Tabloid 147

Page 1


A

ssalamalaikum, Salam Sejahtera untuk kita semua. Puji Syukur atas kehadirat Allah yang maha pemberi nikmat, semoga pembaca dalam lindungan dan beraktifitas dengan semestinya. Sabtu (09/03) menjadi moment peresemian 27 pengurus LPM Suara Kampus periode 2019. Tak ingin ada tembok yang menjadi penghambat komunikasi, seluruh anggota berusaha menjalin kekompakan serta segala strategi yang digunakan. Masih terasa hangat harapan yang saat ini diemban pengurus. Mengenai perjuangan sudah diajarkan melangkah sejak dini ketika mengenal Suara Kampus. Bak setangkai singkong, yang hidup dimanapun terletak. Meskipun hanya dengan segenggam tanah dan air seadanya. Seluruh kru, segenap tugas dan tanggung jawab pun harus tumbuh tanpa ada alasan apapun. Karena sudah ada redaksi tempat kami tumbuh. Sebahagian informasi dan gagasan pilihan seringkali kaku. Sehingga tak jarang pula dalam menyiapkan, mengemas, dan menyajikanya memiliki intensif yang berbeda-beda. Tidak meninggalkan kewajiban dan tugas kuliah, kru tetap membarengi waktunya untuk memaksimalkan peliputan supaya data lengkap. Dengan ikut menyemarakkan warna di pesta demokrasi yang sedang berlangsung, seluruh kru memulainya pada tabloid edisi

Tempat Kami Tumbuh

I

Pelantikan Pengurus LPM Suara Kampus periode 2019 di Aula Mansur dt Nagari Basa / Ilham Armi (Mg) 147 perdananya. Membahas mahasiswa dan hak suara yang digunakan untuk Pemilihan Umum (Pemilu) serentak, ini terdapat pada rubrik Suara Utama. Mengingat mahasiswa agent of change yang massanya separuh dari pemilih pemula, maka kesuksesan pemimpin ada pada hak suara mereka. Di rubrik Suara Khusus menempatkan gagasan mengenai kebingungan akademik dari Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

kejelasan akreditasi tentang MPI dengan kosentrasinya. Selain itu juga ada ketidakseimbangnya Mahasiswa MPI dalam menyelesaikan Satuan Kredit Semester dengan waktu yang singkat. Ragam bahasan juga tertuang di tabloid ini. Terimakasih pula untuk pembaca telah melabuhkan dirinya untuk membaca. Selamat menikmati pesta demokrasi, semoga semua generasi berpartisipasi untuk beri hak suaranya. Dan Indonesia mendapat pemimpin yang diidamkan.

Margin

Alif Ilham Fajriadi (Koordinator Liputan)

T

ak banyak yang mengetahui tentang margin. Apa, dimana dan bagaimana cara kerja dari margin ini. Supaya pembaca lebih paham, penulis berikan paparan mengenai apa, dimana, dan bagaimana cara kerja dari margin tersebut. Walaupun, sudah ada sebagian dari pembaca yang telah mengetahuinya. Margin yang dimaksud, penulis artikan

Sesuaikan Kebijakan

dengan mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebuah tepi atau batas. Sampai disini, mungkin pembaca sudah mendapat gambaran tentang apa isi tulisan ini. Namun, penulis berharap tak berakhir membacanya sampai disini saja, lanjutkan sampai selesai. Sekarang kita masuk ke pembahasan apa, dimana, dan bagaimana cara kerja dari margin. karena sudah dipaparkan apa itu margin pada paragraf dua, tidak perlu berpanjang lebar penulis membahasnya pada paragraf ketiga. Dalam kehidupan sehari-sehari, mahasiswa selalu berhubungan dengan judul tulisan ini. Namun tidak semua mahasiswa, hanya yang mengerjakan tugas tulisan atau untuk kepentingan akademik saja, bisa jadi seperti tulisan yang sedang pembaca baca. Tidak ada setiap proses kepenulisan yang tak tahu dengan peran margin. Karena jika terlupakan, akan banyak kesalahan fatal yang ditimbulkan dalam tulisan tersebut. Seperti tidak rapi, tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang dianjurkan akademik, serta berimbas terhadap tidak didapatkannya nilai sebab tugas tidak di-

laksanakan dengan maksimal. Selain kerapian, margin juga memiliki makna estetika bagi individu. Fungsi margin pada tulisan sebagai pembatas antara tulisan dengan sisi kanan, kiri, atas serta belakang pada setiap halaman tulisan. Selain itu, juga sebagai pembentuk estetika pada sebuah tulisan. Seperti margin dan tulisan itulah kehidupan kita hendaknya, memiliki setiap batasan terhadap yang atas, sekitar dan bawah. Jika tidak diterapkan demikian, nasib kita sama dengan tulisan tanpa margin tersebut. Kurang estetika dan tidak diterima pada lingkungan sekitar. Kerap kali kebebasan disuarakan sebagai bentuk hak asasi manusia. Terlihat naif rasanya, jika kehidupan tak kita margin lalu menyuarakan sebuah kebebasan, yang pada akhirnya akan senasib dengan tulisan tanpa margin tadi, tidak diterima dan tak ada estetikanya. Semoga margin dan kita saling bekerja sama, dengan demikian tak akan ada lagi batasan ataupun hambatan dalam setiap tindakan. seperti tulisan, harap setel margin ke ukuran seharusnya.

Pemimpin Umum: Iko Juhansyah. Sekretaris Umum: Amelysa. Bendahara Umum: Rafika Ridha Izzati. Pemimpin Redaksi: Putri Diana. Redaktur Pelaksana: Fadhil Anriva, Sri Mardaleni, Zikra Mulyani. Koordinator Liputan: Alif Ilham Fajriadi. Redaktur: Riga Firdaus Asril, Neni Chania, Nur Aini F, Silvina Fadhilah, Trany Septirahayu. Layouter: Lanny Oktavianda. Desain dan Media Sosial: Ilsa Mulya Anugrah. Produser: Muhammad Arsyad. Editor Video: Muhammad Ihsan Kamil. Reporter: Sintia Hariani, Berlian Ulfami. Pemimpin Perusahaan: Riyandi. Wakil Pemimpin Perusahaan: Jul Mardiyah. Manager Usaha: Muhammad Kamil Alhakimi. Manager Sirkulasi: Rasmina Mayuril. Koordinator ADM: Miranti Rianda. Pemimpin SDM dan Litbang: Lisa Arischa. Koordinator SDM: Tari Pradilia Cindy. Koordinator Litbang: Fathul Ilham. Wartawan: Abdurrahman (Mg), Ade Izma Juliani(Mg), Geniva Nuansa Azzuri(Mg), Ilham Hardani(Mg), Husnul Hidayati Annajmi(Mg), Elfina(Mg), Tia Yunita(Mg), Lisa Septri Melina(Mg), Mifta Rahmawati(Mg), Mizwa Anggraeni(Mg), Muhammad Ikhbal(Mg), Muhammad Irsyad(Mg), Muhammad Lutfhi Al-Alif(Mg), Nadiya Dwi Putri(Mg), Neneng Nora Hastuti(Mg), Rahma Dhoni(Mg), Ranggi Putra(Mg), Rizki Oktaviandi(Mg), Savitri Handayani(Mg), Yolanda Agustriani(Mg), Yunisa Putri(Mg), Aufa Melia Mareta(Mg), Chairun Nisa(Mg), Arina Salsabilla(Mg), Alfin Hidayat(Mg), Rahayu(Mg), Mhd. Ilham Armi(Mg), Muhammad Ilham(Mg), Poppy Pratama Efda(Mg), Nandito Putra(Mg), Suci Wahyuni(Mg), Rindo Ribad(Mg), Arinda Safitri Nasution(Mg), Silda Yanti(Mg), Irma Suryani(Mg), Kartika Hasanah(Mg), Herfan Rozali(Mg), Ahmad Fernanda(Mg), Fachri Hamzah(Mg), Annisa Suryani(Mg), Nurul Ulya(Mg), Yolla Alviayanti(Mg), Rayusman(Mg), Siti Maulina Wati(Mg), Fitri Dwiyana(Mg), Dona Adinda Syafitri(Mg), Husni Sabri(Mg), Antia Ika Mawarni(Mg).

ndonesia sedang menantikan pembaruan wajah pemerintahan. Dalam waktu dekat Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 dilakukan serentak. Tak ayal banyak hambatann yang menghadang dalam penyelenggaraannya. Salah satu corak yang biasa ditemukan adalah Golongan Putih (Golput). Keberadaan Golput menemukan macam-macam alasan. Diantaranya tak percaya janji-janji, ragu dengan pilihan, dan lain sebagainya sesuai individunya. Sementara itu, mengenai pelaku golput sendiri dapat dilihat dari mahasiswa. Sebab mahasiswa yang sebagian besar termasuk dari pemilih pemula. mahasiswa juga tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Sayangnya, sebagian keterbatasan, dan perbedaan ideologi jadi indikasi golput. Padahal jika melihat keadaan sosial politik di Indonesia, seharusnya mahasiswa menggunakan posisinya. Sebagai aktor dalam pembangunan dan perubahan, mahsiswa sudah sepatutnya menumbuhkembangkan perannya. Sementara itu untuk mencapai kampus yang ideal dan berkompetitif, UIN IB Padang berusaha mencoba memperbaiki kebijakan dari fase ke fase. Seperti sedang berada pada tahap peningkatan kualitas, mempertahankan nilai-nilai dan citra kampus juga diperhatikan. Dari aspek akdemik, UIN IB sedang mencoba naik ketahap puncak pemulihan. Sebab perubahan muncul maka macammacam penyesuaian dilakukan. Salah satunya pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Jurusan MPI yang menyandang konsentrasi BKI tak terdaftar di Forlap Dikti. Ihwal ini menjadi pemicu sejumlah Alumni MPI melakukan audiensi kepada pihak pimpinan kampus. Cemas dengan nasibnya, berbilang mahasiswa gelar audiensi terhadap Pimpinan FTK. Terkait peralihan Prodi MPI tidak lagi menyandang konsentrasi BKI. Pertemuan, dan melahirkan kebijakan yang pilihannya dikembalikan lagi kepada mahasiswa (+) Golput (-) Diwakilkan selah ka urang nan miliah, nan penting pemimpin alah ado bisuak tu (+) Jurusan MPI Vs BKI (-) Jurusan manggalau, SKS dak lo sesuai (+) Jalan Lain Indoktrinasi Pembekangan Ideologi (-) Kita cukup saling mengerti dan memahami saja

Pelindung: Rektor UIN Imam Bonjol Padang Dr. H. Eka Putra Wirman, Lc, MA Penanggung Jawab: Wakil Rektor III UIN IB Padang Dr. Ikhwan Matondang, S.H, M.Ag Kepala Biro AAKK UIN IB Padang Drs. H. Salman, MM Pembina: Andri El Faruqi, S.Sos.I Muhammad Nasir, SS, M.A Penasehat: Drs. Yulizal Yunus, M.Si Dr. H. Shofwan Karim Elha, MA Hj. Emma Yohanna Dr. Sheiful Yazan, M.Si Suardi, S.Ag. M.Si Abdullah Khusairi, MA Zulfikar, S.Pd Dewan Redaksi: M. Rahmadh Naufal Ash Siddiq, Muhammad Iqbal, Dina Audya FR, Miftahul Jhannah, Fatma Sari, Ganti Putra Wardana, Ananda Randy Pratama, Cani Silpina


Mentalitas Jurnalis Mahasiswa

Iko Juhansyah

(Pemimpin Umum Suara Kampus)

M

enggeluti Pers kampus merupakan aktivitas secara langsung sudah menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat, mengabdi untuk masyarakat kampus dan memberikan informasi bagi kepentingan publik. Pers Mahasiswa merupakan wadah sekelompok mahasiswa yang sedang menjalankan kebebasan dalam berdemokrasi di tingkat perguruan tinggi. Kehidupan kampus merupakan miniaturnya negara, Pers Mahasiswa (Persma) adalah bagian dari sistem demokrasinya. Dalam menyampaikan pendapat dan mengkritisi kebijakan pemerintah warga Negara dilindungi Undang-undang nomor 9 tahun 1998 pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan tak terkecuali juga seorang mahasiswa, namun melalui Persma, banyak dari mereka mempunyai pandangan dan cara yang berbeda dalam menyikapi dan menyalurkan aspirasi mahasiswa terhadap pemerintah dan pejabat kampus. Maka tidaklah heran apabila banyak kejadian petinggi kampus yang mendiskriminasi Persma karena beberapa tulisan dan

Kami menerima tulisan dalam berbagai bentuk, silakan kirimkan karya, kritik dan saran dalam berbagai bentuk, silakan kirimkan karya terbarumu ke email lpmsuarakampus@gmail.com . sertakan foto dan identitas diri, untuk info lebih lanjut hubungi di 081374240703. +628228767xxxx Seharusnya, keamanan kampus di perketat. Agar tidak terjadi kehilangan motor mahasiswa di area kampus. Sekarang fasilitas kampus seperti parkir sudah ada seharusnya ada security yang intens menjaga parkir. Seharusnya lokal dan juga parkir diberi CCTV guna mengantisipasi kemalingan. + 628239200xxxx Pengelolaan sampah di UIN ini kurang bagus, jalan menuju asrama dijadikan sebagai tempat penumpukan sampah yang terkadang mengeluarkan aroma tidak sedap. Padahal uang UKT sudah tinggi namun, fasili-

karya jurnalistik yang mereka sampaikan sudah secara tidak langsung memberikan nilai kritik terhadap kampus dan kebijakankebijakannya. Persma sangat berperan aktif dalam pembangunan kampus, jatuh bangun Persma sepanjang sejarah sangatlah banyak mendapati intimidasi. Pemberedelan dan pencabutan atau penahanan Surat Keputusan pengurus. seperti yang terjadi menimpa LPM Suara Universitas Sumatera Utara (USU) akhir-akhir ini. Kasus ini membuat heboh dikalangan Persma. Banyak yang berpadangan bahwa intervensi pihak kampus USU sudah melewati batas sehingga banyak dari Persma memberikan respon negatif terhadap hal ini dan melakukan aksi dukungannya. Sebagai jurnalis muda, Persma adalah tempat awal mula menggeluti dunia jurnalistik. Tentu tidak mudah menjalani peran ini dalam kehidupan kampus. Apa lagi undangundang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers masih dalam perdebatan apakah Persma termasuk dalam Pers yang dimaksud atau tidak. Karena dalam undang-undang tidak ada menyebutkan secara gamblang kata Persma namun dalam praktiknya mereka sudah melakukan kerja sebagai mana mestinya pers profesianal. Kebanyakan wartawan mahasiswa berpendapat “Landasan hukum Pers Mahasiswa ialah kebebasan berekspresi dan kebebasan akademik. itu sudah melindungi tindakan yang dilakukan oleh seorang jurnalis mahasiswa, namun tentu dalam mengembangkan bakat tidak berarti bisa menabrak peraturan kampus dan tetap sejalan dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Tindakan-tindakan represif dari petinggi kampus inilah yang menjadi resiko dan penyemangat bagi Persma untuk selalu menyampaikan informasi yang benar dan apa adanya. Keberanian ini tentu sangat membentuk mentalitas seorang mahasiswa ditambah lagi kerja seorang jurnalis dibawah tekanan deadline. Keadaan ini membuat tidak banyak mahasiswa yang mampu bertahan berproses bersama Lembaga Pers Mahasiswa. Pekerjaan yang mendalami dan mencari tahu seluk seputar kampus membuat aktivis Persma dapat lebih mengetatahui bagaimana permasalahan yang terjadi bahkan permasalahan tingkat nasional. Maka mentalitas kritis dan literasi yang tinggi sudah tebentuk sejak menjadi Jurnalis mahasiswa.

tas tetap tidak sebanding. +628126822xxxx Kurikulum dan prosedur perkuliahan mohon sedikit diperjelas, seperti yang terjadi saat ini pada jurusan Tadris Bahasa Inggris. Mata kuliah yang harusnya diajarkan pada semester enam malah diberi pada semester tiga. Hal ini membuat mahasiswa bingung dan kesulitan. +628228621xxxx Saya berharap pihak kampus memperhatikan fasilitas kampus yang sudah tidak layak pakai, seperti WC, kipas angin, kursi dan infokus. Agar mahasiswa/I nyaman belajar. +62812285xxxx Kipas angin di lokal terbatas, banyak yang rusak sehingga ketika belajar tidak nyaman karena panas dan berkeringat. Jadi, tolong tambah kipas angin dan yang rusak diperbaiki.

Naluri Pengamanan Pemilu

M

enarik naluri bagian dari pragmatisme kreatif anatau semacam politik tisipatif Kaganda dan mendua. Itupolda Sumbar Irjen lah yang harus dicermaPol Fakhrizal dalam ti. Tapi yang jelas orang pengamanan pemilu Minang sejati dengan serentak 2019 yang segala kearifannya tidak tinggal hitungan hari, menyukai orang berpadapasca Apel Gelar muka dua. Tenang, tapi Pasukan Operasi Manmenghanyut terlepas tap Brata TNI dan Polri dari makna positifnya. bersama stakeholdIni pula harus dijaga seers dan masyarakat, di bagai penangkal dini, Lapangan Imam Bondalam kerangka memejol, Padang, Jumat, lihara visi orang Mi22 Maret 2019, Yulizal Yunus nang: bumi sanang, seperti dilaporkan (Dosen Fakultas Adab dan Humaniora) padi menjadi, jagung hari itu juga oleh maupiah, taranak wartawan padang. bakambang biak, batribunnews.com Rizka Desri Yusfita dan pak sakti, mandeh kayo, mamak disambah editor Emil Mahmud.Naluri itu terbaca da- urang, kapanakan dipinang urang pulo, nalam topik laporanitu: Meski Sumbar Relatif gari aman sentosa (sejahtera). Aman, Kapolda Tidak Mau Remehkan PoKapolda Jenderal berbintang dua tensi Konflik Jelang Pemilu. Ada kedala- Fakhrizal ini membingkai tindak dengan man makna, memaknai nilai kearifan lokal kearifan di wilayah hukum Polda Sumbar Minangkabau. Isyarat alam: air tena ng yang dipimpinnya. Orang Minang justru menghanyut, dalam perspektif penga- tahu diribuik kamanjadi (fenomena ribut manan yang bisadiduga berdimensi positif menjadi konflik). Ada gejala di samping dan bisa berdimensi negatif. Di air yang ada fenomena perang persepsi, hoax vertenang seperti apa derasnya arus dalam sus haq (bohong lawan benar) meski tidak (di bawah), penting diarifcermati. Sebesar sampai diam-diam kepada social disobeapa deras pusingan di arus bawah. Di per- diance (pembangkangan sosial). Namun mukaan tidak terlihat. Tenang dan aman mesti dicermati ada asap ada api. Seperti saja. Di baliknya tidak diketahui ketegan- apa panasnya api di bawah sekam dalam gan seperti apa yang berpotensi konflik. kepulan asap kecil di kelembaban pagi. Karenanya, kearifan Kapolda itu dapat digBeralasan Fakhrizal Kapolda orang arisbawahi, segecil apapun potensi konflik awak ini yang menghargai energi persahatak boleh diremehkan. batan, secara substansial arifmengamanahJustru orang Minang ahlinya meman- kan: TNI dan Polri dalam memelihara ketage konflik. Gurunya dalam manajemen ahanan keamanan dalam penyelenggaraan konflik. Basilang kayu dalam tungku di situ Pemilu serentak ini, mengecek kekuatan api mako hidup. Konflik bagi mereka, ada menyusul kampanye terbuka, setelah itu nilai positif (bersilang kayu dalam tungku) minggu tenang, pemungutan suara, hingga bernilai energi (api hidup, nasi masak, sil- penghitungan suara. “Kita tidak boleh diang kayu diungkai). Namun tak jarang juga anggap underestimate (remeh). Kita semua salah guna (silang kayu dipermanenkan, harus siap mengamankan Pemilu”, adalah api terus menyala dan nasi gosong). Arti- bagian dari naluri kewaspadaan dini. Ia nya konflik dipermanenkan, mengacaukan seperti lebih memahami kearifan lokal Mikeamanan, memperkeruh suasana untuk nangkabau dalam perspektif pengamanan sebuah kepentingan. Bermaksud buruk. In- dini: malam badanga-danga, siang bacaliakgin “menangguk di air keruh”. Kepentingan calik (malam didengar –dengar, siang dilisesaat. hat-lihat). Jauh diulangi, dakek bakandano Meski konflik bagi orang Minang tidak (lokasi jauh dikunjungi, dekat dipelihara). haram, namun melihat dimensi positif dan Tentulah naluri kearifan dan kepekaan itu negatifnya tidak gampang pula. Sukar ter- kaya pada TNI dan Polri. Bahkan kaya pula baca, selain melihat gejala laku dan aksi. dengan potensi instrumen canggih dalam Marahnya orang Minang pun kadang tak memetakan, mana-mana kawasan rawan terlihat. Justru orang Minang sejati, se- konflik dan fenomena yang besar muamarah apapun tidak mengesan di wajah. tan dan pemicu konflik. Arif, tahu dengan Diplomat. Berpikir positif, pandai menyem- “ribuik kamanjadi” yang patut dicermati. bunyikan marah dan senang dalam sakuTugas kita pada semua unsaku malu. sur masyarakat (tradisional adat dan Yang jelas orang Minang itu bermalu. masyarakat akademik di perguruan tinggi Inti adatnya malu. Malu berprilaku meny- untuk memberi dukungan terimplementasimpang. Malu bagian dari iman (al-haya’u inya naluri kearifan peningkatan pengamanmin al-iman). Karenanya semarah apapun an dalam segala hal seperti yang dihimbau yang disimpan dan yang keluar, tetap saja Kapolda Irjen Pol Fakhrizal. Terus menjaga di wajahnya terkesan senyum. Mungkin ketahanan keamanan dini. Sekaligus tetap diplomasi. Karenanya pula, walau marah- memperkut persatuan dan kesatuan. Bernya ibarat harimau mau menerkam, tetapi satu teguh, bercerai runtuh. Ambiak contoh keluarnya lentur juga seperti seenak gu- kanan sudah, ambiak tuah ka nan manang. lai kambing. Bagian dari makna norm pe- “Yang sudah” kalau bersatu pasti teguh, katitih: harimau dalam perut, kambing dike- lau bercerai berai pasti runtuh. luarkan. Orang Minang mengarifinya, apa


Golput

Mandat untuk Mahasiswa Level Rendah

Ilustrasi Menggunakan hak dan Golput pada Pemilu serentak 2019

P

emilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019 tinggal menghitung hari, ada perbedaan dengan pemilu sebelumsebelumnya, karena yang sekarang diadakan secara serentak dengan memilih presiden dan wakil presiden, DPD-RI, DPR-RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten. Karena untuk pertama kalinya diadakan pemilu serentak, tentu banyak sekali yang harus diperhatikan, supaya Pemilu berjalan lancar dan banyak yang berpartisipasi. Permasalahan yang mungkin terjadi dalam pemilu serentak ini seputar partisipasi pemilih nanti. Dikarenakan banyaknya pilihan caleg diikuti dengan memilih presiden dan wakilnya. Tentunya sangat mungkin sekali terjadi indikasi Golongan Putih (Golput) pada pemilu serentak nantinya. Golput adalah gerakan warga negara yang menolak untuk memberikan suara dalam pemilu. Hal tersebut didasari sebagai tindakan protes terhadap berbagai hal yang menyangkut pemerintahan. Banyak hal yang melatarbelakangi kenapa mahasiswa Golput, mulai dari tidak menyukai politik, tidak mempercayai calon-calon yang akan duduk di kursi kepemimpinan. Selain itu rasa malas mengurus pindah memilih, merasa visi dan misi tidak cocok,hingga merasa suaranya tidak berguna serta berpikiran bahwa Golput itu keren. Suara dari kaum milenial sangat menentukan pemimpin kedepannya, kaum milenial juga merupakan kunci dari kesuksesan pemilihan nanti, hendaknya kaum milenial kritis dalam menyikapi segala bentuk tentang pemilihan, serta ikut mengawal dan berpatisipasidalam pemilihan serentak nanti. Baik nanti sebagai pelajaran atau penentuan masa depan dan demi kemajuan bangsa ini. Jika mengikuti perkembangan di sosial media, banyak kaum milenial yang mengkampanyekan golput. Namun, Golput yang dilakukan kaum milenial tersebut sangat keliru, jika hak suara yang telah

diberikan kepadanya tidak dipergunakan dengan semestinya, sama dengan mengkhianati sistem pemerintahan Indonesia, yaitu Demokrasi. Karena demokrasi adalah sistem pemerintahan dimana seluruh rakyatnya turut berpartisipasi dengan perantara wakilnya. Dengan demikian, Golput yang dikampanyekan oleh kaum milenial merupakan sebuah tindakan lemah, karena kaum milenial tak mampu menggunakan hak suara yang telah diberikan kepadanya. Pelaku Golput Adalah Mahasiswa Level Rendah Beberapa waktu lalu, muncul berita dan survei yang dilakukan oleh pelbagai media online terkait partisipasi mahasiswa dalam pemilu serentak nanti. Namun hasil dari survei tersebut sangat disayangkan, banyak dari mahasiswa-mahasiswa yang memilih untuk golput. Dilansir dari Tempo.co memperkirakan banyak yang akan golput, mengingat banyaknya mahasiswa yang berkuliah tidak pada daerah asalnya atau merantau. Hal tersebut secara otomatis membuat tingkat partisipasi berkurang, disebabkan waktu libur yang tidak memadai untuk melakukan aktifitas pulang kampung. Selain waktu libur yang tidak memadai, banyaknya persyaratan adminis-

tratif membuat mahasiswa enggan untuk melengkapinya. Walaupun persyaratannya tidak terlalu rumit, namun rasa malas yang berlebihan membuat mahasiswa enggan untuk keluar rumah dan melengkapi persyaratan adminitrastif tersebut. Persyaratan administratif itu berupa formulir A5 bagi yang melakukan pindah memilih. Hal tersebut dibenarkan oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN IB Padang, Gusti Laras mengatakan bahwa ia tidak bisa menggunakan hak pilihnya pada pemilihan caleg di daerahnya. “Kalau ke kampung hanya untuk memilih, saya tidak bisa, karena jarak tempuh serta biaya transportasi jadi penghalangnya,” jelas wanita yang berasal dari Provinsi Aceh tersebut. Gusti menuturkan bahwa ia tidak terlalu mengikuti perkembangan Pemilu. “Saya memang mengakui kalau tidak mengikuti perkembangan Pemilu serentak nanti, bahkan menonton debat calon presiden dan wakilnya saja tidak saya lakukan,” tuturnya. Gusti menjelaskan tindakannya tidak mengikuti perkembangan debat capres dan cawapres karena tidak ada televisi di kosnya dan kuota internet yang tak cukup untuk melihat live streaming nya. “Anak kos jarangmempunyai televisi, kuota internet saya juga pas-pasan,” jelasnya,

Rabu (20/03). Menanggapi hal tersebut, tim suarakampus.com menemui guru besar yang melek terhadap politik di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN IB Padang, Duski Samad. Duski mengatakan mahasiswa yang tidak mau mengikuti perkembangan pemilu disebabkan oleh rasa malas. “Terutama sekali karena malas, kalau tidak malas, pasti mereka mau mengikutinya,” jelas Duski diruangan guru besar FTK. Duski menuturkan pada mulanya jumlah kaum milenial yang golput tidak banyak, tapi doktrin yang menyuruh untuk golput sangat besar. “Golput itu karena banyak yang memviralkan, makanya kaum milenial ikut-ikutan juga,” tutur Duski. “Saya yakin mahasiswa akan berpartisipasi aktif pada pemilu serentak nanti, jangan mau kena doktrin untuk golput, mahasiswa adalah agent of change, pilihlah pemimpin yang layak untuk dipilih,” ungkap Duski. Jika ada dari mahasiswa yang tak mau mengeluarkan hak suaranya pada pemilu serentak nanti, itu adalah mahasiswa level rendah. Karena, mahasiswa tidak mampu bagaimana cara menggunakan hak suaranya, maka mereka memilih untuk golput. “Jika golput, berarti mereka tidak tahu bagaimana cara menggunakan hak suaranya,” ungkap dia. “Mahasiswa adalah orang yang terdidik dan cerdas. Karena itu saya sangat percaya jika mahasiswa mampu untuk melaksanakan tugasnya dengan menunaikan hak mengeluarkan suara untuk pemilu,” tambahnya. Duski mengatakan jikapun ada yang beranggapan Golput adalah jalan tengah, karena tidak mau ikut campur dalam urusan politik, hal tersebut salah besar. Seharusnya, mahasiswa mengeluarkan hak suaranya, supaya tidak terpilih pemimpin yang salah nantinya. “Jangan main-main dengan golput ini, pemimpin yang tidak baik akan naik olehnya,” ucap Duski, Senin (18/03). Elit Minoritas yang Tidak Terjamah Partai Politik Julukan elit minoritas ditujukan untuk mahasiswa dengan artian mempunyai peran besar dalam mengontrol, membangun serta mengawasi suatu negara. Namun, apa jadinya jika persoalan mempergunakan hak suaranya sendiri saja tidak mampu dilakukan. Bagaimana mungkin bisa mengawal serta membangun bangsa Indonesia ini kearah yang lebih maju. Pakar Politik UIN Imam Bonjol Padang, Muhammad Taufiq mengatakan walaupun muncul ketidakpedulian sekelompok mahasiswa dalam menggunakan hak suaranya untuk pemilu serentak nanti, tentunya didasari oleh banyak hal. Namun, yang paling krusial sekali adalah tidak adanya diantara partai politik (parpol) yang memberdayakan kelompok mahasiswa dalam segala kegiatannya. “Parpol yang tak mengikutsertakan mahasiswa dalam kegiatan mereka secara otomatis bisa dipastikan, mahasiswa tidak akan menengok kehadapannya,” ucap Taufiq saat ditemui tim suarakampus.com. Taufiq menjelaskan bahwa mahasiswa adalah pemimpin masa depan, jika sedari sekarang anti terhadap politik dan beranggapan jika politik tersebut kotor, maka Indonesia akan kehilangan pemimpin yang layak untuk 20 tahun yang akan datang. “Jika sekarang anti politik, siapa yang


memimpin Indonesia ini nantinya, tidak mungkin kaum tua lagi,” jelas Taufiq. Ia menuturkan bahwa tidak bisa menyalahkan mahasiswa akan pilihan mereka untuk tidak mau berpartisipasi pada pemilu serentak nanti. Karena kita harus melakukan peninjauan dahulu, apa penyebab dari mahasiswa yang enggan untuk mengeluarkan hak suaranya. “Jangan langsung salahkan mahasiswa yang Golput, ada banyak pertanyaan seputar itu,” tuturnya. Faktor pertama, mahasiswa merasa ia tak dianggap dalam perjalanan politik di Indonesia, yang menimbulkan pemikiran bahwa politik tersebut hanya untuk orangorang partai saja. Faktor kedua, tidak adanya pendekatan lebih dari calon kepada pemilih, hal tersebut menyebabkan mahasiswa merasa

tolak oleh mahasiswa semester enam, Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama-Agama UIN IB Padang, Aryogo. Aryogo mengatakan bahwa partai politik sebaiknya mengurus kepentingan partainya, jangan bujuk mahasiswa karena itu akan menghilangkah jiwa kritis serta idealis dari mahasiswa tersebut. “Partai politik jangan ikut campur dengan mahasiswa, kalau mau berpolitik, organisasi kepemudaan ada, mahasiswa bisa masuk kesana,” ucap Aryogo. Aryogo mengatakan walaupun ia benci akan politik, namun memilih wajib hukumnya. Karena hak suara yang telah diperuntukkan kepada setiap masyarakat merupakan tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan. “Saya pribadi

Berikut daftar Daerah Pemilihan (Dapil) di Sumatera Barat

berpolitik itu adalah sebuah perilaku kuno. Faktor ketiga, proses administratif serta jangka waktu libur yang tak memungkinkan mahasiswa pulang kedaerah asalnya untuk mengeluarkan hak suara. Walaupun sudah ada formulir A5, terkadang rasa malas dalam diri mahasiswa membuat keenganan untuk mengurusnya. Selain ketiga faktor tersebut, ada sebuah perilaku yang membuat Golput ini semakin melalang buana kesemua kalangan. Seperti sama-sama kita ketahui perilaku dari kaum milenial Indonesia adalah menyukai sesuatu yang viral. “Golput itu terkenal karena diviralkan, jika kita positif tidak akan terjadi Golput, semua kita pasti akan memilih,” jelasnya. Taufiq menyarankan untuk selanjutnya, partai politik sudah harus punya agenda bagaimana memperlakukan kaum milenial tersebut. Supaya ada jalan yang jelas untuk berkomunikasi dengan milenial. “Jika ada agenda yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, partisipasi mahasiswa akan politik akan meningkat drastis,” sarannya, Kamis (21/03). “Karena jika tidak ada agenda yang melibatkan mahasiswa, mahasiswa akan menganggap Pemilu tersebut tidak penting, padahal suara mahasiswa sangat menentukan, 40 persen dari pemilih adalah pemilih muda, dan mahasiswa termasuk dalam pemilih muda tersebut,” tambahnya. Berbeda dengan pandangan yang Taufiq tuturkan bahwa partai politik harus mendekati mahasiswa, hal tersebut di-

tetap akan memilih, walaupun saya tidak suka politik,” jelas Aryogo. “Pesta demokrasi ini adalah momentum kita sebagai warga negara untuk ikut berpartisipasi membawa negara ini supaya menjadi baik kedepannya” tambahnya kepada tim suarakampus.com. Mandat Sosialisasi Penting Memilih, Kewajiban Setiap Orang Menimbang amanat dari Undang-Undang No 7 tahun 2017, untuk tercapainya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana

termasuk dalam pembukaan UndangUndang Dasar Negera Republik Indonesia 1945, perlu diselenggarakannya pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden, sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Untuk itu, beberapa kegiatan ataupun sistem yang ada pada pemilu serentak 17 April 2019 nanti sangat diatur dan dijaga sedemikian rupa oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KUPD) Sumatera Barat (Sumbar). Karena ini kali pertamanya diadakan pemilu serentak, akan banyak sekali perbedaan daripada pemilihan sebelum-sebelumnya, misalnya konseksuensi perkonveksian suara yang juga berbeda dengan sebelumnya. Ketua KPUD, Amnasmen menuturkan bahwa ada banyak persiapan yang dilakukan oleh KPUD Sumbar untuk menghadapi pemilu serentak nantinya. “Karena ini kali pertama pemilu serentak di Indonesia, ketelitian sebelum pelaksanaan sangat ditekankan,” tuturnya. Amnasmen mengatakan jika ada mahasiswa yang berasal dari luar Sumbar, wajib untuk mengurus formulir A5, guna untuk persyaratan pindah memilih. “Bagi yang melakukan pindah memilih, langsung datang ke KPUD Sumbar dengan membawa KTP elektronik,” ucapnya saat diwawancarai tim suarakampus.com di ruangannya. Kendati demikian, masih banyak yang tidak mau mengurus formulis A5 tersebut. Padahal dalam pengurusannya cukup mudah. Tidak ada persyaratan yang terlalu rumit. “Niat dari orang yang pindah memilih itu tidak mau mengurus, karena itu dianggapnya sulit,” jelasnya. Amnasmen mengutarakan bahwa KPUD Sumbar sudah membentuk relawan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat mengeluarkan hak suaranya. Relawan tersebut 30 orang per kabupaten dan kota. “Kami sudah bentuk 30 orang relawan, yang nantinya bertugas untuk menyebarluaskan informasi mengenai pemilu serta pentingnya memilih,” ungkapnya. “Selain relawan, KPUD Sumbar juga mengadakan sosialisasi ke berbagai sektor pendidikan, kampus dan sekolah misalnya,” tambahnya, Kamis (21/03). Amnasmen memahami bahwa mahasiswa adalah kelompok yang strategis serta banyak yang kritis dalam menyikapi segala persoalan. “Mahasiswa termasuk dalam

Gerakan Aksi menyuarakan Golput dari anak-anak muda Makassar / Twitter : Muh Fajar Akbar

Survei Partisipasi Mahasiswa UIN IB Padang

(Dari 158 koresponden, 75% memilih, 22% tidak memilih, dan 3% ragu) golongan pemilih muda, persentase pemilih muda untuk pemilu serentak adalah 40 persen, jika banyak yang tak mengeluarkan hak suaranya, akan berimbas terhadap tidak berjalannya demokrasi,” terang dia. Segala pihak bertugas mensosialisasikan pentingnya memilih, bukan hanya tugas KPUD Sumbar. Karena ketika pemilihan tersebut, akan muncul pemimpinpemimpin baru, jika banyak yang tak mengeluarkan hak pilihnya sama dengan menolak untuk memajukan bangsa Indonesia ini. “Harapannya, pergunakanlah hak suara ketika pemilu serentak nanti, serta saling mensosialisasi pentingnya memilih,” harap Amnasmen. Kendati demikian, masih banyak dari beberapa pemilih muda yang tidak mengurus formulis A5 tersebut. Gustianda misalnya, ia terpaksa tidak mengurus formulir A5 karena terlambat mengurusnya. Sebelumnya, ia memang tidak mengetahui akan kegunaan formulir A5 tersebut. “Saya baru mau ngurus, tapi udah ga bisa lagi ternyata, jadi saya akan usakan untuk pulang kampung,” jelasnya. Selain belum sempat mengurus, ia juga merasakan hak suaranya tidak berguna, karena caleg dikampungnya banyak sekali, namun tidak ada progress yang dihasilkan jika terpilih nantinya. Akhirnya ia merasa buang-buang waktu saja. “Seperti saya tidak ada gunanya memilih, soalnya kalau udah dipilih, tidak ada perubahan yang mereka lakukan,” ungkapnya. Gustianda tidak sendiri, Robi mahasiswa semester empat UIN IB Padang juga memilih tidak berpatisipasi. Menurutnya siapapun yang terpilih nanti pasti akan lupa pada janji-janjinya. “Saya rasa yang terpilih nanti tidak akan membawa kehidupan Indonesia lebih baik,” sampainya kepada tim suarakampus.com. Alif Ilham Fajriadi, Alvin Hidayat (Mg)


Jurusan Konsentrasi Tak Punya Lisensi Kebijakan Baru Datang, Masalah Pun Menghadang

Audiensi Mahasiswa MPI adakan pertemuan bersama pimpinan fakultas di Aula FTK/ Istimewa)

P

ada akhir semester genap tahun 2018 lalu jurusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling Islam (MPI-BKI) Fakultas Tabiyah dan Keguruan (FTK) UIN Imam Bonjol Padang beralih status menjadi Manajemen Pendidikan Islam murni. Hal ini sesuai dengan nomenklatur yang terdapat pada Peraturan Menteri Agama nomor 36 tahun 2009. Sejak mulai beroperasi pada tahun 2010 silam program studi ini dikonsentrasikan kepada bimbingan konseling yang berpedoman kepada Surat Keputusan Rektor. Peralihan status ini berdampak buruk bagi seluruh mahasiswa MPI-BKI, namun dampak paling signifikan dialami oleh mahasiswa angkatan 2016 karena telah empat semester berjalan dengan ilmu bimbingan konseling. Sementara itu, peralihan status jurusan mulai diberlakukan pada akhir semester genap 2018 lalu. Dari data yang dikumpulkan suarakampus.com terdapat sebanyak empat belas mata kuliah dengan rincian 33 satuan kredit semester yang harus diselesaikan. Sebelum kebijakan semester pendek ini berlaku, mahasiswa beraudiensi dengan pihak fakultas guna mengetahui kejelasan soal nasib mereka. Audiensi melahirkan tiga opsi bagi mahasiswa, pertama bagi mahasiswa yang memilih tetap melanjutkan kuliah di jurusan MPI-BKI wajib mengikuti semester pendek, kedua mahasiswa diperbolehkan pindah ke jurusan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dan opsi terakhir bagi mahasiswa yang gigih melanjutkan kuliah jurusan Bimbingan Konseling Islam diperbolehkan pindah ke IAIN Batusangkar. Dari kebijakan tersebut banyak mahasiswa yang memilih bertahan, namun tak sedikit pula yang memilih pindah, baik ke jurusan lain maupun ke institusi lain. Dari data yang dihimpun terdapat 86 maha-

siswa memilih tetap bertahan, 33 mahasiswa memilih pindah ke jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah (PGMI), tiga mahasiswa ke jurusan Pendidikan Agama Islam, lima mahasiswa pindah ke IAIN Batusangkar, serta satu mahasiswa lainnya pindah ke STKIP PGRI Padang. Tim suarakampus.com menemui beberapa mahasiswa MPI-BKI yang merasakan dampak dari peralihan status ini. Pertama kali kami bertemu dengan mahasiswa yang memilih tetap di jurusan MPI yaitu Muhammad Nurdin mengatakan bahwa informasi tentang peralihan tersebut baru diterima dari ketua jurusan saat akhir kuliah semester genap 2018. “Pengumuman itu baru diberitahukan pas sehari sebelum libur semester,” ujar Nurdin di ruangan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajeman Pendidikan Islam (MPI), Rabu (20/03). Kata Nurdin mahasiswa yang tetap bertahan diberlakukan semester pendek untuk menuntaskan 14 mata kuliah dasar umum Manajemen Pendidikan Islam sejak 21 Januari 2019 hingga 16 Februari 2019. Semester pendek yang hanya berlangsung kurang dari satu bulan itu dirasa kurang efektif.

“Satu mata kuliah hanya mendapatkan kurang lebih tiga kali pertemuan, pertemuan pertama perkenalan, kedua ujian tengah semester dan pertemuan ketiga ujian akhir semester,” jelasnya. Menurut Nurdin efektivitas dalam satu mata kuliah diselesaikan setidaknya enam kali pertemuan atau lebih. Ia mengingatkan pihak fakultas bahwa kebijakan semester pendek yang diberlakukan harus bijak. “Jangan sampai kita menabrak aturan lagi dengan dalih harus segera selesai,” katanya. Lebih lanjut Nurdin menerangkan bahwa terdapat beberapa mata kuliah yang sudah dianggap selesai oleh dosen walaupun hanya mengadakan satu kali pertemuan. Ia juga mempertanyakan keseriusan fakultas menyelenggarakan semester pendek jangan hanya sebatas asal masalah selesai, harus ada solusi yang menguntungkan kedua belah pihak. “Bahkan mata kuliah ayat-ayat Manajemen yang diampu oleh Dekan Fakultas Tarbiyah tidak pernah melakukan kuliah tatap muka hanya dihubungi lewat pesan dan diminta untuk ujian langsung,” terangnya.

Kesepakatan Tumbalkan Mahasiswa Buah dari kesepakatan mengakibatkan beberapa mahasiswa memilih untuk pindah, seperti 33 mahasiswa yang memilih pindah ke jurusan PGMI FTK seperti yang di ungkapkan oleh Muhammad Leon Pratama bahwa mereka juga diberikan semester pendek untuk mengejar ketertinggalan 15 mata kuliah dasar PGMI atau 35 satuan kredit semester dengan waktu kurang dari satu bulan. “Kami sepakat pindah karena kedudukan (legalitas) jurusan PGMI lebih jelas,” ungkap Leon via telepon, Rabu (20/03). Mengenai bantuan yang ia terima dari fakultas, Leon mengaku fakultas hanya memberikan solusi alternatif tanpa memberitahukan duduk perkara yang sebenarnya. “Kesannya permasalahan jurusan ini ditutup-tutupi, sampai sekarang kami tidak mengetahui SK Rektor nomor berapa yang menjadi pedoman berdirinya jurusan ini,” ungkap Leon. Lain halnya dengan mahasiswa yang memilih pindah ke IAIN Batusangkar, seperti penuturan yang disampaikan oleh Gracia Shinta Femilia. Ia menyayangkan kebijakan yang diberlakukan oleh fakultas tidak mempertimbangkan dampaknya bagi mahasiswa. “Dua tahun kami lalui dengan pelajaran yang fokus kepada bimbingan konseling, lalu tiba-tiba saja informasi itu datang,” ungkapnya Via WhatsApp, Kamis (21/03). Ia beralasan bahwa memilih pindah karena merasa sia-sia jika melanjutkan kuliah di UIN IB, karena sudah dua tahun belajar dengan disiplin kuliah Bimbingan Konseling Islam tidak bisa ditinggalkan begitu saja. “Kami sudah kadung belajar empat


semester, sayang kalau tidak dilanjutkan. Oleh sebab itu kami memilih untuk melanjutkannya di kampus lain (IAIN Batusangkar),” tegas wanita yang akrab disapa Ica. Ica menuturkan proses perpindahan ia dan lima mahasiswa lainnya dipermudah. Ia hanya diperintahkan mengisi selembar surat pindah, kemudian diantar langsung oleh Wakil Dekan III Martin Kustati ke IAIN Batusangkar untuk membantu lancarnya proses administrasi perpindahan. “Sepertinya dengan pindahnya kami ke Batusangkar pihak fakultas beranggapan bahwa masalah ini selesai,” ungkapnya. Berbanding terbalik dengan perlakuan yang diterima oleh Heru Marianto yang memilih untuk pindah ke STKIP PGRI Padang, ia seolah dilepaskan begitu saja tanpa mendapatkan dukungan seperti yang diterima oleh mahasiswa yang pindah ke IAIN Batusangkar. “Saat saya meminta bantuan pihak fakultas untuk proses perpindahan mereka tidak menghiraukan, mungkin karena saya hanya sendiri. Mungkin itu sebab saya dibiarkan mengurusnya ini secara mandiri,” kata Heru via Whatsapp, Jumat (22/03) Perihal pindah ke kampus lain, Heru menyatakan kekecewaannya dengan kebijakan yang diambil secara mendadak oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, serta solusi yang diberikan berupa semester pendek tidak bisa diterimanya. “Mana mungkin bisa mengejar ketertinggalan 33 sks dalam waktu kurang dari satu bulan, lebih baik saya melanjutkan di kampus lain,” ujar Heru. Terkait peralihan status jurusan ini Ketua Jurusan MPI Nursyamsi menolak untuk berkomentar karena ia beralasan permasalahan ini adalah persoalan internal tidak perlu informasinya tersebar luas. Ia mengatakan tidak ada masalah yang perlu dibicarakan dan mahasiswa sudah mendapatkan hak mereka sepenuhnya. “Semua prosedur sudah kami lakukan, tidak ada yang perlu dibahas,” tegas Nursyamsi, Kamis (21/03). Wakil Dekan I Remiswal mengatakan asal-usul berdirinya jurusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling murni upaya pihak kampus pada tahun 2010 silam. Upaya yang di ambil pihak kampus tidak menyalahi aturan karena memang punya otoritas untuk mengatur disiplin ilmu yang akan dipelajari di dalam suatu jurusan. “Selama ini tidak terjadi masalah karena sampai tahun 2016 banyak alumni yang mempunyai kompetensi bisa diterima kerja, namun sekarang administrasi kampus ketat maka jurusan terkena imbas dan harus kembali berpedoman ke Peraturan Menteri Agama Nomor 36 tahun 2009,” ujar Remiswal diruangannya, Kamis (21/03). Terkait permasalahan jurusan, Remiswal berpendapat bahwa kasus ini cukup rumit karena saat tes calon pegawai negeri sipil tahun 2017 terdapat beberapa alumni yang dinyatakan telah lulus seleksi namun gagal ketika tahap pemberkasan karena perbedaan nama jurusan yang terdapat di ijazah dengan yang ada di Forlap Dikti. “Kita telah lama mewanti-wanti ini agar tidak terjadi namun pada tahun 2017 tersebut baru terjadi pergantian Wakil Rektor I yang membuat kita harus menunggu,” ungkap Remiswal. Saat ditanya soal Surat Keputusan Rektor yang menjadi pedoman berdirinya jurusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling Islam pada tahun 2010 Remiswal mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui secara pasti perihal Surat Keputusan tersebut. “Pada saat itu saya belum menjabat

dan saya tidak mengetahui persis, namun yang perlu dipahami bahwa jurusan ini tidak menyalahi aturan sama sekali, dibuktikan dengan banyaknya alumni yang bisa diterima di dunia kerja,” katanya. Saat kebijakan ini mulai diberlakukan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan melakukan pertemuan dengan seluruh ketua jurusan untuk mencarikan solusi atas dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut. “Pokoknya semua kebijakan yang kita ambil murni tidak ingin merugikan mahasiswa sama sekali,” tegas Remiswal. Terkait kebijakan semester pendek yang diberikan kepada mahasiswa yang tetap melanjutkan di Manajemen Pendidikan Islam dan bagi yang pindah ke jurusan lain di Fakultas Tabiyah dan Keguruan, Remiswal menyampaikan kebijakan seperti itu wajib dijalankan, jika tidak akan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar. “Walaupun banyak yang mengeluh perkuliahan tidak efektif karena kebijakan ini, perspektifnya kan situasi. Situasi yang mengharuskan kita menjalankan seperti demikian,” ujarnya. “Jangan melihat sesuatu yang tidak normal dengan kacamata normal, kalau dilihat dari kacamata normal memang kebijakan semester pendek ini bermasalah, namun itu jalan satu-satunya yang harus di ambil untuk mahasiswa angkatan 2016 yang memilih tetap melanjutkan kuliah di jurusan Manajemen Pendidikan Islam atau yang pindah ke jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah maupun ke Pendidikan Agama Islam,” tegasnya. Mengenai prosedur perpindahan mahasiwa ke IAIN Batusangkar maupun pindah ke jurusan lain, Menurut Remiswal pihak fakultas membantu semua proses perpindahan dan memudahkan mereka sebagai bentuk pertanggung jawaban. Hal itu dibuktikan dengan penunjukan langsung Wakil Dekan III untuk mengusahakan proses perpindahan mahasiswa ke IAIN Batusangkar. “Kita membantu proses mediasi dan kelengkapan dokumen agar lima mahasiswa kita bisa melanjutkan perkuliahan disana,” kata Remiswal Saat dikonfirmasi mengenai mahasiswa yang memilih pindah ke STKIP PGRI Padang, Remiswal mengakui fakultas tidak bisa memfasilitasi secara penuh bagi mahasiswa yang pindah ke kampus swasta. Dia memaparkan administrasi yang terdapat di perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi swasta berbeda. “Kita hanya memberikan surat pindah dan untuk selanjutnya proses perpindahan diserahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan,” katanya. Kejelasan Nasib Alumni Dalam usaha memperbaiki sistem UIN IB mendapatkan banyak rintangan, seperti yang terjadi pada awal tahun 2018 lalu sejumlah alumni gagal mendaftar sebagai calon pegawai negeri sipil yang dipicu belum terdaftarnya ijazah mereka di Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Hal ini disebabkan belum tuntasnya penginputan data yang dilakukan oleh pihak UIN IB. Bersamaan dengan polemik gagalnya alumni UIN IB mengikuti tes calon pegawai negeri sipil, sejumlah alumni dari program studi Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling Islam yang ijazahnya telah terdaftar, mengikuti rangkaian tes hingga sebagian dari mereka dinyatakan lulus sampai tahap pemberkasan. Saat verifikasi yang dilakukan pada tahap pemberkasan ini sejumlah alumni Manajemen Pendidikan Islam dinyatakan gagal

karena perbedaan Program Studi di ijazah dengan data yang terdapat pada Forlap Dikti. Salah seorang alumni yang mengalami kegagalan dalam tahap pemberkasan tes calon pegawai negeri sipil, Depi Saputra menjelaskan bahwa ia harus menerima kelulusan yang telah ia peroleh dari hasil seleksi kompetensi dasar dan seleksi kompetensi bidang dibatalkan. Setelah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan saat pemberkasan. “Di dalam ijazah jurusannya Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling Islam sedangkan yang terdaftar pada saat itu di Forlap Dikti adalah Manajemen Pendidikan Islam murni,” ujar Depi kepada suarakampus.com di depan Gedung I FTK, Rabu (20/03). Depi Saputra dan enam orang lain dari perwakilan alumni berinisiatif menemui Wakil Rektor I pada 31 Juli 2018 lalu untuk mempertanyakan kejelasan dari permasalahan yang mereka hadapi. Mereka

datang dilengkapi dengan membawa petisi dari alumni untuk menuntut pihak kampus mendaftarkan mereka sebagai lulusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling di Forlap Dikti. “Kita mengumpulkan tanda tangan alumni untuk mendorong pihak kampus menyelesaikan persoalan ini,” jelas pria yang berasal dari Pasama Timur tersebut. Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan Hetty Waluati membenarkan pertemuan tersebut. Ia mengatakan semua permasalahan yang terdapat di Forlap Dikti telah dirampungkan sejak akhir tahun lalu. “Untuk Alumni MPI dari angkatan 2010 hingga 2016 didaftarkan sebagai lulusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan Konseling Islam sedangkan untuk mahasiswa angkatan 2016 dan seterusnya didaftarkan sebagai mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam murni,” ungkap Hetty di ruangannya, Selasa (02/03). Riga Firdaus


Pengurus Baru LPM Suara Kampus Resmi Dilantik

I

S

ebanyak 27 orang Pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang resmi dilantik oleh Wakil Rektor (WR) III Bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan, Ikhwan. Pelantikan dilaksanakan di Aula Mansur Dt. Nagari Basa, Sabtu (09/03). WR III, Ikhwan mengatakan mahasiswa diberikan wadah untuk mengembangkan potensi diri dengan bergabung ke Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada. “Kegiatan ekstrakurikuler juga sangat penting bagi pengembangan diri,” katanya. Lanjutnya, anggota yang dilantik mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan kegiatan kepenulisan untuk menghasilkan karya yang lebik baik. “Cobalah dengan menulis jurnal serta publikasi ilmiah,” lanjut Ikhwan. “Sebagai generasi milenial, anggota LPM suara kampus harus berevolusi dengan baik,” tambahnya. Selaku Pembina, Muhammad Nasir

WR III: IPK Bukan Aspek Utama Mendapatkan Pekerjaan

ndeks Prestasi Komulatif (IPK) yang diperoleh mahasiswa hanya berada di urutan ke 17 dari 20 aspek penilaian dalam interview kerja, sedangkan penilaian utama adalah kepiawaian dalam berkomunikasi. Pasalnya, kepiawaian seseorang dalam berkomunikasi akan berpengaruh terhadap cara bekerja seseorang tersebut. “Cara agar seseorang tersebut piawai dalam berkomunikasi adalah dengan berorganisasi, karena ketika berorganisasi bisa mengasah segala soft skill dalam diri kita,” kata Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja sama UIN Imam Bonjol Padang, Ikhwan saat memberikan sambutan pada pelantikan pengurus LPM Suara Kampus, Sabtu (9/3). Selain menyinggung IPK dan komunikasi yang lihai, Ikhwan mengatakan bahwa mahasiswa perlu berorganisasi untuk mengasah kemampuan soft skill pada setiap diri mahasiswa. “Kuliah saja tidak cukup, berorganisasilah,” ucapnya. Ia juga mengutarakan saat mahasiswa masuk ke dunia kerja nantinya, hal yang paling utama dinilai berapa banyak keahlian yang dimiliki oleh pelamarnya. “Kalau hanya kuliah saja, kita hanya akan hebat di akademik saja, tidak dalam keahlian,” tuturnya. “Teman kuliah saya dahulu IPK nya tinggi, tapi karena tidak ada berorganisasi hanya kuliah saja, susah dia mendapatkan pekerjaan,” ungkap Ikhwan sembari memberikan contoh. Walaupun demikian, kuliah jangan sampai ditinggalkan juga, karena kewajiban mahasiswa adalah melaksanakan perkuliahan dengan baik. “Kuliah tetap jalan, jangan sampai ditinggalkan,” jelasnya. Selain itu Ikhwan mengingatkan kepada pengurus baru yang dilantik untuk bisa serius dalam berorganisasi, buatlah pembaharuan dan lebih kreatif lagi dari kepengurusan sebelumnya. “Berevolusi lebih baik lagi dengan mencoba menerbitkan sebuah jurnal ilmiah adalah pembaharuan yang baik untuk LPM Suara Kampus,” jelasnya. Di akhir kata sambutan, Ikhwan mengharapkan LPM Suara Kampus terbuka terhadap kampus, jika ada kendala dalam segala hal segera sampaikan. “Jika ada kendala, silakan lapor ke kami dalam bentuk proposal,” harapnya. Elfina (Mg)

Mahasiswa Minim Kesadaran akan Ketertiban Parkir

B

Akreditasi UIN IB Tetap B

adan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) merilis hasil akreditasi Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang. Hasilnya setelah dilakukan surveillance oleh tim asesor pada 22 Februari lalu akreditasi UIN IB tetap B. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan Hetty Waluati menjelaskan setelah visitasi yang dilakukan tim asesor BANPT, UIN IB tidak memenuhi standar untuk memperoleh akreditasi A. “Agar memperoleh akreditasi A harus mendapatkan poin sebanyak 361, namun UIN IB hanya mendapatkan 350,” katanya kepada tim suarakampus.com, Sabtu (23/03). Hetty menerangkan indikator yang menyebabkan UIN IB tidak mengalami peningkatan akreditasi, lima puluh persen dari seluruh program studi belum berakreditasi A, sistem informasi yang belum terintegrasi dan sistem perkuliahan yang belum terintegrasi dengan sistem informasi. “Kita bisa mengukur keadaan kampus saat ini, kedepan kita berupaya untuk mengejar 11 poin lagi,” terangnya.

L

mengatakan, semua kegiatan yang dilakukan di UKM adalah proses. Mahasiswa harus berhasil pada kegiatan akademis dan non-akademis.”Jangan bagus di UKM saja, hasil yang kita dapatkan tergantung dengan proses yang kita lakukan,” ujarnya. Sementara itu, Pemimpin Umum (PU) Demisioner, M. Rahmad Naufal menyampaikan terimakasih terhadap pengurus baru yang bersedia melanjutkan kepengurusan LPM Suara Kampus kedepannya. “Jadikan kepengurusan ini lebik baik dari sebelumnya,” kata Naufal. “Jangan sampai ada tembok yang memisahkan antara pimpinan dan pengurus, berkomunikasilah dengan baik sesama anggota,” lanjutnya. PU terpilih, Iko Juhansyah mengharapkan bimbingan kepada senior dan pembina agar kepengurusan dapat dijalankan dengan baik.”Semoga kedepannya kami dapat membawa LPM Suara kampus kepada arah yang lebih baik,” jelas Iko Elfina (Mg), Fachri Hamzah (Mg)

ahan parkir yang telah direalisasikan pada Februari 2019 lalu tidak dipergunakan dengan baik oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang. Hal ini terlihat pada mahasiswa yang parkir kendaraan di depan Gedung Student Center (SC). Salah seorang Satuan Pengamanan (Satpam), Nofriandi mengatakan mahasiswa UIN IB kurang kesadaran terhadap peraturan yang diberlakukan oleh kampus. “Seperti tempat parkir kendaraan roda dua tidak dipergunakan dengan baik,” katanya, Sabtu (30/03). “Mahasiswa terlalu banyak alasan, sehingga enggan untuk memarkirkan motornya di tempat parkir baru itu,” lanjut Nofriandi. Nofriandi melanjutkan, mahasiswa dapat berperan langsung dalam menegakkan aturan dan ketertiban yang ada, agar semua masyarakat kampus aman dengan kendaraannya. “Kadang banyak mahasiswa yang lalai sehingga meninggalkan kunci motornya, jika mereka parkir ditempat

Ia melanjutkan meskipun belum mendapatkan akreditasi A, UIN IB meningkat dalam perolehan poin 350 dari sebelumnya hanya 315 poin. “Setelah visitasi ini kita memiliki catatan untuk mengetahui baseline kita sebagai peningkatan kedepannya dan akan kita ajukan kembali untuk reakreditasi pada awal tahun 2021 mendatang,” lanjut Hetty. “Penilaian untuk perubahan akreditasi bukan dari tahun ini saja, namun penilaian dari empat tahun yang lalu, kita akui masih banyak indikator yang belum terpenuhi, mulai dari dokumen-dokumen yang belum terintegrasi dan terdigitalisasi yang baru kita mulai dan akan diupayakan secepatnya,” jelas Hetty. Hetty berharap semua civitas akademika dapat berperan aktif termasuk mahasiswa agar menyelesaikan pendidikan tepat waktu dan meningkatkan indeks prestasi kumulatif. “Mari bersama-sama berkontribusi dengan bekerja sama pasti kita bisa meraih tujuan,”harapnya. Neni, Arsyad, Ihsan

yang telah disediakan kampus, kami dapat langsung mengamankannya,” terangnya. Selain itu, Nofriandi mengharapkan pihak kampus dapat memberlakukan kebijakan dan sanksi terhadap mahasiswa yang melanggar, agar proses pengamanan dapat berjalan lancar. “Harus ada kontrol dari atasan, jika ada mahasiswa yang melanggar dibenarkan untuk diberi sanksi,” lanjutnya. Salah seorang mahasiswa, Rossy Astriningsih mengatakan, tempat parkir kendaraan roda dua yang baru jauh dari gedung perkuliahan menjadi alasan mahasiswa untuk tetap parkir didepan SC. ”Kadang ada mahasiswa yang malas berjalan jauh, sehingga memarkirkan motornya didepan gedung kelas,” sanggah Rossy. Ia berharap, kesadaran timbul bagi mahasiswa agar segera meletakkan kendaraannya di tempat yang disediakan oleh kampus. Mematuhi peraturan parkir membuat nyaman penglihatan. “Mahasiswa yang mempunyai kendaraan meski sadar akan hal ini,” harapnya. Ramadhoni (Mg), Holik (Mg)


Dua Dimensi Pesona Air Terjun Lubuk Hitam

K

epopuleran wisata di Sumatera Barat seperti tak ada habisnya. Kota Padang seolah ingin memunculkan keindahannya melalui Air Terjun Lubuk Hitam. Air Terjun Lubuk Hitam adalah salah satu panorama alam yang terletak di Desa Koto Lubuk Hitam, Cindakir, Kelurahan Teluk Kabung Utara, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Menurut pengelola, dinamakan air terjun Lubuk Hitam karena air yang ada di dasar air terjun sangat dalam dan berwarna hitam jika dilihat dari permukaan. Air terjun yang terbentuk secara alamiah ini ditemukan pertama kali oleh orang Belanda dan mereka menyebutnya dengan water black atau air hitam. Sejak saat itu masyarakat setempat meyebutnya dengan air terjun Lubuk Hitam. Jika ingin mengunjungi tempat ini maka wisatawan berangkat dari kota Padang menuju jalan raya Padang-Painan dengan jarak sekitar 25 KM kearah selatan. Sepanjang perjalanan wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan laut disisi kanan dan perbukitan di sisi kiri. Sekitar satu jam perjalanan kearah selatan, pengunjung akan menemukan pintu masuk wisata ini di sebelah kiri tidak jauh dari kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Bungus Teluk Kabung. Namun wisatawan harus jeli melihat lokasinya, karena tidak ada pintu gerbang khusus yang menunjukkan bahwa ada sebuah air terjun indah di sana. Setelah beberapa meter memasuki gerbang pengunjung akan menemukan pos karcis di sebelah kanan. Di sini pengunjung membayar tiket masuk Rp 2500 dan biaya parkir Rp 2000 untuk satu motor. Pengunjung menempuh jalan beton yang menebas sawah seolah menghiasi pemandangan diperjalanan, jika melihat ke depan sudah tampak air terjun lubuk hitam dilereng perbukitan. Sampai tepian, pengunjung harus berjalan kaki menerobos hutan hujan tropis lembab, menaiki lereng bukit dan menuruni lembah dengan kemiringan hampir 45 derajat. Fisik yang kuat dan stamina ekstra sangat dibutuhkan karena jalan yang dilalui adalah jalan setapak yang licin berbatu dan cukup terjal. Sebelum menerobos hutan pengunjung akan di sambut dengan kolam pemandian anak-anak yang terletak di tepi hutan menuju air terjun. Kemudian mulai menyusuri jalan setapak yang cukup sempit dengan beberapa tumbuhan liar di sisi kiri dan

kanan. Sepanjang perjalanan pengunjung akan ditemani oleh gemercik air sungai yang memanjakan telinga. Mengingat perjalanan tidak mudah maka disarankan memakai celana panjang dan sepatu gunung untuk menunjang kenyamanan perjalanan. Jangan lupa membawa bekal makanan karena tidak ada yang berjualan di sekitar air terjun. Selain itu juga harus membawa kamera karena akan di sayangkan sekali jika wisatawan tidak mengabadikan momen perjalanan di air terjun nan indah ini. Tak lupa pula membawa baju ganti jika ingin berenang. Air Terjun Lubuk Hitam disebut juga air terjun tiga tingkat karena terdapat tiga tingkatan air terjun dengan ketinggian dan karakteristik yang berbeda-beda. Untuk air terjun tingkat pertama jalan yang ditempuh tidak terlalu sulit. Sekitar 15 menit perjalanan dari tepi hutan maka akan sampai di air terjun dengan ketinggian berkisar satu meter. Di sini akan ditemukan banyak bebatuan dan anak-anak yang mandi dan bermain. Biasanya menjelang ramadhan, tempat ini dijadikan masyarakat setempat untuk balimau atau mensucikan diri. Memakan waktu sekitar 20 menit dengan hutan lembab yang semakin rapat maka akan dijumpai air terjun tingkat kedua yang indah dan menawan. Ketinggian berkisar 20 meter. Melanjutkan perjalanan dengan kondisi jalan licin menanjak sekitar 25-30 menit tergantung kecepatan dan kelancaran perjalan maka akan sampai di air terjun tingkat ketiga. Di sini pengunjung akan menyaksikan langsung keindahan laut lepas dengan kapal-kapal besar yang berjejeran. Ada hal menarik dari air terjun tingkat ketiga ini karena terdapat pelangi didasar air terjun. Pelangi ini terbentuk dari pembiasan cahaya matahari. Mata pengunjung dimanjakan oleh pelangi hanya berkisar pukul 11.00 hingga 15.00 WIB Air Terjun Lubuk Hitam menyimpan keindahan alam yang masih asri dan alami. Yoga Pradiwara, salah seorang pengunjung mengatakan sangat tertantang saat mengunjungi Air Terjun Lubuk Hitam. “Perjalanan memang lumayan sulit, namun kelelahan selama perjalanan akan terbayar ketika sudah sampai di air terjun ini” katanya. Ia menambahkan baru pertama kali mengunjungi termpat ini dan ternyata air terjun ini menyediakan pesona alam yang sangat menarik. Namun fasilitas dan jalan yang ditempuh belum memadai membuat yoga dan kawan-kawan harus berjuang un-

Tamasya Warga setempat memanfaatkan air terjun Lubuk Hitam tingkat satu untuk mandi / Putri Diana

Pesona keindahan air terjun Lubuk Hitam tingkat ke-tiga di Desa Koto Lubuk Hitam, Cindakir / Riyandi tuk sampai ke air terjun.“Tadi sempat tersesat karena gak ada yang ngasih tau jalan, penunjuk arahnya juga kurang jelas”. Tambahnya. Air Terjun Lubuk Hitam adalah tempat wisata yang sangat bagus dikembangkan, namun kehidupan masyarakat yang masih mementingkan individu membuat air terjun ini belum banyak dikenal pengunjung karena tidak ada promosi wisata dan upaya untuk menambah daya tarik. Beberapa pengunjung hanya mengenal air terjun ini melalui sosial media. Padahal dengan potensi air terjun yang sangat menarik ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat agar jauh lebih baik dan digunakan untuk membangun desa. Surya selaku masyarakat setempat menyebutkan pengunjung yang datang dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pelajar, masyarakat umum, juga mancanegara. “Wisatawan asing ada juga yang datang kesini”, katanya. Namun kurangnya pengelolaan desa seperti tanah disekitar air terjun yang masih milik pribadi, membuat keuntungan bagi warga yang membuka usaha disekitar air terjun masih untuk pribadi. Hal ini tentu perlu kesadaran dari masyarakat desa untuk bersama mengelola aset wisata alam daerahnya demi memakmurkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. “Aset sudah ada, selanjutnya tugas kita bersama untuk menjaga dan mengelola” tambah Surya. Kepala Seksi Pemasaran dan Ekonomi Kereatif Ade Yonanda mengatakan, tidak sepenuhnya dana untuk pengembangan

tempat wisata ini diberikan oleh pemerintah. Inovasi bisa dilaksanakan warga setempat seperti mengajukan proposal kebeberapa pihak swasta untuk membantu pembenahan. Pemerintah sejauh ini hanya melakukan pembinaan kepada Kelompok Sadar Wisata. “Untuk Air Terjun Lubuk Hitam nanti akan difokuskan juga, sekarang pemerintah sedang fokus ke wisata lain agar pengembangan terstruktur”, ujarnya. Tidak ada peresmian khusus untuk Air Terjun Lubuk Hitam karena sudah terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia, namun Dinas Pariwisata memberikan surat keputusan kepada masyarakat untuk membentuk Kelompok Sadar Wisata yang ditugaskan mengelola air terjun. Surat keputusan ini dikeluarkan sekitar Bulan Juli 2018. Dinas Pariwisata juga melakukan kunjungan dan monitoring serta evaluasi terhadap Kelompok Sadar Wisata Air Terjun Lubuak Hitam sesuai waktu yang ditentukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan keaktifan dari kelompok yang sudah dibentuk. Ade berharap Air Terjun Lubuk Hitam menjadi objek wisata favorit. “Kota Padang lebih dikenal dengan wisata bahari nya maka wisata ini harusnya menjadi peluang dan potensi alam yang harus dikembangkan karena jarang sekali wisata seperti air terjun berada di kota. Biasanya hanya terdapat didesa dan jauh dari perkotaan”, Tutupnya. Putri Diana, Riyandi, Sintia Hariani, Tari Pradillia Cindy


Jalan Lain Indoktrinasi Ideologi

P

ada tahun 2017 lalu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) secara resmi mencabut status badan hukum salah satu Organisasi Massa (Ormas) Islam yang bertentangan dengan Ideologi Pancasila, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kemenkumham Nomor AHU-30.AH.01.08 tahun 2017 tentang Pencabutan Pengesahan Pendirian Badan Hukum perkumpulan Ormas dalam Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor AHU-0028.60.10.2014. Pencabutan ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 yang mengubah UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Didapat dari pemberitaan kompas. com hal ini didukung dengan penuturan Wiranto pada jumpa pers di Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Jakarta pada Senin (8/5/2017). Ia mengatakan alasan mengapa pemerintah mencabut badan hukum ormas tersebut, pasalnya kegiatan yang dilaksanakan terindikasi kuat telah bertentangan dengan tujuan, azas, dan ciri yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Ormas. Selain hal itu terdapat tujuan utama ormas itu yang membuatnya dibubarkan, yakni mengkhalifahkan Negara Islam serta beberapa tujuannya lainnya, pertama melangsungkan kembali kehidupan Islam. Kedua, mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Serta mengkhalifahkan Negara Islam atau menjadikan negara-negara menganut sistem pemerintahan sesuai dengan ketetapan Allah SWT, Al-quran dan Hadis. Namun, sebab Indonesia menganut sistem demokrasi dan beraneka ragam agama, suku dan budaya. Oleh sebab itu lah sistem pemerintahan khilafah ini tidak bisa diterapkan di Indonesia. Upaya Hukum Pembelaan Ormas Tersebut Berdasarkan pemberitaan tirto.id pada Februari 2019, Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan salah satu Ormas Islam yang jelas sudah dibubarkan pada 2017 lalu. Namun ormas ini menyatakan tidak akan berhenti mencari keadilan meskipun kasasi ditolak. “Kami tidak merasa kaget, dalam suasana dan budaya hukum saat ini yang sangat diskriminatif dan politis, putusan seperti itu sangat mungkin terjadi,” kata IY Mantan Jubir Ormas tersebut kepada reproter tirto, Jumat (15/2/2019). IY menegaskan kelompoknya belum berniat berhenti mencari keadilan. Ia mengaku akan berkonsultasi dengan penasihat hukum kelompoknya, Fajri bukan nama asli, mengenai upaya hukum berikutnya. IY tidak memungkiri ada rencana mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas putusan MA tersebut. Ia juga meminta publik tidak menganggap ormas nya itu sebagai organisasi terlarang. Dia beralasan isi putusan MA tidak menyatakan ormas nya sebagai organisasi terlarang. Ia mengatakan, “Hanya Badan Hukum Perkumpulan (BHP) saja yang dicabut, bukan berarti ormas tersebut dilarang,” kata dia. Jalan Lain Penyebaran Ideologi Meski sudah dibubarkan oleh pemer-

Indonesia dan Warga Negara yang Khilafah

Ilustrasi Sejumlah mahasiswa melaksanakan kajian tentang Uninstal Demokrasi, Instal Khilafah intah melalui Perpu Ormas pada tahun 2017, namun tidak berarti ideologi yang menentang pancasila tersebut berhenti disuarakan. Ada banyak kegiatan-kegiatan yang bisa sebagai cara untuk mendoktrin orang lain agar mengikuti paham tersebut. Penganut paham tersebut, terus berusaha mencari jalan lain untuk bagaimana Ideologi tersebut tetap diperjuangkan ke masyarakat, hal ini terlihat pada hal yang sempat heboh di UIN Imam Bonjol (IB) Padang belakangan ini, berawal dari salah satu postingan Bunga (bukan nama sebenarnya) mahasiswa yang tergabung dalam perkumpula kajian khilafah, membagikan pamfelt yang berisi ajakan untuk melakukan diskusi bertajuk Uninstal Demokrasi Instal Khilafah. Selang beberapa waktu, postingan tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan mahasiswa UIN IB, sebagian mahasiswa berpendapat bahwa diskusi dengan tema tersebut dapat menimbulkan pertama yang diusung itu dapat menimbulkan perpecahan, lebih lagi dengan mahasiswa yang berideologis pancasila. Bukan hanya dari postingan tersebut, pasalnya beberapa oknum ini sebelumnya juga sudah melakukan kajian terkait penanaman pemikiran ke mahasiswa/i dan ikut serta mensyiarkan. Jalan yang dilakukan untuk mengajak mahasiswa bergabung dalam gerakan ini, mulai dari mengadakan kajian, diskusi, menyebar buletin terkait khilafah dan Akidah Islam. Tak hanya tatap muka atau kelompok, media sosial juga menjadi ladang atau sarana yang digunakan untuk mesyiarkan khilafah ini, baik itu blog, Facebook, dan WhatshApp. Kajian tersebut belum diresmikan kampus, namun tetap dilakukan oleh pihak terkait. Sementara itu, dari sekian banyak jalan yang ditempuh untuk penyebaran pemikiran ideologi ini, pasalnya perkumpulan dan kajian tersebut, bukan kajian resmi dari kampus. Disyiarkan Meski Dilarang Setelah diklarifikasi dan ditelusuri, Mf Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan

Agama, sebagai pemateri dalam kajian itu mengatakan, sistem pemerintahan khilafah akan tetap disyiarkan dan harus diterapkan di Indonesia, meski sudah dilarang, “Sistem pemerintahan ini sesuai dengan perintah Allah SWT dan ajaran Rasullulah SAW,” katanya. “Kami wajib mensyiarkannya, karna ini adalah hukum dan sistem pemerintahan yang benar-benar sesuai dengan akidah islam,” tegasnya. Ia juga menyampaikan, mensyiarkan Khilafah ini sangat dilarang oleh pemerintah Indonesia. Hal tersebut disebabkan Indonesia menganut sistem demokrasi toleransi dan berlatar belakang beraneka ragam suku, agama dan budaya. “Namun apapun konsekuensinya kami akan tetap men syiarkan, meski pun dieksekusi mati,” tegas MF saat diwawancarai tim suarakampus.com. “Kami hanya melakukan pendakwahan dan pencerahan pemikiran bukan melakukan tindakan fisik,” kata dia. MF menambahkan, seharusnya pemerintah sekarang dapat mempertimbangkan dan menerapkan sistem pemerintahan ini. “Khilafah saat ini belum di terapkan di Indonesia, namun belum tentu tidak bisa diterapkan, mana tau suatu saat nanti ada masanya,” ujar dia. MF juga menghimbau masyarakat, khususnya mahasiswa untuk bergabung dan mensyiarkannya. “Kalau bukan kita, lalu siapa lagi, “ ujar MF saat ditemui dikediamannya. Ia berharap, sistem pemeritahan ini bisa diterapkan di Indonesia. “Setidaknya pemerintah memasukkan metode atau hukum tersebut pada pemerintahan demokrasi ini,” ujarnya. Bukan Kegiatan Resmi dari Kampus Menanggapi hal itu, Wakil Rektor III, Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN IB Ikhwan Matondang mengatakan, kegiatan ini bukan kegiatan resmi kampus. “Oleh karena itu, pihak kampus tidak berhak melarang,” jelas dia Ia juga menyampaikan, jika kegiatan tersebut sudah resmi dan ada organisasinya di kampus maka pihak kampus berhak untuk memberi tindakan ataupun sanksi jika terdapat penyimpangan.

“Setiap orang memiliki pemikiran masing-masing, jadi kita tidak berhak mengecamnya keras dan melanggar, mereka juga memiliki hak asasi,” ucap Ikhwan. Untuk antisipasi agar tidak menyebar luas, cukup memperkokoh gerakan tersebut dengan moderat yang lebih bijaksana. “Kita dakwahkan islam yang sesungguhnya dengan jalan yang lurus,” tegas Ikhwan saat diwawancari diruanganya. Ia juga mengatakan, dalam konteks seperti ini, yang dibutuhkan adalah jalan keluar dengan cara penyerangan pemikiran, bukan dengan kekuasaan sehingga nanti akan menjadi kediktatoran. “Kita hanya menghindari keributan, saya lebih suka kampus ini damai bukan berpecah,” ujar dia. Tolak Jika Sampai Pada Tahap Mengganggu dan Memaksa Sementara itu, Denada Yolanda Mahasiswa Psikologi Islam mengatakan, khilafah merupakan sistem yang pantas diterapkan di Indonesia. “Khilafah tak mengganggu agama lain, melainkan melindungi,” ujarnya pada suarakampus.com. Menurutnya, khilafah merupakan hal yang baik dan ini pantas bagi Indonesia. “Jika sistem ini dipakai di Indonesia, hal ini tidak akan mengganggu agama lain, malahan melindungi,” jelas dia. “Saya sering mengikuti kajian ini, tak selalu membahas khilafah namun juga akidah islam,” katanya. Sedana dengan Denada, SR Mahasiswa Hukum Tata Negara mengatakan kajian ini bagus dilaksanakan, Namun, oknum di dalam terlalu memaksa untuk sejalan dengan pemikirannya dan memaksakan ikut serta mesyiarkan. “Hal tersebut membuat kami risih,” kata dia. Ia mengatakan, jikalau sudah menyebar luas dan mengganggu, harusnya pihak kampus lebih tegas melarang dan memberi sanksi. “Saya ingin pihak kampus memberi arahan kepada mereka dan jika sistem khilafah diterapkan di Indonesia, jangan lah dengan cara yang radikal,” harapnya. Silvina Fadhilah, Ade Izma (Mg), Lisa Septi (Mg), Fachri Hamzah (Mg).


Riki Saputra (Alumni IAIN Imam Bonjol Padang)

Jejak Belia Rektor Termuda Se-Indonesia

R

ektor Termuda se-Indonesia, sekarang melekat kepada Riki Saputra, pria kelahiran Buktittinggi 13 Desember 1982, terpilih menjadi rektor termuda di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Sumatera Barat pada Februari 2019. Apa yang ditanam maka itu yang akan dituai, kali ini sesuai untuk kisah perjuangan sosok yang baru saja dinobatkan itu. Hanya didampingi oleh ibu yang jadi pondasi kekuatannya untuk selalu menjalani kehidupan. Sebelum menjadi rektor, perjalanan Riki juga punya warna dinamika hidup tersendiri, banyak hal yang dilalui untuk mencapai titik tersebut. Sebab rektor tidak menjadi tujuan dari impiannya. “Sebelumnya, saya tidak terlalu berharap untuk menjadi seorang rektor, tetapi jika banyak yang mempercayai itu menjadi sebuah tantangan untuk dihadapi,” katanya. Kilas Balik Perjuangan Riki Menjalankan aktifitas baru sebagai rektor di perguruan tinggi tentu menimbulkan ingatan masa lalu saat memperjuangkan pendidikan. Bagi Riki hidup tanpa perjuangan yang maksimal kita tidak akan menjadi apa-apa. Ia melanjutkan pendidikan S1 di IAIN Imam Bonjol Padang dengan menamatkan pendidikan selama 3,5 tahun pada 2005. Dilanjutkan untuk mendaftar pekerjaan di salah satu bank dengan posisi marketing, hingga ditawarkan menjadi tenaga pendidik pernah ia lalui. Tetapi kenyamanan tidak datang terhadap diri Riki saat itu. “Banyak sekali tawaran untuk bekerja tetapi rasa nyaman untuk menerimanya tidak ada,” katanya, Jumat

(08/03). Riki menamakan perjalanan itu dengan proses pencarian jati diri. Tidak berhenti disitu saja, tawaran pekerjaan menjadi direktur utama disebuah perusahaan menghampirinya, ia hanya bertahan selama satu tahun. Riki memutuskan untuk berhenti sebab tak memiki rasa nyaman. Akhirnya Riki melanjutkan S2 di kampus yang sama ketika S1 dahulu. “Saya merasa lebih tertarik,” ucap Alumni Akidah dan Filsafat Islam itu. “Ketika kita tidak merasakan comfortable, maka sesuatu itu akan sulit kita kerjakan, dengan begitu saya memutuskan untuk melanjutkan study saya,” katanya. Pendidikannya hanya mengandalkan beasiswa dari Kementerian Agama Pusat. “Alhamdulillah dari itu saya dapat membeli satu unit motor untuk sambil mengajar bolak balik Padang-Bukittinggi,” lanjutnya. Ia juga sempat menjadi asisten almarhum Bapak Sirajuddin Dzar. “Saya mendapat jadwal mengajar di STMIK, beliau salah satu orang yang selalu memotivasi saya dalam dunia pendidikan,” ujarnya. Tamat dengan 1,5 tahun dan menjadi dosen tidak tetap di Bukittinggi selama dua tahun. Riki melanjutkan tes CPNS pada 2008 di IAIN Imam Bonjol dan IAIN Bukittinggi ketika itu. Namun, kesempatan belum datang kepada Riki. “Allah belum memberikan rezki itu kepada saya, ada jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang lain,” terang pria berumur 36 tahun itu. Riki melabuhkan haluannya kembali pada dunia pendidikan. Ia melanjutkan S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Jurusan Ilmu Filsafat dan hanya mengandalkan beasiswa. “Ini hikmah yang Allah berikan kepada saya, jika saya lulus pada tes CPNS 2008 lalu, mana mungkin akan mendapatkan beasiswa untuk S3 ini,” katanya. Setiap yang datang pasti ada yang pergi. Keadaan seperti ini menimpa Riki ketika melanjutkan pendidikan S3, semua pekerjaannya dilepaskan demi melanjutkan pendidikan. Seiring berjalannya waktu, Riki m e n d a p a tkan beas i s w a kembali dari

Kemenag pusat untuk menyelesaikan disertasi pada tahun 2015. “Allah memberikan angin segar kepada saya sehingga rezeki begitu mengalir dan disertasi saya selesai dan akhirnya menyandang gelar doktor,” ujarnya. Dengan gelar doktornya, Riki diangkat menjadi dosen tetap di Universitas Muhammadyah Sumatera Barat (UMSB). Riki mendaftarkan diri menjadi rektor karena dukungan dari berbagai pihak. “Banyak hal yang harus dipikirkan, restu dari keluarga dan kerabat yang lain, dukungan untuk maju banyak yang masuk ketika itu,” tutur dia. Utamakan Pendidikan dan Ilmu Agama Dalam kesehariannya, Riki kecil dikenal dengan orang yang pandai bersosialisasi dengan lingkungan. Semasa kecil, ia suka bermain dan bergaul dengan teman sebaya. Kakak kandung Riki, Fakhrial menuturkan, ia orang yang sangat peduli dengan agama dan pendidikannya. “Saya ingat sekali, sewaktu almarhum ayah kami berpesan bahwa agar Riki harus dimasukkan ke sekolah yang tinggi nilai agamanya,” kata Fakhrial. Kegigihannya saat menimba ilmu telah dibuktikan oleh Riki, mulai dari S1 hingga terima gelar doktor. Tak sekalipun memberatkan keluarga, ia melanjutkan pendidikannya dengan perjuangan beasiswa yang diterimanya. “Ketika S2 dulu, dia pernah bekerja dipercetakan untuk biaya kuliah sebelum beasiswanya keluar,” lanjutnya. Istri Riki, Yonne Astria mengaku bahwa kesederhanaan dan tak pernah mengeluhkan keadaan yang sedang dihadapi. Tidak banyak hal yang harus dipikirkan untuk

nya dalam keharmonisan hubungan adalah menjaga komunikasi kepada istri dan anak-anaknya,” lanjutnya. Kesibukan Riki menjadi berkah ketika mendapatkan restu dari keluarga tercinta. “Semua tidak akan mudah jika kita tidak ikhlas dalam menjalankannya, semoga bapak amanah dan selalu istiqomah dengan yang dikerjakannya,” pesan Istri Riki. Memiliki sifat yang tak henti menimba ilmu, pantas untuk diberikan kepada Riki Saputra, tidak mengeluh dalam proses pencarian jati diri. Hal ini dituturkan Muhammad Nasir, salah seorang teman dekat Riki. Ia seorang akademisi yang energik, selalu bersyukur atas apa yang diterimanya, tidak pernah merasa berpuas diri dengan apa yang ia dapatkan. “Seorang yang mudah bergaul, ini sifat yang bagus untuk seorang pemimpin muda,” kata Nasir. Riki memang dikenal sebagai penggiat ilmu tapi bukan seseorang yang mau berkompetisi dalam hal pendidikan. Demi mencapai itu, ia dikenal sebagai seorang pemburu beasiswa. “Riki handal dalam mendapatkan beasiswa, terbukti dari S1 hingga mendapatkan gelar doktor ia peroleh beasiswa dari negara,” lanjutnya. Pada 2006 lalu, bersama Riki ia menempuh pendidikan S2, dengan pribadinya yang hangat dan suka berdiskusi mereka mulai akrab hingga terlintas mendirikan suatu lembaga kajian keislaman dan kebudayaan lintas disiplin ilmu. Yakninya Majelis Sinergi Islam dan Tradisi Indonesia (Magistra Indonesia). “Ini buah dari kami sering bertukar pikiran,” katanya. Nasir juga mengungkapkan Riki tergolong pemuda yang berani, saat berkuliah di UGM ia memutuskan untuk berkeluar-

menerima pinangannya. “Bapak orangnya sangat perhatian terhadap siapapun terutama keluarga,” kata Yonne. Dimulai pada 2019, Riki diamanahkan menjadi rektor. Sepak terjang dilalui bersama-sama, Dibalik lelaki yang sukses ada wanita hebat disampingnya. Rasanya terbukti bahwa keberadaan seorang perempuan sangat penting dalam karir seseorang. Ia adalah istri dan ibu. “Bapak bukan hanya suami bagi saya, tetapi dia juga merangkap sebagi partner kerja dan diskusi untuk segala hal, dan beliau sangat patuh kepada ibunya,” ujar Yonne. Keluarga yang telah memiliki dua orang anak ini lebih mengedepankan pendidikan dan penanaman nilai-nilai keislaman kepada anaknya. Mendapatkan jabatan sebagai rektor membuat waktu Riki akan tersita untuk keluarganya. “Sebelumnya bapak juga sibuk, tapi inti-

ga. Tetap saja Ia beranggapan orang yang tauhidnya kuat tidak akan takut berumah tangga dan miskin. “Karena ketaatannya kepada Allah menghilangkan segala ketakutan yang akan dihadapinya,” lanjut Dosen Sejarah Peradaban Islam UIN Imam Bonjol itu. Terdengar kawannya ditetapkan menjadi Rektor, Nasir mengapreasiasi hal ini. Seorang anak muda pengejar beasiswa hingga menyelesaikan program doktornya. Perjuangan dari nol hingga terpilih menjadi doktor bukan hal yang biasa didapatkan oleh Riki. “Riki membuktikan bahwa anak muda dapat memimpin,” ucapnya. Duduk di jabatan tertinggi tentu ada dapatkan tantangan tersendiri nantinya. “Dengan hal baru, jabatan baru harus siap dengan tantangan baik dari internal maupun eksternal, rela mengorbankan waktu dan perasaan untuk pekerjaan,” ujarnya. Trany Septirahayu P, Nuraini, Alvin Hidayat (Mg), Elvina (Mg)


Wujudkan Pemilu Berintegritas

Pentingnya Kerjasama Setiap Lapisan Masyarakat untuk Ikut Mengawasi

P

esta Demokrasi yang dilakukan lima tahun sekali untuk menentukan pemimpin dalam lima tahun kedepan akan mencapai puncaknya. Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan dilakukan pada 17 April 2019 mendatang yang melibatkan berbagai kalangan dari masyarakat hingga lembaga-lembaga yang mengatur sistem pemilu. Semakin dekat pelaksanaan pemilu maka semakin banyak pula tantangan yang dihadapi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan lembaga-lembaga yang terlibat. Karena Bawaslu adalah lembaga pengawas pemilu yang bertanggung jawab penuh dalam pengawasan pemilu. Tidak jarang banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran. Seperti kampanye diluar jadwal, menggunakan fasilitas negara, money politic,black campaign, penyebaran berita yang tidak berimbang dan hoaks. Sebagaimana yang terdapat dalam UU Nomor 17 Tahun 2017 yang mengatur segala aspek mengenai pemilu yang harus di patuhi dan ditaati untuk mencapai pemilu yang berintegritas. Guna untuk mengawasi jalan pemilu dengan baik dan menciptakan pemilu yang berintegritas. Bawaslu berupaya melakukan pengawasan dengan intens terhadap pemilu yang akan dilaksanakan, dengan menindak lanjuti pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di setiap daerah Sumatera Barat. Bagaimana pandangan Bapak terhadap Pemilu mendatang? Jelang Pemilu terdapat berbagai pelanggaran. Namun, setiap Pemilu pasti ada potensi pelanggaran. Namun, Bawaslu mempunyai per-

anan penting untuk melakukan pencegahan agar pelanggaran tidak meluas. Bagaimana tanggapan Bapak terkait dengan pelanggaran Pemilu? Pemilu di dunia ini tidak terlepas dari praktek-praktek kecurangan. Makanya diperlukan kehadiran Bawaslu secara kelembagaan untuk mengawasi berbagai hal terkait Pemilu. Tidak hanya itu peran serta masyarakat untuk mengantisipasi bentuk pelanggaran yang ada. Selain itu, kepada peserta Pemilu agar tidak melakukan tindak pidana Pemilu. Bagaimana bentuk pengawasan Pemilu dalam segala aspek ? Bawaslu mempunyai struktur keorganisasian dari pusat hingga daerah. Jadi, ada Bawaslu pusat, Bawaslu Provinsi, Bawaslu kabupaten kota, Bawaslu tingkat kelurahan, hingga pengawasan di Tempat Pemilihan Suara (TPS). Setiap tahapan yang dilakukan ditanggung jawab secara teknis oleh Komis Pengawas Pemilu (KPU). Kemudian akan Bawaslu awasi secara langsung dan kita bisa melakukan penindakan dalam setiap potensi pelanggaran yang dilakukan baik itu peserta maupun penyelenggara itu sendiri. Jadi semua tahapan itu selalu kita awasi secara ketat. Bawaslu bekerja sama dengan lembaga apa saja pak ? Bekerja sama dalam pengawasan Pemilu ini disebut dengan gugus tugas didalamnya terlibat kepolisian, KPU, Komunikasi Penyiaran Indonesia Daerah, dan Dewan Pers. Bagaimana bentuk sosialisasi Bawaslu terkait Pemilu ? Bawaslu sudah melaksanakan sosialisasi hingga ke simpulsimpul masyarakat seperti alim ulama, kelompok

masyarakat, sosial media, serta penyebaran brosur, dan pamphlet. Jadi kami sudah melakukan sosialisasi secara maksimal. Kapan jadwal kampanye diperbolehkan ? Ada peraturan jadwal dalam berkampanye, untuk pemasangan alat peraga kampanye Partai Politik. Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden yaitu dimulai pada 23 September. Sementara, untuk iklan kampanye di media cetak, elektronik, online, dan sosial baru dapat dilakukan pada 24 Maret hingga 13 April 2019. Diberi waktu selama 21 hari untuk kegiatan kampanye. Iklan dilakukan sebelum dimulainya masa tenang. Masa tenang akan berlangsung selama tiga hari. Iklan kampanye diatur dalam peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2018. Jika peserta Pemilu tetap melakukan iklan kampanye diluar waktu yang ditentukan, Bawaslu akan berikan sanksi pidana, dan akan diproses sepanjang mereka memenuhi unsur pelanggaran dalam kampanye. Pelanggaran apa saja yang ditemukan dalam Pemilu ? Secara umum pelanggaran pada administrasi dan dana. Seperti money politc, black campaign, kampanye diluar jadwal, kampanye menggunakan fasilitas negara. Kebanyakan pelanggaran terjadi karena beberapa oknum memanfaatkan media. Kalau pelanggaran oleh media yaitu menyebar hoaks, fitnah dan berita yang tidak berimbang. Hingga hari H juga terdapat pelanggaran seperti adanya intimidasi, serta masih adanya calon yang melaksanakan kampanye pada hari H. Disamping itu ada juga pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara itu sendiri. Jadi, potensi-potensi pelanggaran itu banyak didapatkan dalam Pemilu. Bagaimana Bawaslu menindak lanjuti pelanggaran tersebut ? Dalam menindak lanjuti pelanggaran pidana Bawaslu selesaikan di Sentral Gerakan Terpadu (Sentra Gakumdu). Dalam Sentra Gakumdu ada kepolisian dan kejaksaan untuk menindak lanjuti pidana hingga ke pengadilan. Kalau pelanggaran administrasi penyelesaiannya oleh Bawaslu, jika pidana itu kita lanjutkan ke kepolisian dan kejaksaan. Konsekuensi pelanggaran sangat berat diantaranya pidana dan administrasi yaitu pencoretan atau diskualifikasi. Di daerah mana yang paling banyak terdapat pelanggaran dalam Pemilu ? Rata-rata setiap daerah di Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat terindikasi pelanggaran. Namun, jenis pelanggarannya berbeda. Contohnya ada yang pelanggaran Aparatur Sipil Negera (ASN) di PadangPariaman dan sudah diberi sanksi oleh

Kawasan Strategis Nasional (KSN), pelanggaran pidana yaitu di Solok, Tanah Datar, Pasaman Barat, Padang Panjang, Kabupaten Lima Puluh Kota dan ada yang diputus pengadilan namun tidak memenuhi unsur maka kami tutup kasusnya. Bagaimana pengawasan Bawaslu secara keseluruhan tiap daerah ? Kita punya pengawas hingga tingkat bawah, pengawasan juga dilakukan di TPS. Jadi, tiap daerah mengawasi setiap tempat pemilihan umum. Bagaimana pantauan Bawaslu pusat terhadap Pemilu ? Setiap pekerjaan kita laporkan kepusat, tahapannya ialah dari Bawaslu kabupaten kota lapor ke provinsi, provinsi laporkan ke Republik Indonesia semua bentuk pengawasannya. Apa bentuk sanksi yang sudah diterima oleh pelaku pelanggaran ? Pidana Pemilu ada empat, tapi yang didiskualifikasi itu ada tiga. Ada pelanggaran pidana Pemilu yang konsekuensinya didiskualifikasi di coret dari DCT dan ada juga yang tidak dicoret contohnya di Tanah Datar itu tidak dicoret, yang dicoret itu di Kabupaten Solok dan Bukitinggi. Alasannya dicoret karena melakukan tindak pidana Pemilu seperti tertera di pasal 280 UU Nomor 7 Tahun 2017. Bagaimana pengawasan saat kampanye, Pemilu berlangsung, dan setelah Pemilu ? Kita akan awasi mulai dari pendaftaran peserta Pemilu hingga penetapan calon tepilihnya. Bawaslu provinsi memerhatikan seluruh regulasi dan peraturan yang dibuat KPU agar berjalan dengan baik. Maka kita akan awasi hingga tahapan selesai. Apa saja kendala yang ditemui oleh Bawaslu ? Kendala Bawaslu ialah keterbatasan personil karena Bawaslu tidak akan mampu mencapai keseluruh daerah, maka disini peran serta masyarakat kami harapkan menyampaikan informasi ke Bawaslu jika tejadi pelanggaran dalam pelaksanaan Pemilu. Kemudian, masalah pemahaman peserta pemilu terkadang pura-pura tidak tahu, padahal Bawaslu sudah mensosialisasikan tetapi masih ada yang melanggar Wujud Pemilu yang tertib itu bagaimana pak ? Pemilu yang tertib itu menaati semua regulasi dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Serta tidak ada upaya mencurangi, hingga melahirkan Pemilu yang berintegritas. Bagaimana harapan Bapak pada Pemilu mendatang ? Harapan saya kepada semua lapisan masyarakat mau bekerja sama untuk sukseskan Pemilu mendatang. Tentunya, tidak hanya dilihat dari proses yang baik tapi hasil yang baik juga, dengan diharapkan melahirkan pemimpin yang berkualitas dan berintegritas. Neni Cahnia, Riga Firdaus


Kekuatan Optimis Melawan Keterbatasan

M

eyakinkan keluarga terhadap pilihan yang bertentangan dengan keyakinan keluarga sendiri bukanlah hal yang mudah, namun di iringi dengan keyakinan diri dan teguh terhadap pilihan sehingga mampu dan nekad memperjuangkan apa yang dianggap benar. Memiliki keterbelakangan penglihatan permanen sejak lahir bukanlah halangan untuk memilih keyakinan yang berbeda dari keluarga. Bermula dari ketertarikan terhadap Al-Quran akhirnya Ryan memilih mengucapkan dua kalimat syahadat. Surat Al-Baqarah menjadi pintu utama Ryan. Surat perdana ia dengar, datanglah rasa penasaran. Dimulai membaca buku, mendengar kisah-kisah tentang Islam melalui youtube dan mendengarkan suratsurat Al-Quran. Semua dilakukan secara otodidak. “Tersentak hati saya ketika mendengarkan setiap ayat itu,” ujarnya saat diwawancarai di kostnya Karang Ganting. Hal ini sudah dilakukannya sejak menginjak usia 14 tahun, 2009 lalu saat duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Tanjung Pinang. Selanjutnya Ia tidak sendiri lagi mempelajari Islam, Ryan dibantu oleh guru-gurunya. Ketika hal ini diberitahukan kepada keluarga, kedua orang tuanya sangat menentang. Ryan tetap gigih dan kukuh terhadap pilihannya. Walaupun begitu seiring berjalannya waktu Ibu Ryan bisa menerima pilihannya, hingga kini keduanya tetap berkomunikasi. Meyakinkan Keputusan Akhirnya, tahun 2012 saat ia berumur 17 tahun ditemani oleh dua orang gurunya pergi ke Kantor Urusan Agama (KUA), di sana ia mengucapkan dua kalimat syahadat yang disaksikan oleh gurunya dan pihak KUA. Seketika itu, salah satu gurunya, Farid Islami sekaligus ayah angkatnya yang ia panggil abi itu. “Dengan segala keyakinan yang Ryan miliki kami mengantar dan menemaninya,” jelas ayah angkatnya ini.

akan memberi rasa ketenangan dan aman,” akunya kepada tim suarakampus.com. Melalui buku, youtube, dan kuliah, ia mendalami Islam dengan penuh kesabaran dan kegigihan agar menjadi insan yang lebih baik lagi secara keimanan. Ryan sangat optimis disetiap langkah yang ia ambil. Tidak pernah merasa menyesal, menjalani dengan ikhlas dan sepenuh hati, tak terbesit olehnya merasa tidak adil. Namun selalu berpikir positif karena inilah yang Allah SWT takdirkan untuknya. “Kalau tidak dimulai dari diri sendiri dari siapa lagi, toh itu untuk diri kita juga,” kata mahasiswa semester delapan ini. Nasib Baik yang Selalu Datang Kesulitan pasti selalu ada namun kebaikan selalu pula mengiri, materi adalah masalah utama baginya tetapi Ryan masih memiliki orang yang peduli dan sayang terhadapnya. Ayah angkat dan salah satu donatur Trisna Ayu selalu siap membantu. Niat baik selalu dibalas dengan kebaikan, berkat keoptimisan Ryan dan keikhlasan hati. Nasib baik datang menghampiri. Selain support, ia juga mendapatkan materi dari berbagai kalangan. Mulai dari Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI), Wakil Dekan III Fakultas Adab dan Humaniora, dosen dan teman-temannya. WD III, Daniel sangat mengaggumi sosok Ryan karena tidak goyah akan keputusannya. “Disamping itu dia juga rajin dan humoris,” ungkap Daniel. Wakil Rektor II, Firdaus sekaligus dosen Pembimbing Akademik menyampaikan bahwa nilai akademik Ryan sangat baik hingga ia bisa menamatkan kuliahnya 3,5 tahun. Ryan juga mendapatkan beasiswa dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Padang. Sementara itu Kajur SPI, Muhammad Ilham mengungkapkan kekagumannya melalui tulisan yang dimuat di covesia. com, ia begitu salut terhadap Ryan. “Dari seluruh diskusi yang saya lakukan dengan-

Oktivia, “Dia sering membantu temannya jika kesulitan dalam membuat tugas, Ryan juga lucu,” kata Dola. Senada dengan Dola, menurut Hary Marianto, Ryan cukup aktif di kelas dan sering berdiskusi. “Dia sering bertanya saat diskusi,” ujar Hary. Salah satu donatur Ryan yang saat ini berada di Malaysia, Trisna Ayu begitu menyukai sosok Ryan yang berani mengambil keputusan. Ayu tidak pernah absen untuk selalu menghubungi Ryan, setidaknya dua kali dalam setahun Ia akan mengunjungi Ryan dan kami mengajaknya berkumpul. “Komunikasi tidak pernah putus,” jelasnya. Motivasi pun selalu diberikan kepada Ryan agar terus semangat berkuliah. “Insyaallah, jika ada rezeki saya mau menguliahkan Ryan hingga S2 dan S3,” tuturnya saat diwawancara via WhatsApp. Keputusan ini dipilih setelah Trisna Ayu mengunjungi MTI Payakumbuh, ia melihat Ryan yang memiliki kelebihan dari anak lain-lainnya. “Ryan juga berprestasi saat di MTI dan memiliki keinganan kuat untuk melanjutkan pendidikan,” katanya. Selain Ryan, ada tiga anak lainnya yang mendapatkan bantuan dari Trisna Ayu. Keinginan yang kuat untuk maju dan tidak menyerah terhadap kekurangannya, Ryan juga di pandang sebagai sosok yang motivator bagi orang terdekat. Begitu menurut ayah angkat Ryan. Ia juga selalu mengingatkan agar Ryan istiqomah dan tidak lupa kepada orang-orang yang telah menolongnya. “Saya kerap mengindahkan sikap tolong-menolong walau sekecil apapun itu,” tuturnya. Ia juga berpesan agar Ryan tidak merasa malu dengan kondisinya dan selalu ingat bahwa Allah mempunyai rencana yang luar biasa kepadanya serta terus berjuang dalam hidupnya.

Dikutip lagi dari covesia.com, Ryan adalah keturunan Tionghoa bermarga Hui, saat kecil Ia dipanggil Asen. Anak bungsu dari empat bersaudara ini sudah sering mengikuti lomba sejak Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) hingga SMP, mulai dari cerdas cermat matematika, Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Bali, tenis meja khusus disabilitas di Pekanbaru, serta lomba puisi di Yogyakarta. “Waktu itu saya membawakan puisi tentang nasionalisme,” ingat sambil memegang tongkat saat itu. Laki-laki yang memiliki hobi di bidang IT sangat senang mengutak-atik peralatan seperti komputer dan laptop. Ia pun mempelajarinya secara otodidak dengan menggunakan alat bantuan khusus, menurutnya hobi adalah hal yang dimulai dari kesulitan sehingga menimbulkan tantangan. “Paling membaca buku dan bertanya kepada google,” jelasnya. Ia juga memiliki akun media sosial seperti Facebook, ia menggunakan smartphone dengan bantuan aplikasi Talkback sehingga memudahkannya dalam berkomunikasi. Perjuangan Melawan Keterbatasan Ryan terkadang juga merasakan bosan dan jenuh terhadap keadaan, tapi itu tidak dibawanya berlarut-larut. Ia selalu memotivasi dirinya agar segara bangkit. “Waktu tidak akan bergulir ke belakang, ingat apa yang telah kita pilih dan direncanakan, jangan sampai berlarut-larut,” jelasnya. Kisah hidup Ryan tak habis menjadi mualaf saja, ia juga berkeinginan melanjutkan S2 di Jawa. Dikutip dari covesia.com Ryan mengungkapkan ia ingin mengambil S2 di bidang IT. “Kita tunggu saja titah Tuhan pada saya. Saya ingin menjadi editor buku-buku sejarah dan keislaman digital ke huruf braille untuk anak-anak disabilitas, khususnya tunanetra. Kadang juga ingin mengambil S2 di Tarbiyah. Ingin menjadi guru sejarah dan keislaman bagi saudara-saudara saya penderita tunanetra. Terserah mana yang memungkinkan saja. Tapi fokus saya hanya pada satu titik. Saya yang masih beruntung bisa kuliah ini hanya ingin berbagi ilmu nantinya pada saudara-saudara saya yang tuna netra,” ujar Riyan. Begitu niat tulusnya yang tak lupa pada orang-orang sesama perjuangan untuk melawan keterbatasan. Ia mengakui untuk rencana ke depan masih belum begitu pasti. Apapun itu ia akan bersedia menjalani sepenuh hati karena rencana Allah pastilah yang terbaik. Nuraini Fadila, Muhammad Ihsan Kamil, Ilsa Mulia Anugrah, Berlian Ulfami Rahayu (Mg), Fauziah Azima (Mg)

Setelah menjadi mualaf, Ryan melanjutkan sekolah, bukan di sekolah luar biasa tetapi di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Payakumbuh. Bersama orang tua angkat dan ibu kandung turut mengantar Ryan ke sekolah barunya. Selama tiga tahun sekolah, ia tinggal di asrama. Ryan menjadi siswa yang cerdas di kelasnya. “Dia selalu mendapatkan peringkat di kelas diantara siswa yang berkecukupan lainnya,” jelas Farid Islami saat diwawancara melalui telepon. Diakuinya setelah menjadi mualaf Ryan merasa menjadi lebih mandiri dan lebih hidup, apalagi pilihan ini sudah dirasa sangat baik dan benar. “Karena kita telah memilih jalan yang dianggap baik maka

nya, tak pernah sekalipun ia menjelekk-jelekkan agama nenek moyangnya. Baginya, pilihan tersebut harus dipertahankan dengan resiko apapun,” demikian tulisan Kajur SPI itu. Di mata teman-teman, Ryan dikenal suka membantu, cerdas dan humoris. Hal ini diungkapkan oleh Dola


Sarjana, Menganggur?

Faisal Zaili Dahlan, M.Ag. (Dosen FUSA UIN IB Padang)

P

ertanyaan mendasar setiap wisudawan yang belum bekerja adalah, ke mana setelah wisuda. Apa yang akan dilakukan dengan bekal gelar sarjana berikut selembar ijazah yang diraih. Sebagian mereka, bisa jadi memutuskan untuk terus kuliah ke jenjang berikutnya, terutama bagi yang siap secara intelektual dan finansial. Bagi mereka yang belum memiliki tradisi akademis, bayang-bayang kesulitan menulis dan meneliti bisa menjadi tantangan baru. Sedangkan bagi yang belum memperoleh beasiswa, problem mahalnya uang kuliah di pascasarjana akan pula menjadi ‘momok’ tersendiri. Luap kegembiraan selesai wisuda, segera sirna bagi yang bingung mau ke mana. Apalagi, selama bertahun-tahun di kampus tetapi ternyata tidak berupaya maksimal menggali dan mengembangkan potensi diri. Terlebih pula jika memiliki IPK pas-pasan yang tentu saja tak mungkin diperbaiki lagi. Ketika ingin melamar kerja, gambaran ketatnya persaingan sudah mematahkan harapan. Ataukah harus menganggur? Ini tentunya miris, kompleks, dan problematis, meski banyak yang terpaksa memilihnya. Lalu, apa yang harus dilakukan?

Sarjana dan Pengangguran Jumlah sarjana pengangguran ternyata masih sangat tinggi. Kemenristek Dikti tahun lalu mencatat sekitar 8,8% atau 630.000 dari total 7 juta pengangguran di Indonesia adalah sarjana (https://www. pikiran-rakyat.com). Dalam konteks era pasar bebas, tantangan utama bagi sarjana pengangguran adalah membanjirnya tenaga asing dengan keterampilan dan pengetahuan yang lebih mumpuni. Apalagi dalam konteks era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai oleh disrupsi teknologi. Tidak hanya tenaga otot yang ketinggalan zaman, tetapi juga tenaga mesin sudah pula digantikan cyber physical system. Karenanya, di era ini tidak saja mutlak syarat keterampilan canggih, tetapi juga harus ditopang pendidikan tinggi dan wawasan global. Masih tingginya angka pengangguran dengan pengetahuan, skill, dan wawasan seadanya, adalah fakta yang sangat mengkhawatirkan. Karena itu, sejatinya banyak problem mendasar yang mesti diselesaikan. Antara lain vitalnya relevansi pendidikan tinggi dengan dunia kerja, agar kampus tidak menyumbang angka pengangguran. Lantaran itu menurut Menristekdikti, upaya pemerintah membuka lapangan kerja, harus didukung kompetensi lulusan yang berdaya saing global. Keahlian yang dimiliki para sarjana harus relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri (https://www. pikiran-rakyat.com). Meski demikian, seorang sarjana tentu tidak diharapkan menjadi pekerja biasa, tetapi pekerja cerdas, berjiwa enterpreuner, dan mampu membuka lapangan kerja. Dalam konteks ini, kebijakan Kemenristekdikti yang masih menutup pendirian program studi selain science, technology, engineering, arts, and mathematics (STEAM) -yakni humaniora dan sosial- tampaknya bisa dipahami (tri-

bunjakarta.com). Tegasnya, di pundak perguruan tinggi ada tugas mempersiapkan individu yang berdaya saing, siap merespons, dan beradaptasi dengan kompleksitas dinamika kehidupan. Karena itu, dalam UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi ditegaskan antara lain bahwa tujuan perguruan tinggi adalah berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa, serta menguasai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan daya saing bangsa. Secara umum menurut Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ada dua isu terkait perguruan tinggi. Pertama, dalam konteks berbangsa, kampus tidak bisa melepaskan diri dari isu radikalisme, intoleransi, separatisme, narkoba, kerusakan lingkungan, kekerasan, pengangguran sarjana, dan kekurangsiapan menghadapi MEA. Sedang dalam konteks perguruana tinggi sendiri, terkait karakter lulusan yang masih berkutat pada problem ketidaksesuaian kebutuhan dengan ketersediaan. Begitu pula kemampuan teknis yang cukup, tetapi kurang diimbangi kemampuan bernalar, serta rendahnya kemampuan komunikasi lisan dan tertulis, berfikir kritis, percaya diri dan lunturnya nilai-nilai kebaikan (https:// ristekdikti.go.id). Terkait itu, pihaknya menawarkan konsep “General Education” sebagai pengayaan pada semua mata kuliah. Materinya berupa penguatan sistem nilai, learning skill, reading skill, writing skill, retorika, wawasan kebangsaan dan bela negara, keterampilan riset, kemampuan analitik, dan penguatan Bahasa Inggris serta IT skills. Ini dimaksud-

kan untuk bisa mewujudkan lulusan sebagai insan Indonesia yang beradab dan berilmu, memiliki wawasan kebangsaan dan bela negara, kompetitif pada era MEA/Global, analitis, komunikatif, toleran, memiliki jiwa entrepreneurship, tanggap terhadap lingkungan dan bertanggung jawab (https:// ristekdikti.go.id). Dalam konteks ini perguruan tinggi mutlak melakukan peninjauan kurikulum secara terus menerus untuk melihat relevansinya dengan tuntutan dan dinamika kehidupan riil. Di sisi lain, selama kuliah mahasiswa harus pula berupaya maksimal menyerap khazanah kekayaan intelektual, emosional, bahkan spritual yang berlimpah di kampusnya. Kembali ke pertanyaan awal, selesai wisuda mau kemana? Jawabannya tentu kembali kepada kesiapan sarjana sendiri. Idealnya sarjana tentu tidak menganggur, lantaran kampus telah membekali sejumlah piranti untuk mampu eksis di tengah ketatnya persaingan. Apalagi sejatinya kampus sudah mengimplementasikan “General Education”, sehingga sarjana sudah siap menjadi “manusia Indonesia yang berdaya saing, merespons dan beradaptasi dengan kompleksitas kehidupan di abad 21”. Meski demikian, toh gelar sarjana juga bukanlah jaminan segalanya. Bukankah Steven Spielberg sang sutradara kesohor, Mark Zuckerberg milyarder pencipta dan pemilik Facebook, Bill Gates pendiri Microsoft sekaligus terkaya di dunia, dan lainlain, mereka tidak bergelar sarjana apapun. Penulis buku-buku best seller Robert T. Kiyosaki dalam If You Want to be Rich and Happy Don’t Go to School (1993), menulis bahwa harta paling berharga yang dimiliki saat ini bukanlah hal-hal yang diketahui, tetapi seberapa cepat Anda mengubah pikiran. Selamat Wisuda, berpikirlah untuk maju!

Mahasiswa Budak IPK

Imamul Muttaqin

(Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits)

A

da yang kerap menyita perhatian tiap kali acara wisuda dihelat sebuah kampus. Hal menarik itu mulai terdengar ketika pembawa acara memanggil nama mahasiswa. Sontak seisi ruangan memberi respon spontan yang berbedabeda. Tak jarang, terdengar sorakan gemuruh yang memenuhi seisi ruangan. Uniknya lagi, sekian banyak nama yang disebutkan, beragam pula predikat yang disematkan. Predikat ini seakan membentuk jenjang kasta antar tiap lulusan. Sebagian harus puas hanya dapat “memuaskan” disaat yang lain justru meraih “pujian”. Kita tentu sudah tau penyebab perbedaan predikat yang fenomenal ini, semua itu disebabkan oleh angka berkoma, yang kita kenal dengan istilah Indeks Prestasi Komulatif (IPK). Dalam dinamika kehidupan perkuliahan, kita pasti bertemu banyak orang den-

gan watak yang berbeda pula. Sebagian ada yang sibuk membaca buku dan datang tepat waktu, sebagian lain justru sibuk bergaul hingga lupa waktu. Ada yang idealis dan jarang ambil jatah absen, ada pula yang realistis dan menganggap “jatah” absen adalah hadiah dari dosen. Harus diakui, semua ragam gaya ini sudah menjadi warna tersendiri di tengah hiruk pikuk kehidupan kampus. Tak sampai disitu saja, segala perbedaan versi dan style tersebut, rupanya juga berlanjut ketika ujian akhir semester bergulir. Saat tiba masa menanti nilai muncul di portal, beragam pula respon mahasiswa dalam menyikapinya. Mulai dari yang menatap nilai A sebagai target, sampai ada juga yang bahkan merasa tak perlu memasang target. Kedua sisi yang terlihat berseberangan ini tanpa disadari telah membangun sudut pandangan yang berbeda antara satu pihak dengan pihak lainnya. Alhasil, perbedaan sudut pandang ini memicu tumbuhnya stereotip antar golongan mahasiswa. Sebagian golongan mahasiswa yang lebih mementingkan membangun relasi dalam organisasi, menganggap mahasiswa yang hanya mengutamakan akademik itu bukanlah “mahasiswa yang seutuhnya”. Mereka beranggapan, mahasiswa itu harus bergerak dan menggerakan. Tak jarang, muncul julukan bernuansa sindiran bagi sang mahasiswa pengejar nilai ini, salah satu julukan yang populer adalah “mahasiswa budak IPK”.

Pada pihak lain, sebagian mahasiswa yang sibuk kuliah juga punya pandangan sendiri pada mahasiswa yang sibuk organisasi. Mereka melihat pihak tersebut sebagai mahasiswa yang tidak serius dan tidak tanggung jawab dalam kuliah. Mengingat sebagian mahasiswa organisasi cenderung jarang masuk kuliah, terlebih nilai mereka juga bisanya tidak “wah”. Sebagaimana yang sudah dijelaskan di awal, sebagian mereka memang tidak menjadikan nilai sebagai kebutuhan primer perkuliahan. Pertanyaan mulai muncul, lalu pihak mana sebetulnya yang benar?. Rasanya tidak adil jika hanya menilai dari satu sisi saja. Pada satu sisi, IPK memang cukup diperlukan bagi seorang lulusan. Anggapan ini bisa diterima, melihat persaingan dunia kerja yang semakin tinggi pada era ini, agaknya IPK akan menjadi saringan pertama dalam melamar kerja. Jika IPK tidak mencapai standar, otomatis surat lamaran kerja akan lebih dulu terlempar. Sedangkan dari sisi lain, IPK tidaklah cukup untuk memproyeksikan kecakapan seseorang, karena orang yang punya IPK tinggi belum tentu bisa bekerja dengan baik. Hal ini karena skill dan kemampuan “lapangan” juga menjadi faktor penentu dalam berjuang berburu pekerjaan. Tak ketinggalan, relasi dan kenalan juga bisa memuluskan langkah dan karir seorang lulusan. Kendati bagaikan dua sisi mata uang, sebetulnya keduanya sama-sama punya lebih dan kurang. Memiliki nilai yang ba-

gus boleh jadi memudahkan memperoleh beasiswa, sekaligus bisa membuat bangga orangtua. Tetapi, jika seorang mahasiswa hanya tergila-gila dengan kebanggaan nilai dan melupakan pentingnya sosialisasi, relasi serta organisasi, itu akan membuat seorang mahasiswa lupa mengembangkan potensi lain dalam diri mereka. Inilah yang nantinya membuat mereka agak canggung dalam menyelesaikan persoalan “dunia yang sebenarnya”. Bagi mahasiswa yang sibuk menjalin relasi, aktif organisasi serta berorasi, mereka sebaiknya juga tidak sepenuhnya mengabaikan kualitas pendidikan. Kita harus ingat, bahwa pendidikan dan pergerakan sejatinya punya satu jalan yang searah. Ketika kita bisa bergerak dalam organisasi sekaligus akademisi, maka orasi juga akan jadi lebih berisi. Pada akhirnya, kita akan memahami satu hal, bahwa tidak ada yang mutlak benar dan tidak ada pula yang sepenuhnya salah. Yang salah adalah ketika kita merasa cukup dengan apa yang kita pandang. Sikap menutup diri dan saling menyalahkan hanya akan membuat kita jalan di tempat. Tidak ada mahasiswa yang perlu jadi “budak”, baik itu IPK ataupun organisasi. Sebagai contoh, Ki Hajar Dewantara memang pahlawan pendidikan, tapi beliau juga tak lupa lakukan pergerakan. Sebaliknya, Soekarno kuat dalam pergerakan, tapi hebat pula dalam pendidikan. Berhenti meremehkan, mulailah menyeimbangkan.


Sawala Nurani dan Ambisi Oleh: Silfia Andesta Putri

H

(Mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Inggris UIN Imam Bonjol Padang)

iruk pikuk mahasiswa terdengar gaung di depan kantor rektorat kampus pada siang itu. Matahari yang bersinar nyalang tak menjadi penghambat mereka yang menyebut dirinya aktivis ini untuk bersoraksorai menyampaikan keluhan dan tuntutan. Di depan sana, berdiri sebagai seorang orator kawakan, mahasiswa senior yang dikenal seluruh penjuru kampus, Burhan Wirawan. Dirinya tak henti berteriak lantang demi membakar semangat rekan-rekannya. Dapat dipastikan, sang orator akan kembali diadili di ruangan rektorat selepas ini. Burhan tak pernah gentar menegakkan kebenaran baik bagi mahasiswa maupun masyarakat luas. Tak jarang ia mendapat teguran keras dari pihak kampus akan demodemonya. Ia juga aktif berorasi di depan kantor-kantor pemerintahan untuk menyampaikan keluhan rakyat. Terlalu sibuk mengurusi urusan kampus dan negara, sampai Burhan menelantarkan skiripsi yang seharusnya sudah ia kerjakan sejak empat semester lalu. Tio, teman sekampung sekaligus sekontrakan Burhan sudah acap kali menasihatinya. Namun sekeras batu karang, pendirian Burhan tak pernah goyah oleh saran Tio tentang perkuliahannya. Bagi Burhan, skripsi bukanlah tugas utama seorang mahasiswa. Bahkan, sejak tiga tahun terakhir pun, Burhan tak pernah lagi mau diajak pulang ke kampung halaman mereka. Malam ini, Tio mencoba lagi peruntungannya untuk membawa Burhan pulang bersama. “Han, aku dapat libur dari kantor tiga hari. Kamu mau ikut pulang kampung tidak?” tanya Tio sambil meletakkan tas kerjanya di sofa. Burhan yang sedang mengenakan jaket melihat sekilas kearah Tio. “ndak, kamu duluan saja. Aku minggu ini sibuk.” “Wah, sudah mulai nyusun kamu?” Mendengar pertanyaan Tio, Burhan tertawa hambar.

“Fungsi dan peranan mahasiswa itu sebagai agent of change dan social kontrol, Tio. Kuliah ini bukan hanya sekadar mendapat nilai bagus dan wisuda saja. Kuliah ini lebih luas dari itu. Kalau hanya belajar, dapat nilai bagus, lalu wisuda, bukan mahasiswa itu namanya. Kita harus tegakkan keadilan. Kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat ada di tangan kita. Kalau aku pribadi sih, nggak mau tinggal diam dan acuh tak acuh melihat keadaan negara yang moratmarit begini. Sudah ya, aku hampir telat ini, mau diskusi.” Tio hanya bisa memandangi punggung Burhan yang berlalu sambil menghela nafas. Selalu begini jawaban yang dijumpai Tio jika ia menyinggung soal skripsi pada Burhan dan mengajaknya pulang kampung. Tiga tahun sudah Burhan tak pernah menemui orang tuanya, membuat Tio semakin berat hati menginjakkan kaki ke kampung halaman. Pasalnya, rumah mereka yang bertetangga membuat Tio mau tak mau bertemu dengan orang tua Burhan. Rasanya sudah habis alasan Tio untuk membesarkan hati dua manusia renta yang menanti kabar wisuda anak semata wayangnya itu. Kerinduan yang tak terbendung selalu Tio jumpai di pelupuk mata senja mereka. Tiga hari Tio menghabiskan waktu di kampung halamannya. Kini ia bersiap menunggu bus yang akan membawanya kembali ke kota, di tangannya sudah ada sebuah amplop yang ditujukan untuk Burhan. Tiba di kontrakan, Tio tak membuang-buang waktu untuk menyerahkan amplop tersebut. “Hayatilah setiap katanya Han, Ini pesan dari Ibumu,” setelah mengatakan itu, Tio meninggalkan kamar Burhan untuk memberikan pria itu privasi. Untuk anak Ibuk di kota, Burhan. Assalamualaikum, wr.wb. Nak, apa kabar? Maaf kalau kedatangan surat ini menganggu aktivitas belajarmu di sana. Lewat surat ini,

Ibuk hanya ingin menyampaikan kerinduan Ibuk dan Bapak pada kamu. Sudah lama kamu tidak pulang kampung. Setiap Ibuk tanya pada Tio, dia selalu bilang kamu sibuk melakukan kegiatan penting sebelum skripsi. Tio sudah jelaskan beberapa kali, tapi Ibuk yang ndak sekolah ini tetap ndak ngerti. Apa kamu masih lama diwisuda? Kami sudah tidak sabar untuk melihat kamu menjadi sarjana, punya pekerjaan yang layak. Biar ndak jadi tani sepeti Bapakmu. Nak, kalau sempat pulang lah sesekali, kami ingin lihat wajah kamu, kami rindu. Apa kamu sangat sibuk sampai ndak ada waktu untuk melihat kami? Bapak lagi sakit-sakitan, beberapa kali bilang pengen ketemu sama kamu. Sekarang kami sedang kumpulkan uang, kalau sudah cukup kami ingin menemui kamu di kota. Mungkin minggu depan kami bisa ke sana. Boleh nak? Bapak bilang, kalau lihat kamu mungkin dia bisa sembuh. Kalau sekiranya kedatangan kami mengganggu, rencana uang tiketnya mau dibelikan HP saja, agar bisa dengar suara kamu. Nak, Ibuk harap kamu memberikan balasan pada surat Ibuk ini. Kalau kamu izinkan kami ke sana, berikan alamat kamu sekalian di balasan nanti. Doa Ibuk dan Bapak salalu mengiringi langkahmu. Semoga kamu sehat selalu. Wassalamualaikum, wr.wb. Di penghujung surat itu meneteslah bulir bening dari kedua mata Burhan. Dadanya sesak dan sakit, rasanya ingin meraung saja. Bertahun berambisi memperjuangkan suara rakyat dan mahasiswa, namun kali ini Burhan baru tersadar bahwa selama ini ia tak pernah mendengarkan jerit hati dua orang paling berjasa dalam hidupnya. Secara tak sadar, ia mengabaikan harapan mereka yang ingin melihatnya mengenakan toga. Lantas,apa masih bisa ia merasa lebih baik dari orangorang biadab yang selama ini ia caci maki?.

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

S

ebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat ini bercerita Karena penerimaan kita terhadap pengalaman negatif justentang cara bagaimana agar kita tidak lari dan mulai tru merupakan sebuah pengalaman positiif. menghadapi kenyataan-kenyataan menyakitkan agar Mengirimkan Si Panda Nyinyir ke setiap rumah untuk bisa menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang se- menyampaikan kepada orang –orang kebenaran yang melama ini kita cari sekuat tenaga. Mars Manson melontarkan nyakitkan dan tergolong pedas tentang diri mereka sendiri argument yang bahwa manusia tak sempurna dan terbatas yang perlu mereka dengar namun tak ingin mereka terima. dan mengajak kita untuk mengerti batasanPanda Nyinyir itu akan menjadi pahlabatasan diri dan wan yang tak diinginkan seorang pun namun menerimanya. diperlukan siapapun. Ia akan menjadi sayuran Buku ini beruntuk melawan makanan sampah yang dikoncerita tentang pesumsi mental. Diam membuat hidup lebih baik mikiran Mark Manmeskipun membuat kita merasa buruk. Memson yang mengajak buat lebih kuat dengan menangis lebih dulu, kita agar tidak memencerahkan masa depan dengan menunmikirkan semua hal jukkan seperti apa itu kegelapan. di sekitar kita yang di Kelebihan dari buku ini adalah kita bungkus dengan kata diajak membuka kepedulian. Karena hal pikiran tentang itu hanya akan mempemasalah dan rumit jalan hidup dan hal-hal yang termenimbulkan masalah jadi dalam hidup. yang akan menghambat Memilih untuk kita dalam mencapai tubersikap bodo juan hidup sesungguhnya. Bersikap bodo amat yang dimaksud bukanlah sikap acuh tak acuh dengan hal yang terjadi, namun masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda dan memilih hal paling penting dari yang penting. Mengatur strategi agar tidak terpenjara oleh peOleh: Leni Marlina mikiran sendiri. Menghentikan (Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan hasrat untuk mengejar banyak Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol Padang) pengalaman positif karena itu adalah pengalaman negatif.

amat perihal tanggapan orang tentang benar atau salahnya dengan apa yang kita perbuat. Memilih menghadapi masalah ketimbang lari dari masalah demi mendapatkan kekuatan yang sesungguhnya. Gaya menarik karena ada candaan yang menyadarkan kita, dan mengangguk-angguk paham setelah membacanya. Kekurangan buku ini yaitu memaparkan contoh yang transparan tentang pahitnya hidup beberapa tokoh. Ada beberapa yang agak mengganjal untuk dibaca bagi pembaca pemula. Isi buku ini tentang bagaimana kita selama ini menyikapi hal yang terjadi, hal yang kita lihat dan kita rasakan. Menceritakan betapa kita mempersulit kehidupan kita dengan pikiran-pikiran yang tak seharusnya. Seperti terlalu peduli dengan setiap hal tanpa menyortir manakah yang lebih penting untuk pikirkan. Kesimpulan dari buku “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat” ini adalah hidup itu pilihan, maka pilihlah halhal yang akan mendewasakan meski itu berawal dari hal yang negatif yang menimpamu. Hadapi untuk menguatkan mentalmu.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.