamatan Siberut Selatan yang dipelajari siswa dalam Bumen murid memanggang sagu tersebut sehingga bulatannya tidak pecah ketika ditusuk karena bagian luar sagu saling merekat. Bakso sate ini merupakan

Ruang Kelas Rusak Berat, Siswa SDN 09 Muara Siberut Tetap Belajar PURO - Meski satu ruang kelas rusak berat namun siswa SDN 09 Muara Siberut tetap menggunakan ruangan tersebut untuk mencukupi kebutuhan rombong belajar yang berjumlah delapan. Kepala SDN 09 Muara Siberut Jaelak Sihaloho mengatakan, kerusakan ruangan tersebut akibat gempa tahun lalu. Ia menyebutkan, meski mereka menggunakan ruangan tersebut, ia meminta guru-guru yang mengajar di kelas itu untuk tetap waspada ketika gempa terjadi dan memberikan aba-aba kepada murid untuk keluar secepatnya. “Pemakaian ruangan tersebut agar pelaksanaan belajar mengajar tidak terganggu dan semua siswa kebagian ruangan,” katanya, Senin, 20 Januari. Kondisi tersebut, katanya, telah dilaporkan ke Dinas Pendidikan di Tuapeijat dan mereka sudah meninjau langsung ke lapangan. Kemungkinan rehabilitasi akan dilakukan pada tahun ini.” Kita berharap seperti itu, namun itu baru info,” ujarnya. Sementara terkait ketersediaan jumlah tenaga guru, ia menyebutkan, secara teknis guru yang ada sudah lengkap yakni 12 guru PNS dibantu 3 guru honor dan satu orang penjaga sekolah. Sebagai kepala sekolah yang baru, ia mengatakan, prioritas pertamanya yakni peningkatan kualitas pendidikan dengan cara memberantas kenakalan murid dan meningkatkan jumlah kehadiran siswa di sekolah. “Kami sudah rapat dengan orang tua murid untuk membahas hal ini, berbagai masukan bagi kami dan dari orang tua dan kami sepakat orang tua tidak boleh sering membawa anak-anak ke ladang agar mereka bisa masuk sekolah,” katanya, Senin, 20 Januari. Sementara jumlah siswa saat ini kata Sandro Seppungan, salah seorang guru, sebanyak 169 siswa. (g)

bagian kreasi murid-murid tersebut saat melakukan praktek memasak makanan tradisional Mentawai. Hari itu sebenarnya, guru Bumen mereka Margaretta Taileleu mengajar memasak sagu dengan bambu namun karena murid coba-coba bakar ditambah sebagian pernah melihat orang tua mereka melakukannya ketika menyagu hal itu pun turut dipraktekkan. Bakso sate ini kata Sandi rasanya hambar karena tidak ada rasa, untuk itu mereka mencapur sagu tersebut dengan sedikit garam agar makanannya memiliki

rasa dan lebih enak dimakan. “Paling tidak ada rasanya setelah dikasih garam,” katanya. Dilihat dari model dan cara memasaknya, apa yang dilakukan Sandi dan rekan-rekannya bukanlah hal yang baru bagi kebanyakan orang Mentawai terutama yang sudah tua atau saat ini sudah berusia 40 tahun karena hal ini juga pernah dilakukan saat mereka menyagu. Namun karena hanya sebagian kecil saja orang Mentawai yang menyagu dengan cara tradisional, model makanan ini seakan terlupakan karena jarang

dimakan saat di rumah. Model makanan sagu ini pada tahun 1990-an sangat populer di kalangan orang tua dan anak yang sering ikut menyagu terutama kaum laki-laki karena menu ini biasanya dibuat saat melakukan aktivitas tersebut. Memasak makanan ini tidak ribet terutama bagi laki-laki karena hanya tinggal dibulatkan lalu dibakar di api yang tidak memerlukan bambu atau daun sagu. Setelah matang kemudian dimakan dengan panganan lain, seperti kelapa dan ikan. Margaretta mengatakan, mengajar bumen ternyata tak sesulit apa yang dibayangkan karena bahannya tak hanya bisa diambil dari buku namun bisa diperdalam dengan pengetahuan masyarakat lokal di sekitar sekolah. “Buku ajar yang kami pakai di sini dibuat oleh Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) namun selain itu beberapa bahan juga hasil dari diskusi dengan beberapa masyrakat kemudian dijelaskan kepada murid,” katanya. Menurut Margaretta, reaksi murid saat menerima pelajaran ini sangat memotivasi guru untuk menggali pengetahuan di luar yang tertulis dalam buku. “Murid saya sangat menikmati pelajaran ini, malah mereka senang apalagi dibuat praktek terkait keterampilan adat Mentawai,” katanya. Bumen sendiri di SDN 15 Maileppet diajarkan kepada murid kelas IV hingga kelas VI dengan jadwal Senin kelas VI, Selasa kelas V dan Jumat kelas IV, sementara hari Sabtu dilakukan praktek bersama.(g)

Kepala SMAN 1 Siberut Selatan Usulkan Semua Siswa Terima BSM MAILEPPET - Seluruh siswa SMAN 1 Siberut Selatan yang berjum-lah 633 orang tahun ini diajukan menjadi penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) dari dana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengusulan data tersebut telah dilakukan sekolah ini pada 2013 lalu melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai di Tuapeijat. Kepala SMAN 1 Siberut Selatan Anjelo mengatakan, nama-nama siswa yang diajukan tersebut akan diseleksi lagi mulai dari tingkat kabupaten hingga pusat di Jakarta. “Karena akan ada seleksi nanti maka kami memutuskan mengajukan nama semua siswa, biarlah mereka nanti yang

menentukan,” katanya saat ditemui Puailiggoubat, Sabtu 18 Januari. Pada tahun 2013, kata Anjelo, penerima BSM di sekolahnya tidak banyak yakni 17 orang pada tahap II masing-masing mendapat Rp500 ribu karena hanya 1 semester, sementara pada pencairan dana tahap ketiga diterima sebanyak 27 siswa yang mendapat Rp1 juta per siswa per tahun. “Pencairan dana tahap ketiga siswa bulat menerima, sementara pada tahap dua hanya setengahnya karena proses pengajuannya sudah pertengahan anggaran berjalan,” ujarnya. Ia menyebutkan pada pengajuan tahun kemarin untuk penerima pada

tahun ini, sekolahnya kesulitan memenuhi salah satu syarat yakni kartu keterangan miskin orang tua karena seluruh siswa belum memilikinya. Sebagai penggantinya mereka melampirkan kartu keluarga. Menurut Anjelo, jumlah siswa yang layak menerima BSM tahun ini berbeda dengan tahun 2010 dan 2012. Pada tahun itu, seluruh siswa yang diajukan mendapat BSM termasuk siswa di SMAN 1 Siberut Tengah karena mereka mengajukan melalui SMAN 1 Siberut Selatan. “Kita berharap semua siswa mendapat dana BSM agar mereka terbantu mengatasi kesulitan biaya kebutuhan sekolah,” katanya.(g)


19

Puailiggoubat

PENDIDIKAN

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Kurikulum 2013 mulai diterapkan di SD Siberut Selatan bertahap

Gerson Merari Saleleubaja

SD Siberut Selatan Siap Laksanakan Kurikulum 2013 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau juga disebut kurikulum 2006 menurutnya tidak jauh berbeda dengan Kurikulum 2013. Hanya pada Kurikulum 2013 proses penilaian dititikberatkan pada penilaian pribadi siswa yakni kehidupan sosialnya, tingkat intelektualnya dan hal lain menyangkut siswa. Lanjut dia, dengan sistem peniMODEL UMA - Murid SDN 15 Maileppet Kecamatan Siberut Selatan menunjukkan model uma laian seperti itu Mentawai sebagai kerajinan tangan dari pelajaran Bumen. maka Standar Menurut Taruli, kemungkinan tahun Misalnya, lanjut Taruli, jika jam Kompetensi Lulusan (SKL) sangat ini sekolah di Mentawai akan melak- belajar pada tahun lalu hanya berkisar diperhitungkan misalnya pendidikan sanakan kurikulum 2013 karena sudah 28-30 jam per minggu, maka pada tahun agama yakni menjalankan ajaran ada pemberitahuan untuk mempersiap- ini jam belajar bertambah 30-42 jam agamanya, aplikasi dalam kehidupan kan guru kelas dan guru olah raga kelas per minggu. Kalau dulu guru agama sosial berupa membantu orang susah. I-IV dari Kepala Bidang Pendidikan hanya mengajar selama 2 jam per “Artinya penanaman SKL itu lebih Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten minggu, pada semester dua ditambah banyak sehingga guru lebih leluasa Kepulauan Mentawai dengan tujuan menjadi 4 jam. melakukan pengajaran kalau kemarin memberikan pendampingan. Dengan penambahan jam belajar jumlah jam belajar pengembangan sedikit Taruli menyebutkan, secara implisit maka jadwal belajar akan bertambah, sehingga aplikasi tersebut tidak tercapai SD di Mentawai terutama di Siberut kalau biasanya siswa pulang pada pukul maka untuk mencapai target pelajaran Selatan sudah melaksanakan kurikulum 12.20 WIB maka pada kurikulum 2013 pada KTSP beberapa guru ngebut 2013 pada semester 2 karena pembagian mereka akan pulang pada pukul 13.20 memberi materi,” ujarnya. jam mengajar sudah diarahkan ke sana. WIB. Kepala SDN 18 Taileleu Anjelo FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

encana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan menerapkan kurikulum secara serentak di seluruh sekolah di Indonesia pada tahun ini disambut baik SD di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Menurut Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan, Hijon Tasirilotik, semua SD di wilayahnya sudah siap menerapkan kurikulum apabila ada intruksi dari Kemendikbud. Mereka sendiri telah melakukan sosialisasi terkait kurikulum di seluruh SD termasuk SMPN 2 Siberut Selatan, sementara SMPN 1 Siberut Selatan telah menerapkan kurikulum tersebut pada tahun 2013. “Tidak ada masalah kalau memang mesti dijalankan, saya bersama pengawas sekolah telah melakukan sosialisasi selama satu hari di setiap sekolah sebanyak 7 SD ditambah satu SMPN 2 Siberut Selatan pada tahun lalu,” katanya, Senin, 20 Januari. “Tahun lalu ada rencana kabupaten kita menunjuk sekolah piloting untuk pelaksanaan kurikulum 2013 namun tampaknya tidak ada yang terpilih,” kata Taruli Tambunan, Pengawas TK SD UPTD Kecamatan Siberut Selatan.

R

mengatakan, sekolahnya sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak semester 1 tahun kemarin. Menurut dia, kurikulum 2013 menuntut pengembangan diri murid dalam menganalisa sesuatu hal dalam pelajaran. “Misalnya kita belajar pertumbuhan dan diberi gambar manusia, siswa dituntut memberikan penjelasan secara lengkap tentang bagaimana proses pertumbuhan tersebut,” katanya Jumat, 24 Januari. Kalau pada KTSP, kata Anjelo, murid kebanyakan didikte oleh guru sesuai dengan buku bidang studi yang dipelajari, setelah itu siswa diminta menguraikan penjelasan guru. Hal ini berbeda dengan kurikulum 2013 sebab analisa siswa pada suatu hal sangat dituntut dan menggambarkan hal itu sebelum guru memberi masukan. Kemudian pada kurikulum 2013 juga, sistim belajar lebih variatif karena guru memberikan praktek kemudian baru menyampaikan teori setelah siswa memberikan analisisnya. “Sehingga guru tidak terpaku pada konsep buku namun bisa mengaplikasikan pelajaran tersebut sesuai kondisi lingkungan itu sendiri,” ujarnya. Secara kurikulum, lanjut Anjelo, pelajaran itu telah diterapkan namun secara administrasi masih memakai KTSP, namun dalam bentuk penilaian hasil ujian siswa, sistem tersebut sudah mulai dimasukkan. (g) FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

TETAP BELAJAR Seorang murid TK Margaretha Dusun Puro Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan belajar. Proses belajar mengajar di sekolah tersebut tetap berjalan meski dana terbatas

Anggaran Terbatas, TK Margaretha Terus Bertahan PURO - Minimnya anggaran yang dimiliki membuat TK Margaretha yang berada di Dusun Puro II Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan tidak dapat menambah guru dan melengkapi fasilitas belajar. TK ini berdiri pada tahun 2001 yang didanai dari PNPMMP Desa

Muntei yang terdiri 3 ruang, 1 ruangan untuk kantor dan selebihnya ruang belajar anak-anak. Saat ini TK tersebut memiki murid sebanyak 26 orang yang diajar dua orang guru, satu guru merangkap menjadi kepala TK. Kepala TK Margaretha Rosalina Yanti Sarereake’ mengatakan, pihak-

Di SDN 14 Taileleu Satu Lokal Diisi 60 siswa MUARA SIBERUT - Keterbatasan lokal yang dimiliki SDN 14 Taileleu memaksa siswa mesti belajar berdesakan karena satu lokal diisi 60 murid. Kepala UPTD Pendidikan Siberut Barat Daya Yustinus mengatakan, kebutuhan ruang belajar di SDN 14 Taileleu sebanyak 12 namun ruangan yang tersedia hanya sembilan, sementara ruangan yang lain tidak ada yang kosong. “Dalam satu lokal kadang ada yang berjumlah 50 hingga 60 siswa dalam satu ruang, padahal jumlah standar dalam kurikulum yakni satu lokal hanya 27 hingga 30 siswa,” katanya, Rabu 22 Januari. Sementara dari segi tenaga guru, sekolah ini juga masih membutuhkan beberapa guru PNS, untuk menutupi kekurangan tersebut, sekolah mengangkat guru honor yang digaji dibawa standar karena dana terbatas.(g)

nya masih membutuhkan tambahan satu orang guru dan perlengkapan lain penunjang belajar namun karena keterbatasan dana yang mereka miliki, akhirnya semua itu tidak terwujud. Selama ini, kata Yanti, mereka bertahan dari SPP yang dibayarkan anak-anak yang dipungut Rp20 ribu per anak per bulan. Dengan jumlah anak 26 orang maka jumlah SPP yang terkumpul selama satu bulan hanya Rp520 ribu. “Dana itulah yang kami gunakan untuk gaji yang dibagi dua dengan rekan saya (Anastasyia Saurei), jadi bagaimana akan menambah guru sementara buat kami sendiri tidak cukup?” katanya saat ditemui Puailiggoubat di ruang kerjanya, Senin, 20 Januari. Selain penambahan guru, kebutuhan yang juga mendesak yakni perlengkapan permainan anak karena yang dulu sudah rusak. Ia menyebutkan, selain dana pungutan SPP anak, mereka juga

terkadang mendapat dana dari propinsi lewat pengajuan proposal. Pada tahun lalu masing-masing mereka mendapat Rp1,5 juta per orang untuk satu semester. “Namun dana tersebut tidak rutin kami terima, kadang proposal yang kami ajukan tidak ditanggapi,” ujarnya. Sementara biaya operasional pendidikan (BOP) dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai lewat pengajuan proposal yang

mereka dapat Rp7,8 juta per tahun. “Itulah yang kami gunakan merehab ringan beberapa fasilitas yang rusak, kalau tidak ada ya kami terima kondisi saja,” katanya. Meski dana sekolah mereka terbatas, ia mengatakan tetap memberikan pelayanan pendidikan secara maksimal kepada anak-anak. “Sebagai guru sudah kewajibannya mengajar dan melayani dengan tulus demi kemajuan pendidikan anakanak,” katanya. (spn/g)


PENDIDIKAN Nilai akreditasi penentu sekolah berhak melaksanakan ujian di sekolah sendiri

Puailiggoubat

20

Hanya SDN 13 Muara Siberut yang Dapat Laksanakan Ujian Sekolah Sendiri

Gerson Merari Saleleubaja FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

ari tujuh SD yang ada di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan hanya satu SD yang berhak melaksanakan ujian sekolah atau dulu dikenal UN secara mandiri yakni SDN 13 Muara Siberut. Keistimewaan tersebut bukan tanpa sebab karena SD inilah yang mendapat nilai akreditasi B sementara yang lain masih C bahkan ada tiga SD yang belum terakreditasi dan penilaiannya baru akan dilakukan tahun ini yakni SD Swasta Santa Maria Muara Siberut , SDN 06 dan SDN 07 Madobak. Pengawas TK SD UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut SelatanTaruli Tambunan mengatakan, dari peraturan yang dikeluarkan pemerintah, sekolah yang berakreditasi C belum diperbolehkan untuk melaksanakan ujian sendiri. Lanjut Taruli, itulah alasan pelaksanaan UN SD pada tahun sebelumnya di wilayah Siberut Selatan dipusatkan di SDN 13 Muara Siberut karena sekolah lain terpaksa menumpang di sana. “Untuk itu kami meminta kepada kepala sekolah untuk meningkat kualitas sekolah agar memenuhi delapan unsur standar pendidikan, berupa pelaksanaan kurikulum, kualitas lulusan, ketersedian guru dan lainnya,” katanya kepada

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

D

BELUM TERAKREDITASI - Murid SDN 17 muntei di Tiop Desa Katurei Kecamatan Siberut Barat Daya tengah belajar. Sekolah ini belum terakreditasi karena fasilitas sekolah yang belum cukup Puailiggoubat di kantornya, Senin 20 Januari. Namun Taruli tidak menyalahkan sekolah hanya mendapat akreditasi C karena pada saat Badan Akreditasi Sekolah melakukan penilaian, rata-rata kondisi sekolah rusak berat akibat gempa dan tenaga guru belum cukup. “Sedikit demi sedikit fasilitas yang masih kurang kita benahi, guru yang

kurang kita lengkapi termasuk peningkatan nilai lulusan,” kata Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan Hijon Tasirilotik di tempat yang sama. Hijon menyebutkan, akreditasi akan dilakukan ketika sekolah siap dan mereka langsung mengajukan untuk diadakan penilaian. Sementara Kepala SDN 09 Muara Siberut Jaelak Sihaloho mengatakan,

sampai saat ini pihaknya belum mengetahui prosedur pelaksanaan US ketika ada perubahan. Hal itu nanti akan dibahas pada pertemuan dengan para kepala sekolah, kepala UPTD dan pengawas sekolah. “Biasanya dana ujian diambil dari dana BOS tidak tahulah kalau untuk tahun ini, apakah sudah dianggarkan dari APBD atau belum, kalau belum tentu

kita akan membahas solusinya apa? katanya. Kepala SDN 17 Muntei di Tiop, Temu Lestari mengatakan, sejak sekolahnya berdiri pada 2009 pelaksanaan UN dilakukan di SD Taileleu karena sekolah mereka belum terakreditasi. “Meski harus mengeluarkan biaya yang besar kami terpaksa ke sana karena begitulah aturannya,” katanya Rabu, 22 Januari. Ia tak memungkiri sekolah mereka belum dapat diakreditasi tahun lalu karena fasilitas fisik sekolah mulai dari buku pelajaran, ruang belajar kemudian jumlah guru belum mencukupi. “Untuk saat ini saja buku pelajaran pegangan siswa belum terpenuhi sehingga satu buku dipakai dua orang siswa,” ujarnya. Sementara terkait perubahan UN menjadi US, Hijon mengatakan pihaknya belum mengetahui prosedur pelaksanaannya termasuk anggaran. Selama ini, dana pelaksanaan UN dibebankan kepada masing-masing sekolah yang biasanya diambil dari BOS. “Ini yang membuat kita kesal, saat rakor dengan Dinas Pendidikan di Tuapeijat, kita ungkapkan hal ini karena SD kurang diperhatikan, sebab jika alasannya karena SD mendapat BOS apa bedanya dengan SMP yang juga dapat atau SMA yang dapat BOMM, jadi kita berharap hal ini diperhatikan,” ujarnya. (g)

Internet Lambat, Kepala Sekolah Kewalahan Olah Dapodik MUARASIBERUT - Minimnya fasilitas internet di daerah Siberut membuat kepala sekolah kewalahan mengolah Data Pokok Pendidikan (Dapodik) berbasis online yang berisi laporan jumlah siswa, guru dan kondisi sekolah yang berguna dalam menjalankan program. Untuk mengatasi masalah tersebut sebagian kepala sekolah di Pulau Siberut terpaksa harus ke Padang atau Tuapeijat yang memiliki jaringan internet memadai sehingga proses pengiriman data tidak bermasalah. Pengawas TK dan SD UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan Taruli Tambunan mengatakan, pengiriman Dapodik yang berbasis online sangat menyulitkan kepala sekolah karena sekolah di Siberut Selatan belum memiliki peralatan internet. Lanjut dia, ada kepala sekolah yang membeli modem dengan tujuan mempercepat proses pemutakhiran Dapodik dengan harga Rp400 ribu, namun ketika dipakai di Muara Siberut alat tersebut tidak berfungsi karena gangguan jaringan.

“Kalau pun modem itu berfungsi sementara data yang mau diupload banyak maka tidak akan maksimal,” katanya Senin, 20 Januari. Cara satu-satunya, kata Taruli, kepala sekolah mesti ke Padang dengan dana sendiri karena dinas pendidikan tidak menganggarkan hal itu untuk sekolah. “Sebagian ongkos mereka diambil dari dana BOS, namun di situlah dilemanya karena mereka akan kesulitan membuat laporan terkait penggunaan dana jika anggaran mereka selama di Padang membengkak,” ujarnya. Taruli menyebutkan, UPTD telah mengajukan usulan penyediaan server internet ke Dinas Pendidikan Kabupaten Kepualaun Mentawai. “Mudah-mudahan ada respon positif,” katanya. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Barat Daya Yustinus mengatakan, pada tahun lalu pengiriman Dapodik dilakukan di Kantor Camat Siberut Barat Daya karena di sana ada fasilitas internet sekaligus operator yang telah dilatih di Padang

namun bulan lalu internet tersebut tidak beroperasi lagi. “Menurut informasi, kecamatan tidak sanggup lagi membayar lagi biaya internet tersebut sebanyak Rp48 juta per bulan, sehingga satu-satunya cara kepala sekolah harus ke Padang atau Tuapeijat,” katanya, Rabu, 22 Januari. Akibat terkendala internet, lanjut Yustinus, masih ada empat SD yang belum memasukkan data murid peserta US yakni SDN 11 Taileleu, SDN 14 Taileleu, SDN 17 Muntei di Tiop dan SDN 18 Taileleu. Yustinus menyebutkan, bulan ini ada kepala sekolah yang mesti ke Padang untuk mengirimkan data sekolah dengan dana sendiri karena dana BOS yang biasanya digunakan pada triwulan I yakni periode JanuariMaret belum cair. “Agar biaya hemat mereka berangkat Kamis tiba di Padang Jumat langsung kirim data kemudian pada Jumlat malam mereka pulang dan tiba di Siberut pada Sabtu, begitu seterusnya, kalau tidak data sekolah

akan bermasalah,” ujarnya. Seperti UPTD Kecamatan Siberut Selatan, Siberut Barat Daya juga berencana memasang server di kantor mereka namun lagi-lagi terkendala dana karena mereka tak punya dana

sendiri untuk membayar tagihan per bulan. “Kita tunggu saja kalau status UPTD dikonkretkan dan mudahmudahan punya kewenangan mengelola dana sendiri,” katanya. (g) FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

PERSIAPKAN DATA - Dua guru SMAN 1 Siberut Selatan mempersiapkan data sekolah yang akan dikirimke pusat


21

Puailiggoubat

EKOKER

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Penangkapan yang berlebihan tanpa proses budidaya membuat jumlah kepiting menyusut di Tiop

Berburu di Antara Makin Langkanya Kepiting

Gerson Merari Saleleubaja

eluk Katurei yang berada di Desa Katurei Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan daerah penghasil kepiting terbesar di Pulau Siberut. Teluk yang membentang sepanjang Dusun Tiop, Sarausau dan Torolaggo itu tiap minggu dapat menghasilkan ratusan kilo kepiting siap jual. Data ini berdasarkan kegiatan transaksi yang dilakukan antara warga yang menjual kepiting dengan pengepul di kampung itu selama satu minggu. Tingginya nilai ekonomi dari penjualan kepiting membuat 25 persen warga dusun berpenduduk 154 kepala keluarga dengan jiwa 703 ini menggantungkan hidupnya sebagai pemburu kepiting. Dalam satu hari tak kurang 100 orang penduduk Tiop berburu kepiting di daerah dangkal sekitar hutan mangrove yang tumbuh subur dan indah di daerah itu. “Hampir tiap anggota suku yang ada di Tiop ini bekerja mencari kepiting, misalnya saja dalam satu suku berjumlah 6 kepala keluarga maka 4 keluarga menjadi pemburu kepiting, bahkan ada yang semuanya ikut,” kata Martinus Saleilei, salah seorang warga Tiop, Sabtu, 19 Januari. Menurut Martinus daya tarik mencari kepiting terletak pada nilai uang yang dihasilkan karena setelah mereka berhasil menangkap kepiting dapat langsung dijual dengan harga yang bervariasi sesuai dengan ukuran kepiting tanpa repot mengolahnya menjadi barang lain umpamanya kelapa yang mesti dijadikan kopra dulu. Terkait harga jual, kata Martinus, klasifikasinya sejak tahun 2013 mulai bervariasi yakni terdiri dari 5 macam yakni ukuran S, M, MX, L dan LX sebelum tahun itu hanya tiga macam ukuran yakni S, M dan L. klasifikasi tersebut didasarkan berat kepiting satu ekor. “Masing-masing ukuran memiliki harganya sendiri, klasifikasi ini bertambah akibat persaingan antara sesama pengepul di kampung kami yang dulunya dimonopoli seorang pengepul,” ujarnya. Yang masuk dalam klasifikasi S yakni kepiting yang memiliki berat 2 ons dalam satu ekor, maka dalam 1 kilogram berisi 5 ekor kepiting, harga yang dipatok pengepul kepada warga untuk ukuran ini Rp22 ribu per kilogram. Satu ekor kepiting yang memiliki

T

PENCARI KEPITING - Martinus Saleilei, salah seorang warga Tiop menunjukkan kepiting yang baru ditangkapnya, pekerjaan ini sudah lama ia geluti dan menjadi sumber ekonomi keluarga. berat 3 ons masuk kategori M yang dibeli Rp42 ribu per kilogram sementara yang berukuran MX dihitung dari berat lebih dari 3 ons hingga 5 ons dipatok Rp57 ribu per kilogram. Sementara dua ekor kepiting yang memiliki berat 1 kilogram masuk kategori L dibeli dengan harga Rp85 ribu per kilogram. Dan LX dibeli dengan harga Rp120-123 ribu per kilogram, kepiting yang masuk klasifikasi ini apabila dalam satu ekor kepiting memiliki berat 1 kilogram. Namun patokan harga tersebut kata Mar-tinus, dapat berubah meski kepiting tersebut besar jika dada kepiting lunak. “Pengepul akan memasukkan kepiting tersebut pada kategori S meski beratnya 1 ekor 1 kilogram, karena merasa dirugikan biasanya kami bawa pulang kepiting tersebut lalu kami makan,” ujarnya. Martinus sendiri mengaku, profesi mencari kepiting sudah lama ia geluti bahkan tidak ingat lagi kapan persisnya. Perburuan kepiting dilakukannya hampir tiap hari saat air laut surut dan diakhiri saat pasang. Sekali berburu yang menghabiskan waktu 3 sampai 4 jam dalam satu hari, ia dapat menangkap kepiting sebesar 23 kilogram ukurannya bervariasi kadang hanya S ada juga yang L, tidak menentu yang jelas sehabis berburu kepiting, ia dapat mengantongi uang Rp100 ribu per hari. Dua tahun belakangan lanjut Martinus, hasil tangkapannya dengan warga

lain menurun drastis, terkadang pencarian selama berjam-jam pulang dengan tangan hampa. Menurut dia kelangkaan kepiting disebabkan jumlah pencari kepiting semakin banyak namun tidak ada usaha membudidayakan kepiting itu sendiri. Pernah ia mencoba membudidayakan kepiting kecil dengan cara sederhana namun karena kehabisan belanja rumah, kepiting itu pun dijual. Sebagai sumber pendapatan utama warga, penangkapan kepiting yang sudah komersial di Tiop sudah dilakukan sebanyak dua generasi. Menurut Saksak Sabolak yang juga akrab dipanggil Paulus Sabolak (59), salah satu generasi pertama yang menangkap kepiting dengan tujuan komersial, perburuan kepiting telah mereka mulai pada 1999. Saksak menyebutkan, sebelum tahun 1999 kepiting yang mereka dapat hanya dikonsumsi sebagai lauk pauk dan perburuan tidak dilakukan tiap hari, hanya kebetulan dapat ketika mencari ikan di teluk Katurei. Namun ketika ada pedagang dari luar Mentawai yang mulai membeli, kepiting pun mulai menjadi barang komersial di era 1999. Pada tahun itu, kenang Saksak, mencari kepiting tak sesulit saat ini karena sekali mencari kepiting yang mereka dapat minimal 7 kilogram yang berukuran besar. “Sekarang beda, mendapatkan 3 kilogram dalam satu hari sangat susah,” katanya. Memasuki tahun 2001, pencari

kepiting di Tiop mulai banyak namun masih bisa dihitung dengan jari paling 7 atau 10 orang. Kemungkinan menurut Saksak, warga belum tergiur karena harga beli kepiting yang masih rendah dengan pembagian 3 klasifikasi yakni S, M dan L. Pada tahun itu, harga beli kepiting ukuran S hanya Rp2.500 per kilogram, M dibeli Rp5 ribu per kilogram dan L seharga Rp30 ribu per kilogram. Memasuki tahun 2002, kepiting makin komersial dan menjadi sumber mendapat uang cepat yang menarik minat warga melakukan perburuan besar-besar. Di Tiop sendiri hampir 90 persen warga mencari nafkah dengan berburu kepiting dan dilakukan siang dan malam. “Jika dirata-ratakan tiap hari warga yang berburu kepiting sekitar 30 orang laki-laki belum termasuk ibu-ibu,” katanya. Kaum perempuan biasanya menggunakan jaring untuk menangkap kepiting, jaring tersebut ditebar di daerah yang diprediksi menjadi jalur lalu lintas kepiting di tepi bakau di seberang pemukiman mereka pada saat air surut, ketika air pasang mereka baru mengangkat jaring tersebut. “Kadang dapat tiga hingga empat ekor, langsung mereka jual,” katanya. Selain menggunakan jaring dan mencari langsung dengan menyelam, warga juga memasang bubu (perangkap dari bambu) dengan umpan di dalamnya. Saksak menyadari perburuan kepi-

ting besar-besar yang mereka lakukan membuat kepiting di daerah Teluk Katurei terutama Sarausau dan Tiop makin langka terbukti hasil yang didapat warga dari hari ke hari makin berkurang baik dari segi jumlah dan ukurannya. Menyadari kelangkaan kepiting, pernah dulu warga melalui program Coremap di kampung mereka membudidayakan kepiting dengan sistem tambak namun minimnya pengetahuan cara berbudidaya membuat usaha tersebut tak berlanjut. “Kepiting yang mau dibudidayakan saling makan, yang besar makan yang kecil kemudian yang bercangkang lunak juga turut dimakan sesama mereka, usaha pun tidak ada yang berhasil,” katanya. Fransiskus, salah seorang pengepul kepiting di Dusun Tiop mengakui, dua tahun belakangan jumlah kepiting yang dibelinya dari warga dalam satu minggu jauh berkurang. Dulu ia bisa membeli kepiting satu minggu sebanyak 300 kilogram namun kini 100 kilogram. Menurutnya ada dua yang menyebabkan penurunan jumlah kepiting yang dijual warga, pertama kepiting sudah susah dicari karena jumlah mungkin sudah berkurang dan kedua sudah banyak pengepul terutama di Dusun Sarausau. Terkait harga jual ke pembeli lokal seputar Siberut Selatan, Fransiskus memasang harga Rp30 ribu per kilogram ukuran S, M diberi harga Rp50 ribu, MX dijual Rp65 ribu, L seharga Rp90 ribu dan LX dijual dengan harga Rp130 ribu per kilogram Menurut dia perbedaan harga tersebut untuk mengantisipasi risiko kerugian yakni penyusutan berat kepiting dan resiko kematian kepiting. Selain ia jual kepada masyarakat di wilayah Siberut Selatan, kepiting itu juga dijual ke Padang melalui tangan orang lain. Kepala Dusun Tiop Elizeus Sabolak mengatakan, mencari kepiting sudah menjadi sandaran ekonomi bagi warganya. “Dari pengamatan dan sensus dari dusun, sebanyak 40 kepala keluarga di Tiop bekerja tetap sebagai pencari kepiting dan tak kurang 100 jiwa melakukan hal itu,” katanya ketika ditemui Puailiggoubat di kediamannya di Tiop, Selasa, 21 Januari. Menurut Elizeus, kelestarian hutan mangrove di teluk Katurei sebagai habitat kepiting membuat kepiting tetap ada meski saat ini jumlahnya jauh berkurang karena ramai diburu warga. Terkait kelestarian hutan mangrove ini, Elizeus mengatakan hal ini tumbuh atas dasar kesadaran masyarakat karena mereka menyadari mangrove penting demi kelanjutan hidup kepiting yang menjadi sumber ekonomi warga. (g)


22

Puailiggoubat

EKOKER

NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

Nelayan harus punya strategi saat melaut agar cuaca yang cepat berubah tidak menghambat pekerjaannya

Cuaca Buruk di Mentawai Tantangan Bagi Nelayan FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Gerson Merari Saleleubaja Barbarina Sapataddekat

uaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi yang terjadi di perairan Mentawai pada Januari 2014 tidak menyurutkan niat nelayan di Desa Maileppet Kecamatan Siberut Selatan mencari ikan. Bagi mereka tidak melaut sehari berarti tekor meski ikan yang dihasilkan tidak banyak. Sirlinus (39), salah satu nelayan di Maileppet mengatakan, baginya perubahan cuaca saat ini tidak menentu, terkadang saat berangkat cuaca baik namun ketika sedang menjaring atau memancing, angin tiba-tiba saja berhembus kuat. Dari perubahan cuaca yang tibatiba, Sirlinus mengaku mengakalinya dengan mengubah lokasi pencarian ikan. Pada cuaca baik, ia menebar jaring di laut lepas namun ketika cuaca lagi buruk, jaring disebarnya di daerah yang tertutup terjangan angin dan gelombang seperti menjaring di bakau atau di daerah teluk yang tertutup nusa kecil. “Kalau cuaca sedang buruk saya memancing atau menjaring di teluk atau selat seperti selat antara pulau Masilok dan Parabatu sehingga tidak terganggu gelombang besar karena daerahnya tertutup dan pencarian ikan tidak terganggu,” ujarnya, Selasa, 21 Januari. Hasil tangkapan, kata Sirlinus, tak kalah saat cuaca cerah meski lokasinya sangat jauh dari kampungnya yakni sekitar 2 jam berlayar memakai pompong. Dengan jarak tempuh yang jauh, biasanya Sirlinus telah menjadwalkan

C

BERSIAP MELAUT Sirlinus, salah seorang nelayan Desa Maileppet Kecamatan Siberut Selatan mengecek peralatan sebelum berangkat melaut

waktu ke laut yakni Senin berangkat dan Selasa sore ia balik, kemudian pada Rabu istirahat baru berangkat lagi pada Kamis dan baliknya hari Jumat. Hari Sabtu dan Minggu dimanfaatkan Sirlinus beristirahat sekaligus memperbaiki jaring yang rusak. Pada saat cuaca bagus, daerah operasinya di Lapek dan Berekkei, kedua daerah tersebut relatif dekat sehingga ia bisa pulang di hari sama yakni berangkat pagi kemudian pulang pada sore hari. Sirlinus menyebutkan, dalam sekali turun ke laut modal yang dikeluarkannnya mulai dari bahan bakar, mata pancing, rokok dan makanan sebanyak Rp150 ribu. Sementara hasil mencapai 20 asoi (kantong plastik) yang dijual

Rp20 ribu per kantong. Ikan yang dihasilkannya pun bervariasi yakni kakap merah, kuret (kerapu macan) dan pasesengau (ikan kuwe) atau ikan karang lainnya. Dari hasil penjualan 20 kantong ikan, Sirlinus yang dibantu anakanaknya menghasilkan uang sebanyak Rp400 ribu. Keuntungan yang dihasilkan sebanyak Rp250 ribu, jika dalam satu minggu minimal dua kali melaut maka ia mendapat penghasilan sebanyak Rp500 ribu. “Cukup lumayanlah karena saya tidak pusing lagi memikirkan belanja dapur dan anak-anak saat sekolah,” ujarnya. Baginya menjadi nelayan sudah menjadi pekerjaan utama yang telah ia geluti sekitar 10 tahun, pada awalnya

pekerjaan menjadi nelayan hanya bagian pekerjaan serabutan, kadang ia juga jadi kuli bangunan dan juga kuli pelabuhan. Namun sejak 2013, ia mulai serius melakukan pekerjaan itu meski terkadang ia juga melakukan pekerjaan lain seperti ke ladang namun pekerjaan utamanya tak ia tinggalkan. “Pernah saya ikut program bersawah pemerintah pada Oktober 2013, dua bulan saya membajak sawah dan menanam hasilnya mesti menunggu sementara uang buat kebutuhan sehari-hari kosong, maka saya memutuskan ke laut dan meninggalkan sawah untuk diurus istri,” ujarnya. Menurut Sirlinus, keberhasilannya melaut tak lepas dari bantuan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumbar berupa 12

set jaring ditambah 1 unit mesing pompong pada tahun lalu. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk hibah sehingga tidak ada kewajiban nelayan mengembalikan uang dari pembelian jaring tersebut. Selain dirinya ada 13 rekannya di Maileppet yang mendapat bantuan sejenis. “Bantuan tersebut sangat membantu kami nelayan kecil yang tak memiliki modal, prosesnya pun gampang tinggal buat proposal serahkan kepada ketua kemudian diserahkan kepada petugas penyuluh perikanan di Siberut Selatan (Ismael), tinggal menunggu dan hasilnya telah kami terima,” ujarnya. Jika lagi apes, ia hanya dapat membawa 2 atau 3 kantong ikan, namun untuk dimakan di rumah tetap ada. Paulus, nelayan lain di Maileppet mengatakan, cuaca yang memburuk sangat membatasinya saat memancing atau mencari lobster. Biasanya ia berangkat sekitar pukul 16.00 WIB lalu pulang besoknya sekitar 06.00 WIB, namun karena cuaca buruk ia hanya berani melaut selama 4 jam. “Jarak jangkauan saya memancing hanya 1 klometer dari pantai, terkadang jika badai sudah parah saya memilih kembali ke rumah, kadang ada hasil terkadang nihil,” katanya, Jumat,17 Januari. Jika cuaca bagus katanya, ia mendapat penghasilan mencapai Rp100-200 ribu per hari dari penjualan ikan dan lobster. Julius rekan Paulus juga mengeluhkan cuaca buruk dalam bulan ini, “Pendapatan saya sehari hanya mencapai Rp50 ribu sementara modal BBM sebesar Rp13 ribu ditambah beli mata pancing,” katanya.(g) FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Harga Tinggi, Warga Puro Kebut Panen Cengkeh PURO-Tingginya harga cengkeh di Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai membuat warga mengebut panen di kebun miliknya, awal tahun ini. Beberapa kegiatan lain seperti bersawah dan berkebun coklat ditinggal sementara untuk memburu panen cengkeh. Harga cengkeh kering di Muara Siberut sejak awal Januari 2014 berkisar Rp120-125 ribu per kilogram yang sebelumnya hanya Rp90-100 ribu per kilogram. Meski hasil panen tak sebanyak tahun lalu, karena harga tinggi warga merelakan waktunya memetik cengkeh. “Dari 10 batang hanya dua batang yang berbuah, itupun tidak lebat namun cukup membantu

ekonomi di rumah,” kata Rober Samarurok, salah seorang warga Puro Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan , Senin 20 Januari . Rober menyebutkan, jika semua batang cengkeh berbuah hasilnya bisa ratusan kilogram, namun karena hanya dua batang yang berbuah dan tidak lebat maka panen paling hanya sebanyak 10 kilogram. “Jika dipotong modal pekerjaan sebanyak Rp300 ribu dengan hasil sebanyak Rp1,2 juta maka sisa dana Rp900 ribu itulah yang kami gunakan untuk biaya kebutuhan beberapa minggu ke depan,” ujarnya. David Sapataddekat, warga lain mengatakan, jika dibanding panen tahun lalu yang mencapai 350 kilogram dari 47 batang cengkeh yang

dimilikinya, panen saat ini sangat sedikit. “Dapat 20 kilogram saja sudah cukup, karena dari segi harga itu cukup imbang dengan harga kebutuhan pokok lainnya,” katanya. Sementara Martinus Saleleilei, warga Dusun Tiop Desa Katurei Kecamatan Siberut Barat Daya yang baru pulang meninjau kebun cengkehnya menyebutkan, hanya beberapa dahan cengkeh yang memiliki buah, selebihnya tidak. “Kami sudah petik sedikit, kalau kering mungkin tidak sampai 5 kilogram,” ujarnya, Sabtu, 18 Januari. Namun tak semua warga yang memiliki batang cengkeh beruntung pada panen tahun ini, karena batang cengkehnya tidak berbuah. Salmon, warga Puro mengatakan, pada tahun

JEMUR CENGKEH - Warga Dusun Puro Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan menjemur cengkeh lalu hasil panennya sebanyak 150 kilogram dari 22 batang cengkeh miliknya, namun pada tahun ini tak

ada satu pun panen yang dihasilkan karena cengkehnya tidak berbuah. (spn/g)


23

Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

Suara Daun

K

arya seni rupa Mentawai selain dalam bentuk anyaman dan pembubuhan warna, juga menggunakan teknik penggoresan dan pencongkelan bagian-bagian permukaan serta pengukiran. Dilihat dari segi bentuk, tidak terdapat perbedaan antara ornament yang digambar dan yang dibuat dengan cara menggores atau mengukir. Tapi ornamen yang digambar lebih lekas pudar dan karena itu biasanya tidak dipakai untuk menghiasi benda-benda yang sering digunakan. Suatu cara sederhana dan dan cepat untuk menghiasi permukaan adalah dengan teknik penggoresan dengan pisau raut (balugui). Teknik ini sangat cocok untuk membubuhkan hiasan pada permukaan yang keras dan tidak berserat. Banyak benda kegunaan sehari-hari dari beraneka ragam bahan yang dihiasi dengan cara begitu. Misalnya saja yang dari kayu: tempat tembakau, papan hias (tagga) yang dipasang di atas sisi dalam dari jalan masuk ke uma, alat pengukur lubang jala untuk menjaring penyu laut, kopor dukun yang kecil, serta pinggan-pinggan besar tempat menghidangkan makanan. Kadang-kadang ornamen tidak dibuat dalam bentuk congkelan melainkan berbentuk pola timbul. Bagian permukaan yang bukan termasuk ornamen dicongkel dengan pisau. Teknik ini paling kerap dipakai untuk menghiasi gendang dan tempat tembakau. Teknik kerawang hanya dipakai untuk membuat satu jenis benda saja yaitu jimat jaraik. Benda keramat ini dibuat dengan cara dengan cara melubang-lubangi selembar papan. Masih ada jenis jaraik lainnya, yang tidak dibuat dengan teknik pelubangan tetapi terdiri dari sejumlah percabangan. Ukiran figuratif berukuran besar umumnya berwujud relief yang dibuat menonjol pada permukaan papan. Relief-relief itu berwujud sosok binatang tapi ada juga yang menggambarkan manusia korban pengayauan yang berhasil. Gambar relief manusia jarang ditemukan sebagai penghias tonggak. Yang sangat menarik wujudnya dalam kesenian Mentawai adalah kelelawar dan burung dari kayu, yang digantungkan pada balok silang di uma atau ditancapkan pada tongkat. Di beberapa daerah di Siberut dulu juga ada patung-patung berwujud manusia. Patung-patung ini pada umumnya juga merupakan simbol pengayauan yang berhasil. Akhirnya terdapat pula sejumlah

Roberta Sarogdog

Budaya Mentawai adalah Masa Depan

J

Seni Rupa Asli Mentawai (2) benda kegunaan sehari-hari yang keseluruhannya dibuat berbentuk figuratif, seperti misalnya penyu dari kayu yang bagian punggungnya dibuat berongga sebagai tempat lampu minyak atau pinggan tempat makanan yang berbentuk burung. Untuk membuat karya ukiran berukuran kecil hanya digunakan balugui, yaitu pisau raut yang gagangnya melengkung. Sedang untuk membuat bentuk-bentuk yang lebih besar terdapat serangkaian kerja. Di Mentawai tidak dikenal fungsi khusus sebagai seniman karena barang-barang yang ditampilkan di sini kebanyakan dibuat sendiri oleh pemiliknya. Hanya sehubungan dengan benda yang pembuatannya sangat sulit, misalnya saja perahu lesung-ada kalanya seseorang yang menyangsikan kemampuannya sendiri, dan karenanya lebih baik minta dibuatkan oleh salah seorang kenalan. Dulu ini pun sering terjadi dalam pembuatan perisai, terutama pembuatan hiasan berupa gambar spiral yang rapid an sangat

simetris. Begitu pula halnya dengan pekerjaan membuat rajah, untuk inipun kadang-kadang dimintakan pertolongan adri jiran yang sangat terampil. Tapi kesemua kasus yang disebutkan di atas selalu merupakan hubungan kerja yang hanya diikat untuk satu kesempatan saja. Pada kesempatan lain, bisa saja orang lain yang akan dimintai pertolongan. Sedang imbalan jasa biasanya tidak lebih dari ajakan untuk makanmakan bersama atau pemberian bekal bagian otsai; selain dari itu paling-paling masih diberikan pula seekor ayam hidup, atau seekor babi, ini sebagai imbalan bagi pembuatan perahu. Serupa dengan kemampuan lainlainnya yang bercorak luar biasa, keterampilan membuat benda-benda bernilai seni juga menaikkan martabat seseorang. Justru peningkatan martabat ini yang rasanya lebih menarik bagi sebagian orang untuk memberikan jasa dibandingkan dengan imbalan yang tak seberapa. Namun gengsi jauh lebih kecil perannya dalam pemberian bentuk artistik daripada benda-benda kegunaan sehari-hari yang merupakan milik sendiri.

Benda-benda seni yang tidak sekaligus juga memiliki kegunaan teknis merupakan milik segenap anggota uma, dan selalu dibuat beramai-ramai. Pada pembuatan burung-burungan misalnya, dapat saja terjadi bahwa seseorang membuat bagian badan, sedang bagian sayap dibuat orang lain, lalu orang ketiga menggambari, dan selanjutnya mungkin ada orang keempat yang ikut menambahkan hiasan yang terbuat dari serat tumbuh-tumbuhan. Pengerjaan bagian yang terbuat dari kayu selalu merupakan bagian tugas pria, wanita termasuk pula gadis-gadis kadang-kadang turut mengambil bagian yaitu melakukan pekerjaan menggambari dan membubuhkan hiasan. Namun pembuatan benda-benda seni jenis ini selalu dilakukan selama ada perayaan, dan pada saat-saat seperti itu, kaum wanita umumnya sibuk di tempat lain, yaitu membuat hiasan dari bungabunga dan dedaunan. (Reimar Schefold, Mainan Bagi Roh (Kebudayaan Mentawai), Balai Pustaka, 1991)

angan mengira Budaya Mentawai tidak dikenal di dunia. Jangan malu menunjukkan budaya Mentawai di manapun kita berada, karena Mentawai bagian Indonesia yang dikenal dengan negara multi kultural, dimana ditempati atau diduduki oleh masyarakat yang memiliki bermacam-macam kebudayaan. Patut dibanggakan dan disyukuri, karena walaupun Indonesia ini dihuni oleh beranekaragam budaya, Indonesia masih tetap bisa bertahan sebagai negara yang utuh. Itu semua dikarenakan adanya falsafah Indonesia yang disebut Pancasila. Dimana dalam sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia�. Budaya Mentawai jangan sampai dicangkokan dengan budaya luar yang tidak bisa diposisikan dalam budaya Mentawai. Karena sekarang generasi muda kita sangat diwajibkan untuk belajar dan terus dibimbing agar memahami dan belajar dengan budaya sendiri dan tidak dirusak oleh pemilik budaya itu sendiri. Perlu kita sadari juga bahwa budaya sangat penting dan menjadi kekuatan besar dalam pembangunan berkelanjutan didaerah. karakter kebudayaan saat ini melewati lintas agama, suku, masyarakat. Karena kebudayaan adalah masa depan. Tanpa budaya, seperti tanpa masa depan. Tetaplah terus mempromosikan budaya pada beberapa kesempatan atau pertemuan besar di daerah, seperti apa yang dilakukan oleh daerah lain dalam menunjukkan dan mempertahankan nilai budaya. Memang tidak bisa dihindarkan, terjadinya benturan budaya atau pun juga melahirkan adanya dominasi budaya yang tidak diharapkan di daerah kita. Kondisi itu akhirnya bisa memicu disharmonisasi. Namun jika diderah itu terus saling dialog dan salin hormat-menghormati dan tidak menonjolkan budaya yang dimiliki daerah luar. Karenanya, konvergensi budaya mesti dibangun dalam semangat saling menghormati dan memahami satu dengan lainnya. Hal itu sangat penting untuk dilakukan, untuk menghasilkan kekuatan kebudayaan sebagai daya dorong pembangunan. Budaya sangat perlu untuk diperkuat karena budaya sebagai dasar hidup dan ciri khas bernegara. Jangan musnahkan budaya tetapi kembangkan dan pertahankan budaya kita, dan hormati budaya setempat di daerah mana kita berada.z


Potret

S

ebagai daerah kepulauan yang terpisah dengan daratan Sumatera, Mentawai memiliki ciri kebudayaan dan tradisi sendiri termasuk jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh warga setempat. Sagu merupakan makanan pokok penduduk di Mentawai, penyajiannya yang masih sederhana termasuk penyajiannya membuat makanan ini belum dapat dijadikan komoditas ekonomi seperti beras. Namun beberapa lembaga yang berkecimpung di Mentawai mencoba mengkreasikan bahan makanan ini dengan tambahan beberapa bumbu yang membuat bentuk dan rasanya lebih bisa

Puailiggoubat NO. 281, 1 - 14 Februari 2014

24

diterima masyarakat umum di luar Mentawai. Salah satunya caranya dengan menggelar lomba kuliner Mentawai pada 24 Januari 2014 yang diadakan oleh Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) dengan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan, Tengah dan Siberut Barat Daya. Selain diperkenalkan dalam lomba, kreasi kuliner Mentawai jenis lain juga akan menjadi pelajaran wajib Budaya Mentawai di SD di daerah tersebut.

Foto: Gerson Merari Saleleubaja Teks: Gerson Merari Saleleubaja

SDN 17 Muntei menghidangkan sagu kelapa lezat

Siswa SDN 06 Madobak memanggang lompong sagu

Siswa SDN 16 Saliguma memarut kelapa untuk dicampur dengan sagu dalam proses pembuatan lapek sagu

Mengaduk sambil memasak adonan puding sagu buatan SDN 18 Taileleu

Sagon-sagon sagu menjadi juara 1 lomba kuliner tingkat SD yang dibuat SD Santa Maria Muara Siberut

Dewan juri menilai hasil kuliner Mentawai buatan SDN 18 Taileleu

Siswa SMP Yos Sudarso II Muara Siberut mengaduk adonan mentega untuk membuat kue marmer sagu

Sanggar Manai Sikerei membuat kapurut

Kue marmer sagu buatan SMP Yos Sudarso II Muara Siberut yang meraih juara I lomba kuliner Mentawai kategori umum


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.