Sriwijaya Post Edisi Senin 14 September 2009

Page 1

SRIWIJAYA POST Spirit Baru Wong Kito

ECERAN Rp 2.000

SENIN, 14 SEPTEMBER 2009

TERBIT 24 HALAMAN

Pengakuan Febri pada Ibunda

Ma Aku Sama Babang Bunuh Orang PAGI itu, Kamis (10/9), dengan wajah hampir menangis, Febri membimbing ibunya, Siti Nurhasanah (48), masuk ke dalam kamar kakak iparnya, Devi (25). Dia menunjukkan surat kabar, dan berkata “Ma, aku sama Babang baru bunuh orang, ini beritanya,”. Mendengar pengakuan itu, Nurhasanah sontak memeluk Devi dan Febri. Ketiganya pun menangis sejadi-jadinya. “Biarlah aku saja yang bertanggung jawab Ma. Aku saja yang masuk penjara. Babang kan punya istri dan anak, nanti biar dia yang ngurus mama papa dan Fahmi (11),” kata Febri saat itu. SRIPO/ZAINI

KAWAL KETAT — Kepala Tim Riksa Unit Pidum Poltabes Palembang, Alhadi (kiri) dan salah seorang anggota tim mengawal ketat Muhammad Febri Fanani ketika tiba di Bandara Internasional SMB II Palembang dari Jakarta, Minggu (13/9).

Keluarga Machlil Hilang Tulang Punggung HALAMAN 12

Si Ibu diam sejenak. Dengan linglung ia memberitahu suaminya, Fauzi (50). Suami istri ini lalu berinisiatif memberitahukan masalah ini ke kerabat terdekat. Hari itu pula langsung dilakukan rapat keluarga. Febri kala itu menyatakan “pasang badan”, biarlah dirinya saja yang mengaku ke polisi. Namun, kerabat tak sepakat, masalahnya pemberitaan surat kabar sudah mengarah ke Fajar. Polisi bakal mudah curiga. “Kesimpulannya Fajar saja yang diserahkan sedangkan Febri tidak,” katanya. Mereka lalu merancang cerita yang menjauhkan Febri dari keterlibatan. Cukup satu anak saja yang ditangkap, jangan kedua-duanya. Fajar putra sulung, Febri kedua, dan si bungsu Fahmi masih berusia sebelas tahun. ke halaman 11

Maaf Aku Libatkan Kamu ■ Febri Tersangka Baru ■ Fajar Berencana Bunuh Machlil PALEMBANG, SRIPO — Kasus pembunuhan yang menimpa Kepala UPTD Disdikpora Machlil Suud menemukan tersangka baru, selain Fajar. Adik laki-laki Fajar, Muhammad Febri Fanani alias Febri (20), mengaku ikut serta membantai Machlil. Minggu (13/9) Febri resmi jadi tersangka dan langsung ditahan di Poltabes Palembang. Febri bersama tim Serse Poltabes Palembang tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Minggu siang. Sebelumnya mereka bersama-sama dari Palembang menuju Bangka dan Jakarta untuk mencari Fajar. Alih-alih Fajar ketemu, justru Febri yang sejak awal dicurigai malah dinyatakan sebagai tersangka baru. Dalam perburuan mencari Fajar itu, Febri sempat ke halaman 11

F2

Pembunuhan Maut Dua Kakak Beradik Selasa (8/9) pukul 16.00

F1

Fajar menelpon Febri. Membujuk agar pulang dan berlebaran di Palembang. Febri diimingimingi baju lebaran dan HP baru

Dealer Suzuki

Pukul 11.15

F1

K

F2

Fajar menelpon korban, janjian di Jl Basuki Rahmat depan Dealer Suzuki. Dia mengaku sepeda motornya ditilang dan minta dijemput.

Rabu (9/9) pukul 09.30 Febri berangkat dari Bangka. Tiba di bandara SMB II Febri dijemput Fajar pakai Avanza. Di perjalanan Fajar memberitahukan bahwa dia sedang dililit hutang dan bakal dilaporkan ke polisi oleh korban. Fajar berencana membunuh Machlil.

F1

Korban tiba dengan sedan Toyota Viosnya. Fajar masuk ke mobil lewat pintu depan kiri. Dia duduk lalu mengeluarkan pisau dari tas dan menusuk korban berkali-kali. Fajar berteriak meminta bantuan ke Febri yang Masih di luar. Dengan cutter Febri Menusuk korban.

AVANZA

F2

K X

Pukul 10.45 Fajar berhenti di toko alat tulis, membeli sarung tangan hitam dan pisau pemotong kertas (cutter).

K F1

VIOS

GRAFIS:SRIPO/SYAF, DATA:CR3

Setelah membunuh mereka meninggalkan korban di kursi belakang mobil. Kedua pelaku lalu pergi dengan mobilnya toyota Avanza, Febri yang menyetir lalu mengantarkan Fajar ke Hotel Wisata. Fajar menginap semalam,

Kamis (10/9) Pagi harinya Fajar pulang mengambil barang dan pergi ke Jakarta. Febri mengantarkan Fajar ke Musi II. Jumat (11/9) Fajar tiba di Jakarta pukul 04.15. Dia menumpang di rumah Anton di JL Sudirman Jakarta Selatan. Pukul 10.00 dia pergi dari rumah Anton. Fajar belum ditemukan sampai sekarang

YUDDY CHRISNANDI

Saya Bukan Antek Cendana KANDIDAT Ketua Umum Partai Golongan Karya, Yuddy Chrisnandi mengatakan dia bukan bagian dari keluarga mantan Presiden Soeharto. Dia juga menyatakan, bukan antek keluarga mantan presiden Soeharto yang dikader dan ditanam di partai berlambang pohon beringin tersebut. Yuddy meluruskan hal itu karena kedatangannya mengundang polemik setelah ikut pada acara pendeklarasian Hutomo MandaKOMPAS/PRIYOMBODO laputra alias YUDDY CHRISNANDI

Tommy Soeharto selaku kandidat Ketua Umum Partai Golkar pekan lalu. Kehadiran Yuddy yang menjabat dan Ketua Departemen Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Partai Golongan Karya pada acara itu memang sempat menuai polemik. Yuddy disebut-sebut sebagai sosok yang ingin menyeret keluarga Cendana untuk membangun Orba Jilid II di tubuh Golkar. Kepada Persda Network di Jakarta, Minggu (13/9), menang ke halaman 11

“Binatang Buas” Dukung KPK JAKARTA, SRIPO — Upaya Panitia Kerja RUU Pengadilan Tipikor di DPR merumuskan pasal-pasal yang dianggap memangkas peran dan melemahkan keberadaan KPK, mengusik ketenangan sekumpulan ‘binatang buas’ yang tergabung dalam Dewan Perwakilan Binatang (DPB). Hewan yang dihadirkan lewat topeng dan pakaian ala binatang oleh aktivis mendatangi kantor In-

donesia Corruption Watch (ICW), Minggu (13/9). Kumpulan hewan, di antaranya binatang liar dan buas itu menyampaikan dukungan kepada KPK dan Pengadilan Tipikor. DPB merupakan aktivis ICW tampil dengan baju badut gorila, kelinci, beruang madu, harimau, dan macan tutul. Sekumpulan bianatang ini mengaku sangat perihatin atas upaya politisi yang diduga disokong koruptor

justru bersemangat melemahkan pengadilan Tipikor dan KPK. “Kami mewakili Dewan Perwakilan Binatang memberikan dukungan penuh kepada penguatan dan eksistensi KPK dan Pengadilan Tipikor,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Binatang, yang diperankan si Gorila di kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan Minggu (13/ 9). Si Gorila yang diperankan Emerson Juntho me-

ngatakan pelemahan pemberantasan korupsi terlihat jelas dari hasil pembahasan RUU Pengadilan Tipikor Panja DPR RI. Misalnya keinginan memangkas kewenangan penuntutan dan penyadapan KPK. “Padahal kewenangan vital ini terbukti mampu mendukung percepatan dan suksesnya penanganan kasus korupsi oleh KPK,” imbuh Emerson ‘Gorila’. ke halaman 11

Tradisi Salam Kasab Lebaran (1)

Demi Receh Rosadah Antre Dua Hari TRADISI Lebaran selain mengenakan pakaian baru dikenal pula salam kasab alias THR untuk anak, keponakan, atau cucu. Nominalnya tidak perlu besar, cukup recehan Rp 1.000. Namun, begitu berartinya tradisi itu sampaisampai warga rela antre karcis sejak pukul 05.30 di bank.

R

OSADAH (48) gelisah. Ia divonis telat datang ke ruang penukaran uang receh di Bank Indonesia Palembang, Rabu (9/9). Ini situasi tak mengenakkan yang kedua kali, setelah sehari sebelumnya petugas Bank Indonesia (BI) Palembang menganjurkan ia datang sebelum pukul 12.00. “Ini kan belum pukul 12.00, kok karcisnya sudah habis,” katanya, protes. Saat itu jarum jam baru menun-

Membersihkan Hati OLEH KOMARUDDIN HIDAYAT

SALAH satu tujuan puasa Ramadan adalah untuk mengembalikan kefitrian kita. Dengan kefitrian yang terjaga, maka kita akan masuk pada golongan muttaquun yaitu orang yang terjaga atau terselamatkan. Lewat puasa kita berusaha agar berbagai kotoran yang melekat akan rontok. Sebagaimana tersirat dalam kata romadon yang dalam bahasa Arab berarti semacam tempayan yang sangat panas yang bisa digunakan untuk merontokkan berbagai karat atau kotoran yang menempel pada besi atau emas agar kadar karatnya tetap tinggi. Kotaran-kotoran itu ketika mengendap lama maka akan jadi karakter yang tidak mudah diubah. Misalnya, kebiasaSRIPO/SYAHRUL HIDAYAT

Rosadah menukarkan uang pecahan kertas di BI Palembang untuk persiapan Lebaran, Rabu (9/9).

juk pukul 11.00. “Ibu datangnya telat. Orang sudah antre tiket sejak pukul 05.30, sekarang ini sudah habis,” kata M Ali Hanafiah, petugas Koperasi Karyawan BI yang memantau aktivitas penukaran uang. Rosadah bengong karena tak mungkin ia ke BI se-

pagi itu agar dapat nomor antre. Ia duduk di kursi tunggu memegang lembaran uang Rp 10 ribuan dan Rp 20 ribuan yang lecek, berharap diberi kesempatan. Jumlahnya Rp 200 ribu. “Sudah dua hari ini saya tak bisa tukar uang. Ba ke halaman 11

ke halaman 11


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Sriwijaya Post Edisi Senin 14 September 2009 by Yulius Saputra - Issuu