PT. DIAMOND RAYA TIMBER STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERENCANAAN HUTAN
No. Dokumen
SOP-1PC-01
Revisi
0–3
Tanggal
1 Desember 2009
Halaman
1 dari 41
Register : 01 Direktur Produksi Tanggal : 1 Desember 2009
√
DISTRIBUSI SALINAN TERKENDALI
01
Direktur Produksi
07
Supervisor CoC & Log Control
02
Internal Control System
08
Supervisor Penebangan
03 04
Manajer Perencanaan & Pembinaan Hutan Supervisor Tata Batas & PAK
09 10
Manajer Research & Environmental Development
05
Supervisor ITSP dan Pemetaan
11
SIM
06
Manajer Pemanenan
Supervisor PPL & Limbah
Prosedur ini merupakan standar Perencanaan Hutan dalam sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT. DIAMOND RAYA TIMBER dan merupakan suatu persyaratan yang diperintahkan standar tersebut. Perubahan tidak diijinkan tanpa persetujuan sebelumnya dari Direktur Produksi dan harus diterapkan dengan menggunakan standar tersebut untuk mengontrol perubahan isi yang terkandung di dalam dokumen ini.
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
DAFTAR ISI
1. Prosedur Kerja Penataan Hutan ............................................................................. 3 2. Instruksi Kerja Penataan Areal Kerja Blok Tebangan................................................ 5 3. Prosedur Kerja Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) ........................ 7 4. Instruksi Kerja Persiapan Kerja dalam Cruising........................................................ 9 5. nstruksi Kerja Mencari Titik Ikat dan Titik Nol dalam Cruising.................................... 12 6. Instruksi Kerja Pembuatan Rintis Jalur dan Petak Ukur dalam Cruising ..................... 15 7. Prosedur Kerja Penandaan dan Pengukuran Pohon dalam Cruising ......................... 29 8. Instruksi Kerja Jenis Pohon dalam Cruising ............................................................. 21 9. Instruksi Kerja Kriteria Kualitas Pohon dalam Cruising ............................................. 23 10. Instruksi Kerja Pengukuran Diameter Pohon dalam Cruising .................................... 25 11. Instruksi Kerja Pengukuran Tinggi Pohon dalam Cruising ......................................... 28 12. Instruksi Kerja Penentuan Posisi Pohon dalam Cruising ........................................... 30 13. Standar Parameter Penentuan Status Pohon dalam Cruising ................................... 34 14. Instruksi Kerja Pengisian Tally Sheet dalam Cruising ............................................... 37 15. Instruksi Kerja Penggambaran Peta Pohon dalam Cruising ...................................... 38
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 2 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
1. PROSEDUR KERJA PENATAAN HUTAN
1.1 TUJUAN Untuk menjamin bahwa kawasan hutan sudah ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
1.2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup perintisan batas kawasan hutan dan pemasangan pal batas serta deliniasi kawasan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
1.3 REFERENSI 1.3.1
Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber
1.3.2
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: P.9/VI/BPHA/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi
1.4 DEFINISI 1.4.1
Penataan Hutan adalah kegiatan pengaturan areal kerja sesuai dengan fungsi dan peruntukannya dalam upaya pengelolaan hutan secara lestari.
1.4.2
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan sebagai area perlindungan yang bisa memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya.
1.4.3
Kawasan Gambut Dalam adalah kawasan hutan yang memiliki tanah bergambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter.
1.4.4
Sempadan Sungai adalah kawasan yang memiliki areal sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai.
1.4.5
Kawasan Pelestarian Plasma Nuftah (KPPN) adalah areal yang ditetapkan dan memiliki jenis plasma nuftah dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang mewakili keanekaragaman seluruh kawasan.
1.4.6
Kebun Benih adalah kawasan yang ditetapkan sebagai areal sumber benih.
1.4.7
Petak Ukur Permanen adalah areal yang diberi tanda batas yang jelas, berbentuk segi empat dengan ukuran jarak datar minimal 250 m x 250 m, yang digunakan untuk pemantauan pertumbuhan dan riap tegakan.
1.4.8
Hutan Produksi adalah areal yang secara fisik memungkinkan untuk dilakukan eksploitasi yang layak baik secara ekologis maupun secara ekonomis.
1.5 DESKRIPSI 1.5.1
Ketentuan Umum
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 3 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
1.5.1.1 Setiap
kawasan
hutan
yang
Revisi : 0-3
telah
ditetapkan
sesuai
fungsi
dan
peruntukannya telah ditata batas dan dideliniasi. 1.5.1.2 Pastikan bahwa penataan hutan yang dilakukan di lapangan sesuai dengan lokasi dan fungsi yang telah ditetapkan. 1.5.1.3 Pastikan bahwa hasil kegiatan penataan hutan yang telah ditata batas dilakukan deliniasi di peta. 1.5.2
Tanggung Jawab 1.5.2.1 Supervisor Penataan Areal Kerja (PAK) dan tata batas bertanggung jawab secara operasional terhadap kegiatan penataan hutan di lapangan. 1.5.2.2 Manager
Perencanaan
bertanggung
jawab
terhadap
hasil
kegiatan
penataan hutan. 1.5.2.3 Direktur Produksi bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi kegiatan penataan hutan yang dilakukan oleh Manager Perencanaan.
16.15 REKAMAN TERCATAT Manager Perencanaan & Pembinaan Hutan dan Supervisor PAK membuat BAK dan laporan / dokumen hasil penataan secara tertulis untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan hutan lestari PT. Diamond Raya Timber.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 4 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
2. INSTRUKSI KERJA PENATAAN AREAL KERJA BLOK TEBANGAN
2.1 TUJUAN Memastikan bahwa kegiatan penataan areal blok tebangan dapat berjalan secara tepat dan terarah dengan baik.
2.2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup penataan areal kerja blok tebangan meliputi persiapan rencana kerja, perintisan batas dan pemasangan pal batas blok tebangan.
2.3 REFERENSI Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: P.9/VI/BPHA/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi
2.4 DEFINISI 2.4.1
Penataan areal blok tebangan adalah kegiatan penataan areal kerja pada areal yang akan dipanen pada RKT berjalan.
2.4.2
Peta rencana PAK adalah peta dengan skala minimal 1:10.000 yang menunjukkan rencana pembagian areal dalam blok – blok kerja tahunan dan petak – petak kerja.
2.5 DESKRIPSI KERJA 3.3.1
Menyiapkan rencana kerja lapangan meliputi rencana tata waktu kerja, pengadaan peralatan dan sarana kerja.
3.3.2
Melaksanakan traning kerja mengenai teknis kerja penataan blok tebangan, berkoordinasi dengan Supervisor Diklat dan Pengembangan SDM.
3.3.3
Mencari titik ikat di lapangan yang sebelumnya sudah ditentukan koordinatnya dipeta. Titik ikat berupa sebagai batas alam, misalnya belokan sungai,lereng, titik triangulasi, titik kontrol kehutanan atau pada jalan angkutan yang sudah ada atau dapat pula titik sudut yang ada pada blok tebangan tahunan sebelumnya, posisinya mudah dicari dan lokasinya parmanen di lapangan. Berkoordinasi dengan Supervisor Pemetaan dan ITSP.
3.3.4
Setelah titik ikat ditentukan di lapangan, selanjutnya mencari titik nol blok tebangan dari titik ikat tersebut, dicatat azimut dan jaraknya agar mudah menuju tempat tersebut pada kesempatan berikutnya.
3.3.5
Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah membuat batas rintisan blok tebangan dan membaginya menjadi petak – petak kerja sesuai dengan bentuk dan luasannya seperti yang telah ditentukan dalam peta rencana PAK.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 5 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
3.3.6
Revisi : 0-3
Rintisan berupa jalur dengan lebar ¹ 2 meter dengan tanda – tanda yang jelas berupa cat berwarna merah atau kuning,sehingga mudah ditemukan dan dikenali.
3.3.7
Kegiatan penataan areal kerja dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum kegiatan pemanenan dilakukan.
2.6 REKAMAN TERCATAT Manager Perencanaan & Pembinaan Hutan dan Supervisor PAK membuat BAK dan laporan / dokumen hasil penataan secara tertulis untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan hutan lestari PT. Diamond Raya Timber
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 6 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
3. PROSEDUR KERJA INVENTARISASI TEGAKAN SEBELUM PENEBANGAN (ITSP)
3.1 TUJUAN Memastikan bahwa pengumpulan informasi tegakan dan pemposisian pohon serta pengambilan data lainnya untuk keperluan penebangan dalam kegiatan cruising dapat dilaksanakan secara tepat dan terarah dengan baik.
3.2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan meliputi peta Blok RKT, persiapan pelaksanaan, persiapan pelaksanaan di lapangan, pengolahan data serta pembuatan peta persebaran pohon.
3.3 REFERENSI 3.3.1
Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber
3.3.2
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: P.9/VI/BPHA/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi
3.4 DEFINISI 3.4.1
Cruising adalah kegiatan inventarisasi tegakan untuk mengetahui potensi pohon.
3.4.2
LHC adalah laporan hasil cruising.
3.4.3
Peta pohon adalah peta penyebaran pohon hasil Cruising dalam skala 1:1.000.
3.5 DESKRIPSI KERJA
No
Kegiatan
1.
Persiapan
2.
Training
3.
Mencari To dan Ti
Deskripsi Menyiapk an
rencana
kerja
PIC lapangan,
pengadaan peralatan/ sarana kerja Melaksanakan
training
Spv. Pemetaan & ITSP
kerja
berkoordinasi dengan seksi training/HRD
Spv. Pemetaan & ITSP
Mencari titik ikat (Ti) dan pembuatan titik nol (To) di lapangan
Ketua Regu
Membuat rintis jalur cruising 4.
Buat jalur dan PU
Membuat petak ukur (PU)
Ketua Regu
Membuat patok / pal 5.
Pengukuran dan
SOP Perencanaan Hutan
Pengukuran
dan
pecatatan
pohon
/
Pengenal pohon
- Hal 7 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
No
Revisi : 0-3
Kegiatan
Deskripsi
PIC
penandaan pohon
tegakan: posisi, jenis, diameter, dan
&
tinggi
Ketua Regu
Penandaan pohon/tegakan 6.
7.
Pembuatan LHC Pembuatan peta pohon
SOP Perencanaan Hutan
Pembuatan laporan hasil cruising (LHC) dan Rekapitulasi LHC (RLHC) Pembuatan peta pohon
Cruiser
Cruiser
- Hal 8 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
4.
Revisi : 0-3
INSTRUKSI KERJA
PERSIAPAN KERJA DALAM CRUISING
4.1
TUJUAN Menjamin agar kegiatan cruising dapat dilaksanakan secara efektif dan terarah dengan baik.
4.2
RUANG LINGKUP Persiapan kerja crusing meliputi perencanaan kerja, pengadaan peralatan dan tenaga kerja serta pelatihan kerja.
4.3
REFERENSI SOP-1PC-01(1)
4.4
DEFINISI 4.4.1
Peta kerja adalah peta rencana kegiatan crusing skala 1:5000 yang berisi informasi titik ikat, titik nol dan garis batas serta data areal umum lainnya.
4.4.2
Rencana kerja adalah rencana detail yang setidaknya meliputi tata waktu dan kebutuhan peralatan, tanaga kerja dan keperluan P3K dalam kegiatan lapangan.
4.4.3
Training kerja adalah training pada pekerja harian yang setidaknya meliputi aspek kerja cruisng dan P3K.
4.5
DESKRIPSI KERJA 4.5.1
Perencanaan Peta Lokasi 4.5.4.2
menentukan petak/blok tebangan mana yang akan dicruising.
4.5.4.3
Menyiapkan peta kerja skala 1 : 5.000.
4.5.4.4
Menentukan titik nol (To) berikut koordinatnya (lintang dan bujur) di dalam peta kerja.
4.5.4.5
Menentukan titik ikat (Ti), yaitu titik yang mudah dicari di lapangan dan berada di batas alam, misalnya titik belokan sungai, titik triagulasi, jalan angkutan dan titik triagulasi kehutanan lainnya, serta dapat juga berada pada titik sudut yang sudah ada pada blok/petak tebangan tersebut.
4.5.4.6
Menetapkan jalur cruising: dimulai dengan menarik garis dari To arah azimut 180째 atau 0째 (sesuaikan dengan peta) dengan lebar jalur 20 meter dan seterusnya sampai jumlah jalur dalam 1 petak kerja seluas 100 ada sebanyak 50 jalur.
4.5.2
Membuat Rencana Kerja 4.5.2.1
SOP Perencanaan Hutan
Membuat rencana kerja cruising secara detail.
- Hal 9 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
4.5.2.2
Revisi : 0-3
Arahan format tata waktu (time table) kegiatan cruising atas dasar target seluas 100 Ha dengan prestasi kerja 4 jalur / hari / regu adalah sebagai berikut: Kegiatan
Waktu (minggu ke-) 1
2
3
4
5
Hari
TK
Biaya
1
Persiapan
x
1
1
pm
2
Training
x
1
10
pm
3
Cruising
13
10
pm
4
LHC/Rekapitulasi
x
5
1
pm
5
Peta Pohon
x
5
1
pm
6
Pengecekan
1
1
pm
4.5.2.3
x
x
x
Format aspek teknis lainnya dalam perencanaan detail ditentukan oleh Manager Perencanaan & Pembinaan.
4.5.3
Pengadaan Tenaga Kerja Kebutuhan pekerja recruising sebanyak 10 orang, dengan jenis keterampilan: 4.5.3.1
Ketua regu merangkap tallyman = 1 orang
4.5.3.2
Perintis
= 4 orang (2 sub regu)
4.5.3.3
Pengenal / penanda pohon
= 4 orang (2 sub regu)
4.5.3.4
Tukang masak
= 1 orang
Dengan kualifikasi khusus sebagai berikut: 4.5.3.5
Ketua regu adalah menggunakan cruiser berpengalaman.
4.5.3.6
Minimal satu orang karyawan junior sebagai pengenal dan penanda pohon.
4.5.3.7 4.5.4
Sisanya, diutamakan masyarakat sekitar HPH.
Penyiapan Peralatan Kerja yang perlu disediakan (order) oleh ketua regu: 4.5.4.1
4.5.4.2
4.5.4.3
Ketua regu / tallyman: a.
buku tally
= 1 bh
b.
ransel
= 1 bh
c.
pulpen
= secukupnya
Perintis: a.
Sunto
= 2 bh
b.
parang
= 4 bh
c.
tali 25 meter
= 2 bh
d.
spidol
= 2 bh
e.
cat
= secukupnya
f.
kuas
= 2 buah
Pengenal / penanda pohon: a.
SOP Perencanaan Hutan
Kompas
= 2 bh
- Hal 10 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
4.5.4.4
4.5.4.5
4.5.4.6
4.5.5
Revisi : 0-3
b.
Phiband/pita meteran
= 4 bh
c.
label cruising
= secukupnya
d.
spidol (artline)
= secukupnya
e.
paku
= secukupnya
f.
meteran 30 meter
= 2 bh
g.
palu
= 4 bh
h.
haga/christen meter
= 2 bh
Penjaga camp / pemasak: a.
camping unit
= keperluan 10 orang
b.
kelambu
= 10 unit
c.
bahan makanan
= keperluan 10 orang selama mandah
Perlengkapan K3 a.
helm
= 10 bh
b.
sepatu kerja
= 10 bh
c.
kelambu
= 10 unit
Penyedian P3K2 a.
obat luka
= secukupnya
b.
obat gigit serangga
= secukupnya
c.
obat demam
= secukupnya
d.
obat malaria
= secukupnya
e.
obat anti nyamuk
= secukupnya
f.
obat diare / maag
= secukupnya
Pelaksanaan Training Pekerja 4.5.5.1
Laksanakan training pekerja sebelum memulai pekerjaan lapangan.
4.5.5.2
Pelaksanaan training kerja berkoordinasi dengan Spv PLP.
4.5.5.3
Arahan materi training standar bagi pekerja cruising adalah sebagai berikut: No.
4.5.5.4
Materi Training Kerja
Instruktur
Tempat
Trainer
Camp
1
Policy & Objectives SFM DRT
2
Sasaran cruising dalam SFM DRT
3
Cara Kerja cruising
Ketua Regu
Lapang
4
K3 dan P3K dalam cruising
Ketua Regu
Lapang
Spv. PAK & ITSP
Camp
Peralatan training disiapkan antara ketua regu dengan Spv. Pemetaan & ITSP dan Spv PLP.
4.5.5.5
SOP Perencanaan Hutan
Pelaksanaan training mengacu pada prosedur training.
- Hal 11 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
5.
Revisi : 0-3
INSTRUKSI KERJA
MENCARI TITIK IKAT DAN TITIK NOL DALAM CRUISING
5.1
TUJUAN Menjamin agar kegiatan untuk mencari titik ikat dan titik nol di lapangan yang telah dibuat sebelumya dalam rangka cruising dapat berjalan dengan efektif dan benar.
5.2
RUANG LINGKUP Titik ikat dan titik nol di lapangan saat kegiatan cruising di lapangan.
5.3
REFERENSI SOP-1PC-01(1)
5.4
DEFINISI 5.4.1
Alur batas adalah batas berupa rintisan yang dibershkan dari semak -semak selebar 1 sampai 2 meter dengan tanda-tanda khusus.
5.4.2
Pal batas adalah tanda batas yang dipergunakan untuk menunjukkan batas atau rintisan batas petak kerja di lapangan yang lokasinya di titik ikat, titik nol, sudut blok dan petak kerja tahunan.
5.4.3
Tanda-tanda batas adalah tanda-tanda rintisan alur batas dan biasanya diberi tandatanda khusus, misalnya patok yang dicatat dengan warna merah, putih atau kuning.
5.4.4
Titik nol adalah suatu titik pertemuan antara petak kerja tahunan dan blok kerja tahunan.
5.4.5
Titik ikat adalah suatu titik triangulasi kehutanan yang biasanya ditetapkan sebagai posisi yang mudah dicari dan lokasinya parmanen di lapangan dan berada di batas alam, misalnya belokan sungai, titik triangulasi, titik kontrol kehutanan atau pada jalan angkutan yang sudah ada atau dapat pula titik sudut yang ada pada blok tebangan tahunan sebelumnya.
5.5
DESKRIPSI 5.5.1
Cari dan tetapkan Titik Ikat (Ti) di lapangan sebagaimana ditentukan dalam peta kerja.
5.5.2
Setelah ditemukan, buat atau pasang pal batas dengan standar sebagai berikut:
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 12 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
a
cat putih
99/00
1030
1,3 m
Ti
1250m Az 45°
Revisi : 0-3
Keterangan : Pada sisi dalam Pal : a : angka tahun RKT Ti : titik ikat Pada bagian atas Pal : § à arah yang menunjukkan arah To dan/ atau blok/ petak kerja § 1250m Az 45° : angka yang menunjukkan jarak dan azimut To dari Ti (petak tebang 1030) § 1030 : nomor petak tebang
1m tanah
Gambar 1. Pal titik ikat dalam memulai kegiatan cruising
5.5.3
Jika pada posisi Ti sudah ada pal (sudah dibuat sebelumnya dalam PAK), maka: 5.5.3.1
Jika mutunya baik, lakukan pembersihan sekitar pal radius 2 meter dan perjelas penandaannya (cat).
5.5.3.2
Jika sudah rusak atau diperkirakan akan lapuk / rusak dalam 1 tahun berikutnya, ganti dengan standar di atas.
5.5.4
Dari titik ikat (Ti) dibuat rintisan menuju titik nol (To) dengan cara merintis jalur sesuai jarak dan azimut dalam peta kerja. Rintisan dibuat selebar 1 meter dan tiap 100 meter buat pal.
5.5.5
Jika pada posisi To sudah ada pal (sudah dibuat sebelumnya dalam PAK ), maka: 3.1.5.1
Jika mutunya masih baik, lakukan pembersihan sekitar pal radius 2 meter dan perjelas penandaannya (cat).
3.1.5.2
Jika sudah rusak atau diperkirakan akan lapuk/rusak 2 tahun berikutnya, ganti dengan standar di atas.
5.5.6
Pada To dibuat pal batas, dengan bentuk standar sebagai berikut:
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 13 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
a
cat putih
99/00
692
674
691
675
1,3 m To
tanah
Revisi : 0-3
Keterangan : Pada sisi dalam Pal : a : angka tahun RKT To : titik nol Pada bagian atas Pal : § à arah yang menunjukkan arah blok/ petak tebangan § 692, 674, 691 dan 675 : angka yang menunjukkan nomor petak tebangan § Diamter pal = 10 cm dari jenis kayu Awet
1m
Gambar 2. Pal titik nol dalam memulai kegiatan cruising
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 14 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
6.
Revisi : 0-3
INSTRUKSI KERJA
PEMBUATAN RINTIS JALUR DAN PETAK UKUR DALAM CRUISING
6.1
TUJUAN Memastikan bahwa pembuatan rintisan jalur dan plot ukur dalam kegiatan cruising dilakukan dengan benar dan tepat.
6.2
RUANG LINGKUP Pekerjaan pembuatan rintisan jalur dan plot ukur di dalam petak tebangan dalam kegiatan cruising.
6.3
REFERENSI SOP-1PC-01(1)
6.4
DEFINISI 6.4.1
Rintis jalur adalah alur rintisan yang dibersihkan dari semak belukar dan pohonpohon kecil selebar 1-2 meter.
6.4.2
Plot ukur adalah petak berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 meter yang berada dalam 2 jalur rintisan cruising dimana akan dilakukan pengukuran dan inventarisasi hutan.
6.5
DESKRIPSI 6.5.1
Dasar Pengerjaan 6.5.1.1 Petak tebangan seluas 100 Ha berukuran 1.000 meter x 1.000 meter dibuat jalur cruising sebanyak 50 buah dengan lebar jalur 20 meter. 6.5.1.2 Pada setiap jarak 20 meter di sepanjang jalur dibuat patok dari bahan kayu awet 1 (misalnya Laban, Punak, atau Milas ) dan titik patok ini menjadi sudut dan identitas petak ukur (PU).
6.5.2
Pembuatan Rintisan Jalur 6.5.2.1 Regu rintis menarik rintis batas dari To (salah satu sudut/pokok petak kerja) dengan azimut 180째 atau 0째 sepanjang 20 meter. 6.5.2.2 Pada ujung jarak tersebut, regu rintis ke-1 membuat patok 0 dengan kode 0/1 (patok 0 pada jalur 1 : titik awal rintis jalur 1). Patok 0 adalah titik awal rintis jalur. 6.5.2.3 Selanjutnya dari titik 0/1, regu rintis ke-2 mengukur jarak sepanjang 20 meter dengan azimut 180째 atau 0째 dan membuat patok 0/2 (patok 0 pada jalur 2 : titik awal rintis jalur 2).
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 15 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
6.5.2.4 Dari setiap titik awal jalur (patok 0), di buat rintis jalur dengan dasar ukur 20 m dengan azimut 90° atau 270° yang disambung-sambung sampai sepanjang 1.000 meter, dimana tiap penggalan 20 meter di buat patok dan dinomori. 6.5.2.5 Dengan cara di atas, maka suatu rintis jalur 0/1 s/d 50/1 sambungan dari penggal garis
merupakan
0/1 1/1, 1/12/1, …… 49/150/1
dimana panjang penggalan garis adalah 20 meter. 6.5.2.6 Dalam pembuatan rintisan harus diperhatikan agar pengukuran azimut harus benar-benar teliti (sesuai peta kerja) sehingga sisi 0/1 50/1 benarbenar berupa garis lurus. 6.5.2.7 Dalam pengerjaannya, regu rintis ke-1 menyelesaikan jalur 1 (0/150/1) dan regu rintis ke-2 mengerjakan jalur 2 (0/250/2). 6.5.2.8 Dalam pembuatan PU 50/1 atau rintis batas 49/150/1, regu rintis harus mengukur/mencatat sampai ditemukan
garis batas, dimana perpotongan
garis rintis jalur ini dengan rintis batas ditetapkan sebagi patok 50/1. 6.5.2.9 Apabila regu rintis ke-1 telah sampai di patok 50/1, regu rintis ini berpindah untuk mengerjakan jalur tiga: a.
Dari titik patok 50/1 merintis/mengikuti batas petak sepanjang 40 meter dengan azimut 180° atau 0° menuju titik patok 0/3.
b.
Jika ada perbedaan azimut lapangan dengan peta, maka dicatat perbedaan itu (jarak dan azimutnya), tetapi ikuti batas yang sudah ada.
c.
Dari titik patok 0/3 ditentukan letak titik 1/3 dengan mengukur jarak 20 m dengan azimut 90° atau 270° (tegak lurus dengan garis batas atau sejajar dengan jalur 1 dan 2.
d.
Demikian seterusnya sampai terbentuk penggalan garis 0/1-50/3.
6.5.2.10 Demikian juga caranya apabila regu rintis ke-2 telah menemukan perpotongan rintis jalur 2 dengan garis batas. 6.5.3
Pembuatan Petak Ukur 6.5.3.1
Petak ukur dibuat dalam tiap jalur cruising.
6.5.3.2
Pengerjaan pembuatan rintis batas dan PU dilakukan secara simultan (bersamaan) oleh regu yang berbeda di bawah komando ketua tim.
6.5.3.3
Setelah setiap penggalan rintis jalur berjarak 20 meter selesai dibuat, baru ketua tim membuat arahan batas PU (batas imajiner dengan bantuan kompas), yaitu tegak lurus rintis jalur menuju batas petak batas/rintis jalur yang bersebalahan.
6.5.3.4
SOP Perencanaan Hutan
Kriteria pembuatan patok:
- Hal 16 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
a.
Revisi : 0-3
Patok ditancapkan di tanah sampai dengan bagian sepanjang 0,25 m berada di atas batas air pasang/rawa tertinggi (atau 1,3 di atas tanah).
b.
Diameter patok sebesar 5 cm.
c.
Bagian atas patok di cat dengan warna putih dan nomor patok dengan warna hitam.
xx xx
Cat warna putih PU 12 : PU/patok No. 12 RC 2 : Jalur cruising No. 2
Gambar 3. Bentuk Patok Cruising
6.5.3.5
Petak ukur 1 dibuat mulai dari titik patok 0 (untuk jalur 1 adalah To) sebagai mana Gambar 3.
6.5.3.6
Contoh pembuatan PU dalam jalur 1: a.
PU 1 dimulai dari To yang sisinya adalah: To 0/11/1batas petakTo.
b.
PU 2 (dilanjutan setelah PU1) dimulai dari 1/1 yang sisinya adalah: 1/12/1batas petak 1/1.
c.
Demikian seterusnya sampai selesai pembuatan PU 50 sebagai mana pola dalam Gambar.
6.5.3.7
Dengan demikian pada setiap jalur dibuat petak ukur (PU) sebanyak 50 buah berukuran 20 x 20 meter dan dalam 100 Ha petak tebangan ada 2500 buah PU dengan susunan sebagai mana gambar berikut.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 17 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
1.000 m 50
1
1
1
1
50
50
1
2
3
4
47
48
49
50
49
49
2
2
2
2
49
49
1
2
3
4
47
48
49
50
48
48
3
3
3
1
48
48
1
2
3
4
47
48
49
50
47
47
4
4
4
1
47
47
1
2
3
4
47
48
49
50
1.000 m
4
4
47
47
47
47
4
4
1
2
3
4
47
48
49
50
3
3
48
48
48
48
3
3
1
2
3
4
47
48
49
50
2
2
49
49
49
49
2
2
1
2
3
4
47
48
49
50
1
1
50
50
50
50
1
1
1
2
3
4
47
48
49
50
48
Plot ukur nomor 48
47
Pada jalur nomor 47
: Titik Nol (To) : Batas Petak
Gambar 4. Pola Letak dan Penomoran PU dalam cruising
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 18 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
7.
Revisi : 0-3
PROSEDUR KERJA
PENANDAAN DAN PENGUKURAN POHON DALAM CRUISING
7.1
TUJUAN Menjamin agar pengerjaan pengukuran dan penandaan pohon dalam kegiatan cruising berjalan efektif dan benar.
7.2
RUANG LINGKUP Pengukuran dan penandaan pohon dalam kegiatan cruising.
7.3
REFERENSI Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber
7.4
DEFINISI 7.4.1
Pengukuan
dan
penandaan
pohon
adalah
kegiatan
dalam
cruising
untuk
inventarisasi pohon meliputi pengenalan jenis, pengukuran dimensi pohon, pengambilan data RIL, penandaan/pelabelan pohon, penentuan posisi pohon dan pencatatan hasil cruising. 7.4.2
Data RIL adalah data-data tegakan yang diperlukan untuk reduced impact logging (penebangan dampak rendah), seperti arah rebah dan kondisi atau sebaran pohon permudaan komersial atau pohon inti/induk dan pohon dilindungi di sekitar pohon ditebang.
7.4.3
Label adalah tanda-tanda yang diberikan pada pohon saat kegiatan cruising.
7.4.4
Posisi pohon adalah posisi absis (x) dan ordinat (y) suatu pohon dalam petak ukur (PU) terhadap pusat sumbu (rintis) PU-nya.
7.5
DESKRIPSI
No.
KEGIATAN
DESKRIPSI -
1.
2.
up -
Tentukan jenisnya
-
Ukur diameter pohon (dbh) atau
Ukur Diameter dan Tinggi Pohon
Eksplorasi pohon cruising yang diperkirakan berdiameter 20 cm
Cari Pohon
20 cm di atas banir -
Jika diameter 20 cm up, ukur tinggi dan jika tidak abaikan
-
SOP Perencanaan Hutan
PIC
Pengenal Pohon
Pengenal Pohon
Identifikasi kualitas pohon
- Hal 19 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
No.
3.
4.
KEGIATAN Laporkan Hasil Ukuran
Revisi : 0-3
DESKRIPSI -
PIC
Laporkan jenis, diameter, inggi dan kualitas pohon ke tallyman
Pohon
dan minta nomor pohon
Berikan Nomor
-
Berikan nomor pohon
& Status Pohon
-
Tentukan status pohon (ditebang,
Pengenal Pohon
Ketua Regu
dilindungi, pohon inti) -
5.
Jika
status
ditebang,
Cari Data RIL dan
cari
pohon
adalah
data
reduced
impact logging (RIL)
Tempelkan Label -
Untuk semua pohon dicruising,
Pengenal Pohon
tempel label pohon 6.
Tentukan Posisi Pohon dan Laporkan
Ukur dan tentukan posisi pohon (x,y) dalam petak ukur
-
Pengenal
Laporkan ke tallyman data posisi
Pohon
pohon dan data RIL -
Catat semua data ke dalam tally sheet
7.
Tally data
-
Jika 1 PU telah selesai berikan komando
pengerjaan
Ketua Regu
PU
berikutnya
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 20 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
8.
Revisi : 0-3
INSTRUKSI KERJA
JENIS POHON DALAM CRUISING
8.1
TUJUAN Menjamin agar ada kejelasan jenis-jenis pohon yang inventarisir dalam kegiatan cruising.
8.2
RUANG LINGKUP Jenis-jenis pohon yang dicruising, sebagai pohon komersial untuk tujuan ditebang dan pohon inti serta jenis pohon untuk tujuan dilindungi.
8.3
REFERENSI SOP-1PC-01(5)
8.4
DEFINISI 8.4.1
Jenis pohon komersial adalah pohon niagawi yang diproduksi untuk dijual yang dalam pengelolaan dibedakan atas pohon inti (diameter 20 s/d 29 cm) dan pohon ditebang (diameter 30 cm ke atas).
8.4.2
Jenis pohon dilindungi adalah pohon yang karena sifat kelangkaannya dilindungi oleh peraturan yang ada.
8.5
DESKRIPSI 8.5.1
Jenis pohon dilindungi adalah:
No.
8.5.2
Nama Jenis
Kode
1
Kempas
KP
2
Mangga hutan
MH
3
Asam kandis
AK
4
Nibung
NB
Jenis pohon komersial adalah:
No.
Nama Jenis
Kode
1
Meranti
MR
2
Ramin
RM
3
Durian burung
DR
4
Geronggang
GR
5
Nyatoh, Suntai, Balam
NY T
6
Serapat
SOP Perencanaan Hutan
SR
- Hal 21 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
7
Bintangur
BT
8
Mempisang, Jangkang
MPS
9
Mendarahan
MDH
10
Terentang
TR
11
Punak
PN
12
Kelat
KL
13
Medang
MD
14
Pasak linggo
PL
14
Trenggayung
TG
16
Pule
PE
17
dll
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 22 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
9.
Revisi : 0-3
INSTRUKSI KERJA
KRITERIA KUALITAS POHON DALAM CRUISING
9.1
TUJUAN Menjamin agar pohon yang ditebang adalah pohon yang berkualitas baik.
9.2
RUANG LINGKUP Pemilihan pohon-pohon jenis komersial untuk pemanenan pada saat cruising.
9.3
REFERENSI SOP-1PC-01(5)
9.4
DEFINISI Kualitas pohon adalah penampilan suatu pohon atas parameter atau tanda-tanda tertentu yang dapat dikenali pada batang atas dasar kelurusan dan kerusakan pada batang suatu pohon berdiri.
9.5
DESKRIPSI 9.5.1
Kelas kualitas batang pohon, ditentukan dalam cruising adalah berdasarkan penampakan atau pengenalan batang pohon berdiri atas aspek kelurusan dan kerusakan, sebagai berikut:
Tipe Kualitas
Kualitas Log
Kode
Kelurusan
Lurus
1
Keterangan Batang
yang
tidak
melengkung,
bengkok dan terpilin Lebar lengkungan terdalam dari sumbu
Melengkung
2
garis lurus antara ujung dan pangkal batang lebih dari setengah diameter Lebar antara sumbu garis batang lurus
Bengkok
3
dengan
sumbu
garis
batang
yang
bengkok lebih dari setengah diameter ujung
Terpilin
4
Serat kayu terpilin dari pangkal sampai ujung Batang sehat, tidak ada cabang mati,
Kerusakan
SOP Perencanaan Hutan
Tidak ada
5
bengkak, retak atau kerusakan kulit lainnya juga tidak berlubang
- Hal 23 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Tipe Kualitas
Kualitas Log
Revisi : 0-3
Kode
Keterangan Batang memiliki kerusakan kecil atau
Cacat kecil
6
besar pada kulit tetapi dapat pulih kembali dan masih dapat dimanfatkan Batang terbakar hingga gubal, growong,
Cacat besar
7
banyak mata buaya dan tidak dapat dimanfaatkan
9.5.2
Kualitas pohon (batang) jenis komersial berdiameter 30 cm ke atas yang DAPAT ditentukan sebagai POHON DITEBANG adalah: 9.5.2.1
Lurus dan sehat,
9.5.2.2
Lurus dengan cacat kecil,
9.5.2.3
Melengkung sehat,
9.5.2.4
Melengkung cacat kecil,
9.5.2.5
Bengkok sehat,
9.5.2.6
Bengkok cacat kecil.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 24 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
10. INSTRUKSI KERJA PENGUKURAN DIAMETER POHON DALAM CRUISING
10.1 TUJUAN Menjamin agar pengukuran diameter pohon di dalam kegiatan cruising dapat berjalan efektif dan benar.
10.2 RUANG LINGKUP Pengukuran diameter pohon dalam kegiatan cruising.
10.3 REFERENSI SOP-1PC-01(5)
10.4 DEFINISI 10.4.1 Diameter pohon adalah garis tengah batang pohon yang besaran nilainya sama dengan keliling pohon dibagi Phi (3.14). 10.4.2 Keliling pohon batang (dengan kulit) adalah ukuran melingkar batang pohon pada ketinggian 1.3 meter diatas tanah atau 20 cm diatas banir. 10.4.3 Phiband adalah alat ukur diamater pohon.
10.5 DESKRIPSI 10.5.1 Semua pohon jenis komersial dan dilindungi yang berdiameter 20 cm ke atas diukur dan dicatat. 10.5.2 Diameter batang pohon yang diukur adalah diameter pada setinggi dada (dbh) yaitu 1.3 meter di atas tanah atau 20 cm di atas banir (secara lengkap dalam Gambar 5 ). 10.5.3 Diameter diukur dengan menggunakan phiband atau pita diameter dalam 1 digit dengan pembulatan terdekat: Contoh:
12.5 cm ditulis 13 16.8 cm ditulis 17 18.2 cm ditulis 18
10.5.4 Pengukuran dengan phiband, dilakukan dengan mengukur lingkaran (keliling) batang pohon, kemudian dibaca ukuran diameternya. 10.5.5 Jika pengukuran menggunakan pita meteran ukuran 5 meter, maka pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu mengukur diameter terbesar dan terkecil, kemudian keduanya dirata-ratakan.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 25 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
ukur ukur 1,3 m 1,3 m
Pohon
biasa
di
tempat
datar Pohon
biasa
di
tempat
pengukuran pada 1. 3 m
pengukuran pada 1.3 m
lereng
di tempat
yang lebih tinggi
ukur ukur
1,3 m 1,3 m
Pohon
miring
di
tempat
Batang
cacat,
tinggi
batascacat
datarpengukuran pada 1.3 m mengikuti
kurang dari 1.3 mPengukuran tepat di
arah condong pohon
atas batas cacat
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 26 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
ukur
} 20 cm
ukur 1,3 m 1,3 m
Pohon
berakar
tunjang
pengukuran
pada tinggi 1. 3 m di atas akar tunjang
Pohon
berbanir
di
atas
1.3
m
pengukuran dilakuan 20 cm di atas banir
ukur Batas cagak bawah 1,3 m 1,3 m
Pohon
bercagak
di
pengukuran di 2 batang.
bawah
1. 3 m
Batang bercagak, tinggi cagak 1.3 m pengukuran di bawah cagak luar.
Gambar 5. Teknik pengukuran untuk tipe-tipe bentuk pohon
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 27 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
11. INSTRUKSI KERJA PENGUKURAN TINGGI POHON DALAM CRUISING
11.1 TUJUAN Mengukur tinggi pohon dalam kegiatan cruising dengan menggunakan alat bantu hagameter.
11.2 RUANG LINGKUP Penggunaan alat pengukur tinggi hagameter beserta pembacaan skala meternya.
11.3 REFERENSI SOP-1PC-01(5)
11.4 DESKRIPSI 11.4.1 Pengukuran tinggi pohon dengan alat hagameter dilakukan oleh 2 orang, yaitu pengukur pemegang hagameter dan pencatat data hasil ukuran. 11.4.2 Petugas pencatat data berdiri disamping
pohon yang akan diukur untuk
memudahkan melihat dan mencatat nomor pohon, serta memudahkan pengukur dalam mencari pohon yang akan diukur. 11.4.3 Petugas ukur mengambil jarak tertentu dari pohon yang akan diukur sehingga pangkal batang pohon, pucuk pohon, pangkal tajuk dan pangkal cagak/garpu terlihat jelas. 11.4.4 Jarak tempat pengukur berdiri dari pohon ditaksir, kemudian skala pada alat hagameter disesuaikan dengan jarak tersebut. Pada hagameter tersedia jarak 15 m, 20 m, 25 m, dan 30 m. 11.4.5 Kenop pada hagameter ditekan sehingga jarum penunjuk pada skala dapat bergoyang bebas. 11.4.6 Melalui lobang visir hagameter dibidikkan pada pangkal pohon, setelah bidikan tepat, kenop penahan skala dapat ditekan kemudian hasilnya dibaca pada skala. 11.4.7 Hasil bidikan dicatat dalam tally sheet pada kolom 3, dengan catatan: 11.4.7.1 Apabila jarum tepat pada angka 0 (nol) atau berada di sebelah kiri angka 0, maka hasil bidikan bernilai minus (-), 11.4.7.2 Apabila jarum berada di sebelah kanan angka 0 (nol), maka hasil bidikan bernilai plus (+). 11.4.2 Untuk memulai pengukuran sasaran lain (pucuk pohon), kenop ditekan kembali, sehingga jarum penunjuk pada skala dapat bergoyang bebas. 11.4.3 Melalui lobang visir hagameter dibidikkan pada pucuk pohon, dan setelah bidikan tepat, kenop penahan pada skala ditekan, hasil bidikan dapat dibaca pada skala.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 28 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
11.4.4 Hasil bidikan dicatat dalam tally sheet, dengan catatan bahwa hasil bidikan terhadap pucuk pohon bernilai plus (+) baik jarum berada di sebelah kiri maupun di sebelah kanan angka 0 (nol). 11.4.5 Tinggi pohon adalah hasil penjumlahan bilangan pangkal ditambah bilangan ujung pohon. 11.4.6 Pengukuran tinggi pangkal tajuk dan tinggi pangkal cagak/garpu dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana pengukuran tinggi pohon.
A
B Tinggi total A+B
Gambar 6. Teknik pengukuran tinggi pohon
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 29 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
12. INSTRUKSI KERJA PENENTUAN POSISI POHON DALAM CRUISING
12.1 TUJUAN Menjamin agar pengukuran dan penentuan posisi pohon di dalam petak ukur (PU) cruising dapat berjalan efektif dan benar.
12.2 RUANG LINGKUP Pengukuran dan penentuan posisi pohon dalam kegiatan cruising.
12.3 REFERENSI SOP-1PC-01(5)
12.4 DEFINISI 12.1
Posisi pohon adalah proyeksi posisi suatu pohon dalam petak ukurnya atas absis dan ordinatnya.
12.2
Absis adalah proyeksi posisi pohon atas sumbu mendatar (sumbu x dalam PU).
12.3
Ordinat adalah proyeksi posisi pohon atas sumbu tegak/vertikal (sumbu y dalam PU).
12.5 DESKRIPSI 12.5.1 Pohon cruising harus benar benar tepat berada dalam petak ukur berukuran 20 m x 20 m. 12.5.2
Pohon di dalam suatu petak ukur ditentukan dengan kriteria: ×
•
×
?
•
• PU 20x20m
Keterangan :
•
Pohon masuk dalam PU
×
Pohon tidak masuk dalam PU
?•
Pohon persis dalam batas PU: Pastikan hanya 1 kali suatu pohon masuk dalam 1 PU
Gambar 7. Penentuan posisi pohon dalam cruising
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 30 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
12.5.3 Suatu regu recruising terdiri dari 2 sub regu dengan 2 jalur/petak ukur sekali jalan secara bersamaan di bawah satu komando dan ada 4 jalur per- hari per- regu, maka pengukuran posisi pohon adalah: 12.5.3.1 Sumbu Koordinat: a.
Garis sumbu vertikal (y) adalah rintisan jalur bernomor ganjil (misalnya 1 untuk berangkat dan 3 untuk pulang).
b.
Titik pusat (koordinat 0,0) adalah titik patok terbawah dalam sumbu y dalam 2 petak ukur yang berhimpitan tersebut (misalnya: PU 1 dan PU 2 adalah PU berimpit, maka patok “terbawah” adalah nomor 0/1, bukan nomor 1/1).
c.
Garis sumbu horizontal (x) adalah “garis bayang” tegak lurus dengan sumbu y di titik pusat di atas.
d.
Dalam penulisan besaran nilai x dan y dalam tally sheet adalah “nilai mutlak” nya.
12.5.3.2 Posisi pada saat jalur berangkat (dua jalur yang berimpit azimut 90°, misalnya jalur 1 dan 2): Pada pohon yang ada di PU jalur 1: Sebagaimana pada Gambar, besarnya jarak absis yang “sebenarnya” adalah bernilai negatif (sebelah kiri sumbu / rintis jalur), tetapi untuk mempermudah pendataan tetap ditulis nilai “mutlak”-nya (nilai positifnya). Contoh pohon nomor 3 jenis durian berada pada absis (x) adalah 10 meter di sebelah kiri sumbu jalur dan ordinat (y) adalah 9 meter di atas titik pusat, maka ditulis dalam tallysheet adalah : x=10 dan y=9.
Batas petak
Jalur 1 Patok 1/1 PU-1 Jl-1
PU-1 Jl-2
y
Patok 1/2
x=10 RM-4
DR-3
y=12 y=9
-x x=5
To
x
Patok terbawah (0/1): patok 0 pada jalur 1 sebagai koordinat (0,0)
Patok 0/2
Garis bayang ⊥ sumbu y dititik patok 0/1
Gambar 8. Penentuan posisi pohon dalam PU pada saat jalur berangkat
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 31 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
12.5.3.3 Posisi pada saat jalur pulang (dua jalur yang berimpit dengan azimut 240°, misalnya jalur 3 dan 4): a.
Pada pohon yang ada di PU jalur 3: Besarnya jarak absis adalah bernilai positif (sebelah kanan sumbu / rintis jalur), ditulis nilainya. Contoh pohon nomor 73 jenis geronggang berada pada absis (x) adalah 14 meter di sebelah kiri sumbu jalur dan ordinat (y) adalah 11 meter di atas titik pusat, maka ditulis dalam tallysheet adalah: x=14 dan y=11.
Garis bayang ⊥ sumbu y dititik patok 0/3
Patok terbawah (0/3): patok 0 pada jalur 3 sebagai koordinat (0,0)
x
Patok 50/2
-x
Patok 0/4
y=8
y=11 x=14 PU-1 Jl-3
GR73
x=10 y
TR75 PU-1 Jl-4
Patok 1/4
Patok 49/2 Patok 1/3
Jalur 3
Jalur 4
Gambar 9. Penentuan posisi pohon dalam PU pada saat jalur pulang
b.
Sedangkan pohon yang ada di PU jalur 4: Besarnya jarak absis yang sabenarnya adalah bernilai negatif (sebelah kiri sumbu/rintis jalur), maka dalam pendataan ditulis “nilai mutlaknya” (nilai positifnya). Contoh pohon nomor 75 jenis terentang berada pada absis (x) adalah 10 meter di sebelah kanan sumbu jalur dan ordinat (y) adalah 8 meter di atas titik pusat, maka ditulis dalam tallysheet adalah: (x=10 dan y=8).
c.
Cara pengukuran jarak x, y suatu pohon terhadap koordinat (0,0) -
Tahap 1: Dari posisi pohon ditarik garis tegak lurus (180°) ke sumbu y (jalur rintis bernomor ganjil sebagai poros pengukuran posisi) dan diukur jaraknya→nilai pengukuran ini adalah nilai x (nilai mutlak).
-
Tahap 2: Kemudian dari titik perpotongan itu, ukur jarak ke patok terbawah dalam sumbu (koordinat 0,0) → nilai ini adalah nilai y (nilai mutlak).
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 32 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
Arah jalur
RM80 Tahap-1
Tahap-2
PU 20 x 20 m
Titik 0,0
d.
10.dapat Pengukuran jarak pohon dalam suatu PU adalah: CaraGambar lain yang digunakan pengenal / penanda pohon -
Dari posisi pohon ditarik garis (dengan meteran dan kompas) menuju titik koordinat (0,0), kemudian hitung azimut dan dan jaraknya.
-
Untuk menentukan nilai x dan y dipakai bantuan dalil pitagoras.
-
Jika cara ini yang digunakan, maka nilai x dan y dilakukan pada saat pembuatan peta pohon.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 33 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
13. STANDAR PARAMETER PENENTUAN STATUS POHON DALAM CRUISING
13.1 TUJUAN Menjamin agar penentuan status suatu pohon di dalam kegiatan cruising dapat berjalan efektif dan benar.
13.2 RUANG LINGKUP Penentuan status pohon dalam kegiatan cruising.
13.3 REFERENSI SOP-1PC-01(5)
13.4 DEFINISI 13.4.1 Status pohon adalah keberadaan suatu pohon dalam kegiatan cruising apakah untuk tujuan penebangan atau tidak untuk ditebang. 13.4.2 Pohon ditebang adalah pohon dalam cruising yang karena telah memenuhi kriteria tertentu dapat ditentukan sebagai pohon untuk tujuan ditebang atau produksi. 13.4.3 Pohon tidak ditebang adalah pohon tertentu karena syarat-syarat tertentu tidak dapat dikelompokkan sebagai pohon ditebang.
13.5 DESKRIPSI 13.5.1 Ketua regu recruising dalam menentukan status pohon cruising, menggunakan kerangka keputusan berikut:
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 34 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Pohon Komersial dan Dilindungi 20 ≤ ∅ < 160 cm
Revisi : 0-3
Tidak
YA YA Pohon Dilindungi Tidak YA Pohon Inti
POHON TIDAK
Tidak YA Pohon Induk YA
UNTUK DITEBANG
Tidak Tidak Pohon Berkualitas Baik YA YA
POHON DITEBANG
Gambar 11. Bagan pengambilan status pohon
13.5.2 Semua pohon dari jenis komersial dan jenis dilindungi berdiameter 20 cm ke atas diinventarisasi dalam cruising. 13.5.3 Jika pohon yang dicruising di atas adalah berdiameter 160 cm ke atas, maka statusnya ditentukan sebagai pohon TIDAK DITEBANG. 13.5.4 Jika jenis pohon tersebut adalah DILINDUNGI, maka statusnya TIDAK DITEBANG. 13.5.5 Jika pohon yang dicruising tersebut adalah POHON INTI jenis komersial berdiameter 20 cm sampai dengan dibawah 30 cm (20 ≤ ∅ < 30 cm)}, maka statusnya adalah TIDAK DITEBANG. 13.5.6 Jika dalam 1 (satu) petak ukur 20 x 20 m TIDAK ADA pohon inti dan pada petak ukur tersebut ada jenis komersial berdiameter 30 cm ke atas, maka salah satu pohon itu harus dipilih sebagai POHON INDUK, dan statusnya TIDAK DITEBANG. 13.5.7 Jika dalam 1 (satu) petak ukur 20 x 20 m TIDAK ADA pohon inti maupun jenis komersial berdiameter 30 cm ke atas, maka salah satu pohon itu harus dipilih dari petak ukur lainnya (misalnya petak ukur yang bersebelahan) sebagai POHON INDUK, dan statusnya TIDAK DITEBANG.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 35 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
13.5.8 Kualitas pohon yang diijinkan sebagai pohon DITEBANG adalah pohon jenis komersial berdiameter 30 cm ke atas, yang tidak termasuk pohon tidak untuk ditebang.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 36 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
14. INSTRUKSI KERJA PENGISIAN TALLY SHEET DALAM CRUISING
14.1 TUJUAN Menjamin agar pengisian tally sheet dalam kegiatan cruising dapat tercatat secara benar.
14.2 RUANG LINGKUP Pengisian data dalam kegiatan cruising.
14.3 REFERENSI SOP-1PC-01(5)
14.4 DEFINISI 14.4.1 Tally sheet cruising adalah blanko isian yang terdiri dari parameter-parameter yang akan diukur dalam kegiatan cruising. 14.4.2 Tallyman adalah orang yang melakukan pengisian tally sheet cruising.
14.5 DESKRIPSI 14.5.1 Tallyman bertugas mencatat seluruh hasil pengukuran dalam kegiatan cruising. 14.5.2 Tallyman mengatur posisi sedekat mungkin dengan pengukur sehingga informasi dari pengukur dapat tertangkap dengan jelas. 14.5.3 Data yang harus diisi dalam tally sheet adalah: Tahun RKT, No Petak, Tanggal pengukuran, Nomor pohon, Jenis, Diameter, Tinggi, Volume, Nomor jalur, Nomor PU, posisi pohon, Kualitas, Status dan kecondongan tajuk pohon. 14.5.4 Pastikan bahwa petugas pengukuran telah mengukur dengan baik dan hasil tidak berubah. 14.5.5 Diusahakan
agar
pencatatan
data
teratur
sehingga
mempermudah
dalam
rekapitulasi dan pembuatan petanya.
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 37 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
Revisi : 0-3
15. INSTRUKSI KERJA PENGGAMBARAN PETA POHON DALAM CRUISING
15.1 TUJUAN Menjamin agar penggambaran peta pohon hasil cruising dilakukan dengan benar.
15.2 RUANG LINGKUP Proses penggambaran peta pohon skala 1: 1000
15.3 REFERENSI SOP-1PC-01(5)
15.4 DESKRIPSI 15.4.1 Penggambaran peta pohon skala 1 : 1000 dilakukan oleh staf Divisi Perencanaan seksi Pemetaan. 15.4.2 Penggambaran peta pohon dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: manual dan digital 15.4.3 Penggambaran secara manual petugas mempersiapkan alat dan bahan untuk menggambar peta diantaranya: meja gambar, kalkir, pena Staedtler, penggaris, pensil, penghapus pensil, cetakan huruf dan pisau silet. 15.4.4 Penggambaran secara digital mengguanakan software ArcGIS. 15.4.5 Staf pemetaan menggambar peta pohon skala 1 : 1000 dan dengan bentuk seperti tertera pada gambar:
Pohon inti
Pohon induk
Pohon ditebang
Gambar 12. Legenda pohon pada peta pohon
15.4.6 Peta skala 1 : 1000 memuat data nomor dan jenis pohon 15.4.7 Penambahan terhadap legenda pada peta pohon diusahakan selengkap mungkin sehingga menggambarkan informasi yang akurat
SOP Perencanaan Hutan
- Hal 38 / 41 -
No. Dokumen : SOP-1PC-01
SOP Perencanaan Hutan
Revisi : 0-3
- Hal 39 / 41 -