12 free nocopyright
Melawan
Tirani Tanpa Anarki
2 “pembasmi an terorisme� yg kental dgn hegemoni negara adikuasa. Kita tak memiliki kemandirian utk membangun & membasmi terorisme selain manut pd titah sang adikuasa. Dgn demikian pertanyaannya, adakah cita-cita luhur demokrasi sbg ide yg pernah
membunuh Socrates itu betul-betul bukan utk dan oleh rakyat? Adakah cita-cita luhur pembangunan & pembasmian terorisme selama ini sudah berhasil mengentaskan kemelaratan & menciptakan rasa aman? Secara teoritis mungkin iya, tapi pd praktiknya kita bahkan saksikan tumbuhnya kelas masyarakat baru, yakni mereka yg teraniaya sbg korban pembangunan & tertuduh terorisme. Dari sini kita bisa menyepakati bahwa tak ada sesuatupun yg berjalan dgn baik tanpa kritik. Kitab suci & Tuhan saja oleh sebagian orang bisa dipertanyakan & diragukan, maka apa salah kita meragukan demokrasi sbg ide manusia? []
EDITORIAL alhamdulillah resistzine hadir kembali menjumpai kawankawan, rasanya tidak terasa semenjak edisi 11 yg lalu terbit walaupun memakan waktu berbulan-bulan (hampir setahun) akhirnya resistzine tampaknya "harus" terbit lagi. edisi 12 kali ini sepertinya kami harus menambah jumlah halaman, bila edisi sebelumnya di bawah 30 halaman, sekarang kami tambah menjadi 48 halaman, tentunya ini diterbitkan oleh
menguras otak kami agar bagaimana halaman demi halaman terisi dan tampaknya memang kerja keras kami tidak sia-sia. maka kami hadirkan resistzine ini kembali, semoga perjuangan dan perlawanan kita semua di berkahi Allah Swt. Amieen... []
Kamu bisa berpartisipasi di resistzine ini, kirimkan ke resist.issue@gmail.com Kamu juga bisa mendownload gratis di www.resistzine.blogspot.com telah hadir portal berita perlawanan kami,klik di www.resistnews.blogspot.com
BIAS TERORISME S etelah diguncang 2003 lalu, kini Hotel JW Marriot kembali diguncang oleh bom. Bukan hanya JW Marriot, tapi Hotel Ritz Carlton juga ikut menjadi sasarannya. Tak lama berselang peristiwa tersebut, SBY buru-buru mengadakan jumpa pers sembari mengutuk perbuatan tersebut dengan mengeluarkan informasi baru yang di dapat BIN dimana gambar SBY dijadikan sasaran tembak oleh mereka yang dinamakan dengan teroris sembari bersumpah "Saya bersumpah, demi rakyat indonesia, negara dan pemerintah akan melakukan tindakan yang tegas, tepat dan benar terhadap pelaku pemboman ini, dan otak pelaku pemboman," tegasnya. Lagi-lagi teroris sebagai biang kerok, apakah ini wajar? Ini memang wajar bagi “mereka� yang
mendefinisikan makna teroris berhenti hanya sebagai aksi pencapaian tujuan dengan kekerasan saja.
Menurut Black's Law Dictionary Amerika, terorisme adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana (Amerika atau Negara bagian Amerika), yang jelas dimaksudkan untuk: (a) mengintimidasi penduduk sipil, (b) mempengaruhi kebijakan pemerintah, (c) mempengaruhi penyelenggaraan negara dengan cara penculikan atau pembunuhan. Webster's New World College Dictionary (1996), mendefinisikan Terorisme “the use of force or threats to demoralize, intimidate,
3
and subjugate.� Disepakati oleh kebanyakan ahli bahwa tindakan yang tergolong kedalam tindakan Terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki elemen: (1) kekerasan, (2) tujuan politik, (3) teror/intended audience. Hukum positif Indonesia, UU No. 15 (2003) Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Bab I Ketentuan Umum, (1) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal‌ (Pasal 6). (2) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana terror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal‌ (Pasal 7).
Pembahasan pun terus bergulir, terorisme mengalami bias setelah para ahli menengarai bahwa terorisme lekat kaitannya dengan benturan fundamental, menurut Laqueur (1999), setelah mengkaji lebih dari seratus definisi Terorisme, menyimpulkan adanya unsur yang paling menonjol dari definisidefinisi tersebut yaitu bahwa ciri utama dari Terorisme adalah dipergunakannya kekerasan atau ancaman kekerasan, sementara motivasi politis dalam terorisme sangat bervariasi, karena selain bermotif politis, terorisme seringkali dilakukan karena adanya dorongan fanatisme agama. Menurut A.C Manullang (pengamat intelijen) Terorisme adalah suatu cara untuk merebut kekuasaan dari kelompok lain, dipicu antara lain karena adanya pertentangan agama, ideologi dan etnis serta kesenjangan ekonomi, serta tersumbatnya komunikasi rakyat dengan pemerintah, atau karena adanya paham separatisme dan ideologi fanatisme. Menurut US Department of Defense tahun 1990, Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau tindakan yang mengandung ancaman dengan kekerasan atau paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik, agama atau ideologi tertentu.
Sekilas memang, makna terorisme mengacu pada tindak kekerasan semata terhadap orang lain hingga menimbulkan rasa takut secara meluas (massal). Seperti yang terjadi di Hotel JW Marriot & Hotel Ritz Carlton serta berbagai aksi-aksi sporadik lainnya bisa di kategorikan terorisme. Lantas, apakah makna tersebut mutlak memberikan definisi final terhadap terorisme yang terjadi di tengah masyarakat? Atau, apakah masih ada cakupan yang mengkaji secara komprehensif arti terorisme sesungguhnya? Hingga saat ini Lantas, definisi terorisme mulai mengalami masih simpang siur keberadaannya. reduksi makna, dari kekerasan (fisik & mental) mengarah kepada adanya pengaruh
4
ideologi Negara, potensi geografis suatu negara, kepentingan-kepentingan politik berbagai pihak terhadap Negara, dan lain sebagainya. Berbagai konvensi-konvensi di berbagai Negara telah berusaha mendefinisikan terorisme menurut negaranya masing-masing, seperti; States of the South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) Regional Convention on Suppression of Terrorism, 1970, 1973; Convention of the Organisation of the Islamic Conference on Combating International Terrorism, 1999; Treaty on Cooperation among the States Members of the Commonwealth of Independent States in Combating Terrorism, 1999; Organisation of African Unity (OAU), 1999; The Arab Convention on the Suppression of Terrorism 1998; European Convention on the Suppression of Terrorism, 1977. Alhasil, tidak ada yang dapat memberikan batasan yang jelas bagaimana sebenarnya bentuk terorisme tersebut. Semua tampak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan tertentu agar terkesan terorisme legal bagi “mereka” yang termotivasi oleh kepentingan fundamental yang dimilikinya masing-masing. Kepentingan-kepentingan yang terjadi tersebut tidak lantas memberikan gambaran penuh profil suatu masyarakat & Negara terhadap kepentingannya, namun dapat menjadikan --kosakata-- terorisme berubah penggunaannya sebagai “alat” dan “cara”
guna menjalankan kepentingan-kepentingan di luar aksi terorisme itu sendiri, baik kelompok yang disebut teroris juga negara. Apakah ini realitas dari terorisme? Tampaknya kita harus terus membaca para pengambil kebijakan (pemerintah) dan pelaku terorisme itu sendiri. Terorisme dalam perspektif lain Menurut saya terorisme sebuah aksi “simbolik”, terorisme adalah sebuah -respon-- dari sebuah komunitas masyarakat yang tidak puas oleh kinerja pemerintah, maka, masyarakat akan mengambil sebuah tindakan yang menurut Negara menyimpang (ekstrim) dari konstitusi, maka itulah terorisme. Terorisme dulu, kini dan yang akan datang tidak akan hilang manakala sebuah Negara dijalankan berseberangan dengan kehendak rakyatnya (kontra demokrasi?). Rakyat akan memberikan penghargaan dan kecintaan ketika sebuah Negara menjalankan fungsi & peran sebagaimana mestinya. Terorisme tdk tercipta dengan sendiri seperti jatuh dari langit. Selama keadilan, kesejahteraan, ketentraman & keamanan yg di idam-idamkan tdk pernah hadir di tengah masyarakat, begitu pula pemerintah yg abai serta masa bodoh dgn kondisi masyarakat selama itu pula terorisme akan hadir mewarnai perjalanan sebuah Negara. []
5
A
tas nama demokrasi, ribuan nyawa melayang di afghanistan, irak, dan belahan bumi dunia islam lainnya, sedang pemimpin-pemimpin hanya bungkam seribu bahasa.
atas nama demokrasi, anak-anak kami di telantarkan tidak bersekolah, bukan karena anak kami bodoh atau tdk memiliki alat transportasi ke sekolah tapi karena kami tidak memiliki dana utk membayarnya (sekolah). atas nama demokrasi, kami harus gigit jari, bukan karena tidak kebagian nasi waktu open house di istana negara, tapi sumber daya alam kami di angkut ke luar negeri dgn harga murah, minyak bumi dan gas kami di curi oleh maling-maling berdasi yg kalau turun dari mobil mengumbar senyum sembari menenteng uang hasil penjualan harta (sumber daya alam) kami.
6
atas nama demokrasi, perilaku generasi muda kami seperti binatang, pemerkosaan, pencabulan, free sex, pornografi, hampir tidak ada bedanya dgn babi yg beradegan mesum di kandang. foya-foya menjadi kegandrungan generasi muda kami.
atas nama demokrasi, agama kami dipermainkan, diperalat, bahkan demokrasi yg mereka gunakan membuat kami jauh dgn agama kami sendiri sehingga kami tidak mengenal siapa tuhan kami, nabi kami, kitab asli kami, mereka seenaknya memainkan regulasi yg tidak kami mengerti kemana capaiannya, mereka seperti hendak memperebut kekuasaan demi perut sendiri. atas nama demokrasi, anak kelaparan tidak lebih berharga di banding intan yg ditemukan di tengah penderitaan kami, mereka seenaknya menginjak harga diri kami, mereka tidak bergeming ketika mendengar kesakitan dan derita kami yg sekarat karena kelaparan, mereka dgn pongahnya hanya berdelik senyum tapi perbuatan tak pernah memuaskan kami, itu kah pemimpin yg kami pilih? atas nama demokrasi, keindahan toleransi agama kami mereka rusak, tatanan kekeluargaan yg sudah kami rajut puluhan bahkan ratusan tahun remuk oleh karena kerakusan dan sifat adu domba di antara pemimpin kami, ini kah pemimpin yg kami pilih melalui demokrasi?
7
atas nama demokrasi, segala peluh kerja keras kami mereka rampas menggunakan undang-undang dan peraturan yg mereka buat sendiri, hasil usaha dan keringat kami mereka sikat dan hanya menyisakan kulit yg tidak berarti buat kami, inikah pemimpin yg kami pilih melalui prosedur demokrasi?
apapun namanya-- kami ingin hidup dgn Tuhan kami yg telah memberikan napas, air, tanah dan jagad alam raya ini utk kami kuasai dgn syariatNya dan bukan yg lain. salam dari insan yg tak pernah lelah menolak demokrasi.
atas nama demokrasi, akhlak kami tidak beradab lagi, mereka tidak mempedulikan habitat kami yg harus hidup di tengah perkampungan kumuh perkotaan, di bawah jembatan yg harus mendengar suara mobil dan raungan motor berulang kali, apakah kami bisa menolaknya?
DEMOKRASI SONTOLOYO!!! []
catatan dari seorang yg tidak mengenal demokrasi, tidak mengenal kapitalisme, sosialisme dan para dedengkotnya, tetapi masih mengenal dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa saja, mengenal akhlak NabiNya, mendalami dan mengarungi belantara ilmu-ilmu alam yg diturunkan Allah rabbul 'alamin.
atas nama demokrasi, bayi harus mati siasia akibat pergaulan yg tidak di atur pemerintah, gadis-gadis harus hancur hidupnya akibat pemerintah yg tidak becus mengurus pergaulan kami, pemuda-pemudi yg gemar glamoritas dan materialistis akibat pemerintah adalah ujung pangkal keteladanannya. atas nama demokrasi, kami tidak menginginkan hal ini jika seandainya pemerintah juga yg menginginkannya. biarlah mereka hidup atas nama demokrasi karena kami bukan pendukung demokrasi --
8
a
da baiknya kita rehatkan sejenak dulu otot yg kaku, pikiran yg kusut dan mata yg agak sedikit keriput. kawan, dlm mempelajari hubungan rakyat pengusaha, penjual - pembeli, pengusaha pekerja, orang tua - anak, atasan bawahan, guru - murid, memang tidak selalu mutlak begitu adanya. kadang hubungan horizontal semacam itu mengingatkan kita dgn putaran roda yg selalu berputar setiap waktu. benar, seratus persen kau benar. sejatinya hidup tidak pernah ada di atas dan tidak selalu ada di bawah, mengapa? karena memang itu lah hidup, selalu berputar mengelilingi nasib manusia. tapi kawan, fakta ini saya fikir tidak ada rumusannya di dalam sistem jahanam semacam kapitalisme
dan komunisme. jika saja hukum dagang yg berlaku hanya untung (keuntungan) saja, maka kosakata rugi tidak pernah ada di dalam kamus pengusaha, kenapa? karena segala ragam cara akan dihalalkan utk mencari untung saja, hal yg sama akan terjadi pd guru di sekolah, jika kata untung saja yg ada dibenak guru kala mengajar kpd murid2nya, maka militan-militan kapitalisme akan tercipta pd waktu itu juga. hal yg sama berlaku jika ada orang tua tidak pernah mengajarkan budi pekerti (adab) yg baik kpd anak2nya, yg terjadi hanyalah mengejar dunia saja tidak ada fokus masa depan, akhirnya anak2 akan dibesarkan dgn pola hidup materialistis dan hedonistis, celakanya banyak orang tua yg menjual
Melawan
Tirani Tanpa Anarki 9
bayinya karena desakan ekonomi. jika kawan2 berfikir jernih sejenak, aspek ini timbul bukan tanpa sebab, bukan pula terjadi begitu saja sim salabim buss...!!! kun fayakun... haha.. terlalu menyederhanakan keadaan, padahal masalahnya tidak sederhana yg kita bayangkan. faktanya, pengusaha bukan karena tidak kasihan kpd pekerjanya sampai harus mengorbankan pekerja demi keuntungan saja, juga jgn salahkan guru yg mengajarkan murid2nya hanya karena mencari hidup yg layak, bukan fokus itu yg saya ingin gelontorkan disini. mengapa harus menyalahkan ibu yg menjual bayinya hanya karena tekanan ekonomi, mengapa harus menyalahkan maling hanya karena perutnya lapar yg minta di isi, mengapa menyalahkan ustadz, kiai yg menunggu-nunggu sambil menghitung tasbih berharap honor ceramahnya di bayar -minimal dana transport. mengapa dan mengapa? ada banyak pertanyaan yg harus di muntahkan, ada banyak peristiwa yg mewarnai umat islam di indonesia khususnya dan dunia umumnya yg harus segera di cari problem solvingnya. untuk itu hendaknya pembenahan pola pikir yg kita gunakan sekarang ini haruslah di ubah. mindset, worldview acapkali bersinggungan dgn problem mendasar lainnya yg sedang menghimpit seseorang. anda tidak mungkin berkelakar di depan tukang becak tentang "revolusi! revolusi! revolusi mendasar pak!! ubah kehidupan bapak dgn revolusi!"
sedangkan beliau tidak menahu apa itu revolusi. atau ketika kamu mendatangi tukang sayur kangkung yg tengah bongkar muat di tengah pasar yg sedang terik matahari membakar; "rubah keadaan dgn revolusi pak! jangan stagnan seperti ini! revolusi!" atau menghardik anggota dewan yg tengah melongo tidur ayam di ruang sidang dgn mengarahkan megaphone di depan telinganya; "wakil rakyat taek anjing! sukak korupsi, zinah, goblokh!!!" kawan, masalah kehidupan kita memang krusial (rumit) memang benar, tetapi kerumitan itu tdk lantas membuat kita buta mata pula mensikapi keadaan. tidak ba bi bu seperti memukul jambret di tengah pasar. bukan pula melempar batu seperti pendukung sepak bola yg kalah bertanding, lawanlah keadaan dgn kesederhanaan yg sanggup kamu lakukan. Buatlah seminar, buatlah majalah yg isinya melawan tirani yg telah membuat keadaan bangsa semakin pelik. Adakan aksi massa secara intelektual -tidak membakar ban setelah itu membuang sampahnya sembarangan. Hantam kultur budaya korupsi, nepotisme bangsa, khususnya hamtamlah sistem karut marut ini dgn sistem yg Maha Adil, bukan sistem yg tidak memiliki keadilan di dalamnya. Teguhkan keyakinanmu bahwa Allah akan menolong siapa pun yg menolong agamaNya utk eksis dimuka bumi ini, Allahu Akbar!!! []
10
adang saya sempat berfikir, kalau pajak yg diambil dari rakyat kemudian masuk ke kas negara, apakah itu sepenuhnya akan digunakan utk rakyat? sedangkan pemerintah tidak pernah memberitahu secara transparan --baik melalui media cetak & elektronik-- perihal kemana pajak itu akan digunakan. kebanyakan dari kita hanya menerima "beres" dan "asal jadi" semua keadaan pajak itu ketika di setor ke dinas perpajakan tanpa tau kemana akan digunakan.
k
jika dalihnya utk membayar pegawai yg bekerja kpd pemerintah (bisa di bilang pns), membangun infrastruktur dan fasilitas memadai lainnya, lalu bagaimana dgn pengemis, karyawan swasta, tukang becak yg notabene bukan sbg abdi pemerintah secara langsung tetapi juga warga negara apakah harus di nomor duakan? dlm arti tidak mendapat bagian dari pendapatan pajak yg diterima pemerintah. seharusnya penguasa harus memberikan noble penghargaan kepada pengemis, tukang becak, tukang
11
sayur, buruh pabrik, buruh bangunan atas jasanya yg tak kenal lelah sudah membayar pajak setiap hari kepada pemerintah. beda halnya dgn pegawai negeri, mereka mendapatkan penghasilan (gaji) yg justru di kembalikan dlm bentuk pajak --apa pun itu bentuknya. kawan-kawan bisa menjumpai pajak dlm kehidupan sehari-hari. bangun pagi kita menghadapi sarapan mi goreng yg harganya bukan premium lagi (harga langsung produsen) tetapi sudah di bebankan dgn pajak, menggunakan sikat & pasta gigi yg telah di bebankan pajak, mandi pun masih menggunakan sabun dan shampo yg didlmnya udah dibebankan pajak. seluruh kehidupan kita telah di bebankan dgn pajak, bahkan jika kamu makan di warung murah sekali pun itu juga sudah di bebankan ke pajak, mulai dari antar jemput bahan baku (bensin, solar de el el), alat-alat dapur utk mengolah bahan pangan itu pun tidak lepas dari pajak. seluruhnya sudah di bebankan ke rumusan pajak pertambahan nilai, belum lagi hal lainnya. maka pantas jika pemerintah kita hampir 90 persennya dihidupi oleh rakyatnya sendiri melalui instrumen pajak, dari baju presiden, rumah, mobil, perkakas dapur, perabot rumah tangga, naik ke tempat tidur
dan dandanan istri presiden pun di biayai oleh pajak yg di bayarkan oleh rakyat. regulasi semacam ini lah yg membuat pemerintah masih eksis hingga detik ini. saya saja yg tidak akan membuat NPWP kapan pun tidak akan membayarkan pajak itu sampai pemerintah memberikan transparansi data kemana uang saya akan digunakan, walau pun sebenarnya saya makan dan minum sudah di bebankan ke pajak.. aarghhhh. inilah contoh negara neo-liberalisme yg tengah meluncur ke negara feodal, negara yg tidak mengakui batas-batas dan norma-norma -sekali pun legislatornya orang yg memiliki agama--, bagaimana pun juga fakta keekonomian rakyat sangatlah sedikit, tidak semua memiliki akses data kemana hendak mencari sesuap nasi yg murah karena toh seluruhnya sudah sangat "diberatkan" oleh pajak. padahal, sumberdaya alam yg dimiliki indonesia sangat mungkin utk menutupi bahkan menutupi alokasi pajak yg dibayarkan rakyat. mirisnya, penguasa tiran ini justru menjual aset sumberdaya terpenting itu utk asing, bagaimana hendak memakmurkan dan mensejahterakan rakyat kalau fakta seperti ini justru dibebankan kepada rakyat melalui regulasi pajak yg sangat tidak masuk akal. []
12
50
Indikasi Destruktif
Dengan memohon taufiq kepada Allah, kami berusaha memaparkan beberapa indikasi destruktif (kerusakan) demokrasi, pemilihan umum dan berpartai: 1. Demokrasi dan hal-hal yang berkaitan dengannya berupa partai-partai dan pemilihan umum merupakan manhaj jahiliyah yang bertentangan dengan Islam, maka tidak mungkin sistem ini dipadukan dengan Islam karena Islam adalah cahaya sedangkan demokrasi adalah kegelapan. "Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat dan tidak (pula) kegelapan dengan cahaya." (Surat Faathir:19-20) Islam adalah hidayah dan petunjuk sedangkan demokrasi adalah penyimpangan dan kesesatan. "Sungguh telas jelas petunjuk daripada kesesatan." (Surat Al-Baqarah: 256)
Islam adalah manhaj rabbani yang bersumber dari langit sedangkan demokrasi adalah produk buatan manusia dari bumi. Sangat jauh perbedaan antara keduanya. 2. Terjun ke dalam kancah demokrasi mengandung unsur ketaatan kepada orang-orang kafir baik itu orang Yahudi, Nasrani atau yang lainnya, padahal kita telah dilarang untuk menaati mereka dan diperintahkan untuk menyelisihi mereka, sebagaimana hal ini telah diketahui secara lugas dan gamblang dalam dien. Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menaati
13
sekelompok orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir setelah kamu beriman." (Surat Ali 'Imran: 100) "Karena itu janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan AlQuran dengan jihad yang besar." (Surat Al-Furqaan: 52) "Dan janganlah kamu menaati orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung(mu)." (Surat Al-Ahzaab: 48) Dan ayat-ayat yang senada dengan ini sangat banyak dan telah menjadi maklum. 3. Sistem demokrasi memisahkan antara dien dan kehidupan, yakni dengan mengesampingkan syari'at Allah dari berbagai lini kehidupan dan menyandarkan hukum kepada rakyat agar mereka dapat menyalurkan hak demokrasi mereka --seperti yang mereka katakan-- melalui kotak-kotak pemilu atau melalui wakil-wakil mereka yang duduk di Majelis Perwakilan. 4. Sistem demokrasi membuka lebar-lebar pintu kemurtadan dan zindiq, karena di bawah naungan sistem thaghut ini memungkinkan bagi setiap pemeluk agama, madzhab atau aliran tertentu untuk membentuk sebuah partai dan menerbitkan mass media untuk menyebarkan ajaran mereka yang menyimpang dari dienullah dengan dalih toleransi dalam mengeluarkan pendapat, maka bagaimana mungkin setelah itu dikatakan, "Sesungguhnya sistem demokrasi itu sesuai dengan syura dan merupakan satu keistimewaan yang telah hilang dari kaum muslimin sejak lebih dari seribu tahun yang lalu,"
sebagaimana ditegaskan oleh sejumlah orang jahil, bahkan (ironisnya) hal ini juga telah ditegaskan oleh sejumlah partai Islam yang dalam salah satu pernyataan resminya disebutkan: "Sesungguhnya demokrasi dan beragamnya partai merupakan satu-satunya pilihan kami untuk membawa negeri ini menuju masa depan yang lebih baik." 5. Sistem demokrasi membuka pintu syahwat dan sikap permissivisme (menghalalkan segala cara) seperti minum arak, mabuk-mabukan, bermain musik, berbuat kefasikan, berzina, menjamurnya gedung bioskop dan hal-hal lainnya yang melanggar aturan Allah di bawah semboyan demokrasi yang populer, "Biarkan dia berbuat semaunya, biarkan dia lewat dari mana saja ia mau," juga di bawah semboyan "menjaga kebebasan individu." 6. Sistem demokrasi membuka pintu perpecahan dan perselisihan, mendukung program-program kolonialisme yang bertujuan memecah-belah dunia Islam ke dalam sukuisme, nasionalisme, negaranegara kecil, fanatisme golongan dan kepartaian. Hal ini bertentangan dengan firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Rabbmu, maka bertaqwalah kepada-Ku." (Surat Al-Mukminun: 52) Juga bertentangan dengan firman Allah Ta'ala: "Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (dien) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai." (Surat Ali 'Imran: 103) Dan firman-Nya: "Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu gagal dan hilang kekuatanmu." (Surat Al-Anfal: 46)
14
7. Sesungguhnya orang yang bergelut dengan sistem demokrasi harus mengakui institusi-institusi dan prinsip-prinsip kekafiran, seperti piagam PBB, deklarasi Dewan Keamanan, undang-undang kepartaian dan ikatan-ikatan lainnya yang menyelisihi syari'at Islam. Jika ia tidak mau mengakuinya, maka ia dilarang untuk melaksanakan aktivitas kepartaiannya dan dituduh sebagai seorang ekstrim dan teroris, tidak mendukung terciptanya perdamaian dunia dan kehidupan yang aman. 8. Sistem demokrasi memvakumkan hukum-hukum syar'i seperti jihad, hisbah, amar ma'ruf nahi munkar, hukum terhadap orang yang murtad, pembayaran jizyah, perbudakan dan hukum-hukum lainnya. 9. Orang-orang murtad dan munafiq dalam naungan sistem demokrasi dikategorikan ke dalam warga negara yang potensial, baik dan mukhlis, padahal dalam tinjauan syar'i mereka tidak seperti itu. 10. Demokrasi dan pemilu bertumpu kepada suara mayoritas tanpa tolak ukur yang syar'i. Sedangkan Allah Ta'ala telah berfirman: “Dan jika kamu mentaati kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (Surat Al-An'am: 116) "Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahui." (Surat Al-A'raf: 187) "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (Surat Saba': 13) 11. Sistem ini membuat kita lengah akan tabiat pergolakan antara jahiliyah dan Islam, antara haq dan batil, karena keberadaan salah satu di antara keduanya mengharuskan lenyapnya yang lain, selamanya tidak mungkin keduanya akan bersatu. Barangsiapa mengira bahwa dengan melalui
pemilihan umum fraksi-fraksi jahiliyah akan menyerahkan semua institusi-institusi mereka kepada Islam, ini jelas bertentangan dengan rasio, nash dan sunah (keputusan Allah) yang telah berlaku atas umat-umat terdahulu. "Tiadalah yang mereka nanti melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) atas orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan bagi sunnatullah dan sekalikali tidak (pula) akan mendapati perpindahan bagi sunnatullah itu." (Surat Faathir: 43) 12. Sistem demokrasi ini akan menyebabkan terkikisnya nilai-nilai aqidah yang benar yang diyakini dan diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya yang mulia, akan menyebabkan tersebarnya bid'ah, tidak dipelajari dan disebarkannya aqidah yang benar ini kepada manusia, karena ajaran-ajarannya menyebabkan terjadi perpecahan di kalangan anggota partai, bahkan dapat menyebabkan seseorang keluar dari partai tersebut sehingga dapat mengurangi jumlah perolehan suara dan pemilihnya. 13. Sistem demokrasi tidak membedakan antara orang yang alim dengan orang yang jahil, antara orang yang mukmin dengan orang kafir, dan antara laki-laki dengan perempuan, karena mereka semuanya memiliki hak suara yang sama, tanpa dilihat kelebihannya dari sisi syar'i. padahal Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah! Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (Surat Az-Zumar: 9) Dan Allah Ta'ala berfirman: "Maka apakah orang yang beriman itu sama seperti orang yang fasiq? Mereka tidaklah sama." (Surat As-
15
Sajdah: 18) Dan Allah Ta'ala berfirman: "Maka apakah Kami patut menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu berbuat demikian, bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (Surat Al-Qalam: 35-36) Dan Allah Ta'ala berfirman: "Dan anak laki-laki (yang ia nadzarkan itu) tidaklah seperti anak perempuan (yang ia lahirkan)." (Surat Ali Imran: 38) 14. Sistem ini menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan para aktivis dakwah dan jamaah-jamaah Islamiyah, karena terjun dan berkiprahnya sebagian dari mereka ke dalam sistem ini (mau tidak mau) akan membuat mereka mendukung dan membelanya serta berusaha untuk mengharumkan nama baiknya yang pada gilirannya akan memusuhi siapa yang dimusuhi oleh sistem ini dan mendukung serta membela siapa yang didukung dan dibela oleh sistem ini, maka ujung-ujungnya fatwa pun akan simpangsiur tidak memiliki kepastian antara yang membolehkan dan yang melarang, antara yang memuji dan yang mencela. 15. Di bawah naungan sistem demokrasi permasalahan wala' dan bara' menjadi tidak jelas dan samar, oleh karenanya ada sebagian orang yang berkecimpung dan menggeluti sistem ini menegaskan bahwa perselisihan mereka dengan partai sosialis, partai baath dan partai-partai sekuler lainnya hanya sebatas perselisihan di bidang program saja bukan perselisihan di bidang manhaj dan tak lain seperti perselisihan yang terjadi antara empat madzhab, dan mereka mengadakan ikatan perjanjian dan konfederasi untuk tidak mengkafirkan
satu sama lain dan tidak mengkhianati satu sama lain, oleh karenanya mereka mengatakan adanya perselisihan jangan sampai merusakkan kasih sayang antar sesama!! 16. Sistem ini akan mengarah pada tegaknya konfederasi semu dengan partai-partai sekuler, sebagai telah terjadi pada hari ini. 17. Sangat dominan bagi orang yang berkiprah dalam kancah demokrasi akan rusak niatnya, karena setiap partai berusaha dan berambisi untuk membela partainya serta memanfaatkan semua fasilitas dan sarana yang ada untuk menghimpun dan menggalang massa yang ada di sekitarnya, khususnya sarana yang bernuansa religius seperti ceramah, pemberian nasehat, ta'lim, shadaqah dan lain-lain. 18. (Terjun ke dalam kancah demokrasi) juga akan mengakibatkan rusaknya nilai-nilai akhlaq yang mulia seperti kejujuran, transparansi (keterusterangan) dan memenuhi janji, dan menjamurnya kedustaan, berpura-pura (basa-basi) dan ingkar janji. 19. Demikian pula akan melahirkan sifat sombong dan meremehkan orang lain serta bangga dengan pendapatnya masing-masing karena yang menjadi ini permasalahan adalah mempertahankan pendapat. Dan Allah Ta'ala telah berfirman: "Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada di sisi mereka (masing-masing)." (Surat AlMukminun: 53) 20. Kalau kita mau mencermati dan meneliti dengan seksama, berikrar dan mengakui demokrasi berarti menikam (menghujat) para Rasul dan risalah (misi kerasulan) mereka, karena al-haq (kebenaran) kalau diketahui melalui suara yang terbanyak dari rakyat, maka tidak ada artinya diutusnya para Rasul dan
16
diturunkannya kitab-kitab, apalagi biasanya ajaran yang dibawa oleh para Rasul banyak menyelisihi mayoritas manusia yang menganut aqidah yang sesat dan menyimpang dan memiliki tradisi-tradisi jahiliyah. 21. Sistem demokrasi membuka pintu keraguan dan syubhat serta menggoncangkan aqidah umat Islam, terlebih lagi kita hidup di masa dimana ulama robbaninya sangat sedikit sedang kebodohan tersebar dimana-mana. Maka lantaran terbatasnya ilmu, banyak orang-orang awam yang jiwanya down dan goncang dalam menghadapi gelombang besar dan arus deras dari berbagai partai, surat kabar, dan pemikiran-pemikiran yang destruktif. 22. Melalui dewan-dewan perwakilan dapat diketahui bahwa sesungguhnya sistem demokrasi berdiri di atas asas tidak mengakui adanya AlHakimiyah Lillah (hak pemilikian hukum bagi Allah), maka terjun ke dalam sistem demokrasi kalau bertujuan untuk menegakkan argumen-argumen dari Al-Quran dan Sunnah maka hal ini tidak mungkin diterima oleh anggota dewan karena yang dijadikan hujjah oleh mereka adalah suara mayoritas dan andapun mau tidak mau harus mengakui suara mayoritas tersebut, maka bagaimana anda akan menegakkan hujjah dengan Al-Quran dan Sunnah sedangkan mereka tidak mengakui keduanya. Meskipun anda menguatkan (argumen anda) dengan berbagai dalil-dalil syar'i maka dalam pandangan mereka hal itu tidak lebih dari sekedar pendapat anda saja, bagi mereka dalil-dalil tersebut tidak memiliki nilai sakral sedikitpun karena mereka menginginkan --seperti yang mereka katakan-- untuk membebaskan diri dari hukum ghaib yang tidak bersumber dari suara mayoritas dan pertama kali
yang mereka tentang adalah hukum Allah dan RasulNya. Maka pengakuan anda terhadap prinsip thaghut ini --yakni kebijakan hukum di tangan suara mayoritas dan pengakuan anda akan hal itu demi memenuhi tuntutan massamu-- berarti meruntuhkan prinsip "hak pemilikan dan penentuan hukum mutlaq bagi Allah semata." Dan manakala anda menyepakati bahwa suara mayoritas merupakan hujjah yang dapat menyelesaikan perselisihan maka tidak ada gunanya lagi anda membaca Al-Quran dan hadits karena keduanya bukan hujjah yang disepakati di antara kalian. 23. Kita tanyakan kepada para aktivis dakwah yang tertipu dengan sistem ini: Jika kalian sudah sampai pada tampuk kekuasaan apakah kalian akan menghapuskan demokrasi dan melarang eksisnya partai-partai sekuler? Padahal kalian telah sepakat dengan partai-partai lain sesuai dengan undangundang kepartaian bahwa pemerintahan akan dilaksanakan secara demokrasi dengan memberi kesempatan kepada seluruh partai untuk berpartisipasi aktif. Jika kalian mengatakan bahwa sistem demokrasi ini akan dihapus dan partai-partai sekuler dilarang untuk eksis berarti kalian berkhianat dan mengingkari perjanjian kalian merkipun perjanjian tersebut (pada hakekatnya) adalah bathil. Sedangkan Allah Ta'ala telah berfirman: "Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu kaum (golongan), maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat." (Surat Al-Anfal: 58) Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Akan ditancapkan sebuah bendera bagi setiap orang yang ingkar pada hari kiamat kelak." (HR.
17
Bukhary) Adapun hadits yang menyatakan bahwa perang itu adalah tipu daya, tidak termasuk dalam pembahasan ini. Dan jika kalian mengatakan kami akan menegakkan hukum demokrasi dan mentolerir berdirinya partai-partai berarti ini bukanlah pemerintahan yang Islami. 24. Sistem demokrasi bertentangan dengan prinsip taghyir (perubahan) dalam Islam yang dimulai dari mencabut segala yang berbau jahiliyah dari akarakarnya lalu mengishlah (memperbaiki) jiwa-jiwa manusia. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada diri mereka sendiri." (Surat Ar-Ra'du: 11) Maka prinsip perbaikan ekonomi, politik dan sosial adalah mengikuti perbaikan jiwa manusiamanusianya, bukan sebaliknya. 25. Sistem ini bertentangan dengan nash-nash yang qath'i yang mengharamkan menyerupai orangorang kafir baik dalam akhlaq, gaya hidup, tradisi ataupun sistem dan perundang-undangan mereka. 26. Dan yang sangat membahayakan, sistem demokrasi dan pemilu dapat mengestablishkan (mengukuhkan posisi) orang-orang kafir dan munafiq untuk memegang kendali kekuasaan atas kaum muslimin --dengan cara yang syar'i-- menurut perkiraan sebagian orang-orang yang jahil. Padahal Allah Ta'ala telah berfirman: "Janji-Ku (untuk menjadikan keturunan Nabi Ibrahim sebagai pemimpin) ini tidak mengenai orang-orang dzalim." (Surat Al-Baqarah: 124) Dan Allah Ta'ala berfirman: "Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan
orang-orang yang beriman." (Surat An-Nisaa': 141) Berapa banyak orang-orang muslim yang awam tertipu dengan sistem seperti ini sehingga mereka mengira bahwa pemilu adalah cara yang syar'i untuk memilih seorang pemimpin!! 27. Demokrasi mengaburkan dan meruntuhkan pengertian syura yang benar, karena minimal syura itu berbeda dengan demokrasi dalam tiga prinsip dasar: a. Dalam sistem syura, sebagai pembuat dan penentu hukum adalah Allah sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Menetapkan hukum itu adalah hak Allah." (Surat AlAn'am: 57) Sedangkan demokrasi tidak seperti itu karena penentu hukum dan kebijaksanaan berada pada selain Allah (yakni di tangan suara mayoritas). b. Syura dalam Islam hanya diterapkan dalam masalah-masalah ijtihadi yang tidak ada nashnya ataupun ijma', sedangkan demokrasi tidaklah demikian. c. Syura dalam Islam hanya terbatas dilakukan oleh orang-orang yang termasuk dalam Ahlu'l-Halli wa'lAqdi, orang-orang yang berpengalaman dan mempunyai spesifikasi tertentu, sedangkan demokrasi tidak seperti itu sebagaimana telah dijelaskan pada point terdahulu. 28. Terjun ke dalam kancah demokrasi akan dihadapkan pada perkara-perkara kufur dan menghujat syariat Allah, mengolok-oloknya dan mencemooh orang-orang yang berusaha untuk menegakkannya, karena setiap kali dijelaskan kepada mereka bahwa hukum yang mereka buat bertentangan dengan ajaran Islam, mereka akan mencemooh syariat Islam yang bertentangan dengan
18
undang-undang mereka dan mencemooh orangorang yang berusaha untuk memperjuangkannya. Maka menutup erat-erat pintu yang menuju ke sana dalam hal ini sangat diperlukan. Allah Ta'ala berfirman: "Oleh sebab itu berilah peringatan, karena peringatan itu sangat bermanfaat." (Surat Al-A'la: 9) Dan Allah Ta'ala berfirman: "Dan janganlah kamu memaki-maki sesembahansesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." (Surat AlAn'am: 108) 29. Masuk ke dalam kancah demokrasi dapat menyingkap data-data tentang harakah Islamiyah dan sejauh mana peran dan pengaruhnya terhadap rakyat yang pada gilirannya harakah tersebut akan dihabisi dan dimusnahkan sampai ke markasnya. Maka jelas hal ini sangat merugikan dan membahayakan sekali. 30. Demokrasi akan membuat harakah Islamiyah dikendalikan oleh orang-orang yang tidak kufu' (yang tidak memiliki pengetahunan dan pemahaman tentang Dien yang cukup), karena yang menjadi pemimpin harus sesuai dengan hasil partai dalam sistem kerja maupun pelaksanaan programnya harus sesuai dengan asas pemilu. 31. Dari hasil kajian dan pemantauan langsung di lapangan telah terbukti gagal dan tidak ada manfaatnya sistem ini, di mana banyak para aktivis dakwah di pelbagai negara seperti Mesir, Aljazair, Tunisia, Yordania, Yaman, dan lain-lain yang telah ikut berperan dalam pentas demokrasi ini, namun hasilnya sama-sama telah diketahui "hanya sekedar mimpi dan fatamorgana" sampai kapan kita masih
akan tertipu? 32. Orang yang mau memperhatikan dan mencermati akan tahu bahwa sistem demokrasi akan menyimpangkan alur shahwah Islamiyah (kebangkitan Islam) dari garis perjalanannya, melalaikan akan tujuan dasarnya dan juga akan menjurus kepada perubahan total yang mendasar dan menyeluruh, yang hanya bertumpu pada prediksi dan khayalan belaka. 33. (Diberlakukannya sistem demokrasi) berarti menafikan peran ulama dan menghilangkan kedudukan mereka di mata masyarakat padahal merekalah yang memiliki ilmu dan menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, karena mereka sudah tidak lagi ditaati dan dijadikan sebagai pemimpin lantaran kebijaksanaan hukum berada di tangan mayoritas. 34. Sistem demokrasi memupuskan minat dan semangat untuk mendalami ilmu syar'i dan tafaqquh fi'd-dien dan menyibukkan manusia dalam hal-hal yang tidak bermanfaat. 35. Sistem demokrasi menyebabkan terhentinya ijtihad, karena tidak ada istilah mujtahid dan muqollid dalam barometer demokrasi, semuanya adalah mujtahid tanpa perlu memiliki perangkat ijtihad atau melihat kepada dalil-dalil syar'i. 36. Sistem ini dapat menyebabkan hancur dan binasanya harakah Islamiyah, karena sering kali harakah-harakah ini bertikai dan berkonfrontasi dengan orang-orang yang menyelisihi mereka tanpa mempunyai kemampuan dan persiapan untuk menghadapi musuh. 37. Menurut sebagian aktivis dakwah, tujuan mereka masuk ke dalam sistem ini adalah untuk menegakkan hukum Allah. Padahal mereka tidak akan mewujudkannya kecuali dengan mengakui
19
bahwa rakyat adalah sebagai penentu dan pembuat hukum, ini berarti ia telah menghancurkan tujuan (yang ingin dicapainya) dengan sarana yang dipergunakannya. 38. Demokrasi adalah sebuah sistem yang menipu rakyat pada hari ini, dengan propagandanya hukum berada di tangan rakyat dan rakyatlah sebagai pemegang keputusan, padahal pada hakekatnya tidaklah demikian. 39. Demokrasi menyita dan menghabiskan waktu dan tenaga para ulama dan aktivis dakwah, dan membuat mereka lalai dari membina umat dan dari berkonsentrasi untuk mengajarkan dienul Islam kepada manusia. 40. Dalam sistem demokrasi kekuasaan dibatasi sampai pada masa tertentu, jika masanya telah berakhir maka ia harus turun untuk digantikan dengan yang lainnya., kalau tidak maka akan terjadi pertikaian dan peperangan, padahal bisa jadi sebenarnya dialah yang paling berhak (karena memiliki kemampuan dan kecakapan yang memenuhi persyaratan sebagai seorang pemimpin) namun karena masa jabatannya telah habis ia diganti oleh orang lain yang tidak memiliki kemampuan seperti dirinya. Maka hal ini akan membuka pintu fitnah dan sikap membelot dari penguasa yang sah, padahal telah diketahui bahwa keluar (membelot) dari penguasa itu tidak boleh kecuali jika penguasa tersebut terlihat melakukan kekafiran yang nyata dan pembelotannya dapat mewujudkan kemaslahatan yang berarti serta memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. 41. Dewan-dewan perwakilan adalah dewan-dewan thaghut yang tidak dapat dipercaya untuk mengakui bahwa pemilik dan penentu hukum secara mutlaq
adalah Allah, maka tidak boleh duduk bersama mereka di bawah payung demokrasi, karena Allah Ta'ala telah berfirman: "Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Quran, bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan dicemoohkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orangorang kafir di dalam jahannam." (Surat An-Nisaa': 140) Dan juga dalam firman-Nya: "Dan apabila kamu melihat orang-orang menghina ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini) maka janganlah kamu duduk lagi bersama orangorang yang dzalim itu sesuadah teringat (akan larangan itu)." (Surat Al-An'am: 68) 42. Demokrasi pada hakekatnya menikam (menghujat) Allah serta melecehkan hikmah dan syariat-Nya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: Pertama, kita katakan sesungguhnya Allah telah mengutus para Rasul dan mewajibkan manusia untuk menaati mereka, mengancam orang yang tidak taat dengan neraka dan kebinasaan, menurunkan kitabkitab suci sebagai pemutus perkara di antara manusia. Dia menghalalkan dan mengharamkan, mewajibkan, memakruhkan dan mensunnahkan, memuji dan mencela, menghinakan dan memuliakan, mengangkat suatu kaum dan menjatuhkan kaum
20
yang lain tanpa memandang dan melihat kondisi dan keadaan yang menyelisihi ajaran para Rasul. Bahkan ketika para Rasul tersebut datang, mayoritas manusia --kalau kita tidak mengatakan semuanya--dalam kesesatan dan dalam kungkungan kejahiliyahan yang membabi buta. Maka sekiranya demokrasi dan hak membuat dan memutuskan hukum yang berada di tangan rakyat itu benar, berarti semua perbuatan yang telah dilakukan Allah ini sia-sia belaka. Maha Suci Allah atas semua hal ini. Kedua, kita katakan sekiranya demokrasi itu haq (benar), niscaya diturunkannya kitab-kitab suci dan diutusnya para Rasul merupakan tindakan semenamena dan dzalim serta berbenturan dengan pendapat dan hak manusia untuk menghukumi mereka dengan hukum mereka sendiri. Maha Suci Allah dari segala bentuk kedzaliman. Ketiga, sekiranya demokrasi itu haq, niscaya hukum tentang jihad dan tumpahnya darah orang-orang kafir yang menentang Islam serta hukum membayar jizyah dan perbudakan adalah tindak kedzaliman bagi mereka dan bertentangan dengan pendapatpendapat mereka yang destruktif. Sikap seperti ini berarti menghujat syari'at Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sisi lain, sekiranya demokrasi itu haq, niscaya pengusiran iblis dari surga, pembinasaan kaum Nabi Nuh, ditenggelamkannya Fir'aun dan pasukannya serta kebinasaan yang menimpa kaum Nabi Hud, Shalih, Syu'aib, dan Luth, ini semua merupakan tindak kedzaliman atas mereka karena Allah mengadzab mereka lantaran pemikiran-pemikiran dan aqidah mereka yang destruktif. Sisi lain, sekiranya demokrasi itu haq, niscaya hukuman rajam terhadap orang yang berzina dan hukuman cambuk terhadap orang yang minum arak merupakan tindak
kekerasan dan kekejaman, dan mengusik kebebasan individu seperti dikatakan oleh orang-orang dzalim. "Alangkah busuknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta." (Surat Al-Kahfi: 5) Maha Tinggi Allah atas apa-apa yang diucapkan oleh orang-orang yang dzalim. 43. Di bawah naungan sistem demokrasi berbagai bid'ah dan kesesatan dengan berbagai macam pola tumbuh subur dan orang-orang yang menyerukannya dari berbagai thoriqot dan firqoh seperti Syiah, Rafidlah, Sufiah, Mu'tazilah, Kebatinan, dan lainlainnya pun bermunculan. Bahkan di bawah naungan sistem ini mereka mendapatkan dukungan dan dorongan dari orang-orang munafik yang berada di dalamnya dan juga dari kekuatan-kekuatan yang terselubung dari pihak luar. Dan Allah tetap memiliki urusan terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya. 44. Sebaliknya bertubi-tubi tuduhan dan dakwaan yang ditujukan kepada para aktivis dakwah dengan menjelekkan citra mereka di mata masyarakat umum sehingga mereka dijuluki sebagai pencari kedudukan, harta dan jabatan, dan mereka juga dijuluki sebagai penjilat dan masih banyak lagi julukan-julukan dusta lainnya sebagai akibat diberlakukannya asas bebas berbicara dan mengeluarkan pendapat serta menghujat harga diri orang lain. 45. Orang yang berada di dalam sistem ini dipaksa untuk bergabung dalam satu barisan bersama partai-partai murtad dan zindiq dalam mempertahankan prinsip-prinsip jahiliyah seperti deklarasi-deklarasi internasional, kebebasan pers, kebebasan berpikir, kebebasan etnis Arab, 46. Sistem ini akan mengakibatkan hancurnya perekonomian dan disia-siakannya harta rakyat,
21
karena anggaran belanja negara akan dialokasikan oleh partai-partai berkuasa demi memenuhi ambisi mereka dengan membangun gedung-gedung dan menjalankan kampanye pemilihan umum sesuai dengan yang mereka rencanakan dan agar partaipartai tersebut dapat mewujudkan pembelian dukungan (penggalangan dan pengumpulan massa) dengan iming-iming materi yang menggiurkan. 47. Sistem ini memadukan antara haq dan bathil, jahiliyah dan Islam, serta antara ilmu dan kebodohan. 48. Demokrasi mencabik-cabik jati diri umat Islam dan menjatuhkan kewibawaan mereka melalui penghujatan atas syari'at dan tuduhan bahwa syari'at tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kondisi zaman, juga melalui pengebirian sejarah dan hukum Islam dan mengilustrasikan bahwa Islam itu diktator tidak seperti demokrasi. Di samping itu demokrasi berarti meleburkan umat Islam secara membabi buta ke dalam satu wadah bersama orangorang barat dari golongan Yahudi dan Nasrani yang memendam dendam kesumat kepada umat Islam. 49. Sistem ini akan membuat labilnya keamanan suatu negeri dan terjadinya persaingan antar partai yang tidak berujung pangkal, maka manakala sistem ini diterapkan di suatu negara, niscaya akan tersebar rasa takut, cemas, persaingan antar penganut aqidah, aliran, fanatisme golongan dan keturunan, sikap oportunis dan bentuk-bentuk persaingan tidak sehat lainnya. 50. Kalaupun ada kemaslahatan yang dapat dipetik
dari berkiprah dalam demokrasi dan pemilihan umum, kemaslahatan ini masih bersifat parsial dan masih samar jika dibandingkan dengan sebagian kerusakan besar yang ditimbulkannya apalagi jika dibandingkan dengan keseluruhannya. Dan orang yang mengamati secara obyektif atas sebagian yang telah disebutkan akan menjadi jelas baginya ketimpangan sistem thoghut ini dan jauhnya dari dienullah bahkan sesungguhnya demokrasi adalah aliran dan sistem yang paling berbahaya yang dipraktekkan di dunia saat ini, ia merupakan induk kekafiran, dimana memungkinkan setiap aliran dan agama baik itu Yahudi, Nasrani, Majusi, Budha, Hindu dan Islam untuk hidup di bawah naungannya. Dalam barometer demokrasi semua pendapat mereka dihargai dan didengar, mereka berhak untuk mempraktekkan dan mengamalkan aqidah mereka dengan seluruh sarana dan fasilitas yang ada. Cukuplah hal ini sebagai tanda zindiq dan keluar dari dien Islam, maka bagaimana mungkin setelah ini dikatakan sesungguhnya demokrasi itu sesuai dengan Islam atau Islam itu adalah sistem demokrasi atau demokrasi itu adalah syura sebagaimana dikatakan oleh sejumlah orang yang menggembargemborkan sistem ini sebagai sistem Islam. [Khomsuuna Mafsadah Jaliyyahmin Mafaasidi'd-Dimoqratiyyah wa'l-Intikhobaat wa'lHizbiyyah, Penulis : Syeikh Abdul Majid bin Mahmud Ar-Reimy]
22
D
i dlm kehidupan ini seringkali kita jumpai hal-hal yg menyenangkan kita atau hal-hal yg tidak menyenangkan kita, termasuk dalam hal berdiskusi. yg namanya diskusi tentu kata sepakat dan tidak sepakat adalah hal yg wajar, karena utk itulah sebuah diskusi digelar. perdebatan antara islam dan demokrasi kadang membuat hal yg sebenarnya putih bisa menjadi hitam dan hal yg sebenarnya sudah hitam bisa berubah menjadi putih. Berikut ini adalah hasil diskusi saya di politikana.com yg mana topicnya mengenai 'seperti apakah negara syariah?'. (Artikel sudah saya edit seperlunya) ......... Setelah saya membaca, merenung dan mengamati tulisan saya terdahulu, saya tidak mendapatkan adanya “penyamarataan” keadilan spt yg anda maksud, yg saya dapatkan hanya keluh kesah saya tentang mencari di mana letak keadilan di dalam demokrasi? (berikut kutipan tulisan saya, “mereka berbicara HAM, sedang HAT (Hak Asasi Tuhan) tidak pernah mereka tunaikan, mereka berbicara emansipasi wanita, emansipasi spt apa? (Wanita menggantikan pria bekerja & pria menggantikan wanita hamil?), mereka berbicara “kita harus menegakkan keadilan dan kedamaian”, sedang keadilan & kedamaian thdp pemeluk agama lain di abaikan (kasus ahmadiyah)….. gak usah jauh-jauh, ambil contoh kasus FPI yg menyerang AKKBB beberapa tahun lalu, mereka dituduh subversif (pemecah belah) karena melakukan kekerasan di muka umum bahkan dituduh teroris (preman berjubah --label yg diberikan oleh islam liberal), namun apa jadinya jika itu terjadi ketika para suporter sepakbola saling tawuran di jalan? Toh sama-sama menggunakan kekerasan toh…?
Apakah itu berlaku juga bagi suporter bola? Saya hanya bisa terheran-heran menyaksikan stigma itu terjadi. Ketidak adilan inilah yg saya rasakan, andaikan Bush dituduh teroris pun saya dukung, justru itu tidak terjadi, dunia nampaknya diam atas kekejamannya membantai 1 juta warga Irak! Ketika Imam Samudera hanya tinggal diam menunggu waktu hukuman eksekusi tiba, justru Bush di sambut dgn mulia oleh SBY walaupun harus menelan dana milyaran rupiah. Dimana letak keadilan? Jika keadilan ada di demokrasi, mengapa rakyat miskin tidak pernah merasakan pendidikan tinggi? Jika keadilan ada di demokrasi, mengapa Freeport seolah dibiarkan merampok berton-ton emas di papua? Jika keadilan ada di demokrasi, mengapa wacana syariah selalu menjadi sasaran 'empuk' yg sudah out of date bahkan tak layak lagi mengelola negara? Jika saudara konsisten dgn sikap pragmatisnya (realitas), saran saya adalah, jgn ragu untuk mengatakan juga bahwa
23
demokrasi out of date, demokrasi juga gagal dlm usahanya mensejahterakan rakyat diseluruh dunia… demokrasi gagal memberikan keadilan dan kedamaian kepada semua pemeluk agama. Itu menurut saya lebih bijak daripada harus terus membelalakan mata thdp syariah sedang ketika demokrasi nyata di depan mata sudah semakin rusak anda menutup mata…”) coba deh dilihat lagi…
aturan yg 'seharusnya (das sollen)'. Jadi, kpd saudara bisa melihat mana yg keluar dari tulisan saya 'murni' dgn tulisan yg keluar dari aturan yg 'seharusnya (das sollen)'. (mudahan gak bosen neh…)
Di alam demokrasi yg katanya-- suara rakyat adalah suara tuhan (vox populi vox dei) merupakan sebuah proses/konsepsi final yg tidak dpt diganggu gugat bagi negeri kita Indonesia. Sebagai penganut demokrasi yg Mengenai 'pemegang “keadilan Tuhan”', 'taat', Pemilu (proses prosedural) terlebih dulu harus dibedakan mana suara yg merupakan metode yg harus diambil guna keluar dari hawa nafsu & mana suara yg menjalankan roda pemerintahan keluar dari aturan yg 'seharusnya', diluar (konsekuensi logis demokrasi). Pasalnya jalan sana banyak bertebaran suara-suara pemilu sudah menjadi menu wajib yg harus pihak yg merasa 'mendaku', merasa digelar tiap 5 tahun sekali jika tidak maka golongannya paling benar dan merasa apa roda pemerintahan tidak akan pernah yg disampaikannya pun tidak ada yg salah, berputar. Pemilu adalah memilih orang yg apakah ini wajar? Ya, ini memang wajar, akan masuk di gedung DPR RI/DPRD dan mereka merasa memiliki konsep & memilih Presiden utk memimpin Indonesia argumentasi sendiri-sendiri, dan selama dalam 5 tahun ke depan nantinya. DPR RI sumbernya (ide yg menjadi konsep bertindak sebagai legislator dan Presiden berfikir/ide-ologi) tidak sama maka jangan bertindak sebagai Eksekutor. Sebagai harap argumentasi akan sama, minimal lembaga pembuat UU dan UUD, DPR RI/DPRD mencapai kata sepakat utk tidak sepakat, merupakan tempat dimana perwakilan suarakenapa? Karena sama-sama suara rakyat berada. DPR RI/DPRD juga bisa mempertahankan ide yg menjadi tolok dikatakan merupakan tempat bertumpunya ukurnya. Tapi --sekali lagi-- manakah yg harapan & cita-cita rakyat untuk memperbaiki keluar dari hawa nafsu dan mana yg keluar nasibnya (spt yg kita saksikan sebagaimana dari aturan yg 'seharusnya (das sollen)'. dinamika seputar Pemilu 2009) 5 tahun ke depan, DPR RI/DPRD pula menjadi tempat Disini saya tidak akan mendaku dan --mudah- dimana seluruh aturan dan perundangundangan dibuat dan di sahkan (UU, UUD mudahan-- tidak akan menulis apa pun selain
24
dll). Dengan regulasi-regulasi UU yg lahir dari rahim, DPR RI/DPRD pun melaksanakannya dgn penuh amanat. Seperti yg kita dapat baca UUD 1945 di pasal 1 (2) “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Pasal 2 (1) “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.”
mengatasi krisis ekonomi, apakah rakyat pernah mengizinkannya? (bagaimana hendak melunasi hutang bila SBY membuat hutang baru lagi?)
Itu hanya satu pasal yg bermasalah di dalam UUD 1945, belum seluruh pasal yg kalau dibiarkan, alamat hancurlah negeri indonesia. Menentukan hukum merupakan hal pokok dan mutlak utk ditentukan. Ia tidak bisa sembarang dan tidak bisa mengambil aturan yg berasal dari akhlak rusak lagi merusak. Apakah demokrasi rusak, pertama, demokrasi lahir dari kehendak rakyat dgn Jika di alam demokrasi yg menjadi hak begitu rakyatlah yg menjadi penentu kedaulatan adalah rakyat, maka di dalam kebijakan melalui perwakilan mereka. Andai islam yg menjadi hak kedaulatan adalah kata rakyat yg menjadi objeknya sedang syariah. “Sesungguhnya hak menetapkan mengalami dekadensi moral dan aktivitas hukum itu adalah pada Allah, Dia sosial yg akut, apakah UU yg lahir dpt menerangkan yang sebenarnya dan Dia diharapkan melahirkan aturan yg baik & Pemberi keputusan yang paling baik. (TQS. Al berakhlak mulia? Sungguh sombong An'am [6] :57)''. Tapi faktanya, apa yg memang manusia, baru memiliki otak yg disuarakan sebagai kedaulatan rakyat pada tidak seberapa sudah bisa membuat aturan pasal di atas itu pun tidak pernah menjadi bagi dirinya sendiri? Apakah ini yg anda kenyataan, rakyat masih 'bersabar' ketika inginkan? pemerintah (presiden dgn persetujuan DPR) menaikkan harga BBM walaupun rakyat tidak Berkaitan aturan yg seharusnya (das sollen), menginginkannya. Rakyat harus gigit jari ini pun tidak berjalan sebagai mana ketika regulasi UU Penanaman Modal (yg mestinya, rakyat telah dikhianati, pemerintah dibuat DPR) yg berbau ekonomi neoliberal telah membuat kebohongan publik, dgn 'paksa' menjarah harta kekayaan rakyat pemerintah dgn jargonnya 'suara rakyat utk membayar hutang negara. Baru-baru ini adalah suara tuhan' sangat bertolak SBY menandatangani bantuan (utang) ADB belakang dgn kenyataan (das sein). Maka (Asian Development Bank) di Bali guna dari itu saya menulis “problemnya adalah
25
perbedaan antara realitas (das sein) dengan yg seharusnya (das sollen).” Publik pun mengetahui mana yg konsisten dgn yg seharusnya (das sollen) dan mana yg mencla mencle (inkonsisten), maka wajar, Osama Bin Laden hingga hari ini masih memegang teguh prinsipnya, para mutjahid-mutjahid yg masih setia dgn prinsipnya, mengenai PKS? Ah, itulah politik praktis, yg lawan bisa menjadi kawan dan yg dulunya kawan bisa menjadi lawan, inilah alam demokrasi yg penuh tipu muslihat, ideology pun digadaikan hanya demi meraup beberapa kursi di DPR RI/DRPD saja, apakah ini yg anda inginkan?
tapi jangan harap mereka melaksanakannya. Mereka mengatakan hari ini A, esok jangan harap mereka mengatakannya lagi. Mereka mengatakan akan melaksanakan ekonomi kerakyatan & mandiri, jangan harap setelah mereka menjadi pemimpin bangsa hal itu dilaksanakannya. Apakah ini yg anda inginkan? Seperti yg saya katakan sebelumnya “Problemnya adalah adanya perbedaan antara realitas (das sein) dan yg seharusnya (das sollen).” Problemnya yg sekarang adalah yg seharusnya (das sollen) saja sudah bermasalah apalagi implementasinya.
Kedua, bagi yg berakal sehat, problematika hidup berdemokrasi sudah selayaknya out of date, demokrasi gagal mengurusi perikehidupan manusia, kata Amien Rais, “demokrasi merupakan sistem manipulatif, dia bisa berubah menjadi rasis bahkan fasis.” Inilah konsekuensi hidup berdemokrasi, pembantaian etnis (kasus sampit, ambon, dll), disintregrasi bangsa (kasus Timor Timur, OPM, GAM, dll), aksi tawuran di jalan-jalan (hasil pendidikan sekuler?), aborsi, pemerkosaan, pencurian, pembunuhan, dll. Apakah ini yg anda inginkan? Bagi yg berakal sehat jelas tidak menginginkannya…
Jika anda berargumen, “… cita-cita mengejar 'bayang-bayang keadilan' mungkin akan terasa lebih adil jika TIDAK menyamaratakan bahwa anda (atau sekelompok orang, atau sebuah organisasi) adalah pemegang 'keadilan Tuhan'… “ pernyataan anda itu sudah basi! Yg sekarang harus dicari adalah solusi, bukan pernyataan yg kalau pun orang mikir, sekelompok orang atau sebuah organisasi itu pun pasti mencari solusi mengatasi krisis multidimensi ini, bukan berdiam diri saja sembari mengkritik.
Ketiga, dgn kenyataan ini, maka saya berkesimpulan, “ternyata, aktivis demokrasi itu hidup di dalam konsisten untuk inkonsisten.” Mereka membuat aturan-aturan
Walhasil, SOLUSI APA yg bisa anda tawarkan untuk menyelamatkan bangsa kita? Kebanyakan aktivis demokrasi hanya bisa mencari kelemahan (selalu membantah dan terus membantah) syariah tanpa memberikan solusi konkrit! []
26
Kapitalisme Peradaban Rusak Lagi Merusak
hanya menjadi keledai congek! Yg tak memberikan kesejahteraan bagi rakyat miskin. Rakyat miskin malah semakin miskin, sedang para cukongnya (para anggota dewan terhormat itu) bergelimpangan dgn harta rakyat --diktator parlemen.
Wahai pembaca yg terhormat, jika kalian menganggap ini hanya perbedaan persepsi, lantas dimana perbedaannya? Jika eradaban kapitalisme saat ini kita memandang dari segi ekonomi, sekarat bahkan tampak sdg maka peraturan spt apa yg sedang meluncur menuju jurang berjalan di tanah Indonesia ini? kehancuran. Demokrasi, senyataBagaimana pula peraturan yg sedang nyatanya tdk memberikan dampak apa2 berlangsung di tanah air kita yg tercinta selain kemiskinan & segudang ini? Jika ada org dibelakang kalian kemelaratan yg belum pernah dialami berteriak, “Ya, kita adalah ekonomi manusia sejak abad 20 yg lalu, juga tdk kerakyatan yg berpangkal dari asas ada arti penting apa pun bagi gotong royong!!!� benar kawanku, anda pembentukan pemerintahan yg kuat. sepenuhnya tdklah salah, namun fakta Berkali-kali, bahkan sdh ribuan regulasi berbicara sebaliknya, asas yg UU yg dimuntahkan DPR/DPRD RI kini digadang2 oleh the founding father sbg
P
27
asas gotong royong itu hanyalah akal bulus mereka --para penyelenggara Negara yg meraup keuntungan dr tipu muslihat keilmuan-- belaka! “Lho koq?!” silakan kalian mbesengut (cemberut) dibelakang, tdk ada yg menyalahkan kalian! Tdk ada yg pernah memvonis kalian bersalah! Justru kebohongan itu tampak nyata di depan mata!
namanya asas gotong royong, apakah kondisinya seperti ini? “Tidak!!!” baiklah, para pembaca terhormat…
Itu baru satu persepsi kita yg telah kita pertemukan ujung ekornya. Selain persepsi dari sisi ekonomi, ada yg secara telanjang menonjok mata kita! Yaitu persepsi politik yg secara tiba2 di pikiran kita muncul beribu2 tanda Tanya besar! “Hmm, politik?!” Contoh sederhana yg bisa kita sebagian dari kalian ada yg mulai saksikan bersama adalah bagaimana meninggalkan bangku kursinya karena perusahaan AS Freeport yg sudah menganggap politik itu kotor, politik itu hampir setengah abad nongkrong di najis dan sebagainya, apalagi bila bumi cendrawasih (papua) itu masih dilakukan oleh org yg kerjanya hanya mengalirkan darah segar (emas murni) mencari keuntungan sesaat, namun ke pundi2 mereka (AS/Barat), sedang sebagian dari kawan2 ada yg sedang penduduk Papua sekitarnya masih ngorok tanpa menghiraukan lagi aliran memakai koteka & beratapkan daun sungainya sampai ke lantai persis spt rumbia sampai saat ini & kita hanya anggota dewan kita yg terhormat. Bagi kebagian sampah limbah pabrik dari kalian yg masih membaca tulisan hujat mereka dgn kompensasi yg sangat menghujat ini, silakan! kalau kawan2 jauh dari keuntungan. Sungguh sangat sudah muak maka bakar saja zine kontras sekali, seandainya mereka butut ini atau buang saja ke tong (penyelenggara Negara) dgn sampah! Tidak ada yg melarang kalian! sungguh2 menerapkan apa itu yg Politik adalah seni segala 28
kemungkinan. Itulah adagium atau pepatah yg sangat populer di Indonesia. Bahkan bukan sekadar mnjd adagium, ”seni segala kemungkinan” itu telah menjelma sbg kebenaran yg tdk terbantahkan. Bukti2 konkret dpt ditampilkan. Permusuhan scr mendadak bisa berubah mnjd perkawanan. Kompetisi politik justru dpt menghasilkan koalisi utk merengkuh kekuasaan. Tiada sahabat & seteru abadi dlm domain politik smacam anak kandung kapitalisme (demokrasi) ini. Di alam demokrasi, tidak ada yg tidak mungkin! Yg haram bisa menjadi halal, dan yg halal bisa menjadi haram! Tidak ada yg tdk mungkin, semua bisa diciptakan, semua bisa dimusnahkan. Anda cukup katakan, “Ya!” atau “Tidak!”. Lalu apa bedanya pemimpin demokrasi dgn Tuhan? Dan Tuhan dgn demokrasi? Kata mereka, “Ah, itukan bisa2nya anda saja!” “Bisa2 spt apa?” “Memang tidak ada yg maksum di
alam demokrasi, semua pihak bisa menjadi pemimpin asal memiliki track record yg bersih dan professional, lagi pula jadi atau tidaknya seorang presiden itu kan di tentukan oleh rakyat banyak…” “Apakah saya tidak salah dengar, justru kalian menganggap pemimpin demokrasi kalian adalah seorang yg maksum, kalian menginginkan seorang pemimpin yg memiliki hati yg bersih (jauh dari dosa?), memiliki kemampuan memimpin, memimpin demokrasi dgn aturan yg adil, agar memberikan kesejahteraan bagi rakyat, tidak boleh ada cela & boroknya, memberikan rasa aman, terlepas dari sistem apa pun yg menelikungnya, otomatis kawan2 telah mengangkat seorang pemimpin yg diharapkan dpt menjalankan regulasi2 yg diciptakan oleh parlemen org banyak itu! Akibatnya, sistem demokrasi merupakan sebuah harga mati yg tdk boleh seorang pun mengubahnya”. “Maksum? Demokrasi tidak memiliki seorang pemimpin yg maksum,
29
sudah saya katakan, kemaksuman di dlm demokrasi tidak pernah ditemukan! Walau pun kawan menganggap pemimpin demokrasi itu maksum, itu hanyalah permutarbalikkan fakta dari yg sesungguhnya. Tengoklah sistem Islam yg digadang2 oleh kalian, ke'maksum'an tampak nyata di depan mata, kalian mengharapkan pemimpin yg amanah, adil dan memberikan rasa kesejahteraan bagi rakyat! Apakah itu bukan mengharapkan pemimpin maksum?�
merupakan sistem teraman dan paling mengakomodir kebutuhan masyarakat akan seorang pemimpin, kenapa? Karena demokrasi memberikan harapan kpd rakyat utk dpt memilih langsung pemimpinnya tanpa mengindahkan apa pun itu sistemnya, otomatis, demokrasi tdk hanya digunakan oleh sistem kapitalisme, demokrasi bisa juga digunakan oleh mereka yg menganut sosialisme bahkan islam (kata aktivis demokrasi) maka menjadi sebuah kewajaranlah bila demokrasi memainkan peranan “Kawanku yg baik, tampaknya ada penting dlm penyelenggaraan Negara, perbedaan cara pandang kita sebab hanya sistem demokrasilah yg memandang sebuah ideology (sistem). dpt memberikan harapan tersebut. Sistem apa pun itu namanya adalah Kedua, bagi kami aktivis islam, sebuah regulasi yg mengatur demokrasi bukan hanya sistem rusak, masyarakat agar kesejahteraan dan namun telah mengindahkan prinsip2 di keadilan menyebar ditengah2 dlm islam, contoh, suara rakyat adlh masyarakat, itu sudah pasti. suara tuhan, jika menggunakan kaidah Pertanyaannya skg adalah, apakah ini, apa pun itu namanya sepanjang sistem tersebut yg memberikan rasa mengakomodir suara mayoritas keadilan & kesejahteraan ditengah2 (rakyat) maka suara minoritas tdk masyarakat? Pertama, bagi kawan yg berlaku, itu yg pertama, yg kedua, aktivis demokrasi, sistem demokrasi 30
suara rakyat telah dijadikan kaidah halal haram dlm menentukan problematika di tengah2 masyarakat, contohnya musyawarah, jika suara terbanyak yg mendominasi maka keputusan itulah yg di ambil, terlepas dari salah & benarnya, maka secara tdk langsung hal ini telah mengindahkan prinsip2 dasar yg seharusnya dipegang di dlm islam tsb di gugurkan hanya karena suara terbanyak, ketiga suara rakyat adlh suara mayoritas yg tdk boleh diganggu gugat, contohnya pemilu, maka wajar jika yg kalah merasa ada yg tdk adil di dlm perjalanan proses demokrasi tersebut (pemilu), buntutnya adlh harus diadakan pemilu ulang. Ketiga, demokrasi telah berubah menjadi semacam agama (tuhan) baru bagi masyarakat. Walhasil, jika sedikit saja terjadi pergolakan dan perselisihan di tengah2 masyarakat, mereka lantas
merujuk kpd demokrasi sbg Tuhan mereka, ini jelas ditolak di dlm islam!” “Bagaimana dng islam?” “Sistem islam adlh sistem manusiawi, karena dijalankan oleh manusia. Perbedaan mendasarnya adalah, jika demokrasi hak pembuat peraturan adalah rakyat melalui perwakilan, kalau di dlm islam ditentukan oleh aturan Syar'I, hak kekuasaan memang di tangan rakyat, tapi kedaulatan ada ditangan Allah (syar'i). Demokrasi seringkali mempropagandakannya sebagai demokrasi islam & islam yg demokratis (nasionalis religius), ini tidak benar, islam tdk pernah dijalankan dgn demokrasi apalagi dgn cara komunis (split personality?), islam adlh islam dan demokrasi adlh demokrasi, titik!” [] Catatan Resist Issue 7
31
tapi dilain keadaan ada orang yg menikmati kemiskinannya (tidak menginginkan harta benda pun). Ini adalah relatif, ini adalah keadaan yg tidak mengkondisikan dimana dia dapat berfikir apa pun selain dia bisa berfikir bahwa “aku ingin seperti ini!”, “aku ingin seperti itu!” dan lain sebagainya, ini wajar dan kita tidak bisa mengintervensi apa pun ke dalam keinginannya. Distorsi sering terjadi jika, keadaan yg mengkondisikan cara berfikirnya itu membuat dia secara terpaksa utk Berfikir Relatif Apakah Harus memilih atau dipaksa utk tidak memilih apa pun. Contohnya, ketika Memvonis Seseorang kapitalisme global sudah di depan Muslim Sbg Islam Liberal? mata, berbagai hidangan dunia pun i dalam menjalani peran di dunia, silih berganti tampil di layar televisi & setidak saya mendapat dua hal lingkungan dimana dia tinggal. Di televisi pun menghidangkan beraneka penting. Pertama, manusia memang bisa berfikir relatif, tapi ragam jenis kenikmatan dunia yg kerelatifannya hanya berkutat seputar menggebu-gebu, kemolekan tubuh wanita, kelezatan makanan kuliner, kelemahannya dalam berfikir. Jika ketampanan & kecantikan manusia seseorang berfikir “aku ingin kaya!”
D
32
(kulit putih mulus atau sixpack body yg membuat mata wanita & pria berhasrat utk mendapatkannya), kemewahan dan kemegahan property yg ditawarkan, karena itu kondisi ini bisa kita sebut keadaan normatif, setiap orang menginginkannya (hanya orang dungu & bodoh yg berdiam diri jika ditawarkan gratis untuk mendapatkannya).
Seseorang dikatakan liberal jika, (1) berani mendekonstruksi bangunan akidah (tauhid) di dalam islam, (2) berani melawan fatwa ulama bahkan mempertentangkan argumentasi lemah (dhaif) dengan argumentasi yg jelasjelas shahih, (3) berusaha dgn sekuat pemikiran & tenaganya agar proses liberalisasi thdp orang muslim berjalan dgn baik, bahkan dia rela menjadi Tapi, hal ini tidak serta merta menjadi tameng terdepan dalam membela keadaan mutlak bagi orang yg memiliki liberalisasi, (4) berjalan seiring dengan pisau analisis tajam terhadap hakikat pemahaman di luar islam (yahudi & kehidupan dunia. Bagi seorang ulama nasrani), (5) berfikiran dinamis, wara' keadaan seperti tertulis di atas menyesuaikan ayat sesuai dengan adalah sebuah fatamorgana yg jika keadaan bukannya menyesuaikan diraih akan mengubah seseorang keadaan dengan ayat (terkondisikan menjadi proses berfikir materialistis, dgn keadaan). dalam bahasanya 'mengejar dunia'. Namun, adakalanya ulama wara' pun Jadi, vonis terhadap seseorang berfikir memilikinya tapi letaknya tidaklah dihati relatif belum tentu ia berfikir liberal. namun cukup di tangan, di kaki dan Relatif & liberal memang tampak melekat di permukaan kulit saja. sinonim, tapi jika ditelisik lebih jauh sangat anonim. Relatif memang lekat Berfikir relatif belum tentu menjurus dgn kelabilan berfikir dan cara berfikir seseorang untuk berfikiran ala liberal. seperti ini memang centang perenang 33
& tidak tetap dengan keadaan (dinamis). Sedang liberal, pd prinsipnya adalah menyerang islam, walaupun kata liberal bisa dikonotasikan dalam arti bebas, tapi jika menyangkut islam ia merupakan turunan dari sekularisme yg memisahkan agama dgn kehidupan.
memahami hakikat penjelasan apa yg termaktub di dalam alQuran dan asSunnah.
Lantas siapa sebenarnya yg malas berfikir? Jika dibalik ke keadaan semula, relatif sebenarnya bukan saja melanda orang2 islam. Tapi banyak di anut oleh Maka dari itu --saya-- jika dihadapkan orang2 kristen, budha, hindu dan oleh orang yg berfikiran relatif, saya agama2 besar lainnya, bahkan oleh tidak serta merta memvonis dirinya orang atheis sekalipun. Relatif dalam penganut islam liberal, karena relatif kacamata saya adalah suatu atau tidaknya seseorang itu ditentukan pandangan hidup yg serba lemah, baik dari kuat dan tidaknya cara dia berfikir. dipandang oleh sudut kehidupan, Yg fatal adalah cara2 orang islam ekonomi juga akhirat (ghaib). liberal yg sering mendeskreditkan orang islam yg benar2 hanif (lurus) Maka dari itu, saya sangat sebagai orang yg malas berfikir, ini menyarankan kepada pembaca jelas tuduhan keliru. Orang islam yg terhormat semuanya. Jika ada orang di benar2 hanif justru menggunakan cara sampingmu mengatakan; berfikirnya untuk memahami hakikat penjelasan Allah di dalam alQuran dan “Ah, ngapain sholat! Capek!!! Mending asSunnah. Berbeda dgn cara2 orang sholat dalam hati!� islam liberal yg semaunya (malas berfikir atau berfikir sesuai selera hawa Mari kita pelajari dulu jalan berfikirnya nafsunya dikarenakan malas berfikir) sebelum memvonis dirinya liberal, kafir 34
dan lain sebagainya. Tanyakan dulu dari memvonis sesat thdp siapa pun selama mana dirinya berasal. Jika dia dirinya masih berpegang terhadap menjawab; agama khususnya sholat!” “Saya dari keluarga yg broken home! Orang tua saya tidak peduli!”
“Hei, sholat dua bahasa itu kan sholat juga, kenapa dikatakan sesat!”
Maka kawan2 haruslah merangkulnya dgn baik seraya mengatakan;
“Baik kawanku, sholat dua bahasa memang sesat. Ini bisa kita lihat dari cara sholat mereka. Tata cara sholat yg “Baik, orang tuamu memang salah, tapi diturunkan oleh kanjeng Nabi apakah kesalahan mereka harus jatuh Muhammad Saw menggunakan satu ke nasibmu?” bahasa pemersatu yaitu bahasa arab, otomatis jika mereka konsisten dgn “Ah, tidak! Tidak!!” prinsip ahlulsunnah wal jama'ahnya, seharusnya mencontoh apa yg “Maka dari itu, jangan menyalahkan dilakukan oleh kanjeng Nabi kita yaitu sholat, sholat tidak bersalah terhadap Nabiyullah Rasulullah Muhammad Saw.” siapa pun, sholat justru memberikan jalan keluar terbaik dari seluruh “Tapi mereka mengatakan dgn dua permasalahan manusia...” bahasa, perasaan mereka merasa tentram dan sentosa setelah “Ah, kamu Aa Gym ya?” melakukannya, karena apa yg selama ini kita lakukan dgn bahasa arab “Saya manusia seperti kamu, sekarang setelah di translate menjadi bahasa kita adalah sahabat. Tidak ada yg dapat indonesia, mereka paham & mengamini 35
gitu loch...” “Orang berzina pun demikian, mereka melakukan dgn tentram dan sentosa, bahkan menikmati loh...” “Oh ya..?” “Yaa...” “Kalo begitu sholat memang susah ya...” “Kalo bagi yg belum paham memang benar...” Hal penting kedua yg saya dapatkan
adalah ketika, apa yg selama ini saya sembunyikan akhirnya terbongkar, memang benar... bangkai kalo disimpan akan ketahuan juga baunya. Saya mengalami itu dan pengalaman itu pun tidak akan saya lupakan seumur hidup. Karena menyangkut masa depan dan kelanjutan kehidupan saya dgn pendamping hidup saya. Ya Allah jikalau engkau melakukan sesuatu terhadap hamba, maka lakukanlah. Hamba yakin, perlakuan-Mu adalah berkah dan ujian bagi hamba & jika engkau menunda sesuatu, hamba yakin balasanmu lebih adil hamba jalani... Amiiin. []
36
S
aat ini dan pada hari ini di berbagai belahan bumi akan, sedang dan telah terjadi perlawanan 84 tahun yang lalu, tepatnya pada 3 maret 1924, Kekhilafahan Islam yang berpusat di Istambul, Turki, dinyatakan bubar secara resmi oleh Mustafa Kemal
Pasha Attaturk, seorang keturunan Yahudi Durnama yang besar dan dibesarkan oleh musuh-musuh Islam. Padahal, Kekhilafahan Islam merupakan wujud nyata persatuan, kekuatan, dan kepemimpinan umat Islam didunia. Sejak Khilafah Islamiyah di Turki di hancurkan, Turki sendiri kemudian 37
berubah secara revolusioner menjadi negara sekuler. Mustafa Kemal yang dijungkir balikkan oleh sejarah sebagai tokoh Turki modern- lalu membersihkan seluruh simbol Islam yang ada di Turki. Dia, antara lain, menghapuskan hurufhuruf arab, melarang penggunaan jilbab, menutup madrasah-madrasah Islam, serta memupus peradilan Islam. Semua itu diganti dengan sesuatu yang berbau barat. Sedemikian dengkinya Mustafa Kemal terhadap ajaran Islam hingga adzan pun diganti dengan menggunakan bahasa Turki. Belakangan, sekularisasi ala Turki di jadikan model oleh para penjajah Barat bagi negeri-negeri Islam yang selama ini berada dalam cengkeraman mereka. Dengan berbagai dinamikanya, Kekhilafahan Islam tumbuh dan berkembang menjadi penegak dan penjaga syariat Islam sejak masa sahabat, tabi'in, dan generasi setelahnya, kaum muslimin tidak pernah berlepas diri dari kepemimpinan para khalifah. Khilafah menjadi 'mercusuar cahaya Islam' dalam menyebarkan da'wah sekaligus sebagai bukti keadilan syariat Islam bagi seluruh umat manusia. Dengan tegaknya
Kekhilafahan, seluruh umat manusia, baik muslim maupun non muslim merasakan keamanan dan ketentraman hidup. Umat Islam merasakan betapa jiwa, harta, kehormatan, dan tempattempat suci mereka dilindungi. Setiap kali muncul kedhaliman dan penindasan yang menimpa umat Islam, khalifah dengan serta merta maju menjadi pelindung sekaligus penolong umat. Selama 1300 tahun, kaum muslimin merasakan Islam secara nyata sebagai ideologi dan sistem hidup yang menebarkan kebenaran, keadilan, dan kemuliaan. Semua ini merupakan bukti real sejarah yang tidak ditolak oleh seorang sejarawan pun. Hanya saja, pada saat yang sama selama 1300 tahun pula, musuh-musuh Islam, tidak henti-hentinya menebar kebencian, perpecahan, dan upaya penghancuran umat Islam dan khilafahnya. Mereka telah membuat berbagai makar untuk menghancurkan umat Islam dan kesatuan Khilafahnya. Selama kaum muslimin tetap berpegang teguh pada ajaran Islam, berbagai upaya makar mereka selalu gagal tanpa hasil. Namun, tatkala kaum muslim terlena oleh kenikmatan dunia,
38
sembari menjauhi ajaran Islam dan terbawa oleh pengaruh budaya kafir Eropa, barulah musuh2 Islam mulai menemukan celah bagi penghancuran Khilafah Islamiyah. Puncaknya adalah mereka, dibawah kepemimpinan Inggris dan Perancis, menyusupkan Mustafa Kemal ke dalam struktur pemerintahan dan militer di Turki, lalu menyusun skenario jahat dan tipu daya untuk memaksa Turki mengubah bentuk Daulah Khilafah Islamiyah menjadi Negara NasionalisSekuler. Adanya skenario jahat dan tekanan terhadap Khalifah terakhir di Turki, yakni Sultan Abdul Hamid II Ibn Abdul Majid, terlihat nyata dari surat beliau ketika diasingkan ke Salonika, yang dikirim kepada Syaikh Mahmud Abu Syamad. Surat yang ditulis tanggal 22 September 1909 itu, antara lain, berbunyi demikian : ". . . aku meninggalkan kekhalifahan bukan karena perkara lain, tetapi karena adanya tekanan dan ancaman dari orang-orang kelompok Cun Tuk (Jeunu Turk = organisasi persatuan). Sebelumnya, orang-orang ini pernah berulang-ulang mengajakku agar mendirikan negeri Nasionalis Yahudi di
Palestina, namun aku tidak mau melakukan hal yang memalukan itu. Meski akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta Poundsterling emas aku tetap menolaknya dengan menjawab, “ Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun aku mengabdi untuk Islam dan kaum muslimin. Aku takkan mencoreng sejarah emas Islam dari pendahuluku, para Khalifah. Mendengar hal itu, mereka, dengan kekuatan rahasianya, memaksaku menerima keputusan itu (pembubaran kekhilafahan). Aku bersyukur kepada Allah, karena aku menolak mencoreng Khilafah Ustmaniyah dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan berdirinya negara Yahudi di Palestina. . .. “ Sungguh tidak ada kepedihan yang menyayat hati kaum muslimin selain diruntuhkannya kekhilafahan Islam. Kehancuran Khilafah Islam menjadi 'lokomotif' keruntuhan sendi kehidupan masyarakat Islam. Perhatikanlah, bagaimana ratapan kaum muslim diberbagai tempat setelah terhapusnya khilafah Islamiah. Ibarat anak ayam
39
kehilangan induknya, tidak ada tempat mengadu: tidak ada seorang pemimpin pun yang mau menjaga pelaksanaan hukum Islam: tidak ada yang memiliki bala tentara yang membantu kaum muslim yang tertindas: serta tidak ada yang membantu kaum muslim yang miskin dan teraniaya. Tragedi runtuhnya Khilafah Islamiyah membawa tragedi-tragedi lainnya dalam sejarah dunia Islam, seperti: tegaknya Negara Yahudi Israel di Palestina; dikuasainya Baitul Maqdis oleh Israel, sang musuh Allah; terbentuknya negeri-negeri kaum muslim atas dasar faham Nasionalisme yang memecah belah umat: serta lahirnya pemimpin yang alergi terhadap ajaran Islam dan malah memilih menjadi pengkhidmat Negara adidaya Amerika dan Eropa. Kemudian dilanjutkan tragedi-tragedi yang menimpa kaum muslim yang terjadi dimana-mana seperti di Afghanistan, Albania, Bosnia, Dagestan, Chechnya, Aceh, Maluku,
Burma, Uzbeskistan, Iraq, dll dan secara terus menerus tanpa ada seorang penguasa muslim pun yang mau dan mampu menghentikannya atau menunjukkan kepeduliannya secara nyata. Padahal, para penguasa tersebut adalah para pemimpin yang tidak jarang memimpin negara dengan penduduk yang mayoritas muslim, dan bahkan negaranya diklaim sebagai Negara Islam. Kemiskinan merajalela diberbagai wilayah kaum muslim, padahal wilayah mereka merupakan daerah kaya dengan sumber alam. Walhasil, ketiadaan khilafah Islam ini terbukti membawa rentetan problem umat yang lebih besar. Oleh karena itu, hendaknya kita, kaum muslim, menjadikan upaya untuk mengembalikan tegaknya sistem khilafah Islamiah sebagai kewajiban terbesar di antara berbagai kewajiban Islam lainnya. []
40
G
A
Z
E
L
E
Y
Saya cukup tergelitik dgn tulisan yg saya temukan di website islamlib.com, judulnya Perdamaian Abadi Palestina. Gazele say : kita sering berkata musuh islam, siapa sebenarnya musuh islam. yahudi? kristen? Arwah Fir'aun: “Lho, salah! Islam itu musuhnya ketidakadilan, keserakahan, kemunafikan dll, yg anggap mereka musuh siapa? Lha wong mereka sendiri yg jadikan Islam sebagai musuhnya. Logika anda terbalik mas”. Gazele say : kita sering menganggap kita yang paling benar, apa yang dilakukan orang non-muslim selalu salah Arwah Fir'aun: “Lho bukan yg paling benar tapi yg benar. iya toh, kalo kita ga yakin Islam benar ngapain masuk Islam?. Yang salah dari non-muslim apanya mas? ajarannya nya atawa perbuatannya? Kalo ajaran taurat&injil;[otentik] memang tdk salah tapi Yahudi kan sekarang pake-nya TALMUD. Udah
denger belom? Kalo belom baca dulu. Kalo ajaran Nasrani [sekarang], orang Islam kan dah dikasih tau dalam Qur'an kalo Tuhan itu satu. Coba tebak ajaran nasrani [sekarang] Tuhan tu berapa? Jawab dalem ati aza [tar jadi rusuh lagi].” Gazele say : jihad dengan cara bom bunuh diri, itu sama saja mati konyol. Arwah Fir'aun : “Oalah.... jangan jadi TUHAN mas. Biarkan TUHAN yg kelak ngadilin mereka di kampung kita semua “Akhirat” emang mati konyol atau ngga. Kecuali sampeyan baru pulang dari langit via mesjid istiqlal. Baru aqu yakin.” Gazele say : apa kalian yakin al-qaeda, Hamas, Hezbollah, dll, membela agama islam? Arwah Fir'aun : “Lha mana tau mas! tanya aza sama mereka. Jangankan perang sekarang
41
mas, zaman nabi aza ada diantara pasukan Nabi SAW yg matinya bukan syahid. Lagi2 niatnya mas..... hanya TUHAN dan mereka yg tau. ngga usah banyak dipikirin mas, kebanyakan bengong tar bisa gila lagi.” Gazele say : mereka hanya kumpulan manusia maniak perang yang mengatas namakan ISLAM! Arwah Fir'aun : “Ssstt...mas-mas, jangan lupa “anak buah saya” Amerika dan Israel disebut tar mereka tersinggung karena mereka kan biangnya perang yg bikin HAMAS, HIZBULLAH, AL-QAEDAH, dll itu ada”. ARWAH FIR'AUN PULANG KE SPINX DI MESIR KARENA MASA DINASNYA DI INDONESIA UDAH SELESAI. Gazele: Abd. Moqsith Ghazali (koordinator Jaringan Islam Liberal) Catatan : Berdebat dan menghadapi argumen Islam Liberal cukup dgn candaan dan gurauan. []
42
s
epertinya kita melupakan kaidah kausalitas (sebab akibat), bahwa sikap "menunggu" tidaklah mendatangkan apa pun selain hampa, nihil atau mustahil. sama halnya dgn datangnya khilafah, sesuai hadits rasulullah ; ...akan datang kekhilafahan, kemudian beliau diam. utk urusan dunia saja, kita dgn semangat mengejar target yg ingin di capai betapa pun mustahilnya target itu di depan mata, lalu mengapa utk urusan akhirat yg sudah dijamin dan tertulis jelas justru kita menganggap hal itu percuma dan mustahil. menganggap kembalinya khilafah tanpa di usahakan sama saja berharap mendapatkan uang masuk ke rekening kita tanpa ada kerja. jadi, sangat aneh jika ada kawan2 yg
menganggap berjuang mengembalikan khilafah tanpa usaha --walaupun sudah dijamin Allah-- tidak memerlukan usaha atau sama dgn utopis dan arealis. lantas, siapa yg dapat menjelaskan khilafah itu seperti apa, apakah seperti menunggu embun jatuh di pagi hari? atau berharap ada orang datang memberikan keterangan kepada semua orang? kerja mengembalikan khilafah sungguh memerlukan usaha dan motivasi bahwa kembalinya nushrah itu pun harus di upayakan, harus dijalankan secara manusiawi --bukan secara illahi. Allah bisa saja membuat seluruh penduduk negeri muslim dunia ini beriman, tetapi manusia juga lupa bahwa keimanan tanpa pondasi (khilafah) tidak akan bertahan lama. []
43
gmn tidak! Propaganda mrk bagai air segar dipadang gersang, ketika rakyat2 miskin (buruh) meronta mencari perlindungan krn penindasan, kemiskinan & berbagai penderitaan kemanusiaan, mereka tampil bak seorang pahlawan yg menawarkan konsep kesejahteraan bagi rakyat (baik sosialismekomunisme & kapitalismesekulerisme/neoliberalisme). Propaganda2 licik yg semakin hari semakin memperlihatkan kemunafikannya hanya membuktikan siapa mereka sebenarnya. Pengalaman sjarah telah membuktikan, banyak penindasan, kemelaratan dlm proses implementasi kedua ideology tersebut hanya melahirkan penderitaan kemanusiaan belaka. Bagaimana sepak terjang Karl Marx sang yahudi itu membidani sosialisme yg berujung
B
pd pemusnahan rasial/etnis, atau Adam Smith yg juga yahudi (anggota freemasonry) dgn istilah 'tangan ghaib'nya menjadikan Amerika kapitalis bak anjing kelaparan yg meraup keuntungan dgn dalih krn 'minyak' di dunia ketiga dgn memperalat demokrasi, HAM dan kebebasan sbg senjata. Maka dgn ini aku propagandakan kpd kalian, APAPUN IDEOLOGI KALIAN, SEPANJANG TDK BERSANDAR KEPADA ALLAH PENCIPTA SEMESTA ALAM, YG MENGUASAI JIWA & RAGA KALIAN! YG MENGUASAI TEMPAT KALIAN PIJAK! YG MENJADIKANNYA LANGIT TDK PERNAH RUNTUH! MAKA ISLAM-LAH IDEOLOGIKU!! PERSETAN DGN SOSIALISMEKOMUNISME & KAPITALISME-SEKULERISME (NEOLIBERALISME/KORPORATROKRASI)!!! MEMBUSUKLAH KALIAN DGNNYA!!! []
44
D
alam sebuah Majlis Taklim yang sangat luar biasa, dihadiri oleh para sahabat yang mulia, Rasulullah SAW, menceritakan peristiwaperistiwa akhir jaman, dimulai dengan bertebaran fitnah di dunia. Begitu pula sesuatu hal yang dahulu di jaman para sahabat dianggap sebuah kemaksiatan besar, maka di akhir jaman dianggap sesuatu hal yang sepele, kebenaran dan kesesatan bercampur baur, sehingga hanya dengan iman di dada serta lindungan dari Allah sajalah manusia dapat selamat melaluinya. Begitu pula sebuah peristiwa maha dahsyat menimpa manusia, sebuah peristiwa yang sudah diberitakan oleh para Nabiyullah sejak jaman Nabi Adam AS sampai dengan Suri Tauladan cinta kita,
Rasulullah SAW, fitnah yang menyesakkan, sehingga semua orang mukmin dan muslim berdoa dalam setiap sholatnya untuk tidak menjumpainya : Fitnah Dajjal. Demikian, inilah kisah seorang Pemuda yang diberitakan oleh Rasulullah akan menentang kebatilan tersebut. Abu Sa'id Al-Khudri ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ketika Dajjal muncul, seorang mukmin mengejarnya. Pengikut Dajjal yang berada di garis depan menahannya, lalu bertanya,`Engkau hendak ke mana?` Orang mukmin menjawab,Ă€ku mau menemui orang (Dajjal) yang baru muncul itu.' Pengikut Dajjal bertanya lagi,Ă€pakah
45
engkau tidak beriman kepada tuhan kami?` Orang mukmin menjawab,`Dia bukan tuhan, Tuhan kita sangatlah jelas.` Pengikut Dajjal berkata,`Bunuh saja orang ini.` Orang mukmin berkata,`Bukankah tuhan kalian (Dajjal) melarang membunuh siapapun sebelum dihadapkan kepadanya?` Maka pengikut Dajjal membawa orang mukmin tersebut kepada Dajjal. Ketika orang mukmin melihatnya, dia berkata tegas,`Hai segenap manusia, sesungguhnya orang ini adalah Dajjal yang diceritakan oleh oleh Rasulullah SAW.` Maka Dajjal menyuruh agar mengikatnya, lalu berkata,`Siksa dan pukuli kepalanya.` Mereka pun memukuli punggung dan perutnya. Di sela-sela penyiksaan, Dajjal mengajukan pertanyaan,Ă€pakah engkau beriman kepadaku?` Orang mukmin tersebut berkata,Ăˆngkau adalah Al-Masih, sang Pembohong besar!` Dajjal pun menyuruh algojonya agar membelah badan orang mukmin itu dari kepala hingga kakinya dengan gergaji. Setelah terbelah, Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh tersebut, lalu berkata,`Bangunlah!` Tubuh orang mukmin yang terbelah tersebut menyatu kembali dan berdiri tegak. Dajjal berkata,Ă€pakah sekarang engkau beriman kepadaku?`
Orang mukmin itu menjawab,Ă€ku semakin yakin bahwa engkau adalah Dajjal!` `Wahai segenap manusia, sesungguhnya, dia (Dajjal) tidak akan dapat mencelakai siapa pun setelah membunuhku.` Dajjal menarik tubuhnya dan hendak menyembelihnya. Akan tetapi, Allah melindungi lehernya dengan kuningan, sehingga Dajjal tidak dapat menyembelihnya. Akhirnya, Dajjal memegang kedua tangan dan kakinya, lalu melemparkannya. Semua orang mengira dia dilemparkan ke dalam kobaran api, padahal sebenarnya dia masuk ke dalam surga." Kemudian Rasulullah SAW bersabda,"Orang ini meraih kesyahidan yang paling agung di sisi Allah, Tuhan semesta alam." (h.r. Muslim) Sebuah pengorbanan untuk yang tercinta, akan meraih cinta yang tercinta, dan Maha benar Allah dengan segala janjiNya. Pemuda yang meraih kesyahidan karena Allah, menempati surga yang yang penuh kenikmatan. Terketuk hati untuk bertanya, seberapa pengorbanan ini untuk Robb yang tercinta?, seperti setiap manusia yang terkubur di tanah yang dingin, pun jasad ini pasti kelak akan merasakan, setiap awal menuntut akhir, setiap jiwa akan dihisab, dimanakah tempat kita?..kelak. []
46
47 Jika bukan krn tabiat manusia yg lemah, maka kami mengakui itu. Jika bukan krn, takdir manusia yg serba terbatas, kami pun mengakui itu. Jika bukan krn manusia yg selalu memerlukan manusia lainnya, maka kami pun mengakui itu. Tapi bukan krn ini pula manusia serba lemah terhadap apa pun, manusia bisa buas laksana binatang, namun bisa lembut laksana bidadari syurga (itu semua pilihan), namun yg pasti pilihan bukan sekedar pilihan semata, pilihan mengandung konsekuensi serta tanggung jawab yg akan di tanggung esok hari kelak. Nah, jika tanggung jawab adalah sebuah pilihan, kami memilih utk mengajak kawan2 mengisi lembar demi lembar media perlawanan ini, tidak perlu panjang-panjang, cukup 1 lembar A4 (+ 5000 karakter), kirim ke resist.issue@gmail.com Bagaimana? Tanggung jawab yg tak begitu besar bukan, namun insyaAllah di catat sbg amal baik! Amienn‌