Edisi 9/2007

Page 1

Edisi 9 Thn I - Juli 2007

BISNIS WARALABA

ISLAMI

Manajemen Risiko Mencermati Sektor Transportasi Dan Konstruksi Sosok Deddy Mizwar

Memberi Sentuhan Warna Pada Kehidupan Ragam Bersujud Di Sajadah Eklusif Turki Entrepreneurship Papa Ron’s Pizza

Pizza Lokal, Kualitas Internasional



Dari Redaksi

Hijrah Ke Produk Lokal Pembaca yang terhormat,

S

Pembaca yang terhormat, saat ini geraigerai waralaba mengepung kita. Mereka menawarkan makanan, barang kebutuhan rumah tangga, apotek, produk fashion dan sekadar tempat leisure. Waralaba atau fanchise adalah cara marketing baru di mana pemilik dana tinggal menginvestasikan dana dan pemilik waralaba akan mengatur semuanya untuk kita. Sebagian waralaba disorot karena menyerbu perkampungan dan mematikan warung-warung serta toko milik anggota masyarakat setempat. Waralaba kadang mematikan pasar yang menjadi sumber penghidupan kaum ekonomi kelas menengah ke bawah. Dari sisi Islam, tak ada masalah dengan cara marketing berbasis waralaba ini. Tapi sebagai konsumen dan penduduk mayoritas, kita punya hak pilih untuk menentukan produk apa yang akan kita konsumsi. Produk tak halal bertebaran dan dijajakan dengan bebasnya di gerai waralaba. Sebagai bagian dari umat, kita juga dihadapkan pada persoalan sentimen keagamaan, apakah kita hendak membela sesama saudara Muslim dengan menjadi konsumen dari produk yang mereka tawarkan sehingga kita turut membantu mereka secara ekonomi atau menjadi bagian dari arus global dengan memasok atau membeli produk dari

gerai asing dan membiarkan tetangga, atau mungkin saudara kita yang pedagang makin terpuruk. Jika hanya berpatokan pada harga mungkin kita terbius oleh waralaba asing dan membiarkan warung atau toko milik saudara kita lama kelamaan menjadi bangkrut karena kalah bersaing. Pembaca, sudah saatnya kita memilih apa yang kita konsumsi dan bagaimana kita betransaksi. Pada edisi kali ini kami menyajikan waralaba Islami dan bagaimana mereka bisa berjuang dengan tetap menyisihkan dana untuk zakat dan menjaga bisnis dalam koridor syariah. Semoga kita menjadi umat yang bijak didalam mensikapi segala perkembangan bisnis yang ada termasuk bisnis waralaba, baik yang asing maupun lokal. Sebagai pelengkap untuk menggugah kesadaran kita, kami juga menampilkan sosok Deddy Mizwar, seniman yang hampir semua karyanya diakui kualitasnya dan yang paling penting adalah menyajikan setting Islami dalam sinetron dan filmnya tanpa kesan menggurui. Kami berharap apa yang kami sajikan memberi inspirasi bagi para pembaca. Selamat membaca!

Rizqullah

00 Sharing / 2007


Daftar Isi

28 Bersujud Di Sajadah Eklusif Turki Alas sholat juga bisa tampil cantik dengan warna cerah dan aroma melati yang lembut sehingga membuat sholat jadi tambah nyaman.

38

34

Internasional

HSBC Amanah Malaysia Pisahkan Unit Syariah

04 Sharing / 2007

01 03 04 06 07 08 10 11 24 26 28 30 32 34 38 40 42 48 50 52 54 58 60 61 62

Sosok

Deddy Mizwar: Memberi Sentuhan Warna Pada Kehidupan

Cover............................................. Dari Redaksi.................................. Daftar Isi........................................ Susunan Redaksi.......................... Surat Pembaca.............................. Memo Bisnis.................................. Info Produk.................................... Laporan Utama.............................. Opini.............................................. Bisnis............................................. Ragam........................................... Entrepreneurship........................... Filantropi........................................ Sosok............................................ Internasional.................................. Manajemen Risiko........................ Peristiwa & Analisa........................ Personal Investing......................... CSR.............................................. Pendidikan.................................... Wisata........................................... Interlude........................................ Tentang Mereka............................ Resensi......................................... Distribusi........................................


Sharing

00 Sharing / 2007


Susunan Redaksi Bisnis Waralaba Islami Penasihat Senior

PARNI HADI

Cover : Bisnis Waralaba Islami Desain : Hairul Anwar Foto: @rul

Pemimpin Redaksi

RIZQULLAH

Pemimpin Perusahaan

Tia Setiati Mahatmi

List Pemasangan Iklan Majalah Sharing

Wakil Pemimpin Perusahaan Wawan Salim

>> TARIF IKLAN 1 Halaman Dalam 1/2 Halaman Horisontal 1/3 Halaman Vertikal 1/4 Halaman Horisontal

Rp. 15.000.000,Rp. 9.000.000,Rp. 7.000.000,Rp. 5.000.000,-

Back Cover Inside Cover Inside Back Cover 1 Halaman Advertorial

Rp. 20.000.000,Rp. 17.000.000,Rp. 16.000.000,Rp. 17.000.000,-

# Tarif diatas belum termasuk PPN 10% # Iklan B/W dapat terima dengan tarif yang sama dengan tarif F/C # Materi iklan dalam bentuk CD + Proof print # Deadline materi iklan diserahkan 20 hari sebelum penerbitan >> Untuk berlangganan Majalah Sharing Hubungi Maya / Rahmat Telp ; 021- 7900 900 (hunting) / Fax : 021- 7900 213

Dewan Redaksi Ir. H. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP Dr. Didin Hafiduddin Dr. Jafril Khalil Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap Dr. Ahmad Satori Ismail Drs. H. Mohamad. Hidayat, MBA, MH Dr. Mustafa Edwin Nasution Dr. Uswatun Hasanah Iggi Achsin, SE

Redaktur Pelaksana Sri Wahyuni Redaksi Ibrahim AJi Yudi Suharso Marketing JIP Megawati Hartono Fahrurozzi Endang Rachmawaty

Desain Grafis Hairul Anwar Photographer Arul Sekretaris Redaksi Maya Setiorini

Twink Building 8th floor Jl. Kapten Tendean No.82 Jakarta 12790 Ph: 62-21-7 900 900 (hunting) Fax: 62-21-7 900 213 e-mail : sharing@cahyagroup.com

06 Sharing / 2007

Distribusi Haryanto Keuangan Rita Artha K


Surat

Kupas Mendalam BMT Setelah membaca beberapa edisi Majalah Sharing, menurut saya majalah ini cukup enak dibaca dan banyak memberikan masukan berharga bagi pembaca tentang materi ekonomi dan perbankan syariah. Saya sendiri punya usulan agar Majalah Sharing juga dapat mengupas BMT secara lebih mendalam. Misalnya, bagaimana prospek investasi mendirikan BMT, prosedur pendirian BMT, dan sebagainya. Saya pikir, pasti banyak pembaca yang ingin tahu tentang hal tersebut. Terima kasih. Rahayu Sucipto Lenteng Agung Jakarta Selatan Usulan anda kami pertimbangkan.

Tanya Hunian Islami Saya sangat interest dengan konsep hunian Islami yang dikupas Majalah Sharing edisi 8, Juni 2007 lalu. Melalui surat ini saya ingin menanyakan alamat perumahan Taman Firdaus, Griya Madani Asri dan Griya Insani Kukusan yang telah diekpos dalam tulisan tersebut. Rachmanita Hartanti Rawa Mangun Jakarta Timur Berikut alamat kantor pemasaran perumahan yang anda maksud; Taman Firdaus, Jl. Danau Bangaida DII/58 Pejompongan, Jakarta Pusat. Tlp. (021) 5710160, 5745989 Griya Madani Asri, Jl. Wibawa Mukti 2 No. 1, Komsen, Jatiasih, Bekasi. Tlp. (021) 8201536, 8271556 Griya Insani Kukusan, Jl. Raya Kukusan No. 62 Kukusan, Beji, Depok. Tlp. (021) 7865666

Seni dan Budaya Islam Selain rubrik-rubrik rutin ekonomi dan perbankan syariah, saya melihat Sharing juga memuat beberapa rubrik selingan. Nah, saya ada usul, bagaimana kalau dalam rubrik selingan yang ada, Sharing juga meliput berbagai ragam seni dan budaya Islam. Saya pikir hal itu juga menarik bagi para pembaca. Terima kasih. Joko Tjiptono Parung Bogor Terima kasih atas masukannya.

07 Sharing / 2007


Memo Bisnis

Kepengurusan Baru KOKARGA Periode 2007-2010 Terbentuk

R

Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Karyawan Garuda Indonesia ke-XVI 21 Juni 2007 lalu, telah berhasil memilih jajaran pengurus baru Koperasi Karyawan Garuda Indonesia (KOKARGA) periode 2007-2010. Joni Gusmali, Ketua Umum KOKARGA periode 2004-2007 akhirnya terpilih kembali menempati jabatan yang sama untuk periode baru 2007-2010. Jajaran pengurus lainnya adalah; Soda Menyan (Sekjen), Herman Jambak (Ketua I), Iswandi Kasim (Ketua II), Fajar Hudaya (Ketua III), Rochdi (Ketua IV), Syafnil (Bendahara Umum), Prasetyo Utomo (Bendahara), dan N. Rini Mutalib F. (Sekretaris). Kepada Sharing, Joni mengatakan, sasaran yang dituju kepengurusan baru ini adalah meningkatkan citra KOKARGA supaya lebih dekat dengan anggotanya. “Periode sebelumnya kita mencanangkan memulihkan citra koperasi ini. Sekarang, fokus kita meningkatkan citra. Kita juga mengejar cita-cita, pada tahun 2010 KOKARGA bisa menjadi koperasi percontohan dan bermanfaat bagi seluruh keluarga besar Garuda Indonesia Group,” jelas Joni. Selain itu, KOKARGA juga siap menjalin kerjasama antar lembaga, baik koperasi maupun non koperasi di lingkungan Garuda Indonesia

08 Sharing / 2007

Group dalam rangka terbentuknya semacam koperasi sekunder ataupun anak perusahaan milik bersama. RAT KOKARGA ke-XVI selain menetapkan kepengurusan baru, juga menampilkan Laporan Pertangungjawaban Pengurus di Tahun Buku 2006, Laporan Badan Pengawas KOKARGA, serta pandangan, pendapat dan saran-saran dari peserta RAT. Dalam RAT ini juga dilaporkan, kinerja keuangan KOKARGA terus membaik. Seperti dijelaskan Widarani SumohandoyoManager Akuntasi & Keuangan KOKARGA, bahwa Sisa Hasil Usaha (SHU) KOKARGA terhitung 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp. 105.583.862,-. Sementara dari sisi aset, KOKARGA kini juga jauh lebih solid. Aset terakhir mereka, seperti dijelaskan Widarani sebesar Rp. 47.111.786.286,-. Meningkat pesat jika dibandingkan awal kepengurusan Joni mulai tahun 2004, dimana aset yang mereka warisi sebesar Rp. 34.791.138.341,-. Menurut Joni, keberhasilan ini tak lepas dari partisipasi anggota untuk secara bersama-sama meningkatkan kinerja KOKARGA sesuai motto mereka, ”Bersama Kita Sejahtera.” n


Memo Bisnis

BRI Raih Penghargaan The Asian Bankers 4 Tahun Berturut-turut BRI meraih the Excellence in Sub-prime Lending Award pada The 6th Asian Banker Excellence in Retail Financial Services Awards. Penyerahan penghargaan dilakukan di Pudong Shangri-La Hotel di Shanghai pada 8 Juni 2007. Ini adalah kemenangan keempat kali berturut-turut bagi BRI, satu-satunya bank yang pernah meraih penghargaan tersebut sejak kategori tersebut dibuat pada 2004. Lebih dari 140 bank-bank dan lembaga keuangan di 22 negara di wilayah Asia Pasifik, GCC dan Asia Tengah dievaluasi sebagai bagian dari The Asean Banker Excellence in Retail Financial Services.

PermataBank dan Bank Indonesia Dukung Edukasi Masyarakat Bidang Perbankan Bersama komunitas perbankan di Indonesia PermataBank menandatangani komitmen bersama terkait dengan Program Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan, Kamis, 14 Juni 2007. Program edukasi yang difasilitasi oleh Bank Sentral ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai tentang perbankan sehingga dapat meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat di bidang perbankan dan dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang peduli serta mampu merencanakan keuangan secara bijaksana. “Merupakan komitmen kami di PermataBank untuk senantiasa mendukung program Pemerintah baik dalam memberikan edukasi kepada masyarakat di bidang perbankan maupun mendukung program pemerintah dalam meminimalkan pencucian uang serta tindak kejahatan perbankan di tanah air”, jelas Mahdi Syahbuddin, Direktur PermataBank.

Bank Niaga Terima Sertifikat Kesesuaian Syariah Untuk Kustodian dan Wali Amanat Dari DSN-MUI Bertempat di Graha Niaga Jakarta, 13 Juni 2007, Bank Niaga menerima penyerahan Sertifikat Kesesuaian Syariah untuk Kustodian dan Wali Amanat Bank Niaga dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (MUI). Agus Susanto , Vice President - Securities Services Group Head Bank Niaga mengatakan Sertifikat Kesesuaian Syariah tersebut telah diterima sejak tanggal 3 Mei 2007 yang lalu setelah due diligence yang dilakukan Tim DSN-MUI yang meliputi seluruh proses operasional secara end to end. Dengan adanya pengakuan MUI tersebut, diharapkan menambah keyakinan masyarakat untuk menggunakan jasa Kustodian dan Wali Amanat Bank Niaga karena instrumen investasi syariah yang ditanganinya telah diproses sesuai prinsip syariah dan fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. Saat ini, Kustodian Bank Niaga menangani sekitar 18 produk syariah. Sementara, Wali Amanat menangani sekitar 7 instrumen

investasi syariah. Jumlah produk tersebut terus bertambah seiring dengan prospek yang menjanjikan pada bisnis syariah di Indonesia.

Pefindo Naikkan Peringkat Obligasi Matahari Putra Prima PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menaikkan peringkat Obligasi I/2002, Obligasi II/2002 serta Obligasi Syariah Ijarah I/2004 PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dari “idA” menjadi “idA+” dengan outlook stabil pada 2 Juni 2007. Menurut analis PEFINDO, dalam siaran pers Kamis (21/6), MPPA tidak memiliki kesulitan melunasi Obligasi I/2002 senilai Rp 450 miliar yang akan jatuh tempo pada 25 September 2007. Hal ini karena posisi kas dan setara kas perseroan per 31 Maret 2007 sebesar Rp 1,8 triliun. Analis PEFINDO juga mengungkapkan, kenaikan peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar perusahaan yang kuat, pertumbuhan penjualan yang baik di tengah persaingan usaha yang ketat, lokasi toko-toko yang tersebar dengan baik, serta peningkatan profitabilitas.

Seminar dan Pameran “Towards Globalization in Construction Industry” Sebagai sub sektor ekonomi yang membutuhkan pendanaan besar (padat modal), serta banyak melibatkan tenaga kerja (padat karya), industri konstruksi mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena peran strategis itulah, maka Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN), dan Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), bekerjasama dengan Universitas Teknologi Malaysia (UTM) menyelenggarakan Seminar dan Pameran Bersama bertajuk “Towards Globalization in Construction Industry” di Hotel Meridien, Jakarta, baru-baru ini. Melalui acara ini, diharapkan hubungan pelaku usaha jasa konstruksi Indonesia dan Malaysia dapat ditingkatkan. Dalam menghadapi era globalisasi, kedua pihak menyadari pentingnya pertukaran informasi antara kontraktor Indonesia dan Malaysia mengenai kemampuan masing-masing, sehingga dapat memunculkan peluang untuk melakukan kerjasama, tidak hanya dalam proyek di kedua negara, tapi juga untuk menangani poyekproyek internasional lainnya. Menurut Ketua Umum LPJKN-Sulistijo SM, saat membuka seminar, kontraktor Indonesia diharapkan bisa belajar dari pengalaman kontraktor Malaysia tentang bagaimana menghadapi kompetisi global. “Karena perlu diakui, dalam pekerjaan konstruksi di dunia internasional, Malaysia relatif lebih siap, dengan telah memiliki suatu strategi dan program yang terarah sehingga mereka berhasil merealisasikan berbagai proyek internasional di hampir 30 negara,” ujar Sulistijo. n

09 Sharing / 2007


Info Produk Marimar Hair Treatment Agar Rambut Senantiasa Segar Inilah produk baru untuk perawatan rambut dengan aroma buah. Tersedia dalam beberapa aroma antara lain Blueberry, Papaya, Guava, Orange, dan Kiwi, krim perawatan rambut saat ini memang menjadi tren setelah krim untuk kulit. Alasannya, rambut juga perlu perawatan ekstra setelah sekarang ini banyak orang mewarnai rambut, membentuk tatanan rambut dengan rol listrik dan terkena matahari yang terik. Di Indonesia, yang mayoritas Muslim, perawatan rambut juga perlu dicermati mengingat banyak permpuan mengenakan kerudung sepanjang hari mereka berada di luar rumah. Jika diberi perawatan ekstra, rambut akan lebih halus dan tentu saja menebarkan aroma buah yang segar dan wangi plus pencegahan terhadap ketombe. Cara memakai produk perawatan rambut ini cukup mudah. Tinggal diusapkan di rambut sehabis keramas. Pijat beberapa menit lalu bilas. Maka kepala akan tetap wangi dan segar. Selain perawatan rambut, Marimar juga hadir dengan produk pewarna rambut. Informasi harga: Rp 15.000

Levi’s Digital Jam untuk Kaum Muda Jam ini dikeluarkan tahun ini dengan keunggulan water resistant, dengan tali dari plastik dan bagian belakang kepala jam dari stainless. Jam ini dioperasikan secara digital. Informasi harga: Rp 750.000

foto istimewa

Era digital juga menyentuh fashion yang sebelumnya terkenal dengan produksi celana jeans. Levi’s menghadirkan jam tangan digital yang cukup maskulin tapi bisa juga dikenakan kaum wanita. Jam yang dilansir dengan tujuh warna yakni hitam, putih, abu-abu gelap, biru, kuning, merah, dan oranye ini menampilkan layar dengan gradasi berbeda antara lain, merah, biru dan hitam sehingga terlihat cukup modis.

Princess Setrika Vertikal Menyetrika tak harus sambil berdiri terus menerus. Hadirnya Princess Vertical Steamer mempermudah pekerjaan dengan menyetrika sambil duduk sementara pakaian yang disetrika digantung pada hanger. Model setrika ini sebetulnya setrika uap (spraypainted) dan bisa dipindah jika kita ingin menyetrika pakaian tapi berganti suasana. Pada bagian bawah ada alat untuk air yang dipanaskan plus roda untuk memindah ke tempat lain. Sayangnya, alat ini masih menyedot listrik yang cukup tinggi yakni 1.200-1500 watt. Sehingga, masih terbatas pada kalangan atas karena butuh alokasi tegangan yang cukup tinggi yakni 230-240 volt untuk alat ini saja.

foto istimewa

Informasi Harga: Rp 2.064.000

10 Sharing / 2007


Laporan Utama Hai orang - orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahuinya. ( QS Ash-Shaff : 10 -11 )

Bisnis Waralaba Islami

Selain halal, waralaba Islami juga menerapkan keadilan bagi hasil dan membangun ekonomi umat. Inilah investasi baru yang patut dilirik.

D

Di akhir 1990-an lalu nama Bakmi Langgara tak begitu dikenal masyarakat luas. Bahwa bakmi yang disajikannya enak adalah hal biasa karena bakmi-bakmi lain pun ada yang enak. Namun sejak 2002 ketika Wahyu Saidi memutuskan membuka waralaba untuk Bakmi Langgara, merek ini pun mulai mengudara. Kini dengan 104 gerai waralabanya, bakmi besutan lelaki bergelar doktor ini bukan hanya mengudara, juga melesat ke puncak ketenaran. Meski bukan orang bisnis murni, Wahyu paham bagaimana rumah makan mesti dikemas di belantara bisnis makanan ritel. Dengan gencar ia mempromosikan Bakmi Langgara bersama personal branding-nya, ’doktor yang menjadi tukang bakmi’. Dus, ia pun mulai malang melintang di dunia kewirausahaan, terutama sebagai motivator. Kini omzet satu gerai Bakmi Langgara-Bakmi Tebet mampu mencapai Rp 1-3 Juta/ hari. Sodik Amin dan kawan-kawannya memulai bisnis Jaringan Toko Buku Islam Senyum Muslim dengan niat dakwah dan mencerdaskan umat. Tak punya modal besar tak jadi halangan. Bersama tiga sahabatnya ia rajin berdagang di depan mesjid Darul Hikam, Bekasi dan membuat bedah buku di banyak majelis taklim, sekolah, dan kampus-kampus. Kini omzet total jaringannya yang berjumlah 33 gerai menembus angka Rp 500 juta/ bulan. Sodik pun tak lupa bersyukur dan tetap mempertahankan niat awalnya, dakwah dan mencerdaskan umat. Feny Mustafa, seorang ibu aktivis pengajian di Bandung punya cita rasa yang bagus tentang bagaimana Muslim berpenampilan. Tampil elegan, bersih, dan indah bukanlah hal tabu bagi seorang Muslim, selama ia tidak membuka auratnya. Maka, Shafira Gaya Islami yang dirintisnya dari kecil pada 1989 telah menjadi nama besar dan terpercaya di jagat bisnis busana Muslim. Kualitas dan citra merek adalah segalanya bagi Feny, makanya Shafira baru meluncurkan waralaba pada 2006 lalu. Dengan pengalaman 18 tahun mengelola bisnis ini, Shafira baru yakin waralabanya bisa menjaga kualitas dan citra merek.

Halalan Thayyiban dan Haniian Halal adalah harga mati untuk produk yang dijual waralaba Islami. Seluruh waralaba yang Sharing wawancarai menjamin kehalalan produknya. Daging steak yang dijual My Way Steaks dari Grup Langgara misalnya, dijamin halal oleh pemiliknya, Wahyu Saidi. Pun dengan waralaba sandwich dan makanan Italia yang akan dibuat Wahyu di Indonesia. Kalau Wong Solo, tagline-nya saja sudah ’halalan tayyiban’. Inilah yang kemudian menjadi salah satu nilai lebih waralaba Islami di mata pasar Indonesia yang sebagian besar Muslim. Tidak hanya ’halalan tayyiban’, Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Muhammad Hidayat menjelaskan waralaba Islami juga harus haniian. ”Halal itu dari sisi hukumnya,

thayyib dari sisi manfaat dan haniian dari sisi cita rasa dan desain. Jadi apapun yang kita jual harus kompetitif dan bernilai Qur’ani. Mau tak mau tiga nilai itu harus secara senyawa menjadi satu paket dalam setiap produk atau jasa yang ditawarkan”, katanya kepada Sharing. Munculnya waralaba-waralaba Islami adalah fenomena menarik di mata Drs. Anang Sukandar, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI). Istilah waralaba tidak muncul dari dunia Islam, justru dari Barat sebagai strategi perluasan dan aspek pemasaran. ”Nah, kalau di kita sekarang ada waralaba yang berkonsep Islami, sebenarnya hal itu bagian dari upaya dalam rangka memperluas aspek pemasaran”, kata Anang kepada Sharing. Selama konsepnya bisa menarik investor, waralaba Islami itu sah-sah saja. Bahkan potensinya amat besar mengingat mayoritas penduduk kita Muslim.

Bagi Hasil yang Adil Memegang teguh prinsip keadilan dalam ekonomi Islam, waralaba-waralaba Islami yang Sharing wawancarai menetapkan bagi hasil atau dalam waralaba dikenal sebaga royalti fee yang tidak mencekik leher investor (terwaralaba), terutama ketika gerainya tidak untung. Bakmi Langgara-Bakmi Tebet menetapkan royalti fee tetap sebesar 3,5%/ bulan dari omzet. Jika omzetnya di bawah Rp 15 Juta/ bulan, terwaralaba tak perlu membayar royalti fee. Shafira memberi royalti fee regresif antara 1-4%/ bulan. Jika omzet makin besar, makin kecil royalti fee yang harus dibayar terwaralaba. Ayam Bakar Wong Solo mengenakan royalti fee progresif antara 1-6%. Senyum Muslim mengenakan biaya royalti fee untuk terwaralabanya yang tidak untung semata untuk mengganti biaya supervisi. Untuk menjaga omzet tiap waralaba tetap bagus, pewaralaba ini memang menempatkan supervisor di tiap gerai. Namun itu fleksibel, terwaralaba bisa memilih memakai supervisor atau tidak saat akad dibuat. Anang melihat ini juga sah-sah saja. Di beberapa waralaba umum ada yang menerapkan sistem royalti fee seperti itu juga. Misalnya pewaralaba belum mau memungut royalti fee selama enam bulan pertama. Hidayat menekankan pentingnya kesepahaman dan kesepakatan akan royalti fee sejak awal. Ini disoroti karena waralaba juga mengandung potensi tidak amanah ketika pewaralaba tidak transparan kepada terwaralabanya. Tak kalah penting dari itu semua, waralaba Islami mestinya mampu membangun ekonomi umat, antara lain lewat zakat, infaq, dan shadakah (ZIS) yang dikeluarkannya. Juga mesti bisa mendidik umat untuk mencintai produknya sendiri. ”Berbelanja di toko atau warung milik umat Islam tak lepas dari nilai ibadah karena ada jaringan waralaba umum di Indonesia yang telah menggilas warung atau toko kelontong milik Muslim di Indonesia”, kata ustad ini. n IA/YS

”Selama konsepnya bisa menarik investor, waralaba Islami itu sah-sah saja. Bahkan potensinya amat besar mengingat mayoritas penduduk kita Muslim.” 11 Sharing / 2007


Laporan Utama

Shafira Gaya Islami:

Keadilan Royalti Fee

Semakin untung Terwaralaba, royalti fee makin kecil. Jika terwaralaba tidak untung, tidak dikenakan royalti fee. Inilah enaknya waralaba busana Muslim Shafira.

B

Butuh waktu 17 tahun bagi Shafira untuk meluncurkan waralabanya. Shafira didirikan pada 8 Januari 1989 dan waralaba baru dibuka pada 7 Maret 2006. Jangka waktu tersebut cukup untuk memperkuat brand Shafira sebagai busana Muslim dewasa kelas atas. Maka Shafira pun berani memberi tagline pada dirinya: The most outstanding in providing moslem fashion. Dengan pengalaman selama itu, Shafira baru bisa yakin dapat menjaga kualitas waralabanya. “Tentunya kami ingin terwaralaba kami tidak merugi, kami amat selektif dalam membuka gerai waralaba. Kami akan memberikan dukungan operasional berdasarkan pengalaman kami menjalankan bisnis ini selama 18 tahun ini,“ kata Arum Ekantono K, ST, Chief Franchise Division Shafira Gaya Islami kepada Sharing. Shafira memang berpijak dari komunitas Muslimah di Bandung yang melek fashion. Komunitas itu adalah sanggar Muslimah yang menempati gedung Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa Bandung (KKMB) di Jl. Ir. H. Juanda. Dari sanalah, Feny Mustafa merintis bisnis busana Muslimah Shafira. Bermula dari menjual ke komunitaskomunitas Muslimah, kini Shafira memiliki 15 gerai di Bandung, Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Cirebon termasuk yang di kantor pusat di Gedung Shafira, Jl. Buahbatu 165 Bandung. Tahun ini Shafira telah menambah tiga gerai di Surabaya, Banjarmasin, dan Makassar. Gerai-gerai tersebut masih murni milik Shafira. Sedangkan waralabanya, sejak ditawarkan tahun lalu belum ada namun yang memakai lisensi Shafira sudah ada dua dan berjalan hampir setahun.

12 Sharing / 2007

Waralaba Win-Win Solution Waralaba yang ditawarkan Shafira adalah waralaba Islami. Yang membedakannya dengan waralaba konvensional adalah Shafira berupaya keadilan tercapai di antara pewaralaba dan terwaralaba. Makanya dalam setiap kerjasama harus ada akadnya secara syariah dan memberi win-win solution. Terwaralaba tidak harus membeli produk Shafira, tetapi hanya menyimpan sejumlah uang sebagai deposit. Saat perjanjian berakhir dan terwaralaba tidak meneruskan kerjasama, uang deposit tersebut akan dikembalikan. “Sehingga mereka tidak menanggung risiko jika produknya tidak laku”, ujar Arum. Shafira menetapkan standar operasional prosedur untuk tiap terwaralabanya. Sebelum


Laporan Utama menyetujui waralaba, Shafira menyurvei lokasi yang diajukan. Jika lokasi sesuai standar, proses dapat dilanjutkan. Promosi di media (elektronik, cetak) diberikan oleh Shafira. Juga, pendampingan mulai dari pembukaan hingga gerai berjalan. Bagaimana pembagian keuntungannya? Royalti fee dikenakan kepada terwaralaba sesuai omzet bersih yang dicapai. Ini membuat royalti fee tidak terlalu besar, apalagi dengan adanya sistem regresif 1-4% dari nilai bersih. Semakin besar keuntungan bersih yang didapat terwaralaba, semakin kecil persentase royalti fee-nya. “Ini berbeda dengan waralaba lain. Ini untuk memacu terwaralaba”, kata Arum. Bila terwaralaba tidak mendapat untung, tidak dikenakan royalti fee. Meski belum ada terwaralabanya, Arum punya tawaran menggiurkan kepada calon terwaralabanya. “Berdasarkan pengalaman proses bisnis yang kami lakukan selama ini, dengan pemilihan lokasi yang tepat dan pengelolaan toko yang baik. Keuntungan sudah pasti diraih”, kata Arum. Diakui Arum, pendapatan Shafira masih banyak didominasi penjualan musiman, menjelang bulan Ramadhan dan lebaran. Agar tidak terlalu bergantung pada bulanbulan tersebut, Shafira melebarkan rentang produknya, tidak hanya busana Muslim untuk saat-saat tertentu bernuansa Islami dan casual saja, juga busana kantoran dan sehari-hari untuk kaum Muslim. Dengan cara ini, dominasi penjualan musiman pun diharapkan berkurang.

(Platinum A) dan Rp 200 Juta (Platinum B). Diskon yang diberikan sama dengan paket Gold, yaitu 40%. Nah, biaya pastinya yang harus dikeluarkan calon terwaralaba di awal tinggal dikurangi saja. “Namun itu hanya gambaran, biaya pastinya bergantung banyak hal, seperti lokasi gerai, biaya sewa/ beli gedung, desain, dan renovasi“, kata Arum. Shafira hanya menyediakan paket desain standar, biaya sewa/ beli gedung ditanggung terwaralaba, dan renovasi bisa dialihdayakan ke Shafira atau oleh si terwaralaba sendiri. Inilah yang membuat variabel harganya bisa berbeda dari yang tertulis dalam prospektus penawaran waralaba. Untuk menjaga kinerja waralabanya, Shafira menetapkan target penjualan Rp 300 juta (Gold), Rp 500 juta (Platinum B), Rp 750 juta (Platinum A) per tahunnya. Memang, diakui Arum pihaknya tidak memberi penalti jika target tersebut tidak tercapai. “Target ini sekadar memotivasi terwaralaba untuk lebih serius berbisnis“, ujar Arum. n IA/YS

Arum Ekantono K, ST

Waralaba dan Lisensi Shafira menyediakan fleksibilitas kemitraan dengannya. Menjual produk Shafira tidak harus menjadi terwaralabanya, cukup dengan memegang lisensi. Paket ini dinamakan Gold dengan biaya start package Rp 112,5 Juta. Rinciannya adalah Rp 100 Juta untuk pembelian produk awal dan principal fee atau biaya lisensi Rp 12,5 Juta/ tahun. Sebagai pemanis, Shafira memberi diskon (markdown untill) 40%. “Jadi, kurang lebih pemegang lisensi hanya membayar Rp 72,5 juta/ tahun“, jelas Arum. Untuk berikutnya, minimal Rp 50 Juta per pembelian produk. Kemitraan lebih luas adalah waralaba paket Platinum A dan B. Platinum A memberi start package Rp 675 Juta dan Platinum B Rp 525 Juta. Dua-duanya sudah termasuk principal fee Rp 25 Juta/ tahun dan stock guarantee (deposit poduk) Rp 300 Juta

foto: Koleksi Shafira Gaya Islami

13 Sharing / 2007


Laporan Utama

Senyum Muslim

Berwaralaba dengan Bismillah Bisnis buku Islami sedang booming. Setidaknya terindikasi dari maraknya penerbit buku Muslim saat ini. Jaringan toko buku ini pun mampu meraih omzet total Rp500 juta per bulan.

O

Omzet terbesar adalah dari toko utama dan pertama jaringan Toko Buku Islam Senyum Muslim (SM) di Jatiwaringin, Bekasi, sekitar Rp 100-150 juta/ bulan. Sejak membuka diri melalui waralaba, akhir 2005, SM kini memiliki 33 gerai di seluruh Indonesia. Tujuh buah milik sendiri, 26 orang lain. Ide membuat waralaba dipicu oleh nasehat Valentino Dinsi, pemilik Lets Go Indonesia yang juga motivator kewirausahaan. Waktu itu SM menjadi salah satu distributor bukubuku Valentino Dinsi yang penjualannya mampu menandingi jaringan toko buku Gramedia. Manajemen pun tertarik, setelah yakin, “Dengan Bismillah kami mulai waralaba dengan biaya paling murah Rp 10 juta,” kata Sodik Amin, Direktur Utama sekaligus owner SM kepada Sharing. Sistem waralabanya masih sederhana, pewaralaba hanya menyediakan barang dagangan, sedangkan pengelolaan masih dipegang sendiri oleh terwaralaba. SM hanya memberi contoh manajemen yang efektif dan tepat untuk sebuah toko buku. Tempat pun sepenuhnya hak dan tanggung jawab terwaralaba. Dalam perjalanannya kini biaya waralaba paling murah SM meningkat menjadi Rp 35 juta/ paket. Rinciannya adalah Rp 15 juta untuk joint fee dan Rp 20 juta untuk produk. Namun SM juga memberi kesempatan kepada mereka yang memiliki ruangan toko luas dan modal kuat untuk membayar Rp 55 juta dan Rp 75 juta. Sistemnya pun terbagi dua,

14 Sharing / 2007

yang langsung disupervisi pewaralaba dan dikelola sendiri oleh terwaralaba.

Lebih Baik Disupervisi “Terus terang”, ujar Sodik, pihaknya kini lebih banyak mengarahkan pengelolaan gerai terwaralaba. Karena dari kenyataan di lapangan, terkadang pemilik waralaba terlalu sibuk, jadi tidak maksimal mengurus tokonya. Ini semata karena pewaralaba tak ingin terwaralabanya buntung setelah membeli waralabanya. Bagusnya, banyak terwaralaba tidak keberatan dengan kebijakan ini, malah ada yang merasa terbantu. Bantuan pengelolaan ini sudah disampaikan sejak awal kepada calon terwaralaba. Bantuan itu seperti, membantu memilih lokasi yang tepat, merekrut karyawan sesuai standar, memastikan manajemen yang baik, mempromosikan gerai baik mikro (untuk gerai tertentu) maupun makro (semua gerai), dan mencegah fraud. Konsekuensi kebijakan ini, pewaralaba menyediakan supervisor untuk tiap gerai waralabanya yang bertugas memaksimalkan

penjualan. Dalam hal ini pihak SM bisa memakai sistem konsinyasi, dengan memesankan bukunya ke penerbit, dan tiap tiga bulan di-return. “Kalau waralabanya tidak ada supervisornya, kami tidak bisa memberikan konsinyasi karena pihak kami tidak bisa menerka sifat binis pemilik. Penggantinya, mereka ambil barang lalu pembayarannya diberi tempo satu bulan ke depan. Biar adil,” tegas Sodik. Pewaralaba mengenakan royalti fee kepada terwaralaba, ini untuk barang yang berasal dari pewaralaba sendiri dan yang bukan. Maksudnya, terwaralaba dapat mengambil barang dari luar SM asal didata. Jika terwaralaba tidak untung, royalti tetap dikenakan, tapi tidak saklek, disesuaikan dengan tokonya. “Kalau omzet kecil, kami juga rugi, karena harus membayar supervisor. Kalau terwaralaba mendapat untung, bahkan besar, royalti fee tiap bulan juga membesar,” ujar Sodik. Antisipasi supaya terwaralaba tetap


Laporan Utama untung juga sudah dilakukan sejak awal dengan sikap selektif. ”Biasanya kami teliti dulu si terwaralaba, punya jiwa wirausaha atau tidak dan berapa ia memiliki anggaran,” jelas Sodik. Pewaralaba pun sejak awal sudah menjelaskan segala hal tentang waralaba ini dan risiko-risikonya. Tapi menurut Sodik, asal dikelola dengan benar, prospek toko buku Islami kini tengah bagus-bagusnya. Ini bisa diindikasikan dengan berkembang pesatnya penerbit buku Islam yang menandakan warga Muslim kian intelektual.

Niat Mencerdaskan Umat Selain karena ingin berbisnis, niat SM adalah mencerdaskan umat Islam ketika didirikan pada 2000. Empat orang sahabat, Sodik Amin, Sri Nugroho (Nungki), Fahmi Jauhari, dan Fajar Satria berkomitmen memakai dan mencintai produk-produk Islami. “Karena siapa lagi yang membeli produk Muslim, selain orang Muslim sendiri”, ujar Sodik. Berkembang dari sebuah kios kecil di

sebuah rumah di kompleks Jatiwaringin Antilope, Bekasi, di depan Masjid Raya Darul Hikam. Produk yang dijual adalah buku, VCD Islami, dan asesoris bernuansa Islami seperti gantungan kunci, serta parfum, madu, kecap, bumbu, dan sebagainya. Selain di kios mereka juga berdagang di muka Mesjid Darul Hikam, yang saat itu sering menjadi tempat Ustadz Arifin Ilham berdakwah. Omzet per hari bisa hanya Rp 30.000, berbeda dengan sekarang yang rata-rata Rp 3 juta/ hari. Masa-masa sulit pernah datang, membuka toko pertama di pinggir Jalan Jatiwaringin tidak langsung membuat usaha maju. “Karena baru, kami sampai capai seharian menunggu pembeli. Kadang-kadang sehari nggak ada omzet,” kisah Sodik. Tapi Sodik dan kawankawan tak kehilangan akal, mereka mulai banyak berpromosi, caranya adalah dengan bedah buku di majelis-majelis taklim, sekolah, dan masjid, semua dilakukan agar toko ramai. Toko pertama SM ini mulai booming pada 2004. “Dahulu kami mencari-cari buku ke penerbit untuk dijualkan, sekarang berbalik kami yang dicari penerbit,” kisah Sodik.

“Sebelum akad, dibacakan dulu beberapa ayat Alqur’an. Artinya ketika beakad yang menjadi saksi adalah Allah SWT”, tegas Sodik. Sodik melihat keberhasilannya juga karena taat menerapkan prinsip-prinsip berbisnis secara Islami. Salah satunya adalah membuat pejanjian dengan terwaralaba sejelas mungkin agar tidak ada yang merasa dirugikan dikemudian hari. “Sebelum akad, dibacakan dulu beberapa ayat Alqur’an. Artinya ketika beakad yang menjadi saksi adalah Allah SWT,” tegas Sodik. Yang tak kalah penting juga, dakwah. Tiap dua bulan, SM mengadakan bedah buku dan pengajian di kampus-kampus. Selain niatnya dakwah, sekalian berpromosi. Tidak salah ‘kan? n IA/YS

15 Sharing / 2007


Laporan Utama

Wong Solo:

Nggak Ngerepotin Investor

Segalanya sudah disiapkan, calon terwaralaba cukup sediakan duit maksimal Rp 1 miliar per paket. Mau yang kelas food court di mal senilai Rp 100-150 juta juga ada.

S

Setiap pagi saat membuka gerai, kuliah tujuh menit (kultum) disampaikan. Pun saat penutupan di malam harinya. Masing-masing gerai dan waralaba Wong Solo diwajibkan memiliki pengajiannya sendiri dengan berbagai kegiatan terjadwal. Soal operasional, setiap karyawan perempuan mesti berjilbab, berpenampilan bersih, ramah kepada tamu, dan gesit. Karyawan lelaki juga dituntut begitu, tentunya tak harus berjilbab. Setiap manajer di semua gerai Wong Solo harus lancar membaca Alqur’an dan mampu menjadi khatib Shalat Jum’at. Wong Solo juga membersihkan hasil usahanya dengan mengeluarkan zakat 10% melalui amil zakat Wong Solo. Nuansa Islami memang kental di Wong Solo. Selain dari dekorasi, budaya perusahaannya juga diklaim Islami. Tentunya dimodifikasi dengan budaya perusahaan modern. Di antara budaya perusahaan itu

16 Sharing / 2007

adalah: karyawan harus selalu proaktif dan kreatif, serta memulai usaha dengan akhir dalam pikiran bahwa segala sesuatu yang dikerjakan adalah Lillahita’ala (mencari ridho Allah) Siapa tak tahu Wong Solo, jaringan waralaba Ayam Bakar besutan Puspo Wardoyo ini tenar bersama popularitas si pemilik sebagai tokoh poligami Indonesia. Puspo punya argumentasi sendiri soal poligaminya tersebut, sebutnya, ”Banyak istri banyak rezeki”.

Tapi bukan poligami fokus kita tentang Wong Solo, melainkan waralabanya. Sejak berdiri pada 1991 di Medan, ”warung” Ayam Bakar ini kini berkembang sampai 60-an di seluruh Indonesia dan dua di Malaysia.

Go Retail Wong Solo dikembangkan dengan tiga cara, pertama dimodali Puspo Wardoyo sendiri, berkongsi dengan pihak lain seperti model ventura baik dengan individu maupun institusi, dan waralaba murni. “Nah, yang lebih banyak yang ketiga ini. Makanya perkembangan waralabanya cepat, masuk Jakarta pada 2002 kini sudah 15 gerai,“ kata Budi Hartono, Manajer Wong Solo kepada Sharing. Pertumbuhan ini dipengaruhi juga oleh perubahan strategi waralaba. Dulu, hak waralaba Wong Solo bisa bernilai Rp 1,5 miliar dan terbatas di kota-kota besar di Pulau Jawa.


Laporan Utama

Budi Hartono

Budi mengisahkan, Wong Solo lalu mulai masuk ke kota-kota kecil di luar Jawa. Dengan Rp 250 juta bahkan sudah bisa membeli hak waralaba dengan segala fasilitasnya.. Di Jawa dan Jakarta sendiri, pewa– ralaba Wong Solo mulai masuk ke Mal atau Food Court dengan modal sekitar Rp 100-150 juta “Gerai kami di ITC Cempaka Mas dan Ambassador yang dikelola em– pat orang saja mampu memberi omzet hingga Rp 2 jutaan/ bulan,” ujar Budi. Strategi menuju ritel ini diiringi dengan mencoba membuka segmen pasar baru di kalangan anak muda, mengubah citranya hanya untuk orang tua di masa lalu. Menyesuaikan diri dengan segmen tersebut, harga pun dibuat terjangkau dan gerainya tidak terlalu besar dan mewah.

60 juta baru kena 6%. Jika tidak untung, ada juga yang dibebaskan dari bagi hasil ini. “Inilah yang membedakan dengan waralaba konvensional, kalau untung ya sama-sama untung. Ketika rugi, barengbareng ditanggung“, ujar Budi. Sistem ini terbukti efektif menurut Budi, soalnya bukannya menurun jumlah terwaralabanya justru terus meningkat, meski kini persaingan antarrumah makan makin ketat. Ini, menurut Budi karena kekuatan brand Wong Solo sebagai waralaba Islami bidang makanan ritel selama ini yang belum tergoyahkan oleh waralaba lain. Dengan mengusung manejemen Islami ini, seperti diiklankan di situs internetnya, terwaralaba Wong Solo Insya Allah selamat dunia dan akhirat.

Cukup Sediakan Dana Sejak awal Puspo menyediakan kemudahan investasi waralabanya. Calon terwaralaba cukup menyediakan modal saja atau tempat dan modal (lihat box: Skema Waralaba Wong Solo). Terwaralaba tak perlu merekrut manajemen, karyawan, peralatan, dan sebagainya, karena manajemen Wong Solo sudah menyediakan. “Pokoknya kami nggak mau ngerepotin investor”, tegas Budi Jika sudah berjalan pun, manajemen Wong Solo menyediakan standardisasi akuntansi, manajemen sumber daya manusia (SDM), dan standard operation procedure (SOP). Wong Solo juga mengawasi neraca rugi laba tiap bulannya. Jika keuntungan terwaralaba menurun, Wong Solo menyediakan diri untuk konsultasi. Artinya pewaralaba tidak dilepas begitu saja. Bagaimana sistem royalti fee waralaba Wong Solo? Kisah Budi, dulu ketika booming waralaba ini di manamana, pihaknya memang menerapkan persentase royalti secara kaku diambil dari omzet. Tapi kini, seiring makin ketatnya persaingan rumah makan, dibuatlah sistem progresif. Semakin banyak keuntungan, persentase semakin besar. Tapi yang keuntungannya sedikit, persentasenya sedikit. Kalau keuntungannya Rp 10 juta/ bulan, dikenakan 1%, Rp 10-20 juta kena 2%, Rp 20-30 juta kena 3%, Rp 30-40 juta kena 4%, Rp 50-60 Juta kena 5%, dan di atas Rp

n IA/YS

Skema Waralaba Wong Solo Terwaralaba (Manajemen Wong Solo) : 1. Menyediakan tempat 2. Menentukan lokasi sesuai dengan karakteristik Wong Solo 3. Membangun rumah makan sesuai dengan standar yang ada 4. Mengisi peralatan yang digunakan seperti perlengkapan dapur, furnitur, billboard, spanduk, dan dekorasi interior. 5. Memberikan standar berupa: - Menu Wong Solo dan cara pembuatannya - Manajemen pengendalian persediaan, administrasi, keuangan, dan pemasaran - Manajemen pelayanan - Manajemen SDM 6. Dukungan manajemen pengelolaan rumah makan yang berkesinambungan 7. Dukungan promosi tingkat lokal maupun internasional

Paket Waralaba Hak waralaba (franchise fee) ditawarkan selama 10 tahun dengan paket sebagai berikut: 1. Paket A, Rp 1 Miliar (kapasitas 200 kursi) 2. Paket B, Rp 800 Juta (kapasitas 150 kursi) 3. Paket C, Rp 600 Juta (kapasitas 125 kursi) 4. Paket D, Rp 400 Juta (kapasitas ±80 kursi 5. Paket E, Rp 50 Juta (kaki lima)

17 Sharing / 2007


Laporan Utama

Grup Langgara:

Intinya Bagi Hasil yang Adil

Waralaba makanan ini tergolong pesat melaju. Bukan semata karena menjual kebutuhan pokok, manajemen Islami pun menjadi kuncinya.

D

Doktor ”tukang bakmi” ini punya prinsip, kerja keras, cerdas, dan ikhlas. Kemudian membesarkan usaha dengan memberi manfaat sebesar-besarnya kepada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan. Dr. Ir. Wahyu Saidi sudah tenar sebagai intelektual yang banting setir menjadi tukang bakmi Tentunya bukan tukang bakmi sembarangan, tapi Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet. Dua waralaba bakmi ini kini memiliki 104 gerai. Selain bakmi, Wahyu juga memiliki waralaba Es Cendol Gading (90 gerai), My Way Steaks & Crispy (13 gerai), Soto Suroboyo-an H. Wasdi (17 gerai), dan Pizza Pizza (1 gerai). Meski tidak melabeli diri dengan istilah ”Islami”, Grup Langgara mengklaim dirinya memakai prinsip-prinsip Islami dalam menjalankan usaha. ”Waralaba adalah marketing, waralaba yang Islami tidak menzalimi orang lain dan halal, lalu tinggal beri warna Islami”, kata Wahyu Saidi kepada Sharing. Warna itu misalnya dengan tidak berdagang pada waktu sholat Jumat, bagi hasil yang adil, dan membayar zakat minimal 2,5%. Khusus bagi hasil, Grup Langgara tidak mewajibkan terwaralabanya membayar royalti fee jika gerainya rugi. Kalau untung, ya dibagi.

Omzet di Bawah Rp 15 Juta tak Perlu Bayar Royalti Fee Untuk Bakmi Langgara-Bakmi Tebet, royalti fee yang dikenakan adalah 3,5 % dari total omzet terwaralaba per bulan. Tidak progresif atau regresif, jumlah itu tetap saja seberapa besarpun omzetnya. ”Kalau omzetnya di bawah Rp 15 juta, dia nggak usah bayar. Karena praktis dia belum untung. Bagi hasil itu ’kan dari untung,” ujar Wahyu. Kalau waralaba cendol dan soto, keuntungannya 100% milik terwaralaba. Tapi, terwaralaba diwajibkan membeli produk dari Grup Langgara. Inilah keuntungan yang dinikmati Grup Langgara. Untuk waralaba steak, terwaralaba membayar royalti fee Rp. 250.000/ bulan. Wahyu berani bersaing soal keadilan royalti fee ini dengan waralaba lain. ”Yang lain ada yang memasang harga 4%, untung nggak untung tetap bayar fee,” ujar Wahyu. Untuk membeli waralaba Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet, Wahyu memasang harga Rp 90 juta/ paket. Rp 50 juta untuk principal fee, sisanya untuk pembelian peralatan dan perlengkapan. Kalau cendol cukup membayar Rp 3 juta all in per paket, soto sekitar Rp 4 Juta, untuk steak satu paketnya Rp 30 juta. Sedangkan yang paling bontot, Pizza Pizza, USD 10.000 untuk fee awal. Selain nilai Islami, Grup Langgara mengandalkan variasi sistem waralaba

dan produk. Peminat tinggal menyediakan tempat, uang, Grup Langgara yang akan menyiapkan semuanya. Ketika sudah berjalan, menjadi tanggung jawab si terwaralaba, bukan Grup Langgara. Variasi sistem lain, peminat cukup menyediakan tempat, Grup Langgara lantas mencarikan mitra untuknya, baru diberikan waralaba. Jadi ini memberi kesempatan yang luas untuk orang yang hanya punya

Kalau omzetnya di bawah Rp 15 Juta, dia nggak usah bayar. Karena praktis dia belum untung. Bagi hasil itu ’kan dari untung Pemilik Grup Langgara

18 Sharing / 2007

Dr. WAHYU SAIDI


Laporan Utama

Omzet per hari waralaba Bakmi Langgara-Bakmi Tebet berkisar antara Rp 1-3 Juta.

uang ataupun hanya punya tempat. Grup Langgara nanti tinggal menyediakan bahan baku dan sistemnya. Grup Langgara juga siap bermitra dengan peminat yang hanya memiliki tempat usaha. Grup akan mengisi ruangan dan bahan bakunya. Kemudian usaha dijalankan bersama-sama. Keuntungannya lalu dibagihasilkan secara adil. Sistem lain, mitra menyediakan tempat dan peralatan, Grup yang menjalankan usahanya. Bagi hasil pun ditentukan sesuai keuntungan. Sejak memulai waralaba pada 2002, Wahyu mengaku terwaralabanya ratarata cukup puas. Terutama karena konsep manajemen Islami yang dipakai Grup Langgara. ”Ghirah Islam ini ’kan sekarang lagi bagus-bagusnya. Semua orang semangat ke arah sana.’’ Nah, konsep itu lantas dipadu dengan marketing modern yang di dalamnya ada

mengatur soal manajemen produk. Agar makanannya enak, proses produksi pun disiapkan dengan sungguh-sungguh antara lain melalui penelitian sebelumnya. Grup ini juga pandai mengkomunikasikan produknya melalui berbagai jalur branding. Wahyu tak memungkiri dirinya memanfaatkan personal branding sebagai doktor ’tukang bakmi’. ”Seorang doktor menjual bakmi adalah nilai jual yang tinggi”, ujar Wahyu. Untuk rumah makannya sendiri, positioning yang diambil adalah restoran kelas menengah yang untuk sekali makan orang cukup merogoh kantong antara Rp 10.000-12.000. Pelayanan yang baik dan kebersihan gerai adalah andalan positioning berikutnya.

Yang Penting Produk Halal Wahyu mengisahkan dirinya tidak memulai Grup Langgara dari nol. Sebabnya,

ia sendiri saat memulai usaha ini sudah memiliki modal yang cukup sebagai hasil kerjanya sebagai manajer di perusahaan jalan tol. Wahyu menyediakan dana sekitar Rp 200 juta, tapi yang terpakai sejatinya hanya Rp 60 juta. Ke depan, Grup Langgara akan memperluas diferensiasi waralabanya, perluasan cabang, dan semua segmen pasar mulai dibidik. Sebenarnya kini sudah mulai dilakukan, misalnya dengan waralaba cendol, itu untuk kelas menengah bawah. Sedangkan untuk kelas atas disediakan Pizza-Pizza. Wahyu kini tengah mengkaji potensi pasar waralaba makanan Itali. seperti Risoto dan Brusceta. Makanan asing menurutnya masih memiliki peluang besar, ia memberi contoh bagaimana burger begitu laku di Indonesia kini. ”Sandwich juga bagus, yang penting kami jaga kehalalannya,” tegas Wahyu. n IA/YS

19 Sharing / 2007


Laporan Utama

Perhatikan Produk yang Ditawarkan Jadikan memilih produk barang dan jasa sebagai bagian dari ibadah. Karena itu amat penting mendidik umat untuk mau belajar mengkonsumsi dan mencintai produk lokal sesama umat Islam, karena kemanfaatan dana yang berputar pasti lebih berkah. Karena itu fatwa hijrah produk itu juga penting. Muhammad Hidayat Anggota DSN MUI

A

Anggota DSN MUI ini menilai waralaba merupakan salah satu cara marketing yang mengandalkan jaringan. Sejauh sistem yang dijalankan dan produk yang ditawarkan itu tak bertentangan dengan prinsip syariah maka waralaba adalah hal yang boleh saja dilakukan. Berikut petikan wawancara majalah Sharing dengan ustadz muda yang juga dewan pengawas syariah Bank Syariah Mandiri.

Apakah waralaba juga punya konsep yang lebih Islami? Jika ditinjau dari sisi manajemen berarti harus mencakup proses rekrutmen sumber daya manusia, sistem yang dijalankan, insentif bagi pekerja misalnya upah jika lembur dan sebagainya itu harus sesuai dengan nilai keadilan. Tak ada riswah (suap), penipuan dari sisi produk, dan tentu saja produk yang dijual. Karena, jika tidak mengindahkan nilai-nilai itu, waralaba konvensional juga bisa melakukan hal yang sama.

20 Sharing / 2007

Dari sisi produk apakah ada ketentuan? Produk dan jasa yang ditawarkan memang tak kalah penting. Sebaran ayat dalam Alqur’an menyebut produk makanan dan minuman serta pakaian yang kita konsumsi harus halalan, thayyiban, dan haniiån. Halal mungkin dari sisi hukum, thayyib dari sisi manfaat dan haniian dari sisi taste atau desain atau cita rasa. Jadi kalo produk itu sifatnya ekslusif. Ayat-ayat itu mengajarkan kita agar apapun yang kita jual harus kompetitif dan bernilai Qur’ani. Mau tak mau tiga nilai itu harus secara senyawa menjadi satu paket dalam setiap produk atau jasa yang ditawarkan. Saya melihat di waralaba di dekat rumah, bir dan minuman alkohol lain dijajakan secara terbuka. Jika pun umat tak membeli produk itu, paling tidak itu kampanye gratis, karena umat sudah melihat produk itu ada. Padahal, kita mau melindungi anak dan generasi penerus kita.

Bagaimana dengan manajemen, karena ada fee dan royalti yang harus dibayar? Waralaba itu sistem penjualan dengan jaringan dan kerja sama. Nah, dalam kerja sama itu amat penting manajemen, produk, dan akad antarpihak. Ini menjadi sorotan juga karena waralaba berpotensi ada risiko di mana para pihak melakukan tindakan yang tak sesuai dengan amanah. Dalam ilmu fiqh kita mengenal konsep khiyanat, gharar, tadlis, talaqqi rubban dan lain-lain. Riswah atau suap juga bisa berpotensi. Sayangnya di negara kita hal ini belum diatur. Padahal pesan fiqh muamalah dalam waralaba ini amat penting.

Maksudnya apa? Waralaba di negara kita merupakan sesuatu yang baru. Sehingga kita tak tahu kualitas produk yang ditawarkan. Bisa saja barang yang dijual itu jelek dari sisi kualitas yang berarti tidak thayyib karena tak bermanfaat. Tapi karena aspek marketingnya


Laporan Utama

canggih, barang itu dijajakan di waralaba. Sebaliknya ada barang yang secara kualitas baik tapi lemah di promosi menjadi tidak dijual. Pertimbangan apakah sebuah produk dapat dijual atau tidak di waralaba kadang bukan lagi ekonomi. Maka, dari itu kami menganggap penting adanya lembaga riset milik umat yang baik yang bisa memberi tahu kualitas makanan yang dijual di pasaran. Supaya kita tidak tertipu. Riset itu bisa juga untuk feasibility study. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa setiap beliau hendak berdakwah, Beliau mempelajari dulu sosio kultural dan ekonomi masyarakat setempat. Supaya pesan dakwahnya bisa diterima.

Apakah ada hal yang perlu dicermati konsumen Muslim terkait waralaba? Kita perlu mendidik umat untuk mencintai produk sendiri dan berbelanja di toko atau warung milik umat Islam juga. Jaringan waralaba di Indonesia telah menggilas warung kelontong atau toko kecil milik umat. Di tingkat kabupaten atau yang

lebih tinggi, waralaba asing dan raksasa menggilas pengusaha menengah. Harus ada pembelajaran untuk menggubah kesadaran masyarakat bahwa jika mereka membeli, mereka berkonsumsi, mereka memilih satu produk atau jasa tak lepas dari nilai ibadah. Ini yang penting. Karena mereka harus melihat sebetulnya ketika katalisnya produk itu halal, thayyib , dan hanii’, perhatikan juga apakah kita telah bertransaksi dengan penjual yang menjadi wasilah kita untuk berbuat baik atau sebaliknya. Contohnya begini. Jika kita berbelanja di toko Pak haji atau di toko non-Muslim. Secara akhlak, ketika pak haji dapat untung, maka rizkinya akan dia bayarkan zakat dan untuk memberi makan anaknya. Mungkin dia sumbangkan juga ke masjid. Ketika kita berbelanja kepada nonMuslim mungkin keuntungan digunakan untuk misi mereka. Ini juga tak dipikirkan umat. Makanya fatwa hijrah juga penting. Sentimen positif untuk mencintai produk umat harus dibangun karena nonMuslim, terutama Yahudi telah membangun lama sentimen itu. Belum lagi jika kita meneropong pada bisnis mereka secara besar. Mislanya dari sisi toko barang kebutuhan mereka punya X, kemudian untuk bank mereka punya Y yang berdasar bunga, kemudian ada juga industri Z yang memproduksi alkohol dan rokok. Jika kita konsumsi produk mereka, berarti kita telah jadi kepanjangan tangan mereka. Padahal, ada produk yang mereka tak mau jual di negaranya sendiri karena jelek. Tapi dijual di Indonesia

Bagaimana dengan praktik franchise seperti pembayaran fee dan royalti fee? Semua biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan franchising itu normal saja dari sisi syariah. Biaya investasi, ini hal yang wajar dan normal. Ada fee atau membeli merek, ata semacam hak cipta. Islam juga mengakui hak cipta. Tinggal masalah apakah wajar dihargakan sedemikian. Kemudian biaya lain sejauh para pihak sepakat dan tidak menzalimi dan tidak urf attijari itu lazim saja. Untuk akad, ada banyak yang bisa dipilih. Ada ijarah,musyarakah untuk investasi, dan sekali lagi tak ada riswah. n YN

21 Sharing / 2007


Laporan Utama Drs. Anang Sukandar Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)

Turut Majukan Sektor Riil Tidak sekadar menjual label Islami, waralaba Islami yang kini marak di Tanah Air dinilai turut memajukan sektor riil. Konsepnya menarik karena dekat dengan nilai-nilai corporate social responsibilities (CSR). “Jadi, kalau dia mendirikan suatu waralaba di suatu daerah, harus bermanfaat banyak di sana dengan konsep-konsep Islaminya tersebut. Mereka bisa ikut memberdayakan sektor riil�, kata Anang Sukandar. Nah, berikut penuturannya kepada Sharing

Bagaimana menurut anda tentang mulai maraknya waralaba yang mengusung konsep islami? Menarik memang, soalnya waralaba muncul bukan di negara

depannya? Dengan konsepnya yang dekat ke arah CSR, sebenarnya sudah bagus bagi waralaba Islami. Namun perlu juga ada unsur kehati-

Islam, tapi di negara Barat, yaitu dari Amerika. Di Amerika sana,

hatian, karena ini menyangkut masalah agama. Ada tanggung-

waktu munculnya pertama kali mereka menghadapi kendala dan

jawab yang besar di sana. Jangan sampai konsep ini malah menjadi

tantangan perluasan dan aspek pemasaran.

bumerang.

Nah, kalau di kita sekarang ada waralaba yang berkonsep Islami, sebenarnya bagian dari upaya memperluas aspek pemasaran itu.

Secara umum bagaimana bisnis waralaba di Tanah Air? Cukup bagus. Waralaba asing tumbuh sekitar 10% tiap tahun.

Apakah prospektif dalam menembus pasar?

Kini waralaba asing yang beroperasi sekitar 240-an. Yang lokal

Sebagai konsep itu boleh-boleh saja, sepanjang itu bisa menarik

tumbuhnya lebih bagus lagi, yaitu 15% tiap tahunnya. Total

investor. Memang potensinya menurut saya ada, karena tentu saja

jumlahnya sekitar 400-an

mayoritas penduduk kita ’kan Muslim. Jadi sebenarnya bisnis waralaba di Indonesia ini cukup Waralaba Islami ada yang tidak meminta royalti fee kepada terwaralabanya yang tidak untung. Bukankah ini berbeda dari waralaba umumnya? Boleh-boleh saja. Di waralaba umum pun ada hal-hal seperti itu.

menjanjikan? Benar. Maka dari itu bisnis waralaba ini perlu dibina supaya berjalan pada koridor yang sebenarnya yaitu bisnis yang bertanggung-jawab dan memiliki manfaat bagi ekonomi bangsa.

Ada beberapa waralaba yang belum mau memungut royalti free, misalnya, selama enam bulan pertama, karena memberikan peluang terwaralaba untuk bisa berkembang dahulu. Tapi ya setelah 6 bulan itu, nggak bisa bebas selanjutnya dari royalti free.

Jaringan waralaba mini market yang menggurita dikritik bakal mematikan warung-warung sekitar. Tanggapan Anda? Kalau pewaralaba mengarah pada membentuk jaringan dengan tujuan penguasaan, itu patut dipertanyakan. Mestinya pewaralaba

Bagaimana agar waralaba-waralaba Islami yang sudah ada ini bisa berkembang dengan lebih baik untuk ke

bisa mengembangkan usahanya dengan mengajak potensi lingkungannya. n YS

Dengan konsepnya yang dekat ke arah CSR, sebenarnya sudah bagus bagi waralaba Islami. Namun perlu juga ada unsur kehati-hatian, karena ini menyangkut masalah agama. Ada tanggung-jawab yang besar di sana. Jangan sampai konsep ini malah menjadi bumerang. 22 Sharing / 2007


Ekonomi Syariah

JASNITA

23 Sharing / 2007


Opini

Sutan Takdir Alisjahbana: Ekonomi Islam dan ke Mana Kekayan itu mengalir? Bahkan seorang budayawan seperti Sutan Takdir Alisjahbana (STA) pun menaruh perhatian besar terhadap ekonomi Islam. Padahal ia selalu dituduh sangat proBarat dan rasionalis. Sofyan S. Harahap (Guru Besar Universitas Trisakti)

S

Saya membaca tulisan STA tentang ekonomi Islam dan terkejut karena tidak menyangka STA memiliki perhatian kepada ekonomi Islam. Artikel itu berjudul: “Pembangunan Ekonomi dan Etik Ekonomi Islam” dalam bunga rampai pemikiran STA berjudul, Kebudayaan Sebagai Perjuangan, Perkenalan dengan Pemikiran S. Takdir Alisjahbana (PT Dian Rakyat, 1988). Buku yang diterbitkan untuk menghormati buah pikir tokoh pujangga baru ini. Di sana STA bicara tentang ekonomi pribumi atau ekonomi Islam. Menurutnya kajian ekonomi dan agama sebenarnya sudah dimulai sejak dulu, terutama ketika gereja sangat menguasai kehidupan sosial di Eropa. Menyimpulkan buah pikir Max Weber dalam buku Etika Protestan dan Perkembangan Kapitalisme, STA menunjuk agama bisa memotivasi kerja dan mengatasi kemalasan, bahkan mengajarkan kesederhanaan hidup. Nah, menurut STA tentu Islam juga memiliki sumber nilai untuk kemajuan ekonomi yang hakiki yang bisa berbeda dari konsep kapitalisme sekuler. Menurut STA ekonomi Islam adalah ekonomi rakyat karena mayoritas sehingga membangunan ekonomi Islam berarti membangun ekonomi rakyat mayoritas. STA bertanya dan sebaiknya diteliti: “Dari dana pembangunan selama ini, berapa yang diterima umat mayoritas?” Apakah sejak kemerdekaan

dana pembangunan itu kebanyakan jatuh ke segelintir orang yang menguasai ekonomi (orang asing), kapitalis, luar negeri, atau pejabat korup? Pembangunan ekonomi harusnya dilakukan melalui pembangunan etos kerja ekonomi bukan sekadar fisik. Ini dilakukan dengan “mengubah kelakuan kebudayaan dan nilai nilai bangsa kita yang sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi itu”. Menurut STA budaya kita, sesuai tidak sesuai dengan tuntutan pembangunan. Sesuai dengan tesis Sombart dan mungkin opini antropolog Koentjaraningrat, budaya kita bersifat tradisional yang tidak sesuai dengan pesan pembangunan. Bahkan mungkin relevan dengan istilah McGregor tentang manusia tipe A atau teori X dengan etos kerja malas, merasa cepat puas, dan harus selalu diplototin agar mau bekerja baik. Ini adalah warisan budaya lama yang dipengaruhi budaya Hindu yang feodal

Peradaban Islam juga dibangun oleh kelompok kelas menengah yang hidup dari sosial ekonomi. 24 Sharing / 2007


Opini Sayangnya, orang Islam yang membawa dan menerima budaya baru itu masih kental budaya feodal yang dipengaruhi aliran mistik yang menganggap dunia ini merupakan kehidupan fatalis. Mereka bukan datang dari kebudayaan Ummayah atau Abbasyiah yang sudah maju, menguasai ilmu pengetahuan, dan politik dunia pada abad VIII dan IX. Budaya mereka adalah sinkretisme Hindu dan Islam yang terkadang didominasi etos Hindunya.

Kapitalisme Barat

dengan kelas bertingkat. Budaya tradisional ini mementingkan kehalusan istana dan mempertahankannya dalam suasana seni dan pemikiran mistik yang jauh dari kenyataan. Kemudian memandang rendah pekerjaan yang bersifat ekonomi seperti pedagang apalagi untuk mengumpulkan harta kekayaan. Harta dijauhi dan mereka yang mencarinya diangap manusia kotor. Lalu Islam datang dengan nilai yang sangat bertentangan dan berhasil mengubah keadaan itu sepenuhnya. Nilai Islam dan Arab (khususnya pada zaman keemasannya) merupakan budaya Semit yang sudah dipengaruhi kuat oleh kebudayaan modern dengan etos kerja ekonomi yang kuat, budaya egaliter yang kompetitif, dan mobile.

Tesis Weber bahwa etika Protestan m e m b e r i k a n sumbangan terbesar dalam memajukan kapitalisme adalah tepat. Berbeda dari Katolik, sesuai pemahaman Martin Luther, Protestan menganggap bekerja adalah perilaku yang setinggi-tingginya di mata Gereja bahkan disebut perbuatan menjunjung Tuhan. Usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah upaya untuk kemuliaan Tuhan. Calvinisme yakin bahwa fungsi manusia adalah melayani dan memperbesar kemuliaan Tuhan. Ini adalah kekayaan tertinggi dan sesuai sabda Tuhan. Karenanya, pelaku ekonomi Protestan merasa sebagai orang terpilih penerima rahmat Tuhan. “Bagaimana dengan Islam?”, Tanya STA. Menurutnya, untuk mengetahui etos ekonomi Islam harus dilihat sumber sikap dan pemikiran Islam (Quran dan Hadis) maupun sejarah kebudayaan Islam sejak Rasulullah sampai zaman keemasannya. Dan perlu diingat bahwa Rasulullah dan keluarganya adalah pedagang.

STA mengutip beberapa ayat Alqur'an dan hadist yang mengajak untuk mencari rezeki, jangan melupakan kebahagiaan dunia, tidak berdosa mencari karunia hasil perniagaan, menghalalkan jual beli, perintah bertebaran di muka bumi setelah selesai shalat. Yang dilarang bukan menjadi pelaku ekonomi tetapi melakukan praktik riba, kezaliman, boros, kikir, merusak, korupsi, penipuan, judi, dan hal negatif lainnya. STA memaparkan kajian sosiologis bahwa kemajuan peradaban Islam ditopang oleh kelas menengah yang hidup dari sektor ekonomi, perniagaan, dan industri. STA menyayangkan Max Weber tidak sempat mengkaji etos ekonomi Islam ini. Bebagai bahan perpustakaan dan tulisan tentang Islam (misalnya karya S.D Goiten, Richard Steele Muhammad Shaybani, Imam Hanafi, Sulami, dan Ibn Sa’ad) menunjukkan bahwa sejarah sosial Islam penuh kegiatan perdagangan, putusan pengadilan, surat pribadi, dan sebagainya. STA menyimpulkan, “etos ekonomi sangat kuat dalam Islam”. Ini sejalan dengan pendapat A Mez dalam buku Die Renaissance des Islams: “Di abad keempat hijriah atau abad 10, 11 Masehi, kaum saudagarlah yang menjadi pendukung kebudayaan Islam yang sesungguhnya”. Bahkan CC Torrey menyatakan bahwa Islam adalah teologi perdagangan dengan kebudayaan saudagar yang jujur, disiplin, murah hati, dan selalu memenuhi janjinya. STA juga menyinggung bahwa banyak istilah ekonomi dan bisnis internasional dipengaruhi terminologi Islam seperti cek dari bahasa Arab: saks, tarif dari ta’rif, traffiq dari Tafriq, magasin, dari makhazin, risk, calibre, wechsel, duane, dan sebagainya. Menurut STA, mestinya umat manusia tidak melupakan kontribusi besar Islam terhadap peradaban modern. Umat Islam pun mestinya percaya diri atas itu. Tantangan STA untuk meneliti ke manakah aliran dana APBN dan sumber daya alam yang kita miliki sejak dahulu sampai sekarang perlu dijawab teliti oleh pemerintah dan akademisi agar STA dapat tersenyum menyaksikannya dari alam baka. Juga harapannya agar semua kekayaan alam yang kita miliki digunakan sebesar besarnya untuk kepentingan rakyat, bukan segelintir orang seperti sekarang.

25 Sharing / 2007


Bisnis

BPRS PNM Assalaam

Injak Gas Setelah Satu Tahun Hijrah Berada di pinggiran ibukota, BPRS ini ingin menggaet dana orang kota untuk disalurkan sebagai sumber pembiayaan masyarakat di desa.

J

Cahyo Kartiko, Direktur Utama BPRS Alsalaam

Juli ini satu tahun sudah, BPR Amal Salman Alsalaam dikonversi menjadi BPR Syariah PNM Alsalaam. Nama PNM dilekatkan sehubungan dengan masuknya modal baru dari PNM, satu lembaga milik negara yang ikut menyuntik ketika salah satu bank perkreditan rakyat dengan aset terbesar di Indonesia itu dikonversi menjadi bank syariah. 3 Juli 2006, BPR ini resmi beroperasi secara syariah. ’’Kami melakukan revolusi selama satu tahun ini,’’ kata Direktur Utama BPRS PNM Alsalaam Cahyo Kartiko, kepada majalah Sharing beberapa waktu lalu. Cahyo Kartiko mengatakan saat ini proses konversi mulai rampung. ’’Kami minta izin DSN MUI untuk menkonversi seluruh pembiayaan konvensional yang menjadi pembiayaan syariah berbasis murabahah dalam satu tahun ini. Alhamdulillah kami dapat izin,’’ kata Cahyo lagi. Setelah melewati satu tahun, maka mulai tiba saatnya menerapkan pembiayaan dengan akad berbeda. Saat ini BPRS yang dikomandaninya memperkenalkan lima produk pembiayaan syariah yakni

26 Sharing / 2007

pembiayaan syariah sepeda motor dengan akad murabahah, pembiayaan syariah ijarah pendidikan, pembiayaan syariah musyarakah untuk mitra usaha, pembiayaan syariah multiproduk dengan akad murabahah dan musyarakah (tergantung tujuan penggunaan dana) dan terakhir pembiayaan syariah untuk konsumer. Selama setahun ini, kata Cahyo, mereka sempat menahan laju pembiayaan. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari strategi bank yang baru saja dikonversi. ’’Kami harus jaga likuiditas kalau-kalau terjadi rush atau nasabah menarik dana setelah bank dikonversi,’’paparnya. Nyatanya, yang dikhawatirkan tak terjadi. Malah dana masyarakat mulai berlebih. Maka BPRS ini pun mulai injak gas untuk menyalurkan dana masyarakat ke pembiayaan.Terlihat dari laporan keuangan perusahaan bahwa pembiayaan per Mei 2007 naik jadi Rp 71 miliar dari Rp 62 miliar pada Desember 2006. Dari sisi aset tak terlihat kenaikan signifikan karena aset naik dari Rp 82 miliar ke Rp 85 miliar saja.

Dua bidang yang diandalkan untuk pembiayaan tahun ini adalah sepeda motor dan biaya pendidikan. Kedua jenis itu diharap menyumbang 30 persen dari total portofolio pembiayaan yang disalurkan. Sepeda motor diharap menyumbang 20 persen dan biaya pendidikan 10 persen. ’’Kami mencoba syariah compliance. Artinya benar-benar pembiayaan syariah secara akad dan prosedur. Untuk pembiayaan sepeda motor, nasabah diberi sepeda motor dan bukan uang. Pengadaannya bekerja sama dengan dealer. Sedangkan, untuk pendidikan, dana nasabah langsung dibayarkan ke perguruan tinggi. Untuk dana pendidikan, Cahyo melihat ada fenomena mahasiswa yang tak jadi masuk kuliah karena terbentur biaya. ’’Kami akan membantu dari sisi itu.’’ Pengajuan dilakukan atas nama orang tua untuk pendidikan S1 dan diri sendiri untuk S2. ’’Alhamdulillah progresnya bagus. Selain untuk admission fee dana pembiayaan bisa dimanfaatkan untuk penddidikan lain misalnya biaya tiap semester, atau mungkin uang ujian jika di


Bisnis bisa mereka berpikir mau dibawa ke mana uang saya,’’ tuturnya dengan logat Jawa yang medok. Memahami kondisi itu, maka Cahyo menggunakan strategi berbeda. ’’Strategi kami kebalikan dari BRI,’’ katanya. Ia menjaring masyarakat kota dengan pendekatan khusus pula. Sedangkan pembiayaan disalurkan di desa dan pelosok pinggiran Jakarta. ’’ Jika kita bertarung di wilayah pinggiran untuk funding di Jakarta agak berat.’’ Maka BPRS mulai melangkah ke kota dengan membuka layanan di kantor Pos Pasar Baru, Jakarta Pusat. ’’Ini untuk menarik dana dari masyarakat, Alhamdulillah jalan. Memang biayanya mahal seperti sewa tempat. Tapi orang datang sendiri.’’ Untuk promosi misalnya. Masyarakat di Jawa Tengah masih tertarik dengan promosi berhadiah kulkas, televisi untuk tabungan. Di Jakarta, mungkin harus promosi dengan mobil. BPRS Alsalaam semula badan usaha milik alumni Salman ITB. Bank tersebut sejak tahun lalu dikonversi menyusul amanat awal pendirian di mana bank tersebut memang dimaksudkan sebagai bank syariah. Lewat rapat umum pemegang saham plus dukungan dari PNM maka bank ini pun diIslamkan. Saat ini BPRS Alsalaam memiliki empat kantor layanan, termasuk layanan di kantor pusat di Cinere Jawa Barat. Tiga cabang lain berada di Jakarta, Depok, dan Leuwiliyang Bogor. ’’Kami sedang berencana membuka kantor di Kodya Bogor.’’ BPRS ini dilengkapi 14 kantor kas yang siap melayani transaksi syariah dengan 90 kru di seluruh layanan. Jumlah nasabah pembiayaan sekitar 8.700 orang dan 1.200 nasabah pendanaan. ’’Memang tak imbang karena pendanaan banyak nasabah besar,’’ kata Cahyo lagi. Dia juga sedang merancang tabungan mudharabah untuk menarik nasabah dibanding tabungan wadiah yang selama ini diperkenalkan di bank syariah. Hingga akhir Mei 2005, BPRS Alsalaam mengantongi laba Rp 1,387 miliar dengan aset sekitar Rp 85,38 miliar.

Pembiayaan syariah yang diandalkan

1.Pembiayaan sepeda motor (murabahah) 2. Pendidikan pendidikan (ijarah) perguruan tinggi swasta. Pembiayaan sepeda motor ditargetkan seribu unit per bulan. Untuk pendidikan sekitar 500 orang per bulan. ’’Sepeda motor sekarang sudah 400 unit. Memang ini baru dua bulan.’’ Setiap nasabah diminta menyetorkan dulu uang muka pembelian barang minimal 20 persen dari total harga. Cahyo mengungkap, saat ini banyak lembaga yang tak mengenakan uang muka. Namun ia mengaku khawatir orang tak berniat membeli melainkan memakai saja sepeda motor baru itu karena bisa memutus pembiayaan pada bulan ketiga setelah sepeda motor dipakai.

Strategi Funding Cahyo mengaku surprise karena meski bank sudah dikonversi, nasabah tak satupun hengkang. Sebaliknya, banyak nasabah yang datang mencari layanan bank yang halal tak menggunakan bunga. ’’Kami dulu mengira bahwa nasabah bakal ragu dengan sistem bagi hasil karena return tak bisa ditentukan pasti. Tapi kami salah, karena banyak yang mau,’’ paparnya lagi. Menurut dia ada dua kategori nasabah pendanaan. Yang pertama datang karena melihat imbal bagi hasil untuk dana pihak ketiga cukup tinggi. BPRS PNM Alsalaam, dari hasil ekspansi pembiayaan memberikan bagi hasil dana 11,12, dan terakhir ekivalen 15 persen pada bulan Mei 2007. Nasabah kedua memang datang tidak karena bagi hasil tapi emosional. Berada di Cinere dan Depok, daerah pinggiran Jakarta, Cahyo mengatakan harus ada strategi khusus menggaet dana masyarakat. ’’Mencari dana di pinggiran kota lebih sulit bagi BPRS karena pola pikir masyarakatnya sudah sama seperti warga kota.’’ Masyarakat berbank dengan bank umum nasional dan terbiasa dengan ATM, phonebanking dan internet banking. Sedangkan pola bank di daerah biasanya mengandalkan pick-up service, collecting, dan layanan kekeluargaan dan lainnya. ’’Di Jakarta orang ndak percoyo kalo uangnya dijemput dan lantas dibawa petugas. Bisa-

BPRS PNM Assalaam Aset Rp 85,387 M Pembiayaan Rp 71 M Laba Rp 1,38 M

n YN

27 Sharing / 2007


Ragam

Bersujud di Sajadah Ekslusif Turki Alas sholat juga bisa tampil cantik dengan warna cerah dan aroma melati yang lembut sehingga membuat sholat jadi tambah nyaman.

I

Ibadah di hadapan Tuhan memang tak dinilai dari seberapa bagus pakaian dan perlengkapan yang kita kenakan. Tapi jika di hadapan manusia saja kita ingin tampil cantik dan menarik dengan menghabiskan biaya ratusan ribu bahkan jutaan rupiah untuk sepotong baju, tak ada salahnya juga menyediakan sesuatu yang agak bagus dan mewah untuk sholat kita. Tentu saja sebatas kemampuan. Merespons kebutuhan sholat yang nyaman, Perusahaan Mustika menghadirkan sajadah Turki bermerek “SUTEKS”. Dengan

28 Sharing / 2007

desain yang menarik antara lain motif bunga dan abstrak, sajadah ekslusif ini beraroma harum melati. Aroma itu akan tercium terutama saat kita bersujud. Aroma melati itu berasal dari parfum yang benang sebagai material sajadah dicelupkan di dalamnya. Proses itu menghasilkan aroma melati yang bertahan cukup lama. Untuk mempertahankan keharuman melati itu, maka setiap sajadah dikemas plastik tersendiri. ’’Bisa bertahan beberapa bulan aroma wangi ini,’’kata pemimpin perusahaan Mustika yang menjadi sole agent atau

distributor tunggal untuk sajadah Turki bermerek SUTEKS. Dahulu, sajadah memang banyak bergambarkan masjid. Namun, kini konsumen boleh memilih desain, warna dan bahkan bisa memesan motif jika membeli dalam partai besar. Semua dirancang dengan rapi sehingga sajadah sebagai alat sholat ini tampil amat cantik dengan warna-warna cerah. Pembelian sajadah ekslusif kini menjadi bagian dari kehidupan umat Islam. Sebagian konsumen membutuhkan sajadah yang


Ragam cantik untuk pernikahan atau hadiah. Sebagian membeli sebagai kenangkenangan dan dipakai sendiri menjelang Ramadhan atau Idul Fitri. Sebagian lagi membeli sajadah untuk dihadiahkan kepada orang tua dan kerabat. ’’Sajadah kan awet kalo dipakai jadi tak ada salahnya membeli sajadah ekslusif.’’ Perusahaan Mustika memang hanya mendatangkan sajadah ekslusif dari Turki. ’’Kalo bicara soal sajadah ya Istambul Turki pusatnya. Ini sama jika kita bicara soal fashion maka kita akan menoleh ke Prancis dan Italia,’’ kata pria yang tak mau disebut namanya kepada tim Sharing pertengahan Juni lalu. Selain Mustika, tak ada lagi importir merek SUTEKS di Indonesia. Di Turki, merek SUTEKS adalah satu dari beberapa brand sajadah ekslusif. Meski ekslusif, sajadah Turki bermerek SUTEKSini memiliki berbagai ukuran standar yakni 70 x 110 cm, 46 x 100 cm, 35 x 60 cm, dll. Dan masing-masing kualitas ditentukan dengan beratnya yang berbeda. Contohnya untuk ukuran yang 70 x 110 cm, dan untuk kualitas yang paling baik / kualitas super, biasanya cukup tebal dengan berat mencapai 650 gram, 500 gram untuk kualitas yang menengah dan 400 gram untuk kualitas dibawah menengah (cukup tipis). Jadi kesimpulannya untuk satu desain sajadah yang ukurannya sama yaitu 70 x 110 cm tapi harganya bisa berbeda dikarenakan beda kualitas / beda berat dalam gram. Nah disini konsumen sering kecolongan. Jadi kita harus hati-hati dalam hal memilih kualitas sajadah. SUTEKS juga menyediakan sajadah muka dan yang kecil yang biasanya digunakan sebagai oleh-oleh haji. Sajadah ekslusif bermerek SUTEKS ini memiliki empat kualitas desain. Yang pertama disebut Lurex. Inilah kelas paling atas atau eksklusif karena selain motif bunganya dibuat dari benang timbul, pada bagian tertentu dicampurkan juga benang emas. Percampuran ini membuat sajadah terlihat wah. Motifnya tetap bungabungaan. Warnanya biru, merah, hijau, dan lain lain Pada urutan kedua terdapat black and white. Kemudian ada juga sajadah yang disebut dengan Super Spiegel. Yang ini motif bunganya dari benang yang timbul tapi minus benang emas. Di bawah spiegel

ada Velure di mana motif bunganya dibuat polos dan rata. Meski tetap tampil cantik dan terlihat mewah. Benang yang digunakan untuk sajadah terlihat agak mengkilap. Benang ini disebut yarn. Rata-rata masjid dan rumah menggunakan lantai keramik. Karena itu kadang sajadah yang digunakan bisa licin atau slip. Udara pun cukup panas. Jika benang tipis, maka sadajah membuat kaki sakit dan duduk kurang nyaman. Karena itu, benang yarn digunakan supaya sajadah ini tidak licin dan tetap nyaman digunakan meski Indonesia termasuk negara tropis. Yarn juga yang membuat benang sebagai alas sajadah tidak rontok saat dipakai bersujud. Mustika amat memahami kebutuhan kenyamanan sholat. ’’Sajadah ini tak membuat tumit sakit saat duduk,’’katanya. Di samping itu aroma wewangian melati dihadap bisa menambah kekhusyukan sholat. ’’Saya yakin jika menghadap Tuhan itu kan kita juga ingin tenang. Jadi parfum ini juga seperti aromaterapi juga.’’ Sebagai distributor tunggal, Sajadah SUTEKS lebih dikenal dengan nama sajadah Mustika, dan pada umumnya sajadah SUTEKS dapat diperoleh di semua toko yang menjual keperluan perlengkapan Muslim. Pasar sajadah SUTEKS ini telah mencapai Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra.Namun peredaran terbesar tetap masih di Pulau Jawa. Secara internasional, brand SUTEKS ini juga beredar di Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait dan negara-negara di Timur Tengah lainnya. ’’Jadi sajadah yang dijual di di negara-negara Timur Tengah, sekarang kami jual juga di sini.’’ Untuk kenyamanan sholat, rasanya memiliki selembar sajadah yang bagus tak ada salahnya.

n

29 Sharing / 2007


Entrepreneurship

Papa Ron’s Pizza

Pizza Lokal, Kualitas Inter Namanya memang berbau asing. Namun waralaba makanan ini sebenarnya 100% produk lokal. Meski begitu, kualitas cita rasa produk makanan ini tak kalah dengan produk internasional.

nasional

P

Pizza sejak satu satu dasawarsa terakhir menjadi makanan favorit bagi masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tren pizza bahkan sudah mengalahkan hamburger yang populer terlebih dahulu. Berlatar belakang itulah, Ron Mullers, Direktur PT Eatertainment Internasional Tbk. (EATT) menciptakan Papa Ron’s Pizza pada 2001. “Pizza sangat disukai masyarakat di Indonesia, karena makanan ini mulai populer di Indonesia sejak tahun 1985, sehingga kalau kita lihat orang makan pizza sudah biasa. Apalagi pizza bisa banyak dibuat variasi rasanya. Seperti di dalam pizza bisa dikasih ayam, jamur, dan sebagainya,” ujar Ron pada Sharing. Alasan lain mendirikan Papa Ron’s Pizza adalah karena ia ingin mengembangkan konsep waralaba dengan produk-produk yang 100% lokal. Karena, saat krisis moneter mendera, harga waralaba asing menjadi amat mahal. Ron sendiri warga Indonesia keturunan Belanda. ”Karena krismon, franchise asing terlalu mahal dan royaltinya terlalu tinggi, lalu saya berpikir membuat makanan yang harganya terjangkau semua kalangan, namun tidak perlu franchise luar. Jadilah Papa Ron’s Pizza,” jelas Ron yang sebelumnya berpengalaman membawa waralaba makanan asing ke Indonesia. Keyakinan Ron mengembangkan waralaba lokal memang tidak main-main. Hanya setahun setelah resmi berdiri tahun 2001, pada 2002 Papa Rons Pizza sudah berani menawarkan konsep waralabanya itu pada investor. Ron menjelaskan, ia memilih konsep waralaba, karena konsep itu yang paling baik untuk memperluas pasar. ”Apalagi waralaba itu bisa memberdayakan masyarakat, dalam arti bisa merekrut banyak tenaga kerja,” tambah Ron seraya menjelaskan, bahwa biaya yang perlu disediakan untuk mendirikan satu gerai

30 Sharing / 2007

waralaba Papa Ron’s Pizza adalah sekitar Rp 1,5 miliar. Sementara royalti free yang mereka kenakan adalah 5% dari omzet.

Kampanye Makan Pizza Dalam waktu relatif singkat, Papa Ron’s Pizza kini termasuk waralaba lokal yang sukses menggurita di berbagai daerah di Indonesia. Kurang dari lima tahun, 40 outlet Papa Rons tersebar di berbagai kota besar di

Tanah Air. ”Kita merencanakan Papa Ron’s hadir di seluruh daerah di Indonesia. Hampir tiap dua bulan kami membuka outlet baru. Bulan depan, kita akan buka di Solo. Selanjutnya, kita siapkan di Manado, Surabaya dan Irian. Nantinya kota-kota kecil juga kita masuki, namun prioritas kita sekarang kota-kota besar dahulu,” jelas Ron. Penetrasi pasar yang cepat itu, bukan


Entrepreneurship tanpa alasan. Ron sendiri memang punya misi mengkampanyekan orang Indonesia untuk makan pizza. “Kita ingin mengajarkan orang, agar mereka bukan hanya memakan nasi, tapi mencoba makan makanan internasional. Dengan begitu, kita bisa mengarah become internaiional city, become international country. Karena itu, masyarakat kita sejak masih anak-anak pun mustinya sudah dikenalkan untuk merasakan makanan internasional. Karena kalau sudah tua baru mulai mencoba, maka lidah kita sudah terbiasa dengan satu makanan, maka akan susah diubah,” papar alumnus sekolah perhotelan dari University of Hawaii, AS ini.

Kualitas Cita Rasa Terbaik Penetrasi pasar Papa Ron’s sangat cepat. Bagi Ron, itu karena rasa pizza produksinya disukai masyarakat Indonesia. Wujud kepercayaan diri Ron bisa dilihat dari semboyan waralaba makanan ini, yaitu “Papa Ron’s memang paling enak…” Ron menjelaskan perusahaannya sangat concern terhadap kualitas cita rasa masakan yang mereka jual. Hal itu diwujudkan, misalnya, dengan testing terus menerus terhadap produk makanan yang mereka hasilkan. “Kita sangat concern. Setiap hari ada testing di kantor kita mengenai bagaimana rasa pizza kita, sudah sesuai atau tidak?” jelas Ron sambil menambahkan, Papa Ron’s pernah memenangkan suatu kontes pizza yang diselenggarakan suatu media massa. Dalam kontes itu, Papa Ron’s menang dari sisi rasa, service, tampilan, serta harga, mengalahkan tiga merek pizza internasional lain. Ron menambahkan, pihaknya sangat memperhatikan kualitas bahan baku produk makanan untuk mendapatkan cita rasa pizza terbaik. Ia menjelaskan, hampir seratus persen bahan baku Papa Ron’s adalah muatan lokal. Hanya satu yang masih mereka impor, yaitu keju. Selain itu, yang menjadi kelebihan

Papa Ron’s Pizza adalah kreativitas dalam rasa. Papa Ron’s memang boleh dibilang kaya akan variasi menu-menu baru. Mereka mempunyai tim yang selalu kreatif dalam mengakomodasi kebutuhan variasi rasa dari customer. “Hampir setiap bulan kita ada rasa baru. Pizza dikreasikan dengan berbagai macam menu ala luar, maupun ala Indonesia. Selalu kita lakukan inovasi produk. Seperti sekarang ada tomyam pizza, laksa pizza, dan teriyaki pizza,” jelas Ron. Selain itu, hal lain yang menjadi concern Papa Ron’s adalah customer satisfaction. Untuk itu, para pegawai di Papa Ron’s selalu diberikan training terus menerus atau secara intensif untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan. ”Selain itu, kita selalu menekankan quality guarantee. Jadi kalau customer tidak puas dengan satu produk, kita ganti dengan yang baru,” jelas Ron. Ron menambahkan, dengan beberapa kelebihan mereka di atas, serta konsep mereka yang selalu mengutamakan kualitas cita rasa terbaik, maka mereka berencana go international.

”Kita merasa yakin bisa bersaing dengan waralaba internasional, makanya kita sekarang sedang mencoba penjajakan untuk mengembangkan outlet Papa Ron’s di Midlle East, lalu juga di China,” ujarnya yakin.

Ikut mendukung CSR Sebagai waralaba lokal, Papa Ron’s ternyata sangat peduli terhadap konsep CSR (Corporate Social Responsibility), yang saat ini sedang marak didengungkan di mana-mana. Menurut Ron, pihaknya sudah sejak lama melakukan konsep kepedulian tersebut. Terakhir ini, pihak Papa Ron’s ikut aktif mensponsori kampanye tentang waspada bahaya flu burung. ”Papa Ron’s perusahaan yang sangat peduli dengan komunitas. Kita juga ikut dengan even-even di sekolah, misalnya, bekerja sama dengan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Kita ada program junior pizza maker, sehingga para siswa bisa belajar bikin pizza,” ujarnya.

n YS

Hampir setiap bulan kita ada rasa baru. Pizza dikreasikan dengan berbagai macam menu ala luar, maupun ala Indonesia. Selalu kita lakukan inovasi produk. Seperti sekarang ada tomyam pizza, laksa pizza, dan teriyaki pizza.

RON MULLERS Direktur PT Eatertainment Internasional Tbk

31 Sharing / 2007


Filantropi

Menggandakan Nafkah Hingga 700 Kali Lipat!

S

Imam Hasan Al Bashri yakin Allah SWT akan memberi 10 roti sebagai balasan dari sepotong roti yang telah ia sedekahkan.

32 Sharing / 2007

Semua manusia ingin beruntung. Apalagi bagi manusia yang kerap kali merasa hidupnya kurang beruntung. Memang Allah SWT tidak selalu memberikan rahmat-Nya kepada hamba dalam bentuk rezeki. Sebab Dia Maha Tahu bahwa rezeki belum tentu menjadi faktor yang baik bagi kehidupan seorang hamba. Namun ada beberapa ayat dalam Alqur’an yang mengajarkan kepada manusia untuk bisa mendapatkan rezeki berlipat-ganda dan peruntungan dunia. Sebuah kalkulasi fantastis dan absolut. Fantastis karena mendatangkan hasil berlipat, absolut sebab dijanjikan oleh Allah Tuhan Yang Maha Pasti. Allah SWT menjanjikan dalam kitab-Nya bahwa setiap kebaikan akan berbuah sepuluh kali hasil. “Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. 6:160) Seorang sufi bernama Imam Hasan Al Bashri amat meyakini janji Allah ini. Alkisah, Beliau suatu hari kedatangan 6 orang tamu. Sebagai seorang Muslim, memuliakan tamu adalah hal yang diperintahkan agama. Imam menerima tamu dengan wajah sumringah. Semua tamu yang hadir ia persilakan masuk dan duduk di kursi yang tersedia di ruang depan rumah. Usai semua tamu masuk ke dalam rumah, Imam Hasan pergi ke dapur. Saat itu, hanya ia dan seorang budaknya yang ada di rumah. Imam Hasan bertanya kepada budaknya, “Makanan apa yang ada di rumah ini hingga bisa dihidangkan untuk tamu-tamuku?” Sang budak, membuka lemari makanan dan tiada yang ia temui selain sepotong roti saja. Ia sampaikan hal itu kepada Imam Hasan hal tersebut. Sedikit berkerut kulit dahi Imam terlihat, pertanda beliau berpikir serius bagaimana cara menghidangkan sepotong roti itu untuk enam orang tamunya. Sejurus kemudian, Imam berkata setelah mengambil sikap, “Sudah begini saja..., bawalah roti itu dan cari orang yang dapat menerimanya sebagai sedekah! Namun jangan lupa hidangkan dulu minuman untuk para tamuku!”

Maka pergilah sang budak untuk bersedekah, setelah ia menyuguhkan minuman kepada para tamu Imam Hasan terlebih dahulu. Maka para tamu pun hanya mendapatkan suguhan air putih dari rumah Imam Hasan. Imam Hasan merasa tidak enak hati kepada para tamunya.Tapi dia yakin, bahwa Allah SWT akan membalas amalnya minimal 10 kali lipat. Biduk asa seolah menjumpai tambatannya. Saat Imam Hasan kedatangan seorang tamu lagi yang datang dengan membawa sebuah nampan. Imam Hasan bangkit dan bergegas menghampirinya. “Assalamu’alaikum, wahai Imam!” seru orang yang baru saja datang. “Wa’alaikum salam warahmatullah...” Imam membalas. “Apa yang kau bawa?” Imam bertanya kepada orang tersebut. “Ini Imam, aku membawakan 6 potong roti untuk engkau!” kata orang tersebut dengan senyum terkembang. “Mungkin ini bukan untukku!” Imam Hasan menukas. “Mengapa engkau berkata demikian?” sang tamu bertanya keheranan. “Kalau benar ini untukku, pasti jumlahnya sepuluh!” Imam berkata yakin karena ia tahu bahwa Allah akan memberi 10 roti sebagai balasan dari sepotong roti yang telah ia sedekahkan. Sang tamu merasa aneh. Ia coba untuk memanjangkan leher dan menyapukan pandangan ke dalam rumah Imam Hasan. Sesudah itu ia mengerti bahwa Imam sedang kedatangan banyak tamu. Orang itu pun kembali ke rumah. Lalu ia tambahkan lagi 4 potong roti sehingga menjadi 10 jumlahnya. Kemudian ia angkat nampan yang ia bawa, kemudian ia ayunkan langkah menuju rumah Imam Hasan Al Bashri. Sesampainya di rumah Imam, sang tamu kembali mengucapkan salam lalu disambut dan dibalas oleh Imam Hasan. Beliau lalu membuka penutup nampan, kemudian berujar, “Nah... inilah yang dijanjikan Allah padaku!” Allah SWT akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba minimal 10 kali lipat. Bilangan balasan itu bisa terus berganda dan tumbuh semakin besar.


Filantropi Tergantung pada keikhlasan sang hamba, dan takaran rezeki yang Allah berikan kepadanya. Bahkan bilangan itu suatu saat bisa mencapai 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.� (QS. 2:261) Satu butir benih menjadi 700 biji. Itulah

janji Allah Ta’ala. Tiada yang mustahil bagi Allah untuk membalas derma hamba-Nya bahkan hingga 700 kali lipat. Secara gampang, manusia yang menyangsikan janji Allah SWT ini dapat melihat bukti pada pohon pepaya yang banyak kita kenal di Tanah Air. Pepaya ditanam seperti kebanyakan pohon lain. Ia ditanam dengan memasukan biji ke dalam tanah. Bila Allah SWT berkehendak, maka dari biji tersebut akan tumbuhlah pohon. Pohon akan tumbuh besar dan berkembang. Kemudian setelah tinggi, ia akan memiliki

beberapa cabang. Setelah tiba waktunya, ia pun akan berbuah. Setiap pohon pepaya memiliki jumlah cabang dan buah yang beragam. Setelah berbuah, manusia akan mendapati bahwa dari masing-masing buah saja akan terdapat ratusan biji pepaya di dalamnya. Mungkin saja, dari biji atau benih pepaya yang satu, akan menghasilkan beribu biji yang kemudian bisa dapat menumbuhkan pepaya kembali. Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui (QS. 2:261). n

00 Sharing / 2007


Sosok

M

Masih ingat film dan sinetron Kiamat Sudah Dekat dan sinetron Lorong Waktu? Itu hanya sedikit dari karya Deddy Mizwar. Meskipun orang tahu, karya Deddy Mizwar identik dengan kualitas tak urung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tertarik mengundangnya ke istana dan memberi penghargaan. Karya Deddy enak dinikmati sebagai hiburan yang segar, ringan, tapi juga menyelipkan pesan moral tanpa cara menggurui. Alur ceritanya mengena betul dengan kehidupan masyarakat Indonesia saat ini dan tak dibuat-buat. Ngobrol dengan Deddy, adalah bicara lepas tanpa tedeng aling-aling. Bicaranya penuh humor lepas secair dirinya. Deddy menyadari betul kiprahnya sebagai seniman. Ia harus berkarya. Tapi bukan sekadar karya berupa film dan sinetron

yang menghibur saja. Seni, menurut Deddy tak sekadar ajang menghibur tapi juga bisa dimanfaatkan untuk berdakwah. ‘’Kami tidak melihat nilai-nilai keagamaan dalam sinetron kita,’’ katanya di sela shooting sebuah sinetron di bilangan Jakarta Timur yang rindang dan teduh. Deddy tengah menyiapkan sinetron untuk Ramadhan mendatang. Menurut Deddy, amat penting memberi warna sedikit saja dalam kehidupan. Nyatanya, meskipun penduduk Muslim mayoritas (90 persen) umat masih sekadar jadi konsumen. Sehingga, kata Deddy, apapun dimakan, dan apapun ditonton. Cerminan bahwa umat Islam itu mayoritas tak terlihat, baik dalam karya seni, program televisi dan bahkan perekonomian. Dengan kata lain Deddy melihat ada yang salah dengan kualitas keimanan masyarakat. ‘’Ini tak adil,’’ kata Deddy yang filmnya Nagabonar Jadi 2, ditonton rombongan petinggi negara termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla dan para menteri anggota Kabinet

Bersatu. Maka, ia pun memulai dengan membuat Abunawas dilanjutkan dengan Kiamat Sudah Dekat dan Abunawas 1992.

Bernilai Bisnis Nyatanya, sinetron yang berkualitas dari sisi materi, tetap bisa bagus dari sisi bisnis. ‘’Sinetron apa saja, kalau dikemas dengan baik akan tetap bagus untuk bisnis,’’ kata peraih empat piala citra itu. Dia merujuk populasi Muslim yang mayoritas menjadi penonton dari sinetron yang berarti pasar yang amat besar. Menurut Deddy, sinetron Islami bukannya tidak laku, tapi semata karena yang banjir di televisi memang sinetron non-Islam. Hadirnya tontotan alternatif, kata Deddy, diharapkan bisa menggubah hati para pemirsa. Jika pun tidak, lanjutnya, dia telah menghadirkan karya seni alternatif dan tak membuat masyarakat bingung. Deddy menilai berdakwah lewat sinetron bisa lebih cair. ‘’Pendekatan dakwah kyai dan ulama, itu lebih sulit. Karena ini tidak boleh,

Deddy Mizwar

Memberi Sentuhan Warna pada Kehidupan Film dan sinetron intinya menghibur. Tapi dengan kreativitas, tayangan hiburan ini juga bisa diselipkan pesan moral Islami sehingga bisa menggugah hati pemirsa.

34 Sharing / 2007


Sosok

itu jangan.’’ Di sinetron atau film bisa dengan teknik yang lebih beragam. Deddy juga mengingatkan bahwa sinetron dan film itu intinya hiburan. ‘’Kalau menyampaikan nilai Islam ya bentuknya memang ceramah.’’ Tapi bagaimana menyampaikan nilai tapi tidak terkesan menceramahi. Nah, perlu diformat kemasannya. ‘’Di sini kreativitas berperan. Harus dibuat sinetron yang memberi contoh tapi tetap menghibur.’’ Sembari berseloroh dia mengatakan orang yang pakai jilbab dan cantik juga sudah menghibur dan menyenangkan. ‘’Kalo nggak bagus ya janganlah,’’ katanya tergelak Bahwa setelah berhasil meletuskan peluru sinetron Islami, Deddy melihat tibatiba sesuatu yang berbau Islami menjadi komoditas. ‘’Tiba-tiba banyak yang salah kaprah. Tentu ini juga risiko.’’ Dia mengaku tak semua yang membuat sinetron Islami itu orang Islam. Dan ia tahu 80 persen tayangan Islam di televisi saat ini bukan dibuat orang Islam, baik itu produser, sutradara dan pemainnya.Seharusnya, kata Deddy, umat Islam juga menjadi konsumen yang lebih cerdas dan kritis dengan kondisi ini. Sinetron Islami Ditanya konsep sinetron Islami Deddy tertawa lepas lagi. ‘’Nggak tahu saya,’’ katanya. Tapi ia memberi kisi-kisi bahwa yang perlu disampaikan ke masyarakat lewat contohcontoh.’' Peradaban kita berkembang. Nilainilai berkembang. Jika kita gali tak ada habishabisnya.’’ Menurut dia, nilai-nilai Ilahi tak terkikis zaman. ‘’Kita luruskan jika ada hal-hal

yang membingungkan orang.’’Menyajikan kreativitas bernilai spiritual harus memahami juga ilmu pengetahuannya. ‘’Jangan sampai ada salah paham bahwa Tuhan itu kejam dan menghukum karena itu yang digambarkan di sinetron. Padahal, kita mau menyampaikan pesan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin.’’ Deddy menyebut semua karyanya Islami. ‘’Kiamat Sudah Dekat, Nagabonar semua Islami karena saya orang Islam yang membuat.’’ Ia mengungkap semua film dan sinetron yang dilahirkannya dibuat dengan riset dulu. Nilai Islam tak identik dengan simbol. Deddy mengungkap mungkin saja orangorang yang berada di balik komputer atau mereka yang berdasi itu sebetulnya berpredikat wali. ‘’Siapapun yang berilmu dan menjaga perilakunya maka dia miriplah dengan wali.’’ Apakah dengan begitu Deddy merasa dirinya wali. ’’Wali murid sih udah, he he.’’ Deddy mengaku pengalaman spiritual kental karena sejak kecil ia dekat dengan anak-anak Betawi. Dia mengaji pada ustadz di kampung ketika kecil. Dan, setelah besar dan dewasa, ia merasa belajar tak melulu dari ustadz. ‘’Sekarang sih, ketemu Adang belajar, ketemu Arun belajar. Ayat Allah itu bertebaran di muka bumi.’’ Ayat Tuhan itu tak hanya yang tercantum dalam Alquran dan hadis tapi juga di alam semesta. ‘’Kalau tidak, bagaimana kita dipertemukan sore ini ha ha ha. Saya seniman dan Anda wartawan dari majalah ekonomi syariah’’ n IA/YN

Profil

Nama: Deddy Mizwar Lahir: Jakarta, 5 Maret 1955 Istri: Giselawati Wiryanegara Anak: Senandung Nacita, Zulfikar Rakita Organisasi: Badan Pertimbangan Film Nasional (2006-2009)

Karya:

Naga Bonar (jadi) 2 (2007) Kiamat Sudah Dekat (2005) Ketika (2005) Gema Kampus 66 (1991) Sinetron: Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat, Pengembara, Mat Angin

35 Sharing / 2007


Sosok

Kok tahu, katanya tak paham ekonomi syariah? Ya, karena mau diwawancara jadi, tadi pagi baca koran. Kenapa jadi 1,7 persen, jangan tanya karena saya tak tahu. Apa peraturan yang belum mendukung atau memang belum professional pengelolaanya.

Jadi, bagaimana sosialisasinya?

Dari Sinetron ke BMT Saya nggak ngerti apa-apa soal ekonomi syariah. Begitu kata Deddy ketika dihubungi untuk wawancara dengan majalah Sharing. Yang dimaksud Deddy, pastilah soal konsep dan istilah saja. Nyatanya, dalam dunia nyata dia sudah lebih dari sekadar paham.

Anda pernah membiayai produksi film dengan bank syariah? Ya untuk sinetron, Kalau film tidak feasible. Beda karena di sinetron ada kontrak jaminan. Produksi Lorong Waktu tahun 1990-an. Sepintar sih cara bagi hasilnya, syarat-syaratnya juga sama dengan di bank konvensional.

Cukup berhasil dengan pembiayaan saat itu? Bagus. Pelayanannya bagus juga. Saya sudah lupa skim dan cara-caranya karena yang mengurus orang keuangan. Tapi saya masih pakai bank syariah. Ada Muamalat, BSM dan Permata Syariah. Milihnya suka-suka aja, ada tabungan pribadi dan deposito.

Boleh tahu alasan memilih syariah? Ya pengen aja, karena saya kan juga Muslim. Andai pake bank konvensional saya mengandalkan jaringan dan kemudahan akses. Saya tak pernah menghitung bunganya. Tapi, saya pilih syariah karena sesuai dengan keyakinan. Saya percaya riba itu haram, minuman keras itu haram. Dan mestinya itu tak ada di tempat kita. Tapi, kenyataannya pangsa pasar bank syariah Cuma 1,7 persen.

36 Sharing / 2007

Mesti duduk bareng dulu. Mengapa pangsa pasar bank syariah begitu kecil di tengah orang Islam yang mayoritas. Banyak hal yang mungkin saya tak tahu. Harusnya mau membuka diri dan bukan menutupi kelemahan diri sendiri. Kita harus jujur bahwa jika belum dipercaya mungkin karena cabangnya masih sedikit, regulasi yang belum mendukung atau faktor lain. Jangan menyalahkan orang lain dulu. Mungkin juga memang kualitas keislaman kita kurang atau juga bagi hasilnya kurang. Jangan sampai, bunga haram, tapi membebani nasabah dengan bagi hasil yang tinggi. Ini kan lebih lintah darat dari lintah darat.

Harapan Anda kepada bank syariah? Jika berpihak para rakyat mestinya bank syariah itu murah. Percuma sosialisasi jika itu kenyataanya. Yang perlu disosialisaikan itu yang memiliki keunggulan. Kalo nggak, buang-buang dana sosialisasi. Mubazir namanya.

Ada rencana terjun bisnis syariah? Yang paling mungkin baitulmal wattamwil (BMT). Saya sediakan dana dan tinggal ditraining orang-orangnya. Saya tertarik karena ini langsung ke orang. Saya diberi rizki lebih tapi saya tak ngerti cara-caranya. Jadi biar efektif saja.

Berapa rupiah siap Anda kucurkan? Sekaang banyak, besok bisa lebih banyak lagi.

Sampai Rp 30 miliar? Kalo dana segitu sih bisa bikin 300 BMT.

Bagaiman Anda melihat kebangkitan spiritual saat ini? Biasa saja. Orang mencari yang lebih mudah dipahami secara substansi dan lebih praktis. Pada zaman Nabi Muhammad SAW mungkin caranya berbeda. Sesuai peradabannya saja. Begitu metodenya.

Termasuk yang Anda lakukan lewat sinetron dan film? Cara orang beda-beda. Sekarang mau manggil sholat, pakai loudspeaker. Zaman Nabi mana ada. n



Internasional

HSBC Amanah Malaysia Pisahkan Unit Syariahnya Penduduk Muslim di Asia mencapai setengah dari populasi Muslim sedunia. Ekspansi dari Malaysia diharap bisa menjangkau Indonesia, Brunei, dan Singapura.

H

HSBC Amanah salah satu bank internasional akan memisah layanan syariahnya di Malaysia. Unit syariah akan dibuat menjadi lembaga keuangan tersendiri. Malaysia dianggap potensial untuk mengembangkan layanan syariah lantaran populasi Muslim dan pertumbuhan industri keuangan syariah yang leading untuk kawasan Asia. Untuk operasional tersebut, HSBC Amanah telah mengajukan permohonan ke bank sentral Malaysia. Layanan yang ditawarkan antara lain pengelolaan keuangan (wealth management), reksa dana, dan produk dana pensiun. Selanjutnya produk ini juga akan ditawarkan ke Indonesia, dan negara dengan populasi Muslim lainnya di Asia. Demikian dilontarkan Managing Direcor HSBC Mohamed Ross Mohd Din ‘’Jika di sini kita sukses kami akan lihat apakah di Indonesia, Bangladesh dan Brunei perlu dilanjutkan dengan proyek serupa,’’ kata Mohamed Ross, dalam interview di Kuala Lumpur. Malaysia. ‘’Kami melihat ada ledakan besar di industri keuangan syariah secara global. Populasi Muslim tumbuh lebih besar dibanding populasi penduduk di tempat lain.’’. Ekspansi HSBC Amanah ke Asia bersaingan dengan Standard Chartered Plc, ABN Amro Holding, Allianz AG. Perkiraan lembaga pemeringkat Standard and Poor’s total asset mencapai 500 miliar dolar AS dan tumbuh di atas 10 persen per tahun. Peluang menjual produk bank syariah di Asia— sebuah benua dengan populasi Muslimnya sekitar setengah dari umat Islam seluruh dunia (1,6 miliar)— melonjak. Pertumbuhan ekonomi Asia ditaksir 8,4 persen tahun ini dibandingkan hanya 2,2 persen pertumbuhan di AS, menurut International Monetary Fund, April lalu.

Lembaga Pensiun ‘’Lembaga keuangan di Barat melihat praktik keuangan Islam juga dapat diterapkan dan menguntungkan. Mereka lantas mengadopsi dengan antusias,’’ demikian urai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menjadi keynote speech pada World Islamic Economic Conference di Kuala Lumpur akhir Mei silam. ’’Di Malaysia, kami berusaha membangun konsep wealth management dengan target individual,’’kata Mohamed Ros. HSBC Amanah dan HSBC Amanah Takaful Malaysia adalah sebuah joint venture yang menawarkan produk asuransi Islam yang dibentuk HSBC Insurance Asia Pasifik.

38 Sharing / 2007


Internasional Jasa yang ditawarkan adalah merancang rencana pensiun, perlindungan terhadap asset, dan asuransi jiwa dengan tambahan benefit investasi. Jasa keuangan personal itu diluncurkan menyusul pesatnya pertumbuhan ekonomi terutama peningkatan di sektor keuangan Islam.

Khusus di industri keuangan Islam, termasuk asset bank Islam, diperkirakan tumbuh menjadi 2,8 triliun tahun 2010 dibanding 1 triliun saat ini. Perkiraan itu dibuat oleh Islamic Financial Board dan Islamic Development Bank. Saat ini hampir seluruh bank multinasional yang tertinggi dari sisi asset, UBS, HSBC, Barclay, BNP Paribas, dan Citigroup telah semua menawarkan layanan syariah terutama di kawasan Timur Tengah.

Manajemen Aset di Timur Tengah Saat ini juga pengelolaan keuangan personal di Timur Tengah diperkirakan naik menjadi 1,8 triliun dolar AS hingga tahun 2010 dari 1,2 triliun tahun 2005. Merril Lynch pada laporan Juni mengatakan nasabah high networh individual atau nasabah kelas kakap bakal bertambah menjadi 300 ribu atau 9,8 persen antara tahun 2004-2005. Kuwait Finance House, Al Rajhi (Saudi) telah beroperasi di Malaysia. Qatar National Bank malah membuka kantor di Singapura April lalu untuk operasional bisnis bank. Demikian menurut CEO QNB Ali al Emadi. HSBC membuka layanan syariah melalui HSBC Amanah. Unit ini memiliki sekitar 200 pegawai dan perwakilan di seluruh negara termasuk Bangladesh, Saudi, Brunei, Indonesia dan Inggris. HSBC Malaysia saat ini memiliki 5,37 miliar ringgit asset atau 1,6 miliar dolar AS dan memiliki 30 karyawan. Boleh jadi bank asing tertarik ekspansi unit Islam di Malaysia karena negara ini memang memberi tawaran menarik. Selain membolehkan investor asing memiliki hingga 100 persen saham, dan potongan pajak, PM Malaysia Badawi Abdullah juga mengizinkan lembaga keuangan Islam di negaranya menerapkan bisnis dengan denominasi mata uang asing.

Sukuk Global Untuk emisi sukuk global tahun ini diperkirakan naik jadi 50 miliar dolar AS dari 20 miliar dolar AS tahun 2006. Hal itu sejalan dengan kemungkinan banyak perusahaan mendiversifikasi sumber pendanaan di samping makin banyaknya layanan perbankan yang membuka layanan syariah. Demikian diungkap oleh eksekutif Deutsche Bank Geert Bossuyt. Dia menyatakan perusahaan di Timur Tengah mencari investor dari jazirah Arab yang akan menjual obligasi syariah sekitar 10 miliar dolar AS sepanjang bulan depan saja.

‘’Kami pikir bulan depan obligasi syariah yang akan dilempar ke pasar sekitar 10 miliar dolar AS,’’ kata Geert. Termasuk di dalamnya obligasi syariah yang akan dilempar Dubai Port World’s sekitar 5 miliar dolar AS. Meningkatnya ekspansi sukuk itu dipicu oleh makin tingginya permintaan atas produk dan layanan keuangan syariah di pasar. Bahkan baru-baru ini departemen keuangan Inggris tengah menerbitkan feasibility studi tentang kemungkinan menerbitkan sukuk pemerintah pada 2008. Hal itu merepresentasikan pertumbuhan industri keuangan syariah terutama di surat utang atau obligasi. Lembaga pemeringkat kredit internasional Standard and Poors mengatakan dalam laporan terakhirnya bahwa kemungkinan total sukuk yang akan diterbitkan hingga tahun 2010 mencapai 100 miliar dolar AS. Melakukan riset di Asia dan Timur Tengah, Standard and Poors memperkirakan sekitar 20 persen nasabah bank secara spontan akan memilih produk keuangan Islam dibanding konvensional dalam kondisi imbal hasil yang serupa. Market share bank Islam terhadap total bank sekitar 12 persen di Malaysia dan 17 persen di kawasan Teluk. Bagi CEO Ithmaar Bank Michael Lee, lembaga keuangan Islam merupakan katalisator yang baik untuk menjalin relasi dagang antara Timur dan Barat pada tataran yang baru. Berbicara pada forum pertemuan ekonomi yang digelar di Laut Mati, Yordania, pertemuan yang dihadiri sekitar 1.200 orang ini Lee mengatakan negara Barat menolehkan kepalanya ke kawasan Timur Tengah dalam hal ini lembaga keuangan Islam untuk mencari sumber pendanaan proyek. ‘’Sukuk memang masih tergolong bayi di dunia keuangan. Tapi potensinya amat besar untuk tumbuh dan berkembang beberapa tahun ke depan. Nilai emisi sukuk saat ini telah mencapai miliaran dolar AS yang digunakan untuk proyekproyek besar dan ekspansi ke Barat. Emisi sukuk juga tak hanya dilakukan bank bermarkas di Timur Tengah saja tapi juga oleh negara dan Bank asal Barat seperti Saxony Anhalt, dan sebuah perusahaan minyak di Texas AS. Sukuk juga makin popular di Jepang dan Inggris.

n YN

39 Sharing / 2007


Manajemen Risiko

Mencermati Sektor Transportasi dan Konstruksi

Biasanya ekspansi kredit berbanding terbalik dengan tingkat kehati-hatian. Jika kredit yang diekspansi, tingkat kehati-hatian agak dikurangi.

B

Bank Bukopin akan mengurangi kreditnya untuk beberapa sektor yang dianggap berkinerja kurang baik selama 2006. Sektor itu di antaranya transportasi dan konstruksi. Pengusaha transportasi yang mengajukan kredit ke Bank Bukopin akan lebih ketat diseleksi, pun dengan pengusaha konstruksi. Yang dilihat adalah apakah perusahaan tersebut sudah memiliki pasar sendiri atau belum. “Kami tidak akan mendanai usaha yang spekulatif, kami akan memilih yang sudah yakin end user-nya,� kata Sunaryono, Direktur Kepatuhan, Manajemen Risiko, dan Sumber Daya Manusia (SDM) Bank Bukopin kepada koresponden Sharing Wahyu Arif. Untuk 2007, pengelolaan manajemen risiko (MR) Bank Bukopin meneruskan keberhasilan pengelolaan MR tahun 2006. Khusus untuk risiko kredit Sunaryono

40 Sharing / 2007

mengatakan pihaknya akan lebih berhatihati (pruden). Ini dilakukan seiring tuntutan kepada perbankan baik dari sektor riil, pemerintah, dan legislatif, untuk meningkatkan kreditnya ke sektor riil. Biasanya ekspansi kredit berbanding terbalik dengan tingkat kehati-hatian. Kalau bank mengekspansi kreditnya, mau tidak mau unsur kehati-hatian ada yang dikorbankan atau paling tidak terkurangi. Saat itulah peran MR dituntut lebih banyak untuk mengantisipasi berkurangnya kehatihatian tersebut. Manajemen Bank Bukopin memilih menyeleksi sektor bisnis yang memang dikuasai dan dipahami betul informasinya. “Yang penting profil risikonya sudah dapat diukur dan diidentifikasi,� ujar Sunaryono. Manajemen juga menerapkan

internal credit rating untuk membantunya menyeleksi sektor-sektor industri yang akan dibiayai. Salah satu tools-nya adalah passing grade untuk tiap sektor tersebut. Jika sektor tertentu sudah diberi passing grade sekian tahun lalu, 2007 ini manajemen memutuskan hanya membiayai sektor dengan passing grade yang sedikit lebih tinggi. Sunaryono menyebut ini sebagai salah satu cara mitigasi risiko. Selain risiko kredit yang diberi perhatian khusus, sisi operasional juga dikawal ketat. Alasannya, karakteristik dan profil risiko yang cukup luas dari operasional sampai bidang sumber daya manusia (SDM). Mitigasi risiko ini dilakukan per bagian, mulai dari risiko SDM dengan menempatkan orang-orang yang lebih tepat sesuai tugasnya. Setelah itu adalah intensifikasi


Manajemen Risiko pelatihan. Lalu pengawasan internal diperbaiki dan perketat. Dalam tahapan ini, standard operation procedure (SOP) dievaluasi. Beberapa manual dan prosedur yang sudah ada disesuaikan dengan tatanan SDM yang baru, regulasi, pelayanan, dan produk baru yang akan diluncurkan.

NPL cukup 3-4% Sampai semester I 2007, Bank Bukopin mencatat non performing loan (NPL) bersih di bawah 4%. “Ini tergolong sehat dan masih di bawah NPL industri,” ujar Sunaryono. Target NPL selama 2007 berkisar antara 3-4%. Sunaryono mewaspadai juga ancaman kenaikan NPL sebagai imbas bencana alam yang melanda Indonesia beberapa waktu belakangan, seperti banjir dan gempa bumi. Bencana tersebut memang tidak melulu langsung berimbas terhadap nasabah kreditnya tetapi mitra kerja si nasabah sehingga berpengaruh terhadap kemampuan membayar si nasabah kredit (multiplier effect). Sunaryono mencatat penyumbang NPL tertinggi masih di sektor pertanian dan perkebunan. Mitigasi risikonya, dengan menetapkan komposisi atau proporsi plafon kredit di tiap

cabang. Cabang tidak lagi terpaku memberi plafon kredit di besaran tertentu, misalnya Rp 10 miliar. Dari kantor pusat di Jakarta, komposisi plafon kredit diatur persentasenya, misalnya di bawah Rp 1 miliar, Rp 1-5 miliar, dan Rp 5-10 miliar. Sebarannya di tiap cabang juga berbeda, ada cabang yang diperbolehkan memberi plafon kredit Rp 5-10 miliar dan ada yang hanya Rp 1 miliar maksimal. Ini disesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman cabang dalam memberikan kredit, termasuk kepala cabangnya. Kepala cabang yang lebih berpengalaman dan dianggap cukup pruden diberi plafon yang lebih besar. Bank Bukopin menyebut ini sebagai individual limit untuk memutus kredit. Untuk 2007 ini cabang dikonsentrasikan untuk memberi kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Plafon yang diberikan pun kebanyakan hanya sampai Rp 2,5 miliar.

Manajemen Risiko Unit Syariah Bank Bukopin termasuk bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah (UUS) sejak 2003. Pengelolaan risiko di UUS tidak jauh berbeda dengan konvensional karena

konsepnya sama saja. Cabang-cabang syariah memiliki satuan tugas MR sendiri yang menyiapkan perangkat implementasi MR (tools) sesuai karakteristik cabangnya. Cara ini lebih memudahkan cabang syariah mengimplementasi MR di wilayahnya. Sunaryono menjelaskan, yang membedakan antara MR di Bukopin pusat dan Bukopin Syariah adalah sistem penentuan harga (pricing). “Kalau di konvensional ‘kan menggunakan pricing kalau di syariah memakai bagi hasil. Dalam menganalisa dan menetapkan bagi hasil, mendekati dasardasar perhitungan pricing di konvensional,” jelas Sunaryono. Sampai semester I 2007, manajemen melihat MR di cabang-cabang syariah masih bagus, tapi tetap perlu ditingkatkan. Pasalnya seperti diakui Sunaryono sendiri, masih ada beberapa cabang syariah yang rentabilitasnya rendah. “Itu sudah aksioma umum, kalau cabang baru dibuka kinerjanya biasanya rendah,” ujar Sunaryono. Bukopin Syariah memiliki lima cabang, yaitu di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Bukittinggi. n WA

“Kami tidak akan mendanai usaha yang spekulatif, akan dipilih yang kami sudah yakin end user-nya”.

Sunaryono Direktur Kepatuhan, Manajemen Risiko dan SDM, Bank Bukopin,

41 Sharing / 2007


Peristiwa Analisa

Interkoneksi Bank Syariah Kok Sulit Sebagai sesama bank syariah, seharusnya ide interkoneksi mudah dilakukan. Sebab, bank syariah tentunya tak hanya menerapkan prinsip bisnis Islami tapi juga mengikat diri dalam ukhuwah, silaturahmi yang dalam Islam bernilai tinggi.

A

Awal Juni menjadi tonggak baru bagi perjalanan interkoneksi bank syariah. Ditandatangani Mei tahun 2006 saat penyelenggaraan Indonesia Syariah Expo, rencana interkoneksi semula hanya ditandatangani direktur bank nasional di depan Wapres saja. Realisasinya nihil. Silaturahmi dan kerja sama antarbank syariah tampaknya baru sebatas wacana.

42 Sharing / 2007

Baru pada 4 Juni 2007, Bank Muamalat menandatangani kerja sama interkoneksi dengan Bank Saudara dan Bank Riau. Keduanya bukan bank syariah. Interkoneksi itu diberi tajuk Sharia Deposit Arrangement (SHADR). Produk ini telah dilansir sekitar setengah tahun silam. Namun, baru Juni tahun ini direalisasikan. Menurut Direktur Utama Bank

Muamalat Indonesia A Riawan Amin, penandatanganan yang dilakukan di Hotel Shangrila itu merupakan tindak lanjut dari perjanjian kerjasama interkoneksi antarbank yang ditandatangani oleh bank-bank syariah nasional, yaitu: Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Danamon, Bank Bukopin dan Bank Muamalat pada ISE 2006.


Peristiwa Analisa

Jaringan Bank Syariah Kantor cabang: 209 Kantor cabang pembantu: 116 Unit pelayanan syariah: 21 Kantor kas: 162 Data: Bank Indonesia Desember 2006

SHADR merupakan layanan yang disediakan untuk kemudahan nasabah melakukan setoran tunai secara resiprokal ke rekening bank syariah di manapun melalui seluruh konter dan real time online. Jika A, nasabah Bank Muamalat ingin setor tunai ke rekening sendiri atau rekening orang lain di Bank Syariah Mandiri, maka ia bisa melakukannya di BMI saja. Setorannya akan langsung masuk ke rekening di BSM. Juga sebaliknya. ’’Layanan ini untuk mendukung pertumbuhan industri perbankan syariah,’’ kata U Saefudin, Direktur Bank Muamalat kepada Sharing beberapa waktu lalu. Bank syariah dipatok target menguasai pangsa pasar 5 persen tahun 2008. Kata SHADR bermakna ”Berlapang Dada”. Jaringan ini dibangun lantaran kesadaran akan minimnya jaringan bank syariah di seluruh Indonesia. ’’Jika tak bersatu, sulit bank syariah bisa cepat berkembang,’’ kata Saefudin lagi. Saefudin mengatakan SHADR bukan produk untuk dipersaingkan melainkan berbagi (sharing). ’’Ini berbagi kelimpahruahan sistem. Kebetulan, kami di Muamalat yang sudah mengembangkan infrastrukturnya. Tinggal yang lain bergabung saja. Malah, tak perlu biaya lagi. Yang penting pemimpin bank syariah mau membuka diri, membuka aksesnya.’’ Malah banyak manfaat yang bisa dipetik. Misalnya menambah fee based income bank, semua dapat ujrah. Prosesnya tak rumit. Menurut Saefudin, yang dikoneksi bukan core bisnis bank. Hanya jaringan transfer. ’’Sederhananya, ini seperti memindah menu ATM ke teller.’’ Jika selama ini nasabah bisa mentransfer menggunakan ATM, mengapa tak bisa menggunakan teller. Lagi-lagi Artha Jasa, perusahaan operator ATM Bersama, merupakan pihak yang menswitching untuk menyatukan perbedaan IT. Saefudin menjelaskan SHADR didesain sebagai aliansi strategis antarbank asyariah atau bank konvensional dalam berbagi teknologi informasi. Sayangnya, ide SHADR juga lama baru direspons. ’’Menurut kami butuh kelapangan hati untuk mau besama-sama melayani masyarakat.’’ Sejak awal tahun, SHADR sudah diujicobakan. SHADR sudah bisa masuk ke Bank DKI dan BNI. Namun

pihak DKI dan BNI belum membuka jaringannya. Gagasan interkoneksi akhirnya direspons Bank Riau dan Bank Saudara. ’’Alhamdulillah ini luar biasa. Mempermudah mempermudah masyarakat penguna jasa perbankan tentunya. Kalau dia mau setor ke Bank Saudara atau Bank Muamalat, kan dia nggak perlu jauh-jauh, dia tinggal cari salah satu saja,’’ kata Direktur Utama Bank Saudara Farid Rahman, usai penandatanganan. Menurut dia, makin banyak bank yang ikut (bergabung program ini) akan makin mudah. Dengan SHADR, katanya, seolah bank punya ribuan cabang atau kantor tanpa perlu membuka cabang secara fisik yang operasionalnya mahal.. Direktur Bank Saudara memaparkan dengan bergabung di program SHADR, nasabah banknya bisa menggunakan Bank Muamalat dan Bank Riau. Manfaat lain adalah rencana memiliki unit syariah sendiri. ’’Jika kami sudah punya bank syariah, maka ini akan lebih baik lagi.’’ Setelah penandatanganan, nasabah langsung bisa amenggunakan jaringan SHADR. Komentar serupa dilontarkan Direktur Utama Bank Riau Zulkifli Thalib. ’’Ini sangat membantu perkembangan syariah di Indonesia.’’ Terlebih bagi bank pembangunan daerah yang untuk mengembangkan diri butuh biaya tinggi, di samping waktu dan tenaga. ’’Kami harap fasilitas ini bisa ditingkatkan di mana semua bank yang punya unit syariah bergabung,’’ kata dia lagi. Menurut dia bersinergi lebih memudahkan meningkatkan pangsa pasar dibanding saat ini. Bagi nasabah, dengan adanya produk SHADR, mereka bisa lebih mudah dan efisien jika hendak mentransfer atau setor tunai. ’’Tak perlu repot pergi ke kantor bank bersangkutan. Jika ada Bank Muamalat dan Bank Saudara, ya tinggal transfer saja. Setoran langsung tunai saat itu juga.’’ Bagi bank, biaya pengembangan juga bisa lebih efisien. ’’Nasabah bisa memilih apakah mau pakai BPD.net atau SHADR. Pilihan makin beragam.’’

n YS/YN

43 Sharing / 2007


Peristiwa Analisa

Satu Buku untuk Investasi Bersama BKPM, Oxford Business Group (OBG) menerbitkan The Emerging Indonesia, buku yang memuat informasi lengkap dan komprehensif tentang Indonesia. Tujuannya, meningkatkan investasi luar negeri.

S

Sepuluh tahun lalu, sambungan tetap (fixed line) di Indonesia tergolong yang terendah di kawasan Asia Tenggara dengan hanya 4,8 juta fixed line dan 1,05 juta pengguna selular. Kini, fixed line tetap rendah di kawasan, hanya 8,7 juta sambungan sedangkan sambungan selular mencapai 60 juta. Bagi Direktur Utama PT Telkom Tbk, Rinaldi Firmansyah, ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara kawasan maupun di luarnya. Pasar selular memang bertumbuh seiring pesatnya teknologi tersebut. Telkom sendiri akan memigrasikan teknologi fixed line-nya yang konvensional ke generasi berikut, sambungan nirkabel tetap (fixed wireless line). Maka dipasarkanlah

44 Sharing / 2007

Flexi rumahan. Teknologi ini juga ditawarkan Bakrie Telecom lewat Esia rumahan. Sejak awal kemunculannya, Esia memang hanya memasarkan teknologi code digital multiple acces (CDMA). Setelah cukup sukses dengan CDMA untuk ponsel, kini Esia pun menawarkan fixed wireless line berbasis CDMA. Industri telekomunikasi diprediksi makin bergairah di masa depan. Pengguna ponsel akan meningkat antara 15-18 juta pada 2007 dan meningkatkan pendapatan industri ini hingga 20% dari 2006. Kompetisi akan semakin ketat bersaing hingga memaksa operator menurunkan harga. Sementara layanan

harus ditingkatkan, efisiensi akan terjadi di industri ini. Salah satunya adalah dengan meraup sebanyak mungkin keuntungan dari transmisi data yang memiliki karakteristik pelanggan lebih mapan daripada pelanggan reguler. Bagi Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, persaingan ketat ini adalah keniscayaan dan akan menguntungkan konsumen, terutama golongan menengah ke bawah yang kini sudah terbiasa dengan ponsel lewat konsep,“Acces and affordability�.

Pemahaman Mendalam tentang Indonesia


Peristiwa Analisa

Industri telekomunikasi diprediksi makin bergairah di masa depan. Pengguna ponsel akan meningkat antara 15-18 juta pada 2007 dan meningkatkan pendapatan industri ini hingga 20% dari 2006

Setelah Pemilu 2004, Indonesia dinilai mulai mampu menjalankan demokrasi yang lebih baik dibanding masa Orde Baru. Negara yang demokratis amat berpotensi menarik minat investor menanamkan modal di sana. Oleh karena itu, tiga tahun setelah Pemilu 2004, Oxford Business Group (OBG) meluncurkan The Emerging Indonesia pada 6 Juni 2007 di Jakarta. Satu buku yang memuat informasi lengkap dan komprehensif tentang politik, ekonomi, perbankan, pasar modal, asuransi, transportasi, energi, pariwisata, konstruksi dan real estat, telekomunikasi dan Teknologi Informasi, industri, pertambangan, perkebunan, media dan periklanan, ekonomi daerah, pertanian, dan analisa bisnis oleh Ernst & Young tentang peluang berusaha di Indonesia. Juga berisi wawancara ekslusif dengan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan beberapa jajaran menterinya. Buku setebal 236 halaman ini memuat analisa bisnis dari para analis kelas dunia. OBG adalah organisasi penerbitan , riset, dan layanan konsultasi berbasis di Inggris. OBG telah menerbitkan banyak buku sejenis untuk negara-negara di dunia. OBG Chairman, Michael Benson-Colpi mengatakan, “Kami menawarkan pemahaman yang mendalam mengenai negara dan masyarakat di dalamnya.� Bank dunia memberi komentar tentang buku ini sebagai The most comprehensif and accurate review on the country available�. Buku ini tidak gratis tapi dijual seharga USD180 per eksemplar, sedangkan versi online-nya juga bisa dilihat dan dipesan dari www.oxfordbusinessgroup.com. n IA

45 Sharing / 2007


Peristiwa Analisa

Munas IV Asbisindo:

Efisiensi, Universal Banking, dan Ketua Baru Banyak hal muncul dari Munas Asbisindo. Yang terpenting adalah tuntutan efisiensi, perubahan citra diri, dan terpilihnya A Riawan Amin sebagai ketua baru asosiasi ini.

J

Jangan harap target akselerasi bakal tercapai pada 2008 jika bank syariah masih sekadar cap. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan ini saat menjadi pembicara kunci di Munas IV Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), 13-15 Juni 2007 di Jakarta. Sekadar cap syariah di satu bank tidak lantas membuat bank tersebut lalu dipilih oleh pasar Muslim, apalagi nonMuslim. Terbitnya UU Perbankan syariah yang kini mandek di legislatif juga tidak serta merta membuat bank syariah melesat cepat. “Terbitnya UU tidak membuat aset melejit menjadi 10%, yang memajukan nasabah dan

46 Sharing / 2007

banknya,” kata Wapres. Bank syariah di Indonesia menurut Wapres hingga kini masih belum efisien. Ini mudah dilihat jika dibandingkan dengan bunga bank konvensional. Wapres memberi contoh BCA mampu memberi bunga kredit hingga 9,9% (produk tertentu) sedangkan bank syariah ada yang hingga 20%. Apalagi jika dibandingkan dengan Bank of Tokyo yang mampu memberi bunga sampai 2%. ‘’Mana yang lebih syariah memberi bunga 12 persen seperti dilakukan Bank of Tokyo atau 13-15 persen di bank syariah,’’ kata Wapres. Nasabah, menurutnya butuh lebih dari sekadar nilai-nilai keagamaan, tapi

keuntungan baik pembayaran cicilan yang lebih rendah atau pembagian imbal hasil yang lebih tinggi. Wapres mengidentifikasi adanya ketidakefisienan di bank syariah yang membuat biaya dana (cost of fund) menjadi tinggi. Efisiensi bisa dilakukan dengan penambahan modal sehingga biaya dana bisa dikurangi. Nah, penambahan modal itu sejatinya bisa dilakukan dengan membuat jaringan (link up) ke perbankan syariah di Timur Tengah yang bergelimang dana karena berkah minyak. Analisa Wapres, sejak Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan pada 1992,


Peristiwa Analisa perkembangan perbankan syariah tak seperti yang diprediksi dan diharapkan sebelumnya. Setelah 15 tahun beroperasi, perbankan syariah hanya mampu mengokupansi pangsa pasar 1,7% dari total aset perbankan nasional. Padahal, mayoritas penduduk beragama Islam. Dan juga sudah diperkuat dengan Fatwa MUI pada Desember 2003 yang menyatakan bunga bank itu haram. Kelambatan itu dianalisa Wapres juga karena pasar Muslim sendiri belum melihat keuntungan menyimpan atau meminjam ke bank syariah. Pengusaha belum melihat bakal mendapat cicilan yang murah jika meminjam ke bank syariah. Sementara deposan belum melihat imbal hasil yang tinggi jika menabung di bank syariah. Mereka selalu membandingkannya dengan bank konvensional. Dan, ketika ada bank konvensional yang mampu memberi imbal hasil lebih tinggi atau cicilan lebih murah, mereka ke sana. Sementara, sejatinya bank syariah memiliki kelebihan daripada bank konvensional, yaitu nilai syariah seperti kehalalan dan keadilan yang tertanam di dalam seluruh proses kegiatannya. Sayangnya nilai lebih ini belum maksimal mendorong perkembangan perbankan syariah karena hasil yang diberikannya masih belum efisien. Padahal yang diinginkan dunia usaha adalah, “Syariah prosesnya, bagus hasilnya, jangan syariah prosesnya, mahal hasilnya. Itu juga harus jalan dua-duanya,” tegas Wapres. Wapres juga mengingatkan agar perbankan syariah menjaga kemurnian niatnya. “Tujuannya bukan untuk memperbanyak bank syariah, tapi menyejahterakan masyarakat dengan cara syariah, cara yang halal. Jika sudah begitu, Insya Allah bank syariah akan mendapat rahmat,” kata Wapres.

seterusnya”, kata Burhanuddin. Perubahan persepsi bank syariah masuk dalam strategi I, yang keduanya perluasan pelayanan bank syariah di cabang bank konvensional. Sedangkan strategi III adalah perluasan pasar keuangan syariah melalui antara lain instrumen obligasi syariah(sukuk). Tanpa sukuk, bank syariah masih dianggap minoritas karena produknya juga sedikit. Burhanuddin juga menyinggung rencana membuat bank syariah sebagai layanan yang lebih elegan di perkotaan. Namun, diakui Burhanuddin untuk menjalankan tiga strategi tersebut diperlukan kerja bersama semua pihak, “Jangan lagi melihat target akselerasi ini sebagai tugas bank syariah atau BI, tapi kita bersama”, tegas Gubernur.

Ketua Baru, Semangat Baru Munas berakhir dengan terpilihnya Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia A Riawan Amin sebagai ketua baru Asbisindo.

“Syariah prosesnya, bagus hasilnya, jangan syariah prosesnya, mahal hasilnya. Itu juga harus jalan dua-duanya,” tegas Wapres.

Universal Banking Perbankan syariah perlu mengubah persepsi terhadap dirinya. Jika selama ini bank syariah hanya dianggap banknya umat Muslim, ke depan mestinya untuk semua golongan. “Bank syariah mestinya tidak lagi sekadar industri dengan niche market yang sempit, tapi menjadi universal banking yang by default lebih baik daripada bank konvensional”, kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah saat Munas tersebut. Burhanuddin mengatakan ada tiga strategi akselerasi perbankan syariah menuju target 5,28% di 2008. “Tidak hanya untuk 2008, juga

“Sudah dua kali saya memimpin, saatnya giliran yang lain,” kata mantan ketua umum (Ketum) Asbisindo, Wahyu Dwi Agung kepada Sharing. Pergantian ketua memang diagendakan bersama penyusunan pelbagai peraturan dan kelengkapan organisasi. Intinya, Asbisindo merasa sudah saatnya merapikan organisasi, mengikuti pertumbuhan industri syariah dan target akselerasi pada 2008. Beberapa nama beredar sebagai calon ketua umum Asbisindo selama 13-15 Juni lalu, di antaranya Ahmad Riawan Amin, Direktur Utama BMI dan Hanawijaya, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank Syariah Mandiri (BSM). Riawan sendiri mengaku amat menaruh perhatian besar terhadap Asbisindo karena BMI punya peran besar saat mendirikan organisasi ini. Kepada wartawan Riawan mengatakan seluruh bank syariah harus berjamaah untuk mendorong akselerasi perbankan syariah pada 2008. Jamaah itu berbentuk kerjasama layanan, produk, maupun jaringan. Asbisindo juga akan terus mendesak legislatif mengesahkan RUU Perbankan Syariah yang bertahun-tahun mandek di legislatif. RUU ini juga dulunya atas inisiatif Asbisindo, maka sudah menjadi kewajiban bagi Asbisindo untuk memperjuangkannya. n IA

47 Sharing / 2007


Personal Investing

Mengatasi Krisis Keuangan Keluarga Secara Syariah Agar tidak pailit saat krisis keuangan menerpa, keluarga Muslim mesti merencanakan keuangannya sebaik mungkin dan sesuai syariah.

D “Utang adalah salah satu penyebab krisis keuangan keluarga,” Safir Senduk, Biro Perencana Keuangan Safir Senduk & Rekan.

48 Sharing / 2007

Dalam sebuah hadis Nabi, dikisahkan seorang sahabat yang lupa mengikat ontanya di luar rumah saat datang ke sebuah pertemuan (majelis). Nabi pun menegur sang sahabat tersebut. “Mengapa tidak kau ikat ontamu?” Tanya Nabi. Sang sahabat menjawab bahwa ia yakin ontanya tidak akan kabur atau dicuri orang. Mendengar itu Nabi kembali mengingatkan, “Ikat dulu ontanya lalu pasrahkan segalanya kepada Allah”. Ahmad Gozali, Perencana Keuangan Syariah Biro Perencana Keuangan Safir Senduk & Rekan mengisahkan ini saat melatih sekitar 30 orang peserta workshop dan seminar “Mengatasi Krisis Keuangan Keluarga” di Hotel Gran Melia, Juni lalu. Intinya, Islam mengajari umatnya untuk berjaga-jaga, meski dalam keadaan aman pun. “Begitu juga perencanaan keuangan keluarga, siapkan jaring pengaman untuk mengantisipasi jika krisis keuangan melanda,” kata Ahmad. Jaring itu adalah investasi yang tentunya secara syariah.

Tabungan Perencanaan Bermacam investasi syariah ditawarkan di pasar Indonesia saat ini, terutama oleh perbankan

syariah. Bank Niaga Syariah (BNS) adalah salah satu yang memiliki investasi syariah berbentuk tabungan yang bisa direncanakan. Kebetulan, BNS menjadi salah satu sponsor workshop dan seminar yang digelar oleh MGE, event organizer (EO) yang banyak menangani kegiatan-kegiatan syariah. Tentang ini, Yane Roosyana, Senior Manager Business & Product Development Division BNS mengatakan Tabungan Perencanaan (Taper) sesuai dengan topik yang diangkat di acara tersebut. “Ini inline dengan produk kami yang masih baru ini”, kata Yane kepada Sharing. Menurut Yane, produk ini adalah salah satu upaya BNS untuk memenuhi kebutuhan nasabah dalam merencanakan masa depannya sekaligus memberikan bagi hasil yang menguntungkan. Taper adalah tabungan berjangka dalam mata uang rupiah yang mampu memberi imbal hasil yang ekuivalensinya mendekati deposito konvensional per bulan. Taper baru diluncurkan pada 17 Januari 2007. Menurut Yane, ini salah satu unggulan produk ritel BNS. Prinsip syariah yang digunakan adalah Mudharabah Mutlaqah. Tujuannya membantu


Personal Investing

“Tabungan Perencanaan adalah tabungan berjangka dalam mata uang rupiah yang mampu memberi imbal hasil yang ekuivalensinya mendekati deposito per bulan,“ Yane Roosyana, Senior Manager Business & Product Development Division Bank Niaga Syariah.

nasabah dalam merencanakan kebutuhan masa depan seperti rencana perjalanan ibadah, wisata keluarga, pernikahan dan lain-lain dengan dua cara menabung yaitu Rencana Waktu, tabungan akan jatuh tempo pada tanggal yang telah disepakati di awal pembukaan rekening dan Rencana Dana, tabungan akan jatuh tempo saat target dana yang disepakati di awal pembukaan rekening telah tercapai. Berbeda dengan tabungan standar di BNS, produk ini menawarkan perlindungan asuransi dengan premi gratis. Mirip dengan unit link di dunia keuangan konvensional, nasabah diberikan asuransi jiwa dengan manfaat, jika meninggal dunia akan dibayarkan oleh pihak asuransi sebesar 15 kali setoran bulanan ditambah dengan sisa setoran bulanan untuk masa kepesertaan yang belum berjalan. Ada juga manfaat asuransi rawat inap harian sebesar Rp 100 ribu per hari yang akan dibayarkan maksimal untuk 90 hari. Fasilitas asuransi tersebut didapatkan atas hasil kerjasama BNS dengan Asuransi Great Eastern Life Indonesia.

Jual Aset untuk Bayar Utang Jika dirasa sudah saatnya, menjual aset untuk mengatasi krisis keuangan keluarga adalah langkah yang tepat. Safir Senduk mengisahkan bagaimana ayahnya dulu terpaksa menjual rumah untuk membayar utang. “Kemudian kami pindah ke rumah yang lebih kecil,” kata Safir. Utang adalah salah satu penyebab krisis keuangan keluarga. Menjual aset bisa dilakukan asal memang itu langkah yang terbaik atau memang sudah tidak ada cara lain. Safir mengidentifikasi penyebab krisis keuangan keluarga, yaitu: (1) defisit, pengeluaran lebih besar daripada pendapatan

meski pendapatannya besar; (2) pendapatan terlalu kecil atau di bawah kewajaran; (3) inflasi, (faktor eksternal); (4) boros, ini menyangkut gaya hidup; (5) terjebak utang. Nah, khusus yang terakhir, menurut Safir adalah kondisi terburuk krisis. Untuk mengatasinya, ia menyarankan pelbagai cara, di antaranya menggunakan investasi yang dimiliki. Investasi yang baik selain produk perbankan adalah menyimpan emas, properti, dan mengumpulkan barang koleksi seperti barang antik, lukisan, dan barang hobi. “Mobil kuno misalnya, jika dijual ke pehobinya bisa berharga tinggi,” ujar Safir. Selain investasi, mengatasi utang dengan meminjam juga boleh saja. Sekali lagi, asal itu memang diperlukan. Ia pun merinci priotitas kemana meminjam uang.”Pokoknya meminjam ke leasing atau bank kalau bisa diurutkan di akhir-akhir, apalagi rentenir kalau bisa jangan,” ujar Safir. Soalnya, rentenir dan leasing cenderung sulit dinegosiasi saat kita tak dapat membayar saat jatuh tempo. Ini karena, perusahaan leasing mendapatkan dana untuk dipinjamkan dari bank, ia pun harus membayar pinjamannya ke bank. “Kalau rentenir, selain bunganya tinggi juga penyelesaiannya yang tidak ramah,” ujar Safir. Sedangkan bank masih bisa dinegosiasi karena ia memiliki dana yang besar. Meminjam paling aman adalah ke pasangan sendiri, suami, istri, atau pacar. Kalau pasangan tidak memiliki uang untuk dipinjamkan, orang tua atau teman bisa menjadi pilihan. Kalau orang tua atau teman tak memiliki uang, koperasi atau kantor adalah pilihan bijak. Safir memeringkatkan ini berdasar kemudahan cair tidaknya pinjaman dan tingkat toleransi jika kita tidak mampu membayar saat jatuh tempo. n IA

49 Sharing / 2007


CSR “Ya Allah, Tuhan manusia. Lenyapkanlah penderitaan dan sembuhkanlah karena Engkaulah yang dapat menyembuhkan. Tak ada penyembuhan kecuali penyembuhan-Mu, yakni penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lagi” (HR.Bukhari & Muslim).

Grup RS Sari Asih:

CSR Sesuai

Perintah Allah

R

“Rumah sakit (RS) amat bepotensi menumbuhkan syirik,” ujar H. Arief R. Wismansyah, Bsc, M.Kes, Presiden Direktur Sari Asih Group, payung empat RS Sari Asih di Tangerang Banten. Syirik itu timbul ketika pasien amat berharap dokter dan perawat dapat menyembuhkan penyakitnya. Padahal, kuasa penyembuhan itu ada di tangan Allah SWT. Dokter dan perawat hanyalah perantara. Di empat RS swasta tertua di Tangerang ini, nuansa Islami kental terasa berbaur dengan pasien dari berbagai agama. Grup RS Sari Asih tidak menyatakan dirinya sebagai RS Islam, tapi pengelolaannya berbasis manajemen syariah. Dalam manajemen syariah, corporate social responsibility (CSR) sudah tertanam (built in) di dalamnya. CSR dalam pemahaman Sari Asih adalah menjadi bermanfaat untuk semua. Baik memberi jasa kesehatan jasmani maupun rohani. Makanya, selain memberi berbagai kemudahan bagi bagi warga miskin untuk berobat di Sari Asih, dokter dan perawat juga selalu mengajak pasien untuk berdoa memohon kesembuhan hanya kepada Allah SWT. Ini dilakukan tiap kali proses pengobatan akan dimulai.

Intinya Zakat, Infak, Sedekah Grup Sari Asih mengucurkan Rp 600-800 juta dana CSR per tahun dari total omsetnya yang di kisaran Rp 110 miliar, juga per tahun. Kecil ya? Eit, tunggu dulu itu baru dari satu RS sementara Sari Asih punya empat dan semuanya di kawasan Tangerang Banten. Tinggal kalikan saja kisaran dana tersebut dengan empat. Namun sejatinya komitmen CSR tidak melulu diukur dari berapa banyak rupiah dikucurkan sebuah perusahaan, tapi CSR apa yang dilakukannya dan efeknya kepada masyarakat. “Kami tidak pernah mengukur CSR

50 Sharing / 2007

dari nominal, bahkan kami sebenarnya tak pernah secara khusus menamakannya CSR,” kata Arief. Yang dimaksud lelaki yang belum genap 35 tahun ini, CSR itu istilah yan barubaru ini diberikan untuk segala kegiatan membantu masyarakat oleh perusahaan. Pihaknya sendiri telah melakukan kegiatan ini sejak RS Sari Asih pertama berdiri di Karawaci, Tangerang. Makanya, Sari Asih tak pernah memiliki divisi khusus untuk CSR karena sejatinya sudah tertanam di dalamnya. Programnya pun tak muluk-muluk, tapi sesederhana yang diperintahkan Allah SWT dalam kitab suci Al Quran. Membayar zakat, infak, dan sedekah, misalnya, menurut Arief itu bentuk CSR yang paling hakiki. Dari sanalah varian program CSR dikembangkan. Dimulai dari memberi tarif berobat yang terjangkau dengan kemampuan masyarakat. RS Sari Asih Ciledug misalnya, seperti dikatakan

Arief, memasang biaya jasa dokter hanya Rp 55 ribu per pasien per sekali berobat. Rumah sakit ini memang segmennya menengah ke bawah disesuaikan dengan strata masyarakat Ciledug kebanyakan.

Jangan Menolak Pasien tidak Mampu Grup Sari Asih tidak menolak pasien tidak mampu. Di RS Sari Asih Karawaci, disediakan 10 tempat tidur untuk pasien tidak mampu dan itu gratis. Fasilitas dan biaya jasa dokter dan perawat gratis, tapi biaya obat tetap ada. Nah, khusus ini, Sari Asih Grup juga mengupayakannya tetap gratis dengan bekerjasama dengan pihak ketiga seperti Baznas-Dompet Dhuafa Republika, Dompet SCTV, RCTI Peduli, dan Rumah Zakat Indonesia. Obat yang tidak bisa gratis itu akan dibiayai oleh dana ZIS dari tiga lembaga


CSR

“Dokter dan perawat juga selalu mengajak pasien untuk berdoa memohon kesembuhan hanya kepada Allah SWT”. nirlaba tersebut. Tidak cuma kepada pasien tidak mampu di RS Sari Asih Karawaci, setiap hari di RS Sari Asih lainnya, pasien tidak mampu juga dapat mengajukan bantuan. Keluarga pasien tinggal membuat surat keterangan tidak mampu dari RT/RW lalu diajukan ke RS yang akan mengupayakan bantuan dari berbagai pihak. Rumah sakit juga dapat berperan dalam pemberdayaan masyarakat. Grup Sari Asih rajin mensponsori kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar, seperti pemberian modal kerja dan pelatihan keterampilan kerja. Ini juga bekerja sama dengan pihak ketiga seperti Baznas-DDR dan Daarut Tauhid (DT). Lembaga nirlaba tersebut yang menjalankan program pemberdayaan masyarakat atas inisiatif dan biaya dari Grup Sari Asih. “Lebih baik kita serahkan segala sesuatu kepada yang ahlinya, staf kami tidak ahli dalam pemberdayaan masyarakat”,

ujar Arief. Dalam waktu dekat, Grup Sari Asih berencana mendirikan baitulmaal wa tamwil (BMT). Lagilagi bekerja sama dengan pihak ketiga tersebut. Tujuannya tetap dalam rangka pemberdayaan umat yang lebih berkelanjutan dengan memberi pembinaan usaha. Dalam kegiatan keagamaan, Grup Sari Asih juga mengadakan pesantren kilat dan sunatan massal secara berkala. Ketika Ramadhan, satu bulan penuh semua RS Sari Asih menyediakan buka puasa gratis. Manfaat CSR juga sebaiknya dirasakan karyawan RS. Maka tiap tahun, RS memberangkatkan dua orang karyawannya yang sudah bekerja di sana selama 15-20 tahun ke Tanah Suci. Ini sudah belangsung selama empat tahun. Dus, bagi Arief, kunci sukses sebuah RS antara lain karena tidak selalu mengejar keuntungan dan maksimalisasi manfaat. n IA

Sekilas Grup Sari Asih Berawal dari praktik bidan Siti Rochayah (Ibunda Arief Wismansyah) di Karawaci tahun 1977. Pada 2007 umurnya mendekati 30 tahun dan menjadi RS Swasta yang pertama, tertua, dan asli Tangerang. Grup Sari Asih memiliki empat cabang yakni RS Sari Asih Karawaci 150 tempat tidur, RS Sari Asih Ciledug 150 tempat tidur, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sari Asih Sangiang, Rumah Bersalin Harapan Ibu. Hingga 2005 Grup Sari Asih telah melayani 15.000 pasien rawat inap dan 130.000 pasien rawat jalan. Jumlah bayi lahir pada 2005 di seluruh cabang adalah 3.600 bayi. Kini Grup Sari Ash memiliki 27 Dokter full timer (12 dokter spesialis) dan 120 dokter part time.

51 Sharing / 2007


Pendidikan

Entrepreneur College

Bertekad Cetak Pengusaha Baru Sekolah ini ingin mendobrak pola pikir anak muda yang hanya ingin jadi karyawan.

Roadshow EC disalah satu universitas di Jakarta

A

Awalnya adalah keprihatinan melihat motivasi rata-rata mahasiswa Indonesia yang ingin jadi karyawan selepas kuliah. A. Khoerussalim, Presiden Direktur Entrepreneurship College, tergerak mengubah paradigma itu. Baginya, jauh lebih penting menanamkan mental menjadi pengusaha dan bukan sekadar karyawan. “Jadi karyawan tidak bisa menguasai modal. Yang bisa mengusai modal adalah pengusaha,” ujar pria yang akrab dipanggil Salim itu pada Sharing. Beranjak dari situ, sejak September 2005, Salim mendirikan Entrepreneurship College (EC), sebuah sekolah berkonsep short course. Lembaga ini dibentuk untuk mencetak sebanyak mungkin pengusaha baru yang handal. Makin banyak pengusaha baru, makin cepat pertumbuhan ekonomi Indonesia terangkat. “Bangsa ini harus sadar sekarang banyak aset yang sudah diambil pihak asing. Kita makin tak berdaya karena produkproduk ungulan juga sudah dikuasai asing. Memperbanyak pengusaha adalah solusi untuk menarik lagi aset bangsa yang telah

52 Sharing / 2007

tergadai.’’ Salim menilai pola pendidikan dalam keluarga mengakibatkan mental wirausaha tak terasah di kalangan pemuda. Sebagian besar mahasiswa ingin jadi karyawan. “Kurikulum pendidikan kita, mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai PT, semua mengarahkan bagaimana anak dididik menjadi karyawan, bukannya pengusaha.’’ Dia mengambil contoh akademi perhotelan. Kuliah selama enam semester, mahasiswa hanya dilatih menjadi karyawan hotel dan bukan jadi pemilik. ‘’Sangat memprihatinkan, bukan?” papar Salim. Ia lalu menambahkan, latar belakang sosial juga belum mendorong lahirnya jiwa entrepreuneurship bagi seorang anak dalam suatu keluarga. “Orang tua cenderung mendorong anak bercita-cita menjadi dokter atau pilot. Tak pernah ada kata-kata agar anaknya punya rumah sakit atau maskapai penerbangan sendiri.’’ Padahal memiliki rumah sakit atau penerbangan jauh lebih baik dibanding menjadi dokter atau pilot. Entrepreneur College berusaha mendobrak pola pikir anak muda.

Roadshow ke Berbagai Kampus Salim menjelaskan, EC bukan sekolah berjenjang layaknya universitas atau perguruan tinggi dengan gelar D3, S1, S2 dan seterusnya. Lembaga pendidikan ini menjalankan konsep pendidikan yang bersifat short course dengan programprogram seperti seminar, workshop, reguler class dan in house training. Dengan konsep itu maka sasaran peserta EC adalah mahasiswa, karyawan di perusahaan yang hampir bangkrut, atau pekerja yang memasuki usia pensiun. “Untuk mahasiswa, kita ingin agar mereka terbuka paradigmanya untuk menjadi pengusaha. Sementara untuk karyawan yang mau pensiun, kita memberikan wawasan, agar mereka jangan sampai mengalami post power syndrom setelah pensiun. Karena, setelah pensiun itu, masih ada peluang rezeki lain dengan menjadi pengusaha,” papar Salim. Dengan membidik kedua sasaran di atas, maka lokasi belajar pun menjadi sangat fleksibel. Seringkali, Salim dan tim EC-nya melakukan road show dari kampus


Pendidikan ke kampus menyelenggarakan seminar tentang pentingnya jiwa entrepreneur bagi mahasiswa. Sementara untuk karyawan yang mau pensiun, EC menyelenggarakan in house training yang biasanya diselenggarakan di kantor tempat karyawan itu bekerja. Namun demikian, ada juga kelas reguler di EC yang lokasinya menetap, khusus bagi masyarakat umum dari semua kalangan. Kelas reguler di EC ini terdapat di empat cabang, yaitu di Jakarta (Fatmawati dan Rawamangun), Bandung, serta Pekan Baru. Pendidikan di kelas reguler memakan waktu 1,5 bulan dengan enam kali pertemuan. Kursus digelar tiap Sabtu, pukul 13.00 – 17.00. “Biasanya, peserta kelas reguler kami langsung action jadi pengusaha setelah lulus,” jelas Salim bangga.

Merambah Majelis Taklim Selain mahasiswa dan karyawan yang

hendak pensiun, EC juga membidik anggota majelis taklim dan komunitas masjid. “Kita juga sering roadshow atau seminar tentang pemberdayaan ekonomi umat berbasiskan masjid. Tema-tema yang kita angkat, misalnya, perspektif Nabi Muhammad sebagai pengusaha sukses, yang bisa menjadi inspirasi bagi umat,” jelas Salim. Yang menarik, EC juga punya program khusus untuk anak-anak, yaitu Entrepreneur for Student. Program ini ditujukan untuk pelajar Taman Kanak-Kanak (TK). Melalui program itu, Salim berniat mengenalkan sedini mungkin jiwa pengusaha pada anakanak. Lokasi program ini adalah di pabrik Country Donuts, sayap bisnis Salim, di bilangan Ciracas, Jakarta Timur. “Saya ingin menginspirasi anak-anak untuk membangun sebuah industri, atau sebuah komunitas bisnis. Kami mengajarkan

cara membuat donat di EC. Mereka kita berikan mimpi, bukan cuma jadi pilot, tapi mimpi menjadi pengusaha,” kata Salim bersemangat. Dengan bekal pendidikan, Salim berharap para pengusaha memiliki pengalaman yang baik. “Karena, di tempat kita, pengusaha itu biasanya adalah by accident bukan by program.’’ Padahal, semua orang itu juga punya potensi jadi pengusaha. Karena fitrahnya manusia diberikan potensi oleh Tuhan untuk mandiri, bersaing, serta jadi orang yang unggul. ‘’Nah, EC hadir untuk memotivasi atau meyakinkan orang, agar mereka merasa yakin dengan pilihannya menjadi pengusaha,” tutup Salim.

n YS

53 Sharing / 2007


Wisata

Shanghai METAMORFOSA EKS KOTA GANGSTER

Kota ini dulunya sarang gangster berbisnis opium. Namun, waktu mengubah Shanghai menjadi kota yang mempesona dan surga belanja wisatawan mancanegara. Shanghai‌ Mendengar nama kota ini, mungkin kita akan langsung terbayang pada film-film Mandarin era 70-80-an. Film-film tersebut selalu mengidentikkan Shanghai dengan gangster, dunia bawah tanah yang gelap. Dahulu memang demikian. Bahkan, gangster penguasa bisnis opium itu sempat menimbulkan huru-hara dengan saling berperang pada 1839-1842. Kini, Shanghai tak ubahnya kota modern yang menawarkan glamour metropolitan. Kesan itu aku dapat ketika berkesempatan mengunjungi kota itu di sela tugas pameran dagang internasional.

54 Sharing / 2007

Shanghai sekarang cukup nyaman bagi wisatawan. Tak hanya untuk berwisata, Shanghai juga menyimpan potensi bisnis. Berbagai sarana dan prasarana kotanya sangat mendukung untuk semua kegiatan itu. Selepas mengikuti pameran, kami diberi waktu satu hari menikmati kota Shanghai, The Oriental Paris.

Nanjing Road Pagi itu, sebagaimana pengunjung lain, kami hendak mengunjungi salah satu kawasan belanja paling terkenal, Nanjing


Wisata Road. Shanghai sekarang memang disebutsebut sebagai surganya para shopaholic alias orang yang kecanduan belanja. Di sini, banyak pilihan tempat belanja yang representatif bagi para turis mancanegara. Dari hotel tempat kami menginap, cukup berjalan kaki saja menuju Nanjing Road. Hanya beberapa menit, kami tiba di jalan yang punya julukan sebagai ”The Number One Road in Shanghai” ini. Nanjing Road merupakan jalan yang lebar. Uniknya, permukaan jalan ini bukan dilapisi aspal atau beton, seperti jalan kebanyakan. Melainkan dilapisi granit! Sehingga, kendaraan seperti mobil atau motor tak boleh melintas di sini. Yang boleh melalui jalan ini hanya pejalan kaki, trem, dan kendaraan sejenis kereta mini yang melayani rute seputaran pusat kota Shanghai. ”Hssssss..................” Dengung trem mendadak terdengar di belakangku. Karena tak biasa, kami memang sempat berjalan agak di tengah. Kami pun menyingkir. Laju trem cukup lambat. Nanjing Road, merujuk pada brosur wisata setempat, ternyata merupakan pusat belanja paling awal yang pernah dibangun di Shanghai atau sekitar pertengahan abad ke 19. Namun, wujudnya banyak berubah dibanding aslinya dulu. Beberapa bangunan asli tampak dipertahankan. Namun, wisatawan terlihat lebih tertarik berbelanja di pusat perbelanjaan modern yang bergaya Barat. Nanjing Road sedikit mengingatkan pada kawasan belanja di Pasar Baru, Jakarta, karena pada bagian kiri dan kanan jalan ini, terdapat banyak toko dan pusat perbelanjaan. Konon, ada sekitar 600 bangunan usaha di sini, yang terdiri dari berbagai toko kelontong, super market, gerai fashion, musik, hotel, theatre dan juga restoran. Nama-nama gerai waralaba asing ternama, seperti Tiffany, Mont Blanc, serta Dunhill, mudah dijumpai di sini. Begitu pula dengan restoran waralaba fast food terkenal seperti KFC, MC Donald’s dan Pizza HUT, turut berbaur menjajakan diri bersama dengan restoran-restoran tradisional khas China. Karena merupakan daerah pusat belanja, maka banyak sekali turis mancanegara, terutama wanita berbelanja di Nanjing Road. Di mana-mana terlihat para turis menjinjing kantung-kantung belanja besar. Mereka umumnya memenuhi gerai-gerai busana, memilih-milih pakaian model paling mutakhir, parfum, dan lainnya.

Aku sendiri hanya memasuki sebuah gerai fashion yang menjual kaos bernuansa casual. Gerai ini men-display ratusan kaus beraneka ragam dan warna di dindingdinding toko. Aku tertarik membeli sebuah kaus polo warna putih. Namun rencana membeli kaos itu urung aku lakukan karena harganya cukup mahal. Karena hari sudah menjelang siang, perut pun mulai keroncongan. Sempat terbetik di benakku untuk mencicipi masakan khas China. Namun, aku merasa ragu soal kehalalan makanannya dan bumbunya. Supaya aman, aku masuk saja ke restoran KFC.

Shanghai Bund Puas di Nanjing Road, aku lantas menuju daerah Bund, yang juga biasa disebut Zhongshan Road. Daerah ini merupakan kawasan paling utama di kota Shanghai, yang juga tempat wisata paling favorit bagi para turis. Di daerah Bund ini terdapat dermaga panjang yang didirikan persis di atas sungai Huang Pu, yang lokasinya membujur mulai dari jembatan Baidu (Baidu Bridge) sampai dengan The East Jinling Road. Dari Bund ini kita dapat melihat pemandangan eksotik, yaitu deretan bangunan kuno peninggalan Inggris pada awal tahun 1900-an dahulu. Lokasi bangunan ini terletak di seberang Bund, dipisahkan oleh

55 Sharing / 2007


Wisata sungai Huang Pu. Di antara bangunan-bangunan tersebut, yang paling terkenal tentu saja Customs House, gedung berarsitektur neo-klasik yang didirikan tahun 1925-1927. Gedung ini terlihat sangat kokoh, seperti layaknya bangunan kuno di daratan Inggris. Di bagian atasnya terdapat menara jam, seperti layaknya menara Big Ben di London. Lalu yang juga tak kalah mentereng adalah gedung Shanghai Jiatong Estate Property, bangunan berarsitektur Eropa awal abad 20. Serta, bangunan Palace Hotel dengan arsitektur yang mirip-mirip dengan Shanghai Jiatong Estate Property. Sementara berdiri sejajar dengan dermaga Bund itu sendiri, terdapat bangunanbangunan modern pencakar langit di Shanghai. Salah satu adalah landmark kota ini, yaitu Oriental Pearl TV Tower yang berlokasi di daerah Pu Dong. Menara berbentuk unik ini tingginya 468 meter (1,536 feet) dan pernah menjadi bangunan tertinggi nomor

56 Sharing / 2007

3 di dunia. Sementara bangunan modern penting lainnya yang berada di sekitar TV Tower adalah Shanghai City Planning Exhibition Center, Shanghai Grand Theatre, Pu Dong Internasional Airport dan Jinmao Mansion, yang kesemuanya menandai proses metamorfosa Shanghai dari sebuah kota kuno yang sangat konservatif menjadi kota metropolis yang sangat memuja modernisasi.

Yuyuan Garden Bila kita ingin menyaksikan pesona Shanghai masa lalu, datanglah ke Yuyuan Garden, sebuah taman tradisional China yang masih terjaga keasliannya. Yuyuan Garden tak jauh dari Bund. Taman ini berlokasi di daerah Anren Jie, dibangun oleh Pan Yunduan, seorang pejabat pemerintahan dari Dinasti Ming tahun 1577. Pan membangun taman ini untuk tempat peristirahatan dirinya dan keluarganya. Taman ini sempat rusak berat, saat terjadi

kerusuhan di Shanghai akibat masalah opium (Opium war) pada 1839-1842. Namun lewat restorasi yang diprogramkan pemerintah setempat selama lima tahun sejak 1956, taman ini mulai dibuka lagi untuk umum pada September 1961. Di Yuyuan Garden terdapat beberapa bangunan berarsitektur China kuno yang didominasi unsur kayu jati, serta dilengkapi dengan atap model wuwungan yang sangat khas. Bangunan-bangunan tersebut terlihat bersih dan terawat dengan baik. Yang menarik, pada salah satu sudut taman, dipamerkan onggokan batu giok besar yang disebut Exquisite Jade Rock, yang konon telah berusia ratusan tahun. Selain itu, di Yuyuan Garden ini terdapat pula sebuah kolam besar yang sangat indah, dengan dirindangi rerimbunan pepohonan tua yang membuat para pengunjung di sini merasa sejuk atau teduh. n YS



Interlude

Spiritual Marketing

Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah semata. (Qs Al Anám (6):162

S

Sebagaimana perkembangan di ranah intelligent, dari Intelligent Quation , Emotional Quation dan belakangan Spiritual Quotion, maka dalam praktik bisnis dan pemasaran pun sebetulnya ada pergeseran dari level intelektual (rasional), ke emosional, dan kini spiritual. Dahulu orang menganggap mereka yang IQnya tinggi sebagai orang yang hebat. Kemudian belakangan teori itu mulai bergeser. IQ tinggi tanpa disertai EQ hanyalah menjadikan manusia mesin. Kemudian lahirlah EQ yang menyentuh pada sisi empati dan sosial dan kemudian Spiritual Quotion yang menunjukkan ada God spot di dalam diri manusia sebagai pertimbangan mereka bertindak. Dalam praktik bisnis pemasaran pada God spot itu diwujudkan dengan mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilai spiritual yang diyakini baik itu Islam, Hindu, Kristen atau agama Samawi dan agama lainnya. Pemasaran pada level intelektual adalah pemasaran dengan sikap seperti robot dengan mengandalkan hanya kekuatan logika dan keilmuwan saja. Para pemasar cenderung menggunakan tools pemasaran seperti targeting, positioning, marketing mix, branding dan sebagainya. Pada level emosional, pelanggan diperlakukan dengan menyentuh unsur emosi dengan pendekatan empatik. Konsep pemasaran di tataran emotional ini adalah experimential marketing dan emotional branding. Namun, pecahnya skandal keuangan di AS dan tumbangnya perusahaan-perusahaan raksasa seperti Enron, Worldcom menggeser era pemasaran ke tataran spiritual marketing. Pada level ini pemasaran disikapi sebagai bisikan nurani dan panggilan jiwa. Praktik pemasaran dikembalikan pada fungsinya yang hakiki dan dijalankan dengan moralitas yang kental. Prinsip kejujuran, empati, cinta,

M Syakir Sula Ketua Asosiasi Masyarakat Asuransi Syariah Indonesia

dan kepedulian terhadap sesama menjadi amat penting. Jika di level intelektual bahasa yang digunakan adalah bahasa logika, di level emosional yang dikedepankan bahasa rasa maka di level spiritual yang memainkan peranan penting adalah bahasa hati. Runtuhnya sejumlah perusahaan di atas menunjukkan sehebat apapun bisnis, secanggih apapun tools yang dijalankan, tak akan ada guna jika tidak dilandasi nilai spiritual yang kokoh. Kasus manipulasi akuntansi terbesar dalam sejarah bisnis di AS itu menunjukkan betapa makin kompleks bisnis, semakin canggih tools manajemen, ditambah lagi dengan semakin majunya perangkat regulasi ternyata tidak menjadikan praktik bisnis menjadi makin dewasa dan beradab. Justeru sebaliknya, semakin kebablasan tanpa etika, nilai moral dan tanpa pegangan. Meminjam catatan Andreas Harefa dalam buku Kepempimpinan Kristiani, manusia masih enggan bertobat dan kurang menyesali kesalahannya padahal bumi makin renta, carut marut dan amburadul akibat ulah manusia. Praktik bisnis yang sakit puluhan tahun semakin menyadarkan bahwa kejujuran, etika, dan moral dalam satu bisnis telah menjadi keharusan. Dari sinilah muncul paradigma baru dalam marketing yakni spiritual. Spiritual marketing merupakan tingaktan tertinggi. Orang tak lagi sematamata menghitung untung dan rugi, tak terpengaruh lagi dengan hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwa yang mendorongnya untuk berbisnis dengan cara yang benar. ’’Spiritual itu sesuatu yang tak bisa dilihat dengan mata dan hanya bisa dirasakan dengan hati atau sesuatu yang seperti itu. Dalam konsep ekonomi Islam, maka spiritual marketing adalah nilai dasar dari

prinsip muamalah (bisnis dalam koridor Islam). Inilah puncak tertinggi dalam keimanan di mana kita setiap sholat selalu berikrar bahwa semua yang kita lakukan ibadah, sholat, hidup dan mati hanyalah dalam konteks pengabdian pada Ilahi. Bukankah itupula yang selalu disampaikan para khatib pada ujung khutbah Jumatnya. Agar kita berlaku adil ketika melakukan transaksi, jujur dan berbuat baik kepada siapa saja, keluarga maupun orang lain, menghindar dari perbuatan tercela, apalagi bermusuhan baik dalam bisnis maupun pergaulan umum. Spiritual marketing tak berarti bahwa bisnis itu harus yang berkaitan dengan masalah agama, tapi kita mampu memberi kebahagiaan kepada siapa saja yang terlibat dalam bisnis apakah itu diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal dan bahkan pesaing. Para pemasar yang dilandasi nilai spiritual akan mencintai pelanggan dan menghargai pesaing. Maka satu bisnis yang berhubungan dengan agama tapi jika tak mampu memberikan kebahagiaan kepada semua pihak berarti belum menerapkan spiritual marketing. Sebaliknya, apapun bidang yang kita geluti, tapi dijalankan dengan penuh cinta, kebahagiaan, kejujuran dan keadilan itulah bisnis yang telah menerapkan spiritual marketing. Karena Rasulullah SAW telah mengajarkan kita untuk mengangap manusia sebagai keluarga. Dan semua anggota keluarga memiliki derajat yang sama di mata Allah terlepas dari kedudukan, ras, warna kulit, dan lainnya. ’’Sesungguhnya Allah tidak melihat pada wajah dan kejayaanmu tapi pada hati dan perbuatan (yang ikhlas)’’ (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

Disarikan dari buku Syariah Marketing 58 Sharing / 2007



Kata Mereka Haryoko

Cukup Satu Pekerjaan Saja Direktur Bank Syariah Mandiri yang satu ini mengaku satu pekerjaan saja sudah cukup bernilai dan berharga untuk dilakukan. ‘’Pekerjaan saya sebagai bankir. Itu saja yang harus saya tekuni,’’ kata M Haryoko di sela acara Munas Asosiasi Bank Syariah Indonesia di Hotel Sahid, Jakarta, medio Juni lalu. Haryoko mengaku banyak orang menjalani dua hingga tiga pekerjaan sekaligus. Ada temannya yang menjadi bankir tapi juga mengajar dan sedikit berbisnis. Atau menjadi bankir sembari menjalani bisnis konsultan. ‘’Apakah dengan menjalani dua pekerjaan lantas nilainya menjadi lebih tinggi, menurut saya sih tidak. Hasil akhirnya sama saja.’’ Rizki dari Allah, kata dia, sudah cukup besar untuk

Ustadz Yusuf Mansyur

“Allah menggandakan sedekah” Satu hari libur di bulan Juni, ustadz ini membagi ilmunya tentang pengelolaan keuangan secara Islami. Tentunya bagi ustadz muda asli Betawi ini membagi ilmu juga dakwah. Seperti khasnya, Ustadz Yusuf, begitu ia biasa disapa mengemas nilai-nilai Islami dengan cerita. Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) itu tidak ternilai “Pernah datang kepada saya seorang istri yang bertahun tak mendapat anak,” kisah Ustadz. Perempuan itu meminta kepada Ustadz Yusuf untuk mendoakannya agar segera mengandung. Mendoakan umat memang sudah menjadi tugas Ustadz Yusuf. Maka ia meminta perempuan tadi menyisihkan sebagian hartanya untuk sedekah. “Maka InsyAllah diwujudan keinginan Ibu,” ujar Ustadz Yusuf. “Berapa saya harus sedekah Ustadz? tanya si perempuan. “Yang sewajarnya sesuai permintaan Ibu” jawab Ustadz lagi. Si perempuan pun, kisah Ustadz menyedekahkan Rp 20 juta. Beberapa bulan kemudian, perempuan itu mengabari Ustadz Yusuf bahwa perutnya mulai ‘berisi’. ‘’Rasanya uang sebesar Rp 20 juta tak sebanding dengan anak yang diberikan Allah kepada saya,’’ kata perempuan itu seperti dikisahkan Ustadz Yusuf. Yang terpenting menurut Ustadz Yusuf adalah untuk tidak menghitung ZIS dengan matematika manusia. Sesungguhnya Allah memiliki matematika sendiri yang mestinya kita pahami. Ustadz memberi ilustrasi, jika dari penghasilan Rp 1 juta per bulan yang kita miliki disedekahkan Rp 100 ribu, tidak berarti uang kita tinggal Rp 900 ribu. “Allah menggandakan sedekah,” kata Ustadz. “Matematika Allah untuk itu adalah Rp 900 ribu dikali 10 atau Rp 9 juta,” tandasnya. n

60 Sharing / 2007

disyukuri. Karena itu, selagi masih jadi bankir dia tak akan menduakan pekerjaan. Ia mengaku beberapa tawaran pekerjaan datang kepadanya. Di antaranya menjadi dosen di perguruan tinggi atau menjadi konsultan. Semua ia tampik dengan alasan khawatir tak bisa fokus. ‘’Orang lain mungkin bisa menjalani dua hingga tiga pekerjaan sekaligus. Saya biar satu saja.’’ Nanti jika ia pensiun sebagai bankir baru ia bisa melirik pekerjaan lain. Mungkin bisa mengajar karena waktunya sudah lebih senggang. ‘’Kalau sekarang harus ngajar juga rasanya terlalu dipaksakan,’’ kata alumni Institut Teknologi Bandung itu yang hobi melalap berbagai buku itu. n

Meta Lubis

Dakwah Lewat Blog Wajah ibu muda ini selalu segar, cantik, dan tampak tulus. Di beberapa pengajian baik beranggotakan ibu rumah tangga, politisi, perempuan eksekutif maupun pengajian yang diikuti kalangan artis, wajahnya tak pernah luput. Meta Lubis mengaku harus giat mencari ilmu. ‘’Saya menuliskan semua ilmu yang saya dapat lewat blog,’’ katanya. Ibu dua anak yang pernah dicalonkan sebagai anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional ini mengaku dari blog itu ia bisa berdakwah. ‘’Saya menyampaikan dakwah yang disampaikan ustadz lain,’’ kata Meta di sela final lomba perancang busana Muslim yang digelar Majalah Noor di Jakarta. Ternyata dakwahnya direspons baik. Pengunjung blognya telah mencapai 700 ribu lebih. ‘’Saya hanya mengubah bahasa ustadz dengan bahasa yang lebih gaul dan mungkin disukai kaum perempuan.’’ Tak jarang, kata dia, dia juga mengutip kasus dalam film Desperates Houswifes yang di Amerika sempat naik daun. Dari contoh kasus di film itu ia mencarikan rujukan pemecahan. Berbekal kebiasaan menulis di media massa, Meta mengatakan isi blognya lebih pada kasus rumah tangga ditinjau dari sisi Islami. Dan tentu saja pengemasan yang lebih popular. Setelah mendapatkan respons cukup baik, Meta mengaku sedang menyiapkan buku sebagai lanjutan dari edisi dakwah versi webnya. n


Resensi >> Musik

Song For Kids Produksi: 2007

Lagu lagu tradisional anak-anak yang popular di Amerika Serikat kini telah hadir di Indonesia dengan judul Songs For Kids -Twinkle Twinkle Little Star. CD ini memuat 25 lagu anak-anak yang lirik dan syairnya amat dekat dengan anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Lagu seperti Twinkle Twinkle Little Star, Old McDonald, dan lagu lagu lain yang riang gembira pasti disukai oleh anak anak di Indonesia. Karena, lagu tersebut sering menjadi pengiring dari gerakan tari, senam dan berbagai kegiatan anak-anak. Selain lagu Twinkle-Twinkle Litlte Star ada juga lagu The Muffin Man, Here We Go Round The Mulberry Bush, Yangke Doodle, London Bridge is Falling Down, Puppet Show dan Bingo. Untuk menemani anak bermain di rumah sembari mengenalkan kosa kata dalam bahasa Inggris, rasanya memperdengarkan lagu bebahasa Inggris cukup baik ketimbang anak-anak menghafal lagu-lagu untuk orang dewasa. CD lagu anak-anak ini bisa diperoleh di toko kaset terdekat.

Kompilasi Soundtract Film Movie Love Songs

Sebuah lagu kadang menjadi amat popular karena dijadikan theme song dari sebuah film atau sinetron. Kadang, theme song menjadi jauh lebih dikenal ketimbang album kaset atau CD-nya sendiri. Kompilasi soundtract film yang dikemas dengan Movie Love Songs ini adalah lagu-lagu yang dinyanyikan penyanyi internasional plus lokal Indonesia yang sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia baik yang pecinta musik atau bukan. Dalam kompilasi lagu ini hanya satu lagu dari Indonesia yang dibawakan Acha Septriasa dengan lagu Sampai Menutup Mata dari film Heart. Masih ingat lagu How Do I Live yang dinyanyikan dengan sangat merdu oleh Trisha Yearwood? Ya, lagu itu juga masuk dalam salah satu dari 18 lagu yang ditampilkan di kaset ini. Lagu itu adalah OST dari film Con Air. Suara tinggi dan berat milik Whitney Houston dengan I will always love You dan Love is all Around dari Wet,Wet, Wet juga masuk menjadi salah satu hits. Selain itu masih ada lagu Kiss Me (Sixpence None The Richer), If You’re Not The One (Daniel Beddingfield), When You Say Nothing at All (Ronan Keating) , Unchained Melody, I Say A Little Prayer (Diana King) dan lagu lain yang cukup enak dinikmati tanpa perlu berpikir sebagaimana jika mendengarkan lagu baru.

>> Buku The Stolen Child Penulis: Keith Donohue Penerbit: Dastan Books

Sebagian dari kita mungkin bisa mengingat bagaimana kenangan masa kecil dahulu. Tapi anak-anak dalam buku The Stolen Child ini harus mereka-reka lagi masa lalu mereka karena kehidupan mengubahnya. Tak jarang mereka harus mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle itu hingga menjadi cerita yang utuh. The Stolen Child adalah cerita fiksi tentang anak-anak yang diculik dan digantikan posisinya oleh hobgoblin (peri). Adalah Henry Day, seorang anak yang diculik hobgoblin. Hobgolin itu yang menculiknya lantas bertukar posisi menjadi Henry Day dan hidup layaknya orang normal. Tapi, usaha menjadi manusia ternyata harus cukup keras dilakukan. Gustav, mantan hobgoblin menjelma menjadi Henry Day anakanak hingga menjadi dewasa dan berketurunan layaknya manusia biasa. Cerita ini menyentuh karena memuat sisi kemanusiaan. Bagaimana seorang hobgoblin merasakan hangatnya kasih sayang dalam keluarga, dan lantas menemukan cinta sejati, hingga membuatnya tak ingin kehilangan kehidupannya lagi. Lewat perjalanan sebagai manusia, ia bisa menemukan kisah masa kecilnya beratus tahun silam. Cerita tentang hobgoblin atau peri lekat dengan budaya Eropa. Namun, bukan karena cerita tentang peri yang membuat buku ini menarik melainkan sisisisi kemanusiaan yang amat menyentuh.

Mencapai Kesuksesan Dalam MasaMasa Sulit Penulis: Dato Dr Mohamad Bin Hashim Penerbit: PT Global Cipta Publishing (2007)

Buku ini adalah kisah penulis ketika menangani perusahaan saat krisis ekonomi mengguncang Malaysia. Saat krisis keuangan melanda, banyak perusahaan terperangkap tanpa mereka sadari. Salah satu di antara perusahaan yang terkena dampaknya adalah Global Carriers Berhad (Global Carriers) sebuah holding perusahaan perkapalan Malaysia yang kecil tapi terdaftar di Bursa Kuala Lumpur. Perusahaan itu memiliki 23 kapal pada 1997 dengan meminjam ke 14 lembaga keuangan, plus modal sendiri. Krisis ekonomi mengguncang perusahaan terutama beban utang yang banyak. Perusahaan yang dibangun dengan segala dana yang ada, hancur akibat krisis yang dahsyat dan terpaksa terlempar dari bursa. Meski sempat limbung dan mendapat banyak kecaman, dengan segenap usaha keras pemilik perusahaan yang juga penulis buku ini berhasil merestrukturisasi keuangan perusahaan dan impian menjadi kenyataan kembali. Kerberhasilan restrukturisasi membuat Global Carriers bisa terdaftar lagi di Bursa Kuala Lumpur pada 16 Juli 2003. Buku ini adalah uraian strategi yang diterapkan pemilik perusahaan untuk dapat bertahan yang dapat dijadikan pelajaran oleh pembaca jika menghadapi persoalan serupa. Intinya selagi memiliki kekuatan mental dan mau bersusah payah, setiap usaha pasti membuahkan hasil.

Sejarah Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib Penulis: Syaikh Abul Mufid Penerbiat: Lentera

Tak banyak yang bisa mengenal sepupu yang sejak kecil diasuh oleh Nabi Muhammad SAW. Padahal Nabi Muhammad telah menegaskan bahwa Ali adalah kota ilmu. Umat Islam tak banyak mengenal sejarah hidupnya yang berakhir dengan kematian di tangan kaum khawarij, Ibnu Muljam di Kufah (Sekarang Irak). Buku ini mengumpulkan penggalan cerita tentang Imam Ali sehingga menjadi cerita yang utuh dan enak dibaca. Ditulis oleh ulama kenamaan Syaikh Abdul Mufid pada tahun 413 Hijriah, ulama ahli fiqh terkemuka buku ini menjadi buku sejarah yang perlu dibaca juga.. Tentu saja kisah keagungan Ali disajikan dengan memuat rujukan baik hadis maupun cerita para tabiin (penuturan). Karena itu, ceritanya menjadi seperti penggalan kisah. Yang dimuat di dalam buku ini antara lain latar belakang kehidupan Amirul Mukminin, keutamaan dan prestasi Beliau, keputusan yang pernah dikeluarkan, kata-kata dan khutbah serta ketangkasan Imam Ali dalam berperang.

61 Sharing / 2007


Distribusi

Distribusi Majalah Sharing

Kerjasama Distribusi Eksklusif n Perbankan - BNI Syariah - Bank Syariah Mandiri - Bank Permata - Bank Mega - BII - Bank DKI - Bank Muamalat

n Asuransi - Asuransi Takaful Umum - Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 Syariah - Asuransi Central Asia (ACA) Cab. Syariah n Korporasi - PT. Garuda Indonesia (KOKARGA)

n Lembaga Pendidikan Tinggi - Muamalat Institute - Bataza Tazkia - Pascasarjana Universitas Indonesia - Islamic Economic & Finance (IEF), Universitas Trisakti n Lembaga Sosial - BAZNAS - Dompet Dhuafa Republika

Distribusi Umum n TB. Gramedia - Taman Anggrek Mall, Jakarta - Citraland Mall, Jakarta - Pondok Indah Mall, Jakarta - Mega Mall, Pluit, Jakarta - Hero Gatot Subroto, Jakarta - Melawai, Jakarta - Matraman, Jakarta - Kelapa Gading Mall, Jakarta - Artha Gading, Jakarta - Cempaka Mas, Jakarta - Pintu Air, Jakarta - Gajah Mada, Jakarta - Cinere Mall, Jakarta - Metropolitan Mall Bekasi, Jakarta - Bintaro Plaza, Jakarta - Meruya, Jakarta - Depok Plaza, Jakarta - Plaza Semanggi, Jakarta - WTC, Tangerang - Karawachi Mall, Tangerang - Daan Mogot Mall, Tangerang - ITC, Cibinong - Hero Padjajaran, Bogor - Ekalokasari, Bogor - Manyar, Surabaya - Solo n TB. Walisongo, Jakarta n Jakarta Book Center, Kalibata, Jakarta

00 Sharing / 2007

n Cipta Mediagraha - Dharmawangsa Square, Jakarta - Plaza Indonesia, Jakarta n TB. Gunung Agung - Taman Anggrek Mall, Jakarta - Blok M Plaza, Jakarta - Kwitang 38, Jakarta - Kramat Jati Indah, Jakarta - Atrium Plaza, Jakarta - Arion Plaza, Jakarta - Citraland Mall, Jakarta - Sunter Mall, Jakarta - Hero Tendean, Jakarta - Trisakti, Jakarta - Senayan City, Jakarta - Pondok Gede, Bekasi - Tambun, Bekasi - Jl. Ir. Juanda, Bekasi n Minoriya - Kyoei Prince, Jl. Sudirman, Jakarta n Agen Majalah - Jabodetabek - Serang - Bandung - Jogyakarta - Solo - Semarang - Surabaya




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.