PT. DIAMOND RAYA TIMBER STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBINAAN HUTAN
No. Dokumen
SOP-1PB-02
Revisi
1–3
Tanggal
1 Desember 2009
Halaman
1 dari 27
Register : 02 Direktur Produksi Tanggal : 1 Desember 2009
√
DISTRIBUSI SALINAN TERKENDALI
01
Direktur Produksi
08
Manajer Research & Environmental Development
02
Internal Control System
09
Supervisor PPL & Limbah
03 04
Manajer Perencanaan & Pembinaan Hutan Supervisor Persemaian, Kebun Benih & K. Pangkas
10
SIM
05
Supervisor PTT/ITT
06
Supervisor Tata Batas & PAK
07
Supervisor Penanaman & Pemeliharaan
Prosedur ini merupakan standar Pembinaan Hutan dalam sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT. DIAMOND RAYA TIMBER dan merupakan suatu persyaratan yang diperintahkan standar tersebut. Perubahan tidak diijinkan tanpa persetujuan sebelumnya dari Direktur Produksi dan harus diterapkan dengan menggunakan standar tersebut untuk mengontrol perubahan isi yang terkandung di dalam dokumen ini.
No. Dokumen : SOP-1PB-02
Revisi : 3
DAFTAR ISI
1. Prosedur Kerja Persemaian / Pengadaan Bibit............................................................. 3 2. Instruksi Kerja Perbanyakan Bibit Ramin ..................................................................... 13 3. Intruksi Kerja Penggunaan Dan Penyimpanan Bahan Kimia ( Fungsida dan Insektisida) ...17 4. Prosedur Kerja Penanaman / Pengayaan .................................................................... 18 5. Prosedur Kerja Pemeliharaan Tanaman Pengayaan .................................................... 20 6. Prosedur Kerja Pembebasan Pohon Binaan ................................................................ 22
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 2 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
1.
Revisi : 3
PROSEDUR KERJA
PERSEMAIAN / PENGADAAN BIBIT
4.1
TUJUAN 4.1.1
Untuk memperoleh bibit yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang memadai dan tata waktu yang tepat.
4.1.2
Untuk meningkatkan produktivitas maupun kualitas hasil hutan berupa pohon/kayu yang sesuai dengan kondisi tempat tumbuh, dengan menggunakan bibit yang berkualitas tinggi dari jenis-jenis yang dikehendaki.
4.2
RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan pengadaan bibit meliputi persiapan pembuatan persemaian, pelaksanaan pengadaan bibit, penempatan bibit di persemaian serta pemeliharaan bibit.
4.3
REFERENSI Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber Sistem manual teknik persemaian Fakultas Kehutanan UGM
4.4
DEFINISI 4.4.1
Pengadaan bibit adalah suatu upaya/kegiatan untuk menghasilkan bibit yang siap tanam dilapangan, baik berasal dari biji maupun anakan.
4.4.2
Persemaian
adalah
suatu
lokasi
dimana
dilakukan
kegiatan
untuk
menyiapkan/membuat bibit tanaman dalam jumlah dan kualitas yang memadai, baik berupa bahan tanaman generatip maupun bahan tanaman vegetatif, yang siap ditanam di lapangan. 4.4.3
Bibit adalah tanaman yang dihasilkan dari benih/biji maupun dari anakan yang akan dibudidayakan.
4.4.4
Bedeng tabur adalah suatu bedengan yang terisi dengan media/tanah guna menunjang proses perkecambahan.
4.4.5
Bedeng sapih adalah bedengan tempat diletakkannya kontiner (polybag/potrays) yang berisi bibit yang berasal dari bedeng tabur maupun anakan yang berasal dari kebun benih/areal pohon induk guna mempersiapkan pertumbuhan yang lebih memadai pada penanaman/perkayaan.
4.4.6
Media semai adalah suatu bahan pertumbuhan yang telah dilakukan perlakuan sedemikian rupa sehingga memungkinkan bibit dapat tumbuh dengan baik/sempurna.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 3 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
4.4.7
Revisi : 3
Benih adalah biji atau bakal bibit yang berasal dari sumber benih yang selanjutnya diperlakukan sedemikian rupa sehingga menjadi bibit siap tanam.
4.5
PENANGGUNG JAWAB 4.5.1
Manager
Perencanaan
dan
Pembinaan
Hutan
bertanggung
jawab
terhadap
pelaksanaan kegiatan pengadaan bibit serta bisa menjamin bahwa kegiatan tersebut terlaksana dengan baik. 4.5.2
Supervisor Persemaian bertanggung jawab secara operasional di lapangan untuk pelaksanaan kegiatan pengadaan bibit dan memastikan bahwa kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
4.5.3
Supervisor
Persemaian
berkoordinasi
dengan
Supervisor
Penebangan
untuk
mengetahui sebaran tegakan pohon yang banyak menghasilkan bibit pohon.
4.6
KETENTUAN UMUM 4.6.1
Kegiatan
pengadaan
bibit
dilaksanakan
penanaman/pengayaan pada areal
dalam
kaitannya
dengan
kegiatan
– areal penanaman/pengayaan yang telah
ditentukan. 4.6.2
Jumlah bibit yang disediakan di lokasi persemaian harus sebanding dengan luas areal yang akan dilaksanakan kegiatan penanaman pengayaan serta untuk penyulaman tanaman (untuk penyulaman Âą 20 %).
4.6.3
Setiap RK U harus menyediakan tegakan benih atau areal penghasil bibit seluas 100 ha untuk HPH yang memiliki luas 50.000 ha dan 200 ha untuk HPH yang memiliki luas diatas 50.000 ha.
4.6.4
Benih harus bermutu baik yaitu dengan kemampuan viabilitas (lebih besar dari 80%), vigoritas tinggi dan kemurnian tinggi.
4.6.5
Sebaiknya benih berasal dari sumber benih yang memiliki kualitas morfologi maupun genetik yang baik, sehingga dapat menjamin diperolehnya benih unggul yang mampu tumbuh produktif.
4.7 DESKRIPSI KERJA 4.7.1
Persiapan Pembuatan Persemaian 4.7.1.1
Pemilihan tipe persemaian Tipe persemaian ada 3 macam yaitu: a.
Tipe persemaian sederhana yaitu tipe persemaian yang menggunakan areal yang tidak terlalu luas.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 4 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
b.
Revisi : 3
Tipe persemaian semi permanen yaitu tipe persemaian cukup luas dengan alat penunjang yang baik.
c.
Tipe persemaian permanen yaitu tipe persemaian yang menggunakan areal yang luas dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai serta dengan tenaga kerja yang cukup.
4.7.1.2
Pemilihan lokasi persemaian Dalam memilih lokasi persemaian / pengadaan bibit terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : a.
Lokasi yang mudah dijangkau yaitu dekat lokasi penanaman, di pinggir jalan angkutan dan mudah dalam pengawasan.
4.7.1.3
b.
Kondisi lapangan relatif datar.
c.
Mudah mendapat air sepanjang tahun.
d.
Mudah memperoleh media dengan sifat fisik dan kimia yang baik.
Penentuan luas areal dan pemancangan batas persemaian a.
Penentuan luas areal persemaian ini harus disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan dihasilkan dan luas areal penanaman yang ak an ditanami.
b.
Perhitungan luas efektif untuk persemaian (60-70%) termasuk luas areal yang diperlukan untuk pembuatan sarana dan prasarana (4030%) didasarkan pada luas areal persemaian secara keseluruhan.
c.
Pembuatan batas petak persemaian dilakukan dengan cara sebagai berikut: -
Dapat digunakan kayu antara 1.5 sampai 2 meter.
-
Mencatat ujung kayu tersebut dengan cat merah sepanjang kurang lebih 20 cm.
4.7.1.4
Pemancangan patok persemaian batas di lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.
Menentukan batas areal yang akan dijadikan persemaian dengan perkiraan luas sesuai dengan kebutuhan.
b.
Pemancangan patok batas pertama diberi nomor urut 1 dimulai dari arah barat laut terus mengikuti arah jarum jam dengan kedudukan patok tegak lurus.
c.
Jarak antara patok batas disesuaikan dengan keadaan lapangan, kurang lebih 25 meter.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 5 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
4.7.1.5
Revisi : 3
Pengukuran lapangan Pengukuran luas persemaian dilakukan dengan sesuai dengan kondisi nyata lapangan.
4.7.1.6
Sarana dan prasarana adalah sebagai berikut: a.
Bangunan: kantor, tempat tinggal karyawan, gudang, bengkel kerja, dll.
b.
Penyiraman: pompa air, tangki air, pipa, selang air, embrat, solo sprayer, dll.
c.
Pengolah media bibit: pemecah media, penyaring media, alat sterilisasi media, pencampur media, cangkul garpu, garu, dll.
d.
Pertumbuhan bibit: bedeng tabur, bedeng sapih, naungan bibit, alat penyapihan, dll.
4.7.1.7
e.
Pemupukan: Sprayer (gendong/tangan), pupuk, dll.
f.
Pengangkutan bibit: kotak bibit, gerobak dorong, rak bibit, dll.
g.
Lain-lain: parang, gunting, cat, tally sheet, sekop, cangkul, dll.
Persiapan Pembuatan Persemaian a.
Pembersihan lapangan dari rumput, gulma dan semak belukar yang menganggu.
b.
Pemagaran calon lokasi persemaian, kantor, gudang, gubug kerja, camp kerja.
c.
Pembuatan papan nama persemaian, bedeng tabur, bedeng sapih.
d.
Pemasangan jaringan pengairan: -
Pemasangan tangki air
-
Pemilihan sumber air dan penyiraman pompa air serta saluransalurannya.
e.
Pengumpulan tanah lapisan atas guna pengisian bedeng tabur, bedeng semai, kantong semai dan kantong sapih.
4.7.1.8
Pembuatan Bedengan a.
Pembuatan bedeng tabur -
Bedeng tabur biasanya ditempatkan diatas tanah yang relatif datar.
-
Untuk beberapa jenis biji halus / sangat kecil, harus ditabur di dalam bak-bak penaburan dengan ukuran 0.5 meter x 0.5 meter atau sesuai dengan kebutuhan, dan ditempatkan diatas rak berukuran 5 meter x 1 meter atau sesuai dengan kebutuhan.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 6 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
-
Revisi : 3
Untuk biji / benih yang berukuran besar dapat langsung pada bedeng tabur dengan ukuran 5 meter x 1 meter atau sesuai kebutuhan.
-
Bedengan tabur dibuat memanjang sesuai dengan arah utaraselatan.
-
Tanah / gambut dicangkul dan dihancurkan sampai menjadi halus dan ringan.
-
Bedeng tabur yang berada dibawah (tidak melayang) dapat diperkuat dengan batu, kayu atau bamboo dan permukaan bedengan ditinggikan 10 s/d 15 cm dari permukaan tanah disekitarnya.
-
Jarak antara bedeng diberi jalur antara selebar 0.5 meter, dan setiap 5-10 bedeng dibuat jalur inspeksi selebar antara 1 sampai dengan 2 meter.
-
Penyiraman dianjurkan dengan memakai sprayer / embrat dan tidak dibenarkan dengan jalan penggenangan seluruh bedengan.
-
Bagi benih yang membutuhkan naungan, bedeng tabur perlu diberi atap yang dibuat miring dengan tinggi atap timur 75 cm dan bagian barat 50 cm.
-
Apabila tanah kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan 1 bagian pasir : 3 bagian tanah / gambut.
-
Sebelum biji ditabur, sebaiknya 3 hari sebelumnya diadakan sterilisasi media, yakni dengan menjemur media dan menyemprot dengan fungisida.
b.
Pembuatan bedeng sapih -
Bedeng sapih dapat dibuat pada permukaan tanah atau melayang sesuai dengan kondisi lokasi.
-
Siapkan tanah untuk bedeng sapih dengan ukuran 5 m x 1 m, dan agar bedengan sedapat mungkin mengarah memanjang arah utara-selatan.
-
Bedeng sapih permukaan tanah dibersihkan dari tanaman dan akar-akaran serta diratakan sehingga datar
-
Pada tepi bedeng sapih permukaan tanah yang sudah disiapkan dibatasi dengan batu bata atau kayu setinggi 20 cm.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 7 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
-
Revisi : 3
Pada bedeng sapih melayang, bedeng dibuat agak tinggi sesuai dengan kemampuan jangkuan tenaga kerja persemaian.
-
Isilah kantong plastik dengan tebal Âą 0,04 mm ukuran 7 cm atau 10 cm tinggi 15 cm dengan tanah halus dan gembur (top soil). Untuk tiap bedeng ukuran 5m x 1m dapat menampung Âą 500 kantong. Pada
pengisian
kantong
untuk
mempercepat
pertumbuhan
tanaman sapihan dapat ditambahkan pupuk dengan ukuran 1 gram tiap kantong. -
Untuk jenis yang tidak memerlukan penyapihan maka bibitnya langsung dicabut dari bedeng tabur ke lokasi penanaman.
-
Untuk mempermudah dalam transportasi bibit di anjurkan untuk memakai “Transplanting bed container� yang disusun di atas rak. Pemakaian transplanting bed contrainer dimaksudkan untuk menghindarkan
kerusakan
bibit
waktu
pengangkutan
sebab
contrainer tersebut langsung diangkat tanpa merubah pot-pot bibit selain itu juga berguna memudahkan penyiangan rumput. -
Setiap bedeng sapih diberi papan keterangan yang memuat nama, jenis, tanggal penyapihan dan jumlah bibit.
4.7.2
Pelaksanaan Pengadaan Bibit 4.7.2.1
Pengadaan Bibit dari Benih a.
Biji seyogyanya dikumpulkan dari pohon yang berbatang lurus, percabangan tinggi, bertajuk lebat, sehat dan sudah cukup besar.
b.
Biji yang telah terkumpul segera diangkut ke persemaian dan diseleksi untuk memilih biji yang baik (bersih).
c.
Benih adalah biji yang bermutu baik, yaitu dengan daya kecambah tinggi (lebih besar dari 80% ) dengan kemurnian tinggi yang dilihat dari bentuk biji tidak berlubang/cacat, tenggelam bila dimasukkan ke dalam air dan besar biji diharapkan seragam.
Persiapan media semai untuk bibit yang berasal dari benih adalah sebagai berikut: a.
Media semai yang dipakai harus memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik dan bebas penyakit serta sesuai untuk pertumbuhan benih.
b.
Bila tanah / gambut kurang gembur dapat dilakukan dengan pencampuran dengan pasir yang perbandingannya 3 : 1, dan sebaiknya media perlu dicampur dengan tanah lapisan olah yang diambil dari bawah tegakan induk.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 8 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
c.
Revisi : 3
Media semai yang sudah siap pakai sesuai dengan jenis biji yang akan disemaikan dilakukan tindakan sebagai berikut: -
Dapat langsung ditabur pada bedeng tabur yang selanjutnya diratakan dan dibuat larikan untuk mempermudah penaburan benih.
-
Dimasukkan langsung ke dalam polybag.
Setelah plastik diisi
media kemudian disusun pada bedeng semai dengan ukuran bedeng 5 m x 1 m dan sebaiknya diisi dengan 250 – 500 polybag. -
Apabila
diperlukan
media
dapat
disterilisasi
dengan
jalan
pemberian fungisida. Apabila media semai sudah siap, maka selanjutnya benih tersebut disemaikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Media semai yang telah tersedia pada bedeng tabur atau pada polybag perlu
disiram
air
terlebih
dahulu
sebelum
dilakukan
penaburan/penyapihan. b.
Penyemaian benih pada bedeng tabur yang telah diisi media semai: -
Benih ditabur pada bedeng tabur dengan memasukkan benih pada lubang atau larikan yang telah dibuat.
-
Benih yang sudah ditabur ditutup dengan tanah/gambut yang halus dan gembur setipis mungkin.
-
Pada permukaan tanah/gambut diletakkan daun atau serasah yang berguna untuk menjaga kelembaban dan gangguan dari luar.
-
Benih yang telah tumbuh menjadi bibit tanaman dipelihara dengan baik dan setelah mencapai tinggi 1.5 cm, maka bibit tanaman tersebut dipindah ke bedeng sapih yaitu ke dalam kontiner yang telah diisi media semai.
c.
Penyemaian langsung pada polybag yang telah diisi media semai: -
Benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan.
-
Benih yang telah dimasukkan tersebut ditutup dengan tanah halus setipis mungkin.
4.7.2.2
Pengadaan Bibit dari Puteran a.
Pengumpulan dilakukan terhadap anakan alam disekitar pohon induk dengan radius maksimum 10 m dari proyeksi tajuk pohon induk.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 9 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
b.
Revisi : 3
Anakan alam biasanya sudah memiliki tinggi ¹ 15 – 20 cm, berdaun 25 lembar, tetapi dalam pengumpulan yang lebih baik digunakan anakan dengan tinggi kurang dari 15 cm.
c. .
Sebaiknya dilakukan pada saat musim penghujan. Anakan dicabut dengan hati-hati dengan terlebih dahulu dilakukan dengan puteran (dapat menggunakan sekop) lurus sejajar batangnya sampai bibit dapat diangkat bersama-sama tanah/gambutnya.
d.
Anakan yang telah dipungut hendaknya segera diangkut ke lokasi bedengan sapih.
e.
Anakan yang telah dipungut, diatur/disusun searah dimana akar dengan akar dan daun dengan daun.
Setelah bibit dari puteran telah terkumpul, selanjutnya perlu disiapkan pengisian media semai: a.
Media penyapihan harus memiliki sifat fiik dan kimia yang baik.
b.
Sebelum anakan hasil putaran disapih, media harus sudah siap di dalam polybag.
Setelah media semai sudah disiapkan, selanjutnya disapih dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Anakan dari puteran secara perlahan dan hati-hati dimasukan ke dalam polybag.
b. 4.7.2.3
Anakan setelah disapih, kemudian disiram.
Pengadaan bibit dari cabutan a.
Pengumpulan dilakukan terhadap anakan alam disekitar pohon induk dengan radius maksimum 10 m dari proyeksi tajuk pohon induk.
b.
Anakan alam biasanya sudah memiliki tinggi Âą 15-20 cm, berdaun 2-5 lembar tetapi dalam pengumpulan yang lebih baik digunakan dengan tinggi kurang dari 15 cm dan sebaiknya dalam pengadaan bibit cabutan ini, anakan baru mempunyai daun antara 2-3 lembar dengan tinggi kurang dari 10 cm.
c.
Sebaiknya dilakukan pada saat musim penghujan.
d.
Anakan dicabut langsung dengan hati-hati yang dilakukan dengan pencabutan lurus sejajar batangnya dan diusahakan akarnya tidak ada yang putus.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 10 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
e.
Revisi : 3
Anakan yang telah dipungut hendaknya segera diangkut ke lokasi bedengan sapih.
f.
Anakan yang telah dipungut, diatur/disusun searah dimana akar dengan akar dan daun dengan daun
Setelah bibit dari cabutan terkumpul, selanjutnya perlu disiapkan media semai: a.
Media penyapihan harus memiliki sifat fisik dan kimia tanah/gambut yang baik dan sesuai dengan kondisi tanah disekitar pohon induk.
b.
Sebelum anakan hasil puteran disemai, media harus sudah siap di dalam polybag.
Bibit dari cabutan selanjutnya dipindahkan ke media semai yang telah disiapkan dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Anakan yang telah dicabut harus segera ditanam dalam 3 hari.
b.
Sebelum anakan ditanam terlebih dahulu dilakukan pemangkasan daun dengan tujuan untuk menghindari dari penguapan yang berlebihan.
c.
Sebaiknya segera ditanam pada media dalam polybag.
d.
Media dilubangi terlebih dahulu sedalam panjang akar dan masukan dengan hati-hati anakan tersebut dibawah kotiledon.
e.
Pemindahan anakan cabutan ke media semai dilakukan secara hatihati. Hindari patah atau terlipatnya akar.
f. 4.7.3
Anakan setelah disapih, kemudian disiram.
Pemeliharaan bibit di persemaian Bibit
yang
sudah
diadakan
selanjutnya
dilakukan
pemeliharaan
bibit
guna
meningkatkan persen tumbuh bibit tersebut. 4.7.3.1
Pemeliharaan bibit dari Benih a.
Pemberian
naungan
terhadap
persemaian
perlu
diperhatikan
tergantung kepada jenis tegakan toleran atau intoleran. b.
Penyiraman bibit dilakukan pagi dan sore dengan percikan air halus (dapat digunakan embrat atau sprayer) dan setelah bibit cukup umur dapat dilakukan sehari sekali pada pagi atau sore hari, penyiraman dilakukan tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering.
c.
Pemupukan dilakukan apabila terjadi kekurangan unsur hara atau pertumbuhannya terhambat, jenis pupuk yang dipakai tergantung dari
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 11 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
Revisi : 3
gejala defisiensi yang terjadi, tetapi pada umumnya pupuk yang digunakan adalah NPK (15 : 15 : 15) d.
Pengendalian gulma seperti jenis rumput yang tumbuh di dalam kontiner perlu dilakukan setiap saat.
e. 4.7.3.2
Pengendalian hama dan penyakit harus dilihat dari gejala yang ada.
Pemeliharaan bibit puteran a.
Penyiraman dilakukan apabila tanah/gambut agak kering.
b.
Setelah kelihatan anakan membentuk daun baru maka plastik peneduh dibuka sedikit demi sedikit.
c.
Pengendalian gulma perlu dilakukan terus menerus.
d.
Pemupukan dapat dilakukan sewaktu pencampuran media dengan NPK dengan dosis 22.5 gram yang dilarutkan dalam 4.5 liter air untuk 300 pot/plastik.
4.7.3.3
Pemeliharaan bibit cabutan a.
Penyiraman dilakukan apabila tanah/gambut agak kering.
b.
Setelah kelihatan anakan membentuk daun baru maka plastik peneduh dibuka sedikit demi sedikit.
c.
Pengendalian gulma perlu dilakukan terus menerus.
d.
Pemupukan dapat dilakukan sewaktu pencampuran media dengan NPK dengan dosis 22.5 gram yang dilakukan dalam 4,5 liter air untuk 300 pot/plastik.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 12 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
2.
Revisi : 3
INSTRUKSI KERJA
PERBANYAKAN BIBIT RAMIN
5.1
TUJUAN Mendapatkan stek bibit ramin yang dapat tersedia setiap saat dan dalam jumlah besar tanpa menunggu bibit dari alam yang diperlukan untuk penanaman.
5.2
RUANG LINGKUP Pembuatan stek bibit ramin yang akan ditanam pada areal kurang permudaan akibat aktifitas pemanenan.
5.3
REFERENSI SOP-1PB-02 (4)
5.4
DESKRIPSI 5.4.1
Petugas pelaksana mempersiapkan bahan yang dibutuhkan dalam perbanyakan bibit, yaitu:
5.4.2
5.4.1.1
Top soil gambut (0-15 cm)
5.4.1.2
Pasir sungai
5.4.1.3
Fungisida
5.4.1.4
Insektisida
5.4.1.5
Zat pengatur tumbuh
5.4.1.6
Anakan ramin
5.4.1.7
Air
Petugas pelaksana mempersiapkan alat yang dibutuhkan dalam perbanyakan bibit, yaitu: 5.4.2.1
Alat pertukangan
5.4.2.2
Karung
5.4.2.3
Hand sprayer
5.4.2.4
Terpal Plybag
5.4.2.5
Caliper
5.4.2.6
Platik transparan
5.4.2.7
Cangkul
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 13 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
5.4.3
5.4.2.8
Ember
5.4.2.9
Botol aqua
5.4.2.10
Meteran
5.4.2.11
Gunting stek
5.4.2.12
Mistar
5.4.2.13
Thermohygrometer
5.4.2.14
Timbangan OHaus
5.4.2.15
Kertas label
Revisi : 3
Tahapan kegiatan perbanyakan ramin melalui stek yaitu: 5.4.3.1
Pembuatan bedeng (sungkup) a.
Bedeng dibuat dalam bentuk kotak persegi panjang yang terbuat dari kayu dengan ukuran:
b.
-
tinggi alas dari tanah
: 0.40 meter
-
lebar
: 1.10 meter
-
tinggi
: 0.80 meter
-
panjang
: 2.50 meter
Kerangka bedeng yang telah berdiri ditutup dengan plastik transparan dan pada salah satu sisinya dibuat pintu.
c.
Bagian atas bedeng diberi naungan (dapat berupa daun-daunan atau paranet) agar cahaya matahari tidak langsung mengenai bedengan.
5.4.3.2
Sterilisasi media a.
Media perakaran stek adalah gambut yang dicampur pasir sungai.
b.
Pengambilan gambut dilakukan dengan cangkul pada kedalaman 0-15 cm setelah lebih dulu permukaan tanah dibersihkan dari serasah dan tumbuhan lain.
c.
Gambut dijemur di atas tepal selama 3 hari setebal sekitar 10 cm dimana selama penjemuran gambut dibolak -balik dan dibersihkan dari serasah dan akar yag ikut terbawa.
d.
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai yang telah diayak agar halus dan homogen.
e. 5.4.3.3
SOP Pembinaan Hutan
Pasir dijemur di atas terpal selama 2 hari.
Pencampuran media dan pengaturan polybag
- Hal 14 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
a.
Revisi : 3
Pencampuran media dilakukan 2 hari sebelum penanaman stek dengan perbandingan gambut murni : pasir adalah 3 : 2.
b.
Pengisian polybag dengan media yang telah disiapkan diletakkan di dalam sungkup.
c.
Selama 2 hari sebelum ditanami, media dalam polybag disemprot dengan fungisida dan insektisida dengan dosis 1 gr/l.
5.4.3.4
Penyiapan hormon a.
Hormon yang digunakan adalah Rootone-F yang berbentuk bubuk.
b.
Dosis hormon yang digunakan adalah 50-150 mg/stek.
c.
Hormon disiapkan dengan cara menimbang sesuai berat dosis kemudian dibungkus plastik sebelum digunakan.
5.4.3.5
Penyiapan stek a.
Stek yang disiapkan berasal dari anakan alam atau bibit alam yang masih muda dengan ukuran:
b.
-
tinggi anakan
: < 50 cm
-
diameter stek
: 1.5 - 2.0 cm
-
panjang stek
: 15 - 20
Anakan terpilih dipotong antara node dan daun terbawah atau 2 dua daun terbawah dimana pemotongan ini menghasilkan dua bagian tanaman(bagian bawah dan bagian atas yang masih mengandung pucuk).
c.
Bagian
pucuk
digunakan
untuk
bahan
stek
dengan
kemiringan
pemotongan pangkal bawah 45째 untuk memperbesar bidang kontak dan bagian atas dipotong datar sekitar 1 cm di atas buku. d.
Jumlah daun pada stek disisakan 2-4 helai dengan luasan daun disisakan 1/3 - 1/2 bagian.
e.
Stek yang telah siap dibawa ke dalam bedeng dengan tetap terendam air agar tetap segar.
f.
Sebelum ditanam, stek dicelupkan ke dalam larutan fungisida pada bekas luka pemotongan, kemudian dicuci dengan air bersih agar tidak menghambat absorbsi hormon.
g.
Selanjutnya pangkal stek diolesi hormon dan ditanam dengan kedalaman lubang tanam 5 cm.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 15 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
h.
Revisi : 3
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam lubang untuk mengurangi resiko kerusakan stek akibat gesekan dengan media.
5.4.3.6
Pemeiharaan a.
Stek disiram 2 kali sehari pada pukul 07.00 dan 17.00 dengan volume air sekitar 25 ml/stek.
b.
Penyiraman pada stek bertunas dilakukan hati-hati agar tunas tidak patah.
c.
Suhu diatur sekitar ¹30°C dan bila suhu mendekati ¹38°C maka pintu sungkup dibuka.
d.
Kelembaban diatur antara 90-98 % dengan menyemprot air ke dalam sungkup.
e.
Penyemprotan fungisida dan insektisida dilakukan 2 minggu sekali dengan dosis 1,5 mg/l.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 16 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
3.
Revisi : 3
INSTRUKSI KERJA
INTRUKSI KERJA PENGGUNAAN DAN PENYIMPANAN BAHAN KIMIA ( FUNGISIDA DAN INSEKTISIDA)
8.1
TUJUAN Menjamin agar penggunaan dan penyimpanan fungisida dan insektisida tepat serta aman.
8.2
RUANG LINGKUP Penggunaan dan penyimpanan fungisida dan insektisida untuk pemeliharaan bibit di persemaian.
8.3
REFERENSI SOP-3LB -07 (7)
8.4
DESKRIPSI 8.4.1
Penggunaan dilakukan apabila bibit memperlihatkan tanda-tanda adanya gangguan yang disebabkan oleh jamur dan serangga.
8.4.2
Fungisida digunakan untuk bibit yang diserang jamur, dan insektisida apabila bibit diserang serangga.
8.4.3
Penggunaan fungisida dan insektisida harus dilakukan seminimal mungkin, apabila bibit sudah terlihat sehat dan tidak ada tanda-tanda gangguan hama dan penyakit lagi maka penggunaannya harus segera dihentikan (FM-1PB-07).
8.4.4
Pada saat akan membuka, memindahkan, mengencerkan, dan menyemprotkan fungisida dan insektisida, harus mengenakan pakaian lengan panjang, sarung tangan, dan masker.
8.4.5
Untuk setiap kali penyemprotan, takaran penggunaan untuk fungisida dan insektisida yaitu sebanyak 5 gram yang diencerkan dengan 15 liter air.
8.4.6
Penyemprotan dilakukan dengan merata pada semua bagian tanaman di seluruh bedengan. Hal ini ditujukan agar bibit yang belum terkena bisa terhindar dari serangan hama dan penyakit.
8.4.7
Peralatan yang telah digunakan tidak boleh dicuci di dekat sumber air bersih.
8.4.8
Fungisida dan insektisida disimpan di tempat yang sejuk, jauh dari bahan makanan dan api.
8.4.9
Setiap penggunaan fungisida dan insektisida dicatat di form penggunaan bahan kimia.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 17 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
4.
Revisi : 3
PROSEDUR KERJA
PENANAMAN / PENGAYAAN
7.1
7.2
TUJUAN 7.1.1
Memperbaiki komposisi jenis dan penyebaran permudaan jenis komersial.
7.1.2
Mengupayakan peningkatan nilai dan potensi areal hutan bekas tebangan.
RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan penanaman meliputi persiapan pelaksanaan, pelaksanaan penanaman di lapangan.
7.3
7.4
REFERENSI 7.3.1
SOP-1PB-02 (1)
7.3.2
SOP-1PB-02 (4)
DEFINISI 7.4.1
Pengayaan adalah kegiatan penanaman pada areal bekas tebangan yang kurang cukup mengandung permudaan jenis komersial.
7.4.2
Jenis pohon toleran adalah jenis pohon yang anakannya mampu tumbuhdibawah naungan sedangkan pohon jenis intoleran adalah jenis pohon yang anakannya dapat tumbuh optimal pada tempat terbuka.
7.4.3
Jalur pengayaan adalah jalur-jalur yang dibuat pada petak ukur yang tidak atau kurang memiliki permudaan alam jenis komersial, sedangkan jalur penanaman adalah jalurjalur yang dibuat pada bagian areal bekas tebangan yang terbuka seperti pada bekas jalan sarad, TPn, TPK dan areal terbuka lainnya.
7.4.4
Ajir adalah patok kayu yang (biasanya bagian ujung diberi tanda warna kuning) ditancapkan pada jalur penanaman/pengayaan untuk sebagai tanda posisi lubang tanam yang akan dibuat.
7.4.5
Lubang tanam adalah lubang untuk menanam tanaman yang dibuat pada jalur penanaman / pengayaan.
7.5
DESKRIPSI KERJA 7.5.1
Mencari lokasi petak ukur dan tanda / ajir yang dipasang.
7.5.2
Bilamana dalam petak ukur yang akan diadakan pengayaan ternyata terdapat minimal 3 tingkat tiang atau 8 tingkat pancang atau 16 tingkat semai atau yang setara
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 18 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
Revisi : 3
komposisinya (misalnya 2 tiang + 6 semai atau 1 tiang + 2 pancang + 6 semai dll.) tidak perlu diadakan kegiatan pengayaan. 7.5.3
Setelah obyek -obyek kegiatan dimaksud ditemukan, kemudian membuat jalur pengayaan dengan cara merentangkan tali dari batas petak ukur yang bersangkutan sampai batas petak ukur berikutnya. Jarak antara jalur pengayaan ± 5 meter. Jalur pengayaan tersebut seyogyanya di buat dengan arah Utara - Selatan dan mulai dari masing-masing batas petak ukur.
7.5.4
Setelah jalur pengayaan dibuat, lalu membuat lubang tanam yang jaraknya masingmasing ± 5 meter sepanjang jalur pengayaan, dan tepi lubang-lubang tanam tersebut ditancapkan ajir-ajir yang sudah dipersiapkan.
7.5.5
Lubang-lubang tanam, dibuat dengan lebar ± 2 mata cangkul atau meter ± 30 cm dengan kedalaman ± 30 cm. Apabila di dekat tempat yang akan dibuat lubang tanam tersebut terdapat permudaan alam jenis komersial (± 0.50 m - 1 m) maka ditempat tersebut tidak perlu dibuat lubang tanam tetapi cukup memelihara permudaan alamnya yang ada dengan pendangiran.
7.5.6
Kegiatan penanaman, sebaiknya mengikuti tata urutan kerja sebagi berikut: 7.5.6.1
Plastik yang dipakai sebagi kontainer/pembungkus akar bibit harus dibuka secara sempurna agar posisi perakarannya tidak terganggu, artinya gumpalan tanah yang menyelimuti akar tidak pecah.
7.5.6.2
Setiap lubang tanam yang dipersiapkan, ditanam sebatang bibit.
7.5.6.3
Bibit ditanam tegak berdiri dan tertanam sampai batas leher akar.
7.5.6.4
Hanya bagian tanah yang gembur yang dimasukan kembali pada lubang tanam.
7.5.6.5
Tanah pengisi lubang tanam tersebut ditekan secara hati-hati sehingga tanah benar-benar mengikat akar dengan kuat.
7.5.7
Kegiatan penanaman pada areal terbuka sama seperti pada kegiatan pengayaan yaitu dengan cara membuat jalur penanaman, penentuan dan pembuatan lubang tanam, pelaksanaan penanaman dan pemasangan ajir.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 19 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
5.
Revisi : 3
PROSEDUR KERJA
PEMELIHARAAN TANAMAN PENGAYAAN
3.1
TUJUAN 3.1.1
Meningkatkan pertumbuhan dan kualitas batang dan pohon inti dan pertumbuhan permudaan jenis komersil.
3.1.2
Meningkatkan pertumbuhan dan persen jadi tanaman baru hasil kegiatan penanaman / pengayaan.
3.2
RUANG LINGKUP Kegiatan pemeliharaan tanaman
3.3
REFERENSI Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber
3.4
DEFINISI 3.4.1
Pemeliharaan tananaman pengayaan adalah tindakan silvikultur untuk membantu pertumbuhan bibit tanaman yang berasal dari permudaan alam maupun buat an jenis komersial yang ditanam pada tempat terbuka dengan cara melakukan penyiangan, pendangiran, penyulaman, dan penjarangan.
3.4.2
Pembebasan horizontal adalah kegiatan pembebasan permudaan jenis komersial tingkat semai dan pancang yang dilakukan dengan cara membabat tumbuhan bawah atau gulma di sekitar ruang tumbuh jenis terpilih.
3.4.3
Pembebasan vertikal adalah kegiatan pembebasan pohon-pohon dan permudaan jenis komersial tingkat tiang, pohon inti, dan pohon-pohon jenis komersial lain
yang
dilakukan dengan cara meneres tumbuhan dan pohon pengganggu. 3.4.4
Penjarangan adalah tindakan pemeliharaan untuk mengatur ruang tumbuh dengan cara
mengurangi
kerapatan
tegakan
dalam
satu
area
untuk
meningkatkan
pertumbuhan dan kualitas tanaman. 3.4.5
Pendangiran adalah termasuk dalam kegiatan pemeliharaan, yaitu dengan mengolah lahan di sekitar tanaman yang diperlihara, dengan maksud untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Sifat fisik yang sangat penting adalah memperbaiki drainase dan aerasi tanah di sekitar tanaman.
3.4.6
Penyiangan adalah suatu tindakan silvikultur dalam rangka
pemeliharaan tanaman
muda (tanaman pokok), yaitu berupa pembersihan belukar dan tumbuhan pengganggu
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 20 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
Revisi : 3
lainnya, agar tanaman pokok dapat memperoleh cahaya yang optimal, juga untuk mengurangi kompetisi pada sistem perakaran. 3.4.7
Penyulaman adalah salah satu kegiatan yang tujuannya mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru. Penggantian ini dilakukan agar jumlah tanaman per kesatuan luas dapat optimal.
3.5
DESKRIPSI 3.5.1
Pemeliharaan 3.5.1.1
Lokasi yang dilakukan kegiatan pemeliharaan tanaman adalah bekas blok tebangan yang telah dilaksanakan kegiatan penanaman / pengayaan.
3.5.1.2
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, pendangiran, penyulaman, dan penjarangan.
3.5.1.3
Sasaran kegiatan pemeliharaan adalah memelihara permudaan jenis komersial, pohon-pohon yang dilindungi dan tanaman baru hasil kegiatan penanaman / pengayaan dari persaingan dengan tumbuhan pengganggu. Jenis umbuhan yang tidak mengganggu misalnya rotan dapat dibiarkan tumbuh untuk menutupi dan melindungi tanah dan diharapkan sebagai penghasil produksi hasil hutan non kayu.
Jenis tumbuhan yang dapat
dimatikan adalah jenis liana dan tumbuhan pengganggu lainnya serta jenis permudaan yang tidak berharga yang mengganggu permudaan jenis komersial.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 21 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
6.
Revisi : 3
PROSEDUR KERJA
PEMBEBASAN POHON BINAAN
2.1
2.2
TUJUAN 2.1.1
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pohon binaan
2.1.2
Meningkatkan riap pohon jenis komersial
RUANG LINGKUP Kegiatan pembebasan pohon binaan.
2.3
REFERENSI 2.3.1
Sistem Manual Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT Diamond Raya Timber
2.3.2
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: P.9/VI/BPHA/2009 tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Sistem
Silvikultur
Dalam
Areal
Izin
Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi
2.4
DEFINISI 2.4.1
Pembebasan adalah kegiatan pemeliharaan pohon/tegakan tinggal jenis komersil dengan cara membebaskan dari tumbuhan pengganggu.
2.4.2
Pohon Binaan adalah pohon jenis komersil yang mempunyai penampakan fisik baik (batang sehat, lurus, bundar dan tidak cacat; tajuk baik dan sehat) yang berasal dari permudaan alam dan tanaman pengayaan.
2.4.3
Jenis komersil adalahjenis-jenis pohon yang menghasilkan kayu perdagangan.
2.4.4
Penebangan adalah kegiatan pembebasan dengan cara menebang pohon lain yang bertujuan memberikan ruang tumbuh dan mengurangi kompetisi terhadap pohon binaan.
2.4.5
Penebasan adalah kegiatan pembebasan dengan menebas belukar, ranting dan permudaan tingkat pancang yang tidak berguna dengan memakai kampak atau alat sejenis lainnya.
2.4.6
Peneresan adalah kegiatan pembebasan dengan meneras kulit pohon-pohon dan permudaan tingkat tiang yang tidak berguna dengan memakai kampak atau alat sejenisnya.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 22 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
2.5
Revisi : 3
DESKRIPSI KERJA 2.5.1
Ketentuan umum 2.5.1.1
Lokasi kegiatan pembebasan ditetapkan pada areal bekas tebangan dan dilaksanakan dalam tahun pertama setelah penebangan (Et+1) dan / atau pada areal blok bekas tebangan tahun-tahun sebelumnya.
2.5.1.2
Tumbuhan yang dibebaskan terdiri dari permudaaan tingkat semai, pancang, tiang dan pohon-pohon jenis komersial dari areal bekas blok tebangan.
2.5.1.3
Yang dimatikan pada pelaksanaan kegiatan pembebasan adalah : a.
Tumbuhan bawah, semak dan belukar.
b.
Liana yang melilit batang atau menduduki tajuk jenis komersial kecuali jenis rotan.
c.
Pohon-pohon yang tidak berharga kayunya yang tajuknya menaungi atau bersaing dengan tajuk pohon jenis komersial atau jaraknya terlalu dekat dengan pohon jenis komersial.
d.
Pohon-pohon jenis komersial yang berbentuk batangnya jelek, cacat (bengkok-bengkok, berlubang, patah, dan lain-lain)
2.5.1.4
Pada pelaksanaan kegiatan pembebasan tidak diperkenankan mematikan semua jenis rotan, palm, buah-buahan dan jenis-jenis lain yang berharga. Pohon yang tidak menaungi / mengganggu jenis komersial tidak perlu ditebang / ditebas untuk menahan pertumbuhan gulma, liana dan alangalang serta untuk perlindungan tanah dari erosi. a.
Termasuk jenis pohon yang dilindungi.
b.
Pohon yang tidak bersaing tajuknya dengan tajuk pohon jenis komersial
c.
Jaraknya tidak terlalu dekat dengan pohon jenis komersial.
d.
Pohon yang tumbuh pada jarak kurang dari 200 meter dari tepi sungai dan mata air, kurang dari 50 meter dari jalan dan kurang dari 100 meter dari daerah yang bernilai estetika atau ilmiah.
2.5.1.5 2.5.2
Pembebasan sebaiknya dilaksanakan pada musim kemarau.
Tanggung jawab dan urutan kerja 2.5.2.1
Pelaksana kegiatan Regu kerja untuk pelaksanaan kegiatan pembebasan terdiri dari 12 orang, dengan tugas: d.
SOP Pembinaan Hutan
1 orang kepala regu
- Hal 23 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
2.5.2.2
Revisi : 3
e.
2 orang pengenal pohon
f.
2 orang perintis jalur
g.
2 orang pembabat dan penebas
h.
2 orang peneres
i.
1 orang pembantu umum
Pelaksanaan Kegiatan b.
Perencanaan peta -
Menentukan lokasi blok dan petak kerja bekas areal tebangan yang akan dilaksanakan kegiatan pembebasan pada peta keIja yang telah disiapkan.
-
Menaksir luas areal kerja/kegiatan pembebasan yaitu luas blok bekas tebangan dan dapat ditambah dengan blok bekas tebangan tahun- tahun sebelumnya yang belum pemah dilaksanakan kegiata penebangan.
-
Merencanakan anggaran biaya kegiatan penebasan dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dalam kegiatan pembebasan, baik untuk kegiatan persiapan maupun pelaksanaan di lapangan serta pelaporannya.
c.
Pelaksanaan di lapangan -
Cara pembebasan Berdasarkan sistem dan penerapannya, teknik pembebasan dibagi menjadi 2 (dua) cara yaitu: ?
Pembebasan secara horizontal yaitu pembebasan terhadap permudaan tingkat semai dan pancang jenis-jenis komersial dengan
cara
membabat
dan
menebas
tumbuh-tumbuhan
pengganggu. ?
Pembebasan
secara
vertikal
yaitu
pembebasan
terhadap
permudaan tingkat tiang, pohon inti dan pohon-pohon jenis komersial dengan cara meneres, menebang tumbuhan dan pohon-pohon pengganggu. -
Jalur pembebasan ?
Dalam
pelaksanaan
pembebasan
baik
secara
â&#x20AC;&#x2DC;horizontalâ&#x20AC;&#x2122;
maupun â&#x20AC;&#x2DC;vertikalâ&#x20AC;? digunakan sistem jalur dan dilakukan merata pada seluruh blok bekas tebangan yang telah ditentukan.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 24 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
?
Revisi : 3
Lebar jalur penebasan sebaiknya mengikuti lebar jalur yang digunakan pada waktu inventarisasi sebelum penebangan (cruising). Dengan lebar jalur 20 meter, regu kerja terdiri dari 12 orang bergerak berbanjar sepanjang jalur untuk melaksanakan pembebasan.
?
Jumlah orang dalam regu kerja dapat disesuaikan dengan lebar jalur
yang
digunakan
ataupun
keperluan
lainnya.
Pada
pelaksanaan pembebasan dengan sistem jalur, maka regu kerja khususnya petugas pengenal pohon, pencatat dan penanda pohon serta petugas pembebas dibagi dalam 2 kelompok masing-masing di kanan dan di kiri sumbu jalur. Sedang ketua regu, petugas perintis / kompas, pembawa bekal / tukang masak berjalan mengikuti sumbu jalur. -
Pembebasan horizontal ?
Pembebasan seeara horizontal dilakukan dengan membabat dan menebas rumput-rumputan, liana, semak, belukar dan tumbuhan pengganggu lainnya memakai sabit, parang.
?
Penebasan dilakukan Âą 20-50 cm dari permukaan tanah. Dalam pelaksanaan pembebasan secara horizontal ini harus betul-betul diperhatikan agar permudaan tingkat semai dan pancang jenisjenis komersial tidak ikut terbabat atau tertebas.
?
Pada pembebasan horizontal baik secara pembabatan maupun penebasan diharapkan permudaan jenis komersial akan terpacu pertumbuhannya karena persaingan akarnya akan berkurang dengan dihilangkan tumbuh-tumbuhan pengganggu yang ada antara
lain
rumput-rumputan,
semak,
belukar,
liana,
dan
tumbuhan bawah lainnya. -
Pembebasan vertikal Pembebasan vertikal dapat dilakukan dengan: ?
Penebangan/pemotongan Penebangan / pemotongan dapat dilakukan pada permudaan tingkat tiang dan pohon-pohon muda dari jenis tumbuhan / pohon pengganggu
sepanjang
penebangan
merusak permudaan jenis komersial.
tersebut
tidak
akan
Pada pemotongan liana
(selain rotan), agar liana tersebut tidak bertunas lagi dapat dioleskan pada bagian tunggulnya. Penebangan / pemotongan dapat menggunakan parang atau kapak.
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 25 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
?
Revisi : 3
Peneresan Penerasan dapat dilakukan setinggi 30-50 cm dari permukaan tanah atau Âą10 cm diatas banir dengan menggunakan kapak pada pohon-pohon pengganggu. Pohon diteres kulitnya selebar Âą10 cm melingkar batang sehingga sampai menembus kayunya, untuk menghentikan aliran makanan sehingga pohon lama-lama akan menggugurkan daun dan mati. Dengan penerasan tersebut diharapkan pembukaan tajuk tidak terlalu cepat, sehingga tidak terjadi
perubahan
yang
mendadak
terhadap
lingkungan/mikroklimat Pada pembebasan vertikal baik secara penebangan / pemotongan, penerasan dengan terbukanya diharapkan sinar matahari akan masuk untuk merangsang turnbuhnya permudahan dan persaingan akar jenis komersial akan berkurang. Dengan dernikian pertumbuhan diameter jenis komersial akan lebih cepat. Pada pelaksanaan pembebasan vertikal ini harus dilaksanakan secara cermat dan hati-hati yang terutama harus dimatikan adalah jenis-jenis yang betul tidak berguna antara lain pohon cacat (bengkok - berlubang besar, patah, berpenyakit), pohon yang tidak berharga. Karena untuk jenis-jenis tertentu yang saat ini kurang berharga kemungkinan dikemudian hari menjadi berharga kayunya.
Gambar 1. Pembebasan vertikal
Gambar 2. Pembebasan Horizontal
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 26 / 27 -
No. Dokumen : SOP-1PB-02
Revisi : 3
Kriteria pohon dan tiang yang dijarangi
Yang dimatikan POHON dan TIANG yang bengkok, pertumbuhan tertekan Tajuk tak sempurna, bercabang rendah, rapat, rusak dan terserang penyakit
Gambar 3. Pohon yang bengkok
Gambar 4. Pohon yang cacat atau terserang penyakit
Gambar 5. Pohon yang bercabang rendah
SOP Pembinaan Hutan
- Hal 27 / 27 -