Cozy #14: Kripik Seni

Page 1

C

Y Z O

#14 Des 21

Diterbitka n O leh Pers Su a ra Ma hasiswa


R K Y Z I O O N C E S K I P Y I Z R R O K C I N E K I S P I R K Y Z N O E C C S K I P Y I Z R K COCOZYK I IK Behind The Desk

Pemimpin Umum Aryana Catur Rangga Wakil Pemimpin Umum Fahriza Wiratama Sekretaris Umum Shafanissa Alifia Shafira Bendahara Umum M. Raihan Rachmansyah Pemimpin Redaksi Tazkiya Fadhiilah K Sekretaris Redaksi *Wahyu Nursinta Redaktur Pelaksana Sophia Latamaniskha, Fais Azhar D. Pewarta tulisan Reza Umami, Tsabit Aqdam Fidzikrillah, Putri Mutia Rahman, *Gina Hafiza, Muhammad Khaira Faiq Pewarta visual *Muhammad Rifqi Rosyaddin, *Dina Nur Isnaeni, *Ghina Yusriyah Shidiq Pemimpin Litbang Eriza Reziana Sekretaris Litbang Zakiy Ahmad Mahardika Sumber Daya Manusia Ervana Nurmelia R. F., M. Adnan Firdaus Riset dan Data Pengembangan Muhammad Irfan , Galih Nugraha, Reginia Hazar, Asti Tazkiatul Aulia, *Maya Nurfauzia Rumah Tangga Asti Tazkiatul Aulia Pemimpin Perusahaan Laily Kurniawati Sekretaris Perusahaan Efiana Salfini Promosi dan Iklan Fuad Zeinnuri Fajri, Tengku Nabilah Chalil, Siti Sayyidah Suryaningsih Sirkulasi Media Sosial Dara Firyal Oktatiyana, Rida Faridah Konten kreatif Harahap Dito Pramudya, *Evan Fadhlillah

redaksi.suaramahasiswa@gmail.com

Advertising 081572267005 (Suara Mahasiswa)


R K Y Z I O N E S K I P Y Y I Z R O C I N KSE K I P I R K Y I Z N N O E C S K I P Y I Z R Y K COCOZY K I IK Hallo cozylovers, kami kembali!

Rasanya bangga banget, setelah kurang lebih dua tahun produk ini “menghilang”, kami—SUARA MAHASISWA— kembali membawa angin segar buat sobat kampus lewat Cozy Refresh Magazine edisi #14 tahun 2021. Sambil me-refresh ingatan cozylovers, majalah yang diminati oleh sobat kampus ini akan menyajikan isu ringan, menarik, dan tentunya mendalam. Ngomongin soal hiatusnya produk ini, sebelumnya, saya banyak mendengar celetukan netizen kampus soal kami yang engga ngeluarin produk cetak. Selain celetukan, ada juga candaan bernada kritik yang menghampiri telinga. Katanya, “Kenapa SM diem aja? Mana nih produknya? Suara Mahasiswa atau Suara Kemahasiswaan? Harusnya SM lebih ngedepanin mahasiswa dong!” Hahaha … Engga masalah sih, semua punya sudut pandang sendiri. Semua punya hak untuk mengkritik lewat apa dan dengan cara apapun.

Kritik ini pula yang bikin kami semangat buat nerbitin majalah, sampai akhirnya tercetus tema majalah yang bahas soal kritik. Soal judul majalah pun kita enggak mau yang ribet-ribet. Kripik Seni diambil dari salah satu pengurus yang senang main kaskus dan banyak mendengar sindiran tentang seni. Kalau menurut saya, esensi Kripik Seni dianggap sebagai hal yang digunakan untuk menyingkapi kritik dengan santai. Ala-ala lagi makan kripik sambil nonton film, gitu. Di edisi kali ini, Cozy akan mengupas berbagai kritik yang dikemas lewat karya seni. Seperti kasus mural yang kritik pemerintah, maraknya lagu yang menyindir lingkungan, dan lukisan serta foto yang memiliki arti dalam untuk kehidupan sosial. Hal diatas cuma sedikit kasus yang marak diperbincangkan oleh netizen yang budiman. Kalau dikupas lagi nih, kamu bisa baca dan paham sampai akarnya, kenapa sih orang-orang mengutarakan kritiknya lewat seni?

Ah … Daripada lama lagi dan takutnya semakin berhasrat untuk nge-kritik SM, mending langsung baca aja deh Cozy edisi #14nya. See you cozylovers! Happy Reading! Ditunggu kritikannya. Canda deh hehehehe. Pemimpin Redaksi, Tazkiya Fadhiilah


S Y KRRIPI K Z I O O N C E E S S K I P Y I Z R R O K C I N E K I S P I R K Y Z N O E C C S K I P I R Y K K Z O C I Cozy #14 Kripik Seni

Tentang Cover

Butuh Asupan Kritis Sekaligus Asik? Wajib Coba Kripik Seni

Ide Cover : Tsabit Aqdam, Fahriza W, Tazkiya F Creator: Fahriza W Layout: M. Khaira Faiq, Fais A.D, Fahriza W, Galih N, H. Dito P.

Cozy Music

41

Cozy Me

13

Cozy Potret

20

Cozy Primbon

54

Cozy Point

05

Cozy Kampus

56

Bang Jeng

40

Cozy Go

26

Cozy Tips

52 Cozy 30 Comm

Cozy Fashion

Cozy Out look

unity

45 Cozy 48 Atmo-

sphere

the oven

22 Cozy 58 High Cozy Date

To School

33 Cozy From 16


I S Y KRRIPI K Z ONI SENIE S K I P Y Y I Z R O C I N KSE K I P I R K Y I Z N N O E C S K I P I R Y Y K Z O C I Bang, tau enggak kenapa karya seni mahal?

Bang, tau enggak makanan apa yang gak abis2? kripik seni bangg. cobain dehh

Kalo gratis air seni banggg

Bang, emang iya kalo anak seni jodohnya anak seni juga?

bisa jadi sihh, kalo sama anak layangan ntar alay

Bang, arti tatto di lengan preman apa sih? make art not war


Cozy Point

Selayang Pandang Seni Sebagai Media Kritik Pewarta & Penulis: Reginia Hazar & Tsabit Aqdam Fidzikrillah Editor: Sophia Latamaniska

Hi Cozylovers! Kira-kira, hal apa yang terlintas di pikiran kamu pas denger kata seni? Mungkin kamu bakal langsung ngebayangin keindahan, harmoni, sama pameran. Tepat sekali! Seni emang berhubungan erat sama semua hal itu. Tapi Cozylovers, ternyata seni itu bisa dijadikan media buat mengkritik loh …. Kenapa ya seni bisa jadi media kritik? Jadi gini, Dosen Fakultas Industri Kreatif Telkom University, Iqbal Prabawa Wiguna bilang dengan kemampuannya yang tidak terduga dan tanpa batas, seni bisa dijadikan media kritik. Seni dapat menggugah empati seseorang untuk mempertanyakan hal-hal yang dianggap wajar melalui cara yang unik, sehingga menciptakan ruang diskusi baru di masyarakat. “Jadi, seni bisa menjadi alat yang sangat berguna jika digunakan dengan baik karena kritik mesti elegan, kita tidak bisa mengkritik dengan sesuka kita,” gitu katanya. Jika diamati, menyampaikan kritik melalui seni itu memang tampak lebih segar dan relateable dengan fenomena di kehidupan manusia. Kalau kata Welda Sana Vero, seorang sastrawan asal Blora, Jawa Tengah, kritik sosial dalam karya seni itu muncul dengan sendirinya loh. Mbak Vero bilang, biasanya seniman berangkat dari kegelisahan kemudian diekspresikan lewat karya seni. “Kalau aku, berangkat dari diriku sendiri, melihat realitas di sekitarku lalu menciptakan ruang ekspresi. Ketika ruang ekspresi ini bisa dinikmati oleh orang lain, aku anggap ini sebagai kesempatan yang baik untuk komunikasi. Dan komunikasi ini sering sekali kita sebut sebagai kritik,” katanya dengan logat Jawa. Jika dilihat dari sejarahnya, belum ditemukan waktu spesifik sejak kapan seni digunakan sebagai media

5


kritik. Tapi kalau kita flashback, sejak zaman Yunani Kuno seni sudah dijadikan media kritik. Salah satu contohnya adalah drama komedi karya Aristophanes berjudul “The Knights” yang berisi kritikan dibalut satire nan lucu soal kehidupan sosial politik di Athena pada masa klasik.

yang melawan postmodernisme.

modernisme

ini,

yaitu

Gerakan postmodernisme lahir di akhir abad 20-an, sebagai reaksi dan kritik atas modernisme yang dianggap gagal karena menciptakan polarisasi juga posisi benar-salah. Gerakan ini ditandai oleh datangnya aliran pop art dengan ciri khas seni yang menggunakan objek populer sebagai tema karyanya. Hal itu membuat seni lebih inklusif dan dekat dengan masyarakat.

Art for Art Walaupun seni udah lama dijadikan sebagai media mengkritik, tapi pada abad 19 muncul slogan l'art pour l'art atau sering disebut art for art yang menegaskan kalau nilai seni itu mesti dijauhkan dari tujuan nilai moral atau pengajaran suatu paham. Hal itu membuat seni terkesan kaku dan seolah-olah enggak bisa dipakai sebagai media kritik. Bukan cuma itu, art for art juga digunakan untuk menentang seniman aliran marxis yang menuntut seni jadi media untuk melayani moral dan mendidik masyarakat.

Emang sih, art for art membuat seni jadi kaku banget, makanya banyak seniman yang punya prinsip bertentangan dengan slogan ini. Salah satunya Friedrich Nietzsche yang menentang art for art. Kata si Nietzsche di bukunya Twilight of the Idols (1889), “Seni adalah stimulus besar bagi kehidupan: bagaimana orang bisa memahaminya tanpa tujuan seperti l’art pour l’art?”

Kang Iqbal juga menjelaskan kalo di masa art for art, seni ya hanya sebagai seni yang punya misi ingin sejajar dengan pengetahuan dan disiplin ilmu lain. “Seni jangan berperan sebagai media untuk tunduk kepada religi yang sifatnya patron ke narasi-narasi yang dogmatis dan lain-lain. Tapi, dia harus membebaskan dirinya sebagai sebuah ekspresi.”

Art for Art di Indonesia Di negara +62 ini ada gerakan yang punya prinsip sejalan sama art for art atau seni untuk seni. Gerakan ini berawal dari beberapa seniman dan budayawan Indonesia yang menandatangani manifes kebudayaan untuk menentang subordinasi seni dan kebudayaan terkait semboyan “politik di atas estetika”.

Namun, seiring berjalannya waktu, gaya art for art juga membawa seni ke arah yang lebih progresif. Tadinya cenderung bergaya realistis seperti lukisan A Burial at Ornans karya Gustave Courbet hingga berubah menjadi semakin sulit dimengerti banyak orang seperti karya-karya abstrak-ekspresionis, Jackson Pollock.

Buat cozylovers yang belum tau, manifes kebudayaan itu sebuah pernyataan sikap beberapa tokoh seni dan budaya, seperti Taufiq Ismail, Goenawan Mohamad, Gerson Poyk, dan tokoh lainnya dalam membela kebebasan seni dan budaya dari pengaruh interpretasi politik. Hal itu sesuai sama prinsip seni untuk seni yang berupaya buat menghapus politisasi seni yang banyak dilakukan seniman marxis di Indonesia.

Selain itu, kehadiran Art for Art ditandai dengan munculnya konsep modernisme seni yang dibawa oleh Revolusi Industri, gara-gara ini seni jadi terkesan eksklusif untuk kaum borjuis. Seperti lukisan yang dipajang di museum dan hanya bisa dinikmati oleh kelas menengah ke atas. Hingga akhirnya muncul suatu gerakan

Sekitar tahun 50-an, waktu ramai-ramainya

6


prinsip seni untuk rakyat yang menyisipkan politik dalam kesenian, manifes kebudayaan muncul untuk mengkritisi peran dan kekuasaan politik pada masa itu yang banyak dipengaruhi marxisme-leninisme. Manifes kebudayaan seolah mencoba membuat sektor kesenian sejajar sama sektor politik.

metode atau alur pelaksanaan semua prinsip, yaitu ‘turun ke bawah’ (Turba).

Seni untuk Rakyat

Efektivitas Kritik melalui Seni

Sebelum munculnya manifes kebudayaan pada tahun 1963, di Indonesia sendiri pernah ada gerakan yang bertentangan dengan prinsip seni untuk seni, yaitu seni untuk rakyat. Gerakan seni untuk rakyat ramai sekitar tahun 1950-an dan erat hubungannya dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang berhubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Nah, cozylovers udah tau kan sejarah seni sebagai media kritik, sekarang kamu juga harus tau gimana sih efektivitas kritik lewat kesenian. Kalo kata dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada (UGM), Irham Nur Anshari, efektivitasnya itu tergantung kepada siapa kritik disampaikan. Misalnya ada kasus pejabat korupsi, so kritikan itu belum tentu ditujukan kepada pejabat, bisa aja kritikan itu ditujukan buat masyarakat yang banyak dibohongi si maling waktu kampanye.

Awalnya, seni untuk rakyat diusung oleh salah satu penggagas Lekra, si seniman marxis, Basuki Resobowo. Jadi enggak aneh kalau beliau punya pandangan progresif tentang kesenian. Kata Basuki, cita-cita kesenian harus bisa melenyapkan selera kaum borjuis yang terbelakang dan memperkaya unsur rohani dalam golongan massa rakyat. Seni untuk rakyat ini terus menguat sampai akhirnya diwujudkan dalam gerakan 1-5-1 oleh Lekra. Dilansir dari Tempo.co, gerakan ini punya makna formasi atau urutan loh, angka 1 yang pertama memiliki arti "Politik sebagai panglima". Maksudnya, kebudayaan apapun harus dibarengi dengan bimbingan politik. Kemudian angka 5 memiliki arti meluas dan meninggi, tinggi mutu ideologi dan artistik, tradisi baik dan kekinian revolusioner, kreativitas individu dan kearifan massa, serta realisme sosial dan romantik revolusioner. Untuk angka 1 terakhir menjadi

Pusing ya cozylovers? udah enggak usah dipikirin, intinya seni untuk rakyat dalam gerakan 1-5-1 Lekra itu bertentangan sama prinsip seni untuk seni. Gitu loh.

Agak berbeda dengan Mas Irham, menurut Kang Iqbal, kritik melalui seni itu efektif banget buat dilakuin karena sifatnya yang menggugah empati. “Seni sifatnya enggak memberi jawaban tapi memunculkan pertanyaan yang ngusik pikiran. Bisa jadi efektif banget karena nawarin jalan alternatif dari cara-cara konvensional yang udah dianggap enggak relevan.” Di luar itu, dosen asal Bandung tersebut juga sedikit ngejelasin tentang perbedaan kritik lewat seni zaman dulu dengan sekarang. Katanya yang berbeda hanya pada medium penyebaran si karya seni. Sekarang, penyebaran karya seni berbau kritik jadi lebih mudah karena ada internet atau media sosial, dampaknya pun lebih besar karena lebih mudah tersebar. Eh ngomong-ngomong dari tadi dosen aja yang

7


ngasih pendapat, sekarang giliran mahasiswanya yang ngasih pendapat. Ada nih mahasiswa seni musik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), namanya Ariya Rangga Wijaya. Menurutnya, kritik lewat seni itu oke banget dilakukan karena di zaman sekarang banyak anak muda yang lebih tertarik sama seni daripada baca berita-berita yang ada di media. Ariya juga pernah melakukan kritik lewat musikalisasi dari puisinya Wiji Thukul. Ia bilang, banyak orang yang merespon baik sama musikalisasinya. Meskipun begitu, ada juga orang yang berpandangan miring sama dia. “Respon masyarakat banyak yang baik dan mengapresiasi kritikan lewat musik itu. Tapi banyak juga yang kurang baik, contohnya bilang 'apaan sih sok-sokan mengkritik, kaya yang ngerti aja'.” Curhatnya sambil memetik gitar. Kalau kata Shafa Ailsa Juhdy, anak Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba), agaknya menarik ketika seseorang—khususnya mahasiswa—melakukan kritik lewat karya seni. Secara enggak langsung, hal itu juga melatih kreativitasnya. Dia juga nambahin kalau mengkritik lewat seni itu efektif karena enggak bikin kerusuhan kayak yang biasa terjadi dalam demonstrasi. Unik ya, walaupun melalui cerita yang kompleks, berkesenian itu memang menarik. Kamu bisa meluapkan setiap rasa yang mampir dalam jiwa seperti bahagia, marah, kesal, dan gelisah sekalipun. Kalau kata Mbak Vero, setiap karya seni pasti akan menyatakan sesuatu, dan kegelisahan itu akan menjadi suara dari sebuah karya seni.

8


Cozy Point 2

Buta Aturan, Berseni Bikin Ketar-Ketir “Kalau mau dihapus, kenapa enggak semuanya? Kenapa cuma mural mirip Presiden yang dihaCeletuk Ardine, salah satu mahasiswa seni kriya ketika ditanya soal penghapusan mural. Terlihat dari raut wajahnya, ia kesal karena belakangan banyak karya seni jalanan bernada kritik malah dihapus oleh pihak berwajib. Misalnya, mural wajah mirip Presiden Jokowi yang tertutup masker di Jembatan Layang Pasupati, katanya sih itu dihapus karena melanggar Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung No. 9 Tahun 2019 tentang Ketertiban,

Kebersihan, dan Keindahan (K3). Cozylovers, kalau kita ulas kembali, banyak loh fenomena karya seni bernada kritik yang ditenggelamkan. Contohnya, larangan penayangan film “Senyap” di Universitas Brawijaya waktu memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 2014, ada juga penangkapan penyanyi senior Iwan Fals setelah konser bawain lagu “Mbak Tini” di era Orde Baru (Orba), peny-

9

itaan buku-buku “Tetralogi Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta Toer di era Orba, dan masih banyak lagi.

Hmmm.. penangkapan seniman maupun penyitaan karya karyanya itu ternyata bukan hal yang baru, yah...


Ngomong-ngomong soal kritik dan peristiwa penangkapan, sebenarnya kritik termasuk kebebasan berekspresi dan telah diatur dalam berbagai peraturan, mulai dari daerah sampai internasional. Amnesti Internasional bilang kalau kebebasan berekspresi itu hak setiap orang untuk mencari, menerima, serta menyebarkan informasi dan gagasan dalam segala bentuk dengan cara apapun. Di dalamnya sudah termasuk kebebasan berekspresi secara lisan, cetak, dan audiovisual. Kritik yang disampaikannya bisa aja tentang budaya, artistik, apa lagi politik. Negara kita tercinta juga punya aturan sendiri tentang kebebasan berekspresi. Salah satunya ada di Pasal 28E ayat (2) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan kalau “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Indonesia pun mengadopsi peraturan yang sudah disepakati sama dunia internasional, salah satunya Pasal 19 ayat 2 Kovenan

Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, bunyinya gini, “Setiap orang berhak atas kebebasan berekspresi; hak ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima dan menyebarkan informasi dan gagasan dalam bentuk apa pun, tanpa memandang batas negara, baik secara lisan, tertulis atau di media cetak, dalam bentuk karya seni, atau melalui media lain pilihannya.” Nah, dari banyaknya aturan yang sudah disebutkan, Dosen Ahli Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung (Unisba), Ade Mahmud bilang kalau yang menjadi rujukan tentang kebebasan berpendapat adalah UUD 1945 amandemen ke 4 Tahun 2002. Jadi, pemerintah enggak bisa tuh sembarangan menghalangi atau membatasi seseorang menyatakan pendapat pribadi ataupun kelompoknya. “Kebebasan dalam menyampaikan pendapat emang bukan kebebasan yang mutlak. Ada beberapa aturan, salah satunya tertulis di Pasal 28J UUD 1945 yang menjelaskan

10

kalau setiap orang yang menjalankan haknya harus menghormati hak-hak orang lain sebagai bentuk perlindungan hukum kepada warga negara yang lain,” ucap pria berkemeja abu-abu tersebut. Sembari menegakkan posisi duduk, Ade juga menjelaskan kalau sebuah kritik tidak diperbolehkan untuk ‘menyerang’ seseorang secara personal. Sedangkan UUD akan melindungi seseorang atau kelompok pemberi kritik yang ditujukan kepada kinerja, program, atau kebijakan pemerintah. Selain kebebasan berekspresi, ada juga loh yang disebut kebebasan berkesenian. UNESCO menjelaskan kebebasan berkesenian merupakan kebebasan untuk membayangkan, menciptakan, dan mendistribusikan beragam ekspresi budaya. Bebas dari sensor pemerintah, intervensi politik, atau tekanan dari aktor-aktor non-negara. Hal itu termasuk hak semua warga negara untuk menikmati semua karya seni.


Walaupun perlindungan kebebasan berpendapat dan berkesenian telah terpampang nyata dalam UU, masih ada pelaku seni yang ngerasa takut untuk menyampaikan kritik lewat karya. Salah satunya Ardine Yafie Samsul Maarif mahasiswa baru ISBI Bandung yang suka buat line art atau gambar ilustrasi. Mahasiswa gondrong ini takut kalau karyanya sampai dilihat penegak hukum yang punya ‘power’ untuk bawa dia ke kantor polisi. Kala itu dia pernah bikin gambar yang mengkritik police brutality. Kemudian ada kejadian yang bikin hati Ardine jadi deg deg serrr… lelaki itu cerita kalau ada bapak aparat yang kirim direct message ke instagram-nya. Untung, Ardine enggak kenapa-kenapa, kalau kenapa-kenapa mungkin dia enggak bisa tuh kita wawancara sambil santai-santai di parkiran Indomaret. Dengan melihat orang lain yang merasa takut tapi tetap menyuarakan aspirasi, si Ardine jadi berani lagi untuk men-

yampaikan pendapat. “Saya mulai berani lagi karena ngeliat orang-orang ngeluarin aspirasinya di media sosial atau di jalanan,” kata Ardine sembari nyeruput kopi.

Beda orang, beda juga cara pandang sama regulasi tentang mengkritik di Indonesia. Meskipun sama-sama memiliki rambut gondrong macam Ardine, tapi Rifkki Arrofik, seniman sekaligus mahasiswa yang jago ngelukis ini punya pandangan lain. Menurutnya, regulasi yang terkesan anti-kritik memang menghambat, tapi hal itu ia jadikan alasan untuk semakin kreatif. “Misalnya temen-temen ga bisa nge-post di media sosial, akhirnya mereka beralih ke ruang alternatif kaya bikin pameran kecil-kecilan atau sekalian langsung turun di satu daerah, kita bikin kegiatan sosial atau berkolaborasi,” kata Rofik dengan logat Jawa yang kental. Rofik juga suka seni yang berhubungan dengan

11

gambar, khususnya seni lukis. Lelaki asal Yogyakarta ini, pernah mengkritik lewat mural di sebuah banner, saat Ia dan teman-temannya sedang mengikuti aksi menuntut dibatalkannya pengesahan Omnibus Law. Dia gak keberatan kalau karyanya harus dihapus atau bahkan dihancurkan paksa oleh aparat. Menurutnya, jika seorang penegak hukum datang dan menghapus karyanya, itu merupakan bagian dari tugas seorang aparat. Ia menganggap penghapusan atau penghancuran suatu karya juga merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap karya tersebut. Sebenarnya, ada banyak cara penyampaian kritik supaya tersampaikan dengan efektif, salah satunya bisa dilakukan dengan bicara langsung pada objek yang mau dikritik. Dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Gajah Mada, Irham Nur Anshari bilang, pada dasarnya semua orang bisa saja menyampaikan kritik secara verbal. Tapi, enggak semua orang bisa dengan gampang


mengekspresikan kritikannya secara verbal dengan orasi atau langsung mengirim surat pada orang yang mau kita kritik. Ketika kita berbincang lewat zoom, Irham bilang, kritik melalui karya seni bisa jadi salah satu alternatif bagi mereka yang enggak suka orasi atau surat-menyurat. Meskipun kritiknya enggak disampaikan secara verbal, tapi nilai dari kritiknya sendiri

tetap tajam kalau kita mengolahnya dengan baik sehingga gampang dipahami. So, sabi juga kan mengkritik melalui karya seni. Sebebas-bebasnya burung terbang, pasti ada batasnya, begitu pun dengan berkarya. Cozylovers boleh kok mengkritik lewat karya seni, tetapi harus mengikuti aturan yang ada ya!

Pewarta dan penulis: Muhammad Khaira Faiq & Galih Nugraha Editor: Sophia Latamaniskha

Sampe jumpa di halaman

12


COZY ME

Kritik Seni, Seni Bebas Tanpa Terpenjara OLEH Raindly Yldniar Berbicara mengenai seni tak lepas dari masalah kehidupan setiap umat manusia. Mengapa? Kamu pasti sering melihat karya sastra atau karya seni, yang menampilkan nilai kehidupan bahkan masalah kehidupan manusia. Jika kamu jeli melihat sebuah seni, beberapanya berhubungan dengan unsur politik, sosial, hingga Tuhan. Banyak cara memahami sebuah nilai karya seni. Sebagai alternatifnya, sebuah seni bisa dijadikan sebagai bentuk kritik atau protes. Pergerakan dengan ranah kreatif bisa dilihat dari seni musik, seni lukis, hingga seni fotografi. Peristiwa yang kemarin ramai dibicarakan, seni jalanan yaitu mural. Seharusnya, pemerintah mengerti dan paham akan media kritik yang fresh ini. Kalau kita melihat lagi sejarah, seni mural dipakai buat saling menyemangati para pejuang agar terbebas dari penjajah. Cozylovers, tahu gak? September lalu, seorang peternak membawa poster bertuliskan “Pak Jokowi bantu peternak beli jagung dengan harga wajar". Sayangnya, bapak yang membentangkan secarik kritik ini, ditangkap oleh polisi untuk dimintai keterangan. Si bapak takut pasca diperiksa, kondisi psikologisnya yang kini menjadi trauma. Padahal poster itu sama sekali enggak ada kata-kata yang "offensive" atau mencela presiden sekalipun. Banyak peristiwa penangkapan karena karya seni dengan dikemas kritik. Jangan sampai pikiran ini benar-benar terjadi, memangnya iya pemerintah itu cenderung “anti kritik”? Dalam mengkritik suatu hal yang tidak meng-enakkan, saya pernah memotret aksi demonstrasi. Sedikit cerita, aksi yang biasa dikenal mayday bertujuan untuk memperingati hari buruh sedunia. Pada saat itu, saya mengabadikan potret penangkapan demonstran oleh oknum aparat. Tapi... salah satu oknum itu merebut memori kamera saya secara paksa. Menurut saya, itu juga salah satu bentuk perampasan hak dan gak seharusnya terjadi. Karena foto dokumentasi itu sangat berharga dan bisa menjadi satu bentuk kritik dari hiruk pikuk peristiwa saat itu. Foto dokumentasi bisa punya dampak yang gede banget. Dengan berdokumentasi baik foto maupun video, bisa dipakai untuk membangun kesadaran publik tentang kondisi yang lagi terjadi. Tapi gak melulu saat demo ya! Kita boleh kok menggambarkan kejadian sehari-hari, misalnya foto pemukiman yang kumuh. Foto ini bisa jadi bentuk kritik tentang kesenjangan sosial yang masih sering kita temukan di Negeri kita tercinta. Pada intinya kritik dengan medium apapun itu sama pentingnya dan sama pengaruhnya. Baik itu seorang musisi, pelukis, fotografer dan masih banyak lagi, melalui karyanya masing-masing kritik harus disampaikan dengan baik. Dengan begini, kita membangun kesadaran baik dari masyarakat maupun pemerintahan.

13


11 Kasus 4 Kasus 1 Kasus

Seni Rupa

Musik

Tari

Film

Fesyen

Teater

Sastra

3 Kasus

6 Kasus

24 Kasus

6 Kasus

Sumber: Koalisi Seni (2020) Kebebasan Berkesenian di Indonesia 2019-2020

14


10

7 5

5

5 4

4 2

2 1

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Nah Cozylovers, dilansir dari data Koalisi Seni, pelanggaran seni terbanyak ada pada kasus pembuatan film yakni sejumlah 24 kasus, yang umumnya berkaitan dengan isu komunisme. Serupa dengan film, seni rupa pun memiliki 11 kasus komunisme atau pelanggaran agama. Setelah itu disusul oleh kasus sastra dan musik yang sama-sama memiliki 6 kasus.

Ternyata pelanggaran seni ini kerap kali terjadi, lho, terhitung sejak tahun 2010 hingga tahun 2019 terdapat 45 kasus dengan pelanggaran tertinggi terjadi pada tahun 2016.

Sumber: Koalisi Seni (2020) Kebebasan Berkesenian di Indonesia 2019-2020

15


COZY FROM THE OVEN

Pewarta & Penulis: Siti Sayyidah Suryaningsih & Fuad Zeinnuri Fajr Editor: Laily Kurniawati

Sentani, Menubruk Kopi Mencumbu Senja Dipinggiran Kota

Kamu lagi ngerasa penat dengan segudang kesibukan yang ada? Wah kayaknya kamu butuh healing nih Cozylovers! Kongkow-kongkow bareng teman dan keluarga juga bisa jadi salah satu cara kamu melepas penat loh, karena kamu bisa bebas berekspresi sambil berbincang sejenak melupakan kesibukan yang ada. Menepi meninggalkan hiruk pikuk keramaian kota juga bisa kamu coba! Cozylovers waktu kecil suka gambar gunung dan sawah kan?! Nah, sekarang kamu bisa menikmati khayalan itu jadi kenyataan, enggak lupa juga menikmati minuman favorit sambil duduk-duduk santai. Kamu bisa jadiin Teras Sentani sebagai wishlist tempat yang wajib kamu kunjungi! Sesuai dengan namanya “Sentani” yang berarti senja di pertanian, tempat ini menyuguhkan suasana pertanian dengan langit senja merona. Letaknya yang strategis bisa dengan mudah kamu jangkau dalam genggaman, ketik aja Teras Sentani di Google Maps, nanti kamu bakal langsung diarahkan ke tujuan. Eh tapi jangan khawatir kalau kamu enggak punya kuota untuk akses Google

Maps, kamu bisa langsung menuju ke Kampung Babakan Peuteuy, RT.01/RW.07, Cangkuang, kec. Cangkuang, Kab. Bandung, Jawa Barat. Cafe yang buka dari jam 08.00 sampai 22.00 WIB ini punya konsep perpaduan industrial dengan back to nature yang memanjakan mata, telinga, dan pikiran di tengah pemandangan. Suasana persawahan dikelilingi pegunungan yang indah, jauh dari kebisingan kota sehingga cocok untuk kamu yang butuh tempat refreshing sambil nongkrong. Dijamin deh, pulang dari Sentani, Cozylovers bakal lebih rileks dan siap menghadapi rutinitas kembali.

16


Ada kisah menarik nih Cozylovers dibalik berdirinya Teras Sentani, awalnya Ines yang merupakan owner Teras Sentani memiliki keinginan mengembangkan potensi wisata lokal dan membuka lapangan pekerjaan. Enggak lama dari situ, perempuan berhijab ini bertemu konsultan brand 30 Project. Nah, mereka melihat ada peluang dan berpikir untuk membangun sebuah brand yang besar dan serius dari konsep hingga penjualan. "Pak kita buat lebih serius saja coffee shop ini, karena ini sebuah hal yg baru, ada coffee shop yang menyuguhkan keindahan

a alam sawah dan pegunungan," kata perempuan yang merupakan Mahasiswa tingkat akhir disalah satu Universitas Negeri di Kota Bandung kepada Andri dari 30 Project yang sekarang menjadi Manager Marketing di Teras Sentani. Kalau kesini kamu enggak usah khawatir enggak kebagian tempat parkir! Soalnya Sentani berada di lahan seluas 4000 m2 jadi, area parkir yang disediakan juga sangat luas. Bahkan bisa menampung 40 mobil dan 100 motor, Wah luas banget kan?! Cocok untuk Cozylovers yang mau bawa rombongan ke Teras Sentani. Mau ajak geng kamu yang asik atau arisan bareng keluarga di sana? Sabi banget tuh!

Saat datang ke sini kamu bakal disuguhkan dengan fasilitas dan suasana yang khas ala Sentani. Untuk Cozylovers yang hobi ngerjain tugas di luar, bisa loh nugas di ruangan indoor-nya Sentani. Kamu enggak perlu takut baterai laptop habis, karena disini tersedia banyak colokan. Asiknya lagi, Sentani juga menyediakan working table, proper banget kan dijadikan tempat nugas. Masih dalam satu bangunan yang sama, terdapat area semi outdoor dengan sirkulasi udara yang sangat baik. Walaupun tanpa AC (Air Conditioner) dijamin kamu enggak bakal kepanasan! Soalnya Teras Sentani berada di daerah dataran tinggi sehingga udaranya masih bersih dan tentunya menyejukkan. Semi outdoor ini bisa menjadi pilihan kamu disaat gerimis atau ga mau kepanasan.

17


Eitss ... Teras Sentani enggak cuma tentang pemandangannya aja loh Cozylovers, fasilitas yang disediakan di sini ga tanggung-tanggung. Kamu bakal dimanjakan dengan fasilitas lainnya yang family friendly seperti playground dan kolam ikan. Gausah risau kalau kamu ingin ngajak keluarga, teman-teman, dan rombongan. Kamu bisa foto-foto sepuasnya untuk kebutuhan feeds instagram ala-ala selebgram. Duduk-duduk manja di kursi dan meja berbahan kayu berpelitur yang estetik, atau buat video tiktok rame-rame di gazebo dekat kolam ikan. Kamu juga bisa lihat petani yang lagi menggarap padi di sawah secara langsung loh Cozylovers! Ciamik, pokoknya, vibes-vibes back to nature deh kalau kata netizen. Pemandangan yang cukup langka ditemukan di perkotaan bisa kamu

temukan di Teras Sentani. Enggak cuma dilihat doang, pemandangan yang indah dan suasana alam yang menyejukkan bisa langsung kamu rasakan juga di bagian outdoor. Berada di bagian luar cafe dengan rerumputan dan tanaman hias yang rimbun, juga dikelilingi asupan oksigen mendukung banget kegiatan healing and chilling kamu. Dipake ngelamun juga asik! Saking nyaman nya ngelamun sampe nggak sadar kalau ngebatin bilang, “Nikmat mana yang kamu dustakan?!” Selain itu, Cozylovers juga enggak perlu khawatir kalau mau sholat, karena fasilitas pendukung lainnya seperti mushola, tempat wudhu, dan toilet sudah tersedia di sini. Kebersihannya pun bisa dijamin deh ... Rasanya belum puas nih kalo enggak ditemenin kopi, cemilan, sampai makanan berat di Sentani. Dimanjakan dengan fasilitas yang lengkap, menu di Teras

18


Sentani juga sangat terjangkau dan tidak menguras kantong loh Cozylovers. Kisaran harganya sekitar 7.000-an sampai dengan 30.000-an aja loh… Menu di sini juga sangat variatif, tapi kamu enggak perlu bingung harus pilih yang mana. Cozylovers bisa coba menu-menu best seller di sini. Untuk kamu para pecinta kopi wajib banget pilih es kopi signature sentani, rasanya sangat creamy dan manisnya itu pas.

Biji kopi yang dipakai itu seasonal, setiap waktunya berganti-ganti sesuai musim demi menghasilkan rasa yang unik dan diambil dari berbagai biji kopi di Indonesia. Cocok banget nih buat nemenin ngelamun sambil menikmati senja di tengah pertanian. Kalau Cozylovers bosan dengan minuman yang serba kopi, tenang aja kamu bisa pilih ice tropic thunder. Terbuat dari sari buah nanas yang fresh dipadukan dengan segarnya lemon membuat ice tropic thunder ini nyegerin banget pokoknya.

Kayaknya pesan minuman saja pasti kurang dong? Nongkrong enaknya sambil ngunyah tipis-tipis, tahu lada garam menjadi rekomendasi. Potongan tahu yang digoreng hingga krispi dan kombinasi bumbu pedas manis asin menghasilkan rasa gurih, membuat tahu lada garam ini berbeda dari tahu biasanya. Selain memanjakan lidah dan percikan rasa pedas membuat lidah bergoyang.

menu dan pelayanan Teras Sentani. Nasi brisket sambal matah dan apple kiwi mojito menjadi menu favoritnya, karena rasa pedas dari nasi brisket dihempas oleh segarnya apple kiwi mojito merupakan perpaduan yang pas. Menurutnya baru kali ini ada cafe di pinggiran kota yang menyuguhkan rasa yang enak dengan harga yang masuk di semua kalangan serta pelayanan yang baik, ramah, dan cepat.

Cozylovers butuh makanan mengenyangkan? Nasi brisket sentani bisa menjadi pilihan. Potongan daging berlimpah di atas nasi putih ditambah telur orak-arik dipinggirnya dan acar timun wortel yang harum membuat perut keroncongan. Duh lengkap banget proteinnya, habis baca ini pasti ngiler banget ya?

Cozylovers udah enggak bingung lagi kan sekarang mau healing and chilling dimana? Yuk ajak temen-temen dan keluarga kamu pergi ke Teras Sentani. Sejenak melupakan kesibukan di perkotaan dengan menikmati indahnya alam persawahan membuat pikiran tenang. Jangan lupa buat kepoin instagram @terassentani karena disana banyak update-an menarik.

Vira, salah satu pengunjung Teras Sentani mengaku sangat puas dengan rasa setiap

19


COZY POTRET

Suasana Pasar Antik Cikapundung di Jalan ABC, Bandung pada Kamis (07/10/2021) yang terlihat sepi. Biasanya banyak pengunjung yang hanya berkeliling untuk melihat-lihat tanpa membeli barang apapun. (Foto: Harahap Dito Pramudya)

Seorang anak tengah menunggu pelanggan di depan Toko Barang Antik miliknya. (Foto: Harahap Dito Pramudya)

Seorang Kakek tengah membaca buku dagangannya sembari menunggu pelanggan datang di Toko Buku Palasari, Jalan Palasari, Bandung pada Senin, 01/11/2021 (Foto: M. Rifqi Rosyaddin)

20


Rak buku terpajang di salah satu sudut Grammars, Jalan Cihapit Biasanya pengunjung dapat membaca buku sambil menikmati sajian yang tersedia di tempat tersebut. (Foto: M. Rifqi Rosyaddin)

Dua orang pengunjung Grammars, Jalan Cihapit yang tengah melihat rak yang berisi barang unik yang dijual. Barang tersebut bisa berupa tas, buku, pakaian, dan sebagainya. (Foto: M. Rifqi Rosyaddin)

Salah satu pajangan yang berada di Pasar Antik Cikapundung Bandung. Dekorasi berbentuk patung kecil tersebut digunakan untuk mempercantik dan menghidupkan suasana di dalam ruangan. (Foto: M. Rifqi Rosyaddin)

21




COZY DATE

s eo

r

i pa di

"Ak u

an

Begitulah penggalan puisi viral karya Peri Sandi Huizche, yang diupload pada tahun 2017 silam lewat kanal Youtube Fadli Zon, karena totalitas penghayatannya. Puisi yang bercerita tentang korban peradilan salah tangkap tahun 1974 ini, merupakan buah karya yang ditujukan buat mengkritik pemerintah, akibat pelaksanaan hukum yang dinilai tidak komprehensif.

oj o

m e ngh

im

i

m

ni B

sari

pi

e ta

dar

gp

ng

p idu

ng a y

a d i ta n

m s en d i r i "

Dari Puisi Cinta Hingga Puisi Untuk Negeri

Apa yang menginspirasi Kang Peri untuk menulis puisi "Mata Luka Sengkon Karta"?

Ngomongin tentang kritik, pasti kita langsung kepikiran soal demo atau unjuk rasa yang ricuh dan chaos. Tapi kata penyair sekaligus dosen teater di Institut Seni Indonesia (ISI) ini, ada cara sendiri untuk melakukan hal tersebut. Nah, penasaran enggak sih gimana cara Kang Peri menyuarakan kritiknya. Yuk, pantengin cozy date kali ini. Sejak Kapan Tertarik Ke Dunia Puisi? Awalnya sih iseng, dulu waktu kelas dua Madrasah Aliyah (MA) saya jatuh cinta sama perempuan, tapi enggak berani ngungkapin. Terus saya kirimin dia puisi selama dua tahun. Nah, biasanya di MA kalau pagi-pagi kan suka baca Al-Qur’an dan lucunya, saking sering memperhatikan perempuan itu, saya jadi hafal dia suka ngaji pakai Al-Qur’an yang mana hehe… Jadi setiap kali ada kesempatan, saya selipin puisinya di Al-Qur'an dia. Ya intinya mah berawal dari jatuh cinta sama iseng sih. Isu apa saja yang biasa dituangkan ke dalam puisi?

Pertama, secara pragmatis memang niatnya untuk lomba dan ingin hadiahnya. Kedua, saya terenyuh dengan cerita si Sengkon dan si Karta yang dituduh atas kasus pembunuhan dan perampokan. Miris sekali, ketika harus mengorbankan sesuatu hanya untuk memperbaiki hukum agar adil, lah iki piye? Bayangin aja si Sengkon dihukum 12 tahun penjara, terus si Karta 7 tahun penjara dan setelah 5 tahun nginep di sel tahanan, mereka ketemu sama pembunuh aslinya. Jadi saya menulis itu karena kita selalu lambat menyadari hajat hidup masyarakat. Pernah enggak menulis puisi secara spontan saat merasakan keresahan yang terjadi, terutama untuk puisi Mata Luka Sengkon Karta? Menurut saya metode penciptaan itu ada tiga. Pertama, misalnya ada objek terus kita nulis “dari kacamatamu aku bisa meneropong bla bla bla” nah itu namanya iseng. Kedua, ketakutan karena saya bersentuhan dengan realita sosial, lalu muncul ketakutan seperti “kok saya takut ya generasi yang akan datang itu seperti ini”. Terakhir memang sengaja untuk diciptakan.

Biasanya saya menulis puisi galau dan risau yang saya upload di instastory, tapi saya juga menulis puisi dengan isu sosial. Ya... itu untuk mengasah sensitivitas pribadi pada Untuk puisi Mata Luka Sengkon Karta, itu adalah fenomena di sekitar, juga kejelian saya dalam melihat penggabungan dari ketiganya. Saya riset kesejarahan, sesuatu yang spesial dari seseorang. membuka koran-koran lama tahun 74 sampai 80-an, dan membuka catatan memori kolektif orang-orang Ada enggak sih kang puisi yang sengaja dibuat untuk Bojongsari. mengkritik? Terus alasannya apa? Puisi yang Kang Peri tulis pernah eksis di media cetak Sebenernya gini, saya sepakat dengan Bertolt Brecht atau institusi? seorang penyair dari Jerman. Katanya, kehadiran kesenian itu bukan hanya sebatas representasi dari fenomena sosial, Waktu masih jadi mahasiswa, banyak puisi saya yang tapi harus menjadi palu untuk keadaan sosial. Jadi memang nongkrong di koran Pikiran Rakyat. Saya pernah rata-rata puisi saya mengangkat persoalan sosial diundang ke pertemuan penyair Jawa Barat dua kali, kemasyarakatan, sehingga itu berdampak atau terus diundang ke Mitra Praja Utama (MPU) untuk mengandung kritik. Contohnya, puisi “Mata Luka Sengkon pertemuan penyair nusantara. Kemudian, pernah juga Karta". diundang ke Majelis Sastra Asia Tenggara yang punya

24


Apakah ada rencana untuk membukukan puisi? Aaah... siapa yang mau membukukan hehehe... tapi sebenarnya udah banyak yang nawarin. Hanya saja, jadi kepikiran kaya “apakah sebaiknya dialih wahanakan?” karena puisi bukan cuma sebatas tulisan lalu selesai di buku. Saya ingin memperluas mediumnya, seperti dituangkan kedalam lagu galau, hip-hop, musik punk, pertunjukan teater, dan yang lainnya. Nanti kalau puisi saya sudah mencapai ke semua media itu, mungkin ada niat untuk menerbitkan bukunya. Ada enggak rencana buat puisi tentang fenomena dibalik pandemi? Tentang fenomena dibalik corona itu sendiri, ya ada. Tapi saya enggak langsung nulis tentang coronanya kayak,“corona, corona telah datang, apakah kalian sudah siap? tidak!”. Yang saya tulis tentang mahasiswa yang masih bisa ngomongin setumpuk tugas kampus, persoalan negara yang enggak beres-beres, atau persoalan pandemi yang mengurung kegiatan. Selain menulis puisi, apa kesibukan Kang Peri di masa pandemi? Saya tetap menjaga ritme seperti dulu, upload puisi hampir setiap satu bulan sekali di Youtube dan mengajar di salah satu institusi di Surakarta karena sudah menjadi rutinitas. Terus di awal tahun, saya membuat karya pertunjukan teater dan menggarap mini album “Berbagi Khidmat”. InsyaAllah akan dipromosikan lewat tour pada bulan Oktober ke Jawa Barat dan bulan November ke Jawa Timur. Apa aja sih pertunjukan teater yang sudah digelar? Kalau teater yang judulnya 2 x 2 Meter digelar untuk mengukur sejauh mana potensi kerusuhan di masa depan. Berawal dari puisi Afrizal Malna, yang ngomongin kehidupan masyarakat kecil itu enggak lebih dari 2 x 2 meter. Jadi seakan-akan masyarakat kecil tuh pikiran, hati, dan gerak-geriknya enggak lebih dari ruangan berukuran 2 x 2 meter. Kalau pertunjukan teater Indonesia Menggugat, diadakan di kedai kopi dan tempat lainnya, yang terinspirasi dari pledoinya Soekarno. Jadi itu pembelaan Soekarno ketika diadili di gedung Indonesia Menggugat. Nah, disitu kan Soekarno diamankan, lalu saya berpikir “kok diamankan ya?”. Itu yang bikin saya penasaran sama kata “aman" dan cari tau definisinya. Intinya pertunjukan Indonesia Menggugat itu untuk menggali narasi ataupun diksi “aman”.

Kalau ngomongin soal album Berbagi Khidmat, isinya apa saja sih? Lagu dalam album ini merupakan kumpulan puisi saya yang berkolaborasi dengan tiga mahasiswa ISI, namanya Bondan, Tia, dan Adit yang terbentuk dalam band Menyulamalam. Ada sekitar delapan lagu yang isinya bertujuan untuk merespon persoalan relasi kampung kota, kota di masa kini, kota di zaman kolonial, dan kota-kota masa lalu di zaman kerajaan. Jadi ibaratnya, sekarang kamu ke Borobudur hanya untuk berswafoto, sedangkan zaman dulu tempat itu untuk berdo’a. Dalam liriknya begini “kau tidak sedang bernyanyi sayang, kau sedang melantunkan puji-pujian, pada rahim waktu yang tak pernah lelah mengandung sejarah”. Gimana pandangan Kang Peri tentang seniman atau mahasiswa yang mengkritik lewat seni? Sebenarnya saya enggak mau ngebandingin mana yang lebih efektif atau lebih signifikan, tapi saya lebih suka sebuah gerakan itu enggak melulu satu cara. Artinya, gerakan itu tidak hanya satu pintu dengan turun ke jalan, bisa juga dengan pintu-pintu yang lain. Saya lebih senang memperluas medium untuk mengkritik karena sekarang sudah banyak medium yang hadir di tengah-tengah kita, mulai dari TikTok, tulisan di media sosial, buletin, majalah, jurnal, bahkan t-shirt bertuliskan “ganyang pemerintah!” saja bisa jadi media perlawanan. Bagi saya, itu juga bentuk kontribusi satu sama lain. Terakhir, apa nih harapan Kang Peri Sandi untuk seniman sekarang? Kalau buat ke seniman mah saya enggak berharap apapun, mereka pasti terus berkarya karena eksistensi seniman itu lewat karya. Tapi harapan saya untuk anak-anak muda terutama mahasiswa, jangan sampai bonus demografi jadi ajang untuk kubu-kubu. Jangan saat 100 tahun kemerdekaan Indonesia, kita masuk ke persoalan dan terjebak di politik adu domba atau devide et impera. Nah cozylovers, itu dia cara mengkritik ala Kang Peri Sandi. Hadirnya berbagai medium disekitar kita harus bisa jadi alternatif untuk bersuara, seperti halnya menjadi penyair. Enggak kerasa kita udah ngobrol cukup panjang sama Kang Peri, sampai akhirnya obrolan pun ditutup dengan foto bareng. Dengan berakhirnya sesi ngedate kita kali ini, tandanya kalian harus mulai berkarya. Yuk cozylovers kita ikuti jejak Kang Peri Sandi!

25


COZY GO

Berkunjung ke daerah dengan ciri khas kesenian atau galeri seni mungkin sangat jarang dilakukan karena bagi sebagian orang hal tersebut membosankan. Apalagi sekarang sudah banyak tempat wisata modern yang lebih menarik. Namun, saat ini sudah banyak masyarakat yang pergi bermain ke kampung seni maupun galeri demi konten feeds instagram. Biar foto estetik sih katanya. Nah, ngomongin galeri dan kampung seni, kali ini kita bakal mengajak CozyLovers untuk ngintip tiga tempat kesenian yang bisa masuk list liburan akhir pekan. Mulai dari Kampung Jelekong yang dikenal sebagai kampung penghasil karya mendunia, Galeri Serambi Pirous tempat pameran unik hasil berkolaborasi antara seni dan teknologi yang berisi karya religi dan komunitas seni Salihara. Yuk kita simak! Perjalanan dimulai dari Kampung Jelekong yang berada di Jalan Raya Laswi Kecamatan

Menyusuri Ruang Seni, Cara Lain Manjakan Diri

Baleendah, Kabupaten Bandung. Kampung ini berjarak 19 kilometer dari Kota Bandung. Saat itu, kami menempuh perjalanan selama satu jam setengah dengan kemacetan dan rintik hujan yang menciptakan bau khas jalan basah bercampur dengan asap knalpot. Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, kami disambut rintik hujan dan udara dingin yang entah kenapa membuat suasana khas kampung menjadi lebih hidup. Ketika sampai yang paling pertama tampak di mata adalah gapura dengan tulisan “Selamat datang di

Ruci Art Space Kota Jakarta Selatan

26


kampung jelekong”. Walaupun saat itu sebenarnya kami sempat kebingungan mencari sanggar seni dan sosok seniman di kampung jelekong. Karena itu kami memutuskan untuk mampir ke warung terdekat untuk membeli sebungkus rokok sambil bertanya. Usaha kami berbuah hasil, kami dikenalkan kepada seorang seniman sekaligus pemilik sanggar kampung jelekong, yaitu Iman Budiman. Kemudian kami bertemu dengan Imam, sosok sederhana yang ramah menyambut kami dengan suka cita. Dengan sebungkus rokok di tangannya kami diajak berkeliling sambil bercerita tentang seni-seni yang berada di Kampung Jelekong hingga suksesnya kampung ini. Disana terdapat berbagai macam kesenian, selain lukisan ada musik bambu, karawitan, seni tari, lukis, pewayangan bahkan kesenian bela diri silat. Sembari menghisap sebatang rokok dan ditemani cuaca yang sejuk, Iman bercerita bahwa kesenian di kampung Jelekong pada awalnya hanya terdiri dari pewayangan, lukis dan silat kemudian berkembang setelah terjadinya Bandung Lautan Api. Diantara sekian banyak jenis kesenian di sana yang paling menonjol adalah seni lukis. Dalam waktu satu minggu sekitar sepuluh ribu karya lukis dari Kampung Jelekong dipesan oleh masyarakat dari Bali untuk dijual kembali

kepada turis lokal maupun mancanegara. Selain Bali, salah satu negara tetangga kita yaitu Malaysia juga kerap memesan lukisan dari Kampung Jelekong. Kerenkan CozyLovers!!! Sebenarnya kesenian di Kampung Jelekong yang mendunia dipengaruhi kuat oleh seseorang yang sangat berjasa bagi perkembangan seni dan ekonomi disana. Ia adalah Odin Ruhidin, seseorang yang mengajarkan ilmu seni lukis kepada masyarakat sekitar pada tahun 70-an. Kemudian di tahun 90-an masyarakat Kampung Jelekong berlomba-lomba untuk menciptakan karya seninya masing-masing. Semangat mereka terpacu karena harga lukisan saat itu melambung tinggi. Satu lukisan dengan ukuran 60x80 cm dihargai senilai empat ratus ribu rupiah, sedangkan harga emas pada saat itu hanya lima ribu rupiah pergram. Setelah cukup lama bermain dan berbincang Bersama Imam, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke galeri seni lukis milik salah satu seniman senior asal Kota Aceh, Prof. Emeritus AD Pirous alias Abdul Djalil Pirous. Galeri Serambi Pirous atau galeri yang berjudul “Diatas Kaligrafi” bertemakan religi ini sudah ada sejak sekitar tahun 90-an, namun lokasi galeri yang berada di daerah Dago tersebut berdiri pada tahun 2017. Galeri Serambi Pirous berada di Jalan Bukit Pakar Tim. II, Ciburial, Kec. Cimenyan, Bandung, Jawa Barat, berja-

27

rak 7,9 kilometer dari pusat Kota Bandung. Sebenarnya lokasi galeri ini cukup dekat dari pusat kota, hanya saja macetnya jalan Dago membuat 30 menit perjalanan terasa lebih lama dan melelahkan. Akan tetapi, ketika sampai di lokasi yang berada di wilayah pemukiman kita akan menemukan bentuk bangunan galeri yang mirip seperti rumah singgah. Kalian mungkin akan sedikit bingung dan bertanya-tanya, ini galeri beneran? Saat masuk kita akan disambut oleh resepsionis yang ramah dan lukisan - lukisan bertengger dengan ukuran besar di setiap sudut ruangan. Agak mengejutkan karena ternyata galeri Serambi Pirous ini luas. Tidak lama kita bertemu Salsa, seorang Program Manager dari serambi pirous. Cewek ramah dengan tampilan yang swag abis itu membawa kita untuk melihat-lihat karya seni sembari menjelaskan lukisan di sana. Kami merasakan suasana galeri yang sejuk, di sana mata kita akan dimanjakan dengan lukisan-lukisan yang terpampang dan disorot oleh lampu-lampu. Mulai dari yang berukuran kecil yang berumur satu tahun hingga lukisan berukuran besar dengan usia puluhan tahun. Salah satunya terdapat lukisan yang berumur 60 tahun dan lukisan terbesar dengan ukuran 150X180 keren ga sih CozyLovers!


sanakan ibadah Haji. Selain itu, ia tidak hanya bermain dengan warna pada koleksinya terdapat lukisan yang disatupadukan dengan koin, emas dan belerang.

CozyLovers mungkin akan bertanya-tanya saat berkeliling melihat-lihat lukisan Abdul Djalil Pirous yang katanya bertemakan religi, tapi kok malah seperti abstrak? Usut punya usut, ternyata Abdul Djalil Pirous merupakan seniman yang menyukai lukisan garis lurus vertikal. Garis vertika ia maknai sebagai hubungan antara tuhan dan makhluknya atau hablu minallah hablu minannas. Selain garis vertikal, ada beberapa lukisan dengan gambar kotak, lukisan tersebut dimaknai sebagai bentuk dari kiblat saat shalat yaitu Ka’bah. Sambil berkeliling melihat lukisan Salsa Bercerita, disini enggak semua lukisnya berbentuk vertikal ataupun kotak. Ada beberapa lukisan lain yang bercerita tentang anaknya atau bahkan lukisan bernuansa kota arab sebagai buah inspirasi saat ia melak-

Setelah puas berbincang dan melihat lukisan yang dipamerkan di sana, kami memutuskan untuk pergi ke Galeri Seni Salihara untuk melihat proses pembuatan seni lukis. Galeri Seni Salihara, atau bisa disebut Komunitas Salihara berdiri sejak 8 Agustus 2008, namun pusat kesenian multidisiplin ini sebenarnya sudah ada sejak 1994. Galeri Seni Salihara berlokasi di Jl. Salihara No.16, RW.3, Ps. Minggu, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan berjarak sekitar 152 KM dari pusat Kota Bandung. Perjalanan menghabiskan waktu dua jam melalui Tol Pasteur dengan ditemani alunan musik di mobil. Selama perjalanan menuju Galeri Komunitas Salihara kami sempat mampir ke Blok M, mengunjungi galeri Ruci Art Space, kemudian beristirahat di rumah makan padang sembari mengeluh akan panasnya Kota Jakarta. Sialnya disana kami sempat tersesat dlam perjalanan menuju galeri. Sempat berputar-putar di tengah semrawutnya jalanan Kota Jakarta, akhirnya setelah 30 menit terlihatlah tempat yang kita cari. Dari kejauhan tampak gedung berwarna abu yang terhalang oleh pohon-pohon rindang dengan plang yang bertulisan Komu-

28

nitas Salihara. Ada perasaan sedikit ragu untuk masuk karena sebelumnya kita belum registrasi. Namun kami memutuskan untuk bertanya kepada penjaga dan menjelaskan tujuan kedatangan kami. Kemudian kita dibawa untuk bertemu dengan panitia di Komunitas salihara, yaitu Nico Trisnando. Cowok berpenampilan santai dengan rambut panjangnya yang diikat menyambut dengan ramah. Akhirnya kami diberikan izin untuk berkunjung walaupun belum melakukan registrasi online sebelumnya. Saat masuk mata akan dimanjakan dengan bangunan yang megah dan sangat luas. Komunitas ini memiliki beberapa jenis seni seperti pementasan lakon, musik, tari, hingga pemutaran film. Sehingga di sana terdapat banyak ruangan seni, mulai dari ruang seni musik, ruangan teater yang berada di luar, hingga ruang yang bisa digunakan untuk pemutaran film ataupun pameran karya seni. Saat berkeliling Nico mengatakan pada 11 september - 10 Oktober 2021 komunitas Salihara mengadakan pameran berjudul “Media Scape: Materials, Senses & Beyond”. Pameran tersebut diisi oleh enam orang seniman yang berasal dari tiga negara yang berbeda dengan berbagai karya yang menggunakan sentuhan teknologi. Ia menawarkan untuk masuk ke dalam ruangan pameran, namun saat itu kita masuk


secara bergantian dengan pengunjung yang lain untuk menghindari kerumunan. Mengingat di Jakarta masih berada dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level tiga. Ketika berhasil masuk kami menemukan salah satu seni yang digabungkan dengan media elektronik yaitu visual dari mata orang buta milik seniman asal United Kingdom (UK) yaitu Notes On Blindness. Karya ini menjelaskan bahwa pandangan orang buta tidak hanya gelap saja namun ada bintik-bintik mirip seperti titik-titik brille.

kalian tidak perlu khawatir karena Salihara terbuka untuk umum. Maka daripada itu, CozyLovers jangan lupa untuk menjadikan serambi pirous, kampung jelekong dan juga komunitas salihara sebagai destinasi menghabiskan libur akhir pekan.Selain mendapatkan hal baru, menghampiri tempat-tempat seni akan membuat pikiran lebih fresh kembali. Tetap dukung seniman-seniman Indonesia ya! Pewarta dan penulis: M. Rifqi Rosyadin, Evan F, H.Dito P. Editor: Sophia Latamaniskha

Waktu melihat- lihat sudah habis, sambil duduk dan mengelus-elus kucing Nico mengatakan komunitas salihara tidak buka setiap saat. Pameran yang terpampang juga akan berubah-ubah tidak akan menetap sesuai dengan latar belakang seniman yang ingin memamerkan karyanya. Walaupun demikian

Deretan berbagai macam lukisan di Kampung Jelengkong, Jawa Barat pada Jumat (8/10)

29


COZY COMMUNITY

Sorot Cahaya dari Celah CelahLangit Halo cozylovers, selamat datang di cozy community yang enggak kalah seru dari tulisan sebelumnya. Ngomongin seni dengan bejibun jenis bentuknya, salah satunya ada seni teater. Komunitas Celah-Celah Langit atau bahasa tongkrongannya CCL yang bakal nemenin kita di edisi kali ini ternyata, menyajikan pertunjukan teaternya dengan membuat naskah dari pemikiran tiap aktornya sendiriSelain itu. ada hal apa aja sih yang bakal kita bahas tentang komunitas CCL ini? Yuk kita kepo-in lebih lanjut! Kita mulai dari asal-usul terbentuknya komunitas CCL dulu yuk! Mahesa Elgasani sebagai ketua komunitas CCL curcol nih, bahwa kegiatan berkesenian mereka sedari tahun 80-an. Tokoh seni rupa kebanggaan Bandung bernama Tisna Sanjaya, merintis sebuah wadah berkesenian di Gang Bapak Eni. Lalu pada tahun 1986 bergabunglah Iman Soleh yang juga saudara dari Tisna Sanjaya dan mengusulkan pergantian nama menjadi Serikat Kesenian Bandung. Selama sembilan tahun berdiri, komunitas ini pernah menyuguhkan salah satu karya teater yang berjudul “Ruang Tunggu Bapak-bapak”. Dengan suasana orde baru kala itu, pementasan berakhir dengan penangkapan para seniman oleh aparat keamanan. Kejadian itulah yang membuat komunitas Serikat Kesenian Bandung berada di ujung tanduk.

dan cita-cita yang baru, sehingga lahirlah komunitas Celah Celah Langit pada 22 Mei 1998. Dalam kegiatannya, ada hal yang menarik dari komunitas ini, yaitu mengolah barang bekas seperti seperti tong sampah, panci, ember dan peralatan lainnya menjadi sebuah instrumen musik untuk seni perkusi. Mereka juga mengadakan kegiatan diluar kesenian yang seringkali diisi oleh para anggotanya, yaitu kegiatan olahraga, olah vokal, dan ada pula para anggotanya yang berlatih puisi, monolog, dan latihan pencak silat. Latihan rutin para anggotanya setiap hari Sabtu, tapi kalau ada jadwal pertunjukan, latihan bisa dilakukan hampir setiap hari sih cozylovers.... Enggak hanya sebagai tempat latihan dan pementasan, tanah milik pak Iman Soleh ini dihiasi bermacam-macam pohon rindang yang bikin adem, perpustakaan untuk berbagai kalangan usia dengan berbagai macam buku, dan juga gubuk iconic yang dinamai saung MUSASI singkatan dari musyawarah seniman frustasi yang sering menjadi tempat tidur dan bertapanya para seniman frustasi.

Foto: Komunitas Celah Celah Langit Bandung

Tegangnya, secara tidak langsung mereka membuat Serikat Kesenian Bandung bubar. Namun berkat jatuhnya rezim Soeharto, menandakan kembalinya sebuah kebebasan berekspresi dan menghidupkan kembali komunitas yang sudah mati dengan nama

30


Foto: Komunitas Celah Celah Langit Bandung

Teater ini adalah bentuk keresahan mereka terhadap isu lingkungan, khususnya air yang seringkali masyarakat hiraukan. Bukan cuma itu lho cozylovers, ada juga karya lainnya dari komunitas ini yang enggak kalah gregetnya dari Air, yaitu teater yang berjudul “Tanah”. Karya ini berisi kritik atas banyaknya masyarakat pinggir kota yang tidak memiliki hak untuk tinggal. Oleh karena itu pementasan teater Tanah lebih sering dilakukan di tempat yang tengah memiliki konflik tanah seperti di Jatiwangi, Lembang, dan daerah konflik lainnya. Sayangnya kehidupan komunitas CCL yang artsy banget, mulai luntur ketika virus jahat corona menyerang. Mereka menggantikan sebagian kegiatannya dengan mengisi webinar-webinar tentang seni dan kebudayaan, seperti kegiatan webinar yang belum lama ini diadakan oleh Universiti Teknologi Mara (UiTM) Cawangan Pulau Pinang Malaysia. Walaupun kegiatannya banyak banget, komunitas CCL menjadikan seni teater sebagai konsentrasinya. Menurut Mahesa, teater itu merupakan induk dari banyak bidang seni yang lainnya. Ia menganggap seni teater sudah mengandung unsur-unsur seni seperti musik, sastra, tari dan seni rupa. “Seniman itu bisa menjadi penengah antara kekuasaan, bukan kekuasaan politik ya, tapi tentang merespon keadaan, seniman seringkali menjadi penengah dengan mengemas aspirasi tersebut menjadi sebuah karya, baik teater.” Ucapnya sambil membenarkan posisi kopiah. Dalam proses pembuatan naskahnya, komunitas ini punya cara dengan menggarap secara bersama, yang mereka sebut collective text, suatu metode yang menyatukan ide-ide tersendiri dari tiap aktornya. Pemerannya sendiri diharuskan untuk mengobservasi langsung ke lapangan untuk melihat isu yang sedang terjadi. Hal ini dilakukan juga sebagai latihan. Enggak hanya itu, mereka juga selalu melibatkan masyarakat dalam pembuatan karyanya. Eh cozylovers komunitas CCL punya karya yang sudah go internasional lho, sebuah teater dengan judul Air yang pernah mereka pentaskan di Lahore, Pakistan pada tahun 2006, bertepatan dengan kelangkaan air yang terjadi di Negeri Seribu Cahaya pada saat itu.

31

“Alasan dibalik tema Tanah ini, banyak penggusuran di negeri ini karena bobroknya pemangku kebijakan yang tidak memberi izin terhadap tanah.” Jelas Mahesa sang ketua Komunitas CCL. Ada funfact mengenai karya Tanah ini lho cozylovers, saat dipentaskan dalam pagelaran Art Summit tahun 2013 dan pentas di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Setelah selesainya pementasan Tanah, beberapa penonton sahut menyahut berteriak “komunis! Kapitalis! Sosialis!“ yang mana teriakan tersebut adalah respon dari nilai teater ini. Wahhh seru dan menegangkan juga ya cozylovers. Setelah sukses dengan teater Tanahnya, kini CCL sedang memikirkan rencana untuk penggarapan teater Tanah yang kedua, yaitu dengan membuat pelatihan atau program untuk anak-anak agar mereka bisa merasakan pentingnya sebuah keterlibatan seni, selanjutnya mereka juga akan melanjutkan kerjasama dengan Turki tentang bagaimana teater yang bernuansa islami tapi tetap dikemas dengan cara yang menarik. Oh iyaa Hampir aja lupa, tau enggak sih… Komunitas ini terbuka untuk umum lho dan tidak dipungut biaya sepeserpun, yap gabung sama komunitas CCL itu gratiss. Kalau kalian masih penasaran sama komunitas ini coba kepoin akun instagram nya @komunitasccl atau bisa datang langsung ke tempatnya di gang Bapak Eni No.8/169A Ledeng, Bandung.

Pewarta & Penulis: Muhammad Irfan & Ghina Yusriah Editor : Zakiy Ahmad Mahardika


1

2

3 2 3

4

4

5

6

5

Mendatar 1. Bulan lahir sm 2. Bahasa gaulnya sensi 7 3. Sinonim aturan 4. Komik kritik 5. Karya seni yang ada di tembok 6. Alas kaki yang collab dengan jason ranti 7. Namaku bento 8. Estetika

6

Menurun 1. Dari mahasiswa untuk kemanusian 8 2. Seni berbicara cepat 3. Langka di sumatra 4. Lembaga kebudayaan rakyat 5. Senja di pertanian 6. Departemen penelitian dan pengembangan

32


Cozy Outlook

Kritik Seni Melalui “Karya Seni”

Penulis & Pewarta : Evania Putri & Hafizh Abdurrauf Ismail Editor : Fais Azhar Djohari

Kritikan pada sebuah seni bukan hanya diberikan oleh kaum awam, tetapi juga dari sesama seniman. Tidak hanya dalam bentuk verbal saja nih cozylovers, kritikan juga bisa disampaikan dengan bentuk karya yang lain, menjadi seni mengkritik lewat seni. Seperti para komika yang beradu roasting, dan para penyanyi rapper yang men-diss satu sama lain lewat lagu-lagu yang diciptakan.

Seperti dalam lagu Not Alike di album Kamikaze, Eminem “menyentil” salah satu rapper yaitu Machine Gun Kelly atau yang lebih dikenal dengan nama MGK. Ini dipicu karena cuitan MGK yang

mengatakan bahwa Hailie, putri dari Eminem “hot”. Setelah mengetahui hal itu, MGK balik menyerang lewat single berjudul Rap Devil, yang bermakna kalau empat album terakhir Eminem sama jeleknya

33


seperti selfie-nya. Eminem balik membalas dengan lagunya yang berjudul Killshot yang membahas kesuksesan dirinya dan MGK. Wih, asik juga ya, para musisi ini saling senggol lewat karya. Cus deh, kita simak uniknya seniman saling mengkritik di Indonesia! Sebelum masuk ke sana, cozylovers perlu tau nih, seni juga ada unsur kritiknya. Seperti yang diutarakan oleh Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, Willy Himawan. Ia menjelaskan bahwa kritik dalam seni, hadir untuk membongkar makna-makna dalam karya seni. Willy juga lanjut menjelaskan bahwa mengkritik menggunakan seni juga dikarenakan ada sebagian kritik yang tidak dapat dikemukakan dengan bahasa verbal “Mengapa mengkritik menggunakan seni? karena banyak hal tidak dapat dikemukakan dengan bahasa verbal. Kritik pun dapat berupa banyak hal, dapat menjadi 'nyinyir' atau pun kritik membangun.” ujarnya saat diwawancarai pada Sabtu (16/10/2021) Karya seni punya makna tersendiri yang udah dituangkan oleh penciptanya. Tak jarang, seni itu jadi multitafsir. Nah, kenapa itu bisa terjadi? karena dalam proses pembuatannya, seniman menumpahkan pikiran (yang notabene tidak terbatas) dan pengalaman hidupnya (yang dapat berkaitan dengan suatu zaman hingga makna hidup pribadi). Well, kritik dalam seni muncul karena banyak hal yang tak dapat dikemukakan lewat verbal. duh, udah kayak muji doi aja yak…. Willy Himawan menjelaskan pula bahwa dalam sejarah panjang eksistensi seni, selain mengkritik keberlangsungan hidup manusia—seperti karya seni keagamaan yang mengkritik hidup manusia penuh

34

dosa—karya seni pun mengkritik keberadaan karya seni lainnya. Contohnya, karya seni modern yang disebut “avant gardis” dalam kehadiran isme-isme. Hal ini juga ditanggapi oleh Ketua Sanggar Seni Babakan Siliwangi Bandung, Susentono. “Karya seni itu memang perlu untuk diberikan kritik dari segi komposisi. Hal itu menjadi pengingat bahwa seni bukan pandangan dari satu orang saja, melainkan siapapun yang menikmatinya.” ujarnya saat ditemui pada Kamis (7/10/2021).


Kita menegang sedikit yuk, cozylovers…. Di tanah air, fenomena kritik antar seniman pernah terjadi pada Pameran Besar Seni Lukis Indonesia (PBLSI) yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, pada 18-31 Desember 1974 lalu. Pameran ini dihadiri oleh seniman ternama F.X. Harsono, bersama 13 koleganya untuk menandatangani manifesto ‘Desember Hitam’ yang lahir sebagai bentuk protes terhadap penilaian akhir PBLSI.

Para juri yang terdiri dari seniman senior, mengkritik karya seniman muda yang dianggap keluar dari ciri khas atau pakem seni Indonesia. Mereka menganggap karya seni modern yang diusung pelukis muda, tidak lebih dari upaya coba-coba, sekadar iseng, atau hanya bermain-main dengan hal yang "baru" dan "aneh". Pernyataan tersebut sontak memicu protes para seniman muda. Dari situlah, Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) muncul.

Dikutip dari situs historia.id, GSRB mengeluarkan manifesto pada 2 Mei 1987 yang secara garis besar berisi kritik terhadap definisi seni rupa, praktik seni yang dianggap elitis, dan tidak adanya kepekaan terhadap gejala baru seni rupa Indonesia. Selain mengkritik depolitisasi dalam seni, GSRB juga mengkritik para seniman mapan yang dalam praktiknya kebarat-baratan dan elitis serta memaknai seni rupa sebatas seni lukis, patung dan grafis. GSRB dipandang sebagai “ibu” yang melahirkan seni rupa kontemporer di Indonesia.

Dikatakan Willy, Indonesia merupakan negara yang beraneka ragam. Selain itu keberadaan Indonesia belum sampai 100 tahun. Sehingga sangat sulit untuk ditentukan mana yang menjadi pakem seni di Indonesia. Tapiii, apabila identitas seni itu dibuat oleh kita sendiri, tentu saja karya seni itu bisa dikatakan karya seni indonesia.

35



COZY FROM THE OVEN

Kedai Mieliku Mieliku, Kafe Korea yang Siap Manjain Lidahmu Penulis : Tengku Nabilah Editor : Efiana Salfini

Cozylovers, tau K-pop dan K-drama gak? Semenjak Korean wave laku di pasar dunia, rasanya mustahil kalau cozylovers gatau tentang K-pop dan drama nya. Salah satunya drama hometown chacha yang dianggap sebagai drama healing tahun 2021. Kisah Hong Dusik dan Yoo Hyejin berhasil bikin kamu ketawa sampai nangis di penghujung episode. Selain itu, ada juga dramanya si ganteng Song Kang, kisah Yoo Nabi yang bodohnya kebangetan karena diajak liat kupu-kupu di rumah Jae-On juga bikin kita gregetan dan mupeng disaat bersamaan, hehehe … Kalau nonton drama Korea kayaknya kurang afdol kalau enggak sambil menikmati makanan khas negeri ginseng tersebut. Soalnya nih, di setiap adegan dalam drama pasti aja ada makanan yang diperlihatkan, contohnya, ramyeon, corn dog, tteokbokki, hingga dakbal. Sama halnya dengan K-Pop dan K-drama, makanan Korea juga ikut mendunia berkat tayangan di beberapa scene drama, membuat lidah bergoyang ingin mencicipi rasanya hingga selera makan meningkat tiap kali nonton drama Korea, hehehe … Berbicara soal makanan Korea, cozylovers sekarang nggak perlu ngiler-ngiler halu tiap liat makanan Korea di scene drama, apalagi sampai mikir harus pergi ke Korea dulu buat icip-icip makanannya. Sekarang di Indonesia udah ada tempat khusus makanan Korea lho, salah satu nya Kedai Khas Korea yang berada di Kota Bandung. Cozylovers, cari Ramyeon? Ada! Tteokbokki? Ada! Ayam khas Korea? Ada juga kok! Lengkap kan? Cara nikmatinnya gampang banget, kamu tinggal pesen makanan ini lewat aplikasi online terus nunggu deh sambil nonton drama kesukaan kamu. Tapi, kalau kamu pengen nyobain sensasi asap yang masih mengepul-ngepul, kamu langsung dateng aja ke Kedai yang berlokasi di Jalan Ciwastra No. 189. Oh iya, dari tadi belum spill nama tempatnya nih, tempat ini namanya Kedai Mieliku, kedai yang cocok banget buat muasin ke-BM-an kamu sama makanan Korea. Harganya juga affordable banget, cukup dengan Rp5.000-Rp25.000 kamu udah bisa makan dan hangout di Kedai ini. Ada cerita nih di balik lahirnya Kedai Mieliku, Rifqi, sang owner bercerita kalau dia punya hobi kulineran. Akhirnya ia pun mencoba untuk memasak makanan-makanan tersebut dan menawarkan kepada saudaranya, hasilnya pun bagus. Tanpa berpikir panjang, Rifqi membuka usaha ini pada saat work from home dan sekolah daring.

37


“Awalnya buka kedai bukan disini tapi di Ciparay dan masih sama sodara. Nah disini udah milik sendiri jadi aja dinamain mieliku, mieliku sendiri bukan sama orang lain,” kata Rifqi saat bercerita kepada reporter Suara Mahasiswa. Kedai ini memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan Kedai Korea lainnya, lho cozylovers. Saat masuk ke Kedai Mieliku, kamu disuguhkan dengan nuansa elegan dengan tema monokrom ditambah lagi dengan konsep yang sederhana, dijamin deh cozylovers bakalan nyaman banget. Konsep sederhana dan elegan ini dipilih Rifqi sebab ia melihat sebagian besar kafe/kedai Korea pasti bernuansa girly. Makanya ia memilih monokrom sebagai tema dari Kedai ini agar bisa didatangi oleh semua kalangan baik laki-laki maupun perempuan. Kedai Mieliku punya banyak varian menu yang cocok dimakan dalam segala suasana, kalau kamu lagi pengen makanan yang berkuah dan pedas, Kedai Mieliku menyediakan suki tomyam, tteokbokki, dan ramyeon. Tapi nih, kalau kamu lagi pengen nongkrong cantik bisa banget pesen toast omelette cheese atau mie goreng saus mentai. Oh iya, menu paling best sellernya di pegang sama Ayam Korea. Ayam Korea ini bukan sekedar ayam biasa ya cozylovers, ayam ini memiliki cita rasa yang unik, dibalut dengan saus Korea yang authentic dan tentunya spesial saus ala Kedai Mieliku yang pastinya bisa banget manjain lidah kamu!

Nah, setelah kenyang ngabisin makanan yang pedas, Kedai ini juga punya berbagai minuman yang seger buat jadi temen makan kamu, boleh dicoba nih, mocktail soda, rainbow ice, blue ice hingga berbagai varian kopi. Salah satu pengunjung Kedai Mieliku, Dzalfa menuturkan kalau ia baru menemukan Kedai di pinggir kota yang menyuguhkan cita rasa lezat dengan harga yang pas di kantong. “Sangat puas dengan rasa setiap menu dan pelayanan Kedai Mieliku. Kalau makanan aku paling suka mie goreng saus mentai dan teh manis sih, karena rasa pedas dari mie goreng berhasil dihempas oleh segarnya teh manis,” tuturnya. Duh … Jadi laper ya cozylovers, daripada nunggu kelamaan, mending simpan majalahnya cusss berangkat ke Kedai Mieliku. Oh iya, jangan lupa untuk kepoin instagramnya @kedaimieliku karena disana banyak banget promo untuk cozylovers semua. Tunggu apalagi guys? Mau kulineran Korea yang enak dan merakyat? Hanya di Kedai Mieliku!

38


39


40


Cozy Musik

Alam Terancam, Tuan Tiga Belas Tidak Mau Bungkam!

Penggalan lirik lagu “Last Roar” diatas, sama ganasnya dengan karakter Upi, penyanyi hiphop yang terkenal dengan nama Tuan Tigabelas. Eitss, ganas disini bukan buah nanas versi Sunda ya cozylovers! Yap, lagu yang dikemas dengan balutan kritik tersebut memang seganas sudut pandang si pembuat karya. Kenalin nih, Tuan Tigabelas. Cozylovers tahu engga sih menurut data pemerintah, populasi ‘kucing besar’ asal Sumatera tinggal 400 ekor lagi. Berdasarkan identifikasi petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), angka ini terus berkurang akibat perburuan liar. Bahkan di wilayah Bengkulu jumlahnya tidak lebih dari 40 ekor saja.

Mirisnya kondisi harimau Sumatera, menjadi latar belakang terciptanya lagu berjudul “Last Roar” tersebut. Lagu ini menyiratkan harimau yang bersuara mengkritik ulah nakal manusia. Dikutip dari ekuatorial, Upi ngejelasin kalau dia menciptakan lagu “Last Roar” dengan tujuan mengkritik sosial dan pemerintah. Urang awak yo! … Rapper terkenal berdarah Minang ini, memadukan musik tradisional khas dari kampung halamannya dengan musik rap culture. Melalui proses riset yang cukup lama dalam penggarapan lagu ini, Upi juga bekerja sama dengan lembaga peduli harimau Sumatera. Salah satunya, lembaga konservasi World Wide Fund For Nature (WWF).

41

Engga cuma berisi kritikan, Tuan Tigabelas juga membahas cinta dan kehidupan dalam lagunya, hanya saja porsinya yang berbeda. Upi lebih concern sama isu yang sedang hangat diperbincangkan. “Yang pastinya sih saya akan concern dengan apa yang hangat dibicarakan masyarakat, jadi itu cara berkontribusi untuk membantu sedikit ngasih semangat.” Kata Upi. Perjalan suka sama genre hiphopnya terbilang unik loh cozylovers. Upi langsung naksir sama hiphop, setelah sekali dengar lagu Children of the Korn. “Cuma sekali dengar langsung suka. Tokoh yang saya idolakan memang dengan latar belakang yang berbeda, seperti Iwa


1. Fought The System

Penulis dan Pewarta : Harahap Dito Pramudya dan Dina Nur Isnaeni Editor : Shafannisa Alifia Shafira

“Saudaraku sudah punah di Bali dan di Pulau Jawa, aku auman terakhir sebutku harimau Sumatera, dulu ku makhluk legenda. Mereka bahkan sebut aku raja, tapi kini ku dimangsa statusku dalam bahaya”.

Berapa banyak lahan yang di babat Korporasi berapa banyak orang yang melawan masuk bumi Berapa banyak ibu menangis karena anaknya mati Walau dentuman bass dan beatnya cenderung kalem, tapi jangan salah, liriknya sengaja dibikin engga gimmick dan ditulis sesuai yang dirasakan Tuan Tigabelas. Lewat lagu ini, Tuan Tigabelas menggambarkan perusahaan-perusahaan yang engga bertanggung jawab dan meraup keuntungan dengan merusak lingkungan. 2. Buta Mata melihat tapi hati tertutup rapat Mulut terbuka tapi bicara tak manfaat Telinga mendengar tapi kita masih tersesat Hati berkarat tak digunakan maka kita buta Hal pertama yang mencuri perhatian ketika mendengar lagu “Buta” adalah irama piano yang agak Lo-Fi. Dalam penggalan lirik "Hati berkarat tak digunakan maka kita buta" Upi mengisyaratkan pemerintah yang gila uang hingga menjadikan rakyatnya sebagai budak. Meskipun menyinggung soal pemerintah, ketukan lagunya yang santai dan easy listening bisa bikin cozylovers jatuh cinta sama lagu ini. 3. Move

K, Eminem dan vupac Shakur. Dari situ saya berani meng-explore genre, kadang modern banget kadang old school.” Ucap laki-laki berbaju hitam dengan gaya topinya yang miring. Btw, dari tadi bahas lagu mulu, penasaran kan siapa sih Tuan Tigabelas itu? Muhammad Syaifullah atau yang lebih akrab dipanggil Upi, adalah pria dibalik nama panggung Tuan Tigabelas. “Tuan” diambil karena katanya, ia bersyukur telah dilahirkan sebagai lelaki. Sedangkan “Tigabelas” diambil dari angka kelahirannya. Kalau kata orang angka 13 punya image negatif sampai dianggap bawa sial, rapper satu ini justru ingin memu-

tarbalikkan statement kaum rural itu dan memberikan hal positif lewat musik. Buat cozylovers yang suka denger lagu hiphop berisi kritik, kalian bisa dengerin lagu-lagu Tuan Tigabelas yang akan membuat kalian jatuh cinta. Nih, cozy mau ngerekomendasiin tiga lagu dari Tuan Tigabelas yang bisa bikin kita merenung.

42

Dibawakan dengan suara yang lantang, mencerminkan siapa sebenarnya Tuan Tigabelas. Pembawaan nadanya yang santai, musik video yang unik, dan penuh dengan self confidence, Upi ingin memberikan alter ego yang sesungguhnya. Bisa dibilang Move adalah lagu yang tangguh, karena ingin menekankan statement kalau dia seekor harimau Sumatera yang berbahaya di skena hiphop lokal. Gimana nih cozylovers udah kenal kan sama Tuan Tigabelas? Musiknya yang unik dan kritiknya yang menggelitik, jadi cara bagi Upi untuk bersuara. So, buat kalian yang suka mengkritik tapi bingung lewat mana, mungkin musik bisa jadi pilihan.


teriakan kritik melalui musik Yo cozylovers! Biarpun isinya teriak-teriak kurang jelas, tapi banyak juga orang yang menyukai musik death metal. Buat kamu yang suka, wajib kenalan nih sama band asal kota kembang ini, namanya Pourriture. Band yang lahir sekitar tahun 2011-an ini punya musik yang sama dengan band death metal pada umumnya, bikin bersemangat, walaupun belum tentu paham sama lirik lagunya. Bedanya, Pourriture menawarkan hal yang berbeda dari segi isu yang diangkatnya. Kalau grup musik death metal biasanya mengangkat isu kematian, band yang digawangi oleh Wisnar (Gitar), Anggi (Vokal), Redi (Drum), dan Rendy (Bass) ini hadir berbeda dengan tema seputar isu lingkungan. Hal tersebut berangkat dari keresahan mereka tentang lingkungan, misalnya kasus sengketa tanah, penambangan liar, pencemaran sungai dan masih banyak lagi. Seperti tema yang diangkatnya, arti dari nama Pourriture sendiri adalah perusak, yang diambil dari bahasa Prancis. Pourriture merilis album pertama yang berjudul

“The Savagely Construction” pada tahun 2017. Sesuai judulnya, album ini menceritakan sebagian kecil dari banyaknya kejahatan konstruksi seperti, penambangan pasir di beberapa desa yang merusak lingkungan sekitar. Lagu-lagu yang ada di album pertama ini saling berkaitan antara track pertama dan selanjutnya. Berisikan 10 track lagu, album ini dibuka oleh “Agenda Pesta Korporasi" dan ditutup oleh "Breathless". Ibaratnya kayak drama Korea gitu, punya cerita yang berkesinambungan di setiap episodenya. Oh iya, ada yang unik nih dalam perilisan album The Savagely Construction, mereka membuat sebuah komik yang title-nya Origin. Komik ini bentuk visualisasi dari 10 lagu dalam album pertama. Tujuannya agar pendengar bisa memahami isi album tersebut. Mereka menyarankan komik ini hanya dibaca oleh usia 18 tahun keatas karena banyak cerita tentang pembunuhan. “Bisa dipastikan juga kita adalah band death metal pertama yang bikin komik.” Ucap Wisnar gitaris Pourriture.

43


Cozylovers tau enggak? Kalau dalam lagu "Agenda Pesta Korporasi" mereka ngejelasin gimana tradisi di dalam negeri mulai diubah juga adanya kekejaman yang terjadi pada segala sisi. "Dari pembuatan lirik agenda korporasi ini menceritakan 5 tokoh pendatang misterius yang datang menyamar dengan perannya masing-masing, mereka berpolitik dan membuat keributan yang tujuan akhirnya menguasai tanah negeri." Ucap gitaris Pourriture ini. Kalau di lagu sebelumnya, pendatang misterius merancang agenda buat ngambil kekuasaan, lagu "Pondasi Singgasana Manufaktur" bakal bercerita tentang langkah selanjutnya, yaitumembangun sebuah pondasi. Dalam bermusik, Pourriture memang bermaksud untuk menjadikan karyanya sebagai media mengkritik. “Setiap orang punya peran masing-masing, ada perlawanan yang dinyatakan dengan bentuk penyerangan, langsung turun ke jalan, corat-coret di jalan, juga ada dengan ketikan atau pena. Mungkin kita milih kritik lewat musik karena karyanya dekat dan abadi.” Ujar sang gitaris tersebut. Wisnar juga mengatakan bahwa mengkritik melalui musik punya pengaruh besar. Contohnya Bob Marley, Jimi Hendrix, atau Tom Morello yang dikenal dan bisa mengubah dunia dengan musik yang mereka bawakan. “Bob Marley main musik bisa menghidupi Jamaika dengan bentuk perlawanan dari rasisme, Tom Morello aktif dari segi pergerakan yang sekarang mempersenjatai di daerah perbatasan. Brujeria, rockstar yang menyamar dengan mengangkat rasisme orang Mexico di Amerika.” Tutupnya. Selain itu, mereka juga nyeritain pengalaman

44

selama pandemi lho. Waktu awal pandemi band Porriture sempat bikin rencana tour di daerah Sumatera. Tour tersebut pada akhirnya harus dibatalkan karena alasan pandemi. Dengan kondisi itu akhirnya tour di-reschedule dan sampai sekarang belum sempat ter-realisasikan. Meskipun begitu, hal tersebut nggak bikin mereka patah arang dalam bermusik, terbukti dari konser virtual yang mereka buat selama pandemi. Siapa sangka, band yang punya musik sub-genre dari heavy metal ini bisa menjadi tempat aspirasi buat personilnya. Jadi, buat kamu yang pengen mengkritik tapi bingung gimana penyampaiannya, bisa nih ngikutin cara Pourriture dengan menjadikan musik sebagai media kritik. Eh, kabarnya Pourriture bakal ngeluncurin album keduanya tahun depan. Sedikit bocoran aja buat cozylovers, kalau di album kedua ini rencananya bakal ada sedikit penjelasan cerita dari album pertama. Berbeda dengan album pertama, katanya album ini bakal lebih fokus terhadap penggambaran emosi si subjek. Wah kira-kira gimana ya isi albumnya, pasti kamu penasaran kan? Sabar ya cozylovers, kita tunggu aja. Pewarta dan Penulis: Tsabit Aqdam F. dan Asti Tazkiatul A. Editor: Zakiy Ahmad Mahardika


Cozy Fashion

Seni Sebagai Kolaborasi Tren Fashion Masa Kini

Siapa yang enggak kenal dengan

brand asal negeri sakura? Yups Uniqlo! Brand yang sering banget kamu temui kalau jalan-jalan ke mall ini ternyata sering banget collab loh, salah satunya bareng seniman dan desainer asal Amerika, Brian Donnely atau lebih dikenal dengan sebutan Kaws. Cowok asal negeri paman sam ini terbilang seniman yang unik, soalnya doi lebih suka ngembangin hasil karya yang udah ada, daripada membuat karya baru. Kaws bahkan memodifikasi visual kartun Mickey Mouse yang dinamai Companion.

Mickey versi Donnelly ini, punya mata berbentuk huruf ‘X’ dan telinga serupa deretan gelembung. Companion langsung jadi barang incaran para kolektor action figure dan para pecinta dunia street art atau streetwear, yang dijual dengan kisaran harga satu sampai dua juta dolar. Enggak heran lagi sih, kalau Uniqlo kepincut buat menggaet seniman asal Amerika ini. Soalnya, hasil karya doi banyak disukai anak muda dan hal itu membantu branding Uniqlo melesat di pasaran. Ngomongin soal kolaborasi brand fashion bareng seniman, ternyata hal ini sangat menarik perhatian masyarakat loh … Keduanya saling bersinergi untuk menciptakan sebuah produk. Sampai akhir-akhir ini, banyak brand luar maupun lokal turut serta menciptakan kolaborasi yang ciamik, bahkan membuat edisi terbatas yang enggak banyak diproduksi. Cozylovers, tahu kan brand sepatu Compass? Baru-baru ini Compass kolaborasi bareng salah

satu musisi indie, Jason Ranti. Alasannya sih karena Jason Ranti suka bikin artwork yang menarik perhatian banyak orang. Nah, dari situ Compass kepikiran buat masukin desain artworknya Jason Ranti ke dalam sebuah sepatu slip-on. Menarik yacozylovers! Kolaborasi Compass x Jason Ranti dibuat dalam rangka menyambut Kemerdekaan Indonesia yang ke-76. Compass dengan bangga meluncurkan sepatu limited edition edisi perdana “Artist Project”. Kolaborasi ini menampilkan lukisan asli karya Jason Ranti dengan tema ‘’Kemerdekaan Berkreasi”, yang terlihat pada siluet Retrograde Slip-On. Gambaran siluet yang ada diartikan sebagai

“Manusia diciptakan dengan keunikan yang berbeda-beda’’ 45


Dalam tema “Kemerdekaan Berkreasi”, ada enam karya lukisan Jason Ranti. Lukisan itu dicetak pada kanvas organik dengan perbandingan 1:1 sesuai dengan ukuran aslinya. Menariknya lagi, kanvas ini dipotong secara acak untuk menghasilkan visual yang abstrak dan unik pada setiap pola sepatunya. Dari cara itu, bisa dipastikan kalau sepatu edisi terbatas ini bakal berbeda dan menjadi incaran banyak orang. Edisi terbatas Compass x Jason Ranti ini cuma tersedia delapan ratus pasang tiap artwork-nya dan hanya bisa didapatkan di toko online resmi Compass. Keunikan kolaborasinya banyak menarik perhatian masyarakat, bahkan dalam hitungan menit koleksi Retrograde Slip-On langsung sold out loh cozylovers. Kolaborasi ini juga diharapkan bisa menginspirasi banyak orang agar dapat berkreasi dalam berkesenian secara liar dan tanpa batasan. Eits, ada lagi nih kolaborasi dari seniman mural yang diakui dunia, yaitu Darbotz dengan DC. Siapa sangka, kegemarannya membuat sketsa menjadi awal kolaborasinya dengan brand DC Shoes asal Amerika. Sebagai seniman yang memiliki kecintaan pada skateboard dan bisa berkolaborasi dengan brand yang memproduksi sepatu-sepatu skate, itu jadi kecocokan tersendiri. Kalau istilah anak zaman sekarang sih bisa disebut sefrekuensi lah ... Kolaborasi DC Shoes x Darbotz ini mengeluarkan koleksi edisi terbatas di tahun 2017 lalu. Koleksi tersebut memuat goresan karya Darbotz yang diproduksi secara massal oleh DC Shoes, mulai dari sepatu, kaos, topi, tas, jaket dan celana pendek. Koleksi yang memiliki nuansa hitam putih, sesuai dengan karakternya yang mudah dikenali dan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Memiliki slogan "Keep Em Dirty", kata tersebut melekat pada sepatu hasil kolaborasi DC Shoes x Darbotz. “Keep Em Dirty” sendiri punya filosofi dan pesan jangan takut kotor tinggal di kota besar, karena sebersih apapun sebuah kota pasti ada sisi kotornya. Menurut Darbotz, sepatu ini dibuat untuk everyday use. Koleksi ini cocok banget loh untuk kita yang ingin terlihat fashionable. Terbatasnya koleksi ini pun menarik antusias masyarakat tentunya, tapi tenang, koleksi DC shoes x Darbotz sudah bisa didapatkan di outlet Quiksilver loh cozylovers

46


Brand lokal juga enggak mau kalah nih cozylovers. Salah satunya Chitra Subyakto, fashion stylist yang juga sempat menjadi desainer ini membuat label tekstil bernama Sejauh Mata Memandang. Brand ini menuangkan konsep fashion dengan nuansa casual yang dipadukan dengan corak tradisional khas Indonesia, seperti batik. Bulan Mei 2021 lalu, Sejauh Mata Memandang menggelar pameran bertajuk “Bumi Rumah Kita”. Pameran ini menampilkan area yang berisi informasi seputar sampah plastik dan dampaknya terhadap lingkungan. Dalam karyanya, Chitra juga menggunakan bahan dan pewarna yang ramah lingkungan. Pembuatannya pun diproses oleh pengrajin dari Jawa, Bali, dan Sumatera Barat. Chitra juga menyediakan wadah untuk penyaluran sampah (dropbox) bagi pengunjung yang hadir dalam pameran tersebut. Penyaluran kotak sampah ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pengunjung, bahwa dengan memilah sampah mereka sudah berbuat sesuatu untuk menjaga bumi. Fyi nih cozylovers, pameran ini bekerjasama dengan para pelestari lingkungan loh. Seperti Rekosistem, yang bertugas mendistribusikan dan mengolah sampah. Ada juga Rebrick, pencetus inovasi daur ulang sampah sachet menjadi produk paving block. Terus ada Setali, pencipta daur ulang sampah tekstil dan karpet anyam. Selain itu, masih banyak lagi pihak pecinta alam yang turut berkolaborasi dengan Sejauh Mata Memandang. Sampah-sampah yang terkumpul dari pengunjung ‘Bumi Rumah Kita’ pada tiap dropbox ini, nantinya akan diolah oleh pihak pecinta alam tersebut supaya sampah yang ada enggak berakhir sia-sia di tempat pembuangan sampah. Nah itu dia kolaborasi fashion dengan seniman, eh tapi kayanya ada yang kurang nih kalau kita enggak bahas inspirasi fashion. Langsung aja nih simak tips fashion, siapa tahu kan nanti pas jalan-jalan ketemu youtuber terus ditanya, “Berapa harga outfit lo?!” Ehh canda cozy-

Sumber: mavemagz.com

lovers. Maksudnya kita sharing-sharing aja nih biar sama-sama fashionable hehe ... Kalau kamu enggak suka yang ribet dan pengen santai aja, sabi banget nih pakai kaos dan celana jeans yang dipadukan bareng sepatu kolaborasi Compass x Jason Ranti. Kalau pingin nyoba gaya kasual, cozylovers bisa memadukan kaos polos kolaborasi DC shoes x Darbotz bareng bawahan kain batik dari brand Sejauh Mata Memandang. Nah loh, menarik kan cozylovers hasil karya seniman yang udah cozy sebutin diatas?! Sebagai generasi Z kita diharapkan bisa menciptakan hasil karya yang enggak kalah kerennya. Apalagi di zaman yang sudah mencapai era 5.0, kita dituntut untuk lebih inovatif dan bisa menjadi generasi yang menciptakan problem solving dalam menghadapi sesuatu. Yuk, bareng-bareng kita buat dunia fashion dan seni di Indonesia lebih maju lagi. Let’s do it, enjoy for it! Penulis: Reza Umami

47

Redaktur: M. Raihan R


Cozy Atmosphere

A Copy of My Mind Panasnya kampanye pemilihan presiden enggak kalah sama kisah cinta seorang kapster salon bernama Sari dengan kekasihnya Alek, sang translator film bajakan. Hingga suatu hari Sari ditugaskan untuk melayani narapidana bernama Mirna di sebuah lapas mewah, akhirnya ia pun mengetahui fasilitas lapas yang lengkap dengan koleksi digital versatile disc (DVD). Melihat DVD dengan genre film favoritnya, Sari enggak tahan dengan hal itu dan berhasil membawa pulang DVD tersebut di balik bajunya. Anehnya, saat ditonton bukan film dengan genre favoritnya yang muncul melainkan video perbincangan Mirna dengan petinggi-petinggi negara. Dari situlah keadaan menjadi runyam, ancaman pun berdatangan merundung sepasang kekasih itu. A Copy of My Mind mengemas ketidak seimbangan keadaan hukum di negara ini dan masyarakat yang menjadi korban keserakahan koruptor, menjadi suatu hal yang menarik. Film garapan Joko Anwar ini, semakin related dengan kehidupan nyata karena mengusung kehidupan masyarakat kelas menengah di Jakarta. Film ini enggak pakai settingan buatan loh cozylovers... Lokasi shooting yang digunakan begitu autentik, salah satunya Pasar Glodok. Bukan hanya itu, proses pengambilan gambarnya pun sengaja diambil di tengah ramainya Pilpres 2014. Jadi, gimana nih cozylovers penasaran enggak sama akhir kisah cinta Sari dan Alek? Penulis: Diyandini | Redaktur: M.Raihan R

Platform The Platform Film yang tayang perdana pada Festival Toronto International Film (TIFF) ini, menggambarkan kehidupan para tahanan di sebuah penjara yang berbentuk menara. Mereka diberi makan menggunakan alat yang canggih, berbentuk beton dengan sebuah meja yang akan turun dari lantai paling atas hingga lantai paling bawah. Menara yang tinggi diibaratkan sebagai tingkatan kasta. Kasta tertinggi diperlakukan bak dewa dengan berbagai macam makanan yang bersih dan mewah, sedangkan kasta terendah dibiarkan memakan makanan sisa hingga banyak yang akhirnya mati kelaparan. Keserakahan kasta tingkat tinggi menggambarkan orang-orang di luar sana yang berlaku seenaknya karena memiliki banyak uang, tanpa melihat keadaan orang lain di bawah mereka. Uniknya, beberapa nama tokoh diambil dari Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia khususnya Jawa. Seperti nama Trimagasi, Goreng, Sr. Brambang, bahkan Imougiri yang diadopsi dari nama tempat pemakaman kaum ningrat di Indonesia. Walau produser dan penulis skenario film tidak pernah menyebutkan hubungan antara Indonesia dengan film ini, namun beberapa spekulasi muncul dari para pemerhati film kalau Indonesia bisa saja menjadi inspirasi film ini. Namun, Jacques Derrida seorang filsuf Prancis, mengatakan kalau dalam film itu enggak ada unsur kesenjangan sosial dan hanya fiktif belaka. Terlepas dari konspirasi yang ada, film ini berhasil mendapatkan penghargaan sebagai People's Choice Award for Midnight Madness, dan telah melakukan pendistribusian film secara global melalui Netflix pada 20 Maret 2020.

48


Alif Lam Mim Tiga serangkai yang dibesarkan bersama di sebuah Pondok Pesantren terdiri dari Alif, Lam, dan Mim terjebak dalam sebuah intrik politik besar. Alif yang berprofesi sebagai aparat, Lam sang wartawan tersohor, dan Mim yang lebih memilih menjaga Pondok Pesantren dengan segala hingar-bingarnya Indonesia kala itu. Film ini menceritakan keadaan Ibu Pertiwi di tahun 2036 yang sudah berganti ideologi menjadi negara liberal. Mulai dari runtutan konspirasi pergerakan terorisme yang ternyata hanya sebuah setting-an pemerintah, banyaknya manipulasi pesan di media massa, tuduhan kalangan agama yang dipandang buruk oleh masyarakat, hingga politik menjadi suatu hal yang lumrah. Enggak heran kalau ada larangan mengenakan pakaian muslim yang mencolok, bahkan melakukan syiar agama Islam pun dilarang karena dianggap menjadi sumber kekacauan. Film “Alif Lam Mim” sukses mendapatkan prestasi diajang Atlanta Asian Film Festival, karena berani mengambil tema sensitif yang sering diperdepatkan seperti gagasan terorisme dan idelogi liberalisme loh cozylovers.

The Truman Mengisahkan seorang pria bernama Truman Burbank, yang sedari lahir hidupnya sudah disetel untuk menjadi pemeran utama dalam Reality Show yang disiarkan secara live. Sebuah studio raksasa dibuat dengan ribuan kamera tersembunyi untuk merekam seluruh kegiatan pria itu. Hingga akhirnya ia menyadari bahwa semuanya adalah rekayasa. Film komedi yang rilis tahun 1998 ini, tentu, tidak akan membuat penonton bosan dengan aksi-aksi lucu sosial Truman dan lingkungannya. Alur filmnya akan membuat kita berpikir hingga akhir, karena ada hal-hal yang tak terduga. The Truman Show memberi gambaran media televisi yang melakukan konsumerisme atau memberikan pesan dan penyampaiannya yang dinilai tidak berguna dalam memproduksi film yang berkepanjangan. Menurut cozylovers related enggak sih sama media pertelevisian saat ini? Oh iya, fyi aja nih buat kalian semua, pada tahun 2008 diciptakan istilah Truman Show Delusion untuk sebuah gangguan mental oleh para Psikiater. Para pengidap gangguan ini memiliki sebuah fantasi yang paranoid dan menganggap dunia ini tidak nyata. Mereka menganggap semua orang disekitarnya hanyalah aktor yang memainkan peran, bahkan saat mereka melakukan kekerasan atau membunuh seseorang hanya dianggap sebatas hiburan saja. Ih serem ya guys… So, mending langsung nonton aja deh cozylovers tapi jangan sendirian ya!!!

49


Cozy Atmosphere Udah sampe halaman ini, jadi tau kan kalau seni bisa dipakai untuk media kritik? Ya tapi engga harus yang pake cat air terus ngelukis di kanvas juga! Seni itu banyak macemnya, kalau kamu suka nonton film pasti udah enggak asing sama seni peran. Nah ini dia film yang cocok kamu tonton tentang kritik, biar ga nonton film remaja cinta-cintaan aja! Jadi film apa yang bakal kamu tonton duluan? Eh, tunggu! Jangan dulu ditutup majalahnya, kamu belum baca yang lainnya! Cozylovers bakal ngerasa kurang kalau belum baca yang satu ini, jadi selain lewat film ada juga loh yang namanya seni merangkai kata. Kalau yang ini hubungannya erat sama sastra, tapi engga sependek puisi atau cerpen. Kita bakal ngasih review buku yang bisa kamu jadiin referensi bacaan pas lagi duduk-duduk manja di coffeshop sambil nyeruput kopi susu favorit kamu. Gimana nih cozylovers, mau baca buku dulu atau nonton film dulu? Jangan sampai nyesel yaa kalau ga nonton! Atau kamu malah pengen nulis buku terus dijadiin film untuk mengkritik nih? Kasih tahu jawaban kamu ya lewat instagram @suaramahasiswadotinfo siapa tahu kita bisa diskusi bareng terus buat project bareng hihihi ….

Dilarang Gondrong Apa sih yang terbesit di pikiran kamu saat melihat kaula muda berambut gondrong? Mahasiswa? Cool? Atau anak band? Kalau sekarang kamu sering melihat orang berambut gondrong lalu-lalang di jalanan, fix kita seumuran! Eh tapi cozylovers tahu enggak sih, kalau hal itu berbeda dengan kondisi Indonesia saat orde baru loh ... Hal itu digambarkan dalam buku “Dilarang Gondrong” yang mengambil latar saat zaman orde baru. Waktu itu bukan cuma komunisme yang jadi musuh orde baru, tapi juga rambut gondrong. Mulai dari orang biasa, pelajar, mahasiswa, hingga artis dilarang punya rambut gondrong! Bahkan dulu ada razia yang digelar di jalanan bagi pemilik rambut gondrong. Bukan cuma undang-undang, gunting pun jadi alat utama orde baru untuk mengatur rakyatnya sendiri. Saat membaca buku ini, cozylovers akan dibawa ke dalam situasi dimana si gondrong dipandang buruk dan dikaitkan dengan hal-hal negatif, seperti pengguna narkoba atau seks bebas oleh masyarakat. Cozylovers pasti penasaran banget sama kisah si gondrong di zaman orde baru kan? Langsung aja deh baca bukunya!

Hidup Ini Brengsek, dan Aku Dipaksa Menikmatinya Sekolah dan keluarga seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi seorang anak, tapi gimana nih kalau yang ada malah kebalikannya? Itu dia yang dirasakan oleh tokoh ‘Aku’ dalam buku ini yang selalu merasa terbully. Teman-teman di sekolahnya sering mengejek, memukul, dan menertawakannya, bahkan keluarganya di rumah pun enggak peduli. Dia (tokoh ‘Aku’) selalu memikirkan cara untuk membalas perbuatan teman-temannya. Sayangnya doi terlalu pengecut! Keinginan itu hanya ada di pikirannya dan berujung dengan merutuki dirinya sendiri Beralur maju, buku ini juga menceritakan kehidupan si “Aku” saat dewasa yang bertemu dengan berbagai jenis manusia. Cozylovers akan diperlihatkan sisi gelap seorang seniman yang sering melakukan seks bebas dan mabuk-mabukan, aktivis yang menjadi penjilat, penjaga masjid yang ternyata buronan, dan seorang anak kecil penipu. Saat kamu membaca buku ini, cozylovers bakal dihadapkan ke dalam kenyataan yang ada di sekitar kita seperti kehidupan bersosial dan problematika kehidupan. Tokoh “Aku” digambarkan seperti pengecut dan naif, sama seperti kondisi sosial masyarakat saat ini yang memilih diam dan apatis.

50


Menunggu Matahari Melbourne Seni biasanya dibuat dengan ketulusan dan dinikmati keindahannya. Tapi cozylovers tahu engga sih fungsi seni pada awal abad 20-an? Dalam buku ini kamu bakal menemukan fungsi lain seni pada abad 20-an yang digunakan untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi atau untuk mendewakan penguasa. Seorang penulis bernama Alexei Tolstoy memperbolehkan para penguasa untuk mengendalikan para seniman. Ia menulis buku untuk mengagungkan prestasi militer Stalin dan Voroshilov yang kenyataannya sangat buruk. Terus cozylovers tahu engga sih seni itu dipakai untuk apa? Pada masa itu selain untuk mengagungkan para penguasa, seni juga digunakan sebagai bentuk pemberontakan seperti aksi Dadaisme yang menolak ideologi masyarakat borjuis. Hal ini karena ideologi mereka menganggap seni sebagai sesuatu yang mahal, eksklusif, dan complicated.

Seni, Politik, Pemberontakan Cozylovers siapa yang pernah bilang on the way padahal baru bangun tidur? Kalau pernah pasti kamu kaum-kaum ngaret! Hmm … pantes aja nih disindir Mary. Iya Mary Si tokoh utama buku ini. Mary yang diceritakan sebagai warga negara Australia mengkritik kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering terlambat dan tidak menghargai waktu. Kritikannya memicu perdebatan dengan pria asal Indonesia bernama Joko. Namun, perdebatan itu justru membuka percakapan panjang diantara mereka. Perdebatan Mary dan Joko terus berlanjut lebih dalam, hingga turut memperdebatkan siapa yang lebih kejam antara komunis yang atheis atau teroris yang beragama. Buku ini menceritakan beberapa peristiwa yang sering kita jumpai di kehidupan dan membuat kita ikut mengkritik hal-hal yang ada di dalamnya. Seperti kebiasaan buruk yang tidak dilawan lambat laun akan menjadi gaya hidup dan kebiasaan pejabat Indonesia yang pergi ke Melbourne hanya untuk menghabiskan uang hasil berjudi. Eh engga cuma membahas tentang kondisi sosial loh, cerita ini juga dibubuhi bumbu-bumbu romansa antara Mary dan Joko. Kira-kira gimana ya kisah cinta mereka? Lebih baik cozylovers kepoin sendiri deh!

51


COZY TIPS

Penulis : Hafizh Abdurrauf Ismail Editor : Shafanissa Alifia Shafira Siapa sih yang enggak asing sama kata baperan? Yaps, ungkapan itu biasa digunakan untuk orang yang selalu membawa pembicaraan secara personal atau dimasukin ke hati. Nih kita kasih contoh, misalnya lagi nugas di kafe, terus temen kamu ngomongnya kenceng banget, sampai menarik perhatian orang dan diminta untuk pelanin volume suaranya. Eh, tapi dia malah marah terus cabut duluan. Nah, bisa jadi temen kamu termasuk orang yang baperan, enggak cuma temen sih netizen Indonesia juga suka baperan hehehe.. Ngomongin soal baperan, pasti disetiap tongkrongan ada aja yang suka ngerusak good vibes, malesin kan. Tapi cozylovers jangan bingung dulu, karena cozy akan bagiin tips buat kamu biar bisa ngobrol seru sama si baperan. Yuk, intip tips and trik ini!

Pahami Dulu Baru Mengkritik

Yang terlihat oleh mata dan didengar telinga belum tentu benar. Check and recheck kesesuaian fakta di lapangan. Jadi sebelum mengkritik, cozylovers harus memahami situasi dan kondisinya. Hmmm… kayak yang lagi rame nih, netizen semprot selebgram Rachel Vennya sampe instagram nya enggak aktif lagi, padahal si netizen baru denger bisikan masalah doang. Tapi, simple nya gini, kita harus tau faktanya bukan cuma "katanya". Jangan sampai kritikan cozylovers justru membuat orang lain merasa terhakimi, yang bisa bikin mental dan psikis si penerima kritik jadi tertekan.

Liat Sikon (Situasi & Kondisi) Enggak asingkan sama Nyai Nikita Mirzani yang buat sensasi mulu, dia berani ngekritik lewat instagram story tanpa tau kondisi si penerima kritik gimana huft.. cozylovers, kita enggak

52


bisa lho asal ngasih kritikan. Ada hal lain yang harus kita lakuin sebelum ngekritik. Ternyata, ketepatan dalam memilih waktu dan tempat, juga dalam melihat situasi dan kondisi bisa sangat berpengaruh. Tips yang satu ini memang agak berat nih, tapi enggak semua orang akan ngerasa baik-baik aja kalau dikritik di keramaian. Cozylovers bisa nih memilih ngobrol empat mata di tempat yang bisa bikin si penerima kritik merasa nyaman. Jangan kaya Nyai ya hehe...

Pake Taktik

Lanjut nih cozylovers… sama halnya dengan bermain bola, mengkritik juga perlu taktik loh. Ada dua cara yang bakal cozy kasih. Pertama dengan personal love bridging. Sebelum masuk ke bahasan kritik, ajak si penerima kritik buat curcol biar dia ngerasa nyaman. Kedua, pake pola komunikasi straight to the point. Kalau si penerima kritik udah nyaman diajak cerita, cozylovers bisa mulai menyampaikan kritikan.

Bicara Santai, Enggak Ngegas Hayoo, siapa diantara cozylovers yang gampang emosian saat berbicara? Mulai sekarang hati-hati ya, karena enggak semua orang punya mental baja yang fine-fine aja pas dikritik sambil dimarahi. Kaya si B nih, dia ngritik si A lewat voice note eh dia gaterima, dasar "si Baperan", katanya bahasa yang dilontarkan, terlalu ngegas hehe. Bahaya juga kan, niat baik kita buat mengkritik malah dianggap menghakimi sama si penerima kritik. So, coba pake bahasa yang lebih halus dan tutur bicara yang lebih sopan ya cozylovers.

Kasih Solusi Selain ngelakuin tips-tips di atas cozylovers harus tahu nih kalau enggak setiap orang yang kamu kritik bisa memahami dengan baik maksud dan tujuan dari kritikan kita. Jadi, setelah ngekritik, cozylovers bisa loh ngasih solusi biar si penerima kritik merasa kalau kamu enggak cuma melihat hal yang salah, tapi juga ngasih saran buat memperbaiki keadaan. Gini-gini, waktu itu si Mawar dikritik karena bajunya terlalu ketat, dikasihlah asalan kalo baju terlalu kamu akan ini itu loh, alhasil cozy kasih solusi gimana kalo coba pakai baju ini?.. Mungkin kita berpikir si penerima kritik looks okay, tapi cozylovers juga harus peka, jangan-jangan dari awal memberikan kritik, mereka sudah menganggap sebagai suatu hal yang menindas dan menuntut. Nah… gimana nih cozylovers udah tau kan kalau mengkritik itu enggak bisa sembarangan apalagi kalau mengkritik orang-orang yang baperan, ada art and method nya. Karena manusia banyak tipenya kaya hape keluaran terbaru, jadi kita harus punya tips and trik juga buat ngritik macam-macam tipe manusia sesuai level bapernya biar enggak sembarangan ngritik. Well, udah ada kan bekal buat ngritik buat si baperan?

53


COZY PRIMBON

Foto: istockphoto.com

Menggali Stempel Unik Seorang Seniman Teks oleh Maya Nurfauzia

Baju berantakan, rambut gondrong, muka kucel, kayak enggak pernah mandi. Katanya sih seniman, tapi masa sih kayak gitu? Eh, giliran ada seniman yang rapi, wangi, rambutnya cepak malah dianggap aneh dan enggak cocok jadi seniman… Kalian pasti udah enggak asing kan sama anggapan kayak gitu? Sebenernya, ucapan tersebut udah ngebentuk cara pandang masyarakat tentang seniman itu sendiri. Otak masyarakat seakan dibuat untuk percaya sama tampilan atau kebiasaan seorang seniman. Dan parahnya lagi, kita masih anggap semua seniman itu punya gaya yang sama. Hayo gimana tuh? Enggak salah kok kita—sebagai masyarakat awam— punya cara pandang tersebut, karena hal itu enggak 100% benar. Dari sekian banyak pandangan masyarakat terhadap mereka, ada enam cara pandang atau mitos yang sering "nemplok" sama kehidupan seniman. Kira-kira apa aja ya? Kita tengok yuk! 1. Seniman Itu Kamarnya Harus Berantakan. "Kalau kamarnya enggak berantakan berarti kamu belum cocok disebut sebagai seniman."

jorok bukan karena dia adalah seniman. Berpenampilan urakan bukan berarti orang . jorok dalam segala hal ya, cozylovers. itu

Kalian sering dengar kalimat diatas enggak sih? Katanya, kamar berantakan itu nunjukin kalau kamu punya jiwa kreatifitas yang tinggi. Terus, kamar yang berantakan selalu identik dengan seni dan keindahannya tersendiri, sehingga membuat para bakal banjir inspirasi. Tapi faktanya cozylovers, kamar yang berantakan itu enggak ada hubungannya sama seniman, loh. Bisa saja pribadi orang itu yang

54

2. Seniman Harus Punya Rambut Gondrong Banyak orang bilang kalau seniman itu cuman fokus sama karya seninya doang, jadi mereka enggak ada waktu buat ngurus diri sendiri. Biar saja jenggot, kumis dan rambutnya berantakan, asal karyanya bisa tetap mengguncang. Mereka juga enggak mau terikat dengan aturan, bahkan enggan berpenampilan rapi karena katanya kayak orang kantoran. Tapi kenyataannya, enggak semua seniman harus punya rambut gondrong, kok. Kalau kamu seniman, terus ram-


butmu enggak gondrong pun, enggak masalah. Semua orang punya cara berbeda untuk mengekspresikan diri.

puitis. Ada juga seniman yang masih kebingungan kalau disuruh ngegombal. Jadi, jangan banyak berharap deh kalau pacaran sama seniman bakal di treat romantis juga, hehehe...

Contohnya Basuki Abdullah, pelukis asal Surakarta. Ia adalah salah satu seniman yang rambutnya enggak gondrong. Karyanya juga bisa menembus pasar internasional. So, seniman yang enggak punya rambut gondrong juga bisa mengguncang dunia, kok!

5. Seniman Enggak Punya Teman Lintas Profesi Kalau kamu seniman, pasti udah enggak aneh sama pandangan yang ini. Akan tetapi, pandangan itu berhasil dipatahkan oleh Naufal Abshar, seorang pelukis Indonesia yang karyanya sudah menembus kancah internasional. Naufal itu punya koneksi yang luas. Ia bisa berteman dengan orang yang berbeda profesi, seperti desainer, penyanyi, bahkan guru. Tapi enggak menutup kemungkinan, ada beberapa seniman yang lebih nyaman bergaul dengan sesama profesi, katanya sih, biar lebih nyambung dan bisa saling tukeran ide. Intinya, enggak semua seniman itu menutup diri untuk berteman.

3. Seniman Itu Jarang Mandi Lah kok bisa? Katanya sih jarang mandi karena takut imajinasinya luntur. Hmm… Itu sih orangnya aja yang malas mandi, mungkin biar hemat air kali ya hahaha… Padahal, ada juga loh seniman yang rajin mandi dan rapih. Contohnya nih seniman yang suka mondar-mandir di sisi jalan. Kamu pernah liat enggak? Penampilan mereka wangi dan kece-kece. "Dari sekian teman-teman pelukis yang saya kenal tak ada yang jarang mandi. Sebenarnya tapak kumel itu karena mereka kebiasaan memakai baju yang itu-itu saja. Jadi keliatannya jarang mandi." Begitu kiranya kata Rg Bagus Warsono, pelukis yang kini terkenal di Indonesia.

6. Seniman Cuman Dengerin Musik Indie. Konon katanya, seniman sering dengerin musik indie sambil ngopi, biar dapat inspirasi. Musik indie juga bikin mereka jadi lebih rileks dan mudah buat fokus nyelesain pekerjaannya. Padahal, enggak semua seniman cuman dengerin musik indie, kok. Masalah musik itu selera masing-masing, enggak ada hubungannya sama profesi.

4. Seniman Harus Romantis Denger-denger nih, kalau pacaran sama seniman bakal kenyang sama kata-kata puitisnya. Anniversary dikasih sajak, malam minggu dengerin musikalisasi puisi, bener enggak tuh? Hahaha enggak gitu ya, cozylovers!

Bayu Santoso atau Bayo Gale, merupakan seniman grafis yang menyukai lagu bergenre pop. Laki-laki ini sering mendengarkan lagu dari Maroon 5, loh. Bahkan, dia pernah memenangkan kontes cover album Maroon 5. Kesimpulannya, semua genre bisa masuk kok ke anak seni!

Seniman dicap begitu karena dianggap punya jiwa romantisme dan nyimpen segudang ide untuk bikinin kamu lagu. Nyatanya, enggak semua seniman itu romantis dan

So cozylovers, itulah berbagai cara pandang masyarakat atau mitos terhadap seniman yang enggak selalu benar. Ternyata, pepatah "Don't judge book by its cover" itu benar, karena yang terlihat buruk di luar, belum tentu buruk di dalam. Nah, di tahun 2022, yakali masih ngikutin cara pandang orang lain? Enggak boleh ya, cozylovers! Penulis: Maya Nurfauzia Editor: Efiana Salfini

55


COZY KAMPUS

Kurang Puas, Unisba Perbaharui Fasilitas Untuk Targetkan Akreditasi Unggul Universitas Islam Bandung (Unisba) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta dengan beberapa program studi (Prodi) yang terakreditasi A. Mulai dari Ilmu Hukum, Psikologi, Perencanaan Wilayah dan Kota, Ilmu Komunikasi, Kedokteran, Akuntansi, Manajemen, hingga Ekonomi Pembangunan. Dalam hal ini pihak Universitas telah melakukan berbagai persiapan untuk bisa mempertahankan dan memperbaiki akreditasi yang sudah ada. Ketua Badan Penjamin Mutu (BPM) Unisba, Yetti Sumiati menjelaskan, sebelum dilakukan akreditasi oleh pihak eksternal, Unisba melakukan penjaminan mutu internal terlebih dahulu. Dalam melakukan penjaminan mutu internal, Siklus Penetapan Standar, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian dan Peningkatan (PPEPP) menjadi acuan dalam prosesnya. Secara keseluruhan, terdapat sembilan kriteria yang dinilai oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Kriteria tersebut diantaranya visi misi, tata kelola, sarana dan prasarana, kemahasiswaan, pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat, dan capaian Tridharma. Dari kesembilan poin tersebut, jika pada akhir penilaian mendapatkan skor akhir 361 maka perguruan tinggi bisa mendapatkan akreditasi A. Namun, apabila ingin mendapatkan akreditasi unggul, maka universitas masih harus memenuhi persyaratan lain yaitu kualifikasi dosen yang sudah S3 mencapai 37%, jangka waktu mendapat pekerjaan harus ≤ 6 bulan dan kesesuaian bidang kerja.

Untuk mempersiapkan akreditasi di masa yang akan datang, Unisba mulai melakukan penjaminan mutu internal. “Prodi dan fakultas akan diaudit oleh BPM bagian auditor internal. Kemudian, jika ditemukan sesuatu yang tidak sesuai standar atau melenceng dari standar, kita cari akar masalahnya dan rencana tindakan koreksi kedepannya,” jelas Yetti pada, Jumat (5/11). Seperti pembaharuan yang dilakukan Unisba pada gedung dekanat yang berada di Jalan Tamansari No. 24. Gedung dengan bangunan paling baru dibandingkan gedung lain yang dimiliki Unisba ini dibangun untuk memenuhi standar akreditasi yang diberikan oleh DIKTI. Ketua Bidang Standar Mutu Unisba, Icih Sukarsih menjelaskan, salah satu standar yang diberikan adalah setiap dosen harus memiliki ruangan sendiri agar lebih efektif dalam melayani mahasiswa. “Kalau dari SN DIKTI, masing-masing dosen punya ruangan supaya lebih efektif melayani mahasiswa, terutama dosen pembimbing karena memang standar dari DIKTI seperti itu. Jadi, itu yang dilakukan Unisba dengan membangun gedung dekanat, salah satunya untuk memenuhi standar,” ujar Icih saat diwawancarai pada, Jumat (5/11). Berbeda dengan gedung kampus Tamansari yang belum memiliki perubahan signifikan dari segi bangunan. Kampus Tamansari hanya melakukan beberapa renovasi kecil pada ruang kelas dengan menambah beberapa fasilitas, diantaranya penambahan papan tulis kaca, CCTV, Air Conditioner (AC) dan juga proyektor di setiap kelasnya. Selain itu, di beberapa kelas akan dipersiapkan fasilitas untuk pembelajaran hybrid, misalnya penambahan satu televisi dengan layar besar. Untuk wilayah ruang kelas dan laboratorium Unisba sudah sesuai dengan standar akreditasi. Hal tersebut dilihat dari ketersediaan fasilitas, alat-alat penunjang dan kesesuaian praktikum yang dilaksanakan. Icih mengatakan, jika melihat luas ruang kelas Unisba maka yang terlihat adalah kurang. Padahal, luas ruangan tidak menjadi poin utama penilaian melainkan pemanfaatan teknologi yang menjadi tolak ukur utama

56


“Sudah ada pembaruan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, diantaranya penambahan koleksi, SDM, juga fasilitas lainnya,” ujar Arief pada hari Kamis (28/10). Lain halnya dengan gedung Fakultas Kedokteran (FK), gedung yang awalnya hanya memiliki empat lantai itu akan diperbaharui menjadi 9 lantai. Fasilitas yang ada didalamnya meliputi ruang perkuliahan, laboratorium komputer, laboratorium penyimpanan alat-alat praktek, laboratorium tutorial, dan juga ruang kantor untuk tenaga pendidik. Pembangunan ini telah memasuki tahap finishing dan diperkirakan rampung pada bulan Desember 2021 hingga Januari 2022.

Meski sudah melakukan beberapa renovasi kecil, Unisba sendiri belum memiliki rencana untuk melakukan renovasi gedung. Menurut Kepala Bagian Umum Sarana dan Prasarana Unisba, Koko Heriyad,i gedung yang sudah menunjukkan tanda penuaan itu belum memiliki rencana pembangunan kembali sebab usia bangunannya masih lama. “Secara struktur memang belum ada renovasi, masih menunggu masa layak pakai kurang lebih 50 tahun sesuai dengan perawatannya. Tapi Unisba sudah melakukan pembaruan tahap kecil dengan penambahan Air Conditioner (AC) di setiap kelasnya,” jelas Koko. Selain itu, universitas tidak lupa menjaga infrastruktur pendukung seperti perpustakaan agar mendapat akreditasi terbaik. Gedung perpustakaan yang juga mendapat akreditasi A ini sudah mengalami beberapa perubahan desain seperti penambahan Bank Indonesia (BI) Corner hasil kerja sama dengan BI wilayah Jawa Barat, ruang lesehan di lantai tiga, dan backdrop layanan peminjaman dan layanan referensi. Gedung perpustakaan Unisba yang terletak di area Tamansari banyak digunakan mahasiswa Unisba sebagai tempat literasi dan pengembangan wawasan. Perpustakaan ini mendapatkan akreditasi A setelah dilakukan penilaian akreditasi pada tahun 2011. Namun jika dilihat berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan, ia belum memenuhi standar sebab luas gedung yang tidak memenuhi standar. Untuk mempersiapkan akreditasi di masa yang akan datang, pihak Unisba juga sudah mempersiapkan beberapa komponen yang nantinya masuk dalam penilaian. Mulai dari penambahan koleksi buku hingga penambahan dari sisi sumber daya manusia (SDM). Meski begitu, Kepala UPT Perpustakaan Unisba, Arief Djonari Tresnawan tidak menyebutkan adanya perluasan gedung untuk memenuhi standar perpustakaan nasional.

57

“Perkembangan saat ini kontruksi sudah selesai tinggal finishing dan pasang keramik granit, setelah granit akan pasang alumunium. Target selesai pada Desember hingga Januari mendatang.” Kata Koko Heryadi, hari Senin (11/10). Berbeda dengan fakultas lain yang ada di Unisba, FK memang memiliki gedung perkuliahannya sendiri. Selain itu, fasilitas yang didapatkannya juga beragam, misalnya tempat praktik yang bekerja sama langsung dengan rumah sakit Al-Ihsan dan yang terbaru Unisba merencanakan akan membangun rumah sakit pendidikan di daerah Rancaekek. Selain gedung-gedung kampus yang sudah mendapatkan pembaruan, Unisba juga melakukan pembaruan area sekitar kampus. Area kampus yang sampai saat ini masih dalam masa renovasi adalah Kantin Deret (Kander). Renovasi yang telah memasuki tahap satu ini dilakukan agar area sekitar Unisba terlihat lebih rapi dan tidak kumuh. Pihak kampus menargetkan renovasi tahap satu dapat rampung pada pertengahan bulan November 2021. Dari semua fasilitas sarana dan prasarana yang ada, Unisba memang belum sepenuhnya memenuhi standar yang diberikan dari SN DIKTI. Terutama fasilitas mahasiswa yang berkebutuhan khusus. Hal ini karena pihak universitas masih mengidentifikasikan praktek terbaik untuk memberikan sarana terbaik bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Terlepas dari masih adanya standar yang belum terpenuhi oleh Unisba. Menarik untuk ditunggu akreditasi apa yang akan didapatkan dengan adanya pembangunan dan pembaharuan yang dilakukan beberapa tahun belakang ini. Walaupun dari segi bangunan, hanya gedung FK dan Dekanat yang mendapat perubahan signifikan.


COZY DATE

Setelah lulus SMA mau lanjut kemana? Unisba mungkin Tau Unisba enggak? Tau Tau Unisba dari mana nih? Tau dari saudara, soalnya banyak yang kuliah di Unisba juga Minat masuk Unisba? Tentu berminat Kalo masuk Unisba mau masuk jurusan apa? Ekonomi mungkin Apa alasan kamu pilih jurusan itu? Karena keluarga saya hampir semua pengusaha dan saya juga ingin ikut didalamnya jadi saya ambil jurusan ekonomi untuk menambah

Suci Nuraeni Nadira SMAN 2 Padalarang

Setelah lulus SMA mau lanjut kemana? Daftar TNI atau masuk universitas Tau Unisba ga? Tau Kalo kamu tau Unisba, tau dari mana nih? Tau dari temen Minat masuk Unisba? Minat Kalo masuk Unisba mau masuk jurusan apa? Fakultas Psikologi Apa alasan kamu pilih jurusan itu? Karena peluang kerja yang cukup banyak dibutuhkan dan pada jurusan ini juga kita diajarkan untuk menilai diri kita sendiri dan memahami orang lain,selain itu juga kita dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan

58

Aditia Rahman MA Al-Istiqomah


Setelah lulus SMA mau lanjut kemana? Masih belum kepikiran untuk lanjut ke universitas mana Tau Unisba ga? Tau Tau dari mana nih? Dari sosial media, waktu itu lihat ada mahasiswa yang ngebuat video di salah satu aplikasi di dalamnya membahas Unisba Minat masuk Unisba enggak nih? Sepertinya sih saya berminat Kalo masuk Unisba mau masuk jurusan apa? Ekonomi Akuntansi Apa alasan kamu pilih jurusan itu? Karena ingin lebih mengenal dan belajar lebih tentang Apa itu ekonomi, karena ekonomi sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari dari mulai hal kecil sampai hal

Dini Rahmawati SMAN 1 Dayeuhkolot

59


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.