BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan topik penelitian secara umum, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, ruang lingkup laporan penelitian berupa ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup waktu, serta metodologi penelitian dan sistematika penulisan laporan. 1.1. Latar Belakang Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menilai, biaya logistik di Indonesia yang mencapai 24% dari total PDB atau senilai Rp 1.820 triliun per tahun merupakan biaya logistik paling tinggi di dunia. Biaya logistik di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 15%, serta AS dan Jepang masing-masing sebesar 10%. Hal ini menjadi permasalalahan dimana kebutuhan barang dan jasa Indonesia cukup tinggi dengan tingginya permintaan terhadap barang-barang impor dan kebutuhan akan logistik di daerah-daerah di Indonesia. Menurut anggota Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) Kadin Ina Primiana, biaya logistik itu terbagi dalam biaya penyimpanan sebesar Rp. 546 triliun, biaya transportasi Rp. 1.092 triliun, dan biaya administrasi sebesar Rp. 182 triliun. Selain biaya yang sangat tinggi, mutu pelayanan logistik di Tanah Air belum baik. Sebagai contoh, waktu jeda untuk barang-barang impor mencapai 5,5 hari dan biaya angkutnya juga yang mahal. Kondisi ini
ditambah prasarana logistik yang masih konvesional,
seperti jalan, pelabuhan, dan hubungan antarmoda. Kemudian, belum terbangunnya konektivitas antara satu lokasi dengan dengan lainnya, serta pengiriman kontainer ke daerah jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan mengirim kontainer ke luar negeri. Selain biaya bongkar muat di pelabuhan yang tinggi, akses jalan dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok,
1
Jakarta Utara selalu macet dan tidak pernah terselesaikan. Akibatnya, sangat sulit bagi perusahaan angkutan barang untuk mengoptimalkan perputaran kendaraannya. Maka pemanfaatan transportasi intermodal dapat mengkoneksikan antar beberapa
moda,
sehingga
mengoptimalkan
waktu
dan
biaya
yang
dimanfaatkan dalam mendistribusikan barang, sehingga model yang baik untuk melihat dampak setelah dan sebelum pemanfaatan transportasi intermoda untuk pertimbangan capaian, waktu tempuh, dan biaya menjadi aspek yang penting untuk dipertimbangkan. 1.2. Rumusan Masalah Sistem transportasi intermodal berbentuk kompleks dalam desain. Dibanding dengan transportasi unimodal, aspek yang diteliti lebih kompleks. Beberapa moda transportasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan transportasi, dan hal ini bertujuan untuk membentuk konektivitas dari antarmoda. Transportasi Intermodal dapat dianalisa dalam beberapa level, yaitu perjalanan barang, jaringan transportasi, dan infrastruktur transportasi. Untuk membangun model intermodal, data input yang tersedia harus dipertimbangkan. Simplifikasi dalam model intermodal juga perlu dilakukan dan mempunyai beberapa bentuk. Beberapa diturunkan dari pertanyaan menuju jawaban, tetapi beberapa juga untuk hal praktis. Hasil dari modelk juga tidak dapat diterima dalam utuh, sehingga harus diinterpretasi dalam kaitanya terhadap prespektif yang diambil, serta asumsi dan simplifikasi yang dibuat dalam model. Maka untuk mensimplifikasi permasalahan, penulis mengambil waktu batas 3 bulan yang diambil dari Perpres Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Sehingga permasalahan yang diambil adalah : 1. Bagaimana model distribusi dalam logistik di jawa Barat 2. Bagaimana capaian model pemanfaatan transportasi unimodal dalam distribusi barang di Jawa Barat
2
3. Bagimana capaian model pemanfaatan transportasi intermodal dalam distribusi barang di Jawa Barat. 4. Bagaimana perbandingan pemanfaatan transportasi unimodal dan intermodal di Jawa Barat dalam aspek waktu tempuh dan pembiayaan. 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model implementasi transportasi intermoda terhadap capaian logistik industri di Kecamatan-Kecamatan Jawa Barat. 1.4. Metode Analisis Data Ruang lingkup dari penelitian ini terdiri atas ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup wakt Metodologi penelitian yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis sistem informasi geografis dengan menggunakan software ArcGIS. Pengidentifikasian akan dilakukan . Beberapa tools yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah: 1.4.1
Query Query digunakan untuk editing data, selain untuk memilih data kita dapat membuat shapefile baru dari data yang kita pilih. Perintah ini dapat diakses dengan: Selection – Select by Attributes – Pilih Query – Table of Content – Data- Export Data.
3
Gambar 1.1 Ilustrasi Operasi Query Sumber: http://proses-peta.blogspot.co.id/2015/04/arcmap-querypeta.html (Diakses Pada 31 Oktober 2016)
1.4.2
Intersect Intersect adalah sebuah tools untuk mencari perpotongan antara dua data spasial. Cara menggunakannya adalah: Arc Toolbox – Analysis Tools – Overlay – Intersect Gambar 1.2 Gambar Ilustrasi Intersect
Sumber: Program ArcMap 10.1.
4
1.4.3
Clip Clip adalah sebuah tools untuk memotong sebuah shape file dengan acuan bentuk shape file lainnya. Cara menggunakannya adalah: Arc Toolbox – Analysis Tools – Extract – Clip
Gambar 1.3 Gambar Ilustrasi Clip Sumber: Program ArcMap 10.1. 1.4.4
Network Analysis Network Analysis adalah sebuah tools untuk melakukan pemodelan berbasis jaringan seperti menentukan rute tercepat atau area pelayanan dengan memperhitungkan keberadaan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, dan lainnya. Tahap pembuatannya adalah membuat geodatabase – membuat network database - analisis antarmoda.
Gambar 1.4 Gambar Ilustrasi Database Antarmoda Sumber: Program ArcMap 10.1
5
Gambar 1.5 Gambar Ilustrasi Analisis Antarmoda Sumber: Program ArcMap 10.1
1.5. Keluaran Output yang diharapkan dari penelitian ini adalah peta capaian logistik menggunakan transportasi intermoda dan peta capaian logistik menggunakan transportasi
unimoda
ke
kecamatan-kecamatan
di
Jawa
berdasarkan waktu tempuh dan biaya yang telah ditentukan.
Gambar 1.6 Contoh Gambar Output dari Analisis Intermoda dan Unimoda
6
Barat,
dan
Sumber: Monios, Jason. Intermodal Freight Transport & Logistics BAB 2 GAMBARAN WILAYAH Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran lokasi yang akan dijadikan karya ilmiah ini, mulai dari peta lokasinya, data administrasi dan gambaran umumnya. 2.1
Administrasi Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Jawa. Jawa Barat terletak di kelilingi oleh Jakarta dan Banten di bagian barat dan Jawa Tengah di bagian timur. Jawa Barat terletak di antara 5°50’ - 7°50’ Lintang Selatan dan 104°48’ - 108°48’ Bujur Timur
7
Provinsi Jawa Barat ini memiliki 26 kabupaten dan kota madya yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota madya. 2.2
Gambaran Umum Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota
Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini. Namun hal ini mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa Barat lainnya seperti Cirebon dimana tokoh masyarakat asal Cirebon menyatakan bahwa jika nama Jawa Barat diganti dengan nama Pasundan seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari Jawa Barat, karena nama "Pasundan" berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku Cirebon serta telah dikuatkan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi yang berbahasa Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang berbahasa Sunda dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya).
8
BAB 3 ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai variabel-variabel yang diuji, analisis output data dan interpretasinya terhadap bidang perencanaan wilayah dan kota. 3.1. Diagram Alur
9
3.2. Elemen Peta Yang Digunakan 3.2.1. Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat Dalam menggunakan analisis sistem informasi geografis diperlukan datadata yang pendukung lainnya sebagai berikut : Gambar 3.1. Peta Provinsi Jawa Barat
10
Peta administrasi ini menampilkan data berupa peta Jawa Barat, peta kecamatan Jawa Barat, perbatasan antar provinsi , dan nama kabupaten. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar yang akan digabungkan dengan peta lainnya.
3.2.2. Peta Industri Gambar 3.2. Peta Industri Jawa Barat
11
Pada peta ini ditampilkan data industri yang ada. Data ini didapat dengan cara memasukkan shp industri Jawa Barat dengan melakukan clip ke wilayah administrasi Jawa Barat
12
3.2.3. Peta Jalan Jawa Barat Gambar 3.3 Peta Jalur Jawa Barat
Pada peta ini ditampilkan jalur jalan di darat yang ada. Data ini didapat dengan cara memasukkan shp jalan lokal, tol, dan layang Jawa Barat dengan melakukan clip ke wilayah administrasi Jawa Barat
13
3.2.4. Peta Kereta Api Jawa Barat Gambar 3.4 Peta Jalur Kereta dan Jalan Jawa Barat
Pada peta ini ditampilkan jalur jalan di darat dan jalur kereta api yang ada. Data ini didapat dengan cara memasukkan shp jalan lokal, jalur kereta api, dan stasiun dengan melakukan clip ke wilayah administrasi Jawa Barat
14
3.3. Tahap Pengerjaan Masukkan shp dari jalan dan kereta berserta konektor antar moda ke geodatabase dengan membuat feature set baru. Kemudian buat network analysis dengan tahapan berikut : 1. Klik kanan feature dataset bernama analisis_pelayanan_stasiun tadi > “New” > “Network Dataset” 2.
Muncul window “New Network Dataset”
3. Biarkan nama network dataset seperti apa yang tertera di window tersebut, pastikan versi yang terpilih pada window tersebut versi 10.1. Klik “Next”. 4. Centang feature class ruas jalan. Klik “Next”. 5. Pada tahap ini kita akan mengatur pemodelan simpang pada garis ruas jalan tadi. Klik “Connectivity”. Pada window Connectivity yang baru muncul, ada dua pilihan di bawah Connectivity Policy: “Any Vertex” dan “End Point”. Untuk tipe Any Vertex, perpotongan dua jalan diperhitungkan sebagai simpang, sehingga perpotongan jalan tersebut diperhitungkan sebagai empat ruas jalan. Pilih saja “Any Vertex” agar setiap ruas jalan yang berpotongan diperhitungkan sebagai simpang. Klik “Next” 6.
Pada tahap ini kita diminta menentukan field mana pada feature class yang dijadikan data ketinggian. Karena data kita tidak memiliki atribut tersebut, pilih saja “None” lalu klik “Next”. Jika atribut tersebut kita miliki, kita dapat melakukan analisis secara tiga dimensi.
7.
Pada tahap ini kita diminta menentukan atribut yang akan digunakan pada network dataset. Khusus pada sesi ini kita hanya akan menggunakan atribut cost. Atribut cost adalah atribut besaran pengorbanan, seperti biaya, waktu, dan sejenisnya. Tambahkan atribut waktu dengan cara
15
mengeklik “Add…”, dan akan muncul window berikut. Isikan sesuai gambar. Klik OK. 8. Setelah itu klik “Evaluators” dari atribut Travel_time. Evaluator merupakan pengaturan atribut untuk memungkinkan meninjau besar atribut tersebut. Dalam hal ini kita akan meninjau cost berupa waktu perjalanan dalam satuan menit. Kita akan menentukan nilai waktu dari besaran panjang (jarak) dan kecepatan. Waktu perjalanan ditentukan dengan membagi jarak perjalanan dengan kecepatan perjalanan. Kali ini kita menggunakan asumsi perjalanan menggunakan truk. Kecepatan rata-rata kecepatan truk adalah 80 kilometer per jam. Untuk itu, klik sel di bawah “Value”, klik ikon tangan yang menunjuk (di bawah silang) di sebelah kanan. Muncullah window berikut. Isikan sesuai dengan yang ada di gambar. 9. Klik Next, terus sampai Finish. 10. 6. Klik “Next” hingga “Finish”. 7. Jika ada peringatan error, klik saja “Close” 8. Buat lagi Service Area baru seperti langkah 2 pada Tahap Analisis. Pastikan network dataset yang dipilih adalah analisis_antarmoda_ND 11. Klik “Create Network Service Area” 12. Kita akan melihat area cakupan perjalanan selama 2 minggu. Klik layer properties pada service area dan masukkan impendance 2 minggu. Kemudian klik solve
16
Gambar 3.4 Hasil Capaian Logistik Industri Unimoda
Sumber : Hasil analisis menggunakan network analysis arcgis 10.1 Ulangi metode network analisis menggunakan antar moda dengan menambahkan connectivity pada network dataset seperti dibawah ini. Gambar 3.5 Evaluator dalam network dataset
Sumber: Modul praktikum PDS ke -7
17
Gambar 3.4 Hasil Capaian Logistik Industri dengan Transportasi Intermoda
18
BAB 4 KESIMPULAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simpulan hasil penelitian 4.1. Kesimpulan Dengan menganalisis jalur logistik di Jawa Barat menggunakan tipe moda truk dan kereta api, didapat bahwa capaian logistik menggunakan transportasi intermodal yaitu jalan dan kereta api mempunyai capaian logistik yang lebih luas dibandingkan dengan hanya menggunakan truk di jalan Jawa Barat, yang diambil dengan rentang waktu 2 minggu untuk pendistribusian barang.
Gambar 3. Peta Capaian Logistik Industri Jawa Barat dengan Transportasi Unimoda
Sumber : hasil analisis peta jalan menggunakan ArcMap 10.1
19
Gambar 3. Peta Capaian Logistik Industri Jawa Barat dengan Transportasi Intermoda
Sumber : hasil analisis peta jalur kerta api dan jalan menggunakan ArcMap 10.1
20
DAFTAR PUSTAKA http://latifalalabolla.blogspot.co.id/2013/03/memahami-gambaran-umumjawa-barat.html Modul praktikum Pengantar Data Spasial ke-7
21