S
alam sejahtera, Om Swastiastu, Namasete, untuk kita semua. Puji syukur atas kehadirat Allah yang maha pemberi nikmat, dengan nikmatnya kita masih dapat beraktifitas dengan semestinya. Do’a dan harapan kami dari LPM Suara Kampus semoga pembaca selalu diberikan kesehatan , aamiin ya rabbal alamin. Ucapan terima kasih terus kami sampaikan atas kerja sama masyarakat kampus, lembaga mahasiswa yang ada di UIN Imam Bonjol Padang, sivitas akademika dan teristimewa kepada pembaca setia tabloid Suara Kampus. Sebelum tabloid edisi 146 ini dibaca tuntas, lewat salam redaksi kami menceritakan sedikit agenda kru Suara Kampus beberapa bulan belakang. Alhamdulillah, LPM Suara Kampus telah sukses melaksanakan agenda dua tahunan yaitu Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) yang diadakan di Nagari Koto Gadang Kabupaten Agam, 06 sampai 11 Juli 2018. Kegiatan ini diikuti oleh Pers Mahasiswa se-Indonesia. Setiap kegiatan pasti ada kendala yang dihadapi, dimulai dari kepanitian itu sendiri, penginapan yang belum pasti menjelang satu hari acara, hingga menyisakan empat orang panitia dikarenakan sebagian dari mereka harus pulang ke Padang untuk melaksanakan ujian akhir semester. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat dari kru Suara Kampus untuk tetap mensukseskan acara PJTLN ini. Selepas dari kegiatan PTLN, ada yang berbeda dalam penerbitan tabloid edisi 146 ini. Tabloid edisi 146 yang harusnya dipegang penuh oleh devisi keredaksian, kali ini dipercayakan kepada anggota magang LPM Suara
T
erlalu naif rasanya jika tak tahu dengan benda yang satu ini. Tak usah repot mencari definisinya bak akademisi, cukup baca dari judul hingga ujung tulisan ini. Benda ini sangat berharga dan sakral. Sebab, sebelum berangkat kuliah, ritual terakhir biasanya yang dilakukan oleh mahasiswamahasiswi UIN Imam Bonjol Padang adalah bercermin. Tanpa itu, semua akan sia-sia. Mulai dari ritual gosok gigi hingga mandi menjadi tak berarti sedikitpun, kasak-kusuk otak mahasiswa itu mengkhawatirkan apakah ada celah buruk disekitar dirinya yang tidak diketahui. Bahkan, setelah tiba dikampus pun, telah usai semua ritual berangkat ke kampus, tak sedikit kaca spion motor diputar mahasiswa yang ingin bercermin, dan ada juga yang menyelipkan cermin dalam buku kuliah. Penting sekali. Sebegitu pentingnya cermin. Sepenting buku kuliah. Cermin, sebagai sebuah benda mati, memiliki sifat jujur. Tiada tara kejujuran cermin. Sejelek apa-pun rupa manusia, ia tak kan berpahit-pahit untuk mendustakannya. Ia terus terang saja, beda dengan cermin nenek sihir dalam cerita dongeng. Ia menjunjung tinggi sekali nilai kejujuran. Bersih lagi terang. Namun demikian, kejujuran cermin dinodai oleh lingkungannya. Seperti deru debu yang perlahan menempel di permukaan cermin, tata cahaya lampu yang melatar belakanginya, mengalahkan kejujuran cermin yang bersih dan mengkilap. Hingga, yang jelek tidak kelihatan bodohnya, yang cantik
Tetap Tangguh
Politik Masuk Kampus
P
Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN)Janang 2018/Heri Setiawan Kampus. Meskipun dipegang penuh anggota magang, mereka tak luput dari pengawasan devisi keredaksian. Tidak hanya merumuskan tabloid edisi 146, anggota magang juga diberikan tanggung jawab penerimaan anggota baru. Semangat, tekad, loyalitas, serta pintar membagi waktu menjadi kunci bagi untuk mensukseskan agenda kali ini. Sekilas pemberitahuan kepada pembaca, pada edisi 146 ini kru Suara Kampus akan membahas carut marut Presiden Maha
Cermin Fadhil Anriva Koordinator Liputan tidak kelihatan pintarnya, dan yang biasa saja tidak kelihatan sama sekali. Kalau sudah demikian, sudahlah. Kejujuran cermin telah dikubur oleh debu dan sekongkolnya. Tanpa ada yang membersihkannya, percuma saja cermin digantung di kamar mandi, kamar tidur, dan lainnya. Tak memiliki eksistensi sedikitpun. Mahasiswa, salah satu makhluk yang aktif bercermin, karena terlalu sibuknya atau karena kepercayaan dirinya yang lebih, lupa membersihkan cermin yang seringkali dipakainya. Dahulu, ketika cermin itu baru dan bersih, ia senang sekali mematut-matut dirinya, mengukur apakah dia layak untuk berjalan diantara keramaian, tampak cleanist dan ganteng menjadi harapan mereka. Potongan cabai yang menempel di gigi
siswa UIN Imam Bonjol, dana bantuan Islamic Develoment Bank (IDB) yang gagal, serta kasus ketidakadilan hukum yang menjerat Okta Sandi Mahsiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadist. Semoga pembaca setia Suara Kampus menikmati pemberitaan yang kami sajikan. Tidak lupa pula LPM Suara Kampus mengucapkan selamat wisuda bagi sarjanawan UIN Imam Bonjol Padang, ilmu yang didapatkan hendaknya bermanfaat. Salam Persma!!
geraham bagian belakang pun tampak jelas dalam cermin itu, tergesa-gesa mahasiswa itu mengambilnya. Tak lupa biasanya diiringi dengan menyisir rambut dengan tangan atau sisiran. Juga seperti lipatan hijab yang tak sesuai koordinatnya, akan dilihatkan oleh cermin, sehingga mahasiswi bersungut-sungut membersihkannya. Begitulah cermin bersih, jujur dan bermanfaat sekali bagi yang menggunakannya. Berwaktu-waktu kemudian, cermin baru nan bersih perlahan kotor. Orang-orang yang mematut diri di depannya lupa pula membersihkan. Fatalnya, potongan cabai di depan gigi serinya pun tak nampak lagi, dihalangi oleh debu dan sekongkolannya. Lipatan hijab yang salah koordinat tak nampak pasti lagi, diteruskan saja hingga menjarumi bagian atas hijab, selesai dan berangkat kuliah. Begitu percaya diri mereka para mahasiswa-mahasiswi berjalan diantara keramaian. Karena merasa telah mematut dirinya dengan pantas, dan tanpa cela sedikitpun. Barangkali mereka benar telah mematut diri, akan tetapi cermin yang digunakan sudah tak jujur karena tak dibersihkan. Akibat lainnya mereka tak bisa lagi mengukur seberapa pantas keelokan dirinya, seberapa pantas make up dan style mereka dengan lingkungan yang mereka tempati. Kasihan mereka, susah payah mematut diri untuk tampil dengan baik, akan tetapi mereka lupa membersihkan cermin yang seringkali mereka gunakan. Beruntunglah orang yang membersihkan cermin dan memang tidak suka bercermin, tak dapat ia dosa.
Pemimpin Umum: M. Rahmadh Naufal Ash Siddiq. Sekretaris Umum: Miftahul Jhannah. Bendahara Umum: Dina Audya FR. Pemimpin Redaksi: Muhammad Iqbal. Wakil Pemimpin Redaksi: Ganti Putra Wardana. Redaktur Pelaksana: Cani Silpina, Zulfaizah Fitri. Koordinator Liputan: Fadhil Anriva. Redaktur: Fitrah AlSidiq, Putri Diana, Rafika Ridha Izzati, Sri Mardaleni, Lisa Arischa. Layouter: Amelysa. Media Sosial: Iko Juhansah. Produser: Dayu Al-Azmi. Editor Video: Zikra Mulyani. Reporter: Cici Yuli Wartuti, Jul Mardiyah A. Pemimpin Perusahaan: Tika Refenra. Wakil Pemimpin Perusahaan: Ananda Randy Pratama. Manager Usaha dan EO: Riyandi. Manager ADM dan Umum: Siska Fahira. Manager Iklan dan Sirkulasi: Ayu Anda. Pemimpin SDM dan Litbang: Fatma Sari. Koordinator SDM: Dola Oktavia. Koordinator Litbang: Citra MZ Wartawan : M. Kamil Alhakimi(Mg), Silvina Fadilah (Mg), Rani Oktavia (Mg), Lanny Oktavianda (Mg), Trany Septirahayu Putri (Mg), Afrida Yenti (Mg), Berlian Ulfami (Mg), Neni Cahnia (Mg), Muhammad Arsyad (Mg), Alif Ilham Fajriadi (Mg), M. Ihsan Kamil (Mg), Nuraini (Mg), Rasmina Mayuril (Mg), Ilsa Mulia Anugrah (Mg), Tari Pradilia Cindy (Mg), Iwan Pinnte (Mg), Rahmat Hidayatul Ilham (Mg), Riga Firdaus Asril (Mg). Fathul Ilham (Mg). Miranti Riana (Mg).Agung Alkharazi (Mg). Sintia Hariani (Mg). Zekri Mardoni (Mg). Tuti Yuniarsih (Mg).
residen Mahasiswa (Presma) yang telah dipilih oleh mahasiswa dengan percaya dan yakin diamanahkan kepada Presma terpilih agar menjalankan tugasnya dengan baik dan menyelesaikan jabatan dan tugasnya sampai selesai, namun tidak lama menjabat diri tersiar kabar bahwa Presma UIN Imam Bonjol Padang mencalonkan diri sebagai Caleg, mendengar kabar tersebut siapa yang tidak kecewa, sekian ribu mahasiswa yang menggantungkan harapannya kepada presma untuk mewujudkan dan menampung aspirasinya. Seharusnya Presma konsisten dalam mempertahankan jabatannya sebagai Presma karena Dewan Mahasiswa (Dema) telah lama vakum selama ini, seharusnya Presma menyelesaikan tugas-tugasnya hingga selesai sampai akhir masa jabatan. Bagaimana bisa partai politik masuk kedalam kampus dan meracuni pikiran mahasiswa yang sedang memduduki jabatan sebagai presiden mahasiswa untuk mau bergabung mencalonkan diri sebagai Caleg tahun 2019. Kabar mengenai Presma yang mencalonkan diri sebagai Caleg menuai kontroversi di berbagai kalangan Civitas Akademika UIN Imam Bonjol Padang. Selanjutnya, pembangunan Kampus III yang direncanakan menggunakan IDB masih samar-samar realisasinya. Dokumen yang mendukung untuk pencairan dana tersebut belum lengkap. Tanah yang dijadikan sasaran bangunan masih dalam sengketa, sehingga menyulitkan proses-proses pencarian dana tersebut. Kelanjutan pembangunan penambahan kampus masih dipertanyakan, bagaimana kebijakan kampus kedepannya. Pembangunan Kampus III terancam terbengkalai karena dana IDB dibatalkan, sehingga pihak kampus mencari mengupayakan pinjaman lain untuk membangun kampus III tersebut direncanakan akan menjadi kampus pusat UIN Imam Bonjol Padang. Belum lagi, masalah mahasiswa korban pengeroyokan menjadi tersangka dugaan penganiayaan. Karena membela dirinya dari aksi premanisme sehingga ia masuk penjara. Bagaimana keadilan yang didapatkan oleh Okta Sandi, proses hukum yang dihadapi Okta Sandi karena membela diri ia harus masuk penjara. Keadilan yang seharusnya yang didapatkan Okta Sandi.
+ Meang baa sabananyo kapalo awak ko ko meang? - Itulah, Ciek se indak talok, batambuah lo ciek lai, cangok!!!!!! + Bro!! kita angsur angsur saja bikin tugasnya, biar lama tapi pasti , iya kan bro? - Iyalah masak gak pula, pasti selesaikan bro? + Presma Caleg 2018 - Sejatinya Presma kita memenuhi segala janjinya, ini namanya dia haus jabatan.
Pelindung: Rektor UIN Imam Bonjol Padang Dr. H. Eka Putra Wirman, Lc, MA Penanggung Jawab : Wakil Rektor III UIN IB Padang Dr.Ikhwan Matondang, S.H, M.Ag Kepala Biro AUPK UIN IB Padang Khairunnas Kepala Biro AAKK UIN IB Padang Drs. H. Salman, MM Pembina : Yulizal Yunus, Shofwan Karim, Emma Yohanna, Sheiful Yazan, Suardi Sikumbang, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El Faruqi. Dewan Redaksi : Nofri Migo, Amaliyyatul Hamrah, Jeki Fernandos,
Tenaga Kependidikan Kelas Dua
“
Naufal Ash Siddiq Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Ijazah Kami Tumpul�. Kurang lebih tiga tahun lalu Suara Kampus mengangkat berita itu dalam tabloid, kala itu kampus IAIN Imam Bonjol Padang tengah diterpa isu miring karena ijazahnya tidak terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PPDikti) Indonesia yang menyebabkan alumni IAIN IB tidak diterima bekerja karena ijazah tidak laku. Sekarang permasalahan tersebut urung jua dituntaskan oleh pihak kampus, akademik lebih cendrung mengutamakan peralihan status guna meningkatkan eksistensi tapi lupa dengan tanggungjawabnya untuk menekankan tenaga kependidikan yang berdaulat, manajemen seperti ini sebuah kesalahan besar yang akan memakan banyak korban. Kampus ini dipukul dahulu baru hendak berjalan, setelah terjadi sebuah permasalahan atau kasus barulah pihak kampus mengatakan untuk berbenah tapi tidak berbanding lurus dengan eksekusinya yang lamban. Mahasiswa disuruh bangun pagi untuk berkuliah, diskusi, bersitungkin mencari dosen demi sarjana yang tidak diakui negara, itu adalah perbuatan sia-sia. Berdasarkan surat edaran Kemeristek Dikti tertanggal 21 Desember 2017 Tentang Surat Edaran Pelaporan Periode Awal Pelaporan PDDIKTI Nomor 5278/A.PI/SE/2017 yang ditujukan kepada pimpinan perguruan tinggi, Kopertis disebutkan berdarsarkan UU No 12 tahun 2012 dan Permen Ristek Dikti no 61 tahun 2016 tentang PDDIKTI, secara keseluruhan setiap perguruan tinggi yang ada di Indonesia wajib melakukan pelaporan data pelaksanaan PT. Dalam surat itu disebut, Pelaporan PDDIKTI berlaku untuk kepada prodi umum di PTN dan PTS di Kemenristek Dikti dimulai bagi mahasiswa baru TA 2003/2004. Untuk Prodi di PTN Kemenag dimulai bagi mahasiswa TA 2009/2010. Dengan tercantum berita Ijazah UIN IB yang tidak terdaftar sebagai Head line di Koran Padang Ekspress hari Rabu 26 September 2018 adalah sebuah tamparan keras untuk petinggi kampus ini. Apabila pihak kampus tidak bertindak cepat bukan tidak mungkin akan ada lagi berita-berita lain yang lebih mengerikan. Oleh karena itu sudah sewajarnya apabila mahasiswa menuntut hak mereka terpenuhi, karena adalah sebuah kewajiban kampus untuk mempertanggungjawabkan kasus ini, cukup sekali saja terjadi pemberitaan seperti itu yang diharapkan dapat membuka pemikiran petinggi kampus untuk terwujudnya masyarakat kampus yang madani beradab dan sejahtera.
+62 852 6357 7xxx Rektorat tidak mendukung kegiatan mahasiswa. Seharusnya rektorat itu harus mendukung kegiatan mahasiswa dan mendukung kegiatan organisasi. +62 852 6348 6xxx Kurangnya transparansi. Keramahtamahannya kurang sehingga mahasiswa enggan berurusan dengan bagian akademik dan semacamnya. +62 822 6841 4xxx Kurang perhatian terhadap fasilitas asrama, tempat sampah yang sudah ada kerja sama dengan pemda tidak jalan, sehingga sampah menumpuk di jalan asrama, sehingga membuat genangan air. Kalo jalan malam tidak Nampak sehingga mengotorkan celana. Kekurangan kursi di kelas.
D
Akal Sehat Vs Akal Cacat
ebat politisi dan pengamat tentang ber bagai masalah kebangsaan di media elektronik televisi dan kemudian dishare oleh pendukung mereka dalam media sosial terus memprihatinkan. Sungguh tidak sulit menunjukkan betapa mereka mahir mengunakan dialektika berfikir dengan didukung oleh kemampuan retorika telah memutarbalikkan rasionalitas dan berlindung dibalik teori hukum, lalu miskin sekali menggunakan akal sehat, nurani cerdas dan pertimbangan rasa keadilan masyarakat. Atas nama keadilan semu, diperkuat pula dengan dalil-dalil undang-undang mereka sebenarnya tengah melakukan penyesatan bagi masyarakat yang belum kuat pisau analisanya. Pola, bentuk dan pengiringan pendapat dalam debat, dengan beragam tema di televisi pada umumnya berujung pada penyesatan berfikir yang terus menguat dalam era demokrasi yang dikatakan bebas menyampaikan pendapat, hal itu terjadi disebabkan kedangkalan logika berfikir, dan atau memang didasarkan pada keinginan untuk memenangkan kelompok, partai atau kepentingan tertentu yang merugikan kepentingan lebih luas. Pengamat, politisi dan mereka diberi ruang di media audio seperti televisi ini diharapkan benar-benar memiliki performance, kualitas pikir dan argumen mencerahkan, bukan sekedar nampang untuk popularitas atau untuk mendongkrak suara partainya. Perdebatan tentang mantan narapidana koruptor menjadi calon legislatif yang begitu massif diperbincangan di televisi nasional telah dengan nyata mempertontonkan kualitas dan visi hidup para politisi, pengamat dan pihak-pihak yang ikut berkomentar di ruang publik itu. Mereka yang pro terhadap larangan mantan narapidana korupsi ikut menjadi calon legislatif, kurang mampu menggali hakikat masalahnya, mereka terjebak hanya politik pencitraan belaka. Asal beda saja. Sesungguhnya kesempatan itu adalah peluang untuk menyatakan keberpihakan mereka pada pemberantasan korupsi, menyahuti suara hati nurani dan lebih dari itu mereka dapat mengambil simpati rakyat lebih dalam. Sedangkan mereka yang tidak setuju mantan narapidana koruptor dilarang ikut sebagai calon legislatif, hanya berargumen hukum formal, kaku dan cendrung mengambil sikap menjadikan rakyat sebagai pihak yang dirugikan. Pola pikir menjadikan hukum formal sebagai satu-satunya sumber kebenaran dalam kesesatan berfikir yang nyata, bukankah hukum formal itu dibuat dan disyahkan lembaga politik yang dipastikan di dalamnya tidak bisa dikatakan bebas dari intrik politik. Logika yang dimainkan kelompok pembela narapidana koruptor sebagai calon legislatif secara mudah dapat dipahami adalah mereka yang memang banyak terlibat dalam korupsi. Artinya secara moral dan rasa keadilan masyarakat dipastikan pikiran pendengar akan dengan mudah menyimpulkan bahwa pantas saja mereka membela karena +62 852 7298 xxx Di UIN ini pendidikannya sudah bagus, dosennya sudah punya kualitas yang baik, tapi sayangnya pemahaman para dosen masih belum mengenal sunnah dengan baik. Contohnya di syariah masalah hukum cadar, banyak dari dosen yang memaksakan pemahaman sendiri padahal belum tentu benar, banyak dari mahasiswi yang dipaksa melepas cadar. Masalah fasilitas, AC tidak ada, papan tulis banyak yang sudah kabur. Kursi banyak yang sudah tidak layak pakai. Sarana infocus tidak ada. Kurangnya fasilitas untuk berorganisasi sehingga mahasiswa yang ingin mengangkat acara untuk UIN tidak jarang yang mengeluarkan uang dari saku sendiri +62 853 6203 7xxx Menurut saya, sistem perkuliahan sudah bagus. Dosen yang disediakan sudah cukup berkualitas. Akan tetapi tidak sedikit apabila mahasiswa yang tidak sepemikiran, mereka langsung mengklaim bahwa mahasiswa
Duski Samad Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan teman mereka dan tentu juga sering terlibat dalam praktek jahat korupsi. Tidak berlebihan bila setiap kali mengikuti tayangan televisi tentang pro kontra berkaitan issues politik begitu mudah pemirsa menarik kesimpulan bahwa mereka yang menjadi narasumber belum lagi dapat dikatakan sebagai pemimpin bangsa. Kualitas narasumber dari partai politik dapat dikatakan corong partainya dan minus kepentingan nasional. Perjuangan partai lebih menjadi utama dibanding kepentingan bangsa dan negara. Sulit sekali politisi di era demokrasi prosedural ini yang dapat dikatakan sebagai negarawan pendidik warga negara menuju kehidupan bangsa yang lebih baik dan bermartabat. SEJARAH TIDAK PELUPA Akal cerdas lawan akal sesat dimaksudkan adalah untuk menegaskan bahwa sehebat apapun retorika, kampanye, provokasi dan pengiringan opini yang dilakukan untuk menentang akal cerdas publik tidak akan pernah mangkus. Kebenaran yang diproses akal sehat tidak bisa dikalahkan oleh kepalsuan yang diolah oleh akal cacat. Akal cacat adalah pikiran, pendapat dan argumen formal yang mengabaikan dasar-dasar moral, norma dan nilai. Akal sehat lazimnya bergerak secara linear dan didasari oleh pertimbangan nurani yang bersih, sedangkan akal cacat berputar secara zigzag dan cendrung lupa jalan awal, sehingga terjebak dalam lingkaran yang tak berujung pangkal. Siapapun yang latah dan memilih mengunakan akal cacat dengan mengabaikan atau melupakan peringatan kebenaran pada waktunya mereka akan kalah dan dihancurkan secara mendadak. Dan Sesungguhnya Kami tidak paham dan sebagainya. Dan juga masih banyak fasilitas yang belum dipenuhi oleh UIN. Contohnya banyak kipas angin yang tidak berfungsi, bangku yang rusak, papan tulis banyak yang tidak jelas. Dinding bagian local tidak dicat. WC, keran banyak sudah rusak. Semoga kampus bisa memperhatikan kondisi sekitar, kondisi mahasiswa dan lain-lain. Jalan menuju asrama bisa di aspa serta kampus memberikan fasilitas yang lebih baik bagi asrama. +62 852 6386 6xxx Fasilitas parkir dikampus sudah memadai. Akabn tetapi kapasitas dari parkir tersebut tidak mencukupi. Sehingga banyak kendaraan bermotor yang terkena terik matahari atau hujan. Kipas angin di local banyak yang rusak, sehingga menimbulkan suasana yang gerah dan tidak nyaman. Fasilitas parkir dimaksimalkan lagi sesuai kebutuhan kendaraan bermotor lainnya. Kipas angin yg rusak tolong diganti, atau diperbaiki, demi kenyamanan bersama.
telah mengutus (rasul-rasul) kepada umatumat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyongkonyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.6:42-44). Pesan utamanya bahwa peringatan kebenaran (alarm Allah) tidak pernah off bagi manusia, hanya manusia saja yang tidak ambil peduli. Sejarah tidak pelupa artinya kesalahan masa lalu tidak akan bisa hapus begitu saja, tetap saja ada kesan buruk yang melekat bagi mereka yang berbuat salah itu. Lebih berbahaya lagi prilaku korupsi yang sudah menjadi hal biasa oleh mereka yang bermental cacat, bila menyerahkan jabatan tempat yang besar potensi korupsinya, tentu akan memberikan ruang yang cukup bagi mereka untuk mengulang kembali prilaku salah mereka. Sungguh tidak elok dan menjadi sama sekali tidak baik menyediakan jalan bagi kesesatan saudara sendiri. Menolak calon legislatif dari mantan narapidana korupsi adalah bahagian dari dakwah untuk menyelamatkan saudara sendiri. Dalil mereka yang membolehkan mantan koruptor jadi calon legislatif bahwa Allah subhanahuwata’ala saja Maha Pengampun, mengapa manusia tidak mau mengampuni atau memaafkan saudaranya sendiri. Masalahnya bukan soal memaafkan mantan narapidana korupsi, karena memaafkan itu soal hati dan perasaan, sedangkan calon legislatif ini masalah wakil rakyat yang mewakili kepentingan rakyat banyak. Orang baik, saleh, alim dan terdidik saja masih banyak yang jadi tidak baik saat kekuasaan berada di tangannya, oleh karena hentikanlah menyerahkan kekuasaan pada mereka yang secara hukum benar-benar sudah melakukan tindak pidana korupsi. Akhirnya apapupun keputusan Mahkamah Agung (MA) yang membolehkan mantan narapidana korupsi, pelaku kejahatan seksual anak dan narkoba untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, tentu hakim pemilih akan menentukan nasib mereka. Pemilih cerdas, berjiwa bersih dan memiliki pandangan jauh ke depan akan dengan senang memilih mereka yang diyakini membawa aspirasi kebenaran dan dipercaya tidak memiliki cacatan kejahatan buruk. Memenangkan akal sehat, melawan akal cacat adalah jihad kebenaran untuk kebaikan lebih luas.
+62 823 9010 1xxx Saya harap, kampus UIN kedepannya jauh dari segala permasalahan. Kritiknya untuk kampus UIN saya harap kelengkapan fasilitas dikampus dipenuhi. Seperti kelengkapan kursi saja contohnhya, masak mahasiswa sebelum masuk harus cari kursi dulu. Setelah itu fasilirtas pendukung seperti kipas angin yang belum dipasang agar segera dipasang. +62 853 6543 7xxx Tolong pas mangaluaan nilai tu jan lamo bana. Sebab kalau lamo-lamo kalua nilai berpengaruh ka jatah SKS yang ka diambiak di semester depan. Pelayanan akamnyo tolong di ramah ka mahasiswa. +62 853 6465 7xxx Tolong prasaran tiok lokal di perbaiki dan selayak nyo sesuai dengan UKT UIN kini, seperti rumahnya mahasiswa untuk memakai gedung GSG dan Aula Mansur, tiok lokal ber AC. Kalau pelayanan akama tolong ramah ke mahasiswa tiok ado yang diurus e.
Presma Caleg 2019
Antara Tanggung Jawab dan Kepercayaan
Orator aksi demo tuntut penurunan Presiden Mahasiswa UIN IB Padang | M Ihsan Kamil (Mg)
S
Jatuh Bangun Dema etelah berakhirnya periode Hafizul Fahmi sebagai Presiden Mahasiswa pada Maret 2015 lalu. Dewan Eksekutif Mahasiswa Dema IAIN yang kini telah beralih status menjadi UIN, vakum lebih kurang tiga tahun. Hingga akhirnya pada bulan Mei 2018 di tetapkan Khairul Fajri dan Juliadi Indra sebagai Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang. Khairul Fajri dan Juliadi Indra terpilih berdasarkan hasil Pemilu Raya (Pemira) yang dilaksanakan oleh Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U), dengan peroleh suara 1435 lebih tinggi dari Muchin Fikri dan Akmal Affani yang hanya memperoleh 1415 suara. Sebelumnya di tahun 2017 Sema-U yang saat itu di ketua oleh Muhammad Rizky Darwan telah mengusung untuk melaksanakan Pemira, namun gagal. Disebabkan tidak adanya mahasiswa yang bersedia mencalonkan diri sebagai Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa. Namun Pemira akhirnya berhasil di wujudkan pada masa kepemimpi Fitriana, Ketua Sema-U sekarang. Setelah hasil pemira di umumkan, maka terpilihlah Khairul Fajri dan Juliadi Indra terpilih sebagai Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa. Beriringan dengan pengumuman tersebut berbagai persoalan mencuak kepermukaan. Mulai dari demo mahasiswa yang menilai terdapat kecurangan dalam Pemira, Mediasi dari kedua calon Presiden Mahasiswa tidak menemukan jalan terang “Buntu,” hingga muncul ungkapan bahwa “Pemira Badusanak Ilegal.” Idealisasi Presiden Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) merupakan intitusi tertinggi mahasiswa di suatu perguruan tinggi dengan fungsi sebagai sentral penampung dan penyampai aspirasi masyarakat kampus, mahasiswa khususnya. Presiden Mahasiswa dituntut untuk bersifat netral dan selalu menjaga independensi mahasiswa. Berwawasan tinggi, berpandangan luas, memiliki strategi atas persoalan yang akan terjadi, mampu memposisikan diri serta profesional. Presiden Mahasiswa dituntut untuk mampu menaungi seluruh elemen mahasiswa, diharapkan mampu menjadi seorang pemimpin yang handal serta dapat menjadi panutan bagi mahasiswa lainnya. Presma dan Wapresma memiliki tanggung jawab yang besar, ada peraturan yang harus di taati, program kerja yang mesti terlaksana, serta komitmen dan janji-janjinya saat kampanye yang segera harus di wujudkan. Rektor UIN IB Padang Eka Putra Wirman mengatakan bahwasanya mahasiswa itu harus bisa menjadi kaum intelektual yang dewasa, semakin tidak berurusan dengan re-
ktorat itu akan semakin bagus. Dan jikapun mahasiswa mempunyai sebuah persoalan, bawa ke forum yang baik, selesaikan ketika saat berdiskusi. “Adu argumen didalam forum, dari sanalah akan melatih intelektual setiap mahasiswa,” ujar Eka. Tiga Bulan Masa Kepemimpin Khairul Fajri Dilihat pada koran Padang Ekspres terbitan Rabu, 15/08 lalu, temaktub bahwasanya Presiden Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang Khairul Fajri, terdaftar sebagai Calon Anggota Legislatif Sementara di Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan pada nomor urut dua dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Menanggapi hal tersebut, pro kontra bermunculan di kalangan masyarakat kampus. Dari kalangan mahasiswa, Yunita Mahasiswi Tadris Bahasa Inggris menyampaikan, Presiden Mahasiswa tidak boleh mengikuti partai politik. “Maka sebaiknya Presma konsisten dengan amanah yang diembannya,” kata Yuni. Ketua Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) UIN IB Padang Fitriana mengungkapkan, ada hal yang penting dan perlu digaris bawahi, bahwasanya lembaga mahasiswa dilarangnya berafiliasi dengan partai politik, dan jika memang terbuktinya Fajri bergabung dengan partai politik, maka ia juga akan segera dilaporkan kepada pimpinan kampus untuk ditindak lanjuti dan bisa saja melengserkan Presma tersebut. “Jika Presma terbukti, silahkan mahasiswa melakukan pengaduan ke SEMA-U secara khusus dengan bukti terlampir, dan Sema akan membicarakan pada pimpinan,” Jumat (31/08) ungkapnya. “Karena sesuai dengan aturan Pemilihan Raya Badunsanak, yang sudah bermatrai 6000, tertera jelas pada poin sembilan.Dalam Surat pernyataan tertulis bahwa Calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa UIN IB Padang tidak boleh berafiliasi dengan partai politik.” Mengenai hal ini, suarakampus.com telah berusaha mengkonfirmasi langsung kepada Fajri untuk memastikan persoalan tersebut, namun saat itu Fajri belum sedia memberikan tanggapan mengenai dirinya yang telah terbukti menjadi Caleg. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang, Ikhwan Matondang mengaku baru mendengar kabar pencalonan Khairul Fajri sebagai anggota legislatif di suatu kabupaten. “Ini sangat jarang sekali terjadi,” ujar Ikhwan “Saya mengucapkan selamat kepada Presma bisa terpilih dalam calon legislatif,” ungkapnya.
Berbagai hal yang harus dikaji untuk penindakan persoalan ini, karena peraturan dan ketentuannya belum terlalu jelas, yang dijaga itu adalah politik praktis di kampus karena Fajri masih menjabat sebagai Presma di kampus ini, dan tentu ini ada aturannya. Permasalahan ini sangat perlu di teliti, karena berdasarkan SK Dirjen dan SK Rektor adanya syarat-syarat mengenai untuk menjadi seorang Presma. “Tentu saja, untuk menjadi Presma ada syarat dan janji, ini perlu kita kaji apakah ia melanggar atau tidak karena telah berbuat hal lain dalam masa jabatan,” jelas WR III UIN IB Padang ini. Pencalegan Khairul Fajri Menuai Kontroversi Kabar Presiden Mahasiswa UIN Imam Bonjol, Khairul Fajri, yang masuk dalam pemilihan calon legislatif menuainya banyak kontroversi di kalangan aktivis kampus. Mereka menuntut agar Presma memilih salah satu antara jabatan Presma atau tetap mencaleg. Demisioner Ketua Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) 2016 Muhammad Rizky Darwan mengatakan, berdasarkan SK Dirjen 2016 mahasiswa yang tergabung dalam lembaga mahasiswa seperti Senat Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa tidak boleh menjadi anggota, kader ataupun pengurus partai politik.“Karena sesuai dengan SK Dirjen 2016 yang saya baca memang tidak boleh, ini merupakan pelanggaran berat,” katanya Rizky. Untuk masalah ini Presma dituntut agar menentukan pilihan, tetap menjadi Presiden Mahasiswa dan berhenti mencaleg ataupun sebaliknya. “Disini kebijaksanaan Presma dalam menentukan pilihan dinilai,” lanjut mahasiswa jurusan TBI ini. Pro kontra pencalegan Presma Khairul Fajri tidak redup begitu saja, karena pihaknya belum mengklarifikasi atau memberi penjelasan apapun kepada masyarakat kampus. Menanggapi peristiwa ini Wakidul Kohar, yang lebih di kenal Wako aktivis kampus terdahulu yang kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) mengungkapkan, bahwasanya pencalegan Presma memang melanggar dari aturan. “Sebaiknya kembalikan ke penanggung jawab,” saran Wako. Sesuatu supaya berjalan dengan baik harus dikembalikan pada tempatnya. Jika memang dari aturannya tidak boleh atau melanggar ya harus dikembalikan ke aturannya. “Bertindaklah sesuai aturan dan kembalikan ke regulasinya” ungkap Wakidul Kohar. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang, Ikhwan Matondang mengenai hal ini ia menjelaskan, karena jabatan Khairul Fajri sebagai Presma,
tentu saja itu mempunyai aturan-aturan yang berlaku kampus ini, “Kampus sebagai institusi pendidikan haruslah netral, dan tidak terlibat dengan politik praktis, jika Presma kita sudah mencaleg atau sebagainya itu sudah termasuk dalam kategori politik praktis, (aktivitas politik nyata),” jelas Ikhwan. Sudah ada aturan, baik itu di SK Dirjen atau SK Rektor bahwa tidak boleh terkait atau terlibat dalam pengurus partai politik, atau lebih tajam lagi yakni tidak boleh berafiliasi dalam partai politik. Dan dikarenakan itu kita harus mengikuti mekanisme tertulisnya kalau terjadi yang seperti itu. Salah seorang mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah Islam Fahrur Habib mengatakan, mahasiswa itu adalah agent of change dalam perkembangan peradaban umat, dan teruta-
“
Kampus sebagai institusi pendidikan haruslah netral, dan tidak terlibat dengan politik praktis, jika presma kita sudah mencaleg atau sebagainya itu sudah termasuk dalam kategori politik praktis, (aktivitas politik nyata) Ikhwan Matondang Wakil Rektor III UIN Imam Bonjol Padang
manya di Indonesia. Mahasiswa hendaknya menjadi contoh yang baik, dan tentunya harus mematuhi setiap peraturan yang telah berlaku. “Apabila ada mahasiswa yang menjabat
sebagai Presma, dan jabatannya masih berlaku di dalam kampus lalu ia bersama sama mencalonkan diri sebagai caleg di kotanya, tentu ini bisa dikatakan tindakan yang tidak terpuji. Seharusnya ia lebih banyak belajar dan membaca lagi bagaimana aturan dan ketetapannya yang telah berlaku,” ujar Fahrur. Mahasiswa Pasca UIN IB Rafli ikut besuara, jika ia bergabung deng partai politik ataupun mencaleg, tidak ada masalah. “Asalkan jabatannya sebagai Presma tidak bersangkut paut dengan politik,” pungkasnya. “Mahasiswa yang taat hukum itu harus mematuhi kode etik dan peraturan harus di penuhi dengan baik,” saran Rafli. Sema-U sebagai lembaga berwenang akan menindak tegas persoalan ini, kaji ulang mengenai diksi afiliasi yang ada di SK Rektor hingga menunggu tuntutan resmi dari mahasiswa soal Presma yang telah melanggar aturan. Ketua Sema-U Fitriana mengatakan, lembaga yang dikepalainya akan mengkaji ulang kata afiliasi agar tidak ada yang dirugikan. Sebab, kata afiliasi menurutnya masih umum atau global sehingga perlu ditafsirkan kembali. “Saat ini Sema-U berusaha menerjemahkan kata berafiliasi, kita harus rincikan dari yang umum hingga kusus,” katanya, Jumat (07/09). Berdasarkan SK Dirjen kata ‘berafiliasi’ disambung dengan kata ‘anggota atau pengurus partai politik’. Namun, SK Rektor tentang pemilihan Presma dan Wakil Presma beberapa bulan lalu hanya menyebut tidak boleh berafiliasi dengan partai politik’. Artinya SK Rektor belum menjelaskan maksud berafiliasi ini, jelas Fitriana. Penanganan pencalegan Presma yang dinilai tak kunjung menemukan jalan keluar, Mahasiswa UIN IB Padang adakan demo.Peserta demo mensegel kantor Sema-U serta berorasi di depan gedung Rektorat. Mahasiswa menuntut agar Sema-U memberhentikan Presiden Mahasiswa, Khairul Fajri yang maju sebagai calon legislatif pada pemilihan di tahun 2019. Menurut mereka tindakan yang dilakukan oleh Khairul Fajri tersebut telah mencoreng independen mahasiswa, khususnya mahasiswa UIN IB Padang. “Dalam surat perjanjian sebelum mencalon kemarin, dia sudah berjanji tidak bergabung dalam partai politik,” kata Disman salah seorang peserta demo. Dikhawatirkan Organisasi Pergerakan Mahasiswa yang bergantung pada partai politik, karena akan menghilangkan independensi mahasiswa itus sendiri. Mengenai hal ini pun kalau itu tidak ada keterkaitanya dengan presma seharusnya boleh saja, selagi itu bisa di maklumi dan tidak adanya paham yang diluar jalur. Misalnya Indonesia dengan berbagai agama masyarakatnya. Sebut saja Islam, oknum yang menginginkan perpecahan anatara umat islam akan mengelompok-
kan umat islam tersebut, memicu perbedaan yang berujung pada permusuhan. Hal inilah yang tidak boleh sampai terjadi. Lebih bagusnya dikembalikan ke aturan, kembalikan ke regulasinya, dan yang terpenting tidak terjadi seperti contoh tadi agar jangan sampai jatuh ke dalam Islam yang radikal. Mengenai suatu organisasi atau suatu pergerakan mahasiswa yang akan bergantung terhadap poitik, itu tidak masalah. Tetapi jangan bawa ke lembaganya, tapi bawa ke diri sendiri, bawa ke pribadi masing-masing dan itu pun nanti akan didukung. Mau bergabung politik atau mencaleg itu bukanlah masalah, tetapi jangan bawa lembaganya. Salah seorang mahasiswa Pasca UIN IB Rafli Febrian, mengatakan pencalegan Presma tidak ada masalah asalkan jabatannya sebagai Presma tidak terganggu. Mahasiswa UIN IB Fakultas FEBI jurusan Ekonomi Syariah, Fahrur Habib juga mengatakan, Apabila ada Presma yang masih menduduki masa jabatan sebagai presiden di kampus dan secara bersama-sama mencalonkan dirinya sebagai caleg atau juga berkerja sama dengan partai politik, itu tentu merupakan tindakan yang sangat tidak terpuji. “Saya menyarankan agar yang seperti ini hendak nya lebih banyak untuk dipelajari dan membaca bagaimana aturan dan ketetapannya yang telah di berlakukan. Semoga permasalahan ini nantinya bisa menjadi pelajaran dan bermanfaat bagi kita semua.” saran Rafli. Penilaian Atas Pencalegan Presma Di sisi lain WR III menanggapi positif terkait pencalegan Khairul Fajri, karena salah seorang mahasiswa kampus UIN IB dipercaya masyarakat, berarti yang terkai telah memiliki kualitas untuk hal tersebut, dan juga mudah-mudahan bisa terpilih nantinya. Sama halnya yang disampaikann Rektor UIN IB Eka putra Wirman, ia turut mengapresiasi dengan di tunjuknya Khairul Fajri sebagai calon anggota DPRD di daerahnya, karena itu merupakan salah satu kebanggaan dari kampus kita tersendiri. “Akan lebih bagus apabila banyak mahasiswa-mahasiswa UIN IB mencalonkan dirinya, dan apabila terpilihpun juga merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi kampus kita” ungkap Rektor UIN IB. Kebanggaan tersendiri bagi UIN IB jika banyak alumninya yang berkecimpung dan berhasi dalam dunia politik. “Dalam setiap pidato nanti akan lebih baik jika bisa mengatakan lulusan UIN IB Padang berhasil dalam kegiatan politiknya, dan berhasil terpilih sebagai anggota DPRD ataupun yang lainya nantinya,” jelas Eka. Wakidul Kohar juga mengatakan Kalau semisalnya, ada mahasiswa kita yang bergabung ke anggota DPR ataupun DPRD akan lebih bagus, “Mahasiswa aja sebagai anggota DPR, sedangkan dosen saja tidak terpilih sebagai anggota DPRD, jadi secara tidak langsung lebih hebat mahasiswanya dari pada dosenya dan itu kan juga salah satu kebang-
gan kita juga, khusus sebagai masyarakat kampus” ungkap wakidul kohar. Presma Berakhir di Surat Pengunduran Diri Surat Nomor 07/DEMA-UIN-IB/1/2018 menjadi bukti bahwa, Presiden Mahasiswa UIN IB yang dilantik Juni 2018 lalu, telah resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN IB Padang. Sebelum surat tersebut di serahkan kepada Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U), Khairul Fajri terlebih dahulu membacakan secara lisan. Serah terima surat pengunduran diri tersebut berlangsung di ruangan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Selasa (18/09). “Pengunduran diri saya ini bukan karena desakan aksi mahasiswa,” ucap Khairul Fajri saat sebelum membacakan isi surat pengunduran dirinya. Selain itu Fajri mengatakan bahwa mundurnya ia dari kursi Presma juga didasari oleh kesadaran etis. “Pengunduran diri saya ini sepenuhnya demi kebaikan kampus dalam rangka menjaga kestabilan kampus tingkat mahasiswa,” jelasnya lebih lanjut. “Semoga langkah yang saya ambil merupakan langkah terbaik untuk UIN Imam Bonjol Padang dan semoga kepemimpinan selanjutnya bisa menjalankan tugasnya dengan baik,” harap Fajri. Pembacaan surat pengunduran diri tersebut berlangsung di ruangan WR III. Tampak hadir Wakil Rektor Ikhwan Matondang, Ketua Senat Mahasiswa Fitriana, Wakil Presma Juliadi Indra, Menteri Keuangan Muhammad Arbimo, dan beberapa staf di kabinet ‘Progresif, Aktual, dan Terdepan (PATEN) dan Berbasis Kerja Terencana (KEREN). Menanggapi hal ini. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja sama, Ikhwan Matondang mengungkapkan bahwa ini merupakan sikap yang tepat diambil oleh Khairul Fajri. “Semestinya kejadian seperti ini bisa disikapi dengan gentlemen dan seharusnya lebih cepat agar tidak ada gejolak dari mahasiswa,” jelas WR III UIN IB ini. Peristiwa ini merupakan peristiwa pertama kali yang terjadi di UIN IB Padang. Terpilihnya Fajri sebagai calon anggota legislatif maka secara aturan dan etika ia sudah tidak tepat menyandang status Presma. Ikhwan juga menghimbau untuk kedepannya seluruh mahasiswa menjalankan demokrasi di kampus UIN dengan taat aturan dan menjunjung tinggi etika sehingga aman dan nyaman tanpa kegaduhan. “Mari kita kembalikan semua ini kepada aturan yang ada sehingga tidak ada tekanan-tekanan dan desak-desakkan dari pihak lain,” harapnya. Ikhwan mengajak agar mahasiswa bisa berfikir dewasa, berfikir jernih dalam berorganisasi. Jika terdapat dinamika ataupun semangat yang meluap untuk eksistensi diri maka belajar untuk mengendalikan dan kembali berfikir logis. “Disini keharusan mahasiswa, harus berfikir jernih dan logis untuk
masalah-masalah di lembaga dan organisasi,” tutur Ikhwan Ikhwan menyarankan agar melakukan halhal yang lebih strategis dan juga lebih bernilai untuk kepentingan umum, juga seharusnya tidak perlu melakukan aksi demo hanya untuk masalah-masalah yang kecil, masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan forum diskusi. “Berdemo kebanyakan hanya akan memperlihatkan kedangkalan akal dan akhlak mahasiswa,” pungkas Ikhwan. Fitriana selaku ketua senat mengatakan Wakil Presma, Juliadi Indra secara tidak langsung yang akan langsung mengisi jabatan Presma. Lalu, posisi wakil akan digantikan oleh salah seorang pengurus dewan eksekutif. “Nanti dipilih oleh Presma selanjutnya,” kata Fitriana. Juliadi Indra Gantikan Khairul Fajri Sebagai Persma Kepemimpinan Khairul Fajri sebagai Presiden Mahasiswa berakhir setelah ia membacakan surat pengunduran dirinya Selasa (18/09) lalu. Maka merujuk pada hasil rapat anggota Sema-U terkait Surat Keputusan Rektor, maka jabatan Presma akan digantikan oleh Wakil Presma dan posisi Wapresma akan diisi berdasarkan hasil kesepakatan Anggota Dema. Juliadi Indra yang kini telah menjadi Presiden Mahasiswa mengatakan, bahwa ia siap menmpati kursi kepemimpinan Presma dan melanjutkan program kerja yang telah disusun oleh kepengurusan Presma sebelumnya. “Saya siap jadi Presma,” kata Juliadi. Juliadi juga berjanji, ia tak akan bergabung di partai politik. “Jadikan pelajaran, agar kedepannya Presma tidak lagi berafiliasi dengan partai politik,” harap Presma baru UIN IB Padang. Wakil Rektor III Ikhwan Matondang membenarkan hal tersebut, sesuai dengan aturan ketika Presma mengundurkan diri, maka Wapresma yang akan naik. “Jabatan Presma akan digantikan oleh Wapresma,” jelas Ikhwan. Sembilan hari berlalu sejak Selasa (18/09) naik nya Juliadi menjadi Presma hingga kini Kamis (27/09) jabatan Wakil Presma masih belumt terisi. Menanggapi hal terebut Juliadi menuturkan, ia telah mengundang seluruh Pengurus Dema untuk merapatkan siapa yang akan mengisi jabatan yang kosong namun masih banyak Pengurus Dema yang tidak hadir. “Karena banyak yang tidak hadir maka rapat saya undur,” papar Juliadi. Rapat akan kembali diadakan pada Senin 01/10 mendatang, jika masih ada Pengurus Dema yang tidak hadir maka akan menerima sanksi. “Saya akan lengserkan dari kepengurusan, di sini akan terlihat loyalitas mereka,” tegasnya. M Ihsan Kamil (Mg), Trani (Mg), Zekri Mardoni (Mg), Silvina Fadhila (Mg), Nuraini (Mg),
Kerja Sama IDB Batal UIN Beralih Ke SBSN
Rancangan Bentuk Bangunan Kampus III Sungai Bangek UIN IB Padang/ Alif Ilham (Mg)
U
niversitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang telah lama menunggu pinjaman Islamic Development Bank (IDB) untuk pembangunan di Kampus III, Sungai Bangek. Upaya tersebut sudah lama dilakukan, dimulai dari periode Makmur Syarif menjabat menjadi Rektor UIN Imam Bonjol, hingga jabatan Rektor diambil alih oleh Eka Putra Wirman. Perjalanan IDB sudah lama di UIN Imam Bonjol ini, karena dibuktikan dengan sudah adanya pergantian kepengurusan dari IDB Project UIN tersebut. Dimulai dari Yasrul Huda menjadi ketuanya 2014 lalu, sampai Arwendia yang mengomandoinya hingga sekarang. Dikarenakan perjalanan untuk mendapatkan dana pinjaman dari IDB sudah lama dilakukan dan semua perencanaan sudah usai dilakukan, tim suarakampus.com mendapatkan kabar bahwa IDB batal memberikan pinjamannya kepada UIN Imam Bonjol. Mengonfirmasi hal tersebut, tim suarakampus.com menemui semua pihak yang terkait dalam IDB Project UIN Imam Bonjol Padang. Kerjasama dengan pihak (IDB) dalam peminjaman dana sebesar Rp 560 Miliar kepada UIN Imam Bonjol Padang dan Universitas yang ada di Indonesia lainnya dinilai luntang lantung. Awalnya kerja sama berjalan lancar antara pihak pemerintah dengan pihak IDB. Kesiapan UIN Imam Bonjol pun sudah terbilang maksimal, seluruh berkas, persiapan sumber daya manusia, dan desain untuk bangunan kampus III sudah dilengkapi. Permasalahan berawal dari kelalaian pihak pemerintah menandatangani Financial Agreement enam bulan setelah penetapan, yaitu pada Juli 2017. Padahal sebelum melakukan persetujuan, IDB telah meneka-
nkan kepada pemerintah Indonesia untuk menandatangani, tetapi tak kunjung juga dilakukan. Beberapa bulan kemudian, tepat pada April 2018 UIN Imam Bonjol Padang mendapat surat bahwa kerajasama dengan IDB dibatalkan. Hal ini sontak membuat pihak UIN Imam Bonjol kecewa, pasalnya segala persyaratan telah disiapkan jauh-jauh hari. Surat tersebut dibaca langsung oleh Arwendia, Ketua IDB Project UIN Imam Bonjol. Arwendia menjelaskan, UIN sudah menerima persetujuan peminjaman dana, tapi semuanya gagal terealisasi karena ada pembatalan langsung dari IDB. “Rencana
oleh IDB tidak salah. Pada masa ia memimpin dulu, IDB telah memberikan syarat sebelum pinjamannya diberikan. Diantara syaratnya yaitu harus menandatangani Financial Agreement, dan itu tidak terlaksana. Padahal penandatanganan sangat penting untuk kelancaran dana nantinya, karena itu IDB tidak bisa dilanjutkan. Terkait hal itu, tim Suarakampus.com kembali menemui Ketua IDB Project UIN Imam Bonjol 2018, Arwendia. Ia menjelaskan, ada beberapa universitas yang tidak melengkapi persyaratan, sehingga IDB ragu dan tidak melanjutkan kerjasama. “Dan hal
“
Gagalnya UIN IB Mendapatkan Pinjaman IDB bukan karena kesalahan UIN, Tetapi karena IDB membatalkan kerja sama dengan pemerintah Dr. Firdaus, M.Ag Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum Perencanaan Keuangan
awal, pembangunan gedung kuliah di Sungai Bagek, Kampus III, akan dibangun awal 2018 ini, tapi gagal,” ucap Arwen. Tak cukup dengan satu narasumber, tim suarakampus.com menemui Mantan Ketua IDB Project UIN IB, Yasrul Huda. Saat diwawancarai di ruangannya, ia menjelaskan bahwa tindakan pembatalan yang dilakukan
ini berdampak pada kita, UIN Imam Bonjol,” katanya. Arwendia mengatakan, IDB adalah lembaga keuangan internasional yang bertugas memberi pinjaman untuk pembangunan ekonomi dan sosial. “Ia tidak bisa memberikan pinjamannya sembarangan. Kurangnya berkas yang ada di universitas tersebutlah
yang menyebabkan IDB ragu untuk memberikan pinjamannya,” terangnya. Setelah mendapatkan surat pembatalan peminjaman dana pembangunan dari IDB, pihak UIN Imam Bonjol mencoba negosiasi kembali dengan IDB, tetapi hasilnya nihil. IDB tetap tidak menyetujui dan tidak memberikan dana peminjaman, termasuk kepada lima universitas lainnya. Karena itu, pihak UIN IB mencoba meminta bantuan kepada Kementrian Agama (Kemenag) Indonesia agar dapat memberi rujukan tempat memperoleh dana selain IDB. Kemenag pun mengadakan pertemuan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementrian Keuangan (Kemenkeu) membahas tentang sumber dana lain selain IDB, untuk pembangunan gedung Kampus III. “Jika hanya diam dalam kegagalan mendapatkan pinjaman dari IDB, pembangunan Kampus III akan terbengkalai. Semua yang direncanakan akan gagal dan visi kita untuk menjadi Universitas Islam yang kompetitif di Asean tahun 2037 akan sirna,” ungkap Arwen. Perundingan membuahkan hasil, selain IDB terdapat sumber peminjaman dana lain yaitu SBSN (Surat Berharga Syariah Negara). Ini merupakan surat berharga milik pemerintah yang berguna untuk pembangunan sosial dan ekonomi negara. Setelah disetujui, UIN Imam Bonjol Padang mendapat dana dari SBSN sebesar Rp. 538 Miliar, semuanya dari rupiah murni dan hanya boleh dipergunakan untuk pembangunan Gedung perkuliahan. “Awalnya, kami merencanakan pembangunan sepuluh gedung di Sungai Bangek dari awal. Karena dana dari IDB gagal didapatkan, kami hanya bisa merencanakan pembangu-
nan delapan gedung. Dua gedung lagi tidak boleh dibangun oleh SBSN, karena itu bukan gedung perkuliahan melainkan GOR dan Gedung Rektorat,” kata Arwen. Ia menambahkan, pembangunan akan dilaksanakan pada akhir tahun 2019 sampai tahun 2022 mendatang, SBSN memberikan bantuan dana untuk pembangunan dua gedung pertahunnya. “Jadi mau tidak mau, terpaksa kita menerimanya dari pada tidak ada pembangunan yang terlaksana,” jelas Arwen kepada tim suarakampus.com. Kampus III akan dijadikan sebagai kampus pusat UIN Imam Bonjol, rencana tersebut akan tetap berjalan, akan tetapi karena pembangunan hanya dua gedung dalam satu tahun, pemindahan dari kampus II ke kampus III dilakukan secara bertahap selama kurang lebih empat tahun kedepan. Menyambung dari penjelasan Arwendia, Sekretaris IDB Aulia Rahman mengatakan bukan hanya masalah penandatanganan Financial Agrrement ataupun masalah data yang kurang lengkap dari ke enam Universitas Islam yang mendapatkan dana dari IDB tersebut. Akan tetapi,memang IDB sendirilah yang ingin mencabut semua kerjasamanya dengan Indonesia, karena IDB sudah banyak memberikan pinjaman kepada negera lain, yang menyebabkan banyak aktivitas dana yang tidak terkontrol, untuk itu IDB membatalkan semua program kerjanya dengan pemerintah Indonesia. Aulia juga menegaskan gagalnya UIN Imam Bonjol mendapatkan dana pinjaman dari IDB bukan karena kesalahan UIN sendiri, tapi itu murni dari keinginan IDB untuk mencabut kerjasama mereka dengan Indonesia ini. Ia menambahkan, bukan hanya UIN Imam Bonjol saja yang mendapatkan imbas pembatalan pinjaman IDB ini, tapi seluruh Universitas yang ada di Indonesia juga menjadi imbasnya. Eka Putra Wirman, Rektor UIN Imam Bonjol Padang mengungkapkan, meskipun peminjaman dana dari IDB gagal, pembanguanan akan tetap dilanjutkan. “Karena kampus kita sangat butuh dana untuk pembangunan, jadi tidak masalah walaupun sumber dananya bukan IDB,” terang Eka. Eka mengatakan, dana SBSN juga telah membantu banyak pembangunan Kampus III. “Semoga dana SBSN dapat mengalir dengan baik dan bermanfaat bagi pembangunan kampus III,” harapnya. Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Firdaus mengungkapkan, UIN Imam Bonjol gagal memperoleh dana pinjaman dari IDB disebabkan karena kurangnya kelengkapan data dan akhirnya IDB membatalkan kerjasama, begitupun dengan pemerintah Indonesia. “Karena pembatalan tersebut, semua rencana kita pun menjadi batal untuk kedepannya,” tegas Firdaus. Diantara universitas yang gagal mendapatkan dana pinjaman dari IDB adalah Universitas Islam Negeri Lampung, Universitas Islam Negeri Banten, Universitas Islam Negeri Surabaya, Universitas Islam Negeri Mataram dan Universitas Islam Negeri Jambi. Namun rezeki untuk UIN Imam Bonjol datang dari lain jalan, SBSN bersedia memberi bantuan untuk pembangunan dan sosial UIN Imam Bonjol Padang. “Kita sangat bersyukur, SBSN mau membantu,” ungkapnya. Firdaus menambahkan, SBSN dan IDB merupakan lembaga yang sama-sama baik. “Meskipun dana yang kita dapat-
kan dari SNSB tidak sebesar dana dari IDB, setidaknya kita telah tertolong,” pungkas WR II. Pada awalnya, UIN Imam Bonjol telah bekerjasama dan berjuang dengan Kementrian Agama (Kemenag) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk pembangunan kampus. “Karena itu IDB datang ke sini dan kita mulai melengkapi persyaratan,” kata Firdaus. Pada awal april tahun 2017 beredar kabar bahwa IDB akan resign di Indonesia, sontak hal ini membuat UIN Imam Bonjol bertanyatanya. “Ada signal, IDB akan resign dari Indonesia. Mereka tidak mau lagi memberi dana bantuan kepada Indonesia, dan segalanya dimulai berjalan sesuai alurnya,” ungkapnya. I a
mengatakan, lembaga IDB tetap akan ada tetapi mereka tidak bekerja sama lagi dengan Indonesia. IDB telah menarik diri dan tidak berkontribusi lagi dengan Indonesia. “Ibarat orang yang menumpangkan jualannya di sebuah kedai, lalu dia menarik jualannya dan tidak mau menumpangkannya disana lagi,” pungkas Firdaus. Kabar berita resign IDB telah beredar dari April 2017, berita ini masih belum pasti dan beberapa bulan kemudian, tepat pada awal 2018 dapat kepastian bahwa IDB benar-benar tak mau lagi bergabung dengan Indonesia. “Otomatis resign IDB ini mempengaruhi nasib kampus kita, kerjasama dengan Bappenas pun terhenti,” tegas Firdaus. Firdaus men-
erangkan, apabila UIN Imam Bonjol jadi mendapatkan dana dari IDB, dananya bukan hanya digunakan untuk pembangunan saja, namun juga untuk penelitian dan pendidikan. “Jika kerjasama dengan IDB berlanjut, disamping untuk pembangunan juga digunakan untuk dana penelitian dosen-dosen yang berhak. Sedangkan dari SBSN kita hanya mendapatkan untuk dana pembangunan saja dan itu dua gedung pertahunnya,” terang Firdaus. Dalam kerjasama yang telah disepakati bersama IDB awal tahun 2017 lalu, anggaran-anggaran akan disalurkan untuk pembangunan, penelitian dan pendidikan. “Tapi mau bagaimana, kerjasama gagal dan tentu rencana akan berjalan lamban kedepannya,” ungkap Firdaus. Atas persoalan ini, Bappenas, Kemenag dan Kemenkeu mencoba mencari solusi lain karena perencanaan pembangunan sudah berjalan sebelumnya, tinggal kontrak dengan IDB dan dana saja yang belum ada. “Anggaran sebenarnya akan turun apabila ada tuntutan dari kita, mungkin ini sudah jalannya dan bukan kesempatan kita untuk mendapatkan dana IDB. Dan hal ini sudah failed,” tegas Firdaus. Mengenai solusi yang diberikan oleh Kemenag dan Bappenas yaitu peminjaman dana dari SBSN terbilang sudah dititik aman. “Rancangan kerjasama dengan SBSN sudah direkap, akan tetapi dana belum masuk ke rekening kita,” katanya. Peminjaman dana yang diberikan oleh IDB akan diselesaikan dan dilunasi oleh pemerintahan Indonesia, begitu juga dengan dana SBSN. “UIN tidak ada mengganti, ini adalah program dari negara. Maka negara yang akan membantu menyelesaikan dan melunasi,” Pihak UIN Imam Bonjol sangat bersyukur karena adanya dana pengganti atau solusi lain untuk pembangunan kampus terutama kampus III. “Alhamdulillah, meski pembangunan bertahap-tahap yang penting bertambah dan semoga berkah,” terang Firdaus saat ditemui tim Suarakampus.com. “Mudah-mudahan terwujudlah mimpi kampus kita, nasib kampus kita, perbaikan sarana prasarana. Penampilan akan menimbulkan wibawa lebih untuk lembaga, semoga civitas akademika bisa bangga memiliki kampus yang representatif,” harap Firdaus. Terkait Infrastruktur Pembangunan Kampus III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam masih banyak yang terbengkalai, salah seorang mahasiswa bertanggapan bahwa pembangunan ini harus segera diselesaikan. Setelah mengetahui berita terkait IDB, ia berharap agar kedepannya pembangunan kampus tidak terbengkalai lagi. “Tidak apa kita tidak jadi bekerjasama dan mendapat bantuan dana dari IDB, yang terpenting infrastruktur kita tetap berjalan, terutama pembangunan gedung,” katanya. Mahasiswa lainnya mengungkapkan, ini bukan kesalahan yang datang dari IDB dan bukan juga kesalahan dari pihak kampus. Ini adalah alur kehidupan dan kemajuan bagi UIN Imam Bonjol. “Mudah-mudahan dana SBSN berpengaruh besar, meski tak sebesar dana yang akan dipinjamkan IDB tetapi setidaknya ada kemajuan dan pembaharuan untuk kampus kita,” harap Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam tersebut. Alif Ilham Fajriadi (Mg), Afrida Yenti (Mg),
WR I UIN IB: Alumni Sudah Bisa Daftar CPNS Wakil Rektor (WR) I Bidang Akademik dan Kelembagaan, Hetti Waluati menjelaskan bahwa Alumni UIN Imam Bonjol (IB) Padang sudah bisa melakukan pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk mengisi lowongan formasi di lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia (RI). Hal ini sesuai dengan surat pengumuman Nomor: P-25896.1/SJ/B.II.2/Kp.00.1/09/2018 tentang perubahan pengumuman dan alokasi formasi pelaksanaan seleksi CPNS di Lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia tahun anggaran 2018 menyatakan, alumni dari Perguruan Tinggi Islam baik itu angkatan 2009 ke atas atau ke bawah sudah bisa mengikuti seleksi CPNS 2018. “Terkait dengan alumni dari angkatan 2009 ke atas cukup dengan surat keterangan bahwa yang bersangkutan adalah alumni dari kampus ini,” terang Hetti kepada suarakampus.com kemarin, Rabu (26/09). Ia menambahkan, untuk alumni dari angkatan 2009 ke atas sedang dilakukan proses pendaftaran ke Forum Laporan Pendidikan Tinggi (Forlap Dikti) karna sesuai dengan surat edaran periode awal pelaporan PDDIKTI nomor : 6678/A.P.1/SE/2017 yang diedarkan pada 21 desember 2017 menyatakan, program studi dan perguruan tinggi pembinaan Kementerian Agama RI dimulai bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2009/2010. ” Untuk itu angkatan 2009/2010 dan seterusnya baru dilakukan proses pendaftaran karna surat itu baru diedarkan, dan untuk pelaporan ke Forlap Dikti itu baru dilakukan dua kali, jadi kami sedang melakukan proses pekerjaan,” tambahnya. Maka, sekarang ini kata Hetti, yang berada di lingkungan Kementerian Agama tidak perlu melakukan penuntutan lagi terkait alumni harus terdaftar di Forlap Dikti.” Karena dalam surat tersebut, tidak ada persyaratan harus terdaftar di Forlap Dikti, ” tuturnya. Hetty berharap semua pihak terkhusus alumni dapat memaklumi hal ini. “Kami butuh waktu dan tahapan, kami berharap kemakluman dari alumni ataupun mahasiswa, sebab bekerja itu tidak seperti membalikkan telapak tangan, kami minta kontribusi dan partisipasi agar kita bisa maju,”ucapnya. Berlian Ulfami (Mg)
Ijazah Alumni UIN Imam Bonjol Padang Tak Terdaftar di Forlap Dikti Suarakampus.com- Terkait tidak terdaftarnya ijazah alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang di Forlap Dikti, masih menjadi permasalahan yang berlanjut. Hal ini akan berakibat buruk pada wisudawan/wati angkatan selanjutnya. Kepala Pusat Sistem Informasi dan Pusat Data (Pustipanda) UIN Imam Bonjol Padang, Arwendia mengungkapkan, Forlap Dikti merupakan suatu keharusan kampus yang telah beralih status menjadi universitas. “Sebab forlap adalah database dalam suatu perguruan tinggi se Indonesia yang bertujuan untuk memastikan bahwa ijazah wisudawan/wati itu asli,” terangnya, Rabu (26/09). Ia mengatakan, permasalahan yang dialami oleh UIN Imam Bonjol telah berlarut selama beberapa tahun sampai sekarang, belum ada perubahan dan perbaikan. “Seluruh mahasiswa dari angkatan 2009 sampai seterusnya wajib didaftarkan ke forlap karena kita telah melalui tahap menuju UIN, sedangkan angkatan sebelumnya cukup dengan surat keterangannya bahwa mereka adalah alumni IAIN Imam Bonjol, “ jelasnya. Disamping itu, dampak negatif dari tidak terdaftarnya ijazah di Forlap Dikti adalah lu-
R
atusan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Imam Bonjol Padang lakukan aksi damai di depan gedung Rektorat perihal lima tuntutan. Aksi ini dikomandoi oleh Ketua Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) Fitriana Wasla, Rabu (26/09). Lima tuntutan itu, diantaranya fasilitas kampus yang tidak diimbangi dengan jumlah mahasiswa, birokrasi yang tidak jelas, pelayanan akademik yang kurang baik, penambahan armada bus, serta penyalahgunaan wewenang oleh Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan dan kerjasama FEBI. Dalam aksinya, Fitriana menyampaikan bahwa mahasiswa FEBI hanya ingin menyampaikan aspirasinya kepada pimpinan. “Kita hanya melakukan aksi damai, bukan berbuat anarkis, menyampaikan aspirasi dan keluhan mahasiswa terhadap pimpinan,” ujarnya. Fitriana berharap pimpinan dapat memenuhi tuntutan mereka. “Semua data sudah kami berikan kepada pimpinan, kita akan kawal apakah tuntutan kami tadi dipenuhi apa tidak, jika tidak sesuai maka kita akan menuntut balik,” paparnya. Ditemui secara terpisah, Rektor UIN IB Padang Eka Putra Wirman menanggapi aksi tersebut. Ia akan menindak lanjuti permasalahan ini bersama pimpinan lainnya.”Mari saling memberikan kepercayaan, jika ada permasalahan harus ada proses tingkatannya dan saya akan koordinasikan dengan pimpinan lain nantinya,” terang Eka kepada suarakampus.com. Ihsan (Mg), Neni (Mg), Vina (Mg)
Rektor UIN imam Bonjol Padang, Eka Putra Wirman menyampaikan bahwa Ustad Abdul Somad (UAS) merupakan Ensiklopedis Keilmuan Islam. Karena itu, UAS layak diapresiasi dengan gelar Doctor Honoris Causa (Hc). “Beliau itu Ensklopedis Keilmuan Islam, karena beliau sangat mumpuni dalam ilmu keislaman, mulai dari hukum, syariah, aqidah, dan sebagainya, dari sisi mana saja beliau menguasai dengan baik,” terang Eka kepada suarakampus.com, Kamis (21/09). Dalam sambutannya pada Stadium General bersama Ustad Abdul Somad kemarin pun, Eka juga menyampaikan bahwa dirinya mempunyai keinginan untuk memberikan gelar Doctor Honoris Causa kepada UAS. Namun, ketika ditemui suarakampus.com, Eka mengatakan bahwa keinginan memberikan gelar itu merupakan hasil diskusi dirinya dengan ketua Senat Universitas. “Saya sempat berbisik- bisik dengan Ketua Senat untuk memberikan gelar itu pada UAS,” tambahnya. Untuk pemberian gelar itu, kata Eka tentunya melalui suatu proses terlebih dahulu. “Awalnya, Ada pengusulan dari prodi yang akan mengajukan, lalu diusulkan ke tingkat pimpinan, Pimpinan mengajukan ke senat, senat mengadakan rapat, setelah disetujui, hasilnya disampaikan ke Rektor,”paparnya. Lisa Arischa, Agung Alkharazi (Mg)
lusan dari kampus yang tidak terdaftar di Forlap Dikti tidak dapat mengikuti CPNS dan penerimaan pekerjaan swasta. “ “Lalu kampus yang tidak mendaftarkan mahasiswanya ke Forlap Dikti terancam tidak dapat menerima mahasiswa baru dan tidak boleh mengadakan program wisuda,” tegas Arwendia. “Inilah yang harus diperbiki dan kita harus bekerja keras untuk memperbaikinya, sebab pelaporan kepada Forlap Dikti itu hanya dua kali dalam setahun, jadi apabila data belum lengkap tidak dapat di laporkan ke forlap dikti," katanya. Ia berharap, permasalahan ini perlu diselesaikan dengan cepat demi semua lulusan UIN Imam Bonjol Padang, jika tidak tentu akibat besar akan datang lagi. “Ini harus kita selesaikan dengan cepat, agar tidak merugikan alumni UIN Imam Bonjol Padang,” papar Hetti. “Mudah-mudahan dengan kasus ini dapat menyadarkan kita bahwa data akademik itu tidak main-main, semoga masalah ini cepat terselesaikan,” tutupnya. Berlian Ulfami (Mg)
Lakukan Aksi Damai, FEBI Ajukan Lima Tuntutan
Orator demo mengajak mahasiswa UIN IB ikut aksi | Alif Ilham (Mg)
Alasan Rektor UIN IB Usulkan Gelar Doktor Hc Untuk UAS
Rektor UIN IB, Eka Putra Wirman dampingi Ustadz Abdul Somad pada acara Studium General DI GSG | Ananda Randy Pratama
Diwisuda Bulan Ini, Ketua Sema-U Berencana Mundur dari Jabatannya
Ketua Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) UIN Imam Bonjol Padang, Fitriana Wasla akan menjadi salah satu di antara wisudawati angkatan ke-80 mendatang. Dengan begitu, Fitriana berencana untuk mengundurkan diri dari jabatannya saat ini. "Saya berencana mengajukan pengunduran diri saya, namun saat ini saya masih menunggu persetujuan dari anggota Sema-U," terangnya via telepon, Rabu (26/09). Fitriana mengatakan bahwa sewaktu ia menjabat sebagai Sema tidak ada aturan yang mengatur akan Sema tidak boleh wisuda. “Namun kampus sudah tau, kalau dilarang pasti saya tidak akan wisuda tahun ini,” katanya. Lanjutnya, perihal tanggung jawab Ketua Sema akan diamanahkan kepada pengurus karena tanggung jawab tersebut tidak hanya ada pada Ketua Sema sendiri melainkan tanggung jawab berada di tangan pengurus Sema. “Sebab tanggung jawab itu bukan berada ditangan saya saja, akan tetapi tanggung jawab berada di tangan
pengurus,” ungkapnya. Wakil Rektor III bidang Kerja Sama dan Kemahasiswaan Ikhwan Matondang mengatakan bahwa ia secara langsung sudah membicarakannya dengan Fitriana untuk segera mengadakan rapat pengurus. “Sudah jauh-jauh hari saya mendesak sema untuk melakukan rapat pengurus, bahkan sebelum ia wisuda,” ungkapnya. Ia menambahkan, ada aturan yang menyatakan bahwa syarat mahasiswa yang memimpin Sema itu harus tercatat sebagai mahasiswa aktif dan jika Fitriana wisuda, berarti tidak lagi dikatakan mahasiswa. “Fitriana harus mengadakan rapat pengurus untuk membentuk Ketua Sema yang baru,”katanya. Dilansir dari Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 4961 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Pada Peguruan Tinggi Keagamaan Islam mengatakan, syarat untuk menjadi Senat Mahasiswa yaitu berstatus sebagai mahasiswa aktif. Sri Mardaleni, Lisa Arischa
Civitas Akademika UIN IB zikir bersama, memperingati tujuh hari kepergian Alm. Sirajuddin Zar di lapangan kampus | Kamil (Mg)
Pekerja taman memperindah lingkungan kampus UIN IB Padang | Ihsan Kamil (Mg)
Studium General bersama Ustadz Abdul Somad, ratusan mahasiswa tak bisa masuk karena penuh |Aini (Mg)
Pintu kaca Gedung Serba Guna pecah akibat antusias penonton Ustadz Abdul Somad | Aini (Mg)
Meski sendiri, pekerja pustaka tatap lanjutkan pekerjaan | Tari Pradilia (Mg)
Keadilan Hukum yang Dipenjarakan Bela Diri lalu Ditahan
S
uara Kampus- 10 Agustus 2018 sekitar pukul 21.00 WIB di Musala Nurul Jadid Taruko I, Kuranji, Kota Padang. Okta Sandi terengah-engah dengan membawa kapak keluar dari Musala untuk menyelamatkan diri dari pengeroyokan.Setelah berhasil keluar, dua orang pemuda yang mengeroyokinya itu mengejar, dan kembali memukuli Okta, hingga kapak yang ada ditangannya pun melukai salah seorang dari pemuda tersebut. Malam itu juga, ia dibawa dan ditahan di Polsek Kuranji, Kota Padang, dilaporkan telah menganiaya. Dua pemuda itu diketahui bernama Fahmi dan Inop yang tinggal berdekatan dengan musala yang dihuni Okta. “Saya kibaskan (kapak) ke arah Fahmi sehingga dia mundur ke belakang dan temannya (Inop) di pintu tadi menjauh juga dan ketika temannya menjauh pintu terbuka, saya gunakan kesempatan untuk melarikan diri, ketika di dalam dia belum ada luka-luka,” jelas Okta kepada Suara Kampus, Sabtu (15/09). Kejadian itu berawal ketika Okta hendak memasukkan motor ke dalam gudang yang berada di Musala. Saat itu, Fahmi dan Inop masuk lewat pintu belakang Musala. Lantas Fahmi langsung memukuli Okta, dan Inop berjaga-jaga di pintu. Karena mendapatkan serangan dan tak bisa lari, sontak Okta melihat kapak kemudian mengambilnya lalu dengan gelagat mengancam berusaha untuk melarikan diri. Setelah berhasil keluar, Fahmi dan Inop berlari mengejar Okta dan berhasil menghadangnya.Inop berusaha memegang tangan Okta sedangkan Fahmi memukulinya. Dengan tangan yang masih memegang kapak, Okta berusaha menangkis pukulan Fahmi hingga melukai kepalanya. “Pokoknya terjadi gulat, saya kena tinju yang menyebabkan banyak bengkak di kepala saya, ketika tangan masih dipegang temannya, saya berontak dan terlepas kemudian saya lari,” kata dia. Okta berlari ke rumah salah seorang warga untuk menyelamatkan diri dan meminta bantuan. Setelah menjelaskan kronologis kejadian, warga itu meminta Okta bersembunyi di rumahnya sembari memberitahukan kejadian itu kepada Ketua RT setempat. Akan tetapi, beberapa saat setelah kejadian, malam itu juga, pihak Fahmi melapor ke Polsek Kuranji dengan tuduhan penganiayaan. Okta pun dijemput, dibawa lalu ditahan di Polsek Kuranji, Kota Padang. “Polisi membawa saya ke lapau, dikasih makan di sana, dan disuruh bercerita, karena pihak Fahmi sudah membuat laporan, saya langsung di tahan,” ujar dia. Okta berharap kasus itu cepat selesai dengan baik. Ia juga mengaku tidak ingin lagi masuk sel tahanan. “Jangan sampai ke LP, pokoknya saya tidak mau masuk lagi, semoga saya bisa kuliah sampai selesai dan aman di sini,” harapnya.
terdiri dari orang tua, masyarakat Taruko, dan Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, permohonan penangguhan Okta disetujui Polsek Kuranji. Namun demikian, setelah keluar dari sel tahanan, proses hukum Okta sebagai tersangka terus berlanjut, dan ia mesti melapor 2 kali dalam seminggu ke Polsek Kuranji. “Okta sedang dalam proses penyidikan memeriksa Okta sebagai tersangka, memeriksa saksi-saksi, korban dan barang bukti,” kata dia saat diwawancarai Suara Kampus. Sementara itu, menurut salah seorang dosen Hukum Pidana Fakultas Syariah UIN IB, Dasmy Delda pada berita suarakampus.com (01/09/2018) menjelaskan, pembelaan terpaksa karena situasi darurat yang terkandung dalam pasal 49 KUHP Ayat 1 dapat dijadikan alasan penghapusan pidana. Akan tetapi, karena tidak ada saksi mata yang melihat kejadian, kasus itu menjadi sulit. Dasmy mengatakan, cara lainnya dengan meminta tanggapan masyarakat tentang keseharian Okta sebagai salah satu alat bukti.
Diadili Tak Adil Untuk tahap pertama, Okta Sandi ditahan selama 20 hari dimulai pada 11 Agustus untuk menjalani pemeriksaan di Polsek Kuranji. Semasa itu, Kuasa Hukum Okta Sandi, Wilson Saputra mengupayakan penangguhan penahanan namun karena kurangnya penjamin penanguhan penahanan itu, upaya tersebut sia-sia. Menurutnya, Okta tak pantas ditahan karena berusaha membela diri. “Ini tidak adil, karena Okta adalah korban pengeroyokan namun malah Okta yang ditahan,” tegas dia. Wilson dan lima rekannya pun telah mengupayakan laporan balik kepada Polsek Kuranji, pada berita suarakampus.com (31/08/2018). Tepat pada 1 September, usai 20 hari masa tahanan pertama, Okta menjalani masa penahanan tahap dua selama 14 hari untuk proses pemeriksaan, sementara berkas permohonan penangguhan penahanan tak kunjung selesai. Namun sebelum masa tambahan penahanan itu habis, tepat pada 8 September, setelah kelengkapan berkas dan penjamin yang
Penangguhan Penahanan Teman sekelas Okta, Dedi Endriyanto membenarkan adanya permasalahan pada berkas-berkas penangguhan penahanan. Ia mengatakan, hingga tanggal 6 September, surat jaminan penangguhan penahanan Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama belum ditandatangani oleh Rektor UIN karena saat itu ia sedang dinas luar kota dan pada akhirnya, surat jaminan tersebut ditandatangani oleh Ikhwan Matondang selaku WR III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama dengan adanya perombakan dari rektor menjadi WR III. Malam harinya, Dedi mengatakan, pukul 21.00 WIB semua berkas telah selesai dan Okta resmi menjadi tahanan luar. Dedi merupakan salah seorang teman Okta yang turut berperan mengawasi proses hukum. Selain itu, Dedi juga berperan sebagai koordinator penggalangan dana yang anggotanya terdiri dari mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis. Tindakan itu sebagai respon terhadap kasus Okta, dan upaya untuk membantu biaya proses hukumnya.
Di tahanan|Penahanan Okta Sandi di Polsek Kuranji Padang/ Istimewa
Sementara kasus itu sudah beralih dari pihak kepolisian kepada kejaksaan, Rektor UIN Imam Bonjol, Eka Putra Wirman mengatakan, Okta akan mengalami kesulitan karena laporan balik dari Okta 9 hari setelah kejadian. Sementara sebagai tersangka, kasus Okta telah diproses di kejaksaan. Eka berharap, pihak Fahmi memilih jalan damai. Namun demikian, ia tak yakin hal itu terjadi karena proses hukum sudah di kejaksaan. “Saat kasus masih di pihak kepolisian mungkin masih bisa diselesaikan tapi saat telah masuk ke ranah pengadilan, mungkin sudah susah,” kata dia. Eka telah mengupayakan komunikasi dengan Kapolres Kota Padang mulai dari status Okta sebagai tersangka hingga menjadi tahanan luar. Berbagai upaya damai dijalankan oleh pihak kampus dan masyarakat komplek Taruko. Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis, Toni Markos. Ia mengatakan, audiensi dengan keluarga Fahmi telah dilakukan dua kali dan berujung sia-sia. Pertama, kata Toni, mediasi yang dilakukan Rektor UIN IB, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama bersama masyarakat Komplek Taruko. Kedua, audiensi yang dilakukan melalui pihak kelurahan Korong Gadang. Toni menyayangkan sikap keluarga Fahmi yang enggan berdamai. Pasalnya, keinginan dari pihak Okta hanya ingin meyelesaikan kasus itu secara kekeluargaan. Toni tidak mengelakkan peran penting teman-teman Okta. Mulai dari penggalangan dana hingga penangguhan panahanan itu. “Berkat usaha dan kegigihan kampus, temanteman dan pengacara maka penahanan Okta bisa ditangguhkan,” pungkasnya. Pengurus Musala Nurul Jadid, Zalidin yang akrab disapa sebagai Ustadz di Komplek Taruko itu mengatakan, bersama masyarakat sekitar Musala telah mencoba untuk membicarakan kasus itu dengan pihak keluarga Fahmi, baik secara pribadi atau atas nama pengurus musala. Akan tetapi upaya itu sia-sia karena menurut keluarga Fahmi, kasus itu harus selesai dengan orang tua Okta. Zalidin menceritakan, keluarga Fahmi meminta orangtua Okta
datang pada malam hari, akan tetapi orang tua Okta tak datang sehingga membuat keluarga Fahmi tak ingin berdamai. Zalidin berharap, kasus itu menemukan jalan yang terbaik. Ia mengapresiasi respon teman-teman Okta yang selalu mendampingi kasus itu hingga Okta menjadi tahanan luar. Zalidin merupakan pengurus yang menerima Okta tinggal di Musala. Ia mengatakan, saat itu ada seorang warga yang bercerita tentang mahasiswa yang ingin tinggal di Musala. Warga itu bercerita tentang kehidupan Okta yang mengalami kendala keuangan. Lantas Zalidin menguji kemampuan membaca Al quran Okta dan menerimanya sebagai garin dan guru mengaji. Selama dua tahun tinggal di Musala, Zalidin mengakui pribadi Okta yang baik dan sungguh-sungguh dalam belajar. Sehingga banyak warga setempat yang membantu biaya kuliah. “Ia pribadi yang baik, kesungguhannya sangat luar biasa, awalnya bacaannya biasa saja namun sekarang sudah semakin membaik dan hafalan ayatnya juga sudah banyak sekarang, karena kesungguhannya,” kata dia. “Saya menilai bahwa apa yang terjadi pada Okta merupakan ujian hidup yang Allah berikan kepadanya, barangkali Allah menginginkan Okta menjadi lebih kuat lagi untuk mengabdi pada masyarakat,” tutur dia. Dari penjelasan ibunya, Sakut , Okta merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Okta merupakan anak yang pendiam dan tidak mau tau dengan urusan orang lain. Ia juga anak yang rajin belajar. Sebagai orang tua, upaya yang dilakukan ketika masa penahanan Okta, hanya berdoa dan berusaha. “Harapan dari kami, semoga masalah Okta segera selesai dan dia bisa mengikuti kuliah dengan lancar kembali,” katanya saat diwawancarai oleh suarakampus.com via telephone. “Saya sangat berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepada Okta sehingga Okta bisa masuk kuliah lagi walaupun masih dalam penangguhan,” tutupnya. Neni Cahnia (Mg), Sintia Hariani (Mg), Ilsa Mulia (Mg), Miranti Riana (Mg), Silvina Fadhilah (Mg)
Dengan Bahasa Hingga Keliling Dunia
D
alam hidup, seseorang pasti mempunyai mimpi dan cita-cita yang harus dicapai yang tentunya harus diringi dengan usaha, doa, dan tekad agar mimpi tersebut bisa diwujudkan. Semakin tinggi kita bermimpi, semakin erat mimpi itu memeluk kita dengan kebanggaan. Tapi, di balik semua itu mungkin ada beberapa yang belum bisa terwujudkan oleh diri kita, begitu juga dengan putri dari ibuk Sarmida Hanum, dosen tetap di Fakultas Usuludin ini. Saat ditemui tim Suara Kampus, Rahma menceritakan beberapa hal yang belum bisa di capainya hingga saat ini, ” Karya berbentuk buku belum bisa saya capai hingga saat ini, melanjutkan S2 ke Malaysia, membawa orang tua ke Mekkah, juga mendirikan pesantren,”ungkapnya. Terlahir sebagai seorang putri tunggal dari pasangan Sarmida Hanum dan Mursal Sawaun, Rahma Ghania Alhafiza, wanita yang sedang menempuh pendidikan Strata satu di perguruan tinggi negeri UIN IB Padang Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Jurusan Tafsir Hadis jenjang semester tujuh ini,memiliki segudang mimpi dalam kehidupanya. Salah satu niatnya adalah memperkenalkan kepada dunia tentang kedahsyatan ayat al-Qur’an dan Hadist dengan kemampuannya menggunakan Bahasa Inggris. Rahma memiliki keahlian dalam Seni berbahasa Inggris sejak duduk dibangku Sekolah Dasar, dan mulai memperhalusnya di bangku SMP-SMA, karena menetap di Malaysia memang mengharuskan siswanya untuk membiasakan menggunakan English-Brtish sebagai bahasa keseharian. Dan di perdalam lagi keahlihanya dalam bahasa inggris dengan mengikuti organisasi kampus dalam bidang bahasa yaitu Fun Engglish Comunity.“Dulu sempat ikut Fantastic English Communiti, namun aktifnya hingga semester dua saja dikarenakan tuntutan perkuliahan dengan 16 mata kuliah dan kewajiban untuk meghafal Al-Qur’an yang tidak memungkinkan saya untuk terlalu aktif di organisasi,” tambah Rahma. Proses penghafalan AlQur’an saat ini Rahma bersyukur dan berterimakasih k e pada Allah SWT
Rahma Ghania Alhafiza
yang mana hafalan tersebut sudah mencapai dua juz. Meskipun tidak banyak akan tetapi Rahma berkeinginan dengan kuat hati untuk menambah hafalan. “Alhamdulillah saat ini hafalan saya 2 Juz,” katanya. Merantau selama lima tahun di tanah seberang dengan meninggalkan kampung halaman untuk belajar dan mencari pengalaman serta wawasan yang luas. Pengabdian kepada halaman dan pulang sebagai seorang putri harus belajar untuk masa depan ibu rumah tangga nantinya. “Itu keinginan sendiri untuk berpisah dengan orang tua dan wajar saja kalau sebagai perempuan harus pulang kampung karena harus banyak belajar bersama orang tua untuk masa depan karena pastinya kita akan berkeluarga,”paparnya. Cerita singkatnya, Rahma kecil masih duduk di bangku sekolah dasar di kelas tiga MIN waktu itu sudah diboyong orang tuanya ke Jakarta. Dikarenakan orang tuanya melannjutkan studi S3. Hal ini merupakan awal mimpi itu dimulai untuk mengembangkan sayap suatu keberhasilan, dimana ketika itu ibu dan ayah Rahma diundang ke Kuala Lumpur dalam rangka menghadiri seminar International Insitute of Islamic Thought (IIT). Dari kegiatan tersebut timbulah rasa ketertarikannya untuk menetap di negeri Malaysia. Akhirnya Rahma didaftarkan pada salah satu pesantren IIIT oleh orangtuanya. Kerena orang tua yang sering bolak balik Indonesia-Kuala Lumpur membuat hubungan mereka dengan IIIT semakin dekat hingga sudah seperti keluarga. Saat tamat dari MIN-SMU IIIT di Kuala Lumpur, Rahma sudah berencana sejak awal utuk melanjutkan kejenjang perguruan tinggi Turki, akan tetapi pada saat itu negera tersebut sedang ada pergejolakkan. Lalu ia, memilih perguruan tinggi Yaman namun keadaannya sama dengan kondisi Turki sedang dalam
pergejolakkan. Dan akhirnya ia memutuskan melanjutkan studi di UIN IB dengan jurusan Tafsir Hadist Fakultas Ushuluddin di kelas Internasional.“Bahkan Rahma ditawari beasiswa oleh IIIT untuk melanjutkan S2 nya di Kuala Lumpur lagi,” ujar ibunya. Prestasi Rahma pernah mengharumkan nama UIN IB Padang khususnya Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis dengan diterimanya sepucuk undangan dari International Institute of Islamic Thought (IIIT), untuk mengikuti sebuah program seminar yang fokus pada penelitian, pendidikan, pemikiran dan juga beasiswa pada bulan Juni kemarin di Malaysia-Brunnei Darusalam. Empat orang undangan, tiga di antaranya adalah dosen, yang meterjemahkan bahan dari bahasa arab ke bahasa Indonesia sekaligus sebagai pemikir yang merancang alur materi. “Tugas saya disini menterjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa inggris dan pembicara,” ungkap Rahma. Tidak mudah untuk diberikan sebuah kepercayaan oleh orang lain, akan tetapi sebuah kepercayaan itu datang menghapiri Rahma dengan hadirnya undangan dari IIIT sebagai penerjemah dan pembawa acara. Minat dalam Bahasa Inggris lah yang melatar belakangi untuk menyanggupi undangan tersebut serta membuat salah satu mimpinya terwujud. “Kebetulan pula saya sangat minat dalam bahasa inggris dan ini adalah salah satu cara untuk mengasah ilmu saya dalm bahasa inggris,” tambahnya. Tambahnya, jelang seminar tersebut ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan penampilannya agar suatu acara itu tersusun dengan matang dan berjalan dengan lancar, akan tetapi seminar tersebut jauh dari perencanaan yang telah ditetapkan yaitu acara tersebut hanya dipersiapkan dengan waktu satu bulan penuh. “Persiapan untuk kedua seminar ini hanya satu bulan dan saya satu-satunya mahasiswa yang tampil selain itu semuanya sudah professor, itu merupakan pengalaman yang sangat berharga dan menantang bagi saya,” ungkapnya. Dalam melakukan berbagai kegiatan, tentu kita harus cermat dan pandai dalam membagi waktu, terutama waktu untuk belajar dan berkegiatan lainnya. Harus seimbang jika kita menginginkan hal yang perfect. Rahma menceritakan cara jitunya dalam membagi waktu,” biasanya sebelum kuliah saya harus pelajari dulu soal materi yang akan dibahas nanti dan untuk kegiatan lainnya, selagi itu tidak menganggu pelajaran, insyaallah saya akan sempatkan untuk melakukan aktifitas tersebut,” paparnya. “Allhamdulillah saya sangat bersyukur
karena sampai saat ini masih sangat banyak mendapat dukungan dengan berbagai macam caranya, baik itu dari keluarga, teman dan saudara,” harapannya Rahma. Di samping memiliki keuangan yang berkecukupan Rahma adalah sosok anak yang mandiri. Serta tidak bermanja-manja dengan keadaan meskipun dia putri semata wayang dari orang tua yang mapan dalam ekonomi. “Saya tidak pernah mau memanjakan nya, sekarang dia menjadi anak yang rajin dan pantang menyerah,” jelas ibunya. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Ikhwan Matondang mengatakan bahwa Rahma adalah sosok wanita yang sopan dan berprestasi. Sebagai seorang mahasiswa yang berprestasi kampus memberi ruang untuk rahma berkreasi dan memberikan bantuan. “Jika Rahma mengajukan sesuatu dalam bentuk karya atau bantuan kami siap membantu,” ungkap pimpinan kampus ini. Ia melanjutkan, dalam menyalurkan bakat sudah ada beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa untuk mengembangkan potensi tersebut, akan tetapi dalam bentuk karya jurnal belum ada di kampus kita ini dan untuk mendukungnya kegiatan mahasiswa seperti ini, sudah saya ajukan program Pusat Bimbingan Karir kepada Rektor UIN IB Eka Putra Wirman,” tutur Ikhwan. “Mengenai program beasiswa untuk mahasiswa seperti berpotensi seperti ini, itu sudah menjadi tugas dari pihak jurusannya, jika layak tentu kami akan mempertimbangkan nya,” tambahnya. Dengan hadirnya sosok Rahma memberikan dampak positif bagi kehidupan teman temannya dan orang-orang yang ada disekitarnya serta sebagai sosok motivasi dari teman-teman dalam mengapai prestasi akademik. “Dia sosok motivasi bagi saya dan juga teman - teman yang lain,” ungkap Rahmi teman sekelasnya. Ditemui di lain waktu, mantan Ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuluddin mengatakan saat masih menjadi ketua jurusan Rahma memang sangat mahir dalam berbahasa Inggris dia juga memiliki kepribadian baik, tekun, dan punya kepercayaan diri yang sangat tinggi. Pada bidang Akademik Rahma juga berprestasi dengan memiliki IPK tinggi dan itu selalu dipertahankanya. “Saya berharap agar Rahma bisa di kirim ke Inggris untuk melanjutkan studi nya, karena metodeologi disana sangat bagus dan cocok untuknya,” harapnya. Rasmina Mayuril (Mg), Nurani (Mg), Agung Alkharazi (Mg), Neni Cahnia (Mg).
Cendikiawan yang Spiritualis Kerendahan Hati Sang Cendikiawan
U
niversitas Islam Negeri UIN Imam Bonjol Padang kembali diselimuti kabar duka atas meninggalnya Rektor ke-14 IAIN Imam Bonjol Padang, Guru Besar Fakultas Ushuludin dan Studi Agama, juga pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor I bidang akademik dan Direktur Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Almarhum sempat pingsan saat menjadi saksi pada sidang pidana dugaan korupsi Kampus III Sungai Bangek di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) namun akhirnya meninggal di tengah perjalanan menuju rumah sakit. Kepergiannya yang secara tiba-tiba sangat mengejutkan pihak keluarga, berdasarkan tuturan anak ketiganya Fitri menuturkan, “Sebelum pergi ke pengadilan, masih terlihat baik-baik saja dan setiap diperiksa ayah tidak menderita penyakit apapun,” ungkapnya. Semasa hidupnya Sirajuddin Zar dikenal sebagai sosok penyayang, taat beribadah, bertanggung jawab dan jujur. Istri Sirajuddin Zar, Arnis Darwis mengatakan almarhum selalu mendahulukan keperluan keluarga dari pada pribadi. “Kita tidak bisa melupakan sikap penyayang dan perhatiannya, selalu mengimani seluruh keluarga,” ujarnya. Bagi Arnis, sifat penyayang Sirajuddin tidak pernah berubah walau anak-anaknya sudah berkeluarga. “Walaupun anak-anak sudah berkeluarga, beliau tetap memantau anak-anak dan tetap menyayangi,” jelasnya lebih lanjut. Selain itu Sirajuddin juga dikenal dari ketaatannya menjalankan perintah agama. “Dalam keadaan sakit pun ia mengerjakan salat tahajud dan puasa sunnah,” kata Arnis. “Beliau orang yang taat menjalankan agama, bahkan dalam keadaan tidak sehat pun tetap menjalankan ibadah seperti puasa dan tahajud,” lanjut istrinya. Sirajudin juga memiliki kepribadian yang jujur, “Almarhum selalu bersikap jujur bahkan dalam hal sekecil apapun, dan memberikan kabar jika pulang terlambat, karena prinsip beliau tidak semudah itu untuk berbuat dosa,”kata Arnis Tak habis sampai disana, Rektor ke-14 IAIN IB ini sangat menjunjung tinggi kejujuran bahkan dalam hal sepele sekalipun. “Ia memiliki prinsip tidak semudah itu berbuat dosa dengan berbohong,” papar wanita yang telah mendampingi Sirajuddin semasa hidup. Jika terlambat pulang ke rumah ia akan memberi kabar, “ Karena bapak punya prinsip dan memberikan kabar jika pulang terlambat, karena prinsip beliau tidak semudah itu untuk berbuat dosa,”kata Arnis. Menurut Fuad putra sulung almarhum, Sirajuddin merupakan guru, suri tauladan bagi keluarga dengan mencontohkan hal-hal baik untuk kehidupan. “Bapak itu orang yang kuat ibadahnya dan selalu menekankan kepada kami nilai spiritualitas,” papar Fuad. Almarhum tak pernah memaksakan kehendak terhadap anak-anaknya, memilih pendidikan misalnya. “Kita dibebaskan untuk memilih pendidikan dimana saja dengan jurusan apa saja,” pungkasnya. “Walau kadang pilihan yang saya ambil belum tentu benar, tapi bapak selalu memberikan ruang sendiri, itu suatu hal yang membekas kepada diri saya,” Ucap Fuad . Almarhum selalu berfikir rasional, mengedepankan nilai keadilan dan kebaikan. Senantiasa berusaha memberikan solusi bukan hanya sebatas jawaban. Kehilangan juga dirasakan oleh Widya Fitri, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA). Sirajuddin sosok yang luar biasa, tidak hanya ilmunya tetapi
juga kepribadiannya.”Beliau orang yang patut diteladani, sulit mencari pengganti beliau terutama dalam bidang filsafat islam,” jelas Widya. Sirajuddinmerupakancendikiawan yang dilahirkan oleh UIN Imam Bonjol Padang. “Beliau merupakan alumni terbaik di FUSA, sering mengharumkan nama fakultas dan terakhir menjadi Guru Besar Jurusan
Aqidah dan Filsafat Islam (AFI),” ungkap dekan FUSA ini. “Sirajuddin adalah orang hebat yang dimiliki UIN IB, saya sudah lama bertemu beliau, ilmu yang disalurkan kepada saya sudah sangat banyak. Banyak pelajaran yang mampu saya serap dari beliau,”paparnya. Almarhum adalah panutan bagi orang banyak, ia tak pernah merasa tinggi sedikitpun terhadap rekan kerjanya. “Santun dan disiplin merupakan hal yang ada pada diri beliau,” pungkas Widya. Pemikirannya luarbiasamenghasilkanberbagaimacamkarya. S e c a ra ke s e luruhaniamemilikicorakpemikiran y a n g modern ap al agi dalamfilsafat. “Buku-
nya sangat terkenal diantaranya Konsep Penciptaan Alam dan masih ada buku-bukulain yang tidak kalah luar biasa dan dicetak secara nasional,” paparnya. Tidak hanya mahir di bidang akademisi, tak banyak yang tahu bahwa almarhum merupakan atlite Voly Ball. Ia dan rekannya Syafruddin Nurdin pernah mengharumkan nama Sumatera Barat melalui cabang olah raga tersebut. Widya menambahkan, Sirajuddin dikenal sebagai orang yang selalu mensupport rekan-rekandi FUSA untuk melanjutkan pendidikan. “Pengalaman berharga Saya dengan beliau adalah saat beliau menyarankan saya untuk melanjutkan pendidikan S3 saya ke International Islamic University Malaysia (IIUM)” tutupnya. Tidak hanya keluarga, akademisi saja yang merasakan kebaikan almarhum, Sirajuddin juga mendapat tempat yang istimewa. Anggun Saraswati misalnya, bagi mahasiswi semester tujuh ini almarhum bukan hanya sebatas guru baginya tapi juga orang tua. “Saat mengajar sangat tulus dan tidak membeda-bedakan mahasiswanya,” ucap Anggun. Selain itu, bagi Anggun almarhum merupakan sosok dosen yang simple dalam mengajar dan metode pembelajaran yang diajarkan sangat mudah dipahami. “Seakan-akan jika diibaratkan beliau membuat buku yang awalnya tebal menjadi ringkas dan mudah dipahami,”terangnya. Selaras dengan Anggun, Wahyu Isman mahasiswa Jurusan Akidah Filsafat menuturkan bahwa almarhum sangat diidolakan. Sirajuddin sering berkata “Orang berilmu itu termasuk orang penting,” ujar Wahyu mengulang pesan Sirajuddin. Ia selalu memotivasi dan mendukung mahasiswa untuk belajar. “Beliau mengajarkan untuk mencari dan membaca buku yang berkaitan dengan ilmu,” pungkasnya. Sirajuddin Zar senantiasa berpesan kepada mahasiswa agar selalu menyeimbangi pendapat yang didengar. Tidak dengan menyalahkan salah satu dan menerima yang lainnya. “Jika ada suatu perbedaan dan pertantangan ambil pendapat yang satu tetapi jangan salahkan pendapat yang lain mengenai suatu masalah tersebut baik itu mengenai hilal atau yang lainnya, menerima dan bukan menyalahkan,” tutup Wahyu. Salah seorang pensiunan UIN IB Padang Raichul Amar yang menjadi saksi perjalan almarhum menuturkan,Siraj merupakan pahlawan olah raga, Koran Singgalang pernah memberitakan bahwa Siraj di beri gelar pahlawan. “Mereka yang meninggal sebelum pensiun adalah pejuang, salah satunya Sirajuddin Zar ini,” ujar Raichul. Raichul menceritakan bahwasanya ia telah mengenal Siraj sejak almarhum masih mahasiswa di Fakultas Ushuluddin. Ia kerab membanggakan IAIN Imam Bonjol Padang yang kini telah beralih status menjadi UIN di kancah olahraga. “Di tahun 1975 sampai 1977 Siraj selalu juara dalam pertandingan Volly Ball,” pembina UKM Mapala ini kembali mengingat masa lalu. Raichul menambahkan, almarhum merupaka dosen pembimbingnya saat menyelesaikan Strata Tiga S3. “Sosok apa adanya dan sangat menghormati senior, meski ia telah lebih dulu menyelesaikan S3 nya,” ujar Raichul. Lanjut Raichul, bagi lembaga pemikiran almarhum sangat berjasa bagi UIN IB Padang. Ketika Siraj menjabat sebagai Rektor IAIN IB saat itu, ia mempertemukan saya dengan Rektor Universitas Padjajaran di Bandung. “Peristiwa yang sangat berharga bagi saya, dapat bertemu Rektor UNPAD,” tambah Raichul. Lanny Oktavianda (Mg), Berlian Ulfami (Mg), Trany (Mg), Fathul Ilham (Mg), Tuti (Mg), Kamil (Mg), Rasmina Mayuril (Mg)
K
Resah Meraja Dibalik Bohong
ebohongan adalah ucapan atau perkataan yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta yang ada. Kebiasaan berbohong harus dihindari dan dihilangkan dari diri baik itu disengaja ataupun tidak. Karena, jika dilakukan berulang-ulang kali ia akan menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Pernahkah anda sadari? kebohongan dapat memberi dampak negatif terhadap psikologis seseorang. Tak hanya itu, kebiasaan berbohong dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan seseorang kepada orang yang seringkali berbohong tersebut dan juga dapat menimbulkan perpecahan. MF salah seorang mahasiswa mengaku sering berbohong untuk hal kebaikan dan terkadang karena terpaksa. “Saya pernah berbohong ketika ditanya dosen kapan membuat tugas, dosen bertanya saya jawab malam, padahal saya membuat tugas tadi pagi,” ungkapnya. Ditemui secara terpisah, mahasiswa lainnya mengaku bahwa faktor seseorang berbohong dikarenakan adanya paksaan yang mengharuskan ia berbohong. "Masalah pertama yang memicu berbohong adanya paksaan dari diri kita sendiri, apalagi urusan pribadi. Kalauteman-teman lain tahu,kitajadi malusendiri," terang dia. Disamping itu, banyak orang yang sering berbohong merasa sakit hati jika dibohongi. “Saat dibohongi tentu saya sakit hati, walaupun saya juga sering berbohong. Saya pernah membantu teman dalam kesulitan. Lalu saya bantu, tetapi dia membohongi saya," terang dia. Faktor lain penyebab seseorang berbohong adalah pencitraan. Terkadang ada seseorang yang sengaja berbohong untuk menutupi kebaikannya atau malahan menunjukkan kebaikannya kepada orang lain. “Ada orang yang berpura-pura, melakukan hal yang tidak sebenarnya. Ia melakukan pencitraan demi kepopulerannya dimata orang lain,” ungkap seorang mahasiswa. Husnul Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama mengatakan, setiap insan pasti pernah berbohong. Tapi kebohongan harus dihilangkan dari diri dan kebiasaan, jangan sampai menjadi hobi. “Bohong harus dihilangkan, jangan sampai menjadi hobi dan kebiasaan. Ini sangat merusak diri seseorang,” ujar Husnul. Ia mengatakan, hal pertama yang harus dilakukan untuk menghadapi orang yang biasa berbohong adalah menasehatinya dari hati ke hati dan jangan menghakimi. Sebelum menasehati orang yang suka berbohong, kenali dan pahami dirinya terlebih dahulu. Baru nasehati dia dengan baik dan tidak menyudutkan,” tutup Husnul. Sebaik-baik manusia pernah melakukan kebohongan. Acapkali kebohongan itu didasari oleh kesalahan, karena takut salah maka manusia berbohong. Kebohongan yang di lakukan oleh manusia tersebut di lakukan berkelanjutan, karena satu kebohongan akan menutup kebohongan lain dan seperti itu lah seterusnya. Dosen Pengembangan Masyarakat Islam di Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Ulfatmi mengatakan, alasan berbohong hanya diketahui oleh orang yang berbohong itu sendiri. Ada beberapa faktor penyebab seseorang berbohong, diantaranya seringkali melakukan kesalahan. Kebohongan juga dilakukan seseorang karena takut reputasi dan namanya rusak secara moral, takut melukai hati orang lain, dan takut merusak hubungan silaturrahmi. ”Berbagai hal dilakukan seseorang, hal itu adalah pemicu kita berbohong. Salah satu nya adalah untuk mendongkrak reputasi atupun menjaga image,” katanya. Ulfa mengatakan, berdasarkan konteks pendidikan, faktor penyebab seseorang berbohong itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Peran keluarga dan orang tua utamanya sangat berpengaruh besar terhadap seseorang. Bagaimana keteladanan orang tua dalam mendidik anaknya dan bagaimana pendekatan persuasif kepada anak itu membantu terbentuknya perilaku jujur. Berdasarkan konteks keimanan, bagus atau tidaknya perilaku seseorang merupa-
kan faktor dari iman. Jika dalam kehidupan dan lingkungannya banyak pengaruh buruk, maka ia akan terkena dampaknya. Termasuk kebiasaan berbohong, jika dalam lingkungan seseorang dapati kehidupan yang sering berbohong maka ia akan terpengaruh. “Pendidikan, lingkungan, keluarga dan masyarakat berperan penting dalam pembentukan sifat dan sikap seseorang,” ungkap Ulfatmi.
meresahkan batin dan mendatangkan penyakit. “Mereka yang sering berbohong akan merasa selalu dikejar perasaan bersalah dan lama kelamaan rasa ini memuncak dan mendatangkan kepada penyakit seperti darah tinggi,” tegasnya. Kebohongan bukan hanya berdampak pada diri sendiri, tapi juga kepada orang lain. Seperti, jika seseorang ketahuan berbohong,
“
Berbohong itu meresahkan jiwa dan batin serta penyakit fisik lainnya Dr. Ulfatmi, M.Ag Dosen Tetap Prodi Pengembangan Masyarakat Islam
Ia juga mengatakan, kebohongan dapat memberi efek buruk pada psikologis dan fisik seseorang. “Dilihat dari segi rohaninya, berbohong merupakan perbuatan dosa dan dosa itu bertentangan dengan fitrah manusia. Apapun yang bertentangan dengan jiwa akan membuat seseorang gelisah, sehebat apapun orang itu menyembunyikan kebohongannya,” kata Pakar Psikologi ini. Ulfatmi mengatakan, kebohongan dapat
ia akan berusaha melakukan action mechanism atau pembelaan pada diri. Setelah itu ia akan merasa malu, hubungan sosialnya dengan orang lain akan rusak dan orang lain tidak akan mempercayainya. Ia juga mengatakan, sebenarnya kebiasaan berbohong dapat dicegah, diantisipasi dan diperbaiki dengan penyuluhan dari rumah tangga, nasehat orang tua dan pen-
didik. Jika didikan diterapkan dengan baik, maka akan baik pula hasil didikan, jika buruk maka buruk pula hasil didikannya. “Semua itu timbal balik,seseorang yang terbiasa tidak berbohong, akan sangat marah jika ia dibohongi,”katanya. Didikan agama sangat penting karena dengan agama, seseorang akan dekat dengan Allah. “Dengan tahu agama, seseorang akan merasa takut dan merasa di awasi dalam hidupnya,ada pengawasaan yang melekat dalam dirinya. Jika ia melakukan perbuatan dosa dan allah tidak suka kepada orang yang berbuat dosa,” tegas Ulfatmi. Selain daripada itu, kebohongan juga dapat menimbulkan konflik. Hubungan dengan Allah hablumminallaah dan konflik dengan sesama makhluk hablumminannaas. Menurut Pakar Agama UIN Imam Bonjol Padang, Zulbadri mengungkapkan, defenisi kebohongan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan sikap dan perbuatannya. Berdasarkan kepada sikap, defenisi kebohongan adalah menampilkan sikap yang tidak sesuai dengan semestinya. Berdasarkan perkataan, defenisi kebohongan adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan faktanya. Kebohongan atau bohong berasal dari Bahasa Arab, yaitu Kadzaba yang berarti dosa. Bohong akan menyebabkan jiwa seseorang resah, jika seseorang berbohong maka ia tidak akan tenang dalam menjalankan kesehariannya. “Bila seseorang berbohong dia akan tertulis sebagai pembohong disisi Allah, ini sangat susah untuk mengubahnya, begitu juga sebaliknya. Jika dia membiasakan diri dengan bersikap jujur maka dia akan dikenal dengan kejujurannya disisi Allah,” terang Zulbadri. Berbohong akan merusak ibadah bahkan aqidah manusia, kebohongan bisa melingkupi semua aktifitas manusia. ”Misal jika dalam berdagang, terkadang ada manusia yang mengurangi timbangannya, itu akan membuat ibadahnya yang lain rusak,” kata Dosen Fakultas Dakwah dan Usuluddin itu. Zulbadri mengatakan, hendaknya seseorang yang terlanjur membiasakan diri berbohong harus segera meninggalkan perbuatan tersebut dan meminta ridho dari Allah.”Kembalilah untuk bersikap jujur, karena Nabi tidak pernah mencontohkan hal yang jelek kepada ummatnya,”pungkasnya. “Kita boleh melakukan kebohongan, diantara kebohongan yang boleh dilakukan adalah mendamaikan orang yang berselisih, seperti dalam keadaan perang dan mendamaikan suami istri yang bertengkar.Jika dalam keadaan seperti itu, kita dibolehkan untuk berbohong untuk kemashlahatan,” tutup Zulbadri. Kebohongan bukan hanya berdampak pada diri sendiri, tapi juga kepada orang lain. Seperti, jika seseorang ketahuan berbohong, ia akan berusaha melakukan action mechanism atau pembelaan pada diri. Setelah itu ia akan merasa malu, hubungan sosialnya dengan orang lain akan rusak dan orang lain tidak akan mempercayainya. Ulfatmi menanggapi, sebenarnya kebiasaan berbohong dapat dicegah, diantisipasi dan diperbaiki dengan penyuluhan dari rumah tangga, nasehat orang tua dan pendidik. Jika didikan diterapkan dengan baik, maka akan baik pula hasil didikan, jika buruk maka buruk pula hasil didikannya. “Semua itu timbal balik,seseorang yang terbiasa tidak berbohong, akan sangat marah jika ia dibohongi,” ucapnya. Didikan agama sangat penting karena dengan agama, seseorang akan dekat dengan Allah. “Dengan tahu agama, seseorang akan merasa takut dan merasa di awasi dalam hidupnya,ada pengawasan yang melekat dalam dirinya. Jika ia melakukan perbuatan dosa dan allah tidak suka kepada orang yang berbuat dosa,” tegas Ulfatmi. Selain daripada itu, kebohongan juga dapat menimbulkan konflik. Hubungan dengan Allah hablumminallaah dan konflik dengan sesama makhluk hablumminannaas. Silvina Fadhilah (Mg), Ilsa Mulia (Mg), Miranti Riana (Mg), Tari Pradilia (Mg), Trani (Mg), Sintia Hariani(Mg)
Berfikir Lebih M
enjadi yang lebih baik, bisa menjadikan motivasi diri untuk lebih dalam menjalani sebuah kehidupan. Saya pernah mendengar obrolan saat istirahat kerja di sebuah kantor dan kebetulan saya berada di sana untuk mengurus sedikit tanggung jawab. Saat itu saya mendengar seorang profesor menanyakan kepada seorang wanita Strata Satu (S1) yang sudah menjadi pegawai mengapa tidak melanjutkan pendidikan sampai jenjang S2. Wanita itu menjawab “Sudah cukup pak dengan ini, untuk S1 saja itu sudah mujur,” sampainya. Profesor spontan berucap. “Jangan pernah menjadi orang sombong,” ungkapnya. Wanita tersebut bingung sebelum ia bertanya, professor tersebut menjelaskan bahwa hanya orang-orang sombong yang tidak memanfaatkan waktu yang diberikan Tuhan disepanjang umurnya untuk bisa lebih baik dari hari ini. Jika memang sudah bisa mencapai S1 dan masih ada kesempatan mengapa harus meninggalkan tuntutan untuk menambah ilmu. “Bukankah merasa sudah cukup itu sudah membatasi diri kita. Padahal kita bisa mampu untuk lebih,” paparnya. “Masalahnya dana pak,” ucapnya kembali menjawab. Bapak itu menjawab “Bukan sebuah alasan untuk dana, banyak peluang kesempatan yang diberikan pemerintah agar bisa menuntut ilmu. Tinggal berusaha, Tuhan juga akan memberikan jalannya jika kita sudah mulai melangkah untuk suatu kebaikan apalagi dalam hal ilmu. Tuhan bisa berikan lebih untuk kita,” tuturnya. Bapak tersebut juga menyebutkan bukankah setiap harinya kita disuruh untuk menuntut ilmu bahkan sampai akhir hayat dan menuntut ilmu itu adalah ibadah. Tuhan tidak menyukai orang yang cepat merasa cukup padahal masih diberikan kesempatan untuk bisa lebih baik dari hari ini. Wanita itu terdiam seolah dibawa larut oleh lamunannya. Jangan sombong dan cepat merasa puas dengan apa yang sudah diperoleh, karena hal tersebut akan menutup kesempatan lain untuk bisa berkembang menjadi yang lebih baik. Syukuri dan jalankan kembali hal yang lebih disetiap harinya, karena perubahan setiap hari ke hari juga membuktikan kita semakin berpikir lebih baik setiap harinya. Bukankah pepatah juga mengatakan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Ini meyuruh kita untuk berpikir lebih setiap harinya. Merugilah jika tetap sama hari kemarin dengan hari ini. “Wanita itu sadar dari lamunannya dan dengan spontan mengatakan saya akan segera daftar S2 pak,” paparnya. Ketika itu saya pun menjadi ikut melamun setelah mendengar percakapan singkat yang penuh isi tersebut. Bahwa kesadaran dan dukungan tersebut bisa datang kapan saja tanpa disangka, saat hal baik diterima maka kebaikan diri akan ber-
Lisa Fauziah Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi Ekonomi Syariah tambah juga. Nah, banyak orang-orang sukses yang mulai menjadi sukses dan kaya raya berawal dari keyakinan dan kesungguhan niatnya. Bukan dari amplop orang tuanya setiap bulan
ia kumpulkan hingga menjadi kaya. Namun kegigihan untuk mengubah nasib menjadi lebih baik itulah yang menciptakan banyak peluang kesempatan sehingga melahirkan berbagai dukungan dari berbagai pihak dan tentunya dukungan yang paling utama adalah niat hati. Dukungan yang membangun tersebutlah yang saat ini sangat dibutuhkan banyak masyarakat terutama kaum muda untuk senantiasa semangat menuntut ilmu, dan jangan cepat puas. Keinginan adalah niat yang harus diperkuat. Setelah itu dukungan dari semua pihak, maka dukungan materil akan juga mengiringi. Saya juga pernah mendengar seseorang yang sedang menjalankan studi S2 nya dan mengatakan bahwa yang berada di kelasnya dalam perkuliahan S2 juga bukan seluruhnya kaya, namun kalangan menengah ke bawah namun mereka tetap bisa bertahan menjalankan perkuliahannya. Hal tersebut bisa menjadi bekal kita untuk bisa mempelajari masalah hidup dan keinginan. Sebuah keinginan akan semakin kuat dengan niat yang benar dan kesungguhan di hati. Itulah nanti yang akan menjadi sugesti dalam diri untuk tetap menjadi yang terbaik dalam hidup. Sesuai dengan niat dan dukungan banyak orang. Kegigihan untuk menjadi beda dari hari ke hari akan membuat seseorang mencapai keberhasilannya. Pertambahan usia dan kemantapan daya pikir dalam kehidupan akan mendorong kita lebih kreatif untuk hidup. Saya juga pernah mendengar cuplikan cerita wartawan hebat Karni Ilyas yang kini sudah sukses dengan berbagai karirnya. Beliau dahulu juga sosok masyarakat yang biasa-biasa saja kehidupannya. Namun kegigihan hati untuk terus bisa menjadi yang lebih baik dan mau berusahalah menjadikannya kini dikenal sangat hebat. Kecerdasan dan usaha kerasnya untuk terus dan terus belajar meski umurnya yang sudah tidak muda lagi namun ia bisa membanggakan. Sehingga ia menjadi orang hebat dan telah mengubah hidupnya dan kehidupan keluarganya. Jadi sangat benarlah bahwa usaha dan doa adalah jalan mencapai kesuksesan tersebut. Dukungan hati, sugesti terhadap diri akan mempengaruhi diri untuk menjadi apa yang kita inginkan. Faktor luar adalah pendukung niat kita. Tentunya juga support yang akan terus membangunkan hati dan tidak lupa orang-orang sekitar juga merupakan kunci kita untuk tetap bisa bergerak lebih baik. Lakukan hal- hal yang akan memberikan peluang untuk anda menjadi lebih hebat dari hari ini setiap harinya. Karena bagaimana anda bisa merasa cukup, sementara waktu masih memberikan kesempatan kepada anda untuk menjadi lebih baik dari rasa cukup yang
Hidup(kan) Mahasiswa!
H
Muhammad Rizky Darwan Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris
elatan akbar pemindahan tali toga bagi semua calon mantan mahasiswa akan segera dilaksanakan. Hal ini menandakan secara resmi calon ex mahasiswa siap terjun ke tengah masyarakat. Bak pelita, mereka (seharusnya) menjadi penerang kepada masyarakat yang memerlukan petunjuk tersebut. Tentunya kehadiran mereka sangat diperlukan oleh masyarakat. Hal inilah yang diharapkan oleh Tridarma Perguruan Tinggi diantaranya mengabdi kepada masyarakat setelah mendapat pendidikan dan melakukan penelitian. Tentu untuk siap terjun ke tengah masyarakat, ada bekal yang harus disiapkan oleh mahasiswa agar nantinya tidak gamang dalam menghadapi kehidupan yang lebih nyata, salah satunya berproses dalam organisasi mahasiswa. Banyak organisasi mahasiswa di universitas yang ada di Indonesia, begitu juga di UIN Imam Bonjol Padang.Organisasi intra kampus di UIN IB beragam. Mulai dari Himpunan Mahasiswa Jurusan, Dewan Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas dan Universitas, Unit Kegiatan Mahasiswa.
Bersyukur saat ini, Dema Universitas sudah terbentuk setelah cukup lama berpolemik dengan urusan tarik menarik kepentingan. Sudah terbentuk pun, masih timbul masalah etik yang dilakukan oleh Presiden Mahasiswa (Presma) yang mencalon sebagai anggota Legislatif Daerah. Memang tak haram, namun tak layak jika dilakukan oleh pejabat mahasiswa. Hal tersebut seolah menarik kepentingan politik praktik ke ranah kampus. Semoga permasalahan ini segera selesai. Kembali kepada tema berprosesnya mahasiswa dalam organisasi mahasiswa, organisasi intra kampus akan membantu civitas berproses layaknya dalam negara. Karena kampus seringkali disebut miniatur negara. Contohnya mahasiswa, dengan segala latar belakang yang dipunya, menjadikannya insan yang berbeda karakter. Perbedaan itu dipengaruhi pribadinya, namun setelah berorganisasi sedikit banyaknya akan tergambar ciri tersebut dalam keseharian mereka. Baik dalam bertindak, berdialektika, dan juga pertemanan. Salah satu keunikan yang saya alami ketika berproses di kampus adalah kita biasanya tidak disukai dikarenakan latar belakang organisasi yang diikuti. Saya tidak menggeneralisasinya sebagai karakter organisasinya, namun lebih kepada individunya. Saya menyebutnya “gesekan”. Biasanya gesekan itu sangat jelas ada pada organisasi ekstra kampus yang 'berinfiltrasi' ke dalam organisasi intra. Seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Gema Pembebasan. Terkhusus Gema Pembebasan, tidak bisa dijadikan subjek pembahasan infiltrasi ke dalam organisasi intra, sejauh pengamatan saya, kadernya jarang tergabung ke dalam organisasi intra dikarenakan ideologi yang dimiliki. Jadi tak akan ada tarik menarik kepentingan yang mereka lakukan secara langsung. Semua organisasi tersebut menjadikan Islam sebagai landasan, namun memiliki ideologi tersendiri. Namun ini lebih kepada kepentingan masing-masing. Mari kita letakkan diksi 'kepentingan' ke dalam konotasi yang positif. Karna tidak ada yang salah dengan kepentingan itu jika masing-masingnya bertujuan mengembangkan potensi kader, membesarkan
nama organisasi dan universitas. Dengan itu, setiap kader wajib membesarkan nama dan kiprah organisasinya baik di tingkat komisariat, daerah, hingga nasional. Lalu, apa kontribusi aktifis mahasiswa terhadap keberlangsungan kehidupan bermasyarakat di universitas?. Tentunya banyak, mulai dari memperjuangkan urusan mahasiswa. Mahasiswa dilibatkan secara emosional dengan permasalahan yang terjadi, sehingga ada mahasiswa yang tidak berorganisasi juga merasa terpanggil. Tapi apakah cukup hanya melibatkan mereka dalam aksi demo? Saya pikir tidak, mereka rasanya perlu dilibatkan dalam aktifitas kemahasiswaan. Seperti memilih Presiden Mahasiswa Presma dengan jalan Pemilihan Raya (Pemira). Meskipun sebelumnya Pemira sempat ditolak, namun tahun ini bisa terlaksana. Memang heran, sebelumnya ditolak oleh mereka yang sekarang melaksanakannya. Tapi, bersyukur akhirnya kita kembali berpikir bahwa itu jalan yang baik untuk melibatkan mahasiswa dalam proses kemahasiswaan. Memang sederhana, hanya memilih di balik bilik suara, namun esensinya mendasar, mereka memilih orang yang akan memimpin. Sebelumnya, jika ditanya ke mahasiswa secara umum siapa Ketua Sema atau Dema, mereka akan kesulitan menjawab karena tidak tahu. Kini, setidaknya mereka sudah mengetahui dari nama wakil-wakil mereka dan berkesempatan mengawal kebijakan yang dilakukan oleh wakil-wakil mereka. Orang yang berjuang biasanya lebih sedikit dari orang yang diperjuangkan, maka memang kepentingan umumlah yang seharusnya menjadi prioritas untuk diperjuangkan. Saat ini adalah zaman yang sangat kreatif, banyak hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk memperbaiki keadaan. Tentunya berusaha agar kita mempunyai rasa cinta dan memiliki kepedulian besar terhadap almamater. Hidup(kan) mahasiswa untuk kebaikan almamater. Ada hal substantif yang lebih layak diperjuangkan daripada memperjuangkan ego masing-masing. Terakhir, saya bangga pernah berproses bersama saudara seperjuangan semuanya. Panjang umur perjuangan, hidup(kan) mahasiswa!