Edisi 7/2007

Page 1



Dari Redaksi

Agar Lebih Produktif

S

Pembaca yang terhormat,

bisa bertahan ketika badai krisis ekonomi menghantam Indonesia pada 1997 dan

Sejak menjelang tutup tahun 2006,

akhirnya menumbangkan kekuasaan. Tetapi

undisbursed loan atau dana kredit yang

sektor usaha riil tersebut tidak mendapatkan

tidak dicairkan oleh pemohon makin tinggi

dukungan yang semestinya dari perbankan,

sementara dana piha ketiga (DPK) yang

di mana dana masyarakat yang disimpan

disimpan di bank konvensioal yang makin

di bank-bank malah menumpuk di Bank

menumpuk di Sertifikat Bank Indonesia

Indonesia

(SBI). Financing to Deposit Ratio (FDR) yang

tersebut merupakan konsekuensi logis

menjadi indikator penyaluran dana ke dalam

dari

pembiayaan juga seolah bergerak di tempat

mengagungkan modal (uang) sebagai faktor

dengan hanya rata-rata 50 persen saja.

produksi dengan instrumen suku bunga

dalam

sistem

bentuk

ekonomi

SBI.

kapitalis

Kondisi yang

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meradang

sebagai sarana �perampokan� negara dan

melihat kondisi itu. Menurut dia, bankir

masyarakat. Ekonomi syariah dengan antara

merampok negara karena tinggal ongkang-

lain prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran

ongkang

mengeruk

serta instrumen bagi-hasil nya memberikan

keuntungan. Padahal bunga SBI dibayar

solusi atas permasalahan di atas. Dengan

oleh

kaki

sudah

negara,

yang

menggunakan

bisa

seharusnya

dapat

ekonomi syariah, dana masyarakat akan

tersebut

untuk

tersalurkan kembali secara optimal kedalam

dana

keperluan pembangunan.

pembiayaan yang dapat menggerakkan

Kasus ini sebetulnya menjadi cermin bagaimana

perekonomian

nasional

sektor-sektor usaha produktif dan pada gilirannya

mendorong

pertumbuhan

masih belum memperlihatkan gambar

ekonomi

yang menggembirakan. Aneh, pada saat

negara untuk membayar bunga SBI.

serta

menghilangkan

beban

banyak masyarakat mengeluhkan sulitnya mengajukan kredit ke bank, bank-bank

Selamat membaca!

malah kelebihan dana dan mengaku sulit menyalurkan kredit ke sektor riil dengan beragam alasan. Ekonomi ditopang

Indonesia

sektor

mikro

sesungguhnya ,

kecil,

dan

menengah. Sektor itulah yang tebukti

Rizqullah

00 Sharing / Mei 2007


Daftar Isi

32 Nafkah Datang Karena Suka Memberi Nafkah berarti rezeki yang kita dapatkan, sementara infak adalah rezeki yang kita berikan kepada orang lain.

34

26

Internasional Asing 100 persen

00 Sharing / Mei 2007

Sosok

Dahlan Siamat: Keterpaksaan Berbuah Tantangan

01 03 04 06 07 08 11 20 22 24 28 32 36 38 40 42 44 48 50 52 54 58 59 60 61 62

Cover............................................. Dari Redaksi.................................. Daftar Isi........................................ Sususnan Redaksi........................ Surat Pembaca.............................. Memo Bisnis.................................. Laporan Utama.............................. Personal Investing......................... Info Produk.................................... Bisnis............................................. Sosok............................................ CSR Filantropi............................... Internasional.................................. Ragam........................................... Manajemen Risiko........................ Opini.............................................. Peristiwa & Analisa........................ Entrepreneurship........................... Pendidikan..................................... Wacana......................................... Wisata........................................... Tentang Mereka............................ Resensi......................................... Konsultasi...................................... Interlude........................................ Distribusi........................................


Sharing

00 Sharing / Mei 2007


Susunan Redaksi SBI Jadi Tempat Cari Makan Penasihat Senior

PARNI HADI

Cover : SBI Jadi Tempat Cari Makan Desain : @rul

Pemimpin Redaksi

RIZQULLAH

Pemimpin Perusahaan

Tia Setiati Mahatmi

List Pemasangan Iklan Majalah Sharing

Wakil Pemimpin Perusahaan Wawan Salim

>> TARIF IKLAN 1 Halaman Dalam 1/2 Halaman Horisontal 1/3 Halaman Vertikal 1/4 Halaman Horisontal

Rp. 15.000.000,Rp. 9.000.000,Rp. 7.000.000,Rp. 5.000.000,-

Back Cover Inside Cover Inside Back Cover 1 Halaman Advertorial

Rp. 20.000.000,Rp. 17.000.000,Rp. 16.000.000,Rp. 17.000.000,-

# Tarif diatas belum termasuk PPN 10% # Iklan B/W dapat terima dengan tarif yang sama dengan tarif F/C # Materi iklan dalam bentuk CD + Proof print # Deadline materi iklan diserahkan 20 hari sebelum penerbitan >> Untuk berlangganan Majalah Sharing Hubungi Maya / Rahmat Telp ; 021- 7900 900 (hunting) / Fax : 021- 7900 213

Dewan Redaksi Ir. H. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP Dr. Didin Hafiduddin Dr. Jafril Khalil Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap Dr. Ahmad Satori Ismail Drs. H. Mohamad. Hidayat, MBA, MH Dr. Mustafa Edwin Nasution Dr. Uswatun Hasanah Iggi Achsin, SE

Redaktur Pelaksana Sri Wahyuni Redaksi Ibrahim AJi Yudi Suharso Marketing JIP Megawati Hartono Endang Rachmawaty

Desain Grafis Hairul Anwar Photographer Arul Sekretaris Redaksi Maya Setiorini

Twink Building 8th floor Jl. Kapten Tendean No.82 Jakarta 12790 Ph: 62-21-7 900 900 (hunting) Fax: 62-21-7 900 213 e-mail : sharing@cahyagroup.com

00 Sharing / Mei 2007

Distribusi Haryanto Keuangan Rita Artha K


Surat

>> Edisi Khusus Panduan Memilih Bank Syariah Semakin hari Majalah Sharing terlihat semakin bagus. Saya sendiri punya usul agar Majalah Sharing menerbitkan edisi khusus yang berisikan panduan untuk memilih bank syariah. Isinya tuntas meng-eksplor kelebihan dan kekurangan masing-masing bank syariah yang ada di tanah air. Sebab, dengan semakin menjamurnya bank syariah saat ini, tentunya banyak calon nasabah yang bingung dalam menentukan pilihannya dan mereka membutuhkan panduan untuk itu. Terima kasih. Hanif Ibadurrahman Syarief Jati Rangga Bekasi Saran anda kami pertimbangkan. Terima kasih.

>> Alamat Terapi Giok Saya tertarik dengan liputan “Terapi Giok“ pada rubrik Ragam di majalah Sharing edisi Maret 2007. Melalui surat ini saya ingin bertanya dimanakah alamat pusat terapi giok tersebut. Terima kasih. Safira Alifia Hanifa Duren Sawit Jakarta Timur Anda dapat menghubungi : MPS Indonesia, Ruko Sentral Bisnis Artha Gading, Boulevard Artha Gading Blok A 7 B No. 23, 25 Jakarta Utara Tlp. (021) 45850850

>> Tampilkan Rubrik yang Bermanfaat Saya menyambut baik pemuatan rubrik Personal Investing di majalah Sharing, karena rubrik itu menurut saya sangat bermanfaat bagi kami para pembaca. Begitu juga dengan rubrik Manajemen Resiko dan Entrepreneurship. Saya harapkan Sharing dapat terus konsisten menampilkan rubrik-rubrik semacam itu bagi para pembacanya. Salam sukses. Tri Murti Perumahan Duta Bandara Tangerang Terima kasih atas masukannya.

Ralat:

Pada majalah Sharing edisi April, halaman 08 tertulis nama Manajer USP dan Bendahara Umum Kokarga Drs Sufrenita. Yang benar adalah Dra Sufrenita.

00 Sharing / Mei 2007


Memo Bisnis

Kerjasama Penyaluran Kredit BNI -KOKARGA

Pada 28 Maret 2007 lalu ditandatangani kerjasama penyaluran kredit lembaga keuangan (KKLK) dari BNI (Bank Negara Indonesia) kepada KOKARGA (Koperasi Karyawan Garuda Indonesia) senilai Rp. 20 milyar. Perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh Pemimpin Divisi Usaha Kecil BNI-Tatik Widayati dan Ketua Umum KOKARGA-Joni Gusmali disela-sela acara BUMN Executive Breakfast Meeting di Hotel Shangrila, Jakarta Menurut Ketua Umum KOKARGA-Joni Gusmali, melalui kerjasama ini, KOKARGA turut membantu program pemerintah untuk meningkatkan pembangunan sektor riil melalui pembiayaan pada koperasi. Sementara manfaat program ini adalah untuk membantu mengangkat kesejahteraan anggota koperasi. “Kami nantinya akan mendorong pada anggota, agar memanfaatkan pembiayaan ini untuk kegiatan yang produktif,” ujar Joni, seraya menambahkan, mereka menargetkan memberikan kredit sebesar Rp. 50 juta sampai 100 juta pada anggota KOKARGA dimana saat ini jumlah anggota KOKARGA hampir mencapai 8000 orang. Sebelumnya, KOKARGA juga telah melakukan kerjasama penyaluran kredit dengan Bank Syariah Mandiri, Bank Yudha Bakti dan Bank Bumi Putra. Selain dapat memanfaatkan fasilitas kredit di atas, anggota KOKARGA kini juga bisa memanfaatkan program Sintera (Simpanan Sejahtera). Menurut Dra. Sufrenita, MM-Manajer USP dan Bendahara Umum KOKARGA, produk ini dalam rangka mendukung unit simpan pinjam, khususnya program simpanan. “Kami memang menghimbau

00 Sharing / Mei 2007

para anggota yang meminjam ke koperasi, agar mereka menyisihkan 2-4% dari dana yang dipinjam dan dimasukkan dalam Sintera,” ujar Sufrenita. Selain dari uang yang dipotong dari pinjaman, para anggota juga bisa berpartisipasi dengan menyisihkan sebagian gajinya setiap bulan untuk dimasukkan pada program simpanan ini. Keuntungan Sintera antara lain, tabungan ini tidak terkena pajak sampai jumlah tertentu. Simpanan ini dapat diambil kembali oleh anggota apabila pinjamannya sudah dilunasi. Namun demikian apabila simpanan tersebut tidak diambil untuk masa di atas satu tahun akan mendapatkan bonus dari bagi hasil yang di dapat dari pemanfaatan dana simpanan tersebut. Proses untuk menyimpan Sintera sangat mudah, karena anggota cukup mengisi formulir kesediaan potong gaji setiap bulan atau dibayar tunai melalui pinjman yang dicairkan. Bagi anggota yang berminat dapat segera menghubungi Kokarga dan mengisi formulir yang tersedia. n YS


Memo Bisnis

Bank Muamalat Mendirikan Pembiayaan Syariah

Bank Muamalat Indonesia (BMI) mendirikan perusahaan pembiayaan syariah penuh (full pledge) pertama di Indonesia. Anak perusahaan yang dinamakan Ijarah Indonesia Finance (IIF) itu akan memfokuskan diri membiayai proyek-proyek besar seperti pembangunan infrastruktur, perkebunan kelapa sawit, pembangkit tenaga listrik, anjungan minyak bumi (rig), pertambangan, dan sebagainya. “Jika BMI fokus di retail banking, ini melayani nasabah korporat”, kata Herbudhi Setiotomo, Direktur Utama IIF saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BMI, 25 April 2007. Dalam RUPST tersebut juga diputuskan penghentian secara hormat Herbudhi Setiotomo sebagai Direktur BMI. Pendirian IIF memakan modal awal sebesar Rp 105 miliar yang berasal dari BMI, Boubyan Bank of Kuwait, dan International Leasing and Investment Company (ILIC) Kuwait. IIF menargetkan pembiayaan sampai Rp 1 triliun tahun ini dan 2008. Sementara itu, BMI membukukan laba tahun 2006 sebesar Rp. 174,77 Miliar atau meningkat 9,79% dibanding tahun 2005 sebesar Rp.156,25 miliar. Melalui RUPST juga disepakati untuk membagikan dividen tunai Rp.104,36 per lembar saham. Hingga 2006 total aktiva tumbuh sebesar 12,70% dari Rp. 7,43 triliun pada 2005 menjadi Rp. 8,37 triliun pada akhir 2006. Total penyaluran dana tumbuh sebesar 12,57% menjadi Rp. 6,63 triliun dari Rp. 5,88 Triliun pada tahun 2005, sedangkan DPK yang berhasil dihimpun meningkat sebesar 18,91% hingga mencapai Rp. 6,84 triliun.

Permata Syariah Terbitkan PermataTabungan AlAzhar

Bank Permata Syariah menerbitkan PermataTabungan Al-Azhar dengan menggandeng Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Azhar, 7 April 2007. Tabungan ini mencoba menjawab kebutuhan lembaga pendidikan tersebut untuk memberangkatkan muridnya beribadah umrah sebelum lulus. Ismi Kushartanto, Senior VP Sharia Banking Group PremataBank, mengatakan PermataTabungan Al-Azhar diharapkan memberikan kontribusi positif bagi sekitar 20.000-30.000 murid Al-Azhar yang berada dari level playgroup hingga universitas. Dengan tabungan tersebut mereka akan dapat beribadah umrah sebelum kelulusan. PermataTabungan Al-Azhar merupakan tabungan berjangka dengan setoran bulanan dengan jangka waktu menabung yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan nasabah.

BIZNET Meluncurkan Jaringan Optik Rumahan

BIZNET, penyedia jasa internet service provider dan gudang data meluncurkan Fiber To The Home (FTTH) berbasis Siemens Surpass hiX 5404 – Optical Network Termination (ONT) dan Siemens SURPASS hiX 5430: Optical Line Termination (OLT) GE-PON (Gigabit Ethernet – Passive Optical Network). Ini adalah teknologi jaringan kota (Metro Network) yang bisa dipakai untuk pelanggan rumahan/ individu dengan kapasitas bandwith besar hingga mampu menjalankan berbagai aplikasi bisnis layaknya pelanggan korporat. “Teknologi FTTH sudah matang dan terbukti sukses di beberapa negara. Dan, Biznet menjadi yang pertama di Indonesia menerapkan ini, teknologi terobosan yang fleksibel dan dapat diandalkan” kata Adi Kusma, Presiden Direktur Biznet pada siaran persnya bertanggal 3 April 2007. Area pertama di Jakarta yang akan dilayani FTTH adalah sekitaran Melawai, Jakarta Selatan, sedangkan area lain sedang dalam pembangunan.

BRI Meraih Laba Rp 4,257 Triliun

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, pada 29 Maret 2007 mengumumkan perolehan laba bersih sampai akhir Desember 2006 sebesar Rp4,257 triliun. Peningkatan ini sepadan dengan 11,79 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp3,809 triliun. Pendapatan bunga sampai akhir 2006 sebesar Rp21,071 triliun atau naik sebesar 22,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp17,254 triliun. ‘’Pendapatan bunga BRI sebesar 74,81 persen berasal dari pendapatan bunga kredit dan Net Interest Income (NII) yang diperoleh sampai akhir 2006 sebesar Rp13,770 triliun, hal tersebut berarti meningkat sebesar 10,81 persen dibandingkan dengan posisi sampai dengan akhir 2005 sebesar Rp12,426 triliun,’’ kata Direktur Operasional BRI Sarwono Sudarto dalam Pemaparan Kinerja Keuangan Tahun 2006 PT BRI (Persero) di Jakarta. Sedangkan Net Interest Margin (NIM) BRI, sampai akhir 2006 sebesar 11,16 persen jauh di atas rata-rata perbankan yang besarnya kurang lebih 5,80 persen. Ini lalu ikut menghasilkan pertumbuhan aset BRI sebesar 26,02 persen , yaitu dari Rp122,776 triliun di posisi akhir Desember 2005 menjadi Rp154,725 triliun per Desember 2006. Dengan CAR 18,28 persen per Desember 2006, ekuitas BRI sebesar Rp16,879 triliun atau meningkat 26,40 persen dibandingkan posisi akhir Desember 2005 sebesar 13,353 triliun. Return on Asset (ROA) sebelum pajak pada akhir Desember 2006 BRI mencapai 4,36 persen, di atas ketentuan Bank Jangkar yang ditetapkan minimal sebesar 1,5 persen serta melampaui rata-rata perbankan sebesar 2,64 persen. Return on Equity (ROE) Tier 1 BRI sampai dengan akhir Desember 2006 mencapai 33, 75 persen. Terakhir, Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) pada akhir Desember 2006 sebesar 74,38 persen, lebih baik dibandingkan dengan ratarata perbankan sebesar 86,98 persen.

Bank Danamon Bagikan Dividen Rp 663 Miliar

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunannya (RUPS) PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (Bank Danamon), 28 Maret 2007, diputuskan pembayaran dividen sebesar Rp 663 miliar, atau Rp 131,439 per lembar saham, atau sekitar 50% dari laba bersih (konsolidasi) Bank Danamon setelah pajak (NPAT) untuk tahun buku 2006. Untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2006, Bank Danamon mencatatkan laba bersih setelah pajak (konsolidasi), atau NPAT sebesar Rp 1.325 miliar. Pendapatan operasional bersihnya mencapai Rp 7.003 miliar, atau 23% lebih tinggi dari Rp 5.683 miliar di tahun 2005. Di tahun 2006, kredit Bank Danamon tumbuh sebesar 17% dari tahun sebelumnya, didukung oleh penyaluran kredit ke segmen mass market/ microfinance melalui Danamon Simpan Pinjam, segmen UKM dan Komersial, dan usaha pendanaan kendaraan bermotor Adira Finance. Selama tahun 2006, kredit kepada usaha-usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh lebih dari Rp 3.290 miliar, atau sekitar 30,2% year-on year, dan mencakup 33% dari total kredit sehingga memposisikan Bank Danamon sebagai salah satu pemain terbesar dalam segmen ini. Per 31 Desember 2006, kredit mass market Bank Danamon mencapai Rp 6.228 miliar, atau meningkat 71% dari akhir tahun sebelumnya; kredit UKM tumbuh sebesar 11% sementara kredit Korporasi maupun kredit Komersial tumbuh 18% selama tahun 2006, masing-masing mencapai Rp 6.104 miliar dan Rp 5.536 miliar.

n

00 Sharing / Mei 2007


Laporan Utama

Kejarlah

SBI, Bunga Kutangkap

Rakyat menanggung beban bunga SBI mencapai Rp 18 triliun per tahun, jauh lebih besar dari anggaran pendidikan nasional selama satu tahun.

B

Bank merampok Negara. Ungkapan itu terlontar begitu saja dari bibir Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Ia mengomentari menumpuknya dana perbankan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Keberangannya bisa dimaklumi. Hingga akhir Maret 2007, posisi dana perbankan di SBI mencapai Rp 238,8 triliun. Dengan dana SBI sebesar itu Negara harus membayar Rp 16-18 triliun per tahun hanya untuk membayar bunga kepada bank. Itu diambilkan dari anggaran Negara. Pengamat ekonomi Tony Prasetyantono bahkan memprediksi jika tidak segera diambil tindakan potensi dana mengendap di SBI bakal membesar pada akhir 2007 nanti. Ia memproyeksi dana bank di SBI bakal mencapai Rp 300 triliun. Itu berarti bunga yang harus dibayarkan kepada perbankan dari SBI saja mencapai Rp 25 triliun. Bankir menurut Wapres tinggal ongkangongkang kaki lantas menikmati bunga yang cukup besar. Risikonya pun minimal. Tinggal pemerintah memikirkan bagaimana membayar bunga SBI itu. Padahal bila digunakan untuk pembangunan yang lain, dana itu bisa amat optimal. Mungkin lebih bermanfaat jika dana itu digunakan untuk membangun kesejahteraan umat, lewat pendidikan dan kesehatan gratis misalnya yang anggarannya masih di bawah Rp 15 triliun per tahun.

00 Sharing / Mei 2007

nasional yang kompleks menjadi penyebab lambatnya penyaluran kredit, ia menyatakan saat ini antara BI seperti mengejar buntut sendiri yang tak juga tertangkap. BI harus menampung dana bank tapi juga harus membayar biaya yang cukup tinggi. Dilansirlah relaksasi kebijakan agar dana idle itu segera mengucur ke sector riil terutama UKM. Sayangnya, sementara melansir relaksasi kredit, BI belum berani menurunkan bunga SBI di bawah 9 persen.

Iklim Investasi

Ditambah dana kredit yang belum dicairkan oleh pengusaha, yang akhir tahun lalu mencapai Rp 166 triliun, maka cukup besar dana yang menganggur di sektor perbankan. Totalnya bisa menyentuh angka Rp 400 triliun, sebuah angka fantastis untuk perekonomian nasional. ‘’Harus ada tindakan riil dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini,’’ kata pengamat ekonomi Iman Sugema dari InterCafe beberapa waktu lalu. Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah secepatnya merespons sindiran itu. Meski mengakui bahwa masalah perekonomian

Peneliti eksekutif dari Direktorat Perbankan Syariah, Mulya E Siregar, menyatakan SBI dan SWBI bukan tempat cari makan. ‘’Ini instrument sementara untuk membantu operasional bank agar lebih efisien.’’ Maksudnya adalah selagi bank belum mampu menyalurkan dana yang dihimpun ke kredit, maka instrumen moneter bernama SBI menjadi wadah penitipan. ‘’Sekali lagi ini bukan tempat cari uang.’’ Toh, faktanya dana di SBI memang melonjak dalam tiga tahun terakhir. Menurut catatan BI, dana perbankan di SBI pada tahun 2005 Rp 70 triliun, naik jadi Rp 200 triliun pada akhir 2006 dan mencapai Rp 238,8 pada Februari 2007. Mulya menegaskan BI sudah menempuh beberapa hal untuk mendorong bank masuk ke sector riil. ‘’Apakah permasalahan di sektor keuangan moneter, atau di sektor riil?’’ Mulya menegaskan ada beberapa hal yang menentukan perekonomian berjalan yakni antara lain kepastian pajak, perizinan, UU dan lainnya (Baca boks). Mulya juga mengatakan ada dua karakter pengusaha yakni UKM dan Mikro serta korporasi. Beberapa bank papan atas biasa bermain di sector korporasi atau industri besar. Masalahnya, menurut dia, industri besar itu lah yang lebih kompleks karena butuh perizinan, pajak, dan berbagai teknis yang


Laporan Utama lebih ribet di lapangan. Sementara memasuki sector UKM dianggap lebih berisiko. ‘’Sebagian besar orang menganggap UKM itu high risk,’’ kata Mulya lagi. Namun, itu bagi bank yang memang tak punya experience di UKM. Sedangkan, di bank tertentu seperti BRI misalnya tak masalah masuk ke UKM karena memahami betul bagaimana mengatasi risiko di bisnis UKM dan mikro. Malah BRI menjadi bank BUMN pencetak laba terbesar dan NPL yang hanya di bawah 2 persen. Belakangan memang BI melansir relaksasi kebijakan kredit ke UKM . ‘’Nantinya yang diperhatikan betul adalah prospek usaha dan cashflow atau kemampuan membayar saja. Semangatnya untuk menggerakkan perekonomian.’’ Sejauh ini risiko kredit memang masih menjadi momok. Gubernur BI menegaskan angka NPL (non performing loan) atau kredit tak lancer gross mencapai 7 persen dan nett di kisaran 3,4 persen. Itu menandakan kredit masih berisiko. Iman Sugema menyatakan demikian. ‘’Jika lingkungan investasinya masih belum baik juga, agak susah untuk mengharapkan dunia usaha melakukan investasi. Karena modal atau capital, baik itu pinjaman atau milik sendiri, itu ‘kan cuma salah satu unsur saja, sementara banyak unsur lainnya yang harus dikerjakan untuk mendukung iklim investasi yang kondusif.’’ Direktur Utama BNI Sigit Pramono menegaskan kondisi perekonomian memang belum terlalu menggembirakan. ‘’Ini kombinasi dari beberapa masalah. Iklim termasuk salah satunya. Misalnya iklim dalam artian denotatif, seperti banjir di Jabodetabek kemarin, itu juga membuat lesu dunia usaha.’’ Jakarta, kata dia, mewakili 70% kegiatan ekonomi Indonesia. ‘’Kalau Jakarta lesu, Indonesia juga kemungkinan lesu. ‘’ Sigit merujuk indicator penjualan otomotif yang juga turun. ‘’jadi menurut saya bagaimana sector riil mendapat insentif supaya bisa bergerak. Tidak hanya berputar di masalah moneter.’’ Bagi Sigit, relaksasi kredit ke UKM memang baik. ‘’Tapi yang ingin saya sampaikan, suatu kebijakan tidak akan seketika membuat kredit akan melonjak,’’ kata dia saat jumpa wartawan di Jakarta. Sigit menegaskan lagi bahwa kondisi ekonomi riil sangat kompleks. Menciptakan pengusaha atau memberi kredit baru tak mudah. ‘’Diharapkan dengan relaksasi ini menumbuhkan pengusaha baru.’’ Pengusaha yang dulunya pernah baik,

bagus pembayarannya lalu terkena krisis atau bencana alam, memiliki kesempatan lagi untuk mendapat kredit. ‘’Misalnya waktu Bom Bali, 2004. Ada nasabah kredit kami yang terkena dampaknya, kreditnya macet. Dengan adanya relaksasi ini, kami bisa memberi kredit lagi karena memang dia tidak sengaja.’’ Sigit mengakui sulit mencari alternatif selain SBI. ‘’Ya itu memang pilihan, karena banknya bank ya BI. Kalau kami menerima dana dari masyarakat lalu tidak bisa disalurkan lewat kredit juga tidak bisa disimpan di bank sendiri, nganggur kan dananya. Dari pada rugi mending ditaruh di SBI.’’ Sigit menilai sebetulnya dana yang disalurkan ke masyarakat dari tahun ke tahun juga meningkat.

Konsep Syariah Kasus menumpuknya dana perbankan konvensional di SBI menunjukkan lagi bagaimana sistem konvensional memiliki kelemahan. Ketika dana idle, maka pemerintah harus menanggung beban. Malah, beban itu ditanggung rakyat karena bunganya dibayarkan dari APBN. Islam, kata Mustafa Edwin, melarang dana yang tidak termanfaatkan. Karena, prinsip ekomomi Islam adalah keseimbangan dan keadilan. Yang berlebih membantu yang kurang.

Praktisi keuangan Islam, M Syakir Sula menegaskan kasus ini sekali lagi menunjukkan bahwa perbankan konvensional tidak berpihak ke masyarakat kecil. S ‘’Sektor riil bagi mereka hanya permainan maya. ‘’Yang paling menyedihkan bunga SBI yang dibayarkan kepada bank itu juga dari rakyat.Bukan BI yang bayar tapi rakyat melalui APBN.’’ Syakir mengatakan tak yakin jika mencari kredit itu sulit. Menurut dia pola pikir bankir besar harus diluruskan karena mereka hanya membidik korporasi atau konglomerat yang sekali deal mencapai ratusan miliar bahkan triliunan rupiah. Padahal banyak sekali UKM dan mikro yang membutuhkan modal bank. ‘’Buktinya bank syariah yang masuk hampir seratus persen ke UKM itu FDRnya rata-rata di atas 100 persen. Itu artinya modal pemilik bank jug masuk ke pembiayaan.’’Syakir mengakui tak semua bank konvensional membidik korporasi. Bank besar seperti BRI diakuinya masuk ke UKM dan kinerjanya stabil. ‘’Sebetulnya lebih sulit mengatur risiko yang besar karena sekali gagal maka langsung jadi masalah besar. ‘’Coba saja masuk ke sector ritel.’’ Syakir menilai di sinilah ekonomi Islam bisa menunjukkan peran lewat intermediasi yang berjalan.

n

DANA SBI (dalam T Rupiah)

2005

2006

2007

00 Sharing / Mei 2007


Laporan Utama

SBI dan SWBI Bukan Tempat Cari Uang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sejatinya hanya instrumen sementara pada saat bank belum dapat menyalurkan dana dihimpun ke pembiayaan. Kondisinya jadi berbalik. BI sudah beberapa kali membuat kebijakan insentif agar bank segera mencairkan dana ke sektor riil. Tapi terkesan belum berhasil. Berikut petikan wawancara majalah Sharing dengan peneliti eksekutif di Direktorat Perbankan Syariah Mulya E Siregar. Berikut petikannya. Mulya E Siregar

Mengapa penyaluran kredit bank konvensional ke sektor riil masih tersendat, sementara di bank syariah FDR rata-rata bank tetap tinggi?

tak punya experience di UKM. BRI bank besar dan tak masalah menyalurkan pembiayaan ke UKM. Faktanya, BRI menjadi bank dengan laba terbesar di BUMN. NPLnya rendah karena ini makanan mereka sehari-hari.

Intermediasi bank tak berjalan. Bahkan setelah BI Rate diturunkan dari 12 persen hingga 9 persen, penyaluran kredit tak meningkat. Lalu kami kaji apakah permasalahannya di sektor keuangan, moneter, atau di sektor riil? Kami lihat beberapa hal yang menentukan perekonomian seperti pajak, UU, dan proses perizinan yang belum bisa diubah jadi lebih cepat. Sementara Financing to deposit ratio (FDR) bank syariah cukup tinggi berarti intermediasi berjalan. Data BI menunjukkan 70 persen pembiayaan bank syariah itu ke sektor kecil, mikro dan menengah. Bisa dimaklumi karena industri besar butuh proses yang lebih rumit terkait perizinan, pajak dan segala macam. Sedangkan UKM tak perlu izin yang ribet-ribet. Data FDR di atas 80 persen menunjukkan bank Islam mendukung sektor riil dan tak ada masalah. Yang juga harus dimengerti, modal bank syariah kecil sehingga ekspansinya belum bisa sebesar konvensional.

Apakah karena SWBI hanya memberi bonus maka instrumen ini tak menarik bagi bank syariah?

Mengapa bank konvensional tak tertarik ke UKM. Bukankah, 49 juta pengusaha di Indonesia itu sektor mikro dan kecil? Sebagian besar orang berpendapat UKM itu high risk karena itu dana ditaro di SBI yang no risk. Bank yang mengatakan itu karena

00 Sharing / Mei 2007

Sedikit banyak itu berpengaruh. Dengan bonus SWBI yang lebih rendah dibanding bunga SBI, mengapa harus titip dana di SWBI yang hanya dapat 3-4 persen jika bisa dapat 6-7 persen di sektor riil. Anda nanti bonus SWBI setara dengan SBI mungkin akan sama kejadiannya dengan bank konvensional. SBI dan SWBI itu kan sebenarnya hanya temprorary place sementara dana belum bisa dilempar ke sektor riil. Instrumen itu disediakan bank sentral agar operasional bank bisa lebih efisien. Tapi SBI bukan tempat untuk cari makan.

Ada indikasi dana di SWBI juga naik? Memang terlihat meningkat. Tapi jika dicermati itu biasa terjadi akhir tahun dan fluktuatif di pertengahan tahun. Untuk memacu bank syaiah masuk sektor riil, dalam waktu dekat kami akan revisi kebijakan office channeling. Nantinya, kantor OC tak hanya bisa menghimpun dana tapi juga menyalurkan pembiayaan. Jika jaringan bertambah, maka pembiayaan bisa lebih aktif. Area OC juga akan diperluas. Dulu harus

ada satu kantor cabang syariah di wilayah kerja BI baru bisa office channeling. Nanti bisa berdasar mana yang terluas. Wilayah kerja BI atau provinsi.

Apakaha ada pengawasan dari BI untuk menjaga agar FDR bank syariah tetap tinggi? Pengawasan bank syariah sekarang tak hanya di DPS tapi juga direktorat moneter dan lainnya. Direktorat moneter juga sedang mengkaji agar SWBI itu akadnya bukan wadiah karena tak bisa diapa-apakan dananya.Sedang dipikirkan agar dana itu tidak menganggur atau circulate. Bank dapat bagi hasil. Kalo stag di satu instrument semangat ekonomi syariah itu berkurang. Secara moral kita bertugas untuk menjaga itu berjalan. Otherwise sarwakene.(kalo tidak sama saja)

Tapi jika pembiayaan gencar NPL berpeluang naik? Benar. NPF bank syariah sekarang kalau tidak salah 5,1 persen. Dengan kondisi perekonomian seperti ini baik syariah dan konvensional menghadapi persoalan yang sama. Kami juga punya data bahwa NPF bank syariah masuk karena mulai membiayai sektor manufaktur. Karena baru masuk dan belajar maka NPF di sektor ini lebih tinggi dibanding rata-rata bank nasional yang 15 persen. NPF bank syariah di sektor ini 20 persen. Harus hati-hati juga melihat karakter orang dengan mencari informasi di bank lain. n


Laporan Utama

Manfaatkan Dana SBI

untuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

Iman Sugema, Ekonom, Direktur Inter Cafe

Meski BI Rate terus diturunkan, tampaknya penumpukan dana di SBI tak ikut bergerak turun. Apa kira-kira masalahnya? Penurunan BI Rate baru akan benarbenar berdampak pada perekonomian nasional dengan dua syarat. Pertama, suku bunga kredit turun secara signifikan, sehingga permintaan kredit naik. Kedua, dunia usaha memang merencanakan untuk investasi. Jadi, jika lingkungan investasinya masih belum baik juga, agak susah untuk mengharapkan dunia usaha melakukan investasi. Karena modal atau capital, baik itu pinjaman atau milik sendiri, hanya salah satu unsur saja. Banyak unsur lainnya yang harus dikerjakan untuk mendukung iklim investasi yang kondusif. Tetapi at least, memang penurunan suku bunga ini akan berpengaruh pada sektorsektor yang konsumtif, misalnya, penjualan mobil-motor. Meskipun bahayanya ada

Perlu tindakan riil dari pemerintah untuk menyalurkan dana perbankan ke perekonomian. Dengan posisi undisbursed loan mencapai Rp 161 triliun akhir 2006 dan dana di Sertifikat Bank Indonesia Rp 238,8 triliun pada berarti ada dana yang tak termanfaatkan mencapai Rp 400 triliun. Pengamat ekonomi Iman Sugema memaparkan pandangannya kepada Sharing. Berikut petikannya.

juga, karena itu barang-barang impor semua. Untuk sektor riil sebenarnya sangat tergantung pada dunia usahanya.

Jadi iklim investasi atau ketakutan pada risiko kredit yang mengakibatkan bank enggan masuk ke sektor riil? Bank sebenarnya selalu beranggapan bahwa SBI itu alternatif terakhir. Karena yield-nya kan rendah. Apalagi kalau bank syariah yang ke SWBI. Itu bukan rendah lagi. Tapi kalau tidak salah, tidak dikasih bunga ‘kan? Jadi buat apa juga bank berminat ke situ (SBI-red), kalau dia punya alternatif untuk menyalurkan kredit dengan suku bunga yang tinggi dan relatif aman? Namun, yang selalu jadi persoalan kan, aman atau tidak? Berisiko atau tidak? Kalau pun permintaan ada dari pengusaha, namun beresiko, seperti taruhlah Bakrie yang tersangkut karena Lapindo, maka bank

pun perlu kehati-hatian. Faktor resiko kredit memang berpengaruh. Karena itu, kalau SBI bisa mencapai Rp 238 triliun, menurut saya karena bank pun terpaksa menempatkannya ke situ. Apalagi, permintaan kredit yang tidak dicairkan oleh para pengusaha (undisbursed loan) masih relatif tinggi, yaitu sebesar Rp 179 triliun. Artinya, yang sudah dikasih komitmen saja, tidak mau mencairkan, apalagi yang baru? Bisa jadi masalah.

Lalu bagaimana sebaiknya peran BI untuk menurunkan laju penempatan dana di SBI di tengah ekonomi yang belum kondusif? Strategi BI dengan menurunkan BI rate sebenarnya baik-baik saja. BI, istilahnya tidak bisa disalahkan, karena mereka sudah berusaha menurunkan suku bunga, supaya sektor riilnya bergerak. Nah, kalau ini belum bergerak juga, itu kan sudah bukan tugas BI.

Lantas, solusi apa yang bisa dilakukan pemerintah dalam hal ini? Dana SBI yang menumpuk itu lebih baik digunakan saja oleh pemerintah. Pemerintah bisa menerbitkan SPN (Surat Perbendaharaan Negara) yang jangka waktunya satu bulan sampai satu tahun, supaya APBN juga aman. Sebab kalau di SBI, dana itu menganggur saja, tidak dipakai. Tapi kalau dalam anggaran, di SPN, uangnya dipakai. Jadi bagus buat perekonomian. Itu, langkah dalam waktu dekat ini. Tidak ada cara lain. Kalau tidak begitu, dana mengangur itu bisa akan terus meningkat! n YS

00 Sharing / Mei 2007


Laporan Utama

FOTO MENYUSUL

Jika yang Kecil Lebih Berprestasi Sejak awal hadir di Indonesia, selalu seluruh dana yang dihimpun disalurkan kembali ke pembiayaan. Bank syariah harus bekerja keras agar bagi hasil yang diberikan kepada nasabah tetap kompetitif di tengah segala keterbatasan. FDR bank syariah selalu hampir menyentuh 100 persen. Malah di unit usaha syariah, FDRnya bisa mencapai di atas 200 persen. Yang artinya mereka harus meminjam dulu dana bank induk untuk disalurkan ke pembiayaan.

M

Mestinya inilah saatnya bank syariah unjuk gigi. Meski prestasi mereka boleh diacungi jempol dalam urusan menyalurkan dana yang dihimpun ke pembiayaan atau yang di bank syariah dikenal dengan nama financing to deposit ratio, jarang jerih payah mereka disebut. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan Gubernur Bank Indonesia boleh menyentil pengelola bank konvensional karena keengganan mereka menyalurkan

00 Sharing / Mei 2007

dana ke kredit. Tapi prestasi bank syariah tak juga disebut. Padahal inilah salah satu titik untuk melihat bahwa yang dilakukan bank syariah, baik bagi perekonomian bangsa. Meski secara pasar, mereka masih sangat kecil—1,58 persen dari total asset bank yang mencapai Rp 1.800 triliun. Jika diperhatikan dana bank syariah di Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) juga tak terlalu besar. Jika saat ini dana di SWBI hampir mencapai Rp 2 triliun (Februari) maka dana bank konvensional di SBI mencapai Rp 238,8 triliun. Itupun dana bank syariah yang menumpuk di SWBI hanya terjadi pada awal tahun. Pada pertengahan tahun angkanya fluktuatif karena telah disalurkan pada pembiayaan. Menitipkan dana di SWBI jelas tak ada menarik karena bonus yang hanya 2-3 persen disbanding bunga SBI yang mencapai 8-9 persen. Direktur Bank Syariah Mandiri, Hanawijaya, menegaskan akuntansi bank syariah mengharuskan dana pihak ketiga masuk dalam klas asset. Jika didiamkan maka aset tersebut menjadi idle. Sementara bank syariah harus memberi nisbah kepada nasabah penabung. ‘’Jadi dana itu harus diputar lagi supaya memberi keuntungan yang nantinya bisa digunakan untuk biaya operasional dan memberi nisbah tadi,’’ kata Hanawijaya. Mendiamkan dana berarti bank syariah harus siap tidak memberi keuntungan

kepada nasabah penabung. Artinya, bank kurang kompetitif. Bank syariah memang kecil kena negative spread karena apa yang didapat itulah yang dibagikan. Tapi jika yang diperoleh kurang menarik, besar kemungkinan nasabah melirik bank lain. Sementara, jika hanya ditempatkan di SWBI, maka bank syariah hanya bisa mendapat yield sekitar 4-6%. Sedangkan, nisbah bagi hasil yang harus diberikan kepada penabung cukup tinggi. ‘’Kalau disalurkan ke pembiayaan dana itu bisa memberi yield sampai 13%. Ini baru untung.’’ Meski lebih menarik pembiayaan, bank syariah tetap harus mengedepankan aspek prudential. Karena, kata Hana lagi, jika lalai mereka bisa menghadapi risiko penyaluran kredit. ‘’Bad debt juga bisa menurunkan bagi hasil untuk nasabah. Selain tak dapat yield, nasabah penabung kami bisa kabur.’’ Hana mengaku tetap menggunakan instrument SWBI untuk menitipkan dananya. ‘’Saya lupa jumlahnya. Tapi biasanya dana di SWBI itu dana titipan seperti dana haji,’’ ungkapnya lagi. Jadi, kata dia, bukan dana menganggur sebagaimana terjadi di bank konvensional. Dana haji, kata Hana, bersifat jangka pendek. Dana tersebut harus bisa dicairkan ketika Depag memintanya. ‘’Karena bukan dana DPK jadi kami titipkan di SWBI. Jika dana DPK kami harus salurkan ke pembiayaan kalau mau untung.’’


Laporan Utama Berbeda dari BSM, Permatabank Syariah menurut GM Bank Permata Syariah mengaku belum menggunakan instrument SWBI. Itu karena dana yang telah dihimpunnya terserap habis untuk pembiayaan riil. ‘’Sepertinya kami belum pernah menempatkan dana di sana. Itu seingat saya,’’ ujarnya singkat. Peneliti eksekutif Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya E Siregar mengaku bahwa bonus SWBI yang diberikan Bank Indonesia menjadi kurang menarik dibanding menyalurkan pembiayaan. ‘’Sepertinya ada pengaruh dari bonus yang kurang menarik itu terhadap keengganan bank syariah menitipkan dana di SWBI.’’ Toh, menurut dia itu harus disikapi positif. SWBI sebagaimana SBI hanyalah instrument moneter sementara agar operasional bank lebih efisien. Dari pada menganggur di bank dan tidak bisa diapa-apakan lebih baik dititipkan di Bank Indonesia. ‘’Tapi SBI bukan tempat cari makan,’’ kata dia. Selentingan miring tentang SWBI juga Bank Syariah (Februari 2007) Total Aset: Rp 26.93 Triliun Pangsa Pasar: 1,58 persen DPK: Rp 20,51 Triliun Pembiayaan: Rp 20,22 Triliun FDR: 98.56 %

harus diakui sempat terdengar. Praktisi bank syariah kerap menyebut bonus SWBI yang tak sebanding dengan bunga SBI. Masalahnya adalah jika bonus SWBI setara dengan SBI, apakah bank syariah juga tetap lebih tertarik pada pembiayaan yang lebih berisiko dibanding SWBI yang hampir boleh dikata no risk? Padahal jika ditempatkan di SWBI, dana menjadi tidak berputar. Mulya mengatakan saat ini BI juga sedang mengkaji kemungkinan untuk memutar dana SWBI supaya tidak idle. Dengan pola SWBI, karena akadnya wadiah atau titipan maka uang itu dianggurkan saja. Sedangkan jika bisa digunakan, maka dana di SWBI mendapat return yang sifatnya bukan bonus sehingga nilainya mungkin lebih besar. Mulya mengakui bahwa saat ini BI merevisi berbagai aturan terkait penyaluran kredit ke UKM. Tujuannya agar secepatnya dana yang membeku di SBI mencair. Namun memang belum terlihat responsnya. ‘’Berarti jika hanya iklim keuangan yang diperbaiki

dan investasi seperti pajak dan perizinan belum, rasanya memang sulit perekonomian bergerak.’’ Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Mustafa Edwin Nasution menegaskan bahwa dana menganggur di dalam Islam dilarang. Bahkan Islam mengenakan pajak yang lebih besar terhadap tanah menganggur dibanding tanah produktif sebagaimana zakat emas yang tak dipakai juga lebih besar terhadap yang dipakai? Larangan dana idle itu adalah karena dalam Islam prinsip sesungguhnya adalah tolong menolong. Kehadiran lembaga keuangan Islam adalah untuk intermediasi agar dana tidak berputar di satu orang, atau satu golongan saja. Prinsip dasar dari ekonomi Islam adalah keadilan dan kesejahteraan. Maka intermediasi dilakukan dalam rangka tolong menolong. Jika tidak, maka lembaga keuangan Islam dianggap gagal menjalankan misinya. N yn/ia/ys

Dana Titipan Bank Syariah di SWBI (dalan T Rupiah)

00 Sharing / Mei 2007


Laporan Utama

Fair Treatment

“Beri Kepada Bank Syariah

Islam melarang ada dana menganggur/idle (Iktinaz ) atau dana yang tidak diputar untuk transaksi yang bermanfaat. Namun fenomena yang terjadi di negara kita saat ini, bank yang seharusnya berperan sebagai lembaga intermediasi malah menganggurkan dananya ke SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Berikut petikan wawancara Sharing dengan dosen FEUI dan juga ketua IAEI, Mustafa Edwin Nasution. Mustafa Edwin Nasution, Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia

Dana bank menumpuk di SBI. Bagaimana ekonomi Islam memandang hal ini? Saya kira itu salah satu kelemahan dari kebijakan pemerintah selama ini, bahwa beda suku bunga SBI dibandingkan bonus SWBI terlampau jauh. Akibatnya apa? Bank banyak menaruh dananya di SBI. Hanya sekitar 40 persen dana masyarakat di bank yang disalurkan lagi ke masyarakat. Sisanya ditempatkan di SBI dan surat berharga lainnya karena lebih menguntungkan di samping risiko menyalurkan ke pasar. Apalagi suku bunga 8,5 %. Kalau taruh di luar, ada resiko macam-macam. Sementara kalau di SBI, tinggal goyang-goyang kaki terima untung. Ini merupakan ongkos yang sangat mahal yang harus ditanggung masyarakat, akibat sistem yang berlaku selama ini. Kemampuan sektor riil menyerap dana menjadi tumpul, karena akhirnya bank lebih menaruh dananya di SBI. Dalam ekonomi Islam, dana yang dihimpun bank harus disalurkan kembali. Nah, dalam hal ini bank syariah telah memenuhi prinsip itu. Karena FDR (financing to deposit ratio) bank syariah rata-rata hampir 100%. Artinya dana yang masuk ke bank syariah disalurkan kembali. Ini artinya mereka bisa betul-betul menjalankan fungsi sejatinya.

Anda pernah menulis soal krisis ekonomi yang selalu berulang.

00 Sharing / Mei 2007

Sebetulnya fenomena ini disebabkan apa? Mungkin ada untungnya juga bonus SWBI rate kita rendah. Di Malaysia bonus SWBI sama dengan bank konvensional. Akibatnya, di tengah ketidakpastian sektor riil, bank merasa lebih aman menaruh di SBI. Jadi, titik masalahnya sebetulnya bagaimana pemerintah dapat menggerakkan sektor riil, mulai dari peraturannya, lalu infrastrukturnya harus dibereskan. Dengan iklim yang terbentuk saat ini, dimana bank konvensional hanya mengejar profit, lalu mereka melihat profitnya ada di SBI, mereka tidak bisa disalahkan. Mereka tidak bisa dipaksa untuk menyalurkan kredit, karena kalau mereka menyalurkan namun lalu nantinya tidak perform, pemerintah lagi yang harus menanggung. Saya sendiri bingung dengan kebijakan BI memperlonggar aturan agar bank masuk ke sektor riil. Karena, dampaknya mengorbankan unsur kehati-hatian. Risikonya jadi tinggi dan bisa berbahaya.

Jadi tanggung jawab siapa sebetulnya kondisi ini? Seharusnya, dalam masalah ini, jangan hanya BI yang memikirkan. Unsur lainnya dari pemerintah (birokrasi) juga memperhatikan. BI sudah cukup banyak perannya, dalam melakukan usaha-usaha mengerakkan sektor

riil. Seharusnya departemen-departemen yang terkait dengan sektor riil, seperti perhubungan, perdagangan, lalu juga lembaga DPR, dapat lebih berperan.

Apa yang ditawarkan ekonomi Islam terhadap masalah perekonomian nasional ini? Paling tidak uang itu (SBI-red) harus digunakan di sektor riil untuk masyarakat. Kalau itu hanya ditumpuk, seperti juga di Malaysia itu tidak benar. Harta itu tidak boleh diam. Karena itu, pemerintah harus mengembangkan bank-bank syariah, mengingat bank-bank syariah sudah terbukti keunggulannya, yaitu FDR tinggi dan NPF (non performing loan) rendah. Intinya, pemerintah harus memberikan kepastian ruang gerak pada bank-bank syariah. Berikan fair treatment pada mereka, agar mereka mampu berkembang. Jangan malah dibatasi permodalannya, karena dengan pembatasan tersebut, bagaimana mereka bisa berkembang? Intinya, kita tidak minta diberi perlindungan macam-macam, hanya paling tidak berikanlah perlakuan yang adil antara bank syariah dengan bank konvensional. Saya lihat bank syariah selama ini yang memperhatikan hanya BI. Lembagalembaga lain kurang memperhatikan. Lihat saja, urusan dana haji saja masih dipermasalahkan. nYS


Laporan Utama

Mengenal Prinsip Dasar Ekonomi dan Keuangan Islam

Kapitalisme yang menekankan prinsip mekaksimalkan utilitas bagi pemilik ternyata selalu melahirkan kemiskinan dan krisis ekonomi yang berulang dan kerusakan yang makin meluas.

K

Krisis ekonomi dan perbankan sebetulnya tak hanya terjadi saat ini. Runtuhnya Uni Soviet pada 1990, semula diklaim sebagai babak awal kemenangan kapitalisme atas komunisme dan sosialisme. Nyatanya, alarm lain berbunyi. Terjadi crash keuangan di Ameirka Serikat yang ditandai naiknya suku bunga, meroketnya angka pengangguran di negara maju. Krisis ekonomi merembet juga ke Asia dan bahkan ke Indonesia. Kapitalisme ternyata melahirkan masalah sosial seperti polusi, tingginya angka kejahatan, rusaknya tatanan keluarga, serta munculnya penyakit baru seperti AIDS dan lainnya. Ekonom menyebut ekonomi AS mengalami silent depression. Tahun 1930 kritik tentang bunga (interest) di perbankan telah mengemuka sehubungan krisis ekonomi. Namun kritikan tak berjawab. Lantas apakah yang menyebabkan hal ini, faktor ekonomi semata atau lainnya? . Kapitalisme sebetulnya mulai menun– jukkan jati diri pada abad kegelapan di Eropa. Revolusi agama, meningkatnya paham nation-states (negara), penemuan mesin serta meluasnya keuangan telah melahirkan gejala sosial baru. Mekanisasi menimbulkan produksi massal dan pemenuhan kebutuhan dalam pola baru yang membuka ruang bagi meningkatnya pengangguran. Sementara perluasan keuangan melahirkan korporasi. Revolusi terhadap gereja menguatkan indivualisme di mana kepentingan pribadi serta maksimalisasi kepuasan seseorang menjadi tujuan utama dari kegiatan ekonomi. Namun konsep itu lantas menjadi kabur ketika banyak negara justeru semakin miskin. Joseph Schumpeter adalah ekonom Barat yang mengantisipasi kebusukan gaya sosial Barat karena minimnya keimanan yang disebabkan minimnya moralitas dan kontrol sosial. Masalahnya pendekatan filsafat moral saja tak cukup. Dalam Islam, pengembangan keilmuan itu didasarkan pada paham spiritual bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang diberi akal budi dan bahwa manusia adalah khalifah Allah di bumi. Segala sesuatu yang dilakukan manusia adalah dalam konteks ibadah kepada Sang Pencipta. Dalam hal ekonomi, maka konsep hak milik dan kebebasan dalam bertransaksi harus dihargai, berdasar kontrak (akad), pekerjaan adalah sumber dari kepemilikan. Islam juga mengajarkan

keseimbangan antara hak milik pribadi dan umum. Merujuk pada sumbernya, motif ekonomi dalam Islam harus dilandasi moral. Ini karena merujuk ayat ’Dan tidaklah kami ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. . Seorang individu pelaku ekonomi dalam Islam yang seharusnya adalah seorang hamba (Worshipping Man). Kompetisi pasar juga amat penting dalam rangka konsep kepemilikan individu dan kebebasan berkontrak dengan tetap dikawal modal, etika dan mengedepankan kerja sama. Intervensi pemerintah terhadap pasar harus minimal. Jadi yang mempengaruhi pasar bukan saja aspek legalitas tapi juga moral. Ada lima hal dalam Islam yang

Ibn Taimiyah mengatakan bahwa riba dilarang karena hal tersebut memberi prestasi atas ketiadaan. mempengaruhi distribusi kekayaan, yaitu: hukum kepemilikan lahan dan sumber dalam, hukum kewarisan, hukum kontrak, hukum tentang uang dan utang, serta hukum zakat. Islam juga melarang penumpukan harta karena bisa berpengaruh pada ekonomi keseluruhan. Jika harta ditumpuk, maka ada orang lain yang tak bisa memenuhi kebutuhannya. Islam melarang bunga. Pun agama Samawi lain seperti Kristen dan Yahudi. Namun, setelah perkembangan sosial di Eropa, bunga mulai diterima sebagai bagian dari pendapatan. Dari sini motif orang berubah. Dalam Islam, bunga (interest) dilarang secara ketat. Terdapat banyak ayat dan hadis yang memperingatkan umat untuk tidak mengambil atau memberlakukan bunga dalam transaksi. Ibn Taimiyah mengatakan bahwa riba dilarang karena hal tersebut memberi prestasi atas ketiadaan. Tak ada prestasi, tak ada pekerjaan tapi seseorang menerima imbalan. Sebetulnya banyak juga ekonom barat yang berkomentar tentang riba. Dalam bukunya ’General Theory’, Keynes menjelaskan riba itu ibarat euthanasia dari peminjaman. Bunga itu merupakan suatu bentuk penghargaan bukan terhadap suatu pengorbanan apapun, tidak seperti halnya

terhadap penyewaan lahan. Bayangkan, jika bank menyimpan dana di SBI, mereka tinggal diam saja, negara akan membayar bunganya. Riba mencekik peminjam karena jika seorang peminjam hanya bisa mengembalikan kelebihannya saja, maka utang pokok tidak lunas. Ketika utang pokok dan bunga belum dibayar, maka utang pokoknya menjadi makin besar dan bunganya pun makin besar. Yang kaya makin kaya dan miskin makin papa. Padahal Islam mengajarkan jika seorang pengutang dalam kondisi tidak mampu maka memberi tangguh kepadanya lebih baik. Apalagi membebaskannya dari utang. Islam melarang dana tidak digunakan (Idle). Setiap sesuatu yang menumpuk maka dikenakan zakat. Zakat itu dikenakan pada harta kekayaan dan produk pertanian dan peternakan. Secara spesifik zakat dikenakan pada aset yang memiliki kapasitas untuk tumbuh dengan sendirinya seperti emas dan perak, ternak, saham yang diperdagangkan, dan produk pertanian dan peternakan karena seharusnya barang itu bisa lebih dioptimalkan jika dikelola. Konsep zakat adalah keadilan sosial supaya kekayaan tak hanya dinikmati orang kaya saja tapi juga orang miskin. Dari pemaparan di atas, maka penumpukan dana likuiditas bank-bank pada SBI yang telah mencapai lebih dari Rp.200 triliun tidak sekedar menunjukkan betapa lemahnya pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan, tetapi juga betapa rendahnya moralitas para bankir didalam menjalankan amanahnya. Oleh karenanya, kekesalan yang disampaikan berulangkali oleh Bapak Wakil Presiden terhadap kalangan perbankan dapat dipahami dan selanjutnya dijadikan pemicu untuk meningkatkan peran perbankan dalam menggerakkan sektor riil yang pada gilirannya dapat mendorong perekonomian ke arah yang lebih positif dalam rangka mengatasi berbagai persoalan ekonomi dan sosial masyarakat. Di samping itu, pemerintah juga harus sungguh-sungguh mendukung upaya pengembangan perbankan syariah yang menerapkan nilai-nilai moral dan instrumen pembiayaan yang khas sehingga fungsi intermediasi perbankan dapat berjalan secara optimal sebagaimana telah terbukti selama ini. n

00 Sharing / Mei 2007


Personal Investing

Bagaimana

Mengajukan

Pembiayaan Syariah?

Bagaimana meminjam uang untuk usaha dari bank syariah? Apakah sistem bagi hasil lebih adil dan menguntungkan untuk pengusaha?

I

Ini adalah pertanyaan yang kerap terlontar dari pengusaha, terutama pengusaha kecil dan mikro. Sharing menangkap kegelisahan di kalangan pengusaha kecil dan mikro. Salah satu di antaranya adalah Mario Herlan, pemilik gerai ponsel dan pulsa elektrik di Bogor, Jawa Barat. Dengan total asset sekitar Rp 25 juta, gerai ponsel lelaki 28 tahun ini telah berjalan 2 tahun. Omset dari dua gerai yang berbeda lokasi adalah Rp 3 juta dan laba berkisar di 5-10%-nya. Melihat perkembangan bisnis selular yang kian membaik, terutama di target market menengah ke bawah ia merasa amat perlu berinovasi dan ekspansi. Karena tak punya modal, ia ingin meminjam uang secara syariah. Tapi, ia tak memiliki agunan lain selain gerainya tersebut. Nah, bagaimana ekonomi syariah bisa membantunya? Edianto Prasetyo, Direktur Eksekutif Hijrah Institute, sebuah konsultan keuangan syariah terkemuka di negeri ini mencoba menjawabnya.

tadi, dengan perjanjian bahwa jika proyek tersebut menghasilkan keuntungan atau pendapatan dari proyek tersebut akan dibagi menurut porsi yang ditentukan (nisbah), misal 67% untuk pemilik modal dan 33% untuk pengusaha. Perbedaannya dengan skema pinjaman konvensional berbasis bunga adalah bahwa hubungan antara pemodal dengan pengelola modal adalah mitra kerja bukan hubungan antara kreditur dengan debitur. Sehingga keberhasilan dan kegagalan usaha akan ditanggung bersama. Namun dengan perkecualian yaitu kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak mudharib seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.

Apakah yang disebut dengan pembiayaan syariah secara bagi hasil?

Mudharabah ditawarkan oleh bank syariah, Baitulmal wattamwil (BMT) dan Bank Pekreditan Rakyat Syariah (BPRS). Karena itu Anda dapat mengajukan ke salah satu lembaga keuangan syariah tersebut. Bedanya antara masing-masing ketiganya adalah porsi bagi hasil antara sahibul mal dengan mudharib. Untuk meminjam ke BMT harus menjadi anggota dulu, berbeda dengan di bank syariah dan BPRS. Pembiayaan di BMT dan BPRS umumnya untuk usaha kecil dan menengah (UKM), sedangkan bank syariah selain untuk UKM juga korporasi.

Ekonomi syariah mengenal skema pembiayaan dengan sistem bagi hasil seperti di bawah ini: 1. Mudharabah merupakan jenis pembiayaan syariah atas dasar prinsip bagi hasil di mana pihak penyedia modal (sahibul maal) akan menginvestasikan dananya kepada suatu proyek atau pekerjaan yang dikelola oleh pengusaha (mudharib) selama jangka waktu tertentu. Pengusaha mengajukan proposal untuk mengerjakan suatu proyek atau pekerjaan kepada bank dengan pola bagi hasil. Dalam hal ini pemodal memberikan modal (maal) 100% untuk dikelola oleh mitra kerjanya yaitu pengusaha

00 Sharing / Mei 2007

Bank atau lembaga apa saja yang menyediakan pembiayaan mudharabah ini?

Untuk usaha mikro atau UKM, jika belum berbadan hukum, bisakah tetap meminjam ke secara syariah? Solusinya adalah mengajukan pinjaman usaha atas nama pribadi. Tapi jika sudah

berbadan hukum harus atas nama lembaga. Perbedaan persyaratan antara keduanya adalah: a. Jika mengajukan atas nama pribadi ; Usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun), data-data keuangan usaha selama dua tahun terakhir, foto kopi KTP suami istri, kartu keluarga, surat nikah, surat persetujuan suami/istri, rekening bank selama tiga bulan terakhir, cash flow projection selama masa pembiayaan, foto kopi NPWP (bagi pengajuan diatas Rp 100 Juta), data jaminan b. Jika mengajukan atas nama perusahaan: Foto kopi NPWP, SIUP, TDP, AD/ART perusahaan dan perubahannya, surat pengesahan dari Departemen Kehakiman, foto kopi rekening koran tiga bulan terakhir, foto kopi KTP para pengurus, laporan Keuangan 2 tahun terakhir, cash flow projection selama masa pembiayaan, data jaminan


Personal Investing

FOTO MENYUSUL

Perlukah agunan jika meminjam uang secara syariah? Tidak semua pembiayaan syariah mensyaratkan agunan. Ini misalnya yang kini dilakukan banyak BMT dan BPRS di mana agunan bisa diganti dengan kepercayaan. Namun, umumnya bank syariah, BMT, atau BPRS belum berani melakukan ini untuk semua pembiayaannya. Apalagi, yang berskema bagi hasil karena rata-rata jumlah pinjaman yang relatif besar (di atas Rp 50

Juta). Namun, pinjaman dalam jumlah kecil (micro financing) di BMT lebih variatif dan rata-rata berkisar antara jumlah Rp 1 juta s/d 25 juta. Jumlah ini masih dianggap managable sehingga tidak mensyaratkan agunan. Dalam kasus Mario Herlan di atas, ia dapat mengagunkan gerai ponselnya, jika memang gerai atau kios tersebut sudah menjadi miliknya. n

Benefit Meminjam Uang dengan Mudharabah • • • •

Terhindar dari transaksi yang ribawi. Usaha tidak menanggung beban bunga yang ditetapkan di depan. Sebab bagi hasil akan dihitung setelah modal diusahakan sehingga jumlah yang dibayarkan ke bank sesuai dengan hasil usaha yang diperoleh. Memberikan pembiayaan yang lebih adil, sebab keuntungan dan kerugian usaha ditanggung bersama. Keberhasilan usaha menjadi perhatian bersama.

00 Sharing / Mei 2007


UKM & Mikro

Tak Ada

Agunan, Kepercayaan Pun Jadi

Pengusaha kecil dan menengah (UKM) dan mikro bisa mendapat pembiayaan dari bank atau lembaga keuangan mikro dengan mengandalkan kepercayaan.

M

Model kepercayaan bisa menjadi contoh pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) dan mikro di Indonesia. Pusat Inkubator Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk), salah satu payung organisasi Baitulmaal wattamwil (BMT) sudah mempraktikkannya di 18 provinsi. Sebanyak 87 BMT di bawah bimbingan Pinbuk memberi kredit kepada sekitar 600 UKM dan mikro tanpa meminta agunan. Sebagai gantinya, Pinbuk hanya meminta kepercayaan yang diberinya dijaga. “Kami membina mereka dalam wadah bernama kelompok usaha bersama (Kube) yang kami sponsori pembentukannya, jadi kami kenal benar mereka”, kata Aslihan, Sekjen Pinbuk. Dari penelitian terhadap karakter itulah Pinbuk lalu memutuskan untuk memberi kredit tanpa agunan (KTA) atau tidak kepada UKM dan mikro. Inilah penerapan prinsip pruden yang hingga kini oleh Pinbuk dirasa paling pas untuk pengembangan UKM dan mikro di Indonesia.Tapi, kepercayaan itu tak mudah didapat, si pengusaha kecil tersebut harus teruji spiritualismenya. “Dalam artian, ia pengusaha yang bermoral baik dan menepati janji. Selain itu ia juga harus sudah menjadi nasabah BMT di bawah bimbingan Pinbuk sejak lama”, kata Aslihan Burhan.

Community Based Berbasis komunitas, inilah yang dilakukan Pinbuk dalam mengembangkan UKM dan

Struktur Usaha Mikro dan UKM Di Indonesia per Desember 2006 Total : 39,12 juta Usaha Menengah : 0,05 juta (0,13%) Usaha Kecil : 2,98 juta (6,70%) Usaha Mikro : 39,71 juta (93,17%)

00 Sharing / Mei 2007

Sebanyak 87 BMT di bawah bimbingan Pinbuk memberi kredit kepada sekitar 600 UKM dan mikro tanpa meminta agunan

mikro. Pengusaha yang bergabung dalam Kube biasanya berasal dari satu wilayah. Saat pendirian Kube mereka diberi pengetahuan atau dilatih tentang mekanisme kredit di perbankan. Ketika Kube sudah berjalan pendampingan dilakukan, antara lain dengan pertemuan mingguan yang diadakan oleh BMT. Tak perlu lama-lama cukup satu jam satu minggu. Di sana, tidak hanya diberi pengetahuan tentang bisnis, mereka juga diberi bimbingan spiritual. “Nah, di sinilah kaitannya dengan ekonomi syariah, mereka diharapkan saling membantu, ada semacam tanggung renteng” kata Aslihan. Model yang dikembangkan Pinbuk ini pun memeroleh hasil. Pada Citigroup Micro Enterpreneurship Award, 2006 lalu, beberapa BMT bimbingan Pinbuk meraih penghargaan. Di antaranya, BMT Bubel Sejahtera, Sidoarjo. BMT itu, dikisahkan Aslihan, mengalami lonjakan aset dari Rp 500.000, 1,5 tahun lalu menjadi Rp 1,5 miliar tahun 2006. Bank Indonesia (BI) pun paham benar dengan masalah jaminan ini. Karenanya, dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan

Syariah 2006, BI memasukkan faktor spiritual treatment dalam pemberian kredit kepada UKM dan mikro. UKM dan mikro sulit dipercaya kemampuan membayar angsurannya dari bank. Seperti diterangkan Edi Setiawan dari Direktorat Perbankan Syariah BI kepada majalah Sharing, kepercayaan itu dibangun dengan pengembangan character dan capacity si pengusaha kecil. Maksudnya, si pengusaha dibina untuk memiliki kemampuan manajerial bisnis yang baik (capacity) dan bisa percaya (character). Bagi perbankan syariah model ini sebenarnya menarik, tapi bank terkait aturan penetepan faktor jaminan dalam pemberian kredit. Di lain pihak, bank syariah dituntut lebih banyak mengucurkan kredit ke UKM dan mikro. Solusinya adalah semacam linkage program, bank syariah memberikan sejumlah besar dana kepada payung BPRS atau LKMS. Payung tadi tetap wajib memberi agunan kepada bank syariah. “Baru oleh si payung tadi, dana disalurkan ke UKM dan mikro berdasar kepercayaan”, jelas Pemimpin Divisi BNI Syariah, Suhardi kepada majalah


UKM & Mikro Sharing. Tapi ternyata itu tak mudah dilaksanakan, menurut Suhardi bagi BNI Syariah sendiri masalah yang mengadang adalah belum adanya payung BPRS atau LKMS yang berani melakukan itu. “Mereka belum memajukan proposal kepada kami, mungkin belum merasa perlu. Padahal kami siap saja”, kata Suhardi. Sementara itu, Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram baru-baru ini mengatakan sebaiknya perbankan nasional menentukan jumlah kredit yang dapat disalurkannya untuk program relaksasi kredit kepada UKM. Ini mengikuti program relaksasi kredit perbankan yang mulai berjalan awal April lalu. Untuk memperluas penerima kredit, perbankan juga perlu mengadakan kerjasama dengan koperasi yang mempunyai anggota dengan rekam jejak (track record) kredit yang bagus. Perpanjang Tenor Tidak hanya BMT, beberapa BPRS melakukan metode yang sama. Dalam Diskusi Panel Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Maret lalu Bainurrahman Alamsyah, pengelola BPRS Al Hikmah, Ciledug, Banten mengungkapkan pihaknya menggunakan

metode kepercayaan dalam memberikan kredit. DI BPRS yang hingga Desember 2006 beraset Rp 69 Miliar ini pemberian kredit dilakukan berdasarkan kepercayaan. Agar kreditnya tidak macet, pembinaan pun terus dilakukan. Seperti dikisahkan Bainurrahman, pembinaan oleh petugas BPRS dilakukan bersamaan dengan penagihan. “Jadi sambil membina, kami jemput bola juga”, kata Bainurrahman kepada majalah Sharing. Tapi, petugas BPRS tidak mengambil semua, hanya 80% dari nilai setoran pada bulan bersangkutan. BPRS Al Hikmah juga tak sembarangan memberi kredit tanpa jaminan tersebut. Menurut Bainurrahman, pihaknya memprioritaskan memberi kredit kepada pengusaha pengumpul barang bekas, pedagang sembako, dan laundry. Mengapa ke sektor ini? Karena potensinya bagus, pembayarannya juga lancar, dan komposisinya terbesar di antara sektor lain yang mendapat kredit dari BPRS Al Hikmah. “Itu hasil evaluasi

kami tiap tahun”, kata Bainurrahman. BPRS Al Hikmah juga melakukan cross check sebelum mengucurkan kredit misalnya dengan meminta pendapat relasi bisnis si pengaju kredit. Faktor spiritualisme juga amat diperhatikan oleh petugas BPRS Al Hikmah. “Tim surveyor kami amat teliti mengkaji seseorang itu terutama segi spiritualismenya, misalnya soal shalatnya”, kata Bainurrahman. Karena penapisan ketat ini, yang mendapat kredit dari BPRS Al Hikmah tanpa jaminan pun tak banyak, berkisar 10% dari total kredit yang diberikan. Hingga Desember 2006, non performing loan (NPF) atau persentase kredit macet di BPRS Al Hikmah adalah 3,6%. Karena bertumpu pada nilai kepercayaan, BPRS Al Hikmah punya kebijakan yang longgar terhadap pengemplang kredit. Memperpanjang tenor adalah solusinya. Tapi, berbeda dengan bank atau lembaga keuangan konvensional, margin tidak ditambah.

Jika dibandingkan Desember 2005, kinerja BPRS Al Hikmah meningkat pesat pada Desember 2006. Total aset pada Desember 2005 hanya Rp 41,258 Miliar dan Desember 2006 mencapai Rp 59, 768 Miliar. Terjadi peningkatan hingga 45%. Pembiayaan, sebanyak Rp 53,032 Miliar dikucurkan hingga Desember 2006 atau naik 42% dari Rp 37,402 Miliar pada Desember 2005. n IA

00 Sharing / Mei 2007


Bisnis

Gotong Royong Bangun IT Bank Syariah Information technology (IT) bisa menjadi akselerator tumbuhnya pangsa pasar perbankan syariah. Jika implementasi IT terlalu mahal, bank syariah bisa bergotong royong.

U

Untuk mencapai Belanja IT perbankan tergolong investasi yang tidak murah. Bank Syariah Mandiri (BSM) mengaku menganggarkan Rp 20 miliar selama dua tahun (2007-2008) untuk belanja IT. Jika dibandingkan bank konvensional, jumlah itu tampaknya masih kecil. Bank Mandiri telah membelanjakan hingga Rp 1,8 triliun untuk belanja TI. Sedangkan BNI hingga Rp 808 miliar dan BRI hingga Rp 908 miliar. Sehingga, total dana untuk pengembangan TI di tiga bank BUMN itu hampir mencapai Rp. 3,6 Triliun. Melihat mahalnya belanja IT terutama untuk bank syariah, tumbuhlah gagasan untuk saling membantu dalam urusan belanja ini. Bank Syariah Mandiri (BSM) menggagas satu bentuk konsorsium bank syariah baik di antara bank umum syariah (BUS) maupun unit usaha syariah (UUS) dalam hal belanja IT. Konsorsium ini nantinya akan menyusun Arsitektur Teknologi Perbankan

00 Sharing / Mei 2007

Syariah Indonesia (ATPSI), suatu kerangka dasar implementasi IT di industri perbankan syariah. Di bank konvensional, dimotori Persatuan Perbankan Nasional (Perbanas), sudah ada Arsitektur Teknologi Perbankan Indonesia (ATPI) yang sudah disusun sejak 2006. Di perbankan syariah, Bank Syariah Mandiri (BSM) mengaku siap menjadi motor terbentuknya ATPSI ini. Ini didukung oleh posisi BSM di Perbanas. “Kebetulan Direktur Utama kami, Pak Yuslam Fauzi adalah ketua kompartemen syariah di Perbanas”, kata Direktur BSM Hanawijaya kepada Sharing saat Joint Seminar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Sigma Cipta Caraka di Jakarta 18 April lalu.

Supaya Lebih Murah Dengan konsorsium dan ATPSI, belanja IT di masing-masing bank bisa lebih murah ketimbang masing-masing membeli sendiri.

Ini dimungkinkan karena sesungguhnya sistem IT yang dipakai masing-masing bank berasal dari vendor yang itu-itu juga. Artinya, bank syariah bisa bersama-sama meminta pengurangan harga kepada para vendor IT dengan komitmen akan membeli produknya. “Jika belanjanya bareng-bareng kemungkinan besar bisa lebih murah”, kata Hanawijaya. Pihaknya mengaku sudah menyosialisasikan soal ini kepada bank-bank syariah maupun ke para vendor IT. “Sejauh ini tanggapannya positif, mereka tertarik sekali”, Ujar Hanawijaya. Realisasi belanja bareng diharapkan bisa tercapai tahun ini. Di bank konvensional, belanja IT barengbareng sudah dilakukan sejak 1997. Karena sistem IT mengalami perkembangan, rencananya tahun ini akan digagas pula belanja bareng tersebut. “Tentunya ini untuk mencapai target penerapan Arsitektur


Perbankan Indonesia (API)”, kata Jos Luhukay, Wakil Ketua Perbanas bulan lalu.

Open Technology Pelaku industri IT pun sepakat dengan ini. Presiden Direktur Sigma Cipta Caraka, Djarot Subiantoro mengatakan belanja bareng bisa menjadi solusi bagi bank syariah dalam penerapan IT. Sementara IT sendiri sudah menjadi kebutuhan industri perbankan, termasuk syariah. Kebutuhan IT bagi bank syariah, menurutnya untuk mendukung produkproduk baru perbankan syariah. “Hingga kini, 75% aset bank syariah berasal dari produk Murabahah, jika ingin mencapai target akselerasi pada 2008, bank syariah harus mampu memberi lebih banyak produk pembiayaan maupun pendanaan”, katanya kepada Sharing. Pelaku industri IT lainnya, Goenawan Loekito, Marketing Director Oracle Indonesia mengatakan belanja IT justru akan lebih memudahkan interkonektivitas antara satu sistem dengan yang lain. Termasuk antara bank yang satu dengan yang lain. Ini dimungkinkan karena ketika bank belanja bersama, vendor IT akan memberikan standarisasi produk. Jika mau ditambah fiturnya bank bisa membeli tambahannya itu. Kondisi ini membuat para vendor IT mengembangkan produknya menjadi terbuka (open technology ) hingga bisa diterapkan di industri mana saja. “Produk tersebut interoperabilitasnya tinggi, mudah mengadaptasi teknologi berikutnya, dan tentunya bukan proprietary atau sistem yang tertutup hingga bisa beradaptasi dengan

kebutuhan industri perbankan syariah”, kata Goenawan kepada Sharing. Goenawan memprediksikan, tahun ini belanja IT masing-masing bank adalah 1,5-3% dari total pendapatannya. Dulu, sebelum perbankan merasa IT adalah penting, IT dianggap hanya pelengkap. Sekarang, menurut hematnya para bankir sekarang telah melek IT. “Bahkan, bankir yang menganggap IT adalah investasi akan membelanjakan lebih dari 3%”, katanya. Sigma Cipta Caraka dan Oracle adalah mitra kerja yang bulan lalu meluncurkan on demand services (ODS), sebuah solusi yang dapat membantu para pelanggan membangun, memelihara dan meningkatkan infrastruktur IT. ODS adalah salah satu contoh open technology yang bisa diterapkan di industri mana saja. Hingga 2006 sejak mendapat sertifikasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN), Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2004 untuk implementasi IT syariah di sebuah bank di Indonesia, Sigma menguasai 50% pangsa pasar IT perbankan syariah. Djarot Subiantoro mengatakan, Sigma Cipta Caraka sudah menyiapkan solusi IT untuk perbankan syariah. Pertama adalah paket produk (software products) untuk delapan bank. Ini amat sesuai dengan konsep belanja bareng-bareng yang digagas BSM. Kedua, paket jasa IT atau alih daya kepada lima bank. Ketiga, software development yang meliputi customization, enhancement, modification, dan interface. Semua produk tersebut diciptakan atas dasar kebutuhan IT perbankan syariah (lihat box: “Kebutuhan IT Perbankan Syariah”). nIA

foto istimewa

Bisnis

Djarot Subiantoro, Presiden Direktur Sigma Cipta Caraka

Kebutuhan IT Perbankan Syariah 1. Dapat mendukung produk-produk syariah dans esuai dengan regulasi Bank Indonesia dan MUI 2. Bebas dari perhitungan bunga (sesuai dengan kaidah syariah) 3. Memiliki middleware yang mudah untuk berhubungan dengan aplikasi internal pendukung dan pihak ketiga. 4. Memiliki customer information system yang terintegrasi yang mampu menyediakan informasi single CIF hingga memudahkan bank dalam melakukan cross selling.

00 Sharing / Mei 2007


Bisnis Tak kurang dari 147.742 unit rumah hilang dan rusak akibat banjir di Jabodetabek, Februari lalu. Nilai kerugian yang dirilis Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapennas) tercatat Rp1,13 triliun. Diasumsikan, setiap rumah mengalami kerugian Rp5-20 juta. Bayangkan jika rumah Anda tidak dilindungi asuransi? Asuransi rumah sudah jadi kebutuhan. Dalam industri asuransi syariah yang tengah tumbuh subur, produk asuransi rumah juga sudah banyak. Tidak sekadar patuh pada prinsip syariah, masing-masing produk memiliki nilai lebih yang disesuaikan dengan positioning-nya. “Produknya jangan mengandung gharar, maisyir, dan riba seperti dilarang dalam Islam, tapi harus inovatif, keduanya harus sinergi,� kata Muhaimin Iqbal, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah (AASI) kepada Sharing. Perlindungan dari Hulu ke Hilir Ini bukan asuransi jiwa, tapi jika ada anggota rumah kecelakaan di sekitar rumah pun ditanggung. Takaful Baituna, adalah produk asuransi kerugian rumah dari Asuransi Takaful Umum (ATU) yang menawarkannya. Sekilas membaca brosur produknya, akan timbul kesan, perlindungan yang diberikan tergolong amat luas untuk sebuah produk asuransi rumah yang secara klasik hanya menanggung risiko kebakaran. Perlindungan yang diberikan Takaful Baituna bisa dibilang merentang dari hulu ke hilir. Tidak hanya mengganti kerusakan rumah dengan pembangunan kembali, biaya arsitek, surveyor, dan konsultan teknik pun ditanggung maksimal 5% dari Total Harga Pertanggungan (THP). Termasuk uang sewa di tempat lain yang diperlukan tertanggung maksimal 5% dari THP selama rumahnya tersebut dibangun. Takaful Baituna juga memberikan perlindungan atas kecelakaan diri dan santunan biaya pemakaman untuk empat orang anggota keluarga, termasuk tertanggung. Besarnya 1% -10% dari THP. Yang menarik adalah perlindungan atas tanggung jawab hukum dan biaya bantuan hukum atau biasa juga disebut tanggung jawab hukum pihak ketiga. “Jika ada orang tertimpa tangga dan cidera ketika lewat depan rumah Anda yang tengah direnovasi, dia menuntut ganti rugi, kami akan ganti,� ungkap Khairul Fata, Head of Marketing Asuransi Takaful Umum. Takaful Baituna dijual dalam dua paket,

00 Sharing / Mei 2007

Memilih untuk

Asuransi Syariah

Rumah

Melindungi rumah, tak rumit. Di asuransi syariah, konsumen sudah bisa memberi perlindungan ekstra bagi rumah dan isinya hanya dengan membayar premi Rp 100 ribu.


Bisnis Standar dan Istimewa. Jika pada awalnya produk ini diluncurkan (awal 2006) preminya adalah 3,85 per mil (%) dari THP, sejak awal 2007 diturunkan menjadi 1,5-2,5% dari harga rumah. Jadi, jika peserta memiliki rumah seharga Rp 300 Juta, ia hanya harus membayar Rp 4,5 juta per tahun jika membeli paket Standar. Berapa nilai klaim (penggantian)yang bakal didapatnya dan risiko apa saja yang dijamin, tergantung pada Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia (PSAKI). Untuk memasarkan produk ini, ATU

bersinergi dengan Asuransi Takaful Keluarga (ATK) terutama agen asuransi jiwanya. Sekitar 50% perolehan premi masih dari agen ATK. “Logikanya, jika orangnya mau diasuransikan, mobilnya atau rumahnya juga”, kata Khairul. Sampai Desember 2006, klain Takaful Baituna hanya sekitar Rp 100 juta. Untuk 2007, target penghimpunan premi adalah Rp 5 miliar, meningkat dari Rp 3,4 miliar tahun 2006. Total target penghimpunan premi di Takaful Indonesia sendiri adalah Rp 92 Miliar untuk 2007. Asuransi Rumah dengan Harga Terjangkau “Premi termurah kami Rp 113.000 per tahun, berarti cukup menyisihkan Rp 300 per hari, ini memang produk yang sangat terjangkau”, kata M Nasyubun, AMDASK, AAAIK, AIIS, Kepala Cabang Bumida Syariah kepada Sharing. Nama produknya RumahKoe, terbagi dalam paket Idaman dan Asri. Selain melindungi sesuai PSKI (FLEXA), RumahKoe juga memberi santunan terhadap risiko banjir, kecurian, pembersihan puing-puing, biaya sewa selama perbaikan, bahkan santunan untuk pembantu rumah tangga yang meninggal karena kecelakaan. Asuransi kebakaran sebetulnya tidak menjamin kerusuhan, banjir, dan meninggal dunia, tapi RumahKoe memberikan plusnya, walaupun sifatnya santunan dan tidak besar

di kisaran Rp500 juta-Rp 8,2 juta. Santunan banjir misalnya berkisar antara Rp 500 ribu sampai Rp 1,5 juta. “Inilah prinsip syariah, taawun, menolong dengan ikhlas meski tidak besar jumlahnya”, jelas Nasyubun. Harga premi pun tergolong terjangkau. RoemahKoe paket Idaman untuk rumah seluas 25-32 m2 misalnya, hanya kena premi Rp100-105.000. Yang termahal, paket Idaman dengan luas rumah 736-760 m2 kena Rp 1.565.000. RumahKoe adalah salah satu produk andalan Bumida Syariah yang diciptakan berdasar kebutuhan pasar. Dikisahkan Nasyubun awalnya adalah permintaan peserta Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera akan produk asuransi kerugian. Sampai kini pun, pemasarannya dilakukan sebagian besar masih lewat agen AJB. Namun Bumida Syariah menempatkan petugas yang dinamakan Supervisor Sinergy di AJB untuk menjembatani Bumida Syariah dengan para agen AJB tersebut. Perolehan premi RumahKoe dari Januari 2006-Maret 2007 sebesar Rp. 107.150.450 (288 polis) dari total perolehan premi Bumida Syariah sebesar Rp 5.292.354.678 (4.253 polis) untuk periode yang sama. Untuk 2007, RumahKoe ditargetkan memperoleh premi sebesar Rp 307 Juta (865 polis). Bumida Syariah sendiri punya target perolehan premi sampai Rp 6 Miliar. IA

Rumah yang Rusak Akibat Banjir Februari 2007 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat jumlah rumah yang mengalami kerusakan adalah sebanyak 89.770 unit di Provinsi DKI Jakarta dan 52.972 di Provinsi Banten. Berdasarkan tingkat kerusakan, 109.307 unit mengalami kerusakan ringan, 21.861 unit mengalami rusak berat, dan 14.574 unit rumah hilang tersapu banjir.

00 Sharing / Mei 2007


Sosok Dahlan Siamat

Keterpaksaan Berbuah

Tantangan

Depkeu luluh atas kegigihan DSN MUI membujuk agar pemerintah segera menerbitkan obligasi negara supaya tak ketinggalan momentum.

A

Awalnya keterpaksaan. Bekerja 27 tahun di lingkungan Departemen Keuangan, Dahlan Siamat, mengaku ditugasi untuk mengakomodasi desakan Dewan Syariah Nasional MUI (DSN-MUI) yang menghendaki pemerintah segera menerbitkan obligasi syariah negara atau sukuk. ‘’Thanks to the market player. Mereka datang ke kantor kami mengusulkan pemerintah agar menerbitkan sukuk karena dana Timur Tengah mau masuk. Sementara instrumen belum ada,’’ kata Direktur Pembiayaan Syariah Depkeu ini di kantornya di Jakarta pertengahan April kepada Sharing. Waktu itu, sebagai orang yang malang melintang di obligasi negara, Dahlan mengaku memilih jalan cepat. ‘’Ya konversi saja salah satu obligasi konvensional jadi obligasi syariah.’’ Sebagai dasar hukum, tinggal amandemen UU Surat Utang Negara (SUN). Namun ternyata tak semudah perkiraan. ‘’Ternyata terobosan yang kita pilih itu tak bisa diterapkan.’’ Karena, UU SUN menganut prinsip bunga sedangkan sukuk tidak.’’ Maka rencana amandemen SUN dibatalkan. Ide berikutnya adalah membuat peraturan pemerintah pengganti Undang-undang (Perppu). Lagi-lagi Perppu tak bisa diaplikasikan. Sebab, masa berlaku Perppu hanya 12 bulan. Maksudnya, sebelum 12 bulan sudah harus ditingkatkan jadi UU dengan segala permasalahannya. ‘’Sementara sukuk kita itu direncanakan dalam jangka watu lima tahun. Kami khawatir selama lima tahun ke depan, sukuk kita tak ada kepastian hukum. Legal basis-nya lemah.’’ Pemerintah tak berhenti. Meskipun Dahlan mengaku sempat berpikir mengapa harus ngotot menerbitkan obligasi negara berbasis nonbunga jika untuk pembiayaan APBN dari obligasi konvensional saja sudah terpenuhi. ‘’Waktu itu terus terang saya berpikir ya sudah jangan dipaksakan.’’

00 Sharing / Mei 2007


Sosok

Obligasi negara Indonesia, kata dia, selalu laris manis dan selalu kelebihan permintaan (oversubscribed). Tapi pemerintah tak berhenti di situ saja. Mereka ingat bagaimana gigihnya DSN yang dikomandani KH Ma’ruf Amin membujuk pemerintah. DSN takut Indonesia kehilangan momen terutama saat investor Timur Tengah butuh rumah untuk dananya yang berlimpah. ‘’Kita ingat anjuran Pak Kyai. Pemerintah harus serius menangani perkembangan Islamic financial market di Indonesia. Saya mengagumi kegigihan Beliau memperjuangkan Islamic finance.’’ Akhirnya diputuskan tak perlu Perppu lagi tapi langsung RUU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). ‘’Kami melihat gejala global bahwa demand besar tapi supply kurang,’’ kata pria asal Sulawesi Selatan itu. Adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memutuskan untuk memberi waktu satu bulan menyusun RUU SBSN. Dahlan dan bersama teman-temannya dikirim mengikuti workshop di Kuala Lumpur Malaysia selama satu minggu. ‘’Dibentuk juga tim koordinasi untuk menyusun RUU,’’ ungkap ayah dari tiga anak itu. Memang, katanya, setelah dikaji, beberapa global sukuk yang diterbitkan beberapa negara langsung habis diserap pasar. Malah, oversubscribed beberapa kali. Pakistan misalnya. Menerbitkan dengan 600 juta dolar AS, mengalami kelebihan permintaan hingga tiga kali lipat. Tim dari DSN juga ikut masuk, termasuk Gunawan Yasni dan Adiwarman Karim. Mempelajari dari kursus singkat di Malaysia, Dahlan mengaku mulai tertarik. ‘’Ternyata, antara Islamic finance dan konvensional masih ada keterkaitan.’’ Menurutnya, ketika itu dia tinggal mencari pemasaran, penerbitan, pricing. Benchmarknya pun mengikut ke

pasar. ‘’Baru setelah dari Malaysia saya merasa tertarik. Saya merasa tertantang untuk membuat stuktur obligasi negara berbasis syariah.’’ Ketika itu ia mengaku bekalnya hanya kursus singkat. Ia harus mencari banyak rujukan sementara di Depkeu sendiri tak banyak yang paham dan bisa diharapkan jadi tempatnya bertanya tentang Islamic finance. Perlahan tapi pasti, pria beristrikan Masrifah ini merasa mulai membumi. Ia merasa mulai mengerti tentang Islamic finance sehingga bersama timnya mereka membuat sebuah paper tersendiri. Jika sekarang ditanya tentang obligasi syariah, Dahlan mulai lancar menjawab. ‘’Pak Rahmat Waluyanto (Dirjen banyak memberi dukungan kepada kami,’’ kata dia. Bahkan belakangan, Dahlan mengajurkan anak sulungnya mempelajari juga Islamic finance karena melihat ilmu ini menarik untuk dikaji. ‘’Ada anak saya yang hendak kuliah. Saya anjurkan dia mempelajari ilmu ini,’’ katanya.

Eselon II Akhir 2006, Depkeu melakukan gebrakan. Dibentuk sebuah Direktorat Pembiayaan Syariah yang sekarang dipimpin Dahlan Siamat. Direktorat ini dibawah Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu. Pembentukan direktorat baru ini menjadi bukti keseriusan pemerintah memasuki pasar modal syariah, menerbitkan sukuk negara. Pekerjaan yang harus dirampungkan, kata Dahlan, memang cukup banyak. ‘’Saya makin banyak dapat ilmu baru. Syariah itu ternyata sangat challenging,’’ katanya. Salah satu tugas yang sekarang dilaksanakannya adalah menyiapkan perangkat hukum lain terkait RUU Sukuk. RUU sendiri saat ini sudah dilempar ke

DPR RI dan siap disahkan. ‘’Kami berharap segera diundangkan agar sukuk segera jadi kenyataan,’’ kata putera dari Daeng Sitaleka dan HJ Boddy itu. RUU Sukuk menjadi patokan karena memang sistem hukum di Indonesia berbeda lantaran menganut civil law. Dalam sistem hukum itu tak dikenal transfer of beneficial title atau mengalihkan hak manfaat. Sementara sukuk menghendaki Special Purpose Vechile. ‘’Nanti dengan RUU ini kita bisa menerbitkan sukuk tanpa punya SPV.’’ Hak manfaat juga dipastikan betul bahwa hanya hak manfaat yang dialihkan. Aset yang menjadi underlying dalam transaksi sukuk tetap dan dipastikan tetap menjadi milik Indonesia. Dahlan mengaku amat berharap RUU sukuk disahkan karena bisa mendrive pasar keuangan syariah. Tanpa menyebut size dan kapan target waktu penerbitan sukuk, dia mengatakan obligasi syariah negara bisa jadi benchmark pricing korporasi yang hendak menerbitkan obligasi syariah. Selain itu dengan sukuk, target BI mengakselerasi pasar bank syariah menjadi 5 persen tahun 2008 bisa terwujud. Dibanding RUU Perbankan Syariah, memang RUU Sukuk belum masuk prioritas Prolegnas. Namun, Dahlan tetap menyimpan asa RUU Sukuk disahkan lebih dulu dibanding RUU Perbankan Syariah karena tujuan yang lebih besar. Perbankan Syariah, kata dia, sudah dikawal peraturan BI dan dimasukkan juga dalam UU Perbankan. ‘’Mereka selama ini juga sudah berjalan.’’ Sekarang Direktorat Pembiayaan Syariah sedang menyiapkan Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan supaya setelah RUU diketok palu, dia sudah punya perangkat pendukung yang diperlukan. n

00 Sharing / Mei 2007


Sosok Data Pribadi Nama Usia Pendidikan Nama Istri Anak Orang Tua

: Dahlan Siamat : 52 Tahun : S2 dari Univ of Heriotwall Scotland, UK : Masrifah : Adhistry, Tissaura, Oggy : Daeng Sitaleka dan Hj Boddy

‘Harusnya RUU SBSN Diprioritaskan’ Kabarnya RUU SBSN akan dibahas lebih dulu di DPR RI menggeser prioritas RUU Perbankan Syariah? Kalau itu benar, saya ucapkan Alhamdulillahirabbil alamin. Wa syukrulillah La haula wala quwwata illa billah. Itu bagian dari doa saya. Semoga UU ini cepat diundangkan sehingga sukuk menjadi satu kenyataan. Kita malu dengan negara nonIslam tapi berani menerbitkan sukuk seperti Saxony Anhalt (Jerman), Cina, Jepang, dan sebuah negara bagian di Australia. Mengapa negara lain tidak ragu melakukan karena tak terbentur masalah legal basis. Kita harus menyiapkan legal basis yang kuat di samping membuat struktur yang compliance to shariah-nya juga diakui global. Kami tak mau menerbitkan sukuk tapi kepatuhan pada syariahnya diperdebatkan.

Setelah mempelajari Malaysia, bagaimana komentar Anda? Uncomparable. Malaysia itu sangat advance. Size of the market sangat besar sehingga mereka menjadi the biggest Islamic financial market in the world. Setelah saya pelajari lebih lanjut, ternyata investor di Islamic finance itu banyak global investor. Banyak player internasioal seperti HSBC, Citigroup, UBS dan lainnya. Mereka masih mayoritas. Islamic finance diterima dunia internasional sebagai salah satu instrumen. Karena ketika kita bicara keuangan, yang bicara hukum permintaan dan penawaran. Sepanjang ada return menarik, mereka akan masuk. Cuma jika investor Islami, mereka akan melihat apakah return dalam bentuk bunga atau bukan. Jika bunga, mereka mundur.

Apa yang sedang dilakukan Direktora Pembiayaan Syariah? Selain menyiapkan semua infrastruktur hukum seperti PP, KMK kami juga sosialisasi ke daerah. Kami juga sedang identifikasi

00 Sharing / Mei 2007

aset. Untuk sementara yang akan dijadikan underlying aset itu barang milik negara yang dalam penguasaan Depkeu dulu. Meskipun UU menyebut semua barang milik negara. Kami pastikan tak ada penjualan, dan tak ada perbedaan atas status hukum aset negara itu. Bahkan tak ada perpindahan kantor. Sebuah kursi pun tak pindah karena gedungnya dijadikan underlying aset .Sehingga nothing to be worried about.

Kapan target penerbitannya? Kami memang berharap by the end of the year dengan persyaratan RUU SBSN disahkan jadi UU. Jika kondisi tak terpenuhi ya tak bisa diterbitkan. Saya sangat setuju RUU SBSN dibahas lebih dulu karena alasan yang simpel. RUU ini hanya 31 pasal termasuk pasar penutup. Dibanding RUU Perbankan Syariah yang 165 pasal. Momen emisi sukuk tepat karena sebagian dana sedang menunggu. Jika kita kelewat kita bisa menunggu lagi dana itu selesai tenornya. Saya berdoa saja.

Bagaimana soal pajak? Rapat terakhir dengan pak Dirjen kita memaparkan bahwa sepanjang UU tentang PPN berlaku bagi penerbitan sukuk maka yakinklah pasar syariah tak berkembang. Mereka Karena sukuk ini mendrive pasar syariah. Oleh karena itu kelihatannya untuk sukuk sepanjang mau menunggu sampai RUU PPN selesai, no problem karena sudah terakomodasi. Rencananya tak ada lagi double taxation.

Rencana denominasi? Kita masih melihat komposisi pembiayaan yang ada dalam APBN saat ini. Jika nanti Jika masih memungkinkan pembiayaan dalam bentuk valuta asing kita akan terbitkan global sukuk. Tapi jika komponen itu sudah cukup, kita akan terbitkan dalam domestic sukuk. Menteri yang akan memutuskan. Size juga belum diputuskan berapa angkanya. n


Info Produk DVD Portable Sony FX-810

foto istimewa

Bukan zamannya lagi menikmati film, musik, atau audiovisual terpaku pada tersedianya televisi dan perangkat DVD terpisah. DVD tak hanya bisa dinikmati di rumah saja karena kemajuan teknologi telah melahirkan perangkat compact DVD Player portable sehingga memudahkan penyuka film dan musik menikmati hiburan di manapun dia berada. Sony menawarkan Sony DVD-FX810 sehingga tak perlu televisei terpisah karena baik DVD player maupun monitor tersedia dalam satu compact. Battere produk ini bertahan tiga jam dan dapat dicharge sehingga dapat dengan mudah digunakan ketika kita berada di jalan. Sony DVD-FX810 dilengkapi dengan layar monitor 8 inchi dengan warna yang jernih dan dapat diputar 360 derajat hingga dapat disesuaikan dengan arah kita berada. Tombol operasi berada di layar LCD dan amat mudah dioperasikan untuk memilih atau mereplay scene yang diinginkan. Remote yang ada juga memudahkan bagi pemilik yang ingin menyaksikan gambar dari jarak yang relatif jauh. Sony DVD-FX810 ini juga menampilkan gambar digital jernih dan dapat dikoneksikan dengan MP3 ke media CD dan DVD. Informasi Harga: 169-199 dolar AS

Jam Tangan Star Wars

Jam tangan yang satu ini diperuntukkan bagi mereka yang gemar dan mengoleksi peranti yang berkaitan dengan Star Wars. Jam tangan ini dilatari gambar Sith Lord dengan setting warna merah dan biru. Meski jam ini terkesan amat maskulin dan sportu, perempuan dan anak remaja pun boleh-boleh saja mengenakan jam tangan ini. Karena kolektor barang-barang Star Wars tak hanya pria. Terlebih tali pengikatnya pun dari kulit hitam dan frame black silver tone. Jam tangan Star Wars ini memiliki usia battere yang lama karena mencapai 10 tahun. Jam ini juga dilengkapi dengan layar mineral kristal sehingga tak mudah tergores. Belum lagi aplikasinya yang bisa digunakan di kedalaman air hingga seratus meter. foto istimewa

Informasi Harga: sekitar 49 dolar AS

foto istimewa

Pengukur Tekanan Darah

Tak ada salahnya mengontrol tekanan darah. Pola makan dengan gizi tak seimbang, kurang olah raga, serta stress di tempat kerja dan lalu lintas, mengakibatkan banyak orang memiliki penyakit tekanan darah tinggi. Jika tak dikontrol, tekanan darah tinggi berdampak pada gagal jantung atau stroke. Nah, bagi yang ingin mengontrol tekanan darah di rumah sendiri, bisa melirik alat ukur ini. Seperti alat ukur gula darah, alat pengukur tekanan darah ini dilengkapi monitor yang besar sehingga dapat dibaca dengan jelas berapa hasil pengukurannya. Memori alat ukur ini bisa menyimpan hingga 30 hasil pengukuran termasuk hari pada saat tekanan darah dilakukan. Cara menggunakannya pun mudah tinggal lekatkan di tangan, tekan tombol sesuai petunjuk. Alat ini juga sederhana. Untuk power, menggunakan 2 battere AAA dan mendapat garansi satu tahun untuk kerusakan. Informasi Harga: Rp 700.000-1.200.000

00 Sharing / Mei 2007


CSR Filantropi

Ketika

Muzakki Jadi Klien Istimewa Saatnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) dikelola lebih serius. Beberapa LAZ mengembangkan layanannya secanggih dan selengkap lembaga komersial. Epri Abdurrahman Rafi’, General Manager Yayasan Portal Infaq

B

“Barusan Pak Epri pergi ke klien”, jawab seorang staf Yayasan Portal Infaq ketika Sharing mendatangi kantor pemilik situs www.portalinfaq.org di Kebayoran Baru, Jakarta. Yang dimaksud klien adalah donatur zakat, infaq, dan sedekoh (ZIS) atau biasa disebut muzakki. Ibarat nasabah private banking di bank, muzakki diperlakukan istimewa. Semua layanan seputar ZIS diberikan, seperti konsultansi perzakatan, pilihan program yang bisa didonasi, pembayaran melalui berbagai moda e-payment, laporan donasi berkala, dan penjemputan ZIS ke lokasi muzakki diberikan. Semuanya dilakukan demi kepuasan muzakki. “Karena jika sudah puas, tak sulit menawarkan program lainnya untuk didonasi,” kata Epri Abdurrahman Rafi’, General Manager Yayasan Portal Infaq kepada Sharing. “Membayar ZIS bukan lagi sekadar kewajiban tapi gaya hidup”, kata Edwin Burhanuddin Marrketing Communication Rumah Zakat Indonesia (RZI). Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang berpusat di Bandung kepada Sharing. Kemudahan membayar kewajiban zakat di RZI malah selengkap dan secanggih layanan bank. Tidak hanya melayani donasi lewat berbagai moda e-payment, hubungan emosional muzakki-LAZ-mustahik bahkan dibangun. Contohnya, AriasTari Hapsari, muzakki asal Bekasi diberi kado ulang tahun dengan dipertemukan dengan anak asuhnya yang mencapai prestasi membanggakan. Bagi tokoh Forum Zakat (FOZ) Iskandar Zulkarnain memang sudah seharusnya LAZ

00 Sharing / Mei 2007

melakukan itu karena sekarang trennya di dunia bisnis pun begitu. Komisaris Bank Muamalat Indonesia (BMI) pun berharap dengan kemudahan membayar zakat saat ini, orang akan bahagia memberi. “Lebih baik lagi, itu lantas membuat mereka tersadar bahwa rezeki yang didapatnya itu dari Allah SWT”, tegasnya

Butik Zakat Portal Infaq Didirikan pada 17 Mei 2001 di Jakarta, Yayasan Portal Infaq memang didedikasikan untuk melayani keinginan berzakat kaum profesional kota besar. Para pendiri yang para profesional di Price Waterhouse Cooper (PWC) melihat ada kebutuhan cara berzakat kaum profesional yang tak dapat dipenuhi LAZ pada umumnya. Pertama, kemudahan. Tanpa makan waktu lama dan bangkit dari tempat duduknya, ia bisa membayar zakat. Kedua, kemampuan mengakses langsung segala informasi mengenai program amal yang ingin didonasi. Ketiga, transparansi dana termasuk kecepatan laporannya didapat. Internet adalah solusi yang paling mungkin untuk menjawab kebutuhan tersebut. Mengingat, sasaran muzakki juga berasal dari kalangan yang diasumsikan sudah melek dan akrab dengan internet. Diluncurkanlah www.portalinfaq.org. Dengan cepat, informasi tentang program yang ditawarkan, cara berdonasi, dan laporan perkembangan program bisa diakses di situs. Penetrasi internet di Indonesia memang

masih amat kecil dibandingkan jumlah penduduk, sekitar 4,2 juta pada 2001.“Peluang kami untuk besar masih lapang. Di masa depan, semua orang akan menggunakan internet dan kami akan menjadi market leader karena termasuk pionir”, kata Epri. Pelayanan prima kepada muzakki dan mitra amil serta bantuan maksimal kepada mustahik adalah tiga kata kuncinya. Sasaran portalinfaq memang golongan high networht (mengenah ke atas). Meski jumlah orangnya sedikit, tapi nilai donasinya besar. “Mereka harus diberi pelayanan prima, ini seperti membeli baju di butik”, kata Epri Pemasaran pun kebanyakan dilakukan via dunia maya, mailing list dan email. Tapi potensi pasar yang offline tetap digarap dengan kegiatan below the line seperti pengajian bulanan untuk orang kantoran, Pada 2006 lalu, Portal Infaq berhasil mengumpulkan Rp. 2,2 Miliar donasi. Ini melebihi target yang hanya Rp. 1,7 Miliar. Dari jumlah tersebut 40% berasal dari donatur online. Diakui Epri, ini karena yang menjadi member di situs juga hanya 1000-an, yang mendonasi via transfer bank atau dijemput langsung justru jauh lebih besar. “Tetap semua diberi layanan setara”, kata Epri.

Ibarat Bank, Seluruh Cabang Online Awalnya adalah kesadaran kelompok Majlis Ta’lim Ummul Quro (MTUQ) di Bandung untuk melakukan bantuan kemanusiaan. Dibentuklah Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ), 2 Juli 1998. Ketika konflik kerusuhan bernuansa SARA meletus di Maluku Utara


CSR Filantropi

Edwin Burhanuddin, Marketing Communication Rumah Zakat Indonesia

pada 1999, DSUQ turut membantu masyarakat yang menjadi korban. Sejak itu, DSUQ makin sadar peran kemanusiaannya dibutuhkan masyarakat luas. Dirintislah program bea siswa pendidikan yatim dan dhuafa, layanan kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota, dan sebagainya. Pada 2003 DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia DSUQ. Sistem information technology (IT) pun dibangun untuk mengakselerasi pertumbuhan lembaga. Kini, RZI memiliki memiliki 1 kantor pusat di Bandung, dengan 28 titik kantor pelayanan yang online di 12 provinsi utama di Indonesia. “Kami sudah ibarat bank, seluruh cabang online�, kata Edwin. Sampai Agustus 2006, RZI memiliki 28.220 donatur dan mengumpulkan sebanyak Rp. 1

.491.611.179 donasi. Dengan 372 amil (petugas zakat) yang 90% berusia di bawah 30 tahun, RZI menjadi LAZ yang progresif. Mengacu pada prinsip manajemen perubahan, RZI telah berubah menjadi dari sekadar lembaga sosial kemanusiaan menjadi organisasi yang tertata rapi, profesional, dan adaptif dengan keinginan masyarakat dalam membayar zakat. Ini semua didukung oleh penerapan IT. Dari situs www.rumahzakat.org., situs yang dibuat selengkap portal, didapat informasi, hingga Februari 2007, RZI telah melakukan pemberdayaan ekonomi kepada 673 orang, operasi hernia gratis kepada 105 pasien, layanan rumah bersalin gratis kepada 434 pasien, operasi katarak gratis (824 pasien), khitanan massal gratis (4.815 pasien), dan melayani 28.796 pasien klinik. n IA

Layanan Online Layanan Online Layanan Rumah Zakat Indonesia

Laporan Online

Konsultansi Zakat & Keislaman Ajukan pertanyaan lewat SMS center di nomor 0815 7300 1555, kontak ZIS Consultant terdekat (lihat di www.rumahzakat.org), chatting dengan Customer Support di Yahoo Messenger.

Laporan rekapitulasi zakat yang sudah dibayarkan bisa dilihat di www. rumahzakat.org. ini untuk donatur yang sudah mendaftar secara online.

Jemput Zakat Gratis Transfer Zakat via ATM Melalui kartu debet di 21 juta merchant di seluruh dunia, 70 ribu merchant dan 11 ribu ATM (jaringan ATM BCA, ALTO, dan ATM Bersama) serta 900 ribu ATM (Visa/Plus) di seluruh Indonesia. Bisa juga melalui e-banking bank mana saja, dan langsung di situs RZI Gesek Zakat Melalui EMA (EDC Mini ATM) di gerai RZI atau di SPBU-SPBU dan merchant belanja yang memiliki EMA. Auto Zakat Via Kartu Kredit Kirimkan sms berformat: Nomor Kartu #Batas Masa Berlaku#Jenis Program#Jumlah Donasi ke 0815 7300 1555 lalu card center RZI akan mengonfirmasi.

Gerai Zakat Ini adalah layanan konvensional membayar ZIS.

Layanan Portal Infaq Untuk Muzakki >> Transparansi Muzakki mendapat laporan detail penggunaan dana pada masing-masing program, >> Pilihan Muzakki dapat melihat secara langsung rincian program yang ada dan memilih ke mana donasinya akan diarahkan. >> Feedback Laporan keuangan dan perkembangan program yang didanai bisa dilihat langsung lewat www.portalinfaq.org. >> Kemudahan Muzakki dapat mengatur zakat dan infaqnya secara online. Untuk Mitra Amil Akses ke komunitas muzakki yang lebih besar, Kontinuitas ketersediaan dana, Administrasi yang tertib dan lebih mudah, Akses ke knowledge capital jaringan

00 Sharing / Mei 2007


CSR Filantropi

Nafkah

Datang Karena Suka

Memberi

Nafkah berarti rezeki yang kita dapatkan, sementara infak adalah rezeki yang kita berikan kepada orang lain.

R

Rezeki terkadang sulit diraih. Karena seperti dalam kehidupan dunia yang penuh dengan persaingan kini, mendapatkan pekerjaan saja sudah lumayan. tak usah ngoyo tuk nyari pendapatan yang besar, sudah bekerja saja, Alhamdulillah! Namun, rasa gundah dan khawatir masih sering bersarang di hati. Dan hal itu membuat manusia was-was akan peruntungan nasib. “Rezeki dari Allah itu bukan soal matematik!” begitu kata seorang ustadz bernama Ahmad Yasin Ibrahim dalam taushiyahnya. “Jangan pernah khawatir akan rezeki dari-Nya. Allah ngak bakal menyianyiakan hidup makhluk yang Ia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri!” “Tapi ustadz..., bagaimana kalau seorang hamba merasakan penghasilannya selalu kurang?” seorang jemaah bermimik serius mencoba menyela. “Kalau pingin rezeki lapang, selalu ada saat kita membutuhkan... maka jangan lupa untuk menolong orang. Coba deh... berbagi dengan sesama! Sebab rezeki Allah bisa kita dapatkan... kita raih...kita beli dengan cara berinfak.” Ustadz Ahmad menjelaskan sebuah konsep setelah itu. Ia nyatakan bahwa ‘nafkah’ yang selalu dicari manusia dalam bahasa Arab memiliki akar kata yang sama dengan kata ‘infak’. Nafkah berarti rezeki yang kita dapatkan, sementara infak adalah rezeki yang kita berikan kepada orang lain. Keduanya berasal dari kata nafaqa dalam bahasa Arab. Ustadz Ahmad juga menjelaskan bahwa orang Arab menyebut terowongan, terusan, selokan dan saluran air dengan kata nafaq. Bila diperhatikan sebuah terowongan pastilah memiliki lubang di kedua ujungnya.

00 Sharing / Mei 2007

Kondisi yang terbaik adalah, apabila kedua lubang itu lancar mengalir tanpa tersumbat! Bila ‘lubang masuk’ yang dialiri air lancar, sementara ‘lubang keluar’ tersumbat, maka yang akan terjadi adalah musibah banjir, penimbunan sampah serta kotoran, dan banyak jentik nyamuk yang menyebabkan demam berdarah. Begitulah gambarannya, saat manusia hanya mengumpulkan nafkah namun tidak mau berinfak. Yang terjadi kemudian adalah musibah dan bencana. Makin besar lubang yang dibuat pada ‘lubang keluar’, maka akan semakin besar pula air yang masuk dan mengalir dari ‘lubang masuk.’ Apalagi jika saluran itu akan mampu menampung air yang lebih banyak. Maka siapa yang ingin diberikan harta atau nafkah yang banyak oleh Tuhan, sebaiknya ia banyak berinfak dan bersedekah di jalan Allah. Demikian Ustadz Ahmad menjelaskan. Usai mendengarkan ceramah, seorang jemaah bernama Hadi masih belum meyakini

konsep yang telah dijelaskan ustadz. Hingga tibalah sebuah kesempatan setelah beberapa bulan berselang setelah pengajian itu. Hari itu tergolong ‘bulan tua’ bagi orang-orang gajian. Uang di kocek Hadi hanya tersisa Rp 50 ribu saja. Ia berniat menggunakan uang itu sebagai ongkos jalan plus membelikan susu anaknya sekitar Rp. 30 ribu. Ia tahu setelah ini ia dan keluarganya harus mengencangkan ikat pinggang, bersabar menunggu tanggal 25, hari gajian yang dinanti-nanti. Sesampainya Hadi di kantor, ada seorang sahabat yang mengeluhkan masalah keuangan. Sahabat itu meminta bantuan Hadi. Sebagai teman, Hadi merogoh koceknya dan ia berikan selembar Rp. 50 ribu yang ia punya. Aneh, tidak ada perasaan berat saat uang itu ia keluarkan. Namun memang, usai uang itu ia serahkan kepada teman, beberapa langkah setelah mereka berpisah, setan mengusik hatinya dengan perasaaan was-was dan wajah mungil


CSR Filantropi anaknya pun tergambar di benak dengan air mata menetes, merengek minta susu. Setan merasuki hatinya, tapi Hadi masih berharap pertolongan Allah turun padanya. Kini saatnya, Hadi perlu pembuktian konsep infak yang pernah Ustadz Ahmad Yasin ceritakan! Allah tidak pernah mengelak dari janji yang pernah ia ucapkan. Siapa yang mampu berinfak, Allah pasti akan membalas... menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Bahkan bila hidup sempit, pasti Allah akan membuat lapang hidup hamba yang mau berinfak. Allah Ta’ala sampaikan dalam ayat berikut: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. 65:7)

Dalam hadits qudsi, Allah memastikan eksistensi (keberadaan) sebuah hukum kausalitas. Hukum kausalitas absolut yang ia buat sendiri dalam firman-Nya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam berinfaklah, karena sebab infak engkau akan mendapatkan nafkah!” Hadits Muttafaq Alaihi. Hadi melanjutkan pekerjaannya hari itu. Usai istirahat, Manager HRD membuat acara rutin bulanan yang melibatkan seluruh karyawan. Salah satu agenda acara tersebut adalah pemilihan karyawan terbaik tahunan. “Manusia berusaha, Allah punya kehendak!” begitu kata pepatah. Hadi tidak pernah menduga, namanya masuk nominasi karyawan terbaik tahun itu. Semua karyawan berharap mendapatkan gelar itu, karena iming-iming yang cukup menggiurkan yaitu uang tunai sebesar Rp 10 juta. Saat pemenang diumumkan... semua yang hadir tersenyum dengan jantung berdegup cepat. Begitu juga yang dialami

oleh Hadi. Jantung itu hampir copot, seolah mau melompat keluar... saat namanya; Hadi Purwanto disebut oleh Direktur Operasional sebagai karyawan terbaik perusahaan tahun itu. Hadi merasa senang... bahagia... dan gembira. Ia mendapat ucapan selamat dari seluruh rekan sejawat juga atasannya. Hal yang lebih membuat hadirin berteriak riuh rendah dan bertepuk tangan adalah saat pak direktur menyerahkan sehelai cek kontan tertuliskan Rp 10 juta untuknya. Setelah ruang pertemuan agak sepi. Hadi saat itu sedang mengenakan kaos kakinya dan duduk di kursi. Sambil membungkukkan punggung untuk mengenakan kaos kaki dan sepatu, ia bergumam dalam hati, “Maha benar janji-Mu... ya Tuhanku!” Ia teringat sekelabatan akan sebuah kejadian tadi pagi ia berinfak, siangnya Allah sungguh membayar berlipat-lipat. “Segala puji bagi-Mu, ya Allah!” gumamnya dalam hati. N Bobby Herwibowo

Rubrik Ini Hasil Kerja Sama Majalah Sharing dengan Baznas Dompet Dhuafa Republika

00 Sharing / Mei 2007


Internasional

Asing 100 Persen

Malaysia berharap bisa menjadi pelopor menghidupkan lagi Jalur Sutra yang menghubungkan Asia, Eropa dan Timur Tengah. Masih di Malaysia. Pemerintah dan otoritas pengawas bank setempat melansir kebijakan baru. Bank Negara Malaysia mengumumkan negerinya mengizinkan kepemilikan hingga seratus persen untuk bank dan lembaga keuangan Islam asing. Sebelumnya kepemilikan asing hanya dimungkinkan untuk maksimal 49 persen. Bank yang boleh dimiliki asing sepenuhnya adalah bank yang mendaftar di bursa offshore. Selain boleh memiliki seratus persen, segala transaksi keuangan berbasis nonbunga juga diberikan insentif pajak. Adalah Perdana Menteri Malaysia Badawi Abdullah mengumumkan kabar tersebut kepada praktisi dan peminat lembaga keuangan Islam seluruh dunia yang menghadiri Global Islamic Finance Forum di Kuala Lumpur akhir Maret 2007 lalu. Kepada praktisi perbankan internasional, Datuk Lah, demikian PM Badawi dikenal di negaranya meyakinkan bahwa praktik keuangan Islam di Malaysia itu sejalan dengan dunia internasional. Prinsip di Malaysia dinilai lebih lentur dibanding di Timur Tengah. Sehingga ada praktik yang di Timur Tengah dan Indonesia belum diakui kesesuaiannya pada prinsip syariah, di Malaysia sudah dimungkinkan. Bank Negara Malaysia, bank sentral, pada forum itu menyatakan mereka juga menghilangkan seluruh hambatan dalam keuangan Islam. Tak saja membebaskan kepemilikan asing hingga seratus persen, analis mengatakan berbagai insentif akan diperoleh bagi investor di sektor ini.

izin untuk menggelar bisnis secara Islami. Malaysia juga menawarkan ragam produk dan jasa keuangan Islam yang lebih variatif. Aset bank Islam di Malaysia mencapai 12 persen saat ini dengan rata-rata pertumbuhan 15-20 persen per tahun. Total aset bank Islam Malaysia mencapai 117,4 miliar ringgit atau 33,9 dolar pada Juni 2006. Raja Teh Maimunah, senior director Unicorn Investment Bank (UIB), sebuah bank yang berasal dari Bahrain, mengatakan investor Timur Tengah menjadikan Malaysia kepanjangan tangan mereka untuk menjangkau negara berpopulasi besar seperti Indonesia, India, dan Pakistan serta negara dengan kemajuan ekonomi yang pesat seperti Singapura. Dia menilai dari sisi produk, infrastruktur, dan perangkat hukum, Malaysia amat siap. Raja melihat sejak tahun lalu aliran dana deras ke Malaysia. Investor petrodollar itu mengincar bukan saja lembaga keuangan tapi juga properti. Tahun lalu, kata dia, sebuah konsorsium dari Teluk membawa 1 miliar ringgit Malaysia untuk dibenamkan di sektor perumahan di Klang Valley, Penang, Langkawi, Sabah, dan Sarawak. ‘’Ada banyak alasan mengapa investor tertarik ke sini. Yang pertama harga properti yang lebihmurah dan daya belinya cukup kuat.’’ Industri lain yang dibidik adalah konstruksi, manufaktur, perkebunan, agrikultur, layanan kesehatan, makanan halal, otomotif, minyak dan gas, infrastruktur dan telekomunikasi.

Ekonom senior di Bank Islam Malaysia, Azrul Azwar, mengatakan masalah perbedaan penerapan sharia compliance juga diselesaikan di forum ini. ‘’Ini menjadi tantangan bagi regulator di Malaysia. Kami masih harus bekerja menyelaraskan kesesuaian syariah ini,’’ kata Azrul. Malaysia saat ini punya sepuluh bank Islam termasuk tiga bank Islam asing—Kuwait Finance House, Al Rajhi Bank Saudi Arabia, dan Asian Finance Bank yang secara khusus diberi

Di hadapan GIFF, Gubernur Bank Sentral Malaysia Tan Sri Zeti Akhtar Aziz mengemukakan lagi gagasan menghidupkan Jalur Sutra (The New Silk Road). Zeti menyatakan dahulu, Jalur Sutra telah menjadikan peraadaban yang lebih maju bagi Asia dan Timur Tengah. Tak hanya peradaban, pendapatan dan kesejahteraan umat menjadi satu dampak dari perdagangan di jalur tersebut. Saat ini menurut dia jalur tersebut bisa dihidupkan lagi. Investor Timur Tengah

00 Sharing / Mei 2007

The New Silk Road


Internasional teknologi yang tak kalah dari Barat. Kerangka Jalur Sutra Baru menurut Zeti dikemas karena kesamaan budaya dan agama. Karena itu ia menyebutnya socially responsible type of investment (SRI). Kerangka SRI menurut Zeti sejalan dengan dasar ekonomi Islam di mana bukan hanya membebaskan transaksi dari riba (interest) tapi juga membawa misi kesejahteraan berbasis etika, menjaga lingkungan, dan perdagangan yang fair. Dalam rangka itu, Malaysia menyediakan dirinya sebagai persimpangan arus ekonomi dan keuangan untuk meningkatkan transaksi dan investasi Islam. ‘’Karena itu segala sesuatu kami terus perbaiki untuk berbagi kesejahteraan dan masa depan.’’

Global Islamic Financial Forum Acara Global Islamic Financial Forum (GIFF) di Kuala Lumpur selama empat hari itu dihadiri sedikitnya seribu orang. Mereka bukan saja otoritas perbankan dan pasar modal tapi juga para pelaku di industri keuangan Islam di seluruh dunia. Hadir pada kesempatan itu Gubernur bank sentral Iran, Saudi Arabia. Forum ni sendiri menurut event organizer ditujukan untuk menangkap peluang menarik dana asing terutama dari Timur Tengah dan negara Islam lain. ‘’Forum seperti ini memberi kesempatan berdiskusi di antara para pelaku industri tentang peluang investasi dan bisnis di Asia,’’ kata seorang staf Bank Negara Malaysia. Malaysia mengembangkan bank Islam pada 1983. Liberalisasi sektor bank Islam dilakukan pada 2004 dengan mengundang investor asing hadir di negaranya. Malaysia berharap menggantikan posisi Singapura. Jika dana itu dana Islam, maka diharap parkir di Malaysia lebih dulu sebelum disalurkan ke investasi negara tetangga.

menghendaki diversifikasi yang lebih luas baik dari sisi alokasi geografis maupun kelas aset. Di sisi lain, Asia sebagai salah satu benua yang tumbuh pesat menawarkan peluang investasi. Rentangnya cukup luas mulai Jepang hingga Vientam. Ragam industrinya

pun cukup luas dari berbasis alam hingga produk berteknologi tinggi. Timur Tengah butuh infrastruktur yang baik dengan kisaran 500 miliar dolar AS hingga lima tahun ke depan. Sementara Asia menawarkan sumber daya manusia dan

Sejak 2004, unit bank Islam di Malaysia bertumbuhan. Bahkan mereka membuka pintunya bagi bank asing. ‘’Ini menunjukkan bahwa Malaysia sudah siap tidak saja dengan kapabilitas tapi juga kapasitas dan sumberdaya manusianya untuk menunjang industri keuangan Islam,’’ ujar praktisi perusahaan pemeringkat Meor. Malaysia telah menyiapkan infrastruktur dan vibran pasar modal sehingga amat kondusif untuk pertumbuhan lembaga keuangan Islam. n YN

00 Sharing / Mei 2007


Ragam

Hidup

Teh

Sehat Dengan

Ingin hidup lebih sehat dan panjang umur? Cobalah rutin mengkonsumsi teh. Daun yang tumbuh di udara dingin itu mengandung banyak anti oksidan yang menangkal berbagai penyakit.

M

Minuman yang satu ini akrab di semua lidah manusia di seluruh dunia. Dinikmati untuk memula pagi atau saat petang ketika tubuh mulai penat, teh bisa membangkitkan semangat lagi. Apalagi dengan aroma melatinya yang wangi.. Teh juga menjadi suguhan untuk tamu. Di bumi Parahyangan, Jawa Barat, misalnya. Setiap tamu yang datang disajikan teh manis hangat. Di Jawa Tengah secangkir teh adalah penanda awal memulai aktivitas. Mungkin tak banyak yang tahu bahwa teh bukan sekadar minuman yang menyegarkan tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Beragam penyakit, mulai dari yang ringan seperti flu, sampai yang berat seperti kanker dan jantung bisa dicegah, atau dibantu penyembuhannya dengan minuman ini.

Ditemukan tak sengaja Teh berasal dari negeri Cina. Konon, minuman ini ditemukan tak sengaja oleh Kaisar Cina-Shen Nung di provinsi Yunan pada 2737 sebelum masehi. Saat pembantunya memasak air panas, daun-daun dari tumbuhan teh liar tibatiba jatuh dan masuk ke dalam panci air. Kaisar lalu menemukan, minuman ‘baru’ itu ternyata enak rasanya. Pada abad ke- 7 masehi, teh mulai keluar dari Cina dan disebar ke berbagai penjuru dunia melalui Jalur Sutra. Sekarang, teh ditanam di lebih dari 50 negara di lima benua. Ragamnya pun berkembang. Bernama latin camellia sinensis pohon teh dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan

00 Sharing / Mei 2007

tidak boleh kurang dari 1.500 mm. Untuk tumbuh baik, teh perlu kelembaban tinggi dengan temperatur udara 13-29,5 derajat C. Karena itu, teh cocok dibudidayakan di dataran tinggi yang berhawa sejuk. Daun teh punya tiga kandungan utama, senyawa polifenol atau lebih dikenal dengan sebutan katekin, zat nutrisi yaitu berbagai mineral dan vitamin. Serta, alkaloid yaitu kafein dan theofilin. Disamping ketiga kandungan tersebut, terdapat juga minyak atsiri (minyak esensial), asam amino theanin, dan pigmen khlorofil. Dengan berbagai zat tersebut, penelitian modern membuktikan teh bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

Khasiat teh Menurut Nurfi Afriansyah, pakar teh dan peneliti dari Puslitbang Gizi dan Makanan Depertemen Kesehatan (Depkes) R.I., secara umum teh sangat bermanfaat menjaga kesehatan tubuh manusia. “Teh itu zat gizinya terbatas. Namun zat nongizinya atau zat bioaktifnya itu sangat kaya. Bio aktifnya itu yang kuat pengaruhnya bagi kesehatan manusia,� jelas Nurfi pada Sharing. Kandungan asam amino terutama theanin, lanjut Nurfi, meningkatkan kemampuan tubuh melawan infeksi. Konsumsi teh juga dapat meningkatkan kepadatan tulang, mengurangi risiko batu ginjal, juga mengurangi risiko kerusakan dan lubang-lubang pada gigi. Nurfi memaparkan berdasarkan pengolahannya, teh yang dikonsumsi masyarakat luas terdiri dari tiga jenis, yaitu teh hitam, teh oolong dan teh hijau. Teh hitam adalah teh berwarna hitam kecoklatan yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Lalu, teh oolong berwarna menyerupai teh hitam dan teh hijau, dan prosesnya setengah difermentasi atau fermentasi dihentikan sebelum proses berlangsung sempurna. Sementara teh hijau (tanpa fermentasi) adalah teh berwarna hijau yang dihasilkan melalui proses pengukusan cepat untuk menghambat terjadinya perubahan warna daun dan terjadinya fermentasi. Di antara ketiga jenis itu, teh hijau mempunyai khasiat yang paling tinggi bagi kesehatan, karena zat bioaktifnya


Ragam

Eva Nainggolan PR & Media Koordinator Teh 63

Orang yang minum teh hijau dua cangkir (200 ml) atau lebih setiap harinya mengalami lebih sedikit kemunduran fungsi berpikir dibandingkan mereka yang mengkonsumsi teh hijau lebih sedikit

paling maksimal. “Teh hijau terbukti baik untuk mencegah jantung, dan kanker jenis tertentu,” ujar Nurfi. Karena, senyawa antioksidan polifenol yang terdapat dalam teh memiliki kemampuan mencegah penyakit jantung dan stroke, kanker. Polyphenol dalam teh hijau dapat pula memperlancar sistem sirkulasi, menguatkan pembuluh darah, dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dari hasil studi Kuriyama dan rekan-rekannya yang dipublish di American Journal of Clinical Nutrition Febuari 2006, terlihat teh hijau dapat membantu mengurangi risiko demensia (kemunduran fungsi berfikir). Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 1.003 orang Jepang berumur 70 tahun ke atas, para peneliti menemukan, orangorang yang minum teh hijau dua cangkir (200 ml) atau lebih setiap harinya mengalami lebih sedikit kemunduran fungsi berpikir dibandingkan mereka yang mengkonsumsi teh hijau secara lebih sedikit. Konon, hal itu dikarenakan polifenol dalam teh hijau tersebut juga beraktifitas melindungi syaraf, yang dapat membantu memperbaiki penyakit-penyakit kemunduran syaraf, seperti penyakit alzheimer dan parkinson.

Khasiat Teh oolong Namun, bukan cuma teh hijau saja yang mempunyai khasiat tinggi bagi kesehatan. Teh oolong yang berarti teh naga hitam juga dipercaya memiliki berbagai khasiat signifikan untuk kesehatan. Berasal dari Provinsi Fujian, teh ini dibudidayakan intensif, baik di Cina maupun Taiwan. Di Indonesia sendiri, teh oolong dikembangkan perusahaan Teh 63. Gerainya banyak dijumpai di mal atau pusat perbelanjaan. Menurut Eva Nainggolan-PR & Media Koordinator Teh 63, produksi mereka diberi nama Jawa Oolong 63, karena teh ini telah mereka budidayakan di salah satu daerah di pulau Jawa. Khasiat teh ini antara lain membantu pencernaan, melangsingkan tubuh, menurunkan kadar kolesterol, menghancurkan timbunan lemak dalam darah (sehingga mengurangi risiko serangan jantung), mencegah sakit ginjal dan batu empedu,

menghambat pertumbuhan sel kanker, mencegah penuaan dini, meningkatkan stamina tubuh, serta membuat tubuh dan pikiran rileks. Ini teruji secara klinis. “Daun teh yang kami pakai hanya terdiri dari tiga pucuk daun teratas dan dipetik tepat pada waktunya, yaitu pada saat tidak terlalu muda, juga tidak terlalu tua, dan diambil dari daun teh oolong varitas sinensis berkualitas prima,” jelas Eva pada Sharing di salah satu butik Teh 63 di Plaza Senayan, Jakarta. “Karena Jawa Oolong diproses secara semi fermentasi, maka rasanya tidak sesepat teh hijau dan tidak sepahit teh hitam. Kita akan mendapatkan rasa manis beberapa saat setelah meneguknya. Ciri khas lainnya, warna seduhan air teh ini selalu kuning keemasan,” jelas Eva. Nurfi megnatakan untuk mendapatkan khasiat teh, takaran teh atau seduhannya jangan terlalu banyak dan kental. ‘’bagi mereka yang kurang darah (anemia) atau kurang zat besi, teh yang terlalu pekat mengikat zat besi yang ada dalam tubuh. Sehingga saat cairan itu dibuang keluar, misalnya, melalui feses, maka orang itu akan bertambah kurang darah lagi,” jelas Nurfi. Untuk teh hijau, menurut Nurfi, idealnya 4-6 cangkir per hari. Baru khasiatnya didapat. Sementara, untuk teh oolong, penyeduhan daun teh cukup 3 menit saja lalu tiriskan. Jika terlalu lama, kafein dan tannin akan terekstrak hingga rasanya lebih pahit. “Jika teh yang lebih pekat, tambahkan daun teh saat menyeduh, bukan merendam teh lebih lama,” kata Eva. Tertarik mencoba? n YS

00 Sharing / Mei 2007


Manajemen Risiko

Saatnya Berjamaah Menangani

Bencana

Agar anggaran pemerintah tak diberati biaya penanggulangan bencana, industri asuransi mestinya ikut memikul. Profit pun bisa didapat. Seberapa kuat dana pemerintah mampu menanggulangi kerugian bencana beruntun beberapa tahun terakhir? Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bapennas) Paskah Suzetta mengatakan pemerintah hanya menyediakan Rp 2 Triliun per tahun, Januari lalu. Sebelumnya ia sempat menyebut angka Rp 3,5 Triliun. Setelah dirundingkan dengan

00 Sharing / Mei 2007

wakil rakyat, diputuskan angka Rp 2 Triliun itu. Apakah cukup? Ambil satu contoh bencana, Bakornas Penanganan Bencana mencatat, nilai kerugian gempa bumi yang menghantamYogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 adalah USD 3,13 Miliar (Rp 29 Triliun dengan kurs Rp 9.300). Itu baru nilai

kerugian, belum untuk rehabilitasi kehidupan sosial dan ekonomi. Pemerintah sadar tak akan mampu memikul sendirian, makanya disahkanlah Undang-undang Penanggulangan Bencana (UUPB) pada 29 Maret lalu. Beleid baru itu memberi arahan terhadap penanggulangan bencana, pemerintah tak lagi sendirian,


Manajemen Risiko masyarakat, swasta, dan lembaga nirlaba baik internasional maupun nasional dilibatkan dalam memikul akibat bencana. Keterlibatan itu tidak hanya dalam bentuk pemberian bantuan pasca bencana, juga prabencana, misalnya berupa asuransi bencana. Berbicara dalam seminar mengupas UUPB dari perspektif Asuransi, bulan lalu di Jakarta, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah mengatakan idealnya orang yang hidup di daerah rawan bencana memang memiliki asuransi. “Pemerintah tengah mengkaji formatnya, apakah dalam bentuk jaminan sosial atau asuransi sosial,” kata Bachtiar.

Premi Terjangkau Ketika regulator masih mengkaji, industri asuransi sejatinya sudah memiliki cara melindungi masyarakat dari kerugian akibat bencana. Pada akhir 2006, UNDP-GTZ dan Allianz melakukan penelitian kemungkinan penerapan asuransi mikro sebagai alternatif bantuan untuk masyarakat berpenghasilan rendah akibat bencana. Asuransi mikro adalah produk perlindungan bagi masyarakat kelas bawah dengan premi terjangkau. Penelitian tersebut merekomendasikan industri asuransi menyediakan dua produk, polis jiwa dan jaminan pendidikan anak. Polis jiwa bukan sekadar menanggung biaya pemakaman atau klaim seadanya, tapi pertanggungan selama dua tahun setelah kematian pemegang polis, misalnya untuk belanja sehari-hari dan pendidikan anak. Penelitian itu juga menemukan bahwa enggannya swasta masuk ke asuransi mikro karena faktor bisnis. Premi yang terlalu kecil, misalkan di bawah Rp100.000 untuk asuransi jiwa tak seimbang dengan biaya marketing dan operasi perusahaan. Makanya UNDPGTZ dan Allianz menyarankan kemitraan pemerintah dan swasta. Awal 2007 Allianz pun meluncurkan Payung Keluarga, asuransi mikro dengan premi hanya Rp 6.000-24.000 per tahun.

Tabarru’ Sebagai Solusi Ekonomi syariah mengenal Tabarru, suatu konsep penumpulan dana dan penggunaannya untuk maksud sosial. Asuransi syariah beroperasi berdasar prinsip ini. Uang premi tidak menjadi milik perusahaan asuransi ketika tidak terjadi klaim, justru sebagian disisihkan untuk dana sosial dalam rekening Tabarru, dan

sisanya diinvestasikan agar dapat digunakan menutup klaim. Dengan seizin pemegang polis, operator asuransi syariah mengambil sebagian untuk management fee. “Model Tabarru ini bisa dijadikan alternatif format asuransi bencana karena ada prinsip tolong menolong di dalamnya. Ini akan mengurangi bebasn semua pihak”, kata Dr. Viverita, ekonom senior The Indonesian Economic Intelligence (IEI), bulan lalu.. Konsep Tabarru bisa diterapkan dalam bentuk Takaful Earthquake (EQ) Fund (TEF). Dana diinvestasikan perusahaan asuransi tapi tidak menjadi miliknya, termasuk hasil investasi. Karena itu, perusahaan asuransi syariah disebut juga sebagai operator. Dana tersebut digunakan jika terjadi klaim. Jika tidak ia akan menjadi cadangan (reserve) untuk menutupi kemungkinan besarnya jumlah klaim yang terjadi jika terjadi bencana di masa depan. Melihat besarnya cakupan risiko klaim jika terjadi bencana, TEF yang dikumpulkan oleh satu operator asuransi syariah mungkin tak bakal banyak membantu jika terjadi klaim besar-besaran. Makanya, Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Muhaimin Iqbal menyarankan penggabungan seluruh TEF antarperusahaan asuransi syariah. “Bentuknya adalah konsorsium seperti yang tengah dilakukan beberapa operator asuransi syariah saat ini” contoh Iqbal.

asuransi bencana, karena sudah ditanggung pemerintah. Jika terjadi bencana, dana tersebut bisa digunakan sebagai modal untuk membangun kembali kehidupannya. Karena dikelola bersama, beratnya risiko klaim akibat bencana dan biaya operasional bisa disebar ke masing-masing perusahaan asuransi (risk sharing). “Kini saatnya Sharing and Peering”, tegas Iqbal. n IA

Ilustrasi Penghematan Biaya Penanganan Bencana Ketua Bakornas Penanganan Bencana, Syamsul Ma’arif membuat ilustrasi sederhana bagaimana asuransi bisa meringankan beban biaya penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Rumah penduduk

= 240.000 unit

Rumah rusak berat

= 140.000 unit

Rumah rusak sedang + rusak ringan

= 70.000 unit

Dana Pemerintah yang Harus Dikeluarkan: Rumah rusak berat

= Rp. 15.000.000,-

Rumah rusak sedang + rusak ringan

= Rp. 7.500.000,-

Jumlah total yang dikeluarkan

= Rp. 2,4 Triliun

Penghematan Secara Asuransi: Asumsi nilai rumah ± Rp. 50 Juta Kewajiban premi 1% x Rp. 50 Juta

=Rp. 50.000 per tahun

Saatnya Peering and Sharing

240.000 unit rumah x Rp. 50 Juta

= Rp. 12 Triliun (Tertanggung).

Agar lebih besar lagi, sinergi bisa dilakukan baik perusahaan asuransi konvensional maupun syariah. Iqbal mengaku sudah memiliki satu konsep produk asuransi bencana yang disebutnya EasyOne. Sinergi dilakukan dalam mengelola dana penanggulan bencana yang diserahkan pemerintah. Iqbal mengambil contoh biaya yang digelontorkan pemerintah pasca gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah sebesar Rp 24 triliun. Jika pemerintah mau menguasakannya kepada konsorsium asuransi untuk mengelola dana tersebut sebagai premi jumlahnya bisa menjadi berkali lipat. “Dengan penambahan dana Rp 20 triliun itu , premi nasional industri asuransi kita bisa bertambah dua kali lipat sehingga kita bisa menjual ke pasar internasional,” kata Iqbal kepada Sharing. Jika terjadi bencana, dana yang telah diinvestasikan bisa dicairkan sebagai klaim. Masyarakat tidak perlu membayar premi

Premi yang dibayar pemerintah

= Rp. 12 Triliun x 1%

= Rp. 12 Miliar per tahun

Dengan demikian pemerintah berhemat = Rp. 2,28 Triliun dan dapat melindungi masyarakat

= Rp. 2,28 Triliun : Rp. 12 M

= 125 Tahun

00 Sharing / Mei 2007


Opini

Ketika

SBI Beralih Fungsi Menjadi

Alternatif Investasi

Dengan menempatkan dana di SBI, bankir tak perlu memikirkan kemungkinan kredit bermasalah dan juga masalah lain yang timbul saat pengucuran kredit seperti fraud atau KKN

D

Ditengah wacana yang marak akhir-akhir ini tentang fungsi intermediasi bank yang divonis tidak berjalan dengan baik, ditandai dengan semakin tingginya penempatan dana pada SBI, per 7 November 2006 sebesar 202 triliun (meningkat tajam jika dibandingkan dengan posisi per Desember 2005 yang hanya sebesar RP 110 triliun ( Republika, 24 November 2006), kalangan perbankan berargumen permasalahan ini disebabkan karena iklim investasi yang belum baik dan risiko investasi yang masih tinggi. Hal ini dapat ditangkap dari perkataan para bankir yang menyatakan setuju bahwa memutar uang di kredit jauh lebih menguntungkan ketimbang di SBI. “Bank tidak menyalurkan kredit lebih dikarenakan

00 Sharing / Mei 2007

tingkat permintaan kredit dari dunia usaha yang masih rendah,� ungkap ketua Perbanas dan Dirut BNI Sigit Pramono. Apapun apologia dari para bankir, walhasil pada faktanya bank semakin asyik menempatkan dananya pada SBI karena risikonya yang rendah dan return yang pasti. Dengan menempatkan dana pada SBI, bank tidak perlu khawatir atas risiko kredit bermasalah maupun risiko lainnya yang muncul di kemudian hari dari perselingkuhan yang terjadi dalam proses pemberian kredit mulai dari praktik kolusi, korupsi dan nepotisme. Dilain pihak Bank Indonesia melalui Gubernur BI Burhanuddin Abdullah menyampaikan kekhawatirannya atas

kondisi ini. Gubernur Bank Indonesia tetunya mengkhawatirkan peningkatan beban bunga yang harus dibayarkan BI kepada bank seiring peningkatan penempatan dana pada SBI. “BI tidak suka karena (SBI itu) cost bagi kami untuk tiap tahun bayar bunga. Setelah bunganya sampai ke masyarakat, kembali lagi dimasukkan ke deposito yang oleh bank uangnya dibelikan SBI lagi. Begitu terus berputar,� keluh Gubernur BI dalam suatu forum. Berbeda lagi dengan suara dari sekelompok pengamat yang menyoroti permasalahan SBI ini dari sisi target dividen yang dibebankan kepada BPD dan Bank BUMN. Target dividen ini diyakini para pengamat sebagai salah satu faktor yang


Opini m e m p e n g a r u h i dengan return berupa bonus yang tidak diperjanjikan bank pemerintah dan kalaupun ada jauh lebih rendah dibandingkan return u n t u k SBI. menempatkan Tentunya hal ini menuntut bank syariah untuk dananya di SBI memutar otak dalam menyalurkan dananya ke sektor yang menjamin riil karena SWBI tidak begitu menarik bagi bank syariah. adanya return Hal ini terbukti dengan peran intermediasi yang berjalan yang mengalir baik di bank-bank syariah (baik bank umum maupun dengan pasti ke UUS) dengan FDR (Financing to Deposit Ratio) tidak ada kantong-kantong yang dibawah 90%. Bahkan untuk beberapa bank syariah perbankan, untuk melebihi angka 150%. selanjutnya Hal ini tidak semata-mata dikarenakan bahwa bankdisetorkan kepada bank syariah sudah sepenuhnya memahami fungsi bank Rully Aqua Jaya Praktisi Perbankan Syariah, Mahasiswa Program p e m e r i n t a h . sebagai lembaga intermediasi, tetapi juga dikarenakan Pascasarjana Islamic Ecocnomic Finance (IEF) S e b e n a r n y a SWBI tidak menjadi alternatif investasi bagi bank syariah, Universitas Trisakti pendapat inipun sebagaimana yang terjadi pada SBI di bank konvensional. dibantah kembali oleh Meneg BUMN yang mengatakan Sehingga perbankan syariah dipacu untuk berpikir bahwa target dividen bagi bank BUMN sebenarnya sudah kreatif memilah dan memilih sektor riil yang layak mempertimbangkan rencana bisnis bank termasuk untuk mendapatkan pembiayaan, dan sejatinya seperti rencana kucuran kredit dan SBI. itulah para bankir seharusnya berperan. Bank syariah Kalau demikian adanya, apa sebenarnya jawaban dihadapkan pada alternatif untuk memperoleh return atas permasalahan kasus “Hobi Bank Berternak SBI ini?” yang tinggi dari pembiayaan sektor riil atau dananya idle (Republika, 24 Nopember 2006). Jika masing-masing (bonus seadanya dari SWBI). pihak berargumen bahwa pihaknya tidak bersalah? Lantas siapa yang bersalah ? Langkah-langkah Penyelesaian Atau kata tanya “SIAPA” kita simpan terlebih dahulu Berdasarkan uraian diatas, para pihak yang terkait dan kita ganti dengan kata tanya “APA”. Agar para pihak baik itu Pemerintah dan BI sebagai regulator, kalangan tidak merasa dipojokkan, akan lebih baik jika kita bertanya perbankan, dunia usaha, dihimbau untuk dapat melihat dengan kalimat APA YANG TERJADI DENGAN SBI? permasalahan “fenomena SBI” ini dengan jujur sehingga SBI yang asasinya merupakan suatu instrumen akan ditemukan solusi yang tepat terhadap penyakit kebijakan moneter sangat yang sesungguhnya. rentan untuk beralih fungsi Pemerintah dan BI dalam menjadi alat investasi. Para hal ini perlu mengembalikan SBI Akumulasi return SBI yang bankir pun tidak bisa disalahkan semata-mata sebagai instrumen diperoleh bank menyebabkan karena dalam ilmu ekonomi moneter, dengan menutup penggelembungan moneter tanpa yang mereka pelajari memang kemungkinan penyalahgunaan benar bahwa risiko merupakan oleh kalangan perbankan dengan sedikitpun berkorelasi dengan faktor penting yang harus mengeluarkan regulasi-regulasi pertumbuhan pada sektor riil. dipertimbangkan sebelum baru. Para bankir pun dihimbau memutuskan suatu kebijakan untuk berkontribusi dalam investasi. pengembangan perekonomian Dengan adanya SBI, bank tidak perlu memutar otak bangsa, bukan sekedar menerapkan prudential bank dan menghabiskan energi untuk menyalurkan kredit dengan orientasi profit maksimal bagi shareholder. modal kerja dan investasi (apalagi infrastruktur) yang akan Para bankir syariah pun diminta untuk bersabar dan menumbuhkan sektor riil. Bank merasa cukup dengan tidak menuntut peningkatan bonus SWBI agar lebih pendapatan yang bersumber dari return SBI ditambah bersaing dengan SBI, karena ini akan melanjutkan salah dengan pendapatan jasa-jasa perbankan dan produk kaprah yang sudah terlanjur terjadi pada SBI. konsumernya. Sebagai akhir dari tulisan ini, dampak SBI terhadap tidak Ironisnya hal ini cukup untuk menjadikan bank berjalannya fungsi intermediasi perbankan hanyalah salah tersebut mendapatkan predikat sebagai bank yang satu ekses negatif yang timbul. Jika bahasan diperluas, SEHAT (tidak perduli terhadap fungsi intermediasi yang maka SBI pun memiliki dampak terhadap perekonomian tidak berjalan). secara makro. Akumulasi return SBI yang diperoleh bank menyebabkan penggelembungan moneter tanpa Instrumen SWBI Pada Bank Syariah sedikitpun berkorelasi dengan pertumbuhan pada sektor Berbeda dengan SBI di bank konvesnional, bagi bank riil. Hal ini tentunya menyebabkan ketidakseimbangan syariah kelebihan dana likuiditas dapat disalurkan ke BI antara sektor riil dan moneter yang akan berdampak pada dengan membeli SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) inflasi serta ketidakstabilan makroekonomi lainnya.

00 Sharing / Mei 2007


Peristiwa Analisa

Ekspo Syariah untuk Semua

Launching ISE 2007: (Dari kiri ke kanan) Ketua Panitia ISE 2007 Guntur Subagja, Ketua MES Aries Muftie, Ketua MUI KH Amidhan, dan Steering Commitee M Syakir Sula saat peluncuran ISE di Jakarta, 29 Maret 2007.

Eskpo ini ditujukan bagi masyarakat umum. Karena itu, bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan memaparkan konsep ekonomi syariah sesederhana mungkin.

00 Sharing / Mei 2007

Inilah ajang ekonomi syariah terbesar di Indonesia. Setelah cukup sukses digelar untuk pertama kalinya tahun lalu, 24-28 Oktober nanti ISE akan digelar lagi. Masih bertempat di Jakarta Convention Center (JCC) Hall A & B, ISE 2007 adalah ajang pameran dan forum bisnis syariah terbesar. ISE 2007 akan melibatkan seluruh unsur lembaga keuangan syariah (LKS), bisnis syariah, usaha kecil dan menengah (UKM), BUMN, serta produk-produk halal. Akan digelar juga “International Islamic Investor Forum” yang akan menghadirkan para investor dan mitra bisnis dari dalam dan luar negeri. “Syariah tidak melulu LKS. Makanya di ISE 2007 nanti sektor riil akan diberi juga ruang untuk berpameran”, kata Muhammad Syakir Sula, Ketua Steering Committee ISE 2007 saat peluncuran ISE 2007, 29 Maret 2007. Peserta yang diproyeksikan akan berpameran merentang dari industri keuangan dan perbankan syariah, ritel, UKM, sampai konsultan dan lembaga pendidikan. Penyelenggara ISE 2007 adalah Departemen Ekonomi Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Untuk membuatnya berbeda dengan ISE 2006, peserta khusus yang rencananya akan diundang berpameran adalah perusahaanperusahaan yang tergabung di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), berbagai perusahaan di bawah grup Astra, Panasonic, home industry, dan perusahaan dengan produk konsumer berkategori halal. ISE 2007 juga akan mengundang pelaku bisnis syariah di beberapa negara tetangga maupun kawasan Timur Tengah. Mereka adalah bisnis syariah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Menurut Ketua Umum MES Aries Mufti, keterlibatan beberapa negara tetangga tersebut amat penting untuk memperkenalkan bisnis syariah di Indonesia, selain tentunya menarik minat investasi syariah di Indonesia.

Agar Lebih Membumi Itu dari sisi peserta, ISE 2007 dirancang agar dapat dinikmati oleh lebih banyak pengunjung, terutama dari kalangan menengah ke atas. Syakir Sula menjelaskan,


Peristiwa Analisa sasarannya adalah masyarakat umum yang belum paham tentang ekonomi syariah dan berasal tidak hanya dari golongan atau agama tertentu. Mereka misalnya, pengusaha, pengacara, selebritis, akademisi, kalangan profesional, dan sebagainya. Supaya ekonomi syariah lebih mudah dipahami, tiap narasumber yang akan tampil di seminar di ISE 2007 akan di-briefing sebelum tampil agar menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan memaparkan konsep ekonomi syariah sesederhana mungkin saat tampil. Kemasan talkshow pun dibuat sesantai, semenarik, dan seinteraktif mungkin. Ini antara lain akan dibangun dengan menghadirkan pembawa acara (MC) dari kalangan selebriti yang memiliki citra positif. Selain talkshow dalam daftar acara pokok juga direncanakan ada hiburan berupa musik bernuansa spiritual, fashion show, selain acara bersemangat dakwah seperti ceramah agama. Pemberian penghargaan (awards) juga akan dilakukan kepada ulama, praktisi, dan akademisi yang berperan juga dalam mengembangkan ekonomi syariah. Ada juga acara penunjang lainnya seperti demo produk, demo masak, kuis interaktif, dan aneka hiburan. Ini semua, kata Syakir Sula, “Agar ISE 2007 lebih membuka peluang

bagi lebih banyak pihak mengembangkan ekonomi syariah�.

Pemda-Pemda ke bank syariah lokal.

Kolaborasi Dua Majalah Tahun Ekonomi Syariah ISE 2007 menumbuhkan harapan, tahun ini akan benar-benar menjadi tahun ekonomi syariah. Indikatornya mulai terbaca, yang paling jelas adalah bertambahnya pemain (player) di ekonomi syariah. Ini disampaikan Staf Ahli Gubernur Bank Indonesia (BI) Harisman. “Lampu hijau sudah menyala, tahun ini akan ada bank asing yang membuka unit syariahnya di Indonesia. Bank lokal juga sudah ada yang mengisyaratkan akan membuka unit usaha syariah�, kata Harisman. Sebelumnya, dalam outlook yang dirilis Karim Business Consulting (KBC) Februari lalu, tahun ini akan 8-11 bank yang akan membuka unit usaha syariah. Itu terdiri dari enam Bank Pembangunan Daerah (BPD), dua bank swasta nasional, satu bank pemerintah, dan dua bank asing. Jika ISE 2007 adalah gelaran MES dan MUI, BI ternyata punya rencana juga menggelar acara serupa. Harisman mengisahkan pihaknya memang punya rencana roadshow keliling daerah menyosialisasikan ekonomi syariah sekitar Juni-Juli 2007. Ide yang berasal dari Deputi Dewan Gubernur BI Siti Chalimah Fadjrijah targetnya adalah masuknya dana

Dengan harapan ISE tahun ini menjadi lebih baik dari ISE 2007, pelaksana kegiatan pun merupakan hasil kolaborasi dua event organizer (EO) yang menerbitkan majalah ekonomi syariah terkemuka di Indonesia, Sharing dan Sharia Business. Tribuwana Cahya Ananta (penerbit Sharing) sebagai EO dan Global Comm (penerbit Sharia Business) sebagai marketing communication. Mengomentari ini Syakir Sula menyebutnya sebagai kolaborasi yang harmonis dan penuh semangat kerja sama. Untuk menyelenggarakan ISE 2007, biaya yang diperkirakan sekitar Rp 5 Miliar. Dana sebesar itu akan coba didapatkan antara lain dari biaya kepersertaan yang merentang dari Rp 100 juta sampai Rp 1 Miliar. Kompensasi yang didapatkan antara lain lahan pameran seluas 56-161 meter persegi, dan penyebutan sponsor pada iklan ISE 2007 di beberapa stasiun TV. Penyelenggara pun telah mengaktifkan dua kesekretariatan yang bisa dihubungi pada jam kerja, kantor MES di gedung Arthaloka, Jl Sudirman dan kantor Tribuwana di gedung TWINK, Jl Kapt.Tendean, Jakarta. n IA

Dialog: (Dari kiri ke kanan) Ketua MES Bidang Perbankan Rizqullah, Staf Ahli Gubernur BI, Harisman, M Syakir Sula dan Guntur Subagja dalam dialog tentang potensi dan peluang lembaga keuangan Islam dalam rangka launching ISE di Jakarta, 29 Maret 2007. 00 Sharing / Mei 2007


Peristiwa Analisa

Indonesia Berpotensi Menjadi Kiblat Asuransi Syariah Tak banyak yang tahu, Indonesia sebenarnya amat berpeluang menjadi kiblat asuransi syariah dunia.

K

Ketika sertifikasi ahli (fellow) asuransi syariah internasional diselenggarakan pertama kali pada 2005 di Jakarta, Islamic Insurance Society (IIS) sebagai penyelenggara sempat kebingungan. Pasalnya ada peserta dari berbagai negara berkembang yang tidak bergelar fellow asuransi konvensional internasional. Padahal, itu adalah syarat mutlak mengikuti sertifikasi Fellow of Islamic Insurance Society (FIIS) ini. “Mereka itu semacam direktur-direktur asuransi negara seperti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) atau pejabat departemen keuangan di negaranya”, kata Muhammad Syakir Sula, Ketua Umum IIS kepada Sharing, bulan lalu. Kata Syakir, negara-negara tersebut belum memiliki infrastruktur asuransi syariah selengkap Indonesia, namun mereka ingin belajar dan menerapkannya di negaranya masing-masing. Bagi IIS, kejadian ini mengindikasikan sejatinya Indonesia amat berpeluang menjadi kiblat asuransi syariah dunia. Makanya, antara Agustus dan September nanti IIS akan menggelar sertifikasi FIIS internasional angkatan kedua. Sama dengan yang pertama, sertifikasi ini disponsori sepenuhnya oleh Islamic Development Bank (IDB) lewat anak perusahaannya Islamic

00 Sharing / Mei 2007

Corporation for the Development of the Private Sector (IDC). “Kami tinggal bilang ke mereka, kan kami sudah ada kontrak dengan mereka”, jelas Syakir. Sertifikasi FIIS angkatan kedua itu juga, menurut Syakir akan makin menguatkan potensi Indonesia sebagai kiblat asuransi syariah di dunia. “Jika asuransi jiwa pemberian sertifikasinya di Skotlandia, asuransi kerugian di Amerika Serikat (AS), nanti asuransi syariah di Indonesia”, tegas Syakir. Pintar Mengambil Momentum Cukup dua bulan para pakar asuransi syariah Indonesia melobi IDB untuk mendanai, serifikasi angkatan pertama. Itupun hanya dilakukan via internet. Sebenarnya IDB sudah menunggu negara yang siap menjadi penyelenggara sertifikasi ini, karena industri asuransi syariah di dunia pun tergolong masih bau kencur, tak ada negara yang menyanggupi. “Sudah lama ada anggarannya, penyelenggaranya, pengajarnya, dan tempatnya belum ada, begitu kami menyatakan siap, mereka mengiyakan”, kisah Syakir. Bisalah dikatakan praktisi asuransi syariah Indonesia, dalam hal ini IIS, pintar mengambil momentum. Bukan saja soal kesiapan Indonesia,

IDB juga melihat potensi perkembangan asuransi syariah di Indonesia. Dikisahkan Syakir, setidaknya ada tiga penyebab IDB mau mendanai. Pertama, pertumbuhan (growth) asuransi syariah di Indonesia termasuk yang paling tinggi di dunia. Kedua, pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia masih terbuka lebar, dan ketiga Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Dengan biaya penuh dari IDB itu, yang boleh ikut hanya yang ditunjuk oleh IDB dan itu hanya dari negara-negara konferensi Islam (OKI). Seluruh biaya termasuk akomodasi dan uang saku ditanggung OKI. Pengajarnya yang biasanya diambil dari Arab Saudi, Malaysia, Pakistan, dan Indonesia. Berbeda dengan sertifikasi konvensional semacam AAIJ dan AAIK yang belajarnya bisa mandiri seperti sistem Universitas Terbuka (UT), sertifikasi FIIS harus dengan workshop. Karena materi fellow sejatinya tidak begitu berbeda dengan konvensional, hanya prinsip syariahnya harus seragam, agar peserta tidak menginterpretasikannya sendiri. Beberapa pakar asuransi syariah dunia yang amat dihormati tercatat mengajar di sana, di antaranya Prof Dr. Maksembilan dari Malaysia dan Prof Dr. Nurfuad mantan Dirut Asuransi Bumiputera. IA


Peristiwa Analisa Muhammad Syakir Sula:

“Lloyd’s Saja Belajar dari Kami” Dengan menyelenggarkan sertifikasi FIIS internasional dua kali, IIS berobsesi menjadikan Indonesia kiblat asuransi syariah dunia. Apakah cukup dengan dua kali penyelenggaraan sudah membuat begitu? Ya, jawab Syakir, karena di luar negeri belum ada. Yang ada cuma pendidikan bukan keahlian profesi. Misalnya di Malaysia dan Pakistan ada pendidikan Diploma Asuransi Syariah. Lebih lagi, “Lloyd’s saja belajar dari kami”, tegas Syakir.

Bagaimana kredibilitas sertifikasi ini?

“Di Indonesia saja yang bergelar FIIS hanya 14 orang dan yang AIIS hanya 50-an. Ini tidak cukup untuk industri asuransi syariah yang tengah tumbuh subur”.

Itu memang sering dipertanyakan. Saya menjawabnya mudah saja, untuk bisa ikut sertifikasi di IIS ini, seseorang harus memiliki gelar fellow asuransi baik jiwa maupun kerugian tingkat internasional yang konvensional, yaitu FLMI dan ACII. Sebelum memiliki gelar itu, ia harus memiliki gelar di tingkat negaranya, seperti AAIJ dan AAIK di Indonesia (lihat boks: “Gelar-gelar Ahli Asuransi”). Dilihat dari pengajarnya pun, misalnya Muhaimin Iqbal, Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Dia itu gelarnya tiga kali lipat, dari AAIK, FLMI, dan FIIS. Organisasi profesi asuransi kerugian tingkat dunia, Lloyd’s yang bermarkas di Glasgow, Skotlandia sampai meminta beliau mengajar asuransi syariah setiap beberapa bulan sekali di sana. Jadi kalau ditanya kredibilitas FIIS, Lloyd’s saja belajar dari kami.

Mengapa sertifikasi asuransi syariah ini diperlukan? Masalah yang akan dihadapi industri asuransi syariah ke depan adalah sumber daya manusia (SDM). Di Indonesia saja yang bergelar FIIS hanya 14 orang dan yang AIIS hanya 50-an. Ini tidak cukup untuk industri asuransi syariah yang tengah tumbuh subur. IIS bertekad mencetak ahli-ahli asuransi syariah.

Apa nilai lebih memiliki gelar FIIS? Saya beri contoh saja, dengan gelar itu saya bisa mengajar asuransi syariah di berbagai perguruan tinggi. Ilmu ini masih sangat sedikit ahlinya, apalagi institusi pendidikannya. Secara karir pun memiliki gelar FIIS akan lebih membuka peluang saat ini.

Berapa total biaya sekali penyelenggaraan sertifikasi ini?

Beberapa Gelar Profesional Asuransi

Saya lupa, lagipula tahun 2005 bukan saya ketua IIS-nya. Kami hanya menjadi operator bagi IDB. Semua pembayaraan dilakukan oleh IDB. Ini untuk menghindarkan fitnah.

00 Sharing / Mei 2007


Peristiwa Analisa

APCONEX Rangkul Syariah dan Keuangan Mikro

Dalam gelaran APCONEX 2007 bulan ini, Perbanas menaruh perhatian khusus terhadap industri keuangan syariah dan keuangan mikro.

M

Meski pangsa pasar perbankan syariah cuma 1,5% dari perbankan nasional, industri ini terus menggelinding bak bola salju. Belum lagi program akselerasi perbankan syariah yang baru digulirkan Bank Indonesia (BI) akhir tahun lalu dan target pangsa pasar sebesar 5% pada 2008. Perbanas memandang perlu mengangkatkanya menjadi salah satu topik (main stream) dalam Apconex 2007. “Dengan target segitu, industri keuangan syariah harus melakukan pertumbuhan anorganik. Nah, kami ingin melihat sejauh mana kesiapan industri keuangan syariah mencapai target ini”, kata Ahmad Fauzi wakil Bank Syariah Mandiri (BSM) Perbanas saat Perbanas Dinner di Jakarta, awal April lalu. Dengan melibatkan pelaku bank syariah lokal maupun luar negeri, beberapa indikasi kesiapan tersebut akan coba dilihat, misalnya, apakah pengembangan produk bank syariah berpengaruh terhadap akselerasi.

Empat Main Streams Ada yang berbeda dengan APCONEX tahun ini. Jika tahun-tahun sebelumnya

00 Sharing / Mei 2007

hanya membicarakan tekonologi bank, kini membicarakan topik di luar teknologi bank namun tetap berhubungan dengan itu. Dalam kemasan The Asia Pacific Conference and Exhibition (APCONEX) on Banking Excellence, ada empat main stream untuk tahun ini, yaitu “Banking Technology”, “Syariah Banking”, “Human Resource Development”, dan “Microbanking Management”. APCONEX 2007 diadakan di Jakarta Convention Center (JCC), 9-11 Mei 2007. Empat topik ini, menurut Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono tidak selamanya menunjukkan “Banking Excellence”, namun Perbanas memandang empat topik ini yang tengah memiliki pengaruh kuat terhadap “Banking Excellence”.“Empat topik inilah yang kini menjadi kebutuhan bank-bank di Indonesia”, kata Sigit Pramono. Tak jauh berbeda dengan tahun lalu, APCONEX 2007 digelar dalam dua program konferensi dan eksibisi. Konferensi diisi pembicara dari luar dan dalam negeri sedangkan eksibisi memamerkan berbagai produk dari industri keuangan dan vendor information technology (IT). IA

Empat Topik APCONEX 2007 1. Banking Technology • Implementasi teknologi bank untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja industri keuangan dan perbankan. • Meluncurkan konsep Indonesian Architecture on Banking Technology (IABT) sebagai kelanjutan APCONEX 2006. 2. Syariah Banking • Membantu perbankan syariah memperluas pasarnya. • Memperkenalkan arsitektur syariah banking yang untuk mempercepat pertumbuhan asetnya secara signifikan. 3. Human Resource Development • Membangun standarisasi kapabilitas human resources (HR) di industri perbankan dan keuangan. • Pembangunan kapabilitas dilakukan melalui pelatihan ekstensif, pendidikan, dan pengalaman praktis. 4. Microbanking Management • Membantu mengentaskan kemiskinan di negeri ini melalui microbanking. • Peluncuran Microbanking Academy sebagai penyedia sumber daya manusia microbanking yang terlatih dan siap terjun ke lapangan.



Entrepreneurship

Bakmi Langgara

BERHASIL, KARENA BAGI HASIL Menjadi seorang pengikut bukan suatu hal yang memalukan. Jika kita bisa menjadi pengikut handal, hasilnya bisa menakjubkan.

J

Jangan jadi pengekor… Begitulah bunyi sebuah pepatah lama. Namun, ternyata pepatah itu tak berlaku bagi Dr. Ir. H. Wahyu Saidi, MSc., pendiri dan pemilik Bakmi Langgara. Mengekor kesuksesan Bakmi GM (Bakmi Gajahmada), Wahyu bisa sukses juga. Malah, ia mengklaim outlet Bakmi Langgara melewati merek restoran mie yang menginspirasinya. Setelah enam tahun berdiri, Bakmi Langgara kini mempunyai 104 outlet (termasuk dengan merek Bakmi Tebet-red) memiliki omzet Rp 1,5-3 juta per hari. Bakmi GM, kata Wahyu, menjadi benchmark. Ia bahkan sempat berharap jadi partner. Namun, Bakmi GM tak menawarkan waralaba. Itu tak menjadikan Wahyu putus asa. Soal rasa ia mengacu ke Bakmi GM. Ia meramuramu sendiri bumbu hingga menemukan rasa yang pas dan tak kalah lezat dari Bakmi GM.

00 Sharing / Mei 2007

Penetrasi Bakmi Langgara cukup cepat ditopang sistem waralaba. Ditemui di rumahnya yang asri di bilangan Rawa Mangun, Jakarta Timur, Wahyu menuturkan banyak mitra bisnis tertarik. Ia menawarkan waralaba yang lentur sesuai kondisi mitra bisnis. Sehingga, selain memiliki 6 outlet Bakmi Langgara sendiri, Wahyu sekarang ikut memegang saham di 25 outlet. Sementara pada 73 outlet lainnya yang 100% milik partner-nya, Wahyu mendapatkan hak bagi hasil atas waralaba yang diciptakan dan dikelolanya.

Menerapkan bagi hasil Sistem yang fleksibel, kata Wahyu, amat membantu menyukseskan Bakmi Langgara. Ia juga menerapkan asas kebersamaan dan bagi hasil. Bersama semua mitra, mereka siap berbagi keuntungan dan kerugian.

‘’ Jika partner menyediakan temat usaha, kami mengisi ruangan sehingga kita jualan bersama-sama. Keuntungan kami bagi. Jika mitra menyediakan tempat dan alat, saya yang menjalankan usaha.’’ Konsep itu menurut dia sejalan dengan nilai ekonomi Islam. ’’Jika untung kita bagi. Begitu juga jika rugi. Bahkan, untuk partner yang memiliki sendiri usahanya, kalau dia mengalami rugi, maka dia tidak perlu bagi hasil dengan saya,” jelas Wahyu. Dengan menerapkan tersebut, Wahyu merasa lebih tenang dan nyaman dalam berusaha. Hal itu juga sejalan dengan filosofi bisnisnya, yaitu kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Ia hanya berprinsip usahanya memberi manfaat bagi diri, keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Branding penting Wahyu merintis Bakmi Langgara sejak 2001. Usaha ini adalah perubahan besar dalam hidupnya dari seorang manajer sebuah perusahaan pengelola tol menjadi tukang mie. Ia tahu benar sebagian masyarakat Indonesia gemar makan mie. Krisis ekonomi mengakibatkan tempatnya bekerja oleng. Ia banting stir dan merasa punya jiwa wiraswasta yang cukup kuat. Ia bercerita sejak mahasiswa kerap


Entrepreneurship nyambi berbisnis mulai menjual durian hingga domba. Wahyu mengatakan tekadnya cukup kuat. ’’rinsip saya, jangan pernah takut memulai bisnis danmencoba. Jika gagal, cobalah terus mencoba hingga berhasil. Karena kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda,” ujar Wahyu yang selalu tampak optimistis dalam setiap ucapannya. Modal awalnya membangun Bakmi Langgara sekitar Rp 200 juta. Namun real dana yang ia keluarkan sekitar Rp 60 juta. Pertama kali ia membuka outlet di Menara Kadin, Jl Rasuna Said, Kuningan Jakarta. Warungnya tak pernah sepi pengunjung. Dari situ ia percaya bisa membuka di tempat lain. Maka kini Bakmi Langgara hadir di luar negeir termasus di Kairo, Mesir, serta di Makkah, Arab Saudi (khusus pada musim Haji). Selain, sistem manajemen waralabanya, menurut Wahyu, kunci sukses usahanya ini adalah karena keunggulan produk Bakmi Langgara itu sendiri. ’’Usaha makanan bisa sukses dengan syarat rasanya enak.’’ Menurutnya itu ia pegang teguh karena ia sempat melalui riset untuk mencapai rasa seperti sekarang. ’’Sampai saya yakin, bahwa produk ini benar-benar enak dan bisa cocok dengan selera pasar yang kita tuju,” papar Wahyu. Setelah mendapatkan kualitas rasa, tantangan berikutnya adalah cara menjualnya. ”Cara menjual juga sangat penting. Saya sendiri mengacu pada berbagai teori penjualan yang ada, kemudian saya

modifikasi. Dengan memakai cara branding yang benar, maka produk Bakmi Langgara bisa terangkat. Kemudian saya sendiri, juga muncul dengan personal branding saya, ini lho ada doktor yang berjualan bakmi! Nah, itu semua adalah nilai jual yang tinggi,” papar Wahyu, yang memang punya banyak gelar kesarjanaan, yang sering diusung-usungnya sebagai bagian dari promosi usahanya. Wahyu memang memiliki gelar Ir dari teknik sipil ITB, MSc dari teknik Industri ITB dan meraih gelar doctor dari UNJ. Selain branding, menurut Wahyu, positioning produknya juga jelas dari produknya. . Untuk itu, Bakmi Langgara

telah meneguhkan pangsa pasar restorannya, yaitu untuk kelas menengah. ”Produk bakmi Langgara bukan untuk kelas atas, juga bukan untuk kelas bawah. Yang harga orang sekali makan antara Rp. 10-12 ribu. Positioning ini sangat penting!” tambah Wahyu. Tentu saja ia tak meninggalkan service kepada konsumen. ”Kami berusaha menjaga semua komponen konsisten dan kontinyu. Jadilah Bakmi Langgara seperti sekarang,” kata Wahyu yang sekarang ini sedang memperjuangkan agar Bakmi Langgara bisa mempunyai outlet permanen di Jeddah, Arab Saudi. Namun Wahyu sendiri tak menampik, di antara banyak keberhasilannya dalam mengembangkan Bakmi Langgara di atas, ada juga cerita kegagalan dari puluhan outletnya yang terpaksa harus ditutup. “Memang ada juga yang gagal, tapi itu saya anggap sesuatu yang biasa saja, karena setiap usaha pasti ada resikonya. Tutup itu bisa karena salah lokasi, salah manajemen, dan lokasi yang tidak bisa diperpanjang kontraknya,” katanya. Untuk bergabung dengan Bakmi Langgara, menurut Wahyu butuh investasi sekitar Rp 150 juta. Uang sebesar itu sudah termasuk sewa tempat dan peralatan. Wahyu sendiri mengaku, mampu menyuplai semua kebutuhan untuk usaha makanan ini, kecuali untuk fasilitas tempat. Bahkan, Wahyu juga siap membantu kegiatan promosi untuk outlet yang baru saja berdiri. Tertarik berbisnis bakmi? n YS

Wahyu Saidi

00 Sharing / Mei 2007


Pendidikan

Jurus Jitu PPEI Cetak

Eskportir Handal

Ingin mencoba peruntungan bisnis di pasar internasional? Cobalah datang ke PPEI.

M Nursal Baharuddin Direktur PPEI

00 Sharing / Mei 2007

Menembus pasar ekspor tidaklah mudah. Karena perdagangan internasional penuh tantangan. Butuh keuletan dan daya juang tinggi untuk menembusnya. Seluk beluk dan karakter pasar ekspor bisa dipelajari di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Eskpor Indonesia. Sebagai lembaga di lingkungan Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Departemen Perdagangan R.I., PPEI membantu pengusaha kecil meningkatkan kemampuan praktis menjadi eksportir. “Kami mendorong calon eksportir masuk ke global market dengan pengetahuan memadai. Kami mengajarkan mereka berbagai potensi dan peluang pasar ekspor, seluk beluk pengurusan kontrak, LC dan sebagainya,” jelas Nursal Baharuddin, Direktur PPEI pada

Sharing baru-baru ini di ruang kerjanya di kawasan Grogol, Jakarta Barat. PPEI juga membahas masalah aktual di perdagangan internasional sesuai kebutuhan calon eksportir.

Utamakan kompetensi Menyadari pentingnya ekspor bagi perekonomian negara, kehadiran PPEI diharap menjadi ujung tombak memacu pertumbuhan ekspor Indonesia. Menurut Nursal, dalam menjalankan lembaga ini, mereka sangat menekankan unsur kompetensi. ”Karena kita akan bersaing di pasar perdagangan dunia dengan kompetensi. Bukan cuma satu, tapi multi kompetensi. Apalagi kita akan menghadapi ASEAN Economic Communicity 2015,” ujar Nursal. Untuk itu, PPEI mulai


Pendidikan menerapkan sistem manajeman mutu ISO 9001: 2000 dalam pelatihannya. Di antara pelatihan yang sudah menerapkan ISO tersebut adalah prosedur ekspor dan manajemen ekspor impor plus simulasi. Nantinya semua pelatihan akan menerapkan manajemen mutu. ”Semua instruktur, training dan lainnya harus memenuhi kualifikasi standar ISO internasional yang dipersyaratkan. Dan itu terus dipantau, sehingga kualitasnya dapat terjamin,” jelas Nursal. Selain itu, tambah Nursal, kurikulum dan silabus yang disusun juga mengacu pada ketentuan perdagangan internasional mutakhir, di antaranya dari WTO (World Trade Organizations). Sehingga, diharapkan hasilnya akan tepat sasaran. PPEI juga banyak bekerja sama dengan lembaga lain dalam meningkatkan mutu program pendidikan dan pelatihannya. Seperti dengan negara Jepang melalui lembaga; Japan Internasional Cooperation Agency (JICA), Pacific Resource Exchange Center (PREX)-Osaka, Association for Overseas Technical Scholarship (AOTS)Osaka, Business Partner City (BPC)-Osaka, Japan Internasional Cooperation Center (JICE), dan AMEICC-HRD Working Group. Lalu dengan Australia melalui Indonesia-Australia Specialised Training Project (IASTP)-AusAid. Serta, dengan Belanda melalui Indonesian Netherlands Association (INA). Itu belum terhitung kerjasama technical workshop PPEI dengan lembaga berkarakter serupa di negara-negara sekawasan, seperti dengan Filipina Trade Training CenterFilipina, dan Internasional Trade TrainingThailand. ”Intinya, semua program pendidikan dan pelatihan PPEI akan melahirkan mereka yang mempunyai kompetensi di bidang ekpor impor. Karena materi-materi yang kami berikan pada peserta sangat praktis dan aplikatif, sehingga mereka bisa langsung menerapkan,” kata Nursal.

Dukung perdagangan internasional

n Berbagai fasilitas penunjang pendidikan di PPEI sangat lengkap

PPEI yang berdiri pada 1 Febuari 1990 ini merupakan hasil kerja sama pemerintah Indonesia dan Japan Internasional Coorporation Agency (JICA). Selama 17 tahun sampai sekarang, PPEI telah mendidik 32 ribu alumni. Bahkan dalam lima tahun terakhir, 10 ribu alumni menyelesaikan trainingnya. Sebagian alumni sudah banyak yang berhasil menjadi pengusaha di bidang ekspor.

”Alumni kami di Makassar, sebelum technical workshop tidak mengerti apaapa. Namun, sekarang mereka sukses menembus pasar Australia untuk produk agribisnis markisa.’’ Nursal juga mengungkap ada pengusaha kontraktor beralih ke bisnis furnitur. Setelah dibimbing, kata Nursal, usaha furniturnya mampu menembus pasar Eropa. Peserta pelatihan menurut Nursal tak hanya pengusaha UKM tapi juga pegawai pemerintah dan akademisi. Atas pencapaiannya menyiapkan ekportir, PPEI memperoleh JICA Award. Penghargaan itu atas komitmen melaksanakan kesepakatan bilateral dua negara Jepang-Indonesia dalam membangun human resources di bidang ekspor ini. PPEI juga berkontribusi pada pengembangan pasar perdagangan di ASEAN. Karena PPEI termasuk salah satu penggagas ASEAN Common Curricula di bidang internasional trade, yang merupakan tools dalam menghadapi Asean Economic Community 2015. Program yang dirintis PPEI menjadi acuan (benchmark) dalam pendirian Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah (P3ED) di beberapa daerah di Tanah Air. PPEI melakukan transfer knowledge, baik penyusunan kurikulum dan silabus, maupun mengenai training managemen pada beberapa P3ED di Surabaya, Medan, Makassar dan Banjarmasin. PPEI kini juga menjadi pelatihan jarak jauh melalui TV Conferences. Fasilitas tersebut, kini dipakai pimpinan departemen dalam mendistribusikan kebijakan-kebijakannya ke berbagai daerah. Bahkan, fasilitas tersebut juga telah digunakan PPEI untuk beberapa kegiatan technical workshop di area internasional. Sebagai aksi sosialnya, PPEI membantu pengusaha UKM yang tertimpa bencana, seperti di Yogyakarta dan lainnya untuk segera bangkit. “Kami berusaha mengangkat semangat mereka melalui pelatihan kami,” tambah Nursal. PPEI tak melepas begitu saja peserta training. Selepas pelatihan, ada after sales services sebagai wadah konsultasi bagi alumni untuk mengupgrade pengetahuannya. ‘’Mereka tetap bisa mengetahui perkembangan pasar ekspor.’’ n YS

00 Sharing / Mei 2007


Pendidikan

Gedung PPEI tampak depan, dan fasilitas ruang yang memadai.

00 Sharing / Mei 2007


WACANA


Wisata

Nagoya

00 Sharing / Mei 2007

Kota ini dipenuhi bangunan tua bersejarah peninggalan jaman Shogun yang terawat baik sampai sekarang.

kota besar di Jepang. Dengan menaiki JR Tokaido Shinkansen hanya butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk mencapai Nagoya dari Tokyo.

Kastil Nagoya

Foto Istimewa

U

Udara cukup dingin di luar stasiun subway Shiyakusho. Selembar jaket rasanya tak cukup. Temperatur masih di 5 derajat celcius. Padahal, sudah hampir pukul 09.30 waktu setempat. Hari itu bertepatan dengan Jumat. Rencana mengelilingi Nagoya, kota yang letaknya di pesisir Samudera Pacific itu rasanya cukup menyenangkan. Nagoya masih menjadi salah satu magnet wisatawan di Jepang. Kota ini dibangun Shogun Tokugawa Ieyasu pada 1610. Peninggalannya masih terawat baik. Bangunan bersejarah jaman kekaisaran dahulu, serta bangunan modern di era milenia, seakan berkolaborasi menyambut wisatawan dari penjuru dunia. Nagoya adalah kota terbesar nomor empat di Jepang. Untuk mencapai kota ini tidaklah sulit. Banyak penerbangan internasional, termasuk dari Indonesia yang langsung menjangkau kota ini melalui Chubu Centrair International Airport. Lalu kota ini juga terakses dengan kereta api modern super cepat yang melayani rute berbagai

Foto Istimewa

Napak Tilas JEPANG Di Era SHOGUN

Berjalan kaki dari muka stasiun subway (kereta bawah tanah) Shiyakusho, kita bisa menuju Kastil Nagoya, bangunan legendaris yang menjadi lambang kota ini. Hanya beberapa menit berselang, kita sudah tiba di pintu gerbang utama kastil itu. Masih ada jalan setepak dari gerbang menuju Kastil Nagoya. Dari kejauhan bangunan itu tampak sangat mentereng. Kastil yang tingginya mencapai 48 meter dari permukaan tanah terlihat seperti bangunan pengintai. Di kiri-kanan jalan setapak menuju kastil terdapat rerimbunan pohon cherry, yang konon jumlahnya mencapai dua ribu batang. Bila berkunjung ke daerah ini pada musim semi, pohon-pohon ini akan mekar bunganya, menyuguhi pemandangan yang

menakjubkan, cherry blossom‌ Hanya beberapa menit berjalan di hawa dingin, kita sampai di muka kastil. Bagaimana tak mengundang decak kagum, dibangun ribuan tahun lalu, kastil masih terlihat sangat kokoh. Karena bangunan ini memang ditopang oleh pondasi batu-batu pegunungan yang cukup besar. Bentuk Kastil Nagoya itu sendiri sangat unik. Terdiri dari belasan atap rumah tradisional Jepang yang bertumpuk-tumpuk jadi satu di semua penjuru mata angin. Dan yang lebih membuat terpesona, di kedua ujung atap tertinggi kastil, terpatri sepasang patung lumba-lumba (sachi dalam bahasa Jepang-red). Dari literarur dijelaskan bahwa kedua patung lumba-lumba itu terbuat dari emas murni! Kastil Nagoya dibangun oleh Shogun Tokugawa Ieyasu bersamaan dengan didirikannya kota Nagoya. Kastil ini konon dibangun untuk anaknya yang nomor sembilan, bernama Yoshinao. Yoshinao lalu mengembangkan kota ini dengan


Foto Istimewa

Wisata

Kuil Osu Cannon

membangun kastil-kastil lainnya di seantero Nagoya. Sehingga, tak heran pada masa lalu kota ini dijuluki kota kastil. Bagian lantai bawah kastil yang disebut donjon, ternyata difungsikan sebagai museum yang menampilkan berbagai obyek artistik dan historis yang berhasil diselamatkan saat kastil ini terkena gempuran bom pada Perang Dunia II lalu. Ya, pada tahun 1945, Nagoya memang ikut menjadi korban bom tentara sekutu, meski tidak separah Hiroshima dan Nagasaki. Untungnya, meski sempat terkena juga gempuran bom, Kastil Nagoya masih bisa diselamatkan. Sementara kastil-kastil lainnya di kota ini banyak yang hancur berantakan. Dan setelah direnovasi pada tahun 1959, Kastil Nagoya ini lalu dijadikan obyek wisata nomor satu di kota ini. Di donjon ini tergelar ratusan bendabenda kuno bersejarah, seperti baju zirah, samurai, dan pernik-pernik lainnya peninggalan kastil sebelum terbakar. Terdapat pula rangkaian foto kuno yang menggambarkan keadaan kastil sebelum

mengalami kerusakan akibat perang. Beranjak ke lantai paling atas, kita menjumpai sebuah ruangan observatorium. Di sini pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas teropong. Namun, kita mesti memasukkan logam seratus yen terlebih dahulu pada lubang yang terdapat di teropong itu untuk bisa memfungsikannya. Dengan teropong itu, kita bisa melihat indahnya panorama kota Nagoya dari kejauhan, termasuk pula lembah Nobi, bahkan nun jauh di sana Lautan Pasifik. Selain Kastil Nagoya, kami ingin menyaksikan tempat lain. Kami pun segera memilih subway yang menuju stasiun Osu Kannon. Di dalam subway, meski cukup banyak dipenuhi penumpang, namun suasananya cukup hening. Hanya terdengar getaran moda transportasi ini. Tak satupun bersuara karena asyik membaca buku dan koran. Malah banyak juga yang tertidur. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Individualistis sekali orang-orang Jepang ini.

Setelah turun di stasiun subway Osu Kannon, kembali kita bisa berjalan kaki menuju Kuil Osu Kannon. Sebuah kuil kuno, namun berada pada lokasi yang berdampingan dengan pusat bisnis dan perbelanjaan modern. Sehingga bangunan ini tampak ’mencolok’ dengan bangunan di sekitarnya. Dari muka kuil, kita bisa menyaksikan bangunan yang sudah berdiri sejak beberapa abad lalu itu. Dominasi warna merah bata, tampak jelas pada fasada bangunan kuil ini. Sementara bagian atapnya didominasi warna abu-abu kehitaman. Atap bangunan ini juga bertumpuk-tumpuk pada beberapa sisi, sepintas mirip atap Kastil Nagoya. Terasa sekali sentuhan artistik gaya arsitektur khas Jepang jaman Shogun pada bangunan kuil ini. Di depan kuil banyak penjual barangbarang antik yang bisa dibeli pengunjung untuk suvenir. Guci, piring keramik, lukisan kain, kipas dan lain-lain antara lain barangbarang yang ada di sini. Pasar barang antik ini hanya terdapat pada hari-hari tertentu saja. Puas berada di muka Kuil Osu Kannon, tujuan wisata selanjutnya adalah menyaksikan Kuil Bhansoji, yang lokasinya masih berada satu kompleks dengan Kuil Osu Kannon. Ternyata memang hanya sebentar kita sudah sampai di sana. Kuil Bhansoji ini jauh lebih kecil dari Osu Kannon. Persamaannya dengan Osu Kannon, mungkin hanya pada dominannya nuansa warna merah bata pada

00 Sharing / Mei 2007


beberapa elemen bangunannya. Di muka kuil ini terdapat sepasang patung batu berwujud binatang singa. Yang unik, pada langit-langit beranda kuil ini, tergantung puluhan lampion berwarna coklat muda dengan hiasan huruf kanji Dari Osu Kannon, kita bisa menuju Museum Atsuta Jingu di daerah Atsuta-ku. Jika bosan dengan subway, wisatawan bisa memilih taksi. Di sini, kartu kredit bisa digunakan membayar taksi. Kali ini giliran bangunan modern yang muncul di balik jendela. Bangunan pencakar langit dan jalan layang bertebaran di pusat kota Nagoya. Kota ini memang pusat bisnis. Selain bangunan perkantoran, beragam bangunan industri juga turut memeriahkan kota ini. Di sepanjang jalan, terlihat juga daerah-daerah permukiman penduduk. Uniknya, rata-rata penduduk Nagoya tinggal beramai-ramai di flat-flat duatiga lantai atau di apartemen. Konon, di Nagoya ini jarang ada penduduk yang tinggal di rumah-rumah horisontal. Kalau pun ada, pastilah dia pejabat atau kaum bangsawan. Taksi bisa membawa kita ke Nagoya TV Tower di daerah Sakae yang menjadi land mark-nya kota Nagoya. Melihat struktur bangunannya, menara berwarna perak ini sedikit mirip dengan menara Eiffel di Paris. Bangunan ini diresmikan pada 1954 dan mempunyai tinggi 180 M. Masih di distrik yang sama, kita bisa melihat pula bangunan baru yang melambangkan ikon Nagoya di era milenia, yaitu gedung JR Central Towers yang tingginya 245 meter. Bangunan dengan gaya arsitektur modern ini memiliki menara kembar, di mana menara pertama berfungsi sebagai hotel (Marriot), sementara menara satunya lagi sebagai bangunan perkantoran 30 lantai. Sementara bangunan di lantai bawah yang menghubungkan kedua menara itu berfungsi sebagai pusat belanja (Takashimaya Departement Store).

Foto Istimewa

Wisata

Jika masih kuat, turis bisa juga menjelajah ke Kuil Atsuta Jingu di daerah Atsuta-ku di bagian Selatan Nagoya. Bangunan yang terletak di wilayah hutan lebat dan merupakan salah satu kuil penting di Jepang yang dibangun pada abad ke 3 Masehi. Bangunan kuil ini memiliki ragam arsitektur khas Jepang di abad permulaan Masehi, dengan fasada bangunan yang didominasi oleh tembok beton yang kokoh. Penduduk di Nagoya mengenal kuil ini sebagai penyimpanan benda bersejarah salah satu simbol dari kaisar, yaitu pedang Kusanagi-no-Tsurugi. Selain itu, kuil ini juga sering menjadi sarana beribadah masyarakat Jepang penganut Shinto. Di lingkungan kuil ini terdapat museum, yang diberi nama Museum Atsuta Jingu. Museum ini terbuka untuk umum dan memamerkan berbagai peninggalan Jepang masa lalu. Untuk masuk ke dalam museum ini butuh dana 300 yen. Di dalam ruangan museum yang lega dan lapang ini terdapat berbagai benda bersejarah peninggalan keluarga kekaisaran di masa lalu, para shogun dan bangsawan-bangsawan Jepang di era feodal. Yang sangat menarik adalah pedang panjang Kondo-Tsurumaru-mon-chirashi Hyoogo-Kusari-Tacji yang terbuat dari emas dan perunggu. Pedang ini berasal dari tahun 1293. Lalu ada juga pedang pendek dari ahli pedang Jepang di masa Shogun Tokugawa Ieyasu, yang berasal dari abad ke XVI. Lembaran-lembaran papirus yang menggambarkan Jepang di masa lalu juga terpampang di beberapa sudut museum. Yang menarik, ada juga baju Jepang kuno milik Shogun Yoshimasa yang berasal dari tahun 1458. Namun, ada juga benda-benda yang membuat bulu romaku berdiri, yaitu topeng-topeng seremonial perang dari era Heian (abad ke XII) dan era Kamakura (abad ke XIII). Ada 23 topeng yang semuanya mengambarkan wajah-wajah yang marah dan menyeramkan. n YS

00 Sharing / Mei 2007

Foto Istimewa

Kuil Atsuta Jingu


Interlude

Kekuatan

Sharing (Berbagi) Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu juga bagi dirimu sendiri. (Qs Al Israa: 7) A Riawan Amin Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia

T

Tak pernah rugi orang yang berbagi. Pernahkan kita pikirkan saat berbagi maka kita sedang menerima? Pada edisi lalu dibahas bahwa ketika the ultimate result kita adalah mengabdi kepada Allah SWT, hasilnya dalam organisasi amat dahsyat. Kini, bayangkan orang bermain bowling yang skill-nya tinggi, tembakan tepat, pintar, dan bersemangat. Tapi secerdas apapun dia, jika saat bermain, lampunya kita matikan maka attitude, dan kecerdasannya jadi tak berguna karena ia tak bisa melihat. Itu yang terjadi dalam organisasi, perusahaan, dan pemerintahan. Manajer kerap mengambil keuntungan dari kegelapan anak buahnya. Karena tak tahu apa-apa, ibaratnya anak buah adalah masyarakat buta. Dalam situasi itu, raksasa bermata satupun menjadi raja. Dia unggul karena yang lain buta. Dalam buku The Celestial Management dipaparkan empat komponen dari wealth atau kemakmuran yakni Power, Information, Knowledge dan Reward (PIKR) Berbagi (Sharing) PIKR ibaratnya menerangi lapangan bowling tadi. Ketidakmauan dan ketidakmampuan berbagi Power, Informasi, Knowledge dan Reward terjadi di mana-mana. Bagaimana sebenarnya konsep berbagi PIKR? Kita mengaitkan dengan sifat Rasul yakni Siddiq, Tabligh, Amanah, dan Fatonah (STAF). Mengacu pada sifat itu, sharing PIKR adalah mengimplementasikan sifat rasul dalam organisasi. Kemauan sharing Knowledge sejalan sifat Tabligh (menyampaikan). Soal Amanah, maka semua yang mengaplikasikan nilai ZIKR atau semua orang beriman sudah pasti Siddiq dan Amanah. Tapi belum tentu Fatonah (cerdas). Sifat itu akan terbentuk jika organisasi

memfasilitasi terjadinya sharing PIKR. Karena diberi Power, maka orang yang tercebur terpaksa belajar berenang. Dengan pendelegasian tugas dan segenap informasi, maka ia mudah menjalankan tugasnya. Masalahnya, sebagian orang tak menyadari bahwa to give is to receive. Kebanyakan kita merasa kehilangan sesuatu ketika memberi. Padahal kitab-kitab suci menegaskan bahwa semua kejadian dan tempat adalah cermin pantul bagi diri kita sendiri. Sebuah hadis Qudsi menyatakan Jika hamba-Ku berjalan kepada-Ku maka Aku berlari kepadanya. Karena itu, kita harus yakin jika berbuat baik, apapun bentuknya, termasuk berbagi PIKR dengan niat ibadah, maka cermin itu memantulkannya lagi kepada kita. Kembalinya mungkin tak persis dalam bentuk uang, melainkan kesehatan, kesempatan, hilangnya musibah, anak yang sholeh, dll. Jika semua kru organisasi sukarela menerapkan sharing PIKR, dampaknya luar biasa. Bank Muamalat Indonesia berusaha menerapkan sharing PIKR. Contohnya membuat scoreboard kinerja termasuk kantor cabang setiap bulan. Konteksnya sharing informasi. Jika di tempat lain, mungkin amat sulit mendapatkan info karena birokrasinya panjang, dan belum tentu orang mau kinerjanya dilihat orang lain, di BMI siapapun -satpam atau Dirut- melihat angka yang sama. Ini transparansi. Tak seorang pun bisa berlindung dalam kekalutan. Hasilnya positif, memacu semua kru untuk bekerja terbaik. Informasi juga berjalan amat cepat. Jika butuh, informasi tentang staf marketing baik itu funding maupun financing

di satu cabang bisa didapatkan kurang dari satu jam. Informasi itu lintasdepartemen dan segala arah. Untuk reward system di BMI seluruh kru diingatkan untuk tidak mengandalkan gaji, tapi aspek variable. Gaji itu ibaratnya uang muka saja, yang harus dikejar adalah bonus atau insentif berdasar prestasi. Di AD/ART Muamalat, sepuluh persen keuntungan perusahaan itu adalah hak kru. ‘’Jika hasilnya sedikit mengapa minta banyak. Jika hasilnya banyak maka itulah rizki dan hasil yang kita peroleh.’’ Soal Knowledge, maka semua perusahaan mungkin melakukannya dengan training. Kami menambah dengan Debriefing-presentasi dan tanya jawab bagi semua kru dan direksi. Pimpinan bisa dites anak buahnya tentang informasi produk perusahaan. Itu proses desakralisasi. Karena, banyak hal yang tak diketahui pimpinan harus dipelajari dari anak buahnya. Dalam banyak organisasi informasi tak terdistribusi dengan baik. Power dan knowledge mereka yang di atas tentunya lebih besar. Itu alamiah tapi tak boleh terlalu jauh gap-nya. Jika seseorang diberi power, informasi, knowledge dan reward sesuai result yang dihasilkan, maka berdasarkan pengalaman kami, organisasi jadi efektif dan efisien. Rumors hilang karena tak ada lagi broker informasi dan organisasi jadi flat. Memang semua butuh perjuangan. Tapi jika dikembalikan bahwa semua dalam dalam konsep mengingat Allah, tak ada yang perlu ditakutkan karena kita memberi apa yang kita akan dapat. Allah akan melipagandakan. (Qs Al Baqarah:261) Jika tak di dunia, somewhere dan somehow. n

00 Sharing / Mei 2007


Tentang Mereka Aaron P. Duffy:

Cahaya itu Datang dari Al Qur’an Di Amerika Serikat (AS), jumlah Muslim hanya sekitar sekitar 30 juta. Salah satunya adalah Aaron P. Duffy, pria yang sedang mengambil program doktoral di Islamic Economic and Finance (IEF), Universitas Trisakti Jakarta. ‘’Kebanyakan orang AS menjadi Nasrani atau Yahudi sejak lahir karena orang tuanya beragama itu. Saya memang memilih Islam ketika dewasa”, kata Aaron kepada Sharing saat peluncuran Indonesia Sharia Expo 2007 di Jakarta, bulan lalu. Islam bagi Aaron adalah hal terbaik yang didapatkannya dalam hidup. Ini dirasanya sejak pertemuannya dengan Islam yang menakjubkan. Setiap pagi di kampusnya, Aaron berkutat Muhammad Yunus:

Bersiap Terjun ke Politik

foto istimewa

“Rasanya tak jauh berbeda dengan Indonesia”, komentar Jos Luhukay, Wakil Ketua Steering Committee APCONEX 2007 saat Perbanas Dinner, bulan lalu. Komentar itu keluar setelah ia sendiri menjelaskan alasan mengapa Muhammad Yunus, peraih hadiah Nobel 2006 tidak jadi datang ke Indonesia dalam rangka APCONEX 2007, Mei ini. Ketika dihubungi awal tahun lalu, Yunus menyatakan bersedia datang dan memberi ceramah seputar microbanking di APCONEX 2007. Tapi, ketika staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangladesh mengonfirmasi lagi, Yunus mohon maaf tak bisa datang karena sedang sibuk mengurusi partai politik. Yunus memang tengah punya visi membangun budaya demokrasi baru di Bangladesh. Dunia politik Bangladesh yang mulai kehilangan kepercayaan sejak politik pecah belah dan korupsi merajalela. Dua partai berkuasa di sana, Liga Awami dan Partai Nasional Bangladesh telah membuat rakyat kecewa karena perseteruan tak berujung di antara keduanya. Banyak pengamat di Bangladesh berpendapat Yunus bakal memiliki kans kuat. Bukan hanya latar belakang Grameen Banknya, rakyat sudah berteriak butuh pemimpin yang jujur, adil, dan mampu menyatukan dua kelompok berseteru di sana. Sampai kini, Bangladesh masih dikuasai pemerintahan administratif sementara golongan militer menyusul kekerasan di seluruh negeri pada Februari 2007 menyusul pemilu yang gagal bulan sebelumnya. n IA

00 Sharing / Mei 2007

di perpustakaan, mengecek email di komputer. Suatu pagi, cahaya matahari menusuk tajam di matanya. Ia merasa silau dan mencoba mencari asal cahaya itu. Dilihatnya cahaya matahari yang datang dari jendela menerangi sebuah buku di rak dahulu sebelum menusuk ke matanya rak. “I’m curious”, kisah Aaron. Ia pun mengambil buku tersebut yang ternyata Al Qur’an. Sejak itu, Aaron penasaran dengan Islam hingga penasaran itu membawanya menjadi mualaf. “After entering Islam, I feel inner peace in my heart and mind”, katanya. Tentang ekonomi syariah di Indonesia, baginya yang penting adalah pertumbuhan yang berkesinambungan. “This is only the beginning. How far they able to go to establish the Islamic economic and finance in Indonesia?’ kata konsultan internasional PT Perminasindo Mandiri, sebuah perusahaan konstruksi ini. n IA Hanna Azkiya

Tak Menduga Bisa Menang Kabar gembira ini datang dari Amerika Serikat, tepatnya ajang Philips C Jessup International Moot Court Competition. Pada lomba yang digelar akhir Maret lalu. Hanna Azkiya, mahasiswi Indonesia asal Universitas Indonesia (UI) berhasil meraih gelar The Best Oralist (Juara I). Phillips C Jessup merupakan lomba peradilan semu internasional paling bergengsi di dunia. Hanna berhasil menyisihkan sekitar 290 peserta yang berasal dari 95 universitas terkemuka dari seluruh dunia, termasuk dari fakultas dan sekolah hukum dari Amerika Serikat, Inggris, Italia, Perancis dan negara-negara maju lainnya. ‘’Saya sendiri sama sekali tak menduga bisa meraih gelar best oralist. Meskipun memang, saat selesai tampil di panggung moot court para juri banyak yang memuji saya,” ujar Hanna ketika dihubungi Sharing melalui telepon selularnya. Ketika ditanya apa yang menjadi kiat kemenangannya, gadis kelahiran 10 Oktober 1986 ini berujar, bahwa saat ia tampil di panggung moot court ia berusaha menjelaskan segala argumen hukum internasional dengan simple dan jelas, serta tidak berbelitbelit. “Mungkin jurinya jadi terkesan sama saya. Sebab mereka lalu mengatakan, bingung mau bertanya apa pada saya, karena argumen saya sudah sangat jelas,” tambah mahasiswi FH UI angkatan 2003 ini, yang pada ajang serupa tahun alu, ia hanya berhasil meraih posisi 52 untuk kategori best oralist. Gelar yang diraih Hanna memang sangat menyejukkan, mengingat secara beregu, tim UI sendiri pada ajang ini tidak berhasil masuk ke babak 30 besar. Sementara pada tahun lalu, UI berhasil duduk di posisi 18. n YS


Resensi >> Buku

>> Musik

Vina terbaik 1981-2006

Tegak di Tengah Badai

Keluarga Muslim Menentang Arus Budaya Permisif

Vina Panduwinata

Sukses

menggelar

show

tunggal bertajuk Vina The Real Diva, penyanyi Vina Panduwinata meluncurkan album Vina terbaik 1981-2006.

Sebagaimana

judul album, maka album ini memperdengarkan tembang lawas sekaligus hits yang dinyanyikan Vina sejak dia pertama kali berkarir di bidang musik. Hanya satu lagu baru yang diusung di album ini yakni ‘Sejujurnya’ yang dikomposer oleh Loka Manya. Album ini memuat 16 lagu yang hampir semua aransemennya dikerjakan oleh Addie MS. Lagu yang bisa dinikmati dari album ini antara lain ‘Bawa Daku’, ‘Didadaku Ada Kamu’, ‘Surat Cinta’, ‘Aku Melangkah Lagi’, ‘September Ceria’, ‘Suara Hati yang Damai’, ‘Kisah Insani’, ‘Aku Makin Cinta’, ‘Cinta’, ‘Satu Dalam Nada Cinta’, ‘Biru’, ‘Citra Biru’, ‘Kumpul Bocah’, ‘Cium Pipiku’, dan ‘Dua Anak Manusia’.

Kembang Perawan Gita Gutawa

Yang satu ini memenuhi selera anak mulai beranjak remaja dan mengenal cinta. Gita Gutawa, puteri

Penulis: Abu Ridha Penerbit: Fikri Dalam pandangan Islam, keluarga memiliki fungsi strategis yang bersifat individual, sosial, politik, dan peradaban. Fungsi dan peran strategis keluarga dalam kehidupan manusia sangat menentukan warna dan kualitas individu dan masyarakatnya. Dewasa ini keluarga Muslim menghadapi tantangan dan guncangan dari luar (global) yang sangat hebat. Karena itu, agar perjalanan bahtera kehidupan tidak membentur batu karang yang mengancurkan, maka lembaga keluarga harus selalu tegak kokok serta mampu menghadapi berbagai tantangan. Buku ini menyorot pengaruh globalisasi budaya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Penulis menegaskan bahwa satu-satunya solusi yang tepat untuk memelihara dan membangun ketahanan keluarga adalah kembali pada nilai-nilai Islam yang luhur dalam membentuk keluarga.

Aqidah Islamiyah Penulis: Sayyid Sabiq Penerbit: Robbani Press Iman dan amal, aqidah dan syariah, merupakan satu kesatuan dalam Islam. Karena itu, kaum Muslimin sangat perlu memahami aqidah Islamiyah dengan sebaik mungkin. Banyak buku aqidah yang ditulis pakar aqidah. Namun buku yang ditulis Sayyid Sabiq ini berbeda, karena pembahasannya yang begitu lancar dan hidup. Penulis menegaskan, di antara karunia Allah adalah bahwa aqidah Islamiyah ini masih tetap jernih, bersih, gamblang dan sakral seperti keadaannya semula. Aqidah adalah jiwa bagi setiap individu. Karena itu, senantiasa perlu upaya untuk menanamkan aqidah yang benar pada diri kaum Muslimin. Buku ini sangat membantu upaya setiap Muslim untuk menanamkan aqidah yang benar.

tunggal Erwin Gutawa melansir album pop klasik. Kembang Perawan menjadi tembang andalan. Album ini dilansir setelah sukses berduet dengan Donny ADA Band lewat tembang Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah). Lagu-lagu manis, cerita dan renyah khas remaja disajikan Aluna Sagita, nama lengkap Gita Gutawa. Dengan suara soprannya, Gita menyanyikan lagu yang liriknya amat pas untuk remaja. Tembang yang disajikan di album ini antara lain Apa Kata Bintang, yang diiringi dengan petikan gitar akustik yang manis, Do Be Do, sebuah tembang ceria yang mengadopsi lagu tradisional dari Afrika, Sahabat Kecilku, yang menceritakan kisah Gita yang berisah dari teman-teman sekolahnya. ‘Surga di Bawah Telapak Kakimu’, ‘To Be One’, ‘Your Love’ (duet denganDelon), ‘Alunan Sebuah Lagu’, ‘Bila’, dan ‘Bukan Permainan“

Akhwat Modis

Agar Engkau Lebih Cantik Penulis: Martina Rahmi Penerbit: Rofik ‘’Catatan harian Muslimah telah banyak ditulis orang, Tapi yang ini ada greget yang menyejukkan. Terutama mengingatkan kita tentang makna kerendahan hati.’’ Demikian komentar penulis senior, Pipiet Senja terhadap buku karya dokter muda yang bersumber dari catatan harian ini. Lewat berbagai judul yang ditata apik, ia seakan mengajak setiap wanita Muslimah untuk bercermin. Uraiannya yang lugas, cerdas dan energik, sekaligus menampar, membuat para pembaca harus mengakui sesuatu yang paling rahasia di relung hatinya. Sebuah buku yang sangat layak dibaca oleh setiap wanita. Tapi pria pun boleh mengintipnya, sebab sang penulis pun beberapa kali menyentil kelakuan kaum pria.

00 Sharing / Mei 2007


Distribusi

Distribusi Majalah Sharing

Kerjasama Distribusi Eksklusif n Perbankan - BNI Syariah - Bank Syariah Mandiri - Bank Permata - Bank Mega - BII - Bank DKI - Bank Muamalat

n Asuransi - Asuransi Takaful Umum - Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 Syariah - Asuransi Central Asia (ACA) Cab. Syariah n Korporasi - PT. Garuda Indonesia (KOKARGA)

n Lembaga Pendidikan Tinggi - Muamalat Institute - Bataza Tazkia - Pascasarjana Universitas Indonesia - Islamic Economic & Finance (IEF), Universitas Trisakti n Lembaga Sosial - BAZNAS - Donpet Dhuafa Republika

Distribusi Umum n TB. Gramedia - Taman Anggrek Mall, Jakarta - Citraland Mall, Jakarta - Pondok Indah Mall, Jakarta - Mega Mall, Pluit, Jakarta - Hero Gatot Subroto, Jakarta - Melawai, Jakarta - Matraman, Jakarta - Kelapa Gading Mall, Jakarta - Artha Gading, Jakarta - Cempaka Mas, Jakarta - Pintu Air, Jakarta - Gajah Mada, Jakarta - Cinere Mall, Jakarta - Metropolitan Mall Bekasi, Jakarta - Bintaro Plaza, Jakarta - Meruya, Jakarta - Depok Plaza, Jakarta - Plaza Semanggi, Jakarta - WTC, Tangerang - Karawachi Mall, Tangerang - Daan Mogot Mall, Tangerang - ITC, Cibinong - Hero Padjajaran, Bogor - Ekalokasari, Bogor - Manyar, Surabaya - Solo n TB. Walisongo, Jakarta n Jakarta Book Center, Kalibata, Jakarta

00 Sharing / Mei 2007

n Cipta Mediagraha - Dharmawangsa Square, Jakarta - Plaza Indonesia, Jakarta n TB. Gunung Agung - Taman Anggrek Mall, Jakarta - Blok M Plaza, Jakarta - Kwitang 38, Jakarta - Kramat Jati Indah, Jakarta - Atrium Plaza, Jakarta - Arion Plaza, Jakarta - Citraland Mall, Jakarta - Sunter Mall, Jakarta - Hero Tendean, Jakarta - Trisakti, Jakarta - Senayan City, Jakarta - Pondok Gede, Bekasi - Tambun, Bekasi - Jl. Ir. Juanda, Bekasi n Minoriya - Kyoei Prince, Jl. Sudirman, Jakarta n Agen Majalah - Jabodetabek - Serang - Bandung - Jogyakarta - Solo - Semarang - Surabaya


AD


AD


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.