Majalah Stomata Edisi 1

Page 1

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

1


2

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012


SAHABAT

Editorial

PETANI Pertanian. Kata itu sudah sangat lekat di telinga kita. Hal itu tentunya tidak lepas dari kenyataan karena Indonesia adalah negara agraris. Sayangnya, sebagai negara agraris hasil pertanian belum dapat menjadi primadona di negerinya sendiri. Bahkan, faktanya, Indonesia masih mengimpor pangan dari luar negeri, tidak hanya beras sebagai makanan pokok, tetapi bahan pangan lainnya seperti, kedelai, dan jagung.

H

al ini terjadi karena produktivitas hasil panen berbagai macam ­komo­ditas pertanian kita masih kalah jauh dengan negaranegara lain. Kualitas hasil panen masih ter­tinggal. Metode pertanian belum dilakukan secara ­efisien, sehingga harganya tidak ­dapat bersaing di perdagangan ­internasional. Di fa­ktor lain, lahan produktif pertanian di Indonesia setiap tahun semakin menyusut. Untuk itu, dibutuhkan solusi di ­du­nia pertanian. Pertanian tidak hanya sekadar menanam, me­rawat, kemudian memanen. Ada tahap yang lebih penting lagi yaitu bagaimana penanganan pasca-­panen dan pemasaran hasil per­tanian sehingga hasil per­tanian kita dapat di terima secara global. ­Se­mua tahapan tersebut tidak ­le­pas dari teknologi per­tanian yang masih membutuhkan perbaikan-perbaikan untuk

meningkatkan produktivitas. Kita harus mendorong petani responsif terhadap per­kembangan teknologi. Metode pertanian yang cenderung konservatif dan tra­disional harus segera di­ tinggalkan. Tidak hanya itu, pemberdayaan kelembagaan petani yang semakin kuat juga dapat menjadi satu solusi. Usaha pertanian dengan ­semangat kegotong-­royongan antara petani harus terus di­ tingkatkan. Begitu pula, kerjasama antara petani dan pemerintah harus saling men­dukung. Hingga akhirnya ke­daulatan petani dapat lahir di Indonesia. Masalah dan hambatan di dalam dunia pertanian tentu tidak ada habisnya. Namun, kita tetap harus optimis dapat m ­ engatasinya. Dalam hal ini, Majalah Stomata lahir u­ntuk menghadirkan ­solusi pemikiran, pengetahuan, dan t­eknologi pertanian untuk ke­ majuan dunia pertanian di ­I­n­donesia. Mengapa Stomata? Stomata adalah sebuah celah pada daun yang berfungsi untuk memasukan gas ­kar­bondioksida (CO2) dari udara sebagai bahan dasar fotosintesis yang m ­ enghasilkan ­karbohidrat. Pada proses ­selanjutnya stomata juga berfungsi sebagi celah untuk mengalirkan okesigen (O2) hasil fotosintesis ke udara. Hasil

foto­sintesis berupa karbohidrat maupun gas buang berupa oksigen (O2) ke udara sangat penting bagi ­kehidupan manusia. Kata ­Sto­mata dapat dikonotasikan kepada peran ­penting dan strategis yang memungkinkan semua kehidupan bisa berjalan dengan baik. Peran penting Stomata bagi kehidupan inilah yang kita coba terjemahkan dalam bentuk majalah. Media yang diharapkan dapat memberikan Solusi Total Masalah Pertanian. Majalah Stomata, ­di­harapkan bisa berperan ganda yaitu sebagai penyerap berbagai aspirasi, permasalahan dan ilmu pe­ngetahuan bidang ­pertanian, sekaligus berfungsi sebagai pemberi informasi penting yang dapat memajukan dunia pertanian ­Indonesia. Nama Rubrikasi Nama-nama rubrik dibuat ­dengan mencantumkan frasa (suku kata) mata pada setiap h ­ alaman, selain untuk mengingatkan nama Majalah Stomata juga untuk mengklasifikasikan permasalahan pertanian yang kompleks menjadi mengerucut dan mudah dipahami. Stomata juga berharap pembaca nantinya dapat menjadi bagian u­ntuk memberikan solusi bagi dunia pertanian kita. Majulah Petani Indonesia… Salam Wuryani Pujiastuti

Majalah STOMATA PELINDUNG: Dewan Komisaris. PEMBINA: Dewan Direksi, Mulia Siregar. PEMIMPIN UMUM: Wuryani Pujiastuti. WAKIL ­PEMIMPIN UMUM: Siswo Hadi. PEMIMPIN REDAKSI : Anugrah T. Aji. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: Budhi Santoso. DEWAN KEBIJAKAN REDAKSI:­ Tatang Setiawan (ketua), Budhi Santoso, Mirwan, Marsudiyono, Siswo Hadi, Anugrah T Aji, Charlie Samosir. REDAKTUR ­PELAKSANA: ­Charlie ­Samosir. REDAKTUR SENIOR: Syarif Hidayatullah. REPORTER: Indra Maliara, Ishak Pardosi, Dede Supriatna, Rega Adhiprana. FOTO­GRAFER: ­Sarwono. ­DESAIN GRAFIS: Basuki Rahmat. LAYOUT/TATA LETAK: Imam Wihartanto. DOKUMENTASI & RISET: Norman. TI, WEB & DATA: Bayu ­Nurcahyono. PEMIMPIN USAHA: Baban Sya’ban. PRODUKSI & PERCETAKAN: Dede Nandi. ADM.KEU/IKLAN/­ SIRKULASI: ­Mirwan, Solichin. ALAMAT: Jalan Pertani No. 1-7 Duren Tiga, Pancoran Jakarta Selatan. STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

3


Edisi 1/Tahun I/Agustus 2012

MATABACA

MATAHATI

DARI KAMPUNG SERANG MENENTANG AMERIKA Anton Apriyantono

10-13

Pria kelahiran Serang, Banten ini sempat menjadi buah bibir di Amerika karena ke­tegasannya soal kasus Apel Washington dan virus Flu Burung itu. MATAUANG

KOPI ATENG SIGARAR UTANG

MATAKAIL SIDRAP WARISAN PERTANIAN DUA KERAJAAN

24-27

MATAKANCING TOPSINDO: INOVASI SWALAYAN PERTANIAN MASA DEPAN

38-41

MATACINCIN SOSOK ROCKER DI BALIK TANAMAN HIAS

46

4

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

Kopi Sigarar Utang yang di dunia barat di­kenal sebagai Lintong ­Coffee ini adalah salah satu jenis Kopi Ara­bica terbaik di dunia. Dalam kontes kopi di Amerika tahun 2007 lalu, kopi ber­postur pendek seperti Ateng si pelawak ini berhasil memperoleh skor tertinggi 86.

36-41

MATAANGIN

TIAP TAHUN 100 RIBU HEKTARE LAHAN PERTANIAN HILANG Mudahnya ­pe­merintah daerah (Pemda) memberikan izin pembangunan di lahan persawahan produktif me­resah­ kan Menteri Pertanian Suswono. Masalah konversi menjadi kendala dalam pencapaian target surplus 10 juta ton beras di 2014.

6-9

MATAUNIK

INILAH FAKTA UNIK TENTANG JAGUNG Di Indonesia, jagung juga menjadi bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah. Karenanya, jagung juga termasuk komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi.

22-23


Mata-Mata

Adakah Tips Meningkatkan Pemasaran Produk Pertanian Sejatinya produk pertanian Indonesia mempunyai kesamaan ­dengan produk pertanian luar negeri. Sayangnya, selama ini yang menjadi sorotan yaitu ke­ anekaragaman produk pertanian Indonesia yang secara internasional tidak memenuhi standar. Produk pertanian ­In­donesia sering dicap kurang mem­perhatikan mutu sehingga sulit untuk bersaing dalam per­ dagangan internasional. Yang ingin saya ketahui adalah apakah sudah ada riset yang dilakukan pemerintah atau pihak akedemisi tentang mutu produk yang sesuai dengan keinginan dari produsen luar. Untuk itu, sekiranya Majalah Stomata dapat menampilkan materi berita tentang tips me­ningkatkan pemasaran produk pertanian ke luar negeri. Semoga Stomata dapat menjadi solusi terbaik bagi dunia pertanian. Terima kasih Yanto Subiono Wiraswasta

Tata Cara Tanam Padi Hibrida Saya membaca di banyak rubrik bahwa padi hibrida banyak sekali kelebihannya dibandingkan d­engan penanaman padi biasa. Saya awalnya tidak begitu yakin, tetapi akhirnya timbul juga rasa penasaran terhadap padi hibrida ini. Yang jadi pertanyaan, ­apakah benar penanaman padi hibrida banyak membawa ke­ untungan? Kalau benar, bagaimana tata cara menanam padi hibrida yang baik? H Marwoto

Foto: Istimewa

Pupuk Organik Vs Non Organik

Stomata Goes To Campus Pertama, saya ucapkan selamat atas terbitnya Majalah Stomata. Semoga Stomata dapat menjadi sumber informasi terkini dalam dunia pertanian. Namun, sebagai mahasiswa pertanian, saya berharap banyak Stomata tidak hanya sekadar memberikan informasi pertanian sebatas di media cetak. Soalnya, dunia pertanian erat kaitannya dengan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, semoga dalam perjalanannya Stomata dapat membuat ruang kegiatan yang bersifat pengabdian, pemberdayaan dan pelayanan jasa terhadap petani atau kelompok tani. Saat ini, saya melihat masih kurangnya perhatian terhadap tani/kelompok tani ter­ utama berupa pelatihan, konsultasi, penguatan modal, dan pemasaran hasil serta pelatihan-pelatihan yang bersifat umum. Selain itu, sebagai mahasiswa pertanian berharap Stomata dapat turun serta mengembangkan dunia pertanian secara sinergis dengan kalangan akademisi. Salah satunya dengan membuka program Stomata Goes To Campus. Kegiatan ini tentunya sangat bermanfaat dapat memberikan pengetahuan di bidang jurnalistik dan agrobisnis.

Sebagai petani, saya pernah ­ e­ng­alami keadaan dimana m produktivitas hasil panen turun dan biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat. Ketergantungan pada penggunaan pupuk dan obatobatan kimia yang semakin mahal harganya menjadikan biaya produksi petani kian me­ ning­kat. Awalnya memang meng­ gembirakan. Penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia menjadikan hasil panen petani berlipat ganda. Segalanya menjadi serba mudah untuk menyiasati kondisi alam yang tidak bersahabat dengan bantuan zat kimia tesebut. Namun ternyata kimia ibarat candu bagi kondisi tanah sebagai tempat tinggal tanaman. Sebagai contoh, pemberian dosis 1x untuk mendapatkan hasil panen 2x, pada jangka waktu tertentu akan menjadi pemberian dosis 2x untuk mendapatkan hasil panen 2x. imbasnya, zat kimia merusak struktur tanah. Tanah menjadi sakit, sudah tidak ada lagi mikro­ organisme hidup di dalamnya yang sebenarnya sangat membantu mempertahankan keseimbangan struktur tanah secara alami. Lalu, bagaimanakah s­ olusinya? Apakah perlu ­me­­­­ne­rap­kan kembali pola bercocok tanam nenek moyang kita dahulu dengan teknologi organik untuk me­ningkatkan produktivitas per­ tanian? Andi Budiman Sukabumi

Ibrahim Suwala Mahasiswa IPB

Foto: Istimewa

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

5


MATAANGIN

PROGRAM BENIH

DAN TARGET 10 JUTA TON BERAS

Foto: Istimewa

6

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012


MATAANGIN

Foto-foto: Istimewa

“Padahal Lembaga Riset Padi Internasional (IRRI) dan Organisasi ­Pangan Dunia (FAO) t­elah me­rekomendasikan pengembangan padi hibrida ke negara Asia termasuk In­donesia sejak tahun 2000“

S

IANG itu, suasana semarak terasa di Desa Karan­ganyar Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang Jawa Barat. Hamparan padi menguning menghiasi seluruh pelosok desa. Petani sumringah karena hasil panen me­ningkat hingga 30 persen atau rata-rata 10,5 ton/hektare. Kegembiraan ini semakin terasa karena Menteri Pertanian Suswono langsung menghadiri panen raya tersebut. Pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 20 April 1959 itu memimpin langsung panen raya, Sabtu (12/5). Saat ini, pemerintah memang tengah mendorong program Peningkatan Produksi

Beras Nasional (P2BN) serta surplus 10 juta ton beras pada 2014. Untuk mendukung target itu, pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp150 miliar untuk penyediaan benih hibrida sebanyak 3.000 ton. Benih itu akan ditanam pada lahan seluas 200 ribu hektar. Dalam salah satu ke­ sempatan akhir bulan lalu, Suswono kembali menegaskan pe­ngembangan padi hibrida dapat menjadi salah satu solusi dalam upaya peningkatan produksi ­pangan. Alasannya, produk­tivitas padi hibrida lebih tinggi dari produk­tivitas vareitas lainnya. “Kita optimis varietas padi hibrida dapat menjadi solusi untuk

meningkatkan produksi. Meskipun saat ini benih padi hibrida masih diimpor, namun ke depan akan dikembangkan untuk menghasilkan benih hibrida bagi petani,” katanya. Berdasarkan data tahun 2011, luas tanam padi hibrida di Indonesia baru mencapai 494.368 hektare atau sekitar 3,94 persen dari total luas tanam padi. “Padahal Le­mbaga Riset Padi Internasional (IRRI) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO) telah merekomendasikan pengembangan padi hibrida ke n­egara Asia termasuk Indonesia sejak tahun 2000. “ Sayangnya, belum luasnya penanaman padi hibrida karena kalangan petani belum tahu keunggulan benih padi tersebut dan bagaimana cara bercocok tanam yang baik serta terbatasnya produksi benih padi hibrida dalam negeri. “Hasil padi hibrida ini bagus kalau dilakukan pengawalan dan pendampingan dengan baik,” ujar Mentan. Menurutnya, padi hibrida memerlukan perlakuan yang lebih khusus dibandingkan padi umum­­­ nya. Misalnya pemupukan harus tepat waktu, begitu juga pengairan maupun pemerliharaannya. Meski demikian, lanjutnya, produktivitasnya bisa melampaui varietas padi non hibrida yang rataSTOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

7


rata 5-6 ton per hektare, sedangkan padi hibrida mampu mencapai 10 ton per hektare. Karena itu, Suswono meminta berbagai kalangan yang tidak setuju dengan pengembangan padi hibrida untuk tidak gegabah menyatakan bahwa semua tidak menyukai jenis padi tersebut. Benih Politis Ironisnya, target surplus 10 juta ton beras pada 2014 dengan pengembangan padi hibrida terus dipolitisir. Sempat merebak rumors program benih padi asal China ini untuk kepentingan partai. Menteri dari PKS (Partai Keadilan Sejahtera) itu dengan tegas membantah t­u­ dingan bahwa proyek benih terkait dengan kepentingan partai. “Nggak bener itu,” kata Suswono. Menurutnya, bantuan benih itu diberikan lewat keputusan para bupati. “Lha, sekarang bupati PKS mana? Paling Depok yang n­ggak ada sawah. Salatiga, sebagai

wakil walikota, juga sedikit sawah. Hanya itu,” katanya. Ia mengaku memang s­ ­­­e­­­­­r­ing mendengar rumors tersebut. Tak tanggung-tanggung, bahkan dikatakan partai ber­ lambang bulan sabit itu meraup banyak untung dari proyek ini. ­“Padahal, untung dari mana?” ujarnya. Untuk p ­ ­e­ngadaan, kata Suswono, bukan pihak Kementan yang melakukan penunjukan BUMN. “Itu ber­dasarkan keputusan Menteri BUMN,” ia menambahkan. Sementara itu, untuk melaksanakan penunjukan rekanan, semuanya diserahkan kepada BUMN yang ditunjuk, dalam hal ini PT SHS (Sang Hyang Seri) dan PT Pertani. Soal banyaknya masalah gagal panen padi hibrida, kata Suswono, itu bukan lantaran benih yang jelek. Menurutnya, padi hibrida memerlukan perlakuan yang lebih khusus dibandingkan padi umumnya. Misalnya pemupukan harus tepat waktu, begitu juga pengairan maupun pemerliharaannya. Bukti-

Ilustrasi: imam wihartanto

8

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

nya, kata Suswono, di beberapa tempat seperti di Sidoarjo, panen padi hibrida berhasil. PT Pertani juga membantah tudingan bahwa bibit yang disalurkan ke petani me­lalui perusahaan itu bermutu jelek. “Hasil panennya cukup bagus,” kata Wahyu, Direktur Pemasaran PT Pertani. Soal gagal panen, lebih dikarenakan faktor lingkungan,” ­t­a­­m­­bah­nya. PT Pertani, menurut Wahyu, memang bekerja sama ­de­ngan PT Long Pin. “Tetapi tidak untuk mendatangkan benih dari China,” ungkapnya. Kerja sama itu u­ntuk merekayasa benih asli Indonesia menjadi benih hibrida. “Kami cari sumber-sumber genetis di dalam negeri supaya mudahmudahan lebih cocok,” tuturnya. Tiga Jalur Distribusi Distribusi benih padi menurut Wahyu dilakukan dengan menggunakan 3 jalur distribusi yang terbagi menjadi 3 segmen pasar. Pertama, benih untuk ­petani yang daya belinya ­me­nengah ke bawah dengan menyediakan benih bersubsidi. Distribusi benih untuk petani ini berkoordinasi dengan program pemerintah yaitu program ­bantuan subsidi benih unggul. Kedua, menyediakan benih untuk program-program pasar dari proyek pemerintah sesuai dengan APBN dan APBN-P, dan ketiga menyediakan benih kualitas premium untuk para petani yang telah memiliki tingkat daya beli menengah ke atas. Untuk melihat besaran jumlah kebutunan benih ditiap-tiap daerah, PT. Pertani berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Pemerintah Daerah, baik di tingkat kabupaten dan provinsi. Selain untuk me­ ngetahui jumlah kebutuhan benih, koordinasi ini dibutuhkan untuk menetapkan jadwal tanam dan jenis benih yang tepat sehingga pertanaman petani dapat ber­kembang dengan baik walaupun dalam lingkungan yang tidak menentu disebabkan anomali iklim. INDRA MALIARA


Menteri Pertanian Suswono Foto: Istimewa

TIAP Tahun

100 Ribu Hektare lahan pertanian

hilang Mudahnya pemerintah daerah (Pemda) mem­be­ri­ kan izin pem­bangunan di lahan persawahan produk­ tif meresahkan Menteri Pertanian ­Suswono. ­Masalah konversi menjadi kendala dalam pencapaian target surplus 10 juta ton beras di 2014.

B

erdasarkan catatan pemerintah, konversi lahan sawah mencapai 100 ribu hektare (ha) per tahun di berbagai daerah. Tingginya angka konversi membuat target surplus beras 10 juta ton pada 2014 dapat meng­ alami kendala. “Kendala yang dihadapi untuk mencapai target surplus beras 10 juta ton cukup banyak. Namun, kendala terbesar adalah kurang pedulinya Pemda terhadap lahan pertanian dengan memberi izin besar-besaran untuk pem­ bangunan lain,” kata Mentan. Karena itu, perlu adanya kerjasama sinergis dengan semua pihak agar target itu terpenuhi. Peraturan daerah tentang per­

lindungan lahan pertanian mesti menjadi prioritas bagi Pemda seIndonesia demi melindungi lahan per­tanian beralih fungsi menjadi lahan ­i­n­dustri dan perumahan. Dari sisi ketersediaan lahan saat ini terdapat 8,8 juta hektare lahan pertanian yang dimiliki masyarakat. Lahan tersebut terus berkurang karena konversi lahan sawah untuk peruntukkan lain. Banyak petani padi yang beralih menggarap komoditas lain. Di Sumatra, para petani padi mulai beralih menanam kelapa sawit. Adapun di Jawa, para petani padi mulai beralih menanam pohon sengon yang lebih menguntungkan. Pertimbangannya, sengon umur empat sampai lima tahun sudah bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Selain itu, ancaman peningkatan produksi akan semakin meningkat jika pemerintah merealisasikan pembangunan jalan tol trans jawa. Jika itu direalisasikan maka akan memberikan tekanan yang berat untuk produksi. Untuk meredam ko­nversi lahan pertanian, pemerintah sudah menyiapkan UU 41 Tahun 2009, mengenai lahan pertanian

“Kendala yang dihadapi untuk mencapai target surplus beras 10 juta ton cukup banyak. Namun, kendala terbesar adalah kurang pedulinya Pemda terhadap lahan pertanian dengan memberi izin besar-besaran untuk ­pem­­ba­­ngunan lain”

berkelanjutan. Tujuanya untuk mempertahankan lahan per­tanian dari ancaman konversi. “Jadi petani yang mem­pertahankan lahan pertanianya, akan men­ dapatkan insentif. Karena ­perangkat a­turanya sudah ada maka pemerintah daerah tinggal menetapkanya,” ujarnya. Kendati begitu, pe­ merintah tetap optimis target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 bisa tercapai. Untuk itu, ­harus ada perbaikan irigasi dan bias me­redam laju konversi lahan. Pada saat yang sama, berbagai rencana aksi disusun untuk mendukung skenario menggenjot produksi. Antara lain dengan ­me­ningkatkan produktivitas, melakukan perluasan dan pengelolaan lahan, menurunkan konsumsi beras dan ­me­nyem­purnakan ­manajemen dan dukungan ke­bijakan dan regulasi dari ke­menterian dan lembaga lainnya. ‘’Para kepala daerah sentra produksi beras sudah siap untuk berkonstribusi terhadap pen­ capaian surplus beras 10 juta ton asalkan bendungan, waduk, dan irigasi direhabilitasi,” katanya. INDRA MALIARA STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

9


MATAHATI

Anton Apriyantono, Komisaris Utama PT Pertani

Dari Kampung Serang Menentang Amerika

L

ima tahun menjabat sebagai Menteri Pertanian dalam Kabinet Indonesia Bersatu membuat Anton ­Apriyantono lebih mafhum karakter dan kebiasaan petani di Indonesia. Selama berkeliling ke berbagai daerah, pria yang hobi fotografi itu menilai petani masih memerlukan ­banyak bimbingan dari pemerintah. Saat menyambangi lahan per­ tanian di wilayah pantai utara Jawa, misalnya. Komunitas petani setempat menanam padi paling banter dua kali dalam setahun. Di musim kemarau, lahan tersebut di­ biarkan kosong tanpa tanaman alias bera. Kenyataan tersebut mengusik ayah satu orang puteri yang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Teknologi Per­ tanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. “Saya tanya ke mereka mengapa tidak ditanami, ternyata hanya karena tidak biasa (menanam di musim kemarau),” ujar pria kelahiran Serang, Banten yang sempat menjadi buah bibir di Amerika karena ­ke­te-gasannya soal kasus Apel Washington dan virus Flu Burung itu. Lahan bera memang bagus untuk memutus siklus berkembang-biaknya hama. Tapi di sisi lain, menurutnya, lahan pertanian minim pasokan air sejatinya bisa dioptimalkan dengan menanam tanaman yang tidak memerlukan banyak air, seperti gandum atau kedelai. Supaya pemikirannya bisa lebih dipahami, Anton lantas memerintahkan kepala dinas pertanian untuk menyediakan areal dua hektar untuk demplot jagung yang ditanam di musim kemarau. “Mereka (petani) banyak yang tidak paham. Inilah makanya masyarakat perlu bimbingan,” jelasnya. Dengan adanya bimbingan masyarakat dari penyuluh pertanian dan perbaikan tata kelola lahan pertanian, maka produktivitas lahan pertanian dapat meningkat signifikan. Tak ayal, ada harapan besar untuk mencapai target surplus beras 10 juta ton pada 2014. REGA ADHIPRANA

10

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012 Foto: Istimewa


MATAHATI

Tanpa Kepedulian Pemerintah dan BUMN

Petani Indonesia Sulit Sejahtera D

UNIA pertanian tampaknya sulit dilepaskan dengan sosok Anton Apriyantono. Sehari-hari, Doktor (S3) dari Universitas Reading Inggris ini tercatat sebagai staf pengajar di Institut Peranian Bogor (IPB). Kini, Menteri Kabinet Indonesia Bersatu I ini menduduki kursi Komisaris Utama PT Pertani. Tugasnya di BUMN pertanian adalah untuk dapat meng­ optimalkan potensi yang dimiliki perusahaan pelat merah ini dapat menghasilkan laba. Kepada Rega Indra Adhiprana, pria kelahiran Serang 53 tahun itu menjelaskan tentang banyak ide yang dimilikinya agar BUMN dapat berkontribusi meningkatkan kesejahteraan para petani, termasuk. permasalahan dalam dunia pertanian Indonesia. Berikut petikan hasil wawancaranya: Indonesia negara agraris namun masih impor bahan pangan. Menurut Anda apa permasalahan yang utama? Impor menjadi sesuatu yang tidak bisa kita hindari ketika kita sendiri tidak mampu memproduksinya karena ketersediaan lahan dan karakteristik tanaman. Sekarang apa mungkin kita bisa menanam apel, pear, kiwi, anggur, yang tumbuh di lahan subtropis? Kita hanya bisa menanam jenis apel atau anggur tertentu saja. Gandum, bisakah Indonesia menanamnya? Bisa m­emang, tapi hanya di daerah tertentu dengan jumlah lahan yang sangat sedikit, sementara kita suka roti atau mie instan. Jadi saya ingin ada satu pemahaman yang benar dan pro­ porsional. Jangan lupa, tidak ada satu pun negara di dunia ini yang tidak melakukan impor. Ekspor-impor itu sesuatu yang lumrah terjadi manakala suatu negara tidak mampu memproduksinya, atau terbatas. Kecuali, bahan pokok beras yang sesungguhnya kita mampu produksi. Karena ini bahan pokok yang dapat me­nimbulkan kegoncangan kalau terjadi sesuatu, maka ini harus all out produksinya. Tapi kalau yang lain-lain? Yang penting adalah kita mampu mendapatkan nilai tambah.

Begini. Negara-negara subtropis itu, mampukah mereka m­enanam sawit, karet, teh, kopi, kakau? Gak mampu mereka. Semuanya impor. Tapi mereka pintar. Impor kakau, teh atau kopi, balik lagi ke negara kita menjadi produk jadi yang mempunyai nilai tambah. Ini yang seharusnya kita juga lakukan. Jadi bukan menyetop impor. Mengurangi impor, mungkin bisa. Tapi harus kita mengurangi dulu konsumsinya. Buah-buahan impor, cara menguranginya dengan mengubah pola ko­nsumsi masyarakat menjadi lebih memilih buah-buahan lokal. Yang

Foto: Istimewa

Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan?

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

11


Foto: Istimewa

“Ya kalau tidak all out, ya sulit. Bayangkan, jumlah penduduk bertambah 1,4 persen per tahun. Artinya, produksi beras itu minimal harus naik 1,4 persen”

kedua, ya syarat impornya yang harus diperketat. Jadi jangan menyetop impor. Kalau kita stop impor, nanti kita dibalas mereka. Bandingkan, mahal mana sawit dengan buah tropis? Kalau kita stop impor buah, lalu Amerika membalas dengan menyetop impor sawit dari kita bagaimana? Mahal mana buah dengan sawit? Tentu saja sawit. Jadi, kalau kita tidak suka impor, ya s­udah jangan mengkonsumsi produk impor. Apakah lahan pertanian di ­Indonesia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat? Sebenarnya apa sih yang jadi tolak ukur negara kita disebut negara agraris? Lahan di negara kita tidak luas-luas amat, kok. Kecuali S­ingapura, sadarkah lahan per­tanian per satuan penduduk termasuk terendah di kawasan Asia? Jadi jangan mentang-mentang kita negara agraris semuanya harus diproduksi sendiri. Nggak benar itu. Pernah ada berita yang menyebut bahwa Amerika dan China memiliki lahan jagung terbesar di dunia ­k­­a­rena menggunakan luas lahan yang jutaan hektar. Bandingkan

12

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

dengan luas lahan pertanian di ­Indonesia yang tidak lebih dari 45 juta hektar, namun dibagi jumlah penduduk 250 juta jiwa. Sekarang kita pengen menanam segala macam rupa di lahan segitu. Pengen juga me­melihara sapi, kambing, ayam, dan sebagainya. Apa mungkin? Saya baru saja ke Tasikmalaya. Banyak sekali lahan pertanian produktif yang di­konversi. Ini bahaya. Coba jalan ke daerah Karawang, ­B­­a­nd­ung­dan sekitarnya. Parah, kan? Bandingkan lahan pertanian disana sebelum ada jalan tol dengan sesudahnya. Sekedar mimpi tidak mengimpor beras pun akan sulit? Ya kalau tidak all out, ya sulit. ­Ba­yangkan, jumlah penduduk bertambah 1,4 persen per tahun. Artinya, produksi beras itu minimal harus naik 1,4 persen. Sementara pengurangan lahan berapa? Kalau kita tidak hati-hati, ya bahaya. Intinya, kita harus memaksimalkan apa yang menjadi comparative ­advantage kita. Ngapain kita rebut-ribut soal gandum impor? Lebih baik me­ ributkan produk unggulan kita. Rempah-rempah kita yang ­sejak dulu diakui dunia. Nah, n ­ amanya

perdagangan selalu ada timbal balik. Oke, kita impor g ­ andum, asal kita bisa jualan rempah-rempah dan produk-produk jadi kita. Ini yang harus kita kerjakan. Dan kita punya banyak peluang. Dengan berkembangnya produk-produk aroma therapy, healthy food, berarti pemintaan akan rempah-rempah meningkat, mulai dari lengkuas, kunir, temulawak. Kenapa nggak ini yang diributkan? Sadarkah kita bahwa negeri ini penghasil pala terbesar di dunia? Cengkeh juga termasuk yang terbesar. Vanilla nomor satu di dunia. Lada juga begitu. Tapi produk-produk itu banyak yang stagnan atau turun produksinya karena kita terlalu meributkan halhal yang tidak perlu diributkan. Ada potensi lain yang orang tidak bisa nanam. Kenapa produk-produk pertanian Indonesia kurang bersaing di pasar dunia? Masalahnya, mau menanam dimana yang bisa dalam skala luas? Coba produk buah kita bisa ditanam dalam skala luas, pasti kualitas bisa dijaga, konsisten, dan supply pun bisa continue. Durian kita memang banyak, tapi jenisnya juga banyak,


MATAHATI

kualitasnya beragam, dan lahannya menyebar di semua daerah. Ketika ingin ekspor, ya susah. Kita ambil contoh minyak atsiri, bahan dasar parfum. Minyak nilam Indonesia memasok 90 persen kebutuhan parfum dunia. Ketika jadi parfum, balik lagi kesini, satu botol bisa Rp 2 juta. Bagaimana dengan pengembangan teknologi pertanian? Indonesia ini keragamannya sangat tinggi. Pertama dari sisi SDM dari sisi pendidikan. Statistik me­nunjukkan bahwa pendidikan petani setingkat SD atau tidak lulus SD. Sayangnya definisi petani belum bisa dibedakan antara petani dan buruh tani. Petani itu ada petani yang punya lahan, punya lahan sempit, penggarap saja, sama buruh tani. Bagian terbesar mereka yang punya lahan sempit, buruh tani dan penggarap. Inilah yang menyebabkan pengentasan kemiskinan di tingkat petani lambat diselesaikan. Orang meributkan; buruh tani sumber kemiskinan. Sebenarnya pokok persoalannya adalah lapangan kerja lain kurang tersedia, sehingga orang terpaksa lari ke pertanian. Akibatnya, lahan pertanian menyempit. Mana bisa kaya kalau rata-rata petani hanya menggarap 0,3 hektar? Jangankan bicara kaya, cukup untuk makan saja, tidak. Makanya, kita harus bisa memilih mana jenis pertanian yang bernilai tinggi. Kita tidak bisa juga menerapan teknologi secara hantam kromo. Jadi harus kita klasifikasi. Kalau teknologi untuk perkebunan yang relatif luas atau holtikultura dengan menggunakan rumah kaca, nah itu memungkinkan untuk menerapkan teknologi modern. Tapi untuk lahan sempit, ya teknologinya terbatas. Akhirnya, efisiensi dan daya saingnya rendah. Belum lagi masalah transportasi dan infrastruktur. Dari sisi keragaman topografi, tentu teknologinya tidak bisa sama. Lalu apa solusinya? Pertama, efisiensi dan nilai ­tambah. Sekecil apapun lahan kita, efisiensi harus ditingkatkan,

tentu ­dengan teknologi yang tepat, mulai pemilihan bibit yang unggul, cara peng­olahan tanah, sistem agronomi, pengairan, dan lain-lain. Kedua, kita pikirkan nilai tambahnya. Kita memang penghasil sawit terbesar ­dunia, tapi dari sisi efisiensi kita masih kalah. Sawit kita saja masih kalah dengan ­Malaysia. Apalagi dengan kedelai. Ciri dari efisiensi rendah adalah harga sawit selisihnya tidak jauh dengan harga kedelai. Padahal, produktivitas sawit 5 kali lipat lebih tinggi dengan kedelai. Logikanya, selisih harga lima kali lipat juga. N ­ yatanya hanya 20 persen lebih tinggi. Soal nilai tambah, kita juga harus pikirkan bagaimana pertanian bisa ter­ integrasi dengan industri. Kita punya tanaman rempah-rempah dengan industri minyak atsri, misalnya, atau buah-buahan terintegrasi dengan investment grading-nya (rating layak investasi). Inikah tantangan PT Pertani kedepan?

memilih ­benih yang mereka suka. Tugas BUMN dan swasta adalah me­nyediakan benih-benih yang berkualitas untuk dibeli petani. ­Dengan begitu, peluang terjadi moral hazard kecil sekali, hanya berada di tingkat ­bawah dan me­ libatkan banyak orang. ­Bandingkan jika uangnya kita t­enderkan. Kita s­emua paham tender itu seperti apa. Kita beri PSO (Public Service ­Obligation) ke BUMN juga ­sering bermasalah. Tapi belakangan DPR bikin program sendiri. Program bentukan DPR tidak dibicarakan dengan Ke­menterian ­Pertanian, langsung PSO ke BUMN dan ­anggarannya minta ke Ke­menterian Keuangan. Itulah awalnya ­dugaan terhadap hal-hal yang tidak di­harapkan. Benih itu kan ada ­waktunya, ada masa simpannya. Kalau ditender tidak mungkin, akhirnya kita tunjuk langsung tetapi kita patok harganya berdasarkan hasil survei. (***) Foto: Istimewa

Ya. Masalah efisiensi, nilai tambah, infrastruktur, persoalan-persoalan yang berkaitan dengan per­ modalan, research and development. lalu capacity building dari SDM, sehingga diberikan bekal sehingga mampu meningkatkan efisiensinya dan dapat nilai tambah dari produkproduk pertanian. Benih pertanian kerap kali dipolitisir, menurut Anda? Bukan hanya dipolitisir, tapi di­ manfaatkan untuk mencari uang. Ha..ha..ha.. Awalnya program dalam skala besar itu memang saya yang mulai. Dulu itu (ketika masih menjabat Menteri Pertanian), kita menyediakan anggaran ­Rp 1 ­ ­triliun karena perhitungannya; yang bisa meningkatkan produksi pertanian secara cepat adalah benih. Maka program saya adalah menambah tenaga pe­nyuluhan per­tanian, ­Sekolah Lapang Pe­ngelolaan ­Tanaman Terpadu (SLPTT) dan benih. Kita merancang benih itu untuk diproduksi siapa saja. Uangnya diberikan ke ke­lompok tani. Silahkan kelompok tani STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

13


MATAHATI

Eddy Budiono Direktur Utama PT Pertani (Persero).

Foto: Istimewa

super Team

Menuju BUMN

pangan raksasa 14

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

Direktur Utama PT ­Pertani yang baru, Eddy Budiono masih terbawa suasana tempat kerja ­lamanya saat serah terima jabatan direksi di kantor PT Pertani (1/8/2012). Eddy menyapa direksi PT Pertani dengan sebutan “rekanrekan direksi PT Sang Hyang Seri”

S

EBELUM didapuk menjadi pimpinan PT Pertani, Eddy adalah Direktur Utama PT Sang Hyang Seri (Persero), per­ usahaan pelat merah yang bergerak di sektor agroindustri, seperti juga PT Pertani. Boleh jadi, karena samasama menceburkan diri di sektor pangan, dua perusahaan tersebut kabarnya bakal menjadi dwitunggal, sesuai dengan rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan membentuk BUMN pangan raksasa.


MATAHATI

“Ada amanah yang harus dilaksanakan dalam waktu dekat yaitu menjadi BUMN pangan raksasa yang bekerja all out. Kita akan menjadi dwitunggal dan PT Pertani inilah yang akan menjadi champion-nya,” kata Eddy dalam kata sambutannya. Untuk mencapai hal tersebut, lanjut Eddy, pihaknya bakal membentuk ‘super team’ yang diisi oleh Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. “Untungnya, PT Pertani punya banyak SDM yang canggih,” jelasnya.

Gundul-gundul Pacul Pujian Eddy Budiono terhadap kinerja positif jajaran PT Pertani itu tentunya tidak ber­lebihan. Di tangan Dwi Antono, Dirut PT Pertani periode November 2 ­ 007-­­Juli ­2012, BUMN yang berkantor pusat di ­Duren Tiga, Jakarta Selatan ini berhasil mengantong laba di tahun 2011 sebesar Rp 42,51 miliar. Ada cerita menarik di balik sukses Dwi Antono membawa PT Pertani tidak lagi menjadi BUMN yang merugi. Menurutnya, sukses Pertani karena berpegang pada strategi untuk mendongkrak tingkat kesejahteraan para petani yang terinspirasi dari lagu Gundul-gundul Pacul. Tembang Jawa yang konon diciptakan Sunan Kalijaga di abad 13 Masehi itu, menurutnya, mempunyai nilai filosofis yang mendalam. Gundul berarti kepala tanpa mahkota. Sedangkan Pacul merupakan ikon kaum petani. Jika diartikan, Gundul Pacul adalah ­“kepala” atau pemimpin yang rela turun tangan untuk men­cangkul demi kesejahteraan rakyat tanpa mengharapkan penghargaan mahkota apapun.“Gundul pacul itu merupakan strategi mengelola alam untuk kemakmuran rakyat. Nah, kami adalah kepala yang gundul, sedangkan GP3K merupakan paculnya,” kata Dwi. GP3K yang dimaksud Dwi singkatan dari Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi. Ini sebuah program pemerintah yang mendorong perusahaan-­ perusahaan milik negara ikut serta dalam meningkatkan produksi pertanian di Indonesia.

Foto: Istimewa

Dwi Antono (kiri), Direktur Utama PT Pertani (Persero) periode November 2007-Juli 2012 ketika melakukan panen raya GP3K bersama Ibu Menteri BUMN, Nafsiah Sabri Iskan (kanan).

Caranya, dengan aktif bukan tanpa sebab Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggulirkan program tersebut. Saat ini banyak lahan pertanian yang tak lagi produktif. Nah, jika produktifitas sawah melorot, ujung-ujungnya berdampak terhadap ketahanan pangan nasional. Salah satu penggerak utama program yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan nasional tersebut adalah PT ­Pertani. Menurut Dwi, perseroan sudah siap “mandi lumpur” untuk mengoptimalkan lahan pertanian yang sulit dikelola petani. Alasannya se-derhana. Lahan pertanian yang produktif me­nyimpan potensi agribisnis yang tinggi. Dari mulai peng­ olahan sawah sampai penjualan hasil, kata Dwi, ada potensi agri bisnis yang di dalamnya terdapat agro industri. “Kami memiliki mata rantai agro bisnis, mulai dari jasa pengolahan lahan, jasa prosesing benih, produksi pupuk, penggilingan padi, hingga jasa pergudangan yang men­ dukung sistem resi gudang,” jelasnya. Bisnis dari hulu hingga hilir yang dijalankan perseroan inilah yang membuat peran PT Pertani terasa penting di sektor pertanian. Hitung-hitungan Dwi, laba perseroan bisa melejit 40 persen jika program GP3K berjalan lancar. “Kenapa? Karena kita jual pupuk dan benih, pasarnya sudah tersedia dan terukur, tidak kacau. Masyarakat petani juga tambah sejahtera dari peningkatan produktifitas lahan sawahnya,” kata Dwi lagi. Dwi mengakui bahwa saat ini program GP3K belum mencapai tujuan akhir yang dicita-citakan semua pihak yaitu solusi menciptakan swasembada pangan dan men­yejah­ terakan petani Indonesia. “Tapi kita sedang menuju kesana,” imbuhnya. Maka dari itu, perseroan setiap tahun meningkatkan luas lahan pertanian dan menggenjot produksi tiap hektarenya. Untuk tahun ini, pihaknya menargetkan 400 ribu hektare lahan pertanian dengan tingkat produktivitas tujuh ton per hektare. REGA ADHIPRANA STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

15


Foto: pertani

MATAHATI

DIREKSI PT PERTANI (Persero), dari kiri Kusnindar (Direktur SDM dan Umum), Yunie Haryati (Direktur Keuangan), Eddy Budiono (Direktur Utama), Agung Darmawan (Direktur Produksi), Dedeng Rachroni (Direktur Pemasaran).

Amanah Tongkat Estafet Keberhasilan Pertani Komisaris Utama PT Pertani (Persero) Anton Apriyantono ­meminta jajaran direksi baru untuk meneruskan keberhasilan yang telah dicapai direksi lama. Pasalnya, di era kepemimpinan Dwi Antono, Pertani mampu merubah neraca keuangan yang negatif menjadi positif.

Perusahaan ini bertahuntahun merugi. Baru di zaman Pak Dwi (Dwi Antono, red) bisa mendapatkan untung. Ini sebuah prestasi yang akan dicatat dalam sejarah,” katanya dalam sambutannya saat serah terima jabatan direksi di kantor PT Pertani (1/8/2012). Jika tidak mampu mendongkrak kinerja perusahaan, kata Anton lagi, bukan tidak mungkin

16

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

jabatan jajaran direksi baru akan diberhentikan di tengah jalan oleh Menteri BUMN. “Lagipula, mau ditaruh mana muka Dewan Komisaris jika perusahaan ini kembali merugi,” ujarnya mantan Menteri Pertanian itu. Amanah jajaran ko­misaris PT Pertani untuk meneruskan ‘­‘tongkat estafet’’ keberhasilan ­tentunya akan dipegang erat Direktur Utama PT Pertani, Eddy Budiono. Langkah pertama, mantan orang nomor satu PT Sang Hyang Seri (Persero) (SHS) itu akan membenahi manajerial internal. Langkah kedua, ­perusahaan akan diarahkan menjadi BUMN yang mampu memperkuat ketahanan pangan nasional. “Belum ada (target, red). Kami masih akan memberesi urusan internal,” ujarnya. Menurutnya, PT Pertani selama di bawah kepemimpinan Dwi Antono memiliki kualitas SDM yang mumpuni untuk menjadi BUMN pangan kelas dunia. “Dalam waktu dekat kami akan bentuk super team yang akan mendukung program-program perusahaan ke depan,” ujarnya.

Rencana membentuk super team untuk membawa PT Pertani menjadi BUMN pangan raksasa tentunya bukan isapan jempol belaka. Selama memimpin PT Sang Hyang Seri (SHS), Eddy berhasil membawa SHS mengeruk laba di tahun 2011 sebesar Rp 79,62 miliar. Sedangkan, dalam waktu lima bulan (Januari-Mei) di tahun 2012, Eddy membuktikan dengan membawa SHS, menjadi salah satu produsen benih yang berhasil mendulang pendapatan sebesar Rp 1,5 triliun. Pen­dapatan lima bulan tersebut, sudah mencapai 46,9 persen dari target Rp 3,2 triliun. Selama periode tersebut, pemasukan perusahaan datang dari pengadaan tender bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan pemasaran benih langsung lewat SHS Shop. Menurut Eddy, pendapatan perusahaan naik tipis di­ banding­­kan tahun lalu mencapai Rp 3,1 triliun. “Untuk laba sebelum pajak kami upayakan meningkat Rp 5 miliar menjadi Rp 110 miliar dibandingkan tahun lalu,” katanya. Rega Adhiprana


STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

17


MATAKANCING

Topsindo Menuju Freshmart Modern

INOVASI SWALAYAN PERTANIAN MASA DEPAN

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Peluang pasar ­produk-produk per­ tanian selama ini se­olah terabaikan. Pertani m ­ erasa perlu meng­garapnya secara serius dan ­modern.

18

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

P

ANGSA pasar produk ­pertanian sebetulnya sangat potensial. ­Tentunya, ­penduduk Indonesia yang ­mayoritas petani jelas dapat menjadi lumbung bisnis yang menggiurkan. Anehnya, ­belum pernah ter­dengar ada sebuah perusahaan ritel m ­ engolah pasar pertanian sebagai lahan bisnisnya. Ceruk bisnis ini yang kemudian dilirik PT Pertani ­(Persero). Perusahaan plat merah

yang bertugas memproduksi dan mendistribusikan produk-produk pertanian ini menyadari bahwa sudah ­selayaknya para petani ­mendapatkan produk-produk ­pertanian dengan mudah. Pertani akhirnya ­memutuskan untuk memasuki bisnis tersebut 16 April 2008 silam. Toko pertanian modern itu secara resmi dioperasionalkan di ­Haurgeulis, I­ ndramayu, Jawa Barat, dengan nama Topsindo: Toko Per­tanian Swalayan ­Indonesia. Pemilihan ­Haurgeulis dengan per­timbangan kota kecamatan di Kabupaten Indramayu itu merupakan s­ entra persawahan dan ­holtikultura. I­ ndramayu tercatat sebagai l­umbung padi terbesar (seluas 180.000 hektar) di Indonesia. Direktur Pe­masaran ­Pertani, Dedeng Fachroni ­mengatakan, kebijakan membuka Topsindo akan terus dikembangkan. Alasannya, potensi pasar yang besar didukung diferensiasi, keunikan, dan nilai t­ ambah, serta jurus yang di­unggulkan Topsindo akan membawa ritel pertanian ini maju dan tumbuh dengan cepat. ‘’Ibaratnya makan di lumbung padi,’’ ujarnya. Di sana juga terdapat


MATAKANCING

Foto: Istimewa

banyak pabrik penggilingan padi dan toko-toko pertanian reguler. Ini menunjukkan tingginya kebutuhan sarana produksi pertanian se­tempat. Pertani sendiri memiliki pabrik ­penggilingan padi ber­ kapasitas besar lengkap dengan fasilitas pergudangan yang luas di daerah ini. Segmen pasar Topsindo sangat jelas dan spesifik yaitu para petani tanaman pangan dan holtikultura yang berada di sekitar outlet. Selain petani, tentunya Topsindo juga mengincar pehobi tanaman holtikultura di perkotaan yang pangsa pasarnya sedang tumbuh pesat. FRESHMART Sebagai toko pertanian, Topsindo saat ini menjual berbagai macam produk yang sebagian bersumber dari hasil pe­ngembangan Pertani, sebagian lagi dari perusahaan-perusahaan mitra, antara lain: benih padi, jagung, sayurmayur, bibit buah-buahan, pupuk, ­pestisida, hingga alat dan mesin per­tanian. Produk-produk pertanian yang dikeluarkan oleh Pertani terdiri dari pupuk merek Kuda Laut, beras cap Anggrek Plicata, beras aromatik Intan Kepala, beras ramos super cap Nanas, pupuk organik cair merek Bintang Kuda Laut, dan lain sebagainya. Kini, Topsindo telah hadir di seluruh Indonesia (14 Depo) dengan menerapkan model bisnis sistem waralaba, masyarakat diberi kesempatan untuk menjadi franchise. Bisnis berprospek cerah ini langsung mengundang minat pe­bisnis mulai dari Kalimantan ­Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Untuk menguatkan bisnis, Dedeng yang pernah menjabat Area Manager Pemasaran ­Sumatera Bagian Utara itu mengatakan, akan dikembangkan bukan hanya di daerah sarana produksi, tetapi di daerah pasar konsumsi. ‘’Topsindo ke depan akan menjadi freshmart, bukan hanya sebagai penyedia sarana pertanian juga menjadi penyedia hasil produksi pertanian, akan di ­kembangkan pertama di Jakarta, selanjutnya kota kota besar di ­Indonesia,’’ ucapnya. Untuk itu, Topsindo akan diserahkan ke unit bisnis atau dikelola anak perusahaan karena membutuhkan penanganan ­khusus. Sebagai penyedia hasil produksi, Topsindo diharapkan dapat menekan penetrasi produk impor yang semakin masif. ‘’Total itu kan buah-­ buahan impor. Tapi kita kan buahbuahan dalam negeri. Toko per­ tanian swalayan bukan hanya toko pertanian sarana, tetapi toko hasil pertanian. Terutama di kota. Kan, belum ada itu,’’ kata Dedeng. Sebelum menjadi fresh­ mart, lanjutnya, Topsindo akan dibenahi dulu sebagai unit usaha yang sehat, dengan pertumbuhan yang signifikan. Ada tiga syarat utama yang perlu dibenahi untuk Topsindo yaitu; Pertama, sistem pengadaan, tersentralisasi, sehingga tahu akan kebutuhan dan stok barang yang dipersiapkan tiap ­masing unit Topsindo. ‘’Ini karena hasil pertanian musiman, tidak seperti coustomer good,’’ katanya. Kedua, katanya, sistem informasi, harus intergrasi di­ seluruh wilayah, agar memper­

cepat ­pelayanan konsumen, jangan ­sampai kekurangan atau kelebihan stok, karena unit Topsindo tempatnya juga terbatas. Ketiga, yang terakhir, sistem penjualan atau marketing, yang akan mengenal fungsi dan peranan Topsindo, selain sebagai penyedia kebutuhan dan p ­ rasarana pertanian,juga di buka “Klinik ­Pertanian”. ‘’Sebagai ruang ­konsultasi masalah-masalah pertanian, ­sekaligus tempat belajar pendidik muda dari sarjana pertanian maupun diploma pertanian. Selama ini sudah ada klinik pertanian, cuma masyarakat tani belum banyak yang tahu, makanya melibatkan tenaga penjualan maupun tenaga ­penyuluhan sebagai bagian dari sosialisasi,’’ paparnya. Untuk Topsindo daerah, diharapkan bekerjasama dengan kelompok-kelompok tani, agar hasil pertanian langsung bisa dijual ke Topsindo dan sebaliknya kebutuhan pertanian bisa ambil di Topsindo. Dengan langsung membeli dari tangan petani, tentu akan di dapat standart hasil pertanian yang di ­tentukan, dengan harga yang murah sehingga dapat di jual dengan harga terjangkau. Sehingga Topsindo akan mampu meng­ garansi konsumen apabila harga lebih mahal dengan jenis produk yang sama akan diganti selisih harga. CHARLIE SAMOSIR

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012 Foto: Istimewa

19


MATAKANCING

Foto: Istimewa

‘’Lokasi Topsindo yang strategis dapat menjadi terobosan pelayanan kepada petani untuk menutup kekurangan keberadaan penyuluh pertanian di lapangan’’

Klinik Topsindo

dapat perbaiki kesalahan budidaya Layaknya, swalayan, ­­ pengunjung Topsindo akan disuguhkan dengan gaya ­belanja modern. Upaya memanjakan ­konsumen itu terlihat dari ­suasana belanja yang nyaman, pelayanan ramah, keleluasaan memilih produk, dan menentukan pilihan produk secara jelas dan tepat melalui bimbingan konsultasi pertanian.

K

EHADIRAN Topsindo tidak sekadar memasarkan produk pertanian semata. Sebagai pionir, toko swalayan ini dipadukan dengan klinik per­tanian. Ruang konsultasi disediakan bagi petani yang ingin bertanya ­langsung ­seputar budidaya maupun ­informasi pertanian mutakhir tanpa dipungut biaya. Di klinik itu, petani akan dilayani oleh para profesional di bidang pertanian dan dapat mencari info menggunakan teknologi informasi yang tersedia. Sekretaris Perusahaan PT Pertani, Wuryani P ­ ujiastuti ­mengatakan, konsep dasar ­Topsindo mengacu ke arah apotik pertanian dengan klinik-klinik pertanian yang akan dipandu langsung oleh Dinas Pertanian, sehingga kelompok tani dapat berkonsultasi secara langsung. Topsindo akan menjamin barang-barang yang dijual original, kualitas baik dengan harga standar dan mutu terjamin. “Komunikasi dengan ­konsumen melalui klinik pertanian di outlet Topsindo diharapkan

20

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

mampu mempererat hubungan keduanya. Topsindo dapat menjadi kepunyaan masyarakat ­pertanian, sehingga nanti akan muncul ­Topsindo di seluruh Indonesia,’’ ujar Wury, sapaan akrab Wuryani ­Pujiatuti. Keberadaan Topsindo juga bermitra dengan kelompok tani dengan budidaya pertanian berbasis kawasan. Kemitraan ber­ kelanjutan dengan pendekatan kawasan, bukan komoditi. ‘’Kalau di kawasan tertentu petani menginginkan menanam jagung, maka Topsindo akan menyediakan jagung dan kita tetap bermitra sesuai dengan kebutuhan di wilayah itu. Jadi kita ikuti pola tanam yang ada dengan ke­sepakatan bersama supaya kita selalu bisa ngawal kegiatan usaha tani,’’ k­ atanya. Selain itu, Topsindo di­harapkan dapat memperbaiki ­kesalahan budidaya di kalangan petani. Klinik pertanian yang ter­sedia di Topsindo dapat dimanfaatkan petani untuk mencari informasi pertanian. ‘’Lokasi Topsindo yang strategis dapat menjadi terobosan pelayanan kepada petani untuk menutup keberadaan penyuluh pertanian di lapangan,’’ ujar Wury. Topsindo dapat menjadi pelopor teknologi pertanian karena ter­ sedianya klinik pertanian. Di mana petani dapat memanfaatkan dengan mencari teknikteknik budidaya pertanian dengan benar sehingga produktivitas

menjadi tinggi dan juga berdampak positif pada pendapatan petani. Selama ini, masih banyak terdapat kesalahan yang dilakukan petani dalam budidaya pertanian sehingga mengganggu produktivitas. Penggunaan pupuk yang berlebih dan bibit tidak sesuai sasaran sangat rentan ­terha­dap tercapainya target produksi yang diinginkan. Wury menambahkan, kehadiran Tosindo adalah bentuk ­modernisasi pertanian. Dengan sarana klinik pertanian didalamnya, dapat mengawal budidaya yang tepat sehingga target produksi tercapai. “Saat ini modernisasi pertanian belum terjadi, dengan kurangnya sarana, prasarana dan permodalan. Namun dimulai dari hal yang kecil seperti hadirnya Topsindo yang berkesan ­modern, petani akan terbiasa dengan ­budidaya modern dalam pertanian,” katanya. Tersedianya penyuluh pertanian yang handal di klinik Topsindo, petani dapat dengan bebas berkonsultasi dan men­ dapatkan usulan terbaik dalam budidaya tanamam yang tepat. “Sudah ada 14 Topsindo yang hadir di Indonesia dan sebagai upaya percepatan pertumbuhan jumlah toko, dalam waktu dekat akan meluncurkan bentuk usaha franchise (kemitraan) Topsindo kepada pihak yang berminat dari kalangan apa saja,” katanya. CHARLIE SAMOSIR


Rp. 110.000,-

Rp. 55.000,Rp. 9.900,-

Rp. 95.000,-

Rp. 45.000,-

Rp. 140.000,-

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

21


MATAUNIK

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang banyak mengandung karbohidrat. Di Indonesia, jagung juga menjadi bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah. Karenanya, jagung juga termasuk komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Di daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Bahkan belakangan, tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Pasalnya, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

Sumber Karbohidrat & Menyehatkan Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ­ringan (pop corn dan jagung ­mar­ning). Jagung dapat pula di­proses menjadi minyak goreng, ­margarin, dan formula makanan. Selain itu, pati jagung dapat di­ gunakan sebagai bahan baku ­in­dustri farmasi dan makanan ­se­perti es krim, kue, dan minuman.

B

erdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika ­Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu, hingga mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik ­me­nunjukkan jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang ber­langsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk

22

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

JAGUNG TANAMAN ASAL AMERIKA TENGAH

gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah t­ eosinte sebenarnya di­ gunakan untuk meng­gambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-­satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 ­varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar. Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina dalam satu tanaman. Menurut sumber literatur lain, jagung juga berkhasiat untuk dijadikan obat. Jagung yang di­ gunakan adalah jagung yang dapat

ditemui di pasar-pasar tradisional maupun pasar swalayan. Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang dapat ditanggulangi oleh jagung, antara lain: Melancarkan Air Seni Sebanyak 50 g rambut jagung segar dicuci, direbus dengan 1 liter air ­sampai airnya tinggal setengah. Ramuan diminum 2x sehari. Hipertensi Segenggam rambut jagung dicuci, direbus dengan 1 liter air. Air ­rebusannya untuk diminum 2x sehari. Setelah tekanan darah turun, ramuan ini tetap diminum 1x sehari. Diabetes Sebanyak 50g rambut jagung dicuci, direbus dengan 2 gelas air. Air ­re­­busan ini untuk diminum 2x sehari.


MATAUNIK

JAGUNG : ZEA MAYS Dalam taksonominya jagung termasuk dalam ordo Tripsaceae, famili Poaceae, sub famili Panicoideae, genus Zea, dan spesies Zea mays L.

Foto-foto: Istimewa

Reporter : REGA ADHIPRANA

#Fakta 8

Melancarkan ASI Beberapa biji jagung tua disangrai sampai meretak dan garing. Makan sebagai kudapan, atau cukup jagung direbus saja Luka Bekas Cacar air Sebanyak 10 buah jagung muda diparut lalu dibalurkan ke luka bekas cacar air. Ulangi selama beberapa hari. Diare Tongkol jagung dicuci dan ditumbuk sampai halus. Seduh dengan 1 gelas air. Kemudian minum ramuan ter­ sebut 2x sehari.

FAKTA UNIK

JAGUNG #Fakta 4

#Fakta 5

Sedangkan jumlah Banyaknya baris biji pada batang melingkar pada jagung umumnya biji jagung um­ lebih dari 800 biji. umnya adalah 16 (enam belas).

Tanaman Jagung bisa diolah menjadi ethanol yang dapat digunakan untuk bahan bakar.

#Fakta 7

45 persen isi dari toko grosir berasal dari jagung atau hewan yang me­ makan jagung.

#Fakta 6

Jagung adalah tanaman rumput raksasa.

#Fakta 3

Lebih dari setengah hasil panen jagung di dunia ber­ asal dari Amerika Serikat.

#Fakta 2

#Fakta 1

Lebih dari 8.000.000.000.000 Kg jagung dipanen setiap tahun.

Jagung adalah tum­ buhan yang hidup di setiap benua kecuali benua Antartika. STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

23


24

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

infografis: basuki rahmat


MATAKAIL

WARISAN 2 KERAJAAN S

IDRAP, kata ini sudah tidak asing lagi di t­ elinga masyarakat Sulawesi Selatan. Nama dari salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang ter­ kenal sebagai lumbung padi. Sidrap juga dikenal sebagai masyarakat yang cara bicaranya kasar dan suaranya yang keras. Maknanya, tegas tapi bijaksana, keras budi bahasa tetapi halus budi pekerti. Sidrap adalah kabupaten yang sarat dengan sejarah. Kabupaten yang memperingati tanggal 18 Februari sebagai hari jadinya ini, ternyata mempunyai sejarah di balik namanya. Menurut sejarah, Sidenreng Rappang awalnya terdiri dari dua kerajaan, masingmasing Kerajan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Kedua kerajaan tersebut sangat erat persaudaraannya. Hal itu terlihat dalam urusan pergantian kursi kerajaan, keduanya dapat saling mengisi. Seringkali pemangku adat Sidenreng justru mengisi kursi kerajaan dengan memilih dari komunitas orang Rappang. Pegitu pula sebaliknya, bila kursi kerajan Rappang kosong, mereka dapat memilih dari kerajaan Sidenreng. Itu pula sebabnya, sulit untuk mencari garis pembeda dari dua kerajaan tersebut. Dialek bahasanya sama, bentuk fisiknya tidak beda, bahasa sehari-harinya juga mirip. Kalaupun ada perbedaan yang menonjol, hanya dari posisi geografisnya saja. Wilayah Rappang menempati posisi sebelah Utara, sedangkan kerajaan Sidenreng berada di bagian Selatan. Kedua kerajaan tersebut masing-masing memiliki sistem pemerintahan sendiri. Di k­ erajaan Sidenreng kepala pemerintahannya bergelar ­Addatuang. Pada pemerintahan Addatuang, keputusan berasal dari tiga sumber yaitu, raja, pemangku adab dan rakyat. Sedangkan di Kerajaan Rappang rajanya

bergelarArung Rappang dan menyandarkan sendi pemerintahanya pada aspirasi rakyat. Demokrasi sudah terlaksana pada setiap pengambilan kebijakan. Demokrasi bagi kerajaan Rappang adalah ­sesuatu yang sangat penting, salah satu bentuk demokrasinya adalah penolakan diskriminasi gender. Perbedaan gender tidak menjadi masalah, khususnya bagi kaum wanita untuk meniti karir sebagaimana ­layaknya kaum pria. Buktinya, adalah emansipasi wanita sudah ditunjukkan dengan seorang ­perempuan yang menjadi rajanya, yaitu raja Dangku, raja ke­ sembilan yang terkenal cerdas, jujur, dan pemberani. Wanita yang kemudian dikenal sukses menjalankan roda pemerintahan di zamannya. Pada saat pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949, berakhirlah dinasti Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Ketika bumi Indonesia kemudian melepaskan diri dari belenggu penjajah, ketika pekik kemerdekaan menggema di seantero nusantara, kerajaan ­Sidenreng lebih awal menunjukkan ­watak nasionalismenya dengan bersedia melepaskan ­sistem kerajaan mereka. Padahal sistem itu ­sudah berlangsung lama, sampai 21 kali pergantian pemimpin. Mereka memilih berubah dan menyatu dengan pola ketatanegaraan Indonesia. Kerajaan akhirnya melebur menjadi ­ka­bupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), dengan bupati per­tamanya H. Andi Sapada Mapangile dan untuk pertama kalinya dalam sejarah pemerintahan Sidrap dilakukan pemilihan umum untuk memilih bupati secara langsung pada tanggal 29 Oktober 2008 lalu. DEDE SUPRIATNA

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

25


MATAKAIL

Lumbung

Padi

Indonesia Timur

K

abupaten Sidrap merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang sangat i­dentik dalam hal pertanian. Selain per­ tanian, Sidrap juga memiliki potensi perikanan dan ­kehutanan. Dari data jumlah penduduk yang bergerak di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan di ­Kabupaten Sidenreng Rappang adalah sebanyak 770.030 jiwa (30,73 persen) dari total jumlah penduduk atau 59,52 persen dari tenaga kerja produktif (129.420 jiwa) petani yang berusaha tani, termasuk dalam 4 sektor usaha, yakni petani (pangan/horti), pekebunan,

26

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

peternak dan sektor kehutanan. Jumlah kelembagaan kelompoktani yang tersebar di K ­ a­bupaten Sidenreng Rappang sampai dengan Tahun 2011 sebanyak 1.580 kelompok, yang terbagi kedalam 857 Kelompok Pemula, 401 Kelompok Lanjut, 284 Kelompok Madya, dan 38 Kelompok Utama. Sidrap merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi Sulawesi Selatan. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan daerah sendiri, hasil panen juga digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia bagian timur. Namun, selama periode 2009-2010 produksi padi menurun tajam (sekitar 32,30 persen) dari 481.651,25 ton pada tahun 2009 menjadi 326.063,02 ton pada tahun 2010. Penurunan produksi yang terjadi salah s­atunya disebabkan oleh penurunan luas panen sekitar 8,12 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah mengingat terganggunya produksi padi di Sidrap dapat mengancam ketahanan pangan Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian timur. Hingga saat ini sektor pertanian masih menjadi andalan bagi perekonomian Sidenreng ­Rappang. Pada tahun 2010 tiga sektor yang mempunya ­kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) antara lain; sektor pertanian sebesar 42,79 persen, disusul sektor jasa sebesar 24,35 persen, hotel dan restoran sebesar 11,45 persen. DEDE SUPRIATNA


MATAKAIL

Usaha peternakan ayam selalu menyimpan potensi menjanjikan. Namun, jenis ayam ini menjadi ciri khas masyarakat Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. Bukan ayam biasa, melainkan ayam ketawa.

Potensi ternak

Ayam

Ketawa

Ayam ketawa biasa juga disebut ayam gaga. Dalam bahasa Bugis, disebut pula Manukgaga yang artinya ayam tergagap-gagap. Penyebarannya ­ma­yoritas di wilayah Ajattapareng, seperti Parepare, Sidrap, Barru, dan Pinrang, kemudian meluas ke daerah Jawa. Khusus di Sidrap, ayam ketawa hanya dapat ditemukan di sekitar Kecamatan Panca Rijang dan Baranti. Di antaranya di Kampung Simpo, Arasi’e, Rappang, Benteng, Paseno dan Tonronge. Kampungkampung ini merupakan kampung tua yang masuk dalam wilayah bekas pusat Kerajaan Bugis. Sayangnya, kendati ayam ketawa ini berasal dari Kabupaten Sidrap, namun kesadaran masyarakat untuk mengembangkannya masih terbilang minim. Padahal, beternak ayam gaga mampu mengembangkan perekonomian masyarakat. Ten-

Kenapa disebut ayam ketawa? Sepintas tidak ada perbedaan antara ayam ketawa dengan ayam jantan pada umumnya. Mulai dari warna serta karakternya.

A

yam spesial ini disukai karena memiliki suara yang khas. Suara atau kokok yang berbeda dengan ayam kebanyakan. Ayam ini mampu mengeluarkan suara yang unik, seperti orang sedang tertawa. Yang mendengarnya pun pasti akan ikut menertawakannya. Untuk jenis ayam ketawa unggulan, konon mampu menghasilkan suara selama hampir satu menit tanpa putus. Menurut legenda masyarakat Sidrap, ayam ini dahulu hanya dipelihara para ­bangsawan Bugis dan merupakan simbol status sosial. Itulah sebabnya mengapa jumlah ayam jenis ini masih terbilang langka. Untuk melestarikannya Pemkab Sidrap kerap menggelar pameran dan perlombaan ayam ketawa agar masyarakat kian tertarik membudidayakannya. Terlebih keunikan suara ayam ini diyakini mampu mendatangkan berkah. Bisnis ayam ketawa memiliki potensi yang luar biasa. Untuk ayam berusia tiga bulan saja, kata dia, harganya sudah bisa mencapai Rp 3 juta per ekor. Beda jika ayam ketawa unggulan atau sudah ikut kontes, harganya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bagaimana dengan pemeliharaannya? Untuk memelihara ayam ketawa, tidaklah sulit. Cukup diberi makan berupa jagung dan pur. Tidak ke­tinggalan vitamin, agar kualitas suara kokoknya semakin bagus dan semakin lama. Tidak heran jika harga ayam ketawa mencapai Rp 25 juta - Rp 50 juta, untuk kelas standar atau baru sekali ikut kontes.

Foto: Istimewa

gok saja, tiap minggu permintaan ayam ketawa dari daerah Jawa antara 20 ekor hingga 30 ekor. Untuk per ekor harganya mencapai Rp 500 ribu dengan usia 10 hingga 15 hari. Minimnya upaya untuk melakukan ­budidaya masyarakat Sidrap harus mendapat per­ hatian serius pemkab. Soalnya, di beberapa daerah Jawa pengembangbiakan atau peternakan ayam ketawa justru semakin meningkat. Bahkan para pe­ternaknya sudah mampu meracik makanan serta vitamin khusus guna menjaga kualitas suara ayam ini. Tidak menutup kemungkinan, ayam istimewa ini akan punah di daerah asalnya. DEDE SUPRIATNA STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

27


BAHAN BAKAR HAYATI

RAMAH LINGKUNGAN

MATABAJAK

ENERGI ALTERNATIF

Biofuel merupakan jenis bahan bakar yang dalam penggunaannya tidak menghasilkan karbondioksida ke alam seperti bahan bakar yang dipergunakan saat ini. Penggunaan biofuel dapat menekan seminimal mungkin dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan hidup.

28

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012 Foto: Istimewa


MATABAJAK Bahan bakar hayati (BBH) di mana sebagian menyebut Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.

A

da tiga cara untuk pembuatan biofuel: pem­ bakaran ­limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fer­mentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa ­oksigen untuk menghasilkan biogas (me­ngandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar). Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester. Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya di­ campur dengan bahan bakar fosil. Uni Eropa merencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan dari ­gandum, bit, kentang atau jagung ditambahkan pada bahan bakar fosil pada tahun 2010 dan 20

persen pada 2020. Sekitar seperempat bahan bakar transportasi di Brazil tahun 2002 adalah etanol. Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar ­karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih bersifat carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer (meski timbul keraguan apakah keuntungan ini bisa dicapai di dalam prakteknya). Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan energi. Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. ­Stra­tegi pertama adalah menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis)

atau tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman yang ­kadar minyak sayur/­nabatinya ­tinggi seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel. Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas kayu, metanol atau bahan bakar etanol. DEDE SUPRIATNA

BBH ATAU BBN

Bahan bakar­ hayati (BBH) di mana ­se­bagian menyebut Bahan Bakar Nabati (BBN)

Infografis : Basuki rahmat Foto: Istimewa

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

29


MATABAJAK

GENERASI

BIOFUEL BIOFUEL GENERASI PERTAMA MENUNJUK ­KEPADA BIOFUEL YANG TERBUAT DARI GULA, STARCH, MINYAK SAYUR, ATAU LEMAK HEWAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KONVENSIONAL. BIOFUEL GENERASI PERTAMA YANG UMUM DIDAFTAR SEBAGAI BERIKUT.

GENERASI PERTAMA

MINYAK SAYUR

Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar; kualitas dari minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin diesel yang tua (yang dilengkapi dengan sistem injeksi tidak langsung, tapi hanya dalam iklim yang hangat. Dalam banyak kasus, minyak sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel, yang dapat digunakan kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan bakar diesel konvensional. MAN B&W Diesel, Wartsila dan Deutz AG menawarkan mesin yang dapat digunakan langsung dengan minyak sayur. Minyak sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan ­digunakan sebagai bahan bakar.

Infografis : Basuki rahmat

30

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

BIODIESEL Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel diproduksi dari ­minyak atau lemak menggunakan transesterifikasi dan merupakan cairan yang kom­posisinya mirip dengan diesel mineral. Nama kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak dicampur dengan sodium hidroksida dan methanol (atau ­ethanol dan reaksi kimia menghasilkan b ­ iodiesel (FAME) dan glycerol. 1 bagian ­glycerol dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel. Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Di beberapa negara produsen memberikan garansi untuk penggunaan 100 persen biodiesel. Kebanyakan produsen ­kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15 persen yang dicampur dengan diesel m ­ ineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran biodiesel 5 persen banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar. Di AS, lebih dari 80 persen truk komersial dan bis kota ber­operasi menggunakan diesel. Oleh karena itu penggunaan biodiesel AS ber­ tumbuh cepat dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004 menjadi 78 juta galon pada awal 2005.


MATABAJAK

BIOALKOHOL

Alkohol yang diproduksi secara biologi, yang umum adalah ethanol, dan yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzym melalui fermentasi gula atau starch, atau selulosa. ­Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin. Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, ­butanol, ­etanol) dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut mem­perlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan b ­ utanol sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar­­“langsung” dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modi­fikasi mesin).[10] Dan lebih tidak menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada. Dupont dan BP bekerja sama untuk menghasilkan butanol. Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama bahan bakar etanol di Brasil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung, bit gula, tebu, ­molasses dan gula atau amilum yang dapat dibuat minuman beralkohol (seperti kentang dan sisa buah, dll). Produksi etanol menggunakan digesti enzim untuk menghasilkan gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali meng­ gunakan gas alam).

BIOGAS

Biogas diproduksi dengna proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh ­anaerobe. Biogas dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakan tanaman energi yang dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil sampingan, digestate, dapat digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk. Biogas mengandung ­methane dan dapat diperoleh dari digester anaerobik ­industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis biogas yang tidak bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampah melalui digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas ini merupakan gas rumah kaca.

BIOFUEL PADAT Contohnya termasuk kayu, arang, dan manur kering.

SYNGAS Syngas kependekan dari ­synthetic gas (gas sintetis. Syngas dihasilkan oleh ­kom­binasi proses pyrolysis, kombusi, dan gasifikasi. Bahan bakar bio dikonversi menjadi karbon monoksida dan energi melalui pyrolysis. Masukan oksigen terbatas diberikan untuk mendukung kombusi. Gasifikasi mengubah materi organik menjadi hidrogen dan karbon monoksida. Campuran gas yang dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.

GENERASI KEDUA Para pendukung biofuel mengklaim telah memiliki solusi yang lebih baik untuk meningkatkan dukungan politik serta industri untuk, dan percepatan, im­plementasi biofuel generasi kedua dari sejumlah ­ta­naman yang tidak digunakan ­untuk konsumsi manusia dan hewan, di antaranya cellulosic biofuel. Proses produksi biofuel generasi kedua bisa menggunakan berbagai t­ anaman yang tidak digunakan untuk konsumsi ma­ nusia dan hewan yang diantaranya adalah limbah biomassa, batang/ tangkai gandum, jagung, kayu, dan ber­bagai tanaman biomassa atau energi yang spesial (contohnya Miscanthus). Biofuel generasi kedua (2G) menggunakan teknologi biomassa ke cairan, diantaranya cellulosic biofuel dari tanaman yang tidak digunakan u ­ ntuk konsumsi manusia dan hewan. Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang di­kembangkan seperti bio­hidrogen, bio­metanol, DMF, Bio-DME, Fischer-Tropsch diesel, biohydrogen diesel, alkohol campuran dan diesel kayu. Produksi cellulosic ethanol memper­gunakan berbagai ­tanaman yang tidak di­gunakan untuk konsumsi manusia dan hewan atau produk buangan yang tidak bisa dimakan. Memproduksi etanol dari selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis yang sulit untuk dipecahkan. Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi) memakan rumput lalu menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan enzim yang lamban untuk menguraikannya menjadi ­glukosa (gula). Di dalam labolatorium ­cellulosic ethanol, berbagai proses eks­perimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal yang sama, lalu gula yang dihasilkan bisa di­ fermentasi untuk menjadi bahan bakar etanol. Para ­ilmuwan juga sedang bereks­perimen dengan sejumlah organisme hasil r­ ekayasa genetik penyatuan kembali DNA yang mampu me­ningkatkan ­potensi biofuel seperti peman­ faatan tepung Rumput Gajah ­(Panicum virgatum). STOMATA Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

31


MATAILMU

BUDIDAYA

PADI HIBRIDA 32

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

Tahun ini pemerintah tengah mengembangkan program padi hibrida seluas 200 ribu hektare di seluruh Indonesia. Ini merupakan salah satu upaya meningkatkan produktivitas padi guna mendukung program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta surplus 10 juta ton beras pada 2014.


MATAILMU

T

AHUN ini pemerintah tengah mengembangkan program padi hibrida seluas 200 ribu hektare di seluruh Indonesia. Ini merupakan salah satu upaya me­ ningkatkan produktivitas padi guna mendukung program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta surplus 10 juta ton beras pada 2014. Berdasarkan data tahun 2011, luas tanam padi hibrida di Indonesia baru mencapai 494.368 hektar atau sekitar 3,94 persen dari total luas tanam padi. Padahal ­Lembaga Riset Padi Internasional (IRRI) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO) telah merekomendasikan pengembangan padi hibrida ke ­negara Asia termasuk Indonesia sejak tahun 2000. Selama ini, kehadiran padi hibrida yang awalnya diimpor dari China sering dipolitisir. Padahal, produktivitas padi hibrida lebih tinggi dari produktivitas vareitas lainnya. Karenanya, pemerintah optimis bahwa pengembangan padi hibrida dapat menjadi salah satu solusi dalam upaya peningkatan

produksi pangan nasional. Sayangnya, kehadiran varietas padi hibrida yang harusnya dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi, belum dibudidayakan petani. ­Alasannya, benih padi hibrida umumnya memerlukan perlakuan yang ­khusus dan lebih berat dibandingkan varietas lokal. Padi asal China ini ­memang memerlukan perlakuan yang lebih khusus dibandingkan padi local umumnya. Misalnya pemupukan harus tepat waktu, begitu juga pengairan maupun pemerliharaannya. Meski demikian, lanjutnya, produktivitasnya bisa melampaui varietas padi non hibrida yang rata-rata 5-6 ton per ­hektare, sedangkan padi hibrida mampu mencapai 10 ton per hektare. Disisi lain, permintaan ­terhadap kebutuhan beras dari tahun ke tahun cenderung naik sejalan dengan laju peningkatan jumlah penduduk. Namun, varietas unggul yang digunakan petani ­sampai pada titik tertentu tidak

dapat berproduksi lebih tinggi lagi karena keterbatasan kemampuan genetik tanaman. Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek. Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya China, India dan Vietnam mampu m ­ e­ning­katkan produktifitas sebesar 15 – 20 persen. Varietas padi hibrida yang telah direlease dan beredar di Indonesia banyak sekali diantaranya : LOPP11 Pertani, LPHT 6, TEJ, H6444, Sembada 3, Sembada 9, Sembada 168, Hipa 1 – 6, Adirasa-1, LP-2, Intani-1, Intani-2, Bernas Prima, Bernas Super, Rokan, SL-8, SL-11 dan lain-lain.

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

33


MATAILMU

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI HIBRIDA

1

Persiapan Benih

Pemeraman Benih

Kebutuhan benih : 15 kg/ha Perendaman dan pemeraman benih Perendaman benih : 1. Rendam benih dalam larutan desinfektan selama 12 jam ­(dosis sesuai dengan anjuran). 2. Cuci benih hingga bersih dengan cara mengaduk dan mengganti airnya berulang kali, hingga bau desinfektan hilang. 3. Rendam kembali benih dengan air bersih selama 12 jam ­dengan mengganti airnya setiap 4 jam. 4. Tiriskan benih dan peram selama 24 jam, atau sampai benih berkecambah.

Pemeraman benih dilakukan selama 24 jam, atau sampai benih ber­ kecambah. Ada 2 cara pemeraman benih yaitu • Cara 1 : Masukan benih dalam karung, kira-kira ¼ isi karung. Letakkan karung mendatar dan dibalik setiap 4 jam. • Cara 2 : Hamparkan benih di atas terpal secara merata ­kemudian ditutup dengan karung atau kain basah. Benih siap disemai bila panjang kecambah (akar) mencapai 1-2 mm.

34

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

2

Persiapan Pesemaian

3

Luas areal persemaian untuk pertanaman 1 ha: 800 – 1.000 m2. 1. Pengolahan tanah sempurna (bajak ­singkal, rotary dan garu/perataan). 2. Pemupukan dengan pupuk NPK sebanyak 30 gr/m2 (3 kg/100 m2) atau Urea 5 gr/m2 (0,5 kg/100 m2). 3. Buat bedengan selebar 1,5 m, tinggi bedengan 20 cm, dan jarak antar bedengan 30 cm. 4. Ratakan permukaan bedengan dengan sempurna. 5. Semprot dengan herbisida pra tumbuh 3 – 4 hari sebelum penyemaian benih.


MATAILMU

4

Penyiapan Lahan

Pada Prinsipnya lahan untuk budidaya padi hibrida sama dengan penyiapan lahanuntuk budidaya padi biasa ­(in­hibrida). • Pengolahan tanah sempurna 1 minggu sebelum tanam : bajak singkal, rotary dan garu/perataan. • Buat parit kecil (kemalir) sekeliling petakan dan di setiap pertengahan memotong panjang dan lebar petakan. Kegunaan : 1. Memudahkan pengaturan air. 2. Pengendalian keong pada tanaman masih muda. • Berikan pupuk dasar sebelum tanam : Urea 100 kg/ha, SP 36 50 kg/ha dan KCl 100 kg/ha.

6

Pemupukan 1. Aplikasi Pupuk 2. Pupuk Dasar diberikan 3 hari sebelum tanam : Urea 100 kg/ha, SP 36 100 kg/ ha, KCl 100 kg/ha 3. Pupuk Susulan I diberikan 2 minggu setelah tanam (15 HST) : Urea 100 kg/ha, SP 36 50 kg/ha. 4. Pupuk susulan II diberikan 5 minggu setelah tanam (35 HST) : Urea 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha. 5. Keterangan: Bila daun tanaman tampak hijau memucat maka perlu ditambahkan Urea 20-30 kg/ha

Panen & Pascapanen

Penanaman • • • •

Penanaman dilakukan pada waktu bibit berumur 15 hari setelah sebar. Jarak tanam 25 cm x 25 cm - 22 cm x 22 cm. Jumlah bibit : 1 bibit/lubang. Penanaman dangkal, kedalaman 2 – 3 cm.

5

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu gulma,yang dilakukan paling sedikit 2 kali yaitu menjelang pemupukan ke 2 dan ke 3.

Pengendalian Hama & penyakit Padi hibrida yang ada pada saat ini pada umumnya peka terhadap penyakit tungro dan hama wereng coklat. Oleh karena itu sebaiknya padi hibrida ini dikembangkan di daerah yang bukan endemis hama dan penyakit ter­sebut. Padi hibrida yang dikembangkan di daerah ­endemis hama dan penyakit perlu menerapkan ­Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara ketat dengan ­monitoring keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara intensif. Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitoring penerbangan ngengat penggerek batang. Penggunaan pestisida secara bijaksana.

7

Pada prinsipnya panen dan pasca panen padi hibrida tidak beda jauh dengan padi biasa (inhibrida). Penentuan saat panen sangat berpengaruh terhadap kualitas gabah. Ciri-ciri tanaman padi yang siap untuk dipanen adalah: • 95 % butir-butir padi dan daun bendera sudah menguning. • Tangkai menunduk karena sarat menanggung butir-butir padi yang bertambah berat. • Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama kegiatan panen adalah : • Hasil panen dimasukan kedalam karung kemudian dirontokkan dengan pedal thresher. • Keterlambatan perontokan dan pengeringan akan mengakibatkan butir kuning. • Selama perontokan agar menggunakan alas dari anyaman bambu atau tikar plastik. • Gabah setelah dirontok dibersihkan dari kotoran gabah hampa dan benda asing lainnya. Pembersihan gabah akan mempertinggi efisiensi pengolahan hasil, mempertinggi daya simpan dan harga jual persatuan berat. • Pengeringan agar menggunakan lantai jemur, bila tidak ada panas matahari dapat menggunakan dryer. kematangan gabah dan alat penggilingan sangat ­menentukan rendemen, tingkat kehilangan hasil dan mutu beras.

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

35


MATAUANG

Kopi Ateng Sigarar Utang

S

ekitar 20 kilometer dari Parapat, tepatnya di Desa Sibisa, Anda akan disuguhi pemandangan kebun-­ kebun kopi yang sedang berbuah. Ke­ hadiran perkebunan kopi ini yang membuat per­ekonomian penduduk di tepian Danau Toba meningkat. Adalah si Kopi Ateng yang membuat kampung ini bergeliat. Kopi Ateng sendiri adalah subvarietas kopi Arabica yang menghasilkan biji kopi baik, ke­ timbang kopi Robusta, namun berbuah banyak layaknya kopi Robusta serta dipanen lebih cepat yaitu kurang lebih 2 tahun sejak dibibit dibandingkan jenis Arabica murni yang harus menunggu 3 - 4 tahun. Cepatnya masa panen tersebut menyebabkan para penduduk lokal di ­kawasan Tapanuli menyebut kopi ini adalah Kopi Sigarar Utang (bahasa Batak), yang artinya kopi untuk membayar utang.

36

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012 Foto: Istimewa


Petani tak perlu lagi meminjam uang u­ntuk modal usaha ataupun sekedar menutupi kebutuhan sehari-hari kepada koperasi ataupun rentenir (pada masa menunggu panen) karena panen Kopi Ateng yang cepat ini mampu segera memenuhi kebutuhan para petani, bahkan dipakai untuk membayar utang (yang pernah ada). Itu sebabnya, banyak ladang kemiri, bawang, cabe dan lain-lain dialih fungsikan menjadi kebun-kebun Kopi Ateng. Masa produktif Kopi Ateng sendiri mencapai 10 tahun, se­dangkan untuk periode panen petani dapat memungutnya sekali dalam 2 minggu. Jadi petani bisa menjual hasil panennya 2 kali sebulan dengan harga Rp 15.000Rp 20.000 per kg. Harga ini jauh lebih tinggi jika kopi sudah k­ ering. Berdasarkan penghitungan kasar penduduk lokal, lahan 0,5 hektar saja dapat menghasilkan kopi 200 kg (16 kaleng kopi/bulan). Nah dengan begitu si petani bisa mendapatkan Rp 3 juta - 4 juta. Karena Kualitasnya pula, Kopi Ateng berada pada jajaran menu terbaik di Warung Kopi Starbucks yang terkenal seantero dunia itu. Kopi Sigarar Utang yang di dunia barat dikenal sebagai Lintong Coffee ini adalah salah satu jenis Kopi Arabica terbaik di dunia. Dalam kontes kopi di Amerika tahun 2007 lalu, kopi berpostur pendek seperti Ateng si pelawak ini berhasil memperoleh skor tertinggi 86. S­ ementara kopi lainnya s­ e­perti Kopi Toraja, Kopi Lampung dll hanya memperoleh skor 80-82. Kopi Sigarar Utang pertama kali dirintis pembudidayaannya (awal 1980-an) di Lintong ni huta, sebuah desa di Humbang ­Hasundutan yang berbatasan ­degan siborongborong Tapanuli Utara. Nama Lintong inilah yg kemudian menjadi nama beken Kopi Sigarar Utang di Dunia Barat. Starbucks Raja Kopi Amrik mencatat citarasa kopi ini dengan kalimat hebat: Kopi dengan aroma yang sangat eksotis ­dengan aneka rasa ­herbal dan rasa o ­ ranges yang ­lembut. Satu cangkir membuat badan terasa segar dan lidah ­menikmati sensasi rasa yang ­menggoda. ISHAK PARDOSI

Tengku Ibrahim Aman Samsir

Foto: Istim

ewa

Penemu Kopi Ateng Kopi Ateng tidak dapat dipisahkan dengan nama Tengku Ibrahim Aman Samsir. Penduduk Jaluk, ­Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, ­Nanggroe Aceh Darussalam itu yang menemukan varietas kopi Ateng.

L

elaki berperawakan kecil, berkulit gelap dan murah senyum yang kini berusia 89 tahun ini pernah menjadi buah bibir ratusan ribu petani kopi Takengon dan Bener Meriah karena bibit kopinya. Kopi yang berbuah di usia satu tahun dengan jumlah buah yang melimpah dan batangnya pendek. Sejak tahun 1980, kopi ini kemudian diberi nama Ateng Jaluk, dari jenis Arabika atau Catimor Jaluk. Namun oleh petani di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, mereka menamakan “Ateng” karena singkatan dari A=Aceh;Teng=Tengah yang merupakan nama kabupaten penghasil kopi terbesar di Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Kab. Aceh Tengah dengan ibukotanya Takengon adalah daerah penghasil kopi Gayo karena daerah ini dikenal dengan sebutan Dataran Tinggi Gayo. Sebenarnya, Tengku Ibrahim menemuan varietas kopi Ateng Jaluk terjadi secara tidak sengaja. Di tahun 1980, Dinas Perkebunan membagikan bibit kopi Timor-Timor kepada petani di Jaluk. Nah, setelah kopi berumur dua tahun, disalah satu bagian kebunnya yang tidak jauh dari rumahnya di pinggir jalan Buntul Jaluk, Tengku Ibrahim melihat sebuah batang kopi yang berbeda dengan kopi lainnya. Batangnya pendek, sudah berbuah. Dengan jumlah buah yang banyak dan rapat setiap tungkunya. Seperti buah kopi Robusta. Kopi tersebut luar biasa dan berbeda dengan varitas kopi yang telah ada selama ini dimana usia tiga tahun kopi baru berbuah. Tengku Ibrahim kemudian menyemai buah kopi dari batang kopi Ateng yang saat itu masih sebatang saja. Setelah bibit kopi tumbuh, mulailah warga sekitar Kampung Buntul Jaluk meminta bibit kopi yang dianggap luar biasa tersebut. Hingga di tahun 1987, informasi tentang kopi Ateng Jaluk sudah tersebar luas. Ditahun 1988, hampir semua pekebun kopi Aceh T­engah dan Bener Meriah sudah menanam kopi Ateng Jaluk. Kopi Ateng Jaluk bahkan dibawa ke Jawa, Sumatera, ­Kalimantan hingga ke Belgia. ISHAK PARDOSI

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

37


MENYERUPUT

KOPI ATENG

DI GERAI STARBUCKS

BARANGKALI, GERAI KOPI MODERN BERLABEL INTERNASION足AL BUKAN PEMANDANGAN BARU DI KOTA BESAR SEPERTI JAKARTA. SAAT INI, KEDAI KOPI STARBUCKS ADALAH SATU DARI SEKIAN BANYAK GERAI BERTARAF INTERNASIONAL YANG CUKUP MUDAH DITEMUKAN DI SETIAP SUDUT JAKARTA.

38

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012 Foto: Istimewa


MATAUANG

D

ARI tangan Tengku Ibrahim Aman Samsir, kopi Ateng membawa berkah bagi petani di Kabupaten Tapanuli Utara. Soalnya, Kopi Ateng yang dihasilkan Kabupaten Tapanuli Utara, S­umatra Utara, diakui kualitasnya oleh k­onsumen di luar negeri sebagai yang terbaik di dunia. Kopi Ateng dari Tapanuli Utara mendapat penilaian terbaik Starbucks di Washington DC, Amerika Serikat. Starbucks adalah perusahaan kopi terbesar di dunia yang memiliki cabang di sejumlah negara besar di dunia, dan ter­ masuk di Indonesia. Terpilihnya kopi sebagai kopi yang berkualitas di tingkat dunia, karena tanaman komiditas unggulan dari perkebunan rakyat tersebut, dipetik dengan baik. Begitu pula cara penjemuran yang dilakukan petani. Starbucks Company adalah jaringan kedai kopi di AS, tepatnya di Seattle, Washington oleh Jerry Baldwin, Zev Siegel, dan Gordon Bowker. Howard Schultz lalu bergabung dengan Starbucks dan terispirasi oleh bar di Italia dan membuka jaringan II Giornale (nama awal Starbucks) pada 1985. Kemudian, Baldwin, Siegel, dan Bowker membeli Peet’s Coffe and Tea,

II Giornale dijual kepada Howard dan kemudian diganti namanya menjadi Starbucks pada 1987. ­Dengan 15.012 kedai kopi di 44 negara, mem­ buktikan Starbucks adalah kedai kopi terbesar di seluruh dunia. Starbucks yang pertama kali dibuka di Seattle pada tahun 1990-an dan terus berkembang pesat sampai tahun 2000-an. Kedai Starbucks pertama di luar Seattle yang dibuka adalah di Vancouver dan Chicago. Sementara cabang pertama di luar Amerika adalah di Tokyo, Jepang. Uniknya, meski ber­ label dunia, aroma khas kopi yang tersaji di hadapan Anda, sebagian besar berasal dari perut Indonesia. Nikmatnya kopi Indonesia, ternyata menjadi incaran Starbucks. Kopi ­Arabica Simalungun, Sumatera Utara adalah salah satu sumber kopi yang diminati perusahaan asal Amerika Serikat itu. Selain ke AS, kenikmatan kopi itu juga menggoda pengimpor lainnya, seperti Singapura, Jepang, Swiss, Belanda, dan negara lain di kawasan Eropa. Di Sumatera Utara ter­ masuk Aceh, Kopi Ateng yang merupakan subvarietas Kopi A­rabica mulai mendapat tempat di hati masyarakat setempat pada penghujung 1990-an. Disebut

Kopi Ateng karena pohonnya jauh lebih pendek ketimbang kopi jenis robusta. Pertumbuhan Kopi Ateng juga relatif cepat karena bisa dipanen kurang lebih dua tahun sejak ditanam. Cepatnya masa panen akhirnya membuat para penduduk lokal menyebut menamai kopi sebagai Kopi Sigarar Utang (dalam bahasa Batak berarti kopi untuk membayar utang). Petani tidak lagi perlu meminjam uang untuk modal usaha ataupun sekeaar menutupi ke­butuhan sehari-hari kepada koperasi ataupun ke pihak lain. Akibatnya, banyak ladang kemiri, bawang, cabe dan lain-lain dialih fungsikan menjadi kebun-kebun Kopi Ateng. Masa produktif Kopi Ateng mencapai 10 tahun, dan bisa dipanen minimal sekali dalam dua minggu. Rata-rata, petani bisa menjual hasil panennya dua kali dalam sebulan dengan harga Rp 15.000-Rp 20.000 per kg. Harga ini jauh lebih tinggi jika kopi sudah kering. Berdasarkan penghitungan kasar, lahan 0,5 hektar saja mampu menghasilkan kopi 200 kg. Itu artinya, petani bisa memperoleh Rp 3 juta-4 juta setiap kali panen. ISHAK PARDOSI

Kopi Ateng dari Tapanuli Utara mendapat penilaian terbaik Starbucks di W ­ ashing­ton DC, Amerika Serikat. Starbucks adalah perusahaan kopi terbesar di dunia yang memiliki cabang di sejumlah negara besar di dunia, dan termasuk di Indonesia.

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

39


mataUANG

K

Pi

Indonesia

10 KIAT

SUKSES UKM

BELAJAR DARI

STARBUCKS

Sebagai pemilik usaha kecil menangah (UKM) Anda bisa belajar banyak dari Howard Schultz, pemilik Starbucks. Ada 10 poin yang dapat dipelajari dari buku “Learning from Star­ bucks: 10 Lessons for Small Busi­ nesses” yaitu dari sebuah kedai kopi kecil, dengan mimpi yang besar kini menjadi perusahaan raksasa yang mendunia.

S

tarbucks Coffee Company didirikan pertama kali pada tahun 1971, lokasinya yang pertama berada di Seattle’s Pike Place Market. Kini, Starbucks merupakan pedagang ritel dan roasting kopi terkemuka dengan brand mendunia beserta jaringan kedai kopinya yang tersebar di seluruh dunia. Lebih dari 11 juta pelanggan mengunjungi kedai kopi Starbucks tiap minggu. Starbucks bukan lagi soal minum kopi tapi sudah menjadi gaya hidup.

40

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

1. Konsep Bisnis yang Baik Mulailah usaha Anda dengan konsep yang baik dan jelas sejak awal. Starbucks ­menerapkan konsep dimana kedai kopinya bukan sebagai tempat orang membeli dan minum kopi, tapi tempat orang berkumpul, bersosialisasi bahkan berdiskusi. 2. Berpikir Besar Tahun 1971 Starbucks cuma sebuah kedai kopi kecil di Pike Place Market, Seattle, Amerika Serikat. Pelan tapi pasti Starbucks terus ber­ kembang dari tahun ke tahun. Keber­hasilannya tidak datang tiba-tiba tapi melalui visi yang besar, k­ etekunan, kesabaran,

serta cermat dalam keuangan dan manajemen. Kini Starbucks sudah mendunia. Jika Starbucks bisa, kenapa Anda tidak? 3. Berpikir di Luar Kebiasaan Kekuatan Starbucks terletak di kemampuannya ­menemukan kesempatan walaupun harus melawan arus. Dalam memilih lokasi Starbucks mendasarkan pilihan tidak hanya pada pola lalu lintas konsumen, demografis, lokasi pesaing atau luas area. Tapi Starbucks berani membuka beberapa gerai sekaligus dalam jarak yang berdekatan di daerah tertentu tanpa takut gerai yang satu akan mengancam gerai lainnya. Ternyata strategi ini tidak hanya membuat Starbucks mendominasi pasar lebih cepat tapi juga memudahkan perusahaan memasok barang dan mengelola gerai-gerainya karena jaraknya berdekatan. Jadi untuk meraih sukses lakukan apa yang terbaik untuk Anda dan perusahaan. Tidak perlu ikut-ikutan. 4. Cermat Memilih Mitra Usaha Starbucks membuktikan bahwa perusahaan besar pun tidak bisa berjalan sendirian. Ke­


mataUANG

besarannya justru terjadi karena Starbucks berani dan cermat memilih mitra usaha. Tahun 1993 Starbucks menggandeng toko buku Barnes & Noble di Amerika sehingga setiap pengunjung toko buku tersebut dapat sekaligus menikmati kopi di Starbucks. Mitra berikutnya adalah Chapters Inc., toko buku di Canada, Pepsi-Cola Company, Dreyer’s Grand Ice Cream, Inc. dan Hyatt HotelsCorp. Untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya Starbucks lalu bermitra dengan organisasi-organisasi seperti Conservation International, CARE, Earvin “Magic”Johnson’s Johnson Development Co., JumpStart, dan lain-lain. Sebagai pengusaha kecil menengah Anda harus menyadari bahwa untuk menggapai sukses tidak bisa berjalan sendirian. Anda butuh dukungan atau bantuan pengusaha-pengusaha di sekitar Anda yang tertarik bekerja sama untuk saling menguntungkan.

7. Merogoh Kantong Konsumen Walaupun menu utama yang ditawarkan adalah kopi, namun Starbucks selalu memperkenalkan produk-produk baru dari waktu ke waktu agar konsumen tidak hanya sekedar membeli kopi. Mulai dari penganan kecil untuk menemani minum kopi hingga es krim. Dengan adanya koneksi internet nirkabel konsumen bahkan duduk lebih lama lagi dan memesan lebih banyak lagi.

5. Menciptakan Keunikan Starbucks telah membuat kedai kopinya berbeda dari kedai kopi lain. Pengunjung yang d ­ atang dibuat nyaman dan terhibur. Interiornya menarik. ­Pengunjung dibuat untuk selalu ingin kembali lagi. ­Kursinya nyaman, musiknya enak didengar dan di­ lengkapi dengan koneksi internet nirkabel. Pengalaman minum kopi tidak lagi sekedar minum kopi. 6. Membuat Pelanggan Puas Setiap strategi dan kebijaksanaan yang ­diterapkan selalu bertujuan untuk kepuasan k­ onsumen. Mulai dari pintu masuk, memesan, menunggu ­pesanan, menerima kopi, memilih tempat duduk hingga akhirnya duduk. Seluruh proses tersebut harus menjadi ­pe­ngalaman yang menyenangkan bagi siapa pun yang mengunjungi Starbucks.

9. Manajemen yang Baik Tanpa tim manajemen yang kuat Starbucks tidak mungkin melahirkan ide-ide yang inovatif, menerapkan strategi pemasaran yang jitu, konsisten dalam pelayanan konsumen, manajemen keuangan yang ketat dan selalu cermat dalam pengembangan usaha.

8. Inisiatif yang Tinggi Starbucks senantiasa memiliki inisiatif yang tinggi dalam setiap strateginya untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar. Mulai dari pengembangan produk baru, penjualan dengan kartu Starbucks pra bayar, alternatif cara pemesanan dan lain-lain. Semuanya dilakukan dengan hati-hati agar kepuasan konsumen tetap terjaga.

10. Diversifikasi Arus Pendapatan Jangan mengandalkan pendapatan dari satu sumber saja. Starbucks tidak mengandalkan pendapatannya hanya dari penjualan kopi. Pen­ dapatan eceran Starbucks di tahun 2003 terdiri dari 78 persen minuman, 12 persen makanan, 5 persen biji kopi, dan 5 persen perlengkapan minum kopi dan segala asesorisnya. Ishak Pardosi

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

41


MATARANTAI

TOMCAT

Sahabat Petani Pengawal Ekosistem padi sawah Penulis: Dr. Ir. Yuliantoro Baliadi, MS Peneliti Hama Badan Litbang Pertanian

Manusia di era m ­ ilenium bisa terperangah dan ­marah dengan kebringasan si kumbang kembara alias TOMCAT yang bernama asli Paederus di awali di kota Surabaya pada Maret 2012 dan merambah kota-kota lainnya di Pulau Jawa.

42

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

R

eaksi alergik (human whiplash dermatitis) akibat serangan racun paederin tomcat diwartakan sepadan dengan serangan jenis ­penyakit kulit yang berbahaya bahkan kekuatan racunnya ­melebihi bias ular kobra. Dinas Kesehatan Jawa Timur bahkan telah membuat surat edaran kepada 38 kabupaten/kota di Jatim untuk ­menyikapi serangan kumbang tomcat. Patutkah kecemasan ber­ lebihan akan merubah persepsi kita terhadap tomcat yang selama ini ­dijargonkan sebagai serangga sahabat petani dan pengawal ekosistem padi sawah? Tomcat adalah serangga predator yang efektif memangsa hama wereng daun termasuk wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal), kutu, dan ngengat kecil. Daya memangsanya 3-5 ekor wereng/hari, kemampuan yang luar biasa sebagai musuh alami hama padi. Kedekatan masyarakat tani dengan tomcat ibarat kedekatan anak-anak pedesaan dengan capung dan kupu-kupu atau ibarat padi dengan air. Berbeda dengan psikologi anak-anak kota yang jauh terangkat dan menjauh dari alam. Halusinasi anak kota membentuk tomcat seperti kehadiran nyamuk, semut, kalajengking yang harus dimatikan. Pola ­pandang yang mundur jauh ke era saat manusia punya cara pandang keliru terhadap serangga, yakni “Good bug is dead bug”. Sepuluh tahun terakhir penulis senantiasa mencari dan selalu berharap kumbang ini ada di lahan petani karena keberadaannya merupakan salah satu ­penanda penting kesehatan ekosistem.


MATARANTAI

Tomcat is

Human Hidden Enemy S

aat ini persepsi masyarakat terhadap kehadiran kumbang tomcat sudah keliru akibat pem­ beritaan media massa elektronik dan cetak yang salah. Kumbang dengan tampilan kombinasi warna mencolok ini bukan seperti semut atau kalajengking yang menggigit atau menusuk kulit manusia. Tomcat bukanlah ­kumbang monster yang me­ nyeramkan dan tidak punya daya bunuh pada manusia. Apabila pembiaran ini tidak segera diluruskan, masyarakat akan menganggap serangga sahabat petani ini menjelma sebagai musuh tersembunyi (hidden enemy) atau (silent enemy) dan perlu segera diberantas. Fakta di mass media dalam sepekan ini sudah memper­ tontonkan kumbang tomcat di­ anggap musuh berbahaya dan telah menyerang di banyak kota di Pulau Jawa. Begitu naifkah kita, sehingga Dinkes Jatim harus mengajukan ijin kepada Kementerian Kesehatan untuk menggunakan insektisida menanggulangi kumbang tomcat? Cara pandang parsial dan linier ini amat berbahaya bagi ekologi dan bertentangan dengan kebijakan dunia termasuk Indonesia untuk ikut mewujudkan lingkungan yang sehat bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Kumbang tomcat sudah ada di semua daerah di Indonesia dan menjadi salah satu pengawal ekosistem padi sawah bersamasama dengan laba-laba, capung dan kumbang kubah. Semuanya adalah andalan untuk pertanian organik dan menjadi pilar utama kebijakan nasional program pengendalian hama secara terpadu (PHT). Perlu ditegaskan bahwa kumbang tomcat yang dilaporkan merambah ke beberapa kota lain bukanlah kumbang yang bermigrasi atau berpindah dari kota Surabaya.

Paederin Racun Potensial

P

aederin (C24H43O9N) adalah racun potensial yang di­ kandung oleh darah (hemolymph) serangga genus Paederus, yang apabila terjadi kontak dengan kulit manusia akan me­ nyebabkan gejala alergi berupa luka nekrotik yang disebut ­dermatitis l­inearis atau DL dan juga dapat menyebabkan gangguan ­peng­lihatan (konjungtivitis) pada mata terutama di daerah b ­ eriklim tropis. Paederin adalah senyawa yang erat kaitannya dengan mikroorganisme simbion (bakteri) yang hidup dalam darah kumbang tomcat. Salah satu gejala yang muncul juga disebut dengan istilah “kissing lesions”. Gejala alergik akibat paederin muncul kebanyakan di bagian tangan dan leher, muncul 24 jam kemudian tergantung pada daerah kontak dan jumlah racun paederin. Luka seperti melepuh akan muncul 10-12 hari kemudian dapat lebih dari satu tempat. DL adalah salah satu model iritasi kulit akibat serangga dengan gambaran histopatologi berupa permukaan dan di bawah permukaan kulit melepuh, luka nekrotik pada kulit dan acantolisis. Acantolisis kemungkinan adalah akibat dikeluarkannya enzim protease permukaan kulit. Pascabencana banjir di Mesir pada tahun 1994, kumbang tomcat menyerang lebih dari 40 pabrik dan sebagian besar harus mendapat perawatan di rumah sakit dan belum ada sedikitpun pengetahuan tentang paederin. Pengujian racun paederin pada tikus albino menyatakan bahwa perlu kewaspadaan karena reaksi alergik yang diakibatkan tidak mematikan. Gejala DL sudah dilaporkan di Iran, Irak, India, dan Italia. Di India kebanyakan korbannya adalah murid yang bermukin pada radius 1 km dari lahan sawah. Di Brasil DL yang tergolong penyakit zoodermatosis selama musim hujan. DL juga menyerang tentara Amerika yang ditugaskan di Irak dan yang terserang adalah tentara yang bertugas jaga di luar tenda di dekat lampu. Pengobatan dengan potassium permanganate dengan Kalamin efektif meng­ obati gejala alergik akibat racun paederin karena mampu menekan aksi sitotoksik paederin dibandingkan dengan larutan antiseptik. Pengertian yang keliru tentang paederin akan menyebabkan ­kesalahan dalam pemilihan obat atau penawarnya. (***) STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

43


MATAAIR

44

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012


MATAAIR

PADI hibrida DAN PENINGKATAN

PRODUKSI BERAS NASIONAL Istilah hibrida merujuk kepada suatu tanaman yang diperoleh dari hasil persilangan dua tetua. Padi hibrida adalah tanaman padi yang merupakan hasil persilangan dua tetua yang telah diketahui memiliki sifat-sifat unggul sebagaimana yang diharapkan.

P

erlu diketahui bahwa tanaman padi bersifat menyerbuk sendiri (self pollinated), artinya tanaman padi mempunyai bunga jantan dan betina dalam satu kelopak, sehingga penyerbukan terjadi dalam kelopak sendiri. Tepungsari (pollen) dari bunga jantan (anther) menyerbuki putik bunga betina padi. Sifat menyerbuk sendiri ini yang dimanipulasi untuk mendapatkan padi hibrida. Keunggulan Padi Hibrida Perkembangan Padi ­Hibrida Pengembangan padi hibrida pertama kali dilakukan oleh Prof Yuan Long Ping di Hunan China semenjak tahun 1964. Mulai tahun 1976 komersialisasi padi hibrida mulai dilakukan, dan China adalah negeri pelopor pengguna­ an padi hibrida tersebut, mengingat populasi penduduk China yang sangat besar sehingga upaya memperoleh sumber pangan yang cukup menjadi perhatian yang serius. Pengaruh peningkatan produksi beras akibat peng­ gunaan benih padi hibrida di China dilapor­kan mencapai 20 - 25 persen dibanding benih padi non hibrida. Sukses padi hibrida di China yang berhasil meningkatkan produksi berasnya k­ emu­­di­an membangkitkan inspirasi pe­ ngem­bangan padi hibrida di sejumlah negara lainnya. Padi Hibrida dan Masalahnya Permasalahan utama pengembangan padi hibrida di daerah tropis adalah produktivitasnya yang masih jauh lebih rendah dibanding negara asalnya yakni

China. Tidak dapat dipungkiri bahwa karena benih padi hibrida awalnya merupakan hasil rekayasa genetika di China, maka material induk yang ada kebanyakan juga berasal dari negeri tirai bambu tersebut. China adalah negeri beriklim sub tropis yang tentu memiliki iklim yang berbeda dengan daerah tropis. Perbedaan iklim bisa memicu timbulnya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang mungkin jauh lebih besar dibanding tanaman non hibrida yang memang genetik dan asal-usulnya berasal dari daerah tropis sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penggunaan benih padi hibrida memang perlu dilakukaan secara bijaksana dan tentu saja ke depan harus terus dikembangkan material induk yang genetiknya berasal dari lokal, sehingga jauh lebih beradaptasi dengan daerah tropis seperti Indonesia ini. Karena itu pengembangan padi hibrida ini memang masih sangat panjang, berliku serta membutuhkan investasi besar dan waktu cukup panjang. Padi Hibrida di Indonesia Saat ini produktivitas tanaman padi non hibrida di Indonesia relatif mulai stagnan dengan rata-rata nasional berkisar pada angka 5,0 ton per hektar. Sarana produksi non benih s­ eper­­ti pupuk, bahan-bahan kimia per­ tani­an, irigasi dan lain-lainnya tidak akan mungkin ditambahkan lebih tinggi lagi untuk meningkatkan hasil karena dapat meracuni ­tanaman. Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk yang cukup besar dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada beras sebagai makanan pokoknya. Berbagai program peningkatan

produksi beras pun dilakukan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi yang difokuskan kepada upaya ­pening­katan produksi per satuan luas per satuan waktu pada akhirnya akan bertemu dengan penggunaan serangkaian varietas unggul, baik hibrida maupun non hibrida. Menyadari ketidakseimbangan antara kebutuhan pangan nasional akan terus meningkat dibanding laju produktivitas yang relatif stagnan, maka PT. Pertani (Persero) sebagai salah satu BUMN di bidang pertanian tidak tinggal diam. PT Pertani bekerja sama dengan PT Long Ping High Tech mengembangkan benih padi hibrida di Indonesia. PT Long Ping High Tech adalah perwakilan dari dari PT Long Ping di China yang merupakan perusahaan pionir pengembangan padi hibrida di China. Kerja sama meliputi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta training produksi benih padi hibrida dan juga produksi benih padi hibrida jenis LOPP 11 Pertani. Kegiatan pendidikan dan pelatihan serta training dipusatkan di Rice Hybrid Centre di Pamanukan dengan stasiun ujicoba di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur serta direncanakan akan dilaksanakan juga di Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini tentu hanyalah sebuah sekrup/mur kecil dari rangkaian mesin besar peningkatan produksi pangan nasional. Meskipun kecil, PT Pertani bertekad untuk tetap berkiprah pada mesin raksasa pembangunan pertanian nasional. Semoga pengembangan padi hibrida di Indonesia bisa sukses seperti di negeri asalnya, semoga. ***

Oleh Supraptono, Kepala Divisi Perbenihan, saat ini menjabat kepala wilayah PT Pertani (Persero) Jateng dan DIY. STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

45


Adanya t­ anaman di rumahnya ­bukan hanya u­ntuk mem­ berikan suasana sejuk. M­eskipun tidak meng­ inspirasikannya membuat lagu, namun tanamantanaman itu bisa membuat moodnya lebih enak. “Stres hilang karena r­umah kita itu jadi nyaman, lebih ter­ tata dan indah,” katanya.

46

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

MATACINCIN

Foto-foto: Istimewa

S

IPANG BIP DOYAN NGURUS

TANAMAN

iapa yang menyangka kalau Ipang BIP ter­ nyata punya hobi lain ­tanam­an. Hobi yang mungkin tidak b­anyak dijalani seorang rocker. Mantan personel Slank tersebut saat ini sedang suka bercocok tanam di rumahnya. Ia ingin mengajarkan kepada anak-­anaknya bagaimana meng­hargai bumi ini. “Hobi sih nggak, cuma biar pantes aja di rumah, biar nggak kelihatan gersang. ­Biasanya gue nikmatinnya itu tiap pagi, sembari n ­ ge-teh gue liatin pohon dan gue juga ­pengen ngebiasain sama anak-anak ngerawat tumbuhan se­kaligus belajar ber­tanggung jawab dari hal yang kecil,” ­ungkapnya. Dijumpai ketika ­sedang belanja tanaman baren g keluarga di k­ awasan Bintaro, Tangerang, Ipang mengaku tidak terlalu fanatik dengan jenis tanaman yang spesifik, tapi ia punya yang favorit yakni

pohon yang me­rambat. “Untuk di karpon, jadi gue suka tuh ngeliat tanaman yang ber­gelayutan gitu. Ya ­pokoknya yang pantes aja di rumah biar kelihatan adem,” ujarnya. Adanya tanaman di ­rumahnya bukan hanya untuk memberikan suasana sejuk. ­Meskipun tidak menginspirasikannya membuat lagu, namun ­tanaman-­tanaman itu bisa membuat moodnya lebih enak. “Stres hilang karena rumah kita itu jadi nyaman, lebih tertata dan indah,” katanya. Disinggung soal budget khusus, Ipang langsung meng­ geleng. Baginya berbelanja tanaman hanya bersifat spontan. “Lihat-lihat dompet juga sih. Jadi sebenarnya ini juga kebetulan lewat. Awalnya gue sama keluarga abis beli ember buat sampah di rumah, karena ­Lebaran kemarin sampahnya numpuk nggak diambilambil, ­belum dipindahin. Nah, pas lewat sini lihat tanaman. Kelihatannya asyik juga, ya udah mampir,” ­terangnya. INDRA MALIARA


STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012

47


48

STOMATA

Edisi 01/Tahun I /Agustus 2012


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.