Gerbatama: Ini UI! Edisi #76: "Begal, Sebuah Fenomena Meresahkan"

Page 1

g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

12

S i m pa n g S i u r P e m b e n t u k a n Fa k u lta s I l m u A d m i n i s t r a s i

Produk BO Pers Suara Mahasiswa UI

16

Wa s pa d a i B a h aya A p el B er ba kt er i

edisi MARET 2015

76

ini UI !

BEgAL, SEBUAH FENOMENA MERESAHKAN Unduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter & Instagram @sumaUI // Gratis


g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5


edisi MARET 2015

ed i t o r i a l Mencekam! Kata ini menggambarkan wajah kota Depok di awal tahun 2015. Terdengar berlebihan tampaknya, namun nyatanya demikian. Masa liburan sivitas UI pada bulan Januari dihiasi oleh suguhan informasi mengenai kasus pembegalan kendaraan bermotor di kota kampus mereka berada. Pun ketika masa perkuliahan kembali bergulir, kasus pembegalan masih saja terjadi. Bahkan, jangkauannya telah meluas ke berbagai kota, sama seperti informasinya, telah meluas ke berbagai segmen masyarakat. Saking masifnya, sampai-sampai kita turut dihujani broadcast massage seputar pembegalan yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Memang, bukan perkara mudah untuk menelusuri siapa pelakunya, dari mana asalnya, dan apa alasan mereka melakukan semua tindakan ini? Tentu itu tidak bisa dijawab dengan sembarangan, apalagi jika hanya berdasarkan rasa sok tahu kita di tengah keresahan yang meradang. Kalau sudah begini, pertanyaan tadi layak menjadi PR untuk pemerintah beserta otoritas keamanan, khususnya kota Depok, kawasan tempat kita, sivitas UI, menuntut ilmu. Diperlukan jawaban konkret dan tegas untuk meredam kasus ini agar tidak terus terjadi. Kita pun sebagai sivitas UI dan bagian dari masyarakat juga patut bersikap bijak melihat kasus ini. Mewaspadainya adalah kewajiban. Namun, menjadi takut atau sebaliknya, beringas lalu main hakim sendiri, semoga tidak menjadi pilihan.

Pemimpin Redaksi Dimas Andi Shadewo Redaktur Pelaksana Yogi Febri Setiawan Redaktur Foto Muhammad Fahrizal Helmi Redaktur Artistik Achmad Maulana Ibrahim Redaktur Riset Savran Billahi Redaktur Kompartemen Ekopolkum Roni Resky Pauji Redaktur Kompartemen Sosbud Vita Muflihah Fitriyani Redaktur Kompartemen Kesehatan Kianti Azizah Redaktur Kompartemen Iptek Altifani Rizky Redaktur Kompartemen Somikat Nurul Kurniasari Reporter Trisno Juliantoro, Frista Nanda Pratiwi, Irsyad Muhammad, Rafiqah Nurrahmi, Kirana Aisyah Peneliti dan Pengembang Delima Rohatullah, Gusti Farhan Farisi, Lilik Mudloyati Choiriyah, Mesel Ghea, Neng Engdah Fatmawati, Rizka Fitriana, Ummi Bunayyatul Azrah Fotografer Ghaziani Khairunnisa, Diah Desita Desain Tata Letak dan Pracetak Megawati Asellia Putri, Revanda Mulya Perkasa Sirkulasi dan Promosi Kemal Andraza

KONTEN 4

g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

Laporan Utama: Begal, Sebuah Fenomena Meresahkan Opini Sketsa

8

7

Opini: Rasuna, Sang Singa Betina

Infografis: Jalan Terjal Kawasan Tanpa Rokok (KTR) UI Laporan Khusus: Simpang Siur Pembentukan Fakultas Ilmu Administrasi Iptek: Sumber Belajar Baru dalam Dunia Maya

10

12 16

Kesehatan: Waspadai Bahaya Apel Berbakteri

Resensi: Sebuah Kisah Eksil Politik Indonesia

20

14

18

Opini Foto: Ketika UI menjadi tempat pilihan akhir pekan

‘‘

SUara NYATA

“Jangan pernah menilai seseorang dari hasilnya tapi nilailah dari prosesnya” Tan Malaka

Alamat Redaksi: Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Lantai 2 Kampus Baru UI Depok 16436 Kontak 082122099805


04 la p o r a n U TA M A

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

Pos Pantau Polisi di Perbatasan Jakarta-Depok yang Nampak Sepi

BEGAL, SEBUAH FENOMENA MERESAHKAN

Akhir-Akhir ini, kerap terjadi kasus pembegalan kendaraan bermotor di kawasan Depok dan sekitarnya. Semua diperparah dengan maraknya peredaran broadcast massage tentang pembegalan tanpa sumber yang jelas. Akibatnya, masyarakat semakin resah, tidak terkecuali mahasiswa UI. OLEH: VITA MUFLIHAH FITRIYANI & TRISNO JULIANTORO FOTO: MUHAMMAD FACHRIZAL HELMI

F

enomena begal di kota Depok marak diperbincangkan akhirakhir ini. Menurut AKP Subandi, Kasubag Humas Polresta Depok, sejak bulan Januari 2015, sudah ada empat kejadian pembegalan di kota Depok dan sekitarnya. Pembegalan berupa perampasan kendaraan bermotor di Depok tercatat terjadi di Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Akses UI, tepatnya di

depan kampus BSI, Jalan Raya Grogol, Kecamatan Limo, dan di kawasan perumahan elit Grand Depok City (GDC). Para pelaku begal ditangani oleh Polresta Depok. Untuk kasus pembegalan di Jalan Grogol, ditangani oleh Polsek Limo. Sementara itu, untuk kasus serupa yang terjadi di Grand Depok City (GDC) mendapat penanganan oleh Polsek Sukmajaya,

yang mana pelakunya adalah seorang remaja berstatus pelajar. Subandi mengaku, berita mengenai kota Depok yang rawan akan kasus pembegalan di media sosial memang sering muncul. Pihaknya pun sudah berupaya semaksimal mungkin meminimalisir kejadian pembegalan. “Di media sosial, banyak yang mengatakan bahwa kasus pem-


g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

la p o r a n U TA M A

begalan rawan terjadi di kota Depok. sebetulnya yang paling rawan kasus pembegalan ada di wilayah kabupaten Tangerang. Sebelum adanya kasus begal ini, Polresta Depok beserta para jajarannya sudah mengantisipasi tindak kejahatan perampok,” terang Subandi. Menghindari Sterotipe Asal-Usul Pelaku Terkait asal-usul pelaku, Subandi menjelaskan bahwa dari keempat kejadian pembegalan kendaraan bermotor tersebut, di antara komplotannya berasal dari kawasan Lampung. Sementara itu, terkait isu broadcast massage yang beredar di masyarakat bahwa kasus pembegalan di kawasan kota Depok dilakukan oleh segerombolan orang Lampung, Subandi mengatakan bahwa isu tersebut bisa jadi benar, namun juga bisa menjadi salah. Semua karena belum adanya laporan resmi mengenai hal tersebut. “Warga harus bisa memilih mana berita yang benar dan mana berita yang salah. Salah satunya dengan cara mencari dari mana sumber berita tersebut berasal,” ujar Subandi mengklarifikasi isu broadcast massage seputar pembegalan. Pernyataan Subandi senada dengan apa yang diungkapkan oleh Muhammad Azsmar Haliem, ketua Sahabat Ikatan Mahasiswa Lampung (Saimala) UI. “Belum tentu semua pelaku begal berasal dari Lampung, karena perampokan bisa dilakukan oleh siapa saja,” terang Azsmar. Azsmar menambahkan, karena kebetulan pelaku begal yang tertangkap adalah orang Lampung, hasilnya timbul stereotipe di kalangan masyarakat bahwa pelaku pembegalan pasti berasal dari Lampung. Hal tersebut semakin diyakini apabila merujuk pada kata begal yang ternyata berasal dari bahasa Lampung, artinya perampokan atau perampasan sepeda motor secara paksa dan melukai korbannya. Iqrak Sulhin, Ahli Kriminologi UI, menjelaskan, beredarnya berita di broadcast message mengenai pelaku pembegalan berasal dari

orang Lampung itu perlu diluruskan. Itu semua menurutnya hanya akan menimbulkan stereotipe terhadap orang-orang Lampung sendiri. Masih menurut Iqrak, jika ditanya tentang mengenai budaya orang Lampung yang melakukan pembegalan, hal itu mungkin terjadi karena mereka mendapatkan rule of model untuk melakukan kejahatan pembegalan. Iqrak pun menjelaskan keterkaitan fenomena begal dengan budaya rantau orang-orang Lampung. Ia menuturkan, sebuah desa di Lampung misalnya, terdapat orang yang merantau ke kota dan pulang dengan sukses serta membawa uang yang banyak, padahal orang tersebut selama di kota bertindak sebagai pelaku kriminal, dalam kasus ini adalah pembegalan. Orang-orang di Lampung yang melihat kesuksesan para perantau, walau dicapai dengan menghalalkan segala cara, tetap termotivasi untuk melakukan hal serupa dengan saudaranya yang merantau. “Maka, warga di desa tersebut termotivasi untuk merantau ke kota dan melakukan hal seperti panutan mereka untuk mendapatkan kekayaan,” ungkapnya. Ketakutan Karena Kejahatan Terlepas dari mana asal para pelaku pembegalan itu berasal, kasus yang telah menjadi fenomena akhir-akhir ini terlanjur membuat masyarakat dari berbagai kalangan resah, tidak terkecuali mahasiswa. Vania Ayu Utami, Mahasiswi FIB UI, mengatakan, kasus pembegalan yang terjadi akhir-akhir ini memang meresahkan masyarakat, ditambah lagi semakin maraknya berita yang beredar di media sosial. Menurutnya, informasi dari media sosial tentang tempat-tempat rawan begal yang berasal dari sumber yang tidak jelas, akan semakin membuat panik keadaan. Padahal, hal tersebut seharusnya ditindaklanjuti oleh Polresta Depok. Keresahan juga dialami oleh Gita Lestari Putri, Mahasiswi Fakultas Teknik UI. “Awalnya, ketika mendengar kasus tentang pembegalan di Depok biasa saja. Namun,

05

sekarang saya menjadi resah karena ternyata pembegalan tidak hanya terjadi di Depok. Di dekat rumah saya yang berada di Jagakarsa pun telah terjadi kasus serupa,” katanya. Sebagai seorang kriminolog, Iqrak turut berpendapat atas keresahan akibat maraknya kasus pembegalan. “Pembegalan yang terjadi di kota Depok dan sekitarnya dapat meresahkan masyarakat sekaligus juga mempengaruhi mahasiswa. Akhirnya, itu semua dapat menyebabkan fear to crime, atau biasa disebut ketakutan terhadap kejahatan,” tuturnya. Fear to crime menurut Iqrak biasa terjadi untuk kasus kejahatan yang melibatkan kekerasan fisik, bahkan hingga menyebabkan kematian. Kasus pembegalan yang kerap terjadi belakangan ini pun termasuk jenis kejahatan yang terdapat kekerasan fisik di dalamnya. Mengenai faktor yang melatari kasus pembegalan, Irak menyampaikan, “Kalau saya subjektif mengatakan berdasarkan riset yang pernah dilakukan dalam perkembangan ilmu kriminologi. Kejahatan ini bisa disebabkan oleh dua faktor besar yang menjadi latar belakang maraknya kejadian begal akhir-akhir ini, yaitu profesionalitas dan kesempatan.” Menurut Iqrak, yang dimaksud dengan faktor profesionalitas adalah pelaku kejahatan di perkotaan, dalam kasus ini adalah pembegalan, melakukan kejahatannya karena sudah dijadikan profesi atau kariernya. Pelaku pembegalan tersebut biasanya mempunyai sebuah jaringan dan organisasi yang kuat. Mereka juga biasanya memiliki guru atau panutan yang memberi mereka arahan dalam melakukan kejahatan. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor kesempatan yaitu kerasionalan mereka untuk melakukan kejahatan. Seperti saat mereka melakukan kejahatan di jalanan yang sepi, khususnya yang jarang dilalui patroli polisi. Para pelaku pembegalan biasa melakukan aksinya pada jamjam tertentu, seperti dini hari dari pukul 12 sampai 3 pagi. Calon korban yang menjadi sasaran selalu diperhi-


06 LA P O R A N U TA M A

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

tungkan, termasuk jenis motor dan perkiraan harganya di pasaran. Hal ini menjadi sesuatu yang diincar oleh pelaku pembegalan. Selain itu, kecepatan calon korban saat berkendara juga dipertimbangkan. Pelaku pembegalan akan sulit untuk merampas kendaraan milik calon korban ketika ia melaju dengan kecepatan tinggi. Kondisi tubuh calon korban ternyata juga tidak luput dari perhitungan pelaku pembegalan. Hal ini memang disebabkan biasanya target incaran sang pelaku adalah orang yang sekilas tampak kelelahan, tidak peduli calon korban tersebut adalah pria atau wanita.

Sisi Positif Fenomena Pembegalan Meski timbul ketakutan terhadap kejahatan, maraknya kasus pembegalan tetap menghadirkan sisi positif. Ibnu Agus Kurniawan, mahasiswa Fakultas Teknik UI, menuturkan, “Saya prihatin dengan peristiwa tersebut, khususnya pembegalan. Namun, efek positifnya adalah mahasiswa dapat lebih berhati-hati lagi kalau pulang malam.” Pendapat serupa disampaikan oleh Iqrak. Ia berpendapat meski kasus pembegalan membuat resah sebagian mahasiswa, namun hal itu tetap mendatangkan manfaat. “Mahasiswa akan lebih berhati-hati lagi

OLEH: LILIK MUDLOYATI CHOIRIYAH INFOGRAFIS: LILIK MUDLOYATI CHOIRIYAH, ACHMAD MAULANA IBRAHIM

terhadap keselamatan dirinya sendiri,” ungkap Iqrak. Iqrak pun mengingatkan bahwa asih ada modus kejahatan lain yang mungkin dapat terjadi pada mahasiswa, seperti penipuan contohnya. Selain itu, pencurian serta percobaan pemerkosaan bagi mahasiswi juga patut diwaspadai karena pernah terjadi di lingkungan kampus. (VMF/YFS/DAS)

Sumber: AKP Subandi (Kasubag Humas Polresta Depok)


g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

O P I N I S K E T SA

Ilustrasi: Megawati Asellia Putri / SUMA UI

07


Suasana Minggu Pagi di UI tanpa kendaraan bermotor

Suasana Minggu Pagi di UI tanpa kendaraan bermotor

08 O P I N I

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

Suasana Minggu Pagi di UI tanpa kendaraan bermotor

RASUNA, SANG SINGA BETINA “Rasuna, karena perbuatan anda sendiri, anda akan dihukum. Saya akan mengajukan hal-hal yang meringankan. Usia anda masih muda, anda berbakat pidato, wajah anda elok, tetapi semua ini tidak akan mencegah hukuman. Pakailah waktu untuk berpikir mengenai kegagalan-kegagalan anda. Usahakan berbuat sesuatu yang baik dan janganlah kembali ke politik,” ujar Controleur Daniel Van der Meulen saat melakukan interogasi terhadap Rasuna Said di dalam sebuah sel tahanan (Rosihan Anwar, 2004: 100). OLEH: USMAN MANOR

K

aum perempuan di Indonesia mempunyai kedudukan dan peran yang penting dalam menentukan jalannya sejarah di samping perannya sebagai ibu rumah tangga (Poesponegoro, 2010 : 398). Jika kaum lelaki memiliki “Singa Podium” seperti Ir. Soekarno, kaum wanita juga memiliki “Singa Betina” bernama Rasuna Said (Saydam, 2009: 213). Rasuna Said yang memiliki nama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said merupakan salah satu dari sekian banyak perempuan yang berjasa dalam proses nation and state building di Indonesia. Sebagai wujud penghormatan atas jasanya, nama Rasuna Said diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Rasuna Said lahir di saat pemuda-pemudi sedang menggelorakan semangat kebangkitan nasional dan anti kolonialisme yang mana dipelopori oleh munculnya organisasi Budi Utomo. Ia lahir di Maninjau, Sumatra Barat, pada tanggal 15 September 1910. Selang beberapa tahun setelah kelahirannya, tepatnya tahun 1915, muncul reformasi di bidang pendidikan dengan berdirinya Sekolah Thawalib berbasis islam modern yang dipelopori oleh Haji Abdul

Kasim Abdullah atau Haji Rasul. Selain itu, pendidikan modern untuk perempuan juga muncul dengan berdirinya Sekolah Diniyah Putri yang dibentuk oleh Rahmah El Yunusiah pada tahun 1923 (Sally White, 2013: 111—113). Situasi dan kondisi pergerakan nasional kala itu membentuk pribadi Rasuna Said muda sebagai perempuan yang religius dan anti kolonialisme. Sejak kecil, ia tinggal bersama pamannya karena ayahnya telah meninggal dunia. Ia dididik mengenai pendidikan Islam mulai dari sekolah dasar. Setelah itu, ia pindah ke Padang Panjang dan masuk ke Sekolah Diniyah Putri. Saat belajar di Sekolah Diniyah Putri, ia mengenal Rahmah El Yunusiah, Rohana Kudus, dan Zainuddin Labai El Yunus. Perkenalan ini mulai membuka pikirannya tentang Islam dan pentingnya pendidikan. Pada tahun 1926, Padang Panjang mengalami gempa dahsyat sehingga ia harus kembali ke kampung halamannya di Maninjau. Bencana gempa tidak menyurutkan niatnya untuk tetap belajar. Ia kemudian berkenalan dengan Haji Udin Rachmany yang saat itu memimpin Sekolah Thawalib. Haji Udin Rachmany inilah yang banyak mengajarkannya

mengenai politik, gerakan pembaruan Islam, dan pidato (Sally White, 2013: 104). Atas ajakan dari Haji Udin Rachmany, pada tahun 1926 Rasuna Said mulai aktif berorganisasi politik dengan menjadi anggota Sarikat Rakyat yang berafiliasi dengan Partai Komunis. Selain aktif dalam Sarikat Rakyat, Rasuna Said yang akrab dengan sapaan Kak Una juga aktif mengajar pelajaran kewanitaan di Sekolah Diniyah Putri. Ketika terjadi pemberontakan komunis di daerah Silungkang pada tahun 1927, Rasuna Said dan Haji Udin Rachmany disinyalir terlibat oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga Sarikat Rakyat dibubarkan. Pasca pemberontakan, pemerintah Hindia Belanda bertindak lebih represif terhadap organisasi kepemudaan. Hal ini justru membuat Rasuna Said semakin tertantang untuk ikut serta dalam Partai Sarikat Islam pada tahun 1928. Ia dipercaya menjadi ketua cabang Maninjau. Setahun berselang ia menikah dengan Dusky Samad, seorang pengajar di Sekolah Thawalib dan aktivis politik. Namun, pernikahan tersebut tidak berlangsung lama akibat kesibukan masing-masing. Dari pernikahan ini, ia memperoleh satu anak perempuan


g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

OPINI

bernama Auda Zaschkya Dusky. Pada tahun 1930, Rasuna Said bergabung dengan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) yang dipimpin oleh Muchtar Loethfi. Bersama dengan Rasimah Ismail dan Ratna Sari, ia menjadi propagandis perempuan yang mengkampanyekan modernisasi pendidikan, persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, reformasi pergerakan Islam, serta kemerdekaan Indonesia. Dalam setiap kesempatan, terutama saat mengajar di Sekolah Diniyah Putri, ia menanamkan pentingnya politik dalam upaya keluar dari belenggu penjajah. Pasca diasingkannya Muchtar Loethfi ke Bogen Digul, kepemimpinan PERMI diambil alih oleh Rasuna Said pada tahun 1931. Sejak saat itu, bersama dengan Muhammadiyah, PERMI mulai diawasi dengan ketat. Bahkan Gubernur G. F. E. Gonggrijp menyurati Gubernur Jenderal De Graeff yang menyatakan bahwa PERMI dan Muhammadiyah tidak loyal dan bersikap anti-Barat (Ahmad Syafii Maarif, 2009: 114). Sikap represif pemerintah Hindia Belanda seakan tidak digubris oleh Rasuna Said. Ia terus memberikan pidato-pidato dan kampanye anti penjajahan seperti halnya yang ia lakukan pada tahun 1932 dalam kongres perempuan PERMI di Padang Panjang. Ia menyampaikan pidato dengan judul “Langkah-Langkah Menuju Kemerdekaan Rakyat Indonesia”. Sikap anti pada pemerintah Hindia Belanda ini membuat Rasuna mendekam di sel tahanan di Semarang selama 15 bulan. Setelah dibebaskan, ia tetap memegang teguh prinsip anti pada penjajahan. Ia banyak menulis artikel dalam jurnal “Raya”. Karena kontrol pemerintah yang ketat, ia terpaksa pindah ke Medan. Perjuangannya tetap berlanjut dengan menulis pada jurnal “Menara Putri” yang mengangkat isu seputar Islam dan Wanita.

Pasca berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang yang mulai berkuasa di Nusantara, Rasuna kembali ke Padang. Ia direkrut oleh Chatib Sulaiman untuk menjadi pemimpin dalam Giyu Gun bagian wanita dengan nama Hahanokai bersama dengan sahabat lamanya, Rahmah El Yunusiah dan Ratna Sari. Ia pun kemudian menikah

“Ia terus memberikan pidato-pidato dan kampanye anti penjajahan seperti halnya yang ia lakukan pada tahun 1932 dalam kongres perempuan PERMI di Padang Panjang. Ia menyampaikan pidato dengan judul ‘Langkah-Langkah Menuju Kemerdekaan Rakyat Indonesia’ “ lagi dengan Bariun AS. Pasca Proklamasi Kemerdekaan, Rasuna tetap aktif dalam kegiatan politik. Pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1947, ia menjadi pemimpin Front Pertahanan Nasional Wanita atas permintaan Bung Hatta yang saat itu mengunjungi Bukit Tinggi. Selain itu, sejak tahun 1946, ia bergabung dengan Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka ber-

09

sama dengan Bariun AS, dan Chatib Sulaiman (Sally White, 2013: 115). Setelah Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda dan memiliki bentuk negara Serikat, Rasuna menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Serikat (DPR RIS). Ia memiliki kedekatan dengan Soekarno (Ahmad Syafii Maarif, 2009: 114). Dalam beberapa kesempatan Soekarno sering menanyakan pendapat Rasuna mengenai kebijakan politik. Beberapa tokoh politik yang berasal dari Sumatra saat itu mayoritas bergabung dengan Partai Masyumi, namun Rasuna tidak mengikuti jejak para tokoh-tokoh tersebut. Saat situasi di Sumatera mulai tidak kondusif dengan munculnya isu pemberontakan yang akan dilakukan oleh Kolonel Achmad Husein, Rasuna menemui Achmad Husein dan memberikan nasehat untuk membatalkan rencana tersebut. Ia pun memberikan pandangan untuk tetap setia pada Republik. Kiprahnya dalam bidang politik tidak berakhir sampai di situ. Rasuna kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung pada masa Demokrasi Terpimpin, yaitu tahun 1959 hingga akhir hayatnya. Rasuna menghembuskan nafas terakhir pada 2 November 1965. Sepanjang hayatnya, Rasuna memegang teguh sikap progresif, revolusioner, non-kooperatif, dan pantang menyerah (Jajat Burhanuddin, 2002 : 94). Sikap-sikap tersebut yang saat ini jarang ditemui dari dalam diri seorang politikus. Baginya, kemerdekaan terbagi dalam tiga unsur penting, yaitu keislaman, kebangsaan, dan kewanitaan. Kemerdekaan tidak hanya sebatas pada terbebas dari belenggu penjajah, namun kemerdekaan memberikan makna yang lebih luas. Merdeka itu terdidik, tersadar dan tercerahkan. (YFS/DAS)

PROFIL PENULIS Penulis adalah mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Angkatan 2011. Penulis merupakan anggota bidang keilmuan Studi Klub Sejarah Universitas Indonesia, pernah aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai staf Departermen Sosial Masyarakat tahun 2013, dan Ketua Pelaksana Konser Amal FIB UI 2013 Usman Manor


10

g eer r b ata m a 74 1 - 2- 02 1041 5 76 // // 103

INFOGRAFIS

OLEH: DELIMA ROHATULLAH, UMMI BUNAYYATUL AZR INFOGRAFIS: REVANDA MULYA PER


RAH, GUSTI FARHAN FARISI, NENG ENGDAH FATMAWATI RKASA, ACHMAD MAULANA IBRAHIM

g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

INFOGRAFIS

11


12

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

LA P O R A N K H U S U S

Tarik Ulur Fakultas Ilmu Administrasi UI

SIMPANG SIUR PEMBENTUKAN FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI OLEH: FRISTA NANDA PRATIWI DAN IRSYAD MUHAMMAD

Sempat tertunda sejak tahun 1999, rencana pembentukan Fakultas Ilmu administrasi (FIA) UI kembali bergulir. Tanggal 15 Januari 2015 menjadi hari yang penting bagi perjalanan pembentukan FIA UI. Saat itulah MWA UI menyetujui pembentukan fakultas baru tersebut.

A

bdel Setya, Anggota MWA UI Unsur Mahasiswa, membenarkan bahwa pihak MWA UI telah mengesahkan pembangunan FIA UI. Namun, pihaknya tidak memiliki kewenangan secara akademik terkait pembentukan FIA UI. Hal-hal yang diatur MWA UI adalah terkait dengan pengawasan proses pembentukan gedung baru FIA UI. Sejatinya, wacana pembentukan FIA UI telah berlangsung sejak tahun 1982. Kemudian di tahun 1999, Departemen Ilmu Administrasi UI sempat membicarakannya dengan pihak rektorat untuk pengajuan sebagai fakultas baru dan berpisah dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UI. Namun, rencana ini ditentang oleh pihak Fakultas Ekonomi UI yang menyatakan bahwa salah satu jurusan Ilmu Administrasi UI, yaitu

Administrasi Niaga, memiliki banyak kemiripan dengan jurusan Ilmu Manajemen UI. Hal ini membuat jurusan Administrasi Niaga UI lebih baik bergabung dengan Ilmu Manajemen UI. Alasan di Balik Pembentukan FIA UI Roy V. Salomo, Kepala Departemen Ilmu Administrasi mengungkapkan, “Rencana pembangunan FIA UI memang sudah lama direncanakan. Namun, masih ada semacam perselisihan antara Fakultas Ekonomi UI dengan kami. Kami merasa ada benarnya bahwa jurusan Ilmu Administrasi Niaga UI banyak overlap-nya dengan Ilmu Manajemen UI.� Meski begitu, pria yang kerap disapa Roy ini memiliki alasan yang kuat untuk tidak menggabung-

kan jurusan Ilmu Administrasi Niaga dengan Ilmu Manajemen UI. Selain karena kurikulum yang jelas berbeda, apa yang dipelajari di antara dua jurusan tersebut memang pada dasarnya tidak sama, walaupun keduanya dianggap saling tumpang tindih. Mengenai program studi ilmu administrasi negara, niaga, dan fiskal yang dianggap tumpang tindih dengan ilmu manajemen, permasalahannya terdapat pada kurikulum. Menurut Abdel Setya, program studi administrasi niaga sudah terbentuk sejak lama di FISIP UI. Begitu pula ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi UI. Sosok yang biasa disapa Abdel ini juga mengemukakan perlunya FIA UI dibentuk. “Seiring berjalannya waktu, ilmu administrasi perlu untuk membentuk fakultas


g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

LA P O R A N K H U S U S

sendiri dan melepaskan diri dari FISIP untuk pengembangan keilmuan. Karena pada dasarnya kurikulum tersebut tingkat kesamaannya tidak boleh lebih dari 60%,” terang Abdel. Harinaldi, selaku Direktur Pendidikan Pusat Administrasi UI, menyatakan sikap positif terhadap pembentukan FIA UI. “Ilmu kan sekarang berkembang. Jadi, kalau merasa kurang mampu diakomodir jika hanya menggunakan baju FISIP UI, ya silakan, selama untuk kebaikan, meningkatkan kemampuan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” ujarnya. Terkait dengan alasan dibalik pembentukan FIA UI yang direncanakan sejak tahun 1999, namun baru disahkan pada tahun ini, Harinaldi menuturkan bahwa tidak mudah untuk membentuk sebuah fakultas. Artinya, harus ada jaminan terkait ketersediaan sumber daya manusia yang memenuhi syarat. Tak jauh berbeda dengan Harinaldi, Anak Agung Putri Ratna, Kepala Sub Direktorat Pengembangan Kurikulum Departemen Pengembangan Akademik UI, menyatakan, untuk membentuk sebuah fakultas baru dibutuhkan usaha yang besar terutama di bidang infrastruktur, sumber daya manusia, dan akademik. Sosok yang pernah terlibat dalam proses pembentukan FIA UI ini menerangkan, saat ini rektor meminta agar calon fakultas bernegosiasi dengan FISIP UI selama masa peralihan untuk mencari titik temu. Akhirnya, proses perubahan Departemen Ilmu Administrasi UI menjadi FIA UI dapat berjalan lancar dan rektor memberikan SK Pembentukannya. Terkait masalah di mana kira-kira letak FIA ini, Roy belum berani memastikan. “Kami sendiri tidak bisa menebak-nebak, rektor baru mengeluarkan SK pendirian FIA UI. Kami sudah memiliki kesepakatan transisi dengan FISIP UI, sementara pembicaraan awalnya baru dimulai minggu depan. Saya harap bulan Maret sudah beres semua,” ucapnya. Senada dengan Roy, Harinaldi juga menyatakan bahwa pembentukan fakultas baru memang membutuhkan proses. Menurutnya

pemindahan fakultas itu bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Ia turut menjelaskan apabila FIA UI terbentuk, sumber daya manusia yang tersedia tentu saja masih seperti saat ini. Jadi, hal ini lebih mengarah pada adanya pengembangan program studi untuk kepentingan keilmuan. Alhasil, Departemen Ilmu Administrasi dianggap perlu untuk lepas dari FISIP UI. Untung Secara Akademis Berbicara tentang kurikulum dan sistem akademik, Ratna merasa akan ada keuntungan lebih jika FIA UI benar-benar terbentuk. “Dalam segi kurikulum juga begitu. Jika kita mampu berdiri sendiri, kita bisa lebih fleksibel dengan mengembangkan kurikulum yang sesuai pasar,” terangnya. Lebih lanjut ia menyatakan apabila pembentukan FIA UI dapat terwujud, maka mata kuliah yang sebelumnya dianggap kurang relevan dapat diganti. Hal ini dilakukan agar kurikulum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar. “Dengan menjadi FIA UI, rumah (fakultas—red) kita dapat lebih besar dan lebih berkembang,” ujar Ratna. Ratna pun menuturkan bahwa mata kuliah yang ada di FIA UI nantinya mungkin ada sedikit perbedaan, terutama mata kuliah wajib fakultas. Selama ini, ilmu administrasi berkiblat pada FISIP UI terkait mata kuliah wajib fakultas. Meski begitu, secara prinsip perbedaan mata kuliah tidak akan terlalu kentara. “Mungkin kita tidak terlalu mengubah, hanya jangan sampai nanti terlihat seolah-olah sama dengan fakultas lain,” kata Ratna. Masih menurut Ratna, seharusnya sudah tidak ada lagi kewajiban untuk memberikan hal-hal yang menurut pihak program studi sudah tidak relevan dengan ilmu administrasi, dalam hal ini mata kuliah yang berkaitan dengan sosial dan politik. Beragam Reaksi dari Mahasiswa Pembentukan FIA UI menuai pro dan kontra dikalangan mahasiswa FISIP UI, baik mahasiswa ilmu administrasi maupun non-administrasi.

13

“Saya tidak setuju dengan pembentukan FIA UI, kalau gedungnya masih di FISIP UI. Kalau gedungnya terpisah tak masalah, sehingga chemistrynya kalau mau mengalahkan FISIP UI jauh lebih dapat dibandingkan dengan kita masih menyatu di FISIP. Soalnya kalau ketemu FISIP UI lagi buat apa,” ujar Vinny, mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga UI 2013. Hal senada diungkapkan oleh Alwansyah, mahasiswa Antropologi UI 2014. Ia tidak setuju apabila program studi ilmu administrasi berpisah dengan FISIP UI. “Kontribusi para atlet dari prodi administrasi sangat besar ketika FISIP UI memenangi Olimpiade UI. Saya merasa sangat berat jika mereka harus berpisah dari keluarga besar FISIP UI,” ungkapnya. Namun, ada juga mahasiswa yang menyatakan dukungannya terhadap pembentukan FIA UI. Evandra, mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga 2014, mengungkapkan perlu terlebih bagi mahasiswa mendengarkan argumen para dosen-dosen Ilmu Administrasi UI. “Jadi saya rasa FIA UI ini memang dibutuhkan,” tegasnya. Delly Permana, mahasiswa Ilmu Administrasi UI, turut mendukung pembentukan FIA UI. Ia berpendapat selain karena perjuangan sejak lama, ilmu administrasi memang akan terus berkembang menjadi disiplin ilmu yang semakin ajeg. Akhirnya, ilmu tersebut semakin memiliki inti tersendiri yang berbeda dengan FISIP UI. Delly menjelaskan bahwa ilmu administrasi niaga, negara, dan fiskal sudah menjadi suatu kebutuhan dan mempunyai tempatnya tersendiri dalam perbaikan dan pembangunan masyarakat. Hal ini menurutnya dapat menjadi keuntungan yang akan berguna dalam menuntaskan persoalan bangsa Indonesia. “Bayangkan saja, tiga bidang ilmu ini dijadikan alat untuk mengupas permasalahan-permasalahan bangsa, tidak hanya akan menghasilkan suatu rekomendasi yang teoritis, namun juga dapat mencapai tahap rekomendasi aplikatif,” tutup Delly. (RRP/YFS/DAS)


14 I P T E K

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

SUMBER BELAJAR BARU DALAM DUNIA MAYA Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia terus dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya dengan memperluas akses sistem kuliah daring atau online. Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT) yang diresmikan sejak April 2014 lalu menjadi buktinya. OLEH: RAFIQAH NURRAHMI FOTO: GHAZIANI KHAIRUNNISA

S

istem kuliah seperti PDITT umumnya sudah banyak digunakan oleh perguruan tinggi terkemuka di berbagai belahan dunia. Sistem ini memungkinkan mahasiswa untuk dapat mengikuti kuliah lintas perguruan tinggi tanpa harus terdaftar sebagai mahasiswa aktif di perguruan tinggi tersebut. Awalnya, pengadaan PDITT ini dilatarbelakangi oleh Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi (APK-PT) di Indonesia yang belum mencapai 30%. Selain itu, layanan


g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

IPTEK

Ilustrasi kuliah daring yang dapat dilakukan dimana saja

pendidikan tinggi bermutu di Indonesia juga belum merata. Alhasil, diperlukan strategi khusus untuk dapat mewujudkan hal tersebut dalam waktu singkat dan dengan biaya terjangkau. Untuk menunjang program PDITT ini, Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerjasama dengan enam perguruan tinggi negeri serta swasta yakni, Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), In-

stitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Bina Nusantara (BINUS), dan STMIK AMIKOM Yogyakarta. Sistem registrasi yang diperlukan untuk dapat mengikuti dan memilih mata kuliah daring ini juga cukup sederhana. Calon pengguna hanya perlu membuka portal PDITT (http://pditt.belajar.kemendikbud.go.id), kemudian melakukan registrasi akun dan mata kuliah. Khusus untuk registrasi mata kuliah oleh mahasiswa aktif di perguruan tinggi yang sudah menggunakan sistem pembelajaran ini, diperlukan otorisasi dari ketua program studi terkait agar perolehan kredit dapat diakui. Dalam satu mata kuliah, penargetan jumlah mahasiswa yang mengikuti mencapai 100 orang dengan 4 orang tutor. Nantinya, semua interaksi yang terjadi di dalam perkuliahan tersebut dilakukan secara online. “Jadi keempat tutor tersebut akan berusaha untuk menjawab pertanyaan atau mengarahkan mahasiswanya secara online. Dosennya pun terkadang juga ikut mendampingi tutornya,” ujar Ketua Kantor Pelayanan dan Pengembangan Sumber Daya Pembelajaran (PPSP) UI, Gatot Fatwanto Hertono, Ph.D. Sayangnya, untuk sementara waktu, pengguna yang dapat melakukan interaksi dengan tutor yang disediakan PDITT hanyalah mahasiswa aktif yang terdaftar di perguruan tinggi penyelenggara. “Dalam pembelajarannya, sumber belajar hanya dapat diunduh dari SceLe untuk mahasiswa UI dan Learning Management System (LMS) masing-masing perguruan tinggi penyelenggara. Jadi, untuk sementara hanya materi kuliah terbuka yang bisa diunduh oleh mahasiswa umum.” terang Gatot. Tersedianya media pembelajaran daring baru berbasis Massive Open Online Courses (MOOC’s) yang diusung PDITT dirasa sangat berguna bagi mahasiswa, terutama yang membutuhkan mata kuliah tambahan untuk menunjang studinya. Seperti yang dikatakan oleh Siti Nurfaizah, Mahasiswi Fakultas Ekonomi UI. Ia menilai sistem kuliah seperti PDITT bukanlah hal yang

15

asing mengingat saat ini seluruh bidang sudah memasuki era digital, termasuk bidang pendidikan. “Mahasiswa UI sepertinya sudah tidak asing dengan diskusi online atau pemberian dan pengumpulan tugas via internet. Namun dengan adanya PDITT, sumber belajar menjadi bertambah karena mata kuliah yang disediakan oleh universitas lain belum tentu ada di universitas kita sendiri,” ucap Siti Nurfaizah. Lain hal dengan apa yang diutarakan oleh Fadzan Dafrisyakinta, mahasiswi Program Vokasi UI. Ia meragukan efektivitas sistem kuliah

“Sistem ini memungkinkan mahasiswa untuk dapat mengikuti kuliah lintas perguruan tinggi tanpa harus terdaftar sebagai mahasiswa aktif di perguruan tinggi tersebut.” daring mengingat masih banyaknya mahasiswa yang belum dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di Indonesia. “Dalam kegiatan perkuliahan saja masih banyak mahasiswa yang gemar cabut-cabutan, apalagi di kuliah online yang tidak memberikan interaksi tatap muka secara langsung,” ungkap Fadzan. Saat ini, 34 dari total 50 mata kuliah dapat diakses secara daring dan memperoleh sertifikat yang dapat dialihkreditkan. Dari 34 mata kuliah tadi, 7 di antaranya diselenggarakan UI. Mata kuliah tersebut meliputi Akuntansi Keuangan, Pengantar Ilmu Politik, Pengembangan Perangkat Lunak, Machine Learning, Metabolisme, Advokasi Kesehatan, dan Komputasi Saintifik. (AF/DAS)


16 k e s e h ata n

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

WASPADAI BAHAYA BERBAKTERI

APEL

Akhir januari 2015 lalu, sempat terjadi pelarangan apel impor dari Amerika Serikat oleh Pemerintah Indonesia karena mengandung bakteri yang membahayakan kesehatan. Masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih makanan apabila ingin menjalani hidup sehat. OLEH: KIRANA AISYAH FOTO: DIAH DESITA

P

erintah larangan terkait impor apel jenis Granny Smith dan Gala dari Bidart Bros, California, Amerika Serikat, akhir Januari lalu, datang dari Direktur Jendral Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan. Pelarangan impor ini disebabkan oleh ditemukannya 32 kasus keracunan makanan di 11 negara bagian Amerika Serikat. Kasus ini disebabkan oleh konsumsi caramel apple yang berasal dari kedua jenis apel tersebut. Kedua jenis apel tersebut diindikasikan telah terkontaminasi bakteri Listeria Monocytogenesis.

Ditemui di Gedung Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Jakarta Pusat, Kamis (26/02), Suratmono, Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, menjelaskan keterkaitan BPOM terhadap kasus apel berbakteri ini. Suratmono menjelaskan bahwa dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004, sebenarnya sudah ada pembagian tugas dan wewenang mengenai pangan. BPOM dalam hal ini mengurusi jenis pangan olahan sementara, contohnya pangan segar, seperti sayu-sayuran dan

buah-buahan. Terkait dengan apel impor ini, BPOM ditunjuk sebagai Emergency National Contact Point dari International Food Safety Authorities Network (INFOSAN). Sebuah organisasi yang berperan untuk menerima segala informasi awal mengenai pangan dalam lingkup internasional. “Pada 17 Januari, BPOM menerima informasi bahwa di Amerika Serikat ada penarikan buah apel. Oleh karena itu, kami mencari tahu secara lengkap fakta yang terjadi di sana. Setelah itu, BPOM menginformasikan pada Kementerian Pertani-


g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

k e s e h ata n

an sebagai Competent Contact Point yang segera bergerak melakukan pengawasan” jelas Suratmono. Bentuk pengawasan yang dilakukan BPOM sendiri meliputi lima komponen, yaitu regulasi, manajemen, inspeksi dan sertifikasi, laboratorium, serta komunikasi, informasi, dan edukasi. “Jika ada pengaduan dari masyarakat, bisa menghubungi layanan online Halo BPOM di 1500533,” jelas Suratmono terkait dengan perwujudan komponen informasi dalam fungsi pengawasan BPOM. Meski begitu, Suratmono juga menghimbau masyarakat agar perlu teliti dan berhati-hati sebelum membeli. Masyarakat pun diharap-

“Keistimewaan tersebut yang membuat Listeria Monocytogenesis dapat terus hidup pada suatu benda, khususnya makanan, meski benda atau makanan tersebut diletakkan di tempat atau ruang yang dingin seperti Refrigerator”

Keistimewaan tersebut yang membuat Listeria Monocytogenesis dapat terus hidup pada suatu benda, khususnya makanan, meski benda atau makanan tersebut diletakkan di tempat atau ruang yang dingin seperti Refrigerator. “Sebetulnya bakteri Listeria ini dibagi menjadi dua kondisi yang dilihat dari segi penyebabnya. Non-invasif yang berasal dari pencemaran makanan. Sementara itu, invasif disebabkan oleh infeksi pada orang dengan daya tahan tubuh rendah dan sampai menyebabkannya menderita meningitis,” ungkap Ardiana. Menurut Ardiana, kontaminasi bakteri Listeria Monocytogenesis bagi tubuh dapat berdampak fatal. Namun, hal tersebut hanya dapat terjadi apabila tubuh mengkonsumsi makanan yang berbakteri tersebut dalam jumlah banyak. Pada dasarnya, kadar bakteri di setiap makanan belum tentu sama. Maka, perlu adanya uji laboratorium agar kadar bakteri dapat dihitung. “Dalam kasus keracunan makanan, untuk mencari tahu penyebabnya, yang diperiksa itu makanannya. Selain itu, bisa juga dilihat dari feses si pemakan,” ujar Ardiana. Senada dengan Ardiana, Suratmono menyatakan bahwa pada kasus keracunan makanan, BPOM berperan dalam menentukan penyebab keracunan. Peran tersebut biasanya berupa pengujian sampel makanan dan spesimen, seperti dari sampel muntah.

17

dengan sampai bersih. Disarankan pula memakai sabun food grade,” terang Ardiana. Ardiana menambahkan, makanan yang telah dibersihkan saja belum cukup menjamin terbunuhnya semua bakteri. Namun, setidaknya hal tersebut diharapkan dapat meminimalisir jumlah bakteri di dalam makanan. Anjuran menjaga kebersihan juga diterapkan oleh Khalya Karamina Siregar, Mahasiswa FISIP UI. “Kita harus cerdas memilih (tempat yang menjual buah—red) aja dan mencuci ulang sebelum dikonsumsi” katanya. Selain itu, Khalya mencontohkan bagaimana menerapkan pola

“Listeria banyak ditemukan pada makanan segar. Maka, penting bagi kita untuk membersihkan makanan tersebut. Sebenarnya agak serba salah kalau dikupas, vitaminnya bisa hilang. Jadi, lebih baik dicuci dengan sampai bersih.

Menerapkan Pola Hidup Sehat kan untuk melapor sebagai bentuk pengawasan terhadap produk makanan. “Pengawasannya tiga lapis, yakni masyarakat, produsen, pemerintah. Kalau masyarakatnya tak acuh, pengawasan tidak bisa berjalan lancar,” ujar Suratmono. Keistimewaan Bagai Dua Sisi Mata Uang Sementara itu, ahli mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) UI, Ardiana Kusumaningrum, mengatakan bahwa pada prinsipnya, Listeria Monocytogenesis merupakan bakteri yang istimewa karena tahan terhadap suhu dingin.

Selain masyarakat harus teliti sebelum membeli makanan, pola hidup sehat juga harus diterapkan, seperti memperhatikan kebersihan makanan sebelum dikonsumsi. Menurut Ardiana, ada hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi kontaminasi bakteri pada makanan, khususnya dalam kasus apel berbakteri. “Listeria banyak ditemukan pada makanan segar. Maka, penting bagi kita untuk membersihkan makanan tersebut. Sebenarnya agak serba salah kalau dikupas, vitaminnya bisa hilang. Jadi, lebih baik dicuci

hidup sehat, yang berarti mengkombinasikan antara kebutuhan olahraga dan pola makan. “Pola makan yang aku terapkan lebih ke arah keseimbangan nutrisi. Makan harus rutin, pagi, siang, dan malam, ditambah konsumsi buah di sela waktu tersebut,” ujar pemilik akun indobeautyfit.blogspot.com ini. Pada akhirnya, Khalya menuturkan bahwa ketika seseorang sudah mampu membentuk kebiasaankebiasaan sehat, terutama dalam hal pola makan, banyak manfaat yang diperoleh untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. (KA/YFS/DAS)


18

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

resensi

SEBUAH KISAH EKSIL POLITIK INDONESIA Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Tebal

: Pulang : Leila S. Chudori : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) : Desember 2012 : 464 halaman OLEH: MESEL GHEA

P

enulis mengajak kita melihat kembali peristiwa 30 September 1965 dan Mei 1998 yang dirangkainya dari tahun 2006 hingga 2012 dalam bentuk novel. Novel yang menggunakan sudut pandang campuran ini mengisahkan saat-saat menjadi eksil, sehingga saat kita membacanya kita lupa bahwa buku ini adalah fiksi bukan Non-fiksi. Gambaran yang pertama kali muncul dari kata eksil yaitu orang yang diasingkan, mengasingkan diri atau dibuang. Dalam novel ini, penulis mengajak kita kembali melihat masa lalu melalui peristiwa tersebut. Pada saat itu banyak masyarakat Indonesia yang dekat, berteman, membantu, kasihan, berpihak, dan menjadi keluarga dengan anggota PKI yang diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Indonesia. Mereka dimintai keterangan, diculik, disiksa, serta ada yang dibunuh sehingga banyak masyarakat Indonesia yang bersem-

bunyi di celah-celah negara Indonesia, bahkan ada yang mengasingkan dirinya keluar negeri. Begitulah gambaran betapa kerinduan yang mendalam menghinggapi sosok eksil untuk pulang kembali ke Indonesia. Cerita bermula pada tahun 1968. Awalnya, Dimas Suryo enggan untuk menggantikan Hananto pergi ke Konferensi Jurnalis Internasional di Cile dan Panking sebagai perwakilan dari Kantor Berita Nusantara. Namun, tanpa diduga nasib membuatnya menetap di Prancis bersama kawan-kawan dari Kantor Berita Nusantara (Risjaf, Nugroho dan Tjia). Disana mereka menjalani hidup sebagai seorang eksil politik dan berstatus tapol. Kesulitan hidup merantau di tanah air orang lain adalah hal yang biasa. Sayangnya, hal tersebut diperburuk dengan ditahannya visa Indonesia mereka, kecuali Risjaf yang memiliki latar belakang tidak terlalu dekat dengan PKI ataupun Lekra.

Kerinduan akan tanah air selalu membayang-bayangi harihari mereka. Lihat saja Dimas yang hanya bisa mengenang Indonesia dari “restoran tanah air� yang ia dirikan bersama kawan-kawannya. Selama 32 tahun Dimas Suryo tinggal di Prancis, tidak hentinya dia merasa rindu dengan Indonesia, terutama Surti (mantan kekasihnya dimasa lalu yang menikah dengan sahabatnya). Tokoh lain pun hadir dalam kisah ini, sebuat saja Vivienne Deveraux. Apapun yang Vivienne Deveraux lakukan untuk meyakinkannya bahwa Prancis adalah tempat untuk pulang, tetap tidak dapat menghilangkan kerinduan Dimas dengan Indonesia dan Surti, cintanya yang hilang. Tetapi Vivienne bukan wanita yang mudah putus asa. Vivienne berhasil menghadirkan Lintang Utara sebagai tempatnya untuk memilih dan membuat Dimas setidaknya dapat terlepas dari masa lalunya.


g e r b ata m a 7 6 / / 0 3- 2 0 1 5

RESENSI

Perpaduan sempurna dari Dimas dan Vivienne yang mengalirkan dua darah yang mengalir di tubuh Lintang Utara, Indonesia dan Prancis. Hal ini yang membuat Lintang Utara kecil selalu bersemangat ketika ayahnya dan om-om dari restoran tanah air (Risjaf, Tjia, dan Nugroho) bercerita tentang Indonesia. Namun, Lintang dewasa lebih memilih untuk menenggelamkan dalam-dalam memori tentang Indonesia. Dia seakan lupa bahwa ia diwarisi darah Prancis dan Indonesia. Ada alasan tentang Indonesia yang membuat orang tuanya bercerai. Ketika ia sedang dalam masa tugas skripsinya di Universitas Sorbonne bidang sinematografi. Ia dituntut untuk mengambil topik tentang keluarga eksil tahanan politik PKI tahun 1965 oleh dosen pendampingnya. Pada akhirnya, Lintang harus berani menerima kenyataan. Ia harus ke Jakarta! Jakarta tahun 1998 yang sudah jauh berubah dari tahun 1965 kini ada dihadapan Lintang, tanah airnya sendiri. Berbagai

peristiwa ia alami selama di Indonesia. Lintang juga menjadi saksi mata tenÂŹtang salah satu peristiwa besar daÂŹlam panggung sejarah Indonesia, yaitu Reformasi Mei 1998 yang menjatuhkan rezim Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Proses panjang masamasa kelam Indonesia terangkum di dalam novel ini. Kelebihan novel ini adalah bahasa yang mudah dipahami dipadu dengan kata dan kalimat metafora. Selain itu, plot yang komplit, dari awal cerita, klimaks dan juga akhir cerita. Tokoh yang disajikan begitu hidup sehingga kita seperti terlibat dalam pergolakan didalamnya. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti memudahkan bagi pembaca awam tanpa mengurangi bobot kompleksitas nilai yang hendak disampaikan penulisnya. Cukilan kisah tokoh-tokoh pewayangan Jawa dan sisipan kisah saling silang percintaan pun menjadi pemikat tersendiri bagi pembaca. Namun, novel ini sempat membuat pembaca bingung den-

19

gan sudut pandang campuran yang kurang tersusun secara menyeluruh. Sangat disayangkan bagi pembaca dibawah umur. Hal ini disebabkan di dalam novel ini juga ada beberapa bagian yang terlalu dewasa penggambaranya dan terlihat tabu. Diluar hal tersebut, novel ini lebih mirip dengan memor dibandingkan dengan fiksi. Akibatnya, pembaca sering terbawa suasana dalam novel ini dan melupakan bahwa kenyataan nya novel ini adalah fiksi. Penggambaran cerita tragedi berdarah dalam kehidupan dua generasi, Dimas Suryo dengan Lintang Utara, membuat novel ini patut dipertimbangkan untuk dibeli. Selain itu, novel ini cocok bagi generasi muda Indonesia yang hendak membuka diri memahami sejarah bangsanya secara utuh dalam konteks novel atau buku fiksi. (RF/DAS)


20 o p i n i f o t o

g er b ata m a 76 // 03 - 2 0 1 5

KETIKA UI MENJADI PILIHAN UNTUK BERAKHIR PEKAN MUHAMMAD FACHRIZAL HELMI


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.