Mendukung Pelaksanaan Permen KP
Dewan Juga Dukung SURABAYA (Surabayapagi. com)- DPRD Jawa Timur memberikan dukungan positif terhadap Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No.1/2015 tentang larangan menangkap lobster, kepiting dan rajungan serta No.2/2015 tentang larangan penggunaan pukat. Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim, Kabil Mubarok mengaku menyambut positif adanya peraturan menteri (Permen) tersebut.
SURABAYA (Surabayapagi.com) – Pemberlakuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No.1/2015 tentang larangan menangkap lobster, kepiting dan rajungan serta No.2/2015 tentang larangan penggunaan pukat tarik sempat membuat Ribuan nelayan di Jatim cemas. n Baca Mendukung... Halaman 2
n Baca Dewan ... Halaman 2
Soekarwo
Ini Regulasi yang Bikin Laut Kembali Kaya ... Hal. 3
Mensejahterakan Nelayan
Edisi I, Tanggal 1 - 15 April 2015 Pengelola e-Buletin DINAS Perikanan Penasihat : Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo Pengarah : Kepada Dinas Perikanan Jatim, Heru Tjahyono Dirut Surabaya Pagi Group, Dr. H. Tatang Istiawan, Msc, SH. Pemimpin Umum : Gatot Bibit Bibiono Pemimpin Redaksi/ Penanggungjawab : Raditya Mohammer Kadhaffi. Pemimpin Perusahaan : Hj. Lordna Putri Redaktur Pelaksana : Soelechan Arif Redaktur : Iskandar Reporter : Arif Devan Alfian Fotographer : Mohammad Yahya Layout : Yudi Rio Rahabi Design Grafis : Guffy Sirkulasi/Distribusi : Hikmah Jaya Syamsul Arifin Sekretaris Redaksi : Yayuk Yudi Iklan : Aida
» Pemprov .... Sambungan dari halaman 1
Harapan agar regulasi baru tersebut dicabut juga tampaknya sulit terwujud. Pasalnya, dukungan atas penolakan tersebut juga belum berjalan maksimal. Karenanya Pemprov Jatim melayangkan surat ke Kementrian. Hanya, surat Pemprov Jatim itu bukan berisi penolakan seperti keinginan nelayan dan anggota dewan, melainkan penundaan yang bersifat solutif. Berikut petikan wawancara Surabaya Pagi dengan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Heru Tjahyono terkait masalah ini. Langkah apa yang dilakukan pemprov untuk negatasi kecemasan nelayan jatim? Itu kan aturan menteri jadi tidak mungkin ditolak atau meminta pembatalan. Solusinya, Pak gubernur mengirimkan surat kepada Menteri Kelautan dan Perikanan terkait kecemasan nelayan jatim . Apa isi surat tersebut? Isinya Pemprov meminta agar Permen KP 1 dan 2 tersebut disosialisikan terlebih dahulu Minimal enam bulan ke depan. Setelah itu, hasilnya akan dievaluasi Semua harus dilakukan bertahap. Tidak hanya itu alat
tangkap yang dilarang harus diganti dengan alat alternative. Karena jika tidak nelayan tidak bisa melaut. Apa efeknya jika permen ini dilaksanakan sekarang? Jika langsung diterapkan maka nelayan akan kalangkabut. Ini karena para nelayan di Jatim adalah nelayan kecil. Mereka sudah terbiasa dengan alat tangkap yang dipakainya, termasuk pukat tarik. Dengan aturan ini sekitar 15 ribu alat tangkap tidak bisa dioperasikan, dan puluhan ribu nelayan mata pencariannya terancam. Tdaik hanya itu, sejumlah masyarakat yang mencari nafkah dengan beraktifitas di pelabuhan ikan juga terancam. Kenapa Jatim tidak mengusulkan penolakan? Tidak bisa seperti itu, karena regulasi tersebut untuk pelestarian alam dan menjaga ketersediaan ikan di laut. Hanya, cita-cita tersebut akan sulit terwujud jika mindset masyarakat belum berubah. Karena itu, Permen harus terintegrasi. Semua sektor dan lingkungan digarap. Dan untuk mengubah mindset itu butuh waktu, makanya gubernur minta ada waktu untuk sosialisasi ke masyarakat sebelum benar-benar diterapkan.(arf/**)
» Dewan ....
Sambungan dari halaman 1
Hanya ia mempertanyakan apakah dalam permen yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah apakah sudah berpihak kepada para nelayan yang ada di Indonesia khusunya di Jatim. “Apabila dikemudian hari permen tersebut tidak adanya keberpihakan kepada nelayan pihak komisi B meminta agar kementerian Perikanan dan kelautan agar merevisi permen tersebut, sehingga permen yang dikeluarkan tersebut benar-benar menguntungkan bagi para nelayan,”ujarnya tak lama ini. Ia berharap kepada pemerintah kedepan apabila mengeluarkan peraturan pemerintah atau peraturan menteri lainnya juga dibarengi dengan solusi yang benar dan bermanfaat bagi masyarakat di Indonesia. “Sebelum mengeluarkan peraturan menteri apapun sebaiknya pemerintah pusat juga dibarengi dengan solusi juga, jangan hanya membuat peraturan
2
saja tapi tidak dibarengi solusi bagi masyarakat,” ujarnya. Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Jatim, Zainul Luthfi menambahkan, masyarakat Jatim yang terimbas atas pemberlakuan Permen KP akan cukup banyak. Dia menghitung, bila jumlah nelayan di Jatim adalah 563.000, maka kemungkinan yang ikut terkena imbas adalah kurang lebih dua juta penduduk. Asumsinya, masing-masing nelayan memiliki isteri dan dua anak.
Zainul menenggarai, bahwa Permen KP itu menguntungkan bisnis pribadi menteri Susi Pudjiastuti yang memiliki perusahaan ekspor ikan. Sebab ikan yang diekspor tentu harus besar-besar. “Mana mungkin rajungan, kepiting dan lobster yang ditangkap nelayan di laut bisa dipilihi yang besar-besar. Kalau ikan budidaya baru mungkin,”katanya curiga. Dijelaskan Luthfi, potensi ekspor hasil ikan di laut Indonesia itu sekitar Rp. 800 triliyun, na-
mun realisasinya baru sekitar Rp. 298 triliyun. “Artinya Permen KP itu sejatinya tak menyentuh pokok persoalan. Justru adanya Permen itu akan menurunkan potensi ekspor perikanan secara nasional karena produksi nelayan turun akibat enggan ditangkap aparat karena dituding mencuri,”tukasnya. Seperti diketahui, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No 1 Tahun 2015 tentang penangkapan lobster (panulirus spp.), kepiting (scylla spp.), dan rajungan (portunus pelagicus spp). Bahwa dalam Permen-KP itu, Udang Lbster hanya yang berbobot 200 gram perekor yang boleh ditangkap. Tujuannya memang bagus supaya udang- udang betina juga nantinya bisa bertelur hingga beranak yang kemudian memperbanyak populasinya. Namun peraturan yang dikeluarkan menteri tersebut banyak menuai protes dari para nelayan. (arf/**)
Mensejahterakan Nelayan
Edisi I, Tanggal 1 - 15 April 2015
Ini Regulasi yang Bikin Laut Kembali Kaya SURABAYA - Tidak hanya aturan larangan penggunaan alat tangkap Cantrang dan menangkap kepiting dan rajungan bertelur. Sejumlah aturan lainnya diyakini menjadi harapan memulihkan kembali kekayaan laut. “Kekayaan laut memang diyakini telah kembali, bukan hanya dengan dua tauran tadi. Ada beberapa aturan dari kementerian Kelautan dan perikanan yang mampu memulihkan kualitas laut Indonesia. Yakni permen KP 56 dan 57 tahun 2014 tentang moratorium izin kapal eks asing dan alih muatan di tengah laut.� Ujar Asmuri Syarif, Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jatim. Kata dia, sesuai informasi dari ibu Menteri/Ibu Susi, Saat ini di perairan indonesia ada tercatat kurang lebih1.138 unit kapal eks asing banyak izinnya yang melanggar, ada yg izinnya tdk lengkap, palsu, sudah mati bahkan banyak yg diatasnamakan warga Indonesia padahal milik asing. Kapal-kapal ini disinyalir membawa hasil tangkapannya keluar negeri Sedangkan Permen KP 57/2014 tentang transitmen yang melarang pindah muatan kapal di tengah laut. Sebenarnya, tujuan pindah muatan ini cukup bagus, yaitu untuk efisiensi beaya bagi kapal - kapal yang operasinya secara berlempok Namun ada oknum yang berusaha curang, dengan membawa hasil tangkapan ikannya bukan ke dermaga di Indonesia , melainkan ke luar negeri. Menurutnya, sejumlah perairan di Jawa Timur sudah mulai pulih kualitas lautnya. Di antaranya Banyuwangi, Pacitan, Gresik dan sejumlah daerah lain. Dirinya berharap, aturan-aturan ini mampu memulihkan sumber daya ikan yang ada di Indonesia khususnya Jawa Timur. Sehingga nelayan bisa mendapat tangkapan yang banyak dan memingkatkan kesejahteraannya. (arf/**)
Alat tangkap jaring (Purse seine) Alat tangkap jaring atau yang disebut dengan purse seine digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar yaitu yellowfin tuna, cakalang, layang, tongkol, cumi-cumi. Jumlah alat tangkap jaring/ purse seine yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Tamperan sebanyak a. Kapal dengan ukuran 20 – 30 GT sebanyak 29 buah b. Kapal dengan ukuran 31 – 60 GT sebanyak 9 buah Alat tangkap ini tidak berdampak pada PERMEN KP No.2 Tahun 2015 Macam alat tangkap jaring / purse seine
3
Mensejahterakan Nelayan
Edisi I, Tanggal 1 - 15 April 2015
Mengembalikan Sumberdaya Ikan Laut
Begini Cara Sikapi Kebijakan Menteri Susi SURABAYA - Keluarnya peraturan menteri (Permen) kelautan dan perikanan (KP) Nomor 1/2015 tentang larangan menangkap lobster, kepiting dan rajungan bertelur serta No.2/2015 tentang larangan penggunaan pukat tarik dan pukat hela sempat menjadi kahawatiran sejumlah nelayan. Ini juga terjadi di Jawa Timur yang memiliki jumlah nelayan cukup banyak yakni 326 ribu nelayan laut. Sempat terjadi penolakan di berbagai daerah, namun aturan ini disikapi berbeda oleh Jawa Timur. Mengingat aturan ini memiliki dampak baik untuk kelestarian sumberdaya alam di laut yang nantinya mampu memulihkan sumberdaya ikan yang rusak. Karenanya pemprov mengirimkan surat ke Menteri Perikanan dan Kelautan, meminta agar para nelayan di Jatim diberikan waktu minimal 6 bulan sampai 1 tahun sebagai bentuk sosialisasi aturan ini. “Ini dilakukan karena masih ada sebagain nelayan yang menggantungkan hidupnya dari alat tangkap yang dilarang ini,” ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, Heru Tjahjono didampingi Sekretaris Dinas Asmuri Syarif. Meski berkisar di angka 25 %. kapal nelayan di Jatim yang menggunakan alat tangkap yang dilarang, yaitu payang 11.684 unit, cantrang/dogol 4.504 unit dan pukat tarik 151 unit, namun banyak nelayan dan masyarakat lainnya terimbas. Tercatat sekitar 160 ribuan orang di Jatim yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan penangkapan ikan terdampak atas aturan ini. “Karenanya butuh solusi kongkret untuk masalah ini,” tandasnya. Karenanya Gubernur Jatim berkirim surat ke Kementrian Kelautan dan Perikanan. Bukan untuk menolak, Tetapi meminta ada tenggat waktu sosialisasi Minimal enam bulan sampai satu tahun ke depan. Selain itu, alat tangkap yang dilarang diganti dengan alat alternative yang ramah lingkungan. “Jika aturan baru tersebut langsung diterapkan maka nelayan akan kalangkabut. Ini karena para nelayan di Jatim adalah nelayan kecil,” ujar Heru. Oleh Menteri Permen ini, diberi toleransi sampai September dan meminta pemerintah pusat mengganti sejumlah alat tangkap ikan yang dilarang dengan yang ramah lingkungan. Seperti, Pancing, bubu, gilnet (jaring tdk aktif), purse sine atau jaring lingkar bercincin “Kami sedang melakukan penelitian / uji coba untuk mencarikan alat tangkap alternative yang ramah lingkungan yg hasilnya bisa mendekati jarring cantrang,” terangnya. (arf/**)
4
Alat tangkap pancing ulur 1. Alat tangkap pancing ulur Digunakan untuk menangkap ikan yellowfin tuna, albacore, lemadang, marlin, tenggiri dengan menggunakan kapal jenis sekoci dengan ukuran 5-10 GT. Jumlah alat tangkap pangcing ulur yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Tamperan sebanyak 83 buah. Alat tangkap ini tidak berdampak pada PERMEN KP No.2 Tahun 2015
Alat tangkap pancing rintang 2. Alat tangkap pancing rintang Alat tangkap pancing rintang digunakan untuk menangkap ikan yellowfin tuna dan cakalang dengan ukuran < 1 kg menggunakan kapal jenis sekoci dengan ukuran 5-10 GT. Jumlah alat tangkap pancing rintang yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Tamperan sebanyak 83 buah. Alat tangkap ini tidak berdampak pada PERMEN KP No.2 Tahun 2015
Alat tangkap pancing tonda 3.Alat tangkap pancing tonda Alat tangkap pancing tonda digunakan untuk menangkap ikan yellowfin tuna, tenggiri, lemadang dan cakalang menggunakan kapal jenis sekoci dengan ukuran 5-10 GT. Jumlah alat tangkap pancing rintang yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Tamperan sebanyak 83 buah. Alat tangkap ini tidak berdampak pada PERMEN KP No.2 Tahun 2015
Mensejahterakan Nelayan
Edisi I, Tanggal 1 - 15 April 2015
Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Alat tangkap pancing PAYANG Alat tangkap payang Alat tangkap payang digunakan untuk menangkap ikan teri, petek, selar, ikan sebelah, tongkol, semar, layur, tungkul, tiga wajah, lemuru dan bawal dengan menggunakan perahu ukuran 1- 4 GT . Jumlah alat tangkap jaring/purse seine yang ada di UPT Pelabuhan Perikanan Tamperan sebanyak 26 buah. Alat tangkap ini berdampak pada PERMEN KP No.2 Tahun 2015.
SURABAYA (Surabayapagi.com)– Pemerintah bukan hanya memberikan larangan menangkap lobster, kepiting dan rajungan bertelur serta penggunaan pukat tarik dan pukat hela pada nelayan. Mereka juga memberikan solusi untuk soal itu. Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jatim, Asmuri syarif menjelaskan, salah satu Alat tangkap pemgganti yg sedang diusulkan adalah jaring milenium. Bentuknya mirip Gilnet tapi berlapis operasionalnya statis yang memiliki panjang per pice-nya kurang lebih 140 meter lebar 10 meter dengan ukuran mata jaring 4,5 inchi. Dari pengalaman yg dilakukan nelayan di cianjur jawa barat alat ini mampu menangkap ikan rata-rata 200 - 400 kg setiap melaut. “Alat ini hanya dioperasikan 2 - 3 orang,” terangnya. Jaring ini sedang diujicoba di daerah Lekok Pasuruan dan Pasongsongan Sumenep. Ini cukup bagus jika dibandingkan dengan hasil jaring cantrang menghasilkan sekitar 1 ton ikan setiap melaut, tapi harus dioperasikan 12 orang. “Jika dilihat dari sisi pendapatan ya hampir sama nilai ekonomisnya, tapi cantrang bisa merusak habitat ikan,” ungkap Asmuri. Saat ini masih terus dilakukan ujicoba hingga menemukan formulasi bentuk dan ukuran alat yang paling efektif, dan dioperasikan di perairan mana yg cocok, namun tetap ramah lingkungan. Menurutnya, Jika hasil evaluasi sudah cukup efektif alat ini akan dibantuksn kepada nelayan di jawa timur. Terkait aturan ini menurut Asmuri, untuk jangka panjang, aturan ini akan sangat menguntungkan para nelayan kecil. Sebab aturan ini akan dapat meningkatkan dan mengamballikan kualitas perairan serta sumber daya ikan di Indonesia. Karena alat tangkap seperti, Cantrang, Jaring Tarik, Trol, Dogol dan Payang merusak ekosistem laut. Alat tangkap cantrang tidal selektif terhadap jenis2 ikan yg ditangkap, bahkan ikan yg masih kecilpun akan tmasuk dan ketangkap dalam jaring itu, sehingga ikan tidak sempat berkembang besar. Sedangkan Untuk permen 01/2015 tentang larangan menangkap lobster, kepiting dan rajungan bertelur sudah dijalankan, termasuk tidak mengeluarkan HC untuk izin ekspor kepiting udang dan lobster bertelur dan yg ukurannya tdk sesuai yg dipersyaratkan dlm permen. (arf/**)
5
Mensejahterakan Nelayan
Edisi I, Tanggal 1 - 15 April 2015
Larangan Penggunaan Cantrang Mulai Terasa Hasilnya
Kekayaan Laut Jawa Timur Kembali Berlimpah SURABAYA (Surabayapagi.com) - Ada yang menarik dalam pemberlakukan peraturan menteri kelautan dan perikanana No.2/2015 tentang larangan penggunaan pukat tarik. Meski dikeluhkan sejumlah masyarakat, ternyata aturan ini juga disambut gembira oleh sebagian nelayan di Jawa Timur. Nelayan yang senang dengan larangan jarring cantrang ini adalah nelayan yang peduli dengan ekosistem laut. Terutama nelayan di wilayah laut selatan. Daerah ini kebanyakan nelayan menggunakan alat yang ramah lingkungan dan tidak dilarang oleh Permen KP. Bahkan berlakunya aturan ini, cukup berpengaruh bagi nelayan. Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim Asmuri Syarif menceritakan beberapa waktu lalu ada lapo-
JENIS ALAT TANGKAP DI PP MUNCAR JENIS ALAT TANGKAP a.Purse Sain ( Pukat Cincin ) b. Payang ( Pukat Kantong ) c. Gill Net ( Jaring Insang ) d. Lift Net ( jaring Angkat ) e. Hook and Line ( pancing ) f. Traps ( Perangkap )
JUMLAH 190 unit ( Kalimati, Sampangan, Kalimoro ) 62 unit ( Kalimati, Sampangan, Satelit ) 624 unit ( Kalimati ) 280 unit ( Kalimati, Sampangan, Kalimoro ) 655 unit ( Kalimati, Satelit ) 280 unit ( Kalimati, Satelit )
ran dari sejumlah nelayan yang mengaku lebih mudah untuk menangkap Ikan Kerapu diselat Bali. Padahal dulu untuk menangkap ikan ini nelayan harus berjuang ke tengah laut, sekarang tidak terlalu jauh dari pantai sudah bisa mendapat ikan ini. “Ini bukti ketersediaan ikan mulai membaik,” ujarnya. Menurutnya, menggunakan alat yang ramah lingkungan hasilnya tidak sebanyak
jaring cantrang. Tetapi langkah ini cukup menjaga kondisi alam. Contohnya manangkap ikan Tuna menggunakan pancing longline atau hand line, dalam 1 minggu mampu menghasilkan 2 ton ikan yg memiliki nilai ekonomis tinggi. “ Memang kesulitannya alat ramah lingkunagan ini butuh skill, pengalaman dan ketangguhan fisik, apalagi mancing Tuna,” ungkapnya. (arf/**)
Purse Sain ( Pukat Cincin
Lift net ( jarring angkat )
Traps ( perangkap )
Payang ( Pukat Kantong )
Hook and Line ( pancing )
Gill net ( jarring insang )
GALERI FOTO
6