Juwana Project :: 17 februari 2011

Page 1

Peran Desain Komunikasi Visual dalam Pengembangan Wilayah Pengabdian kepada Masyarakat di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati - Jawa Tengah

Arief Adityawan S Enrico Halim Leonard Pratama Ruby Chrissandy

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DAN VENTURA UNIVERSITAS TARUMANAGARA Februari 2011


Peran Desain Komunikasi Visual dalam Pengembangan Wilayah Pengabdian kepada Masyarakat di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati - Jawa Tengah

Program ini dapat terlaksana dengan baik atas kerja sama: Aikon Media Publik Komunikasi Peduli Alam Indonesia LPKMV Universitas Tarumanagara

2011


Daftar Isi

Daftar isi

1

Kata Pengantar

2

Ucapan Terima Kasih

3

1.

Pendahuluan

4

2.

Perumusan Masalah

5

3.

Tujuan Kegiatan

5

4.

Manfaat Kegiatan

5

5.

Hasil Temuan

5

Topografi

6

Pemerintahan Desa/ Kelurahan

6

Sarana Kapal/ Perahu

7

Prasarana/ Sarana Pengangkutan dan Komunikasi

7

Sarana Perekonomian

8

Jumlah Perusahaan/ Usaha/ Industri

8

Sarana Sosial-Budaya

9

Kependudukan

11

5.9.Transportas

12

6. Pemetaan Potensi Wilayah

14

6.1. Usaha Pangan

15

6.1.1. Terasi Rumahan

15

6.1.2. Ikan Pindang

16

6.1.3. Bandeng Juwana Samaria

17

6.2. Usaha Kerajinan

18

6.2.1. Batik Tulis Bakaran

18

6.2.2. Kerajinan Tradisional Kuningan

20

6.3. Wisata Bahari

21

6.3.1. Pelabuhan Perikanan Pantai Juwana

21

6.3.2. Bakulan Tempat Pelelangan Ikan Juwana

24

6.3.3. Galangan Kapal Tradisional

25

6.4. Wisata Sejarah

26

6.4.1. Percetakan Bapak Njoo Kie Hauw

26

6.4.2. Laboratorium Dibyo Color Photo

27

6.4.3. Stasiun Tua Juwana

28

6.4.4. Kantor Polisi Sektor Juwana

30

6.4.5. Alun-alun Kecamatan Juwana

31

6.5. Rumah Ibadah

33

3


6.5.1. Klenteng

33

a. Klenteng Tjoe Tik Bio

33

b. Klenteng Hok King Bio

33

6.5.2. Mesjid Raya Juwana

34

6.5.3. Gua Maria Ratu Rosari Juwana

34

6.5.4. Gereja Katolik St Maria La Salette

35

6.5.5. Gereja Kristen Isa Almasih

36

6.5.6. Vihara Vidyaloka Pakuwon

36

6.6. Sektor Informal

36

6.6.1. Zawakit : Pemandu wisata Juwana

36

6.6.2. Ibu Mien: Penjual Nasi Gandul khas Pati

38

6.6.3. Ibu Sundari: Penjual Jagung Bakar/Rebus Alun-alun

38

6.7. Toko Oleh-oleh

39

6.7.1. Toko Oleh-oleh Santoso

39

6.7.2. Toko Batik dan Cindera-mata Slamet

40

6.7.3. Toko Oleh-oleh Aneka

40

6.8. Pendidikan dan Kebudayaan

41

6.8.1. Sekolah Dasar Yayasan Rajawali

41

6.8.2. Sekolah Dasar Negeri Karang Rejo 01

42

6.8.3. Taman Budaya

42

6.8.4. Kesenian Tradisional Laesan

43

6.8.5. Kesenian Tradisional Ketoprak

43

6.8.6. Kesenian Tradisional Kenthrung

43

6.8.7. Sedekah Laut

43

7. Kesimpulan

44

8. Rekomendasi

45

8.1. Tujuan

45

8.2. Kegiatan dan Rancangan

45

8.2.1. Pendidikan dan Budaya

47

8.2.2. Sosial- Ekonomi

47

8.2.3. Fasilitas Umum

47

8.2.4. Sistem informasi

47

8.2.5. Pencitraan kota (city branding)

48

8.3. Kerja Sama

48

9. Jadwal Kegiatan

48

10. Tahapan Kerja

49

Daftar Pustaka

50

Lampiran 1: Daftar Fotografer

51

4


Kata Pengantar Mengapa Juwana? Banyak orang yang bertanya kepada kami tentang alasan pemilihan lokasi pengabdian masyarakat di sebuah kota kecamatan (dulu kawedanan) Juwana, yang menjadi bagian dari kabupaten Pati, di Jawa Tengah. Sesungguhnya pemilihan lokasi pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan tidak sengaja ketika berkunjung ke rumah

salah-seorang rekan kami, Leonard

Pratama, yang tinggal di Juwana. Dari kunjungan tersebut Enrico Halim mengajukan ide kepada beberapa staf pengajar Desain Komunikasi Visual (DKV) Untar, untuk menciptakan karya desain grafis pada ruang publik di kecamatan Juwana. Kemudian kami menyusun sebuah proposal pengabdian masyarakat yang diajukan dan disetujui oleh Ir. Basuki Anondho, MT, ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat dan Ventura (LPKMV) Untar. Judul pertama dari proposal pada saat itu adalah “Peran Desain Komunikasi Visual dalam Pengembangan Citra Visual Kota (City Branding) Juwana�. Dengan berjalannya waktu ada tiga hal menarik yang kami pelajari. Pertama pemilihan Juwana sebagai lokasi pengabdian masyarakat memang bukan sebuah kesengajaan. Namun melihat letaknya sangat strategis, di tengah-tengah jalan raya Pantai Utara (Pantura) pulau Jawa, maka Juwana memiliki arti tersendiri dalam perekonomian pulau Jawa. Demikian pula dari sisi historis, Juwana bersama Pekalongan, Semarang, Rembang dan Lasem menjadi rangkaian wilayah di pantai Utara Jawa Tengah yang menjadi salah satu pengembangan budaya Tionghoa pada masa lalu. Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan bagi Untar untuk terus mengembangkan kajian-kajian penelitian sekaligus pengabdian masyarakat secara terpadu berbasis jalur Pantai Utara pulau Jawa. Hal ini menjadi signifikan apabila Untar ingin mendalami lebih jauh tentang akar-budaya Tionghoa di Nusantara, serta terjadinya gelombang akulturasi atau percampuran budaya Tionghoa dengan budaya Jawa. Kedua, menyikapi Juwana sebagai sebuah studi awal, atau proyek percontohan diharapkan juga dapat menghasilkan sebuah modul pengembangan wilayah atau revitalisasi wilayah dengan menggunakan desain sebagai sebuah pemecahan masalah. Artinya modul desain ini diharapkan dapat menjadi panduan untuk kasus serupa. Mengingat kompleksitas permasalahan maka upaya merancang modul pengembangan atau revitalisasi wilayah ini tentunya membutuhkan kerja sama lintas-disiplin yang mencakup seluruh fakultas/program studi di Untar, sekaligus berbagai lembaga lain di luar Untar. Ketiga, pada awal pengajuan proposal pengabdian masyarakat ini kami

menggunakan istilah city

branding. Namun setelah mempelajarai kondisi kecamatan Juwana, kami menyadari bahwa penggunaan istilah 'branding', walau tidak salah namun dirasakan kurang tepat. Dalam pengembangan wilayah seperti Juwana, city branding nampak menjadi salah satu tahapan saja, setelah upaya pemberdayaan dan penguatan di berbagai sektor di sebuah wilayah dilakukan. Pengembangan dan pendampingan di tahap awal inilah yang nampaknya lebih krusial, bersifat lintas disiplin, dan meluas. Itu sebabnya istilah 'city branding' kami tinggalkan sebagai judul, dan menggantinya dengan istilah yang lebih mewakili berbagai kerja yang perlu dilakukan, yaitu 'pengembangan wilayah'. Adapun city branding dimaknai sebagai salah-satu bagian saja dari tahapan kerja keseluruhan.

5


Sebagai sebuah pengabdian masyarakat, pengembangan sebuah wilayah yang 'hanya' seluas kecamatan, ternyata tidaklah sederhana dan jauh dari mudah. Oleh karenanya dengan segala keterbatasan yang kami miliki, kami berharap sebuah kerja pengembangan wilayah seperti ini dapat dilakukan sebagai sebuah kerja bersama dari berbagai pihak dan berbagai disiplin ilmu.

Jakarta, 24 Februari 2011 Tim Juwana Project

6


Ucapan Terimakasih Kami ingin ucapkan terima kasih atas kepercayaan, serta dukungan moril maupun material, yang telah diberikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat dan Ventura Universitas Tarumanagara (LPKMV Untar) pimpinan Ir. Basuki Anondho, MT., sehingga kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat selesai dengan baik. Kami juga harus berterima kasih pada kawan-kawan tim LPKMV Untar, Meiske Y. Suparman, Yusi Yusianto, Muhammad Nisfiannoor, yang dengan hangat dan tanpa bosan menjadi kawan diskusi. Demikian pula untuk kawan-kawan B. Irwan Wipranata dan Sunaryo Leman. Ucapan terima kasih tak terhingga harus kami haturkan atas segala kebaikan keluarga pasangan bapak Sindu Ruanda (Tan Swie Hong) dan ibu Christinawati Soedibyo (The Tiong Ho). Keduanya dengan segala keramahan membantu tim pengabdian masyarakat FSRD Untar selama tingggal dan bekerja di Juwana. Demikian pula untuk kebaikan bapak Njoo Kie Hauw dan isteri, yang memberikan banyak informasi serta masukan kepada tim. Kami juga dapat banyak bantuan dari kawan kami mas Zawakit yang bersusah-payah mengantar dan memberikan banyak masukan tentang Juwana. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih atas masukan dari bapak Anton Saputra yang telah berupaya hadir memberikan pandangan dan pengalamannya tentang Juwana. Terima kasih juga untuk mbak Mien di alun-alun Juwana, yang dengan nasi Gandul serta berbagai informasinya memberi enerji ekstra bagi tim. Tentunya juga terima kasih kami berikan kepada seluruh narasumber kami yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu. Kami juga berterima kasih pada kawan kami Aulia Wijiasih dari Komunikasi Peduli Alam Indonesia (KPAI), yang mau menemani kami, dan tanpa lelah memberi banyak masukan bagi kawan-kawan guru SD dan SMP di Juwana. Kepada ibu Ria Halim yang memberikan kami semangat sejak awal diskusi Obrolan Hasil Jalan-jalan (Ohaje) Juwana berlangsung, kami ucapkan pula terima kasih. Terakhir tentunya tak dapat dilupakan kawan-kawan di FSRD Untar Nashir Setiawan, Juli Asmanto, dan Julius A. Nugroho serta Eddy Chandra. Juga terima kasih kepada kawan diskusi kami Kurnia Setiawan, Noeratri Andanwerti, Enny Raraswati, dan Tri Hadi Wahyudi. Juga untuk Caroline F. Soenarko yang penuh semangat menjelajah Juwana untuk mendatangkan 'wisatawan grafis'. Demikian pula untuk kawan-kawan DKV Unika Soegiyapranata yang telah berkunjung. Terakhir, tentu saja tak mungkin kami lupakan, kawan-kawan Studio Seni Rupa FSRD Untar Yassir R. Malik, dan Guntur Angkat, Agus Danarto, dan Toto M. Mukmin. Kerja kami tentu saja belum selesai. Segala Puji bagi Tuhan yang Maha Besar, yang memberi kami tenaga dan semangat untuk terus bekerja. Dengan izin Nya kami berharap setelah tahap awal dari pengabdian masyarakat ini selesai, dengan segala kekurangan dan kelebihan kami, kerja di Juwana akan terus berlangsung hingga selesai dengan baik.

7


Peran Desain Komunikasi Visual dalam Pengembangan Wilayah Pengabdian Masyarakat di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati - Jawa Tengah

1. PENDAHULUAN Dalam rangka pengabdian masyarakat Universitas Tarumanagara, tim dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) bermaksud mendukung pertumbuhan wilayah Kecamatan Juwana di Kabupaten Pati – Jawa Tengah. Berangkat dari bidang profesi dan bidang keilmuan tersebut maka dalam program pengabdian masyarakat ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang mengaplikasikan berbagai prinsip DKV di masyarakat. Dalam program pengabdian masyarakat ini dipilih lokasi di kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah. Untuk itu tahap pertama yang harus dilakukan lebih dulu adalah melakukan observasi dan pemetaan potensi wilayah Kecamatan Juwana. Juwana adalah kota kecamatan yang dilintasi oleh jalan raya Pantai Utara (Pantura) yang melintas dari Anyer hingga Panarukan. Jalan yang dahulunya adalah jalur pos di pantai utara pulau Jawa yang sangat terkenal, dibangun oleh Gubernur Jendral Daendels, dan mulai dapat digunakan sejak 1809. Di daerah Jawa Tengah, Jalur Pantura itu melintasi Semarang, Demak, Kudus, kemudian memasuki wilayah Kabupaten Pati, terutama Kecamatan Juwana. Di Juwana terdapat sebuah alun-alun kecamatan kecil dengan sebuah bangunan tua – yang ternyata dahulu adalah sebuah tandon air besar – di tengahnya. Dari kecamatan Juwana, lalu memasuki Rembang dan kemudian Kecamatan Lasem. Juwana merupakan salah satu saja dari 21 buah Kecamatan di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Juwana disebut memiliki potensi pariwisata tinggi mengingat keberadaannya tepat dilintasan jalur Pantai Utara yang sangat terkenal dan bersejarah sebagai jalan Anyer-Panarukan yang dibangun sejak jaman kolonial dimasa Daendels. Hal ini berarti selama masa-masa menjelang Hari Raya Idul Fitri dan hari besar lainnya, daerah ini memiliki arus kepadatan lalu-lintas yang tinggi, yang mana juga berarti sebuah peluang pariwisata dan sebagainya. Dengan kata lain daerah Juwana terletak di jalur yang aktif dalam pola pergerakan sosial. Sayangnya potensi-pontensi yang terdapat dalam kecamatan Juwana khususnya dan Kabupaten Pati pada umumnya belum dapat dioptimalkan. Oleh karena itu berangkat dari kepedulian dan keahlian desain grafis yang ada maka dibuatlah program pengabdian masyarakat di kecamatan Juwana.

Juwana pada dasarnya adalah sebuah fenomena umum di seluruh Indonesia, yaitu wilayah di pinggiran atau di luar kota-kota besar yang tidak banyak mendapatkan perhatian pemerintah pusat, sehingga program pembangunan tidak berjalan merata. Tidak adanya perhatian pemerintah dalam bentuk program pengembangan yang nyata, menyebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Kalaupun ada program-program pembangunan yang mampu menyerap lapangan kerja, namun pertumbuhan lapangan kerja ini seringkali tidak sanggup mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk. Akibatnya, sebagaimana seringkali terjadi di berbagai daerah di Indonesia, terjadilah urbanisasi penduduk desa usia muda ke kota-kota besar. Untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan

8


semangat kemandirian dari warga di seluruh pelosok daerah. Dengan cara ini maka program pemberdayaan akan dapat menghidupkan wilayah-wilayah tertinggal di seluruh Indonesia. Dalam konteks tersebut sebuah pengabdian masyarakat dari sebuah lembaga pendidikan tinggi di negeri ini dapat mengambil peranannya. Sebagai sebuah pusat berbagai keahlian dan ilmu pengetahuan (center of excellence) dengan prinsip dasar Tridharma, maka sebuah perguruan tinggi dapat berperan secara nyata dalam berbagai sektor masyarakat. Tahap mendasar yang harus dilakukan dalam sebuah proses pengembangan masyarakat adalah tahap pengamatan/ observasi untuk mengenali secara mendalam konteks ekonomi, sosial dan budaya dari suatu wilayah. Hal ini menjadi sangat penting tidak saja untuk mendapat keakuratan data keras, namun juga untuk dapat memahami sistem nilai-budaya dan pandangan hidup

yang melatarbelakangi

ungkapan-ungkapan fisik yang terlihat di permukaan. Dengan memahami ini, sebuah perubahan dapat diharapkan berkembang dari dalam masyarakat itu sendiri. 2. PERUMUSAN MASALAH Bagaimana memahami potensi dan kelemahan dari kecamatan Juwana, sebagai prasyarat untuk mengembangkan Juwana sebagai daerah tujuan wisata, pengembangan usaha, maupun tempat tinggal. Untuk itu, tahap pertama adalah melakukan pemetaan potensi daerah Juwana dan mempresentasikannya dalam sebuah media, sebagai acuan kerja dalam pengabdian masyarakat mendatang. 3. TUJUAN KEGIATAN 1. Mendapatkan gambaran mengenai berbagai kelebihan dan kelemahan serta potensi wilayah kecamatan Juwana 2. Mendokumentasikan berbagai data temuan terkait potensi-pontensi Juwana 3. Mempublikasikan berbagai data temuan tersebut sehingga dapat menjadi sumber data lebih lanjut bagi berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah. 4. MANFAAT KEGIATAN 1. Memudahkan berbagai pihak dalam mengembangkan wilayah Juwana, karena telah terdapat data lengkap 2. Memudahkan mereka yang tertarik untuk mengunjungi wilayah Kecamatan Juwana 3. Menjadi studi awal untuk berbagai upaya perancangan, baik dalam bidang desain interior, desain komunikasi visual, planologi dan arsitektur, dan sebagainya. 5. HASIL TEMUAN Data-data di bawah ini disarikan dari Formulir Isian Monografi Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, periode Juli – Desember 2010, yang ditandatangani oleh Camat Juwana, Sulispriyanto, SH. MH.

9


5.1. TOPOGRAFI Ketinggian pusat pemerintahan

:4M

Suhu Maksimum

: 34C

Suhu Minimum

: 26C

Curah Hujan −

Jumlah hari dg curah hujan terbanyak

: 28 hari

Banyak curah hujan

: 478 mm/hari

Jarak Pusat Kecamatan dengan: a. Desa/kelurahan terjauh

: 5 km

b. Ibukota Kabupaten

: 12 km

c. Ibukota Propinsi

: 87 km

d. Yogyakarta

: 150 km

Luas Daerah/Wilayah a. Tanah Sawah - Tanah tadah hujan

: 5. 407, 50 Ha : 1.567 Ha : 1.567 Ha

b. Tanah Kering - Pekarangan, Bangunan/ emplasmen : 944 Ha - Tegal/Kebun

: 377 Ha

c. Tanah Basah

: 2.408 Ha

- Tambak

: 2.408 Ha

d. Tanah keperluan Fasilitas Umum - Lapangan olah raga

: 78,8 Ha

- Kuburan

: 38.8 Ha

5.2. PEMERINTAHAN DESA/KELURAHAN a. Desa

: 29 buah

b. Lingkungan/Dusun

: 34 buah

c. Rukun Warga

: 87 buah

d. Rukun Tangga

: 355 buah

Prasarana Pemerintahan Desa a. Balai Desa/Kelurahan

: 29 buah

b. Kantor Desa/Kelurahan

: 29 buah

c. Bengkok perangkat desa −

Tanah sawah

: 811,80 Ha

Tanah kering

: 599,67 Ha

Tanah Tambak/Kolam

: 25,76 Ha

Lain-lain

:

4,77 Ha

d. Tanah kas Desa/ Areal lainnya untuk kepentingan Desa/ Kelurahan - Tanah Sawah

: 36.675 Ha

- Tanah Kering

:

- Tanah Tambak/Kolam

: 40,925 Ha

10

2.570 Ha


- Rawa dll

: ---

5.3. SARANA KAPAL/ PERAHU a. Kapal

: 82 buah

b. Perahu Motor tempel

: 521 buah

c. Perahu

: 160 buah

5.4. PRASARANA/SARANA PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Lalu lintas melalui darat di Kecamatan

: 100%

b. Lalu-lintas melalui air sungai/laut

:

c. Lalu lintas melalui darat melalui: c.1. Jalan Aspal - jalan aspal - baik

: 29.50 Km

- sedang

: 2.50 Km

- rusak

: 5 Km

c.2. Jalan diperkeras c.3. Jalan tanah d. Sarana umum yang dapat digunakan oleh penduduk Kecamatan d.1. Motor air

: 30 buah

d.2. Sepeda ojek

: ---

d.3. Delman

: 78 buah

d.4. Lain-lain

: 154 buah

e. Jenis Jalan e.1. Jalan Negara

: 10 Km

e.2. Jalan Proponsi

: 12 Km

e.3. Jalan Kabupaten Kota

: 27,248 Km

e.4. Jalan Desa

: 210 Km

5.5. SARANA PEREKONOMIAN a. Koperasi a.1. Koperasi Simpan Pinjam

: 10 buah

a.2. Koperasi Unit Desa

: 1 buah

a.3. BKK

: 2 buah

a.4. BPKD

: 2 buah

a.5. Badan-badan Kredit

: 15 buah

a.6. Koperasi Produksi

:–

a.7. Koperasi Konsumsi

: 3 buah

a.8. Koperasi lainnya

:–

11


b. Pasar b.1. Pasar Pembangunan permanen

: 2 buah

b.2. Pasar semi-permanen

: 3 buah

c. Pasar tanpa bangunan semi permanen

: 1 buah

d. Pasar Selapanan/umum d.1. Umum

: 2 buah

d.2. Ikan

: 1 buah

e. Toko/ Kios/ Warung e.1. Toko

: 268 buah

e.2. Kios

: 337 buah

e.3. Warung

: 379 buah

f. Sarana Terminal dan Telepon Umum f.1. Jumlah Stasiun Kapal udara

:–

f.2. Jumlah Stasiun Kapal laut

:–

f.3. Jumlah Stasiun Kereta api

:–

f.4. Jumlah Stasiun Bus

: 1 buah

f.5. Jumlah stasiun Oplet/ Bemo/ Taxi

: 1 buah

5.6. JUMLAH PERUSAHAAN/USAHA/INDUSTRI a. Industri a.1. Industri Besar −

Jumlah

: 6 buah

Tenaga kerja

: 602 orang

a.2. Industri Sedang −

Jumlah

: 40 buah

Tenaga kerja

: 1200 orang

a.3. Industri Kecil −

Jumlah

: 57 buah

Tenaga kerja

: 1251 buah

a.4. Industri Rumah Tangga −

Jumlah

: 49 buah

Tenaga kerja

: 517 orang

b. Perhotelan/ Losmen/ Penginapan b.1. Perhotelan/losmen −

Jumlah

: 3 buah

Tenaga kerja

: 60 orang

b.2. Rumah makan/ Warung makan −

Jumlah

: 327 buah

Tenaga kerja

: 1032 orang

b.3. Perdagangan −

Jumlah

: 717 buah

12


Tenaga kerja

: 2.290 orang

b.4. Angkutan –

Jumlah

: 69 buah

Tenaga kerja

: 214 orang

b.5. Lain-lain –

Jumlah

: 157 buah

Tenaga kerja

: 301 orang

5.7. SARANA SOSIAL-BUDAYA a. Pendidikan a.1. Sekolah Taman Kanak-kanak

: 30 buah

a.2. Sekolah Dasar −

SD Negeri

: 25 buah

SD Inpres

: 19 buah

SD MI Negeri

: ---

SD Swasta

Swasta umum

: ---

Swasta Islam

: 2 buah

Swasta Protestan

:

Swasta Katholik

: 1 buah

Swasta Hindu

:–

Swasta Budha

:–

a.3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) −

SLTP Negeri

: 4 buah

Madrasah Tsanawiyah Negeri

:

SLTP Swasta umum

: 2 buah]

SLTP Swasta Islam

SLTP Swasta Protestan

: – buah

SLTP Swasta Katholik

: 1 buah

SLTP Swasta Hindu

: – buah

SLTP Swasta Budha

: – buah

: 1 buah

a. 4. Sekolah Menengah Umum −

SMU Negeri

: 1 buah

Madrasah Aliyah Negeri

: ---

SMU Swasta Umum

: 1 buah

SMU Swasta Islam

: 1 buah

SMU Swasta Protestan

:–

SMU Swasta Katholik

:–

SMU Swasta Hindu

: --

SMU Swasta Budha

:–

13


Total SMU

: 3 buah

b. Fasilitas Kesehatan b.1. Rumah Sakit Umum Pemerintah

:–

b.2. Rumah Sakit Umum Swasta

: 1 buah

b.3. Rumah Sakit Khusus Pemerintah

:–

b.4. Rumah Sakit Khusus Swasta

:–

b.5. Rumah Sakit Bersalin

:–

b.6. Poliklinik

:–

b.7. Puskesmas

: 1buah

Dokter

: 4 orang

Perawat

: 12 orang

Bidan

: 34 orang

b.8. Puskesmas Pembantu

:–

Dokter

:–

Perawat

:–

Bidan

: 1 orang

b.9. Praktek Dokter −

Dokter Umum

: --

Dokter Penyakit dalam

: --

Dokter Anak

: 1 orang

Dokter Kandungan

: 16 orang

Dokter Kulit/Kelamin

: 3 orang

Dokter ahli lainnya

: 1 orang

TOTAL

: 22 orang

b.10. Dukun −

Dukun Khitan/Sunat

: ---

Dukun Bayi

: 37 orang

b.9. Apotik

: 7 buah

b.10. Depok Obat

: 12 buah

5.8. KEPENDUDUKAN a. Jumlah Kepala Keluarga (L + P)

: 27.053 orang

b. Jumlah Total Penduduk

: 92.340 jiwa

c. Laki-laki

: 45.852 jiwa

d. Perempuan

: 46.488 jiwa

e. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

:

e.1. Budha

: 1.446 orang

e.2. Hindu

:

14

94 orang

:


e.3. Islam

: 84.074 orang

e.4. Kepercayaan

:

e.5. Katholik

: 1.621 orang

e.6. Konghucu

:

e.7. Protestan

: 4.459 orang

646 orang ----

f. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian f.1. Petani −

Pemilik tanah

: 17.730 orang

−

Penggarap tanah

: 10.241 orang

−

Penggarap/ penyekap

: 4.117 orang

f.2. Nelayan

: 4.666 orang

f.3. Pengusaha sedang/besar

: 3.148 orang

f.4. Perajin/ Industri kecil

:

283 orang

f.5. Buruh Tani

:

287 orang

f.6. Buruh Industri

: 8.434 orang

f.7. Buruh Bangunan

: 5.543 orang

f.8. Buruh Pertambangan

:

---

f.9. Perkebunan besar/kecil

:

---

f.10. Pedagang

: 4.881 orang

f.11. Pengangkutan

: 1.275 orang

f.12. Pegawai Negeri Sipil

: 1.830 orang

f.13. Tentara Nasional Indonesia

:

351 orang

f.14. Pensiunan

:

645 orang

g. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan g.1. Belum Sekolah

: 11.623 orang

g.2. Tidak Tamat SD

: 24.008 orang

g.3. Tamat SD/ Sederajat

: 32.762 orang

g.4. Tamat SLTP/ Sederajat

: 14.168 orang

g.5. Tamat SMU

: 8.914 orang

g.6. Tamat Akademi/ Sederajat

: 8.081 orang

g.7. Tamat Perguruan Tinggi

: 1.275 orang

g.8. Buta Huruf

:

315 orang

5.9. TRANSPORTASI Jenis alat angkutan yang digunakan di Kecamatan: a. Sepeda

: 9.300 buah

b. Dokar/ Delman

:

10 buah

c. Gerobak/ Delman

:

12 buah

15


d. Becak

:

489 buah

e. Kendaraan bermotor roda tiga

:

57 buah

f. Sepeda Motor

: 1.025 buah

g. Oplet/ Mikrolet

:

----

h. Taksi

:

----

I. Mobil Dinas

:

j. Mobil Pribadi

:

----

k. Truk

:

----

l. Bus Umum

:

m. Bus Kota

:

n. Perahu Dayung/ Sampan

:

75 buah

o. Perahu Motor

:

550 buah

p. Perahu Layar

:

75 buah

q. Lain-lain

:

76 buah

16

1 buah

20 buah ----


17


6. PEMETAAN POTENSI WILAYAH Daftar Potensi Pengembangan Masyarakat dan Lokasi No

Lokasi / Peristiwa

Lokasi/Desa

Sudah Belum

Belum

diteliti

Ada

diteliti

1

Terasi Rumahan Ibu Suci

Bakaran Wetan

2

Industri Ikan Pindang Bapak Saryono

Bajomulyo

3

Bandeng Presto Juwana (Samaria dan Aneka) Kedungpancing

4

Kecap cap Gentong

5

Kerupuk Udang Juwana

6

Sirup buah Kawista (?)

7

Kerajinan Batik tulis Ibu Ngaminah

Bakaran Wetan

8

Kerajinan Kuningan

Bakaran Wetan

9

Tempat Pelelangan Ikan dan Pelabuhan

Bajomulyo

10

Galangan Kapal tradisional

Bumirejo

11

Vihara Budha

Bakaran Wetan

12

Klenteng Tjoe Tik Bio di jalan Camong

Kauman

13

Gua Maria dan kegiatannya

Kauman

14

Mesjid Agung Juwana dan kegiatannya

Kauman

15

Gedung tua Kecamatan

Kauman

16

Stasiun tua Juwana

Kauman

17

Percetakan Juwana: Letter Press

Kauman

18

Studio Fotografi (bekas Dibyo Photo)

Kauman

19

Kantor Polisi Sektor Juwana

Kauman

20

Becak Motor Zawakit

Kauman

21

Nasi Gandul (penjual: Ibu Mien)

Kauman

22

SD Negeri Karangrejo 01

Karangrejo

23

SD Rajawali

Kauman

24

Taman budaya – Jl. Diponegoro

Kauman

25

Kesenian tradisional Laesan

Bakaran Wetan

26

Kesenian tradisional Kentrung

Karangrejo

27

Kesenian tradisional Ketoprak

Bakaran Wetan

Kauman

18

√ √


28

Sedekah Laut (1 minggu setelah Idul Fitri)

Bajomulyo

√

√

6.1. Usaha Pangan 6.1.1. Terasi Rumahan Narasumber: Ibu Suji (085 226 923169) Alamat: Desa Bakaran Wetan RT03 RW03

Ibu Suji mengumpulkan udang rebon di tambak dekat rumahnya. Rebon adalah udang-udang kecil yang terdampar di tambak saat laut pasang di musim hujan. Udang-udang kecil itu kemudian dikeringkan dengan di jemur di bawah sinar matahari. Air yang menetes di bawahnya ditampung untuk dibuat bahan petis. Setelah kering, rebon ditumbuk dalam palung kayu. Tumbukan kemudian dijemur, ditumbuk lagi, dan jemur lagi sampai halus. Hasil rebon yang sudah ditumbuk dan dijemur berulangkali itu adalah terasi. Berwarna coklat gelap, cenderung hitam, berbau sangat kuat, terasi dapat bertahan lebih dari satu tahun bila dikemas dalam tempat yang bersih. Terasi rumahan dijual Rp 100.000,- per kilogram. Konon, terasi yang sudah sampai toko di Juwana, sudah tidak murni. Bahan terasi dari produsen rumahan seperti Ibu Suci ini dicampur dengan bahan-

19


bahan lain, bahkan ada yang dicampur dengan formalin. Tabel 1: Analisis SWOT Panganan Laut NO

SWOT

ANALISIS

1

Strength

Bahan dasar utk pembuatan dari terasi dan petis mudah didapat Tradisional Mudah dibuat

2

Weakness

Tidak dikemas secara atraktif Tidak dikemas secara higienis Harganya relatif murah

3

Opportunity

Memberi desain kemasan yang unik Memberi desain untuk promosi untuk meningkatkan taraf penjualan trasi. Memberi label/signature “Produk asli Juwana� sebagai label jaminan mutu Menciptakan pasar/ niche yang unik/khas utk nostalgia target market di kota besar

4

Threat

Persaingan dengan produk sejenis yang diproduksi oleh perusahaan besar bermodal besar

6.1.2. Ikan Pindang Narasumber: Saryono Alamat: Jl. Hang Tuah, Desa Bajo Mulyo

20


Namanya Pak Saryono, dulunya dia adalah salah satu pekerja biasa di sebuah pemindang ikan Juwana. Sekarang, ia memiliki usahanya sendiri, membawahi 75 orang sejak 1999. Bila ikan dari Juwana tidak ada, karena pasokan menipis akibat cuaca buruk, maka dia akan membeli ikan impor dari Cina, atau Korea. Persediaan ikan salem impor lebih stabil dari pada ikan lokal. Ikan beku impor sudah dikemas setiap 10 kilogram. Dipasok oleh pengusaha pengawet iklan skala industri di seberang jalan. Setiap hari, rata-rata ia memesan 1,5 ton, yang harus dibayar keesokannya (16,5 juta rupiah). Ratarata Pak Saryono memindang 4 ton ikan setiap harinya. Ikan yang telah direbus lima menit dalam bak-bak yang dipersiapkan sejak pagi, kemudian dimasukkan dalam sejenis 'besek' - kemasan bambu. Kemasan bambu yang diproduksi di daerah Boyolali. Satu 'nampan' bambu dibeli dengan harga Rp 25,- Diikat dengan tali rafia warna untuk menunjukan ukuran ikan (merah=besar, biru=sedang, dll). Ikan yang dikemas dalam kotak-kotak bambu seukuran ikan tersebut, dikirimnya ke agen-agen di Yogyakarta dan Semarang.

6.1.3. Bandeng Juwana Samaria Contact Person: Dwi Indah Christiani 0812281 5275 Penerus (generasi kedua) dan pemilik Bandeng Samaria

21


Ikan Bandeng adalah ikan air tawar/payau yang hidup di tambak. Bandeng Juwana sangat terkenal karena dianggap memiliki rasa yang enak, serta tidak berbau tanah, sebagaimana Bandeng dari daerah lainnya. Bandeng Juwana menjadi semakin terkenal setelah disajikan dan dijual dengan teknik presto, yaitu teknik memasak untuk membuat duri-duri ikan menjadi lunak. Di pusat jajan dan penjualan oleholeh di kota Semarang, Bandeng Presto Juwana menjadi sebuah citra produk yang sangat diminati. Sehingga berbagai merek Bandeng Presto menggunakan nama kota Juwana sebagai nilai-tambah. Di Juwana sendiri, setidaknya terdapat dua usaha Bandeng Presto yang cukup besar. Pertama adalah Bandeng Presto Samaria. Merek Kedua adalah Bandeng Presto Aneka. Bandeng Presto Samaria adalah merek pertama di Juwana, dan kini sudah diproduksi oleh generasi kedua, setelah pendirinya wafat. Bandeng Presto Aneka diproduksi dan dijual sekaligus oleh satu pihak, yaitu Toko oleh-oleh Aneka. Toko ini menjual berbagai oleh-oleh khas Juwana, maupun oleh-oleh lain dari daerah sekitarnya (lihat pusat penjualan oleh-oleh). Tabel 2: Analisis SWOT Bandeng Presto Juwana NO

SWOT

ANALISIS

1

Strength

Produk andalan Juwana karena memiliki rasa yang enak Di presto sehingga khas, tanpa duri Dibuat dengan teknik vakum, sehingga lebih awet

2

Weakness

Kemasan luar (bahan karton) tidak dirancang dengan baik, sehingga berkesan produk yang murahan Kemasan tidak spesifik sehingga tidak berbeda jauh dari produk saingan terdekat (mis: Bandeng Presto “Aneka”)

3

Opportunity

Menjadi produk yang memiliki ciri khas kuat, sebagai produk paling enak asli Juwana

4

Threat

Persaingan, semua bandeng presto, memanfaatkan nama kecamatan “Juwana” sebagai jaminan mutu.

6.2. Usaha Kerajinan 6.2.1. Batik Tulis Bakaran Narasumber: Ibu Ngaminah (085 292122 704) Bakaran Wetan RT02 RW02 Belakang Pasar Ndaluran

22


1

Batik yang dilakukan dengan teknik tulis yang merupakan sebuah ciri khas dari Kota Juwana . Sesungguhnya jenis batik ini memiliki kemiripan tertentu dengan jenis batik yang berasal dari daerah Lasem. Batik Bakaran ini merupakan sebuah jenis yang memiliki ciri khas kuat sebagai batik dari wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah, dengan pengaruh budaya Tionghoa yang dinamis dan berwarna cerah. Ibu Ngaminah berulang-ulang cerita soal anaknya berada di Jepang. Anaknya itu selalu mengingatkan ibunya untuk terus memproduksi batik, tanpa memahami situasi ibunya sehari-hari. Selain hasil batik yang ia produksi sulit untuk berkompetisi di pasar (walau harga yang sudah rendah, Rp 50.000,- untuk selembar kain), ibu Ngaminah sering kesulitan untuk membayar tiga perajin batik yang ia pekerjakan. Di tempat ibu Ngaminah ini, setiap pembatik memiliki tugas khususnya, misalnya ibu Ngaminah memiliki 2 orang pengrajin batik, dengan tugas masing-masing adalah: ibu yg lebih muda bagiannya adalah "nitiki" mengisi pola dengan lilin malam, karena sudah hapal, tanpa digambar lagi. Dalam sehari bisa 4-5 lembar dengan upah Rp. 4.000,- per lembar. Hasilnya kerja dari jam 9-16 membawa 20.000/hari, sabtu-minggu masuk. Sedangkan pengrajin lainnya, seorang ibu berusia cukup lanjut, 1

Selain Batik Tulis Bakaran, Juwana memiliki berbagai potensi tangible yang tidak kalah menarik, antara lain: Kerajinan Kuningan, Pelabuhan Juwana, Mesjid Agung dan Alun-alun, Galeri sejarah fotografi dan cetak (dalam proses perancangan)

23


mengerjakan tugas "nembok" memberi latar dan bidang-bidang besar dengan lilin malam, dengan upah yang sama dengan pengrajin batik satunya. Harga jual per-kain nantinya 40-70rb/kain dibeli langsung 2

ditempat dari pengusahanya . Pada batik Bakaran gambar yang tampil, umumnya tidak serinci batik asal Solo, Lasem, dan lain-lain. Canting yang dipergunakan sepertinya berujung besar, sehingga banyak garis-garis tebal dan bidang datar yang terjadi.

Selain pengusaha batik perorangan seperti ibu Ngaminah, adapula pengusaha batik yang lebih besar dan bermerek seperti Batik Tjokro, yang juga berpusat di Bakaran Wetan. Batik Tjokro kondisinya jauh lebih baik dari para pengrajin/pengusahan batik perorangan. Harga batiknya pun cukup terbilang tinggi, ratusan ribu hingga sekitar satu juta rupiah. Konon putera dari pemilik Batik Tjokro yang tinggal di Jakarta menjual batik melalui website. Hal yang menarik lainnya, adalah menurut informasi banyak dari pebatik yang bekerja untuk Batik Tjokro adalah isteri nelayan-nelayan di Bajomulyo. Tabel 3: Analisis SWOT Batik Bakaran Juwana NO

SWOT

ANALISIS

1

Strength

Batik tulis Masih jarang/unik Warna yang lebih beragam dan dinamis

2

Weakness

Motif yang terlalu besar dan kasar Tidak terkenal Pemasaran lemah Generasi muda di juwana jarang yang mau belajar membatik

3 2

Opportunity

Pelatihan batik dengan berbagai jenis ukuran canting

Catatan Caroline F. Soenarko di facebook.com

24


Membantu pemasaran batik dan pengemasannya Penggunaan zat pewarna alami sebagai nilai tambah. 4

Threat

Tidak ada pebatik penerus yang berminat Kalah pamor oleh batik dari kecamatan tetangga, Lasem

6.2.2. Kerajinan Tradisional Kuningan Pendapat seorang praktisi sekaligus aktivis dalam bidang kerajinan rakyat,

Abdul Sobur :

“Juana itu sangat terkenal dengan hasil kerajinan logamnya terutama kuningan, dengan teknik cor dan finishing bubut, saat ini bisa dipastikan kondisinya menurun sebab permintaan pasar utamanya yaitu dari sentra mebel Jepara, Semarang, Blora, Demak, Kudus, bahkan Yogja dan Solo menurun drastis. itu akibat dampak krisis global yang menerpa industri hulunya yaitu mebel dan kerajinan nasional turun tajam.. perlu penanganan serius agar pulih�.

Dalam sebuah buku berjudul Ekspedisi Anjer Panaroekan – Ekspedisi Jurnalistik Kompas, menyebutkan kuningan sebagai produk terkemuka Juwana. Dikutip didalamnya hasil Penelitian dari Center for Micro and Small Enterprise Dynamics (Cemsed) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, menyatakan bahwa awal tahun 1997 menjelang akhir kejayaan kuningan Juwana, terdapat 255 perajin. Empat diantaranya memiliki lebih dari 100 karyawan, yaitu: Sampurna, Krisna, Sinar Logam dan Samarinda. Namun kini tinggallah Sampurna dan Krisna yang masih bertahan. Penyebab kemunduran kuningan adalah kenaikan harga bahan baku, keterbatas kemampuan manajerial, matinya industri galangan kapal dan persaingan bebas menghadapi barang dari China. Sebagaimana diketahui industri galangan kapal membutuhkan baling-baling kapal yang tahan karat terbuat dari bahan kuningan. Budi (0813 26666 811) adalah seorang pemuda perajin kuningan. Dia baru saja membuat pesanan dari seorang pembeli, berupa bagian dari pengapian pada kompor gas yang terbuat dari kuningan. Pembelinya berasal dari Jakarta, sehingga dia harus mengantarkannya sendiri. Menurut Budi, pengrajin Kuningan di Juwana, sulit untuk dikoordinasikan, karena pada umumnya perajin kuningan di Juwana lebih senang bekerja secara individual. Itu sebabnya, masih menurut Budi, di Juwana tidak ada sejenis koperasi atau asosiasi pekerja/perajin kuningan se-Juwana. Bahkan menurut Budi, diantara para perajin kuningan seringkali terjadi proses penjiplakan ide atau karya milik perajin lainnya. Itu sebabnya Budi memilih untuk membuka bengkel pembuatan kuningannya di daerah yang jauh dari pusat kerajinan kuningan di Kauman, walaupun Budi tinggal di daerah Kauman. Narasumber pengrajin kuningan lain yang belum diwawancara: Karmani (08122 505 496) dari Desa Growong Lor RT 05/RW03 - Barat Pasar Juwana Gang 1

25


6.3. Wisata Bahari 6.3.1. Pelabuhan Perikanan Pantai Juwana Narasumber: Heri Purwanto (Kepala Satker PSDKP). Jl. Hang Tuah 79 / Juwana, Pati 591085 Juwana terkenal sebagai kota penghasil terasi dan bandeng, selain tentu saja hasil tangkapan laut lainnya. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang aktif. Pelabuhan-pelabuhan yang ada dalam lingkup kabupaten Pati adalah: 1) Pecangakan, 2) Bajo Mulyo, 3) Muncel, 4) Banyu Tawa

Sesungguhnya Juwana potensi dalam bidang wisata kuliner yang terkait dengan makanan laut (sea food). Selain itu juga Juwana memiliki industri kecap yang cukup digemari oleh warga Juwana, yang berpotensi untuk terus dikembangkan bersama industri pangan lain, khususnya sebagai produk pendamping hasil laut. Demikian pula dengan produksi makanan seperti kerupuk udang, petis, dan terasi Juwana.

Daerah pelabuhan dan penangkapan ikan di Juwana berada dibawah koordinasi Satuan Kerja SDKP (Satuan Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan). Kepala Satker SDKP Heri Purwanto membawahi tujuh

26


daerah kerja pos pengawasan SDKP Juwana; 1. Sarang, Rembang 2. Kragan, Rembang 3. Tasikagung, Rembang 4. Banyutowo, Pati 5. Joboputo, Jepara 6. Karimunjawa, Jepara 7. Jorodemak dan Kledung, Demak Heri Purwanto baru enam bulan di Juwana, setelah mengepalai wilayah Tegal. Cakupan wilayah yang luas dan belum ada dukungan yang baik dari 19 staf itu membuatnya ‘keteteran’. Banyak masalah yang membuat dirinya telah berulangkali berpikir untuk mengundurkan diri dan pensiun dini. Masalah yang ia anggap serius adalah tidak dihormatinya peraturan dan undang-undang yang sah oleh para nelayan dan pemilik kapal, dan lain sebagainya. Banyaknya kemungkinan pengembangan di daerah ini. Namun sayangnya kini Heri Purwanto berpindahtugas di PSDKP Batang, sehingga proses untuk kerja sama dengan PSDKP Juwana harus dimulai dari awal. Sekilas tentang nelayan dan kapalnya Narasumber: Slamet Suparno Relasi dari bapak Heri Purwanto Bapak Slamet diperkenalkan oleh Bapak Heri sebagai kawan baik yang dikenal oleh pak Heri sudah cukup lama, dan diminta tinggal di Juwana ketika pak Heri menjadi Kepala Satker Juwana. Bapak Slamet dahulu pernah menjadi awak kapal dagang, dan memiliki hubungan yang baik dengan para pemilik kapal di Juwana. Beliau berdomisili di sekitar Tanjung Priok Jakarta, selain juga pernah tinggal di Pekalongan. Pada dasarnya ada dua jenis fungsi kapal yang berlabuh di pelabuhan sungai Juwana. Pertama, kapal penangkap ikan, kedua, kapal pembeli/ pengangkut ikan ditengah laut. Kapal penangkap ikan, berlayar hingga 2-3 bulan di laut menangkap ikan. Ciri paling mudah dilihat dari kapal penangkap ikan adalah, memiliki lampu-lampu sorot besar di atap-atapnya. Lampu-lampu itu digunakan untuk menyinari perairan dimana diperkirakan banyak ikan, sehingga ikan-ikan mau berkumpul. Kapal penangkap ikan memiliki 3 jenis jaring penangkap: •

Dimersal (jaring ke dasar)

Mid-Water (jaring ke tengah)

Poresinne (jaring ke permukaan)

Cara kerja penangkapan ikan secara umum dimulai dari sore hari, dimana kapal mulai menyoroti perairan sekitar kapal dengan lampu-lampu yang terang dan memberinya rumpon. Kapal menunggu semalaman hingga pada fajar jaring pun diturunkan untuk menangkap ikan-ikan yang ada disekitar kapal. Adapun Kapal pembeli ikan, lebih bersifat sebagai kapal pedagang. Kapal-kapal ini membuat distribusi ikan lebih lancar dan ikan-ikan yang diperjualbelikan tetap segar, karena belum disimpan

27


terlalu lama. Hubungan kerja antara kapal penangkap dan kapal pembeli menjadi penting, sehingga setiap kapal-kapal tersebut memilliki peralatan komunikasi yang sangat baik dan moderen. Kehidupan Nelayan di Juwana jauh lebih baik dan bersahabat dibandingkan dengan kehidupan Nelayan di Pekalongan, yang menurut pengamatan beliau sangat keras dengan iklim kompetisi tidak sehat. Pemilik kapal di Juwana banyak memulai profesi sebagai anak buah kapal atau nakhoda. Hal ini menyebabkan para pemilik kapal dapat paham dan memiliki hubungan yang akrab dengan anak buah kapal maupun nakhoda. Hubungan baik ini menyebabkan pembagian hasil keuntungan penangkapan memuaskan. Dalam hubungan kerja demikian, nakhoda kapal memiliki peran penting dalam penentuan pembagian hasil. Pembagiannya kurang lebih adalah sebagai berikut: •

Dari hasil lelang tankapan ikan 100 persen, maka 25 % disisihkan untuk membayar modal melaut, serta 25% untuk perbaikan jaring, dan lain-lain

50% sisanya dibagi dua antara Pemilik kapal dan Nakhoda beserta anak-buah kapal (ABK)nya.

Dalam setiap kapal susunan jabatannya adalah sebagai berikut: •

Nakhoda

Wakil Nakhoda

Mualim 1 dan Mualim 2

Kepala Kamar Mesin (KKM) 1

Kepala Kamar Mesin Pembantu

Juru Arus

Juru Tali

Juru Lampu

Pengatur Ikan di lubang penyimpanan (menyirami air dan es)

Juru Masak/ Koki 2 orang.

Menurut Slamet, awak kapal yang paling baru/muda, akan memulai tugasnya sebagai pengatur ikan di lubang penyimpanan. Dia pulalah yang akan terjun kelaut untuk memperbaiki jaring bila terdapat masalah. Masih menurut Slamet, salah satu pemilik kapal ikan yang cukup kaya di Juwana ini adalah bapak Kasno, yang memiliki 13 buah kapal. Pak Kasno memiliki anak-anak dengan latar belakang pendidikan yang cukup baik, hinggga menyelesaikan kuliah di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Ketika kuliah anaknya dibelikan rumah di Yogyakarta. Konon, demikian relijiusnya sang pemilik kapal ini, sehingga sebagai seorang Muslim beliau sering melakukan ibadah Umroh ke Mekkah, setiap mendapatkan masalah yang sangat berat dan sulit dipecahkan. 6.3.2. Bakulan Tempat Pelelangan Ikan Juwana Narasumber 1: Pak No – 081229018184

28


Desa Bajo Mulyo

Pak No tidak tertarik untuk bercerita soal nelayan. Ia berulang kali menanyakan ikan jenis apa yang ‘boss’ perlu. Minimal ia mau melayani pesanan sebanyak lima ton. Setiap kilogram ia minta bayaran 250 rupiah sebagai ‘pengatur’ jual-beli. Banyak sekali jenis ikan di sini. Antara lain Ikan Munir, Sriwangi, Mata goyang, Bluso (yang nantinya dijadikan surimi: bahan nugget, baso ikan), Sapi yang gemuk, Tela (di Kalimantan disebut Ikan Nyonya), Basing (tepak), Trunul, Layar. Ikan Tongkol dijual Rp 8.000,- per kilogram. Ikan Tengiri dijual Rp 27.000,- per kilogram. Tapi jarang karena hanya ada musiman – biasa tanggal 4 sampai 6 setiap bulannya. Ikan Tongkol hitam dijual Rp 12.000,- per kilogram, sedangkan Terisi kesukaan orang jerman Rp 41.000,- dan Ikan Kakap merah Rp 30-36 ribu. Banyak truk siap beroperasi di sini. Rata-rata truk diisi lima ton ikan yang diawetkan dengan es batangan tidak kurang dari 50 batang. Harga satuan es batangan itu Rp 17.500,-. Belum jam lima pagi, tiga kapal dengan banyak Anak Buah Kapal (ABK) terlihat sibuk di atasnya sudah merapat. Keranjangkeranjang plastik di lempar ke atasnya. Anak buah kapal mengisi keranjang-keranjang itu dengan ikan sejenis dengan sekop. Digeser ke samping, untuk disemprot air dan diluncurkan ke darat melalui papan-papan kayu berpagar rendah. Di darat, keranjang-keranjang itu dipilih-pilih oleh pembeli dan diberi (kartu) nama. Jam delapan pagi, lelang ikan dimulai. Narasumber 2 : Bapak Suwardi (081 225 142 757) Alamat: Desa Doropayung RT 07/RW 03 - Juwana Beliau adalah seorang marinir Angkatan Laut yang ditugaskan di pelabuhan sungai Juwana. Beliau mengatakan bahwa dahulu di pelabuhan banyak preman, namun sekarang, setelah beliau berdinas disitu, keadaaan jauh lebih baik. Setelah berdinas bertahun-tahun keliling Indonesia, maka menjelang pensiunnya, beliau meminta ditugaskan di daerah asalnya, Juwana. Beliau sehari-harinya juga menjadi seorang guru kebatinan di Paguyuban Sastrojendro Hayuningrat, sebuah perguruan untuk mendalami ilmu kebatinan, sebagai sebentuk kesenian peninggalan tradisi/budaya.

29


Tabel 3: Analisis SWOT Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Juwana NO

SWOT

ANALISIS

1

Strength

Salah satu TPI terbesar di Jawa-Tengah Kesejahteraan para nelayan dan pemilik kapal terjaga baik Kehidupan di TPI relatif bersahabat

2

Weakness

Tidak ditata menarik dan tidak informatif Tidak menjaga kebersihan Tidak ada warung makan yang berbasis menu makanan laut Sumber air untuk menyiram/menyegarkan ikan (?)

3

Opportunity

Menjadi tempat kunjungan wisata kuliner Perancangan sign system yang baik Pembuatan media publik (majalah/surat-kabar dinding), dsb

4

Threat

Kebijakan Pemda dan Pengelola Sikap warga yang tidak hendak melihat peluang

6.3.3. Galangan Kapal Tradisional Galangan Kapal Bumirejo Desa Bumirejo Galangan kapal atau dock Bumirejo terletak di seberang Klenteng Tjoe Tik Bio. Sebuah mesin penarik besar tersimpan dalam ruang kecil di seberang kantornya. Mesin itu yang menarik kapal-kapal dengan berat lebih dari 30 gross ton itu naik ke galangan untuk diperbaik. Saat dikunjungi, para pekerja sedang sibuk mengerjakan perbaikan tiga kapal kayu, dan pembangunan sebuah kapal baru. Belum ada yang dapat diajak bicara, sehingga akan melakukan kunjungan di lain waktu.

30


Sejarah galangan kapal di Juwana ini memang sudah terbilang lama. Bahkan ketika jaman Belanda telah ada galangan kapal di Juwana. Ketika Jepang menduduki Nusantara maka galangan kapal itu memproduksi kapal-kapal untuk kepentingan tentara pendudukan Jepang. Kapal-kapal yang dibuat di galangan kapal ini, digunakan untuk membawa beras-beras yang dikumpulkan dari berbagai daerah di sekitar Juwana untuk kepentingan logistik tentara Jepang di medan perang. Sejarah galangan kapal ini bahkan disebutkan telah ada sejak dua abad yang lalu, ketika Juwana disebutkan sebagai bandar dan pusat industri galangan kapal pantai utara Jawa, selain Rembang dan Lasem

3

6.4. Wisata Sejarah 6.4.1. Percetakan Bapak Njoo Kie Hauw (Bagyo Nyotoharjo) Potensi : Galeri dan laboratorium cetak (dalam tahap konsep) Lokasi : Kauman Percetakan Bagyo Nyotoharjo atau Njoo Kie Hauw (83 tahun) terletak di sebuah rumah di Gang Cilik. Bangunan yang sudah berumur itu terbuat dari kayu dicat putih. Usaha percetakan Bapak Njoo Kie Hauw adalah usaha yang diwarisi dari orang tuanya. Ia tidak tahu pasti sejak kapan ayahnya mulai usaha cetak mencetak itu. Di dalam rumah di salah satu pojok gang Cilik itu terdapat empat mesin cetak yang dioperasikan dengan ‘menggenjot’ dan/atau menarik tuas. Ada sebuah mesin potong manual, sebuah mesin jahit kawat, empat lemari dengan laci-laci tipis berisi huruf timah, dan rak-rak kayu penyimpan kertas.

3

Pramono, Sidik (Ed.), Ekspedisi Anjer-Panaroekan, Laporan Jurnalistik Kompas, 200 tahun Anjer-Panaroekan, jalan (untuk) perubahan, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008. Hlm 319

31


Hari terakhir percetakan Juwana adalah tanggal 14 Juli 2008. Ini diketahui dari lembaran yang terlihat pada tanggalan yang tergantung dinding belakang. Percetakan ini berhenti selain karena tidak dapat berkompetisi dengan teknologi cetak offset yang berkapasitas lebih besar, baik dalam hal waktu dan biaya, juga karena bapak Njoo Kie Hauw merasa matanya sudah tak dapat memeriksa teliti materi cetak. Kini mesin itu penuh debu, namun masih tampak terawat. Huruf-huruf timahnya pun menurut beliau masih cukup lengkap. Walaupun mesin itu sudah lama tak bekerja, namun menurut beliau apabila dibutuhkan mesin itu dengan mudah dapat bekerja kembali. Percetakan yang telah cukup berumur ini, adalah sebuah saksi sejarah percetakan, sebelum munculnya mesin offset, hingga akhirnya menjadi seperti sekarang, dengan teknologi digital yang serba-instan. Dalam konteks pendidikan, maka percetakan Njoo Kie Hauw memiliki potensi untuk menjadi sebuah laboratorium pendidikan, yang memperkenalkan secara langsung sejarah teknologi cetak di masa lalu. Dalam konteks desain komunikasi visual atau desain grafis, percetakan langka ini dapat menjadi sebuah alternatif teknis untuk mengeksplorasi hasil cetak dengan cita rasa klasik dan nilai seni tinggi. Dengan kata lain, percetakan Juwana milik bapak Njoo Kie Hauw adalah saksi sejarah yang memiliki nilai edukasi dan historis sekaligus nilai komersial yang potensial. Sangat diharapkan mesin cetak ini dapat dipertahankan di Juwana untuk menghargai nilai historis demi kepentingan pendidikan, dan identitas kota kecamatan Juwana. 6.4.2. Laboratorium Dibyo Color Photo Potensi: Galeri dan Laboratorium Sejarah Fotografi (dalam tahap konsep perancangan) Lokasi : Kauman

32


Laboratorium Dibyo Color Photo masih dalam tahap konsep dan perancangan oleh ahli warisnya, putri dari Soedibyo, Christinawati beserta suaminya Tan Swie Hong, bersama kedua putra pasangan ini. Dibyo Foto awalnya berdiri di Semarang 1949 – 1980 didirikan oleh Paulus Imam Soedibyo (The Tiauw Swan), dan didirikan pula di Juwana sebagai laboratorium (Dibyo color laboratory) pada 1972 – 1986. Terletak tidak jauh dari Percetakan pak Kie Hauw, dan hanya beberapa ratus meter dari alun-alun kota, tepatnya Jalan Panglima Sudirman No.19 (kini didiami keluarga Tan Swie Hong). Studio foto di Juwana ini berpotensi menjadi pusat dokumentasi dan sejarah Juwana itu sendiri. Penerus dari bapak Sudibyo berniat untuk mengembangkan lokasi bekas studio

tersebut menjadi

sebuah galeri. Hal ini perlu didukung mengingat galeri ini dapat menjadi pusat informasi dan pangkalan data (database) yang menarik terkait dengan sejarah wilayah Juwana, sekaligus pusat pendidikan fotografi bagi generasi muda. Untuk itu akan dirancang laboratorium/ Galeri fotografi pra-digital.

Tabel 4: Analisis SWOT Laboratorium Desain Grafis NO

SWOT

ANALISIS

1

Strength

Menjadi wahana belajar bagi seluruh mahasiswa DKV di indonesia. Satu-satunya kota kecamatan yang memiliki laboratorium belajar

2

Weakness

Masih dalam proses negosiasi dengan pemilik dan penyusunan konsep

33


Ruang percetakan tidak luas Galeri foto Dibyo masih dalam proses pembentukan 3

Opportunity

Mencarikan ruang yang luas untuk percetakan Didukung seluruh universitas yang memiliki program studi DKV

4

Threat

Peralatan cetak dijual karena berbagai pertimbangan Karena pertimbangan emosional, mesin cetak tidak untuk umum

6.4.3. Stasiun Tua Juwana Narasumber

: Bapak Sukadi

Potensi

: Museum komunitas

Alamat

: Jalan Sudirman

Pada bagian depan dari stasiun tua yang sudah tak beroperasi ini terpasang papan peringatan bahwa bangunan ini adalah cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang dan berada di bawah pengawasan PT Kereta Api (Persero) – Daerah Operasi 4 Semarang. Artinya PT Kereta Api memiliki kesadaran bahwa bangunan tua ini harus dilindungi. Hal ini cukup penting untuk pelestarian bangunan ini. Bangunan tua ini terletak di sisi selatan dari Jalan Raya Pantai Utara, beberapa ratus meter dari alunalun Juwana. Stasiun tua Juwana berdiri di lahan pertanahan yang cukup luas milik PT Kereta Api, yang juga didiami oleh ratusan warga umum dengan status pengontrak pada PT Kereta Api. Sebagian dari wilayah itu, terutama lokasi dimana stasiun itu berada, terletak di RT 02 dengan ketua RT bapak Maryoto (No HP: 0812 285 1965). Untuk mengurus uang kontrak tersebut ditugaskanlah seorang karyawan PT Kereta Api bernama bapak Wartono. Beliau mulai berdinas di situ pada tahun 1991, ketika stasiun telah ditutup. Beliau mulai berdinas di PJKA (nama lama PT Kereta Api) tahun 1952. Menurut beliau sejak Stasiun ditutup banyak bagian dari stasiun yang dijarah oleh orang-orang tak dikenal. Dari beliaulah didapat informasi bahwa mantan Kepala Stasiun Juwana, bapak Sukadi, tinggal tidak jauh dari rumah beliau.

34


Bapak Sukadi adalah mantan Kepala Stasiun Juwana yang terakhir, yaitu dari tahun 1979 – 1986. Menurut bapak Sukadi pada tahun sebelum ditutup, stasiun ini masih melayani jalur Rembang – Semarang. Jalur itu dilayani oleh lokomotif diesel berukuran kecil, karena merupakan lintasan pendek. Pada tahun 1986 itulah Stasiun Juwana berhenti beroperasi.

Kini kondisinya bangunan yang terbuat

dari kayu, masih cukup baik. Namun sayangnya di bagian bawah, selain besi rel dan batu peron sudah tak ada, beberapa bangunan sudah tak terawat, bahkan ada beberapa bagian telah dibongkar. Kini di stasiun itu warga memanfaatkan sebagai tempat parkir dan tempat bermain bulu tangkis. Menurut keterangan stasiun ini menjadi tempat mengungsi bagi warga sekitar apabila rumahnya terkena musibah banjir yang kadang melanda daerah sekitarnya. Hal ini karena tanah dimana stasiun itu berdiri cukup tinggi sehingga tidak terkena banjir. Dari penelusuran tentang sejarah stasiun Juwana (dulunya Joana) itu, akhirnya dari seorang pencinta kereta api Indonesia, Deddy Herlambang, ditemukan hasil penelitian dan penulisannya. Berikut di bawah ini adalah salinan dari tulisan Deddy Herlambang, dengan sedikit penyuntingan: Stasiun Juana adalah milik Samarang - Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) perusahaan swasta era Hindia-Belanda. Stasiun Joana (sekarang Juwana) ini mulai dibangun tahun 1884, diperbarui 1910 dengan material kayu jati untuk overcaping nya. Stasiun ini berada dilintas antara stasiun Pati dan

35


Blora. Langgam bentuk stasiun SJS ini adalah 1 tipikal, bisa dilihat kesamaan ciri dari stasiun PatiJuana-Blora-Rembang-lasem-Cepu kota (bukan Cepu sekarang). Stasiun berhenti beroperasi sesuai ditutupnya lintas ini tahun 1986. SJS ini bukan merupakan lintas kereta api cepat namun kereta api bergandar rendah atau biasa disebut trem. Maka lokomotif dan keretanya kecil-kecil yang kecepatannya tidak bisa lebih dari 50 km per jam. Ukuran rel nya juga kecil, digunakan standar trem R25. Dahulu kereta2 SJS digunakan untuk mengangkut penumpang pedesaan ditiap-tiap desa sambil menuju Semarang, hampir tiap desa dilalui oleh rel SJS. Saat kita merdeka lintas SJS diambil oleh RI menjadi milik DKA/PNKA/PJKA menjadi wilayah PNKA inspeksi 7 berkantor di Semarang. Tahun 1986 lintas ini ditutup karena tidak mampu bersaing dengan angkutan darat pedesaan saat itu, angkutan pedesaan dikuasai COLT 120 buatan Mitsubishi. Kantornya sendiri inspeksi 7 telah ditutup di Semarang tahun 1974, digabung dengan inspeksi 5 juga berkantor di Semarang juga. Tabel 5: Analisis SWOT Bekas Stasiun Juwana NO

SWOT

ANALISIS

1

Strength

Kekuatan bangunan dan bentuknya Bangunan dipelihara warga walau difungsikan untuk hal yang berbeda Tanahnya cukup tinggi sehingga terlindung dari banjir

2

Weakness

Telah ditempati dan dialihkan-fungsi oleh warga Kekurangan data historis

3

Opportunity

Menjadi obyek wisata sejarah, khususnya sejarah perkeretaapian Melibatkan warga sekitar lokasi untuk menyatakan arti penting dari stasiun Menjadi sumber penghasilan warga sekitar dengan kehadiran wisatawan

4

Threat

Sikap tak peduli dari warga

6.4.4. Kantor Polisi Sektor Juwana Potensi

: Wisata bangunan tua

Narasumber

: Anton Saputra ( 0815 948 6288)

Alamat

: Jl. Silugonggo

Anton Saputra (Oei Tjiang Ti) adalah seorang alumni Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara yang berasal dari Juwana. Meninggalkan Juwana sekitar 1967-1968 untuk kuliah di Semarang. Baru pada 1971 beliau pindah ke Jakarta, dan diterima kuliah di Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara. Sejak 2002 beliau tinggal di Bandung.

36


Ayahnya Anton Saputra adalah Widyatmono Saputra (Oei Kian Hay), sedangkan kakeknya Go Tat Thiong menjabat sebagai seorang Letnan Tionghoa di Juwana. Seingat beliau, Kantor Polisi Sektor Juwana adalah rumah tinggal dari kakek-nenek beliau. Namun ketika Jepang menduduki Juwana, maka rumah tinggal beliau menjadi markas polisi rahasia Kempetai Jepang. Setelah Indonesia merdeka maka bangunan bergaya arsitektur kolonial itu, digunakan sebagai kantor Polisi. 6.4.5. Alun-alun Kecamatan Juwana Potensi

: Tempat kumpul warga Juwana

Lokasi

: Pusat Kecamatan

Alun-alun adalah pusat kota dimana berbagai keramaian berlangsung. Sebagaimana alun-alun kota pada umumnya, disana terdapat kantor pemerintahan (Kantor Kecamatan Juwana), tempat ibadah (Mesjid Raya Juwana), pusat perdagangan, dan sebagainya. Alun-alun ini menjadi ramai setiap malam, sebagai tempat berjualan makanan, serta berbagai permainan untuk anak-anak. Di alun-alun ini pula seringkali dipasang tenda besar untuk berbagai acara peringatan.

Disekeliling alun-alun tersebut terdapat trotoar yang cukup lebar, sekitar 1,5 meter yang membuat alunalun terlihat rapih. Bila malam hari berbagai tenda penjual makanan dan minuman dipasang mengelilingi alun-alun, menghadap jalan-raya. Hal menarik bahwa hampir tidak ada tenda yang aksesnya menghadap ke alun-alun yang hijau, karena arah pembeli yang datang dari arah jalan raya.

37


Di bagian timur alun-alun terdapat sebuah tugu dimana tercantum merek sebuah perusahaan rokok. Sesungguhnya tugu tersebut terdiri dari dua bagian yang terpisah. Bagian pertama yang asli adalah bagian bawah tugu tersebut, dan bagian kedua adalah tugu yang dibangun oleh perusahaan rokok tersebut. Di bagian utara dari bangunan tugu itu terdapat sebuah pintu masuk ke bagian dalam dari bangunan segi enam itu. Bagian dalam dari tugu itu kini difungsikan sebagai sebuah WC umum, yang walaupun ada petugas penjaganya, namun tercium bau dan tidak terawat baik. Menurut sejarahnya, sebagaimana diuraikan oleh keluarga Tan Swie Hong, bagian bawah dari tugu yang berbentuk segi enam itu dulunya adalah sebuah tandon air yang dibangun pada masa penjajahan Belanda oleh seorang pembangun keturunan Perancis, August Chauvin. Tidak seperti sekarang, dahulu bangunan segi enam ini memiliki atap. Tandon ini dibangun sebagai sebuah pemecahan masalah akan pengadaan air bersih, untuk menghindari wabah penyakit perut akibat menggunakan air sungai Silugonggo yang kotor. Adapun air yang disimpan dalam tandon berasal dari mata air di pegunungan.

38


Sungguh disayangkan bahwa nilai sejarah dari bangunan tua ini, kini hilang begitu saja karena tidak diapresiasi dengan baik oleh pemerintah setempat. Bahkan tugu itu kini hanya dimanfaatkan sebagai WC umum dan bagian dari tugu sebuah merek rokok. Penggunaan bangunan tua sebagai sarana beriklan, sesungguhnya dapat dianggap melanggar aturan Undang-Undang Cagar-Budaya. 6.5. Rumah Ibadah 6.5.1. Klenteng a. Klenteng Tjoe Tik Bio Kelenteng Tridharma ini berusia cukup tua, sekitar 200 tahun. Secara arsitektural bangunan ini masih terawat dengan baik, dan bentuk asli beserta benda-benda nya pun masih terjaga dengan teliti. Salah satu ciri khas yang menunjukkan bahwa bangunan kelenteng ini cukup tua, adalah bentuk ujung atap yang seperti burung walet, dan melengkung cukup tinggi, demikian menurut ahli budaya Tionghoa, David Kwa. Menurut sumber lain, konon kelenteng ini dibangun oleh seorang pedagang candu. Menurut riwayatnya sang pedagang candu hanyut di kali Silugonggo dan diselamatkan oleh warga disekitar sungai itu. Karena itulah sebagai sebuah

rasa syukur dia membangun kelenteng itu.

Pelabuhan Juwana menjadi tempat masuknya candu ke Jawa Tengah.

Bagian dalam kelenteng pun terawat baik. Namun karena bila hujan deras atau terjadi banjir kiriman dari arah hulu sungai Silugonggo yang terletak didekatnya, maka kelenteng akan ikut kebanjiran.

39


b. Klenteng Hok King Bio

6.5.2. Mesjid Agung Juwana Ta'mir (Pimpinan pengurus) Masjid Agung Juwana saat ini adalah Kyai Haji Asmu'i Sadzali. Usia Masjid Raya yang terletak di sebelah barat alun-alun ini sudah cukup tua. Diperkirakan Masjid ini telah ada sejak jaman Belanda. Namun sayangnya renovasi Masjid yang tidak seksama membuat bentuk bangunan saat ini tidak terpelihara keasliannya. Bahkan bila melihat sebuah gambar rekaan arsitek (artist impression) yang tergantung di dinding depan, tampak bahwa pembangunan Masjid akan dilakukan sedemikian rupa sehingga menghilangkan ciri khas dan keaslian arsitektur asli dari Masjid Agung Juwana ini.

Pada siang hari, saat shalat Zuhur (shalat pada pukul 12.00) masjid dipenuhi oleh orang-orang dari segala lapisan masyarakat, yang menunaikan ibadah Shalat. Terlebih lagi, tentu saja,

bila shalat

Jum'at dimana masjid sangat ramai dikunjungi orang beribadah. Selesai waktu shalat, maka jemaah yang sebagian besar tampak berpakaian kantor itu segera kembali bekerja ke kantor masing-masing. 6.5.3. Gua Maria Ratu Rosari Juwana Potensi : Wisata rohani Lokasi : Jl. WR. Supratman No.1

40


Pada dasarnya gua Maria adalah sebuah tempat ibadah, yang didirikan oleh Bedjo Ludiro, sebagai ungkapan rasa syukurnya karena terkabulnya doa Bedjo Ludiro di Lourdes, Perancis. Doa beliau adalah untuk kesembuhan dari sang isteri. Doa itu dikabulkan oleh Tuhan pada tahun 1981. Kini gua ini dikelola oleh Indro Ludiro (Lo Gwan Pa). Didalamnya terdapat sebuah gua buatan, yang dilengkapi denganbeberapa patung Jesus Kristus dan Bunda Maria, dan banyak lagi. Gua Maria diresmikan dengan pemberkatan pada 13 Mei 2006 oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo. Gua Maria banyak digunakan sebagai tempat beribadah, retret, seminar, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya. 6.5.4. Gereja Katolik St Maria La Salette Apabila dilihat dari luar bangunan, maka tampaklah bahwa bangunan gereja

di jalan KH Ahmad

Dahlan ini dirancang dan didirikan dengan gaya arsitektur moderen. Namun demikian di bagian depan, masih menggunakan sistem kaca patri yang penuh warna. Gereja ini didirikan pada 19 September 1956. Sebelum gereja didirikan misa selalu diadakan di rumah bapak ayah dari Anton Saputra, yang bernama Oey Kian Hay. Karena itu Louis Auguste Chauvin menghibahkan tanah seluas 1000 m untuk Gereja. Hal yang menarik dari Gereja ini adalah bahwa pihak Gereja juga merayakan Imlek - hari besar agama Tionghoa, dengan mengadakan misa hari raya Imlek.

41


6.5.5. Gereja Kristen Isa Almasih Terletak di jalan Bendar no. 1 Juwana. Diresmikan pada 1988.

42


6.5.6. Vihara Vidyaloka Pakuwon Terletak di daerah desa Pakuwon sebagai rumah ibadah umat Budha di Juwana. Vihara ini diresmikan pada tanggal 1 Januari 2011 oleh Dirjen Bimas Budha Kementerian Agama RI Drs. Budi Setiawan M.Sc.

6.6. SEKTOR INFORMAL 6.6.1. Zawakit : Pemandu wisata Juwana (0852 90888539) Profesi: Pengemudi Becak Motor

43


Jl. Silugonggo 14, Juwana Sehari-hari nya Zawakit mengemudikan Becak Motor, yang dia rakit sendiri. Selain itu Zawakit juga membuka usahan tambal dan pompa ban. Dia menempati bagian depan rumah dari keluarga Anton Saputra, rumah peninggalan orang-tua Anton Saputra yang kini tidak lagi dihuni. Sejak tahun 1992 dari Solo Zawakit pindah ke Juwana, saat menikahi istrinya. Kini Zawakit telah berputra 2 (dua) orang. Putra pertamanya bersekolah di Sekolah kejuruan mesin/ Sekolah Teknik Mesin (STM), kini sedang magang di sebuah bengkel di sekitar Juwana. Anak keduanya bersekolah di SMP. Di samping tambal bannya itu, Zawakit berencana membuat semacam kafe yang dapat memberi kesempatan bagi isterinya untuk berjualan makanan, minuman, dan sebagainya. Zawakit membuat sendiri becak motornya dengan dasar becak bermerk/ produksi Dua Hati. Becak keluaran Dua Hati, Semarang itu (sekarang sudah tidak memproduksi becak lagi) terkenal kuat dan stabil dibanding produsen becak lainnya di Jawa Tengah. Harga ‘bentor’ saat ini antara 2,5 – 3 juta rupiah, sudah termasuk pekerjaan pengelasan dan motor ‘lanang’ yang digunakan. Becak biasa saat ini dijual seharga satu sampai satu setengah juta rupiah. Tahun 2002 di Juwana terjadi razia besar untuk bentor. Polisi menangkapi/menyita ratusan Becak bermotor itu, karena dianggap membuat kota ‘semrawut’. Diwakili oleh seorang pengacara, pengemudi bentor melawan. Ratusan dari mereka menuntut pembebasan dan mempertanyakan lapangan pekerjaan pengganti. Karena tidak dapat menjawab tuntutan, maka bentor yang ditangkap, dilepas, dengan syarat harus melapor dan memiliki surat ijin beroperasi (berupa plat nomor motor). Saat ini ada ketegangan antara pengemudi Bentor dengan Becak tradisionil dan pemilik kereta kuda. Bentor dianggap unggul, karena dapat mengangkut barang-barang di atasnya sampai 500 kilogram. Bentuk fisik yang dilengkapi mesin motor itu bisa dengan gesit dan cepat masuk ke luar jalan kecil. Rata-rata perhari, pengemudi Bentor menghasilkan Rp 40.000,-

Zawakit adalah profil pekerja di sektor informal yang aktif dan dinamis. Dia sangat senang bercerita

44


tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh penumpang Bentor-nya. Ketika dia mengetahui bahwa tim pengabdian masyarakat FSRD Untar berminat pada obyek-obyek kerajinan tradisional, dia dengan senang hati menawarkan untuk selalu dihubungi melalui telepon genggamnya. Zawakit yang tak pernah mengeluh ini adalah sosok pemandu yang tepat. 6.6.2. Ibu Mien: Penjual Nasi Gandul khas Pati Potensi: Penjual makanan khas lokal Lokasi: Alun-alun kecamatan Juwana Nasi Gandul Ibu Mien dijual setiap hari di sisi Timur laut alun-alun Juwana. Mertuanyalah yang menjadi juru masak untuk warung yang buka sejak pukul 16.00 sampai 23.00. Adik Bu Mien juga membuka tempat makan yang sama, namun sejak pagi sampai sore. Bu Mien dan suaminya melayani pelanggan dengan sangat baik. Ia suka bercerita dan memperhatikan lingkungan sekitarnya. Dua anak kecil peminta-minta yang bermain-main di depan warungnya sering diajak ngobrol dan diberi makan. Ia bercerita bahwa orang tua kedua anak itulah yang sebenarnya menyuruh

anak2nya menjadi pengemis. Delapan anak orang tua itu tidak diberi makan dan disuruh keliling alunalun setiap hari untuk mencari uang. Ibu Mien memiliki dua anak, putra pertama kelas dua SD, sedang yang bungsu, laki-laki, masih di taman kanak-kanak kecil. Anak-anaknya dijemput di sore hari untuk ikut menunggu warung, sambil belajar atau membuat pekerjaan rumah di salah satu pojok meja. 6.6.3. Ibu Sundari: Penjual Jagung Bakar/Rebus Alun-alun Potensi

: Penjual makanan khas lokal

Lokasi

: Depan alun-alun Juwana

45


Ibu Sundari berjualan jagung sejak kecil. Ia membeli lebih dari 75 jagung setiap harinya dari Kecamatan Tayu, tidak jauh dari Juwana. Dibandingkan dengan warung makan lain, tempat Ibu Sundari tidak menggunakan tenda atau kios berpelindung. Ia berteduh di warung sebelah, bila hujan datang. Seharihari bu Sundari menyewa becak untuk mengangkut barang dagangannya ke tempat dia berdagang. Sayangnya jagung bakar bu Sundari tidak menggunakan bumbu-bumbu yang beraneka-ragam sebagaimana sering dilakukan oleh pedagang jagung di kota-kota lain seperti di Jakarta dan Bandung, misalnya. Ketika diusulkan, bu Sundari menyatakan kekhawatirannya seandainya bumbu-bumbu demikian tidak disukai oleh konsumennya. 6.7. Toko Oleh-oleh dan Cindera-mata 6.7.1. Toko Santoso Potensi : Penjual cindera mata khas dan kios informasi pariwisata Juwana. Lokasi : Jl. Sudirman Toko ini sangat strategis karena terletak di Jalan Sudirman, di pinggir jalan raya Pantura. Toko Santoso menjual berbagai macam produk, makanan dan kue serta berbagai oleh-oleh khas Juwana, Pati dan sekitarnya, seperti bandeng presto, terasi, petis, kecap, dan sebagainya. Toko ini telah berjalan lama dan bisa jadi merupakan toko oleh-oleh tertua diantara beberapa toko oleh-oleh lainnya di Juwana.

46


6.7.2. Toko Batik dan Cindera-mata Slamet Terletak disamping Toko Santoso. Toko ini termasuk toko yang sudah lama berdiri, dan menjual cukup lengkap berbagai cindera-mata dan kerajinan tradisional khas Juwana. Didirikan oleh bapak Tjun Hie, dan kini toko dijalankan oleh generasi kedua.

6.7.3. Toko Aneka Letaknya sangat strategis, di rumah toko (ruko) yang berada di selatan alun-alun. Toko Aneka selain menjual produk oleh-oleh makanan dan camilan, serta restoran kecil, juga memproduksi sendiri beberapa produk oleh-oleh, seperti Bandeng Presto, Petis, Terasi, dan sebagainya.

47


6.8. Pendidikan dan Kebudayaan 6.8.1. Sekolah Dasar Yayasan Rajawali

Narasumber

: Bambang Poernomo (Oen Kok Djing)

Sekolah ini didirikan pada tahun 1940 oleh pasangan suami-isteri Kwik Hway Gwan dan The Kwie Kie, orang tua Kwik Kian Gie, sebagai Sekolah Rakyat Rajawali. Pada awal pendiriannya sekolah ini ditujukan sebagai sekolah untuk komunitas keturunan Tionghoa di Juwana. Namun kini, dengan 6 kelas yang ada, dengan sekitar 130 muridnya, hanya 10-15 % keturunan Tionghoa. Pada bulan Oktober 2010 yang lalu, Sekolah ini mengadakan acara Reuni agung ke 70 tahun, dengan ketua panitia Bambang Poernomo (lihat 5.7.3. - narasumber Taman Budaya). Kwik Kian Gie, sebagai putra pendiri pasangan Kwik Hway Gwan dan The Kwie Kie, juga hadir memberikan bantuan sejumlah perangkat komputer. SD Rajawali kini dipimpin oleh Kepala Sekolahnya Sukarya S.Pd. dengan Ketua Yayasan Nyoman Adidharma. Bambang Poernomo adalah alumni dari SD Rajawali yang kini giat menjadi pengurus yayasan Rajawali dan berbagai kegiatan lain, seperti pengurus Gua Maria. Bambang Poernomo (60 tahun), memiliki toko “Sumber Murni� yang berjualan berbagai barang, mulai dari mesin jahit, kerajinan kuningan, sepeda miniatur, buku dan alat tulis, dan lain sebagainya. Beliau kelahiran asli Juwana, mendiami rumah sekaligus toko di utara alun-alun itu sejak tahun 1982.

48


6.8.2. Sekolah Dasar Negeri Karang Rejo 01 SD ini berdiri pada 1974 dan mendapat status penegrian pada 1985. Jumlah murid adalah 342 orang, dengan ruang kelas 10 lokal. Adapun jumlah guru 16 orang dengan 1 orang pegawai administrasi dan 2 orang penjaga sekolah. SDN Karang Rejo 01 memiliki perhatian yang sangat baik akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Mulai dari hal yang paling sedrhana dapat terlihat diseluruh SD telah terdapat tempat sampah pilah. Kemudian di bagian belakang kita dapat melihat kebun dan kolam untuk: -

Ikan lele dan gurame

-

Kelinci

-

Ulat

-

Keong

SD Karang Rejo 01 ini juga menanam tanaman buah dan obat, yang dikelola secara organik, seperti: -

Markisa

-

Ketela Pohon

-

Pisang

-

Maja

-

Jambu

Kesemua dikelola oleh guru, murid, dan orang tua murid. Diseputar sekolah terlihat lubang-lubang biopori tersebar. Mereka mendapat sebuah alat bor manual untuk membuat lubang biopori dari Kementerian Lingkungan Hidup, yang kemudian dicontoh untuk dibuat lagi. Di bagian belakang mereka juga memiliki bank untuk sampah daur ulang, yang hasil penjualannya digunakan untuk perawatan kebun dan pembelian bibit-bibit tanaman dan sebagainya. SD Karang Rejo 01 aktif mengikuti program nasional “Sekolah Adiwiyata� yang digagas oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup, dan diprakarsai oleh Komunikasi Peduli Alam Indonesia (KPAI) pimpinan Aulia Esti Wijiasih. SD Karang Rejo 01 yang terakreditasi A ini diketuai oleh kepala sekolah Drs. Aris Surya Irlanto, M.A. (0812 2929 360). Murid-murid juga belajar membuat paving block dan pot tanaman dari semen. Sekolah ini bersama Gereja Kristen Indonesia bekerjasama dengan kepala desa Karang Rejo, bapak Sutriyono (0813 2656 8664), juga mengadakan pengobatan gratis bersama beberapa dokter. 6.8.3. Taman Budaya Narasumber

: Bambang Purnomo (Oen Kok Djing)

Potensi

: Pusat pengembangan seni dan budaya kecamatan Juwana

Mencari informasi tentang Taman Budaya tidak terlalu mudah. Bahkan petugas Balai Desa Kauman yang terletak disamping lokasi Taman Budaya itu tidak mengetahui dengan pasti siapa dan dimana alamat tinggal pengelolanya. Petugas Balai desa menunjuk pada Eko Susilo yang

49


memiliki toko di samping apotik di alun-alun Juwana. Kami tidak menemukan orang yang dimaksud, namun kami berhasil berhasil mendapatkan informasi tentang Taman Budaya dari pemilik toko lain di samping apotik tersebut, Bambang Poernomo (lihat tentang SD Rajawali). Dahulu, sejak sekitar tahun 1965 – 1970an Taman Budaya menjadi tempat berlatih wayang orang dimana pemain-pemainnya maupun penabuh Gamelan, memiliki latarbelakang etnis yang beragam, baik dari suku Tionghoa maupun non-Tionghoa. Cerita-ceritanya adalah cerita wayang asli, sesuai pakem. Tokoh utamanya adalah Leman, kemudian diturunkan pada putranya, Sundoro. Kini Taman Budaya menjadi tempat berlatih tari setiap hari Minggu sore, dikelola oleh Lukito. 6.8.4. Kesenian Tradisional Laesan Kesenian Laesan dahulu sering dimainkan di Taman Budaya. Laesan adalah sejenis kesenian tradisi yang mendatangkan arwah, seperti jenis kesenian 'Nini Thowok'. Adapun seniman terakhir Laesan, menurut Bambang Purnomo, adalah Soendoro (almarhum). Kini bentuk kesenian ini tidak ada lagi yang meneruskan. 6.8.5. Kesenian Tradisional Ketoprak Kesenian tradisional ketoprak di Juwana sempat menjadi kelompok kesenian yang cukup terkenal, sehingga banyak dipanggil diberbagai kecamatan di luar Juwana, bahkan di luar kabupaten Pati. Kelompok LPKMV FSRD Untar belum sempat menemui dan mendalami kelompok kesenian tradisional ini. 6.8.6. Kesenian Tradisional Kenthrung Kesenian tradisional Kenthrung adalah sejenis seni pertunjukan bercerita yang dilakukan secara perorangan. Bentuk seni bercerita ini diiringi oleh permainan sejenis alat perkusi rebana, dan sebagainya. Kelompok LPKMV FSRD Untar belum sempat menemui dan mendalami kelompok kesenian tradisional ini. 6.8.7. Sedekah Laut

50


Potensi: Menjadi event pariwisata Sedekah laut adalah kegiatan para nelayan untuk berterima kasih pada Tuhan yang Maha Esa atas segala rizki yang diberikan Nya melalui laut. Kegiatan ini diadakan setiap tahun, 1 minggu setelah hari raya Idul Fitri. Masyarakat petani juga mengadakan ritual syukuran sejenis, yang disebut Sedekah Bumi. Setiap komunitas nelayan berpartisipasi menyumbangkan kegiatan dan dana untuk kegiatan ini. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan lomba dayung perahu yang diikuti empat kelenteng di sekitar Juana. Masing-masing kelenteng akan menurunkan perahu dengan seragam pendayung yang warnanya berbeda-beda. Tercatat lebih dari 300an kapal Juwana berperan serta dalam kegiatan sedekah laut. Acara ini berpotensi menjadi sebuah event pariwisata yang cukup menarik apabila pemerintah daerah kecamatan Juwana memanfaatkan event ini dengan kerja sama dengan para-pihak. 7. KESIMPULAN Juwana adalah sebuah kecamatan yang terus bertumbuh dan berkembang. Kecamatan Juwana memiliki banyak potensi yang dapat terus dikembangkan. Mulai dari sektor yang saat ini paling dinamis, yaitu sektor perikanan dan kelautan, sektor usaha menengah, kecil dan mikro (small medium enterprise), hingga sektor kerajinan batik, maupun sektor kerajinan kuningan. Sektor terakhir, kerajinan kuningan kini sedang terpuruk, namun tidak mustahil untuk terus dikembangkan dengan melihat berbagai peluang baru. Dari masing-masing potensi terdapat masalah kompleks dan memerlukan upaya seksama untuk mengurainya satu persatu. Akar masalah terlalu mendasar untuk ditanggulangi semata oleh bidang desain grafis, sehingga, perlu dilakukan perancangan program pengembangan Juwana yang bersifat lintas/multidisiplin. Juwana menjadi tempat transit kendaraan dan barang/komoditi perikanan, tambak, dan industri kerajinan serta UMKM. Pada umumnya berbagai komoditi tersebut dijual di luar kota Juwana, misalnya Semarang, Surabaya, Yogyakarta, dan bahkan ke Jakarta. Krisna sebagai contoh, adalah industri kuningan yang telah mapan dan memiliki jaringan penjualan di beberapa kota besar di pulau Jawa. Demikian pula dengan Bandeng Juwana yang sangat terkenal, namun penjualannya dilakukan di Semarang. Akibatnya berbagai aktivitas perdagangan yang melibatkan komoditi dari Juwana, tidak pernah mengangkat secara langsung Juwana sebagai kota yang ramai. Selain itu gejala umum yang terjadi di banyak wilayah sekitar kota besar di pulau Jawa, adalah ketika potensi-potensi yang terkait dengan komoditi dagang tersebut tidak berkembang sejalan dengan pertumbuhan populasi Juwana. Artinya penyediaan lapangan kerja tidak berjalan sebanding dengan peningkatan angka pertumbuhan. Walaupun sektor perikanan dan kelautan bergerak secara dinamis, dan mendorong pertumbuhan ekonomi Juwana, namun hal ini tak berdampak secara menyeluruh bagi setiap sektor kehidupan di kecamatan Juwana. Tidak berkembangnya sektor-sektor kehidupan lain diluar sektor perikanan dan kelautan menyebabkan terjadinya perpindahan tenaga usia muda yang terus bertambah dari kecamatan itu ke kota-kota besar di sekitarnya, seperti ke Semarang (89 km), Surabaya (350 km),

51


ataupun Jakarta (500 km). Oleh karena itu yang dibutuhkan adalah pengembangan (revitalisasi) kecamatan Juwana dengan memajukan berbagai sektor kehidupan dan lapangan kerja, sehingga kota kecamatan tersebut dapat tumbuh secara dinamis. Hanya dengan cara ini, maka proses urbanisasi ke kota-kota besar di pulau Jawa dapat ditekan. Sebagian masyarakat Juwana memang memiliki sifat 'alon-alon asal kelakon', sifat yang santai yang dapat mempersulit upaya untuk berkembang. Pengabdian masyarakat ini tidak berpretensi mampu mengubah hal itu. Namun Tim Juwana Project yakin bahwa selalu ada individu-individu penuh semangat untuk diajak bekerja sama, membangun dirinya secara mandiri. Apabila cerita sukses diantara warga Juwana dapat dibangun, maka diharapkan hal tersebut dapat menjadi inspirasi yang terus menyebar, menggerakkan semakin banyak warga. Dalam hal ini maka Tim Juwana Project hanya menjadi fasilitator semata. 8. REKOMENDASI a) Dengan mengamati Kota Kecamatan Juwana dari banyak sisi, rekomendasi yang muncul adalah perlu adanya program pengembangan wilayah kota/ kecamatan Juwana, untuk kemudian menjadi proyek percontohan bagi kota kecamatan lain. b) Upaya pengembangan atau revitalisasi kecamatan seluas Juwana harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan banyak disiplin ilmu. Program revitalisasi Juwana perlu didekati sebagai sebuah program kerja bersama dengan berbagai lembaga yang terkait. Tanpa kerjasama lintas-disiplin dan lintas-lembaga, maka program pengembangan Juwana akan menjadi sangat berat – karena membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama. Atau beresiko terjebak menjadi program yang bersifat tambal-sulam belaka. Dalam konteks ini city branding hanya salah satu tahap saja dari pengembangan wilayah kota/ kecamatan Juwana. Dengan kata lain desainer harus paham secara mendalam konteks sosial-budaya sebuah wilayah serta melakukan pengembangan masyarakat, sebagai bagian tak terpisah dari city branding.

c) Bagi Untar, Juwana secara historis, kultural, dan sosiologis, sesuai untuk menjadi sebuah laboratorium pengembangan wilayah, yang melibatkan berbagai fakultas/program studi secara komprehensif. Juwana, adalah stereotype daerah yang berbagai sumber dayanya terserap ke kota-kota besar disekitarnya. Dengan menjadikan Juwana sebagai laboratorium ilmu pengetahuan, Untar akan semakin mumpuni dalam tiga bidang Tridharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, serta pengabdian masyarakat.

8.1. Tujuan Tujuan utama dari kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: Melihat potensi Juwana dengan maksud dan harapan dapat membantu kecamatan ini semakin berkembang dan dilirik sebagai tujuan wisata, baik wisata ekonomi (berbelanja), maupun wisata edukasi dan historis. Upaya pengembangan kawasan Juwana ini dapat dijadikan sebagai sebuah studi kasus atau proyek

52


percontohan yang apabila nantinya dianggap berhasil akan dapat dijadikan sebagai sebuah modul pengembangan wilayah melalui desain. Untuk mencapai tujuan itu tahapan yang perlu dijalankan adalah: 1. Meningkatkan semangat kebersamaan, kebanggaan, dan kepekaan tiap warga terhadap potensi kecamatan Juwana itu sendiri 2. Mengembangkan berbagai sektor usaha kecil-menengah melalui desain komunikasi visual 3. Mengembangkan potensi pariwisata dari berbagai dimensinya (sejarah, spiritual, kuliner, dsb). 8.2. Kegiatan dan rancangan Untuk menentukan langkah berikut yang dapat dilakukan di kecamatan Juwana, tentu harus mengacu kembali pada kemampuan yang dimiliki oleh tiap-tiap pihak. Rekomendasi rangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat di Juwana adalah:

Lingkup Kegiatan

Bentuk Kegiatan

Tujuan

Target Sasaran

Pendidikan dan 1. Pendampingan Sekolah Meningkatkan mutu pendidikan Budaya berwawasan lingkungan di Sekolah 2. Workshop Menggambar Kreativitas dan kesadaran lingkungan hidup

Siswa SD dan Guru Orang tua dan warga

3. Workshop Membatik

Siswa SMP dan Guru Orang tua dan warga

Kesadaran budaya dan cinta batik

4. Workshop Fotografi dan Kesadaran budaya keberagaman Video /Bhinneka Tungal Ika

Siswa SMU dan Guru Orang tua dan warga

5. Bioskop keliling

Kecintaan pada lingkungan Kebhinnekaan

Warga Juwana secara umum

Meningkatkan potensi UMKM

Pengusaha UMKM Aparat Pemda Konsumen

2. Pendampingan Pengrajin Kuningan

Meningkatkan kembali potensi kerajinan Kuningan

Pengusaha dan pengrajin

3. Pendampingan Pengrajin Batik

Meningkatkan pemasaran dan pengelolaan kerajinan Batik Juwana

Pengrajin Batik Juwana Masyarakat luas Masyarakat penggemar Batik

Daur-ulang sampah

Warga Juwana Pemda

2. Tempat Sampah

Kebersihan lingkungan hidup terjaga

Warga Juwana & Pemda

3. WC Umum

Kebersihan dan kesehatan

Warga Juwana dan Pemda

1. Denah juwana

Mempermudah warga dalam bepergian

Wisatawan ke Juwana Warga Juwana

2. Rambu penunjuk arah

Mempermudah warga dalam bepergian

Wisatawan ke Juwana Warga Juwana

3. Media publik warga (news letter, tabloid)

Mempermudah penyebaran informasi Meningkatkan kesadaran dan

Warga Juwana

Sosial Ekonomi 1. Klinik Desain Kemasan

Fasilitas Umum 1. Fasilitas Pengolahan Sampah

Sistem Informasi

Guru, siswa dan orang tua murid sekolah

53

Warga Juwana


kebanggaan akan kota nya

4. Website

Kemudahan akses terhadap Juwana

Warga Juwana Umum Warga Juwana

5. Internet keliling

Edukasi Penyebaran informasi Memperkuat citra dan persepsi positif terhadap Juwana

Warga Juwana Wisatawan, pengusaha, dan lain sebagainya.

Pencitraan kota 1. Strategi Positioning, (City branding) identitas, dan tag line, hingga tanda kota 2. Merchandise

Memperkuat citra Pengumpulan dana

8.2.1. Pendidikan dan budaya Kegiatan ini berperan untuk memperkuat rasa cinta dan bangga warga Juwana terhadap tempta tinggalnya, serta meningkatkan kohesi sosial warga Juwana. Beberapa kegiatannya adalah: •

Pembinaan Pendidikan berwawasan lingkungan, meningkatkan kepekaan dan sikap kritis dalam beradaptasi dengan lingkungan terdekatnya.

Workshop Fotografi dan Video

Workshop Menggambar untuk meningkatkan awareness

dan apresiasi siswa terhadap

lingkungan dan wilayah tempat tinggalnya •

Workshop membatik untuk remaja SD dan SMP

Bioskop keliling bersama internet dan perpustakaan keliling sebagai media edukasi warga Juwana

Pameran hasil kegiatan warga di ruang publik, misalnya di alun-alun, atau di pendopo kecamatan.

8.2.2. Sosial - Ekonomi : Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yaitu misalnya: •

Klinik Desain dapat diadakan untuk melakukan perbaikan kemasan produk-produk: 1) Terasi, 2) Petis, 3) Bandeng, 4) Kecap, 5) Kerupuk, 6) Sirup Kawista

Pembinaan dan pemasaran kerajinan Kuningan

Pembinaan dan pemasaran kerajinan Batik

8.2.3. Fasilitas Umum Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pengadaan fasilitas umum demi kenyamanan warga maupun pendatang, misalnya: •

Fasilitas Tempat Pengolahan Sampah

Tempat Sampah lingkungan

WC umum (MCK)

8.2.4. Sistem Informasi Kegiatan ditujukan untuk memperluas sarana warga Juwana memanfaatkan akses teknologi informasi untuk kemudahan bekerja, selain juga untuk pengembangan pariwisata, misalnya:

54


Denah/ Peta dan Rambu penunjuk arah

Media publik warga (news letter)

Website khusus Juwana

Internet keliling

8.2.5. Pencitraan kota (city branding) Pencitraan kota atau city branding harus dilakukan sebagai bagian tak terpisah dari revitalisasi kawasan. Tanpa pengembangan komunitas dan berbagai pendampingan sosial-ekonomi maka pemberian merek dan citra pada sebuah kawasan, tidak akan berdampak besar, selain hanya slogan tanpa makna. •

Strategi positioning, identitas Juwana dan motto (tagline)

Tanda kota (landmark)

Mechandise

8.3. Kerja Sama Berdasarkan proses kerja observasi dan pemetaan potensi Juwana selama satu semester, terlihat pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena konteks permasalahan yang cukup luas dalam upaya pengembangan wilayah Juwana, baik kerja sama lintas-disiplin maupun kerja sama antar-lembaga dengan visi dan misi yang sejalan. Dalam tahap awal, LPKMV Untar dan Yayasan Aikon Media Publik bersama Komunikasi Peduli Alam Indonesia (KPAI) telah bekerja sama dengan sangat baik. Demikian banyak tenaga dan pikiran yang dicurahkan oleh Aikon dan KPAI, yang tentunya bernilai sangat besar bagi berlangsungnya program ini. Tahap berikutnya diharapkan lebih banyak lembaga yang terlibat, misalnya; −

Desain: Asosiasi Desain Grafis Indonesia, DKV Unika Sugiyapranata Semarang, Grafisosial

Seni Rupa: Ruangrupa, Jatiwangi Art Factory, dan lain-lain

9. JADWAL KEGIATAN No. Kegiatan

Jul

Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

'10

A

'11

TAHAP I

55

Des


1

Pengamatan / tanya-jawab dengan informan.

2

Survey awal

3

Presentasi awal

4

Pemetaan/.Pendataan (produk

5

Seminar City Branding

6

Kerjasama Pemda

7

Perancangan

8

Evaluasi hasil

B

TAHAP II

C

TAHAP III

10. TAHAPAN KERJA Tahap I (Juli s/d Desember 2010) Pemetaan dan identifikasi potensi-pontensi: Pada tahap pemetaan dan identifikasi, digunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti: angket, pemotretan, wawancara, dan sebagainya. Disini dilakukan analisa kekuatan, kelemahan, dan kemungkinan, serta ancaman dari kompetitor sejenis. Dari tahap pemetaan inilah dapat dipahami kebutuhan dari sebuah wilayah. Tahap II (Januari 2011 s/d Juni 2011) Awareness dan Community Development: Branding secara garis besar adalah sebuah upaya membakukan dan menampilkan citra terbaik yang akan diingat tentang suatu produk, ataupun pihak. Hal ini dapat diterapkan dengan baik apabila berbagai faktor dari produk tersebut mendukung. Dalam city branding yang harus dilakukan sebagai syarat dasar adalah membangun kesadaran dan tekad warga untuk menemukan identitas diri/kotanya, mengembangkan segala potensi yang dimilikinya sehingga memenuhi segala gambaran ideal yang ada dalam benaknya. Ini adalah sebuah intervensi sosial atau rekayasa sosial (social engineering) yang bersifat lintas-disiplin. Bentuknya dapat berupa workshop, pelatihan, pendampingan, dan lain sebagainya. Kegiatan utama yang akan kami lakukan adalah beberapa workshop menggambar, sablon, dan fotografi untuk SD dan SMP di Juwana. Workshop Fotografi akan mengajak siswa memotret kehidupan dari lingkungan terdekat, keluarga, ayah-ibu mereka. Tujuannya meningkatkan apresiasi untuk mendalami pekerjaan orang tua. Hasil dari workshop akan dipamerkan di pendopo Kecamatan pada tanggal 2 Mei 2011 sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tahap III (Juli 2011 s/d Desember 2011)

56


Perancangan /Implementasi serta Publikasi: Melakukan perancangan terhadap berbagai elemen dalam kota yang membutuhkan perbaikan, penyempurnaan, atau pembuatan suatu desain yang baru. Perancangan yang baik harus memahami dan sejalan dengan kebutuhan warga, ataupun pengguna/pengunjung daerah tersebut. Perancangan dapat dilakukan oleh desainer sebagai profesional, melibatkan warga untuk merancang bersama, bahkan dapat pula dilakukan oleh warga sendiri, dengan pendampingan dari desainer. Setelah tahap implementasi desain maka dimulailah proses sosialisasi dan promosi mengenai potensi wilayah yang dapat menarik perhatian wisatawan, pengusaha, dan lain sebagainya. Pada tahap inilah citra dari wilayah Juwana disebarluaskan secara persuasif.

Daftar Pustaka

57


a. Buku • Berman, David (terjemahan)., Do Good Design, Bagaimana Desainer dapat Mengubah Dunia, Jakarta: Aikon, 2010. • Toer, Pramoedya Ananta, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, Jakarta: Penerbit Lentera Dipantara, 2005. • Winarni, Retno, Cina Pesisir, Jaringan Bisnis Orang-orang cina di Pesisir Utara Jawa Timur sekitar Abad XVIII, Denpasar: Pustaka Larasan, 2009. • Pramono, Sidik (editor), Ekspedisi Anjer-Panaroekan, Laporan Jurnalistik Kompas, 200 Tahun Anjer-Panaroekan, Jalan (untuk) Perubahan, Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2008. b. Internet

• http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kecamatan/id/33/name/jawatengah/kabid/3318/kbaname/pati/detail/331808/juwana#profil • http://openlibrary.org/works/OL5867122W/Laesan_sebuah_fenomena_kesenia n_masyarakat_pesisir_di_Desa_Bajomulyo_Kecamatan_Juwana_Kabupaten_ Pati • http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Pati • http://www.kotabandeng.blogspot.com/ • http://pentingbanget.wordpress.com/2009/03/29/masjid-agung-juwana/ • http://eprints.undip.ac.id/22335/ • http://eprints.undip.ac.id/12531/ • http://www.promojateng-pemprovjateng.com/ambildaerah.php?kota=Pati • http://www.desantara.org/page/information/essay-articles/2257/MembacaDokumen-Multikultural-Di-Kabupaten-Pati-Saat-Ini • http://grabahbrass.blogspot.com/2009/03/brass-handicraft-center-in-district.html • http://grabahbrass.blogspot.com/2009/03/brass-handicraft-center-in-district.html • http://www.gatra.com/2008-02-21/artikel.php?id=112413 • http://diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/perikanan_tangkap/upt

LAMPIRAN 1 Daftar Fotografer

58


Halaman 13 : Google map Halaman 15

: Foto 1 Enrico Halim : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 16

: Foto 1 Enrico Halim : Foto 2 Ruby Chrissandy

Halaman 17

: Foto 1 Ruby Chrissandy : Foto 2 Ruby Chrissandy

Halaman 18

: Foto 1 Caroline F. Sunarko : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 19

: Foto 1 Caroline F. Sunarko

Halaman 20

: Foto 1 Enrico Halim : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 22

: Foto 1 Ruby Chrissandy : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 24

: Foto 1 Ruby Chrissandy

Halaman 26

: Foto 1 Enrico Halim : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 27

: Foto 1 Ruby Chrissandy : Foto 2 Ruby Chrissandy

Halaman 28

: Foto 1 Leonard Pratama : Foto 2 Leonard Pratama

Halaman 29

: Foto 1 Dokumentasi khusus : Foto 2 Deddy Herlambang

Halaman 31

: Foto 1 Caroline F. Sunarko : Foto 2 Caroline F. Sunarko : Foto 3 Ruby Chrissandy

Halaman 32

: Foto 1 Enrico Halim : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 33

: Foto 1 Caroline F. Sunarko : Foto 2 Caroline F. Sunarko : Foto 3 Enrico Halim : Foto 4 Enrico Halim

Halaman 34

: Foto 1 Ruby Chrissandy : Foto 2 Rian Juventus : Foto 3 Rian Juventus

Halaman 35

: Foto 1 Rian Juventus : Foto 2 Rian Juventus

Halaman 36

: Foto 1 Rian Juventus

59


Halaman 37

: Foto 2 Rian Juventus : Foto 3 Rian Juventus : Foto 1 Caroline F. Sunarko : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 38

: Foto 1 Enrico Halim

Halaman 39

: Foto 1 Enrico Halim : Foto 2 Enrico Halim

Halaman 40

: Foto 1 Ruby Chrissandy : Foto 2 Ruby Chrissandy : Foto 3 Enrico Halim : Foto 4 Enrico Halim : Foto 5 Ruby Chrissandy : Foto 6 Ruby Chrissandy

Halaman 42

: Foto 1 Enrico Halim :

60


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.