298

Page 1

90 PERSEN DESA DI MENTAWAI TERTINGGAL

MENTAWAI NEWS

MENTAWAI NEWS

9

11

Tabloid Alternatif Dwimingguan

Puailiggoubat Untuk Kebangkitan Masyarakat Mentawai

BELUM SEMUA SEKOLAH DAPAT BUKU KURIKULUM 2013

PENDIDIKAN 15

19

No

-3 T .2 98 1 ah Ok un to XI be I r2 01 4

HARGA ECERAN RP 3000

DANA HUNTAP TAHAP II KADES BULASAT DITAHAN


Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Uggla Barania ka rura 2013, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai raprogram akek masiurep berak bulek imaigi kat ka Mentawai. Rakua ka rura 2017 iapei imaigi berak komen ka Mentawai - 3 Pasigalaijat enungan Trans Mentawai rapaola bulek ipatuppai sangamberi enungan ibailiu sangamberi pulaggajat moi raenungi, ikaronia baga bupati raropnia sai DPRD Mentawai - 6 Maigi peilek desa ka Mentawai magebak, oto ikaronia baga Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet kabaraat bulagat ADD samba P2D ibailiu pulaggajat nenda makayo - 11 Reunia pulaggajadda ibailiu togat sekolah sibara ka Simatalu, Siberut Barat mugalai ka Muara Siberut bulek ibara bulagat kaujetda lului sikolah, sakit kat samba kudduat. Kek rakaroni baga bulagat sibara kapulaggajat tak bara - 18 Masin pasigalai es ka Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Mentawai tak murimanua kalulut tai barania suat solar ibailiu kudduat nenda tak pei arapakei - 21 COVER DEPAN: 1 FOTO: BAMBANG 1 DESAIN: SYAFRIL TABLOID ALTERNATIF DWIMINGGUAN

Puailiggoubat Terbit setiap tanggal 1 dan 15

ISSN: 1412-9140 PENERBIT: Yayasan Citra Mandiri PEMIMPIN UMUM: Roberta Sarogdok PEMIMPIN USAHA: Pinda Tangkas Simanjuntak PEMIMPIN REDAKSI: Yuafriza DEWAN REDAKSI: Roberta Sarogdog Rus Akbar Saleleubaja Yuafriza REDAKTUR: Rus Akbar Syafril Adriansyah Gerson Merari Saleleubaja WARTAWAN DAERAH: Bambang Sagurung (Sikabaluan) Rapot Pardomuan (Sipora) Rinto Robertus (Saibi) Leo Marsen (Sikakap) Supri Lindra (Sikakap) Patrisius Sanene’ (Padang) Legend Satoinong (Siberut Selatan) Siprianus Sababalat (Siberut Selatan) DISTRIBUTOR DAERAH: Arsenius Samaloisa (Sioban) Vincensius Ndraha (Siberut Selatan) Bambang (Siberut Utara) Juanda (Siberut Barat) ALAMAT REDAKSI DAN USAHA: Jl. Kampung Nias 1 No. 21, Padang. Telp (0751) 7877373 - Fax. (0751) 35528 REKENING: Bank Nagari Cabang Pembantu Niaga, Padang No.2105.0210.0207-1 PENCETAK: Padang Graindo, Padang (Isi di luar Tanggung Jawab Percetakan) Wartawan Puailiggoubat selalu dilengkapi Kartu Pers dan (sesuai Kode Etik Jurnalistik) tidak dibenarkan menerima suap (‘amplop’) dari narasumber.

www.puailiggoubat.com

Terimakasih Dibuat Jalan Yth. Bapak Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet Kami masyarakat Desa Matobe sangat berterimakasih atas berlangsungnya dan terlaksananya pembangunan jalan dari Sikakap sampai di Mabolak, meski hanya jarak 2 kilometer. Mudah-mudahan jalan sambungan di Mabolak sampai Matobe hanya seperempat kilometer. Kami masyarakat Matobe juga sangat berterimakasih atas berjalannya kapal antar pulau berjalan dalam sebulan dua kali. Ameliana/warga Desa Matobe 085274769282

2


3

Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

Swasembada beras ditargetkan baru tercapai tiga tahun lagi sedang pangan lokal seperti sagu dan keladi kian tersingkir.

Sementara untuk bantuan bibit saat ini belum bisa disalurkan karena masih menunggu anggaran APBD Perubahan, diperkirakan awal Desember bibit tersebut disalurkan jika selesai tender. Bibit tersebut bisa digunakan untuk 3 hingga 4 musim panen karena bibit komposit, kalau padi hibrida harus ganti tiap tahun. Untuk meningkatkan pelayanan kepada petani, tahun ini ada 18 orang penyuluh kontrak yang telah disebar di tiap kecamatan, “Setiap kecamatan itu ada 2 hingga 3 orang, intinya di setiap kecamatan penyuluh saya sudah ada dan mereka juga sudah didiklatkan,” jelas Novriadi.

Tim Redaksi

asyarakat Mentawai dikenal karena pangan lokal sagu dan keladinya. Namun beberapa tahun terakhir, konsumsi sagu dan keladi kian tergeser digantikan beras yang lebih populer. Data Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Mentawai mencatat rata-rata konsumsi beras masyarakat Mentawai per tahun 5.100 ton. Sementara kekuatan produksi beras Mentawai 3.513 ton per tahun sehingga ada kekurangan 1.587 ton. Jumlah itu dihitung dari data sensus penduduk 2010. Kondisi ini membuat Pemerintah Mentawai memprogramkan cetak sawah seluas 1.000 hektar untuk mewujudkan ketahanan pangan di Mentawai karena selama ini beras didatangkan dari Padang yang harganya makin mahal. Ditargetkan program ini terealisasi hingga 2016 nanti. Upaya cetak sawah baru maupun rehabilitasi sawah lama dimulai sejak tahun lalu. Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan (Dispertanakbun) Mentawai, Novriadi mengatakan, Oktober ini telah mulai musim tanam yang kedua di beberapa tempat seperti di daerah Goisok Oinan, Saureinuk sudah mulai keluar malai padinya. Menurut Novriadi, hasil panen sebelumnya bervariasi, di Saibi mencapai 4,8 ton per hektar, Sigapokna mencapai 3,2 ton per hektar, kemudian di Malancan, Sirilanggai rata-rata 3 ton per hektar. “Yang tertinggi produksinya di Saibi, mungkin bagus perawatannya,” katanya, Senin, 6 Oktober. Soal kualitas, menurut Novriadi hasilnya sudah memenuhi standar bagus karena belum diikuti pemupukan, sementara pengairan masih relatif. Sawah di Mentawai masih tadah hujan sehingga penanaman hanya bisa dilakukan maksimal 2 kali dalam setahun tergantung curah hujan. Ia mengakui, hasil panen saat ini belum mampu memenuhi pangan lokal namun ia yakin 3 tahun ke depan Mentawai bisa swasembada beras. “Pemenuhan kebutuhan pangan di Mentawai masih belum, kalau target kita sampai 2016 ada 1.000 hektar ditambah dengan sawah milik warga yang ada lebih kurang 760 hektar, saya rasa Mentawai sudah bisa swasembada beras pada 2017,” ujarnya. Dispertanakbun Mentawai menargetkan tiap tahun luas sawah baru 250 hektar. Tahun lalu sawah yang

M

PANEN - Panen padi perdana di Dusun Sirilanggai, Malancan, Siberut Utara oleh Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet

SULITNYA BERSAWAH DI MENTAWAI berhasil dicetak 230 hektar. Target tersebut tidak merata di tiap daerah tergantung hasil produksinya, seperti di Sipora Utara pusat padinya di daerah Satuan Pemukiman (SP2) dan Goiso Oinan, Sipora Selatan itu di Saureinuk, kemudian pantai timur Bosua dan Beriulou. Di Pagai Utara sentral padi di Saumanganya dan Pasapuat, di Sikakap di Matobek dan Taikako. Pagai Selatan diupayakan di Makalok. Menurut Novriadi, kendala teknis yang dihadapi petani berupa cara budidaya warga masih tradisional. Ia menilai perlu waktu mengubah cara tersebut, misalkan cara mengolah tanah menggunakan cangkul dan cara menyemai. Selain itu konsistensi bertanam juga belum ada. Saat ini misalnya, Sirilanggai yang menjadi salah satu sasaran program padi sawah, tahun ini proses tanam terhenti karena banyak anggota kelompok sawah yang bekerja di program fisik pemerintah yang sedang berjalan, seperti pembangunan jalan dari Sirilanggai-Terekan Hulu. “Masyarakat masih fokus pada kegiatan fisik pembangunan yang sedang masuk sekarang sehingga mengolah sawah kembali harus menunggu pembangunan selesai,” kata Kepala Desa Malancan, Barnabas Saerejen kepada Puailiggoubat, Jumat, 10 Oktober. Namun di Siberut Selatan, program

bersawah tetap dilanjutkan meski dua kali gagal panen. Jundi Merson Samongan Rimau, salah seorang petani di Puro, Muara Siberut mengaku tidak putus asa bersawah karena jika lahan tersebut ditinggal, tanaman lain tidak cocok tumbuh. “Sekarang padi sudah mulai menunjukkan perubahan yang baik, sebagian padi juga telah dipanen namun itu hanya cukup dikonsumsi sendiri,” katanya, Selasa, 7 Oktober. Jundi menuturkan, di Malupetpet, lokasi tempat mereka bersawah dulunya ada 20 KK yang jadi anggota yang menggarap masing-masing 1 hektar, namun hanya sebagian yang melanjutkan karena bulan lalu mengalami gagal panen. Penyebabnya menurut Jundi ketersediaan obat-obatan dan perawatan yang kurang sehingga tanaman gampang terserang hama. Sementara di Kecamatan Siberut Tengah, Pemerintah Desa Saibi Samukop mengalokasikan Rp30 juta Anggaran Dana Desa (ADD) 2014 untuk membeli bibit padi. Penganggaran itu menurut PjS. Kepala Desa Saibi, Pincensius Satoko bertujuan meningkatkan produksi beras di desanya. “Semangat warga bersawah sangat tinggi, sebagai pemerintah kita mesti dukung hal itu dengan memberikan bantuan dana,” katanya kepada Puailiggoubat, Jumat, 3 Oktober. Saat ini Desa Saibi memiliki areal

sawah 22,27 hektar yang dikerjakan 150 anggota kelompok tani sejak tahun lalu dan dilanjutkan tahun ini kemudian ditambah 10 hektar sawah di Dusun Simoilalak, total keseluruhan 32,27 Hektar. Target tersebut telah melebihi dari yang diprogramkan dinas pertanian Mentawai yakni 30 hektar. Ketua Kelompok Tani persawahan Saibi Samukop, Ishak Salakkau mengatakan, jika dikalkulasi semua hasil panen dalam satu tahun selama 2 musim tanam hanya 11,8 ton. Menurutnya perlu peningkatan hasil agar kebutuhan makanan tercukupi dengan cara pembaharuan dan pengembangan teknik pembibitan pengolahan tanah, penanaman, perawatan hingga konsumsi dalam keluarga. Kepala Dusun Simoilalak, Binsar Saririkkak menyebutkan, hasil panen warganya rata-rata per KK sebanyak 80 kilogram yang dikerjakan 86 KK dengan produksi 6,8 ton sekali panen. “Hasil itu belumlah mencukupi, sekarang bersawah sedang dilakukan warga namun tidak ada perluasan sawah lagi karena lokasinya yang begitu sempit,” ujarnya 7 Oktober. Untuk mengembangkan program cetak sawah ini, Dispertanakbun menganggarkan dana Rp2,5 miliar per tahun untuk luas 250 hektar. Tahun ini, juga diberikan bantuan mesin huller sebanyak 17 unit, handtractor kepada tiap kelompok sawah.

Sagu yang Kian Tersingkir Pongot (55), warga Dusun Sirilanggai Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai masih mempertahankan sagu sebagai makanan pokok keluarganya meski mereka juga mengonsumsi beras saat harganya terjangkau. Bagi Pongot, mengkonsumsi sagu bisa menghemat pengeluaran keluarganya. Seluruh anggota keluarga dikerahkan mengolah sebatang sagu selama seminggu dan menghasilkan 10–15 karung tepung sagu. “Kadang kita makan beras juga namun makan sagu lebih hemat karena satu karung beras 20 kilogram biasanya saya beli Rp12 ribu,” katanya. Karena mahalnya beras, banyak warga yang membeli sagu olahan Pongot untuk dimakan bergantian dengan nasi. Jeses, warga Sirilanggai, salah satu pembeli sagu membandingkan ketahanan mengkonsumsi beras dengan sagu dalam keluarga. Satu karung sagu ukuran beras panda 20 kilogram baru habis dikonsumsi sebulan untuk keluar-ga dengan empat anak. Harga satu karung sagu ukuran karung 20 kilogram Rp70 ribu. Sementara beras panda ukuran 20 kilogram seharga Rp220 ribu per karung hanya mampu bertahan hingga dua minggu. Diakui Pongot dan Jeses, masyarakat mulai beralih mengkonsumsi beras ketimbang sagu terutama kalangan anakanak. “Mereka lebih suka makan nasi,” kata Jeses. Dispertanakbun menyadari terancamnya pangan lokal ini. Menurut Novriadi, pihaknya tetap mendorong pengembangan pangan lokal melalui program di Goisok Oinan yang memproduksi tepung sagu, tepung pisang, tepung keladi yang sudah dibantu alat oleh kementrian pada 2013. “Sagu, keladi yang ada di areal sawah tidak boleh ditebang, tetap dipertahankan,” katanya. Sementara rencana pembuatan beras analog, Novriadi mengakui masih sulit karena peralatan masih minim sehingga dikelola secara manual. Selain itu, kecendrungan daya serap pasar masih berupa tepung saja. (bs/trs/rr/ss/g)


Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

25 Oktober 2010 mungkin tidak akan pernah dilupakan masyarakat Mentawai terutama mereka yang tinggal di Sipora Selatan, Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sikakap. Gempa dan tsunami telah merenggut orang terkasih, meluluhlantakkan rumah dan ladang. Namun bagi sebagian mereka, tidak perlu lama-lama bersedih. Hidup terus berjalan dan mereka pun bangkit dari trauma dan keterpurukan. Kini sebagian dari mereka sudah mampu mandiri bahkan memiliki kehidupan lebih baik dari sebelumnya -

PARMENAS SALELEUBAJA

Bertahan Demi Anak FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Redaksi

T

sunami yang menghantam Pagai Utara, 25 Oktober 2010 tidak akan pernah dilupakan Parmenas Saleleubaja, Kepala Dusun Muntei, Desa Betumonga Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Gelombang setinggi 12 meter ini telah merenggut nyawa istrinya Rosna, serta menghancurkan rumah serta ladangnya. Peristiwa itu diakui Parmenas sempat membuat trauma dirinya. “Saya masih ingat, waktu itu kami sedang menonton televisi dengan anak dan isitri serta beberapa tetangga, lalu ada guncangan tidak terlalu kencang. Lalu tak lama terdengar suara gemuruh yang arahnya dari laut, mendengar itu saya menyuruh istri dan dua anak lari ke bukit menyelamatkan diri sementara saya tetap tinggal menjaga rumah,” kata

Parmenas kepada Puailiggoubat saat dikunjungi ke rumahnya, 9 Oktober lalu. Ada tiga gelombang besar yang menghantam kampung Muntei. Gelombang pertama datangnya sekitar 10 menit setelah suara gemuruh berlalu. lalu disusul gelombang kedua 5 menit setelah yang pertama dan terakhir gelombang ketiga. Menurut Parmenas, gelombang pertama diperkirakan tingginya 12 meter. Gelombang itu menyapu bersih 74 rumah di dusun itu. “Saya beserta rumah langsung dibawa gelombang tersebut sampai ke tepi bukit, setelah gelombang kedua dan ketiga berlalu dan pasang air laut surut, keadaan kampung gelap gulita, tidak ada satu pun penerang, sebagai penanda waktu itu suara rintihan warga yang merasa kesakitan

4

di sana sini,” kisa Parmenas mengingat kejadian empat tahun lalu. Ia mengaku tak mengira akan datang tsunami sebab gempa yang dirasakan tidak sekuat dibandingkan gempa 2007. “Saat 2007 itu gempanya kuat sehingga rumah saya runtuh dan saya terhimpit reruntuhan kayu tapi saya masih sadar,” katanya. Bersama sejumlah warga, Parmenas mencari keluarganya malam itu juga.

Namun keesokan harinya, ia menemukan istrinya sudah tak bernyawa sementara anak-anaknya selamat. Saat hari terang ia baru menyadari kampung Muntei sudah rata dengan tanah, tak satupun rumah yang berdiri, sementara banyak jasad warga yang menjadi korban tergeletak di manamana. Dari 312 jiwa penduduk dusun itu, 150 diantaranya meninggal. “Melihat keadaan tersebut tidak ada yang bisa saya lakukan, cuma rasa sedih dan trauma karena ditinggalkan istri tercinta, sudah 4 tahun peristiwa tsunami Mentawai berlalu, walaupun sekarang sudah menikah lagi namun saya masih teringat kejadian itu,” katanya. Kesedihan yang dihadapi Parmenas bertambah karena bantuan pemerintah hanya diterima saat tanggap darurat saja. Setelah masa itu lewat, bantuan mulai berkurang, pembangunan rumah bantuan hunian tetap baru terlaksana tahun ini. Namun Parmenas berhasil melalui kesedihannya dan bangkit kembali. Ia diangkat menjadi kepala dusun di kampungnya yang sudah direlokasi ke tempat baru pada tahun lalu. Ia lalu membuka warung sederhana yang menjual kebutuhan sehari-hari disamping meneruskan pekerjaannya

sebagai petani. “Sekarang ini saya bisa bertahan hidup dengan berjualan kebutuhan harian, modalnya diambil dari honor menjadi kepala dusun sejak 2013 lalu dan dari hasil kebun yang saya tanam waktu pertama tinggal di daerah relokasi KM 8, seperti nilam, pisang, dan keladi. Selama tinggal di tempat relokasi tidak seharipun saya dan keluarga tidak makan, bahkan sekarang di rumah sudah ada peralatan elektronik seperti tv dan parabola,” katanya penuh percaya diri. Jika membandingkan dengan kehidupan sebelum tsunami, Parmenas merasa kehidupannya sekarang lebih baik. “Sekarang ekonomi lumayan sehingga masih bisa menyekolahkan 2 anak laki – laki, kedua anak saya duduk di SMP, waktu kejadian tsunami 2010, mereka selamat dari amukan gelombang tsunami,” kata Parmenas. Ia yakin, selagi ada kemauan pasti ada jalan. “Kehidupan ini adalah berkat dari Tuhan. selagi kita bersandar kepadaNya pasti hidup ini akan berjalan sesuai dengan kehendaknya, tapi kalau kita lari dariNya maka bisa stres dibuatnya, apalagi mengenang kejadian 4 tahun silam yang telah merangkut nyawa orang – orang tercinta,” katanya. (spr) FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

MARSINONDANG

Buka Warung dari Santunan Kematian Ayahnya

B

erkat kegigihannya, Marsinondang (34), warga Dusun Baru – Baru Desa Betu Monga Kecamatan Pagai Utara kini mampu mengembangkan usaha warung sederhananya, dari modal awal Rp2 juta kini sudah bermodalkan Rp10 juta. Awal Marsinondang membuka warung cukup memilukan. Uang modal Rp2 juta didapat dari santunan kematian ayahnya Kalpin yang menjadi korban tsunami Mentawai, 25 Oktober 2010 lalu. Ayah Marsinondang meninggal dalam perawatan di aula Gereja Kristen Protestan Mentawai ( GKPM ) Desa Sikakap, yang menjadi tempat perawatan korban pascatsunami. “Saya yang juga tengah sakit waktu itu karena menelan pasir dan air laut saat tsunami terpaksa menahannya saja demi merawat bapak, namun akhirnya bapak

meninggal,” kata Marsinondang kepada Puailiggoubat, 9 Oktober lalu. Uang santunan sebesar Rp5 juta dari pemerintah dibagi dua Marsinondang dan kakaknya. Ia mendapat bagian Rp2 juta. Dengan uang itu ia membuka warung sederhana. Kerja keras dari usaha dan berladang di lokasi hunian baru membuatnya kini hidup lebih nyaman. Ia menceritakan, saat tsunami terjadi sedang menginap di pulau Siruso karena kemalaman sepulang dari Desa Sikakap. Saat itu perahu mesin yang ditumpanginya berisi 7 orang. “Saat itu badai sehingga kami memutuskan bermalam di pulau Siruso menunggu badai tenang,” katanya. Di pulau itu, mereka bermalam di sebuah pondok kosong. Saat sedang makan, gempa datang. “Karena tidak terlalu kuat, kami pergi ke pantai melihat cuaca, namun di sana kami mendengar dentuman keras dari tengah laut, kami lari ke tengah pulau, namun baru sampai

pondok, gelombang laut sudah mengepung kami,” katanya. Setelah gelombang berlalu, mereka saling berteriak dan berkumpul. Dari 7 orang yang ada, dua diantaranya hilang malam itu. “Berkat bantuan dari warga kampung Dusun Baru – Baru dan warga Desa Muara Taikako yang datang ke pulau Siruso, 2 orang teman yang hilang tersebut ditemukan siang esok hari, jasadnya dapat ditemukan, yang satu terhimpit kayu, sedangkan yang satu lagi kena pecahan kayu pondok, setelah jasadnya ditemukan langsung dibawa ke kampung untuk dikuburkan,” kata Marsinondang. Ia mengaku tsunami yang menghantam tersebut serasa kiamat yang datang. Namun berkat kasih dan sayang tuhan ia merasa diberi kesempatan kedua. “Selama 3 hari setiap batuk yang keluar pasir dari dalam perut saya, sehingga dada ini menjadi sesak dibuatnya, sesuai dengan anjuran dokter

selama 1 bulan saya terpaksa harus minum susu kental tanpa dicampur dengan air sedikitpun,” katanya. Kekuatan doa mampu menguatkan Marsinondang. Ketekunannya mengelola ladang dan warung membuatnya bisa menambah modal warung sedikit demi sedikit. “Kini dari ladang sudah panen hasilnya, seperti coklat, keladi, pisang, ubi kayu dan ubi jalar,” katanya. Ia mengaku tidak trauma atas kejadian empat tahun lalu itu. Ia terlalu disibukkan oleh usaha menyembuhkan penyakit sesak dada yang didapatkan akibat menelan terlalu banyak air dan pasir. “Puji tuhan akhirnya penyakit yang

saya derita akhirnya sembuh juga, di tempat relokasi KM 10 saya memulai kehidupan baru dan usaha baru, di tempat inilah saya merasakan lebih nyaman karena tranportasi bisa menggunakan jalan darat, sementara waktu di kampung lama, bila mau ke Desa Sikakap harus menunggu air laut tenang, kalau sekarang kapanpun ingin ke Desa Sikakap bisa,” katanya. Ia merasa mendapat hikmah dan pelajaran luar biasa akibat tsunami itu. Dari merasa hidupnya akan berakhir, tangan-tangan tuhan telah mengangkatnya ke kehidupan lebih baik kini. (spr/o)


Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Maraknya perburuan, penyelundupan serta perdagangan satwa liar di wilayah Taman Nasional membuat BTNS bekerja sama dengan Polisi dan TNI.

5

BTNS Rangkul Polisi dan TNI Amankan Perdagangan Satwa FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

buruan lainnya terutama satwa liar. Bila abad,” kata Toto. kegiatan ilegal dilakukan oknum aparat Namun saat ini di Rus Akbar pulau Siberut kerap maka pihaknya akan koordinasi dengan terjadi perburuan, pe- kesatuan oknum aparat tersebut,” redaran dan perdaga- ujarnya. Selain itu pihak yang melakukan ngan satwa liar dan alai Taman Nasional Siberut tumbuhan dilindungi kesepakatan itu melakukan koordinasi (BTNS) merangkul polisi dan memberikan informasi jika terjadi secara ilegal. dan TNI untuk menindak dan menangkap pelaku penyelundupan dan “Kegiatan ini se- pelanggaran. “Rencananya, kita akan perdagangan satwa yang berasal dari lain dilakukan masya- melakukan operasi bersama BTNS, kawasan Taman Nasional Siberut. rakat umum, kadang polisi dan TNI,” ujarnya. Bentuk kerja sama tersebut dituangkan Nota kesepahaman itu ditandatajuga ada oknum aparat. dalam bentuk nota kesepahaman sampai Upaya kerja sama ini ngani Toto Indraswanto dengan Kapotiga tahun ke depan. untuk meminimalisir lres Kepulauan Mentawai, AKBP Reko Kepala Balai Taman Nasional kejahatan hasil per- Indro Sasongko, Komandan Kodim Siberut, Toto Indraswanto mengatakan, buruan yang diperda- 0319 Mentawai, Letkol ARH Dedik nota kesepahaman tersebut muncul gangkan yang diduga Ermanto dan Komandan Pangkalan karena saat ini marak penyeludupan dan berasal dari kawasan Angkatan Laut Mentawai (persiapan) perdagangan hewan dari Siberut, salah konservasi Taman Na- Mayor Laut Elias Baratiku. satunya monyet, burung murai batu dan Nota kesepahaman itu berlaku sional Siberut,” ucapbeo. sejak penandatangan pada bulan Oktonya. “Monyet atau bilou itu merupakan MOU - Penanda tanganan Mou antara Balai Taman Nasional Siberut dengan Polisi dan TNI Untuk itu pihak ber ini sampai tiga tahun berikutnya. primata endemik yang tidak ada kita yang melakukan kese- Rencananya empat lembaga itu akan jumpai di dunia ini kecuali Siberut, kerja sama dengan polisi dan TNI AD daratan Sumatera sejak 500 ribu tahun pakatan itu akan melindungi, meng- membuat sekretariat bersama untuk sementara murai dan beo itu tentu dan AL, tentu di jajaran Kabupaten lalu. Selain itu Mentawai merupakan amankan dan melestarikan tumbuhan menyusun kegiatan bersama. berasal kawasan Taman Nasional, jika Kepulauan Mentawai, seperti Polres salah satu etnik yang memiliki budaya satwa liar yang berasal dari kawasan Menurut Toto, dalam tahun ini ada dari Taman Nasional tentu itu yang Kabupaten Mentawai, Kodim dan yang berbeda dengan luar dan diakui oleh konservasi TNS dan daerah sekitarnya. dua ekor bilou yang diamankan oleh menangkapnya sudah menyalahi aturan Lantamal Mentawai,” ujarnya. dunia. “Kita juga akan melakukan pene- petugas, keduanya sudah di serahkan yang berlaku,” ujarnya usai penanLanjut Toto, kalau diperjualbelikan “Kebudayaan tradisional sangat gakan hukum dalam upaya mengatasi ka lembaga Kalawet di daerah Solok datangan MoU di kantor BTNS di di luar apalagi andalan Mentawai, orang- kuat dan telah dapat mempertahankan kejahatan dibidang kehutanan yang untuk dirawat. Padang, Senin, 6 Oktober 2014. orang tidak akan tertarik untuk datang alam dan lingkungannya selama berabad- diperdagangkan berupa kayu dan hasil (r) Selain masyarakat yang melakukan ke Siberut. Jika mereka mau lihat penyeludupan itu, disinyalir ada juga monyet, monyetnya bisa mereka lihat oknum aparat yang ikut terlibat menjual di Padang atau di tempat lain. “Ini akan belikan hewan dari kawasan TNS berdampak merugikan masyarakat,” tersebut. “Beberapa kali petugas kita katanya. SIKAKAP - Kecamatan Sikakap teuntuk mengurus resi KTP ke Tuatentu masyarakat harus lewat Padang sudah melakukan pengamanan dan Selain itu Pulau Siberut merupakan tap mengeluarkan resi untuk pengupeijat mulai dari ongkos kapal, biaya dulu,” katanya. penggagalan aksi, namun itu juga tidak daerah yang memiliki kekayaan flora rusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) penginapan, dan biaya makan. Sementara masyarakat sangat maksimal, untuk itu kita ingin merangkul fauna. Pulau ini sudah berpisah dengan warganya meskipun sudah dilarang “Belum lagi waktu yang dibutuhmembutuhkan KTP tersebut untuk Kantor Catatan Sipil dan Kependukan mulai dari perjalanan sampai kartu pengenal jati diri, karena tidak dukan Kabupaten Kepulauan Mentakembali ke Desa Sikakap paling cepat memiliki KTP elektronik tentu mawai. Alasannya karena kasihan dengan selama 4 hari, itu kalau kapal antar syarakat merasa was-was bila beperKaryawan PT MPL Tertimpa Kayu masyarakat yang belum mendapat pulau lancar operasional, kalau tidak gian jauh. (spr/r) KTP elektronik (e-KTP). SIKAKAP – Perdeis (26) warga Dusun Rakrak Joja Desa Sikakap FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT Menurut Camat Sikakap, Happy Kecamatan Sikakap, karyawan PT Minas Pagai Lumber (MPL) tertimpa kayu ketika hendak masuk petak 0214 atau wilayah KM 17 Nurdiana, sesuai dengan perintah CaPagai Utara, pukul 08.30 WIB, Kamis 18 September lalu. pil dan Kependudukan Kabupaten KeMenurut Suhari yang melihat kejadian itu, kejadian berawal pulauan Mentawai, camat tidak boleh ketika Pardeis bersama karyawan PT MPL masuk di petak 0214 lagi mengeluarkan resi KTP. KTP hadengan menggunakan traktor, tiba-tiba traktor tersebut menyenggol nya bisa dikeluarkan oleh kantor Cabatang kayu, ranting kayu sebesar paha orang dewasa patah,dan pil dan Kependudukan di Tuapeijat. menimpa pinggang Perdeis,waktu itukorbanduduk di atas traktor. “Kalau instruksi tersebut diiku“Melihat kondisi itu Perdeis langsung kami larikan ke ti, saya pribadi merasa kasihan kepaPuskesmas Sikakap. Biasanya bila terjadi kecalakaan seperti ini da masyarakat, berapa biayanya kalau pihak perusahan langsung membawa korban berobat ke rumah sakit mereka ke Tuapeijat hanya untuk terdekat untuk mendapatkan perawatan, kalau sakit korban parah mengurus resi KTP, sebenarnya kesamaka pihak perusahan langung merujuk korban ke Padang, biaya lahan bukan terhadap masyarakat, perawatan ditanggung perusahan,” jelasnya. masyarakat sejak tahun 2012 telah Trilasmoko, personalia bagian produksi PT MPL, mengatakan melakukan foto untuk membuat KTP kalau karyawan yang bersangkutan sembuh pihak perusahaan akan elektronik tapi ada sampai sekarang tetap memberikan pekerjaan kepada karyawan tersebut. “Tentu disesuaikan dengan kemampuan fisiknya setelah sembuh dari sakit, yang belum keluar,” katanya Sebiasanya karyawan tersebut akan diberikan pilihan dimana dia mau nin 22 September 2014. SOSIALISASI - Sosialisasi perizinan usaha dari Kantor Pelayanan Perizinan bekerja,” katanya. (spr/r) Menurutnya, masyarakat harus Terpadu (KP2T) di Siberut Selatan mengeluarkan biaya tidak sedikit

B

Camat Tetap Keluarkan Resi KTP Meski Dilarang Capil


6 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Desa Sikakap Rawan Bencana SIKAKAP - Kepala Desa Sikakap Suharman mengimbau masyarakat Desa Sikakap mewaspadai terhadap gempa bumi dan tsunami, imbauan ini disampaikan waktu bincang – bincang kepala kesa dengan beberapa masyarakat dihadiri Camat Sikakap Happy Nurdiana, di kantor Desa Sikakap, Rabu 17 Sepetember 2014. “Bencana alam seperti gempa bumi dan longsor tak seorang pun dari kita yang mengetahuinya, sesuai peta yang dikeluarkan oleh pemerintah, Desa Sikakap termasuk dalam zona merah rawan bencana,” katanya. Sebenarnya pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai sudah mengintruksikan agar masyarakat yang tinggal di pesisir pantai mencari tempat tinggal yang agak jauh dan tinggi dari tepi pantai. Memang ada beberapa warga di dusun dan desa lain di Pagai Utara Selatan sudah ada yang pindah. “Tapi kendala di Desa Sikakap lokasi untuk memindahkan warga itu tidak ada. Untung saja di setiap dusun se-Desa Sikakap sudah ada jalur evakuasi, bahkan di setiap jalur evakuasi tersebut sudah dibuat jalan rabat beton,” katanya. Pembuatan jalan rabat beton tersebut menggunakan P2D sejak 2008 lalu, tapi sekarang jalur evakuasi banyak tidak terawat lagi dan bersemak. “Setiap kepala dusun agar dapat bergotong royong untuk membersihkan jalan evaluasi di wilayahnya masing-masing, bila terjadi bencana alam seperti gempa bumi masyarakat tinggal lari menuju jalan evakuasi,” ucapnya. (spr/r)

Masyarakat Dusun Mabolak Butuh Drainase SIKAKAP - Warga Dusun Mabolak, Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap yang tinggal di perkampungan baru membutuhkan drainase sepanjang 142 meter, hal itu untuk mengantisipasi tanah liat dari pegunungan tidak masuk ke rumah saat hujan. Menurut warga Mabolak, E. Purba, kalau hujan deras selama dua jam saja, drainase darurat yang dibuat warga tidak sanggup menampung air hujan dan lumpur dari pegunungan di sekitar lokasi pemukiman warga. “Akibatnya setelah hujan teduh masyarakat terpaksa harus bergotong royong untuk membersihkan tanah liat yang masuk kepekarangan rumah dan jalan,” katanya, Rabu (17/9). Menurut informasi dari Paulus Kamijo, tokoh masyarakat Mabolak, jumlah penduduk di daerah ini ada sekitar 111 jiwa. “Memang ada jalan yang dibangun lewat PNPM selebar 2,5 meter tapi tidak ada drainasenya, kalau ada jalan P2D bisa dibuatkanlah drainasenya,” ucapnya. Lebar jalan yang dibuat PNPM MP lebar 2,5 meter, dengan panjang sekitar 1 km, tapi tidak ada drainase yang memadai, jikapun ada baru drainase darurat yang belum dibeton dan ukurannya kecil. Kepala Desa Sikakap, Suharman mengatakan, sebenarnya setiap dusun sudah dianjurkan membuat program prioritas pembangunan di wilayahnya. “Jika memang itu prioritas warga maka nanti akan dirapatkan kembali dengan BPD Desa Sikakap, siapa tahu nanti ada sisa anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) Sikakap bisa dialihkan ke pembangunan drainase,” katanya. (spr/r)

Pembangunan Trans Mentawai Terus Dipacu FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

Dukungan DPRD Mentawai diharapkan.

pembangunan jembatan semi per-manen Taileleu Rp3,7 miliar, lanjutan pembangunan jembatan non permanen Sirisurak Rp5,3 miliar, peningkatan jalan Sikakap Matobe Rp2,4 miliar, lanjutan pembangunan jembatan Muara Taikako Rp2,5 miliar, lanjutan pembangunan jembatan Muara Saibi Rp6,9 miliar, lanjutan pembangunan jembatan Puro II Rp1,6 miliar. Selain itu, ada perencanaan jalan Muara Saibi-Subelen Rp120 juta, perencanaan jalan Matobe-

Bambang Sagurung

embangunan trans Mentawai yang menjadi salah satu program prioritas Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet dan wakilnya Rijel Samaloisa mulai dipacu. “Sudah ada perkembangan. Misalnya saja di Kecamatan Sikakap, Pagai Utara dan Pagai Selatan sudah dapat diakses dengan darat. Demikian juga halnya dengan dari Sipora Utara menuju Sipora Selatan sudah dapat diakses. Tinggal sekarang ini di Pulau Siberut,” kata Yudas kepada Puailiggoubat, 25 September lalu. Ditambahkan Yudas, hingga akhir kepemimpinannya pembangunan trans Mentawai ini masih menjadi salah satu prioritas unggulan. “Kalaupun pada masa saya pembangunannya belum rampung, paling tidak kepemimpinan berikutnya tinggal melanjutkan dan merampungkan apa yang sudah kita mulai,” katanya. Untuk mempercepat penyelesaian trans Mentawai ini, Yudas

P

BERKENDARA - Warga melintas di jalan Sirilanggai-Terekan Hulu mengharapkan dukungan DPRD Menatwai sebagai lembaga yang memiliki tugas dan fungsi anggaran. Dari dokumen APBD Mentawai 2014 sebelum perubahan, program terkait trans Mentawai di Dinas Pekerjaan umum di antaranya, pembangunan jembatan Pokai Rp4,4 miliar, pembangunan jalan Sikakap-Taikako Rp5,3 miliar, pembangunan jalan Sikakap-Matobe Rp5,3 miliar, pembangunan

jalan Sikabaluan-Pokai Rp4,5 miliar, pembangunan jalan perkotaan kawasan Tuapeijat Rp5,4 miliar, pembangunan jembatan Kautek Rp2,2 miliar, dan pembangunan jembatan Makukuet Rp2,2 miliar. Selanjutnya pembangunan jembatan Maileppet II Rp1,9 miliar, pembangunan jembatan semi permanen Subelen II Rp5,7 miliar, pembangunan jembatan semi permanen Sirilanggai Rp3,4 miliar,

Mapinang Rp587 juta, perencanaan jalan lingkar kawasan Tuapeijat Rp90 juta, perencanaan jalan Cimpungan-Sirilogui Rp173 juta, perencanaan jalan Takuman-Katiet Rp471 juta, perencanaan jembatan dipulau Pagai Selatan Rp529 juta. Pembangunan jalan trans Mentawai untuk antar dusun, desa juga didukung dengan program P2D mandiri dan PNPM dimasingmasing Kecamatan. (bs/r)

Jalan Rabat Beton Sikakap - Taikako Mulai Dikerjakan SIKAKAP – Jalan rabat beton Desa Sikakap ke Desa Taikako di Kecamatan Sikakap yang dikerjakan PT Lubuk Minturun Konsursindo senilai Rp 4,4 milyar lebih mulai dikerjakan sejak akhir September lalu. Jalan dibangun sepanjang 2 kilometer dengan lebar. Menurut tukang teli bahan dan hasil kerja PT. LMKP, Nanda, sesuai dengan kontrak pembangunan jalan rabat beton, tidak ada penimbunan dan penulangan atau tidak menggunakan besi sama

sekali. “Itu desain yang diberikan Dinas Pekerjaan Umum Mentawai Kabupaten Kepulauan Mentawai,” katanya, Selasa, 30 September 2014. Ia menambahkan, panjang dan lebar jalan bisa saja bertambah tergantung perhitungan PU sendiri dan ada kesepakatan bersama. Sementara kadar dan kekuatan jalan tersebut dalam 3 meter kubik pasir campur kerikil, akan dicampur sebanyak 21 zak semen.

Sementara Camat Sikakap Happy Nurdiana, mengingatkan pekerjaan jalan harus ada drainase atau saluran air dipinggir jalan, ini bertujuan jalan yang telah dibuat bertahan lama. “Kalau drainase tidak bagus tentu air akan tumpah ke jalan sehingga tidak akan bertahan lama,” katanya. Menanggapi hal itu, menurut Nanda pihaknya mengutamakan mengecor badan jalan terlebih dahulu. “Nanti baru

diperbaiki drainasenya,” katanya. Seksi Pembangunan Kantor Kecamatan Sikakap, Frans Karel, menambahkan pelaksanaan pekerjaan langsung oleh masyarakat Desa Sikakap. Untuk itu ia mengajak warga bersamasama mendukung pekerjaan tersebut serta mengawasi, tentu tidak lepas dari pengawasan seluruh masyarakat, supaya hasil yang diharapkan dapat terwujud,” ujarnya. (spr/r)

Pemkab Mentawai Lakukan Pendataan Toponimi SIKAKAP - Pemerintah Kabupaten Mentawai mendata nama objek geografi (toponimi) di Mentawai meliputi nama pulau, teluk, air terjun, bukit, gua, sungai, air dan pantai. Nama dalam bahasa Mentawai segera diartikan dalam bahasa Indonesia.

Menurut Kepala Bidang Pemerintahan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Duddy AR Sinaga, selain pendataan juga dilakukan pengukuran titik koordinat, sejarah asal usul namanya yang melekat sampai sekarang.

“Kegiatan ini berdasarkan perintah Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur Sumbar dan Bupati Mentawai. Pendataan ini sudah selesai Desember 2013. Pulau Sipora sudah disurvey dan didata, pada Agustus yang lalu, untuk Pulau Pagai Utara dan

Selatan sudah rampung bulan September,” katanya di Wisma Lestari Sikakap, Minggu, 14 September 2014. Rencana Oktober ini pendataan akan dilakukan serupa di pulau Siberut. (leo/r)


MENTAWAINEWS Jika pengelolaan ADD tidak sesuai aturan, kepala desa akan berhadapan dengan penegak hukum.

Puailiggoubat

FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

upati Mentawai Yudas Sabaggalet mengimbau kepala desa mengelola Alokasi Dana Desa

sebaik-baiknya. Hal itu disampaikannya saat pelantikan empat orang kepala desa Aula kantor camat Sipora Utara, Senin, 6 Oktober 2014. ”Kepala desa tolong diubah cara berpikirnya dalam mengelola ADD, jangan cara berpikir seperti dulu, kalau dulu pola pikir bandes (bantuan desa), kalau itu tidak dipertanggungjawabkan tidak masalah, sekarang berbeda karena ADD bagian dari APBD dan APBN, dan harus dipertanggungjawabkan,” kata Yudas Sabaggalet. Ia menegaskan pengelolaan ADD harus didasari aturan dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes). ”Apalagi ADD ini menjadi objek pemeriksaan penegak hukum jadi harus hati-hati, penegak hukum akan sampai memeriksa ke desa-desa,” kata Yudas. Pemerintah Mentawai masih memaklumi pencairan ADD dan dan laporan pertanggung jawaban periode tahun lalu namun mulai 2015 tidak aka nada toleransi lagi juga ada persoalan dalam laporan pertanggung jawaban. Menurut Yudas, hingga Oktober 2014 masih ada desa yang baru mencairkan ADD 50 persen karena kendala administrasi.

7

Bupati: Hati-hati Kelola ADD

Patrisius Sanene’

B

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

KADES BARU - Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet menyematkan pin kepada pejabat kepala desa baru di Mentawai, 6 Oktober 2014 “Kalau tidak mengerti mengelola ADD tanya ke kabupaten, jangan biarkan diri kita tidak mengerti, saya berharap mekanisme antara BPD dan kepala desa untuk melakukan rapat dalam mengelola anggaran dijalankan karena uang yang diterima desa itu Rp600 juta hingga Rp1 miliar,” kata Yudas. Ia juga menghimbau sekretaris desa belajar membuat draf terkait perdes terutama terkait anggaran karena jika tidak ada perdes maka laporan penggunaan anggaran tidak sah.

Kantor Camat Sikakap Dibangun di KM 2 Dusun Pasibuat SIKAKAP-Pembangunan kantor camat Sikakap yang baru akan dilakukan di KM 2 Dusun Pasibuat Desa Sikakap. Pembangunan ini demi perluasan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Camat Sikakap, Happy Nurdiana, mengatakan rencana pemindahan kantor camat Sikakap sudah diberitahukan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, sementara kantor camat yang ada sekarang bangunannya sudah usang dan tidak bisa diperluas lagi. “Awalnya dulu di lokasi transmigrasi Desa Taikako tapi tidak jadi, dan rencana kedua di Kilometer 2 Dusun Pasibuat Desa Taikako, tentu semuanya tak lepas dari peran serta masyarakat yang tinggal di sekitar sana,” ujarnya, Rabu 17 September 2014. Kendala pembangunan selama ini adalah masalah ganti rugi tanah dan tanaman, sementara dana untuk ganti rugi tidak ada dari pemerintah, untuk itu setiap pembangunan yang dilaksanakan mengugnakan dana APBD. “Kalau masyarakat tidak mendukung maka pekerjaan tidak akan terlaksana, yang rugi itu masyarakat juga, mudah-mudahan rencana ini dapat dukungan dari masyarakat, semua ini demi peningkatan pelayanan yang diberikan pemerintah terhadap masyarakatnya,” ujarnya. Aris Zai, warga Desa Sikakap mengatakan, rencana pemindahan kantor camat itu bagus sekali, tapi sebelum pekerjaan dilaksanakan perlu sosialisasi kepada seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar sana. “Ini bertujuan agar masyarakat paham dan mengerti tujuan dari pemindahan kantor camat tersebut,” katanya. (spr/r)

“Maka perdes penting, untuk melahirkan perdes harus bersama ketua BPD dan anggotanya,” pesan Yudas. Ia juga berpesan agar kepala desa dan staf menjalin hubungan yang harmonis. “Jika hubungan itu retak disitulah terjadi persoalan, misalnya pembuatan draf peraturan desa itu ialah sekdes, jangan kacau persoalan itu objek

pemeriksaan bapak-bapak,” kata Bupati. Selain itu dia juga mendorong para kepala desa kreatif dan bekerja keras. “Harus bekerja sama dengan BPD, jangan ada polemik lagi antara kepala desa dan BPD karena sasarannya adalah masyarakat kita,” kata Yudas. Ia juga meminta camat bekerja

maksimal dan turun ke masyarakat serta membangun komunikasi dengan kepala desa. Empat pejabat kepala desa yang dilantik itu, Sohib, pejabat kepala desa Sidomakmur, Pejabat Kepala Desa Tuapeijat Amril, Pejabat Kepala Bojakan Eris Hotman, dan Pejabat Kepala Desa Saibi Samukop Pincensius Satoko. Beberapa tugas pokok yang harus dijalankan pejabat kepala desa yang dilantik yakni menyelenggarakan pusat pemerintahan desa, menyelenggarakan pembangunan dan kemasyarakatan. Kemudian melaksanakan proses pemilihan pemilihan kepala desa defenitif 2 bulan sebelum masa jabatan berakhir. Masa jabatan pejabat kepala desa Sidomakmur, kepala desa Tuapeijat dan kepala desa Saibi Samukop berlaku 7 bulan sejak dilantik dan berakhir sendirinya setelah dilakukannya pelantikan kepala desa terpilih. Sementara masa jabatan kepala desa Bojakan, kecamatan Siberut Utara akan berlaku 10 bulan dan berakhir sendirinya setelah dilakukannya pelantikan kepala desa terpilih. Ketua DPRD Mentawai, Yosep Sarogdok mengatakan tahun ini ada sekitar Rp60 miliar ADD yang dianggarkan untuk 43 desa yang ada di Mentawai. (trs/r)

Kecamatan Sikakap Akan Berikan Sanksi OMS SIKAKAP– Pemerintah Kecamatan Sikakap akan memberikan sanksi kepada Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) yang tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai masa kontrak 120 hari kalender. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) P2D Kecamatan Sikakap, Frans Karel, mengatakan pihaknya tidak menambah paket P2D dalam APBD perubahan karena masih ada sejumlah OMS yang belum menyelesaikan proyek. ”Sementara DanaP2D telah dicairkan sampai tahap dua,” katanya, Sabtu, 4 Oktober lalu. Kalau OMS tersebut belum juga menyelesaikan pekerjaan kemungkinan dana tahap tiganya akan ditahan dahulu sampai pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, serta bobot pekerjaan sesuai dengan kontrak kerja yang telah ditandatangani oleh ketua OMS. “Bagi OMS yang bagus akan diberikan satu paket tahun depan, itu sebagai penghargaan yang kita berikan,” katanya. Sementara Sekretaris Camat, Nijar Safran menambahkan, tahun ini Kecamatan Sikakap mendapatkan 30

paket P2D untuk tiga 3 desa (Sikakap, Matobe dan Taikako). “Setiap desa mendapatkan 10 paket untuk peker-

jaan jalan pengubung antar dusun, antar desa, jalan usaha tani, drainase dan talud,” ujarnya. (spr/r ) FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

BANGUN JALAN - Pembangunan jalan P2D yang dilakukan OMS di Sikakap


MENTAWAINEWS Hakim memutuskan pemeriksaan perkara dilanjutkan Patrisius Sanene’

Puailiggoubat

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

8

Sidang Kasus Alkes Mentawai

Hakim Tolak Eksepsi Terdakwa FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

M

ajelis hakim sidang kasus dugaan korupsi alat kesehatan Dinas Kesehatan

Mentawai menolak eksepsi yang diajukan penasehat hukum terdakwa dan memutuskan pemeriksaan perkara oleh jaksa penuntut umum dilanjutkan. Putusan itu dibacakan ketua majelis hakim Jamaluddin dalam sidang putusan sela di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Padang, 15 Oktober. Sementara pada sidang 1 Oktober lalu, penasehat hukum terdakwa Syusvida Lastri mengatakan kliennya tidak bersalah dalam kasus tersebut. Empat terdakwa itu Kepala Dinas Kesehatan Mentawai dr. Warta Siritoitet, mantan Kabid Sarana dan Prasarana Dinkes Mentawai, Gidion Sinambela, mantan kepala seksi Sarana dan Prasarana Dinkes Mentawai, Germinus serta Firdaus, staf Dinkes Mentawai. Menurut Lastri, mesti di dakwaan jaksa dinyatakan kerugian negara senilai Rp773.974,137 namun kenyataannya dari daftar serah terima barang telah sesuai dengan perjanjian kontrak dan telah juga dilengkapi, namun dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh antara Padang dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai mengakibatkan terjadinya terlambatan atas pergantian barang tersebut. Lanjut Lastri, pada saat itu semua barang sudah lengkap dan sudah telah sesuai dengan kontrak yang dicantumkan dan juga telah dinikmati oleh masyarakat tanpa ada komplain dari masyarakat.

SIDANG TIPIKOR - Rizal Efendi, rekanan pengadaan alkes membacakan didampingi kuasa hukumnya. “Dengan adanya bukti serah terima barang, dan penerapan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003 jo peraturan BPK RI Nomor 3 Tahun 2007. Sesugguhnya secara yuridis tidaklah ditemukan kerugian negara dalam perkara a quo,” katanya. Karena itu Lastri meminta para terdakwa segera dibebaskan serta mengembalikan harkat dan martabat serta kemampuannya dan membebankan biaya perkara kepada negara. Namun pada sidang mendengarkan tanggapan jaksa terhadap eksepsi terdakwa pada Rabu, 8 Oktober lalu,

Belum Setahun, Kantor UPTD Dinas Pendidikan Sikakap Rusak SIKAKAP – Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Sikakap Frans Sakeletuk menyesalkan pembangunan kantor di Dusun Hvea, Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap yang mulai rusak padahal baru dibangun tahun lalu. Frans mengatakan pekerjaan pembangunan kantor UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Sikakap dikerjakan asal jadi sebab ada bagian lantai yang sudah retak ke bawah, sementara bak mandi dan toilet tidak dikerjakan oleh kontraktor. “Penyebabnya karena waktu penimbunan menggunakan tanah liat dan kayu, bahkan wc dan bak mandi tidak selesai pekerjaannya,” ujarnya 3 Oktober lalu. Masalah ini sudah disampaikan ke Dinas Pendidikan tapi belum ada tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan. Menurut Frans pihaknya merencanakan akan menggunakan dana operasional UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Sikakap untuk perbaikan. “Kalau seperti ini terus pembangunan yang dilakukan kontraktor yang rugi itu tentu masyarakat, sebab setiap pembangunan tentu menggunakan uang rakyat yang diambil dari pajak rakyat setiap tahun,” katanya. (spr/r)

eksepsi yang diajukan kuasa hukum terdakwa ditolak jaksa. “Jawaban jaksa terhadap eksepsi terdakwa sudah sesuai dengan peraturan peradilan, dan jaksa menolak semua eksepsi terdakwa,” kata Edmon Rizal, Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri Tuapeijat, Senin, 13 Oktober lalu. Begitu juga dengan eksepsi yang dibacakan terpisah oleh Rizal Efendi, terdakwa lainnya yang menyatakan dirinya melalui eksepsinya sudah melakukan tanggung jawab sebagai rekanan sebagaimana mestinya. Seperti diberitakan sebelumnya, jaksa mendakwa para pelaku terlibat dalam kasus korupsi pengadaan alat kesehatan pada 2012 yang merugikan

negara senilai Rp773.974,137 sesuai hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Sumbar. Keempat pejabat Mentawai tersebut dikenai pasal primair, pasal 2 ayat (1) juncto pasal 18 ayat (1) huruf b, dan ayat (2) dan ayat (3) UU RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 Teneksepsinya tanpa tang Perubahan atas UU Nomor 31 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sementara subsidair, pasal 3 junto pasal 18 ayat (1) huruf a dan huruf b, ayat (2) dan ayat (3) UU RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah degan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Kasus ini mencuat setelah Dinas Kesehatan Mentawai melakukan pengadaaan alat kesehatan yang bersumber dari APBD Mentawai dengan besaran dana Rp2,559,700,000. Dana tersebut terbagi 3 kegiatan

diantaranya Rp858,000,000 untuk pengadaan alat kedokteran umum, kemudian pengadaan alat kesehatan dasar puskesmas senilai Rp715,000,000 dan belanja pengadaan alat kesehatan pustu dan poskesdes senilai Rp986,700,000. Tiga paket tersebut dimenangkan tiga perusahaan yakni PT. Graha Syifaa Mandiri memenangkan paket pengadaan alat-alat kedokteran umum puskesmas senilai Rp789,348,000 yang ditandatangani oleh Rizal Efendi dengan masa kontrak 25 September 2012-8 Desember 2012 dengan 49 jenis alatalat kedokteran umum. Kemudian untuk alat kesehatan dasar puskesmas dimenangkan oleh CV. Sinar Kasih Indah oleh Reynold Oktavianto yang sudah divonis 4 tahun penjara. Nilai kontrak Rp647,547,300 dengan masa kontrak 25 September 2012-8 Desember 2012 dengan 193 jenis alat kesehatan dasar Puskesmas. Selanjutnya pengadaan alat kesehatan pustu dan poskesdes dimenangkan oleh CV. Zamahra dengan nilai kontrak senilai Rp851,269,000 dengan Direktur Andre Efrinaldi, namun dalam hal ini Rizal Efendi ditunjuk sebagai perwakilan yang menyalurkan. Pengadaan tiga jenis alat alat kesehatan tersebut akan didistribusikan ke puskesmas yang ada di setiap kecamatan di antaranya Puskesmas Betaet, Siberut Barat, Puskesmas Muara Sikabaluan, Puskesmas Saibi Samukop, puskesmas Muara Siberut, Puskesmas Peipei, Puskesmas Mapaddegat Sipora Utara, Puskesmas Sioban Sipora Selatan, Puskesmas Saumanganyak, Puskesmas Sikakap dan Puskesmas Malakkopa Pagai Selatan. (r)

Pelayanan Kesehatan Puskesmas Saibi Tak Maksimal SAIBISAMUKOP - Penambahan tenaga medis di wilayah kerja Puskesmas Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun ini belum maksimal karena belum bisa mengisi semua kekosongan tenaga medis di polindes, poskesdes dan pustu. Kepala Tata Usaha Puskesmas Saibi Samukop, Pardomuan Toro Gurning mengatakan, saat ini tenaga medis yang ada di puskesmas berjumlah 27 orang mulai dari jenjang jabatan SKM sampai yang paling rendah D3 kesehatan serta 12 orang tenaga teknis. Menurut Pardomuan, petugas yang disebarkan di desa tujuh orang. Masing-masing penempatannya, dua

orang bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT) sudah menetap di Gotap, Desa Saliguma dan di Subelen, Desa Cimpungan serta satu orang PNS sudah diturunkan di Desa Cimpungan. Selain itu dua pegawai honor (PH) akan diturunkan di Sua dan Totoet, serta dua tenaga sukarela dalam perubahan akan diturunkan di Simoilalak dan Sirisurak, Desa Saibi Samukop. “Ada empat tenaga medis dalam tahun ini juga segera diturunkan di tempat,” katanya di Puskesmas Saibi, Senin, 22 September lalu. Toro menyebutkan, bangunan polindes, poskesdes dan pustu yang kosong di Desa Saliguma, Dusun Guluguluk, Tinambu, Sibuddaoinan. Di Saibi Samukop, lokasi pustunya di

Dusun Masoggunei dan Kaleak yang pekerjaan pembangunannya sedang berjalan tahun ini. “Yang lebih memprihatinkan sebenarnya khusus di wilayah Saliguma, ada enam dusun yang dekat tidak ada tenaga medisnya, tapi memang di sana terkadang bangunannya yang tidak ada, cuma bidan PTT katanya mau masuk satu lagi dan kita berharap benar-benar ditempatkan di sana,” katanya. Menurut Toro, pihaknya belum memiliki solusi untuk mengisi kekosongan tenaga medis di tempat pelayanan kesehatan karena tenaga yang ada khusus di puskesmas masih saja belum mencukupi termasuk tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Mentawai. (rr/r)


9 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Jalan ke Limok Sua Menantang Maut LIMOK SUA-Jalan licin, berlumpur, tanjakan dan memiliki bengkolan tajam menuju Dusun Limok Sua Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan, membuat bahan material pabrikan untuk bangunan hunian tetap tidak bisa dilangsir, hal itu dikatakan Fasilitator Desa Bulasat B lokasi Dusun Maonai dan Dusun Limok Sua, Sudarso Saogo. “Ada sepanjang satu kilometer dari logpon, Dusun Lakkau ke Dusun Limok Sua tempat pembuatan huntap, kondisi jalannya becek dan licin, memiliki tanjakan yang tinggi dan bengkolan yang tajam, ini mengancam pengendara kalau ke sana,” katanya pada Puailiggoubat, Kamis, 25 September 2014. Usaha yang dilakukan masyarakat adalah gotong royong untuk memperbaiki jalan tersebut, pada awal September. Akibat rusaknya jalan, masyarakat yang mendapatkan dana huntap belum biasmelangsir material lokal dan pabrikan. “Harapan masyarakat, pemerintah segera mungkin membuat jalan beton kalau bisa lewat (P2D),” harapnya. Seandainya tidak ada jalan rabat beton, maka dapat dipastikan pelangsiran material tidak akan bisa sampai ke lokasi pembuatan huntap. ”Jalan yang mereka inginkan itu dari Lakkau ke Limok Sua, ada sepanjang 1 kilometer,” ujarnya. (spr/r)

37 Tahun Mesjid Al-Istiqomah Saibi Minim Bantuan SAIBI SAMUKOP-Selama 37 tahun Masjid Al-istiqoumah di Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah berdiri, bantuan pembangunan dari pemerintah minim, padahal masjid awalnya di bangunan swadaya dari jemaah. Muhammad Rapit, ustad Masjid AlIstiqomah Saibi Samukop mengatakan, masjid ini didirikan tahun 1976-1977 dari bantuan Arab Saudi yang datang langsung di Saibi, setelah itu proses berkembangnya pembangunan mesjid dari swadaya jamaah. “Sejak berdirinya masjid ini, hanya sekali kita dibantu yaitu bantuan dana dari Provinsi Sumbar tahun 2011 yang dinamakan bantuan bencana gempa sebesar Rp9 juta. Bantuan itu kami gunakan ke pembangunan MCK,” katanya pada Puailiggoubat di masjid di Dusun Masoggunei, Selasa, 23 September lalu. Setelah itu bantuan pembangunannya dari pemerintah daerah maupun pemerintah setempat sudah tidak ada lagi. “Semuanya hanya swadaya dan perjuangan dari jemaah. Jemaah kita sekarang lebih kurang 150 jiwa yang sudah termasuk di dalamnya jemaah PNS kurang lebih 20 jiwa dengan kondisi masjid seadanya, kami memang selama itu tidak pernah ajukan proposal ke pemerintah karena mekanisme pengajuan itu yang belum kami ketahui,” ujarnya. (rr/r)

Dana Huntap dan Material Tahap II Kades Bulasat Ditahan Minta pindah ke lokasi lain, dana huntap Plt. Kades Bulasat ditahan.

FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Supri Lindra

M

aterial pabrikan dan dana huntap tahap dua milik Pelaksana Tugas (Plt.)

Kepala Desa Bulasat, Jandes Samaloisa terpaksa ditahan ketua Pokmas Karonan Baga, lantaran Jandes ingin memindahkan pembangunan huntapnya dari KM 44 ke Dusun Lagigi di KM 40. Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Karonan Baga, Krisman Sabelau mengatakan, sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, huntap Jandes Samaloisa berada KM 44. “Karena mau pindah, akibatnya dana tahap dua sekitar Rp20,4 juta milik Jandes Samaloisa tidak bisa dicairkan, sampai sekarang dana tersebut masih di rekening Pokmas Karonan Baga,” kata Krisman, Rabu 17 September lalu. Sementara dana untuk membeli material pabrikan telah dibelikan bahan seperti semen dan besi namun masih ditahan pokmas. “Masalah ini telah disampaikan ke PJOK Kecamatan Pagai Selatan Yandrizal, pak Jandes tidak diizinkan pindah, karena tidak sesuai dengan SK bupati,” katanya. Lanjut Krisman, sampai sekarang material pabriknya masih disimpan di gudang, karena tidak ada

BANGUN HUNTAP - Korban tsunami membangun huntap

tapak pembuatan rumah huntapnya uang Jandes Samaloisa di rekening Pokmaspun tidak bisa dicairkan. “Memang diakui lokasi tempat pembuatan huntap sekarang di KM 44 yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai tidak layak.Karena lokasi tersebut banyak terdapat jurang dan rawa- rawa,” katanya. Masalah ketidaklayakan lokasi huntap di KM 44 sudah disampaikan ke pemerintah Kecamatan Pagai Selatan, namun belum ada solusi yang didapatkan. Anggota Pokmas Karonan Baga berjumlah 14 orang. Menurut Jandes, dana tahap pertama sebesar Rp27.200.000 digunakan untuk membeli material rumah. Sebagian

material pabrikan, sebagian lainnya material lokal seperti pasir dan kerikil. “Semua dana untuk anggota pokmas telah cair, dan dana untuk membeli material lokal telah diberikan ke Jandes Samaloisa, makanya kita tahan material pabrikannya,” katanya. Dana Tahap II Belum Cair Pencairan dana hunian tetap tahap kedua sebesar Rp20.400.000 milik 41 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Limok Sua, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan terlambat. Akibatnya mereka belum bisa mencari bahan bangunan kayu untuk huntap. Menurut Fasilitator Desa Bula-

sat B lokasi kerja Dusun Maonai dan Limo’sua, Sudarso Saogo, keterlambatan pencairan itu karena pekerjaan pembersihan lahan (land clearing) baru selesai. Sementara dana tahap pertama telah dicairkan awal September lalu. Pencairan dana tahap kedua baru bisa dilakukan setelah adanya laporan penggunaan dana tahap pertama. “Dana tahap kedua sebesar 30 persen untuk membeli kayu belum cair. Dana tahap satu gunanya untuk membeli besi, semen, pasir dan krikir, pekerjaan mulai dari membuat pondasi sampai pemasangan lobrik, dana tahap dua untuk membeli alat bangunan dari kayu,” katanya, Kamis, 25 September 2014. (spr/r)

Jaringan Listrik Akan Dipasang di Lokasi Huntap Pagai Utara SIKAKAP–Sesuai dengan instruksi PT. PLN Wilayah Provinsi Sumatera Barat, tiang listrik dan kabel jaringan mulai dari Kilo-meter 0 sampai Kilometer 10 Pagai Utara akan dipasang di lokasi hunian tetap korban gempa bumi dan tsunami Mentawai 2010. Pengawas sub ranting PT. PLN Desa Sikakap Riswandi, mengatakan, sesuai dengan permohonan Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet ke PLN, maka pihak PLN wilayah Propinsi Sumatera Barat langsung menanggapi permohonan tersebut. “Pemasangan tiang listrik akan

dilaksanakan Oktober, pusat pembangkitnya diambil dari PLTD Sikakap, kalau konsumennya banyak kemungkinan akan ditambah satu unit mesin pembangkit listrik lagi,” Rabu, 17 September 2014. Kalau masalah kapan akan operasional, itu tergantung siapnya bangunan rumah hunian tetap korban gempa dan tsunami. Pemasangan tiang listrik dan kabel jaringan baru nanti langsung dikelola oleh PLN Wilayah Provinsi Sumatera Barat. Lanjut Riswandi, pemasangan tiang dan kabel jaringan baru merupakan bentuk kepedulian PT. PLN

terhadap korban gempa bumi dan tsunami Mentawai. “Dengan adanya penerangan tentu kegiatan masyarakat yang tinggal direlokasi huntap pada malam hari berjalan,” ucapnya. Sementara di Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah mengharapkan keberadaan listrik PLN untuk kebutuhan penerangan yang sangat mendesak seperti di daerah lainnya yang sudah memiliki penerangan. Menurut warga Saibi, Derikson Siribetuk (31), sejak Saibi Samukop menjadi kecamatan tahun 2008. PLN untuk penerangan

belum ada sama sekali. “Penerangan ini sudah menjadi penting karena kita sudah kecamatan,” katanya, Jumat 19 September 2014. Dari pengamatan Puailiggoubat, bila malam menyelimuti Saibi Samukop, yang terlihat terang hanya yang punya mesin genset saja, jalanan gelap di sepanjang menuju kecamatan, fasilias umum terlihat gelap seperti, SDN 01 Saibi Samukop, UPTD Pendidikan, BPD, Desa, SMP dan SMAN 1 Siberut Tengah, Taman Nasional, GKPM, Katolik, Mesjid. Kecuali Puskesmas. (spr/rr/r)


MENTAWAINEWS Sulitnya air bersih di Mapinang Selatan membuat warga relokasi tsunami kembali ke kampung lama.

Puailiggoubat

FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

ebanyak 46 KK Dusun Mapinang Selatan, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan me-

ngalami kesulitan air bersih. Untuk mendapatkan air bersih mereka harus kembali ke kampung lama yang berjarak dua kilometer. “Saat ini, untuk mandi saja masyarakat terpaksa harus menggunakan air kolam, bekas perusahaan dulu warna airnya kebiru-biruan,” ujar Netaya Sabelau kepada Puailiggoubat, Rabu, 17 Setember lalu. Selain kesulitan mendapatkan air bersih, warga juga kesulitan bercocok tanam. Karena itu ada warga yang kembali melautmemancing ikan dan hasilnya di jual di sekitar relokasi, atau dijual ke Desa Sikakap. “Sekarang di tempat relokasi masyarakat sibuk dengan menyelesaikan huntap,” katanya.

10

Warga Mapinang Selatan Kesulitan Air Bersih

Supri Lindra Siprianus Sababalat

S

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

PIPA PDAM RUSAK Pohon tumbang menimpa pipa PDAM di desa Maileppet, Siberut Selatan.

Indarman, warga Mapinang Selatan menambahkan, warga saat ini baru bertanam seperti keladi dan pisang, sementara kebutuhan lain seperti air

Akses ke Air Terjun Sirilanggai Terus Dibangun SIKABALUAN - Akses jalan menuju air terjun Sinungunung yang terdapat di wilayah Sirilanggai Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara dibuka melalui program pembangunan yang ada. Tahun lalu pembangunan menuju air terjun dilakukan 1 paket Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di bawah naungan Kementerian PU, kini dilanjutkan dengan program P2D Mandiri. “Air terjun itu merupakan satu-satunya wisata yang ada di Siberut Utara dan pada waktu libur banyak masyarakat yang ingin ke sana hanya terkendala jalan membuat mereka urungkan diri,” kata Kepala Desa Malancan, Barnabas Saerejen, pada Puailiggoubat, Jumat, 10 Oktober lalu. Barnabas mengatakan, air terjun itu memiliki tiga tingkat, selain cocok untuk tempat wisata juga berpotensi untuk sumber air bersih dan PLTA. “Tinggal bagaimana pemerintah mengelola potensi yang ada, kita siap mendukung,” katanya. Siswa Pencinta Alam (Sispala) SMAN 1 Siberut Utara maupun kegiatan kepramukaan beberapa kali melakukan kegiatan ke air terjun dan jalannya masih berupa jalan setapak. “Pada waktu libur banyak masyarakat mau kesana, hanya motor belum bisa lewat karena jalan rabat beton belum ada,” katanya. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga beberapa kali berencana melihat air terjun namun belum terealisasi hingga sekarang. Demikian juga dengan Dinas PU yang berencana membuat air bersih hingga Sikabaluan yang sumber airnya dari air terjun Sirilanggai, namun belum juga terealisasi. Tahun ini, Kecamatan Siberut Utara melalui anggaran tambahan P2D Mandiri dari APBD Mentawai 2014 Perubahan, membangun jalan menuju air terjun dari Dusun Sirilanggai ke air terjun untuk menyambung jalan yang sudah dibangun PPIP sepanjang 700 meter dilanjutkan dengan 7 paket P2D Mandiri. “Kita arahkan sebanyak 7 paket P2D Mandiri ke sana, agar akses ke air terjun terus terbuka,” kata Tani Marjoni, PPTK P2D Mandiri Kecamatan Siberut Utara. Jalan menuju air terjun diperkirakan sepanjang 5-7 KM dari Dusun Sirilanggai Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara. (bs/r)

bersih untuk minum terpaksa harus pergi ke kampung lama untuk mengambilnya. “Di tempat relokasi sudah ada sebagian masyarakat yang panen keladi dan pisang, tapi kalau dibandingkan buahnya tidak sebagus di kampung lama, di tempat relokasi memang ada bak-bak penampung air bersih yang dibuat LSM yang airnya bersumber dari air hujan, kalau musim kemarau tentu air di bak penampung tidak ada, satu lagi air hujan

itu tidak baik untuk kesehatan,” ucapnya. Sementara di Siberut Selatan, pipa saluran air milik PDAM di Desa Maileppet tertimpa kayu besar sehingga pasokan air ke rumah warga sempat tersendat dua hari pada 30 September lalu. Petugas PDAM, Darmansyah mengatakan, penyebab tertimpanya pipa PDAM ini karena ada warga yang menebang kayu untuk papan sehingga

saat jatuh menimpa pipa. “Kami sudah selesai melakukan perbaikan pipa yang bocor, air sudah bisa mengalir, dan kami tidak memberikan tuntutan apapun kepada orang yang menebangi pohon tersebut, hanya cukup ikut membantu memperbaikinya kembali,” katanya, Selasa, 7 Oktober 2014. Jumlah pelanggan PDAM di Desa Maileppet sebanyak 50 KK, dan itu sesuai keputusan bersama dengan masyarakat dan pemerintah desa, setiap rumah wajib membayar Rp15 ribu setiap bulan, iuaran dipungut Kepala Dusun Pasakiat Rudi Beama. Hasil iuran tersebut langsung dibelikan minyak solar untuk menghidupkan mesin air, dan selebihnya digunakan untuk perawatan air. “Petugas sini ada 8 orang, itu digaji oleh Dinas PU, jadi iuran tersebut hanya untuk beli minyak solar dan biaya perawatannya saja kalau ada kerusakan,” katanya. Minyak yang dibutuhkan dalam 1 jam sebanyak 5 liter, jadi dalam satu hari mesin penyedot dan penyaluran air bisa hidup dalam satu hari itu hanya satu jam. “Ini disebabkan iuran yang diberikan masyarakat tidak rutin setiap bulan,” ujarnya. PDAM tersebut belum mampu menjangkau pelanggan di Desa Muara Siberut karena pipanya belum sampai ke sana. (r)

Jalan P2D Sirilanggai-Terekan Hulu Rampung SIKABALUAN - Masyarakat Dusun Terekan Hulu Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara tak lagi kesulitan mengakses jalan karena tahun ini jalan dari Dusun Sirilanggai menuju Terekan Hulu akan rampung tahun ini dengan program P2D Mandiri. Hal ini dikatakan Barnabas Saerejen, Kepala Desa Malancan padaPuailiggoubat, Jumat, 10 Oktober 2014. “Tahun ini jalan ke sana sudah dapat terhubung, nantinya tinggal jembatan penghubung saja, apakah nantinya dengan P2D Mandiri atau PU,” katanya. Dengan rampungnya jalan dari Sirilanggai ke Terekan Hulu maka wilayah Malancan sudah dapat diakses dengan jalur darat menuju Sikabaluan sebagai pusat kecamatan Siberut Utara. “Dari Malancan juga sudah bisa dengan lewat Sirilanggai,” katanya. Dusun yang ada di Malancan yang dapat diakses dengan darat menuju pusat kecamatan yaitu dari Malancan Timur dan Malancan Barat menuju

Sirilanggai lalu ke Pokai dan Sikabaluan. Untuk dari Terekan Hulu menuju Sirilanggai, lalu ke Pokai dan Sikabaluan. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) P2D Mandiri Kecamatan Siberut Utara, Tani Marjoni mengatakan rampungnya pembangunan jalan dari Sirilanggai menuju Terekan Hulu ketika Siberut Utara mendapat paket

tambahan P2D Mandiri pada APBD Mentawai 2014 perubahan, sebanyak 20 paket atau Rp1 miliar. “Awalnya di Sirilanggai hanya 30 paket, kemudian kita mendapat tambahan anggaran untuk 20 paket maka untuk Sirilanggai 17 paket dimana 9 paket merampungkan jalan dari Sirilanggai menuju Terekan Hulu,” jelasnya. (bs/r) FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

JALAN - Jalan Sirilanggai-Terekan Hulu


11 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Jalan P2D Arah Rumah Camat Diprotes SIKABALUAN-Pembangunan jalan menuju rumah camat Siberut Utara melalui P2D Mandiri diprotes sejumlah warga Sikabaluan. Hal ini dilakukan karena pembangunan jalan tersebut tidak masuk kategori juknis P2D Mandiri yang mana pembangunan antar dusun, antar desa dan jalur evakuasi. “Kalau kita lihat dari juknis yang ada, tidak ada yang menjadi alasan kuat kenapa jalan menuju rumah camat itu dibangun, sementara masih banyak jalan di lingkar dusun atau desa yang butuh perbaikan atau pembangunan,” kata Samuel Sabebegen, mantan kepala desa Sikabaluan, Rabu, 1 Oktober lalu. Tak hanya itu saja, pembangunan badan jalan menuju rumah camat ikut memakai bagian samping lapangan hijau kecamatan Siberut Utara yang selama ini digunakan sebagai lokasi olahraga saat acara nasional dan lapangan upacara hari nasional. ”Sudah jelas Siberut Utara tidak punya lapangan hijau yang memadai untuk acara besar, ikut dipakai lagi untuk badan jalan. Lapang bola kaki di pantai belum menjadi jaminan untuk digunakan setiap tahun,” kata Samuel. Tim monitoring P2D Mandiri dari Bappeda Mentawai pada September lalu ikut menghimpun informasi dari masyarakat terkait pembangunan jalan tersebut, termasuk melihat langsung ke lapangan. “Kita sudah terima informasinya dan cek langsung lapangan dari informasi yang ada, nantinya kita akan tanya kepala desa, PPTK dan pihak kecamatan akan dasar usulan pembangunan jalan tersebut karena berdasarkan juknis jelas tidak masuk kategori,” kata Fidelis Sikaraja, tim monitoring Bappeda Mentawai. Selain soal pembangunan jalan skala prioritas, tim Bappeda akan melakukan evaluasi terkait dengan biaya umum sebesar 10 persen dari anggaran 1 paket P2D Mandiri di Kecamatan Siberut Utara yang diperuntukan untuk biaya ATK, plang dan biaya lainnya. “Kita akan evaluasi itu kenapa besarnya bisa mencapai 10 persen. Berdasarkan juknis yang ada maksimal 10 persen dengan arti bila biaya yang diperlukan hanya mencapai 3 persen maka hanya sebesar itu yang dipotong oleh kecamatan,” katanya. PPTK P2D Mandiri Kecamatan Siberut Utara, Tani Marjoni yang dikonfirmasi Puailiggoubat terkait dengan pembangunan jalan menuju rumah camat Siberut Utara menjelaskan bahwa hal tersebut sudah dikonfirmasikan kepada Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet. “Pembangunannya dilanjutkan. Ibu Camat sudah koordinasi dengan Bupati dan tidak ada masalah sehingga pembangunannya kita lanjutkan,” katanya pada Puailiggoubat, Rabu, 1 Oktober lalu. (bs/r)

90 Persen Desa di Mentawai Masih Tertinggal FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

ADD, PNPM dan P2D bisa memacu pembangunan desa.

Patrisius Sanene’

S

ekitar 90 persen desa di Mentawai masih tertinggal karena tidak memiliki akses

yang lancar, hal itu dikatakan Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet pada pembukaan rapat kerja (raker) dengan kepala desa di Tuapeijat, Selasa, 7 Oktober lalu. “Kita sulit menjangkau desa-desa itu, kita berharap desa sendiri yang membangun daerahnya, jangan tergantung kita di kabupaten, kepala desa diharapkan untuk memanfaatkan P2D Mandiri, jangan menunggu orang lain yang membangun desa anda, kita sudah berikan uang ke desa, ada PNPM, P2D Mandiri, ADD,” kata Yudas di Aula Turonia. Ia berharap para kepala desa mau belajar sehingga desanya maju dan terangkat dari ketertinggalan. ”Kalau itu tidak dipahami hanya bekerja apa adanya, saya khawatir apa yang kita harapkan sulit tercapai,” ucapnya. Pada raker itu Yudas tidak menyebutkan desa-desa yang menurutnya tertinggal namun Yudas melihat dari pembangunan infrastruktur yang ada di desa yang belum

Dusun Simalibbeg, Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat maksimal, seperti jalan, jembatan yang ada di desa. Menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, untuk menentukan status desa tertinggal antara lain ketersediaan jalan utama desa, fasilitas air bersih, fasilitas penerangan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan. Penetapan kriteria daerah tertinggal menggunakan pendekatan relatif berdasarkan pada perhitungan enam (6) kriteria dasar dan 27 indikator utama masing-masing perekonomian masyarakat, dengan indikator utama persentase keluarga miskin dan

konsumsi perkapita. Kemudian, sumber daya manusia, dengan indikator utama angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Lalu prasarana (infrastruktur) dengan indikator utama jumlah jalan dengan permukaan terluas aspal/ beton, jalan diperkeras, jalan tanah, dan jalan lainnya, persentase pengguna listrik, telepon dan air bersih, jumlah desa dengan pasar tanpa bangunan permanen, jumlah prasarana kesehatan/1.000 penduduk, jumlah dokter/1.000 penduduk, jumlah SD-SMP/1.000 penduduk.

Kemampuan keuangan daerah dengan indikator utama celah fiskal. Aksesibilitas dengan indikator utama rata-rata jarak dari desa ke kota kabupaten, jarak ke pelayanan pendidikan, jumlah desa dengan akses pelayanan kesehatan lebih besar dari 5 km. Terakhir, karakteristik daerah dengan indikator utama persentase desa rawan gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan bencana lainnya, persentase desa di kawasan lindung, desa berlahan kritis, dan desa rawan konflik satu tahun terakhir. (trs/r)

Shelter Sikabaluan Berlokasi di Puskesmas Lama SIKABALUAN-Pembangunan gedung evakuasi (shelter) di Mentawai yang direncanakan Kecamatan Siberut Utara rencananya berlokasi di dekat Puskesmas Sikabaluan yang lama terletak di Dusun Muara Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara. “Informasi finalnya kita belum tahu, Ibu Camat masih koordinasi ke Dinas Pekerjaan Umum Mentawai terkait hal ini,” kata Zainal, Kasi Pembangunan di Kecamatan Siberut Utara pada Puailiggoubat, Jumat, 10 Oktober 2014. Dikatakan Zainal, pertimbangan dipilihnya lokasi pembangunan shelter di puskesmas lama karena lokasinya berada di perkampungan dan ramai masyarakat. “Kalau di Tamairang ketinggiannya sudah 12 meter di atas permukaan laut dan jauh dari pantai,

sementara lokasi keramaian itu ada di perkampungan masyarakat sekarang ini. Tujuan dari shelter ini untuk evakuasi warga bila terjadi gempa yang disusul tsunami,” katanya. Menurut Zainal, berdasarkan informasi dari Dinas PU Mentawai, pembangunan shelter dengan bangunan beton tiga tingkat dianggarkan dari Kementerian PU sekitar Rp30 miliar. “Kita masih menunggu informasi lanjutan. Ibu camat sedang di Tuapeijat untuk menanyakan informasi lokasi pastinya,” katanya. Berdasarkan konfirmasi Puailiggoubat sebelumnya dengan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Mentawai, Gabriel Sakeru, pembangunan shelter ini menunggu lokasi pembangunan. Dipilihnya Sikabaluan sebagai sasaran pembangunan shelter di Mentawai karena perkampungan

masyarakat dengan lokasi pengungsian cukup jauh, sekitar 3 KM dengan satu jalur jalan yang

dibangun P2D Mandiri, yaitu jalan Sikabaluan-Monganpoula. (bs/r) FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

PONDOK PENGUNGSIAN - Pondok pengungsian yang dibangun Surfaid di Tamiarang


Sosok

Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

12

Muchtar, Petani Pemandu Koto Baru, Padangpariaman

Tak terbayang di benak pria 72 tahun ini menjadi salah satu produsen minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). Sebelumnya ia hanya menjadi pekerja di sebuah Koperasi Unit Desa (KUD) Dewi Sri di Sungai Sarik. Dari koperasi itu ia mulai belajar membuat VCO yang kebetulan diproduksi di sana. Selang beberapa tahun bekerja di KUD itu, ia keluar. Setelah keluar dari sana ia kemudian mencoba memproduksi VCO pada 2005 yang telah dirasakan khasiatnya ketika sakit. Selain terdorong khasiat VCO, keberadaan bahan baku untuk pengembangan usaha ini yakni kelapa tidak susah dicari dan banyak tumbuh di Nagari Koto Baru, Padang Sago, Padang Pariaman. Belum lagi modal usaha tidak banyak. Dari mana Anda mendapat pengetahuan membuat VCO? Saya dulu bekerja di KUD (Koperasi Unit Desa) Dewi Sri di Sungai Sarik, KUD tersebut merupakan salah satu koperasi teladan tingkat nasional yang memproduksi minyak murni kelapa atau virgin coconut oil (VCO). Awalnya ketua koperasi yakni Pak Haji Sidi Zakaria yang juga kepala desa diundang pelatihan di Kalimantan tentang pembuatan VCO oleh orang dari Aborigin Australia. Balik dari sana, ilmu tersebut disebarnya melalui anggota koperasi dan penyuluh lapangan. Ketika itu saya menjadi pekerja di koperasi pada tahun 1995 menjadi pemarut kelapa dan memeras santan. Sedikit demi sedikit saya mempelajari cara pembuatan VCO, dan akhirnya saya menguasai tekniknya, ternyata tidak sulit. Meski sudah mendapat pengetahuan, saya tetap ikut magang di Yogyakarta untuk menambah pengetahuan tentang VCO ketika diberi kesempatan oleh pemerintah, dari sana pengetahuan saya makin bertambah. Apa yang Anda lakukan selanjutnya? Setelah bekerja dari sana saya

balik ke kampung, saya tidak ingat lagi tahunnya, pada 2005 saya jatuh sakit di kampung. Saya teringat dengan VCO yang saya bawa dari KUD Dewi Sri yang saya simpan dalam botol mineral selama 10 tahun, ternyata tidak rusak. Katanya VCO tersebut bisa jadi obat, kemudian saya meminum minyak tersebut, dalam beberapa hari badan saya terasa segar dan bisa beraktivitas kembali. Nah, berawal dari sana terpikir oleh saya membuat VCO di kampung, kenapa tidak? bahan baku berupa kelapa sangat banyak di sini (Koto Baru) belum lagi berkhasiat menyembuhkan penyakit. Setelah berhasil memproduksi VCO sendiri kemudian saya berani menjualnya melalui teman dekat dan kerabat di Riau, lumayan harga jual 1 botol 60 mililiter Rp30 ribu. Modalnya juga tidak banyak hanya tenaga dan ketrampilan, untuk menghasilkan VCO dalam 1 botol 60 mililiter dibutuhkan dua setengah buah kelapa. Untuk mendapat hasil VCO yang bagus proses pembuatannya membutuhkan waktu sekitar 20 jam mulai dari memarut hingga memanen hasil. VCO tidak dimasak jadi tidak membutuhkan modal yang besar, paling botol dan pembuatan merek. Kemudian setelah berhasil memasarkan hasil dalam jumlah yang masih terbatas, atas anjuran Pak Wali Nagari, pada 2006 saya menyebarkan ilmu cara membuat VCO kepada warga lain. Tiap korong saya latih 2 orang, kebetulan di sini ada 4 korong maka 8 orang saya latih pada tahun itu. Apa yang memotivasi Anda meneruskan produksi VCO? Setelah beberapa botol saya produksi dan jual, ternyata hal itu menarik perhatian dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Mereka melakukan berbagai penelitian laboratorium dari VCO yang saya buat. Menurut mereka VCO tersebut menjadi penangkal penyakit sekaligus menyembuhkan berbagai penyakit dan aman dikonsumsi karena tidak mengandung zat kimia. Melalui pengakuan dari penelitian mereka yang juga tak lepas dari

perhatian dari pemerintah Padangpariaman baik tingkat nagari hingga kabupaten, saya mendapat penghargaan dari Kementerian Pertanian sebagai petani produsen VCO terbaik nomor dua se-Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2011. Berapa botol VCO yang terjual dalam sebulan? Belum menentu, kadang 20 botol kadang juga lebih untuk tingkat lokal, jika ada rapat-rapat besar saya bisa jual hingga 10 botol. Namun untuk tingkat lokal saya bersyukur produk saya cukup diterima, bahkan kalau bukan buatan saya mereka tidak mau beli. Apa kendala Anda memasarkan VCO? Pertama seluk beluk pasar belum saya ketahui, kemudian masalah legalitas seperti cap SNI (Standar Nasional Indonesia), status halal dan persyaratan lain dalam perdagangan. Hal itu perlu diurus dulu namun saya belum cukup pengetahuan melakukan hal

itu. Untuk sementara penjualan dilakukan melalui kerabat dan orangorang yang mengenal saya. Kalau mereka tidak perlu label seperti itu karena sudah mengetahui kualitas VCO yang saya buat. Yang jelas

meski belum memiliki label, saya akan tetap menjaga mutu produk dan membuat VCO. Apa harapan Anda kepada pemerintah? Kalau saya yang terpikir bagaimana mengembangkan barang kepada masyarakat sekaligus memproduksi, saya berharap ada bantuan dari pemerintah daerah, seperti cara mengurus izin usaha dan syarat produk ditambah modal.( gsn)

BIODATA Nama: Muchtar Kelahiran: Koto Baru/ Mei 1942 Pekerjaan: Petani Pemandu


Sisi Lain

Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

M

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

eninggalkan orangtua, saudara dan kampung halaman merupakan hal yang biasa bagi Desnawati Sakerebau (16). Sejak menjajaki sekolah menengah pertama ia harus merantau karena di Dusun Simalibbeg, Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat yang merupakan kampung halamannya belum ada SMP. Untuk masuk SMP pada waktu itu, pilihannya antara di Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara yaitu SMPN 1 Siberut Utara atau di Betaet Desa Simalegi Kecamatan Siberut Barat, yaitu SMPN 1 Siberut Barat. Karena faktor ekonomi, ia melanjutkan pendidikan SMP di Betaet yaitu di SMPN 1 Siberut Barat hingga tamat. Pada tahun ajaran 2014/2015, Juni lalu, ia melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Siberut Utara yang ada di Sikabaluan dengan kembali berpisah dari orangtua dan saudara. “Di Betaet belum ada SMA, rata-rata temanteman yang satu angkatan lalu melanjutkan pendidikan di Sikabaluan,”

katanya pada Puailiggoubat, Selasa, 14 Oktober lalu. Soal merantau merupakan hal biasa bagi Desna panggilan akrab Desnawati. Namun soal pertarungan biaya hidup jauh lebih sulit dibanding saat di SMP dulu. “Selain dekat kampung saat SMP, juga biaya keperluan tidak begitu banyak,” katanya. Jarak Simalibbeg dengan Betaet sekitar 20-25 kilometer dengan jalur pantai hingga masuk daerah hulu. Untuk ongkos ojek dari Betaet ke Simalibbeg Rp150 ribu hingga Rp200 ribu sekali jalan, dan ongkos ini saat situasi sedang sepi penumpang. Tarif ojek akan naik saat musim pembangunan sedang berjalan, bahkan bisa Rp300 ribu hanya untuk sekali jalan. Sementara untuk ke Sikabaluan, selain biaya ojek juga ongkos boat dari Betaet ke Sikabaluan antara Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per orang, dan itupun boat-nya tidak rutin jalan. “Apalagi saat musim badai. Boat dan kapal barang tidak berani berjalan,” katanya. Diakui Desna, meski belum lama menuntut ilmu di Sikabaluan namun merasakan susahnya biaya keperluan pribadi, sekolah dan kos sudah terasa, apalagi kiriman dari kampung hanya tergantung

Terakhir sikautet uma mengambil ayam yang telah disediakan di long yang terletak di bawah kolong uma dan mengucapkan sumpah. “Gougouk, liam kina kalik, sibebela, simaosa osa nganganda simakatai nganga, tak masilak kupakei kai ekeu”. Liam kina pariok, kina tegge, kina sikappak, sibebela, simaosa osa nganganda simakatai nganga, tak masilak kupakei kai ekeu. Irik (hati ayam) ai irikngan ekeu simakatai nganga.” (ayam merupakan simbol adanya pesta ritual). Dalam pesta adat irik ini akan menjadi ritual terakhir dan sebagai penutup. Setelah upacara ritual bendabenda besi, maka dimulai lagi ritual untuk perlindungan terhadap tubuh. Dalam ritual tubuh ini diambil ayam sebanyak jumlah orang yang mengambil kuali. Sikautet uma akan

dari jadwal kapal dagang yang datang dari wilayah Siberut Barat. “Kadang satu bulan sekali, dan kadang dalam satu bulan tidak ada,” katanya. Orangtuanya di kampung mengirimkan bahan makanan berupa pisang, sagu yang dititipkan pada ABK kapal dagang yang dikenal. Sementara uang jajan dan keperluan lainnya paling banyak dikirim orangtua hanya Rp100 ribu, itu sudah termasuk uang kos Rp65 ribu per bulan, uang jajan dan biaya-biaya lainnya yang diperlukan dalam pendidikan. “Di sekolah tidak ada pembayaran lagi, hanya saja biaya kita beli keperluan dapur, jajan di sekolah tidak cukup. Bahkan bisa dibilang tidak jajan di sekolah kalau tidak ada teman yang mau membantu,” kata siswi kelas X IPA 2 yang bercita-cita jadi guru. Namun tak ada keberhasilan tanpa perjuangan. Kata itulah yang membuatnya tetap tersenyum di tengah keterbatasan biaya di dunia pendidikan. “Memang sulit, namun melihat teman seperjuangan lainnya, mengingat orangtua saya berusaha untuk berhasil,” kata anak keempat dari lima bersaudara. (bs/o)

SAMBUNGAN HALAMAN 23

Upacara Adat... simakkainauk, simanene, kalik mai le manene tubu, pariokmai le manene tubu, tegge, sikappak mai le manene tubu, samba kai leu manene tubu masialak ekeu, masipakei ekeu”. (Simakkainauk merupakan simbol yang dingin melawan yang panas). Selanjutnya, sikautet uma mengambil katcaila kemudian mengucapkan sumpah.”Katcaila, katcailam kina kalik, aisailaat ekeu simakatai nganga”. Aisailaan kai kaoringen, kasingu, kabolo. Katcaila, katcailam kina pariok, kina tegge, kina sikappak, aisailaat ekeu simakatai nganga.” Aisailaan kai ka oringen, ka singu, ka bolo.”(Katcaila ini adalah sebagai penghadang hal-hal yang buruk) Semua dedaunan tersebut diletakkan di atas benda-benda besi dan juga diberikan kepada pemiliknya.

13

memulai sumpahnya, “Lia mai sasarainakku, tatogakku, teitei goukgouk, aipeteiteian kai singu, koklo, nganga, roket. Setelah itu disumpah ayam itu sebagai berikut : “ Lepak le akulia ake ekeu kina goukgouk, kutele ake ekeu kaiba mai matat joja, alak amatat sabeu tubu, kut salounu kut laurum, gorosot bib! Silepa salou. Doroi ! Ngemet ! (pesta ini merupakan simbol keselarasan antara punen labak dan punen uma). Setelah semua ritual dan punen selesai besok harinya semua anggota uma laki-laki pergi ke gunung untuk berburu. Jika berhasil mendapatkan buruan maka mereka akan melaksanakan ritual lagi mengenai buruan baru untuk mengakhiri punen labak dengan cara mulajuk yaitu melakukan upacara buluakenen iba sibau. Jika berhasil mendapatkan

buruan tuddukat akan dibunyikan sebagai simbol penyampaian informasi kepada sanak famili agar berkumpul di uma. Juga sebagai tanda agar uma lain menghormati uma yang sedang melaksanakan punen. Kemudian pesta baru berlangsung dan sikautet uma akan membacakan sumpahnya kembali. “Mukopkai simakatai bak pangisei, segek an”. (artinya apapun yang dimakan pesta sudah selesai dan tidak dalam berpantang lagi. Jadi tidak akan ada lagi sanksi). Dalam hal punen labak ini nilai filosofisnya adalah bahwa setiap benda-benda baik itu dari alam maupun dari pabrik yang bermanfaat bagi kehidupan akan dipestakan agar tercipta keharmonisan antara benda dengan si pemakai. Orang Mentawai sangat menghargai semua benda-benda

yang memberikan kehidupan kepada mereka. Alam yang melintang di tengah-tengah mereka menjadi dasar kehidupan dan wajib dihormati dengan memakai daun-daun sehingga hubungan mereka dengan alam tetap harmonis tanpa ada satu orangpun yang bisa mencerai-beraikannya. Setiap hal yang baru orang Mentawai selalu antisipasi agar tidak terjadi sebuah malapetaka tanpa mengurangi hal-hal pada yang baru tersebut. Setiap orang yang melakukan sumpah atau membacakan mantera pertama sekali seseorang itu memiliki jiwa menyatu dengan alam. Tetapi jiwa seseorang yang tidak dekat dengan alam, apapun yang disumpahkan tidak akan terwujud sama sekali. Itulah kekuatan orang Mentawai yang hidup dan menghormati alam. z


Puailiggoubat NO. 298 15 - 31 Oktober 2014

14

Curhat Siswa Soal Kurikulum 2013 Friski Ivan (Siswa Kelas VII-2 SMPN I PUS) “Kurikulum 2013 sudah disosialisasikan guru-guru di kelas dan sekaran sudah diterapkan di sekolah. Namun sayang, sampai sekarang belum ada buku pegangan untuk siswa sehingga kami mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Padahal informasinya setiap siswa dan guru harus memliki buku pegangan masing-masing. Kalau metode belajar sekarang, guru-guru memberikan pelajaran dengan sistem menerangkan di depan kelas, sedangkan murid mencatat. Ujian tengah semester sekarang juga telah mengacu kurikulum 2013. Walaupun ada kesulitan tapi tetap dilakukan juga. Pertanyaan ujian rata-rata mengacu kepada buku pegangan guru-guru saat menerangkan di depan kelas.”

Dasril (Siswa Siswa Kelas X MTsN, Sikakap) “Belajar Kurikulum 2013 lebih mudah dipahami dibandingkan KTSP, sebab siswa lebih banyak praktik dibandingkan menerima teori. Siswa juga diminta lebih banyak aktif saat belajar. Kendalaanya, belum ada buku pegangan bagi siswa. Sistem belajar sekarang pun masih mengukuti materi dari guru-guru dengan cara mencatat setiap keterangan guru di depan kelas. Ini bisa menghambat siswa dalam menerima pelajaran. Sesuai dengan intruksi dari para guru, penerapan Kurikulum 2013 mewajibkan setiap siswa lebih proaktif saat mengikuti pelajaran. Kalau tidak ada buku, bagaimana bisa proaktif? Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini, buku sudah ada sehingga Kurikulum 2013 bisa berjalan sesuai dengan semestinya.”

Berta Sirikeru (Siswi kelas X IPS SMAN 1 Siberut Tengah) “Kita belum tahu Kurikulum 2013. Tiap belajar masih pakai KTSP.

K

urikulum 2013 resmi diterapkan mulai tahun ajaran 2013/2014. Meski sudah berjalan lebih dari setahun, namun kurikulum yang menerapkan metode belajar siswa lebih aktif ini belum berjalan maksimal pada sekolah-sekolah di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahkan masih ada sekolah yang belum menerapkan kurikulum tersebut dan masih mengacu kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013, banyak siswa yang masih bingung. Hal ini disebabkan karena belum adanya buku panduan bagi siswa. Selain itu, belum semua sekolah memiliki sarana penunjang pelajaran seperti alat peraga. Kondisi ini pun membuat reaksi kalangan siswa beragam. Ada siswa yang senang dengan kurikulum tersebut ada juga yang belum mengetahuinya karena tidak ada sosialisasi dari pihak sekolah. Berikut curhat (curahan hati) sejumlah siswa di Kabupaten Kepulauan Mentawai soal kurikulum 2013 yang dirangkum Puailiggoubat di sejumlah sekolah belum lama ini. Laporan: Siprianus, Rinto, Supri, Bambang/p

Dina Fransiska (Siswi Kelas X MIA-II SMAN 1 Siberut Selatan) “Kami sudah memakai Kurikulum 2013 dan saya belum begitu paham. Karena masih baru, sistem Kurikulum 2013 masih asing bagi saya. Yang berbeda disini adalah sistem pembelajarannya. Kalau dulu sistem pembelajarannya, guru mencatat di depan kemudian lansung menjelaskannya. Kalau sekarang, guru memberikan materi, lalu kami yang mencari bahan pelajaran sendiri, kemudian kami buat sistem diskusi secara kelompok. Kalau soal buku, kami sudah ada, yang kami beli di sekolah dengan harga Rp 8.000/ SKS dalam 1 semester.

Irenius Sapojai (Siswa Kelas VII SMPN 1 Siberut Selatan) “Sejak awal tahun ajaran baru, kami sudah mempelajari kurikulum 2013. Namun sampai saat ini, kami belum memiliki buku panduan. Jadi, guru masih lebih banyak yang menjelaskan, seperti sistem pembelajaran KTSP. Saya sendiri masih belum begitu paham dengan kurikulum yang baru ini. Mungkin karena masih baru dan juga buku pedoman kami belum ada.”

Agus Primajaya Putra (Siswa Kelas VII-2 MTsN Sikakap) “Sejak awal September 2013, Kurikulum 2013 sudah mulai diberitahukan oleh guru-guru sebelum belajar. Kurikulum 2013 itu mudah dipahami asalkan ada buku pegangan untuk murid dan alat peraga untuk praktik. Dalam Kurikulum 2013, siswa diminta untuk banyak melakukan praktik dan diskusi. Sampai sekarang, buku pegangan yang ada baru kusus untuk guru, sedangkan untuk murid belum ada. Ini membuat saya kesusahan didalam mengikuti pelajaran. Siswa harus menunggu guru apabila mau belajar. Metode belajarnya guru menerangkan pelajaran di depan kelas dan siswa dituntut mencatat setiap materi pelajaran yang dianggap penting. Kalau ada buku pegangan siswa, tinggal membaca dan bertanya bila ada hal yang belum diketahui.”

Ezra Berlina (Pelajar SMAN 1 Siberut Utara) “Beberapa guru yang sudah menerapkan proses belajar mengajar dengan Kurikulum 2013. Dalam pembahasan mata pelajaran, terlihat kalau siswa dituntut aktif, banyak berdiskusi, tukar pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Apalagi diajak persentasi di masing-masing kelompok dari materi yang dibahas dalam kelompok. Keberanian kita tampil lebih dituntut dan juga menjawab pertanyaan teman-teman lebih siap. Tapi tergantung dari guru yang membawa materi itu juga. Kalau gurunya rajin dan kreatif maka siswa semangat, tapi kalau gurunya masih menggunakan gaya lama maka siswa malas juga.

Maikel Zeen Nyo Satoko (Siswa Kelas 10 IPS SMAN 1 Siberut Tengah) “Tidak tahu tentang Kurikulum 2013. Sistem belajar sekarang, guru masuk, tulis di papan tulis lalu kita catat dan kemudian guru menjelaskan. Hanya seperti itu.


Puailiggoubat NO. 298 15 - 31 Oktober 2014

Basilius (Siswa SMAN 1 Siberut Utara) “Belajar dengan Kurikulum 2013 akan mengasyikkan kalau sarana dan prasarana pendukung proses belajar mengajar lengkap. Misalnya, buku-buku paket pendukung banyak di perpustakaan sehingga ketika mau mencari bahan tidak susah. Banyak pengetahuan yang kita dapat untuk kita diskusikan bersama sesuai dengan bidang studi dan tema yang

Eliakim Tasirikeru (Siswa Kelas XII IPA SMAN 1 Siberut Tengah) “Kurikulum 2013 sudah diketahui dari penjelasan guru setiap masuk kelas. Kita diajarkan dan diberi pemahaman juga, namun lebih dalamnya kita belum tahu karena masih baru dan masih banyaknya keterbatasan sarana di sekolah. Jika dipahami kita lebih santai belajar kurikulum ini.”

kita bahas.

Erlia Septi Karlianti Sanenek (Siswi Kelas XII IPA SMAN 1 Siberut Tengah) “Informasi Kurikulum 2013 diketahui dari penyampaian guruguru. Kalau sudah benar-benar diterapkan, diharapkan guru dapat lebih dalam memberikan penjelasan dan memberi tugas agar tahap awalnya kami bisa memahaminya.”

Josep (Siswa SMAN 1 Siberut Utara) “Dengan Kurikulum 2013 sebenarnya asyik. Walau kadang kita dibuat malu saat tampil mempresentasikan hasil diskusi kelompok jika pertanyaan dari kelompok lain tidak pas atau tidak bisa kita jawab. Namanya juga kita masih belajar, kan masih baru. Selain itu dalam belajar juga bila gurunya kreatif dalam membimbing maka terlihat lebih hidup proses belajarnya. Hanya saja buku dan sarana belajar lainnya belum mendukung sehingga masih memanfaatkan buku dan media belajar yang ada sekarang ini.

Alfha Yohannes Cristian Saguruk (Siswa kelas 7 C SMPN 1 Siberut Tengah Saya bingung. Memang saya tahu adanya penerapan Kurikulum 2013 dari orang tua dan dari guru-guru. Tetapi kurikulum itu belum diajarkan dan kita bingung juga sekarang ini apakah sistem belajar kita masih KTSP atau kurikulum baru.

Helmi Yanti Lase (Siswi Kelas XI IPA SMAN I Siberut Tengah) “Saya mengetahui kurikulum 2013 dari media dan guru-guru pengajar di sekolah. Namun saya masih belum memahami secara mendalam metode pembelajaran yang diajarkan. Cuma yang jadi persoalan, ketika guru mengajar, tentunya kami butuh buku pedoman. Buku itu sampai sekarang masih belum ada. Kalau hanya dituliskan atau di jelaskan saja tanpa buku jadinya kami tidak paham. Kurikulum 2013 ini memang ada perubahan mengajar dan belajar dan lebih mengasyikkan dibanding KTSP.

Kriasti (Siswi SMAN 1 Siberut Utara) “Harus ada layanan internet di sekolah dan labor komputer. Jadi, kalau ada tugas atau bahan materi yang mau didiskusikan kita tinggal cari bahannya di internet, Selain dari buku-buku paket pendung pelajaran bidang studi yang diajarkan. Bagi siswa yang malas maka akan membosankan, tapi bagi siswa yang semangat maka belajar dengan kurikulum 2013 akan dinikmati.”

Raymundus Sakulok (Siswa Kelas X IPS SMAN 1 Siberut Tengah) “Selama ini pengajaran masih menggunakan KTSP. Kita belum tahu bagaimana Kurikulum 2013. Bagaimana sistem mengajarnya, seperti apa, siapa yang aktif mengajar guru atau siswa itu yang belum kita pahami.”

15

Iknasius Gempri Pernando Saogo (Siswa Kelas VII-2 SMPN I PUS) “Belajar dengan Kurikulum 2013 sudah diinformasikan para guru sejak mulai sekolah. Sosialisasinya melalui guru-guru di dalam lokal. Kabarnya setiap siswa dan guru harus memiliki buku pegangan. Sampai sekarang, buku pegangan bagi siswa belum juga ada sedangkan guru sudah memilikinya. Karena buku pegangan belum ada, kita kesulitan mengIkuti pelajaran. Guru-guru juga selalu menerangkandan mencatat. Bidang studi yang sulit diikuti seperti Bahasa Inggris dan Matematika. Dalam kurikulum 2013, siswa dituntut lebih aktif dalam belajar. Bagaimana bisa aktif kalau buku untuk dibaca waktu belajar baik di rumah maupun di sekolah belum ada? Sebenarnya kurikulum 2013 mudah dipahami asalkan bukunya lengkap. Saya berharap dalam waktu dekat ini buku pegangan kurikulum 2013 untuk siswa secepatnya diadakan oleh sekolah.”

Lucia Veny (Siswi Kelas X MIA-4 SMAN 1 Siberut Selatan) “Di sekolah kami sudah memakai Kurikulum 2013. Saya lebih suka dengan sistem belajar sekarang daripada yang sebelumnya, KTSP. Sekarang ini, guru hanya memberikan materi. Kemudian kami yang mencari bahan pelajaran dan berdiskusi dengan teman-teman secara berkelompok. Kalau sebelumnya, metode belajar yang diterapkan adalah kami lebih banyak mencatat kemudian guru menjelaskannya. Sekarang sudah tidak banyak lagi guru yang menjelaskan, dan juga sudah lebih banyak praktik daripada teori.”

Sudah Berjalan Tetapi Belum Maksimal

K

epala SMPN 1 Siberut Tengah, Saiful Sagaragara mengatakan, penerapan kurikulum 2013 sudah mulai dijalankan sejak Juli 2013. Akan tetapi, saat ini buku panduan kurikulum baru tersebut masih belum ada. “Untuk sementara memakai buku KTSP yang tidak jauh beda, hanya saja penerapan KTSP guru yang lebih banyak menggali dan mencari, sedangkan kurikulum 2013 lebih banyak siswa yang mencari serta aktif,” jelasnya. Menurutnya, di sekolah yang dipimpinnya tersebut baru dua orang yang mendapatkan pelatihan tentang 20013. “Artinya penerapan kurikulum 2013 ini jalan tapi tidak maksimal”katanya. Sementara, Kepala Sekolah SMAN 1 Siberut Tengah Rafael Satoko mengaku penerapan kurikulum 2013 di sekolahnya antara jalan dan tidak, Guru yang mendapatkan pelatihan tetanng kurikulum tersebut juga masih dua orang. Metode belajar mengajar pun masih menggunakan KTSP. “Kesulitan kita dalam penerapannya secara umum adalah buku yang sampai saat ini belum ada,” katanya. Meski masih adanya kesulitan dalam penerapan kurikulum baru imi, Rafael menyebutkan pihaknya akan terus mencari informasi demi terlaksananya penerapan kurikulum 2013 ini. (rr/p)


Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

8

Suara Puailiggoubat Ketika Pangan Lokal Kian Tersingkir

S

agu, keladi dan pisang sebagai pangan lokal masyarakat Mentawai kian tersingkir karena kalah populer dari beras. Pohon-pohon sagu di pinggiran sungai kian terdesak digantikan sawah dan ladang. Tingginya ketergantungan warga terhadap beras membuat konsumsi semakin meningkat. Data Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Mentawai, konsumsi beras rata-rata masyarakat Mentawai per tahun 5.100 ton. Sementara kekuatan produksi beras Mentawai 3.513 ton per tahun sehingga ada kekurangan 1.587 ton. (data sensus penduduk 2010). Tingginya konsumsi beras membuat pemerintah memprogramkan perluasan sawah baru dengan target 1.000 hektar pada 2016 mendatang. Dengan rata-rata cetak sawah 250 hektar per tahun, dana disiapkan Rp2,5 miliar. Ditargetkan 2017, Mentawai akan swasembada beras. Namun program sawah di Mentawai ini bukanlah tanpa kendala. Sebagai daerah dengan endapan muda, tanah Mentawai miskin hara. Selain itu irigasi minim sehingga sawah umumnya tadah hujan. Tantangan lain soal pengetahuan dan kebiasaan petani Mentawai yang bukan monokultur. Petani Mentawai biasa berpola tanam kebun campuran. Mereka masih awam dalam budidaya padi. Belum lagi soal bibit, benih dan pemupukan. Di sisi lain, upaya mempertahankan pangan lokal seperti sagu dan keladi tidak terlihat secara massif. Padahal sagu dan keladi bisa menjawab tantangan kerawanan pangan Mentawai. Pangan lokal itu juga bisa menjadi sumber pangan pokok jika terjadi bencana, tsunami misalnya. Warga tak perlu menunggu bantuan mie instan atau kiriman beras, cukup menanam keladi dan pisang di pondok pengungsian. Yang diperlukan warga saat ini alternatif pengolahan sagu dan keladi sehingga menjadi makanan yang enak, menarik dan bernilai jual tinggi. Untuk itu tentu diperlukan inovasi baru. Mempertahankan pangan lokal di tengah sulitnya bertanam padi merupakan salah satu jalan keluar menjawab ancaman kekurangan pangan di masa depan. z

16

Peran Sentral Orang Tua dalam Membangun Karakter Anak “Kasih berasal dari rumah, cinta hidup dalam keluarga, maka dari itu mengapa banyak kesedihan dan ketidakgembiraan dalam rumah saat ini, hidup sangat terburu-buru, ingin lebih bertambah kaya dan seterusnya, sehingga anak-anak hanya sedikit waktu dengan orang tuanya”. ~ Bunda Theresa Kutipan diatas merupakan kenyataan yang sedang dihadapi banyak keluarga masa kini. Globalisasi yang menimbulkan krisis multidimensional telah mampengaruhi perkembangan kepribadian manusia berupa krisis identitas dalam diri individu, keluarga dan masyarakat. Tingginya tingkat perceraian, kekerasan dalam rumah tangga merupakan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Proses kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan kehidupan pertama dan utama. Dalam ilmu psikologi perkembangan dijelaskan bahwa anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Laju perkembangan dan pertumbuhan anak mempengaruhi masa keemasan dari masingmasing anak itu sendiri. Saat masa keemasan, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis di mulai dari pekembangan berpikiri, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Oleh karena itu, seharusnya setiap orang tua harus mampu memanfaatkan masa-masa ini untuk mengembangkan potensi anak untuk membentuk pribadi yang sempurna. Setiap oarng tua berharap punya anak yang baik, taat kepada orang tua, memiliki keimanan serta sikap yang baik. Jadi untuk mewujudkan

oleh: Obedh

A. Anas Saleleu, M.Pd.K

Alumni Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia- Jakarta keinginan dan harapan itu, jadilah orang tua sekaligus guru bagi anak dirumah, dengan menyajikan materi-materi yang mereka butuhkan yaitu suasana yang tenang tanpa pertengkaran dan kekerasan, kasih sayang dan perhatian yang cukup dari sosok seorang ibu dan ayah. Kitab Suci memberikan keterangan dalam Kitab Ulangan 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau

sosial, moral, budaya, dan pendidikan yang baik. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberi-kan kehidupan pertama dan utama. Keluarga merupakan pengalaman pertama bagi anak-anak, pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong, tenggang rasa sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera, keluarga berperan dalam meletakkan dasar pendidikan agama dan sosial.

berbaring dan apabila engkau bangun”. Artinya, kedua orang tua harus menjadi “materi” yang dapat diteladani oleh anak. Dalam tindakan, bertutur yang santun, ketaatan kepada Tuhan dan memiliki gaya hidup yang terpuji dengan sendirinya anak dapat belajar apa yang ditirukan oleh orang tua. Ayah dan ibu harus mampuh menjadi teladan dalam perkataan dan tindakan dan harus mampu menanamkan nilai-nilai religi,

“Saya pikir dunia sekarang ini sedang jungkir balik dan sangat menderita karena sedikit kasih di dalam rumah, didalam kehidupan keluarga. Tidak punya cukup waktu untuk anak kita, tidak punya waktu untuk diri sendiri, dan tidak cukup waktu untuk menikmati kebersamaan”.~ Bunda Theresa Tidak sedikit orang tua kehilangan waktu yang seharusnya diberikan kepada anak. Di perkotaan misalnya, alasan kesibu-

kan pekerjaan. Berangkat pagi pulang malam sehingga tidak punya waktu dan kesempatan yang cukup bersama si buah hati. Cenderung anak lebih menghabiskan waktunya bersama seorang perawat atau baby sitter. Anak atau remaja yang dibesarkan dalam keadaan keluarga seperti ini, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orangtua dan anak di rumah, hubungan interpersonal antara keluarga yang tidak baik, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi kepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat dan harmonis. Oleh sebab itu orang tua sebaiknya harus menjadi panutan dan lebih banyak meluangkan waktu bersama-sama. Perlu diingat bahwa untuk mengubah atau membentuk kepribadian anak yang unggul tidak dapat dicapai secara instant tetapi memerlukan proses yang panjang. Oleh sebab itu sudah sewajarnya bila para orang tua mulai berbenah diri dalam mendidik anak mereka sejak dini dan para calon orang tua haruslah mempunyai bekal yang cukup sebelum membina sebuah keluarga. Penanaman nilai tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Jika penanaman nilai tersebut telah berhasil maka kelak merekalah yang akan menjadi pemimpin hebat dan membangun negeri ini menjadi negeri yang dipenuhi oleh benih-benih generasi penerus yang berkualitas. Karena pada dasarnya bila anak sudah mempunyai bekal yang cukup dari pendidikan keluarga, ia akan mampu mengolah nilai dan budaya baru yang muncul dari sekolah, lingkungan dan media masa. Nilai-nilai dan budaya positif seperti saling membantu, berbuat baik dan ramah, rajin beribadah dan sopan santun haruslah ditanamkan sejak dini secara intensif. Orang tua sebaiknya menjaga hubungan baik dengan anak atau remaja melalui pemberian waktu dan perhatian yang utuh.


Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

D

esa Saibi Samukop terletak di tengah Pulau Siberut, berada di bibir Teluk Saibi yang indah. Saibi diresmikan menjadi ibu kecamatan Siberut Tengah, Mei 2008. Terdapat dua versi asal muasal adanya kampung Saibi. Dalam versi yang tertuang dalam RPJM Desa 2011-2015, penduduk Saibi pertama sekali berasal dari Simatalu, mereka terdiri dari dua suku, Siritoitet dan Siriratei. Dua suku itu pindah karena adanya peristiwa sibela siberi (babi hutan yang terlepas dari ikatan). Kejadiannya ketika salah satu anggota suku pergi berburu, di tengah perburuannya ia menemukan babi hutan yang pingsan akibat keracunan buah-buahan laggurek. Melihat hal itu ia mengikat dan membungkus babi hutan tersebut dan ditinggalkan di suatu tempat. Karena banyaknya babi hutan yang pinsan tersebut ia pergi memanggil anggota suku lainnya. Di tengah perjalanan turun hujan lebat, ternyata air hujan menjadikan babi hutan yang pingsan sadar dan terlepas dari ikatan. Si pemburu tadi sampai di rumah menceritakan adanya babi hutan yang pingsan dan sudah diamankan dan tinggal dijemput. Mendengar hal itu anggota suku lainnya gembira dan bergegas beramai-ramai menjemput babi hutan tersebut, namun sampai di lokasi, babi hutan sudah tidak berada di tempat. Para anggota suku yang menjemput merasa kecewa dan merasa telah dibohongi si pemburu. Tuduhan itu dibuat berupa nyanyian sindiran kepada si pemburu, karena merasa malu ia meninggalkan Simatalu dan pergi jauh hingga ia menemukan kampung bernama Sirisurak (sekarang sudah jadi dusun) dan menetap bertahun-tahun di sana sambil berladang dan bercocok tanam. Setelah sekian tahun tinggal di sirisurak, anggota suku lainnya dari Simatalu menyusul dan mencarinya dan bertemulah mereka di Sirisurak dan bergabung, kemudian lama di tempat itu mereka pindah ke hilir sungai dan menemukan sebuah tempat yang strategis maka beramai-ramailah mereka mencari kehidupan dan membentuk sebuah kampung. Selain itu nama Saibi Samukop berasal dari sebutan warga Siberut Utara yang menyebut daerah itu Sirisaibi dan warga Siberut Selatan menyebutnya Samukop sehingga lama kelamaan kampung itu dinamai Saibi Samukop. Kepala kampung pertama alm. Teungaroi Satoko. Sementara menurut cerita mantan kepala kampung Saibi Samukop, Sem Sagaragara(92) dan wakil kepala kampung Jakobus Salakkau (76) yang masih hidup, penduduk Saibi Samukop berasal dari Simatalu, namun terdiri dari suku yang banyak,

17

SAIBI SAMUKOP

Desa Penghasil Cengkeh di Teluk Saibi FOTO:RINTO/PUAILIGGOUBAT

Pembangunan jalan di desa Saibi Siriratei,Siritoitet, Sanenek, Salakkau, Siribetuk,S ageileppak, Sakerebau, Saguruk dan lain-lain dengan peristiwa “sibela siberi” dari Simatalu melancong ke Sakreakek, kemudian ke Sirisurak dan Simasoro, dari Sirisurak dan Simasoro sebagian tinggal serta sebagian turun ke hilir sungai dan menemukan tempat yang strategis dan membuka perkampungan yang sekarang Saibi Samukop. Nama Saibi berasal nama sungai di Simatalu sementara nama Samukop didapat karena kampung itu sangat strategis, subur dan ikan di perairan sekitarnya melimpah atau makoop (banyak dapat ikan jika memancing), hingga jadilah nama Saibi Samukop. “Nama Saibi itu sudah ada sejak dulu karena tempat kita dulu di Simatalu dekat dengan sungai Saibi, sama halnya samukop karena perkampungan yang subur,” ujar Sem Sagaragara kepada Puailiggoubat, 1 Oktober lalu. Menurut Sem, di masa kepala kampung ke-8 Yosep Sanene’, dibuka perladangan cengkeh sehingga warga lainnya ikut membuka ladang. Menurut Jakobus Salakkau, mantan wakil kepala kampung, warga berupaya memperjuangkan Saibi menjadi desa. “Perjuangan itu tidak mudah, saat itu belum ada perkampungan, kita tinggal agak ke dalam hutan, lalu Yosep menggerakkan masyarakat bergotong royong membuka ladang dan sawah sehingga Saibi menjadi perkampungan. Saat Yosep berhenti menjadi

kepala kampung, menurut Jakobus kondisi saat itu sempat kacau. Beberapa warga meninggalkan Saibi dan pindah ke Sigaitaligei, sebagian tinggal di Sibuddaoinan dan yang tersisa di perkampungan Saibi Samukop sebanyak 30 KK. Ketika itu Mentawai masih menjadi bagian Padang Pariaman. Tak lama, pemerintah mengirim anggota TNI untuk mempersatukan warga kembali di perkampungan Saibi Samukop dan dalam proses tersebut kepemimpinan kampung dipegang Melki Sanene’ yang menjadi pejabat sementara kepala desa pertama periode 1980-1982. Akhirnya penyatuan warga oleh TNI terwujud tanpa korban jiwa dari kampung hingga menjadi desa dengan kepala desa definitif pertama almarhum Balelon Natalinus Nyo Satoko tahun 1982-1990. “Saibi Samukop jadi sebuah desa tidaklah mudah dilalui dengan perjuangan kami dan orang tua dulu dibantu marinir hingga jadi desa. Kami dulu membuka kampung, perladangan serta pertanian sawah bergotong royong bersama tidak ada yang menolak tapi sekarang gotong royong itu sudah hilang, mungkin karena sudah banyaknya yang pintar, saya melihat malah sekarang warga lagi melawan dan mungkin itulah bedanya sekarang dan jaman dulu,” kata Jakobus. Pada periode kepala desa Surkino Sanenek (2000-2009), desa Saibi memperoleh prestasi desa pelaksana

P2D Mandiri terbaik di tingkat kecamatan (2007), saat itu Saibi masih bagian dari Kecamatan Siberut Selatan. Prestasi lainnya, juara dua Desa Teladan (2008) tingkat Kabupaten Kepulauan Mentawai. “Rencananya kita mau ikut perlombaan Desa Teladan tingkat nasional tahun 2009,tapi karena saya berhenti jadi kades hingga tak terwujud,” ujar Surkino. Saat ini jumlah penduduk Saibi 3.620 jiwa dan 772 KK dengan 14 dusun. Sebanyak empat dusun terpisah berada di pesisir pantai yakni Sibuddaoinan, Totoet/Toroiji, Sua dan Kaleak. Empat dusun yang berada di pusat desa yaitu, Masoggunei, Simabolak, Saibi Muara dan Pangasaat, sementara 6 dusun yang berada di pedalaman, Dusun Sirisurak, Sirua Monga, Masokut, Uselat, Simoilalak dan Mauku. Batas-batas wilayah Desa Saibi Samukop, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Saliguma, sebelah Utara berbatasan Desa Cimpungan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Simatalu, sebelah timur berbatasan Selat Mentawai. Secara geografis, Desa Saibi Samukop memiliki potensi alam yang potensial untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan terutama dalam bidang pertanian. Didukung oleh posisi desa yang strategis dan sesuai dengan kondisi alam, sebagian besar mata pencarian penduduk merupakan petani, nelayan dan pedagang.

Di sektor pertanian, saat ini terdapat 30 hektar sawah masyarakat yang didanai Dinas Pertanian dan Peternakan Mentawai. Desa Saibi berpotensi dikembangkan menjadi sentra padi karena pada tahun 1970an, desa tersebut menjadi lumbung padi. Selain sawah, masyarakat Saibi juga bertanam palawija seperti pisang, talas. Di sektor perkebunan dan kehutanan, Saibi terkenal sebagai penghasil cengkeh disusul coklat, nilam, pala, manau dan kelapa. Komoditi yang menonjol dan sedang di kembangkan ke depan adalah coklat dan karet. Untuk peternakan, hingga saat ini belum terkelola dengan baik karena pola peternakan yang dikembangkan masih terbatas untuk kebutuhan keluarga, misal peternakan babi. Di sektor industri kecil, Saibi sebenarnya memiliki potensi namun belum dilirik masyarakat karena kekurangan modal dan kemampuan sementara untuk perdagangan umumnya didominasi pendatang. Terletak di pesisir pantai dengan teluk yang indah, pantai Saibi membentang sepanjang 10 kilometer. Namun potensi wisata ini lebih banyak dinikmati warga lokal karena IKLAN minimnya promosi dan kurangnya wisatawan dari luar. Sementara di bagian pedalaman di Simoilalak dan Sirisurak, terdapat gua yang terletak di Sipukpuk. Gua itu dikenal dengan nama siroigeroiget, namun potensi wisata ini belum dikembangkan. Kini setelah menjadi ibu kecamatan, pembangunan di Saibi terus dipacu meskipun belum bisa disejajarkan dengan beberapa kecamatan lain. Misal ada SMA, SMP dan puskesmas dengan fasilitas rawat inap. Sejumlah jalan antar desa dan dusun termasuk jalan evakuasi sudah dibangun meski ada beberapa ruas jalan yang rusak misal jalan rabat beton dari P2D mandiri dari menuju Simoilalak, Sirisurak dan Subelen Desa Cimpungan. Setiap dusun sudah tersentuh jalan P2D Mandiri seperti jalan dari Dusun Sua,Totoet atau Toroiji sudah tersambung namun jalan menuju Sibuddaoinan belum tersambung. Tahun ini sedang dibangun dermaga mini di Totoet, polindes di Dusun Sua, gedung SDN 10 Saliguma di Totoet/Toroiji dan poskesdes, polindes di Sibuddaoinan, polindes di Kaleak. (rinto)


Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Mereka tak bisa berharap kiriman makanan atau belanja dari orang tua di kampung.

18

Potret Pelajar

Berkuli Demi Sekolah

Siprianus Sababalat

B

sekolah yang tinggal jauh dari orang tua, namun hal itu hampir tidak pernah dirasakan pelajar dari Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat, Mentawai. Mereka terpaksa menjadi kuli angkat di Desa Muara Siberut, Siberut Selatan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya karena tak setiap bulan mendapat kiriman dari orang tua di kampung. Itulah yang dilakoni Julius, siswa kelas IX SMPN 1 Siberut Selatan asal Simatalu. Julius menuturkan, ia bekerja apa saja yang jelas menghasilkan uang seperti mengambil dan menggali tanah timbunan rumah orang. Meski badannya yang berkubang tanah keletihan sehabis bekerja, ia tak perduli dan gengsi terhadap kawan-kawan sekolahnya yang lalu lalang. Menjadi kuli angkut ia lakukan sehabis sekolah hingga sore. Dari hasil tersebut ia mampu membayar uang kos

sangat jauh membuat mereka kesulitan mengirim bahan makanan dan uang belanja. “Selain itu, kehidupan orang tua di kampung juga pas-pasan, jangankan memenuhi kebutuhan kami, kebutuhan mereka juga mungkin sudah susah, kalau ada kiriman kami sangat bersyukur sekali,” ujarnya. Larius Laren, siswa kelas XI SMAN 1 Siberut Selatan dari Paipaijet, Siberut Barat mengaku, meski capek dan upah yang sedikit, ia tetap bekerja agar sekolahnya tidak putus. Dalam sehari Larius digaji sebanyak Rp50 ribu, uang itu digunakan membeli ikan dan beras, “Kami harus bekerja keras agar bertahan hidup selama sekolah setiap hari meski hanya

FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

elajar dengan tenang dan tercukupi kebutuhan sekolah adalah impian setiap anak

BELAJAR - Siswa SMAN 1 Siberut Selatan mengikuti pelajaran Rp100 ribu per bulan, makanan dan kebutuhan lain. “Sekubik tanah kami dibayar Rp20 ribu, uang itulah kami gunakan membeli makanan, biaya kos serta beli baju,”

SMA N 2 Sikakap Tak Punya Laboratorium TAIKAKO - SMAN 2 Sikakap tidak memiliki ruang laboratorium, akibatnya siswa dari sekolah yang resmi dibuka pada tahun lalu tidak pernah belajar praktek. Penanggungjawab SMAN 2 Sikakap, HW. Muda Taruna mengatakan, kebutuhan ruangan praktek mendesak karena siswa tingkat SMA diharuskan banyak praktek. “Kalau mereka tidak praktek akan tertinggal dengan siswa dari sekolah lain,” katanya kepada Puailiggoubat, Selasa, 23 September. Menurut Muda Taruna, tanah pembangunan labor telah dihibahkan warga Taikako dengan ukuran panjang 200 Meter dan lebar 150 meter. Tahun lalu tim dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mentawai dan Dikbud Sumatera Barat telah mengukur tanah tersebut tapi belum ada tindak lanjutnya. “Jika pembangunan dilakukan, kami sudah merencanakan membagi ruangan tersebut menjadi 3 ruangan praktek, yakni TIK, labor kimia dan biologi,” jelasnya. Ia berharap, janji pembangunan tersebut segera terealisasi agar kualitas belajar siswa yang saat ini berjumlah 82 yang terdiri 30 siswa kelas X, kelas XI 52 siswa meningkat. Selain mengeluhkan ruang laboratorium, HW. Muda Taruna juga mengeluhkan pengelolaan anggaran dan pengadaan buku-buku sekolah yang masih tergantung pada SMAN 1 Pagai Utara Selatan. Ia menuturkan, sekitar 2 tahun sekolah berjalan namun mereka belum memiliki kepala sekolah sendiri yang menyebabkan tidak diperbolehkan mengelola dana sendiri. “Selama ini jika ada kebutuhan dana, kami ajukan ke SMAN 1 PUS, pernah suatu saat sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua murid dan masyarakat, dana yang dikucurkan oleh SMA N 1 PUS hanya Rp 150 ribu, mana cukup dana tersebut,” katanya. Ia berharap kepada pemerintah untuk menyerahkan tanggungjawab pengelolaan sekolah sepenuhnya kepada mereka sebab SMAN 2 Sikakap bukan sekolah filial.(spr/g)

katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 6 Oktober. Ia mengaku, meski masih memiliki orang tua di kampung, namun ia tak bisa berharap banyak karena jarak yang

setengah hari,” ujarnya. Hari Minggu yang dimanfaatkan sebagian besar teman-temannya untuk berekreasi, namun tidak buat Larius, di hari libur itu ia meski bekerja. Pada masa libur panjang sekolah, mereka tak bisa pulang kampung karena ongkos pulang kampung ke Siberut Barat sangat mahal yang mencapai Rp500 ribu menumpang perahu mesin (boat). “Di kampung mencari pekerjaan juga susah sehingga kami menetap di sini sambil mencari pekerjaan lain untuk menambah keuangan,” ungkapnya. Di kampungnya, kata Larius, banyak komoditi pertanian yang dapat dijual seperti kopra, manau dan kelapa namun harga yang ditawarkan pedagang lokal sangat rendah, kadang tak dibayar dengan uang tunai. “Di kampung kami harga barang yang ditawarkan pedagang sangat mahal sementara harga jual hasil pertanian warga dibeli sangat rendah tidak sesuai yang membuat ekonomi kami ercekik,” katanya. (g)

Pembangunan Laboratorium dan Perpustakaan SMPN 1 Siberut Tengah Rampung SAIBI SAMUKOP- Pembangunan ruang laboratorium dan perpustakaan SMPN 1 Siberut Tengah yang didanai Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat pada Juli lalu selesai dikerjakan Oktober 2014. Kepala SMPN 1 Siberut Tengah, Syaiful Sagara-gara mengatakan, pekerjaan dilakukan swakelola dengan anggaran masing-masing Rp200 juta. “Total dana Rp400 juta, satu ruangan Rp200 juta,” katanya kepada Puailiggoubat, Selasa, 7 Oktober. Namun kedua ruangan tersebut, kata Syaiful belum bisa dipakai karena belum serah terima dengan Dinas Pendidikan Sumbar. “Selain itu belum ada peralatan dalam ruangan tersebut,” ujarnya. Kedua ruangan tersebut direncanakan digunakan sebagai ruang belajar siswa karena selama ini kekurangan lokal. Menurutnya, kegiatan belajar akan efektif karena siswa dapat belajar serentak yang dulunya sebagian masuk pagi dan sore. Penambahan 3 guru mata pelajaran yakni Matematika, PPKn dan Bahasa Indonesia turut mendukung peningkatan proses

belajar mengajar. “Pada tahap kedua juga akan ada guru kontrak tambahan bidang studi IPS dan bahasa Indonesia,” katanya. Selain mendapat dana dari provinsi, sekolah ini juga mendapat

DAK dari Dinas Pendidikan Mentawai sebesar Rp255.360.000 membangun ruang baru. Pekerjaan telah dimulai pada Oktober dan ditargetkan siap pada Desember 2014.(rr/g) FOTO:RINTO/PUAILIGGOUBAT

RAMPUNG - Laboratorium dan perpustakaan SMPN 1 Siberut Tengah yang telah selesai dikerjakan


19

Puailiggoubat

PENDIDIKAN

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Baru 29 Sekolah di Pagai Utara mendapat buku Kurikulum 2013, sementara di Siberut Tengah dan Siberut Selatan siswa belajar tanpa buku pelajaran

Belum Semua Sekolah Dapat Buku Kurikulum 2013 FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Tim Redaksi

inggal 13 dari 42 sekolah di Pagai Utara Selatan yang belum menerima buku kurikulum 2013. Sementara 29 sekolah yang telah menerima buku yang dikirim melalui Kantor Pos Sikakap pada 3 Oktober 2014 mengaku buku yang dikirim belum lengkap. Resi, guru SD N 11 Saumangaya Kecamatan Pagai Utara mengatakan, dari 9 tema pelajaran yang dipesan dari penyedia, baru 3 tema yang diterima. Jika ditotal antara uang yang dibayarkan dengan buku yang diterima anggarannya baru Rp700 ribu. Padahal kata Resi, perjanjian antara sekolah dengan penyedia di Pekan Baru, buku tersebut telah diterima pada Juli 2014. “Karena janji tersebut, sekolah berani membayar lunas Rp3 juta yang disesuaikan kebutuhan buku siswa,” katanya. Namun usai perjanjian tersebut, buku yang ditunggu tak kunjung datang, Resi menuturkan dirinya mendesak penyedia melalui telpon agar segera mengirimkan buku yang mereka pesan. Menurutnya, akibat keterlambatan kedatangan buku, mereka kebingungan memberi pelajaran kepada anak sehingga penerapan kurikulum 2013 tersendat. Ahmad, guru SD N 35 Matobe, Sikakap menyebutkan kedatangan buku

T

BELAJAR - Siswa SMAN 1 Siberut Selatan mempelajari Teknologi Informasi Komputer (TIK), TIK saat ini menjadi media menyampaikan kurikulum 2013 tersebut sudah sangat terlambat. Harusnya 1 tema pelajaran dituntaskan selama 2 bulan terhitung Juli 2014 namun karena buku baru tiba, pelajaran baru dimulai Oktober 2014. “Pada Kurikulum 2013 penekanan pelajaran ditekankan karakter siswa, penilaian diadakan setiap hari belajar,” ujarnya. Akibat keterlambatan tersebut, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Sikakap, Frans Sakeletuk mengaku, banyak kepala sekolah yang datang kepada mereka

Rawan Tsunami, Gedung SDN 31 Bulasat Dipindahkan PAGAI SELATAN - SDN 31 Bulasat yang dulunya berlokasi di Dusun Surat Aban Desa Bulasat, Pagai Selatan dipindahkan ke lokasi hunian tetap (huntap) berada di Tunang Laggai karena rawan tsunami pada Agustus lalu. Pemindahan SD yang berdiri pada 1986 tersebut dilakukan oleh 82 kepala keluarga di kampung itu yang berjarak 2 kilometer dari lokasi lama. Setelah dipindah, warga membangun sekolah panggung yang terdiri 3 ruang belajar ditambah 2 unit rumah guru yang berukuran 4X6 Meter. Kepala Dusun Surat Aban, Respen mengatakan, lokal yang tersedia hanya 3 sementara jumlah siswa sebanyak 67 orang, mulai kelas 1 sampai 6. Agar semua siswa kebagian ruangan belajar, sekolah terpaksa menggabung 2 kelas dalam 1 ruangan belajar, yakni kelas 1 dan 2 gabung begitu juga kelas 3,4,5 dan 6. “Selain lokal yang kurang, guru PNS baru 1 orang dibantu 2 guru sukarela,” katanya, Kamis, 9 Oktober. Perpindahan lokasi sekolah, kata Respen menyebabkan anakanak Dusun Limok Sua kesulitan menjangkau sekolah karena jarak dengan kampung mereka 11 Kilometer. Apalagi jalan darat di lokasi baru itu belum ada. “Kita berharap jalan penghubung seperti P2D dan lain-lain cepat dibangun,” ujarnya. (leo/g)

sekedar memastikan kedatangan buku. “Kita hanya bisa menjawab hal itu langsung ditanyakan di kantor pos,” ujarnya. Ia menyesalkan keterlambatan pengiriman buku karena menyebabkan penundaan penerapan Kurikulum 2013 di sekolah. Sementara di Kecamatan Siberut Tengah, penerapan kurikulum 2013 di SMPN 1 dan SMAN 1 Siberut Tengah masih tersendat karena buku ajar kurikulum baru belum ada. Mayoritas siswa di sekolah tersebut mengaku bingung penerapan kurikulum baru tersebut. Helmi Yanti Lase, siswa kelas XI IPA SMAN 1 Siberut Tengah mengatakan, pengetahuan seputar penerapan kurikulum 2013 baru diketahui dari beberapa media dan penyampaian sepintas guru. Ia mengaku pada beberapa jam pelajaran sistim baru ini pernah diperkenalkan guru namun mereka mengaku bingung karena buku panduan untuk itu belum ada. “Kalau melihat sepintas ada perubahan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP namun tanpa buku jadinya kami tidak paham,” katanya, Senin, 6 Oktober. Eliakim Tasirikeru, siswa kelas XII IPA menyebutkan, penyampaian kurikulum tersebut baru kulit luarnya sementara pendalaman materi belum dilakukan. Hal ini menurutnya disebabkan sarana pendukung di sekolahnya seperti buku belum dimiliki tiap mereka. Berbeda dengan seniornya, Raymondus Sakulok, siswa kelas X IPS menuturkan, pelajaran yang mereka terima sampai saat ini masih KTSP.

“Kurikulum 2013 kita belum tahu dan mengerti serta sistem mengajarnya seperti apa, entah siapa yang aktif belajar mengajar, guru apa siswa atau siswa dan guru itu yang belum kita pahami,” ujarnya yang turut diamini rekannya Berta Sirikeru. Alfha Yohannes Cristian Saguruk, siswa kelas 7C SMPN 1 Siberut Tengah mengaku kebingungan mendengar cerita penerapan Kurikulum 2013 karena tidak tahu model kurikulum tersebut. “Apakah saat ini masih menerapkan KTSP atau sudah Kurikulum 2013, tidak jelas,” tuturnya. Menurut beberapa siswa, sistem belajar yang diterapkan yakni guru masuk kemudian menulis di papan tulis sementara murid mencatat baru guru menjelaskan. “Itu yang kami terima,”

kata Maikel Zeen Nyo Satoko teman sekelas Alfa Yohannes Cristian Saguruk Kepala SMPN 1 Siberut Tengah, Saiful Sagara-gara membenarkan penerapan kurikulum baru di sekolahnya belum maksimal karena buku pegangan siswa dan guru belum ada. Jika melirik sistimnya, kata Syaiful, kurikulum baru mengajak siswa menggali dan menganalisa pelajaran yang diberikan guru namun tanpa buku penerapan tak berjalan mulus. Di sisi lain, lanjut Syaiful, guru yang mendapat pelatihan teknis penerapan Kurikulum 2013 baru 2 orang sementara yang lain belum. “Artinya penerapan Kurikulum 2013 ini jalan tapi tidak maksimal,” katanya, Selasa, 7 Oktober. “Kesulitan penerapan secara umum adalah buku yang sampai saat ini belum ada, kemudian tidak terlaksananya karena kurikulum ini sangat kompleks,” jelas Kepala SMAN 1 Siberut Tengah, Rafael Satoko. Meski tidak dilengkapi buku ajar, Rafael mengaku terus mencari informasi seputar pelaksanaan kurikulum ini agar penerapannya makin lancar. Sementara di SMAN 1 Siberut Selatan, meski belum memiliki buku pelajaran kurikulum 2013, siswa di sekolah itu mengaku menyenangi sistim belajar tersebut. Lucia Veny, siswa kelas X MIA IV SMA Negri 1 Siberut Selatan mengatakan, mereka telah menerapkan kurikulum 2013. “Sistem pembelajarannya saya lebih suka dengan yang sekarang ini dari pada KTSP, kalau sekarang ini guru hanya memberikan materi kemudian kami diskusi dengan teman,” katanya. Ia membandingkan, dulu guru mencatat dan menjelaskan pelajaran namun saat ini lebih banyak prakteknya. (spr/rr/ss/g) FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

PERPUSTAKAAN - Perpustakaan SMAN 1 Siberut Selatan


PENDIDIKAN Dana tersebut digunakan untuk membangun ruang belajar lengkap dengan mebelernya Supri Lindra

T

iga SD di Kecamatan Sikakap yakni SDN 38 Sikakap, SDN 35 Sikakap dan SDN 03

Taikako mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) 2014 Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai. SDN 35 Sikakap dan SDN 38 Sikakap masing-masing mendapat DAK Rp200 juta yang digunakan membangun 2 ruangan belajar lengkap dengan mebeler. Sementara SDN 03 Taikako mendapat dana Rp170 juta yang dipergunakan merehabilitasi sekolah, dana tersebut diterima pada Jumat, 3 Oktober. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Sikakap, Frans Sakeletuk mengatakan, menurut data yang diberikan dinas pendidikan, pembangunan akan dilakukan secara swakelola. “Sekolah langsung mengelola dana tersebut, tentunya melibatkan pihak guru-guru, dan komite sekolah, pihak

Puailiggoubat

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

20

Tiga SD di Sikakap Dapat DAK 2014 sekolahlah yang langsung mencarikan tukang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, DAK tahun 2014 tahap pertama sebesar 40% telah dicairkan oleh Dinas Pendidikan Mentawai, batas pekerjaan sampai bulan Desember,” katanya kepada Puailiggoubat, Jumat, 3 Oktober. Ia berharap sekolah yang mendapat dana tersebut melaksanakan pekerjaan tepat waktu begitu juga dengan hasil pekerjaan sesuai kontrak pekerjaan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai. “Seandainya pekerjaan tidak selesai, Dinas Pendidikan tidak akan memberikan sangsi, tapi upah pekerjaan akan disesuaikan dengan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan, sementara sisa dana akan dikembalikan dan pekerjaan akan dilanjutkan di tahun berikutnya,” jelasnya. (g)

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

GEDUNG BARU Pembangunan Gedung Baru SMPN 1 Siberut Utara

Tiga SD di Siberut Tengah Diakreditasi SAIBI SAMUKOP - Badan Akreditasi Provinsi (BAP) Sumatera Barat dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai mengakreditasi 3 SD di Kecamatan Siberut Tengah, Jumat, 10 Oktober. Asesor BAP Sumbar, Bahrizal menyebutkan, akrediatasi kali ini melibatkan 3 SDN dari 8 sekolah di Siberut Tengah yaitu, SDN 10 Cimpungan, SDN 13 Cimpungan dan SDN

03 Saibi Samukop. Sedangkan SDN 10 Saliguma belum diakreditasi tahun ini. Sementara 4 SDN lainnya yakni, SDN 01 Saibi Samukop, SDN 20 Saibi Samukop dan SDN 16 Saliguma sudah lolos akreditasi tahun sebelumnya. Menurut Bahrizal, akreditasi sekolah bertujuan menjelaskan status sekolah secara legal sehingga mendapat pengakuan layak sebagai satuan pendidikan. FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

DIAKREDITASI - SMPN Siberut Tengah, Kabupaten Kepulauan Mentawai yang diakreditasi tahun ini

Terdapat 8 standar yang menjadi fokus penilaian yakni standar isi terkait capaian kurikulum, proses guru menjalankan kurikulum, kompetensi lulusan, tenaga pendidik, sarana prasarana, pengelolaan sekolah, sumber pembiayaan dan penilaian pendidikan. “Sekolah yang belum terakreditasi, tidak bisa melaksanakan Ujian Nasional secara mandiri,” katanya pada Puailiggoubat, Jumat, 10 Oktober. Ia menjelaskan, dalam akreditasi sekolah ada 3 peringkat penilaian yakni A, B dan C. Sekoolah akreditasi A dinyatakan sangat baik, B baik dan C cukup. “SDN yang dinilai sebelumnya hanya mendapat akreditasi C karena sarana komunikasi di sini jauh dan sulit, selain itu ada pelatihan kurikulum 2013 yang belum tercapai di sini,akses perhubungan masih kurang lancar,” jelasnya. Sekolah yang sebelumnya mendapat nilai C, kata Bahrizal nilai akreditasi dapat meningkat ke B atau A asal sekolah meningkatkan cara pengelolaannya, standar isi kurikulum yang sesuai dengan peraturan menteri dan kemampuan guru. “Kami berkomitmen tetap ada bimbingan dan pembinaan pada sekolah-sekolah yang terakreditasi, ujarnya. Sementara Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Siberut Tengah, Jendam

Purba mengatakan, SDN 10 Saliguma yang belum masuk akreditasi tahun ini direncanakan diakreditasi tahun depan. Ia menambahkan, selain SD

SMPN 1 Siberut Tengah juga telah diakreditasi tahun ini, “tinggal SMAN 1 Siberut Tengah yang belum kita coba ajukan karena masih banyak yang perlu dibenahi,” katanya. (rr/g)

Kontraktor: Penggunaan Kayu di Asrama Pelajar Saibi Sesuai RAB SAIBI SAMUKOP - Direktur CV.Peipei Mandiri, Simon Lajena membantah dugaan penggunaan kayu putih yang tidak sesuai bestek saat membangun asrama pelajar di Kecamatan Siberut Tengah. Menurutnya, penggunaan kayu putih untuk pembangunan asrama sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). “Di RAB penggunaan kayunya disebutkan kayu kelas dua,” katanya saat dikonfrimasi Puailiggoubat,Selasa, 7 Oktober. Bantahan tersebut disampaikannya karena adanya laporan warga kepada kepala desa bahwa penggunaan kayu putih pada pembangunan asrama yang berbiaya Rp1.232.000.0000 tidak sesuai bestek. Laporan tersebut langsung ditindaklanjuti kecamatan dengan memanggil kontraktor untuk meninjau ke lapangan pada 11 September. Ia juga tak menyalahkan media yang menuliskan terkait kejadian tersebut, “kita tidak menyalahkan media,dan kita juga sebagai pelaksana tidak terlalu tahu nama-nama kayu,dan kemarin kita sudah berkordinasi ke camat soal ini,” ujarnya. Simon mengaku, dinas pendidikan belum mempersoalkan hal itu, ia menyanggupi bila dinas menemukan bahan pembangunan asrama merupakan kayu putih kualitas rendah. “Kalau memang dinas turun dan melihat langsung serta menyatakan bahwa penggunaan kayu kita kayu putih dan suruh bongkar, kita akan pertanggungjawabkan dan akan bongkar, kita juga tidak mau bangunan kita tidak bagus,” katanya. Dari pantauan Puailiggoubat, pembangunan asrama pelajar terus dilakukan yang kini telah memasuki pemasangan dinding. (rr/g)


Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Mesin pembuat es pengawet ikan tidak beroperasi karena tak memiliki bahan bakar minyak (BBM)

Patrisius Sanene’

Tak Ada Es, PPI Mentawai Tak Beroperasi FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

P

angkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang dibangun Dinas Kelautan dan Perikanan

(DKP) Kabupaten Kepulauan Mentawai di KM 2 Tuapeijat 2007 lalu belum beroperasi sampai Oktober 2014 karena tidak memiliki es pengawet ikan. Beberapa fasilitas telah dibangun di PPI seperti pabrik es, tempat pembekuan ikan berkapasitas 5 ton, tempat penyimpanan ikan kapasitas 20 ton, namun tak bisa beroperasi karena tak memiliki pasokan BBM untuk mengoperasikan mesin-mesin tersebut. Selain itu, DKP Mentawai juga telah membangun tempat pemasaran ikan yang juga belum digunakan. Kepala DKP Kabupaten Kepulauan Mentawai, Edi Sukarni mengatakan, PPI sudah pernah dioperasikan tahun lalu namun terganjal es yang belum ada sehingga kembali terhenti. “Anggaran operasional dan pembelian BBM ada namun pasokannya tidak ada,” katanya saat ditemui Puailiggoubat di ruang kerjanya, Rabu, 8 Oktober. Menurut hitungan DKP, kebutuhan solar untuk mengoperasikan pabrik es

21

BELUM TERPAKAI - Bangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Mentawai yang dibangun sejak 2007 hingga kini belum dipakai karena tidak memiliki es pengawet ikan dalam sehari sekitar 200 liter. Pengoperasian pabrik es tidak boleh putus sehingga stok es harus terus ada. Oktober 2014, lanjutnya, DKP telah mengajukan permohonan keperluan pasokan BBM ke Pertamina untuk PPI, selain itu pihaknya juga telah

Ratusan Nangka dan Pisang Busuk di Sikakap HAVEA - Ratusan nangka dan pisang milik warga Pagai Utara Selatan yang siap diberangkatkan ke Padang pada Rabu, 8 Oktober 2014 membusuk di dermaga Sikakap karena kapal Gambolo yang mengangkut komoditi tersebut rusak pada Selasa, 7 Oktober sehingga tak berlayar ke daerah tersebut. Sebagian buah-buahan tersebut ada yang dijual murah, dibuang ke laut dan dibawa pulang. Regina (53), salah seorang ibu dari Silakoinan, Taikako mengatakan, ia datang ke Sikakap pada Rabu (8/10) menaiki sampan yang bermuatan 40 buah nangka dengan tujuan menjual ke pedagang sekitar pukul 01.00 WIB dan tiba di pelabuhan pukul 03.30 WIB. Karena masih gelap, ia masih sempat tertidur di emperan kantor pelabuhan Sikakap selama 2 jam. Setelah terbangun dan menunggu hingga pukul 09.00 WIB, tak satupun pengumpul lokal datang membeli nangka tersebut, “Saya heran tidak seperti biasanya, kemudian saya terus menunggu hingga Kamis (9/10) berharap kapal masuk ke Sikakap namun tak datang, sehingga saya memutuskan kembali ke kampung dengan tangan hampa,” katanya kepada Puailiggoubat, Rabu, 8 Oktober. Regina mengaku, biasanya tiap menjual nagka atau pisang dalam satu hari, ia dapat membawa pulang uang Rp200-300 ribu. Namun hari itu, ia pulang dengan tangan hampa, sebagian nangkanya dijual murah dan ada dibuang. Sayati (44), warga lain mengaku kecewa karena informasi kedatangan kapal tidak jelas, akibatnya banyak petani yang merugi karena terlanjur memanen pisang dan nangkanya. Biasanya 1 tandan pisang dijual Rp10 ribu, karena kapal tidak ada pisang tersebut dijual murah yakni 8 tandan Rp10 ribu. “Hanya dapat Rp85 ribu karena pisang dijual murah daripada tidak laku,” ujarnya. (leo/g)

berkomunikasi dengan PLN Tuapeijat terkait permintaan kebutuhan listrik. Namun ia tak bisa memastikan kapan hal tersebut terealisasi. “PLN sudah menyetujui dan anggarannya juga sudah kita sediakan, kini tinggal menunggu tindak lanjut dari PLN karena mereka juga telah mensurvei PPI,” jelasnya. Terkait pasar ikan berukuran sekitar 50X20 meter yang belum digunakan, Edi Sukarni menjelaskan, hasil tangkapan nelayan yang masih memakai long boat

masih sedikit tidak mencapai 1 ton. Selain itu, permasalahan juga sama yakni tak punya es mengawetkan ikan-ikan tersbut. Edi menilai, minimnya hasil tangkapan nelayan lokal disebabkan sistem melaut mereka masih long boat yakni pergi pagi dan pulang sore sehingga hasil tangkapan hanya 20 kilogram sehari. Hal itu berbeda dengan nelayan kapal tundo yang mencari ikan selama 3-4 hari yang menghasilkan ikan dalam hitungan ton. “Nelayan kita belum bisa seperti itu

apalagi masih menggunakan alat tradisional,” jelasnya. Pantauan Puailiggoubat pada Rabu, 8 Oktober di tempat pelelangan ikan yang berada di Kilometer 2 tersebut tak terlihat aktivitas nelayan, hanya kapal bagan dan kapal rusak yang lego jangkar di sekitar dermaga kecil milik DKP. Di area PPI sudah ditumbuhi rumput tinggi, plang yang menunjukkan lokasi PPI di dekat jalan raya sudah rebah tak terawat. Edi Sukarni yang ditanyai anggaran perawatan PPI tersebut enggan menyebut nominalnya, “Pokoknya tiap tahun itu ada, tergantung apa yang mau diperbaiki,” katanya. Dalam dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Mentawai tahun 2014, alokasi anggaran yang dicantumkan untuk perawatan atau rehabilitasi PPI Tuapeijat sebesar Rp267,1 juta. Yuharman alias Ajo (52), salah satu penjual ikan di Dusun Jati, Tuapeijat menilai, penjualan ikan di PPI akan lebih menguntungkan apalagi jika ada es pengawet. “Kalau tidak ada es ikan tidak akan awet dan kadang kita rugi besar karena cepat busuk, sangat berisiko besar, kita berharap ada pabrik es karena keuntungan nelayan juga besar,” ujarnya. Ia berharap PPI segera dioperasikan DKP karena nelayan berharap ada tempat untuk menjual ikan-ikan mereka.(g)

Kekayaan Laut Mentawai Dinikmati Nelayan Luar TUAPEIJAT - Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki areal laut dan pesisir yang menyimpan potensi kekayaan terutama ikan, namun hal itu lebih banyak dinikmati nelayan luar Mentawai dari Sibolga dan Padang yang memiliki peralatan lebih canggih karena belum ada pembatasan zona perairan terhadap pulau-pulau kecil di Mentawai. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Edi Sukarni mengatakan, kekayaan laut Mentawai seperti ikan balong berwarna merah bata, padang lamun, terumbu karang dan ikan hias yang bernilai ekonomi tinggi bebas diambil kapal dari luar Mentawai karena belum ada zonasi perairan laut. Akibat dari kebebasan penagkapan tersebut, kata Edi, ikan balong yang hanya ada di Mentawai

tetapi orang mengenal sekarang ikan balong Padang padahal asalnya itu dari Mentawai. “Selama penetapan zonasi perairan belum ada, kita tak bisa melarang kapal dari luar Mentawai menangkap ikan di sini, kita sudah melatih kelompok pengawas untuk mengawasi laut yang ada di daerahnya,” katanya, Rabu, 8 Oktober. Edi menuturkan, pihaknya merencanakan melobi pemerintah pusat (Jakarta) tahun depan untuk penetapan zonasi tersebut yang nantinya dikerjakan Balai Pengelolaan Sumber Daya Laut dan Pesisir. Dari analisis DKP Mentawai pada 2011, Mentawai memiliki 99 gugusan pulau, terdiri dari 1 pulau besar yakni pulau Siberut dan 98 pulau-pulau kecil yang membentang dari Utara

hingga ke Selatan dengan luas daratan 7.018,19 Km2 dan luas wilayah lautnya 10.099,152 Km2 dengan panjang garis pantai 1.402,66 Kilometer. Potensi lain yang menjadi kekayaan laut Mentawai adalah ikan pelangis besar yakni, tuna, merlin, cakalang, tongkol, tenggiri, ikan pelangis kecil diantaranya kembung, teri dan sarden. Kemudian ikan demersal atau ikan karang, udang barong, lobster serta ikan hias. Sementara peluang yang mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, yakni budidaya keramba jaring apung, budidaya rumput laut, kepiting bakau, selain itu di Mentawai juga ada budidaya kerang mutiara jenis Pteria Pinguin yang terdapat pada cangkangnya. (trs/g)


22

Puailiggoubat

EKOKER

NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Pemesanan bibit kerapu dari Situbondo, Jawa Timur berisiko tinggi kematian ikan karena menempuh perjalanan jauh

Kesulitan Bibit, Nelayan Keramba Jaring Apung Sikakap Gulung Tikar FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Supri Lindra

S

ulitnya mendapatkan bibit menyebabkan sebagian besar nelayan keramba jaring apung

Desa Sikakap Kecamatan Sikakap, Mentawai yang membudidayakan ikan kerapu dari berbagai jenis menutup usahanya. Afrizal, salah seorang nelayan jaring apung Sikakap mengatakan, bibit kerapu jenis bebek, cantang dan macan yang mereka pelihara selama ini dipesan dari Situbondo, Jawa Timur. Bibit tersebut dibeli sekitar Rp25-30 ribu per ekor ukuran 7 inchi yang disesuaikan dengan jenisnya. “Setelah ikan itu dipelihara antara 10-12 bulan baru dilakukan pemanenan yang dijual langsung ke penampung dari Hongkong yang datang ke Sikakap sekali setahun,” katanya, Senin, 22 September. Setelah panen, lanjut Afrizal,

DITINGGAL - Keramba jaring apung milik nelayan Sikakap yang ditinggal pemiliknya karena tidak memiliki bibit ikan nelayan akan butuh bibit baru, untuk memesan ke Situbondo mereka memerlukan modal besar belum termasuk menanggung kerugian jika bibit tersebut mati karena diangkut menempuh perja-

Sahad Pardamaian: Banyak Bangunan di Mentawai Tak Punya IMB MUARA SIBERUT- Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sahad Pardamaian mengatakan banyak bangunan di Mentawai belum memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), hal itu disampaikannya saat menyosialisasikan prosedur tetap pelayanan dan perizinan tahun 2014 kepada warga di Kecamatan Siberut Selatan dan Sikakap. Sahad mengatakan, IMB merupakan pondasi sebelum perizinan usaha lain dikeluarkan, “ Tanpa itu izin usaha tidak bisa diterbitkan,” katanya Kamis di hadapan perwakilan warga Kecamatan Siberut Selatan, Kamis, 9 Oktober. Ia berharap, warga secepatnya mengurus IMB sebelum Perbub tentang teknis pelaksanaan Perda terkait pajak retribusi dikeluarkan Bupati, sebab jika hal itu sudah ada warga dikenakan biaya retribusi pengurusan. Menyambung kata Sahad, Kepala Subbagian Tata Usaha KP2T Mentawai, Amir Ahmari menyebutkan pungutan retribusi perizinan ada 9 macam, namun kepada pemohon itu hanya 2 yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Gangguan (HO/IG). Bicara IMB, kata Amir, berarti tempat pelaku usaha melakukan usaha, maka di dalam IMB terbagi 2 yakni bangunan tempat tinggal atau hunian dan bangunan nonhunian. Syarat pengurusan IMB berupa foto copy KTP pendiri atau pemilik bangunan, gambar bangunan sesuai dengan ukuran sebenarnya. “Karena biaya retribusi yang dipungut sesuai tergantung besar kecilnya bagunan,” jelasnya. Dalam acara yang sama di Kecamatan Sikakap, Camat Sikakap, Happy Nurdiana menyampaikan setiap usaha atau kegiatan yang dilakukan warga harus memiliki dokumen izin yang lengkap agar usaha berjalan tenang dan aman. Happy menyebutkan, warga yang ingin mengurus izin usaha dapat mengambil blanko di kantor camat asalkan syarat dan administrasinya lengkap. “Surat izin yang bisa diurus di kantor camat berupa izin mendirikan bangunan (IMB), Surat izin Usaha Perdagangan ( SIUP ) dan ijin lainnya,” ujarnya, Rabu, 17 September. (ss/spr/g)

lanan yang jauh. “Padahal harapan kita dengan adanya bangsal benih ikan (hatchery) di Desa Sikakap dapat menghasilkan bibit ikan kerapu, sudah lama hatchery ada di Desa Sikakap tapi tidak ada bibit ikan kerapu yang dihasilkannya,” keluhnya

kepada Camat Sikakap, Happy Nurdiana. Mendengar keluhan tersebut, Happy Nurdiana menyampaikan keprihatinannya, ia berjanji masalah ini akan dibahas dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kepu-

lauan Mentawai agar hatchery yang ada di Sikakap memproduksi bibit kerapu. “Jika bangsal benih ikan telah menghasilkan bibit kerapu tentu nelayan keramba jaring apung yang ada sekarang tidak akan kesusahan lagi untuk membeli bibit setelah mereka panen,” jelasnya. Selain itu, pihaknya bekerjasama dengan pemerintah desa Sikakap akan mendata ulang jumlah nelayan keramba apung, baik yang masih beroperasi maupun yang tutup. Kepada mereka nantinya diarahkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah baik dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Propinsi, maupun Pemerintah Pusat, “Bantuan hanya satu kali dan selanjutkan masyarakatlah yang mengelolanya lagi, jangan terus berharap bantuan dari pemerintah,” katanya. Sementara Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kecamatan Sikakap, Deddy Saputra menyampaikan, jika nanti diberikan bantuan, nelayan tangkap dan nelayan keramba jaring apung akan dipisahkan kelompoknya. “Nelayan tangkap tidak boleh masuk menjadi nelayan jaring apung, begitu sebaliknya,” ujarnya. (g)

BBM Mahal, ‘Pengusaha Sagu’ Muntei Bangkrut MUNTEI-Jakarias Sakaliou (42), pengusaha sagu yang sehari-harinya bekerja membuat sagu dengan mesin penggiling diesel terpaksa menutup usahanya pada tahun ini karena tidak sanggup membeli solar yang mahal. Menurut kalkulasi Jakarias, tiap 1 tual (potong) sagu berukuran 1 meter menghabiskan 1 liter solar yang kini berharga Rp11 ribu per liter. Dalam 1 tual menghasilkan tepung sagu sebanyak 20 kilogram sementara harga sagu Rp2 ribu per kilogram. “Berarti hasil dari 1 potong sagu hanya Rp9 ribu, sementara dalam proses pembuatannya tidaklah gampang, apalagi sekarang sagunya sudah jauh, tentunya memerlukan minyak pompong lagi untuk transportasi untuk mengambil sagu,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 6 Oktober. Ia menuturkan, tahun lalu harga solar hanya Rp8 ribu dan pohon sagu yang akan ditebang masih dekat sehingga tak butuh biaya besar menjemput sagu. Ia mengaku seminggu meraup keuntungan Rp500 ribu. “Kalau sekarang kondisi harga minyak, bukan hasil yang didapatkan malah tekor, karena kalau saya naikkan harga sagu tidak ada yang

mau membeli, saya pernah menaikan harga sagu, tidak ada warga yang mau membeli, mereka memilih membuat sagu sendiri di rumah,” ujarnya. Jakarias menyebutkan, ia berhenti beroperasi sejak 4 bulan lalu atau Juni 2014 dan beralih bekerja sebagai buruh di proyek dan tukang angkat

pasir. “Pokoknya pekerjaan apa saja yang jelas menghasilkan uang karena banyak kebutuhan seperti biaya anak sekolah dan beli makanan,” katanya. Ia berharap harga BBM distabilkan agar usaha rumah tangga skala kecil yang membutuhkan minyak bertahan. (ss/g) FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

OLAH SAGU - Seorang ibu di Desa Muntei, Siberut Selatan mengolah sagu. Usaha rumah tangga ini sebagian besar bangkrut akibat kemahalan harga BBM


23

Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

U

pacara atau pesta Adat di Mentawai sangat banyak sekali, namun ada beberapa pesta adat yang luput dari perhatian generasi muda Mentawai. Salah satu contohnya adalah punen labak. Pesta adat ini akan dilaksanakan ketika benda-benda logam seperti ngong, dan benda-benda besi, seperti koalik, pariok, tegge, sikappak dibeli dengan cara barter kepada pedagang dan dibawa ke dalam uma. Ketika tidak dilaksanakan punen labak, maka akan terjadi malapetaka bagi si pemiliknya. Kalau dalam bentuk mas kawin pihak laki-laki yang akan memberikan mas kawin kepada pihak perempuan, ketika belum dipestakan maka pihak perempuan akan menolak mas kawin tersebut karena takut roh jahat masih ada pada benda mas kawin itu. Pada suku Mentawai, mas kawin itu berupa benda-benda seperti kuali, periuk, parang, kampak, kain, tanaman dan ternak. Makanya setiap benda yang bermanfaat bagi kehidupan orang Mentawai akan dilakukan pesta adat agar hubungan antara benda-benda tersebut dengan uma tetap harmonis. Dalam pelaksanaan pesta adat tata cara ritual sangat sulit sekali karena penuh dengan pantanganpantangan untuk menjaga diri agar tidak tercemar jiwa dan raga dari roh jahat. Setiap pantangan yang dilakukan, jiwa semakin bersih dari segala hal-hal yang tidak baik. Makanya setiap dilakukan pesta atau ritual yang diutamakan adalah kebersihan jiwa dalam melaksanakan ritual. Punen labak ini dikenal di Sarereiket, Kecamatan Siberut Selatan. Jika diartikan secara harafiah ke dalam bahasa Indonesia punen adalah “pesta” sedangkan labak adalah”besi” yang berarti “pesta besi”. Tapi makna yang terkandung sebenarnya adalah upacara ritual untuk menciptakan keharmonisan antara manusia dengan benda-benda yang bermanfaat bagi kehidupan secara turun temurun. Menurut kepercayaan arat sabulungan (kepercayaan asli Mentawai) setiap benda memiliki roh. Roh ini akan menjadi sebuah kekuatan yaitu kekuatan jahat (bajou simakatai) dan kekuatan yang baik (bajou simaeruk). Sifat kedua roh ini mempengaruhi dan menghuni jiwa manusia. Oleh karena itu setiap benda-benda baru yang masuk ke dalam uma harus dilakukan pesta ritual agar kekuatan jahat pergi jauh atau hilang dan kekuatan yang baik pada bendabenda baru tersebut dapat menyatu dengan jiwa setiap anggota di dalam

Upacara Adat Mentawai Punen Labak oleh: Laurensius

(Naskah ini merupakan pemenang pertama kategori umum Lomba Penulisan Budaya Yayasan Citra Mandiri Mentawai )

uma sehingga dalam pemakaiannya tidak terjadi malapetaka. Jika tidak dilakukan pesta dan ritual, setiap anggota uma akan mengalami sakit selama pemakaian fasilitas baru yang terbuat dari besi tersebut dan bisa meninggal dunia. Dahulu orang Mentawai sangat sulit mendapatkan benda-benda besi seperti kuali, periuk, parang, kampak dan lain-lain. Bagi orang Mentawai benda-benda yang seperti itu memiliki nilai yang sangat tinggi sehingga merupakan suatu kekayaan yang luar biasa. Uma yang pemiliknya banyak memiliki benda besi dianggap sebagai uma yang kaya. Pada dasarnya orang Mentawai tidak pernah mengenal benda besi. Mereka mulai mengenal kuali, periuk, parang, kain, minyak tanah, korek api dan kampak karena dibawa oleh para pedagang Minangkabau. Dari pedagang inilah orang Mentawai mendapatkan benda-benda besi dengan cara barter. Pedagang dahulu suka membarter barang dagangan dengan hasil hutan Mentawai, seperti rotan, manau, minyak kruing, keladi, pisang, sagu, madu dan damar. Cara yang dilakukan untuk mendapatkan benda-benda logam dan besi adalah membarter hasil hutan dengan pedagang. Pada

awalnya mereka pergi ke tempat pedagang untuk menanyakan apa saja yang bisa ditukar dengan dagangan si pedagang. Jika si pedagang menyatakan rotan dan berapa panjang serta jumlahnya untuk ditukar dengan satu buah kuali, maka mereka kembali ke kampung atau di uma akan dilakukan musyawarah untuk memutuskan mencari rotan selama satu minggu secara bersama. Panjang rotan yang diambil 4,5 m dan jumlah rotan sebanyak 100 batang dibarter dengan satu buah kuali. Sedangkan untuk membarter parang, periuk dan kain jumlah rotan 50 batang. Jika si pedagang ingin membarter dagangannya dengan isi sagu, maka sagu harus diolah menjadi isi sagu dan dimasukkan ke dalam kotak sagu yang terbuat dari daun sagu yang dirajut dan berbentuk bulat, panjangnya lebih kurang 1 (satu) meter. Setelah rotan terkumpul di uma, penghuni uma secara bersama-sama pergi ke pedagang untuk menjual rotan (barter) dan mengambil kuali, parang, kain, periuk, korek api, garam, rokok dan kampak. Para pedagang biasanya bermukim di muara sungai. Jadi orang Mentawai biasa menyebut tempat pedagang adalah kamonga. Kira-kira lima hari di muara baru kembali lagi ke

kampung dengan membawa kuali, parang, periuk dan kampak. Sampai di uma dilakukan lagi musyawarah untuk mempersiapkan punen labak. Setelah diputuskan hasil musyawarah dimulai kegiatan mempersiapkan komsumsi punen, seperti keladi, sagu, pisang dan ikan selama dua minggu persiapannya. Kemudian baru dimulai upacara adat. Dalam upacara ini sikautet uma mencari daun-daun untuk digunakan dalam punen labak. Daun-daunan yang digunakan dalam punen labak ini adalah; aileleppet, mumunen, buah simakkainauk dan katcaila. Ketika upacara dimulai semua benda-benda besi akan dikeluarkan dan dikumpulkan di ruangan tengah uma. Saat itu sikautet uma akan mendekati benda-benda tersebut dengan daun aileleppet dan mumunen di tangan dan menyentuh kuali, periuk, kampak dan parang sambil mengucapkan sumpah. Adapun sumpah yang diucapkan sikautet uma adalah “Aileleppet, kuake’manainu kina kalik, aileleppet, mumunen, kalik mai le maleppet tubu kuumunkai kuala’ kai alei nu minca. Aileleppet,kuake’manainu kina pariok,aileleppet, mumunen, pariok mai le maleppet tubu kuumunkai kuala’ kai alei nu minca. Aileleppet,kuake’manainu kina tegge, sikappak aileleppet, mumunen, tegge samba sikappak mai le maleppet tubu kuumunkai kuala’ kai alei nu minca” (daun aileleppet disumpah agar menjadi penyejuk sesuai sifat aileleppet. Setiap benda yang dipakai akan muncul aura kesejukan. Maka si pemakai merasa bangga memakainya dengan disumpahkan daun mumunen). Setelah itu sikautet uma meletakkan daun aileleppet di atas benda-benda tersebut dan juga kepada pemiliknya. Menurut kepercayaan orang Mentawai bahwa daun aileleppet merupakan simbol kesejukan, ketentraman dan keamanan dari roh jahat. dan daun mumunen melambangkan suatu kebanggaan tetapi sifatnya rendah hati. Kemudian sikautet uma mengambil bunga simakkainauk dan sambil mendekati benda-benda besi tersebut mengucapkan sumpah. “Simakainauk, neneneinu kina kalik, buat simakkainauk, simanene, kalik mai le manene tubu, kai le manene tubu”.”Simakainauk, neneneinu kina pariok, tegge, sikappak, buat ke halaman 4

Suara Daun Gerson Merari Saleleubaja

Huntap Belum Selesai

T

anggal 25 Oktober 2010 merupakan hari yang tak bisa dilupakan warga di Kabupaten Kepulauan Mentawai karena saat itu ratusan nyawa hilang direnggut tsunami. Keceriaan berubah duka dalam seketika saat anggota keluarga yang dicintai pergi untuk selamanya berikut harta benda yang dimiliki. Sebanyak 2.072 kepala keluarga di Pagai Utara Selatan dan Sipora terpaksa mengungsi meninggalkan kampung halamannya untuk bertahan hidup. Kepada mereka pemerintah menjanjikan pembangunan hunian tetap (huntap) di daerah relokasi di tengah-tengah bukit tempat mereka bermukim saat ini. Tapi sayang janji baru terealisasi empat tahun kemudian. Kini masyarakat tengah berjibaku menyelesaikan rumah mereka di lokasi baru. Meski Presiden SBY telah menginstruksikan batas penyelesaian huntap Mentawai pada 10 Oktober ini menjelang berakhirnya masa jabatannya sebagai kepala negara namun program rehabilitasi dan rekonstruksi ini belum selesai. Banyak persoalan yang terjadi ketika pembangunan itu dimulai, birokrasi yang berbelit membuat penyediaan kayu bahan huntap tersendat begitu juga lokasi pembangunannya. Kayu yang semula disediakan warga korban bencana dengan tujuan mempercepat pembangunan meski harus menghutang, tak diperbolehkan dipakai oleh pemerintah dengan alasan tidak memiliki legalitas. Namun apa yang terjadi kemudian sudah bisa ditebak, penyelesaian huntap kembali terlambat, harapan yang sempat bersemi kembali memudar, begitu juga tingkat kejenuhan yang kemudian tumpah berubah perlawanan kepada BPBD Provinsi Sumbar untuk memperbolehkan penggunaan kayu warga pada 3 September 2014 lalu di Sikakap. Entah memang sudah tak memiliki daya, akhirnya pemerintah merestui kayu yang semula ilegal menjadi legal dengan beberapa persyaratan. Kenapa hal itu tidak dilakukan dari semula agar korban tidak menanggung penderitaan yang lama? z


Potret

Puailiggoubat NO. 298, 15 - 31 Oktober 2014

Korban tsunami memasang rangka untuk membangun huntap di Pagai Utara

L

24

Ibu -ibu korban tsunami di Dusun Muntei, Desa Betumonga, Pagai utara membawa tanah timbunan untuk membangun huntap

Bangkit

mpat tahun lalu, tepatnya 25 Oktober 2010, tsunami meluluhlantakkan Kabupaten Kepulauan Mentawai Mentawai. Ratusan nyawa melayang dan ribuan penduduk mengungsi karena kehilangan tempat tinggal. Kini, mereka mulai bangkit dari keterpurukan dan duka yang mendalam. Bersama pemerintah, mereka membangun hunian tetap yang sebagian sudah siap ditempati. Sebagian di antara mereka mulai membuka usaha seperti bertani hingga berdagang. Raut wajah yang dulunya murung kembali berseri, semangat yang dulu pudar kini mulai membara. Marsinondang, salah seorang korban tsunami di KM 10 Dusun Barubaru, Desa Betumonga Pagai utara yang bangkit dari bencana dengan berjualan

Korban tsunami mengetam kayu untuk bahan huntap di Pagai Utara

Teks: Gerson Merari Saleleubaja Foto: Bambang, Supri

Murid SDN 33 Betumonga di KM 10 Dusun Baru - baru kembali ceria saat bersekolah

Aktivitas rutin pengungsi di Desa Bosua Kecamatan Sipora Selatan Korban tsunami membangun sarana MCK di rumahnya

Puskesmas Pembantu di kilometer 8 Desa Muntei, Desa Kebun sawi milik pengungsi di kilometer 10 Dusun Baru-Baru, Korban tsunami di Dusun Muntei membuat usaha kerupuk singkong sebagai mata pencarian Betumonga, Pagai Utara Desa Betumonga, Pagai Utara


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.