SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
1
2
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Sapatorial
Jenis Kelamin Sayu, perempuan cantik tidak dibunuh saat ayahnya, Sahak, dirampok Medasing. Ia hanya ditahan lalu di bawa ke sarang penyamun. Sebagai perempuan, Sayu begitu berharga dan kehadirannya diselamatkan daripada memunahkannya. Itulah sekedar penggalan cerita saat Sutan Takdir Alisyahbana menulis roman, Anak Perawan di Sarang Penyamun. Tetapi judul roman ini sangat provokatif karena sinematografi di republik ini menyajikan situasi yang berbeda. Ketika perempuan muda di tengah perampok, bisa ditebak plotnya, hampir pasti ada adegan kekerasan sampai tawanan perempuan leceh-leceh. Menarik juga disimak saat sejumlah televisi menayangkan penangkan PSK (pekerja seks komersial). Hem, nama yang agak manusiawi dari pada istilah lama, WTS (wanita tuna susila). Perempuan itu dishoot kamera meski ia sebenarnya tidak sendiri. Agak sulit kehadiran perempuan dalam dirinya sebagai PSK bila tanpa lakilaki. Tetapi image yang muncul, perempuan yang seolah-olah sangat “berdosa�. Label WTS itu juga, sangat menindas dan menindih pula. Itu sebabnya pejuang gender tidak menyukai istilah wanita. Kata ini berimplikasi kolinialis yang seolah-olah diadaptasi dari bahasa bahasa Jawa wani ditoto. Seakan-akan kata wanita memberi kesan mau diapain saja. Meski begitu memanggilnya sebagai betina, seolah-olah mengurangi hikmat kemanusiaan menuju kebinatangan. Ia merasa dihargai sebagai perempuan, suatu afiksasi merujuk seseorang yang memiliki kemampuan. Namun menjadi paradoks ketika dari perspektif linguistik kehadirannya dibahasakan menjadi per-empuk-an, sesosok yang hanya dijadikan empuk-empukan. Seperti di Iran, milisi Basij memerkosa tahanan perempuan justru karena milisi ini menilai perempuan sebagai per-empukan. Para tahanan perempuan sebelum dieksekusi mati dijadikan empuk-em-
pukan dan perkosaan ini adalah ritual wajib. Sebab memerawani perempuan merupakan keharusan karena eksekuti mati hanya boleh diberlakukan kepada yang bupan perawan. Padahal bila berpikir logis, perempuan perawan seharusnya dibebaskan dari eksekusi mati, bukan memerkosanya menjadi tidak perawan lalu dihukum mati karena dianggap memenuhi syarat. Itu juga yang terjadi Oklahoma, negara bagian di Amerika Serikat. Michael Burgess seorang sheriff bukan melindungi tahanan perempuan tetapi memerkosanya, dalam bahasa Indonesia yang salah kaprah, menggagahi. Seolaholah dengan memerkosa perempuan, pelakunya bertambah gagah. Burgess, dalam kasus ini, akhirnya mengundurkan karena terbukti 35 kali perkosaan, penyuapan, dan penculikan. Dalam kasus yang mungkin serupa di negeri ini, perkosaan yang sesungguhnya terjadi bisa berubah menjadi nikah siri atau suka sama suka. Padahal, perkosaan dibungkus apapun tidak akan berubah. Ia tetap bernama pemaksaan. Hanya, ancaman di negeri ini begitu dominan. Sebagian hanya gertakan dan selebihnya benar-benar terjadi. Pada kasus dugaan pemerkosaan terhadap mantan tahanan perempuan Martha Indah Sapriani oleh jaksa Hari Soetopo. Memang dalam kasus di Indonesia agak berbeda meski awalnya diperkosa, lama-lama kok gak terasa dan nikmat juga. Apalagi pelakunya (diduga) pejabat negara yang sudah punya pasangan sah sebelumnya. Namun Jaksa Agung Muda Pengawasan Marwan Efendi menjatuhkan sanksi ringan dan jaksa pelaku tidak bersedia mengundurkan diri seperti yang dilakukan sheriff di Oklahoma. Hanya, bila putusan jaksa agung muda ringan, untuk pekerjaan yang tidak lazim seorang jaksa, di manakah agungnya jaksa? Jaksa juga menegaskan, istri Hari tidak mengajukan keberatan. Meski begitu, tidak
mengajukan keberatan bukan berarti tidak ada keberatan pada pasangan yang berpasangan dengan yang bukan pasangannya. Tetapi hal ini perlu dimaklumi dan jaksa benar, sebab kajianya yuridis (hitam-putih), bukan psikologis. Di dalam Suluh edisi kali ini, perempuan menjadi sesuatu banget (meminjam Syahrini) untuk dibahas dan merangkai Hari Ibu di setiap 22 Desember. Perempuan dari dulu hingga kini belum sepenuhnya diperlakukan “adil� oleh lingkungan yang patriarkhis. Meski begitu, karena kuanya doktrinasi, perempuan menderita anarkhi kepatuhan dan menjadi sosok yang nrimo. Padahal kalau mereka mau dan lingkungan sekiranya juga mengerti, perempuan bisa menjadi mitra yang setara siapapun di internal atau di eksternal rumah. Bagi Plato-Aristoteles di zaman pra Kristen, Clemat, Agustinus dan Thomas Aguinas pada abad pertengahan dan Jhon Locke, Rouseau dan Nietzsche di awal abad modern, cinta dan kedudukan perempuan tidak pernah dianggap setara dengan laki-laki. Bagi mereka perempuan sama halnya dengan budak dan anak-anak, dianggap lemah fisik maupun akalnya. Sementara, paderi gereja menuding perempuan sebagai sumber malapetaka dan pembawa sial, biang keladi di usirnya adam dari surga. Kaum feminis, diskriminasi terhadap perempuan harus di hilangkan, mereka menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan baik dalam pendidikan maupun politik. Perempuan mesti dibebaskan dari kurungan rumah tangga dan penjarapenjara lainnya. Menurut mereka, berbagai kelemahan yang terdapat pada perempuan lebih disebabkan faktor lingkungan, bukan karena takdir (pilihan). (*).
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
3
daftar isi
Perempuan
Diantara Nestapa dan Kemiskinan (?)
Suluh Utama Aku terlahir dari sebuah keluarga sederhana, asli keturunan Madura. Bagi orang Madura, kehormatan adalah segalanya. Semboyannya, lebih baik putih tulang daripada putih mata (lebih baik mati daripada menanggung malu). Itulah kenapa tidak salah jika kebanyakan orang Madura identik dengan carok, dulu. Sebuah adu tanding yang kerapkali disebabkan hal-hal sepele tapi menyentil kehormatan dan harga diri.
Fokus Lensa Bertarung untuk meminang Di pulau pegerungan kecil ada tradisi unik. Seorang pria yang ingin menikahi sorang gadis terlebih dahulu harus bertarung dan menang melawan pendekar dari pihak sang gadis. Tak pelak, pertarungan ini menjadi tontonan warga sekitar.
Suara Pembaca
5
Suluh utama
6
Suluh Khusus
8
Opini
12
Politika
16
Fokus Lensa
20
Eksotika
22
Generasi Bangsa
26
Serambi
28
Akademia
30
Olahraga
41
Oase
42
Redaksi SULUH MHSA
Majalah Bulanan Suluh MHSA diterbitkan SAI (Said Abdullah Institute) Pembina: MH Said Abdullah, Januar Herwanto, Moh Rasul Junaidy. Pemimpin Umum/Redaksi: Abrari Alzael. Sekretaris Redaksi: Zeinul Ubbadi. Lay Outer: Ahmed David. Reporter: Busri Thaha, Veros Afif Fotografer: Saiful Bahri. Biro Sampang: Mamak. Biro Pamekasan: Syah Manaf. Biro Sumenep: Fauzi. Biro Bangkalan : Safi’. Biro Jakarta: Alwi Assegaf Koresponden: Rozaki (Jogja), AE: Badrul Ahmadi, Pemasaran: A. Rusdi Gogo. Alamat Redaksi : Jalan Adirasa 5-7 Sumenep 69417 tel. 0328-674374 faks. 0328-661719. email : suluh_mhsa@yahoo.com. web : www.suluhmhsa.com. designed by ahmed david
4
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
suara pembaca BEAS SISWA, DITAMBAH ATAU DITIDAKAN SAJA? Selama ini bea siswa untuk mahasiswa sumenep diduga selalu menjadi ladang oknum tidak bertanggung jawab di DPRD dan di Bappeda untuk mengeruk keuntungan. Caranya, dengan mengalokasikan dana tersebut hanya kepada orang-orang dekatnya yang mau berbagi dan yang diperoleh dari bea siswa tersebut. Benar dan tidaknya isu ini, tidak bisa dibuktikan secara yuridis. Sebab transaksinya memang tidak mungkin menggunakan kwitansi apalagi materai. Kesepakatan-kesepakatan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi. ibarat orang menikah, transaksi tersebut dilakukan dengan proses di bawah tangan. Hal ini menjadi dilematis. Apakah anggaran untuk bea siswa seharusnya ditambah, atau justru ditiadakan sama sekali. Di satu sisi ada banyak mahasiswa tidak mampu yang memang layak menerimanya, namun di lain sisi anggaran tersebut justeru banyak masuk ke kantong oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Lewat surat pembaca ini, saya hanya ingin tanya... “Siapa yang punya solusi?� HARIR Ketua PC. IPNU Sumenep WARGA TERTIPU LOKET ONLINE PEMBAYARAN TAGIHAN PLN Saat ini masyarakat banyak sekali diresahkan dengan ulah oknum yang mebuka loket pembayaran PLN secara ONLINE. Di kecamatan lenteng misalnya, ada pemilik loket yang kabur dengan membawa dana kurang lebih 300 juta milik pelanggan PLN yang tidak di setorkan. Masyarakat menduga, hal ini bisa terjadi karena adanya kerjasama antara pihak PLN dengan oknum Loket pembayaran ONLINE tersebut. Sebab di lapangan ditemui adanya pelanggan yang ternyata sudah 8 bulan pembayarannya tidak disetorkan oleh pihak loket ONLINE. Artinya, jika tidak karena ada kerjasama dengan pihak PLN, seharusnya pelanggan tersebut sudah tidak bisa menikmati listrik sejak 3 bulan setorannya tidak dibayarkan. Karenanya, masyarakat berharap ada perhatian dari pemerintah. Terutama pada wakil rakyat di DPRD yang memang seharusnya menjado corong kepentingan warga. Sebab selama ini, pihak PLN menyatakan tidak bisa bertanggung jawab terhadap dana yang ternyata tidak dibayarkan tersebut. Dengan kata lain, warga harus membayar lagi tanggungan listriknya yang sebenarnya sudah dibayar. HARIRI EM NOER Warga desa Poreh Kecamatan Lenteng Sumenep
Beberapa kasus korupsi di Sumenep hingga saat ini belum juga terselesaikan. Sejak dari kasus korupsi penyelewengan raskin hingga kasus korupsi dugaan penyelewengan bantuan untuk para petani garam dari pusat dengan nama program Pugar. Bahkan untuk kasus yang terkahir saya sebut, DPRD Sumenep membuat sebuh panitia kerja (Panja) untuk mengusutnya hingga tuntas. Hasilnya, banyak sekali kejanggalan. Dari manipulasi data anggota hingga perangkat desa dan PNS yang ikut menerima bantuan tersebut. Ironisnya, belum tuntas pengusutan kasus pugar tahun 2011 tersebut dilakukan, pemerintah pusat sudah memutuskan untuk kembali mengucurkan dana serupa pada tahun 2012 mendatang. Bahkan dengan jumlah bantuan yang meningkat. Pada tahun 2011 sumenep mendapat kucuran dana pugar sebesar 5,2 Milyar Rupiah. Sementara pada tahun 2012 ini berjumlah 8,7 Milyar Rupiah. HEFNI YAS ROHIM Pengajar Tinggal di Pragaan Sumenep
dari redaksi
LEBIH KEJAM MANA PEMERINTAH KITA DENGAN BELANDA? Jalanan di desa-desa saat ini sudah mulai rusak dan tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Perbaikan memang dilakukan. Diantaranya melalui program-program pemerintah pusa seperti PNPM dan PPK. Nanun perbaikan tersebut dilakukan dengan sangat minimalis. Sehingga, di desa Bilapora misalnya, jalan tersebut diperbaiki namun kemudian rusak kembali dalam waktu hanya satu bulan. Hal ini tentu ironi. Sebab jalan tersebut hanya salah satu dari sekian banyak proyek yang juga rusak dengan begitu cepat. Bangunan, Jalan dan Bendungan justeru lebih kokoh dan awet sisa-sisa peniggalan Belanda dan Jepang. Diduga, bangunan-bangunan hasil proyek kita sendiri cepat rusak karena dananya di korupsi. Kenyataan ini membuat hati bertanya, sebenarnya lebih kejam mana Belan da sama Pemerintah kita sendiri? INOL IBEL Pemerhati Pembangunan Daerah
PENAMBAHAN DANA UNTUK KORUPSI
Surat pembaca yang masuk ke meja redaksi kali ini agak berbeda dengan surat-surat yang masuk pada edisi-edisi sebelumnya. Saat ini para pembaca Suluh banyak berisi curhat teteng persoalanpersoalan yang ada di daerahnya maupun di Madura secara umum. Terkait hal tersebut, redaksi tentu tidak bisa memberikan jawaban. Sebab hal-hal yang menjadi keluhan pembacar rupanya adalah soal kebijakan-kebijakan pemerintah yang mereka anggap kurang berpihak pada diri mereka. Redaksi hanya bisa membantu mempublikasikan unek-unek pembaca dengan harapan dapat didengar oleh pemilik kebijakan di madura.
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
5
SULUH UTAMA
Nasib Perempuan dalam sistem patriarki
Perempuan
Diantara Nestapa dan Kemiskinan (?) Aku terlahir dari sebuah keluarga sederhana, asli keturunan Madura. Bagi orang Madura, kehormatan adalah segalanya. Semboyannya, lebih baik putih tulang daripada putih mata (lebih baik mati daripada menanggung malu). Itulah kenapa tidak salah jika kebanyakan orang Madura identik dengan carok, dulu. Sebuah adu tanding yang kerapkali disebabkan hal-hal sepele tapi menyentil kehormatan dan harga diri. Namun terlepas dari semua itu, aku tetap bangga terlahir sebagai perempuan Madura, yang kata orang terkenal tangguh dan tahan banting. Satu hal yang juga aku pelajari sebagai perempuan Madura, tentang surga yang terletak pada pengabdian. Aku dijanjikan surga melalui pengabdian, menikah sebelum waktunya tiba. Tetapi ini masih jauh lebih baik dibanding ibuku, ibuku dalam usia 13 tahun. Itulah Fitriana Utami Dewi dalam cerita pendek, Perempuan Madura. Dosen perguruan tinggi di Surabaya itu menemukan sesuatu yang berbeda di Madura, dibanding buku-buku yang pernah dibaca terutama menyangkut pengarusutamnaan gender, emansipasi, dan dekonstruksi atas kuasa patriarkhi. Kenyataan itu sebenarnya tidak saja terjadi di
6
Madura, tetapi juga muncul di tempat lain. Perempuan tetap terstigma sebagai makhluk kelas dua setelah laki-laki. Padahal, sebagian pihak menyetujui bahwa ideologi atau paham feminisme memberi pengaruh bagi perubahan kondisi kaum perempuan. Perubahan khususnya pada transformasi lingkungan material yang melingkupi kondisi kaum perempuan. Konsep dasar feminisme berakar pada perjuangan untuk melawan patriarki sebagai suatu sistem sosial yang dibangun diatas kuasa dominasi kaum laki-laki terhadap subordinasi kaum perempuan. Sebenarnya, patriarkhi sebagai konstruksi sosial dikelola dan disosialisasikan pada awalnya melalui lingkungan keluarga, dan mendapatkan penguatan melalui pendidikan, kajian ilmu pengeta-
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
huan, dan agama. Patriarkhi prakteknya dapat ditemui dalam ekonomi seperti bentuk-bentuk eksploitasi, kekuasaan negara yang mengabaikan hak perempuan khususnya dalam relasi yang berhubungan dengan aspek seksualitas dan reproduksi dan akses setara untuk partisipasi politik. Dengan kata lain, patriarkhi merupakan isu sentral di dalam keseluruhan paham feminisme yang secara konseptual-ontologis dan pengaruh-aksiologisnya terbagi atau terperiodisasikan ke dalam beberapa gelombang. Seorang perempuan bernama Samawiyah (30), warga Desa Angon-Angon, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep tahun lalu menempatkan kesetaraan gender yang salah kaprah. Perempuan itu mengaku dirinya sebagai nabi dengan sebuah ka’bah di dadanya. Ini bukan sebentuk gerakan feminisme karena semua nabi berjenis kelamin laki-laki. Melainkan, pemahaman atas dirinya yang tidak sempurna tentang perempuan, laki-laki, dan kenabian. Feminisme dan gerakan gender sejatinya ingin menempatkan sesuatu di porsinya tanpa mengedepankan sebab jenis kelamin sebab semua berhak setara di luar kewenangan yang telah diterima
secara kodrati. Ada dua gelombang tentang feminisme yang ikut mewarnai kehidupan dalam pengarusutamaan gender. Pertama, feminisme liberal yang mewacanakan polarisasi ruang publik dan privat sebagai basis dominasi patriarki. Paham ini berdampak pada upaya untuk memiliki akses politis sebagai isu sentral perjuangan kaum perempuan, misalnya melalui peningkatan pendidikan dan kesempatan untuk setara khususnya di ruang publik. Kedua, feminisme sosialis yang melihat bahwa persoalan dominasi patriarkhi bukan semata-mata berakar pada pembedaan jenis kelamin (seksualitas; laki-lakiperempuan). Tetapi, pada subyektivitas mengenai dominasi maskulinitas atas femininitas. Paham ini memperkenalkan konsep ‘gender’ sebagai suatu konstruksi subyektivitas tentang unsur-unsur maskulin dan feminin yang berakar dalam sistem pengetahuan, khususnya yang direproduksi melalui modernitas (penekanan pada esensi rasionalitas dan kedaulatan individual), sebagai cara-cara untuk mengorganisasikan strategi dominasi patriarki. Dampak paham feminisme gelombang kedua ini mencoba untuk mengangkat aspek kehidupan personal kaum perempuan sebagai concern publik yang besifat politis. Misalnya, isu mengenai otoritas tubuh, kekerasan terhadap perempuan, dan hak reproduksi. Dalam gerakan perempuan, efek gelombang pertama dan gelombang kedua feminisme masih kuat dan sebagian besar aktivis perempuan menyepakati bahwa secara realistis persoalan dan dimensi dominasi patriarki di Indonesia serta hampir kebanyakan memang masih di dalam konteks yang diperjuangkan oleh kedua gelombang feminisme tersebut. Paham dalam kedua gelombang feminisme diatas secara paradigmatik mendapat tantangan khususnya dari pemikiran posmodernisme yang mengkritisi upaya untuk mempolitisasi khususnya wilayah subyektivitas dan ruang kehidupan personal perempuan sebagai cara untuk mengorganisasikan perbedaan, dan oleh karena itu rentan menjadi manipulatif. Terhimpit Egoisme Kultural Sayangnya, wajah perempuan di Jawa (khususnya Madura) masih terhimpit faktor kultural dimana kehadirannya
seakan-akan berada di luar yang terbatas (sumur, dapur, dan kasur). Nurjannah Zain dari Pilar (Peduli Indonesia Belajar) di Yogyakarta menilai gerakan feminisme dan gerakan pengarusutamaan gender masih dalam perjuangan. Sebab, kuasa patriarkhi yang menyebar di era pra kolonial hingga pasca kemerdekaan menancap begitu kuat. Sehingga keberhasilan gerakan kesetaraan gender ini belum menyeluruh seperti halnya reformasi hingga pasca reformasi, kualitas berbangsa belum begitu pulih. Meski begitu, gerakan kesadaran berbangsa dan bergender dalam kasus feminisme ini tetap diperjuangkan. “Kami dan kelompok sealiran terus berjuang demi kesetaraan peran,” urainya. Upaya untuk menemukan ranah baru di dalam ideologi feminisme dan sekaligus ‘mendamaikan sekaligus mensinergikan’ keberagaman gerakan perempuan ini melahirkan identifikasi mengenai gelombang keempat, yakni Feminisme Multikultur (multicultural feminism) atau seringkali juga dikenal sebagai feminisme lokal. Lalu, bagaimana menempatkan tantangan yang muncul dari ranah baru feminisme ini di dalam konteks keindonesiaan? Untuk itu, perlu belajar dari sejarah khususnya membaca secara kritis perkembangan gerakan perempuan di Indonesia tanpa meniadakan unsur-unsur keunikan dari masing-masing perjuangan oleh kelompok-kelompok yang beragam untuk menemukan esensi dan strategi perjuangan bersama dan sekaligus menandai ruang praktek multikultur tanpa harus tertundukkan oleh kuasa manipulatif yang menindas perbedaan atas nama kepentingan bersama (universalitas). Peneliti perempuan Madura Khaerul Umam Nur menilai, perempuan Madura dikenal sebagai sosok yang memiliki mobilitas tinggi. Dalam kajiannya tentang migrasi yang dilakukan perempuan Madura secara individual, perempuan Madura tidak mengikutsertakan anggota keluarga. Ini menjadi tanda pada bagian tertentu, perempuan Madura berani dan mandiri. Dengan menggunakan model kualitatif, penelitian mengenai migrasi perempuan Madura menganut tiga pola. Pertama, bermigrasi ke tempat di mana terdapat anggota keluarga, Kedua, bermigrasi ke tempat yang tidak ada anggota keluarga namun memiliki kelompok etnis yang sama. Ketiga, ber-
migrasi ke tempat yang benar-benar baru. Sebagai usaha untuk mendalami fenomena migrasi individual, maka penulis memfokuskan pada point ketiga. Alasan utama perempuan Madura melakukan migrasi adalah untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan mencari kesempatan kerja yang lebih terbuka ketimbang di daerah asal mereka, di mana sebagian informan dahulu bekerja sebagai peladang dan sebagian lainnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Point penting lainnya adalah, bahwa seluruh subjek penelitian berasal dari golongan yang cukup mampu namun berpendidikan rendah. Persoalannya adalah, banyak migran yang tidak memiliki kemampuan yang memadai, sehingga mereka justru lebih banyak berprofesi sebagai PRT maupun buruh. Meskipun demikian, pekerjaan tersebut tetap diambil sebagai kesempatan untuk memperoleh penghasilan, baik untuk dirinya sendiri maupun sebagai remiten. Dalam beberapa kasus, para migran ini justru tidak lagi kembali ke Madura namun memilih untuk menetap di rantau. Hal inilah yang coba untuk dieksplorasi lebih lanjut, yakni alasan untuk melakukan migrasi dan strategi adaptasi mereka di daerah migrasi yang baru bagi mereka. “Dalam kasus ini perempuan justru berada di ruang publik,” urainya. Pada dimensi mutakhir, isu mengenai kesetaraan gender kini menunjukkan titik cerah yakni ketika dimensi ruang hidup kaum perempuan menjadi kepentingan publik sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Keberadaan UU KDRT/2004 menandai dua lokasi penting dalam sejarah politik mengenai transformasi kondisi kaum perempuan di Indonesia. Pertama, peningkatan kesadaran untuk menempatkan masalah-masalah privat yang melingkupi kehidupan kaum perempuan khususnya yang berdimensi kekerasan telah menjadikan wilayah tersebut sebagai subyek politik. Kedua, subyek politik yang menempatkan isu sentral mengenai kesetaraan dan aksesnya secara khusus bagi kaum perempuan menandai gerakan sosial secara kolektif yang membentuk struktur dan agensi politik dimana mobilisasi politik mengenai isu kesetaraan gender berlangsung baik di level penyelenggara
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
7
SULUH KHUSUS
Nasib Perempuan dalam sistem patriarki formal biasanya adalah anak perempuan lebih dahulu. Jelas kiranya bahwa faktor sosial-budaya seperti agama, tradisi dan jender mempunyai implikasi terhadap kemiskinan perempuan yang tidak mudah dihapuskan bila tidak di mulai dengan memperhatikan juga pendidikan anak perempuan.
BEJIBUN: Seorang Ibu pegawai negeri di sebuah kabupaten di madura sedang tenggelam dalam pekerjaannya yang menumpuk
kekuasaan formal (negara), maupun di level pengorganisasian masyarakat sipil. Pengaruh ini dapat dirasakan dalam berbagai aktivitas publik yang diselenggarakan untuk membangun sensitivitas gender, baik sebagai perangkat asumsi moral-etis, maupun unsur penggerak dalam upaya-upaya perubahan kebijakan publik. Dapat dikatakan bahwa produk politik ini disepakati oleh banyak kelompok yang memberi perhatian besar bagi upaya untuk memperjuangkan kesetaraan. (tim) Perempuan dan Label Kemiskinan Pengentasan kemiskinan untuk sekian kalinya dibahas sebagai sikap serius pemerintah untuk dapat secara lebih akurat menentukan strategi dan kelompok sasaran yang perlu ditentukan dalam usaha menghapuskan kemiskinan. Karena topik bahasannya penghapusan kemiskinan, dan kemiskinan adalah kondisi hidup yang akrab dengan perempuan, timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya pemerintah memandang kemiskinan perempuan? Memang belum ada data statistik yang menjelas berapa jumlah perempuan miskin. Tetapi angka-angka yang ada secara tidak langsung menunjuk pada kemiskinan yang dialami perempuan. Satu indikasi yang dapat dijadikan jendela untuk membuka kemiskinan perempuan antara lain masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia, Selain itu, menurunnya anak perempuan yang mengikuti pendidikan formal di tingkat sekolah lanjutan, terpusatnya pekerja perempuan di sektor pendidikan, ren-
8
dah ketrampilan dan rendah upah. Kesemuanya itu secara tersendiri maupun bersama-sama menggambarkan bahwa kemiskinan masih melekat dan akrab dengan perempuan. Dapat diperkirakan bahwa dalam menyusun strategi MPMK akan lebih didasarkan pada kondisi kemiskinan pada umumnya. Disadari, bahwa dalam mengentaskan kemiskinan peran serta perempuan penting. Tidak hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai pengambil keputusan. Apalagi mengingat bahwa korban kemiskinan masih tetap adalah perempuan. Tingginya angka kematian ibu adalah salah satu bukti nyata tentang gawatnya kemiskinan dan status kesehatan perempuan. Mengingat bahwa menghapuskan kemiskinan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa, maka ada indikator lain yang perlu diperhatikan oleh para bapakbapak Menteri yang berkaitan dengan belum tercapainya cita-cita Kartini secara menyeluruh. Ialah statistik pendidikan yang menunjukkan bahwa angka putus sekolah anak perempuan setelah sekolah dasar masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Sejak Kartini sampai sekarang kita percaya bahwa pendidikan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan status dan peranan perempuan sehingga mengupayakan agar setiap anak perempuan dapat menyelesaikan Wajib Belajar 9 tahun harus merupakan juga sasaran MPMK. Karena dalam keluarga miskin yang terdorong keluar dari jalur pendidikan
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Karena kebanyakan perempuan miskin menekuni usaha yang sangat-sangat kecil, dan perempuan miskin biasanya juga miskin pendidikan, miskin ketrampilan, miskin modal, dan miskin pengalaman untuk dapat memahami aturan dan ketentuan yang akan ditentukan oleh pemerintah tentang usaha kecil, maka strategi MPMK perlu dibuat agar juga terjangkau oleh perempuan miskin. Modal utama perempuan miskin adalah: keuletan dan kegigihannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Modal yang tidak boleh diperkecil artinya dalam membuat program penghapusan kemiskinan. (tim) Mengapa Perempuan? Kemiskinan dan perempuan merupakan kosa kata yang kerap memenuhi pemberitaan media di era globalisasi ini. Memang sulit dipungkiri, antara perempuan dan kemiskinan bagaikan suatu lingkaran yang saling terkait satu sama lain. Koneksi di antara keduanya pasti akan melahirkan hubungan yang memilukan. Kalau kita menghubungkan antara kemiskinan dan perempuan, maka yang akan menjadi obyek dan korban adalah perempuan. Di negeri ini (Rume,19/9/2008), ada berbagai dimensi kemiskinan yang menimpa perempuan: akibat posisi tawar yang lemah di dalam masyarakat, kultur yang represif, miskin akibat bencana dan konflik, diskriminasi di ruang publik dan domestik, serta tidak pedulinya negara dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat guna mengentaskan perempuan dalam kemiskinan. Pada kenyataanya banyak praktik diskriminasi dilakukan terhadap perempuan. Memang belum ada data statistik yang jelas berapa jumlah perempuan miskin. Tetapi angka-angka yang ada secara tidak langsung menunjuk pada kemiskinan yang dialami perempuan. Antara lain: tingginya angka kematian ibu di Indonesia; makin menurunnya anak perempuan yang mengikuti pendidikan formal di tingkat sekolah
lanjutan; terpusatnya pekerja perempuan di sektor yang rendah pendidikan, rendah ketrampilan dan rendah upah. Kesemuanya secara tersendiri maupun bersama-sama menggambarkan bahwa kemiskinan masih melekat dan akrab dengan perempuan. Implikasi Kenaikan Harga Bagi Perempuan Keputusan Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada awal Juni 2008, meskipun diiringi oleh persiapan skema bantuan langsung (BLT), tetap meresahkan masyarakat. Sebab, akan menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat miskin khususnya perempuan yang terkena dampak langsung. Kenaikan harga BBM dapat mengakomodir kemiskinan dan pemiskinan yang berkelanjutan bagi masyarakat miskin secara general dan kelompok perempuan secara khusus. Hingga kemudian rentan menciptakan situasi yang tidak kondusif dalam Rumah Tangga. Penelantaran ekonomi dirasakan oleh perempuan secara langsung karena, 60% pengelola struktur pengeluaran rumah tangga adalah perempuan, maka dampak pemangkasan kebutuhan ekonomis langsung bersinggungan pada mereka. Kelompok perempuan sebagai pengelola Rumah Tangga, menerapkan ragam strategi untuk mengatasi
keterbatasan ekonomi. Hingga akhirnya mendesak kaum perempuan untuk mencari kerja di luar negeri. Hal ini dipengaruhi oleh iming-iming peluang mendapatkan upah yang relatif tinggi serta desakan keluarga untuk memperbaiki kualitas hidup, yang kemudian semakin mendorong perempuan, dalam hal ini istri ataupun anak perempuan, untuk meninggalkan keluarganya guna bekerja sebagai buruh migran. Situasi tersebut juga mampu memberi peluang untuk memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan, juga melempar perempuan kepada lapangan pekerjaan rentan, seperti menjadi buruh migran. Jika ditelaah melalui data Komnas Perempuan selama lima tahun terakhir, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan bentuk kekerasan yang terbanyak dialami perempuan dari tahun ke tahun, dan bentuk yang paling sering ditangani oleh Pengadilan Agama adalah penelantaran ekonomi (61%). Upaya Pemerintah Pemberdayaan perempuan dalam rangka pengentasan kemiskinan perlu dilakukan, terutama pemberdayaan perempuan yang tersentuh langsung pada persoalan budget, karena kaum perempuan adalah manager dalam rumah
tangga yang mengatur keuangan untuk berbagai keperluan. Menyadarkan perempuan untuk berpartisipasi dalam banyak hal. Partisipasi perempuan terwujud apabila memperoleh akses pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat. Perempuan mengatasi kemiskinan salah satunya dengan mencoba melakukan berbagai usaha secara mandiri. Selain juga ada yang menjadi buruh atau pekerja, akan tetapi banyak juga perempuan misalnya yang kemudian membuka usaha kecil-kecilan di rumahnya. Dengan membuka usaha sendiri, apalagi jika usaha tersebut di lakukan di rumah, maka perempuan akan lebih leluasa mengatur pekerjaan rumah tangga yang biasanya juga dibebankan kepadanya. Upaya tersebut sejatinya diiringi oleh kesiapan Pemerintah Indonesia yang perlu mengeluarkan kebijakan untuk memberlakukan perlindungan bagi perempuan, dalam kaitannya terhadap isu KDRT juga Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia sebagai Buruh Migran. Pemerintah tidak lagi menyelesaikan kasus Buruh Migran secara kasus per kasus, namun lebih komprehensif hingga dapat melindungi keberlanjutan hak buruh migran kedepan. Sementara dalam penanganan Kasus KDRT, Pemerintah perlu upaya sistematis untuk memberi rehabilitas ekonomi bagi perempuan pengelola rumah tangga. (tim)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
9
SULUH KHUSUS
Perempuan masih harus berjuang keras
Ketimpangan Gender itu masih ada Kaum Perempuan terkadang terkungkung dalam kuasa patriarkhi. Akibatnya, kehadiran perempuan seolah-olah makhluk kelas dua (setelah laki-laki) dan dunianya sangat sempit diantara kasur, sumur, dan kasur. Benarkah? Berikut paparan aktivis KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) Jatim, Wiwik Afifah yang dikemas secara bertutur. Perempuan sebagai bagian dari kehidupan dan mitra sejajar kaum laki-laki. Posisinya posisi sangat unik, strategis dan menentukan. Kaum perempuan harus mempunyai posisi tawar yang lebih baik dari waktu ke waktu dengan
tidak mengabaikan tugas mulia seorang ibu dan istri dan selalu siap dalam menghadapi setiap perubahan. Ada perempuan yang mengeluh dengan mengatakan, misalnya : “Saya harus membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah, saudara laki-laki saya tidak. Saya tidak punya hak atas harta ayah saya. Harta milik suami saya juga bukan milik saya. Sebenarnya tidak ada rumah yang bisa saya sebut rumah saya. Saya ingin suami saya menggunakan metode keluarga berencana, tetapi ia menolak. Ia juga tidak membolehkan saya menggunakannya. Saya tahu bahwa keluarga saya tidak senang dengan kelahiran saya. Mereka menginginkan bayi laki-laki. Saudara laki-laki saya boleh pulang sesuka hati, tetapi saya harus pulang sebelum gelap.� Realitanya, ternyata perempuan Indonesia mengalami hambatan struktural dan non struktural. Secara struktural, hambatan yang tercipta di mana peran kaum perempuan dieliminasi sedemikian rupa sehingga tidak dapat berkembang secara wajar. Perempuan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurusi dapur d a n
10
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
masalah rumah tangganya atau orang rumahan. Sedangkan hambatan non struktural tercipta lebih banyak disebabkan oleh sikap dan cara pandang kaum perempuan itu sendiri yang menempatkan dirinya pada posisi yang lemah dan menerima apa adanya segala sesuatu yang given. Paradigma sosio-kultural telah menempatkan perempuan di nomor dua setelah laki-laki. Hambatan struktural dan non struktural tersebut telah mengokohkan anggapan bahwa perempuan tidak bisa profesional dalam bekerja. Anggapan negatif sebagian masyarakat perempuan tidak profesional dalam bekerja karena perempuan lebih mengandalkan rasa daripada rasio(?). Padahal, perempuan banyak yang berprestasi selama dalam mengenyam dunia pendidikan dan lingkungan akadmik. Namun ketika bekerja, justru tidak punya prestasi. Padahal ini lebih disebabkan hambatan struktural dan non struktural. Suatu jaringan pemahaman dan pendapat maupun pemikiran tentang subordinasi sosial perempuan dan praktek-praktek budaya yang mempertahankannya, cara-cara yang menentukan pilihan obyek seksual, pembagian kerja secara seksual, pembentukan karakter dan motif, sejauh hal tersebut diorganisasi sebagai feminitas dan maskulinitas bisa mencakup lima proses yang saling berinteraksi. Pertama, konstruksi atas pembagian kerja yang berbasis gender. Kedua, konstruksi atas simbol dan citra (image) yang menjelaskan, mengekspresikan, menekankan, dan memaksa, atau kadangÂŹkadang bertentangan dengan, pembagian kerja tersebut. Ketiga, interaksi sosial antara perempuan dan laki-laki, antara perempuan dan perempuan, dan antara lakilaki dgn laki-laki yang berbasis gen-
der. Proses yang membantu untuk menghasilkan komponen gender dari identitas individu yang juga meliputi kesadaran gender. Proses fundamental terhadap pembentukan dan pengkonseptualisasian struktur sosial secara terus menerus.
teknologi. Penindasan dilihat dari aspek ekonomi, seksual, dan ketidakadilan gender dalam rumah tangga. Kontrol reproduktif oleh perempuan melalui teknologi akan menuju pada pengurangan ketidakadilan gender dalam rumah tangga.
Nilai-nilai sosial budaya dari kelompok yang memiliki power akan selalu berusaha melanggengkan relasi sosial, struktur dan sistem sosial yang menguntungkan kelompoknya. Relasi gender terbentuk karena adanya kepentingankepentingan dari pihak tertentu sedangkan relasi gender mengandung dimensi power. Peran sosial perempuan dan laki-laki dianggap memiliki isi dan makna sosial yang berbeda. Diantaranya, relasi gender (kekuasaan).
Hipotesa dari realita ini antara lain perluasan akses pada informasi kontrol-kelahiran akan meningkatkan komitmen terhadap pendidikan serta penghargaan diri perempuan. Proposisi teoretisnya, peningkatan teknologi reproduktif berkaitan dengan peningkatan partisipasi buruh perempuan dan ketidaktergantungan ekonomi dalam rumah tangga. Ideologi gender yang diproduksi dalam berbagai bentuk diskursus (discourse) telah menjadi kekuatan penting dalam menyadarkan atau menegaskan pada perempuan dan lakilaki tentang tugas dan tanggung jawab. Pemahaman terhadap diskursus (wacana) gender di sekitar realitas sosial juga menggambarkan struktur kekuasaan yang ada dalam komunitas tersebut.
Ketimpangan gender merupakan hasil interaksi antar-power dari kelompok-kelompok tertentu. Selain itu, patriarkhi sebagai (menjadi) ideologi. Akibatnya, kekuasaan laki-laki, hubungan sosial laki-laki menguasai perempuan. Suatu sistem dari struktur sosial yang saling berkaitan, menyebabkan laki-laki mengeksploitasi perempuan. Sedangkan patriarki, sebagai suatu ideologi menyatu dalam budaya manusia, dan akan mengambil bentuk yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Manifestasi ideologi patriarki dapat terlihat melalui praktek-praktek ketidakadilan gender. Strategi patriarkhi ini memberi kesan eksklusif, dimaksudkan untuk menutup akses perempuan secara menyeluruh dalam sektor publik. Sedangkan segregasi dimaksudkan untuk membatasi akses dan posisi perempuan di sektor publik. Strategi patriarchi ini mempengaruhi peran publik perempuan dan relasi kekuasaan. Relasi gender dan kekuasaan menggambarkan bagaimana ketidakadilan terhadap perempuan dipertahankan dan bisa diubah melalui aspek reproduktif perempuan. Hubungan antara reproduksi dengan penindasan dilihat dari bagaimana aspek reproduksi ditentukan dari aspek biologis dan
Pada tingkat abstrak, patriarkhi menunjuk pada sistem relasi sosial. Sedangkan di tingkatan konkrit, patriarkhi menunjuk pada struktur-struktur sosial. Ada dua tipe patriarkhi. Yakni, patriarki privat beroperasi di dalam keluarga dan patriarki publik, beroperasi di dunia luar keluarga. Strategi patriarkhi bersifat eksklusif, dimaksudkan untuk menutup akses perempuan secara menyeluruh dalam sektor publik dan segregasif, dimaksudkan untuk membatasi akses dan posisi perempuan di sektor publik.
reproduktif oleh perempuan melalui teknologi menuju pada pengurangan ketidakadilan gender dalam rumah tangga. Sebenarnya, perluasan akses pada informasi kontrol-kelahiran, akan meningkatkan komitmen terhadap pendidikan serta penghargaan-diri remaja perempuan. Peningkatan teknologi reproduktif berkaitan dengan peningkatan partisipasi buruh perempuan dan ketidaktergantungan ekonomi dalam rumah tangga. Isu-isu gender memunculkan, negative stereotype, pelabelan negatif karena perbedaan gender yang pada umumnya ditujukan pada perempuan. Multi burden berbasis gender sebagai peran sosial yang bersifat multi dan menjadi beban didasarkan pada perbedaan gender. Di sisi lain, ada gender based discrimination : pembedaan perlakuan dalam kehidupan sosial karena perbedaan gender. Ada juga gender based exploitation, eksploitasi dalam kehidupan sosial yang terjadi karena perbedaan gender. Berikutnya, ada gender based Violence, tindak kekerasan yang terjadi karena adanya perbedaan gender, pembedaan peran sosial laki-laki dan perempuan berdasarkan gender. Sedangkan ketimpangan gender, merupakan ketimpangan peran sosial laki-laki dan perempuan karena terjadinya pembedaan gender. Sehingga, terjadilah gender gap, kesenjangan peran sosial laki-laki dan perempuan karena adanya pembedaan gender.
Fakta itulah menempatkan perempuan masih tersubordinasi, di mana perempuan dalam status soStrategi patriarkhi mempengaruhi sial yang dapat dikategorikan sebaperan publik perempuan dan regai sosok yang seakan-akan kurang lasi kekuasaan yang menggampenting, nomor dua, level bawah barkan bagaimana ketidakadilan justru karena ada perbedaan genterhadap perempuan dipertahander. Akibatnya, perempuan termarkan dan bisa diubah melalui aspek ginalisasi, di mana proses pemreproduktif perempuan. Hubuninggiran perempuan dari peran gan antara reproduksi dengan sosial dan sistem sosial ekonomi penindasan, reproduksi dilihat masyarakat. Padahal, perempuan dari bagaimana aspek reproduksi bergerak dalam dirinya, keluargditentukan dari aspek biologis anya, dan bahkan dunia. Proses itu dan teknologi. Penindasan dilihat terus berjalan dalam diri individuDua orang penaridan sedangindividu, memperagakan diri sebagai sapi keradariSUMRINGAH: aspek ekonomi, seksual, kelompok dan komunitas. pan dalam acara Semalam Madura. Tak ada bentuk final, kecuali nilaiketidakadilan gender dalamdirumah tangga. Karena itu butuh kontrol nilai kejuangannya. (abe)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
11
Opini
Madura, Pesantren & NOR ISMAH Penulis Buku Jerawat Santri dan Ja’a Jutek, Graduate Student of Asian Studies University of Hawai’i at Manoa 1711 East-West Road # 694 Honolulu HI 96848 USA.
“Menikah, harusnya menjadi moment yang indah … Namun tak demikian yang kurasakan, ketika aku dihadapkan pada kenyataan aku harus mengubur rapat keinginanku untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
12
Penulis Perempuan Ada Justin Tim dan Tom Cruise di Madura? Oho, tapi catet, yang ini pake peci item nasional, plus pake sarung! Mau tahu? Tuh dia, Ra Farisi dan Ra Alf ... (Cintalora, Matapena 2006) Lora Farisi dan Lora Alf adalah dua tokoh laki-laki kakak beradik dalam novel yang berjudul Cintalora. Dari cuplikan singkat tulisan di cover belakang novel tersebut, pembaca bisa tahu kalau keduanya adalah putera kiai di Madura. Pembaca bisa dengan mudah mengidentifikasinya lewat sandangan ra, atau lora, yang umumnya disandingkan dengan nama panggilan mereka. Sebagai putera kiai, dua kakak beradik itu tentu sangat populer dan menjadi pujaan di kalangan santri, terutama santri puteri, sepopuler Justim Tim dan Tom Cruise, begitulah kira-kira. Tapi, karena berasal dari Madura, Justin Tim and Tom Cruise ini memiliki atribut pembeda yang menarik, yaitu peci dan sarung. Demikianlah Ana FM, santri pesantren An-Nuqayah, meramu pengalaman hidupnya tinggal di pesantren Madura dalam sebuah novel remaja yang sederhana dan renyah. Ini menarik karena sebenarnya ada keterbuhungan antara Madura, pesantren, dan perempuan dalam proses kreatif Ana FM dan novelnya itu. Untuk konteks Madura yang kultur masyarakatnya dekat dengan NU, pesantren menjadi unsur penting dalam kehidupan sosial mereka. Dan, Ana FM adalah salah seorang perempuan Madura yang tumbuh dan mengenyam pendidikan di lingkungan pesantren. Jadi, bagaimana dia berkarakter dan
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
bervisi, menurut saya, berkaitan erat dengan sistem dan nilai yang diserapnya dari pesantren. *** Seperti kebanyakan remaja di Madura, Ana FM mengenyam pendidikan pesantren segera setelah lulus sekolah dasar dan berlanjut hingga perguruan tinggi, tepatnya di pesantren An-Nuqayah yang terletak di kabupaten Sumenep. Sejak kecil ia memang sudah suka membaca buku-buku dongeng yang dipinjamnya di perpustakaan SD. Hobi ini semakin terpupuk dengan baik di An-Nuqayah, bahkan ketika itu ia mulai menulis diary meskipun menurutnya masih belum bisa dibilang bagus. Kelas 1 SMA, setelah berkenalan dengan teman-teman penulis dari pesantren, ia jadi termotivasi untuk menulis dengan serius. Ia pun berniat menulis novel, memulainya dengan tulisan tangan dan ia bacakan di depan teman-teman kamarnya di An-Nuqayah. Bola pun terus menggelinding, salah seorang dari temannya berinisiatif ‘melapor’ ke pengasuh dan bercerita tentang tulisan Ana FM. Laporan itu ternyata tersambut dengan baik. Sang pengasuh memberikan support pada Ana FM untuk menyelesaikan novel itu, menghubungkan dengan penerbit, dan akhirnya novel Ana pun berhasil diterbitkan. Ana FM adalah satu contoh di antara perempuan-perempuan Madura yang beruntung mendapatkan kesempatan dan dukungan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi
Opini penulis. Karena banyak literatur tentang Madura menuliskan bahwa kultur patriarki masih sangat kental di pulau garam ini. Dalam kultur patriarki, laki-laki memiliki posisi lebih tinggi, dan dominan atas perempuan. Misalnya, anak laki-laki mendapakan kesempatan yang lebih luas untuk mengenyam pendidikan dan mengembangkan diri daripada anak perempuan dengan asumsi bahwa anak perempuan hanya bertugas untuk bereproduksi. Akibat dari pengawasan yang ketat dan pembedaan ini akhirnya perempuan kurang bisa berpartisipasi dan mengembangkan potensi. Bentuk pembatasan kesempatan atas perempuan contohnya bisa ditemukan dalam cerpen berjudul ‘Perempuan Madura’ yang ditulis oleh Fitriana Utami Dewi. Ia menuturkan: “Menikah, harusnya menjadi moment yang indah … Namun tak demikian yang kurasakan, ketika aku dihadapkan pada kenyataan aku harus mengubur rapat keinginanku untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Apalagi berkarir. Namun menolak perjodohan ini juga bukan solusi indah yang bisa ditawarkan. Karena bisa jadi aku justru akan menjerumuskan keluargaku pada sesuatu yang disebut su’ul adab … Usia 19 tahun dianggap telah cukup matang untuk berumah tangga. Sehingga menjadi hal yang tidak baik menolak sebuah lamaran. Dengan asumsi, ibuku menikah dengan ayah di usia 13 tahun.” Issue pernikahan dini dan perjodohan seperti sudah menjadi bagian cerita dari masyarakat Madura. Ana FM pun menuliskan issue ini dalam novelnya, Cintalora. Yaitu, perjodohan antara Salsabila yang berstatus sebagai santri dan Lora Farisi, namun konflik muncul ketika sang adik juga sebenarnya mencintai calon kakak iparnya. Dalam kondisi masyarakat yang belum seluruhnya sadar gender, munculnya Ana FM sebagai penulis dengan sekian jumlah novel dan cerpen adalah sebuah prestasi yang bisa menginspirasi remaja perempuan Madura yang lain. Lahir pada tahun 1988, Ana FM berhasil menunjukkan identitas kemaduraannya lewat tulisan-tulisannya, dengan menuturkan pengalamannya tentang pesantren dan issue-issue lokal khas Madura.
Namun, prestasi Ana FM tidak terlahir dari ruang yang kosong. Ia menuturkan bahwa ia harus i’malu fauqa ma ‘amilu, atau bekerja keras melebihi yang lain, untuk mewujudkan mimpinya. Ia harus pandai membagi dan memanfaatkan waktu, dan menggunakan fasilitas sebaik-baiknya. Pesantren, dalam proses kreatif Ana FM, jelas memainkan peran yang signifikan. Salah satu pengasuh di pesantren An-Nuqayah adalah Lora Faizi L-Kaelan. Ia berpendapat bahwa pengembangan kreativitas kepenulisan di pesantren bisa didukung dengan adanya forum diskusi, workshop, dan tidak membedakan pemberian kesempatan antara santri putra dan putri. Selain itu, santri penulis juga membutuhkan jaringan dan koneksi untuk penerbitan buku, dan ini bisa diinisiasi oleh pengasuh. Mengingat kultur pesantren yang masih terikat dengan model tokoh, figur kiai atau nyai yang menjadi penulis juga bisa menjadi nilai tambah untuk menstimulasi semangat para santri untuk menulis. Barangkali karena Lora Faizi yang juga seorang penulis, sehingga AnNuqayah pun dikenal sebagai pesantren untuk para penulis, setidaknya demikian yang dirasakan oleh Ana FM. Karena sebagai seorang penulis, tentu ia tahu apa yang musti dilakukan untuk meregenerasi penulis di pesantrennya sehingga ia bisa membuat formula pemberdayaan yang tepat bagi para santri. Hanya saja, santri putri seperti Ana FM, tak selamanya tinggal di pesantren. Masa tinggal mereka paling antara tiga sampai sepuluh tahun, untuk kemudian kembali ke kampung halaman masing-masing. Ana FM mengakui kalau dirinya harus mengalami masa transisi yang sulit, dari lingkungan yang mendukung profesi kepenulisannya seperti ketersediaan perpustakaan dan komputer, kawan untuk berdiskusi, dan apresiasi lingkungan pesantren atas prestasinya, kembali ke lingkungan rumahan yang kadang malah membatasi independensinya sebagai perempuan. Kondisi ini semakin menantang lebih-lebih ketika perempuan itu menikah dan mempunyai anak. Perempuan harus berhadapan dengan work-family conflict atau tarik-menarik antara pekerjaan, hobi, dan minat dengan tugas-tugas dan waktu
untuk keluarga. Bersyukur Ana FM tinggal bersama orang tuanya yang mensupport profesinya dengan memberikannya ruang tersendiri. Jadi, Ana bisa menunda pekerjaan domestiknya sebagai anak perempuan, untuk kepentingan membaca dan menulis. Pada masa transisi ini, seperti juga dituturkan Lora Faizi, keseriusan dan konsistensi minat kepenulisan seseorang benar-benar diuji. Antara bertahan atau mundur dan tak lagi menulis. Akan tetapi, lingkungan masyarakat bagi penulis seperti Ana FM bisa juga menjadi arena untuk internalisasi diri, berbekal pengalaman dan pengetahuan yang diserapnya dari pesantren. Melihat realitas kehidupan di lingkungan tempat tinggalnya, ia jadi sadar bahwa tak semua perempuan bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki seperti dirinya. “Mereka sama-sama bekerja di ladang, tapi begitu sampai rumah, yang laki-laki bisa langsung istirahat tapi si istri masih harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga,” Ana FM menuturkan. Baginya, ini adalah realitas yang tidak adil, realitas yang harus dibenahi, dan realitas tentang kampung halamannya, Madura, yang pasti akan ia ungkapkan lewat tulisan-tulisannya. Ana FM mungkin satu contoh dari sekian banyak perempuan lulusan pesantren yang menulis dan memiliki visi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Di Madura, sementara tercatat dari department Agama kabupaten Bangkalan, terdapat 329 pesantren berlokasi di kabupaten Bangkalan. Jumlah ini belum ditambah dengan pesantren-pesantren yang ada di tiga kabupaten yang lain di Madura, dan ini tentu meniscayakan banyaknya jumlah santri yang juga tinggal dan belajar di pesantren. Jika seluruh pesantren di Madura memberikan pendidikan yang mempertimbangkan persamaan potensi dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan, lalu mereka pulang kembali ke kampung masingmasing dan mengimplementasikan perspektif yang sama pada keluarga dan lingkungan mereka, mungkin generasi ini akan bisa mengikis kentalnya budaya partriakhi di Madura. Mengubah sistem memang bukan perkara mudah, tapi perubahan itu tentu bisa dimulai. (*) *) Disarikan dari interview dengan Ana FM dan Lora Faizi L-Kaelan.
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
13
Opini
SAPE SONO’: BUDI HARIYANTO
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Seni Budaya Unesa. Melukis, dan menulis.
Kesenian Sape` Sono’ juga dapat dimaknai sebagai medan sosial-budaya masyarakat atau para penikmatnya.
Feminisme (lain) ala Madura Seni adalah cerminan masyarakat yang terdiri dari jiwa masyarakat, keinginan masyarakat, realitas masyarakat, dan nilai masyarakat. Seni dalam lingkup masyarakat lebih menekankan fungsi, penuh simbol dan makna... (Made Bambang Oka Sudira; 2010). Sape` (sapi) bagi orang Madura nyaris menjadi segala-galanya. Artinya dengan sapi eksistensi dan representasi orang Madura dapat teraktulisasikan. Contoh kecil, di bidang pertanian sapi sangat membantu dalam mengolah tanah; ladang atau tegalan yang tandus. Sapi juga menunjukkan status ekonomi dan sosial seseorang; orang yang memiliki sapi, apalagi berjumlah banyak, menandakan orang itu soghi (kaya raya), maka akan lebih terpandang di unikum sosialnya. Penghargaan orang Madura terhadap sapi juga tidak bisa dianggap remeh. Sapi seperti sudah dinobatkan sebagai hewan yang sangat berjasa dalam hidup dan kehidupan orang Madura. Bisa diandaikan; jika Madura tidak ada sapi, maka seolah Madura tidak pernah ada. Sapi disini, lebih kepada episentrum dinamika falsafah, kultur dan sosial orang Madura. Madura menjadi teraktualisasi gerak kehidupannya -kecuali karena kondisi alamnya- juga karena sapinya. Sungguh sapi di Madura diagungkan sedemikian rupa. Maka sapi dalam medan Karapan Sapi, lebih menandai kepada representasi jiwa Madura yang total dalam vitalitas hidup. Sapi disini divisualisasikan sebagai sebuah semangat maskulinitas, energi hidup dan kerja keras. Sapi jan-
14
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
tan (dalam karapan sapi) merupakan aktulisasi jiwa dan pembawaan orang Madura yang berapi-api dan pantang menyerah. Salah satu semboyan yang telah mendarah-daging dalam denyut kehidupan orang Madura, ialah; abantal omba’, asapo, angin. Akan tetapi di Madura, tidak hanya memiliki ekspresi budaya yang maskulinitas (seperti pada Karapan Sapi). Madura ternyata juga menjunjung nilai feminitas, misalnya yang bisa kita tangkap dalam Kesenian Sape` Sono’. Kesenian Sape` Sono’ adalah sebentuk kesenian yang menonjolkan keindahan sapi. Yang menarik pada kesenian ini ialah sapi-sapi yang diaktualisasikan bukan sapi jantan, seperti pada Kerapan Sapi, akan tetapi justru sapi-sapi yang berjenis kelamin betina. Asal-usul Kesenian Sape` Sono’ Menurut penuturan beberapa sumber, Kesenian Sape` Sono’ terlahir dari kebiasaan atau budaya tani masyarakat Madura. Masyarakat Madura yang mayoritas adalah para petani, yang tentu saja menggantungkan hidupnya dari hasil lahan pertanian. Kebiasaan masyarakatnya menggunakan jasa sapi pada saat mengolah tanah pertanian denagn cara membajak. Sapi-sapi yang digunakan dalam proses pengolahan tanah pertanian ini umumnya adalah sapi-sapi betina yang disandingkan satu sama lain (berpasangan) untuk menarik nangghale (alat membajak ladang). Berawal dari kebiasaan ini sapi-sapi betina itu tampak nilai gunanya. Kekompakan pada saat menarik nanghale itulah yang kemudian
Opini menjadi dasar kesamaan atau kekompakan dalam langkah-langkah sapi betina pada Kesenian Sape` Sono’. Kebiasaan yang lainnya, yang menjadi penanda terbentuknya Kesenian Sape` Sono’ adalah kebiasaan para petani memandikan atau membersihkan tubuh sapi yang dilakukan setelah selesai membajak. Sapi-sapi dimandikan di kali dekat ladang, digosok sampai tampak bersih kemudian diikatkan pada sepasang kayu atau pohon disebelah kiri dan kanan sapi. Sapisapi tersebut seperti dipajang, dan si pemilik sapi mengamatinya. Kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada terbentuknya Kesenian Sape` Sono’ juga disempurnakan dengan dilangsungkannya kebiasaan memajang sapi-sapi para petani sekitar. Bentuk kegiatan ini, menurut penuturan H. Zainuddin dan H. Hatib (tokoh Kesenian Sape` Sono’ Waru dan Pasean Pamekasan), mereka biasa menyebutnya dengan Sape` Taccek. Sape` Taccek disini pada intinya sekadar memajang sapi pada sebatang penyangga atau potongan pohon bambu, tanpa perlengkapan atau aksesoris. Kebiasaan ini sebenarnya dilatar-belakangi oleh prosesi pemajangan sapi yang dalam posisi berdiri tegap, keindahan tubuh dan warna kulit yang mengkilap (Ensiklopedi Pamekasan; 2010). Sape` Taccek inilah yang juga menjadi cikalbakal terbentuknya Kesenian Sape` Sono’. Dari aktivitas atau kebiasaan para petani yang spontanitas itulah kemudian kesenian ini menemukan bentuknya. Maka seiring berjalannya waktu, kesenian ini dikenal dengan Kesenian Sape` Sono’. Daya tarik pada Kesenian Sape` Sono’ ini adalah terdapat pada “kecantikan” sapi-sapi. Artinya sapi-sapi yang dilombakan merupakan sapisapi betina pilihan; tampak sehat, berbadan bagus, dengan warna kulit mengkilat. Dan lebih menarik lagi, sapi-sapi betina ini didandani layaknya seorang peragawati. Hampir disekujur tubuh sapi dilengkapi dengan aksesoris dengan warna yang mencolok (merah, kuning, hijau, keemasan). Sebelum acara inti dimulai, para pemilik sapi mengiringi langkah gemulai sapi sambil menari. Suasananya tampak semakin semarak karena langkah gemulai Sape` Sono’ ini diiringi dengan musik tradisional Madura bernama Saronen. Keberadaan atau kepemilikan akan
sapi, telah memunculkan beragam perilaku atau aktivitas dan kreativitas yang lainnya. Sapi pada akhirnya sedemikian “dihargai”. Sapi dicintai dipelihara, dirawat, bahkan “didandani” demi memunculkan sebuah nilai yang lebih lagi. Sapi kemudian tak cukup membantu dalam proses pengulahan ladang atau sekadar ditaruh di dalam kandang. Kesenian Sape` Sono’ juga dapat dimaknai sebagai medan sosial-budaya masyarakat atau para penikmatnya. Mereka yang datang/menikmati Kesenian Sape` Sono’ adalah para pencinta atau para penggemar. Mereka adalah para pencinta keindahan. Kedinamisan dalam kesenian Sape` Sono’ dapat ditangkap dari keharmonisan gerak dan langkah sapi, berpadu dengan alunan musik Saronen yang Maduraistik itu. Adanya aktualisasi penghargaan terhadap sapi inilah, justru menambah “nilai jual” sapi. Sapi-sapi yang digelar dalam prosesi Kesenian Sape` Sono’ adalah sapi-sapi yang benarbenar memiliki banyak kelebihan. Artinya kualitas sapi sudah benar-benar tertangkap dari aspek visualisasi postur atau bentuk tubuh sapi. Sapi yang berkualitas dalam Kesenian Sape` Sono’ bukan sekadar bobot tubunya yang ideal (tidak kurus atau tidak terlalu gemuk, kulit mengkilat, memiliki mata dan tanduk yang bagus, dsb), akan tetapi kualitas pasangan Sape` Sono’ itu diketahui juga dari keserasiannya dalam melangkah. Jika dalam melangkah terjadi semacam ketidakserasian (tidak kompak) maka sapisapi tersebut belum bisa dikatakan berkualitas. Kemudian aktualisasi Kesenian Sape` Sono’ ini tidak berhenti pada aspek visual atau keindahan tubuh sapi. Eksistensi kesenian ini membawa dampak positif yang lainnya, diantaranya; berfungsi sebagai media silaturrahim para pemilik atau pencinta sapi, sebagai ajang jual-beli sapi, memacu produktivitas peternakan sapi, serta mampu meningkatkan prestise dan status sosial pemiliknya. Sapi bagi orang Madura, telah menjadi bagian terpenting dalam dinamika kultur-sosialnya. Maka Kesenian Sape` Sono’ merupakan sebuah bentuk representasi dan prestise tersendiri bagi orang Madura. Feminisme ala Madura Feminisme adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansi-
pasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme sebagai filsafat dan gerakan berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Pergerakan yang berpusat di Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, “Perempuan sebagai Subyek” ( The Subjection of Women) pada tahun (1869). Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme Gelombang Pertama. Kesenian Sape` Sono’ adalah unikum tersendiri. Dengan kata lain, sesungguhnya tak ada kaitan secara langsung dengan pergerakan feminisme di atas. Akan tetapi bila kita resapi dengan seksama aura feminisme juga bisa terasakan pada kesenian ini. Kesan sekaligus pesan feminis dapat kita tangkap lewat ekspresi visual estetik Sape` Sono’. Inilah feminisme ala Madura itu. Siratan makna feminitas teraktulisasikan lewat beragam bahasa visual estetik sapi-sapi betina, aneka aksesoris dengan nuansa warna yang mencolok, serta alunan musik khas Madura yang dinamis dan manis; Saronen. Sekali lagi, inilah feminisme ala Madura itu. Bahwa representasi penghargaan terhadap kaun perempuan mampu diterjemahkan melalui aktualisasi pasangan sapi-sapi betina. Pasangan sapi-sapi betina ini sedemikian disanjung atau bahkan diagungkan, dengan cara dirawat secara ekstra, didandani semenarik mungkin, serta diikhlaskan tampil di muka publik dengan langkah yang gemulai bak pragawati yang melenggang di atas catwalk. Sungguh eksotis, dan seksi! Maka makna apa yang dapat kita sintesakan dari itu semua? Bahwa sesungguhnya orang Madura (berikut Seni Budayanya); tidak hanya mengedepankan sisi maskulinitas (ketangkasan, kecepatan berlari, kekerasan atau bahkan kesadisan) seperti yang bisa kita tangkap pada Kerraban Sape` (Karapan Sapi). Akan tetapi sisi kelembutan dan keanggunan (feminitas) ternyata juga bisa kita temukan di pulau yang tandus ini. Seni Budaya yang mampu mengangkat harkat dan martabat roh feminitas itu, tak lain dan tak bukan ialah Kesenian Sape` Sono’. ***
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
15
Politika
Politik itu ... Seperti Dunia Tanpa Koma J
atuh bangun di semesta politik tidak membuat politisi PDI Perjuangan Pamekasan, Agus Sukarmadi, tetap bertahan di jalur politik. Pada pemilu 1999, ia lolos menjadi anggota parlemen di DPRD Kabupaten Pamekasan. Pemilu 2004, ia terjungkal meski perolehan suaranya unggul. Namun karena sistem pemilu saat itu bersistem nomor urut, Agus gagal ke parlemen. Pada 2009, ia kembali mencalonkan diri dan berhasil duduk kembali di kursi wakil rakyat. Mengapa begitu yakin di jalur politik, berikut penegasannya kepada SULUH. Anda konsisten di politik, apa sih yang dicari? He he...hidup itu dinamis. Setiap orang punya pilihan. Bagi saya pilihan hidup itu hanya ada dua, di politik dan di luar politik. Sampai saat ini saya masih memilih jalur politik meski saya yakin pada akhirnya saya purna bila saatnya tiba. Di politik barangkali saya hanya melakukan rukun kehidupan yang penuh dengan pilihan-pilihan. Apakah politik bagi Anda menarik? Sampai saat ini masih ya. Politik ini seperti permainan catur. Hidup juga permainan bagi seseorang yang tahu diri memilih peran. Dalam permainan catur, terlihat sangat sederhana dan dua orang duduk tenang. Tetapi dalam keheningan itu dua orang pemain justru sedang beradu strategi bagaimana membuat dinamika yang lebih hidup dalam permainan catur. Di politik juga begitu. Politisi bertarung di kandangnya sendiri, lalu bertanding dengan politisi lain di kandang yang tidak sama. Menyenangkan, menegangkan, dan harus tanpa emosi yang berlebihan, menyehatkan. Anda juga konsisten di PDI Per-
16
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Politika juangan, mengapa? Saya sekarang dipilih untuk menjadi sekretaris di DPC PDI Perjuangan Pamekasan. Sekali lagi konsistensi pada parpol tertentu itu pasti sebuah pilihan. Bila saya berlabuh ke moncong putih (lambang PDI Perjuangan) tentu itu harus dipahami sebagai pilihan. Kontestasi politik itu ibarat etalase. Seseorang akan memilih salah satu atau bahkan tidak memilihnya sama sekali. Setiap orang punya hak untuk berpolitik dengan caranya sendiri meski harus tunduk pada aturan main. Anda pernah kecewa dengan panggung politik? Dulu ya. Pada pemilu 2004, saya mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten (Pamekasan). Dalam hitungan manual KPU, saya meraih suara paling banyak di dapil saya (Kecamatan Larangan, Galis, dan Pademawu). Hanya, waktu itu saya tidak berada di nomor urut 1. Sementara, sistem politik memberikan prioritas kepada caleg di nomor urut 1 meski suaranya kalah unggul dengan caleg lain di bawahnya. Dengan sistem seperti itu, politik telah membuat saya kecewa, saya memandang ada ketidakadilan. Bagaimana dengan pemilu 2009? Sistem politik berubah dimana caleg tidak lagi ditentukan dengan nomor urut melainkan seberapa besar mendapat dukungan. Alhamdulillah saya masih bisa mempertahankan dukungan terbanyak melalui PDI Perjuangan. Itulah sebabnya saya katakan politik terkadang seperti elektromagnetik, bergelombang dan membawa tegangan. Bagaimana Anda memandang konsituen? Politisi tanpa konsituen pasti akan merasa kesepian. Saya kira setiap politisi memiliki desa binaan sebagai
wadah untuk merealisasikan komunikasi politik antara politisi dengan konsituen. Di luar itu politisi pasti menjalin koneksitas dengan politisi yang lain di internal maupun lintas parpol. Sunnah politiknya kira-kira begitu he he he Soal pembangunan di Pamekasan? Saya lihat Pamekasan berbenah. Ada kemajuan tetapi bukan berarti Pamekasan tidak memiliki kelemahan. Seperti kabupaten di daerah lain, saya kira Pamekasan juga mengetahui di mana kelebihan dan kelemahannya. Karena itu butuh kebersamaan, gotong royong, dan tahu diri, tahu orang lain, serta mengerti masyarakat di sekitarnya. Pemban-
Saya ingin memulai dari hal yang kecil. Sampah, sekedar contoh selalu menjadi masalah di mana pun. gunan hanya mengandalkan kepada anggota dewan juga tidak cukup. Begitu pula menyandarkan pembangunan kepada eksekutif pasti tidak bisa. Seperti apa misalnya? Saya ingin memulai dari hal yang kecil. Sampah, sekedar contoh selalu menjadi masalah di mana pun. Semua tahu sungai atau selokan bukan tempat sampah. Tetapi faktanya kan ada oknum masyarakat tertentu yang masih membuang sampah bukan di tempatnya. Bila dibuang di sungai, akan terjadi pendangkalan. Bila sewaktu-waktu ada aliran air dengan volume yang besar, daya tampung sungai berkurang akibat pendang-
B.I.O.D.A.T.A Nama TTL Pendidikan Pekerjaan Pengalaman
: Agus Sukarmadi : Pamekasan 6 Juni 1970 : SDN Montok I Larangan Pamekasan lulus 1983 SMPN I Larangan lulus 1986 SMAN 1 Pamekasan lulus 1990 : Wiraswasta : Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Pamekasan 1999 – 2004 Ketua Fraksi Merah Putih di DPRD Pamekasan 2009 -2014 Ketua Ranting PDI Perjuangan Montok 1998 – 2001 Ketua PAC PDI Perjuangan Larangan 2001 – 2010 Sekretaris DPC PDI Perjuangan Pamekasan 2010 - 2015
kalan dan pada akhirnya air meluap menjadi banjir dan menggenangi pemukiman penduduk. Pada pembangunan yang lebih besar? Mungkin harus ada fokus. Saya percaya pemerintah memiliki anganangan besar untuk membangun semuanya. Tetapi saya tidak yakin semua bisa dibangun dalam waktu dan dana yang terbatas. Bila pembangunan tidak fokus, tidak akan ada pembangunan yang selesai secara utuh karena semua dibangun dalam waktu yang sama, dengan waktu yang terbatas, bahkan dana yang tidak mungkin cukup untuk menyelesaikan semuanya. Menurut Anda, agenda pembangunan mendesak apa saja? Saya memandang ada empat hal yang wajib dikawal dan sangat urgen. Pertama, kesehatan itu merupakan harga mati. Bagiamana akan membangun dengan baik bila masyarakatnya berada dalam situasi yang tidak sehat. Kedua, pendidikan juga tak kalah penting. Survey membuktikan kemiskinan terjadi karena masyarakatnya kurang terdidik dan tidak memiliki kompetensi. Ketiga, ekonomi menjadi penyanggah. Masyarakat harus berdaya tidak hanya simbolis. Tetapi masyarakat benar-benar diberdayakan dari sisi ekonomi. Percuma juga kan apabila di kabupaten tertentu mendapat anugerah peningkatan ekonomi sementara hal itu tidak membumi. Keempat, layanan publik harus ditingkatkan. Kadang-kadang, sebagian kecil oknum pemerintah berlagak sebagai pangreh praja dari yang seharusnya pamong praja. Itu dulu. Harapan Anda? Kesadaran kolektif sebagai apapun di republik ini. Terutama menyangkut penegasan kembali berbangsa dan bernegara di bawah empat pilar Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Mengapa hal ini saya nilai penting karena dewasa ini ada kegalauan warga untuk menjadi Indonesia seutuhnya seperti melestarikan disintegrasi mulai dari lingkup yang sangat kecil. Bila ini yang terjadi, bagaimana akan membangun secara bersama di tengah masyarakatanya yang hidup sendiri-sendiri. (abe)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
17
Infotorial Pada mulanya hanya berkhidmat di pesantren sebagai ustadz bagi adik-adiknya, mengajari ngaji dan pelajaran agama. Selepas nyantri, Imam Syafii meneruskan pendidikan di kampus, menjadi aktivis. Lulus dari kampus, mulai menata karir di NGO dan sedikit berpolitik. Inipun tidak cukup, ia kembali ke kampus (pasca sarjana) lagi. Kematangan wawasan yang dimiliki, mengantarnya untuk menjadi anggota KPU Pamekasan. Tetapi, kursi KPU tidak bisa diduduki seterusnya karena keharusan informasi. Kini, ia memilih jalur bisnis yang berkait dengan jejaring telekomunikasi skala nasional. Sejak dari pesantren, Imam Syafii selalu bermimpi besar tentang perubahan. Bagi dia, tak ada yang tidak perubah. Satu-satunya yang tetap, hanya perubahan itu sendiri. Mimpi besar dibangun ini dibangun dari tempat tinggalnya semasa kecil, di Surabaya. Sebuah blok sempit di sekitar tugu pahlawan. Di sebuah rumah kecil berukuran 5 x 7 meter yang dihuni bersama keluarganya saat Imam balita, menyisakan memori yang sangat lekat. Di benaknya hanya tertanam satu kata ; perubahan. Sebagai Imam kecil saat itu, ia “tidak betah� berada di ruang kecil, sempit, dan agak pengab, ciri khas kota besar. Dipilihlah Pamekasan (kota pelajar di Madura) sebagai tempat hijrah. Di kota ini ia memilih salah satu pesantren untuk menempa ilmu hingga lulus S1. Selama di pesantren dan menjadi aktivis pula, relasi mulai terbangun. Mimpi besar untuk berubah yang tertanam sejak dari ruang pengab di Surabaya mulai disusun.
MIGRASI DARI AKTIVIS KE BISNIS Jembatan Suramadu sudah terealisasi sehingga alangkah bijaknya jika kita semua, Ulama, pemerintah, pengelola, akademisi, dan masyarakat bersama-sama melakukan evaluasi dini dampak-dampak negative dari Suramadu. 18
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Dia membangun mimpi melalui aktivis kampus. Pada tahun 1998, mimpi besar soal revolusi sebagaimana berdengung di kampus-kampus menemui titik orgasme terutama ketika rezim berubah dan Soeharto lengser. Imam yang saat itu menjadi salah satu bagian dari aktivis kampus merasa sebagian mimpinya terwujud. Saat wajah negeri berubah, dia begitu yakin wajah pusat sampai daerah juga akan berubah. Ternyata dia agak kecewa ternyata perubahan itu tidak secepat yang dibayangkan sampai ia lulus S1. Saat seseorang lulus dari S1, umumnya pola pikirnya berubah. Kegarangan dalam menegakkan demokrasi tidak lagi sekencang
Infotorial saat menjadi mahasiswa. Perlahanlahan Imam mewarnai perubahan di daerah pasca turunnya UU 22/99 tentang otonomi daerah. Isyarat kedaerahan ini dia tangkap dengan membentuk NGO, Forum PMODa (Pemberdayaan Masyarakat Otonomi Daerah). NGO yang dia dirikan ini menjadi satu-satunya lembaga yang konsen terhadap pemberdayaan daerah pasca turunnya undang-undang otoda. Dari NGO ini, namanya mulai berkibar, menjadi konsultan hampir semua desa di Madura. Relasi kembali terbangun dengan siapa saja baik di Madura maupun di luar Madura melalui networking menyangkut otonomi daerah. Tetapi pada tahun 2004, UU 22/99 diganti dengan UU 32/2004. Semangat kedaerahan yang semula cukup berkeringat berubah bahkan sebagian kewenangan daerah mulai digerogoti kembali oleh pusat.
mimpinya, dari NGO ke politik. Karena tidak mau mengulangi ketidak siapan, rintisan menuju purna KPU dia sempatkan bertelekomunikasi dengan pihak luar. Mungkin Imam beruntung, sebagai lembaga politik, jajaran KPU benar-benar direformasi. Tak satupun anggota KPU lama tersisa pasca kepala daerah direformasi dari Syafii ke Kholilurrahman.
Vsat service, electrical and telecommunication, equipment supplier, engineering design, survey and sitac sivil work dan tellecommunication service lainnya. Meski usahanya berskala nasional, Imam tetap memilih Pamekasan sebagai tempat tinggal. “Dari sini (Pamekasan), ternyata perubahan benar-benar dimulai,” katanya.
Berbekal jaringan dan trust, lelaki yang kini menjelajah nusantara ini mulus melenggang ke “dunia lain”.
Networking and Trust
Saat peluang keotonomian mulai redup, Imam mencari celah melalui akses politik. Tetapi sebelum itu dia menjadi agen wool Australia dan marmer Italia di Pamekasan. Selanjutnya, penggemar new technology ini merintis karir politik di luar partai dengan melamar jadi anggota KPU Pamekasan. Jalan menuju perubahan nasib dari NGO ke lembaga politik berliku tetapi berhasil membuatnya menjadi bagian dari lembaga penyelenggara pemilu di daerah. Tanpa meninggalkan jejak dan jejaring yang telah dibangun sebelumnya, Imam meski di KPU, di luar jam dinasnya menjalin telekomunikasi dengan pihak-pihak yang dianggapnya penting diajak bekerja sama. Itu dilakukan sebagai lompatan agar saat purna KPU dia tidak memulai dari awal karena belajar dari digulungnya UU 22/99 ke UU 32/2004 yang membuatnya harus memulai dari nol dalam mengubah
Dunia telekomunikasi yang digelutinya dengan bermitra dengan seluler di skala nasional, dia sadari tidak mudah, meski sebenarnya tidak sulit. Karena itu dalam Imasy Group yang terdiri atas lima perusahaan yang dipimpinnya ini, motto excellence choice and service with profesionallity dipilih sebagai semangat kerja. Selain itu, lelaki yang memiliki jam terbang padat ini menjaga hubungan baik dengan kolega melalui trust dan dedikasi yang memadai. “Kami harus profesional, bertanggungjawab, dan menjaga amanah,” tegasnya. Menekuni dunia bisnis berskala nasional ini baginya penuh peluang, tantangan, dan hal itu memang lumrah dalam dunia kerja. Tetapi dia merasa bangga bukan karena usahanya menjelajah nusantara saja. Kebanggaan dirasa lantaran bisa merekrut beberapa orang karyawan yang memiliki semangat untuk berenterprener. Semangat berusaha dengan bekal skill yang memadai ini sebagai sesuatu yang harus agar tidak hanya menggantungkan dirinya kepada rekrutmen pegawai negeri yang belum tentu terjadi setiap tahun.
Di bawah bendera Imasy Group, dia memimpin usaha yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi berskala nasional. Antara lain, proyek yang ditangani mobile BTS service and maintenance, radio BTS service and
B.I.O.D.A.T.A Nama : Imam Syafieh, M.Pd.I Tempat/Tanggal Lahir : Bangkalan, 18 Pebruari 1975 Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Owner dan Komisaris IMASY Group Alamat : Jl. Pintu Gerbang IV A/19 Blok Klompang Kel. Bugih Kec. Pamekasan Kab. Pamekasan Alamat Kantor : Jl. Pintu Gerbang No. 49 Pamekasan Tlp/Fax +62324 336333 Email: info@imasy-group.com Website: www.imasy-group.com
Imam masih ingin mewujudkan mimpi-mimpi besarnya yang lain dengan cara bersyukur atas anugerah Tuhan yang diterimanya saat ini. Sebab, di memorinya masih sangat kuat tertancap dan di rumah ukuran 5 x 7 meter puluhan tahun silam terdedah doktrinasi perubahan di kepalanya. Semangat ini dinilainya relevan dengan doktrinasi agama yang pernah didengarnya ketika di pesantren, tentang perubahan itu. Sebab manusia akan rugi, bila hari yang dijalani tidak berbeda dengan hari-hari yang dilalui, celaka bila hari-hari yang dijalani lebih buruk dengan yang dijalaninya saat ini. “Saya ingin jadi orang ketiga, beruntung karena saat ini jauh berkualitas dibanding masa lalu saya, amen...” pungkasnya lalu tersenyum. (**)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
19
Fokus Lensa
BERTARUNG MEREBUT CALON ISTRI J
ika ada yang mengatakan wanita adalah simbol kehormatan, sepertinya memang benarbenar begitu adanya. Jika di sumatera seorang perjaka harus menculik calon istrinya sebelum di lamar, maka di Pulau Pagerungan Kecil Kecamatan Kangean Sumenep, seorang mempelai laki-laki harus menang terlebih dahulu bertarung melawan pihak keluarga si perempuan. Bisa jadi yang bertarung memang bukan sang calon mempelai laki-laki. Tapi seorang pendekar yang mewakilinya. Ia bertindak sebagai utusan untuk menaklukkan pendekar dari pihak perempuan. Pada jaman dahulu, pertarungan ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Tidak jarang satu dari dua pendekar tersebut harus terluka. Sebab tanpa bisa mengalahkan pendekar dari pihak perempuan, seorang calon mempelai lakilaki tidak diperbolehkan menikahi calon istrinya. Konon, ada istiadat ini berasal dari kebiasaan yang dilakukan suku Bajo, Bugis dan Mandar. Bagi mereka perempuan adalah pertaruhan harga diri dan kehormatan. Sehingga sebuah keluarga tidak akan begitu saja menyerahkan anaknya untuk dinikahi seseorang lelaki. Ia harus direbut dengan cara kesatria melalui pertarungan secara fisik. Hanya saja pada akhir-akhir ini, pertarungan tersebut tidak lagi dilakukan dengan sesungguhnya. Setiap acara pernikahan memang diawali dengan pertarungan. Namun lebih sebagai simbol kebudayaan dan hiburan belaka. Pertarungan ini kemudian menjadi semacam tontonan yang menyenangkan bagi tetangga dan keduA belah pihak yang akan menyelenggarakan perkawinan. Lihat saja, anak-anak bahkan tidak sungkan mendekat dan menirukan gerakan-gerakan jurus yang diperagakan oleh sang pendekar. Ibu-ibu muda juga tak ketinggalan turun ke halam rumah sambil menggendong bayinya untuk menyaksikan pertarungan ini. Tak jarang dari mereka bahkan terlihat terpingkal-pingkal. Sebab gerakangerakan para pendekar yang bertarung sudah tidak lagi kaut dan gagah. Mungkin para ibu-ibu ini bahkan ragu apakah sang pendekar bisa melihat dengan jelas atau tidak lawan bertarungnya. Lihat saja, salah satu dari dua pendekar ini bertarung dengan menggunakan kacamata. Tentu tak bisa dibayangkan jika pertarungan ini tetap dilakukan dengan sesungguhnya. Perkawinan yang seharusnya menjadi momentum untuk berbahagia bersama, bisa berbalik 180 derajat menjadi pembantaian dan kekisruhan. (obeth)
20
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Foto-foto saiful bahri/SM
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
21
22
Foto: Saiful Bahri/SM
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
UL DAUL
Musik Trandisional Khas Madura
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
23
Eksotika
24
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
M
Ul-Daul
usik perkusi berlatar etnik, Ul Daul terasa semakin gaul saja. Musik tradisional yang bermula dari Kabupaten Pamekasan nyaris tak pernah sunyi dan selalu saja ditabuh mengitari ruas-ruas jalan. Bahkan, keunikan musik ini menggugah mahasiswa manca negara. Sejumlah peserta didik dari Austria, Afrika
Selatan, Suriname, Jepang, Hongkong, Timor Leste, Itali, Solomon Island, Nauru Pasifik, Samoa serta Tonga melakukan studi banding. Eksotika musik Ul Daul antara lain terletak pada alat-alat yang dimainkan karena memanfaatkan benda-benda yang berada di sekitar kehidupan warga. Bas misalnya, dihasilkan dari bunyi silinder plastik besar. Selain itu, komposisi musik ini dipadu dengan kelenengan yang kerap dipakai saat pementasan saronen. Keunikan lainnya, musik ini melibatkan seniman musik secara kolosal hingga mencapai 30 orang dan dipentaskan dengan dua model : on the stage and mobile on the road. Di luar itu, komposisi musik umumnya rancak, gegap gempita dan penuh semangat. Selain itu, nyanyian yang didengungkan melampaui tiga bahasa (Madura, Jawa, Indonesia, Arab bahkan Inggris). Fenomena Ul daul sebenarnya merupakan pengembangan musik Tongtong, yang sejak awal menjadi musik yang berciri khas Madura yang dimainkan dengan pukulan monoton namun melahirkan irama dinamis sebagaimana musik-musik perkusi umumnya.
Foto-foto: Saiful Bahari/ SM
Musik asli kreasi masyarakat madura ini, saat ramadan tiba gaungnya semakin terdengar. Hampir setiap malam setelah salat tawarih dan tadarus malam, berbagai kelompok long march, menyakikan lagu-lagu Islami bahkan hingga larut malam untuk membangunkan orang untuk bersahur. Di era selanjutnya, Ul daul kerap show of force dan langganan baik di Grahadi Pemprov jatim maupun di Istana Negara Jakarta. (*)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
25
NADIA ISTIGHFARINI PUTRI
AYO BENTENGI DIRI
Tidak sedikit generasi muda penerus bangsa saat ini sangat mengkhawatirkan, pergaulan bebas semakin merajalela hingga generasi muda Indonesia seakan kehilangan jati dirinya. Mabuk-mabukan, free sex, narkoba seakan bukan suatu hal yang tabu lagi di negeri ini. Salah satu bentuk hilangnya jati diri para pemuda ini tidak lepas dari peran orang tua sebagai tembok kokohnya iman seseorang, menurut dara manis yang akrab disapa Putri ini ”peran orang tua itu sangat penting banget untuk mengontrol dan mengendalikan jalan hidup kita. Selain belajar membangun ahlak moral, para orang tua juga dituntut untuk membangun ketauladanan bagi anak-anaknya,” cetusnya dengan nada kritis. Sebab tanpa ketauladanan atau contoh yang baik, semua apa yang diajarkan orang tua hanya akan menjadi khotbah isapan jempol. Petuah seharusnya diikuti dengan memberi contoh yang baik. Dara manis yang masih tercatat sebagai mahasiswi Unair Jurusan Komunikasi ini juga menambahkan Indonesia yang kaya ini kayaknya bakal sia-sia jika para penghuninya bermoral rusak. Jadi menurutnya, sebagai penerus bangsa kita dituntut untuk melakukan hal-hal yang positif. Tentunya dengan dimulai dari diri kita sendiri. “Kalau kita tidak bisa bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri bagaimana kita akan bertanggung jawab terhadap hidup orang lain?” ucapnya dengan penuh semangat. Di temui di sela-sela kesibukannya sebagai PR di deapartemen komunikasi UNAIR, gadis manis kelahiran Sumenep, 12 februari 1991 ini juga mengaku sering kali banyak godaan yang menghampiri, apalagi hidup jauh dari orang tua terkadang membuatnya sering galau. “so, pesan dariku untuk menciptakan generasi penerus bangsa nanti adalah dengan memperbaiki moral dan akhlak para anak muda untuk membentengi diri agar terhindar dari pergaulan bebas”. “behh…mantapz”. Candanya (DJ)
26
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
OCTA PHOBY KUSWOYO
CINTAI PRODUK SENDIRI Octa Phoby Kuswoyo adalah salah satu model ternama Madura kelahiran Sumenep, 29 Oktober 1991. Gadis ayu yang dikenal mempunyai semangat tinggi ini mengaku sangat mencintai produk dalam Negeri, salah satunya adalah Batik yang sekarang ini menjadi jati diri baru Indonesia. Ditanya mengapa sangat mencintai produk dalam negeri, dara manis yang akrab disapa Octa ini mengaku jatuh cinta dengan batik karena memang batik merupakan salah satu aset bangsa yang perlu dilestarikan dan dikembangkan, apalagi saat ini batik sudah mendunia. itu cukup membuktikan bahwa Indonesia nggak selamanya buruk di mata dunia. Menurut mojang sumenep yang saat ini tengah disibukkan dengan jadwal kuliah jurusan Teknik Sipil ini, sering mempromosikan produk lokal seperti makanan khas Sumenep dan produk lokal lainnya di berbagai kesempatan. Tujuannya adalah ingin membangkitkan gairah masyarakat untuk lebih mencintai terhadap kebudayaan dan kelestarian daerah masing-masing. “sekarang ini kan sudah banyak banget tuch makanan dan produk luar yang masuk ke Indonesia, kalau kita sendiri terlena sama produk luar bagaimana dengan nasib produk di negara kita sendiri, nanti kalau ada yang ngambil kebudayaan kita baru dec kita memberontak,” celotehnya. Sebagai generasi penerus bangsa, anakanak muda seharusnya rajain mengamati dan mempelajari produk-pruduk luar untuk menjadi bahan ispirasi. bukan malah hanya mengkonsumsinya dengan membabi buta. “Mengkonsusi berlebihan produk-produk luar menurutku sama halnya dengan mendukung mereka untuk tumbuh sambil membunuh potensi negeri kita sendiri” Indonesia itu merupakan Negara terkaya yang memiliki berbagai macam kebudayaan dan makanan khas yang patut kita kembangkan dan lestarikan. Kalau bukan kita siapa lagi!!! Negara yang maju selalu tergantung terhadap generasi muda yang mencintai kebudayaan negaranya sendiri, jadi ayooo…cintai produk dalam Negeri, “ pungkasnya sambil tersenyum. (DJ)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
27
Serambi
MENAPAK JEJAK DI KAMPUNG BATIK Tanggal 3 Oktober beberapa lalu, Pemerintah RI memberikan sambutan yang luar biasa pada saat pringatan Hari Batik yang dipusatkan di Pekalongan. Kota ini lebih dulu populer sebagai kota batik di negeri ini. Terlebih lagi, setelah Unesco menetapkan batik khas Indonesia sebagai karya adiluhung anak bangsa. Di Madura, lain lagi ceritanya. Pemerintah RI melalui Pemprov Jatim juga memberikan sambutan yang luar biasa terhadap batik. Dua tahun lalu, Gubernur Soekarwo atas nama pemerintah menetapkan sebagai kota batik di Jatim. Kota ini dipilih karena batik di Jatim umumnya dipasok dari Madura khususnya Pamekasan dan tiga kota lainnya Bangkalan, Sampang, dan Sumenep. Tetapi dibanding tiga kota lainnya, Pamekasan dianggap paling produktif. “Luar biasa,” kata Pak De Karwo saat itu. Di tahun 2009 pula, Jaya Suprana memberikan rekor MURI kepada Pamekasan karena dianggap spektakuler. Buktinya, 1.530 warga Pamekasan membatik di kain sepanjang 1.530 meter tanpa terputus-putus. Rekor ini diberikan karena Pamekasan melakukan hal yang tidak biasa dimana kota lain belum tentu bisa melaksanakannya. Tetapi di Pamekasan, batik sepanjang 1.530
28
meter ini dinilai luar biasa dan sebagai peringatan pula terhadap peringatan Hari Jadi Kota Pamekasan yang ke-1.530 saat itu. “Unik, menarik, menggelitik, dan penuh makna,” ujar Wagub Jatim Saifullah Yusuf yang juga hadir di rangkaian acara ini. Tidak lama setelah penetapan Pamekasan sebagai kota batik, Bupati Kholilurrahman juga tidak mau kalah untuk melakukan agitasi dan propaganda atas batik. Setahun kemudian (2010), Kholilurrahman menetapkan Proppo khususnya Desa Klampar sebagai Kampung Batik. Ini dianggap beralasan karena batik Pamekasan lebih banyak dipasok dari Proppo khususnya Desa Klampar. “Ada kampung batik di Pamekasan,” katanya saat beramah tamah dengan walikota Probolinggo Bukhari beberapa waktu lalu. Awal mula kerajinan batik memang dikembangkan masyarakat Madura
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
di Dusun Banyumas, Desa Klampar, yang akhirnya meluas ke semua kecamatan di Pamekasan. Meskipun hanya industri rumahan, pengrajin batik ini terus berkembang. Setidaknya, lebih dari 6.000 orang menjadikan batik sebagai pekerjaan (utama maupun sampingan). Batik Pamekasan juga telah diekspor hingga benua Amerika dan Afrika serta kawasan Asia Tenggara. Seorang perngrajin batik di desa Klampar, Muafi, tidak menampik bahwa pemerintah telah menetapkan Propp (Desa Klampar) sebagai kampung batik. Kampung batik dilih sebagai diksi yang dianggap mudah diingat. Menurut Muafi, industri batik di Klampar mirip seperti home industry di Jogja. Di kota budaya tersebut, hampir setiap rumah memiliki industri terutama kerajinan patung dan sejenisnya. Ini juga yang terjadi di Desa Klampar, setiap rumah memproduksi batik baik berdiri sendiri maupun menjadi bagian dari kelompok usaha bersama yang lebih besar. “Tiada hari tanpa batik,” paparnya. Batik Pamekasan telah merajai baik di skala lokal dan regional. Pengembangan pasar belakangan telah merambah nasional bahkan internasional. Menurut dia, meski Solo dan Jogja terkesan sangat batik, tetapi pengusaha batik Madura tetap berusaha
Serambi
Tentang batik, pemerintah berkali-kali mengatakan batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Ia bisa membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang memiliki seni dan budaya sangat luhur. Pemerintah juga mengingatkan agar semua melestarikan dan mengembangkan dengan mencakup aspek budaya, ekonomi, lingkungan, dan hubungan internasional. Batik adalah ekspresi budaya yang memiliki makna simbolis unik dan nilai estetika yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keunikan yang indah itu merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain. Sehingga dapat menjadi identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Pemerintah berpidato tentang adanya identitas dan jati diri yang melekat pada bangsa Indonesia dan semakin percaya diri untuk berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Apalagi ketika Unesco telah menetapkan batik menjadi warisan budaya tak benda bagi kemanusiaan atau intangible cultural heritage of humanity, pada tanggal 2 Oktober 2009 yang lalu, membuat kita semua semakin bersemangat untuk melestarikannya. Sayangnya, popularitas batik meroket tidak sebanding dengan pekerjanya. Para pembatik namanya tenggelam dilalap nama-nama pengusaha. Padahal, tanpa pembatik, batik akan redup. Sebab kehadiran pengusaha maupun penguasa atas batik umumnya tidak bisa berkarya bagaimana batik yang mengindonesia itu bisa mendunia. Sebab, pemerintah tidak mengajarkan hidup lebih baik kepada pembatik untuk menjadi pengusaha di lingkungannya, kecuali menjadi pembatik
dan terus menjadi pembatik karena dibonsai pengusaha maupun pengusaha. “Sudah bertahun-tahun saya membatik dan sampai saat ini tetap membatik (bukan pengusaha batik),� kata Muhtar, salah satu pembatik di Pamekasan. Sekedar diketahui, sebetulnya kalau ingin mengetahui sejarah panjang tentang batik di Indonesia, maka sebetulnya dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok yang pertama atau 3 periode, periode yang pertama adalah Pra-Kolonial, yaitu abad 7 sampai dengan 16. Batik berasal dari ekspresi budaya nenek moyang dengan adanya bukti-bukti bermacam artefak. Pada abad 7 sampai
dimulai dari Pekalongan ini. Periode kedua adalah Kolonial abad 17 sampai dengan 20, batik menjadi barang komoditas yang diperdagangkan oleh pedagang India dan Tiongkok. Pada saat bangsa Belanda dan Jepang masuk ke Indonesia, batik menjadi perhatian utama dari bangsa Belanda dan Jepang, baik batik menjadi barang seni maupun barang komoditas, yang mengakibatkan akhirnya batik dapat dikenal di mancanegara. Kita bisa melihat pengaruh Belanda pada Batik Pesisir dengan adanya ragam hias buketan atau bunga, serta pengaruh Jepang pada Batik Jawa Hokokai. Buketan itu berarti bunga-bunga, itu terlihat pada
foto-foto saiful bahri/SM
menembus pasar Jawa dan Bali. Ada dua model orderf yang dipesan konsumen. Pertama, pembatik membuat motif batik sesuai warna aslinya sebagai Madura yang bercirikan warna merah di tempat tertentu. Kedua, pembatik Madura mengikuti selera pemesan yang sudah mendesain. Meski demikian, pembatik selalu bernegoisasi dengan pemesan untuk membubuhkan motif dan sedikit warna merah pada batik yang dipesannya. “Tidak perlu dikatakan, tetapi ada sedikit sapuan warna yang sudah menjelaskan kain batik itu dari Madura (Pamekasan),“ urai Muhdlar Abdullah, pengusaha Batik La Tansa Pamekasan.
MENJEMUR BATIK: Seorang ibu pengrajin batik di Desa Klampar Kecamatan Proppo Pamekasan sedang mengamati batik yang baru saja ia jemur di halaman rumahnya.
8, batik mulai diperkenalkan oleh masyarakat Tionghoa melalui interaksi dalam kegiatan perdagangan dengan Indonesia. Pengaruh budaya Tiongkok dalam batik sampai kini dapat dilihat dari banyaknya ragam hias, seperti burung merak, naga, kupu-kupu, teratai. Motif ini dapat dilihat pada batik di daerah pesisir, Cirebon, Pekalongan, Demak, Lasem. Ketika saya kecil dulu, saya mengetahui batik hanya berwarna sogan atau coklat yang diproduksi di Solo dan Jogjakarta. Orang tua saya selalu mengatakan, kalau ada kelir-nya, kelir itu bahasa Jawa, artinya warnanya, atau colour-nya itu berarti dari Pekalongan. Ya memang Pekalongan terkenal dengan batik yang berwarna-warni. Itulah baragkali sejarah pertama bahwa batik di Indonesia sekarang menjadi so colourful
batik-batik pengaruh Belanda. Kemudian periode yang ketiga, Pos Kolonial atau abad 20 sampai dengan 21, batik mulai diperkenalkan sebagai identitas nasional yang bisa digunakan dalam kehidupan seharihari, sehingga batik menjadi tradisi yang hidup dalam masyarakat sampai dengan sekarang. Lebih jauh lagi, keragaman produk dan motif batik Indonesia merupakan refleksi dari seni budaya Indonesia yang luhur dan agung, mempunyai atau memiliki makna simbolis yang sangat luhur. Batik juga telah menjadi icon penting dan identitas yang melekat kuat pada bangsa Indonesia. Sejarah mencatat, batik telah diciptakan dan berkembang sejak zaman Majapahit, Mataram dan berkembang luas di Madura, Jawa, kemudian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, bahkan sekarang sampai ke daerah Papua. (abe)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
29
Percik Akademia
AMBRUK : Beberapa orang siswa SDN Mandala IV Kecamatan Rubaru Sumenep tampak bermain di sekolah mereka yang sudah ambruk sejak 5 tahun lalu dan belum pernah diperbaiki kembali. Hal ini membuat siswa harus belajar di area parkir.
ROBOHNYA SEKOLAH KAMI
S
DN Mandala IV Kecamatan Rubaru Sumenep, lembaga pendidikan yang terletak sekitar 20 kilo meter ke arah barat kota Sumenep ini, justru sudah ambruk sejak lima tahun lalu. Ambruknya gedung sekolah ini, di duga karena tidak pernah renovasi sejak dibangun puluhan tahun silam. Awalnya, gedung sekolah SDN Mandala IV memiliki lima ruang kelas. Tetapi, karena ambruk di makan usia, kini hanya tinggal satu ruang kelas yang tidak bisa ditempati Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Jika memaksa menempati satu ruang kelas itu, khawatir runtuh dan menelan korban. Itu peringatan bagi pemerintah kabupaten Sumenep pasca terjadinya musibah pendidikan di Pamekasan awal Desember lalu.
30
Sedikitnya 22 bangunan sekolah (termasuk rumah, bengkel, dan gudang) di dua wilayah kecamatan (Pakong dan Tlanakan Kabupaten Pamekasan) rusak lantaran diterpa angin kencang. Angin ini terasa kian perkasa menerjang karena bangunan basah oleh air hujan yang deras mengguyur. Di Pakong, bangunan rusak akibat angin mencapai 21 unit. Sedangkan di Tlanakan 1 unit. 21 unit bangunan, sedangkan di wilayah kecamatan Tlanakan. Meski satu unit yang rusak di Tlanakan, tetapi kejadian ini memilukan. Betapa tidak, seorang siswa meninggal dunia, karena tertimpa reruntuhan bangunan. Seorang siswa bernama Ariel meninggal dunia tertimpa bangunan sekolah saat kegiatan belajar mengajar sedang berlang-
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
sung. Sedang 14 orang lainnya mengalami luka yang cukup serius dan sebagian lainnya menderita patah tulang. Pada akhir Oktober lalu, angin kencang juga melanda wilayah Kecamatan Palengaan Pamekasan. Akibatnya, 52 bangunan di wilayah itu rusak dan warga patah tulang karena tertimpa bangunan roboh. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan Basri Yulianto mengatakan apa yang terjadi merupakan musibah yang tidak terduga. “Banyak bangunan rusak bahkan ada korban (meninggal),� kata. Bangunan khususnya gedung sekolah yang runtuh itu sejatinya bukan hanya karena bencana alam yang numpang lewat. Tetapi
Akademia adakalanya gedung sekolah yang tidak lagi tegak berdiri dan mudah roboh disambar angin. Pada saat gedung tak kuat lagi dalam kasus lembaga pendidikan, pemerintah harus turun tangan bersama masyarakat. Ini bukan saja untuk menyelamatkan pendidikan tetapi juga untuk menghindari kematian seperti yang terjadi di Pamekasan; seorang siswa tewas mengenaskan. Peningkatan mutu pendidikan sekolah di tingkatan dasar baik negeri maupun swasta, dapat dicapai apabila didukung prasarana dan sarana pendidikan yang memadai. Namun, mengingat kondisi sejumlah sarana pendidikan di Kabupaten Sumenep, rupanya masih jauh dari harapan itu. Semua orang, tentu saja berharap pendidikan di kabupaten ujung timur pulau Madura ini, akan terus mengalami peningkatan. Warga Sumenep, atau siapapun yang memiliki perhatian terhadap pendidikan di, mungkin akan terbelalak ketika melihat sejumlah lembaga pendidikan, yang sarananya masih terseok, karena banyak lembaga pendidikan terutama sekolah dasar yang jauh dari layak untuk ditempati siswa belajar atau menimba ilmu. Achmad Jailani, siswa kelas akhir di SDN Mandala IV mengakui, pada mulanya sekolah memiliki lebih dari 100 siswa. Tetapi karena sekolah ambruk, siswa harus mengungsi di tempat halaman rumah warga. Akibatnya, semakin hari kehadiran siswa terus menyusut. Bahkan, siswa yang betah belajar di pengungsian itu, saat ini hanya tinggal 31 siswa mulai dari kelas 1 hingga kelas enam. ”Sekarang tinggal sedikit,” ujar Achmad Rofiq, guru di SDN Mandala IV.
hatinkan,” terangnya. Di sekolah lain, di SDN Basoka I Desa Basoka, Kecamatan Rubaru, juga sudah lama sepertinya tidak mendapatkan perhatian instansi terkait. Sekolah yang terletak di pinggir jalan raya Rubaru ini, sudah hampir 10 tahun tidak pernah mendapatkan perbaikan. Di lembaga ini, kondisi gedung sekolah sangat memperihatinkan. Pada bagian atap, banyak yang bolong. Sedangkan bagian lantai dan dinding, berlubang retak. Sehingga, saat hujan, ruang kelas kemasukan air. ”Kalau sudah hujan, terpaksa siswa diliburkan. Takut ambruk,” kata Husni, salah satu guru di SDN Basoka I Sumenep. Komisi D DPRD Sumenep Kaget Ambruknya SDN Mandala IV dan nyaris robohnya SDN Basoka I Kecamatan Rubaru, membuat prihatin sejumlah anggota komisi D DPRD Sumenep. Sebab, pada masa sekarang ini seharusnya di wilayah daratan sudah tidak ada lagi lembaga pendidikan yang kondisinya amat memprihatinkan. Apalagi, menyangkut sarana pendidikan yang ambruk, seharusnya lebih diperhatikan pemerintah. Tapi aneh, jika pemerintah (Dinas Pendidikan) tidak mengetahuinya. Anggota Komisi D DPRD Sumenep, Nur Asyur, mengaku sangat prihatian dan kaget mendengar kabar kondisi dua sekolah tersebut. Sebab, sudah tidak sepantasnya di
wilayah daratan masih ada lembaga pendidikan yang ambruk. Bahkan, dia beralasan, seandainya di wilayah kepulauan masih ditemukan lembaga pendidikan yang tak layak pakai seperti di SDN Mandala IV dan SDN Basoka I, dirinya mengaku pasti akan mati-matian memperjuangkannya. Politisi asal wilayah kepulauan Sumenep ini, mengaku akan segera melakukan sidak ke lembaga tersebut. Jika hasilnya masih layak untuk terus dikembangkan maka akan direkomendasikan kepada Dinas Pendidikan untuk mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) 2011. ”Tetapi kalau hasil sidak nanti tidak memungkinkan untuk dikembangkan, akan diregroping dan siswanya akan dipindah kepada lembaga yang lebih dekat,” katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, Achmad Masuni, ternyata belum tahu mengenai kondisi SDN Mandala IV, yang roboh lebih dari lima tahun. Sebenarnya, Dinas Pendidikan mengaku akan melakukan sidak terhadap lembaga tersebut, tetapi karena terbentur dengan hujan, akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengunjungi lembaga tersebut. ”Kami akan pantau dulu ke lokasi, ingin melihat kondisi sekolah yang sebenarnya. Jika masih layak untuk mendapatkan bantuan, maka akan di upayakan pada tahun anggaran 2012 mendatang,” katanya. (bus/ abe)
Rispandi, Kepala SDN Mandala IV menuturkan, sejak dirinya menjabat sebagai kepala sekolah di lembaga itu, memang siswa belajar sudah berada di pengungsian itu. Bahkan, dia menjelaskan, telah mengajukan kepada pemerintah agar mendapatkan perbaikan. ”Kami belum tahu kapan mendapatkan bantuan renovasi perbaikan atau rehab, benar-benar mempri-
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
31
Serambi
Infotorial
pajak kendaraan bermotor
MENGHITUNG PAJAK KENDARAA N
K
endaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya. Ia berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar lainnya yang bergerak secara motorik. Kepemilikan hubungan hukum antara orang pribadi atau badan dengan kendaraan bermotor yang namanya tercantum dalam bukti kepemilikan atau dokumen
32
yang sah termasuk BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), DPP-PKB (Dasar Pengenaan Pajak Pajak Kendaraan Bermotor) sesuai peraturan adalah perkalian antara nilai jual kendaraan bermotor dengan bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Nilai jual sama dengan harga pasaran umum. Setelah harga pasaran umum diketahui, maka nilai jual ditentukan juga berdasarkan faktor-faktor antara lain isi, silinder, penggunaan, jenis, merk, tahun, berat, dan dokumen import.
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Besarnya tarif kendaraan bermotor bukan umum diprediksi 1,5% kendaraan bermotor umum sama dengan 1% alat-alat berat setara 0,5%. Uraian tersebut berkait besaran penarikan pajak tercantum pada STNK (Surat Tanda Kendaraan Bermotor). Di dalam STNK terdapat istilah BBN KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor). Besarnya 10% dari harga motor (off the road) atau harga faktur untuk motor baru, dan motor bekas (second) sebesar 2/3 pajak (PKB)nya. PKB pajak kendaraan bermotor besarnya 1,5% dari nilai jual motor dan bersifat menurun tiap tahun. Ini terjadi, karena penyusutan nilai jual motor.
pajak kendaraan bermotor
N BERMOTOR SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan), sumbangan ini dikelola oleh jasa raharja sebesar Rp. 35.000. Biaya administrasi, untuk motor baru kemarin saya tidak dikenakan, dan apabila ganti plat nomor (5 tahun sekali) atau balik nama baru dikenai biaya dan besarnya Rp 30.000. Denda Pajak Kendaraan Bermotor Apabila kita setelah jatuh tempo masa berlaku STNK (surat tanda nomor kendaraan) belum melakukan perpanjangan maka kita akan dikenai denda PKB (pajak kendaraan bermotor)
Infotorial
Percik
dan SWDKLLJ (sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas). Adapun cara perhitungannya, denda PKB (pajak kendaraan bermotor) ada yang telat 3 hari bahkan 1 hari dianggap 1 tahun. Setiap wilayah berbeda, tetapi prinsip cara menghitungnya adalah 25% per tahun terlambat 3 bulan PKB x 25% x 3/12 terlambat 6 bulan PKB x 25% x 6/12.
yang sudah efektif berlaku mulai 1 Januari 2011 sebagai berikut ; Kendaraan pertama akan terkena pajak progresif sebesar 1,5 % x nilai jual, kendaraan kedua akan terkena pajak progresif sebesar 2% x nilai jual, kendaraan ketiga akan terkena pajak progresif sebesar 2,5% x nilai jual, kendaraan keempat akan terkena pajak progresif 4% x nilai jual.
Denda SWDKLLJ (sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas) besarnya Rp 32.000 untuk motor & Rp100.000 untuk roda 4 (Bisa jadi lebih banyak sesuai peraturan yang berlaku saat itu). Sekedar contoh Sania punya motor dan terlambat bayar 6 bulan jumlah PKB tertera di STNK Rp 232.000 & SWDKLLJ Rp 35.000 maka Sania dikenakan denda keterlambatan sebesar: (Rp.232.000 x 25% x 6/12 ) + (Rp 32.000) = Rp 61.000. Total yang harus dibayar sebesar; Rp 232.000 + Rp35.000 + Rp 61.000 = Rp 328.000.
Contoh, Paijo punya motor bebek 100cc atas namanya. Kemudian beli motor lagi 250cc (kedua) dengan harga off the road/faktur (bukan harga dealer) = Rp.20.000.000. Jadi BBN KB = Rp 20.000.000 x 10% = Rp 2.000.000. PKB (prog) = Rp 2.000.000 x 20%=Rp 400.000. Jadi berlaku pajak progresif untuk motor kedua = Rp 400.000. Padahal kalau tidak diberlakukan cuma bayar Rp 300.000.
Pajak Progresif
Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Penyerahan kendaraan bermotor Pengecualian Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB : • Kendaraan bermotor / KB milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah • Kedutaan, konsulat, perwakilan asing, perwakilan lembaga internasional berdasarkan atas asas timbal balik atau azas reciprocitas berdasarkan konvensi Wina tahun 1961. • Tenaga ahli asing untuk pemerintah Indonesia yang sumber dananya dari bantuan hibah. • Pemasukan KB dari luar negeri kecuali untuk dipakai sendiri, diperdagangkan, pameran, penelitian, contoh, kegiatan olahraga taraf internasional, dan untuk dikeluarkan kembali dari pabean In-
Pajak progresif kalau di Jakarta tujuannya untuk mengendalikan jumlah kendaraan dengan menerapkan pajak secara berlapis. Adapun cara penghitungannya :
Pajak Bea Balik Nama Mengacu Peraturan Perpajakan (Fiskal)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
33
Serambi
Infotorial
pajak kendaraan bermotor donesia (maksimal 3 tahun). Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB : Pribadi perorangan atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor (KB). Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor / BBNKB (WP) : Pribadi individual atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor (KB). Dasar Pengenaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB (DPP) : Nilai jual objek pajak atau NJKB berdasarkan harga pasaran umum.
Bupati Sumenep A. Busyro Karim bersama Ketua Tim Penggerak PKK Ny. Jamilah sesaat setelah meninjau pelaksanaan sosialisasi pajak progresif kendaraan bermotor.
Harga pasaran umum jika tidak diketahui atau merupakan kendaraan jenis baru maka akan didasarkan atas : • Isi silinder dan atau satuan daya kendaraan bermotor • Penggunaan kendaraan bermotor • Jenis dan tipe kendaraan bermotor • Merek kendaraan bermotor • Tahun pembuatan kendaraan bermotor • Berat total dan kapasitas penumpang • Dokumen impor Pengenaan BBNKB ditetapkan oleh Mendagri (Menteri Dalam Negeri) dalam tabel yang dipertimbangkan oleh Menkeu (Menteri Keuangan). Apabila ada KB yang belum tercantum dalam tabel maka akan diputuskan dalam keputusan gubernur. Dasar pengenaan pajak BBN-KB dilaporkan ke Mendagri.
LAYANAN LINK: Para petugas sedang menguji coba penggunaan layanan link untuk memudahkan para pemilik kendaraan bermotor dalam membayar pajak kendaraannya.
34
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Tarif Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB : • 10% untuk kendaraan bermotor pribadi penyerahan pertama • 10% untuk kendaraan bermotor umum penyerahan pertama • 3% untuk kendaraan bermotor alat-alat besar dan berat
pajak kendaraan bermotor
Infotorial
Percik
PAJAK KENDARAAN: Ali Muhson menyaksikan langsung Sosialisasi pajak kendaraan bermotor di dinas pendapatan pemprov jatim (Samsat) kabupaten sumenep. Sosialisasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mamhami cara pembayaran pajak kendaraan bermotor.
• • • • • •
penyerahan pertama 1% untuk kendaraan bermotor pribadi penyerahan selanjutnya 1% untuk kendaraan bermotor umum penyerahan selanjutnya 0,3% untuk kendaraan bermotor alat-alat besar dan berat penyerahan selanjutnya 0,1% untuk kendaraan bermotor pribadi penyerahan karena warisan 0,1% untuk kendaraan bermotor umum penyerahan karena warisan 0,03% untuk kendaraan bermotor alat-alat besar dan berat penyerahan karena warisan.
Rumus Menghitung Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/ BBN-KB : Tarif X Dasar Pengenaan Pajak. Masa Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB :
Jangka waktu penyerahan Kendaraan Bermotor atau KB pertama ke penyerahan berikutnya dan seterusnya. Saat Terutang Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/ BBNKB : Saat penyerahan kendaraan bermotor. Sistem Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/BBNKB : Official atau ditetapkan oleh pemerintah, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/ BBNKB. Pendaftaran BBNKB. • Maksimal 30 hari sejak penyerahan • Dibayarkan saat pendaftaran • Dilaporkan secara tertulis kepada gubernur / pejabat terkait Laporan tertulis untuk gubernur atau pejabat memuat : • Nama dan alamat pribadi atau badan yang menerima
• • •
penyerahan Tanggal, bulan dan tahun penyerahan kendaraan bermotor Nomor polisi KB Fotokopi STNK
Contoh Alat-alat besar dan berat : mesin giling, buldozer, loader, forklift, dumptruck, traktor, dan lain sebagainya. Pemilikan atau penguasaan KB/kendaraan bemotor lebih dari 12 bulan dianggap sebagai penyerahan. Mekanisme Pajak Progresif 1. Tarif progresif PKB dikenakan terhadap kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh orang pribadi berdasarkan nama dan/atau alamat yang sama. 2. Pengenaan tarif progresif PKB didasarkan pada data kendaraan bermotor dalam
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
35
Olahraga Serambi
Infotorial
pajak kendaraan bermotor
sistem komputerisasi Kantor Bersama Samsat. 3. Untuk mengantisipasi kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor yang telah dilepaskan atau diserahkan oleh Wajib Pajak karena jual beli, ibah/waris dan lainnya yang belum atau terlambat dilaporkan / diberitahukan, sehingga masih tercatat dalam data sistem komputerisasi, maka kepada Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk melaporkan / memberitahukan secara tertulis dengan bermaterai cukup atas kendaraan yang telah dilepas atau diserahkan yang sekurang-kurangnya menjelaskan dan melampirkan : a. Merk tipe kendaraan, b. Tahun pembuatan, c. Alasan dan waktu pelepasan atau penyerahan kendaraan bermotor, d. Melampirkan identitas diri (foto kopi KTP / SIM), e. Foto kopi Kartu Keluarga (KK).
36
4.
Terhadap Wajib Pajak yang telah melaporkan / memberitahukan secara tertulis pelepasan dan/atau penguasaan kepemilikan kendaraan bermotor sebelum berlakunya Perda Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Kendaraan Bermotor, namun dalam data sistem komputerisasi belum dilakukan penyesuaian, maka urutan kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor disesuaikan dengan kendaraan bermotor yang sebenarnya dimiliki oleh Wajib Pajak sesuai laporan/pemberitahuan tersebut. 5. Wajib Pajak dapat meminta informasi data kendaraan bermotor ke Unit Pelayanan PKB dan BBN-KB untuk mengetahui identitas kendaraan bermotor yang telah dilepas atau diserahkan hak kepemilikan kend-
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
araan bermotornya, sebagai dasar pencantuman identitas dalam surat pelaporan / pemberitahuan tersebut. 6. Berdasarkan surat pelaporan/ pemberitahuan pelepasan atau penyerahan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada angka 3, dan atas usulan Kepala Unit PKB dan BBN-KB akan dilakukan pemblokiran sementara atas kendaraan tersebut oleh Bidang Sistem Informasi Pajak Daerah. 7. Berdasarkan pemblokiran tersebut, Kepala Unit PKB dan BBN-KB menerbitkan SSPD sesuai dengan urutan kendaraan bermotor yang sebenarnya dimiliki oleh Wajib Pajak. 8. Mekanisme pelayanan pembayaran dan penerbitan SKPD PKB dilakukan seperti biasa.
pajak kendaraan bermotor
9. Untuk tertibnya administrasi data kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor, Kepala Unit PKB dan BBN-KB bersama Kepala Bidang Sistem Informasi Pajak Daerah melakukan akurasi data pendaftaran kendaraan bermotor selama tahun 2011. 10. Kepala Unit PKB dan BBN-KB agar melakukan koordinasi dengan instansi terkait di lingkungan Kantor Bersama SAMSAT untuk kelancaran pelaksanaan pemungutan tarif progresif Pajak Kendaraan Bormotor. 11. Kepala Unit PKB dan BBN-KB agar membentuk kelompok kerja khusus pada satu ruangan untuk menjelaskan, menerima dan menyelesaikan masalah tarif progresif PKB. 12. Surat Edaran in berlaku sampai dengan 31 Desember 2011. Pajak Progresif Kendaran, Berlaku 2011 Pemberlakuan tarif pajak progresif (berlapis) resmi diberlakukan di Jakarta sejak awal 2011, khusus untuk kendaraan bermotor milik pribadi dan badan hukum. Iwan Setiawandi (Kepala Pelayanan Pajak DKI Jakarta) kebijakan yang telah disounding sejak 2009 lalu itu, merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi kemacetan di wilayah ibu kota negeri ini. Sekadar kilas balik, berdasarkan UU No.28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, besaran tarif pajak progresif total sebesar 10%. Namun setiap kota dan daerah di seluruh tanah air punya kewenangan dalam menentukan besaran tarif pajak progresif berdasarkan potensi daerah masing-masing.
Perhitungan Pajak Berlapis Pemberlakuan pajak progresif tak hanya berlaku buat mobil baru, mobil bekas (mobkas) juga terkena dampak tarif pajak berlapis ini. Edaran tentang tarif pajak progresif yang diberlakukan sejak 3 Januari 2011 (di DKI Jakarta dan Surabaya) itu, menyatakan bahwa semua jenis kendaraan bekas dikenai kebijakan ini tanpa mempedulikan tahun produksinya. Rumusan pajak progresif untuk mobkas mengacu pada kepemilikan kendaraan pertama sampai keempat. Untuk mobil kelima dan seterusnya dengan kepemilikan orang yang sama, berlaku perhitungan sama dengan mobil keempat. Rumusan yang berlaku, untuk mobil pertama berlaku tarif PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) normal, sesuai jenis kendaraan dan kapasitas mesinnya. Untuk mobil kedua dengan kepemilikan yang sama, perhitungan yang berlaku (PKB : 3) x 4. Perhitungan pajak progresif untuk mobil ketiga dengan kepemilikan orang yang sama, berlaku rumusan (PKB : 3) x 5. Sementara buat mobil keempat dan seterusnya dengan atas nama orang yang sama, dihitung berdasarkan (PKB : 3) x 8. Perhitungan rumus pajak progresif tadi didasarkan pada kesamaan nama dan/atau alamat pemilik mobil. Artinya jika Anda sudah menjual mobil lawas, tetapi si pembeli belum melakukan proses balik nama, otomatis Anda akan dikenai pajak progresif untuk mobil yang baru dibeli, meski merupakan mobil satu-satunya. Sekadar buat antisipasi, jika sewaktu-waktu ingin menjual mobil ke pembeli atau pedagang, setelah transaksi selesai dan dibayar lunas, Anda mesti
Infotorial
Percik
segera minta ke pembeli tadi untuk segera melakukan proses balik nama. Supaya nantinya jika hendak membeli mobil lagi (baru atau bekas), tidak dikenai tarif pajak progresif oleh pihak samsat setempat. Jika si pembeli tetap berkelit dan enggak mau segera melakukan proses balik nama, Anda mesti segera memblokir STNK mobil yang sudah dijual tadi. Tujuannya sekadar untuk jaga-jaga, seandainya ada pihak yang ingin menyalahgunakan dokumen kendaraan atas nama diri Anda. Rancangan Undang-undang (RUU) mengenai Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Progresif guna menekan kemacetan akan berlaku per 1 Januari 2010. Nah, bagi pemilik lebih dari satu kendaraan bermotor bersiaplah membayar pajak lebih mahal. Bila untuk kendaraan pertama si pemilik hanya dikenakan pajak sebesar 2% dari nilai jual kendaraan, untuk kendaraan kedua dan seterusnya, angka tersebut akan naik menjadi antara 2-10% dari nilai jual kendaraan tergantung keputusan pemerintah provinsi tempat si pemilik berada. Sebagai gambaran, jika mobil yang pertama dibeli Rp 100 juta, PKB atas mobil tersebut Rp 2 juta per tahun. Namun, jika mobil sejenis dibeli untuk kedua kali dan seterusnya, PKB yang dibebankan bisa lebih mahal, yakni Rp 5-10 juta. Keputusan pemerintah ini pernah ditanggapi mantan Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional (ISI) Soebronto Laras. Ia menilai pemerintah tidak konsisten terkait rencana pemberlakuan PKB Progresif. Itu sama artinya kebijakan pemerintah kontradiktif dengan salah satu butir Piagam ASEAN.
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
37
Serambi
Infotorial
pajak kendaraan bermotor
Banyak Pemilik Hindari Pajak Progresif Demi mendapatkan fasilitas bebas denda serta bebas BBNKB serta menghindari penghitungan pajak progresif, banyak wajib pajak yang sengaja datang untuk balik nama atau mutasi kendaraannya keluar daerah, atau memindahkan kendaraanya dari Samsat Surabaya Utara ke Samsat wilayah lain. Pelaksanaan program penggratisan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan penerapan penghitungan Pajak Progresif yang digelar di Jawa Timur. Ini membuat Samsat Kedung Cowek Surabaya menjadi salah satu Samsat yang super sibuk. Sebanyak 110 berkas yang setiap hari masuk di bagian loket mutasi, mengharuskan Pokja yang beranggotakan 6 personel itu bekerja ekstra bahkan lembur hingga larut malam. Kapokja Mutasi Samsat Kedung Cowek Aiptu Soewardoyo mengaku peningkatan pelayanan ini dilakukan sebagai antisipasi menepis tiga tudingan besar dari masyarakat, yakni tudingan besarnya diskriminasi pelayanan, tidak adanya kepastian pelayanan serta rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan. “Setiap hari 6 anggota di loket mutasi ini bekerja lembur hingga larut malam, sebab setiap hari ada kurang lebih 110 berkas yang masuk diloket mutasi.” Jelasnya. Wardoyo menambahkan sejak program itu digulirkan terjadi peningkatan volume pekerjaan sebanyak 40 persen dari biasanya. Demi mendapatkan fasilitas bebas denda dan bebas BBNKB serta menghindari penghitungan pajak Progresif banyak wajib pajak yang sengaja datang untuk
38
JEMPUT BOLA: Masyarakat sedang memanfaatkan layanan pembayaran pajak keliling dengan menggunakan mobil. Layanan ini adalah salah satu bentuk upaya pemerintah dalam memudahkan
balik nama atau mutasi kendaraannya keluar daerah, atau memindahkan kendaraanya dari wilayah Samsat Surabaya Utara ke wilayah Samsat lainnya. “Dibagian loket mutasi ada peningkatan pekerjaan sebanyak 40 persen.” Tambah Wardoyo yang diamini Aiptu. Titik. S “Setelah loket tutup. kami lanjutkan pekerjaan sampai jam 9 malam, bahkan bila perlu lembur hari minggu.” tuturnya. Wardoyo juga mengingatkan, bagi para wajib pajak yang berniat mutasi kendaraanya sebaiknya agar diurus sendiri, dengan melengkapi persyaratan Cek fisik, Bon
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Kartu Induk (KI) digudang STNK. Serta melampirkan KTP dan BPKB Asli, dan apabila ada Wajib Pajak yang mengalami kesulitan, silahkan datang ke Petugas Pemandu atau naik kelantai II di bagian Mutasi untuk mendapatkan penjelasan yang gamblang. Untuk durasi waktu BBN satu minggu selesai dan Mutasi 2 minggu selesai. “Kalau menemui kesulitan, Wajib pajak datang saja langsung kelantai II. Setelah loket tutup, kami lanjutkan pekerjaan sampai jam 9 malam.” Tambahnya. Secara terpisah Iptu Arif Fahzullrahman Sik selaku Puur Samsat Kedung Cowek mengatakan bahwa
pajak kendaraan bermotor
Daerah, SPKPKB ini disampaikan 14 (empat belas) hari sebelum masa pajak kendaraan bermotor akan berakhir. Disamping merupakan peringatan dini, dengan form yang tersedia di balik SPKPKB tersebut Wajib Pajak dapat melaporkan bila kendaraan bermotor yang dimiliki tersebut telah dijual, dengan cara mengirimkan kembali SPKPKB yang telah diterima tersebut melalui Kantor Pos ke alamat pengirim (Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur). Pengiriman SPKPKB dilakukan Petugas Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur melalui kantor pos dan pihak ketiga. Hal ini ditujukan agar SPKPKB dapat diterima oleh wajib pajak tepat waktu, berjalan efektif dan efisien mengingat wilayah penyebaran SPKPKB sangat luas di seluruh Jawa Timur.
semenjak beberapa hari yang lalu dirinya terus menekankan pada bawahannya agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua wajib pajak yang datang di samsat kedung cowek. “Jangan sekali-kali wajib pajak menyerahkan berkas kepengurusannya kepada orang yang tidak dikenal atau calo. Paur samsat kedung cowek siap menerima complain dari masyarakat apabila dalam pengurusan surat-surat kendaraan nya merasa dipersulit oleh petugas pelayanan” pungkasnya. Secara teknis sebagaimana yang telah tercantum dalam pasal 6 Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 116 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak
Selanjutnya dalam SPKPKB disebutkan, apabila sampai dengan berakhirnya masa pajak tidak dibayar, maka Pajak Kendaraan Bermotor akan ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau biasa disebut Penetapan Jabatan (Penjab) yang disingkat SKPD-PJ. Wajib pajak diberi kesempatan masa tenggang waktu dalam beberapa hari, jika melebih waktu yang telah ditentukan akan dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak yang tidak atau kurang bayar, untuk jangka waktu paling lama 15 bulan sejak terutangnya pajak. SKPD-PJ yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran akan ditagih dengan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Bila sampai dengan batas waktu yang ditentukan wajib pajak masih belum memenuhi kewajiban membayar Pajak Kendaraan Bermotor,
Infotorial
Percik
dapat dilakukan penagihan dengan Surat Paksa sebagaimana ketentuan yang berlaku. Kadipenda Jatim juga menjelaskan, “untuk selanjutnya hal ini akan berkaitan dengan pengihan pajak dengan Surat Paksa yang Peraturan Daerahnya-nya sudah disetujui DPRD Jatim, namun hal ini masih akan berlaku tahun 2012 mendatang”. Surat Pemberitahuan Kewajiban Pemilik Kendaraan Bermotor (SPKPKB) yang dilengkapi dengan form lapor jual kendaraan bermotor ini diharapkan bisa meringankan wajib pajak yang telah menjual kendaraan bermotornya. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur DR. Rasiyo,M.Si saat membuka seminar “Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah Berpihak Pada Wong Cilik dan Investasi Daerah” di Hotel Tunjungan Surabaya, tanggal 2 Desember 2010 lalu mengatakan, ”manfaat Pajak sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, maka dalam perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan”. Keberpihakan kepada Wong Cilik di implementasikan pada keseimbangan kebijakan tidak mengenakan tarif progresif bagi Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) di bawah 250 cc, disamping pengenaan kendaraan Bermotor Roda 2 (dua) usia 25 (dua puluh lima) tahun ke atas Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) 50%, artinya PKB untuk
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
39
Serambi Hobi
Infotorial
pajak kendaraan bermotor
jenis kendaraan tersebut turun 50%. Hal tersebut merupakan bentuk kepedulian Pemerintah kepada masyarakat Jawa Timur pengguna Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua), agar tunggakan di sektor ini dapat diminimalisir. Sedangkan bagi masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu umumnya dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat yang telah memiliki penghasilan lebih dari cukup, sehingga dapat dikategorikan golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Selayaknya dipungut pajak lebih besar agar negara memiliki kemampuan lebih tinggi menyediakan fasilitas umum bagi rakyatnya. Di sektor ekonomi, dalam rangka mendukung pertumbuhan perekonomian di Jawa Timur
Kendaraan Bermotor milik badan/ umum tidak dikenakan PKB. Dalam Perda Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah terdapat beberapa point penting terkait keseimbangan kebijakan baru pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), guna diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat, antara lain sebagai berikut : 1. 1. Pengenaan tarif progresif bagi Kendaraan Bermotor Pribadi Roda 4 (empat) dan Kendaraan Bermotor Roda (2) dengan isi cilinder 250 cc ke atas, untuk kepemilikan kedua dan seterusnya, berkisar dari penetapan tarif progresif 2% hingga 3,5% ; 2. Pengenaan PKB untuk Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua)
dengan usia 25 (dua puluh lima) tahun ke atas NJKB 50%, sehingga pembayaran PKB turun separuhnya ; 3. Pengenaan PKB untuk Kendaraan Bermotor Pemerintah, TNI/POLRI sebesar 0,5% ; 4. Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Baru sebesar 15%; 5. Kendaraan Bermotor untuk Alat berat/Alat besar, mekanisme pembayaran PKB melalui KB SAMSAT Provinsi Jawa Timur Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang sangat tepat saat ini untuk meningkatkan penerimaan daerah dalam jangka pendek yang dititikberatkan pada intensifikasi pemungutan pajak, yaitu dengan mengoptimalkan jenis-jenis pungutan Pajak Daerah. (dppka)
SOSIALISASI PKB: Dinas Pendapatan Pemprov Jatim bersama DPPKA Kabupaten Sumenep melakukan Sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor di berbagai kecamatan di kabupaten Sumenep
40
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
Olahraga
Voli Bergolak dari Sekolah
D
alam lima tahun terakhir ini, olahraga voli menjadi permainan yang menjamur. Dibanding sepak bola, olahraga voli lebih dominan baik di desa, kecamatan, bahkan sekolah-kolah. Sebab, lapangan voli tidak seluas lapangan sepak bola. Begitu pula jumlah pemain dalam olahraga ini lebih sedikit dibanding sepak bola. Kecendrungan menjadi pemain voli juga lebih besar. Tetapi keinginan untuk menjadi penonton, masyarakat umumnya lebih memilih menjadi penonton sepak bola, baik liga nasional apalagi piala dunia. Hanya, saat ini masyarakat mengalami demam voli khusunya antar-pelajar maupun antar klub di wilayahnya masingmasing. Seperti saat kompetisi antar-pelajar SMP/MTs di SMAN 4 beberapa waktu lalu, antusiasme peserta memunculkan aura yang sangat dinamik. Sejumlah pelajar dari berbagai lembaga pendidikan memperebutkan piala bergilir yang disediakan sekolah ini. Neni Yuliati selaku ketua panitia mengatakan, turnamen bola voli dimaksudkan untuk membangkitkan semangat para pelajar pecinta olahraga bola voli. Sebab dengan turnamen, potensi dan bakat para siswa bisa makin berkembang dan mampu bersaing. “Kompetisi ini menjadi ajang kreasi siswa untuk beradu kompetensi di bidang voli,� katanya.
Dari pertandingan itu, sejumlah lembaga pendidikan berhasil lolos dan dinobatkan sebagai juara. Antara lain, SMPN 5 Pamekasan (juara I), MTs Tarbiyatussibyan Sumber Papan (II), dan SMPN 3 Pamekasan (III). Sedangan untuk peserta klub putri, SMPN 1 (I), SMPN 2, (II) dan juara 3 SMPN 3 Pamekasan. Demam voli ini juga dibenarkan PBV Sensasi, Prenduan. Bola boli akhir-akhir ini tidak saja hadir di sejumlah kecamatan. Bahkan di masing-masing desa lahir PBV (Persatuan Bola Voli). Tidak tanggungtanggung, satu desa bisa memiliki lebih dari tiga PBV baik yang sudah menjadi anggota PBVSI atau belum. Olahraga ini dipilih karena murah, mudah, dan tidak memerlukan biaya besar. Menurut manajer PBV Sensasi Moh Imam, pertandingan antar-klub yang digelar Said Abdullah Institute di Prenduan menyita perhatian publik. Selain diselenggarakan di lapangan terbuka (penonton tidak dibebani HTM), pembina MH Said Abdullah juga hadir di tengah-tengah kerumunan massa. Sebenarnya, bola voli ini merakyat karena warga tidak butuh areal luas untuk membuat lapangan sepak bola secara gotong-royong. Selain itu, tidak umum pemain voli dalam liga apapun mengundang
pemain dari luar negeri. Sementara dalam sepak bola, pemain Indonesia justru dilengkapi dengan pemain luar negeri. Sisi baiknya, pemain dari penduduk asli Indonesia bisa belajar bagaimana bermain yang profesional. Tetapi sisi negatifnya, Indonesia menunjukkan tidak mimemiliki pemain andal kepada dunia luar. Selain itu, pundi-pundi sepakbola dirasakan warga dari luar. Namun demikian, Imam menyadari setiap orang memiliki cara tersendiri mewujudkan impiannya baik dalam sepak bola, voli, ataupun cabor lainnya. Voli ini juga marak di Sampang. Rajay, salah satu warga Sampang tidak menampik voli juga marak di lingkungannya. Selain voli, sepak bola menjadi bahan diskusi para penggemar bolamania. Diantara yang disinggung saat ini seputar lolosnya Persepam yang mewakili Madura menuju divisi utama. Menurut Jay, Persepam patut diacungi jempol karena bersaing dengan kota-kota lain yang masuk di divisi utama. Hanya karena ini Indonesia, Jay tidak yakin siapapun yang menang dalam divisi utama sebagai pemenang yang sesungguhnya. “Karena saya pernah mendengar ada juara yang sengaja dipesan, dulu,� paparnya. (obet)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
41
Oase
Iba Seorang Ibu Oleh : Abrari Alzael
Seorang perempuan menawarkan logika yang sederhana pada saat gerimis turun dan dingin. Ia membuat sillogisme ala kadarnya. Pertama, ia mengatakan mayoritas penduduk di republik ini adalah perempuan. Kedua, kemiskinan di Indonesia kurang lebih telah mencapai 37,5 juta jiwa. Dari penduduk miskin itu yang paling merasakan justru perempuan karena populasinya lebih banyak dengan perbandingan 57% : 43%. Logika berikutnya, mayoritas pengambil kebijakan di negeri ini kaum laki-laki. Ia menguatkan dugaannya, kebijakan yang muncul justru berpihak kepada laki-laki. Karena keberpihakan kebijakan dialamatkan laki-laki, keuntungan dari semesta kebijakan ini ia duga kuat justru menguntungkan laki-laki. Sedangkan perempuan kesepian bahkan berada dalam jurang kemiskinan. Memahami persoalan ini, para perempuan banyak terjebak (dijebak) dalam belenggu kemiskinan dalam berbagai bentuk (alamiah, buatan, absolut bahkan kolektif). Penyebabnya, tergantung dari bentuk kemiskinan yang dialami perempuan. Data versi PBB, Sepertiga dari penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan. Diperkirakan, 70 % dari mereka adalah perempuan. Dalam realitas yang berbicara, banyak praktek diskriminasi dilakukan terhadap perempuan. Di dunia mikro kredit misalnya, disebutkan bahwa bantuan mikro kredit adalah sarana yang efektif dalam membasmi kemiskinan pada perempuan. Namun berdasarkan data versi Women’s World Banking, dana mikro kredit yang dikucurkan pihak perbankan kepada perempuan di negeri ini masih berkisar 7 % dari jumlah keseluruhan nasabah. Situasi ini memberi dukungan bagi HDR (Human Development Report) yang menunjukkan bahwa pembangunan gender di negeri ini amat rendah (peringkat 90). Bahkan dibandingkan dengan negara ASEAN, kesetaraan gender di tanah air ini berada di urutan pertama (dari bawah). Indikator untuk menetapkan Penetapan Indeks Pembangunan gender (Gender-related Development Index) ini mengacu antara lain angka harapan hidup, melek huruf, partisipasi peserta didik, dan GDP (Gross Domestic Product) ril per kapita pada perempuan. Kemiskinan ini, pada akhirnya “memaksa� perempuan mencari penghidupan di rantau. Ini menjadi ironi karena tingkat perdagangan perempuan dan anak Indonesia justru meningkat setiap tahun. Jika angkanya naik 1% saja per tahun, maka sampai pada tahun 2010 sedikitnya 746.160 orang TKI yang bekerja di luar negeri adalah korban trafficking. Di level negara sendiri, negeri ibu pertiwi ini belum ada hukum yang kuat menjerat para pelaku trafiking. Kesimpulan sementara, pembangunan perempuan di Indonesia belum optimal, karena memberikan manfaat secara timpang atas kesejahteraan terhadap perempuan. Situasi ini menampilkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender nyaris di segala sendi kehidupan. Dalam progress report tahunan Unicef (Laporan Situasi Anak Dunia 2007), tercatat kehidupan jutaan anak perempuan dan perempuan dewasa dibayangi diskriminasi : ketidakberdayaan dan kemiskinan. Jutaan perempuan di seluruh dunia menjadi sasaran kekerasan fisik-seksual dan sedikit peluangnya untuk
42
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
mendapatkan keadilan. Sebagai akibat diskriminasi, anak perempuan berpeluang lebih kecil untuk bersekolah, bisa dikatakan satu dari lima anak perempuan yang bersekolah di sekolah dasar di negara berkembang tidak menyelesaikan pendidikannya. Tingkat pendidikan diantara kaum perempuan, menurut laporan ini, berhubungan dengan tingkat kelangsungan hidup dan perkembangan anak yang lebih baik. Memang, Unicef hanya menggambarkan kondisi perempuan di negara berkembang. Sementara nasib perempuan di dunia barat, kondisinya juga tidak kalah buruk. Survey di sembilan negara bagian AS selama 5 tahun, menyatakan bahwa 60% pengacara perempuan mengaku pernah mengalami pelecehan seksual. Pelecehan tersebut dilakukan, sepertiganya oleh kolega, 40% klien, dan 6% hakim. Riset di University of Medical Researchers (1998), diketahui bahwa diantara prajurit perempuan pasukan AS dalam perang Vietnam atau perang Teluk, 63% mengalami pelecehan fisik dan seksual selama menjalani tugas kemiliterannya, dan 43% dilaporkan mengalami pemerkosaan atau usaha pemerkosaan. Selain itu, BBC melaporkan, hampir 25% perempuan di Inggris pernah mengalami kekerasan domestik dalam kehidupannya. Setiap 60 detik, kepolisisn Inggris mendapat panggilan menangani kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan menerima 1300 telepon pengaduan masalah ini setiap hari. KDRT di Inggris pun, menyebabkan 2 korban tewas setiap minggunya. Begitu juga di Amerika, sepertiga perempuan pernah menjadi korban pelecehan seksual pada usia 18 tahun. Jumlah pemerkosaan pun dilaporkan meningkat 500% setiap tahun. Bagaimana Indonesia kita, tidak jauh berbeda bahkan lebih banyak. Yang membedakan hanya dilaporkan dan tidak dilaporkan. Dus, bila republik ini miskin, hukum tidak tegak, korupsi tak tertangani, dan politik yang karut-marut sangat boleh jadi karena tidak memuliakan ibu dan orang lain yang sebangsa ibu atau siapapun yang lahir dari seorang ibu. Jika dalam mitos Malin dikutuk jadi batu gara-gara tidak memuliakan ibu, maka negeri ini pun seharusnya terketuk untuk menghargai perempuan dan laki-laki yang lahir dari ibu genetik, historis, hingga ibu pertiwi. Masihkah bapak bangsa setia, yang apabila melihat anak kecil di tempat lain lalu tiba-tiba ingat anak kecil sebagai anak dan cucu di rumahnya? Ataukah bapak bangsa telah menjadi sosok yang melihat perempuan setara atau lebih sebaya pasangannya di tempat lain, lalu tiba-tiba tidak ingat lagi pada pasangannay yang setia di rumah? Jika ini yang terjadi, pasal yang sebenarnya di kantor terlupakan karena menemukan pasal lain yang menguntungkan dengan melupakan nasehat ibu bahkan tuhan pun dilenyapkan karena telah mendapatkan hal yang dianggapnya sebagai sesuatu banget. (*)
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011
43
44
SULUH MHSA | Edisi VII|Desember 2011