Riau Pos AHAD 6 MARET 2011
R Dari iau, S
a
un i nD a atk m a el
33
RIAU POS
MENGIKUTI ARUS: Pemuda Kampar Kiri Hulu berperahu mengikuti arus Sungai Subayang yang cukup deras.
Menemukan Venesia di Batang Sebayang Di atas perahu pancung itu, Riau Pos seakan menemukan eksotika Venesia di tempat itu. Kota yang sama dengan Desa-desa di Batang Sebayang, yang hanya bisa dilalui kendaraan air. Kota yang sama-sama tak memiliki jalan raya. Laporan ANDI NOVIRIYANTI dan MASHURI KURNIAWAN, Kamparkirihulu redaksi@riaupos.com.
JIKA Anda pernah menonton film The Tourist yang diperankan Johnny Depp dan Angelina Jolie, pasti Anda sudah punya gambaran tentang indahnya kota air, Venesia, Italia. Tak adanya jalan raya yang membela tanah kelahiran Marcopolo ini, membuat kota ini begitu eksotik dengan perahu gendolanya. Kanal-kanal yang membentang di sela-sela bangunan megah, tua dan eksotis ini membuatnya mendapat
prediket kota romantis. Keunikannya sebagai kota air membuatnya menjadi tempat wisata kelas dunia. Kamis (3/3) lalu, Riau Pos memang tidak berada di atas perahu gendola di Venesia. Riau Pos hanya berada di perahu pancung bermesin tempel, di atas Batang Sebayang. Sebuah anak sungai yang tak kelihatan wajahnya di peta Provinsi Riau dan menjadi hulu dari Sungai Kampar. Namun di atas perahu pancung itu, Riau Pos seakan menemukan eksotika Venesia di tempat itu. Kota yang sama dengan Desa-desa di Batang Sebayang, yang hanya bisa dilalui kendaraan air. Kota yang sama-sama tak memiliki jalan raya. Di tepian Batang Sebayang, memang tidak ada gedung-gedung megah, tua, dan eksotik khas daratan Eropa. Namun soal kemolekan, tepian Batang Sebayang bisa bertanding indah dengan Kota Venesia. Jika di Kota Venesia Anda hanya bisa dibuat terpesona dengan karya manusia, maka di tepian Sungai Se-
bayang, Anda bisa melihat keindahan karya sang pencipta. Ada bukit-bukit hijau tinggi menjulang yang saling berlapis. Ibarat dinding hijau yang hidup mengelilingi Batang Sebayang. Ada pula bunga liar dan pohon durian lengkap dengan lebat buahnya yang menggoda mata. Selain itu, beruk dan siamang yang berada di tepian sungai meloncat-loncat di atas ranting. Kelebatan burung yang sedang berburu ikan atau bertengger di bebatuan. Dan tak kalah menariknya ada berbagai batuan sungai dengan berbagai bentuk relief bak dibuat oleh seorang perupa terkenal. Bahkan ada air terjun di tepian sungai yang mengemericikkan airnya. Sungguh sebuah maha karya yang belum dirusak anak Adam. Jika eksotika itu, Anda anggap belum bisa menandingi Kota Venesia, maka lihatkan ke dalam sungai. Anda bisa melihat beningnya air hingga mata Anda bisa menembus dasar sungai yang beralas pasir dan
bebatuan. Anda juga bisa melihat ikan berenang melawan arus ataupun bersembunyi di balik bebatuan. Saking jernihnya sungai itu, Anda tak kan menemukan orang memancing di sungai itu. Anda hanya akan melihat orang dewasa maupun anak-anak, laki dan perempuan menangkap ikan dengan modal kaca mata renang dan senapan ikan (bentuknya seperti senapan angin mini, pelurunya terbuat dari paku yang diberi tali, dan pelatuknya memakai karet benen). Jika itupun belum menarik hati Anda, maka ada tawaran kehidupan tradisional yang bisa Anda saksikan di tempat itu. Anda bisa melihat bagaimana masyarakat memanfaatkan sungai sebagai tempat aktivitas vital mereka. Mulai dari tempat mandi, cuci, kakus, menangkap ikan. Bahkan berdagang di atasnya. Jika di Kalimantan Anda bisa melihat pasar terapung, di sini Anda bisa melihat warung terapung. Menjual berbagai bahan kebutuhan ma-
kanan yang kerubungi masyarakat. itu juga waktu mereka untuk berTak puas dengan itu, di sungai itu belanja memenuhi kebutuhan bahAnda juga bisa melihat perahu mo- an pohok sandang maupun papan. tor melaju hilir mudik. Layaknya Untuk bisa ke tempat ini, Anda melihat permainan jet ski air di lau- bisa menggunakan kendaraan roda tan lepas sana. Perahu yang melaju empat sampai ke Pelabuhan Gema dan meninggalkan percikan air sun- ataupun Tanjungbelit. Pelabuhan gai yang jernih itu, seperti kembang Gema, berada di depan Pasar Gema, air di atas sungai. Anda juga bisa Desa Gema, Ibu Kota Kecamatan melihat aksi arung jeram dengan Kampar Kiri Hulu. Jaraknya sekitar perahu pancung yang lebih menguji 100 km dari Kota Pekanbaru arah nyali dan piawai bermain menghin- Lipatkain. Jika rata-rata kecepatan dari bebatuan sungai. 60 Km/jam berarti kita akan sam*** pai di Pelabuhan Gema sekitar dua JIKA Anda ingin menemukan jam. Sayangnya jalan raya lintas Lisuasana seperti yang Riau Pos lihat patkain – Telukkuantan banyak beritu, datanglah di Hari Kamis, Hari lubang. Begitu juga saat membelok Pasar bagi daerah tersebut. Jika bisa ke arah kanan sebelum jembatan dimusim seperti ini, musim perali- Rakik Godang menuju Gema, jalan han dari musim hujan ke musim ke- aspalnya tak mulus. Meski demikimarau. Karena pada Hari Kamis, an tetap bisa dilalui kendaraan roda seperti hari besar bagi masyarakat empat. Jikapun harus pelan-pelan, di tempat itu. Mereka yang berada paling lambat sampai di Pelabuhan di kampung-kampung Batang Se- Gema sekitar tiga jam. bayang akan keluar untuk membawa hasil pertanian mereka seperti pisang ataupun petai. Selanjutnya „ Baca Menemukan Venesia Halaman 34
Sahabat ndit Ditangkap Kisah Ndit (burung Serindit , maskot fauna Riau) dan Tambun (anak gajah Sumatera)
SAVE THE EARTH
Riau Pos HALAMAN 34
Menyelamatkan Lingkungan demi Masa Depan
CMBC Pekanbaru Picu Adrenalin
Inf Info Green
INTERNET
KUNYIT: Tumbuhan yang kerap digunakan ibu-ibu untuk bumbu masakan ini ternyata warnanya bisa dimanfaatkan untuk pelindung makanan dari cahaya matahari.
Kunyit, Melindungi dari Sinar Matahari KUNYIT (Curcuma longa) termasuk salah satu tanaman herba berimpang dari keluarga jahe-jahean (Zingiberaceae) asli dari wilayah Asia Tenggara. Kunyit ini dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal. Orang Inggris menyebutnya Turmeric, Belanda memanggilnya dengan Kurkuma, di Indonesia dan Malaysia biasa disebut kunyit, serta dalam bahasa Jawa disebut Kunir dan dalam bahasa Sunda disebut Koneng. Senyawa kimia yang terkandung di dalam kunyit ini adalah kurkumin yaitu sejenis senyawa polifenol dan minyak atsiri. Bagian yang banyak digunakan dari tanaman ini adalah bagian rimpangnya. Digunakan secara luas dalam bidang makanan, contohnya gulai dan kari. Zat Warna kuning (kodenya E100) dari kunyit juga dimanfaatkan untuk melindungi produk makanan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Selain itu kunyit ini juga bisa digunakan untuk obat seperti Diabetes Mellitus Bahannya: 3 rimpang kunyit, 1/2 sendok teh garam. Cara membuatnya yaitu kedua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian disaring. Diminum dua kali seminggu 1/2 gelas. Tifus Bahannya: 2 rimpang kunyit, 1 bonggol sere, 1 lembar daun sambiloto. Cara membuatnya yaitu semua bahan tersebut ditumbuk halus dan dipipis, kemudian ditambah 1 gelas air masak yang masih hangat, dan disaring. Diminum, dan dilakukan selama satu minggu berturut-turut. Usus Buntu Bahannya: 1 rimpang kunyit, 1 butir buah jeruk nipis, 1 potong gula kelapa/aren. Garam secukupnya. Cara membuatnya yaitu kunyit diparut dan jeruk nipis diperas, kemudian dicampur dengan bahan yang lain dan disedu dengan 1 gelas air panas, kemudian disaring. Diminum setiap pagi setelah makan, secara teratur. Disentri Bahannya: 1-2 rimpang kunyit, gambir dan kapur sirih secukupnya. Cara membuatnya yaitu semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas kemudian disaring. Diminum dan diulangi sampai sembuh. Amandel Bahannya: 1 rimpang kunyit, 1 butir jeruk nipis, 2 sendok madu. Cara membuatnya kunyit diparut, jeruk diperas untuk diambil airnya, kemudian dicampur dengan madu dan 1/2 gelas air hangat, diaduk sampai merata dan disaring. Diminum secara rutin 2 hari sekali. (int/afra-gsj/new)
Green Produk
INTERNET
BAN: Semakin rendah gulir ban, maka pembakaran bahan bakar kendaraan juga akan semakin efisien sehingga dapat mengurangi emisi karbon.
Ban Ramah Lingkungan BUKAN hanya kendaraan yang bisa berperan dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan. Hal itu dibuktikan Bridgestone dengan ban Ecopia EP100A yang diklaim sebagai ban hemat bahan bakar dan peduli lingkungan. Jika para produsen mobil terus berlomba menciptakan teknologi dan inovasi kendaraan yang ramah lingkungan, maka Bridgestone, yang merupakan raksasa produsen ban asal Jepang, berusaha ikut andil dalam pelestarian lingkungan dengan mengeluarkan produk Ecopia. Ecopia merupakan terobosan teknologi ban jenis baru yang ditujukan untuk kelestarian lingkungan. Fokus utama penggunaan Ecopia adalah pengurangan emisi gas melalui penggunaan ban. Lalu bagaimana cara kerja Ecopia agar bisa memberi sumbangan terhadap kelestarian alam? Dalam upaya mengurangi emisi gas atau CO2 yang dihasilkan kendaraan bermotor, efisiensi bahan bakar merupakan kunci utamanya. Dan dalam hal penggunaan ban, semakin rendah hambatan gulir ban, maka semakin efisien konsumsi bahan bakarnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan Bridgestone, komponen Ecopia berhasil mengurangi hambatan gulir hingga mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 3,1 persen dan pada akhirnya mengurangi pula emisi gas. (int/thita-gsj/new)
BERMULA dari seorang pesepeda gunung asal Jakarta bernama Suyatno yang kebetulan dipindah tugaskan ke Pekanbaru pada tahun 2003, Challenger Mountain Bike Club (CMBC) mengayuh jejak kisahnya. Tahun 2003, salah satu hotel di Jalan Jenderal Sudirman mengadakan acara fun bike yang di hadiri oleh banyak peserta. Berawal dari sanalah Suyatno mulai memperkenalkan apa dan bagaimana sebenarnya olahraga sepeda gunung. Sementara peserta fun bike mengenakan baju kaos dari sponsor, Suyatno hadir dengan kostum lengkap seorang mountain biker. Layaknya pembalap professional bersepeda menggunakan sepeda Titus Switchbladenya. Penampilan seperti ini mengundang banyak perhatian orang. Apalagi Ia datang sembari membagikan brosur tentang sepeda gunung. Isinya berupa ajakan untuk bersepeda gunung. Termasuk di antaranya yang mengambil brosur adalah Syaiful dari CPI Rumbai. Mereka berdua inilah yang akhirnya menjadi pionir dalam mengembangkan olahraga sepeda gunung di Kota Pekanbaru. Lokasi track yang biasa mereka pilih pada saat itu adalah daerah Tenayan di sekitar pabrik batu bata. Berupa track dengan kontur geografis yang bervariasi, single track, turunan dan tanjakan extrem maupun sedang. Setiap hari Minggu mereka ke sana untuk bermain sepeda gunung. Sambil terus mengembangkan track yang ada, dengan menelusuri perbukitan, menyeberangi parit, menembus semak belukar dan menuruni lembah yang curam. Lambat laun mulailah bermunculan wajah-wajah baru. Mereka datang silih berganti, bahkan ada yang tidak pernah
terlihat lagi. Mungkin karena tidak terbiasa dengan kondisi track yang ditempuh. Namun demikian dua pioneer CMBC ini tidak hentinya memberi semangat kepada setiap peserta yang baru. Hingga ada sekitar sepuluh orang yang konsisten untuk tetap latihan setiap Ahad pagi. Setelah dirasa cukup lama latihan bersama-sama, akhirnya pada tanggal 12 Mei 2004 mereka sepakat untuk memformalkan aktivitas mereka dengan membentuk klub sepeda gunung Challenger Mountain Bike Club dan menunjuk Suyatno sebagai ketuanya. Dikomandoi oleh Zainal Arifin yang memegang tongkat estafet kelima sebagai ketua CMBC saat ini aktivitas klub terus berkembang. Walaupun silih berganti, tetapi dari waktu ke waktu anggotanya terus bertambah, baik tua-muda, dari eksekutif hingga berbagai golongan pekerjaan.Tanpa mengenal kasta semua berbaur dalam keceriaan bersama alam. Berbagai teknis dan informasi tentang sepeda gunung juga selalu diberikan kepada setiap peserta baru, sehingga makin banyak menarik peminat. Ternyata jika bersepeda gunung dilakukan dengan teknik yang benar apalagi bagi yang berjiwa petualang, maka olahraga ini menarik sekali untuk diikuti. Walaupun lelah mengayuh tetapi menimbulkan rasa kepuasan tersendiri dan cerita baru untuk diinformasikan ke orang lain. Bersepeda akhir minggu tidak monoton sebatas ber-off-road ria saja, tapi juga diselingi dengan on-road (keliling kota) guna menjaga endurance, technical sharing serta bike maintenance. Selain itu nite ride (bersepeda malam) di track tenayan dan touring ke luar kota adalah kegiatan rutin yang dilakukan.
Dengan 500 kata ceritakan aktifitas lingkungan komunitasmu plus foto terbaru kegiatanmu. Lengkapi dengan foto copy kartu identitasmu langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
CMBC FOR RIAU POS
ISTIRAHAT: anggota komunitas sepeda gunung CMBC beristirahat sejenak dan mengambil gambar bersama usai bersepeda rutin yang dilakukan setiap pekannya.
Bersepeda gunung di luar kota ini biasa dilakukan tiga atau empat bulan sekali. Daerah yang pernah dikunjungi adalah Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jawa Barat. Lokasi yang di pilih adalah trek ekstrim di daerah pegunungan, seperti track gunung Sago, track gunung Singgalang, Manggilang dan sebagainya. Rata-rata 90 persen track tersebut adalah off-road. Melewati lembah, menyeberangi sungai, menerobos semak belukar, mendaki tanjakan curam, menuruni tebing terjal dan licin. Jika telah berada di puncak suatu perbukitan, tak terbayangkan senangnya. Kagum akan pe-
Sambungan dari hal. 33
RIAU POS
TERJUN: Keindahan panorama alam Air Terjun Batu Dinding sangat indah dan menarik untuk dikunjungi.
keterampilan membuat perahu tersebut didapatkan dari orangtuanya. ‘’Membuat perahu ini butuh ketekunan, sabar dan ulet. Kalau anak mau belajar pasti bisa,’’ kata Ujang sembari terus menjalankan aktivitasnya mengatur posisi papan yang sudah diketam ke kerangka perahu Meski dikenal sebagai tempat pembuat perahu, namun menurut mereka, hanya beberapa orang yang masih hidup yang kini menekuni menjadi pengrajin perahu. Warisan ilmu pertukangan membuat perahu dari turun-
6 MARET 2011
Green Community
Menemukan Venesia Jika sampai di Gema, turunlah sebentar ke arah sungai di depan pasar Gema. Dekatilah sungai itu. Maka Anda bisa menemukan sungai berair bening. Jangan kaget saat Anda ingin merasakan dinginnya air sungai itu, Anda akan melihat ikan-ikan kecil (namun tidak juga terlalu kecil, seperti ikan pantau, red) berlarian menjahui tangan Anda. Untung ber-adventure di Batang Sebayang dengan perahu pancung, Anda bisa memulainya dari Pelabuhan Gema ataupun Tanjungbelit. Kebetulan perahu yang Riau Pos carter berada di Tanjungbelit, desa terakhir di Batang Sebayang, Kecamatan Kampar Kiri Hulu yang dilalui jalan aspal. Dari situlah Riau Pos memulai petualangan dari menyusuri sungai hingga beraung jeram. Riau Pos menyewa perahu pancung milik Sapri (50). Perahunya bermesin tempel merek Johnson, Yamaha. Menurut Sapri, memiliki kekuatan 15 PK dan bisa memuat penumpang 15 orang pula. Dari Tanjungbelit, Anda akan menemukan eksotika tepian Batang Sebayang seperti yang Riau Pos kemukakan di awal tulisan. Riau Pos melewati desa-desa di Sepanjang Sebayang, di Kampar Kiri Hulu. Mulai di Muarobio, Batusanggan, Tanjungberingin, Muaratikun, Gajahbertelut, Aurkuning, dan singgah di Terusan. Di Terusan ini Riau Pos bisa melihat bagaimana cara membuat perahu pancung. Desa Terusan, menurut Sapri, pemilik sekaligus ikut memandu kami, memang sangat dikenal sebagai tempat pembuatan perahu. Menurut Hasan (55), seorang pengrajin yang kami wawancarai untuk membuat satu perahu dari awal hingga di lepas ke sungai, dikerjakan oleh lima orang. Pembagian tugasnya, diatur oleh kepala tukang. Kepala tukang, tambahnya, akan menentukan dengan rinci ukuran-ukuran dasar perahu dan bentuk perahu berdasarkan keinginan pemilik. Untuk membuat perahu tersebut, dibutuhkan waktu dua pekan hingga lima bulan. Tergantung ukuran perahu yang ingin dibuat. ‘’Banyak juga pesanan pembuatan perahu berasal dari luar daerah Kampar. Terutama dari Kuansing (Kuantan Singingi, red). Kita membuat perahu bahan kayunya dari pemesan. Bila ingin bahan dari kita juga bisa dicarikan,’’ ungkapnya. Untuk jenis bahan kayunya, sambung Hasan, bisa kayu karet, jati dan meranti. Yang penting, ujarnya, perahu yang dihasilkan bisa berlayar mengarungi keganasan arus Sungai Subayang. Soal harga perahu, menurut Hasan, harganya bervariasi sesuai dengan besar kecilnya ukuran perahu. Mulai dari harga Rp3 juta hingga Rp7 juta. Sementara itu, untuk perahu ukuran besar, biayanya bisa berkisar Rp10 juta hingga Rp15 juta. Selain Hasan, Riau Pos juga mewawancarai pengrajin perahu lainnya, bernama Uang (56). Menurut Ujang,
AHAD
temurun itu kini memang semakin jarang diminati oleh kalangan muda. Selanjutnya dari Terusan, Riau Pos terpaksa berbagi kelompok. Tiga orang, melanjutkan perjalanan ke Hulu Sungai Sebayang, sementara tiganya lagi tinggal di terusan. Pasalnya perahu bermesin Johnson akan sulit masuk ke Subayangjaya dan Pangkalanserai. Mengingat kondisi sungai cukup dangkal dan arus sungai semakin kuat serta medan semakin berat. Hanya dengan perahu robin (berukuran kecil) bisa masuk ke tempat itu.
mandangan begitu indah bak lukisan yang diiringi semilir angin sepoi-sepoi. Rasanya kalau tidak dengan hobi sepeda gunung ini, mungkin tidak akan pernah mengunjungi pegunungan tersebut, dan tidak tahu kalau di sana ternyata terdapat tempat yang mengagumkan. Sungguh indah alam Indonesia yang beragam.***
Edward Marzeno Track Developer CMBC
Namun, meskipun telah berbagi kelompok, ternyata tidak gampang mencari juru kemudi untuk sampai ke kedua desa terakhir, di Batang Sebayang, Kampar Kiri Hulu tersebut. Juru kemudi ahli melewati arus yang semakin deras dan berbatu tersebut. Setelah lama duduk menunggu juru kemudi yang mau, Riau Pos diantar Jemaris (salah seorang penduduk desa Terusan) dengan perahu pancung bermensin tempel robin ke pondok kebun karet milik Sudir (38) yang berada di tepi sungai. Hanya ada dua orang di Desa Terusan yang biasa ke Pangkalan Serai. Salah satunya Sudir. Sudirlah yang kemudian mengantar Riau Pos ke desa terakhir tersebut. Saat naik perahu bermesin robin, maka petualangan di perahu pancung itu seperti sedang bermain arung jeram. Apalagi duduk di bagian perahu nomor urut dua dari belakang. Maka siap-siaplah selalu diguyur air sungai. Kelokan-kelokan sungai yang berbatu, menguji adrenalin. Untunglah Sudir, yang menjadi juru kemudi perahu Riau Pos sudah ahli melintasi medan tersebut. Usai di Pangkalanserai, Riau Pos bergerak pulang. Sebelum sampai di Tanjungbelit, meskipun hari menjelang sore, Riau Pos mencoba singgah di Air Terjun Batu Dinding. Objek wisata yang kerap dikunjungi masyarakat dari Pekanbaru dan Kampar ini tidak tepat berada di aliran Sungai Sebayang. Tetapi agak ke dalam, bisa ditempuh dengan jalan darat maupun jalan sungai. Air terjun dengan ketinggian lebih kurang tiga meter ini berada didalam hutan. Banyak orang yang singgah ke tempat itu untuk mandi sembari membawa bekal makanan ke tempat itu. Terutama di Hari Ahad. *** MESKIPUN memiliki kemolekan alam yang cukup luar biasa dan kehidupan yang masih jauh dari pencemaran lingkungan, namun kegiatan ekowisata di Batang Sebayang tidak pernah tergarap serius. Kepala Dinas Pariwisata Kampar, Syamsul Bahri, pekan lalu, memang mengatakan Sungai Sebayang merupakan objek wisata yang sangat alami. Ia menyebutkan itu tempat rekreasi bagi masyarakat Kampar maupun luar daerah. ‘’Memang ada keinginan kita mengelola Sungai Sebayang menjadi ekowisata di Kampar. Kita tunggu saja nanti hasilnya ya. Masih dalam pembahasan serius,’’ ujarnya saat dihubungi Riau Pos melalui selulernya. Sementara itu Camat Kampar Kiri Hulu Martiyus dan Marzali yang dihubungi kemarin, potensi ekowisata memang ada. Namun menurutnya, infrastruktur yang lemah di tempat itu, membuat ekowisata akan sulit berkembang. Menurutnya, biaya untuk mengarungi sungai di tempat itu masih relatif mahal, karena harga bahan bakar tempelnya juga mahal. Sebagai informasi, untuk mengarungi sungai tersebut, Riau Pos menyewa perahu Johnson Rp400 ribu rupiah dan perahu robin Rp150 ribu rupiah. Jadi totalnya Rp550.00 Memang biayanya cukup mahal bila dibandingkan menyewa mobil. Meski demikian, rasanya pengalaman berpetualang di Batang Sebayang layak dihargai segitu.***
un i nD ka at m a el
a
AHAD R Dari iau, S
6 MARET 2011
GREEN HOLIC
Riau Pos HALAMAN 35
Pohon durian yang sedang lebat berbuah.
Karena Hari Pasar (setiap hari Kamis), masyarakat dari berbagai kampung di hulu Sungai Sebayang datang ke Desa Gema. Tampak perahu mereka berjejer di Pelabuhan Gema.
Indahnya bunga liar. Burung ayam si pemakan ikan.
Kehidupan di Sungai Sebayang
Masyarakat membawa petai, hasil bumi di desa mereka untuk dijual di Pasar Gema.
SUNGAI Sebayang merupakan Hulu Sungai Kampar. Sungai ini berhulu di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling. Tim Riau Pos For Us, Kamis (3/3) lalu, mengarungi sungai ini dimulai dari Desagema hingga Pangkalanserai, desa terakhir di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Sungai ini amat jernih hingga untuk menangkap ikan mereka hanya menggunakan senapan ikan. Di atas
badan sungai ini, Anda bisa menyaksikan beberapa perahu motor melaju. Sungai ini ibarat jalan raya dan perahu motor mereka motor dan mobil. Bertepatan saat kami berkunjung adalah Hari Kamis yang merupakan Hari Pasar. Sehingga banyak perahu yang hilir mudik dan beberapa perahu masyarakat membawa hasil bumi untuk diperdagangkan. Selain itu Anda juga melihat warung terapung.(ndi)
Batu sungai yang eksotis.
Menikmati jernihnya air sembari mandi.
Warung terapung kerap datang di hari Kamis mengunjungi desa-desa di Sungai Sebayang.
Combat Climate Change (3C) Ungkapkan opinimu dengan 500 kata tentang melawan perubahan iklim. Tulisan terbaik akan
mendapatkan souvenir cantik setelah evaluasi per tiga bulan. Lengkapi dengan biodata singkat dan foto close up dirimu. (Mahasiswa/Umum). Langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
Hikmah Perubahan Iklim PERUBAHAN iklim merupakan situasi yang tidak dapat ditawartawar kecuali dengan meredam lajunya. Wawasan kita dapat dibuka tentang bagaimana dan mengapa iklim itu berubah dengan memahami proses-proses yang terjadi di alam. Kita dapat sadar bahwa secara alamiah iklim itu memang akan berubah walau tanpa campur tangan manusia. Namun dengan adanya aktivitas manusia yang berawal dari revolusi industri hingga kini, iklim berubah dengan sangat drastis. Ada yang menganggap bahwa perubahan iklim merupakan bagian dari peningkatan radiasi matahari. Namun yang terjadi sebenarnya adalah perubahan iklim disebabkan oleh pemanfaatan energi fosil yang berlebihan. Ditambah dengan banyaknya perusakan hutan, alih fungsi lahan hijau, sampah dan limbah, semakin memperkuat dugaan bahwa penyebab utama terjadinya perubahan iklim adalah manusia. Secara sadar atau tidak, manusia akan selalu memproduksi gas Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Metana (CH4) dan gasgas rumah kaca lainnya. Bila konsentrasi gas rumah kaca semakin meningkat di atmosfer bumi, hal ini akan menghalangi pantulan radiasi matahari dari permukaan bumi dan memancarkannya kembali ke bumi. Hasilnya temperatur di permukaan bumi lambat laun pun meningkat. Banyak orang yang melihat perubahan iklim dari sisi buruknya. Namun bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda kita akan menemukan hikmah dari perubahan iklim. Adanya isu perubahan iklim,
Boby Satria Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Infromatika UIN
membuat pola pikir manusia tentang alam ikut berubah. Meskipun kebanyakan manusia tidak memiliki perhatian khusus terhadap alam, namun manusia saat ini sudah bisa dikatakan semakin lebih mencintai alamnya. Buktinya, banyak berbagai bentuk kepedulian manusia pada alam seperti kesadaran tidak membuang sampah sembarangan, banyak program-program menanam seribu pohon, program penghijauan halaman rumah, di bangun atau direhabilitasinya taman-taman dan masih masih banyak yang lain. Selain itu perubahan pola gaya hidup pun mulai ditunjukkan. Saat ini pola gaya hidup sehat lebih dipilih. Hal ini mungkin dikarenakan ekstrimmya perubahan cuaca yang pastinya akan mempengaruhi kondisi kesehatan kita. Pola hidup hemat juga menjadi pilihan berbagai lapisan masyarakat. Perubahan iklim yang ekstrim ini mengakibatkan kita harus lebih menghemat air, energi, bahan bakar dan bahkan keuangan karena perubahan iklim
mempengaruhi berbagai harga bahan pokok. Sebagai bukti, tentunya kita masih ingat beberapa waktu yang lalu harga cabai sempat sangat tinggi sekali. Alasannya cukup sederhana, yaitu karena faktor cuaca. Yang terpenting adalah banyaknya bencana yang terjadi akibat perubahan iklim dapat membuat kita lebih berintrospeksi diri lagi dan lebih meningkatkan rasa syukur dan keimanan kita kepada Tuhan. Menghentikan perubahan iklim mungkin adalah perkara yang sangat sulit. Namun setidaknya kita bisa mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim. Dua cara yang bisa jadi sangat ampuh untuk itu antara lain dengan metode mitigasi dan metode adaptasi. Mitigasi maksudnya adalah kita mencoba mengurangi sebab-sebab yang dapat mempengaruhi perubahan iklim. Sebagai contoh dengan melakukan penghijauan dan gerakan menanam pohon, menggunakan bahan-bahan organik, mengurangi emisi gas rumah kaca dan menyuarakan bahaya perubahan iklim melalui berbagai media kepada setiap orang. Adaptasi maksudnya adalah kita harus mempersiapkan diri dengan perubahan yang telah dan akan terjadi. Sebagai contoh dengan menghemat energi dan air dan membiasakan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Pada intinya kita harus bisa menjadi panutan bagi orang lain. Memang sulit untuk mempraktekkan gaya hidup yang ramah lingkungan karena tidak ada pilihan lain. Namun kita harus bisa membedakan apa yang kita butuhkan dengan apa yang kita inginkan.***
FOTO-FOTO: AMRIYADI BAHAR FOR RIAU POS
Seorang anak sedang berburu ikan dengan senapan ikan.
Green School Kirimkan 500 kata Tulisanmu tentang kegiatan lingkungan yang ada disekolahmu. Tulisan terbaik akan
mendapatkan souvenir cantik setelah evaluasi per tiga bulan. Lengkapi dengan biodata singkat dan foto close up dirimu. (Pelajar SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat). Langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
Jurusan Lingkungan SMK Negeri 3 Siak merupakan salah satu sekolah kejuruan yang terletak di Kabupaten Siak. Saya, Devi Pratiwi adalah seorang siswa sekolah ini yang tengah duduk di kelas XI. Saya mengambil jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan. Ini merupakan salah satu jurusan tentang lingkungan di sekolah tersebut selain jurusan Teknik Pengolahan Tanaman Pangan dan Jurusan Pembibitan Kultur Jaringan. Biarpun punya jurusan tentang lingkungan SMKN 3 Siak juga punya jurusan lain seperti Teknik Komputer Jaringan. Khusus untuk jurusan saya, kami mempelajari tentang tanamantanaman perkebunan, seperti sawit dan karet. Kemudian juga pemanfaatan dan efeknya bagi lingkungan. Sebenarnya tanaman perkebunan yang lain masih banyak yang kami pelajari. Hanya saja, kedua tanaman tersebut saat ini tengah booming di negeri (daerah) kami. Sehingga terkesan kedua tanaman ini lebih menonjol daripada yang lain. Kami juga membahas dan mengkaji segala kelebihan dan kekurangannya bagi alam dan lingkungan sekitar. Aktivitas lingkungan di sekolah saya saat ini adalah merawat pohon-pohon yang telah ditanam pada kegiatan one man one tree yang dilaksanakan pada tahun lalu (2010). Kegiatan tersebut kami laksanakan pada program gotong royong sekolah. Pohon-pohon yang ditanami di sekolah lebih kepada pohon buah-buahan. Hal ini agar kami dapat rindangnya serta teduhnya
Devi Pertiwi SMKN 3 Siak
namun juga dapat manfaat dari buahnya. Bicara soal gotong-royong, kegiatan ini merupakan agenda rutin yang diadakan sekolah kami setiap bulannya. Nah, pada kegiatan ini, siswa-siswi dibagi per kelas membentuk kelompok-kelompok kerja. Ada kelompok yang bertugas mengutip sampah-sampah yang ada. Kelompok ini bertugas, membersihkan sekolah dari permasalahan sampah yang ada. Kemudian kelompok kedua adalah kelompok yang melakukan perawatan terhadap tanaman induk sekolah. Perawatan tanaman induk inilah yang tadi saya katakan sebagai perawatan pohon one man one tree. Tanaman induk sekolah antara lain, matoa, belimbing, mangga dan berbagai tanaman buah lainnya. Oh iya, ketika agenda gotongroyong dilaksanakan maka semua peralatan dan kebutuhan gotongroyong dibawa oleh para siswa. Sehingga tidak aneh, ketika musim gotong-royong, siswa-siswi terlihat seperti orang yang hendak ke
sawah atau ke kebun. Sebab mereka menenteng cangkul, parang, sapu lidi, ember, dan peralatan lainnya. Selain kegiatan perawatan pohon yang telah ditanam. Di sekolah saya juga ada kegiatan jurusan yaitu praktek pemanfaatan tanaman holtikultura. Yaitu kegiatan budidaya tanaman pangan seperti bayam, kangkung, dan sayur-sayuran lainnya. Kegiatan ini juga menghasilkan manfaat tambahan bagi siswa-siswi sekolah kami. Sebab sayur-mayur tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga orang tua siswa, guru dan dapat juga dijual ke pasar atau pembeli setempat. Selain aktivitas lingkungan, semangat dan pola pendidikan di sekolah kami ditunjang oleh visi sekolah yaitu “disiplin tinggi menuju pemuncak�. Untuk merealisasikan visi tersebut maka setiap hari sekolah kami mengadakan dua kali apel. Apel pertama pada pagi hari, jam 07.00 WIB, di sini, siswa-siswi akan mendapat motivasi dari perwakilan majelis guru untuk terus semangat menuntut ilmu. Kemudian apel kedua dilaksanakan pada jam 14.30 (siang menjelang sore). Pada apel kedua ini, sekolah akan mengumunkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan besoknya. Termasuk pengumuman kegiatan gotong royong. Sehingga besok, para siswa tidak bertanya-tanya lagi apa yang harus dilaksanakan dan dibawa ke sekolah. Kegiatan apel siang dan pagi ini, wajib diikuti oleh semua siswa. Itulah kegiatan sehari-hari di sekolah kami. Tak lelah untuk jadi pemuncak.***
un i nD ka at m a el
a
Riau Pos R Dari iau, S
HALAMAN 36
Belajar dari Alam di Kecamatan Bukitbatu
The Young Hero
Ceritakan dengan 100 kata tentang kegiatanmu sehari-hari dalam menjaga lingkungan. Tulisan terbaik akan mendapatkan souvenir cantik setelah evaluasi per tiga bulan. Lengkapi dengan biodata singkat dan foto close up dirimu. (Sekolah Dasar). Langsung ke Riau Pos atau Email ke greenstudentriau@gmail.com
Y
o
u
n
G
Bermain dengan Bersih NAMA saya Rido Alfayat. Saya kelas V di Sekolah Dasar (SD) Negeri 008 Tampan. Temanteman saya punya banyak hobi, salah satunya bermain bola. Dan saya bercita-cita menjadi pemain bola nasional (Timnas). Saya tidak RIDO suka kalau main bola tapi lapangannya ALFAYAT kotor oleh sampahsampah. Paling sering adalah sampah plastik. Oleh karena itu, sebelum bermain, saya mengajak teman-teman untuk membersihkan lapangan dari sampah plastik dengan cara memungutnya. Kemudian kami menumpuknya di tempat sampah yang dekat dari lapangan. Agar ketika petugas kebersihan yang biasanya lewat dengan truk pengangkut sampah bisa dengan mudah mengambilnya. Setelah lapangan terbebas dari sampah-sampah, baru deh, kami bermain dengan tenang.***
Rajin Bersihkan Kamar SALAM kenal temanteman, nama saya Aqila Rizki Ichan. Murid kelas III SD Bintang Cendikia. Saya anak tunggal dan berumur delapan tahun. Teman-teman, saya ingin berbagi cerita tentang kegiatan saya AQILA RIZKI menghemat energi ICHAN ketika berada dirumah. Setiap hari ahad (libur mingguan sekolah) saya membantu ibu membersihkan karpet di kamar saya. Untuk membersihkan debu dari karpet kamar, saya menggunakan sapu lidi. Tidak menggunakan vacuum cleaner (penghisap debu menggunakan energi listrik). Sebab debu kamar saya tidak terlalu tebal. Jadi tidak perlu menggunakan alat tersebut, sehingga saya sudah menghemat energi listrik rumah. Lagi pula, ibu tidak mengizinkan saya menggunakannya karena masih kecil, katanya.***
JOURNEY
AHAD 6 MARET 2011
ALAM memiliki berjuta hal yang unik yang bisa di jadikan sumber ilmu pengetahuan. Untuk itu Universitas Riau (Unri) mencoba mengajak generasi muda turut serta menggali ilmu dari alam. Beberapa waktu lalu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam(FMIPA) UR memberangkatkan lima orang mahasiswa, satu orang dosen Biologi serta salah satu warga negara asing asal J e p a n g menuju Desa Sukajadi, Temiang Sepahat, Pakning, Kecamatan Bukitbatu Kabupaten Bengkalis, untuk menggali ilmu dari alam Bukitbatu tersebut. Bersama Ahmad Muhammad dosen yang membimbing lima orang mahasiswa di antaranya Dendi Sukma Haryadi dan Ridho Christina, Yudho Hardjoyudhanto, Fandri Sofiana Fastanti, R.A. Diah St. Ningrum, serta Motoko Fujita seorang ahli burung. Kegiatan tersebut diadakan dalam rangka Tugas Akhir (TA) perkuliahan sekaligus membantu menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa tersebut. Kesempatan itu merupakan pengalaman pertama bagi sebagian besar mahasiswa yang mengikuti perjalanan. Memasuki Bukit Batu, jalan yang di lalui berlumpur dan licin diguyur hujan lebat, sehingga mobil yang mereka tumpangi terpuruk ketika melewati jalan yang dihiasi pemandangan mobil-mobil terpuruk di sepanjang jalan Maredan.
MENGAMATI: Mahasiwa FMIPA Biologi mengamati pohon karet yang masih kecil di Kebun Karet Bukitbatu.
Untuk meringankan beban mobil peserta turun agar mobil bisa bergerak maju meninggalkan jalan yang sangat licin dan berbahaya tersebut. Sambil diguyur hujan mereka menyusuri jalan dengan sepatu boot ala lumpur atau telanjang kaki dengan lumpur yang menghiasi kaki. “Benar-benar jalan Dewa,” celetuk Yudho sambil tertawa kecil menikmati pengala-
man yang langka ini ketika telah melewati jalan di Maredan. Selama satu minggu mereka menjelajahi Bukitbatu untuk menggali ilmu yang tersembunyi dari alam Bukitbatu. Banyak hal unik yang telah terajadi yang menambah pengalaman bagi mereka khususnya bagi para mahasiswa yang masih membutuhkan banyak pengalaman baru untuk
memperluas wawasan. “Hal unik dan aneh yang kami alami saat tersesat di hutan karet,” tutur Yudho Saat itu mereka membuat kode suara untuk mencari posisi keberadaan Ahmad yang telah lebih dulu memasuki hutan. “Kami mendengar dua suara sahutan dari dua arah yang berbeda dan itu bukan gema yang sering terjadi di dalam hutan,” lanjut Yudho menceritakan pengalamannya. “Dan hal yang terpenting yang tak boleh terlupakan ketika memasuki hutan adalah jangan pernah lupa membawa air minum,” pesan Ridho yang hampir dehidrasi ketika memasuki hutan karet. Meskipun lelah mereka tetap semangat dan ceria dengan di temani salah seorang pengawas dari PT Sinar Mas Foresty, yang akrab mereka panggil Rudi, juga Diki yang senantiasa semangat mengantarkan kami kemanapun pergi. Salah satu hal yang mereka amati di dalam hutan adalah terjadinya Subsidence (penurunan permukaan tanah) yang dapat dilihat dari jarak akar pohon karet dari permukaan tanah, karena jenis tanah di daerah ini adalah jenis tanah gambut. Kegiatan keluar masuk hutan karet, kebun sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang mereka jalani banyak menyimpan kejadian dan pengalaman yang luar biasa. “Sangat senang rasanya dapat melihat kekhasan alam dan budaya di Bukitbatu, sungguh menginspirasi. Dan pengalaman yang indah adalah tatkala kita bisa bersahabat dengan alam,” ujar Ridho.(diahgsj/new)
Mengolah Plastik Bekas Menjadi Bernilai
RIAU POS
PENGARAHAN: Terlihat Cik Salmi memberikan pengarahan kepada BeeSA sebelum memulai pengolahan sampah plastik.
GSA Campaign
KOMUNITAS Lebah (BeeSA) SMAN 1 Pangkalankerinci mengadakan pengolahan sampah plastik menjadi bahan yang bermanfaat dan dapat digunakan kembali, Jumat (4/3) di depan labor Biologi . Kegiatan ini dilakukan mengingat bahwa sampah plastik yang umumnya sangat banyak bertebaran dan beserakan dilingkungan sekolah. Selain itu sampah plastik membutuhkan waktu lama untuk bisa di hancurkan oleh bakteri. Oleh karena itu siswa-siswi SMAN 1 bertekad mengolah sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai. Dalam kegiatan itu, setiap siswa yang ikut diwajibkan membawa sampah plastik. Sampah yang dibawa seperti plastik pembungkus deterjen, plastik pembungkus minyak goreng dan jenis lainnya. Selanjutnya sete-
Green Blitz
mana-mana dapat dimanfaatkan kembali menjadi barang yang unik dan bernilai,” lanjut Jamila yang akrab dipanggil Mimi oleh teman temannya. Untuk menambah kreativitas siswa Cik Salmi juga memberikan tugas individu dan kelompok mengolah sampah plastik di rumah masing-masing. Menurut Cik Salmi, kegaiatan itu dilakukan untuk menumbuhkan rasa peduli dan cinta terhadap lingkungan sekitar khususnya di sekolah. “Selain itu, kegiatan ini akan mengurangi penumpukan sampah plastik, saya senang bisa memberikan ilmu tentang pengolahan sampah plastik kepada anak-anak yang peduli terhadap lingkungan,” tuturnya.(agus yogi-gsj/new)
Jika kamu anggota Green Student (GSJ/GSA). Silahkan kirim foto-foto dengan tema lingkungan dan wajib hasil karyamu sendiri (Min. 5 foto). Foto terbaik akan ditampilkan, plus mendapatkan souvenir cantik dari green student setelah evaluasi tiga bulan. Email ke greenstudentriau@gmail.com dan untuk info menjadi anggota call : 085265667775/085265837109.
Bernaung di DPR
Memancing Lebih Baik
BERNAUNG di bawah pohon rindang (DPR) merupakan aktivitas yang kerap kita lakukan. Apalagi ketika matahari tengah menyengat di siang hari. DPR menjadi tempat favorit, untuk sejenak berhenti. Apakah itu hanya sekadar duduk, mengobrol dengan teman-teman ataupun bicara serius tentang apa saja. Namun, naungan pohon rindang bukan lagi tempat yang gampang ditemui saat ini. Pembangunan, deforestasi dan pembakaran lahan, baik di luar atau di dalam kota, telah menjadikan pohon rindang langka. Oleh karena itu, beraktifitas santai di DPR menjadi salah satu kegiatan yang mengingatkan kita pada kelestarian alam. Ehm... selamat beristirahat.***
MEMANCING di sungai atau danau sudah menjadi hobi sebagian besar orang apalagi di daerah Riau. Tapi siapa sangka kalau jalan cepat untuk mendapatkan ikan bukan dengan memancing lagi, melainkan dengan bom dan racun. Tentu saja, kita tahu bahwa cara ini tidak baik untuk perkembangbiakan ikan. Sebab ikan kecil dan besarpun akan turut mati. Lambat laun manusia kan semakin kesulitan untuk menemukan dan menangkap ikan. Nah, bagi yang hobi makan ikan, yuk, lebih baik kita memancing saja. Baik itu sendiri atau bareng dengan teman dan keluarga, lebih seru, kan? Apalagi sekarang banyak kolam pancingan yang bisa dimanfaatkaan. Jadi sekalian menjaga populasi ikan tetap banyak, kita juga sudah melakukan hal positif bagi lingkungan. Plus, kebersamaan dengan orang-orang yang kita sayangi.***
Rehat sejenak di naungan pohon
Foto dan Teks: Tya-gsj Lokasi : Universitas Riau
Ma'shum Abdul Jabbar SMKN 5 Rumbai
lah mereka mendapakan pengarahan berbagai cara mengolah sampah tersebut dari Pembina BeeSA, Cik Salmi. Sampah-sampah plastik pembungkus minyak goreng misalnya bisa di jadikan kotak tisu, plastik deterjen dijadikan tas yang menarik dan berbagai macam bentuk karya lainnya. Selain menarik hasil karya tersebut juga bisa dimanfaatkan kembali untuk keperluan sehari-hari. “Awalnya kami bingung, untuk apa kami membawa sampah plastik yang tidak berguna dan seharusnya di buang,” ujar Jamila salah satu siswi SMAN 1 yang merupakan anggota GSJ. “Tapi setelah kami memperoleh ilmunya, sampah sampah plastik yang bertebaran di-
Bicara kuliah diketeduhan pohon, kenapa tidak?
Ngobrol santai bersama teman-teman di bawah pohon.