33
Riau Pos AHAD 13 FEBRUARI 2011
AWETAN KUPU-KUPU: Berbagai jenis kupu-kupu koleksi Pusat Informasi Kupu-kupu Sumatera yang bertempat di objek wisata Hapanasan, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu.
SAID MUFTI/RIAU POS
Popehramu Menari di Bibir Sungai Di Negeri Seribu Suluk, mata Anda bisa dibuat terpesona oleh cantiknya kupu-kupu yang menari di bibir sungai. Atau melihat cantiknya koleksi awetan serangga bersayap indah di Pusat Informasi Kupu-kupu Sumatera.
Laporan ANDI NOVIRIYANTI, Rambah andinoviriyanti@riaupos.com TIBA-TIBA saja sekelompok kupukupu aneka warna berhamburan terbang dari bibir Sungai Suaman, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rohul, Rabu (9/2) siang. Makhluk cantik bernama lokal Popehramu itu sepertinya sedikit terusik melihat kehadiran tim Riau Pos For Us yang memang tengah mencari-cari keberadaannya. Pinggiran sungai itu kerap dikabarkan tempat kupukupu hinggap. Melihat kupu-kupu yang berhamburan itu, tim pun memilih duduk diam tenang sembari mengamatinya dengan jarak sekitar tiga meter. Kupu-kupu yang terbang tadi pun melayang terbang seakan-akan menari dan kembali hinggap di bibir sungai. Sepertinya asyik mengisap sesuatu dari atas tanah. “Itu kelompok kupu-kupu jantan. Biasanya mereka keluar di siang hari dari jam 12-an sampai pukul empat petang nanti. Ada sesuatu di tanah itu yang mereka hisap,” ujar Yusri Syam, seorang peneliti kupu-kupu di Rohul yang hari itu mendampingi tim. Pesona kupu-kupu di Rohul kini
memang tengah digesa. Bahkan tak jauh dari sungai tempat kami mengamati kupu-kupu tersebut, telah dibangun pusat informasi kupukupu Sumatera lengkap dengan penangkarannya. Tepatnya berada di objek wisata air panas Hapanasan, Desa Sialang Jaya, Kecamatan Rambah, sekitar 9 Km dari pusat kota Pasirpengaraian, ibu kota Kabupaten Rohul. Menurut Kabid Pariwisata Rohul Zainal Abidin, yang hari itu turut mendampingi tim, kekayaan kupukupu yang dimiliki daerah itu, kini telah dijadikan objek wisata. Khususnya untuk memperkaya objek wisata air panas di tempat itu. Itulah sebabnya melalui dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Rohul tahun 2009 dibangun pusat informasi kupu-kupu. Bangunannya menyerupai bentuk kupu-kupu. Di dalamnya berisi lengkap informasi tentang kupu-kupu lengkap dengan penamaannya dalam bahasa daerah Rokan. Terdapat juga di dalamnya koleksi awetan kupu-kupu. Beberapa di antaranya merupakan spesies langka dan dilindungi. Misalnya spesies Trogonoptera, Idea sp, Papilionidae, dan Brokiana Sp. Tahun 2010, tambahnya, atas bantuan Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata (Disbudsenipar) Provinsi Riau, dibangunkan pula tempat penangkaran kupukupu tepat di sampingnya. Ukuran 8 x 12 meter. Namun karena masih baru, belum ada kupu-kupu yang ditangkarkan di tempat itu. Tempat penangkaran itu baru saja ditanami
beberapa jenis tumbuhan yang menjadi pakan bagi ulat kupu-kupu dan tumbuhan berbunga yang menjadi tempat menghisap nectar bagi kupu-kupu dewasa (imago). Objek wisata kupu-kupu itu dirintis oleh Yusri Syam, staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rohul, sejak tahun 2003 lalu. Kegiatan itu diawali karena suatu kebetulan karena saat pulang kampung mengantar istrinya yang orang Sulawesi Selatan. Di sana dia mengunjungi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBB), terkenal sebagai Kerajaan Kupu-kupu (habitat kupukupu, red). Selain itu, Yusri juga mengaku sangat cinta pada lingkungan hidup dan kelestarian budaya di tanah kelahirannya, Negeri Seribu Suluk, julukan bagi Kabupaten Rohul. Oleh karena itu baginya melestarikan kupu-kupu sama halnya dengan melestarikan lingkungan dan budaya. Pasalnya kelimpahan kupukupu menjadi pertanda lingkungan di sekitarnya masih baik. “Jika lingkungan rusak, maka kebudayaan akan hilang. Misalnya ketika hutan rusak, atau sungai rusak, maka banyak kegiatan adat tidak dapat dilaksanakan. Karena prasarana dan sarananya terganggu. Jadi bukan moderisasi yang menghilangkan kebudayaan,” ujarnya. Lebih jauh, tentang kupu-kupu sebagai indikator kelestarian lingkungan diterangkannya lewat pernyataan bahwa kupu-kupu merupakan herbivora spesialis. Keragamannya menjadi bertanda keragaman jenis tumbuhan tempat itu. Bila ada 200 jenis
kupu-kupu di tempat itu, maka bisa dipastikan ada 200 jenis pula jenis tumbuhan di tempat itu. Pasalnya ulat kupu-kupu hanya memakan satu jenis tanaman sebagai pakannya. “Saya pernah membuktikan, memberikan pakan lain pada ulat kupu-kupu. Terbukti ulat itu mati. Jadi kalau kita melihat ada satu jenis kupu-kupu dan tahu tumbuhan yang jadi pakan ulatnya, maka tampan melihat tumbuhannya, kita bisa tahu dalam raidus 3 Km di tempat itu bisa ditemukan jenis tanaman tersebut,” jelas pria kelahiran 10 Februari 1972 itu. Sementara kaitannya dengan kebudayaan, menurutnya kupu-kupu merupakan intaian atau pertanda (sarana informasi) bagi masyarakat Rokan. Baik di bidang pertanian, cuaca, perubahan alam, ramalan, mistik, dan lain sebagainya. Misalnya, jika kupu-kupu muncul di rumah maka itu menandakan ada sesuatu yang terjadi dalam kehidupan seseorang, keluarga ataupun diri yang melihatnya. Contoh lainnya misalnya kupu-kupu di halaman, itu menandakan keadaan hari ataupun suasana tamu yang menyenangkan dan memberikan kebahagian di sekitar rumah. Itu bisa pula diartikan murah reski atau ada jalan keluar dari suatu masalah. Selain itu, dia menyebutkan bahwa pusat informasi kupu-kupu yang ada di Hapanasan merupakan media edukasi cinta lingkungan kepada anak-anak. “Jadi kita memasukkan aspek-aspek lingkungan tidak dengan teori belaka. Tetapi lewat praktek langsung kepada generasi
Kegembiraan Ndit dan Mbun Kisah Ndit (burung Serindit , maskot fauna Riau) dan Tambun (anak gajah Sumatera)
muda. Di sini mereka melihat bahwa kupu-kupu membutuhkan pakan tertentu untuk bisa hidup. Oleh karena itu kelestarian hutan dan aneka jenis tanaman menjadi penentu mati hidupnya kupu-kupu,” terang pria berkulit hitam manis itu. Menurut Suhara dari Jurusan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam makalahnya tentang Ordo Lepidoptera, kupukupu memiliki nilai penting dalam berbagai kehidupan. Baik, nilai ekonomi, ekologi, endemisme, konservasi, estetika, pendidikan dan nilai budaya. Nilai penting ekonomi terlihat dari beberapa jenis kupu-kupu yang mempunyai harga jual di pasaran cukup tinggi. Bukan hanya imagonya yang dapat dijual dalam bentuk cendera mata, tetapi juga kepompongnya. Bahkan kepompong memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi. Saat ini kepompong beberapa jenis kupu-kupu tertentu telah di ekpor ke pasaran internasional, terutama ke Inggris. Di negara tujuan, kepompong itu dimasukkan ke taman kupu-kupu untuk dipertontonkan kepada pengunjung, bagaimana spektakulernya imago yang sedang keluar dari kepompong. Namun nilai ekonomi itu juga menjadi ancaman bagi kehidupan kupu-kupu di alam. Mengingat masyarakat melakukan pemanenan tanpa melakukan pertimbangan terhadap pertumbuhan populasi dari jenis kupu-kupu yang laku‘dijual di pasaran. Dari segi ekologi, kupu-kupu sangat penting, karena melakukan pol-
linasi terhadap tumbuhan tertentu. Selanjutnya kupu-kupu memiliki nilai pendidikan karena para pelajar dan mahasiswa dapat melakukan penelitian terhadap berbagai aspek kupu-kupu tersebut. Masih banyak masalah yang mempengaruhi kehidupan kupu-kupu yang belum diketahui, seperti jenis pakan ulat dari setiap jenis kupu-kupu. Untuk nilai konservasi karena beberapa jenis kupu-kupu terancam punah. Hal ini juga berlaku bagi jenis kupu-kupu endemik, terutama yang statusnya endemik lokal. Jenisjenis yang masuk dalam kedua kategori tersebut, mempunyai nilai konservasi yang sangat tinggi, sehingga memiliki nilai perioritas utama untuk di konservasi dan dilindungi. Terakhir nilai budaya. Menurutnya, masyarakat sekitar Bantimurung (TNBB) Sulawesi Selatan telah lama memanfaatkan sumberdaya kupu-kupu, baik untuk dijual atau sekedar dijadikan hiasan. Bahkan akhir-akhir ini, masyarakat telah mempu membuat souvenir dari sayap kupu-kupu yang disusun dalam bentuk dekoratif dan bernilai senih yang indah. Sementara itu di Rohul, nilai budaya yang dikembangkan oleh Yusri Syam adalah tentang etnozoologist-nya. Etnozoologi adalah penamaan ilmiah penggunaan serta hubungan budaya antara hewan dan manusia suatu suku bangsa. Yusri Syam yang dibantu oleh Taslim F (Etnozoologist Rohul) telah membukukan tentang penamaan berbagai kupu-kupu dalam bahasa Rokan.***
Riau Pos a
un i nD ka at am el
R Dari iau, S
HALAMAN 34
SAVE THE EARTH
AHAD 13 FEBRUARI 2010
Menyelamatkan Lingkungan demi Masa Depan
Riau Pintu Gerbang Elang
Inf Green Info
INTERNET
BUNGA: Burung dan bunga saling membutuhkan agar tetap bertahan.
Burung Punah, Bunga Menghilang
Setiap musim dingin antara September hingga November, sekitar 10.000 ekor elang (Milvus migrans) perharinya mengunjungi Pulau Rupat, Riau. Pulau kecil ini menjadi pintu gerbang masuk elang ke Indonesia, untuk menghindari musim dingin dan kekurangan makanan yang terjadi di Asia bagian timur. Bisa dibayangkan, jika Rupat hancur maka kehidupan elang juga turut migran di negara ini. Laporan ANDI NOVIRIYANTI, Bogor andinoviriyanti@riaupos.co.id
KEPUNAHAN burung ternyata bisa memicu kepunahan tanaman berbunga. sebab beberapa tanaman bunga ternyata sangat bergantung pada burung untuk membantu proses penyerbukannya. Jika burung absen, maka proses pernyerbukan yang mengawali perkembangbiakan terganggu dan akhirnya akan memicu kepunahan. Fakta tersebut telah dijumpai pada herba Rhabdothamnus solandri yang banyak hidup di wilayah North Island, Selandia Baru. Populasi tanaman herba tersebut menurun drastis sejak hilangnya dua spesies burung dari wilayah itu, yakni Anthornis melanura dan Notiomystis cincta. Dua spesies tersebut punah setelah tikus diintroduksi pada tahun 1870 dan menjadi pemangsanya. Bahkan ketika dilakukan penyerbukan bantuan oleh para ilmuwan ditemukan fakta bahwa tanaman yang dihasilkan lebih kecil, biji yang dihasilkan 84 lebih sedikit dan adanya rasio ketidak seimbangan antara populasi muda dan tua. Hal tersebut membuktikan bahwa penyerbukan buatan tidak membantu bunga untuk terserbuki dengan baik, meskipun bisa. Pakar burung dari Universitas Queensland di Brisbane, Australia, Martin Maron, mengatakan bahwa kejadian tersebut menggambarkan pentingnya peran burung. Kepunahan burung tidak hanya kehilangan satu spesies dari muka bumi. Kehilangan spesies kunci di area tertentu bisa membuat ekosistem kolap.(int/tya-gsj/new)
INTERNET
NELAYAN: Ikan merupakan salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat pesisir. Kepunahan ikan muai terjadi di Pekalongan.
Ikan Menghilang NELAYAN di Pekalongan, Utara Pulau Jawa, kelabakan karena hasil tangkapan ikan sangat berkurang dari pada biasanya. Jika biasanya nelayan bisa menangkap sebanyak 53 ton ikan pertahunnya, namun, tahun ini nelayan hanya mampu menangkap ikan sebanyak 18 ton. Penurunan hasil tangkapan ikan yang sangat drastis ini menurut R Eduard D, perwakilan Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Pekalongan, disebabkan oleh tingkat eksploitasi ikan yang berlebihan, bahkan penangkapan ikan yang sedang bertelur dan masih berukuran kecilpun kerap terjadi. Pekalongan pernah menjadi penghasil ikan tertinggi se-Asia Tenggara. Kini posisi Pekalongan adalah nomor 4 se-Indonesia. Nomor 1 kini diduduki oleh Pati. Nah lho, sekarang tahukan siapa yang memulai? (int/tya-gsj/new)
SESUAI namanya halimun tipis senantiasa menyelimuti kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Hutan alam yang membentang menciptakan harmonisasi yang sangat menakjubkan mulai dari kaki Gunung Salak sampai puncaknya. Sesekali pekikan Elang hitam (Ictinaetus Malayensis) membangunkan kesunyian basscamp Suaka Elang, Gunung Halimun Salak, Bogor, Jawa Barat (5/2) tempat Riau Pos, Humas PT Chevron Pasific Indonesia (CPI), Chevron Geothermal Salak (CGS), Lembaga Suaka Elang dan Raptor Indonesia (Rain) mengenal lebih dekat kehidupan elang dan peran Pulau Rupat di dalamnya. “Rupat memiliki arti penting bagi imigrasi elang yang dilakukan setiap tahun pada musim dingin (SeptemberNovember, red). Jika Rupat hancur, maka kehidupan raptor juga terancam musnah,” ungkap Gunawan, Direktur Suaka Elang. di kawasan konservasi elang, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Bogor, Jawa Barat. Elang membutuhkan thermal (panas) untuk mampu terbang dengan tinggi dan tangkas. “Burung ini juga sangat efisien dalam menggunakan energinya saat terbang,” kata Gunawan. Oleh karena itu, elang mencari pulau-pulau dengan jarak yang dekat dalam lintasan imigrasinya. Pulau Rupat merupakan pulau yang dekat dengan parairan (laut) dan Tanjung tuan di Malaysia. Sehingga pulau ini merupakan tempat ideal bagi elang menambah energi setelah terbang sekian jauh dan lama, sebelum menuju daerah, tempatnya menghabiskan masa setiap musim dingin (wintering area). Rupat (1.500 kilometer persegi) merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Kabupaten Bengkalis, Riau. Pulau ini yang menjadi pintu gerbang masuknya raptor (burung pemangsa) ke Indonesia untuk mencari wintering area guna menghindari musim dingin dan kekurangan makanan. Hingga kemudian kembali lagi pada Februari-Maret menuju tempat asalnya, Cina, Jepang dan Siberia. Sama seperti manusia, elang merupakan hewan tipe perantau (baca migrasi) meskipun ada sebagian yang menetap kemudian menjadi hewan endemik. “Sebanyak 19 dari 56 jenis elang di Asia yang melakukan imigrasi terlihat di Pulau Rupat, Riau, untuk memasuki Indonesia menuju daerah-daerah panas seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan,” ujar ketua Raptor Indonesia (RAIN), Zaini Rakhman. Zaini juga menambahkan bahwa ada lima jenis elang yang terlihat paling
ISTIMEWA
SUAKA ELANG: GSJ berfoto bersama di Suaka Elang, Bogor, belum lama ini.
umum dalam imigrasi yang dinamakan dengan eastern island corridor (koridor pulau-pulau pasifik) tersebut. Mereka adalah elang hitam (Ictinaetus malayensis Temminck), Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus), elang alap Nipon (Accipiter gularis), elang alap China (Accipiter soloensis) dan elang alap petalabu (Accipiter poliocephalus). Mengenal Elang Jawa Selain elang migran terdapat pula elang menetap. Gunawan menyebutkan, elang penetap misalnya elang jawa (spizeatus bartelsi), yang saat ini merupakan hewan endemik di TNGHS. “Bahkan elang jawa telah ditetapka sebagai symbol nasional yaitu Garuda, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 4 tahun 1999,” ungkapnya. Elang jawa ini tidak berimigrasi dan menetap di hutan-hutan Pulau Jawa, sementara elang imigrasi akan terbang keberbagai wilayah di Indonesia sesuai dengan tujuan dan tempat habitatnya hingga kembali lagi daerah asalnya. Sebab itu, Gunawan dan teman-temannya di Lembaga Suaka Elang terlihat sangat wanti-wanti sekali kepada tim
ELANG PARIA : Salah satu jenis Elang Paria yang berada di kandang rehabilitasi Suaka Elang Bogor.
Riau Pos yang berkunjung ketika untuk mengontrol habitat elang di Rupat. Peran elang sangat penting sebagai penyeimbang ekosistem. “Sebab, elang menempati tingkat teratas dari ekosistem, sehingga perannya sebagai penyeimbang ekosistem sangat penting,” jelas Gunawan. Sehingga kehidupan elang sangat perlu untuk dijaga dan di kontrol. Namun tingkat eksploitasi hutan sebagai habitat elang yang sangat tinggi, maka pada 21 November 2007 terbentuklah Suaka Elang atau Raptor Sanctuary. Ditandai dengan penandatanganan MoU dari 12 pihak yaitu pemerintah, LSM dan perusahaan. Dari pihak pemerintah yakni meliputi taman nasional gunung halimun salak, taman nasional gunung gede pangrango, BKSDA Jawa Barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam. Lalu dari pihak LSM ada Raptor Indonesia (RAIN), PILI-NGO Movement, Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Raptor Conservation Society (RCS), dan mata ELANG. Dari pihak swasta ada Chevron Indonesia yang ikut menjadi founding member. “Awalnya kami hanya ingin menyelamatkan spesies elang Jawa saja, karena selain sudah sangat langka, elang jawa juga terkenal dengan bentuknya yang cantik, namun melihat kondisi jenis elang lainnya yang sudah mulai punah, tidak mungkin kan kita harus menunggu cantik dulu, baru kita selamatkan,” ujar Gunawan, Direktur Suaka Elang. Suaka Elang yang berada di dalam wilayah taman nasional berbatasan dengan wilayah adminstrasi kampung Loji, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Bogor Jawa Barat ini memiliki beberapa fasilitas yaitu information centre yang dibangun oleh pemerintah taman nasional gunung halimun salak, beberapa kandang yakni kandang transit, kandang display, dan pre release cages yang dibangun oleh Chevron Indonesia. Kemudian habitation cage yang didukung oleh International Animal Rescue (IAR) Indonesia. Saat ini ada dua ekor elang yang siap untuk di lepasliarkan, yakni seekor elang Jawa dan seekor elang Brontok. Khusus untuk Elang Brontok (Spizeatus cirrhatus) pihak Suaka masih belum memutuskan akan dilepaskan di daerah mana,
Mahasiswa Peduli Lingkungan
INTERNET
MAHKOTA DEWA: Tumbuhan Mahkota Dewa dipercayai bisa mengobati berbagai macam penyakit dalam.
Mahkota Dewa Penakluk Penyakit Dalam MAHKOTA Dewa (Phaleriae Fructus) merupakan tanaman perdu yang batang, daun, dan buahnya sangat ampuh untuk menaklukkan berbagai penyakit karena mengandung antioksidan yang tinggi, namun bijinya sangat beracun. Tanaman ini merupakan tanaman obat yang sedang popular karena daun dan buahnya dianggap mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Diantaranya tekanan darah tinggi, diabetes, lever, kanker, sakit jantung, kencing manis, asam urat, reumatik, ginjal, alergi, berbagai macam penyakit kulit, mengatasi ketergantungan obat, insomnia, paru-paru, sirosis hati, meningkatkan stamina dan ketahanan terhadap influenza. Daun dan kulit buah mahkotadewa mengandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing memiliki efek antialergi dan antihistamin. Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh teh racik terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai. Kalau tidak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.(int/tya-gsj/new)
Mahasiswa UI peduli lingkungan dan civitas akademika Komunitas Hijau bergabung bersatu bersama membangun UI Mewujudkan UI peduli lingkungan bersama GCUI. Kami hadir untuk lingkungan yang hijau Green Community UI.
SEPENGGAL lirik dari mars sebuah komunitas yang berumur genap satu tahun pada tanggal 25 Januari 2011 lalu merupakan penyemangat komunitas bernama Green Community University of Indonesia (GCUI). Umur tersebut masih seperti jagung yang baru tumbuh dengan dua pucuk daun hijaunya. Walaupun usianya masih seumur jagung, tetapi komunitas ini telah banyak melakukan kontribusi terhadap lingkungan dengan kegiatankegiatan penghijauannya. Baik untuk para mahasiswa dan lingkungan di sekitaran kampus, maupun kepada masyarakat di luar kampus. . GCUI merupakan organisasi pemerhati lingkungan yang bersifat tanpa kekerasan dan independen dari politik. GCUI sendiri beranggotakan mahasiswa serta alumni Universitas Indonesia. Saat ini jumlah ang-
gota GCUI menembus angka 300. Angka yang sangat besar untuk sebuah komunitas yang usianya masih muda. Sebagaimana jumlah anggotanya yang fantastis, GCUI pun telah dan akan terus melakukan berbagai kegiatan untuk mewujudkan kehidupan seluruh civitas akademika Universitas Indonesia yang berbasis lingkungan yang tidak lain merupakan visi khusus dari komunitas ini. Green Community UI terdiri dari tiga departemen. Departemen yang pertama adalah Pengembangan Internal. Departemen ini bertanggung jawab untuk mengembangkan model pembinaan yang aplikatif dan berwawasan lingkungan kepada anggota GCUI. Salah satu program kerjanya adalah mengadakan capacity building dengan tema “Pengelolaan Limbah Padat” yang bertujuan untuk melengkapi anggota GCUI dengan pengetahuan mendalam mengenai pengelolaan sampah. Departemen yang kedua adalah riset. Berbagai kegiatan yang telah diadakan departemen riset antara lain kampanye Ozon di pusat-pusat perbelanjaan, Earth Hour WWF, kampanye Hari Air, riset sampah di lingkungan UI, dan masih banyak lagi. Salah satu yang paling menarik adalah “Breathe the World”. Kegiatan ini mengajak anggota GCUI maupun mahasiswa UI lainnya untuk ber-
gabung bersama melakukan penanaman bakau di kepulauan Seribu. Yang membedakan kegiatan ini dari kegiatankegiatan lain yang serupa adalah GCUI bukan hanya melakukan penanaman bakau, melainkan juga penyuluhan kepada penduduk setempat mengenai cara merawat dan menjaga bakau serta mengenai pemanfaatan pohon bakau itu sendiri. Misalnya, GCUI memberikan penyuluhan kepada penduduk setempat bagaimana caranya mengelola buah bakau menjadi permen. Pemberian pengetahuan dan wawasan tersebut dimaksudkan agar penduduk setempat semakin giat dan berperan aktif dalam perawatan dan penjagaan pohon bakau, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ditanam oleh GCUI. Departemen yang terakhir adalah Hubungan Masyarakat. Sesuai dengan namanya, departemen ini bertanggung jawab untuk menjalin hubungan antara GCUI dengan organisasi-organisasi lingkungan hidup lainnya. Tak heran, di tahun pertamanya, GCUI telah berhasil menjalin hubungan bahkan kerja sama dengan berbagai organisasi lingkungan, seperti Kementrian Lingkungan Hidup, Green-
mengingat spesies elang tersebut jika dilepas di Jawa akan menjadi kompetitor yang menghambat populasi Elang Jawa. “Elang Brontok dan elang Jawa merupakan dua spesies yang berasal dari genus yang sama yaitu spezaitus, sehingga mereka memiliki pola konsumsi yang sama. Hanya saja populasi elang Brontok lebih banyak dibanding elang Jawa sehingga di alam bebas mereka akan menjadi kompetitor,” kata Gunawan. “Selain itu Elang Jawa butuh 70 persen hutan alami, sedangkan Elang Brontok hanya butuh 30 persen hutan yang alami, sisanya bisa saja hutan produksi atau perkebunan,” lanjut laki-laki yang menjadi volunter di Suaka Elang tersebut. Cara hidup elang Jawa yang pemilih menyebabkannya menjadi langka, selain itu Elang Jawa juga hanya bertelur dua tahun sekali dengan jumlah paling banyak dua butir, namun dalam perkembangannya biasanya hanya satu butir yang bisa menetas dan tumbuh menjadi elang baru. Dan sampai saat ini belum ditemukan cara yang efektif untuk mengembangbiakkan elang Jawa dengan cara penyuntikan sperma atau semacamnya. “Elang Jawa mempunyai ritual yang unik selama masa briding, biasanya memakan waktu yang cukup lama, elang jantan dan betina akan melewatkan waktu dengan terbang bersama-sama sepanjang hari, berputar-putar di angkasa, dan akhirnya bertelur di sarang yang sama, mereka tidak pernah berpindahpindah sarang,” terang Gunawan. Untuk mengenali sarang yang masih dipakai, menurut Gunawan dapat dilihat dari tampilan sarangnya. “Jika ada daun-daun hijau di sarang tersebut, maka hal itu manandakan sarang itu masih aktif,” lanjutnya. Komitmen Suaka Elang dalam konservasi elang bukan hanya sebatas masa rehabilitasi namun sampai elang tersebut dilepasliarkan akan selalu di monitoring selama satu bulan. “Sebelum di lepas, kami juga selalu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahui pentingnya kemerdekaan elang tersebut, sehingga masyarakat tidak akan menganggunya, Jadi,biarkan mereka tetap berada di habitatnya,” harapnya. (tya-gsj/new)
Green Community Dengan 500 kata ceritakan aktifitas lingkungan komunitasmu plus foto terbaru kegiatanmu. Lengkapi dengan foto copy kartu identitasmu langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
ISTIMEWA
FOTO BERSAMA: Pengurus dan anggota GCUI berfoto bersama setelah melakukan aksi lingkungan.
Peace, WWF, Walhi, maupun dengan berbagai komunitas lingkungan yang bergerak di universitas-universitas maupun daerah tertentu. Di tahun 2011 ini pun GCUI kembali hadir untuk melakukan gebrakan-gebrakan baru, seperti menerbitkan electronic magazine tentang lingkungan, seminar serta pencerdasan mengenai isu-isu lingkungan, dan masih banyak kegiatan lainnya. GCUI berharap kegiatan-kegia-
tan yang telah maupun akan dilakukan tersebut akan memberikan sumbangsih kepada lingkungan agar kembali menjadi hijau. Mari bersama kita teriakkan jargon: GCUI! Tahu, Peduli, Beraksi! Salam kami untuk semua komunitas hijau Indonesia.***
Amanah Ramadiah Ketua Umum Green Community UI 2011
un i nD ka at m a el
a
AHAD R Dari iau, S
13 FEBRUARI 2011
GREEN HOLIC
Ramu Tirai (Trogon Brookiana Trogon) salah satu yang terlangka.
Riau Pos HALAMAN 35
Lumpopeh Bosai (Graphium sarpedon) yang banyak di temui.
Beragam jenis kupu-kupu di tepian Sungai Suaman.
Dari Toluo menjadi Ulek, Glintong, Lalu Popehramu WARNA warni kupu-kupu berterbangan tak diam di antara lebatnya hutan di kawasan Wisata Hapanasan, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul). Di situ juga dapat ditemui Pusat Informasi Kupu-kupu dan pemandian air panas. Lokasinya tak jauh dari pusat kota Pasirpengaraian. Puluhan Kupu-kupu tampak ber-
main di tepian air seperti menghisap sesuatu yang manis dari atas tanah. Selain banyak yang berterbangan di antara bunga bunga taman dan dedaunan yang berada di kawasan itu, Rohul memiliki keragaman jenis kupu-kupu. Masyarakat Melayu Hulu menyebut kupu-kupu dengan sebutan
"Popehramu". Berasal dari perpaduan dari kata "Lumpopeh" dan "Ramu" dengan nama latin Lepidoptera atau umumnya orang mengenalnya dengan nama kupu-kupu. Ia hidup dengan cara bermetamorfosis. Prosesnya unik dan menjadi pelajaran hidup bagi manusia. Dari sebuah telur (toluo/telur/egg)
beralih ke fisik awal yang berbentuk hewan pengerat (ulek/ulat/cartepilar) yang menjijikkan. Terus ada proses pendiaman diri dalam wujud kepompong (glintong/kepompong/ pupa) sebelum mengubah wujudnya menjadi serangga bersayap yang cantik (popehramu/kupu-kupu/ Imago) dengan aneka warna.(muf)
Ulat yang kelak akan menjadi kupukupu.
Ramu Bungu Cindai (Papilo Nepteleus) yang berukuran besar.
FOTO-FOTO: SAID MUFTI/RIAU POS
Lumpopeh Suri Anum (Idea Sp), kupu-kupu yang mempunyai gaya terbang sangat lamban.
Combat Climate Change (3C) Ungkapkan opinimu dengan 500 kata tentang melawan perubahan iklim. Tulisan terbaik akan
Lumpopeh Bosai (Graphium berty cloides) dan Lumpopeh Urang.
mendapatkan souvenir cantik setelah evaluasi per tiga bulan. Lengkapi dengan biodata singkat dan foto close up dirimu. (Mahasiswa/Umum). Langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
Solusi Untuk Hutan Kita BERBICARA masalah keberlangsungan hidup hutan yang ada di muka bumi ini, sepertinya semua jawaban sama: sedang mengalami masa krisis. Permasalahan di sektor kehutanan di negara kita pun dari tahun ke tahun sepertinya juga belum membaik. Aktivitas illegal logging, misalnya, masih saja terus terjadi di sejumlah tempat di Indonesia. Kemarin, saya membaca berita di media massa terkait keberlangsungan hutan alami yang terjadi di tanah air belakangan ini. Saya sunguh sangat miris membacanya. Bagaimana tidak? Ambil contoh seperti yang terjadi di kawasan teluk Pandan, Kutai Timur Kalimantan Timur (Kaltim). Di kawasan konservasi lingkungan yang masih tersisa di Kaltim itu, terdapat benteng terakhir hutan tropis dataran rendah, rusak akibat aktivitas pembalakan liar dan pembukaan lahan tanpa izin. Anehnya, aktivitas itu dilakukan oleh puluhan warga setempat. Mereka bahkan, selain melakukan kegiatan illegal logging, juga berani bertengger mendirikan tendatenda di sekitar lokasi untuk melakukan kegiatan tebang hutan sejak pagi hingga sore. Tak berhenti sampai di situ. Kemirisan saya ini pun berlanjut ketika saya membaca data yang dilaporkan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) bahwa selama tahun 2010, lima danau besar yang ada di tanah air tercemar akibat pembuangan limbah dan kegiatan penambangan Wajar jika Walhi pun akhirnya berani memperkirakan, pada
Nur Haris Ali Mahasiswa Jurusan Psikologi UII Yogyakarta
tahun 2011 ini, pencemaran dan kerusakan lingkungan akan terus meningkat hingga mendekati angka 70 persen dibandingkan tahun 2010. Mengapa hal ini bisa terjadi? Menurut saya ada dua faktor penyebab. Pertama, kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan dari ulah mereka itu sendiri. Kedua, masih lambatnya tingkat ketanggapan dan kecepatan para pemangku jabatan dalam menangani kasus-kasus pembalakan liar dan pencemaran lingkungan. Laporan dari Forest Watch Indonesia (FWI) dan Global Forest Watch (GFW) yang berjudul The State of the Forest: Indonesia, terungkap bahwa 40 persen hutan Indonesia telah ditebang sejak tahun 1950. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika terus dibiarkan. Apalagi tahun 2011 ini, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan bahwa tahun 2011 sebagai tahun hutan internasional (international year of forest). Banyak cara sebenarnya yang bisa dilakukan untuk meredam permasalahan di atas, baik oleh setiap individu maupun kelompok.
Pertama, semua lapisan masyarakat, baik yang ada di daerah perhutanan maupun di daerah non-perhutanan, harus melakukan penanaman pohon. Dalam hal ini, pemerintah sebagai penyelenggara bisa melakukan sebuah gebrakan dengan mengadakan program “satu orang satu pohon.� Boleh menambahkan jargon-jargon tertentu untuk menambah semangat. Lebih lanjut, program penanaman pohon ini bisa dilakukan dengan bekerjasama bersama dengan sejumlah LSM. Program ini juga bisa diperluas seperti mengadakan pelatihan kepada para ibu untuk mengajarkan kepada anakanak mereka sejak dini, akan pentingkan kesadaran lingkungan. Kedua, memanfaatkan piranti multimedia seperti blog dan situs jejaring sosial lainnya. Fungsi piranti multimedia ini adalah untuk mengaungkan akan pentingnya pelestarian lingkungan saat ini dan yang akan datang. Hal ini bahkan bisa sangat mempermudah solusi pertama di atas. Pemerintah dan LSM tak perlu susah-susah, jika memang tak mau susah, untuk mengkampanyekan program ini. Mereka bisa menuliskan ajakan-ajakan untuk melestarikan dan penyetopan atas pencemaran lingkungan. Saya percaya, progam ini akan berjalan sukses jika ada niatan dari dalam diri masing-masing. Apalagi, sebagaian besar masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melek dengan teknologi informasi***
Green School Kirimkan 500 kata Tulisanmu tentang kegiatan lingkungan yang ada disekolahmu. Tulisan terbaik akan
mendapatkan souvenir cantik setelah evaluasi per tiga bulan. Lengkapi dengan biodata singkat dan foto close up dirimu. (Pelajar SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat). Langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
Go Green School SAYA bernama Ari Arditya Nugraha. Saat ini saya tercatat sebagai siswa kelas X SMA Negeri 1 Pangkalankerinci. Saya ingin menceritakan kepada teman-teman tentang sekolah saya tersebut. SMA Negeri 1 Pangkalankerinci terletak di Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan. Sekolah kami adalah salah satu sekolah yang menerapkan konsep Go Green School dalam lini-lini pembelajarannya. Hal itu terbukti dengan keasrian dan keindahan sekolah kami yang ditandai oleh berbagai tanaman hijau yang ada diarea sekolah, menghiasi sekolah agar senantiasa tampak asri dan sejuk. Semua itu, juga berkat kepedulian para pelajar SMAN 1 Pangkalankerinci yang tergabung di dalam beberapa organisasi pecinta lingkungan dan alam di sekolah seperti Pramuka, Kelompok Lebah SMAN 1 Pangkalankerinci yang disingkat dengan BeeSA, Siswa Pencinta Lingkungan (Sispala). Dan lagi, sebanyak kurang lebih 30 orang siswa sekolah kami tergabung dalam komunitas hijau Save The Earth Foundation (SEFo) Riau Pos, yaitu Green Student Journalists (GSJ) dan bebarapa orang lagi yang juga tergabung dalam Green Student Ambassador (GSA). Keaktifan siswa-siswi dalam organisasi-organisasi lingkungan maupun komunitas hijau tersebut tidak terlepas dari kepedulian kami terhadap lingkungan. Kami juga merasa bahwa saat ini mulai
Ari Arditya Nugraha SMAN 1 Pangkalankerinci
jarang ditemui tempat-tempat hijau, karena pembangunan yang semakin gencar dilakukan namun tidak mempedulikan lingkungannya. Kami tidak menginginkan hal tersebut terjadi di sekolah kami. Program Go Green School ini sangat didukung oleh para guru SMAN 1 Pangkalankerinci. Salah satunya adalah Salmiyati. Beliau juga akrab kami panggil cik Salmi (biar lebih akrab). Cik Salmi kerap mengatakan bahwa penghijauan atau Go Green School ini merupakan suatu upaya yang sangat penting dilakukan, karena selain untuk memperindah area sekolah agar proses pembelajaran menjadi nyaman dan sehat juga mengatasi pemanasan global yang saat ini mengancam bumi kita. Aktivitas hijau di sekolah kami tidak hanya sekedar tentang keaktifan siswa di organisasi dan komunitas lingkungan, serta dukungan dari para guru. Di sekolah SMAN 1 Pangkalankerinci, kami juga mulai melakukan berbagai daur ulang sampah. Daur ulang (recycle) tersebut dilakukan oleh para pelajar yang tergabung dalam organisasi Bee-
SA SMAN 1 Pangkalankerinci. Beberapa hal yang telah mereka lakukan seperti mendaur ulang kembali kertas-kertas yang sudah tidak terpakai menjadi kertas yang bisa digunakan kembali. Agar kertas-kertas tadi menjadi bermanfaat lagi dan tidak menjadi sampah yang merugikan dan merusak lingkungan. Sebab sebagai sebuah sekolah tentu saja banyak kertas-kertas bekas pembelajaran yang kemudian menjadi tidak terpakai lagi. Itulah kemudian menginspirasi kami untuk bergiat dalam kegiatan daur ulang kertas bekas tersebut. Tidak hanya itu. SMAN 1 Pangkalankerinci juga melakukan kegiatan Go Gren School dengan melakukan berbagai kegiatan hijau di sekolah-sekolah lain. Kegiatan tersebut dilakukan melalui kunjungan anggota GSJ, Sispala dan Pramuka keberbagai sekolah di Kebupaten Pelalawan. Seperti kunjungan dan aksi penanaman pohon yang sudah dilakukan di SMP PGRI Pangkalankerinci. Kegiatan tersebut kami namakan dengan aksi hijau dari sekolah ke sekolah. Tujuan dari kegiatan penghijauan dari sekolah ke sekolah tersebut tidak lain untuk menciptakan lingkungan sekolah yang asri dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan bagi semua pelajar yang ada di sekolah-sekolah dikabupaten Pelalawan. Ini merupakan langkah awal bagi SMAN 1 Pangklankerinci untuk menghijaukan alam Indonesia. Salam kami semua dari SMA Negeri 1 Pangkalankerinci***
un i nD ka at am el
a
Riau Pos R Dari iau, S
HALAMAN 36
The Young Hero
Ceritakan dengan 100 kata tentang kegiatanmu sehari-hari dalam menjaga lingkungan. Tulisan terbaik akan mendapatkan souvenir cantik setelah evaluasi per tiga bulan. Lengkapi dengan biodata singkat dan foto close up dirimu. (Sekolah Dasar). Langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
Y
o
u
n
G
Gemar Menanam HAI sobat semuanya, Nama saya Aviva Indah Lestari. Saat ini saya duduk di bangku kelas V SDN 042 Tampan. Saya sangat suka menanam, di sekolah. Saya dan ibu guru menanam tanaman sayursayuran seperti cabai, kangkung, Aviva Indah bayam dan sayuran Lestari lainnya. Saya juga suka menanam tanaman pohon. Hal itulah yang saya lakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Sebab pohon sangat baik untuk menyerap air hujan. Jadi pohon harus dijaga dan tidak boleh ditebang sembarangan. Saya juga selalu menghemat pemakaian energi listrik misalnya tidak meghidupkan lampu di siang hari dan menghemat air. Saya sangat senang melestarikan lingkungan karena lingkungan masa depan kita.***
Jagoan Lingkungan NAMA saya Renaldi Nur Ilahi. Saya adalah siswa Kelas IV SDN 042 Tampan, umur saya sepuluh tahun. Saya gemar menanam pepohonan dan tumbuhan obatobatan, sebab sekolah saya memiliki program Renaldi menanam ini. Nur Ilah Selain itu, saya juga suka dengan pelajaran mengenai lingkungan. Seperti mengenal jenis tanaman, serta manfaat dari masingmasing tanaman yang di pelajari. Menanam pohon merupakan hobi saya. Selain itu untuk menghemat energi saya juga berjalan kaki ke sekolah. Tidak hanya menanam, di rumah saya juga membantu mama membersihkan pekarangan rumah. Sebab pekarangan yang bersih akan membuat suasana sekitarnya indah Pesan saya kepada teman-teman adalah mari menanam pepohonan untuk melestarikan Bumi***.
JOURNEY
AHAD 13 FEBRUARI 2011
Perjalanan Green Student bersama CPI PERJALANAN selama empat hari Green Student Journalists (GSJ) dan Green Student Ambassador (GSA) ke tiga tempat di Jawa Barat (3-6/2/2011), memberikan kekayaan pengalaman yang sayang untuk tidak di share kepada teman-teman GSJ. Gunung Salak dengan kekayaan geothermal (panas bumi) di dalamnya, Suaka Elang Halimun Salak dan pengolahan minyak jelantah di kota Bogor, menjadikan perjalanan ini benar-benar hijau (green journey). “Beginilah susahnya untuk menemukan sumber energi geothermal (panas bumi) harus melewati lembah dan gunung dengan jalan yang berliku-liku menanjak, atau mengarungi lautan,” ujar Okta Heri Fandi, Humas PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), dalam perjalanan selama lima jam dari Jakarta ke Sukabumi menuju Gunung Salak. Teguh Budionto, GSA rela menahan kantuknya demi tidak ingin melewati pemandangan hamparan kebun teh di sisi kiri dan kanan jalan menuju camp Chevron Geothermal Salak (CGS). Asrul Rahmawati GSJ seolah tidak ingin lepas dari kamera pocketnya demi tidak ingin melepaskan moment perjalanan yang hijau tersebut. Ya, mereka berdua merupakan pemenang Lomba Karya Tulis (LKT) Happy Hiking in Chevron (H2C) yang hadiahnya adalah melakukan perjalanan jurnalistik selama empat hari ke Jawa Barat. Hari pertama (3/2) diawali dengan mengunjungi PT Chevron Geothermal Salak (CGS). Sampai di kawasan geothermal, rombongan di sambut ramah oleh pihak CGS dari divisi Governmet Relationship Specialist Policy, Government and Public Affair, Bagya Adi Nugraha dan Khairul Fajaruddin dari divisi Health, Environment, and Safety (HES). Khairul menerangkan tentang beberapa standar safety dikawasan geothermal. Hari kedua, Jumat (4/2), kami menyimak presentasi mengenai perusahaan Pembangkit Listrik tenaga Panasbumi (PLTP) tersebut. Menurut Nurjana Sinaga Production Group
Leader CGS Panas bumi(geothermal-red) merupakan energi yang terbentuk saat air yang meresap jauh di bawah permukaan bumi dipanaskan oleh magma yang mencair. Cairan panas bumi terjebak didalam susunan bebatuan yang retak dan dapat ditembus, biasanya hingga kedalaman 3000 meter. “Ketika reservoir di bawah permukaan tanah ditemukan maka di buatlah pengeboran untuk mengambil cairan atau uap yang telah dipanaskan oleh magma,” ujar Bram panggilan akrabnya. Air yang berasal dari kedalaman 3000 an meter tersebut mempunyai titik didih sampai 320 derajat farenheit atau 170 derajat celcius. “Airnya seperti air laut, berwarna biru dan asin,” lanjut Bram yang mengaku pernah mencicipi cairan tersebut. Kemudian air tersebut dialirkan kedalam pipa-pipa yang kemudian akan melakukan penyaringan, pemurnian sampai didapatkan uap bersih yang bertekanan dan bisa digunakan untuk memutar turbin yang menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik. Saat ini Chevron Salak dan Darajat telah mampu memasok kebutuhan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Perlahan geothermal mampu menggantikan ketergantungan PLN terhadap batu bara sebagai salah satu sumber listrik. Pihak perusahaan mengklaim mampu menghasilkan 636 megawatt energi listrik untuk di pasok ke Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Ini merupakan gabungan dari dua wilayah operasi kami, (Chevron Geothermal Darajat, dan Salak red),” tambahnya. Mengingat begitu banyaknya gunung merapi di Indonesia, maka potensi Indonesia sangat tinggi untuk pengembangan geothermal di banding negara-negara lain, selain itu geothermal juga rendah emisi karena gas Karbon Dioksida (CO2) dan Hidrogen Sulfida (H2S) yang menjadi limbah produksi, konsentrasinya sangat kecil untuk dapat merusak lingkungan atau pencemaran udara. keunggulan lain dari geothermal ini adalah dapat diperbaharui, karena air
ANDI NOVIRIYANTI
NURSERY: Rombongan GSJ mengunjungi Nursery, tempat pembibitan pohon yang berada di kawasan Chevron Geothermal Salak.
ISTIMEWA
GEOTHERMAL: Melihat operasi Geothermal lebih dekat, tampak Nurjana Sinaga sedang menerangkan proses pemisahan uap bersih.
yang telah dipisahkan dengan uap dapat di injeksikan lagi ke dalam tanah dan kembali ke reservoir sehingga dipanaskan oleh magma dan bisa di sedot lagi, begitu seterusnya. Selanjutnya GSJ juga dibawa ke nursery (pembibitan). Jenis tanaman yang ada disana merupakan spesies yang ada di TNGHS seperti pohon puspa, saninten, rasamala,dan huru. Bibit-bibit tersebut di manfaatkan oleh CGS untuk mengganti pohon-pohon yang di tebang atau tumbang di kawasan lahan produksi. “Kadang-kadang bibit tersebut bukan hanya ditanam di kawasan CGS saja tapi juga masuk ke dalam taman nasional, tak jarang bibit disini juga di berikan kepada masyarakat atau LSM sebagai bantuan,” ungkap Andre Rinaldi dari divisi HES. Selain berusaha untuk ramah lingkungan dengan memakai hutan yang hanya 176 hektare dari jumlah 10.000 hektar yang di beri kuasa oleh pemerintah, CGS juga berusaha mengurangi limbah dengan memanfaatkan limbah serpih bor untuk dijadikan lapis jalan dan batako. Perjalanan GSJ di lanjutkan dengan melihat langsung pengeboran dan pengolahan uap bersih. Disana rombongan GSJ melihat cara kerja tiga pasang turbin dan generator serta pendistribusian tenaga listrik ke beberapa wilayah operasional CGS dan ke PLN. “Alat-alat yang berada disini lebih banyak yang otomatis, sehingga tidak di butuhkan banyak orang untuk mengaturnya,” ujar Bram yang ikut mendampingi sampai ke lokasi operasional. Hari ketiga, Sabtu (5/2) pukul 07.00 wib kami mengunjungi Suaka Elang yang terletak di Kampung Loji,kecamatan Cigombong Jawa Barat. Suaka Elang ini termasuk salah satu program CGS dalam CR. Suaka Elang atau Raptor Santuary adalah salah satu up-
aya pelestarian raptor (burung elang dan kerabatnya) melalui kegiatan penyelamatan satwa raptor, rehabilitasi dan upaya pengembalian raptor ke habitat aslinya. “Awalnya kami hanya ingin menyelamatkan spesies Elang Jawa saja, karena selain sangat langka, elang jawa juga terkenal dengan bentuknya yang cantik, namun melihat kondisi jenis elang lainnya pun mulai punah, tidak mungkin kan kita harus menunggu cantik dulu, baru diselamatkan,” ujar Gunawan, Direktur Suaka Elang. Menurut Gunawan selain elang-elang yang endemik ada juga jenis elang yang melakukan imigrasi yaitu Elang Paria. Biasanya mereka bermigrasi dari Siberia ke Jawa melewati Pulau Rupat atau sebaliknya. “Jika Rupat hancur maka kehidupan elang juga akan terancam. Sebab Rupat merupakan pintu gerbang masuknya raptor ini ke Indonesia dari Siberia,” tutur Gunawan. Hari beranjak siang, kami meneruskan perjalanan untuk mengunjungi PT Bumi Energi Equatorial (BEE) di jalan Juanda No 8 Bogor. Menurut penjelasan Shahrial Rasyidi, Kabid Tata Lingkungan dan Dampak Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor, pabrik tersebut bisa menghasilkan 1000 liter biodiesel perhari, namun karena kurangnya bahan baku maka saat ini hanya mampu menghasilkan 400 liter perhari. Jelantah yang diperoleh dari masyarakat dibeli oleh pihak perusahaan dengan harga 3.000 rupiah per liter.Ada juga beberapa rumah makan, restoran, sekolah, gereja, hotel dan perusahaan yang rutin mengirimkan jelantahnya kesana. “Hotel Salak dan Chevron yang selalu mengirimkan jelantahnya ke sini, dari Chevron biasanya mencapai 400 liter pertahun,” ungkap Usman.(asrul-gsj/new)
Ponsel Ramah Lingkungan PONSEL atau telepon selular sudah menjadi gadget wajib bagi kehidupan masyarakat saat ini. Berbagai macam merk dan jenis ponsel pun hadir untuk memanjakan kehidupan masyarakat baik itu di Indonesia maupun di dunia. Tapi, meskipun begitu terkadang hal ini berdampak negatif pada lingkungan. Karena itulah lahir inovasi-inovasi baru dari perusahan penghasil telepon seluler untuk menghasilkan berbagai jenis telepon seluler yang ra-
mah lingkungan. Berdasarkan atas hasil Greenpeace Electronics Survey 2010 Samsung GT-S7550 atau Blue Earth dinobatkan sebagai telepon seluler paling ramah lingkungan. Ponsel ini meraih skor 7,03 dari skor maksimum 10 yang bisa diberikan dan mengungguli produk unggulan lainnya. Efisiensi daya menjadi salah satu hal yang menonjol dari ponsel yang satu ini. Selain itu ponsel ini juga mempunyai satu inovasi ramah lingkungan yaitu
GSA Campaign
dengan adanya panel surya yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi ulang baterai secara langsung. Selain itu ponsel ini juga bebas dari material berbahaya seperti PVC, BFR, dan Phtalate. Dengan kelebihannya tersebut ponsel ini mengalahkan Nokia X3-02 dan Motorola A45 Eco. JK Shin, Executive Vice Pres-
ident dan Kepala Divisi Mobile, mengatakan, “Ponsel ini merupakan wujud komitmen kami dalam melindungi lingkungan.” Namun, belum ada kabar apakah produk ini akan masuk ke Indonesia. Sayang memang produk yang ramah lingkungan seperti ini bila tidak menjadi prioritas.(int/tya-gsj/new)
Green Techno
Green Blitz
Jika kamu anggota Green Student (GSJ/GSA). Silahkan kirim foto-foto dengan tema lingkungan dan wajib hasil karyamu sendiri (Min. 5 foto). Foto terbaik akan ditampilkan, plus mendapatkan souvenir cantik dari green student setelah evaluasi tiga bulan. Email ke greenstudentriau@gmail.com dan untuk info menjadi anggota call : 085265667775/085265837109.
Hindari Banjir, Yuk! SETIAP kali hujan turut agak lebat, jalan-jalan di kota Pekanbaru, umumnya selalu tergenang air, hingga menyebabkan banjir sementera. Padahal Kota Pekanbaru merupakan kota yang tengah mempersiapkan diri menjadi kota metropolis. Kondisi banjir yang sering kita alami bisa merusak reputasi kota ini. Oleh karena itui perbaikan lingkungan juga harus ditingkatkan. Untuk menjaga agar kota bertuah ini tidak menjadi kota berkuah, kita harus menjaganya dengan cara-cara simple tapi berkelanjutan. MEGA YULIANTI Misalnya dengan merawat pohon pelindung jalan sebagai tempat serapan air hujan. Tidak membuang sampah-sampah ke selokan agat tidak mampet ketika hujan. Dan, yang lebih penting adalah memulainya dari diri sendiri. Tingkatkan kepedulian diri kita masing-masing dan keluarga terhadap kebersihan lingkungan di sekitar. Hal kecil yang bisa kita lakukan misalnya memisahkan sampah organik dan anorganik juga bisa diterapkan dalam keluarga. Nggak mau kan Pekanbaru banjir terus? So, mari kita jaga kota tercinta ini dengan menghindari banjir***
Pesona anggrek di samping rumah.
Malu-malu di balik daun.
Foto dan Teks: Azwarly Hanef Lokasi: Halaman Rumah
Harmoni Halaman Rumah BERBAGAI macam bunga dan buah mampu tumbuh harmoni di pekarangan rumah. Anggrek, mangga dan papaya mengikat diri dalam keindahan hijau dan merah jambu nan menggoda. Pesona cantik dan keteduhan terpancar mendamaikan penghuni rumah. Jadikan halaman rumah mu sebagai sorga bagi bunga dan buahmu. Namun, jangan lupa disiram dan diberi pupuk, ya!***
Bergantungan di pucuk tertinggi.