2 minute read
Tepis Tuntutan, Putri Minta Dibebaskan
Presiden Joko Widodo, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo dan istri, serta seluruh masyarakat Indonesia. Dia memohon kepada majelis hakim untuk melihat fakta secara jernih agar dirinya bisa kembali berkumpul bersama anakanaknya.
Di tempat yang sama, Arman Hanis sebagai penasihat hukum Putri menyatakan bahwa kliennya harus dibebaskan dari segala dakwaan dan tuntutan. ”Menyatakan terdakwa Putri Candrawathi tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana atau tindak pidana pembunuhan secara bersama-sama,” beber dia. Menurut Arman dan timnya, Putri tidak melanggar pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
adalah bahkan kami anggap anak,” beber dia.
Peristiwa yang disebut oleh Putri sebagai tindak pelecehan seksual itu membuat dirinya trauma mendalam. Dia mengaku takut dan malu. Hingga dia menceritakan peristiwa itu kepada Sambo. ”Saya hancur dan malu sekali saat harus menceritakan kejadian kelam tersebut,” ujarnya. Secara tegas Putri menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak tahu peristiwa penembakan Yosua. Sebab, dia tengah beristirahat di dalam kamar ketika peristiwa itu terjadi.
Bukan hanya menyatakan bahwa dirinya adalah korban tindak kekerasan seksual, Putri tegas menyatakan dia tidak pernah menginginkan, menghendaki, merencanakan, atau melakukan perbuatan bersamasama untuk menghilangkan nyawa Yosua. ”Saya sepenuhnya tidak mengetahui suami saya akan datang ke Duren Tiga 46, lokasi dimana saya sedang beristirahat melakukan isolasi dan menunggu hasil tes PCR,” bebernya.
Lebih lanjut, Putri menyatakan, dia tidak tahu-menahu peristiwa penembakan Yosua dan menolak disebut berganti pakaian menggunakan pakaian seksi oleh jaksa. Dia pun menepis tuntutan jaksa yang menyebut bahwa dirinya telah berselingkuh dengan Yosua. Menurut dia, tuntutan itu adalah fitnah. Pun demikian dengan informasi yang menyatakan bahwa dirinya telah berselingkuh dengan mantan anak buahnya di rumah, Kuat Ma'ruf.
Sebelum menyudahi nota pembelaannya kemarin, Putri kembali menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga besar Yosua, kepada Eliezer dan keluarga, Ricky Rizal Wibowo dan keluarga, Kuat dan keluarga, para personel Polri,
Tidak hanya itu, Putri juga dinilai oleh penasihat hukumnya tidak melanggar pasal 338 KUHP. Karena itu, pihaknya meminta Putri dibebaskan dari segala dakwaan dan tuntutan. ”Membebaskan terdakwa Putri Candrawathi dari segala dakwaan atau setidak-tidaknya dinyatakan lepas dari segala tuntutan,” imbuhnya. Bahkan, Arman turut memohon supaya majelis hakim mengeluarkan kliennya dari dalam tahanan Rutan Kejagung.
Di hari yang sama, Eliezer membacakan nota pembelaannya. Dia memulai pledoinya dengan memohon maaf kepada keluarga Yosua dan keluarganya. Menurut dia, peristiwa yang terjadi di Komplek Polri Duren Tiga Juli tahun lalu telah membuat orang tuanya susah. Bahkan ayahnya sampai kehilangan pekerjaan. Kepada majelis hakim, pria yang juga dikenal dengan panggilan Bharada E itu menyatakan bahwa menjadi personel Polri dan masuk Korps Brimob adalah impian. Untuk sampai posisi itu, lanjut Eliezer, dia harus bersusah payah. Karena itu, ketika diterima masuk Polri dan menjadi bagian keluarga besar Korps Brimob, dia dan keluarga sangat bangga. Apalagi setelah dia mendapat kepercayaan untuk bekerja langsung di bawah Sambo, seorang perwira tinggi bintang dua. Namun rasa bangga itu hancur setelah peristiwa 8 Juli lalu terjadi.
”Ternyata saya diperalat, dibohongi, dan disia-siakan,” sesalnya.
Sebagai seorang personel Polri berpangkat bharada, Eliezer menyatakan bahwa dirinya harus mematuhi setiap perkataan dan perintah pimpinan. Terlebih sebagai bagian dari Korps Brimob, dirinya sudah dididik untuk taat dan patuh pada atasan.
”Tidak mempertanyakan perintah atasan saya. Apabila ada yang menganggap ketaatan dan kepatuhan saya membabi buta, maka hari ini saya menyerahkan kepada kebi- jaksanaan majelis hakim,” bebernya.
Tuntutan 12 tahun penjara yang telah dibacakan oleh jaksa dirasa berat oleh Yosua. Sebab, meski sempat tidak menyampaikan peristiwa yang sebenarnya, dia akhirnya memilih jalan untuk jujur dan membongkar seluruh peristiwa 8 Juli lalu. ”Saya akan tetap berkeyakinan bahwa kepatuhan, kejujuran adalah segala-galanya dan keadilan nyata bagi yang mencarinya,” ungkap Eliezer. Dia memohon agar majelis hakim memberikan putusan yang seadil-adilnya. (syn/)