Reinkarnasi Kaum Sodom
T
uhan telah menciptakan semua yang ada di bumi berpasang-pasangan baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya. Dalam Qs Al-Hujurat ayat 13 telah dijelaskan bahwa Tuhan telah menjadikan laki-laki dan perempuan kemudian menjadikannya berbangsa-bangsa agar kita saling mengenal. Di zaman yang sudah dipenuhi teknologi ini manusia kembali pada era Nabi Luth, yaitu kaum Sodom. Kaum Sodom merupakan kaum yang menyukai sesama jenis, para lelaki menyukai lelaki dan begitupun sebaliknya. Hal itu menyebabkan murkanya Tuhan kepada kaum tersebut dan memusnahkan mereka. Namun, kaum Sodom telah bereinkarnasi kembali dan sekarang biasa dipanggil LGBT. Maraknya kasus LGBT di berbagai negara bahkan ada yang sudah legal menyebabkan ini menjadi masalah serius khususnya Indonesia sendiri. Pro dan kontra mewarnai publik sekarang dan kebijakan pemerintah dipertanyakan untuk saat ini. LGBT legal di Indonesia? Kuatnya adat istiadat dan norma agama di Indonesia menjadikan LGBT ditentang keras oleh masyarakat. Tidak hanya itu LGBT ini ditakutkan akan menjadi penyakit dan terus merebak ke remaja-remaja yang masih dalam fase pertumbuhan dan pencarian jati diri seseorang. Pertentangan itu menjadikan pelaku seks menyimpang ini mengasingkan diri dan membuat komunitas untuk mengekspresikan diri mereka. Media sosial juga membuat dunia semakin plural, apa saja bisa didapat dengan mudah. Bagi mereka yang merasa dikucilkan, direndahkan dan diasingkan media sosial tempat mereka untuk mengekspresikan, memperkenalkan diri dan mencari teman se ideologi dengan mereka. Menghadapi fenomena LGBT ini orangtua menduduki peran tertinggi dalam pengawasan putra dan putri mereka. Kurangnya perhatian atau kekerasan yang dilakukan terhadap anak sangat vital untuk mental mereka, sehingga LGBT lebih dekat kepada mereka.
(+) Ranah Minang Rawan LGBT (-) Marwah minang sudah tipis, pen erapan ilmu agama kurang (+) Jangan Asal Bimbingan (-) Dosen pembimbing harus lebih profesional dalam membimbing mahasiswa Akhir (+) Kalang Kabut Jurusan Baru (-) Jangan hanya coba-coba
Pelindung: Rektor UIN Imam Bonjol Padang Dr. H. Eka Putra Wirman, Lc, MA Penanggung Jawab : Wakil Rektor III UIN IB Padang Dr.Ikhwan Matondang, S.H, M.Ag Kepala Biro AUPK UIN IB Padang Khairunnas Kepala Biro AAKK UIN IB Padang Drs. H. Salman, MM Pembina : Yulizal Yunus, Shofwan Karim, Emma Yohanna, Sheiful Yazan, Suardi Sikumbang, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El Faruqi. Dewan Redaksi : Rahmadi, Rahmi Yati, Lisa Fauziah, Taufiq Siddiq, Axvel Gion Revo
Sambung Nyawa
25
Desember 2017, Suara Kampus mulai berlayar dengan nakhoda baru. Dihadapan Wakil Rektor III UIN Imam Bonjol Padang, 27 awak redaksi bersumpah untuk mengabdi ke Lembaga Pers Mahasiswa ini, Senin (03/03). Para penerus memiliki tanggung jawab yang tak kecil. Tantangannya, bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang anyar ini, tanpa menggadaikan semangat kru sebagai media independent dan berorientasi kepada kepentingan publik. Alhamdulillah, Tabloid edisi 144 sampai ke tangan pembaca setia Suara Kampus. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan ikut membantu dalam penyelesaian tabloid ini dan kru minta maaf kepada seluruh pembaca setia yang telah mengirimkan tulisannya, baik itu berupa opini, puisi, kritik dan saran terhadap kampus, karena belum dimuat dalam terbitan kali ini. Untuk satu tahun ini, pengurus bertekad untuk menyajikan karya jurnalistik yang dinamis, inovatif dan kreatif. Kru akan berupaya lebih baik lagi dalam meliput sebuah peristiwa dan menyuguhkannya ke dalam tulisan yang tajam dan berimbang. Kru akan terus berbenah agar pembaca selalu
A
Pelantikan | Foto bersama pengurus Suara Kampus 2018 /Alif Ilham (Mg) menjadi penikmat karya-karya Suara Kampus, karena sambung nyawa ini diperuntukkan bagi kehidupan pembaca. Kali ini kru mengemas tulisan yang bisa dinikmati oleh masyarakat secara nasional terkhusus di Sumatera Barat (Sumbar) yaitu perkembangan LGBT di Ranah Minang. Sumbar menjadi daerah terbanyak di Indonesia yang dihuni oleh kaum LGBT. Survei keberadaan LGBT itu digelar oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Barat dan lembaga konseling rekanan. Terus terang, kru mengalami banyak kendala dalam melaksanakan peliputan, mulai
dari narasumber yang susah ditemui sampai narasumber yang tidak mau berkomentar. Namun semangat para kru tidak pudar untuk menyajikan tabloid ini kepada pembaca. Bolehlah para kru mengucapkan selamat. Selamat, karena pembaca sedang memegang satu dari sedikit bacaan yang penting dan enak dibaca. Terakhir, kami ucapkan selamat kepada wisudawan/ti UIN Imam Bonjol Padang ke LXXIX, semoga ilmu yang didapat mampu membawa perubahan untuk bangsa. Tetaplah menjadi pembaca setia Suara Kampus. []
Angek-angek Cirik Ayam
yam merupakan jenis unggas adiktif yang hidup di sebarang tempat terpenting ada sumber makanan. Ayam biasanya tidak bisa betah di satu tempat, sifat ini menjelaskan ayam merupakan unggas yang tidak bisa konsisten dengan kehidupannya. Ada satu kebiasaannya di seluruh dunia ini sama, yaitu dimana ia tidak bisa konsisten dalam memilih pasangannya, baik itu jantan maupun si betina “ayam playboy atau play girls”, tidak bisa setia sama sekali. Apabila bertemu lawan jenisnya si ayam pasti akan memamerkan pesona, baik itu yang jantan maupun betina, berkokok, dan mengibas bulu-bulunya untuk mencuri perhatian lawan jenisnya. Meskipun memiliki jenis yang berbeda, akan tetapi ada satu hal yang membuat ayam diseluruh dunia ini sama, yaitu tahinya. Walaupun tinggal di tempat dengan iklim dan cuaca yang panas, dingin, di kota, maupun di desa, atau pun sebagainya, yang pasti tahi si ayam pasti sama. Awal-awalnya panas, lama-kelamaan berubah menjadi dingin, dia memang tidak konsisten sama sekali, “angek-angek cirik ayam” orang mi-
Dayu Al Azmi Produser
nag biasa menyebutnya. Sejantan dan sesuburnya seekor ayam kalau belum konsisten dengan hal kecil, belum bisa dikatakan hebat dan konsisten, ayam memang tidak konsisten! Bagaimana pula bisa ayam jantan dibilang jantan, seekor ayam betina sebagai induk ayam, yang nantinya akan mengurus anak-anak ayam yang ditinggal pergi. Bapaknya yang pergi mencari si ayam betina lainya, ataupun si ayam-ayam petelur kepunyaan “pak rec” yang nantinya akan menghasilkan
telur setiap harinya, dengan tahinya saja tidak konsisten apalagi dengan profesinya sebagian petelur yang menghasilkan telur setiap harinya. Menjadi ayam yang konsisten itu mudah, syaratnya ia harus benar-benar dan sungguh-sungguh ketika melakukan sesuatu. Mulai dari hal kecil, seperti makan, memilih pasangan, bertempat tinggal, dan membuang tahinya. Ketika dia telah benar-benar dan sungguh-sungguh, hasilnya pasti tidak akan mengecewakan. Contohnya saja, ketika ayam petelur konsisten dengan jadwalnya untuk bertelur, induk ayam pasti akan memberikan keturunan yang terbaik untuknya, dan sebaliknya ketika si induk konsisten dengan seekor ayam jantannya, pasti si jantan tidak akan mengecewakannya atau berpaling pada betina lainnya. Maka dari itu sifat konsisten sangat diperlukan, karena akan sangat berpengaruh untuk kehidupannya. Apabila “angek-angek cirik ayam” saja, pastinya tidak akan membuahkan hasil yang maksimal dan seperti apa yang diharapkan, proses memang tidak akan mengecewakan hasil.
Pemimpin Umum: M. Rahmadh Naufal Ash Siddiq. Sekretaris Umum: Miftahul Jhannah. Bendahara Umum: Dina Audya FR. Pemimpin Redaksi: Muhammad Iqbal. Wakil Pemimpin Redaksi: Ganti Putra Wardana. Redaktur Pelaksana: Cani Silpina, Zulfaizah Fitri. Koordinator Liputan: Fadhil Anriva. Redaktur: Fitrah AlSidiq, Putri Diana, Rafika Ridha Izzati, Sri Mardaleni, Lisa Arischa. Layouter: Amelysa. Media Sosial: Iko Juhansah. Produser: Dayu Al-Azmi. Editor Video: Zikra Mulyani. Reporter: Cici Yuli Wartuti, Jul Mardiyah A. Pemimpin Perusahaan: Tika Refenra. Wakil Pemimpin Perusahaan: Ananda Randy Pratama. Manager Usaha dan EO: Riyandi. Manager ADM dan Umum: Siska Fahira. Manager Iklan dan Sirkulasi: Ayu Anda. Pemimpin SDM dan Litbang: Fatma Sari. Koordinator SDM: Dola Oktavia. Koordinator Litbang: Citra MZ Wartawan : M. Kamil Alhakimi(Mg), Anaya Alfatiha (Mg), Silvina Fadilah (Mg), Nindi Syahrani (Mg), Susi Yelma Lina (Mg), Rani Oktavia (Mg), Lanny Oktavianda (Mg), Trany Septi rahayu Putri (Mg), Qanitah Zahra Ihsan (Mg), Arridha Rahmatika (Mg), Lesma Nurhasanah Illahi (Mg), Anggun Putri Jelita (Mg), Yunita Zahara (Mg), Metra Wiranda Putra (Mg), Dwi Indah Harian (Mg), Liza Nurjanah (Mg), Annisa Aprimayona (Mg), Afrida Yenti (Mg), Shofriyati Miftahul (Mg), Tuti Yuniarsih (Mg), Berlian Ulfami (Mg), Miranti Riana (Mg), Neni Cahnia (Mg), Zekri Mardoni (Mg), Muhammad Arsyad (Mg), Fathul Ilham (Mg), Alif Ilham Fajriadi (Mg), M. Ihsan Kamil (Mg), Roni, Abdul Hamid (Mg), Nuraini, Rasmina Mayuril (Mg), Isa Mulia Anugrah (Mg), Nandyana Tramrin (Mg), Maisyaroh (Mg), Tari Pradilia Cindy (Mg), Erliyati (Mg), Mutiara Rizqa,Chairunnisa (Mg), Lily Putri (Mg), Lia Gustina (Mg), Iwan Pinnte (Mg), Nur Adin Fatonah (Mg), Fitratul Laila (Mg), Lizadia Fitri Yanti (Mg), Khairani (Mg), Khoriyah (Mg), Resi Cania (Mg), Ftri (Mg), Rahmat Hidayatul Ilham (Mg), Fajri Fabrio (Mg), Riga Firdaus Asril (Mg), Muhammad Farhan (Mg), Hafiz (Mg), Ummul Hamidah Anshari (Mg).
Romantisme Dosen Pembimbing dan Mahasiswa Akhir Ananda Randy Pratama Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Bagi mahasiswa semester akhir, dosen pembimbing adalah makhluk tuhan yang sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi. Namun tak banyak mahasiswa yang bernasib baik, memiliki dosen pembimbing yang sesuai dengan harapan. Berbagai tipe dosen pembimbing di kalangan mahasiswa tingkat akhir. Pertama perfeksionis yakni dosen pembimbing yang menuntut mahasiswa sempurna dalam penyelesaian skripsi. Kedua dosen pembimbing yang tak terlalu peduli dengan anak bimbingannya. Ketiga dosen pembimbing yang sangat sulit untuk di temui dengan berbagai alasannya. Keempat dosen yang sangat santai, tidak terlalu mempermasalahkan apa yang di serahkan mahasiswanya. Secara kasat mata mahasiswa mengidolakan tipikal dosen tersebut, hanya saja ketika munaqasah mahasiswa yang bersangkutan tak mampu menjawab pertanyaan dari tim penguji. alhasil mahasiswa tersebut tidak memahami apa yang ia kerjakan selama berbulan- bulan itu. Berbagai keluhan mahasiswa akhir terkait efektifitas dosen pembimbing. Sebagian dosen pembimbing ada yang mengatakan, jika mau cepat selesai kamu harus berusaha lebih keras lagi. “Anda mau tamat atau tidak itu urusan anda,” ujarnya. Setiap dosen pembimbing tentu memiliki strategi tersendiri untuk mensukseskan skripsi anak bimbingannya. Pelajaran bagi mahasiswa awal, dengan berbagai tipekal dosen pembimbing yang kelak akan di hadapi. Mahasiswa berpikir bukan lagi ketika terkendala tapi telah menyiapkan antisipasi dengan berbagai situasi yang akan melanda. Persiapkan dari jauhjauh hari, ambil sikap yang benar untuk menghadapi berbagai karakter mereka yang akan membantu mendapatkan selembar kertas yang luar biasa nantinya (ijazah). Penyelesaian skripsi adalah tugas mahasiswa namun dosen pembimbing tak bisa lepas tangan begitu saja. Dalam proses pembuatan tugas akhir mahasiswa dibutuhkan kerja sama antara mahasiswa dan dosen pembimbingnya, berkolaborasi untuk mewujudkan sebuah ekspektasi.
Punya uneg-uneg komentar terhadap keadaan kampus, kirim pesan tersebut melalui SMS atau via WhatsAp ke 082283626677, sertakan nama anda dan fakultas anda 08139487xxxx Kurangnya komunikasi antara dosen dan mahasiswa pada saat dosen masuk kelas sehingga proses perkuliahan kurang lancar. Dan saya harap kampus memberikan standarisasi untuk dosen.
T
Menjelang Setahun UIN antara Das Sein dan Das Sollen
epat 3 April besok, lembaga kita genap setahun berubah dari IAIN Imam Bonjol menjadi UIN Imam Bonjol. Perpres Nomor 35 Tahun 2017 tentang alih status ditandatangani pada 3 April 2017 lalu. Hasil dan dampak signifikan dari perubahan yang cukup fundamental ini tentunya tidak serta merta bisa diperoleh. Ia tidak seperti sulap, cukup dengan membaca sim salabim, abra kadabra, lalu berubah sesuai yang diinginkan. Juga tidak secepat dan semudah membalik telapak tangan. Proses yang harus dilewatinya tidak saja membutuhkan waktu, dana, dan tenaga, tetapi sekaligus shifting paradigm, pergeseran paradigma, cara berfikir, bahkan merubah perilaku kerja yang sudah mentradisi. Semua mesti bergerak simultan, baik pimpinan, pejabat, dosen, karyawan, mahasiswa, bahkan alumni.
berkomitmen lebih keras dalam bekerja, lebih berdedikasi, serta melakukan akselerasi hingga berkali lipat dalam setiap aktivitas, telah pula digaung-gaungkan pada hampir setiap momen. Seiring itu, satu persatu perubahan fisik dan non fisik telah dilakukan pula. Sejak dari penguatan SDM, pembenahan sistem informasi dan akademik, hingga penataan ruang, rehab gedung, dan infrastruktur lainnya. Meski demikian, mengiringi segala upaya itu pasti tetap ada titik-titik yang masih terabaikan, sehingga memantik munculnya ketidakpuasan bahkan kekecewaan.
Faisal Zaini Dahlan
Hakekat Perubahan Alih status dari institut ke universitas, tentu tidak semata bermakna perubahan nomenklatur yang kemudian berdampak pada legalitas administratif dan struktural. Ada argumentasi substansial dan mendasar sehingga dipandang perlu dilakukan perubahan bentuk lembaga. Pada konsideran Perpres 35/2017 secara eksplisit jelas disebutkan, bahwa perubahan dilakukan dengan menimbang tiga hal. Pertama, untuk memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, proses integrasi ilmu Agama Islam dengan berbagai rumpun Ilmu pengetahuan. Ketiga, mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karenanya, arah perubahan lembaga ini sejatinya menuju kepada tiga aspek itu, yakni terpenuhinya tuntutan perkembangan iptek, terjadinya integrasi Ilmu Agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum, serta terwujudnya SDM berkualitas. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, maka setiap aktivitas dan proses edukasi yang diselenggarakan di lembaga ini mesti dalam konteks mewujudkan tiga point itu. Begitu pula standar yang dijadikan parameter untuk mengukur ketercapaian perubahan pasca alih status adalah sejauh mana ketiga point itu telah terjadi di lembaga ini. Tahun lalu, ekspresi antusiasme dan kegembiraan menyikapi alih status terasa hampir merata di kampus ini. Demikian pula optimisme untuk bisa lebih berkualitas, lebih unggul, lebih kompetitif, lebih reputatif, dan lebih prestisius. Himbauan untuk
Harapan yang Besar Semakin tinggi kesadaran terhadap ketertinggalan, sementara peluang yang tampak semakin banyak, maka harapan baik pun muncul semakin besar dari sebuah perubahan. Namun ketika harapan-harapan itu tidak terwujud, maka ketidakpuasan dan kekecewaan akan semakin besar pula. Apalagi jika ternyata pupusnya harapan itu justru karena human error semata, seperti tidak dimaksimalkannya peluang-peluang potensial sehingga ketertinggalan tidak bisa dikejar. Karena itu munculnya riak-riak ketidakpuasan atau kekecewaan dalam sebuah proses perubahan, sejatinya harus dilihat sebagai dinamika yang wajar. Fenomena ini mesti direspon dengan positive thinking oleh semua pihak. Ekspresi ini menunjukkan besarnya harapan terhadap peningkatan kualitas, yang muncul dari kepedulian yang tinggi serta kesadaran bahwa kita jauh tertinggal. Kekecewaan terbangun sebagai respon terhadap lebarnya gap yang terjadi antara das sein dan das sollen, antara harapan dan kenyataan yang mestinya bisa dijembatani oleh besarnya potensi yang dimiliki. Komunikasi yang baik antara dua pihak mutlak diperlukan untuk mengurai gap tersebut. Dalam konteks ini, antara pimpinan beserta jajaran struktural sebagai pihak yang menerima amanah mengendalikan arah gerak perubahan lembaga, dengan stakeholder terutama dosen, mahasiswa, karyawan, dan alumni. Pihak pimpinan selain mesti merespon dengan baik setiap apapun yang dipersoalkan, juga harus mampu mengkomunikasikan dengan gamblang dan transparan berbagai kondisi capaian berikut problematika yang menyertainya. Dengan demikian setiap individu merasa
08238544xxxx Asalamuaikum.... salam mahasiswa, kami dari Fakultas Syariah ingin menyampaikan bahwa kami kesulitan dalam melaksanakan praktek sidang karena tidak punya ruangan khusus maupun atribut yang lengkap dan semakin rumitnya bersangkutan dengan akama.
08139846xxxx Belum semua ruangan perkuliahan dipasangkan kipas angin, kadang jika kuliah siang hari akan terasa sangat gerah, proses belajar dan mengajar terasa tidak berjalan dengan begitu lancar, sehingga tidak terselenggara dengan maksimal. Sebagian besar Mahasiswa menyesalkannya.
08127668xxxx Jika IAIN sekarang UIN serius ingin berbenah, maka keterbukaan informasi publik harus dijunjung tinggi-setingginya. Jangan ada, korupsi, kolusi dan nepotisme diantara kita. Misal dalam penerimaan pegawai (Alumni Tarbiyah).
08228764xxx Kamar mandi yang masih juga sulit kita temukan dalam satu gedung sehingga kita mahasiswa sedang kuliah ingin ke kamar mandi harus menuju ke gedung Syariah satu lagi.
08526348xxxx Minimnya kesediaan fasilitas dalam proses perkuliahan, seperti halnya bangku kuliah. Dimana terkadang mahasiswa harus mencari bangku dulu ke ruangan yang lain.
08237465xxxx Semoga ada semester pendek untuk mahasiswa akhir, agar saya bisa lulus dengan cepat dan mata kuliah yang gagal pada semester sebelumnya tidak diulang kembali bersama junior.
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang
memperoleh hak akses informasi sehingga terbangun a sense of belonging yang bertanggungjawab terhadap persoalan apapun yang berlangsung di kampus ini. Sementara itu pihak stakeholder khususnya dosen, karyawan, mahasiswa, dan alumni, tentu dituntut pula untuk mengkomunikasikan kepedulian dan kegelisahannya dengan baik sesuai jalur dan prosedur. Apalagi sebagai insan akademis di lembaga pendidikan tinggi, maka kita memiliki cara-cara dan bahasa yang menggambarkan tingkat intelektualitas yang tinggi pula. Anarkisme, kekerasan fisik dan verbal, serta penggiringan opini buruk tentu bukan alternatif bagi masyarakat terdidik dalam mengkomunikasikan aspirasinya. Tahun pertama alih status akan berlalu dengan segala dinamika persoalannya. Orang Arab mengatakan, lan tarji’ al-ayyam allati madhot, bahwa tidak akan kembali hari yang telah berlalu. Tetapi segala catatan yang terjadi setahun lalu harus dijadikan ‘íbrah untuk bisa lebih baik di masa-masa berikutnya. Jika tidak, kita akan kembali terperosok ke lobang yang sama. Kita tidak saja akan stagnan karena tidak bisa bergerak, tetapi juga lelah dan kehilangan daya. Kita akan semakin jauh tertinggal, dan kekecewaan pasti akan semakin menggumpal. Akibatnya, kita justru semakin dalam terperosok pada lobang yang kita ciptakan sendiri. Saya percaya itu bukan pilihan, karena kita mencintai kampus ini. Mari tunjukkan kecintaan itu dengan melakukan yang terbaik untuknya. Wallahua’lam.
Ranah Minang Rawan LGBT
M
asyarakat Sumatera Barat (Sumbar) saat ini tengah dihebohkan dengan pemberitaan yang menyatakan daerah provinsi yang mayoritas masyarakat suku Minangkabau ini menjadi tempat terbanyak lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia. Munculnya fenomena LGBT memang tidak bisa lepas dari konteks kebudayaan. Kebiasaan-kebiasaan pada masa anak-anak ketika mereka dibesarkan di dalam keluarga, kemudian mendapat penegasan pada masa remaja menjadi penyumbang terciptanya LGBT. Kaum LGBT tampil layaknya kaum heteroseksual dalam menutupi identitas sebenarnya dalam masyarakat. Mereka menampilkan diri sebagai seorang LGBT biasanya hanya kepada orang-orang tertentu yang memang sudah saling kenal. Berangkat dari masalah tersebut, tim Suara Kampus mencari terduga LGBT, namun menemukan kendala ketika melakukan wawancara. Berdasarkan informasi dari salah seorang mahasiswa dan anggota Suara Kampus, terdapat empat orang terduga LGBT yang akan diwawancarai sebagai bukti LGBT di Sumbar ada. Akan tetapi, dari empat terduga, dua diantaranya tidak berhasil dimintai keterangan. Sebut saja Mr.X, pernah menjadi salah seorang mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi di Kota Padang. Wawancara dilakukan via WhatsApp. Berdasarkan pengakuannya, Mr.X suka sesama jenis karena mengalami trauma berpacaran. “Saya sering disakiti oleh pacar saya dulu, sehingga saya tidak suka lagi perempuan” kata dia. Dalam hubungan seks yang dilakukannya sesama jenis itu, Mr.X, mengaku mendapatkan kenikmatan. “Ada sensasi lainnya,” ucap dia. Mr.X juga menerangkan, bahwa dalam berhubungan sex ia berposisi sebagai lakilaki dalam istilah gay disebut top dan pasangannya sebagai perempuan meskipun dia juga laki-laki atau bot. “Saya dulu bot namun karena sudah bosan disodomi saya menjadi top,” ujar Mr.X. Dalam melakukan hubungan sex sesama jenis itu, Mr.X mengatakan beberapa tempat seperti toilet, rumah teman dan kos tempat tinggal pasangannya itu. Mr.X mengaku sudah lama melakukan sex yang menyimpang ini. Dikesempatan lain Tim Suara Kampus berhasil mewawancarai seorang lesbian, Mrs.V. Ia mengaku bahwa sudah menyukai sesama jenis sejak dua tahun lalu. Dari keterangannya Mr.V menjadi lesbian karena tekanan dari ayahnya, menyebabkan ia membenci lakilaki. Awal bermula ketika ia merasakan kenyaman saat bersama teman perempuannya, yang tidak pernah didapatkan dari laki-laki. Ia dibawa temannya ke dalam komunitas lesbian dan itu membuatnya menemukan jati dirinya sebagai perempuan. Dalam berhubungan biasanya Mrs.V memakai mainan sex untuk memuaskan nafsunya bersama pasangan lesbinya. Hanafi Syukri, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Ekasakti Padang yang meneliti Biseksual mengatakan, terdapat dua posisi pada gay, yaitu top dan bot. Top merupakan laki-laki yang melakukan sodomi, sedangkan bot laki-laki yang menerima sod-
LGBT Sumatera Barat Terbanyak di Indonesia
Tak lagi tertarik/ Ilustrasi : Fadilah Kurniawan
“Orang lesbian atau gay itu lebih posesif dibandingkan dengan orang yang berpacaran” Mardenny
(Pakar Psikologi UIN Imam Bonjol Padang)
omi atau seakan menjadi perempuan dalam hubungan seksual. Hanafi menuturkan, pada posisi top, laki-laki gay digambarkannya dengan ciri-ciri badan tegap dan berotot, sedangkan posisi bot dideskripsikannya dengan ciri-ciri kemayu dan cenderung berperilaku keperempuanan. "Hal ini saya ketahui ketika berbaur dengan orang-orang seperti itu," ungkapnya. Sains VS Moralitas Terdapat perbedaan perlakuan pada terduga LGBT jika dikaji dari sudut pandang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral pada agama dan adat. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, penerimaan bahwa LGBT adalah akibat yang wajar dari kondisi psikologis seseorang sehingga terduga tidak dapat disalahkan, bertentangan dengan nilai-nilai moral yang menuntut terduga LGBT untuk diasingkan dan diberi hukuman agar jera. Isu LGBT berkembang sejak tahun 1990, dari istilah homoseksual. Penamaan itu di-
anggap sangat vulgar sehingga pada tahun 2000-an istilah homoseksual dalam Psikologi diganti dengan gay dan lesbi. Dalam perkembangannya, penyimpangan orientasi seksual itu bertambah dengan istilah biseksual dan transgender. Dalam ranah keilmuan, LGBT menjadi perbincangan hangat Psikologi yang didefnisikan sebagai orientasi seksual menyimpang. Pada lesbian, orientasi seksual sesama jenis dirasakan oleh perempuan, sedangkan gay, orientasi seksual sesama jenis yang dirasakan oleh laki-laki. Lain halnya dengan biseksual, yaitu orientasi seksual pada laki-laki atau perempuan yang suka sesama jenis namun juga suka pada lawan jenis. Pada transgender, orientasi seksual terjadi pada individu yang menolak kodratnya sebagai laki-laki atau perempuan dan berusaha keras untuk merubahnya. Hal itu disampaikan oleh Dosen Jurusan Psikologi Islam Mardenny Tanjung. Ia mengatakan, tingkah laku yang dapat diamati pada
lesbian atau gay bisa dilakukan, contohnya seperti sikap atau cara bicara pada saat mereka berdua-duaan. "Orang lesbian atau gay itu lebih posesif dibandingkan dengan orang yang berpacaran," kata dia. Pada biseksual, Mardenny mengatakan perilakunya sulit untuk diamati sehingga perlu pengamatan yang lebih serius. Sedangkan pada transgender, penyimpangan itu dapat diamati dengan bentuk tubuh individu bersangkutan. Mardenny memaparkan, pola asuh orang tua, genetik dan lingkungan pergaulan menjadi faktor berkembangnya LGBT. Pada tiga faktor tersebut, Mardenny lebih menekankan pola asuh orang tua, selanjutnya ditentukan oleh genetik dan lingkungan pergaulan. "Pola asuh menjadi faktor utama," tutur dia. Lalu pola asuh seperti apa yang membuat anak berpotensi menjadi LGBT? Mardenny menjelaskan, anak laki-laki yang sering dimarahi dan tidak mendapatkan kasih sayang sedikitpun dari ibunya akan berusaha mencari kasih sayang kepada ayahnya. Keadaan itu, menyebabkan si anak menyimpan rasa benci pada perempuan, sehingga pada pertumbuhan dan perkembangannya, si anak hanya menerima dan mencari kasih sayang pada individu yang sesama jenis karena pada masa kecil dia hanya mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Pada anak perempuan berlaku hal sebaliknya. "Ini faktor yang
menurut saya menjadi faktor terkuat sebagai penyebab LGBT," kata dia. Ia juga mengatakan, selain pola asuh yang salah, faktor genetik juga menjadi penyebab. Faktor itu berkaitan dengan hormon, seperti pada anak laki-laki hormon ibunya lebih kuat dibanding hormon ayahnya, juga sebaliknya pada anak perempuan. "Ini penyebab lainnya," ujar dia. Sedangkan lingkungan pergaulan, Mardenny menuturkan menjadi wadah atau tempat potensi-potensi LGBT yang disebabkan oleh pola asuh atau genetik itu berkembang. Ia mencontohkan, anak laki-laki berpotensi menjadi gay yang hanya bergaul dengan teman laki-laki membuat potensi semakin besar, sehingga perilaku itu muncul. "Pada anak perempuan, potensi itu berkembang pada pergaulan yang hanya sesama jenis juga," paparnya. Saat ini, sebagai Psikolog, Mardenny tengah menangani kasus LGBT yang menimpa salah seorang mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi di Kota Padang. Kliennya tersebut, ungkap Mardenny terjebak dalam salah satu kelompok LGBT dan kesulitan keluar dari kelompok tersebut. "Dari semester satu dia kena, sekarang sudah semester empat," kata Mardenny. Dalam bentuk kelompok, LGBT menjadi perkumpulan yang berbahaya. Pasalnya, mereka menggunakan cara-cara yang bersifat intimidatif, pada orang-orang yang ingin direkrut ke dalam kelompok. Persoalan pun semakin sulit ketika orang yang tergabung dalam kelompok ingin keluar. Mardenny mengatakan, kliennya mengaku mendapat ancaman dari kelompok itu ketika ingin keluar. "Pada saat diajak bergabung, pada semester satu klien saya itu diikuti oleh orang yang tidak dia kenal, lalu orang itu menemuinya ketika dia sendirian dan menanya-nanya. Saat ini dia ingin keluar tetapi katanya takut karena ada ancaman-ancaman," jelasnya. Terkait penanganan yang dilakukan pada kliennya, Mardenny menggunakan terapi Cognitif Behavioral Therapy. Sebagai terapi yang sering dilakukan oleh Psikolog dalam penangangan LGBT, langkah pertama yaitu pengenalan diri dengan mengajak klien untuk memahami dirinya kembali, selanjutnya klien diajak berfikir rasional terhadap orientasi seksual yang seharusnya pada lawan jenis. Pada tahapan akhir, klien diajak untuk mengenali dan membenarkan jalan pikiran yang belum rasional itu. "Terapi itu kurang lebih dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan, dalam jangka waktu ini, klien juga diberi tugas yang akan dikerjakannya di rumah," kata Mardenny. Namun demikian, sebagai perilaku yang ditolak oleh masyarakat Indonesia umumnya, dalam ranah Psikologi, pada buku DSM-TR IV, LGBT bukan termasuk dalam kategori gangguan psikologis, perilaku ini hanya dianggap sebagai penyimpangan. Mardenny mengatakan, penyebabnya karena sebagai buku rujukan untuk penanganan gangguan psikologis, buku itu dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat Eropa yang lebih individualis dan menganggap LGBT sebagai hak kebebasan individu untuk memilih. "Kita yang di Indonesia memiliki rujukan yang berbeda dengan Eropa, sehingga Psikolog memiliki cara-cara tersendiri yang harus dilakukan," tutur dia. Mardenny mengharapkan, karena Sumbar dicap sebagai daerah terbanyak LGBT, pe-
merintah harus mengambil langkah preventif Perda Tunggu Hasil Survei dengan mensosialisasikan pada masyarakat, Berbagai upaya yang dicanangkan pemerkhususnya para orang tua dalam mendidik intah Sumbar akan dilakukan setelah hasil atau mengasuh anak. "Program ini harus berkelanjutan, artinya survei keluar pada April mendatang, seperti harus dijalankan dengan bertahap, tidak ter- pembuatan Peraturan Daerah (Perda). Juga putus-putus atau spontanitas semata," ujar beberapa upaya dari tokoh keagamaan dan perguruan tinggi memberikan sanksi bagi terdia. Meninjau dari nilai-nilai adat masyarakat duga LGBT. Terkait Peraturan Daerah, Minangkabau, LGBT merupakan Wagub Sumbar Nasrul hal yang bertentangan Abit mengaku belum dengan adat. Pasalmengajukan ke nya, bertentanDewan Perwakgan dengan ilan Rakyat landasan MiDaerah, nangkabau p a s a l nya yaitu Adat menungBasandi gu hasil Syarak, survei Syarak selesai. Basandi "Saya Kitabul“Survei yang benar belum ada , itu baru inforkan harl a h , masi yang belum bisa dipertanggung jawabus ada Syarak kan, tapi informasi yang kita terima dari dasar dulu, Mangato, beberapa konsuler, mereka (LGBT) itu nanti kaAdat Matermasuk banyak� lau memang makai. BerNasrul Abit hasil survei ini dasarkan pepa(Wakil Gubernur Sumatera Barat) perlu buat Perda tah itu, jika LGBT baru kita ajukan, jadi dalam agama merupasampai sekarang belum, kakan dosa besar, maka adat lau kita memang mempunyai data juga akan berpendapat demikian. Lalu bagaimana hukum bagi terduga LGBT yang akurat, barangkali itu sebagai dasar undalam adat Minangkabau? Dosen Adat Mi- tuk kita ajukan," tegasnya. Dengan demikian, terduga LGBT di Sumbar nangkabau Chairusdi mengatakan belum ada aturan yang jelas untuk menghukum terduga masih dalam zona aman dari pelanggaran LGBT. Namun demikian, Chairusdi menutur- hukum, karena Perda dan Undang-Undang kan, mereka akan diasingkan dari masyarakat terkait LGBT hingga saat ini belum ada. Bahkan Nasrul Abit dalam keterangannya mendan pergaulan. "Karena bertentangan dengan agama, adat genai orang yang tertangkap berbuat LGBT, tidak mengatakan dengan tegas sanksi yang dan norma-norma yang ada," ujarnya. Chairusdi mengatakan, faktor LGBT masuk diberikan, ia hanya menyatakan aparat penke Sumbar melalui perkembangan teknologi egak hukum yang mengetahui hal itu. "Sanksi belum ada, tetapi kalau tertangdan pergaulan anak muda yang tidak lagi mengenal adat dan kebudayaan Minangka- kap, Polda jamin bisa diusut, kalau tindakannya itu polisi yang tahu, para penegak hukum bau. "Peran orang tua dibutuhkan untuk men- yang tahu," ujar dia. Melihat sikap Majelis Ulama Indonesia gawasi pergaulan dan penggunaan teknologi (MUI) Kota Padang yang menolak LGBT di Suanak," ucap dia. Respon yang berbeda dari dosen Adat matera Barat dan Kota Padang tertuang dadan Budaya Minangkabau UIN Imam Bonjol lam ikrar dan komitmen yang ditandatangani Padang, Muhammad Nasir. Nasir menga- pada Senin, (29/01/2018) oleh Ketua MUI takan, jika data survei benar permasalahan Kota Padang Duski Samad, Plt. Kepala Kemeyang harusnya dipecahkan adalah kontrol nag Kota Padang Kardinal, Kasi Pencegahan sosial dari masyarakat Minangkabau. Pasal- Penyakit Menular Kota Padang Eva Westari, nya, tidak nampak upaya pergerakan dari Kasi Intel Polresta Padang Alfira, LKAAM Kota Padang Suardi, Ketua Seksi Pendidikan Bundo masyarakat dalam menentang LGBT. "Sekarang itu yang merespon tentang Kanduang Kota Padang Jusna Idris dan Ketua permasalahan ini hanya adat saja, yang MTI Padang Rosniati Hakim. Dalam ikrar tersebut, LGBT merupakan masyarakat Minangkabau belum saya temuperbuatan yang melanggar syariat agama, kan," tegas pria yang akrab disapa Acil ini. Acil menuturkan masyarakat Minangkabau adat, hukum dan kepatutan manusia sehingharus menentang keras LGBT karena meny- ga perlu diantisipasi. Selanjutnya, ikrar dan komitmen tersebut juga melakukan tindakan alahi kodrat manusia dan sistem matrilineal. "Tidak sesuai dengan Adat Basandi Syarak, yang terencana, terorganisis dan berkelanjutan untuk mensosialisasikan bahaya LGBT. Syarak Basandi Kitabullah," ucap dia. Ia juga mengatakan, terjadi pergeseran Lalu, berkomitmen menjaga kesamaan nilai pada pola asuh anak di Minangkabau persepsi terhadap LGBT, dan mensosialisasiyang mengakibatkan hilangnya kaidah-kaidah kan bahaya LGBT seluas-luasnya. Duski Samad saat diwawancarai Suara seperti dalam pepatah Minangkabau, Anak dipangku, Kamanakan dibimbiang. Pergeser- Kampus via telepon genggam mengataan ini mengakibatkan hilangnya peran ma- kan, pencegahan perilaku LGBT bisa melalui pendekatan keluarga. "Ini soal perilaku dan mak dalam mengawasi kemenakannya. "Mengembalikan pola asuh seperti itu moral maka kembalinya ke keluarga," kata yang sesuai dengan kaidah-kaidah sekarang dia. Mengenai hukum LGBT dalam Islam, jelas ini sangat sulit, sekarang diasuh oleh orang tua masing-masing dan juga lingkungannya," diterangkan melalui kisah Nabi Luth pada Q.S Al-A'raf ayat 80-81 tentang nasihat nabi pada ujar dia.
kaumnya yang melakukan hubungan sesama jenis dan Q.S Al-Hijr ayat 74 mengenai azab Allah swt. pada kaum Nabi Luth dengan membalikkan tanah tempat tinggal dan menghujani mereka dengan batu. Dari dua ayat itu, LGBT dalam Islam dihukum sebagai sesu atu yang haram untuk dilakukan. Juga dalam upaya pencegahan, Duski mengatakan dapat dilakukan oleh setiap pengkhutbah di Sumatera Barat. "Khatib tidak perlu diperintahkan, tentu saja sebagai khatib haruslah memberi tahu tentang hukum LGBT di dalam Agama Islam. Terduga LGBT, berdasarkan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber yang tidak ingin disebutkan, telah masuk wilayah kampus, bahkan UIN Imam Bonjol Padang. Mengetahui hal ini, banyak kebijakan yang diambil oleh pimpinan kampus seperti Universitas Andalas, terduga LGBT akan dikeluarkan jika tertangkap. Menengok sikap dari Rektor UIN Imam Bonjol Padang Eka Putra Wirman, hukuman atau kebijakan kepada terduga LGBT belum begitu jelas. Hal ini terlihat saat Eka hanya mengatakan terduga LGBT akan diproses dan diberikan sanksi. "Jika tertangkap, nanti akan kita proses dan diberi sanksi, mungkin juga dikeluarkan dari sini, karena mereka seharusnya tidak ada di sini," jelas dia. Mengenai sanksi, hingga saat ini belum terdapat aturan tertulis pada terduga LGBT. Eka mengatakan, ketentuan tersebut akan dirapatkan bersama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Ikhwan Matondang. Untuk sementera, tutur Eka perbuatan itu termasuk pelanggaran asusila. "Sanksi jelasnya belum ada, nanti akan saya bicarakan dengan wakil rektor tiga," kata dia. Pada tataran mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang, LGBT tidak lagi menjadi kata-kata yang asing. Setelah wawancara yang dilakukan oleh Tim Suara Kampus pada beberapa orang mahasiswa, dapat disimpulkan mahasiswa telah memahami bahaya dan penyebab LGBT. Seperti yang dikatakan Mega Annisa, menurutnya penanganan pada terduga LGBT dapat berupa penyuluhan dan nasehat dari orang terdekat. "Dalam hal ini, keluarga sangat berperan penting untuk menasehati, terduga LGBT tidak boleh dimusuhi dan dijauhi karena akan membuatnya merasa terasingkan," ucapnya pada Suara Kampus. Mega juga menegaskan bahaya HIV-Aids sebagai penyakit yang lumrah terjadi pada LGBT. Ia mengatakan, penjelasan mengenai HIV-Aids juga perlu dipaparkan agar kita tidak terjerumus pada LGBT. "Ini juga menjadi salah satu bentuk pencegahan LGBT," papar mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam ini. Lain halnya dengan Egi Dhea, ia mengatakan banyak orang yang salah mengasumsikan tomboy dan bencong termasuk dalam LGBT. Pasalnya dua perilaku yang terjadi pada lakilaki atau perempuan itu hanya kecenderungan perilaku disebabkan genetik, bukan orientasi seksual yang menyimpang. "Belum tentu mereka itu (tomboy dan bencong) suka sesama jenis, perilaku itu hanya terjadi pada interaksi sosialnya saja, bukan orientasi seksualnya," tegasnya.
Sambung ke halaman 9
Jangan Asal Bimbingan Relasi antara Dosen Pembimbing dan Mahasiswa Akhir Dinilai Kurang Efektif
Bimbingan | Seorang mahasiswi semester akhir tengah melakukan bimbingan di ruang dosen / Putri Diana
S
kripsi adalah karya ilmiah yang menjadi tugas akhir dan wajib diselesaikan oleh setiap mahasiswa di perguruan tinggi mana pun. Dalam menyelasaikan tugas akhir dengan cara melakukan penelitian atau kajian harus dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing, dengan tujuan untuk untuk mengarahkan, mengoreksi dan membimbing tulisan dari mahasiswa agar skripsi itu menjadi sebuah karya ilmiah yang sempurna. Penelitian skripsi merupakan bentuk dalam menjalani Tridarma perguruan tinggi. Dalam melaksanakan Tridarma itu, mahasiswa berkeluh atas sikap dari dosen pembimbing. Tidak sedikit mahasiswa dirugikan oleh sikap dari dosen pembimbing. Namun, minimnya waktu sang dosen pembimbing membuat sang mahasiswa maju-mundur, menanti dalam gelisah dan menunggu dalam cemas. “Nasib” baik jika dosen yang mereka tunggu ada di kantor dan siap memberi bimbingan. Namun tak jarang, mahasiswa harus menunggu tanpa kepastian kehadiran dosen. Dia tetap menunggu meski dalam kondisi serba tidak pasti. Mahasiswa ini menyampaikan telah mencoba telepon dosen, tapi tidak diangkat, mencoba sms tapi tidak dibalas. Susah Ditemui Karakter dosen-dosen tertentu kadang membuat proses yang seharusnya sederhana berubah menjadi rumit. Situasi tersebut membuat mahasiswa menjadi tertekan, bahkan bisa saja gagal saat sidang atau munaqasah. Berhadapan dengan masalah ini, seorang mahasiswa Hukum Tata Negara Fakultas Syariah, Ali Saad menyesali komunikasi
“Seharusnya proses bimbingan dengan cara diskusi memberi kesempatan mahasiswa lebih leluasa bertanya.” Zulkarnaini (Dosen Ushul Fiqih)
yang kurang terkoodinir dengan baik. Ali mengaku susah mendapat kabar dari dosen pembimbingnya menjadi pemicu tertundanya wisuda. “Saya sudah berusaha menghubungi dosen pembimbing saya beberapa kali, karena dosen saya terlalu sibuk jadinya saya enggan untuk menggangu aktivitasnya,” jelasnya. Mahasiswa semester delapan itu menyarankan kepada dosen pembimbing agar memberi ruang untuk jadwal bimbingannya. “Kalau udah dikasih waktu, mungkin saya bisa tamat sekarang tiga setengah tahun,” katanya. Beda halnya dengan mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang berinisial Ys. Menurut Ys, ia merasa kecewa atas sikap dari salah seorang dosen pembimbing yang kerap meninggalkan tugas akademik karena ada kepentingan pribadi. “Biasanya setiap hari Kamis kami lakukan bimbingan, jika ada urusan lain, saya sulit berjumpa dengan beliau, bahkan bisa seminggu pembimbing meninggalkan kampus untuk keluar kota,” katanya. Ys menyayangkan perilaku yang kurang
baik dari dosen pembimbing saat membimbing mahasiswa. Sifatnya yang tempramental membuat mahasiswa hanya bisa mengikuti arahannya saja,” tutur mahasiswa semester 12 ini. Sementara itu, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Yuchi Syahriani Putri yang lulus pada ujian munaqasah kedua. Diniliai tidak maksimal dalam proses bimbingan pertama sehingga keterangan dari hasil ujiannya pun tidak ada kepastian. “Saya tidak lulus, juga tidak gagal pada ujian semester lalu,” jelasnya. Menurutnya, praduga muncul dibalik ketidakjelasan hasil ujian tersebut dikarenakan antara batasan masalah dan teori tidak sinkron sedangkan penguji menyarankan judul skripsi harus diganti. “Namun, menurut senior penyebabnya adalah tidak ada pembimbing yang mendampingi dan meluruskan penelitian itu,” sesalnya. Aturan Main Zulkarnaini selaku Dosen Ushul Fiqh Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengatakan, efetikvitas proses bimbingan tergantung dari mahasiswa yang harus mampu
menjadwalkan pertemuan dengan dosen pembimbing. “Seharusnya mahasiswa yang menghubungi dosen yang bersangkutan terlebih dahulu,” terangnya. Agar proses bimbingan berjalan dengan baik, Zulkarnaini membangun proses bimbingan dengan cara diskusi agar mahasiswa lebih leluasa bertanya. “Hal seperti ini tidak akan membuat mahasiswa tegang saat bimbingan,” sarannya. Zulkarnaini mengatakan, seharusnya dosen lebih mendahulukan tugas akademik dari pada kepentingan pribadi. “Sebaiknya kewajiban dulu agar memenuhi hak mahasiswa,” ucap dosen yang mengajar dua negara itu. Maraknya keluhan mahasiswa yang terjadi, Zulkarnaini menyarankan agar mahasiswa membaca pedoman akademik sebagai panduan. “Biar proses gak bertele-tele, lihat saja buku pedoman akademik,” sarannya. Berbeda dengan Yuhardi, Dosen Tadris Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan mengatakan, mahasiswa dan dosen harus negosiasi jadwal terlebih dahulu. “Mahasiswa banyak menunggu dosen itu karena dosen dan mahasiswa tidak melakukan negosiasi jadwal,” jelasnya. “Kebanyakan dari mahasiswa tidak memahami apa masalah dan bagaimana bentuk pengembangan untuk masalah tersebut. Bahkan saya juga kedapatan kendala mahasiswa dari segi ekonomi dan waktu,” tutur dia. Yuhardi menyebutkan tak selamanya proses selalu berjalan dengan lancar. “Semoga mahasiswa sabar dalam menyelesaikan studi hingga mendapatkan gelar,” ujarnya. Senada dengan Yuhardi, Musrial Dosen Psikologi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama memaparkan, mahasiswa jangan
terpaku pada jadwal yang telah diterapkan oleh dosen. Apabila ada jam kosong maka proses bimbingan bisa dilaksanakan. “Mahasiswa harus tau langkah dosen pembimbing itu kemana,” paparnya. Banyak variasi yang dibimbing oleh Ketua Jurusan Psikologi Islam itu, tak hanya kemampuan, sikap, dan kesanggupan mahasiswa dalam menjalani proses bimbingan. “Dengan segala perangai dari mahasiswa, intinya dosen harus juga pandai membaca kemampuan dan karakter dari mahasiswa,” saran Musrial kepada dosen pembimbing yang lain. Bukan hanya itu, Musrial tak henti mengarahkan kepada mahasiswa agar sabar mengantri sebab kuota dosen pembimbing skripsi tidak banyak. “Jumlah mahasiswa bimbingan yang relatif banyak sementara dosen pembimbing yang terbatas, berimbas pada kurang maksimalnya bimbingan,” katanya. Sedangkan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Ikhwan Matondang mengatakan, 90 persen kejanggalan timbul dari mahasiswa. Sebaiknya mahasiswa harus patuh dan taat kepada sistem perkuliahan dan bimbingan. “Kebanyakan mahasiswa terkendala ketika bimbingan karena tidak mengikuti proses sesuai prosedur” paparnya. Ikhwan menekan agar mahasiswa tahu dengan tugas dan kewajiban dosen pembimbing. “Mereka (mahasiswa) harus tahu itu, jangan menuntut hak saja,” tegasnya. Di sisi lain, banyak juga dijumpai mahasiswa yang justru mengingkari janji bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing. Dosen telah siap membimbing di kampus, tapi mahasiswa tidak datang. “Semoga saja mahasiswa paham akan hal itu,” ujarnya. Perhatikan Keluhan Kedua Pihak Menanggapi hal ini, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Syariah Nurus Shalihin mengatakan, ada beberapa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dari bebrapa keluhan mahasiswa mengenai proses bimbingan. Menurutnya faktor utama yaitu dosen dan mahasiswa bimbingan mesti paham karakter masing-masing, paham dengan prosedur, dan saling menciptakan suasana bimbingan yang kondusif. “Ada banyak pemicu kendala yang dihadapi saat bimbingan, contohnya mahasiswa belum mengenal karakter dosen pembimbingnya dan begitu sebaliknya. Bahkan kondisi bimbingan bisa terkesan kaku,” terangnya. Nurus tidak asing dengan aduan-aduan mahasiswa bimbingan tentang prosesnya, namun untuk mengukur masalah tersebut ia perlu aduan yang tercatat agar lebih objektif untuk mengatasinya. Nurus memiliki jadwal khusus bimbingan yang disepakati melalui surat keterangan dari mahasiswa. Hal ini demi menciptakan situasi yang ideal saat bimbingan. “Mahasiswa yang tidak konsisten dengan perjanjian yang telah dibuat maka bapak tidak segan mengusir dan mempersilahkan mereka untuk menggantikan saya sebagai pembimbing,” terangnya. Karena tidak sependapat, mahasiswa acapkali mengganti pembimbingnya karena berbagai sebab. Fakultas juga memberikan kesempatan hal tersebut, namun menurut Nurus harus membawa draft lembaran konsultasi selama bimbingan dan alasan yang
keadaan yang nyaman,” tambah Sarwan. kuat sebagai bukti dan syaratnya. “Keluhan dari dosen dan mahasiswa akan Kuota Pembimbing Kurang ditampung, jika permasalahannya begitu Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas serius, maka pihak fakultas akan menindakTarbiyah dan Keguruan (FTK), Remiswal menlanjuti permasalahan itu dan pihak fakultas gatakan FTK belum bisa berpatokan kepada tidak sungkan untuk memberikan sanksi Standar Operasional Prosedur kepada kedua belah tersebut,” (SOP) sebab tenaga pentegas Nurus. didik masih terbatas Bagi Nurus mahasedangkan jumlah siswa bimbingan mahasiswa meadalah mitra unlebihi kapasituk berdiskusi, tas. “Dosen memperdeitu terlalu b a t k a n sedikit, hasil dan sekitar rancangan 100-an, kapenelitian, lau jumlah serta wamahasiswa dah untuk “Kebanyakan mahasiswa terkendala kekeselurumempertika bimbingan karena tidak mengikuti han 4000,” kaya ilmu proses sesuai prosedur” jelasnya. jika dijalankan D e n g a n secara bersaIkhwan Matondang (Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan) keadaan dosen maan disatu meja FTK yang kurang, dengan beberapa mapihak fakultas mengantisihasiswa bimbingannya. pasinya dengan cara mengambil “Saya berupaya agar bimbingan dosen yang relevan sesuai dengan penelimenghasilkan kualitas pada suatu penelitian mahasiswa. “Kami melakukan dengan tian,” katanya. cara kondisional saja,” tambahnya. Nurus berpesan agar dosen pembimbing “Mahasiswa dan dosen harus lebih obdan mahasiswa harus memiliki visi-misi yang jektif dan disiplin untuk mengantisipasi sama agar terbentuk sebuah kerja sama ketidaknyamanan dari kedua belah pihak,” yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah harap Remiswal. karya ilmiah yang sempurna. Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas “Mahasiswa bukanlah anak kemarin sore Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sarwan menyang diajarkan dan ditunjuki. Mereka perlu gakui SOP untuk dosen pembimbing sudah diimpruf, didorong, distimulan, difasilitasi, diatur namun perlu penyempurnaan dan redan dimotivasi seolah-olah mitra (dosen visi ulang. “ SOP tidak selalu mutlak, karena pembimbing),” ujar Nurus. di kampus ini lebih bersifat kondisional,” paMengatasi ketidakseimbangan komunikaparnya. si antara mahasiswa bimbingan, pembimbSeperti halnya pada Jurusan Bimbingan ing I, dan II. Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Konseling Islam yang kekurangan terhFakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Saradap dosen pembimbing. Antispasinya adawan mengungkapkan, dosen harus dapat lah meletakkan mahasiswa bimbingan pada menempatkan diri pada situasi dan kondisi dosen diluar jurusan. “Kami menyesuaikan yang sedang dialami oleh mahasiswa, sehpenelitian mahasiswa dengan dosen bidang ingga komunikasi dapat dilakukan dengan yang lebih relevan,” ungkapnya. baik dan sungguh-sungguh. “Jadi kalau begitu, maha“Kalau cara ini diterapkan, siswa tidak akan menmungkin bimbingan akan galami kerepotan berjalan kondusif,” saat menjalani ungkapnya. b i m b i n g a n ,” Lanjut Sarwan, ujarnya. dalam interaksi dengan ma*** hasiswa, seS a a t baiknya seditemui orang dosen oleh suharus meng“Kasus ini memang meresahkan akaarakamgunakan demik yang ada di kampus Islam ini. p u s . bahasa yang Namun, selama masih bersifat subjekcom, Rabu tepat, sehingtif tanpa tertulis maka akan sulit (14/03), ga pesan yang untuk memperbaikinya” Wakil Rektor I disampaikan Bidang Akademik benar-benar jelas, Hetti Waluati (Wakil Rektor I Bidang Akademik) dan Perencanaan tidak menimbulkan Hettty Waluaty membemakna ganda, sehingga narkan perihal banyaknya faktidak akan terjadi interpretasi tor pemicu terhambatnya proses bimbyang berbeda-beda. ingan. Salah satunya adalah mahasiswa Singkatnya, komunikasi mahasiswa dan sengaja memperlambat proses bimbingan dosen masih menyisakan persoalan sehinghingga medesak dosen agar segera mengga mahasiswa belum memperoleh layanan oreksi skripsi. terbaik. Kondisi ini dapat berakibat kurang “Sekarang banyak mahasiswa yang tidak baik, terutama akan menyebabkan berlarutkritis terhadap dosen yang memberikan larutnya waktu mengerjakan skripsi. “Hal Accoord (Acc), mereka tidak langsung meseperti ini harus kita hindari bersama,” meriksa atau mengoreksi kesalahannya,” pungkasnya. ungkapnya. “Dosen dan mahasiswa diperlukan komuDosen pembimbing tak luput dari kelunikasi respektif, agar keduanya berada dalam
han, mulai dari mekanisme bimbingan yang tidak efektif, pembimbing I dan II yang tidak sependapat dan dosen yang sulit untuk menemui mahasiswa. “Mahasiswa sering terkatung-katung karena menunggu ada pula dosen yang ingin menyenangkan hati mahasiswanya, dosen langsung Acc skripsi,” terang Hetty. “Kasus ini memang meresahkan akademik yang ada di kampus Islam ini. Namun selama keluhan masih bersifat subjektif tanpa tertulis maka akan sulit untuk memperbaikinya,” jelas Hetty. Pihak rektorat tidak bisa mengukur sejauh mana kelancaran akademik khususnya proses bimbingan karena SOP yang menjelaskan secara rinci tidak ada. “Kegalauan di kalangan dosen dan mahasiswa untuk proses bimbingan ini, sebab SOP yang masih ada catatan yang menjadi pertimbangan untuk di rombak kembali,” paparnya. Hetty perlu menampung keluhan dari mahasiswa untuk menjadikan bahan evaluasi agar membuat regulasi pembedahan SOP Bimbingan Skripsi UIN Imam Bonjol Padang yang mampu memperkuat dan menumbuhkan suasana akademik yang ideal. Ada beberapa hal telah menjadi catatan namun belum lengkap menurut Hetty yaitu massa yang akan dibimbing dosen pembimbing, sanksi sesuai kesalahan yang dilanggar, penyediaan waktu oleh dosen pembimbing, hingga batas beban dosen pembimbing. “Saya telah membaca keseluruhan dan membedah sendiri keseluruhan buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol, jadi hal seperti inilah motivasi untuk merumuskan buku Pedoman Akademik UIN Imam Bonjol,” ujarnya Hetty. Berdasarkan Buku Pedoman Akademik IAIN Imam Bonjol Padang ketentuan Bimbingan Skripsi adalah: Pertama, skripsi disusun dan dipertahankan/dipertanggunjawabkan untuk mencapai gelar strata satu. Kedua, penulisan dapat dibimbing oleh minimal satu orang dosen pembimbing dan/atau dua orang dosen pembimbing. Ketiga, masa bimbingan skripsi dilaksanakan minimal 6-12 bulan, terhitung sejak SK pembimbing ditetapkan (minimal tiga maksimal enam bulan dan dievaluasi setelah melewati batas waktu maksimal). Keempat, masa bimbingan skripsi yang melewati masa 12 bulan, mahasiswa harus mengajukan proposal skripsi yang baru. Kelima, setiap mahasiswa wajib melaporkan progres report penulisan skripsi pada jurusan. Keenam, pembimbing skripsi adalah dosen yang sesuai dengan bidang keahlian yang dikembangkan dalam Prodi orang yang memiliki kompetensi dan keahlian dalam bidangnya. Ketujuh, pembimbing skripsi selain dosen tetap pada fakultas, juga dimungkinkan berasal dari luar lingkungan fakultas. Kedelapan, pembimbing skripsi ditetapkan bersarkan kepangkatan dan keahlian. Kesembilan, pembimbing skripsi ditetapkan oleh Ketua Program Studi atau Jurusan. Adapun etika dalam proses bimbingan adalah dosen pembimbing tidak boleh membebani atau meminta apapun kepada mahasiswa bimbingan serta mahasiswa tidak boleh membawa atau memberikan gratifikasi dalam bentuk apapun kepada dosen pembimbing. Neni Chania (Mg), Trany Septi (Mg), Putri Diana
Sambungan Hal 5 Rentan HIV-AIDS Hingga saat ini, HIV-AIDS menjadi penyakit yang banyak menjangkit terduga LGBT. Hal ini dikatakan oleh Dokter Armen Ahmad, spesialis penyakit dalam. Ia mengatakan, dari empat kategori penyimpangan orientasi seksual tersebut, gay sangat rentan terhdap HIV-AIDS. Pasalnya, virus HIV-AIDS itu mudah ditularkan dari hubungan seksual yang dilakukan terduga gay. "Gay itu lebih rentan, lesbian tidak," ucapnya. Selain HIV-AIDS, Armen mengatakan, terduga LGBT juga rentan diserang penyakit kelamin seperti, Sifilis, Chlamedia dan Herpes. Menjawab tren LGBT saat ini, Armen ber-
(18), gay (18), dan lesbian (18). Armen menjelaskan, pelaku LGBT di Sumbar melebihi dari data yang tersebar di berbagai media. Armen memastikan bahwa orang yang terjangkit HIV 95 persen adalah pelaku LGBT. “Setiap pasien HIV yang mendatangi saya, pasti pernah melakukan hubungan menyimpang tersebut,” ujarnya sambil melihatkan data pasiennya. Dalam kajian kedokteran, untuk setiap kasus HIV positif yang terdeteksi dianggap terdapat 100 orang yang sudah terinfeksi HIV namun belum terdetiksi. “Kajian tersebut bisa kita ambil persa-
eka tergolong bebas, karena terus terang membicarakan hal-hal privasi mereka. Terbanyak Di Sumbar Beberapa pernyataan dari Wakil Gubernur Sumatera Barat dalam pemberitaan tersebut menyatakan bahwa LGBT memang terdapat di Sumbar, juga dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman yang memberikan asumsi seperti itu. Sehingga isu yang tengah berkembang ini perlu pembuktian dan pembahasan yang serius bagi pemerintah, ulama, pakar adat Minangkabau, dinas kesehatan, dan mahasiswa, karena LGBT dalam
“Pelaku LGBT di Sumbar melebihi data yang tersebar diberbagai media. Itu dipastikan bahwa orang yang terjangkit HIV 95 persen adalah pelaku LGBT” dr Armen Ahmad SpPD - KPTI FINASIM (Dokter di Poliklinik HIV RSUP Dr M Djamil)
pendapat kebanyakan terduga LGBT disebabkan karena memiliki kegamangan dalam bergaul sehingga mudah dipengaruhi yang disebutnya “Gamang, gampang ikut arus”. Selain itu, fenomena ini juga menjadi bukti berkembangnya individualisme bagaikan di Eropa. “Tanggapan masyarakat mengenai ini biasa saja,” ungkapnya. Armen juga mengatakan, LGBT juga bisa disebabkan karena kurangnya percaya diri seseorang, mudah dipengaruhi, individualism meningkat dan tanggapan masyarakat yang acuh tak acuh. Penyebaran LGBT bisa dilakukan melalui promosi sex yang tinggi dengan orientasi yang berbeda. “Biasanya tempat penyebaran melalui sekolah, kampus serta dan lingkungan masyarakat itu sendiri,” ujar Armen. Dari penelitian di tahun 2010 tempat spot berkumpulnya kaum sakit tersebut ditemukan 92 titik kumpul di Kota Padang, diantaranya pengguna narkoba (38), waria
maan, jika ada satu orang LGBT terdeteksi maka ada 100 lagi yang belum terdeteksi,” ungkap Armen. Interaksi Media Sosial Dalam perkembangannya, LGBT terangterangan membentuk group di media social. Berdasarkan penelusuran Suara Kampus, terdapat jumlah angka 50 ribu gay dan 150 ribu lebih lesbian yang tergabung di group. Misalnya Group KGI (Gay Indonesia). Pada group itu terdapat jumlah anggota 3.895 orang. Juga pada group Gay Padang, terdapat jumlah anggota 1.960 orang. Untuk Lesbian misalnya, Lesbian Indonesia Community2nd yang beranggotakan 2000 orang. Adapun aktivitas mereka pada group tersebut seperti berbagi konten sex, pencarian pasangan sesama jenis. Pada group itu, para terduga LGBT secara gamblang mengakui orientasi seksualnya, bahkan secara terang-terangan mencari pasangan. Dalam berkomunikasi pun mer-
pandangan agama dan kebudayaan merupakan perilaku yang ditentang. Seperti yang dikatakan Wagub Sumbar Nasrul Abit dalam pidatonya pada seminar nasional Ikatan Mahasiswa Pemuda Pelajar Pesisir Selatan di Aula Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang, bahwa ketua dari kelompok LGBT Indonesia merupakan mahasiswa dari suku Minangkabau yang sempat berkuliah di Universitas Indonesia pada Jurusan Psikologi yang tengah berada di Thailand untuk membahas pelegalan LGBT di Indonesia. "Ini salah satu fakta bahwa memang di Sumbar ini LGBT itu ada, di setiap kampuskampus juga ada," kata dia. Terkait pemberitaan yang menyatakan daerah Sumbar terbanyak LGBT, Nasrul mengatakan survei itu tidak akurat dan hanya isu-isu yang berkembang di media. "Survei yang benar belum ada, itu baru informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, tapi informasi yang kita terima
dari beberapa konsuler, mereka (LGBT) di sini itu termasuk banyak," kata Nasrul. Untuk itu, dari Januari hingga Maret Nasrul menugaskan badan penelitian dan pengembangan, tim konsuler dari Rumah Sakit M. Djamil Padang termasuk dokter, dan beberapa komunitas yang jumlah total seluruhnya 400 orang melakukan survei ke lapangan untuk memastikan jumlah terduga LGBT di Sumbar. "Saya tidak percaya dengan hasil survei itu, makanya saya tugasi mulai dari Januari, Februari, Maret ini saya meminta angka yang mendekati bener lah," kata dia. Hingga diwawancarai Tim Suara Kampus pada Minggu (11/03), Nasrul mengatakan, jumlah sementara LGBT di Sumbar mencapai angka 5000. Ia juga mengatakan, hasil survei yang dilakukan tim tersebut akan selesai pada Maret, dan diumumkan awal April mendatang. "April nanti akan bisa diekspos berapa sebenarnya angka LGBT di Sumbar ini," tutur dia. Setelah hasil survei diekspos, Nasrul akan mengundang rektor, niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, tokoh masyarakat dan juga Kepala Kantor Wilayah Sumbar, Kementerian Agama Sumatera Barat yang telah menyiapkan 2212 penyuluh agama yang siap turun ke daerah-daerah di Sumbar. "Kita akan membicarakan bagaimana penanganan LGBT ini selanjutnya," kata dia. Wagub yang menjabat hingga 2019 itu mengharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat Sumbar turut berperan dalam menjaga generasi muda dari bahaya LGBT yang tengah mengancam lini kehidupan keagamaan dan budaya masyarakat Sumbar ini. "Tentu ke depan, seluruh pihak bertanggung jawab menjaga generasi muda ini," harap dia.
Fadhil Anriva, Alif Ilham (Mg), Sintia Hariani (Mg), Nuraini (Mg), Afrida Yenti (Mg), Silvinan Fadila (Mg).
Dokter Spesialis di Poliklinik HIV RSUP Dr M Djamil, dr Armen Ahmad, SpPD-KPTI FINASIM
Kalang - Kabut Jurusan Baru
J
urusan Tafsir Hadist Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang mengalami beberapa keganjalan yang akan mempengaruhi proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh mahasiswa maupun dosen. Hal ini terjadi karena ada ketimpangan jurusan yang dilakukan oleh Jurusan Tafsir Hadist itu sendiri. Pasalnya, pada awal tahun ajaran 2018, Jurusan Tafsir Hadist melakukan perpecahan Program Studi (Prodi), jurusan tersebut diantaranya Ilmu Al quran dan Tafsir (IAT) dan Ilmu Hadist (IH). Kebijakan tersebut berasal dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Nasional. Diktis meminta agar seluruh Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang telah beralih status UIN untuk membuka Prodi baru. Lantas hal tersebut UIN harus memenuhi kebijakan ini. IAT dan IH diprogramkan untuk dua angkatan yaitu dimulai dari angkatan tahun ajaran 2016/2017 dan kemudian dibuka untuk angkatan 2017/2018. Mahasiswa angkatan 2016 yang awalnya telah bermukim di Jurusan Tafsir Hadist, diminta untuk memilih antara IAT dan IH pada masa perkuliahan semester ganjil lalu. Sebagian dari mereka memilih IAT dan sebagian lainnya memilih IH. ' Berdasarkan pantauan dari Suarakampus.com, mahasiswa mengambil prodi IAT tercatat berjumlah 30 orang dan 20 orang sisanya memfokuskan diri pada prodi IH. Setelah menjalin perkuliahan dua semester atau kurun waktu satu tahun lamanya di prodi baru, mahasiswa angkatan 2016 tiba-tiba diminta untuk pulang ke prodi awal yaitu Tafsir Hadits. Sedangkan mahasiwa angkatan 2017 yang baru saja mencicip bangku perkuliahan dan diantara mereka telah fokus pada IAT dan IH pun diminta untuk pindah ke Prodi Tafsir Hadits. Hal tersebut menyisakan tanda tanya besar bagi Mahasiswa Tafsir Hadist angkatan 2016 dan 2017 yang mulai akrab dengan IAT dan IH. Mereka mempertanyakan perihal pemulangan mereka ke Tafsir Hadits. Beredar kabar, bahwa IAT dan IH belum terakreditasi dan belum mempunyai Surat Keputusan (SK) dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Saat dikonfirmasi oleh Suarakampus. com, Senin (05/03) di Rektorat, Hetti Waluati selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik UIN Imam Bonjol memaparkan bahwa IAT dan IH telah memiliki Surat Keputusan (SK) sejak tahun 2016 dari Diktis Nasional. Hanya saja, IAT dan IH belum terdaftar di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT). Dalam paparannya, Tafsir Hadist lah yang terdaftar dengan akreditasi B. Namun setelah melalui proses pembagian TH menjadi dua prodi baru, IAT dan IH bertopang pada akreditasi Tafsir Hadits. Hal ini bersesuaian dengan keterangan Tafsir Hadits sebagai prodi lama dan IAT beserta IH sebagai prodi baru. "Maka pada saat itu, IAT dan IH hanya
Kejanggalan Terjadi saat Jurusan Tafsir Hadist Buka Program Studi IAT dan IH kemudian dipulangkan ke Prodi Tadris Bahasa Inggris dibawah naungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. "Di FAH juga pernah terjadi hal semacam itu, kebijakan Diktis Nasional adalah suatu kebaikan. Hanya saja IAT dan IH belum terdaftar di BAN-PT. Salah satu upaya penyelamatan adalah dengan memilih satu prodi yang mantap terlebih dahulu melalui proses pengakreditasian dan pendapatan SK," jelas Sudarman. Dekan FUSA Widya Fithri mengatakan, dalam masa proses perubahan adanya ketidakjelasan merupakan hal yang biasa terjadi. Ia mengatakan, selama ini pihak fakultas belum memberikan penjelasan kepada mahasiswa karena proses perubahan dan perkembangan prodi belum terselesaikan. “Ini regulasi dari Kementerian Agama, jadi kita harus mengikuti. Ketika proses, kita kewalahan karena kita meminta satu prodi Tafsir Hadits dibagi menjadi dua, yakni Ilmu Alquran dan Tafsir juga Ilmu Hadits” ungkapnya.
Surat Keputusan mengenai Program Studi / Sidiq
menopang pada akreditasi Tafsir Hadist, jika masih menopang pada akreditasi dan belum terdaftar di BAN-PT maka IAT dan IH dipulangkan ke Tafsir Hadist, disinilah kekeliruannya," kata Hetti. Kepulangan IAT dan IH ke Tafsir Hadits Hetti menjelaskan, selain itu, penyebabnya adalah pihak Kementerian Agama (Kemenag) meminta untuk menghadirkan Jurusan IAT dan IH, pada Diktis hanya saja pada BAN-PT masih dengan nama dan akreditasi Tafsir Hadits. Berdasarkan SK di BAN-PT prodi lama dan prodi baru adalah sama, disana hanya TH yang sudah terakreditasi. Maka TH menjadi sandaran dua prodi baru ini. "Tidak ada yang tidak sah dan semua dilakukan berdasarkan aturan. Perguruan tinggi tidak hanya memperhatikan peraturan yang ada di kementerian, jika hendak merubah nama mestinya harus melapor ke BAN-PT dan meminta pengesahannya terlebih dahulu. Dikarenakan IAT dan IH di BAN-PT berstatus nama lama yaitu TH, maka ia dikembalikan pada TH," jelas Hetti. Ditemui secara terpisah Rabu (07/03), senada dengan Hetti, Widia Fithri Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agamaagama (FUSA) mengungkapkan, IAT dan IH karena akreditasi prodi yang dikeluarkan BAN-PT adalah atas nama Tafsir Hadits. “Kita belum sampai kepada tahap rename, dan itulah sebabnya kita berdasarkan
akreditasi prodi awal. Sertifikat prodi itu atas nama Tafsir Hadits,” ungkap Widia. Lanjut Widia, perubahan Tafsir Hadist menjadi IAT dan IH berawal dari perubahan nomenklatur nomor 33 tahun 2016 oleh Emis Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag , dan pihak kampus melakukan penyesuaian berdasarkan nomenklatur tersebut. Awalnya Pendis menjadikan dan mengeluarkan ketetapan TH kepada dua bagian, namun kemudian Pendis menjadikannya satu yaitu IAT. "Ini adalah proses dijelaskan, bahwa ketika kita menjadi UIN, segala sertifikasi yang awalnya atas nama IAIN diperbaharui menjadi UIN. Dulu ketika IAIN namanya adalah Tafsir Hadits, dan jika ingin dirubah tak bisa langsung seperti diubah menjadi IAT UIN. Jadi semuanya harus bertahap, dan sekarang semuanya menjadi Tafsir Hadits kembali,” jelas Widia. Widia berharap, kedepannya IAT dan IH dapat dibuka kembali setelah proses pengurusan berjalan dengan lancar. "Yang penting kita telah memperoleh izin dari Dikti dan langkah selanjutnya menunggu dari BAN-PT, semua itu butuh proses untuk mencapai yang terbaik,” harapnya. Seperti hal yang wajar, Sudarman Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) mengaku situasi ini telah menjadi hal yang lumrah. Pasalnya di FAH juga pernah terjadi yaitu pada Prodi Sastra Inggris yang direncakan untuk FAH,
Mahasiswa Tafsir Hadist Kecewa Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tafsir Hadist, Zikri menyampaikan bahwa keteledoran ini merupakan wewenang dari kampus mengenai eksistensi jurusan bukan hak mahasiswa untuk ikut campur, namun tidak ada transparansi perubahan kebijakan ini menjadi permasalahan bagi kawankawan terutama mahasiswa Tafsir Hadist. Pengembalian mahasiswa/i IAT dan IH ke Tafsir Hadist tentu membangkitkan jutaan tanda tanya. "Kami sangat membutuhkan penjelasan yang mendalam dari pihak j u - rusan, karena ini menyangkut masa depan kami di jurusan. Semoga saja jurusan memberikan transparansi dan keterbukaan informasi kepada mahasiswa kenapa hal ini bisa terjadi," harap Zikri. Qonita mahasiswa IAT angkatan 2017 mengungkapkan keterkejutannya mengenai kejadian ini. Banyak diantara angkatan 2017 yang tak mengerti mengapa semua ini terjadi. “Kami datang dengan niat baik menuntut ilmu, dengan pandangan masa depan yang penuh kegembiraan bersama jurusan ini. Namun, kenapa tiba-tiba seperti ini. Semoga saja segala proses berjalan lancar, kami akan tetap bertahan dan bersabar,” tutupnya. Berbeda halnya dengan Sukri, Ketua Kelas Tafsir Hadits-B Dedi Adrianto dan Ketua Kelas IAT-A Muhibuddin, keduanya mengaku kurang puas dikarenakan pertemuan kali ini terlalu singkat sementara banyak hal yang perlu ditanyakan dan dijelaskan. “Permasalahan ini sudah dari kemarinkemarin, tetapi masih banyak keraguan dan masih banyak yang ingin saya tanyakan," ujar Dedi.
Yoci Qurratu Hardi (Mg), Zuhana Indah Mariza (Mg), Kamil Al Hakimi (Mg), Rafika Ridha Izzati
Gunung Bukan Tempat Sampah Bersepeda dari Jakarta - Flores, Andika Siap Bersihkan 17 Gunung dari Sampah
M
embawa misi lestarikan lingkungan, Andika mahasiswa Jurusan Tafsir Hadist Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Flores. Ide ini bermula ketika Andika melihat banyaknya tumpukan sampah di gunung yang ia daki. Berangkat Kamis (18/01) dari Padang ke Jakarta menggunakan pesawat dengan membawa uang Rp 200 ribu. Sepedanya saat itu dibungkus. “Bismillahi tawakkaltu alallahi, basituo siap mengudara ke Jakarta dan ready touring bersepeda Jakarta-Flores dan ekspedisi 17 gunung. lets go berangkat,” tulis Andika di akun Instagramnya. Kisaran 2.500 kilometer jarak yang harus ditempuh oleh Andika dengan sepeda gandeng yang ia rakit sendiri, Andika memulai perjalanannya dari Jakarta yang akan berakhir di Flores tepatnya Pulau Komodo, dengan jarak tempuh itu, Andika akan memakan waktu selama tiga sampai empat bulan dengan melakukannya secara independent. Esoknya Jumat (19/01), setelah menyeting perangkat sepedanya bersama Om Wahjoedi di Griya Jati Asri, Andika langsung memulai perjalanan seorang diri. Keyakinan perjalanannya akan diberkahi, setiap kesulitan dan kendala yang ia rasakan dijadikannya sebagai proses yang harus dinikmati. “Kendala itu pasti ada karena tidak ada yang berjalan mulus jadi ya saya nikmati sebagai proses” jelasnya. Perjalanan bersepeda kali ini ternyata bukan pengalaman pertama bagi Andika. Sebelumnya pada tahun 2016, Andika telah melakukan perjalanan serupa menggunakan sepeda keliling wilayah Sumatera Barat hingga perjalanan ke Batam. Meski sudah memiliki pengalaman, Andika tetap melakukan persiapan-persiapan khusus untuk menunjang perjalanan yang ia akui sebagai perjalanan dengan jarak terpanjang yang pernah ia tempuh. "Di Sumbar rata-rata sudah, mendaki bawa sepeda ke puncak, sudah 4 gunung,
namun berapa kalinya tidak ada pernah dihitung,” tutur Andika. Sebulan sebelum keberangkatan, Andika dibantu teman-teman komunitas di daerah asalnya melakukan uji kelayakan sepeda di berbagai jenis medan jalan. Hal ini dilakukan untuk menyukseskan perjalanan yang menjadi mimpi bagi Andika. “Saya punya mimpi untuk ke Pulau Komodo, karena tempat ini adalah salah satu keajaiban yang diakui di dunia. Saya mau melihatnya,” ungkapnya Dalam perjalanannya, Andika akan melakukan pendakian sebanyak 17 gunung. Sembari ia mendaki, Andika akan memunguti sampah yang ada di gunung. "Gunung Bukan Tempat Sampah" menjadi motivasi Andika untuk melakukan perjalanan sejauh itu. Menurutnya, animo pendaki kian meningkat bahkan sudah menjadi gaya hidup, namun dibalik itu semua terdapat perilaku dari pendaki yang tidak menyenangkan yaitu membuang sampah sembarangan di gunung. "Miris saya melihat banyak pendaki yang tidak peduli dengan sampah yang mereka bawa, dengan sekuat yang saya mampu, saya akan mungut sampah dan membawa turun kembali. Selain itu, saya juga akan mengingatkan kepada pendaki agar tidak membuang sampah sembarangan," ungkap Andika. Selama pendakian, Andika selalu mengingatkan kepada yang lain dengan metode sharing dan pendekatan. Dengan mengajak kembali sadar dan peduli tentang persoalan sampah. "Sampah merupakan tanggung jawab kita bersama," tuturnya. Andika akan mengumpulkan sampah di gunung dan akan menghitung jumlah total sampah yang ia bawa secara keseluruhan, lalu melaporkannya ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "Hal yang saya lakukan ini adalah kenangkenangan dari sebuah perjalanan saya," paparnya. Pria kelahiran Bukittinggi 16 Desember 1997 ini sangat bersyukur, karena dalam
perjalananya ia tidak pergi sendirian. Selama perjalanan Andika selalu ditemani oleh pendaki dan komunitas pencinta alam lainnya. "Bukan itu saja, biaya makan saya sering dapat bantuan dari masyarakat yang daerahnya saya singgahi dan juga dari temanteman pendaki atau komunitas,” katanya. Doa Ibu Menyertai Ibu Andika, Rita Deswati, sangat mendukung apa yang dilakukan anaknya tersebut, meskipun sedikit resah ia tetap menyemangati Andika demi mewujudkan keinginan dan hobinya. "Dilarang keraspun gak mungkin juga, untuk itu hanya doa yang selalu ibu berikan untuk Andika," ungkap ibunya sambil sedikit tertawa. Rita menceritakan, kesenangan Andika bersepeda dan mendaki sudah dimulai sejak duduk di bangku sekolah menengah. "Andika pernah masuk Pramuka, dan ia membuat video bersama temannya di gunung ketika sekolah di MAN lalu ditayangkan ketika acara perpisahan," kenang Rita yang sudah berumur 41 tahun itu. Meskipun dalam perjalanan, Andika masih sempat berkomunikasi dengan keluarganya satu kali dalam dua hari. Andika juga tidak lupa untuk meminta doa restu kepada orangtuanya agar selamat pulang dan pergi. Apresiasi Apresiasi juga tak lupa diberikan oleh Sri Cholida, yang pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Hadist ini. Sri Cholida mendukung penuh atas apa yang dilakukan oleh Andika atas misi yang dijalankannya. “Mungkin Andika mahasiswa UIN pertama yang melakukan misi tersebut dan 17 gunung itu tidaklah sedikit,” ungkap Sri yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Tafsir Hadist. Sri mengatakan, dibawanya misi peduli sampah ini bisa menyadarkan para pendaki untuk selalu menjaga kebersihan dan kenyamanan gunung. “Semoga misi yang dibawa Andika ini tujuannya bisa tercapai dan para
pendaki lebih peduli lagi terhadap kebersihan gunung,” ujar Sri saat ditemui di ruang kerjanya. Sependapat dengan Sri, salah satu teman Andika, Ikram juga sangat mengapresiasi atas apa yang telah dilakukannya. Sebagai teman dekat Ikram mendukung dan terus memberi semangat kepadanya. “Andika merupakan sosok teman yang baik dan ia juga seorang yang humoris,” ungkap Ikram. Ikram melanjutkan, aksi yang dilakukan Andika terbilang nekat. Ketika libur semester tiga Andika juga melakukan aksi bersepeda keliling Sumbar seorang diri. “Dika itu orangnya benar-benar nekat dan gila, ketika saya tanya dari mana biayanya ia bilang dari Tuhan,” ujar Ikram. Ikram berharap agar Andika bisa mencapai tujuannya dan 17 gunung yang ditargetkan tercapai semuanya.
17 Gunung yang Di Tanjaki oleh Andika 1.Gunung Papandayan (Jawa Barat) 2.Gunung Guntur (Jawa Barat) 3.Gunung Cikuray (Jawa Barat) 4.Gunung Galunggung (Jawa Barat) 5.Gunung Ciremai (Jawa Barat) 6.Gunung Slamet (Jawa Tengah) 7.Gunung Prau (Jawa Tengah) 8.Gunung Sindoro (Jawa Tengah) 9.Gunung Sumbing (Jawa Tengah) 10.Gunung Merapi (Jawa Tengah) 11.Gunung Lawu (Jawa Timur) 12.Gunung Penanggungan (Jawa Timur) 13.Gunung Kelud (Jawa Timur) 14.Gunung Butak (Jawa Timur) 15.Gunung Arjuno (Jawa Timur) 16.Gunung Welirang (Jawa Timur) 17.Gunung Raung (Jawa Timur) Fitrah Al Sidiq, Rasmina Mayuril (Mg), Nuraini (Mg)
Pemerintah Pusat Bidik Padang Jadi Kota Mandiri Padang Memenuhi Tempat Strategi Untuk Bisa Ditempatkan Sebagai Kota Mandiri
R
encana pemerintah pusat untuk mengembangkan kota-kota di Indonesia menjadi kota mandiri merupakan salah satu program pemerintah membangun Indonesia menjadi lebih baik dan tertata. Dalam Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (PJMN) tahun 2015-2019, sebelumnya pemerintah sudah menetapkan 10 kota yang akan dikembangkan sebagai kota mandiri diantaranya Maja, Padang, Palembang, Pontianak, Banjarbaru, Tanjung Selor, Makassar, Manado, Sorong, dan Jayapura. Kota Padang juga terpilih menjadi salah satu Kota Mandiri yang baru dalam waktu dekat setelah Maja di Provinsi Banten. Mengenai hal tersebut suarakampus.com membahas kelayakan Padang sebagai Kota Mandiri dengan Ketua Badan Perencanaan Daerah Kota Padang, untuk dimintai keterangan perihal upaya-upaya yang dilakukan pemeritah kota.
Apa faktor utama yang mejadikan Padang sebagai kota mandiri?
khusus, alokasi umum, insentif daerah.
kurun waktu selama 20 tahun, dan kita mempersiapkannya dari 2010 sampai 2030.
Kota Padang harus meningkatkan pendapatan masyarakat sebanyak 70 persen dan tidak hanya bergantung kepada pemerintah. Dari segi penataan dan manajemen, Padang sudah layak untuk menuju kota mandiri. Dalam segi pariwisata, pendidikan dan perdagangan kota padang sudah memasuki langkah-langkah untuk menuju kota mandiri.
Strategi untuk mengembangkan kota Padang sebagai kota mandiri?
Apakah pantas kota padang dijadikan kota mandiri dengan geografisnya yang sering rawan bencana?
Apa maksud mandiri disini? Segalanya dari kita, ketika pendapatan dari investor sudah lebih besar daripada dana belanja daerah, kita tidak terlalu bergantung dari pusat seperti dana alokasi
Bagaimana kota Padang mempersiapkan diri sebagai kota mandiri? Sebenarnya pembangunan kita saat ini tidak hanya tergantung kepada dana dari pihak pemerintah pusat tapi juga dari masyarakat maupun pihak ketiga, jadi nanti bagaimana kedepannya membuka ruang kepada insvestor agar bisa memasukkan dana ke Kota Padang. Kita harus membuat kebijakan-kebijakan terhadap layanan publik. Kota Padang sudah memenuhi tempat yang strategis untuk bisa ditempatkan sebagai kota mandiri.
Pertama kita harus mencari investor untuk menaruh sahamnya di Kota Padang, membuat dokumen perncanaan kota layak huni dan memiliki daerah khusus perdagangan serta pendidikan. Kemudian menyusun tata ruang wilayah untuk jangka waktu 20 tahun kedepan (2010-2030). Kita juga menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang disusun berdasarkan kepada visi-misi kepala daerah yang memenangkan Pilkada serta menjadi warna pembangunan dalam perioderisasi lima tahun, seperti membawa Padang sebagai kota pendidikan, pariwisata dan perdagangan. Dari segi apa kota Padang bisa dikatakan sebagai kota mandiri? Dari segi infrastruktur, ekonomi, pendidikan, dan pariwisata Padang sudah bisa dikatakan sebagai kota mandiri. Pariwisata di Gunung Padang contohnya, jika dibangunnya tempat penginapan dan ruko maka pertumbuhan ekonomi berkembang pesat di daerah ini dan kita akan bisa menuju kota mandiri, jadi daerah-daerah lain maasyarakatnya juga harus bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Apa saja faktor pendukung menjelang Padang sebagai kota mandiri ? Padang saat ini sudah baik sebagai tempat untuk berinvestasi, salah satunya adalah pengembangan pusat pariwisata. Keterbatasan dana tidak menghambat kita untuk membenahi pantai Padang, juga berdampak dengan pembangunan hotel baru dan itu sudah ada geliat dari pembangunan disektor pariwisata. Bidang pendidikan, Padang sudah mulai meningkatkan mutu pendidikannya sehingga anak-anak penerus bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan ekonomi di Kota Padang juga sudah sangan baik, dengan pengemabangan dan pembenahan pasar-pasar pusat. Pihak swasta juga berperan penting dalam peningkatan pembangunan di Kota Padang. Sudah sejak kapan persiapan kota Padang untuk menjadi kota mandiri kedua?
Ir. H. Hervan Bahar, MM.
meru-
Padang kota mandiri pakan rancangan dalam
Kenapa tidak, untuk menanggulangi masalah gempa kita sudah menyusun penataan ruang kota yang berbasis rawan bencana, dengan kebijakan untuk mengurangi pertumbuhan rumah secara missal di wilayah barat dan mengarahkan pertumbuhan di wilayah yang aman dari zona merah. Wilayah bagian barat akan diarahkan untuk pembangunan perdagangan dan jasa serta regulasi pembangunan yang harus tahan gempa. Bagaimana dengan tata kelola letak kotanya? Bagian barat akan diisi dengan pembangunan atau diproyeksikan sebagai wilayah perdagangan dan jasa serta mengurangi pembangunan rumah massal. Wilayah yang aman dari zona merah akan dijadikan pemukiman. Bangunan yang berada di zona bencana dibangun vertikal dengan minimal empat lantai, agar masyarakat yang tinggal di sana dapat diarahkan kebangunan itu sendiri. Kapan Padang akan dinobatkan menjadi kota mandiri baru? Ketika pembangunan 70 persen dari masyarakat dan investor bisa terealisasi karena dapat menghidupkan bayak sektor. Investor akan masuk ketika kita sudah mempunyai perencanaan kota yang baik dan mempunyai pelayanan publik yang baik sehingga investor dapat memperoleh prospek dan keuntungan dan mampu menghidupkan kota. Lalu bagaimana pendanaan untuk persiapan kota Padang sebagai kota mandiri? Pendanaan untuk persiapan kota mandiri ini sebenarnya dibutuhkan sebesar 2,2 triliun. Kita masih bergantung dana dari pemerintah pusat, makanya persiapan untuk menuju Kota Padang mandiri belum sepenuhnya bisa terealisasikan. Harapan Bapak sebagai kepala Bappeda Kota Padang menjelang kota mandiri ? Secara konsisten kita bisa menjaga bagaimana pelayanan publik ini selalu diperbaiki dari segala sisi. Harapannya kepada masyarakat dan jasa usaha atau investor untuk dapat berinvestasi ke Kota Padang, sehingga percepatan Padang sebagai kota mandiri tadi akan cepat direalisasikan. Zikra Mulyani, Jul Mardiyah Aswa, M Arsyad (Mg),
T
eknologi pada abad ke 21 ini semakin berkembang pesat seperti ditemukanya berbagai macam penemuan, dengan tujuan untuk mempermudah ruang gerak dan ruang lingkup manusia. Teknologi tersebut diciptakan satu persatu setiap tahunnya. Ini membuktikan bahwa daya pikir masyarakat dan keinginan untuk mengkonsumsi hal tersebut semakin besar. Tidak lepas dari para penemu-penemu sebelumnya. Sebagai contoh yang saat ini adalah penyempurnaan alat yang dikembangkan oleh Alexander Graham Bell. Bukan hanya daya konsumsi dan kebutuhan masyarakat yang membuat itu sebagai pendukung pemakaian teknologi saat ini, akan tetapi zaman sudah sangat jauh berbeda. Kini kebutuhan akan komunikasi dan informasi menjadi hal yang paling penting bagi kalangan masyarakat, ditambah dengan mudahnya mengakses berbagai macam aplikasi yang ditawarkan dari penyedia jasa layanan smartphone itu sendiri dan berbagai provider pendukung. Dewasa ini, sangat jarang melihat anakanak memainkan permainan tradisional. Kenyataannya bahwa anak-anak di zaman teknologi lebih senang mengurung diri di kamar. Anak-anak lebih mementingkan bermain game daripada meningkatkan hubungan sosialnya. Hal tersebut akan berdampak kepada pergaulannya sesama teman sebaya. Dengan demikian, tidaklah heran jika anakanak lebih bersifat individu, acuh tak acuh dengan lingkungan serta minimnya sikap sosial terhadap lingkungannya. Saat ditemui Suarakampus.com, Kamis (08/03). Pakar Psikologi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama-agama UIN Imam Bonjol Padang Elyusra Ulfa menjelaskan, pemakaian gadget terhadap anak akan mempengaruhi hubungan sosial dan lingkungan serta berdampak kemalasan anak dalam beraktivitas. "Sebaiknya jangan dikasih gadget kepada anak karena tidak perlu dan itupun tidak penting juga, akan lebih baik anak bermain di luar," jelasnya. Lanjut Elyusra, tidak hanya berdampak kepada hubungan sosial, namun juga akan mempengaruhi kesehatan dan psikomotorik anak, dan juga bisa membentuk kepribadian anak lebih egois dikarena terlalu asyik menyendiri dan memainkan gadget . "Maka dari itu peran orang tua sangat diperlukan untuk membimbing anak dalam pemakaian
Peran Orangtua Di Zaman Teknologi Bimbingan Orangtua Diperlukan Saat Anak Bermain Gadget
Orang Tua mengawasi anak bermain gadget/ Muhammad Iqbal
gadget," tambahnya. Elyusra menambahkan, tidak semua gadget berdampak buruk kepada perkembangan anak, selain memudahkan berkomunikasi, gadget juga bisa mengasah kemampuan otak anak dikarenakan banyak aplikasi permainan yang didalamnya. "Selain efek negatif, pemakaian gadget juga akan mempengaruhi kinerja otak sang anak," tambahnya. Sementara itu, Pakar Psikologi Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang Rahmadianti Aulia mengatakan, pola asuh orang tua sangat penting saat si anak memakai gadget. "Disinilah peran orang tua mampu mengatur pengunaan gadget agar anak tidak kecanduaan, ayah dan ibu bersamasama dalam membantu anak cerdas dalam mengunakan gadget,'' katanya. Rahmadianti juga memaparkan, dalam perkembangan psikologi anak terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan oleh orang
tua diantaranya fisik, kognitif, dan psikososial. Hal inilah yang akan berpengaruh besar terhadap anak saat bermain gudget dalam durasi waktu yang lama. "Jika si anak sibuk dengan dunianya baik fisik dan kognitif serta psikososial akan terganggu dan mengahambat perkembangan motorik anak,” paparnya. Rahmadianti menambahkan, mengutip kata Elly Risman seorang psikolog pernah berkata, bila seorang anak yang kecanduaan gadget akan mengalami BLAST, yaitu Boring, Lonely, Angry, Steres,Tired. Intinya dari semua itu adalah kontrol orang tua agar anak tidak addict atau kecanduan terhadap gudget . “Jelas sekali anak diharapkan banyak beraktivitas agar stimulasi perkembangan motoriknya optimal," jelas Rahmadianti. Sementara itu faktor lingkungan juga sangat dominan terhadap pembentukan prilaku anak termasuk kecanduan anak pada pemakaian gadget, orang tua adalah sebagai modeling si anak jika orangtua sibuk mengnakan gadget maka si anak akan meniru prilaku tersebut, ditambah lagi jika ada teman sebayanya yang mengunakan gadget ini juga termasuk pendorong si anak akan mengunakan gadget. “Intinya dari semua itu bagaimana orang tua mengatur pola pemakaian gadget agar tidak terjadi kecanduan terhadap anak,” jelasnya lagi. Tri Handayani, ibu rumah tangga mengatakan, saat terdesak gadget sangat berguna sebagai mainan untuk anak apalagi ketika tugas seorang ibu yang memasak di dapur dan pekerjaan lain yang akan membuat anak celaka. "Dari pada anak mengangu pekerjaan lebih baik diberikan gadget sebagai selingan dalam bermain," katanya. Dengan pemberian gadget kepada anak tentu anak akan lebih banyak bermain di rumah serta si anak bisa di kontrol dan dekat dengan pengawasan, karena tidak
selalu bermain di luar itu baik. “Ketika anak saya bermain gadget itu dalam pengawasan saya, baik saya melakukan kegiatan lain seperti bekerja,” ujarnya. Pemakaian gadget bisa dibatasi jika si anak mau mengikuti peraturan yang telah disepakati antara kedua orang tua, jika kedua orang tua setuju untuk memberikan gadget kepada anak maka si anak boleh mengunakan gadget dengan kata lain kedua orang tua tersebut telah menentukan batasan waktu untuk pemakaiannya. “Sama halnya dengan keluarga saya, beginilah saya dan suami membatasi pemakaian gadget terhadap anak saya,” paparnya. Beda hal dengan Tri Handayani, Bernawati ibu rumah tangga yang berkediaman di Kelurahan Kubu Parak Karakah, Anduring menyayangkan bila orangtua memberikan gadget kepada anak apalagi jika anak masih dalam keadaan bersekolah atau dalam masa pendidikan. Karena disinilah letak kesalahan orang tua yang memberikan gadget tanpa memikirkan baik buruknya dari akibat pemakaian gadget tersebut, serta membiarkan si anak mengunakan gadget tanpa diawasi orangtua. "Karena orangtua cenderung cuek terhadap anaknya, apa yang diminta anaknya pun dibelikan tanpa memikirkan baik buruk dari akibat gadget yang bisa merusak anak apalagi tanpa pengawasan orang tua,” ujarnya. Tindakan orangtua yang paling efektif ketika anak kecanduaan gadget adalah menjelaskan apa efek-efek jika mengunakan gadget, baik itu efek yang baik bagi perkembangannya maupun berefek buruk. “Karena dengan memperingatinya maka ia akan paham dan mulai mengurangi pemakaiannya terhadap gadget , ” jelasnya. Sri Mardaleni, Riga (Mg) Zekri Mardoni (Mg) , Tari (Mg), Ikhsan (Mg), Lanny (Mg)
Individu Berkarakter
Mukhtar Syafi’i Mahasiswa Komunikasi Penyiaran
B
Islam
erbondong rakyat intelektual keluar dari kampusnya. Bertahuntahun belajar dan mencari ilmu di bangku kuliah, sudah banyak pula yang dikorbankan, mulai dari waktu, fikiran, tenaga dan uang. Kini tibalah pada kehidupan sebenarnya, masuk ke dunia baru yang sudah siap menyambut. Saat tali toga sudah dipindahkan dari kanan kekiri tanggung jawab sudah pula menanti. Kini hanya individulah yang akan menentukan arahnya sendiri, mau mengikuti arus atau malah melawan arus. Fenomena mengikuti arus dan melawan arus sudah tidak asing ditemukan. Ada banyak individu yang memilih mengikuti arus se-
B
erangkat dari polemik peraturan sebuah Perguruan Tinggi Islam di Yogyakarta yang baru-baru ini mencuat dengan mengeluarkan peraturan bagi mahasiswinya yang bercadar. Dalihnya bukan sebuah larangan melainkan pembinaan dan pendataan di setiap lapisan civitas kampus. Melalui surat bernomor B-1301/Un.02/R/ AK.00.3/02/2018 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta mengeluarkan surat edaran ‘penting’ bagi Direktur Pascasarjana, Dekan Fakultas dan Kepala Unit/ Lembaga di kampusnya. Rentetan pertanyaan pun muncul dibenak saya. Mulai dari berdasarkan alasan apakah pihak rektorat melarang? Seberapa pentingkah surat edaran itu dilaksanakan? Untuk kepentingan apa dan siapakah kampus merasa perlu mengeluarkan kebijakan ini, di tengah banyaknya permasalahan akademik yang lain nan tak kunjung terselesaikan ? Ya, benar dengan alasan sebuah Perguruan Tinggi memiliki otoritas dan kampus berhak mengeluarkan aturan yang mengharuskan mahasiswanya terkait pakaian yang digunakan. Hal itu merupakan bagian dari norma akademik kampus, yakni ketentuan, peraturan dan tata nilai yang harus ditaati seluruh manusia berkaitan dengan aktivitas akademik. Begitupun sanksi yang ditetapkan untuk jenis pelanggaran
bagai jalan untuk bertahan hidup. Serupa saat ini, gelar sarjana dianggap menjadi kunci utama untuk mempermudah jalannya arus yang akan dilalui. Wajar jika kebanyakan memilih jalan ini, karena mungkin saat pertama kali niat untuk kuliah tidak lain untuk meningkatkan taraf hidup. Ada sisi positif dan negatif jika memilih jalan untuk mengikuti arus. Sisi positifnya jika beruntung mendapat pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang sama maka sudah terjamin semua aspek kehidupan. Sedangkan sisi negatifnya tidak tahu harus dibawa kemana keahlian yang dimiliki, bahkan tidak mengetahui output dari jurusan yang mereka pilih dulu, dampaknya akan ada kebimbangan dan jika berlarut akan mengakibatkan penganguran. Selain mengikuti arus, ada juga yang dengan percaya diri melawan arus, dengan berbekal gelar akademiknya tanpa ragu melawan arus. Tidak peduli dengan gelar pendidikan atau dari latar belakang pendidikan apa. Berbekal keyakinan dan tekad yang kuat, demi mencari dan berambisi mendapatkan peng-
hasilan manapun tanpa gangsi. Hal ini tidak salah, Namun kurang tepat. Jika dulu beranggapan kuliah bisa meningkatkan taraf hidup, itu jelas anggapan yang salah. Tujuan untuk kuliah adalah mendapatkan gelar dan lulus dengan nilai terbaik, satu hal yang terpenting, membuat orang tua senang dan bahagia melihat anaknya pakai toga. Jika memilih kampus adalah tempat pencarian entah itu jati diri atau penghidupan maka sudah salah niat awal masuk kuliah. banyak tempat yang lain yang bisa digunakan untuk mengasah kemampuan, mulai dari belajar keterampilan diri seperti berbisnis, jadi pengusaha, jadi tim kreatif dll, semua tersedia diluar tanpa harus kuliah. Bisa kita contohkan orang yang berhasil didunianya yaitu tulis menulis tanpa harus menyelesaikan kuliah. Ada Cak Nun, H. Agus Salim, Paramoedya Ananta Toer, dan masih banyak lagi. Mereka memutuskan memilih melawan arus dengan berhenti pada jalur akademik dan mencoba mengasah kemampuannya tanpa susah payah mengabiskan waktu untuk kuliah, dan mereka berhasil dan sukses
keras. Paparan tersebut hanya pilihan untuk orang yang sudah terlanjur percaya bahwa kuliah bisa meningkatkan taraf hidup atau apapun itu. Namun, yang terpenting adalah keinginan individu untuk belajar lagi, berani mengosongkan gelasnya dan mengisinya kembali untuk nantinya menjadi bekal bertahan hidup di dunia yang tidak menentu ini. Kini jangan sibuk berfikir perihal perubahan, karna letak masalahnya terdapat di personal atau individunya. Generasi sekarang disibukan dengan pencapaian instan masa depan, berfikir sepintas demi nanti dimasa depan tanpa berfikir bahwa dirinya tidak lagi menyadari apa hakikat dalam hidup. Permasalahannya menganggap remeh sejarah, mereka lupa bahwa dulu masyarakat nusantara pernah menjadi gardanya pergerakan. Barabad abad nusantara hidup tentram atas kerajaan di nusantara. Masyarakat nusantara dulu tidak gentar menghadapi musuh, jika dulu kaum kolonial menyerang kapal Sriwijawa dengan bogem meriam, maka berbeda dengan para
prajurit Sriwijaya mereka membuat kapal kecil untuk langsung berperang sedekat mungkin dan membunuh para antek-antek dari jarak yang sangat dekat. Karakter dan mental perjuangannya tergambar, bagaimana masyarakat nusantara begitu percaya diri dan tak gentar dengan berbagai macam serangan yang lancarkan oleh para sekutu. Ini perumpamaan sederhana, masih banyak sejarah yang bisa membangkitkan gairah perjuangan kita, khusunya untuk masyarakat intelektual untuk menata kehidupan individu dan masyarakat nusantara dengan cara belajar dari sejarah. Akhirnya, diri sendirilah yang menjadi kuasa atas semua keinginan dan tekad, untuk menghadapi fase zaman yang kian berubah. Perihal mengikuti arus dan melawan arus, semua tergantung individunya, yang penting mau belajar lagi dan mau melebur idiologi agar ilmu baru yang diserap membekas, dan menjadi bagian dari pola bertahan hidup untuk menemukan masa depan hakiki.
Sekadar, Cadar, dan Sadar baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Namun, hal ini tentunya dibatasi dengan peraturan yang berlaku, Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang berisikan bahwa Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan prinsip: (b) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan, dan kesatuan bangsa. Sebuah Perguruan Tinggi hendaknya lebih mengedepankan masalah pendidikan yang bersifat umum bukan memfokuskan masalah pada hal yang bersifat individual. Seharusnya penggunaan cadar tersebut adalah hak asasi manusia yang merupakan bagian dari agama Islam yang harus diterima oleh pihak kampus. Namun kenyataanya yang menjadi alasan yang menonjol dari banyak pertimbangan kampus melarang mahasiswinya agar tidak mengenakan cadar di lingkungan kampus adalah dengan mempertimbangkan untuk mencegah meluasnya aliran anti-pancasila. (tirto. id.5/3/2018) Paradigma pihak kampus yang seperti ini pun juga pernah dirasakan mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang sendiri. Ketika beredarnya larangan mengenakan gamis dalam lingkungan kampus. Meskipun
untuk cadar sendiri kampus UIN IB tidak melarang. Dua hal ini menurut penulis sama maknanya dengan mendiskriminasi pribadi yang melakukan hal tersebut, dan secara tak sadar pihak kampus sudah mengganggu jiwa dari pelakunya. Tidak pantas memberikan stigma negatif kepada para pengguna cadar, jangan sampai persepsi buruk terhadap cadar malah menimbulkan ketakutan bagi para muslimah yang awalnya tertarik ingin menggunakannya namun enggan karena sebab kecurigaan. Biarkan mereka menggunakannya sebagai bentuk menjalankan ekspresi keberagaman. Jika merujuk pada UUD 1945 Pasal 28E Ayat (2) bahwa setiap orang berhak atas kepercayaannya, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Penggunaan cadar dijamin oleh konstitusi Indonesia, tidak berhak didiskriminasi dan direndahkan martabatnya. Sebagaimana Pasal 28I Ayat (2) bahwa setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Pada hakikatnya penggunaan cadar itu sendiri menurut Imam Hanafi dan Maliki adalah sunnah hukum menggunakannya, dan jika menimbulkan fitnah wajiblah hukumnya. Sementara menurut
Imam Hambali dan Imam Syafi’i menetapkan hukum meggunakan cadar adalah wajib. Tidak ada pula diantara mereka mengatakan bahwa pembahasan ini hanya berlaku bagi wanita muslimah arab atau timur-tengah saja. Sehingga tidak benar bahwa memakai cadar itu aneh, ekstrim, berlebihan dalam beragama, atau ikut-ikutan budaya Negeri Arab. Berlatarkan agama Islam maka sebuah Perguruan Tinggi Islam hendaknya terbuka dengan segala bentuk perbedaan (baik dalam pemahaman serta pelaksaan agama) dan tinggi dalam bertoleransi. Bahkan banyaknya ulama dan ahli pikir bermunculan dari perbedaanperbedaan mazhab yang ada. Namun entah kenapa melihat kasus ini membuat penulis berpikir Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) saat ini sangat terbuka sekali untuk dunia Barat dan alergi sekali dengan corak Arab yang mana Nabi yang diyakini berasal dari negara tersebut. Dan yang terpenting adalah efek dari masalah ini, takutnya menurun minat dari muslimah sendiri untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Islam sendiri yang harusnya menjadi wadah baik untuk mengembangkan ilmu agama. Tapi yang lebih menarik lagi, jika kita perhatikan adanya pergantian cadar ke masker hidung dan mulut yang dilakukan beberapa maha-
Rahmi Yati MahasiswaPendidikan Agama Islam
siswi. Meski tak dilakukan serentak, ini jamak dilakukan mahasiswi yang berkumpul-kumpul dalam sebuah masjid. Ini bisa menjadi simbol perlawanan. Mereka menutup hidung dan mulutnya sebagai kritik atas pengekangan kampus kepada gaya hidup mereka, juga soal aspirasi “bicara”. Mereka memainkan simbol identifikasi identitas dengan baiknya. “Ini masker, bukan cadar”. Mungkin ini sebuah makna: Kehendak untuk memaksakan aturan pada orang lain sedikit banyak mirip ketololan. Sebagian orang mengemas ketotolan itu dengan citra-citra kemuliaan dan sebagiannya lagi bahkan tak mampu membedakan ketololan dan kemuliaan. Tak perlu larang, setiap orang punya pilihan masing-masing. Namun, sebuah lembaga pendidikan tentu pula ada aturan. Berbuat, bersikap sewajarnya lah, karena yang berlebihan itu tak enak dipandang, kalau dikurangi juga tak sopan.
Kendalikan Stress Pasca Wisuda Berfikir Kreatif Cara Ampuh Tanggulangi Pengangguran
W
isuda, sebagai “ritual” akademik mahasiswa merupakan agenda yang dinantikan. Dengan gelar sarjana yang diperoleh setelah proses yang melumat waktu bertahun-tahun itu, membuka kesempatan melangkah pada tahap kehidupan selanjutnya, bekerja. Namun demikian, pasca wisuda, tidak semua wisudawan yang merasa cukup bekal untuk melangkah, pasalnya beberapa wisudawan merasa belum mumpuni untuk bekerja, atau belum melihat peluang bekerja dan masih menunggu untuk bekerja. Keadaan seperti itu, perlahan-lahan memberi tekanan pada wisudawan, yang lambat-laun bisa berefek stres. Dalam Psikologi, stres merupakan suatu kewajaran saat seseorang berada dalam tekanan. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bagus jika orang tersebut tidak bisa mengendalikan stres. Melakukan hal-hal positif menjadi salah satu metode mengendalikan stres. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tiga wisudawan UIN Imam Bonjol Padang, mengindikasikan bahwa pasca wisuda, mereka merasa terbebani oleh dunia kerja sebagai konsekuensi gelar yang telah disandang. Seperti yang dikatakan wisudawan angkatan ke-77, Muhammad Rasyid. Ia mengaku terbebani oleh tuntutan untuk bekerja dari orang-orang terdekatnya seperti orang tua, dan teman-teman yang peduli dengannya. “Saya termasuk orang yang cukup sering mendengar pertanyaan seputar pekerjaan dari orang terdekat, mulai dari di mana kerja? Kapan kerja? Sudah melamar kerja ke mana saja?,” kata dia. Namun demikian, Rasyid mengatakan hal itu merupakan suatu kewajaran bagi orang tua, karena sebagai anak ia wajib membahagiakan orang tuanya, salah satunya dengan mendapatkan pekerjaan yang layak. “Saya rasa, lima puluh persen saya merasa terbebani, namun setengahnya lagi juga tidak terlalu terbebani,” ungkap mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam ini. Namun bagi Rasyid, tujuan akhir wisuda sebenarnya bukan sebatas untuk mencari pekerjaan, tetapi untuk mencari ilmu dan menambah pengalaman. “Goals wisuda bagi saya bukan untuk mencari kerja, tapi lebih kepada mencari ilmu sebagaimana hadist Nabi: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat,” tambahnya. Makna wisuda bagi rasyid, bisa dipandang dari dua segi yaitu, dari segi keluarga dan pribadi. Segi keluarga wisuda merupakan moment yang krusial karena orangtua bangga , sedangkan baginya adalah sebagai gerbang kedua menuju permasalahan baru. “Bagi saya wisuda merupakan pintu kedua yang harus dilalui setelah perkuliahan untuk masuk ke permasalahan baru,” terangnya. Lanjutnya, setelah wisuda ia merasakan ada beban pribadi yang harus ditanggungnya, terutama karena pertanyaan dari orangtua yang tak pernah usai mengenai
“Wisudawan yang belum bekerja harus berfikir kreatif untuk membuka peluang usaha di tengah-tengah masyarakat” Rahmadianti Aulia (Dosen Jurusan Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang)
pekerjaan. “Berasa ada beban yang ditanggung, saya mengibaratkan seperti singguluang batu, terasa berat,” tuturnya. Wisudawan angkatan ke-78, Gusvia Mulyani juga merasakan hal yang sama. Sebagai anak pertama, ia merasa terbebani oleh tuntutan bekerja. “Tuntutannya pasti akan lebih, jadi yang saya pikirkan waktu itu, saya harus lebih gigih lagi mencari kerja,” ungkapnya. Begitu pula yang dialami wisudawan Pasca Sarjana angkatan ke-78 Muhammad Hadi. Pasca wisuda, Hadi merasa gamang dengan persaingan dunia kerja yang lambat-laun akan digelutinya. “Setelah lulus tentu saya juga pernah merasakan takut akan kompetisi dunia kerja yang begitu ketat dan takut tidak mendapatkan pekerjaan,” tuturnya. Dengan beban tuntutan bekerja yang dipikul wisudawan sehingga menyebabkan stres, lalu bagaimana upaya pengendalian stres bagi para wisudawan yang belum bekerja? Berikut beberapa tips yang diberikan
oleh dosen pada Jurusan Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang, Rahmadianti Aulia dan Widya. Tips pertama, Rahmadianti mengatakan, wisudawan yang belum bekerja harus berfikir kreatif untuk membuka peluang usaha di tengah-tengah masyarakat. “Hal ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran yang melimpah ruah pada masyarakat,” kata dia. Ia juga mengatakan, sebelum mencari pekerjaan, wisudawan juga terlebih dahulu harus mengenali potensi diri dalam bekerja dan menjaga percaya diri menghadapi dunia kerja. “Untuk melamar pekerjaan yang sesuai dengan bakat minat,” ucapnya. Rahmadianti berharap, wisudawan selalu optimis dan berusaha untuk mengasah potensi yang dimiliki untuk bekerja. “Kita harus percaya bahwa semua orang pasti memiliki potensi dalam dirinya,” harap dosen yang mengajar mata kuliah Psikologi Perkembangan ini. Salah seorang pakar Psikologi lainnya,
Widya mengatakan, dalam usaha mencari pekerjaan, wisudawan juga harus menjaga komunikasi dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Pasalnya, hal itu akan memberikan kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan. “Tidak menutup kemungkinan ada informasi-informasi bekerja dari orangorang disekeliling kita,” tutur dia. Selain itu, wisudawan juga harus berusaha maksimal, berdoa, pantang menyerah dan banyak bersabar. Pasalnya, tidak menutup kemungkinan lamaran kerja yang diajukan, ditolak oleh pihak-pihak bersangkutan. “Jangan mudah menyerah, serta yakinlah dengan usaha serta doa semua bisa dilalui,” kata dia. Jika telah mendapatkan peluang bekerja, wisudawan juga harus menekuni bidang yang akan digelutinya itu dan mempersiapkan diri dengan maksimal. “Persiapkan diri untuk melakukan tes wawancara serta belajarlah ketika akan melakukan tes seleksi tulis dan wawancara,” tegasnya. Selain itu, ketika ingin mengajukan surat lamaran, sebaiknya wisudawan mempersiapkan surat lamaran dan CV (Curiculum Vitae) yang menjual. “Surat lamaran kerja dan CV itu juga menjadi salahsatu bahan pertimbangan untuk bisa masuk ke tes selanjutnya,” ungkapnya. Peluang Kerja Di Luar Akademik ! Rahmadianti mengatakan, jika digali dari sisi psikologis, terdapat dua faktor yang melatarbelakangi timbulnya stres, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu seperti, kurang percaya diri, dan pesimis. Sedangkan faktor eksternal dicontohkannya seperti tuntutan dari orang tua, teman atau lingkungan. Pada faktor internal kurangnya percaya diri, Rahmadianti mengatakan, timbul karena wisudawan tidak memiliki skill (kemampuan) pada bidang selain keilmuan yang digelutinya. Hal ini menjadi penting karena selain kemampuan akademik, wisudawan juga sebaiknya memiliki kemampuan yang lain, sehingga peluang kerja tidak sempit. “Sebenarnya kuliah itu bukan sebatas nilai bagus dan cepat lulus, tapi yang terpenting juga skil,” kata dia. Terkait faktor eksternal berupa tuntutan dari orang tua, Rahmadianti menyarankan orang tua agar lebih mengerti dengan kondisi anak sembari memberikan nasehat guna mengurangi tekanan yang dirasakannya. “Jika orang tua membimbing anaknya dengan baik, maka sang anak tidak akan terlalu merasa tertekan dengan tuntutan orang tua setelah wisuda,” ucapnya. Lisa Arischa, Ilsa Mulia Anugrah (Mg), Agung Alkharazi (Mg)