Suara Mahasiswa: Bayangan Apatis yang Dinamis

Page 1

SK REKTOR NO.08/k6/sk/rek/VI/1992

SK REKTOR NO. 09/K6/SK/REK/VI/1991

edisi NO.08/k6/sk/rek/VI/1992

EDISI 01/THN. XXVI/APRIL 2018

BAYANGAN APATIS YANG DINAMIS

DITERBITKAN OLEHPERS PERSSUARA SUARA MAHASISWWA DITERBITKAN OLEH MAHASISWAUNISBA UNISBA


S H APAT IS?


SUARA PEMBACA

Samahita | Ekonomi 2015

Fajar Al-Ghiffari | Teknik 2014

Azka Aulia| Psikologi 2016

Menurut aku apatis itu ada dua jenis apatis yang pertama yang masih bisa diajak. Kedua itu, apatis yang yang bener-bener yang gak bisa diajak sama sekali. Namun, tidak semua mahasiswa yang tidak ikut organisasi di kampus apatis bukan berarti kita juga bisa men judge jelek karena mungkin dia itu bekerja.

Menurut saya pribadi mahasiswa yang apatis terhadap organisasi itu lebih cenderung hidupnya individual dan dampak yang bisa terjadi jika apatis, kecenderungan mendapatkan teman yang lebih banyak bakal berkurang. Kedua mungkin ketika kita berorganisasi kemampuan untuk bersosialisasi dan berbicara di depan orang banyak bisa terlatih. Intinya kita sebagai mahasiswa menurut saya pribadi berorganisasi itu penting. Pengalaman saya ketika kerja praktik di perusahaan besar dan pada saat ditanya kamu kuliah masuk organisasi apa?

Mahasiswa yang apatis terhadap organisasi kayaknya mereka yang menarik diri aja, atau mungkin punya pandangan sendiri terhadap organisasi. Kayak aku pernah tanya ke temen aku, dia udah merasa capek karena dulu SMP, SMA dia aktif banget di organisasi, jadi sekarang dia ingin fokus kuliah aja.

Andhika | Farmasi 2015

Aisha Nurrahman | Psikologi 2014

Sah-sah aja sih mahasiswa apatis terhadap organisasi. Aku tidak masuk organisasi, tetapi di satu sisi aku membantu juga dalam bidang danus mereka. Kalo untuk masuk organisasi mikir-mikir dulu sih takut gak bisa jalanin kuliah juga sibuk banget. Tapi kalo apatis banget jangan juga, toleransi lah.

Menurut aku rugi sih mahasiswa yang gak ikut organisasi apalagi unit kegiatan Mahasiswa (UKM), di mana UKM semua fakultas tuh ada. Bukan hanya dapat teman banyak,tetapi kita juga dapet link-link alumni yang sudah lulus kita bisa belajar juga dari mereka dan mungkin bisa dapat pekerjaan. Menurut aku secara garis besar rugi banget.

Kamil Dwimuzakki | Fikom 2016 Sayang kalo mahasiswa tidak ikut organisasi di kampus, kata aku kalo ikut organisasi itu bisa dapet ilmu lebih. Bisa dapet sesuatu yang baru di organisasi, jadi aku enggak bakal tahu sesuatu hal ketika tidak mengikuti organisasi. Meskipun aku bercerita bagaimana organisasi itu ke mereka, tetapi tidak akan sama dengan yang aku alami.

ii


DARI REDAKSI

Menampik Apatis Baginya tidak ada yang lebih mengerikan daripada manusia yang tak berjiwa. Baginya tidak ada yang lebih mengerikan daripada mahasiswa yang acuh tak acuh. Dalam sejarahnya mahasiswa selalu dielu-elukan sebagai penggerak, puncaknya saat lengsernya Soeharto. Hal tersebut seolah menjadi standar pergerakan mahasiswa. Sekarang ‘maha’ dari siswa ini dinilai mandul pergerakan. Berbicara mengenai pergerakan seolah tak bisa lepas dari sentuhan para aktivis kampus. Dalam aksinya, mereka selalu identik dengan turun ke jalan; meneriakan kebebasan serta menyuarakan kritikan pada siapa pun yang dianggap keluar dari sebuah keidealan. Tak jarang karena memprioritaskan tanggung jawab sosial, akademik pun dikorbakan sebab ingin berkontribusi langsung tanpa harus menunggu lulus kuliah. Berbeda dengan para aktivis, mahasiswa yang tak peduli dengan kebijakan birokrasi, keadaan kampus dan sosial hingga tak berorganisasi dianggapnya sebagai mahasiswa apatis. Nyatanya tak selalu begitu. Tak sedikit mahasiswa yang langsung angkat kaki seusai perkuliahan, mereka berwirausaha, berkerja, atau bahkan melakukan riset untuk penelitian.

iii

Setidaknya dengan berwirausaha, seseorang telah membuka lapangan pekerjaan dan menekan angka pengangguran serta membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Di tahun 2019 mendatang, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat saja menginginkan masyarakat Jabar dapat mandiri dalam berekonomi. Ketika kemandirian dan pertumbuhan ekonomi nasional tinggi, maka guncangan perekonomian tak akan terjadi. Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang fokus dengan ilmu pendidikannya? Nyatanya mereka berusaha agar karya ilmiahnya bisa tembus ke kancah internasional. Berusaha mengharumkan nama perguruan tingginya dengan cara yang berbeda. Lantas apakah mereka apatis? Lantas siapa mahasiswa apatis itu? Untuk meredakan rasa dahaga tersebut, kami suguhkan majalah ‘Bayangan Apatis yang Dinamis`. Selamat membaca. Tabik!

Wulan Yulianti Pemimpin Redaksi


BEHIND THE DESK PEMIMPIN UMUM RIFKA SILMIA SALSABILA SEKRETARIS UMUM RESSY R. UTARI BENDAHARA UMUM *AGISTHA V. SAFITRI PEMIMPIN REDAKSI WULAN YULIANTI SEKRETARIS REDAKSI FADHILA N. RIZKY REDAKTUR PELAKSANA VIGOR M. LOEMATTA REDAKTUR RESSY R. UTARI, *AGISTHA V. SAFITRI, PUTERI REDHA PATRIA, MEILDA AMDZA, FEBRIAN H. MUCHTAMAR, INTAN RADHIALLOH, GINA FATWATI, IQBAL YUSRA KARIM REDAKTUR FOTO VIGOR M. LOEMATTA ARTISTIK FADHILA N. RIZKY PEMIMPIN LITBANG *SUGIARTO RISET DATA DAN PENGEMBANGAN EDGINA RIZQON SDM *RAFI SOE RUMAH TANGGA KEVIN MAULANA PEMIMPIN PERUSAHAAN *ELGEA BALZARIE SEKRETARIS PERUSAHAAN LOUDRA ANDHIKA PROMOSI DAN IKLAN REGITA RACHMANISA PRODUKSI LOUDRA ANDHIKA SIRKULASI REGITA RACHMANISA ANGGOTA IFSANI EHSAN FAHREZI, MUHAMMAD SODIQ, PUSPA ELISSA, INDAH NURAZIZAH, ABYAN ARRASID, FADIL MUHAMMAD, GINA SANTIA, FANI AGUNG MULYANI, SUCI PEBRIANTI, DENIS PURNA *) Tidak berpartisipasi dalam majalah Suara Mahasiswa

iv


DAFTAR ISI

13 Laporan Utama 33

Tatap Muka

35

Pojok Bandung

41 47 37

Laporan Khusus

43 Budaya

5

Jas Merah

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Belahan Dunia Perjalanan

59


SK REKTOR NO. 09/K6/SK/REK/VI/1991 SK REKTOR NO.08/k6/sk/rek/VI/1992

EDISI 01/THN. XXVI/APRIL edisi NO.08/k6/sk/rek/VI/1992

SK REKTOR NO.08/k6/sk/rek/VI/1992

2018

KULIT MUKA

edisi NO.08/k6/sk/rek/VI/1992

SK REKTOR NO. 09/K6/SK/REK/VI/1991

EDISI 01/THN. XXV/APRIL 2018

BAYANGAN APATIS YANG DINAMIS

BAYANGAN APATIS YANG DINAMIS

FOTO ILUSTRASI FADIL MUHAMMAD, IFSAN EHSAN FAHREZI, MUHAMMAD SODIQ, DENIS PURNA PENATA LETAK ABYAN ARRASID

DITERBITKAN OLEH PERS SUARA MAHASISWWA UNISBA

DITERBITKAN OLEH PERS SUARA MAHASISWA DITERBITKAN OLEH PERS SUARA MAHASISWWAUNISBA UNISBA

Dalam dunia perkuliahan, mahasiswa memiliki beragam aktivitas yang dilakukannya. Formalnya, mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti kegiatan akademik di dalam kelas. Selain kegiatan akademik, mahasiswa memiliki aktivitas lain di dalam maupun luar kampus.

pada kegiatan akademik dan ingin mencapai prestasi akademik. Ketiga, mahasiswa yang bekerja dan menjalankan wirausaha untuk menghasilkan pendapatan. Terakhir, seorang mahasiswa yang menganggap kegiatan pekuliahan hanya sebagai kegiatan formal saja.

Nampak pada laman muka tersebut, terdapat banyak cerminan dalam diri tiap mahasiswa. Pertama, mahasiswa memilih untuk aktif dalam kegiatan berorganisasi. Kedua, mahasiswa yang memilih untuk fokus

Terlepas dari ke empat cerminan tersebut, mahasiswa sebagai kaum intektual yang memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat haruslah dapat melihat dan peduli akan keadaan sosial minimalnya pada masyarakat terdekat.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 6


SUARA F T

Beberapa anak SD sedang asyik bercengkrama sembari membeli mainan di Desa Pager Wangi, Kecamatan Lembang, Selasa (27/3/2018). (Denis Purna)



C ATATA N M E D I A

Hikayat ‘Peduli-Tidak Peduli’ di Perguruan Tinggi TEKS RIFKA SILMIA SALSABILA (PEMIMPIN UMUM PERS SUARA MAHASISWA 2017-2018)

Selasa (6/3) seorang teman dari kampus ungu memberi kabar, ada pemecatan pegawai, pencabutan hak liputan pers kampus dan pemberhentian kegiatan organisasi mahasiswa di kampusnya. Satu kata yang terpintas dalam pikiran, kenapa? Untuk mengetahui jawabannya tentu butuh banyak konfirmasi, mari kita doakan saja teman-teman di sana agar dapat menyelesaikan masalah secepatnya. Permasalahan di atas memang sudah lumrah terjadi di sebuah perguruan tinggi, tapi bukan berarti ke-lumrah-annya itu dapat dibiarkan begitu saja. Ketika terjadi hal demikian, sudah seharusnya para civitas akademika 9

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

mempertanyakan kebijakan yang transparansi wajib masalah-masalah pendidikan.

alasan yang jelas dari dibuat. Bukan apa-apa, dilakukan demi mengurangi dalam sebuah lembaga

Mahasiswa menjadi yang paling vokal dalam meminta transparansi sehingga demokrasi pun kerap terjadi. Cara demikian sering menimbulkan pro dan kontra, ada yang menganggap hal tersebut sebagai langkah efektif agar aspirasinya didengar oleh pihak yang bersangkutan. Namun, ada pula yang menilai demonstrasi hanya akan membuang tenaga dan memilih cara lain, misal audiensi.


H I K AYAT ‘ P E D U L I -T I D A K P E D U L I ’ D I P E R G U R U A N T I N G G I

Terlepas dari apapun caranya, itu semua merupakan bentuk dari kepedulian terhadap kampusnya sendiri. Di sisi lain, ada istilah apatis yang menggambarkan orang-orang tak acuh terhadap masalah tadi. Kata apatis sendiri bermakna serupa dengan ‘tidak peduli’ atau ‘masa bodoh’. Kampus biru pun tidak terlepas dari berbagai masalah seperti di atas, entah itu terjadi di mahasiswa ataupun dari pihak universitas. Suara Mahasiswa pun kerap kali meliput berita tentang mahasiswa yang memberikan beberapa tuntutan kepada rektor. Di awali dengan BEMU yang mengadakan malam keakraban pada 10-11 Mei 2017 lalu, dengan membahas beberapa permasalahan di Unisba dengan pihak universitas. Selepas acara tersebut, mahasiswa pun tetap menunggu solusi dari pihak universitas. Tak kunjung memberikan perubahan, para mahasiswa yang mengatasnamakan Keluarga Besar Mahasiswa Unisba (KBMU) pun meminta pihak universitas untuk melakukan audiensi. Memang sepatutnya mahasiswa tidak diam jika ada yang keliru dengan kampusnya. Namun semua permasalahan harus menghasilkan solusi bersama. Tidak hanya menuntut dan menuntut. Belum sampai di situ, gelaran acara Ekspo sebagai salah satu program kerja BEMU dengan tujuan memperkenalkan organisasi, sempat dipertanyakan urgensinya. Pasalnya, acara tersebut idealnya dilakukan tak jauh dari ta’aruf tetapi baru digelar saat mahasiswa sudah memasuki semester dua. Jika tidak ada yang mengkritik keterlambatan tersebut, tidak akan ada evaluasi bagi BEMU dan kesalahan serupa bisa saja terulang. Kata apatis sering kali dikaitkan dengan konotasi negatif, misalnya apatis terhadap perlawanan kebijakan kampus yang mencekik pihak-pihak tertentu atau apatis terhadap keberlangsungan dinamika organisasi kampus. Unisba pernah mengalami aklamasi presiden mahasiswa (presma). Hal itu pun dianggap sebagai dampak apatisme mahasiswa. Usai periode presma hasil aklamasi, pemilihan umum (pemilu) pun digelar kembali. Beruntung, kejadian ‘calon tunggal’ presma tidak terulang lagi. Nama Priyo Puji Laksono pun keluar menjadi pemimpin baru.

Apakah hal tersebut bisa dibilang mahasiswa sudah tidak apatis? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, apatis artinya ‘tidak peduli’ atau ‘masa bodoh’. Makna itu pun sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sekarang coba posisikan diri menjadi seseorang yang rajin masuk kelas saat kuliah. Ketika melihat teman sekelas jarang mengikuti perkuliahan, mereka apun dijuluki apatis. Ya, masa bodoh dengan presensinya di kelas. Terhitung dari pertengahan 2017 sampai pertengahan 2018, masalah di Kampus Biru akan selalu bermunculan. Hanya dengan kepedulian, maka solusi pun akan ada untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Dalam proses menemukan solusi, tidak jarang ada pergesekan. Namun, itu hal yang wajar karena membuktikan masih ada yang peduli dengan universitas berlambang Ka’bah ini. Dari beberapa cerita di atas, terlihat semua orang pasti peduli-tidak peduli terhadap hal-hal tertentu. Bisa dibilang apatis itu sifatnya relatif, seperti keindahan fisik seseorang yang tidak mutlak diukur dengan satu sudut pandang. Dinamika tersebut pun sangat terasa di kehidupan perguruan tinggi. Pada akhirnya, jangan sampai kita disibukkan dengan menentukan ke-apatis-an seseorang, sehingga melewatkan hal-hal yang lebih penting untuk diatasi. Jangan sampai lupa juga untuk saling mengingatkan dan menyadarkan akan permasalahan yang terjadi di sekitar kita. Dalam rangka peduli terhadap lingkungan sekitar, majalah edisi kali ini akan menyuguhkan pandangan lain tentang apatisme. Dengan harapan, menilai ketidakpedulian seseorang bukan menjadi fokus utama. Melainkan, menggunakan perbedaan sudut pandang untuk menyatukan kekuatan dalam mencari keadilan.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 10


SUARA F T

Anak-anak SD tengah bermain selepas kegiatan belajarnya di Desa Pager Wangi, Kecamatan Lembang, Selasa (27/3/2018). (Puspa Elissa)



L A P O R A N U TA M A

Mahasiswa dalam Wadah Struktural TEKS IFSANI EHSAN FAHREZI FOTO DOK. SUARA MAHASISWA

“Maha” berarti besar atau agung, “Siswa” berarti seorang yang belajar dalam suatu institusi. Jadi, dalam arti tersebut bisa disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menjadi seorang pemuda terpelajar yang akan melaksanakan kebaikan demi bangsa. Selain kegiatan akademik di kelas, kegiatan non akademik seperti berorganisasi merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi seorang mahasiswa. Mengapa demikian? Menurut Kepala Bidang Ketenagaan, Akademik dan Kemahasiswaan Kopertis Wilayah IV, Deece Udansyah memaparkan bahwa dengan berorganisasi, minat dan bakat seorang mahasiswa bisa tersalurkan dengan baik. Kemudian, juga mahasiswa dapat berbagi, bersosialisasi dan mendapat pengalaman baru, serta mengasah soft skill sesuai dengan bidang yang di tekuni. Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 77 ayat 2, yaitu “Mewadahi kegiatan mahasiswa 13 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

dalam mengembangkan bakat, minat dan potensi mahasiswa. Mengembangkan kreativitas, kepekaan, daya kritis, keberanian dan kepemimpinan, serta rasa kebangsaan. Memenuhi kepentingan dan kesejahteraan mahasiswa. Mengembangkan tanggung jawab sosial melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.” Awal mula terbentuknya organisasi mahasiswa atau pergerakan mahasiswa diawali dengan adanya Boedi Oetomo. Lahir di Jakarta, 20 Mei 1908 menjadikan Boedi Oetomo sebagai wadah perkumpulan para pemuda terpelajar dari STOVIA. Pada generasi tersebut, terciptalah masa di mana kaum terpelajar dan mahasiswa


beberapa karakteristik mahasiswa yang aktif berorganisasi. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi lebih senang menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan. Selanjutnya, mereka lebih senang meluangkan waktunya untuk berkumpul di ruangan sekretariat organisasi. Kemudian, mahasiswa yang aktif berorganisasi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan non-akademis. Terakhir, bagi seorang mahasiswa yang memiliki jabatan di organisasinya akan lebih mengenal dunia luar dan hal-hal yang terjadi di sekitar kampus. Selain itu stigma bahwa organisasi mengganggu kegiatan akademisi tidaklah sepenuhnya benar. Dari hasil kuesioner Suara Mahasiswa yang dibagikan kepada 380 responden di tujuh universitas Kota Bandung menunjukkan data, 81.40% mahasiswa merasa kegiatan organisasi tidak menggangu kegiatan akademik. Tak hanya itu nyatanya 41.29% organisatoris mampu ber-IPK 3.1 sampai dengan 4.0, sedangkan 44.03% ber-IPK 0.0 hingga 2.0 sisanya memiliki IPK 2.1 hingga 3.0. Rata-rata mereka mengikuti organisasi untuk menambah jumlah relasi. sebagai aktor terdepan dalam mewujudkan kemerdekaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi salah satunya adalah Drs. H. Wahyu Sardono atau sering kita kenal dengan Dono. Salah satu personil dari grup lawak Warkop DKI ini merupakan seorang mahasiswa yang aktif dalam organisasi terutama dalam dunia kemahasiswaan. Saat itu Dono merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Indonesia (UI) dan ia tergabung dalam organisasi Mahasiswa Pencinta Alam UI (MAPALA UI). Salah satu peristiwa yang terjadi pada masa orde baru adalah tragedi Mala Petaka Limabelas Januari (Malari), 15 Januari 1974 merupakan peristiwa pertama perlawanan mahasiswa terhadap rezim orde baru dan Dono terlibat dalam aksi tersebut.

Salah satu contoh mahasiswa yang aktif dalam organisasi mahasiswa, membeberkan alasan keaktifannya dalam organisasi. Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Mohammad Refi Omar Ar Razy merupakan salah satu mahasiswa yang tergabung dalam salah satu organisasi atau himpunan dalam maupun luar kampus. Di dalam kampus ia mengikuti Himpunan Mahasiswa Depertemen Pendidikan Sejarah (HIMAS) dan di luar kampus ia mengikuti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Alasan ia mengikuti organisasi dan himpunan tersebut adalah adanya dorongan dari lingkungannya dan selalu aktif mengikuti organisasi sejak sekolah. Menurutnya, ketika mengikuti suatu organisasi atau himpunan akan mendapatkan ilmu yang lebih banyak dibanding hanya belajar di kelas biasa. Jadi, menurutnya percuma jika hanya belajar di dalam kelas saja, sedangkan banyak pelajaran yang bisa didapat ketika di luar

Dalam jurnal Keaktifan Berorganisasi dan Kompetensi Interpersonal, terdapat SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 14


L A P O R A N U TA M A

“Ketika mengikuti suatu organisasi atau himpunan akan mendapatkan ilmu yang lebih banyak dibanding hanya belajar di kelas biasa.

kelas seperti berorganisasi. Namun, tidak sedikit mahasiswa lebih mempertimbangkan kembali kegiatan organisasi mahasiswa. Menurut jurnal yang ditulis oleh Muhammad Rian Ari Sandi tentang Peran Sosialisasi Politik Organisasi Kemahasiswaan Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Mahasiswa menjelaskan kondisi organisasi kemahasiswaan saat ini. Dalam penelitiannya menyebutkan di dalam organisasi kemahasiswaan yang berada di (UPI) terdapat beberapa permasalahan salah satunya kurangnya pembinaan kemahasiswaan oleh lembaga. Kemudian, dalam jurnal yang ditulis oleh Christoper Desmawangga berjudul Studi Tentang Partisipasi Mahasiswa Program Studi Administrasi Negara Dalam Organisasi Kemahasiswaan Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman menjelaskan alasan sebagian mahasiswa meninggalkan kegiatan berorganisasi. Sebagian mahasiswa meninggalkan kegiatan berorganisasi karena tidak adanya gagasan-gagasan baru dalam organisasi tersebut, termasuk dalam perekrutan anggota baru. Sebagian mahasiswa lain beranggapan bahwa mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan adalah tidak mampunya mengatur waktu dengan baik dan lebih baik menghabiskan waktu dengan belajar untuk menyelesaikan perkuliahan dengan cepat. Layak kah Jika mahasiswa yang mengabaikan dan acuh terhadap pentingnya 15 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

berpartisipasi dalam kegiatan organisasi mahasiswa di-judge sebagai mahasiswa apatis? Menurut Kepala Seksi Ketenagaan Kopertis Wilayah IV, Aminatun bahwa judgement mahasiswa apatis terlalu ekstrem untuk dilontarkan, karena mahasiswa tidak ikut berorganisasi memiliki alasan masing-masing. Menurutnya, mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan organisasi mungkin memiliki target untuk lulus tepat waktu, sehingga mementingkan kegiatan akademiknya. Mahasiswa tersebut adalah mahasiswa akademisi yang mementingkan masa perkuliahan dan fokus terhadap perkuliahannya untuk mendapatkan nilai akademik yang setinggi-tingginya. Selain itu, mahasiswa ini sering mengejar kejuaraan-kejuaraan dan mementingkan prestasi dalam bidang akademik. Menyebabkan mahasiswa ini tidak mengikuti kegiatan berorganisasi di kampus adalah karena waktu ketika ia belajar tidak ingin terganggu dengan kegiatan berorganisasi. Kemudian, ada yang beralasan jika mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi dikarenakan ada kegiatan lain diluar kegiatan akademik, misalnya kerja atau enterpreneur. Deece Udansyah menjelaskan kembali bahwa sangat baik bagi mahasiswa yang ber-enterpreneur, karena untuk pengalamannya di dunia kerja dan kewirausahaan. Jadi ketika lulus kuliah, selain menciptakan tenaga-tenaga kerja yang handal, juga menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Bagaimana jika seorang mahasiswa yang berleha-leha dengan kegiatan akademik, organisasi, dan tidak berwirausaha pula? Aminatum enggan menyebutkan mahasiswa tersebut apatis, akan tetapi menyebutnya mahasiswa yang malas. Ia menyayangkan jika benar ada mahasiswa yang seperti itu, karena tidak sesuai dengan sifat mahasiswa yang seharusnya. Aminatum juga menjelaskan faktor yang memungkinkan hal tersebut terjadi, salah satunya adalah adanya paksaan untuk berkuliah, misalnya mahasiswa tersebut berkuliah di fakultas yang tidak ia inginkan atas dorongan dari orang tuanya.


ORGANISATORIS Berikut kami sertakan data hasil survey dari 380 responden mengenai karakteristik organisatoris. Mulai aktif di organisasi

68,5 %

Semester 1-2

28,3 %

2,7 %

Semester 3-4

0,5 %

Semester 5-6

Semester 7-8

Ruang lingkup organisasi

81,4 %

18,6 %

Dalam kampus

Luar kampus

Orang tua mendukung?

94,7 %

5,3 %

Ya

Tidak

Alasan mendukung?

75,4 %

10 %

Pengembangan diri

8,5 %

Percaya

Relasi

Alasan tidak mendukung?

37,3 %

Pulang malam

6,2 %

Lainnya

29,3 %

37,7 % Akademik terganggu

2,7 %

Tidak penting

Lainnya

Alasan aktif organisasi?

53,7 % Pengembangan diri

40,7 %

2,7 %

Kebutuhan

Relasi

Bidang Organisasi yang diikuti?

37,1 % Eksekutif

21,2 % 15,2 % 13,6 % 12,9 % Lainnya

Legislatif

Seni

Olahraga

Organisasi ganggu akademik?

81,4 %

Ya

SUMBER DATA SUARA MAHASISWA

18,6 %

Tidak

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 16


L A P O R A N U TA M A

Menunggang Ilmu Pengetahuan TEKS ABYAN ARRASID DAN PUTERI REDHA PATRIA FOTO MUHAMMAD SODIQ

Menggeluti ilmu pengetahuan dan memberikan perubahaan yang lebih baik sudah seharusnya dilakukan sebagai seorang agent of change bangsa ini, dengan materi yang ia terima selama menjalani pendidikan. Sudah semestinya mahasiswa dapat mengabdikan diri kepada masyarakat dengan kemampuan intelektual yang tinggi untuk membangun negeri dengan gagasan-gagasan yang cerdas.

17 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Memang, ada mahasiswa yang memilih jalan kehidupan kampusnya untuk fokus pendidikan dan lulus, adapun yang memilih untuk berkegiatan ekstra menuruti hobinya. Apa pun pilihannya, saat berada di kampus kegiatan yang tak bisa dilepas yakni belajar di kelas. Bagi mahasiswa yang tidak terlalu suka belajar, akan merasa cukup dengan pembelajaran di kelas. Selain itu, mahasiswa tipe akademisi ini akan sangat antusias jika menjadi delegasi lomba karya tulis ilmah, olimpiade keilmuan, dan sebagainya. Kegiatan tersebut sebagai output yang mereka hasilkan dari belajar. Wakil Rektor III Bagian Kemahasiswaan Unisba, Asep Ramdan beranggapan bahwa tipe mahasiswa yang terfokus di bidang akademik memiliki harapan yang baik dengan cara yang berbeda. Setiap mahasiswa dituntun untuk menjadi


M E N U N G G A N G I L M U P E N G E TA H U A N

kaum intelek dan berakademisi saat melakukan kegiatan di dalam kampus, akan tetapi kembali kepada keinginan individu. Dalam kegiatan perkuliahan, mahasiswa sedang melakukan self identification yang menata diri ingin menjadi seperti apa. Salah satu mahasiswa yang mendedikasikan dirinya untuk pengembangan bidang akademik, Imam Roban, seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika 2014 Universitas Komputer Indonesia (Unikom). Ia merupakan salah satu mahasiswa berprestasi dalam divisi robotik. Iman menceritakan timnya pernah meraih mendali emas dalam ajang Internasional. Mereka bersaing dengan kampus yang andal, salah satunya ITB. Selain berjuang mengharumkan nama bangsa Iman pun berusaha membanggakan almamaternya. Dua tahun Iman dan timnya mendedikasikan diri untuk melakukan pengembangan robot. Banyak karya yang telah mereka buat dalam masa baktinya. Salah satunya mengembangkan robot ‘Icon’ yang mencirikan kampus robotik, timnya membuat tiga robot ikonik diantaranya Bima, Nakula dan Sadewa. Robot Nakula dan Sadewa dirancang untuk berdiri tegak dengan dua roda berjalan seimbang dengan lihai. Robot-robot tersebut diprogram untuk dapat berinteraksi dengan dengan manusia, seperti menghampiri dan bersalaman dengan seseorang. Dilengkapi dengan audio memungkinkan untuk menyapa para hadirin. Sedangkan Bima merupakan robot display utama dalam pengenalan universitas untuk mahasiswa baru dan orang luar kampus. Pengembangan dalam lab robotik membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pihak universitas memfasilitasi para mahasiswa untuk menjalankan tugas di laboratorium. “Sayang kan kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Saya pengen mengharumkan nama kampus ini.” Dirinya merasa bahwa akademik sangat lah penting namun harus disalurkan seperti mengikuti kegiatan perlombaan. “Akademik itu penting , tapi tetep saya juga ingin punya prestasi. Saya tidak ingin menjadi mahasiswa

yang kuliah – pulang saja. Lebih ingin ada kesannya gitu, saya ingin ada yang bisa diberikan untuk almamater ini,” Lengkapnya. Mahasiswa yang aktif pada akademik ini tidak hanya kurang dalam kompetisi karya tulis tetapi kurang juga dalam keikutsertaan lomba keilmuan. Berdasarkan survei Suara Mahasiswa yang dilakukan pada 150 responden mahasiswa yang fokus pada bidang ini, sebanyak 52,31 persen responden tidak pernah mengikuti olimpiade keilmuan. Tetapi, tidak sedikit juga mahasiswa yang aktif mengikuti kompetisi keilmuan, responden sebanyak 97,6 persen mengikuti lomba sebanyak 1-4 kali. Mayoritas, mereka mengikutinya dengan per kelompok. Bidang yang menjadi fokus mahasiswa dalam kompetisi keilmuan sama seperti kompetisi karya tulis, yakni teknologi. Asep mengaku banyak menemukan tipe mahasiswa yang terlalu fokus ke bidang akademik yang menutup diri sehingga tidak tersalurkan bakat-bakatnya. Ia sangat menyayangkan hal seperti ini sering terjadi. Asep mengharapkan ada inisiatif dari mereka sehingga pihaknya dapat menyalurkan potensi yang mahasiswa miliki. Kepala Bidang Ketenagaan, Akademik dan Kemahasiswaan Kopertis wilayah IV Deece Udansyah, membedakan tipe-tipe mahasiswa dalam kegiatan kampus. Salah satunya mahasiswa yang berfokus ke Akademik. Mahasiswa yang satu ini sangat tertuju dengan yang namanya IPK, Nilai dan kegiatan perlombaan secara individu. Oleh karena itu dalam dirinya tidak terlalu memperdulikan sekitar yang sekiranya tidak menguntungkan dirinya. “Memang benar jika prioritas utama kita berkuliah itu mencari ilmu dalam kegiatan akademik kampus, cuman jikalau tidak terbiasa bersosialisasi dengan orang lain akan menyulitkan buat nanti terjun di masyarakat,” Ucapnya saat diwawancara pada (23/03/2018). FOTO OLEH VIGOR M. LOEMATTA

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 18


L A P O R A N U TA M A

Deece mengatakan, sebagai mahasiswa harus berperan aktif dalam mewujudkan tri dharma perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa juga harus bisa menjadi bagian dari masyarakat baik itu dalam kampus juga luar kampus. Mahasiswa memang seharusnya memprioritaskan dirinya untuk fokus ke bidang akademik untuk kelangsungan pendidikan karena tujuan utamanya di kampus adalah menempuh pendidikan. Di samping itu, mereka juga membutuhkan hard skill dan soft skill agar mudah terjun di masyarakat. “Mahasiswa itu sangat kompleks, ya idealnya sih keduanya bisa seimbang. Boleh giat di organisasi cuman yang jadi prioritas tetap belajar di kampus,� ujar Deece dengan tegas.

Ia juga menjelaskan bahwa Kemenristekdikti menerapkan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) di beberapa perguruan tinggi. SKPI sendiri adalah surat yang berisikan informasi tentang pencapaian akademik yang telah dikeluarkan oleh perguruan tinggi, berisi informasi tentang pencapaian akademik ataupun kualifikasi dari lulusan pendidikan tinggi. Deece merasa tidak ada lagi alasan untuk mahasiswa acuh soal akademik. Saat akan terjun ke dunia kerja, jutaan pesaing berlomba-lomba mendapatkan kelayakan dengan berprestasi di bidang akademik di bangku perkuliahan.

FOTO DOK. SUARA MAHASISWA

19 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 FOTO OLEH VIGOR M. LOEMATTA


AKADEMISI Berikut kami sertakan data hasil survey dari 101 responden mengenai karakteristik akademisi.

Punya karya ilmiah?

Bidang keilmuan 22,45% Komunikasi

Ya 69,33% 30,67% Tidak

18,37% Lainnya 40,82% Teknologi 18,37% Teknik

Banyaknya karya ilmiah yang dibuat

2-4 5-6

88,68% 11,32%

SUMBER DATA SUARA MAHASISWA

Mendapat beasiswa

57,14% Ya

42,86% Tidak

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 20


L A P O R A N U TA M A

Mahasiswa dan Ekonomi Masyarakat TEKS PUSPA ELISSA DAN IQBAL YUSRA KARIM FOTO PUSPA ELISSA

Mahasiswa produktif tak harus turun ber orasi, ataupun berdiam diri menelaah pengetahuan. Mereka bisa berperan membangun ekonomi masyarakat.

Di samping kegiatan kuliah demi pendidikan yang berguna bagi kualitas diri manusia. Menjadi mahasiswa dianggap sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan. Walaupun terkadang dalam kenyataan banyak sarjana yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan seperti lagu Iwan Fals berjudul Sarjana Muda. Yah, pengangguran jadi momok di Indonesia. Di tahun 2017 lalu Badan Pusat Stastistik (BPS) menyatakan jumlah pengangguran di Indonesia meninggkat sebesar 10 ribu orang menjadi 7,04 juta orang per Agustus lalu. Sebelumya, jumlah pengangguran hanya 7,03 juta orang. Melansir okezone.com Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri menganggap cara yang efektif untuk menekan angka tersebut yakni dengan berwirausaha. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya mendorong sektor ekonomi kreatif.

21 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018


M E N U N G G A N G I L M U P E N G E TA H U A N

Laba bersih yang saya peroleh 7 – 8 juta rupiah per minggu. Saya mempuyai 40 pekerja, bisa di katakan saya mengurangi tingkat penggangguran” Salah satu penggerak sektor wirausaha ialah Arya Padmadikara. Mahasiswa Telkom university itu berwirausaha dengan mendirikan pabrik handuk yang telah berjalan selama satu setengah tahun. Ia mengatakan tidak mau bergantung terhadap orang tuanya. “Dosen saya mengatakan. Ketika kamu menjadi entrepreneur selama 10 tahun, maka 10 tahun ke depannya kita sudah santai menjalani hidup,” katanya. Terbukti, usaha yang ia awali sejak masuk kuliah, sangat membantu biaya hidup Arya. Berkat usaha yang ia geluti, Arya dapat membiayai keluarga beserta adiknya yang masih kuliah. Selain itu, keterampilan manajerialnya pun terasah. Setidaknya dalam seminggu 20.000 handuk dapat diproduksi dan menghasilkan omzet sekitar 30 juta rupiah. “Laba bersih yang saya peroleh 7 – 8 juta rupiah per minggu. Saya mempuyai 40 pekerja, bisa di katakan saya mengurangi tingkat penggangguran”, tuturnya. Menurut Arya, dengan berwirausaha tidak membuat ia meninggalkan perkuliahan. Arya menegaskan tidak mengikuti kegiatan organisasi kampus, bukan karena dirinya tidak peduli. Baginya membantu masyarakat tidak harus mengikuti organisasi kampus tetapi dengan membuka lapangan pekerjaan pun sudah melakukan bakti sosial. “Apa yang saya lakukan itu tidaklah apatis.” SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 22


L A P O R A N U TA M A

Lain halnya dengan kisah Arya, Nabilla Indira Pasha lebih memilih bekerja. Berawal dari ajakan kerabatnya untuk bergabung di sebuah perusahaan di Bandung. Ia pun memutuskan kuliah sembari bekerja. Setelah bekerja Nabilla lebih bertanggung jawab. “Uang jajan pun jadi sendiri. Untuk pembagian waktu kuliah tidak terganggu karena waktu bekerja hanya akhir pekan. Lumayan juga nambah-nambah CV.” Usai cerita, Nabilla mengutarakan dirinya tidak mengikuti organisasi kampus seperti mahasiswa lainnya. Seusai kuliah ia harus memeriksa data di kantor. Tidak adanya waktu membuat ia tidak mengikuti organisasi di kampus. Melalui surat elektronik, Ketua Hipmi Kota Bandung, Harris Sugiharto mengatakan berorganisasi tidak dapat di paksakan. Hal ini bergantung pada individu. “Memang secara umum orang yang senang berorganisasi akan lebih mudah menyesuaikan diri di kehidupannya. Tapi banyak juga yang terlalu berpolitik pada saat bekerja. Ya, sifat politik nya itu yang lebih dominan,” balas Harris.

23 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Tak melulu seperti itu, Layla Nur Syifa Romdoniah dapat bekerja sembari berorganisasi di kampus. Mahasiswi Prodi Teknik Industri 2015 ini bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan di Bandung dari semester tiga hingga sekarang. Ia juga aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Unisba. “Cara membagi waktunya sih ga susah, bekerja di bidang marketing tidak menyita waktu kuliah saya. Kegiatan organisasi juga sama tidak menyita waktu, misalnya ada rapat, kalo satu gak hadir bisa di wakilkan. Jadi gak berat banget.” Kepala Prodi Teknik Industri Unisba, Nugraha menanggapi terkait keapatisan mahasiswa terhadap organisasi. Ia mengatakan pengalaman organisasi sangat diperlukan. Tidak harus ada apatis di kalangan mahasiswa. “Organisasi membentuk karakter dan pribadi kita. Justru dengan organisasi akan memberikan keberhasilan yg akan datang di dunia kerja. Pun dengan ber-entrepreneur bisa melatih jiwa kemandirian, inisiatif yang lebih bagus, dan kreatif pula,” katanya pada Rabu (13/3/2018).


Enterpreneur Berikut kami sertakan data hasil survey dari 217 responden mengenai karakteristik entrepreneur.

BIDANG YANG DIGELUTI ENTREPRENEUR 82,09%

KERJA 17,91%

BIDANG KERJA SWASTA

27,87%

MEDIA 24,59%

LAINNYA

47,54%

JUMLAH PENDAPATAN DALAM SEBULAN

Rp1.000.000 - Rp5.000.000

62,71%

<Rp1.000.000

32,20% 3,39%

Rp5.000.000 - Rp10.000.000

1,69% Rp10.000.000 - Rp15.000.000

25% 75% SUMBER DATA SUARA MAHASISWA

Mendapat uang dari orangtua Tidak mendapat uang dari orangtua

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 24


L A P O R A N U TA M A

Kausa Mahasiswa Apatis TEKS INDAH NURAZIZAH DAN GINA FATWATI FOTO MUHAMMAD SODIQ

Stereotype apatis mahasiswa masih tertanam dalam benak sebagian mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi. Nyatanya, di balik pandangan apatis terhadap mereka, ada saja sesuatu yang mungkin dikerjakan. Sebab setiap mahasiswa memiliki sisi keapatisannya sendiri. Beda halnya dengan mahasiswa yang memang benar-benar dikategorikan apatis, mereka tidak tertarik untuk mengikuti organisasi, suatu kegiatan, atau pun melakukan sesuatu selain kuliah pulang kuliah pulang atau biasa dikenal dengan sebutan mahasiswa kupu-kupu. Hal itu turut diakui oleh Mahasiswa Fakultas Dakwah Unisba, Rakha Dendi Pratama. Ia merasa 25 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

malas untuk berorganisasi karena tidak mau mengikuti rangkaian diklat yang biasa dilakukan oleh setiap organisasi diawal keanggotaan. Ia juga mengungkapkan tidak ada kesibukan ataupun kegiatan lainnya selain kuliah. “Kesibukannya makan, mandi, tidur, belajar, main game ya gitu,� ungkap mahasiswa 2017 ini pada Selasa (13/3). Akibat ketidak peduliannya tersebut, Rakha sempat telat melakukan perwalian karena tidak mengetahui informasinya. Ia membenarkan kesehariannya hanya kuliah pulang-kuliah pulang. Namun ia juga menyadari pentingnya memiliki kegiatan lain di luar jadwal kuliah, dan berharap dapat meninggalkan kebiasaan buruknya untuk bermalas-malasan.


K A U S A M A H A S I S W A A PAT I S

Beda halnya dengan Ayu Adjeng Yuniar yang tidak ikut aktif dalam berorganisasi, karena merasa kurang terbuka dengan lingkungannya yang sekarang. Adjeng mengaku tidak bisa berbaur dengan lingkungan baru jika hanya ia sendiri tanpa di temani teman-temen dekatnya. “Karena temen-temen deket aku pada gak ikutan, jadi aku juga gak ikutan,” ungkap Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba 2016 ini. Ditanya perihal enterpreneur, Adjeng bercerita saat awal masuk kuliah ia dan satu orang temannya sempat membuka usaha online shop. Namun usaha itu tidak bertahan lama sekitar satu tahun, hal itu dikarenakan orang tuanya yang tidak setuju. Menurut orang tuanya, yang perlu ia lakukan adalah fokus kuliah tanpa memikirkan untuk mencari uang. “Papah aku sih yang gak ngebolehin banget, soalnya pas aku buka online shop itu papah aku gak setuju,” terangnya. Setelah berhenti dari usaha online shop-nya, Adjeng mengaku kegiatan sehari-hari yang ia lakukan sekarang ini hanyalah kuliah pulang-kuliah pulang. Karena hal itu ia juga mengaku kurang mendapatkan pengalaman. “Pulang kuliah juga langsung main, gitu aja tiap hari gak ada kegiatan apa-apa lagi. Makanya kupu-kupu aku mah, apatis banget,” akunya. Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi 2016, Auranti Galuh P. Juga memilih untuk tidak berorganisasi karena merasa cukup dengan organisasi yang pernah diikutinya selama di sekolahnya dulu. Selain itu, keaktifannya semasa sekolah membuatnya jenuh dan enggan untuk kembali mengikuti organisasi. Ketika resmi menjadi mahasiswi Unisba, Aura memutuskan untuk tidak mengikuti sama sekali organisasi. Bukan tidak tertarik, tetapi jarak yang jauh antara rumah dan kampus, serta tidak adanya transportasi menjadi salah satu alasan tidak mengikuti

organisasi. Ia juga mengaku ingin fokus kuliah dan lulus sesuai dengan target. Saat ini, ia lebih memilih disibukan dengan peran barunya sebagai asisten laboratorium (Aslab). “Pokoknya sekarang Aura berpikir udah masuk semester empat, insyallah empat tahun ingin lulus tepat waktu,” ujar Aura. Namun Aura tetap menyadari akan pentingnya organisasi sebagai media pengembang diri dan melatih kepemimpinan. Sangat disayangkan memang, sebagai mahasiswa yang berlebelkan agen perubahan namun masih menghabiskan waktunya hanya untuk bermalas-malasan tanpa melakukan kegiatan apapun. Lantas, apa yang bisa ia ubah jika terhadap lingkungan sekitar pun acuh. Berdasarkan dari kuesioner yang telah disebar oleh Suara Mahasiswa, presentase perempuan sebesar 57,89 persen, sedangkan laki-laki 42,11 persen. Berbagai alasan pun mereka ungkapkan 34,78 persen mahasiswa merasa malas untuk melakukan kegiatan di kampus atau pun berwirausaha, 4,35 persen menganggap hal itu tidak penting dan 60,87 persen lainya memiliki alasan yang beragam. 50 persen dari mereka memilih untuk pulang dan beristirahat dirumah ataupun kos seusai kuliah, 17,86 persen memilih untuk nongkrong-nongkrong. Sisanya memilih untuk bermain band, main, pacaran dan sebagainya. Mereka pun memiliki karakteristik atau kepribadian yang tentunya berbeda dengan mahasiswa organiastoris, akademik, maupun enterpreneur. Menurut data yang diperoleh, mahasiswa jenis ini biasanya menghindari duduk di depan saat peroses belajar dikelas. Selain itu, sebelum perkuliahan di mulai sebagian besar dari mereka jarang mempersiapkan terlebih dahulu materi yang akan dipelajari atau bahkan tidak sama sekali membaca buku ataupun membawa buku panduan. Meskipun begitu mereka

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 26


L A P O R A N U TA M A

tetap dapat menangani tugas sesuai target waktu, fokus pada tujuan dan berkorban demi mencapai tujuan. Hal itu turut di tanggapi Parihat Kamil, dosen Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Fakultas Dakwah Unisba. Menurutnya menjadi siapa pun itu, diharapkan tidak acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Terlebih mahasiswa yang menurutnya harus peka terhadap lingkungan sosial dan budaya di manapun ia berada. “Mau jadi apa nantinya jika cuek terhadap lingkungan sekitar, tidak akan mendapat wawasan dan pengalaman. Padahal itu juga sebuah pembelajaran,� jelasnya saat ditemui di Ranggagading No. 8 pada Senin (9/4). Parihat berharap mahasiswa tidak hanya mengais ilmu dari bangku kuliah saja, tetapi juga belajar hidup dari lingkungannya saat ia kuliah. Menurutnya hal itu dapat menjadi pembelajaran untuk menghadapi persoalan-persoalan yang nantinya akan dihadapi. Namun ia juga mengungkapkan bahwa mahasiswa harus memiliki skala prioritas, jangan sampai tujuan utama kuliah terbengkalai akibat terlalu aktif organisasi. “Bukan tidak boleh berorganisasi, jangan sampai di organisasi aktif tapi akademiknya jeblok, IPK-nya kecil,� ungkapnya. Namun, Parihat juga mengungkapkan bahwa pentingnya berorganisasi ataupun memiliki kegiatan lain di luar kuliah sesuai dengan minatnya. Untuk menghindari perilaku apatis ia menyarankan mahasiswa untuk mencari teman yang baik dan lingkungan yang kondusif, sehingga mahasiswa tersebut juga terpacu untuk ikut serta dalam suatu kegiatan. Apatis bisa saja dikurangi dengan berbagai cara, misalnya pada saat proses pengenalan mahasiswa baru. Dalam tahap itu, mahasiswa baru masih berada ditahap transisi dari murid sekolah menjadi seorang mahasiswa yang dituntut kritis, kreatif dan

27 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

inovatif. Dengan demikian, masa pengenalan ini menjadi penting untuk mengarahkan mahasiswa agar bisa lebih peka terhadap lingkungannya dan bisa berguna bagi masyarakat berdasarkan minat dan bakatnya.

Potret mahasiswi Unisba saat tengah berbincang bersama teman-temannya di Tangga Batu Jalan Tamansari No. 1 Universitas Islam Bandung, Senin (9/4/2018). (Gina Santia)


UMUM Berikut kami sertakan data hasil survey dari total keseluruhan sebanyak 755 responden. Semester

67.26%

1-2 Waktu mahasiswa melakukan kegiatan kampus

28.32%

3-4 5-6 7-8

2.65% 1.77%

Enterpreneur

Organisasi

54.62%

19.33% Akademisi

Kegiatan mahasiswa yang dipilih

17.65%

Lain-lain

8.40%

Luar kampus

29.20%

70.80%

Ruang lingkup kegiatan mahasiswa

Dalam kampus

SUMBER DATA SUARA MAHASISWA

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 28


SUARA F T

Wisudawan diangkat oleh kerabatnya setelah mengikuti acara pelantikan sarjana Universitas Islam Bandung (Unisba), Sabtu (17/2/2018). (Puspa Elissa)



J E N D E L A H AT I

Berhenti ‘tuk Sikap Apatis OLEH KOMARUDIN SHALEH DEKAN FAKULTAS DAKWAH UNISBA

31 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018


S I K A P A PAT I S

Bagi seorang muslim apatis terhadap sesuatu yang negatif adalah tidak benar. Muslim seharusnya respek dan peka karena punya kewajiban berdakwah agar dampak negatif itu tidak menyebar lebih luas. Ada orang yang berpandangan bahwa apatis merupakan sikap yang negatif, pandangan tersebut suatu kewajaran karena, secara teoritis istilah apatis diartikan tanpa perasaan, dalam psikologi diartikan “ketidak pedulian”. Pandangan itu tidak dapat mutlak disalahkan, juga belum tentu kebenaran yang hakiki. Ketika sesorang apatis terhadap sesuatu yang berdampak negatif itu merupakan bentuk proteksi diri agar tidak terjebak dalam situasi buruk dan merugikan diri. Bagi seorang muslim apatis terhadap sesuatu yang negatif adalah tidak benar. Muslim seharusnya respek dan peka karena punya kewajiban berdakwah agar dampak negatif itu tidak menyebar lebih luas. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang melihat kemungkaran (yang pasti berdampak negatif), maka ubahlah dengan tanganmu (kekuasaanmu), bila tidak mampu dengan tanganmu. Ubahlah dengan lisanmu (tabligh), bila tidak bisa dengan lisanmu. Maka ubahlah dengan hatimu (do’a) dan itu selemah-lemah iman”. HR. Muslim no. 78). Seseorang yang bersikap apatis terhadap sesuatu yang positif adalah sebuah kekeliruan atau penyimpangan kepribadian. Karena orang itu akan menjadi manusia yang egois, individualis, dan keras hati. Mahasiswa adalah generasi pengusung Iptek dan moral, yang harus jadi motor penggerak lahirnya berbagai produk budaya dan peradaban baru, yang sarat dengan kecerdasan, nalar keilmuan, penuh inovasi, dan kaya pernuh kreatif. Lahir dari perguruan tinggi

atau universitas sebagai lembaga ilmu pengetahuan, riset (penelitian), dan pengabdian. Hingga akhirnya dapat memberi warna baru dalam kehidupan sosial masyarakat yang mampu memelihara marwah universitas. Itulah peran mahasiswa, selain pimpinan dan dosen. Seorang mahasiswa di sebuah universitas besar, yang tekun dengan studinya saja, dan apatis terhadap kegitan kemahasiswaan, tipe itu hanya dapat sukses menyelesaikan studi lebih cepat dari teman-temannya. Sikap seperti itu hanya untuk kepentingan dan kesenangan hidup diri, atau orang tuanya sendiri. Mahasiswa tersebut akan menjadi orang yang egois, dan kuper, senang sendiri, pencemburu, dan emosional. Bahkan frustasi saat dia minta bantuan orang lain, karena akan sulit jika dia mengeksklusifkan diri, padahal manusia tidak bisa itu makhluk sosial. Unisba memotivasi seluruh mahasiswanya untuk peka. Tidak boleh apatis terhadap situasi sosial yang terjadi, terutama dengan perspektif ajaran Islam sebagai, pijakan awal hati berniat, akal berpikir, dan kaki melangkah. Sebaiknya hindarkan diri dari sikap apatis terhadap apa yang terjadi, karena dalam ajaran Islam “Sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberi manfaat bagi orang lain”. Wallahu a’lam bish-showab

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 32


POJOK BANDUNG

Cagar Alam Junghuhn, Wadah Tanaman Anti Malaria TEKS DAN FOTO SUCI PEBRIANTI

Bandung, kebanyakan orang juga menyebutnya dengan julukan kota kembang. Masyarakat menganalogikan julukan tersebut adalah kecantikan gadis bandung. Namun, siapa sangka terdapat julukan lain sebelum itu, jawabannya terletak di kawasan Cagar Alam Junghuhn, Lembang, Bandung. Mulailah kami bergegas mencari tahu cerita dibalik julukan terdahulu kota Bandung. Tim Suara Mahasiswa, menelusuri jalan di daerah Bandung Barat dengan sepeda motor, tepat di Jalan Jayagiri dua Kecamatan Lembang menuju Cagar Alam Junghuhn. Sesampainya di sana kami masuk ke dalam gerbang, terlihatlah sebuah tugu putih yang sederhana dengan bentuk mengerucut bertuliskan Dr. Franz Wihelm Junghuhn. Tugu itu adalah makam dari tokoh tersebut yang berada di antara banyaknya pohon kina. Namun, suasana yang terlihat di sana sangat sepi pada waktu itu. Jauh dari kesan bahwa kawasan ini merupakan tempat wisata. Faktor itulah yang membuat saya bertanya-tanya apa sebenarnya tempat ini. 33 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Akhirnya, kami menghampiri kantor petugas Cagar Alam Junghuhn, lalu bertemu dengan petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) yang bernama Asep Suryana. Ia pun mulai menegaskan bahwa cagar alam ini memang bukan tempat wisata. Tetapi, kebanyakan orang melakukan penelitian di kawasan ini. “Di sini tidak terfokus untuk membudidayakan, kami hanya menyediakan sarana edukasi bagi anak-anak sekolah bagaimana cara memperlakukan kina agar keasriannya terjamin,� ucap lelaki berkumis tipis tersebut. Asep menambahkan, jika pengelolaan tempat ini berbeda pada zaman dahulu dan sekarang. Bahwa saat dulu Cagar Alam Junghuhn itu di


C A G A R A L A M J U N G H U H N , W A D A H TA N A M A N A N T I M A L A R I A

diperbolehkan menebang pohon yang tumbuh secara alami. Namun, asumsi warga sekitar berlainan, karena dulu sempat dirawat oleh dinas parawisata. Masyarakat berfikir bahwa seharusnya taman itu bersih, teratur dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Tidak hanya terdapat sebuh tugu di tempat ini. Di sudut lain tak jauh dari tugunya terdapat suatu lahan budidaya pohon kina. Kebetulan, di tengah asiknya mengobrol, kita diajak untuk menelusuri lahan tersebut. Asep pun turut menjelaskan bahwa di Cagar Alam Junghuhn sendiri terdapat 150 budidaya pohon kina yang baru dan sudah lama.

Salah seorang pengunjung sedang membaca tulisan Monumen Taman Junghuhn yang bertempat di Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada Selasa (10/4/2018). kelola oleh Dinas Parawisata Produksi Jawa barat dan BBKSDA . Namun, sekarang telah dikelola sepenuhnya oleh BBKSDA sebagai cagar alam. Maka, Asep pun menjelaskan bahwa kita harus bisa membedakan antara taman wisata alam dan cagar alam. Karena cagar alam perkembangannya berlangsung secara alami dalam artian harus apa adanya tidak seperti taman pada umumnya. Jika kita melihat payung hukum yang ada di bbksda bagian cagar alam bahwa tidak

Membicarakan soal budidaya kina di sana, Asep menjelaskan bahwa kina tidak bisa tumbuh dari biji yang biasa saja. Namun, biji kina harus di produksi terlebih dahulu, dengan cara pembibitan semai sambung. Di mana batang bawah kina adalah semai succi yang di tanam di kebun. Kemudian penyambungan dilaksanakan pada saat bibit bawah berumur 8-12 bulan dengan yang asli, lalu di bungkus dengan plastik supaya mengurangi penguapan, baru bisa tumbuh. “Dari Amerika Selatan, Junghuhn membawa kina ke Indonesia dan dibudidayakan. Akhirnya berhasil menjadi produk terbesar di dunia bahkan Bandung sendiri pada waktu itu di sebut kota kina,” tuturnya.

Nasional Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Achmad Iriyadi menjelaskan Junghuhn sangat tepat membawa kina ke daerah Lembang, Bandung karena memiliki dataran yang tinggi. Kina pun sangat dibutuhkan untuk pengobatan malaria. Manfaat itulah yang menjadi faktor juga tumbuhan ini sangat dikenal oleh masyarakat dunia. “Junghuhn sosok yang berjasa bagi Indonesia, dia telah memperkenalkan bangsa kita keseluruh dunia. Bahkan jika kita berangkat ke luar Negeri, akan lebih mudah dikenal karena pada saat dulu di negara kita bisa memproduksi Kina yang cukup tinggi” ucapnya saat ditemui SMAK BPK 1 Penabur pada Jumat (09/03). Melanjutkan cerita saya bersama Asep di cagar alam, ia sempat mengeluh karena kurangnya perhatian dari warga setempat pada tempat ini. Menurutnya, pemerintah kurang melakukan sosialisasi kepada warga. Sehingga warga pun minim pengetahuan akan sejarah kina dan Junghuhn sendiri. “Harapan saya tidak hanya BKSDA yang memperhatikan, tetapi warga sekitar pun. Terutama pemerintah daerah yang seharusnya memiliki perhatian khusus terhadap cagar alam. Terlebih, Cagar Alam Junghun ini merupakan salah satu aset negara,” tutupnya

Sedikit cerita mengenai sosok seorang Junghuhn, menurut Kurator Musium Pendidikan SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 34


TATA P M U K A

Dini Dewi Haniarti: Itu dapat Memicu Perang Dunia Ketiga TEKS FADIL MUHAMMAD FOTO DOK. PRIBADI

Perang bukan lagi berarti angkat senjata, mengirim tantara atau saling adu kekuatan. Perang sudah bertambah bentuk jadi sesuatu yang lebih abstrak, dan tanpa bentuk yang pasti. Beruntung Indonesia punya ahli yang bisa mengedukasi tentang perang di zaman ini. 35 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018


D I N I D E W I H A N I A R T I : I T U D A PAT M E M I C U P E R A N G D U N I A K E T I G A

Wanita itu dikenal dengan nama Dini Dewi Heniarti. Ia muncul sebagai sosok yang sadar akan pentingnya memahami hukum dalam peperangan. Dini merupakan salah satu dari tiga ahli hukum perang di Indonesia. Ilmu yang dimilikinya, ia amalkan dengan menjadi dosen di Fakultas Hukum Unisba sejak tahun 1991 hingga saat ini. Saat ditemui oleh Suara Mahasiswa, Dini bercerita bagaimana ia memulai karirnya sebagai ahli hukum perang. Karirnya dimulai ketika ia bergabung dengan Kementerian Pertahanan dan membangun koneksi dengan cara mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hukum perang dan militer. Berkat keahlian dan kerja kerasnya selama ini, ia juga menjadi salah satu pengajar di Seskoad TNI dan Universitas Pertahanan. "Saya disebut ahli hukum perang bisa, hukum militer juga bisa. Karena itu di dalam hukum militer terdapat hukum perangnya, dan juga ada pertahanannya," tutur wanita yang juga merupakan Presiden dari Asosiasi Profesor dan Doktor Hukum Indonesia (APDHI). Sebagai ahli hukum perang, ia sudah menulis delapan buku dan kerap melakukan perjalanan ke berbagai negara, untuk menjadi pembicara dan mempresentasikan jurnal ilmiahnya terkait hukum perang. Dalam perjalanannya Dini selalu mendapatkan dana bantuan dari Dikti, Alhasil kini 31 negara dari lima benua di dunia sudah dijelajahi. Pada tahun 2012 dirinya melakukan presentasi di Yunani, topik

“Mahasiswa harus gagah bukan secara fisik saja. Melainkan gagah secara pikiran, berani dalam mengambil sikap, tindakan, dan apapun itu.

pembahasananya ialah mengenai tren peradilan militer. Saat itu, ada satu hal menarik yang dikatakan oleh salah seorang profesor. "Pas lagi istirahat ada yang bilang ‘you are woman, wearing hijab, but you interested a militer law, how can?’," ucapnya. Tepat pada tahun 2013, salah satu jurnalnya yang berjudul ‘Countermeasures Terrorism in Indonesia : An Analysis Trough Point of View of Sociological and Juridical Approach’ mendapatkan predikat jurnal terpopuler dari New York Police Department (NYPD), jurnal ilmiah tersebut dipresentasikan pada acara 50 tahunan Academy Criminal Justice Sciences di Dallas Texas, USA, dengan NYPD sebagai penyelenggara acara tersebut. Tentu banyak rintangan yang dihadapi seperti perbedaan cuaca, bahasa, dan budaya yang berbeda mewarnai perjalannya. Bahkan ketika ia menjajaki beberapa negara di Amerika, imigrasi bandara membuat dirinya sempat dicurigai oleh pihak berwenang. Karena penampilan serta statusnya sebagai akademisi hukum perang, banyak pertanyaan yang dilontarkan kepadanya sehingga membuat waktu pemeriksaan lebih lama dari biasanya. Bukan cuma di luar negeri, Dini juga mencoba untuk menyadarkan masyarakat Indonesia untuk ready to combat. Ia menjelaskan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi perang tanpa bentuk atau yang disebut proxy war dan hybrid war. Dini bercerita bahwa perang tanpa bentuk bukanlah perang terbuka antar angkatan bersenjata, melainkan perang dalam berbagai lini kehidupan seperti ideologi, ekonomi, sosial dan budaya, serta sumber daya alam. "Contohnya minyak di blok Ambalat dan tiga blok migas perairan Natuna yang diprediksi selama 40 tahun ke depan tidak akan habis, hal itu dapat memicu perang dunia ketiga.” Ia mengungkapkan setidaknya sebagai ahli hukum perang ia dapat melakukan perumusan untuk

mengakomodasi ketika perang tanpa bentuk ini terjadi. Karena itu menurutnya protokol internasional saat ini belum bisa mengakomodasi perang tanpa bentuk tersebut. Menjadi seorang dosen, Dini dikenal sebagai sosok yang hebat, mandiri, pemberani, dan berkompeten. Hal itu diutarakan oleh salah satu mahasiswanya, Nur Ayu Sutarti. Menurutnya saat Dini mengajar, Ia selalu membahas mengenai persoalan konflik yang harus dipahami dan dihadapi ke depannya sebagai Warga Negara Indonesia. Bahkan tidak jarang Dini langsung membawa salah satu tentara untuk berbagi cerita, pengalaman dan pemahamannya mengenai militer. "Saya belajar semangat berpendidikan dari beliau. Selain dari inspirasi itu saya juga mendapat berbagai ilmu di bidang hukum militer dan juga mengetahui konflik yg terjadi saat ini (baca: proxy war). Hal itu membuat saya sadar harus merubah diri menjadi lebih baik jika tidak ingin kalah dari ‘perang‘ tersebut," tutur mahasiswa Fakultas Hukum Unisba 2015 ini. Di akhir perbincangan, Dini sempat berpesan kepada mahasiswa bahwa sebagai generasi yang akan meneruskan peran dirinya, mahasiswa harus gagah bukan secara fisik saja. Melainkan gagah secara pikiran, berani dalam mengambil sikap, tindakan, dan apapun itu. Ia berharap generasi muda saat ini mampu lebih survive dan juga mengembangkan wawasannya. "Terutama harus berani jangan kalah sama orang tua kayak saya. Kalau anak muda kan lebih fresh dari segi jasmani. Karena di belahan dunia mana pun itu bumi sama, cuman beda bahasa, negara jadi gak usah takut.” Perang di era sekarang ini memang tak terasa, tetapi akan bahaya jika tetap dibiarkan. Kita sebagai generasi muda harapan bangsa, jadilah sosok yang berguna bagi negara. Jangan abaikan perang yang ada di depan mata, sebab itu bisa menghancurkan masa depan kita.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 36


B U D AYA

Ragam Ungkapan Rasa Syukur di Desa Cikondang TEKS DAN FOTO MUHAMMAD SODIQ

Gerbang menuju hutan larangan yang hanya diperbolehkan masuk saat bersama juru kunci serta diwajibkan melepas alas kaki saat memasukinya. Selasa (10/4/2018)

Istiadat tentu sulit dipisahkan dari masyarakat tradisional. Dilakukan secara turun temurun, sebuah kegiatan menjadi tradisi yang wajib dilestarikan. Seperti halnya Kampung Cikondang, Kabupaten Bandung yang mempertahankan tradisi. leluhurnya.

37 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Nama Cikondang diambil dari kata ‘ci’ berarti nurani dan ‘kondang’ yaitu terkenal yang dinamakan oleh pendatang asal Cirebon. Mereka datang untuk berdakwah pada abad ke-16. Tidak ada yang tahu pasti mengenai identitas para pendatang. Namun, warga sekitar menganggapnya sebagai leluhur dan menyebutnya dengan Uyut Istri dan Uyut Pameget. Kedatangan saya disambut oleh Ilin Dasyah. Abah Ilin, panggilannya, mengatakan warga kampung rutin melakukan ritual Wuku Tawun. Tradisi ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan dan leluhur yang telah memberikan lahan pertanian, tempat tinggal serta mata air.


RAGAM UNGKAPAN RASA SYUKUR DI DESA CIKONDANG

Persiapan Wuku Tawun berlangsung sejak tanggal 1 sampai 14 Muharam setiap tahunnya. Sekitar 170 warga setempat berpartisipasi menyiapkan hidangan untuk acara puncak pada 15 Muharam. Perempuan menumbuk padi huma, sawah, dan ketan di lisung (perkakas tradisional). Sedangkan pria kurang lebih memotong 100 ayam kampung. Nantinya bahan makanan dicampur bumbu dan rempah-rempah pemberian warga luar Kampung Cikondang. Selain itu disajikan pula kue tradisional seperti ampengan ketan, opak, wajit, dan rujak si manis madu. Hasil tumbukkan padi diolah menjadi sekitar 220 tumpeng. Terdapat tiga jenis tumpeng yang wajib dihidangkan; padi huma berisi ayam berbulu abu-abu, padi sawah dengan ayam berbulu hitam, dan padi ketan berisi ayam berbulu putih. “Perbedaan bulu ayam memiliki makna masing-masing; hideung (hitam) yang bersinonim hideng (giat) berarti rajin, putih artinya suci, dan abu-abu jangan serakah,” jelas pria berumur 83 tahun itu. Selain Wuku Tawun, warga Kampung Cikondang pun rutin melakukan upacara Hajat Lembur. Upacara tersebut merupakan ungkapan raya syukur terhadap kelancaran mata air yang dilakukan setiap bulan Safar. Beranjak dari rumah Abah Ilin, saya bertemu Djuhana sang juru kunci Kampung Cikondang. Ia mengajak saya mengunjungi Hutan Larangan. Dulu, hutan tersebut digunakan tempat berdiskusi orang Cirebon ketika akan berdakwah. “Mereka merancang strategi berdakwah di hutan ini,” tutur pria berpenampilan adat Sunda tersebut. Hutan larangan sangat dijaga kelestariannya, terlihat dari aturan yang megikat. Siapapun yang masuk ke hutan harus melepas alas kaki. Waktu berkunjung pun hanya diperbolehkan pada Senin, Rabu, Kamis, dan Minggu. Pada Selasa, Jumat, dan Sabtu hanya keturunan leluhur yang diperbolehkan masuk.

Seorang juru kunci desa adat Cikondang sedang berjalan di halaman rumah adat yang tersisa satu setelah kebakaran yang melanda tahun 1942. Konon, di tahun 1942 terjadi kebakaran di dalam hutan yang menyisakan satu rumah adat. Hingga saat ini rumah tersebut masih berdiri kokoh. Bentukan rumah hingga kini masih seperti dulu. Beratap julang ngapak (bentuk atap rumah yang melebar di kedua sisi), berbahan kayu bambu dan ijuk, lima jendela beserta teralis, dan satu pintu. “Rumah berbahan kayu alasannya menghindari penggunaan bahan dari tanah, lalu lima jendela artinya waktu ibadah, sembilan teralis simbol jumlah walisongo, dan satu pintu yang berarti ‘dari sana pulang ke sana’,” kata Djuhana. Djuhana bertutur kehidupan warga masih kental dengan adat Sunda-nya. Sebagai contoh, rumah panggung berdiri berdasarkan adat Sunda yakni bangunan tersebut tidak menggangu kondisi tanah. “Nu lamping diawian, nu datar mah prak imahan, nu legok mah dibalongan (tanah miring ditanam bambu, tanah datar dijadikan rumah, tanah cekung dijadikan kolam).” Warga Kampung Cikondang pun peduli dengan masalah lingkungan hidup. Sambil menunjukkan pin Gerakan Hejo yaitu simbol program pemulihan lingkungan hijau Jawa Barat, Djuhana mengatakan Kampung Cikondang merupakan demontration plot karena warganya antusias dengan pertanian. SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 38


BIDIK

Bantu Permasalahan Sosial Indonesia Melalui Matahari Kecil TEKS PUSPA ELISSA FOTO DOK. PRIBADI

“Menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial di Indonesia melalui pendekatan pendidikan dan Keagamaan,” begitulah bunyi tujuan komunitas Matahari Kecil.

Setelah melewati padatnya Kota Bandung kala itu, ditemani pula asap tebal bus Damri. Aku sampai di Jl.Gading Barat III No.14 Arcamanik, tujuanku menyambangi Komunitas Matahari Kecil (Matcil). Satu bangunan berwarna abu menyambut, melongok aku pada kaca bangunan itu, ku dapati siswa-siswi berseragam putih biru yang sedang duduk rapih.

ka Gading Regency. “Sekolah ini ada karena kakak – kakak Matahari lho,” pamer gadis polos itu.

Usai mereka keluar, aku pun berkeliling melihat suasana isi bangunan itu bersama seorang siswi bernama Wati. Ia memperlihatkan dua rak buku tertata rapih yang mereka sebut perpustakaan. Terlihat pula hiasan dinding bertuliskan SMP Terbu-

** Setelah melewati hujan aku tiba di kedai kopi yang telah dijanjikan. Terlihat pemuda berambut

39 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Puas melihat bangunan itu, tak ku dapati ketua dari komunitas itu, hingga aku pulang dengan banyak pertanyaan. Seminggu usai kedatanganku, kami pun bertemu di kawasan Raden Patah Dago, Bandung.


B A N T U P E R M A S A L A H A N S O S I A L I N D O N E S I A M E L A LU I M ATA H A R I K E C I L

gondrong melambaikan tangannya. Itu dia Amora Juna Ketua Matcil Bandung, sontak aku menghampirinya. Jabatan tangan hangatnya menjadi awal perbincangan kami. Ditemani alunan musik pop, pemuda itu mulai bercerita. Matcil yang berawal dari inisiatif ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Dede Trisnahadi beserta Karang Taruna daerah Gading Regency, Bandung melakukan survei ke Parakaan Saat. Dengan wajah muram ia menceritakan ternyata disana banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan. “Bahkan tidak bersekolah,” jelasnya. Amora mengungkapkan, DKM beserta Karang Taruna memutuskan untuk membentuk SMP Terbuka yang berinduk ke SMP 8 Bandung. “Soalnya syarat sekolah terbuka itu, harus ada sekolah negeri sebagai induknya.” Sekolah terbuka itu berdiri pada Agustus 2015. Terhimpunlah 14 murid dan pengajar yang berasal dari warga beserta Karang Taruna daerah Gading Regency. Terlukis senyum di bibirnya, ia mengatakan, kala itu mereka masih belajar dengan fasilitas dan lokasi yang seadanya. “Mereka belajar di teras masjid dan masih menggunakan meja lipat,” ucap mahasiswa Public Relations, Universitas Padjadjaran itu. Setelah sekolah terbuka berjalan selama dua periode, Ketua DKM mengeluhkan tentang identitas mereka. Amora beserta Yaser, Rafi dan Levin membentuk komunitas ini agar memiliki identitas dan kepengurusan yang benar. “Matahari kecil, Matahari itu gunanya banyak banget untuk kehidupan manusia. Kenapa kecil? maksudnya kita membantu orang lain ga harus nunggu jadi seseorang dulu untuk berbuat. Memulai dari yang kecil juga bisa,” paparnya menjelaskan asal-usul nama komunitas itu. Selanjutnya, Amora menuturkan bahwa Matcil sudah bercabang ke daerah Jakarta. Namun, di Jakarta Matcil memperjuangkan TK, yang sebelumnya akan digusur karena menggunakan tanah fasilitas umum, milik masyarakat. Melihat itu, Yaser memutuskan untuk mendirikan Matcil di daerah Kebon Kacang, Jakarta. “Tapi, Yaser sekarang menjadi ketua Matcil Indonesia. Sebelumnya dia ketua di Jakarta, sekarang diambil alih sama Noval.” Sampai lah mengenai program yang Matcil sudah lakukan. Di antaranya, Langkah cahaya, Tiga hari dekati agama. Ada juga program pengembangan minat baca. “Program itu melibatkan para ahli dari

satu bidang, bertujuan memberi benefit positif,” jelasnya sambil mengelus rambutnya. “Gimana nih, tetehnya tertarik ga buat jadi tim komunitas Matcil,” goda pemuda yang kerap melukiskan senyum di wajahnya itu. Di akhir perbincangan kami, Amora melengkapi perbincangan kami dengan salah satu pencapian Matcil. Anak didik Matcil, Rehan berhasil mencapai prestasi lomba pidato dan diundang Pemerintah Jepang. “Sebenarnya banyak pencapaian besar komunitas Matcil, adanya sekolah terbuka itu termasuk pencapaian besar kami juga.” “Sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain. kita hidup jgn mikirin diri sendiri tetap berbagi dan berguna buat orang lain,” itulah kalimat penutup Amora.

Setelah melewati padatnya Kota Bandung kala itu, ditemani pula asap tebal bus Damri. Aku sampai diJl.Gading Barat III No.14 Arcamanik, tujuanku menyambangi Komunitas Matahari Kecil (Matcil). Satu bangunan berwarna abu menyambut, melongok aku pada kaca bangunan itu, ku dapati siswa-siswi berseragam putih biru yang sedang duduk rapih. Usai mereka keluar, aku pun berkeliling melihat suasana isi bangunan itu bersama seorang siswi bernama Wati. Ia memperlihatkan dua rak buku tertata rapih yang mereka sebut perpustakaan. Terlihat pula hiasan dinding bertuliskan SMP Terbuka Gading Regency. “Sekolah ini ada karena kakak – kakak Matahari loh,” pamer gadis polos itu.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 40


BELAHAN DUNIA

Bhutan, Negeri Terbahagia di Dunia

“Hati senang walaupun tak punya uang,” Koes Plus, Bujangan. TEKS INDAH NURAZIZAH FOTO NET

Terdapat sebuah negara di Asia Selatan yang dijuluki sebagai negara paling bahagia di dunia, padahal tanahnya tidaklah subur dan hasil tambangnya pun tidak banyak, bahkan pendapatan warganya cukup rendah. Ya Bhutan, negara ini terlelak di bawah pegunungan Himalaya, di mana wilayahnya terhimpit antara India dan Republik Tiongkok. Selain itu negara ini juga memiliki julukan sebagai Druk yul, yang artinya ‘Negara Naga’. Secara Historis, Bhutan telah dihuni sejak awal 2000 SM. Namun sejarahnya tidak begitu jelas karena sebagaian besar catatan telah musnah setelah kebakaran di Punakha, ibu kota kuno pada 1827. Peristiwa juga menulis, paling awal di Bhutan adalah lewatnya tokoh suci Buddha Padmasambhava yang disebut Guru Rinpoche pada abad ke-8. Dalam perkembangan politik pun Bhutan sangat dipengaruhi oleh sejarah religiusnya. Tahun 2005, melalui ciptaanya yakni ‘Model Bhutan’, negara ini menjadi perhatian berbagai media besar seantero dunia. Konsep ini, 41 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

memfokuskan perhatiannya terhadap perkembangan yang seimbang antara materi dan spiritual. Perlindungan terhadap lingkungan hidup dan proteksi terhadap kebudayaan tradisional diletakkan di atas perkembangan ekonomi dan standar untuk pengukuran perkembangan yaitu Gross National Happiness (GNH). Teori GNH yang diusulkannya ini memperoleh perhatian seksama masyarakat internasional, juga menjadi tema pelajaran ilmu ekonomi yang digandrungi para pakar dan institut penelitian di berbagai negara. Konsep baru yang diusung sebagai pandangan negara maju di abad-21 ini, ternyata Bhutan diam-diam telah menjalankannya selama hampir 30 tahun. Hal itulah yang mendasari penduduk Bhutan menjalani kehidupan yang bahagia, tidak ada tindak kriminal serta lingkungan yang sehat membuat Bhutan dikenal sebagai negara yang bahagia. Selain itu, yang membuatnya bahagia dan damai adalah selalu memikirkan dan mengingat kematian selama lima menit setiap hari.


B H U TA N , N E G E R I T E R B A H A G I A D I D U N I A

Bhutan juga disebut sebagai ‘Shangrilla di kaki gunung Himalaya’ yang 97 persen rakyatnya menganggap diri mereka sangat berbahagia. Kebahagian itu berasal dari iman dan kosep tahu-cukup, bukan dari pemuasan nafsu dunia yang fana. Negara inipun beranggapan bahwa kemiskinan yang sesungguhnya adalah apabila tidak mampu beramal kepada orang lain dan sudah sangat puas dengan hanya memiliki sawah dan rumah. Kebahagian Bhutan pun berasal dari Jigme Singye Wangshuck IV, mantan raja yang tidak mendahulukan perkembangan ekonomi melainkan mendirikan sebuah negara yang berbahagia sebagai amanah jabatanya, dengan kesetaraan, kepedulian dan konsep ekologi. Meski menjadi salah satu negara terkecil di dunia, kini ekonomi Bhutan telah berkembang pesat sekitar 8 persen pada 2005 dan 14 persen pada 2006. Per Maret 2006, pendapatan per kapita Bhutan menjadi tertinggi se-Asia Selatan dengan US$1.321.

Negara ini juga memiliki mata uang yang namanya cukup aneh, Ngultrum adalah mata uang Bhutan sejak tahun 1974. Ngultrum dibagi menjadi 100 chhertum jika nilainya disetarakan dengan Rupee India. Negara ini juga memiliki banyak sekali benteng-benteng atau yang biasa di sebut Dzong dalam bahasa setempat dengan arsitektur indah yang masih berdiri megah. Dengan keunikan dan keyakinanya, berhasil membuat negara dan penduduknya bahagia. Masyarakat Bhutan menganggap bahwa yang membuat kehidupan bernilai, bukan karena berlimpah materi melainkan hidup tenang secara spiritual dan kaya akan kebudayaan. Oleh karena itu, tidak salah jika Bhutan dijuluki sebagai negara yang paling bahagia di dunia berdasarkan Gross National Happiness.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 42


JAS MERAH

The Tielman Brothers, Gemakan Indorock hingga Dataran Eropa TEKS IFSANI EHSAN FAHREZI FOTO NET

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, tradisi, maupun keseniannya. Dalam keseniannya, Indonesia memiliki ciri khas musik sendiri seperti gamelan. Ketika pengaruh dari barat datang, variasi musik di Indonesia semakin banyak, seperti hadirnya musik yang beraliran pop, Rnb, Rock, Jazz, hingga Rock n Roll. Pada tahun 1945 menjadi tahun yang bersejarah bagi perkembangan musik di Indonesia, pasalnya pada tahun tersebut merupakan sejarah di mana Band beraliran Rock n Roll asal Indonesia lahir. Pelopor terbentuknya beberapa band di Indonesia khususnya yang beraliran Rock n Roll adalah ‘The Tielman Brothers’. Di tahun tersebut mereka

43 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

mulai eksis dan dikenal sebagai grup band, sekaligus menjadi grup band pertama di Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia pada saat itu sudah eksis dalam dunia hiburan dibidang musik, salah satunya grup band. Semua itu berawal ketika Herman Tielman memutuskan untuk membuat suatu band yang beranggotakan anak-anaknya sendiri. Sebelum mendirikan band, Herman Tielman adalah seorang komandan tentara KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische Leger) yang lahir di Kampung Baru, Manado, Sulawesi Utara 2 September 1904. Herman kemudian memutuskan untuk meminang Flora Laurentine Hess, seorang wanita berdarah


T H E T I E L M A N B R O T H E R S , G E M A K A N I N D O R O C K H I N G G A D ATA R A N E R O PA

campuran Indo-Jerman yang lahir di Madiun pada tahun 1901. Kemudian mereka dikaruniai 5 orang anak yaitu, Reginald Tielman (Reggy), Ponthon Tielman, Andy Tielman, Herman Lawrence Tielman (Loulou), Janette Loraine (Jane). Herman Tielman memperkenalkan seni kepada anak-anaknya sejak dini, baik itu seni musik maupun tarian. Sejak saat itu pula mereka sudah mengenal musik yang sedang tren pada saat itu termasuk musik-musik klasik. Beranjak remaja, mereka pernah diperkenankan untuk tampil di istana Presiden dalam rangkaian acara seremonial tari-tarian daerah di hadapan Presiden Soekarno. Seiring berjalannya waktu, anak-anak Herman sering mengaransemen musik dengan gayanya sendiri. Mereka terinspirasi dari musik Rock n Roll, Hawaiian, bahkan keroncong. Kemudian mereka sering memainkan musik campuran antara Rock n Roll dan Keroncong Portugis atau biasa disebut dengan Indorock. Sebenarnya nama Indorock sendiri adalah sebutan bagi seseorang keturunan dari Indonesia yang membawakan musik beraliran Rock n Roll. Ciri khas dari musik Indorock ini adalah aransemen musiknya yang berasal dari perpaduan antara musik Rock n Roll dengan musik Indonesia seperti gamelan, keroncong Portugis, dan musik pesisir Hawaiian. Sang ayah, Herman Tielman melihat perkembangan bakat anak-anaknya dalam bermain musik. Akhirnya, sekitar tahun 1945 mereka sepakat untuk membuat sebuah grup band bernama ‘The Timor Rhytm Brothers’ yang beranggotakan Herman (gitar), Andy (gitar dan vokal), Reggy (banjo dan vokal), Ponthon (double bass), Loulou (drum), dan vokal utama oleh Jane. Nama Timor sendiri dipilih karena Herman Tielman lahir dari seorang ayah

yang berasal dari Bonipoi, Kupang, Timor. Pada tahun 1957, setelah melakukan beberapa penampilannya di Indonesia, The Timor Rhytm Brothers memutuskan untuk melanjutkan karir di Belanda. Tak berselang lama, Jane keluar dari band dan tersisa empat anggota lainnya yaitu Andy, Reggy, Ponthon, dan Loulou. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengganti nama dari ‘The Timor Rhytm Brothers’ menjadi ‘The Four Tielman Brothers’ atau The 4 T. Kemudian sekitar tahun 1958-an mereka diundang dalam acara Brussels World Fair Expo dan mereka diberi kesempatan tampil hanya dalam waktu 20 menit. Melihat kesempatan tersebut,

Kembalinya Indorock sekaligus menjadi salah satu harapan agar eksistensi dari The Tielman Brothers sebagai grup band pertama di Indonesia

mereka memanfaatkannya dengan membawakan musik Indorocknya dan menyuguhkan penampillan yang atraktif seperti memainkan alat musik dengan gaya akrobatik. Perbedaan The 4 T dari band kain ialah, hingga terkenal mereka selalu menyuguhkan penampilan yang unik dalam memainkan instrumen. Andy memainkan gitar dengan cara ekstrem, yaitu menggunakan kaki bahkan giginya. Penampilannya tersebut menarik perhatian banyak penonton, bahkan tidak sedikit yang tercengang melihat aksi mereka di atas panggung. Berkat penampilan tersebut tawaran tampil membanjiri, bahkan sampai ke luar negeri seperti Jerman dan Belgia.

Tahun 1960 The 4 T kembali mengganti nama menjadi The Tielman Brothers disusul dengan bertambahnya satu personel yaitu Franky Luyten (gitar ritem). Mereka kembali menambah personel di tahun 1963, Jane kembali bergabung dan Alphonse Faverey. Setahun berikutnya mereka kembali berganti personel Ponthon Tielman, Franky Luyten, dan Alphonse Faverey absen, digantikan oleh Hans Bax dan Rob Latuperisa. Gaya musik yang terkesan monoton menjadi salah satu faktor tergesernya The Tielman Brothers oleh band-band pendatang baru yang menyuguhkan musik-musik segar dan berbeda. Hingga pada tahun 1965, masa kejayaannya berakhir. Pada tahun 2008 menjadi Andy Tielman kembali ke tanah air. Andy manggung dan berkolaborasi dengan Awan Garnida (Sore), Emil (Naif), Benny (G-Pluck), dan David Tarigan. Andy menjadi satu-satunya personel yang tampil di Indonesia, setelah nama The Tielman Brothers terkenal. Penampilan ini adalah penampilan terakhir bagi Andy di Indonesia. Sekitar tahun 1980-an, Indorock kembali bangkit dan mulai bersaing di kancah musik nasional. Namun, hingga saat ini tidak terlalu banyak musisi yang memainkan musik bergenre Indorock. Salah satu band Indonesia yang memainkan gaya musik ini adalah Orchest Stamboel. Menurutnya, sejauh ini sudah banyak anak muda Indonesia yang mengenal The Tielman Brothers, sehingga mereka mempopulerkan kembali genre Indorock. Kembalinya Indorock sekaligus menjadi salah satu harapan agar eksistensi dari The Tielman Brothers sebagai grup band pertama di Indonesia dan salah satu pencetus hadirnya Indorock ini tetap ada.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 44


SUARA F T Tangis haru menyelimuti wisudawati sembari memeluk ibunya selepas acara wisuda di Lapangan Voli Unisba, pada Sabtu (17/2/2018). (Muhammad Sodiq)



LAPORAN KHUSUS

Menjajaki Politik Praktis di Kampus Biru TEKS FADIL MUHAMMAD, GINA SANTIA DAN MUHAMMAD SODIQ FOTO ILUSTRASI

Bak semut hitam berjalan di bawah gelapnya malam. Geraknya terus melaju namun wujudnya tak nampak jelas. 47 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018


MENJAJAKI POLITIK PRAKTIS DI KAMPUS BIRU

Memasuki musim demokrasi tak jarang mahasiswa atau civitas akademika menjadi tim sukses sebuah partai politik pun individunya. Dengan iming-iming imbalan uang, hubungan timbal balik yang saling menguntungkan hingga relasi yang menjanjikan ditawarkan pada partisipannya. Sebagai insan yang terpelajar, mahasiswa harusnya tidak terkontaminasi oleh kepentingan pihak dan partai politik mana pun. Bukan rahasia umum lagi bila Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiah (IMM) berafiliasi dengan partai politik, bahkan menjadi embrio dari partai politik. Beberapa organisasi eksternal tersebut hidup di Unisba, biasanya mereka bercokol di badan-badan legislatif pun yudikatif, himpunan, lembaga dan unit kegiatan mahasiswa. Mereka saling berkompetensi berebut kekuasan melalui organisasi intra kampus setingkat universitas maupun fakultas. Akibatnya, fenomena ini bisa menjadi arena pertarungan kepentingan politik praktis yang dilakukan di dalam kampus. Menurut IS (nama disamarkan) salah satu anggota KAMMI, geliat politik praktis yang memasuki kampus terlihat dari jargon, dan ideologi mereka yang nyaris sama. Penerapan ideologi tersebut masuk melalui meraka yang menduduki posisi penting dalam struktur organisasi internal kampus. “Seperti halnya di sini ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Bompai Anshory Muhammad, dan Al-A’syari Taufiq Qurrahman berasal dari KAMMI semua. Bahkan Presiden Mahasiswa Priyo Puji Laksono

pun, lahir dari KAMMI. Jargon KAMMI itu, ‘Muslim Negarawan’. Kenapa sampai Pak Fahri Hamzah masuk ke pemerintahan itu kan awalnya dari organisasi eksternal. Karena kalau hanya demo di depan gedung pemerintahan, akan kecil kemungkinan didengar, tapi turun ke jalan itu sudah jadi kewajiban,” ungkapnya. Ketua Umum KAMMI Komisariat Unisba, Rivaldi Fasry Marcellino Tallei membenarkan keanggotan Anshory Muhammad, Taufiq Qurrahman dan Priyo Puji Laksono. Menurutnya meski sudah tidak aktif di KAMMI status keanggotaan tetap berlaku. “Masih berstatus sebagai kader karena belum habis sampai 10 tahun.” Menurutnya perihal pemilihan calon gubernur Jawa Barat mendatang, KAMMI tidak pernah memaksa kader-kadernya untuk memilih kesalah satu pihak. Namun ia beserta organisasinya akan melihat apa yang dijanjikan, dan dilakukan oleh calon gubernur yang. “Kita lebih condong kepada yang melakukan kebaikan.” Rivaldi pun menegaskan bahwa KAMMI tidak dinaungi oleh PKS. “Mungkin kenapa anak-anak KAMMI banyaknya condong ke PKS ataupun menjadi partisipan PKS, mungkin sempat menjadi kader PKS, itu kebebasan mereka sendiri. Salah satunya Fahri Hamzah dan kebanyakan alumninya yang menjadi partisipan PKS. Alasan lainnya ideologi yang dianut KAMMI mereka cocokan ke arah mana? mungkin yang paling cocok itu ke PKS kerena PKS yang menerapkan nilai-nilai Islam, gitu.” Yuhka Sundaya selaku dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisba dan Alumni HMI memaparkan berbeda dengan KAMMI, HMI bukan

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 48


LAPORAN KHUSUS

organisasi yang berbau partai. “Tetapi saya juga tidak menutup mata, ada beberapa kader yang menjadi ekor tapi bukan atas nama organisasi. Itu hak politik dia yah silakan.” Menurutnya organisasi eksternal di unisba itu membangun dinamika yang positif. “Tanpa ada organisasi eksternal mungkin BEMU hanya seperti OSIS.” Yuhka menjelaskan saat ia masih duduk dibangku kuliah, organisasi yang berhimpun di Unisba memiliki satu visi dan misi dengan unisba. “Dulu ada Forum Aksi Mahasiswa Unisba (FAMU) juga. Ada PMII, Nahdlatul Ulama (NU) nya lah kalau KAMMI itu kan baru yah,” ucapnya.

sekarang berhasil terpilih menjadi anggota dewan selama dua dekade. Berawal dari bergabungnya Rini dalam komunitas anak muda seuniversitas Bandung. “Nama komunitasnya The A Team Forbid.” Menurut Rini komunitas ini terbentuk, sebagai salah satu strategi calon legislatif untuk mengumpulkan massa dari kalangan anak muda. Kegiatan komunitas tersebut lebih banyak dilakukan di luar kampus. Rini mengatakan kegiatan yang dilakukan yakni mengadakan event besar yang bertempat di monumen nasional Dipatiukur, kegiatan sosial, konpoy juga mempromosikan caleg tersebut di Unisba.

Mereka yang menjadi tim sukses pemilihan calon gubernur Jawa Barat 2018 mendatang, melakukan kampanyenya secara terselubung. IS kembali menjelaskan tidak ada acara formal semacam diskusi politik yang di selenggarakan untuk himbawan memihak salah satu calon gubernur (Cagub). Hanya saja, menurutnya seringkali ada obrolan di luar forum resmi organisasi yang mengandung unsur kampanye salah satu partai politik. ‘’Nanti pilgup mau milih siapa? Nomor tiga kan sudah jelas. Kalau Ridwan kamil yang lahir dari media. Yah, seperti itulah.”

“Kalau itu masih dari orang perorangan hingga akhirnya bisa masuk Unisba. Saya belum pernah dengar di Unisba ada timses besar. Seperti halnya di UPI, Unpad dan Itenas. Kalau sekarang kan sudah terpilih, paling komunitasnya aja yang diajakin, kumpul bareng anggota dewan,” tuturnya.

Catatan Hitam Mahasiswa Partisan

“Komunitas ini bekerja sama dengan salah satu perusahaan produk kesehatan dan kecantikan herbal dengan sistem multi level marketing (MLM), sehingga dari kegiatan usaha tersebut, mereka bisa memperoleh penghasilan minimal dalam sehari sebesar Rp 100.000 berangkat dari komunitas tersebut lah, dengan mudahnya anggota dewan tersebut menarik massa yang notabenenya anak muda.”

Etik itu lebih tinggi daripada hukum. Menjadi partisan memang adalah hak sebagai warga negara karena punya hak politik, tapi jangan mengatasnamakan mahasiswa. – Arinto Nurcahyono, Dosen Hukum Unisba. Rini Fitriany mahasiswi Fakultas Syari’ah Unisba, menceritakan bahwa dirinya pernah menjadi tim sukses pemilihan anggota dewan DPRD Jawa Barat di tahun 2015. Calon legislatif tersebut berasal dari partai politik Gerindra, yang 49 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Banyak keuntungan yang di peroleh Rini selama ia menjadi tim sukses pemilihan caleg. Mulai dari relasi sesama mahasiswa di universitas lain hingga anggota dewan ia dapatkan. Tak hanya itu, uang pun ia peroleh.

Tak hanya Rani saja, pada Rabu 4 April 2018 sejumlah mahasiswa yang menamakan dirinya Relawan Mahasiswa Asyik dan mendeklarasi


MENJAJAKI POLITIK PRAKTIS DI KAMPUS BIRU

dukungannya kepada pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik). Peristiwa tersebut terjadi di cagar budaya Gedung Indonesia Menggugat. Salah satu agenda dalam peristiwa tersebut adalah diadakannya kontrak politik yang diajukan oleh Relawan Mahasiswa Asyik kepada paslon calon nomor urut tiga. Di dalamnya berisikan 12 kewajiban yang harus dijalani paslon Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) jika terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat. Kontrak politik dilakukan Relawan Mahasiswa Asyik diwakili oleh Muhram Fauzi selaku Ketua Relawan Mahasiswa Asyik Jabar. Fauzi merupakan mahasiswa aktif Universitas Islam Bandung (Unisba). Berbicara soal track record , Fauzi pernah menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Unisba Kabinet Harmonis dan tergabung dalam keanggotaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Fauzi tidak mengatasnamakan dirinya sebagai mahasiswa Unisba dalam perjanjian kontrak yang terjadi. Namun jika ditinjau dari perspektif etik sebagai mahasiswa, Fauzi beserta mahasiswa lainnya dianggap melakukan tindakan yang tidak etis oleh sejumlah pihak. Salah satunya adalah dosen Fakultas Hukum Unisba, Arinto Nurcahyono. Baginya secara objektif seharusnya mahasiswa tidak bersifat partisan terhadap paslon jika mengatasnamakan mahasiswa. Karena dalam pendidikan idealnya tidak bersifat partisan. Arinto mengatakan bahwasanya etik mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada hukum, Karena munculnya suatu hukum adalah berlandaskan etik. Karena hukum yang sejati itu ada sanksinya ketika berbicara hukum. Etik mempuyai prinsip-prinsip yang timbul atas kesadaran diri dan bersifat

Etik itu lebih tinggi daripada hukum. Menjadi partisan memang adalah hak sebagai warga negara karena punya hak politik, tapi jangan mengatasnamakan mahasiswa. Arinto Nurcahyono Dosen Hukum Unisba. mendalam. Maka menurutnya penggunaan hukum sudah tidak bisa berjalan. Ia menyimpulkan bahwasanya mahasiswa yang terlibat sudah melanggar etik intelektual seorang mahasiswa. Walaupun dalam pembahasannya tentang etik Arinto mengatakan etik itu sulit. Berbicara soal idelisme mahasiswa, Arinto mengatakan mahasiswa adalah sekelompok orang intelektual yang didik yang belajar untuk bersifat objektif dan tidak partisan. Arinto menegaskan bahwa jika seorang mahasiswa mengatasnamakan negara dalam partisannya maka sudah seharusnya mahasiswa tersebut dapat melepas atribut kemahasiswaannya .Ia menggolongkan peristiwa ini termasuk ke dalam politik partisan. “Betul itu hak dia sebagai warga negara punya hak politik tapi jangan mengatasnamakan mahasiswa”, tutur dosen yang sempat menjadi aktivis mahasiswa UGM ini. Pernyataan Arinto juga diperkuat oleh salah satu senior HMI di Unisba, Yuhka Sundaya. Dalam pernyataannya ia mengatakan jika secara eksplisit yang dilakukan Fauzi adalah tindakan yang berlebihan terhadap salah satu calon, Yukha menilai tindakan tersebut kurang etis. “Keberpihakannya nanti lah di TPS.”

Hal ini turut mengundang tanggapan dari mantan Presiden Mahasiswa Kabinet Bhineka, Fadli Muttaqin. Ia menjelaskan bahwa mahasiswa adalah tulang punggung dalam menciptakan kondisi yang cerah terhadap masyarakat kampus maupun luar kampus. Artinya mahasiswa itu dapat memberikan sisi yang objektif, mahasiswa juga menurutnya seharusnya dapat memberikan pengetahuan yang ilmiah terhadap masyarakat, sehingga masyarakat mampu tercerdaskan. Fadli merasakan ada suatu tindakan yang tidak etis terhadap peristiwa ini, utamanya karena mengatasnamakan mahasiswa. Ia menjelaskan selama sepanjang sejarah mahasiswa bertindak sebagai penyeimbang dalam masyarakat. Artinya jika mengatasnamakan mahasiswa kemudian menunjukan partisan dan dukungannya dalam partai politik dan salah satu kandidat, maka Fadli menyimpulkan hal tersebut adalah tindakan yang tidak etis. Dalam sudut pandang hukum Fadli menyatakan peristiwa tersebut tidak diyatakan salah dari sudut pandang hukum yuridis secara tertulis, namun menurutnya ada nilai-nilai, etika serta moral. Ia mengatakan jika membawa nama mahasiswa menurutnya itu menjadi suatu kesalahan yang mendasar. “Bagi saya mencederai nilai dari kemahasiswaannya sendiri,” ucap mahasiswa yang juga merupakan anggota HMI ini. Saat ditanyai perihal ini Muhram Fauzi menjawab dirinya memang mengatasnamakan mahasiswa yang tergabung di Jawa Barat, namun dalam gerakannya ia tentu tidak kosong dengan landasan. Dirinya memandang luas kemungkinan kondisi Indonesia kedepannya. Dalam persepsinya ia melihat ke dalam aspek ekonomi, sosial dan budaya yang menurutnya sedang

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 50


LAPORAN KHUSUS

mengalami kemerosotoan sehingga Fauzi merasa harus turut ikut berperan. Fauzi menjelaskan jika dirinya mempunyai hak politik untuk memilih. Namun tetap dengan landasan penilaian keduanya yang objektif. Menurutnya kondisi saat ini tidak ditepih lagi bahwasanya ia mengetahui ada terdapat banyak mahasiswa yang dibungkus idealisme, pada akhirnya tetap melakukan politik praktis. Dalam pandangannya hal tersebut tidak menjadi masalah, menurutnya itu tergantung komitmen untuk masuk ke dunia politik. “Memang kalau ngomongin tidak etis memang tidak etis, cuman saya balikin pertanyaannya jawabannya, memang mahasiswa hanya diam? mahasiswa harus mengkritisikan ? jika memang disuruh, dari berbagai calon pun akan kita kritisi calon nomor tiga, dan juga nomor yang lainnya, apakah kita akan menjadi korban, kita menjadi penonton ? atau menjadi agen?”, tutupnya mahasiswa angkatan 2012 ini. Bagaimana pun kegiatan perkuliahan harus terbebas dari politik praktis yang dilakukan oleh masyarakat kampus sendiri dalam surat keputusan Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 26/DIKTI/KEP/2002 pada poin pertama melarang segala bentuk organisasi ekstra kampus dan partai politik membuka sekretariat (perwakilan) dan atau melakukan aktivitas politik praktis di kampus. Aturan ini didasarkan bahwa kampus rentan dari pengaruh politik yang dilakukan oleh kader partai politik dan organisasi eksternal. Kebijakan ini juga menekankan jika kampus adalah tempat mahasiswa untuk belajar sesuai disiplin ilmu dengan fokus. Menurut Kepala Bidang Ketenagaan, Akademik dan

Kemahasiswaan Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah IV , Deece Udansyah, jika terjadi pelanggaran, pihak Kopertis tidak segan untuk memanggil pimpinan universitas. “Nanti perguruan tinggi akan kami bina dan kebijakan akan diberikan sesuai pelanggaran yang dibuat.” Jelasnya.

karena beberapa faktor. Menurutnya, kampus memiliki pemilih muda yang bisa dipengaruhi, kandidat pilkada akan terkenal apabila dia didukung mahasiswa, serta kampus memiliki image akademik yang baik yang berdampak citra positif bagi kandidat pilkada.

Menanggapi politik praktis di kalangan mahasiswa, Wakil rektor III Unisba, Asep Ramdan Hidayat menganggap hal yang dilakukan mahasiswa masih diperbolehkan jika masih dalam mimbar akademik. Mimbar akademik yang dimaksud yaitu jika yang dilakukan masih dalam kegiatan pembelajaran. Asep menambahkan jika pihak universitas sendiri mengawasi bagi mahasiswa yang melakukan politik praktis. Sanksi akan diberikan bagi mahasiswa yang melakukan kampanye di area kampus.

“Ketiga hal itu adalah alasan kampus menjadi seksi sebagai sasaran untuk politik praktis. Kampus harus menjadi tempat yang netral. Mahasiswa diizinkan untuk berpihak kepada salah satu kandidat dan mengemukakan pandangannya terhadap peristiwa politik di lingkungan sekitar. Aktivitas itu perlu dikaji lebih dalam lagi dan harus berpatokan pada hal tertentu.”

Selain itu, Asep menegaskan jika bentuk politik praktis yang dilakukan melalui kegiatan kelembagaan mahasiswa termasuk dalam pelanggaran akademik. Karena kegiatan yang dilaksanakan lembaga mahasiswa harus bersih dari kepentingan luar kampus yang berusaha mempengaruhi. “Ya tidak boleh, apalagi kalau sudah kampanye dan memasang poster.” Bukan hanya mahasiswa, dosen pun tidak boleh melakukan tindakan serupa. Menurut dosen fakultas hukum, Arinto kegiatan pembelajaran tidak pantas dicampuri dengan diskusi seperti membandingkan kelebihan salah satu calon. Kegiatan akademik hendaknya menjadi ruang pembelajaran yang kondusif. “kalau melakukan hal itu harus ada aturan jelas, sedangkan diperaturannya sendiri kan tidak diperbolehkan,” ucapnya. Sedangkan menurut dosen Ilmu Politik Universitas Padjajaran, Muradi hal ini sulit dihilangkan

51 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Pelarangan berkampanye di kampus pun termagtub dalam peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) No.4 Tahun 2017 pasal 26 ayat 2 menjelaskan jika bentuk larangan berkampanye terdapat pada lembaga pendidikan. Lebih dalam lagi, lingkungan perkuliahan dilarang untuk digunakan sebagai fasilitas kampanye dalam bentuk diskusi, tatap muka, poster kandidat. Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam menjaga netralitas kampus dan kondusifitas kampus. Muradi memandang jika kebijakan kampus harus dibuat agar terlindung dari pilkada yang berusaha masuk, diperlukan batasan yang jelas mengenai politik berdasarkan akademik dan politik praktis. Mahasiswa harus memahami jika politik praktis dilarang dalam kegiatan perkuliahan dan pihak universitas harus bekerja sama dengan lembaga pemilihan umum sebagai pengawas kegiatan pilkada dalam kampus.


Organisasi Eksternal Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa Unisba Periode 2017-2018

Priyo Puji Laksono Tambang KAMMI

Periode 2016-2017

Putri Suci Haruni MIPA KAMMI

Muhram Fauzi Syari’ah HMI

Rivaldi Faisal Fikom HMI

Periode 2015-2016

Periode 2014-2015

Fadhli Muttaqien Yunus Mulia Dakwah Psikologi HMI HMI

Nuran Fiqolbi Jibral Imperial Tambang Day HMI Psikologi HMI

Periode 2013-2014

Yusuf Syahroni Anissa Syari’ah Psikologi Bompai

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 52


SUARA SUARA FF TT Dua orang petani sedang memproses padi pascapanen dengan merontokkan padi hingga menjadi gabah (28/3/2018) di desa Cihamerang, Kabupaten Bandung. (Denis Purna)



SELAMAT ATAS DIRAIHNYA GELAR SARJANA Muhammad Roby Iskandar, S.Ikom Pemimpin Redaksi 2015-2016

Khalida Sakinah, S.Sos Sekretaris Redaksi 2016-2017

Insan Fazrul Ramadhan, S.Ikom Pemimpin Redaksi 2016-2017

Intan Silvia Dewi, S.Ikom Redaktur Pelaksana 2016-2017

Winda Rahma Nelly, S.Ikom Bendahara Umum 2016-2017

Salma Nisrina N.F, S.Ikom Sekretaris Litbang 2017-2018

Faza Rahim, S.Ikom Sumber Daya Manusia 2016-2017

Amelia, S.Ikom Redaktur 2017-2018

Marlina Sari, S.Ikom Pemimpin Perusahaan 2017-2018

Tanesia Naufal, S.E Produksi 2016-2017

Devi Fajriati, S.Sos Sekretaris Umum 2016-2017

Riska Novianti, S.E Sekretaris Perusahaan 2016 -2017

Cynthia Novianti, S.Ikom Rumah Tangga 2015-2016

Raden Muhammad Wisnu, S.Ikom Kontributor


Muhe, Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)


SUARA F T

Seorang ibu yang bekerja sebagai petani sedang menanam benih padi di Desa Cihamerang, Kabupaten Bandung pada Rabu (28/3/2018) (Denis Purna)



SOSOK

Khidmatnya Ghinanti bersama Rumah Pelangi TEKS GINA SANTIA FOTO DOK. PRIBADI

Mereka menghabiskan waktu di jalanan, tak ada yang peduli. Tetapi, seorang wanita justru mendedikasikan dirinya untuk mendidik mereka yang terkucilkan dan dipandang sebelah mata. Ia memilih tidak hanya mencibir tapi merubah keadaan mereka. “Saya Ghinanti Rhinda Dewi,” sapanya siang itu di masjid Trans Studio Mall Bandung. Wanita ramah yang ditemui kala itu telah menginspirasi banyak kaula muda melalui Rumah Pelangi. Disana muda-mudi mendedikasikan dirinya mengajar anak jalanan, secara cuma-cuma. “Mendidik itu bukan hanya kewajiban guru, orang tua, atau pemerintah, tapi kewajiban bagi orang-orang yang terdidik,” tutur wanita kelahiran Bandung tersebut. Berawal dari kepeduliannya terhadap anak jalanan, pada usia lima belas tahun ia mulai berjuang membentuk Rumah Pelangi. Ia menceritakan saat ia maasih bersekolah sering melihat anak seusianya yang semetinya menikmati masa-masa sekolah, malah harus mengais rezeki. Padahal menurutnya mereka memiliki peran yang sama, yakni sebagai poros generasi penerus bangsa, serta mereka pun memiliki hak pendidikan yang sama. Hal itulah yang mendorong lahirnya Rumah Pelangi pada 18 Juni 2012. Alun-Alun Bandung menjadi tempat pertama Ghinan dengan anak-anak Matahari (panggilan bagi anak-anak 57 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018


K H I D M AT N YA G H I N A N T I B E R S A M A R U M A H P E L A N G I

Sempat saya mau ditonjok preman, dibentak-bentak, dicolek-colek dan digodain, gara-gara saya terus-terusan minta izin ke mereka,” tutur wanita yang berusia 21 tahun tersebut.

penghuni Rumah Pelangi) beraktivitas, belajar keagamaan dan Calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Ia bersama empat teman lainnya sengaja menyisihkan uang jajan untuk membeli alat tulis yang digunakan saat itu. Dalam perjalannya, Rumah Pelangi terpaksa harus berpindah tempat ke Stasiun Bandung pada tahun 2012, hingga terakhir menetap di Terminal Leuwi Panjang. Bermacam sebab, mulai dari razia anak-anak jalanan oleh Satpol PP dan kondisi anak matahari di Stasiun Bandung, yang tidak begitu membutuhkan pembimbing belajar. Hingga perjuangan Ghinan dimulai dari nol lagi. Ketika ia membentuk Rumah Pelangi di Terminal Lewi Panjang pada tahun 2013. Ghinan diharuskan meminta izin kepada orang tua si anak, dan para preman yang mengkoordinir anak-anak jalanan. Sukarnya mendapatkan perizinan dari pihak terkait, membuat Ghinan melakukan pendekatan terhadap mereka dengan memberi makanan, rokok, dan kopi saban hari. Enam bulan lamanya, Ghinan melakukan pendekatan, tak ayal membuat ia memperoleh perilaku kasar dan kadang pelecehan dari para preman. “Sempat saya mau ditonjok preman, dibentak-bentak, dicolek-colek dan digodain,

gara-gara saya terus-terusan minta izin ke mereka,” tutur wanita yang berusia 21 tahun tersebut. Perilaku kasar dan pelecehan dari preman, masih bisa ia terima. Tetapi, ada hal yang membuat semangat juang Ghinan sempat redup. Ia ditawari kesepakatan, bila ingin mengajar harus membayar Rp 50.000 per anak. “Bingung, saya punya uang darimana? Saya hanya bisa berusaha dan berdo’a sembari terus melakukan pendekatan kepada mereka. Akhirnya membuahkan hasil, mereka pun memperbolehkan saya ngajar anak-anak, tanpa harus membayar sewa,” ceritanya dengan sumringah. Setelah berjalannya kegiatan Rumah Pelangi, rekan-rekan seperjuangannya mulai meninggalkan Ghinan dan anak-anak matahari dengan alasan kesibukan di luar Rumah Pelangi, hingga alasan tidak kuat mental menghadapi kondisi anak-anak yang tak terurus. “Namanya juga jihad, belajar, dan berjuang, yah pasti banyak pahit dan enggak enaknya.” Meskipun ia kecewa, Ghinan tidak menyerah begitu saja. Ia terus mempertahankan Rumah Pelangi, dan berjuang meski tanpa karib seperjuangan.

bekerja sebagai penjaga keamanan Terminal Leuwi Panjang, melihat kegiatan yang diadakan Rumah Pelangi. Ia merasa bangga dan berterimakasih atas dedikasi yang dilakukan pengajar Rumah Pelangi. “Kegiatan belajar Rumah Pelangi ini, harus terus ada, jangan sampai vakum,” ungkap laki-laki paruh baya tersebut. Sinta (15) salah seorang siswi matahari kini sudah bisa membaca dan tahu bagaimana tatacara salat. Ia merasa senang dan beruntung bisa kenal dengan Ghinan. “Teh Ghinan orangnya baik, dia sabar ngajarin aku dari awal sampai sekarang, aku udah bisa baca dan salat,” ucap gadis berambut pendek itu, saat ditemui di Terminal Leuwi Panjang. Dari perjuangan Ghinan membentuk Rumah Pelangi, ia kemudian mengabadikan kisahnya dengan menulis sebuah buku yang berjudul Tauhid Hasan 2. Rencananya karyanya ini akan terbit tahun 2018-2019 mendatang. Selain itu, ia pun kerap kali diundang sebagai pembicara seminar diberbagai universitas, dan talkshow di stasiun radio.

Meski begitu, nampaknya Ghinan harus tetap berbangga hati. Bapak Ule Sulaiman (24) yang SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 58


PERJALANAN

Pesona Wisata di Selatan Kaki Gunung Gede Pangrango

Pusat Kota Sukabumi yang ramai dikunjungi oleh pengunjung di Gedung Juang 45 pada Minggu (8/4/2018).

Ditandai dengan bagian Selatan Gunung Gede Pangrango dan berakhir di pesisir pantai kidul, mampu membuat Sukabumi menyuguhkan surga wisata alam yang memanjakan mata. Kudapan khasnya pun sayang untuk di lewatkan. TEKS DAN FOTO ABYAN ARRASID

Di akhir bulan Januari, bersama tetesan air hujan menambah dinginnya kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Cukup merogoh kocek Rp 18.500 di hari libur saya sudah dapat memasuki semua wisata alam. Sedangkan pada hari biasa tiketnya seharga Rp 16.000. Dari gerbang utama, jalan menuju tempat parkir dipagari hutan pinus yang tinggi menjulang. Untuk menuju danau, saya berjalan menuruni bukit sepanjang 400 meter. Dari kejau59 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

han saya mendengar lantunan suara merdu dari alat musik tradisional sunda, Bangbaraan. Alat musik itu dilantunkan oleh pria yang mengenakan pangsi, ikat sunda didahinya serta membawa tas anyaman dari bambu. Setibanya saya di Situgunung terlihat perahu rakit untuk menyusuri area danau. Tak jarang ditemui hewan-hewan liar yang hidup disini seperti lutung, musang bahkan babi hutan. Pengunjung juga bisa melakukan tracking melingkari situ gunung

melalui jalur khusus yang sudah di sediakan. Namun saat saya berkunjung fasilitas ini ditutup karena hujan beberapa waktu lalu, cukup beresiko untuk melakukan tracking. Terdapat tempat wisata yang lain yaitu Curug Cimanaracun yang hanya dapat di akses melalui jalur tracking ini. Sayangnya obyek Curug Cimanaracun kurang diminati karena akses jalan tracking cukup sulit untuk dilalui. Asep Solehudin seorang warga lokal bercerita, danau ini dibuat


P E S O N A W I S ATA D I S E L ATA N K A K I G U N U N G G E D E PA N G R A N G O

Selesai menikmati suasana Situgunung saya bergegas kembali mengambil kendaraan untuk menuju ketempat Curug Sawer, masih di area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Saya kembali menitipkan motor di pos pertama gerbang masuk Situgunung. Terlihat pengunjung sudah mulai banyak berdatangan.

Sejumlah pengunjung menikmati sejuknya suasana Curug Sawer di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada Sabtu (7/4/2018). oleh seorang pangeran dari Kerajaan Mataram yang memberontak pihak Belanda. Namanya Mbah Jalun, ia melarikan diri bersama istrinya dengan menelusuri hutan Gunung Gede Pangrango hingga akhirnya tiba di daerah sini dan menetap. Beberapa lama kemudian lahirlah putranya yang

merupakan anak pertama. Mbah jalun kemudian membuat danau ini dalam rangka mensyukuri kelahiran anaknya. “Dengan menggunakan alat sederhana seperti kulit sapi, Mbah Jalun membuat Situgunung ini yang artinya danau yang berada di gunung,� ucapnya.

Akses perjalanan menuju Curug Sawer hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Tibalah saya dikawasan curug, Jalan berlumpur bekas hujan turun menuntut pengunjung untuk ekstra hati-hati dalam menempuh perjalanan. Saat saya di kawasan curug, cipratan air curug menguap hingga terasa dari kejauhan. Dikelilingi oleh pohon pinus, dingin dan sejuk sangat terasa dari alam. Tidak lain karena air yang jatuh dari ketinggian 35 meter terhempaskan, sehingga keseluruh penjuru curug secara acak seperti saweran.

Beberapa wisatawan tengah menikmati pemandangan Situ Gunung di atas sampan pada Jum’at (6/4/2018). SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 60


LAPORAN KHUSUS

PERJALANAN

Keesokan harinya, saya memasuki area wisata bukit Gunung Sunda, bertempat di perkampungan Jambelaer, Cisaat. Terlihat bendera merah putih di atas bukit saat saya menjajaki pintu masuk kawasan tersebut. Akses menuju puncak bukit ini hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Untuk bisa masuk ke kawasan ini dikenakan biaya sebesar Rp 2.000 per orang. Jarak yang ditempuh menuju puncak bukit sekitar 800 meter dari pintu masuk. Setibanya di puncak, hal yang pertama saya lihat adalah tugu bambu bertuliskan “#SaveGunungSunda” yang tertancap tepat di titik tertinggi. Di bawah tulisan tagar tersebut terdapat kata-kata “Kami hanya ingin anugerah tuhan tetap terjaga tanpa terenggut paksa penguasa dan pengusaha nan serakah”. Di balik tulisan tersebut, memiliki peristiwa yang memilukan. Kawasan tersebut terjerat masalah sengketa oleh PT Holcim yang merupakan sebuah perusahaan semen besar di Indonesia. Perusahaan tersebut membuat surat peringatan untuk menghentikan segala aktivitas pariwisata. Hingga saat ini status sebagai tempat pariwisata masih dipertahankan oleh warga setempat. #SaveGunungSunda ini sempat ramai diperbincangkan melalui media sosial pada tahun 2016. Tagar tersebut diusungkan oleh pemuda dalam rangka menyelamatkan lahan bukit, mewakili penolakkan masyarakat lokal terkait tindakan eksploitasi yang masih dilakukan pihak perusahaan.

47

Memaknai Potensi Alam Bukit Gunung Sunda

Dua orang remaja tengah bersantai menikmati panorama utara kota di atas bukit Gunung Sunda Sukabumi pada Jumat (6/4/2018).

Sangat disayangkan jika proses eksploitasi berupa pengerukan terus dilakukan, maka Gunung Sunda ini tinggal sejarah. Padahal di bukit ini menyuguhkan pemandangan panorama Sukabumi. Bahkan, jika cuaca mendukung terdapat view point berupa menara dari kayu untuk melihat pemandangan Gunung Gede dan Pangrango secara utuh dari ujung ke ujung. Setelah puas melihat dan mengambil foto pemandangan alam hingga 360 derajat saya memutuskan kembali turun bukit untuk beristirahat. Ketika di bawah, saya mengunjungi kedai kopi yang saat itu sepi pengun-

Suaramahasiswa.info | Desember 2016

61 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

jung. Hujan deras, saya segera berteduh dan memesan secangkir hot latte untuk menghangatkan badan. Sambil menikmati, saya berbincang dengan seorang barista bernama Aiman Fatarhman. Aiman bercerita, pada awalnya gerakan menyelamatkan bukit Gunung Sunda dipelopori oleh dua orang kakak beradik Dede Rizal dan Faris Rahmat. Hingga pada tahun 2015 kawasan ini dibuka sebagai tempat wisata, Aiman berharap nasib bukit ini menjadi lebih baik. “Bukit ini memiliki potensi pemandangan yang menjadi daya tarik tersendiri,” ujarnya.


P E S O N A W I S A T A DFOTO I S E LOLEH: A T A N N. K A ISTIHSAN KI GUNUNG GEDE PANGRANGO

Mencicipi kudapan lembut khas Sukabumi, Mochi

Sejumlah pengunjung membawa buah tangan khas Sukabumi di gang Kaswari pada Minggu (8/4/2018). Disetiap perjalanan, hampa rasanya jika tidak membawa buah tangan dari tempat yang telah dikunjungi. Saat menyambangi Sukabumi tidak lengkap jika melewatkan oleh-oleh dari Sukabumi, mochi. Kudapan ini dapat ditemui disalah satu kawasan penghasil mochi terbaik yang berada di Jalan Bhayangkara gang Kaswari, Cikole, Salabatu kota Sukabumi. Kawasan ini menjadi pelopor kudapan mochi. Saat mengunjungi kawasan tersebut, saya berkesempatan memasuki salah satu tempat produksi mochi ternama di kota ini. Ketika memasuki ruangan produksi

Berakhirlah perjalanan saya di Sukabumi. Banyak pengalaman baru saya dapat di sini. Namun saya rasa belum puas, masih banyak tempat wisata yang belum saya jajaki. Memang benar, Sukabumi ini jadi surga wisata. Terkhusus dengan alamnya yang menyegarkan. Saking banyaknya,

terlihat para pekerja bersenda gurau saat melakukan aktivitasnya. Bangunan yang bertingkat tiga tersebut, diperuntukkan khusus pembuatan mochi, dari mulai pengadonan hingga pengemasan. Dalam rumah produksi tersebut, terdapat 30 orang pekerja setiap harinya. Setelah selesai berkeliling, saya bertemu dengan Ayi Firvriyadi yang merupakan salah satu anggota keluarga pemilik mochi ternama di kawasan tersebut. Ia pun sempat bercerita bahwa mochi ini sudah ada sejak tahun 1983 yang dikenalkan oleh penjajah Jepang di masa kolonialisme.

destinasi pariwisata di Sukabumi tidak kunjung habis untuk di datangi. Tak lupa kudapan lembutnya, buat saya ingin singgah ke kota ini lagi. Itulah Sukabumi, kota dengan segala keindahan dan keunikanya. Potensi alam Sukabumi tak

Dari waktu ke waktu, pengemasan mochi ini sendiri menjadi semakin modern, yang awalnya menggunakan anyaman bambu dan kini beralih menggunakan kertas karton. Di tengah perbincangan, saya pun disuguhkan satu wadah yang berisikan mochi dengan empat varian rasa yakni kacang, durian, coklat, dan suji pandan. Tanpa menunggu waktu lama, saya pun langsung menyantap si manis yang kenyal khas Sukabumi ini. Rasa coklat yang meleleh di mulut, membuat saya tertarik untuk membeli sekotak mochi rasa coklat dengan harga Rp 40.000.

akan bisa dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia, bila Bali memiliki pantai yang eksotis ,Yogyakarta memiliki candi–candi megah. Kota Sukabumi memiliki wisata alam yang menawan untuk disinggahi.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 62


MMUU SSI IKK

Lantunan Alam Rizal & The Rasendriya TEKS DENIS PURNA FOTO DOK. PRIBADI

Sepenggal lirik dari lagu Hope milik Rizal & the Rasendriya, band asal Pulau Dewata. Band yang mengusung genre folk experimental itu mempunyai ciri khas alat musik rasendriya.

Instrumen yang terbuat dari bambu itu terdiri dari gabungan tiga alat musik yaitu gitar, didgeridoo atau celempung dan perkusi mini, ketiganya mewakili alat musik petik, tiup dan pukul. Band yang didirikan oleh Rizal Abdulhadi pada tahun 2013 silam ini, digawangi oleh Rizal (Rasendrya, vokal, lapsteel gitar, dan harmonika), Mamo (bamboo bass), Reza Achman (drum), dan Algimiro (bambu cello). Berkat keunikannya band tersebut sudah merambah ranah mancanegara seperti, Australia, Malaysia, Singapura, hingga India sudah pernah di sambangi oleh mereka.

63 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

“Kalau main di luar negeri, sering sih enggak, cuma hampir tiap bulan saya pasti ada gigs di luar, walau negara tetangga hehe,� akunya. Sebagai seorang Frontman, Rizal juga merangkap sebagai Instrument Builder, produser musik dan pendiri dari That Bamboo & Tropical Folk Records, setidaknya begitu yang Rizal tuliskan di bio Instagramnya @rizalmusicofficial. Melalui pesan elektronik, kami berkesempatan berbincang dengan Rizal Abdulhadi, berikut ulasannya.


L A N T U N A N A L A M R I Z A L & T H E R A S E N D R I YA

1. Apa sih alasan Rizal bikin Rasendriya ? Karena saya tidak hanya seorang musisi tapi juga pembuat instrumen tersebut. Rasendriya salah satu invented saya dari sekian instrumen yang saya buat, dan kami coba membuktikan bahwa musisi indie itu tidak hanya merilis album sendiri. Namun juga membuat alat musik sendiri tanpa harus membeli dan membesarkan monster industri. Rasendriya itu diambil dari bahasa sansekerta yang artinya bertambah pekanya panca indra, jadi kita bisa merasa lebih dalam mendengar, lebih teliti melihat lebih tajam dan seterusnya. 2. Kalau boleh tahu album Hope itu bercerita tentang apa sih Zal? Di album itu sebenernya saya ingin menyadarkan bahwa kita masih ada harapan di dunia yang kadang kita merasa tidak ada lagi asa untuk hal yang lebih baik terlebih setelah Donald Trump get elected. Album Hope itu rampung pada tahun 2016. Berisi 15 lagu dan dirilis oleh label sendiri Tropical Folk Records. 3. Bambu buat Rizal itu apa dan seberapa cintanya kamu terhadap bambu? Bambu adalah bahan baku yang sangat ramah lingkungan dan berkelanjutan, tidak merusak ekosistem alam, karna bambu adalah rumput bukan kayu. So, instrumen saya terbuat dari rumput, bukan gitar kayu yang harus menebang pohon berumur ratusan tahun. Kurang lebih ada 1.400 jenis bambu di dunia ini bahkan ada bambu yang bisa tumbuh satu meter per harinya. Kecintaan saya terhadap bambu sama seperti cinta saya untuk alam raya.

4. Apa rencana Rasendriya?

terdekat

Rizal

&

the

Tahun ini kami berencana tour Eropa ke negara Belanda, Estonia, Spanyol, Prancis dan Austria, sudah ada lima negara yang fix, sisanya masih tunggu kabar. Sebelumnya, kita juga udah tour di Indonesia tahun 2017 kemarin. 5. Lagi sibuk buat proyek apa nih bro? Kalau proyek selalu ada. Saat ini saya masih sibuk di studio nge-produser-in beberapa musisi, baik dari kita juga beberapa dari luar. Plus lagi proses membuat album film dengan salah satu sekolah di Sumba, dan pastinya terus membuat instrumen dan workshop di mana-mana. 6. Apresiasi pemerintah gimana nih ke kalian, secara kan kalian berinovasi dan sering manggung di luar negri? Well, saya juga enggak begitu mengharapkan apapun untuk musik saya dari pemerintah. Malah salah satu alasan kenapa saya bermusik adalah demi menyadarkan mereka untuk bekerja lebih baik dan keberpihakan lebih untuk kesejahteraan bersama bukan pribadi saja. 7.Bagaimana tanggapan Rizal terhadap mahasiswa yang apatis dalam berorganisasi? Mahasiswa seharusnya tetap menjadi punggung berdirinya bangsa, sebab separuh dari hidupnya adalah berada di bangku sekolah dan belajar. Tidak seperti masyarakat luas yang bekerja keras. Jadi mahasiswa di negri ini sadar bahwa Indonesia menggantungkan separuh harapan kepada kalian, untuk membuat perubahan yang seharusnya menjadi baik dan membangun mimpi bersama Indonesia sejahtra. Jangan nge-games mulu, imbangi dengan membaca buku.

Salah satu lagu rizal yang berjudul ‘Life and Love’ viewers-nya paling banyak di youtube. Penampilan mereka pun selalu bisa membuat pendengarnya merasa nyaman, seakan-akan terhipnotis dengan aransmen yang menyatu dengan alam.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 64


M A H A S I S W A B E R P R E S TA S I

NAMA FAKULTAS TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR

Nadhilah Mustika Hukum 2014 PEkanbaru, 9 Juli 1996

PRESTASI Delegasi Lomba Debat Brawijaya Law Fair VII Delegasi Lomba Debat Padjajaran Law Fair IX Hakim terbaik Lomba Keterampilan dan Kemahiran Hukum (KKH) Perdata Fakultas Hukum Unisba 2017 Mendapat Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (BPPA) tahun 2017

ORGANISASI Dewan Amanat Mahasiswa (DAM) sebagai Ketua Komisi A 2015-2016

Forum Aktualisasi Kemahiran Hukum sebagai Ketua Divisi Perencanaan 2014-2015

Divisi Perencanaan Debate, Moot Court, and Legal Drafting Community (DEMOCRACY) sebagai Ketua Umum

NAMA FAKULTAS TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR

DINNI DJAYATI SUNDARI DAKWAH 2014 BANDUNG, 21 SEPTEMBER 1997

PRESTASI Sukses di usia muda dalam bidang usaha ‘online shop,’ produksi busana muslimah hijab dari tahun 2016. Kini sudah memiliki lima pekerja yang terdiri dari admin, ‘packing,’ potong barang, jahit, pemasaran, dan obras.

ORGANISASI Karang Taruna 2012

Palang Merah Remaja (PMR) 2013 sebagai Bendahara

Pusat Informasi Konsultasi (PIK) Remaja Lembang 2013 sebagai Konsultasi

65 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018


M A H A S I S W A B E R P R E S TA S I

NAMA

VINNY ANUGERAH DWI PUTRI

FAKULTAS

EKONOMI DAN BISNIS 2014

TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR

JAKARTA, 16 APRIL 1996

PRESTASI Juara 1 Partha Anniversary Internasional Championship 2017 The Best MVP di Bulungan Cup 2010 Juara 1 Indonesia Collegiate Softball League 2017 Membawa nama Indonesia di Asia Pacifik Tournament 2013 Clark Philippines Terpilih Seleksi National Sea Games 2015 dan mengikuti Try Out Pelatnas di Praha, Czech Republic

NAMA

rezki delian kautsar

FAKULTAS

ilmu komunikasi 2014

TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR BANDUNG, 22 maret 1995 PRESTASI *Pemain perkusi di Band Ska Punk bernama Hockey Hook, yang kini tengah mempersiapkan album EP bertajuk ‘Watch Your Mind’ yang akan di rilis tahun 2018. Pada album ini mereka menggaet pemain Bag Pipe asal Surabaya, Amik Ragil.

ORGANISASI Sarang Teater SMPN 17 Bandung (2007 - Sekarang)

*Menjadi pemain perkusi di beberapa band yang ada di Bandung seperti 5 Petani, Wedding Jahe, 70’s0c dan Orkes Minggoe Sore. *Dipercaya mengisi instrument perkusi di beberapa karya musisi seperti Curly&Me, Maraha.

Keluarga Mahasiswa Jurnalistik Unisba 2017-2018 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 66


MA RUTSI KI EKL

Apatisku Untuk Perkembangan Potensiku TEKS DENIS PURNA FOTO DOK. PRIBADI

Aktivitas perkuliahan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia, memiliki keanekaragaman baik di dalam maupun luar kampus. Saat mengisi waktu formal dan juga nonformal, mahasiswa memiliki ‘keunikan’ di setiap perencanaan dan pelaksanaan dalam berkegiatan sebagai seorang yang sudah berada pada tingkat pendidikan terakhir. Dalam hal ini, seberapa besar tingkat mahasiswa ingin atau tidak menjadi anggota organisasi/lembaga di dalam kampus? Seperti cerita singkat Rasi Raksanegara, remaja dewasa berumur 23 tahun, sudah memutuskan berhenti kuliah, yang juga selama kuliah ia tidak mengikuti satu pun organisasi resmi yang ada di kampusnya. Nama panggilan akrab sehari-harinya ‘Rasi’, memberi pandangan bagaimana seorang mahasiswa dalam mengambil keputusan, apakah harus mengikuti organisasi? Atau tidak harus berkecimpung dalam keorganisasian di kampus? Menurutnya, organisasi dalam kampus bukanlah sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan oleh mahasiswa, karena memilih untuk mengikuti atau tidak, merupakan pilihan masing-masing individu.

OLEH TRISAKTI RAKSANEGARA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI 2016

67 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

“Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama,” menurut pakar etnografi James D. Mooney. Lalu, bagaimana bila mahasiswa itu sendiri ingin bersama-sama mencapai tujuan tetapi tidak harus berada pada sebuah organisasi? Rasi berpendapat terkait hal tersebut, menurutnya dunia kampus tidak sepenuhnya harus mengikuti segala kegiatan yang ada di dalamnya. Hal itu termasuk organisasi, karena di dalamnya pasti memiliki kelebihan tersendiri, juga kekurangan yang dirasa baik oleh pihak internal maupun eksternal dari organisasi tersebut.


A PAT I S KU U N T U K P E R K E M B A N G A N P O T E N S I KU

Dari pengalamannya selama melaksanakan perkuliahan, kurang lebih dua tahun setengah, hingga akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Rasi masih mengingat dan terus mengkaji segala hal yang ia rasakan selama menjadi mahasiswa. Bahkan sampai ada satu hal yakni iklim organisasi yang dirasanya memunculkan warna tersendiri bagi seorang mahasiswa menghadapi situasi seberapa penting organisasi perlu diketahui, dipahami, termasuk diikuti oleh mahasiswa. Dari sisi keberlangsungan setiap kegiatan yang dilaksanakan organisasi internal kampus, Rasi merasakan adanya perbedaan yang mencolok dari setiap organisasi. Perbedaan-perbedaan itulah yang dirasa oleh Rasi sebagai bentuk ciri khas yang dimiliki oleh setiap organisasi. Berbendera dan berkeyakinan beda dari setiap apa yang harus dan akan dilakukan organisasi itu sendiri. Namun sangat disayangkan, masih ada saja pandangan negatif kepada mahasiswa yang sama sekali tidak mengambil peran dalam keorganisasian. Dari hal inilah banyak menimbulkan pro-kontra baik dari pihak organisasi, ataupun dari mahasiswa non organisasi. Bukan masalah tidak ingin berkontribusi atau malas dalam berorganisasi, melainkan internal dan iklim dari organisasi itu sendiri yang dirasa tidak cocok dengan mahasiswa yang tidak berorganisasi. Namun, dari sisi internal pun masih ada saja beberapa anggotanya yang mengganggap bahwa mahasiswa non organisasi ‘bukan’ seorang mahasiswa, hingga muncul stigma mahasiswa apatis. Menelisik sedikit pengertian dasar, apa itu mahasiswa dan apa yang disebut dengan apatis? Apakah ada kaitannya seorang mahasiswa non lembaga dengan apatis itu sendiri? Mahasiswa menurut Knopfelmacher dalam Suwono, 1978; “Mahasiswa merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi, dididik serta diharapkan menjadi calon–calon intelektual.� Muncul kata Intelektual, yang dalam pengertiannya adalah orang-orang yang dapat

menyikapi setiap permasalahan, lalu harus melakukan langkah selanjutnya, merekalah yang memiliki keputusan yang terbaik dari hasil berpikirnya. Sedangkan menurut Solmitz (2000) apatis merupakan ketidak pedulian seseorang, mereka tidak memiliki perhatian atau minat khusus terhadap aspek-aspek tertentu seperti aspek fisik, emosional, dan kehidupan sosial. Benarkah mahasiswa non organisasi adalah seorang yang apatis? Rasi, dari hasil dirinya yang dapat dikatakan pernah menjadi mahasiswa tidak setuju muncul pandangan mahasiswa itu apatis hanya karena tidak mengikuti suatu organisasi kampus. Pada dasarnya dalam kehidupan berkeluarga sekaligus bertetangga itu ada di bagian kita melaksanakan setiap kegiatan yang hampir mirip dengan yang ada dalam organisasi. Lalu tidak menutup kemugkinan bukan karena apatis atau tidak peduli begitu saja membuat tidak ingin mengikuti organisasi. Tetapi bisa saja ada kegiatan lain yang lebih bisa menunjang karir serta cita-cita yang ingin dicapai oleh mahasiswa itu sendiri. Rasi pun merasa, dirinya tidak banyak mengetahui tentang setiap organisasi di tataran fakultas dan universitasnya. Bukan karena dia apatis yang benar-benar apatis tingkat mutakhir, tetapi Rasi meyakini setiap elemen manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang tak bisa dipungkiri. “Iya aku ga berorganisasi, aku pun iya dikatakan mahasiswa apatis. Tapi aku merasa dari apatis yang dikatakan mahasiswa anggota organisasi, aku banyak berpotensi di bidang yang aku geluti, dan sama sekali mereka tidak ketahui,� ujar Rasi sambil menutup perbincangan. Oleh karena itu, janganlah berpandangan buruk atau negatif terhadap orang lain yang berbeda aktivitasnya dengan kita. Lebih baik, saling bertukar pikiran, pendapat, dan juga saling tolong-menolong mana kala ada suatu permasalahan. Sehingga dapat diselesaikan bersama-sama, bahkan bisa menjadi tenaga tambahan di segala urusan yang sedang dilakukan.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 68


PUJANGGA

Dongeng Semangkuk Bubur OLEH SALSABILA PUTRI PERTIWI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI 2014

Di tempat ini, mengaduk bubur adalah hal terlarang. Yoga tahu, tapi ia tetap terkejut saat sekelompok massa menggerebek gerobak tukang bubur tempatnya makan kala itu. “Bubar, bubar! Tidak boleh ada bubur yang diaduk di sini!” seru mereka sambil mulai mengobrak-abrik lapak tersebut, “Berantas pengaduk bubur!” Si tukang bubur terperanjat, sementara para pelanggan mulai kasak-kusuk panik. Ada yang langsung lari terbirit-birit. Yoga lekas melirik ke arah mangkuk buburnya, juga beberapa pengunjung lainnya, yang telah mencampuradukkan bubur mereka. Beberapa telah ludes dilahap, jadi mereka agak lebih beruntung. Ia bergeming di tempat. Seorang bertopi dari kelompok itu mendatanginya. “He, kau!” ia membentak Yoga, “Kau apakan buburmu itu?” “Diaduk,” jawab Yoga singkat, “Ada masalah?” “Lho, ya, jelas ada!” lelaki itu berkacak pinggang, “Tahu aturan di sini, kan? Bubur tidak boleh diaduk. Itu merusak tatanan telur, kecap, sambal, seledri, daging ayam suwir, bawang goreng, dan kerupuk di atasnya. Sudah ditaburkan sedemikian rupa, lha, malah kau ratakan dengan bubur putih itu.

Lihat ini,” ia meraup sesendok bubur kecoklatan dari mangkuk Yoga, kemudian menuangkannya kembali, “Kau sebut ini bubur? Tahu ini apa? Muntah… Seperti muntah, tahu, jorok! Membosankan! Tidak estetis sama sekali.” Tahu apa orang ini soal estetika? Yoga membatin kesal. “Itu keterlaluan, Pak. Yang kami lakukan hanya mencampurkan bubur dengan bahan-bahan pelengkapnya. Toh, bubur ada untuk dimakan pada akhirnya; di mana letak dosanya? Bubur yang tidak diaduk akan menimbulkan rasa yang tidak merata. Ragam cita rasanya berlangsung dalam beberapa suap pertama, sementara sisa bubur di bawahnya hanya akan menjadi bubur polos biasa.” “Bubur dan segala kelengkapannya diciptakan dengan tingkatan-tingkatan rasanya sendiri. Jangan menyalahi kodrat itu!” “Persetan dengan kodrat! Bukankah tidak adil, tidak semua bagian dalam semangkuk bubur memiliki rasa yang sama?” Lelaki bertopi pun melotot. “Malah membantah, kamu!” sergahnya, “Itu aturan dari Raja—langsung dari atas sana!”

53 | Suaramahasiswa.info | Maret 2016

69 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

“Atas mana,” ejek Yoga, “Akhirat? Toh, Raja tak pernah kembali ke tempat ini sejak kerusuhan terjadi beberapa tahun yang lalu. Jangan-jangan ia kabur agar kebiasaannya mengaduk bubur tidak terbongkar.” “Kurang ajar,” hardik si lelaki bertopi; ia memberi tanda kepada kawan-kawannya untuk mendatangi tempatnya mengonfrontasi Yoga, “Tangkap pemberontak ini! Jangan sampai ia menodai singgasana Raja menjelang kepulangannya dengan celotehan tentang bubur menjijikkan itu!” ___ Di dalam penjara, Yoga menyaksikan para tahanan silih berganti. Ada yang tampak pasrah, ada yang kebingungan, ada yang melawan, bahkan ada yang telah babak belur. Sepertinya operasi aduk-bubur masih berlangsung. Suatu hari, ia kedatangan tamu tak terduga di sel tahanannya. Sipir datang dan menjebloskan seorang pemuda ke dalam sel Yoga, kemudian mengunci kembali pintu jeruji itu dengan suara berdebam. Yoga memandang penghuni baru tersebut dengan tidak percaya. “Yogi?” Pemuda bernama Yogi itu (bukan kembaran atau adikku, tambah


DONGENG SEMANGKUK BUBUR

Yoga, kami hanya bernama mirip) mendongak.

kebetulan langsung

Sorot mata yang awalnya menunjukkan kemarahan berganti menjadi kekagetan. “Bang Yoga!” serunya, “Kau tertangkap juga, eh?” “Begitulah,” jawab Yoga, “Bagaimana situasi terakhir di luar?” Yogi pun duduk bersandar pada tembok. Yoga bisa melihat darah mengering di sudut bibirnya. “Kacau, tapi rapi,” ujar pemuda itu, “Kau tahu maksudku, Bang. Operasi berjalan semakin gencar. Yang mengaduk bubur ditangkapi—beberapa di tempat umum, tapi lebih banyak yang diam-diam. Aku termasuk yang kedua. Mungkin agar masyarakat tidak panik dan menimbulkan pertanyaan atau perlawanan besar. Khas pengikut sang Raja,” kemudian, “Oh, ya. Sudah dengar beritanya, belum? Kabarnya, Raja akan pulang.” Yoga menghela napas panjang. “Pantas saja,” katanya getir, “Para abdi itu ingin terlihat kinclong di hadapan Raja tentunya.” “Ya… Kalau benar ia kembali.” “Apa maksudmu, Gi?” “Kabar kepulangan Raja masih simpang siur, sebenarnya. Kabar burung. Ada yang bilang, Raja sudah dalam perjalanan pulang. Ada pula yang mengatakan kalau Raja justru tak ada itikad untuk kembali. Namun tentu segala upacara penyambutan telah dipersiapkan dengan matang oleh para pengikutnya ‘yang paling setia’,” Yogi mencibir, “Mereka telah menggelar pesta menjelang penyambutan sebelum aku ditangkap. Rakyat pun mulai dilatih untuk

bersimpuh di sepanjang jalur kepulangan Raja. Dan, jelas sudah, operasi aduk-bubur juga menjadi bagian dari persiapan ini.” “Terlepas dari kebenaran kabar Raja yang akan kembali ke sini?” “Ya. Lagipula, siapa lagi di sini yang masih percaya kebenaran?” Mereka tak berkata apa-apa selama beberapa saat. Suasana kembali sunyi. Sesekali terdengar derap kaki di luar ruang tahanan. “Padahal hanya perkara semangkuk bubur yang diaduk…” Yogi kembali membuka mulut, kali ini bergumam kepada diri sendiri, “Ketidaksukaan atas sesuatu dapat terjadi sejauh ini, eh? Diaduk atau tidak, toh, bubur akan habis juga. Ini semua soal selera. Kita ini bagai seledri, ayam suwir, dan rekan-rekannya yang disingkirkan karena seseorang tidak suka berbagai tambahan tersebut. Bedanya, kita dipidana karena mencampurkan semua tambahan itu agar menyebarkan rasa yang sama pada bubur yang hendak dimakan.” Yoga mendengarkan ocehan Yogi sembari terkekeh pelan. “Tidurlah, Yogi. Tampaknya kau lelah.” “Raja batal pulang! Berita terhangat! Akibat wangsit spiritual, Raja menyatakan batal pulang!” Sayup-sayup suara loper koran di luar penjara membuat Yoga dan Yogi tersentak. Mereka saling berpandangan penuh tanya. “Batal pulang?” “Wangsit apa?” Sebelum mereka sempat menjawab pertanyaan masing-masing, penghuni sel di seberang mereka bersuara. “Raja batal pulang,” ujar orang itu, “Kabarnya sudah

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 70


PUJANGGA

berseliweran sejak kemarin. Nyatanya, memang Raja tak pernah benar-benar berkata akan kembali ke sini. Aku sudah berusaha memberitahu orang-orang, akan tetapi para ajudan Raja justru menjebloskanku ke sini tadi malam.” “Kau sendiri siapa? Tahu dari mana kabar itu?” “Oh, aku Rio. Wartawan koran lokal,” Rio menjawab, “Kami telah lama curiga karena Raja tak pernah mengatakan waktu persisnya ia akan pulang. Berita tentang wangsit itu tulisanku. Menurut laporan yang kami curi-dengar dari percakapan dua pengikut Raja, ia sedang bersemedi ketika mendapat ‘anjuran’ untuk tidak kembali ke sini karena situasi tidak kondusif.

pulang?” “Kurasa teror ini abadi, bukan begitu?” Yogi mengedikkan bahu, “Atau justru akan lebih terang-terangan diterapkan. Bagaimanapun caranya supaya Raja bisa pulang ‘dengan tentram’, barangkali itu yang dipikirkan oleh para pengikutnya.” “Itu,” tambah Rio, “Atau ada maksud lain: memanfaatkan titah Raja terkait bubur yang tidak boleh diaduk supaya lebih banyak orang yang bisa ditendang jauh-jauh. Dengan kabar bahwa Raja tidak jadi kembali akibat alasan keamanan, pengikutnya bisa menggunakan alasan itu untuk ‘membersihkan’ lingkungan mereka.” Mereka terdiam.

‘Pengaduk-bubur’ masih berkeliaran, katanya,” ia berdecak keras, “Aku langsung menuliskan segala hal yang kudengar setelah mengonfirmasi dari salah satu orang dalam kami yang menjabat sebagai staf ahli kerajaan.

“Itu gagasan yang mengerikan,” ungkap Yoga, “Bahkan perkara bubur saja dipolitisasi, heran.”

Sial, akhirnya aku ditangkap dan dituduh anti-kerajaan. Tapi setidaknya beritaku naik cetak.” “Lalu,” tanya Yoga, “Bagaimana dengan ketentuan mengenai bubur yang selama ini makin didisiplinkan jika Raja saja urung

“Diaduk?”

71 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

“Ah,” keluh Rio, “Semua persoalan bubur ini membuatku ingin makan satu atau dua mangkuk bubur.”

“Tidak. Aku tidak suka bubur yang diaduk.” Keheningan menyelimuti mereka dengan canggung.


Merxdar, Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).


K E S E H ATA N

Scopophobia, Ketakutan akan Ditatap TEKS FANI AGUNG FOTO ILUSTRASI

73 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018


S C O P 0 P H O B I A , K E TA KU TA N A K A N D I TATA P

Lihat pojok kelas, di sebelah sana ada seorang yang selalu saja duduk sendiri. Kamu dekati dia seolah ketakutan, kamu duduk di sebelahnya, dia bergetar tak mau melihatmu. Kamu pikir dia anti sosial, tapi ternyata bukan.

Banyak yang menilai orang dengan kondisi di atas jenis yang anti sosial padahal bukan, bisa saja orang dengan kondisi tersebut menderita Scopophobia. Orang-orang dengan Scopophobia biasanya mengalami ketakutan yang tidak wajar ketika ditatap oleh orang lain. Scopophobia sendiri merupakan gangguan psikologis yang masuk ke dalam gangguan kecemasan. Sarah Sartika, dosen Fakultas Psikologi Unisba mengungkapkan penderita biasanya mengalami pengalaman buruk di masa lalu yang menjadi sebab. Selain itu pandangan tidak baik mengenai tubuh sendiri dan diri sendiri juga menjadi faktor. Sarah menjelaskan dampaknya yang terjadi, kualitas hidup penderita cenderung menurun secara umum, mereka akan mengucilkan diri dan tidak ingin berinteraksi dengan lingkungan. “Secara fisik mereka akan merasakan jantung yang berdebar-debar, tersipu atau merona, dan pusing. Bahkan sampai mengeluarkan air mata yang berlebihan,” jelas Sarah. Sarah Amalia menceritakan gejala Scopophobia yang sejak remaja ia alami, ia merasa tidak nyaman saat ditatap oleh orang banyak. Hal tersebut bukan tanpa sebab, pada saat duduk di bangku SMP ia mengikuti acara Cat Walk yang diadakan sekolah. Acara yang saat itu bertema ‘Rainy’ membuatnya mengenakan jas hujan berserta sapu lidi. Karena dianggap aneh ia ditertawakan oleh teman-temannya.

Setelah kejadian tersebut Amalia memiliki perasaan yang tidak nyaman ketika ditatap terlalu lama oleh orang lain. Menurutnya, hal ini mengganggu kegiatan perkuliahannya, karena ia seringkali mencoba menghindar dari orang banyak. Ia takut jadi bahan sorotan di lingkungannya. “Di kelas juga lebih sering main handphone daripada berinteraksi sama teman,” kisahnya. Saat dalam keadaan seperti itu, biasanya Amalia akan merasakan gemetar dan panas dingin di badan. Tetapi, ia belum yakin jika apa yang ia rasakan merupakan Scopophobia, Hingga saat ini Amalia belum pernah konsultasi ke tenaga kesehatan. Namun, sedikit demi sedikit ia mulai memberanikan diri untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Psikiater dr. Ibin Kutibin, Sp.Kj menjelaskan kalau Scopophobia merupakan salah satu gangguan psikologi berat. Pengidap biasanya tidak akan merasakan gejalanya karena mereka merasa yang apa yang dilakukan itu benar. Penanganannya sendiri ada berbagai jenis yang bias dilakukan. Biasanya penderita akan diberikan obat-obatan dan menjalani psikoterapi. Dalam penanganannya Scopophobia membutuhkan waktu yang lama. Selain itu dukungan dari orang terdekat bisa membantu proses penyembuhan penderita.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 74


RESENSI BUKU

Penulis Penerbit Tebal Tahun penerbitan

: : : :

Bagaimana cara kamu menghadapi sebuah kehilangan dalam hidupmu? Mungkin kita bisa belajar dari Avery, seorang remaja yang bergulat dengan musim panas yang paling menyulitkannya. Novel karya Will Walion ini mengisahkan kehidupan Avery. Ketika ia sedang mencari jati dirinya, Avery pun harus dapat berkompromi dengan kehidupannya dan menyatukan semuanya, mulai dari arti persahabatan, ibu yang mengecewakannya, dan kepedihan

Penulis Penerbit Tebal Tahun penerbitan

Will Walton Gramedia Pustaka Utama 309 halaman 2018 tak terpahami menyusul kematian orang yang dicintai. Bagaimana kita menavigasi kematian dan kehidupan, ketika satu-satunya peta yang kita miliki adalah diri sendiri. Saat hidup Avery yang serba kelabu, musik pop, puisi serta cinta yang kompleks nan tulus, adalah kekuatan yang justru menyelamatkan hidupnya. Yuk tandai novel ini ke list to read kamu!

: : : :

Okky Madasari Gramedia Pustaka Utama 288 halaman 2010

“Apa aku salah kalau sejak lahir aku nggak kenal Gusti Allah? apa aku yang salah kalau dari dulu hanya tahu bagaimana berterimakasih pada leluhur?� tangis Marni pecah. Novel Entrok yang berati bra atau pakaian dalam ini menyajikan kisah seorang ibu dan anak, Marni dan Rahayu. Sumarni dilahirkan sebelum bangsa ini merdeka, menyadari payudaranya yang mulai tumbuh marni bertekat untuk membeli entrok.

Marni menikah dengan seorang kuli yang ia kenal di pasar. Bersama suaminya, Marni mencari uang mulai dari pengupas singkong, kuli, tukang panci, hingga rentenir. Suaminya yang pemalas dan senang bermain wanita membuat Marni ingin berpisah.

Bagi seorang buruh pengupas singkong entrok merupakan barang yang mustahil untuk dimiliki. Tak mau menyerah, Marni menjadi kuli di pasar. Hari demi hari, uang berhasil ia kumpulkan. Bersama Simbok, Marni akhirnya dapat membeli entrok.

Namun Marni harus mengurungkan niatnya sebab ia tak ingin membagi dua hartanya bila perpisah. Atas semua kenikmatan yang ia peroleh Marni selalu memanjatkan syukur pada leluhurnya. Cemo’ohan sebagai rentenir dan pemuja iblis Marni hiraukan.

75 SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018

Rahayu kecil terus tumbuh, terbentuk diera yang serba mudah dan pendidikan yang tinggi serta pemeluk agama yang taat membuat Rahayu melawan ibunya. Tak tahan dengan cemo’ohan yang sering ia terima, Rahayu dewasa semakin menganggap Marni musyrik. Hubungan ibu dan anak ini semakin dingin semenjak Rahayu menikah. hmm biar nggak penasara dengan kelanjutan novel karya Okky Madasari ini mending baca bukunya langsung guys..


RESENSI FILM

Sutradara: Marc Foster

Sutradara: Angela Robinson

Pemeran: Ewan McGregor, Orton O'Brien, Hayley Atwell, Bronte Carmichael, Mark Gatiss, Jim Cummings, Chris O'Dowd, Brad Garrett, Toby Jones dan Nick Mohammed

Pemeran: Luke Evans, Rebecca Hall, Bella Heathcote, Connie Britton, Over Platt, Allie Gallerani, JJ Field, Alexa Havins, Maggie Castle Conroy

Masih ingatkan sama sosok anak kecil yang berteman baik dengan Winnie the Pooh? Yap Christopher Robin (Ewan McGregor), Agustus mendantang Disney akan mengudarakan versi live-action-nya. Dalam trailernya kita bakalan melihat petualangan Christopher Robin dewasa. Kini ia telah memiliki seorang istri dan anak perempuan yang lucu.

“Perang tidak akan terjadi jika wanita menguasai dunia dan pria mencoba menjadi seperti perempuan.� Kira-kira begitu pemikiran yang muncul dari Professor Marston, seorang tokoh utama laki-laki yang menciptakan wonder woman. Film Profesor Marston and the wonder woman akan menarik ke-super heroan wonder woman yang penuh fantasi pada dunia yang riil dan lebih ilmiah.

Dalam trailernya Christopher harus menghadapi tekanan untuk membantu majikanya menyelamatkan Winslow Enterprises, berbagai kendala ia temui. Kalau dalam versi klasiknya ia berada di Hundred Acre Wood, kali ini Christopher dalam kehidupan nyatanya didatangi oleh teman-teman binatang semasa kecilnya. Lokasi penggarapan film ini diambil di London. Gimana nih? film ini berasa mengajak penonton setia Winnie the Pooh bernostalgia bersama. Jangan lupa yah ajak keluarg dan teman semasa kecil buat nonton film ini.

Tokoh wonder woman dalam cerita ini terbentuk bukan karena memiliki kekuatan super di mana bisa melawan monster jahat. Sebuah alur hidup yang dinamis mempertontonkan bagaimana perempuan menjadi seorang manusia yang kuat dalam realita kehidupan. Dengan latar psikologi film ini mampu memperlihatkan wonder wonder dari dimensi lain. Konflik cinta yang rumit dan anti mainstream akan membuat penonton geleng-geleng kepala saat menonton film ini.

SUARAMAHASISWA.INFO | April 2018 76


SUARA F T

Seorang ayah sedang mengambil foto anaknya bersama orang berkostum robot di Taman Superhero, Jalan Anggrek, Kota Bandung, (1/4/2018). (Muhammad Sodiq)



SUARA F T Tim Advokasi Jurnalis Independen (TAJI) mengadakan aksi stop kekerasan terhadap jurnalis dan warga sipil yang berlangsung pada Jumat (13/4/2018)di Taman Vanda, Kota Bandung. (Gina Santia)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.