Gerbatama ini UI! Mei 2013 - Semi-desentralisasi yang Belum Teruji

Page 1

g e r b ata m a 63 / / 0 5 - 2 0 1 3

edisi Mei 2013

63

ini UI !

Semi-desentralisasi yang belum teruji

Unduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter @sumaUI // Gratis


g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

ed i s i m ei 2 0 1 3

ed i to r i a l Sistem semi-desentralisasi keuangan yang akan diterapkan kembali di UI memiliki sambutan yang beragam oleh kalangan mahasiswa dan mahasiswa UI. Sebelumnya, sistem sentralisasi atau terpusat ternyata membuat civitas akademika kelimpungan. Proses pencairan dana dan alur birokrasi yang berliuk-liuk, menghabiskan terlalu banyak waktu yang tidak perlu untuk sekedar memenuhi persyaratan administrasi. Sistem banyak meja nyatanya masih ditemukan dalam sistem sentralisasi keuangan yang diharapkan menjadi solusi dari sulitnya mengawasi rekening liar dari masing-masing lembaga. Akhirnya sistem semi-desentralisasi dipilih sebagai jalan tengah dari kedua sistem yang pernah diterapkan. Diharapkan nantinya kegiatan-kegiatan mahasiswa dan proyek-proyek dosen atau lembaga penelitian dimudahkan dalam pendananaan dan perizinan. Maka dari itu, pembenahan dari internal lembaga keuangan di tingkat fakultas dan universitas haruslah sesuatu yang harus segera dilakukan. Jika lembaga pengurus keuangan di tingkat fakultas atau universitas tetap mempertahankan tradisi yang berbelit, bukan demokrasi dan tranparansi yang akan terjadi. Tapi pemberian wewenang yang semakin besar pada pihak fakultas atau universitas untuk mengatur urusan keuangan lembagalembaga yang berada dibawahnya.

Pemimpin Redaksi Yasinta Sonia Ariesti Redaktur Pelaksana Hurun’in Qurrotul’aini Redaktur Artistik Akbar Budi Santoso Redaktur Bahasa Puji Eka Lestari Redaktur Foto Rahma Nissa Aini Reporter Dinda Larasati, Rosseno Aji, Syamsul Bahri, Rachmalia Puteri, Coraima Okfriani, Jurnalistika Febra, Miranda Olga Viola, Luthfiya Rizky Riyanti, Joseph Adrianus Maryadi Fotografer Mochamad Hanbali, Rama Ohara, Rudra Adriyase Desain Tata Letak Pracetak Nova Marina Sirait, Muhammad Banirahma Syahroni, Joanna Helena Meijer Desain Sampul Akbar Budi Santoso Tim Riset Maulandy Rizki , Binar Asri Lestari Iklan Anindya Fitriana Sirkulasi dan Promosi Anton Budiharjo


04

gger erbbata atam maa 6633 / // / 00 55 -2 -2 00 11 3 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

LA P O R A N U TA M A

UI dengan Sistem Semi-Desentralisasi Keuangan

L A P O R A N U TA M A

05

Sejak tahun 2007, Universitas Indonesia (UI) menerapkakan sistem sentralisasi keuangan. Namun, dalam pelaksanaannya sistem sentralisasi keuangan membuat proses pencairan dana menjadi lebih lama karena harus melalui jalur birokrasi dengan tahapan yang lebih bertingkat. Memasuki periode 2013, bersamaan dengan UI yang tak kunjung memiliki kepastian status, wacana UI kembali menjadi desentralisasi mulai kuat bergulir. OLEH Syamsul Bahri, Rachmalia Puteri


06 la p o r a n u ta m a

g eer r b bata ata m am 63a// 5- 2 001 35 - 2 0 1 3 g 630//

U

niversitas Indonesia (UI) menerapkan sistem sentralisasi keuangan berdasarkan Surat Keputusan MWA Nomor 7 tahun 2006 tentang Kebijakan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia dan Surat Keputusan MWA Nomor 5 tahun 2007 tentang arah Pengembangan UI. Menurut Alldo Felix, MWA Unsur Mahasiswa, sistem sentralisasi keuangan mulai dilaksanakan ketika Prof. Gumilar Soemantri menjabat sebagai rektor UI. Namun, sistem ini dirasakan kalangan mahasiswa dan dosen kurang efektif. “Salah satu masalah yang diutarakan mahasiswa adalah masalah keuangan yang memperlambat birokrasi untuk pencairan dana kegiatan mahasiswa atau perlombaan,” ungkap Alldo saat ditemui di FH UI, Selasa (18/3) lalu. Menurut Alldo, sentralisasi yang dilakukan sekarang pada praktiknya tidak terlalu berhasil karena masih belum ada kejelasan atau transparansi tentang proses pencairan dana.

g er bata m a 63 / / 0 5 - 2 0 1 3

L a p o r a n U ta m a

“Setelah tiga tahun dirasakan ribet oleh kalangan mahasiswa dan dosen yang aktif di penelitian, datanglah keinginan untuk mengembalikan sistem ini ke desentralisasi di fakultasfakultas,” ujarnya. Sebelum ini, UI juga pernah menggunakan desentralisasi pada sistem keuangannya. Namun, sistem tersebut justru membuat laju keuangan yang berada di setiap fakultas tidak terpantau di tingkat universitas. “Jadi, ketika berhubungan dengan pihak ketiga, uang yang masuk tidak bisa diawasi oleh rektorat,” ujar Alldo. Akan tetapi, menurut Alldo, sistem desentralisasi yang akan dilaksanakan nanti berbeda dengan sistem yang pernah dilaksanakan dulu. “Sistemnya adalah semi-desentralisasi. Kalau sistemnya seperti dulu lagi, rekening yang tidak terawasi dikhawatirkan akan bertambah banyak,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2009 ini. Alldo menilai, sistem semi-desentralisasi akan memberikan pengawasan dan kemudahan akses untuk pencairan dana kegiatan maupun penelitian. “Setiap rekening fakultas akan dibuat menggunakan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) UI, namun rekeningnya tetap milik fakultas atau pusat kajian,” jelasnya. Menurut Alldo, perubahan sistem birokrasi keuangan akan berlaku saat rektor baru terpilih nanti. Akan tetapi, perubahan terse-

but belum tentu terlaksana karena target tahun ini adalah merapikan NPWP. “Kalau dijalankan oleh PJS (Penanggung Jawab Sementara) rektor rasanya belum fleksibel karena pembagian kerjanya pun masih pelaksanaan harian, sedangkan wakil rektornya juga hanya menjalankan program kerjanya,” kata Alldo.

pengetahuan. “Kalau sebuah departemen tidak pernah melakukan pengkajian, bagaimana kita bisa berkembang?” kata Sri Budi Eko Wardani, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, pada Jumat (21/3) lalu saat ditemui di ruangannya. Selain itu, beliau juga mengatakan, sebuah lembaga kajian atau riset juga harus didukung oleh infrastruktur yang baik. “Termasuk di bidang keuangannya,” ujarnya. wacana

baru, hal ini sudah lama dibicarakan, tetapi belum ada SOP-nya. Misi utama desentralisasi adalah untuk tidak menghambat perkembangan riset yang ada di UI dan hal itu harus kita dukung,” lanjutnya.

ini perlu dibenahi. “Dulu kita sempat minta SOP-nya biar ada trust,” kata-nya. Menurut Dani, tujuan dari SOP ini adalah agar dana riset yang masuk ke rekening UI dapat dipantau, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. “Ada kecurigaan kalau dana riset kita dipakai untuk biaya-biaya Kejanggalan dalam sistem

menambahkan, riset yang dilaku-

ini juga dirasakan oleh Ade Arman-

kan oleh para peneliti atau periset terkadang tidak menyertakan salah satu persyaratan yang ditentukan, seperti tidak memasukkan dua nama suggested external reviewer yang merupakan reviewer dari luar UI yang

Riset merupakan sebuah program untuk memproduksi ilmu

bukanlah

Procedure (SOP) yang ada sekarang

yang lain dulu,” katanya.

Akrobatik Lembaga Riset

“Desentralisasi

07

Menurut Dani, beberapa

pusat kajian yang ada, khususnya di FISIP, melakukan riset dengan cara akrobatik. “Kita harus saving dulu untuk melaksanakan riset. Ketika dananya turun, dana tersebut digunakan untuk bayar reimburse,” ungkapnya. Selanjutnya, Dani memaparkan bahwa yang paling penting dari sistem keuangan di UI adalah kemudahan akses dana yang berasal dari lembaga donor atau pihak ketiga. “Biasanya uang dari donornya sudah masuk (ke rekening UI) tapi turun ke kitanya lambat ” jelasnya. Selain itu, menurutnya, Standard Operasional

do, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UI. Ia mengatakan bahwa transparansi keuangan di tingkat rektorat masih nihil sehingga tidak ada kejelasan ke mana aliran dana dari pihak ketiga itu mengalir. Bocornya sebuah dokumen keuangan yang berisikan penyelewangan sejumlah dana oleh pihak rektorat beberapa tahun lalu juga memperkuat adanya ketidakberesan di sistem keuangan di universitas beralmamater kuning ini.

Muhammad Sofyan Pulun-

gan, Staff Manajer Pendidikan dan Riset Fakultas Hukum mengatakan, kecenderungan riset di FH saat ini

“Biasanya uang dari donornya sudah masuk (ke rekening UI) tapi turun ke kitanya lambat ”

menurun karena lambatnya birokrasi keuangan ini. “Dosen akhirnya memilih untuk riset dari pihak luar yang jauh lebih jelas dananya,” katanya. Kenapa baru sekarang?

Menanggapi

lamanya

proses pencairan dana, khususnya untuk kegiatan riset dan penelitian, Kasubdit Riset dan Inkubator Industri Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Yasman mengungkapkan hal yang berbeda. Menurutnya, lambannya proses pencairan dana terkadang disebabkan oleh peneliti atau periset sendiri. “Kurangnya disiplin dari mereka biasanya membuat proses pencairan lama,” ujarnya.

Yasman

diusulkan oleh si pengusul proposal. “Hal ini menyebabkan molornya jadwal seleksi yang tentunya juga akan berakibat pada lambatnya pengajuan pencairan dana riset,” katanya “Intinya, kita mengusahakan pencairan dana tepat waktu agar pelaksanaan riset juga dapat berjalan dengan baik,” kata Yasman. Beliau juga menghimbau agar masing-masing pihak yang terkait dengan proses pencairan dana saling berbenah diri, sehingga proses tersebut tidak memakan waktu yang lama. “Disiplin dengan waktu,” tegasnya. Terkait wacana desentralisasi, Yasman mempertanyakan pihak yang memprotes sistem sen-

tralisasi keuangan yang sudah disepakati pada tahun 2007 dulu. “Kenapa baru diprotes sekarang?” tanyanya. “Seharusnya mereka sudah dapat memprediksi kekurangan apa yang dapat terjadi jika memilih menggunakan sentralisasi,” lanjutnya. Menanggapi pertanyaan dan pernyataan tersebut, Sofyan Pulungan mengatakan bahwa perubahan sistem keuangan yang terjadi beberapa tahun lalu tidak memberikan perubahan ke arah yang lebih baik, khususnya di bidang riset. “Justru hal ini malah membuat frustasi periset yang semangat meriset,” ungkapnya.

Ketika diminta keterangan

soal lambatnya pencairan dana dan sistem keuangan ini, Lien Indriana selaku Direktur Keuangan Universitas Indonesia menolak untuk ditemui. Menurut Mimin, salah seorang staff keuangannya, Lien Indriana menolak untuk ditemui karena bahasan mengenai sistem keuangan dianggap hal sensitif. “Ditakutkan akan menjadi salah interpretasi,” tutupnya.


06

g g er er b b ata ata m ma a 66 3 3/ // / 0 05 5 -2 -2 0 0 11 3 3

g e r b ata m a 6 3 / / 0 5-2 0 1 3

l i p u ta n k h u s u s

L i p u ta n k h u s u s

07

Salah satu murid SDN Mekar Jaya 1 Cimanggis Depok sedang belajar mengikuti Kurikulum 2013 rudra adriyase / suma ui

Banyak Masalah di Kurikulum Sekolah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia kembali membuat kurikulum baru yang akan menjadi kurikulum pendidikan kesebelas selama negara Indonesia berdiri. Sayangnya, kesiapan pelaksanaan kurikulum yang rencana pelaksanaannya menghabiskan rupiah hingga di angka 2.49 triliun ini masih meragukan.

OLEH Dinda Larasati, rosseno Aji

K

urikulum 2013 merupakan kurikulum pendidikan terbaru yang rencananya akan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 mendatang. Menurut bahan uji publik Kurikulum 2013 yang diterbitkan pemerintah pada bulan November 2012, perubahan ini adalah amanat perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2010-2014. Selain itu, perubahan dilakukan sebagai penyempurnaan kurikulum dengan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-

nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa sesuai Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010. Dalam sejarahnya, Indonesia pernah memiliki kurikulum Rencana Pelajaran Terurai (1947), Rencana Pendidikan Dasar (1964), Kurikulum Sekolah Dasar (1968), Kurikulum Proyek Perintisan Sekolah Pembangunan atau PPSP (1973), Revisi Kurikulum Sekolah Dasar (1975), Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Revisi Kurikulum 1994 atau yang dikenal dengan Kurikulum 1997, Kurikulum Berbasis Kompetensi atau

KBK (2004), dan kurikulum terakhir yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP (2006). Dalam bahan uji publik Kurikulum 2013 juga disebutkan landasan filosofis atas perubahan kurikulum, yaitu adanya kebutuhan akan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kompetensi. Filosofi pendidikan yang dijalankan berbasis pada nilai-nilai luhur, akademik, juga kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Ditemui di kantornya yang berada di bilangan Sudirman, Kepala Sub-Bagian Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kem-


08

g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

li p u ta n k h u s u s

dikbud, Didik Prangbakat menerangkan bahwa perubahan yang ada dalam Kurikulum 2013 dibuat untuk meringankan beban guru maupun siswa dalam pembelajaran. Beberapa masalah dalam kurikulum sebelumnya juga menjadi alasan atas perubahan yang dilakukan. Disebutkan dalam bahan uji publik Kurikulum 2013, Kurikulum 2006 dianggap belum sepenuhnya berbasis kompetensi dan memiliki kekurangan dalam hal konten serta materi. “Selama ini kurikulum dirasa sangat berat, jadi kami kurangi baik dari segi konten dan metodologi pem-

“Kurikulum kita dari dulu kala itu mempersiapkan anak didik untuk jadi birokrat, bukan mempersiapkan daya kritis anak,”

belajarannya. Untuk SD kita kurangi beberapa bab dan materi-materi yang kira-kira dapat kita ajarkan di SMP dan SMA,” jelas Didik. Kurikulum 2006 juga dianggap mengerucut pada aspek pengetahuan. “Kalau dulu penekanannya lebih kepada pengetahuan, nanti penekanannya lebih ke sikap, kedua keterampilan, ketiga baru pengetahuan,” papar Didik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Mohammad Nuh mengatakan bahwa perubahan kurikulum dirasa perlu sebagai jawaban atas tantangan zaman. Dalam dokumen wawancara di laman kemdikbud.go.id, Nuh

l i p u ta n k h u s u s

menekankan bahwa perubahan zaman menuntut perubahan sistem. “Nanti kita akan memproduksi generasi yang usang, yang tidak cocok dengan zamannya. Akibatnya, nanti jadi beban. Termasuk tidak terserap di ketenagakerjaan,” terang Nuh memaparkan alasannya melakukan perubahan kurikulum. Bagaimana Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar? Penerapan Kurikulum 2013 akan membawa beberapa perubahan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Salah satunya adalah pe-nerapan metode tematik-integratif untuk kelas satu sampai tiga SD, yaitu integrasi beberapa mata pelajaran dengan penekanan pada tema tertentu. Nantinya, materi Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya. “Misalnya ketika kita berbicara tentang ‘diriku,’ di situ ada muatan matematika, Ilmu Pe-ngetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan seterusnya,” jelas Didik. Dengan metode tematik-integratif, mata pelajaran yang tadinya berjumlah sepuluh akan diringkas menjadi enam saja mencakup Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni dan Budaya, Olahraga dan Pendidikan Kesehatan. Terkait metode tematikintegratif, Darmaningtyas selaku pemerhati pendidikan dan anggota tim pengembang Kurikulum 2013 berpendapat bahwa metode ini cocok diterapkan di bangku SD. “Kelas satu sampai tiga SD sebaiknya fokus pada Calistung (baca, tulis, dan berhitung) saja,” ucapnya. Metode ini pun menuntut para guru untuk memfasilitasi proses pengajaran. “Kalau guru tidak punya pengetahuan yang luas, belajar akan kering, tidak menarik,” ungkap Darmaningtyas. Oleh karena itulah program pelatihan guru dianggap Darma menjadi san-

gat penting, agar guru dapat mengetahui bagaimana cara untuk menyeimbangkan tema-tema yang sudah disusun di buku. Menanggapi penerapan Kurikulum 2013, guru kelas dua SDN 01 Cipedak Jakarta Selatan, Adisti, merasa bingung apabila metode tematik integratif benar-benar diterapkan. “Kalau dilihat dari tingkat kesulitannya memang sangat sulit, sebab ada beberapa yang harus digabungkan mata pelajarannya,” ujar Adisti. Sampai saat ini ia merasa bahwa sosialisasi yang disampaikan masih kurang dan belum ada kabar kapan pemerintah akan mengadakan pelatihan untuk guru terkait penerapan Kurikulum 2013. Hal lain yang menjadi sorotan dalam Kurikulum 2013 ialah penambahan jam belajar. Kegiatan belajar di SD akan bertambah empat jam per minggu. Berdasarkan berkas publikasi Kurikulum 2013, hal ini dilakukan karena perubahan proses pembelajaran dan proses penilaian memerlukan penambahan jam belajar. Ditanya pendapatnya mengenai hal ini, Darmaningtyas justru mengaku bingung dengan kebijakan pemerintah menambah jam pelajaran. “Kalau memang ingin mengembangkan proses, ya justru seharusnya proses itu diperlonggar bukannya ditambahin materi, ditambahin jam,” ucapnya sambil mengerutkan dahi. Ia juga berpendapat bahwa semakin lama anak berada di sekolah, maka anak akan menjadi semakin kuper (kurang pergaulan) dan kurang mengenal lingkungan di sekitarnya. “Apa peran orang tua dan masyarakat dalam pencerdasan anak? Tapi karena ini sudah diputuskan secara politik, kita harus terima,” keluh Darmaningtyas. Tommy Awuy, pengajar filsafat di Fakultas Ilmu Budaya UI memiliki pandangan sendiri mengenai Kurikulum 2013. “Baru baca satu dua pasal saya sudah muak den-

gan draf ini,” ujar Tommy tegas. Ia mengkritik frasa ‘rasa syukur terhadap Tuhan’, kondisi yang dianggapnya sudah pasti tetapi disebutkan berulang kali di dalam pasal draf, “ini jelas membatasi kritisisme kita, siswa didik seharusnya mampu mendapatkan pengetahuan yang murni dari kritisisme terhadap sesuatu sehingga mendapatkan kesimpulan yang matang dan argumen yang kuat dan rasional untuk mendapatkan ilmu,” tambahnya. Pengajar yang dikenal dengan aktivitasnya di media sosial ini pun menyoroti bahwa sejak awal pendidikan Indonesia sudah dikomodifikasi sedemikian rupa. “Kurikulum kita dari dulu kala itu mempersiapkan anak didik untuk jadi birokrat, bukan mempersiapkan daya kritis anak,” tambahnya. Tommy juga mengatakan bahwa pada dasarnya pendidikan di Indonesia tidak pernah lepas dari politik dan kekuasaan. “Hasilnya? Ya pejabat sekarang ini, tetap saja korup bukan?” lontar Tommy. Masalah Anggaran Selain materi rencana kurikulum, anggaran pelaksanaan juga dianggap beberapa kalangan tidak luput dari masalah. Indonesian Corruption Watch (ICW) yang aktif mengawasi rencana Kurikulum 2013 bersama sejumlah kalangan yang menamakan diri Koalisi Tolak Kurikulum, mengkritisi atas rencana Kemdikbud yang labil. Pada awalnya, Kemdikbud mengajukan dana pelaksanaan rencana sebanyak tiga kali, dari usulan 684 milyar dan membengkak sampai 2,49 triliun. Namun usulan hanya disetujui DPR sebesar 631 miliar. Merasa kekurangan, Kemdikbud mencoba menggunakan DAK (Dana Alokasi Khusus) pada APBN dan dana melekat Kemdikbud untuk memenuhi anggaran. Dana melekat sendiri adalah dana yang masuk dalam rencana anggaran Kemdikbud

yang digunakan untuk urusan di luar rencana kurikulum. Sampai sekarang, usulan tambal sulam itu belum disetujui oleh DPR. Anggota dewan hanya menyarankan Kemdikbud

Murid SDN Mekar Jaya 1 Cimanggis Depok yang sedang menunggu jam istirahat

berkoordinasi dengan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) terlebih dahulu perihal status hukumnya. Usaha Kemdikbud yang mencoba menggunakan DAK dan dana melekat ditanggapi miring oleh anggota badan pekerja ICW divisi monitoring pelayanan publik, Siti Juliantari. “Tidak dibenarkan jika mengacu UU Keuangan nomor 17 tahun 2003, sehingga kami mencoba melobi DPR agar menahan anggaran tersebut karena beberapa kejanggalan tentang Kurikulum 2013.” UU nomor 17 tahun 2003 mengatur bahwa perubahan anggaran yang sudah ditetapkan dalam APBN harus melalui persetujuan DPR. Ketika wacana ini dikonfirmasi, Didik Prang-

09

bakat selaku Kepala Sub-Bagian Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kemdikbud tidak bisa memberikan komentar. “Mengenai dana saya tidak bisa memberi tahu, karena bukan wewenang saya,” jawabnya. Untuk mendukung pelaksanaan rencana kurikulum, pemerintah menargetkan pencetakan buku pada Juli 2013. Target ini dirasa melompati kesepakatan kebijakan kurikulum yang tidak kunjung rampung. Siti Juliantari mengungkapkan bahwa masalah tender pencetakan buku dengan anggaran sebesar 1,2 triliun rawan penyimpangan karena berpacu dengan waktu yang semakin sempit. “Juli 2013, buku sudah harus jadi dan terdistribusi hingga pelosok Indonesia. Yang dikhawatirkan proses lelang tidak berjalan sesuai aturan,” tegas Tari. Saat ini, Kemdikbud belum melakukan tender buku untuk Kurikulum 2013. “Sampai sekarang buku masih dalam proses perumusan,” kata Didik. Buku yang sedang digarap sekarang ini masih harus melewati penilaian untuk kemudian dapat dilakukan tender terbuka. Tari beranggapan bahwa buku belum selesai ditulis karena dokumen kurikulum masih berganti-ganti. “Kurikulum ini hanya proyek saja, karena substansi kurikulumnya masih amburadul, hanya mengejar pengadaan buku dan pelatihan guru yang sering sekali dikorupsi,” ujar peneliti yang juga alumni dari Departemen Kriminologi FISIP UI ini. Mahasiswa UI Ilmu Politik 2010 Gusti Raganata juga mengasumsikan hal serupa. “Kalau dari sisi politik, ini seperti bukan untuk perubahan, tapi lebih ke arah peninggalan rezim,” ujarnya. “Gue sih gak setuju dengan penerapan Kurikulum 2013, karena kalau ganti kurikulum berarti ganti buku dan ada kerja sama dengan percetakan baru.” Gusti merasa bahwa yang diuntungkan nantinya adalah para produsen buku.


10

g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

sa i n s & t e k n o lo g i

sa i n s & t ek n o l o g i

D

Geothermal sebagai sumber energi baru dan terbarukan Sketsa : Rama Ohara

Geotermal untuk Ketahanan Energi Nasional Masa Mendatang oleh Coraima Okfriani, Jurnalistika Febra Indonesia memiliki 40% sumber daya geotermal dari seluruh potensi geotermal di dunia, namun hingga kini hanya sekitar 4% saja yang telah dimanfaatkan. Kurangnya dukungan dari pemerintah menjadi salah satu faktor yang membuat sumber daya terbarukan ini belum bisa dirasakan manfaatnya.

itemui di Laboratorium Geotermal Gedung F Fakultas MIPA UI (23/3), Dr. Yunus Daud, dosen peminatan Geofisika Eksplorasi Fakultas MIPA UI ini menjelaskan bahwa geotermal merupakan energi terbarukan yang aman dan tidak akan merusak bumi. “Asalkan proses pengelolaannya benar, energi ini aman. Asal jangan sampai lupa untuk ‘reinjeksi’ air ke dalam tanah,” jelasnya. Reinjeksi air yang dimaksud adalah mengalirkan air kembali ke dalam reservoir, yaitu istilah untuk tempat tersimpannya fluida geotermal di bawah permukaan bumi, sehingga air yang tersimpan dalam reservoir dapat dipergunakan kembali. Yunus juga mengatakan bahwa energi geotermal dapat bertahan lama, tidak seperti energi fosil yang cepat habis. “Sebagai contoh terlihat pada Larderello di Itali (tahun 1904an), Wairake di Selandia Baru (tahun 1850-an), dan Kamojang di Indonesia (tahun 1980-an),” ungkapnya. Berasal dari dua suku kata, geo yang berarti bumi dan thermal yang berarti panas, dapat dikatakan energi geotermal merupakan energi yang memanfaatkan panas bumi. Penggunaan energi geotermal mulai dilirik untuk mengantisipasi krisis energi yang sedang terjadi di Indonesia. Yunus mengatakan, saat ini krisis energi terjadi di Indonesia karena banyaknya kebutuhan listrik namun pasokan semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan karena semakin menipisnya jumlah energi fosil (fuel energy) yang tersedia. “Oleh karena itu kita melirik geotermal. Indonesia menampung 40% potensi geotermal dunia, tapi baru dimanfaatkan 4% saja,” terangnya. Yunus menambahkan, mi-nimnya pemanfaatan geotermal adalah akibat dari kurangnya dukungan penuh pemerintah dan belum adanya ketetapan tarif jual. “Dukungan dari pemerintah sebenarnya sudah ada, yaitu dengan dibentuknya

Dirjen Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Namun, program yang ada masih wacana saja, belum ada aksi pasti dari pemerintah,” tambahnya. Selain itu, hambatan perizinan hutan konservasi dan hutan lindung kerap menjadi penghambat dalam pengembangan energi geotermal. UU nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi, menyebutkan dalam pasal 1 ayat pertama, “ …..dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.” Menurut Yunus, kata penambangan menimbulkan salah kaprah dan membuat proses pengambilan panas bumi ini terkesan menghabiskan kekayaan bumi, padahal sebenarnya tidak. “Untuk itu, saat ini poin tersebut sedang dalam tahap revisi. Kata ‘penambangan’ akan dihapuskan karena memang tidak sesuai dengan yang kita kerjakan,” tambahnya. Mengenai biaya pengembangan, Yunus mengatakan tidak ada masalah mengenai hal itu. “Tidak akan memakan biaya sebanyak pengeboran fosil,” tandasnya. Dosen yang juga mengajar program S2 di bidang eksplorasi geotermal tersebut mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia sedang disubsidi kebutuhan listriknya menjadi Rp600 per kwh, sedangkan memproduksi minyak menjadi listrik membutuhkan biaya Rp2000 sampai Rp3000 per kwh. Jika memanfaatkan energi geotermal, hanya membutuhkan biaya Rp900 per kwh. “Produksi geotermal jelas lebih murah,” tegas Yunus. Selain tahan lama, keuntungan dari menggunakan energi geotermal adalah energi ini sangat ramah lingkungan. Gas buang yang dikeluarkan merupakan uap air dan sama sekali tidak mengandung unsur CO2. Jika dianalogikan, penggunaan energi geotermal dapat dilihat dari pemasakan air dalam panci. Api kompor merupakan magma yang terus

11

memanasi air agar tetap panas dan nantinya dikeluarkan dalam bentuk uap air. Uap air ini yang dimanfaatkan untuk mengisi pipa-pipa di tempat pengolahan energi geotermal dan nantinya akan diolah menjadi listrik. Air yang telah dimanfaatkan uapnya akan dikembalikan ke reservoir untuk dipanaskan ulang. Siklus ini akan terus berlanjut selama air panas tersebut masih tersedia dalam resevoir. Melihat kelebihan yang dimiliki oleh energi geotermal, orangorang yang berkecimpung di bidang tersebut yakin bahwa energi ini akan sangat dibutuhkan oleh Indonesia dan dapat menggantikan energi fosil. Mahasiswa peminatan Geofisika Fakultas MIPA UI, Chevy dan Desi, menunjukan optimismenya bahwa suatu hari nanti energi geotermal di Indonesia akan sangat dibutuhkan. “Suatu saat nanti, energi fosil seperti batu bara akan habis. Geotermal pasti akan menggantikannya,” tutur Chevy. Senada dengan pendapat Chevy, Desi menambahkan jika kita bisa memaksimalkan potensi geotermal, Indonesia akan berkelimpahan listrik. Apalagi temperatur geotermal di Indonesia rata-rata merupakan moderat sampai temperatur tinggi (150 sampai lebih dari 300 derajat celcius), tentu akan sangat mudah untuk digunakan sebagai pembangkit listrik. Saat ditanya mengenai minat mahasiswa geofisika di bidang geotermal, Chevy menjawab mereka pun tengah serius mempelajari bidang tersebut. “Kita serius ngejar di geotermal karena prospeknya bagus,” jelasnya. Mahasiswa angkatan 2009 ini juga menambahkan bahwa bidang geotermal membutuhkan orang yang serius dan ingin berjuang lebih karena bidang ini membutuhkan riset yang panjang. “Semoga banyak ahli di bidang geothermal supaya energi ini bisa digunakan secara maksimal,” tutupnya.


12

g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

ragam

ragam

13

“Kami sudah mengirimkan surat ke Jokowi pada bulan Desember. Hingga saat ini belum ada tanggapan,” Dokumentasi pribadi Koalisi Pejalan Kaki

Hak Pejalan Kaki yang Terabaikan Jalan Raya Margonda adalah titik pusat yang vital bagi kota Depok. Setiap harinya, jalan tersebut ramai dengan kendaraan dan para pejalan kaki yang berlalu lalang. Namun, meningkatnya jumlah aktivitas kendaraan tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas untuk pejalan kaki.

OLEH Miranda olga viola, luthfiya Rizky riyanti

E

sti, salah seorang mahasiswi UI, mengeluhkan minimnya fasilitas trotoar dan jembatan penyebrangan untuk pejalan kaki. Ia bersama beberapa pejalan kaki lainnya selalu merasa tidak aman bila harus melewati Jalan Raya Margonda. Permasalahan inilah yang sepertinya selalu dihadapi oleh pejalan kaki setiap harinya. Minimnya sarana untuk pejalan kaki dikuatkan dengan data dari Korlantas Polri tahun 2010 yang mencatat bahwa 18 pejalan kaki yang tewas di Indonesia setiap harinya. Selain terkait dengan masalah jumlah yang minim, trotoar di Depok semakin semrawut dengan kehadiran pedagang kaki lima. Menurut Prof. Paulus Wirotomo, Ph.D.,

Dosen Sosiologi Perkotaan UI, selama trotoar yang ada sekarang ini memiliki luas yang cukup dan tertata dengan rapi, sebetulnya kehadiran pedagang kaki lima tidak menjadi masalah. Trotoar bisa saja berubah menjadi citywalk karena di sana terjadi berbagai aktivitas masyarakat seperti berdagang, rekreasi, jalanjalan, sampai bersosialisasi. “Sudah waktunya Kota Depok tidak lagi berorientasi pada kendaraan motor atau mobil. Kini, Depok adalah kota yang cukup berkembang, sudah seharusnya

pemerintah kota memberikan ruang untuk trotoar, citywalk, serta tempat yang cukup luas bagi masyarakat untuk menikmati pinggir-pinggir jalan itu. Citywalk bisa menjadi ruang untuk pedagang dan diatur secara tertib. Itu sudah terjadi di daerah Solo,” ungkap Paulus. Jalan sebelah kiri di Margonda pada dasarnya diperuntukkan bagi angkutan umum. Sayangnya, kebanyakan pengendara motor, malah turut memanfaatkan jalan tersebut. “Dulu, Margonda memiliki trotoar yang cukup luas. Banyak pohon di

pinggir-pinggir jalan. Sayangnya, malah sering digunakan untuk tempat parkir. Jadinya tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal juga,” kata Adang, mahasiswa FISIP UI yang bertempat tinggal di daerah Depok. Menurut Anthony Ladjar dari Komunitas Pejalan Kaki, berbagai usaha telah dilakukan oleh komunitas ini untuk mendapatkan hak mereka sebagai pejalan kaki. “Seharusnya ini menjadi kewajiban para penegak hukum kita. Kami memang tidak mampu melindungi pejalan kaki, tetapi kami berupaya menso-


14

g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

RAGAM

sialisasikan kepada para pengguna kendaraan bermotor untuk tidak menggunakan trotoar atau berhenti di zebra cross. Kegiatan ini kami lakukan setiap hari Jumat. Walaupun tidak massive seperti beberapa bulan yang lalu, kami melakukannya di lingkungan kantor, perumahan, dan berbagai tempat lainnya setiap Jumat,” paparnya. Anthony menambahkan, di Solo Komunitas Pejalan Kaki pernah memprotes alih fungsi citywalk yang berubah menjadi cityparking. Sementara di Jakarta, Komunitas Pejalan Kaki melakukan aksi sosialisasi trotoar bukanlah tempat parkir. “Kami sudah mengirimkan surat ke Jokowi pada bulan Desember. Hingga saat ini belum ada tanggapan,” ujarnya.

RAGAM

Triatno Yudo Harjoko, Professor of Urban Settlement and Housing Center for Archipelagic Settlement, berpendapat bahwa pengadaan trotoar yang layak merupakan hak bagi pejalan kaki. “Trotoar penting karena merupakan public space. UU (Undang-Undang) kita yang berjiwa sosialis tidak ada penerapan langsungnya di dalam kehidupan. Jadi, sekarang yang muncul adalah kapitalisme. Ruang bagi pejalan kaki dan kendaraan bermotor sebenarnya harus jelas,” ujar Prof. Triatno. Selain itu, sudah ada Undang-Undang yang mengatur tentang pejalan kaki, yaitu UU No. 22 Tahun 2009. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa sesungguhnya pejalan kaki wajib diberi fasilitas berupa jalur tersendiri dengan beda keting-

“Trotoar penting karena merupakan public space. UU (Undang-Undang) kita yang berjiwa sosialis tidak ada penerapan langsungnya di dalam kehidupan. Jadi, sekarang yang muncul adalah kapitalisme. Ruang bagi pejalan kaki dan kendaraan bermotor sebenarnya harus jelas,”

gian (trotoar). Tertulis pula hak-hak pejalan kaki di UU tersebut, seperti memperoleh prioritas keselamatan dan kenyamanan, fasilitas untuk penyeberangan, dan lain-lain. Tidak hanya itu, ketentuan mengenai fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. “Masalah trotoar sebenarnya dimuat dalam Peraturan Pemerintah (PP), tetapi hanya secara teknis. Tidak dianggap menjadi sebuah keharusan. Ditambah pemerintahnya yang bebal dan kapitalis,” tutup Prof. Triatno.

15


16

g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

k a b a r fa ku ltas

k a b a r fa k u ltas

KAbar Kemenangan FH di kompetisi peradilan semu

Kotak Misterius di Lapangan Parkir FMIPA

FH UI kembali menoreh-kan prestasinya di kompetisi peradilan semu tingkat nasional, kali ini prestasi itu diperoleh dari Piala Rudy M Rizky, kompetisi peradilan semu yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran pada tanggal 27 April 2013. Piala Rudy M Rizky merupakan kompetisi peradilan semu dibidang pelanggaran HAM berat. Dalam kompetisi ini Tim FHUI berhasil menjadi juara pertama dan mendapat berbagai penghargaan seperti majelis hakim terbaik, penuntut umum terbaik, penasihat hukum terbaik, dan panitera terbaik. Tim FHUI berhasil mengalahkan tim FH Undip dan FH Unpar yang meraih juara 2 dan 3 dalam acara final. FHUI sendiri memang memiliki badan semi otonom (UKM tingkat fakultas) yang memfokuskan diri pada kegiatan yang terkait dengan praktik beracara dalam peradilan berdasarkan hukum acara Indonesia. BSO tersebut bernama LaSALe (Law Student Association for Legal Practice). Melalui LaSALe mahasiswa FHUI dapat mengembangkan kemampuannya dalam praktik beracara di Indonesia. LaSALe merupakan wadah bagi mahasiswa yang ingin mengikuti kompetisi peradilan semu. Setiap tahunnya LaSALe mengirimkan de-legasi FHUI dalam kompetisi peradilan semu tingkat nasional dan seringkali membawa pulang piala.

Pertengahan April lalu, dosen, pegawai dan mahasiswa di FMIPA UI digegerkan oleh sebuah kotak kardus putih yang diduga bom. Kotak ini dicurigai sebagai bom karena keberadaannya yang tidak disadari oleh si pemilik mobil. Sang pemilik mobil—Nail Renaldi, mahasiswa Jurusan Biologi UI—saat kembali ke mobilnya, Yaris B 1732 KKS berwarna abu, menemukan kotak putih yang berada di jok belakang mobil. Merasa tidak pernah memiliki dan membawa kotak tersebut dalam mobilnya, Neil pun mencoba mengontak keluarganya di rumah untuk menanyakan apakah ada yang menitipkan kotak tersebut di mobilnya. Mendapat jawaban tidak dari kelurganya dirumah, Nail pun melaporkan kotak mencurigakan ini ke satpam fakultas. Dilansir dari Republika. co.id, Kasubdit Pembinaan Lingkungan Kampus UI Dadan Erwandi mengatakan, mahasiswa MIPA jurusan Biologi saat ia memasuki mobilnya yang terparkir di parkiran MIPA, ada boks di kursi belakangnya. Karena khawatir dan curiga, dia lapor ke satpam UI lalu menghubungi kepolisian sektor Beji”. Kemudian kotak tersebut diuji oleh metal detector, dan berbunyi menunjukan bahwa kotak tersebut mengandung unsur metal. Sebab itulah, tim gegana pun dipanggil ke UI. Setelah kotak tersebut ditangani oleh tim gegana, baru diketahui kotak tersebut berisi printer biasa.

17

u n i v e rs i tas

i n d o n es i a

Kelas mahasiswa FK di Kampus UI Depok

Kabar Duka dari Fakultas Ekonomi

Sejak awal semester genap lalu, mahasiswa baru (maba) FK sudah mulai berkuliah di kampus UI Depok. Meski tidak setiap hari, maba FK mulai menempati kelas baru di lingkungan kampus UI Depok setiap Rabu. Para Dosen dan pegawai FK pun ikut pindah ke Depok. Namun begitu, antusiasme para mahasiswa FK yang menempati kelas-kelas baru ini tidak begitu dirasakan. Mereka lebih memilih untuk tetap berkuliah di Kampus UI Salemba. “Jauh, jadi masih bulak-balik. Apalagi kalau kuliah di Depok yang ngajarnya dokter-dokter muda. Dokter-dokter tua pada susah ngajar disana” komentar Rio Wikanjaya, mahasiswa FK UI semester 6 perihal kepindahan FK dari Salemba ke Depok. Kelas mahasiswa FK di setiap hari Rabu kurang mendapat sambutan baik dari mahasiswa dan tenaga pengajar FK. Hal ini disebabkan lokasi kampus UI Depok yang jauh, menghabiskan ongkos yang lebih apabila dibandingkan dengan berkuliah di Salemba. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan pun belum tersedia semua di kampus UI Depok. Dengan begitu ada beberapa alat yang harus dibawa, kemudian dibawa pulang kembali ke kampus UI Salemba.

Peristiwa duka meninggalnya mahasiswa Universitas Indonesia (UI) akibat tertabrak Kereta Rel Listrik (KRL) kembali terjadi. Pada lokasi yang tidak jauh berbeda dua mahasiswa UI telah kehilangan nyawanya. Tiga tahun silam, tahun 2010, mahasisiswa FMIPA jurusan Fisika angkatan 2005, Fanny Azizi meninggal dunia karena tertabrak KRL ketika berjalan kaki menyebrangi rel kereta api Barel. Lalu, pada tahun ini, Jumat (19/4) peristiwa duka serupa kembali terulang, Arradan Trengganala mahasiswa jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) UI angkatan 2012, meninggal dunia karena tertabrak KRL arah Jakarta-Bogor di jalur KRL Pondok Cina (Pocin). Peristiwa itu terjadi Jumat pagi, ketika daerah tersebut sedang ramai oleh para pengendara motor dan pejalan kaki yang akan memasuki kampus UI dan harus terlebih dahulu menyebrangi rel KRL Pondok Cina. Salah satu pengendara motor, yang ternyata Arradan terus melaju menyebrangi rel ketika palang pintu dibelakangnya telah menutup dan di saat yang bersamaan KRL arah Jakarta-Bogor melintasi rel Pocin. Akibatnya, tabrakan tak dapat dihindari.

Rencana PSAF FIB digabung dengan PSA Jurusan

FISIP Juara lagi mahasiswa berprestasi 2013

Berawal dari adanya kecemburuan sosial dikalangan himpunan mahasiwa jurusan maka rencananya pada tahun 2013 PSAF FIB akan disesuaikan dengan PSA jurusan. Hal ini dilakukan karena banyaknya mahasiswa non HMJ yang menjadi tokoh di FIB sedangkan mereka tidak mau berperan aktif dalam himpunan mahasiwa jurusan. Mahasiwa-mahasiwa tersebut tidak mengikuti PSA jurusan tetapi dapat memperoleh status IKM aktif hanya dengan mengikuti PSAF. Rencana PSAF yang akan disesuaikan dengan PSA jurusan ini telah dibahas pada saat MUSMA 2012 bahwa tahun 2013 mahasiwa baru di FIB tidak dapat memperoleh status IKM aktif sebelum mengikuti PSAF dan PSA jurusan. Dari berlakunya AD/ART tersebut maka kemudian diupayakan PSAF digabung dengan PSA jurusan. Selain itu telah dihasilkan pula GBH BEM yang berisi peraturan bahwa anggota BEM harus berasal dari HMJ. Namun Agil selaku Sekretaris Umum DPM mengaku rencana perbaikan untuk beberapa tahun ke depan ini masih berjalan lambat dan hingga saat ini masih dalam proses pembahasan.

Niwa Rahmad Dwitama, atau yang akrab disapa Tama keluar sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mapres) utama Universitas Indonesia. Tama adalah mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2009 yang kembali membawa FISIP sebagai pemenang dalam ajang pemilihan Mapres ini. Dengan kemenangan ini, gelar Mapres masih dipertahankan oleh FISIP yang pada tahun sebelumnya juga dimenangkan oleh mahasiswa FISIP yaitu Iman Usman. Jumat, 3 Mei 2013 lalu, acara Malam Apresiasi Prestasi Mahasiswa UI ini berlangsung meriah, suporter mapres dari berbagai fakultas beriringan meneriakkan yel-yel untuk mendukung perwakilan Mapresnya. Tidak terkecuali dengan mahasiswa FISIP yang datang ke Balairung untuk memberikan semangat pada Tama. Dukungan dari teman-teman FISIP dan BEM FISIP pun terus mengalir sampai malam penganugerahan tersebut selesai.

... UI bukan pula kumpulan guru besar, dosen atau orang pintar, serta mahasiswa yang rajin berkuliah Senin-Jumat pagi-sore. UI selama sejarah hidupnya adalah mercusuar kemandirian moral yang tegar berdiri dalam kegelapan masa apa pun, diterjang angin topan perlawanan sedahsyat pun. -Prof Emil Salim-


18

g e r b ata m a 63// 0 5- 2 0 1 3 g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

K i l asa n

Foto : xxxx

One Vocation 2013: Apresiasi Tanpa Batas! dokumentasi pribadi panitia

OLEH : Joseph Adrianus Maryadi

O

ne Vocation atau Onevoc hadir kembali di Universitas Indonesia. Acara yang pernah diselenggarakan sejak 2 tahun lalu ini, diadakan kembali pada tanggal 4 mei 2013 di Auditorium Gedung FISIP UI dengan tema Roller Coaster: Apresiasi Tanpa Batas. Onevoc 2013 mengusung Charlie Chaplin sebagai maskot. Mengenai tema dan maskot dari acara ini sendiri, Zerlinda, penanggung jawab Humas One Vocation 2013, mengungkapkan bahwa tema dan maskot ini mempunyai makna tersendiri. “Roller Coaster dipilih sebagai lambang karena filosofinya yaitu perjuangan menuju kesuksesan OneVocation yang mengalami fase naik dan turun”, tuturnya. “Mengenai Charlie Chaplin sendiri, kami menginginkan adanya sosok humor yang dapat menghidupkan suasana yang semarak di acara ini.” One Vocation adalah sebuah ajang penganugerahan bagi

mahasiswa dan mahasiswi atas partisipasi dan kontribusinya dalam memajukan Program Vokasi dalam bidang organisasi, seni budaya, olahraga, kreatif, dan Mahasiswa Berprestasi. Selain itu Onevoc juga memberikan anugerah dan penghargaan untuk mahasiswa dengan nilai IPK tertinggi, komunitas terbaik, himpunan mahasiswa terbaik, dan special achievement untuk perwakilan kontingen vokasi dalam ajang UI Art War, Olimpiade UI, dan Olimpiade Ilmiah UI. Mengenai proses pemilihan mahasiswa berprestasi— MAPRES—Vokasi pada tahun ini, Vokasi telah melakukann proses seleksi yang cukup panjang dan melelahkan demi menghasilkan mapresmapres yang berkualitas. ”Kami telah melalui proses yang cukup panjang selama 2-3 bulan sebelum acara ini dimulai” tukas Muhammad Ridha, Humas dan Dosen bidang Public Relations Vokasi UI. “Kami dari tim dosen telah melakukan penilai dari tes-tes

seperti tes toefl, tes kepribadian dan debat. Selain dari tes, kami juga melakukan riset terhadap mahasiswamahasiswa sesuai dengan panduan yang diberikan kepada kami dari UI.” Zerlinda juga menambahkan bahwa selain dari tim dosen, pemilihan Mapres Vokasi tahun ini pemilihannya juga diserahkan kepada mahasiswa. “Kami melakukan proses voting kepada mahasiswa dengan membagikan kuesioner. Selain voting, kami juga melakukan diskusi dengan tim BEM dan Himpunan-himpunan Mahasiswa Vokasi untuk memilih siapa-siapa saja yang layak menjadi Mahasiswa berprestasi Vokasi tahun ini,” jawabnya. Selain penghargaan, dalam acara ini juga terdapat penampilan dari Mahawaditra UI, Magic Circus, Kamikasi (Komunitas Musik Vokasi), Penampilan Stand-up Comedy oleh Muhammad Nurhadi (Juara Stand-up Comedy UI Art War 2012), Penampilan Moresh Band, dan penampilan maskot.


20 o p i n i s k e t sa

g e r b ata m a 63// 0 5- 2 0 1 3 g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

g ermba ata m a/6/3 /0/50-52 -2001133 g er bata 63

O P Ii N n Ii S K k ET et SA sa

Ilustrasi : Rama Ohara, Firdha Novha / SUMA UI

17 17


22 Mengembara Menuju Negeri Dongeng Bernama Indonesia

g er b ata m a 6 3 / / 0 5 -2 0 1 3

g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

Resensi

Judul Buku : Ring of Fire, Indonesia Dalam Lingkaran Api Karya : Lawrence Blair, Lorne Blair Jumlah Halaman : 399 Cetakan : Oktober 2012 Penerbit : PT. Ufuk Publishing House

OLEH : MAULANDY rIZKY BAYU KENCANA

“Keblak-blakan saya mengagetkan kami berdua, namun sejurus kemudian Ari mulai tertawa. Tawanya berasal dari hati dan perut – seperti yang hanya bisa dilakukan orang Asmat – sedemikian menular sehingga saya juga mulai tertawa. Kami saling berpegangan, terbahak-bahak lega karena terbebas dari ketegangan tinggi. Gelak bersama itu, dengan air mata mengaliri wajah kami, bagi saya lebih meyakinkan daripada pengakuan verbal manapun”. (catatan harian Lorne dalam “Hidup Di Antara Suku Kayu”)

R

ing of Fire merupakan sebuah film dokumenter yang kemudian dibukukan tentang kisah ekspedisi kakak beradik Lawrence

dan Lorne Blair menelusuri sudutsudut terjauh Indonesia. Dokumentasi perjalanan yang berkisar dari tahun 1970-an ini merupakan setumpuk kisah hasil pengembaraan mereka dalam menelusuri wilayah cincin api Indonesia yang terbentang sejauh hampir 4.000 mil. Buku ini terdiri dari 10 bab yang merupakan catatan perjalanan Lawrence dan Lorne menjelajahi “10 negara kecil” di kepulauan Indonesia. Lawrence yang bertindak sebagai penulis dan pencatat perjalanan dengan lincah menggambarkan pengalamannya mencari burung “Taman Firdaus” Cendrawasih, hidup bersama para kanibal Asmat, perjumpaan dengan para naga di pulau Komodo dan kisah “pengembara mimpi” dari Kalimantan. Ring of Fire tidak hanya sekedar kisah penjelajahan ke tempat naga dan tradisi pengorbanan

R ES EN S I

manusia masih berada. Lawrence dan Lorne yang selama perjalanannya tinggal bersama penduduk lokal menjabarkan sebuah bentuk kehidupan sosial masyarakat yang pada waktu itu masih dianggap primitif oleh orang luar. Mereka tidak berusaha mendiskreditkan bentuk kehidupan seperti itu. Dengan tinggal lama bersama para pribumi, ba-nyak hal yang mereka bisa pelajari. Pengalaman baru tersebut kemudian membawa mereka menuju kepada pemahaman baru terhadap apa-apa yang oleh kebanyakan kaum intelektual barat dianggap bersifat mistik dan tidak masuk akal. Mereka bahkan mengakui bahwa struktur peradaban yang “primitif” itu menyimpan suatu kebahagiaan dan nilai-nilai luhur yang tidak semua peradaban miliki, dimana tradisi dan kebudayaan lokal masih tumbuh subur di tengah bibitbibit globalisasi yang secara perlahan mulai muncul pada masa itu. Lawrence dan Lorne memang bukan seorang Indonesia, namun kecintaannya terhadap negeri kaya raya yang dahulu disebut Nusantara ini melebihi orang Indonesia sendiri. Berbekal pengetahuan dan keingintahuan yang luar biasa besar, mereka nekat membelah lautan dan menembus belantara Indonesia demi memuaskan hasrat pribadi dan melihat langsung dengan mata kepala sendiri bagaimana keeksotisan negeri mistis nun jauh di timur sana. Berkat jerih payah mereka, Indonesia berhasil ditampilkan dengan megah dan anggun kepada publik dunia, terbukti dengan raihan bestseller di Inggris ketika pertama kali cetak tahun 1998 dan kesuksesan film dokumenter Ring of Fire meraih penghargaan Emmy Award pada tahun 1989 untuk National Educational Film. Di tengah sedikitnya karya dokumentasi tentang negeri kepulauan ini, Ring of Fire dengan gamblang menggambarkan kekayaaan dan keragaman Indonesia yang luar biasa. Bukalah buku ini dan selamat berimajinasi menjelajahi negeri sendiri !

LALITA Pengarang Jumlah halaman Penerbit Populer Gramedia Tahun terbit

: Ayu Utami : 251 halaman : Kepustakaan : 2012

OLEH : Binar Asri Lestari

A

yu Utami hadir kembali dengan Lalita, novel fiksi sekuel dari seri Bilangan Fu. Lalita masih menceritakan tentang pertemanan Sandi Yudha, Parang Jati dan hubungan cinta mereka yang rumit dengan Marja. Namun tidak masalah jika anda belum membaca Bilangan Fu dan Manjali dan Cakrabirawa (seri Bilangan Fu sebelumnya) karena plot

KOmik : Joanna / Suma ui

cerita Lalita bisa dibaca secara mandiri. Kisah diawali dengan pertemuan Sandi Yudha dengan perempuan bernama Lalita Vistara, yang kemudian menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Seperti pada tulisan- tulisan sebelumnya, Ayu Utami meramu kisah percintaan Sandi Yudha dan Lalita dengan erotika penuh metafora,

23

anda akan menemukan konsep axis mundi kecil dalam novel ini. Dalam kompleksitas cerita ini akhinya ditemukan sebuah inti cerita yaitu Buku Indigo yang ternyata memuat kisah kakek Lalita, Anshel Eibenschutz. Buku Indigo ini memuat masa kecil Anshel yang sarat akan misteri Vlad drakula di Transylvania. Selain itu, diceritakan dengan apik bahwa Anshel adalah murid Sigmund Freud yang tidak setuju dengan teori psikoanalisa nya. Hingga ia menghabiskan masa tua di Indonesia dan ‘jatuh cinta pada Borobudur’. Karena lingkup cerita yang cukup luas, Ayu Utami terkesan menyingkat beberapa bahasan dalam novel ini. Yang menarik adalah beberapa cerita dalam novel ini di-sertai bagan atau ilustrasi untuk mempermudah pembaca. Lalita merupakan sebuah karya fiksi yang kaya akan fakta sejarah sehingga sangat layak dibaca untuk anda yang ingin menyingkap sisi lain dari vampir, psikoanalisa, dan Borobudur.


g e r b ata m a 63 // 0 5- 2 0 1 3

g e r b ata m a 6 3 / / 0 5- 2 0 1 3

Opini Foto

Salah satu aksi massa aksi pekerja pada 2 Mei lalu membawa bendera Serikat Pekerja dari depan Fasilkom menuju gedung Rektorat UI Foto : pravitasari

Karyawan Pusat Studi Jepang UI membawa spanduk yang dipenuhi tanda tangan dan tuntutan terkait alih status pekerja. foto : pravitasari


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.