Gajah Wong Enhanced Green Neighborhood | Studio Perancangan Arsitektur 7

Page 1

GAJAH WONG ENHANCED GREEN NEIGHBORHOOD Salsabila Ghaisani B T Suparwoko, Ir. MURP, Ph.D


GA JA H W O N G enhanced green neighborhood Dosen Pengampu Suparwoko, MURP, Ph.D Nama Mahasiswa Salsabila Ghaisani Boru Tambunan NIM 16512100

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia

2

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Daftar Isi Abstract

General Overview

4

Terpenuhinya kebutuhan air bersih, tidak adanya pencemaran air sungai, menyediakan akses universal di perkotaan merupakan beberapa tujuan yang tertulis dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Namun, hal tersebut belum tercapai di Yogyakarta khususnya pada daerah yang dilintasi sungai-sungai besar di Kota Yogyakarta. Lokasi perencanaan berada di daerah aliran sungai Gajah Wong yang dibatasi oleh Ringroad Utara dan Jalan Adisutjipto di bagian Selatan. Aliran ini melewati 2 desa yaitu Desa Condongcatur dan Desa Caturtunggal. Pendekatan yang dilakukan untuk menciptakan kawasan Sungai Gajah Wong yang lebih bersih dan tertata yaitu dengan menggunakan pendekatan Transit Oriented Development dan Green Neighborhood. Kedua pendekatan ini diterapkan dalam merancang Design Guideline yang mencakup 7 aturan yaitu: Struktur Pemanfaatan Lahan, Intensitas Pemanfaatan Lahan, Tata Bangunan, Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung, Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau, Tata Kualitas Lingkungan, dan Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan.

Theory Studies

6

Analisis Kawasan

10

Pendekatan Perancangan

22

Visi dan Misi Perancangan

32

Program Bangunan dan Lingkungan

34

Rencana dan Panduan Rancangan

40

Lampiran Rancangan Skematik

60

Daftar Pustaka

64

Glosarium

65

Biografi

66

Gajah Wong Urban Living Enhancement

3


0

4

Gajah Wong Urban Living Enhancement

General Overview


Pengertian dan Urgensi Judul Enhanced Peningkatan sungai / river enhancement, bertujuan untuk meningkatkan nilai lingkungan dari sungai, misalnya, memperbaiki habitat untuk meningkatkan jumlah hewan dan tumbuhan di sekitarnya. Perbaikan tersebut dapat menggunakan struktur batuan, tumbuh-tumbuhan, dan bahan-bahan lain untuk memodifikasi sungai atau aliran air untuk mencapai tujuan. Tujuannya untuk mencerminkan prioritas masyarakat, karakteristik sungai, dan ketersediaan sumber daya.

Green Neighborhood Green neighborhood adalah lingkungan terencana terintegrasi terutama untuk fokus pada perlindungan dan penggunaan sumber daya alam, teknologi hijau, dan praktik hijau yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan, keselamatan dan kesejahteraan umum populasi (Arshad dalam Ahmad, 2017). Pendekatan ini dapat melestarikan lingkungan ekologis dan memberikan gaya hidup yang lebih sehat.

Pola Pikir & Struktur Perancangan

Key Strategies

Judul ini sejalan dengan visi utama perancangan kawasan yaitu meningkatan kualitas hidup masyarakat yang berada di bantaran Sungai Gajah Wong.

Urban River Restoration

Riverfront Economic Impact

Bioswale Sustbl. Drainage System

Public Amenities

Connectivity & Walkability

Green Neighborhood

Green Infrastructure Safety Zone

TransitOriented Development

Urban Neighborhood

Gajah Wong Urban Living Enhancement

5


1

6

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Theory Studies


Apa Itu Evidence-Based Design? Tahap-tahap Evidence-Based Design: Tahap 1 Mengetahui EBD secara mendasar mulai dari pengertian, sejarah, tahapan proses atau metode serta preseden yang menggunkan pendekatan EBD. Hasil yang di peroleh dari tahapan ini adalah: Pengantar EBD, pengumpulan data tentang EBD menggunkan sumber data sekunder. Tahap 2 Proses yang diperlukan dalam tahapan ini adalah melakukan survey baik berupa pengamatan langsung, wawancara, serta pencarian data terkait gambaran umum mengenai kawasan terpilih dari berbagai media. Latar belakang pemilihan kawasan, memaparkan kondisi isu kawasan terpilih sehingga kawasan menjadi menarik untuk dikembangkan atau diperbaiki. Survey dilakukan untuk menemukan permasalahan dan potensi kawasan. Tahap 3 Mengumpulkan bukti dari hasil riset maupun literatur. Data yang dikumpulkan meliputi perda kawasan, serta pengumpulan bukti ini terkait dengan data, gambar, ilustrasi serta peta yang akan memaparkan permasalahan dan potensi kawasan. Tahap 4 Untuk menghasilkan konsep ataupun penyelesain permasalahan yang baik makan diperlukan analisis data kawasan untuk memunculkan peta permasalahan hingga strategi-strategi yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan kondisi kawasan. Definisi Evidence Based Design Centre for Health Design (CHD) mendefinisikan EBD sebagai “upaya yang disengaja untuk mendasarkan keputusan membangun pada bukti penelitian terbaik yang tersedia dengan tujuan meningkatkan hasil dan terus memantau keberhasilan atau kegagalan untuk pengambilan keputusan berikutnya.â€? Evidence Based Design (EBD) merupakan sebuah pendekatan untuk mempelajari ­mengenai bagaimana orang orang berinteraksi dengan lingkungan binaan. pendekatan ini menekankan pada bukti yang kredibel untuk mempengaruhi desain sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang lebih adaptif. Pendekatan ini cenderung memakai beberapa ilmu disiplin berbasis research serta diperlukan untuk berpikir secara kritis untuk mengembangkan solusi yang sesuai berdasarkan bukti yang kredibel.

Tahap 5 Berdasarkan pertimbangan hasil analisis data kawasan yang berupa strategi yang dapat menentukan konsep atau tujuan yang tepat untuk kawasan terpilih. Konsep atau tujuan ini mengandung visi kawasan ke depan dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang. Untuk memperkaya wawasan mengenai konsep yang diajukan, pada tahap ini mengumpulkan bukti berupa teori maupun preseden yang dapat memperkuat konsep serta sebagai materi pengembangan konsep pada kawasan. Tahap 6 Tahapan ini di awali dengan kajian perda kawasan untuk mengetahui seberapa banyak perda yang mendukung konsep yang diajukan yang menentukan tindakan selanjutnya, perlunya dilakukan penambahan, pengurangan, atau ada yang perlu dihilangkan.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

7


Pendekatan SDGs 2030

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs. Masa berlakunya 2015–2030 yang disepakati oleh lebih dari 190 negara di seluruh dunia. SDGs disusun berdasarkan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yang telah diupayakan dari tahun 2000 sampai 2015, dan akan memandu pencapaian tujuan global yakni pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2030 nanti. Tujuh belas tujuan dengan 169 sasaran diharapkan dapat menjawab ketertinggalan pembangunan negara–negara di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. SDGs disusun melalui proses yang partisipatif, salah satunya melalui survei Myworld. Salah satu perubahan mendasar yang dibawa oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun yang ditinggalkan”. SDGs juga mengandung prinsip yang menekankan kesetaraan antar–negara dan antar–warga negara. SDGs berlaku untuk semua (universal) negara–negara anggota PBB, baik negara maju, miskin, dan negara berkembang. Dari 17 tujuan dan 169 sasaran yang ada, dipilih 3 tujuan sebagai dasar penentuan masalah sekaligus pemecahannya. SDGs 6 - Akses Air Bersih dan Sanitasi “Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua.” Fokus pada target: • Memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi, menghapuskan pembuangan limbah dan meminimalisir pembuangan bahan kimia dan materi berbahaya. (6.3) • Melindungi dan memperbaiki ekosistem terkait air, termasuk sungai dan resapan air. (6.6)

8

Gajah Wong Urban Living Enhancement

SDGs 8 - Decent Work and Economic Growth “Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, lapangan kerja dan pekerjaan yang layak untuk semua.” Fokus pada target: • Pada tahun 2030, buat dan terapkan kebijakan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja dan mempromosikan budaya dan produk lokal (8.9) SDGs 11 - Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan “Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan.” Fokus pada target: • Memastikan akses terhadap perumahan dan pelayanan dasar yang layak, aman dan terjangkau bagi semua dan meningkatkan mutu pemukiman kumuh. (11.1) • Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan perkapita di perkotaan, termasuk dengan memberikan perhatian khusus kepada kualitas udara dan kotamadya dan manajemen limbah lainnya. (11.2) • Menyediakan akses universal terhadap ruang-ruang publik yang aman, inklusif dan mudah diakses, dan hijau, terutama bagi perempuan dan anak-anak, manula dan orang dengan disabilitas. (11.7)


City Wide Dimension

Kualitas khas dari beragam lingkungan dan kehidupan yang ditawarkan oleh kota menyebabkan tuntutan untuk pengembangan baru. Hal ini membawa peluang baru, akan tetapi, pengembangan yang salah dapat mengikis karakter lokal. Pengembangan besar, atau pengembangan di lokasi sensitif, dapat memiliki dampak signifikan pada pengaturan kota yang lebih luas.

Dari ke-5 opsi, dipilihlah area pengembangan kota pada area bantaran sungai, karena banyak problem yang ditemui di area tersebut salah satunya mengenai ruang terbuka.

1.1 - Dalam buku disebutkan ada 5 komponen utama pengembangan suatu kota yang masing-masing memiliki potensi dan permasalahannya, yaitu:

Dengan dipilihnya area bantaran sungai, maka area tersebut dapat memperkuat Jaringan Ruang Terbuka Strategis. Sehingga, setiap peluang harus diambil untuk: • Membuat ruang outdoor baru yang terhubung ke ruang hijau dan ruang publik • Memperkuat dan meningkatkan hubungan antara pembangunan yang ada dan yang baru • Perluas jaringan jalur sepeda dan jalan setapak • Memastikan perkembangan baru tidak membahayakan ruang terbuka yang ada serta dipisahkan dari kawasan cagar alam.

• • •

Topografi dan pengaturan alam, termasuk bukit dan pandangan mereka yang saling terkait; tepi laut, bantaran sungai, kanal. Gateway dan rute arteri memberikan pesan visual yang kuat tentang karakter kota, gambar, dan identitas. Situs Warisan Dunia, dan daerah lain dengan struktur spasial yang berbeda, pola bangunan, pola kota, karakteristik khusus dan bentuk yang dibangun termasuk langit kota, profil atap, dan landmark. Pinggiran kota yang terdefinisi dengan jelas, dan bervariasi (termasuk batas-batas antara kawasan konservasi) dan perkotaan / pedesaan terbagi dengan sabuk hijau yang menarik, taman regional di pinggir kota, koridor hijau (irisan dan jari) yang menembus dan saling berhubungan dengan bentuk perkotaan Taman umum utama, ruang terbuka struktural nilai lanskap dan lanskap kota; taman-taman bersejarah dan bentang alam yang dirancang, Situs-situs signifikan dengan Kepentingan Ilmiah Khusus dan area pohon dan hutan.

1.5 - Continue to maximise opportunities to enhance and extend links to individual spaces and the open space network in the city.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

9


2

10

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Analisis Kawasan


Provinsi D.I.Y sumber: Google Maps

Kawasan Perkotaan Yogyakarta sumber: Google Images Kawasan Pinggir Sungai Gajah Wong. Luas 49 Ha sumber: Google Earth Imagery 2019

Batasan Wilayah Perencanaan & Perancangan Provinsi D.I. Yogyakarta Yogyakarta merupakan provinsi dengan banyak potensi untuk dikembangkan. Ada situs warisan budaya, perbukitan, gerbang kota, dsb. Kota Yogyakarta menjadi sasaran para pendatang yang mencari pekerjaan di kota, sehingga terjadi proses urbanisasi. Concern terbesar urbanisasi adalah munculnya permukiman kumuh yang menggunakan tanah tak bertuan, seperti di pinggiran sungai. Sehingga alternatif karakter lokasi yang dipilih berupa area bantaran sungai (Key Components 1.1.1).

Area Pinggiran Sungai Gajah Wong Sungai Gajah Wong adalah salah satu sungai besar yang melintasi Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Segmen Sungai Gajah Wong yang diambil adalah segmen sungai yang melewati Desa Caturtunggal dan Condongcatur yang berada di Kecamatan Depok. Area yang diambil memiliki luas 55,2 Hektar. Delineasi kawasan didasarkan pada Permen PU no. 6 Tahun 2007 tentang jenis kawasan, yakni jenis kawasan terbangun yang perlu penataan. Kawasan pinggir sungai merupakan kawasan yang memerlukan penataan ulang.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

11


Perkembangan Figure Ground

Dari tahun 2007 hingga tahun 2019 terdapat perkembangan yang cukup pesat pada ­daerah bertanda lingkaran kuning. Daerah yang awalnya berupa lahan kosong berubah fungsi menjadi bangunan permukiman warga.

Sejarah Kawasan

12

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Sungai Gajah Wong membelah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dari hulu ­Kabupaten Sleman, tengah Kota Yogyakarta dan hilir Kabupaten Bantul (Tisnawati, 2017). Sungai Gajah Wong di Yogyakarta yang memiliki fungsi sangat kompleks ­seperti banyak warga sekitarnya menjadikan alirannya sebagai tempat pembuangan limbahnya secara langsung, hal ini menjadikan kualitas Sungai Gajah Wong sangat dipengaruhi oleh a­ ktivitas warga sekitar daerah aliran sungai tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan ­Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, peruntukkan Sungai Gajah Wong dimasukkan ­dalam golongan B, yaitu sebagai sumber air minum yang perlu diolah terlebih dahulu (Balai Lingkungan Hidup DIY, 2014). Selain itu, Sungai Gajah Wong oleh pemerintah Daerah ­Istimewa Yogyakarta dijadikan sebagai sasaran progam prokasih atau progam kali bersih.


Kawasan Sungai Gajah Wong

Jembatan Sungai Gajah Wong

Hartono Mall

Rusunawa Dabag

Resto Valley Bambu

Ekowisata Nologaten

Museum Affandi

Gajah Wong Urban Living Enhancement

13


Regulasi Kawasan Eksisting RPJPD Kabupaten Sleman Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021, RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016- 2021 merupakan tahun ketiga pelaksanaan RPJPD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021. Visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Sleman adalah �Terwujudnya Masyarakat Sleman yang Sejahtera, Demokratis dan Berdaya Saing�. Visi tersebut akan dicapai dengan menetapkan misi: 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik. 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 4. Meningkatkan kehidupan masyarakat yang demokratis. RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031 RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten yang termuat dalam Peraturan Daerah dimaksud adalah sebagai berikut: Strategi dalam rangka pengintegrasian dan pengembangan pusat kegiatan di luar kawasan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a meliputi: a. mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang terintegrasi dengan sistem prasarana dan sarana di dalam KPY; b. meningkatkan hubungan PPL dengan PPK, PKL, dan/atau PKW; c. menjaga keterkaitan antara kawasan perkotaan dengan kawasan pedesaan; dan d. mengembangkan pusat pelayanan di luar kawasan rawan bencana Merapi III. Strategi dalam rangka pengembangan kawasan pariwisata terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e meliputi: a. mengembangkan obyek dan daya tarik wisata; b. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung pariwisata; dan c. melestarikan situs warisan budaya. Strategi dalam rangka pengembangan kawasan permukiman yang aman, nyaman, dan berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf h meliputi: a. mengembangkan kawasan permukiman di luar kawasan rawan bencana; b. mengembangkan ruang terbuka hijau perkotaan; dan c. mengembangkan prasarana dan sarana dasar permukiman yang berwawasan lingkungan.

Land Use Perdagangan dan Jasa Permukiman Kepadatan Sedang Permukiman Kepadatan Tinggi Pertanian Lahan Basah Ruang Terbuka Hijau Pariwisata

14

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Rencana Pemanfaatan Ruang RDTR Kec. Depok Desa Caturtunggal

Kawasan aliran Sungai Gajah Wong yang dipilih melewati dua desa berbeda di Kecamatan Depok, yaitu Desa Caturtunggal di bagian selatan dan Desa Condongcatur di utara. Untuk peta rencana pemanfaatan ruang di Desa Caturtunggal, area pinggir Sungai Gajah Wong didominasi dengan penggunaan Permukiman Kampung dan Perumahan, serta Perdagangan Jasa. Lalu disusul Pelayanan Dasar Pendidikan dan Pertanian Terbatas.

Desa Condongcatur

Sedangkan untuk aliran Sungai Gajah Wong yang bagian Desa Condongcatur, arahan pemanfaatan ruangnya juga didominasi oleh Permukiman Kampung dan Perumahan serta Perdagangan Jasa pada area pinggir ring road, lalu disusul dengan Pertanian Terbatas.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

15


Intensitas dan Status Lahan Status lahan yang berada dalam kawasan terpilih mayoritas merupakan tanah hak milik. Sebagian berupa tanah hak pakai, hak guna bangunan, hak wakaf, dan kebanyakan lainnya masih belum terdaftar. Sedangkan intensitas peruntukan makro kawasan apabila dilihat dari tata guna lahan didominasi oleh sektor permukiman kepadatan tinggi dan sedang, serta perdagangan jasa.

16

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Perdagangan dan Jasa

KDB maks. 60% KLB 1-1,8 KDH min. 20%

Permukiman Kpdt. Tinggi

KDB maks. 60% KLB 3,6-6 KDH min. 20%

Permukiman Kpdt. Sedang

KDB maks. 60% KLB 3,6-4,8 KDH min. 20%

Sarana Pendidikan

KDB maks. 50% KLB 1-1,5 KDH min. 20%

Ruang Terbuka Hijau

KDB maks. 2% KLB 0,02 KDH min. 98%

Sarana Pariwisata

KDB maks. 30% KLB 0,4 KDH min. 70%

Pertanian, Peternakan, Perikanan

KDB maks. 10% KLB 0,2 KDH min. 90%


Data Kependudukan Kawasan

Peran Aktor

Grafik Kependudukan Desa Caturtunggal dan Condongcatur Sumber: Kependudukan Jogja Prov

Skema Public Private Partnership Sumber: Ilustrasi Penulis

Kawasan termasuk ke dalam dua desa, yaitu Desa Caturtunggal dan Desa Condongcatur. Grafik kependudukan berdasarkan jenis pekerjaan dan jenjang pendidikan. Menurut data statistik dari web kependudukan.jogjaprov.go.id, masyarakat di Desa Caturtunggal dan Condongcatur mayoritas bekerja sebagai pegawai swasta.

Pengembangan Tata Ruang Dan Wilayah Pinggir Sungai Gajah Wong sebagai kawasan “green neighborhood� yang dapat memfasilitasi dan memberikan manfaat terhadapmasyarakat tentunya tidak dapat dicapai oleh satu lembaga saja. Konsep kerja sama antar lembaga dihadirkan untuk mencapai bentuk penanganan Tata Ruang Dan Wilayah Babarsari yang komprehensif. Skema P.O.A.C atau Planning, Organizing, Actuating dan Controlling dalam pengembangan Tata Ruang Dan Wilayah kawasan melibatkan 3 stakeholder inti yang meleputi Pemerintah, Swasta dan Masyarakat (komunitas). Dari pemerintah kota sendiri kerjasama antara instansi seperti Dinas PU dan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sleman mutlak dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisa kerjasama dalam bentuk utuh diperlukan juga model PP (Public Partnership) yang meliputi pihak swasta, yakni investor dan developer dalam bentuk sumbangan fasilitas fisik bagi lingkungan.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

17


Isu dan Persoalan Perancangan

Issue 1

Pencemaran Air Sungai Pencemaran air dapat didefinisikan sebagai penurunan ­karakteristik akibat adanya penambahan kontaminan sehingga ­tidak ­memungkinkan bagi manusia untuk mengkonsumsinya s­ erta tidak mendukung komunitas biotik seperti ikan dan makhluk lain yang tinggal pada lingkungan tersebut (Agrawal dari Riswanto dkk, 2018). Hal ini terjadi pada Sungai Gajah Wong sebagai sungai yang ­mengalir melewati daerah urban Yogyakarta yang ­mengalami dampak ­pencemaran akibat semakin banyaknya bahan buangan dari limbah rumah tangga, industri, rumah sakit maupun hotel ­(Nuraini and ­Sunardi, 2010). Telah ­banyak jurnal-jurnal yang ­membahas pencemaran Sungai Gajah Wong yang terbukti tercemar oleh ­kandungan-kandungan berbahaya. Jika ditinjau dari hasil survey kawasan, terdapat titik-titik di mana dapat ditemui sebab-sebab pencemaran terhadap air sungai. Daerah riverbank dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan dan pembakaran sampah fisik. Di titik amatan paling selatan ditemukan limbah cair yang mengkontaminasi air sungai. Menurut penelitian Hardhaka (2014), Sungai Gajah Wong bagian tengah tercemar sedang hingga berat mengindikasikan berpengaruh terhadap tingginya persentase komposisi makroinvertebrata collector gather yang tinggi yaitu 72%. Makroinvertebrata adalah makhluk hidup yang hidup di sungai yang berperan sebagai penyeimbang kualitas air. Diduga pencemaran ini didapat dari kiriman sungai bagian hulu.

Legenda: Titik Permasalahan Sungai

18

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Issue 2

Telah Adanya Rencana Ekowisata Jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Sleman dari ­tahun 2013 hingga 2017 meningkat dari 3 juta menjadi 6 juta ­wisatawan baik ­domestik maupun mancanegara (visitingjogja.com) dan d ­ ipastikan akan terus meningkat tiap tahunnya. Objek wisata yang dikunjungi candi, museum, desa wisata, dan wisata lainnya termasuk ekowisata. Ekowisata adalah salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Konsep ekowisata telah dicanangkan komunitas Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Gajah Wong, dan telah diterapkan di area Giwangan dan Nologaten. ­Pengembangan kawasan tersebut berpotensi untuk diratakan ke area DAS Gajah Wong lainnya.

Legenda: Titik Ekowisata Eksisting

Gajah Wong Urban Living Enhancement

19


Issue 3

Penyalahgunaan Sempadan Sungai RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya (Permen PU 5/2008). Peraturan sempadan sungai tak bertanggul di daerah perkotaan:

Jika H < 3m, sempadan: 10m Jika H 3-20 m, sempadan: 15m

H

Jika H < 3m, sempadan: 10m Jika H 3-20 m, sempadan: 15m

Yang terjadi di lokasi adalah masih terdapat permukiman-permukiman warga yang menggunakan lahan yang seharusnya menjadi area RTH sempadan sungai.

Akses Terbatas Pada RTH Sempadan Sungai Sempadan sungai seharusnya merupakan jenis RTH publik seperti yang diatur dalam Permen PU 5/2008.

Namun yang terjadi di lokasi adalah area RTH sempadan sungai memiliki akses yang terbatas, banyak ditemui dead-end (jalan buntu) dan mayoritas masih tidak dapat diakses oleh publik. Selain itu, akses yang tersedia pun kebanyakan belum memenuhi target SDGs yang universal, aman, inklusif dan mudah diakses, serta hijau.

Legenda: Titik Permasalahan Akses Jalan Arteri Jalan Lokal Jalan Kampung

20

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Gajah Wong Urban Living Enhancement

21


3

22

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Pendekatan Perancangan


Hasil Riset Urban River Restoration Peningkatan Dalam Saluran (In-Channel Enhancement) Restorasi skala besar seringkali tidak mungkin dilakukan pada sungai perkotaan yang terkurung sehingga peningkatan dalam saluran dapat menjadi cara yang baik untuk memperkenalkan beberapa kompleksitas habitat untuk meningkatkan keanekaragaman hayati dan membuat sungai lebih menyenangkan secara estetika. Penggerak

Teknik

Buat sinuositas untuk meningkatkan kompleksitas habitat dan meningkatkan keanekaragaman hayati

Mempersempit kanal

Meningkatkan konektivitas longitudinal untuk fauna

Penghapusan / penurunan bendung

Memperbaiki estetika jika memungkinkan

Penanaman vegetasi riparian atau meningkatkan perlindungan riverbank

Penggunaan kerikil Penambahan material kayu Penciptaan jalur ikan

Sumber: Google Images

Sungai di Perkotaan Istilah ‘sungai kota’ dapat membuat orang berpikir bahwa sungai-sungai ini selalu mengalir melalui kota-kota atau kota-kota atau mereka dibangun untuk mengalir melalui pusat kota untuk transportasi. Tetapi jauh sebelum pemukiman manusia, sungai-sungai ini akan menjadi lebih dinamis dan mengalir lebih alami di lanskap tanpa batasan tepi beton dan gorong-gorong. Manusia telah menetap di sebelah dan mengubah sungai sejak abad pertengahan untuk menggunakan sumber daya sebagai air minum, untuk menyalakan pabrik, untuk transportasi dan pembuangan limbah (Gambar 1). Di daerah perkotaan, sungai terus disalurkan untuk mengakomodasi pembangunan dan pencegahan banjir. Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia, sungai-sungai di pusat-pusatnya mengalami tekanan yang lebih besar dan kehilangan kemampuan untuk berfungsi secara alami. Permasalahan Sungai di Perkotaan • Kanalisasi, pembetonan pinggiran sungai, dan pengerukan • Degradasi kualitas air sungai • Penebangan vegetasi alami sepanjang sungai • Peningkatan resiko banjir • Invasi Spesies Cara Merestorasi Sungai Di daerah perkotaan, potensi restorasi sungai dibatasi oleh kendala seperti perlunya perlindungan banjir. Karenanya restorasi harus inovatif dan unik untuk kondisi tertentu dengan tujuan meniru proses alami sebanyak mungkin tanpa meningkatkan risiko banjir. Berikut adalah beberapa contoh teknik restorasi sungai perkotaan berskala dan berskala lebih besar.

Restorasi Skala Besar (Large-Scale Restoration) Jika ada ruang untuk melakukan restorasi skala yang lebih besar, biasanya di dalam area publik seperti taman, maka peningkatan estetika sungai menjadi penting untuk dipertimbangkan dalam proyek restorasi sungai perkotaan. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran akan saluran air lokal dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan alam. Penggerak

Teknik

Rekoneksi dataran banjir untuk menyediakan Penghapusan / penggantian perlindpenyimpanan banjir, perlindungan ikan, dan ungan buatan keanekaragaman habitat Re-meandering Penciptaan lahan basah Peningkatan kualitas air sungai

Meningkatkan pembuangan air permukaan Sustainable Drainage System

Meningkatkan estetika untuk melibatkan Aksesibilitas masyarakat setempat dan menciptakan rasa Daylighting memiliki atas sungai Sistem Drainase Berkelanjutan atau SuDS dapat digunakan sebagai alternatif sistem drainase tradisional untuk ­memerangi ­banjir dan polusi sembari ­mempromosikan nilai keanekaragaman hayati dan ­kemudahan. ­Meniru siklus hidrologi alami di daerah ­perkotaan melalui perlambatan, ­penyimpanan, dan penyaringan air hujan dan air limbah, dapat mengurangi tingkat banjir dan erosi dan meningkatkan kualitas air (The River Restoration Centre UK).

Gajah Wong Urban Living Enhancement

23


Economic Impact on Riverfront: Case Study of Detroit Riverfront Dampak Perbaikan Riverfront Beberapa sudut pandang umum mengenai dampak perbaikan tepi sungai dirangkum di bawah ini: •

• •

Detroit Riverfront // Sumber: Google Images

• •

Detroit Riverfront Perbaikan tepi sungai Detroit telah berdampak pada banyak proyek pembangunan besar di pusat kota selama lima hingga 10 tahun terakhir. Tepian sungai menciptakan “sense of place” yang vital yang secara signifikan memberi manfaat pada pengembangan unit perumahan di pusat kota, meningkatkan kemampuan untuk menarik bisnis, menciptakan konvensi yang lebih diinginkan dan lingkungan pengunjung, dan menyediakan tempat pementasan bagi ratusan acara hiburan yang dinikmati. oleh pengunjung dan penduduk wilayah Detroit. Saat ini, tepi timur Sungai Detroit mencakup lebih dari 3,5 mil, dimana 80% di antaranya telah selesai dibangun dan 20% sisanya sedang dibangun. Sekitar tiga juta pengunjung menikmati ruang yang sangat indah, terawat, aman dan aktif setiap tahun. Pada 2012, lebih dari 100 acara diadakan di sepanjang tepi sungai, mulai dari pertemuan mingguan kecil hingga acara tahunan besar, seperti festival River Days. Perbaikan di tepi sungai telah membantu mengubah persepsi daerah kota. Pengamatan khusus yang diajukan oleh pengunjung lokal, real estat dan profesional lainnya termasuk: • •

24

Tepi sungai telah berevolusi melampaui aset fisik, dan sekarang menjadi komunitas itu sendiri, dan aset ke seluruh area kota. Semakin banyak perencana mencari pusat walkable, hotel dan lingkungan hiburan, peningkatan tepi sungai akan membantu menciptakan manfaat kompetitif dalam menarik acara. The RiverWalk menyediakan lingkungan rekreasi yang aman dan nyaman untuk segala usia, bekerja secara efektif melawan banyak persepsi yang dimiliki mengenai kawasan.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Tepian sungai menciptakan ruang yang diinginkan bagi para pekerja di daerah tersebut. Ini akan memiliki efek mendukung struktur sewa yang layak untuk properti yang terletak dekat dengan tepi sungai. Siswa-siswa telah memanfaatkan tepi sungai dengan berbagai cara (penelitian biologi / alam, analisis kualitas air, rekreasi, naik perahu, dll.). Beberapa bisnis telah pindah ke area tepi sungai dan beberapa lainnya merupakan bagian dari rencana wilayah tepi sungai di masa depan. Akses langsung ke ruang hijau yang menarik dan area lanskap memiliki dampak positif yang signifikan terhadap relokasi ini. Survei juga dilakukan dengan pengunjung umum ke tepi sungai. 54% responden berasal dari daerah pinggiran kota atau sebaliknya dari luar kota. Tarikan geografis yang luas di tepi sungai akan semakin berfungsi untuk memperkenalkan kembali pusat kota kepada masyarakat, dan dapat membantu meruntuhkan hambatan budaya antara penduduk kota dan pinggiran kota. Udara segar, olahraga, melihat-lihat, dan bersosialisasi adalah alasan utama untuk mengunjungi tepi sungai. Antara 2006 dan 2009, lebih dari $ 3,9 miliar diinvestasikan di pusat kota Detroit yang lebih besar pada 70 proyek di sektor hiburan, komersial, perumahan, medis dan pendidikan.

Jenis-jenis Amenitas yang Banyak Digunakan Pengunjung Grafik di bawah ini merupakan jenis-jenis amenitas yang disediakan Detroit Riverfront.


Green Neighborhood Faktor Terciptanya Green Neighborhood Lingkungan hijau adalah salah satu elemen penting di kota berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas ekonomi, lingkungan dan sosial di daerah tersebut. Berikut adalah faktor-faktor yang mampu menciptakan green neighborhood: Faktor Connectivity & Walkability

Green neighborhood adalah tempat yang membantu orang mendapat lebih dekat dengan alam dan pengalaman inspirasi alam dan powers healing. Habitat besar dan backyard yang indah, taman, dan bisnis dibuat, menggunakan tanaman native. Tempat sehat ini meningkatkan kualitas hidup, kesehatan, biaya hidup, rasa tempat dan ekonomi untuk semua orang yang hidup, bekerja, ibadah, belajar dan bermain di dalam area mereka. Memahami pentingnya kriteria hijau akan meningkatkan hubungan erat bertetangga, menunjang gaya hidup sehat, dan keindahan lokal (Designing with Natives). Kontak dengan alam secara teratur memberikan pengurangan stres dan peningkatan dalam keseluruhan rasa kesejahteraan dan harapan. Ini membantu meringankan kelelahan mental dengan bersantai dan memulihkan pikiran. Dalam lingkungan yang dibangun, ruang hijau adalah pengaturan untuk istirahat kognitif, karena mereka mendorong interaksi sosial dan menghilangkan stres melalui latihan atau percakapan, dan memberikan pengaturan yang menenangkan.

Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam desain zona walkable yang hijau adalah keamanan dan kondusifitas area walkable untuk pejalan kaki. Oleh karena itu, jaringan zona hijau yang dapat dilalui harus mudah diakses, menciptakan pengalaman jalan kaki yang nyaman ketika orang-orang bergerak terutama ke fasilitas umum, infrastruktur, dan layanan. Di Portland, Amerika Serikat, jaringan hijau telah ditemukan sangat membantu untuk menjaga dan melindungi sumber daya alam yang menghubungkan area ke ruang hijau (Rhew et al., 2011 dalam S Nurul Akmal et al., 2014). City of Dawson Creek (2008) berpendapat bahwa pohon harus ditanam ­setidaknya di satu sisi jalan untuk melindungi orang dari sinar matahari sehingga mereka merasa lebih nyaman ketika berjalan.

Vauban, Germany // Sumber: Google Images

Definisi Green Neighborhood Green neighborhood adalah lingkungan terencana terintegrasi terutama untuk fokus pada perlindungan dan penggunaan sumber daya alam, teknologi hijau, dan praktik hijau yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan, keselamatan dan kesejahteraan umum populasi (Arshad dalam Ahmad, 2017). Definisi lain menyebutkan green neighborhood sebagai desain yang mempertimbangkan tingkat bahaya dan pengurangan bahaya terhadap lingkungan, seperti pemanasan global dan polusi, karena emisi gas yang tinggi untuk melestarikan lingkungan ekologis dan memberikan gaya hidup yang lebih sehat. Hal ini tentunya dapat membantu mencapai misi perancangan kawasan ini untuk menciptakan lingkungan perumahan yang layak.

Deskripsi

Safety Zone

Trotoar yang licin dan area jalan yang gelap sangat berbahaya terutama pada saat hujan. Selain itu, parkir kendaraan di dekat trotoar juga berbahaya. Masalah ini dapat diatasi dengan memarkir mobil jauh dari trotoar. Oleh karena itu, lingkungan sekitar harus ramah kepada orang-orang dari segala usia termasuk mereka yang cacat, serta diberi penerangan yang cukup.

Green Infrastructure

Taman adalah tempat rekreasi bagi manusia dan tempat bagi habitat satwa. Park et al. dalam Ahmad (2017) menyoroti elemen infrastruktur yang meliputi trotoar, toko, kios, furnitur trotoar, pohon, kabel listrik, penerangan jalan dan ruang parkir.

Mixed Use Development

Pengembangan area Mix-Used adalah campuran penggunaan lahan dengan berbagai fungsi bangunan. Fungsi campuran ini berupa campuran dari perumahan, tempat kerja, pusat perbelanjaan, fasilitas rekreasi dan pendidikan di satu lingkungan. Dengan implementasi pengembangan penggunaan campuran, kota akan lebih layak huni dan dapat mempertahankan lingkungan.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

25


Green Infrastructure Aplikasi Green Infrastructure • Rainwater Harvesting Sistem pemanenan air hujan mengumpulkan dan menyimpan curah hujan untuk penggunaan nanti. Ketika dirancang dengan tepat, mereka memperlambat dan mengurangi limpasan dan menyediakan sumber air. Praktik ini bisa sangat berharga di daerah kering, di mana ia dapat mengurangi permintaan akan persediaan air yang semakin terbatas.

Rainwater Harvesting

Rain Garden

• Rain Garden Taman hujan adalah fitur yang dapat disesuaikan yang dapat dipasang di hampir semua ruang tak beraspal. Juga dikenal sebagai retensi bio, atau infiltrasi bio, sel-sel, mereka adalah cekungan tipis, tumbuh-tumbuhan yang mengumpulkan dan menyerap limpasan dari atap rumah, trotoar, dan jalan-jalan. • Green Streets and Alleys Jalan-jalan dan lorong-lorong hijau diciptakan dengan mencampurkan elemen infrastruktur hijau ke dalam desain mereka untuk menyimpan, menyerap, dan menguapkan air badai. Trotoar permeabel, bio sengkedan, kotak penanam, dan pohon adalah beberapa elemen yang dapat disatukan menjadi desain jalan atau gang.

Green Streets

Green Parking

• Green Parking Banyak elemen infrastruktur hijau dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam desain tempat parkir. Trotoar permeable dapat dipasang di bagian banyak dan kebun hujan dan bio sengkedan dapat dimasukkan dalam median dan sepanjang perimeter tempat parkir. Manfaat termasuk memodifikasi pulau panas perkotaan dan lingkungan yang dibangun lebih berjalan. • Planter Boxes Planter Boxes dapat mengumpulkan dan menyerap limpasan dari trotoar, tempat parkir, dan jalan-jalan dan ideal di daerah perkotaan yang padat dan dapat berfungsi sebagai elemen street furniture. • Permeable Pavement Perkerasan yang permeabel berguna untuk menyusup, mengolah, atau menyimpan air hujan saat jatuh. Mereka dapat terbuat dari beton tembus pandang, tar permeabel, atau pavers saling permeabel. Praktik ini bisa sangat efektif dari segi biaya ketika nilai tanah tinggi dan banjir merupakan masalah.

Planter Boxes

Permeable Pavmt. • Green Roofs Pohon dapat mengurangi dan memperlambat air badai dengan meminimalisir curah hujan di dedaunan dan ranting-rantingnya. Banyak kota telah menetapkan tujuan tajuk pohon untuk mengembalikan beberapa manfaat pohon yang hilang ketika daerah tersebut dikembangkan. • Urban Tree Canopy Pohon dapat mengurangi dan memperlambat air badai dengan meminimalisir curah hujan di dedaunan dan ranting-rantingnya. Banyak kota telah menetapkan tujuan tajuk pohon untuk mengembalikan beberapa manfaat pohon yang hilang ketika daerah tersebut dikembangkan.

Green Roofs

26

Urban Tree Canopy

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Transit-Oriented Development ToD Tipologi: Urban Neighborhood Tipologi ini didominasi oleh area perumahan yang terhubung dengan baik dengan pusat-pusat regional dan pusat-pusat kota. Karena memiliki karakter kepadatan sedang hingga tinggi, maka perumahan biasanya dicampur dengan ritel yang melayani lokal, dan penggunaan komersial terbatas pada usaha kecil atau industri tertentu.

Ilustrasi ToD // Sumber: Google Images

Guideline Pengembangan Area Urban Neighborhood Point

Definisi Transit Oriented Development Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda (Wikipedia). Tipologi Area ToD Menurut buku Station Area Planning: How To Make Great Transit-Oriented Places, tipologi area ToD terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok Center, District, dan Corridor. Dari tiga kelompok tersebut masih memiliki tipe-tipe lagi berdasar kelompoknya. • • •

Center Regional Center, Urban Center, Suburban Center, Transit Town Center District Urban Neighborhood, Transit Neighborhood, Special Use/Employment Dist. Corridor Mixed-Use Corridor

Guideline

Housing Mix

Mid-rise, low-rise, townhouses

Station Area Total Units Target

2.500-10.000

Net Project Density

40-100 dwelling unit/acre

Station Area Total Jobs Target

NA

Minimum FAR

1.0 FAR

Prinsip-prinsip Pengembangan • Memaksimalkan kenaggotaan ToD • Generasikan keterlibatan komunitas yang berarti • Mendesain jalan yang universal dan dapat diakses semua kalangan • Menciptakan kehidupan permukiman yang terjangkau dan aksesibel • Menciptakan ruang publik yang baik • Manajemen parkir yang efisien • Menangkap nilai-nilai dalam transit • Memaksimalkan konektivitas lingkungan dan transit • Lakukan dan evaluasikan

Gajah Wong Urban Living Enhancement

27


Urban Blocks Urban Residential Blocks Tren perencanaan masterplan dalam blok besar relatif mudah diimplementasikan dan menguntungkan bagi pengembang, sehingga membantu mewadahi pertumbuhan yang cepat. Blok perumahan perkotaan biasanya mencakup beberapa unit komersial di tingkat jalan, terutama outlet makanan dan bisnis layanan kecil lainnya. Di dalam blok, ada ruang hijau yang lebih besar atau lebih kecil, parkir di atas atau di bawah tanah, dan kadangkadang memiliki fasilitas seperti pusat kebugaran atau ruang publik. Cheshmeshzangi dan Butters (2016) meneliti blok-blok di China. Blok-blok yang ada di sana memiliki tiga tipologi, ada yang Low-Rise, Mid-Rise, dan High-Rise. Salah satu blok yang digunakan adalah blok European, yang mengikuti tipikal blok negara-negara di Eropa. Temuannya mengatakan bahwa blok Parisian memiliki berbagai keuntungan: Dapat menampung kepadatan rendah dan sedang; Ventilasi silang ke semua unit; Konstruksi murah dan fleksibel; Blok kecil yang dapat disosiasikan. Sedangkan, kekurangan dari blok Parisian ini adalah: Relevan secara budaya, Ruang kurang terbuka dan hijau, namun mengasumsikan taman yang lebih besar di dekatnya.

Keuntungan Blok // Sumber: Cheshmeshzangi dan Butters (2016)

Urban blocks in the world: 1. Paris 2. Barcelona 3. Amsterdam

28

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Universal Design in Public Space Guides for Universal Design in Streets (ASLA) Points

Guides

Walkability

Trotoar yang lebar dan rata, dengan tempat-tempat yang sering untuk berhenti dan beristirahat, diorganisasikan ke dalam jaringan yang saling terhubung, menciptakan lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki dan dapat diakses kursi roda yang mempromosikan gaya hidup sehat, mendorong konektivitas sosial, dan mengurangi kecepatan mobil.

Safe Intersections

Potongan pinggir jalan harus ditawarkan di setiap persimpangan, ke arah perjalanan, dan dengan paving sentuhan selebar penyeberangan. Ini harus menampilkan sinyal multi-indera, pulau-pulau pejalan kaki, dan penyeberangan yang ditunjuk.

Multi-modal, Accessible Transportation

Opsi transit harus mudah diakses, memiliki rute yang jelas dengan titik transfer yang sering, dan mudah dinavigasi dengan informasi dalam berbagai bahasa dan format. Area tunggu tertutup yang penerangannya merata di malam hari, tempat duduk dengan lengan, dan signage yang mudah dibaca serta sinyal pendengaran meningkatkan aksesibilitas.

Multi-sensory Wayfinding

Definisi Desain Universal Desain universal adalah merancang dan menciptakan ruang, produk atau lingkungan yang dapat diakses, dipahami, dan digunakan oleh semua orang dengan skala sebesar mungkin, tanpa memandang usia, situasi, kemampuan atau kondisi cacat. Ruang kota dan lingkungan fisik (atau bangunan, produk, dan layanan lain di ruang) harus dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan siapa pun yang ingin menggunakannya (Meshur & Çakmak, 2018).

Sinyal kontras yang tinggi, paving, dan penyeberangan pendengaran dapat membantu menemukan jalan bagi pejalan kaki yang buta atau orang yang memiliki pandangan rendah dan tuli atau pejalan kaki yang sulit mendengar. Untuk keselamatan di jalan-jalan yang sibuk, sangat penting bahwa perubahan material di paving trotoar,

Connected Green Spaces

Public Space and Accessibility • Strategi harus merencanakan dan membangun ruang publik sebagai jaringan yang koheren di mana ruang publik saling terhubung satu sama lain. Dalam sistem ini, semua pengguna harus dapat bergerak tanpa menghadapi hambatan. • Mobilitas pejalan kaki, khususnya mereka yang cacat fisik, perlu diperhatikan dalam kebijakan ruang publik setempat sehingga semua warga negara dapat menggunakan dan menikmati ruang publik. • Seperti dengan strategi mobilitas kota, kebijakan ruang publik harus menyediakan jaringan ruang publik yang terintegrasi pada setiap skala dan terhubung secara efisien dan efektif ke lingkungan (seluruh kota dan lingkungan). • Ruang publik dapat digunakan sebagai katalis untuk menginformasikan strategi transportasi non-bermotor kota ke kota, dengan demikian mempromosikan jalan kaki dan bersepeda di dalam kota. (UCLG).

Menghubungkan ruang hijau di kota dengan jalur beraspal yang lebar memastikan akses bagi mereka yang cacat. Infrastruktur hijau, seperti jaringan pohon jalan dan tempat pengumpulan air hujan yang ditanam, dapat diimplementasikan pada skala lingkungan untuk lebih memperluas akses ke manfaat kesehatan dari alam di ranah publik. Memilih pohon jalan sehubungan dengan struktur akar mereka harus disertai dengan infrastruktur bawah tanah yang tepat untuk memastikan pertumbuhan akar tidak merusak trotoar, membuat mereka tidak dapat diakses.`

One-Stop Parking

Dalam kasus-kasus di mana mengemudi adalah suatu keharusan, mengatur toko, restoran, parkir, kantor dokter dan layanan lainnya bersama-sama membiarkan orang parkir sekali dan kemudian berjalan atau menggunakan kursi roda untuk mencapai masing-masing tujuan mereka. Di daerah pedesaan, ini bisa meramaikan pusat kota dan mendorong bersosialisasi di jalan.

Niederhafen River Promenade // Sumber: Google Images

Definisi Public Space Ruang Publik adalah tempat yang dimiliki publik atau digunakan untuk umum, dapat diakses dan menyenangkan, oleh semua gratis dan tanpa motif keuntungan. Ruang publik adalah elemen kunci dari kesejahteraan individu dan sosial, tempat kehidupan kolektif suatu komunitas, ekspresi dari keanekaragaman kekayaan alam dan budaya bersama serta landasan identitas mereka (The Public Space Charter).

Gajah Wong Urban Living Enhancement

29


Studi Preseden

Before

After

Sabarmati Riverfront Inisiatif penataan area ini merupakan bagian dari regenerasi kota dan cara untuk menciptakan tempat rekreasi di kota dengan menghubungkan kehidupan kota ke sungai. Proyek ini membawa perbaikan nyata pada air tanah kota yang sekarang menyediakan air bersih bagi penduduk. Luas area yang ditata: 202 Ha. Kondisi Eksisting sungai Sabarmati yang dulunya sulit diakses oleh publik dan ditinggali oleh penduduk permukiman kumuh. • Mengurangi polusi air dengan mengelola limbah sebelum dibuang ke sungai, sehingga ekosistem air dan sekitarnya terlindungi. (6.3, 6.6, 11.2) • Menyediakan akses yang baik dan universal ke ruang publik (RTH sempadan sungai). (11.1) • Mengurangi dampak buruk lingkungan sekitar sungai & meningkatkan kualitas udara dengan pembuatan taman-taman dan ruang hijau. (11.7) • Meningkatkan perekonomian warga terdampak dengan membangun fasilitas publik seperti pasar mingguan Gujari dan sarana event. (8.9)

30

Gajah Wong Urban Living Enhancement

sumber: HCPDPM Architects https://www.indian-architects.com/fr/projects/view/sabarmati-riverfront-development-project


San Pedro Creek Culture Park San Pedro Creek Culture Park terletak di daerah urban di pusat kota San Antonio dan saat hujan turun air hujan yang mengalir di atas tempat parkir, atap, dan permukaan-permukaan lain yang tidak terakumulasi mengakumulasi polutan sebelum dibuang ke San Pedro Creek. Ketika ini terjadi, kadar bakteri E.Coli di dalam sungai dapat meningkat dan melebihi standar yang ditetapkan oleh Komisi Texas untuk Kualitas Lingkungan. Mengurangi dampak kontaminasi dari limpasan air hujan di anak-anak sungai dan sungai adalah fokus utama dari program keberlanjutan daerah aliran sungai. Melalui penggunaan praktik pembangunan berkelanjutan dan teknik infrastruktur hijau, yang dikenal sebagai Pembangunan Berdampak Rendah, polutan seperti E.Coli menggunakan tanaman asli dan pendekatan biofiltrasi lainnya untuk menyaring kontaminan ini dari air hujan sebelum dibuang ke saluran air kami sehingga meningkatkan kualitas air.

Bioswale Adalah fitur stormwater khusus lanskap yang menyerap dan menyaring limpasan stormwater dari permukaan keras seperti atap, trotoar, dan tempat parkir. Sebuah bioswale dibangun dengan tanah yang cepat mengering dan lapisan drainase untuk menyaring dan membersihkan stormwater dan membuatnya sehat dan dapat digunakan untuk flora dan fauna sungai. Semua bioswale di sepanjang San Pedro Creek menerima limpasan stormwater dari jalan-jalan kota, trotoar, dan tempat parkir. Tanaman asli memberikan kualitas air dan manfaat satwa liar.

Stormwater Interceptors Adalah perangkat mekanis khusus yang dipasang di beberapa pintu masuk stormwater. Tugas mereka adalah menangkap sampah mengambang dan puing-puing sebelum masuk ke sungai.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

31


4

32

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Visi dan Misi Perancangan


Visi

Misi

Terwujudnya peningkatan kualitas hidup masyarakat di lingkungan ­pinggir Sungai ­Gajah Wong yang hijau sebagai lingkungan yang bergaya hidup sehat, lestari, aman, dan sejahtera.

• • • • •

Mengurangi polusi dan memperbaiki ekosistem sungai Mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja Menciptakan akses terhadap perumahan dan pelayanan dasar yang layak Menciptakan akses yang universal bagi semua pengguna Menciptakan ruang-ruang publik yang aman dan universal

Analisis SWOT Kawasan Strengths

Weaknesses

- Natural settings (sungai) - Lokasi strategis di area KPY - Ekowisata Sungai

- Akses yang belum layak - Permukiman yang menempati sempadan sungai

Opportunities

SO Strategies

WO Strategies

- Ruang publik di sepanjang sungai - Akses universal yang aman, inklusif, dan mudah diakses - Perumahan dan pelayanan dasar yang layak, aman, terjangkau - Penciptaan lapangan kerja

- RTH sempadan sungai dapat dikembangkan menjadi ekowisata sehingga menciptakan lapangan kerja - Peningkatan kualitas ekosistem sungai

- Memperbaiki akses menuju sungai dan memberikan riverwalk yang inklusif bagi pejalan kaki & pesepeda - Memberi spot-spot pembuangan sampah

Threats

ST Strategies

WT Strategies

- Penurunan kualitas air sungai akibat polusi, limbah, bahan kimia - Banjir pada musim hujan

Meningkatkan kualitas air sungai dengan Sustainable Drainage System (SuDs)

- Menciptakan pathway yang terintegrasi dengan sistem drainase dan resapan air - Konsolidasi lahan dan relokasi permukiman

Internal Factors External Factors

Gajah Wong Urban Living Enhancement

33


5

34

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Rencana Segmentasi Kawasan


segmentasi Segmentasi Kawasan

Segmentasi kawasan dibagi menjadi tiga segmen yang diambil dari titik point of interest terdekat dan potensi yang ada. Tiga segmen tersebut dinamai segmen Hartono Shopping and Health Center, Mataram Mix-Residential Center, dan Affandi Cultural and Event Center. Segmen 1 Hartono Shopping and Health Center Pusat ini dekat dengan Jalan Ringroad Utara, pusat perbelanjaan besar Hartono Mall, dan Rumah Sakit JIH, serta perumahan warga. Banyak ditemui ruko-ruko dan usaha kecil rumahan yang ditemui di area ini. Oleh karena itu, untuk mendukung potensi besar tersebut akan dikembangkan pusat komersial sekaligus kesehatan di area ini.

penduduk. Pusat ini ada untuk menciptakan permukiman penduduk yang terintegrasi dengan kebutuhannya dan menunjang kesejahteraan penduduknya. Segmen 3 Affandi Cultural and Event Center Pusat ini dekat dengan Jalan Laksda Adisucipto, Museum Affandi, UIN Sunan Kalijaga, dan Plaza Ambarrukmo. Lokasi yang dekat dengan pusat Kota Yogyakarta ini berpotensi untuk menjadi pusat budaya dan event-event bagi anak muda. Sebagai area yang didominasi anak-anak muda

Segmen 2 Mataram Mix-Residential Center Pusat ini dipilih karena dekat dengan Jalan Selokan Mataram, Jalan Nologaten, Allstay Ecotel, dan Rusunawa Dabag. Pada titik ini banyak ditemukan kos-kosan untuk mahasiswa, hotel bintang 3 ke bawah, warung-warung kuliner, pertokoan, dan juga didominasi oleh permukiman

Hartono Mall

Hartono Shopping and Health Center

Allstay Ecotel

Mataram Mix-Residential Center

UIN Kalijaga

Affandi Cultural and Event Center

Gajah Wong Urban Living Enhancement

35


Hartono Shopping and Health Center

Segmentasi 1

2

1 - Riverside Retail Park

1

3

Keyplan

Map

1 - Riverside Retail Park 2 - Public Parking 3 - Residential Public Park

Segmentasi 1 ini akan dikembangkan menjadi area yang didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, karena potensinya yang dekat dengan pusat perbelanjaan Hartono Mall dan Ring Road Utara. Pada segmen ini terdapat satu ruang publik berskala sedang yang aktivitasnya mendukung kegiatan komersial di sekitarnya. Riverside Retail Park menciptakan ruang terbuka yang mendekatkan masyarakat kepada sungai dan menyediakan amenitas publik seperti Food and Beverages retail.

Potongan Kawasan

36

Gajah Wong Urban Living Enhancement

2 - Parking


Mataram MixResidential Center

Segmentasi 2

1

1 - Mataram Sports Park 2

Keyplan

3

Map

1 - Mataram Sports Park 2 - Public Parking 3 - Eksisting Ekowisata Nologaten

Segmentasi Mataram Mix-Residential Center ini banyak digunakan sebagai fungsi residensial dan retail. Pada area ini mengembangkan potensi ekowisata yang telah dibangun pada lahan eksisting sebagai peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, penyediaan RTH Publik berupa Mataram Sports Park bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan jasmani penduduk maupun pengunjung segmen ini.

2 - Public Parking

Potongan Kawasan

Gajah Wong Urban Living Enhancement

37


Affandi Cultural and Event Center

Segmentasi 3

1

2

1 - Affandi Cultural Event Park

Keyplan

Map

1 - Affandi Cultural Event Park 2 - Public Parking

Segmentasi 3 ini dekat dengan Museum Affandi, Jl. Laksda Adisucipto, dan Mall Plaza Ambarrukmo, serta dekat dengan beberapa institusi dan sekolah. Banyaknya aktivitas yang didominasi oleh anak-anak muda memberikan potensi baik untuk kawasan ini sebagai pusat kebudayaan dan event. Ruang terbuka publik pada sempadan sungai dapat difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan event-event yang digemari anak-anak muda seperti konser musik, pameran outdoor, dan lain sebagainya.

2 - Public Parking

Potongan Kawasan

38

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Visualisasi RTH Publik Gajah Wong Urban Living Enhancement

39


6

40

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Rencana dan Panduan Rancangan


Struktur Peruntukan Lahan Kawasan

Analisis Struktur Peruntukan Lahan menentukan komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Komponen yang ditata berupa peruntukan lahan makro dan mikro.

Analisis

Review Peraturan Eksisting Menurut peta rencana pemanfaatan ruang di Desa Caturtunggal dan Desa Condongcatur, area pinggir Sungai Gajah Wong yang terpilih sebagai kawasan perencanaan didominasi dengan penggunaan Permukiman Kampung dan Perumahan, serta Perdagangan Jasa. Lalu disusul Pelayanan Dasar Pendidikan dan Pertanian Terbatas. T1

Preseden/Teori Menurut buku TOD 202, kawasan ini memiliki tipologi TOD Urban Neighborhood karena didominasi oleh area perumahan yang terhubung dengan baik dengan pusat-pusat regional dan pusat-pusat kota. Karena memiliki karakter kepadatan sedang hingga tinggi, maka perumahan biasanya dicampur dengan ritel yang melayani lokal, dan penggunaan komersial terbatas pada usaha kecil atau industri tertentu. Konsep penentuan peruntukan lahan makro kawasan ini menggunakan radius sesuai dengan teori Transit Oriented Development (TOD). Penentuan titik pusat yang menjadi zona pertama menggunakan bangunan tertinggi dan paling berpotensi untuk menjadi pusat aktivitas besar di lingkungannya. Sehingga, dari 3 titik pusat yang ditemui di sekitar kawasan ditentukan sebagai penentu peruntukan lahan makro.

T2

Hasil

T3

Peruntukan Lahan Makro : • Zona Komersial (Radius 200 m) (T1) Zona ini diperuntukkan bagi kegiatan komersial seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas perniagaan. • Zona Mixed-Use (Radius 400 m) (T2) Zona yang bercampur fungsinya antara komersial maupun residensial. • Zona Residensial (Radius 800 m) (T3) Zona yang dikhususkan untuk hunian baik dengan kepadatan tinggi maupun sedang. T1

Peruntukan Lahan Mikro Permukiman Kepadatan Tinggi Penciptaan lingkungan permukiman yang sehat, tertata baik dengan infrastruktur dasar memadai dan pengendalian permukiman intensitas tinggi.

T2

Perdagangan dan Jasa Penciptaan lingkungan perdagangan dan jasa dengan intensitas tinggi.

T3

Bangunan Mixed-Use Penciptaan lingkungan perdagangan dan jasa dengan intensitas sedang dan memiliki fungsi campuran sebagai hunian. T3 T2

T1

Ruang Terbuka Hijau Pembagian ruang yang seimbang dan proporsional dengan keragaman aktivitas untuk menghidupkan ruang terbuka. Sempadan Sungai Sempadan sungai sebagai area preservasi ekosistem sungai.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

41


Guidelines LAND USE

GUIDELINES

Perdagangan dan Jasa

Penciptaan lingkungan perdagangan dan jasa dengan intensitas tinggi.

Bentuk: Low-Rise Commercial

Tiap bangunan wajib memberikan area parkir kendaraan di halaman depan.

VISUALIZATION

P

Bangunan Mixed-Use Bentuk: Mid-Rise Residential Over Commercial

Permukiman Kpdt. Tinggi Bentuk: Townhouse, Low-Rise Housing

Ruang Terbuka Hijau Bentuk: Small Park, Community Scaled Park

Sempadan Sungai

42

Penciptaan lingkungan mix-used atau lingkungan dengan aktivitas campuran antara perdagangan jasa dengan permukiman dengan intensitas sedang. Lantai dasar digunakan sebagai area komersial/perdagangan jasa, sedangkan lantai di atasnya digunakan sebagai fungsi hunian.

Penciptaan lingkungan permukiman yang sehat, aksesibel, tertata baik dengan infrastruktur dasar memadai, dan pengendalian permukiman intensitas tinggi.

Menyediakan ruang terbuka hijau sebagai ruang berinteraksi publik di beberapa titik untuk memfasilitasi masyarakat baik yang berada di wilayah residensial maupun masyarakat umum dengan memperhatikan keseimbangan daya dukung lingkungan.

Menciptakan ekosistem sungai alami yang tertata dengan menetapkan sempadan sungai yang khusus digunakan untuk ditanami tanaman pencegah erosi/banjir.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Hunian Komersial


Before and After

segmen 1

perdagangan jasa

segmen 1

komersial

mix-used permukiman kepadatan sedang

residensial

Struktur peruntukan lahan eksisting yang masih bercampur dan kurang terintegrasi. Kawasan eksisting masih belum menerapkan prinsip ToD sehingga pergerakan penduduk di dalamnya belum terwadahi dengan baik.

Penerapan prinsip ToD dalam skema Urban Neighborhood. Peruntukan lahan makro dan mikro telah terstruktur per kelipatan radius 200 meter dan memudahkan pergerakan penduduk.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

43


segmen 2

segmen 2

komersial

residensial

perdagangan jasa

mix-used

residensial pariwisata

residensial

Struktur peruntukan lahan eksisting yang masih bercampur dan kurang terintegrasi. Kawasan eksisting masih belum menerapkan prinsip ToD sehingga pergerakan penduduk di dalamnya belum terwadahi dengan baik.

44

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Penerapan prinsip ToD dalam skema Urban Neighborhood. Peruntukan lahan makro dan mikro telah terstruktur per kelipatan radius 200 meter dan memudahkan pergerakan penduduk.


segmen 3

segmen 3

perdagangan jasa

residensial permukiman kepadatan tinggi mix-used

perdagangan jasa

Struktur peruntukan lahan eksisting yang masih bercampur dan kurang terintegrasi. Kawasan eksisting masih belum menerapkan prinsip ToD sehingga pergerakan penduduk di dalamnya belum terwadahi dengan baik.

komersial

Penerapan prinsip ToD dalam skema Urban Neighborhood. Peruntukan lahan makro dan mikro telah terstruktur per kelipatan radius 200 meter dan memudahkan pergerakan penduduk.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

45


Intensitas Pemanfaatan Lahan

Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan untuk menentukan tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Komponen yang ditata berupa peraturan KDB, KLB, KDH, KTB, Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan, dan Sistem TDR.

Analisis

Review Peraturan Eksisting Menurut RDTR Kecamatan Depok dan Rencana Pemanfaatan Ruang Desa Caturtunggal & Condongcatur, pemanfaatan lahan di kawasan didominasi oleh permukiman warga (dapat dilihat secara lebih rinci di halaman 16). Intensitas penggunaan lahan yang diatur masih berada di sekitar 80% KDB yang besar kemungkinan kehilangan area hijaunya. Preseden/Teori Dalam buku TOD City of Sparks, penggunaan lahan dibagi menjadi 2 jenis yaitu residensial dan mixed-use and employment. Penggunaan lahan residensial pun terbagi menjadi residential neighborhood dan mixed-residential. Untuk lahan komersial dan mix-used, preseden yang digunakan mengambil contoh dari Long Beach City, yang menggunakan FAR (Floor Area Ratio) pada intensitas bangunan non-perumahan untuk lebih mendukung cityscape ramah pejalan kaki. Keyakinan bahwa pendekatan FAR akan menghasilkan perkembangan yang tidak teratur/bervariasi dalam bentuk dengan lebih banyak ruang terbuka, tidak hanya kotak persegi yang dibangun di tepi trotoar. Gambar di bawah adalah diagram penggunaan lahan yang digunakan oleh Long Beach City.

46

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Guidelines KDB maks 60%

LAND USE Perdagangan dan Jasa Bentuk: Mid-Rise Commercial

Bangunan Mixed-Use Bentuk: Mid-Rise Residential Over Commercial

GUIDELINES

Sempadan Jalan

KDB max. 60% KDH min. 20% KLB 3,6 Ketinggian max. 4 lantai Garis sempadan bangunan = 5 m dari tepi jala n Pembangunan bangunan baru a tau perbaikan bangunan diarahkan menuju bangunan vertikal . KDB max. 60% KDH min. 20% KLB 3,6 Ketinggian max. 6 lantai Garis sempadan bangunan = 5 m Pembangunan bangunan baru a tau perbaikanb angunan diarahkan menuju bangunan vertikal.

Maks. 4 lantai (20 meter)

Sampel Zona Komersial

Sempadan Jalan Garden

Permukiman Kpdt. Tinggi Bentuk: Townhouse, Low-Rise Housing

Ruang Terbuka Hijau Bentuk: Small Park, Community Scaled Park

Sempadan Sungai

KDB max. 70% KDH min. 20% KLB 2,8 Ketinggian max. 4 lantai Garis sempadan bangunan = 2 m Pembangunan bangunan baru a tau perbaikan bangunan diarahkan menuju bangunan vertikal dan apabila memungkin kan bersifat komunal (rumah susun). KDB max. 20% KDH min. 80% RTH berupa area taman, sarana olahraga, maupun area untuk kegiatan belajar outdoor atau event space dan wajib aksesibel . Tinggi tanaman peneduh > 2m. Jarak antar vegetasi 5-10 m. Garis sempadan sungai tak bertanggulberjarak 10 m dari tepi sungai. Tidakboleh ada bangunanyang menggunakanlahansempadan sungai.

Residensial Maks. 4 lantai Komersial Maks. 2 lantai

Sampel Zona Mix-Used

Sempadan Jalan

Residensial Maks. 3 lantai Ground Parking

Sampel Zona Residensial

Gajah Wong Urban Living Enhancement

47


Tata Bangunan

Analisis Tata Bangunan mengatur penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya ­sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan.

Analisis

Review Kondisi Eksisting Massa bangunan baik pada bangunan perdagangan dan jasa maupun residensial ada yang menyatu atau berdempetan dan ada juga yang menyebar dan tidak teratur. Bangunan rata-rata memiliki 1 hingga 3 lantai, kecuali rusunawa Dabag yang merupakan bangunan tingkat menengah. Fasad bangunan pada area perdagangan dan jasa didominasi gaya modern sedangkan fasad bangunan rumah konvensional. Bentuk massa kebanyakan berbentuk segiempat. Tidak terlihat citra yang signifikan pada kawasan perencanaan.

Eksisting Blok Mix-Use

Eksisting

Preseden/Teori Menurut konsep Green Neighborhood ada salah satu faktor penentu terciptanya sebuah lingkungan yang hijau, yaitu Green Infrastructure. Adapun komponen-komponen di dalamnya adalah: Rainwater Harvesting, Rain Garden, Planter Boxes, Permeable Pavements, Green Streets and Alleys, Green Parking, Green Roofs, dan Urban Tree Canopy. Untuk mengatur tata bangunan di kawasan akan menggunakan konsep Green Roofs yang dikombinasikan dengan bentuk blok dari Amsterdam dan Paris.

Blok Komersial

Amsterdam Block Blok Residensial

48

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Green Roofs

Green Facade

Sun Orientation


Guidelines Blok Komersial • Bentuk fleksibel mengikuti jalan • Ukuran kavling kurang lebih 50 x 50 meter • Berorientasi ke jalan atau sungai • Meminimalisir sisi bangunan yang terkena paparan cahaya matahari dari timur dan barat • Tata bangunan komersial diatur secara seimbang dan proporsional dengan ­ mempertimbangkan daya dukung lingkungan. • Fasad bangunan mempertimbangkan green facade • Bangunan bertipe Mid-Rise Commercial (berjumlah 4-6 lantai).

Tampak Atas

Fasad Blok Komersial

Tampak Atas

Fasad Blok Mixed-Use

Tampak Atas

Fasad Residensial

Blok Mix-Used • Bentuk fleksibel mengikuti jalan • Ukuran kavling kurang lebih 50 x 50 meter • Berorientasi ke jalan atau sungai • Meminimalisir sisi bangunan yang terkena paparan cahaya matahari dari timur dan barat • Tata bangunan mixed-use diatur secara seimbang dan proporsional dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan. • Bangunan menggunakan blok Parisian dan menyediakan area hijau pada innercourt. • Fasad bangunan mempertimbangkan green facade • Bangunan bertipe Mid-Rise Residential (berjumlah 4-6 lantai).

Blok Residensial • Bentuk fleksibel mengikuti jalan dengan ukuran satu bloknya boleh bervariasi tergantung jalan. • Ukuran satu kavling hunian kurang lebih 8 x 14 meter • Pemberian jarak antar bangunan bertujuan agar tiap sisi bangunan dapat memiliki jendela sehingga mendukung ventilasi silang dan pencahayaan yang merata di seluruh ruangan • Berorientasi ke jalan atau sungai • Meminimalisir sisi bangunan yang terkena paparan cahaya matahari dari timur dan barat • Tata bangunan residensial diatur secara seimbang dan proporsional dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan. • Fasad bangunan mempertimbangkan green facade • Bangunan bertipe Low-Rise Residential dan Townhouse (berjumlah 2-4 lantai).

Gajah Wong Urban Living Enhancement

49


Sistem Sirkulasi, Parkir, & Jalur Penghubung

Analisis Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung mengkaji jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung.

Analisis

Review Peraturan Eksisting Peraturan RDTR Kecamatan Depok membagi jenis jalan menjadi tiga yaitu Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal atau Lingkungan. Lebar jalan lokal memiliki lebar jalan antara 10-15 meter sedangkan lebar jalan lingkungan berkisar dari 3-8 meter. Jenis jalan yang ada di kawasan mencakup jalan lokal dan lingkungan, sehingga yang akan dikembangkan adalah jenis 2 jalan tersebut. Preseden/Teori Menurut konsep Green Neighborhood ada salah satu faktor penentu terciptanya sebuah lingkungan yang hijau, yaitu Green Infrastructure. Untuk mengatur sistem sirkulasi di kawasan akan menggunakan konsep Permeable Pavements, Green Streets and Alleys, dan Green Parking. Selain itu aspek aksesibilitas yang universal, walkability, dan connectivity juga diperhatikan.

Permeable Pavmt.

Guiding Block

Green Streets

Green Parking

Safety Intersection Penerapan Green Street tampak seperti pada potongan di samping, di mana material jalan menggunakan paving yang dapat menyerap air. Green Streets menggabungkan infrastruktur hijau (seperti pohon, kebun hujan, dan trotoar permeabel) untuk mengelola dan mengolah air hujan yang mengalir dari jalan. Tujuan dari Green Streets adalah untuk mengumpulkan air di dekat tempat air itu jatuh, mengolahnya dengan kombinasi tanah dan bahan tanaman yang mereplikasi hidrologi alami. rivernetwork.org

50

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Guidelines JENIS JALAN Jalan Lokal

Jalan Lingkungan

GUIDELINES

VISUALIZATION

Kemudahan akses dan pergerakan bagi orang, barang, dan kendaraan roda 2 dan roda 4. Diperuntukkan untuk wilayah perdagangan dan jasa dan mix-use. Memiliki lebar 8-10 meter. Mengakomodasi jalan 2 arah. Harus memiliki jalan pedestrian selebar 2 meter. Material jalan menggunakan aspal. Jalan harus dilengkapi dengan penerangan dan tanaman peneduh yang memadai.

8m

Kemudahan akses dan pergerakan bagi orang, barang, dan kendaraan roda 2 dan roda 4. Diperuntukkan untuk wilayah permukiman penduduk dan mix-use. Memiliki lebar 5-6 meter. Mengakomodasi jalan 2 arah. Material jalan menggunakan paving block. Jalan harus dilengkapi dengan penerangan dan tanaman peneduh yang memadai. 5m

Jalan Pedestrian

Kemudahan akses dan pergerakan bagi orang berjalan kaki. Diperuntukkan untuk wilayah perdagangan jasa dan mix-use. Lebar jalan berukuran 2 meter. Material jalan menggunakan paving block. Jalan harus dilengkapi dengan guiding block, bollards, dan signage. Jalan harus dilengkapi dengan penerangan dan tanaman peneduh yang memadai. 2m

Bikeway

2m

Kemudahan akses dan pergerakan bagi pesepeda. Diperuntukkan untuk wilayah permukiman penduduk dan mix-use. Lebar jalan berukuran 2 meter. Jalan dilengkapi dengan signage untuk jalur pesepeda.

2m

Riverwalk

Kemudahan akses dan pergerakan bagi pejalan kaki dan pesepeda. Diperuntukkan untuk wilayah sepanjang bantaran sungai. Lebar jalan berukuran 2 meter. Jalan harus dilengkapi dengan guiding block, street furniture, dan signage. Jalan harus dilengkapi dengan penerangan dan tanaman peneduh yang memadai.

3m

3m

Gajah Wong Urban Living Enhancement

51


Jalan Lokal & Pedestrian Jalan-jalan lokal di area komersial sering kurang dimanfaatkan sebagai ruang untuk berjalan dengan aman dan aksesibel. Jalan semacam ini harus menyediakan tempat yang aman dan mengundang untuk berjalan dengan akses langsung ke toko-toko dan fasilitas publik lainnya yang ada di lingkungan setempat. Desain untuk jalan-jalan lokal di kawasan perencanaan menggabungkan fitur manajemen stormwater, ekstensi trotoar, kenyamanan pedestrian, dan fasilitas sepeda.

52

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Jalan Lingkungan & Bikeway Mayoritas gang di perumahan memiliki keramaian kendaraan yang rendah dan perbaikan paving yang jarang, yang menghasilkan jalanan dengan lubang dan genangan air yang tidak menarik dan membahayakan. Gang-gang hijau atau green alleys menggunakan bahan-bahan yang berkelanjutan, trotoar yang permeabel/ menyerap air hujan, dan drainase yang efektif untuk menciptakan ruang publik yang mengundang orang untuk berjalan, bermain, dan berinteraksi.

Riverwalk Sungai kebanyakan digunakan sebagai halaman belakang rumah-rumah yang dibangun di pinggiran sungai. Untuk mencegah hal tersebut dan mendekatkan masyarakat untuk lebih menghargai sumber daya sungai, jalanan sepanjang sungai atau riverwalk diciptakan. Jalanan ini menyediakan tempat yang aman dan mengundang untuk berjalan maupun bermain dengan akses yang baik.


Before and After Sistem Sirkulasi & Jalur Penghubung

Jalan Lokal Jalan Lokal

Jalan Lingkungan

Jalan Lingkungan

One Stop Green Parking

Riverwalk

Riverwalk

before

- tidak terhubung / closed network - berupa branched hierarchical network

after

- terhubung / open network - berupa rectilinear multidirectional network Gajah Wong Urban Living Enhancement

53


Sistem Ruang Terbuka & Tata Hijau

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau menganalisis penataan sistem ruang terbuka yang diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik.

Analisis

Review Peraturan Eksisting Menurut peraturan pemerintah nomor 5 tahun 2008, ruang terbuka terbagi menjadi 2 jenis yaitu RTH publik dan privat, dengan proporsi proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Proporsi 30% ini merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Preseden/Teori Menurut konsep Green Neighborhood ada salah satu faktor penentu terciptanya sebuah lingkungan yang hijau, yaitu Green Infrastructure. Adapun komponen-komponen di dalamnya adalah: Rainwater Harvesting, Rain Garden, Planter Boxes, Permeable Pavements, Green Streets and Alleys, Green Parking, Green Roofs, dan Urban Tree Canopy. Untuk mengatur tata hijau di kawasan akan menggunakan konsep Urban Tree Canopy dan Planter Boxes.

Urban Tree Canopy

Before

54

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Planter Boxes


Guidelines LAND USE Perdagangan dan Jasa

GUIDELINES

VISUALIZATION

Penyediaan ruang terbuka hijau yang seimbang untuk meningkatkan daya dukung lingkungan komersial. Pemberian area jalur hijau antara jalan dengan bangunan dengan ditanami vegetasi tinggi sebagai peneduh jalan kendaraan maupun pedestrian.

Bangunan Mixed-Use

Penyediaan ruang terbuka hijau yang seimbang untuk meningkatkan daya dukung lingkungan permukiman sekaligus berorientasi sebagai ruang terbuka publik. Pemberian area jalur hijau antara jalan dengan bangunan dengan ditanami vegetasi tinggi sebagai peneduh jalan kendaraan maupun pedestrian.

Permukiman Kpdt. Tinggi

Penyediaan ruang terbuka hijau yang seimbang untuk meningkatkan daya dukung lingkungan permukiman sekaligus berorientasi sebagai ruang terbuka publik. Pemberian area jalur hijau antara jalan dengan bangunan dengan ditanami vegetasi rendah ataupun vegetasi buah yang produktif sebagai pengisi sempadan bangunan dan penambah aktivitas masyarakat.

Ruang Terbuka Hijau

Pengembangan ruang terbuka terdiri dari hard and softscape yang seimbang.

Bentuk: Small Park, Community Scaled Park

Pengembangan vegetasi beragam, selain berguna untuk menjaga fungsi ekologis juga sebagai elemen estetika.

Sempadan Sungai

Menciptakan ekosistem sungai alami yang tertata dengan menetapkan sempadan sungai yang khusus digunakan untuk ditanami tanaman pencegah erosi/banjir. Pengembangan jalur hijau yang menerus demi meningkatkan kenyamanan pejalan kaki dan pesepeda, yaitu berupa vegetasi perindang maupun vegetasi rendah (perdu).

Gajah Wong Urban Living Enhancement

55


Tata Kualitas Lingkungan

Analisis Penataan Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya merekayasa elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.

Analisis

Review Peraturan Eksisting Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.

Preseden/Teori Menurut konsep Green Neighborhood ada salah satu faktor penentu terciptanya sebuah lingkungan yang hijau, yaitu Accessibility. Konsep ini didukung juga dengan konsep universal design yang mengatur kemudahan dalam wayfinding/menentukan arah. Para pejalan kaki maupun pengendara perlu untuk menemukan jalannya dengan mudah dan percaya diri, mengetahui rute jalan kaki ke tujuan, mengetahui di mana jalan yang aman untuk dilewati, dan memahami berbagai pilihan transportasi umum. Riset menemukan bahwa wayfinding yang baik membutuhkan penggunaan tanda berbasis peta (visualvoice.com.au).

Guiding Block

56

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Map-Based Signage

Directional Signage


Guidelines Peletakan Signage • Signage harus terletak maksimal 10 meter dari tepi trotoar. • Di mana trotoar ada, tanda harus berada di antara properti garis dan trotoar, dan tanda harus ditempatkan setidaknya 30 cm dari trotoar. • Jika tidak ada trotoar, rambu-rambu harus terletak di antara garis properti dan jalan raya, dan rambu harus ditempatkan setidaknya 2 meter dari jalan.

Desain Signage • Signage memiliki tinggi maksimum 3 meter. Untuk signage berupa peta kawasan maksimal 2 meter atau disesuaikan dengan ketinggian mata manusia. • Ketinggian teks tidak lebih dari 30 cm. • Desain signage disesuaikan untuk pejalan kaki, pengguna kendaraan, dan signage yang diletakkan di area riverwalk.

60 cm

240 cm

Peletakan Signage

Desain Signage

Konstruksi & Pemeliharaan • Desain signage menggunakan material logam dan komposit. Semua bahan harus cocok atau melengkapi bahan di lingkungan. • Signage harus dalam bentuk yang menunjukkan karakteristik umum untuk lingkungan dan / atau jalan tertentu. • Sebuah pondasi harus dibangun dengan kedalaman yang tepat untuk memastikan signage aman. • Signage tidak boleh dipatahkan, rusak, busuk, berkarat, atau kotor.

Pencahayaan Signage • Signage diterangi secara eksternal oleh lampu yang difokuskan pada satu atau kedua sisi tanda dari atas. Spotlights di tanah harus disembunyikan dari pandangan dengan tata lansekap. • Lampu tunggal di atas signage dapat digunakan untuk menerangi area yang berdekatan selain tanda itu sendiri. • Ketinggian letak lampu maksimal 3 meter. • Tidak lebih dari 3 lampu harus menyertai satu signage.

Spotlight Lamp

Pencahayaan

Neighborhood Signage

Commercial Street Signage Gajah Wong Urban Living Enhancement

57


Sistem Prasarana & Utilitas Lingkungan

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan menganalisis kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon, sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi.

Analisis

Preseden/Teori Menurut konsep Green Neighborhood ada salah satu faktor penentu terciptanya sebuah lingkungan yang hijau, yaitu Green Infrastructure. Adapun komponen-komponen di dalamnya adalah: Rainwater Harvesting, Rain Garden, Planter Boxes, Permeable Pavements, Green Streets and Alleys, Green Parking, Green Roofs, dan Urban Tree Canopy. Untuk mengatur tata hijau di kawasan akan menggunakan konsep Rainwater Harvesting dan Rain Garden/Bioswale.

Rainwater Harvesting

Rain Garden/Bioswale

Bioswales biasanya digunakan sebagai alternatif, atau sebagai perangkat tambahan, untuk selokan, selokan badai, dan pipa stormwater tradisional. Sementara talang dan pipa stormwater hanya bertindak sebagai sistem pengangkutan, bioswales bertindak sebagai sistem pengangkutan multifungsi. Bioswales mampu menahan kelebihan air di tempat, menyaring kotoran dan polutan sebelum mencapai saluran air dan pada saat yang sama, juga membantu mengisi ulang air tanah dan mencegah banjir. Bioswales menyediakan cara untuk menghemat air, meningkatkan kualitas air, meminimalkan polusi di saluran air, dan meningkatkan keanekaragaman hayati di area urban yang sedang berkembang.

58

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Guidelines Penggunaan Bioswale • Bioswales memerlukan komposisi media yang tepat untuk konstruksi tanah. Campuran tanah yang direkayasa harus terdiri dari kandungan tanah liat maksimum 5%. • Pastikan tingkat infiltrasi memenuhi kriteria minimum dan maksimum. Campuran tanah yang direkayasa harus dirancang agar bisa melewati 5-10 inci air hujan per jam. • Pastikan bahwa tanah asli yang mendasarinya tidak terkontaminasi sebelum pelaksanaan. Kontaminasi sebelumnya dapat merusak tujuan fasilitas dan harus diatasi sebelum pemasangan. Fasilitas infiltrasi hanya boleh ditempatkan di tanah kelas A atau B. • Bioswales memiliki kemiringan memanjang sedikit yang menggerakkan air di sepanjang permukaan untuk memungkinkan endapan dan polutan mengendap. Infiltrasi di tempat kemudian memungkinkan resapan air tanah yang terlokalisasi. Kemiringan sisi yang ideal adalah 4: 1, dengan kemiringan maksimum 3: 1. • Lindungi infrastruktur bawah permukaan yang berdekatan dengan mempertahankan kelonggaran minimum. Pasang pelapis kedap air sebagai penghalang pemisah atau buat trotoar dalam untuk memisahkan tanah dasar jalan atau saluran utilitas paralel dari fasilitas. • Pertahankan jarak minimum 5 kaki dari bagian bawah bioswale ke permukaan air tanah yang tinggi. • Angkat sistem overflow / pintas sekitar 6 inci di atas permukaan tanah untuk mengelola badai yang lebih besar daripada kejadian kualitas air. • Limpasan yang memasuki bioswale secara sheetflow mengharuskan tepi bioswale rata dengan grade. Jika perlu, trotoar memotong trotoar sebentar-sebentar untuk memungkinkan limpasan masuk dan dirawat di dalam sengkedan. Sistem sheetflow dan curb cut harus memungkinkan penurunan kualitas 2-inci minimum di antara grade jalan dan kelas akhir fasilitas. Lebar trotoar harus selebar 18 inci dan berjarak 3-15 kaki.

Jaringan Air Bersih • Pelayanan air minum untuk kawasan perencanaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat. • Kebutuhan air bersih mengikuti standard SNI yaitu setiap penduduk membutuhkan 80 lt/orang/hr. • Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15 % dari kebutuhan rumah tangga. • Fasilitas komersial sebesar 20 % dari kebutuhan rumah tangga. • Pemadam kebakaran sebesar 10 % dari kebutuhan total. • Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah.

Jaringan Listrik • Pelayanan listrik untuk kawasan perencanaan dikelola oleh PLN. • Alokasi kebutuhan listrik di tiap-tiap BWK biasanya digunakan untuk kebutuhan listrik permukiman, industri, perkantoran, perdagangan dan jasa, fasilitas sosial serta penerangan jalan. • Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah.

Jaringan Persampahan • Pengelolaan sampah berupa bak terbuka yang wajib memiliki bak sampah dengan pembedaan kategori yaitu organik, anorganik, dan residu. • Sampah dapat dibuat kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi pupuk. • Pemanfaatan ulang sampah anorganik dengan cara mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

59


7

60

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Lampiran Rancangan Skematik Papringan Mix-Used Residence


Pemilihan Site

Siteplan

Denah

9

10

8

6

3

2

1

5

20

4

19

UP

18

17

16

14

15

13

20R x 0.150 20G x 0.350

DOWN

12

11

7

E-01

E-02

GSPublisherVersion 0.42.100.100

Tampak

Keyplan Site berada di Dusun Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tampak Barat

Tampak Utara Revision History RevID

Zoning

Perspektif Residensial

ChID

Change Name

Date

Company Title

GSPublisherVersion 0.42.100.100

#Contact Company #Contact Address1 #Contact City #Contact Country #Contact Postcode

Komersial & Kantor

#Project Name #Site Address1 #Site City #Site Country #Site Postcode Drawing Name

Elevation Drawing Status

Modified by

Date

Checked by

Date

Drawing Scale

1:200 Layout ID

Revision

A.01.2 GSPublisherVersion 0.42.100.100

Gajah Wong Urban Living Enhancement

61


6

62

Gajah Wong Urban Living Enhancement

Daftar Pustaka


Research Journal • Riswanto, Florentinus & Hariono, Maywan & Susanto, Gatot & Budiasmoro, Ignatius & Istyastono, Enade. (2018). KUALITAS AIR SUNGAI GAJAH WONG DITINJAU DARI PENGHAMBATAN ENZIM ASETILKOLINESTERASE (Water Quality Assessment of Gajah Wong River Based on Inhibition of Acetylcholinesterase Activity). Jurnal Manusia dan Lingkungan. 24. 89. 10.22146/jml.23046. • Nuraini, E., dan Sunardi. (2010). Kualitas Lingkungan Sungai Code dan Gajahwong Ditinjau dari Kadar Cu dan Cr Dalam Cuplikan Sedimen. Pros. Pertem. Ilm. XXIV HFI Jateng dan DIY, 328–338. • Ropingi. (2004). PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT LEMBAH SUNGAI GAJAH WONG YOGYAKARTA. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 1, Tahun VI, 2004. • Tisnawati, E dan Ratriningsih, D. (2016). PENGEMBANGAN KONSEP PARIWISATA SUNGAI BERBASIS MASYARAKAT. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 5, April 2017. • Paneria, Dipali & Mehta, Vishwa & Bhatt, Bhasker. (2017). Waterfront Development: A Case Study of Sabarmati Riverfront. • The River Restoration Centre. Manual of River Restoration Techniques. https://www.therrc.co.uk/manual-river-restoration-techniques • Kamal, Azza & Doganer, Sedef & Ruvuna, Judith & Flores, Jennifer & Nishimoto, Eduardo. (2010). Wayfinding and Accessibility in the San Antonio RiverWalk: A Model for Urban Design Education. Archnet-IJAR : International Journal of Architectural Research. 4. 10.26687/archnet-ijar. v4i2/3.145. • Goharipour, Hanieh & Hajiluie, Masoud M. (2016). A Study On River Ecotourism Development: Case Study: Karaj River. International Journal of Geography and Geology. • Kapse, V., Pofale, A., and Mathur, M. (2012). Paradigm of Relocation of Urban Poor Habitats (Slums): Case Study of Nagpur City. • Michiani, Vania M., Asano, J. (2019). Physical upgrading plan for slum riverside settlement in traditional area: A case study in Kuin Utara, Banjarmasin, Indonesia. Frontiers of Architectural Research, Volume 8, Issue 3. 2019. Pages 378-395. ISSN 2095-2635. https://doi.org/10.1016/j. foar.2019.03.005. • Wood, Megan E. (2002). Ecotourism: Principles, Practices & Policies For Sustainability. United Nations Environment Programme (UNEP). • Ahmad, Puziah & Misni, Alamah & Kamaruddin, Siti & Daud, Nurazureen. (2017). Green Neighbourhood Adaptive Model for Urban Living: A Conceptual Review. Environment-Behaviour Proceedings Journal. 2. 55. 10.21834/e-bpj.v2i5.690. • Çakmak, Bilgehan & Alkan Meshur, H. Filiz. (2018). Universal Design in Urban Public Spaces: The Case of Zafer Pedestrian Zone / Konya -Turkey. Iconarp International J. of Architecture and Planning. 6. 15-40. 10.15320/ICONARP.2018.47. Books • Otto, B., McCormick, K., and Leccese, M. (2004). Ecological Riverfront Design. Washington DC: American Planning Association. • CSL International. (2013). ECONOMIC IMPACT STUDY Detroit Riverfront 2013. Detroit Riverfront Conservancy. • Reconnecting America. Station Area Planning: How To Make Great Transit-Oriented Places. • UCLG. (2016). Public Space Policy Framework By and For Local Governments. Government Docs • Permen PU No. 6 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. • Permen PU No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan. Websites • American Society of Landscape Architects (https://www.asla.org/universaldesign.aspx) • San Pedro Creek Culture Park (https://spcculturepark.com/about/nature/water-quality/)

Gajah Wong Urban Living Enhancement

63


Glosarium Bioswale

Fitur stormwater khusus lanskap yang menyerap dan menyaring limpasan stormwater dari permukaan keras seperti atap, trotoar, dan tempat parkir.

Daerah Aliran Sungai

Suatu wilayah yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit yang menampung air hujan dan mengalirkannya melalui saluran air, dan kemudian berkumpul menuju suatu muara sungai, laut, danau atau waduk.

Evidence Based-Design

Sebuah pendekatan untuk mempelajari ­ mengenai bagaimana orang orang berinteraksi dengan lingkungan binaan.

Green Infrastructure

Sebuah konsep, upaya, atau pendekatan untuk menjaga lingkungan yang sustainable melalui penataan ruang terbuka hijau dan menjaga proses-proses alami yang terjadi di alam seperti siklus air hujan, kondisi tanah, dll.

Green Neighborhood

Guideline

Lingkungan terencana terintegrasi terutama untuk fokus pada perlindungan dan penggunaan sumber daya alam, teknologi hijau, dan praktik hijau yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan, keselamatan dan kesejahteraan umum populasi. Pernyataan yang digunakan untuk menentuka tindakan, sebuah pedoman bertujuan untuk merampingkan proses tertentu agar sesuai dengan yang biasa rutin dilakukan.

Ruang Terbuka Hijau

area memanjang / jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Sempadan Sungai

Zona penyangga antara ekosistem perairan (sungai) dan daratan yang didominasi oleh tumbuh-tumbuhan.

Sirkulasi

Bentuk perpindahan yang tidak menetap.

Sistem Prasarana & Utilitas Lingkungan

Kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya.

Struktur Peruntukan Lahan

Alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.

Tata Bangunan

Penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, dan besaran.

Tata Kualitas Lingkungan

Upaya merekayasa elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.

Transit Oriented Development

Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimal- isasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/ BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda.

Urban Block

Sebuah area persegi panjang di kota yang dikelilingi oleh jalan-jalan dan biasanya berisi beberapa bangunan.

Intensitas Pemanfaatan Lah- Penentuan tingkat alokasi dan distribusi luas lantai makan simum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Kawasan

Daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu.

Pencemaran Air Sungai

Tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Public Space

Areal atau tempat dimana suatu masyarakat atau komunitas dapat berkumpul untuk meraih tujuan yang sama, sharing permasalah baik permasalah pribadi maupun kelompok.

Restorasi

Pengembalian atau pemulihan sesuatu kepada bentuk dan kondisi semula.

Riverfront

Kawasan yang mengikuti tepi (bantaran) sungai yang menjadi bagian dari suatu kepentingan.

64

Gajah Wong Urban Living Enhancement


Biografi

Salsabila Ghaisani Boru Tambunan

Suparwoko, Ir., MURP, Ph.D

Salsabila is a fourth-year student in the Department of Architecture at Universitas Islam Indonesia. Salsabila has passion in making watercolor illustration, script calligraphy, book layouting and editing, and graphic design.

Suparwoko finished Bachelor degree in Architecture from the faculty of Engineering at Gadjah Mada University (Indonesia), Master of Urban and Rural Planning at Dalhousie University (Canada), and PhD at Victoria University of Technology (Australia). Suparwoko is now a senior lecturer in the Department of Architecture at Universitas Islam Indonesia.

Gajah Wong Urban Living Enhancement

65


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.