291 ok

Page 1

7

SEKOLAH MENTAWAI TAHUN INI TERAPKAN KURIKULUM 2013

TERDAKWA ALKES MENTAWAI DIVONIS EMPAT TAHUN PENJARA MENTAWAI NEWS

8

PENDIDIKAN

Tabloid Alternatif Dwimingguan

18

Puailiggoubat Untuk Kebangkitan Masyarakat Mentawai

1

No . - 1 Tah 29 1 4 un J ul XI i2 I 01

4

HARGA ECERAN RP 3000

MENTAWAI NEWS

JEMBATAN TERBENGKALAI, PEMILIK LAHAN ANCAM TUTUP JALAN


Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Uggla Siba satoga sibara ka dusun Surat Aban Desa Bulasat iukkak sia SiRamses, itiboi kamattadda satoga nene’ rasikolah sia ka pesantren ka Bogor, tapoi kelek araagai ia sai polisi kudduat ailakenenda nenda bokoilek bailiu raalak satoga minca samba rapenjara akek SiRamses-3 Kek tak lepak teret Agustus 2014, bulagat PNPM Program Pasca Bencana ka epat kecamatan buitak toilik ka negara - 5 Sibakkat polak mugoluk kalulut matat lalep nia ibailiu enungan sirimanua simigi mutalipok sambat abak ka bat oinan - 7 Aiailiat ka laggo Juni tapoi loinak galajet lalep huntap ka Pagai Selatan tak pei rabara akek sia sibakkat IPK - 9 Kenanen rura nene’ Kurikulum 2013 ragelai akek kasangamberi sikolah ka Mentawai, tapoi tak pei sangamberi guru ragelai akek sai pemerintah pagalaijat nenda-18 Kaipa rasaki akek buat monenda sipulalaggai ka Simatalu, sangamberi sipasisasaki tak ralului sambat bulagat, rapasilik akek lek galajet samba galajet, bulat goisok lek rasilok bulagat - 21 COVER DEPAN: 1 ILUSTRASI: RUS 1 DESAIN: SYAFRIL TABLOID ALTERNATIF DWIMINGGUAN

Puailiggoubat Terbit setiap tanggal 1 dan 15

ISSN: 1412-9140 PENERBIT: Yayasan Citra Mandiri PEMIMPIN UMUM: Roberta Sarogdok PEMIMPIN USAHA: Pinda Tangkas Simanjuntak PEMIMPIN REDAKSI: Yuafriza DEWAN REDAKSI: Roberta Sarogdog Rus Akbar Saleleubaja Yuafriza REDAKTUR: Rus Akbar Syafril Adriansyah Gerson Merari Saleleubaja WARTAWAN DAERAH: Bambang Sagurung (Sikabaluan) Rapot Pardomuan (Sipora) Rinto Robertus (Saibi) Leo Marsen (Sikakap) Supri Lindra (Sikakap) Patrisius Sanene’ (Padang) Legend Satoinong (Siberut Selatan) Siprianus Sababalat (Siberut Selatan) DISTRIBUTOR DAERAH: Arsenius Samaloisa (Sioban) Vincensius Ndraha (Siberut Selatan) Bambang (Siberut Utara) Juanda (Siberut Barat) ALAMAT REDAKSI DAN USAHA: Jl. Kampung Nias 1 No. 21, Padang. Telp (0751) 7877373 - Fax. (0751) 35528 REKENING: Bank Nagari Cabang Pembantu Niaga, Padang No.2105.0210.0207-1 PENCETAK: Padang Graindo, Padang (Isi di luar Tanggung Jawab Percetakan) Wartawan Puailiggoubat selalu dilengkapi Kartu Pers dan (sesuai Kode Etik Jurnalistik) tidak dibenarkan menerima suap (‘amplop’) dari narasumber.

www.puailiggoubat.com

Dari Redaksi

P

emilu Presiden 2014 ini adalah Pilpres terpanas dalam sejarah pemilihan langsung di Indonesia. Tak terhitung banyaknya kampanye hitam, kampanye negatif yang berseliweran baik di dunia maya, maupun di dunia nyata.

2

Siap Menang dan Kalah

Para pendukung calon presiden (capres) terbelah menjadi dua kubu. Tak sedikit yang fanatik membela sehingga terdengar di berita ada benturan antar pendukung capres. Setiap kali pemilu ataupun pemilihan kepala daerah digelar,

selalu ada deklarasi siap menang dan siap kalah. Artinya yang menang tidak perlu jumawa, sedang yang kalah bersikap sportif dan tidak anarkis. Kita berharap apapun hasil Pilpres nanti, kita semua rakyat Indonesia siap menang dan ka-

lah. Jika capres pilihan kita kalah, ya tidak apa-apa, toh kehidupan berjalan terus. Yang penting tetap bekerja, tetap berbuat untuk negeri ini dan senantiasa mengawasi pemerintahan agar berjalan baik dan berkeadilan. Itu saja.


3

Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014 FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

Anak-anak tersebut dijanjikan akan disekolahkan di sebuah pesantren di daerah Bogor.

DAMPINGI KORBAN

Tim Redaksi

emiskinan dan sulitnya hidup setelah terpuruk akibat tsunami pada 2010, membuat sejumlah orangtua di Surat Abat, Desa Bulasat Kecamatan Pagai Utara merelakan sembilan anaknya dibawa ke Bogor untuk disekolahkan. Adalah Ramses Saogo alias Farhan yang membujuk para orangtua tersebut untuk merelakan anak-anak mereka dibawa. Oleh Ramses, anak-anak yang berusia antara 4 – 15 tahun itu dibawa ke Padang. Sesampainya di Padang, Ramses bersama rekannya Mayarni membawa sembilan anak itu ke sebuah hotel di kawasan Alang Lawas Padang sebelum dibawa ke Jakarta. Namun belum sampai di Jakarta, Ramses dan Mayarni beserta sembilan anak tersebut diamankan petugas kepolisian dari Kepolisian Resor Kota Padang, Rabu (25/6). Saat disambangi Puailiggoubat di Mapolresta, sembilan anak tersebut terlihat lusuh. Sebagian bersandal jepit, sebagian lagi bertelanjang kaki. Mereka terlihat bingung karena tidak bisa berbahasa Indonesia. Untung sejumlah LSM seperti Lembaga Perlindungan dan Pendampingan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Women Crisis Center Nurani Perempuan dan Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) serta sejumlah elemen masyarakat Mentawai di Padang mendampingi anak-anak tersebut. Awal mula penangkapan menurut Kasat Reskrim Polresta Padang Kompol Iwan Ariyandhi, berasal dari laporan yang diterima jajaran Sat Intelkam Polresta Padang, Rabu (25/6), bahwa ada sembilan bocah laki-laki asal Surat Aban dibawa oleh dua orang dewasa ke Padang. “Saat petugas sampai di hotel, para bocah itu ditemukan tengah duduk berkelompok di lantai dalam kamar hotel dan di sepanjang tangga,” ujar Kompol Iwan. Mengetahui kedatangan petugas, kedua orang dewasa tersebut kaget dan gelagapan saat ditanyai petugas. Mereka juga tidak bisa memperlihatkan keterangan identitas serta dokumen lainnya. Setelah melakukan pemeriksaan intensif, Polresta Padang menetapkan Farhan alias Ramses Saogo sebagai tersangka Jumat (27/6), sedangkan Mayarni masih terus diperiksa. “Awalnya kita menduga human trafficking (perdagangan manusia). Tapi itu belum bisa ditetapkan karena anak-

Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet (kiri) bersama Wakil Bupati Mentawai, Rijel Samaloisa mendampingi bocah yang diduga menjadi korban eksploitasi anak di kantor Penghubung Kabupaten Kepulauan Mentawai, jalan Azizi Padang, Sabtu 28 Juni lalu

K

BAWA 9 ANAK DARI BULASAT POLISI TANGKAP RAMSES anak itu belum sempat dijual,” ujar Iwan. Ramses diancam dengan UU Perlindungan Anak tahun 2002 pasal 13, 14, dan 15 yaitu tentang eksploitasi anak, penelantaran, dan perlakuan keji terhadap anak. Pasal 15 tentang tindakan yang membahayakan anak secara fisik dan psikis. Sementara Kapolsek Sikakap, Iptu Edison Hulu yang ikut mendampingi anak tersebut mengatakan keberangkatan mereka tanpa memiliki surat-surat yang lengkap, serta ada donatur yang membayar untuk membawa mereka ke luar Mentawai. “Dana untuk membawa sembilan bocah tersebut senilai Rp18 juta,” katanya. Selama pemeriksaan dilakukan, beberapa pejabat Kantor Camat Sikakap, BPBD Mentawai, anggota DPRD, Polsek Sikakap, Kesbang Pol, Asisten 1, Dinsos Provinsi Sumbar dan Mentawai serta mahasiswa Mentawai turut memberikan hiburan dan makanan kepada sembilan anak tersebut. Dua malam menginap di Mapolresta, sembilan anak ini dipindahkan ke Kantor Penghubung Pemda Mentawai di Jalan Azizi Padang, Jumat (27/6) malam. Selama dalam pengawasan Pemda Mentawai, anak-anak tersebut mendapat berbagai bantuan serta pemeriksaan kesehatan. Menanggapi kejadian tersebut, Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet yang didampingi Wakil Bupati Rijel

Yudas Sabaggalet “Kasus ini mungkin yang kesekian kalinya, dan ini yang terungkap, untuk itu kami akan merumuskan beberapa kebijakan serta melakukan penguatan kepada orang tua di Mentawai supaya tidak tergiur lagi bujukan orang-orang untuk menyekolahkan anak-anaknya di Jakarta dengan gratis.” Samaloisa menggelar konferensi pers. Ia mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terungkapnya kejadian tersebut. Ia menjamin akan menanggulangi kebutuhan sembilan anak tersebut selama dalam pengawasan Pemda. “Kita mengambil alih anak-anak ini, sementara untuk ranah hukum kita serahkan kepada kepolisian,” ujarnya, Jumat (27/6). “Kasus ini mungkin yang kesekian

kalinya, dan ini yang terungkap, untuk itu kami akan merumuskan beberapa kebijakan serta melakukan penguatan kepada orang tua di Mentawai supaya tidak tergiur lagi bujukan orang-orang untuk menyekolahkan anak-anaknya di Jakarta dengan gratis,” tegasnya. Yudas mengakui saat ini fasilitas sekolah dan guru-guru yang mengajar di daerah terpencil masih kurang, saat ini Pemda Mentawai sedang mengusahakan penambahan para guru untuk mencukupi kebutuhan sekolah. “Tahun ini ada Rp13 miliar untuk biaya menyekolahkan mahasiswa Mentawai di berbagai perguruan tinggi, ini bertujuan setelah me-reka tamat kuliah mereka kembali ke Mentawai untuk membangun Mentawai,” ujarnya. Yudas juga akan meningkatkan kemampuan Dinas Sosial Mentawai untuk menghadapi masalah-masalah seperti ini. “Kita memang membuat tim khusus masalah perdagangan manusia, TKI, imigran gelap, tapi ini belum optimal dan saya yakin ini tidak akan bisa optimal, tapi saya meminta masyarakat jika ada hal-hal yang mencurigakan segera lapor pada aparat pemerintah dan hukum setempat,” katanya. Sementara itu, dua orang tua korban NS (46) dan MS (44) yang didatangkan dari Surat Aban datang ke Padang menjemput anak-anak mereka. Dalam pertemuan dengan Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet di Kantor Penghubung

Pemda Mentawai, Senin (31/6), mereka mengaku tidak mengetahui akan terjadi seperti ini. NS mengaku sangat terkejut ketika mendapat surat dan penjelasan dari polisi bahwa Ramses yang memba-wa anaknya telah diciduk polisi dengan dugaan melakukan kejahatan. “Saya sangat terkejut karena saya kenal Ramses dan orang tuanya di Padang, kemudian saya memutuskan ke Padang dan bertemu anak di kantor ini,” tuturnya. Senada dengan NS, MS orang tua dari H, R, dan Kjuga tidak berpikiran buruk ketika anak mereka dibawa. “Saya tak menaruh curiga sedikit pun, ternyata kejadiaannya seperti ini,” katanya. Sementara itu terkait adanya dugaan satu orang anak perempuan berinisial Er yang hingga kini belum diketahui keberadaannya, menurut Yudas, saat ini pihaknya telah bekerjasama dengan Poltabes Padang memburu keberadaan anak tersebut. “Polisi sudah mengendus kebera-daan mereka namun belum bisa dipublikasikan secara lengkap demi kepentingan intelijen,” ujarnya. Yudas menyebutkan, belajar dari kasus ini, pihaknya akan berangkat ke Surat Aban pada 2 Juli untuk bertemu masyarakat setempat untuk menemukan penyebab sekaligus memberikan solusi sehingga kasus pelepasan anak yang dilakukan orang tua tidak terulang lagi. “Jika pendidikan persoalannya, kita eksekusi di tempat itu juga agar kasus tidak terulang,” jelasnya. (rus/gsn/leo/o)


SAJIANUTAMA

BELENGGU KEMISKINAN PENYEBAB PUTUS SEKOLAH Kemiskinan membuat orangtua sembilan anakanak dari Surat Aban merelakan anaknya dibawa pergi karena dijanjikan sekolah sebab sejak tsunami anak-anak tersebut putus sekolah.

Supri Lindra

usun Surat Aban Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu desa yang terdampak tsunami 2010 lalu. Tsunami tak hanya memporak-porandakan pemukiman warga, namun mereka juga diharuskan pindah ke lokasi pemukiman baru. Kesulitan ekonomi pascatsunami membuat warga Surat Aban terpaksa bertahan hidup seadanya. Tak sedikit dari anak-anak mereka yang putus sekolah. Kondisi ini juga yang mendasari sejumlah warga menyerahkan anaknya kepada Ramses Saogo, warga setempat yang sudah 20 tahun merantau ke Jakarta, untuk dibawa ke Jakarta dan dijanjikan akan disekolahkan di pesantren di daerah Bogor. Salah seorang orangtua anak-anak itu, MS ( 44 ), mengisahkan, awalnya ada tiga orang yang datang ke kampungnya, Sabtu (21/6) lalu. “Yang kami tahu namanya Maya (40), Rika ( 25 ), dan satu orang laki – laki Ramses Saogo warga Dusun Surat Aban yang sudah 20 tahun meninggalkan kampung, kepada anak yang mau dibawanya dijanjikan akan disekolahkan di Jakarta,” katanya kepada Puailiggoubat di Sikakap, Minggu (29/6). Menurut MS, Ramses berkeinginan membawa ketiga anaknya yakni H (15), R (9) dan K (7).

D

“Keinginan Ramses dan dua orang kawannya langsung saya tanya ulang ke istri apakah mengijinkan atau tidak, jawaban istri kalau memang mau disekolahkan saya akan izinkan,” kata MS menirukan ucapan A, istri MS. Karena istrinya sudah setuju, maka MS langsung mendatangi rumah Ragai, orang tua Ramses Saogo . Disana dia bertemu Ramses namun tak sedikit pun Ramses bercerita soal keberang-katan anak-anak itu. “Ramses langsung memberikan surat bermaterai 6000 kepada saya supaya ditandatangani, tanpa dibaca surat tersebut langsung saya tanda tangani, setelah itu saya langsung pulang,” katanya. MS mengaku sebenarnya berat melepas tiga anaknya dibawa Ramses namun ketidakmampuannya menyekolahkan anak-anak membuat ia dan istrinya terpaksa memberi izin. “Kami adalah korban gempa bumi dan tsunami Mentawai tahun 2010 lalu, sudah hampir empat tahun pemerintah

Puailiggoubat

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

4

FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

UKUR BAJU - Istri bupati, Rosmaida Sagurung mengukur baju yang diserahkan bersama istri wakil bupat Ruth Meliani Tatubeket dan Camat Sikakap Happy Nurdiana Tatubeket belum juga memberikan bantuan untuk peningkatan ekonomi, sementara ekonomi kami telah hancur akibat dihantam tsunami, H (15) yang sekolah kelas V terpaksa menganggur sejak setelah gempa tahun 2010 lalu, begitu juga dengan dua orang adiknya, hal ini disebabkan saya dan keluarga terpaksa tinggal kembali ke kampung lama Surat Aban yang jaraknya dengan tempat lokasi relokasi dimana akan didirikan rumah huntap sekitar 10 km, sementara sekolah sudah tidak ada lagi di lokasi kampung lama, sekolah SD ada hanya di tempat relokasi, melihat keadaan seperti itu maka terpaksa tiga orang anak saya diizinkan pergi dengan bekal belanja yang saya kasih Rp 25 ribu untuk 3 orang anak, sementara Ramses tidak ada memberikan uang sepersen pun kepada kami orang tua,” beber MS. Hal yang sama juga dikatakan Ns (45), salah seorang orang tua. Ketidakmampuan ekonomi keluarga membuatnya terpaksa merelakan kepergian tiga anaknya yakni J (15 ), P (13), dan J(7)

yang dijanjikan akan disekolahkan. Menurut Ns, sejak tanggap darurat berakhir, maka berakhir pula bantuan dari pemerintah,” Kami sangat berharap sekali agar ada bantuan untuk perbaikan ekonomi dari pemerintah, dulunya yang kami dengar ada tapi sudah masuk empat tahun setelah gempa dan tsunami belum juga ada sedangkan huntap saja yang sekarang kami harap-kan agar cepat selesai pembuatannya belum mulai”, katanya. Menurut Ns, awalnya ia bersama keluarga tinggal di lokasi relokasi. Namun karena tidak ada sumber ekonomi di sana mereka kembali ke perkampungan lama yang dekat dengan kebun mereka. “Terpaksa saya dan keluarga kembali lagi ke kampung lama untuk kembali bercocok tanam, di kampung lamalah ada ladang saya, sekarang ini ketiga anak saya akan saya jemput ke Padang, biar makan seadanya asalkan bisa kembali berkumpul dengan anak – anak,” katanya. FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

DIPULANGKAN Orang tua korban dugaan perdagangan anak memeluk ketiga anaknya saat Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet menyerahkan kembali kepada orang tuanya di kantor Penghubung Kabupaten Kepulauan Mentawai, 30 Juni 2014

Sementara Peringotan Saleleubaja, Kepala Dusun Surat Aban menjelaskan, sepengetahuannya ada 10 arang anak yang dibawa Ramses Saogo, sembilan anak laki-laki dan satu lagi perempuan. Anak-anak itu berinisial J, P, J, H, R, , K, G, AL, dan N, serta satu orang perampuan bernisial Er. Kesepuluh anak itu berasal dari lima orang tua. Hanya dua dari mereka yang akan berangkat ke Padang menjemput anakanaknya yakni Ms dan Ns. Sementara R, J, dan A tidak ikut. “Saya tidak tahu soal keberangkatan anak-anak itu, tidak ada yang melaporkan dan saya tidak pernah memberi izin,” kata Peringotan, 29 Juni lalu. Kepala Desa Bulasat Firman Saogo mengakui sebagian besar warganya hidup miskin setelah tsunami 2010 lalu. “Sekarang ada warga kami terpaksa setiap Senin sampai Sabtu tinggal di kampung lama yang jaraknya dari daerah relokasi 10 km, itu ditempuh dengan jalan kaki, Sabtu pulang ke tempat relokasi, dan kembali lagi hari Senin, bagi keluarga yang tidak mampu melakukan hal seperti itu terpaksa harus tinggal kembali di kampung lama Surat Aban, kalau ada bantuan pemerintah mungkin hal ini tak akan terjadi, jelasnya. Begitu Firman mendapat telepon dari Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet agar menjemput orang tua anak yang dibawa Ramses, Sabtu (28/6) ia segera ke kampung dari Sikakap dan kembali Minggu (29/6). Firman bersama Camat Pagai Selatan Sarman mendampingi orangtua anak-anak tersebut ke Padang. Menurut Firman, dari lima orang tua yang anaknya dibawa Ramses, hanya dua orang yang mau ke Padang. Sementara Ragai yang juga orangtua Ramses tidak mau ikut. Kepada pemerintah Firman berharap segera mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi bencana tsunami Mentawai dan membantu menggerakkan ekonomi warga. “Jika tidak maka kejadian ini bisa terulang,” kata Firman. (o)


Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Masyarakat Simatalu Keluhkan Petugas Medis SIMATALU - Masyarakat Desa Simatalu mengeluhkan petugas medis yang kerap meninggalkan tempat tugas. “Petugasnya baru seminggu ini melayani setelah pergi, kemudian melayani seminggu kemudian sekarang keluar lagi,” kata Nursani (50), warga Dusun Limu Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat, Selasa 3 Juni lalu. Hal yang sama dikatakan Karpinus, jarangnya petugas kesehatan berada ditempat tugas membuat masyarakat mengeluhkan layanan kesehatan. “Kasihan kita kalau begini. Masyarakat Saikoat aja jauh datang ke sini, tapi tahu-tahunya tidak ada petugas,” katanya. Kepala Puskesmas Betaet Desa Simalegi Kecamatan Siberut Barat mengatakan bahwa petugas medisnya berada di tempat tugas masing-masing. “Petugas berada di tempatnya masing-masing. Kemungkinan saat pasien datang petugas sedang belanja kebutuhan di Betaet,” kata Elbet Zamris, Kepala Puskesmas Betaet saat dikonfirmasi Puailiggoubat, Sabtu, 21 Juni lalu. Lebih lanjut, kata Elbet, daerah yang belum memiliki pustu atau poskesdes untuk tempat tinggal sekaligus tempat pengobatan, pihaknya telah menempatkan petugas medis. Seperti halnya di Dusun Bojo. “Petugas kita dua orang di sana, kendati masih menumpang di rumah masyarakat,” katanya. Dijelaskan Elbet, terkait dengan Dusun Saikoat yang tidak ada petugas pihaknya mengatakan bahwa petugas medisnya tidak dapat berada di tempat tugas karena kesulitan tempat tinggal. Oleh masyarakat sudah membuat rumah petugas medis dan tempat pengobatan secara swadaya, namun fasilitas tempatnya tidak lengkap. “Rumah yang dibangun tidak ada sumur dan toilet. Apa mungkin petugas medis membuang hajat ke pantai seperti masyarakat lainnya. Sementara petugas kesehatan yang memberikan contoh pada masyarakat soal kebersihan dan kesehatan,” katanya. Pada pantauan Puailiggoubat sejak Minggu-Rabu (1/6 - 4/6) beberapa pustu terlihat tutup. Misalnya pada hari Minggu-Senin di Dusun Simalibbeg-Muntei pustu terlihat tutup. Menurut keterangan masyarakat petugasnya sedang keluar. Di Dusun Limu pustu pada Selasa (3/6) terlihat tutup. Menurut keterangan masyarakat petugasnya lagi keluar libur menjelang bulan puasa. (bs/r)

Badai Rusak Atap Rumah Warga Sikabaluan SIKABALUAN - Angin kencang melanda Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara pada Rabu, 18 Juni lalu sekitar pukul 16.00 WIB. Banyak rumah masyarakat yang atapnya rusak dan terbawa angin. Seperti halnya di Dusun Pokai Desa Sikabaluan.”Beberapa seng rumah terlepas karena angin kencang,” kata Muktar warga dusun Pokai, Rabu 18 Juni lalu. Hal yang sama dialami pelajar dari Desa Malancan yang memiliki pemondokan di Dusun Pokai. Atap-atap pondok pelajar yang terbuat dari daun sagu terbuka dan beterbangan.”Angin betul-betul kencang. Tidak seperti biasanya,” kata seorang pelajar dari Malancan. (Albertus/r)

5

FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Kalau tidak selesai sampai Agustus 2014 dana PNPM untuk program pasca bencana di empat kecamatan akan dikembalikan ke negara. Supri Lindra

F

asilitator Program Nasional Pemerdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM MP) Kabupaten Kepulauan Mentawai Ar Indra Putratama menegaskan pekerjaan program pascabencana harus selesai Agustus mendatang, kalau tidak sisa dana akan kembali ke negara, Kabupaten Kepulauan Mentawai mendapatkan dana rehab rekon dari PNPM MPd sebesar Rp22 miliar, dana tersebut diperuntukkan untuk empat kecamatan yakni Kecamatan Sipora Selatan, Pagai Utara, Sikakap dan Pagai Selatan. “Keempat kecamatan tersebut merupakan daerah yang tertimpa bencana gempa bumi dan tsunami tahun 2010 lalu,” katanya, Kamis 19 Juni lalu. Setiap kecamatan mendapatkan dana Rp 5,5 miliar, dana tersebut dicairkan dua tahap, tahap pertama Rp11 miliar cair pada Desember 2012, dan tahap kedua Rp11 miliar cair Desember 2013. “Pekerjaan yang boleh dilakukan adalah jalan rabat beton, jalan evakuasi, jalan usaha tani, jalan penghubung antar dusun, jalan penghubung dusun ke

PROYEK PNPM - Pembangunan gedung sekolah proyek PNPM Sikakap

PNPM Program PascaBencana Harus Selesai Agustus desa, jalan penghubung antar desa,” ujarnya. Program yang telah dilakukan seperti pembangunan gedung seni dan budaya, gedung sekolah, drainase, jembatan, pipa air bersih, dan pelatihan-pelatihan seperti perbengkelan, tata boga, laporannya kegiatan tersebut harus selesai dibuat oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

kecamatan pada Agustus. Roma Okto Riki, Fasilitator Teknik Kecamatan Sikakap mengatakan, keterlambatan pelaksanaan fisik PNPM MPd karena pencairan dana tahap dua sempat tertunda. “Hampir satu tahun, karena tidak ada dana maka pekerjaan terpaksa harus dihentikan, pekerjaan kembali dilanjutkan Januari 2014,” ujarnya.

Beberapa kegiatan sudah selesai tapi masih ada beberapa diantaranya yang dikerjakan seperti gedung sekolah MDA di Desa Sikakap. “Kalau tidak ada halangan seperti cuaca atau lainnya target penyelesaian fisik bangunan akan selesai Agustus mendatang,”katanya. (spr/r)

Pembayaran SPP PNPM-MP Siberut Utara Banyak Tanpa Bukti SIKABALUAN - Pembayaran Simpan Pinjam Perempuan (SPP) program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Kecamatan Siberut Utara masih bermasalah sejak pertukaran pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) lama ke pengurus UPK baru pada Mei lalu. Persoalan utamanya, tidak adanya bukti penyetoran yang menjadi pegangan kelompok peminjam dari UPK. Hal ini dikatakan Kandidus Sikaraja, ketua UPK PNPM-MP Kecamatan Siberut Utara pada Puailiggoubat, Sabtu, 14 Juni lalu. “Persoalan utamanya sekarang banyak kelompok yang tidak memiliki bukti penyetoran cicilan pinjaman ke UPK dengan alasan saat penyetoran pihak UPK tidak memberikan bukti setoran dari kelompok,” katanya.

Lanjut Kandidus, salah satu kelompok SPP di Kecamatan Siberut Utara yang meminjam terbesar yaitu Melati. Ada anggota yang meminjam hingga Rp80 juta. Menurut pengakuan anggota kelompok Melati, pengembaliannya sudah mencapai Rp50 juta. “Tapi semua pengembaliannya tidak ada tanda bukti, baik berupa catatan maupun berupa kwitansi kerena pihak UPK tidak memberikan kwitansi bukti pembayaran cicilan,” jelasnya. Melihat persoalan ini, dikatakan Kandidus pihaknya tidak bisa memberikan bukti pembayaran cicilan dari UPK baru. “Itu urusan UPK lama dengan kelompok bagaimana mereka menyelesaikannya. Yang jelas sama kita sepanjang tidak ada bukti berarti itu masih berbentuk hutang,” katanya.. (bs/r)

Puskemas Betaet Gelar Operasi Katarak Gratis SIMALEGI-Puskesmas Betaet Desa Simalegi Kecamatan Siberut Barat melaksanakan pelayanan operasi katarak secara gratis kepada masyarakat di wilayah kerjanya yang meliputi Desa Simalegi, Desa Simatalu pada akhir Mei lalu. “Pengobatannya dilakukan secara gratis bagi masyarakat, dan masyarakatnya menyambut baik,” kata Elbet Zamris, kepala Puskesmas Betaet, Sabtu, 21 Juni lalu. Dikatakan Elbet, pelayanan operasi katarak dilakukan empat orang dokter yang didatangkan dari Padang. “Operasinya langsung dilaksanakan di Puskesmas. Sudah 21 orang berhasil dioperasi,” jelasnya. Lebih lanjut dikatakannya, sebelum dilaksanakan pelayanan operasi katarak sebelumnya pihak Puskesmas lakukan pengumpulan data terkait dengan kasus tersebut di wilayah kerjanya. Dari data yang didapat kemudian disampaikan kepada Dinas Kesehatan untuk ditindaklanjuti. “Kita berharap pengobatan yang seperti ini rutin dilakukan agar dapat membantu masyarakat kita dalam layanan kesehatan selain dari layanan-layanan kesehatan yang rutin kita berikan dari puskesmas Betaet,” katanya (bs/r)


MENTAWAINEWS Akhir Mei lalu, wartawan Puailiggoubat Bambang Sagurung melakukan perjalanan peliputan ke Siberut Barat diantaranya ke Simalegi Betaet, ibu kecamatan dan Desa Simatalu. Kecamatan paling barat Siberut ini memang relatif jauh dan susah diakses, apalagi tidak ada transportasi langsung ke sana menggunakan kapal regular.

Puailiggoubat

Mahalnya Ongkos ke Simatalu FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

eberangkatan saya ke Siberut Barat semula tak direncanakan. Adalah Pastor Abel Maia,

Kepala Pastoran Sikabaluan, Siberut Utara yang mengajak. Namun keberangkatan itu tidak mudah. Pastor Abel harus mencari BBM (bensin dan minyak tanah) untuk speedboat (perahu mesin). Tak ada pilihan, pertamax yang ada di pangkalan PBR Pokai yang harganya Rp15 ribu per liter harus dibeli. Karena mesin yang dipakai dua unit, yang satu menggunakan minyak tanah dan satu lagi menggunakan bensin, maka pertamax dan minyak tanah dibeli masing-masing 1 drum. Harga minyak tanah di pangkalan Rp6 ribu per liter. Sabtu (31/5) sekitar pukul 14.30 WIB, speedboat Pastoran Sikabaluan bermerek lambung Santa Maria Auxilium Christianorum mulai meluncur meninggalkan tambatan perahu Toke di Dusun Muara. Di dalam speedboat hanya ada saya, Pastor Abel, pak Karlo, karyawan pastoran dengan pak Merei operator speedboat pastoran. Keluar dari pintu Muara Sikabaluan, saya mencoba membawa speedboat. Gelombang laut masih bersahabat hingga menjelang tanjung Lok Bajau Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat yang lebih kenal dengan tanjung Siburabura. Melewati tanjung Siburabura, gelombang mulai tinggi. Kebetulan hari keberangkatan kami ini masih bulan mati atau musim badai. Melewati tanjung Lok Bajau, langit gelap terlihat dari arah Simalegi Kecamatan Siberut Barat. Pertanda badai akan datang. Alunan gelombang semakin tinggi, tiupan agin mulai kencang.

6

Catatan Perjalanan ke Siberut Barat

Bambang Sagurung

K

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

BAWA BBM - Seorang anak di Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat membawa bensin dalam botol air minum kemasan. Harga bensin subsidi Rp20-25 ribu per liter

Perjalanan sudah lebih dari satu jam. Speedboat berkekuatan mesin 40 PK sebanyak 2 unit terus bergerak. Berpapasan dengan Dusun Muara Simalegi, kendali speedboat saya kembalikan kepada pak Merei, karena gelombang semakin tinggi dan memecah. Di Gomgim, tepatnya di depan Dusun Sitek Uleu, kecepatan mesin dikurangi. Pergerakan gelombang memecah diperhatikan. Hal ini dilakukan agar melewati Gomgim tidak salah jalur dan tidak saat gelombang di laut sedang memecah. Karena bila jalur yang diambil salah akibatnya sangat fatal karena speedboat akan naik ke atas karang atau menabrak karang dan dihantam gelombang. Di kawasan Gomgim perputaran arus air kuat, karena kawasan batu karang. Gelombang tinggi dan memecah tak beraturan. Butuh perhitungan matang dan tepat. Setelah melihat jalur yang pas dan perhitungan gelombang yang memecah terbaca, akhirnya kami melewati Gomgim dengan selamat. Namun perjuangan belum selesai sampai di sana. Untuk menepi di pantai Betaet juga perlu hatihati karena tak ada teluk atau dermaga untuk merapatkan speedboat. Setiap

sampan atau speedboat hanya sandar di tepi pantai. Tentunya di saat musim badai, situasinya lebih berbeda di saat ombak tenang. Setelah mengintai beberapa menit untuk menepi. Akhirnya speedboat meluncur dengan aman. Beberapa masyarakat yang ada di pantai dan masyarakat lainnya yang mendengar suara mesin speedboat datang membantu untuk menarik speedboat ke darat agar aman dari gelombang. Pukul 18.00 WIB, semuanya sudah aman dan kami menghangatkan badan dengan minum kopi manis di penginapan Gideal milik Juanda. Dengan berbagai pertimbangan, keberangkatan dari Simalegi menuju Simatalu dilakukan pada Minggu siang, usai makan siang serta air laut sedang surut. Mempertimbangkan air laut surut agar ojek yang mengantar dari Simalegi hingga Simalibbeg Desa Simatalu dapat lewat. Maklum, dari Simalegi menuju wilayah Simatalu belum ada jalan darat rabat beton. Kalaupun ada beberapa bagian belum bisa dilewati sepeda motor maupun pejalan kaki karena belum ada jembatan di setiap sungai yang dilewati. Jadilah pantai jalur satu-satunya.

Minggu siang, sekitar pukul 14.30 WIB, kami mulai bergerak menuju Simatalu menggunakan empat motor ojek. Sepanjang perjalanan dari Betaet hingga Bojo yang melewati Dusun Saikoat, Limu terlihat aktifitas masyarakat di pantai. Ada yang mencari ikan di pinggir pantai, ada yang berjalan menuju Betaet dan ada juga yang pulang dari ladang. Dari Betaet hingga Bojo semua jalurnya lewat pantai. Sementara dari Bojo ke Simalibbeg melewati jalur darat rabat beton yang dibangun melalui program P2D Mandiri. Namun kondisi jalannya rusak. Badan jalan selebar 1 meter mulai mengecil karena rumput dan semak menutupinya. Selain itu, jalannya berupa tanjakan tajam dan turunan yang curam disertai dengan tikungan tajam. Untuk melewati jalur Bojo-Simalibbeg, tukang ojeknya harus mahir dan mengenal medan. Tak lupa kondisi sepeda motor yang oke. Di Simalibbeg, kami disambut kepala Dusun Muntei, Teu Kakai, dusun tetangga. Kepala dusun langsung menanyakan kemana rencana perjalanan selanjutnya. Setelah dijelaskan Pastor bahwa hari itu perjalanan dilanjutkan ke

Posko, kepala dusun langsung bergerak cepat menyiapkan pompong. Setelah ditunggu-tunggu, instruksi keberangkatan dari kepala dusun belum juga datang. Setelah ditanya rupanya bensin di dalam tangki mesin kosong. Pastor meminta untuk dicarikan bensin agar sampai di Posko. Bensin yang didapat harganya Rp20 ribu per liter. Kebetulan stok masih banyak. Kalau sudah menipis bisa Rp30 ribu per liter,� kata Meon, kepala Dusun Simalibbeg. Kami berangkat dengan dua pompong ke Posko. Jarak tempuhnya dari Simalibbeg 20 menit. Sesampai di Posko, ternyata pedagang tidak ada, yang ada hanya dua orang warga Dusun Kulumen yang membawa manau mereka untuk dijual kepada pedagang di Posko. �Kami sudah dari pagi di sini, tidak ada orang. Mereka ke Simalibbeg,� kata Bohoik, salah seorang dari pembawa manau. Posko merupakan sentral penampungan manau dan kopra masyarakat Desa Simatalu bagian hulu, seperti Lubaga, Baik, Limau, Masaba, Kulumen, Suruan, Paipajet. Di Posko ini terdapat tiga penampung manau dan kopra masyarakat, diantaranya Yoakim, Kris dan Ril. Sebelumnya ada satu orang lagi, Ronal namun sudah lama tutup. Di Posko transaksi perdagangan dilakukan barter. Dari Simalibbeg, perjalanan kembali dilanjutkan ke Dusun Bojo dengan jalan kaki melalui jalur jalan rabat beton. Jarak tempuh kurang lebih 1,5 jam. Dusun yang terletak di bagian pantai perdagangannya dikuasai dua orang, sehingga monopoli perdagangan lebih terasa di tengah masyarakat. Sore harinya, perjalanan kami lanjutkan ke Saikoat. Dusun di wilayah Simatalu yang terletak di bagian pesisir pantai arah pusat kecamatan. Menurut pengakuan masyarakat, untuk mendapatkan uang tunai, mereka rela membawa kopra dan manau dengan gerobak besar ke Betaet lewat pantai. Jarak tempuhnya sekitar 4 jam. Sebuah perjuangan tentunya. Di Saikoat kami bermalam untuk menunggu ojek besok paginya, sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Sesuai janji yang dibuat, ojek datang pukul 6 pagi, namun karena di Betaet hujan, membuat kedatangan mereka telat setengah jam. Akibatnya memang luar biasa. Karena jam 6.30 WIB pasang laut sudah mulai besar, sehingga ojek susah untuk berjalan. Berkali-kali kami harus terjatuh dari sepeda motor karena dihantam ombak. Berkali-kali juga kami harus mendorong dan mengengkol sepeda motor. Sebuah perjuangan yang berat saat itu untuk menuju Betaet. (r)\


7 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Puran Buat Jalan Pertanian dan Evakuasi SIKABALUAN - Dusun Puran, Desa Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara pada program PNPM-MP 2014 mendapat anggaran pembangunan jalan pertanian sekaligus untuk jalan evakuasi dengan anggaran fisik Rp286.900.000. “Untuk tahun ini Desa Sikabaluan programnya difokuskan di Dusun Puran, berupa pembangunan jalan pertanian yang sekaligus jalur evakuasi,” kata Kandidus Sikaraja, ketua UPK (Unit Pengelola Kegiatan) PNPM-MP Kecamatan Siberut Utara pada Puailiggoubat, Sabtu, 14 Juni lalu. Kepala Dusun Puran, Yosapat Sagurung mengatakan dengan ada pembangunan jalan pertanian yang sekaligus jalur evakuasi akan dapat nantinya menjadi jalan akses menghubungkan Puran ke Sirilogui dan dari Puran ke Sikabaluan. “Sehingga ke depan tinggal antar desa Sikabaluan dengan desa Sirilogui lagi menindaklanjuti pembangunan jalur darat dengan adanya jalur pertanian dan evakuasi yang dibuat,” katanya. Menurut Yosapat, dengan adanya pembangunan yang masuk dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. “Apalagi material pembangunannya menggunakan material lokal, secara otomatis ekonomi masyarakat sedikit naik,” jelasnya. (bs/r)

Jelang Pilpres, Kepala Dusun Diminta Data Ulang Warga SAUMANGANYA - Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli mendatang hanya tinggal menghitung hari. Pemerintah Desa Saumanganya’ meminta kepala dusun mendata ulang warga. Sekretaris Desa Saumanganya, Mulyadi mengatakan pendataan ulang ini agar kejadian waktu Pemilu Legislatif 9 April lalu tak terulang dimana banyak warga yang tidak dapat memberikan hak suaranya karena tidak terdaftar di Data Pemilihan Tetap (DPT). “Setiap warga di atas 17 tahun atau sudah menikah berhak memberikan suaranya, satu suara menentukan nasib negara Republik Indonesia kedepan,” katanya saat rapat kerja bersama para kepala Dusun Se Desa Saumangaya, Senin 2 Juni lalu. Ia mengakui, dirinya saja terdaftar di dua dusun yakni Dusun Saumangaya Tengah dan Dusun Saumangaya Barat, untuk itu diharapkan kepada kepala dusun agar mendata kembali masyarakatnya. Sementara Sadorion Tasilipet, Kepala Dusun Saumangaya Barat mengatakan sebenarnya masalah Daftar Pemilihan Tetap itu kesalahan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam hal ini KPU Kabupaten Kepulauan Mentawai, sebelum dilaksanakan pemilihan umum kepala dusun telah mendata seakurat mungkin setiap warga yang wajib pilih. “ Waktu pendataan sudah satu persatu rumah warga kami datangi, data yang kami buat berbeda dengan Data Pemilih Tetap yang dikeluarkan oleh KPU, Data Pemilih Tetap yang dikeluarkan KPU Kabupaten Kepulauan Mentawai banyak masyarakat yang tidak bisa memberikan hak pilihnya karena tidak terdaftar, entah data tahun berapa yang digunakan KPU,” katanya. (spr/r)

Jembatan Terbengkalai, Pemilik Lahan Ancam Tutup Jalan FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Pemilik lahan jengkel pekarangannya menjadi tempat lalu lalang warga yang akan menyeberangi sungai dengan rakit.

Supri Lindra

J

embatan di Muara Taikako yang diperbaiki sejak 2011 lalu belum juga sele-

sai pengerjaannya. Gerlius Saleleubaja, pemilik tanah tempat lalu lalangnya sepeda motor yang ingin menggunakan rakit untuk menyeberangi sungai menjadi gerah dan berencana akan menutup pekarangannya. Menurutnya sejak jembatan Muara Taikako diperbaiki 2011 lalu sampai sekarang masyarakat Desa Sikakap, Desa Taikako Kecamatan Sikakap yang ingin ke Desa Silabu, Desa Betu Monga Kecamatan Pagai Utara terpaksa harus menggunakan rakit untuk menyeberangi sungai Muara Taikako. “Sudah hampir empat tahun pekarangan rumah saya menjadi tempat lalu lalang sepeda motor, akibatnya tanah yang digunakan sebagai jalan sudah banyak yang

RAKIT PENYEBERANGAN - Warga naik rakit menyeberangi sungai Muara Taikako, Kecamatan Sikakap berlubang, karena berharap mendapatkan jembatan baru, tapi sampai sekarang jembatan tersebut belum juga selesai,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 23 Juni lalu. Sebenarnya sebelum perbaikan jembatan ia sudah mengusulkan agar kontraktor membuat jembatan darurat agar bisa dilewati sepeda motor dan masyarakat. “Kalau belum juga ada jalan keluarnya

terpaksa jalan ke sungai harus saya tutup,” katanya. Tahun 2013 lalu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menganggarkan dana untuk melanjutkan pekerjaan jembatan itu sebesar Rp 4 miliar lebih yang dikerjakan oleh PT. Meranging Karya Sejati dengan nomor kontrak 632/82/sp-pjmt/ dpu-kkm/V1-2013, tapi putus

kontrak karena pekerjaan tidak selesai dengan waktu ditetapkan. Tono, warga pengguna rakit mengatakan kalau sempat jalan menuju sungai ditutup warga tidak punya akses untuk menyeberang. “Harapan kami agar masalah jembatan ini dapat diselesaikan dengan cepat oleh pihak yang terkait,” katanya. (spr/r)

Ratusan Warga Sikakap Urus Surat Miskin SIKAKAP-Ratusan masyarakat Desa Sikakap sibuk mengurus surat keterangan miskin dan surat keterangan berdomisili ke kantor Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap. Dua surat ini merupakan syarat untuk membuat proposal usulan rehab rumah dan bantuan tambahan modal usaha dari Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno. Kepala Desa Sikakap Suharman kepada Puailiggoubat membenarkan banyak masyarakat yang mengurus surat keterangan miskin dan surat keterangan berdomisili ke kantor Desa Sikakap, kalau dijumlahkan mungkin lebih 100 orang. Surat keterangan tersebut gunanya untuk membuat proposal bantuan rehab rumah dan bantuan modal usaha, kalau untuk rehab rumah sesuai surat ederannya dengan besar anggaran Rp15 juta, kalau untuk modal usaha Rp 5 juta. “Saya sangat berharap sekali informasi ini benar adanya, sebab kasihan sekali dengan masyarakat

yang sudah susah payah membuat proposal, apalagi masyarakat Desa Sikakap adalah masyarakat yang rata -rata korban dari gempa bumi dan tsunami Mentawai tahun 2010, dengan mendapatkan bantuan rumah yang retak bisa diperbaiki, usaha yang sudah mau mati bisa ditambah modalnya,” katanya

Rabu, 18 Juni lalu. Ema (48), warga Desa Sikakap mengatakan sebagai masyarakat sangat berharap sekali dapat bantuan rehab rumah dan bantuan modal usaha, walaupun kecil tapi uang itu sangat berarti sekali bagi mereka. Dana rehab rumah Rp15 juta itu bisa digunakan untuk memper-

baiki dinding rumah yang kayunya sudah lapuk, seng rumah yang sudah bocor. “Yang penting sekarang buat dulu proposalnya, mudah- mudahan proposal ini benar adanya, sebab proposal langsung ditujukan ke Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno,” jelasnya. (spr/r)

Kecamatan Sikakap Dapat Dana P2D Rp1,5 Miliar SIKAKAP-Tahun ini Kecamatan Sikakap mendapat kucuran dana segar Program Pengembangan Prasarana Perdesaan Mandiri (P2DM) sebanyak Rp1,5 miliar untuk 30 paket pekerjaan. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) P2DM Kecamatan Sikakap, Frans Karel, mengatakan pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2014 telah menetapkan P2D Mandiri sebanyak 30 paket.

“Sebanyak 30 paket itu nanti akan dibagi, 10 paket untuk Desa Sikakap, 10 paket Desa Taikako, dan 10 paket Desa Matobe,” katanya pada Puailiggoubat, Kamis,19 Juni lalu. Usulan pekerjaan awalnya dari dusun ke desa. Pemerintah kecamatan hanya memfasilitasi saja, sebelum ditetapkan organisasi masyarakat setempat penerima paket terlebih dahulu dilakukan survei lokasi atau disebut survei awal, penetapan lokasi layak atau

tidaknya, pengukuran area lokasi P2D Mandiri. “ Kita berharap kepada masyarakat yang mendapatkan proyek P2D Mandiri bekerjalah sesuai dengan proposal yang dibuat, jangan kurangi bobot pekerjaan, begitu juga pengunaan semen yang telah ditetapkan, agar program pembangunan proyek pembangunan desa tahun berikutnya bisa dialihkan ke giatan lainya,” tambah Frans Karel lagi. (spr/r)


MENTAWAINEWS Dinkes Mentawai Distribusikan Kelambu Anti Malaria di Simalegi SIMALEGI-Dinas Kesehatan Mentawai mendistribusikan kelambu anti malaria kepada masyarakat Desa Simalegi Kecamatan Siberut Barat melalui Puskesmas Betaet Desa Simalegi Kecamatan Siberut Barat pada Minggu, 1 Juni lalu. Kepala Puskesmas Betaet, Elbet Zamris pada Puailiggoubat mengatakan kelambu malaria ini dibagikan khusus bagi masyarakat Desa Simalegi saja, itu atas instruksi dari Dinas Kesehatan Mentawai. “Dalam pendistribusian di lapangan kita bekerjasama dengan kader-kader posyandu dan kepala dusun masingmasing,” katanya, Sabtu, 21 Juni lalu. Dikatakan Elbet, alasan Dinas Kesehatan Mentawai memfokuskan pendistribusian kelambu malaria di Desa Simalegi tak begitu diketahuinya. “Kita hanya mendistribusikan di lapangan apa yang disampaikan Dinas saja,” katanya. Desa Simalegi merupakan daerah pertama terdeteksinya penyakit kaki gajah atau penyakit filariasis yang ditemukan Dinas Kesehatan di Mentawai, sejak terdeteksinya penyakit malaria pihak Kabupaten Mentawai rutin melaksanakan pengobatan massal eliminasi malaria di Mentawai melalui puskesmas-puskesmas yang ada di masing-masing kecamatan. (bs/r)

Pelanggan PDAM Desa Sikakap Sesalkan Volume Air Kecil SIKAKAP - Sudah satu minggu volume air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap mengecil, ini membuat para konsumen pemakai jasa PDAM mengeluh. Hen Tamar (42), konsumen PDAM di Desa Sikakap, mengatakan dana awal untuk biaya pemasangan pipa air dan meteran ke rumah tiga tahun lalu sekitar Rp 500 ribu. Awalnya air lancar sampai ke rumah tapi sudah satu minggu ini untuk mendapatkan air bersih harus bergadang setiap malam itupun sudah mengunakan mesin pompa air. “Kita sudah menggunakan mesin dap air itupun kecil, apa lagi kalau tidak mengunakan mesin dap,” katanya pada Puailiggoubat, Selasa 17 Juni lalu. Menurut Hen, PDAM tidak pernah mencatat dan memungut bayaran untuk pemakaian air setiap bulan seperti listrik. Untuk mengatasi kekurangan air, Hen Tamar dan keluarganya terpaksa menggunakan air gallon untuk mandi dan memasak. “Saya yakin pelangan lainnya tidak merasa keberatan kalau membayar air setiap bulan asalkan air PDAM lancar ke rumah,” jelasnya. Hal senada juga dikatakan Ronal (26), sejak matinya PDAM bak di rumahnya tidak ada isinya lagi. “Untuk mandi terpaksa harus menumpang di rumah keluarga yang ada airnya,” katanya. (spr/r)

Puailiggoubat

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

8

Terdakwa Alkes Mentawai Divonis 4 Tahun Penjara FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

Terdakwa telah merugikan negara senilai Rp247 juta dari total anggaran Rp647,5 juta Patrisius Sanene’

erdakwa kasus penyelewengan dana Alat Kesehatan (Alkes) Dasar Puskesmas Mentawai, Reynold Oktavianto (32) divonis hakim 4 tahun penjara, denda Rp200 juta dan membayar uang pengganti Rp64,5 juta dalam sidang, 17 Juni lalu. Menurut Ketua Majelis Hakim Tindak Pidana Korupsi Asmar, perbuatan terdakwa Reynold Oktavianto atas kasus penyalahgunaan dana Alkes dasar Puskesmas Mentawai tahun anggaran 2012, telah merugikan negara senilai Rp247 juta dari total anggaran Rp647,5 juta. “Terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi telahmelanggar pasal 2 ayat (1) jo, pasal 18 ayat (1) huruf a dan huruf b, ayat (2) dan (3) UU RI Nomor 31 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan UU RI Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sebagaimana dakwaan primair,” katanya. Terseretnya terdakwa tersebut karena tidak dapat melengkapi hasil pekerjaannya sesuai kontrak yang ditentukan selama 75 hari kalender tertanggal dari 25 September 2012 berakhir 8 Desember 2012, saat berakhir masa kontrak persentasi hasil pekerjaan terdakwa Reynold masih 64,25 persen. Kemudian terdakwa membuat

T

DENGARKAN VONIS - Reynold Oktavianto mendengarkan pembacaan putusan dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kota Padang 17 Juni lalu surat berita acara serah terima barang seolah telah selesai 100 persen padahal hasil pekerjaan tersebut masih 64,29 persen. Berita acara fiktif tersebut turut diketahui Kepala Dinas Kesehatan Mentawai Warta Siritoitet selaku pengguna anggaran, Gideon Sinambela selaku PPK dan Firdaus Ams. Warta Siritoitet dalam Surat Perintah Kerja menyatakan terdakwa telah menyelesaikan pekerjaannya 100 persen dan dapat dibayarkan kepada rekanan sebesar 100 persen dengan harga borongan Rp647,5 juta. Hakim menilai terdakwa mengajukan Surat Permintaan Pembayaran 100 persen pada 20 Desember 2012 kepada Gideon Sinambela selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan melampirkan serah terima barang. “Perbuatan terdakwa tersebut telah bertentangan dengan pasal 95 Ayat 1 Perpres Nomor 54 Tahun

2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,” ujarnya. Alasan terdakwa terhadap kekurangan Alkes dasar Puskesmas masih ada di Padang, sedangkan batas pembayaran kepada penyedia barang dan jasa untuk seluruh pekerjaan sudah habis dan terdakwa membuat surat keterangan bertanggung jawab atas keterlambatan pekerjaannya. “Hal ini tidak diperbolehkan karena masa kontrak selama 75 hari kalender dan tidak ada addendum, jadi alasan atau pun surat hanya merupakan justifikasi terhadap pekerjaan yang baru mencapai 64,29 persen, majelis hakim menilai hal di atas ada unsur memperkaya diri sendiri dan orang lain dan ada unsur merugikan keuangan Negara,” kata hakim Ferry Desmarera membacakan putusan. Setelah amar putusan yang

dibacakan oleh ketua majelis hakim Asmar secara bergantian dengan hakim Ferry Desmarera dihadiri Jaksa Atmariadi, terdakwa dalam putusan hakim menanggapi masih mempertimbangkan banding. Sementara itu tersangka lain yang sudah ditetapkan terlibat dalam kasus Alkes tersebut yakni Warta Siritoitet selaku pengguna anggaran, Gideon Sinambela Pejabat Pembuat Komitmen, Germinus selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Firdaus sebagai Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP), Ikhwan Alhamdiar dari PT Graha Syifaa Mandiri, Andre Efrinaldo dari CV Zamahra, dan Broker Rizal Efendi. Kasus yang menyangkut mereka menurut jaksa masih proses penyelidikan. “Kemungkinan Juni ini sudah kita terima berkasnya tapi hingga kini masih tahap penyelidikan Polda,” katanya. (trs/r)

Dinkes Sayangkan Dana Penyuluhan Dicoret DPRD Mentawai SIKAKAP - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai menyesalkan dicoretnya dana penyuluhan yang telah dianggarkan DPRD Mentawai, hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Mentawai Warta Siritoitet waktu acara pelatihan kader penyakit TBC diadakan Jaringan Kesejahteraan Kesehatan

Masyarakat (JKM) di aula Gereja kristen Protestan Mentawai, Kamis 13 Juni lalu. Menurut Warta, sebenarnya setiap tahun Dinas Kesehatan terus mengusulkan dana penyuluhan penyakit menular seperti penyakit malaria dan penyakit TBC ke DPRD Mentawai tapi selalu dicoret. “Dengan alasan untuk apa

dianggarkan dana penyuluhan, lebih baik uangnya digunakan ke program yang lainnya,” katanya. Sebenarnya dana penyuluhan itu sangat dibutuhkan masyarakat Mentawai karena menurut Warta, masyarakat membutuhkan penyuluhan tentang bahayabahaya penyakit seperti penyakit malaria dan TBC termasuk

bagaimana cara penyebaran penyakit menular ini. “Dengan adanya program JKM yang bergerak di bidang penyakit TBC maka itu Dinkes merasa terbantu dan mendukung sekali kegiatan ini, terutama bahaya penyakit malaria dan penyakit TBC,” tuturnya. (spr/r)


9 Puailiggoubat

Sampai Juni ini kayu untuk hunian tetap di Pagai Selatan belum bisa dipenuhi oleh IPK Supri Lindra Leo Marsen

P

MENTAWAINEWS

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Pembangunan Huntap Terus Berjalan FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

encairan dana hunian tetap (rumah) warga Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan terken-

dala. Dari 199 warga penerima bantuan, baru 80 warga yang dananya dicairkan, itupun baru dana tahap pertama, sementara 119 warga lainnya masih menunggu. Terlambatnya pencairan dana hunian tetap warga Bulasat karena mereka menolak direlokasi ke kampung baru yang berjarak 10 kilometer dari perkampungan lama. Mereka direlokasi karena perkampungan lama dianggap tidak layak huni dan rawan terkena tsunami. Sukardi, Koordinator Fasilitator Desa Bulasat, di acara monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan huntap Kabupaten Kepulauan Mentawai di gedung PNPM Sikakap, 5 Juni lalu mengatakan alasan warga menolak pindah karena jauh dari akses ekonomi. Menurut Sukardi, di Desa Bulasat terdapat lima dusun diantaranya Durun Maonai, Dusun Mapinang, Dusun Limok Sua, Dusun Lakkau, dan Dusun Surat Aban. Kendala utama adalah warga dusun Surat Aban sebanyak 110 KK tidak mau pindah ke lokasi akan dibangun huntap. Mereka masih bertahan di kampung lama dengan alasan kalau pindah mereka harus membuka perkebunan baru.

KAYU HUNTAP Warga Bulakmonga desa Taikako Kecamatan Sikakap mengangkat kayu untuk huntap

Setelah persoalan ini berlarut-larut, masyarakat baru menyetujuinya setelah diberi penjelasan oleh Camat Pagai Selatan Sarman, 25 Juni lalu. “Masyarakat Dusun Surat Aban, Desa Bulasat yang mendapatkan rumah huntap 110 KK, sepakat menerima pembuatan rumah huntapnya di lokasi Leleu Tunang yang berjarak dari kampung ke lokasi sekitar 8-9 kilometer,” katanya. Sesuai dengan peraturan Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai,

Kasus Narkoba, Warga Goiso Oinan Divonis 5 Tahun Penjara PADANG - Agung Nikson Purnama (21) warga Dusun Kaliou, Desa Goiso Oinan, Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai divonis hakim 5 tahun penjara, denda Rp 800 juta atau subsidair 2 bulan penjara atas kasus Narkoba. Terdakwa terbukti melanggar pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoba. Selain Agung, tiga orang temannya yang terlibat dalam kasus tersebut yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) yakni Laurent, Sawau dan Jefa. Berdasarkan dakwaan jaksa pada Jumat, 7 Februari 2014, terdakwa membeli ganja dari Uncu yang masih DPO sebanyak 2 kilogram yang terdiri dari 2 paket masing-masing seberat 1 kilogram dengan harga Rp5 juta. Lalu sebanyak 1,5 kilogram dihisap terdakwa bersama-sama dengan teman-temananya dan sisanya sebanyak setengah kilogram kemudian dibuatkan paket-paket kecil yang dibungkus dengan kertas dan dijual. Total 21 paket dijual kepada kepada Laurent (DPO), Sawau (DPO) dan Jefa (DPO) seharga Rp100 ribu per paket kecil. Kemudian pada Rabu 12 Maret 2014, sekitar pukul 18.00 WIB anggota Kepolisian Resor Kepulauan Mentawai melakukan penangkapan dan penggeledahan terhadap terdakwa di rumahnya di Dusun Kalio, Desa Goiso Oinan, Kecamatan Sipora Utara dengan barang bukti berupa 1 buah plastik hitam yang berisi 29 paket kecil ganja yang terbungkus dengan kertas putih dan satu paket besar ganja yang sudah terbuka dibungkus dengan plastik warna hitam yang ditemukan di bawah kasur(trs/r)

kesepakatan ini diambil masyarakat setelah tim terpadu terdiri dari Camat Pagai Selatan, BPBD Sumbar, BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan fasilitator datang mengunjungi masyarakat Dusun Surat Aban. Menurut Sukardi, lokasi di Leleu Tunang sekarang sedang dibersihkan ( land clearing ). Setelah pembersihan lahan selesai maka pencairan dana huntap tahap pertama sebesar 40 persen untuk warga Dusun Surat Aban akan secepatnya dicairkan, setiap 1 unit

rumah mendapat Rp 68 juta. “Sementara itu dana huntap untuk Dusun Laggau 19 unit rumah akan dicairkan dalam minggu ini,” tambahnya. Sementara itu pemilik Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) Primer Koperasi Angkatan Darat Korem 032 Wirabraja saat ini tengah mengolah kayu untuk memenuhi kebutuhan huntap. Saat ini Primkopad telah mengoperasikan tiga unit mesin chain shaw, dua unit di KM 6 dan satu unit di KM 11 Pagai Utara.

Pudin, tukang teli kayu Primkopad mengatakan kayu sudah disalurkan kepada 68 unit rumah, sekarang ini sawmill di KM 6 dan KM 11 masih mengerjakan kayu rumah huntap. Tiap hari satu mesin sawmill bisa menghasilkan 30 kubik kayu. “Kalau tidak ada masalah kebutuhan kayu Pagai Utara akhir Juli akan terpenuhi, sementara untuk Pagai Selatan pengolahan kayu akan dimulai dalam waktu dekat ini,” katanya. Riko Saogo, fasilitator wilayah Desa Silabu, Kecamatan Pagai Utara, mengatakan di Dusun Silabu ada 94 kepala keluarga, Dusun Maguiruk 77 KK dan Tumalei 46 KK yang mendapat huntap. “Saat ini baru tahap pertama cair,” katanya. Sementara PJOK Sipora Selatan Aliazmi Zesra mengatakan sesuai dengan SK Bupati Tahun 2010, penerima dana bencana di wilayahnya itu sebanyak 613 KK, yang dibagi ke dalam dua desa,Desa Bosua dan Beriulou. Untuk Desa Bosua terbagi dusun Bosua Selatan sebanyak 51 KK, Bosua Utara 62 KK, Gobik 24 KK, Rokdak Oinan Masokut 33 KK, Rua leleu 38 KK. Dana pertama mereka sudah cair 208 KK, dana ini cair akhir Mei yang lalu. Selebihnya di beberapa dusun di Desa Beriulou sebanyak 405 KK masih proses pencairan tahap pertama, sebab land clearing sudah selesai, tinggal administrasi. (r)

Tunggakan PNPM di Muara Siberut Capai Rp387,9 Juta MUARASIBERUT-Pengembalian dana 10 kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) spada PNPM di Desa Muara Siberut menunggak, jumlah tunggakan seluruhnya mencapai Rp387,9 juta, sebab sejak 3 bulan berturut –turut belum ada angsuran. Sekretaris Camat Siberut Selatan Selitus Sibulatnia mengatakan jumlah yang dipinjam 10 kelompok tersebut sebanyak Rp513 juta rupiah dengan bunga selama 11 bulan sebanyak Rp51,3 juta, total pinjaman Rp564,3 juta. Sementara pinjaman yang sudah dibayar Rp176,4 juta. Menurut Selitus, tujuan PNPM ini untuk mensejahterakan masyarakat dengan jenis usaha atau meminjamkan modal kepada setiap kelompok usaha berdasarkan profesinya tiap kelompok. “Tetapi kenapa sekarang malah menjadi keterbalikannya, aturannya

menjadi sejahtera tetapi kok malah menjadi susah lagi, ini bisa jadi kalau kita tidak melunasi angsurannya akan menjadi masalah besar,” katanya, Kamis, 19 Juni lalu. Selitus mengatakan, dana PNPM bersumber dari APBN dan APBD sehingga penggunaannya harus dipertanggungjawabkan. Pontius Saruruk sebagai Unit Pengelola Kegiatan (UPK) mengatakan, yang diselesaikan adalah ibu-ibu pengurus dan anggota kelompok SPP perguliran tahun 2013 sebanyak 10 kelompok, namun setelah pertemuan masih banyak anggota kelompok yang tidak hadir namun tetap akan dipanggil kembali untuk menyelesaikan persoalan angsuran tiap-tiap kelompok ini. “Yang mau kami sampaikan kepada setiap kelompok adalah tentang masalah target pengembalian

uang yang dipinjam di PNPM, jadi target pengembalian uang yang di pinjam waktunya hanya 11 bulan,” ujarnya. Anggaran tersebut dicairkan 1 Juli 2013 maka pada 1 Juni 2014 uang tersebut sudah harus terkumpul sesuai dengan jumlah yang dipinjam beserta dengan bunga yang telah ditentukan misalnya yang dipinjam Rp70 juta, bunga selama 11 bulan sebanyak Rp7 juta. “Jadi banyak kelompok yang berhenti menyetor dan ada kelompok yang tidak menyetor, jadi ini yng menjadi persoalan, jadi setelah kami tanyakan banyak sekali alasan-alasan yang tidak jelas,” katanya. Mereka berencana akan memberikan waktu selama 4 bulan dari Juni, kalau tidak juga dilunasi maka mereka akan berikan sanksi. (ss/r)


Puailiggoubat, NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

10

Pengalaman Baru Ikut OSN (Olimpiade Sains Nasional)

Dari Bimbingan Belajar Hingga Menginap Perdana di Hotel Arif Hikmat Setiawan, Jurusan Geografi “Kalaulah bisa, setiap tahunnya saya bisa ikut OSN karena banyak pengalaman yang bisa saya dapat. Menginap di hotel, dapat bimbingan, ketemu banyak teman serta jalan-jalan dan dapat uang belanja dari panitia. Asyiklah pokoknya.”

Wahyu Andika, Jurusan Ekonomi “Pengalaman mengikuti OSN tingkat provinsi cukup berliku-liku. Di kapal HP hilang sehingga sulit menghubungi orang tua. Nomor kontak teman-teman juga hilang. Beruntung dapat uang jajan dari panitia sehingga bisa dapat beli baru. Teman-teman juga dapat, selain dapat ilmu yang diberikan pembimbing.”

Berbagai pengalaman diperoleh sejumlah pelajar utusan Kabupaten Mentawai kala mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat Provinsi Sumatra Barat. Ada sejumlah pengalaman yang belum pernah mereka peroleh sebelumnya. OSN yang berlangsung di Hotel Rocky Padang Selasa (10/6) hingga Kamis (12/6) mempertandingkan bidang studi Fisika, Kimia, Matematika, Komputer, Biologi, Astronomi, Geografi, Ekonomi dan Kebumian. Tekad untuk memberikan yang terbaik bagi kabupaten Mentawai sudah ada sejak awal, walau berbagai keter-batasan yang mereka miliki di sekolah, seperti sarana dan prasarana yang sangat minim. Mengikuti OSN tingkat provinsi menjadi kebanggaan, pengalaman dan kisah-kisah menarik dan lucu lainnya. Berikut beberapa pengalaman dan kisah-kisah mereka. (bs)

Romayanti Simamora, Jurusan Ekonomi

Dimensen, Jurusan Kebumian

Junaidi Daely, Jurusan Komputer

“Kalau dikasih kesempatan untuk melanjutkan ke tingkat nasional, rasanya sangat bangga karena dapat membawa nama baik sekolah, kabupaten dan juga orangtua. Namun dalam OSN kita sudah memberikan yang terbaik demi sekolah dan Mentawai. Kalau kesempatan itu ada, kita akan maju terus.”

“Kota Padang baru saya lihat setelah mengikuti OSN, termasuk pengalaman tersesat untuk belanja ke PA (Plaza andalas). Tas sekolah yang mau saya beli akhirnya tidak jadi karena tempat pembayarannya (teller) tidak ketemu. Wah, pokoknya seru! Jadi pengalaman tersendiri bagi saya untuk ke depan.”

“Di sekolah media untuk belajar seperti labor komputer masih sangat minim, namun dari kekurangan yang kita miliki tetap kita berikan yang terbaik untuk membawa nama sekolah, kabupaten. Kita berharap ke depannya fasilitas belajar semakin dibenahi oleh sekolah dan dinas sehingga kita terus maju.”

Wirda Andayani, Jurusan Ekonomi “Dari soal yang diberikan, alhamdulillah dapat terjawab semua. Mudah-mudahan hasilnya dapat yang terbaik juga. Pengalaman banyak didapat dalam OSN, mulai dari tingkat Kabupaten Mentawai hingga Provinsi Sumbar. Di tingkat Kabupaten dapat pengalaman dan teman, demikian juga halnya di tingkat Provinsi. Belum lagi bimbingan yang diberikan oleh dosen-dosen yang handal dibidangnya.”

Angga Eko Murtanto, Jurusan Komputer

Muhammad Yusuf, Jurusan Astronomi

“OSN tingkat Kabupaten Mentawai dengan tingkat Provinsi Sumbar tentunya berbeda, termasuk persaingan didalamnya. Dengan mendapat kesempatan mewakili Mentawai dalam OSN tingkat Sumbar memberikan pengalaman baru bagi saya. Mentawai masih jauh dari ketersediaan sarana dan prasarana. Namun kita berharap dengan adanya OSN ini oleh pihak pemerintah secara lambat laun diharapkan melengkapi sarana dan prasarana yang ada sehingga kita tidak kalah saing dengan sekolah lainnya.”

“Yang paling senangnya dapat uang belanja, sehingga bisa membeli barang kebutuhan dari hasil sendiri. Dapat teman saat bimbingan yang dilanjutkan dengan telponan dan berteman di dunia maya. Belum lagi tempat tinggalnya di hotel dan berpindah-pindah sehingga dapat pengalaman dari tempat yang satu ketempat yang lain. Kita berharap temanteman yang lain dapat terpacu sehingga dapat menikmati apa yang kami dapat nikmati dan ikuti.”

Teguh Bernilof, Jurusan Matematika “Matematika sebenarnya mata pelajaran yang mengasyikkan karena ilmunya pasti dan tidak berubah-ubah. Dari bimbingan yang diberikan menambah pengalaman tersendiri dibidang ini. Tak ada yang sulit kalau kita mau belajar dan belajar. Mentawai pasti bisa.”

Epi Desman Telaumbanua, Jurusan Astronomi “Rasa bangga tentunya ada, karena dapat mewakili Mentawai ke tingkat Provinsi Sumbar. Menang urusan terakhir, yang penting berlomba dulu dan mendapat pengalaman. Kalau tidak OSN belum tentu saya mendapat bimbingan seperti yang diberikan pembimbingan sebelum lomba. Capek memang selama bimbingan, namun banyak dapat ilmu.”

Arfa Danil, Jurusan Astronomi “Rata-rata buku pegangan terkait dengan jurusan Astronomi sangat minim. Pembekalan yang diberikan pada kami sebelum OSN dilaksanakan memberikan pengalaman tersendiri. Banyak hal-hal baru terkait dengan ilmu Astronomi diberikan oleh pembimbing. Pokoknya sip deh. Selain pengalaman juga dapat teman-teman baru, baik dari Mentawai maupun dari luar.”


Puailiggoubat, NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Alin, teman-teman di sana lagi ngapain, kok serius amat?,”tanya Amel pada Alin yang sedang asyik makan coklat. “Entahlah, Mel. Aku juga kurang tahu. Mungkin mereka sedang baca novel, Mel,” “Seserius itu mereka baca novel?”lanjut Amel. “Trus mereka baca apa coba ?”jawab Alin sinis. “Eh… Lin. Nggak kayak kamu tuh. Nggak pagi, nggak siang, nggak malam pikirannya coklat aja. Siapa tahu mereka lagi buat tugas atau apa kek. Mau ya gigimu habis gara-gara makan coklat terus? Ntar Alin kayak nenek lagi.” Jawab Amel dengan nada menggurui. “Ih…. Amel tega banget sih bilangin temannya kayak gitu!” “Iya habis kamu doyan banget makan coklat. Nggak ada makanan lain apa selain coklat?” “Iya udah nggak usah dibahas lagi coklat itu,” “Kita ke sana yuk. Ke tempat Ria.” Saking penasaran, Amel langsung menarik tangan Alin sahabatnya untuk menemui mereka. “Ayo lin temanin aku ke tempat Ria. Alin marah ya sama aku karena tadi itu?” Dengan wajah serius Amel memohon ke alin. “Ya ampun Amel… Emang siapa yang marah? Perasaan aku nggak ada marah deh sama kamu. Amel tuh yang kebanyakan usil sama aku, tapi aku nggak ada marah kok. Serius! “Wajah aku yang cantik masak bisa marah, kan nggak mungkin,” “Huhhh.....GR lu!” Amel mencubit pipi Alin . Kemudian Amel dan Alin berjalan menuju tempat Ria dan temantemannya sambil gembira. Alin tetap membawa coklat sebagai cemilannya ke mana pun ia pergi. “Hei….!” Ria, Yuni, dan Armi (bencong) langsung terkejut, karena dari tadi mereka asyik baca koran Puailiggoubat. “Astaga Amel.......hobi kali lah ngagetin kita. Nih jantung udah hampir mau copot tahu?” Ria sedikit emosi. “Ia nih, Mel. Kalau nggak, semua make-up di wajah aku bisa luntur gara-gara Amel,”kata Armi dengan gayanya yang super bencong itu. Semua teman-teman Amel langsung tertawa melihat gaya sahabat mereka yang satu ini. Armi satu-satunya cowok di antara mereka. Tapi sayang dia agak bencong. Terkadang Amel yang suka usil sering membuat Armi kesal. “Armi....Armi… Kamu cowok kok gayanya feminim gitu sich?” ejek Amel. “Biarin. Ini kan gaya aku bukan Amel MBL,”lanjut Armi dengan gaya bencongnya. “Ini Mel, di koran Puailiggoubat kita

Tak lama kemudian, Alin muncul dan mereka melanjutkan perjalanan. Sampailah mereka di rumah Ria. “Tittt........tiitttttt.......! Suara klakson panjang membuat Ria tersentak dari tidur siangnya. “Siapa sih yang bunyiin klakson? Berisik tahu!” Ria dengan kesal keluar sambil mengusap-usap mata. “Jadi kalian yang bunyiin klakson,” tanya Ria. “Iya dong. Nggak apa-apa kan?”Amel dan Alin dengan bangganya menyahut. Tak lama kemudian, Yuni dan Armi baru sampai di rumahnya Ria. Lalu mereka kumpul di ruang tamu sambil menunggu Ria dari kamarnya.

Menabung dari Hasil Karya Cerpen Tiadora Salakkopak (Siberut Selatan)

bisa kirim cerpen sama puisi. Ini Amel baca aja sendiri.” Ria menyodorkan koran ke Amel, tapi duluan Armi mengambil. “Tuh kan. Armi mulai lagi deh,” Iya.... iya… Aku cuma bercanda kok.” Armi menyenggol pipi Amel. Kemudian Amel membaca koran yang tadi diberikan Ria. Menganggukanggukkan kepala bagaikan burung hantu yang lagi ngantuk. “Mel kalau lagi membaca itu biasa aja kalee,”teriak alin yang dari tadi merhatiin Amel yang lagi asyik baca koran. “Emang napa kalau aku kayak gini? Problem to you?” Alin nggak kalah teriak. “Ah....capek ngomong sama lu!” Setelah Amel selesai baca koran tersebut, langsung dibalikin ke Ria “Gimana Mel da selesai kamu baca?” “Sudah, Ri. Thanks ya.” “You are welcome,” balas Ria. “Lalu apa rencana Amel setelah baca koran tadi?” tanya Ria. “Hmmm.... Apa ya? Aku mau buat cerpen sama puisi. kalau kalian apa?” Tanya Amel balik. “Sama juga.” Mel, Ria, Yuni, Alin, sama menyahut. “Trus Armi apa rencananya?” Tanya Amel lagi. “A...a...apa ....? Bilang apa aja sudah nggak jelas, Emang dari tadi Armi ngapain aja sich? Berarti nggak dengar apa yang kita omongin tadi,” tegur Yuni yang super galak. “Ini....” Armi (bencong) ngeluari cermin sama maskaranya ,“Armi..... Jadi dari tadi ini terus kerjamu? Nggak bosan apa di depan cermin? Lihat itu bedakmu udah setebal 5 cm belum juga puas-puas,” Lagi-lagi Yuni menggurui Armi yang bencong dan hobi dan. “Woi…. Daripada omongin si Armi, mending

sekarang kita pulang. Perut aku udah laper nih!” kata Ria. Kemudian semuanya kembali ke rumah masing-masing karena hari sudah menunjukkan pukul 11.45 siang. Lama amel melamun dalam kamarnya. Sehabis dari tempat temannya, Amel langsung masuk kamar dan tak menyentuh makanan sedikit pun. Amel bergumam sendiri terkadang sibuk dengan pemikirannya, “Apa ya yang cocok judul cerpenku nanti? Terus puisi juga apa yang bagus,” bisik Amel dalam hati. Gimana ya rasanya kalau lihat hasil karya terbit? Terus honornya kugunakan untuk apa ya?? Amel selalu mengali-ngalikan semuanya. “Ah...Gini aja dech kalau sudah keluar hasil karyaku, aku tabung aja dech. Siapa tahu masih ada hal-hal yang penting aku beli nanti. Lumayan. Yang jelas aku harus semangat dan rajin buat cerpen dan puisi. Lagi-lagi Amel ngomong sendiri. Belum sempat Amel berpikir lagi, kakaknya udah duluan ngagetin. “Amel.... Amel kamu kenapa? Kakak perhatikan dari tadi kamu sibuk dan juga bicara sendiri. Senyum sendiri juga? Ato jangan-jangan Amel udah punya pacar, ya?” Dengan cepat Amel langsung membantah tuduhan kakaknya. “Enak aja. Emang siapa yang punya pacar?” “Nah trus kenapa coba ngomong sendiri?” “Amel tu pengen jadi penulis terkenal. Biar pun karya Amel hanya terbit di koran-koran tapi kan lumayan kak. Katanya honornya juga ada. Jadi Amel bisa nabung. Iya nggak kak?” tanya Amel pada kakaknya. Kakaknya Amel belum sempat menjawab. “Gimana? Kakak setuju nggak dengan keinginan Amel?”

11

Kakaknya amel heran dan juga salut dengan keinginan adiknya. Awalnya dia nggak menyangka amel bakal punya keinginan sampai ke situ. “Kak… kok diam? Setuju nggak? Amel menanya kakaknya. “Iya..iya kakak setujuh sekali. Tadi kakak diam hanya salut dan juga bangga.” Tanpa canggung kakaknya Amel langsung memeluk Amel. “Makasih iya kak.” Keesokan harinya, Alin ke rumah Amel. “Tok...tok...tok...Permisi… Kak, ada Amel?? “Iya…. Iya masuk aja Lin. Amel ada di kamarnya,” suruh kakaknya Amel. Amel.... Alin memanggil Amel dari kejauhan Amel langsung keluar dan merekapun langsung bercanda-canda. “O.. iya Lin. Tumben ke sini. Biasanya kan lewat telepon aja kalau lagi kangen. “Jadi gini. Mel, Ria,Yuni dan Armi nyuruh aku ke sini tanya soal cerpen kita itu. Punya mereka udah selesai. Tinggal ngirim dan sekaligus ketemu kamu.” “Iya lin. Punya aku udah selesai juga. Kita ke rumah Ria aja di situ. Kita kirim sama-sama. Nanti, yang lainnya kita suruh aja mereka ke rumahnya Ria. Amel dan Alin pamitan sama kakaknya untuk keluar sebentar. Lalu, mereka pergi dengan motor Amel. Dalam perjalanan, Alin nyuruh Amel memberhentikan motornya. “Stop...stop...” “Ada apa sih, Mel? Ngapain kita berhenti?” tanya Amel penasaran. “Tunggu bentar Mel aku ke kedai dulu bentar.” Alin langsung turun dari motor dan bergegas pergi. “Huuhh...! akalmu dari dulu nggak berubah. Selalu saja berkisar soal makanan apalagi coklat. Ya sudah. jangan lama-lama ya.” Amel menunggu dengan sabar.

“So... Sekarang kita mau ngapain?”Ria membuka perbincangan mereka. “Begini Ri. Kita kirim sekarang cerpen sama puisi lewat email aja biar cepat,” kata Amel. “OC. No problem” Lalu Ria mengirim semua cerpen sama puisi mereka. Tiba -tiba Amel bertanya kepada teman-temannya. “Oh iya… By the way tujuan kalian ngirim cerpen sama puisi ini untuk apa? Alin duluan menjawab pertanyan Amel. “Untuk dapat uang. Untuk beli coklat,” jawab Alin. “Huhh.... Coklat lagi… coklat lagi,” Amel mempelototi temannya. “Lalu Yuni?” “Untuk belajar mengarang cerpen dan juga puisi?” “Ria? “Iya, untuk berkarya trus dapat duit. “Terus Armi apa?” “Aku.. untuk apa ya? untuk pamerin hasil karya trus dapet uang untuk beli perlengkapan make up, terus untuk ditabung untuk biaya kuliah. “Terus...?” “Terus… terus…. terus aja. Kamu dari tadi tidak ada yang pasti samaAarmi. Nggak bisa ya jawab dengan simpel? Mau inilah. Mau itulah.” Lagi-lagi cerewetnya Yuni keluar. “Woi... kalian itu kayak suami istri ya bertengkar mulu,” “So....Amel apa tujuannya?” Ria balik bertanya. “Klo aku pengen jadi penulis terkenal dan hasilnya aku tabung untuk hal-hal yang penting nanti.” Keempat sahabatnya itu salut dengan jawaban Amel tadi. Ternyata masih ada hal-hal yang penting dari hasil karya kita. Kemudian semuanya memeluk Amel. Biar pun Amel usil, tapi hatinya baik. Hasil dari apa pun itu, mulai dari sekarang menabunglah untuk hal-hal berguna. Asal hasil tersebut benar-benar dari hasil keringat kita sendiri bukan orang lain.


Iklan

Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

12


Iklan

Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

13


Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Ratusan titik panas mulai muncul di Sumatra, sebagian besar berada di Riau. Syafril Adriansyah

BNPB Siapkan Rp 355 Miliar Antisipasi Kebakaran Hutan FOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT

B

adan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena alam

El Nino pada 2014/2015 berintensitas lemah hingga moderat. Adanya indikator suhu muka laut di Pasifik menunjukkan fenomena yang sama dengan kejadian El Nino tahun 1997. Dampak yang ditimbulkan untuk wilayah Indonesia adalah kemarau panjang dan kering. Pada tahun 1997, dampak El Nino dirasakan cukup besar di Indonesia. Di sejumlah daerah terjadi kekeringan, kebakaran hutan dan lahan yang luas, krisis pangan, krisis energi serta makin memicu krisis ekonomi dan politik. Saat itu, seluas 2,12 juta hektare hutan dan lahan gambut terbakar dengan emisi karbon 0,81 – 2,57 PgC (kali 10 pangkat 15 gram Carbon) atau setara 13 – 40 persen emisi kebakaran hutan dunia. Dampak yang luar biasa menyumbangkan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan pihaknya menyiapkan dana siap pakai senilai Rp 355 miliar untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan khususnya di Sumetera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantah Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. “BNPB bersama Kementerian dan BPBD telah melakukan antisipasi

14

KABUT ASAP - Kawasan kota Padang diselimuti kabut asap saat terjadinya kebakaran hutan di Riau Maret lalu. BNPB menyiapkan anggaran senilai Rp 355 Miliar untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan memasuki musim kemarau khususnya di 9 provinsi. Bupati, Walikota dan Gubernur tetap sebagai penanggung jawab,” kata Sutopo melalui siaran pers yang dirilis Senin, 23 Juni 2014. Saat ini, tiga tiga helikopter yaitu Bolco, Kamov dan Sikorsky telah ditempatkan di Riau untuk pemadaman api dan asap. Modifikasi cuaca dengan pesawat Casa dan Hercules juga masih beroperasi.

Sementara, helikopter MI-8 telah ditempatkan di Palembang dan Palangkaraya. Sebanyak 2.500 personel TNI dan Polri siap dimobilisasi jika diperlukan. Pada Senin (23-6-2014) hotspot di Riau terdeteksi 236 titik yaitu di Bengkalis 46, Kampar 17, Kuansi 10, Dumai 29, Pelalawan 19, Rokan Hilir 97, Rokan Hulu 11, dan Siak 7. Antipasi dan pemadaman api harus terus dilaku-

kan secara total jika tidak ingin bencana tahun 1997 terulang kembali. Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB 366 Titik Panas Satelit Terra dan Aqua mencatat titik panas (hotspot) di Sumatera mencapai 386 titik pada Rabu (25/6/2014). Sebanyak 95 persen atau 366 titik di antaranya berada Riau yang tersebar di

Rokan Hilir 221 titik, Dumai (59 titik), Bengkalis (57 titik), Pelalawan (19 titik), Indragiri Hilir (3 titik), Kuansing (3 titik), Meranti (2 titik), Siak (1 titik) dan Indragiri Hulu (1 titik). Menurut Sutopo, kondisi ini perlu diwaspadai karena arah angin dominan ke arah Timur Laut -Timur. Potensi asap terbawa hingga ke Singapura dan Malaysia akan makin meningkat jika tidak segera diatasi secara total. Berdasarkan prakiraan BMKG, pada Juli 2014 hujan di daerah Inhil, Pelalawan dan Kuansi akan lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera. Kemudian, pada Agustus 2104 kondisi cuaca di Riau akan lebih kering dibandingkan dengan wilayah Sumatera lainnya. “Hujan berkisar kurang dari 50 mm/ bulan. Lahan gambut kering akan mudah sekali terbakar,” katanya Guna mengantisipasi hal itu, kepala daerah di Riau perlu segera mengambil langkah-langkah nyata untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebab kebakaran hutan dan lahan di Riau selalu berulang dan semua faktor-faktor penyebab telah dikenali. Wilayah lain di Sumatera yang bergambut seperti Sumatera Utara, Jambi dan Sumsel bisa mengantisipasi karhutla sehingga hotspot terkendali. “Kuncinya adalah penegakan hukum karena 99 persen penyebab karhutla adalah disengaja atau dibakar,” katanya. prl

Koalisi Masyarakat Sipil Sumatera Minta Presiden Terpilih Cabut MP3EI PADANG - Koalisi Masyarakat Sipil Sumatera meminta presiden terpilih nantinya bisa mencabut Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Nurhidayati, Kepala Advokasi Eksekutif Walhi Nasional mengungkapkan Masterplan MP3EI dianggap bisa mengakibatkan konflik di tengah masyarakat terutama pada konflik agraria, kriminalisasi petani, aktivis dan komunitas lokal. Dalam MP3EI pemerintah sedang memperdagangkan sumber daya alamnya untuk investasi asing. “Kita meminta presiden terpilih nantinya untuk meninjau ulang MP3EI karena polanya jauh dari ekonomi kerakyatan yang justru dalam MP3EI ini investasi berbasis

perusahaan skala besar. Masyarakat justru hanya akan menjadi buruh saja dan MP3EI tidak dilakukan kajian lingkungan hidup strategis,” jelasnya dalam jumpa pers di Hotel Inna Muara, Jumat, 27 Juni lalu. Selain itu MP3EI juga berpotensi menuai konflik agraria di berbagai daerah seperti di Bali terjadi kekerasan terhadap petani dan aktivis ditangkap secara sepihak tanpa proses yang benar. Sementara di Batam, ibu-ibu petani ditangkap oleh aparat tanpa ada sebab yang jelas. MP3EI yang diluncurkan pada 2011 tersebut merupakan suatu rencana pembangunan berbasis spasial dimana wilayah Indonesia dibagi 6 koridor ekonomi dengan 18 aktivitas ekonomi utama yang pada dasarnya masih ekstraksi sumber daya alam. Koridor-koridor ekonomi tersebut

yakni koridor ekonomi Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali Nusa Tenggara, dan Papua Kepulauan Maluku sesuai dengan per rilisnya. Model MP3EI ini terbukti telah mengakibatkan terjadinya krisis multidimensional seperti krisis politik serta krisis sosial ekologis dimana muncul situasi konflik social akibat perebutan sumber daya alam serta kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang menjadi bencana ekologis. Selain itu MP3Ei ditengah situasi seperti ini hanya akan meningkatkan krisis lingkungan hidup, konflik agrarian dan konflik social serta berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). DI Pulau Sumatera sendiri diskenariokan dalam MP3EI sebagai sentra produksi pengolahan hasil bumi

dan lumbung energi nasional dengan fokus sektor diantaranya kelapa sawit, karet dan batubara. Skenario ini sangat dikritisi oleh Koalisi tersebut yang dicetuskan oleh presiden SBY. Koalisi Masyarakat Sipil Sumatera yang beranggotakan LBH se-Sumatera, Walhi se-Sumatera, PBHI Sumatera Barat juga dihadiri YLBHI Nasional dan Walhi Eksekutif Nasional juga meminta agar presiden terpilih kembali pada proses perencanaan pembangunan yang telah berlangsung selama ini seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta tata ruang Sumatera. Selain itu, Koalisi ini juga meminta agar presiden terpilih nanti melakukan proses penyelesaian konflik agraria sumberdaya alam dan menghentikan

kriminalisasi terhadap petani, aktivis, dan komunitas lokal yang mempertahankan haknya atas tanah dan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selanjutnya presiden terpilih diharapkan dapat melakukan proses pemulihan lingkungan hidup yang telah rusak demi generasi yang akan datang. “Juga harus menyusun suatu Masterplan Percepatan Ekonomi Konstitusi yang dapat menyelesaikan berbagai konflik sosial ekologis, memulihkan lingkungan hidup, menjamin keadilan akses dan control sumber daya alam bagi seluruh kelompok masyarakat, dan mensejahterakan rakyat serta mendukung kemandirian kita sebagai suatu negara dan bangsa,” kata Nurhidayati . (trs/p)


15

Puailiggoubat

SEPUTARSUMBAR

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Sebanyak 15 nelayan lainnya berhasil diselamatkan. Rus Akbar Syafril Adriansyah

Kapal Nelayan Dihantam Badai, Satu Tewas, Satu Hilang FOTO: DOK BPBD MENTAWAI

PADANG - Kapal pukat cincin dengan merk lambung Mirage GT30 berawak 17 nelayan asal Kota Sibolga, Sumatera Utara tenggelam setelah dihantam badai di perairan antara Pulau Telo, Nias dengan Pulau Siberut Jumat 20 Juni lalu. Dalam insiden tersebut, satu orang nelayan tewas, dan satu lagi masih dalam proses pencarian. Sementara, 15 orang lainnya dinyatakan selamat. Yusuf Adi Sumarto, staf BPBD Mentawai mengatakan korban tewas adalah Tamba Tua Panjaitan (31) ditemukan sekitar 30 mil dari Pulau Sipora Bagian Selatan pada Rabu (25/6) sekitar pukul 15.00 WIB. Jenazah korban langsung dibawa ke Puskemas Sioban, Kecamatan Sipora Selatan dan selanjutnya di semayamkan di RSUP M Djamil Padang, pada Jumat (27/6) . Adi memaparkan, dari 17 awak kapal, satu orang nelayan bernama Sona Lua Raku masih belum diketahui keberadaannya. Hingga kini tim SAR masih melakukan proses pencarian. Sebelumnya, 13 nelayan telah ditemukan dengan kondisi selamat oleh tim Basarnas Padang dan Medan pada Senin (23/6). Awalnya mereka diinapkan di Tanjung Sigep ujung Pulau Siberut. Kemudian Basarnas Padang membawanya ke Padang untuk mendapatkan

SELAMAT DARI BADAI - Dua korban kapal nelayan yang ditemukan selamat dirawat di Puskemas Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumbar. perawatan di RSUP M. Djamil. Para nelayan yang dibawa ke Padang itu, Mujur Panjaitan (36), Imam Harahap (33), Harnat Simatupang (31), Mamyur

Lubis (30), Saat Hutabarat (29), Atcen Panggabean (32), Kasman (40), Putra Halawa (35), Kas (30), Mei Hutagalung (31), Freddi Simamora (32), Rincon

Simatupang (30) dan Rinto Hutagalung (31). Sementara dua orang lainnya ditemukan di perairan Sipora oleh kapal

tuna. Kemudian kapal tuna langsung kontak kapal nelayan pukat cincin yang bersandar di pelabuhan Sioban. Kapal pukat cincin itu langsung menjemput korban ke kapal tuna tersebut dan membawanya ke Puskesmas Sioban, dua orang yang ditemukan selamat itu adalah Juan Simatupang (30) dan D. Suparto Simatupang (34), mereka sudah mendapatkan perawatan dan pemulihan, rencananya akan dipulangkan sama keluarganya.. Selama mereka terapung-apung di laut tujuh hari, kata Adi, korban hanya memakan ikan mentah yang didapat dan sampah-sampah yang bisa dimakan. “Mereka terapung-apung memakai fiber. Awalnya mereka ingin ke-17 orang itu bersatu tapi tidak bisa, penyebab mereka tenggelam karena kena badai, lalu mesin pompanya rusak sehingga air yang masuk ke dalam kapal tidak bisa dibuang akhirnya tenggelam,” ujarnya. Kepala Jaga Harian Kantor SAR Padang, Sumatera Barat, Zulfahmi mengatakan, tenggelamnya kapal bagan tersebut diduga karam akibat hempasan gelombang saat sedang melaut. “Kita mengerahkan Kapal Negara (KN) 213 Padang 01 dan sebanyak 15 orang personel untuk membantu melakukan pencarian. Saat ini tim kita masih mencari,” katanya. (p)

Di Sumbar, Awal Puasa Ada Empat Versi PADANG - Puasa Ramadhan menjadi bulan istimewa bagi setiap umat muslim di seluruh dunia. Namun hampir setiap tahun terdapat perbedaan dalam penetapan awal puasa 1 Ramadhan termasuk di Sumatera Barat. Di ranah minang, terdapat empat perbedaan waktu awal puasa Ramdhan. Penganut Tarekat Naqsabandiyah memastikan mulai menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1435 Hijriyah mulai Jumat, 27 Juni 2014. Penentuan 1 Ramadhan dilakukan melalui metode hisab Munjid (perhitungan kalender Naqsabandiyah) dan rukyat (melihat bulan) pada bulan Sya’ban. “Saat itu bulan sudah tampak, dan dipastikan pada 27 Juni 2014 kami harus sudah berpuasa,” kata Sekretaris Jamaah Naqsabandiyah kota Padang, Edizon, Kamis, 26 Juni lalu. Ia menjelaskan penglihatan bulan pertama kali dilakukan pada tengah malam tanggal 8 Sya‘ban . Kemudian, penglihatan bulan malam hari pada 15 Sya‘ban dan penglihatan pada fajar pada 22 Sya’ban.

“Bulan jelas terlihat, setelah itu kami cocokkan lagi dengan penghitungan kalender dengan cara menghitung 360 hari dari awal puasa tahun lalu,” jelasnya.

Di sumbar, terdapat lebih dari lima ribu jamaah Naqsabandiyah yang tersebar antara lain di Padang, Kabupaten Solok Selatan, Pesisir Selatan, dan Solok. Di Padang,

terdapat sekitar 1.500-an jamaah Naqsabandiyah yang tersebar di Kecamatan Pauh, Lubuk Kilangan, dan Lubuk Begalung. Awal Ramadhan jamaah tersebut

KPU Mentawai Siap Distribusikan Logistik Pilpres PADANG - Komisi Pemilihan Umum Daerah Mentawai akan mulai mendistribusikan logistik Pemilu Presiden 3 Juli mendatang. Ketua KPUD Mentawai Laurensius Sarogdok kepada Puailiggoubat, Rabu, 25 Juni lalu mengatakan, distribusi logistik dimulai 3 Juli mendatang untuk Dapil I (Siberut Barat dan Siberut Utara), Dapil II (Siberut Tengah, Siberut Selatan dan Siberut Barat Daya), dan Dapil IV (Sikakap, Pagai Utara, Pagai Selatan). Sementara untuk Dapil III (Sipora Utara dan Sipora Selatan) didistribusikan pada 5

Juli. “Logistik siap untuk kita distribusikan, memang ada beberapa yang masih kurang namun menjelang pendistribusian akan kita selesaikan,” katanya. . Menurut Lauren, KPUD memprioritaskan distribusi logistik untuk wilayah yang jauh mengingat sulitnya medan dan cuaca yang buruk akhir-akhir ini. Sementara untuk anggaran pendistribusian logistik dikatakan Lauren sudah tersedia, termasuk honor petugas di KPPS dan honor petugas lainnya. “Anggarannya sudah ada. Kita berpengalaman dari Pileg kemaren dimana

persoalan banyak pada anggaran petugas di lapangan,” jelasnya. Lebihlanjut dikatakan Lauren, pengurangan TPS pada Pilpres dari 235 menjadi 218 didasarkan aturan pada pelaksanaan {ilpres untuk satu TPS jumlah pemilihnya 800 orang, sementara pada Pileg 9 April lalu, satu TPS 500 orang. “Namun dalam pengurangannya kita mempertimbangkan kondisi masyarakat dan letak geografis wilayah tersebut untuk menjangkau TPS,” katanya. (bs)

berbeda dengan Muhammadiyah yang baru berpuasa pada 28 Juni 2014. Sementara Kementerian Agama memutuskan awal Ramadhan jatuh pada 29 Juni melalui sidang isbat. Sementara, tarekat Syattariyah di Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, baru berpuasa pada Senin (30/6). Ulama Syattariyah Kabupaten Padangpariaman Tuanku Ali Amran mengatakan penentuan awal puasa baru dilakukan dengan cara melihat bulan di di sejumlah titik di daerah tersebut pada Minggu (29/6). “Ritual melihat bulan dilakukan di Pantai Ulakan Padangpariaman, Solok Selatan, dan Pasaman. Jika di salah satu daerah tampak bulan maka puasa dimulai,” katanya. Pengikut jamaah Syattariyah di Sumatera Barat diperkirakan mencapai 10 ribu orang yang tersebar di sejumlah kota kabupaten, Aliran ini disebarkan oleh seorang ulama besar oleh Syekh Burhanuddin yang dimakamkan di Ulakan, Padangpariaman. (prl)


Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

8

Suara Puailiggoubat Memanusiakan Korban Bencana

P

eristiwa diamankannya sembilan anak asal Dusun Surat Aban, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan oleh aparat Kepolisian Resor Kota Padang, Rabu (25/6) mengejutkan dan memiriskan hati. Sembilan anak tersebut konon kabarnya akan dibawa ke suatu daerah di Jawa dan disekolahkan di pesantren. Namun polisi mencurigai alasan tersebut karena dokumen-dokumen yang dibawa Ramses, orang yang membawa anak-anak itu tidak lengkap. Polisi akhirnya menetapkan Ramses sebagai tersangka yang dijerat Undang-Undang Perlindungan Anak. Gerak cepat petugas kepolisian menangkap pelaku patut diapresiasi begitu juga kesigapan Pemerintah Kabupaten Mentawai yang segera mengambil alih anak-anak tersebut dan menampung mereka di Kantor Penghubung Pemda di Padang serta memberikan berbagai fasilitas untuk kenyamanan anak-anak tersebut. Jika ditelusuri lebih jauh, anak-anak yang akan dibawa ke Pulau Jawa itu merupakan anak-anak korban tsunami Mentawai 2010. Mereka umumnya hidup miskin, sebagian besar telah putus sekolah. Warga Surat Aban bersama dusun lainnya di Bulasat awalnya menolak pindah ke lokasi pemukiman baru yang berjarak 10 kilometer dari pemukiman lama, lantaran tidak ada sumber ekonomi di sana. Mereka kembali ke kampung lama, di sana tidak ada sekolah. Akhirnya anak-anak itu putus sekolah. Sementara orang tua mereka sibuk berjibaku mencari uang untuk menyambung hidup dengan bekerja sebagai nelayan maupun petani. Kini, karena belum ada sumber ekonomi di kampung baru, para orang tua terpaksa bolak-balik ke kampung lama, mengurus kebun dan ladang serta mencari ikan. Jika dana hunian tetap dari pemerintah cair, maka mereka akan memulai membangun rumah di kampung baru. Kejadian ini sesungguhnya gunung es dari persoalan lambannya rehabilitasi dan rekonstruksi tsunami Mentawai. Untuk membangun rumah baru, mereka harus menunggu hampir tiga tahun. Jangankan program untuk memberdayakan perekonomian, bantuan-bantuan saja sudah tidak lagi diberikan. Mereka harus berjuang sendiri . Dengan kejadian ini, pemerintah diharapkan lebih cepat menuntaskan rehabilitasi dan rekonstruksi bencana tsunami Mentawai, tidak hanya terpaku soal huntap tapi juga memulai memberdayaan perekonomian warga karena mereka di sana juga rakyat Indonesia, tidak pantas diabaikan begitu saja. z

16

“Jangan Menyepelekan Sesuatu Pada Diri Anak Didik� S ering kita menemukan siswa yang mungkin mempunyai Intelligence Quotient ( IQ) rendah di sekolah , atau faktor tingkah lakunya yang menyimpang, yang berada dari teman-temannya. Terkadang kita dibuat pusing menghadapi anak tersebut, lagi-lagi dia yang nilainya rendah lagi , lagi-lagi kalau dia ke depan mengerjakan sesuatu tidak bisa para guru berbicara tentang kelemahan pada diri anak. Dengan bersusah payah guru membimbing anak tersebut dengan melalui pelajaran tambahan ( les ) tetapi nilai yang dicapai tetap saja rendah. Kita tahu bahwa orang yang mempunyai kesulitan belajar disebut orang yang tidak mampu belajar . Kelompok ini mencakup orang yang tidak memiliki luka pada otak yang diidentifikasi namun mengalami cukup banyak kesulitan dalam belajar dalam suatu wilayah akademis, gejala ketidakmampuan belajar mencakup segala sesuatu dari kesulitan dalam membaca dan menulis, sehingga kekacauan , kecanggungan sulit bergaul bahkan depresi. Faktor yang menyebabkan

oleh: Muryo Yulianto

Guru Moluk Bumen SD.N 09 Muara Siberut

ketidak mampuan belajar itu sangat berbeda–beda, mencakup faktor keturunan , trauma sebelum kelahiran dan sesudah kelahiran serta kesulitan selama masa perkembangan pada masa awal kanak-kanak.

Mungkin di sekitar kita terdapat anak yang kelakuannya berbeda dari anakanak lainnya. Hal ini perlu pengkajian dan perhatian dari para guru , karena dalam diri anak sudah tercipta sifat yang berpasa-

ngan, selain kelemahan juga terdapat kelebihan dengan didasari oleh rasa keikhlasan sebagai tugas , kewajiban dan tanggung jawab seorang guru , janganlah kita menganggap remeh atau menyepelekan sesuatu pada diri anak. Ada pepatah yang mengatakan “janganlah kita menyepelekan sesuatu pada diri seseorang, karena mungkin orang disepelekan akan lebih baik nasibnya dari kita. Janganlah kita menyepelekan sesuatu pada diri seseorang karena kita tidak tahu kapan kita kembali�. Memang kecenderungan nafsu kita terhadap siswa yang kurang dibandingkan dengan teman-teman disekelilingnya melalui ucapan atau gerak anggota tubuh keluar kata yang tidak sadar dan tak senonoh. Misalnya: tolol, telmi,goblok dan sebagainya, atau gerakan tangan dengan menempeleng, melempar pukulan atau meninju. Hal ini akan membawa dampak psikologis pada diri anak.Tidak semestinya kita berbuat demikian, karena dia sudah diberikan sesuatu yang sempurna oleh sang pencipta dan sudah ditentukan pula nasib hidupnya. Mungkin karena kita tidak mampu menggalinya. IKLAN


Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

17

Asal Nama Saumangaya’ Dari Pisang Hutan Hingga Sarang Burung

K

onon, orang pertama menemukan pulau Saumanganya’ adalah orang Simatalu dari pulau Siberut bernama Pakujut dan Rua Buraimere dari suku Tasirileleu. Saat itu konon banyak pisang hutan (masoggunei monga) ditemukan di sepanjang muara sungai. Dikisahkan, Pakujut dan Rua Buraimere berlayar bersama dua orang adik perempuannya bernama Tok Sik – Sik dan Silala berlayar dari Simatalu Pulau Siberut, sebelum sampai di Pagai Utara, keempat orang beradik kakak ini singgah terlebih dahulu di perkampungan Saureinu’ di Sipora. Setelah menetap beberapa lama menikahlah Tok Sik – Sik dengan suku Tatubeket, dan Silala menikah dengan Tekatubunoinan,

setelah kedua adiknya menikah Pakujut dan Rua Buraimere melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan perahu, setelah lama berlayar sampailah kedua orang beradik kakak ini di muara sungai yang banyak terdapat pisang hutan, maka keduanya memberi nama daerah Masoggunei Monga. Kedua beradik kakak ini memilih tempat tinggal di Uma Beuarigi. Karena sudah lama tak jumpa dan mendapat kabar bahwa kedua kakaknya tinggal di Uma beuarigi, timbullah keingginan Tok Sik – Sik mencari kedua kakaknya, keinginannya ini disampaikan kepada suaminya. Lalu Tok Sik – Sik ditemani suaminya berlayar dengan mengunakan perahu ke tempat kedua kakaknya tinggal. Setelah lama berlayar sampailah suami istri ini di muara sungai masoggunei mongga atau

pisang hutan. Sesampainya di muara sungai yang ditemukannya pertama air keruh, mereka kira banjir, setelah sampai di Simagili terdengarlah suara anak – anak mandi sambil bersorak – sorak. setelah sampai di tepian tempat tinggal kakaknya Tok Sik – Sik mengatakan,” Kak tadi di tepi sungai banyak ditemukan anak – anak mandi seperti Uman Ganyak ( uman artinya sarang, sementara ganyak artinya burung )”. Sejak itulah nama Masoggunei Monga diubah menjadi Uman Gayak artinya sarang burung. Lama-kelamaan nama daerahnya menjadi Saumanganya’ yang kini menjadi ibu kecamatan Pagai Utara. Desa Saumangaya’ sebelah selatan berbatasan dengan Desa Matobe, sebelah barat dengan Desa Silabu, sebelah timur dengan Samudera Hindia, sebelah utara dengan Selat

Sipora. Desa Saumangaya’ terdiri dari 18 dusun dengan luas wilayah 144,33 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 3.693 jiwa. Penduduk Saumangaya’ umumnya bekerja sebagai petani (60 persen), nelayan (20 persen, pegawai negeri (3 persen), dan wiraswasta 7 (persen). Penduduk desa ini mayoritas memeluk agama Kristen Protestan (2.628 jiwa) disusul Islam 685 jiwa) dan Katolik (380 jiwa). Sebagai ibu kecamatan yang masih baru, sarana umum yang ada di Desa Saumangaya’ belum terlalu banyak. Saat ini terdapat enam SD, 1 SMP sementara SMA belum ada. Untuk sarana kesehatan, terdapat dua unit puskesmas desa ( puskesdes ) dan satu unit puskesmas pembantu (pustu). Sekretaris Desa Saumanganya’

Mulyadi mengatakan pada 2010 warga desanya tertimpa musibah gempa bumi dan tsunami. Meski tidak ada korban jiwa namun peristiwa tersebut membuat trauma masyarakat. Untuk memperlancar sarana transportasi laut menuju Desa Sikakap, saat ini tengah dibangun dermaga di Dusun Pasapuat. “Dengan adanya dermaga tentu perhubungan akan lancar, dengan lancarnya sarana perhubungan semua hasil pertanian petani akan dapat dijual ke pedagang, sekarang ini petani kita kalau ingin menjual hasil perkebunannya terpaksa harus membawa ke pengumpul yang ada di Desa Sikakap, dengan lancarnya sarana perhubungan tentu bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,” jelas Mulyadi (supri lindra)


Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Belum semua guru mendapat pelatihan Kurikulum 2013 Gerson Merari Saleleubaja

Sekolah Mentawai Tahun Ini Terapkan Kurikulum 2013 FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

ekolah di Kabupaten Kepulauan Mentawai mulai tingkat SD hingga SMA siap menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran baru 2014/2015. Persiapan pelaksanaan telah dilakukan dengan mengirim beberapa guru dari berbagai tingkatan mengikuti pelatihan terkait kurikulum tersebut yang dilaksanakan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sumatra Barat. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kepulauan Mentawai, Dominikus Saleleubaja mengatakan, siap atau tidak, kurikulum 2013 ini diberlakukan untuk seluruh SD di Mentawai yang berjumlah sekitar 118 SD karena merupakan program nasional Domi menyebutkan, meski sudah diterapkan pada seluruh SD namun belum semua kelas yang menerapkan kurikulum tersebut, “Kurikulum 2013 diajarkan kepada kelas I,II, IV dan V sementara kelas III dan VI tetap menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hal ini berlaku secara nasional” katanya saat dihubungi Puailiggoubat, Jumat, 27 Juni. Lanjut Domi, untuk mematangkan pelaksanaan kurikulum tersebut sebanyak 250 guru SD termasuk kepala SD telah dilatih LPMP yang digelar secara maraton pada 23-26 Juni di Tuapeijat. “Belum semua guru yang dilatih karena hanya itu kuota yang diberikan kepada kabupaten kita, namun kita berharap guru yang telah dilatih tersebut mentransfer ilmunya kepada guru lain di sekolah nanti agar semua mempunyai pengetahuan model mengajar, tahun depan kita targetan 500 guru mengikuti pelatihan serupa,” jelasnya. Buku ajar Kurikulum 2013 untuk pegangan murid sampai saat ini belum

18

S

BERMAIN Murid SDN 17 Bojo Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai bermain di kelas. Tahun ini seluruh sekolah diharuskan menerapkan kurikulum 2013 ada namun Kementerian Pendidikan akan memfasilitasi dana penyedian buku tersebut melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) khusus buku khusus pada semester I tahun 2014. Dominikus menjelaskan, besar bantuan sesuai dengan jumlah siswa di masing-masing sekolah, caranya masingmasing sekolah mengajukan data siswanya kemudian Dinas Pendidikan Mentawai melanjutkannya ke Dinas Pendidikan Sumbar. Setelah dana tersebut keluar kemudian buku dibeli kepada pihak yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Setelah memasuki tahun berikutnya, lanjut Domi, pemenuhan buku pelajaran menjadi tanggungjawab Disdik. Pembelian buku memakai Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan, hal ini menjadi prioritas anggaran sebelum digunakan untuk pembangunan fisik dan fasilitas penunjang pendidikan lainnya.

Menurut Dominikus, perbedaan antara kurikulum 2013 dan KTSP terletak pada beberapa aspek yakni sistem penentuan kompetensi kelulusan, model pembelajaran dan jumlah mata pelajaran. Secara lengkap lihat grafik. Sementara untuk tingkat SMP dan SMA, Kepala Bidang SMP dan SMA Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Motisokhi Hura mengatakan, kurikulum 2013 diajarkan kepada siswa kelas I dan II baik SMP maupun SMA, sementara kelas III masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Beberapa guru SMP dan SMA telah diberi pelatihan oleh LPMP Provinsi Sumatera Barat pada 22-26 Juni di Padang. Moti menyatakan pihaknya siap melaksanakan kurikulum tersebut di Mentawai karena sudah menjadi aturan

secara nasional. Dari segi guru, lanjut dia, tidak ada kendala karena beberapa

guru telah mendapat guru begitu juga dengan jumlah personil yang ada. “Meski secara data jumlah guru PNS di Mentawai masih kurang, namun perekrutan guru honor sudah menutupi kekurangan tersebut,” katanya saat dihubungi Puailiggoubat lewat telpon, Jumat, 27 Juni. Menurutnya, hambatan awal saat pelaksanaan kurikulum tersebut pada ketersediaan buku pelajaran karena sampai saat ini Mentawai belum mendapat buku bahan ajar kurikulum 2013. “Hampir seluruh sekolah di Indonesia belum dapat buku, namun pelaksanaan kurikulum tetap dilanjutkan karena guru yang dilatih telah diberikan bahan ajar, kekurangan buku mungkin untuk buku paket siswa,” jelasnya. Terkait penyedian buku pelajaran pegangan murid penganggarannya sama dengan SD yakni dana BOS pada semster I tahun 2014 kemudian DAK pada tahun berikutnya. (g)

Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP No

Kurikulum 2013 1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ditentukan terlebih dahulu dengan Permendikbud No.54 Tahun 2013 setelah itu baru ditentukan standar isi yang berbentuk kerangka dasar kurikulum yang dituangkan dalam Permendikbud No 67,68,69 dan 70 tahun 2013 2 Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan meliputi kompentensi sikap, keterampilan dan pengetahuan 3 di SD, pelajaran tematik terpadu untuk kelas I‐VI 4 Jumlah jam pelajaran perminggu lebih banyak dan mata pelajaran lebih sedikit 5 Proses pembelajaran setiap tema dilakukan dengan pendekatan ilmiah yaitu standar proses dalam pembelajaran yakni mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta 6 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media pembelajaran 7 Standar penilaian menggunakan penilaian otentik yakni mengukursemua komptensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan dasar proses dan hasil 8 Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah 9 Pemintan (penjurusan) mulai kelas X jenjang SMA/MA 10 Bimbingan Konseling (BK) menekankan pengembangan potensi siswa

KTSP Standar isi ditentukan terlebih dahulu melalui Permendiknas No.22 tahun 2006. setelah itu ditentukan SKL melalui Permendiknas No.23 tahun 2006

Lebih menekankan pada aspek pengetahuan Pelajaran tematik terpadu untuk kelas I‐III Jumlah jam pelajaran sedikit sementara jumlah mata pelajaran lebih banyak standar proses dalam pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi

TIK sebagai mata pelajaran penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan

Pramuka bukan esktrakurikuler wajib Penjurusan mulai kelas XI BK lebih pada penyelesaian masalah siswa

Sumber: Diolah dari Data Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

Gedung TK Desa Sotboyak Belum Rampung SIKABALUAN - Gedung TK Desa Sotboyak Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai yang didanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPMMP) tahun anggaran 2013 belum digunakan karena peralatan bermain anak belum tersedia. Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Siberut Utara, Kandidus Sikaraja mengatakan, alat bermain anak yang belum dibeli berupa ayunan, jungkat-jungkit, luncuran, kursi, putaran, meja dengan

anggaran pengadaan Rp16,8 juta dari total dana pembangunan sebesar Rp325.850.000. “Dari kontrak kerja yang ada dan pengecekan kita di lapangan ternyata masih ada beberapa item kegiatan yang belum dipenuhi,” katanya kepada Puailiggoubat, Sabtu, 14 Juni. Lanjut Kandidus, bangunan yang berukuran 16,7x10 meter itu belum melalui proses serah terima dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa Sotboyak dan UPK terdahulu. “Bangunan ini masih tanggungjawab TPK dan UPK lama

dan kita mempertanyakan bagaimana realisasinya,” ujarnya. Selain anggaran pengadaan alat bermain, sisa anggaran operasional TPK sebanyak Rp2.840.000 juga masih di tangan UPK lama. “Kita tidak mau mempertanggungjawabkan pembangunan tahun 2013 yang belum rampung sebelum duduk bersama antara UPK lama dengan pelaku PNPM lainnya, karena ini terkait dengan tanggungjawab di dalam program,” jelasnya. (bs/g)

MENCARI IKAN - Anak-anak di Simatalu bagian pantai yang mencari ikan dilaut


19

Puailiggoubat

PENDIDIKAN

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

PAUD Cendrawasih Pinairuk Harapkan Bantuan Pemerintah MAGUIRUK - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cendrawasih yang berlokasi di Dusun Maguiruk Desa Silabu Kecamatan Pagai Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai kekurangan sarana penunjang pendidikan. PAUD yang didirikan secara swadaya oleh warga usai mengungsi pasca gempa dan tsunami 2010 persisnya pada tahun 2011hanya memiliki pondok belajar berukuran 3X4 meter terbuat dari kayu. Adnan, pengelola PAUD dari Lembaga Cendrawasih mengatakan, mes-ki minim fasilitas, motivasi belajar tidak berkurang dan tahun ini mereka merencanakan melakukan wisuda perdana sebanyak 7 muridnya pada tanggal 4 Juli. Saat ini jumlah murid sebanyak 32 orang yang diajar 3 guru. Adnan mengaku sejak berdiri 4 tahun silam hingga tahun 2014, PAUD ini belum pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. “Kita berharap pemerintah baik desa hingga kabupaten membantu kita agar kegiatan belajar makin lancar,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 23 Juni.(leo/g)

Tahun Ajaran Baru Seragam Sekolah Pakai Badge Merah Putih JAKARTA - Mulai tahun ajaran 2014/ 2015 seragam siswa mulai tingkat SD-SMA menambahkan badge merah putih ukuran 5X3 centimeter di dada sebelah kiri di atas saku baju seperti yang diatur Permendikbud No. 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Bagi Peserta Didik Kepala Informasi dan Humas Kemdikbud, Ibnu Hamad mengatakan, peraturan baru mengenai seragam ini sebagai penyempurnaan peraturan seragam sekolah sebelumnya yakni SK Dirjen Dikdasmen No. 100 tahun 1991. Sementara badge nama siswa dan sekolah tidak ada yang berubah. “Pemasangan badge merah putih ini untuk memacu semangat nasionalisme, dengan lambang merah putih siswa menjadi sadar bahwa dia warga negara yang semangatnya merah pu-tih yang punya persaudaraan sebagai warga negara,” katanya, Senin, 23 Juni. Meski diharuskan, kata Ibnu, sekolah mesti memberi waktu kepada siswa untuk mempersiapkan kelengkapan seragam. “Jangan sampai ketika siswa di-nyatakan diterima di sekolah tersebut langsung diwajibkan membeli seragam, sesuaikan dengan kemampuan, beri mereka waktu untuk mempersiapkan,” ujarnya. Selain pemasangan badge merah putih, lanjut Ibnu, Permendikbud No. 45 ini juga mengatur hak hak penggunaan kerudung (jilbab) atas dasar keagamaan bagi para siswi. (g)

Peserta Ujian Sekolah Dasar Mentawai Lulus 100 Persen FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

Jadwal pengumuman kelulusan tiap sekolah berbeda karena mesti menyesuaikan jadwal kapal antar pulau

Tim Redaksi

eserta Ujian Sekolah (US) Dasar di Kabupaten Kepulaun Mentawai yang terdiri 108 SD yang terdiri 1.805 siswa dinyatakan lulus 100 persen oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Di Kecamatan Pagai Utara, pengumuman kelulusan disampaikan secara tertulis oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Pagai Utara, Agus Lamar kepada 10 sekolah sePagai Utara tertanggal 25 Juni 2014. Agus Lamar membenarkan, peserta ujian yang berjumlah 125 siswa lulus semua. “Saya sudah sampaikan pengumuman tersebut ke sekolah termasuk Ketua Panitia US, Pak Ilham,” katanya kepada Puailiggoubat, Rabu, 25 Juni. Sementara pembagian Surat Keterangan Hasil Ujian (SKHU), kata Agus menunggu berlayarnya kapal antar pulau. “Namun kita sudah berkoordinasi dengan kepala SMPN

P

UJIAN SEKOLAH - Siswa SD di Kecamatan Siberut Selatan saat ujian sekolah Mei lalu, seluruh murid SD di Mentawai dinyatakan lulus 1 Pagai Utara di Saumanganya’ dan SMPN 1 Pagai Utara Selatan di Sikakap agar siswa yang mendaftar baru diberikan dispensasi jika SKHU terlambat datang, mudah-mudahan akhir Juni semua terealisasi,” jelasnya. Selain SD di Pagai Utara, SD di Kecamatan Sikakap yang berjumlah 12 SD ditambah 1 MIN dengan peserta 215 dinyatakan lulus semua. “Siswa lulus 100 persen,” kata Kepala UPTD Sikakap, Fransiskus Sakeletuk. Sementara di Kecamatan Siberut

Selatan peserta ujian yang terdiri 9 SD dengan jumlah peserta 192 orang juga dinyatakan lulus 100 persen oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan, Hijon Tasirilotik mengatakan, hasil kelulusan SD mereka terima pada Sabtu, 28 Juni yang dikirimkan melalui surat yang diangkut kapal antarpulau. “Kami sangat bangga atas hasil yang dicapai anak-anak, harapan kita

supaya semua yang lulus ini melanjut ke SMP,” katanya, Sabtu, 28 Juni. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Dominikus Saleleubaja yang dikonfirmasi melalui pesan pendek yang diterima Puailiggoubat Minggu, 29 Juni membenarkan informasi tersebut. “Ya benar, data rinci per sekolah sedang disortir,” jawabnya. (ss/leo/g)

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sumbar Buka Penerimaan Mahasiswa Baru MAILEPPET - Sekolah Tinggi Ilmu Manejemen Sumatera Barat (STIMSBA) yang beralamat di Desa Maileppet Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai membuka penerimaan mahasiswa baru baik yang lulusan SMA maupun Paket C mulai Juni hingga Agustus 2014. Pengawas Sekolah Tinggi Ilmu Manejemen Sumatera Barat, Seltius Sibulatnia mengatakan, sampai 25 Juni 2014 calon mahasiswa yang mendaftar sebanyak 20 orang dari berbagai daerah. Seltius menjelaskan, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen ini pertama kali berdiri di Padang dibawah naungan Yayasan Pendidikan Pembangunan Padang Sumatera Barat pada 8 Oktober 1987 yang membuka Program Studi Strata 1 (S1) Manajemen Pemerintahan. Setelah itu status

kepemilikan berubah setelah dibeli Imron Rosadi, SH, S.Sos.M.Ap dari Yayasan Pendidikan Pembangunan Sumbar dan membuka perkuliahan di Mentawai melalui SK.DIKTI Nomor 1116/D/T/2006-29 Maret 2006. Sekolah tinggi ini memiliki 2 kampus yakni Kampus I beralamat Jalan Raya Maileppet Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan dan Kampus II beralamat di Jalan Raya Tuapeijat KM.9 Pasar raya Tuapeijat Kabuaten Kepulauan Mentawai. Seltius mengatakan, untuk sementara ruang kuliah menggunakan gedung lama SMAN 1 Siberut Selatan. “Kita sudah dapat ijin dari dinas pendidikan, rencana kita membagun kampus yang berlokasi di Desa Maileppet dekat gedung SMAN 1 Siberut Selatan yang baru dan tanahnya sudah kita beli,” jelasnya. Saat ini, lanjut Seltius, jumlah

mahasiswa semester IV sebanyak 65 orang dan 25 mahasiswa semester II. Menurutnya, Siberut sudah layak untuk memiliki perguruan tinggi karena banyak tamatan SMA yang menganggur karena tidak cukupnya biaya untuk kuliah di Padang. Program kuliah, kata Seltius, dibagi dua yakni reguler dan non reguler namun saat ini sistem yang dipakai non reguler karena mahasiswa kebanyakan sudah bekerja. Dosen pengajar didatangkan dari Padang yang dibantu sarjana Mentawai di Siberut. Sekolah tinggi ini sendiri terakreditasi C dari Dirjen Dikti Kemendiknas RI, dan untuk Akreditasi Tahun ini hasilnya belum keluar. Seltius memaparkan, uang kuliah Rp150 ribu, uang pembangunan Rp1 juta, uang kuliah semester

Rp1,2 juta dan uang almamater Rp200 ribu rupiah. “Pembayaran uang semester itu dianggsur tiap bulan Rp200 ribu,” tuturnya. Teondorus Samongan Rimau, salah satu mahasiswa semester IV berharap, pemerintah Mentawai mendukung keberadaan sekolah tinggi ini karena salah satu program Pemda sekarang adalah mencerdaskan masyarakat Mentawai. “Keberadaan sekolah tinggi tersebut dapat membantu putra putri Mentawai mengambil kesempatan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya yang tidak banyak dibanding dengan kuliah di luar Mentawai yang membutuhkan biaya yang sangat besar,” katanya. Badul Saleleu, mahasiswa lain mengaku senang karena bisa kuliah di STIMSBA karena mudah dijangkau dan biaya irit.(ss/g)


PENDIDIKAN Usaha pelestarian dan penerapan budaya Mentawai telah dimulai sejak 2001

Puailiggoubat

20

Melestarikan Budaya Mentawai Dalam Buku

Lomba Karya Tulis YCMM

Gerson Merari Saleleubaja

ntuk memperkaya referensi sekaligus cara melestarikan kebudayaan masyarakat Mentawai, Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) menggelar lomba karya tulis yang bertemakan Upacara Adat Mentawai pada Juli 2014. Koordinator Riset Budaya dan Pendidikan YCMM, Tarida Hernawati Simanjuntak mengatakan, lomba ini untuk menghasilkan referensi dan bahan ajar semaksimal mungkin untuk penerapan mata pelajaran muatan lokal Budaya Mentawai di sekolah. Dari hasil karya tulis yang dibuat peserta, kata Tarida, bahan tersebut akan dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi buku yang layak diajarkan kepada anak-anak sekolah di Mentawai. Selain menjadi buku pelajaran, lanjut Tarida, tulisan ini menjadi wadah publikasi, dokumentasi dan transformasi pengetahuan dan pemahaman budaya Mentawai. Tulisan-tulisan tersebut akan digunakan sebagai bahan penyusunan referensi dan bahan ajar mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) Budaya Mentawai (Bumen) minimal jenjang SD. Tarida berharap, melalui penerapan mata pelajaran Bumen membangkitkan dan menumbuhkan kembali kebanggaan dan kecintaan masyarakat khususnya generasi muda Mentawai terhadap

NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

FOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT

U

BUKU MUATAN LOKAL - Staf YCMM menunjukkan sejumlah buku Muatan Lokal yang masih cukup minim. YCMM menggelar lomba karya tulis bertema Upacara Adat Mentawai untuk memperkaya referensi dan bahan ajar Muatan Lokal. budayanya. Kegiatan ini diharapkan pula dapat semakin meningkatkan komitmen bersama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, seluruh elemen masyarakat dan semua pihak yang peduli terhadap upaya pelestarian budaya Mentawai ke dalam sebuah bentuk transformasi dan informasi yang berstruktur. “Ini juga upaya kita membantu pemerintah menyediakan buku bahan ajar yang selama ini masih sulit didapat,

Mahasiswa UT Mentawai Ujian di Sikakap SIKAKAP - Sebanyak 220 mahasiswa Universitas Terbuka (UT) di Kabupaten Kepulauan Mentawai melaksanakan ujian akhir semester selama tiga hari yakni 21-23 Juni bertempat di SMP N I Pagai Utara Selatan, Sikakap. Mahasiswa sebanyak itu berasal dari 3 Kelompok Belajar (Pokjar) yang berasal dari Pokjar Sikakap 123 mahasiswa, Pokjar Sioban (Sipora Selatan) 40 mahasiswa dan Pokjar Tuapejat (Sipora Utara) 60 mahasiswa. Ketua Pengelola Pokjar Sikakap, Ekinaldi mengatakan, pemilihan tempat ujian di Sikakap karena peserta ujian lebih banyak di daerah itu. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang disampaikan Kepala Bagian Registrasi dan Administrasi UT Padang , Dasrul. “Ujian akhir semester bisa dilaksanakan apabila jumlah mahasiswa 200 orang, jika tidak maka dipilih tempat yang pesertanya lebih banyak, karena tidak ada Pokjar yang mencapai jumlah 200 orang maka 3 Pokjar harus digabungkan,” kata Ekinaldi menyampaikan pesan Dasrul, Sabtu, 21 Juni. Peserta ujian Sikakap, kata Ekinaldi, dikenakan biaya administrasi sebesar Rp150 ribu yang digunakan mendanai operasional ujian, honor guru pengawas ujian yang diambil dari guru SMP dan SMA. Penanggungjawab Tempat Pelaksanaan Ujian, Mus Meldi menyebutkan, selain diikuti mahasiswa dengan dana mandiri, diantara peserta ujian Pokja Sikakap terdapat 34 mahasiswa peraih beasiswa dari pemerintah kategori 3T yakni terpencil, tertinggal dan terisolir yang ditetapkan keputusan rektor UT pusat.(spr/g)

meski dalam bentuk lisan, Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai mendukung kegiatan,” tutur-

nya. Menurut Tarida, pemilihan tema terkait upacara adat Mentawai memiliki

beberapa alasan, ini disebabkan dalam kegiatan adat banyak elemen terlibat yang dapat diadopsi dalam kehidupan modern saat ini. Elemen yang dimaksud Tarida yakni, nilai kekerabatan karena upacara melibatkan banyak orang, kepemimpinan karena ada yang memimpin dan dipimpin berupa sikebbukat uma dan lain sebagainyaa. Selain itu, dalam upacara ada makanan yang membuktikan ketahanan pangan orang Mentawai, di dalam upacara juga ada pantang yang merupakan etika dalam melakukan suatu kegiatan. “Jika kita melihat dalam upacara tersebut sangat kompleks sehingga banyak pelajaran yang dapat diserap di dalamnya,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 30 Juni. Pendaftaran keikutsertaan lomba dimulai 1 Juli-1 September 2014, kemudian dilanjutkan tahap penjurian pada 2-12 September 2014. “Jika pemerintah sepakat maka bahan yang nantinya dicetak menjadi buku sudah bisa dipakai pada pertengahan semester I tahun ini,” jelasnya. (g)

Asrama Pelajar Sirilogui Terlantar SIRILOGUI - Sejak dibangun pada 2012 lalu hingga akhir Mei 2014, asrama pelajar Desa Sirilogui Kecamatan Siberut Utara yang dibangun di Desa Sikabaluan melalui dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPMMP) belum bisa digunakan karena lampu penerangan di tempat itu belum ada. Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Siberut Utara yang terpilih tahun 2014, Kandidus Sikaraja mengatakan, pemasangan lampu merupakan bagian pekerjaan yang tidak dikerjakan oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa Sirilogui. “Ini bagian terpenting yang tidak selesai yang membuat asrama tak bisa digunakan, alasan mereka uang pembangunan sudah habis,” katanya ketika ditanya Puailiggoubat, Sabtu, 14 Juni. Karena lama tak dipakai, lanjut Kandidus, beberapa pintu dan jendela bangunan dirusak oleh oknum masyarakat. Ia membeberkan selain lampu yang belum dipasang oleh TPK, loteng juga belum terpasang seluruhnya termasuk kamar mandi dan WC yang juga tidak dibuat. “Kita sudah minta kepada TPK dan kepala desa untuk menyelesaikan itu,” katanya kepada Puailiggoubat, Sabtu, 14 Juni. Menurutnya, solusi penyelesaian bangunan tersebut sudah ada pada

tahun 2013 saat dana pembangunan tambatan perahu bersisa sebanyak Rp11 juta yang kemudian dialihkan pada pemasangan lampu, namun proses tersebut tidak terlaksana. “Kelebihan dana digunakan untuk pemasangan lampu melalui pihak ketiga. Namun sampai sekarang belum ada realisasi. Anggaran Rp11 juta itu

apakah masih di tangan TPK, kepala desa atau sudah ditangan pihak ketiga?” ujarnya. Akibat penyelesaian pembangunan yang terkatung-katung, siswa dari Desa Sirilogui baik SMP dan SMA yang berjumlah 50-an siswa terpaksa tinggal di kos-kosan di sekitar Sikabaluan. (bs/g)

Juli, Buku Kurikulum 2013 Diterima Sekolah JAKARTA - Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Thamrin Kasman memastikan buku Kurikulum 2013 telah diterima sekolah pada 1 Juli 2014 karena kegiatan belajar pada tahun pelajaran baru akan dimulai pada Senin minggu ketiga Juli 2014. Thamrin menyebutkan, sekolah harus aktif melakukan pembelian buku Kurikulum 2013 pada semester 1 kepada penyedia yang ditentukan melalui proses lelang dan bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). “Sekolah sebagai pihak yang paling tahu data siswa dan guru yang membutuhkan buku, berdasar itu, sekolah langsung memesan kepada penyedia,” katanya dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tentang implementasi Kurikulum 2013 bersama anggota Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) di Jakarta, Jumat, 20 Juni. Sementara tugas dinas pendidikan kabupaten/kota, lanjut Thamrin, memastikan setiap sekolah di wilayahnya sudah memesan buku kepada penyedia. Selain itu, Thamrin mengimbau masyarakat melapor ada sekolah yang belum memesan atau terkendala dalam pembelian buku Kurikulum 2013. “Silakan laporkan, agar segera kami tindak lanjuti dan bantu agar prosesnya lancar,” ujarnya.(g)


Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

Kemanapun warga Simatalu menjual hasil bumi di wilayahnya semua pedagang lokal menerapkan sistem barter, sedikit sekali perputaran uang disana. Bambang Sagurung

inginnya angin laut di pagi buta saat itu tidak dihiraukan Agustinus Salembekeu (16) dan beberapa warga Dusun Saikoat Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tangan kekar mereka berurat mendorong gerobak yang berisi karung kopra seberat 250 kilogram menyusuri pantai Simatalu yang masih samar-samar disapa matahari meski saat itu, Selasa 3 Juni, waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB, letaknya di sebelah barat pulau Siberut membuat suasana daerah masih gelap. Pagi yang gelap itu seakan melukiskan nasib para pendorong gerobak tersebut yang berjuang menuju terang kehidupan yakni tempat penjualan kopra di salah satu pengumpul yang terletak di arah timur kampung di Dusun Betaet Desa Simalegi. Agustinus, salah seorang warga penjual kopra mengatakan, lamanya perjalanan menuju tempat pedagang pengumpul kopra di Simalegi sekitar 4 jam. “Lumayan jauh apalagi berjalan di pantai saat pasang, putaran ban gerobak agak seret, jarak itu mesti kami tempuh agar hasil penjualan kopra mendapat uang tunai,” kata remaja yang baru tamat di SMPN 1 Siberut Utara pada tahun ini ketika ditanya Puailiggoubat, Selasa, 3 Juni. Agustinus menuturkan, selama ini penjualan hasil pertanian di kampungnya lebih banyak dibayar dengan sistim barter oleh pedagang sehingga masyarakat nyaris tak mendapat uang setiap bertransaksi. Padahal, kata dia, warga juga butuh uang untuk sekolah anak, ongkos transportasi dan lainnya. Agus sendiri mengaku sangat butuh uang untuk melanjutkan pendidikan ke SMA di Sikabaluan, menurut perinciannya biaya yang mesti dikeluarkan untuk transportasi saja mencapai Rp280 ribu yakni ongkos ojek dari Saikoat-Betaet Rp50 ribu, kemudian ongkos speed boat dari Betaet menuju Pokai Rp200 ribu ditambah ongkos ojek dari PokaiSikbaluan Rp30 ribu per orang. Hasil penjualan kopra Agus seberat 250 kilogram pagi itu Rp1.750.000 dengan harga Rp5.500 per kilogram. “Satu setengah juta untuk kita simpan sebagai persiapan, selebihnya untuk beli gula, kopi, rokok untuk bapak, beras

21

D

BAWA KELAPA - Warga Dusun Limu Desa Simatalu membawa kelapa dengan gerobak untuk dijadikan kopra

Simatalu di Bawah Cengkraman Tengkulak dan roti,” ujar Agus riang menyapu kelelahannya. Jika Agustinus riang karena kopranya dibayar dengan uang tunai, namun sebaliknya yang dialami Bohoik (30) dan Atdika (31), warga Dusun Kulumen Desa Simatalu. Hasil penjualan manau keduanya hanya dibayar dengan barang dagangan milik pengumpul yang berada di posko yang terletak di pertigaan sungai menuju Dusun Paipajet Hulu, Simalibbeg dan Muara Simatalu. Perjalanan Bohoik dan Atdika menghabiskan waktu 3 jam menaiki sampan dayung dari Kulumen. Bohoik membawa 20 batang manau dan Atdika membawa 10 batang, keduanya menaiki sampan yang sama pada Minggu, 1 Juni. Apes bagi keduanya karena pedagang pengumpul yang dituju tidak berada di posko karena berada di Dusun Simalibbeg, keduanya terpaksa menginap semalam di tempat itu. Di posko ini terdapat tiga pedagang penampung hasil ladang masyarakat berupa kopra dan manau yang dikenal dengan masyarakat bernama Ril, Yoakim dan Kris. Ril berasal dari tanah tepi (Padang), Kris berasal dari Kupang beristri warga setempat, sementara Yoakim berasal dari masyarakat setempat. Baru keesokan harinya, Senin, 2 Juni, pedagang datang dan menyortir manau mereka. Sortir dilakukan untuk membedakan ukuran manau dan harga, ukuran LL dibeli Rp7.500 per batang, L Rp4 ribu dan M Rp2.500 per batang.

Meski datang bersama, kedua warga itu memiliki majikan yang berbeda, Bohoik menjual manau kepada Kristo sementara Atdika menjual kepada Yoakim. Usai penyortiran manau, Bohoik masuk ke dalam kedai. Saat keluar ia menenteng celana olahraga satu helai, periuk kecil satu buah, roti satu bungkus, gula setengah kilogram, teh satu bungkus dan rokok satu bungkus. Ketika Puailiggoubat bertanya alasan mengambil barang semua, Bohoik menjawab, ini sudah ketentuan dagang di tempatnya. “Transaksi tidak pakai uang, semua harus dibarter dengan barang, kalau kita minta uang, mereka marah,” jelasnya, Senin, 2 Juni. Selain di posko, di Simalibbeg dan Muntei yang berdekatan dengan posko juga melakukan transaksi jual-beli sistim barter. “Ibaratnya uang hanya di atas kertas putih,” kata Wandi, Warga Simalibbeg. Menurut Wandi, sistim perdagangan barter sudah diatur sedemikian rupa sehingga warga tak bisa berbuat apa-apa. “Hasil ladang kita ditukar rokok, beras, roti, keperluan rumah tangga lainnya. Kalau perlu uang dicatat dulu berapa sisa pengambilan kita, nanti bayarnya kita tunggu lama yang ujung-ujungnya kita ambil barang lagi,” katanya. Wandi menyebutkan, di Simalibbeg sudah ada pedagang yang membeli pakai uang namun hanya setengah, selebihnya tetap barang. “Itu mereka lihat apakah orang yang

menjual kopra atau manau perlu uang untuk keperluan sekolah anaknya atau tidak, kalau tidak untuk keperluan sekolah, pedagang tidak mau beli dengan uang,” tuturnya. Sementara Kristo, salah seorang penampung yang menerapkan sistim barter mengklaim masyarakat tidak butuh uang.”Untuk apa uang sama masyarakat karena mereka nanti akan belanja di sini juga. Uang tidak perlu lagi karena untuk biaya sekolah sudah ditanggung pemerintah,” katanya. Menurut Kris, penerapan sistem barter bertujuan mempercepat transaksi, “Kita tinggal hitung berapa hasil manau atau kopra mereka kemudian hitung barang-barang apa yang mereka mau ambil,” ujarnya. Meon, penampung lain menyebutkan, penerapan sistem barter kepada warga di Simatalu karena mereka juga mendapat barang dagangan dari pedagang besar di Sikabaluan dengan sistem yang sama. “Kita mengutang dulu sama pedagang pemilik kapal yang datang ke Simatalu, nanti membayarnya dengan barang hasil yang kita tampung seperti manau dan kopra,” jelasnya. Untuk mendapatkan uang, lanjut Meon, pedagang kecil di Simatalu sangat sulit karena persaingan harga antar sesama pedagang, baik yang telah lama berdagang maupun yang baru mulai. “Kami yang satu bos saja masih bersaing harga, apalagi beda bos.

Bersaingnya pun tidak pakai uang hanya sistem barter,” tuturnya. Di Dusun Simalibbeg, sedikitnya ada lima pedagang penampung hasil bumi warga namun ketika ditelusuri hanya ada tiga pedagang besarnya di Sikabaluan yang menguasai perdagangan di Simatalu tempat para penampung lokal membeli barang. Berbeda dengan dusun lain di Simatalu, di Dusun Bojo dan Limu, menurut Ucok, salah seorang penampung lokal, transaksi sudah mulai menggunakan uang. “Kalau warga minta uang, maka kita kasih uang,” katanya. Ucok menuturkan, rata-rata warga meminta uang dari penjualan manau dan kopranya untuk keperluan sekolah anakanaknya. “Transaksi barter sudah kita tinggalkan tidak seperti dulu lagi, karena sekarang pola pikir masyarakat sudah maju,” jelasnya. Ucok mengaku, bagi pedagang di Limu memang sulit untuk mendapatkan uang tunai karena pedagang besar di Sikabaluan tempat mereka memesan barang dan menjual manau dan kopra tidak memberikan uang tunai. Untuk memperkuat cengkraman monopoli dagangnya, pedagang lokal yang dimodali pedagang besar di Sikabaluan menguasai dua hingga lebih tempat usaha dalam lokasi yang berbeda. “Masyarakat tidak punya pilihan lain selain menyerahkan manau dan kopra pada mereka. Mau dibawa ke pedagang lain yang membayar tunai jaraknya jauh, akses tidak ada,” kata Inep, warga lain. Kuatnya monopoli pedagang besar di Sikabaluan karena mereka didukung armada kapal yang menjadi sarana pengangkut hasil bumi Simatalu yang memiliki ombak yang ganas. Misalnya saja Kedai AKR mempunyai kapal motor (KM) Im Group I dan KM.Im Group II. Kedai Marno memiliki KM. Karya Bersama dan KM. Hendri Sabena. Kedai PBR memiliki KM. Berkat Doa. Camat Siberut Barat, Paulina T Saruru yang dikonfirmasi terkait dengan perdagangan barter di wilayahnya mengatakan, pihaknya tidak berwenang mengintervensi agar transaksi dibayar uang tunai. “Sampai saat ini kita memang belum memberikan imbauan kepada pedagang terkait dengan sikap monopoli perdagangan dan sistim barter, karena nanti kita dibilang mengintervensi pula,” katanya pada Puailiggoubat, Rabu, 4 Juni Lanjut Paulina, jalan satu-satunya agar memutus transaksi barter dan monopoli perdagangan di wilayah Simatalu yakni memperbanyak pedagang dari luar untuk menampung hasil bumi Simatalu. “Tentunya dengan banyaknya pedagang dan menggunakan transaksi uang tunai, mata rantai itu akan putus dengan sendirinya,” katanya. (g)


22

Puailiggoubat

EKOKER

NO. 291, 1 - 14 Juni 2014

Warga di pesisir pantai timur Mentawai menganggap musim anggau sebagai hambatan namun sebaliknya dengan warga yang tinggal di pantai barat.

Mengais Rezeki di Balik Musim Aggau Mentawai FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Tim Redaksi

M

usim aggau (anggau/sejenis kepiting) dalam kalender kelautan masyarakat tradisional

Mentawai yang dimulai Juni merupakan musim badai berupa angin kencang dan gelombang tinggi yang mencapai 3-4 meter. Saat musim tersebut kebanyakan masyarakat di sepanjang pesisir pantai timur Mentawai tidak berani melaut. Mardianto (32), salah seorang nelayan dari Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai mengatakan, selama seminggu pada akhir bulan Mei ia memilih tak melaut. “Kita takutnya terjadi apa-apa di laut karena badai sekarang sulit diperkirakan, sebentar bagus , sebentar badai, sebab angin tiba-tiba saja datang itu pun sangat kuat. Jadi takutnya kita kalau pergi melaut datang angin kencang kita tidak bisa ngapa-ngapain, sebab di pintu masuk sungai Muara Siberut kalau badai tidak ada jalan untuk kembali, semua ditutupi ombak, makanya kita berhenti dulu melaut,” katanya akhir Mei lalu. Menurut Mardianto, perubahan cuaca ekstrim di bulan Juni hingga Juli sudah mereka prediksi karena sudah menjadi kalender tahunan perairan di Mentawai. Agar dapur bisa mengepul, kata Mardianto, satu bulan menjelang bulan Juni mereka bekerja ekstra di laut siang dan malam mencari ikan. “Di bulan tersebut ombak akan besar sehingga mesti lembur agar

HARGA MELAMBUNG - Penjual ikan menunggu pembeli di Pasar Sikakap. Akibat badai dan Ramadhan, harga ikan melambung penghasilan banyak dan mampu bertahan sebulan jika cuaca memburuk,” ujarnya. Hasyrudin (33), nelayan lain menyebutkan, pada bulan Juni kebanyakan nelayan memilih beristirahat dan membenahi peralatannya. Namun ada juga yang nekad melaut dengan mencuri waktu ketika badai sedikit tenang. “Namun hanya sepanjang garis pantai sehingga bisa cepat kembali apabila angin kencang datang,” ujarnya. Biasanya tiap Juni, lanjut Hasyrudin, harga ikan akan mengalami kenaikan karena jumlah yang terbatas. Untuk bisa bertahan di bulan tersebut, mereka akan mencari sebanyak-banyak sebelum Juni

Banjir Genangi Lahan Pertanian Warga Puro PURO - Hujan lebat yang mengguyur Desa Muara Siberut dan sekitarnya yang dimulai awal Juni mengakibatkan 20 hektar sawah dan perkebunan coklat milik warga Dusun Puro Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan terendam banjir. Agustinus Tatebburuk (40), salah satu pemilik sawah mengatakan, sejak banjir merendam sawah mereka yang terletak di dekat aliran sungai, sebagian besar bulir padi yang siap panen hanyut terseret arus. “Panen kami berkurang karena kebanyakan hanyut dan sebagian lagi rusak akibat terendam selama seminggu,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 23 Juni. Selain sawah, puluhan kebun coklat yang berada di daerah Bat Mara di Dusun Muntei juga ikut tergenang. Herri Samonganrimau (33), salah satu petani coklat di Bat Mara menyebutkan, hampir seluruh tanaman coklat miliknya seluas 1 yang berada di lembah bukit Muntei tergenang. Herri mengaku, banjir tersebut bukanlah pertama kali mereka alaminya sehingga mereka sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Banjir tersebut juga membuat tanah di wilayah itu subur, “Kami cuma berharap tidak terendam lama karena bisa merusak buah coklat,” ujarnya. (ss/g)

dan berhemat ketika memasuki musim tersebut. Di Kecamatan Sikakap, akibat gelombang tinggi kapal nelayan dari Sibolga Sumatera Utara yang mencari ikan di perairan Mentawai memilih sandar di pelabuhan perikanan Sikakap. Agus (45), salah seorang anak buah kapal Sibolga menyebutkan, sudah 12 hari melaut namun ikan yang diperoleh baru 4 ton. Biasanya, kata Agus, dengan jumlah hari tersebut mereka sudah dapat ikan 12 ton atau lebih. Ibas, awak kapal nelayan Sinar Terang mengatakan, sudah 17 hari melaut sejak 8 Juni namun ikan yang ditangkap masih sedikit. Ia dan 39

rekannya mengalami dilema akibat hasil tangkapan yang sangat sedikit, ingin balik ke Sibolga hasil tidak ada namun bertahan pun ransum sudah menipis. “Kalau soal makanan masih bisa diusahakan bos, tapi untuk biaya keluarga belum dapat apa apa, sama yg dialami 40 orang kru anak kapal,” ujarnya, Rabu, 25 Juni. Berbeda dari kebiasaan masyarakat di bagian timur Mentawai, jika saat badai mereka berhenti dari aktifitas laut namun sebaliknya warga yang tinggal di bagian barat Mentawai, Juni saat mereka malah terjun ke laut. Jeremias Sailokkoat (37), warga Desa Simalegi Kecamatan Siberut Barat

mengatakan, saat musim anggau yang berombak besar mereka malah berhenti ke ladang dan turun ke laut untuk menambah penghasilan. Pada musim tersebut, kata Jeremias, biasanya lobster yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena bernilai ekspor mudah ditangkap dan jumlahnya cukup banyak. “Juni masyarakat akan menebar ratusan jaring di sepanjang pantai Simalegi dengan harapan mendapat lobster sebanyak-banyaknya, meski kami harus bertarung dengan ganasnya ombak,” katanya. Menurut Jeremias, akibat banyaknya jaring yang ditebar membuat jalur transportasi tersumbat karena tidak ada jalan masuk. Hasil tangkapan tidak menentu, terkadang arus yang deras menghanyutkan jaring yang dipasang dan merenggut nyawa mereka. Namun mereka tetap nekad melakukannya karena sulitnya kehidupan ekonomi di daerah tersebut. “Harga lobster cukup tinggi sampai ratusan ribu per kilonya sehingga cukup seimbang denga resiko yang diambil,” jelasnya. Selain penduduk setempat, masyarakat dari Muara Siberut dan beberapa wilayah lain di pantai timur Mentawai juga turut memburu lobster pada Juni setiap tahunnya. Meski taruhannya cukup besar namun kegiatan tersebut tetap dilakukan warga Simalegi karena komoditi lain seperti coklat dan kelapa tidak banyak membantu mengangkat kehidupan karena harga yang ditawarkan pedagang sangat rendah. (ss/spr/leo/g)

Rivalitas Pedagang Lambungkan Harga Kopra di Simatalu SIMATALU - Persaingan harga di tingkat penampung kopra di Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai mendongkrak harga komoditi ini. Biasanya harga kopra di daerah ini tak pernah mencapai Rp3 ribu per kilogram, paling Rp1.000-2.000 per kilogram. Namun Juni ini harga kopra berkisar Rp4.500-5.000 per kilogram. “Harga ini merupakan sejarah baru di Simatalu karena tahun silam harganya tak pernah setinggi itu,” kata Meon, warga Dusun Simalibbeg Desa Simatalu kepada Puailiggoubat, Senin, 2 Juni. Menurut Meon yang juga penampung kopra di daerah tersebut, melambungnya harga kopra karena

adanya persaingan harga di tingkat pengumpul. “Yang menampung kopra masyarakat sudah mulai banyak, makanya harga terus dipacu,” katanya. Meon menyebutkan, harga yang ditawarkan kepada warga dusun bervariasi, misal di Dusun Simalibbeg, Muntei dan Posko harga pembelian kopra antara Rp4000-4500 per kilogram. Sementara di Dusun Limu Desa Simatalu, wilayah Desa Simatalu bagian pantai harga Rp5 ribu-5500 per kilogram. “Tergantung situasi dan persaingan harga di kalangan pedagang pedagang karena ada biaya angkut, biaya buruh dan penyusutannya. Namun kita cukup gembira juga karena masyarakat dapat menikmati harga

yang mulai naik,” kata Ucok, penampung kopra di Dusun Limu. Ucok mengatakan, kenaikan harga kopra memacu semangat warga mengelola kelapa miliknya untuk dijadikan kopra. Menurutnya, kenaikan harga ini cukup membantu orang tua untuk membayar sekolah anaknya di Sikabaluan, Padang maupun di tempat lain. Hal itu dibenarkan Agustinus Salembekeu, pelajar dari Simatalu yang sekolah di Sikabaluan. Agus menyebutkan, saat libur ia mendapat uang Rp1,7 juta dari hasil penjulan kopra bersama bapaknya. “Harga saat ini sangat bagus, sehingga kami sangat semangat,” ujarnya. (bs/g)


23

Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

Suara Daun

P

ada zaman dahulu di sebuah kampung di Pulau Pagai Utara-Selatan, penduduknya bergotong –royong mendirikan sebuah uma. Setelah bermusyawarah, masing-masing penduduk mendapat pembagian kerja. Ada yang bertugas membuat tiang dan ada yang bertugas membuat papan untuk lantai dan dinding. Sedangkan para pemuda mendapat tugas mencari daun rumbia dan rotan untuk dianyam menjadi atap. Para pemuda pergi ke hutan. Ada yang bertugas mengambil rumbia dan ada yang bertugas mengambil rotan dengan menggunakan parang yang tajam. Salah seorang diantaranya yang bertugas mengambil mengambil rotan dengan cekatan memotong-motong rotan dengan menyandarkan ke sebatang pohon kayu rebah sebesar paha orang dewasa. Saat ia mengayunkan parang, rotan langsung terpotong. Namun tanpa ia sadari rupanya tempat ia menyandarkan potongan rotan itu adalah tubuh seekor ular yang sangat besar. Hal itu ia ketahui setelah yang ia sangka pohon itu mengeluarkan darah pada bekas potongannya. Ular itu hampir tidak bisa menggerakkan tubuhnya, karena sebagian besar tubuhnya sudah dibeliti akar pohon. Melihat kejadian itu, para pemuda segera mengemasi rotannya dan bergegas pulang. Sesampai di kampung mereka menceritakan kejadian tersebut kepada orangorang tua kampung. Tiga hari kemudian ular besar itu turun ke kampung untuk membalas dendam kepada si pemuda. Ketika sampai di tempat warga kampung yang masih sedang membangun uma, berkatalah ular itu pada orang-orang. “Siapakah warga kampung ini yang telah melukai punggungku, aku akan membalas dendam kepadanya?” Tak seorangpun memberitahukan. Tapi karena ular itu marah dan mengancam akan memusnahkan warga kampung, akhirnya orangorang kampung memberitahukan siapa yang telah melukai punggung ular itu. Ular tersebut menangkap si pemuda dan membawanya ke laut. Karena si pemuda orang yang baik, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan buaya. Kemana hendak kau bawa pemuda itu?” yanya buaya. Sampai hilang puncak bukit kulihat dari tengah laut, akan saya lemparkan dia,” jawab ular. Kalau begitu, lawan dulu aku,” kata buaya. Maka berkelahilah mereka. Namun buaya itu. Ular itukembali

Gerson Merari Saleleubaja

Demokrasi Damai

B

Asal Mula Punen Manyang melanjutkan perjalanannya. Tak lama, mereka bertemu dengan penyu yang sangat besar. Seperti buaya, penyu itu juga menyuruh melepaskan si pemuda, karena ular itu tidak bersedia, mereka berkelahi dan ular tetap menjadi pemenang. Ular itu melanjutkan menggotong si pemuda ke tengah laut. Tak lama berjalanmuncul pula seekor gurita besar. Ia bertanya pula kemana sang ular membawa pemuda tersebut. “Sebaiknya kau lepaskan dia, karena ia tak sengaja melukai punggungmu, kasihan dia,” bujuk Gurita. Sang ular tidak menghiraukannya. Ia menantang gurita. “Baiklah kalau begitu, taruh dulu pemuda itu,” jawab gurita. Mereka pun berkelahi. Lama berkelahi gurita berhasil mengalahkan ular. Belalainya yang banyak membelit tubuh dan kepala ular sehingga sang ular kelelahan dan mati. “Nak, naiklah ke punggungku, aku akan mengantarkanmu kembali ke pantai, kasihan engkau,” kata gurita tersebut kepada si pemuda. Gurita itu mengantarkan si pemuda ke pantai. Sampai di pantai pemuda tidak tahu lagi jalan pulang. Ia tidak berada di pantai tempat kampung-

nya berada, sedangkan gurita sudah kembali ke tengah laut. Ia menangis karena cemas dan takut. Saat itulah datang seekor penyu. Penyu itu bersedia mengantarnya pulang. Pemuda itu naik ke punggungnya, namun tak jauh berjalan penyu itu tidak sanggup. Tunggu dulu di sini aku panggilkan nenekku untuk mengangkutmu,” kata penyu. Tak lama ia kembali bersama neneknya, seekor penyu yang besar. Pemuda itu diantarkan ke sebuah muara. “Dari sini mungkin kampungmu sudah dekat,” kata nenek penyu itu. Pemuda itu melihat ke sekeliling dan ia yakin kampungnya tidak berada dekat muara itu, sementara nenek penyu sudah pergi. Menangislah ia karena tidak bisa pulang. Setelah beberapa hari menangis di tempat itu muncul seekor manyang (burung elang) yang sangat besar. Burung itu bersedia mengantarnya pulang. Namun setelah dicoba ternyata tubuhnya tidak kuat. Karena itu ia berjanji minta tolong pada neneknya. Tak lama datanglah nenek manyang yang badannya tiga kali lebih besar. Burung itu membawa si pemuda ke rumahnya. Di depan rumah si pemuda berdiri sebatang

pohon kelapa. Si nenek menaruhnya di atas pohon lalu ia pergi. Setelah beberapa hari pemuda itu di atas pohon ia tidak bisa turun karena takut. Ia berteriak ke bawah suaranya tak terdengar oleh keluarganya. Suatu hari ada orang yang memanjat pohon itu dan ia meludah. Orang itu menyangkanya hantu, karena itu secepatnya turun. Ayahnya tidak percaya ada hantu di atas pohon kelapanya. Ia pun memanjat dan terus memanjat walaupun tanganya kena ludah. Sampai di atas pohon yang lebat daun dan buahnya itu ia lihat anaknya di sana. Ia segera membawa anaknya turun. Anak itu menceritakan kejadian yang menimpanya hingga manyang mengantarnya pulang. “Kalau begitu, sebagai rasa terima kasih kepada burung manyang dan gembira kita, kita akan adakan pesta (punen),” kata ayahnya. Ayahnya memotong babi dan ayam dan orang kampung hadir dalam pesta itu. Sejak itu, orangorang Pagai selalu mengadakan punen manyang atau pesta alam. (Dimodifikasi dari Bruno Spina, Mitos dan Legenda Suku Mentawai)

eberapa hari lagi, tepatnya 9 Juli sejak tulisan ini dibuat, rakyat Indonesia akan memilih presiden yang baru. Gesekan demi gesekan mulai terjadi antara masing-masing pendukung calon, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Itulah demokrasi dan politik, kata kawan lama saya yang bergelut di politik ini, dinamikanya sulit diprediksi sejak awal hingga akhir sambil manggutmanggut matanya tidak lepas dari televisi yang menyiarkan pertandingan piala dunia antara Belanda vs Spanyol. “Hampir sama dengan main bola, kilik sana kilik sini, terkadang berbuah gol, terkadang berakhir kegagalan yang jelas tiap pertandingan mesti ada pemenang,” katanya. “Kalau politik dan demokrasi sama seperti bola, berarti adanya juga diving dan tekelnya,” tanya saya penasaran. Ia mengangguk pelan sambil menghisap sebatang rokok. Ia mengatakan untuk mendapat tujuan perlu ada strategi, hal itu tak perlu disampaikan kepada masyarakat. “Pokoknya kita berusaha tampil bak nabi agar masyarakat tertarik dengan kita,” jelasnya. Kemudian ia buru-buru mengoreksi, dengan mengatakan tujuan kita pada dasarnya baik untuk membangun negeri ini, hanya saja jalannya terkadang berbeda. Kata dia, mengkampanyekan calon presiden ibarat menjual jamu, penjual akan menyebut jamu ini bisa membuat kuat, tahan lama dan keunggulan lainnya sehingga sipembeli tertarik membelinya, begitu juga dengan presiden. “Namun pada akhirnya, si pembeli yang menentukan apakah mau beli atau tidak, begitu juga dengan kampanye presiden,” tuturnya sambil bersandar, pada saat itu keningnya sedikit berkerut. “Kalau sama seperti permainan bola kaki berarti yang kalah mesti menerimanya dengan damai dong,” cecar saya. “Kita lihat lagi prosesnya, kalau baik kita terima kalau tidak mungkin jadi ramai, inilah dinamikanya,” katanya mantap sambil tersenyum. Saya mulai memahami bahwa kekalahan dalam politik belum tentu bisa diterima oleh pihak-pihak tertentu yang berujun bentrok. Namun kita berharap pada Pemilihan Presiden (Pilpres) mendatang tidak terjadi kegaduhan yang hanya merugikan negeri ini. Tak perlu kita dengar apa kata kawan saya itu yang sedikit kurang konsisten. z


Iklan

Puailiggoubat NO. 291, 1 - 14 Juli 2014

24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.