ROCKVISION - Juli 2014
2
“Jiwa Muda, Semangat Merdeka”
Toba Supervolcano Letusan super (supereruption) Toba adalah letusan gunung berapi super yang terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu di kawasan yang sekarang menjadi Danau Toba, Sumatera Utara, Indonesia. Letusan ini diakui sebagai salah satu letusan gunung terdahsyat di Bumi. Hipotesis bencana Toba berpendapat bahwa peristiwa alam ini mengakibatkan musim dingin vulkanik di seluruh dunia selama 6–10 tahun dan masa pendinginan selama 1.000 tahun. Letusan Super Letusan Toba atau peristiwa Toba terjadi di daerah yang saat ini merupakan Danau Toba sekitar 73.000±4.000 tahun Sebelum Masa Kini (Before Present; BP). Letusan ini merupakan yang terakhir dan terbesar dari empat letusan Toba selama kala Kwarter. Letusan ini dikenal karena endapan yang dihasilkannya yaitu Youngest Toba Tuff atau YTT. Letusan ini memiliki Indeks Letusan Vulkanik sebesar 8 ("apokaliptik") atau magnitudo ≥ M8; efek letusan terhadap kompleks kaldera seluas 100 X 30 km sangat besar. Perkiraan
ekuivalen batuan padat terhadap volume eruptif letusan ini berkisar antara 2.000 km³ dan 3.000 km³ . Massa letusannya 100 kali lebih besar daripada letusan gunung terbesar dalam sejarah modern, letusan Gunung Tambora di Indonesia tahun 1815 yang mengakibatkan "Tahun Tanpa Musim Panas" 1816 di belahan utara Bumi. Letusan Toba terjadi di Indonesia dan menghasilkan lapisan endapan debu setebal kirakira 15 sentimeter di seluruh Asia Selatan. Debu vulkanik juga mengendap di Samudra Hindia, Laut Arab, dan Laut Cina Selatan. Inti (core) laut dalam yang diambil dari Laut Cina Selatan telah membuktikan besarnya jangkauan letusan, sehingga perhitungan massa letusan sebesar 2.800 km³ dianggap sebagai jumlah minimum atau bahkan terlalu kecil. Bukti Ilmiah Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh tuff,
pumice dan skoria peninggalan dari letusan gunung. Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu Riolitik yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan mahadahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa Letusan supervolcano Yellowstone yang terkenal dahsyat masih kalah dengan letusan supervolcano Toba. Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Benggala.
ROCKVISION - Juli 2014
“Jiwa Muda, Semangat Merdeka�
Musim Dingin Vulkanik dan Pendinginan Letusan Toba tampaknya terjadi bersamaan dengan munculnya periode glasiasi terakhir. Michael L. Rampino dan Stephen Self berpendapat bahwa letusan tersebut mengakibatkan " pendinginan singkat yang dramatis atau 'musim dingin vulkanik' " yang menurunkan suhu permukaan rata-rata dunia sebesar 3–5 °C dan mempercepat transisi dari suhu panas ke dingin dalam siklus glasiasi terakhir. Bukti dari inti es Greenland menunjukkan adanya periode penurunan isotop 18O selama 1.000 tahun dan peningkatan endapan debu setelah letusan Toba. Letusan ini bisa jadi menghasilkan periode suhu dingin selama 1.000 tahun tersebut (stadial); dua abad di antaranya disebabkan oleh bertahannya muatan partikel debu Toba di lapisan stratosfer. Rampino dan Self yakin bahwa pendinginan global sudah berlangsung saat letusan terjadi, namun prosesnya lambat; YTT "mungkin memberi 'tendangan' kuat sehingga sistem iklim beralih dari suhu panas ke dingin. [Joko Suprayetno / disadur dari berbagai sumber]
Sumber gambar: rovicky.wordpress.com
Gambar: (atas): peta kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. (tengah): sebaran deposit letusan Toba. (bawah): A; deposit letusan Toba (lapisan putih) di Middle Son Valley, India. B; kenampakan lapisan putih yang diidentifikasi sebagai deposit piroklastik jatuhan.C; stratigrafi.
Sumber gambar: antropogenez.ru
Sumber gambar: dx.doi.org/10.1016/j.palaeo.2014.02.014
3
ROCKVISION - Juli 2014
“Jiwa Muda, Semangat Merdeka”
4
Belajar dari Mbah Rono: “MITIGASI” Kebencanaan Dalam diskusi terbuka di Group FB (Kelompok Studi Kawasan Merapi) terjadi perbedaan pendapat tentang jenis letusan Merapi beberapa waktu lalu (freatik, magmatik, freatomagmatik). Ada pembelajaran yang bagus dari Mbah Rono tentang MITIGASI kebencanaan. ―Wah Pakdhe, diskusi di Facebook ada juga manfaatnya ya‖ MITIGASI ITU UNTUK MASYARAKAT Secara tegas Mbah Rono mengatakan apapun jenis letusannya: freatik, freato-magmatik dan magmatik itu bukan masalah. Yang jadi masalah bila sebelum terjadi letusan harus diketahui berdasarkan tanda2 aktivitasnya, jika gunungapi tersebut dipantau secara menerus. Jika diketahui peningkatan secara dini, maka disampaikan secara dini aktivitas tersebut termasuk ancaman bahaya jika terjadi erupsi, agar masyarakat dapat mengantisipasi secara dini guna mengantisipasi ancaman bahaya erupsi, Dengan
demikian resiko bencana erupsi gunungapi dapat ditekan secara optimal. Setiap gejala alam, pasti ada tanda2nya, itu bagian dari kepastian alam. Seperti hujan akan diawali dengan mendung, walau mendung belum tentu diakhiri oleh hujan, demikian juga tidak semua peningkatan aktivitas gunungapi diakhiri oleh letusan. Menurut Pak Surono, ―Lebih baik saya salah mengambil keputusan, namun semua selamat, daripada saya ragu atau membuat semua orang ragu dan panik/ketakutan. Karena panik, resah, takut karena ketidakpastian aktivitas gunungapi sudah merupakan bencana―. UNTUK KEPENTINGAN MASYARAKAT Bahwa peringatan dini aktivitas gunungapi itu kewenangan pemerintah, tetapi ditujukan untuk kepentingan masyarakat di sekitar yang bermukim dan beraktivitas di kawasan rawan bencana gunungapi, bukan untuk gunungapi dan
bukan untuk para ahlinya. Karena dalam mitigasi bencana (apapun jenisnys) yang menjadi subjek adalah masyarakat di kawasan rawan bencana, bukan objek ancaman bahayanya juga bukan ahlinya. Peringatan dini gunungapi bukan untuk meramalkan kapan gunungapi akan meletus dan berapa besarnya letusannya, namun merupakan ―jembatan‖ antara aktivitas gunungapi yg berpotensi memberikan ancaman bahaya yg berisiko menyebabkan bencana dengan masyarakat di sekitarnya. ―Wah Pakdhe, kalau begitu sangat tepat IAGI telah memberikan penghargaan khusus kepada Pak Surono pada Joint Convention HAGI -IAGI di Medan kemarin ya‖
ROCKVISION - Juli 2014
“Jiwa Muda, Semangat Merdeka”
PERINGATAN DINI ADALAH HAK ASASI. Jadi, peringatan dini adalah hak masyarakat yg merupakan bagian dari bentuk layanan pemerintah kepada masyarakat. Hal ini dijamin dlm amanah UUD 1945 Pasal 28 G Ayat 1: dimana ketenangan dan rasa aman terhadap rasa takut dari ancaman merupakan hak asasi yg dijamin oleh pemerintah untuk masyarakat. [UUD 1945 Pasal 28G : Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi]. Mudah-mudahan pelajaran Mbah Rono ini juga menjadi pembelajaran setiap petugas, pengamat, ahli dan
This paper presents geological investigation especially in mitigation planning for eruption disaster of Mount Merapi. Mount Merapi (also referred to as Gunung Merapi) is located in Central Java, Indonesia. It is classified as ‗stratovolcano‘ due to the layers of volcanic material that comprise its
5
masyarakat. Note/Catatan Pakde: Didalam pengamatan gejala alam, termasuk bencana, setiap orang/individu manusia akan memiliki tugas, fungsi, dan juga kepentingan sendiri. yg sering bermasalah itu bukan benar salahnya pendapat atau langkah yg diambil. tetapi kalau itu dilakukan oleh orang yg tidak berkompeten pada masalah itu. Biarkan saja ahlinya berdebat wong tugas mereka, memang itu tugas saintis. Lah kalau petugas kebencanaan ya jangan ikutan debatnya. Disitulah fungsi pejabat pengambil keputusan. Harus mampu memutuskan langkah, bukan memutuskan jenis letusan. JS [sumber: rovicky.wordpress.com]
structure of 2929 mdpl (Kamil, 2010) meters in height. Mount Merapi is situated in what is referred to as a ‗subduction zone‘ – where the Indo-Australian Plate is being pushed under the Eurasian Plate causing significant seismic activity and forming its reputation as Indonesia‘s most active volcano.
In more recent times, it has maintained its active status through its regular eruptions which have had varying impacts upon the community. The purpose of this paper is to reduce the rate of mortality, environmental damages or even economic disadvantages. Based on
ROCKVISION - Juli 2014
eruption record, during 10 years, Merapi had already erupted twice. One happened at 2006 and later 2010. The year of current eruption shows that Merapi has eruption cycle of 4 years. It was not happen in during past 10 years only. One of the disasters that came along with the eruption was a major earthquake in a scale of 5.9 Richter on May 27th 2006, which claimed more than 5,500 losses of lives and destroyed approximately 500,000 houses. The time movement of the magma was too fast in 2010 eruption. According to the Institute of Research and Development of Volcanic Technology (IRDVT), the energy of Mount Merapi eruption of 2010 was many times higher than that of 2006 eruption. The safe point of Merapi eruption in 2010 was also widening until 10 kilometres. Surface geological mapping and deposit analysis shows that Merapi will erupt hot clouds and lava into the air, which later free falling passing slopes. Pyroclastic materials will also spew out. We also cannot put aside the flow of cold lahar which mostly flows days after the eruption. Dis-
6
“Jiwa Muda, Semangat Merdeka”
Photos of Merapi summit. The left picture was taken in September 2010 (before eruption) while the right one was taken in June 2011 (after eruption). The formation of the crater that opened toward south – southeast after eruption indicates that the threat of future eruptions would be dominant to the southern part (Photo courtesy of CVGHM).
trict Sleman is the most suffered from the Merapi phreato-magmatik eruption. We conclude from some of informants above shows their understanding of causes of eruption due to natural phenomenon is common to happen. Understanding that a disaster is caused by natural phenomenon will make the disaster is more readily accepted. Early mitigation need to be prepared earlier and doubled. The system of the mitigation itself are including the Endangered Area map during the eruption, (Geologi Tata Lingkungan) map, Mitigation map of Mount Merapi, and its lava or lahar flow prediction referring to previous eruption data. Merapi eruption has shown a cycle for 4 years cycle. Less or more, it had caused a serious damage around the volcano itself.
Evidence in Kaliputih & Opak River.
Materials which being thrown up such as lavas, pyroclastic, hot cloud and so on. These hazards will surely bring enough damage during its eruption. That is why mitigation planning is so important. This planning should be appropriate, implementable and effective enough to take care of further damages.
ROCKVISION - Juli 2014
“Jiwa Muda, Semangat Merdeka”
7
Bencana dan bahaya alam pada 20 tahun terakhir telah mempengaruhi empat milyar orang, menewaskan 1,3 juta orang dan menghabiskan kerugian ekonomi US$2 trilyun. Jenewa —Ratusan perwakilan pemerintah, otoritas lokal, sektor swasta dan masyarakat madani akan berkumpul untuk memulai pekerjaan untuk mencapai kesepakatan global baru mengenai Pengurangan Risiko Bencana minggu depan di kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa. Pertemuan ini akan memberikan dasar bagi Konferensi Dunia PBB ketiga mengenai Pengurangan Risiko Bencana, Maret tahun depan di Sendai, Jepang. Kesepakatan baru itu akan menggantikan Kerangka Kerja Hyogo untuk Aksi, yang diadopsi oleh semua negara anggota PBB di 2005 menyusul tsunami Samudera Hindia yang membunuh hampir seperempat juta orang. PBB memperkirakan bahwa bencana dan bahaya alam pada 20 tahun terakhir telah mempengaruhi empat milyar orang, menewaskan 1,3 juta orang dan menghabiskan kerugian ekonomi US$2 trilyun. Kepala Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana, Margareta Wahlstrom, mengatakan keberhasilan terbesar tunggal dari kesepakatan Hyogo adalah penyelamatan nyawa melalui pemberlakuan rencana persiapan, seperti sistem peringatan dini. Namun ia mengatakan kesepakatan itu telah usang. "Sangat jelas bahwa sebuah kesepakatan baru yang telah diperbarui diperlukan karena kerugian ekonomi, urbanisasi yang pesat dan peningkatan kemakmuran di dunia. Pada saat yang sama, banyak aktoraktor baru lainnya, karena kerugian ekonomi, sektor swasta memiliki fokus besar dalam hal ini juga," ujar Wahlstrom. PBB memperkirakan kerugian ekonomi akibat bencana alam telah mencapai lebih dari $100 milyar per tahun dalam 10 tahun terakhir.JS [sumber: voaindonesia.com]
Medco Temukan Gas Hidrokarbon di Libya. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melalui anak perusahaannya Medco International Venture Limited (MIVL) berhasil menyelesaikan pemboran sumur appraisal di Area 47 Libya, sumur pertama yang dibor setelah masa Revolusi Libya. SKK Migas Klaim Produksi Minyak Meroket. Kepala SKK Migas J Widjonarko di Jakarta mengatakan, pada semester kedua, proyek -proyek peningkatan produksi akan mulai berjalan. "Dengan demikian, produks i akan mulai 'ramp up' (naik)," katanya, hari ini. Ada Blok Cepu, Lifting Diperkirakan Capai 1 Juta BpH. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah produksi minyak, adalah dengan pekerjaan work over (pembersihan sumur) dan melakukan pemboran baru. DPR Sahkan RUU Panas Bumi Agustus 2014 . Diren EBTKE Rida Mulyana menilai regulasi ini mampu mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengembangan panas bumi. Selama ini pengembangan panas bumi terkendala izin, karena bertentangan dengan sifat kegiatan yang masuk kegiatan pertambangan. Padahal potensi panas bumi sebagian besar terletak di hutan konservasi.
SM-IAGI Universitas Diponegoro adalah salah satu organisasi mahasiswa di Program Studi Teknik Geologi Undip yang memiliki visi sebagai wadah generasi muda di kalangan mahasiswa kebumian untuk mengajukan, mengusahakan dan menjalankan perannya demi kedaulatan dan kesejahteraan Bangsadan Tanah Air Indonesia. Serta menjadi SDM yang memiliki kapabilitas untuk dapat bersaing di dunia global
SM IAGI Undip
Buletin SM-IAGI Universitas Diponegoro ini memiliki nama ROCKVISION. Penamaan
ROCKVISION
buletin ini terinspirasi oleh nama ketua IAGI saat ini yaitu bapak Rovicky. ROCKVISION ini merupakan kata yang diperoleh dari pemlesetan kata Rovicky. ROCKVISION secara harafiah terdiri dari dua kata yaitu Rock dan Vision. Rock memiliki arti batuan, yang merupakan objek studi utama dari ilmu geologi. Sedangkan kata Vision disini dapat diartikan sebagai impian ataupun bayangan tentang masa depan. Dari kata Vision ini maka diharapkan SM-IAGI Undip dapat memiliki masa depan yang cerah baik bagi organisasinya sendiri, maupun bagi para anggota-anggotanya.
Image of The Month
Earth Observatory—Image of The Month ini berisi citra satelit yang bersumber dari situs resmi NASA dan bisa diakses melalui alamat internet http://earthobservatory.nasa.gov/. Untuk edisi ini, Image of The Month adalah citra dari negara Brasil. Citra kali ini adalah citra dari kota Brasilia dengan menonjolkan stadion nasional Brazil yang bernama Estado Nacional. Citra disamping difoto dengan kamera di stasiun angkasa internasional (ISS). Untuk menghadapi piala dunia 2014, stadion ini direnovasi sejak tahun 2010. Untuk saat ini, stadion nasional ini adalah stadion termahal di dunia setelah stadion Wembley di London. Renovasi yang dilakukan bukan hanya di stadion tapi juga di seluruh penjuru kota mulai dari infrastruktur transportasi, perhotelan, jalan raya, dsb.
―National Stadium of Brasília‖ Jiwa Muda Semangat Merdeka