SOP Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Page 1

PT. DIAMOND RAYA TIMBER STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN & PEMANTAUAN LINGKUNGAN

No. Dokumen

SOP-PL-07

Revisi

4

Tanggal

1 Mei 2010

Halaman

1 dari 145

Register : 07 Direktur Produksi Tanggal : 1 Mei 2010

√

DISTRIBUSI SALINAN TERKENDALI

01

Direktur Produksi

02

Internal Control System

03

Manager Research & Environmental Development

04

Supervisor PPL & Limbah

05

Staf PPL & Limbah

06

Manager Perencanaan & Pembinaan

0 7 0 8 0 9 1 0 1 1

Manager Pemanenan Supervisor Penebangan Supervisor Pembukaan Wilayah Hutan Supervisor Monitoring Operasional Eksploitasi SIM

Prosedur ini merupakan standar Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan dalam sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT. DIAMOND RAYA TIMBER dan merupakan suatu persyaratan yang diperintahkan standar tersebut. Perubahan tidak diijinkan tanpa persetujuan sebelumnya dari Direktur Produksi dan harus diterapkan dengan menggunakan standar tersebut untuk mengontrol perubahan isi yang terkandung di dalam dokumen ini.


DAFTAR ISI

1.

Prosedur Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan ......................................

4

2.

Prosedur Kerja Pemantauan Satwa Liar..................................................................

10

3.

Instruksi Kerja Pembuatan Jalur Pemantauan Satwa Liar.........................................

12

4.

Instruksi Kerja Pengambilan Data Pemantauan Satwa Liar ......................................

14

5.

Instruksi Kerja Perlindungan terhadap Satwa Liar Dilindungi ....................................

16

6.

Instruksi Kerja Penandaan Zona Larangan Perburuan Satwa Liar.............................

17

7.

Prosedur Kerja Pemantauan Kawasan Sempadan Pantai ........................................

19

8.

Instruksi Kerja Inventarisasi Keanekaragaman Hayati Sempadan Pantai...................

23

9.

Instruksi Kerja Pemantauan Keutuhan Kawasan Sempadan Pantai ..........................

24

10. Instruksi Kerja Penandaan Batas Kawasan Sempadan Pantai..................................

25

11. Instruksi Kerja Penanaman Jenis Pohon Pantai.......................................................

27

12. Instruksi Kerja Penanggulangan Aktifitas yang Mengganggu Ekosistem Sempadan

Pantai .................................................................................................................

28

13. Prosedur Kerja Pemantauan Vegetasi di Kawasan Sempadan Sungai ......................

29

14. Instruksi Kerja Pembuatan Batas Kawasan Sempadan Sungai .................................

33

15. Instruksi Kerja Penanaman Jenis Anakan di Areal Terbuka Sempadan Sungai..........

35

16. Instruksi Kerja Penanggulangan Aktifitas yang Mengganggu Ekosistm Sempadan

Sungai ................................................................................................................

37

17. Instruksi Kerja Pemantauan Kawasan Lindung Gambut (KLG) .................................

38

18. Instruksi Kerja Pengelolaan Kawasan Lindung Gambut (KLG)..................................

39

19. Prosedur Kerja Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove ..........................................

40

20. Instruksi Kerja Pengambilan Data Vegetasi Sumberdaya Hutan Mangrove................

43

21. Instruksi Kerja Pembuatan Petak Uji Petik Sumberdaya Hutan Mangrove .................

45

22. Prosedur Kerja Pemantauan Dampak Penebangan terhadap Perubahan Ekosistem

Hutan..................................................................................................................

47

23. Prosedur Kerja Pemantauan Proses Suksesi dan Regenerasi Hutan ........................

49

24. Instruksi Kerja Pemantauan Proses Suksesi dan Regenerasi Hutan di Bekas

Tebangan ..........................................................................................................

52

25. Instruksi Kerja Pembuatan Petak Sampel Permanen (PSP) .....................................

54

26. Instruksi Kerja Pengambilan dan Pengolahan Data Petak Sampel Permanen............

57

27. Instruksi Kerja Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon ...........................................

59

28. Prosedur Kerja Pengelolaan Siklus Hara dan Produktifitas Hutan .............................

63

29. Instruksi Kerja Pengukuran Laju Masukan Hara dari Air Hujan .................................

66

30. Instruksi Kerja Pemantauan Laju Penyerapan Hara dan Produktifitas Hutan..............

68

31. Prosedur Kerja Pemantauan Sistem Tata Air...........................................................

70

32. Instruksi Kerja Pembuatan Alat Pengukur Tinggi Muka Air Gambut...........................

72


33. Instruksi Kerja Pemantauan Tinggi Muka Air Gambut...............................................

74

34. Instruksi Kerja Pembuatan Alat Pengukur Fluktuasi Tinggi Muka Air Sungai..............

76

35. Instruksi Kerja Pemantauan Fluktuasi Tinggi Muka Air Sungai..................................

78

36. Instruksi Kerja Pemantauan Sumberdaya Ikan Air Tawar .........................................

79

37. Instruksi Kerja Pemasangan Jaring Ikan Air Tawar ..................................................

81

38. Instruksi Kerja Pemantauan Debit Air Sungai ..........................................................

83

39. Instruksi Kerja Pemantauan Curah Hujan ................................................................

85

40. Instruksi Kerja Pemasangan Alat Pengukur Curah Hujan .........................................

87

41. Prosedur Kerja Pengelolaan Keanekaragaman Hayati .............................................

88

42. Prosedur Kerja Petak Ukur Permanen (PUP) ..........................................................

91

43. Instruksi Kerja Pemilihan Lokasi PUP .....................................................................

96

44. Instruksi Kerja Pembuatan PUP .............................................................................

97

45. Instruksi Kerja Pembuatan Petak Pengamatan PUP ................................................

98

46. Instruksi Kerja Pembuatan Papan Nama PUP .........................................................

100

47. Prosedur Kerja Risalah Seri PUP ...........................................................................

102

48. Prosedur Kerja Pengukuran Tegakan PUP ..............................................................

104

49. Instruksi Kerja Penomoran Pohon PUP ...................................................................

109

50. Prosedur Kerja Pembuatan Polet PUP ....................................................................

111

51. Instruksi Kerja Pembuatan Polet Pohon Batas PUP .................................................

114

52. Instruksi Kerja Pembuatan Polet Pengukur Keliling Batang Pohon PUP ....................

115

53. Instruksi Kerja Pengukuran Diameter Pohon dan Tiang............................................

116

54. Instruksi Kerja Pengukuran Keliling Pohon PUP ......................................................

119

55. Instruksi Kerja Pengenalan Jenis Pohon PUP .........................................................

120

56. Instruksi Kerja Pengukuran Tinggi Pohon PUP ........................................................

121

57. Instruksi Kerja Pengamatan Tanaman Pengayaan PUP ...........................................

123

58. Prosedur Kerja Pengukuran Ulang PUP ..................................................................

124

59. Instruksi Kerja Perbaikan Batas PUP ......................................................................

128

60. Instruksi Kerja Penerapan Perlakuan Pemeliharaan Tegakan PUP ...........................

130

61. Instruksi Kerja Inventarisasi Tegakan PUP ..............................................................

132

62. Prosedur Kerja Pengolahan Data PUP ....................................................................

134

63. Instruksi Kerja Pembuatan Daftar Nama Pohon Seri PUP ........................................

136

64. Instruksi Kerja Pembuatan Buku Keterangan Pohon PUP ........................................

137

65. Instruksi Kerja Pembuatan Buku Keterangan Tanaman Pengayaan..........................

138

66. Prosedur Kerja Penilaian Dampak Lingkungan Sebelum Operasi .............................

139

67. Instruksi Kerja Pembuatan Alat Pemantau Tinggi Permukaan Gambut (Subsiden).....

143

68. Instruksi Kerja Pemantauan Tinggi Permukaan Gambut (Subsiden)..........................

144


1.

PROSEDUR KERJA

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

1.1

TUJUAN Mengidentifikasi dan mengelola tipe-tipe ekosistem dan habitat yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi untuk tujuan konservasi dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Mengatur pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang berperan untuk menjaga stabilitas fungsi dan ekosistem hutan dengan penekanan pada pemeliharaan produktivitas tempat tumbuh, menjaga sumber plasma nutfah dan unsur biodiversitas yang diperlukan untuk regenerasi dan pemeliharaan hutan.

1.2

RUANG LINGKUP 1.2.1 Sistem pengelolaan lingkungan di beberapa kawasan yang dilindungi 1.2.2 Sistem pengelolaan lingkungan yang berwawasan hutan lestari 1.2.3 Sistem pemantauan keanekaragaman hayati secara berkesinambungan

1.3

REFERENSI Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber

1.4

DEFINISI 1.4.1 Pengelolaan Lingkungan adalah suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan

tentang

penyelenggaraan

usaha

yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan hutan lestari. 1.4.2 Pemantauan Lingkungan adalah suatu kegiatan kontrol yang mencakup pengukuran atas perubahan yang terjadi, sehingga dapat memberikan informasi mengenai karakteristik suatu masalah.


1.4.3 Dampak Lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan. 1.4.4 Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak

besar

dan

penting

suatu

usaha

atau

kegiatan

yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambil

keputusan

tentang

penyelenggaraan

usaha

yang

bertanggungjawab. 1.4.5 Dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha ata u kegiatan. 1.4.6 Rencana pengelolaan lingkungan adalah dokumen yang mengandung upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha atau kegiatan. 1.4.7 Areal Sempadan Sungai adalah kawasan hutan sepanjang aliran sungai yang berada didalam areal pengusahaan hutan, dengan kriteria jika lebar sungai > 30 m maka lebar sempadan sungainya 100 m (kanan-kiri sungai) sedangkan lebar sungai < 30 m maka daerah sempadan sungainya 50 m. 1.4.8 Areal Sempadan Pantai adalah kawasan hutan sepanjang garis pantai yang termasuk kedalam areal pengusahaan hutan 1.4.9 Kebun Bibit adalah kawasan hutan primer yang berfungsi sebagai areal penyedia bibit untuk keperluan penyediaan permudaan bagi kegiatan penanaman dan pengayaan. 1.4.10 Kawasan Lindung Gambut adalah kawasan gambut dalam yang berfungsi sebagai areal perlindungan baik untuk tanah dan makhluk hidup di atasnya. 1.4.11 Petak Ukur Permanen adalah areal bekas tebangan yang berfungsi untuk pengukuran pertumbuhan tegakan dan riap setiap tahun selama pengusahaan hutan tersebut berlangsung. 1.5

DESKRIPSI 1.5.1 Ketentuan Umum


1.5.1.1 Inventarisasi keanekaragaman hayati dilakukan setiap bulan dengan

rutinitas

secara

bergantian

pada

masing -masing

kawasan. 1.5.1.2 Metode yang digunakan pada saat inventarisasi ataupun penelitian

mengenai

keanekaragaman

hayati

disesuaikan

dengan aspek dan kondisi yang akan dinilai. 1.5.1.3 Penyuluhan dan penjelasan kepada

masyarakat setempat

mengenai kelestarian keanekaragaman hayati dilakukan dengan melibatkan unsur-unsur terkait, baik dari pemerintahan setempat maupun instansi / institusi yang berkompeten dalam hal konservasi dan kelestarian alam. 1.5.1.4 Kerjasama yang dilakukan oleh instansi / institusi diluar pihak perusahaan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan potensi dan fungsi

sumberdaya

pengusahaan

hutan

alam PT.

yang

ada

Diamond

di

dalam

Raya

kawasan

Timber

untuk

dimanfaatkan bagi kesejahteraan bersama. 1.5.2 Tanggung jawab dan Urutan Kerja 1.5.2.1 Pengelolaan dan Pemantauan Kawasan Sempadan Sungai a. Pemantauan Kawasan Sempadan Sungai - Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (Spv. PPL) bertanggung jawab melakukan kegiatan inventarisasi keanekaragaman hayati di seluruh kawasan sempadan

sungai

yang

termasuk

ke

dalam

areal

daerah

yang

pengusahaan hutan PT. DRT. - Pemantauan

lebih

ditekankan

pada

mengalami dan atau rawan akan terjadinya perubahan pada ekosistem hutan di sepanjang kawasan sempadan sungai. - Spv. PPL akan memimpin sebuah regu kerja untuk kegiatan pengambilan data atau informasi mengenai


keanekaragaman hayati (flora dan fauna) di titik yang telah ditentukan di sepanjang aliran sungai. - Dengan adanya Pos Pengamanan yang terletak di S. Nyamuk, S. Sinaboi, S. Sinepis dan S. Teluk Dalam, maka setiap anggota keamanan (Seksi Pengamanan Hutan) yang melaksanakan tugas pengamanan areal setempat harus

melaporkan

hal-hal

yang

berkaitan

dengan

perubahan keutuhan sumberdaya hutan seperti aktivitas perambahan,

penebangan,

perburuan

satwa

liar,

perdagangan species dilindungi, di dalam areal masingmasing kepada Supervisor Pengamanan Hutan setiap wilayah.

Supervisor

Pengamanan

Hutan

akan

memberikan hasil laporannya kepada Spv. PPL dan atau Manager RED untuk ditindak lanjuti. - Jika

di

dalam

ditemukan

kegiatan

adanya

patroli

pengamanan

usaha/kegiatan

yang

hutan dapat

mengganggu kelestarian hutan terutama di kawasan sempadan sungai, maka setiap anggota Pengamanan Hutan wajib memberikan penyuluhan kepada yang bersangkutan mengenai pengelolaan hutan secara lestari dan dampak dari kegiatan tersebut. b. Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai - Regu kerja yang dipimpin Spv. PPL melaksanakan survey tata batas dan pemasangan papan pengumuman yang berisi

larangan

kegiatan

yang

dapat

mengganggu

kestabilan ekosistem di kawasan sempadan sungai. - Daerah yang diperkirakan berpotensi atas gangguan, seperti areal yang berdekatan dengan muara atau areal yang berada di dalam blok tebangan akan dilakukan pengelolaan dan pemantauan lebih intensif. - Dari hasil Pemantauan Lingkungan, areal yang terbuka akan ditanami oleh jenis anakan pulai, terentang, dan


jenis anakan pohon yang ada di sekitar Sempadan Sungai, dengan jarak tanam 3 x 3 m. 1.5.2.2 Pengelolaan dan Pemantauan Kawasan Sempadan Pantai a. Pemantauan Kawasan Sempadan Pantai - Spv. PPL dan regu kerja melakukan kegiatan inventarisasi keanekaragaman

hayati

yang

berada

di

kawasan

Sempadan Pantai. - Spv. PPL dan Seksi Pengamanan Hutan menyampaikan penyuluhan kepada pihak yang dalam aktivitasnya dapat menganggu

kelestarian/keutuhan

dari

kawasan

Sempadan Pantai, serta menjelaskan dampak dari kerusakan yang terjadi apabila kawasan tersebut dirusak. - Untuk wilayah pantai antara S. Teluk Dalam dan S. Sinaboi, pemantauan kawasan Sempadan Pantai akan dilakukan oleh Spv. PPL dibantu oleh petugas jaga dari Seksi

Pengamanan

Hutan

kedua

wilayah

tersebut.

Sedangkan untuk kawasan Sempadan Pantai antara S. Teluk Dalam dan S. Sinepis dikoordinasikan dengan Petugas Seksi Pengamanan Hutan yang berada di wilayah S. Sinepis dan S. Teluk Dalam. b. Pengelolaan Kawasan Sempadan Pantai - Jika didalam pemantauan Sempadan Pantai terdapat kawasan yang perlu mendapat perbaikan, maka regu kerja yang dipimpin oleh Spv. PPL akan melakukan penanaman pada areal terbuka untuk jenis Bakaubakauan, Api-api, Xylocarpus sp., dan jenis pohon pantai lainnya.

Dalam

penanaman

tidak

dianjurkan

untuk

menanam dalam skala besar di areal tepi pantai yang terkena gelombang besar. - Memberikan penyuluhan kepada masyarakat setempat akan

pentingnya

kawasan

Sempadan

Pantai,

dan


mengajak

partisipasinya

dalam

menjaga

keutuhan

kawasan tersebut. - Membuat program kerjasama dengan instansi/institusi lain dalam pemanfaatan sumberdaya hutan pantai yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penambah hasil pendapatan. - Membuat penandaan batas kawasan Sempadan Pantai yang jelas agar dapat diketahui mengenai keberadaan kawasan yang dimiliki oleh perusahaan. 1.5.2.3 Pengelolaan dan Pemantauan Kawasan Plasma Nutfah Kawasan Plasma Nutfah yang dimaksud adalah Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN), Kawasan Lindung Gambut (KLG), Petak Ukur Permanen (PUP), Plot Sampel Permanen (PSP), Kebun Benih (KB). a. Pemantauan Kawasan Plasma Nutfah - Supervisor PPL akan mengumpulkan data dan informasi untuk mengetahui jenis-jenis flora dan fauna yang ada di dalam kawasan tersebut dengan intensitas sampling paling rendah 10% sampai pada tingkat tumbuhan bawah. - Melakukan

pengamatan

dan

pemantauan

terhadap

interaksi antara flora dan fauna, terutama jenis pohon pakan dan jenis pohon bersarang, sehingga dapat diketahui pola habitat yang mendukung bagi satwa liar di alam. - Pengambilan data mengenai flora dan fauna yang memiliki nilai konservasi penting bagi kelangsungan keanekaragaman hayati yang ada di dalam kawasan tersebut. - Inventarisasi keanekaragaman hayati dan potensi daya dukung habitatnya seperti fungsi hidrologi, Iklim, dan tanah.


b. Pengelolaan Kawasan Plasma Nutfah - Manager RED akan membuat rencana dan rancangan pengelolaan di kawasan Plasma Nutfah yang nantinya akan dilaksanakan oleh Supervisor PPL di tingkat lapangan. - Supervisor PPL akan melakukan penandaan batas kawasan di lapangan sesuai dengan peta kerja yang dibuat oleh Divisi Perencanaan dan Divisi RED. - Di dalam Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah, Supervisor PPL dan regu kerja akan memasang papan tanda-tanda keberadaan

kawasan

tersebut

dan

tanda

peringata n/larangan aktivitas yang merusak kelestarian hutan. - Melakukan program kerjasama dengan instansi/institusi yang akan melakukan studi ilmiah guna mendapatkan data serta informasi mengenai keanekaragaman hayati di kawasan tersebut, sehingga data dan informasi yang diperoleh dapat menunjang program pengelolaan hutan secara lestari. - Dalam pelaksanaan kegiatannya, Supervisor PPL akan berkoordinasi dengan Satuan Pengamanan Hutan untuk mengadakan kegiatan Patroli Wilayah dengan maksud tujuan untuk mencegah kerusakan/gangguan terhadap kelestarian kawasan Plasma Nutfah. 1.5.2.4 Pengelolaan dan Pemantauan Kawasan Hutan Mangrove a. Supervisor

PPL

melaksanakan

program

inventarisasi

keanekaragaman hayati yang berada di kawasan hutan mangrove b. Spv. PPL dan Seksi Pengamanan Hutan menyampaikan penyuluhan kepada pihak yang dalam aktivitasnya dapat menganggu kelestarian /keutuhan dari kawasan hutan


mangrove, serta menjelaskan dampak dari kerusakan yang terjadi apabila kawasan tersebut dirusak. c. Untuk wilayah pantai antara S. Teluk Dalam dan S. Sinaboi, pemantauan kawasan Sempadan Pantai akan dilakukan oleh Spv. PPL dibantu oleh petugas jaga dari Seksi Pengamanan Hutan kedua wilayah tersebut. Sedangkan untuk kawasan Sempadan Pantai antara S. Teluk Dalam dan S. Sinepis dikordinasikan dengan Petugas Seksi Pengamanan Hutan yang berada di wilayah S. Sinepis dan S. Teluk Dalam.

2.

PROSEDUR KERJA

PEMANTAUAN SATWA LIAR

2.1

TUJUAN Mengetahui keberadaan satwa liar di areal PT Diamond Raya Timber yang dilindungi.

2.2

RUANG LINGKUP 2.2.1 Inventarisasi satwa liar


2.2.2 Peta penyebaran satwa liar yang berada di areal pemantauan 2.3

REFERENSI SOP-PL-07 (1)

2.4

DEFINISI 2.4.1 Satwa liar adalah satwa yang keberadaannya di hutan tidak terikat oleh campur tangan manusia 2.4.2 Inventarisasi adalah pengumpulan data dan informasi mengenai obyek (satwa liar) yang sedang dilakukan pemantauan 2.4.3 Transek adalah jalur yang dibuat untuk melakukan kegiatan pemantauan

2.5

DESKRIPSI 2.5.1 Pemilihan Lokasi Pemantauan 2.5.1.1 Supervisor

PPL

melakukan

studi

pendahuluan

dengan

menggunakan peta lokasi. 2.5.1.2 Tim kerja akan menentukan letak titik awal transek yang akan dilakukan pemantauan. 2.5.1.3 Jumlah dan panjang transek harus mewakili luasan areal yang akan dijadikan target pemantauan. 2.5.1.4 Bentuk transek dapat dimodifikasi (tidak harus lurus) sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 2.5.2 Pemantauan dan Inventarisasi 2.5.2.1 Dua orang petugas akan membantu Supervisor PPL untuk melakukan pengamatan dan pencatatan di lokasi. 2.5.2.2 Untuk inventarisasi satwa liar petugas harus memulai kegiatan pada waktu pagi hari yaitu sekitar pukul 07.00 – 11.00 hingga pukul 14.00 - 17.00 sore hari.


2.5.2.3 Semua satwa yang terlihat secara langsung maupun tidak langsung di catat di dalam tabel pemantauan sesuai dengan kondisi yang ada. 2.5.2.4 Hal-hal yang perlu dicatat adalah waktu perjumpaan, jenis satwa, jumlah, posisi, dan aktivitas. 2.5.2.5 Apabila menemukan jejak yang diperkirakan berasal dari satwa liar dapat dijadikan indikasi keberadaan satwa tersebut di dalam areal pemantauan. 2.5.2.6 Data dan informasi yang diperoleh akan dijadikan database bagi pengelolaan keanekaragaman hayati. 2.6

REKAMAN TERCATAT 2.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan satwa liar berupa tally sheet data pemantauan (FM-PL-01). 2.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan satwa liar disimpan dan didokumentasikan ole h Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.


3.

INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN JALUR PEMANTAUAN SATWA LIAR

3.1

TUJUAN Membuat suatu jalur atau transek di suatu areal yang akan memantau keberadaan satwa liar di kawasan pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber.

3.2

RUANG LINGKUP 3.2.1 Menentukan titik awal jalur. 3.2.2 Membuat jalur rintisan selebar 1 m.

3.3

REFERENSI SOP-PL-07 (2)

3.4

DESKRIPSI 3.4.1 Regu kerja akan menentukan titik awal jalur dengan melihat peta lokasi yang akan dipantau. 3.4.2 Panjang dan bentuk jalur yang dibuat harus mewakili luasan daerah yang dipantau. 3.4.3 Jika titik awal sudah ditentukan maka regu kerja akan memulai dengan membuat patok tanda awal dan rintisan jalur selebar 1 m. 3.4.4 Rintisan dibuat dengan cara menebas semak dan pohon ( diameter < 5 cm) agar petugas pemantau dapat melewati jalur itu dengan mudah. 3.4.5 Jalur yang dibuat tidak harus lurus, tetapi dapat dimodifikasi jika terdapat rintangan. 3.4.6 Setiap 20 m jalur diberi tanda patok dengan nomor urut mulai dari angka nol ( 0 ) dan derajat yang dituju.


3.4.7 Pada kelipatan 100 m tanda patok lebih diperjelas dengan mengganti patok yang lebih besar dari patok 20 m. 3.4.8 Jika panjang dan luasan jalur belum mewakili luasan kawasan yang akan dipantau, maka jalur dapat ditambah dengan jarak antar jalur Âą 300 m.

Patok jalur Âą 300 m

Garis

Jalur pemantauan

Arah kerja

1 90°

Nomor patok Arah jalur Patok Kayu


Gambar 1. Jalur pemantauan satwa liar

4.

INSTRUKSI KERJA

PENGAMBILAN DATA PEMANTAUAN SATWA LIAR

4.1

TUJUAN Melakukan inventarisasi satwa liar yang ada di beberapa kawasan PT. Diamond Raya Timber.

4.2

RUANG LINGKUP 4.2.1 Inventarisasi satwa liar. 4.2.2 Pencatatan aktivitas satwa liar yang dijumpai.

4.3

REFERENSI SOP-PL-07 (2)

4.4

DESKRIPSI 4.4.1 Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (PPL) memimpin sebuah regu kerja yang akan memantau keberadaan satwa liar. 4.4.2 Jika areal yang akan dipantau adalah petak atau kawasan yang permanen, maka jalur pemantauan dapat dibuat secara permanen selebar 1 meter sepanjang areal tersebut.


4.4.3 Dalam satu jalur dibutuhkan minimal 2 orang petugas yang akan memanta u dan mencatat keberadaan satwa liar. 4.4.4 Pelaksanaan pemantauan satwa liar dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00 siang, dilanjutkan kemudian pada pukul 14.00 – 17.00. 4.4.5 Petugas memulai aktivitas pemantauan satwa liar dimulai dari titik nol pada jalur yang telah dibuat. 4.4.6 Satu orang petugas mencari dan memantau satwa liar dan petugas lainnya mencatat informasi yang diberikan petugas pemantau. 4.4.7 Dalam pemantauannya petugas menggunakan alat bantu berupa kompas, teropong, dan buku panduan tentang satwa liar. 4.4.8 Petugas akan mencatat waktu pertemuan, lokasi, jenis, jumlah, posisi / jarak obyek, aktifitas, dan keterangan lain yang mendukung keberadaan satwa liar di daerah tersebut (FM-PL-01). 4.4.9 Apabila petugas di dalam pemantauannya menemukan jejak, sisa makanan, sisa kotoran, dapat diambil untuk dianalisis lebih lanjut. 4.5

REKAMAN TERCATAT Tally sheet pemantauan satwa liar (FM-PL-01).


5.

INSTRUKSI KERJA

PERLINDUNGAN TERHADAP SATWA YANG DILINDUNGI

5.1

TUJUAN Melakukan pemantauan terhadap satwa yang dilindungi / endemik / langka terhadap upaya perburuan yang tidak terkendali.

5.2

RUANG LINGKUP 5.2.1 Pemantauan kawasan yang terdapat satwa liar dilindungi / langka / endemik. 5.2.2 Melakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pelestarian satwa liar tersebut.

5.3

REFERENSI


SOP-PL-07 (2)

5.4

DESKRIPSI 5.4.1 Petugas PPL akan melakukan pemantauan terhadap kawasan yang diperkirakan memiliki potensi perburuan liar dan perusakan habitat satwa-satwa yang dilindungi di areal pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber. 5.4.2 Hasil pemantauan dicatat dan dilaporkan kepada unit manajemen melalui Manager RED.

6.

INSTRUKSI KERJA

PENANDAAN ZONA LARANGAN PERBURUAN SATWA LIAR

6.1

TUJUAN Membuat dan memberi tanda larangan berburu pada beberapa kawasan lindung yang ada di areal kerja HPH PT. Diamond Raya Timber.

6.2

RUANG LINGKUP


6.2.1 Tata batas kawasan lindung. 6.2.2 Larangan berburu satwa liar yang dilindungi di dalam kawasan hutan perusahaan umumnya dan kawasan lindung perusahaan khususnya. 6.3

REFERENSI SOP-PL-07 (2)

6.4

DESKRIPSI PROSEDUR 6.4.1 Ketentuan Umum 6.4.1.1 Satwa liar yang dilindungi adalah seluruh jenis satwa baik hidup atau mati serta bagian-bagiannya yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi. 6.4.1.2 Larangan menurut UU No. 5 tahun 1990 pasal 21 ayat 2a adalah bahwa setiap orang dilarang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. 6.4.1.3 Larangan menurut UU No. 5 tahun 1990 pasal 21 ayat 2b adalah bahwa setiap orang dilarang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati. 6.4.1.4 Sanksi bagi pelanggar butir 6.4.1.2 sebagaimana menurut UU No. 5 tahun 1990, Pasal 40, adalah apabila dengan sengaja melanggar ketentuan pasal 21 ayat 2 dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). 6.4.1.5 Sanksi bagi pelanggar butir 6.4.1.2 sebagaimana menurut UU No. 5 tahun 1990, Pasal 40, adalah apabila lalai melanggar ketentuan pasal 21 ayat 2 dipidana dengan penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).


6.4.2 Deskripsi Instruksi Kerja 6.4.2.1 Supervisor Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan akan membuat tata batas pada beberapa lokasi yang menjadi areal kawasan lindung. 6.4.2.2 Petugas akan membuat tanda larangan berburu satwa liar khususnya satwa liar yang dilindungi oleh Undang-Undang perburuan satwa liar di tempat yang terlihat dengan jelas oleh pengunjung. 6.4.2.3 Pelaksanaannya petugas akan bekerjasama dengan pihak pengamanan hutan untuk melakukan pemantauan dan memberi penyuluhan kepada pihak yang melakukan perburuan satwa liar di dalam kawasan lindung. 6.4.2.4 Pemantauan perburuan satwa liar akan dilakukan didalam maupun diluar kawasan lindung dengan cara

memasuki

kawasan yang akan dipantau. 6.4.2.5 Jika di dalam pemantauan kawasan lindung ditemukan adanya perburuan satwa liar maka petugas akan mengambil langkah pencegahan dan penyuluhan mengenai larangan berburu satwa liar tersebut. Catat keterangan dan informasi yang diberikan oleh mereka (maksud dan tujuan berburu satwa liar). 6.4.2.6 Laporan tertulis mengenai hasil pemantauan dilakukan setiap kali selesai dilaksanakannya kegiatan tersebut, dan diberikan kepada Manager Research & Environmental Development untuk dievaluasi. 6.4.2.7 Satwa liar yang menjadi buruannya dapat disita oleh petugas pengamanan hutan untuk dijadikan barang bukti dalam proses penyelesaian secara hukum.


7.

PROSEDUR KERJA

PEMANTAUAN KAWASAN SEMPADAN PANTAI

7.1

TUJUAN Mengetahui keberadaan keanekaragaman vegetasi (ekosistem dan spesies) pada kawasan sempadan pantai.

7.2

RUANG LINGKUP 7.2.1 Melakukan

kegiatan

inventarisasi

keanekaragaman

vegetasi

di

sepanjang kawasan sempadan pantai. 7.2.2 Pembuatan plot pemantauan vegetasi di beberapa kawasan sempadan pantai. 7.3

DEFINISI 7.3.1 Vegetasi adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam arti mulai dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi. 7.3.2 Semai adalah permudaan pohon mulai kecambah sampai setinggi 1.5 meter. 7.3.3 Pancang adalah permudaan pohon yang tingginya lebih dari 1.5 meter sampai pohon-pohon muda yang mempunyai diameter batang kurang dari 10 cm. 7.3.4 Pole atau tiang adalah pohon-pohon muda yang mempunyai diameter batang 10 cm sampai kurang dari 20 cm. 7.3.5 Pohon adalah pohon-pohon yang mempunyai diameter batang 20 cm keatas. 7.3.6 Semak dan perdu adalah vegetasi bukan pohon dengan ketinggian lebih dari 1 meter.


7.3.7 Tumbuhan bawah adalah vegetasi bukan pohon dan merupakan tumbuhan penutup tanah yang tingginya bisa mencapai 1 meter. 7.4

REFERENSI SP-PL-07 (1)

7.5

DESKRIPSI 7.5.1 Ketentuan Umum 7.5.1.1 Inventarisasi vegetasi di kawasan sempadan pantai dilakukan 1 2 bulan satu kali dengan rutinitas secara bergantian pada masing-masing lokasi yang telah direncanakan. 7.5.1.2 Metode pengambilan sampel untuk inventarisasi vegetasi adalah “Nested Sampling� dengan lebar plot 50 m x 80 m pada setiap titik yang telah ditentukan. 7.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja 7.5.2.1 Persiapan Supervisor PPL bertanggung jawab atas program yang telah direncanakan dengan membuat beberapa persiapan, seperti: a. Usulan Kegiatan -

Membuat proposal kegiatan yang akan diajukan kepada pihak manajemen perusahaan untuk ditindak lanjuti.

-

Bentuk proposal terdiri dari: Judul, Tujuan kegiatan, Lokasi kegiatan, Personal, Alat dan Bahan, Metodologi, dan Biaya kegiatan.

b. Persiapan regu kerja -

Supervisor pelaksana membentuk sebuah Regu kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemantauan di kawasan sempadan pantai.


-

Regu kerja yang dibentuk disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan target yang akan dicapai, agar tidak terjadi pemborosan biaya ataupun kekurangan biaya.

-

Membagi

tugas

keahliannya

kepada

setiap

masing-masing.

personal,

menurut

Diharapkan

semua

personal yang akan bekerja sudah memahami dan mengerti rencana pelaksanaan kerja di lapangan. c. Persiapan perlengkapan dan bahan -

Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan, baik sebagai perlengkapan camping unit, obat-obatan (P3K), bahan makanan, maupun perlengkapan / bahan untuk kerja pemantauan (alat tulis, peta, kompas, tally sheet, meteran parang, helm, sarung tangan, dll.).

-

Persiapan sarana transportasi untuk menuju ke tempat tujuan, agar regu kerja tidak terlalu kelelahan untuk berjalan ke tempat tujuan yang direncanakan.

7.5.2.2 Pemilihan lokasi pemantauan sempadan Pantai a. Dikarenakan pantai yang terdapat di areal pengusahaan hutan PT. DRT cukup banyak dan panjang, maka perlu untuk memilih beberapa lokasi yang dianggap cukup mewakili keberadaan hutan di kawasan sempadan pantai. b. Komposisi dan struktur tegakan sedapat mungkin mewakili kondisi tegakan / hutan sempadan pantai didaerah setempat. c. Pemantauan kawasan sempadan pantai di prioritaskan pada daerah-daerah yang rawan dan atau telah mengalami perubahan

ekosistem

yang

diakibatkan

manusia secara tidak terkendali. 7.5.2.3 Pembuatan plot pemantauan sempadan pantai

oleh

aktivitas


a. Untuk setiap titik lokasi plot pemantauan dibuat dengan ukuran 50 m x 80 m. b. Pada setiap plot (20 m x 20 m) dihitung tingkat pohon, jika tingkat pohon tidak ada hitung tingkat tiang, jika tingkat tiang tidak ada hitung tingkat pancang dan tingkat semainya. c. Pada

plot

tertentu

dihitung

menjadi

empat

tingkat

pengamatan (sesuai dengan intensitas pengamatannya) -

2mx2m

= pengamatan tingkat semai

-

5mx5m

= pengamatan tingkat pancang

-

10 m x 10 m = pengamatan tingkat tiang

-

20 m x 20 m = pengamatan tingkat pohon

7.5.2.4 Pengumpulan data vegetasi sempadan Pantai a. Pengumpulan data vegetasi sempadan pantai dihitung dengan intensitas 20 % minimum sepanjang kiri-kanan sungai. b. Menghitung jumlah semua tingkat semai pada ukuran plot 2 m x 2 m. c. Menghitung jumlah semua tingkat pancang pada ukuran plot 5 m x 5 m. d. Menghitung dan mengukur diameter semua jenis tingkat tiang pada plot ukuran 10 m x 10 m. e. Menghitung dan mengukur diameter tingkat pohon (semua jenis) pada plot ukuran 20 m x 20 m serta tinggi bebas cabang dan tinggi bebas cabang dan tinggi total. f.

Data-data tesebut pada poin (a - e) dicatat dalam tally sheet (FM-PL-02; FM-PL-03).

7.5.2.5 Analisa data Dari hasil pengukuran di lapangan, dihitung kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, indeks nilai penting (INP), indeks keanekaragaman hayat (D), dan indeks kesamaan (IS).


7.5.2.6 Penyusunan Laporan Setelah

data

dapat

disusun

dalam

tabel-tabel

seperti

yang

telah

direncanakan maka laporan inventarisasi dapat dibuat. Dalam penyusunan laporan ini, pelaksana inventarisasi harus berkonsultasi dengan Manager RED dan atau staff ahli yang ditunjuk untuk membicarakan hasil yang telah dicapai.

7.6

REKAMAN TERCATAT 7.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan vegetasi di kawasan sempadan sungai berupa tally sheet data pemantauan. 7.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan vegetasi di kawasan sempadan sungai disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan/tindasannya diserahkan SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

8.

INSTRUKSI KERJA

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN HAYATI KAWASAN SEMPADAN PANTAI


8.1

TUJUAN Melakukan kegiatan inventarisasi keanekaragaman flora dan fauna yang berada di kawasan sempadan pantai untuk mengetahui potensi-potensi yang terkandung di dalamnya.

8.2

RUANG LINGKUP Inventarisasi keanekaragaman flora dan fauna di sempadan pantai.

8.3

REFERENSI SOP-PL-07 (7)

8.4

DESKRIPSI 8.4.1 Inventarisasi vegetasi 8.4.1.1 Supervisor PPL dibantu dengan ahli

ekologi dan konservasi

akan melakukan deliniasi kawasan sempadan pantai. 8.4.1.2 Inventarisasi keanekaragaman flora akan dilaksanakan dengan membuat beberapa petak pengamatan berukuran 20 x 20 m dengan mengambil 100 buah titik pengamatan di lapangan. 8.4.1.3 Inventarisasi flora dilakukan dengan cara mengamati tingkatan pohon, tiang, pancang, dan semai / anakan. 8.4.2 Inventarisasi satwa liar 8.4.2.1 Inventarisasi dilakukan dengan cara mengamati keberadaan jenis satwa yang terdapat di kawasan sempadan pantai. 8.4.2.2 Metode pengamatan dapat menggunakan cara line transek modifikasi dengan pengambilan sampel di setiap 100 m. 8.4.2.3 Pengambilan data untuk inventarisasi satwa dilakukan dengan mencatat jenis satwa, jumlah, posisi, dan aktivitas, serta habitatnya.


9.

INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN KEUTUHAN KAWASAN SEMPADAN PANTAI

9.1

TUJUAN Melakukan kegiatan pemantauan terhadap aktivitas yang dapat mengganggu keutuhan kawasan sempadan pantai.

9.2

RUANG LINGKUP 9.2.1 Pemantauan kawasan secara rutin 9.2.2 Penyuluhan kepada masyarakat

9.3

REFERENSI SOP-PL-07 (7)

9.4

DESKRIPSI 9.4.1 Supervisor PPL akan berkoordinasi dengan Spv. Pengamanan Hutan untuk melakukan pemantauan sempadan pantai. 9.4.2 Jika ditemukan adanya aktivitas yang dapat mengganggu keutuhan kawasan sempadan pantai, maka petugas patroli dapat melakukan tindakan antisipasi dalam pencegahan kerusakan tersebut. 9.4.3 Petugas akan mencatat kejadian dan tempat dimana terjadinya aktivitas yang mengganggu keutuhan sempadan sungai serta individu yang melakukannya. 9.4.4 Jika dimungkinkan pelaku kerusakan hutan diberi penyuluhan mengenai fungsi dan peranan dari kawasan sempadan pantai agar mereka juga tetap menjaganya. 9.4.5 Semua laporan kegiatan pemantauan akan dibuatkan berita acaranya untuk kemudian diserahkan kepada

Manager

Perlindungan

dan

Pengamanan Hutan dan Manager RED agar dapat diambil langkahlangkah perbaikan.


10. INSTRUKSI KERJA

PENANDAAN BATAS KAWASAN SEMPADAN PANTAI

10.1 TUJUAN Melakukan pemasangan pal tanda batas dan papan pengumuman di kawasan sempadan pantai.

10.2 RUANG LINGKUP 10.2.1 Pemantauan kawasan sempadan pantai untuk membuat perencanaan tata batas. 10.2.2 Pemasangan tanda batas (pal batas) dan papan pengumuman tanda kawasan sempadan pantai 10.3 REFERENSI SOP-PL-07 (7) 10.4 DESKRIPSI 10.4.1 Penentuan Tata Batas Kawasan 10.4.1.1 Divisi RED akan berkoordinasi dengan Divisi Perencanaan untuk menentukan tata batas kawasan sempadan pantai yang termasuk ke dalam pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber. 10.4.1.2 Perencanaan

tata

batas

kawasan

sempadan

pantai

digambarkan ke dalam peta perencanaan kerja dengan ukuran skala 1:50,000.


10.4.2 Pemasangan Tanda Batas Kawasan 10.4.2.1 Supervisor

PPL

akan

memasang

tanda

batas

kawasan

sempadan pantai yang telah ditentukan. 10.4.2.2 Titik ikat dilakukan dari pinggir sungai (bagian muara) dan sejajar dengan garis pantai yang terdapat tumbuhan bakaubakauan. 10.4.2.3 Setiap jarak 200 m sejajar garis pantai akan dipasang sebuah tanda batas berupa pal yang terbuat dari kayu berukuran 6 x 5 cm dengan panjang 1,5 meter. 10.4.2.4 Papan nama kawasan sempadan pantai dipasang setiap jarak 400 meter dari titik ikat di pinggir sungai. 10.4.2.5 Pemasangan pal batas dan papan pengumuman akan dilakukan sepanjang garis pantai yang termasuk ke dalam kawasan pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber.


11. INSTRUKSI KERJA

PENANAMAN JENIS POHON PANTAI

11.1 TUJUAN Melakukan penanaman beberapa jenis pohon di kawasan sempadan pantai yang mengalami gangguan akibat aktivitas manusia.

11.2 RUANG LINGKUP 11.2.1 Pemilihan lokasi penanaman 11.2.2 Penanaman jenis pohon pantai 11.3 REFERENSI SOP-PL-07 (7) 11.4 DESKRIPSI


11.4.1 Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (PPL) akan melakukan

koordinasi

dengan

pihak

pengamanan

hutan

untuk

melakukan pemantauan di kawasan sempadan pantai untuk melihat potensi kerusakan yang terjadi akibat aktivitas manusia. 11.4.2 Jika

dalam

tugas

pemantauan

ditemukan

adanya

areal

yang

memerlukan penanaman kembali, maka petugas akan memberi tanda di dalam peta dan buku keterangan pemantauan mengenai luas kerusakan yang terjadi dan cara penanggulangannya. 11.4.3 Bibit jenis pohon yang akan ditanam adalah cabutan anakan atau biji yang berasal dari alam di sekitar areal yang akan dilakukan penanaman. 11.4.4 Petugas PPL akan membuat lubang tanam berukuran 20 x 20 cm dengan kedalaman 30 cm. 11.4.5 Jarak antara lubang penanaman sekitar 3 meter. 11.4.6 Anakan yang telah ditanam akan dipantau perkembangan tumbuhnya hingga tanaman tersebut dapat bertahan terhadap kondisi yang ada. 11.4.7 Jika

anakan

pohon

ada

yang mati, maka

petugas

akan

menggantinya dengan anakan pohon / biji yang baru.

12. INSTRUKSI KERJA

PENANGGULANGAN AKTIFITAS YANG MENGGANGGU EKOSISTEM SEMPADAN PANTAI

12.1 TUJUAN Melakukan pemantauan terhadap aktifitas yang dapat merusak keutuhan ekosistem kawasan sempadan pantai. 12.2 RUANG LINGKUP 12.2.1 Pemantauan kondisi kawasan sempadan pantai 12.2.2 Penyuluhan kepada masyarakat


12.3 REFERENSI SOP-PL-07 (7) 12.4 DESKRIPSI 12.4.1 Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan akan melakukan koordinasi

dengan

pihak

pengamanan

hutan

untuk

melakukan

pemantauan kawasan sempadan pantai yang diperkirakan rawan terhadap gangguan akibat aktifitas manusia. 12.4.2 Pihak luar/masyarakat yang terpantau aktifitasnya dapat mengganggu ekosistem sempadan sungai akan dilakukan pendekatan dengan penyuluhan tentang peranan dan fungsi dari ekosistem sempadan pantai. 12.4.3 Apabila pendekatan dengan cara penyuluhan tidak ditindaklanjuti oleh pihak tersebut maka petugas akan melakukan penindakan secara tegas sesuai dengan prosedur yang berlaku di perusahaan. 12.4.4 Petugas pemantauan lingkungan akan mencatat ke dalam buku laporan pemantauan mengenai jenis kerusakan, persentase kerusakan, dan cara mengatasinya (FM-PL-04). 12.4.5 Hasil laporan kegiatan pemantauan yang memerlukan perbaikan kondisi lapangan akan dibuat rencana kegiatan untuk dilakukan penanaman di kawasan sempadan pantai.

13. PROSEDUR KERJA PEMANTAUAN VEGETASI DI KAWASAN SEMPADAN SUNGAI

13.1 TUJUAN Mengetahui keberadaan keanekaragaman vegetasi (ekosistem dan spesies) pada kawasan sempadan sungai.


13.2 RUANG LINGKUP 13.2.1 Melakukan

kegiatan

inventarisasi

keanekaragaman

vegetasi

di

sepanjang kawasan sempadan sungai. 13.2.2 Pembuatan plot vegetasi di beberapa kawasan sempadan sungai. 13.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 13.4 DEFINISI 13.4.1 Vegetasi adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam arti mulai dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi. 13.4.2 Semai adalah permudaan pohon mulai kecambah sampai setinggi 1.5 meter. 13.4.3 Pancang adalah permudaan pohon yang tingginya lebih dari 1.5 meter sampai pohon-pohon muda yang mempunyai diameter batang kurang dari 10 cm. 13.4.4 Pole atau tiang adalah pohon-pohon muda yang mempunyai diameter batang 10 cm sampai kurang dari 20 cm. 13.4.5 Pohon adalah pohon-pohon yang mempunyai diameter batang 20 cm keatas. 13.4.6 Semak dan perdu adalah vegetasi bukan pohon dengan ketinggian lebih dari 1 meter. 13.4.7 Tumbuhan bawah adalah vegetasi bukan pohon dan merupakan tumbuhan penutup tanah yang tingginya bisa mencapai 1 meter. 13.5 DESKRIPSI 13.5.1 Ketentuan Umum


13.5.1.1 Inventarisasi vegetasi di kawasan sempadan sungai dilakukan 1 - 2 bulan satu kali dengan rutinitas secara bergantian pada masing-masing lokasi yang telah direncanakan. 13.5.1.2 Metode pengambilan sampel untuk Inventarisasi vegetasi adalah “Nested Sampling� dengan lebar plot 50 m X 80 m pada setiap titik yang telah ditentukan. 13.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja 13.5.2.1 Persiapan Supervisor PPL bertanggung jawab atas program yang telah direncanakan dengan membuat beberapa persiapan, seperti: a. Usulan Kegiatan - Membuat proposal kegiatan yang akan diajukan kepada pihak manajemen perusahaan untuk di tindaklanjuti. - Bentuk proposal terdiri dari Judul, Tujuan kegiatan, Lokasi kegiatan, Personal, Alat dan Bahan, Metodologi, dan Biaya kegiatan. b. Persiapan regu kerja - Supervisor PPL membentuk sebuah regu kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemantauan di kawasan sempadan sungai. - Regu kerja yang dibentuk disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan target yang akan dicapai, agar tidak terjadi pemborosan biaya ataupun kekurangan biaya. - Membagi

tugas

kepada

setiap

personal,

menurut

keahliannya masing-masing. Diharapkan semua personal yang akan bekerja sudah memahami dan mengerti dengan rencana pelaksanaan kerja di lapangan. c. Persiapan perlengkapan dan bahan - Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan, baik sebagai perlengkapan camping unit, obat-obatan (P3K),


bahan makanan, maupun perlengkapan / bahan untuk kerja pemantauan (alat tulis peta, kompas, tally sheet, meteran, parang, helm, sarung tangan, dll.). - Persiapan sarana transportasi untuk menuju ketempat tujuan, agar regu kerja tidak terlalu kelelahan untuk berjalan ke tempat tujuan yang direncanakan.

13.5.2.2 Pemilihan lokasi pemantauan sempadan sungai a. Dikarenakan sungai yang terdapat di areal pengusahaan hutan PT. DRT cukup banyak dan panjang, maka

perlu

untuk memilih beberapa lokasi yang dianggap cukup mewakili keberadaan hutan di kawasan sempadan sungai. b. Komposisi dan struktur tegakan sedapat mungkin mewakili kondisi

tegakan

/

hutan

sempadan

sungai

didaerah

setempat. c. Pemantauan kawasan sempadan sungai diprioritaskan pada daerah-daerah yang rawan dan atau telah mengalami perubahan

ekosistem

yang

diakibatkan

oleh

aktivitas

manusia secara tidak terkendali. 13.5.2.3 Pembuatan plot pemantauan sempadan sungai a. Untuk setiap titik lokasi plot pemantauan di buat dengan ukuran 50 m x 80 m. b. Pada setiap plot (20 m x 20 m) dihitung tingkat pohon, jika tingkat pohon tidak ada hitung tingkat tiang, jika tingkat tiang tidak ada hitung tingkat pancang dan tingkat semainya. c. Pada

plot

tertentu

dihitung

menjadi

empat

tingkat

pengamatan (sesuai dengan intensitas pengamatannya): - 2mx2m

= pengamatan tingkat semai

- 5mx5m

= pengamatan tingkat pancang


- 10 m x 10 m = pengamatan tingkat tiang - 20 m x 20 m = pengamatan tingkat pohon 13.5.2.4 Pengumpulan data vegetasi sempadan sungai a. Pengumpulan data vegetasi sempadan sungai dihitung dengan intensitas 20 % minimum sepanjang

kiri-kanan

sungai. b. Menghitung jumlah semua tingkat semai pada ukuran plot 2 m x 2 m. c. Menghitung jumlah semua tingkat pancang pada ukuran plot 5 m x 5 m. d. Menghitung dan mengukur diameter semua jenis tingkat tiang pada plot ukuran 10 m x 10 m. e. Menghitung dan mengukur diameter tingkat pohon (semua jenis) pada plot ukuran 20 m x 20 m serta tinggi bebas cabang dan tinggi bebas cabang dan tinggi total. f.

Data-data tesebut pada poin (a - e) dicatat dalam tally sheet (FM-PL-02; FM-PL-03).

13.5.2.5 Analisa data Dari hasil pengukuran dilapangan, dihitung kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, indeks nilai penting (INP), indeks keanekaragaman hayati (D), dan indeks kesamaan (IS).

13.5.2.6 Penyusunan Laporan Setelah

data

dapat

disusun

dalam

tabel-tabel

seperti

yang

telah

direncanakan maka laporan inventarisasi dapat dibuat. Dalam penyusunan laporan ini, pelaksana inventarisasi harus berkonsultasi dengan Manajer RED dan atau staff ahli yang ditunjuk untuk membicarakan hasil yang telah dicapai.

13.6 REKAMAN TERCATAT 13.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan vegetasi di kawasan sempadan sungai berupa tally sheet data pemantauan.


13.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan vegetasi di kawasan sempadan sungai disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

14. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN BATAS KAWASAN SEMPADAN SUNGAI

14.1 TUJUAN Membuat tanda batas dengan patok kayu dan papan nama di kawasan sempadan sungai.

14.2 RUANG LINGKUP 14.2.1 Membuat rintisan batas kawasan sempadan sungai. 14.2.2 Pemasangan patok dan papan nama di batas kawasan. 14.3 REFERENSI SOP-PL-07 (13)


14.4 DESKRIPSI 14.4.1 Regu kerja akan mengukur lebar sungai yang ada di dalam kawasan pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber. 14.4.2 Jika lebar sungai lebih dari 30 m maka lebar sempadan sungainya 100 m kiri-kanan sungai. Lebar sungai kurang dari 30 m maka sempadan sungainya 50 m kiri-kanan sungai. 14.4.3 Regu kerja akan menentukan titik awal untuk membuat rintis batas kawasan. Daerah titik awal dapat dimulai dari muara atau hulu sungai. 14.4.4 Rintis batas dibuat mengikuti alur sepanjang sungai yang terdapat di dalam areal pengusahaan hutan. 14.4.5 Dalam pelaksanaannya regu kerja akan dibagi menjadi 2 bagian: satu regu berada di tepi sungai (regu 1) dan regu lainnya (regu 2) di batas kawasan. 14.4.6 Kedua regu berjalan bersamaan dengan patokan dari regu 1 yang berada di tepi sungai. 14.4.7 Regu 1 akan memberitahu posisi arah dan patok yang harus diletakkan oleh regu 2. 14.4.8 Regu 2 akan mengukur / memperkirakan jarak antara batas kawasan dengan tepi sungai. 14.4.9 Setiap jarak 20 m rintis batas diberi tanda patok dengan cat warna merah dan diberi tulisan (azimuth) arah tujuan berikutnya. 14.4.10 Setiap kelipatan 200 m rintis batas diberi tanda berupa papan tanda batas kawasan berukuran 50 cm x 20 cm dengan tulisan “ SEMPADAN SUNGAI (DILINDUNGI)�. 14.4.11 Pada daerah yang rawan dengan aktivitas perambahan hutan diberi tanda larangan menebang dan berburu di kawasan sempadan sungai.

SEMPADAN SUNGAI (DILINDUNGI)


Gambar 3.

Papan Tanda

Batas

Gambar 2. Letak Tata Batas Kawasan Sempadan Sungai

15. INSTRUKSI KERJA PENANAMAN JENIS ANAKAN DI AREAL TERBUKA SEMPADAN SUNGAI

15.1 TUJUAN Melakukan penanaman anakan pohon di areal terbuka sempadan sungai agar keutuhan ekosistem daerah tersebut tetap terjaga kelestariannya.

15.2 RUANG LINGKUP


Penanaman jenis anakan di areal terbuka sempadan sungai.

15.3 REFERENSI SOP-PL-07 (13)

15.4 DESKRIPSI 15.4.1 Petugas PPL akan melaksanakan penanaman anakan pohon jika ditemukan adanya suatu areal yang terbuka di kawasan sempadan sungai. 15.4.2 Petugas

akan

mengukur

luasan

areal

terbuka

tersebut

dan

memperkirakan jumlah dan jenis anakan pohon yang akan ditanam. 15.4.3 Di dalam areal terbuka, petugas akan menanam jenis-jenis anakan pohon yang ada di sekitar sempadan sungai seperti anakan pulai, terentang, dll. dengan jarak tanam antara anakan 3 x 3 m. 15.4.4 Jika kedalaman gambut di areal sempadan sungai lebih dari 2 meter, maka petugas akan menanam jenis anakan yang cocok dengan kondisinya seperti ramin dan meranti, atau jenis komersial lainnya yang ditemukan pada areal tersebut. 15.4.5 Sebelum penanaman, petugas membersihkan areal tersebut dari tumpukan kayu atau serasah yang menutupi. 15.4.6 Buat lubang ukuran 15 x 15 cm dengan kedalaman 20 cm untuk menanam anakan pohon. 15.4.7 Cari anakan dari alam yang sudah memiliki tinggi Âą 20 - 30 cm dengan daun 5 - 10 lembar. 15.4.8 Anakan dicabut langsung dengan hati-hati dan lurus sejajar batangnya, diusahakan akarnya tidak ada yang putus. 15.4.9 Anakan yang dicabut dapat langsung ditanam di lubang yang telah tersedia, kemudian lubang tersebut tutup kembali. 15.4.10 Jika anakan ditanam ditempat terbuka, petugas dapat membuat naungan agar anakan tidak mati karena terkena sinar matahari berlebihan.


15.4.11 Tiga bulan kemudian, petugas mengontrol pertumbuhan dari anakan tersebut. Jika ada anakan yang mati petugas akan membuat penanaman ulang seperti semula.

20

3m

3m

Gambar 4. Penanaman Jenis Anakan di Areal Terbuka Sempadan Sungai


16. INSTRUKSI KERJA

PENANGGULANGAN AKTIFITAS YANG MENGGANGGU EKOSISTEM SEMPADAN SUNGAI

16.1 TUJUAN Menjaga keutuhan ekosistem sempadan sungai dari aktifitas perambahan dan penebangan liar yang dilakukan oleh pihak luar. 16.2 RUANG LINGKUP 16.2.1 Pemantauan kondisi kawasan sempadan sungai. 16.2.2 Penyuluhan kepada masyarakat. 16.3 REFERENSI SOP-PL-07 (13)

16.4 DESKRIPSI 16.4.1 Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan akan melakukan koordinasi

dengan

pihak

pengamanan

hutan

untuk

melakukan

pemantauan kawasan sempadan sungai yang diperkirakan rawan terhadap gangguan dari aktifitas manusia. 16.4.2 Pihak luar / masyarakat yang terpantau aktifitasnya dapat mengganggu ekosistem sempadan sungai akan dilakukan pendekatan dengan penyuluhan tentang peranan dan fungsi dari ekosistem sempadan sungai. 16.4.3 Apabila pendekatan dengan cara penyuluhan tidak ditindaklanjuti oleh pihak tersebut maka petugas akan melakukan penindakan secara tegas sesuai dengan prosedur yang berlaku di perusahaan.


16.4.4 Petugas pemantauan lingkungan akan mencatat ke dalam buku laporan pemantauan mengenai jenis kerusakan, persentase kerusakan, dan cara mengatasinya (FM-PL-04). 16.4.5 Hasil laporan kegiatan pemantauan yang memerlukan perbaikan kondisi lapangan akan dibuat rencana kegiatan untuk dilakukan penanaman di kawasan sempadan sungai.

17. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN KAWASAN LINDUNG GAMBUT (KLG)

17.1 TUJUAN Melakukan

kegiatan-kegiatan

pemantauan

terhadap

keutuhan

sumberdaya

dan

keanekaragaman hayati di dalam kawasan lindung gambut dari usaha-usaha yang tidak terkendali.

17.2 RUANG LINGKUP 17.2.1 Inventarisasi sumberdaya dan keanekaragaman hayati 17.2.2 Penyuluhan kepada pihak yang melakukan aktivitas di dalam kawasan lindung gambut. 17.2.3 Pemasangan alat pengukur subsiden. 17.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 17.4 DESKRIPSI 17.4.1 Supervisor PPL akan melakukan kegiatan pemantauan berupa inventarisasi terhadap sumberdaya dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalam kawasan lindung gambut (FM-P L-01; FM-PL-02; FM-PL-03). 17.4.2 Spv. PPL akan memasang alat pengukur subsiden dan mengukur subsiden gambut sekali setahun.


17.4.3 Pihak luar yang terpantau aktifitasnya dapat mengganggu ekosistem KLG akan dilakukan pendekatan dan penyuluhan tentang peranan dan fungsi KLG.

17.4.4 Apabila pendekatan dengan cara penyuluhan tidak ditindaklanjuti oleh pihak tersebut maka petugas akan melakukan penindakan secara tegas sesuai dengan prosedur yang berlaku di perusahaan. 17.4.5 Petugas pemantauan lingkungan akan mencatat ke dalam buku laporan pemantauan mengenai jenis kerusakan, persentase kerusakan, dan cara mengatasinya (FM-PL-04).

18. INSTRUKSI KERJA PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG GAMBUT

18.1 TUJUAN Membuat suatu bentuk pengelolaan kawasan lindung gambut yang berada di dalam areal produktif PT. Diamond Raya Timber.

18.2 RUANG LINGKUP 18.2.1 Penataan batas kawasan lindung gambut. 18.2.2 Inventarisasi sumberdaya yang ada di dalam kawasan lindung gambut. 18.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1)

18.4 DESKRIPSI 18.4.1 Penataan Tata Batas Kawasan 18.4.1.1 Divisi RED dan Divisi Perencanaan akan bekerjasama dalam melaksanakan penataan tata batas di kawasan lindung gambut. 18.4.1.2 Dalam penataan tata batas kawasan lindung gambut di tingkat pelaksanaan kegiatan, Supervisor PPL bertindak sebagai


pengawas dalam menentukan areal yang telah disepakati bersama. 18.4.2 Inventarisasi Sumberdaya 18.4.2.1 Supervisor PPL akan melakukan inventarisasi sumberdaya dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalam kawasan lindung gambut dan bermanfaat bagi pengelolaan hutan secara lestari (FM-PL-02; FM-PL-03). 18.4.2.2 Hasil inventarisasi sumberdaya akan dianalisa lebih lanjut untuk merencanakan suatu bentuk pemantauan dan pengelolaan yang lebih baik dan terarah.

19. PROSEDUR KERJA

PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN MANGROVE

19.1 TUJUAN 19.1.1 Melindungi dan melestarikan potensi serta fungsi hutan mangrove sehingga

keberadaannya

sebagai

sumberdaya

alam

untuk

pembangunan tetap terjamin. 19.1.2 Mempertahankan

pemanfaatan

hutan

mangrove

yang

terjamin

kelestariannya. 19.1.3 Mengembangkan data dan informasi keanekaragaman hayati hutan mangrove sebagai landasan utama bagi pengelolaan hutan mangrove secara lestari. 19.2 RUANG LINGKUP 19.2.1 Pembuatan petak sampel permanen di hutan mangrove.


19.2.2 Program

penyuluhan

kepada

masyarakat

yang

memanfaatkan

sumberdaya hutan mangrove. 19.2.3 Mengembangkan dan meningkatkan kerjasama dengan instansi / institusi untuk mengelola sumberdaya hutan mangrove. 19.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 19.4 DEFINISI 19.4.1 Hutan Mangrove adalah hutan pantai yang terbentuk oleh ekosistem daratan dan lautan yang dipengaruhi pasang surut, dengan vegetasi khas berperan ganda pelindung kedua ekosistem pembentuk. 19.4.2 Semai adalah permudaan pohon mulai kecambah sampai setinggi 1.5 meter. 19.4.3 Pancang adalah permudaan pohon yang tingginya lebih dari 1.5 meter sampai pohon-pohon muda yang mempunyai keliling batang kurang dari 10 cm. 19.4.4 Tiang adalah pohon-pohon muda yang mempunyai diameter <20 cm. 19.4.5 Pohon adalah pohon-pohon yang mempunyai diameter >20 cm keatas. 19.4.6 Penyuluhan

adalah

usaha

dalam

memberikan

informasi

yang

mempunyai peran agar maksud dan tujuan yang kita harapkan dapat tercapai.

19.5 DESKRIPSI 19.5.1 Ketentuan Umum 19.5.1.1 Pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove dapat dilakukan dengan

bekerjasama

dengan

masyarakat

diantaranya pemanfaatan untuk kebutuhan hidup.

sekitar

hutan,


19.5.1.2 Penyuluhan yang akan dilakukan dapat bekerjasama dengan instansi yang terkait seperti Pemerintahan setempat ataupun dari instansi

yang

berhubungan

dengan

pengelolaan

dan

pemanfaatan sumberdaya mangrove. 19.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja 19.5.2.1 Pengelolaan Petak Sampel Permanen di hutan mangrove. a.

Supervisor PPL bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan Petak Sampel Permanen yang berfungsi untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

b.

Pengambilan

data

dan informasi

mengenai

keberadaan tegakan

tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon (FM-4PL-02; FM-PL-03) serta keterkaitannya dengan ekosistem yang ada di hutan mangrove. c.

Menganalisa

data

yang

diperoleh

di lapangan, sehingga dapat

digunakan sebagai model atau acuan dalam pengelolaan sumberdaya hutan mangrove secara lestari.

19.5.2.2 Penyuluhan

dan

Penjelasan

mengenai

Pelestarian

hutan

mangrove a.

Supervisor PPL bekerjasama dengan Pemerintahan setempat dengan melakukan beberapa program yang diperlukan guna menjelaskan kepada masyarakat akan pentingnya melestarikan sumberdaya yang terkandung di hutan mangrove.

b.

Penyuluhan dapat berupa pemasangan poster, pengumuman, atau berupa penjelasan langsung kepada masyarakat yang memanfaatkan potensi sumberdaya hutan mangrove secara langsung.

19.5.2.3 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Mangrove a.

Petugas melakukan usaha-usaha pembinaan kepada masyarakat sekitar hutan mangrove untuk memanfaatkan potensi sumberdaya hutan tersebut bagi kebutuhan sehari-hari maupun penambah penghasilan.

b.

Memberikan informasi dan keterangan mengenai sumber daya hutan mangrove yang dapat digunakan atau di manfaatkan sebagai obatobatan ataupun bahan makanan.

c.

Petugas bekerjasama dengan instansi terkait memberikan suatu alternatif pemasaran produk yang dihasilkan oleh masyarakat.


19.6 REKAMAN TERCATAT 19.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pengelolaan kawasan hutan mangrove sungai berupa data-data mengenai hasil pengelolaan tersebut. 19.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pengelolaan kawasan hutan mangrove disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.


20.

INSTRUKSI KERJA

PENGAMBILAN DATA VEGETASI SUMBER DAYA HUTAN MANGROVE

20.1 TUJUAN Melakukan kegiatan pemantauan terhadap vegetasi hutan mangrove sebelum dan setelah penebangan (oleh panglong arang). 20.2 RUANG LINGKUP 20.2.1 Inventarisasi keanekaragaman vegetasi mangrove sebelum dan setelah penebangan. 20.2.2 Membandingkan hasil data vegetasi sebelum dan setelah penebangan berupa Indeks Nilai Penting (INP), indeks keanekaragaman hayati (D), dan indeks kesamaan (IS). 20.3 REFERENSI SOP-PL-06 (19) 20.4 DESKRIPSI 20.4.1 Petugas

menentukan

titik

awal

pada

hutan

mangrove

setelah

penebangan dan membuat petak pengamatan berukuran 20 m x 700 m, petugas akan mengambil data vegetasi hutan mangrove. 20.4.2 Di dalamnya dibagi menjadi 35 sub petak contoh masing-masing berukuran 20 m x 20 m dengan ketentuan sebagai berikut (FM-PL-02; FM-PL-03): 20.4.2.1 Ukuran 2 m x 2 m diamati tingkat semai. 20.4.2.2 Ukuran 5 m x 5 m diamati tingkat pancang. 20.4.2.3 Ukuran 20 m x 20 m diamati tingkat tiang dan pohon. 20.4.3 Pengamatan dilakukan dengan Intensitas 20%. 20.4.4 Petugas menentukan titik awal pada hutan mangrove sebelum penebangan dan membuat petak pengamatan dengan ukuran 20 m x


700 m, petugas akan mengambil data 100% untuk tingkat tiang dan pohon dan 20 % untuk tingkat semai dan pancang. 20.4.5 Pengolahan Data 20.4.5.1 Hasil pengamatan di lapangan disalin dan susun sesuai dengan petak pengamatan. 20.4.5.2 Untuk pengamatan pembanding kondisi tegakan sebelum dan setelah penebangan, dihitung Indeks Nilai Penting (INP). 20.4.5.3 Adapun rumus yang digunakan adalah: =

∑ Jumlah individu suatu jenis

a.

Kerapatan (K)

b.

Kerapatan Relatif (KR) =

c.

Frekuensi (F)

=

d.

Frekuensi relatif (FR)

=

Frekuensi suatu jenis Χ 100 % Frekuensi seluruh jenis

e.

Dominasi (ph/ha)

=

LBDS suatu jenis Luas seluruh plot contoh

f.

Dominasi Relatif (DR)

=

Do min ansi suatu jenis Χ 100 % Do min ansi seluruh jenis

g.

Indeks Nilai Penting (INP) = KR+ FR +DR

h.

Indeks keanekaragaman hayati (D)

Luas seluruh plot contoh

Kerapa tan suatu jenis Χ 100 % Kerapa tan seluruh jenis

∑ sub plot terisi suatu jenis ∑ Seluruh sub plot contoh

D = − ∑ [p i . ln pi] dimana p i = dimana: D

ni N

= Indeks Keanekaragaman Shannon (Shannon Index of Diversity) Ni = Indeks Nilai Penting atau jumlah individu suatu jenis N = Jumlah Indeks Nilai Penting atau jumlah individu dari seluruh jenis

i.

Indeks kesamaan komunitas (IS)


IS =

2W a +b

dimana: IS = Indeks kesamaan komunitas (%) W = Jumlah nilai INP per individu spesies yang lebih kecil untuk jenis-jenis yang terdapat pada kedua komunitas a

= Jumlah Nilai INP per individu spesies yang terdapat pada komunitas pertama

b

= Jumlah Nilai INP per individu spesies yang terdapat pada komunitas kedua

21. INSTRUKSI KERJA PEMBUATAN PETAK UJI PETIK SUMBERDAYA HUTAN MANGROVE

21.1 TUJUAN Membuat petak ukuran 20 m x 50 m (3 petak) untuk mengetahui potensi sumberdaya hutan mangrove yang ada di pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber.

21.2 RUANG LINGKUP 21.2.1 Pembuatan petak pengamatan vegetasi tegakan mangrove. 21.2.2 Membuat patok batas di dalam petak pengamatan. 21.3 REFERENSI SOP-PL-07 (19)

21.4 DESKRIPSI 21.4.1 Regu kerja pemantauan sumberdaya hutan mangrove membuat 3 buah petak berukuran 20 m x 50 m. 21.4.2 Titik awal petak pertama dimulai dari 100 m garis pantai dan 200 m sejajar sungai. 21.4.3 Pada titik awal dan semua sudut petak dibuat patok dengan cat warna merah, penentuan arah azimuth disesuaikan dengan arah sungai (contoh: arah sungai 60째, maka dari titik awal menuju titik ke dua sejauh 20 m adalah 330째, lalu azimuth titik ke tiga 240째 sejauh 50 m, azimuth titik ke-empat 150째 sejauh 20 m, kemudian kembali ke titik awal).


21.4.4 Di dalam petak 20 x 50 m dibuat sub-petak untuk pengukuran tegakan tingkat semai (2 x 2 m), tingkat pancang (5 x 5 m), tiang (10 x 10 m) dan dicatat dalam tlly sheet (FM-4PL-02; FM-4PL-03). 21.4.5 Sub petak berada pada jalur tengah bagian petak yang memanjang. 21.4.6 Setelah petak pertama selesai regu kerja akan membuat petak kedua yang berjarak 150 m lurus memanjang dari petak pertama. Petak kedua terletak sebelah kiri dari petak pertama (petak bersilang). 21.4.7 Pengerjaan petak kedua dan ketiga sama dengan petak pertama. Untuk petak ketiga berada sebaris dengan petak pertama (sebelah kanan).

50 m

20 m

150 m

S U N G A I 150 m 100 m


Garis Pantai

Gambar 5. Petak Uji Sumberdaya Hutan Mangrove

22. PROSEDUR KERJA PEMANTAUAN DAMPAK PENEBANGAN TERHADAP PERUBAHAN EKOSISTEM HUTAN

22.1 TUJUAN Memantau dampak penebangan terhadap kerusakan tegakan tinggal dan perubahan lingkungan serta usaha-usaha memperkecil dampak penebangan terhadap ekosistem hutan

22.2 RUANG LINGKUP 22.2.1 Perencanaan penebangan (logging) untuk memperkecil dampak. 22.2.2 Pembuatan petak pengamatan permanen untuk pemantauan dampak penebangan. 22.2.3 Identifikasi dan pengukuran dampak penebangan terhadap kerapatan tegakan tinggal dan perubahan lingkungan fisik hutan. 22.2.4 Pemantauan secara periodik perkembangan suksesi pada petak pengamatan. 22.2.5 pemantauan secara periodik keberadaan satwa di lokasi yang akan ditebang.

22.3 REFERENSI 22.3.1 SOP-PL-07 (1) 22.3.2 Comprehesive Harvesting Plan PT Diamond Raya Timber

23 DEFINISI


23.1.1 Tegakan tinggal adalah komposisi dan struktur hutan setelah penebangan yang meliputi jumlah dan penyebaran pohon inti, permudaan tingkat tiang pancang, semai, jenis pohon dilindungi, liana, epifit, dan tumbuhan bawah. 23.1.2 Lingkungan fisik hutan adalah komponen abiotik ekosistem hutan, dalam hal ini meliputi air, tanah, suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya 23.1.3 Petak pengamatan permanen dampak penebangan adalah areal di blok RKT (Rencana Karya Tahunan) yang dibuat dengan luas dan lokasi yang cukup mewakili kondisi biofisik dari seluruh luasan per RKT dan mewakili seluruh aktifitas dalam penebangan, dibuat sebelum kegiatan penebangan dan diamati secara periodik dampak penebangan serta perkembangannya setiap tahun.

23.2 DESKRIPSI 23.2.1 Ketentuan Umum

23.2.1.1 Untuk keperluan pemantauan dampak penebangan dan usaha memperkecil dampak penebangan tersebut terhadap kerusakan tegakan tinggal di setiap RKT perlu dibuat petak pengamatan permanen dampak penebangan. 23.2.1.2 Semua

aktifitas

Comprehensive

pemanenan

Harvesting

Plan

direncanakan yang

bertujuan

dalam untuk

memperkecil kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan. 23.2.1.3 Pemantauan dampak penebangan dilakukan setiap tahun dengan mengamati keterbukaan hutan, kerusakan permudaan, riap pohon inti, dan perubahan lingkungan fisik (tata air, perubahan sifat tanah, dan iklim mikro). 23.2.1.4 Pemantauan terhadap satwa dilakukan untuk semua jenis baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan meliputi jenis, jumlah individu per jenis dan penyebarannya. Pemantauan dilakukan 2 kali pergantian musim hujan dan musim kemarau pada waktu aktifitas satwa (pagi dan sore hari). 23.2.2 Deskripsi Tanggung jawab dan Urutan Kerja


23.2.2.1 Supervisor PPL menentukan lokasi pemantauan, membuat rencana kerja, mempersiapkan peralatan dan target kerja. 23.2.2.2 Satu bulan setelah dilakukan penebangan di areal petak pemantauan, dilakukan pengamatan terhadap keutuhan tegakan tinggal. 23.3 REKAMAN TERCATAT 23.3.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan berupa tally sheet data pemantauan. 23.3.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

23. PROSEDUR KERJA

PEMANTAUAN PROSES SUKSESI DAN REGENERASI HUTAN

23.1 TUJUAN Untuk mengetahui dampak kegiatan pengelolaan hutan (penebangan) terhadap proses suksesi dan regenerasi hutan pada areal kerja PT. Diamond Raya Timber yang berupa ekosistem rawa gambut.

23.2 RUANG LINGKUP 23.2.1 Monitoring terhadap proses suksesi dan regenerasi hutan setelah mengalami penebangan dan kemungkinannya untuk pulih kembali menjadi hutan klimaks. 23.2.2 Monitoring terhadap perubahan komposisi jenis dan struktur hutan setelah mengalami penebangan. 23.2.3 Monitoring terhadap ketersediaan permudaan alam (semai, pancang, tiang, dan pohon).


23.2.4 Monitoring terhadap pelaksanaan tanaman perkayaan pada areal yang tidak memeungkinkan terjadinya suksesi secara alami. 23.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 23.4 DEFINISI 23.4.1 Suksesi adalah proses dinamika atau perubahan masyarakat tumbuhtumbuhan sejalan dengan tempat tumbuhnya. Dalam kasus ini suksesi yang terjadi adalah suksesi sekunder akibat pengaruh penebangan. 23.4.2 Regenerasi adalah proses pergantian pohon tua yang mati atau pohon tua yang ditebang denga anakan atau permudaan pohon dengan jenis yang sama. 23.4.3 Komposisi jenis adalah susunan atau banyaknya jenis tumbuhan baik pohon, semak atau herba dalam satu kesatuan komunitas berdasarkan tahap-tahap suksesi yang dilalui. 23.4.4 Permudaan adalah tingkat pertumbuhan pohon dan ketersediaannya mulai dari semak, pancang, tiang dan pohon. 23.4.5 Semai adalah anakan pohon dari mulai berkecambah sampai tinggi total < 1.5 m. 23.4.6 Pancang adalah anakan pohon atau sapihan mulai dari tinggi 1.5 m sampai diameter < 10 cm. 23.4.7 Tiang adalah pohon muda dari diameter 10 cm sampai dengan < 20 cm. 23.4.8 Pohon adalah pohon dewasa dengan diameter ≼ 20 cm. 23.4.9 Semak belukar adalah komunitas vegetasi yang didominasi oleh rumputrumputan, paku-pakuan, tanaman merambat dan semak (pohon kecil). 23.4.10 Tanaman perkayaan adalah anakan pohon yang sengaja ditanam pada areal terbuka atau areal hutan yang ketersediaan permudaan alamnya rendah dengan tujuan untuk meningkatkan ketersediaan permudaan dan komposisi jenis pohon komersial.


23.4.11 Hutan klimaks adalah hutan yang telah mencapai keseimbangan dinamis dengan lingkungannya sehingga perubahan komposisi jenis dan struktur hutan yang terjadi relatif kecil. 23.5 DESKRIPSI 23.5.1 Ketentuan Umum 23.5.1.1 Dalam pengusahaan ekosistem hutan alam terutama hutan tropika basah yang mempunyai keseragaman jenis atau struktur umur yang tinggi. Proses suksesi/dinamika hutan merupakan dasar utama untuk menuju pengelolaan hutan lestari. 23.5.1.2 Ekosistem hutan alam merupakan ekosistem yang mempunyai kelenturan / elastisitas dimana setiap adanya gangguan pada ekosistem alam maka akan berusaha melakukan pemulihan menuju keseimbangan (menuju hutan klimaks kembali), namun jika gangguan yang dialami terlalu besar melebihi daya lenturnya maka ekosistem tersebut akan menjadi ekosistem yang rusak (disklimaks). 23.5.1.3 Pengusahaan hutan dengan sistem tebang pilih (seperti yang dilakukan oleh PT. DRT) harus berprinsip pada proses suksesi alam dimana gangguan hutan karena penebangan masih dalam batas kelenturan ekosostem hutan alam sehingga diharapkan proses suksesi sekunder setelah penebangan dapat mencapai klimaks kembali. 23.5.1.4 Proses suksesi berjalan positif ke arah klimaks, bila komposisi jenis-jenis pohon didominasi oleh jenis-jenis pohon pioner (jenis mahang, meranti batu, geronggang, pulai, milas) atau jenis-jenis klimaks di hutan rawa gambut (ramin, pisang-pisang, meranti bunga, meranti batu, suntai). 23.5.1.5 Permudaan dan proses regenerasi pohon berjalan positif bila permudaan pohon jenis komersial mencukupi baik jumlah dan penyebarannya, yaitu semai 40 %, pancang 60 %, tiang 75 %, dan pohon 100 %.

23.5.2 Tanggung jawab dan Urutan Kerja 23.5.2.1 Regu kerja yang dipimpin oleh Supervisor PPL melakukan kegiatan inventarisasi dan pemantauan perubahan komposisi jenis tumbuhan dan pertumbuhan tegakan pada areal bekas tebangan umur 0 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, tempat terbuka (bekas jalan sarad, tempat pengumpulan kayu), dan hutan yang belum ditebang sebagai perbandingan secara periodik (setahun sekali).


23.5.2.2 Supervisor dan regu kerja melakukan evaluasi proses suksesi yang terjadi dari beberapa umur tebangan tersebut apakah proses suksesi yang terjadi telah berjalan positif menuju kearah hutan klimaks. 23.5.2.3 Tindakan silvikultur dan perlakuan lainnya perlu diadakan pada areal yang proses suksesi dan regenerasi hutan yang ada tidak berjalan positif ke arah klimaks atau mengalami penyimpangan sehingga sulit atau memerlukan waktu panjang untuk kembali seperti semula. Macam perlakuan yang diadakan tergantung pada faktor penghambat jalannya suksesi, apakah kebakaran, tebang ulang, kurang permudaan jenis komersial, dan lain-lain. Penanaman perkayaan perlu dilakukan untuk areal dengan permudaan pohon jenis komersial kurang mencukupi.

23.6 REKAMAN TERCATAT 23.6.1 Monitoring proses suksesi dan regenerasi di hutan primer sebelum dilakukan penebangan. 23.6.2 Monitoring proses suksesi dan regenerasi di hutan bekas tebangan setelah 0 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun. 23.6.3 Monitoring proses suksesi dan regenerasi areal terbuka berat (kiri-kanan jalan rel, bekas TPn, dan bekas jalan sarad). 23.6.4 Monitoring terhadap jenis gulma dan tingkat invasi.

24. INSTRUKSI KERJA PEMANTAUAN PROSES SUKSESI DAN REGENERASI HUTAN DI BEKAS TEBANGAN

24.1 TUJUAN Mengetahui proses suksesi dan regenerasi hutan yang diakibatkan oleh penebangan di beberapa lokasi yang berbeda masa tebangnya (0 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun).


24.2 RUANG LINGKUP 24.2.1 Inventarisasi tegakan di dalam petak pemantauan 100 x 100 m 24.2.2 Pembuatan profil hutan dan peta letak pohon di dalam petak pemantauan 24.2.3 Pengukuran iklim mikro 24.3 REFERENSI SOP-PL-07 (23)

24.4 DESKRIPSI 24.4.1 Petugas PPL akan melakukan pemantauan proses suksesi dan regenerasi hutan di beberapa lokasi hutan bekas tebangan 0 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun. 24.4.2 Dari luas petak 3 hektar akan dibagi menjadi 3 petak pengamatan masing-masing berukuran 100 x 100 m yang terletak menyebar di daerah RKL yang ditunjuk (diharapkan petak yang dibuat berada dalam petak tebangan tahun pertama dari RKL tersebut). 24.4.3 Masing-masing petak pengamatan dibagi menjadi 25 petak ukur (PU) yang berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 m (5 jalur). 24.4.4 Tingkat pohon (diameter > 20 cm) di data pada jalur II dan III, setiap pohon diberi nomor dengan label dari plastik tacon berukuran 2 x 5 cm. 24.4.5 Tingkat tiang (diameter < 20 cm) didata pada jalur I, III, dan V. 24.4.6 Tingkat pancang, epifit, liana, dan semak didata bersamaan. Petugas PPL membagi sebuah PU 20 x 20 m menjadi 16 sub-PU berukuran 5 x 5 m. Inventarisasi tegakan dilakukan untuk semua sub-PU yang ada di dalamnya. 24.4.7 Untuk tingkat semai yang di data hanya satu PU saja (dapat dipilih) dengan cara membagi PU 20 x 20 m menjadi 50 sub-PU berukuran 2 x 2 m memanjang dan berselang dengan jalur berikutnya.


24.5

Petugas PPL akan membuat peta letak pohon di seluruh petak pengamatan dengan cara mengukur jarak garis X dan Y yang berada pada setiap PU 20 m x 20 m.

24.6

Penggambaran profil hutan dilakukan pada gabungan dua buah PU 20 x 40 m (dipilih ditengah petak 100 x 100 m), dengan pendataan persentase keterbukaan tajuk pohon, dan struktur hutan.

24.7

Data sekunder dalam proses suksesi dan regenerasi hutan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya akan dicatat selama kegiatan pemantauan berlangsung.

24.8 REKAMAN TERCATAT 24.8.1

Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan berupa tally sheet data pemantauan (FM-PL-02; FM-P L-03)

24.8.2

Rekaman

tercatat

disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan

Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.


25. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN PETAK SAMPEL PERMANEN

25.1 TUJUAN Membuat petak berukuran 60 x 60 m yang akan digunakan sebagai petak pemantauan proses suksesi dan regenerasi hutan.

25.2 RUANG LINGKUP 25.2.1 Pembuatan petak pemantauan 60 x 60 m. 25.2.2 Pembuatan Sub -petak pemantauan tegakan (pohon, tiang, pancang, semai). 25.3 REFERENSI SOP-3PL-06 (23)

25.4 DESKRIPSI 25.4.1 Pembuatan Petak 60 x 60 m 25.4.1.1 Supervisor PPL bertanggung jawab atas pemilihan lokasi dan pelaksanaan pembuatan Petak Sampel Permanen (PSP) di beberapa lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. 25.4.1.2 Lokasi PSP diusahakan menyebar (tidak saling berdekatan) agar data yang diperoleh dapat lebih mewakili seluruh areal hutan 25.4.1.3 PSP dibuat pada beberapa lokasi hutan primer dan hutan bekas tebangan. 25.4.1.4 Pembuatan PSP dikelompokkan berdasarkan tahun RKT kecuali pada blok tebangan lama pembuatan PSP dibuat berdasarkan Blok RKL (yaitu RKL I, RKL II, RKL III, dan RKL IV).


25.4.1.5 Regu kerja yang dipimpin Supervisor PPL akan menentukan titik awal dari sudut petak pemantauan. Pada titik awal dibuat patok tanda yang permanen (minimal untuk dua tahun) dengan cara penempelan plat atau tanda tertentu yang menunjukkan identitas PSP tersebut seperti nomor PSP, nomor petak tebangan dan blok RKT. 25.4.1.6 Jika sudah ditentukan titik awal maka regu kerja akan membuat patok tanda dengan angka 0/1 (satu) dan keterangan petak yang dimaksud. 25.4.1.7 Pekerja rintis akan membuka jalan setapak dengan azimuth 60째 sejauh 20 meter. Petugas PPL memasang patok tanda plot berupa kayu diameter 5 cm setinggi 1,5 m dan diberi nomor kode 0/1. Setelah jarak 60 m kompas diarahkan ke azimuth 150째 sejauh 20 m (kode patok 3/4). 25.4.1.8 Dari patok 3/4 pekerja mengarahkan kompas ke azimuth 240째 sejauh 60 m (patok 1/6) dengan memasang patok setiap jarak 20 m. 25.4.1.9 Untuk pembuatan petak dan pemasangan patok selanjutnya dapat mengikuti cara seperti di awal pembuatan petak sampai patok terakhir yang berkode patok 9. 25.4.1.10

Total petak yang terbentuk dari pembagian jalur ini

sebanyak 9 sub-petak berukuran 20 x 20 m. 25.4.2 Pembuatan Sub petak pemantauan semai, pancang dan tiang 25.4.2.1 Dalam sub-petak yang ditentukan (20 x 20) dibagi lagi menjadi 3 plot pengamatan untuk pengukuran tingkat semai, pancang dan tiang dengan metode garis berpetak. 25.4.2.2 Dalam sebuah sub-petak yang ditentukan (20 x 20 m) regu kerja akan membuat plot pengamatan berukuran 2 x 2 m untuk pengamatan tingkat semai, plot berukuran 5 x 5 m untuk pengamatan tingkat pancang dan plot 10 x 10 m untuk pengamatan tingkat tiang (Gambar 6).


25.5

REKAMAN TERCATAT

25.5.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan berupa tally sheet data pemantauan (FM-3PL-02; FM-3PL-03) 25.5.2 Rekaman tercatat disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM RND sebanyak 1 (satu) eksemplar.

60 m

60 m


Gambar 6. Petak Sampel Permanen Pemantauan proses Suksesi dan Regenerasi Hutan 20 m

20 m Tiang (10 x 10 m)

Pancang (5 x 5 m) Semai (2 x 2 m) Gambar 7. Metode Garis Berpetak Pengamatan Tingkat Semai, Pancang dan Tiang 26. INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA PETAK SAMPEL PERMANEN

26.1 TUJUAN 26.1.1 Melakukan pengukuran dan observasi berulang terhadap vegetasi yang ada di areal Petak Sampel Permanen (PSP). 26.1.2 Mendokumentasikan data hasil pengamatan untuk dapat dianalisa dengan berbagai metode perhitungan agar dapat diketahui riapnya. 26.2 RUANG LINGKUP 26.2.1 Kegiatan pemantauan terhadap dan inventarisasi keanekaragaman flora pada kondisi sebelum dan setelah penebangan. 26.2.2 Seluruh kegiatan pemantauan dan pengukuran tegakan termasuk perbaikan batas-batas, label pohon, dan pemeliharaan tegakan. 26.2.3 Pembuatan laporan hasil pemantauan dan pengamatan yang dilakukan.


26.2.4 Pembuatan peta sebaran pohon dan keterbukaan tajuk di areal PSP. 26.3 REFERENSI SOP-PL-07 (23)

26.4 DESKRIPSI 26.4.1 Inventarisasi Tegakan Vegetasi 26.4.1.1 Supervisor PPL akan melakukan inventarisasi vegetasi dan pengukuran diameter pohon/tiang yang terdapat di areal PSP pada kondisi sebelum dan kondisi setelah penebangan. 26.4.1.2 Inventarisasi dan pengukuran tegakan dilakukan berulang setiap tahun dengan membawa data hasil pengamatan sebelumnya. 26.4.1.3 Petugas pengambil data akan mencatat semua perubahan yang terjadi di dalam petak pengamatan. 26.4.2 Pengolahan data PSP 26.4.2.1 Dari data hasil inventarisasi dibuat peta posisi pohon dan keterbukaan tajuk. 26.4.2.2 Data hasil pengamatan di lapangan disalin dan disusun sesuai dengan petak-petak pengamatannya 26.4.2.3 Setiap PSP dibuat rekapitulasi pohon / tiang per jenis berdasarkan kelas diameter 26.4.2.4 Membuat grafik jumlah pohon dan volume tegakan di areal PSP berdasarkan kelompok kelas diameter 26.4.2.5 Untuk pengamatan kondisi tegakan sebelum dan setelah penebangan, dihitung Indeks Nilai Penting (INP) masing -masing PSP, dan dibuat laporan khusus. a.

K

=

b.

KR

=

∑ Jumlah individu suatu jenis Luas seluruh plot contoh

Kerapa tan suatu jenis Χ 100 % Kerapa tan seluruh jenis


∑ sub plot terisi suatu jenis ∑ Seluruh sub plot contoh

c.

F

=

d.

FR

=

Frekuensi suatu jenis Χ 100 % Frekuensi seluruh jenis

e.

D

=

LBDS suatu jenis Luas seluruh plot contoh

f.

DR

=

Do min ansi suatu jenis Χ 100 % Do min ansi seluruh jenis

g.

INP

= KR+ FR +DR

Ket:

K

= Kerapatan

KR = Kerapatan Relatif F

= Frekuensi

FR = Frekuensi Relatif D

= Dominansi

DR = Dominansi Relatif INP = Indeks Nilai Penting

26.4.2.6 Data PSP akan disusun dalam sebuah buku yang akan memperlihatkan kondisi tegakan pada setiap tahunnya antara lain perkembangan jumlah semai dan pancang, diameter pohon dan tiang. 26.4.2.7 Dokumentasi kegiatan hasil pengamatan dalam bentuk buku ini memungkinkan untuk dapat diana lisa lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan.

27. INSTRUKSI KERJA

PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI POHON DAN TIANG

27.1 TUJUAN Untuk mendapatkan hasil data pengukuran diameter pohon berdiri dengan tingkat akurasi tinggi.

27.2 RUANG LINGKUP


Prosedur ini dapat berlaku untuk semua kegiatan pengukuran terhadap pohon berdiri di hutan, tetapi merupakan standar wajib untuk metode pengukuran diameter pohon dengan tujuan penelitian.

27.3 REFERENSI 27.3.1 SOP-3PL-06 (47) 27.3.2 SOP-3PL-06 (49) 27.4 DESKRIPSI 27.4.1 Pengukuran diameter pohon dan tiang 27.4.1.1 Supervisor PPL akan melakukan inventarisasi vegetasi dan pengukuran diameter pohon/tiang yang terdapat di areal PSP pada kondisi sebelum dan kondisi setelah penebangan. 27.4.1.2 Salah seorang petugas lapangan akan melakukan pengukuran diameter pohon berdiri. 27.4.1.3 Pertama adalah pembersihan batang pohon dari tumbuhan perambat atau liana yang melekat di pohon. 27.4.1.4 Tahap selanjutnya adalah pembuatan polet atau tanda daerah pengukuran pada batang. 27.4.1.5 Posisi polet tergantung pada bentuk dan kondisi fisik batang pohon.

Adapun secara lengkap contoh peletakan posisi polet

berdasarkan bentuk fisik pohon dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


ukur ukur 1,3 m 1,3 m

Pohon datar

biasa

di

tempat Pohon biasa di tempat lereng

pengukuran

pada pengukuran pada 1.30 m

1.30 m

di

tempat yang lebih tinggi

ukur ukur 1,3 m

}20 cm

1,3 m

pohon

berakar

pengukuran

tunjang Pohon berbanir di atas 1.3 m

pada

tinggi pengukuran dilakuan 20 cm di

1.3 m di atas akar tunjang

atas banir

ukur Batas cagak bawah 1,3 m 1.3 m

Pohon bercagak di bawah 1.3 m pengukuran batang.

di 2 Batang bercagak, tinggi cagak 1.3 m pengukuran

di bawah


cagak luar.

ukur ukur

1,3 m 1,3 m

Pohon miring di tempat Batang cacat, tinggi batas cacat datar pengukuran pada 1.3 kurang dari 1.3 m, pengukuran m mengikuti arah condong tepat di atas batas cacat pohon Gambar 21. Pembuatan polet sesuai dengan kondisi pohon

27.4.1.6 Ketentuan-ketentuan lain tentang prosedur pembuatan polet yang dapat digunakan sebagai referensi adalah prosedur kerja pembuatan polet PUP. 27.4.1.7 Alat ukur yang digunakan adalah phi band / diameter tape. 27.4.1.8 Pengukuran pada setiap pohon dilakukan minimal dengan 3 (tiga)

kali

pengulangan

atau

sampai

mendapatkan

hasil

pengukuran yang sama sebanyak 3 (tiga) ulangan. 27.4.1.9 Penulisan hasil pengukuran harus dilakukan secara konsisten dengan ketelitian sebanyak 1 (satu) angka dibelakang koma skala sentimeter.


27.4.1.10

Hasil pengukuran diameter pohon diberikan kepada

Supervisor PPL untuk disalin ke dalam buku catatan.

27.4.2 Pengukuran tinggi pohon 27.4.2.1 Pengukuran tinggi dilakukan untuk tingkat tiang dan tingkat pohon. 27.4.2.2 Metode yang digunakan merupakan metode gabungan antara metode trigonometri dan metode geometri. 27.4.2.3 Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon adalah clinometer, meteran dan alat tulis. 27.4.2.4 Salah seorang petugas lapangan akan melakukan pengukuran tinggi pohon berdiri. 27.4.2.5 Pertama petugas berdiri pada tempat yang memungkinkan untuk melihat tinggi total dan tinggi bebas cabang pohon. 27.4.2.6 Selanjutnya petugas mengukur jarak (j) antara pohon dengan tempat berdiri dengan menggunakan meteran. 27.4.2.7 Kemudian petugas mengukur sudut dengan menggunakan clinometer. 27.4.2.8 Variabel-variabel yang diukur dalam pengukuran tinggi adalah sudut tinggi total (ht), sudut tinggi bebas cabang (hbc), sudut pangkal pohon (hp). 27.4.2.9 Perhitungan tinggi total dan tinggi bebas cabang dilakukan di kantor dengan menggunakan rumus: ? ? ? ??? ? ??•? ?? ? ?? ? ??•? ? ??

? ? ? ? ??? ? ??•? ? ? ? ? ?? ? ??•? ? ??

Dimana : TT TBC j ht

= Tinggi total = Tinggi bebas cabang = Jarak antara pohon dengan tempat berdiri pengukur = Pembacaan sudut clinometer pada tinggi total


hbc = Pembacaan sudut clinometer pada tinggi bebas cabang hp = Pembacaan sudut clinometer pada pangkal pohon

ht

hbc

hp j

Gambar 22. Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan clinometer

28. PROSEDUR KERJA PENGELOLAAN SIKLUS HARA DAN PRODUKTIFITAS HUTAN

28.1 TUJUAN Pemantauan dampak penebangan terhadap perubahan siklus hara dan produktivitas hutan serta usaha-usaha untuk mempertahankan keseimbangan dan produktifitas hutan setelah penebangan.

28.2 RUANG LINGKUP


28.2.1 Pengukuran akumulasi hara dalam biomassa (di atas dan di bawah tanah ) serta dalam lapisan tanah gambut. 28.2.2 Pengukuran laju masukan hara dari hujan ke dalam ekosistem hutan. 28.2.3 Pengukuran produksi serasah dan laju dekomposisi serasah di lantai hutan. 28.2.4 Pengukuran laju penyerapan hara dan produktifitas hutan. 28.2.5 Pengukuran laju perpindahan hara karena penebangan. 28.2.6 Penyusunan model siklus hara dan simulasi keseimbangan hara dalam sistem silvikultur tebang pilih. 28.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 28.4 DEFINISI 28.4.1 Biomassa adalah bobot kering bagian hidup tumbuhan baik di atas permukan tanah maupun di bawah permukaan tanah dalam bentuk akar, batang, kulit, cabang, ranting, daun, bunga dan buah. 28.4.2 Unsur hara adalah unsur kimia dasar yang diperlukan oleh tumbuhan untuk pertumbuhan, penyusunan bagian dari tumbuhan dan berfungsi sebagai enzim metabolisme pertumbuhan, baik berupa unsur makro maupun unsur mikro. Jika unsur yang diperlukan tersebut tidak tersedia atau tersedia dalam jumlah yang kurang, maka pertumbuhan pohon terhambat, atau bahkan tidak dapat tumbuh. 28.4.3 Produktivitas hutan adalah laju pertumbuhan pohon atau hutan persatuan

luas

per

satuan

waktu

dan

umumnya

dapat

dinilai

berdasarkan pertumbuhan dimensi pohon (riap), laju pertumbuhan dan laju biomassa unsur hara.

28.5 DESKRIPSI 28.5.1 Informasi dan ketentuan umum


28.5.1.1 Tingkat kesuburan ekosistem rawa gambut tergolong rendah, masukan hara yang utama hanya dari curah hujan selain berasal dari lapisan tanah di bawah gambut dan luapan air sungai dalam jumlah kecil. 28.5.1.2 Hara potensial pada ekosistem rawa gambut lebih banyak terakumulasi di dalam biomassa baik di atas permukaan tanah maupun di bawaah permukaan tanah dalam bentuk biomassa batang, kulit, cabang, ranting, daun, bunga, buah dan akar. 28.5.1.3 Ekosistem hutan rawa gambut merupakan gudang karbon yang terakumulasi di dalam biomassa dan ekosisteem ini mempunyai kemampuan mengikat karbon dalam proses fotosintesis dengan kecepatan laju pengikatan lebih besar pada pohon muda atau hutan yang sedang mengalami proses suksesi. 28.5.1.4 Pengelolaan hutan berdasarkan asas kelestarian harus menjaga keseimbangan hara masuk (input) dan hara keluar (output) serta siklus hara dan produktivitas hutan berjalan ke arah yang positif, sehingga tidak terjadi penurunan jumlah dan kualitas hara yang ada. 28.5.1.5 Penebangan hutan telah mengurangi biomassa dan kandungan hara dalam bentuk log yang diangkut keluar dan meninggalkan cabang, kulit, daun dan akar di dalam hutan. Pengurangan biomassa karena penebangan harus seimbang dengan laju pertumbuhan biomassa dan sintesa hara serta sedapat mungkin tidak mengurangi jumlah dan komposisi hara esensial yang ada di dalam hutan seperti sebelum penebangan. 28.5.1.6 Sistem silvikultur berdasarkan keseimbangan hara adalah salah satu alternatif terbaik pengelolaan hutan berdasarkan prinsip kelestarian ekosistem hutan di samping sistem silvikultur yang berjalan selama ini berdasarkan volume, jumlah pohon dan luas area. 28.5.2 Tanggung jawab dan urutan kerja


28.5.2.1 Regu kerja yang dipimpin oleh supervisor PPL melakukan kegiatan

pengukuran

biomassa

hutan,

pengukuran

laju

pemasukan hara dari air hujan, pengukuran produksi serasah dan laju dekomposisi, pengukuran laju penyerapan hara melalui pengukuran riap dan pertambahan biomassa hutan dan pengukuran banyaknya biomassa (dan unsur hara) yang terangkut melalui penebangan. 28.5.2.2 Petak permanen perlu dibuat untuk pengukuran laju masukan hara dan air hujan, untuk pengukuran laju penyerapan hara dan untuk pengukuran laju produksi serasah dan dekomposisinya. Petak permanen dibuat pada hutan primer dan hutan bekas tebangan. 28.5.2.3 Pengukuran biomasa dan kandungan hara dalam biomassa termasuk kandungan karbon dilakukan dengan cara destruktif (penebangan) dan cara metode alometrik di hutan primer. 28.5.2.4 Petak permanen laju pertumbuhan biomassa dan penyerapan hara diamati setiap tahun selama lima tahun, sedangkan pengukuran

produksi

dan

dekomposisi

serasah

serta

pengukuran masukan hara air hujan diamati setiap bulan selama satu tahun. 28.5.2.5 Data lapangan yang berupa biomassa perlu dianalisis dalam laboratorium kimia untuk mengetahui kandungan hara.

Hara

yang dikaji adalah hara esensial yang merupakan hara kunci seperti N, P, K, dan Ca. 28.5.2.6 Pembuatan model keseimbangan dan rekomendasi pengelolaan hutan berdasarkan keseimbangan hara dapat dibuat setelah tahun ke-4. 28.6 REKAMAN TERCATAT 28.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pengelolaan siklus hara dan produktivitas hutan.


28.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan siklus hara dan produktivitas hutan disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL yang tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

29. INSTRUKSI KERJA PENGUKURAN LAJU MASUKAN HARA DARI AIR HUJAN

29.1 TUJUAN Mengetahui persentase kandungan unsur hara yang tertampung pada pohon pengamatan di hutan primer rawa gambut.

29.2 RUANG LINGKUP 29.2.1 Pembuatan petak pengamatan (100 x 100 m) di hutan primer yang belum di tebang. 29.2.2 Pemilihan pohon yang akan dijadikan stasiun pemantauan. 29.3 REFERENSI SOP-PL-07 (28)

29.4 DESKRIPSI


29.4.1 Petugas PPL (dibantu Tim Ahli Ekologi) bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengukuran laju masukan hara dari air hujan. 29.4.2 Lokasi yang akan dijadikan stasiun pengamatan adalah hutan primer yang

belum

ditebang

dengan

melihat

kondisi

gambut

yang

kedalamannya 3 dan 6 meter. 29.4.3 Pada lokasi tersebut dibuat petak pemantauan seluas 1 ha (100 x 100 m) dan dibagi menjadi 25 sub petak ukuran 20 x 20 m. 29.4.4 Petugas PPL memilih pohon yang akan dijadikan stasiun pengamat di 12 sub petak yang dipilih secara sistematik. 29.4.5 Di dalam sub petak terpilih petugas PPL mencari pohon yang terletak di tengah-tengah sub petak. 29.4.6 Pada pohon yang terpilih sebagai stasiun pengamatan ditempatkan alat pengukur stemflow (aliran batang) dari selang yang terbelah menjadi dua. 29.4.7 Alat tersebut ditempelkan dengan melingkari pohon dengan ujung selang tertampung di dalam jerigen. 29.4.8 Sebagai perbandingan petugas PPL menempatkan plastik penampung air hujan yang tidak terserap oleh stasiun pengamat dengan ukuran 1 x 1 m berbentuk cekung ke bawah. Bagian tengah dari plastik diberi lubang sehingga air hujan yang jatuh tertampung di dalam ember plastik. 29.4.9 Pengambilan sampel air dilakukan petugas PPL setelah selesai hujan selama satu bulan dengan interval pengamatan tiga bulan selama satu tahun pengamatan. 29.4.10 Air yang tertampung akan dianalisa kandungan hara seperti N, P, K, dan Ca. 29.5 REKAMAN TERCATAT 29.5.1 Supervisor PPL akan menyerahkan hasil pemantauan dan pengukuran laju masukan hara dari air hujan yang berupa salinan dari rekaman tercatat sebanyak 1 (satu) eksemplar kepada SIM.


29.5.2 Hasil tercatat dari pemantauan dan pengukuran laju masukan hara dari air hujan akan dianalisa dan didokumentasikan oleh Supervisor PPL dan Manager RED yang tembusannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

Selang yang di belah 1m

Tempat air

Pohon pengamatan

Tempat air

Gambar 9. Stasiun pengukuran laju masukan hara dari air hujan

30. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN LAJU PENYERAPAN HARA DAN PRODUKTIFITAS HUTAN

30.1 TUJUAN


Mengetahui biomassa suatu vegetasi dalam suatu areal agar dapat dilihat pertumbuhan riap diameter dan riap volume vegetasi tersebut. 30.2 RUANG LINGKUP 30.2.1 Pembuatan petak pengamatan (100 x 100 m) di hutan promer dan bekas tebangan (0, 5, 10 tahun). 30.2.2 Pemantauan pertambahan dimensi pohon (riap diameter dan volume), berat jenis pohon, biomassa untuk tingkat tumbuhan bawah / semai (2 x 2 m) dan pancang (5 x 5 m) per petak. 30.3 REFERENSI SOP-PL-07 (28) 30.4 DESKRIPSI 30.4.1 Petugas PPL (dibantu tim ahli ekologi) bertanggung jawab dalam pelaksanaan

kegiatan

pemantauan

laju

penyerapan

hara

dan

produktifitas hutan. 30.4.2 Lokasi yang akan dijadikan stasiun pemantauan adalah hutan promer dengan ketebalan gambut 3 - 6 meter dan hutan bekas tebangan (0 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun). 30.4.3 Masing-masing lokasi akan dibuat sebuah petak berukuran 100 x 100 m yang dibagi menjadi 25 sub-petak ukuran 20 x 20 m. 30.4.4 Di dalam petak tersebut dibuat satu buah petak berukuran 2 m x 2 m untuk pengukuran biomassa tingkat semai dan satu buah petak berukuran 5 m x 5 m untuk pengukuran biomassa tingkat pancang. 30.4.5 Data pertambahan riap diameter dan riap volume akan dicatat setiap tahun (setiap pohon diameter 10 cm ke atas diberi nomor pohon dari plat aluminium dan tanda pengukuran diameter). 30.4.6 Data pertumbuhan biomassa untuk semai, tumbuhan bawah, pancang dilakukan dengan pemanenan dan penimbangan, selanjutnya diukur pertumbuhan biomassa per tahun selama 3 tahun.


30.4.7 Data biomassa pohon untuk diameter 10 cm ke atas dihitung dengan pendekatan model alometrik (hub ungan pertambahan diameter dan pertambahan biomassa). 30.5 REKAMAN TERCATAT 30.5.1 Supervisor PPL akan menyerahkan hasil pemantauan dan pengukuran penyerapan hara dan produktifitas hutan yang berupa salinan dari rekaman tercatat sebanyak 1 (satu) eksemplar kepada SIM. 30.5.2 Hasil tercatat dari pemantauan dan pengukuran penyerapan hara dan produktifitas hutan akan dianalisa dan didokumentasikan oleh Supervisor PPL dan Manager RED yang tembusannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.


31. PROSEDUR KERJA

PEMANTAUAN SISTEM TATA AIR

31.1 TUJUAN Mengetahui dampak kegiatan pengelolaan hutan (penebangan) terhadap sistem tata air pada areal kerja PT. Diamond Raya Timber yang berupa ekosistem hutan rawa gambut.

31.2 RUANG LINGKUP 31.2.1 Perbedaan tinggi muka air tanah gambut (water table) di hutan primer dan hutan bekas tebangan. 31.2.2 Pemantauan perbedaan tinggi muka air sungai dan debit sungai. 31.2.3 Pengukuran curah hujan. 31.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 31.4 DEFINISI 31.4.1 Sistem tata air adalah kondisi keseimbangan keberadaan air pada ekosistem hutan rawa gambut antara air yang masuk ke dalam hutan melalui hujan dengan air yang keluar dari hutan terutama melalui sungai, sehingga tidak terjadi kondisi yang ekstrim seperti kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. 31.4.2 Perbedaan tinggi muka air tanah gambut adalah perbedaan batas teratas air genangan baik di atas permukaan tanah gambut maupun di bawah permukaan tanah gambut, dalam perbedaan periode waktu pengamatan.


31.4.3 Perbedaan tinggi muka air sungai adalah perbedaan tinggi permukaan aliran air sungai pada suatu tempat tertentu dalam perbedaan periode waktu pengamatan. 31.4.4 Fluktuasi debit sungai adalah perbedaan volume dan kecepatan aliran air sungai pada satu titik pengamatan tertentu dalam perbedaan periode waktu pengamatan. 31.4.5 Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang tertampung dalam penakar hujan standar selama satu bulan dan jumlah hari hujan per bulan. 31.5 DESKRIPSI 31.5.1 Ketentuan Umum 31.5.1.1 Hutan rawa gambut adalah ekosistem hutan basah yang jenuh dengan air, sehingga pada ekosistem hutan primer dapat menampung air dalam jumlah besar (rata-rata lebih dari 300 %). Disamping itu ekosistem ini sebagai ekosistem penyangga (buffer zone) antara perairan air asin dan air tawar serta memberikan perlindungan terhadap ekosistem disekitarnya. 31.5.1.2 Pengelolaan hutan rawa gambut yang berkelanjutan harus mempertahankan sistem tata air sehingga tidak menimbulkan dampak negatif / kerusakan pada ekosistem hutan rawa gambut itu sendiri dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dicerminkan oleh fluktuasi tinggi muka air gambut, tinggi muka air sungai dan debit sungai tidak terlalu besar antara musim kemarau dan musim hujan. 31.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan kerja 31.5.2.1 Manager RED bertanggung jawab atas pemantauan sistem tata air dan menjamin agar diimplementasikan secara tepat, meliputi perancangan pemantauan metodologi, peralatan dan analisa data dalam pemantauan tinggi muka air gambut, tinggi muka air sungai, pengukur debit air sungai, dan pengukur curah hujan di


beberapa stasiun pemantauan di hutan primer dan hutan bekas tebangan serta di sungai utama areal PT Diamond Raya Timber. 31.5.2.2 Supervisor

PPL

bertanggung

jawab

atas

operasional

pengukuran / pemantauan terhadap tinggi muka air gambut, tinggi muka air sungai, pengukuran debit sungai dan pengukuran curah hujan setiap bulan secara terus-menerus. 31.5.2.3 Supervisor PPL dan Manager RED melakukan pelaporan, evaluasi dan rekomendasi hasil pemantauan sistem tata air terhadap sistem pengelolaan hutan berkelanjutan dari aspek tata air. 31.6 REKAMAN TERCATAT 31.6.1 Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (PPL) bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan sistem tata air. 31.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan sistem tata air disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

32. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN ALAT PENGUKUR TINGGI MUKA AIR GAMBUT

32.1 TUJUAN Membuat sebuah alat yang berfungsi untuk mengetahui fluktuasi tinggi muka air di dalam gambut, sehingga dapat dimonitor keadaan dan kondisi gambutnya.

32.2 RUANG LINGKUP Pembuatan alat pengukur tinggi muka air gambut


32.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

32.4 DESKRIPSI 32.4.1 Staff PPL akan membuat sebuah alat pengukur yang terbuat dari pipa paralon diameter 1 inchi sepanjang 4 meter. 32.4.2 Pilih pipa paralon yang lurus dan cukup tebal agar mudah serta tidak cepat patah ketika dimasukkan kedalam tanah. 32.4.3 Pada badan pipa paralon dibuat lubang -lubang kecil (Âą diameter 4 mm) sepanjang kurang lebih 3 meter dari panjang keseluruhan. 32.4.4 Fungsi dari lubang tersebut adalah agar air yang berada didalam gambut dapat masuk dan memenuhi ruang didalam pipa paralon. 32.4.5 Pada ujung pipa paralon yang telah dilubangi diberi kayu lancip untuk mempermudah masuknya pipa ke dalam gambut. 32.4.6 Masukkan / tancapkan pipa paralon dengan hati-hati sampai kedalaman 3 meter (Âą 1 meter disisakan sebagai tanda pengukuran di atas gambut). 32.4.7 Untuk mengukur tinggi air dalam gambut diperlukan potongan kayu sepanjang Âą 5 meter. Ukuran kayu harus lebih kecil dari lubang di pipa paralon tersebut.

1m

Kayu pengukur

Gambut


Gambar 10. Alat pengukur tinggi air gambut


33. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN TINGGI MUKA AIR GAMBUT

33.1 TUJUAN Mengetahui kualitas hutan rawa gambut dengan cara pengukuran ketinggian muka air pada hutan rawa gambut.

33.2 RUANG LINGKUP Pengukuran tinggi muka air di hutan rawa gambut.

33.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

33.4 DESKRIPSI 33.4.1 Di dalam petak pengamatan ekologi dipasang satu buah alat pengukur tinggi muka gambut dengan menggunakan pipa paralon sepanjang 4 m. 33.4.2 Pipa paralon berada di dalam tanah gambut dengan kedalaman 3 m. 33.4.3 Pemantauan dilakukan dengan melihat tinggi permukaan air di dalam pipa paralon menggunakan sebuah tongkat kayu yang panjangnya lebih dari pipa paralon. 33.4.4 Batas kayu yang terendam air (basah) adalah tinggi muka air gambut. 33.4.5 Setiap 1 (satu) bulan sekali petugas pemantauan yang ditunjuk oleh Supervisor PPL akan melihat tinggi muka air gambut tersebut. 33.4.6 Data yang diperoleh dari hasil pemantauan akan dicatat di dalam sebuah buku pemantauan tinggi muka air gambut (FM-PL-05). 33.4.7 Data pemantauan per bulan akan direkapitulasi dalam data tahunan agar terlihat fluktuasi tinggi muka air gambut. 33.5 REKAMAN TERCATAT


33.5.1 Supervisor PPL akan menyerahkan hasil pemantauan tinggi muka air gambut yang berupa salinan dari rekaman tercatat sebanyak 1 (satu) eksemplar kepada SIM. 33.5.2 Hasil tercatat pemantauan tinggi muka air gambut akan dianalisa dan didokumentasikan oleh Supervisor PPL dan Manager RED yang tembusannya diserahkan kepada SIM.

1 m

Tongkat pengukur tinggi air dalam gambut Batas permukaan gambut

Gambut

Pipa paralon φ 1 inchi Pipa paralon φ 1 inchi Kayu lancip untuk mempermudah masuknya pipa paralon

Gambar 11. Alat pengukur tinggi muka air gambut


34. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN ALAT PENGUKUR FLUKTUASI TINGGI MUKA AIR SUNGAI

34.1 TUJUAN Membuat suatu alat yang berfungsi untuk mengetahui fluktuasi tinggi muka air sungai, sehingga dapat dimonitor keadaan dan kondisi sungainya.

34.2 RUANG LINGKUP Pembuatan alat pengukur tinggi muka air sungai.

34.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

34.4 DESKRIPSI 34.4.1 Staf PPL akan membuat beberapa buah alat untuk mengukur fluktuasi tinggi muka air sungai dengan memakai bahan dasar berupa kayu yang awet dan tahan air. 34.4.2 Ambil kayu berukuran panjang 4 meter dengan lebar 6 x 5 cm, serut hingga halus permukaannya. 34.4.3 Alas kayu diberi warna putih dari cat yang tahan terhadap air.


34.4.4 Beri skala pengukuran dengan jarak antara setiap 10 cm dengan warna yang jelas terlihat seperti merah atau hitam. 34.4.5 Skala dimulai dari angka 0 (nol) sampai dengan angka 3 yang berarti tiga meter. 34.4.6 Siapkan cagak untuk membantu alat dapat berdiri dengan lurus dan tahan terhadap terjangan arus sungai. 34.4.7 Alat pengukur fluktuasi dipasang/diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan dipantau oleh petugas. 34.4.8 Kelayakan alat pengukur fluktuasi akan ditinjau kembali setiap tahunnya, jika diperlukan perbaikan akan diperbaharui.

Warna dasar cat putih

10 cm

Titik surut terendah

0

4 meter

1


Gambar 12. Alat pengukur Fluktuasi Tinggi Muka Air Sungai

35. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN FLUKTUASI TINGGI MUKA AIR SUNGAI

35.1

TUJUAN Mengetahui fluktuasi tinggi muka air sungai utama di areal pengusahaan hutan Diamond Raya Timber.

35.2 RUANG LINGKUP Pengukuran tinggi muka air sungai setelah terjadi hujan lebat

35.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

PT.


35.4 DESKRIPSI 35.4.1 Petugas yang ditunjuk oleh Supervisor PPL melakukan pemantauan terhadap fluktuasi tinggi permukaan air sungai di beberapa stasiun pengamatan yang ada. 35.4.2 Petugas akan mencatat hasil yang ditunjukkan oleh alat yang berupa papan berukuran 6 cm x 5 cm, panjang 4 m dari kayu yang keras dan tahan air. 35.4.3 Pada alat tersebut akan terlihat ketinggian air sungai lengkap dengan skala pengukurannya (satuan terkecil 5 cm). 35.4.4 Pemantauan dapat dilakukan secara kontinyu sebulan sekali atau temporer setelah terjadi hujan lebat. 35.4.5 Data yang diperoleh adalah tinggi permukaan air yang dihitung dari dasar sungai (nol meter) sampai batas setinggi permukaan sungai pada saat diamati. Data tersebut dicatat dalam tally sheet (FM-PL-06). 35.4.6 Dari data tahunan akan diperoleh fluktuasi tinggi muka air sungai yang di pantau. 35.5 REKAMAN TERCATAT 35.5.1 Supervisor PPL akan menyerahkan hasil pemantauan fluktuasi tinggi muka air sungai secara kontinyu (bulanan) yang berupa rekaman tercatat sebanyak 1 salinan kepada SIM. 35.5.2 Hasil tercatat dari pemantauan fluktuasi tinggi muka air dianalisa dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL dan ditembuskan sebanyak 1 salinan ke SIM.

36. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN POTENSI SUMBERDAYA IKAN AIR TAWAR

36.1 TUJUAN Mengetahui potensi sumberdaya ikan air tawar di beberapa sungai utama (S. Sinaboi, S. Nyamuk, S. Sinepis, dan S. Teluk Dalam) dalam areal PT. Diamond Raya Timber.


36.2 RUANG LINGKUP 36.2.1 Pemasangan jaring ikan di hulu dan muara sungai. 36.2.2 Peghitungan potensi ikan di S. Sinaboi, S. Nyamuk, S. Sinepis, dan S. Teluk Dalam. 36.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

36.4 DESKRIPSI 36.4.1 Petugas PPL melaksanakan pemantauan hasil pemasangan jaring ikan di muara dan hulu sungai pada setiap lokasi sungai utama (S. Sinaboi, S. Nyamuk, S. Teluk Dalam, S. Sinepis). 36.4.2 Pengecekan jaring ikan dilakukan petugas pada saat air sungai sedang surut. 36.4.3 Petugas mencatat waktu pengambilan sampel dan kondisi yang ada di dalam jaring. 36.4.4 Petugas akan mencatat jumlah individu dan jenis ikan yang tertangkap (FM-PL-07). 36.4.5 Setelah petugas mencatat semua data, sampel ikan dapat dilepas kembali ke dalam sungai. Setelah selesai pengecekan jaring ikan harus dilepas kembali dan dibersihkan dari kotoran yang menempel, lalu simpan ditempat yang aman. 36.4.6 Pengambilan sampel dilakukan 2 (dua) bulan sekali secara kontinyu. 36.4.7 Pengambilan sampel ikan secara kontinyu dapat bekerja sama dengan petugas jaga yang sedang bertugas di masing-masing wilayah. 36.5 REKAMAN TERCATAT 36.5.1 Supervisor

PPL

akan

menyerahkan

hasil

pemantauan

potensi

sumberdaya ikan air tawar secara berkala yang berupa rekaman tercatat sebanyak 1 salinan kepada SIM.


36.5.2 Hasil tercatat dari pemantauan potensi sumberdaya ikan air tawar dianalisa dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL yang tembusannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

Pasang jaring & analisa

Pemantauan ikan air tawar

Identifikasi jumlah, waktu pengambilan.

Pengelolaan Hutan Lestari

Perencanaan dan Pelaksanaan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati

Analisa data untuk melihat potensi sumberdaya ikan air tawar

Gambar 14. Skema Pemantauan Potensi Sumberdaya Ikan Air Tawar.


37. INSTRUKSI KERJA

PEMASANGAN JARING IKAN AIR TAWAR

37.1 TUJUAN Memasang jaring ikan air tawar di muara beberapa sungai utama PT. Diamond Raya Timber.

37.2 RUANG LINGKUP Pemasangan jaring ikan di dalam sungai.

37.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

37.4 DESKRIPSI 37.4.1 Petugas PPL memasang jaring ikan yang terbuat dari nilon selebar 2 m dan panjang 3 m di lokasi Sungai utama PT. Diamond Raya Timber (S. Sinaboi, S. Sinepis, S. Teluk Dalam, dan S. Nyamuk) 37.4.2 Pemasangan jaring dilakukan pada saat air sungai sedang surut dengan letak menyerong atau sejajar dengan arah aliran sungai. Jangan memasang jaring pada daerah yang aliran airnya deras dan / atau dapat mengakibatkan hanyutnya jaring. 37.4.3 Petugas memasang dua buah tonggak kayu yang cukup kuat untuk menahan arus sungai. Jarak kedua tonggak kayu kurang lebih 3.5 m. 37.4.4 Kedua ujung bagian atas dan bawah dari jaring diikatkan pada masingmasing tonggak kayu dengan kuat. Pada bagian bawah jaring dipasang Âą 10 cm di atas dasar sungai. 37.4.5 Pada jaring bagian bawah diberi pemberat dari besi agar jaring tidak melayang.


37.4.6 Pastikan pemasangan jaring sudah dilakukan dengan baik dan benar pada posisinya.

2 meter

4 meter

Pemberat dari besi

Jarin Jarin Aliran sungai

Gambar. 15 Jaring Ikan Air Tawar dan lokasi pemasangan


38. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN DEBIT AIR SUNGAI

38.1

TUJUAN Pengukuran volume air yang tertampung di sebuah sungai sehingga diketahui debit air dari sungai tersebut.

38.2 RUANG LINGKUP Pengukuran debit air sungai di hulu sungai Nyamuk, sungai Sinaboi, sungai Teluk Dalam, dan sungai Sinepis.

38.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

38.4 DESKRIPSI 38.4.1 Petugas pemantauan melakukan pengukuran debit air sungai di stasiun pengamatan yang telah dibuat. 38.4.2 Stasiun pengamatan debit air sungai berukuran sama dengan lebar sungai dan panjang 25 meter. Ukuran panjang diberi tanda patok berwarna merah secara permanen. Stasiun pengamatan dibuat di hulu dan muara sungai yang telah ditentukan.


38.4.3 Petugas mencatat kecepatan aliran sungai dengan menggunakan sebuah benda (misal bola pimpong) yang diletakkan di tengah sungai. 38.4.4 Bola pimpong dilepaskan dari titik awal (0) sampai titik akhir (25 meter) lalu dihitung kecepatan tempuhnya. 38.4.5 Kedalaman sungai pada titik nol dan titik 25 m diukur dengan menggunakan sebuah tongkat. 38.4.6 Data yang diperoleh adalah volume air yang tertampung dibagi dengan kecepatan air dalam satuan m3/detik yang diisikan dalam tally sheet (FMPL-08). 38.4.7 Pengukuran dilakukan secara rutin setiap bulan sekali atau jika terjadi perubahan yang drastis terhadap kondisi sungai maka pengukuran debit air dapat dilakukan. 38.5 REKAMAN TERCATAT 38.5.1 Supervisor PPL akan menyerahkan hasil pemantauan debit air sungai yang berupa salinan dari rekaman tercatat sebanyak 1 (satu) eksemplar kepada SIM. 38.5.2 Hasil

tercatat

dari

pemantauan

debit sungai dianalisa dan

didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL yang tembusannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

25 meter Titik akhir

Titik awal


Gambar 16. Stasiun pemantauan debit air sungai

39. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN CURAH HUJAN

39.1 TUJUAN Mengetahui volume curah hujan yang terjadi setiap kali turun hujan di daerah pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber.

39.2 RUANG LINGKUP Pengambilan data curah hujan di base camp Sei Senepis.

39.3 REFERENSI


SOP-PL-07 (31)

39.4 DESKRIPSI 39.4.1 Setiap kali terjadi hujan petugas pemantauan yang ditunjuk oleh Supervisor PPL memeriksa alat pengukur curah hujan (ombrometer). 39.4.2 Pengukuran volume curah hujan dimulai dari pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul 07.00 pagi keesokan harinya (24 jam). 39.4.3 Air hujan yang tertampung di dalam alat pengukur dikeluarkan melalui keran air, lalu dimasukkan ke dalam gelas pengukur volume. 39.4.4 Letakkan gelas pengukur pada tempat yang datar lalu catat volume air yang terukur pada gelas volume. 39.4.5 Catat semua data curah hujan di dalam tally sheet yang telah tersedia (FM-PL-09). 39.4.6 Data akhir yang diperoleh adalah jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan per bulan. 39.5 REKAMAN TERCATAT 39.5.1 Supervisor PPL akan menyerahkan salinan rekaman tercatat hasil pemantauan curah hujan berupa dokumen sebanyak 1 (satu) salinan kepada SIM. 39.5.2 Hasil tercatat dari pemantauan curah hujan akan dianalisa dan didokumentasikan

Supervisor

PPL

dan

Manager

RED

tembusannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

φ 11 cm

Alat berbahan plat seng

yang


Gambar 17. Alat Pemantau Curah Hujan

40. INSTRUKSI KERJA

PEMASANGAN ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN


40.1 TUJUAN Memasang alat pengukur curah hujan harian di base camp Sei Senepis.

40.2 RUANG LINGKUP 40.2.1 Pemilihan lokasi pemasangan alat curah hujan. 40.2.2 Pemasangan alat pengukur curah hujan. 40.3 REFERENSI SOP-PL-07 (31)

40.4 DESKRIPSI 40.4.1 Supervisor PPL akan menentukan lokasi yang akan dipasangi alat pengukur curah hujan. 40.4.2 Lokasi yang ditentukan adalah bebas dari halangan atau yang dapat mempengaruhi masuknya air hujan ke dalam alat pengukur curah hujan, serta aman dari aktivitas manusia maupun gangguan alam. 40.4.3 Alat pengukur ditopang dengan kayu yang besarnya seukuran lubang pada bagian bawah ombrometer dan tinggi kedudukan alat tersebut Âą 1.30 m dari permukaan tanah (mudah terjangkau ketika mengambil air yang terdapat di dalam alat pengukur). 40.4.4 Buat lubang dengan kedalaman 30-40 cm agar kedudukan kayu penopang berdiri dengan kuat. Bila kedudukan kayu penopang kurang kuat dapat ditunjang oleh cagak kayu disampingnya.


41. PROSEDUR KERJA

PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

41.1 TUJUAN Untuk mengetahui dampak kegiatan pengusahaan hutan terhadap perubahan keanekaragaman flora fauna pada areal kerja PT. Diamond Raya Timber.

41.2 RUANG LINGKUP 41.2.1 Monitoring perubahan keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem hutan. 41.2.2 Monitoring perubahan keanekaragaman hayati pada tingkat jenis. 41.2.3 Monitoring adanya variasi jenis, kualitas kayu dan sumber biji. 41.2.4 Monitoring terhadap usaha-usaha pelestarian jenis-jenis tumbuhan langka dan tumbuhan berguna. 41.2.5 Monitoring terhadap usaha pelestarian jenis tumbuhan kunci / penentu. 41.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 41.4 DEFINISI 41.4.1 Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman semua mahluk hidup dari tingkat ekosistem, jenis dan genetik. 41.4.2 Keanekaragaman ekosistem dibedakan berdasarkan satuan mahluk hidup dan interaksinya dengan lingkungan (faktor iklim, komposisi tanah, ketinggian tempat, dll.). 41.4.3 Keanekaragaman jenis adalah satuan unit terkecil dari sistem klasifikasi mahluk

hidup

yang

menghasilkan keturunan.

mampu

melaksanakan

perkawinan

serta


41.4.4 Keanekargaman genetik sendiri dibedakan dalam keragaman individu, keragaman antar individu di dalam jenis yang sama pada satu populasi dan keragaman antar populasi pada jenis yang sama. 41.4.5 Nilai keanekaragaman hayati adalah manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaan ekosistem, jenis dan genetik, baik untuk kepentingan kelangsungan ekosistem itu sendiri atau manfaat yang bisa diperoleh oleh manusia (sumber pangan, obat-obatan, industri dan sebagainya). 41.4.6 Usaha pelestarian keanekaragaman hayati adalah usaha yang dilakukan secara

sistematik

dan

terencana

untuk

mempertahankan

keanekaragaman hayati, terutama untuk jenis-jenis langka dan terancam punah, jenis-jenis penentu, serta mengkaji nilai dari keberadaan keanekaragaman hayati tersebut dan kemungkinan pembudidayaannya. 41.4.7 Kantong keanekaragaman hayati adalah petak permanen pengamatan keanekaragaman hayati di setiap tipe ekosistem hutan dengan luas areal disesuaikan dengan keberadaan tipe ekosistem dan keterwakilan jenis. 41.5 DESKRIPSI 41.5.1 Ketentuan Umum 41.5.1.1 Penentuan tipe ekosistem hutan berdasarkan pada sistem klasifikasi ekosistem makro yang didasarkan pada perbedaan iklim (basah, per musim dan kering), kondisi tanah (tergenang air tawar, air asin atau tidak tergenang air), perbedaan tinggi tempat dari permukaan laut dan perbedaan komunitas flora dan fauna sehingga menghasilkan formasi hutan yang sangat mudah dibedakan di lapangan. 41.5.1.2 Penentuan individu-individu flora dan fauna sebagai suatu jenis didasarkan pada hasil deskripsi dan identifikasi yang telah baku pada

tingkat

memungkinkan

spesies

dari

terjadinya

genus

perkawinan

tertentu untuk

yang

masih

menghasilkan

keturunan variasi genetik secara visual di lapangan didasarkan pada perbedaan penampakan ekologi flora dan fauna di dalam jenis.


41.5.1.3 Penentuan tingkat keanekaragaman jenis maupun genetik dilakukan dengan cara inventarisasi tipe ekosistem flora dan fauina serta variasi di dlam jenis dengan cara membuat jalur-jalur pengamatan dari perubahan faktor lingkungan dalam hal ini perbedaan ketebalan gambut mulai dari tepi laut atau tepi sungai menuju ke pedalaman atau pusat areal. 41.5.1.4 Setiap

jenis

ekosistem

yang

ada

diinventarisir

dan

didokumentasikan dalam bentuk gambar, contoh spesimen dan penyimpanan. 41.5.1.5 Jenis-jenis flora / fauna langka dan dilindungi adalah jenis-jenis flora/fauna yang telah ditetapkan oleh konvensi internasional (Red Data Book, CITES) atau peraturan Pemerintah RI tentang jenis-jenis flora / fauna yang karena jumlah, penyebaran dan potensi perkembangbiakannya telah sangat menurun. 41.5.1.6 Kerjasama

dengan

lembaga

penelitian

(nasional

dan

internasional), masyarakat sekitar hutan perlu dilakukan untuk mengkaji nilai dan manfaat keanekaragaman hayati sekaligus membuat suatu jaringan kerjasama usaha pelestarian atau pencegahan kepunahan keanekaragaman hayati tersebut. 41.5.1.7 Dalam pengelolaan keanekaragaman hayati ada tiga kegiatan pokok yang dapat dilakukan bersama-sama yaitu perlindungan / pengamanan (save it), penelitian (study it), pemanfaatan (use it). 41.5.2 Tanggung jawab dan Urutan Kerja 41.5.2.1 Supervisor PPL bertanggungjawab memimpin sebuah regu kerja

untuk melaksanakan survey dan inventarisasi pada

spesies tingkat ekosistem, jenis maupun variasi jenis baik pada hutan primer maupun hutan bekas tebangan, secara lengkap. 41.5.2.2 Supervisor

beserta

mendeskripsikan

regu

kerja

mengidentifikasi

dan

tipe ekosistem jenis maupun genetik flora

fauna tingkat tinggi maupun tingkat rendah, membuat daftar koleksi jenis, pemetaan lokasi dan pengarsipan data.


41.5.2.3 Membuat areal perlindungan dan penelitian jenis-jenis genetik di setiap tipe ekosistem sebagai sumber plasma nutfah dengan luas disesuaikan dengan tingkat keterwakilan tipe ekosistem dan jenis. 41.5.2.4 Menentukan keberadaan jenis-jenis flora fauna langka dan dilindungi termasuk jenis flora fauna sebagai jenis penentu utama dalam ekosistem hutan rawa gambut (keystone species). 41.5.2.5 Menentukan sumber-sumber genetik jenis (keberadaan sumbersumber biji, pohon induk, dan nilai atau kualitas setiap jenis (misal kualitas kayu). 41.5.2.6 Melakukan monitoring secara periodik minimal 1 tahun satu kali pada kantong-kantong keanekaragaman hayati (petak plasma nutfah) di hutan primer maupun bekas tebangan terhadap perubahan keanekaragaman hayati. 41.6 REKAMAN TERCATAT 41.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan keanekaragaman hayati. 41.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan keanekaragaman hayati disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM.

42. PROSEDUR KERJA PETAK UKUR PERMANEN

42.1 TUJUAN Mengetahui tingkat pertumbuhan dan riap tegakan di hutan alam rawa bekas tebangan.

42.2 RUANG LINGKUP Prosedur Petak Ukur Permanen ini digunakan pada semua kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan di Petak Ukur Permanen, antara lain:


42.2.1 Pembuatan PUP dan risalah Seri-PUP. 42.2.2 Pengukuran Tegakan. 42.2.3 Pengukuran / Observasi ulang PUP. 42.2.4 Pengolahan Data. 42.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1)

42.4 DEFINISI 42.4.1 PUP adalah suatu areal yang diberi tanda batas yang jelas, berbentuk segi empat dengan ukuran jarak datar minimal 250 m X 250 m, yang digunakan untuk pemantauan pertumbuhan dan riap tegakan. 42.4.2 Seri PUP adalah 16 buah PUP yang tersusun di satu lokasi dimana 8 buah PUP mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan, dan 8 buah PUP lainnya tidak diperlakukan pemeliharaan tegakan. 42.4.3 Petak Pengamatan adalah petak berukuran jarak datar 100 m X 100 m yang terletak di dalam PUP dimana terhadap semua pohon (≼ 31.4 cm) di dalamnya dilakukan pengukuran keliling pohon, tinggi pangkal tajuk dan tinggi pohon. 42.4.4 Jalur Isolasi adalah ruang antara garis batas petak pengamatan dengan garis batas PUP. 42.4.5 Plot adalah petak berukuran 10 m X 10 m yang merupakan bagian dari petak pengamatan.

Dalam 1 (satu) petak pengamatan terdapat 100

buah plot. 42.4.6 Blok Tebangan adalah areal kegiatan penebangan dalam jangka waktu satu tahun. 42.4.7 Petak Tebangan adalah bagian dari blok tebangan yang luasnya sekitar 100 hektar (1000 m X 1000 m).


42.4.8 Pemeliharaan

Tegakan

adalah

tindakan-tindakan

pembebasan,

penanaman pengayaan dan penjarangan di dalam petak PUP yang telah ditentukan. 42.4.9 Keliling Pohon adalah keliling batang pohon (dengan kulit) yang diukur pada ketinggian 1.3 meter di atas permukaan tanah atau pada hal-hal khusus ketinggian pohon pengukurannya diatur dalam lampiran. 42.4.10 Diameter Pohon adalah besaran yang nilainya sama dengnan keliling pohon di bagi dengan phi (3.14). 42.4.11 Tinggi Pohon adalah jarak terpendek antara pucuk pohon dengan bidang

horisontal

yang

terletak

pada

ketinggian

sama

dengan

permukaan tanah dimana pohon yang bersangkutan berdiri. 42.4.12 Pangkal Tajuk adalah titik percabangan terendah pada batang pohon dimana satu atau lebih dari cabang batang tersebut merupakan cabang yang ikut membentuk tajuk 42.4.13 Tinggi Pangkal Tajuk adalah jarak terpendek antara pangkal tajuk dengan bidang horisontal yang terletak pada ketinggian sama dengan permukaan tanah dimana pohon yang bersangkutan berdiri. 42.4.14 Jarak Datar adalah proyeksi jarak antara dua buah obyek pada bidang horisontal. Semua jarak antara 2 (dua) obyek di atas permukaan tanah yang disebut dalam pedoman ini adalah jarak datar dan cara pengukurannya diatur dalam lampiran dari pedoman ini. 42.4.15 Polet adalah cat melingkar batang pohon sebagai tanda letak pengukuran keliling pohon atau tanda batas PUP. 42.4.16 Et adalah simbol dari waktu (tahun) saat dilakukan kegiatan penebangan hutan (tebang pilih). 42.5 DESKRIPSI 42.5.1 Ketentuan Umum 42.5.1.1 Areal yang digunakan untuk pembuatan 1 (satu) buah Seri-PUP adalah

areal

hutan

bekas

tebangan

yang

kegiatan


penebangannya dilaksanakan antara tiga sampai satu tahun yang lewat (Et+3, atau Et+2, atau Et+1). 42.5.1.2 Areal hutan bekas tebangan yang dipilih untuk pembuatan SeriPUP adalah areal hutan bekas tebangan dengan kriteria: a. Betul-betul terkena kegiatan eksploitasi hutan. b. Relatif mudah dikunjungi. c. Mempunyai konfigurasi lapangan yang relatif ringan. 42.5.1.3 Sebuah Seri-PUP minimal mencakup luasan areal 100 ha (satu petak tebangan). 42.5.1.4 Sebuah Seri-PUP terdiri dari 16 (enam belas) buah PUP masingmasing berukuran jarak datar minimal 250 m X 250 m. Masingmasing PUP dalam satu Seri-PUP dapat saling berdampingan atau dapat pula saling berjauhan. 42.5.1.5 Delapan

buah

PUP

dalam

satu

Seri-PUP

diperlakukan

pemeliharaan tegakan, sedangkan delapan buah PUP lainnya tidak diperlakukan pemeliharaan tegakan. 42.5.1.6 Di dalam tiap PUP dibuat petak pengamatan berukuran jarak datar 100 m X 100 m, dan petak pengamatan dibagi menjadi 100 buah plot masing-masing berukuran jarak datar 10 m X 10 m. 42.5.1.7 PUP yang telah dibuat harus diukur (observasi) ulang setiap tahun. 42.5.1.8 PUP yang sudah dibuat harus dijaga dari segala hal yang dapat merusak kondisi tegakan, seperti penebangan liar, perladangan, kebakaran, dsb. 42.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja 42.5.2.1 Pembuatan PUP dan Risalah Seri-PUP a. Supervisor

Pengelolaan

dan

Pemantauan

Lingkungan

bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan PUP. b. Regu kerja yang dipimpin oleh Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan akan menentukan lokasi petak


PUP dan menyiapkan semua prosedur yang berhubungan dengan pembuatan PUP. c. Petak

tebangan

yang

dipilih

mempunyai

konfigurasi

lapangan paling ringan dan mudah dibandingkan petak-petak tebangan lainnya (dalam blok tebangan yang bersangkutan). Untuk mendapatkan informasi mengenai petak tebangan dapat

dikonfirmasikan

dengan

tim

cruising

dan

tim

pemanenan yang mengetahui secara pasti kondisi lapangan. d. Setelah membuat 1 (satu) petak PUP, regu kerja akan membuat Seri-PUP yang terdiri dari 16 buah PUP yang tersusun. e. Supervisor PPL menentukan 8 buah PUP yang akan dikenakan tindakan perlakuan / pemeliharaan tegakan, dan 8 buah PUP tidak dikenakan perlakuan / pemeliharaan. f.

Seri-PUP diberi tanda berupa papan nama sebagai tanda / petunjuk dimana Seri-PUP tersebut berada.

42.5.2.2 Pengukuran Tegakan a. Supervisor

pengelolaan

dan

Pemantauan

Lingkungan

memimpin regu kerja untuk melaksanakan pengukuran dan penomoran tegakan yang berada di dalam PUP. b. Pengukuran dan penomoran pohon dilakukan dari plot ke plot (apabila dalam sebuah plot semua pohon yang di polet sudah diberi nomor, baru pindah ke plot berikutnya), dimulai dari plot yang paling awal (AB01). c. Bersamaan dengan kegiatan diatas, dilakukan pengenalan jenis pohon oleh staff atau tenaga lokal yang menguasai nama jenis pohon di hutan. Apabila tidak diketahui nama jenis pohon yang diukur, maka tally sheet (pada kolom nama jenis pohon) dikosongkan, kemudian ambil sampel daun untuk dijadikan herbarium dan diidentifikasi oleh ahli botani atau orang yang mengetahui secara pasti jenisnya.


d. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabulasi data di komputer untuk dianalisis oleh Supervisor dan / atau staff yang ditunjuk. e. Supervisor

membuat

laporan

hasil

kegiatan

secara

lengkap dan diberikan kepada Manajer RED untuk diperiksa sebelum menjadi laporan akhir. 42.5.2.3 Pengukuran Ulang PUP a. Supervisor membuat

Pengelolaan perencanaan

dan

Pemantauan

pengukuran

ulang

Lingkungan PUP

yang

mencakup kegiatan perbaikan / perawatan patok batas PUP, patok petak pengamatan, pemeliharaan tegakan, dan inventarisasi tegakan. b. Supervisor PPL memimpin regu kerja yang melaksanakan perbaikan / perawatan dan pengambilan data di petak PUP. 42.5.2.4 Pengolahan Data a. Dari setiap pelaksanaan pengukuran PUP harus dibuat dokumen-dokumen Seri-PUP yang meliputi Buku Risalah Seri-PUP, Daftar Pohon Seri-PUP, Buku Keterangan Pohon, dan Buku Keterangan Tanaman Pengayaan. b. Semua nama pohon yang terdapat dalam satu Seri PUP direkap dalam suatu daftar yang dinamakan Daftar Nama Pohon Seri-PUP. c. Data hasil pengukuran keliling dan tinggi pohon dalam masing-masing

PUP

direkap

dalam

satu

buku

yang

dinamakan Buku Keterangan Pohon. d. Semua dokumen yang ada disusun kembali oleh Supervisor ke dalam tabulasi data di dalam komputer untuk dianalisis lebih lanjut. 43 REKAMAN TERCATAT


43.1.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pemantauan petak ukur permanen. 43.1.2 Rekaman tercatat hasil analisa pemantauan petak ukur permanen disimpan

dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor

PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.


43. INSTRUKSI KERJA PEMILIHAN LOKASI PUP

43.1 TUJUAN Memilih suatu lokasi di petak tebangan yang nantinya akan dijadikan tempat pemantauan tentang pertumbuhan dan riap tegakan tiap tahunnya.

43.2 RUANG LINGKUP Pemilihan lokasi Petak Ukur Permanen di bekas tebangan.

43.3 REFERENSI SOP-PL-07 (42)

43.4 DESKRIPSI 43.4.1 Supervisor PPL akan

melakukan

koordinasi dengan pihak yang

berwenang dalam pengelolaan produksi hutan. 43.4.2 Staff Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan akan mempelajari laporan hasil cruising dan laporan hasil produksi untuk dapat melihat komposisi dan struktur tegakan yang dapat mewakili kondisi hutan di masing-masing

petak

tebangan

dalam

Blok

Tebangan

yang

bersangkutan. 43.4.3 Untuk informasi yang lebih detail dapat dimintakan konfirmasi mengenai kondisi di lapangan melalui tim cruising dan tim pemanenan yang pernah menjelajah seluruh blok tebangan yang bersangkutan. 43.4.4 Survey lapangan dapat dilakukan setelah semua informasi didapatkan. 43.4.5 Dari hasil survey di lapangan akan dipilih lokasi yang paling ringan kondisinya dan mudah dijangkau untuk pemantauan pertumbuhan dan riap tegakan tiap tahunnya.


44. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN PETAK UKUR PERMANEN

44.1 TUJUAN Membuat petak berukuran segi empat dengan ukuran jarak datar minimal 250 m x 250 m.

44.2 RUANG LINGKUP Pembuatan beberapa petak yang berukuran 250 x 250 m.

44.3 REFERENSI SOP-PL-07 (42)

44.4 DESKRIPSI 44.4.1 Regu kerja membuat rintis batas selebar 2 m dari To (salah satu sudut petak PUP) dengan azimuth 60째 sejauh 250 meter. 44.4.2 Rintis batas dibuat dengan cara menebas semua belukar dan pohonpohon yang diameternya kurang dari 5 cm, semua pohon dalam rintisan yang tidak ditebas (diameter lebih dari 5 cm) dicat melingkar batang (dipolet) dengan warna merah. 44.4.3 Dalam rintisan, pada setiap jarak 20 - 30 meter dipasang papan tanda PUP dengan papan berukuran 30 x 40 cm dengan arah sebagai berikut: 44.4.3.1 Pada rintis yang merupakan batas sebuah PUP, papan tanda dipasang menghadap keluar. 44.4.3.2 Papan rintis yang merupakan batas 2 (dua) buah PUP (apabila batas 2 PUP bersisian), papan tanda dipasang menghadap ke dalam.


44.4.4 Pada ujung jarak tersebut, regu rintis membuat patok sebagai tanda batas PUP ya ng bersangkutan. 44.4.5 Dari ujung batas regu rintis akan menuju kearah azimuth 150째 sejauh 250 meter, dengan ketentuan yang sama dengan rintis sebelumnya. 44.4.6 Kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan rintis yang mengarah ke azimuth 240째 dan diteruskan ke azimuth 330째 dengan jarak dan ketentuan yang sama dengan rintis sebelumnya.

45. INSTRUKSI KERJA PEMBUATAN PETAK PENGAMATAN PUP

45.1 TUJUAN Menentukan petak yang dapat dijadikan tempat pemantauan tentang pertumbuhan dan riap tegakan tiap tahun.

45.2 RUANG LINGKUP Pembuatan petak dengan ukuran tertentu yang dapat mewakili wilayah pengusahaan hutan dan disesuaikan dengan kebutuhan pemantauan.

45.3 REFERENSI SOP-PL-07 (42)

45.4 DESKRIPSI 45.4.1 Petugas pelaksana akan membuat petak pengamatan berupa areal berbentuk bujur sangkar dengan ukuran jarak datar 100 m x 100 m dan berada di dalam masing-masing petak PUP. 45.4.2 Petugas membuat satu sisi batas petak pengamatan dengan dasar ukuran jarak datar 10 m yang sambung menyambung sampai sepanjang 100 m. Masing -masing penggal garis tersebut diberi tanda patok mulai dari nomor A0 sampai dengan nomor K10.


45.4.3 Sisi batas pertama yang dibuat adalah sisi A0-A10 yang merupakan gabungan

dari penggal-penggal garis A0-A1, A1-A2, A2-A3 dan

seterusnya sampai A9-A10. 45.4.4 Pengukuran azimut dari tiap penggal garis A0 sampai dengan A10 harus benar-benar dilaksanakan secara teliti sehingga sisinya berupa garis lurus. 45.4.5 Apabila sisi A0-A10 sudah selesai dibuat, dari titik A10 ditentukan letak titik B10, yaitu dengan cara mengukur jarak datar 10 m dengan azimuth membentuk sudut siku dari titik A10. 45.4.6 Dari titik B10 ditentukan letak titik B9, yaitu mengukur jarak datar 10 m dengan membentuk garis lurus. 45.4.7 Dari titik B9 petugas mengukur azimut ke titik A9 (jarak datar 10 m dengan sudut siku-siku), sehingga penggal garis B10-B9 benar-benar sejajar dengan penggal garis A10-A9. 45.4.8 Dari titik B9 ditentukan letak titik B8, yaitu mengukur jarak datar 10 m dengan azimuth garis lurus dengan titik B9. Cek dengan titik A8 untuk jarak 10 m dengan azimuth sudut menyiku.

Demikian seterusnya

sampai terbentuk penggal garis B1 – B0. 45.4.9 Pembuatan batas plot-plot diteruskan pada garis C0-C10, D10-D0, E0E10, F10-F0, G0-G10, H10-H0, I0 -I10, J10-J0, dan K0-K10 dengan cara yang sama seperti pembuatan garis plot tersebut diatas. 45.4.10 Dengan cara kerja tersebut akan tersusun sebuah petak pengamatan yang sudah terbagi menjadi 100 buah plot dimana masing -masing plot dibatasi dengan tali rafia. 45.4.11 Kegiatan selanjutnya petugas akan mengganti patok-patok sementara dengan patok permanen.

A10

B10

C10

D10

E10

F10

G10

H10

I10

J10

K10

A9

B9

C9

D9

E9

F9

G9

H9

I9

J9

K9


A8

A7

A6

B8

B7

B6

C8

C7

C6

D8

D7

D6

E8

E7

E6

F8

F7

F6

G8

G7

G6

H8

H7

H6

I8

J8

K8

I7

J7

K7

I6

J6

K6

A5

B5

C5

D5

E5

F5

G5

H5

I5

J5

K5

A4

B4

C4

D4

E4

F4

G4

H4

I4

J4

K4

A3

B3

C3

D3

E3

F3

G3

H3

I3

J3

K3

A2

B2

C2

D2

E2

F2

G2

H2

I2

J2

K2

A1

B1

C1

D1

E1

F1

G1

H1

I1

J1

K1

A0

B0

C0

D0

E0

F0

G0

H0

I0

J0

K0

Gambar 18. Tata cara penulisan nomor pada patok plot 46. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN PAPAN NAMA PETAK UKUR PERMANEN

46.1 TUJUAN Membuat papan nama yang berfungsi sebagai tanda atau petunjuk dimana Seri-PUP tersebut berada.

46.2 RUANG LINGKUP 46.2.1 Persiapan bahan yang akan digunakan. 46.2.2 Gambar keterangan letak seri PUP. 46.2.3 Penulisan keterangan mengenai kondisi seri PUP. 46.3 REFERENSI SOP-PL-07 (42)


46.4 DESKRIPSI 46.4.1 Sediakan papan kayu berukuran panjang minimal 120 cm dan lebar 80 cm. 46.4.2 Usahakan papan nama tersebut berasal dari kayu yang awet dan tahan lama. 46.4.3 Papan nama untuk PUP diberi warna dasar hijau dengan tulisan berwarna putih. 46.4.4 Pada bagian kiri (ukuran minimal 50 cm x 80 cm) digambarkan peta letak lokasi Seri-PUP dari tempat papan nama tersebut. 46.4.5 Pada bagian kanan (ukuran minimal 70 cm x 80 cm) dituliskan keterangan mengenai Peta HPH, Areal RKLPH, Tahun Blok Tebangan, dan Nomor Petak Tebangan. 46.4.6 Papan nama dipasang dengan menggunakan dua tiang, dan ketinggian sisi bagian bawah papan berada antara 1.5 - 2.0 m di atas batas air pasang tertinggi.

120 cm HPH. PT. DIAMOND RAYA TIMBER

80 cm

Tempat gambar Peta lokasi Seri-PUP

PETAK UKUR PERMANEN UNTUK PENGUKURAN PERTUMBUHAN DAN RIAP HUTAN BEKAS TEBANGAN Areal RKLPH ke Tebangan tahun Nomor Petak Tebangan Luas Seri-PUP

: ….. (th…..sd…..) : ….. : ….. : ….. hektar


Gambar 19. Bentuk papan nama petak ukur permanen


47. PROSEDUR KERJA RISALAH SERI -PUP

47.1 TUJUAN Membuat diskripsi detail tentang keadaan dan lokasi masing -masing PUP dalam satu Seri-PUP di areal pengusahaan hutan PT. Diamond Raya Timber. 47.2 RUANG LINGKUP Membuat daftar keterangan mengenai kondisi dari Seri-PUP 47.3 REFERENSI SOP-PL-07 (42) 47.4 DEFINISI 47.4.1 PUP adalah suatu areal yang diberi tanda batas yang jelas, berbentuk segi-empat dengan ukuran jarak datar minimal 250 m, yang digunakan untuk pemantauan pertumbuhan dari riap tegakan. 47.4.2 Seri PUP adalah 16 buah PUP yang tersusun di satu lokasi dimana 8 buah PUP mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan dan 8 buah PUP lainnya tidak diperlakukan pemeliharaan tegakan. 47.4.3 Petak Pengamatan adalah petak berukuran jarak datar 100 x 100 m yang terletak di dalam PUP dimana terhadap semua pohon (keliling pohon lebih besar 31.4 cm) dilakukan pengukuran keliling pohon, tinggi pangkal tajuk dan tinggi pohon. 47.4.4 Petak Tebangan adalah bagian dari blok tebangan yang luasnya sekitar 100 hektar (1 km x 1 km). 47.4.5 Blok Tebangan adalah areal kegiatan penebangan dalam jangka waktu satu tahun. 47.4.6 Jarak Datar adalah proyeksi jarak antara dua buah obyek pada bidang horisontal.


47.5 DESKRIPSI 47.5.1 Ketentuan Umum 47.5.1.1 Deskripsi jenis tanah dari Petak Tebangan yang dijadikan areal PUP diuraikan dalam Risalah Seri PUP. Data jenis tanah ini dapat diperoleh dari instansi-instansi pemerintah yang berkaitan. 47.5.1.2 Diskripsi keadaan iklim terutama yang berkaitan dengan keadaan curah hujan juga diuraikan dalam Risalah Seri PUP. 47.5.1.3 Deskripsi keadaan konfigurasi lapangan mencakup uraian tentang topografi lapangan secara makro dan topografi lapangan dari Petak Tebangan yang dijadikan lokasi Seri-PUP. 47.5.1.4 Data detail topografi tiap petak pengamatan dikumpulkan dengan melakukan pengukuran lereng dari suatu patok ke patok sekelilingnya. Pengukuran lereng antar patok dapat dilakukan bersamaan dengan saat pembuatan batas-batas plot atau sesudah pemasangan patok-patok. 47.5.1.5 Tipe hutan dan jenis-jenis pohon dominan yang ada dalam areal HPH diuraikan dalam Risalah Tegakan. 47.5.1.6 Gambaran potensi tegakan dalam Petak Tebangan yang dijadikan lokasi Seri PUP dibuat dalam suatu tabel. Data potensi tegakan dapat diperoleh dari laporan hasil cruising (LHC) pada petak tebangan yang bersangkutan. 47.5.1.7 Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pembuat / pengukur PUP diinformasikan dalam risalah Seri PUP. Hal-hal penting yang perlu diinformasikan antara lain mencakup tenaga kerja, waktu, macam dan bentuk kegiatan yang dilaksanakan serta pembiayaan. 47.5.1.8 Semua informasi mengenai risalah Seri PUP dirangkum dalam suatu bentuk buku yang dinamakan Buku Risalah Seri PUP. 47.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja


47.5.2.1 Supervisor PPL bertanggungjawab dalam pembuatan Risalah Seri PUP yang berisikan tata letak, keadaan umum, Risalah tegakan, kegiatan pembuatan / pengukuran PUP, dan buku Risalah Seri PUP. 47.5.2.2 Semua data mengenai Risalah Seri PUP akan dikoreksi dan diperbaiki oleh tim yang akan menganalisa hasil tersebut. 47.6 REKAMAN TERCATAT 47.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil pembuatan Buku Risalah Seri PUP. 47.6.2 Rekaman tercatat hasil pembuatan Buku Risalah Seri PUP disimpan dan didokumentasikan ole h Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan/tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

48. PROSEDUR KERJA

PENGUKURAN TEGAKAN - PUP

48.1 TUJUAN Melakukan kegiatan pengukuran tegakan untuk mengetahui data dan informasi mengenai vegetasi yang berada di dalam Petak Ukur Permanen. 48.2 RUANG LINGKUP 48.2.1 Penomoran pohon 48.2.2 Pengukuran diameter pohon 48.2.3 Pengenalan jenis pohon 48.2.4 Pengukuran tinggi pohon 48.2.5 Pengukuran tanaman pengayaan


48.2.6 Pengumpulan spesimen herbarium 48.3 REFERENSI SOP-PL-07 (42) 48.4 DEFINISI 48.4.1 Pohon adalah pohon-pohon yang mempunyai keliling batang 31.4 cm keatas. 48.4.2 Pole atau tiang adalah pohon-pohon muda yang mempunyai keliling batang 10 - 31.4 cm. 48.4.3 Pancang adalah permudaan pohon yang tingginya lebih dari 1.5 meter sampai pohon muda yang mempunyai keliling batang kurang dari 10 cm. 48.4.4 Keliling pohon adalah keliling batang pohon (dengan kulit) yang diukur pada ketinggian 1.30 m di atas permukaan tanah. 48.4.5 Tinggi Pohon adalah jarak terpendek antara pucuk pohon dengan bidang horisontal yang terletak pada ketinggian sama dengan permukaan tanah dimana pohon yang bersangkutan berdiri. 48.4.6 Spesimen Herbarium adalah sampel dari bagian pohon yang tidak diketahui nama jenisnya dan dibuat awetannya untuk dideterminasi. 48.4.7 Tally Sheet adalah daftar yang berbentuk tabel-tabel bergaris dan berfungsi untuk mengisi data yang diperoleh di lapangan. 48.5 DESKRIPSI 48.5.1 Ketentuan Umum 48.5.1.1 Pengukuran keliling pohon di dalam petak pengamatan harus tepat di polet yang telah dibuat pada batang pohon. 48.5.1.2 Pengukuran tegakan di dalam petak pengamatan dimulai dari plot no. 1, 2, 3, ‌10, lalu berpindah ke arah samping kanan lalu ke bawah yaitu plot 11,12, 13, dst. 48.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja


Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengukuran tegakan pada Petak Ukur Permanen yang meliputi: 48.5.2.1 Penomoran Pohon a.

Pohon-pohon yang diberi nomor adalah pohon-pohon di dalam petak pengamatan yang dipolet sebagai tanda letak pengukuran keliling pohon.

b.

Pada pohon bercagak atau menggarpu, apabila pada masing-masing cabang cagak / garpu dibuat polet, maka tiap cabang dianggap 1 (satu) pohon dan diberi nomor dengan menambahkan huruf sesuai urutan alfabet. Contoh: Pohon bercagak / menggarpu

- Misalkan pohon sebelumnya bernomor 301. - Pohon cagak tersebut diberi nomor 302 A untuk cagak ke-1, 302 B untuk cagak ke-2 dan seterusnya. - Pohon berikutnya bernomor 303. c.

Dalam tiap petak pengamatan, nomor pohon dimulai dengan nomor 1 (satu).

d.

Nomor pohon dibuat dengan cara menuliskan nomor pohon yang bersangkutan pada batang pohon dengan cat warna kuning.

e.

Nomor pohon dituliskan Âą 0.25 - 0.50 cm di atas batas air pasang tertinggi.

f.

Ukuran angka nomor pohon disesuaikan dengan besarnya batang dengan ukuran terkecil diatur sedemikian rupa agar nomor tersebut terbaca jelas sampai jarak 10 meter.

g.

Nomor pohon dituliskan menghadap satu arah.

h.

Penomoran pohon dilakukan dari plot ke plot, dimulai dari plot AB 01.

48.5.2.2 Pengukuran Keliling Pohon a.

Dalam kegiatan pengukuran PUP, dimensi besarnya batang pohon diukur dengan pengukuran keliling setinggi dada, tidak diperbolehkan pengukuran diameter secara langsung.

b.

Keliling setinggi dada (disebut keliling pohon) di ukur tepat pada polet yang sudah di buat pada setiap pohon.


c.

Pengukuran keliling pohon dilakukan dengan menggunakan pita keliling yang terbuat dari bahan baja.

d.

Pada saat pengukuran, pita keliling dibaca sampai skala milimeter dan hasil ukuran dicatat dalam satuan centimeter dengan penulisan sampai satu angka di belakang tanda koma.

48.5.2.3 Pengenalan Jenis Pohon a.

Bersamaan dengan pengukuran keliling pohon, dilakukan pengenal-an jenis pohon-pohon yang ada didalam petak ukur.

b.

Pengenalan pohon menggunakan tenaga penduduk asli setempat yang menguasai nama-nama pohon di hutan.

c.

Nama pohon dicatat dalam tally sheet dengan menuliskan nama daerah (setempat) dari tiap jenis pohon (tidak diperbolehkan sebutan grup jenis, seperti bakau, meranti, geronggang, nyatoh, dll).

d.

Apabila pada suatu saat pengenal pohon tidak mengetahui nama pohon yang sedang diukur, maka tally sheet (pada kolom nama jenis pohon) dikosongkan.

e.

Hasil pengukuran keliling pohon dan pengenalan jenis pohon dicatat dalam tally sheet.

48.5.2.4 Pengukuran Tinggi Pohon a.

Terhadap semua pohon yang diukur kelilingnya, dilakukan peng-ukuran tinggi pohon dan tinggi pangkal tajuk.

b.

Tinggi pohon diukur dengan menggunakan alat Hagameter.

c.

Cara pengukuran

tinggi

pohon

diatur

sesuai

dengan

ketentuan

pengkalibrasian Haga.

48.5.2.5 Pengukuran tinggi pohon dan tinggi pangkal tajuk terhadap pohon bercagak atau menggarpu diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a.

Apabila masing-masing cabang dari pohon bercagak atau menggarpu dianggap satu pohon, maka terhadap masing-masing cagak/garpu dilakukan pengukuran tinggi pohon dan tinggi pangkal tajuk.

b.

Apabila polet pada pobon bercagak atau menggarpu berada di bawah pangkal cagak/garpu (hanya dilakukan satu kali pengukuran keliling pohon), maka:


- Pengukuran tinggi pohon dilakukan terhadap cagak/garpu yang mempunyai pucuk tertinggi. - Pengakuan tinggi pangkal tajuk dilakukan terhadap cagak/garpu yang mempunyai pangkal tajuk terendah. - Apabila

pangkal

cagak/garpu

sekaligus

merupakan

pangkal tajuk atau berada di atas pangkal tajuk, maka tidak dilakukan pengukuran tinggi pangkal cagak/garpu. - Apabila pangkal cagak/garpu berada di bawah pangkal tajuk, maka selain pengukuran tinggi pangkal tajuk juga dilakukan pengukuran tinggi pangkal cagak/garpu. 48.5.2.6 Pengukuran Tanaman Pengayaan a.

Pada petak-petak pengamatan yang berada dalam Seri-PUP yang mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan (PUP nomor 5, 6, 7, 8, 13, 14, 15, dan 16), dilakukan pengamatan terhadap tanaman pengayaan.

b.

Pada masing-masing anakan dilakukan pengamatan mengenai asal anakan (hasil tanaman atau anakan alami) dan nama jenis anakan.

48.5.2.7 Pengumpulan Spesimen Herbarium a.

Dari semua nama jenis pohon yang tercatat dalam petak-petak pengamatan (termasuk pohon yang belum diketahui nama daerah dan dalam tally sheet masih dikosongkan namanya), dikumpulkan spesimen herbarium guna keperluan determinasi nama botaninya.

b.

Specimen daun yang terkumpul diberi identifikasi mengenai ciri-ciri dan dari pohon nomor berapa, lalu ditempatkan pada kantung plastik besar agar tidak mudah rusak.

c.

Penanganan spesimen harus hati-hati dan disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab.

48.6 REKAMAN TERCATAT 48.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pengukuran tegakan PUP meliputi tally sheet pengukuran tegakan PUP (FM-PL-02; FM-PL-03).


48.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa pengukuran tegakan PUP disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.


49. INSTRUKSI KERJA PENOMORAN POHON PUP

49.1 TUJUAN Memberi nomor pohon yang ada di dalam Petak Pengamatan PUP agar memudahkan untuk dipantau pertumbuhan tegakan dan riap tiap tahunnya.

49.2 RUANG LINGKUP Pemberian tanda atau nomor urut pada pohon dengan menggunakan plat cat berwarna kuning.

49.3 REFERENSI SOP-PL-07 (48)

49.4 DESKRIPSI 49.4.1 Petugas melakukan penomoran pohon dimulai dari ujung plot sebelah kiri bawah petak pengamatan. 49.4.2 Tiap petak pengamatan, angka/nomor dimulai dengan nomor 1 (satu). 49.4.3 Lalu petugas bergerak ke pohon berikutnya disamping kanan untuk nomor pohon berikutnya. 49.4.4 Jika dalam penomoran ditemukan pohon bercagak yang diberi polet di kedua cabangnya, maka petugas membuat penomoran ganda dengan keterangan berbeda (misal 109 A & 109 B, dst). 49.4.5 Petugas melakukan penulisan nomor pohon dengan cat berwarna kuning. 49.4.6 Dalam pengecatan ukuran angka nomor pohon disesuaikan dengan besarnya batang dengan ukuran terkecil diatur sedemikian rupa agar nomor tersebut terbaca jelas sampai jarak 10 meter. 49.4.7 Apabila dalam sebuah plot semua pohon yang dipolet sudah diberi nomor, baru pindah ke plot berikutnya.


6 10 m

5 3 1

2

No pohon dengan cat kuning

303

Arah kerja dimulai dari ujung plot

10 m

Gambar 20. Arah kerja dan penomoran pohon dalam satu plot

50 cm di atas air pasang tertinggi

4


50. PROSEDUR KERJA PEMBUATAN POLET PUP

50.1 TUJUAN Membuat sebuah tanda di pohon yang berfungsi untuk batas pengukuran sebuah pohon di dalam Petak Ukur Permanen.

50.2 RUANG LINGKUP 50.2.1 Pengukuran tinggi polet yang akan dibuat 50.2.2 Pengecatan batang pohon yang akan diukur keliling batangnya. 50.3 DEFINISI 50.3.1 Polet adalah cat melingkar batang pohon yang mempunyai fungsi sebagai tanda bahwa pohon tersebut terletak pada batas PUP dan tanda letak pengukuran keliling pohon yang berada didalam plot. 50.3.2 Cat adalah cairan berbahan kimia yang khusus dipergunakan untuk memberi warna. 50.3.3 Warna Merah dan kuning adalah warna yang mudah untuk dikenali dan tidak tersamar dengan benda/obyek yang ada di dalam hutan. 50.3.4 Pohon normal adalah pohon yang mempunyai batang lurus dan tidak cacat.


50.3.5 Pohon berbanir adalah batang pohon yang pada bagian bawahnya melebar menyerupai sayap. 50.3.6 Batang cacat adalah batang pohon yang mempunyai tonjolan atau lubang disekitar daerah yang akan dipolet. 50.3.7 Pohon bercagak adalah pohon bercabang dua yang masing-masing cabang sama atau hampir sama besarnya dan berkedudukan simetris terhadap batang utama. 50.3.8 Pohon menggarpu adalah pohon bercagak tetapi jumlah cabangnya lebih dari dua. 50.4 REFERENSI SOP-PL-07 (42)

50.5 DESKRIPSI 50.5.1 Ketentuan Umum Polet yang dimaksud adalah sebagai tanda letak pengukuran keliling batang pohon, harus dibuat sedemikian rupa sehingga tanda cat tersebut benar-benar berada pada satu bidang datar yang tegak lurus dengan sumbu batang pohon. 50.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja Supervisor PPL bertanggung jawab dalam memimpin regu kerja pembuatan polet pada pohon di dalam dan di batas Petak Ukur Permanen.

50.5.2.1 Polet pada batas PUP a. Pada semua pohon yang berada dalam rintis batas PUP (lebar rintis 2 meter) dibuat polet dengan menggunakan cat merah. b. Ketinggian pembuatan polet:


-

Pada tempat-tempat yang batas air pasang tertingginya 1 m atau kurang, polet dibuat pada ketinggian antara 1.25 - 1.50 m di atas permukaan tanah

-

Pada tempat-tempat yang batas air pasang tertingginya lebih dari 1 m, polet dibuat antara 0.25 - 0.50 m di atas batas air pasang tertinggi.

50.5.2.2 Polet sebagai ta nda letak pengukuran keliling batang pohon a. Pada semua pohon yang berada dalam petak pengamatan yang mempunyai keliling 31.4 cm atau lebih, dibuat polet dengan cat kuning. b. Ketinggian letak pengecatan polet pada batang pohon diatur dengan ketentuan: -

Pohon normal (tidak cacat) dan berdiri tegak pada tanah yang datar, polet dibuat pada ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah.

-

Pohon normal dan berdiri tegak pada tempat miring, polet dibuat pada ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah yang lebih tinggi.

-

Pohon rebah tidak diperhitungkan (dianggap tidak ada).

-

Pohon berbanir

Apabila tinggi batas atas cacat berbentuk batang pohon akibat adanya banir (ujung banir) sama atau kurang dari 1.10 m, maka tinggi polet adalah 1.30 m, apabila tinggi ujung banir lebih dari 1.10 m, polet dibuat 20 cm di atas ujung banir. -

Batang cacat setinggi 1,30 m

Sering dijumpai batang cacat berupa benjolan, luka, dan lain-lain. Apabila batas bawah cacat batang berada pada ketinggian di bawah 1.00 m, maka polet dibuat 20 cm di atas batas atas batang, batas bawah cacat batang berada pada ketinggian 1.00 – 1.50 m, maka polet dibuat 20 cm di bawah batas-bawah cacat batang. Apabila batas bawah cacat batang berada di atas 1.50 m, maka polet dibuat pada ketinggian 1.30 m. -

Pohon Bercagak

Apabila

batas-bawah

cacat

batang

(bentuknya

tidak

"normal" akibat adanya cagak) berada pada ketinggian di


bawah 1.00 m, maka polet dibuat 20 cm di atas batas atas cagak pada masing-masing cabang, batas bawah cacat batang (bentuknya tidak "normal" akibat adanya cagak) berada pada ketinggian 1.00 - 1.50 m, maka polet dibuat 20 cm di bawah batas-bawah cagak. Apabila batas bawah cacat batang (akibat adanya cagak) berada di atas 1.50 m, maka polet dibuat pada ketinggian 1.30 m. Pohon menggarpu

-

Aturan pembuatan polet pada pohon menggarpu sama dengan pohon bercagak.

51. INSTRUKSI KERJA PEMBUATAN POLET POHON BATAS PUP

51.1 TUJUAN Membuat tanda dari cat warna merah pada keliling sebuah pohon yang terletak pada batas Petak Ukur Permanen.

51.2 RUANG LINGKUP


51.2.1 Pengukuran batas air pasang tertinggi 51.2.2 Pelaksanaan polet pada pohon yang ada dibatas PUP 51.3 REFERENSI SOP-PL-07 (50)

51.4 DESKRIPSI 51.4.1 Petugas yang ada akan melaksanakan pekerjaan memberi cat melingkar batang pohon dibatas petak ukur permanen (membuat polet) . 51.4.2 Dalam

melakukan polet

pekerja

harus

mengetahui

sebelumnya

mengenai batas air pasang tertinggi pada daerah tersebut. Pada tempat yang batas air pasang tertingginya 1 m atau kurang, polet dibuat pada ketinggian antara 1.25 - 1.50 m di atas permukaan tanah. 51.4.3 Jika batas air pasang tertingginya lebih dari 1 m, maka polet dibuat antara 0.25 – 0.50 m diatas batas air pasang tertinggi. 51.4.4 Sebelum mengecat polet, terlebih dahulu bagian kulit pohon yang akan dicat dibersihkan dari lumut kerak, atau kotoran-kotoran lain, baik dengan ta ngan maupun dengan tongkat atau daun-daun. 51.4.5 Petugas dilarang membersihkan kulit pohon dengan benda tajam yang dapat melukai kulit pohon. 51.4.6 Setelah kulit pohon bersih dari kotoran, pelaksanaan polet dapat dilakukan.

52. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN POLET PENGUKURAN KELILING BATANG POHON PUP


52.1 TUJUAN Membuat tanda dari cat pada keliling sebuah pohon yang berada di dalam petak pengamatan sebagai tanda letak pengukuran keliling pohon yang bersangkutan.

52.2 RUANG LINGKUP Pelaksanaan polet pada pohon yang berada di dalam petak pengamatan.

52.3 REFERENSI SOP-PL-07 (50)

52.4 DESKRIPSI 52.4.1 Polet dibuat dengan menggunakan cat warna kuning. 52.4.2 Polet dibuat pada semua pohon yang berada dalam petak pengamatan yang mempunyai keliling 31.4 cm atau lebih. 52.4.3 Petugas yang melakukan polet harus mengerti kriteria letak pengecatan pada keliling pohon. 52.4.4 Petugas akan mengukur tinggi letak polet pada sebuah pohon. 52.4.5 Sebelum melakukan polet, bagian kulit pohon yang akan di polet dibersihkan dari lumut kerak atau kotoran-kotoran lain. 52.4.6 Membersihkan kulit pohon dilakukan dengan tangan, tongkat, atau daundaun tetapi tidak boleh menggunakan benda tajam yang dapat melukai kulit pohon. 52.4.7 Setelah kulit pohon bersih dari kotoran, pelaksanaan polet dapat dilakukan. 52.4.8 Lebar polet yang dibuat pada keliling sebuah pohon berkisar antara 2 - 3 cm. 52.4.9 Warna dan kejelasan bentuk polet harus dapat terlihat dari jarak Âą 5 meter.


53. INSTRUKSI KERJA

PENGUKURAN DIAMETER POHON DAN TIANG

53.1 TUJUAN Untuk mendapatkan hasil data pengukuran diameter pohon berdiri dengan tingkat akurasi tinggi.

53.2 RUANG LINGKUP Prosedur ini dapat berlaku untuk semua kegiatan pengukuran terhadap pohon berdiri di hutan, tetapi merupakan standar wajib untuk metode pengukuran diameter pohon dengan tujuan penelitian.

53.3 REFERENSI 53.3.1 SOP-PL-07 (48) 53.3.2 SOP-PL-07 (50) 53.4 DESKRIPSI 53.4.1 Salah seorang petugas lapangan akan melakukan pengukuran diameter pohon berdiri. 53.4.2 Pertama adalah pembersihan batang pohon dari tumbuhan perambat atau liana yang melekat di pohon. 53.4.3 Tahap selanjutnya adalah pembuatan polet atau tanda daerah pengukuran pada batang. 53.4.4 Posisi polet tergantung pada bentuk dan kondisi fisik batang pohon. Adapun secara lengkap contoh peletakan posisi polet berdasarkan bentuk fisik pohon dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


ukur ukur 1,3 m 1,3 m

Pohon datar

biasa

di

tempat Pohon biasa di tempat lereng

pengukuran

pada pengukuran pada 1.30 m

1.30 m

di

tempat yang lebih tinggi

ukur ukur 1,3 m

}20 cm

1,3 m

pohon

berakar

pengukuran

pada

tunjang Pohon berbanir di atas 1.3 m tinggi pengukuran dilakuan 20 cm di

1.3 m di atas akar tunjang

atas banir

ukur Batas cagak bawah 1,3 m 1.3 m


Pohon bercagak di bawah 1.3 m pengukuran batang.

di 2 Batang bercagak, tinggi cagak 1.3 m pengukuran

di bawah

cagak luar.

ukur ukur

1,3 m 1,3 m

Pohon miring di tempat Batang cacat, tinggi batas cacat datar pengukuran pada 1.3 kurang dari 1.3 m, pengukuran m mengikuti arah condong tepat di atas batas cacat pohon

Gambar 21. Pembuatan polet sesuai dengan kondisi pohon


53.4.5 Ketentuan-ketentuan lain tentang prosedur pembuatan polet yang dapat digunakan sebagai referensi adalah prosedur kerja pembuatan polet PUP. 53.4.6 Alat ukur yang digunakan adalah phi band / diameter tape. 53.4.7 Pengukuran pada setiap pohon dilakukan minimal dengan 3 (tiga) kali pengulangan atau sampai mendapatkan hasil pengukuran yang sama sebanyak 3 (tiga) ulangan. 53.4.8 Penulisan hasil pengukuran harus dilakukan secara konsisten dengan ketelitian sebanyak 1 (satu) angka dibelakang koma skala sentimeter. 53.4.9 Hasil pengukuran diameter pohon diberikan kepada Supervisor PPL untuk disalin ke dalam buku catatan.

54. INSTRUKSI KERJA

PENGUKURAN KELILING POHON PUP

54.1 TUJUAN Mengetahui ukuran keliling sebuah pohon yang berada di dalam petak pengamatan PUP 54.2 RUANG LINGKUP Pengukuran keliling pohon dengan menggunakan pita baja. 54.3 REFERENSI


SOP-PL-07 (48) 54.4 DESKRIPSI 54.4.1 Salah seorang petugas akan melakukan tugas pengukuran keliling pohon di dalam petak pengamatan PUP. 54.4.2 Petugas melakukan pengukuran tepat pada polet yang sudah dibuat pada setiap pohon. 54.4.3 Dalam pengukuran keliling pohon petugas harus menggunakan pita pengukur yang terbuat dari bahan baja. 54.4.4 Pada saat pengukuran, petugas harus membaca ukuran pita keliling sampai skala milimeter dan hasil uk uran dicatat dalam satuan centimeter dengan penulisan sampai satu angka di belakang koma 54.4.5 Hasil pengukuran keliling pohon diberikan kepada Supervisor untuk disalin kedalam buku catatan

55. INSTRUKSI KERJA

PENGENALAN JENIS POHON PUP

55.1 TUJUAN Mengidentifikasi jenis-jenis pohon yang ada di dalam petak pengamatan.


55.2 RUANG LINGKUP 55.2.1 Pemberian nama jenis pohon yang termasuk ke dalam pengukuran keliling pohon di Petak Ukur Permanen. 55.2.2 Pengumpulan sampel dari bagian pohon yang tidak diketahui nama jenisnya. 55.3 REFERENSI SOP-PL-07 (48)

55.4 DESKRIPSI 55.4.1 Pengenal pohon harus orang yang secara pasti mengetahui jenis-jenis pohon yang ada di hutan tersebut. Pengenal pohon dapat diambil dari penduduk setempat atau tenaga khusus pengenal pohon. 55.4.2 Dalam pelaksanaan kegiatan pengenalan pohon dilakukan bersamaan dengan pengukuran keliling pohon. 55.4.3 Jenis pohon yang diketahui langsung dicatat petugas dalam tally sheet beserta ukuran kelilingnya (FM-PL-03). 55.4.4 Nama pohon dicatat dengan menuliskan nama daerah (setempat) dari tiap jenis pohon, tidak diperbolehkan sebutan grup dalam jenis seperti bakau, meranti, geronggang, nyatoh, dll. 55.4.5 Apabila jenis pohon tidak diketahui namanya, pengukuran tetap dilakukan dengan memberi kode pada kolom “nama jenis� di dalam tally sheet. 55.4.6 Untuk identifikasi lebih lanjut pengenal pohon akan mengambil sampel dari bagian pohon tersebut seperti daun, kulit pohon, buah, biji, dll.


56. INSTRUKSI KERJA

PENGUKURAN TINGGI POHON PUP

56.1 TUJUAN Mengukur tinggi pohon di dalam petak pengamatan PUP dengan menggunakan alat bantu Hagameter. 56.2 RUANG LINGKUP Penggunaan alat pengukur tinggi Hagameter beserta pembacaan skala meternya.

56.3 REFERENSI SOP-PL-07 (48)

56.4 DESKRIPSI 56.4.1 Pengukuran tinggi pohon dengan alat hagameter dilakukan oleh 2 orang,

yaitu pengukur pemegang hagameter dan pencatat data hasil

ukuran. 56.4.2 Petugas pencatat data berdiri di samping pohon yang akan diukur untuk memudahkan melihat dan mencatat nomor pohon, serta memudahkan pengukur dalam mencari pohon yang akan diukur. 56.4.3 Petugas ukur mengambil

jarak tertentu dari pohon yang akan

diukur sehingga pangkal batang pohon, pucuk pohon, pangkal tajuk dan pangkal cagak/garpu terlihat jelas. 56.4.4 Jarak tempat pengukur berdiri dari pohon ditaksir, kemudian skala pada

alat hagameter disesuaikan dengan jarak tersebut.

Pada

hagameter tersedia jarak 15 m, 20 m, 25 m, dan 30 m. 56.4.5 Kenop pada hagameter ditekan sehingga jarum penunjuk pada skala dapat bergoyang bebas. 56.4.6 Melalui lobang visir hagameter dibidikkan pada pangkal pohon, setelah bidikan tepat, kenop penahan skala dapat ditekan kemudian hasilnya dibaca pada skala.


56.4.7 Hasil bidikan dicatat dalam tally sheet (FM-PL-03), dengan catatan: 56.4.7.1 Apabila jarum tepat pada angka 0 (nol) atau berada di sebelah kiri angka 0, maka hasil bidikan bernilai minus (-), 56.4.7.2 Apabila jarum berada di sebelah kanan angka 0 (nol), maka hasil bidikan bernilai plus (+). 56.4.8 Untuk memulai pengukuran sasaran lain (pucuk pohon), kenop ditekan kembali, sehingga jarum penunjuk pada skala dapat bergoyang bebas. 56.4.9 Melalui lobang visir hagameter dibidikkan pada pucuk pohon, dan setelah bidikan tepat, kenop penahan pada skala ditekan, hasil bidikan dapat dibaca pada skala. 56.4.10 Hasil bidikan dicatat dalam tally sheet, dengan catatan bahwa hasil bidikan terhadap puncak pohon bernilai plus (+) baik jarum berada di sebelah kiri maupun di sebelah kanan angka 0 (nol). 56.4.11 Tinggi pohon adalah hasil penjumlahan bilangan pada bidikan ke arah puncak pohon ditambah bilangan pada bidikan ke pangkal pohon. 56.4.12 Pengukuran tinggi pangkal tajuk dan tinggi pangkal cagak/garpu dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana pengukuran tinggi pohon. 56.4.13 Tinggi pangkal tajuk adalah hasil penjumlahan bilangan pada bidikan ujung tajuk ditambah bilangan pada pangkal tajuk. 56.4.14 Tinggi pangkal cagak / garpu adalah hasil penjumlahan bilangan pada ujung cagak ditambah bilangan pada pangkal cagak.

Tinggi total pohon A + B

A

B

Jarak pohon ke petugas


Gambar 22. Pengukuran tinggi pohon

57. INSTRUKSI KERJA PENGAMATAN TANAMAN PENGAYAAN PUP

57.1 TUJUAN Pengamatan terhadap asal-usul anakan dan nama jenis anakan yang terdapat di dalam petak pengamatan yang mendapat perlakuan (PUP nomor 5, 6, 7, 8, 13, 14, 15, dan 16).

57.2 RUANG LINGKUP Mengamati semua jenis anakan yang terdapat dalam petak pengamatan yang mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan.

57.3 REFERENSI SOP-PL-07 (48)

57.4 DESKRIPSI 57.4.1 Dalam pelaksanaan pengukuran tegakan PUP, petugas pemantau melakukan pengamatan terhadap tanaman pengayaan pada petak yang mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan. 57.4.2 Pada plot berukuran 10 x 10 meter, masing-masing anakan akan dilakukan pengamatan mengenai asal anakan (hasil tanaman atau anakan alami) dan nama jenis anakan.


57.4.3 Masukkan data tersebut ke dalam tally sheet (FM-PL-02) yang dibuat khusus untuk pengamatan tanaman pengayaan. 57.4.4 Apabila pada saat pengamatan terdahulu tercatat anakan yang bersangkutan sudah mati, tetapi dalam pengukuran yang sedang berlangsung perlu diperiksa kembali apakah anakan tersebut benarbenar sudah mati, maka pada kolom yang berisikan tentang keadaan anakan diisi dengan keterangan tanda ( - ) yang berarti benar-benar sudah mati. 57.4.5 Jika anakan yang dinyatakan mati pada pengamatan terdahulu tetapi hidup kembali pada pengamatan berikutnya, maka pada kolom yang berisikan keadaan anakan diisi dengan tanda “ h “ atau hidup. 57.4.6 Pada keadaan tersebut diatas maka data mengenai pengukuran terdahulu perlu dikoreksi kembali (seharusnya “ h “ bukan “ m “).

58. PROSEDUR KERJA

PENGUKURAN ULANG PUP

58.1 TUJUAN Melakukan pengukuran / observasi ulang terhadap tegakan / pohon yang ada untuk mengetahui pertumbuhan dan riap tegakan tiap tahunnya.

58.2 RUANG LINGKUP 58.2.1 PUP-PUP yang telah dibuat diukur ulang setiap tahunnya. 58.2.2 Observasi PUP mencakup beberapa kegiatan, seperti perbaikan batasbatas PUP, perbaikan patok-patok petak pengamatan, melanjutkan penerapan perlakuan pemeliharaan tegakan, dan inventarisasi tegakan. 58.3 REFERENSI SOP-PL-07 (41)


58.4 DEFINISI 58.4.1 Tinggi pohon adalah jarak terpendek antara pucuk pohon dengan bidang horizontal yang terletak pada ketinggian sama dengan permukaan tanah dimana pohon yang bersangkutan berdiri. 58.4.2 Keliling pohon adalah keliling batang pohon yang diukur pada ketinggian 1.30 m di atas permukaan tanah atau setinggi dada. 58.4.3 Spesimen herbarium adalah bagian dari tumbuhan yang dilakukan perlakuan khusus untuk contoh pengenalan jenis. 58.4.4 Pohon “Ingrowth� adalah pohon yang masih dalam masa pertumbuhan. 58.4.5 Tanaman pengayaan adalah tanaman yang sengaja ditanam dan mendapat perlakuan dalam pertumbuhannya. 58.4.6 Polet adalah cat melingkar batang pohon sebagai tanda letak pengukuran keliling pohon atau tanda batas PUP.

58.5 DESKRIPSI 58.5.1 Perbaikan Batas PUP 58.5.1.1 Pada saat perbaikan batas PUP, semak dan belukar yang menutupi rintisan batas selebar 2 meter harus dibabad sehingga terlihat dengan jelas. 58.5.1.2 Perbaikan polet pohon pada batas PUP dengan warna merah diperlu-kan untuk polet yang sudah tidak terlihat dengan jelas. 58.5.1.3 Papan-papan tanda batas yang sudah rusak dapat dilakukan perbaikan kembali. 58.5.1.4 Perbaikan patok-patok dalam petak pengamatan yang sudah rusak atau sudah nampak kurang baik.


58.5.2 Penerapan Perlakuan 58.5.2.1 Pada

PUP

yang

sudah

ditentukan

mendapat

perlakuan

pemeliharaan tegakan tetap dilakukan kegiatan pemeliharaan tegakan berupa kegiatan pembebasan dan penjarangan. 58.5.2.2 Perlakuan pembebasan selalu diterapkan pada setiap kali observasi PUP sampai tajuk tegakan menutup rapat sehingga tumbuhan bawah sudah terhambat tumbuhnya. 58.5.2.3 Pada setiap kali pelaksanaan observasi PUP, dilakukan perbaikan

ajir

tanaman

pengayaan

untuk

memudahkan

pengamatan terhadap hasil perlakuan penanaman pengayaan. 58.5.2.4 Perlakuan penjarangan dilaksanakan sesuai jadwal waktu yang sudah ditentukan. 58.5.3 Inventarisasi Tegakan 58.5.3.1 Perbaikan polet dan nomor pohon a.

Polet (sebagai tanda letak pengukuran keliling) dan nomor pohon harus selalu diperbaiki pada saat pelaksanaan observasi PUP agar selalu terlihat jelas.

b.

Pada pelaksanaan observasi PUP dimungkinkan terjadinya pergeseran letak polet dari letak lama (pengukuran terdahulu) karena bertambah tingginya banir, timbulnya cacat batang, atau sebab lainnya.

c.

Pada saat pelaksanaan suatu observasi PUP, mungkin dijumpai pohonpohon yang pada waktu pengukuran sebelumnya belum termasuk pohon yang harus diukur (keliling kurang dari 31.4 cm), tetapi pada saat observasi PUP tersebut pohon yang bersangkutan sudah mempunyai keliling 31.4 cm atau lebih. Pohon-pohon ini disebut “ingrowth� dan harus ikut diukur.

d.

Nomor pohon ingrowth merupakan kelanjutan dari nomor pohon terakhir dalam petak pengamatan yang bersangkutan yang tercatat pada saat pengukuran sebelumnya, misalnya pohon terakhit pada pengukuran sebelumnya tercatat nomor 562, maka nomor pohon ingrowth pada observasi sekarang dimulai nomor 563, 564, dan seterusnya.

58.5.3.2 Pengukuran keliling pohon


a.

Pengukuran keliling pohon dalam observasi PUP dilaksanakan dengan cara yang sama seperti telah diterangkan dalam bahasan pengukuran tegakan.

b.

Dalam pelaksanaan observasi PUP mungkin terjadi pengurangan jumlah pohon. Dalam tally sheet dicatat sebab-sebab terjadinya pengurangan tersebut, seperti mati, tumbang, hilang, dan lain-lain.

c.

Mengingat

adanya

kemungkinan

perubahan

tinggi

polet

serta

keterangan-keterangan lain pada tiap pohon, maka untuk mempermudah kegiatan lapangan dalam tally sheet dicantumkan hasil pengukuran sebelumnya d.

Dengan adanya kemungkinan ditemukan pohon-pohon ingrowth, maka dalam tally sheet pada tiap plot diberi lajur kosong sebagai cadangan untuk mencatat hasil pengukuran pohon ingrowth tersebut.

58.5.3.3 Pengukuran tinggi pohon a.

Pengukuran tinggi pohon dalam observasi PUP dilaksanakan dengan menggunakan alat Hagameter.

b.

Dalam pelaksanaan observasi PUP mungkin terjadi pengurangan jumlah pohon. Dalam tally sheet dicatat sebab-sebab terjadinya pengurangan tersebut seperti mati, tumbang, hilang, dan lain-lain.

c.

Mengingat adanya keterangan-keterangan pada tiap pohon, maka untuk mempermudah kegiatan lapangan dalam tally sheet dicantumkan hasil pengukuran tinggi pohon sebelumnya.

d.

Dengan adanya kemungkinan ditemukan pohon-pohon ingrowth, maka dalam tally sheet dicadangkan lajur untuk mencatat hasil pengukuran tinggi pohon ingrowth tersebut.

58.5.3.4 Pengamatan tanaman pengayaan Dalam tiap pelaksanaan observasi PUP, pada petak-petak pengamatan yang berada dalam PUP-PUP yang mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan, dilakukan pengamatan mati hidupnya tiap tanaman pengayaan.

58.5.3.5 Pembuatan spesimen herbarium a.

Apabila

dari

suatu

kegiatan

observasi

PUP

dijumpai

adanya

penambahan nama jenis pohon, maka dari jenis pohon tersebut dibuat spesimen herbarium. b.

Nama daerah, nama latin dan golongan jenis dari mana pohon tersebut ditambahkan dalam Daftar Nama Pohon Seri PUP.


58.6 REKAMAN TERCATAT 58.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil kegiatan pengukuran ulang PUP. 58.6.2 Rekaman tercatat hasil analisa disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.

59. INSTRUKSI KERJA PERBAIKAN BATAS PUP

59.1 TUJUAN Memperbaiki kondisi yang ada di Petak Ukur Permanen seperti pembabatan belukar, perbaikan polet, perbaikan papan tanda batas, dan perbaikan patok-patok dalam petak pengamatan.

59.2 RUANG LINGKUP 59.2.1 Pembabatan belukar yang menutupi batas PUP.


59.2.2 Perbaikan polet pohon yang memudar. 59.2.3 Perbaikan papan nama tanda batas PUP. 59.3 REFERENSI SOP-PL-07 (57)

59.4 DESKRIPSI Sebelum melakukan pengukuran ulang tim kerja melaksanakan beberapa kegiatan seperti:

59.4.1 Pembabatan belukar pada rintis batas PUP 59.4.1.1 Pekerja membersihkan rintis batas PUP (lebar 2 m) dari semak belukar yang menutupi. 59.4.1.2 Dalam

kegiatannya

pekerja

menggunakan

parang

untuk

membersihkan semak belukar tersebut. 59.4.1.3 Semak belukar yang terkumpul dijauhkan dari batas PUP, dan dilarang untuk dibakar. 59.4.2 Perbaikan Polet pohon pada batas PUP 59.4.2.1 Pekerja melakukan pengecekan polet pada pohon-pohon batas PUP. 59.4.2.2 Jika ditemukan adanya pohon yang warna poletnya sudah tidak terlihat atau memudar, maka pekerja melakukan pengecatan ulang (warna merah). 59.4.2.3 Cara pengecatan ulang harus di tempat yang sama dengan kegiatan pembuatan polet pertama kali. 59.4.2.4 Selesai perbaikan polet pengukuran keliling pohon dapat dilakukan. 59.4.3 Perbaikan papan-papan tanda batas 59.4.3.1 Dalam observasi ulang jika ditemukan adanya papan-papan nama PUP yang rusak atau hilang tulisannya, pekerja harus memperbaikinya.


59.4.3.2 Perbaikan papan nama tanda batas yang rusak harus sama dengan kondisi semula baik tempat, bentuk maupun tulisannya.


60. INSTRUKSI KERJA

PENERAPAN PERLAKUAN PEMELIHARAAN TEGAKAN PUP

60.1 TUJUAN Melakukan kegiatan pemeliharaan tegakan secara intensif yang mencakup kegiatan-kegiatan pembebasan, penanaman pengayaan, dan penjarangan.

60.2 RUANG LINGKUP 60.2.1 Pembebasan tumbuhan / semak yang terdapat di dalam PUP. 60.2.2 Penanaman pengayaan. 60.2.3 Penjarangan tumbuhan yang mengganggu. 60.3 REFERENSI SOP-PL-07 (57)

60.4 DESKRIPSI Dalam pelaksanaan pengukuran ulang petugas akan melakukan kegiatan pembebasan, penanaman pengayaan, penjarangan di dalam petak pengamatan yang mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan.

60.4.1 Pembebasan 60.4.1.1 Petugas akan membersihkan semua belukar dan liana yang ada di dalam PUP yang dicadangkan untuk mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan (PUP nomor 5, 6, 7, 8, 13, 14, 15, dan 16). 60.4.1.2 Semua anakan pohon dari jenis-jenis non-komersial yang diameternya sama atau kurang dari 5 cm di dalam PUP yang dicadangkan untuk mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan ditebas / dihilangkan. 60.4.1.3 Sisa tumbuhan yang ditebas dikumpulkan menjadi satu pada suatu tempat di luar petak PUP agar tidak menjadi halangan


dalam pertumbuhan tegakan yang lainnya.

Sampah yang

terkumpul dilarang untuk dibakar. 60.4.2 Penanaman Pengayaan 60.4.2.1 Dalam penerapan perlakuan petugas akan menanam jenis-jenis anakan dari pohon komersial yang banyak tumbuh di areal HPH setempat. 60.4.2.2 Bibit yang ditanam dapat berupa bibit hasil penyemaian dari biji, atau bibit cabutan anakan alam yang terlebih dahulu sudah dipelihara di persemaian selama 3 - 4 bulan. 60.4.2.3 Kegiatan penanaman dimulai dari dalam petak pengamatan yang berupa plot 10 x 10 m, dan letak lobang tanam diatur sedemikian rupa sehingga dalam plot tersebut terdapat 4 (empat) anakan hasil penanaman pengayaan. 60.4.2.4 Dari ujung plot petugas mengambil ukuran jarak 2.5 m ke arah dalam plot. 60.4.3 Penjarangan 60.4.3.1 Dalam

melakukan

kegiatan

penjarangan

petugas

akan

mematikan pohon-pohon jenis non-komersial yang tajuknya mengganggu

perkembangan

tajuk

pohon

jenis

komersial

(diameter > 20 cm). 60.4.3.2 Cara yang dipergunakan untuk mematikan pohon-pohon dalam kegiatan penjarangan adalah dengan jalan meneres. 60.4.3.3 Kegiatan penjarangan pertama dilaksanakan 5 (lima) tahun sesudah pembuatan PUP dan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap 5 tahun.


61. INSTRUKSI KERJA

INVENTARISASI TEGAKAN PUP

61.1 TUJUAN Melakukan inventarisasi tegakan di dalam PUP yang terdiri dari perbaikan letak pengukuran pohon, pengukuran keliling pohon, dan pengukuran tinggi pohon, serta nomor pohon.

61.2 RUANG LINGKUP 61.2.1 Perbaikan polet dan nomor pohon 61.2.2 Pengukuran keliling pohon 61.2.3 Pengukuran tinggi pohon 61.3 REFERENSI SOP-PL-07 (58)

61.4 DESKRIPSI 61.4.1 Perbaikan polet dan nomor pohon 61.4.1.1 Pada pelaksanaan observasi PUP dimungkinkan terjadinya pergeseran letak polet dari letak lama (pengukuran terdahulu) karena bertambah tingginya banir, timbulnya cacat batang, atau sebab lainnya.


61.4.1.2 Petugas PPL akan memperbaiki polet dan nomor pohon yang telah hilang warna dan kejelasannya agar selalu terlihat dengan baik. 61.4.1.3 Jika di dalam kegiatan pengukuran ulang ditemukan adanya pohon baru yang sudah masuk hitungan besaran pohon (ingrowth), maka pohon tersebut dapat diberi polet tanda pengukuran. 61.4.2 Pengukuran Keliling Pohon 61.4.2.1 Pengukuran ulang keliling pohon PUP dilaksanakan tepat pada polet yang sudah dibuat pada tiap pohon dengan menggunakan pita keliling yang terbuat dari bahan baja. 61.4.2.2 Dalam

pelaksanaan

observasi

PUP

mungkin

terjadi

pengurangan jumlah. Dalam tally sheet dicatat sebab-sebab terjadinya pengurangan tersebut, seperti mati, tumbang, hilang, dan lain-lain. 61.4.2.3 Mengingat adanya kemungkinan perubahan tinggi polet serta keterangan-keterangan lain pada tiap pohon, maka untuk mempermudah

petugas

pelaksana

dalam

tally

sheet

dicantumkan hasil pengukuran sebelumnya. 61.4.2.4 Dengan adanya kemungkinan ditemukan pohon-pohon ingrowth, maka dalam tally sheet pada tiap plot diberi lajur kosong sebagai cadangan untuk mencatat hasil pengukuran pohon ingrowth tersebut. 61.4.3 Pengukuran Tinggi Pohon 61.4.3.1 Dalam

pelaksanaan

observasi

PUP

mungkin

terjadi

pengurangan jumlah pohon. Dalam tally sheet, dicatat sebabsebab terjadinya pengurangan tersebut; seperti mati, tumbang, hilang, dan lain-lain. 61.4.3.2 Mengingat adanya keterangan-keterangan pada tiap pohon, maka untuk mempermudah kegiatan lapangan di dalam tally sheet dicantumkan hasil pengukuran tinggi pohon sebelumnya.


61.4.3.3 Dengan adanya kemungkinan ditemukan pohon-pohon ingrowth, maka dalam tally sheet dicadangkan lajur untuk mencata t hasil pengukuran tinggi pohon ingrowth tersebut. 61.4.4 Pengamatan Tanaman Pengayaan Dalam tiap pelaksanaan observasi PUP, pada petak-petak pengamatan yang berada dalam PUP-PUP yang mendapat perlakuan pemeliharaan tegakan dilakukan pengamatan mati hidupnya tiap tanaman pengayaan. 61.4.5 Pembuatan Spesimen Herbarium 61.4.5.1 Apabila dari suatu kegiatan observasi PUP dijumpai adanya penambahan nama jenis pohon, maka dari jenis pohon tersebut dibuatkan spesimen herbarium. 61.4.5.2 Keterangan pada jenis tersebut dicantumkan, seperti nama daerah, nama latin, dan golongan ke dalam daftar nama pohon seri PUP.

62. PROSEDUR KERJA PENGOLAHAN DATA PETAK UKUR PERMANEN

62.1 TUJUAN Membuat suatu bentuk dokumen yang dihasilkan oleh pelaksanaan pengukuran PUP untuk dapat dilakukan analisa data dengan berbagai metode perhitungan agar diketahui dinamika pertumbuhan tegakan dan riap tegakan hutan bekas tebangan.


62.2 RUANG LINGKUP 62.2.1 Pembuatan Buku Risalah Seri PUP 62.2.2 Pembuatan Daftar Pohon Seri PUP 62.2.3 Pembuatan Buku Keterangan Pohon 62.2.4 Pembuatan Buku Keterangan Tanaman Pengayaan 62.3 REFERENSI SOP-PL-07 (42) 62.4 DEFINISI 62.4.1 Data adalah hasil pengamatan / pengukuran terhadap nilai-nilai tertentu dari suatu objek. 62.4.2 Buku keterangan tanaman pengayaan adalah suatu buku yang memuat perkembangan mati hidupnya tiap anakan hasil penanaman pengayaan di tiap petak pengamatan. 62.4.3 Daftar Nama Pohon Seri PUP adalah daftar nama (baik nama daerah maupun nama botani) dari jenis-jenis pohon yang terdapat di dalam 1 (satu) Seri PUP. 62.4.4 Buku Keterangan Pohon adalah suatu buku yang memuat data perkembangan keliling dan tinggi tiap-tiap pohon dalam tiap-tiap petak pengamatan. 62.5 DESKRIPSI 62.5.1 Ketentuan Umum 62.5.1.1 Semua nama pohon yang terdapat dalam satu Seri-PUP akan direkapitulasi ke dalam suatu daftar yang dinamakan Daftar Nama Pohon Seri PUP. 62.5.1.2 Data Hasil Pengukuran keliling dan tinggi pohon dalam masingmasing PUP direkapitulasi dalam satu buku yang dinamakan Buku Keterangan Pohon.


62.5.1.3 Data

hasil

direkapitulasi

pengamatan dalam

terhadap

tanaman

Buku

Keterangan

suatu

pengayaan Tanaman

Pengayaan. 62.5.1.4 Semua informasi mengenai risalah Seri PUP dirangkum dalam suatu bentuk buku yang dinamakan Buku Risalah Seri PUP. 62.5.2 Tanggung Jawab dan Urutan Kerja 62.5.2.1 Supervisor PPL bertanggungjawab dalam pembuatan dokumen data yang meliputi Buku Risalah Seri PUP, Daftar Pohon Seri PUP, Buku Keterangan Pohon, dan Buku Keterangan Tanaman Pengayaan. 62.5.2.2 Semua data mengenai dokumen pengukuran PUP akan dikoreksi dan diperbaiki oleh tim yang akan menganalisa hasil tersebut. 62.6 REKAMAN TERCATAT 62.6.1 Supervisor PPL bertindak sebagai pembuat dan pemegang rekaman tercatat hasil pembuatan Dokumen Data. 62.6.2 Rekaman tercatat hasil pembuatan Dokumen Data disimpan dan didokumentasikan oleh Manager RED dan Supervisor PPL serta tembusan / tindasannya diserahkan kepada SIM sebanyak 1 (satu) eksemplar.


63. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN DAFTAR NAMA POHON SERI-PUP

63.1 TUJUAN Membuat sebuah daftar jenis-jenis pohon yang terdapat di dalam masing-masing PUP ke dalam satu Seri-PUP.

63.2 RUANG LINGKUP 63.2.1 Pembuatan tabel isian 63.2.2 Pengisian tabel 63.3 REFERENSI SOP-PL-07 (62)

63.4 DESKRIPSI 63.4.1 Supervisor PPL akan membuat sebuah tabel isian yang berfungsi untuk menyusun nama-nama pohon yang terdapat di dalam Seri PUP. 63.4.2 Daftar nama tersebut dapat diperoleh dari kumpulan nama-nama jenis pohon yang tercatat di masing-masing PUP. 63.4.3 Daftar isian nama pohon dibedakan antara PUP yang satu dengan PUP yang lainnya dengan memberi keterangan pada bagian atas tabel seperti nomor PUP, areal RKL, tahun blok tebangan, dan nomor petak tebangan. 63.4.4 Daftar nama pohon yang dimasukkan ke dalam tabel berupa nama daerah, nama latin, familia, dan golongan kayu (komersil / non-komersil). 63.4.5 Daftar nama jenis pohon akan diperbaharui jika ditemukan adanya jenis yang belum termasuk ke dalam daftar pohon.


64. INSTRUKSI KERJA PEMBUATAN BUKU KETERANGAN POHON PUP

64.1 TUJUAN Melakukan rekapitulasi / penyalinan data hasil pengukuran keliling dan tinggi pohon ke dalam satu buku keterangan pohon.

64.2 RUANG LINGKUP 64.2.1 Pembuatan tabel isian 64.2.2 Membuat salinan hasil data lapangan kedalam tabel isian 64.3 REFERENSI SOP-PL-07 (62)

64.4 DESKRIPSI 64.4.1 Supervisor pelaksana bertanggung jawab terhadap kegiatan pembuatan Buku Keterangan Pohon-PUP dan data-data yang dihasilkan dari kegiatan di lapangan. 64.4.2 Ketua regu kerja mengoreksi dan menyusun kembali data pengukuran yang dikerjakan oleh regu kerja kedalam buku salinan. 64.4.3 Data harus dikelompokkan masing-masing menurut petak yang diamati. 64.4.4 Jika ada perubahan data sekarang dengan data yang sebelumnya harus dimasukkan ke dalam tabel isian.


64.4.5 Penyalinan data hasil pengukuran ke dalam buku keterangan pohon dilakukan setiap kali pengukuran ulang Petak Ukur Permanen setiap tahunnya.

65. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN BUKU KETERANGAN TANAMAN PENGAYAAN

65.1 TUJUAN Membuat sebuah daftar tanaman pengayaan dari hasil pengamatan tanaman pengayaan agar dapat diketahui jumlah dan kondisi tanaman tersebut.

65.2 RUANG LINGKUP Rekapitulasi hasil data pengamatan tanaman pengayaan.

65.3 REFERENSI SOP-PL-07 (62)

65.4 DESKRIPSI 65.4.1 Supervisor PPL bertanggung jawab terhadap kegiatan pembuatan buku keterangan tanaman pengayaan pada petak PUP yang mendapat perlakuan di lapangan. 65.4.2 Ketua regu kerja mengoreksi dan menyalin kembali data pengamatan tanaman pengayaan yang telah dikerjakan ke dalam sebuah tabel yang telah ditentukan.


65.4.3 Semua data tanaman pengayaan di masing-masing petak PUP dalam satu Seri PUP dijadikan satu ke dalam sebuah buku keterangan tanaman pengayaan.

66. PROSEDUR KERJA

PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN SEBELUM OPERASI

66.1 TUJUAN 66.1.1 Untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menilai dampak lingkungan dari kegiatan operasional PT Diamond Raya Timber sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. 66.1.2 Untuk menentukan dan merancang teknik dan proses operasional yang dapat meningkatkan dampak-dampak yang menguntungkan, serta menghindari merugikan. 66.2 RUANG LINGKUP

atau

mengurangi

dampak-dampak

lingkungan

yang


Prosedur ini berlaku untuk identifikasi, evaluasi dan penilaian dampak lingkungan dari kegiatan operasional di seluruh divisi di PT Diamond Raya Timber. 66.3 REFERENSI Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber 66.4 DEFINISI 66.4.1 Penilaian dampak lingkungan adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan. 66.4.2 Dampak lingkungan adalah setiap perubahan pada lingkungan (fisik / kimia, biologi dan sosial) baik merugikan maupun menguntungkan yang diakibatkan oleh kegiatan operasional PT Diamond Raya Timber. 66.4.3 Dampak penting lingkungan adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. 66.5 DESKRIPSI 66.5.1 Manager RED bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, menilai, dan memperbaharui dampak-dampak lingkungan di seluruh operasional perusahaan. 66.5.2 Supervisor SIM bertanggung jawab untuk membantu dan memberikan saran dalam proses identifikasi, evaluasi dan pembaharuan dampak lingkungan. 66.5.3 Direktur Produksi bertanggung jawab dalam memastikan aspek dan dampak lingkungan diperhatikan (dampak negatif diminimalisasikan dan dampak positif ditingkatkan) dalam operasi kegiatan dan terpelihara dan terbaharui. 66.5.4 Menggunakan Matrix Evaluasi Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) PT Diamond Raya Timber, Manager RED mengembangkannya menjadi daftar dampak operasi perusahaan secara lebih detail dan bersasaran.


66.5.5 Diidentifikasi, dievaluasi, dan dinilai seluruh kegiatan operasional, proses, produk dan buangan dari operasi perusahaan, baik yang sudah ada dalam Matrix pada butir 65.5.4 maupun unsur lain yang pada kenyataannya masih memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan. 66.5.6 Diidentifikasi sebanyak mungkin dampak-dampak yang ditimbulkannya, termasuk yang berpotensi terjadi, dari segi aspek fisik/kimia, biologi dan sosial (terhadap air/sungai, udara, tanah, iklim, hutan tegakan, satwa liar, ekosistem, hutan yang bernilai konservasi tinggi, kebisingan, bau, panas, kesehatan dan keselamatan pekerja maupun sosial masyarakat). 66.5.7 Dasar penilaian dampak penting dilakukan dengan menelaah kegiatan operasional dan dampak yang ditimbulkannya secara menyeluruh terhadap keterkaitan dan kecenderungan dampak dari komponen dan parameter

lingkungan

yang

mengalami

perubahan

mendasar

berpedoman pada SK Kepala BAPEDAL No. KEP-056 Tahun 1994 yaitu berdasar pada: 66.5.7.1 Jumlah manusia yang akan terkena dampak 66.5.7.2 Luas wilayah persebaran dampak 66.5.7.3 Lamanya dampak berlangsung 66.5.7.4 Intensitas dampak (hebat, drastis, berlangsung dalam areal yang relatif luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat) 66.5.7.5 Banyaknya komponen lain yang terkena dampak 66.5.7.6 Sifat kumulatif dampak (bertambah, bertumpuk atau bertumbuh) 66.5.7.7 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak 66.5.8 Hasil

identifikasi,

evaluasi

dan

penilaian

dampak

lingkungan

didokumentasikan dalam DAFTAR DAMPAK LINGKUNGAN (FM-PL-10). 66.5.9 Manager RED dan Manager Divisi yang memiliki kegiatan operasi yang berdampak pada lingkungan, membuat KARTU DAMPAK OPERASI (FM-PL-11) sebagai pegangan dalam memastikan bahwa dampak lingkungan diperhatikan dan diterapkan dalam kegiatan operasionalnya baik dalam proses, teknik operasi maupun pengendaliannya.


66.5.10 Apabila terdapat perubahan dan / atau penambahan dalam kegiatan, proses, produk dan jasa dari suatu divisi yang berpengaruh terhadap lingkungan, Manager Divisi tersebut harus memberitahukannya kepada Manager RED, dan selanjutnya Manager RED bertanggung jawab untuk melakukan perubahan / penambahan unsur dampak lingkungan. 66.5.11 Perubahan dan / atau penambahan dimaksud dalam butir 65.5.10 dievaluasi oleh Internal Control System dan selanjutnya Management Representative memberikan persetujuannya. Matrix Evaluasi Dampak Penting Hasil SEL PT Diamond Raya Timber (1996)


66.6 REKAMAN TERCATAT 66.6.1 Daftar dampak lingkungan (FM-PL-10) 66.6.2 Kartu dampak operasi (FM-PL-11)


67. INSTRUKSI KERJA

PEMBUATAN ALAT PEMANTAU TINGGI PERMUKAAN GAMBUT (SUBSIDEN)

67.1 TUJUAN Membuat suatu alat yang berfungsi untuk memantau tinggi muka gambut sehingga perubahan tinggi permukaan gambut dapat terpantau secara berkala. 67.2 RUANG LINGKUP Pembuatan alat pemantau tinggi permukaan gambut pada hutan rawa gambut PT Diamond Raya Timber. 67.3 REFERENSI SOP-PL-07 (1) 67.4 DESKRIPSI 67.4.1 Supervisor PPL bertanggung jawab terhadap pembuatan alat pemantau tinggi permukaan gambut.


67.4.2 Alat pemantau tinggi permukaan gambut dibuat dari pipa paralon berdiameter 1.5 inchi dan panjang menyesuaikan dengan ketebalan gambut di lokasi pengamatan.

Pipa dapat disambung apabila

panjangnya tidak mencukupi. 67.4.3 Sebagai penguat pipa paralon pada saat ditancapkan ke dalam gambut, dimasukkan adukan semen ke dalam pipa.

Paralon yang diisi semen

Potongan kayu lancip

Gambar 23. Pipa paralon untuk mengukur subsiden 68. INSTRUKSI KERJA

PEMANTAUAN TINGGI PERMUKAAN GAMBUT (SUBSIDEN)

68.1 TUJUAN Mengetahui laju penurunan permukaan gambut (subsiden) dalam jangka waktu tertentu (cm/tahun). 68.2 RUANG LINGKUP Pengukuran tinggi permukaan gambut di hutan rawa gambut PT Diamond Raya Timber. 68.3 REFERENSI


SOP-PL-07 (1) 68.4 DESKRIPSI 68.4.1 Supervisor Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan melaksanakan pemantauan di kawasan hutan sebelum penebangan dan setelah penebangan serta pada kawasan batas hutan yang berdekatan dengan kanal atau parit. 68.4.2 Pemasangan alat pemantau penurunan permukaan gambut: 68.4.2.1 Pada titik pengamatan subsiden dipasang satu buah alat pemantau penurunan permukaan gambut. 68.4.2.2 Pada ujung bawah pipa paralon dipasangi potongan kayu yang lancip untuk memudahkan penancapan pipa ke dalam tanah gambut. 68.4.2.3 Alat pemantau tinggi permukaan gambut dipasang sampai kedalaman

sesuai

dengan

ketebalan

gambut

pada

titik

pengamatan. 68.4.2.4 Ketebalan gambut diketahui dengan 68.4.3 Pengukuran subsiden 68.4.3.1 Perubahan tinggi muka gambut dapat dilihat dari alat dengan membaca angka yang tertera pada alat tersebut. 68.4.3.2 Pengukuran subsiden dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali tiap tahunnya yang diukur oleh petugas pemantauan yaitu Supervisor PPL atau petugas yang ditunjuk oleh Supervisor PPL. 68.4.4 Data pemantauan akan direkapitulasi oleh Supervisor PPL untuk melihat perubahan tinggi permukaan gambut. 68.5 REKAMAN TERCATAT 68.5.1 Supervisor PPL akan menyerahkan hasil pemantauan tinggi permukaan gambut sebanyak 1 (satu) eksemplar kepada SIM.


68.5.2 Hasil tercatat pemantauan tinggi permukaan gambut akan dianalisa dan didokumentasikan oleh Supervisor PPL dan Manager RED yang tembusannya diserahkan kepada SIM.

Satuan ukuran (cm) Permukaan tanah gambut (Titik 0)

Lapisan tanah gambut

Paralon yang diisi semen

Potongan kayu lancip


Gambar 24. Pemasangan alat pengukur subsiden di tanah gambut


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.