Gerbatama, ini UI! November 2008

Page 1

EDISI 33 | SEPTEMBER 2008

UI Enggan Bicara:

BHMN atau BHP?


editorial edisi 34, November 2008 Tim Laporan Utama Aisyah Ilyas, Rangga

Bathara

Tim Liputan Khusus Nilam Winanda, Grandis Harlandi, Sri Wulandah . Cover: Foto: Salich.W Tata Letak: Diponegoro

opini foto

Perubahan merupakan ruang dalam kehidupan. Tidak terlepas dari perubahan itu, baru-baru ini kami pun melakukan regenerasi kepengurusan redaksi Gerbatama. Sedikit bercerita, walaupun terbitan Gerbatama edisi desember terlambat karena proses belajar mandiri kepengurusan redaksi baru, namun semangat kami tidak redup untuk menyuguhkan berita-berita hangat untuk diperbincangkan. Layaknya lilin kecil dikegelapan, meski Gerbatama merupakan satu dari pers kampus yang ada di UI namun kami berharap dapat menjadi terang dan memberikan kecerahan ditengah “suasana UI yang gelap�. Terang tersebut tak lain berita faktual yang kami sajikan, mulai dari isu UI yang sedang dilema memilih BHMN atau BHP, kemudian isu tentang inisiasi maba yang tak diperkenankan Rektorat, sampai kurangnya sosialisasi Jurnal online yang dilanggan UI kami laporkan menjadi informasi bagi sivitas akademika sekalian. Kami juga ingin menyampaikan mari kita menjunjung tinggi demokrasi di kampus, dimana setiap orang bebas untuk berwacana dan bebas untuk memberikan pendapat. Dengan begitu kita mampu membangun suasana kampus yang universal dan tidak mudah didominasi kepentingan pihak manapun. Akhir kata kami mengucapkan salam Sumpah Pemuda! 28 oktober, dan selamat menikmati sajian kami. |redaksi|

Jangan lumpurnya aja, “tikus�nya juga dikeruk dong! Ralat

Gerbatama edisi 33 Pada foto cover, terdapat kesalahan atas penulisan nama, tertulis Salich Wicaksana, seharusnya Dita Yustisia. Atas kesalahan penulisan, redaksi mohon maaf.

2

Gerbatama


surat pembaca Inisiasi Melalui gerbatama, saya ingin menyampaikan bahwa saya tidak setuju dengan adanya inisiasi. Menurut saya inisiasi adalah pengenalan suatu komunitas yang sudah kuno. Ketika inisiasi berlangsung maka hak mahasiswa diambil, karena semuanya harus mengikuti sistem yang dibentuk oleh senior. Jadi, ketika pihak rektorat dan beberapa lembaga di Universitas Indonesia sedang merumuskan suatu rancangan paraturan baru mengenai inisiasi, saya sangat setuju karena itu bisa menjadi awal dari perubahan kultur. Bagaimana caranya merubah inisiasi menjadi suatu ajang pencerdasan dari jurusan masing-masing bukan penindasan akan hakhak yang kita miliki. (Andy Setyawan, Filsafat 2005)

Jalur sepeda, penggunaannya dan kaitannya dengan pemakaian bikun Sebagai pengguna motor, menurut saya penggunaan sepeda kuning cukup efektif, bagi teman-teman yang selama ini menunggu bikun. Dengan adanya sepeda ini, maka mahasiswa dapat terbantu. Saya menghargai rektorat yang membuat program ini, namun ada beberapa hal yang dapat dikoreksi dari penggunaan sepeda ini. Seperti mengenai regulasi peminjamannya yang terlalu banyak dan ada beberepa sepeda yang sudah tidak layak untuk dipakai dan pembangunan jalur sepeda yang belum tuntas, karena ada beberapa fakultas yang belum dilalui oleh jalur sepeda. Saya ingin berpesan walaupun saat ini sepeda kuning sudah cukup banyak, namun bikun jangan tambah lamban, supaya mahasiswa dapat memilih transportasi yang ia butuhkan. (Ananta Hagabean, Manajemen 2007)

suara nyata

reminder 3 November 10 November 12 November 21 November 25 November

: Hari Kerohanian : Hari Pahlawan : Hari Kesehatan Nasional : Hari Pohon : Hari Guru (PGRI)

“Both expectations and memories are more than mere images founded on previous experience” Samuel Alexander “A negative judgment gives you more than praise, provided it smacks of jealousy. “ Jean Baudrillard

DITERBITKAN OLEH BADAN OTONOM PERS SUARA MAHASISWA UI Pemimpin Umum: Diponegoro Manajer Penerbitan: Hafizhul Mizan Piliang Pemimpin Redaksi: Chrissendy T.L. Sitorus Wakil Pemimpin Redaksi: Sri Wulandah Fitriani Redaktur Pelaksana: Laras Larasati Redaktur Artistik: Dian Kusumawardhani Redaktur Foto: Hana Nika Rustia Reporter: Aisyah Ilyas, Bathara Rangga, Erichson Grandis Harlandi Choirul Nisa, Hesty Apriani, Ni Made Kumara Santi Dewi, Nilam Winanda, Susi Sakti Fotografer: Dita Yustisia, Salich Wicaksana, Titus Ari Wibowo Desain dan Tata Letak: Fidella Anandhita Savitri, Hanifah Ramadhani Pracetak: Friska Titi Nova RISET. Manajer: Fanny Fajarianti Tim: Faishal Dwi Ismail, Fita Rizki Utami, Rizky Malinda, Rizky Sadali, Roy Nababan, Sarah Albar PERUSAHAAN. Manajer: Aghny Arisya Putra Kepala Unit Operasional Dian Rousta F. Iklan Aisha Ayu Syahputri, Cindy Fortuna, Iqbal Fitrah Hanif Sirkulasi dan Promosi Aghnia Kartika, Ayu, Christina Ken Maria, Cindy Fortuna, Dita Sabariah, Karina Larasati, Rifki Hidayat

Gerbatama


laporan utama

UI Dilema “BHMN atau BHP?” UI gempar. Terdengar, status UI akan berubah menjadi Badan Hukum Pendidikan. Ini membuat para mahasiswa dan karyawan bertanya, “Apa yang sebenarnya akan terjadi jika RRU BHP disahkan? Bagaimana tanggapan rektorat? “

I

stilah Badan Hukum Pendidikan muncul semenjak adanya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU tersebut mengamanatkan bahwa perguruan tinggi harus otonom, yang berarti mampu mengelola secara mandiri lembaga dan keuangannya. Kemudian, UU Sidiknas menyatakan untuk mewujudkan otonomi atau kemandirian tersebut, bentuk yang paling cocok bagi satuan pendidikan formal adalah BHP. Dalam situs resmi Depdiknas, BHP diartikan sebagai badan hukum bagi penyelenggaraan satuan pendidikan formal dan tujuan BHP adalah mewujudkan kemandirian dalam penyelenggaraan pendidikan. Akan tetapi, begitu banyak kalangan yang memberikan sentimen negatif terhadap otonomi tersebut. Dengan adanya BHP, pemerintah dianggap lepas tangan terhadap kewajiban-kewajibannya di bidang pendidikan, terutama menyangkut

Gerbatama

pendanaan sebesar 20 % untuk sektor pendidikan. Kemandirian tersebut justru dianggap akan mempersulit perguruan tinggi. Ini dikarenakan perguruan tinggi harus menghimpun dana sebanyak mungkin untuk memaksimalkan manfaat dari kemandiriannya. Untuk memberikan pelayanan prima, perguruan tinggi harus menghimpun dana sebanyak-banyaknya dan berlomba-lomba mencari uang dengan menggelar SPMA sebesarbesarnya. Dan sudah pasti, dalam penghimpunan dana tersebut mahasiswa juga turut menanggung bebannya. Nony, seorang mahasiswi kriminologi, berpendapat bahwa BHP merupakan pembelokan dari amanat yang ada di dalam konstitusi. Dalam konstitusi, pemerintah diamanatkan untuk menjamin pendidikan warga negaranya. Namun, jika RUU BHP disahkan, pendidikan akan diserahkan ke ‘pasar’. Ini memberi kesan pemerintah hanya


laporan utama cuci tangan belaka. Ia berpendapat bahwa istilah otonomi yang digunakan pemerintah memiliki tujuan khusus, pada kenyataannya tidak ada lagi dana dari APBN untuk pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Hal tersebut akan menimbulkan kapitalisasi kampus yang menghambat warga tidak mampu turut menikmati perguruan tinggi. Dalam kasus ini, yang paling dirugikan adalah rakyat miskin yang cerdas. Senada dengan Nony, Amin, mahasiswa Teknik Metalurgi 2005 memiliki pandangan yang sama. �BHP akan membuat biaya pendidikan semakin mahal. Ini menutup akses bagi si miskin yang pintar untuk menikmati bangku kuliah,� Pendapatnya. Pendapat para mahasiswa mengenai kritik terhadap transformasi status UI ini tak jauh berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh para karyawan. Perubahan status perguruan tinggi negeri menjadi BHP tentu membawa perubahan pada status karyawannya pula. Selama ini, UI berstatus sebagai BHMN sehingga status kepegawaian bagi para karyawannya adalah PNS. Status mereka akan menjadi rancu seandainya UI merubah statusnya sebagai BHP. Seorang PNS UI golongan rendah yang tak mau menyebutkan namanya mengemukakan bahwa ia sangat mengkhawatirkan ketidakjelasan status kepegawaiannya jika UI benarbenar berubah menjadi BHP. Ia telah mencari jawaban ke berbagai pihak tetapi, hingga saat ini belum ada yang dapat memberikan jawaban pasti. Semua memberikan jawabannya secara ragu-ragu. Ia sangat tidak ingin jika UI berubah menjadi BHP, ia pun tak lagi berstatus sebagai PNS. Edward, seorang mahasiswa jurusan Administrasi Fiskal FISIP membantah alasan pemerintah yang mengemukakan bahwa perubahan status ke BHP akan mengoptimalkan dunia pendidikan Indonesia karena pengaturan-pengaturannya

akan dilakukan oleh institusi pendidikan itu sendiri. “Hal tersebut hanya merupakan iming-iming dari pemerintah saja. Kenyataannya beban dari sektor pendidikan itu sendiri bertambah. Untuk optimal, sangat sulit jika harus menghimpun dana sendiri.�terang Edward. Pendidikan adalah modal bangsa, jangan sampai ada rakyat yang tidak memperoleh akses ke dunia pendidikan. Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Miris! Bila RUU BHP hanya akan menjadi alat konglomerasi atau privatisasi. Prof. Dr. Eko Prasodjo, Guru Besar Program Studi Administrasi Negara FISIP UI pernah mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sebuah modal, dan merupakan investasi yang harus kita tanamkan ke depan untuk pembangunan bangsa. Pendidikan ini harus menjadi prioritas pembangunan sampai tingkat perguruan tinggi. Melihat kondisi keterpurukan bangsa sekarang ini, investasi pendidikan harus dinomorsatukan. RUU BHP dinilai tidak perlu dan bukan hal yang mendesak untuk disahkan. Pemerintah sebaiknya lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang lebih realistis seperti peningkatan kulitas guru dan dosen, bersinergis dengan industri untuk melakukan penelitian. Hal semacam ini akan lebih bermanfaat bagi perguaruan tinggi, dll. Menanggapi berbagai sentimen negatif yang bermunculan, pihak rektorat menolak memberikan komentar. Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak rektorat untuk menyikapi RUU BHP tersebut. Padahal, keberadaan RUU BHP dan penerapannya akan dirasakan langsung oleh mahasiswa dan para pegawai UI. Transparansi informasi sangat diperlukan agar jangan menimbulkan mispersepsi dan polemic

Gerbatama


liputan khusus Penyambutan mahasiswa baru (maba) tak hanya sebatas kegiatan OKK kampus. Jurusan pun turut ambil bagian. Kegiatan di luar lingkungan kampus menjadi pilihan. Turunnya Surat Edaran dari Direktur Kemahasiswaan bukanlah suatu penghalang.

Imbas Surat Edaran

Warnai Kontroversi Inisiasi

S

etiap tahun, himpunan mahasiswa (HM) jurusan setiap fakultas mengadakan kegiatan penyambutan bagi para maba jurusannya. Beragam sebutan dibuat untuk menamai acara ini. Mulai PSAF (Pengenalan Sistem Akademik Fakultas), Mabim (Masa Bimbingan), hingga OKK Fakultas. Salah satu tujuan kegiatan inisiasi ialah mengikat persaudaraan maba-alumni. Baru-baru ini beredar berbagai isu seputar inisiasi. Mulai dari kabar adanya HM yang dibekukan hingga ketua HM yang di-skors terkait dengan aturan baru dalam Surat Edaran Agustus lalu. Kegiatan di Luar Kampus Bukanlah Hal Baru Kegiatan inisiasi yang dilakukan oleh HM jurusan sudah berlangsung sejak lama. Bukanlah hal asing bagi HM untuk mengadakan acara tersebut di luar lingkungan kampus. Seperti HM Sastra Inggris, misalnya, yang setiap tahunnya mengadakan inisiasi di Puncak, Bogor. “Dari tahun ke tahun emang di puncak, Bogor. Sebenernya sih kalo mau diadain di tempat lain juga ngga masalah. Tapi karena panitianya, terus alumni juga udah tau tempatnya, karena tiap tahun dateng, komunikasi pun ngga ada masalah”, ujar Reyhan, ketua HM Inggris. Menurut Reyhan, pemilihan tempat ini dilakukan atas dasar pertimbangan tamu dari acara inisiasi yang berasal dari kalangan alumni. Demikian juga dengan HM Sastra Jawa. Konsep acara inisiasi jurusan yang dikenal dengan nama hari-hari kekerabatan, merupakan salah satu syarat untuk dapat diterima menjadi anggota kekeluargaan Sastra Jawa. Acara ini biasa dilakukan di luar kampus dan sudah ada sejak tahun 80-an. Terbitnya Larangan Kegiatan Inisiasi di Luar Kampus Polemik ada tatkala Agustus lalu muncul Surat Edaran Direktur Kemahasiswaan yang melarang adanya kegiatan di luar kampus. Surat ini menjelaskan bahwa kegiatan penyambutan maba di luar jadwal universitas

Gerbatama

foto: Salich W.

harus mendapat izin dan diselenggarakan di lingkungan kampus. Sementara itu, isi dan cara kegiatan inisasi juga dilarang mengandung kekerasan fisik-psikis dan mencerminkan praktik perploncoan. Pelanggaran akan diselesaikan melalui Panitia Penyelesaian Pelanggaran Tata Tertib (P3T2 UI). Pelarangan ini dianggap didasarkan atas kasus kekerasan fisik yang dilakukan senior terhadap juniornya, sehubungan dengan minimnya pengawasan dari pihak kampus. Ketua HM pun angkat bicara. Mereka tidak setuju jika acara inisiasi dianggap mengandung unsur kekerasan terhadap maba. “Acaranya sih cuma buat seneng-seneng. Ngga ada yang pake fisik-psikis dari dulu.”, ujar Reyhan, Ketua HM Sastra Inggris, terkait rumor bahwa HM-nya akan segera dibekukan. Namun, menurutnya hal itu masih dalam tahap proses, “Sekarang sih belum keluar surat SK atau gimana-gimananya, sekarang kita sama jurusan lagi nyiapin buat banding.”, ujarnya. Hal senada diungkapkan Ketua HM Sastra Jawa, Ridho, “Sekarang sih kita mau nunggu dulu aja. Kita ngga mau yang gimana-gimana dulu. Ntar kalo udah ada keputusan sanksinya gimana, baru kita tentukan sikap. Tapi kalau saya pribadi, kalau kami, ya jelas akan menghadapi. Gimana caranya kita meyakinkan mereka kalo acara ini harus tetap ada karena ada manfaatnya.”. Ketika dikonfirmasi mengenai isu ini, Direktur Kemahasiswaan UI, Dr. Kamarudin menjelaskan bahwa prinsip dari larangan tersebut hanyalah untuk melindungi mahasiswa, bukan untuk mematikan kreativitas. “Kami tidak pernah membuat pernyataan melarang adanya pertemuan alumni dengan maba. Tapi yang kami inginkan dan kami minta adalah jangan membuat acara di Puncak. Buat acara dalam kampus. Simpel saja. Kami melarang oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab itu (alumni-red). Jadi mohon digarisbawahi kebijakan rektorat seperti itu”. [Tim Lipsus]


bentang Hingga tahun 2008, UI telah menganggarkan dua miliar rupiah per tahun untuk berlangganan jurnal online. Dengan adanya jurnal online diharapkan mutu karya civitas akademika dapat terus berkembang sehingga mampu menjadi lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing global. Namun, ironisnya banyak mahasiswa UI yang justru tidak mengetahui atau menggunakan fasilitas ini.

Pemanfaatan Jurnal Online: Tak Populer atau Diabaikan? “Nggak, gw nggak tahu kalau ternyata UI punya yang namanya jurnal online,” ucap Ismail polos. Mahasiswa program studi Sastra Rusia 2008 ini pun mengaku lebih sering menggunakan Google atau Wikipedia untuk mencari bahan tugas kuliah dibandingkan mengakses jurnal online. Padahal pada faktanya belum tentu informasi yang dikutip dari kedua situs tersebut bisa dipertanggungjawabkan keakuratan informasinya. Hal ini bisa menjadi gambaran walaupun UI telah berlangganan jurnal online tetapi masih banyak mahasiswanya yang tidak mengetahui atau bahkan belum pernah memanfaatkannya. Padahal tidak sedikit dana yang telah digelontorkan pihak rektorat. Menurut kamus istilah perpustakaan, sebagaimana dikutip dari situs Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, jurnal online diartikan sebagai publikasi yang memuat atau berisi artikel-artikel ilmiah atau hasil penelitian yang ditulis oleh para ahli, akademisi, peneliti atau praktisi di sebuah bidang tertentu namun hanya dapat diakses lewat internet. Informasi yang bisa didapat di sini tentunya adalah informasi yang telah diseleksi karena tidak sembarang orang bisa menulis atau tulisannya dipublikasikan di dalam jurnal online. UI berlangganan jurnal online karena adanya permintaan dan kebutuhan dari para civitas akademikanya. Hal ini diutarakan Luki Wijayanti, Kepala Perpustakaan Pusat UI. “Sekitar tahun 2002 Pak Usman (Mantan Rektor-red) ingin menciptakan 100 doktor per tahun, dengan sendirinya kita membutuhkan informasi yang valid dan yang paling baik. Sedangkan di Indonesia sendiri belum ada produk-produk seperti itu (jurnal onlinered), adanya dari luar (luar negeri-red). Yang dihasilkan dari luar dan mudah untuk diakses adalah sesuatu yang dalam bentuk online, oleh karena itulah kita berlangganan jurnal online,” jelas Bu Luki. Kini UI telah berlangganan lebih dari 40 judul jurnal online yang bisa diakses via intranet kampus maupun internet. Menanggapi komentar banyaknya mahasiswa UI, khususnya program S1, yang tidak mengetahui adanya jurnal online, Bu Luki mengakui salah satu penyebabNYA dikarenakan kurangnya sosialisasi. “Biaya yang dibutuhkan untuk sosialisasi sangat mahal. Bahkan bisa menghabiskan seperempat dari biaya langganan jurnal online itu sendiri”, jelas ibu yang juga dosen prodi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi ini. Selain itu target pasar penggunaan jurnal online ini memang lebih ditujukan kepada mahasiswa S2 & S3 yang sering melakukan penelitian di lapangan. Tidak mengherankan jika permintaan penggunaan jurnal online lebih banyak datang dari kalangan program pasca sarjana. Kebiasaan kurangnya membaca di kalangan mahasiswa dianggap juga turut mempengaruhi kurang populernya situs jurnal online di kalangan mahasiswa. Menurut Bu Luki, ketika mahasiswa ingin menulis paper ataupun skripsi, mahasiswa cenderung lebih sering mengambil bahan referensi dari skripsiskripsi yang telah dibuat sebelumnya dibanding mengakses jurnal online. Tidak ingin membuat dana yang dikeluarkan mubazir, tindakan nyata untuk mempopulerkan jurnal online pun dilakukan. Sejak tahun 2007, UI melalui program Literasi Informasi. Mahasiswa baru angkatan 2007 dididik untuk bisa menggunakan fasilitas perpustakaan fakultas dan juga dikenalkan dengan jurnal online ketika program OBM (Orientas Belajar Mahasiswa) berlangsung. Selain itu di beberapa fakultas banyak juga dosen yang memberikan referensi kepada mahasiswanya untuk mencari bahan kuliah melalui jurnal online. Seperti yang diungkapkan Ferena Debineva, mahasiswi Psikologi 2008. Ia mengaku mengetahui jurnal online untuk kali pertama ketika mengikuti kegiatan OBM di kampus. “Saya sendiri baru tahu lengkapnya setelah kelas logika dan ilmiah di kampus yang ngebahas tentang jurnal online itu sendiri dan cara-caranya,” jawabnya. Hal senada juga diungkapkan Karyaduta Puri Ghanisa, mahasiswi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi 2005. “Kalau di Akuntansi atau Ilmu Ekonomi ada beberapa mata kuliah yang untuk cari informasinya itu memang butuh browsing jurnal online,” Bu Luki menawarkan solusi alternatif kepada mahasiswa untuk ikut berpartisipasi mempopulerkan jurnal online. “Cari volunteer yang mau membantu perpustakaan untuk mengadakan sosialisasi tentang online database, nanti akan kami biayai,” tutur Beliau. [Ni Made Kumara Santi Dewi]

Gerbatama


sosok Sosok yang dikenal bersahaja di kalangan mahasiswa FISIP ini berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di Jurnal International Review of Korean Studies tahun 2006 dalam artikel yang berjudul The Evolution and Policy Contex Youth Policy and The Republic of Korea.. Artikel tersebut mengungkapkan keberhasilan kebijakan Pemerintah Korea Selatan yang diterapkan kepada para pemudanya sehingga memungkinkan pemuda Korea begitu bersemangat dalam berprestasi di dunia, baik dalam bidang olahraga, seni, maupun teknologi. Yang pada akhirnya membangun Korea Selatan sebagai salah satu negara industri yang maju,” ujar ayah tiga orang anak ini. Dekan yang juga pernah mendapatkan penghargaan Internasional McDonell Fellowship di Amerika Serikat ini menolak pendapat yang mengatakan tidak terjadi kompetisi dalam proses penelitian dan publikasi dalam Jurnal Internasional. “Kompetisinya secara tidak langsung yaitu dalam bentuk memenangkan hibah dan dalam proses seleksi karya-karya yang akan dimuat. Ber-

Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono M.Sc : Membangun Budaya Meneliti melalui Penulisan Jurnal Internasional “Sebenarnya penghargaan ini bisa dibilang tidak terlalu istimewa, janganlah dibuat seolah-olah citranya terlalu besar,” jelas Dekan FISIP UI ini. Pak Bambang merupakan salah satu dari sembilan belas dosen UI lainnya yang tulisannya dimuat dalam beberapa jurnal internasional. Penghargaan yang diperolehnya itu berawal dari sebuah penelitian yang ia rintis dua tahun lalu. Penelitian tersebut diperoleh dari hibah TJ-Park Posco Research Grand tahun 2006, yang hasilnya berhasil ia publikasikan dalam sebuah Jurnal Internasional di Korea. “Nah, keberhasilan itu disebut sebagai sebuah prestasi oleh UI karena dianggap sebagai karya yang mempunyai nilai dan kontribusi di bidangnya,” ujar Bambang.

Gerbatama

saing dengan ratusan karya lainnya dari berbagai negara,” jelas Bambang. Penghargaan yang diterima Pak Bambang tersebut dianggapnya sebagai bukti adanya dukungan dan dorongan pihak UI yang memotivasi para civitas academia-nya untuk terus berkontribusi. “Kami (dosen-dosen UI-red) merasakan ada perhatian dan dorongan dalam bidang penelitian,” ujarnya. Ia pun menambahkan bahwa penelitian itu perlu dikembangkan untuk mewujudkan UI sebagai World Class Research University. “Bisa dikatakan bahwa sangat perlu membangun budaya meneliti,” tutup Bambang. [Susi Sakti]


resensi Judul: Demonstran Sexy Penulis: Binhad Nurrohmat Penerbit: Koekoesan Tahun: 2008, Depok Jumlah Halaman: x + 123 halaman

B

uku Demonstran Sexy merupakan buku puisi ketiga karya Binhad Nurrohmat yang membahas tema seputar tubuh. Buku-bukunya terdahulu yang sering diberitakan dan diperdebatkan di media massa,Kuda Ranjang (2004) dan Bau Betina (2007), telah membuat Binhad dikenal sebagai seorang penyair yang melawan berbagai kecenderungan dalam sastra Indonesia melalui pembahasan seputar tubuh dengan menggunakan bahasa yang bersifat ekplisit (menggunakan sedikit metafor). Pembahasan tubuh manusia dengan menggunakan bahasa eksplisit sempat menghasilkan kritik keras dari sastrawan lainnya— karyanya dianggap vulgar, tidak mempedulikan estika dan moral bangsa. Meskipun demikian, Binhad mempunyai suatu alasan mengapa ia kerap membahas seputar tema tubuh dalam puisi-puisinya: ia mengganggap tubuhnya sebagai kebudayaannya. Dalam rubrik Gelanggang, Jurnal Nasional, 16 Desember 2007, Binhad menyebutkan bahwa ia mempunyai “sejarah yang sangat individual”. Binhad merasa bahwa ia tak punya kebudayaan kolektif: “Saya cemburu karena melihat berbagai penyair punya latar kultural, Sutardji punya Melayu, Rendra punya Jawa, terus saya bertanya sebenarnya inti budaya saya itu apa? Ternyata keintiman pada tubuh. Saya sadar kalau saya intim dengan tubuh saya: mandi, makan, tidur juga dibawa.” Menurutnya, setelah ia menyadari akan keintimannya dengan tubuhnya, ia menjadi peka: “Saya seperti orang primitif ketika baru sadar meraba, pada masa mengenal fase biologis. Saya juga kemudian sadar kalau tubuh juga secara

sosial punya masalah, ditindas norma, kaidah dan segalanya. Misalnya kita keluar harus pakai baju tapi kalau di kamar mandi tidak merasa malu, tapi kenapa di luar rumah kita merasa rikuh. Ternyata tubuh juga punya dimensi sosiologis, karena dengan tubuh ini kita bisa memaknai manusia dan juga Tuhan.” Berhubungan dengan pernyataannya mengenai aspek sosiologis dari tubuh, Binhad beranggapan bahwa dalam Demonstran Sexy ia membahas mengenai hubungan tubuh manusia dengan kekuasaan-kekuasaan yang ada dalam masyarakat atau seputar “tubuh kolektif”.Namun terlepas dari pernyataannya bahwa buku Demonstran Sexy adalah buku seputar “tubuh kolektif”, sebenarnya di dalam buku ini sedikit sekali puisi yang temanya adalah seputar tubuh. Yang dibahasnya antara lain adalah berbagai streotipe penyair di Indonesia (Penyair Gerombolan, Penyair Ekstrim,Penyair Heroik, Penyair Mantra, Penyair Kosmopolit, Penyair Soleh, dll), kondisi sosial-politik Indonesia (karakter koruptor, karakter Indonesia,dll); yang mungkin merupakan tanggapan Binhad atas kritik-kritik yang diterimanya. Meskipun di dalam Demonstran Sexy tidak terdapat pembahasan kental seputar tubuh seperti dalam karya Kuda Ranjang atau Bau Betina, bahasa atau gaya yang digunakan dalam puisinya-puisinya masih menunjukkan ciri-ciri khasnya, seperti dapat dilihat dalam puisi Ideologi & Perasaan: Saya perempuan femisnis/pada laki saya berani kritis/-kecuali pada suami/atau pada pacar saya sendiri. [Fanny Fajarianti]

Gerbatama


kilasan Asteroid

Olimpiade Ilmiah Mahasiswa Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM) yang diadakan di PSJ tanggal 3-5 November 2008 ini adalah program kerja dari departemen pendidikan dan keilmuan Badan Eksekutif Mahasiswa UI, Olimpiade Ilmiah Mahasiswa ini baru diadakan pertama kali pada tahun ini. Latar belakang Olimpiade ini adalah karena selama ini jarang sekali terdengar kompetisi antar fakultas yang ada di UI terutama dalam bidang ilmiah. Oleh karena itu Badan Eksekutif Mahasiswa UI mencoba membuat suatu acara yang terangkum dalam beberapa perlombaan, yaitu karya tulis mahasiswa, program kretifitas mahasiswa, lomba penulisan esai, debat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, Lomba poster, dan lain-lain.

A

steroid adalah Art and Sport olympiad, gabungan menarik dari olimpiade olahraga dan olimpiade seni. Sebenarnya Asteroid ini adalah gabungan dari Olimpiade UI dan Musik Khatulistiwa. Tema Asteroid kali ini adalah Vini Vidi Vici yang artinya adalah semangat berjuang dan semangat untuk menang. Unsur utama Vini Vidi Vici adalah sportifitas, persaudaraan, kesatuan, serta semangat juang. Opening Ceremony Asteroid dilaksanakan pada Jumat, 31 Oktober 2008 dengan beragam kegiatan, yaitu parade dari halte FIB UI sampai stadion UI, penampilan Marching Band, sambutan-sambutan, janji atlet, pertandingan eksibisi, sepeda UI, dan lain-lain. Asteroid mempertandingkan 11 cabang olahraga dan 4 pertandingan seni, seperti foto, tari, teater, dan akustik. Penutupan Asteroid rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 29 November 2008 dengan menyuguhkan penampilan seni menarik serta kehadiran bintang tamu yang masih dirahasiakan. [Hesty Apriani]

[Hesty Apriani]

ALAMAT REDAKSI, SIRKULASI, IKLAN DAN PROMOSI Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Lantai 2, Kampus Universitas Indonesia, Depok, 16424 email: gerbatama@sumaui.or.id website: http://suma.ui.edu contact person: Dian Rousta (081359254023) Redaksi menerima tanggapan, saran, kritik, maupun surat pembaca yang berkaitan dengan UI melalui email gerbatama@sumaui.or.id, atau sms ke 08561088010, 02192531521, atau sampaikan langsung ke sekretariat redaksi Gerbatama di Pusgiwa Lt. 2.

10 Gerbatama


Daya Tampung Fasilitas di Kampus Dirasa Sudah Semakin Penuh

K

ampus dengan fasilitas yang memadai merupakan dambaan setiap mahasiswanya. Seiring masuknya mahasiswa baru pertengahan tahun 2008 dengan jalur masuk dan kuota mahasiswa yang lebih banyak, kapasitas atau daya tampung sebuah fasilitas pun menjadi hal penting yang patut diperhatikan. Di akhir tahun ini, bagaimankah kondisi kapasitas beberapa fasilitas di UI? Daya tampung beberapa fasilitas kampus dirasa semakin penuh. 69% mahasiswa berpendapat bahwa kapasitas beberapa fasilitas di UI ini semakin tidak mencukupi. Survei yang dilakukan terhadap 200 mahasiswa menyebutkan bahwa terdapat beberapa fasilitas yang kapasitasnya sudah kurang memadai. Kantin merupakan tempat yang dirasakan paling penuh dan daya tampungnya tidak mencukupi lagi. Hasil ini didapatkan hampir di seluruh fakultas. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa mahasiswa FE dan FH merasakan kantin merupakan fasilitas yang kapasitasnya sangat kurang dibandingkan fasilitas-fasilitas lainnya. Di urutan kedua, laboratorium komputer juga dirasakan kurang oleh sebagian mahasiswa UI. Sedangkan hasil survei pada mahasiswa FIK, sebagian besar responden memilih laboratorium komputer merupakan fasilitas yang paling kurang memadai dibandingkan fasilitas lain. Sedangkan Apakah Anda merasa kapasitas di beberapa fasilitas di UI (seperti: lahan parkir motor atau mobil/kantin/perpustakaan/labkom, dll) sudah tidak mencukupi lagi?

riset lahan parkir berada di posisi ketiga. Untuk fasilitas ini mahasiswa FISIP dari Psikologi, responden yang paling banyak memilih. Menjawab pertanyaan di awal tulisan ini, survei ini menggambarkan 62% responden berpendapat bahwa daya tampung beberapa fasilitas di UI semakin penuh seiring dengan meningkatnya jumlah mahasiswa baru tiap tahunnya. Tak bisa dipungkiri daya tampung akan menjadi penuh jika input yang ada (mahasiswa) juga bertambah banyak. Terlepas dari banyaknya jumlah mahasiswa yang lulus, hal yang perlu diperhatikan adalah mengantisipasi lonjakan mahasiswa yang datang dengan mempertimbangkan kemungkinan penambahan kapasitas untuk beberapa fasilitas. Penambahan luas area parkir motor di FT menjadi bukti bahwa kapasitas yang lebih besar memang dibutuhkan demi kenyamanan mahasiswa yang menggunakan fasilitas tersebut. Hal yang tak jauh beda juga terlihat di FISIP yang menggunakan lahan tambahan untuk parkir motor dan FIB yang membuat lokasi parkiran motor baru. Di samping itu, semakin banyaknya mahasiswa yang mengantri untuk menggunakan komputer untuk free internet di Perpustakaan Pusat UI sangat menggambarkan bahwa kebutuhan akan fasilitas penunjang terus bertambah. Harapan ke depan, mahasiswa ingin fasilitas-fasilitas dasar dan penting di kampus diperbanyak demi menunjang kehidupan kampus yang berkembang. Apalagi, terlihat jelas dari hasil survei bahwa 83% responden menjawab perlu untuk ditambahnya kapasitas beberapa fasilitas di kampus besar ini [Faishal Dwi Ismail]

Survei telah dilakukan terhadap 200 mahasiswa di kampus UI Depok pada tanggal 29 Oktober-3 November 2008. Tingkat kepercayaan terhadap survei ini adalah 95%. Metode penelitian dilakukan metode purposif. Hasil survei ini tidak mewakili pendapat seluruh mahasiswa UI. | DIVISI RISET BO PERS SUMA UI |

Gerbatama 11


12

Gerbatama


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.