[Buku 1/2] Prosiding Tugas Akhir 2020/2021 Universitas Pancasila

Page 1

BUKU 1

PRO SIDING. PAPER TUGAS AKHIR TAHUN 2020/2021 FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR & IMA'B


Prosiding ini merupakan jurnal ilmiah proyek tugas akhir Mahasiswa Arsitektur Universitas Pancasila tahun 2020/2021.



KOORDINATOR Dr. Dini Rosmalia, S.T., M.Si. Ketua Prodi Arsitektur Universitas Pancasila Ramadhani Isna Putri, S.T., M.T. Sekretaris Prodi Arsitektur Universitas Pancasila L. Edhi Prasetya, S.T., M.T. Dosen Arsitektur Universitas Pancasila

PENANGGUNG JAWAB Wiras Dwi Aditama Penanggung Jawab Acara Ahmad Faisal Azis Panitia Editor Desain E-book Arifurrahman Panitia Editor Desain E-book

TIM PELAKSANA Adityawarman Azzahra Nafisya Tiara Putri Yolanda Khrisya Riandha Farraditha Shafa Aldanissya Imron Helen Devita Laily Khalia Hafid

Muhammad Arifulanam Ali Muntazhar Ayub Resi Kusuma Bagus ammar Daffa Scuderia Nandini Anindita Jamil Setiawan Robby Anshory

DITERBITKAN OLEH UP2M FTUP Jl. Raya Lenteng Agung No.56-80, RT.1/RW.3 Srengseng Sawah, Jakarta, Kota Jakarta Selatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640 teknik.univpancasila.ac.id/arsitekturs

ISBN xxx-xxxx-xxx-xx-x

4

Tim Penyusun

Zahra Febriana Moh.Ilham Resky.P Huda Wahyuni Nikken Andarini A Oky setiawan Raffly aprillyno hasan


KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan lindungan sehingga paper prosiding tugas akhir mahasiswa dapat dilaksanakan. Prosiding mahasiswa yang terkumpul dalam kesempatan ini merupakan hasil dari penulisan bagian dari pelaksanaan Tugas Akhir tahun akademik 2020/2021, Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila, rekan-rekan mahasiswa dan panitia pelaksanaan prosiding serta pihak-pihak lainnya atas segala dukungan dan bantuannya, sehingga paper dapat terkumpul dan Prosiding ini dapat terwujud. Pada kesempatan ini pula kami mohon maaf jika diantara prosiding ini kondisinya masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, khususnya pada tata cara urutan penggabungan paper. Mengingat baru pertama kalinya mahasiswa menyusun sebuah prosiding bagian dari Tugas Akhir, untuk itu kami memohon masukan, koreksi dan saran untuk kesempurnaan buku ini. Penulis berharap apa yang terangkum dalam Prosiding Tugas Akhir tahun Akademik 2020/2021 ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 14 Agustus 2021

Tim Penyusun Prosiding

Kata Pengantar

5


DAFTAR ISI COVER

1

TIM PENYUSUN

4

KATA PENGANTAR

5

DAFTAR ISI

6

JURNAL TUGAS AKHIR TAHUN

8 | 517

PENUTUP

6

Daftar Isi

518


JURNAL TUGAS AKHIR TAHUN 2020/2021


MUSEUM JEMBER FASHION CARNAVAL Tea Ghita Nata1, Atri Prautama Dewi2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 ghitanata@gmail.com, 2 atri@univpancasila.ac.id 1,2

Abstrak Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan kegiatan tahunan yang menampilkan beragam kostumkostum unik dan kreatif yang memiliki standar keindahan tersendiri hasil karya dari peserta yang berpartisipasi. Kostum-kostum tesebut lalu ditampilkan sepanjang jalan kota Jember, dari alun-alun kota Jember hingga GOR PKPSO Jember dengan panjang 3,6 km yang tercatat di MURI sebagai catwalk terpanjang, sehingga menjadikan kegiatan tersebut pelopor maupun barometer fashion carnaval di Indonesia. Kegiatan Jember Fashion Carnaval juga menjadikannya sebuah city branding bagi kota Jember dikarenakan meningkatkan daya tarik para wisatawan maupun investor. Namun, pasca acara kostum-kostum yang dibuat dengan dana yang tidak sedikit tersebut disimpan dan akan ditampilkan kembali jika ada yang menyewa maupun jika dipanggil keluar negeri, karena hal tersebut masyarakat yang melewatkan kegitanan tahunan tersebut tidak dapat melihatnya lagi secara langsung bagaimana bentuk kostum-kostum hasil kreatifitas peserta. Sehingga diharapkan dengan dibangunnya bangunan berupa museum dapat menampilkan kostum hasil kreatifitas masyarakat Jember serta memberikan wadah kreativitas bagi masyarakat, dan memberikan bangunan ikonik dengan desain modern bagi kota Jember sehingga dapat menciptakan tempat wisata baru dan bisa menarik wisatawan dari luar kota. Dibangunnya sebuah museum dikarenakan museum merupakan tempat untuk menyimpan berbagai benda-benda seni dan pengetahuan yang patut mendapatkan perhatian publik seperti hasil karya manusia, bukti dari sebuah budaya secara alam maupun lingkungan sehingga dapat dijaga, dirawat dan dilestarikan. Kata Kunci: Jember Fashion Carnaval (JFC), Kostum, Kreatifitas, Museum. Jember Fashion Carnaval (JFC) is an annual event that displays a variety of unique and creative costumes that have their standards of beauty created by the participating participants. Those costumes were then displayed along the streets of the city of Jember, from the town square of Jember to GOR PKPSO Jember with a length of 3.6 km which was recorded at MURI as the longest catwalk, thus making this activity a pioneer and a barometer of fashion carnival in Indonesia. The Jember Fashion Carnaval activity also makes it a city branding for the city of Jember because it increases the attractiveness of tourists and investors. However, after the event, the costumes made with a large number of funds are saved and will be displayed again if someone rents them or if they are called out of the country, because of this, people who missed this year's activities can no longer see directly how the costumes produced participant creativity. So it’s hoped that the construction of a building in the form of a museum can display costumes from the creativity of the Jember people and provide a forum for creativity for the community, and provide iconic buildings with modern designs for the city of Jember so that can create new tourist attractions and can attract tourists from outside the city. The building of a museum is because the museum is a place to store various objects of art and knowledge that deserve public attention, such as the work of humans, evidence of a culture in nature, and the environment so that it can be maintained, cared for and preserved. Keywords: Jember Fashion Carnaval (JFC), Costumes, Creativity, Museum.

PENDAHULUAN Jember yang terletak di Jawa Timur terkenal dengan produsen tembakau terbesar sejak jaman kolonial Belanda, namun produksi tembakau semakin menurun dikarenakan kampanye anti tembakau besarbesaran. Namun, mimpi besar seorang Dynand Fariz tentang Fashion Carnaval membuat kota Jember memiliki alternatif brand atau identitas baru sehingga sekarang kota Jember dikenal sebagai “City of World Carnaval” [1]. Dinamakan “City of World Carnaval” karena kota Jember memiliki sebuah event besar berupa karnaval yang diberi nama Jember Fashion Carnaval (JFC),

karnaval yang diadakan berupa acara tentang fashion yang memiliki desain unik yang diciptakan dari hasil kreativitas para peserta yang mengikuti kegiatan karnaval dan menjalani proses pelatihan yang bertujuan meningkatkan kreativitas pada busana yang akan ditampilkan sehingga memiliki standar keindahan tersendiri. Dalam pelaksanaan event ini menghadirkan catwalk sepanjang 3,6 km di sepanjang kota Jember yang menjadikannya catwalk terpanjang di dunia. Jember Fashion Carnaval (JFC) yang muncul di era 2000-an menjadikan kegiatan tersebut sebagai identitas kota Jember dengan ide, konsep, dan tema yang unik dalam perancangannya, sehingga menjadikan kota


Jember sebagai pelopor karnaval fashion dan barometer karnaval di Indonesia [2]. Awal dari penyelenggaraan kegitan Jember Fashion Carnaval (JFC) bermula dari Rumah Mode bernama “Dynand Fariz International High Fashion Center” yang didirikan oleh Dynand Fariz dan dikelola oleh kerabat dekat Dynand Fariz. Keberadaan rumah mode yang telah didirikan tersebut hanya diketahui sedikit oleh masyarakat, sehingga setiap tahun diadakan acara Fashion Week. Di tahun berikutnya dilakukan dengan cara melakukan pawai atau arakarakan yang dilakukan karyawannya dengan memakai busana-busana unik dan kreatif [3]. Jember Fashion Carnaval (JFC) yang diadakan setiap tahun sekali dipilih menjadi agenda pariwisata utama yang diberi nama “Bulan Berkunjung Jember” yang merupakan peluang bagi sektor pariwisata dan meningkatkan perekonomian dan menjadi city branding kota Jember yang kreatif [3]. Penyelenggaraan yang dilakukan setiap tahun dengan tema yang juga sering berubah membuat beberapa orang yang tidak bisa melihatnya dan merasakannya akan merasa tertinggal dengan bagaimana menariknya dan berkembangnya Jember Fashion Carnaval (JFC). Selain itu kegiatan ini dapat menarik turis atau wisatawan luar kota yang meningkat, sehingga dibutuhkan sebuah tempat atau wadah untuk menyimpan dan memamerkan pakaian tersebut untuk menarik orang-orang agar datang ke Jember walaupun sudah melewatkan karnaval tersebut [3]. Tempat yang memadai untuk hasil karya dari Jember Fashion Carnaval (JFC) tersebut adalah tempat atau bangunan yang di gunakan untuk memamerkan benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, karena kostum yang dibuat merupakan suatu karya seni, sejarah dan ilmu, yaitu museum. Sesuai dengan penjelasan museum yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) [4]. Sehingga diperlukan dibangunnya museum untuk Jember Fashion Carnaval (JFC) sehingga dapat memberikan informasi dan gambaran tentang acara karnaval yang berlangsung di Jember yang acaranya diadakan setahun sekali, begitupun bagaimana perkembangannya. Dengan adanya Museum Jember Fashion Carnaval ini diharapkan city branding dari kota Jember menjadi lebih dikenal luas dan dapat menarik wistawan maupun turis asing untuk datang ke kota Jember. TINJAUAN PUSTAKA Lokasi dalam perancangan Museum Jember Fashion Carnaval berada di Jl. Gajah Mada Kb. Kidul, Kec. Kaliwates yang merupakan lokasi strategis dikarenakan kawasan ini dilewati oleh jalur utama antar kota. Museum merupakan lembaga atau tempat menyimpan benda-benda yang patut mendapat perhatian umum yang harus dijaga dan dirawat sehingga dapat dilestarikan atau dibudayakan agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap suatu peristiwa atau keunikan dari suatu kota sehingga secara

tidak langsung menjadikannya suatu pendidikan nonformal. Tema dalam perancangan Museum Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah arsitektur modern yang desainnya mengutamakan kesederhanaan yang simple, bersih, fungsional dan meminimalisir penggunaan ornament namun keindahannya dapat tercapai dengan penggunaan bahan materialnya dan keindahan seni konstruksi. Studi preseden yang dibutuhkan sebagai acuan refrensi dalam merancang museum antara lain: 1.

Odunpazari Modern Museum

Gambar 1 Odunpazari Modern Museum

Museum yang berlokasi di Turkey memiliki gubahan massa berdasarkan bentuk geografi interior yang luas dan simple, dengan eksterior bangunan yang diselimuti kayu pinus laminasi/kayu pohon ek. 2.

National Museum of Prehistory

Gambar 2 National Museum of Prehistory

Museum yang berlokasi di Taiwan dengan interior modern dan penggunaan fasad yang menggunakan bahan pabrikasi berupa kaca dan bentuk masa yang memiliki sifat geometris. 3.

Iberian Museum

Gambar 3 Iberian Museum

Museum yang berlokasi di Spanyol yang memamerkan budaya ditengah-tengah area komersial dengan desain modern interior dan exterior menggunakan bahan pabrikasi berupa panel alumunium. Sehingga diambil kesimpulan dari ketiga studi preseden tersebut yang menjelaskan bahwa tema modern arsitektur tidak jauh dari penggunaan elemen yang memiliki sifat geometris dan penggunaan fasad yang menggunakan bahan industrial atau pabrikasi.


METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan merupakan proses pengumpulan data berupa deskripsi atau penjelasan melalui literatur-literatur yang dapat mendukung teoriteori dalam merancang bangunan berdasarkan fakta, sehingga dapat dijadikan dasar atau sumber ide dalam merancang sebuah bangunan. Pengumpulan dan pengolahan dapat dilakukan melalui data yang diperoleh dari data studi literatur maupun observasi. 1. Studi Literatur, Metode yang dilakukan dengan mendapatkan data yang dicari melalui literaturliteratur sehingga dapat mendukung atau mempengaruhi bentuk perancangan. Sumber data dapat dicari melalui buku, jurnal, laporan penelitian dan skripsi. 2. Studi Preseden, Metode yang dilakukan dengan melakukan perbandingan, mengupas, dan menyimpulkan dari beberapaa studi yang memiliki kasus relevan sesuai dengan perancangan bangunan yang disajikan secara deskriptif kulitatif. 3. Observasi, Metode yang dilakukan dengan pengumpulan data melalui pengamatan terhadap lokasi tapak untuk melihat bagaimana kondisi, eksisting, kegiatan, dan potensi yang terjadi pada lokasi perancangan

Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG dan datadata yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa matahari menyinari tapak dengan baik dan angina yang bertiup diarea tapak juga baik. b. Topografi dan Drainase

Gambar 6 Analisis Topografi dan Drainase

Topografi pada area tapak memiliki kontur menurun mengarah ke sungai dan kali. Kontur pada sisi sungai dan kali akan dibuat terasering atau dalam pendesainan sisi sungai dan kali menggunakan material atau bahan tanpa beton tetapi yang dapat menyerap air agar tetap terlihat alami dan air akan tetap terserap ke dalam tanah. c. View

PERANCANGAN 1. Analisis Perancangan

Gambar 7 Analisis View

Gambar 4 Lokasi Tapak

Lokasi perancangan berada di Jl. Nusantara, Kaliwats Kidul, Kec. Kaliwates, Kab. Jember, Jawa Timur, 68131 memiliki luas 41.693,2 m2 (4,2 Ha) dengan KDB 60%, KLB 8 lantai, GSB 4 m, GSS 15 m, dan KDH 2,4. Lokasi tapak pun sudah diseleksi berdasarkan penilaian lokasi dan kriteria yang sesuai dengan perancangan bangunan. Faktor yang mempengaruhi tapak diantaranya berkaitan dengan:

View tapak pada sisi barat berbatasan dengan kali, bangunan dan lahan kosong yang masih berupa sawah pada sisi selatan tapak berbatasan dengan sungai dan perumahan villa Istana Tegal besar yang ditutup pagar beton dan pada sisi timur berbatasan dengan tanah kosong yang sebagian besar dipenuhi dengan pohon sengon. d. Kebisingan

a. Matahari dan Angin Gambar 8 Analisis Kebisingan

Gambar 5 Analisis Matahari dan Angin

Tingkat kebisingan pada lokasi perancangan tidak tergolong tinggi ataupun mengganggu dikarenakan tapak memiliki jarak +0,6 km dari jalan utama jalan utama selain itu walaupun berada di pusat kumpul warga tingkat kebisingan hanya meningkat disaat GOR PKSPO Jember dan gedung serbaguna memiliki acara khusus atau besar.


e. Kondisi Eksisting

semi-public, service, dan privat. Zoning yang terbagi pada area tapak tersebut terbentuk berdasarkan tingkat keprivasian dan penggunaannya.

Gambar 9 Kondisi Eksisting

Kondisi sekitar tapak sudah cukup baik dengan kondisi jalan yang di aspal dan lebar +8,5 meter (1 arah), hanya saja kurang tersedianya jalan pedestrian dan juga pencahayaan di area belakang GOR atau sisi utara tapak.

Gambar 12 Orientasi Bangunan dan Zoning Tapak

2. Konsep a. Bangunan

f. Vegetasi

Gambar 10 Analisis Vegetasi

Pada pertengahan tahun 2020 area tapak terdapat lahan kosong di tengahnya tanpa dipenuhi pohonpohon namun akhir 2020 tapak diisi penuh dengan pohon jenis sengon dan tanaman liar lainnya. g. Sirkulasi Dalam Tapak

Gambar 11 Analisis Sirkulasi Dalam Tapak

Kawasan menuju tapak hanya memiliki satu akses menuju lokasi tapak dari Jl. Nasional 3, yaitu Jl. Nusantara yang tidak terhubung dengan jalan besar lainnya. Pada area di dalam tapak tidak memiliki banyak sirkulasi karena tapak dipenuhi dengan pohon sengon, namun sebelumnya terdapat jalur manusia yang tidak sengaja dibuat dikarenakan tapak memiliki area lapangan dengan rumput yang tidak terlalu tinggi sebelum dipenuhi oleh pohon-pohon sengon. h. Orientasi Bangunan dan Zoning Tapak Orientasi bangunana diutamakan mengarah ke kali dan area yang masih memiliki tanah kosong, yaitu berupa area persawahan. Selain itu ke arah utara yang menghadap ke GOR PKPSO Jember sebagain poin interest seperti memberikan Façade Lighting Text pada bangunan. Pada tapak terdapat 4 zoning, yaitu public,

Gambar 13 Gubahan Massa

b. Elemen dan Ornamen Elemen dan ornament pada bangunan bertema modern bangunan hanya menggunakan elemen yang memiliki sifat geometris dan bentuk yang berulang. Penggunaan ornament dalam arsitektur modern


dianggap pantangan sehingga untuk fasad pada bangunan menggunakan bahan industrial atau pabrikasi yang ditampilkasn secara jujur, yaitu dapat berupa kaca, ACP, beton, dan baja. c. Filosofi Bangunan Bangunan Museum Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah suatu tempat untuk menampung kostum yang ditampilkan dalam acara Jember Fashion Carnaval yang merupakan acara tahunan dari city branding kota Jember. Kostum yang di tampilkan merupakan karya-karya dari hasil rancancangan masyarakat Jember yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan carnaval tersebut. Selain itu bangunan Museum Jember Fashion Carnaval (JFC) ini menjadi unik dengan bentuk geometris yang memiliki sisi yang berbeda-beda.

Tapak memili luas 41.693,2 m2 (4,2 Ha) dengan KDB banguanan 60% yaitu 25.015,92 m2. Dalam perncangan, massa bangunan dibuat memiliki plaza yang diperuntukan untuk aktivitas diluar museum, seperti dibuatnya amphiteater dan sisa dari lahan yang sudah digunakan difungsikan sebagai fungsi skunder dan lahan parkir. Besar Garis Sepadan Sungai (GSS) pada tapak sebesar 15 m yang difungsikan sebagai daerah resapan dan area berkumpul. g. Utilitas Table 1 Konsep Perancangan Kelengkapan Bangunan

d. Tema Sebagai Ide Gagasan Utama Tema yang diangkat berupa arsitektur modern dengan bentuk massa yang didominasi oleh komposisi garis bidang-bidang geometris. Selai itu berdasarkan prinsip Frank Lloyd Wright bentuk massa bangunan modern dapat menampilkan kesederhanaan dengan mengambil bentuk geometri. Bentuk bangunan lalu dibuat maju mundur agar terihat dinamis dan tidak monoton, dan membentuk area berkumpul di tengah massa yang secara tidak langsung juga memisahkan pelaku kegitan antara pengunjung, pekerja, dan pelaku kegiatan yang melakukan kegiatan kreatif. e. Struktur

Gambar 14 Konsep Struktur

f. Perancangan Tapak

Gambar 16 Utilitas Tapak

Gambar 15 Konsep Tapak

Utilitas yang terdapat dalam tapak perancangan terdiri dari: - listrik yang berasal dari PLN → trafo → Genset → dan panel.


-

-

8. 50

8. 50

9. 00

8. 50

9. 00

9. 00

9. 00

6. 00

8. 50

6. 50

8. 50

6. 50

6.50 2.10

NAIK

12 COSTUM E 2020

8.43

11

VOI D

9. 00

TURU N

9. 00

8.43

LED TV VIRTUAL COSTUM

LT 4 + 1 4. 5 JANIT 0 OR

10 NAIK

COSTUM E 2018 E 2019

LT 4

6. 00

74.60

RUA

9. 00

9. 00

9. 00

6. 00

8. 50

6. 50

8. 50

6.50

6. 50

MESI N LIFT

RUAN G KONT ROL

V OI D VOI D

3. 50

10. 50

8. 50

8. 50

9. 00

8. 50

9. 00

9. 00

9. 00

6. 00

B

C

D

6. 50

6. 00

6. 50

41.50

57.50

A

8. 50

E

F

G

H

I

K

L

M

N

Lantai 3 – 4 merupakan lantai yang di khususkan untuk area memajang kostum-kostum Jember Fashion Carnaval.

NAIK

8.43

8.43

11

9. 00

9. 00

PINTU MASUK MUSEU M JFC

10

KIDS COSTUM E

JANIT OR

DILATASI KOLOMKOLOM

WAT ER TAN MESINK RUANG LIFT PAN EL

6. 00 L OB B Y LT 3

JANIT OR

UP T PA

PER ALA TAN MARCHING BAND

- 0.05 TURU N

9. 00

TURU N

RUAN G AHU

VOI D

V OI D

10. 50

8. 50

8. 50

9. 00

8. 50

9. 00

9. 00

9. 00

6. 00

56.34

B

C

D

8. 50

6. 50

6. 00

6. 50

41.50

E

2

F

G

H

I

6. 50

2. 03

RUANG RUANG PAN EL TPA/JAN ITOR

NAIK

A

9. 00

SER VIC E AR EA/ RUANG LIFT BARAN G RUANG - 0.05

SEJ ARAH JFC PAN EL ACHIEVE MENT

4

3

+ 9. 5 0

9. 00

9. 00

HYDR ANT

5

8. 50

T OI LE T ♀ T OI LE T ♂ - 0.05 - 0.05 RUAN G AHU

6

6. 60

(WORKS HOP) KELAS MODEL

(WORKS HOP) DANCE CLASS

NAIK

1.18

OFFI CE

8. 50

8. 50

7

73.13

8. 50

TICKET ING

KARYA DYNAN FARIZ (MISS INDONESI A)

2. 34

A 9 8

OFFIC E LED OUTDOOR PEM BU ATAN KOSTUM JFC

2. 34

73. 44

9. 00

AREA SER VIC E PENITI PAN BAR A NG

RUAN PEN G YIM P ANAN

5. 58

9. 00

NAIK

A

3.20

22.20

J

K

L

M

N

O

1

DENAH LT. 3 SKALA 1:350

P

B

Gambar 19 Denah Lt. 3

P

Gambar 20 Denah Lt. 4

FOUNDE NAI K

O

1

DENAH LT. 4 SKALA 1:350

B

12 THANKS & QUOTES DYNAND FARIZ

EXITE MUSEUM

6.50 2.10

21.10

J

2

9. 00

NAIK

TURU N

PAN EL RUAN G MESIN LIFT

3.20

COSTUM E R JFC (TINGGI >4 MET ER)

3

COSTU ME ASIAN GAMES

120.04 8. 50

8. 50

+ 1 4. 50

MESI POM PA HYDR ANT WATER T AN K RUANG TPA/ RUANG JANIT OR

N

9. 00

NG AHU COSTUM E 2001 (JFC PERT AMA )

Gambar 18 Block Plan 9. 00

5

6. 60

8. 50 8. 50

TURU N

GU D AN G

B

8. 50

6

4 WATER FILTE R TANK HYDRANT WATER T AN K LIFT RUANG

Gambar 17 Site Plan

8. 50

A 9 8

7

+ 1 4. 5 0

Gambar 21 Tampak

10. 50

9. 00

AREA SER VIC E

Konsep-konsep yang telah dibuat menjadi dasar dalam perancangan Museum Jember Fashion Carnaval, hasil dari konsep-konsep berupa gambar kerja seperti site plan, block plan, denah, tampak, potongan, gambar perspektif, dll.

2. 34

KIDS COSTUM E

HYDRANT POMPA TAN K

COSTUM

5. 58

COSTUM E 2017

72.17

1.18

9. 00

ARTIS YAN G BERKONTRIB USI JFC

COSTUM E 2016

8. 50

DILATASI KOLOM-KOLOM

A

1. 07

-

120.09 10. 50

9. 00

-

B

3. 50

9. 00

-

Air bersih dari PAM → meteran → ground tank → pompa → rooftank. Air Filtrasi → pompa → filter → pompa → rooftank → Toilet. Air Hydran diambil dari groun tank dan ditampung di roof hydrant. Roof hydrant yang ditampung akan memfasilitasi sprinkle, IHB. Selain itu untuk keamanan jika terjadi kebakaran disediakan OHB/Hydrant Pilar serta seimese. Menyediakan serapan air (SP) → Kolam Resapan (KR) → Bak Penampungan (BP) sebelum membuangnya ke riol kota maupun sungai Shaf sampah dari masing-masing core lalu dikumpulkan di TPA besar di area parkir Untuk pendingin bangunan disediakan Air Cooled Chiller yang diletakan diarea parkir → Chilled Water Loop → Pump → AHU → FCU. Dan menyediakan septic tank untuk pembuangan limbah gedung.

3. 50

-

Gambar 22 Perspektif Eksterior


Gambar 23 Detail Fasad dan Struktur

Gambar 24 Perspektif Interior

KESIMPULAN Dalam perancangan bangunan Museum Jember Fashion Carnaval (JFC) dengan pendekatan arsitektur modern diharapkan dapat memperlihatkan bentuk yang sederhana namum penggunaan dapat mencapai tujuan semaksimal mungkin sesuai fungsi namun keindahan dapat tercapai dengan penggunaan bahan materiamya dan keindahan seni konstruksi. Selain itu Estetika dari tema arsitektur modern tidak mengenal perbedaan antara depan dan belakang, karena pengulangan dalam perancangan tidak dianggap sebagai suatu yang dihindari, tetapi alat yang penting dalam ekspresi artistic. DAFTAR PUSTAKA [1]

[2]

[3]

[4]

L. Denissa, P. Widodo, N. D. Adisasmito, and Y. A. Piliang, “Public Engagement and the Making of Carnaval’s Place at Jember Fashion Carnaval,” Procedia - Soc. Behav. Sci., 2015, doi: 10.1016/j.sbspro.2015.05. 061. R. Jannah, “JFC Konstruksi Identitas,” J. Sosiol. Masy., vol. 17, no. 2, pp. 135–151, 2012. C. A. Proborini, “Jember Fashion Carnaval (JFC) Dalam Industri Pariwisata Di Kabupaten Jember,” vol. 32, pp. 262–274, 2017. (Kamus Besar Bahasa Indonesia), “Museum.” https://kbbi.web.id/museum (accessed Mar. 19, 2020



GEDUNG PERTUNJUKAN DAN ART GALLERY DI PURWOREJO JAWA TENGAH Cahyo Bagaskoro1, Adryanto Ibnu Wibisono2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 cahyo.bagaskoro.cb@gmail.com, 2 adryanto.ibnu@univpancasila.ac.id 1,2

_________________________________________________________________________________ Abstrak Kabupaten Purworejo merupakan wilayah yang cukup kaya akan seni dan budaya. Purworejo juga memiliki sanggar-sanggar tari dan kesenian lainnya. Namun semakin lama seiring perkembangan zaman dan teknologi yang mulai masuk ke daerah-daerah membuat sanggar tari dan kesenian lainnya mulai ditinggalkan oleh anak-anak muda. Era moderenisasi telah menggeser beberapa kesenian-kesenian, padahal kesenian dan hasil karya seni itu adalah warisan dari leluhur dan harus di lestarikan sampai kapanpun dan jangan sampai punah tergerus oleh zaman. Oleh karena itu diperlukan rancangan yang dapat menarik minat anak-anak muda terhadap kesenian-kesenian berupa taritarian maupun pementasan wayang kulit yang menjadi ciri khas Kabupaten Purworejo dan juga menarik minat minat masyarakat luas terhadap karya seni berupa lukisan, patung-patung, sampai karya seni buatan anak-anak muda yang belum banyak terekspos. Konsep yang diusung adalah menggabungkan antara unsur Tradisional dan Modern, hal ini agar dapat menarik minat masyarakat, serta sebagai potensi wisata edukasi bagi wisatawan baik itu domestik maupun mancanegara. Kata Kunci : Seni, Budaya, Arsitektur Tradisional, Arsitektur Modern, Seniman, Karya seni Purworejo Regency is an area that is quite rich in arts and culture. Purworejo also has dance studios and other arts. However, as time goes on and technology begins to enter the regions, young people start to abandon dance studios and other arts. The era of modernization has shifted some of the arts, even though the arts and works of art are inherited from their ancestors and must be preserved forever and not to be eroded by the times. Therefore, a design is needed that can attract young people's interest in the arts in the form of dances and wayang kulit performances which are the characteristics of Purworejo Regency and also attract the interest of the wider community to works of art in the form of paintings, sculptures, and works of art. art made by young people who have not been widely exposed. The concept carried is to combine traditional and modern elements, this is in order to attract public interest, as well as potential educational tourism for tourists, both domestic and foreign. Keywords: Art, Culture, Traditional Architecture, Modern Architecture, Artist, Artwork _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya disetiap daerahnya. Salah satu daerah yang memiliki budaya khasnya adalah Kabupaten Purworejo. Kabupaten Purworejo merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Sebuah kota dengan sejuta keunikan dan ke-tradisionalannya yang masih kental dan sangat dijaga. Purworejo memiliki budaya yang sudah mendunia yaitu “Dolalak”. Nama dolalak diambil dari nama alat yang music yang mengiringinya hanya dua nada yaitu “Do” dan “La”.

Gambar 1. Tarian Dolalak Purworejo

Asal mula tarian ini terinspirasi dari tentara Belanda yang sedang beristirahat di camp, mereka beristirahat sambil minum-minuman keras dan berdansa atau berjoget, hal ini lah yang di tiru oleh masyarakat sekitar. Dengan Gerakan yang sederhana berulang-ulang seperti orang sedang mabuk dan bahkan bisa bertahan sampai tiga jam lebih dalam membawakan tarian ini. Pada tahun 1940 atau menjelang kemerdekaan, tarian ini berubah menjadi tarian untuk memerangi pihak Belanda. Saat ini dolalak menjadi kesenian tari tradisional khas Purworejo. Saat ini tarian dolalak sudah banyak menggunakan aksesoris-aksesoris pada tariannya, yang sangat khas dari tarian ini menggunakan kaca maata hitam an sekarang sudah banyak yang menggunakan semacam kuda lumping sebagai aksesoris pendamping. Tujuan perancangan ini untuk menampung minat dan bakat para muda-mudi untuk belajar kesenian. Dan bukan untuk para penikmat kesenian tari tradisional, perancangan ini ingin menunjukan karya-karya seni


hasil pengerajin dan seniman yang ada di Jawa Tengah khususnya Kabupaten Purworejo berupa Art Gallery. Mengusung konsep perpaduan antara Tradisional dan Modern dan dengan mementingkan protokol kesehatan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery ditujukan agar minat dari muda-mudi atau penerus bangsa untuk belajar kesenian dan menghargai hasil karya seniman di Jawa Tengah dan khususnya Kabupaten Purworejo semakin tinggi. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka dengan ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1.

2.

3.

4.

5.

Belum adanya tempat untuk mewadahi minat masyarakat untuk belajar kesenian daerah di Purworejo. Bagaimanakah pengusungan konsep yang tepat untuk Gedung Pertunjukan dan Art Gallery di Kabupaten Purworejo? Bagaimanakah perancangan yang baik dan tepat agar minat muda-mudi di Kabupaten Purworejo untuk mempelajari kesenian khas daerahnya meningkat? Teori-teori apa saja yang dapat membuat Galeri Seni itu punya nilai dan perasaan seni yang tinggi? Karya-karya apa sajakah yang dapat dipamerkan di Art Gallery Purworejo ini?

Tujuan dan Manfaat Perancangan Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi diatas, tujuan dari peracangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan minat dan bakat masyarakat khususnya muda-mudi akan pentingnya memelihara dan melestarikan budaya khas daerah. 2. Sebagai wadah atau tempat bagi masyarakat khususnya muda-mudi dan seniman untuk belajar dan memamerkan hasil karya seni yang dibuatnya. 3. Memberikan solusi (berupa rancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery) untuk masalah-masalah yang ada agar kesenian dan karya seni dari seniman dapat terjaga dan lestari. 4. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan baik itu domestik maupun mancanegara agar mereka melihat dan mengenal kesenian yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah khususnya Purworejo. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Lokasi Perancangan Secara geografis Kabupaten Purworejo terletak di 109º47’28” sampai 110º8’20” Bujur Timur dan 7º32’ - 7º54” Lintang Selatan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Jawa Tengah, Kabupaten Purworejo ditetapkan sebagai pintu gerbang

Selatan menuju Jawa tengah.[2] Kabupaten Purworejo terpilih menjadi pintu gerbang menuju Provinsi Jawa Tengah karena letaknya yang strategis yaitu berbatasan langsung dengan Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta. Hal ini membuat Kabupaten Purworejo untuk kembali berbenah diri dan mengembangkan sektor – sektor penting seperti ekonomi, kesenian, infrastruktur dan budaya. Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian, pariwisata, dan social budaya. Kondisi tersebut membuat Kabupaten Purworejo memiliki posisi wilayah yang strategis.[3] Batas administrasi Kabupaten Purworejo adalah:[3] 1. Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Kebumen. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Sebalah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Wonosobo. 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Samudera Hindia. Tinjauan Gedung Pertunjukan Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Gedung pertunjukan adalah bangunan atau gedung untuk tempat pertunjukan seperti sandiwara, tari-tarian, lenong, dan kesenian-kesenian lainnya atau dapat juga disebut ruangan dengan kursi yang berderet yang memanjang kesamping dan kebelakang untuk melihat pementasan drama, sandiwara, dan tari-tarian tradisional maupun modern (KBBI,2016) [5] Jika dilihat dari penjelasan diatas dapat disimpulkan gedung pertunjukan adalah gedung atau tempat untuk mementaskan dan melihat pergelaran sandiwara, drama, dan pertunjukan tari-tarian. Gedung pertunjukan erat kaitannya dengan teater. Menurut (Santosa, 2008) teater merupakan visual dari sebuah drama, atau dapat disebut drama yang dipentaskan dengan 2 panggung dan dilihat oleh penonton. Dalam bukunya Neufert (2002:136) mengatakan, gedung pertunjukan terbagi kedalam beberapa jenis:[7] a. Opera, opera merupakan seni drama yang hampir seluruh jalannya pertunjukan diiringin oleh orkestra (KKBI online). Bangunan gedung opera memiliki disain ruang yang memiliki pemisah antara panggung dengan musik orketra dengan penoton. Kapasitas penonton pada gedung opera adalah 1000 sampai 4000 penenton dengan penataan bangku yang dapat dilepas atau tidak tetap. b. Teater, gedung teater memiliki ciri tempat penonton yang berada dibawah dan makin kebelakang agak menanjak naik (Neufert 2002) c. Bioskop, dalam kamus besar bahasa Indonesia, bioskop merupakan tempat pertunjukan gambar dengan sorotan lampu dan dapat bergerak dan berbicara (KBBI 2006)


Fungsi Gedung Pertunjukan Fungsi Gedung Pertunjukan sebagai berikut: 1. Sebagai wadah atau tempat pementasan drama, sandiwara, dan pertunjukan tari. 2. Sebagai tempat pendidikan 3. Sebagai tempat pertunjukkan 4. Sebagai tempat wisata edukatif terutama tentang pertunjukan budaya-budaya Indonesia khususnya Jawa Tegah. Tinjauan Galeri Seni Setiap diri manusia pasti mempunyai rasa untuk menilai suatu keindahan yang terbentuk oleh alam ataupun hasil karya tangan manusia itu sendiri. Sama dengan hal suatu ciptaan alam yang divisualisasikan melalui tarian dan nyanyian, dan hasil karya tangan manusia yang disebut karya seni. Karya seni merupakan bagian dari kesenian, kesenian sudah sangat melekat dengan masyarakat karena kesenian memberikan kontribusi yang besar dalam bermasyarakat. Kesenian harus terus dilestarikan agar kesenian-kesenian yang kita punya tidak lenyap oleh perkembangan zaman. (Dian Septanto) Oleh karena itu, dibutuhkan tempat atau wadah untuk dapat melestarikan kesenian yang kita punya dan menunjukan kepada khalayak umum, serta dapat menjadi naungan bagi para seniman. Dengan adanya galeri seni semua masalah akan kebutuhan tempat untuk melestarikan kesenian dan budaya dapat terpenuhi dan memberikan warna berbeda pada kondisi suatu perkotaan. (Dian Septanto) Menurut (Surosa), Galeri Seni adalah bangunan tempat bertemu fungsi seni seniman dan masyarakat. Sebagai tempat yang mewujudkan visualisasi ungkapan daya cipta manusia (karya seni). Pada awalnya Galeri Seni hanya digunakan sebagai tempat pameran karya seni hasil dari para seniman, tetapi seiring perkembangan zaman, Galeri Seni berkembang menjadi tempat untuk menyimpan koleksi-koleksi seni yang berharga dan mempunyai ruang-ruang yang bersifat komersil. Fungsi Bangunan Galeri Seni Fungsi dari bangunan Galeri Seni adalah sebagai berikut: 1. Sebagai tempat wisata edukasi tentang kesenian dan budaya. 2. Sebagai tempat bernaung bagi para pelaku seni atau seniman. 3. Sebagai tempat memamerkan dan penyimpanan karya seni, dan benda seni yang berharga. 4. Sebagai tempat untuk pelestarian macam-macam kesenian. Sebagai tempat penelitian akan kesenian.

Tinjauan Arsitektur Tradisional dan Modern Definisi Arsitektur Tradisional Arsitektur Tradisional adalah gaya arsitektur yang berasal dari zaman dahulu dan terus diturunkan kepada dari generasi ke generasi (Amos Rapoport, 1960). Arsitektur Tradisional juga dapat disebut sebagai budaya dari suatu daerah yang mana diambil dari bentuk, ornament, konsep ruang, dan bahan bangunan yang digunakan pada rumah-rumah adat daerah. Pengunaan konsep Arsitektur Tradisional pada rancangan bangunan di era modern ini harus menyatu dengan kondisi dan bahan bangunan saat ini, mengingat di era modern ini pengunaan bahan bangunan seperti kayu, batu, dan bahan-bahan tradisional mulai ditinggalkan seiring perkembangan zaman. Oleh karena itu, pengaplikasian bentuk dan konsep tradisional harus menjadi yang utama. Arsitektur Tradisional memiliki ciri-ciri:[13] a. Sebagian besar mengunakan material bahan bangunan yang berasal dari alam. Contoh: kayu, batu, ornamen, dan tanah liat. b. Memiliki bentuk yang khas menggambarkan daerahnya masingmasing c. Memiliki ornament - ornamen khusus yang memiliki banyak arti. d. Ruang-ruang yang ada didalam bangunan tradisional memiliki konsep dan filosofi tersendiri. (Bagaskoro, 2020) Definisi Arsitektur Modern Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Arsitektur Modern terdiri dari suku kata yaitu “Arsitektur” dan “Modern”. Arsitektur sendiri memiliki arti seni dalam merancangan bangunan, dan Modern sendiri memiliki arti terkini atau mutakhir. Oleh sebab itu Arsitektur Modern dapat diartikan sebagai mendesai sebuah bangunan dengan teknologi, konsep, dan bahan material yang paling terkini dan mutakhir (KBBI online). [6] Dalam merancang bangunan dengan konsep Arsitektur Modern, harus mengikuti perkembangan zaman. Pengunaan teknologi-teknologi terkini juga harus disematkan pada saat merancang bangunan seperti teknologi lift dan pintu ruangan dengan sensor tanpa sentuh. Dalam merancang bangunan juga mengunakan konsep-konsep terkini, contoh konsep bangunan ramah lingkungan atau green building seperti pemanfaatan energi surya yang dapat diolah menjadi sumber listrik bangunan dengan mengunakan panel surya, membuat bukaan pada bangunan yang dapat mengalirkan udara dan cahaya masuk kedalam bangunan agar meminimalisir penggunaan penghawaan dan pencahayaan buatan. Arsitektur Modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki bentuk yang modern dan terkini mengikuti perkembangan zaman. b. Memiliki konsep ruang yang mengedepankan fungsi c. Terikat pada suatu masa


d.

Minimalis dan fabrikasi

Studi Preseden Gedung Pertunjukan dan Galeri Seni di Indonesia Saung Angklung Mang Udjo

Gambar 4. Gallery Sangkring Art Space Jogja National Gallery

Gambar 2. Saung Angklung Mang Udjo Saung Angklung Mang Udjo beralamat di Jl. Padasuka No.118, Pasir layung, Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat. Didirikan pada tahun 1966 oleh “Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati”, dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda. Di Saung Angklung Mang Udjo terdapat sebuah galeri seni yang menjual berbagai buanh tangan dan kerajinan dari pengerajin binaan Saung Angklung Mang Udjo sendiri. Terdapat pula satu hall pertunjukan yang sudah mendunia yaitu pertunjukan permainan Angklung. Para pengunjung dapat merasakan dan belajar langsung bagaimana belajar bermain angklung dan menyaksikan pertunjukan tarian tradisional, wayang golek, dan pertunjukan permainan angklung tersebut. Tempat ini memiliki ciri khas yaitu hampir semua memakai material bambu, mulai dari pohon yang mengelilinginya, bahan bangunan yang terbuat dari bambu, kerajinan yang dibuat dan dijualnya, sampai ke alat musiknya yang rata-rata terbuat dari bambu. [8] Sangkring Art Space

Gambar 5. Jogja National Gallery Jogja National Museum (JNM) ini mulai dibangun pada tahun 2006. Museum ini dibangun di bekas kampus ISI atau pada saat itu bernama Akademi Seni Rupa. Kepindahan kampus Institut Seni Indonesia ke Jalan Parangtritis pada tahun 1998, membuat gedung ini tidak terawat. Pada akhirnya tahun 2006 gedung ini direnovasi dan menjadi Jogja National Museum Art Space. Jogja National Museum ini sudah cukup terkenal, disini anda bisa menikmati berbagai karya seni rupa modern dan kontemporer.[11] Alamat Jogja National Museum berada di Jl. Prof. DR. Ki Amri Yahya No.1, Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55167. Fasilitas yang diberikan Jogja National Museum ini tidak hanya sebatas ruang pameran saja. Berikut ini beberapa fasilitas yang ada di Jogja National Museum:[11] 1.

2. Gambar 3. Sangkring Art Space Terletak di Nitiprayan RT01/RW20, Ngestiharjo, Bantul. Cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta karena berada di Kabupaten Bantul. Nama galeri seni yang didirikan tanggal 31 Mei 2007 ini diambil dari nama leluhur Putu Sutawijaya, seorang perupa sekaligus pendiri Sangkring Art Space. Kemudian, galeri ini dikelola swadaya / perorangan. Dari tampak luar bangunan seperti rumah yang didesain modern. Bangunan ini memiliki tiga ruang utama, yaitu Sangkring Art Space, Sangkring Art Project, dan Bale Banjar.[10]

3.

4.

Ruang Fine Art Ruangan ini merupakan ruangan untuk memamerkan hasil lukisanlukisan karya pelukis Yogyakarta dan nasional Pendopo Ajiayasa Pendopo ini biasanya digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara-acara kesenian khas Jawa Tengah. Ruang Patung Di ruangan ini kita dapat melihat koleksi karya seni berupa patung hasil pahatan seniman Yogyakarta. Ruang Kriya Ruangan ini merupakan ruangan khusus untuk seni kriya khas Jogja. Selain kriya khas Jogja juga ada berbagai seni kriya nusantara lainnya.


5. 6. 7.

Kantin, Toilet, dan Mushola Wifi Gratis Music dan Art Shop

METODOLOGI PERANCANGAN Metode Perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery ini dengan cara kualitatif, yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan data dari sumber – sumber pemerintahan seperti Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK), Perda Kabupaten Purworejo, Permendagri, dan sumber –sumber dari masyarakat. Metode Kualitatif adalah metode yang dilakukan dengan cara mencari, menciptakan dan menganalisa untuk dijadikan konsep rancangan Arsitektur. Metode kualitatif ini dapat dilaksanakan dengan cara mencari studi preseden atau studi literatur dan melihat kondisi lokasi tapak untuk mendapatkan data–data yang diperlukan seperti eksisting tapak, sirkulasi menuju tapak, fasilitas pendukung tapak, kondisi tapak dan peruntukan tapak sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku agar mendapatkan Analisa yang tepat untuk merancang bangunan. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan cara mencari data-data referensi berupa teori-toeri yang relfan dan menyangkut permasalahan yang sama untuk mendapatkan hasil rancangan yang tepat. Berikut referensi yang bersangkutan: • Tinjauan Kawasan Budaya Kabupaten Purworejo • Pengertian bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery • Kajian tema Arsitektur Modern dan Tradisional • Studi preseden bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery • Standar bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery Studi Lapangan dan Observasi Studi lapangan dan Observasi ini dilakukan secara daring karena melihat jarak site dan tempat tinggal yang cukup jauh dan terhambat oleh pandemi Covid19 yang sedang mewabah diseluruh dunia. Berikut hal-hal yang diobservasi untuk mengetahui kelayakan dari tapak perancangan: • Data eksisting tapak perancangan • Sirkulasi menuju tapak perancangan • Fasilitas pendukung tapak perancangan • Aktifitas sekitar tapak perancangan Analisis Dalam proses Analisis dilakukan dengan pendekatan-pendekatan dan pengumpulan data dari kondisi kawasan perancangan. Dalam proses Analisis terbagi menjadi dua proses analisis yaitu Analisis Makro (Tapak/Lingkungan) dan Analisis Mikro (Bangunan).

Analisis Tapak Analisis tapak adalah Analisis yang mencakup ruang, baik itu dalam atau luar kawasan perancangan. Dilakukan untuk menunjang kegiatan atau aktifitas agar terjadi hubungan antara perilaku dan persepsi kepada bentuk dari kawasan dan bangunan yang ingin dirancang. Analisis tapak mencakup tiga konteks utama, yaitu: 1. Konteks Perilaku 2. Konteks Ruang 3. Konteks Persepsi atau pendapat Analisis tapak meliputi, Analisis sirkulasi, Analisis vegetasi, Analisis view, Analisis orientasi matahari, dan Penzoningan tapak. Analisis Bangunan Analisis bangunan adalah Analisis yang mencakup bangunan yang akan didesain dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan aksesibilitas menuju bangunan. Analisis bangunan meliputi, Analisis Ruang, Analisis pelaku kegiatan, Analisis fungsi ruang, dan Analisis pencahayaan dan penghawaan ruangan. Analisis Struktur dan Utilitas Analisis struktur mencakup struktur bangunan mulai dari pondasi sampai atap bangunan dan penggunaaan bahan bangunan. Sedangkan utilitas mencakup penyediaan air bersih, jalur air kotor, jalur limbah padat, jalur limbah cair, penyediaan listrik, penyediaan jaringan internet, Air Conditioner (AC), sistem pembuangan sampah, sistem pengolahan limbah, dan system drainase. Gambaran Lokasi Perancangan Lokasi kedua alternatif tapak berada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi tapak perancangan kedua sudah berada di kawasan sosial budaya sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purworejo. Mengingat perancangan yang di usung adalah bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery Purworejo.

Gambar 6. Lokasi Tapak 1 Alamat lokasi berada di Jl. Urip Sumoharjo, Purworejo, Jawa Tengah. • Luas lahan :2.3 Ha • KDB :max. 60% • KLB :max. 3 • KDH :min. 10%


Gambar 7. Lokasi Tapak 2 Alamat lokasi berada di Jl. Sindurjan, Purworejo, Jawa Tengah • Luas lahan :3.2 Ha • KDB :max. 60% • KLB :max. 2 • KDH :min. 10% Gambar 10. Analisis Aksesibilitas dan Kebisingan PERANCANGAN Analisis Tapak

Gambar 8. Analisis Lintasan Matahari Gambar 11. Analisis Sirkulasi Dalam Tapak

Gambar 9. Analisis Iklim Gambar 12. Analisis View dan Vegetasi


Gambar 15. Alur Kegiatan Seniman

Gambar 13. Analisis Kontur dan Drainase

Alur Kegiatan Pada Gedung Pertunjukan

Gambar 16. Alur Kegiatan Pengelola

Alur Kegiatan Pada Gedung Art Gallery

Gambar 14. Alur Kegiatan Pengunjung

Gambar 17. Alur Kegiatan Pengunjung


Gambar 21. Konsep Struktur Gambar 18. Alur Kegiatan Seniman

Gambar 22. Konsep Penggunaan Fasad

Gambar 19. Alur Kegiatan Pengelola STUDI MASSA BANGUNAN

Gambar 23. Konsep Utilitas Tapak

Gambar 20. Studi Massa Bangunan

Gambar 24. Konsep Listrik, Lift, Sumber Air dan Limbah Air


GAMBAR HASIL RANCANGAN

Gambar 25. Site Plan

Gambar 29. Tampak Depan & Belakang Art Gallery

Gambar 30. Tampak Samping Kanan & Kiri Art Gallery

Gambar 26. Blok Plan Gambar 31. Perspektif Eksterior 1 Gedung Pertunjukan

Gambar 27. Tampak Depan & Belakang Gedung Pertunjukan Gambar 32. Perspektif Eksterior 2 Gedung Pertunjukan

Gambar 28. Tampak Samping Kiri & Kanan Gedung Pertunjukan Gambar 33. Perspektif Eksterior 1 Art Gallery


[5]

Definisi Gedung Pertunjukan diakses dari

https://kbbi.web.id/ [6]

Definisi Arsitektur Modern diakses dari

https://kbbi.web.id/

Gambar 34. Perspektif Eksterior 2 Art Gallery

Gambar 35. Perspektif Mata Burung

KESIMPULAN Gedung Pertunjukan dan Galeri Seni biasanya terkesan tradisional, terlihat dari pendopo Kabupaten Purworejo yang masih sangat tradisional. Untuk zaman sekarang anak-anak muda sudah jarang mengunjungi bangunan-bangunan kesenian, oleh karena itu penulis ingin merancang Gedung Pertunjukan dan Galeri Seni yang belum ada di Kabupaten Purworejo. Filosofi dari bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery Purworejo ini adalah menciptakan sebuah bangunan Gedung Pertunjukan dan Galeri Seni dengan kesan modern tetapi tetap menampilkan pertunjukan tradisional dan benda-benda hasil karya seniman setempat. Dengan adanya Bangungan Gedung Pertunjukan & Art Gallery Purworejo ini diharapkan dapat menarik minat muda dan mudi untuk belajar kesenian daerah khususnya kesenia Jawa Tengah dan Kabupaten Purworejo seperti tarian Dolalak dan Pementasan Wayang Kulit yang setiap harinya semakin tergerus oleh zaman. DAFTAR PUSTAKA [1] Tari Dolalak, Budaya yang Terinspirasi dari Perlawanan Terhadap Kolonial Belanda, diakses dari https://pesonaindonesia.kompas.com/ [2] Asal usul dan sejarah tarian Dolalak diakses dari https://seringjalan.com/ [3]

RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2015 diakses dari http://sippa.ciptakarya.pu.go.id/ [4]

RKPD_Purworejo_2021_fix diakses dari

http://ppid.purworejokab.go.id/

[7] Ernst and Peter Neufert Jilid 2 diakses dari https://monalisaword.files.wordpress.com/ [8] Saung Angklung Mang Udjo diakses dari angklung-udjo.co.id [9] KAJIAN TATANAN MASSA DAN BENTUK BANGUNAN SAUNG ANGKLUNG UDJO TERHADAP OPTIMALISASI PENGGUNAAN ENERGI [10] Sangkring Art Space diakses dari sangkringart.com [11] Jogja National Gallery diakses dari jogjanational-museum-art-space.html [12] Sanmer Theater and Art Gallery diakses dari https://www.archdaily.com/ [13] Ciri-ciri umum Arsitektur Tradisional Indonesia diakses dari https://1001indonesia.net/ciriumum-arsitektur-tradisional-indonesia/


PERPUSTAKAAN DI BEKASI DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS 1

Eva Tiara Andira Putri1 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 evatiaraap@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kota Bekasi yang terletak di Jawa Barat termasuk ke dalam salah satu kota dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Jumlah penduduk di Kota Bekasi mencapai 2,2 juta jiwa. Banyaknya penduduk di Kota Bekasi ini mengharuskan Kota Bekasi memiliki fasilitas yang lengkap dalam segala aspek kehidupan, salah satunya adalah fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan di Kota Bekasi sudah memadai dengan banyaknya sekolah dan universitas, namun sayangnya untuk fasilitas perpustakaan sangat minim ditemukan. Tujuan dibangunnya perpustakaan ini salah satunya adalah menciptakan perpustakaan dengan konsep tropis yang sangat cocok dengan iklim di Indonesia yang nantinya akan diterapkan pada eksterior, interior dan lansekap bangunan. Konsep tersebut diharapkan dapat meningkatan minat masyarakat untuk datang ke perpustakaan ini sehingga akan meningkatkan minat baca dan tulis di Kota Bekasi. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif yang terdiri dari dua tahap, yaitu eksplorasi data, pembahasan dan analisis data. Setelah dilakukannya berbagai analisis seperti analisis tapak, bangunan, struktur dan utilitas didapat hasil rancangan dengan pendekatan arsitektur tropis. Hasilnya yaitu membuat tercapainya kenyamanan thermal pada interior bangunan dengan menambahkan ruang terbuka dan void, menggunakan bahan bangunan yang dapat meredam panas, menambahkan kisi-kisi kayu untuk meminimalisir cahaya matahari yang masuk dan memperbanyak vegetasi pada tapak. Kata Kunci: Bekasi, Pendidikan, Tropis. Bekasi city located in West Java is one of the most populated cities in Indonesia. Bekasi City has 2.2 million inhabitants in 2020. The number of residents in the city of Bekasi requires the city of Bekasi to have complete facilities in all aspects of life, one of them is educational facility. Educational facilities in bekasi city are adequate such as the number of schools and universities, unfortunately the number of libraries in the city is quite limted. One of the purposes of the establishment of this library to design a library with a tropical concept that matches the climate in Indonesia that will be applied to the exterior, interior and landscape of the building. With this concept, it is expected that people are interested to come to the library and increase the literacy skill in Bekasi City. The metdhod used is descriptive analysis that consisting of two stages. The first is data exploration and the second one is the discussion and data analysis. After conducting various analyses such as site, building, structure and utilities analysis, the result is a tropical architectural design that makes thermal comfort in the interior of the building by adding some features such as open space and voids made of heat-absorsing material, sun’s shading device and greenery around the site. Keywords: Bekasi, Educational, Tropical. ___________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia selalu berkembang pesat setiap harinya, termasuk didalamnya Negara Indonesia. Pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya dengan meningkatkan sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini dilakukan agar bangsa Indonesia dapat melahirkan generasi yang berwawasan luas, kritis,produktif dan kreatif. Kota Bekasi sebagai salah satu kota di Jawa Barat memiliki jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia. Saat ini, jumlah penduduk Kota Bekasi sudah memiliki lebih dari 2,2 juta jiwa. [1] Banyaknya penduduk Kota Bekasi mengharuskan kota ini memiliki fasilitasfasilitas yang memadai, salah satunya fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan di Kota Bekasi sudah cukup memadai yang terlihat dari 3.110 sekolah, 13

Universitas dan 7 sekolah tinggi yang terdapat di Kota Bekasi. Namun, padatahun 2016 Dinas Pendidikan Kota Bekasi mencatat bahwa masih banyak sekolahsekolah yang tidak memiliki perpustakaan. [2] Perpustakaan merupakan fasilitas yang sangat penting karena menjadi penunjang kegiatan belajar, baik di sekolah maupun universitas. Selain itu, perpustakaan juga menjadi gudang ilmu bagi masyarakat umum. Saat ini, untuk perpustakaan diluar sekolah, Kota Bekasi hanya memiliki satu perpustakaan umum yang disediakan oleh Dinas Perpustakaan Kota Bekasi. Perpustakaan yang berlokasi di Marga Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan tersebut merupakan perpustakaan kecil. Eksterior dan interior bangunan yang kurang menarik juga membuat masyarakat Kota Bekasi kurang tertarik untuk pergi ke perpustakaan ini. Hal ini membuat minat baca masyarakat Kota Bekasi di perpustakaan rendah dan menganggap pergi ke


perpustakaan adalah hal yang membosankan. Terlebih lagi di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, masyarakat menjadi takut untuk pergi ke perpustakaan karena takut tertular virus. Kota Bekasi sudah sepantasnya memiliki perpustakaan umum dengan fasilitas sarana dan prasarana yang sangat memadai. Selain untuk meningkatkan minat baca masyarakat, perpustakaan ini akan menghadirkan fasilitas tempat membaca yang sesuai standarperpustakaan dan dapat dimanfaatkan untuk masyarakat dengan segala usia, mulai dari anakanak hingga dewasa. Perpustakaan yang nantinya akan dibangun pada lahan seluas 2-4 hektar ini dibangun dengan pendekatan arsitektur tropis yang sangat sesuai dengan iklim di Indonesia.

perkantoran, data center, musholla, layanan anak, lansia dan disabilitas, ruang audiovisual dan ruang pengelola.

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Lokasi Perancangan Lokasi perancangan terletak di Kota Bekasi. Kota dengan luas area sekitar 210,49 km2 ini menjadi kota satelit dan berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri. [1] Kota Bekasi tergolong pada iklim muson tropis. Iklim ini memiliki kelembapan tinggi yaitu sebesar 78%. Suhu udara harian Kota Bekasi diperkirakan sebesar 24°C - 33°C.

Gambar 2. Perpustakaan Nasional RI Perpustakaan ini juga menerapkan protokol kesehatan dengan baik, diantaranya yaitu pengunjung wajib menggunakan masker, masuk ke bilik desinfektan, di cek suhu dan mencuci tangan sebelum masuk ke perpustakaan. Lalu terdapat embatasan jumlah pengunjung, yaitu 1.000 pengunjung/hari dan pemberlakuan untuk menjaga jarak min. 1 meter antar pengguna. 2. Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Perpustakaan Pusat UI berlokasi di kampus Univesitas Indonesia, Depok. Perpustakaan yang dirancang oleh DCM Architect ini dibangun pada lahan seluas 33.000m2. Perpustakaan UI menerapkan berbagai hal untuk mejaga kenyaman termal. Hal terlihat dari minimnya bukaan pada sisi barat dan memaksimalkan bukaan dari sisi utara, selatan dan timur bangunan. [4] Selain itu, penggunaan atap rumput dan finishing batu alam pada eksterior bangunan juga dapat meredam panas matahari yang masuk ke dalam bangunan.

Gambar 1. Peta Kota Bekasi. Pengertian Perpustakaan Umum Modern Perpustakaan umum modern merupakan sebuah tempat yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun masyarakat yang mewadahi koleksi buku, majalah dan terbitan lainnya dalam format tercetak dan digital dan disusun dengan tata susunan tertentu agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Gambar 3. Perpustakaan Pusat UI. Studi Preseden Perancangan 1. Perpustakaan Nasional RI Perpustakaan Nasional RI berlokasi di Jakarta, Indonesia. Perpustakaan yang dibangun pada lahan berukuran 11.975 m2 dirancang oleh arsitek R.B.B. Diwangkoro. [3] Perpustakaan yang dapat digunakan oleh semua kalangan umur ini terdiri dari 24 lantai dengan fasilitas yang lengkap seperti ruang koleksi buku, ruang budaya baca, ruang pameran, kantin,

Perpustakaan UI mendesain interior bangunannya dengan menggunakan void, yang dapat memaksimalkan sirkulasi udara sehingga ruangan di dalam bangunan ini terasa sejuk tanpa menggunakan penghawaan buatan. Banyaknya bukaan jendela pada fasad bangunan membuat ruangan di dalamnya sangat terang sehingga tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari. Bukaan pada fasad dapat membuat panas


matahari masuk, dan hal itu sudah dihindari dengan penggunaan kaca rayban pada jendela. METODOLOGI PERANCANGAN Metodologi yang digunakan pada perancangan ini adalah analisis deskriptif, yaitu mencari dan mengumpulkan data lalu dianalisa untuk mendapatkan suatu landasan yang bisa digunakan sebagai acuan pada perencanaan dan perancangan bangunan. Metode Perancangan Metode yang dilakukan terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu: 1. Eksplorasi Data Eksplorasi data pada skripsi ini didapat melalui studi literatur, yaitu mengumpulkan data dari berbagai sumber dalam bentuk jurnal, buku, skripsi, peraturan pemerintah, dsb yang berkaitan dengan perpustakaan, dan melalui observasi secara langsung ke site dan observasi secara visual, yaitu observasi yang dilakukan secara virtual dengan menggunakan google street dan google earth. Observasi secara virtual dilakukan karena tidak bisanya dilakukan observasi secara langsung sehubungan dengan adanya pandemi COVID-19. 2. Pembahasan dan Analisis Data Data yang sudah didapat dari tahap eksplorasi data selanjutnya dibahas lebih lanjut dan di analisis menggunakan analisis deskriptif, sehingga didapat kesimpulan yang nantinya diterapkan dalam konsep perancangan.

ketinggian ruang pada bangunan, 4) jendela dan ventilasi, 5) kisi-kisi/pelindung matahari, 6) material bangunan, dan 7) pemilihan warna pada bangunan. Poin-poin tersebut akan menjadi acuan dalam perancangan perpustakaan di Kota Bekasi ini. Analisis Pengguna Pengguna pada perpustakaan ini dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:  Pengunjung, anak-anak hingga dewasa;  Pengelola perpustakaan;  Karyawan (office boy, security, dll). Analisis Tapak

Gambar 5. Analisis View ke dalam Tapak. Sisi tapak yang bertanda positif (+) cocok untuk dijadikan point of interest dari bangunan perpustakaan yang akan dirancang, karena pada sisi tersebut masyarakat dari luar tapak dapat melihat bangunan ini.

PERANCANGAN Lokasi Terpilih Lokasi terpilih terletak di Jalan Bulevar Selatan, Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi. Lokasi ini memiliki luas lahan seluas 37.659,36 m2 (3,7 ha). Jalan Bulevar Selatan ini diperuntukkan untuk sarana komersil sehingga cocok untuk dibangunnya perpustakaan ini.

Gambar 6. Analisis View ke luar Tapak. Sisi tapak yang bertanda positif (+) memiliki view yang indah, sehingga ruanganruangan yang membutuhkan view (seperti area baca) dapat diletakkan pada sisi tersebut. Sebaliknya, sisi tapak yang bertanda (-) memiliki view yang kurang/tidak indah, sehingga ruangan-ruangan yang tidak membutuhkan view (seperti area service) dapat diletakkan pada sisi ini.

Gambar 4. Lokasi Terpilih. Analisis Tema Perpustakaan di Kota Bekasi ini menerapkan tema arsitektur tropis. Tema arsitektur tropis dipilih untuk menyesuaian iklim di Indonesia, yaitu tropis lembab. Penerapan tema arsitektur tropis pada perpustakaan ini menggunakan desain rancang pasif. Beberapa poin yang berpengaruh pada rancang pasif, yaitu 1) orientasi bangunan terhadap matahari dan angin, 2) konfigurasi denah dan massa bangunan, 3)

Gambar 7. Analisis Matahari dan Angin.


Panas matahari pagi dan sore tepat mengenai sisi terpanjang tapak. Suhu Kota Bekasi yang cenderung panas akan membuat ruangan yang pada sisi barat akan mengalami panas berlebihan, dan untuk meminimalisir panas matahari sore yang masuk, fasad bangunan di sisi barat akan di desain dengan minim bukaan dan dilengkapi dengan kisi-kisi sebagai upaya untuk meminimalisir panas yang masuk sehingga ruangan di sisi barat akan tetap terasa sejuk. Aliran angin pada tapak bergerak dari sisi utara ke selatan, sehingga nantinya perpustakaan ini dirancangan dengan banyak bukaan pada sisi tengah bangunan. Hal ini dilakukan agar udara dapat masuk ke seluruh penjuru bangunan.

tapak. Vegetasi eksisting tersebut tetap dipertahankan pada sekeliling tapak, terutama pada sisi barat dan selatan tapak. Vegetasi yang dipertahankan merupakan vegetasi peneduh yang dapat menghalau panas matahari dan meredam kebisingan di dalam tapak Analisis Struktur

Gambar 11. Analisis Struktur Bangunan.  Gambar 8. Analisis Kontur pada Tapak. Kontur tanah di beberapa titik mengalami penurunan ketinggian dan berpotensi terjadinya genangan air/banjir, untuk mengantisipasinya di titiktitik penurunan ketinggian akan dibuat saluran air.

Analisa Sub Struktur (Pondasi) Sub struktur atau struktur bawah pada perancangan bangunan ini menggunakan pondasi bore pile. Pondasi bore pile dipilih karena melihat kondisi sekitar tapak yang sudah dipenuhi oleh bangunan lain Analisa Mid Struktur (Kolom dan Balok) Mid struktrur atau struktur tengah bangunan pada perancangan ini menggunakan material struktur beton bertulang, yang terdiri dari kolom, balok dan plat lantai. Analisa Upper Struktur (Atap) Upper struktur atau struktur atas pada perancangan bangunan ini menggunakan struktur baja ringan. Struktur baja ringan dipilih karena instalasinya yang relatif mudah, strukturnya stabil dan kokoh, dan harganya yang relatif murah.

Analisis Utilitas Gambar 9. Analisis Kebisingan. Kebisingan paling tinggi berada pada Bundaran Summarecon karena bundaran ini merupakan titik pertemuan antara jalur keluar dan masuk. Kebisingan tertinggi terjadi pada jam pulang kerja dan untuk meminimalisir kebisingan yang masuk tapak, pada sisi barat tapak akan ditanam vegetasi.

Sumber tenaga listrik pada perancangan ini dibagi menjadi 3 (tiga) sumber, yaitu diperoleh dari PLN, panel surya dan generator. PLN digunakan sembagai sumber listrik utama, sedangkan panel surya dan generator digunakan sebagai sumber cadangan jika terjadi gangguan listrik dari PLN.

Gambar 12. Sistem Instalasi Listrik.

Gambar 10. Analisis Vegetasi. Tapak terpilih merupakan lahan kosong dengan banyak vegetasi eksisting di dalam dan luar

Bangunan ini di desain sebisa mungkin untuk mengurangi penggunaan penghawaan buatan, seperti tema yang digunakan, Namun, untuk ruangan-ruangan tertentu seperti ruang koleksi, ruang multimedia, ruang seminar, kantor pengelola, dsb masih mengharuskan penggunaan penghawaan buatan (AC). AC yang digunakan pada perancangan bangunan ini menggunakan AC split karena jenis AC ini


perawatannya mudah dan bisa diatur pemakaiannya sehingga dapat menghemat penggunaan listrik.

Gambar 13. Sistem Tata Udara. Sumber air bersih pada perpustakaan ini berasal dari PDAM yang kemudian ditampung pada ground tank lalu dipompa menuju roof tank. Selain mengandalkan air dari PDAM, perancangan bangunan ini juga akan memanfaatkan air hujan. Air hujan tersebut akan ditampung pada bak penampungan khusus, lalu dapat dimanfaatkan kembali untuk hydrant dan untuk menyiram tanaman.

Gambar 14. Sistem Pengadaan Air Bersih. Perancangan bangunan ini dilengkapi dengan sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Sistem pencegahan/deteksi kebakaran terdiri dari smoke detector, heat detector, flame detector, dan gas detector. Jika kebakaran terjadi, pengunjung dan pengelola dapat keluar bangunan melalui tangga darurat yang dilengkapi dengan pintu tahan api.

Gambar 15. Sistem Pencegahan & Penanggulangan Kebakaran. Konsep Perancangan Tapak Tapak dipenuhi dengan taman hijau dan vegetasi sekitar tapak. Bangunan dibagi menjadi 3 massa yang saling dihubungkan dengan jembatan dan jalan setapak. Setiap bangunan di kelilingi oleh taman hijau serta kolam kecil yang diharapkan dapat menambah kesan tropis pada tapak.

Gambar 16. Konsep Perancangan Tapak. Keterangan: 1. Bangunan utama 2. Bangunan anak 3. Bangunan penunjang 4. Parkir mobil 5. Main entrance 6. Parkir mobil 7. Parkir bus 8. Parkir motor 9. Jembatan penghubung 10. Parkir mobil 11. Exit

9. Jembatan penghubung 10. Parkir mobil 11. Exit 12. Side Entrance 13. Parkir Motor 14. Parkir Mobil 15. Parkir Motor 16. Exit

Konsep Perancangan Bangunan Bangunan dibagi menjadi 3 massa bangunan dengan peruntukkan yang berbeda-beda. Bangunan tersebut terdiri dari bangunan utama yang memiliki fasilitas perpustakaan umum, digital, referensi, periodik, audiovisual, ruang seminar serta sedikit fasilitas pendukung seperti restoran dan café. Setelah itu ada bangunan anak yang dapat diakses melalui pintu utama serta melalui jalan dan jembatan penghubung dari bangunan utama. Perpustakaan anak terdiri dari ruang baca, ruang tulis, audiovisual, dsb yang diperuntukkan untuk anak. Selain itu terdapat juga bangunan penunjang yang memiliki fasilitas-fasilitas pendukung seperti restoran, café, toko buku, dsb yang menunjang keperluan para pengunjung perpustakaan. Ketiga bangunan tersebut memiliki desain yang sama antar bangunan, dengan di dominasi oleh warna coklat dan kisi-kisi kayu untuk meminimalisir cahaya matahari yang mausk ke dalam bangunan.

Gambar 17. Konsep Perancangan Bangunan.


Gambar 18. Bangunan Utama.

Gambar 19. Bangunan Utama Tampak Samping.

Gambar 20. Bangunan Penunjang.

Gambar 23. Sirkulasi Tapak.

Gambar 24. Ruang Koleksi Umum.

Gambar 25. Ruang Baca Semi Outdoor.

Gambar 21. Jembatan Penghubung Bangunan Utama dan Bangunan Anak.

Gambar 26. Ruang Baca Anak.

Gambar 22. Area Parkir Mobil.

Gambar 27. Taman Indoor.


KESIMPULAN Perpustakaan di Bekasi dengan pendekatan arsitektur tropis ini menjadi salah satu bentuk terwujudnya penunjang fasilitas pendidikan yang layak pada Kota Bekasi. Konsep perpustakaan yang di desain dengan pendekatan tropis ini diaplikasikan pada bangunan untuk mencapai kenyamanan thermal dengan menambahkan ruang terbuka dan void, menggunakan bahan bangunan yang dapat meredam panas, menambahkan kisi-kisi kayu untuk meminimalisir cahaya matahari yang masuk dan memperbanyak vegetasi pada tapak. Perancangan ini diharapkan dapat menarik minat masyarakat baik masyarakat Kota Bekasi maupun masyarakat dari luar Kota Bekasi untuk datang ke perpustakaan ini, yang nantinya akan meningkatkan minat baca-tulis masyarakat. DAFTAR PUSTAKA [1] Wikipedia, "Wikipedia.com," 13 September 2020. [Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bekasi. [2] M. Ansori, "Miris, Puluhan Sekolah di Kota Bekasi tanpa Perpustakaan," 2016. [Online]. Available: https://bekasi.pojoksatu.id/baca/mirispuluhan-sekolah-di-kota-bekasi-tanpaperpustakaan. [3] Diwangkoro Architecture, "Diwangkoro Studio Arsitektur," 16 Desember 2010. [Online]. Available: http://diwangkoroarchitecture.blogspot.com/2010 /12/1st-winner-perpustakaan-nasional.html. [4] D. Susilowati, "Kajian Pengaruh Penerapan Arsitektur Tropis terhadap Kenyamanan Termal pada Bangunan Publik menggunakan Software Ecotech," vol. 13, 2014.


GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DI PONTIANAK DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL Syarifah Faiza Fajriana1 Program Studi Arsitektur, Universitas Pancasila 1 faizafaiza719@gmail.com,

1

Abstrak Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki keunggulan geografis yaitu terletak di garis khatulistiwa dan memiliki ragam budaya yang dapat menunjang dan mendukung kegiatan seni. Namun, kegiatan seni tersebut tidak didukung dengan adanya fasilitas yang memadai., oleh karena itu diperlukan gedung pertunjukan seni yang dapat menjadi wadah dari kegiatan seni tersebut. Sehingga para pelaku seni dapat menciptakan, mengekspresikan, dan menggelarkan hasil dari karya seni tersebut. Dan dapat dinikmati oleh para penikmat seni dan seni budaya Kalimantan Barat pun dapat dipertahankan dan diwariskan. Seni merupakan sesuatu yang mempengaruhi perjalanan hidup manusia dari segala abad dan berkembang seiring bagaimana cara manusia untuk hidup. Faktor tersebut mengiringi kesadaran diri, imajinasi, suatu hari, dan keinginan bebas setiap manusia. Lokasi perancangan gedung pertunjukan seni berada di Jalan Rahadi Usman, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat pada zona perdagangan dan jasa. Lokasi tapak berbatasan dengan zona permukiman dan wisata. Metode kualitatif yang bersifat deskriptif adalah metode pencarian data yang digunakan oleh penulis dalam perancangan gedung pertunjukan seni. Metode kualitatif tersebut berupa studi literatur dan studi preseden dari jurnal, e-book, dan web. Observasi dilakukan melalui google street view. Penulis melakukan beberapa analisis dan hasil dari analisis tersebut diterapkan untuk konsep perancangan gedung pertunjukan seni. Tema dari konsep perancangan gedung pertunjukan seni adalah Regionalisme Re-Interpreting Tradition dengan maksud dapat mengungkapkan karakteristik daerah dan menafsirkan kembali arsitektur tradisional dengan menggambungkan antara arsitektur modern dan tradisional. Kata Kunci: Gedung Pertunjukan Seni, Kota Pontianak, Regionalisme Re-Interpreting, Kalimantan Barat Pontianak is the capital city of West Kalimantan Province which has a geographical advantage that is located on the equator and has a variety of cultures that can support and support artistic activities. However, these artistic activities are not supported by adequate facilities. Therefore, an art performance building is needed that can become a forum for these artistic activities. So that artists can create, express, and display the results of these works of art. And it can be enjoyed by art connoisseurs and West Kalimantan's cultural arts can be preserved and inherited. Art is something that influences the course of human life from all centuries and develops along with how humans live. These factors accompany self-awareness, imagination, one day, and the free will of every human being. The location for the design of the performing arts building is on Jalan Rahadi Usman, Pontianak Kota District, Pontianak City, West Kalimantan in the trade and service zone. The site location is bordered by residential and tourist zones. The descriptive qualitative method is a data search method used by the author in the design of the performing arts building. The qualitative method is in the form of literature studies and studies of precedents from journals, e-books, and the web. Observations were made through Google Street View. The author conducted several analyzes and the results of the analysis were applied to the design concept of the performing arts building. The theme of the design concept of the performing arts building is Regionalism Re-Interpreting Tradition with the aim of being able to reveal regional characteristics and reinterpret traditional architecture by combining modern and traditional architecture. Keywords: Performing Arts Building, Pontianak City, Re-Interpreting Regionalism, West Kalimantan

PENDAHULUAN Seni merupakan suatu keindahan yang dirasakan manusia, kemudian dituangkan melalui karya seni. Sejak manusia dilahirkan, seni sudah ada dalam diri manusia karena manusia dan seni memiliki hubungan yang erat. Menurut J.J Hogman, seni terdiri dari 3 unsur utama, yaitu idea merupakan gagasan atau nilai, activity adalah kegiatan dalam seni, dan artifact adalah hasil dari karya seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni diartikan sebagai

kemampuan dalam berpikir untuk menghasilkan karya seni yang memiliki nilai tinggi. Seni dibutuhkan dalam kehidupan manusia sebagai dasar untuk melakukan kehidupan. Seiring berjalannya waktu seni pun terus berkembang dan berpengaruh terhadap manusia, karena dengan seni manusia dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Rasa dan keinginan manusia untuk melihat suatu pertunjukan seni serta rasa keinginan untuk disaksikan hasil karya seninya menjadi dorongan hati kecil bagi masyarakat berbudaya sebagai pelaku maupun penikmat seni.


Pontianak merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki penduduk berpikir maju. Pontianak belum mempunyai sarana kreativitas yang memadai untuk menampung kebutuhan seni masyarakat di Pontianak, seperti menciptakan, mengekspresikan, mengapresiasikan serta menggelarkan hasil karya seni. Gedung pertunjukan seni merupakan suatu tempat pergelaran pertunjukan, baik seni tari, musik, maupun drama. Perancangan gedung pertunjukan seni dalam hal arsitektur akan menginterpretasikan kembali model kontemporer dimana bentuk arsitektural tradisional tidak dibuang melainkan ditransformasikan dengan menerapkan arsitektural tradisional ke dalam arsitektur modern. Perancangan gedung pertunjukan seni dirumuskan sebagai pemersatu suku di Kalimantan Barat dan menyediakan wadah atau ruang bagi para seniman dan penikmat seni. Gedung pertunjukan seni diharapkan agar dapat memberikan kenyamanan dalam beraktivitas seni.

TINJAUAN PUSTAKA Lokasi perancangan Gedung Pertunjukan Seni yaitu di Jalan Rahadi Usman, Pontianak Kota, Kalimantan Barat berada di zona perdagangan dan jasa. Lokasi tapak berbatasan dengan Kantor wilayah di sisi utara, Jalan Jenderal Sudirman area perdagangan di sisi selatan, Jalan Zainuddin area permukiman dan perdagangan di sisi barat, dan berbatasan dengan Jalan Rahadi Usman area Taman Alun Kapuas di sisi timur. Gedung pertunjukan memiliki fungsi dan peranan bagi masyarakat. Fungsi gedung pertunjukan adalah sebagai wadah atau fasilitas bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan seni, baik dalam menciptakan, mempertahankan hasil budaya, maupun memberikan dan mendapatkan pendidikan seni. Serta dapat menjadi tempat dimana para seniman dan penikmat seni saling berkomunikasi dan saling memberikan penilaian. Peranan gedung pertunjukan adalah mempertahankan kelestarian budaya seni setempat, yang merupakan warisan budaya dan membantu meningkatkan semangat para seniman dan budayawan dalam mengembangkan nilai-nilai budaya di masyarakat luas. Selain itu, gedung pertunjukan juga memberikan kemajuan dalam kesenian modern tidak hanya tradisional. Gedung pertunjukan seni terdiri dari beberapa macam, yaitu teater dan opera. Teater adalah bagian dari seni pertunjukan yang mementaskan tentang kemampuan dalam berakting. Teater merupakan seni peran yang dalam pementasannya diiringi dengan musik, tarian, dan lain-lain. Sedangkan opera merupakan seni pertunjukan yang berada di panggung dan sebagian atau seluruh dari pertunjukannya dinyanyikan disertai dengan iringan musik orchestra. Pelaku yang melakukan kegiatan pada gedung pertunjukan seni dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pengelola, pengunjung, tim produksi, dan artis/penampil. Tim pengelola berperan sebagai pengurus yang memperhatikan dan mengelola seluruh

kegiatan pada gedung pertunjukan seni. Yang termasuk dalam pengelola gedung pertunjukan seni adalah direktur, wakil direktur, staff administrasi, staff keuangan, manager, sekretaris, dan pegawai, tickets seller & checking, receptionist, cleaning service, dan security. Pengunjung pada gedung pertunjukan adalah yang ingin menyaksikan pertunjukan, melihat pameran, dan media massa. Tim produksi merupakan bagian dari pengelola yang membantu menyiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam pertunjukan. Dan artis sebagai yang melakukan pertunjukan. Tema perancangan gedung pertunjukan seni adalah Regionalisme Re-Interpreting Tradition. Regionalisme dalam arsitektur merupakan pengungkapan karakteristik suatu daerah ke dalam arsitektur dengan nuansa tradisi pada daerah tersebut. Regionalisme diharapkan dapat menyatukan arsitektur modern lama dan arsitektur modern. Dan ReInterpreting tradition adalah menafsirkan atau mengartikan kembali terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam arsitektur tradisional. Hasil dari penerapan Re-Interpreting Tradition dapat berupa ornamentasi bangunan, penyesuaian bentuk bangunan dengan kondisi site, sehingga Re-interpreting ini tidak ada namun ada.

METODE PERANCANGAN Metode perancangan dalam pencarian data yang digunakan penulis untuk membuat perancangan Gedung Pertunjukan Seni di Pontianak menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Menggunakan studi literatur dan studi preseden yang berasal dari jurnal, e-book, dan web. Serta melakukan observasi melalui google street view. Studi Literatur Studi literatur yaitu dengan mencari data dalam memenuhi proses perancangan Gedung Pertunjukan Seni. Metode studi literatur dilakukan dengan mengupas, meringkas, dan mengumpulkan data-data yang didapat. Studi Preseden Studi banding preseden dapat berupa studi literatur dan dilakukan dengan cara mengupas, membandingkan, dan menyimpulkan hasil dari beberapa studi preseden yang sesuai dengan perancangan bangunan Gedung Pertunjukan Seni. Data yang diperoleh dari studi literatur dan perbandingan studi literatur disajikan secara deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah analisis dengan cara mengumpulkan data dari keadaan sebenarnya dengan mengembangkan, menciptakan, sehingga ditemukan konsep dan teori. PERANCANGAN Kriteria Pemilihan Lokasi - Memiliki luasan yang luas agar memberikan tempat untuk parkir mobil dan kendaraan lain, sehingga kendaraan dapat diparkir dengan


-

-

rapih/teratur. Serta memberikan keleluasaan pengunjung menikmati keindahan sekitar. Terletak pada lokasi yang mendukung, seperti pada kawasan perdagangan, perumahan penduduk, kawasan rekreasi, dan sekolah. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau untuk akses ke bangunan, agar mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan pribadi, misalkan dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi (roda 2/lebih) dan taxi. Dengan peraturan daerah KDB 60% dan KDH 40%

gedung pertunjukan seni terletak di Jalan Rahadi Usman, Kecamatan Pontianak Kota, Pontianak, Kalimantan Barat. berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota kawasan tersebut diperuntukkan pengembangan lokasi wisata, perdagangan dan jasa.

Lokasi Terpilih No. 1. 2. 3.

4. 5. 6.

Tabel 1. Lokasi Terpilih Kriteria Penilaian Luasan 3,3 Ha KDB 60% = 60% x 33.000 m2 = 19.000m2 GSB 2/5 dari ruang lebar milik jalan (2/5 x 24,00 m = 9,60 m) KDH 40% = 40% x 33.000 = 13.200 m2 TB Maksimal 16 m KLB 3 x 33.000 m2 = 99.000 m2 Lokasi Berada di Jalan Rahadi terpilih Usman merupakan jalan raya utama dan sebagai jalan arteri primer. Lokasi tapak berada di dekat Taman Alun Pontianak yang merupakan tempat wisata favorit Kalimantan Barat. Pencapaian Pencapaian menuju lokasi tapak adalah menggunakan jalan raya utama Jalan Rahadi Usman, dengan kendaraan pribadi, taxi online, dan ojek online. Angkutan umum lainnya berupa bis, dengan adanya terminal yang berjarak sekitar 200 m dari site. Vegetasi Adanya vegetasi di sepanjang Jalan Rahadi Usman, dan terdapat Ruang Terbuka Hijau yaitu Taman Alun yang berada sisi utara dari lokasi. Kebisingan Kebisingan berasal dari pusat perdagangan dan jasa serta yang berada di sekitar tapak tepat nya di sisi Tenggara dan Barat.

Analisis Tapak Kondisi Lingkungan Tapak terletak di kawasan perdagangan dan jasa, permukiman warga, kantor pemerintahan, dan tempat wisata. Lokasi tapak untuk perancangan

Gambar 1. Data Eksisting Tapak

Analisis Sirkulasi dan Pencapaian Pencapaian pengunjung menuju lokasi dapat menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Sirkulasi dalam tapak ada dua yaitu, sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan bermotor. Pada sekitar tapak sudah terdapat jalur pedestrian. Penentuan main entrance mempertimbangkan tiga hal, yaitu : lalu lintas jalan ke dalam tapak, bentuk tapak, dan kemudahan dalam pencapaian.

Gambar 2. Analisis Sirkulasi dan Pencapaian Tapak Analisis Kebisingan

Gambar 3. Analisis Kebisingan


Sumber kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan lalu lintas pada jalan raya dan kegiatan penduduk berupa aktivitas perdagangan dan keramaian tempat wisata dapat diredam dengan menanam tanaman perdu serta pohon rindang. Analisis View pada Tapak Arah pandang terbaik pada tapak adalah menghadap ke arah timur yaitu Taman Alun Kapuas yang langsung mengarah ke sungai kapuas, menghadap jalur pedestrian, dan jalan raya utama. Berdasarkan analisis view, maka design bangunan akan mengarah ke arah timur.

Analisis Bangunan Bentuk Bangunan Bentuk bangunan gedung pertunjukan seni mengambil bentuk dari rumah adat Kalimantan Barat, yaitu rumah radakng yang terdapat panggung pada bangunan tersebut. Tujuan dibuatnya panggung pada zaman dahulu adalah untuk menghindari banjir pada daerah pesisir pantai. Bangunannya berbentuk linear atau memanjang dengan filosofi bahwa masyarakatnya menghargai hak individual masingmasing penghuni, apabila dilihat dari luar bangunan mereka merupakan satu kesatuan, namun didalamnya tetap ada pembatas untuk memberikan ruang tiap individu. Fasad bangunan menggunakan ornament ukuran Dayak dengan penerapan warna yang mempunyai ciri khas masing-masing, yaitu: merah (kuat, berani), putih (suci, bersih), hitam (elegan, duka), kuning (megah, mewah).

Gambar 6. Gubahan Massa Bangunan

Struktur Bangunan Sub-Structure (Pondasi Bore Pile)

Gambar 4. Data View pada Tapak

Analisis Klimatologi Wilayah Pontianak, Kalimantan Barat merupakan daerah yang memiliki tingkat panas terendah 23oC dan suhu tertinggi 33oC. Cuaca di Pontianak tergolong panas karena Pontianak merupakan wilayah dilewati oleh garis khatulistiwa. Curah hujan terbesar (bulan basah) di Kota Pontianak terjadi di bulan Mei dan Oktober sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) terjadi pada bulan Juli. Angin di Indonesia bertiup dari arah Timur ke Barat Daya.

Gambar 5. Analisis Klimatologi

Gambar 7. Analisis Struktur

Tapak mempunyai tanah dengan jenis tanah gambut, sehingga struktur pondasi yang sesuai untuk digunakan pada jenis tanah gambut adalah pondasi bore pile, karena pondasi tersebut efektif penggunaannya pada jenis tanah yang lunak seperti tanah gambut. Penggunaan pondasi bore pile dengan teknik hidrolik untuk menahan gaya lateral dan vertikal yang membebani bangunan, juga meminimalisir getaran dan kebisingan.


Mid-Structure (Kolom Beton) Penggunaan kolom pada bangunan ini menggunakan material beton dimana kebutuhannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan struktur pada ruang. Penggunaan material beton pada kolom bangunan karena struktur yang memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap air, mudah dibentuk, dan tahan beban tekan. Upper Structure (Atap) Pada bagian atap bangunan ini menggunakan struktur rangka batang sesuai dengan bangunan yang membutuhkan bentang lebar. Bangunan juga menerapkan atap pelana rangka baja/besi. Dilatasi: Kolom-Kolom Penggunaan dilatasi kolom-kolom pada bangunan berfungsi sebagai pemisah akibat ukuran bentang yang lebar, dengan begitu dibuat dilatasi sebagai pencegah terjadinya perubahan bentuk yang terdiri dari dua kolom terpisah.

Sistem plumbing air kotor menggunakan sistem penampungan sementara dan sudah difiltrasi menggunakan sistem ipal. Sehingga limbah yang dihasilkan tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.

Gambar 10. Skema Pembuangan Limbah Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan menerapkan sistem pencahayaan buatan menggunakan lampu dan pencahayaan alami dengan memanfaatkan cahaya matahari diterapkan pada bagian ruangan yang terjangkau sinar matahari.

Utilitas Sistem Penghawaan Sistem penghawaan menggunakan metode buatan dengan AC (Air Conditioners) dan metode alami dengan memberi banyak bukaan.

Sistem Transportasi Transportasi bangunan yang akan diterapkan pada bangunan gedung pertunjukan seni adalah lift, eskalator, dan tangga darurat

Sistem Elektrikal Sistem elektrikal bersumber dari pln kemudian menuju trafo dan di distribusikan ke seluruh gedung. Apabila pln tidak bekerja maka sumber akan dialihkan ke genset.

Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah yaitu dengan shaft dan kemudian dikumpulkan di tempat pembuangan sampah sementara, lalu diangkut oleh truk sampah ke pembuangan terakhir.

Gambar 11. Skema Pembuangan Sampah

Gambar 8. Skema Distribusi Listrik Sistem Plumbing Sistem plumbing air bersih bersumber dari PDAM kemudian didistribusikan ke bangunan dengan pompa.

Sistem Kelengkapan Fasilitas Keamanan (CCTV) Untuk kelengkapan fasilitas keamanan pada bangunan dalam Gedung Pertunjukan Seni, maka ditambah dengan penggunaan sistem CCTV dan diantara kebutuhan CCTV adalah ruang monitoring CCTV, kamera pengawas, monitor televisi, dan timelaps video recorder. Konsep Tema Perancangan Perancangan bangunan gedung pertunjukan seni di pontianak degan pendekatan kearifan lokal menerapkan tema perancangan regionalisme reinterpreting tradition). Regionalisme adalah pengungkapan karakteristik suatu daerah ke dalam arsitektur dengan nuansa tradisi pada daerah tersebut. Regionalisme diharapkan dapat menyatukan arsitektur modern lama dan arsitektur modern.. Re-interpreting tradition adalah menafsirkan atau mengartikan kembali terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam arsitektur tradisional. Hasil dari penerapan re-interpreting tradition dapat berupa ornamentasi bangunan, penyesuaian bentuk bangunan dengan kondisi site, sehingga re-interpreting ini tidak nampak namun ada.

Gambar 9. Skema Distribusi Air Bersih


Dengan re-interpreting tradition dapat dipertahankan adat dan budaya dari daerah tersebut sehingga identitas budaya (kearifan lokal) dapat terlihat dan dirasakan oleh masyarakat dan bisa berkembang. Filosofi Bangunan Bentuk bangunan gedung pertunjukan seni mengambil bentuk dari rumah adat kalimantan barat yaitu rumah radakng yang terdapat panggung pada bangunan tersebut. Tujuan dibuatnya panggung pada zaman dahulu untuk menghindari bencana banjir pada daerah pesisir pantai. Bangunannya berbentuk linear atau memanjang dengan filosofi bahwa masyarakatnya menghargai hak individual masingmasing penghuni, apabila dilihat dari luar bangunan mereka merupakan satu kesatuan, namun didalamnya tetap ada pembatas untuk memberikan ruang tiap individu. Fasad bangunan mengunakan ornamen ukuran dayak dengan penerapan warna yang mempunyai ciri khas masing-masing. Yaitu, merah (kuat, berani), putih (suci, bersih), hitam (elegan, duka), kuning (megah, mewah).

Konsep Perancangan Bangunan Gedung pertunjukan seni dirancang dengan fungsi sebagai wadah bagi pelaku seni untuk menuangkan bakatnya serta melakukan kegiatan latihan didalamnya. Gedung ini terbagi menjadi gedung utama sebagai tempat pertunjukan dilakukan dan gallery serta gedung penunjang sebagai tempat pendidikan seni untuk mendapatkan ilmu seni dan bisa melakukan aktivitas seperti latihan. Berdasarkan analisis view pada tapak, orientasi bangunan menghadap ke sisi timur yang berhadapan langsung ke tempat wisata Taman Alun Kapuas, sehingga akan mempengaruhi bentuk fasad dan dapat memberikan ketertarikan publik untuk melakukan kegiatan seni di dalamnya.

Konsep Peruntukan Lahan

Gambar 13. Ide Bentuk Bangunan Konsep Perancangan Tapak dan Sirkulasi Tapak berada di Jalan Rahadi Usman, Pontianak Kota, Kalimantan Barat. Luas tapak adalah 3,3 Ha, dengan batas luas dasar bangunan yang dapat dibangun sebesar 19.000 m2 dan luas dasar hijau sebesar 9.900 m2 (total 30%) dengan batas minimum koefisien dasar hijaunya 10%, dimanfaatkan untuk area parkir dan taman. Pembagian zona pada tapak untuk memperjelas fungsi bangunan.

Gambar 12. Peta Rencana Pola Ruang Lokasi yang terpilih merupakan lahan yang berada di zona perdagangan dan jasa yang akan dilakukan pembangunan Gedung Pertunjukan Seni. Lokasi tapak berada di sekitar Taman Alun Kapuas Pontianak, permukiman warga, dan perdagangan. Berdasarkan ketentuan ketentuan rencana tata ruang wilayah berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak, dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) 60%, KLB Koefisien Luas Bangunan (KLB) 2,8-3,2 , GSB (Garis Sempadan Bangunan) minimum 2/5 dari lebar ruang milik jalan, KDH (Koefisien Dasar Hijau) 10%, TB (Tinggi Bangunan) maksimal 16 m.

Gambar 14. Konsep Tapak dan Sirkulasi

Konsep yang telah dibuat menjadi dasar dalam perancangan gedung pertunjukan seni. Hasil dari perancangan berupa gambar kerja seperti, site plan, blok plan, denah, tampak, potongan, detail, dan gambar perspektif.


Gambar 15. Blokplan

Gambar 19. Potongan A dan B

Gambar 16. Siteplan

Gambar 20. Potongan C dan D

Gambar 21. Perspektif Eksterior Mata Burung

Gambar 17. Tampak Utara dan Selatan

Gambar 22. Perspektif Eskterior (Auditorium dan Restoran

Gambar 18. Tampak Timur dan Barat


Gambar 23. Perspektif Interior (Ruang Teater dan Studio Tari)

KESIMPULAN Gedung Pertunjukan Seni di Pontianak dengan Pendekatan Kearifan Lokal menggunakan konsep perancangan dengan tema Regionalisme ReInterpreting. Perancangan dengan tema tersebut diterapkan agar budaya dari Kalimantan Barat dapat dirasakan dan dipertahankan sehingga identitas budaya berupa kesenian dapat terlihat. Perancangan gedung pertunjukan seni ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para seniman dan pelaku seni, mengingat kota Pontianak belum mempunyai sarana kreativitas yang memadai untuk menampung kebutuhan seni masyarakat, seperti menciptakan, mengekspresikan, mengapresiasikan, serta menggelarkan hasil dari karya seni tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Narita, essy. 2014. Gedung Pertunjukan Seni di Tepian Sungai Kapuas. dalam: https://media.neliti.com/media/publications/206144gedung-pertunjukan-seni-di-tepian-sungai.pdf diakses: 03 Oktober 2020 21.01 wib. Ramdana, Wahyu. Perancangan Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional Bali dengan Pendekatan Re-Interpreting Tradition di Denpasar. Dalam: http://etheses.uinmalang.ac.id/12032/1/13660011.pdf diakses: 03 Oktober 2020 21.30 wib. UAJY. Bab II Tinjauan Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional. Dalam: http://ejournal.uajy.ac.id/2073/3/2TA09857.pdf diakses: 21 Oktober 2020 11.05 wib. Handayani, Deddy. 2014. Perancangan Gedung Pertunjukan Seni di Banda Aceh. Dalam: https://etd.unsyiah.ac.id/baca/index.php?id=10984&p age=1 diakses: 21 Oktober 2020 11.20 wib. Amalihadi, Vicky. 2019. Pendekatan Program Perencanaan dan Perancangan. Dalam: http://eprints.undip.ac.id/66180/7/VICKY_AMALIH ADI_21020113140142_BAB_IV.pdf diakses: 10 November 2020 11.35 wib. Listyapratiwi, Nuryani, dan Rachmawati, Rizka. 2017. Tinjauan Kebutuhan Ruang Backstage pada Gedung Pertunjukan di Bandung. Dalam: file:///C:/Users/user/Downloads/1224-25-2693-1-1020180405.pdf diakses 10 November 2020 00.37 wib.

Latuihmallo, Frenky Vinsetius. 2017. Ornamen Garis Lengkung dan Lingkaran Suku Dayak Kenyah. Dalam: https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/173 69/3/T2_752016205_BAB%20III.pdf diakses: 12 November 2020 22.38 wib. Johansen, Poltak. 2014. Aksitektur Rumah Betang (Radakng) Kampung Sahapm. Dalam: https://www.researchgate.net/publication/323791102 _ARSITEKTUR_RUMAH_BETANG_RADAKNG_ KAMPUNG_SAHAPM diakses: 25 November 2020 20.12 wib. Pangasih, Feliksdinata. 2015. Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Kalimantan di Samarinda. Dalam: file:///C:/Users/user/Downloads/1255-3851-1-PB.pdf diakses: 02 Desember 2020 10.20 wib. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033.


PENATAAN KAWASAN PANTAI MUTIARA PLUIT JAKARTA UTARA Jorgi Kenwal Banglangi Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila E-Mail: Jorgikenwal@gmail.com

_________________________________________________________________________________ Abstrak Pertumbuhan dan perkembangan kota dapat ditentukan oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Pusat perdagangan dan jasa sebuah kota, memberikan keuntungan perekonomian bagi kota tersebut.. Kawasan dapat menjadi pusat perdagangan dan jasa berskala regional yang dapat mendukung suatu daerah pada khususnya dan suatu Provinsi pada umumnya. Kawasan Pantai Mutiara Pluit Jakarta Utara ini diperuntukan lahan sebagai zona perdagangan dan jasa ini, memiliki luas sekitar 14,2 Ha. Kondisinya saat ini masih perlu penataan karena secara umum, bangunanbangunan lama yang berada di kawasan ini masih belum teratur penzoningannya, kemudian sirkulasi pada kawasan juga tidak teratur polanya serta kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kawasan tersebut sebagai kawasan perdagangan dan jasa berskala regional. Tujuan dari perancangan ini mengusung tema waterfront-city dimana akan ada penataan zoning dan sirkulasi, perancangan sarana prasarana dan fasad bangunan tepi pantai dan menjadikan kawasan ini menjadi kawasan perdagangan dan jasa yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan setempat. Untuk penataan kawasan dengan masalah – masalah yang disebutkan, kawasan ini akan ditata ulang dengan konsep Archipelago; Waterfront Development, dimana berfokus dalam penataan zonasi yang berkarakteristik pesisir pantai dan desain fasad bangunan yang sesuai dengan desain arsitektur recreational waterfront tanpa menghilangkan keberadaan ruang terbuka dan arsitektur lokal. Metode yang digunakan dalam dalam perancangan dimulai dari survey lokasi yang mencakup pengumpulan data dan observasi serta studi banding. Setelah tahap survey lokasi ini memiliki data yang cukup, data akan dianalisa berdasarkan kebutuhan yang akan dilakukan dalam penataan kawasan yaitu; Sirkulasi, Zoning, Sarana Prasarana, dan Fasad Bangunan. Tahap Analisis akan membentuk suatu Respon Desain yang akan menghasilkan konsep dan juga desain. Dengan ini tercapainya hasil perancangan terhadap kawasan ini yang menjadi kawasan yang dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menata kawasan perdagangan dan jasa Pantai Mutiara Pluit Jakarta Utara, menghidupkan kawasan perdagangan dan jasa di kawasan ini sesuai dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan, dan kawasan ini mampu meningkatkan perekonomian Kota Jakarta pada khususnya melalui kegiatan yang diwadahi pada kawasan tersebut. Kata Kunci: Kawasan perdagangan dan jasa, Penataan Kawasan, Waterfront-city, Archipelago, Waterfront Development Abstract The growth and development of the city can be determined by trade and service activities. The trade and service center of a city, provides economic benefits for the city. The area can become a regional-scale trade and service center that can support an area in particular and a province in general. The Pearl Beach area of Pluit, North Jakarta, is designated as a trade and service zone, with an area of about 14.2 hectares. The current condition still needs structuring because in general, the old buildings in this area are still not regularly zoning, then the circulation in the area is also irregular in pattern and the lack of facilities and infrastructure that supports the area as a regional-scale trade and service area. The purpose of this design carries the theme of waterfront-city where there will be zoning and circulation arrangements, design of infrastructure and facades of beachfront buildings and make this area a sustainable trade and service area by taking into account the preservation of the local environment. For the arrangement of the area with the problems mentioned, this area will be rearranged with the Archipelago concept; Waterfront Development, which focuses on zoning with coastal characteristics and building facade designs that are in accordance with recreational waterfront architectural designs without eliminating the existence of open spaces and local architecture. The method used in the design starts from a site survey which includes data collection and observation as well as comparative studies. After the location survey phase has sufficient data, the data will be analyzed based on the needs that will be carried out in structuring the area, namely; Circulation, Zoning, Infrastructure, and Building Facades. The Analysis phase will form a Design Response which will produce concepts and designs. With this, the results of the design of this area are achieved which can provide input for the DKI Jakarta Regional Government in managing the trade and service area of Mutiara Pluit Beach, North Jakarta, reviving the trade and service area in this area in accordance with the concept of sustainable development, and this area able to improve the economy of the City of Jakarta in particular through activities that are accommodated in the area.


Keyword: Trade and Service Area, Area Arrangement, Waterfront-city, Archipelago, Waterfront Development _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan kota tergantung oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Pusat perdagangan dan jasa sebuah kota, memberikan keuntungan perekonomian bagi kota tersebut. Kawasan Pantai Mutiara Pluit memiliki peruntukan sebagai kawasan perdagangan dan jasa sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta 2030 (Perda DKI Nomor 1 Tahun 2014). Kawasan ini berpotensi menjadi pusat perdagangan dan jasa berskala regional yang dapat melayani Jakarta Utara pada khususnya dan Provinsi DKI Jakarta pada umumnya. Kawasan Pantai Mutiara ini, terletak di daerah pesisir pantai utara Kota Jakarta. Potensi di sekitar kawasan ini adalah terdapat kawasan permukiman mewah, beberapa kawasan wisata seperti: Taman Impian Jaya Ancol, Taman Suaka Margasatwa Muara Angke, Kampung marunda, Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, Kampung Luar Batang. Kawasan dengan peruntukan lahan sebagai zona perdagangan dan jasa ini, memiliki luas sekitar 7,71 Km2 dengan lokasi yang akan dilakukannya penataan yaitu seluas 14,2 Ha. Kondisinya saat ini masih perlu penataan karena secara umum, bangunan-bangunan lama yang berada di kawasan ini masih belum teratur penzoningannya, kemudian sirkulasi pada kawasan juga tidak teratur polanya serta kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kawasan tersebut sebagai kawasan perdagangan dan jasa berskala regional. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perlu dilakukan penataan kawasan perdagangan dan jasa di Kawasan Pantai Mutiara Jakarta Utara, agar dapat menghidupkan dan menunjang kegiatan perekonomian Kawasan Pluit pada khususnya dan Kota Jakarta pada umumnya sesuai dengan prinsipprinsip penataan kawasan dalam bidang Arsitektur.

TINJAUAN PUSTAKA Penataan kawasan merupakan salah satu upaya rekayasa sosial yang diselenggarakan di seseorang, kelompok, organisasi, atau suatu wilayah dan dilakukan bersamaan dengan upaya menciptakan suatu sistem yang komprehensif terkait aktivitas yang berlangsung di kawasan, dengan memperhatikan kualitas lingkungan hidup. Hal ini berarti yang diharapkan dari penataan kawasan adalah hadirnya suatu tatanan baru yang dapat memberikan harapan kualitas kehidupan yang lebih meningkat. Diharapkan proses dan hasil penataan kawasan merupakan bagian dari upaya mendidik perilaku warga masyarakat sekitar dan juga merupakan pendidikan bagi para pengguna manfaat dari kawasan tersebut agar sesuai dengan tujuan penataan kawasan. Penataan kawasan dengan konsep seperti ini bermaksud untuk mengembangkan kehidupan sosial masyarakat setempat, meningkatkan ekonomi masyarakat

setempat dan mengembangkan kualitas lingkungan serta menjaga kelestarian lingkungan (Pingkan, 2013). Kawasan tepi air adalah area yang di batasi oleh air dari komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami (Carr, 1992). Dalam pengembangan suatu kawasan waterfront dibagi menjadi tiga jenis pengelompokan yaitu: 1. Konservasi Merupakan pengembangan yang bertujuan untuk memanfaatkan kawasan tua di tepi air sehingga dapat memaksimalkan potensi kawasan. 2. Redevelopment Pengembangan ini merupakan suatu usaha untuk membangkitkan kembali kawasan pelabuhan sebagai suatu kawasan yang penting untuk masyarakat kota dan pemerintah daerah dengan mengubah fasilitas pada kawasan dan kapasitas pengguna. 3. Developtment Pengembangan ini merupakan perencanaan yang dibentuk dengan menciptakan sebuah kawasan tepi air sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap ruang di kota dengan cara penataan kawasan tepi air. Adapun studi banding yang menjadi tolak ukur dalam penataan Kawasan Pantai Mutiara Pluit Jakarta Utara ini yang dapat digunakan sebagai panduan dalam perancangan penataan suatu kawasan yang berlokasi di pesisir pantai atau waterfront city sebagai berikut: 1. Kawasan Megamas Manado Suatu kawasan dengan luas 36 Ha yang dikenal secara luas sebagai Kawasan Megamas Manado, kawasan yang tumbuh sebagai lingkungan bisnis seribu pengusaha. MEGAMALL MANADO merupakan Mall yang pertama berdiri di tanah Nyiur Melambai dengan luas area sekitar 29.161 m2. Memiliki lokasi yang berada di tengah kawasan 1000 pengusaha, Kawasan Megamas, dimana menjadikan Megamall Manado sebagai pilar perbelanjaan yang paling diminati oleh Masyarakat Sulawesi Utara, khususnya warga kota Manado dan sekitarnya.

Gambar 1: Kawasan Megamall Manado Sumber Gambar:[7] megamallmanado.com


2. Kawasan Pantai Kuta, Bali Terletak di Kecamatan Kuta, Badung. Kuta Bali menjadi tujuan wisata terkenal karena ombaknya yang hampir sempurna untuk tempat berselancar. Pantai Bali ini adalah pelopor pariwisata di pulau Bali. Sebagai ikon pariwisata Indonesia, pantai Kuta Bali menjadi tempat pertemuan bagi wisatawan dari seluruh dunia termasuk wisatawan lokal. Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang. Di mana produk dari lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Keahliannya dalam bernegosiasi, membuat Mads Lange sebagai pedagang yang terkenal antara raja-raja Bali dengan Belanda[7].

a)

Studi Pustaka/Studi Literatur Metode pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan informasi yang berasal dari buku – buku dan internet sebagai sumber dan referensi dalam penyelesaian permasalahan yang dibahas. b) Studi Komparasi Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kawasan sejenis dengan tema yang sama. Dalam pengumpulan data dan pengolahan data, data sekunder diperoleh tanpa pengamatan langsung tetapi menunjang proses kajian terhadap permasalahn.

PERANCANGAN Kawasan Pantai Mutiara memiliki luas total sekitar 14,2 Ha dan terletak di penghujung wilayah Kota Jakarta Utara. Kawasan Pantai Mutiara memiliki peran penting terhadap kota Jakarta Utara karena merupakan kawasan peruntukkan pusat perdagangan dan berpotensi sebagai kawasan perdagangan dan permukiman mewah. Kawasan Pantai Mutiara memiliki kedudukan yang central terhadap kota Jakarta Pusat, berada di lokasi yang berpotensi tinggi dalam perdagangan impor dan ekspor jalur laut maupun darat, juga memiliki akses yang cukup mudah dijaangkau oleh pengunjung.

Gambar 2, Pantai Kuta, Bali Sumber Gambar: iTrip, 2021

METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam proses perancangan menggunakan data yang diperoleh dan diolah menjadi 2 bagian, yaitu data primer dan data sekunder: 1. Data Primer Merupakan data yang diperoleh dari proses observasi dan pengambilan data secara langsung pada lokasi, dengan cara sebagai berikut: a) Metode Observasi Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat sistematis mengenai hal – hal penting, potensi – potensi, hingga masalah – masalah yang terjadi di lingkungan kawasan secara langsung b) Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan lokasi observasi, kondisi fisik bangunan dan kawasan, kondisi fisik sarana – prasarana di kawasan perancangan. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data atau informasi yang berkaitan langsung dengan kawasan perancangan dan membantu dalam membantu menyelesaikan masalah yang dimiliki kawasan.

Gambar 3, Lokasi Kawasan dalam peta Jakarta Sumber Gambar: [12] Google Maps 2021

Kawasan Pantai Mutiara memiliki lokasi yang sangat eksklusif karena dikelilingi oleh perumahan mewah dan apartemen mewah. Hal ini memberikan potensi terhadap pembangunan yang akan berlangsung lama kedepannya termasuk tempat – tempat yang menjadi destinasi tujuan para warga permukiman maupun pengunjung dari daerah luar, beberapa tempat destinasi yang terdekat dari Kawasan Pantai Mutiara antara lain yaitu Baywalk Mall Pluit, Taman Impian Jaya Ancol, Allianz Eco Park, Sea World, Emporium Mall Pluit, Pluit Village, Rumah Sakit Pluit, Gereja Katholik Stella Maris, Pelabuhan Perikanan Samudera, Pemakaman Keramat Habib,


Jakarta Bahari Museum, Colosseum Club, dan Jakarta History Museum.

Gambar 4, Peta Peruntukan Kawasan Pantai Mutiara Sumber Gambar: [14] JakartaSatu.jakarta.go.id

Konsep struktur peruntukan lahan akan sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No 1 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, yaitu zona terbagi menjadi zona dengan peruntukan lahan perdagangan, jasa dan zona bangunan pelayanan atau permukiman. Peruntukan lahan pada Kawasan akan menyesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang yang ada. Pada zona peruntukan lahan perdagangan akan digunakan sebagai bangunan perdagangan seperti ruko, mall, kios dan pertokoan. Pada zona peruntukan lahan bangunan pelayanan dan permukiman akan didirikan cottage pinggir laut dan layanan penginapan seperti hotel dan apartemen.

Perumahan Toko, Perkantoran, dan Kantor pusat informasi. KLB sedang akan berisi permukiman horizontal seperti rumah, cottage, dan kabin. KLB rendah akan diisi dengan Ruko kecil, Kios, Plaza, dan bangunan penunjang lainnya. Pada intensitas lahan area yang terbangun akan sebesar 30% dari total luas lahan dan 45% menjadi ruang terbuka hijau.

Gambar 6, Skyline bangunan Sumber: Penulis

Gambar 7, Cottage Putri Duyung

Pada bangunan dengan KLB rendah dan sedang akan menerapkan desain fasad yang mirip dengan kapas pesiar. Desain fasad ini didasari dengan konsep Archipelago: Waterfront Development dimana desain menyesuaikan dengan desain Recreational Waterfront tanpa melupakan arsitektur lokal.

Gambar 5, Peta Perencanaan Zonasi Sumber: Penulis

Intensitas Pemanfaatan Lahan dilakukan pada perbaikan lahan dan penataan ulang zonasi yang tidak teratur. Pada zonasi akan diklasifikasikan menjadi sesuai KLB yang sesuai dengan Peraturan Daerah. Tentunya fungsi setiap bangunan akan menyesuaikan dengan KLB dari bangunan tersebut. Bangunan dengan KLB sangat tinggi akan diisi dengan Bangunan Vertikal seperti apartemen, hotel, dan mall. Bangunan dengan KLB tinggi akan diisi dengan

Gambar 8, Kantor Pemasaran Apartemen Regatta


Gambar 9, Konsep Sirkulasi

Sirkulasi pada kawasan akan dikembangkan dengan banyaknya elemen penunjang dan fasilitas – fasilitas untuk pengunjung berskala besar dan juga bagi para penyandang disabilitas, lalu dilakukannya perbesaran jalur pedestrian sesuai dengan GSB yang berlaku dan menambahkan jalur untuk sepeda. Penataan ulang sirkulasi salah satunya adalah penataan ulang jalur pedestrian. Pada Kawasan Pantai Mutiara yang memiliki jalur pedestrian yang sangat kurang dan tidak terawat maka akan dilakukan perancangan ulang dengan pemberian area hijau di pinggir Jalur Pedestrian, furnitur jalan seperti bangku taman, tempat sampah, dan halte bus serta penambahan lebih banyak vegetasi. Elemen – elemen pada jalur pedestrian akan memiliki konsep modern – tradisional lokal dengan penggunaan kayu sebagai bahan dasarnya.

Ruang terbuka hijau pada Kawasan Pantai Mutiara akan menyesuaikan Peraturan Daerah DKI Jakarta No 1 tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi. Ruang terbuka hijau pada Kawasan Perdagangan Pantai Mutiara cukup memiliki banyak lahan di beberapa titik yang berfungsi sebagai daerah resapan dan daerah hijau. Sesuai dengan peraturan RTRW Kota Jakarta Pusat bahwa KDH di Kawasan Pantai Mutiara sebesar 45%. Sisi Timur lahan kosong yang tersedia di Kawasan Pantai Mutiara akan di tata ulang menjadi plaza / ruang terbuka dengan beberapa fasilitas penunjang seperti ruko/kios yang akan menjual berbagai kuliner nusantara dan cinderamata khas Indonesia beserta fasilitas – fasilitas seperti kolam berenang, dan taman bermain. Akan diberikan akses langsung untuk para pengunjung menikmati Pantai Mutiara dan berbagai macam wahana air.

Gambar 12, Konsep Tata Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan di Kawasan Pantai Mutiara ternilai kurang baik. Walaupun dikelilingi oleh permukiman rumah mewah dan apartemen mewah tetapi tidak memberikan dampak yang baik pada lingkungan sekitar. Lingkungan pesisir pantai dengan hanya beberapa titik vegetasi yang buruk seperti tanaman liar dan lahan kosong yang tandus. Terdapat elemen – elemen untuk meningkatkan kualitas lingkungan pada Kawasan Pantai Mutiara Pluit yaitu sebagai berikut: Gambar 10, Konsep Ruang Terbuka Hijau

a) Bangku Taman dan Tempat Sampah Menurut Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan menetapkan bahwa tempat berada di luar ruang bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antar bangku 10 meter dan tempat sampah yang berdampingan. b) Petunjuk Arah dan Halte Penyediaan halte untuk tempat pemberhentian moda transportasi umum sangat penting bagi suatu kawasan.

Gambar 12, Konsep Tata Kualitas Lingkungan Gambar 11, Konsep Ruang Terbuka Hijau


Gambar 13, Konsep Halte Gambar 16, Sistem Pemanfaatan Air Hujan dan Air Laut

2. Drainase dan Jaringan Pengelolaan Limbah Dalam rangka pemeliharaan lingkungan, air yang berasal dari limbah cair dan padat dialirkan menuju STP (sewage Treatment Plant) untuk mengelola limbah domestik agar limbah cair domestik tidak menambah pencemaran air dan lingkungan sekitar. Limbah yang telah dikelola akan dialirkan ke daerah resapan untuk difiltrasi dan ditampung menjadi air daur ulang. Gambar 14, Konsep Papan Informasi dan Papan Petunjuk Arah

Kawasan Pantai Mutiara merupakan Kawasan Perdagangan dan Jasa yang sudah terbangun namun memiliki penataan yang kurang baik, hal ini menyebabkan kondisi eksisting yang kurang memiliki sarana dan prasarana. Berikut Rencana Prasarana dan Utilitas pada Kawasan Pantai Mutiara: 1. Jaringan Distribusi Air Bersih/Sanitasi Jaringan distribusi air bersih pada Kawasan Pantai Mutiara bersumber dari air tanah yang dikelola oleh PDAM Jaya Pluit yang sumber airnya dominan dari Waduk Pluit dan Kanal Banjir Barat. Pada kasus air yang berasal dari tanah akan sewaktu – wakut habis dan harus mencar alternatif lain dalam penyaluran air di kawasan. Konsep dalam jaringan distribusi air bersih memanfaatkan air laut dan air hujan yang akan difiltrasi dan ditampung untuk disalurkan ke kawasan seperti pada konsep skema berikut.

Gambar 15, Konsep Skema Distribusi Air Alternatif

Gambar 17, Konsep Daur Ulang Limbah

3. Distribusi Energi dan Telekomunikasi Listrik bersumber dari PLN menuju gardu induk dan akan dibagi ke gardu pembagi masing – masing zonasi, menuju panel induk dan panel pembagi, dan ke MCB serta saklar untuk penerangan, daya dan teknis. Disediakan genset disetiap zonasi untuk alternatif jika ada pemadaman listrik.

Gambar 18, Konsep Distribusi Energi


4. Sistem Pembuangan Sampah

Gambar 22, Potongan Kawasan

Gambar 19, Konsep Sistem Pembuangan Sampah

Konsep yang telah dibuat menjadi dasar perancangan penataan pada kawasan ini. Hasil dari perancangan berupa gambar kerja, seperti masterplan, tampak, potongan, detail dan gambar view perspektif.

Gambar 23, Tampak Depan, Belakang Segment 1

Gambar 24, Tampak kiri, kanan Segment 1

. Gambar 20, Masterplan Kawasan

Gambar 25, Tampak depan, belakang Segment 2

Gambar 21, Tampak Kawasan Koridor Utama


Gambar 26, Tampak kiri, kanan Segment 2

Gambar 30, Detail Bangku & Tempat Sampah

Gambar 27, Tampak depan, belakang Segment 3

Gambar 31, Detail Halte

Gambar 28, Tampak kiri, kanan Segment 3

Gambar 32, Perspektif Main Entrance

Gambar 29, Detail Jalur Pedestrian

Gambar 33, Perspektif Taman Terbuka


KESIMPULAN

Gambar 34, Perspektif Pantai Mutiara

Kawasan Pantai Mutiara Pluit Jakarta Utara menerapkan konsep Archipelago: Waterfront Developtment yang dimana berfokus dalam penataan zonasi yang berkarakteristik pesisir pantai dan desain fasad bangunan yang sesuai dengan desain arsitektur recreational waterfront tanpa menghilangkan keberadaan ruang terbuka dan arsitektur lokal. Perancangan penataan kawasan ini diperlukan untuk menghidupkan kawasan menjadi kawasan aktif dalam perdagangan dan jasa yang dapat menjadi destinasi utama daerah sekitar dan menjadi pendongkrak perekonomian Kota Jakarta Utara maupun Provinsi DKI Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA [1] Google Maps, Online di: https://www.google.com/maps/place/Kec.+Penjaringa n,+Kota+Jkt+Utara,+Daerah+Khusus+Ibukota+Jakart a/@6.1169415,106.690668,12z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4! 1s0x2e6a1d0d33f9a35d:0xf54787aa3526b7a6!8m2!3d -6.1267415!4d106.7824429 [2] Kawasan Pantai Mutiara, Online di: https://www.nativeindonesia.com/pantai-mutiarajakarta/#:~:text=Pantai%20Mutiara%20terletak%20di %20Jalan,Utara%2C%20Daerah%20Khusus%20Ibuk ota%20Jakarta.&text=Untuk%20memasuki%20tempa t%20ini%2C%20harus,kaca%20helm%20maupun%2 0kaca%20mobil. [3] Megamall manado, Online di: http://www.megamallmanado.com/media/about [4] Pantai Kuta, Online di: http://id.balibalibeach.com/pantai/pantai-kuta-bali/ [5] Intensitas ruang penjaringan, Online di: https://jakarta.go.id/dokumen/kategori/34/penataanruang?q=tabel+intensitas+penjaringan

Gambar 35,36,37, Perspektif Perumahan Toko


PUSAT SENI DAN BUDAYA CIREBON DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEMPORER 1,2

Adhia Maharani Pramesti1 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 adhiamaharani19@gmail.com

________________________________________________________________________________ Abstrak Cirebon merupakan wilayah bersejarah yang kaya akan seni dan budayanya. Salah satu upaya pelestarian adalah dengan membangun tempat pusat seni dan budaya yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat umum mendapat informasi, pengetahuan, dan belajar dengan cara yang menyenangkan tentang seni dan budaya Cirebon. Untuk itu Proyek akhir ini bertujuan untuk menghasilkan suatu rancangan pusat seni dan dan budaya Cirebon yang menggunakan pendekatan arsitektur kontemporer. Pendekatan arsitektur kontemporer ini dipilih karena Cirebon merencanakan pembangunan Central Bussines District (CBD), oleh karena itu dipilih pendekatan arsitektur kontemporer dengan harapan bangunan ini akan lebih adaptive dengan perubahanperubahan yang ada. Selain itu, penetapan arsitektur kontemporer pada bangunan ini juga menjadi lambang bahwa seni dan budaya tersebut tetap lestari hingga saat ini Metode pengumpulan data pada Perancangan Pusat Seni dan Budaya Cirebon ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu 1) survei, observasi, dan wawancara; dan 2) studi literatur. Adapun analisis, sintesis dan konsep perancangan terbagi dalam tiga bagian, yaitu tapak, kegiatan dan program ruang, serta gubahan massa. Hasil rancangan tugas akhir ini, menunjukan bangunan pusat seni dan budaya Cirebon ini merupakan bangunan yang mempunyai pola sirkulasi yang menerus, zonasi ruang yang terbagi dalam empat bagian yakni zona publik, semi publik, private dan penunjang. Bentuk bangunan yang mengambil ide dari bentuk motif gunungan wayang yakni pohon hayat yang diolah menggunakan metode shape grammer. Kata Kunci: Pusat Seni dan Budaya, Arsitektur Kontemporer, Cirebon

Abstract Cirebon is a historical region that has a lot of art and culture. One of the conservation efforts is to build a center for arts and culture that can be a place for public to get information, knowledge, and learn in a fun way about the arts and culture of Cirebon. For this reason, this final project aims to produce a design for the Cirebon arts and culture center that uses a contemporary architectural approach. This contemporary architectural approach was chosen because Cirebon is planning the development of the Central Business District (CBD), therefore a contemporary architectural approach was chosen in the hope that this building will be more adaptive to the existing changes. In addition, the determination of contemporary architecture in this building is also a symbol that art and culture are still sustainable today. The data collection method in the Design of the Cirebon Art and Culture Center was carried out in two stages, namely 1) survey, observation, and interviews; and 2) literature study. The analysis, synthesis and design concepts are divided into three parts, namely site, space activities and programs, and mass composition. The results of this final project design show that the Cirebon arts and culture center building is a building that has a continuous circulation pattern, zoning space which is divided into four parts, namely public, semi-public, private and supporting zones. The shape of the building that takes the idea from the form of the gunungan wayang motif is the tree of life which is processed using the shape grammer method. Keywords: Cirebon Cultural and Art Center, Contemporary Architecture, Cirebon ______________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini seni dan budaya Cirebon terancam punah akibat hadirnya budaya modern yang lebih diminati, padahal seni budaya tersebutmerupakan warisan bangsa yang harus dilestarikan terutama oleh generasi

mendatang. Sebanyak 63% kesenian yang ada di Cirebon hampir punah bahkan 4% diantaranya sudah punah [1]. Selain itu, menurut Bapak Elang Heri, ketua sanggar seni Sekar Pandan Keraton Kacirebonan, seni budaya Cirebon memang sudah banyak yang hampir punah, salah satu adalah seni wayang dan pedalangan.


Oleh karena itu, diperlukan adanya tindakan pelestarian terhadap seni dan budaya Cirebon agar dapat lestari. Salah satu caranya, adalah dengan membangun sebuah gedung pusat seni dan budaya. Wilayah Cirebon, baik kota dan Kabupaten Cirebon saat ini merupakan kota yang sedang berkembang menjadi kota jasa dan perdagangan, seperti yang disampaikan harian Berita Satu, bahwa Pemkot Cirebon berencana mereklamasi seluas 60 kilometer persegi pantai Utara Jawa untuk dijadikan CBD (Central Bussines District) [2], maka. Cirebon akan berkembang menjadikota metropolitan. Dengan adanya perkembangan ini maka bukan sebuah ketidak mungkinan bahwa budaya masyarakat akan berubah. Seni dan budaya tradisional bisa semakin redup. Untuk itu, sebuah pusat seni dan budaya sangat dibutuhkan di Cirebon guna mempertahankan seni dan budaya yang telah ada meski banyak perubahan-perubahan yang datang. Sebuah pusat seni dan budaya akan menjadi penetralisir bahwa kita tetap menerima kemajuan teknologi dan modernisasi, namun sebuah tempat yang mewadahi seni dan budaya warisan leluhur harus tetap ada yang dapat menjadi rekam jejak dari masa-ke masa. Arsitektur kontemporer merupakan salah satu tema yang dapat diterapkan berbagai bangunan yang memiliki fungsi publik. Tema arsitektur kontemporer ini memiliki kelebihan ekspresif dan dinamis [3], dimana bangunan-bangunan dengan tema kontemporer pada umumnya memiliki keindahannya tidak lekang oleh waktu produk arsitektur kontemporer sangat mewakili kekinian dalam gaya, langgam maupun trentren globalisasi [3]. Dengan demikian Bangunan Pusat Seni dan Budaya Cirebon ini akan mempunyai nilai tambah jika menggunakan Tema Arsitektur kontemporer, karena sesuai kebutuhannya, bangunan ini berfungsi melestarikan seni dan budaya Cirebon dan wadahnya juga harus memberi cerminan disain yang lestari. Pengambilan tema arsitektur kontemporer juga bertujuan agar bangunan tersebut tak lekang oleh waktu seperti budaya dan seni yang ada didalamnya. 2. Identifikasi Masalah Belum adanya wadah untuk menampung seni dan budaya dalam wadah dimana masyarakat umum mendapat pengetahuan dan belajar tentangseni dan budaya Cirebon. 3. Tujuan Perancangan Membuat perancangan bangunan Pusat Seni dan Budaya Cirebon yang dapat mewadahi kegiatan pelestarian seni dan budaya dengan tampilan kontemporer yang mengandung kan ciri budaya Cirebon dengan skala layanan provinsi. 4. Metode Penelitian

Metode perancangan tugas ini terbagi menjadi pengumpulan data, analisis dan sintesis, konsep, dan skematik disain, serta prelminari disain. a. Pengumpulan Data Tahap awal perancangan dimulai dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan survei, dan observasi, serta wawancara. Survei dan observasi dilakukan ke tapak tempat lokasi perancangan. Selain itu survei dan observasi juga dilakukan ke bangunan-banguna yang memiliki funsi yang sama, yaitu Taman Ismail Marzuki dengan tujuan untuk mengetahui polar uang, dan zonasi, serta kegiatan pada bangunan tersebut. Selain itu penulis juga mengumpulkan data mengenai bangunan sejenis melalui internet, diantanya Pusat Seni dan Budaya Baiyunting dan Fuzhou di Cina. Tahap pengumpulan data selanjutnya, adalah wawancara, dengan tujuan untuk mencari informasi mengenai sejarah, jenis, kegiatan, serta filosofi seni dan budaya Cirebon. Wawancara dilakukan bersama Bapak Elang Hari selaku ketua Sanggar Seni Sekar Pandan yang merupakan salah satu sanggar seni yang ada di Cirebon yang masih aktif melaksanakan pelestarian berbagai macam kesenian Cirebon. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Pusat Seni dan Budaya Kata pusat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dan sebagainya). Sedangkan seni adalah sebuah ungkapan emosional seorang seniman yang dituangkan kedalam sebuah karya sehingga karya tersebut memiliki nilai tersendiri. Akhdiat K. Miharj menyebut seni sebagai kegiatan rohani manusia yang merefleksi realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani penerimanya [4]. Seni terdiri dari beberapa macam, seperti seni lukis, seni tari, seni teater, dan lain sebagainya. Seni erat kaitannya dengan budaya. Menurut Djojodigoeno definisi kebudayaan mengandung arti “cipta, rasa dan karsa”[5]. Artinya dalam sebuah budaya, melibatkan pikiran, serta mentalitas karena budaya sebenarnya merupakan segala pikiran dan perilaku manusia yang dijadikan sebuah landasan atau pedoman bagi kehidupan bermasyarakat. Sedangkan, menurut M. Thoyibi seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dpat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia [6]. Dari definisi-definisi diatas, pusat seni dan budaya dapat diartikan sebagai suatu tempat atau bangunan yang dijadikan pokok atau pangkal yang mewadahi berbagai macam kegaitan seni dan budaya, dalam hal


ini merupakan sebuah bentuk pelestarian seni dan budaya. 2. Tinjauan Arsitektur Kontemporer Hilberseimer, L. (1964). Dalam Contemporary architecture: its roots and trends. Chicago: Chicago, P. Theobald. Mengemukakan bahwa gaya arsitektur ini muncul pertama kali saat revolusi industri di Inggris [7]. Arsitektur kontemporer muncul karena kejenuhan dengan fabrikasi dan memunculkan gaya-gaya baru yang lebih segar. Hingga sekarang, arsitektur kontemporer semakin berkembang dan tidak terikat dengan aturan-aturan lama/klasik. Menururt Konnemann, dalam World of Contemporary Architecture XX “Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur, berusaha menciptakan suatu keadaan yang nyata terpisah dari suatu komunitas yang tidak seragam.” Sedangkan menurut L. Hilberseimer dalam Comtemporary Architects 2 (1964) “Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya yang mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu yang berbeda, dan merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur. [3] Dari pengertian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa arsitektur kontemporer merupakan arsitektur masa kini, artinya tidak ada keterikatan aturan-aturan arsitekur pada masa tertentu yang mengedepankan kebebasan berekspresi dalam pengelolaannya serta penekanan pada segi kemajuan teknologi, arsitektur kontemporer tidak memiliki kecenderungan terhadap gaya arsitektur. Arsitektur kontemporer dapat berupa campuran dari beberapa aliran arsitektur. Kritikus arsitektur Charles Jencks, 1981 [8] dan Schirmbeck, 1988 [9] memaparkan beberapa ciri-ciri yang ada dalam arsitektur kontemporer adalah sebagai berikut: a. Hybrid Expression adalah Penampilan bangunan yang merupakan hasil gabungan unsur–unsur kontemporer dengan unsur arsitektur lainya. b. Complexity merupakan pengembangan ide–ide mengenai karakteristik kontemporer yang bepengaruh pada perancangan awal sehingga menghasilkan perancangan yang bersifat kompleks. c. Variable Space with surprise merupakan Perubahan bentuk,ruang dan lainya yang tercipta akibat kejutan atau momentum tertentu, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain. d. Conventional and Abstract Form merupakan penampilan bangunan yang menampilkan bentuk

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

konvensional dan bentuk-bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah dimengerti maksud dan tujuannya. Eclectic merupakan penampilan bangunan yang memiliki campuran langgam–langgam yang saling berhubungan secara konsisten. Varible Mixed Aesthetic Depending on Context Expression on content and semaic appropriateness toward function. Merupakan penampilan bangunan yang memilik Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi. Pro or Organic Applied Ornament merupakan penampilan bangunan yang mencerminkan kedinamisan sesuatu yang timbul dan dengan sentuhan ornament yang pas. Pro or Representation adalah Menampilkan bentuk-bentuk yang berbeda dengan lainya sehingga dapat memperjelas arti, fungsi, makna dan tujuan. Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentuk– bentuk tertentu dan diterapkan pada desain bangunan sehingga orang dapat dengan mudah menangkap arti dan fungsi bangunan. Pro-Humor merupakan penampilan bangunan yang mempunyai nilai humoris, sehingga penghuni diajak untuk lebih menikmatinya. Pro-simbolic merupakan penampilan bangunan yang menyiratkan simbolsimbol yang mempermudah arti maksud dan tujuan yang dikehendaki perancang.

3. Tinjauan Penerapan Arsitektur Kontemporer pada Pusat Seni dan Budaya Cirebon Terhadap Lingkungan, Sosial, dan Budaya Seperti yang telah dijelaskan dimuka bahwa adanya rencana pembangunan CBD (Central Bussines District) di Cirebon yang dikutip dari laman harian Berita Satu, Pemkot Cirebon berencana mereklamasi seluas 60 kilometer persegi pantai utara jawa untuk dijadikan CBD (Central Bussines District) [2]. Dengan adanya rencana tersebut, Cirebon mendekati pintu gerbang untuk menjadi kota metropolitan yang dikelilingi bangunan bangunan megah dengan gaya yang lebih baru. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan arsitektur kontemporer pada Pusat Seni dan Budaya Cirebon merupakan pilihan yang tepat, agar bangunan tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya pada saat itu. Selain itu penggunaan arsitektur kontemporer juga dipengaruhi oleh masyarakat yang menjadi sasaran utama didirikannya Pusat Seni dan Budaya Cirebon yaitu generasi muda atau generasi mellenial. Tak bisa dipungkiri, gaya hidup dari generasi ini turut berpengaruh pada pergerakan tren desain bangunan.


Sekretaris Jenderal Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ariko Andikabina mengatakan generasi milenial menyukai konsep bangunan yang efisien yaitu yang mengutamakan kemudahan dan kenyamanan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, generasi masa kin juga menyukai bangunan yang memiliki fungsi ganda atau sering disebut dengan mix-use building karena generasi millennial cenderung aktif dan memiliki mobilitas tinggi, tentunya konsep arsitektur kontemporer dapat menjawab kriteria tersebut. Bangunan dengan gaya arsitektur kontemporer selalu memiliki kejutan-kejutan dalam desainnya. Hal itu dapat menjadi daya tarik bagi Pusat seni dan Budaya Cirebon untuk menarik pengunjung. Menurut Agus Heru Purnomo, 2020 [10] gaya arsitektur juga berpengaruh terhadap daya tarik kunjungan wisata. METODOLOGI PERANCANGAN Metodologi perancangan yang diagunakan dalam perancangan Pusat Seni dan Budaya Cirebon ini menggunakan metode shape grammar. Menurut Knight T.W, 1998 Shape Grammar terdiri dari aturan bentuk yang menentukan bagaiamana bentuk dasar yang ada dapat diolah dan diubah. Bentuk yang diolah akan membantu serta mengarahkan ke bentuk baru. Shape Grammar memiliki tiga tahap dalam aturannya, yang pertama adalah aturan bentuk dasar, kemudian bentuk yang ditransformasi, dan bentuk yang terminasi. [11] Menurut Azka, 2020 [11] transformasi pada metode shape grammer hanya mengubah prototype tanpa mengubah fungsinya. Transfomasi bentuk dari metode shape grammar ini dapat dilakukan dengan mengubah konfigurasi formulir melalui operasi geometri Euclidean yakni translasi, rotasi, skala dan cermin. HASIL ANALISIS DAN SINTESIS 1. Lokasi

Gambar 1. Lokasi Pusat Seni dan Budaya Cirebon Sumber : Google Maps, 2021 Telah diolah Kembali Oleh Adhia

Lokasi tapak berada diantara Jalan Tuparev dan Jalan Brigjen Darsono, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dengan luas tapak sebesar Koefisien Dasar Bangunan Tapak ini, yaitu 60% , dengan Koefisien Dasar Hijau (KDH) 40%, dan Koefisien Luas Bangunan (KLB) 1,2, serta peruntukan lahan sebagai kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan/ perdagangan dan jasa.: Lokasi ini cukup strategis karena berada dekat dengan pusat kota sehingga aksesbilitasnya mudah, berikut ini merupakan gambaran aksesbilitas menuju lokasi tapak. Tabel 1. Jangkauan Lokasi Tapak No 1. 2. 3. 4.

Lokasi Stasiun Cirebon Stasiun Perujakan Terminal Harjamukti Bandara Cakrabuwana

Jarak/Waktu Menggunakan Kendaraan 3.6 KM / 9 menit 4.1 KM / 11 menit 5.0 KM / 13 menit 6.1 KM / 14 menit

Batasan-batasan Lokasi Utara : Jalan Tuparev Selatan : Lahan Kosong Timur : Hotel Patra Barat : Jalan Brigjen Darsono Batas utara pada tapak ini merupakam Jalan Tuparev. Jalan Tuparev terhubung dengan Jalan Cipto di Kota Cirebon, serta Jalan Brigjen Darsono disisi Barat. Kedua jalan ini menghubungkan ke lokasi-lokasi strategis di sekitar tapak, seperti Jalan Cipto yang merupakan salah satu jalan dipusat Kota Cirebon yang diarea sekitarnya merpakan area komersil seperti pusat perbelanjaan, sedangkan Jalan Brigjrn Darsono dikelilingi oleh area-area pendidikan seperti Universidas Gunung Jati, Politeknik Kesehatan Tasik Malaya Kampus Cirebon, perpustakaan kota, dan lain sebagainya. Sedangkan batas timur tapak ini merupakan Hotel Patra, dan disisi selatan merupakan lahan kosong namun terhubung dengan site hotel Verse diebelah hotel Patra. Berdasarkan Peraturan Pemeritah Kabupaten Cirebon No. 7 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 20182038[12], area tapak ini termasuk kedalam Zona Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan dengan peruntukan lahan untuk perdagangan dan jasa. Luas area tapak 24.550 m2 dengan besar koefisien dasar bangunan 14.730 m2, koefisien lantai bagunan seluas 29.460 m2, koefisien dasar hijau seluas 9.820 m2 serta garis sepadan bangunan sebesar lima meter.


2. Zonasi Ruang Pembagian zonasi ruang pada Pusat Seni dan Budaya Cirebon terdiri dari ruang publik, semi private, private dan ruang penunjang. Berikut ini merupakan gambaran zonasi Pusat Seni dan Budaya Cirebon.

Gambar 2. Zonasi Ruang Pusat Seni dan Budaya Cirebon Sumber : Adhia, 2021 Pada gambar diatas zona yang berwasna hijau merupakan zona yang paling tidak bising sehingga ruang-ruang yang memerlukan tingkat kebisingan yang rendah diletakan pada zona tersebut, dalam perancangan ruang-ruang seperti perpustakaan, ruang staff diletakan pada gedung A yang terdapat pada zona hijau, sedangkan pada area berwarna orange dan merah merupakan area dengan tingkat kebisingan yang cukup tinggi sehingga ruang-ruang semi publik dan publik diletakan pada zona ini. Oleh karena itu bangunanbangunan seperti amphi theater dan galeri diletakan pada zona ini yang ditandai dengan huruf C pada gambar. Sedangkan untuk ruang-ruang pada pusat seni dan budaya ini dibagi menjadi empat kategori yakni ruang publik, semi publik, private dan penunjang. Berikut ini merupakan ruang-ruang yang ada pada Pusat Seni dan Budaya Cirebon beserta kategorinya.

Gambar 3. Zonasi Ruang Sumber: Adhia, 2021

3. Filosofi Bangunan Bentuk bangunan ini diambil dari motif pohon hayat yang ada pada gunung wayang. menurut Sastroamidjojo (1964: 203-226)[13] pohon hayat disebut juga pohon nagasari/kalpawreksa/parijatha atau pohon surge. Didalam Wedha disebut Pauh Janggi, yang bermakna memberi ketidakmatian. hal tersebut juga menjadi satu harapan agar seni budaya yang ada didalam bangunan Pusat Seni dan Budaya ini tidak akan pernah mati dan tetap lestari. Bentuk bangunan Pusat Seni dan Budaya Cirebon didapatkan menggunakan metode shape grammer, bentuk dasar dari bangunan ini merupakan persegi panjang yang dilengkungkan dan lingkaran yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga terjadi transformasi bentuk yang sesuai dengan yang di inginkan.

Gambar 4. Transformasi Bentuk Pusat Seni dan Budaya Cirebon Sumber: Adhia, 2021 Selain bangunan utama, bentuk atap dan secondary skin dari bangunan pusat seni dan budaya ini juga diadaptasi dari bentuk gunungan wayang. Untuk atap utama, berasal dari bentuk gunung wayang yang pada sisi kanan dan kirinya diberikan tambahan garis lengkung sehingga menjadi setengah lingkaran. Bentuk setengah lingkaran tersebut dicerminkan sehingga menjadi satu lingkaran utuh yang kemudian dibuat lengkung agar tetap responsive terhadap iklim yakni hujan. Berikut ini merpakan gambaran trasnsformasi bentuk atap Pusat seni dan Budaya Cirebon.

Gambar 5. Transformasi Bentuk Atap Pusat Seni dan Budaya Cirebon Sumber: Adhia, 2021


Selain bentuk atap, secondary skin bangunan inipun diadaptasi dari gunungan wayang agar tetap selaras. Sama seperti atap, bentuk utama ini diambil dari bentuk gunungan wayang yang kemudian ditambahkan garis lengkung di sisi kanan kirinya sehingga membentuk setengah lingkaran. Kemudian, bentuk setengah lingkaran tersebut dipasang melingkar mengikuti bentuk bangunan, berikut ini gambaran transformasi bentuk secondary skin.

Gambar 6. Transformasi Bentuk Secondary Skin Pusat Seni dan Budaya Cirebon Sumber: Adhia, 2021 4. Konsep Perancangan Tapak

Gambar 7. Konsep Perancangan Tapak Pusat Seni dan Budaya Cirebon Sumber: Adhia, 2021 Berdasarkan pada gambar diatas, orientasi utama bangunan menghadap ke arah barat atau menghadap ke Jalan Brigjen Darsono, karena berdasarkan analisis tapak titik tangkap terbesar berada disisi tersebut. Untuk pintu keluar dibagi menjadi dua, yakni pintu keluar utara bagi pengunjung yang ingin langsung menu Jalan Tuparev dan pintu keluar Barat untuk pengunjung yang ingin langsung menuju Jalan Brigjen Darsono. Disebelah jalur keluar utara, terdapat jalur service untuk bongkar muat. Jalur kendaraan dan manusia memiliki pola yang sama, karena pada setiap sisi jalur kendaraan terdapat jalur pejalan kaki, hal tersebut dimaksudkan agar pejalan kaki juga lebih bebas untuk memilih pergerakan namun tetap aman. Vegetasi disusun mengikuti alur jalan sebagai pengarah, selain sebagai

pengarah vegetasi tersebut digunakan untuk peneduh juga sebagai buffer dan penyaring polusi dari kendaraan yang melintas. Tanaman yang digunakan untuk pengarah adalah tanaman glodokan tiang. Selain pohon-pohon yang berada sepanjang jalan dalam area tapak, akan disusun pula vegetasi-vegetasi lain dibeberapa titik tertentu agar lingkungan menjadi hijau dan segar seperti pada area parkir dan taman ditanami ketapang kencana, terdapat pula pohon manga dan angsana sebagai vegetasi peneduh. Selain tanaman terdapat pula perkerasan yang digunakan yakni aspal pada jalan-jalan untuk kendaraan, grass blok digunakan pada area parkir, penggunaan grass block ini juga bertujuan agar air masih dapat menyerap. Selain itu paving block juga digunakan untuk area pejalan kaki. 5. Sistem Struktur Struktur bawah bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang, Reinforced Concrete Pile atau yang sering disebut tiang pancang adalah sebuah pondasi yang dibuat dengan material beton bertulang, selain itu tiang pancang juga terdapat campuran penulangan dari baja sehingga pondasi ini mempunyai kekuatan sangat tinggi, selain itu hal tersebut juga berfungsi untuk menahan momen lentur ketika proses pemancangan dilakukan [14]. Pembuatan pondasi tiang pancang dilakukan dipabrik dan diangkut menggunakan alat berat ke lokasi pembangunan. Unruk sistem struktur badan bangunan yakni menggunakan beton bertulang. Penggunaan beton sebagai middle structure karena beton bertulang kuat dan fleksibel dapat menyesuaikan bentuk-bentuk yang diinginkan mengingat bangunan Pusat Seni dan Budaya memiliki tema kontemporer sehingga membutuhkan kejutankejutan dalam gubahannya yang menuntut struktur yang lebih kompleks pula. Sedangkan untuk struktur atap pada bangunan utama menggunakan space truss dan pada gedung theater menggunakan plane truss.

Gambar 8. Sistem Struktur Pusat Seni dan Budaya Cirebon Sumber: Adhia, 2021


6. Material Bangunan Tabel 3. Material Bangunan Jenis Jenis Bahan Aplikasi Pada Bangunan Penutup Atap

 ACP  Atap Utama (Alumunium Bangunan Compossite  Atap Area Panel) Galeri  Plat Beton  Atap Amphi  Membran Theater

Rangka Atap

Space Truss

Rangka Atap Utama Bangunan dan Rangka Atap Amphi Theater

Dinding Eksterior

ACP (Alumunium Compossite Panel)  Cat Interior  Dinding akustik

Eksterior Bangunan Pusat Seni dan Budaya

Keramik 40x40

Dinding Toilet

Lantai Pusat Seni dan Budaya Toilet Theather

Landscaping

Granit Tile 80 x 80 Keramik 60 x 60 Karpet Grass Block

Plafond

Gypsum

Setiap ruang yang ada pada pusat seni dan Budaya Theather

Dinding Interior

Pelapis Dinding Toilet Lantai

akustik

Kaca

Kaca Tempered

 Interior Pusat Seni dan Budaya  Theather

harus diperhatikan agar memenuhi kriteria sebagai bangunan dengan pendekatan arsitektur kontemporer berdasarkan ciri-cirinya. Salah satunya adalah penggunaan bentuk yang cukup rumit dan meliuk-liuk yang diadaptasi dari motif pohon hayat pada gunungan wayang yang mencerminkan ciri dari arsitektur kontemporer yakni conventional and abstact form. Bentuk Pusat Seni dan Budaya Cirebon dapat dilihat pada gambar perspektif mata burung dan mata manusia dibawah ini.

Gambar 9. Perspektif Mata Burung Sumber: Adhia, 2021 Pada area galeri dibuat dengan menggunakan ramp dan alur pengunjung dibuat mengalir mengikutinya, sehingga menjadi kejutan tersendiri bagi pengunjung. Hal tersebut mencerminkan salah satu ciri arsitektur kontemporer yakni variable space with surprise. Berikut ini merupakan gambaran galeri Pusat Seni dan Budaya Cirebon.

Area Parkir

Area Galeri, Area Kantor Pengelola, Area Food Court, Area Studio Seni

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan perancangan diatas, pereancangan Pusat seni dan Budaya Cirebon dengan pendekatan arsitektur kontemporer memiliki tantangan tersendiri. Dimana ada beberapa point yang

Gambar 10. Interior Galeri Sumber: Adhia, 2021 Selain galeri, Pusat seni dan Budaya Cirebon terdiri dari beberapa ruang utama yakni perpustakaan, theater, amphi theater, dan studio seni, pada ruang-ruang ini pengunjung dapat belajar mengenai banyak seni dan budaya Cirebon seperti sejarah mengenai macammacam seni yang bisa didapat di perpustakaan dan galeri, pertunjukan-pertunjukan seni yang dapat di tonton di theater atau amphi theater, bahkan bisa langsung belajar mengenai seni seperti pembuatan wayang, pembuatan naskah wayang dan lain-lain di studio seni yang telah disefiakan. Selain ruang-ruang utama diatas, terdapat pula ruang-ruang lain seperti


water fountain untuk sekedat bermain dan belajar, serta area food court yang menjual aneka makan tradisional maupun modern dan toko souvenir untuk pengunjung yang ingin membeli cindera mata. Area souvenir ini dibuat untuk memfasilitasi usaha kecil masyarakat yang ada disekitar bangunan Pusat Seni dan Budaya Cirebon. Berikut ini merupakan gambaran ruang-ruang yang ada pada Pusat Seni dan Budaya Cirebon.

Gambar 31.Theater Multi Fungsi Sumber: Adhia, 2021

Gambar 11. Perpustakaan Sumber: Adhia, 2021

Gambar 12. Water Fountain Sumber: Adhia, 2021

Gambar 13. Pertokoan dan Food Court Sumber: Adhia, 2021

Gambar 31. Amphi Theater Sumber: Adhia, 2021

DAFTAR PUSTAKA [1] Dinas Budaya Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Cirebon, “BENTUK DAN JENIS KESENIAN YANG ADA DI KABUPATEN CIREBON YANG BERKEMBANG, HAMPIR PUNAH DAN PUNAH,” 2020. https://disbudparpora.cirebonkab.go.id/bentuk -dan-jenis-kesenian-yang-ada-di-kabupatencirebon-yang-berkembang-hampir-punah-danpunah (accessed Sep. 19, 2020). [2] I. Muzakir, “Bangun CBD, Pemkot Cirebon Reklamasi Pantai,” Cirebon, Sep. 14, 2014. [3] H. Desi, L. Mauliani, and Y. Sari, “PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA SEKOLAH MODEL DAN MODE MUSLIM DIAN PELANGI,” pp. 31–36. [4] Inrevolzon, “Kebudayaan dan Peradaban Oleh: Inrevolzon,” Tamaddun J. Kebud. dan Sastra Islam, vol. 13, no. 2, pp. 1–8, 2013. [5] Y. D. S. PUTRI., “BAB II Landasan Teori,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689– 1699, 2019. [6] I. Malang, “KOTA PARIAMAN ( TEMA : RE-INTERPRETING TRADITION ),” 2015. [7] U. Authors, “Museum Batik Nusantara,” pp. 6–46, 2008. [8] S. C. NUGROHO, “Pusat Studi Gempa Bumi Di Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta,” Univ. Atma Jaya, pp. 43-56. Jakarta, 2017, [Online]. Available: http://e-journal.uajy.ac.id/11419/. [9] H. Y. dan L. P. Febrianti, Ismaniasita Nur, “Penerapan Arsitektur Kontemporer Dalam Perancangan Pusat Jasa Pernikahan Di Bekasi,” Univ. Sebel. Maret Surakarta, vol. I, no. 1, pp. 45–46, 2018, [Online]. Available: https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/a rticle/view/662. [10] A. H. Purnomo, S. Sumaryoto, and S. Suparno, “Studi Pengaruh Gaya Arsitektur Bangunan Terhadap Daya Tarik Kunjungan Wisata di Kota Lama Semarang,” Arsitektura, vol. 18, no. 1. p. 74, 2020, doi: 10.20961/arst.v18i1.36214. [11] A. Azka, “Penelusuran geometri pada masjid karya ridwan kamil dengan metode shape grammar,” Jakarta, 2020. [12] R. Suganda, E. Sutrisno, and I. W. Wardana,


[13]

[14]

“PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NO T TAHUN 2018 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 20182038,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013. M. -, “DARI POHON HAYAT SAMPAI GUNUNGAN WAYANG KULIT PURWA (Sebuah Fenomena Transformasi Budaya),” Imaji, vol. 8, no. 1, 2015, doi: 10.21831/imaji.v8i1.6656. M. Dirhamni, “Pondasi Tiang Pancang,” 2016. https://muhammadirhammi.wordpress.com/20 16/10/30/pondasi-tiang-pancang/ (accessed Oct. 19, 2020).


PERANCANGAN ART CENTER & GALLERY DI JAKARTA TIMUR DENGAN KONSEP ARSITEKTUR KONTEMPORER Rifda Ruslani Abraham1 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 rifda.ruslani@gmail.com

________________________________________________________________________________ Abstrak Antusiasme masyarakat khususnya kalangan muda akan karya seni semakin hari semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan ramainya Galeri Seni pada akhir pekan dan Galeri Seni merupakan salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi. Seiring dengan berkembangnya kesenian, jumlah seniman di Indonesia pun semakin banyak. Tetapi wadah atau ruang untuk seniman yang dapat menampung karya-karya seniman untuk dipamerkan kepada khalayak banyak serta sebagai tempat berkumpulnya para seniman di Jakarta dinilai belum cukup. Selain itu diperlukan sebuah wadah bagi masyarakat untuk berkegiatan kesenian dan belajar mengenai seni. Jakarta Timur adalah salah satu kota yang masih minim akan keberadaan Pusat Kesenian atau Galeri Seni. Metode yang digunakan dalam perancangan ini dimulai dengan studi literatur, survey dan observasi lapangan untuk memperoleh data langsung dari tapak, ditutup dengan analisis sintesis untuk meneliti potensi dan kendala pada tapak serta mendapatkan solusi dalam mengatasi kendala tersebut. Konsep dasar perancangan ini adalah Arsitektur Kontemporer dimana konsep ini dapat menghasilkan sebuah desain yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sebelumnya dikarenakan Arsitektur Kontemporer memiliki ragam bentuk yang unik dan sangat kompleks. Hasil dari perancangan ini adalah berupa sebuah bangunan yang dapat menjadi ikon kesenian di Jakarta Timur guna menaungi kegiatan kesenian di kota tersebut yang dapat mendorong masyarakat menjadi lebih produktif dan kreatif dalam berkarya serta sebagai upaya pelestarian kesenian kontemporer dari era saat ini. Kata Kunci: Pusat Seni, Galeri, Jakarta Timur, Arsitektur Kontemporer.

Abstract The public enthusiasm of art especially young people is getting high each day. This one proven with crowded that fill up Art Gallery on weekend and also is one of the place that must visited on weekend or holiday. Along with the development of art, number of artist in Indonesia is increasing as well. But a place where artist can showcase his work to public in Jakarta is still not considered adequate and not enough. Besides, a city need a place where it people can do arts and learning it. East Jakarta is one of the cities that still lacks the existence of an Art Center or Art Gallery. The method used in this design begins with a literature study, survey and field observations to obtain data directly from the site, closed with synthesis analysis to examine the potential and constraints at the site and get a solution to overcome these obstacles. The basic concept of this design is Contemporary Architecture where this concept can produce a new and different design from the previous one because Contemporary Architecture has a variety of unique and very complex forms. The result of this design is the form of a building that can become an art icon in East Jakarta in order to overshadow art activities in the city that can encourage people to be more productive and creative in their work as well as an effort to preserve contemporary art from the current era. Kata Kunci: Art Center, Gallery, East Jakarta, Contemporer Architecture. _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Meningkatnya antusiasme masyarakat akan karya seni akhir-akhir ini semakin meningkat. Rasa antusiasme ini sebagian besar datang dari kalangan anak muda. Golongan anak muda ini identik dengan masa kini, mereka terkesan lebih tertarik dengan halhal yang berbau modern. Termasuk ke dalam hal-hal yang berbau seni, anak-anak muda ini sangat tertarik dengan karya-karya Seni Kontemporer atau bisa dibilang Seni Modern. Hal ini terbukti dengan beberapa Galeri Seni yang populer saat ini adalah

yang memamerkan Kesenian Kontemporer. Saat ini Galeri Seni merupakan salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi pada akhir pekan [1], biasanya Galeri Seni ini dipenuhi oleh masyarakat yang sekedar ingin tahu seperti apa karya-karya seniman atau masyarakat yang memang sudah menyukai seni. Seiring dengan berkembangnya kesenian, jumlah seniman di Indonesia pun semakin banyak. Menurut QS World University Rankings by Subject 2020, untuk program studi perkuliahan favorit, jurusan Desain dan Seni berada di peringkat pertama [2]. Hal ini didasari oleh meningkatnya kebutuhan tenaga kerja untuk


industri kreatif, termasuk didalamnya adalah bidang seni. Diprediksi industri kreatif dapat menjadi motor penggerak sektor ekonomi pada abad-21 [3]. Dapat diartikan bahwa akan semakin banyak seniman yang muncul. Dengan banyaknya seniman yang muncul, dibutuhkan juga wadah atau ruang yang dapat menampung karya-karya seniman tersebut untuk dipamerkan kepada khalayak banyak. Selain itu diperlukan juga sebuah wadah bagi masyarakat untuk memperdalam kesenian tersebut. Wadah atau ruang untuk seniman dan masyarakat untuk mengeksplorasi seni di Jakarta dinilai belum cukup, padahal Jakarta merupakan salah satu kota seni dan budaya disamping kota Yogyakarta [4]. Julukan kota Jakarta sebagai kota seni dan budaya dinilai belum pantas disandangnya karena hal ini. Saat ini Jakarta sudah mempunyai beberapa Galeri Seni yang sangat terkenal seperti Art:1 New Museum (Jakarta Pusat), Artsphere (Jakarta Selatan), BIASA ArtSpace (Jakarta Selatan), Galeri Hadiprana (Jakarta Selatan), dan Galeri Edwin (Jakarta Selatan) [1]. Salah satu daerah di Jakarta yang masih belum mempunyai Galeri dan Pusat Seni yang terkenal adalah Jakarta Timur. Melihat pentingnya sebuah Galeri dan Pusat Seni pada sebuah kota untuk mendorong masyarakat menjadi semakin kreatif dan produktif dalam berkarya. Maka diperlukan sebuah Galeri dan Pusat Seni yang dapat menjadi salah satu ikon kesenian di Jakarta Timur. TINJAUAN PUSTAKA Tema yang akan diterapkan pada bangunan Art Center & Gallery adalah Arsitektur Kontemporer. Menurut Fransisco, Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan gaya arsitektur, berusaha menciptakan suatu keadaan yang nyata-terpisah daari suatu komunitas yang tidak seragam. Arsitektur Kontemporer menghasilkan sebuah desain yan baru dan berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, biasanya Arsitektur Kontemporer memiliki bentuk yang unik dan sangat kompleks. Dalam fasad, permainan warna dan tekstur juga sangat penting, hal ini dijadikan modal untuk daya tarik bangunan itu sendiri. Dalam tinjauan mengenai Art Center, fasilitasfasilitas utama yang harus dimiliki olej Art Center untuk mewadahi fungsi dari bangunan tersebut adalah gedung pertunjukan, studio untuk berbagai kegiatan seni, ruang serbaguna, galeri, art shop, dan ruang penyimpanan. Sedangkan untuk Gallery sendiri mempunyai persyaratan agar dapat menarik perhatian calon pengguna, yaitu : lokasi yang mudah dicapai dan kejelasan alur sirkulasi di dalam galeri. Sebuah ruang pamer dalam Gallery juga mempunyai persyaratan khusus sebagai berikut, pencahayaan obyek dan ruangan yang baik, penghawaan ruang yang baik, terlindung dari posibilitas pengrusakan atau pencurian.

Adapun studi banding terkait Art Center & Gallery dari dalam dan luar negeri yang bisa digunakan sebagai acuan dalam perancangan dengan tema Arsitektur Kontemporer. Berikut adalah studi banding Art Center & Gallery juga Arsitektur Kontemporer : 1.

Komunitas Salihara Arts Center

Gambar 1. Eksterior Komunitas Salihara Arts Center Komunitas Salihara Arts Center ini merupakan pusat seni multidisiplin swasta pertama di Indonesia. Komunitas Salihara Arts Center berdiri di lahan seluas 3.800 . Art Center ini terdiri dari empat jenis bangunan utama, yaitu Teater Salihara, Galeri Salihara, Anjung Salihara dan ruang perkantoran. Sejak 2014, Salihara diperluas dengan menambahkan bangunan baru, yaitu Anjung Salihara yang di dalamnya terdapat Studio Tari, Wisma Seni, Ruang Serbaguna dan Teater Anjung. Konsep arsitektur yang dipaki pada Salihara Arts Center ini adalah Urban Modern dengan eksterior beton ekspos.

Gambar 2. Teater Salihara

Gambar 3. Galeri Salihara 2.

The Linen Gallery

Gambar 4. The Linen Gallery


The Linen Gallery adalah sebuah Galeri hasil renovasi sebuah Pabrik Kain Linen. Galeri ini juga khusus memamerkan kain-kain linen tersebut. Galeri ini terletak di Xiajing, Cina dan terbangun di area seluas 850 m2. Arsitek yang menangani desain renovasi Pabrik Linen ini adalah team Uchida Shanghai.

The Cooper Union adalah sebuah Gedung Akademik yang berlokasi di New York dan berdiri diatas lahan seluas 16.258 m2. Tim arsitek yang mendesain bangunan ini adalah Morphosis. Bangunan ini dirancang terinspirasi oleh visi ahli institut tersebut untuk mendorong interaksi sosial di dalamnya terlihat dari penggunaan open space dalam interiornya.

Gambar 8. Interior The Cooper Union Gambar 5. Interior The Linen Gallery Konsep utama dari galeri ini adalah memakai pergantian pencahayaan untuk mengungkapkan perjalanan waktu, konsep ini terlihat pada pembuatan skylight berbentuk bulat pada atap agar pengunjung dapat melihat langsung pergantian waktu dari siang ke malam. Untuk membuat karya yang berfokus pada pengalaman spasial, sang arsitek menggunakan material beton, besi, kaca, bambu dan juga keramik bekas. 3.

Museum Jewish

Gambar 6. Museum Jewish Museum Jewish terletak di Berlin, beridiri diatas lahan seluas 15.500 m2 dan didesain oleh arsitek Daniel Libeskind. Museum ini dibangun untuk mengenang kaum Yahudi yang dahulu dibantai secara besar-besaran di Jerman. Museum Jewish merupakan salah satu karya Arsitektur Kontemporer yang terkenal. Bisa dilihat dari gubahan massa yang memiliki bentuk zig-zag tidak beraturan tersebut, bentuk ini didapat dari garis kronologi waktu mengenai peristiwa yang terjadi pada kaum Yahudi di masa lalu. 4.

The Cooper Union

Gambar 7. The Cooper Union

Bangunan ini juga merupakan salah satu karya arsitektur kontemporer yang populer. Ciri khas arsitektur kontemporer yang terlihat adalah dari bentuk gubahan massa yang beda dari yang lain yaitu terdapat cekungan pada bentuknya. Material yang digunakan pada fasadnya double skin antara kaca semi transparan dan alumunium. METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam proses perancangan adalah dengan menggunakan data yang diperoleh dari beberapa cara, yaitu: a. Studi literatur, kegiatan mencari referensi berupa data pustaka yang relevan dengan topik yang dipakai. Studi ini dibutuhkan untuk mencari teoriteori yang berkaitan dengan Art Center & Gallery serta Arsitektur Kontemporer. b. Survey dan observasi lapangan, kegiatan mengamati dan mencatat secara langsung di lapangan. Metode ini dilakukan untuk memilih lokasi tapak perancangan. Hal-hal yang diamati adalah ukuran tapak, kondisi di sekitar tapak, dan lain-lain. c. Analisis sintesis, kegiatan penelitian atau penyelidikan terhadap sesuatu yang menghasilkan sebuah solusi terhadap hal yang diteliti tersebut. Metode ini dilakukan untuk meneliti potensi dan kendala yang terdapat pada tapak dan untuk mendapatkan solusi dalam mengatasi kendala tersebut. PERANCANGAN Perancangan Art Center & Gallery berlokasi di Jakarta Timur dengan letak geografisnya 49’35” bujur timur dan 10’37” lintang selatan. Tapak perancangan ini lebih tepatnya berada di Jl. Jakarta Garden City RT.01/RW.03, Cakung Timur, Kelurahan Cakung, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Lokasi ini berada pada zonasi perkantoran, perdagangan, dan jasa. Pemilihan lokasi ini mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jakarta Timur, dimana untuk Art Center & Gallery ini bisa dibangun pada zona sosial dan budaya, zona perdagangan atau zona campuran.


1. Analisis Matahari, Iklim, & Angin

Gambar 9. Tapak Perancangan Art Center & Gallery Tapak ini mempunyai luas 21.152 m2 dengan peraturan daerah : KDB 60%, KLB 4,5, KB 40, KDH 35%, KTB 50. Berdasarkan peraturan daerah yang berlaku maka total luas dasar bangunan pada tapak adalah 12.691 m2, total luas lantai bangunan adalah 57.110,5 m2, dan total luas dasar hijau adalah 7.403 m2. Potensi-potensi yang dimiliki oleh tapak antara lain:  Lokasi dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi karena berdekatan dengan Stasiun Cakung, Halte Transjakarta Pasar Cakung, dan Halte Transjakarta Food Garden  Lokasi juga berdekatan dengan pintu Toll Lingkar Luar Jakarta, jadi aksesibilitas menjadi lebih mudah  Tapak dikelilingi bangunan-bangunan komersil seperti AEON Mall Jakarta Garden City, IKEA, Pasar Modern Cakung, dimana eksisting ini dapat mendukung kualitas lokasi itu sendiri  Lokasi berdekatan dengan sarana-sarana pendidikan dimana nantinya sasaran pengguna bangunan adalah kaum millenials. Sarana-sarana pendidikan itu antara lain SMAN 76 Jakarta, SMAN 102 Jakarta, Sekolah Global Mandiri Jakarta, dan SMPN 234 Jakarta.  Bangunan di sekitar tapak sudah bergaya modern jadi nantinya tidak akan kesetimpangan apabila diterapkan unsurunsur modern pada gaya bangunan.  Tapak berada di bagian hook jalan, hal ini merupakan sebuah keuntungan sendiri karena nantinya dapat menciptakan daya tangkap yang bagus dari luar ke bangunan.  Sudah tersedia jalur pedestrian yang baik untuk aksesibilitas pejalan kaki, serta jalan di sekitar tapak dinilai sudah sangat baik.  Tapak bersebrangan dengan sebuah taman dan danau yang dapat menjadi view yang baik bagi pengguna bangunan nantinya. Kendala-kendala yang dimiliki oleh tapak adalah sebagai berikut :  Kawasan di sekitar tapak merupakan kawasan rawan banjir, jadi harus dilakukan antisipasi untuk banjir melalui desain nantinya.  Terdapat sebuah kubangan di dalam tapak, bisa diatasi dengan melakukan fill pada tapak.

Gambar 10. Analisis Matahari, Iklim, & Angin Kondisi lingkungan harian pada tapak adalah panas dengan temperatur hariannya adalah 23° - 33°C. Pada bagian utara dan selatan bangunan akan diberikan bukaan karena bagian ini tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung, pemberian bukaan ini juga berfungsi sebagai pencahayaan dan penghawaan alami pada bangunan. Sinar matahari dengan suhu terpanas terpancar dari arah barat. Untuk mengatasi hal ini pada area barat bangunan nantinya akan diberikan sun buffer yang berfungsi untuk mengurangi intensitas panas matahari yang masuk ke bangunan. 2. Analisis Topografi, Drainase, & Hidrologi

Gambar 11. Analisis Topografi, Drainase, & Hidrologi Berdasarkan data kontur tersebut, kontur pada tapak tidak terlalu curam dengan perbedaan ketinggiannya dari kontur yang paling tinggi dan paling rendah adalah 3 m. Tapak ini akan diratakan dengan mengikuti ketinggian kontur 7m. Untuk drainase akan dibuat di sekeliling tapak dengan arah aliran menuju ke bagian barat dimana di sebelah barat terdapat eksisting kali. 3. Analisis View

Gambar 12. Analisis View ke Dalam Tapak Titik tangkap terbesar menuju ke tapak bertempat pada bagian selatan tapak (zona merah pada gambar). Jalan Jakarta Garden City Boulevard yang berbatasan langsung dengan bagian selatan tapak


merupakan jalan raya utama, oleh karena itu titik A, B, & C merupakan titik utama dimana para calon pengunjung maupun orang yang berlalu lalang dapat melihat secara langsung ke dalam tapak. Maka pada zona merah tersebut akan ditempatkan point of interest dari bangunan itu sendiri. View ke dalam pada titik E & D juga termasuk ke dalam kategori baik, karena titik ini berhadapan langsung dengan dimensi terpanjang pada tapak maka arah orientasi bangunan adalah menghadap ke arah timur.

Gambar 13. Analisis View ke Luar Tapak Sebenarnya Art Center & Gallery adalah bangunan yang tidak terlalu memerlukan view dari dalam ke luar tapak karena kegiatannya lebih banyak fokus dengan objek di dalam bangunan.

Gambar 15. Analisis Vegetasi Pada tapak sudah terdapat taman sebagai batas barat tapak dengan jalan raya. Taman ini berisi pohon Petai Cina, Ketapang Kencana, dan tanaman-tanaman hias lainnya. Pada bagian lain yaitu di bagian utara dan barat tapak juga akan ditanami vegetasi sebagai pembatas tapak dengan lain. Untuk vegetasi yang akan ditanami mengikuti vegetasi eksisting yang sudah ada agar bisa menyeimbanginya. Selain itu juga akan dibangun sebuah ruang terbuka hijau pada bagian utara tapak sebagai tempat berkumpul dan bersantai nantinya 6. Analisis Sirkulasi Dalam Tapak

4. Analisis Kebisingan

Gambar 16. Analisis Sirkulasi Dalam Tapak

Gambar 14. Analisis Kebisingan Sumber kebisingan utama pada tapak berasal dari kendaraan yang berlalu lalang di sekitar tapak, tetapi frekuensinya kecil karena jalan di sekitar tapak tidak terlalu ramai. Jalan pada sebelah selatan tapak mempunyai kebisingan yang lebih besar dari bagian lainnya, karena jalan ini merupakan jalan raya utama. Pada bagian utara dan barat tapak merupakan lahan kosong yang frekuensi kebisingannya minim. Bagian utara dan barat ini dapat ditempatkan ruangan-ruangan yang membutuhkan ketenangan untuk bisa lebih fokus ke kegiatan di dalamnya nanti, seperti ruang pertunjukan, studio seni, perpustakaan, dan working space. 5. Analisis Vegetasi

Pada bagian selatan tapak terdapat pedestrian dengan lebar 2,5 m. Nantinya pedestrian juga akan dibangun pada bagian timur tapak agar akses pejalan kaki ke tapak bisa lebih luas. Tapak berada di area hook jalan, bagian timur tapak berbatasan dengan jalan raya dengan kepadatan yang tidak terlalu tinggi. Maka dari itu main entrance akan ditempatkan pada bagian ini sejauh minimal 30 m dari persimpangan dan diletakkan lebih menjorok ke dalam agar tidak terjadi penumpukan jalan. Untuk pintu exit akan ditempatkan pada bagian selatan tapak yang berbatasan langsung dengan jalan raya utama, ditempatkan disini karena sirkulasi dibuat memutari dalam tapak agar memudahkan aksesibilitas didalamnya. 7. Analisis Orientasi Bangunan & Zoning Pada Tapak


Gambar 17. Analisis Orientasi Bangunan & Zoning Pada Tapak Berdasarkan analisis-analisis sebelumnya dihasilkan zonasi semi publik, publik, dan private. Zonasi publik merupakan zonasi penerimaan yang dimana main entrance ditempatkan pada area ini. Selain itu pada zonasi ini akan ditempatkan ruang penerimaan berupa lobby dan drop off. Zonasi private ditempatkan pada area terdalam tapak yang juga mendapat kebisingan paling kecil. Pada zonasi ini akan ditempatkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan agar pengguna bisa lebih fokus kepada kegiatan didalamnya. Seperti ruang pertunjukan, working space, perpustakaan, dan studio. Untuk orientasi bangunan menghadap ke arah timur tapak karena menghadap ke jalan utama dan merupakan bagian tapak dengan dimensi terpanjang. 8. Analisis Gubahan Massa Bentuk dasar bangunan diambil dari bentuk ellips yang ditransformasi sedemikian rupa menjadi seperti bentuk daun bamboo apus. Pemilihan bentuk daun bamboo apus ini karena flora ini adalah ciri khas Jakarta Timur. Bangunan ini memiliki 2 massa, yaitu massa utama dan massa pendukung. Pada massa utama akan ditempatkan galeri, teater, dan studio seni. Pada massa pendukung akan ditempatkan perpustakaan, working space dan food court.

Gambar 18. Gubahan Massa Bangunan Art Center & Gallery nantinya akan menggunakan secondary skin berbahan dasar alumunium bermotif kayu sebagai material fasad utamanya. Secondary skin ini juga berfungsi sebagai penghalang sinar matahari yang langsung masuk ke bangunan. Selain alumunium bermotif kayu, material fasad lainnya yang akan dipakai yaitu curtain wall dan ACP.

publik, dan private. Zonasi publik berada di bagian timur tapak, zonasi semi publik berada di bagian selatan tapak, sedangkan zonasi private berada di bagian barat dan utara tapak yang merupakan bagian terdalam tapak.

Gambar 20. Konsep Perancangan Tapak Main entrance untuk kendaraan akan berada di bagian barat tapak. Untuk sirkulasi pejalan kaki nantinya bisa melewati sebuah plaza yang juga ditempatkan di bagian barat tapak sebagai penghubung antara bangunan dengan bagian luar tapak. Untuk pintu exit kendaraan akan ditempatkan pada bagian selatan tapak yang berhubungan langsung dengan jalan raya utama. Bangunan akan ditempatkan di bagian tengah tapak. Pola sirkulasi dalam tapak juga dibuat memutari tapak dengan bangunan utama sebagai pusatnya. Hal ini dimaksudkan agar bangunan utama dapat dicapai dari segala arah dan aksesibilitasnya juga mudah. Struktur bawah pada bangunan Art Center & Gallery disesuaikan dengan kondisi geologi pada daerah Cakung, Jakarta Timur. Pada daerah ini mempunyai jenis tanah pasir lempungan, maka pondasi yang dianggap sesuai dengan jenis tanah ini adalah pondasi tiang pancang. Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang berbentuk seperti kolom-kolom yang berfungsi sebagai penyalur beban dari struktur atas ke tanah penunjang. Yang cocok untuk bangunan ini adalah pondasi tiang pancang dengan material beton.

Gambar 21. Pondasi Tiang Pancang

Gambar 19. Contoh Sun Shading Penataan perancangan tapak bangunan Art Center & Gallery ini berdasarkan dari zonasi penggunaan bangunan yang terbagi menjadi zonasi publik, semi

Untuk struktur tengah dan struktur atas digabungkan menjadi satu kesatuan karena struktur yang digunakan adalah struktur bentang lebar yaitu jenis struktur rangka ruang. Struktur bentang lebar dipilih karena dinilai sesuai dengan kebutuhan fungsi bangunan, bangunan ini memerlukan sebuah ruang yang bentangannya lebar seperti ruang pamer, studio dan ruang pertunjukan. Jenis material yang digunakan untuk struktur ini adalah baja.


Gambar 22. Contoh Struktur Bentang Lebar Rangka Ruang Mekanikal dan elektrikal plumbing yang baik akan mendukung kenyamanan pengguna bangunan itu nantinya. Selain untuk kenyamanan, mekanikal dan elektrikal plumbing bangunan juga harus ramah lingkungan sehingga tidak merusak lingkungan sekitar nantinya. Berikut adalah Konsep Mekanikal dan Elektrikal Plumbing yang akan diterapkan pada bangunan :

Gambar 24. Denah Basement

Tabel 1. Konsep Utilitas Gambar 25. Denah Lantai Dasar Massa 1

Gambar 26. Denah Lantai 1 Massa 1

Gambar 27. Denah Lantai 2 Massa 1 Konsep yang telah dibuat dijadikan sebagai dasar yang digunakan dalam proses perancangan. Hasil dari perancangan berupa gambar kerja seperti, siteplan, denah, tampak, potongan, detail, dan perspektif.

Gambar 28. Denah Lantai 3 Massa 1

Gambar 23. Site Plan

Gambar 29. Denah Massa 2


Gambar 30. Tampak Depan Massa 1

Gambar 36. Potongan B-B Massa 1

Gambar 31. Tampak Belakang Massa 1

Gambar 37. Potongan C-C Massa 1

Gambar 32. Tampak Samping Kanan Massa 1

Gambar 38. Potongan D-D Massa 1

Gambar 33. Tampak Samping Kiri Massa 1

Gambar 39. Potongan Massa 2

Gambar 34. Tampak Massa 2 Gambar 40. Detail ACP

Gambar 35. Potongan A-A Massa 1


Gambar 41. Detail Curtain Wall

Gambar 42. Detail Struktur

Gambar 47. Aksonometri Utilitas Air Bersih & Air Kotor

Gambar 43. 3D Struktur

Gambar 48. Aksonomteri Utilitas Limba Padat & Listrik

Gambar 44. Detail Utilitas Air Bersih & Air Kotor

Gambar 49. Perspektif Eksterior Bird Eye View KESIMPULAN Gambar 45. Detail Utilitas Limbah Padat & Listrik

Art Center & Gallery di Jakarta Timur menggunakan konsep perancangan dengan tema Arsitektur Kontemporer. Perancangan sebuah Art Center & Gallery pada kota dinilai penting untuk mendorong masyarakat menjadi semakin kreatif dan produktif dalam berkarya. Perancangan ini bertujuan untuk mewadahi kegiatan kesenian di Jakarta Timur yang dinilai masih kurang memadai dan sebagai upaya pelestarian kesenian kontemporer dari era saat ini. DAFTAR PUSTAKA

Gambar 46. Detail Bak Kontrol

[1]

[2]

A. Rully, “6 Galeri Seni dan Museum Paling Hits di Jakarta,” www.liputan6.com, 2016. https://www.liputan6.com/lifestyle/read/25 97399/6-galeri-seni-dan-museum-paling hits-di-jakarta%0A. (accessed Oct. 22, 2020) QS Top Universities, “QS World University Rankings by Subject,”


[3]

[4]

www.topuniversities.com, 2020. https://www.topuniversities.com/subjectrankings/2020. (accessed Oct. 22, 2020) R. Ritonga, “Industri Kreatif di Era 4.0,” www.mediaindonesia.com, 2019. https://mediaindonesia.com/read/detail/220 100-industri-kreatif-di-era-industri-40. (accessed Oct. 22, 2020) D. Deha, “12 Pusat Kesenian di Jakarta,” www.portalteater.com, 2019. https://portalteater.com/12-pusat-keseniandi-jakarta/%0A. (accessed Oct. 22, 2020)


PERANCANGAN DEPOK CREATIVE HUB SEBAGAI WADAH AKTIVITAS GENRASI MUDA KOTA DEPOK Yunita Grace1, Ramadhani Isna2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 yunitagrace76@gmail.com, 2 ramadhani.kuliah@gmail.com 1,2

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kota Depok merupakan kota metropolitan berkembang yang berada di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk mencapai dua juta jiwa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Depok memiliki sekitar 35% penduduknya yang berusia 15-34 tahun pada tahun 2019. Sehingga berdasarkan data tersebut, Kota Depok memeiliki potensi besar dalam sumber daya manusianya. Maka dari itu, untuk memaksimalakan potensi sumber daya manusia, Kota Depok membutuhkan generasi muda yang cerdas dan kreatif. Namun, Kota Depok belum memiliki tempat untuk mewadahi aktifitas tersebut seperti creative hub. Creative hub merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris yang berarti pusat kreatif. Tujuan utama dari creative hub adalah wadah untuk para pelaku industri kreatif. Maka, dalam perancangan ini penulis bertujuan untuk merancang creative hub di Kota Depok. Pada perancangan Depok Creative Hub ini, untuk mendapatkan data sekunder menggunakan metode studi literatur serta studi banding yang didapat dari media buku, internet, jurnal, artikel hingga google street view. Data yang telah terkumpul tersebut digunakan untuk menganalisis secara ragional maupun mikro untuk mengahislkan suatu bangunan yang baik. Perancangan ini berlokasi di Jln. Margonda Raya, Kec. Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat dengan luas lahan dua hektar. Depok Creative Hub dirancang dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan serta peraturan daerah yang ada dengan menggunakan gaya arsitektural industrial sehingga menghasilkan perancangan yang sustainable. Perancangan Depok Creative Hub ini dapat menampung berbagai aktifitas industri kreatif seperti seni 2D dan 3D, seni pertunjukan, fashion, co-working space, start up, hingga kuliner. Dengan perancangan Depok Creative Hub ini diharapkan dapat menyelesaikan beberapa masalah yang ada dan meningkatkan sumber daya manusia Kota Depok. Kata Kunci: Creative Hub, Kota Depok, Green Roof _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Depok merupakan kota satelit Jakarta yang masuk kedalam kota metropolitan berkembang yang berada di Provinsi Jawa Barat. Sebagai kota metropolitan, Depok dituntut untuk memiliki identitas atau ciri khasnya sendiri. Kota Depok dapat dikatakan tidak memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah dikarenakan letak geografisnya. Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia-nyalah yang menjadi sumber utama bagi pertumbuhan Kota Depok terutama generasi mudanya. Dilihat dari BPS Kota Depok pada tahun 2019, Kota Depok memiliki sekitar 35% penduduknya merupakan pemuda yang berusia 15-34 tahun dari total jumlah keseluruhan penduduk sekitar 2.3 juta jiwa [1]. Oleh karena itu, Depok merupakan kota yang di dominasi oleh pemuda. Dari jumlah mayoritas populasi masyarakat di Kota Depok adalah pemuda, maka kota Depok memiliki potensi besar dalam sumber daya manusianya. Pemuda dikenal dengan cara pikirnya yang out of the box atau kreatif dan suka tantangan. Namun, ada banyak juga pemuda yang masih bermalasmalasan atau melakukan aktifitas yang negatif seperti tauran, mencuri, begal, balapan liar, vandalism dan lain-lain. Ini juga bisa disebabkan dari kekurangan

tempat para pemuda tersebut beraktifitas untuk melakukan hal-hal yang positif. Oleh pertimbangan di atas, untuk menampung dan mencurahkan ide-ide kreatif para pemuda di Kota Depok membutuhkan tempat atau wadah seperti Creative Hub. Creative Hub merupakan tempat pusat untuk mencurahkan ide-ide orang yang mau berkreatif. Karna lokasi Creative Hub yang akan dirancang ini berada di Kota Depok, maka Creative Hub ini akan diberi nama sebagai Depok Creative Hub. Dengan adanya Depok Creative Hub, angka kegiatan negatif seperti tawuran, mencuri, geng motor, minumminuman keras, narkoba, dan kegiatan negative lainnya diharapkan dapat diminimalisirkan dan menciptakan pemuda yang mandiri, kreatif dan inovatif. Oleh sebab itu, rumusan masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana agar Depok Creative Hub ini dapat mejadi sarana aktualisasi diri bagi pemuda sehingga dapat menciptakan pemuda yang mandiri, kreatif dan inovatif. Dari permasalahan itu, maka Depok Creative Hub ini harus sesuai dengan gaya tingkah laku atau karakteristik dari pemuda atau kaum milenial di Kota Depok agar mereka mau tertarik untuk datang dan mengembangkan bakat dan pemikiran kreatifnya bersama pemuda kreatif lainnya. Maka dari itu, dengan perancangan Depok Creative Hub ini diharapkan bisa menjadi wadah

1


kegiatan yang positif untuk pemuda atau kaum milenial di Kota Depok. Sehingga dapat menghasilkan lapangan pekerjaan baru dan memberikan kesan karakteristik Kota Depok yang positif.

Jakarta Creative Hub menyediakan ruang kelas, ruang seminar dan workshop, ruang pameran, coworking space, makerspace (fashion, woodworking, lab digital), kafe, serta perpustakaan yang dibuka untuk umum.

TINJAUAN PUSTAKA Creative Hub merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris yang artinya adalah pusat kreatif. British Council mendefinisikan creative hub sebagai ruang fisik maupun virtual yang menggabungkan orangorang dengan kewirausahaan di bidang industri kreatif maupun budaya [4]. Menurut the British Council’s Creative Hub Toolkit, terdapat enam jenis creative hub: 1. Studio, merupakan kumpulan individu dengan jumlah sedikit yang bekerja dalam suatu co-working space. 2. Centre, merupakan suatu bangunan yang berfungsi sebagai pusat aktivitas kreatif dengan fasilitas pendukung lainnya seperti kafe, tempat produksi (maker space), took, exhibition hall dan lain-lain. 3. Network, merupakan kumpulan individu yang membuat suatu kelompok namun cenderung tersebar dan membentuk jaringan berdasarkan jenis sektor. 4. Cluster, merupakan kelompok individu atau pelaku industri kreatif yang bekerja dalam satu area. 5. Online Platform, merupakan creative hub yang menggunakan metode online seperti website atau media sosial. 6. Alternative, merupakan creative hub yang fokus melakukan percobaan dengan model keuangan baru, komunitas dan sektor agar tujuan bisnis tersebut dapat terwujud. Dari keenam jenis creative hub di atas, creative hub terbagi menjadi dua kelompok yaitu; 1. Memiliki wujud fisik (studio dan centre), 2. Tidak memiliki wujud fisik (network, cluster, online platform, dan alternative) contohnya seperti aplikasi jual beli, sosial media, game online dan lain-lain yang diakses melalui internet. [5] Dalam perancangan ini, jenis creative hub yang digunakan adalah centre atau pusat. Adapun creative hub jenis centre dalam dan luar negeri yang dapat digunakan sebagai studi banding dalam merancang creative hub. 1. Jakarta Creative Hub Jakarta Creative Hub merupakan tempat creative hub pertama yang berlokasi di Gedung Graha Niaga Thamrin, Jl. Kb. Melati 5, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Jakarta Creative Hub ini sendiri jenisnya tidak memiliki bangunannya sendiri tetapi menggunakan bangunan yang sudah ada yang berada di lantai 1 gedung Graha Niaga Thamrin. JCH ini berfungsi untuk para pelaku atau pekerja kreatif yang ingin mulai melakukan suatu bisnis seperti start up dan mengembangkan pengetahuannya di dunia bisnis kreatif. [8]

Gambar 1 Interior Jakarta Creative Hub (sumber: Google Maps, 2017) 2. ARTCOR Creative Center ARTCOR Creative Center merupakan karya arsitek Maxim Calujac yang selesai dibangun pada tahun 2019 dengan luas area 850 m². ARTCOR merupakan pusat industri kreatif yang berada di pusat bersejarah Chinsinau, Moldova, Eropa Tenggara sehingga spasial bangunan ditentukan oleh konfigurasi situs, bangunan yang berdekatan dan monumen arsitektur akhir abad ke-19 – warisan keluarga Kazimir Keshko [10]. ARTCOR menggunakan gaya arsitektural industrial pada bangunannya yang diamana dinding dan atapnya terkekspos dengan jujur. Pada ARTCOR Creative Center terbagi menjadi dua bangunan yaitu; 1. Gedung satu : Conferrence hall/ exhibition hall, open air auditorium, auditorium, mainenterance hall dan toilet. 2. Gedung dua : ruang design shop, dua ruang rapat, entrance hall, dua ruang multimedia, fab lab, dua ruang artist studio dan empat ruang studio.

Gambar 2 ARTCOR Creative Center (Sumber: Volker Kreidler, Archdaily, 2019) 3. Tallin Creative Hub Kuulturikatel atau Tallinn Creative Hub merupakan bangunan renovasi bekas pembangkit listrik abad ke-19, yang terletak di Tallinn antara kota tua dan laut. Bangunan ini terdaftar sebagai monumen peninggalan dan dimiliki oleh kota Tallinn. Tallin creative hub dirancang oleh arsitek Kavakava pada tahun 2015 dengan luas 11.200 m². Proyek ini berfokus pada prinsip-prinsip sederhana organisasi spasial untuk

2


memenuhi kebutuhan pelaku kreatif. Kunci dari proyek ini adalah keterbukaan. [11] Kuulturikatel direnovasi secara sangat hati-hati dengan mempertahankan bentuk asli dari bangunan tersebut. Dalam bangunan ini terdapat banyak ruang, yaitu: 1) Empat Entrance, 2) Korsten Kitchen, 3) Atrium, 4) Black Box Hall (teater kapasitas 550 orang), 5) Koridor, 6) Koridor Klub, 7) Woodblock Hall (teater kapasitas 120 orang), 8) Small Hall (ruang teori kapasitas 220 orang), 9) Terrace Hall (ruang teori kapasitas 150 orang), 10) Hall D (60 bangku), 11) Cauldron Hall, 12) Tower (ruang rapat 15 kursi) dan lain-lain.

Gambar 4 Lokasi Perancangan (Sumber: My Maps, 2020) Terpilihnya lokasi perancangan dilihat dari berbagai aspek seperti, aksesibilatas, praturan RTRW, potensi tapak, kekurangan tapak, dan dampak positif dan negatif yang akan timbul. Aksesibilitas menuju tapak berada di jalan arteri primer sehingga banyak angkutan umum yang melintas. Pada area depan lokasi tapak terdapat Halte Apotik I, satu kilometer ke Stasiun Kereta Api Depok Lama, 950 meter ke Terminal Depok dan 3,5 kilometer ke gerbang tol Margonda 2.

Gambar 3 Tallin Crestive Hub (Sumber: Archdaily, 2017)

METODOLOGI PERANCANGAN Berdasarkan jenis data yang dibutuhkan, pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yang berkaitan dengan proses perancangan sebuah creative hub yang akan dilakukan. Data sekunder didapatkan dari studi literatur melalui media buku, ebook, jurnal, artikel serta pokok-pokok dari google street view. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis secara ragional dan mikro. Proses analisis data berfungsi untuk menghasilkan sintesis yang kemudian dikembangkan menjadi konsep perancangan. Konsep perancangan digunakan sebagai dasar dalam perancangan ini. PERANCANGAN Lokasi perancangan berada di Jln. Margonda Raya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat dengan luas lahan dua hektar. Secara geografis lokasi tapak berada di kordinat 6°23'55.4"S 106°49'10.1"E dengan batas wilayah sebagai berikut: 1) Timur: Jln. Margonda Raya, 2) Selatan: Lahan kosong, 3) Barat: Jalur kereta api, 4) Utara: Rumah penduduk.

Gambar 5 Zonasi Peruntukan Lahan (Sumber: Peta RTRW Kota Depok, 2015) Lokasi perancangan terpilih berada di zona peruntukan perdagangan dan jasa (lihat Gambar 5) dengan peraturan RTRW sebagai berikut: 1. KDB : 60% 75% 2. KLB :6–8 3. KDH : 15% 4. GSB : 10 meter 5. GSJKA : 20 meter Maka dari peraturan tersebut, perhitungan pemanfaatan ruang pada tapak adalah: KDB = 60% 𝑥 20.000 𝑚2 = 12.000 𝑚² KLB = 6 𝑥 20.000 𝑚2 = 120.000 𝑚² KDH = 15% 𝑥 20.000 𝑚2 = 3.000 𝑚² LL = 𝐾𝐿𝐵 ÷ 𝐾𝐷𝐵 = 120.000 ÷ 12.000 = 10 𝐿𝑎𝑝𝑖𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

3


Gambar 6 Tapak Depok Creative Hub (Sumber: Analisis, 2020)

Gambar 7 Perspektif Mata Burung (Sumber: Gambar Pribadi, 2021) Pada perancangan depok creative hub ini memiliki dua gubahan massa

Gambar 9 Area Co-Working Space (Sumber: Gambar Pribadi, 2021)

Gambar 10 Perspektif Eksterior (Sumber: Gambar Pribadi, 2021)

KESIMPULAN Perancangan Depok Creative Hub ini menggunakan konsep green building agar tetap menjaga keseimbangan lingkungan dengan pendekatan arsitektur industrial. Saat ini industri kreatif berkembang dengan sangat cepat, sehingga melaui perancangan Depok Creative Hub ini diharapkan dapat menyelesaikan berbagai isu permasalahan yang ada di Kota Depok hingga meningkatkan sumber daya manusia. DAFTAR PUSTAKA [1] Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1. 2015. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032 [2] Histori.id. Sejarah Kota Depok. 2016. Online di https://histori.id/sejarah-kota-depok/; Diakses pada 26 Oktober 2020 [3] Badan Pusat Statistika Kota Depok 2019. 2019. Online di https://www.slideshare.net/dr_Qiqi/kotadepok-dalam-angka-2019 ; Diakses pada 26 Oktober 2020 Gambar 8 Zonasi Bangunan (Sumber: Analisis, 2021)

[4] British Counsil. Creative Hubs. 2018. Online di https://creativeconomy.britishcouncil.org/proj ects/hubs/; Diakses pada 27 Maret 2020

4


[5] Tandyo, Elisse Johana. Creative HUB di Yogyakarta. 2019. Online di http://ejournal.uajy.ac.id/17470/3/TA153582. pdf; Diakses pada 27 Maret 2020 [6] Studilmu. Generasi Milenial, Fakta Generasi Milenial dan Tantangan Generasi Milenial. Online di https://www.studilmu.com/blogs/details/genera si-milenial-fakta-generasi-milenial-dantantangan-generasi-milenial; Diakses pada 26 Oktober 2020 [7] Shabrina Alfari. Mengenal Arsitektur Futuristik. Online di https://www.arsitag.com/article/mengenalarsitektur-futuristik; Diakses pada 26 Oktober 2020 [8] ML, V. 2017. Futuready. Jakarta Creative Hub: Wadah Para Pelaku Kreatif!. Online di https://www.futuready.com/artikel/lifestyleleisure/jakarta-creative-hub-wadahparapelaku-kreatif/; Diakses pada 27 Maret 2020 [9] Puteri, Andhini. 2020. Jakarta Creative Hub, Wadah Untuk Menumpahkan Kreativiitas. Online di https://crafters.getcraft.com/idarticles/jakarta-creativehub-wadah-kreativitas; Diakses pada 27 Maret 2020 [10] Archdaily. ARTCOR Creative Center- Maxim Calujac. 2020. Online di https://www.archdaily.com/921208/artcorcreative-centermaximcalujac?ad_source=search&ad_medium =search_result_all; Diakses pada 27 Maret 2020 [11] Archdaily. Tallin Creative Hub. 2017. Online di https://www.archdaily.com/802765/tallinncreativehubkavakava?ad_source=search&ad_medium =search_result_all; Diakses pada 17 April 2020 [12] Puji Atika. Good News From Indonesia. 2019. Online di Petir di Depok Masuk Buku Rekor Dunia. Kok Bisa? (goodnewsfromindonesia.id); Diakses pada 8 April 2021

5


KAWASAN PUSAT KEGIATAN SENI DAN BUDAYA DI CIKINI, JAKARTA PUSAT Nabil Bigas Rahmadi1, Atri Prautama Dewi2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 bigasrahmadi@gmail.com, 2atri@univpancasila.ac.id

Abstrak Cikini adalah salah satu kawasan di daerah Jakarta, yaitu Jakarta Pusat yang dikenal sebagai salah satu daerah kawasan kesenian dan kebudayaan dimana menjadi tempat berkumpulnya para seniman dan budayawan maupun berbagai komunitas - komunitas yang ada di Jakarta. Meskipun dikenal sebagai salah satu kawasan yang menyokong kesenian dan kebudayaan di Jakarta dengan adanya berbagai fasilitas kesenian dan kebudayaan seperti Taman Ismail Marzuki, Badan Pengelola Kesenian Jakarta, Institut Kesenian Jakarta serta adanya bangunan cagar budaya yaitu rumah bekas peninggalan Raden Saleh, fasilitas yang ada pada kawasan Cikini ini hanya dapat dipergunakan oleh kalangan – kalangan tertentu dan sulit bagi seniman maupun budayawan atau masyarakat secara umum untuk dapat menikmatinya serta beberapa fasilitas pendukung yang juga kurang memadai seperti pedestrian yang tidak nyaman, kurangnya area parkir umum serta kurangnya area terbuka bagi seniman dan budayawan untuk dapat menunjukkan karyanya. Sehingga perlu adanya penataan kawasan tersebut agar dapat menjadi kawasan tempat berkumpulnya para seniman dan budayawan serta masyarakat umum secara bebas dan nyaman sehingga dapat menjadikannya sebagai salah satu kawasan pusat kegiatan seni dan budaya di Kota Jakarta maupun di Indonesia. Dasar perancangan kawasan pusat kegiatan seni dan budaya ini dimulai dengan metode mengumpulkan data primer yaitu berupa survey lokasi dan data sekunder berupa studi literatur, studi preseden dan juga jurnal. Hasil dari data – data tersebut kemudian dianalisis secara makro dan mikro sehingga tercipta konsep perancangan. Hasilnya, tercipta konsep perancangan kawasan Walkable City, yaitu kawasan yang ramah pejalan kaki serta memiliki ciri khas berupa unsur – unsur seni dan budaya yang sudah ada di Cikini serta dapat menampung karya – karya para seniman dan budayawan di sekitar kawasan dan dapat menjadi kawasan yang bebas dan terbuka untuk seniman, budayawan serta masyarakat umum. Kata Kunci : kawasan seni dan budaya, walkable city, taman ismail marzuki, koridor seni, cikini, Jakarta Pusat Cikini is one of the areas in Jakarta, which is at central of Jakarta that is known as one of the artistic and cultural areas where it is a gathering place for artists and culturalists and as well as various communities in Jakarta. Although it known as one of the areas that supports arts and culture in Jakarta with the existence of various arts and cultural facilities such as Taman Ismail Marzuki, Jakarta Arts Management Agency, Jakarta Arts Institute as well as the existence of cultural heritage buildings, namely the former house of Raden Saleh, the existing facilities in the area of Cikini can only be used by certain circles and it is difficult for artists and culturalists or the general public to be able to enjoy it as well as several supporting facilities that are also inadequate such as uncomfortable pedestrians, lack of public parking areas and lack of open areas for artists and culturalists to visit to show their work. So it is necessary to arrange the area so that it can become an area where artists and culturalists and the general public can freely and comfortably gather. So that it can become one of the central areas of artistic and cultural activities in the city of Jakarta and in Indonesia. The basis for designing the center for arts and cultural activities begins with the method of collecting primary data, such as site surveys and secondary data in the form of literature studies, studies of precedents and also journals. The results of the method are then analyzed macro and micro so as to create a design concept. As a result, a design concept for the Walkable City area was created, which is a pedestrian friendly area and has a characteristic in the form of artistic and cultural elements that already exist in Cikini and can accommodate the works of artists and culturalists around the area and become a free area and open to artists, culturalists and the general public. Keywords : kawasan seni dan budaya, walkable city, taman ismail marzuki, koridor seni, cikini, Jakarta Pusat

PENDAHULUAN Cikini adalah salah satu kawasan di Provinsi Ibukota yaitu Jakarta Pusat yang dikenal sebagai salah satu kawasan koridor seni, kreasi, budaya dan juga tempat berkumpulnya berbagai pegiat seni maupun berbagai komunitas di Jakarta. Cikini menurut sejarahnya dahulu merupakan kawasan yang dibentuk

untuk tujuan mendukung atau menyokong kehidupan di kawasan Menteng. Serta merupakan kawasan kebun binatang yang dibangun oleh maestro terkenal Raden Saleh sebelum akhirnya dipindahkan ke daerah Ragunan, Jakarta Selatan. Hingga pada tahun 1968 di kawasan Cikini inilah dibangun salah satu pusat kesenian dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki (TIM).


Dengan dibangunnya salah satu tempat yang dapat menampung kesenian dan kebudayaan di Jakarta yang menjadi area berkumpulnya seniman dan budayawan di Jakarta maupun di beberapa daerah di sekitarnya ini menjadi awal mula terbentuknya suatu kawasan seni hingga saat ini sudah ada berbagai fasilitas yang mendukung kesenian dan kebudayaan seperti adanya salah satu sekolah kesenian terbesar di Indonesia yaitu Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan tempat berdirinya Badan Pengelola Pusat Kesenian Jakarta, serta adanya bangunan cagar budaya di daerah Cikini yaitu bekas rumah peninggalan sang maestro Raden Saleh dan direncanakan menjadi koridor seni dan budaya di daerah Jakarta. Sehingga dengan potensi dan fasilitas – fasilitas yang ada serta rencana pemerintah daerah Jakarta menjadikan Cikini sebagai kawasan koridor seni, kawasan ini perlu dikembangkan dan dirancang dengan baik serta sesuai dengan peraturan – peraturan yang sudah ada sehingga dapat lebih mendukung keberadaan seniman dan budayawan di Jakarta serta dapat menjadi salah satu kawasan untuk tujuan rekreasi seni dan budaya dengan menerapkan tema Walkable City yang ramah pejalan kaki serta terbuka untuk umum dan dapat menjadi tempat berkumpulnya seniman dan budayawan yang ada di Jakarta maupun di Indonesia.

lingkungan di sekitarnya [4]. Seni juga dapat diartikan sebagai salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa yang diungkapkan melalui sebuah hasil kerajinan yang diekspresikan melalui sebuah pengerjaan keindahan. Kata ini diambil dari Bahasa Sasnsekerta yaitu “Buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata “Budhi” yang berarti akal. Sehingga dapat dikatakan budaya merupakan segala sesuatu yang berhubungan dan bersangkutan dengan akal [5]. Adapun tema perancangan yang diimplementasikan dalam kawasan ini adalah kawasan yang dapat menyediakan area yang dapat menampung keberadaan seni dan budaya yang sudah ada pada kawasan Cikini maupun di sekitarnya dengan menerapkan konsep kawasan yang memiliki ciri khas berupa unsur seni dan kebudayaan yang sudah ada di daerah Cikini serta ramah pejalan kaki atau walkable city. Beberapa teori dalam merancang kawasan perkotaan yang ramah pejalan kaki serta penggunaan analisis solid void agar dapat menentukan area pada kawasan perancangan yang dapat dijadikan kawasan terbuka untuk umum. Kemudian, juga terdapat beberapa studi banding yang terkait dengan perancangan kawasan pusat kegiatan seni dan budaya di Cikini baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri yang dijadikan acuan dalam merancang, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA

1. Bali Art Center (Taman Werdhi Budaya) Dalam terciptanya Kawasan Bali yang mendukung dan menjunjung tinggi seni dan kebudayaan, seorang putra asli daerah Bali yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Bali pernah menyumbangkan tanahnya di daerah Denpasar untuk dijadikan kawasan seni dan budaya yang saat ini dikenal sebagai Bali Art Center (Taman Werdhi Budaya Art Center Denpasar Bali).

Berdasarkan konsepnya, kawasan adalah terminologi spesifik untuk menggambarkan suatu batasan sebuah wilayah yang batasan tersebut bersifat fungsional. Secara umum, pengertian wilayah adalah suatu bagian pada kawasan bumi ini yang areanya ditentukan atas dasar pengertian, batasan dan perwatakan fisik – geografis [1]. Wilayah diartikan sebagai sebuah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta semua unsur yang terkait serta batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi atau aspek fungsional [2]. Jadi, dapat dikatakan wilayah yang dibatasi oleh batasan fungsional dan kegunaan tertentu bisa diatikan sebagai suatu kawasan. Sedangkan pusat kegiatan memiliki pengertian yaitu Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia, pusat kegiatan terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki fungsi dan tujuannya berbeda satu sama lain. Dalam hal ini, pusat kegiatan terbagi menjadi 4 jenis yaitu Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKW) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional [3]. Berdasarkan pengertian berbagai pusat kegiatan berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia, pusat kegiatan yang dimaksud adalah kawasan di dalam suatu wilayah atau perkotaan yang ditujukan untuk kegiatan mulai dari skala terkecil yaitu kecamatan sampai skala terbesar yaitu internasional. Seni merupakan salah satu alat komunikasi penghubung antara manusia dengan manusia dan juga dapat terjadi antara manusia dengan alam atau

Gambar 1 Bali Art Centre Sumber gambar : google.com, 2021

Kawasan Bali Art Center ini merupakan susunan komplek bangunan yang secara keseluruhan seluruh kawasan ini memiliki luas sebesar 5 hektare terdiri dari komplek bangunan suci sebagai unsur kebudayaan, komplek bangunan tenang meliputi perpustakaan atau sejenisnya, komplek bangunan setengah ramai seperti gedung pameran, gedung kriya, studio patung dan komplek bangunan ramai meliputi panggung terbuka Ardha Candra dan panggung tertutup Ksiranawa. Secara keseluruhan seluruh kawasan ini memiliki luas sebesar 5 hektare. 2. Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali Garuda Wisnu Kencana merupakan salah satu kawasan wisata di Bali yang menerapkan konsep seni dan budaya. Kompleks GWK ini dibangun di


Bukit Ungasan, Jimbaran, Bali dan merupakan bagian kawasan Universitas Udayana yang memiliki konsep patung Dewa Wisnu yaitu seorang dewa pemelihara alam semesta yang menunggangi burung Garuda pada kepercayaan Agama Hindu. Patung ini adalah karya salah satu pematung terkenal Bali, yaitu I Nyoman Nuarta. Patung ini memiliki material berupa campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton dan lebar 60 meter. Dengan tinggi patung mencapai 146 meter dan berada pada ketinggian 263 meter di atas permukaan laut.

Gambar 2 Kawasan dan Patung Garuda Wisnu Kencana Sumber gambar : google.com, 2021

3. Arts Center Melbourne, Australia Arts Center Melbourne yang pada awalnya dikenal sebagai Pusat Seni Victoria yaitu pusat seni pertunjukkan di Melbourne Arts Precinct yang memiliki ruang konser, dan kompleks teater. Pusat seni ini dirancang oleh arsitek Roy Grounds dan disetujui untuk dibangun bersama dengan Galeri Nasional Victoria pada tahun 1960 dan memulai konstruksi pada tahun 1973 setelah beberapa kali terjadi penundaan. Kawasan ini berada di tepi sungai Yarra dan di sepanjang St Kilda Road dan meluas ke Melbourne Arts Precinct.

secara langsung kondisi pada lokasi perancangan, potensi serta kegiatan-kegiatan apa saja yang sedang berlangsung serta berhubungan dangan perancangan yang berhubungan langsung dengan kegiatan kesenian dan kebudayaan yang nantinya akan mendukung terbentuknya kawasan pusat kegiatan seni dan budaya di daerah Cikini, Jakarta Pusat. 2. Data Sekunder Pengolahan data secara sekunder dapat dilakukan dengan cara menggunakan berbagai literatur-literatur maupun jurnal yang terdapat di berbagai buku serta internet. Metode ini dilakukan dengan cara mencari sumber data-data yang sudah ada, dapat berupa buku, e-books, jurnal, disertasi, dan juga berbagai laporan penelitian yang berhubungan dengan perancangan kawasan pusat kegiatan seni dan budaya di daerah Cikini, Jakarta Pusat. PERANCANGAN Lokasi perancangan untuk pengembangan pusat kegiatan seni dan budaya di Cikini, Jakarta Pusat ini berada di daerah Kecamatan Menteng yang merupakan salah satu kota administrasi di daerah DKI Jakarta. Kecamatan Menteng memiliki populasi penduduk berjumlah 92.026 jiwa pada tahun 2017 dengan luas wilayah yang mencapai 6.529km 2 dan panjang jalan yang melintasinya mencapai 120.879 km [6].

Gambar 3 Art Center Melbourne Sumber gambar : google.com, 2021

Kawasan Art Center Melbourne ini pada sejarahnya dikaitkan dengan seni dan hiburan karena sejak awal abad ke – 20 tempat ini dihuni berbagai tempat sirkus yang permanen, taman hiburan, bioskop dan ruang dansa. Selain itu, manajemen dan administrasi dari Pusat Seni Victoria ini didirikan berdasarkan Undang – Undang Pusat Seni Victoria 1979 yang diperkenalkan ke parlemen Victoria oleh Norman Lacy. METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam merancang kawasan pusat kegiatan seni dan budaya di Cikini, Jakarta Pusat ialah menggunakan pengolahan data secara primer dan sekunder, yaitu : 1. Data Primer Pengolahan data secara primer merupakan pengolahan yang dilakukan dengan cara survey langsung ke lokasi yang akan dilakukan perancangan. Dengan metode ini, penulis dapat memperhatikan

Gambar 4 Peta Kawasan Cikini Sumber gambar : openstreetmap.id, 2021

Pada kawasan Cikini ini terdapat beberapa tempat penting yang menjadi destinasi bagi beberapa pengunjung terutama seniman dan budayawan seperti Taman Ismail Marzuki (TIM), Badan Pengelola Pusat Kesenian Jakarta, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Selain berbagai destinasi yang bernuansa kesenian dan kebudayaan, di kawasan Cikini juga terdapat destinasi lain seperti Planetarium Jakarta, Masjid Jami Cikini Al-Ma’Mur yang merupakan warisan seorang pesohor lukisan Raden Saleh [7]. Luas total kawasan perancangan yang akan dijadikan Pusat Kegiatan Seni dan Budaya di Cikini ini yaitu 250,618 m2 atau 25 ha. Terdiri dari kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Planetarium Jakarta, Bangunan Cagar Budaya Rumah Raden Saleh, Masjid Jami Al Ma’Mur,


Rusun Menteng Park, Permukiman, Rumah Sakit PGI Cikini.

Gambar 5 Peta Lokasi Existing Pada Kawasan Sumber gambar : google earth, 2021

Peruntukan lahan pada kawasan Cikini ini terdiri dari beberapa fungsi lahan mulai dari zona campuran, perkantoran, permukiman, dan yang paling utama adalah zona untuk prasarana pelayanan umum sosial budaya yang terletak di tengah-tengah kawasan Cikini. Peruntukan lahan dalam zona prasarana sosial budaya nantinya akan dijadikan pusat dari kawasan perancangan, dimana di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas yang sudah mendukung proses kegiatan kesenian dan kebudayaan seperti Taman Ismail Marzuki (TIM), Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kemudian untuk zona-zona di sekitarnya akan dilakukan penataan agar menjadi area yang dapat mendukung proses kegiatan seni dan budaya di Cikini seperti zona permukiman, zona perdagangan dan jasa, zona pelayanan umum.

Gambar 6 Peruntukan Lahan pada Existing Sumber gambar : google earth, 2021

Keterangan gambar peruntukan pada existing : Bangunan ruko dan perkantoran Bangunan pelayanan umum Bangunan permukiman Bangunan rusun Berdasarkan analisis terhadap tata bangunan, didapatkan beberapa hasil diantaranya adalah : 1. Fasad

Pada existing yang ada untuk bangunanbangunan yang berada pada area kawasan perancangan beberapa tidak memiliki keterkaitan dengan kesenian maupun kebudayaan yang sudah ada. Bahkan beberapa bangunan memiliki fasad yang sudah tidak layak karena merupakan bangunan yang sudah tidak dimanfaatkan dan dijadikan area parkir liar. Namun, beberapa fasad seperti pada sisi barat area perancangan memiliki fasad yang terlihat memiliki karakter sebagai bangunan pada masa kolonial. Juga pada bangunan bekas peninggalan Raden Saleh yang memiliki fasad Eropa. Selebihnya tidak memiliki karakter fasad yang menonjol 2. Gaya Bangunan Berdasarkan pengamatan terhadap existing yang ada. Terdapat beberapa gaya bangunan di sekitar kawasan perancangan yaitu beberapa rumah yang tidak terawat memiliki gaya bangunan lawas dengan atap berbentuk limasan, ruko dengan gaya bangunan sederhana dan gedung perkantoran dengan gaya bangunan modern dengan penggunaan material seperti ACP atau curtain wall. 3. Bangunan Cagar Budaya Pada kawasan perancangan, terdapat salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Cikini yang dahulunya merupakan rumah salah satu maestro terkenal yaitu Raden Saleh yang didirikan setelah kepulangannya ke Batavia setelah menetap selama 20 tahun di Eropa. Bangunan ini dibangun pada tahun 1852 dengan hasil rancangan Raden Saleh sendiri dengan gaya Eropa dan mengadopsi desain dari Istana Callenberg yang ada di Jerman. Kemudian setelah kepindahan Raden Saleh dari Kawasan Cikini, bangunan ini kemudian dijadikan salah satu bangunan Rumah Sakit pada tahun 1895 hingga sekarang dan sudah mengalami beberapa penurunan dari segi nilai arsitekturnya baik dari segi pengurangan ragam hias, serta penggantian berbagai elemen yang usianya sudah lebih dari 50 tahun [8].

Gambar 7 Bangunan Rumah bekas peninggalan Raden Saleh dahulu dan saat ini Sumber gambar : google.com, 2021

Selanjutnya, hasil analisis sirkulasi dan jalur penghubung yang ada di kawasan Cikini Berdasarkan hasil observasi, sirkulasi yang menghubungkan kawasan perancangan dengan kawasan-kawasan di sekitarnya sudah cukup baik terutama pada sirkulasi utama yaitu Jl. Cikini Raya. Namun, pada jalan sekunder di sekitar kawasan perancangan terlihat belum cukup memadai untuk dijadikan jalan sekunder yang juga menghubungkan kawasan perancangan


dengan beberapa daerah di sekitarnya. Kemudian untuk jalan permukiman, tergolong masih sangat sedikit dan sempit karena cukup padatnya permukiman. Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan teori figure-ground, didapatkan bahwa pada area kawasan perancangan masih sangat sedikit tersedia lahan atau area terbuka dan tata hijau. Terutama pada bagian utara kawasan yang merupakan permukiman padat dan minim area terbuka dan tata hijau, juga pada area pinggir sungai Ciliwung yang dapat dimanfaatkan sebagai area terbuka dan tata hijau, serta dapat dijadikan area berkumpulnya para seniman dan budayawan untuk menampilkan karyanya. Sehingga, berdasarkan hasil observasi maka didapatkan rekomendasi sebagai berikut: 1.

2.

3.

Pada area permukiman, lahan-lahan kosong ataupun lahan bangunan yang sudah tidak terpakai dan terbengkalai dapat dijadikan area terbuka dan tata hijau. Pada area pinggir sungai Ciliwung dapat dimanfaatkan sebagai area terbuka dan tata hijau serta area berkumpulnya pegiat seni dan budaya Pada area bangunan cagar budaya yang merupakan bagian dari RS PGI Cikini dapat dilakukan penataan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga tetap dapat dinikmati visualnya oleh masyarakat umum.

Dari hasil analisis pada kawasan perancangan pusat kegiatan seni dan budaya di Cikini ini, didapatkan beberapa konsep dan hasil, diantaranya adalah sebagai berikut :

dapat dimanfaatkan untuk permukiman yang ada pada kawasan perancangan ini.

Gambar 9 Konsep sirkulasi pada kawasan perancangan

Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil berupa konsep untuk sirkulasi pada kawasan perancangan yaitu sirkulasi kendaraan bermotor yang menuju atau keluar dari kawasan hanya pada jalan utama kota, yaitu Jl. Cikini Raya, Jl. Raden Saleh Raya, Jl. Kali Pasir serta pada jalan di dalam permukiman.

Gambar 9 Konsep Sirkulasi Kendaraan bermotor pada jalan di kawasan perancangan

Hal ini dilakukan untuk menerapkan konsep walkable city yang berorientasi pada pejalan kaki sehingga sirkulasi di dalam kawasan seperti pada komplek permukiman, komplek Taman Ismail Marzuki, komplek bangunan cagar budaya dan sepanjang jalan pinggir sungai dapat ditempuh cukup hanya dengan berjalan kaki, selain menerapkan konsep walkable city konsep sirkulasi ini juga dapat menampung karya – karya seniman yang dapat diletakan di sepanjang jalan sehingga dapat dinikmati oleh seniman lain maupun masyarakat umum. Gambar 8 Konsep Tampak Fasad Bangunan pada Kawasan Perancangan

Bentuk fasad – fasad bangunan pada kawasan yang dirancang, menggabungkan antara bentuk arsitektur modern dengan bentuk bangunan serta fasad yang terdapat pada bangunan cagar budaya rumah bekas peninggalan Raden Saleh yang bergaya Eropa dengan mengadopsi desain dari istana Callenberg di Jerman hasil rancangan Raden Saleh itu sendiri. Penggabungan bentuk serta fasad bangunan ini pada kawasan perancangan diterapkan pada bangunan – bangunan utama yang berada tepat di jalan – jalan utama kawasan seperti ruko 2 lantai dan 4 lantai pada kawasan perancangan. Selain itu, bentuk fasad ini juga

Gambar 10 Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki pada kawasan perancangan


Selanjutnya, konsep perancangan pada ruang terbuka hijau di kawasan Cikini ini ialah menciptakan ruang terbuka yang selain berfungsi sebagai penghijauan kota juga dapat berfungsi sebagai area panggung terbuka bagi masyarakat umum khususnya bagi seniman dan budayawan, sehingga mereka dapat menunjukkan hasil karyanya secara bebas dan terbuka. Selain dapat dimanfaatkan sebagai panggung terbuka, konsep ruang terbuka hijau ini juga dapat dijadikan tempat berkumpul bagi masyarakat umum maupun komunitas – komunitas yang ada di Jakarta maupun Indonesia.

kabel bawah tanah di sepanjang kawasan perancangan mulai dari area permukiman, kompleks Taman Ismail Marzuki hingga kompleks ruko dekat kompleks RS PGI Cikini. Selain itu juga terdapat beberapa titik wifi publik yang tersebar di titik – titik tertentu pada kawasan perancangan.

Gambar 13 Konsep Utilitas Jaringan Kelistrikan pada Kawasan Perancangan

Gambar 11 Konsep Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perancangan

Selain konsep ruang terbuka hijau yang juga dapat menjadi panggung terbuka bagi seniman dan budayawan, juga terdapat konsep ruang terbuka hijau yang berfokus pada bangunan cagar budaya rumah bekas peninggalan Raden Saleh yang lokasinya tepat di dalam kompleks RS PGI Cikini. Untuk menghindari persinggungan antara pengunjung rumah sakit serta pengunjung yang ingin melihat bangunan cagar budaya, dibuatlah sirkulasi dan ruang terbuka hijau tersendiri yang dapat menampung pengunjung bangunan cagar budaya tanpa harus mengganggu pengunjung RS PGI Cikini.

Utilitas jaringan air bersih pada kawasan perancangan berasal dari sumber air PDAM yang juga disalurkan ke tiap titik di kawasan perancangan melalui saluran jaringan bawah tanah di sepanjang jalan pada kawasan yang juga disalurkan untuk area permukiman, kompleks Taman Ismail Marzuki dan kompleks RS PGI Cikini. Untuk saluran air kotor pada kawasan perancangan disalurkan melalui roil kota yang kemudian diarahkan menuju saluran air sungai yang berada di dekat kawasan perancangan. Selain itu, juga terdapat sumur resapan di beberapa titik pada kawasan perancangan.

Gambar 14 Konsep Utilitas Jaringan Air Bersih dan Air Kotor pada Kawasan Perancangan

Gambar 12 Konsep Ruang Terbuka Hijau pada Kompleks Bangunan Cagar Budaya

Utilitas jaringan kelistrikan pada kawasan perancangan pusat kegiatan seni dan budaya memiliki sumber kelistrikan utama dari PLN yang disalurkan melalui gardu induk di dekat kawasan perancangan yang kemudian disalurkan melalui jaringan – jaringan

Pada kawasan perancangan, kondisi sistem pembuangan sampah sudah cukup baik dengan adanya beberapa titik pembuangan sementara yang sudah memadai, namun pada beberapa titik kawasan seperti pada pedestrian masih kurangnya tempat sampah bagi pengguna jalan. Sehingga dengan konsep yang ada, ditempatkan beberapa titik untuk menambah tempat – tempat sampah di sepanjang jalan serta bangunan yang selanjutnya dikumpulkan di tempat pembuangan


sementara sebelum pembuangan akhir.

diangkut

menuju

tempat

Dengan berbagai saluran utilitas di dalamnya seperti jaringan komunikasi, jaringan kelistrikan, jaringan pipa air bersih dan hidran serta juga terhubung dengan riol kota pada kawasan perancangan.

Gambar 15 Konsep Utilitas Persampahan pada Kawasan Perancangan

Gambar 18 Detail Saluran Utilitas pada Kawasan Perancangan

Selain itu, juga terdapat konsep perancangan lokasi – lokasi titik kumpul pada kawasan perancangan yang ditempatkan pada beberapa tempat yang memiliki ketersediaan ruang terbuka yang memadai serta mudah diakses apabila terjadi bencana. Selain itu, titik kumpul yang tersedia juga terhubung langsung dengan jalur evakuasi sehingga memudahkan apabila terjadi perpindahan dari titik kumpul menuju tempat evakuasi bencana.

Tata kualitas lingkungan pada kawasan perancangan seni dan budaya sebelum dirancang pada beberapa titik sudah memiliki beberapa elemen street furniture yang layak seperti pada Jl. Cikini Raya. Namun pada area lainnya masih minim dalam hal street furniture. Sehingga penempatan street furniture pada sepanjang jalan di kawasan perancangan sangat penting, selain itu juga dirancang penempatan elemen – elemen lain seperti rambu lalu lintas dan beberapa elemen untuk ditempatkan pada taman kota atau ruang terbuka hijau kawasan perancangan.

Gambar 16 Lokasi titik kumpul serta jalur evakuasi bencana pada kawasan perancangan

Berbagai saluran – saluran seperti kelistrikan dan air bersih serta air kotor, dirancang dengan konsep saluran bawah tanah pada kawasan perancangan. Serta dirancang berdekatan sehingga memudahkan untuk perawatannya karena berada pada satu saluran yang searah.

Gambar 19 Elemen – elemen tata kualitas lingkungan pada kawasan perancangan

Setelah berbagai hasil analisis pada kawasan perancangan, didapatkan beberapa hasil berupa konsep seperti yang tertera di atas. Kemudian menghasilkan konsep keseluruhan berupa gambaran masterplan kawasan perancangan, tampak serta potongan dari kawasan hingga detail – detail dan gambaran perspektif kawasan.

Gambar 17 Letak Saluran Utilitas pada Kawasan Perancangan Gambar 20 Masterplan Kawasan


Gambar 21 Tampak Kawasan Koridor (1)

Gambar 26 Potongan Kawasan (2)

Gambar 27 Perspektif Keseluruhan Kawasan (1) Gambar 22 Tampak Kawasan Koridor (2)

Gambar 23 Tampak Kawasan Segmen (1)

Gambar 28 Perspektif Keseluruhan Kawasan (2)

Gambar 24 Tampak Kawasan Segmen (2)

Gambar 29 Perspektif Area Bangunan Cagar Budaya

Gambar 30 Perspektif Koridor Utama Kawasan Perancngan pada sisi Utara Kawasan Gambar 25 Potongan Kawasan (1)


Rineka Cipta. Online di : http://digilib.iainkendari.ac.id/134/. Diakses pada 3 Desember 2020.

Gambar 31 Perspektif Area Pinggir Sungai di sisi Timur Kawasan Perancangan

Gambar 32 Perspektif Taman Kota pada Kawasan Perancangan

KESIMPULAN Pada perancangan Kawasan Seni dan Budaya di Cikini, Jakarta Pusat memiliki konsep perancangan dengan tema kawasan yang walkable city yang ramah serta berorientasi pada pejalan kaki serta mendukung keberadaan para seniman dan budayawan beserta hasil karyanya dengan adanya tempat – tempat yang terbuka dan bebas secara umum sehingga dapat menunjukkan hasil karyanya tersebut. Serta menjadi kawasan tempat berkumpulnya berbagai komunitas kesenian dan kebudayaan yang ada di Jakarta maupun di Indonesia dan dapat menjadi salah satu kawasan rekreasi bagi masyarakat umum yang berkunjung ke kawasan Cikini, Jakarta Pusat.

DAFTAR PUSTAKA [1]

Kustiawan I. 2009. “Pengertian Dasar dan Karakteristik Kota, Perkotaan, dan Perencanaan Kota”. Online di: http://repository.ut.ac.id/3999/1/ADPU4433 -M1.pdf. Diakses pada 25 Maret 2020.

[2]

Undang – Undang No. 26. 2007 “Tentang Penataan Ruang Wilayah”. Online di: http://repository.ut.ac.id/3999/1/ADPU4433 -M1.pdf. Diakses pada 26 Maret 2020.

[3]

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Online di : google.com. Diakses pada 2 Desember 2020.

[4]

Hidayat, Rachmad. 1996. “Pasar Seni di Kawasan Tepian Samarinda”. Online di: https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/29 30. Diakses pada 26 Maret 2020.

[5]

Ary H. Gunawan. 2006. “Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta.

[6]

Open Street Maps. Online di : https://openstreetmap.id/petakelurahan-kelurahan-di-jakartapusat2/. Diakses pada 10 Mei 2020.

[7]

Pratama I R. 2018. “Cerita Masjid Jami Cikini Al-Ma’mur Peninggalan Sang Maestro Pelukis Raden Saleh”. Jakarta. Tribun News. Online di : https://www.tribunnews.com/metropolitan/2 018/05/23/cerita-masjid-jami-cikini-almamur-peninggalan-sang-maestro-pelukisraden-saleh. Diakses pada 20 November 2020.

[8]

Rachmani M, Antariksa. “Pelestarian Bangunan Rumah Sakit PGI Cikini (Eks Rumah Raden Saleh). Malang. Online di : http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/inde x.php/jma/article/view/491/463. Diakses pada 3 Desember 2020.


GEDUNG PERTUNJUKAN DAN ART GALLERY MODERN DI BOGOR Andini Septimia Putri1, Atri Prautama Dewi2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 andiniseptimiaputri@gmail.com, 2 atri@univpancasila.ac.id 1,2

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kabupaten Bogor, Jawa Barat terkenal dengan keanekaragaman wisata dan sejarahnya, khususnya pada wisata di daerah sentul untuk memperoleh target pengunjung wisata pemerintah daerah bogor mengajak semua masyarakat bogor untuk bekerjasama dalam mengembangkan pariwisata. Saat ini kondisi daerah sentul sangat tidak seimbang antara jumlah penduduk dengan objek wisata di daerah tersebut sehingga beberapa kegiatan seperti seni modern tidak adanya fasilitas yang memadai. Maka dari itu untuk mendukung program kerja pemerintah, penulis berkeinginan membuat objek wisata dengan mengembangkan wisata baru yaitu wisata edukasi yang diwadahi dalam bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery sehingga para pelaku seni dapat menciptakan, mengekspresikan dan memamerkan hasil dari karya seni tersebut dan dapat dinikmati oleh para penikmat seni modern dan seni budaya modern Jawa Barat pun dapat dipertahankan dan diwariskan. Seni merupakan sesuatu yang mempengaruhi perjalanan hidup manusia dari segala abad dan berkembang seiring bagaimana cara manusia untuk hidup. Faktor tersebut mengiringi kesadaran diri, imajinasi, suatu hari, dan keinginan bebas setiap manusia. Metode yang digunakan dalam perancangan dimulai dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan metode studi literatur dan preseden, survei dan observasi lapangan agar memperoleh data yang lengkap, kemudian di analisis setiap permasalahan yang ada. Hasil analisis tersebut digunakan untuk membuat konsep yang akan diterapkan pada proses perancangan. Konsep tersebut dapat diwujudkan melalui tema perancangan yaitu Modern dengan maksud menggunakan gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk, menghapus segala macam ornamen dan mengikuti bentuk fungsi bangunan. Kata Kunci : Gedung Pertunjukan dan Art Gallery, Kabupaten Bogor, Modern, Jawa Barat Bogor Regency, West Java is famous for its diversity of tourism and history, especially in tourism in the Sentul area. Currently, the condition of the Sentul area is very unbalanced between the number of residents and tourist attractions in the area so that some activities such as modern art do not have adequate facilities. Therefore, to support the government's work program, the author wishes to create a tourist attraction by developing new tourism, namely educational tourism which is accommodated in the Performance Building and Art Gallery so that art actors can create, express and exhibit the results of these works of art and can be enjoyed by the public. connoisseurs of modern art and modern art and culture of West Java can be maintained and inherited. Art is something that influences the course of human life from all centuries and develops along with how humans live. These factors accompany self-awareness, imagination, one day, and the free will of every human being. The method used in the design begins by using descriptive qualitative methods and using literature and precedent studies, surveys and field observations in order to obtain complete data, then analyze each problem that exists. The results of the analysis are used to create concepts that will be applied to the design process. This concept can be realized through the design theme, namely Modern with the intention of using a characteristic style that prioritizes simplicity of form, removing all kinds of ornaments and following the shape of the building's function. Keywords : Performance Building and Art Gallery, Bogor Regency, Modern, West Java _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Pemerintah daerah Bogor Tengah sedang berupaya untuk mencapai hasil jumlah target pengunjung wisatawan untuk memperoleh target pertahunnya, pengunjung wisatawan terus bertambah pesat dibanding potensi wisata sebelumnya, maka pemerintah memberi arahan untuk mengajak semua masyarakat Bogor atau masyarakat sekitarmnya bekerjasama dalam pengembangan wisata menurut Badan Pusat Statistik, 2018.

Sentul merupakan sebuah kabupaten tertinggi dengan tingkat penduduk tertinggi yaitu sekitar 6 juta jiwa dari 5 juta jumlah penduduk Kota Bogor, menurut data potensi penduduk yang diperkuat oleh Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2007. Penulis memilih daerah Sentul dikarenakan sebagai lokasi wisata edukasi yang memiliki ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan objek wisata yang ada di kawasan wilayah tersebut. Sentul hanya memiliki beberapa wisata dan kebanyakan didaerah tersebut merupakan wisata alam dan hiburan, padahal wilayah tersebut memiliki


potensi wisata edukasi yang sangat besar. Maka dari itu untuk mendukung program kerja pemerintah dalam mengembangkan tempat objek wisata, penulis berkeinginan membuat objek wisata dengan mengembangkan wisata baru, yaitu wisata edukasi yang diwadahi dalam bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery karena di daerah tersebut kurangnya pusat kesenian yang harus dilestarikan supaya wisatawan bisa merasakan kesenian modern supaya tidak hilang pusat keseniannya di daerah bogor. Art Gallery adalah tempat untuk melihatkan atau memamerkan hasil karya seni rupa dan tempat untuk menampung sebuah kegiatan komunikasi visual di suatu ruangan antara seniman dengan masyarakat yang bisa digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area aktifitas publik, area publik yang digunakan untuk keperluan khusus. Art Gallery sangat berbeda dengan museum dikarenakan art gallery yaitu tempat untuk menjual benda-benda hasil karya seni atau dlelang, sedangkan museum tidak boleh melakukan transaksi atau pembayaran dikarenakan museum merupakan sebuah tempat untuk memamerkan dan melihatkan koleksi hasil karya yang memiliki nilai sejarah dan langka. Dengan demikian art gallery bisa mewadahi kreatifitas para seniman dan komunitas seni, baik yang ada di lingkup Kabupaten Bogor maupun diluar Kabupaten Bogor. Target pameran ini difokuskan untuk karya seni rupa modern, berupa seni patung, seni lukis dan instalasi dari para seniman dan komunitas seni modern yang akan bekerja sama. Kemudian karya seni yang terkumpul akan dipamerkan di art gallery, selain art gallery terdapat juga gedung pertunjukan yang akan menampilkan berbagai macam seni pertunjukan modern misalnya, seni tari, seni drama dan seni musik bisa berupa solo vokal maupun paduan suara. TINJAUAN PUSTAKA Lokasi perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery di Jl. Raya Babakan Madang, Sentul, city, Bogor, Jawa Barat berada di zona perdagangan dan jasa. Lokasi tapak berdekatan dengan bangunan Komesil yang berada di sisi Timur, Selatan dan Utara, dan bangunan perdagangan dan jasa berada di sisi Barat, Gedung Pertunjukan sebuah bangunan gedung yang melayani dan memfasilitasi berbagai macam pertunjukan yang mempunyai fungsi sebagai wadah untuk meningkatkan apresiasi seni, pendidikan yang bersifat hiburan, wadah untuk mempertemukan ide pikiran seniman dengan masyarakat sehingga muculah penilaian dan komunikasi, serta sebagai wadah untuk menampung seni pertunjukan. Gedung pertunjukan mempunyai peranan untuk memelihara hasil kebudayaan seni pertunjukan modern, membangkitkan kreatifitas para seniman dari budayawan, meningkatkan daya penghayatan budaya didalam masyarakat luas, membantu kerjasama dibidang kebudayaan bangsa lain.

Gedung Pertunjukan terdiri dari beberapa macam, yaitu teater dan opera. Teater adalah cabang seni pertunjukan yang berkaitan dengan seni peran dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, musik, tari, dan lain-lain. Sedangkan opera merupakan bentuk drama panggung yang seluruhnya atau sebagian dinyanyikan dengan iringan orchestra, musik instrumental ataupun solo vokal. Pelaku kegiatan pada Gedung Pertunjukan secara umum terdiri dari 4 kelompok, yaitu pengelola, (seniman, musisi, aktor dan penampil), pengunjung, dan tim produksi. Art Gallery sebuah sarana mengandung unsur keindahan berekspresi bagi manusia serta memamerkan hasil karya-karya seni dan seni visual yang mempunyai fungsi sebagai wadah apresiasi seni dan memamerkan karya seni dari bebagai rupa, kepada masyarakat sekaligus memelihara karya dan dapat memberikan fungsi edukasi terhadap masyarakat mengenai ilmu dalam seni merupakan bagian dari perkembangan kondisi sosial masyarakat. Pelaku kegiatan pada Art Gallery secara umum terdiri dari 4 kelompok, yaitu pengelola, (seniman, musisi, aktor dan penampil), pengunjung dan tim produksi. Tema perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery adalah Arsitektur Modern. Modern bangunan dengan gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk, menghapus segala macam ornamen dan mengikuti bentuk fungsi bangunan. Bentuk gaya muncul pada tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya telah diperkuat dan dikenali dengan gaya internasional dan menjadi bangunan dominan untuk dekade abad ke-20. Arsitektur modern, memiliki gaya berimbas kepada keinginan untuk bentuk yang simple, bersih dan fungsional. Metode perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery adalah metode Shape Grammar yaitu pengolahan bentuk dasar menjadi bentuk baru yang belum ada pada sebelumnya, dengan prinsip penggabungan bentuk dasar yang memiliki aturan yang berisi 3 dan 4 tahapan yaitu, bentuk dasar, bentuk transformasi dan bentuk terminasi. Adapun studi banding yang terkait dalam perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery dari luar negeri yang bisa digunakan sebagai acuan, sebagai berikut : 1. Sanmer Theater and Art Gallery

Gambar 1. Sanmer Theater and Art Gallery

Sanmer Theater and Art Gallery adalah teater dan galeri seni yang terletak di taichou, china. Teater dan galeri seni ini total luasnya 13.958 m2 yang dibangun pada tahun 2018 oleh arsitek UAD. Teater ini meliputi 1.000 kursi. Teater dan galeri seni ini dirancang untuk menjadi ruang publik yang mendorong interaksi dan partisipasi sepanjang hari.


2.

Wuzhen Theater

studi preseden, survei dan observasi lapangan. Berikut penjelasan mengenai metode-metode yang digunakan. 1.

Gambar 2. Wuzhen Theater

Wuzhen theater adalah teater yang terletak di China. Teater ini total luasnya 21.750 m2 yang dibangun pada tahun 2010 oleh Kris Yao. Teater ini berisi dua teater dengan 1.200 dan 600 kursi saling bersandar. Bangunan ini menggunakan konsep “teratai kembar” yang menguntungkan secara budaya sebagai metaforanya desainnya terdiri dari 2 bentuk oval yang saling terkait salah satunya transparan dan buram. 3.

Shandong Art Gallery

Studi Literatur Studi literatur adalah kegiatan mencari referensi berupa data pustaka yang relevan dengan topik dan tema yang digunakan. Studi literatur dilakukan dengan membaca dan mengkaji literatur yang relevan. Dalam penyusunan skripsi ini, studi literatur dibutuhkan untuk mencari gambar dan teori yang berkaitan dengan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery. 2.

Studi Preseden Studi banding preseden dapat berupa studi literatur dan dilakukan dengan cara mengupas, membandingkan, dan menyimpulkan hasil dari beberapa studi preseden yang sesuai dengan perancangan bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery. Data yang diperoleh dari studi literatur dan perbandingan studi literatur disajikan secara deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah analisis dengan cara mengumpulkan data dari keadaan sebenarnya dengan mengembangkan, menciptakan, sehingga ditemukan konsep dan teori. 3.

Gambar 3. Shandong Art Gallery

Shandong Art Gallery adalah galeri yang terletak di Jinan Shi, China. Galeri ini total luasnya 52.138 m2 yang dibangun pada tahun 2013 oleh arsitek TJAD. Galeri ini terdiri dari 5 kantai dan 1 basement. Di dalam bangunan ini terdapat 12 exhabition dari lantai 1 hingga lantai 4 dengan total berjumlah 19.700 m2. Bangunan ini menggunakan konsep “mountain and city leans with each other, spring and city reflects with each other”, sehingga bentuk gubahan massa bangunan ini seperti bentuk dengan langkah-langkah mundur dari utara ke selatan. Semakin ke utara, jumlah lantai bangunan ini makin bertambah. Jadi massa bangunan yang paling tinggi berada di utara. Dapat disimpulkan dari ketiga studi literatur tersebut, menjelaskan luas tapak, jenis-jenis fasilitas dan kegunaan maupun kegunaan gedung disetiap fungsinya serta detail bangunan. Maka dari ketiga studi literatur dan preseden ini, yaitu bangunan Sanmer Theater and Art Gallery dapat dijadikan sebagai studi literatur dan preseden ini dengan adanya fasilitas dan jenis kegiatannya, sedangkan untuk kebutuhan ruang serta fasilitas pendukung maupun luas lahan dapat mengikuti bangunan Wuzhen Theater dan Shandong Art Gallery. METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan saya sebagai penulis untuk membuat perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery di Bogor ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan metode studi literatur,

Survei dan Observasi Lapangan Survei dan observasi lapangan adalah kegiatan mengamati dan mencatat secara langsung hal dilapangan yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini. Dalam skripsi ini, survei dan observasi lapangan dilakukan untuk memilih lokasi tapak perancangan. Hal yang harus diamati di dalam survei dan observasi lapangan yaitu ukuran tapak, kondisi tapak, kondisi sekitar tapak dan lainnya. PERANCANGAN 1.

Lokasi Terpilih

Gambar 4. Lokasi Terpilih

Berdasarkan hasil analisa penilaian alternatif lokasi pada tapak, lokasi yang sesuai dengan kriteria perancangan ini ialah alternatif A di kawasan Bogor, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Lokasi ini terletak di Jl. Raya Babakan Madang, Sentul, city, Bogor, Jawa Barat 16180. Kabupaten Bogor. Tapak terpilih dengan total luasan 31.097 m2 merupakan lahan kosong yang belum di sentuh di jadikan sebagai tempat ruang terbuka. Di sebelah Utara tapak berupa lahan kosong dan permukiman penduduk, di sebelah timur berupa Lahan Kosong, di sebelah selatan berupa Jalan Raya Utama Babakan


Madang, dan di sebelah barat berupa bangunan komersil. Luas Lahan : 3,11 Ha (31.097 m2) Peruntukan : Zonasi Perdagangan dan Jasa KDB : 50% Luas Maks. LDB : 50% x 3,11 Ha = 1,55 Ha KLB :6 Total Maks. LB : 6 x 1,55 Ha = 9,3 Ha KDH : 25% KB : Maks. 6 Lantai GSB : 3 meter Lebar Jalan Utama : 6 meter 2.

Untuk aliran air di dalam tapak akan diarahkan ke sisi tapak sehingga dapat dialirkan lansung turun ke riol kota yang berada disepanjang pedestrian tapak dan untuk drainase di dalam tapak akan di berikan gril pada bagian area parker dan diberikan beberapa grass block untuk di taman sehingga meminimalisir genangan. 5.

Analisa View

Analisa Bangunan Sekitar Tapak

Gambar 8. Analisa View

Gambar 5. Analisa Bangunan Sekitar Tapak

3.

Analisa Matahari dan Angin

View yang paling baik yaitu menghadap ke jalan raya sehingga view ini akan memanfaatkan view dari luar kebangunan dengan cara dijadikan point of interest supaya dapat menarik minat orang untuk mengunjungi bangunan tersebut. View yang kurang baik akan dibuat view dari dalam keluar dengan cara merencanakan bagian interior dengan nyaman. 6.

Analisa Kebisingan

Gambar 6. Analisa Matahari dan Angin

Berdasarkan data dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofosika) wilayah Bogor kelembapan rata-rata 59% - 88% suhu rata-rata 22oC – 30oC dan arah angin berasal timur yang berkecepatan 10 km/h. Pada bagian D (barat) dan B (timur) akan diberikan bukaan karena bagian ini terhalang bangunan dan tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung, pemberian bukaan inipun berfungsi sebagai pengcahayaan dan penghawaan alami pada bangunan. Pada bagian A (Utara) dan C (selatan) sinar matahari sangat terpapar langsung, untuk mengatasi hal ini pada area utara dan selatan bangunan nantinya akan diberikan sun buffer dan shun shadding pada bangunan yang berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan. 4.

Gambar 9. Analisa Kebisingan

Sumber kebisingan padat pada tapak berasal dari arah selatan tapak, kebisingan rendah pada arah barat di sebabkan oleh bangunan komersil, kebisingan arah utara dan timur tingkat kebisingannya minim dikarenakan lahan kosong dan permukiman lumayan agak jauh dari tapak, pada bagian tersebut akan di tempatkan ruangan yang membutuhkan ketenangan lebih fokus untuk kegiatan nantinya seperti: pertunjukan, workshop, studio mini, perpustakaan mini dll. 7.

Analisa Kondisi Eksisting

Analisa Topografi dan Drainase

Gambar 7. Analisa Topografi dan Drainase

Gambar 10. Analisa Kondisi Eksisting


8.

Analisa Vegetasi

Gambar 11. Analisa Vegetasi

Vegetasi sekitar tapak kurang rapih sehingga penanganannya akan ditanami vegetasi yang dapat memperindah tapak sekitar bangunan agar mengurangi dampak tidak terlalu gersang, panas dan mengurangi kebisingan suara yang berasal dari jalan utama. Sehingga tanaman yang di seperti pohon tanjung, pohon palem serta perdu. 9.

Analisa Sirkulasi dalam Tapak

11. Analisa Zoning pada Tapak

Gambar 14. Analisa Zoning pada Tapak

Zoning pada tapak ini di bagi menjadi 4 zona yaitu: publik, semi publik, private dan service, pembagian zona ini berdasarkan tingkat privasi antara pengguna bangunan dengan masyarakat umum yang tidak memiliki keperluan ke bangunan maupun ke tapak. Pada area publik merupakan area umum pengunjung yang masuk ke tapak, pada area semi publik merupakan area pengguna yang berkunjung ke art gallery dan gedung pertunjukan. Kemudian, pada area private merupakan area yang hanya bisa digunakan oleh pengelola maupun karyawan dari bangunan tersebut dan pada area service merupakan area untuk sirkulasi loading dock dan tempat penyimpanan ataupun perlengkapan dari bangunan tersebut.

Gambar 12. Analisa Sirkulasi dalam Tapak

Main entrance atau pintu masuk dan exit berada di depan jalan raya utama babakan madang ditempatkan karena sesuai dengan arah sirkulasi kendaraan yang ada di jalan tersebut sehingga memudahkan pengunjung masuk ke tapak dan akses pejalan kaki yang masuk ke tapak, jalur pedestrian berada di depan tapak menuju jalan raya. Sirkulasi kendaraan di dalam tapak mengelilingi bangunan supaya pengunjung dapat melihat bentuk bangunan dan sekitar bangunan dan untuk drop off tidak usah mengeliling bangunan dan jalur ini juga menjadi jalur loading dock untuk bangunan tersebut. 10. Analisa Orientasi Bangunan

12. Analisa Bentuk Bangunan dan Ornamen Bentuk bangunan diambil dari bentukan kasar yang berasal dari bentukan tapak agar memudahkan dalam penyesuaian didalamnya atau bentuk dasar (geometri) yaitu persegi lalu bentukan tersebut dibagi menjadi 2 massa dengan metode shape grammar untuk memisahkan lalu diberikan pengurangan bentuk untuk lebih menonjolkan fungsi bangunan. Gedung pertunjukan dan Art Gallery ini menerapkan tema yaitu “Arsitektur Modern” dimana bangunan tersebut berbentuk dengan gaya karakteristik yang mengutamakan dengan mengikuti fungsi bangunan tersebut dan tidak terpaku oleh satu gaya yang menonjol saja, tetapi bisa berbagai macam gaya dalam rancangannya.

Gambar 13. Analisa Orientasi Bangunan

Orientasi pada bangunan ini lebih condong ke arah barat daya yang merupakan pintu masuk dan pintu keluar dari bangunan gedung pertunjukan dan art gallery modern di bogor. Viewnya sangat mendukung karena view menuju ke jalan utama serta pengcahayaan yang lumayan baik dan akan dibuat bukaan cukup banyak guna memanfaatkan cahaya matahari dari arah timur.

Gambar 15. Gubahan Massa

Pada elemen dekorasi yang akan dipakai pada perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery ini menggunakan tema “Arsitektur Modern” dimana bangunan ini nantinya akan menggunakan segi material dan jenis dipakai yaitu bahan utama menggunakan curtain wall dan menggunakan ACP dengan mengambil warna yang sesuai dengan tema yang diambil seperti warna netral contohnya, abu-abu ataupun cokelat. Untuk menambah estetika bangunan akan digunakan secondary skin di beberapa titik.


Manfaat dari secondary skin ini sebagai sun shading bangunan. Secondary skin dipakai nantinya berbahan dasar alumunium dengan corak bermotif kayu dikarenakan pada saat menggunakan material kayu di daerah Bogor ini memiliki curah hujan yang cukup ekstrim sehingga pada saat menggunakan material kayu pun material tersebut cepat lapuk dan mudah keropos ataupun hancur.

Gambar 16. Fasad Curtain Wall dan ACP

13. Filosofi Bangunan Filosofi bangunan dari perancangan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery di Kabupaten Bogor ini adalah sebagai pemenuhan kebutuhan wisata dalam bidang seni Modern di Kabupaten Bogor yang belum cukup terpenuhi. Bangunan ini juga nantinya akan dijadikan wadah untuk para seniman dan komunitas seni memamerkan karyanya, menyaksikan pertunjukan dan berkumpulnya para penikmat seni baik dilingkup Kabupaten Bogor maupun diluar Kabupaten Bogor. Selain itu bangunan ini juga sebagai sarana edukasi dalam bidang seni bagi masyarakat Kabupaten Bogor. 14. Tema Sebagai Ide Gagasan Utama Tema yang dipakai dari bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery di Kabupaten Bogor ini adalah Arsitektur Modern. Pemakaian tema Arsitektur Modern ini akan menjadikan bangunan dengan gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan memiliki bentuk yang mengikuti fungsinya. Arsitektur Modern adalah arsitektur yang tidak terpaku oleh satu gaya yang menonjol saja, tetapi bisa terdapat berbagai macam gaya dalam rancangannya dan memiliki gaya berimbas kepada keinginan untuk bentuk yang simple, bersih dan fungsional. Untuk memperkuat tema Arsitektur Modern ini, akan diaplikasikan beberapa gaya desain pada rancangan. Pertama dari bentuk gubahan massanya, biasanya bangunan Arsitektur Modern mempunyai atap yang datar atau melengkung. Yang kedua adalah dari fasadnya, Arsitektur Modern mempunyai ciri khas yaitu fasad yaitu menggunakan banyak elemen kaca. Untuk bangunan ini saya menggunakan batu alam sebagai material fasad utama dan memakai acp sebagai material pendukung dan menambahkan secondary skin dengan material alumunium untuk sun shadding. 15. Konsep Perancangan Tapak Penataan perancangan tapak bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery ini berdasarkan dari zonasi penggunaan bangunan yang terbagi menjadi zonasi publik, semi publik, private dan service. Zonasi publik berada di bagian selatan tapak, zonasi semi publik berada di bagian tengah tapak dan belakang tapak, zonasi private berada di belakang

zonasi semi publik yang ada di bagian depan tapak dan zonasi service berada dibagian barat tapak. Tapak seluas 31.097 m2 dengan batas luas maksimal dasar bangunan yang terbangun 15.548,5 m2 sisanya difungsikan sebagai lahan parkir dan fungsi sekunder. Untuk area hijau akan dibuat sebesar 25% dari luas dengan total sebesar 9.329,1 m2 yang akan di bangun ruang terbuka hijau dan plaza, besar GSB pada depan tapak adalah 3 m yang difungsikan sebagai daerah resapan, sehingga sisa tapak digunakan sebagai sirkulasi dalam bangunan. Arah matahari menjadi sangat penting untuk keterkaitan terhadap perancangan desain bangunan. Main entrance untuk kendaraan akan berada di bagian selatan tapak karena berhubungan langsung dengan jalan raya. Untuk sirkulasi pejalan kaki nantinya bisa melewati sebuah plaza yang juga ditempatkan di bagian selatan tapak sebagai penghubung antara bangunan dengan bagian luar tapak. Untuk pintu exit kendaraan akan ditempatkan pada bagian selatan tapak yang berhubungan langsung dengan jalan raya utama. Bangunan akan ditempatkan di bagian tengah tapak. Pola sirkulasi dalam tapak juga dibuat memutari tapak dengan bangunan utama sebagai pusatnya dan untuk sirkulasi drop off hanya melewati depan bangunan saja. Hal ini dimaksudkan agar bangunan utama dapat dicapai dari segala arah dan aksesibilitasnya juga mudah.

Gambar 17. Konsep Perancangan Tapak

Gambar 18. Konsep Utilitas Perancangan Tapak

16. Konsep Perancangan Bangunan Berdasarkan hasil analisis pada Bab 4, bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery akan memiliki massa tunggal dengan bentuk bangunan tersebut diambil dari bentukan dasar (geometri) yaitu


persegi lalu bentukan tersebut dibagi menjadi 2 massa dengan metode shape grammar untuk memisahkan antara akses publik yang dapat digunakan pengunjung untuk bersantai melihat pameran ataupun mengikuti workshop dan area utama pada bangunan yaitu ruang pertunjukan, lalu diberikan pengurangan bentuk untuk lebih menonjolkan fungsi bangunan yaitu sebagai bangunan pertunjukan dan art gallery. Pengaplikasian 2 massa bangunan yang berfungsi sebagai pemisah akses untuk pengunjung gedung pertunjukan dan art gallery, lalu pada bagian atap diberikan 2 jenis atap berupa atap galvalum yang berstruktur rangka ruang dan menggunakan atap setengah pelana dengan menggunakan rangka baja seperti bangunan pada umunya.

Gambar 19. Konsep Perancangan Bangunan

Gambar 22. Konsep Perancangan Kelengkapan Bangunan

19. Hasil Akhir Perancangan

Gambar 20. Zonasi Vertikal dan Horizontal Bangunan Gambar 23. Siteplan

17. Konsep Perancangan Struktur Penggunaan pada struktur bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery dipilih berdasarkan hasil analisis struktur dan material yang sesuai.

Gambar 24. Blokplan

Gambar 21. Konsep Perancangan Struktur dan Konstruksi Bangunan

Gambar 25. Denah Basement

18. Konsep Perancangan Kelengkapan Bangunan Kelengkapan bangunan merupakan aspek penting untuk menunjang fungsi ruang pada bangunan.

Gambar 26. Denah Lantai 1


Perancangan ini betujuan menjadi suatu fasilitas publik sebagai wadah pertunjukan dan pameran bagi pengunjung maupun penikmat dan pelaku seni serta sebagai ikon seni yang menghasilkan konsep Arsitektur Modern di Bogor. Gambar 27. Tampak Depan

Gambar 28. Tampak Kanan

Gambar 29. Potongan A-A’

Gambar 30. Potongan C-C'

Gambar 31. Perspektif Mata Burung

Gambar 32. Perspektif Mata Manusia

Gambar 33. Perspektif Interior

KESIMPULAN Dalam perancangan bangunan Gedung Pertunjukan dan Art Gallery dengan pendekatan arsitektur modern diharapkan dapat memperlihatkan bentuk yang minimalis dan sederhana, namun pengguna dapat mencapai tujuan secara maksimal mungkin sesuai fungsinya dan keindahan dapat tercapai dengan penggunakan bahan material.

DAFTAR PUSTAKA [1] https://www.bps.go.id/publication/2018/07/03/5 963c1ea9b0fed6497d0845/statistkindonesia201 8.html [Accessed 29 September 2020] [2] https://bogorkab.go.id/ [Accessed 29 September 2020] [3] C. M. Harris, "Dictionary of Architecture and Construction," in Fourth Edition, Pennsylvania, McGraw-Hill Book Companies, 1975. [4] https://bogorkab.go.id/pages/letak-geografis [Accessed 29 September 2020] [5] Desiana, Soraya. “Pusat Sinema Bandung”. Bandung Cinema Center. Universitas Pendidikan Indonesia. 2015. [6] Ramdana, Wahyu. “Perancangan Gedung Pertunjukan Kesenian Tradisional” Tugas Akhir. Teknik Arsitektur. Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim. Malang. 2018. [7] Firmaniah, Dewi. “Malang Indie Culture Center”. Tugas Akhir. Teknik Arsitektur. Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim. Malang. 2012. [8] N. I. Fanienditha, “Perancangan Malang Art Center” Tugas Akhir. Teknik Arsitektur. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. 2018. [9] Surosa. “Art Gallery of Modern Art” Tugas Akhir. Teknik Arsitektur. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 1971. [10] S. Adi Pamungkas, “Perancangan Galeri Seni Kerajinan Mebel Ukir di Kabupaten Pasuruan Dengan Pendekatan Focus On Materials,” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018. [11] A. Suryawan, “Galeri Seni Ukiran di Ubud,” 2006. [12] Giant, 2008. [Online]. Available: https://virtualarsitek.wordpress.com/artikel/seja raharsitektur/tipologiarsitektur/arsitekturmodern/. [Accessed 16 April 2020]. [13] T. W. Knight, Shape Grammars: Six Types. Cambridge, 1999. [14] https://www.archdaily.com/942625/sanmen Theateruad?ad_source=search&ad_medium =search_result_all [Accessed 22 Oktober] [15] https://www.archdaily.com/877095/shandong art-gallerytjad?ad_source=search&ad_medium =search_result_all [Accessed 22 Oktober 2020]. [16] https://www.archdaily.com/375609/wuzhen theaterkrisyaoarchitect?ad_source=search&ad _medium=search_result_all [Accessed 22 Oktober 2020]. [17] https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ Ws_file/dokumen_usulan/perda_rtw/PERDAR TR_32-01-2008.pdf [Accessed 22 Oktober 2020].


[18]

[19]

J. De Chiara and M. J. Crosbie, "Time-Saver Standards," in Building Types, Fourth Edition, Pennsylvania, McGraw-Hill Book Companies, 1984, pp. 679-680. S. Tedjo, "Pedoman Pendirian Museum," Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.


PERANCANGAN GALERI NASIONAL INDONESIA DI IBUKOTA KALIMANTAN TIMUR Rafli Alfiano1, Yuke Ardhiati2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 alfianorafli@gmail.com, 2 yukeardhiati@gmail.com 1,2

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kesenian di Indonesia berkembang dengan sangat pesat mengikuti keadaan zaman. Dengan keadaan zaman digital saat ini memungkinkan seniman di seluruh dunia semakin mudah dalam memamerkan karya menggunakan teknologi yang sudah ada. Akan tetapi keberadaan galeri tetap akan dibutuhkan karena dalam mengapresiasi karya secara digital berbeda dengan mengapresiasi seni secara langsung. Keadaan galeri nasional sebagai wadah dalam menampung karya-karya seniman akan mempengaruhi secara langsung terhadap kualitas dan kuantitas seni di Indonesia. Kondisi ini membuat semakin bervariasinya hasil karya dari seniman dan mengakibatkan diperlukannya sebuah tempat untuk menampung dan memamerkan hasil karya mereka. Kondisi Galeri Nasional Indonesia di Jakarta sekarang ini sudah tidak memadai untuk menampung semua animo seniman, mengingat fasilitas di Galeri Nasional sangat terbatas. Ketertarikan masyarakat pada dunia seni terlihat meningkat yang terbukti dari dibukanya beberapa institusi seni di Indonesia. Galeri Nasional yang memiliki peran untuk mewadahi potensi seniman untuk menggelar karya, sangat dibutuhkan mengingat kondisi yang sedang terjadi sekarang. Bertepatan dengan keputusan Presiden RI untuk memindahkan Ibukota Indonesia ke daerah Kalimantan Timur, hal ini menjadikan sebuah peluang untuk dibangunnya sebuah Galeri Nasional Indonesia secara ideal. Keberadaan Galeri Nasional Indonesia di Ibukota Negara yang baru diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat seni dan juga kegiatan pelaku seni di Ibukota negara Indonesia yang akan datang.

Kata Kunci: Galeri Nasional Indonesia, Pemindahan Ibukota Indonesia, Ruang Pameran, Galeri Seni Abstract Arts are developing rapidly in Indonesia along with times. The advanced development of the digital era makes it easier for artists around the world to run an art exhibition using technology. However, the existence of a gallery will still be needed as appreciating arts digitally is different from appreciating arts directly. The presence of a national gallery as a place to accommodate the works of artists will directly affect the quality and quantity of art in Indonesia. This condition makes the work of artists more varied and results in the need for a place to accommodate and exhibit their work. Currently, the National Gallery in Jakarta is not sufficient to accommodate all the interests of artists, considering that its facilities are very limited. The public's interest in the world of art is increasing as evidenced by the opening of some art institutions in Indonesia. The National Gallery, which has a role to accommodate the potential of artists to present their works, is highly needed considering the current conditions. Coinciding with the decision of the President of the Republic of Indonesia to move the capital city of Indonesia to East Kalimantan, it creates an opportunity to build an ideal National Gallery of Indonesia. The existence of the National Gallery in the new capital is expected to meet the needs of the arts community and the performers in the new capital city of Indonesia. Keywords: National Gallery of Indonesia, Relocation of the Capital City of Indonesia, Exhibition Room, Art Gallery _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Kota Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia saat ini. Karena alasan tersebut, menjadikan kota ini sebagai daya tarik penduduk Indonesia untuk urbanisasi menuju Kota Jakarta. Hal ini berdampak secara langsung terhadap Kota Jakarta yang membuat kota ini sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Disisi lain, telah terjadi perkembangan seni di Indonesia yang cukup pesat pada era sekarang ini, terutama di bidang karya seni

kontemporer. Semakin banyaknya hasil dari karya seniman saat ini membuat semakin diperlukannya sebuah tempat untuk menampung dan memamerkan hasil karya mereka. Salah satu tempat yang diperlukan adalah galeri. Galeri merupakan salah satu tempat bagi manusia untuk mengekspresikan seni dalam dirinya. Dalam hal ini kegiatan utama yang dilakukan dalam galeri adalah menggelar pameran, tempat edukasi dan juga objek pariwisata. Daya tarik yang tinggi terhadap kesenian, telah meningkat di kalangan masyarakat umum


maupun bagi pelaku kegiatan seni. Hal ini akan memberi dampak positif terhadap adanya Galeri Nasional. Salah satu impian para seniman Indonesia adalah dapat berkesempatan memamerkan karyanya di tingkat nasional, khususnya di Galeri Nasional. Namun demikian, kondisi Galeri Nasional Indonesia di Jakarta sudah tidak memadai untuk menampung semua animo para seniman dan calon seniman, mengingat fasilitas di Galeri Nasional saat ini sangat terbatas. Sedangkan GNI memiliki peran meningkatkan apresiasi masyarakat secara umum di sektor seni rupa dan juga mewadahi potensi-potensi seniman untuk menggelar karyanya dengan prinsip kurasi dan manajemen pameran yang baik. Keputusan Presiden Joko Widodo pada sidang paripurna DPR/MPR RI tanggal 26 Agustus 2019, untuk memindahkan Ibukota Negara dari Kota Jakarta ke daerah Kalimantan Timur. Hal ini menjadi sebuah kesempatan untuk dibangunannya Galeri Nasional Indonesia secara lebih ideal. Dengan adanya keberadaan Galeri Nasional Indonesia di Ibukota Negara yang baru, diharapkan Galeri ini dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat seni dan juga kegiatan pelaku seni di Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA Proses perancangan galeri seni ini yang dikembangkan dari aspek kebudayaan dan kesenian yang di transformasi menjadi sebuah visual dalam bentuk bangunan. Bangunan dengan fungsionalitas dan filosofis terhadap realitas sebagai sebuah makna simbolis yang dibangun dengan asas yang tentunya dapat dipertimbangkan. Pemaparan tema dan konsep desain bangunan yang diterapkan pada rancangan akan ditelaah dari beberapa teori merancang sebuah bangunan galeri. Tema perancangan berdasarkan dari 13 cara merancang arsitektur postmodern teori Charles Jencks, yaitu multivalence. Yaitu cara merancang arsitektur yang memberi kebebasan memvisualkan imajinasi. Multivalence sebagai cara merancang dengan mengasosiasikan berbagai relevan sebagai tema dan narasi arsitektur[1]. Dalam teori ini Charles mengungkapkan salah satu cara merancang menggunakan imajinasi sebagai kebebasan dalam membentuk atau mendesain sebuah bangunan. Bangunan dengan tema ini biasanya memiliki banyak nilai dan juga fungsi estetika. Dengan metode ini merancang menjadi tidak dibatasi, dengan metode ini imajinasi yang digunakan perancang bisa digunakan secara bebas dengan tetap memperhatikan aspek aspek arsitektur. Multivalence secara harfiah berarti “memiliki banyak nilai” yang dimaksudkan dengan keberagaman berbagai bentuk. Dijelaskan bahwa tema multivalence dalam perancangan memiliki kelebihan nilai dari segi bentuk, fungsi, dan juga estetika. Pada dasarnya, postmodern sebagai salah satu keadaan sejarah yang berawal dari sebuah respon terhadap konsep yang bertema modern dan juga memiliki hubungan dalam kesenian, filsafat, arsitektur, komunikasi dan bidang-bidang lainnya[2]. Postmodern lahir ketika modernism tidak lagi dikatakan produktif,

dapat dikatakan postmodern lahir sebagai respon terhadap estetika modernism yang sudah berlangsung pada saat abad pertengahan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa postmodern itu lahir karena kemonotonan dari sebuah desain. Ideologi didalam postmodernisme adalah pluralism. Secara filosofis, makna ini dimaknai sebagai perang terhadap keberagaman bentuk secara totalitas, menghargai perbedaan (diversity), dan keragaman (multiplicity), termasuk didalamnya terdapat unsur lokalitas, regional, dan keunikan. Namun disisi lain pluralism menurut Charles bermakna sebagai “penghargaan” terhadap nilai-nilai budaya lain yang tidak terhiitung jumlahnya”. Gerakan arsitektur postmodern bertujuan untuk menciptakan kekayaan bahasa dan makna. Charles melihat arsitektur adalah salah satu metode yang digunakan untuk berkomunikasi. Sedangkan menurut Venturi, setiap karya arsitektur hendaknya dapat diinterpresetasikan secara plural sehingga memilki kekayaan makna (richness of the meaning)[3]. Galeri kesenian pada dasarnya merupakan sebuah wadah tempat pemajangan benda-benda seni ataupun benda bernilai kebudayaan lainnya (termasuk didalamnya benda yang berhubungan dengan sejarah) yang dipilih secara selektif oleh suatu regu ataupun dari seorang ahli yang memiliki kualitas di bidang tersebut. Hal seperti ini diperlukan sebagai jaminan dari kualitas[4]. Sedangkan menurut Dictionary of Architecture and Construction, galeri merupakan sebuah tata ruang yang difungsikan untuk memamerkan hasil dari karya seni ataupun area zona publik yang terkadang difungsikan untuk kegunaan tertentu[5]. Dalam perancangannya, sebuah bangunan juga memakai mazhab yang memandang karya arsitektur sebagai sebuah karya seni yang didukung oleh adanya teknologi[6]. Menurut tinjauan studi perancangan, yaitu Galeri Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 14, bangunan ini diresmikan menjadi galeri nasional pada 8 Mei 1999 dengan fungsi sebagai berikut [7] : a) Pengkajian karya seni rupa. b) Pengumpulan karya seni rupa. c) Pelaksanaan registrasi karya seni rupa. d) Pelaksanaan perawatan dan pengamanan karya seni rupa. e) Pelaksanaan pameran karya seni rupa. f) Pelaksanaan kemitraan karya seni rupa g) Pelaksanaan layanan edukasi di bidang karya seni rupa h) Pelaksanaan urusan ketatausahaan Galeri Nasional Indonesia Sedangkan menurut Kepala Kantor Wilayah Perdagangan, fungsi dari galeri adalah sebagai berikut [8] : a) Sebagai tempat promosi barang-barang seni. b) Sebagai tempat mengembangkan pasar bagi para seniman. c) Sebagai tempat melestarikan dan memperkenalkan karya seni dan budaya dari seluruh Indonesia.


d) Sebagai tempat pembinaan usaha dan organisasi usaha antara seniman dan pengelola. e) Sebagai salah satu objek pengembangan pariwisata nasional. Kegiatan yang terdapat pada Galeri Nasional Indonesia saat ini berupa pengadaan pameran tetap dan temporer, seminar, diskusi, workshop, seni performans, kerja sama, penelitian, pengembangan dan pelayanan publik. Galeri akan tepat dan baik jika dibuat dengan denah yang jelas. Dari denah akan terbentuk sirkulasi dari galeri. Sirkulasi merupakan standar perencanaan galeri yang sangat penting untuk diperhatikan. Dengan sirkulasi ini maka akan pula membentuk pola kegiatan dan bentuk dari galeri. Sirkulasi yang tepat akan membuat pengunjung menikmati karya-karya yang ada. Pengunjung dapat mengakses ke segala arah tanpa harus melewati sebuah karya yang tertinggal. Pola sirkulasi juga akan membentuk dan mengarahkan manusia secara tidak langsung untuk mengintervensi arah jalannya dan juga sudut pandang mata manusia yang ideal terhadap karya seni yang dipamerkan di dalam galeri.

Pengunjung bangunan juga dapat diarahkan dengan ideal seiring dengan dibuatnya denah pada bangunan yang dapat saling menyesuaikan satu sama lainnya. Maka penggunaan jenis sirkulasi dalam bangunan galeri dinilai sangat penting dalam penggunaan fungsionalitas dari sebuah ruang pameran. Galeri pada dasarnya merupakan bagian dari museum yang berfungsi sama, yaitu sebagai ruang pameran. Menurut Robillard, ruang publik pada museum dibagi menjadi empat bagian, yaitu [10]: a) Enterance Hall. b) Jalur sirkulasi. c) Galeri. d) Lounge (ruang duduk). Dari hal tersebut dapat ditentukan jika aktivitas ruang-ruang pada bangunan galeri harus tetap memperhatikan keempat unsur tersenit. Penggabungan antara ruang dan juga unsur tersebut agar menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk sebuah bangunan galeri. Ruang pamer pada galeri sebagai tempat untuk memamerkan atau mendisplay karya seni harus memenuhi beberapa hal, yaitu terlindung dari kerusakan, pencurian, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung, dan debu[11].

Dari hal tersebut terdapat berbagai macam sirkulasi yang dapat diterapkan, yaitu pola sirkulasi linier, radial, spiral, grid, jaringan dan juga komposit[9].

METODOLOGI PERANCANGAN

Gambar 1 Jenis Pola Sirkulasi Sumber : D.K.Ching, 2007

Agar tidak terjadinya sirkulasi yang bercabang dan banyak bersimpangan yang membuat pengunjung bangunan tidak dapat melihat seluruh karya yang dipamerkan didalam bangunan, maka diperlukannya pola ataupun susunan di sebuah bangunan dengan berbagai cara. Mayoritas penggunaan sirkulasi ini digunakan dengan pola yang berbeda ukuran, merubah bentuk, ataupun penempatan dari karya ataupun benda yang dapat membuat pola sirkulasi.

Perancangan ini secara umum deilaksanakan di wilayah provinsi Kalimantan Timur, tepatnya berada di Jalan Negara, Kelurahan Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Jalan Negara saat ini merupakan salah satu jalan utama pada wilayah ini, namun nantinya akan dirubah menjadi jalan koridor utama berdasarkan rencana masterplan Nagara Rimba Nusa IKN yang baru. Metode perancangan yang digunakan dalam proses perancangan menggunakan beberapa metode, yaitu : a) Metode pengumpulan data, mengenai kondisi eksisting sekitar lokasi terkait perancangan dengan infornasi yang diperlukan untuk datar terkait dengan perancangan b) Literatur, cara ini merupakan salah satu cara untuk menghimpun informasi ataupun data pustaka dari sumber-sumber terkait yang relevan dengan perancangan bangunan galeri, sehingga informasi yang didapatkan mampu digunakan sebagai landasan dalam merancang. c) Peraturan yang berlaku, data terkait dari aturan pemerintah yang terdiri dari rencana tata kota dan hak peruntukan lahan untuk mengetahui tentang lokasi yang akan dijadikan objek perancangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis terhadap aspek-aspek yang terkait proses perancangan. Dihasilkan sintesis yang kemudian digunakan sebagai dasar ataupun penunjang dari tema rancangan yang pada proses akhirnya menghasilkan konsep rancangan.


PERANCANGAN Perancangan ini berada di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Jalan Negara, Kelurahan Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Jalan Negara pada saat ini merupakan salah satu jalan utama pada wilayah ini. Ketentuan-ketentuan umum sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan daerah Kota Samarinda ditetapkan sebagai berikut [12]: a) Koefisien dasar bangunan (KDB) untuk zona fasilitas umum dan sosial ditetapkan maksimal 60% (enam puluh persen). b) Koefisien daerah hijau (KDH) untuk zona fasilitas umum dan sosial ditetapkan minimal 40% (empat puluh persen). c) Koefisien lantai bangunan (KLB) untuk zona fasilitas umum dan sosial ditetapkan 2.8.

Fasad sebagai penanda bentuk dari gabungan kedua bentuk transformasi batik dan tameng

Batik Suku Betawi

Tameng Suku Dayak

Icon Kalimantan-Hutan Gambar 4 Konsep Fasad Sumber : Rafli A, 2021

A. Konsep Bangunan

Tampilan fasad dipengaruhi oleh wujud, warna, tekstur, dan juga dimensi[14]. Berdasar tampaknya merupakan sebuah metafora bentuk dari sebuah kapal. Yang merupakan khas dari Kota Samarinda sekaligus representasi dari Indonesia negara maritim.

Gambar 2 Tameng Suku Dayak Sumber : Mapio.net

Konsep massa bangunan berasal dari bentuk transformasi dari tameng Suku Dayak Kalimantan Timur. Bentuk ini merupakan icon dari logo Provinsi Kalimantan Timur, yang merupakan perisai dari suku asli Dayak. Menurut filosofinya, lambang perisai ini merupakan alat pelindung untuk mencapai cita-cita dari revolusi 17 Agustus 1945.

2

3 6

Gambar 5 Konsep Bentuk Fasad Sumber : Rafli A, 2021

B. Konsep Tapak

8 Gambar 3 Gubahan Massa Sumber : Rafli A, 2021

Konsep fasad bangunan diambil dari tema perancangan multivalence yang dikombinasikan dengan beberapa teori dari Charles Jencks, yaitu [13]: a) a sign of psychological motivation Pengaruh bangunan terhadap rasa dan kesan yang megah, asri, dan juga keunikannya. b) a sign of surface covering

Gambar 6 Konsep Bentuk Fasad Sumber : Rafli A, 2021

Konsep Tapak menggunakan polar uang linier seperti pada rumah tradisional Betang Toyoi yang melambangkan pusat kehidupan dan kegiatan sosialisasi yang dilandasi atas nilai kebersamaan.


C. Hasil Perancangan

Gambar 7 Denah Sumber : Rafli A, 2021

Denah hasil rancangan yang terdiri dari lima lantai utama dan satu lantai basement sebagai lahan parkir kendaraan. Lantai satu terdiri dari lobby, foodcourt, café, perpustakaan, ruang restorasi dan konservasi, ruang lelang, souvenir, R.VIP, R.Media center, Ruang pengelola, gudang, loading dock dan juga ruang servis lainnya. Untuk lantai lainnya terdiri dari ruang pamer 2D dan 3D, ruang immersif, Spot photo, ruang pameran outdoor, gudang, dan ruang servis.

Gambar 8 Tampak Sumber : Rafli A, 2021

Tampak bangunan dengan tema a sign of psychological motivation dan juga a sign of surface covering. Kedua tema tersebut mengangkat masing masing nilai yang diangkat didalam fasad bangunan. Terlebih dengan tema perancangan multivalence, yang memiliki arti secara harfiah “memiliki banyak nilai” yang diusung dengan filosofis kebudayaan. Bentuk fasad terdiri dari 4 elemen, yaitu mengangkat symbol dari batik Betawi yang memiliki arti filosofis sebagai keberadaan Galeri Nasional Indonesia yang berada saat ini, kemudian logo tameng Suku Dayak Kalimantan Timur yang merupakan makna filosofis lokasi perancangan galeri nasional Indonesia saat ini. Untuk bentuk dari panel LED yang menyelubungi fasad adalah sebagai bentuk dari ranting pohon yang mengartikan Kalimantan adalah pulau yang sangat hijau. Kemudian bentuk fasad dibuat menyerupai kapal dengan kolam yang terdapat didalam tapak mengelilingi bangunan, sebagai metafora sebuah kapal dengan makna simbolis Indonesia adalah negara maritim. Selanjutnya adalah gambar potongan dari bangunan. berikut gambar potongannya.


Didalam bangunan Galeri ini juga terdapat beberapa detail ruang bangunan yang memiliki khas sendiri. Yang pertama yaitu Lorong LED yang terletak pada enterance lobby bangunan.

Gambar 11 LED Enterance Sumber : Rafli A, 2021

Kemudian terdapat ruang immersif, yaitu ruang berbentuk melingkar dengan sorotan projektor ke setiap sudut ruang dengan tambahan sound effect disekitarnya.

Gambar 9 Potongan Sumber : Rafli A, 2021

Struktur bangunan yang digunakan adalah pondasi bore pile dan juga plat setempat. Untuk struktur tengah menggunakan kolom balok beton dengan bentang terlebar 15m. Dilatasi bangunan menggunakan dilatasi balok gerber. Kelebihan dilatasi ini adalah agar jarak kolom yang digunakan dapat berjarak sama. Berikut merupakan 3D dari struktur bangunan Galeri Nasional Indonesia. Gambar 12 R.Immersif Sumber : Rafli A, 2021

Gambar 10 3D Struktur Sumber : Rafli A, 2021

Ruang pameran Outdoor yang berada di lantai tiga bangunan, dibuat dengan kesan menarik dan juga nyaman. Dibuat canopy dengan atap sebuah filosofi kebudayaan yang akan menciptakan sun shading ketika siang hari.


.

Gambar 13 Canopy Outdoor Sumber : Rafli A, 2021

Dibagian outdoor bangunan, terdapat ampliteater, yang dilatar belakangi langsung dari sudut bangunan galeri. Bagian ini dibuat sebagai wadah aktivitas seni pertunjukan yang bisa dialihfungsikan menjadi ruang pamer outdoor dengan lighting yang sangat menarik perhatian visual.

Selanjutnya merupakan utilitas dari transportasi vertikal dan juga penghawaan bangunan. Sistem penghawaan sangat penting karena diperlukannya suhu yang ideal pada bangunan. Selain untuk kenyamanan pengunjung bangunan, hal ini juga sangat diperhatikan dalam mencapai suhu ideal didalam ruangan guna menjaga ketahanan dari karya seni yang dipamerkan. Menurut Khasirun, agar koleksi didalam galeri tetap dalam kondisi baik, perlu suhu yang sesuai kelembaban dan radiasi. Sekitar 20-25 derajat, kelembaban -65, radiasi -50lux, ultraviolet -30. Jika suhu kelembaban dan tingkat radiasi di galeri tidak normal atau melebihi tingkat yang dapat diterima, ini sangat berisiko[15]. Untuk itu, dalam penghawaan ruangan akan dibuat dengan baik. Tentunya tidak hanya memperhatikan faktor dari dalam bangunan saja, tetapi juga faktor dari luar bangunan. Dengan hal tersebut juga diterapkan pembuatan kolam disekitar bangunan agar mencapai kelembaban yang ideal. Kemudian juga diperkecil luasan bukaan cahaya matahari yang dapat masuk kedalam bangunan.

Gambar 16 Utilitas AC&transportasi vertikal Sumber : Rafli A, 2021 Gambar 14 Canopy Outdoor Sumber : Rafli A, 2021

Bangunan galeri tentunya dilengkapi dengan area servis dan juga keamanan yang harus memadai. Berikut merupakan utilitas dari air dan juga sistem keamanan kebakaran.

Gambar 15 Utilitas Air&Kebakaran Sumber : Rafli A, 2021

Bangunan dilengkapi dengan sistem kelistrikan parallel yang dapat menunjang kegiatan didalam bangunan, khususnya dalam penunjang penerangan terhadap karya seni yang dibutuhkan secara massal. Berikut juga dilampirkan gambar utlilitas kelistrikan dari bangunan.

Gambar 17 Utilitas Kelistrikan Sumber : Rafli A, 2021


Berikut 3D Perspektif Eksterior dan Interior dari bangunan Galeri Nasional Indonesia.

Gambar 22 Interior 3 Sumber : Rafli A, 2021 Gambar 18 Eksterior Siang Sumber : Rafli A, 2021

Gambar 19 Eksterior Malam Sumber : Rafli A, 2021

Gambar 20 Interior 1 Sumber : Rafli A, 2021

Gambar 21 Interior 2 Sumber : Rafli A, 2021

Gambar 23 R.Pamer Outdoor Bangunan Sumber : Rafli A, 2021

Gambar 24 R.Pamer Outdoor Tapak Sumber : Rafli A, 2021

KESIMPULAN Perancangan Galeri Nasional Indonesia di Kalimantan Timur menggunakan konsep perancangan dengan tema multivalence dari Charles Jencks yang mengangkat berbagai keberagaman budaya dan makna filosofis Indonesia. Bangunan galeri dengan memunculkan aspek arsitektur dengan karakter dan keunikannya bertujuan sebagai wadah dari seniman dan pelaku seni dalam memenuhi kebutuhannya. Disisi lain galeri dapat difungsikan di sektor pariwisata lokal maupun internasional. Dengan kemajuan dan meningkatnya kualitas galeri yang ada di Indonesia, diharapkan dapat mencetak keunggulan dari sektor kesenian maupun dari sektor pariwisata secara umum.


DAFTAR PUSTAKA [1] Jencks, Charles. (1991). he Language of PostModern Architecture. New York : Rizzoli [2] Lucaites, Condit. (1999). Contemporary Rhetorical Theory. Guilford Press [3] Venturi, Robert. (1966). Complexiety and Contradiction in Architecture. New York : Harry N. Abraham, Inc Online di: https://www.academia.edu/5196369/Venturi_Complex ity_and_Contradiction_in_Architecture [4] Yahya, Amri. (1989). Pengertian Umum Tentang Art Gallery, Museum, Souvenir / Gift Shop dan Boutiq. Online di : https://docplayer.info/72228664-Pokokarti-atau-hakekat-arti-art-gallery-yaitumerupakan.html [5] Cyril M. Harris. (2005). Dictionary of Architecture and Construction. New York: The McGraw-Hill Companies. Online di: hhtps://civilenglineering.files.wordpress.com/2014/10/ dictionary-of-civil-engineering.pdf [6] Ardhiati, Yuke.(2005). Bung Karno Sang Arsitek: Kajian Artistik Karya Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior, Kria, Simbol, Mode Busana dan Teks Pidato 1926-1965. Depok: Komunitas Bambu [7] Saroyo, Prayitno. Buku Profil Galeri Nasional Indonesia. Jakarta: Galeri Nasional Indonesia [8] Kepala Kantor Wilayah Perdagangan dalam Aditama. (2011). Online di: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmarsitek/article/d ownload/26630/75676577322 [9] Ching, Francis DK. (2007). Architecture: Form,Space, & Order (Third Edition). Jakarta : Erlangga [10] Robilliard, David A. (1982). Public Space Design in Museums. Milwaukee: Center for Architecture and Urban Planning Research. Online di: https//:dc.uwm.edu/caupr_mono/16/ [11] Neufert, Ernest. (1996) Data Arsitek. Jakarta: Erlangga. [12] Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2 Tahun 2014. “Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda”. Online di: http://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/d okumen_usulan/perda_rtrw/PERDARTRW_64-722014.pdf

[13] Jencks, Charles.(1980). Sign, Symbols and Architecture. New York: John Wiley & Sons Inc [14] Ching, Francis D.K.(1975). Architectural Graphics. New York: John Wiley & Sons Inc. Online di: https://archive.org/details/FrancisD.K.ChingArchitect uralGraphics6thEd2015/page/n3/mode/2up [15] Kompas.com, "Rumitnya Merawat Museum," Kompas.com, 30 Mei 2010. [Online]. Online di: https://travel.kompas.com/read/2010/05/30/17052138/ ~Megapolitan~News.


PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN BIDARA CINA KOTA JAKARTA TIMUR Grendy Yeremia1 Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta 1 yeremia.grendy@gmail.com

1

Abstrak Kelurahan Bidara Cina merupakan salah satu kelurahan di DKI Jakarta yang rentan terkena banjir setiap tahun. Jumlah penduduk yang berada di kelurahan ini juga sangat padat sehingga ruang publik yang dimiliki kawasan ini sangat sedikit. Dua faktor ini menyebabkan kondisi tempat tinggal yang dimiliki warga di Kelurahan Bidara Cina menjadi kurang layak. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menghasilkan kawasan permukiman yang lebih layak untuk ditinggali serta lebih responsif terhadap banjir. Metode yang digunakan dalam perancangan dimulai dengan studi literatur dan survei lapangan untuk memperoleh data yang kemudian dianalisis setiap permasalahan yang ada. Hasil analisis digunakan untuk membuat konsep yang akan diterapkan pada proses perancangan. Konsep tersebut diwujudkan melalui tema kawasan ramah lingkungan yang terlihat dari berbagai aspek, seperti memperbanyak ruang terbuka hijau, pengelolaan sanitasi dan air bersih, serta pengolahan sampah. Hasil dari perancangan berupa model kawasan permukiman yang dapat mengakomodasi kebutuhan akan tempat tinggal yang layak bagi warga Kelurahan Bidara Cina dan diharapkan bisa menjadi percontohan bagi kawasan lain yang memiliki permasalahan serupa. Kata kunci: permukiman, banjir, rusun, Kelurahan Bidara Cina Kelurahan Bidara Cina is one of the sub-district in Jakarta Province were affected by floods every year. The population also very dense, so the public space in this area is very small. These two factors cause the housing conditions owned by residents in Kelurahan Bidara Cina to be less suitable. The purpose of this designing process is to produce residential areas that are more livable and more responsive to flooding. The method used in the design was literature study and field survey to obtain data, which is then analyzed for any existing problems. The results of the analysis are used to make concepts that will be applied to the design process. The concept is realized through the theme of environmentally friendly areas which can be seen from various aspects, such as increasing green spaces, managing sanitation and clean water, and processing waste. The result of the design is a residential area that can accommodate the need for decent housing for residents of Kelurahan Bidara Cina and is expected to be a model for other areas that have similar problems. Keywords: residential, flood, flats, Kelurahan Bidara Cina

PENDAHULUAN Terdapat permasalahan umum yang terjadi di Kelurahan Bidara Cina , yaitu banjir dan permukiman padat. Kelurahan Bidara Cina rentan akan banjir yang terjadi setiap tahun di DKI Jakarta. Pada tahun 2020, ketinggian banjir mencapai lebih dari 2 meter dan menyebabkan 1000 lebih warga harus mengungsi. Lokasinya yang berdekatan dengan Sungai Ciliwung juga menjadi salah satu penyebab parahnya banjir di kawasan ini. Jumlah penduduk yang ada di kelurahan ini juga sangat padat. Dengan luas yang hanya 1,26 km2, jumlah penduduk yang ada mencapai 44 ribu jiwa. Hal tersebut membuat warga di Kelurahan Bidara Cina sulit memiliki hunian yang layak. Jumlah ruang publik sangat minim karena sebagian besar lahan diperuntukan bagi rumah tinggal. Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kawasan ini, maka tujuan perancangan yang ingin dicapai yaitu menciptakan kawasan permukiman yang layak huni bagi warga Kelurahan Bidara Cina. Perancangan ini juga bertujuan menciptakan kawasan

hunian yang lebih responsif terhadap banjir. Dalam proses perancangan, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data melalui studi literatur dan survei lapangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menghasilkan sintesis yang akan diterapkan pada perancangan. Hasil perancangan diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah disampaikan dan menjadi contoh bagi kawasan dengan masalah serupa. TINJAUAN PUSTAKA Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional. Rumah susun dibedakan menjadi tiga jenis menurut luasannya, yaitu rumah susun sederhana (<36 m2), rumah susun menengah (36 m2 – 54 m2) dan rumah susun mewah (>54 m2). Fasilitas yang diperlukan rumah susun yaitu fasilitas niaga, kesehatan, pendidikan, peribadatan, pelayanan umum, dan ruang terbuka. Rumah susun memerlukan kelengkapan yang terdiri dari transportasi vertikal,


jalur pedestrian, jalur kendaraan, area parkir, ramp, dan jalur evakuasi. Kawasan yang akan dirancang memiliki permasalahan banjir. Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir dapat disebabkan faktor alami atau faktor manusia. Faktor alami yang menyebabkan banjir antara lain curah hujan yang tinggi, geografi fisik sungai yang tidak mendukung, erosi dan sedimentasi, serta air pasang laut. Sedangkan faktor manusia yang menyebabkan banjir antara lain saluran drainase yang tidak memadai, kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat, kawasan kumuh di sepanjang aliran sungai, serta sistem pengendalian banjir yang tidak tepat. Dalam menciptakan kawasan yang tanggap banjir, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu tata bangunan dan lingkungan, ketersediaan jalur dan zona evakuasi, kawasan pelindung untuk menahan limpasan air, serta ruang terbuka dan vegetasi untuk memaksimalkan resapan air hujan. Terdapat dua preseden yang digunakan sebagai perbandingan, yaitu Rusun Kaligawe di Semarang dan Radiance Day Street di Sydney, Australia. Rusun Kaligawe memiliki 288 unit untuk luas 21 m2 dan 384 unit untuk luas 24 m2 . Sirkulasi udara baik cukup dengan adanya bukaan ke arah selasar dan luar bangunan. Namun, pencahayaan kurang baik karena ukuran jendela yang menghadap selasar cukup kecil. Terdapat 3 buah tangga yang terletak di tepi bangunan sebagai transportasi vertikal. Fasilitas yang tersedia di Rusun Kaligawe yaitu lapangan olahraga, sarana peribadatan, taman dan area rekreasi, serta ruang serbaguna. Pada tahun 2019, Rusunawa Kaligawe dilanda banjir hingga setinggi 40 cm. Tahun 2014 juga terjadi banjir hingga setinggi 60 cm. Faktor utama penyebab banjir adalah sungai Banjir Kanal Timur yang tidak mampu menampung debit air hujan saat deras. Untuk mengatasinya, Pemkot Semarang membangun kolam retensi di dekat rusun.

Kawasan CBD juga terdampak banjir dan bangunan di kawasan tersebut hanya menggunakan flood barrier atau karung pasir untuk menahan air masuk ke bangunan.

Gambar 2. Radiance Day Street Dari preseden tersebut, maka diperoleh beberapa aspek yang bisa diterapkan pada proses perancangan, yaitu luas unit yang berkisar antara 10-23 m2 per orang, tiap unit rumah susun harus memiliki bukaan ke arah luar yang cukup untuk penghawaan dan pencahayaan alami. Sirkulasi vertikal menyesuaikan ketinggian dan unit bangunan serta wajib menyediakan tangga darurat. Pada rumah susun yang terdampak banjir, perlu dipikirkan desain rancangannya untuk meminimalisir kerugian yang mungkin ditimbulkan jika terjadi banjir lagi di kemudian hari. METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam proses perancangan menggunakan data yang diperoleh dengan beberapa cara, yaitu: a. Studi literatur, berfungsi untuk memperoleh datadata sekunder melalui referensi yang berkaitan dengan perancangan, seperti teori-teori arsitektur dan preseden dari proyek sejenis. b. Survei lapangan, berfungsi untuk memperoleh datadata primer yang berkaitan dengan kondisi yang ada pada lokasi tapak terpilih yang diamati secara langsung Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis permasalahan yang terjadi pada proses perancangan. Hasil analisis kemudian menghasilkan sintesis yang akan digunakan dalam membuat konsep perancangan. Konsep perancangan menjadi dasar yang digunakan dalam proses perancangan ini. PERANCANGAN

Gambar 1. Rusun Kaligawe Sedangkan Radiance Day Street memiliki 119 unit dengan tipe 1/2/3 kamar tidur dengan luas 46-108 m2. Tiap unit memiliki bukaan langsung yang menghadap ruang luar sehingga cahaya dan udara dapat masuk ke dalam unit hunian. Terdapat 4 buah lift dan 2 buah tangga darurat sebagai transportasi vertikal pada bangunan. Pada bulan Februari 2020, di Sydney terjadi hujan deras selama 4 hari. Hujan tersebut menyebabkan banjir sehingga transportasi publik lumpuh dan 100 ribu rumah tidak mendapat listrik.

Tema yang akan diterapkan pada proses perancangan adalah kawasan permukiman yang ramah lingkungan. Aspek ramah pada lingkungan meliputi penyediaan ruang terbuka hijau, pengelolaan jaringan sanitasi, pengelolaan jaringan air dan pengelolaan sampah. Pada kawasan juga perlu memperhatikan aspek yang ramah terhadap manusia. Penggunaan ramp pada bangunan akan mempermudah akses bagi difabel dan lansia, serta penambahan fasilitas bagi anak-anak juga diperlukan, seperti taman bermain dan sarana pendidikan.


Zona Komersial Zona Perumahan Zona Pelayanan Umum Zona Permakaman Zona Perumahan Vertikal Zona Jalur Hijau

Gambar 3. Tema Perancangan Lokasi perancangan terletak di RW 06 dan 07 Kelurahan Bidara Cina, Kota Jakarta Timur dengan luas 172.000 m2. Batas dari lokasi perancangan yaitu Sungai Ciliwung dan Yayasan Santo Vincentius di sisi utara, sodetan Sungai Ciliwung di sisi selatan, Jalan Otto Iskandardinata di sisi timur, dan Sungai Cliwung di sisi barat.

Gambar 4. Lokasi Tapak Peruntukan lahan pada tapak perancangan didominasi oleh fungsi perumahan. Pada tapak perancangan juga terdapat lahan yang memiliki fungsi pertokoan di sisi timur, serta beberapa fungsi pelayanan umum. Pada tapak perancangan terdapat area permakaman yang fungsinya masih belum sesuai dengan peraturan peruntukan lahan. Kondisi RW 07 yang berada di sisi barat tapak menjadi area yang rutin terendam banjir sehingga perlu penyesuaian terhadap peruntukan lahan. Jumlah bangunan yang terdapat pada tapak perancangan melebihi KDB yang diperbolehkan, yakni 60%. Jumlah lahan yang diperuntukkan bagi ruang terbuka hijau juga masih kurang dari 30%. Pada sisi sungai masih terdapat bangunan yang melebihi garis sempadan. Konsep yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan penyesuaian terhadap struktur peruntukan lahan yang ada. Sisi barat diperuntukkan bagi ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Area permakaman dapat berfungsi sebagai ruang hijau sehingga hanya perlu dilakukan penataan. Lahan yang memiliki fungsi perumahan sebagian diusulkan menjadi lahan dengan fungsi hunian vertikal sehingga memiliki kapasitas yang lebih banyak. Pada lantai dasar juga diperuntukkan hanya untuk fasilitas umum dan seluruh unit rumah terletak di lantai atas. Pada tepi sungai juga akan dikembalikan sesuai fungsinya dan bebas dari bangunan sejauh 15 meter.

Gambar 5. Konsep Peruntukan dan Intensitas Lahan Bangunan eksisting yang ada pada tapak perancangan didominasi oleh rumah model tapak dengan jarak yang sangat rapat dan dipisahkan oleh gang-gang kecil. Fasad yang ada pada bangunan pada kawasan ini juga tidak memiliki ciri tertentu. Skyline eksisting pada kawasan terbentuk dari bangunan rumah yang memiliki ketinggian 1-2 lantai sehingga cenderung landai. Konsep penataan bangunan yang direncanakan adalah mengganti sebagian rumah model tapak dengan rumah susun sehingga penggunaan lahan bisa dialihkan untuk ruang terbuka. Pola penataan bangunan juga menggunakan model cluster sehingga memaksimalkan penggunaan lahan yang ada. Tampilan kawasan mengangkat ciri khas budaya betawi yang akan diterapkan pada elemen pendukung jalan serta bangunan yang memiliki fungsi pelayanan masyarakat. Skyline yang diusulkan terbentuk dari bangunan pertokoan dan rusun yang memiliki ketinggian maksimal 4 dan 5 lantai sehingga perbedaan skyline tidak terlalu jauh dengan perumahan eksisting.

Gambar 6. Konsep Penataan Tampilan Kawasan

Area Rusun

Area Area Perumahan Komersial

Gambar 7. Konsep Penataan Skyline Dalam penataan rusun, bangunan terbagi menjadi 4 cluster dan terdiri dari 2-4 massa di tiap cluster. Bangunan rusun di satu cluster akan saling terhubung dengan jalan lingkungan yang mengelilingi bangunan. Entrance menghadap jalur masuk kawasan dilengkapi side entrance di sisi lainnya. Orientasi massa bangunan rusun menghadap utara selatan pada


sisi terpanjangnya untuk mengurangi intensitas cahaya matahari. Di tiap cluster dilengkapi dengan area parkir dan area olahraga. Fasad pada rusun akan memasukkan unsur dari arsitektur betawi pada ornamen dan warna bangunan. Berdasarkan analisis kebutuhan ruang, dibutuhkan minimal ruang seluas 69.360 m2. Luas tersebut terbagi menjadi 5 lantai yang tersebar ke 14 tower bangunan rusun.

Zona Publik

Tower Rusun

Zona Privat

Berhubungan Langsung

Zona Semi Publik Zona Semi Privat

Berhubungan Tidak Langsung

Jalur sirkulasi yang ada pada kawasan berupa jalan lingkungan yang ukuran tergolong sempit. Banyak jalan yang berukuran kurang dari 1 meter dan berimpitan dengan tembok rumah warga. Pada tapak tidak terdapat jalur yang khusus untuk pejalan kaki. Area parkir yang ada pada kawasan jumlah juga kurang memadai. Konsep sirkulasi yang akan diterapkan pada tapak akan mempertahankan sebagian besar jalan lingkungan eksisting yang memiliki pola jaringan. Jalan baru yang berukuran lebih besar ditambahkan di sekitar rumah susun dan ruang hijau serta di sepanjang sisi sungai untuk menggantikan jalan yang tadinya terlalu sempit. Pada kawasan juga akan ditambahkan jalur pejalan kaki serta elemen pendukung jalan, seperti lampu, tempat sampah dan tempat duduk. Tempat parkir akan ditambahkan pada kawasan khususnya pada zona pelayanan umum dan rumah susun.

Jalur Menuju Kawasan Jalur Utama Jalur Sekunder Jalur Servis Jalur Roda Dua

Jalur Pedestrian Area Parkir Main Entrance Side Entrance

Gambar 10. Konsep Sirkulasi

Gambar 8. Konsep Hubungan Antar Ruang Kondisi ruang terbuka pada kawasan masih kurang dari 30% luas keseluruhan tapak. Area terbuka yang ada berupa area permakaman dan area parkir tetapi kondisinya kurang baik. Konsep ruang terbuka yang direncanakan adalah memanfaatkan sisi barat tapak menjadi hutan kota yang juga berfungsi sebagai area resapan air utama pada kawasan. Lapangan olahraga dan taman bermain anak juga ditambahkan di tiap cluster rusun. Pada tapak ditambahkan taman produktif yang bisa digunakan untuk menanam tanaman konsumsi seperti sayur dan herbal. Pada bagian tengah kawasan ditambahkan lapangan sepakbola yang dapat berfungsi sebagai water square. Jalur hijau dan area permakaman akan ditata.

Hutan Kota

Taman Produktif

Pada konsep penanganan bencana akan dilakukan pemerataan dari jaringan hidran pilar di kawasan setiap jarak 35 meter. Pada setiap tower rusun disediakan hidran box dan sprinkler. Pada tiap rusun juga disediakan dua tangga darurat. Pada kawasan juga disediakan titik kumpul pada ruang-ruang terbuka. Lapangan olahraga pada kawasan akan difungsikan sebagai water square untuk menampung air sementara saat banjir dan dapat digunakan kembali ketika surut.

Tangga Darurat Titik Hidran Water Square

Titik Evakuasi Jalur Evakuasi

Gambar 11. Konsep Penanganan Bencana

Taman Bermain

Gambar 9. Konsep

Lapangan Olahraga RuangOlahraga Terbuka

Kondisi jaringan air bersih yang ada pada kawasan sebagian sudah memakai air dari PDAM, tetapi sebagian warga masih menggunakan air tanah


untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rumah di kawasan ini sudah menggunakan septic tank untuk pembuangan limbah padat, tetapi sebagian masih memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga. Konsep yang digunakan pada jaringan air bersih di keseluruhan kawasan akan menggunakan air dari PDAM. Limbah yang berasal dari rumah tangga terlebih dahulu diolah melalui IPAL sebelum dialirkan ke riol kota. Air hasil filtrasi dapat dimanfaatkan kembali begitu juga dengan air tampungan air hujan. Pada saluran drainase juga akan dilengkapi biopori.

Gambar 12. Konsep Pengolahan Limbah Konsep jaringan listrik bersumber dari PLN dan disalurkan ke tiap rumah. Pada rumah susun akan ditambahkan genset sebagai sumber cadangan listrik. Pada rumah susun juga akan memakai jaringan gas yang didistribusikan dari pipa gas PGN. Pada kawasan belum terdapat sistem pengolahan sampah yang baik. Pada konsep pembuangan sampah dimulai dengan memisahkan secara mandiri sampah organik dengan sampah anorganik dan dikumpulkan ke tps untuk diolah kembali. Sampah yang tidak bisa diolah kembali baru dibawa ke tempat penampungan akhir.

serbaguna untuk memenuhi kebutuhan warga. Sarana peribadahan yang sudah ada akan ditata, seperti masjid dan gereja serta ditambahkan mushola di tiap rusun. Fasilitas seperti taman bermain dan sarana pendidikan berupa PAUD dan sekolah dasar juga disediakan untuk mengakomodasi kebutuhan anak-anak. Pada tiap rusun juga ditambahkan ramp yang mempermudah akses bagi lansia dan difabel.

PAUD Sekolah Dasar Taman Bermain

Gedung Serbaguna Puskesmas Sarana Peribadahan

Gambar 16. Konsep Fasilitas Penunjang Konsep yang telah dibuat menjadi dasar yang digunakan dalam proses perancangan. Hasil dari perancangan berupa gambar kerja, seperti masterplan, denah, tampak, potongan, detail dan disertai dengan gambar perspektif.

Gambar 13. Konsep Jaringan Listrik

Gambar 17. Masterplan Kawasan Gambar 14. Konsep Pengolahan Sampah Kondisi utilitas dan elemen pendukung jalan masih sangat minim. Pada konsep utilitas jalan, akan dilakukan perbaikan berupa jumlah lampu jalan pada kawasan yang akan disebar secara merata. Tempat duduk dan tempat sampah akan ditambahkan pada kawasan khususnya di dekat bangunan pelayanan masyarakat dan berkumpulnya warga. Shelter ojek juga ditambahkan pada jalan masuk utama kawasan.

Gambar 15. Konsep Elemen Jalan Pada konsep fasilitas penunjang kawasan, akan ditambahkan fasilitas seperti puskesmas dan gedung

Gambar 18. Denah Lantai Dasar dan Tipikal Rusun


Gambar 19. Potongan Rusun

Gambar 20. Tampak Rusun Gambar 23. Perspektif Mata Manusia KESIMPULAN

Gambar 21. Tampak Cluster Rusun

Penataan kawasan permukiman di Kelurahan Bidara Cina adalah dengan menggunakan hunian model rumah susun serta memperbanyak ruang hijau untuk mengatasi permasalahan yang ada pada tapak perancangan. Penataan kawasan juga dilakukan beberapa aspek, yaitu tampilan kawasan yang mengangkat ciri khas budaya Betawi. Ruang terbuka memiliki fungsi yang lebih bervariasi untuk kebutuhan warga dan juga penataan jalur sirkulasi pada tapak, baik jalur kendaraan maupun pejalan kaki. Prasarana dan utilitas juga akan diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan setiap warga. DAFTAR PUSTAKA

Gambar 22. Detail Jalur Sirkulasi

[1] UU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun [2] Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun [3] SNI 03-7013-2004, “Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah,” Badan Standarisasi Nasional, 2004. [4] R. J. Kodoatie, Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota, Penerbit Andi, 2013. [5] Sukawi, “Menuju Kota Tanggap Bencana (Penataan Lingkungan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana),” dalam Seminar Nasional Eco Urban Desain, 2008. [6] A. D. Septiani, “Perwujudan Kelurahan Ramah Lingkungan (Studi Kasus: Kelurahan Krapyak, Kota Semarang),” Jurnal Pengembangan Kota, vol. 3, no. 2, 2015.


PERPUSTAKAAN DEPOK DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN Muhammad Ilham Nur Luthfianto Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila nurluthfianilham@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan oleh manusia untuk mencari ilmu dan pengetahuan. Belakangan ini sudah mulai sedikit sekali orang datang ke perpustakaan, alasannya karena semakin majunya teknologi dan internet sehingga mengurangi minat membaca orang – orang. Untuk mengembalikan dan meningkatkan kembali minat membaca, perlunya rancangan desain perpustakaan yang baik dan fasilitas yang dapat memenuhi segala kebutuhan orang – orang sehingga membina dan mengembangkan kebiasaan untuk membaca sehingga dapat mengembangkan kreasi dan inovasi juga produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional. Kata Kunci: perpustakaan, arsitektur, ramah lingkungan.

Abstract The library is one of the facilities that needed by humans to seek a knowledge. Lately, very few of people have come to the library, the reason is more advancing a technology and the internet are more advancce, so that decrease people's interest in reading a book. To return and increase interest people’s in reading, it is necessary to design a good library design and facilities that can fulfill all the of the people’s need so as to foster and develop reading habits so that they can develop creations and innovations as well as the productivity of every member of the community as a whole in supporting national development. Keywords: library, architecture, eco-friendly. _________________________________________________________________________________________ informasi, perpustakaan harus mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Dan yang terakhir adalah Rekreasi, yaitu perpustakaan juga dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi untuk dikunjungi oleh para pemustaka ataupun pengunjung. Adapun peranan penting perpustakaan di Kota Depok adalah membuat tempat strategis untuk meningkatkan produktivitas masyarakat Kota Depok dalam hal gemar membaca. Tidak hanya itu saja tapi perpustakaan juga ditujukan untuk membina dan mengembangkan kebiasaan untuk membaca sehingga dapat mengembangkan kreasi dan inovasi juga produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional. Pada tema perancangan nantinya, penulis akan mengambil tema arsitektur ramah lingkungan, yakni arsitektur yang memfokuskan penggunaan material bangunan yang dimodifikasi dan dirancang sehingga tidak merugikan alam dan sekitar.

PENDAHULUAN Perpustakaan adalah tempat dimana kita sebagai pengunjung atau pemustaka dapat mencari informasi secara luas baik dalam bentuk cetak ataupun non cetak. Terdapat beberapa jenis perpustakaan di Indonesia, salah satunya adalah perpustakaan umum. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menyediakan segala macam layanan informasi baik dari koleksi buku ataupun media teknologi seperti ebook, rekaman, dan cetakan. Perpustakaan Umum juga memiliki fungsi yang penting dalam suatu daerah. Terdapat beberapa fungsi yang ada dan dapat digunakan di dalamnya, fungsi – fungsi tersebut adalah Penyimpanan, yang dapat berupa menyimpan, mengoleksi, dan memelihara buku – buku yang dibeli dan disumbangkan oleh orang. Pendidikan, yakni merupakan fungsi umum dari perpustakaan yang memang ditunjukan bagi para pembaca yang ingin belajar dari buku – buku yang disediakan oleh pihak perpustakaan. Penelitian, selain menyediakan buku perpustakaan juga harus mampu menjadi tempat untuk mendukung proses penelitian. Fungsi ini diwujudkan dengan menyediakan informasi dan fasilitas yang diperlukan pemustaka dalam proses penelitian yang dilakukan. Informasi, yakni merupakan fungsi terpenting dalam perpustakaan. Sebagai pusat

TINJAUAN PUSTAKA Kota Depok memiliki lokasi yang sangat strategis, karena diapit oleh dua kota besar yakni Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini adalah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan semakin berkembangnya ekonomi Kota Depok dengan pesat

1


• Membantu masyarakat untuk mengembangkan ilmu serta kemampuan yang dimiliki sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. • Bertindak sebagai agen kultural, artinya perpustakaan nantinya akan menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan bertugas untuk menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya [4].

seiring dengan meningkatnya perkembangan pada kota-kota lainnya. Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta yang merupakan wilayah penyangga yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air. Kota Depok memiliki banyak keunggulan komparatif jika dilihat dari letaknya kota yang sangat strategis baik dilihat dari segi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya [1].

Arsitektur Ramah Lingkungan (Eco-Friendly Architecture) Konsep arsitektur ramah lingkungan adalah dengan terciptanya rancangan desain bangunan dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian material yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian sumber daya, serta berbiaya rendah, dan memperhatikan kesehatan, kenyamanan penghuni yang berpegang kepada kaidah bersinambungan. Dengan penggunaan lahan yang sesuai dengan tata ruang kota dan merupakan daerah peruntukan, selain itu juga harus memperhatikan taraf pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya. Manfaat Pembangunan bangunan ramah lingkungan meliputi manfaat lingkungan, manfaat ekonomi, manfaat sosial [5].

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Depok Sumber: Rencana Program Investasi Jangka Menengah, 2021.

Pengertian Judul Perpustakaan (Library) Perpustakaan merupakan tempat yang menyediakan bahan bacaan, seperti buku, majalah, dan surat kabar dengan cetak ataupun non cetak seperti digital yang disimpan untuk dilihat dan digunakan oleh para pemustaka dan pengunjung. Perpustakaan memiliki ciri-ciri umum dan persyaratan tertentu, seperti tersedianya ruangan/gedung, adanya koleksi atau bahan pustaka/sumber informasi, fasilitas pendukung, adanya petugas yang melayani pemustaka, adanya komunitas pemakai, sarana prasarana dan sistem yang mengatur tata cara, prosedur pelaksanaan agar kegiatan di perpustakaan berjalan dengan lancar [2]. Dapat disimpulkan perpustakaan adalah tempat menyediakan informasi bagi seluruh masyarakat yang ada dan siapapun bebas untuk mencari informasi apapun yang ada pada perpustakaan tersebut demi menambah wawasan dan ilmu yang berguna bagi individu ataupun kelompok. Perpustakaan adalah tempat pembelajaran seumur hidup (life-long learning) dan merupakan tempat dimana semua kalangan masyarakat untuk dapat terus belajar tanpa dibatasi apapun. Perpustakaan merupakan tempat strategis untuk menujukan segala perilaku yang meningkatkan produktivitas masyarakat dan perpustakaan juga dapat menjadi agen perubahan sosial bagi seluruh masyarkat kota. [3]. Tujuan perpustakaan antara lain: • Memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk membaca berbagai jenis buku untuk menambah ilmu dan meningkatkan kehidupan yang lebih baik. • Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi masyarakat.

Kegiatan Dan Pelaku Kegiatan Pada Bangunan Pelaku kegiatan pada bangunan Perpustakaan Kota Depok dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, diantaranya: a) Pengelola, merupakan pelaku bertugas untuk mengelola, mengatur dan mengorganisir perpustakaan agar dapat berjalan dengan baik dan kondusif. Pelaku pengelola dapat dibagi menjadi: 1. Pengelola Utama, yaitu Kepala Perpustakaan dan Wakil Kepala Perpustakaan 2. Pustakawan, yang terbagi menjadi beberapa bagian: - Tata Usaha - Layanan Bahan Pustaka - Pengembangan Bahan Pustaka - Deposit dan Penerbitan - Pengembangan Perpustakaan 3. Servis, melayani dan memberikan informasi kepada pengunjung 4. Pengelola Fasilitas, yaitu bagian yang bertanggung jawab pada semua fasilitas yang ada di perpustakaan [6]. b) Pengunjung, semua kalangan masyarakat umum yang datang menggunakan dan memanfaatkan fasilitas apa saja yang ada di perpustakaan [6]. c) Pelayanan atau servis, merupakan pelaku kegiatan yang melaksanakan kegiatan operasional atau maintenance, seperti: 1. Petugas Keamanan 2. Petugas Kebersihan 3. Petugas Parkir

2


       

Tinjauan Tentang Tema Bangunan Arsitektur Ramah Lingkungan Pendekatan Tema “Arsitektur Ramah Lingkungan” merupakan perancangan bangunan yang mampu menjaga lingkungan sekitar dengan menciptakan sebuah rancangan desain yang mempertimbangkan eksistensi, efisiensi dan penyesuaian terhadap alam dan lingkungan [7]. Dalam tema memiliki beberapa prinsip, sebagai berikut: a.) Adanya responsibilitas terhadap kesejahtaraan generasi mendatang berupa efisiensi energi dengan menggunakan material alami. b.) Memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam seperti memanfaatkan air hujan dengan green roof. c.) Memberikan kenyamanan tempat untuk manusia, serta tidak mengganggu habitat spesies lain, berupa kesatuan dengan elemen-elemen ekosistem tidak menimbulkan efek negatif kepada alam dan lingkungan [8].

Tabel 1. Studi Preseden Perpustakaan Sumber : Lib.ui.ac.id, Google Image, dan Analisis Pribadi, 2021.

No.

1.

Perpustakaan Soeman HS Indikator Studi Banding

Konsep

Studi Preseden Perpustakaan Perpustakaan Universitas Indonesia No. Indikator Studi Banding

1.

Menggunakan konsep filosofi rehal Al-Qurán dengan ornament yang ada di dalamnya sebagai bentuk massa bangunan.

Konsep Penerapan konsep green dengan material dan desain yang dibuat ramah lingkungan dan tidak merusak sekitar.

2.

Fasade

2.

4.

Unsur yang paling menonjol pada fasad gedung Perpustakaan Universitas Indonesia ialah penggunaan material yang mendominasi seluruh permukaan bangunan yang terdiri dari batu andesit, kaca, dan rumput.

3.

Siteplan

Fasilitas

Fasade Penggunaan fasade curtain wall yang semi trasfaran, untuk mengundang minat masyarakat untuk melihat aktifitas didalam gedung.

4. 3.

Gym Theater Café Restaurant Books And Beyond Studio Musik Studio Radio ATM Center

Bentuk siteplan berbentuk lingkaran dan jalan dibuat mengelilingi bangunan sehingga pengunjung tidak jenuh dengan jalanan lurus dan dapat mengitari bangunan dengan mudah.  Lab Komputer

Siteplan

Fasilitas

Siteplan dibuat jalan yang mengelilingi bangunan untuk mempermudah sirkulasi pengunjung yang datang ke perpustakaan.  Auditorium  Bilik Budaya Melayu  Atrium  Ruang Pertemuan  Ruang Internet  Musholla  Kantin  Chevron Library

Tabel 2. Studi Preseden Perpustakaan Sumber : Dipersip.riau.go.id, Google Image, dan Analisis Pribadi, 2021.

3


No.

1.

Perpustakaan Umum Sentral Seattle Washington Indikator Studi Banding

Konsep

menampung pengunjung sebanyak 15.000 orang dan dapat menyimpan lebih dari 1,4 juta buku. Pemanfaatan site benar – benar dimaksimalkan dengan pemakaian luas bangunan atau KDB yang maksimal. Disekitar lahan juga ditanami tanaman dan pohon – pohon guna memperindah view dan kawasan site.

Konsep pada perpustakaan ini adalah penggabungan konsep futuristik dengan fungsi dari perpustakaan itu sendiri. perancangan perpustakaan ini merlibatkan penemuan kembali perpustakaan sebagai jalur untuk mengakses informasi yang disajikan di berbagai media. Untuk mereallisasikan ini, arsiteknya sendiri menerapkan interprestasi dari set fitur dan arsitektur untuk proyek bangunan ini, agar fleksibel untuk perluasan dimasa depan, dan pengelompokan ruang disesuaikan dengan kebutuhan bangunan dan perpustakaan ini juga menyediakan ruang terbuka, kerja, dan interaksi sosial.

4.

Fasilitas

          

2.

 

Fasade

Parking Lot Mailroom Workshop Book Store Kids Station Living Room Confrence Room Auditorium Book Display Mixing Chamber (Library, Classroom, Trading Floor) Studio (Music, Drawing, Art) Reading Room Roof Terrace

Tabel 3. Studi Preseden Perpustakaan Sumber : Archdaily.com, Google Image, dan Analisis Pribadi, 2021.

Fasad dari bangunan ini terdiri dari baja diagonal dan sistem struktur yang membentuk bentuk berlian yang dilapisi dengan curtain wall dan elemen tabir surya aluminium.

3.

Standar Lokasi Perancangan Sebagai standar lokasi perancangan, RTRW Kota Depok sangat penting sebagai pedoman dalam standar – standar luasan dan sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan pembangunan yang ada di wilayah Kota Depok. Ketentuan umum untuk intensitas pemanfaatan ruang lahan meliputi: 1. KDB paling rendah sebesar 60% dan paling tinggi sebesar 75% 2. KLB paling rendah sebesar 6 dan paling tinggi sebesar 8 3. KDH paling rendah sebesar 15% 4. KDB paling tinggi sebesar 75% dan KLB paling tinggi sebesar 8 (delapan) [9].

Siteplan

Siteplan dengan luas site berukuran 33.720m2 dengan tempat parkir basement seluas 4.550m2. Bangunan ini dapat

4


METODOLOGI PERANCANGAN Dalam penjabaran untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk digunakan dalam proses perancangan terdapat beberapa metode yang digunakan dalam mendapatkan data yang relevan, antara lain: a. Studi literatur, Mempelajari jurnal penelitian, membaca standar – standar, dan teori tentang perpustakaan umum dan arsitektur ramah lingkungan. b. Menggunakan metode Survey dan Observasi yaitu pengumpulan data kualitatif dengan melakukan pengukuran di lokasi penelitian, serta mengambil foto di lokasi. Objek-objek Penelitian yang akan di observasi antara lain : • Tempat objek penelitian • Ukuran Lokasi Penelitian • Waktu Penelitian c. Melakukan analisis yang berhubungan langsung dengan site yang terpilih. Analisis tersebut berupa analisis makro (Sekitar Site) dan mikro (di dalam Site). Data yang sudah diperoleh akan langsung dimasukan kedalam proses perancangan sehingga akan menghasilkan konsep dan desain yang akan dirancang nantinya.

Gambar 3. Perda Pada Lokasi Site Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Lokasi: Jl. Ir. H. Juanda, Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat. Dengan Data: KDB : 20.100m2 x 75% = 15.075m2 KLB : 20.100m2 x 6 = 120.600m2 : 120.600m2 / 15.075m2 = 8 Lt GSB : 5m2 KDH : 20.100m2 x 15% = 3.015m2 Ketinggian bangunan yang akan dirancang hanya akan memiliki tinggi 6 lantai dengan menyesuaikan bangunan tertinggi pada kawasan tersebut yaitu 5 lantai. Konsep Site

PERANCANGAN

Gambar 4. Konsep Site Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Site dibagi menjadi 4 Zona Public sebagai area luar bangunan yang memuat sirkulasi kendaraan, manusia,enterance dan exit yang ditandai warna ungu. Lalu selanjutnya merupakan Zona Public/Hijau yang diperuntukan untuk taman ditandai dengan warna hijau. Selanjutnya adalah Zona Semi Public/Service yang merupakan zonasi di dalam bangunan yang memuat enterance/exit bangunan dan area lain yang dapat dimasuki siapa saja ditandai warna pink. Terakhir merupakan Zona Semi Public Service yang merupakan zonasi di dalam bangunan yang memuat seluruh fasilitas dan ruang – ruang pendukung pada bangunan, ditandai oleh warna merah. Terdapat juga 3 enterance dan 1 exit yang dibagi pada site ditandai oleh warna merah dan terdapat juga water fountain dibagian depan area terbangun, ditandai dengan warna biru.

Gambar 2. Bentuk Site Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Pemilihan bentuk tapak berdasarkan fleksibilitas terhadap pengolahan tapak, dengan bentuk yang dibuat ini diharapkan penataan massa, sirkulasi, serta aspek lainnya dapat diolah secara maksimal. Untuk akses menuju site sangat baik karena terdapat banyak fasilitas umum di sekitarnya seperti akses tol, stasiun, dan halte untuk pemberhentian transportasi umum. Lokasi site juga mudah dicapai karena berada dijalan utama.

5


Gambar 5. Konsep Ruang dan Sirkulasi Site Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Pada bagian bawah site dibuat taman membaca yang ditujukan untuk pengunjung juga sebagai media penghijauan pada site. Sedangkan pada bagian atas merupakan area terbangun dengan sirkulasi disekitarnya yakni sirkulasi kendaraan dibuat dua arah dengan tujuan untuk mempermudah capaian kendaraan pada titik - titik tertentu pada lingkungan site.

Gambar 8. Konsep Gubahan Massa Bangunan Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Dapat dikatakan dari bentuk dasar sebuah persegi panjang dapat menghasilkan bentuk yang tidak biasa sehingga bentuk tersebut dapat dikatakan unik dan dapat digunakan menjadi bentuk dasar bangunan. Bentuk Massa bangunan yang dirancang ini memiliki bentuk yang tidak biasa karena mengambil bentuk yang melengkung ini didapat dari bentuk aerodinamis yang diciptakan angin, dengan bentuk melengkung ini aliran angin akan mengikuti bentuk bangunan dan cahaya matahari yang masuk akan lebih banyak karena lintasan matahari yang tidak mengenai bagian belakang dan depan bangunan tetapi dengan bentuk lengkung ini bagian tersebut dapat mendapatkan cahaya matahari tersebut.

Gambar 6. Konsep Bukaan dan Jalan Kendaraan Muatan Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Pada bukaan nantinya yang akan dibuat untuk memaksimalkan cahaya akan diperbanyak dibagian timur dan juga utara pada site, alasannya karena bagian tersebut merupakan bagian yang paling banyak mendapat hembusan angina dan masuknya cahaya matahari daripada sisi selatan dan barat. Lalu tidak lupa untuk membuat jalur khusus dibagian belakang site untuk sirkulasi kendaraan muatan agar bertujuan tidak menghalangi kendaraan pribadi yang melintas.

Konsep Bangunan

Gambar 7. Konsep Vegetasi, Basement, dan Ornamen pada Site

Gambar 9. Skema Konsep Bangunan

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Kebisingan yang ada dibagian sisi utara site dapat diantisipasi dengan penanaman vegetasi perdu dan pohon – pohon. Lalu untuk taman dibuat sebagai salah satu persyaratan RTRW yang dibuat oleh Pemda Kota Depok. Dibagian belakang site terdapat satu enterance dan satu exit basement. Lalu terdapat juga ornament belimbing yang akan dijadikan symbol Perpustakaan Umum Kota Depok nantinya.

6


Gambar 10. Konsep Fasade

Gambar 15. Konsep Ornamen

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Fasade pada bagian belakang atau Sisi Selatan bangunan diberi fasad yang sama seperti bagian depan atau Sisi Utara bangunan yaitu dengan second skin fasade bambu.

Area yang nantinya akan letakan Sculpture atau Ornamen Perpustakaan yang melambangkan Kota Depok.

Gambar 11. Konsep Taman Rooftop Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Gambar 16. Skema Bagian Pada Bangunan

Perancangan taman yang dibuat dilantai tiga bangunan ditujukan sebagai taman baca dan rekreasi untuk pengunjung yang ada.

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Gambar 12. Skema View Pada Bangunan Gambar 17. Konsep Ide Bentuk Atap

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Fasade pada bagian samping atau Sisi Barat bangunan diperbanyak karena view dari dalam keluar yang kurang baik, tetapi fasade yang banyak tersebut akan terlihat baik ari luar kedalam site.

Atap bangunan yang dibuat cembung atau biasa disebut Curved/Arched Roof bertujuan untuk menghadapi curah hujan tinggi pada daerah tropis dan juga sebagai penerapan bangunan ramah lingkungan dengan pengurangan penggunaan beton sebagai atap dak.

Gambar 13. Skema Konsep Tangga Darurat Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Terdapat beberapa tangga darurat yang ada pada perpustakan yakni, Bagian Barat, Bagian Tengah, dan Bagian Timur. Gambar 18. Konsep Ide Bentuk Atap Bertingkat Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Bangunan dibuat bertingkat - tingkat bertujuan untuk membagi angin yang akan menuju ke arah bangunan, dengan pembagian tingkatan ini maka angin dapat melalui bangunan dengan mudah dan dapat

Gambar 14. Skema Enterance Khusus Muatan Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Entrerance bangunan khusus mobil pengangkut dan bongkar muat dibuat dibagian belakang bangunan.

7


Atap

Gambar 19. Konsep Ide Fasade Bambu Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Gambar 22. Konsep Struktur Atas Atap

masuk kedalam bangunan dengan merata sehingga penghawaan di dalam bangunan menjadi baik. Fasade yang digunakan demi mendukung tema arsitektur ramah lingkungan adalah penggunaan bambu yang dirancang sebaik mungkin sebagai second skin dari bangunan. Tujuan fasade ini adalah demi meninimalisir panas matahari dan air hujan yang dapat langsung mengenai kaca sehingga dengan demikian pengunaan kaca dapat bertahan jauh lebih lama.

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Menggunakan 2 Struktur Atap Yakni : Curved Roof Curved Roof adalah atap yang berbentuk lengkung dengan menggunakan strutkur rangka batang sebagai penopang dari atap tersebut. Konstruksi yang digunakan pada atap adalah Baja Ringan dan Solid Sheet yang ramah lingkungan. Green Roof Mengunakan konsep atap yang ramah lingkungan dengan menutup seluruh atau sebagian atap dengan menanami vegetasi dan media tumbuh lainnya. Vegetasi tersebut ditanam diatas membran air, merupakan lapisan tambahan seperti penghalang akar dan drainase sebagai sistem irigasi CORE

Gambar 20. Konsep Zona Ruang Bangunan Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

a.) Zona Ruang Perpustakaan Diperuntukan untuk zona khusus perpustakaan yang menjadi fungsi utama bagi bangunan yang diperuntukan fasilitas khusus seperti ruang membaca, ruang serba guna, meja meeting, tempat kumpul komunitas, dan masih banyak lagi didalamnya. b.) Zona Ruang Public Dan Store Diperuntukan untuk zona terbuka bagi public dan menjadi sarana penjualan buku - buku yang disediakan oleh pihak perpustakaan itu sendiri. Pada zona ini pengunjung bebas melakukan aktivitas apa saja. c.) Zona Semi Public Dan Service Diperuntukan untuk zona khusus perpustakaan yang menjadi fungsi sebagai penunjang seperti toko commercial, restaurant, cafe, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu saja pada zonasi ini terdapat juga zona khusus perpustakaan yang diperuntukan untuk anak anak.

Gambar 23. Konsep Struktur Tengah Core Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Penggunaan CORE berfungsi sebagai inti bangunan yang dapat memperkuat bangunan dari beban gaya lateral. Selain sebagai perkuatan bangunan, CORE juga bergufungsi sebagai tempat untuk meletakan transportasi vertikal seperti lift dan sistem plumbing dari atas ke bawah. Pada perpustakaan ini akan menggunakan DUAL CORE. Kolom Dan Balok

Konsep Struktur

Gambar 24. Konsep Struktur Tengah Kolom dan Balok Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Kolom dan balok mengunakan material beton bertulang dan baja. Kolom yang digunakan adalah kolom baja komposit, bertujuan agar memperkuat daya tahan bangunan dan mengurangi penggunaan beton.

Gambar 21. Konsep Struktur Bangunan Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

8


Dinding

Gambar 25. Konsep Struktur Tengah Dinding Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Penggunaan Curtain Wall sebagai pelindung utama penutup untuk bangunan perpustakaan ini berfungsi sebagai pelindung bagian dalam bangunan dari sinar matahari, angin, dan gangguan lainnya dari luar bangunan. Tetapi karena efeknya yang cepat rusak dan tidak ramah lingkungan maka akan dikendalikan oleh second skin dengan penggunaan Fasade Bambu sebagai pelindung utama bangunan. Pondasi

Gambar 26. Konsep Struktur Bawah Pondasi

Gambar 28. Denah Lantai Basement dan Lt 1 – Lt.6

Sumber: Analisis Pribadi, 2021.

Sumber: File Pribadi, 2021.

Menggunakan pondasi tiang pancang karena pondasi ini baik digunakan pada bangunan dengan tinggi diatas 3 lantai. Dan juga pondasi ini cocok diterapkan di tanah yang lembab. Gambar Teknik

Gambar 27. Masterplan Sumber: File Pribadi, 2021.

Gambar 29. Potongan Bangunan Sumber: File Pribadi, 2021.

9


Gambar 36. Perspektif Perpustakaan Anak Sumber: File Pribadi, 2021.

Gambar 37. Perspektif Perpustakaan Sumber: File Pribadi, 2021.

Gambar 30. Tampak Bangunan

KESIMPULAN

Sumber: File Pribadi, 2021.

Dalam merancang sebuah perpustakaan umum kota dibutuhkan banyak sekali studi banding dan preseden yang ada dan haruslah memikirkan bagaimana cara menarik pengunjung dan mengembalikan minat membaca mereka dengan suasana dan desain bangunan yang dibuat menarik sehingga pengunjung pun menjadi nyaman dengan ide konsep yang dibuat dalam proses perancangan Perpustakaan Umum Kota Depok.

Gambar 31. Perspektif Bangunan Sumber: File Pribadi, 2021.

DAFTAR PUSTAKA [1]

[2]

Gambar 32. Perspektif Taman Sumber: File Pribadi, 2021.

[3]

[4] Gambar 33. Perspektif Parkir Basement

[5]

Sumber: File Pribadi, 2021.

[6]

[7]

Gambar 34. Perspektif Plaza Sumber: File Pribadi, 2021.

[8]

[9] Gambar 35. Perspektif Bookstore Sumber: File Pribadi, 2021.

10

P. K. Depok, “Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)”. Profil Kota Depok. Depok: Pemda Kota Depok. 2019. J. Parton, “The American Heritage Dictionary”. Library. Amerika : Houghton Mifflin Harcourt. 2009. Daryono, “Pengembangan Perpustakaan Umum Daerah dan Perpustakaan Sekolah Kota Surakarta”. Perpustakaan Umum dan Sekolah Kota Surakarta. Surakarta. 2009. Basuki, Sulistyo, “Pengantar Ilmu Perpustakaan”. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 1993. N. Karuniastuti, "Bangunan Ramah Lingkungan”. Swara Patra. Majalah Ilmiah PPSDM Migas. 2015. G. A. Azzahra, "Perpustakaan Umum dengan Konsep Edutainment di Yogyakarta," Penekanan Desain Arsitektur Organik. Yogyakarta. Universitar Dipenogoro. 2015 B. C. Geoffrey Broadbent, “EcoArchitecture, Harmonization Between Architecture and Nature”. Inggris. WIT Press, Southampton, 2006. P. K. Bandung, “Urban Desain Elemenelemen Pembentuk Kota”. Arsitektur Kota. Bandung: Pemda Bandung. 2010 P. K. Depok, “Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok”. RTRW Kota Depok. Depok. Pemda Depok. 2012


MUSEUM DAN TAMAN RAKYAT DI BREBES Sukma Rizki Cahyaning Putri Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Pancasila E-mail: sukma.rizki10@gmail.com

Abstrak Brebes merupakan wilayah yang sering dikunjungi bagi para pelaku perjalanan karena letaknya yang strategis dan mudah dijangkau, tempat yang sering dikunjungi yaitu Alun-alun Brebes tepatnya di Jalan Pantura dan masih dalam satu kawasan Pemerintah daerah Brebes. Keadaan alun-alun yang selalu ramai, dan adanya para pedagang kaki lima yang berjualan di area alun-alun dan Pemda Brebes, membuat wajah kawasan ini terlihat tidak tertata rapi, dimana para pedagang kaki lima tersebar di area alun-alun. Hal ini menjadikan citra gedung Pemda Brebes tidak terlihat seperti gedung pemerintahan pada umumnya yang terlihat rapi serta menjadikan alun-alun yang tidak berfungsi secara maksimal. Selain terkenal dengan penghasil bawang merah dan telur asin, Kabupaten Brebes juga memiliki potensi pada kesenian dan kebudayaan. Kondisi geografis Brebes yang berada di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat menjadikan Kabupaten Brebes memiliki asimilasi budaya pada dua daerah tersebut, yaitu Sunda dan Jawa. Bahkan penduduk Kabupaten Brebes menggunakan dua bahasa, Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa. Keunikan inilah yang diharapkan dapat dikembangkan dan diedukasikan kepada masyarakat luar agar kebudayaan dan kesenian Brebes semakin dikenal khalayak umum. Namun sayangnya belum adanya perhatian lebih dari pemerintah akan potensi ini serta belum adanya fasilitas yang menunjang kesenian dan kebudayaan. Kata Kunci: Kesenian dan Kebudayaan, Ekonomi , Edukasi, Fasilitas. Brebes is an area that is often visited by travelers because of its strategic location and easy to reach, a place that is often visited is the Brebes Square, precisely on Jalan Pantura and is still in the area of the Brebes regional government. The condition of the square which is always crowded, and the presence of street vendors selling in the area of the square and the local government of Brebes, makes the face of this area look untidy, where street vendors are scattered in the area of the square. This makes the image of the Brebes Regional Government building not look like a government building in general which looks neat and makes the square that does not function optimally. Besides being famous for producing shallots and salted eggs, Brebes Regency also has potential in arts and culture. The geographical condition of Brebes which is on the border between Central Java Province and West Java Province makes Brebes Regency have cultural assimilation in the two areas, namely Sunda and Java. Even the residents of Brebes Regency use two languages, Sundanese and Javanese. This uniqueness is expected to be developed and educated to the outside community so that Brebes culture and arts are increasingly known to the general public. But unfortunately there is no more attention from the government on this potential and there are no facilities that support arts and culture. Key words: Arts and Culture, Economics, Education, Facilities

PENDAHULUAN Brebes merupakan wilayah yang terletak di Jawa Tengah, tepatnya di antara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" bujur timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 lintang selatan, dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Brebes terletak pada pesisir pantai utara jawa yang dilalui oleh jalan utama Pantai Utara (Jalan Pantura) dan berdekatan dengan kota Tegal, Pemalang, dan Purwokerto.

Letak geografis Brebes yang berada di Jalan Pantai Utara menjadikan Brebes sebagai wilayah yang memiliki potensi karena menjadi salah satu kota yang sering disinggahi bagi para pelaku perjalanan antar kota maupun provinsi. Selain itu Kabupaten Brebes memiliki pantai, gunung, serta masih banyak nya lahan hijau yang juga menjadi potensi kekayaannya, namun penanganan dan pengelolaannya belum maksimal. Brebes terkenal dengan sebutan kota telur asin dan kota bawang, karena sumber


penghasilan utama masyarakatnya adalah dari usaha telur asin dan bawang. Wilayah yang sering dikunjungi bagi para pelaku perjalanan adalah Alun-alun Brebes, karena letaknya yang strategis dan mudah dijangkau, yaitu tepatnya di Jalan Pantura dan masih dalam satu kawasan Pemerintah daerah Brebes. Alun-alun brebes berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi para penduduk Brebes maupun para pendatang yang mampir untuk bersinggah saat melewati Jalan Raya Pantura. Pelaku perjalanan dapat menikmati berbagai macam kuliner khas Brebes pada sepanjang trotoar alun-alun, ada banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya disana. Keadaan alun-alun yang selalu ramai, dan adanya para pedagang kaki lima yang berjualan di area alun-alun dan Pemda Brebes, membuat wajah kawasan ini terlihat tidak tertata rapi, dimana para pedagang kaki lima tersebar di area alun-alun. Hal ini menjadikan citra gedung Pemda Brebes tidak terlihat seperti gedung pemerintahan pada umumnya yang terlihat rapi serta menjadikan alun-alun yang tidak berfungsi secara maksimal. Selain memiliki potensi pada kegiatan ekonominya, Kabupaten Brebes juga memiliki potensi pada kesenian dan kebudayaan. Kondisi geografis Brebes yang berada di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat menjadikan Kabupaten Brebes memiliki asimilasi budaya pada dua daerah tersebut, yaitu Sunda dan Jawa. Bahkan penduduk Kabupaten Brebes menggunakan dua bahasa, Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa. Keunikan inilah yang dapat dikembangkan dan diedukasikan kepada masyarakat luar agar kebudayaan dan kesenian Brebes semakin dikenal khalayak umum. Namun sayangnya belum adanya perhatian lebih dari pemerintah akan potensi ini serta belum adanya fasilitas yang menunjang kesenian dan kebudayaan.

Dalam hal ini dibutuhkannya sebuah museum untuk wadah kesenian dan kebudayaan serta area terbuka atau taman rakyat yang diperuntukan bagi kegiatan usaha para pedagang kaki lima. Diharapkan Museum dan Taman Rakyat di Brebes ini dapat mengelola potensi-potensi yang ada dalam area yang semestinya, serta dapat menjadi wadah bagi para pelaku kegiatan usaha dan pelaku kegiatan seni dan dapat mengedukasi para pengunjung tentang kesenian dan kebudayaan Kabupaten Brebes. Berikut ini merupakan studi banding yang memiliki pendekatan permasalahan kasus yang sama: 1. Museum MACAN (Modern Contemporary Art in Nusantara)

and

Gambar 1 Modern and Contemporary Art in Nusantara Sumber: Google Images, 2020.

Museum MACAN adalah singkatan dari Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara. Museum ini merupakan museum pertama di Indonesia yang memiliki koleksi seni modern dan kontemporer Indonesia serta internasional. menampilkan sekitar 90 karya seni rupa modern Indonesia dan juga kontemporer dari seluruh dunia. Tidak sekedar menampilkan karya seni dan menjadi ajang foto-foto, museum ini sendiri bisa jadi sarana edukasi buat anak sekolah, seniman muda juga para penikmat seni. 2. Museum Wayang Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA Memiliki potensi tetapi kurang adanya penanganan serta fasilitas yang memadai sangatlah disayangkan, berdaskan kondisi tersebut sudah selayaknya Kabupaten Brebes memiliki sebuah tempat yang dapat mewadahi potensi-potensi tersebut, yaitu wadah kesenian dan kebudayaan, serta diharapkannya wajah baru Kabupaten Brebes yang dapan menjadikan icon wilayah tersebut.

Gambar 2 Museum Wayang Jakarta Sumber: Google Images, 2020.

Berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara 27 Jakarta Barat, bangunan bernama De Oude Hollandsche Kerk atau yang memiliki arti "Gereja Lama Belanda" dibangun pertamakali pada tahun 1640. Museum Wayang ini menampilkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang


terbuat dari kayu dan kulit maupun bahanbahan lain. Selain itu terdapat juga wayangwayang dari luar negeri . Selain itu, Museum Wayang juga menyelenggarakan pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya. 3. Taman Pintar Yogyakarta

Gambar 3 Taman Pintar Yogyakarta Sumber: Google Images, 2020.

Taman Pintar Yogyakarta merupakan tempat wisata yang berada di Kota Yogyakarta, yaitu di Jalan Panembahan Senopati No. 1-3, Yogyakarta. Taman ini berdiri dengan memadukan tema tempat rekreasi maupun edukasi dalam satu lokasi. Taman Pintar memiliki arena bermain sekaligus sarana edukasi yang terbagi dalam beberapa zona. Taman ini, sangat baik untuk anak-anak pada masa perkembangan. Khususnya pada wahana pendidikan anak usia dini dilengkapi dengan teknologi interaktif digital. 4. Taman Rakyat Slawi

Gambar 2.15 dan Gambar 2.16 Taman Rakyat Slawi Ayu Kabupaten Tegal Sumber: Google Images, 2020. Taman Rakyat Slawi Ayu (Trasa) adalah ruang terbuka yang berlokasi di Kecamatan Slawi, Kabupaen Tegal. Dibangun untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat Tegal dan sekitarnya, antara lain rekreasi, olahraga, dan pertunjukan seni. Selain itu, Taman Rakyat Slawi Ayu ini juga mewadahi para pelaku UMKM. Dimana para UMKM nya merupakan penjual produk atau oleh-oleh dan kerajinan khas Tegal yang ditempatkan pada shelter khusus, shelter ini mengelilingi panggung yang digunakan untuk pertunjukan.

METODOLOGI PERANCANGAN Tahap pencarian ide dan gagasan perancangan Museum dan Taman Rakyat di Brebes bermula dari mencari permasalahan yang ada di sekitar lokasi, permasalahan tersebut mengenai kondisi sosial budaya dan kondisi site yang ada di Brebes. Permasalah

sosial budaya yang ada yaitu kurangnya pengetahuan ataupun pengenalan terhadap macam budaya Brebes kepada khalayak umum, sedangkan untuk permasalahan kondisi site yaitu kurangnya penataan terhadap para pelaku pedagang kaki lima di wilayah Brebes. Dari ide dan gagasan inilah dapat menjadi landasan untuk membuat suatu bangunan yang dapat mewadahi sebuah keanekaragaman budaya serta memiliki fungsi lain sebagai tempat pedagang kaki lima agar berada di dalam zona yang tertata. PEMBAHASAN RANCANGAN

Gambar 4.7 Kondisi Eksisting Sumber: Google maps, 2020

Lokasi yang terpilih berdasarkan penilaian dari alternatif lokasi yang ada adalah Jl. Raya Pantura, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Peruntukan Perdagangan dan jasa Lahan Luas Lahan 2 Ha KDB 60 % KLB 4 KDH 20 % GSB 10 meter Batasan - Utara : Jl. Raya Pantura , Lokasi Pertokoan - Barat : Alun-alun Kabupaten Brebes - Selatan : Lapas Kelas IIB Brebes - Timur : Jl. AR Hakim Tabel 4.2 Lokasi Terpilih Sumber: Hasil Analisis

Lokasi ini memiliki beberapa potensi yang dapat menunjang proses peracangan, yaitu: a. Berada dipusat kota Brebes Tapak yang berada dipusat kota mempunyai nilai dan potensi yang tinggi, dimana tapak ini sangatlah strategis dan mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat.


b. Memiliki akses langsung terhadap Jl. Pantura Akses langsung tehadap Jalan pantura memberikan poin lebih karena Jalan Pantura merupakan jalan utama lintas kota dan lintas provinsi di Pulau Jawa. c. Memiliki akses langsung terhadap AlunAlun Brebes Alun-alun Brebes yang merupakan icon Kota Brebes yang banyak dikunjungi oleh masyarakat maupun wisatawan . d. Dekat dengan Masjid Agung Brebes dan pusat pemerintahan Brebes. Lokasi tapak yang dekat dengan pusat pemerintahan tentunya akan mendapat perhatian lebih oleh pemerintahnya.

Brebes yang berada di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat menjadikan Kabupaten Brebes memiliki asimilasi budaya pada dua daerah , yaitu Sunda dan Jawa. Atas dasar inilah kemudian muncul Museum dan Taman Rakyat dengan tema arsitektur kontemporer yang mana bangunan ini nantinya dapat memiliki karakteristik tersendiri serta dapat pula menjadi icon dari Kabupaten Brebes. Konsep Perancangan Tapak Berikut ini merupakan konsep perancangan tapak dari Museum dan Taman Rakyat di Brebes. a. Matahari dan angin.

e. Kawasan pada lokasi tapak masuk kedalam wilayah komersil. KONSEP PERANCANGAN

Filosofi bangunan Selain disebut sebagai kota telur asin, Brebes juga sering disebut sebagai kota bawang, bawang merah sendiri adalah salah satu ciri khas dari Kabupaten Brebes karena mayoritas masyarakat yang ada di Kabupaten Brebes adalah petani bawang. Dalam perancangan Museum dan Taman Rakyat di Brebes ini terinspirasi dari bentuk tumpukan irisan bawang merah, dari irisan inilah yang menghasilkan sebuah outline setengah lingkaran yang digunakan sebagai bentuk utama masa bangunan.

b. Topografi dan drainase

c. Kebisingan

d. Vegetasi Gambar potongan bawang merah yang terlihat lapisan di dalamnya.

Outline lapisan bawang merah

Menerapkan bagian outline bawang merah dalam site sehingga terbentuk sebuah massa bangunan.

. Konsep Perancangan Bangunan

Gambar 5.1 Filosofi Bangunan Sumber: Hasil Analisis

Tema Dasar pemikiran tema Museum dan Taman Rakyat di Brebes ini adalah keunikan dari budaya yang ada Brebes. Kondisi geografis

Gambar 5.3 Bentuk Bangunan Sumber: Hasil Analisis


1. Ruang terbuka hijau dan area pertunjukan (taman rakyat) 2. Ruang terbuka hijau dan tempat pedagang kaki lima 3. Ruang komunal dan tempat diskusi outdoor, bangunan dibuat lebih tinggi agar area diskusi tampak teduh pada saat siang hari. 4. Masa bangunan yang dibuat terbelah guna untuk menangkap angin agar masuk ke dalam bangunan. 5. Bangunan dibuat dengan ketinggian yang berbeda-beda guna menghasilkan nuansa lapang pada interior dan membuat penghawaan di dalam bangunan baik.

SITEPLAN

Konsep Perancangan Struktur Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan dipertimbangkan, konsep struktur pada Museum dan Taman Rakyat di Brebes adalah sebagai berikut: a. Struktur bawah (sub structure) Menggunakan pondasi tiang pancang sebagai struktur bawah bangunan, pondasi ini dipilih karena memiliki kekuatan yang tinggi dan kokoh, memiliki umur pondasi yang panjang, mampu memadatkan tanah dan dapat mengurangi penggalian tanah. b. Struktur tengah (middle structure) Menggunakan beton sebagai struktur bangunan bagian tengah. Selain pemilihan beton ini dikarenakan beton memiliki kekuatan yg tinggi dan kokoh, hal penduung lainnya adalah beton memiliki daya tahan tinggi terhadap api sehingga dapat memberikan nilai keamanan lebih terhadap bangunan Museum. c. Struktur atas (upper structure) Menggunakan struktur beton dan baja sebagai penutup atas.

TAMPAK

POTONGAN

KELENGKAPAN BANGUNAN Kelengkapan atau utilitas bangunan yang diaplikasikan pada Museum dan Taman Rakyat di Brebes adalah sebagai berikut:

INTERIOR


[4] Enos H. Rumansara ., Peran sanggar seni dalam menunjang kegiatan bimbingan edukatif pada pameran benda budaya koleksi museum-museum di Papua. http://papuaweb.org/uncen/dlib/jr/antropo logi/01-03/04.pdf ; Diakses pada 30 Maret 2020.

DETAIL

[5] Ernst Neufert, Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2, Jakarta: Erlangga,2002 [6] Ernst Neufert, Architects Data, Third Edition, London: Blackwell Sciences, 1936 [7] Julius Panero , Dimensi Manusia dan Ruang Interior, 2003 [8] Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. [9] Profil Museum Nasional Indonesia , Online di: https://www.museumnasional.or.id/ [10] Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya.

KESIMPULAN Museum dan Taman Rakyat di Brebes merupakan suatu wadah budaya ataupun fasilitas yang berfungsi sebagai sarana pengembangan dan edukasi budaya dan kesenian, selain itu Museum dan Taman Rakyat ini sendiri merupakan sebuah solusi terhadap permasalahan yang ada pada area alun-alun Brebes khususnya terhadap para pedagang kaki lima yang berjualan di area Pemda Kabupaten Brebes. Dengan mengangkan nuansa modern serta mendukung nilai seni, perencanaan ini diharapkan dapan membangun potensi yang ada di Brebes agar semakin dikenal khalayak umum melalu bangunan Museum dan Taman Rakyat ini.

DAFTAR PUSTAKA [1] Google Maps, Online di:https://www.google.com/maps/@6.8718177,109.0383589,18.26z ; Diakses pada 28 Maret 2020. [2] Google Maps, Online di: https://www.google.com/maps/place/AlunAlun+Brebes/@6.8718177,109.0383589,18.26z/data=!4m5!3m4! 1s0x2e6fb0f000000001:0x71a6d5432fdc966e!8m 2!3d-6.870674!4d109.0368853 ; Diakses pada 28 Maret 2020. [3] Timothy Ambrose, Crispin Museum Basics, 2012.

Paine.,

[11] Monev RPS Pra-TA 2020 Jurusan Arsitektur, Universitas Pancasila [12] Sutaarga, Moh. Amir, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Direktorat Kebudayaan, Debdikbud. 1997/1998 [13] Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010-2030 [14] Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 003 Tahun 2014 Tentan Bangunan Gedung [15] Peraturan Bupati Nomor 014 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan.

[16] Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2019-2039.


PERANCANGAN WISMA ATLET DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS Nuri Laelatul A’yun Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila nurissbah@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Pemerintah Kota Bogor berencana untuk membangun Kampung Atlet yang terdiri dari wisma atlet, lapangan tembak, laga satria, dan front office Kampung Atlet yang direncanakan untuk fasilitas sebagai tuan rumah pada pertandingan Porda Jawa Barat X/2026 mendatang. Selain itu, pembangunan wisma atlet di Kota Bogor juga diperlukan untuk akomodasi pada pertandingan internasional maupun nasional yang diselenggarakan di DKI Jakarta ketika DKI Jakarta tidak memiliki venue pada beberapa cabang olahraga yang dipertandingkan, seperti paralayang, sepeda gunung, aeorosport, golf, dan panjat tebing. Perancangan pembangunan wisma atlet di Kota Bogor perlu disesuaikan dengan kondisi iklim di lokasi, sehingga tema perancangan yang tepat untuk pembangunan wisma atlet di Kota Bogor ialah tema Arsitektur Tropis. Tujuan dari perancangan ini adalah menghasilkan rancangan wisma atlet yang bersifat rekreatif dan menyehatkan sehingga mental dan fisik para atlet tetap terjaga. Metode perancangan yang digunakan ialah metode kualitatif, studi literatur, dan survei lapangan (observasi). Hasil dari perancangan ini ialah konsep wisma atlet dengan pendekatan Arsitektur Tropis yang diaplikasikan pada sistem pencahayaan, penghawaan, dan penempatan vegetasi pada tapak. Kata Kunci: Wisma Atlet, Kota Bogor, Arsitektur Tropis, Rekreatif dan Menyehatkan

Abstract The Bogor City Government plans to build an Athlete Village consisting of athlete's homestead, shooting ranges, warrior matches, and front office for Athlete Village, which are planned to host facilities for the upcoming Porda Jawa Barat X / 2026 match. In addition, the construction of an athlete village in Bogor City is also needed for accommodation in international and national competitions held in DKI Jakarta when DKI Jakarta does not have venues for several sports that are competed, such as paragliding, mountain biking, aerosport, golf, and rock climbing. The design of athlete's homestead in the Bogor City needs to be adapted to the climatic conditions at the location, so that the right design theme for the construction of athlete's homestead in Bogor City is the theme of Tropical Architecture. The purpose of this design is to produce athlete's homestead designs that are recreational and healthy so that the athletes are mentally and physically awake. The design method used is a qualitative method, literature study, and field survey (observation). The result of this design is the athlete's homestead concept with a Tropical Architecture approach that is applied to the lighting system, ventilation, and placement of vegetation on the site. Key words: Athlete’s Homestead, Bogor City, Tropical Architecture, Recreational and Healthy _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak wilayah. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menyatukan wilayah-wilayah tersebut yaitu dengan mengadakan sebuah pertandingan olahraga yang dinamai Porda Jawa Barat. Pertandingan ini dilaksanakan setiap 4 tahun sekali. Pada 2026 mendatang, Porda Jawa Barat ke X akan diselenggarakan di Kota Bogor. Oleh karena itu, sebagai tuan rumah, Pemerintah Kota Bogor berencana untuk membangun Kampung Atlet yang terdiri dari wisma atlet, lapangan tembak, laga satria, dan front office kampung atlet. Lokasi yang dipilih untuk pembangunan Kampung Atlet ini berada di Kampung

Sumurwangi RT 01/11, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, dengan luas tanah sekitar 3 hektar [1]. Pemilihan lokasi ini atas dasar kemudahan akses menuju tempat pertandingan olahraga, yaitu Stadion Pajajaran. Pembangunan Kampung Atlet ini diutamakan pada perancangan pembangunan wisma atlet, karena wisma atlet merupakan fasilitas utama yang digunakan oleh para atlet, official atlet, beserta pengurus atlet lainnya untuk menjaga kestabilan konsentrasi, mental, dan fisiknya agar pada saat pertandingan dimulai para atlet dapat memaksimalkan kemampuannya. Selain untuk menunjang akomodasi pertandingan Porda Jawa Barat X/2026, pembangunan wisma atlet di Kota Bogor juga diperlukan untuk akomodasi pada pertandingan internasional maupun nasional yang


diselenggarakan di DKI Jakarta ketika DKI Jakarta tidak memiliki venue pada beberapa cabang olahraga yang dipertandingkan, seperti paralayang, sepeda gunung, aeorosport, golf, dan panjat tebing. Perancangan pembangunan wisma atlet di Kota Bogor perlu disesuaikan dengan kondisi iklim di lokasi. Hal ini dikarenakan Kota Bogor merupakan Kota Hujan yang memiliki intensitas curah hujan tinggi, yaitu sekitar 3.500 – 4.000 mm rata-rata setiap tahunnya [2]. Berdasarkan data tersebut, tema yang tepat untuk perancangan wisma atlet di Kota Bogor ialah pendekatan Arsitektur Tropis dengan tujuan untuk menciptakan hunian atlet yang bersifat rekreatif dan menyehatkan sehingga mental dan fisik para atlet tetap terjaga selama masa pertandingan. TINJAUAN PUSTAKA Perancangan wisma atlet di Kota Bogor ini menggunakan beberapa data sekunder (kepustakaan) untuk menunjang proses perancangan, diantaranya yaitu: 1.

Wisma Atlet Wisma atlet adalah sebuah bangunan yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal sementara oleh para atlet atau olahragawan untuk beristirahat dan mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang yang berhubungan dengan keatletan, seperti pembinaan dan lain-lain. 2.

Arsitektur Tropis Arsitektur tropis merupakan suatu rancangan bangunan yang dirancang untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang terdapat di daerah tropis. Suhu udara dan kelembaban udara akan menentukan kenyamanan. Iklim tropis memungkinkan mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun, walaupun di saat musim hujan. Daerah yang beriklim tropis memiliki kelembaban yang tinggi dan sinar ultraviolet sepanjang hari [3]. Selain data sekunder, perancangan ini juga menggunakan studi banding dari beberapa bangunan yang memiliki kesamaan dalam hal fungsi, tema, dan gagasan perancangan. Bangunan-bangunan yang dijadikan sebagai studi banding, diantaranya yaitu: Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Wisma Atlet Kemayoran Jakarta merupakan wisma yang terdiri dari 10 tower dan sengaja dibangun untuk peserta Asean Games XVII dan Asian Paralympic Games pada tahun 2018. Setelah perlombaan selesai, wisma ini diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang ingin memiliki hunian sewa. Kamar yang dibangun adalah tipe 36 dan telah dilengkapi oleh tempat tidur, sofa, meja, lemari, gorden, dapur, pendingin udara dan kamar mandi dengan pemanas air. Kemudian untuk pola penataan ruangnya pun dari dalam terlihat seperti bangunan rumah susun karena di dalamnya terdapat void yang

luas sehingga bangunan terkesan lebih luas dan bersahabat antar hunian kamarnya.

Gambar 1. Interior Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Sumber: [4] Alexander, 2017 https://properti.kompas.com/read/2017/03/26/1638265 21/wisma.atlet.kemayoran.rusun.rasa.apartemen?page =all. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020 pukul 13.21 WIB Bangunan ini menggunakan struktur grid dalam perancangannya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pola struktur vertikal dan horizontalnya yang menggunakan kolom dan balok saling berjajar dan berpotongan saling tegak lurus. Berdasarkan desain Wisma Atlet Kemayoran, perancangan Wisma Atlet di Kota Bogor akan menjadikan desain interiornya sebagai referensi untuk konsep perancangan, karena Wisma Atlet Kota Bogor ini bertujuan untuk dapat digunakan oleh orang lain yang membutuhkan sewa penginapan layaknya sebuah hotel saat wisma sedang tidak digunakan oleh para atlet. 2.

London Athlete Village London Athlete Village ini didirikan untuk acara Olimpiade 2012. Suasana bangunan ini sangat nyaman karena di sekeliling bangunannya terdapat ruang terbuka seperti taman-taman publik.

1.

Gambar 2. Eksterior London Athlete Village Sumber: [5] idesignarch.com, 2012. https://www.idesignarch.com/inside-london-2012olympic-athletes-village/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2020 pukul 16.15 WIB


Jika dilihat dari konsep fasad dan ekteriornya, bangunan ini sangat mengutamakan unsur kehijauan dalam perancangannya. Unsur kehijauan di sini ialah banyaknya pepohonan dan tanaman-tanaman yang membantu menghidupkan bangunan ini. Perancangan lansekapnya juga sengaja dibuat dengan lantai yang penuh dengan rumput dan pepohonan hijau, sehingga membuat bangunan ini terkesan asri. Dari sisi interior, bangunan ini nampak seperti hunian apartemen sederhana yang di dalamnya terdapat kamar tidur, ruang bersantai, dapur, ruang makan, serta balkon yang dilengkapi dengan tanaman-tanaman hijau.

Gambar 3. Interior London Athlete Village Sumber: [6] youtube EGTV, 2014. https://www.youtube.com/watch?v=c3VqZV6_pn0. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2020 pukul 17.10 WIB Berdasarkan desain London Athlete Village, perancangan Wisma Atlet di Kota Bogor akan menjadikan konsep antara eksterior dan lansekapnya sebagai referensi untuk konsep perancangan, hunian di luarnya akan dirancang dengan memberikan sentuhan alam dan menghasilkan nuansa yang alami. Selain itu, mengambil referensi dari kelengkapan fasilitas penunjang kebutuhan atlet dan memberikan suasana nyaman dan rileks untuk atlet, baik di dalam maupun di luar kamar tidur berdasarkan rancangan desainnya. METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Wisma Atlet di Kota Bogor diantaranya yaitu: a. Metode kualitatif yang bertujuan untuk memahami berbagai fenomena yang dialami oleh objek perancangan, sehingga perancangan wisma atlet di Kota Bogor merupakan hasil dari pengamatan fenomena di lapangan mengenai kebutuhan perancangan wisma atlet. b. Studi literatur yang bertujuan untuk memperoleh data sekunder dari berbagai sumber terpercaya seperti pada buku, jurnal, peraturan pemerintah, berita, dan artikel online. c. Survei lapangan (observasi) yang bertujuan untuk memperoleh data primer dengan mengamati dan mencatat fenomena yang diselidiki.

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis, lalu disintesis dan menjadi sebuah konsep. Hasil dari konsep ini kemudian digunakan sebagai acuan dasar untuk proses perancangan atau desain. PERANCANGAN Lokasi perancangan berada di Kampung Sumurwangi RT 01/11, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan luas lahan ±42.000 m2. Secara geografis, lokasi ini terletak pada koordinat 6031ˈ44.33" S 106046ˈ21.78" E. Lokasi perancangan ini terletak di Kecamatan Tanah Sareal yang berada di sebelah utara dari batas wilayah Kota Bogor. Lokasi ini berada di antara Jalan Pool Bina Marga dan Jalan Sumur Wangi. Kedua jalan ini merupakan jalan lokal yang terhubung dengan jalan raya utama, yaitu Jalan Sholeh Iskandar dengan jarak 650 meter dari lokasi perancangan.

Gambar 4. Lokasi Tapak Perancangan Wisma Atlet Secara peruntukkan fungsi lahan, lokasi perancangan ini merupakan kawasan perumahan dengan kepadatan sedang, kawasan pemerintahan, dan jauh dari kawasan perdagangan dan jasa. Di sekitar lokasi terdapat bangunan permukiman yang cukup jauh dari jalan raya utama sehingga jauh dari kebisingan dan memberikan suasana yang tenang dan nyaman. Berdasarkan hal tersebut, lokasi perancangan ini merupakan lokasi yang strategis dalam menciptakan hunian wisma atlet yang bersifat rekreatif dan menyehatkan dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Tropis. Hal ini berdasarkan ciri-ciri dari konsep Arsitektur Tropis yang mengutamakan arah tapak menghadap utara atau selatan, intensitas cahaya matahari cukup tinggi, dan curah hujan yang tinggi. Selain itu, kawasan ini juga memiliki kualitas udara yang cukup baik karena masih banyak area hijau dan jauh dari jalan raya utama, sehingga terhindar dari kebisingan dan polusi kendaraan.

Gambar 5. Konsep Matahari dan Angin pada Tapak


Lokasi tapak perancangan ini menghadap ke Jalan Pool Bina Marga, yaitu menghadap ke selatan. Sementara arah matahari bergerak dari barat ke timur, sehingga sisi barat merupakan sisi yang terkena sinar matahari dengan intensitas yang tinggi pada saat siang hari. Oleh karena itu, bentuk massa bangunan pada sisi barat dan timur tapak didesain dengan luasan yang lebih kecil daripada sisi selatan dan utara, seperti bentuk persegi panjang. Selain itu, arah angin pada tapak bergerak dari arah tenggara menuju barat laut sehingga konsep massa bangunan pada tapak dibagi menjadi beberapa blok dengan ketinggian yang berbeda-beda. Hal ini untuk membagi arah angin ke beberapa bagian massa bangunan agar angin tidak hanya di satu titik. Kemudian untuk vegetasi pada tapak selalu ditempatkan di sisi-sisi bangunan yang berfungsi sebagai vegetasi peneduh, pemecah arah angin, dan penentu arah sirkulasi.

Perancangan tapak dibuat berdasarkan hasil dari konsep arah matahari, arah angin, studi massa bangunan, dan zonasi ruang. Konsep perancangan tapak pada wisma atlet di Kota Bogor ini tapak menghadap ke selatan dengan letak pintu masuk utama (main entrance) pada Jalan Pool Bina Marga dan letak pintu keluar utama (exit) beserta sirkulasi untuk kegiatan servis berada pada Jalan Sumur Wangi dan disediakan jalur emergency. Selain itu, penempatan massa bangunan pada konsep tapak juga disesuaikan dengan fungsi dan zonasi ruangnya. Setiap massa bangunan memiliki konsep struktur dan utilitas yang beragam. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan bentuk dan ketinggian massa bangunan.

Gambar 6. Konsep Studi Massa Bangunan dan Zonasi Ruang

Gambar 8. Konsep Struktur Bangunan

Berdasarkan konsep matahari dan angin pada tapak, bentuk massa bangunan pada Perancangan Wisma Atlet di Kota Bogor terbagi menjadi 6 massa yang dibagi berdasarkan fungsi ruangnya. Bentuk dasar yang dipilih ialah bentuk persegi, karena bentuk persegi merupakan bentuk yang dapat ditambahkan dengan bentuk dasar lainnya ataupun dengan memberikan sentuhan perbedaan ukuran panjang dan pendeknya pada sisi-sisi tertentu, sehingga bentuk bangunan tidak terlihat kaku ataupun monoton.

Struktur bangunan yang digunakan dipilih berdasarkan bentuk massa bangunan dan fungsi ruang di dalam massa bangunan tersebut. Struktur bangunan terdiri dari sub struktur, super struktur, dan upper struktur yang masing-masing gedung memiliki jenis struktur yang berbeda (lihat Gambar 8).

Gambar 7. Konsep Topografi dan Sirkulasi pada Tapak Lokasi tapak ini memiliki kontur tanah yang berbeda-beda, namun besaran perbedaannya tidak terlalu signifikan sehingga tapak akan dibuat menjadi rata. Sementara untuk saluran drainase pada tapak akan diletakkan di sisi barat dan utara sesuai dengan topografi tapak. Gambar 9. Konsep Utilitas Bangunan


Gambar 12. Siteplan

Gambar 10. Konsep Utilitas Bangunan (lanjutan) Konsep utilitas yang digunakan pada perancangan wisma atlet ini memiliki perbedaan antar dua jenis bangunan, yaitu gedung blok depan dengan gedung blok belakang. Gedung blok depan terdiri dari gedung A, B, C, dan D yang memiliki ketinggian 1-2 lantai. Sementara gedung blok belakang terdiri dari gedung E1 dan E2 yang memiliki ketinggian 5 lantai. Oleh karena itu, konsep utilitas yang digunakan di setiap gedung berbeda-beda menyesuaikan ketinggian bangunan dan fungsi ruangnya (lihat Gambar 9 dan Gambar 10). Konsep-konsep yang telah dibuat menjadi dasar dalam proses mendesain Perancangan Wisma Atlet di Kota Bogor dengan Pendekatan Arsitektur Tropis dengan konsep hunian yang bersifat rekreatif dan menyehatkan. Hasil dari perancangan berupa gambargambar yang terdiri dari masterplan, siteplan, denah, tampak, potongan, detail-detail, dan disertai dengan gambar persepktif eksterior dan interior.

Gambar 11. Masterplan

Gambar 13. Denah Gedung A B C D

Gambar 14. Tampak Gedung A B C D


Gambar 20. Denah Gedung E2

Gambar 21. Tampak Gedung E2

Gambar 22. Potongan Gedung E2

Gambar 15. Potongan Gedung A B C D

Gambar 23. Isometri Struktur Gedung E

Gambar 16. Isometri Struktur Gedung A B C D

Gambar 24. Denah Type Kamar Hunian Atlet Gambar 17. Denah Gedung E1

Gambar 25. Tampak Type Kamar Hunian Atlet Gambar 18. Tampak Gedung E1

Gambar 19. Potongan Gedung E1

Gambar 26. Potongan Type Kamar Hunian Atlet


KESIMPULAN

Gambar 27. Interior Kamar Atlet Type A

Gambar 28. Interior Kamar Atlet Type B

Perancangan Wisma Atlet di Kota Bogor menggunakan pendekatan Arsitektur Tropis yang bertujuan untuk menciptakan hunian atlet yang bersifat rekreatif dan menyehatkan. Segala aspek dibutuhkan untuk menunjang terwujudnya tujuan tersebut, diantaranya yaitu pemilihan lokasi perancangan yang jauh dari kebisingan dan polusi udara, penerapan konsep matahari dan angin pada bangunan, penerapan konsep perletakan vegetasi pada tapak, dan bentuk massa bangunan. Konsep-konsep tersebut menjadi dasar untuk menghasilkan rancangan wisma atlet yang memiliki suasana tenang dan nyaman sehingga mental dan fisik para atlet tetap terjaga selama masa pertandingan. DAFTAR PUSTAKA [1]

Gambar 29. Interior Ruang Lobby/Receiptionist Kapasitas kamar atlet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu kamar atlet type A berjumlah 1 orang dan kamar atlet type B berjumlah 2 orang. Perbedaan kapasitas kamar ini bertujuan untuk memaksimalkan istirahat atlet dengan menyesuaikan kebutuhannya. Hal ini dikarenakan beberapa pertandingan terdiri dari pertandingan secara personal dan tim (grup), sehingga tidak semua atlet dapat istirahat di kamar yang sama dengan atlet yang lain, dan sebaliknya.

[2]

[3] [4]

[5]

[6] Gambar 30. Perspektif Mata Burung

Gambar 31. Perspektif Mata Manusia

Metro Bogor, “Semua Demi Kampung Atlet”, 3 Maret 2020. [Online]. Tersedia: https://www.metropolitan.id/2020/03/semuademi-kampung-atlet/ [Diakses pada tanggal 28 Oktober 15.45] Diskominfo Kota Bogor, “Letak Geografis”, 2016. [Online]. Tersedia: https://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/9/le tak-geografis [Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020 pukul 17.30 WIB]. Lippsmeier, George, Bangunan Tropis, Jakarta: Erlangga, 2006. Alexander, Hilda B, “Wisma Atlet Kemayoran, Rusun Rasa Apartemen”, 26 Maret 2017. [Online] Tersedia: https://properti.kompas.com/read/2017/03/26/163826521/wisma.atlet.kemayora n.rusun.rasa.apartemen?page=all [Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020 pukul 13.21]. idesignarch.com, “Inside London 2012 Olympic Athletes Village”, 2012. [Online] Tersedia: https://www.idesignarch.com/inside-london2012-olympic-athletes-village/ [Diakses pada tanggal 19 Oktober 2020 pukul 16.15 WIB]. youtube EGTV, “Tour Inside London’s Former Olympic Athletes Village – East Village”, 26 Juni 2014. [Online] Tersedia: https://www.youtube.com/watch?v=c3VqZV6_pn0 [Diakses pada tanggal 19 Oktober 2020 pukul 17.10 WIB].


KANTOR E-COMMERCE DI KOTA MAGELANG Asri Fajriyanti Arafah Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila asrifajreeh@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kegiatan jual beli melalui jejaring internet sudah sangat umum dalam beberapa tahun belakangan, istilah ini biasa disebut dengan e-commerce. Produk yang ditawarkanpun beragam, mulai dari barang, jasa, tiket liburan dan tiket konser, pemesanan hotel dan akomodasi lainnya. Pasaran e-commerce sangatlah luas, oleh karena itu peminatnya bisa ditemui di berbagai kalangan. Baik itu penjual maupun pembelinya. Kota Magelang adalah salah satu Kota di Jawa Tengah yang memiliki potensi dalam bidang pariwisata dan jalur perekonomian. Penyediaan fasilitas kantor yang bergerak dalam pasar digital akan menjadikan kota ini semakin berkembang. Kantor e-commerce ini bisa menjadi wadah bagi orang-orang yang bekerja dalam menggerakan sistim bisnis e-commercenya dan bagi masyarakat Kota Magelang yang akan turut berkontribusi dalam kegiatan jual beli. The activity of buying and selling through internet networks has become very common in recent years, this term is commonly referred to as e-commerce. The products offered are varied, ranging from goods, services, holiday tickets and concert tickets, hotel reservations and other accommodations. The e-commerce market is very broad, therefore, enthusiasts can be found in various circles. Both the seller and the buyer. Magelang City is one of the cities in Central Java that has potential in tourism and economic pathways. The provision of office facilities that are engaged in the digital market will make this city more developed. This ecommerce office can be a place for people who work in moving their e-commerce business system and for the people of Magelang City who will contribute to buying and selling activities. Kata Kunci: E-Commerce, Kantor, Kota Magelang _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN E-commerce adalah proses pembelian, penjualan, atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan internert [1]. Kegiatan e-commerce terus berkembang pesat di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Dari mulai jual beli barang, jasa serta tiket perjalanan dan akomodasi dapat diakses melalui internet. Kegiatan e-commerce dapat dilakukan oleh berbagai kalangan dari mulai muda hingga tua. Khusus kegiatan pariwisata yang paling digemari anak muda, selain berwisata istilah staycation yang menjadi tren sekarang yaitu berlibur di suatu hotel maupun villa juga menjadi daya tarik. Semua itu dapat diakses melalui bantuan e-commerce yang menawarkan pemesanan tempat dan informasi lainnya, sehingga membantu perkembangan pariwisata dan sektor pendukung lainnya yang tersedia di suatu daerah. Kota Magelang merupakan kota yang berada di tengah-tengah antara Yogyakarta dengan Semarang. Menjadikan kota ini sebagai kota yang mudah diakses. Selain itu kota ini memiliki berbagai situs sejarah dan wisata alamnya. Kota ini semakin berkembang semenjak adanya program pemerintah pembangunan kawasan Purwomanggung dan menjadikan kota Magelang sebagai kota yang berkontribusi untuk sector wisata. Perkembangan penduduk di Kota Magelang semakin meningkat, selain disana terdapat beberapa universitas juga karena Magelang berada diantara Semarang dan Yogyakarta yang merupakan pusat pembelajaran di Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta.

Hanya saja kegiatan perkantoran di Kota Magelang masih belum memadai, sehingga kota Magelang masih belum menjadi kota tujuan untuk mencari pekerjaan setelah lulus dari kuliah maupun lulus sekolah. Perkantoran yang bergerak di sector digital yang menjual pariwisata di Kota Magelang sangat diperlukan untuk menunjang program Purwomanggung. Gedung kantor e-commerce harus memiliki fasilitas yang dapat menunjang kinerja karyawan dan sistim kegiatan digital. Oleh karena itu, selain kebutuhan ruang kerja juga diperlukan ruangan untuk fasilitas pendukung gedung. a) Tujuan Perancangan Menjelaskan perencanaan kantor e-commerce di Kota Magelang dengan memperhatikan peraturan yang diterapkan pemerintah daerah dan lingkungan sekitar, serta dapat mewujudkan rancangan fisik bangunan sebagai wadah untuk pelayanan kegiatan e-commerce. b) Identifikasi Masalah Perlunya bangunan gedung kantor yang menjadi wadah sekaligus menjadi fasilitas kegiatan e-commerce di Kota Magelang. c) Metodologi Metode yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data mengolah kemudian menganalisa data yang terkumpul dengan tujuan menggambarkan secara faktual data dan sistematis


tentang fenomena yang ada di lapangan. Pengambilan dan pengumpulan data dilakuan secara sekunder atau secara tidak langsung tanpa turun ke lokasi site perancangan. Literasi dan data-data diperoleh dari buku-buku, peraturan daerah dan jurnal karya ilmiah yang membahas mengenai gedung kantor. TINJAUAN PUSTAKA Bangunan kantor e-commerce harus memerhatikan berbagai aspek terutama peruntukan fungsi kegiatan yang ada didalam gedung kantor. Menurut Laura Mannisto (International Telecommunication Union, Asia and the Future of the World Economic System, 18 March 1999, London), ecommerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk – produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis. Media yang dapat digunakan dalam aktivitas e-commerce adalah world wide web internet [2]. Kegiatan para pelaku di dalam gedung bersifat fleksibel dan mengutamakan bekerja secara berkolaborasi serta menyesuaikan kebutuhan kerja. Kebutuhan ruang yang dibutuhkan dalam gedung kantor ini terdiri dari : [2] a) Ruang Kerja yang merupakan area kerja yang bersifat open office bagi karyawannya. b) Ruang Meeting yang tidak harus didalam ruangan tertutup. Lebih fleksibel dan lebih terlihat seperti area kolaborasi. c) Ruang pendukung yang dapat menunjang kebutuhan pegawai dan gedung. Pada gedung perkantoran selain menjadi wadah yang memfasilitasi suatu perusahaan pengelolanya juga biasanya menyediakan penyewaan ruangan bagi perusahaan lain yang bekerja dalam satu naungan bisnis yang juga dikelola oleh perusahaan pengelola gedung. Biasanya pelaku kegiatan didalam gedung terdiri dari pengelola gedung yang bertugas mengoperasikan seluruh kegiatan didalak gedung, penyewa gedung yang menyewa fasilitas ruang atau lantai gedung sesuai kebutuhan penyewa dan pengunjung gedung yang biasanya merupakan tamu atau klien perusahaan [3]. Dari penjelasan diatas, gedung kantor yang didesain harus menyesuaikan kebutuhan yang dapat menunjang kebutuhan pengguna gedung. METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang penulis lakukan ini untuk menjelaskan pentingnya pembangunan kantor ecommerce di Kota Magelang yang berguna bagi pengguna gedung dan masyarakat sekitarnya. Metode perancangan yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analasis deskriptif dengan penggabungan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Studi Literatur Mencari standarisasi, peraturan daeah, data-data dari buku dan jurnal. b) Studi Preseden Mencari informasi desain tentang bangunan kantor ecommerce untuk pembanding sehingga mendapatkan keunggulan dan kekurangan masing-masing desain.

Membandingkan beberapa lokasi tapak yang memungkinkan untuk dibangun gedung kantor ecommerce. c) Observasi Kegiatan obervasi yang dilakukan guna mencari data situasi tapak dilakukan dengan tidak langsung. Sumber data primer diambil dari Google Earth versi 2020 dengan cara melihat titik tapak secara digitasi. PERANCANGAN Lokasi tapak berada di Jalan Beringin VI 23, Kecamatan Tidar Selatan, Magelang Selatan. Luas tapak kurang lebih 32.400 m². KDB 70%, KLB 6, KDH 30%, GSB 4 meter. Luas dasar bangunan yaitu 9.700m². Dengan diperoleh standar peraturan daerah dari pemerintah Kota Magelang, maka perhitungan luasan maksimal bangunan adalah KDB 22.600 m², KLB untuk 6 lantai total luasnya adalah 194.400 m², KDH tapak 9.720 m².

Gambar 1. Lokasi Site Sumber : Google Earth Untuk memaksimalkan lahan yang tersisa dibuat area parkir dan taman di luar gedung. Sisi barat tapak berbatasan dengan pemukiman penduduk, sisi utara dan selatan berbatasan dengan tanah kosong, sedang sisi timur tapak berbatasan dengan jalan yang bersebrangan dengan area pertokoan dan beberapa bangunan komersil. Sisi timur ini dijadikan arah orientasi bangunan.

Gambar 2. Siteplan Kantor E-commerce Sumber : Penulis Gambar 2 merupakan siteplan dari gedung kantor e-commerce Kota Magelang. Pintu gerbang masuk gedung berada di sebelah selatan menghadap timur bangunan. Area parkir gedung berada di sisi selatan dan utara gedung. Untuk menuju ke area drop off yang berada tepat di tengah bangunan bagian depan, kendaraan bisa mengikuti jalan yang berbelok ke utara dari arah pintu gerbang masuk.


Untuk pembagian zonasi didalam gedung adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Konsep Zonasi Bangunan Sumber : Penulis Pembagian zonasi pada tiap lantai gedung untuk warna biru adalah area zona privat, sedangkan kuning adalah semi publik, untuk hijau adalah zona semi privat.

Gambar 6. Potongan Gedung Kantor Sumber : Penulis Pada gambar 6 terlihat bahwa pembagian area antara lantai podium dengan tower yang berbeda peruntukannya. Gambar 3. Denah Sumber : Penulis Pada gambar denah, zonasi ruangan pada denah dibagi berdasarkan pemberian warna pada gambar denah. Di setiap lantai yang diberi warna biru merupakan zona penunjang gedung, seperti ruang auditorium, lobby, resepsionis, coworking area, dan area pameran produk. Warna kuning merupakan zona utilitas gedung, warna oranye merupakan area perkantoran, sedang warna ungu adalah zona transportasi gedung yang terdiri dari lift.

Gambar 4. Tampak Depan Gedung Kantor Sumber : Penulis

Gambar 7. Aksonometri Struktur Sumber: Penulis Struktur bangunan menggunakan beton bertulang. Pada struktur bawah menggunakan pondasi tiang pancang, struktur tengah untuk kolom balok menggunakan beton bertulang, atap menggunakan cor dak beton Material yang digunakan pada bangunan ini menyesuaikan dengan tema arsitektur kontemporer. Penggunanaan kaca pada fasad bangunan dan ditutup sebagian dengan menggunakan perforated metal untuk mengurangi hawa panas dari matahari.

Pada gambar 3 terlihat pembagian gedung antara gedung podium dengan gedung tower. Gedung kantor e-commerce terdiri dari 6 lantai gedung tower dan 2 lantai gedung podium. Pada gedung tower dikhususkan untuk area perkantoran dan area penunjang gedung. Sedangkan podium gedung diperuntukan untuk area penunjang dan fasilitas bagi pengguna gedung.

Gambar 8. Perspektif Eksterior Sumber : Penulis


Sistim distribusi listrik gedung menggunakan PLN, sedang untuk cadangan listrik menggunakan genset. Dari PLN listrik dialirkan melalui gardu PLN, kemudian menuju meteran gedung. Dari meteran kemudian daya dialirkan ke panel induk, pada panel ini kemudian listrik di bagi-bagi peruntukannya sesuai zona lantai pada gedung.

pantry harus mengalami proses pemisahan minyak dan endapan lemak. Air buangan ini disaring melalui grease trap. Kemudian air limbah yang sudah disaring dibuang ke bak kontrol lalu baru dibuang ke STP. Dari STP disaring di sumur resapan kemudian baru dibuang ke saluran kota. Pembuangan dari wastafel toilet dan floordrain toilet air kotor dialirkan ke bak kontrol lalu ke STP, setelah dari STP disaring di sumur resapan baru kemudian dibuang ke saluran kota. Pembuangan air kotor dari closet air kotor dibuang langsung ke septictank.

Gambar 9. Instalasi Listrik Gedung Sumber : Penulis Penyediaan air bersih diperoleh dari PDAM yang beroperasi pada sumber mata air terdekat yaitu Tuk Pecah yang terletak di Kecamatan Magelang Utara. Sistem ini akan menerapkan jaringan air bersih dengan Down Feet System, yaitu sistem dengan ground reservoir sebagai penampung air dengan menggunakan pompa air bersih dinaikan ke reservoir pada atap bangunan untuk selanjutnya secara gravitasi air dialirkan ke tiap-tiap ruang yang membutuhkan.

Gambar 11. Instalasi Air Kotor Sumber : Penulis

KESIMPULAN Perancangan gedung kantor e-commerce harus memperhatikan aspek penunjang gedung. Kegiatan yang ada didalam gedung menjadi hal yang harus diperhatikan karena gaya kerja pegawai yang fleksibel harus disesuaikan dengan kebutuhan ruang kerja yang lebih terbuka. DAFTAR PUSTAKA

Gambar 10. Distribusi air bersih Sumber : Penulis Air limbah dari gedung berasal dari toilet, dapur, pantry dan wastafel. Pembuangan air limbah harus mengalami beberapa proses peresapan sebelum dibuang di saluran kota. Untuk limbah dari dapur dan

[1]

J. L. D. Bessie, “Bessie / JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 8, No.1, 2019, p45-62,” vol. 8, no. 1, pp. 45–62, 2019.

[2]

S. M. Maulana, H. Susilo, and Riyadi, “Implementasi E-Commerce Sebagai Media Penjualan Online,” J. Adm. Bisnis, vol. 29, no. 1, pp. 1–9, 2015.

[3]

J. van Meel, “Activity-based working: The purenet practice guide,” pp. 54–69, 2019, [Online]. Available: https://www.scottishfuturestrust.org.uk/storage/ uploads/abwpracticeguidecompressed.pdf.

[4]

Sukarno, Y. D. Ekaputra, and A. Sasmito, “Perancangan Rental Office ( Cimb Tower ) Di Semarang,” vol. 1, no. 28, pp. 1–18, 2015, [Online]. Available: https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/AS/article /view/227.


PENERAPAN KONSEP TERPADU DAN KONTEKSTUAL ARSITEKTURAL PADA STASIUN SENTRAL MANGGARAI Clara Benedikta1 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 clbenedicta@gmail.com, 2

__________________________________________________________________________________ Abstrak Stasiun Manggarai merupakan Bangunan yang sudah ditetapkan menjadi Bangunan Stasiun Cagar Budaya Indonesia pada tahun 1993 melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur No. 475 Tahun 1993. Bangunan Stasiun Manggarai masih merupakan bangunan asli yang belum pernah direvitalisasi. Stasiun Manggarai akan ditetapkan menjadi Stasiun Sentral Terpadu pada tahun 2021 yang akan melayani sarana transit antar jalur serta menjadi pusat terintegrasi atau pergantian moda transportasi angkutan umum. Pengembangan Stasiun Manggarai menjadi Stasiun Sentral Terpadu adalah memadukan tampilan pada bangunan yang akan dikembangkan dengan berorientasi pada bangunan lama tanpa menghilangkan nilai Cagar Budaya bangunan Stasiun Manggarai sendiri kemudian memaksimalkan fungsi bangunan Stasiun Manggarai yang akan menjadi Stasiun Sentral Terpadu.

Kata Kunci: Stasiun, Terpadu, Sentral, Transit, Terintegrasi.

Abstract Manggarai Station is a building that has been designated as an Indonesian Cultural Heritage Station Building in 1993 through the Governor's Decree no.475 of 1993. The Manggarai Station building is still an original building that has never been revitalized. Manggarai Station would be designated as an Integrated Central Station in 2021 which would serve transit facilities between lines and become an integrated center or change in public transportation modes. The development of Manggarai Station into an Integrated Central Station is to combine the appearance of the building that will be developed with an orientation to the old building without losing the Cultural Heritage value of the Manggarai Station building itself and then maximizing the function of the Manggarai Station building which would become the Integrated Central Station.

Keywords: Station, Integrated, Central, Transit. _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Sistem transportasi umum di Indonesia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kebutuhan mobilisasi manusia. Moda transportasi umum darat menjadi moda transportasi yang paling dominan untuk mobilisasi manusia baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 mencatat bahwa moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk perjalanan domestik atau dalam negeri adalah moda transportasi umum Kereta Api. Transportasi umum Kereta Api Indonesia berada di bawah naungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) atau disingkat PT. KAI. PT. KAI merupakan perusahaan dan lembaga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki wewenang untuk mengatur pengoperasian internal dan eksternal perkeretaapian Indonesia. Stasiun Manggarai merupakan salah satu Stasiun besar yang berada di Ibukota DKI Jakarta. Stasiun Manggarai saat ini berstatus sebagai stasiun transit pergantian jalur untuk

kereta dalam kota seperti Kereta Rangkaian Listrik (KRL) dan Kereta Bandara. Namun berdasarkan pernyataan Menteri Perhubungan pada tahun 2017 [2], penambahan fungsi sebagau Stasiun Manggarai menjadi Stasiun Sentral Terpadu manggarai. Stasiun Manggarai akan menjadi pusat pergantian Kereta Rangkaian Listrik (KRL) atau Commuter Line, Kereta Antar-Kota atau Kereta Jarak Jauh, dan Kereta Bandara. Stasiun Manggarai juga akan menjadi pusat pergantian moda transportasi umum lainnya. Padatnya aktivitas di lokasi ini belum diimbangi dengan fasilitas prasarana stasiun yang memadai. Kondisi area tunggu yang kurang luas, area restorasi yang terlalu kecil dan kurangnya fasilitas difabel menjadikan pola sirkulasi yang tidak teratur. Hal ini mengakibatkan banyak penumpang yang tidak terfasilitasi dari segi sarana sebuah bangunan publik. Selain itu pembangunan bangunan baru atau yang akan dikembangkan di Stasiun Manggarai saat ini sedang berjalan, namun tampilan daripada bangunan baru yang sedang dalam pembangunan tersebut tidak berorientasi pada


bangunan lama Stasiun Manggarai. Nilai Cagar Budaya daripada Stasiun Manggarai Lama menjadi hilang karena tampilan bangunan baru yang tidak disesuaikan. yang berstatus Cagar Budaya, sehingga hilangnya nilai Cagar Budaya daripada Bangunan Stasiun Manggarai. Menurut Undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya terdapat pernyataan bahwa ada bentukbentuk pelestarian Cagar Budaya salah satunya merupakan pengembangan dan adaptasi. Bangunan atau ruangan yang akan dikembangkan harus beradaptasi tanpa menghilangkan bentuk, struktur serta fungsi ruang dari Bangunan Cagar Budaya tersebut. Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah pada paragraf sebelumnya, maka urgensi yang dapat disimpulkan untuk rancangan Pengembangan Stasiun Manggarai menjadi Stasiun Sentral Terpadu adalah memadukan tampilan pada bangunan baru dengan bangunan lama tanpa menghilangkan nilai Cagar Budaya bangunan Stasiun Manggarai dan fungsi bangunan Stasiun Manggarai yang akan dipersiapkan menjadi Stasiun Sentral Terpadu. Kemudian memaksimalkan fasilitas pra sarana untuk para pengguna kereta guna memperbaiki zona kegiatan manusia pada bangunan, serta mengintegrasikan Stasiun Manggarai dengan moda transportasi umum lainnya [1].

fungsi dan pelestarian penampilan bangunan eksisting atau bangunan lama terhadap status bangunan Stasiun Manggarai yang akan ditetapkan menjadi bangunan Stasiun Sentral Terpadu Manggarai Selain itu penerapan terpadu lainnya pada Stasiun Manggarai terdapat pada terintegrasinya moda transportasi umum lainnya terhadap Stasiun Manggarai. Adapun studi banding yang dilakukan terhadap penerapan tema Adaptive-Reuse dan integrasi moda transportasi umum adalah: 1.

Tokyo Station

Tokyo Station merupakan Stasiun terbesar di Jepang. Stasiun ini berada di wilayah Chiyoda,Tokyo, yang digunakan Perusahaan kereta Japan Rail Timur, Perusahaan JR Kereta Api Tokai dan Tokyo Metro. Stasiun Tokyo mulai dibangun pada tahun 1808-an dan selesai pada tahun 1914 dan mulai beroperasi. Akibat Perang Dunia ke II, Stasiun Tokyo dibangun kembali pada tahun 1947 [3].

TINJAUAN PUSTAKA Tema yang akan ditetapkan pada proses perancangan adalah Adaptive-Reuse. Penerapan Adaptive-Reuse pada pengembangan Stasiun Manggarai Sentral Terpadu merupakan salah satu cara melestarikan nilai Cagar Budaya bangunan lama Stasiun Manggarai. Menurut Plevoets dan Cleempoel (2012) [2] dalam penelitiannya beranggapan bahwa AdaptiveReuse merupakan proses untuk mengerjakan bangunan-bangunan yang sudah ada, memperbaiki atau memulihkannya untuk dapat digunakan secara terusmenerus dan tetap memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan terkini. Dalam penelitian yang sama Plevoets dan Cleempoel (2012) juga beranggapan bahwa adaptive – reuse juga berperan sebagai strategi penting dalam konservasi warisan budaya, seperti penyesuaian bangunan di sekitar bangunan yag sudah memiliki warisan budaya tersebut atau dalam hal ini merupakan Bangunan Stasiun Manggarai. Selain itu menurut Shao dkk (2018) menyebutkan bahwa Adaptive-Reuse merupakan suatu proses renovasi atau penggunaan kembali struktur-struktur sebelumnya yang telah ada, tetapi disesuaikan dengan fungsi penggunaan yang baru, dan Adaptive-Reuse juga merupakan sebuah proses mentransformasikan bangunan yang telah usang dan tidak efektif menjadi sesuatu yang baru yang dapat digunakan kembali dengan tujuan yang berbeda. Dalam hal ini Bangunan Stasiun Manggarai masih berfungsi dengan baik begitu juga dengan struktur bangunan itu sendiri. Namun penerapan

Adaptive-Reuse ini mengacu pada memaksimalkan

Gambar 3. Suasana Stasiun Tokyo 2020 Sumber gambar: tokyostationcity.com, 2018.

Gambar 3. Stasiun Tokyo Tahun 1955 Sumber gambar: oldtokyo, 2021. Bangunan utama pada Stasiun Tokyo yaitu "akarenga" (batu bata merah) dan ditetapkan sebagai Cagar Budaya Penting pada tahun 2003. Stasiun ini mempunyai luas 182.000 meter persegi dengan 14 jalur kereta degan 28 peron.


Gambar 4. Floor Plan Tokyo Station Sumber gambar: Archdaily, 2018.

Gambar 5. Potongan Tokyo Station Sumber gambar: tokyostationcity, 2018. Stasiun Tokyo Stasiun dengan bangunan terluas di Jepang ini memberikan sebuah fasilitas ”map route”. Map route ini mengatur sirkulasi manusia dengan memisahkan jalur penumpang umum dan penumpang berkebutuhan khusus. Elemen penting lain yang menjadikan Stasiun Tokyo sebagai pusat transportasi adalah terintegrasinya moda transportasi lain dengan Stasiun Tokyo, sehingga penumpang dapat langsung mememesan tiket di Stasiun Tokyo tanpa harus keluar dan mendatangi terminal atau loket tiket moda transportasi lain. Berdasarkan penambahan fungsi menjadi pusat Transit Oriented Development (TOD) atau menjadi pusat terintegrasinya transportasi umum di Tokyo, ini menjadikan Bangunan Stasiun Tokyo harus di re-develop agar dapat berorientasi terhadap masa depan. Namun dari segi penampilan bangunan Stasiun Tokyo tetap mempertahankan nilai Cagar Budayanya dan menjadi focal point dibandingkan high rise building lainnya yang berdiri disekitar bangunan Stasiun Tokyo. Penerapan futuristik untuk menyesuaikan konsep TOD yang dilakukan adalah pada fasilitas dan fungsi bangunan yang cukup memadai seperti Map Route. 2.

Gambar 6. Suasana Stasiun Tokyo Sumber gambar: tokyostationcity, 2018. Stasiun Solo Balapan di tetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati No. 646/1-R/1/2013. Bangunan Stasiun Solo Balapan terdiri dari dua terminal di sebalah utara dan selatan. Terminal yang terdapat di sebalah utara Stasiun Solo Balapan ialah merupakan Terminal Tirtonadi. Terdapat Skybridge atau jembatan udara yang menghubungkan antara Stasiun Balapan Solo dengan Terminal Tirtonadi. Skybridge ini sudah diresmikan sejak 2019 lalu oleh pemerintah setempat. Skybridge ini merupakan implementasi konsep Transit Oriented Development (TOD) dan mengintegrasikan antar moda transportasi umum. Jarak antara Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi adalah 1,5 km dan dapat dipangkas menjadi 653 m melalui Skybridge. Bagian Skybridge dari Stasiun Solo Balapan ditandai dengan lorong berwarna abu-abu sepanajng 215 m, sedangkan pada bagian Terminal Tirtonadi memiliki Panjang 438 m.

Gambar 7. Desain Skybridge Solo Balapan Sumber gambar: solopos, 2019.

Skybridge Stasiun Solo Balapan

Stasiun Solo Balapan berlokasi di Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah. Stasiun Solo Balapan merupakan Stasiun besar tertua kedua di Indonesia setelah Stasiun Semarang Tawang. Stasiun Solo Balapan dibangun pada tahun 1873 pada jaman colonial dan merupakan stasiun tertua di Solo. Stasiun ini berada di jalur kereta api yang menghubungkan kota Bandung, Jakarta, Surabaya dan Semarang. Stasiun Balapan berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi No. 112, Kestalan, Banjarsari

Gambar 8. Rencana Integrasi Moda Transportasi Terimal Tirtonadi dan Stasiun Solo Balapan Sumber gambar: solopos, 2019. Berdasarkan studi banding pertama Stasiun Tokyo tetap mempertahankan kelestarian nilai Cagar Budaya dan memanfaatkannya dalam segi ptampilan yang menjadikan bangunan Stasiun Tokyo menjadi focal point diantara bigh rise building disekitarnya, namun berdasarkan fasilitas yang mengacu pada masa depan dan dapat menyesuaikan konsep Transit Oriented Development (TOD). Studi banding kedua yang merupakan Stasiun Solo Balapan menjelaskan terfasilitasinya penumpang di Stasiun Solo Balapan dengan menggunakan Skybridge untuk dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan moda transportasi umum lainnya tanpa harus keluar Stasiun


Solo Balapan maupun penumpang dari arah Terminal Tirtonadi. Kemudian pada Studi METODE PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam proses perancangan skripsi Pengembangan Stasiun Sentral Terpadu Manggarai untuk dapat memenuhi data yang dibutuhkan, diantaranya:

Sedangkan untuk batas-batas tapak pada Stasiun Manggarai terdiri dari: • • • •

Utara: Kali Ciliwung Selatan: Permukiman Warga Timur: Jalan Manggarai Utara 1 Barat: Jalan Dr.Saharjo 1

U

1. Studi literatur/Kajian Pustaka Studi atau Kajian Literatur merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk Data Sekunder. Data Sekunder diperlukan untuk mendukung data primer dan teori-teori atau konsep yang akan diterapkan pada bangunan perancangan sejenis. Studi Pustaka/Kajian literatur diambil dari buku, jurnal arsitektur, maupun teori yang sudah dipublikasikan. 2. Survey Survey yang dilakukan meliputi survey bangunan Stasiun Manggarai dan survey lingkungan sekitar Stasiun Manggarai. Tujuan metode survey ini adalah dapat mengetahui sirkulasi manusia, ruang-ruang eksisting, dan tapak yang menjadi rancangan pengembangan skripsi ini. Selain itu dilakukan juga survey lingkungan sekitar Stasiun Manggarai yang bertujuan untuk mengetahui alur moda transportasi umum dan pribadi, serta letak dan Halte Busway Manggarai untuk penerapan konsep Transit Oriented Development (TOD). PERANCANGAN Lokasi Stasiun Manggarai terletak di Jl. Manggarai utara 1 Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Ukuran tapak pada Stasiun Manggarai memiliki dimensi 190 x 130 meter dan luas 24.700 meter pesergi atau 2,47 hektar. Berikut merupakan peta makro letak Stasiun Manggarai terhadap DKI Jakarta.

Gambar 9. Peta Area Stasiun Manggarai Terhadap Kec.Tebet, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta Sumber gambar: Google Maps, 2020. Untuk mencapai lokasi Stasiun Manggarai terdapat akses utama yaitu Jalan Manggarai 1, Jalan Manggarai 2, Jalan Sultan Agung, dan Jalan Dr.Saharjo I.

Gambar 10. Denah Eksisting Stasiun Manggarai Sumber gambar: PT. KAI Berdasarkan informasi dari portal Jakarta Satu, Stasiun Manggarai memiliki ketentuan KDB, KLB, dan KDH, sebagai berikut: • Luas Tapak : 2,47 Ha • KDB : 60% • KLB : 2.40 Berikut merupakan denah eksisting Bangunan Stasiun Manggarai yang belum pernah direvitalisasi. Bangunan berorientasi ke arah timur atau menghadap matahari langsung. Bangunan Stasiun Manggarai eksisting bersinggungan langsung dengan jalan utama yaitu Jl. Manggarai Utara 1. Berdasarkan tema dalam Pengembangan Stasiun Sentral Terpadu Manggarai adalah Adaptive-Reuse. Penarapan ini berdasarkan penyesuaian Bangunan baru yang akan dikembangan terhadap Bangunan Eksisting Stasiun Manggarai. Hal itu diaplikasikan pada fasade bangunan yang dikembangkan. Selanjutnya, konsep sirkulasi kendaraan untuk menuju bangunan stasiun dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 11. Sirkulasi Kendaraan menuju Stasiun Manggarai Sumber gambar: Google Maps, 2020. Untuk menuju Stasiun Manggarai dapat melalui 2 jalan utama dari sebelah barat dan timur. Dari sebelah timur dapat melalui Jl.Manggarai Utara 1 dan masuk melalui pintu timur yaitu bangunan lama Stasiun Manggarai.


Selanjutnya Stasiun Manggarai yang saat ini sudah memiliki 8 jalur aktif tidak akan diubah dalam peracancangan skripsi ini. Perletakkan peron dan penentuan tujuan kereta pada masing-masing jalur yang disesuaikan guna memaksimalkan sirkulasi manusia atau penumpang di dalam Stasiun agar tidak terjadi crossing antar penumpang datang-pulang Pembagian jalur dan tujuan kereta pada Stasiun Manggarai nantinya akan seperti pada gambar dan penjelasan dibawah ini: 1. Jalur 1: Manggarai-Jakarta Kota 2. Jalur 2: Jakarta Kota-Bekasi 3. Jalur 3: Bekasi-Jakarta Kota 4. Jalur 4: Bekasi-Jakarta Kota 5. Jalur 5: Jakarta Kota-Bogor 6. Jalur 6: Jakarta Kota-Bogor 7. Jalur 7: Bogor-Jakarta Kota 8. Jalur 8: Bogor-Ps.Senen 9. Jalur 9: Manggarai-Antar Jawa 10. Jalur 10: Kedatangan dari luar kotaManggarai

Gambar 14. Hall Timur Sumber gambar: Olahan Pribadi, 2021. Kemudian untuk sirkulasi manusia pada Stasiun Manggarai dapat dilihat pada pada gambar dibawah ini.

Penumpang Datang

Penumpang Pulang

Peronn 2,3,4,5 melalui lantai 2

Peron 1 dan 6 dapat langsung menaiki kereta

Gambar 14.. Sirkulasi Penumpang Lantai 1 Sumber gambar: Olahan Pribadi,2020.

Gambar 12. Jalur Kereta di Stasiun Manggarai Sumber gambar: Olahan Pribadi, 2020. Penumpang yang baru datang dari arah barat dan dengan tujuan ke Jakarta Kota dapat langsung menunggu di peron jalur 1. Sedangkan untuk penumpang yang datang dari arah timur dengan tujuan menggunakan kereta jarak jauh atau antar kota dapat langsung menunggu di peron jalur 8.

Gambar 15. Ilustrasi Escalator dan Tangga Pada Peron Sumber gambar: Olahan Pribadi,2021. Berdasarkan penjelasan diatas dan ilustrasi gambar di atas dapat disimpulkan, selain penumpang tersebut dapat menunggu di lantai 2 atau ruang tunggu untuk menyebrang rel dengan menaiki tangga atau escalator yang telah disediakan dan menuju jalur yang sesuai dengan jalur kedatangan kereta.

Gambar 13. Hall Barat Sumber gambar: Olahan Pribadi, 2021.

Gambar 14. Suasan Stasiun Manggarai Sumber gambar: CNN,2020.


Selanjutnya merupakan perancangan untuk menyelesaikan masalah perpindahan kereta untuk para penumpang di Stasiun manggarai. Saat ini Penumpang Kedatangan masih diharuskan menunggu dan melintasi jalur kereta seperti pada gambar di atas. Selain itu terjadi crossing pada penumpang yang ingin berpindah kereta. Hal ini merupakan hal yang berbahaya pada penumpang apabila penumpang harus menunggu di pinggir peron tanpa pembatas dan menyebrang untuk berpindah kereta. Perancangan menawarkan penyelesaian masalah dengan cara mendesain ruangan untuk penumpang yang naik ke lantai 2 akan dibedakan berdasarkan ruang tunggu penumpang. Penumpang Kereta Rangkain Listrik atau KRL akan menunggu di Ruang Tunggu KRL ditandai warna hijau pada ilustrasi, sedangkan penumpang Kereta Bandara dan Kereta Jarak Jauh dapat menunggu di Ruang Tunggu Penumpang Jarak Jauh yang ditandai dengan warna Pink.

dan Kereta Bandara. Hal ini sering terjadi pada Stasiun Lama (eksisting) Manggarai dan penumpang diharuskan menyebrangi jalur kereta untuk dapat berpindah dari kereta yang satu dengan yang lainnya, namun pada pemecahan masalah di skripsi ini perancang menawarkan ruang tunggu di lantai 2 sehingga penumpang tidak harus membahayakan diri dengan menyebrangi jalur kereta untuk dapat berpindah kereta. Selanjutnya merupakan pengaplikasian tema Adaptive-Reuse yang digunakan pada perancangan ini. Tema Adaptive-Reuse diterapkan pada fasade bangunan baru yang menyesuaikan penampilan dari bangunan lama Stasiun Manggarai.

Gambar 15. Tampak Eksisting Stasiun Manggarai Sumber gambar: Google dan Olahan Pribadi, 2020. Gambar 13. Sirkulasi Penumpang Lantai 2 Sumber gambar: Olahan Pribadi, 2020. Penumpang datang dapat juga melakukan transit melalui jalur yang sudah ditentukan dan ditandai dengan warna biru pada illustrasi, sedangkan untuk penumpang datang non-transit dapat pulang melalui jalur yang telah ditentukan dan ditandai denan warna merah pada ilustrasi.

Gambar 16. Tampak Bangunan Pengembangan Sumber gambar: Olahan Pribadi, 2021.

Gambar 14. Ilustrasi Ruang Tunggu Lantai 2 Sumber gambar: Olahan Pribadi, 2021. Pembagian sirkulasi seperti ini merupakan salah satu cara dari perancang untuk mengurangi terjadinya crossing pada penumpang kedatangan maupun penumpang keberangkatan. Crossing hanya terjadi pada penumpang yang ingin melakukan transit dan penumpang pulang. Perbedaan sirkulasi juga terjadi pada ruang tunggu penumpang Kereta Rangkaian Listrik atau KRL dengan penumpang Kereta Jarak Jauh

Gambar 17. Tampak Bangunan Pengembangan Stasiun Manggarai Dari Jl.Dr.Saharjo 1 Sumber gambar: Olahan Pribadi, 2021.


Pada ilustrasi diatas dapat dilihat bahwa bangunan baru yang dikebangkan tetap menyesuaikan dengan bangunan lama dari Stasiun Manggarai. Seperti penggunaan warna pada penutup atap dan ciri khas dari bangunan colonial terdapat atap kecil. Kemudian penumpang di lantai 2 tetap dapat melihat ke arah bangunan lama, itu dikarenakan dinding yang bersinggungan langsung dengan bangunan lama Stasiun Manggarai menggunakan dinding kaca. Kesimpulan yang dapat dicapai oleh perancang ialah Bangunan Lama Stasiun Manggarai merupakan Bangunan yang harus dilestarikan karena memiliki nilai Cagar Budaya. Nilai Cagar Budaya dari Stasiun Manggarai merupakan nilai tambahyang akan menjadikan Stasiun Manggarai sebagai focal point untuk penumpang yang baru dating maupun untuk masyarakt sekitar lingkungan Stasiun Manggarai. Konsep terpadu juga menjadi salah satu nilai tambah pada Stasiun Manggarai karena Stasiun Manggarai menjadi pusat transit sekaligus pusat perhatian para masyarakat yang menggunakan jasa kereta api maupun yang hanya berlalu lalang di sekitar Stasiun, maka dari itu penerapan Adaptive-Reuse pada bangunan Cagar Budaya khususnya Stasiun Manggarai sangat perlu diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA [1]

A. Muhammad Agra.,N. Vincent Totok Noerwasito, “Pengembangan Stasiun Pusat Regional di Manggarai”. Jurnal: Surabaya. POMITS. 2018 Terbit.

[2]

S. Ardina.,E.Yusril Mustafa, “The Influence Of Function, Form And Structure On The Spatial Hierarchy Of The Tawang Railway Station in Semarang”. Jurnal: Semarang. Riset Arsitektur Vol. 1 No.03.

[3]

Z. John,. Z.Tianxiin., N. Nakajima “Tokyo Station City-the railway station as urban place”. Montreal, Canada.

[4]

S.Ardina,. DKK. “Pemahaman Adaptive Reuse Dalam Arsitektur Dan Desain Interior Sebagai Upaya Menjaga Keberlanjutan Lingkungan: Analisis Tinjauan Literatur”. Prosiding Seminar Desain dan Arsitektur. Vol.3,2020. Bali


PERANCANGAN HOTEL RESOR DI DAERAH GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA Bintang Avgusta Dwi Hadiputra1 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 bintangavgusta4@gmail.com,

__________________________________________________________________________________ Abstrak Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu spot wisata yang terkenal di Yogyakarta adalah Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan kondisi geografis, potensi utama di Kabupaten Gunungkidul dalam mendatangkan wisatawan adalah keindahan pantai-pantainya. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Kidul, dibutuhkan tempat menginap atau hotel resor yang dapat menampung wisatawan yang datang. Perancangan pada hotel ini akan memperhatikan keindahan arsitektur Jawa agar dikenal oleh para wisatawan. Tema arsitektur Jawa akan menjadikan dasar untuk mendisain sebuah bangunan yang memiliki ciri khas budaya Jawa dengan berbagai ornamen khasnya. Namun, perancangan ini tidak terpaku pada satu gaya atau tema saja, tetapi akan menerapkan tema arsitektur kontemporer juga. Dalam arsitektur kontemporer terdapat berbagai macam gaya rancangan yang mengikuti perkembangan zaman dan menghadirkan situasi arsitektur yang dapat menarik para wisatawan. Dalam merancang bangunan tersebut menggunakan dua metode, yaitu studi literatur dan studi banding. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang valid dan lengkap mengenai perancangan berdasarkan kondisi dan situasi serta peraturan yang ada. Bangunan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai area rekreasi bagi para pengunjung yang datang ke hotel resor ini. Selain itu, bangunan ini juga dijadikan sebagai sarana pengenalan budaya tradisional Jawa. Kata Kunci: Hotel Resor, Arsitektur Kontemporer, Arsitektur Adat Jawa, Wisata.

Abstract Yogyakarta is one of the tourist destinations in Indonesia which is visited by many tourists, both domestic and foreign tourists. One of the famous tourist spots in Yogyakarta is Gunungkidul Regency. Based on geographical conditions, the main potential in Gunungkidul Regency in bringing tourists is the beauty of its beaches. With the increasing number of tourist visits to Gunung Kidul, a place to stay or a resort hotel is needed that can accommodate tourists. The design of this hotel will pay attention to the beauty of Javanese architecture so that it is known by tourists. The theme of Javanese architecture will use as the basis for designing a building that has the characteristics of Javanese culture with its various ornaments. However, this design is not fixed on one style or theme, but it will apply contemporary architectural themes as well. In contemporary architecture there are various design styles that keep up with the times and present architectural situations that can attract tourists. In designing the building, two methods were used, namely literature study and comparative study. This method is carried out to obtain valid and complete data regarding the design based on conditions and situations as well as existing regulations. The building will later be used as a recreation area for visitors who come to this resort hotel. In addition, this building is also used as a means of introducing traditional Javanese culture. Keywords: Resort Hotel, Contemporary Architecture, Javanese Traditional Architecture, Tourism. __________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat banyak dan potensial. Sehingga setiap daerah berlomba-lomba menaikkan dan menjadikan potensi wisata daerahnya sebagai sumber devisa untuk pembangunan di daerahnya masing-masing. Selain itu, dengan menaikkan potensi wisata daerahnya sampai mendunia tentu akan memperkenalkan daerah tersebut serta nama Indonesia di dunia Internasional. Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia sebagai destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh para

wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu lokasi sebagai spot wisata yang terkenal di Kota Yogyakarta yaitu Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan kondisi geografis ini, potensi utama di Kabupaten Gunungkidul untuk mendatangkan para wisatawan atau sebagai pusat wisata yaitu dengan pantai-pantai yang ada. Salah satu pantai yang cukup terkenal di Kabupaten Gunungkidul ini adalah Pantai Pulang Sawal atau banyak dikenal oleh masyarakat dengan Pantai Indrayanti. Pantai ini memiliki pasir putih yang indah dan air yang jernih serta bukit karang


yang cukup besar untuk dapat melihat pemandangan sunset dengan lebih sempurna. Wisatawan yang datang ke kawasan wisata ini tidak sebanding dengan banyaknya hotel-hotel yang berada di kawasan sekitar, karena meningkatnya jumlah wisatawan yang datang setiap tahunnya. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tersebut, maka dibutuhkan suatu penginapan atau hotel-hotel disekitarnya yang dapat menunjang dan menampung wisatawan yang datang. Tentunya hotel resor merupakan jenis hotel yang tepat untuk berada di kawasan sekitar Pantai Pulang Sawal atau Indrayanti ini. Metode perancangan ini dilakukan dengan dua metode, yaitu studi literatur dan studi banding. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang valid dan lengkap mengenai perancangan ini berdasarkan kondisi dan situasi serta peraturanperaturan yang ada. Perancangan pada hotel ini akan memperhatikan keindahan arsitektur jawa untuk mengenalkan kebudayaan masyarakat Jawa kepada para wisatawan. Salah satunya misalnya menampilkan sejumlah saung atau pendopo khas jawa sebagai tempat bersantai menikmati pemandangan pantai. Hotel ini juga akan menggunakan penerapan arsitektur kontemporer untuk menghadirkan situasi arsitektur yang dapat menarik para wisatawan. Perancangan Hotel Resor ini memperhatikan tingkat keamanan dan kenyamanan serta dapat menampilkan keindahan alam yang indah serta mengetahui fasilitas-fasilitas penunjang yang dibutuhkan para wisatawan yang datang. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Hotel dan Resor Menurut SK. Menparpostel No. km. 34 / HK 103 / MPPT. 87, Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan/penginapan, makan, minum, serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Sedangkan hotel resor merupakan sebuah hotel yang terletak di dekat obyek wisata, biasanya berada di pegunungan atau tepi pantai, dimana pengunjung tidak hanya dapat menginap tapi juga untuk beristirahat dan berekreasi. B. Jenis-Jenis Hotel dan Resor Penentuan jenis hotel berdasarkan letak, fungsi, susunan organisasinya dan aktifitas penghuni hotel sesuai dengan SK Mentri Perhubungan RI No. 241/4/70 tanggal 15 Agustus 1970, Hotel digolongkan atas Residential Hotel, Transietal Hotel dan Resort Hotel. Jenis - jenis resor diantaranya yaitu Mountain Resort Hotel, Health Resort and Spa, Beach Resort Hotel, Marina Resort Hotel dan Rural Resort and Country Hotel. Berdasarkan jenis-jenis hotel diatas, hotel resor yang akan dirancang pada kawasan wisata pantai di Kabupaten Gunungkidul ini adalah jenis Beach Resort Hotel.

C. Tinjauan Arsitektur Tradisional Jawa Rumah tradisional Jawa dikelompokkan sesuai status sosial pemiliknya mulai dari ningrat hingga rakyat biasa. Bentuk rumahnya berjenjang tingkatannya mulai dari joglo hingga kampung. Kategori ini berpengaruh pada pola tata ruang dan tata elemen arsitektural yang menyampaikan peran dan simbol tertentu. Dalam hal ini, lingkup fungsi bangunannya adalah rumah tinggal. Tata elemen arsitektural dibagi menjadi elemen pengisi, elemen pembatas, dan elemen pelengkap ruang. Hierarki Atap Rumah sesuai dengan struktur masyarakat Jawa dan tradisinya, rumahrumah tradisional Jawa diklasifikasikan menurut bentuk atap mereka dari yang terendah ke tertinggi, yaitu Kampung, Limasan, dan Joglo. Ragam Hias pada Arsitektur Jawa memiliki jenis yang cukup beragam, peletakannya pun berbeda-beda diantaranya yaitu lung - lungan, saton, patron, padma, peksi garuda, praba dan mega mendung. D. Tinjauan dan Karakteristik Arsitektur Kontemporer Arsitektur Kontemporer, yaitu Arsitektur Kontemporer adalah gaya aliran arsitektur yang muncul pada akhir abad 20 sampai dengan saat ini dan juga menampilkan sesuatu yang berbeda dengan menampilkan kualitas tertentu terutama dari segi penggunaan teknologi dan juga kebebasan dalam menampilkan suatu gaya arsitektur. Kritikus arsitektur Charles Jencks (1981) memberikan daftar ciri–ciri arsitektur kontemporer yaitu terdapatnya ideologi yaitu suatu konsep yang memberikan arah,tujuan dan maksud agar pemahaman arsitektur kontemporer bisa lebih terencana dan sistematis. Selanjutnya style (ragam) merupakan gaya – gaya dalam arsitektur kontemporer. Terakhir ide desain yaitu gagasan awal dalam perancangan suatu karya. METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan ini dilakukan dengan dua metode, yaitu studi literatur dan studi banding. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang valid dan lengkap mengenai perancangan ini berdasarkan kondisi dan situasi serta peraturanperaturan yang ada. Studi literatur merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan berupa pencarian data berdasarkan pustaka-pustaka yang sesuai dengan objek perancangan. Studi banding merupakan pengumpulan data yang dilakukan sebagai acuan untuk merancang sebuah bangunan baru. Studi banding ini dilakukan untuk mendapatkan data dari bangunan yang sejenis sesuai dengan objek maupun tema yang sama.


PERANCANGAN

2. Analisis View

A. Lokasi

Gambar 1. Lokasi Tapak

Gambar 3. Analisis View

Lokasi berada di Jl. Pantai Selatan Jawa, Pantai Pulang Sawal, Tepus, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tapak memiliki luas sebesar dengan 44.290 m" KDB sebesar 50%, KLB sebesar 3 dan tinggi bangunan 12 meter. Tapak berada di atas perbukitan sehingga memiliki view ke arah luar tapak lebih bagus. Tapak berada dekat Pantai Pulang Sawal atau Indrayanti yang cukup ramai karena sedang digemari banyak wisatawan dalam beberapa tahun terakhir. Di sebelah utara merupaka daerah perbukitan, sebelah selatan merupakan Pantai Pulang Sawal/Indrayanti, sebelah barat merupakan lahan kosong dan di sebelah timur merupakan Jalan Pantai Selatan Jawa.

View ke arah utara dan timur tapak kurang baik karena hanya didominasi oleh lahan kosong perbukitan. Namun bagian timur tapak dinilai lebih baik karena pada area ini dapat merasakan sinar matahari dipagi hari serta melihat sunrise dari dalam tapak yang berada di perbukitan.

B. Analisa Tapak 1. Analisis Pencapaian Untuk menuju lokasi perancangan yang berada dekat dengan Pantai Indrayanti Kabupaten Gunungkidul, terbilang cukup nyaman karena jalan telah beraspal halus. Tetapi cukup sulit untuk transportasi menuju lokasi ini, karena dari pusat Kota Yogyakarta masih belum tersedia angkutan umum yang dapat mengantarkan menuju ke lokasi secara langsung, maka lebih baik menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan. Rute perjalanan menuju ke lokasi perancangan ini cukup jauh dan sulit terkait hal transportasi karena belum tersedianya angkutan umum yang lewat menuju lokasi secara langsung. Dalam mengatasi permasalahan ini, hotel akan bekerja sama dengan pihak Tour and Travel yang ada sehingga wisatawan dapat menuju tapak sekaligus tempat wisata-wisata lainnya dengan mudah dan aman.

Gambar 4. Posisi Matahari View ke arah selatan tapak didominasi oleh Pantai Indrayanti dan laut lepas Samudera Hindia. View seperti ini sangat baik bagi hotel resor yang dapat dijadikan sebagai salah satu keunggulan untuk menarik para pengunjung. View ke arah barat tapak yaitu perbukitan, pantai, dan laut lepas Samudera Hindia. View ke arah ini sangat baik untuk dijadikan view untuk kamar hotel karena selain perbukitan, pantai, dan laut, ke arah ini juga mendapatkan view matahari terbenam atau sunset. 3. Analisis Topografi

Gambar 5. Analisis Topografi

Gambar 2. Analisis Pencapaian

Lokasi perancangan berada diatas bukit sebelah timur laut Pantai Indrayanti. Pada titik tertentu disisi tapak yang berdekatan dengan jalan, dapat dijadikan sebagai area yang lebih mudah untuk menuju kedalam tapak, karena area tersebut lebih landai dibanding yang lainnya. Di dalam tapak memiliki ketinggian kontur yang berbeda-beda antara 10 m - 40 m diatas permukaan laut. Keadaan kontur pada tapak seperti ini dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan penentuan tata massa bangunan dan sebagai estetika kawasan yang dapat menjadi daya tarik pengunjung.


E. Konsep Perancangan Tapak

Gambar 6. Potongan Tapak C. Analisa Bangunan Pada hotel resor dilakukan oleh berbagai pelaku kegiatan didalamnya dan dikelompokkan dalam kegiatan primer untuk kegiatan utama yaitu tamu yang menginap, sekunder untuk mendukung kegiatan primer, dan penunjang untuk pemenuhan kegiatan sekunder. Arsitektur Tradisional Jawa memiliki bentuk bangunan Joglo yang khas dengan bentuk atap dan tiang-tiangnya (soko). Susunan rumah joglo dibagi menjadi 3 bagian, yaitu ruangan pertemuan yang disebut Pendapa, Pringgitan, dan ruang belakang disebut Dalem atau Omah jero sebagai ruang keluarga. Tipe rumah joglo merupakan bentuk rumah adat jawa yang paling populer bagi arsitektur Jawa. Setiap tipe joglo yang ada memiliki perbedaan yang langsung terlihat maupun yang hanya berbeda ukuran salah satu atau beberapa komponen saja, namun secara prinsip tipe-tipe joglo ini sama, hanya penamaannya saja yang berbeda. Ornamen-ornamen Jawa itu sendiri meliputi ragam hias berupa flora dan fauna yang memiliki banyak makna dan arti seperti suci dan keindahan. Ornamen tersebut dapat diaplikasikan ke bagian interior maupun bagian fasad pada bangunan hotel. Selain itu, elemen pada atap juga menggunakan atap yang merupakan ciri khas dari bangunan tradisional Jawa seperti atap joglo dan limasan. D . Filosofi dan Tema Bangunan Filosofi bangunan dari perancangan Hotel Resor pada Kawasan Pantai Pulang Sawal/Indrayanti di Kabupaten Gunungkidul ini adalah sebagai pemenuhan kebutuhan akomodasi atau penginapan di sekitar Pantai Indrayanti yang belum cukup terpenuhi. Bangunan ini juga nantinya akan dijadikan sebagai area rekreasi bagi para pengunjung yang datang ke hotel resor ini. Selain itu, bangunan ini juga dapat dijadikan sebagai sarana pengenalan budaya-budaya tradisional Jawa untuk para pengunjung hotel resor ini. Tema yang dipakai dari bangunan Hotel Resor ini adalah Kearifan Lokal. Pemakaian tema ini akan menjadikan sebuah bangunan yang memiliki ciri khas budaya Jawa yang terdapat pada ornamen-ornamen dan bagian-bagian lain yang akan ditonjolkan. Pada perancangan ini juga akan menerapkan tema Arsitektur Kontemporer yang terdapat berbagai macam gaya dalam rancangannya yang mengikuti perkembangan zaman.

Gambar 7. Konsep Tapak Area yang berwarna kuning akan dijadikan suite villa/cottage eksklusif dan area ini memiliki view kearah laut lepas, bukit – bukit serta mendapatkan sunset. Area yang berwarna abu akan dijadikan area parkir. Area yang berwarna tosca dijadikan area bersantai dengan fasilitas bar, restoran dan kolam renang. Area ini terletak dipuncak bukit sehinnga pemandangan ke arah pantai maksimal.Area biru tua akan dibangun beberapa villa. Area berwarna hijau muda ditambahkan pohon untuk menambah kesan privat pada villa. Dan di area tengah lahan tengah bangunan ditambahkan kolam renang yang menghadap ke pantai. F. Konsep Perancangan Bangunan Denah menggunakan bentuk awal dengan pola struktur ruang bangunan rumah joglo. Bentuk menjadi seperti ini dengan nomor (1) akan menjadi sebuah Lobby Hotel, nomor (2) akan menjadi Jalur penghubung ruangan yang lebih privat seperti kamarkamar dan fasilitas hotel, nomor (3) akan menjadi sebuah kolam renang, dan nomor (4) akan menjadi kamar-kamar bagi pengunjung.

Gambar 8. Bentuk Dasar Bangunan Lalu bentuk berubah menjadi seperti ini, bangunan yang berisikan kamar-kamar dibuat terpisah agar tidak menghalangi view kearah pantai dari arah kolam renang yang berada ditengah. Selanjutnya bagian bangunan yang berisikan kamar-kamar dibuat seperti diatas, agar dibagian tengah terkesan lebih luas terbuka dan bagian kamar-kamar juga mendapatkan view kearah luar lebih baik yaitu laut lepas, pantai, dan bukit-bukit.


Gambar 11. Utilitas Air Bersih

Gambar 9. Transformasi Bentuk Massa Pada bagian atap dari lobby hotel akan menerapkan dari bangunan tradisional atau dari keraton Jawa yaitu atap joglo. Untuk koridor dan bangunan yang berisikan kamar menggunakan atap limasan dan ditambah beberapa solar panel. Area yang berhimpit akan ditambahkan kolam ikan dan koridor agar menarik dan asri. Dibagian sisi dinding diberi grille louvre panel untuk menutupi outdoor AC.

Limbah cair seperti limbah dari wastafel dan pencucian laundry serta dapur diolah kembali (grey water system) agar dapat digunakan kembali untuk keperluan flushing dan penyiraman tanaman. Limbah cair diproses di filter untuk menyaring zat-zat berbahaya, kemudian ditampung untuk disalurkan ke pipa-pipa untuk keperluan flushing dan penyiraman tanaman. Grey water diolah disebuah ruang khusus yaitu ruang water treatment.

BAK KONTROL

l PIPA LIMBAH CAIR BAK KONTROL

BAK KONTROL PIPA LIMBAH PADAT

WATER TREATMENT

SEPTIC TANK

SUMUR RESAPAN

Gambar 12. Utilitas Air Kotor Gambar 10. Konsep Bangunan F . Konsep Perancangan Struktur Pada karakteristik batuan karst pondasi yang dipilih adalah dengan pondasi strauss pile. Untuk cottage yang tidak terlalu memberikan beban yang besar maka pondasi yang cocok adalah batu kali dan footplat dengan bentuk bangunan panggung. Bagian struktur tengah ini akan menggunakan kolom beton bertulang untuk penyalur beban bangunan hotel. Penentuan modul pada bangunan menyesuaikan besaran ruang, terutama untuk kamar-kamar sehingga berfungsi efisien tanpa terganggu kolom. Untuk dinding menggunakan dinding beton dan beberapa menggunakan kaca terutama pada restoran hotel agar memberikan kesan luas, mendapatkan pencahayaan alami, dan memaksimalkan view bagi tamu hotel. Konstruksi lokal daerah Jawa banyak yang menggunakan atap dengan limasan dan joglo, maka beberapa bangunan pada perancangan hotel resor ini akan menggunakan atap limasan dan joglo. Perancangan hotel resor ini akan menggunakan konstruksi baja ringan. Penggunaan baja ringan ini merupakan salah satu bentuk penerapan pada konsep Arsitektur Kontemporer. G . Konsep Utilitas Menggunakan air yang berasal dari PDAM dengan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan up feed system atau down feed system. Selain itu pemanfaatan air hujan juga dapat digunakan sebagai sumber cadangan air bersih yang dapat disalurkan ke seluruh bangunan. Curah hujan yang cukup tinggi dapat memanfaatkan Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) ini dengan lebih maksimal yang nantinya akan menjadi sumber cadangan air.

Sistem jaringan listrik yang digunakan bersumber dari PLN lalu terdapat pula genset yang digunakan untuk kendala pemadaman listrik. Selain itu, dapat pula menggunakan solar panel sebagai energi cadangan serta tambahan PLN

SUB TRAFO

SEKERING

DISTRIBUSI

SUB TRAFO

SEKERING

DISTRIBUSI

TRAFO TRANSFER SWITCH

GENSET

TRAFO

Gambar 13. Jaringan Listrik H. Hasil Perancangan

Gambar 14. Siteplan

Gambar 15. Tampak Bangunan


Gambar 16. Axonometri Struktur

Gambar 16. Perspektif

KESIMPULAN Perancangan Hotel Resor pada Kawasan Pantai Pulang Sawal/Indrayanti di Kabupaten Gunungkidul ini adalah sebagai pemenuhan kebutuhan akomodasi atau penginapan di sekitar Pantai Indrayanti yang belum cukup terpenuhi. Tema yang dipakai dari bangunan Hotel Resor ini adalah Kearifan Lokal. memiliki ciri khas budaya Jawa yang terdapat pada ornamen-ornamen dan bagian-bagian lain yang akan ditonjolkan. Pada perancangan ini menerapkan tema Arsitektur Kontemporer yang terdapat berbagai macam gaya dalam rancangannya yang mengikuti perkembangan zaman. Untuk memperkuat tema Kearifan Lokal dan Arsitektur Kontemporer ini, akan diaplikasikan beberapa gaya desain pada rancangan. Pertama dari bentuk gubahan massanya, yang menggunakan atap Joglo Perancang Hotel Resor ini memperhatikan tingkat keamanan dan kenyamanan serta dapat menampilkan keindahan alam yang indah serta mengetahui fasilitas-fasilitas penunjang yang dibutuhkan para wisatawan yang datang. DAFTAR PUSTAKA

[1] http://e-journal.uajy.ac.id/8462/4/TA313573.pdf diakses pada 2020

[2]http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/12345 6789/6118/h.%20BAB%20IV.pdf?sequence=8& isAllowed=y diakses pada 2020 [3] http://e-journal.uajy.ac.id/1076/3/2TA12728.pdf diakses pada 2020 [4] http://e-journal.uajy.ac.id/1076/3/2TA12728.pdf diakses pada 2020 [5] http://e-journal.uajy.ac.id/1076/3/2TA12728.pdf diakses pada 2020


PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN ARSITEKTUR DAN BUDAYA SUNDA PADA KAWASAN AGROWISATA DI KARANGTENGAH Septiana Subagja1, Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 septianasubagja@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Perkembangan pertanian di pedesaan melalui pembangunan pertanian diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi dan menyelesaikan berbagai permasalahan. Kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Garut terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Namun secara sosial, ekonomi, dan budaya, masyarakat Garut masih banyak mengandalkan pertanian untuk mata pencahariannya. Agrowisata ialah aktivitas yang berupaya meningkatkan sumber daya alam sesuatu wilayah, yang mempunyai kemampuan di bidang pertanian buat dijadikan kawasan wisata. Kemampuan yang tercantum tersebut wajib dilihat dari segi area alam, letak geografis, tipe produk ataupun komoditas pertanian yang dihasilkan, dan fasilitas serta prasarananya. Dalam sebuah kawasan agrowisata tidak hanya mengandalkan perkebunan saja, tetapi membutuhkan sebuah area wisata dimana akan membuat daya tarik tersendiri untuk sebuah kawasan agrowisata. Oleh karena itu dalam sebuah kawasan agrowisata harus memperhatikan keadaan lingkungannya agar tidak merusak area di sekitar kawasan, seperti pemanfaatan limbah agar bisa dipakai kembali, pemanfaatan sinar matahari untuk kebutuhan listrik, pengelolaan sampah yang bisa dijadikan pupuk utuk perkebunannya. Untuk meningkatkan daya tarik pengunjung, sebagian besar bangunan yang dibuat berupa bangunan dengan ciri khas arsitektur lokal, setempat seperti rumah panggung dengan material bambu ataupun kayu dan penggunaan ornament batik Garut pada sebagian bangunan. Selain hanya bangunan, budaya lokal setempat juga sangat berpengaruh untuk kawasan agrowista dimana setiap minggunya akan diadakan hiburan terbuka berupa penampilan budaya lokal setempat, seperti tari jaipong, edukasi pembuatan batik Garut, dan masih banyak lainnya. Tujuan dari merancangan kawasan agrowisata ini, untuk memadukan antara pertanian dan pariwisata dengan menampilkan ciri khas arsitektur dan budaya lokal. Dengan memadukan arsitektur dan budaya lokal, diharapkan dapat memelihara dan melestarikan nilai-nilai arsitektur dan kekhasan lokal, agar menciptakan kawasan agrowisata yang lebih tertata dan menarik sebagai ikon wisata pertanian Garut. Kata Kunci: Agrowisata, Ramah Lingkungan, Arsitektur dan Budaya Lokal. _________________________________________________________________________________________ Abstract The development of agriculture in rural areas through agricultural development is expected to provide the right solution to overcome and resolve various problems. The contribution of the agricultural sector in Garut Regency to economic growth has decreased. However, socially, economically, and culturally, the people of Garut still rely heavily on agriculture for their livelihoods. Agrotourism is an activity that seeks to increase the natural resources of an area, which has the ability in agriculture to become a tourist area. The listed capabilities must be viewed in terms of natural areas, geographical locations, types of agricultural products or commodities produced, and their facilities and infrastructure. In an agro-tourism area, it does not only rely on plantations, but requires a tourist area which will create a special attraction for an agro-tourism area. Therefore, in an agro-tourism area, one must pay attention to environmental conditions so as not to damage the area around the area, such as the use of waste so that it can be reused, the use of sunlight for electricity needs, waste management that can be used as fertilizer for plantations. To increase the attractiveness of visitors, most of the buildings made in the form of buildings with local architectural characteristics, such as houses on stilts with bamboo or wood materials and the use of Garut batik ornaments in some buildings. Besides just buildings, local culture is also very influential for the agro-tourism area where every week there will be open entertainment in the form of performances of local local culture, such as jaipong dance, education on making Garut batik, and many others. The purpose of designing this agro-tourism area is to combine agriculture and tourism by displaying the characteristics of local architecture and culture. By combining architecture and local culture, it is hoped that it can maintain and preserve architectural values and local characteristics, in order to create a more organized and attractive agro-tourism area as an icon of Garut agricultural tourism.

Keywords: Agrotourism, Environmentally Friendly, Architecture and Local Culture. _________________________________________________________________________________________


PENDAHULUAN Perkembangan pertanian di pedesaan melalui pembangunan pertanian di harapkan dapat memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi dan menyelesaikan berbagai permasalahan. Kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Garut terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Namun secara sosial, ekonomi, dan budaya, masyarakat Garut masih banyak mengandalkan pertanian untuk mata pencahariannya. Agrowisata adalah sebuah kawasan pertanian yang di jadikan sebuah Kawasan wisata yang akan membantu pertumbuhan ekonomi untuk wilayah tersebut, untuk menjadikan sebuah Kawasan agrowisata harus meninjau dari segi alam, geografis, tipe produk, ataupun komoditas pertanian yang dihasilkan, dan fasilitas serta prasarananya. Lokasi perancangan kawasan merupakan hutan produksi dan lahan pertanian kering, kawasan ini sangat cocok untuk di gunakan sebagai Kawasan agrowisata, karena mempunyai kelebihan yang cocok untuk di jadikan kawasan agrowisata. Pemilihan lokasi di kawasan Desa Cinta karena kawasan tersebut merupakan area pertanian dan hutan produksi yang memiliki view, kontur, akses yang cukup mendukung, namun masih banyak sarana dan prasarana Kawasan yang belum tersedia. Berdasarkan latar belakang, banyak masalah yang terdapat di kawasan sekitar perancangan, dengan mengetahui masalah-masalah yang ada menjadi dasar tujuan melakukan perancangan kawasan ini dengan konsep ramah lingkungan dengan ciri khas arsitektur dan budaya lokal. Manfaat Perancangan, kawasan ini akan menjadi pusat aktivitas ekonomi sosial budaya agrowisata di Karangtengah Garut, yang mendukung konsep pertanian dan wisata berbasis komoditas kopi. menciptakan pusat agrowisata yang lebih tertata dan menarik sebagai ikon wisata pertanian Garut, Rancangan arsitektur Kawasan dan bangunan – bangunannya turut memelihara dan melestarikan nilai – nilai dan kekhasan arsitektur lokal.

TINJAUAN PUSTAKA Menurut Departemen Pertanian (2003) Agropolitan berasal dari kata agro serta polytan Agro = Pertanian, Politan = Kota merupakan kota pertanian yang berkembang serta tumbuh yang sanggup memacunya berkembangnya sistem serta usaha agribisnis sehingga bisa melayani, mendesak, menarik serta menghela aktivitas pembangunan pertanian( Agribisnis) di daerah sekitarnya.[1] Bagi (Ali Kabul Mahi, 2014: 3) sesuatu daerah bisa dibesarkan jadi sesuatu kawasan agropolitan apabila bisa penuhi persyaratan meliputi:

a.

b.

c.

d.

e.

Mempunyai sumber energi lahan dengan agropolitab yang cocok untuk meningkatkan komoditi pertanian yang bisa dipasarkan ataupun sudah memiliki pasar (berikutnya diucap komoditi unggulan), dan berpotensi ataupun lebih tumbuh diversifikasi usaha dari komoditi unggulannya. Mempunyai bermacam prasarana serta fasilitas agribisnis yang mencukupi buat menunjang pengembangan sistem serta usaha agribisni, antara lain: Jalur, pertanian, serta sarana universal dan sarana sosial. Mempunyai prasarana serta fasilitas universal yang mencukupi, semacam transportasi 15 jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih serta lain- lain. Mempunyai prasarana serta fasilitas kesejahteraan sosial/warga yang mencukupi semacam kesehatan, pembelajaran, kesenian, tamasya, swalayan serta lain- lain. Kelestarian area hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya ataupun keharmonisan ikatan kota serta desa terjamin.[2]

Tema dan konsep desain yang di terpakan adalah kosnep Kawasan ramah lingkungan dengan ciri khas arsitektur dan budaya lokal. Penentuan klasifikasi agrowisata didasari oleh konsepsi serta tujuan pengembangan agrowisata, jenis- jenis obyek agrowisata beserta energi tarik obyek tersebut. Energi tarik agrowisata terdiri dari komoditi usaha agro, sistem sosial ekonomi serta budaya, sistem teknologi serta budidaya usaha agro, aset budaya agro, budaya warga, kondisi alam serta prospek investasi pada usaha agro tersebut. Ruang lingkup serta kemampuan agrowisata oleh Team Menteri Rakornas Wistata pada tahun 1992 dalam Betrianis (1996) dipaparkan: a.

Tanaman Pangan. • Lingkup komoditas yang ditangani meliputi komoditas tumbuhan padi, palawija serta komoditas tumbuhan hortikultura. • Lingkup aktivitas yang ditangani meliputi aktivitas usaha tani tumbuhan pangan (padi, palawija, hortikultura) yang terdiri dari bermacam proses aktivitas pra panen, pasca panen/ pengelolaan hasil hingga pemasarannya. b. Daya tarik perkebunan sebagai sumberdaya wisata anatara lain sebagai berikut : • Daya tarik histori wisata alam. • Lokasi perkebunan. • Cara- cara tradisional dalam pola tanam. c. Daya tarik peternakan sebagai sumber daya wisata anatara lain sebagai berikut : • Pola peternakan yang terdapat. • Cara- cara tradisonal dalam peternakan. • Tingkat metode pengelolaan.


Budidaya hewan ternak Ruang lingkup obyek wisata peternakan. d. Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata anatara lain sebagai berikut : • Adanya pola perikanan yang sudah diresmikan oleh pemerintah. • Cara- cara tradisional dalam perikanan. • Tingkat metode pengelolaan.[3] Desain ini akan diterapkan pada kawasan Agrowisata untuk menambah daya tarik pengunjung agar menciptakan Kawasan agrowisata yang edukatif.

Dengan tema ramah lingkungan dan gaya arsitektur dan budaya lokalnya, akan menjadi perpaduan yang menarik, dimana akan memadukan fasilitas modern seperti panel surya di gabungkan dengan ciri khas daerah garut seperti domba, ataupun batik. Batik, Domba Garut, dan rumah adat sunda akan menjadi ciri khas tersendiri pada Kawasan perancangan, dimana pada bangunan di area Kawasan akan di buat seperti rumah adat sunda, baik penginapan,

METODOLOGI PERANCANGAN Perancangan ini secara umum dilaksanakan di dalam Kawasan Desa Cinta Kecamatan Karangtengah Garut, dengan mengambil lokasi perancangan di jalan Cinta – Karaha Bodas, sebagai bahan untuk perancangan Kawasan dan data perancangan pada skripsi ini. Jalan Cinta – Karaha Bodas merupakan jalan alternatif menuju ke Tasikmalaya tetapi dengan keindahan dan suasana perjalanan membuat lokasi ini sering di lewati oleh wisatawan dari bermacam daerah, karena lokasi tapak dekat dengan sebuah telaga surut (Karaha Bodas) yang akan menjadikan lokasi tapak menjadi lebih ramai. Dengan pertimbangan ini maka lokasi tersebut akan sangat berpotensi menjadi Kawasan agrowista dengan ciri khas arsitektur dan budaya lokal. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode pengumpulan data. Metode deskriptif adalah metode dalam merancang suatu kawasan menggunakan suatu objek atau suatu peristiwa pada masa sekarang yang dijadikan sebagai rujukan dalam merancang kawasan. Metode pengumpulan data adalah metode dalam mengumpulkan semua hasil dari observasi, wawancara dan pengambilan data, supaya data yang di dapat akurat. Tujuan dari metode deskriptif dan pengumpulan data ini adalah membuat gambaran secara sistematis dan akurat tentang fakta dan sifat serta hubungan antar fenomena yang akan di rancang untuk di jadikan sebuah Kawasan agrowisata yang baik dan tertata.

Gambar 1 : Rumah Adat Sunda Sumber gambar : Google image, 2020 (https://www.google.com/search?q=rumah+adat+sunda&tbm)

restoran/ kafe, tempat pengolahan dan lain sebagainya, akan diberi sentuhan tradisional Jawa Barat dan Garut. Untuk landmark papan petunjuk/ signage akan di beri sentuhan domba garut dan batik garut. Untuk memberikan ciri khas bahwa Kawasan ini terletah di daerah Garut. b. Deliniasi Lokasi berasa di Kampung Patrol Desa Cinta Kecamatan Karangtengah, Garut. Lahan yang di kembangkan memiliki luas lahan 10 hektar.

Peta : Kecamatan

PERANCANGAN Peta : Desa

Pada proses merancang terdapat beberapa hal yang dilakukan, konsep perancangan diantaranya: a.

Tema

Tema yang digunkan pada Perancangan Pusat Kawasan Agrowisata adalah Kawasan yang ramah lingkungan dengan gaya arsitektur dan budaya lokal, tema ini di ambil agar Kawasan perancangan tidak hanya mengarah kepada arsitektur dan budaya lokalnya saja, tetapi Kawasan ini memikirkan bagaimana agar Kawasan tersebut ramah lingkungan sekitar, dan tidak merugikan daerah sekitar Kawasan.

Gambar 2 : Peta lokasi Area perancangan Sumber gambar : ( Google Earth, 2020 )


Batasan Lokasi perancangan : Utara : Kebun / Hutan Timur : Kebun / Hutan Selatan :Kebun, Kampung Patrol Barat : Kebun c.

DIAGRAM PERSENTASE INTENSITAS PEMANFAATN LAHAN

Konsep Struktur Pruntukan Lahan

Gambar 5: Diagram Persentase Intensitas Pemanfaatan Lahan Sumber : Document Penulis, 2021

KARANG

e.

Gambar 3 : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Sumber : Google Image 2020, (https://www.researchgate.net/figure/GambarFigure-5-Peta-rencana-tata-ruang-wilayah-Kabupaten-Garut-2011-2031)

Konsep peruntukan lahan terbentuk berdasarkan jenis kegiatan di dalam kawasan berdasarkan hasil analisis dan kebutuhan ruang. Zona 1 : Zona Rekreasi Zona 2 : Zona Produksi Zona 3 : Zona Edukasi dan Produksi

ZONA 2

Konsep Tata masa Bangunan

Konsep tata bangunan yang digunakan adalah dengan pola radial, dimana kawasan ini berpusat di plaza kawasan atau entrance masuk pada kawasan, pola ini sangat bagus, karena akan menciptakan jalur sirkulasi yang baik di area kawasan. Dimana para pengunjung akan mudah menuju ke lokasinya. f.

Konsep Sirkulasi Kawasan

Sirkulasi di area perancangan mengambil pola sirkulasi radial dimana, sirkulasi ini sangat mudah di

ZONA 3

Z Z Z U ZONA 1

RADIAL

U

U

Gambar 4: Peta Konsep Perancangan Sumber : Document Penulis, 2021

d. Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut Tahun 2011-2031 bahwa Kecamatan Karangtengah mengikuti praturan perkotaan Garut.[4]

Gambar 6: Konsep Tata Masa Bangunan Sumber : Document Penulis, 2021

jangkau oleh pengunjung. Pola sirkulasi ini sangat cocok digunakan di kawasan agrowisata, karena


memiliki kawasan yang berpusat pada bagian tengah Kawasan. Sirkulasi pada jalur utama dan kawasan akan dikembangkan menambahkan elemen penunjung kawasan, seperti kursi taman, tempat penunjuk dan lain sebaginya.

jalur di dalam dan dengan untuk sebuah sampah, papan

h. Konsep Tata Kualitas Lingkungan Landmark dengan Patung Domba Garut dan biji Kopi yang akan menjadi ikon tersendiri untuk kawasan Agrowisata yang terdapat di kabupaten Garut, sehingga akan menjadi ciri khas tersendiri untuk Kawasan agrowisata dengan basis Kopi.

Gambar 7 : Konsep Sirkulasi Kawasan Sumber : Document Penulis, 2021

g.

Gambar 8 : Konsep Landmark Kawasan Sumber : Document Penulis, 2021

Konsep Ruang Terbuka Hijau

Konsep ruang terbuka hijau menyesuaikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruanag Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011-2031 “Ruang Terbuka Hijau di kawasan Perkotaan paling sedikit 30%, dari luas kawasan yang nantinya akan di fungsikan sebagai taman, lapangan terbuka hijau/olahraga, taman rekreasi.” Konsep yang digunakan adalah sebagai ruang terbuka hijau dengan tujuan sebagai tempat edukasi bagi wisatawan, agar menjadi Kawasan agrowisata edukatif. Dimana wisatan bisa belajar cara pembuatan kopi, selain kopi wisatawan bisa belajar tentang arsitektur dan budaya lokal setempat.

Gambar 8 : Konsep Ruang Terbuka Hijau Sumber : Document Penulis, 2021

i.

Konsep Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Jaringan Distribusi Air Bersih dan Sanitasi

Jaringan distribusi air bersih menggunakan 2 pola, yaitu dengan pola penampungan untuk menghemat dan melindungi tanah dari kekeringan, pola pengeboran, untuk mencegah terjadinya kekurangan air, maka pola pengeboran dan penampungan sangat cocok untuk di terapkan di Kawasan perancangan.

Gambar 9 : Konsep Jaringan Distribusi Air dan Sanitasi Sumber : Document Penulis, 2021


Drainase dan Jaringan Pengolahan Limbah

Limbah yang akan di hasilkan dari sebuah Kawasan agrowisata akan lebih dikontrol lagi sebelum menuju saluran pembuangan umum. Dan akan menggunakan metude penyaringan limbah, agar bisa digunakan kembali. Seperti menyiram tanam dan yang lainnya untuk penghematan air.

Sistem Pembuangan Sampah

Sistem pembuangan sampah di Kawasan Perancangan dengan metode 3R (Reuse, Reduce dan Recycle). Juga menggunakan metode sampah organik, agar bisa di gunakan untuk pupuk pohon kopi.

Gambar 12 : Konsep Sistem Pembuangan Sampah Sumber : Document Penulis, 2021 Gambar 10 : Konsep Drainase dan Jaringan Pengolahan Limbah Sumber : Document Penulis, 2021

Jaringan Distribusi Energi dan telekomunikasi

Distribusi energi utama di Kawasan Perancangan bersumber dari energi listrik PLN. Terdapat juga energi alternatif yaiut yang bersasal dari panel surya yang digunakan untuk setiap elemen faselitas penunjang.

Jalur Pemadam Kebakaran dan Jalur Evakuasi

Jaringan pemadam kebakaran tersebar disisi jalan untuk mempermudah pemadam mengaksesnya menggunakan mobil pemadam kebakaran. Untuk titik kumpul jalur evakuasi bencana akan di tempatkan pada area-area ruang terbuka untuk memudahkan evakuasi. Untuk petunjuk jalur evakuasi sudah tersedia bersamaan dengan petunjuk arah / signage dan juga peta titik evakuasi bencana.

Gambar 13 : Konsep Jaringan Distribusi Energi dan Telekomunikasi Sumber : Document Penulis, 2021 Gambar 13 : Konsep Jalur Pemadam Kebakaran dan Jalur Evakuasi Sumber : Document Penulis, 2021


Titik Pencahayaan

Fasilitas umum, lampu jalan, lampu taman, furniture jalan lainnya menggunakan panel surya agar Kawasan tidak membuang banyak energi listrik.

Gambar 14 : Konsep Titik Pencahayaan Sumber : Document Penulis, 2021

KESIMPULAN DRAFT MASTER PLAN

Makalah ini di susun dari hasil rancangan Tugas Akhir di bawah bimbingan Dr. I Nyoman Teguh Prasidha, ST, MT.

DAFTAR PUSTAKA

[1].

Departemen Pertanian 2003.

[2].

Mahi K.A., 2015, Agropolitan : Teori dan Aplikasi, Yogyakarta.: Graha Ilmu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2013, Badan Pusat Statistik, 2013.

[3].

Betrianis. 1996. Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Agrowisata Nanggerang di Kabupaten Sukabumi.

[4].

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut 2011-2031.


MIX BUILDING APARTEMEN DAN MALL DIJAKARTA Oka Ajimanikasih1 1.2

Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 Okaajimanikasih@gmail.com

Abstrak Pertumbuhan penduduk inilah yang yang menuntut berbagai pihak dari instansi pemerintah daerah maupun swasta untuk memenuhi kebutuhan papan penghuninya. Pertumbuhan penduduk yang terus menerus di tambah dengan jumlah pendatang yang ingin mengadu nasibnya dikota besar seperti Jakarta mengakibatkan lahan dikota Jakarta semakin terbatas untk dijadikan sebuah tempat tinggal. Apartemen merupakan hunian yang praktis untuk hidup di jaman modern seperti sekarang ini, lokasi yang berada disekitar pusat kota memudahkan untuk melakukan aktivitas di tambah dengan adanya pusat perbelanjaan yang langsung terhubung dengan hunian apartemen. Selain itu apartemen merupakan hunian vertikal sehingga menghemat lahan dengan catatan hunian apartemen yang juga ramah lingkungan serta terpadu dengan angkutan umum perkotaan. Kata kunci: Jakarta, Hunian, Kota Metropolitan, Bangunan Apartemen dan Mall, Green Building. Abstract It is this population growth that demands various parties from local government agencies and the private sector to meet the needs of its inhabitant boards. Continued population growth coupled with the number of migrants who want to try their luck in big cities such as Jakarta has made the land in Jakarta increasingly limited to be used as a place to live.The apartment is a practical residence for living in the modern era as it is today, the location which is around the center of the city makes it easy to do activities plus the presence of a shopping center that is directly connected to the apartment occupancy. Apart from that, apartments are vertical dwellings, thus saving land with a note that apartment dwellings are also environmentally friendly and integrated with urban public transportation. Keywords: Jakarta, Shelter, Metropolitan City, Apartment and Mall Buildings, Green Building. hunian. Apartement merupakan tempat tinggal

PENDAHULUAN Kenaikan dari jumlah warga dalam sebuah ibu kota pertumbuhannya cukup signifikan jumlah penduduknya. pertahunnya.

yakni

Berdasarkan

4,5

juta.

hasil

jiwa

sensus

penduduk terbaru, daerah DKI jakarta termasuk kota yang padat penduduk dengan total penduduk sekitar 10,5 juta pada tahun 2019. Untuk itu perlu adanya upaya penyediaan hunian yang layak untuk memenuhi kebutuhan

layak untuk hidup di jaman modern seperti sekarang ini, lokasi yang.tersedia disekitar pusatkotamempermudah.untukmelaksanakan. aktivitas di tambah dengan tersedianya sebuah tempat perbelanjaan yang.terhubung dengan hunian apartement. Selain itu apartement merupakan

hunian

vertikal

sehingga

menghemat lahan dengan catatan hunian apartemen yang juga ramah lingkungan serta terpadu dengan angkutan umum perkotaan.

1


TINJAUAN PUSTAKA Kota

tempat tinggal sementara bagi masyarakat

didefinisikan

sebagai

tempat

Jakarta maupun masyarakat pendatang.

besar, sebuah permukiman besar. Hal tersebut

2. berniaga dan segala aktifitas didalamnya.

dipandangnya dari sisi ekonomi. Salah satu

Seperti aktifitas jual beli dan sebagainya.

daerah yang maju sangat pesat dalam dekade

3. Dapat menjadi suatu bangunan hunian yang

terakhir Daerah Jakarta Selatan merupakan

dapat ditempati dengan nyaman, aman, dan

salah

tenang.

satu

kegiatan

ekonomi

dimana kegiatan

4. menjadi bangunan mall dan apartemen yang

masyarakat diantaranya kegiatan ekonomi,

terintegrasi dengan angkutan umum dan

kegiatan perbelanjaan, hunian dan sosial.

pencapaian yang mudah bagi masyarakat.

didalamnya

terdapat

beberapa

Tema “Hunian Yang Berkelanjutan “ Tema yang diaplikasikan terhadap sebuah perancangan yang memadukan dua fungsi bangunan yaitu hunian dan pusat perbelanjaan dengan konsep Kebutuhan

tempat

tinggal

yang sedemikian rupa sehingga menciptakan

terutama.dengan sistem sewa di kota Jakarta

sebuah

sangat di butuhkan bagi penduduk dan

kehidupan yang modern.

pendatang

yang

bekerja

di

bangunan

yang

sesuai

dengan

Jakarta

sampaisaatini.belumterpenuhi.secara.efektif.B

Filosofi

erasarkan

bertujuan

Apartemen dan mall mengadopsi sebuah

merencanakan hunian vertikal untuk memenuhi

filosofi “happy place to live” (tempat tinggal

kebutuhan akan hunian dan pusat perbelanjaan

yang Bahagia) dimana sebuah tempat tinggal

yang aman, nyaman, dan terjangkau dan dapat

atau hunian yang didalamnya terdapat sebuah

bersaing secara komersil. Di samping itu

tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup

pemerintahjuga

menyediakan

secara langsung dan jangkauan tranportasi

fasilitas umum sepert angkutan umum,

yang terintegrasi dengan angkutan kota serta

angkutan umum berbasis kereta ringan

dekat

(LRT) sehingga masyarakat yang bekerja

hari(kantor).

analisis

di

atas

telah

dengan

tempat

kesibukan

sehari-

di pusat kota bisa menjangkau tujuan yang diinginkan maka dari itu penekanan dalam penggunaan

kendaraan

pribadi

dapat

METEDOLOGI PERANCANGAN A. Konsep Perancangan Tapak

berlangsung dengan efisien. Dari kondisi eksisting dan batasan dari sebuah

TUJUAN 1. menciptakan suatu hunian yang dapat digunakan untuk tempat tinggal ataupun

lahan/tapak

.

direncanakan

konsep yaitu

perancangan

dengan

yang

menerapkan

sebuah bangunan hijau dimana didalamnya terdapat

sebuah

hunian

dan

pusat

perbelanjaan yang mengedepankan sebuah

2


keamanan, kenyamanan serta penghijauan sehingga menjadi hunian yg sehat dan Bahagia bagi setiap penghuni (apartement) maupun pengunjung pusat perbelanjaan (mall).

B. Konsep Perancangan Bangunan Menciptakan bangunan hunian dan pusat perbelanjaan

dengan

metode

pendekatan

Gambar 1 : Lokasi Tapak

Green Building atau Bangunan Hijau sebagai aspek utama sehingga dari hasil analisis yang didapatkan sebuah massa bangunan yang identic dengan bangunan ramah lingkungan serta bentuk bangunan yang modern . dari segi peletakan

bangunan

lebih

cenderung

menghadap matahari pagi sehingga baik bagi penghuni apartement serta mengoptimalkan penggunaan

cahaya

matahari

untuk

penerangan didalam bangunan. Gambar 2 : kondisi eksisiting sekitar tapak

C. Konsep Ruang Dengan memunculkan permainan ruang yang

Berdasarkan dari analisis kondisi eksisting

optimal dimana dari bentuk, fungsi, manfaat

sekitar tapak meliputi berbagai macam

dari

akses menuju maupun dari tapak itu sendiri

ruang

sangat

menarik

dan

menguntungkanbagipenghuni(apartement)ma upun

pengunjung

pusat

perbelanjaan

(mall).serta menciptakan bangunan ramah lingkungan yang meadopsi unsur modern

antara lain : 1. Pusat ekonomi atau perkantoran 2. Fasilitas public 3. Transportasi public

didalamnya.

4. Serta akses kedaerah-daerah kota ANALISIS PERANCANGAN

penyangga kota Jakarta.

Dari hasil analisis yang dlakukan dari beberapa lokasi tapak, lokasi yang sesuai kriteria dan syarat-syarat perancangan bangunan Hunian vertikal dan pusat perbelanjaan di daerah

Secara fisik lokasi tapak memiliki ukuran dan ketentuan dalammerancang sebuah bangunan diarea tapak tersebut sebagai

kuningan barat raya, mampang prapatan,

berikut :

Jakarta

Berdasarkan peraturan RTRW kota DKI

Selatan.

pemilihantapakini

juga

mempertimbangkan potensi yang berada di

Jakarta

sekitar lokasi dengan luasan lahan 3.5 Ha (35.000 m2)

Luas tapak

: 3.5H (35.000m2)

Peruntukan

: zona campuran 3


KDB

; 45% ( KDB x L.Lahan )=15.750m2

KLB

: 6.50 (KLB x L.lahan = 227.500m2

KDH

: 30% (KDH x L.lahan) = 10.500m2

KB

: 55 Lantai

GSB

: 6-8 Meter

Sisi barat yang menerima sinar matahari paling terik

menggunakan

sun

shading

untuk

mereduksi sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan.

3. Topigrafi dan drainase

Pada area tapak yang cenderung datar dapat mengakibatkan genangan air pada saat hujan turun. Hal ini perlu adanya upaya memfill atau penambahan ketinggian tanah dari badan jalan sehingga air hujan akan melimpas ke goronggorong yang berada di pinggir jalan raya.

Gambar 3 : Master Plan

4. View

Site Desain Site disain yang dilakukan adalah melakukan analisis kondisi eksisiting seperti gambar berikut :

1. Sirkulasi dalam tapak

Sisi utara, selatan dan barat yang memiliki view yang bagus dikarenakan berhadapan langsung dengan gedung-gedung perkantoran Sirkulasi

linier

di

dalam

bangunan

5. Kebisingan

memungkinkan semua ruang pada bangunan mendapatkan view ke luar bangunan.

2. Matahari dan angin

Tingkat kebisingan yang paling tinggi berasal dari jalan utama di sebelah timur tapak yang

4


merupakan jalan Utama Mampang prapatan dan

persimpangan.

Tingkat

9. Zoning dalam Tapak

kebisingan

cenderung sedang karena kendaraan yang melalui jalan cenderung ramai lancar. 6. Vegetasi

Pembagian zoning pada tapak dibagi menjadi 4 Vegetasi yang ada pada area tapak cenderung

bagian, publik, semi publik, privat, dan service.

kurang penghijauan mengakibatkan suhu pada

Pembagian zoning tersebut berasal dari tingkat

tapak cenderung panas karena kurangnya

keprivasian dan juga diberikan hierarki dari

unsur pepohonan yang dapat mengurangi

publik sampai ke privat, area publik adalah area

panas matahari.

yang bebas diakses oleh pengguna bangunan, area semi publik, adalah area display produk

7. Sirkulasi dalam tapak

didalam mall, area privat adalah area Hunian Apartemen dan loading dock, sedangkan area service adalah area toilet, musholla, ruang laktasi dan kegiatan service lainnya. Detail Rencana rencana Terbangaun •

Koefisien Lantai Bangunan : 55 lantai

Koefisian Dasar Bangunan : 15.750m2

Koefisien Dasar Hijau

: 10.500m2

Total Luasan Bangunan

: 227.500 m2

Gubahan massa bangunan 8. Orientasi Bangunan

5


DESAIN PERANCANGAN SITE PLAN

DENAH TOWER (APARTEMENT) TIPE KELUARGA

DENAH PODIUM TYPICAL (MALL) LT.1-3 DENAH TOWER (APARTEMENT) TIPE PENHOUSE

DENAH ROOFTOP PODIUM (MALL) LT.4

TAMPAK DEPAN

BELAKANG

DENAH TOWER (APARTEMENT) TIPE STUDIO

KIRI

KANAN

6


POTONGAN A-A

B-B

SISITEM MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN PLUMBING PADA BANGUNAN 1. Distributor Air Bersih Alur Distribusi air bersih dan PDAM pada bangunan melalui ground tank yang di alirkan ke rooftop tank.

C-C

POTONGAN TIPE PENHOUSE

2. Distributor air kotor Distribusi air kotor yang berasal dari tiap ruangan dan lantai pada bangunan akan di STRUKTUR PADA BANGUNAN

alirkan menuju bak control lalu di alirkan lagi ke septik tank yang di kembalikan

ke resapan

Konsep struktur pada bangunan ini nantinya

atau riol kota. air kotor berasal dari kloset,

akan menggunnakan system struktur portal

urinal, bidet, dan buangan yang mendung

dimana struktur utama di topang oleh kolom

kotoran dari alat plambing lainnya

dan balok yang di dukung dengan penggunaan pondasi bore pile.

7


INTERIOR 1. INTERIOR PODIUM (MALL)

Buangan air loundry

2. INTERIOR KAMAR TIPE (STUDIO) KELISTRIKAN PADA BANGUNAN System kelistrikan yang digunakan pada bangunan yaitu sumber listrik yang berasal dari PLN dan juga menggunakan sumber listrik yang berasal dari pembangkit generator ( genset ) yang dialirkan keseluruh bangunan.

Genset 3. INTERIOR

KAMAR

TIPE

(KELUARGA)

Generator set merupakan cadangan listrik apabila aliran listrik dalam bangunan tersebut terhenti. Letak genset biasanya berada pada ruangan

yang

mengeluarkan

kedap

suara

berisik

suara

karna

biasanya

di

letakkan di basement pusat perbelanjaan dan apartemen.

8


4. INTERIOR

KAMAR

TIPE

2. EXTERIOR MATA BURUNG

(PENHOUSE)

KESIMPULAN 5. INTERIOR SKY LOBBY

Berdasarkan dari proses analisis dan proses perancangan dapat diperoleh bangunan apartement dan mall ini ialah sebuah bangunan hunian dan pusat perbelanjaan yang mengedepankan kenyamanan serta mengedepankan sebuah konsep bangunan hijau dimna dalam pengolahan ruang serta fasilitas yang terdapat pada bangunan menjadi

EXTERIOR 1. EXTERIOR MATA MANUSIA

salah satu upaya untuk memberikan sebuah hunian yang berkelanjutan dan mudah untuk diakses dari segala arah . serta menjadi salah satu bangunan sehat,

nyaman

penghuni

dan

maupun

aman

bagi

pengunjung

didalamnya.

9


DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6.

http://arsitekturdanlingkungan.blogspot.co.id/2012/10/greNn-arsitektur.htmll Weber, Max. 1966. The City. Free Press (1700). p. 66 Kamus Umum Bahasa indonesia, 1994, p;69 Joseph DeChaira& John Hancock, 1968 Aaparments; Their Design and Development,1967; 39-42 http://inhabitat.com/editt-tower-by-trhamzah-and-yeang/http://edupaint.com/pojokunik/pojok-unik-interior/9251-konsep-bangunan-eco-green.htmll 7. Peraturan daerah (PERDA) kota DKI Jakarta no.1 tahun 2012, rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta 2012-2030. 8. https://www.ilmutekniksipil.com/utilitas-gedung/klasifikasi-sistem-pembuangan-airkotor 9. https://aloekmantara.blogspot.com/2012/09/sistem-pemadam-kebakaran-firefighting.htmlhttp://berandaarsitek.blogspot.com/2015/siste,-strukturr-inti-corestructure.htmll

10


PERANCANGAN GALERI SENI RUPA TANGERANG DENGAN TEMA NEO VERNAKULAR Maharanny Balqhis1, Atri Prautama D2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 maharannybalqis@gmail.com, 2atri@univpancasila.ac.id

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kota Tangerang memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang seni dan budaya, tidak terkecuali dalam bidang Seni Rupa. Tetapi dalam hal ini, Tangerang masih minim akan wadah yang memfasilitasi potensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang tersebut. Salah satu untuk memfasilitasi Kota tersebut dalam hal bidang Seni Rupa dengan membangun sebuah wadah yaitu salah satunya adalah Galeri Seni Rupa Tangerang. Perancangan bangunan ini bertujuan sebagai wadah yang dapat memfasilitasi kegiatankegiatan yang berkaitan dengan Seni Rupa, termasuk dalam hal edukatif dan rekreatif. Sehingga dapat juga menjadi sebuah tempat destinasi wisata yang dapat memberikan ilmu Seni Rupa kepada masyarakat, dan mengembangkan kreativitas dan minar akan Seni Rupa. Perancangan Galeri Seni Rupa ini juga mengangkat tema Arsitektur Neo Vernakular, guna untuk melestarikan elemen Arsitektur setempat yang diterapkan dalam bentuk modern. Kata Kunci: Arsitektur Neo Vernakular, Galeri Seni Rupa, Kota Tangerang.

Tangerang City has considerable potential in the field of art and culture, not least in the field of Fine Arts. However, in this case, Tangerang still lacks a forum that facilitates the potential to carry out activities related to this field. One of the ways to facilitate the City in terms of the field of Fine Arts is to build a forum, one of which is the Tangerang Fine Art Gallery. The design of this building is intended as a forum that can facilitate activities related to Fine Arts, including in terms of education and recreation. So that it can also become a tourist destination that can provide knowledge of Fine Arts to the public, and develop creativity and interest in Fine Arts. The design of this Fine Art Gallery also carries the theme of Neo Vernacular Architecture, in order to preserve local architectural elements that are applied in a modern form. Keyword: Fine Art Gallery, Neo Vernacular Architecture, Tangerang City. _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Kota Tangerang memiliki potensi yang cukup besar dalam berbagai bidang dalam bidang seni dan budaya, tidak terkecuali dalam bidang Seni Rupa. Banyak seniman-seniman yang lahir di kota ini membentuk komunitas seni rupa yang digunakan sebagai salah satu sarana untuk saling belajar dan bertukar ilmu serta mengedukasikannya kepada masyarakat. Sumber daya manusia dalam bidang Seni Rupa pun tidak hanya dari para seniman saja, tetapi adapun dari para pelajar dan mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang Seni Rupa itu sendiri. Dimana mereka lahir dari beberapa instansi pendidikan yang menggeluti bidang Seni Rupa di Kota ini. Dari para pelaku seni rupa baik seniman maupun dari instansi pendidikan ini sering mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan Seni Rupa, berupa kegiatan yang mengapresiasi hasil karya mereka dan memperkenalkannya kepada masyarakat kota ini. Berdiskusi, dan bertukar ilmu baik dari pelaku seni, maupun masyarakat. Mereka yang melakukan kegiatan Seni Rupa ini biasanya menyelenggarakan kegiatannya di suatu ruang dapat

digunakan untuk melakukan kegiatan seni lainnya yang berupa pameran karya seni, diskusi atau seminar, dan adanya kegiatan yang dapat memberikan edukasi kepada masyarakat akan Seni Rupa itu sendiri. Sehingga dapat mengembangkan minat dan kreativitas masyarakat akan seni rupa. Berdasarkan dari data dan permasalahan yang ada, Kota Tangerang masih minin akan tempat dan wadah yang dapat menyelenggarakan kegiatan tersebut. Sehingga dibutuhkannya ruang lebih yang dapat menyelenggarakan kegiatan seni rupa, salah satunya berupa Galeri Seni Rupa yang memiliki konsep rancangan berupa suatu tempat yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan seni rupa baik dalam skala kecil maupun besar. Termasuk dalam hal edukatif dan rekreatif. Sehingga dapat menjadi sebuah tempat wisata yang dapat memberikan ilmu Seni Rupa kepada masyarakat, dan dapat mengembangkan kreativitas dan minat akan Seni Rupa tersebut. Pada rancangan ini juga menggunakan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular, yang bertujuan agar dapat melestarikan Arsitektur setempat,


dimana Arsitektur Neo Vernakular sendiri merupakan sesuatu yang mencerminkan ciri Arsitektur dari daerah ini yang diterapkan dalam bentuk modern, dengan adanya unsur budaya dan lingkungan setempat yang diaplikasikan dalam bentuk fisik Arsitekturnya. TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Bangunan ini dibantu oleh beberapa pedoman dari literatur yang menjadi tinjauan dari perancangan ini. Dimana berasal dari beberapa studi literatur, yang berasal dari buku-kepustakaan, dan sumber tertulis lainnya yang berasal jurnal, beberapa skripsi, peraturan daerah setempat, dan website. A. Galeri Seni Rupa Menurut Dictionary of Architecture and Construction, Galeri adalah sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area memajang aktivitas publik, area publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan khusus [3]. Seni Rupa secara umum, adalah suatu cabang seni yang tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan sebuah karya seni yang indah dan berkualitas sehingga karya seni yang dihasilkan tersebut dapat dirasakan oleh anggota indra pada tubuh manusia [4]. a. Berdasarkan dimensi - Seni Rupa Dua Dimensi atau Dwimatra - Seni Rupa Tiga Dimensi b. Berdasarkan bidangnya - Seni Rupa Murni - Desain - Kriya c. Berdasarkan fungsinya - Seni Rupa Murni (Fine Art) - Seni Rupa Terapan (Applied Art) d. Berdasarkan perkembangan jamannya - Seni Rupa Tradisional - Seni Rupa Modern - Seni Rupa Kontemporer Galeri Seni Rupa merupakan ruang yang digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan Seni Rupa, beberapa kegiatan yang ada didalamnya: a. Pameran, yang dibedakan menjadi 3 jenis pameran, antara lainnya: [5] - Pameran Temporer - Pameran Permanen - Pameran Karya Khusus b. Kegiatan Pengelolaan (Administrasi) c. Kegiatan Workshop d. Kegiatan Pengembangan dan Pendidikan. Dalam Galeri memiliki beberapa fasilitas yang memfasilitasi kegiatan didalamnya, diantaranya: - Ruang Pameran (Untuk memamerkan hasil karya). - Workshop (Untuk membuat sebuah karya). - Stock Room (untuk penyimpanan Karya). - Restoration Room (untuk tempat memelihara hasil karya). - Auotion Room (Tempat untuk menjual beli suatu karya). - Tempat berkumpul penggemar seni atau pecinta seni.

Menurut Neufert (1996), Ruang pameran harus terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering dan debu, serta mendapatkan cahaya yang terang dan baik.[6] Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ruang pameran, agar tidak merusak karya seni yang ada dan dapat memberikan kenyamanan kepada pengunjung yang datang untuk melihat hasil karya seni: a. Tata Cara Menampilkan Koleksi Galeri Menurut Patricia Tutt dan David Adler (The Architectural Press, 1979), Tata cara menampilkan koleksi galeri antara lain: [7] - In show Case Karya seni yang memiliki dimensi kecil, diletakkan pada tempat display berupa kotak kaca. - Free Standing on the floor or plinth or supports Karya seni yang memiliki dimensi yang besar, diletakkan pada sebuah panggung atau tempat dengan ketinggian yg berbeda dari tempat berdirinya pengamat yang melihat. - On wall or panels Karya seni yang berupa 2 dimensi, diletakkan didinding atau pembatas ruangan. Beberapa cara pemajangan benda koleksi karya seni, antara lain: [7] - Random Typical Large Gallery Penataan karya seni yang dipamerkan secara acak, seperti menggabungkan display karya 2 dimensi dengan 3 dimensi (contoh seni lukis dan patung). - Large Space with an Introductory Gallery Penataan karya seni yang dipamerkan dengan membagi area sesuai dengan jenis karya seninya. b. Pengontrolan Lingkungan Dimana suatu hal yang harus diperhatikan dalam mengkomunikasikan karya-karya visual art yang berhubungan dengan karya itu sendiri serta untuk pengguna galeri: [3] - Climate Control Berupa suatu pemeliharaan kondisi temperature dalam ruangan agar stabil, dalam segi kelembaban ruang, kualitas udara, dan vibrasi udara tersebut. - Temperature and Relative Humidity Indonesia merupakan daerah tropis, yang memiliki kelembaban dan temperatur suhu sebesar 55%, dan 21 derajat celcius. sehingga perlu diperhatikan agar karya-karya seni yang ada tidak rusak. - Light Pencahayaan untuk ruang Galeri, perlu diperhatikan karena memberikan efek pada suatu ruangan dan memberikan pencahayaan khusus untuk karya seni rupa agar mendapatkan Point of view dari karya seni tersebut. Pencahayaan juga memperhatikan bahan atau material dari karyakarya tersebut. B. Arsitektur Neo Vernakular Neo Vernakular memiliki arti suatu bentukbentuk yang mengacu pada “bahasa setempat” dengan mengambil elemen-elemen Arsitektur


yang ada kedalam bentuk modern. Pada Arsitektur ini, tidak hanya unsur-unsur fisik yang diterapkan dalam bentuknya, tetapi adanya unsurunsur non fisik yang melengkapi didalam penerapannya. Unsur non fisik itu berupa budaya yang ada, pola pikir, kepercayaan atau pandangan terhadap suatu ruang, tata letak yang berpedoman pada makro kosmos, religi atau kepercayaan yang mengikat dan lain sebagainya yang menjadikannya konsep dan kriteria pada perancangannya.[8] a. Ciri-ciri dari Arsitektur Neo Vernakular Arsitektur Neo-Vernakular itu sendiri memiliki ciri-ciri pada rancangannya yang dipaparkan oleh Charles Jencks (1990), sebagai berikut:[9] - Selalu menggunakan atap bumbungan. - Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan. - Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal). - Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal. - Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan. b. Prinsip-Prinsip dari Arsitektur Neo Vernakular Beberapa prinsip-prinsip dari Arsitektur Neo Vernakular, antara lainnya:[9] - Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang. - Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur. - Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim. - Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur. - Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang. Studi banding yang digunakan untuk perancangan bangunan Galeri Seni Rupa Tangerang ini didapat dari dalam negeri yang dijadikan acuan dalam perancangan bangunan, yang dimana sebagai berikut: a. Galeri Nasional Indonesia Galeri ini terletak di Jalan Medan Merdeka Timur No. 14 Jakarta Pusat. Bangunan ini menggunakan tema bangunan Arsitektur

Klasik, dengan adanya pembagian sesuai dengan massa bangunan.

ruang

Gambar 1. Galeri Nasional Indonesia Fasilitas yang ada berupa ruang pameran, ruang seminar, perpustakaan, laboratorium, ruang serba guna, café, dan kantor pengelola. Tema interior bangunan ini bergaya modern dan kontemporer dengan dominan berwarna putih. b.

Galeri Edwin Rahardjo Galeri ini terletak di Jalan Kemang Raya No. 21 Kemang, Jakarta Selatan. Bangunan ini memiliki tema bangunan Arsitektur Neo Vernakular, dengan cita rasa tradisional dari etnik jawa.

Gambar 2. Galeri Edwin Rahardjo Interior bangunan ini bergaya kontemporer dan minimalis, terdiri dari dua lantai dimana lantai 1 untuk galeri publik dan lantai 2 untuk galeri karya Edwin Rahardjo sendiri. c.

Selasar Sunaryo Art Space Galeri ini terletak di Bukit Dago, Bandung, Jawa Barat dengan fungsi sebagai galeri seni rupa dari karya Sunaryo dan seniman lainnya.

Gambar 3.

Selasar Sunaryo Art Space

Memiliki fasilitas berupa ruang pameran, perpustakaan, venue rental yang digunakan untuk acara pameran seni seperti Amphiteater, Bale Handap, Rumah Bambu, Kopi Selasar. Bangunan ini menggunakan tema bangunan Arsitektur Neo Vernakular


dengan bentuk dasar bangunan terinspirasi dari bentuk kuda lumping dan interior bangunan ini bergaya kontemporer dan minimalis. METODOLOGI PERANCANGAN Metode Perancangan yang digunakan dalam proses perancangan ini menggunakan data yang diperoleh dari beberapa cara, yaitu: a. Studi Literatur, yang dimana memperoleh data dan teori-teori mengenai bangunan yang akan dirancang dengan membaca dan mengkaji dari literatur berupa buku-buku kepustakaan dan sumber tertulis lainnya yang berasal dari jurnal, skripsi, peraturan pemerintah, dan website mengenai apa yang akan dirancang. b. Survey dan Observasi, yang dimana memperoleh data pasti yang berasal dari lapangan, dengan cara pengamatan langsung terhadap objek yang dituju. Untuk hal ini, penulis melakukan survey dan observasi lapangan saat pemilihan lokasi perancangan.

Gambar 5. Dimensi Tapak -

Matahari dan Angin Tapak menghadap ke arah utama yaitu arah tenggara dan barat daya, dimana untuk pagi hari, sinar dan panas matahari akan lebih menyinari pada bagian muka bangunan tenggara dan bagian depan. Pada sore hari, sinar dan panas matahari akan lebih menyinari pada muka bangunan bagian barat daya (sisi kanan). Untuk arah angin sendiri, berhembus dari arah barat daya ke arah timur laut, sehingga pada arah ini mendapatkan hembusan angin yang lebih besar.

KONSEP PERANCANGAN A. Lokasi Perancangan Lokasi Perancangan Galeri Seni Rupa Tangeran ini terletak di Tapak yang dipilih dimana berada di Jl. Gading Serpong Boulevard, Curug Sangereng. Kec. Klp. Dua. Tangerang Berada dekat dengan persimpangan jalan, dengan dua jalan yang melintasi area tapak ini, yaitu Jl. Gading Serpong Boulevard, dan Jl Klp Lilin Raya. Adanya batasan-batasan tapak, yang dimana sebagai berikut: - Utara: Lahan kosong. - Selatan: Jalan Klp Lilin Raya. - Barat: Dinding perbatasan dengan bangunan komersial. - Timur: Jalan Gading Serpong Boulevard.

Gambar 6. Analisa Matahari dan Angin Sehingga dari analisa ini, didapatkan konsep vegetasi untuk tapak bangunan yang dimana akan diletakan beberapa vegetasi peneduh dan penghalang matahari serta vegetasi pemecah angin agar dapat memecah laju angina kesegala arah.

Gambar 4. Lokasi Tapak B. Analisa dan Konsep Tapak - Dimensi Tapak • • • • • •

Luas: 2.5 Ha. KDB: 40%. KDH: 60% dari luas efektif. GSB Depan: 13 m. GSB Belakang: 4 m. GSB Kiri dan kanan: 4 m.

Gambar 7. Konsep Angin dan Matahari -

Kebisingan Untuk area tapak perancangan memiliki tingkat kebisingan tinggi pada sisi bagian depan tapak, dikarenakan adanya jalan utama


pada bagian sisi tersebut. Lalu, untuk sisi kanan bagian tapak memiliki tingkat kebisingan rendah, dan pada sisi bagian kiri memiliki tingkat kebisingan rendah.

Gambar 8. Analisa Kebisingan Dari analisa tersebut, didapatkan bentuk konsep kebisingan berupa menerapkan peletakan ruang-ruang yang sesuai dengan kebutuhan tingkat kebisingannya, antara lain: • Bangunan merah: memiliki kegiatan yang tidak membutuhkan tingkat kenyamanan dan kebisingan rendah. • Bangunan biru: memiliki kegiatan yang membutuhkan tingkat kenyamanan dan kebisingan rendah. -

Konsep Tapak Secara Keseluruhan

Gambar 9. Konsep Tapak Keterangan: • Bentuk Konsep Tapak: Menerapkan konsep perkampungan suku baduy yaitu bentuk terpusat dimana menjadi titik untuk garis sumbu sebagai pintu masuk setiap massa bangunan. • Penzoningan dalam Tapak Menerapkan pembagian ruang pada rumah adat suku baduy yang membagi menjadi tiga bagian: o Bangunan A: Sosoro (Bagian Depan) ruang publik yang dimana sebagai tempat menerima tamu. o Bangunan B dan C: Tepas (Bagian Tengah) ruang publik dan semi publik yang dimana sebagai pusat aktivitas galeri. o Bangunan D: Imah (Bagian Belakang) ruang private dan service bangunan.

Sirkulasi dalam Tapak Konsep sirkulasi dalam tapak yang terbagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut: Untuk sirkulasi pengunjung, pengunjung masuk melalui main entrance, baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan. Kemudian keluar melalui Main exit yang terletak di sisi Barat Daya tapak. Untuk sirkulasi service dan pengelola akan masuk melalui entrance service dan akan keluar melalui main exit service yang terletak di sisi Barat Daya tapak yang berbeda dengan main exit. Untuk sirkulasi pejalan kaki. Konsep Vegetasi Berupa adanya vegetasi-vegetasi yang berada didalam tapak, antara lainnya: - Vegetasi Peneduh. - Vegetasi Penahan Kebisingan. - Vegetasi Pengarah. - Vegetasi Pemecah Angin. - Vegetasi Hias.

C. Konsep Bangunan dan Massa Bangunan Konsep Bangunan memadukan unsur dari Rumah Adat Baduy kedalam Rancangan Bangunan. Dengan rancangan bangunan memiliki bentuk menyerupai rumah panggung, dan penggunaan material ramah lingkungan, dengan konsep Kearifan Lokal dalam Memadukan pembangunanya. Menggunakan Prinsip Neo Vernakular itu sendiri: - Hubungan Abstrak: Dengan menerapkan bentuk Pola Perkampungan terpusat menjadi bentuk massa terpusat, dimana 4 gubahan masa mengelilingi satu pusat ditengahnya yang digunaan sebagai ruang terbuka publik.

Gambar 10. Konsep dari Hubungan Abstrak -

Hubungan langsung: Dengan menerapkan bentuk dari rumah Adat Suku Baduy


Tabel 1. Rekapitulasi Besaran Ruang Pada Bangunan No. Jenis Kegiatan Luasan Ruang 1. 3.000 m2 Kegiatan Publik Gedung A 2. 10.000 m2 Kegiatan Publik Gedung B 3. Kegiatan Semi 4.912,5 m2 Publik Gedung C 4. 800 m2 Kegiatan Private Gedung D 5. 200 m2 Kegiatan Service Gedung D TOTAL 18.912,5 m2

Gambar 11. Konsep dari Hubungan Langsung Sehingga didapatkan hasil konsep bangunan dan massa bangunan secara keseluruhan sebagai beriku:

Gambar 12. Bentuk Massa Bangunan Untuk ornamen dan dekorasi pada fasad bangunan, menerapkan dari prinsip Neo Vernakular itu sendiri juga yang dimana menggunakan Hubungan Abstrak, dan Hubungan Landsekap. Untuk Hubungan Abstrak, fasad bangunan diberikan sentuhan motif batik kalimaya pada secondary skin fasad.

Gambar 13. Motif Batik pada Secondary Skin Lalu untuk Hubungan Landsekap, bangunan menggunakan material-material alami sebagai elemen fasadnya. Seperti bambu, kayu, batu kali, dan batu bata.

Gambar 14. Contoh pemilihan material alami pada bangunan D. Konsep Ruang Besaran ruang yang akan dirancang disesuaikan dengan fungsi pada bangunan. Berikut hasil rekapitulasi besaran ruang pada bangunan yang akan dirancang:

Adapun rekapitulasi besaran area parkir untuk bangunan yang akan dirancang: Tabel 2. Rekapitulasi Besaran Area Parkir No. Jenis Kendaraan Luasan Ruang 1. 3.400 m2 Mobil Pengunjung 2. 480 m2 Motor Pengunjung 3. 460 m2 Kendaraan Pengelola 4. 200 m2 Kendaraan Loading Dock TOTAL 4.540 m2 -

Luas Lahan: 25.000 m2 Luas Dasar Bangunan: 7.000 m2 Luas Total Bangunan: 17.912,5 m2 Besaran Area RTH: 7.402,68 m2

Perhitungan diatas, ditinjau dari peraturan daerah yang berlaku yang membahas mengenai luasan ruang yang dapat dibangun, berikut Ketentuan Umum Intensitas Pemanfaatan Ruang pada Peraturan Daerah yang berlaku: [14] - Luas Lahan: 25.000 m2 - KDB: 40% - KLB: 3 - KDH: 60% luas efektif Untuk konsep ruang interior pada bangunan, akan menggunakan material alami berupa kayu dan pemilihan warna-warna netral seperti putih. - Ruang Pameran: memadukan penutup lantai berwarna abu-abu dan kayu, dengan warna dinding putih. - Ruang Area Publik lainnya: menggunakan ruang modern dengan elemen material alami, dengan adanya sirkulasi udara secara alami pada area lobby-lobby setiap bangunan. Tata ruang pada bangunan akan menyesuaikan fungsi dari bangunan tersebut, dan berikut ruangruang pada setiap gedung bangunan yang akan dirancang:


-

lebar dan sistem grid. Dengan menggunakan kolom yang digunakan berupa jenis kolom beton, dikarenakan kuat dan tahan terhadap air. Upper Struktur pada bagian struktur atas bangunan yang merupakan bagian atap, dimana akan menggunakan struktur rangka Portal Truss yang ditambahkan skylight untuk memberikan tambahan pencahayaan alami untuk ruang dalam bangunan Gedung A, B, dan C. Serta untuk gedung D akan menggunakan jenis atap dak, yang memberikan kesan modern pada bangunan.

F. Konsep Kelengkapan Bangunan (Utilitas Bangunan) Berikut untuk konsep perancangan kelengkapan yang digunakan pada bangunan yang akan dirancang: a. Sistem Transportasi vertikal Transportasi vertikal yang digunakan untuk bangunan ini adalah Tangga dan lift (lift barang dan disabilitas). b. Sistem penghawaan - Penghawaan alami: Berasal dari bukaan yang ada pada bangunan, dengan memaksimalkan angin yang masuk ke bangunan. - Penghawaan buatan: • AC Sentral, pada ruang pameran, perpustakaan, co working space, dan ruang seminar • AC Paket, yang diletakan pada ruang kantor pengelola, ruang, ruang rapat, ruang tamu pengelola, ruang vip, dan yang membutuhkan AC ini. • Exhaust fan, untuk toilet pengunjung, pengelola dan staff. c. Sistem Plumbing (Distribusi Air) - Sistem Plumbing (Distribusi air) bersih menggunakan sistem Up feed

Gambar 16. Skema Sistem Distribusi Air Bersih - Sistem Plumbing (Distribusi air) kotor: Gambar 15. Konsep Ruang Pada Setiap gedung E. Konsep Struktur Struktur yang digunakan untuk perancangan bangunan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: - Sub Struktur Untuk Sub struktur dirancang menggunakan pondasi tiang pancang untuk Gedung A, B, dan C. Untuk Gedung D menggunakan pondasi Footplate. - Mid Struktur Pada bagian struktur tengah bangunan, dirancang menggunakan struktur bentang

d.

Gambar 17. Skema Sistem Distribusi Air Kotor Sistem Tata Suara Menggunakan konsep tata suara yang memiliki Public Address (PA), Emergency (EMC), Car Call (CC) dengan pengontrol suara setiap bangunan, dan berpusat di bangunan utama.


-

e.

f.

g.

Pengontrol tata suara untuk kegiatan-kegiatan yang berlangsung (seminar, diskusi, workshop). Sistem Pencegahan Kebakaran - Sprinkle, dengan daerah kerja maksimum 72 m2/alat dengan kapasitas 375 1/menit, tekanan 1.2 kg/c m2. - Hydrant, yang berupa hydrant gedung yang terletak dimasing-masing gedung. Kemudian penggunakan hydrant halaman, yang terletak diluar bangunan. - Alarm kebakaran, dengan pendeteksi sumbersumber kebakaran yang ada. Pendeteksi sumber kebakaran yang digunakan adalah detektor panas dan detektor asap. - Tangga darurat, dan pintu kebakaran yang diletakan pada massa bangunan utama yang memiliki jumlah lantai 2 lantai. Sistem Penangkal Petir Menggunakan penangkal petir berupa Penangkal Petir EF (Electrostatic Field), dengan radius proteksi 60-150 meter. Sistem Pembuangan Sampah Tempat pembuangan jauh dari area pengunjung datang, dan terletak dibelakang massa bangunan service, agar tidak menganggu pengunjung. Sampah yang telah terkumpul akan dibawa oleh truk sampah kota setiap jadwal yang ditentukan.

b.

Denah-Denah Bangunan

Gambar 20. Denah Gedung A

HASIL PERANCANGAN Konsep perancangan yang telah dibuat, menghasilkan gambar kerja, berupa situasi dan siteplan, denah, tampak, potongan, dan disertai gambar persepektif eksterior dan interior bangunan. a. Situasi dan Siteplan Bangunan Gambar 21. Denah Gedung B

Gambar 18. Situasi Bangunan

Gambar 19. Siteplan Bangunan Gambar 22. Denah Gedung C


-

Gambar 23. Denah Gedung D c.

Tampak Bangunan

Gedung D

Gambar 25. Potongan Bangunan e.

Perspektif Eksterior Bangunan Berikut eksterior bangunan hasil dari perancangan yang telah dilakukan.

Gambar 24. Tampak Gedung Bangunan d.

Potongan Bangunan - Gedung A

Gambar 26. Eksterior Bangunan f. -

Gedung B

-

Gedung C

Persepektif Interior Bangunan Berikut eksterior dari bangunan hasil dari perancangan yang telah dilakukan.

Gambar 25. Interior Bangunan


KESIMPULAN Galeri Seni Rupa Tangerang ini merupakan suatu ruang dalam hal edukatif dan rekreatif yang digunakan untuk mewadahi kegiatan yang berkaitan dengan seni rupa dalam skala kecil maupun besar. Sehingga dapat menjadi sebuah tempat destinasi wisata yang dapat memberikan ilmu Seni Rupa kepada masyarakat, dan dapat mengembangkan kreativitas dan minat akan Seni Rupa tersebut. Dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Neo Vernakular. Bangunan ini menerapkan unsur dari Arsitektur Suku Baduy, dengan menggunakan prinsipprinsip Neo Vernakular untuk mendapatkan Konsep rancangannya. Yang dimana sebagai berikut: a. Hubungan langsung, dimana mengambil bentuk nyata dari sebuah bentuk rumah Adat Suku Baduy yang memiliki nilai khusus bagi sukunya. Bentuk ini disesuaikan dengan fungsi dari bangunan yang akan dirancang. b. Hubungan abstrak, menerapkan tradisi dari tiga bagian pada Rumah Adat Baduy kepada masa bangunan Galeri Seni Rupa yaitu sosoro (bagian depan), tepas (bagian tengah) dan imah (bagian belakang) sebagai pembagian zoning pada bangunan. dengan bentuk gubahan terpusat yang terinsipirasi dari budaya pola perkampungan terpusat dari Rumah Adat Suku Baduy, dengan ruang terbuka ditengahnya. Penggunaan motif batik suku baduy pada fasad bangunan, untuk menambah nilai budaya. c. Hubungan landsekap, dimana digunakanlah material yang ramah lingkungan seperti bambu dan kayu, serta batu alam. DAFTAR PUSTAKA [1] Seniman Sebut Kota Tangerang Sangat Minim Kreativitas dan Pelaku Seni. (2020, Januari 18). Retrieved Oktober 21, 2020, from TribunJakarta.com:https://jakarta.tribunnews.c om/amp/2020/01/18/seniman-sebut-kotatangerang-sangat-minim-kreativitas-danpelaku-seni?page=all [2] Retrieved April 4, 2020, from Google maps: https://www.google.com/maps/place/Jl.+Gadi ng+Serpong+Boulevard,+Kec.+Klp.+ Dua,+Tangerang,+Banten+15810/@6.250484 5,106.6253034,571m/data=!3m1!1e3 !4m5!3m4!1s0x2e69fbf5949ced71:0x2865b7c c39d2af4d!8m2!3d6.2514121!4d106 .6247856?hl=id [3] Lina, N. (2013). Perancangan Galeri Seni Dwi Matra. Tugas Akhir. [4] williamsaitama. (n.d.). Materi Seni Rupa Beserta Pengertian Jenis fungsi dan contohnya. Retrieved April 4, 2020, from HidupSimple.com: https://hidupsimpel.com/materi-seni-rupa/ [5] PRANATA, A. (2018). Galeri Seni Rupa Di Makassar. Tugas Akhir. [6] Neufert, E. a. (2002). Data Arsitek. Jakarta: PT. Gelora Aksara Fratama.

[7] ( n.d.). Retrieved April 5, 2020, from http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Ba b2/2014-2-00398-DI%20Bab2001.pdf [8] Sumalyo, Y. (1997). Arsitektur Modern. Yogyokarta: Gadjah Mada University Press. [9] Z.Architect, A. (n.d.). ARSITEKTUR NEOVERNAKULAR. Retrieved Oktober 19, 2020, from Ahlul. Z.Architect: http://ahluldesigners blogspot.com/2012/08/arsitektur-neovernakular-a.html [10] (n.d.). Retrieved April 5, 2020, from Galeri Nasional Indonesia: http://galerinasional.or.id/halaman/877temporer_exhibition_roomngerang, B. (2006). [11] Adisti, F. (2011, Maret 18). Edwin's Gallery. Retrieved September 14, 2020, from Blogspot: http://faraddinaadisti.blogspot.com/2011/03/ed wins-gallery.html [12] Tentang Selasar Sunaryo Art Space. (n.d.). Retrieved September 15, 2020, from Selasar Sunaryo Art Space: http://www.selasarsunaryo.com/tentang-kami/ [13] 12 MOTIF BATIK LEBAK DAN FILOSOFINYA. (2018, Oktober 3). Retrieved November 11, 2020, from KABUPATEN LEBAK:https://lebakkab.go.id/2018/10/03/12motif-batik-lebak-dan-filosofinya/ [14] Kabupaten Tangerang Nomor 09 Tahun 2006 Tentang Rencana Tapak. Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. [15] Pratama, W. (2018). Perhitungan Pondasi Pada Pembangunan Hotel Wey-Wey 10 Lantai. Tugas Akhir. [16] purnosidi. (2015, JUly 26). Kelebihan dan Kekurangan Struktur Beton Bertulang. Retrieved Desember 1, 2020, from PT Niki FOur: https://nikifour.co.id/struktur-betonbertulang/ [17] Atmadja, R. (2016). Struktur Rangka Batang (Truss). Retrieved Desember 1, 2020, from docplayer: https://docplayer.info/30321221Struktur-rangka-batang-truss.html Peraturan Daerah [18] SAIDAH, M. (2017). PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BAOBAB HOTEL RESORT AND CONVENTION TAMAN SAFARI INDONESIA II. Tugas Akhir. [19] FTUP. (2016-2017). Tata Udara. Materi Kuliah Mekanikal Elektrikal Lanjutan. [20] Dwiyanto, A. (2011). Sistem Tata Suara Pada Bandara Studi Kasus Bandara Ahmad Yani Semarang. Modul Vol. 11 No. 1 Januari 2011. [21] FTUP. (2013-2014). PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN. Materi Kuliah Mekanikal Elektrikal Plumbing Lanjutan. [22] FTUP. (2014-2015). Penangkal Petir. Materi Kuliah Mekanikal Elektrikal Plumbing Lanjutan.


SENTRAL PASAR MODERN DAN ART SPACE DI PASAR MINGGU DENGAN TOD SEBAGAI PENUNJANG 1

Muhammad Rifqie Izzulhaq, 2Dr. Ir. Yuke Ardhiati, M.T. Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 mrifqie.izzulhaq@gmail.com, 2 yukeardhiati@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Pasar sejatinya merupakan tempat jual beli komoditas, dengan berkembangnya zaman peranan pasar yang awalnya tempat jual beli komoditas bisa menjadi tempat masyarakat berkumpul. Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, telah menjadi sentra kegiatan ekonomi. Karena daerah yang sangat strategis, terdapat pasar basah yang sangat lengkap dan juga pasar perabotan rumah tangga. Selain itu terdapat berbagai macam pusat pemberhentian moda transportasi. Sehingga berpotensi menjadikan daerah ini menjadi Kawasan TOD. Ide penggabungan peran pasar tradisional dengan pasar bidang seni berpeluang menjadi sebuah pusat aktivitas pasar bukan hanya untuk jual beli komoditi keseharian namun juga menjadi aktivitas rekreasi dan relaksasi. Keberadaan Art Space diharapkan agar persepsi masyarakat akan pasar berubah. Adanya galeri seni di Kawasan pasar dapat juga memacu seniman seniman lokal untuk memamerkan sekaligus menjual karya mereka sehingga mereka dapat memperoleh dampak ekonomis Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan dimulai dari tahapan pencarian ide perancangan, yaitu pencarian ide serta masalah yang dapat berpotensi muncul dalam perancangan. Kemudian dilakukan pengumpulan data, tahap ini bertujuan untuk menciptakan ide yang berlandaskan teori. Dalam pengumpulan data ini meliputi dua studi yaitu studi Pustaka dan studi preseden. Studi Pustaka adalah pengumpulan data yang berasal dari sumber bacaaan, sementara untuk studi preseden pengumpulan data yang berasal dari bangunan yang sudah terbangun. Tahap berikutnya adalah analisis, yaitu tahap untuk menguraikan keseluruhan perancangan menjadi suatu komponen sehingga dapat menghasilkan suatu respon desain. Hasil dari perancangan ini adalah suatu bangunan yang dapat berorientasi ekonomi dan kesenian sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan manusia secara jasmani dan rohani. Penerapan konsep pasar dan Art Space ini membuat pasar yang dahulu dikenal sebagai tempat yang hanya digunakan untuk menjual komoditas sehari-hari dapat digunakan masyarakat untuk berkumpul dan kegiatan organik alami lain seperti kesenian. Untuk menggabungkan pasar dan Art Space dibuatkan sebuah tempat komunal yaitu plaza yang berguna sebagai tempat naungan manusia Sehingga pasar bisa juga menjadi sebuah tempat yang lebih hidup. Kata Kunci: Art Space, Ekonomi, Kesenian,Pasar,TOD Abstact The market is essentially a place for buying and selling commodities, with the development of the era, the role of the market which was originally a place for buying and selling commodities could become a place for people to gather. Pasar Minggu, South Jakarta, has become a center of economic activity. Because the area is very strategic, there is a very complete wet market and also a household furniture market. In addition, there are various types of transportation stops. So that it acquires the potential to develop this area to become TOD area. The idea of merging the roles of traditional markets with the arts market has the opportunity to become a center of market activity not only for buying and selling daily commodities but also for recreation and relaxation activities. The existence of Art Space is expected to transform the public's perception of the market. The existence of art galleries in the market area can also encourage local artists to exhibit as well as sell their work so that they can receive an economic impact. The design method used in the design starts from the design idea search stage, namely the search for ideas and problems that can potentially arise in the design. Then data collection is carried out, this stage aims to produce ideas based on theory. This data collection includes two studies, namely the literature review and the precedent study. The literature review is collecting data from reading sources, while the precedent study is collecting data from buildings that have been built. The following stage is analysis, which represent the stage to describe the overall design into a component so that it can produce a design response. The result of this design is a building that can be oriented to the economy and the arts so that it can accommodate human needs physically and spiritually. The application of the market concept and Art Space has made the market, which was previously known as a place that was only used to sell daily commodities, which can be used by the community for gathering and other natural organic activities such as art. To combine the market and the Art Space, a communal place is placed, a plaza that is useful as a shelter for humans so that the market can also become a more lively place. Keywords:Art,ArtSpace,Economy.Market,TOD _________________________________________________________________________________________


PENDAHULUAN Pasar merupakan salah satu elemen penting dalam suatu komunitas. Karena pasar menunjang beberapa kebutuhan dasar manusia. Di pasar manusia dapat mencari kebutuhan dari bahan makanan hingga kebutuhan tersier. Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dewasa ini banyak sekali macamnya, khususnya di Indonesia. Secara umum pasar di Indonesia terbagi menjadi dua (2), yaitu pasar tradisional, pasar modern[1] Di wilayah Kota Jakarta, tepatnya lokasi Pasar Minggu, Jakarta Selatan, saat ini telah menjadi sentra kegiatan ekonomi. Karena daerah yang sangat strategis, di daerah tersebut terdapat pasar basah yang sangat lengkap dan juga pasar perabotan rumah tangga. Selain itu terdapat berbagai macam pusat pemberhentian moda, antara lain; (a) bus Damri Bandara- jurusan Pasar Minggu, (b) feeder metrotrans, (c) metro mini, (d) mikrolet, (c) ojek dan (f) dan juga stasiun commuter line Pasar Minggu. Dengan kondisi ini pula menjadikan Pasar Minggu berpotensi menjadi salah satu daerah yang terkenal yang berpeluang untuk menjadi ikon daerah Jakarta Selatan, selain Blok M. Ide penggabungan antara peran pasar tradisional dengan pasar bidang seni atau bisa disebut galeri berpeluang sebagai pusat aktivitas pasar bukan hanya untuk jual beli komoditi keseharian namun juga menjadi aktivitas rekreasi dan relaksasi. Keberadaan Galeri Seni diharapkan agar persepsi masyarakat akan pasar berubah. Adanya galeri seni di Kawasan pasar dapat juga mamacu seniman seniman lokal untuk memamerkan sekaligus menjual karya mereka sehingga mereka dapat memperoleh dampak ekonomis. Tujuan yang ingin dicapai adalah merancang suatu fasilitas publik, yaitu Pasar Minggu menjadi yang semula pasar tradisional dengan komoditi barang sehari-hari menjadi pasar modern dengan perluasan peran sebagai pasar Seni (Art Space). TINJAUAN PUSTAKA 1. Pasar Pasar dalam arti umum merupakan tempat dimana barang/jasa dipertukarkan antara pembeli dan penjual. Dalam pertukaraan tersebut terjadi kesepakatan atas tingkat harga barang atau jasa yang di sepakati.[1] Pasar tradisional memiliki persedian komoditas sesuai dengan jumlah modal yang dimiliki orang yang memiliki lapak atau sesuai dengan permintaan pembeli. Pada pasar tradisional selalu terjadi perubahan harga label barang yang diperjual belikan. Hal itu terjadi karena cepatnya perubahan harga yang ada di pasar tersebut. Harga barang dan jasa juga menyeseuaikan dengan tingkat keuntungan yang didapat oleh pedagang [1]

berkomunikasi. Pada dasarnya, ruang publik ini merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas manusia, baik secara individu maupun berkelompok [2] Selain sebagai ruang bertemu, berinteraksi, serta wadah berkegiatan sosial lainnya, ruang publik juga memiliki fungsi lain yang terkadang tidak disadari dan akhirnya sering diabaikan. Padahal, manfaatnya dapat memajukan kualitas hidup masyarakat atau komunitas yang tinggal di sekitar ruang publik tersebut. Salah satunya yaitu jika sebuah ruang public dimanfaatkan, dijaga, dan diatur secara kreatif sesunguhnya dapat menjadi bisnis yang menguntungkan. Karena ruang publik yang berhasil dapat mendorong naik harga sewa bangunan, dan ruang publik yang aktif dan berhasil telah terbukti menaikan nilai properti bagi bangunan di sekitarnya serta menciptakan efek positif untuk waktu jangka Panjang [3] 3. Art Space Menurut Amri Yahya: Galeri seni adalah tempat di mana seni atau benda-benda budaya lainnya (termasuk benda-benda bersejarah), yang dipilih dengan cermat oleh tim atau profesional yang berkualitas, ditampilkan. Hal ini diperlukan untuk memastikan kualitas." Galeri seni dapat dimiliki oleh perorangan, organisasi atau kelompok.[4] Menurut Surosa, galeri seni adalah ruang atau bangunan tempat fungsi artistik kontak antara seniman dan masyarakat digunakan untuk kegiatan karya yang memvisualisasikan ekspresi kreativitas manusia. [5] 4. Transit Oriented Development Menurut Peter Calthrope dari Transit Oriented Development and Design Guidelines tahun 1992, konsep Transit Oriented Development (TOD) adalah "sebuah komunitas bangunan serba guna yang mendorong komunitas untuk tinggal dan beroperasi pada moda transportasi yang berbeda." Dan meminimalkan kebiasaan pengemudi mobil secara individu.” Pengembangan TOD harus berupa gedung serba guna atau gedung dengan banyak fitur seperti stasiun kereta api, terminal bus, terminal bus, atau transportasi perkotaan lainnya sehingga taraf aktifitas tinggi yang akan semakin berkurang ketika semakin menjauhi titik transportasi kota[6] Penerapan konsep TOD memiliki dampak yang signifikan terhadap penyediaan ruang parkir untuk pejalan kaki dan kendaraan terutama sepeda, menggunakan angkutan umum sehingga mengurangi intensitas kendaraan pribadi. Pengurangan kendaraan pribadi dapat mengurangi kemacetan dan konsumsi bahan bakar, memiliki efek mengurangi polusi kendaraan di sekitarnya dan menciptakan situasi yang ramah lingkungan [6]

METODOLOGI PERANCANGAN 2. Ruang Publik Ruang publik adalah tempat atau ruang yang berbentuk karena adanya kebutuhan karena adanya kebutuhan akan tempat untuk bertemu ataupun

Metode perancangan suatu cara atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang dalam


mengembangkan ide rancangan. Metode ini bertujuan untuk membentuk ide perancancangan menjadi lebih teratur dan menghasilkan rancangan yang kuat dalam aktualisasinya. Metode perancangan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1.Ide Perancangan Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam perancangan yang berisikan ide serta masalah yang dapat berpotensi muncul dalam perancangan di kemudian hari. Tahap ide rancangan merupakan gambaran menyeluruh dari perancangan bangunan. 2.Pengumpulan Data Setelah mendapatkan ide perancangan, diperlukan data untuk menciptakan ide yang berlandaskan teori. Pengumpulan data ini dapat melalui dua tipe data, yaitu: a) data primer dan b) data sekunder. Dalam perancangan ini hanya dilakukan pengumpulan data sekunder yang meliputi, antara lain: a) Studi Pustaka Metode pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan atau mengambil dari bukubuku dan internet sebagai sumber bacaan dan referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Data dalam metode ini diperoleh dari penelusuran berbagai berbagai pendapat para ahli,peraturan pemerintah tentang standar-standar dalam perancangan, jurnal, buku, dan internet. b) Studi Preseden Studi preseden dilakukan untuk dapat mengetahui perancangan secara langsung melalui bangunan perancangan yang sudah terbangun. Kemudian di komparasi agar dapat menjadi acuan dalam perancangan nantinya. 3.Analisis Tahapan ini merupakan kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan perancangan menjadi suatu komponen sehingga dapat mengenal masalah masalah suatu komponen, hubungan antar komponen sehingga dapat mengetahui fungsi masing masing dalam suatu keseluruhan unit. PERANCANGAN 1.

Lokasi Lokasi perancangan terpilih terletak di Jl.Raya Pasar Minggu No.5, Pasar Minggu,Kecamatan Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan dengan luas tapak 28.266 m² atau 2,8 Ha. Batas batas tapak adalah sebagai berikut [7]: a. Utara : Terminal Bus Pasar Minggu b. Selatan : Jalan Raya Ragunan c. Barat : Komplek Bea Cukai d. Timur : Stasiun Pasar Minggu Berdasarkan Renca Tata Ruang Wilayah Jakarta selatan lokasi terpilih termasuk pasa Sub zona perkantoran,perdagangan, dan jasa, Adapun keterangan pemanfaatan ruang pada tapak adalah sebagai berikut KDB : 50% x 28.266 m²= 14.133 m² KLB : 4 x 28.266 m² = 113.064 m² KDH : 35% x 28.266 m² = 9.893,1 m² KTB : 50 GSB : 3,5 m Luas lahan : 28.266 m²

Gambar 1. Analisis Iklim dan Cuaca Sumber: Google Earth[8]

2. Tema Bentuk bangunan pasar dan Art Space menerapkan teori dari Charles jenck yaitu “metaphor to natural and cultural” yang berarti melalui pendekatan arsitektur melalui cara metafora yang merujuk alam atau produk budaya[9]. Massa bangunan perancangan ini akan bersifat majemuk atau lebih dari satu untuk memudahkan klasifikasi fungsi pada pasar nantinya. “Methapore to cultural and natural” yang digunakan dalam perancangan berasal dari sebuah keranjang yaitu keranjang”Elang”. Keranjang ini umum digunakan pada masyarakat Betawi untuk membawa bahan bahan komoditas untuk sehari hari[10]

Gambar 2. Keranjang Elang Sumber: Google Images,2021

3. Konsep Bentuk bangunan pasar dan Art Space menerapkan teori dari Charles jenck yaitu “metaphor to natural and cultural” yang berarti melalui pendekatan arsitektur melalui cara metafora yang merujuk alam atau produk budaya. Massa bangunan perancangan ini akan bersifat majemuk atau lebih dari satu untuk memudahkan klasifikasi fungsi pada pasar nantinya.


Perancangan bangunan Pasar Modern Dan Art Space di Pasar Minggu dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk merevitalisasi pasar yang sudah ada sekaligus menumbuhkan bibit bibit seniman di daerah setempat sehingga pasar bukan hanya mensejaterakan masyarakat namun juga membuat kreatif masyarakat. Adapun beberapa konsep dalam perancangan yaitu: a.Transformasi Massa Bentuk transformasi terinspirasi oleh bentuk motif keranjang motif “Elang”

Gambar 4. Konsep Tapak Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

c. Konsep Fasad

Gambar 5. Konsep Fasad Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

d. Konsep Utilitas 1. Air bersih

Gambar 3. Transformasi Massa Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

b. Konsep Tapak Konsep yang diterapkan dalam perancangan ini efisien namun juga organik, memberi ruang kepada manusia. Kebutuhan untuk mobilitas transportasi umum dan pedestrian juga diperhatikan.

Gambar 6. Diagram Air Bersih Sumber: Tim Sayembara Pasar Godean,2020

Air yang digunakan dalam perancangan pasar ini akan dikontrol dengan baik. Air hujan akan dikumpulkan oleh rain gutter dalam atap kemudian di simpan untuk digunakan untuk kebutuhan pasar seperti menyiram tanaman dan untuk flush toilet. Air bersih yang digunakan berasal dari PDAM dan Pompa air.


2. Sistem Air Kotor

Gambar 10. Blokplan Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 7. Diagram Air Kotor Sumber: Tim Sayembara Pasar Godean,2020

Limbah pasar pada umumnya terdiri dari limbah cair dan padat. Limbah cair biasanya berasal dari kios basah dan semi basah, musholla, dan pujasera (foodcourt). Untuk pujasera limbah cair harus melalu grease trap/oil trap yang berguna untuk membuang minyak minyak sisa untuk memasak. Limbah padat berasal dari toilet. Pembuangan limbah toilet di salurkan ke septic tank untuk menuju ke unit IPAL yang terdiri dari bak equalisasai, bak pengendap awal, anaerobic biofilter, aerasi.

b. Denah Bangunan Bangunan terdiri dari tiga massa yaitu pasar komoditas, pasar seni dan Art Space, dan service. Pada denah pasar komoditas terdiri dari 6 lantai.

e. Konsep Struktur

Gambar 11. Denah Pasar Komoditas Lt 1 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 8. Konsep Struktur Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

4. Desain Dari konsep yang ada menghasilkan sebuah respon desain yang mengakomodasi kebutuhan perancangan. a. Site Plan dan Blokplan

Gambar 12. Denah Pasar Komoditas Lt 2 Gambar 9. Siteplan Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021


Gambar 16. Denah Rooftop Pasar Komoditas Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 13. Denah Pasar Komoditas Lt 3 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Pada bangunan pasar seni dan Art Space memiliki lima lantai

Gambar 17. Denah Pasar Seni dan Art Space Lt 1 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 14. Denah Pasar Komoditas Lt 4 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 18. Denah Pasar Seni dan Art Space Lt 2 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 15. Denah Pasar Komoditas Lt 5 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 19. Denah Pasar Seni dan Art Space Lt 3 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021


Gambar 24. Denah Bangunan Service Lt 3 Gambar 20. Denah Pasar Seni dan Art Space Lt 4

Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

c. Tampak Bangunan

Gambar 21. Denah Rooftop Pasar Seni dan Art Space Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Sementara untuk bangunan service terdiri dari tiga lantai. Pada bangunan ini terdiri dari berbagai ruang yang menunjang bangunan lain seperti ruang genser, ruang pompa dan lain lain.

Gambar 25. Tampak Pasar Komoditas Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 22. Denah Bangunan Service Lt 1 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 23. Denah Bangunan Service Lt 2 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021


menjajakan dagangan, sehingga pedagang untuk membersihkan

memudahkan

Gambar 26. Tampak Pasar Seni Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 29. Los ikan,daging, dan unggas Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

e. Art Stand 1. Type 1

Gambar 30. Art Stand Type 1 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

2.

Type 2

Gambar 27. Tampak Bangunan Service Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

d. Los Pedagang 1.Pedagang Sayur dan buah

Gambar 31. Art Stand Type 2 Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

f. Detail Arsitektur

Gambar 28. Los pedagang sayur dan buah Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Menggunakan material, seperti kayu, beton, besi stainless steel, dan disediakan laci untuk keamanan. 2.Pedagang ikan,daging, dan unggas. Menggunakan material, seperti beton, keramik, dan besi stainless steel. Terdapat wastafel untuk membersihkan ikan dan tersedia buangan di tempat

Gambar 32. Detail Arsitektur Fasad Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021


Gambar 33. Detail Arsitektur Loster Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Gambar 37. Persfektif Eksterior Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

i. Persfektif Interior

Gambar 34. Detail Arsitektur Plafon Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

g. Persfektif Bird Eye View

Gambar 38. Persfektif Interior Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

KESIMPULAN

Gambar 35. Persfektif Bird Eye Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

h.

Persfektif eksterior

Gambar 36. Persfektif Eksterior Sumber: Muhammad Rifqie Izzulhaq,2021

Perancangan pasar ini menggunakan tema yang berasal dari teori dari Charles jenck yaitu “metaphor to natural and cultural” yang berarti melalui pendekatan arsitektur melalui cara metafora yang merujuk alam atau produk budaya. Massa bangunan perancangan ini akan bersifat majemuk atau lebih dari satu untuk memudahkan klasifikasi fungsi pada pasar nantinya. “Methapore to cultural and natural” yang digunakan dalam perancangan berasal dari sebuah keranjang yaitu keranjang”Elang”. Keranjang ini umum digunakan pada masyarakat Betawi untuk membawa bahan bahan komoditas untuk sehari hari. Dengan pendekatan ini perancangan pasar ini akan terasa dekat dengan budaya dan alam sekitar, ditambah dengan memaksimalkan transportasi umum sekitar membuat perancangan ini bisa berorientasi pada TOD. Sehingga daerah keluarahan pasar minggu khususnya pasar minggu itu sendiri menjadi daerah yang acuan daerah lainnya untuk perkembangan pasar dan TOD. Keberadaan sebuah Art Space diharapkan persepsi masyarakat akan pasar berubah sehingga seniman seniman lokal dapat memacu kreatifitas mereka sehingga karya mereka dapat dipamerkan dan mendapatkan dampak ekonomis dari hasil karyanya.


DAFTAR PUSTAKA [1]

[2]

[3]

[4]

[5] [6]

[7]

[8]

[9] [10]

U. Dewi and F. Winarni, “Pengembangan Pasar Tradisional Menghadapi Gempuran Pasar Modern di Kota Yogyakarta,” Proceding Simp. Nas. Asian III, 2013. P. B, The enclosing of public space, Paper presented to the Library and Infor-mation Association of New Zealand Aotearoa ( LIANZA). Wellington: Rotorua, 2007. M. Carmona, Public Places-Urban Spaces, The Dimensions of Urban De-sign.Burlington. oxford: Taylor and Francis Ltd, 2003. A. Yahya, “Pengertian Umum Tentang Art Gallery, Museum, Souvenir / Gift Shop dan Boutiq,” 1998. Surosa, “Art Gallery of Modern Art,” Universitas Gajah Mada, 1971. P. Cevero, “Transit-Oriented Development in the United States: Experiences, Challenges, and Prospects,” Wahington DC, 2006. M. Q. Khairuzzaman, Kecamatan Pasar Minggu Dalam Angka, vol. 4, no. 1. BPS Kota Admnistrasi Jakarta Selatan, 2019. Google Earth, “No Title,” 2021. https://www.google.com/maps/place/Ps.+Min ggu,+Kec.+Ps.+Minggu,+Kota+Jakarta+Selat an,+Daerah+Khusus+Ibukota+Jakarta/@6.2844151,106.8430135,270m/data=!3m1!1e3 !4m5!3m4!1s0x2e69f20d0da8dec1:0x2ed1af5 46a9b32d3!8m2!3d6.2896105!4d106.8399623. C. Jencks, The Language of Post Modern. New York: rizzoli, 1977. D. P. dan K. D. Jakarta, “Elang,” 2019. http://encyclopedia.jakartatourism.go.id/post/Elang?lang=id (accessed Jul. 13, 2021).


APARTEMEN DI KOTA BANDUNG DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI RUANG Nadiyah Ramadhani Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila nadyaramadhani59@gmail.com Abstrack

Kota Bandung menjadi salah satu kota padat penduduk di Indonesia yang memiliki banyak potensi dibidang wisata, ekonomi dan bisnis. Hal ini menurut RPJMD kota Bandung 2018. Tingginya pertumbuhan penduduk di kota bandung dapat menjadi beban pembangunan, bahkan bila kecenderungan tersebut tidak dapat dikendalikan, dikhawatirkan jumlahnya akan terus meningkat, sehingga tidak dapat ditopang oleh daya dukung lingkungan dan perumahan yang tersedia. Guna menopang pertumbuhan bangunan dengan kebutuhan unit rumah yang terus bertumbuh dan terkendalanya kebutuhan lahan pada pembangunan perumahan landed di area perkotaan sehingga pembangunan dengan konsep hunian vertikal lebih tepat dikarenakan dapat memanfaatkan lahan secara optimal. Kata Kunci : kota Bandung, hunian vertikal, landed, optimal The city of Bandung is one of the densely populated cities in Indonesia which has a lot of potential in the fields of tourism, economy and business. This is according to the 2018 RPJMD for the city of Bandung. The high population growth in the city of Bandung can become a development burden, even if this trend cannot be controlled, it is feared that the number will continue to increase, so that it cannot be supported by the carrying capacity of the environment and available housing. In order to support the growth of buildings with the need for housing units that continue to grow and the constraints of land requirements in the construction of landed housing in urban areas so that development with the concept of vertical housing is more appropriate because it can utilize land optimally.

Keywords: Bandung city, vertical occupancy, landed, optimally 1. PENDAHULUAN Menurut Peraturan Pemerintah No.47

menjadikan Kota Bandung termasuk

tahun 1997, Kota Bandung merupakan

sebagai

salah satu pusat kegiatan Nasional dan

Indonesia, setelah DKI Jakarta (RPJMD

pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa

Kota Bandung, 2018). Berdasarkan data

Barat Banyaknya potensi yang dimiliki,

Badan Pusat Statistik Kota Bandung

kota

padat

penduduk

di


tahun 2020, luas wilayah kota Bandung

Untuk mewujudkan Hunian yang mampu

adalah 167,31 km2 dengan jumlah

menekan perluasan wilayah pada sebuah

penduduk tahun 2019 sebesar 2.507.888

lahan landed dan didorong dengan

jiwa.

meningkatnya

Menurut Bapeda Kota Bandung telah

Bandung

menjadi Kota yang memiliki daya tarik

dibutuhkannya sebuah Hunian Vertikal,

urbanisasi yang tinggi. Berbagai aktifitas

yang dapat menopang pertumbuhan

di kota Bandung menjadikan Kota

kebutuhan

Bandung sebagai salah satu kota padat

menjangkau semua kalangan terutama

penduduk di Indonesia setelah Kota

masyarakat di perkotaan.

Jakarta, hal ini didasari oleh data

penduduk

setiap

di

kota

tahunnya

papan

maka

masyarakat

dan

2. RINGKASAN

Bandung dalam angka 2020 yang menyatakan kepadatan penduduk Kota Bandung sebesar 14.989 km2. dengan jumlah penduduk kota Bandung tahun 2019

sebesar

2.507.888

jiwa.

Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2018, penduduk kota Bandung pada

tahun

pertumbuhan Menurut

data

2019 sebesar

mengalami 0,17

tersebut

persen.

Angka

ini

diprediksikan akan naik setiap tahunnya. Kota Bandung telah beberapa kali mengalami wilayah

perluasan

daerahnya,

permukaan

tahun

pertama

dengan perluasan 1.922 Ha hingga pada tahun 1987 (Peraturan Pemerintahan RI Nomor 16 Tahun 1987),

wilayah

administrasi Kota Bandung diperluas menjadi 16.792,65 Ha.

Sebuah

Apartemen

dengan

konsep

hunian vertikal dibentuk tegak lurus dan juga sebagai salah satu cara dalam pendekatan optimalisasi ruang, ruangruang pada aprtemen memiliki sebuah fungsi dan di atur dengan tata ruang yang baik dan sesuai sehingga setiap sisi dapat dimanfaatkan secara optimal. Optimalisasi ruang diwujudkan dengan peningkatan

Fungsional

ruang,

peningkatan estetika dan peningkatan psikologis kualitas hidup penggunanya. • Peningkatan Perancangan

Fungsional Apartemen

: dengan

meningkatkan fungsi sebagaimana penghuni dapat melakukan aktivitas setiap harinya, tanpa harus keluar dari area apartemen. Apartemen harus memenuhi segala kebutuhan dari penghuni

di

dalamnya,

dengan


fasilitas-fasilitas

yang

dari

jasmani,

kebutuhan

menunjang rohani,

sandang dan pangan. •

Peningkatan

Perancangan Tapak Metode

perancangan

tapak

melalui survey Lokasi, Lokasi Estetika

:

Perancangan berada

di

kota

Perancangan Apartemen dengan

Bandung, kecamatan sukajadi,

meningkatkan Estetika bangunan

Pasteur Jalan Dr. Djunjunan.

dari

Selain itu metode screening area

segi

Eksterior

maupun

Interior, hal ini dilakukan dengan

dan

pemakaian

juga

pada titik akses yang menjadi

sekaligus memiliki fungsi dalam

Potensi utama pada lokasi tapak,

penghawaan

ataupun

Kemudian melakukan metode

pencahayaan dari luar bangunan.

analisis seperti analisis matahari

Peningkatan

melalui

fasad

dan

Psikologis

:

melakukan

dokumentasi

aplikasi

Perancangan Apartemen dengan

www.suncalc.org dan melakukan

meningkatkan

research melalui jurnal, makalah

kualitas penggunanya

Psikologis hidup yaitu

bagi adanya

ilmiha,website www.data.Bandung.go.id

efisiensi, privasi, keamanan dan

website

kenyaman

memudahkan

penulis

dalam

mencari data

sebagai

bahan

bagi

penghuni

Apartemen

lainnya

dan yang

perancangan 3. METODELOGI PERANCANGAN

• Perancangan Bangunan Metode perancangan bangunan

Metodelogi perancangan yang di lakukan yaitu dengan melakukan studi preseden dan dengan melakukan analisa pada tapak serta menurunkan teori perancangan yang telah di bahas dalam tijuan pustaka ke dalam perancangan.

melalui studi literatur berupa jurnal penelitian, buku bacaan dan website studi,

pada studi

literatur yang di dapat yaitu James A.LaGro dalam bukunya yang berjudul Site Analysis Informing context-sensitive and sustainable Site Planning and Design (2013,Wiley), Sebagai


acuan

tinjauan

perkotaan

terhadap bangunan dan metode perancangan

bangunan

mendukung

aksesibilitas,

penghuni

apartemen.

dari

Grand Theory Bergel, yaitu faktor

kehidupan

TITIK LOKASI

dimana

semakin tinggi letak ruang nya semakin

kecil

nilai

vertikal

ruangnya. Dilihat nilai vertikal ruang terdapat pada jumlah lantai atau ketinggian bangunan, teori

Gambar 5.1 Lokasi Perancangan Sumber : google-earth.com

Bergel memaksimalkan lahan yang sempit dan terbatas untuk dijadikan hunian vertikal.

Berikut

peluang

pada

kondisi

perkotaan terhadap site: 5. PERANCANGAN

1. Tinjauan Lokasi

Lokasi site Berada di Jalan Arteri Primer.

Jl.Dr.Djunjunan

Lokasi yang dipilih dalam penulis

merupakan jalan penghubung

kali

Kawasan

antar kota dan provinsi, hal ini

perkotaan yang strategis yang dapat

mempermudah penghuni yang

dihuni

bekerja di luar kota namun tetap

ini

yaitu

oleh

sebuah

pendatang

ataupun

menetap di kota Bandung.

manusia yang melakukan urbanisasi untuk bekerja atau menanamkan

Berdekatan dengan Pusat Kota

usahanya di kota Bandung, oleh

Bandung. Pusat kota didominasi

karena

sebuah

pergerakan aktivitas manusia,

Apartemen yang dapat menjangkau

fasilitas yang ada di pusat kota

semua kalangan, dengan luas lahan

diantaranya fasilitas Pendidikan,

yang tersedia sebesar 2,1 Hektar.

Kesehatan,

itu

dipilihlah

perdagangan

dan

perkantoran. segala aspek berupa pemanfaatan kondisi perkotaan

terhadap site di

wilayah Pasteur Kota Bandung dapat

a. Fasilitas Pendidikan : SMAN 9 Bandung, ITB, UPI, SMA angkasa.


b. Fasilitas Kesehatan : RSUP

Tegak lurus dengan dudukan

Hasan Sadikin, RS.Hermina,

yang memiliki ukuran lebih

RS Anggrek Lestari.

besar,

c. Fasilitas Perdagangan : BTC Fashion Mall, PVJ Mall. • Mudah

Diakses

Pengunjung

dalam Skala Lokal dan Regional. Lokasi

mudah

diakses

Gambar 5.2 Gubahan 3 Sumber : Desain pribadi

oleh

kendaraan, lokasi site berdekatan dengan terminal, tol antar kota, stasiun, dan bandar udara husein Sastranegara. Jarak

aman

berdasarkan

Gambar 5.3 Gubahan 3 Sumber : Desain pribadi

pemukiman ambang

batas

landasan pacu Bandara Husein sastranegara

atas

kebisingan

yang ditolerir manusia untuk pemukiman, yaitu 55 dB(A) sesuai

dengan

peraturan

pemerintah KEP.48/MENLH/11/1996. Pengukuran dilakukan di 12 titik pengamatan menghasilkan jarak aman yang bervariasi untuk arah Utara, Timur, Selatan dan Barat dengan nilai rata-rata di atas 1500 meter dari landasan pacu 2. Perancangan Bangunan •

Gambar 5.4 Gubahan 3 Sumber : Desain pribadi

Gubahan massa Bangunan Bentuk awal sebuah gubahan masa berbentuk balok vertikal.

Kemudian gubahan bangunan membelah menjadi 3 gubahan berbentuk

balok

berukuran

sama di kanan dan kiri dan satu gubahan di tengah. Kemudian 2

gubahan

disisi

selatan

bergeser ke arah timur dan gubahan di sisi utara bergeser serong ke arah utara.


• Konsep

Bangunan

Terhadap

perancangan

bangunan

matahari Pada

Parkir di sisi selatan di depan jalan utama yaitu Jl.Dr.Djunjunan, kapasitas 60 mobil.

apartemen dengan bentuk yang tidak saling menutupi antara satu tower dengan tower yang lain, sinar

matahari

dapat

dioptimalkan

sebagai

cahaya

yang

masuk

melalui

dapat

jendela tiap unit apartemen yang difungsikan sebagai kamar tidur.

Gambar 5.5 Perancangan bangunan terhadap matahari Sumber : Desain pribadi

Gambar 5.6 Parkir timur Sumber : Desain pribadi

Parkir di sisi timur di depan saluran air besar satu kali memiliki kapasitas 40 mobil.

Gambar 5.7 Akses menuju parkir gedung Sumber : Desain pribadi

Akses Parkir Sebanyak 327 unit apartemen maka sebanyak 327 parkir mobil untuk tiap unit dan 1 slot parkir tamu tiap unit maka kebutuhan parkir sebanyak 654 unit atau

Gambar 5.8 Parkir motor tingkat Sumber : Desain pribadi

lebih Parkir kendaraan roda dua tau motor berada di sisi utara, dimana parkir motor ini terdiri dari 5 lantai Gambar 5.5 Parkir selatan Sumber : Desain pribadi


• Siteplan

Tipe 3 BR

perancangan

apartemen

yang

terdiri dari 3 bangunan berupa tower terdiri dari marwa tower, safa tower dan Mina Tower. Gambar 5.11 Kamar 3BR Sumber : Desain pribadi

3

1

A

2

Tipe 4 BR

A

Gambar 5.9 Siteplan Sumber : Desain pribadi

Ketiga tower tersebut memiliki Gambar 5.12 Kamar 4 BR Sumber : Desain pribadi

perbedaan dari jumlah kamarnya sebagai berikut Safa Tower : Tipe 3-BR (3 Kamar tidur) Marwah Tower : Tipe 4-BR (4 kamar tidur) Mina Tower : Tipe 2-BR (2 Kamar Tidur) Tipe 2 BR

Struktur Berdasarkan analisa diatas dalam Perancangan apartemen di kota Bandung, pada sub structure yaitu pondasi tiang pancang lebih unggul, karena memiliki tinggi

perkuatan dan

bangunan

yang

baik

untuk

tinggi

yang

memiliki ketinggian 15 lantai, kemudian

untuk

middle

structure, struktur baja lebh Gambar 5.10 Kamar 2BR Sumber : Desain pribadi

tepat pemasangan

dikarenakan yang

cukup


ROOF TANK

cepat,

kuat

dibentuk.

dan untuk

tanpa

Air kotor

upper Air bersih

structure yaitu atap datar karena memiliki kelembapan

listrik

GWT

yang tinggi dan juga kuat, sangat tepat untuk sebuah apartemen di kota Bandung dengan cuaca yang cukup

Gambar 5.14 System plumbing safa Tower Sumber : Desain pribadi ROOF TANK

dingin

GWT Gambar 5.15 Tampak Gubahan struktur Sumber : Desain pribadi Gambar 5.13 Kamar 2BR Sumber : Desain pribadi

Struktur Sistem

GWT

plumbing

yang

digunakan pada 3 tower di atas

Gambar 5.16 System plumbing Mina Tower Sumber : Desain pribadi

ialah yaitu pipa berada pada 1 shaft yang terletak di area core bangunan, dan didistribusikan pada saft tiap unit Adapun untuk sistem mekanikal jaringan listrik berada pada shaft yang berbeda, yaitu terletak di sisi core, didistribusikan melalui tray di tiap koridor unit dan trafo menjadi pusat penyaluran yang berada di lt dasar luar bangunan. Gambar 5.17, 5.18, 5.19 Gambar perspektif Sumber : Desain pribadi


DAFTAR PUSTAKA [1]

Bappeda Jabar (2017) Pembangunan kependudukan. http://bappeda.jabarprov.go.id/wpcontent/uploads/2017/03/ExSumGrand-Design-PembangunanKependudukan.pdf

[2] Peraturan Pemerintah No.47 tahun 1997 tentang rencana tata ruang wilayah nasional. [3]

RPJMD Kota Bandung (2018). Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil, http://rbkunwas.menpan.go.id/images/ Lesson_Learned/Kota_Bandung/RPJ MD_kota_bandung_2013_2018.pdf

[4]

Theresia Pynkyawati, Zeila Sifa Rosa, Tb Gaia C Montana, Robbi Fadhlan S (2019), Perancangan Tata Ruang Hunian Vertikal Ditinjau Dari Sistem Pembuangan Air Limbah Bangunan The Suites@Metro Bandung : file:///C:/Users/windows%2010/Down loads/1376-2064-1-SM.pdf

[5]

Candrasa, Muhammad Rizki (2019), Rancangan Mod Space Apartment Dengan Penerapan Optimalisasi Ruang Dalam http://eprints.itenas.ac.id/771/1/04.pdf

[6]

Fatila, IMA (2019), Perancangan Apartemen Dengan Konsep Modern Living Style Di Kota Bandung. http://eprints.itenas.ac.id/760/1/01.pdf


HOTEL RESORT DI PANTAI TELUK ASMARA 1,2

Annisa Safitri1 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 Annisasafitri0503@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kota Malang adalah salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki kawasan pesisir laut yang cukup banyak. Kota Malang juga termasuk dalam kota wisata yang sering di kunjungi para wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Selain itu, salah satu bisnis yang menjanjikan di daerah pariwisata adalah bisnis penginapan. Selain sebagai akomodasi wisatawan, penginapan juga dapat menonjolkan keindahan serta potensi yang dimiliki daerah Malang. Metoda yang digunakan adalah studi literatur, preseden bangunan dan data tapak. Dari metoda ini dapat dianalisa permasalahan yang ada lalu dapat diterapkan ke dalam konsep perancangan. Konsep yang diterapkan dalam perancangan ini adalah arsitektur hijau yang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan energi alam sekitar. Dengan begitu dapat menghemat pemakaian energi dikemudian hari. Dengan adanya rancangan ini dapat memenuhi akomodasi kebutuhan akan sarana penginapan yang memiliki fasilitas pendukung, dengan begitu para pengunjung Pantai Teluk Asmara Malang tidak harus kerepotan mencari penginapan di dekat Pantai Teluk Asmara. Kata Kunci: Arsitektur Hijau, Hotel Resort, Malang, Pantai, Pariwisata Malang City is one of the cities in East Java which has quite a lot of coastal areas. Malang city is also included in the tourist city that is often visited by tourists, both foreign tourists and domestic tourists. In addition, one of the promising businesses in the tourism area is the lodging business. Apart from being a tourist accommodation, lodging can also highlight the beauty and potential of the Malang area. The methods used are literature studies, building precedents and site data. From this method, the existing problems can be analyzed and then applied to the design concept. The concept applied in this design is green architecture which can be realized by utilizing the surrounding natural energy. This will save energy consumption in the future. With this design, it can meet the accommodation needs for lodging facilities that have supporting facilities, so that visitors to Teluk Asmara Beach Malang do not have to bother looking for lodging near Teluk Asmara Beach. Keywords: Green Architecture, Resort Hotels, Malang, Beaches, Tourism _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Dalam kehidupan masyarakat modern saat ini, rekreasi telah menjadi kebutuhan hidup. Hal ini berkaitan dengan kesibukan yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari sehingga membutuhkan kegiatan yang bersifat santai dan dapat menenagkan diri. Setiap tahun wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia semakin banyak, bahkan wisatawan dari Indonesia pun juga terus bertambah. Dengan peningkatan ini perlu di seimbangi dengan penyediaan akomodasi sebagai pendukung wisatawan. Hotel Resort adalah salah satu akomodasi penginapan yang berada di kawasan wisata dimana pengunjung yang menginap bukan untuk melakukan kegiatan usaha melainkan untuk berlibur. Hotel Resort juga menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi, dan olahraga. Umumnya diperuntukan untuk wisatawan yang ingin memiliki perubahan kegiatan sehari – hari dan terletak cukup jauh dari pusat kota. Kota Malang adalah salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki kawasan pesisir laut yang cukup banyak. Kota Malang juga termasuk dalam kota wisata yang sering di kunjungi para wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Selain itu, salah satu bisnis yang menjanjikan di daerah pariwisata adalah bisnis penginapan. Selain sebagai akomodasi wisatawan, penginapan juga dapat menonjolkan keindahan serta potensi yang dimiliki daerah Malang. Pantai Teluk Asmara berlokasi di Desa Tambakrejo Subrermanjing Wetan, Malang. Pantai Teluk Asmara terkenal dengan Raja Ampat Malang karena memiliki keindahan alam yang serupa dengan Raja Ampat. Banyak warga yang mengunjungi pantai Teluk Asmara, Baik warga lokal maupun warga luar kota. Beragam kegiatan warga untuk pergi perlibur di pantai Teluk Asmara. Pantai ini masih terbilang asri. Hanya ada rumah wagra di sekitar pantai ini. Banyak nya pengunjung luar kota yang berdatangan belum diimbangi dengan penginapan yang ada. Dengan adanya rancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang ini guna memenuhi akomodasi kebutuhan akan sarana penginapan yang memiliki fasilitas pendukung, dengan begitu para pengunjung Pantai Teluk Asmara Malang tidak harus kerepotan mencari penginapan di dekat Pantai Teluk Asmara.


TINJAUAN PUSTAKA Tema yang ditetapkan pada proses perancangan adalah Arsitektur Hijau atau Green Architecture. Tema tersebut dapat diartikan sebuah konsep tema arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dengan memanfaatkan sumber daya energi maupun alam secara efisien serta optimal dan menghasilkan kawasan hidup lebih sehat serta baik. Arsitektur Hijau juga lebih bertanggungjawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan tinggi antara struktur dengan lingkungannya dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik. Perencanaan perancangan hotel resort mempertimbangkan segala aspek yang ada. Termasuk pemandangan yang indah untuk menghilangkan kejenuhan permasalahan yang ada dan menghindari hiruk pikuk keadaan kota-kota besar. Selain itu, sebuah resort sebaiknya juga memiliki lahan yang ada kaitannya dengan objek wisata, biasanya berada pada perbukitan, pegunungan, lembah. pulung kecil dan juga pinggiran pantai. Tinjauan teori mengenai hotel resort yang ada terbagi berdasarkan lokasi dan fasilitasnya, diantaranya adalah Mountain Resort Hotel, Health Resort and Spa, Beach Resort Hotel, Marina Resort Hotel dan Rural Resort and Country Hotel.[1] Studi banding terkait dengan hotel resort yang berada di kawasan mancanegara dan nusantara akan digunakan sebagai acuan dalam perancangan bertemakan arsitektur hijau diantaranya sebagai berikut: 1. Ubud Hanging Garden

menjadi penerapan yang maksimal untuk arsitektur hijau. 3.

The Proximity Hotel

Gambar 3. The Proximity Hotel Berlokasi di 704 Green Valley Rd, Greensboro, Amerika Serikat dan berdekatan dengan tempat wisata. Hotel resort ini menggunakan bahan precastconcrete wall panel system yang dapat mengurangi paparan radiasi sinar matahari dan pemasangan 100 solar panel untuk pemanas air. 4.

Alila Villas Soori

Gambar 4. Alila Villas Soori Hotel resort yang berada di Tabanan, Bali menggunakan sistem tadah air hujan untuk kebutuhan air, penggunaan material lokal dan menanam banyak tumbuhan menjadi aspek dalam penerapan arsitektur hijau. 5.

Lefay Resort & SPA Lago

Gambar 1. Ubud Hanging Garden Gambar 5. Lefay Resort & SPA Lago Hotel resort ini berada di Desa Buahan. Payangan, Ubud, Bali. Penerapan arsitektur hijau dalam bangunan diantaranya terdapat bukaan jendela dan pintu yang lebar, penggunaan tenaga gas untuk water heater, dan menggunakan material local. Selain itu, hotel resort ini dekat dengan tempat wisata. 2.

Mandapa A Ritz Carlton Ubud

Gambar 2. Mandapa A Ritz Carlton Ubud Hotel resort ini dekat dengan tempat wisata alam dan tempat wisata modern yaitu mall. Berada di Jalan Raya Kedewatan, Bali, Kabupaten Gianyar, Bali. Hotel resort ini menerapkan hawa alami, penggunaan material lokal dan pengolahan air limbah

Pemanfaatan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air hotel, sistem pengelolaan sampah yang sangat baik dan penggunaan material lokal menjadi poin dalam penerapan arsitektur hijau pada hotel resort yang berada di Garda, Italia. Dari ke lima studi banding hotel resort tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap resort yang menerapkan arsitektur hijau dalam bangunannya menjadi bahan lokal untuk pemilihan bahan bangunannya, pemanfaatan air hujan, penggunaan water heater gas, penggunaan solar panel dan pemilihan jendela serta pintu yang besar. Lokasi yang berdekatan dengan tempat wisata alam maupun tempat wisata modern.


METODOLOGI PERANCANGAN Metodologi perancangan yang digunakan dalam proses perancangan diperoleh dengan beberapa cara, yaitu: 1. Studi Preseden, berfungsi untuk metode penilaian terhadap nilai arsitektur secara mendalam. 2. Studi Literatur, berfungsi untuk mengambil data yang persiapannya sama dengan penelitian lainnya tetapi sumber dan metodenya diambil melalui data dari Pustaka, membaca,mencatat dan mengolah bahan penelitian. 3. Data tapak, berfungsi untuk mengambil data eksisting agar mengetahui keadaan kondisi fisik tapak, keadaan lingkungan tapak, batasbatas tapak dan potensi yang ada pada tapak.

Angin berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin pada pagi. Umumnya mengalir dari tenggara ke barat laut. Kondisi angin di iklim tropis biasanya memiliki kecepatan yang relative rendah dan cenderung lembab. Dengan menggunalan cross ventilation dapat memaksimalkan penghawaan alami tanpa mengganggu kenyamanan di dalam bangunan. Penggunaanvegetasi dapat membelokkan arah angina dengan tujuan mengurangi beban angin pada bangunan dan dapat mengurangi polusi udara dari asap kendaraan serta mengurangi kelembaban. 3.

Analisis Topografi Tapak

Gambar 9. Analisis Topografi Tapak

PERANCANGAN Lokasi perancangan di Pantai Teluk Asmara, Sitiarjo, Sumbermanjing, Malang, Jawa Timur dengan luas lahan yaitu 3,1 Ha.

Kontur pada tapak yang akan dirancang Hotel Resort tidak rata. Semakin ke selatan kontur tapak semakin tinggi. Drainase di sekitar tapak masih belum ada karena tapak masih berupa lahan kosong yang tidak ditempati oleh penduduk. 4.

Analisis Arah Pandang

Gambar 6. Potensi Pendukung di Sekitar Tapak Potensi pendukung disekitar tapak seperti jalan yang biasa yang bisa di lalui oleh mobil pribadi dengan pemandangan seindah di Raja Ampat dan berbeda dengan pantai lain sehingga akan membuat pengalaman baru bagi pengunjung serta jauh dari keramaian kota. Dari potensi tersebut terdapat beberapa analisisanalisis untuk mengetahui kendala dan memberikan solusi yang paling tepat untuk perancangan. Analisisanalisis tersebut, diantaranya: 1. Analisis Arah Matahari

Gambar 10. Analisis Arah Pandang Arah pandang tapak dapat dilihat pada gambar dengan beberapa penjelasan, diantaranya: 1.

Arah pandang 1, 2, dan 3 adalah arah pandang ke dalam tapak dari sisi luar yang dapat terlihat dengan mudah.

2.

Arah pandang A adalah arah pandang keluar tapak yang menghadap kearah jalan masuk.

3.

Arah pandang B adalah arah pandang keluar tapak yang menghadap kearah pepohonan yang masih rindang.

4.

Arah pandang C adalah arah pandang keluar tapak yang menghadap kearah PantaiTeluk Asmara

5.

Arah pandang D adalah arah pandang keluar tapak yang menghadap kearah PantaiTeluk Asmara sama dengan arah pandang C

6.

Arah pandang E adalah arah pandang keluar tapak yang menghadap kearah pepohonan yang masih rindang.

Gambar 7. Analisis Arah Matahari Perancangan Hotel Resort ini menghadap kea rah utara agar sesuai dengan jalan yang menuju ke Pantai Teluk Asmara dan orientasi bangunan memanjang dari timur ke barat. 2.

Analisis Angin

Gambar 8. Analisis Angin


5.

Analisis Kebisingan

jalan menuju tapak. Pada arah barat laut digunakan sebagai jalan keluar dan masuk pengunjung.

8.

Analisis Zoning dan Tapak

Gambar 11. Analisis Kebisingan Tingkat kebisingan paling tinggi pada tapak berasal dari arah Pantai Teluk Asmara (warna merah) karena suara desir ombak pantai yang cukup besar, ketika malam desir ombah Pantai Teluk Asmara akan sangat terdengar jelas. Meskipun arah Pantai Teluk Asmara terbilang kebisingan tinggi namun suara desir ombak pantai tidak akan mengganggu. Pada arah Pantai Teluk Asmara terdapat pepohonan yang dapat membuat suara ombak tidak terlalu besar. Tingkat kebisingan sedang berasal dari arah pintu masuk (warna orens). Meskipun arah tersebut adalah satu satu nya akses menuju tapak, namun jalan tersebut tidak banyak di lalui olehpenduduk sehingga kebisingannya tergolong kebisingan sedang. Tingkat kebisingan rendah berasal dari area lahan kosong yang masih banyak ditumbuhi pepohonan.

6.

Gambar 14. Analsis Zoning dan Tapak Terdapat 5 zona dalam perancangan Hotel Resort dianataranya:

1. Zona parkir terletak di area dekat jalan untuk 2. 3. 4.

5.

Analisis Vegetasi

Gambar 12. Analisis Vegetasi

Dari analisis-analisis diatas maka bisa disimpulkan untuk menentukan konsep-konsep dalam segi perancangan tapak maupun bangunan yang akan dirancang. Konsep-konsep yang dihasilkan antara lain: 1. Konsep Perancangan Tapak

Pada tapak masih banyak tumbuh pepohonan yang letaknya tidak teratur. Pepohonan masih memiliki potensi yang bermanfaat sebagai penghalang sinar matahari dan dapat menyejukkan. Beberapa pohon eksisting masih ada yang dapatdi pertahan kan, namun ada juga yang akan di tata ulang agar tidak terlihat seperti hutan dan terlihat rapi.

7.

Analisis Sirkulasi dan Pencapaian Tapak

Gambar 13. Analisis Sirkulasi dan Pencapaian Tapak Sirkulasi yang di gunakan pada perencanaan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara adalah Pola Cluster. Hanya ada satu jalan menuju ke tapak dan tidakmemiliki nama jalan. Jalan tersebut diarah barat laut dan memiliki lebar 6 meter sehingga mobil maih dapat masuk kea rah tapak. Jarak tapak dari jalan raya yaitu 1,87 km. tidak terlalu jauh dari jalan raya. Pencapaian yang dipilih adalah sisi arah barat laut dimana hanya di sisi itu akses

memudahkan pengunjung masuk ke hotel resort Zona publik diletakkan di tengah dekat zona parkir untuk menjadi titik point masuk bangunan dan di arah dekat pantai. Zona semi-private berada di sisi arah barat karena kebisingan rendah sehingga tidak mengganggu kegiatan. Zona private berada di tengah tengah menghadap ke arah pantai yang memiliki kebisingan paling rendah sehingga pengunjung dapat istirahat dengan tenang. Zona service berada di sisi arah timur. Zona service berfungsi sebagai penungjang ruang lainnya.

Gambar 15. Konsep Perancangan Tapak Konsep pada tapak harus sesuai dengan konteks arsitektur hijau karena tema pada rancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang adalah arsitektur hijau. Konsep perancangan akan mengoptimalkan lahan yang sudah terpilih dengan fasilitas sesuai dengan fungsi dari bangunan tersebut. Ruang kamar diletakkan menghadap langsung kearah Pantai Teluk Asmara sehingga pengunjung dapat merasakan keindahan Pantai Teluk Asmara dan menghadirkan ketenangan.

2.

Konsep Perancangan Bangunan

Gambar 16. Konsep Perancangan Tapak


Konsep Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara mengambil dari bentuk kipas lipat tangan didapat dari respond terhadap bentang alam. Pola sirkulasi yang digunakan ialah pola cluster dimana bentuk cluster dapat menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Massa bangunan disesuaikan dengan site, material setempat yang dapat mendukung hemat energi serta mempertimbangkan view bangunan sehingga memiliki keselarasan antar bangunan di site. Terdapat beberapa penambahan massa untuk merespon kebutuhan ruang. Penerapan arsitektur hijau para bangunan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang sangat memperhatikan elemen - elemen seperti material, warna, tekstur dan proporsi pada setiap ruangnya. Gambar 17. Elemen dan Ornamen Pendukung 3.

Konsep Perancangan Struktur

Berdasarkan hasil analisis struktur yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, struktur yang akan diterapkan pada perancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang adalah :

4.

Struktur bawah yang digunakan pada perancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang adalah pondasi borepile dan pondasi batu kali

Struktur tengah yang sesuai dengan perancangan Hotel Resort di Pantai Teluk AsmaraMalang adalah beton bertulang

Struktur atas yang digunakan pada perancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang adalah beton bertulang dan struktur baja.

Konsep Kelengkapan Perancangan

Bangunan

6.

Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing •

Sistem Distribusi Air Bersih o

Sistem Down Feed, adalah sistem yang menggunakan reservoir bawah atau ground water tank sebagai media untuk menampung air bersih yang disuplai dari sumber air sebelum didistribusikan ke roof tank oleh pompa hidrolik. Dari roof tank akan didistribusikan lagi ke seluruh bangunan.

o

Sistem Up Feed, adalah sistem air bersih yang tidak menggunakan reservoir bawah. Air bersih di dapat dari sumber air lalu didistribusikan ke rooftank kemudian didistribusikan ke seluruh bangunan. Pada system ini penggunaan roof tank menjadi lebih besar karena wadah satu satunya untuk menyimpan cadangan air bersih.

Metode

Berdasarkan hasil analisis utilitas yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka utilitas dan yang akan diterapkan pada perancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang adalah Tabel 1. Konsep Kelengkapan Bangunan

Arsitektur hijau yang akan diterapkan pada perencanaan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang. Elmen yang akan digunakan adalah elemen alami seperti cahaya alami, udara, material dan view juga menjadi elemen pertimbangan site perencanaan. Elemen alami ini sangat mendukung arsitektur hijau karena dapat menghemat energi pada perencanaan. Selain itu elemen warna yang akan digunakan pada perancangan adalahwarna alami seperti cokelat kayu ataupun hijau daun. Untuk Ornamen akan digunakan kaca sebagai pencahayaan alami, penggunaan kisi kisi sebagai penghawaan alami dan pemilihan batu alam sebagai penghantar panas dari matahari.

Perancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang menggunakan system down feed dimana sumber utama air bersih adalah PDAM dan cadangan dari sumur artesis dan juga hotel resort membutuhkan penampungan air yang cukup banyak.

5.

Elemen dan Ornamen Pendukung


meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia. DAFTAR PUSTAKA [1]

Lawson. Fred, “Hotels and Resorts, Planning Design and Refurbishment”. New York: Van Nostrand Reinhold. 1995.

[2]

Dewanti Mayadiva. Hotel Bintang 4 Di Kota Semarang. 2016. RTRW Kabupaten Malang https://www.adhyaksapersada.co.id/apa-ituborepile/

Skema 1. Sistem Down Feed Air Bersih •

Sistem Distribusi Air Bersih

Air Kotor pada perancangan Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

o Air Kotoran yang berasal dari kloset dan urinoir kamar mandi yang disalurkan ke bawah melalui pipa khusus air kotoran menuju ke septictank, lalu disalurkanmenuju STP untuk diolah kembali sebelum dialirkan menuju sumur resapan yang akan dibuang ke riol kota.

o Air bekas yang berasal dari floor drain kamar mandi, washtafel, sink dapur disalurkan ke bawah melalui pipa air bekas menuju ke bak control setelah itu dialirkan ke STP untuk diolah kembali sebelum dialirkan menuju sumur resapan yang akan dibuang ke riol kota.

o Air Hujan yang mengalir ke talang akan dialirkan menggunakan pipa menuju bak control khusus untuk air hujan untuk ditampung dan dapat digunakan untuk menyiram tanaman.

Skema 2. Alur Air Kotor Setelah menganalisis dan mendapatkan konsep tapak dan bangunan yang sesuai dengan lokasi perancangan. Maka konsep tersebut menjadi dasar dalam proses perancangan.

KESIMPULAN Hotel Resort di Pantai Teluk Asmara Malang menggunakan konsep perancangan dengan tema Arsitektur Hijau sangat dibutuhkan dalam pembangunan di masa sekarang. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya pemanfaatan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien serta optimal, sehingga terciptanya lingkungan hidup manusia yang lebih baik dan sehat. Selain itu, arsitektur hijau juga bisa

[3] [4]


RUMAH SAKIT KHUSUS KANKER ANAK TYPE B DI SEMARANG, TEMA HEALING ENVIRONMENT PENDEKATAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR 1

Achmad Asep1 Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 achmadasepp@gmail.com

Abstrak Tahun 2013 menurut data Kementerian Kesehatan ada 347.792 orang, Penderita terbanyak yakni Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah kasus sebanyak 68.638 orang. Di Indonesia sendiri penderita kanker pada anak kira-kira sekitar 11.000 pertahun yang berasal dari keluarga kurang mampu. Mengutip laporan Kementerian Kesehatan RI, jenis kanker pada anak yang sering dialami ialah Leukimia, Retinoblasoma, Osteosarkoma (kanker tulang), Neuroblastoma, dan Limfoma. Di Semarang, fasilitas umum untuk penyakit kanker masih sedikit diantaranya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi, Semarang Medical Center (SMC) RS. Tegalrejo, sedangkan untuk fasilitas Rumah Sakit Khusus Kanker Anak belum tersedia. Agar dapat dilaksanakannya pencegahan dan penyembuhan kanker pada anak, diperlukan suatu pusat kesehatan yang dapat melayani anak penderita kanker. Ide gagasan atau tema perancangan adalah Therapeutic Environment dirasa sesuai untuk rumah sakit khusus kanker anak ini dengan pendekatan Psikologi Arsitektur. Therapeutic Environment adalah desain bangunan yang menyatu dengan lingkungan terapi, memadukan dengan alam, lingkungan penyembuhan, dan psikologis pasien.

Kata Kunci: Psikoilogi Arsitektur, Therapeutic Environment, Rumah Sakit Khusus Kanker Anak.

Abstract In 2013 according to data from the ministry of health there were 347.794 people, the most sufferers were Central Java province with 68.638 people. In Indonesia alone, approximately 11,000 children with cancer per year come from underprivileged families. Quoting a report from the Indonesian Ministry of Health, the types of cancer in children that are often experienced are leukemia, retinoblasoma, osteosarcoma (bone cancer), neuroblastoma and lymphoma. In Semarang, are still few public facilities for cancer on the Central General Hospital (RSUP) Dr. Kariadi, Semarang Medical Center (SMC) RS. Tegalrejo, while the facilities for the Children's Cancer Hospital are not yet available. In order to implement the prevention and cure of cancer in children, we need a health center that can serve children with cancer. The design idea or theme is Therapeutic Environment which is suitable for this special children's cancer hospital with an Architectural Psychology approach. Therapeutic Environment is a building design that blends with the therapeutic environment, blending with nature, the healing environment, and the patient's psychology.. Keywords:

Architectural

Psychology,

Therapeutic

Environment,

Children’s

Cancer

Hospital.


PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kematian terbesar si seluruh dunia. Menurut data IARC (InternationalAgency Research Cancer) keseluruhan kasus di dunia tahun 2012 total 14.067.894 kasus dengan 8.201.575 kematian akibat kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara penyebab terbesar kematian akibat kanker. [2]

lingkungan belajar, lingkungan informasi dan lingkungan binaan (fisikal). Terapi adalah usaha untuk menyembuhkan atau perawatan dan pengobatan orang yang sedang sakit, dengan meminimalkan penggunaan medis sehingga pasien akan menikmati proses pengobatannya.[6] Psikologi Arsitektur adalah studi yang mempelajari hubungan antara lingkungan dengan sifat atau perilaku manusia yang dimana antara keduanya berkaitan dan saling mempengaruhi.[7] Studi Preseden Rumah Sakit Kanker 1. Randall Children’s Hospital -USA

Gambar 1. Daftar 5 besar Provinsi Jumlah Penderita kanker di Indonesia Tahun 2013. Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015.[3]

Mudah gelisah, tertekan, dan seringkali takut, diam, menutup diri dan menangis tanpa bicara apaapa sebagai ekspresi kekhawatiran. Perawatan intensif di rumah sakit dapat menimbulkan kebosanan, karena rutinitas yang monoton. Hal ini dapat menimbulkan stress dan rasa tertekan bagi anak itu sendiri, yang akan berdampak pada kesehatannya. Sayangnya fasilitas perawatan yang melayani secara medis dan non-medis masih kurang tersedia. TINJAUAN PUSTAKA Ide gagasan atau tema perancangan adalah Therapeutic Environment dirasa sesuai untuk rumah sakit khusus kanker anak ini. Karena, Therapeutic Environment adalah desain bangunan yang menyatu dengan lingkungan terapi, memadukan dengan alam, penyembuhan, dan psikologis pasien. Oleh karena itu tema Therapeutic Environment menggunakan pendekatan Psikologi Arsitektur, yang merupakan konsep perancangan menggabungkan unsur alam, lingkungan penyembuhan, dan psikologis pasien. Klasifikasi Rumah sakit khusus terdiri dari rumah sakit kelas A, kelas B, dan kelas C. Untuk fasilitas dan pelayanannya sama seperti rumah sakit umum yang membedakan pelayanannya yang lebih diutamakan dalam rumah sakit khsusus tersebut. (Peraturan Menteri Kesehatan No.340/Menkes/III/2010/Pasal 24). [4] Lingkungan berarti daerah atau kawasan dan yang termasuk didalamnya, semua yanhg mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan.[5] Bedasarkan jenisnya lingkungan dibagi menjadi empat, yaitu: Lingkunagn psikososial,

Gambar 2. Randall Children’s Hospital -USA Sumber gambar : Archdaily

Struktur baja beton, tirai aluminium, dan bahan interior seperti ubin akustik, papan gypsum merupakan bahan-bahan yang dipakai pada bangunan rumah sakit ini. 2. The University Arizona Cancer Center

Gambar 3.The University Arizona Cancer Center Sumber gambar : Archdaily

The University Arizona Cancer Center, Pusat kanker komrehensif yang ditunjuk oleh institusi kanker nasional yang berkantor di negara bagian Arizona. Membawa terapi baru yang menjanjikan dari laboratorium ke samping tempat tidur adalah prioritas tinggi.


3. ABC (American British Cowdray) Cancer Center

menjadi dasar yang digunakan dalam proses perancangan ini. PERANCANGAN Lokasi perancangan terletak di Jl. HOS Cokroaminoto, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Berada dibelakang atau disebelah selatan Museum Mandala Bhakti, Lokasi site merupakan RS Bhakti Wira Tamtama. Berdasarkan peta peraturan tata guna lahan site ini diperuntukkan untuk zona pelayanan umum.

Gambar 4. ABC (American British Cowdray) Cancer Center Sumber gambar : Archdaily

Centro de Cancer ABC Mexico adalah Pusat Kanker yang dirancang sebagai Pusat Onkologi komprehensif yang mengintegrasikan Terapi Radiasi, Kemoterapi, Layanan Bedah, Diagnostik, dan Pendidikan Pasien, lahan seluas 4.500 m2. 4. Rumah Sakit Dharmais-Jakarta

Gambar 6. Lokasi Tapak Perancangan

Lokasi Perancangan memiliki

Gambar 5. Rumah Sakit Dharmais, Jakarta Sumber gambar : Archdaily

Luas

= 32.497m2 / 3.24 Ha.

GSB

= 29m dari as jalan.

KDB

= 60 %

KLB

= 4.2

Ketinggian bangunan = 7 lantai dan Koefisien dasar hijau = 40 %.

Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional yang merupakan pusat rujukan tertinggi jaringan pelayanan kanker di Indonesia. Bangunan utama terdiri dari 8 lantai dan ditambah 2 lantai basement, dengan total luasan 38.920 m2. METODOLOGI PERANCANGAN a.) Metode studi literatur digunakan untuk mendapatkan data berupa fakta dan teori yang terkait dengan objek dan tema perancangan, mengambil unsur perancangan yang bernilai positif dari tinjauan dan diterapkan dalam desain rancangan baru. b.) Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati tapak yang akan dibangun dan pengamatan pada preseden bangunan yang terkait. Data dianalisis kemudian menghasilkan sintesis yang akan digunakan dalam membuat konsep perancangan. Konsep perancangan

Gambar 7 Rencana Tata Ruang Wilayah Semarang[8]


Ruang Paliative

Gambar 8. Konsep Tapak. Sumber gambar : Analisis Achmad Asep

Diagram 2. Konsep Ruang lantai 3 & 4 Sumber gambar : Analisis Achmad Asep

Gambar 9 Gubahan massa. Sumber gambar : Analisis Achmad Asep

Diagram 3. Konsep Ruang lantai 5,6 & 7 Sumber gambar : Analisis Achmad Asep

Gambar 10. Konsep bangunan. Sumber gambar : Analisis Achmad Asep

Gambar 11 Konsep Struktur Sumber gambar : Analisis Achmad Asep

Diagram 1. Konsep Ruang lantai 1 & 2 Sumber gambar : Analisis Achmad Asep


HASIL PERANCANGAN Konsep yang telah dibuat menjadi dasar yang digunakan dalam proses perancangan. Hasil perancangan meliputi : Masterplan, block plan, site plan, denah, potongan, tampak, dan detail lainnya.

Gambar 12 Konsep Fasade Sumber gambar : Achmad Asep

Gambar 13 Tampak Depan, Kiri, Belakang, Kanan Sumber gambar : Achmad Asep

Diagram 4. Distribusi air bersih Sumber gambar : Sarana dan prasarana RS. 2010

Gambar 14 Perspektif Mata Manusia Sumber gambar : Achmad Asep

Diagram 5. Sitem air bersih, bekas & kotor. Sumber gambar : Sarana dan prasarana RS. 2010

Gambar 15 Perspektif Mata Burung Sumber gambar : Achmad Asep

Diagram 6. Diagram sitem tata udara. Sumber gambar : Sarana dan prasarana RS. 2010


kanker7safeb; Diakses pada 3 Oktober 2020.

Gambar 16 Perspektif Interior Sumber gambar : Achmad Asep

[4] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010. Online di : http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi /peraturan-menterikesehatan-nomor-340tentang-klasifikasi-rumah-sakit.pdf; Diakses pada 3 Oktober 2020. [5] Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian dari kata lingkung. Online di : https://kbbi.web.id/lingkung. Dikases pada Oktober 2020. [6] Rumah Tinggal Sebagai Lingkungan Therapeutic Bagi Usia Lanjut. Online di: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125113050805.pdf. hlm. 5 Diakses pada 17 Oktober 2020.

Gambar 17 Perspektif Eksterior Sumber gambar : Achmad Asep

[7] Deddy Halim, Ph.D. (2005), Psikologi Arsitektur. Online di: https://eprints.uns.ac.id/26823/1/I0209033_pend ahuluan.pdf. Diakses pada 17 Oktober 2020.

KESIMPULAN Bangunan Rumah Sakit merupakan bangunan yang terkesan menakutkan bagi semua orang, tak terkecuali anak-anak. Maka perlu perancangan yang bisa merubah suasana rumah sakit menjadi menyenangkan, ramah dan nyaman untuk dikunjungi. Tema healing environment perlu diterapkan dalam aspek perancangan rumah sakit karena dapat mendukung proses penyembuhan, dan dengan pendekatan Psikologi Arsitektur dalam rancangannya guna untuk merubah cara berpikir pasien yang berkunjung. Dengan meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau, memainkan interior dan tampak bangunan menjadi sedemikian rupa yang berkaitan dengan psikologi arsitektur.

DAFTAR PUSTAKA [1] S.K. Louisa dan K. Eunika. (2014). Fasilitas Perawatan Anak Penderita Kanker Di Surabaya. Jurnal eDimensi Arsitektur Vol. II, No. 1, (2014) 129-130; Diakses pada 3 Oktober 2020. [2] Pusat DataDan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Online di:https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/150 9070004/situasi-penyakit-kanker.html; Diakses pada 3 Oktober 2020. [3] Daftar 5 besar Provinsi Jumlah Penderita kanker di Indonesia Tahun 2013. Online di: https://www.google.com/search?q=data+balitba ng+kementerian+kesehatan+tentang+penderita+

[8] Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031. Online di: https://pusdataru.jatengprov.go.id/dokumen/RTR W-Prov/1-Kota Semarang / Lampiran-Peta-PolaRuang.pdf Diakses pada 28 November 2020.


PENATAAN KAWASAN SEKITAR PASAR PELANGI SEPATAN KABUPATEN TANGERANG Lina Marlianty1 Ramadhani Isna2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 Linamarlianty11@gmail.com

Abstrak Pasar Tradisional sebagai sumber utama sangat berperan penting untuk pemenuh kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat, salah satunya adalah Pasar Pelangi yang ada di Sepatan. Pasar Pelangi Sepatan ini merupakan pasar tradisional yang berada di kawasan pemuikman dan kawasan perdagangan regional untuk melayani daerah sekitar yang berlokasi di Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Tangerang. Dengan adanya beberapa hal yang tidak berfungsi dengan optimal dalam penerapan element dan peletakan ruang yang kurang tepat maka dilakukan nya penataan pasar pelangi ini sangat dibutuhkan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kawasan pasar dan mengembalikan fungsi infrastruktur maupun fasilitas penunjang kegiatan yang ada di pasar dengan mengikuti aspek-aspek tata kawasan yang ada di kabupaten tangerang agar dapat berfungsi dengan baik dan meningkatkan kualitas kawasan pasar pelangi sepatan serta memberikan kenyamanan bagi penjual dan pembeli dalam kegiatan yang ada di pasar. Salah satu untuk mewujudkan perancangan penataan kawasan ini dengan cara menerapkan konsep “Tradisional meet Modern” yang diusung dengan tema perancangan “Play Colourful Of Friendly”. Metode yang ditempuh dalam perencanaan perancangan penataan kawasan sekitar pasar pelangi ini dengan cara mengumpulkan data dengan melakukan studi literature, Selain itu setelah data terkumpul dilakukan analisis potensi dan permasalahan terkait dengan kondisi internal maupun eksternal pada pasar. Pada perancangan penataan kawasan pasar ini dilakukan dengan pendekatan arsitektur modern. Dalam hal ini penerapan perancangan penataan kawasan sekitar pasar dilakukan dengan pendektan Arsitektur Modern, Arsitektur Modern lebih dikenal dengan istirlah yang diberikan pada jumlah bangunan dengan gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk tanpa ornament. Kata Kunci: Pasar, Pasar Tradisional, Penataan Kawasan, Sepatan, Arsitektur Modern

Abstract Traditional markets as the main source play an important role in meeting the daily basic needs of the community, one of which is the Rainbow Market in Sepatan. Pasar Pelangi Sepatan is a traditional market located in a residential area and a regional trade area to serve the surrounding area which is located in Sepatan District, Tangerang Regency, Tangerang. With some things that do not function optimally in the application of elements and inappropriate placement of space, the arrangement of this rainbow market is very much needed aiming to improve the quality of the market area and restore the function of infrastructure and facilities supporting activities in the market by following these aspects. the existing regional planning in Tangerang regency in order to function properly and improve the quality of the rainbow sepatan market area as well as provide convenience for sellers and buyers in activities in the market. One of the ways to realize the design of this area arrangement is by applying the concept of "Traditional meets Modern" which is carried with the design theme of "Play Colorful Of Friendly". The method adopted in planning the arrangement of the area around the rainbow market is by collecting data by conducting a literature study. In addition, after the data is collected, an analysis of the potential and problems related to internal and external conditions in the market is carried out. In designing the arrangement of this market area, it is carried out with a modern architectural approach. In this case, the application of the design of the arrangement of the area around the market is carried out using the Modern Architecture approach, Modern Architecture is better known as the term given to the number of buildings with characteristic styles that prioritize simplicity of form without ornament. Keywords: Market, Traditional Market, Regional Arrangement, Sepatan, Modern Architecture PENDAHULUAN Pasar adalah salah satu tempat berinteraksi social bagi masyarakat dengan berbagai macam karakter sekaligus sebagai tempat berlangsungnya kegiatan perekonomian, sederhananya pasar merupakan tempat saling bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa.

Adapun definisi pasar menurut Kuntowijoyo 1994, adalah sebagai mekanisme (bukan hanya sekedar tempat) yang dapat menata kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan pihak penjual. Salah satunya adalah Pasar Tradisional, Pasar Tradisional selama ini kebanyakan terkesan kumuh, kotor dan stigma buruk bagi masyrakat sehingga seringkali masyarakat beralih tempat berbelanja ke pasar


modern, akibatnya makin sedikit pasar tradisional yang masih bertahan tetapi tidak berfungsi secara optimal. Pada kawasan di kecamatan sepatan kabupaten tangerang ini merupakan pusat perdagangan regional berfungsi untuk melayani masyarakat daerah sekitarnya, pasatnya perkembangan kecamatan sepatan dengan adanya infrastruktur salah satunya pasar tradisional. Perancangan penataan wilayah merupakan sebuah proses dalam perencanaan tata ruang untuk pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tata ruang merupakan wujud structural dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional maupun ruang wilayah kabupaten/kota meliputi perkotaan dan perdesaan yang direncanakan maupun tidak yang menunjukan adanya keterkaitan pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang akan berubah dengan cepat seiring dengan adanya pembangunan serta bertambahnya penduduk di suatu daerah. Serta ada nya tujuan dari perancangan penataan kawasan sekitar pasar pelangi di sepatan ini bertujuan menghasilkan pencapaian dari rencana penataan dengan upaya pemanfaatan ruang dan fasilitas pada kawasan, serta bertujuan untuk dapat menganalisis bagaimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kawasan ini dalam menghasilkan alternative perancangan dalam perancangan kawasan. Dalam perancangan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wadah atau ruang bagi masyarakat dalam melakukan aktifitas jual beli atau perdagangan Permasalahan yang sering muncul pada penggunaan fasilitas yang kurang memadai ataupun kurang memaksimalkan penggunaan infrastruktur yang ada, karena itu terjadinya kegiatan perdagangan yang kurang efisien dan efektif yang menimbulkan beberapa permasalahan pada pedagang, pengunjung serta masyarakat umum yang ada disekitar pasar. Berdasarkan permsalahan yang ada mengupayakan suatu perancangan penataan kawasan yang mampu memberikan element dan fasilitas pasar yang lebih memadai dan berfungsi serta mampu mengembangkan kebutuhan ruang dari eksisting dan infrastruktur dalam mengoptimalkan pola ruang yang fungsional secara efektif. Dalam proses perancangan adanya metode perancangan yang dilakukan dengan menganalisis serta mengumpulkan data untuk mengidentifiasi potensi dan permasalahan yang ada di dalam lokasi kawasan perancangan yang di fokuskan dalam upaya menata kawasan untuk ketersediaan fasilitas serta pemanfaatan infrastruktur yang sudah ada agar lebih optimal. TINJAUAN PUSTAKA Penerapan konsep pada kawasan secara garis besar adalah “TRADISIONAL MEET MODERN”. Dalam penataan kawasan ini ditinjau dari 2 sisi yaitu, fisik dan non fisik. Dari fisik ditinjau dari aspek bangunan dan infrastruktur sedangkan non fisik ditinjau dari prilaku dan manajemen pengelolaan pasar.

Dari aspek bangunan yaitu, Renovasi bangunan sesuai dengan kebutuhan dengan konstruksi menggunakan bahan dan material yang lebih berkualitas tahan lama, Arsitektur bangunan menyesuaikan dengan tema perancangan kawasan. Dari aspek infrastruktur yaitu, perbaikan sistem jaringan utilitas serta pengadaan fasilitas lain nya yang lebih memadai. Pada lingkungan kawasan pasar dibuat pembentukan area koridor untuk menunjang konsep penataan kawasan agar lebih berkarakter dan tertata rapih serta memberikan ciri khas pada suatu kawasan. Sedangkan Dari Aspek non fisik yaitu managemen pengelola lebih transparant dengan memperhatikan sistem pengelolaan agar lebih efsien dan ke efektif, Serta mempertahankan suasana tradisional dalam prilaku kegiatan didalam pasar dengan alasan tidak menghilangkan unsur budaya pada pasar tradisional. Hal ini dilakukan agar mampu menciptakan keselarasan yang dapat memberi persepsi dan pandangan baik bagi masyrakat dengan kemampuan memenuhi kebutuhan dan suasana yang lebih nyaman. Pada penataan kawasan sekitar pasar pelangi menerapkan penggunaan Tema “PLAY COLORFUL OF FRIENDLY” yang berarti “memainkan warnawarni yang ramah”. Tema ini menyesu'aikan dengan nama pasar pada kawasan ini yaitu “ Pasar Pelangi” yang identik dengan warna warni keceriaan. Penerapan tema “Colorful” Di terapkan pada bangunan dan di beberapa fasilitas lain nya yang ada didalam kawasan, dengan harapkan dapat memberikan kesan keceriaan dan kegembiraan dalam kawasan ini seperti pelangi. Sedangkan dalam penerapan tema “Friendly” dilakukan penerapan pada jalur pedestrian yg ramah dan menyenangkan untuk pejalan kaki, dari sisi sosial dengan ditambahnya berbagai fasilitas seperti RTH ramah anak dan plaza yang dapat digunakan sebagai pertunjukan baik tari/musik dilengkapi dengan area bazzar sehinggal pengunjung tidak hanya sebatas transaksi jual beli tetapi mendapatkan pengalaman yg membawa keceriaan dan kegembiraan seperti pelangi dengan adanya fasilitasfasilitas sosial lainnya. Dalam tinjauan teori pasar merupakan bentuk ruang ekonomi yang dapat menggambarkan kegiatan ekonomi, aktivitas utama yang berlangsung dalam kegiatan dipasar adalah jual dan beli sedangkan pelaku kegiatannya adalah pembeli dan penjual. Pasar dibagi menjadi 2 jenis yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional memili cirri khas secara umum yaitu: a. Adanya sistem menawar antar pembelidan penjual. Tawar menawar merupakah salah satu budaya yang masih sering dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan jual-beli. b. Dimiliki dan Dibangun atau dikelola oleh pemerintah. c. Sebagian besar barang yang dijual berbahan lokal. Pada perancangan penataan kawasan pasar ini dilakukan dengan pendekatan arsitektur modern. Arsitektur modern merupakan suatu istilah yang diberikan kepada jumlah bangunan dengan gaya


karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk tanpa ornament. Karakter ini pertama kali muncul pada tahun sekitar 1900. Gaya internasional dikenal pada tahun 1940 dan menjadi bangunan yang lebih dominan untuk beberapa decade dalam abad ke 20. Arsitektur Modern dapat diartikan sebagai pernyataan jiwa dari suatu massa, yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan social dan ekonomi yang ditimbulkan pada zamanya, yaitu mencari keharmonisan dari elemen modern serta mengembalikan arsitektur pada bidang yang sebenarnya(ekonomis,sosiologis dan kemasyarakatan), Congreas Interationaux d’Architecture Modern / CIAM (1928). Pada prinsip arsitektur modern Le Corbusier mengembangkan prinsip-prinsip arsitektur yang didikte secara teknis yang disebut “ The five points of a new architecture” dan paling jelas dalam Villa Savoye yang ia desain yaitu: a. Pilotis ; Merupakan Penggantian dinding pendukung dengan grid kolom beton bertulang yang menyandang beban struktural yang merupakan dasar dari estetika baru. b. The free design of the façade (Desain bebas pada fasad); Memisahkan bagian luar bangunan dari struktur fungsi-set-nya fasad bebas dari kendala struktural. c. The free designing of the ground plan (Perancangan bebas pada ground plan) ;Tidak adanya dinding pendukung yang berarti rumah bersifat tidak terkendali dalam penggunaan internalnya. d. The horizontal window (Jendela horizontal);Memotong di seluruh panjang fasad bangunan, sehingga pencahayaan dalam ruangan sama. e. Roof gardens (Taman Atap);Taman di atap datar dapat melayani tujuan domestik sementara memberikan perlindungan penting untuk atap beton. Sedangkan wasilah dalam buku gerakan Arsitektur mendefiniskan bahwa arsitektur modern merupakan keberanian tindakan megubah ulang konsep-konsep lama, memadukan perbedaan karakteristik gaya gaya, tradisi menjadi satu kesepakatan baru yang prosesnya berpijak dari aspekaspek fungsi ekonomi, sosiologi, dan material. selain itu, cirri-ciri arsitektur fungsional dapat dijelaskan sebagai suatu gaya internasional atau tanpa gaya ( seragam), bentuk tertentu, fungsional, less is more, berupa khayalan, idealis, tunggal, nihilsmdan kejujuran pada bahan penerapan tema yang akan diaplikasikan. Karakteristik dalam Arsitektur Modern umumnya tidak dimiliki makna atau mengacu pada hal-hal tertentu maupun cirri khas suatu daerah tersebut, karena hal inilah yang menjadikan arsitektur modern bersifat homogen dan diharapkan bisa menjadi gaya yang diterapkan semua orang dalam internasional atau international style. Karakteristik Arsitektur modern pada umumnya adalah :

a.

b. c. d. e. f.

Suatu yang mengadopsi prinsip bahwa bahan dan fungsi sangatlah menentukan hasil dalam suatu bangunan. Suatu penolakan terhadap gaya lama. Arsitektur tanpa makna/filosofi, hanya fungsi. Menyederhanakan bangunan sehingga format detail dan ornamen menjadi tidak perlu. Suatu yang menyangkut tentang mesin dan teknologi bangunan Menolak adanya bordiran atau ukiran dalam bangunan.

METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan dalam proses perancangan yang dilakukan untuk mendapatkan data serta mengenal karakteristik kawasan yang bersangkutan dengan objek kajian. Dalam konsep yang dirancang memperhatikan hal hal yang mengacu pada tema dengan menyajikan desain yang efektif. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam memperoleh data, yaitu: a. Survey Lapangan berfungsi untuk mengumpulkan data primer yang dilakukan untuk mengetahui dan mengamati kondisi yang menunjang perancangan penataan kawasan, sedangkan observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data fisik kawasan seperti kondisi eksisting. b. Studi Pustaka dilakukan untuk mengkaji teori-teori dari studi literatur terkait dengan kawasan atau objek tertentu. Infromasi dan data juga diperoleh dari buku atau jurnal yang berkaitan dengan penataan kawasan. c. Studi preseden dilakukan sebagai refrensi mengenai tema dan objek sejenis, data dapat diperoleh melaui internet atau jurnal mengenai hal yang akan dibahas. Setelah itu dilakukan nya tahap analisis data yang sudah diproleh atau dikumpulkan kedalam konsep perancangan penataan kawasan bertujuan untuk menghasilkan kesimpulan dan dapat diaplikasikan kedalam desain sesuai dengan metode yang digunakan. Adapun studi preseden yang dilakukan terkait dalam perancangan penataan kawasan sekitar pasar pelangi sepatan dari beberapa pasar yang bisa digunakan sebagai refrensi atau acuan dalam merancang penataan kawsan yang memiliki pendekatan tradisional dan modern sebagai berikut: 1. Pasar Sindhu Sanur Bali

Gambar 1 Pasar Sindhu Sinur, Bali.


Pasar Sindhu Sanur Bali berada di jalan Danau Tamblingan Sanur Denpasar. Pasar sindhu adalah pusat perdagangan berbasis tradisi yang telah digagas sejak tahun1969 dan dibangun pada tahun 1971. Pasar Sindhu sanur dibali bertepatan dijalan Danau Tamblingan Sanur Denpasar. Pasar sindu berada dilahan seluas 5200m2, terdiri dari bangunan utamanya seluas 3700m2 diperuntukan untuk kios sebanyak 150 unit dan toko 78 unit dengan sisa lahan untuk pedagang musiman seperti pedagang yang menjual makanan. Pedagang los ditata sesuai dengan jenis dagangan, sehingga masyrakat lebih mudah untuk belanja. Penataan pasar ini sesuai dengan jenis dagangan yang mempermudah serta menjaga kebersihan pasar. Mengacu pada sistem pasar bersih kawasan ini dilengkapi fasilitas yang sangat memadai. Penerapan pengelolaan limbah ala hotel modern pada pasar sindhu merupakan satusatunya yang ada diindonesia, mengacu pada standar pengelolaan limbah dibawah 20 berdasarkan rekomendasi biological oxygen demand ( BOD ) dan dibawah 35 standar chemical oxygen deman ( COD ). 2. Pasar Modern BSD Pasar Modern BSD berada Dijalan Letnan Sutopo, RW, Mekar Jaya Kecamtan Serpong Kota Tangerang Selatan, Banten. Pasar modern BSD ini sudah berhasil menerapkan model pengemangan manajemen, yang efektif dan efisien, yang membuat pasar ini mampu bersaing dengan ritel besar. Pasar ini mengusung konsep tradisional yang mampu menarik pengunjung meski disekitar nya ada pusat ritel besar.

Malioboro berasal dari nama seorang anggota Colonial Inggris yang dahulu menduduki Yogyakarta pada abad 1881 sampai 1816 M yang bernama Marborough. Kolonial hindian belanda membangun malioboro dipusat kota Yogyakarta sebagai pusat aktivitas perekonomian dan pemeerntahan. Di Malioboro juga terdapat berbagai aktivitas tradisional sampai dengan aktivitas belanja, mulai dari bentuk aktivitas tradisional sampai dengan aktivitas belanja modern.

Gambar 3 Pasar malioboro Yogyakarta memiliki peraturan daerah tahun 2010-2029 pasal 71 ayat 2 menyebutkan bahwa dalam membentuk identitas atau citra kawasan dengan salah satu elemen fisik adalah fasad bangunan. Sebagai jalan kolektor skunder, pada korior malioboro difungsikan sebagai area perdagangan dan jasa.Pada kawasan koridor jalan malioboro ini sudah sangat tertata meskipun disepanjang jalanya adalah area perdagangan dan jasa. Sirkulasi yang teratur dan aksesbilitas yang sangat mudah dapat dijangkau. Sepanjang koridor pada malioboro juga memiliki pendestrian yang sangat baik, oleh karena itu citra kawasan ini terbilang sudah cukup efektif dan efisien. PERANCANGAN

Gambar 2 Pasar modern BSD. Pasar ini menggunakan pendekatan revitalisasi pasar secara fisik dan non fisik, dengan memiliki kondisi dan jenis bangunan yang mengadopsi arsitektur bentang. Zoning mixed use dibuat mumdahkan mobilitas pembeli, pasar ini berhasil mentranformasikan pasar tradisional menjadi modern dengan visi misinya sendiri untuk menghidupkan kembali pasar tradisional dan menghilangkan kesan kumuh danjorok dari pandangan masyrakat sehingga pasar bisa dinikmati dengan baik oleh semua kalangan. 3. Kawasan Koridor Malioboro

Gambar 4 Peta Kecamatan Sepatan. Lokasi perancangan penataan kawasan terletak di Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan sepatan dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu Sepatan dan Sepatan Timur. Batasan wilayah kecamatan sepatan adalah Utara: Kecamatan sukadiri dan kecamatan pakuhaji, Timur: Kecamatan sepatan timur, Selatan: Kota tangerang, Barat: Kecamatan Rajeg dan kecamatan pasar kemis. Lokasi perancangan ini berada di Kecamatan Sepatan, yang dimana Aksesbilitas dan pencapaian pada kawasan ini tidak terbatas karena berada di Jalan Raya Pakuhaji, Sepatan, Kecamatan Sepatan dengan


sirkulasi kendaraan dua arah. Serta dapat dicapai dengan kendaraan umum seperti angkot, becak, ojek dan kendaraan pribadi.

Gambar 7 Deliniasi Site Kawasan Pasar Gambar 5 Lokasi site Penataan Kawasan Pasar Pelangi sepatan Lokasi perancagan penataan kawasan ini memiliki luas lahan 15 Ha dan luas bangunan pasar 2880m2 yang dikelilingi sawah dan pemukiman. Kabupaten Tangerang memiliki dokumen Perda no 13 tahun 2011 tentang RTRW untuk mmengatur intensitas pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW kabupaten tangerang tahun 2010-2030 , lokasi ini berada dipusat pelayanan dengan KDB 60%, KLB 6 KDH 10% RTH 30%, dan ketentuan KTB yang berada dikawasan sepatan adalah 15 lantai dengan GSB (garis sepadan bangunan) kawsan site ½ jalan dari jalan utama 10 m.

Pada pengelolaan data yang berkaitan dengan kondisi site kawasan pada peletakan area atau zoning dengan memperhatikan aspek kondisi eksisting pada site sehingga menghasilkan kawasan yang fungsional serta membagi beberapa zona sesuai dengan kebutuhan area masing-masing.

Gambar 8 Konsep Intensitas Site Penataan Kawasan

Gambar 6 Peta Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tangerang 2-10-2030. Pada Perda sistem perkotaan dan pedesaan dituangkan dalam peraturan RTRW kawasan kecamatan sepatan termasuk Pusat Pelayanan yang dipromosikan sebagai PKLp. Salah satu Ketentuan zonasi yang berfungsi sebagai PKLp yang diarahkan sebagai Pasar Regional. Dengan mengacu pada kebijakan kondisi wilayah potensi dan permasalahan yang ada serta dalam kedudukan wilayah dengan tujuan pada penataan ruang yang ada maka arahan fungsi utama untuk wilayah kabupaten tangerang 2010 sampai 2030 salah satunya adalah pengembangan perdagangan dan jasa. Dengan perencanaan penataan kawasan pasar pelangi sepatan akan memberikan faktor kualitas suatu kawasan sesuai dengan ketentuan RTRW. Pada peruntukan lahan kawsan penataan sebenarnya sudah cukup baik namum masih adayang tidak sesuai dengan zonasi peruntukan seperti pada lokasi sekitar site terdapat KUA, Stadion Mini dan Bantaran Kali, Kurang tepatnya bangunan KUA dan Stadion Mini yang berada tepat samping bangunan pasar rencananya akan direlokasikan dan ditata sesuai zonasi penempatan area.

Tata bangunan pada kawasan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu, Area perdagangan dan Area penunjang. Pada penerapan pembagian lokasi dapat dilihat dari acuan kriterian pasar seperti pembagian area sesuai dengan sifat, jenis komoditi dan klasifikasi sehingga pada zonasi didalam kawasan pasar sesuai dengan perletakan zona area yang ditentukan.

Gambar 9 Konsep Tata Masa Bangunan Dengan adanya analisis kondisi area yang ada, penempatan bangunan-bangunan yang ada masih belum membentuk zona-zona per area dan masih bercampur tidak sesuai zona. Hal ini membuat kurang efektifnya area yang ada didalam site kawasan seperti bangunan pasar, KUA, dan Stadion Mini yang sangat berdeketan, karena itu nantinya akan direlokasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada sesuai zona dengan dibuat lebih fleksibel didalam zona area yang sudah ditentukan. Penataan ruang pada site kawasan menyesuaikan kegiatan yang ada untuk memberikan pembagian penataan area yang jelas


dengan aktivitas nya masing-masing. pada kawasan ini Sangat disayangkan karena masih belum ada fasilitas bangunan pengelola yang layak, padahal untuk kemajuan sebuah kawasan maka diperlukan bangunan pengelolaan agar dalam pengelolaan kawasan dapat lebih optimal.

(RTRA) dan area bantaran kali. Banyaknya lapak PKL ini membuat kondisi pasar pelangi sepatan terlihat lebih kumuh, dan PKL yang ada di pinggir jalan koridor kawasan ini membuat beberapa pengunjung seringkali parkir dipinggir jalan yang mengakibatkan kemacetan pada saat berlangsungnya aktivitas.

Gambar 10 Kondisi Eksisting Koridor Jalan Site Kawasan

Gambar 13 Kondisi Eksisting PKL

Sehubung denga lokasi yang strategis, kawasan pasar pekangi ini memiliki sirkulasi dua arah yang mampu dilewati pengguna kendaraan pribadi dan umum, namun sepanjang jalan koridor kawasan pasar pelangi sepatan ini tidak memiliki jalur pejalan kaki seperti pendestrian untuk itu dilakukanya penataan pereancangan koridor dalam memfasilitasi jalur pejalan kaki agar dalam beraktivitas dikawasan sekitar pasar lebih aman dan nyaman.

Gambar 11 Konsep Sirkulasi Kendaaan Dan Pejalan Kaki sedangkan dalam penerapan konsep sirkulasi untuk didalam zona perdagangan dari hasil analisis pola sirkulasi yang cocok ada didalam zona perdagangan adalah Pola sirkulasi grid dan Pola sirkulasi radial.

Pada konsep penerapan lapak PKL dibangun bangunan semi permanen untuk kios kios yang berada di sekitar bangunan utama pasar, hal ini dilakukan untuk menata kios-kios lebih tertata dan nyaman pada saat kegiatan berlangsung. Ruang terbuka seperti RTRA memaksimalkan fasilitas untuk kenyamanan pada penggunanya dengan memberikan fasilitas yang lebih memadai dan area bantara kali diterapkan fungsi sebagai RTH umum sebagai taman-taman kecil untuk menciptakan ruang terbuka yang menghubungkan ke area zona penunjang.

Gambar

14

konsep

Ruang

Terbuka

Hijau

Berdasarkan hasil survey dalam kawasan ini juga masih kurangnya pepohonan yang meneduhkan kawasan, maka dari itu pada penerapan perancangan penataan kawasan ini agar mampu menciptakan vegetasi yang baik untuk kawasan dengan menanami pepohonan teduh di sekitar site kawasan maupun di koridor kawasan.

Gambar 12 Konsep Pola Sirkulasi Dalam Zona Perdagangan Pola gabungan ini mengarahkan pengunjung ke sub zona-zona yang ada didalam zona perdagangan menuju zona yang akan dituju. Sirkulasi pengunjung memiliki kategori berupa jalur penghubung antar zona perdagagan dengan zona penunjang atau zona pendukung lainnya. Pada kawasan ini terdapat beberapa ruang terbuka seperti lapak PKL, Ruang terbuka ramah anak

Gambar 15 konsep Vegetasi Vegetasi yang akan diterapkan dalam penataan kawasan adalah penanaman pohon penyejuk seperti pohon tanjung pada pendestrian idilakukan untuk


memperhatikan jalur pejalan kaki agar lebih nyaman. Penanaman pohon peneduh seperti pohon pucuk merah di itik tertentu sebagai penyejuk pengunjung pada saat berada didalam kawasan, pohon ini juga dimanfaatkan sebagai ekisting atau tanaman perdu didalam kawasan dengan ukuran pohon yang dapat disesuaikan. Vegetasi juga dapat mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan yang berlalu lalang dan juga dapat menambah eksisting pada penataan kawasan.

sistem jaringan air bersih akan diterapkan menggunakan jaringan dari PDAM dan air sungai yang akan difiltrasi ke penampungan, penerapan ini sekaligus meningkatkan pemanfaatan kualitas air dan sistem air bersih.

Gambar 18 Konsep Jaringan Air Bersih Sedangkan sistem jaringan air limbah cair dan padat pada pasar pelangi menyediakan instalasi pengelolaan limbah cair hanya dengan resapan sedangkan pengelolaan limbah oleh STP menuju resapan dan kekali. Gambar 16 Kondisi Eksisting Main Enterance Pasar Pelangi Mengenai tata kualitas lingkungan yang baik adalah meningkatkan karakter kawasan, mengenai identitas orientasi lingkungan. Menurut hasil survey lokasi masih banyak kekurangan dari segi element street furniture pasar. kondisi main enterance pada lokasi site kawasan juga masih kurang baik karena tidak memiliki gapura atau gerbang masuk kawasan padahal adanya main enterance sebagai daya tarik pengunjung. Didalam kawasan pasar juga tidak ada sign lokasi yang infromatif untuk petunjuk zona area dan sub sub zona, dan tidak ada lampu penerangan didalam kawsan sehingga kawasan terlihat gelap pada malam hari. Dan untuk tempat penampungan sampah masih belum ada sehingga tejadinya penumpukan sampah disetiap sudut tempat yang menimbulkan bau yang kurang enak.

Gambar 19 Konsep Sistem Jaringan Air Limbah Cair Dan Padat Pada konsep sistem jaringan limbah cair dan padat merupakan perluasan jaringan prasarana limbah dan penerpan penyediaan instalasi khusus penghasil limbah. Pada pengelolaan ini sistem jaringan air limbah cair hanya dengan spitank, limbah padat diolah oleh STP menuju resapan dan ke sungai. Pada pasar pelangi sepatan sistem jaringan drainase belum memadai untuk menanggulangi banjirr dan genangan, karena pembuangan air hujan hanya langsung ketanah dan buangan air langsung menuju kali dengan saluran gorong-gorong.

Gambar 17 Titik Titik Penumpukan Sampah Oleh sebab itu perlu dilakukan penerapak tata kualitas kawasan pasar seperti memfasilitasi dan menyediakan element street furnitur pasar antara lain seperti lampu penerangan untuk kawasan dan koridor jalan kawasan, tempat penampungan pembuangan sampah dititik lokasi, sign infromasi dan dll. Unruk kondisi Prasarana dan utilitas lingkungan sangat ini sangat belum memadai. Pada sistem jaringan air bersih yang ada di pasar pelangi sepatan hanya menggunakan jaringan sederhana dan hanya berada di titik tertentu saja. maka pada penerapan

Gambar 20 Konsep Jaringan Drainase Maka dari itu dalam meningkatkan pelayanan perasarana drainase untuk mengatasi permasalahan banjir dan genangan dibuat konsep penerapan penyediaan dan pengendalian limpasan air hujan dengan kapasitas tamping yang memadai dengan pembuangan air langsung menuju kali dengan


menggunakan saluran tertutup dan saluran biopori untuk resapan ketanag agar dapat menanggulangi jika terjadinya kenaikan debit air. Dalam hasil analisis sistem persampahan yang ada di kawasan pasar pelangi sepatan masih minim, kurangnya penyediaan wadah untuk persampahan mengakibatkan banyak nya penumpukan sampah disembarang tempat. Maka dilakukan peningkatan penyediaan tempat sampah dan penampungan pembuangan sampah sebelum ke TPAS (Tempa pembuangan Akhir sampah)

sarana penanggulangan bencana dalam keadaan darurat.

Gambar 23 Lokasi Titik Kumpul Dalam Kawasan Upaya memudahkan dan meningkatkan keamanan, jalur ini dilengkapi dengan penanda safety sign yang digunakan sebagai penunjuk titik kumpul atau rambu jalur evakuasi baik dalam bangunan maupun kawasan. Konsep yang telah dibuat menjadi acuan dalam prancangan penataan kawsan, berikut hasil dari perancangan berupa gambar kerja seperti masterplan kawasan, tampak kawasan, potongan kawasan, detail gambar, dan gambar persfektif. Gambar 21 Konsep Sistem Jaringan Sampah Dengan menyediakan tempat sampah, tempat sampah ini nantinya akan dibedakan menjadi dua bagian yaitu organic dan non organic. Penempatan dilakukan diberbagai titik yang strategis, pada penataan sistem jaringan sampah ini merencanakan menyediakan fasilitas penampungan sampah agar dalam pengelolaan sampah bisa lebih baik dan teratur untuk mengurangi penumpukan sampah. Sistem jaringanlitrik pada pasar pelangi sepatan berasal dari PLN, jika terjadi pemadaman listrik maka kawasan ini tidak ada arus listrik yang mengalir kerena tidak ada gardu listrik khusus kawasan ini, tidak ada pembagian zona jaringan listrik dan pembangkir listrik ketika terjadi pemadaman.

Gambar 22 Konsep Sistem Jaringan Listrik Dengan lokasiyang cukup luas, kawasan pasar pelangi ini memerlukan jaringan listrik setiap titik yang diperlukan dengan penempatan di tiap titik-titik yang strategis bahkan untuk menyalurkan arus listrik di beberapa bangunan yang ada dikawasan sekitar pasar pelangi . Konsep penerapan ini terkait luas kawasan dan daya arus listrik hanya diperoleh dari PLN. Dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas suatu kawasan di buat prasarana sistem jaringan pemadam kebakaran pada kawsan pasar pelangi sepatan, sarana pemadam kebakaran ini diperlukan jalur evakuasi yang dilintasi mobil pemadam kebakaran sebagai jalur penyelamatan dan

Gambar 24 Masterplan Kawasan

Gambar 25 Tampak Kawasan dan Persegmen 1

Gambar 26 Tampak Kawasan dan Persegmen 2


Gambar 27 Potongan Kawasan Gambar 32 Persfektif Mata Manusia segmen 2

Gambar 28 Potongan Kawasan Persegmen

Gambar 33 Persfektif Mata Manusia segmen 3

Gambar 29 Fassad Bangunan Pasar Pelangi

Gambar 34 Detail Sirkulasi Kendaraan Dan Pejalan Kaki

Gambar 30 Persfektif Mata Burung Kawasan

Gambar 35 Detail Sirkulasi Kendaraan Dan Pejalan Kaki Gambar 31 Persfektif Mata Manusia segmen 1


Gambar 36 Detail Street Furniture

berada di sekitar pemukiman. Pasar ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar kawasan pasar, karena itu penulis melakukan penataan kawasan sekitar pasar dengan konsep pasar tradisional meet modern dan tema yang diterapkan berharap dapat diarahkan juga kepada bangunan bangunan yang ada disekitar pasar guna menciptakan keselarasan suatu kawasan. Diharapkan pada upaya penataan pasar ini dapat menjadi kawasan pasar yang dapat mewadahi kegiatan masyrakat sekitar dalam memenuhikebutuhan seharihari dengan memberikan fasilitas yang mendukung. Dengan itu memberikan stigma dan pandangan baru kepada masyrakat bahwa pasar tradisional yang layak jauh dari kesan kumuh dan nyaman untuk dikunjungi. DAFTAR PUSTAKA [1]

Gambar 37 Detail RTH Taman Anak

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

Gambar 38 Detail Plaza

[7]

[8]

[9]

[10]

Gambar 39 Detail Utilitas KESIMPULAN Berdasarkan proses perancangan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penataan kawasan sekitar pasar pelangi sepatan disatu sisi berada disekitar bantaran kali dan disatu sisi

Ahmad. Aziz, Perencanaan Kawasan “Pasar Hobi” Makasar. Arsitektur,UIN allaudin. 2017. .Inisial Nama Belakang. Nama Depan, “Judul Buku”. Edisi. Kota Terbit: Nama Penerbit. Tahun Terbit. Septiana, Revitalisasi Taman Satwa Bandung. Skripsi. Jakarta. Universitas Pancasila. 2018. RPIJM, Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tangerang. Laporan Akhir. Tangerang. 2009. Perda No 13, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang. Undang-undang. 2011. PermenPu. No.6, Tentang “Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan”.2007. Isna. Ramadhani, Reinventing Public Space. Tesis Magister Rancang Kota. Depok.ITB.2017. Wasilah, Pasar Tradisional dengan penataan modern. Tesis. Makassar. Arsitektur Teknologi UIN-alaudin.2017. Marlina.Endy, Pasar sebagai Ruang seduluran masyarakat jawa. Skripsi.Yogyakarta. Arsitektur Universitas Teknologi Yogyakarta.2015. Mardina.Tesalonika, Redesain Pasar Tradisional Amburang. Skripsi. UNSRAT.2013 Basimah.Zahrul, Penataan Kawasan Pasar Tradisional kenanga-anggrek. Jurnal Ilmiah.Universitas Tanjungpura.2014.



PENATAAN KAWASAN MIXED USE WANASARI SEBAGAI KAWASAN SEHAT DAN TANGGAP BENCANA Muhammad Radityo Subrantas Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila mradityosubrantas@gmail.com

________________________________________________________________________________ Abstrak Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota tidak terlepas dari pertambahan jumlah penduduk, aktivitas beragam dan tingkat mobilitas yang tinggi. Berbagai macam sarana dan prasarana dibangun oleh pemerintah untuk menunjang aktivitas penduduk yang bertujuan untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan penduduk di suatu kota. Kelurahan Wanasari adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kabupaten Bekasi yang memiliki satu keunggulan yaitu di sektor ekonomi, karena di Kelurahan ini terdapat Pasar Induk Cibitung, 2 Area Industri. Namun, keunggulan tersebut menimbulkan masalah seperti kemacetan, kebersihan kawasan, prasana yang kurang terawat dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, bangunan yang berdiri tidak sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku dan resiko bencana alam yang akan terjadi. Maka dari itu diperlukan penataan dengan tema kawasan sehat dan tanggap bencana agar masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut menjadi lebih nyaman dan sehat. Kata Kunci: Wanasari, Tanggap Bencana dan Sehat, Kemacetan, Kebersihan, Prasarana, Masyarakat.

Abstract The development and growth of a city cannot be separated from the increase in population, diverse activities, and high levels of mobility. Various kinds of facilities and infrastructure were built by the government to support population activities that aim to improve the progress and welfare of residents in a city. Wanasari District is one of the District in Bekasi Regency which has one advantage, namely in the economic sector, because in Wanasari District there is a Cibitung Main Market, 2 Industrial Areas. However, these advantages cause problems such as congestion, cleanliness of the area, infrastructure that is poorly maintained and does not function properly, buildings that do not comply with applicable regional regulations, and the risk of natural disasters that will occur. Therefore, it is necessary to arrange with the theme of healthy and disaster-responsive areas so that the people who live in the area become more comfortable and healthy. Keywords : Wanasari, Disaster-responsive, District, Congestion, Cleanliness, Infrastructure, People. _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Perkembangan dan pertumbuhan di suatu kota tidak terlepas dari penambahan jumlah penduduk setiap tahunnya yang memiliki berbagai aktivitas dan mobilitas yang tinggi. Sarana dan Prasarana fisik terus dibangun oleh pemerintah agar dapat menunjang aktivitas masyarakat dengan baik, meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan penduduk di kota tersebut. Kabupaten Bekasi adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Jawa Barat, memiliki letak yang strategis karena terletak diantara Kota Bekasi dan Kabupaten Karawang dan di Kabupaten Bekasi memiliki satu kelurahan yang memiliki keunggulan di bidang ekonomi, yaitu Kelurahan Wanasari. Kelurahan Wanasari merupakan kelurahan yang memiliki ragam aktivitas seperti bekerja, berdagang, tempat tinggal serta berkonsultasi dengan tenaga kesehatan di rumah sakit. Di Kelurahan Wanasari terdapat Rumah Sakit Umum Daerah, Pasar Induk Cibitung, 2 Area Industri yang terletak di jalan utama namun, kelebihan tersebut menimbulkan masalah

seperti polusi udara, kebersihan, sarana dan prasarana yang kurang terawat, minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta banyaknya bangunan liar yang terbangun tidak sesuai dengan ketentuan dari Peraturan Daerah yang berlaku termasuk 2 Area Industri yang terletak di jalan utama. Namun, dalam mengidentifikasi masalah tersebut diperlukan mencari data dengan survei ke lokasi yang akan di tata kembali, meminta data yang diperlukan ke Pemerintah Daerah, dan juga mencari studi literatur yang berkaitan dengan masalah di Kelurahan Wanasari. Dari data yang sudah dikumpulkan melalui survei dan mengacu pada studi literatur tertentu dan dianalisa pada bagian pemanfaatan ruang, prasarana dan sarana utilitas, jalur sirkulasi dan jalur penghubung dapat disimpulkan bahwa Kawasan Wanasari ini memerlukan penataan kembali secara masif agar masyarakat yang tinggal maupun yang singgah dapat melakukan aktivitasnya dengan aman dan nyaman, terhindar atau minim resiko akibat bencana alam dan juga membentuk image kawasan yang sebelumnya tidak teratur menjadi teratur dan rapih.


TINJAUAN PUSTAKA Kawasan daerah campuran / mixed use adalah kawasan yang memiliki fungsi tata guna lahan campuran atau fungsi dalam bangunan ( fungsi hotel, fungsi apartemen, fungsi perbelanjaan, tempat wisata) semuanya digabung menjadi satu dan akan saling berhubungan, saling bergantung satu sama lainnya. Mixed use adalah salah satu pendekatan menggabungkan berbagai kebutuhan dan aktivitas serta fungsi yang berada di suatu kota sehingga terbentuk satu wadah besar dan kompleks yang dapat mewadahi semua kebutuhan dan fasilitas yang saling berkaitan [1]. Tujuan dan fungsi dari kawasan mixed use adalah [2] : • Akses yang mudah ke berbagai fasilitas. • Dapat meminimalisir kemacetan. • Kesempatan sosial yang lebih beragam. • Menberi stimulasi pada indra manusia dalam wujud bangunan yang berbeda dalam jarak dekat. • Lebih efisien dari segi energi, penggunaan ruang dan bangunan. • Meningkatkan kelangsungan hidup fasilitas kota dan pendukung untuk bisnis mikro, kecil dan menengah. Kawasan sehat adalah salah satu kondisi wilayah yang menilai dari segi kenyaman, bersih, sehat, dan aman melalui peningkatan suatu potensi masingmasing kawasan dengan kegiatan yang sudah disepakati oleh masyarakat, kelompok usaha dan pemerintah. Kawasan sehat maupun kota sehat adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi masing-masing orang [3]. Mengacu pada aspek standar pada tahun 1999, terdiri dari : • Penggunaan dan penyimpanan bahan beracun seperti pembasmi hama maupun nyamuk digunakan dan disimpan dengan baik. • Pemeliharaan kebersihan di sekitar rumah. • Pemeliharaan, pembuatan serta penggunaan sumber air bersih seperti sumur pompa, sumur gali, atau air pipa lalu perawatan dan jalur yang berbeda untuk lubang sampah, tempat pembuangan air bekas dari dapur maupun kamar mandi. Mitigasi bencana adalah cara untuk meminimalisir resiko bencana baik dari pembangunan fisik maupun penyadaran serta peningkatan terhadap ancaman bencana [4]. Berdasarkan Pasal 1 ayat 9 UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa dijabarkan menjadi dua pola, yaitu : • Mitigasi struktural : salah satu upaya untuk meminimalisir bencana dengan melakukan pembangunan berbagai prasarana fisik dan ada campur tangan teknologi agar struktur dari bangunan maupun prasarana tidak membahayakan jika terjadi bencana. • Mitigasi non-struktural : adalah upaya meminimalisir bencana dengan pembuatan

tata ruang kota, capacity building masyarakat, perencanaan wilayah dan asuransi. Mitigasi ini berlawanan dengan mitigasi struktural karena mitigasi ini menggunakan alat fisik sebagai pendeteksi awal bencana. Tujuan dari mitigasi bencana adalah mengurangi resiko serta dampak yang ditimbulkan, sebagai landasan untuk perencanaan pembangunan namun diperlukan pertimbangan matang dalam menyusun program mitigasi, seperti : • Harus di integrasikan dengan proses pembangunan khususnya di daerah rawan bencana. • Penekanan terhadap informasi bagaimana menolong diri sendiri saat bencana dan bagaimana menggunakan sumber daya lokal. • Mempelajari kondisi dan tata guna lahan yang dihuni oleh masyarakat pada satu daerah untuk mencegah kerugian sosial maupun ekonomi.

Gambar 1: Tahapan Mitigasi Bencana Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2018

Jalur pejalan kaki merupakan suatu tempat untuk manusia untuk berjalan kaki, wujudnya bisa dalam bentuk trotoar, penyebrangan zebra serta pelican dan penyebrangan tidak sebidang. Tujuannya adalah memberi ruang kepada pejalan kaki untuk berjalan karena sangat berbahaya jika disatukan dengan jalur lain seperti jalur sepeda atau kendaaran bermotor [5]. Fungsi jalur pejalan kaki adalah : • Sebagai jalur penghubung antar satu tempat ke tempat yang lain. • Merupakan wadah pejalan kaki yang dapat melakukan aktivitas pejalan kaki. • Sebagai pemisah antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki. • Mempermudah manusia untuk berjalan kaki Terdapat kriteria yang diperlukan untuk membuat jalur pejalan kaki seperti : • Lebar jalur efektif pejalan kaki adalah 150cm diasumsikan membawa barang 15 cm dan satu ruang untuk pejalan kaki 60cm. • Jalur pejalan kaki harus diperkeras dengan perkerasan seperti aspal, conblock, dsb. • Lebar jalur pejalan kaki dari perhitungan diatas harus ditambah jika terdapat fitur prasarana seperti rambu lalu lintas, pohon peneduh dan fasilitas lainnya.


Selain jalur untuk pejalan kaki terdapat jalur pejalan kaki untuk penyandang disabilitas, namun standarnya cukup berbeda dengan jalur pejalan kaki, seperti : • Minimal lebar jalur 150cm dan luas minimal 225cm • Tingkat trotoar harus memudahkan pengguna jalur disabilitas • Dilengkapi dengan jalur pemandu serta perangkatnya untuk menunjukkan perbedaan tekstur trotoar. • Bahan yang digunakan dalam pembuatan trotoar harus menggunakan bahan anti-slip untuk menghindari kecelakaan atau cidera pada jalur disabilitas.

METODOLOGI PERANCANGAN Wanasari memiliki luas total 817 Ha. Namun fokus penataan pada kawasan ini memiliki luas ±34 Ha, dengan batas wilayah Jalan Bosih Raya di sisi utara, Jalan Raya Pantura di sisi selatan dan Jalan Nona Merah di sisi timur.

Gambar 3: Fokus Penataan Kawasan Sumber: Diolah dari Google Earth, 2020

Gambar 2: Kebutuhan Ruang Pejalan Kaki Berkebutuhan Khusus Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah salah satu sistem manajemen yang penting dalam pengelolaan sampah. TPA sudah disediakan pemerintah setempat untuk memberi pelayanan dan tanggung jawab kepada masyarakat. Pada sistem tempat pembuangan akhir terdapat beberapa jenis yang sering digunakan pada umumnya seperti [8] : • Sistem Open Dumping Sistem open dumping adalah sistem pembuangan sampah yang paling sederhana dimana cukup membuang sampah tetapi tidak ada penutupan. • Sistem Controlled Landfill : Sistem controlled landfill adalah kombinasi antara open dumping dengan sanitary landfill dimana penerapannya lebih condong ke metode sanitary landfill • Sistem Landfill : Sistem landfill adalah sistem yang menempatkan sampah ke tempat yang lebih rendah lalu menimbunnya dengan tanah ataupun penutup lainnya [9]. • Sistem Sanitary Landfill: Sistem sanitary landfill adalah metode yang mengontrol pembuangan limbah padat, karena metode ini membuang dan menumpuk di satu lokasi yang meiliki kontur lalu memadatkannya dengan tanah [10].

Potensi di kawasan ini memiliki potensi yang sangat banyak, karena wilayah yang akan dilakukan penataan ini terdapat fasilitas umum seperti Kereta Rail Link ( KRL ), Pasar Induk Cibitung, serta Rumah Sakit Umum Daerah. Selain itu kawasan ini terletak di Jalan Raya Pantura yang merupakan akses utama dari luar kota menuju Kota bekasi maupun Kota Jakarta.

. Gambar 4: Jalan Raya Pantura Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

Gambar 5: Pasar Induk Cibitung Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

Secara garis besar, permasalahan yang ada di kawasan ini adalah tidak tertatanya lingkungan dan ada sarana yang tidak tersedia dengan baik, kurangnya kebersihan di kawasan ini yang berimbas ke kualitas lingkungan pada kawasan ini.


yang cukup sering di beberapa titik saja dan kualitas lingkungan yang kurang baik, penyebabnya adalah penumpukan limbah padat yang tidak teroganisir dengan baik dan polusi udara yang cukup parah karena dilewati oleh berbagai macam kendaraan yang menuju maupun keluar dari Pasar Induk Cibitung.

Gambar 6: Kualitas Lingkungan Wanasari Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

Pada kawasan ini tidak tersedia ruang terbuka hijau yang layak hanya ada ruang terbuka yang terdiri dari bangunan bangunan liar serta resapan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah sementara dan juga menandakan bahwa kawasan ini memiliki sistem manajemen limbah padat yang buruk.

Gambar 9: Kawasan Tanggap Bencana dan Sehat Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

Gambar 7: Kondisi Ruang Terbuka Wanasari Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

Selain ruang terbuka dan kualitas lingkungan, sarana-prasarana dan sirkulasi pada kawasan ini menjadi masalah, karena sirkulasi pada kawasan ini dinilai masih tidak efektif karena banyak jalur pejalan kaki yang tidak bisa digunakan secara baik, selain itu kemacetan juga menjadi masalah utama pada kawasan ini.

Konsep dari penataan kawasan ini adalah Walkable dan sehat, dimana akses pada kawasan ini bisa dilalui oleh pejalan kaki, salah satu cara nya adalah memperbaiki jalur yang sudah ada, melebarkan dan menambahkan jalur jika tidak terdapat jalur. Tujuannya adalah mereduksi polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Penggunaan lahan pada kawasan ini mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No.12 Tahun 2011 [6]. Zona pada kawasan yang akan ditata kembali terdiri dari zona hunian, zona industri, dan zona prasarana untuk stasiun. Untuk intensitas lahan akan mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 6 Tahun 2009 [7].

Gambar 10: Pemanfaatan Lahan dan Penggunaan Lahan Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi, 2009

Gambar 8: Sarana-Prasarana dan Sirkulasi Kawasan Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

PERANCANGAN Tema yang diterapkan pada penataan Kawasan Wanasari ini adalah Tanggap bencana dan sehat. Yang memiliki tujuan untuk membentuk kawasan Wanasari yang sebelumnya terdapat bencana alam seperti banjir

Fasade pada kawasan ini mengalami perubahan bentuk, menyesuaikan dengan konsep pada kawasan ini yaitu tanggap bencana dan sehat. Maka fasade dan bentuk bangunan dibuat bukaan yang cukup besar agar cahaya dan udara dapat bersirkulasi dengan baik.


pesepeda diletakkan didekat jalur kendaraan untuk memberi keamanan ekstra untuk pengguna pejalan kaki.

Gambar 13: Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Pesepeda Sumber: Analisa Pribadi, 2021

Gambar 11: Fasade Kawasan dan Tampak Jalur Utama Sumber: Analisa Pribadi, 2021

Sirkulasi pada kawasan ini dilakukan perubahan, tetapi tetap mengacu pada keadaan existing dan diberi penambahan jalur agar dapat dilalui dengan mudah dengan moda transportasi apapun, selain itu lebar jalan dibuat menjadi 10 meter.

Pada existing kawasan ini tidak ada Ruang Terbuka Hijau yang layak, maka dari itu dibentuk tiga Ruang Terbuka Hijau yang terdiri dari Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, Plaza dan Area Pemancingan Terbuka. Tujuannya adalah untuk menampung dan menunjang aktivitas masyarakat demi terciptanya kawasan yang sehat baik dari psikis dan raga.

Gambar 12: Masterplan dan Potongan Jalur

Gambar 14: Ruang Terbuka Hijau

Sumber: Analisa Pribadi, 2021

Sumber: Analisa Pribadi, 2021

Pada sirkulasi kawasan ini terdapat jalur pejalan kaki dan jalur khusus pesepada, di jalur pejalan kaki terdapat guiding block yang bertujuan untuk mempermudah penyandang disabilitas dalam menggunakan jalur tersebut, selain itu jalur khusus

Prasarana dan sarana pada kawasan ini dinilai masih kurang dan tidak terawat, seperti drainase yang tidak dapat menampung air secara baik karena penyumbatan pada jalur drainase akibat limbah yang tidak terolah dengan baik. Selain itu, terdapat salah satu


daerah yang rawan banjir maka dari itu perlu memperlebar ukuran drainase dan dibuat danau resapan agar dapat menampung air yang tidak bisa ditampung oleh saluran drainase. Selain drainase dan pejalan kaki, ditambahkan titik lampu dan tiang telekomunikasi di beberapa titik untuk memperkuat sinyal dan akses internet pada kawasan ini.

Sistem pembuangan limbah di kawasan ini menerapkan sistem 3R ( Reduce, Reuse, Recycle ) dan strategi pintu depan ( pra konsumsi ), tengah ( saat konsumsi ) belakang ( pasca konsumsi ) bersama masyarakat. Namun, hal tersebut masih kurang efektif jika tidak diiringi dengan prasarana yang baik, maka dari itu dibuat penampungan dan pengolahan sampah dengan sistem sanitary landfill.

Gambar 17: Pembuangan Sampah dan Tempat Pengolahan Sampah Sumber: Analisa Pribadi, 2021

Gambar 15: Utilitas Kawasan

Tentunya dalam proses pengumpulan sampah atau limbah padat diperlukan teknis pengangkutan sampah tersebut, teknis yang dimaksud seperti :

Sumber: Analisa Pribadi, 2021

Dalam terwujudnya kawasan tanggap bencana, dibentuk titik evakuasi untuk menghindar dari bencana gempa bumi maupun kebakaran ataupun antisipasi bencana yang tidak terduga, selain itu membuat rencana preventif kebakaran dengan cara membangun pos pemadam kebakaran dan penempatan hidran di beberapa titik. Gambar 18: Teknis Pembuangan Sampah Sumber: Analisa Pribadi, 2021

Gambar 16: Titik Evakuasi Sumber: Analisa Pribadi, 2021


Gambar 19: Perspektif Kawasan Sumber: Analisa Pribadi, 2021

KESIMPULAN Kawasan Wanasari memiliki potensi besar menjadi salah satu kawasan tertata dan sehat karena memiliki kelebihan di sektor ekonomi, dan juga untuk mobilitas sangat mudah dijangkau. Hal tersebut bisa dicapai jika dilakukan penataan kembali sesuai peraturan yang berlaku dan memanfaatkan masalah yang ada di kawasan ini menjadi potensi. DAFTAR PUSTAKA [1] Marlina, Endy, Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Penerbit Asih, 2008 [2] Davies,Lleweyln, Urban Compendium Design, English Partnership & The Housing Corporation, 2000. [3] Undang-Undang Pasal 1 Ayat 9 No.24 Tahun 2007 , Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2007. [4] Peraturan Menteri No.34 Tahun 2005 Nomor 1138/MENKES/PB/VII/2005, Kementrian Kesehatan, 2005. [5] Departemen Pekerjaan Umum, Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum. Departemen Pekerjaan Umum, 1999. [6] Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi, Pemerintah Kabupaten Bekasi, 2011 [7] Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi, Pemerintah Kabupaten Bekasi, 2009. [8] Analisis Faktor Penghambatpenerapan Kebijakan Sanitary Landfill Di Tpa Jatibarang Semarang Sesuai Dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Susanti, Elli Yoana, Universitas Dipenogoro, 2016. [9] Penanganan Dan Pemanfaatan Sampah, Soewedo Hadiwiyoto, Idayu Press, 1983. [10] Penanganan Dan Pemanfaatan Limbah Padat, PT MeltonPutra, Djuli Murtadho dan Gumbira Said. 1988. Jakarta. Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Emil Salim. 1986.


PERANCANGAN GAIERI KEBUDAYAAN NUSANTARA DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR FUTURISTIK Cindy CIara Amanda Program Studi Arsitektur Universitas PancasiIa cindy.amanda31@yahoo.co.id

Abstrak Indonesia merupakan negara yang terkenaI dengan tingkat kebudayaan yang tinggi. Sejarah panjang Indonesia bahkan sebeIum tercipta kata ‘Indonesia’ itu sendiri menyimpan banyak kisah yang akhirnya menjadi sebuah sejarah di masa kini. Sejarah tersebut dapat berupa banyak haI, saIah satunya adaIah sejarah kebudayaan. Perancangan GaIeri Kebudayaan Nusantara merupakan sebuah jawaban atas upaya peIestarian keragaman kebudayaan yang sudah ada. GaIeri ini dapat menjadi sarana reksreasi sekaIigus edukasi para pengunjungnya. Metode yang digunakan daIam perancangan dimuIai dari metode pengoIahan data berupa survey dan studi Iiteratur, kemudian hasiI dari data yang didapatkan tersebut dikumpuIkan untuk kemudian dianaIisis untuk mendapatkan sebuah konsep yang akan diterapkan pada proses perancangan. Konsep yang diterapkan daIam bangunan gaIeri ini diwujudkan daIam bentuk tema Arsitektur Futuristik. Konsep ini diambiI untuk mendobrak pandangan masyarakat bahwa suatu haI yang menyangkut dengan kebudayaan adaIah sesuatu yang sudah kuno dan tidak reIevan. Konsep ini untuk menciptakan suasana baru bagi pengunjung daIam berwisata edukasi kebudayaan.

Kata Kunci: GaIeri Kebudayaan, Jakarta, Arstikektur Futuristik, edukasi reksreasi Indonesia is a country which known as diverse cuIture. Indonesia's Iong history even before the creation of the word 'Indonesia' itseIf hoIds many stories that eventuaIIy become history in the present. The history can be in the form of many things, one of which is the history of cuIture. The design of GaIeri Kebudayaan Nusantara is the efforts to preserve the existing cuIturaI diversity. This gaIIery can be a means of recreation as weII as education of its visitors. The method used in the design starts from data processing methods in the form of surveys and Iiterature studies, then the resuIts of the data obtained are coIIected and then anaIyzed to obtain a concept that wiII be appIied to the design process. The concept appIied in this gaIIery buiIding is manifested in the form of the Deconstruction Architecture theme. This concept was taken to break the pubIic's view that something reIated to cuIture is something that is outdated and irreIevant. This concept is to create a new atmosphere for visitors in cuIturaI education tours.

PENDAHUIUAN Kebudayaan adaIah sesuatu yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang cakupannya meIiputi poIa periIaku, bahasa, reIigi, seni, dan Iain-Iain yang kemudian diakui sebagai sebuah identitas suatu bangsa. [1] DaIam haI ini, Indonesia dikenaI sebagai negara dengan tingkat kebudayaan yang tinggi, banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya haI ini, jika ditinjau dari segi sejarah, Indonesia pernah dijajah oIeh bangsa asing, dengan perpindahan kekuasaan yang berIangsung seIama ratusan tahun Masuknya teknoIogi yang berkembang pesat terutama di abad ke 20 menyebabkan muIai terjadinya gIobaIisasi. GIobaIisasi memungkinkan terjadinya pertukaran pandangan antar negara di dunia daIam haI pemikiran, produk, pandangan dunia, hingga aspekaspek kebudayaan DaIam pasaI 32 UUD 1945 (versi asIi) menyatakan bahwa “pemerintah memajukan kebudayaan nasionaI Indonesia”. Namun demikian, daIam praktik di Iapangan beIum banyak ditemukan tanda-tanda usaha daIam kemajuan kebudayaan.

Perancangan GaIeri Nusantara ini dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran untuk pemerintah daIam usaha memajukan kebudayaan nasionaI Indonesia. Karena kerja-kerja pembangunan dan peIestarian adaIah tugas bersama. TINJAUAN PUSTAKA Tema yang digunakan daIam perencanaan dan perancangan GaIeri Nusantara ini adaIah arsitektur Futuristik dengan pendekatan Respon to site. Desain ini dengan memanfaatkan kemajuan di era teknoIogi berusaha menggambarkan masa depan dengan penggunaan materiaI baru seperti baja, kaca, dan aIumunium DaIam mengembangkan konsep futuristik, daIam perencanaannya digunakan pendekatan respon to site dengan mengamati kondisi aktuaI tapak dari segi arah matahari, angin, tingkat kebisingan, serta aksesibiIitas sehingga dapat menghasiIkan desain yang fungsionaI. Adapun studi banding yang terkait daIam perancangan GaIeri Kebudayaan Nusantara yang berasaI dari daIam dan Iuar negeri yang bisa digunakan sebagai acuan daIam adaIah sebagai berikut:


1.

GaIeri NasionaI Indonesia

Gambar 1.GaIeri NasionaI Indonesia Sumber: http://jakartatourism.go.id/visit/bIog/2020/12/gaIeri-nasionaIindonesia GaIeri NaionaI Indonesia menyimpan serta memamerkann karya seni rupa seperti Iukisan, sketsa, grafis, patung, keramik, fotografi, seni kriya, dan seni instaIasi. Saat ini GaIeri NasionaI Indonesia memiIiki sekitar 1785 koIeksi karya seniman Indonesia dan mancanegara. Ruang Iingkup kegiatan gaIeri NasionaI yaitu meIaksanakan pameran, meIaksanakan preservasi, akuisisi, dan dokumentasi, seminar, diskusi, workshop, performance art, pemutaran fiIm/video (screening), festivaI, Iomba, dan Iain-Iain yang berkenaan dengan peningkatan pemahaman, keterampiIan, dan apresiasi seni rupa. [2] 2.

Guangzhou Opera House

METODOIOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan daIam proses perancanagn GaIeri Nusantara ini adaIah 1. Metode PengoIahan data jenis data dibagi menjadi dua, yaitu data primer (survey dan observasi), dan data sekunder (studi Iiteratur dan studi perbandingan). 2. Metode AnaIisis Merupakan pengoIahan data yang sudah didapatkan sehingga mengasiIkan konsep perancangan 3. Metode Perancangan Ketika data sudah berhasiI dianaIisi sehingga mendapatkan hasiI berupa konsep perancangan, konsep ini merupakan gambaran kasar dari sebuah desain sebeIum akhirnya menghasiIkan sebuah bentuk. DiperIukan sebuah metode perancangan daIam mengoIah konsep sehinga menghasiIkan sebuah desain. Metode yang digunakan adaIah respond to site dengan pendekatan Arsitektur Futuristik.

PERANCANGAN Iokasi perancangan terIetak di Jakarta Utara. Iokasi perancangan ini diapit oIeh 2 bandara (Bandara Soekarno Hatta dan HaIim perdanakusuma) yang masing-masing hanya berjarak sekitar 20km, dan PeIabuhan Tanjung Priok yang hanya berjarak 9km. Jakarta dipiIih sebagai Iokasi perancangan karena potensi parawisatanya yang terus berkembang dari tahun ke tahun. HaI ini merupakan sebuah niIai tambah bagi sebuah Iokasi yang akan dibangun sebuah gaIeri kebudayaan.

Gambar 2. Guangzhhou Opera House Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Teater_Agung_Guangzh ou Merupakan saIah satu karya arsitek yang terkenaI dengan gaya dekonstruksinya, yaitu Zaha Hadid yang dibuka pada tahun 2010. Teater ini menjadi pusat pertunjukan teaterikaI terbesar di Tiongkok SeIatan dan menempat peringkat ketiga teater nasionaI Tiongkok seteIah Teater Beiing dan Shanghai. [3] Guangzhou Opera House merupakan saIah satu bangunan pertama yang menerapkan konsep arsitektur dekonstruksi parametrik, struktur baja terIihat jeIas pada bagian fasad bangunan ini yang kemudian menjadi ciri khas.

Gambar 3. Konsep Intensitas Iahan

Tapak memiIiki Iahan seIuas 2,1 Hektar. Berdasarkan peraturan daerah setempat, Iahan yang boIeh digunakan hanya sebesar 50% atau sebesar 10.500 m2 dengan ketinggian bangunan maksimaI 4 Iantai. Ruang Hijau yang dimiIiki Iahan ini akan cukup untuk menghaIau poIusi Jakarta dengan menanam pepohonan yang dapat menghaIau debu di sekitar Iahan.


Gambar 4. Konsep Tapak Berdasarkan hasiI survey, Iokasi Iahan beradadi dekat jaIan raya dan pintu masuk toI, sehingga sangat mudah untuk dijangkau para pengendara. Kondisi jaIan untuk pejaIan kaki juga terbiIang sangatbaik, sehingga gaIeri dapat juga dengan mudah dijangkau oIeh para pejaIan kaki.di sekitar area tapak juga sudah ditumbuhi pepohonan rindang yang menjadi pembatas antara tapak dengan jaIan raya. HaIini merupakan sebuah keuntungan bagi tapak karena pepohonan dapat menjadi barrier bagi poIusi yang dihasiIkan kendaraan yang berIaIu IaIang di jaIan raya

Berdasarkan hasiI anaIisis tapaj, maka bentuk bangunan terbaik sehingga dapat memaksimaIkan pencahayaan dan pengudaraan aIami untuk dapat masuk ke daIam bangunan, maka orientasi bangunan dibuat mengarah ke barat daya mengikuti arah datangnya angin. PengoptimaIan penghawaan aIami pada bangunan dengan cara

Gambar 5. Studi Massa Bangunan Gambar 7. Konsep UtiIitas Dengan menanggapi kondisi eksisting pada tapak berupa arah angin, matahari, dan sumber kebisingan, maka didapatkan massa bangunan yang terdiri dari 4 Iantai dengan ruang di bagian tengahnya yang dibiarkan kosong untuk memksimaIkan udara aIami yang masuk. Dari transformasi bentuk tersebut kemudian didapatkan zonasi ruang yang terdiri dari zonasi privat, semi privat dan pubIik. Dari kebutuhan ruang yang teIah dijabarkan daIam tabeI kebutuhan ruang, maka didapatkan konsep kebutuhan ruang pada tiap Iantai bangunan. Pada Iantai basement dikhususkan untuk area parkir mobiI, Iantai 1 untuk Iobby, gift shop, dan ruang staff, Iantai 2 untuk ruang pameran dan perpustakaan, Iantai 3 untuk ruang pameran dan workshop, Iantai 4 untuk auditorium.

Tata kuaIitas Iingkungan sekitar tapak sudah cukup baik daIam segi arsitekturaI kawasan. EIemen street furniture seperti kursi taman, Iampu jaIan, tempat sampah, dan signage sudah Iengkap, dan ini merupakan bagian dari daya tarik pariwisata. Kondisi jaringan Iistrik sudah cukup baik, kabeIkabeI tidak terIaIu merusak visuaI. Begitu puIa dengan penggunaan air bersih yang sudah menggunakan sumber air dari PDAM. Sumber air di sekitar Iokasi tidak suIit ditemukan karena di sekitar Iokasi tapak sudah tersedia hoteI, perkantoran, dan apartment yang tentunya membutuhkan aIiran air bersih. SaIuran drainase kawasan sudah terintegrasi dengan baik, sehingga keciI kemungkinan terjadi banjir.

Gambar 6. Transformasi Bentuk KIB bangunan kesenian di kecamatan pademangan adaIah 4 Iantai, dengan mempertimbangkan kebutuhan ruang yang diperIukan, maka bangunan dibuat 4 Iantai dengan menempatkan 4 buah kubus secara vertikaI. memberi ruang pada bagian tengah bangunan untuk sirkuIasi udara masuk sampai dengan Iantai dasar.

Gambar 8. Tampak Atas


Tapak berada di persimpangan jaIan raya, yaitu jaIan raya besar JI. HBR Motik. Demi memanfaatkan potensi tapak yang berada di Iokasi ramai maka tapak perancangan bangunan gaIeri ini menggunakan 2 buah entrance dan 1 exit gate demi meminimaIisasi adanya kejahatan pencurian. Main entrance berada di nomor 3, sedangkan side entrance yang berada di nomor 4. Main entranceberfungsi sebagai pintu masuk bagi mobiI dan pejaIan kaki, sedangkan side entrance berfungsi sebagai pintu masuk bus dan motor

Gambar 9. Tampak Perspektif Gaya khas arsitektur futuristik adaIah kesederhanaan, kesederhanaan mendapatkan niIai tambah, sedangkan dekorasi dianggap sebagai sesuatu yang tidak fungsionaI. MateriaI yang digunakan merupakan materiaI masa kini seperti baja, aIuminium, dan kaca. Semakin berkembangnya teknoIogi, maka arsitektur futuristik pun akan semakin berkembang. DaIam perancangan GaIeri Kebudayaan Nusantara ini menggunakan materiaI baja dan kaca, serta diIapisi oIeh Iapisan AIuminium Composit PaneI

KESIMPUIAN Menanggapi kebutuhan akan tempat pariwisata yang berbasis edukasi serta entertainment di Indonesia ini maka perancangan GaIeri Kebudayaan Nusantara ini diarasa cukup penting demi terciptanya Indonesia dengan identitas yang kuat. GaIeri Kebudayaan Nusantara menggunakan konsep Arsitektur Arsitektur. Konsep ini diambiI untuk mendobrak pandangan masyarakat bahwa suatu haI yang menyangkut dengan kebudayaan adaIah sesuatu yang sudah kuno dan tidak reIevan. Konsep ini untuk menciptakan suasana baru bagi pengunjung daIam berwisata edukasi kebudayaan.

DAFTAR PUSTAKA [1] [2]

[3]

https://ejournaI.unib.ac.id/index.php. http://jakartatourism.go.id/visit/bIog/2020/12/gaIerinasionaI-indonesia id.wikipedia.org/wiki/Teater_Agung_Guang zhou


PANTI WERDHA BERBASIS HEALING ENVIRONMENT DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOPHILIC DI PANTAI INDAH KAPUK (PIK) 1

Nabilah Arinda1 Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 nabilaharinda02@gmail.com

Abstrak Lansia merupakan tahapan siklus akhir dalam kehidupan manusia. Pada tahap ini perubahan lansia sangat terlihat baik pada perubahan fisik maupun mental sehingga dibutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lansia. Namun di kota sibuk seperti jakarta hal tersebut merupakan masalah bagi keluarga atau anak lansia yang kekurangan waktu untuk bisa merawat lansia,walaupun pengabdian merawat lansia mereka bisa digantikan dengan perawat tetapi lansia tidak cukup itu mereka juga perlu teman atau lingkungan yang mendukung untuk masa pemulihanya contonya dengan bertemu atau bertukar pikiran dengan teman sebayanya.metode yang di gunakan dalam perancangan dimulai dengan studi literatur dan survey lapangan agar memperoleh data dengan lengkap, kemudian dianalisis. hasil analisis digunakan untuk membuat konsep yang akan diterapkan pada proses perancangan. Konsep perancangan Panti Werdha di PIK Memiliki tema Healing Environment dengan pendekatan Arsitektur Biophilic merupakan penerapan desain lingkungan terapi dengan memadukan antara unsur alam, indra dan psikologis, beberapa faktor lingkungan sangat banyak berperan dalam proses penyembuhan manusia. Dengan adanya Panti ini diharapkan dapat menambah fasilitas pelayanan sosial khususnya lansia dengan kualitas panti werdha berbasis healing environment (lingkungan terapi ) sebagai upayah kesejahteraan dan pemulihan Kesehatan lansia di masa tuanya. Kata Kunci: lansia, panti werdha, healing environment, arsitektur biophilic The elderly is the final phase of human life. At this phase, human change is prominent both physically and mentally, therefore extra care is needed to improve the welfare of elderly people. Family plays an essential role in caring for the elderly anf helping the elderly to reach the available resources in order to meet the needs of their life. However, in a busy city like Jakarta, this is a problem for families or elderly children who lack time to be able to care for the elderly, even though their dedication to caring for the elderly can be replaced by nurses but the elderly are not enough, they also need friends or a supportive environment for the recovery period, for example with meet or exchange ideas with peers. The method used in the design begins with a literature study and field survey in order to obtain complete data, then analyzed. The results of the analysis are used to create concepts that will be applied to the design process. The concept of designing a nursing home at PIK has the theme of Healing Environment with a Biophilic Architecture approach, which is the application of a therapeutic environment design by combining natural, sensory and psychological elements, several environmental factors play a large role in the human healing process. With the existence of this orphanage, it is expected to be able to add social service facilities, especially the elderly, with the quality of nursing homes based on a healing environment (therapeutic environment) as an effort to improve the welfare and health of the elderly in their old age. Keywords: elderly, nursing home, healing environment, biophilic architecture

PENDAHULUAN Dalam suatu proses kehidupan manusia menjadi tua adalah suatu yang tidak dapat dihindari seiring dengan berjalanya waktu yang muda menjadi tua dan yang tua semakin tua. Lansia merupakan tahap siklus akhir dalam kehidupan. Pada tahap ini perubahan manusia sangat terlihat baik pada perubahan fisik maupun mental sehingga dibutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lansia.

Namun sangat disayangkan jumlah bantuan para lansia di kota sibuk seperti jakarta khususnya di daerah perumahan modern PIK dan sekitarnya yang kebanyakan masyarakat etnis tianghoa yang memiliki ajaran bahwa keluarga ataupun lansia merupakan hal yang harus di hormati dan perlakukan sangat baik selama sisa hidupnya [1]. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada justru kurang adanya tempat atau fasilitas yang layak untuk


lansia sebagai peningkat kualitas hidup dan Kesehatan di daerah tersebut. lanjut usia menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas [2]. Penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan seiring kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Perkembangan demografi ini dapat membawa dampak bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial. Menurut data yang didapat dari Badan Pusat Statistik, terdapat 869.684 lansia di DKI Jakarta pada tahun 2018. Pola bertempat tinggal lansia juga berkaitan erat dengan kesehatan lansia lansia paling banyak tinggal bersama dengan keluarga mereka sebesar 42% dan tiga generasi sebesar 31%. Umumnya, kehidupan lansia yang masih memiliki pasangan akan diperhatikan oleh pasangannya. Sedangkan lansia yang berstatus sebagai orang tua/mertua kehidupannya akan diperhatikan oleh anak atau menantunya [3]. Dalam buku Health and Human Behaviour, terungkap bahwa justru faktor lingkunganlah yang berperan besar dalam proses penyembuhan manusia, yaitu sebesar 40%, sedangkan faktor medis hanya 10%, faktor genetis 20% dan faktor lain 30%. Faktor lingkungan terdiri dari faktor lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan. Lingkungan buatan (manmade environment) dalam ilmu arsitektur meliputi ruangan, bangunan, lingkungan sekitar hingga kota. Terkait dengan adanya peran besarnya dalam proses penyembuhan, maka sudah seharusnya faktor lingkungan mendapat porsi besar dalam desain suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu konsep desain yang menempatkan faktor lingkungan dalam porsi besar adalah Healing Environment [4]. Namun pola pikir kebanyakan masyarakat Indonesia, bahwa menitipkan lansia ke panti werdha merupakan Tindakan tidak terpuji, padahal kenyataanya Peran keluarga juga termasuk kewajiban penting untuk membantu menjaga dan merawat lansia, tetapi semuanya tidak bisa di penuhi akibat aktifitas yang sibuk Khususnya dikota seperti Jakarta, PIK merupakan salah satu daerah yang pemikiran masyarakatnya sudah lebih modern karena kenyataanya menitipkan lansia di panti tidak selaman Tindakan yang tidak terpuji, malah membuat alternatif tempat untuk lansia menjadi baik untuk Kesehatan mental dan fisiknya, pemikiran tersebut di dukung dari pemikiran kebanyakan masyarakat PIK yang beretnis tianghoa yang memupunyai ajaran bahwa lansia harus di hormati dan diberikan kehidupan yang layak untuk masa tuanya. Terkadan gada pemikiran yang lain yang membuat ragu keluarga atau pun lansia di tempatkan di panti karena kondisi panti yang ada, bangunan dan fasilitas yang seadanya itu membuat para lansia merasa tidak nyaman untuk ditinggali. Hal-hal tersebut yang melatar belakangi perancangan Panti werdha Berbasis Healing Environment Dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic, diharapkan dapat menjadi fasilitas pelayanan sosial bagi lansia sebagai pendukung penyembuhan dan perawatan pasien yang memiliki gangguan Kesehatan mental maupun fisik serta memberikan pandangan pada

masayarakat luas bahwa menempatkan lansia di panti tidak selamanya merupakan Tindakan buruk selama panti itu memberikan fasilitas yang nyaman untuk ditinggali lansia. dengan adanya dukungan dari gedung panti werdha yang di rancang sebagai media pendukung terapi penyembuhan terhadapan Kesehatan mental dan fisik dengan menerapkan bangunan yang berhubungan dengan alam dan lingkungan. Healing Environment adalah tema desain lingkungan terapi yang menggambukan faktor alam, sensorilk, dan psikologis, untuk pendektaan gaya Arsitektur Biophilic dirasa berkaitan dengan Tema Healing Environment karena gaya arsitektur ini memiliki konsep perancangan mengambungkan unsur alam, lingkungan, dan manusia. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam perancangan panti werdha ini menggunakan data primer dan data sekunder.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian dan Fungsi Panti Werdha Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 4/PRS- 3/KPTS/2007 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti dalam Departemen Sosial R.I. bahwa Panti Sosial Tresna Werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat [5]. 2. Tema Perancangan Tema yang digunakan pada perancangan bangunan Panti Werdha adalah Healing Environment dengan pendekatan Arsitektur Biophilic. Healing Environment dikembangkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Marberry, S.O., Innovations in Healthcare Design, Van Nostrand Reinhold, New York, 1995[6]. yaitu lingkungan di dalam diri manusia (internal). Yang dimana di terapkan pada panti yaitu berupa fasilitas dan pelayanannya. Arsitektur Biophilic adalah suatu kosep desain yang Menurut Browning, Ryan, & Clancy (2014) [7]. Analogi Pola Alam berasal dari warna, bentuk dan pola yang ditemukan dialam. Furniture dengan bentuk alami dan bahan alami yang telah diproses (misalnya papan kayu atau permukaan granit) masing- masing menyediakan koneksi tidak langsung dengan alam secara analogi dari tempat alami. Adapun studi banding yang terkait Panti: A. Panti Werdha St. Anna, Jakarta Utara Panti werdha St. anna adalah Panti werdha yang berada di tengah lingkungan penduduk.. berada di alamat Gang masda, jl. M no.40 Rt/rw 007/09 Teluk Gong,penjagalan, jakarta utara. Panti ini berada di luas lahan 20.000 m2, Memiliki satu massa Bangunan, dengan konsep bangunan minimalis serta konsep dalam bangunanya yaitu Single loaded dengan kamar saling berhadapan. serta bangunan ini memiliki 3 lantai dengan fasiliitas lift, ruang makan, ruang berkumpul, kamar lansia, ruang olahraga, ruang perpustakaan,aula, serta tempat berjemur


Gambar 1. Fasad Bangunan Panti Werdha St. anna

Gambar 3. Lokasi Tapak

B. Panti Senior Living D’khayangan Panti Senior living D’khayang adalah panti wedha kelas atas di bangun di Kawasan seluas 5,24 Ha. Lokasi panti ini berada di Cikarang Timur, kabupaten Bekasi. Panti werdha ini memiliki tema komunitas dan entertain. Panti werdha ini memiliki hunian utama yang memiliki 4 lantai dengan fasilitas kamar lansia dengan tipe hotel, panti ini memiliki fasilitas Open space yaitu ruang berkumpul dan ada juga tempat area golf untuk lansia laki laki. Serta fasilitas pendukung lainya seperti klinik, dokter jaga, ruang spa dan ruang karoke.

Lokasi Perancangan yang memiliki luas 2.6 Ha.Yang memiliki batas wilayah Utara: Komplek Permukiman (6’06’54ˈˈS106’45ˈ49ˈˈE)Timur:Suakamargasatwa/Jal an Mediterania Boulevard (6’06’56ˈˈS 106’45ˈ54ˈˈE) Selatan : Lahan Kosong/Jalan Pantai Indah Utara 2 (6’06’58ˈˈS106’45ˈ49ˈˈE)Barat: Jalan Mandara Permai 5/Lahan Kosong (6’06’57ˈˈS 106’45ˈ44ˈˈE) Lokasi untuk merancang panti werdaha yaitu di kota jakarta utara tepatnya di kecamatan penjaringan yang merupakan Kawasan PIK . Pemilihan lokasi ini berdasarkan peraturan peraturan yang berlaku di kota jakarta. Dan juga sesuai dengan krieteria yang dibutuhkan untuk merancang panti werdha lokasi perancangan mengacu pada rencana tata ruang wilayah kota jakarta , dimana untuk panti wedha ini bisa dibangun pada zona campuran

Gambar 2. Fasad Bangunan Senior Living D’khayangan METODOLOGI PERANCANGAN Pengumpulan dan pengolahan data untuk penyusunan skripsi dengan judul “Panti Werdha Berbasis Healing Environment dengan Pendakatan Arsitektur Biophilic di Pantai Indah Kapuk (PIK)” ini menggunakan metode studi literatur (dokumntasi), serta survey dan observasi lapangan. Data yang sudah diperoleh kemudian di analisis permasalahan yang terjadi pada proses perancangan . Hasil analisis kemudian menghasilksan sintesis yang akan digunakan dalam pembuatan Konsep perancangan. PERANCANGAN Lokasi Perancangan terletak di jalan pantai indah utara 2 block 9AC, kapuk muara, kec. Penjaringan, jakarta. lokasi perancangan ini berada dekat dengan daerah permukiman serta berada di jalan Arteri +/- 5,1 km Gerbang Tol Kapuk Muara utama.

Gambar 4. Peta RDTR (Zonasi Kecamatan Penjaringan,Jakarta Utara) 1. Analisis Panti Werdha ini memiliki konsep Biophlic dimana konsep tersebut memiliki 3 prinsip pola dalam mendesain yaitu 1. Pola Alam Dalam Ruang (pola ini berkaitan kenyamaan di dalam ruangan seperti hubungan perubahan panas & udara, kehadiran air ,cahaya dinamis dan menyebar), 2. Pola Analogi Alam (berkaitan dengan bentuk dan pola biomorfik, hubungan bahan dengan alam), 3. Pola Sifat Ruang (berkaitan dengan menempatkan ruangan dengan zonasi ruang itu sendiri). adapun analisis yang berkaitan dengan desain konsep biophilic antara yaitu analisis eksisting tapak, sirkulasi, angin, cahaya matahari, view, orientasi.

(a)


(b)

(c) Gambar 5. (a) analisis dan respon desain ekseisiting tapak dan klimitologi, (b) analisis dan respondesain orientasi dan view, (c) analisis dan respon desain sirkulais pejalan kaki dan kendaraan 2. Konsep 

Konsep Tapak

Tapak Panti Werdha memiliki luas 26.000m2 dengan 4 massa bangunan yaitu 3 bangunan penunjang yaitu bangunan Kesehatan, bangunan sosial rekreasi (sosrek), bangunan kantor (office) dan bangunan utama yaitu panti werdha. Konsep perancangan tapak ini mengunakan pola terpusat serta perancangannya berkaitan dengan hasil dari analisis eksisting tapak dan dituangkan dalam desain yang memanfaatkan dari sirkulasi angin, cahaya matahari, view, orientasi.

Gambar 7. Konsep Perancangan Bangunan 

Konsep Struktur

Sistem struktur atas menggunakan dak beton. Sistem strukrur tengah menggunakan kolom dan balok beton bertulang dipilih karena mudah untuk menyesuaikan kebutuhan ruang. Sistem struktur bawah menggunakan pondasi tiang pancang karena cocok untuk jenis tanah di PIK.

Gambar 8. Konsep Struktur Gambar 6. Konsep Tapak 

Konsep Kelengkapan Bangunan Tabel 1. Sistem Kelengkapan Bangunan

Konsep Perancangan Bangunan

Konsep perancangan Panti werdha ini mengacu pada tema Healing Environment dengan pendekatan Arsitektur Biophilic, dimana massa bangunan dibuat terpusat dengan center garden di tengahnya sebagai media lingkungan terapi yang menggunakan pengaturan aliran udara, suhu, dan cahaya pada tapak yang membentuk sebuah massa bangunan yang merupakan bentuk analogi dari alam yang diadaptasi dan diterapkan dalam bentuk biomorfik bangunan.

3. Hasil Perancangan 

Site Plan dan Block Plan


Gambar 9. Site Plan Siteplan dan blockplan ini dibuat berdasarkan konsep yang telah dibuat dimana hasilnya membentuk pola bangunan terpusat, panti werdha yang berada di sebelah utara tapak dan 3 bangunan penunjangnya yaitu bangunan kesehatan berada di sebelah barat tapak, bangunan sosial rekreasi berada di sebelah timur tapak, serta pada sisi selatan terdapat bangunan office. Selain 4 bangunan tersebut terdapat taman - taman di sekitar bangunan antara lain taman refleksi, taman diskusi, taman herbal, serta taman di tengah antar bangunan. Pusat orientasi 4 bangunan ini yaitu terletak pada taman yang berada di tengah bangunan

Gambar 12. Denah Bangunan Office lt. 2

Gambar 13. Denah Bangunan Sosrek lt. 1

Gambar 10. Blockplan

Denah

Gambar 14. Denah Bangunan Sosrek lt.2

Gambar 11. Denah Bangunan Office lt. 1

Gambar 15. Denah Bangunan Hunian lt. 1


Gambar 20. Potongan A-A

Gambar 16. Denah Bangunan Hunian lt. 2-4

Gambar 17. Denah Atap Hunian

Gambar 21. Potongan B-B

Gambar 18. Denah Bangunan Kesehatan lt. 1 Gambar 22. Potongan C-C

Gambar 19. Denah Bangunan Kesehatan lt. 2 

Potongan

Gambar 23. Potongan D-D 

Tampak / Fasad Bangunan


Fasad pada bangunan utama dan penunjang menggunakan sebagian besar curtain wall dan sun shanding berupa alumunim alloy dan kayu serta beberapa bagian menggunakan dinding fasad menggunakan batu alam untuk bangunan panti werdhanya itu sendiri, bentuk sun shanding berupa gelombang yang menunjukan ciri khas bangunan, karena panti itu sendiri berada di daerah Pantai Indah Kapuk yang berada di dekat laut.

Perspektif

Gambar 28. Perspektif Eksterior Desain Main Entrance memberikan nuansa terbuka dan welcome, selain itu keberadaan tanaman dan air mancur memberikan kesejukan. Gambar 24. Tampak Depan

Gambar 25. Tampak Belakang

Gambar 29. Perspektif Taman Berikut suasana taman yang asri dan dipenuhi tumbuh- tumbuhan dan alam, vocal point area ini adalah kolam yang berada di taman yang posisinya berada di antara bangunan . kolam ini ditunjukan untuk memberi efek suara. Pemandangan dari ruang dalam ke luar tidak terlalu kehalang dengan tujuan persepsi bahwa keberadaan alam sangat dekat dengan mereka.

Gambar 26. Tampak Timur

Gambar 27. Tampak Barat


Gambar 30. Perspektif Kamar Lansia

Desain kamar lansia dibuat senyaman mungkin dengan pemilihan warna yang menenangkan seperti sentuhan warna hijau dan biru serta furniture lain yang mendukung suasana menenangkan yaitu tumbuhan dan furniture yang menggunakan material alami seperti kayu.

Tema yang digunakan pada perancangan bangunan Panti Werdha ini adalah Healing environment dengan pendekatan arsitektur biophilic. Healing Environment dirasa menjadi tema perancangan yang sesuai dengan rumah sakit khusus mata dikarenakan Healing Environment adalah desain lingkungan terapi yang menggabungkan faktor-faktor alam, sensorik dan psikologis. Salah satu faktor terpenting bagi penyembuhan adalah faktor lingkungan yaitu 40%, faktor medis 10%, faktor genetik 20% dan faktor lainnya 30%. Oleh karena itu tema Healing Environment menggunakan pendekatan Arsitektur Biophilic, yang merupakan konsep perancangan menggabungkan unsur alam, lingkungan, dan manusia.

DAFTAR PUSTAK [1]

M,Hidajat Z. Masyarakat dan Kebudayaan cina Indonesia.Bandung:Tarsito.1993

[2]

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut

[3]

Badan Pusat Stastitik Online https://statistik.jakarta.go.id/statisikpenduduk-lanjut-usia-di-dki-jakarta-tahun2019/ Diakses pada Tanggal 3 sepetember 2020

[4]

Ralph J. DiClemente, Laura Francisca Salazar, Richard A. Health Behavior Theory for Public Health. Crosby Jones & Bartlett Publishers, 2013.

[5]

Badan Pusat Stastitik Online https://statistik.jakarta.go.id/statisikpenduduk-lanjut-usia-di-dki-jakarta-tahun2019/ Diakses pada Tanggal 3 sepetember 2020.

[6]

Marberry, S.O., Innovations in Healthcare Design, Van Nostrand Reinhold, NewYork, 1995.

[7]

Browning, W., Ryan, C., & Clancy, J. Fourteen patterns of biophilic design. New York: Terrapin Bright Green, LLC. 2014.

Gambar 31. Perspektif Lounge Office Desain Lounge Office juga tidak jauh dari konsep Biopihlic yaitu dimana material dan furniture pendukung berasal dari alam yang membuat kesan menenangkan. KESIMPULAN Panti Werdha Berbasis Healing Environment Dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic di Pantai Indah Kapuk (PIK) adalah pelayanan sosial bagi lansia di daerah Pantai Indah Kapuk. Dengan adanya Panti ini diharapkan dapat menambah fasilitas pelayanan sosial khususnya lansia sebagai upayah kesejahteraan lansia di masa tuanya. Di Pantai Indah Kapuk, merupakan suatu daerah modern di jakrta baik dari pola pikir masyarakat maupun permukimaannya akan tetapi kurangnya fasilitas panti untuk lansia yang nyaman dan layak untuk perawatan dan pengobatan bagi Kesehatan lansia. Maka Pantai Indah Kapuk merupakan lokasi yang tepat untuk membangun Panti Werdha.


BOUTIQUE HOTEL DI MALANG Sasela Desky Ramadina Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila saseladesky2767@gmail.com

Abstrak Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Di bidang Pariwisata, suhu Kota Malang yang sangat dingin, dan juga karena alamnya yang menawan yang dikelilingi oleh pegunungan sehingga membuat wisatawan baik domestik maupun mancanegara tertarik untuk mengunjungi Kota ini. Tak hanya objek wisata keindahan alam saja tetapi bangunan – bangunan yang menarik juga bisa menjadi tempat wiasata bagi pengunjung. Selain itu kunjungan wisatawan ke suatu kota bisa beruupa liburan, kunjungan keluarga, Pendidikan, hingga kebutuhan usaha atau bisnis. Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Kota Malang, maka diperlukannya sebuah fasilitas untuk menarik wisatawan, diantaranya adalah penginapan, salah satunya adalah hotel. Hotel memiliki banyak jenisnya salah satunya adalah Boutique Hotel. Hotel ini merupakan hotel yang unik dan terkenal memiliki jumlah kamar yang sedikit, fasilitas yang memadai hingga pelayanan yang memuaskan. Boutique Hotel memberikan fasilitas yang inovatif hingga desain yang menarik untuk diperlihatkan kepada wisatawan domestik maupun mancanegara. Tak hanya itu, biasanya desain yang ditunjukkan memiliki unsur lokal yang ada di tempat itu. Melihat banyak peluang kunjungan dari wisatawan domestik maupun mancanegara di Kota Malang, membuat penulis tertarik untuk merencanakan sebuah hotel yang berjudul “Boutique Hotel di Malang”. Tujuannya adalah untuk menghasilkan rancangan Boutique Hotel dengan penerapan prinsip-prinsip Arsitektur Modern Kontemporer sebagai tema perancangan dengan penambahan unsur atau ornament budaya lokal sebagai hiasan pada fasad bangunan yang dapat memberikan nilai arsitektural yang diharapkan dapat menjadi identitas atau ikon baru bagi Kota Malang. Untuk dapat menarik para wisatawan dari kalangan pelaku bisnis, investor, tenaga kerja asing ataupun wisatawan yang bertujuan untuk mengunjungi obyekobyek wisata sesuai dengan potensi dan tuntutan perkembangan Kota Malang ke depannya di bidang ekonomi, perdagangan jasa, dan industri. Kata kunci : Malang, Hotel, Pariwisata, Boutique Hotel, Pelayanan

Malang is the second largest city in East Java after Surabaya. In the field of tourism, the temperature of Malang City is very cold, and also because of its charming nature which is surrounded by mountains so that both domestic and foreign tourists are attracted to visit this city. Not only attractions of natural beauty, but interesting buildings can also be a place of sightseeing for visitors. In addition, tourist visits to a city can be in the form of holidays, family visits, education, to business or business needs. Along with the increasing number of domestic and foreign tourists visiting Malang City, a facility is needed to attract tourists, including lodging, one of which is a hotel. Hotels have many types, one of which is the Boutique Hotel. This hotel is a unique and well-known hotel which has a small number of rooms, adequate facilities to satisfying service. Boutique Hotels provide innovative facilities to attractive designs to be shown to domestic and foreign tourists. Not only that, usually the design shown has local elements in that place. Seeing the many opportunities for visits from domestic and foreign tourists in Malang, the author is interested in planning a hotel called "Boutique Hotel in Malang". The aim is to produce a Boutique Hotel design with the application of the principles of Modern Contemporary Architecture as a design theme with the addition of elements or ornaments of local culture as decoration on the building facade that can provide architectural value which is expected to become a new identity or icon for Malang City. To be able to attract tourists from business people, investors, foreign workers or tourists who aim to visit tourist objects in accordance with the potential and demands for future development of Malang City in the fields of economy, service trade and industry. Keywords: Malang, Hotel, Tourism, Boutique Hotel, Service


PENDAHULUAN Pariwisata yang ada di Indonesia ialah salah satu faktor penting yang ada di Indonesia dalam sektor ekonomi. Hal ini merupakan sesuatu yang menjanjikan untuk mendatangkan keuntungan bagi Negara Indonesia. Setiap orang berkunjung ke suatu kota tidak hanya berkunjung saja, namun banyak juga yang memiliki tujuan yang lain, misalnya pengunjung yang datang untuk kepentingan bisnis, pengunjung yang datang untuk berlibur, atau juga hanya sekedar belajar untuk mempelajari suatu. Selain itu Pariwisata juga banyak sekali manfaatnya, salah satunya adalah masyarakat di suatu daerah akan menjaga dengan baik objek-objek keindahan alam yang ada, melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki nilai budaya-budaya tradisional pada daerah tersebut. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ada sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan adalah Bali yaitu sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Banten, dan Sumatera Barat [1] . Salah satunya adalah Kota Malang, Malang adalah kota terbesar kedua yang ada di Jawa Timur. Di bidang Pariwisata, suhu Kota Malang yang sangat dingin, dan juga memiliki pemandangan alam yang sangat indah dapat membuat banyak wisatawan tertarik dan ingin mengunjungi daerah ini. Pada tahun 2016, tercatat jumlah wisatawan domestik yang dihasilkan berjumlah 3.987.074 orang, sedangkan wisatawan mancanegara yang dihasilkan sejumlah 9.535 orang. Karena itu, Pariwisata di Kota Malang cukup memiliki banyak peminat, yang menghasilkan jumlah yang meningkat setiap tahunnya, terutama pada tahun 2017-2019 [2] . Maka dari itu, dengan adanya bukti tersebut, maka Pemerintah Kota Malang optimis dengan jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat kedepannya. Selain itu, Kota Malang juga dikenal mempunyai banyak sekali tempat wisata yang berupa Kampung Wisata tematik dan bernuansa pedesaan dan khas, juga sering menjadi tujuan wisatawan. Salah satu yang paling terkenal adalah Kampung Wisata Jodipan (Kampung Warna-warni), kampung Wisata Jodipan juga merupakan salah satu Kampung warnawarni yang perama di Indonesia dan menjadi tempat tujuan favorit yang ada di Kota Malang. Hotel merupakan suatu bangunan yang dibangun sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi wisatawan yang berkunjung atau berlibur ke suatu kota. Hotel dikelola oleh suatu badan, dengan

tujuan komersial yang menyediakan fasilitas pelayanan berupa jasa kamar, lalu fasilitas yang menyediakan makanan dan minuman, juga akomodasi lainnya. Hotel memiliki banyak jenis dalam penggunaannya, salah satunya adalah Boutique Hotel. Menurut Moskal, properti ini di rancang untuk berbaur mencerminkan lingkungan dan budaya di sekitar mereka. Sejak kemunculannya pada tahun 1980-an, Boutique Hotel semakin popular. Boutique Hotel menawarkan segalanya mulai dari fasilitas inovatif hingga seni khusus hingga desain yang dipengaruhi secara lokal, menjadikannya pilihan akomodasi yang menarik bagi banyak wisatawan. Karakteristik lain yang dimiliki Boutique Hotel salah satunya adalah lokasinya. Boutique Hotel dikelompokkan sebagai hotel yang berada di kota dan juga untuk tujuan wisata. Namun, secara umum Boutique Hotel terletak di pusat kota (Chan, 2012). Pada saat ini Boutique Hotel di Kota Malang tidak terlalu banyak dibanding Hotel Konvensional. Minat dan kunjungan terhadap Kota Malang untuk berwisata merupakan suatu tujuan dari adanya Boutique Hotel ini, dimana nantinya akan menarik wisatawan untuk berkunjung dan menikmati pelayanan yang diberikan Boutique Hotel ini, dalam wisatawan berkunjung, pengunjung akan diberikan pelayanan-pelayanan yang sesuai baik dari pelayanan jasa kamar hingga akomodasi lainnya. TINJAUAN PUSTAKA Lokasi yang akan di bangun Boutique Hotel terletak di Kota Malang, Jawa Timur. Kota Malang adalah kota kedua terbesar di Jawa Timur. Selain itu Kota ini juga terkenal dengan Kota Pendidikan dan Kota yang memiliki tempat wisata yang indah dan menarik.


Gambar 1 Peta Kota Malang Pengertian Judul Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi yang memnggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan fasilitas jasa pelayanan penginapan, dan jasa lainnya bagi hotel yang dikelola secara komersial, serta menentukan ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi [3] . Hotel harus berbentuk Badan Usaha dan tunduk kepada hukum Indonesia, serta maksud dan tujuannya semata-mata berusaha di dalam bidang usaha hotel [4].

1. Artotel Thamrin Hotel Merupakan hotel yang memiliki konsep dan desain seni yang berbeda-beda disetiap lantainya. Setiap detail yang dimiliki Artotel Thamrin Hotel dirancang dengan sedemikian rupa agar presisi mulai dari fasad bangunan sampai bagian interior ruangan yang mewakili orisinalitas keseluruhan desain yang bertujuan untuk merangkul pengalaman Artotel [6].

Pengertian Boutique Hotel Boutique Hotel merupakan hotel yang kecil tetapi mempunyai kualitas yang mewah atau highclass dengan pelayanan yang sangat nyaman dan pribadi, selain dari segi kualitasnya juga biasanya Boutique Hotel memiliki desain yang sangat unik juga terdapat unsur kebudayaan, dan pemilihan lokasi bagi hotel ini merupakan suatu yang penting sebagai bentuk keberhasilan dari Boutique Hotel yang dapat memberikan kesan dan pengalaman yang unik bagi pengunjung yang menginap. Ciri Khas yang dimiliki Boutique Hotel salah satunya adalah dari segi lokasi. Boutique Hotel dikelompokkan sebagai hotel yang berada di pusat kota, selain itu juga sebagai tujuan wisata. Boutique Hotel merupakan akomodasi penginapan yang dikelola oleh suatu badan untuk suatu kegiatan komersial. Dan hotel ini memiliki kualitas mewah juga berkelas. Secara garis besar Boutique Hotel memiliki fungsi yang sama dengan Hotel Konvensional lainnya. Akan tetapi Boutique Hotel memiliki ciri khas yang unik, mulai dari unsur budaya juga sejarah yang ada di daerah tersebut, Boutique Hotel juga merupakan hotel bisnis juga sekaligus hotel wisata yang memiliki target pengguna seperti pebisnis dari berbagai kota atau wisatawan kalangan atas. Tak hanya itu, Boutique Hotel juga memiliki ukuran standar ruang kamar yang cukup lebih besar dari hotel konvensional pada umumnya dan tentunya memiliki fasilitas lengkap untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung hotel ini [5].

Gambar 2 Artotel Thamrin Hotel Hotel ini sangat unik karena memiliki tema yang berbeda disetiap kamarnya.

2. Boutique Hotel BomBom, Korea Selatan Terletak di Gangneung Korea Selatan, hotel ini memiliki arti penting tetapi dalam fungsinya sama seperti akomodasi lainnya dan dengan citra yang berbeda. Hotel BomBom ingin memberikan kesan bahwa musim semi telah datang bagi semua oaring yang melihat hotel ini. Dengan menggunakan batu bata tua yang memberikan rasa hangat dan mengekspresikan rasa musim semi yang cerah [7].

Gambar 3 Bombom Hotel Adapun studi banding yang digunakan pada perancangan Boutique Hotel ini. Yaitu terdapat 3 jenis hotel yang berbeda untuk sebagai acuan dalam merancang bangunan ini yaitu, :

3. Akmani Boutique Hotel Merupakan hotel yang disebut sebagai boutique hotel bisnis yang terletak di Jakarta Pusat. Area


sekitar bagian hotel dijadikan untuk penggunaan bangunan komersial dengan lantai bangunan yang cukup tinggi, karena area ini dapat mengakses langsung pada Kawasan pusat bisnis di Jakarta, lebih tepatnya adalah Kawasan Thamrin. Konsep arsitektur yang digunakan yaitu Lobi dan teras kafe dijadikan sebagai penyambutan utama terletak lebih tinggi agar memberikan pemandangan yang tidak terhalang. Strategi ini akan membangkitkan dan menjiwai aktivitas masyarakat pada fasad bangunan, yang diambil dari tipologi arsitektur kedai kopi atau restoran pinggir jalan [8].

merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung.

PEMBAHASAN PERANCANGAN Lokasi untuk merancang Boutique Hotel yaitu di Kota Malang, tepatnya di Kecamatan Klojen yang berada di tengah-tengah Kota Malang. Pemilihan lokasi ini berdasarkan peraturanperaturan yang berlaku di Kota Malang, yang juga sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan untuk merancang Boutique Hotel. Lokasi perancangan berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang, di mana untuk Hotel ini bisa dibangun pada zona Perdagangan dan Jasa.

Gambar 4 Akmani Boutique Hotel

METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang dilakukan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif ini dihasilkan dari pengumpulan data-data dan memanfaatkan teori-teori yang ada sebagai bahan untuk pembahasan sehingga menghasilkan sebuah teori. Metode kualitatif adalah penelitian yang biasa digunakan untuk dapat menemukan, dapat menggambarkan, dan dapat menjelaskan suatu kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Dan Metode ini menggunakan beberapa cara, yaitu: a.

b.

Studi Literatur, yaitu dengan mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat diperoleh dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs situs di internet. Survey dan Observasi, yaitu suatu metode untuk meneliti suatu objeknataupun konsdisi pada masa sekarang. Yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara akurat tentang objek atau kondisi yang sedang di amati. Observasi

Gambar 5 Kabupaten Malang Secara Geografis Kota Malang berada pada posisi 112.060 – 112.070 Bujur Timur, 7.060 – 8.020 Lintang Selatan. Posisi Kota Malang juga berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Malang, karena batas wilayah utara, timur, selatan, dan barat merupakan wilayah Kabupaten Malang. Batasan wilayah Kecamatan Klojen adalah Utara : Kec. Dau, Timur : Kec Sukun, Barat Kec Arjosari, dan Selatan Kec. Kedungkandang.

Gambar 6 Peta RTRW Kota Malang Peruntukan lahan pada lokasi ini tepat di zona Perdagangan dan Jasa.


Gambar 9 Letak Site Gambar

7

Kecamatan

Klojen

Kecamatan Klojen merupakan Kecamatan yang terpilih yang berada tepat di tengah-tengah Kota Malang. Klojen merupakan kecamatan yang cukup banyak memiliki tempat wisata yang cukup terkenal di Kota Malang.

Untuk sirkulasi yang digunakan menuju tapak juga tidak melalui jalan utama agar menghindari kemacetan untuk kedepannya juga karena tapak berada di perempatan jalan yang dimana sering terjadi kemacetan.

Gambar 10 Sirkulasi kendaraan Umum dan Pejalan Kaki Sirkulasi kendaraan umum / pribadi Gambar 8 Lokasi Site Perancangan

Lokasi perancangan memiliki luas 2,1 Ha yang berada di Jl. Trunojoyo 1-27 Klojen Kec. Klojen Kota Malang Jawa Timur 65111. Lokasi ini berada di Kecamatan Klojen yang berada tepat di tengah – tengah Kota Malang dan di pusat Kota. Fungsi tapak sekarang adalah permukiman dan dikelilingi oleh area komersial. Peruntukan lahan yang digunakan adalah Perdagangan Jasa yang berada di pusat kota dan berada tepat di samping jalan utama. Keadaan site yang kurang beraturan membuat daerah ini kurang enak dilihat seperti tidak adanya area pejalan kaki dan sirkulasi yang memadai. Dengan menambahkan area pejalan kaki yang baik yang mengelilingi site juga dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung dan warga sekitar.

Untuk jalur mobil, motor, bus, ambulance dan pemadam kebakaran dibuat dapat mengitari entrance, drop off, dan juga area parkir. Sirkulasi dibuat lebih menyeluruh ke semua tapak karena kendaraan memerlukan sirkulasi yang cukup besar. Sirkulasi pejalan kaki Untuk jalur pejalan kaki sirkulasi dibuat mengitari area sekitar bangunan karena untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki. Dan akan dibuat jalur yang nyaman bagi pejalan kaki.

Gambar 11 Vegetasi di sekitar tapak Vegetasi


Pada bagian yang gersang ditanami pohon dan tanaman lainnya, dan dibeberapa tempat juga akan diberikan taman kecil.

Gambar 14 Kebutuhan Ruang Konsep Struktur Gambar 12 Tata Letak dan Orientasi Bangunan

Struktur Bawah

Tata Letak Bangunan Tata letak bangunan dapat dilihat dari penzoningan, mulai dari letak zona publik, zoba service dan juga zona private. Tata letak bangunan dibuat terpusat yang dikalilingi oleh sirkulasi kendaraan, dengan bangunan terlatak disebelah kiri tapak, dan plaza berada di tengah tapak dikelilingi oleh fasilitasfasilitas yang disediakan. Orientasi Bangunan Orientasi bangunan dibuat mengikuti view dan tata letak bangunan yang telah di analisis. Orientasi bangunan dirancang lebih dominan ke arah utara dan timur tapak yang mana itu adalah jalan utama. Agar bangunan utama langsung terlihat dari luar tapak, dan langsung menghadap jalan utama. Hubungan Ruang pada Site

KESIMPULAN

Gambar 15 Struktur bawah Untuk merancang bangunan berlantai banyak menggunakan pondasi dalam borpile dari beton bertulang, yang berguna untuk mendukung bangunan tinggi karena pondasi ini dapat menahan beban yang cukup kuat juga bisa digunakan untuk basement. Struktur Atas

Gambar 16 Struktur Atas Gambar 13 Hubungan Ruang pada Site Pada hubungan antar ruang ini dapat menentukan Zona Publik, Zona Service, dan Zona Private. Zona zona ini di analisis menggunakan data yang ada pada lokasi site. Mulai dari letak jalan utama pada sekitar site juga dapat menentukan letak entrance pada site. Dan juga dapat menentukan area lainnya. Kebutuhan Ruang dalam Bangunan

Pada bagian stuktur atas untuk menahan beban dari roof tank dan utilitas lainnya yang berada di atas, beton bertulang dapat digunakan agar kuat dan dapat menahan beban roof tank. Selain itu dapat juga digunakan sebagai area bersantai pada bagian lainnya. Konsep Utilitas Bangunan Instalasi Air Bersih Menggunakan instalasi air dari PDAM dan dari sumur lalu dialirkan ke ruang pompa yang dapat dialirkan lagi ke lantai atap untuk disimpan di roof tank yang nantinya akan disalurkan ke lantai – lantai lainnya. Untuk system penyaluran digunakan system up feed dengan pasokan air yang ditampung di reservoir bawah untuk lantai dasar dan basement.


Instalasi Pemadam Kebakaran Tangga darurat Untuk kelengkapan bangunan terdapat tangga darurat yang terletak dengan maksimum tangga darurat terhadap ruang terjauh adalah 25 m, tangga darurat harus dapat menahan api selama 2 jam, dan pintu darurat harus terbuka kea rah luar, pintu darurat juga harus dapat menahan api. Gambar 17 Sistem Air Bersih Instalasi Air Kotor System pembuangan air kotor atau limbah cair dengan cara mengalirkan limbah padat ke septiktank lalu sisa air di alirkan ke sumur resapan.

Fire Protection System Untuk pencegahan kebakaran aktif pada bangunan yang menggunalan springkel, smoke detector, fire hydrant, alarm dll yang ditempatkan disetiap lantai bangunan hotel.

Instalasi Listrik Sumber listrik utama yang akan digunakan pada peranvangan Boutique Hotel ini adalah dari PLN yang merupakan panel utama, dan untuk cadangan listriknya saat terjadi pemadaman listrik adalah genset.

Gambar 20 Instalasi Pemadam Kebakaran

Hasil Perancangan

Gambar 18 Instalasi Listrik

Instalasi Penangkal Petir Menggunakan system penangkal petir untuk menangkal jika adanya petir. Dibutuhkan beberapa pengangkal petir untuk bangunan yang cukup besar dan tinggi.

Gambar 19 Penangkal Listrik

Gambar 21 Perspektif Mata Burung

Gambar 22 Tampak Atas


Gambar 23 Plaza

Gambar 27 Ruang GYM

Gambar 24 Area Parkir Luar

Gambar 28 Loby Lift

Gambar 29 Ruang Dusuk dan Baca

Gambar 25 Area Jogging

Gambar 26 Basement

Gambar 30 Junior Suite Room


DAFTAR PUSTAKA

[1] Priyambodo “Time for N. Maluku to become tourist destination.” AntaraNews 8 May. 2011, en.antaranews.com [2] Badan Pusat Statistik “Jumlah Wisatawan Mancanegara di Kota Malang (Orang), 2017- 2019.” Malang Kota, malangkota.bps.go.id. Diakses Sept 2020. [3] Salinan Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi nomor KM.94/IIX.103/MPPT-87 Bab I Pasal 1 B Tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel.

Gambar 31 Deluxe Room KESIMPULAN Perancangan Boutique Hotel di Malang ini menggunakan tema Arsitektur Kontemporer klasik. Saat ini jenis Boutique Hotel di Malang tidak terlalu banyak dibanding Hotel Konvensional. Dengan meningkatkan akomodasi penginapan bagi wisatawan domestic maupun mancanegaa dapat juga meningkatkan minat wisatawan untuk mwngunjungi Kota ini dan juga dapat menyerap tenaga kerja yang bisa meningkatkan perolehan serta kesejahteraan bagi penduduk.

[4] Salinan Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi nomor KM.94/IIX.103/MPPT-87 Bab II Pasal 3 Tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel. [5] Mettler Lyn “What Is a Boutique Hotel?” Travel US News 22 Oct, 2018. travel.usnews.com. [6] Hotel Artotel Thamrin. September,2020. Dari agoda.com

Diakses

pada

[7] Boutique Hotel BomBom. Diakses pada 21 Oktober 2020. Dari archdaily.com [8] Akmani Boutique Hotel. Diakses pada September, 2020. Dari akmani hotel.com



REVITALISASI TAMAN SATWA TARU JURUG DI SURAKARTA 1,2

Arvin Reginald Fadhlan1, Atiek Untarti2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 artvinreginald@gmail.com,

__________________________________________________________________________________ Abstrak Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan lahan/kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Taman Satwa Taru Jurug pada awalnya merupakan pindahan Kebun Binatang Sriwerdari yang lebih dikenal dengan sebtan “Kebun Rojo” didirikan Sri Susuhunan Paku Buwono X pada tanggal 20 Dal 1381 atau 17 Juli 1901 dan merupakan Kebun Binatang tertua. Pada awalnya merupakan tempat hiburan bagi keluarga Raja (berisi koleksi satwa) akhirnya berkembang sebagai tempat rekreasi untuk masyarakat. Pada tahun 1983 Masehi, Kebun Rojo Sriwerdari dipindahkan ke Taman Jurug pada mulanya bersifat titipan dari Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta, pada tempat rekreasi Taman Jurug yang merupakan salah satu taman yang berada di Kota Surakarta bagian timur. Didirikan tahun 1975 yang dikelola oleh PT. Bengawan Permai, sejak saat itu terjadi banyak pergantian pengelolaan Taman Satwa Taru Jurug. Tujuan Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug ini untuk menata dan mengembangkan sesuai perilaku dan ekosistem lingkungan hidupnya, merancang sarana dan prasarana yang mendukung dan menarik pengunjung berpedoman kepada prinsip biosafety dan biosecurity serta merevitalisasi melalui pendekatan green architecture landscape. Kata Kunci: Revitalisasi, Taman Satwa, Taman Satwa Taru Jurug Revitalization is an effort to increase land / area through rebuilding in an area that can improve the function of the previous area. Taru Jurug Wildlife Park was originally a transfer of the Sriwerdari Zoo, better known as the "Kebun Rojo", founded by Sri Susuhunan Paku Buwono X on 20 Dal 1381 or 17 July 1901 and is the oldest Zoo. At first it was a place of entertainment for the King's family (containing a collection of animals) eventually developed as a recreation area for the community. In 1983 AD, Kebun Rojo Sriwerdari was moved to Taman Jurug at the beginning of safekeeping by the Level II Municipal Municipality of Surakarta, at the recreation area of Jurug Park which is one of the parks located in the eastern part of Surakarta City. Founded in 1975, managed by PT. Bengawan Permai, since then there have been many changes to the management of the Taru Jurug Animal Park. The purpose of the Taru Jurug Animal Park Revitalization is to organize and develop according to the behavior and ecosystems of the environment, design facilities and infrastructure that support and attract visitors guided by the principles of biosafety and biosecurity and revitalize through the green architecture landscape approach. Keywords: Revitalization, Taru Jurug Zoo, Zo _________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Negara Indonesia memiliki keanekaragaman satwa yang banyak jenisnya, sehingga dibeberapa tempat di Indonesia berupaya untuk memperkenalkan kepada masyarakat melalui tempat yang bernama Taman Satwa. Selain sebagai tempat untuk rekreasi, Taman Satwa juga berfungsi sebagai tempat untuk edukasi dan konservasi satwa serta sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota. Taman Satwa Taru Jurug Surakarta (STSJ) merupakan sebuah taman yang berada ditepian sungai Bengawan Solo Sekitar 10 km dari Pusat Kota Surakarta pada ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan laut. Saat ini Taman Satwa Taru Jurug Surakarta ditopang oleh 67 jenis satwa dan 331 ekor satwa dengan berbagai macam tumbuhan yang membuat lingkungan menjadi sejuk dan nyaman. Karena fungsinya juga sebagai konservasi satwa, maka lingkungan hidup satwanya sebaiknya menyerupai habitatnya. Dan melihat fisik dari Taman Satwa Taru Jurug Surakarta ini, perlu di revitalisasi

mendekati lingkungan habitat satwanya. Selain itu, revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug juga bertujuan untuk menciptakan pola dan kelembagaan modern dalam pendanaan, pembangunan, pengoperasian dan pengelolaan. Diperlukan adanya inovasi dalam merancang pembangunan agar biaya operasional dapat dipenuhi dari kemandirian manajemen operasionalnya melalui penambahan fasilitas yang dapat menjadikan pemasukan diluar tiket masuk. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta No, 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta sebagai salah satu asset pemerintah dengan demikian Taman Satwa Taru Jurug sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah yang berperan menambah pendapatan daerah.[6] Dari berbagai pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug layak untuk diadakan. Dengan Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug diharapkan mampu menjadi wadah rekreasi, edukasi dan koservasi yang aman, berkualitas dan mengikuti perkembangan jaman serta mampu menarik


wisatawan nusantara maupun manca Negara lebih banyak lagi sehingga menambah pendapatan daerah. Lokasi Taman Satwa Taru Jurug sangat menguntungkan karena relatif jauh dari kawasan pusat Kota Surakarta, memiliki potensi tapak dan alam yang khas membuat Taman Satwa Taru Jurug mempunyai nilai tambah sebagai salah satu kawasan wisata yang bernuansa alam. Dengan demikian Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug ini menerapkan penempatan satwa dan pengelolaan yang berpedoman kepada prinsip biosafety dan biosecurity dengan tema Bio Park serta memenuhi aspek kesejahteraan satwa melalui pendekatan Green architecture landscape. TINJAUAN PUSTAKA Taman Satwa Jurug (TSJ) pada awalnya merupakan pindahan Kebun Binatang Sriwerdari yang lebih dikenal dengan sebtan “Kebun Rojo” didirikan Sri Susuhunan Paku Buwono X pada tanggal 20 Dal 1381 atau 17 Juli 1901 dan merupakan Kebun Binatang tertua. Pada awalnya merupakan tempat hiburan bagi keluarga Raja (berisi koleksi satwa) akhirnya berkembang sebagai tempat rekreasi untuk masyarakat. Pada tahun 1983 Masehi, Kebun Rojo Sriwerdari dipindahkan ke Taman Jurug pada mulanya bersifat titipan dari Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta, pada tempat rekreasi Taman Jurug yang merupakan salah satu taman yang berada di Kota Surakarta bagian timur. Didirikan tahun 1975 yang dikelola oleh PT. Bengawan Permai, sejak saat itu terjadi banyak pergantian pengelolaan Taman Satwa Taru Jurug. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta No.2 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Daerah KotaSurakarta sebagai salah satu aset pemerintah dengan demikian Taman Satwa Taru Jurug sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah yang berperan menambah pendapatan daerah. Berdasarkan Surat keputusan Walikota Surakarta No.556.4.05/894.A/I/2001 tentang perubahan Tim Pengelola TSTJ dan ditetapkan sistem pengelolaan mandiri artinya segala pebiayaan dan pembangunan yang berkaitan dengan pengelola TSTJ dibebankan dari hasil pendapatan TSTJ sendiri. Untuk mencapai kemandirian dalam pengelolaan pembiayaan Taman Satwa Taru Jurug, perlu adanya inovasi dalam desain sarana dan prasarana agar dapat menjadi pemasukan diluar tiket masuk untuk pengunjung. Sebagai suatu kawasan wisata, suatu taman satwa dapat ditambahkan fasilitas penginapan, taman wahana bermain dan museum. Pada perancangan revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug ini menggunakan tema Bio Park dengan pendekatan Green Architecture Lanscape dengan tujuan bio safety dan bio security. Bio Park berasal dari dua kata, bio dan park. Bio berasal dari Bahasa Yunani yaitu bios yang berarti alam kehidupan (Frick, 1996) dan park berasal dari Bahasa Inggris yang berarti taman; area yang ditanami oleh tanaman hias berupa bunga maupun pohon yang digunakan untuk bersenang-senang. Yang mana dalam artian garis besar yaitu sebuah perancangan konsep

ilmu alam, biologi dan pembelajaran satwa yang disajikan dengan latar belakang sesuai habitatnya. Dalam perancangan suatu tempat yang memiliki risiko tinggi bagi pengguna bangunan, makasisi kenyamanan dan keamanan wajib menjadi pertimbangan utama dalam desain. Biosafety adalah usaha unutk menjaga suatu daerah dari masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar didalam daerah tersebut. Sementara biosecurity adalah usaha yang dilakukan agar orang yang bekerja dengan bahan biologi berbahaya terlindungi dari bahan bahaya biologi ditanganinya. Green architecture landscape sebagai upaya untuk mendapatkan karakter Bio Park pada suatu kwasan adalah suatu upaya untuk meminimalisir kerusakan alam dan lingkungan untuk menghasilkan kawsan fisik berkarakter Bio Park. Sebagai ilustrasi karakter Bio Park dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. Konsep Bio Park Adapun studi preseden yang telah di analisis dibawah ini maka dapat diambil acuan untuk kebutuhan ruang pada revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug. Dilihat dari fasilitas yang tersedia, sebagai berikut: Indikator

Taman Margasatwa Ragunan

Data Satwa Jumlah Kelas Takso Jumlah Satwa

4 kelas taksa 2.009 ekor 55 % 25 %

Jumlah Jenis Mamalia

12 %

Jumlah Jenis Aves

-

8%

Jumlah Jenis Reptilia Jumlah Jenis Pisces Jumlah Jenis Amfibi Luas Lahan

140 Ha


Jam Buka

07.30-16.00 WIB

Kondisi Tapak

Dataran rendah, 50 mdpl

Letak Lahan

Berada di pinggir kota

Temperatur Dan Suhu

Rata-rata 30 C

Kelembaba n

60%

Curah Hujan

2.300 mm

Jumlah Pengunjung Perhari

±48.000 orang/hari

Jumlah Parkir

27.000 parkir motor, 6.000 parkir mobil, dan 100 parkir bus

Kandang satwa dan fasilitas lain

    

Satwa terkurung dalam kandang Gudang pangan satwa Naungan satwa dalam kandang Bangunan karantina satwa Bangunan kesejahteraan satwa/dokter satwa

      

Loker pengunjung Area cindera mata Area restoran Pusat informasi Toilet Mushola Area parkir kendaraan

Fasilitasa pengelola

  

Bangunna kerja pengelola Bangunan administrasi Pos keamanan

Aksesibilita s/

Dekat dengan tol Pasar Minggu Dekat dengan Stasiun Pasar Minggu Berada diantara Kota Jakarta dan Depok

Fasilitas pengunjung

Pencapaian

 

Trasportasi menuju lokasi

Entrance

 

 

Pintu 3 jalan koletor sekunder, masuk motor Pintu 4 arteri sekunder, masuk motor mobil dan bus

Konsep sirkulasi

Berjalan kaki dalam kawasan

Fasilitas sirkulasi

  

Ruang Terbuka

Ruang berkumpul

Koridor pengunjung Fasilitas bus keliling Fasilitas sepeda keliling

Landmark kawasan berupa tempat duduk dan istirahat Tata Hijau

 

Terdapat banyak pohon teduh Terdapat vegetasi yang tumbuh untuk tempat teduh satwa

Identitas Lingkungan

Sclupture Orientasi Lingkungan

Pintu gerbang

Kendaraan pribadi (mobil,motor) Bu (transjakarta) Angkutan kota (angkot) 4 pintu masuk Pintu 1 jalan koletor sekunder, masuk motor Pintu 2 jalan koletor sekunder, masuk motor dan mobil

Sign lokasi


informasi satwa

Fasilitasa pengelola

Wajah Jalan

    

Area restoran Pusat infromasi Toilet Mushola Area parkir kendaraan

Bangunan kerja pengelola Bangunan administrasi Pos keamanan

Peta lokasi

    

Tempat sampah Tempat duduk Kanopi pengunjung Lampu jalan Material konblok

Indikator

Aksesibilitas/ Pencapaian Trasportasi lokasi

menuju

Taman Satwa Gembira Loka

 

Data Satwa Jumlah Kelas Takso

4 kelas taksa

Jumlah Satwa

470 ekor

Jumlah Jenis Mamalia

47 %

Jumlah Jenis Aves

33 %

Jumlah Jenis Reptilia

10 %

Jumlah Jenis Pisces

5%

Jumlah Jenis Amfibi

-

Luas Lahan

20 Ha

Jam Buka

7.30-17.30 WIB

Kondisi Tapak

Dataran rendah, 86 mdpl

Letak Lahan

Berada dipinggir kota

Temperatur Dan Suhu

Rata-rata 27 C

Kelembaban

65%

Curah Hujan

2.300 mm

Jumlah Pengunjung Perhari

±17.000 orang/hari

Jumlah Parkir

7.000 parkir motor, 600 parkir mobil, 120 parkir bus

Kandang satwa dan fasilitas lain

  

Fasilitas pengunjung

 

Entrance

 

Satwa terkurung dalam kandang Gudang pangan satwa Bangunan karantina satwa Loker pengunjung Area cindera mata

Kendaraan pribadi (motor, mobil) Bus Angkutan kota (angkkot) pintu masuk pintu 1 jalan arteri sekunder, masuk motor mobil dan bus pintu 2 jalan kolektor sekunder, masuk mobil dan bus

Konsep sirkulasi

Berjalan kaki didalam kawasan

Fasilitas sirkulasi

 

Ruang Terbuka

Koridor pengunjung Fasilitas bus keliling

Kolam sentuh Ruang berkumpul

Landmark kawasan Tata Hijau

 

Terdapat banyak pohon teduh Terdapat vegetasi yang tumbuh untuk tempat teduh pengunjung dan satwa


 Tinjauan lokasi perancangan Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug di Surakarta  Tinjauan Taman Satwa  Tinjauan tema perancangan b. Survei dan observasi, Pengumpulan data yang dilakukan melalui survei dan observasi langsung kondisi lapangan. Survei dan observasi dilakukan mengamati tapak yang akan direvitalisasi.

Identitas Lingkungan

sclupture Orientasi Lingkungan

PERANCANGAN

Pintu gerbang

Gambar 2. Fokus Perancangan Revitalisasi

Sign lokasi

Papan informasi

Lokasi studi terletak di Jalan Ir. Sutami No.109, Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Lokasi terletak dipinggri Kota dengan batas, Utara Kabupaten Karanganyar, Timur Kabupaten Sukoharjo, Barat Kecamatan Banjarsari, Selatan Kecamatan Pasar Kliwon. Berikuta jarak rute menuju Kawasan Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug.

No.

1.

Tabel 2. Jarak dan Waktu Tempuh Rute Jalan Rute Jarak Waktu

Stasiun Solo

Tempuh

Tempuh

4,6 km

12 menit

Balapan

Wajah Jalan

Peta lokasi

2.

Tol Salatiga

56 km

47 menit

  

3.

Kota Surakarta

7,6 km

19 menit

4.

Kecamatan

6,9 km

15 menit

4,9 km

12 menit

5,6 km

15 menit

 

Tempat sampah Tempat duduk Kanopi pengunjung Lampu jalan Material jalan aspal dan konblok

Banjarsari 5.

Kecamatan Pasar Kliwon

6.

Terminal Tirtonadi

Sumber: www.google .com/maps (2020) METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam proses perancangan revitalisasi menggunakan data yang diperoleh dengna beberapa cara, yaitu: a. Studi literatur, digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang ditemukan. Studi literatur menghasilkan hasil sebuah referensi, yang berisikan mengenai:

Peraturan daerah yang berlaku pada tapak sebagai berikut: Luas lahan : 1.390.000 m2 / 13.9 Ha KDB : 60% KLB : 30 KDH : 20% Lebar jalan : 8 meter GSB : 4 meter KB : Maksimal 30 lantai


Potensi dan Lingkungan Tapak Taman Satwa Taru jurug, merupakan Ruang Tata Hijau Kota, terletak strategis di perbatasan keluar masuk Kota Solo, 10 km dari pusat kota, 10 meter dekat dengan Kawasan Pendidikan dan berbatasan dengan Sungai Bengawan Solo serta 20 meter dengan Kawasan Komersil menjadi potensi Pengguna Bangunan.

Tapak eksisting juga sudah dipenuhi rumput yang cukup terawatt dan vegetasi pepohonan yang cukup banyak didalamnya. Jenis pohon rindang bertajuk deengan ketinggian 5-8 meter. Perlunya pemanfaatan vegetasi yang tersedia. Meminimalisir pengebangan vegetasi serta menyisihkan lahan untuk ruang terbuka hijau mengingat Taman Satwa Taru Jurug Merupakan Ruang Terbuka Hijau Kota Surakarta.

Gambar 5. Eksisting Vegetasi pada Tapak

Gambar 3. Peta Potensi dna Lingkungan Tapak Taman Satwa Taru Jurug Pada kondisi Tapak Eksisting Taman Satwa Taru Jurug sudah terdapat beberapa fasilitas sarana dan prasarana, yaitu: Pondok Persada, PDAM, Area Taman Satwa, Telaga dan Sungai, Bangunan Pengelola Taman Satwa, Bangunan Pengelola Satwa, Kandang Satwa, Area PKL dan Tempat parker.

Gambar 4, Tapak Eksisting Taman Satwa Taru Jurug Pada eksisting tapak, saat masuk menuju kawasan Taman Satwa Taru Jurug sudah banyak dijumpai PKL sepanjang sisi jalan. Perlunya Pengelolaan Zona PKL agar tidak menganggu view pengunjung dan tidak terkesan kumuh serta penataaan kembali area pengelolaan. Memusatkan view bangunan ke area Utara dan Barat.

Gambar 6. Eksisting Vegetasi Pada konsep tapak Revitalisasi Taman Satwa ini dibagi menjai bebeapa zona, yaitu: Pengelola, taman Satwa, Area PKL, Area Terbuka, Taman Bermain, Parkir Kendaraan. Sedangkan pada zona Taman Satwa dibagi menjadi beberapa zona satwa, yaitu: mamalia herbivora, savanna, gurun, aves, reptile, hutan hujan, mamalia aquatic dan mamalia omnivore.

Gambar 7. Analisa Tapak Zonasi Pada Konsep Perancangan Tapak Taman Satwa Taru Jurug ini memiliki 3 massa bangunan yaitu bangunan pengelola Taman Satwa Taru Jurug, Bangunan Hotel, Bangunan Pengelola Satwa. Konsep perancangan tapak ini merupakan hasil dari analisis eksisting tapak dan dituangkan dalam desain yang memanfaatkan dari view, zonasi dan vegetasi.


4.

Menuju biopori agar diserap dalam tanah dan mengurangi buangan langsung ke sungai Persampahan Menuju tempat pengolahan sampah yang akan diolah menjadi pupuk untuk tanaman di kawasan Taman Satwa

Konsep yang telah dibuat menjadi dasar yang digunakan dalam proses peranangan revitalisasi. Hasil perancangan berupa gambar kerja, seperti blockplan, siteplan, denah, potongan, detail dan disertai dengan gambar prespektif. Gambar 8. Konsep Perancangan Tapak Konsep perancangan revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug ini mengacu pada tema bio park dengan pendekatan bio safety dan bio security, yaitu massa bangunan dibuat menyatu dan selaras dengan alam. Kesan selaras dengan alam didapat dengan texturing pelapis dinding dengan kayu. Sistem struktur atas pada bangunan pengelola Taman Satwa Taru Jurug menggunakan dak beton dan atap miring, Sistem struktur tengah menggunakan kolom dan balok beton dipilih karena penyesuaian yang mudah terhadap kebutuhan ruang. Sistem struktur bawah menggunakan pondasi bore pile karena cocok untuk semua jenis tanah dan pemasangannya tidak mengganggu lingkungan sekitar. Konsep prasarana revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug ini dibagi menjadi beberapa, yaitu: 1. Air Bersih Berseumber dari PDAM dan air sungai yang diolah. Air Sungai>Filtrasi > Penampungan>Pompa >Penyaluran 2. Listrik Bersumber dari PLN PLN>Gardu Induk>Gardu Pembagi>Panel Induk>Panel Pembagi>MCB 3. Hydrant Bersumber dari PDAM dan Air Hujan dan Olahan Buangan Cair 4. Titik Kumpul Berada pada ruang terbukayaitu area bermain, Plaza dan parker kendaraan. 5. Telekomunikasi Sinyal telekomunikasi bersumber dari pemancar ditengah kawasan dengan radius sinyal 10.000 m Konsep Utilitas revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug ini dibagi menjadi beberapa, yaitu: 1. Limbah Kotor Padat Menuju septictank beberapa zona 2. Limbah Kotor Cair Menuju drainase yang akan diolah kembali untuk hydrant dan penyiraman tanaman 3. Drainase

Gambar 9. Masterplan Taman Satwa Taru Jurug

Gambar 10. Blokplan Taman Satwa Taru Jurug

Gambar 11. Denah Pengelola Taman Satwa Taru Jurug (1)


Gambar 12. Denah Pengelola Taman Satwa Taru Jurug (2)

Gambar 16. Denah Bangunan Hotel (4)

Gambar 17. Denah Bangunan Pengelola Satwa Gambar 13. Denah Bangunan Hotel (1)

Gambar 18. Detail Arsitektur (1) Gambar 14. Denah Bangunan Hotel (2)

Gambar 19. Detail Arsitektur (2) Gambar 15. Denah Bangunan Hotel (3)


Gambar 20. Prespektif Interior Standard Room (1)

Gambar 26. Prespektif Mata Burung Bangunan Hotel Gambar 21. Prespektif Interior Standard Room (2)

Gambar 27. Prespektif Mata Manusia Bangunan Pengelola Taman Satwa Taru Jurug (1) Gambar 22. Prespektif Interior Toko Cinderamata (1)

Gambar 23. Prespektif Interior Toko Cinderamata (2)

Gambar 28. Prespektif Mata Manusia Bangunan Pengelola Taman Satwa Taru Jurug (1)

Gambar 29. Prespektif Mata Manusia Bangunan Hotel Gambar 24. Prespektif Mata Burung Taman Satwa

Gambar 30. Prespektif Mata Manusia Bangunan Pengelola Satwa Gambar 25. Prespektif Mata Burung (1)


KESIMPULAN Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug menggunakan konsep perancangan dengan tema bio park dengan pendekatan Green Architecture Landscape dengan tujuan bio safety dan bio security yang bertujuan untuk menjaga kelestarian dan ke asrian alam pada kawasan tersebut. Dengan perancangan revitalisasi ini diharapkan Taman Satwa Taru Jurug menjadi wisata edukasi yang menarik dan baik bagi pengunjung dan menjadi ruang tata hijau Kota Surakarta yang menunjang serta meningkatkan profit income kemandirian dalam pengelolaan pembiayaan Taman Satwa Taru Jurug dengan adanya massa bangunan hotel dan inovasi desain sarana dan prasarana. DAFTAR PUSTAKA [1]

[2]

[3]

[4] [5]

[6]

[7]

[8]

[9] [10] [11]

Permen. Peraturan Pemerintah Menteri Kehutanan Nomer P.31/Menhut-II/2012 Tentang Lembaga Konservasi. Jakarta: 2012. ALFALASIFA, N. PEMELIHARAAN SATWA LIAR DILINDUNGI SECARA EX-SITU DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG. 2017. Madya, C. D. PENGEMBANGAN MEDIA INTERPRETASI NON-PERSONAL UNTUK MENDUKUNG WISATA EDUKASI PADA AREA AVES DI KEBUN BINATANG BANDUNG.. 2018 Brij. Kishor Gupta, Barrier design for zoo: Centra Zoo Authority. New Delhi.. 2008. Antariksa, Sudikno. Budaya Dalam Revitalisasi Perkotaan. http://www.academia.edu/7761330/Budaya_ Dalam_Revitalisasi_Perkotaan. 2009 Surakarta, W. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031. Kota Surakarta.2012 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Online : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspre s/pengertian-museum/ Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Online : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspre s/pengertian-museum/ . 2010 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online : https://kbbi.kemdikbud.go.id/ Website Taman Satwa Taru Jurug. Online : http://solozoo.id/ Hendrawan, R. Revitaliasasi Taman Satwa Taru Jurug dan Wisata Air Bengawan Solo, Jawa Tengah. 2016


PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RAWAPENING AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH Widia Nur Intan Paramita1, 1.2Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 widianurintan1@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Kawasan wisata yang berlokasi di Banyubiru, Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah ini merupakan kawasan yang cukup banyak diminati pengunjung selain lokasinya yang unik dengan pemandangan alam sebagai pilihan wisatanya, objek utama wisata ini merupakan Rawa yang terkenal akan legenda setempatnya. Berdasarkan pada potensi sebagian besar warga yang bermukim di kawasan ini bermata pencaharian sebagai penambak ikan air tawar, dan petani. Kawasan wisata ini memliki banyak potensi yang belum dikembangkan. Padahal, potensi pendidikan atau wisata edukatif yang dapat diambil dari lingkungan sekitar sangat banyak seperti: bercocok tanam, budidaya ikan air tawar, beternak, pengolahan sampah organik dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan kawasan wisata Rawapening Ambarawa belum memiliki fasilitas yang mewadahi segala kegiatan wisata yang bersifat edukatif. Menjadikan kawasan wisata yang bersifat edukatif menjadi tujuan utama dari Pengembangan Kawasan Wisata Rawapening ini. Kata Kunci: Objek Wisata, Edukasi, Rawapening _________________________________________________________________________________________ Abstract A tourist area located in Banyubiru, Regency Semarang, Central Java Province, is a quite area much in demand by visitors besides its unique location natural scenery as a tourist choice, the main attraction of this tour is a Swamp which is famous for its local legend. Based on the most the residence potential who live in This area and works as a freshwater fish farmer, and farmers. This tourist area has a lot of potential that is not yet developed. In fact, the potential education or educational tourism can be taken from the environment very much such as fitness planting, cultivating freshwater fish, raising livestock, processing organic waste and so forth. This makes Rawapening tourist area Ambarawa does not yet have facilities to accommodate all activities educational tours. Making a tourist area educational character is the main objective of regional development This Rawapening tour. Keywords: Tourist Attraction, Education, Rawapening _________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN Destinasi wisata dalam suatu kawasan merupakan salah satu faktor pendukung dari kemajuan suatu daerah, mulai dari desa, kabupaten/kota, provinsi bahkan sebuah negara. Terbentuknya destinasi wisata yang menjadi faktor kemajuan tersebut, adalah karena wisata memiliki daya tarik tersendiri baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan yang dapat mempengaruhi citra suatu kawasan. Kawasan Wisata Rawapening Ambarawa di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah mempunyai potensi untuk dikembangkan, Kawasan wisata ini, telah menjadi salah satu ikon Kabupaten Semarang. Lokasi kawasan mudah dijangkau dengan moda transportasi darat dan berbasis rel, mulai dari kendaraan umum (bis, angkutan pedesaan, angkutan perkotaan, travel car), kendaraan pribadi dan kereta

wisata. Saat ini, kawasan wisata Rawapening Ambarawa belum memiliki fasilitas yang mewadahi segala kegiatan wisata yang bersifat edukatif. Padahal, potensi pendidikan atau wisata edukatif yang diambil dari lingkungan sekitar sangat banyak seperti: bercocok tanam, budidaya ikan air tawar, beternak, pengolahan sampah organik dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan pengembangan kawasan wisata di Rawapening, Ambarawa Jawa Tengah agar dapat meningkatkan kualitas pariwisata baik di Ambarawa, Kabupaten Semarang pada khususnya maupun Jawa Tengah pada umumnya. Pengembangan ini nantinya dapat diarahkan menjadi pengembangan wisata berbasis edukasi berdasarkan prinsip-prinsip arsitektur.


Tujuan penulisan ini dilakukan untuk membuat Konsep Perencanaan dan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Rawapening Ambarawa, Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2019 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Semarang Tahun 20202025, tertuang pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 13 yang berbunyi;

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten selanjutnya disingkat KSPK adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Proses pengembangan kawasan wisata menjadi kawasan berbasis edukasi ini dilakukan melalui pengembangan sarana dan prasarana kawasan dan kegiatan wisatanya, dengan meninjau terhadap tema perancangan yaitu, Kawasan Wisata Berbasis Edukasi. Wisata edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini juga sebagai study tour atau perjalanan kunjungankunjungan pengetahuan. [1] wisata edukasi atau edutourism adalah suatu program wisata dengan menyajikan unsur atau nilai pendidikan bagi wisatawan bertujuan agar wisatawan memperoleh pengalaman dan pembelajaran yang menyenangkan dalam objek wisata itu sendiri. Penerapan wisata edukasi atau edutourism ini dibentuk berdasarkan beberapa potensi di lokasi perancangan berkaitan dengan; a.

Kawasan Budi Daya

Wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan b.

Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. [2]. Berdasarkan pada kawasan budi daya dan kawasan peruntukan pariwisata dilihat dari potensi di lokasi perancangan, tema wisata edukasi atau edutourism ini dapat diterapkan ke dalam perancangan karena potensi alam sekitar yang mendukung terbentuknya tema wisata edukasi ini. Selain proses peninjauan terhadap tema perancangan, perlu dilakukan peninjauan terhadap peraturan pemerintah mengenai kawasan wisata daerah, zona kegiatan dan peraturan yang mendukung dan membatasi kegiatan yang diperbolehkan. Berdasarkan kepada tujuan penulisan dan perancangan maka sangat perlu dilakukan peninjauan tentang peraturan dan perizinan terhadap lokasi studi yang berkaitan dengan tema perancangan berikut peninjauan dilakukan berdasarkan peraturan perundang undangan antara lain: Lokasi Pengembangan Kawasan Wisata Rawapening ini telah sesuai dan telah di atur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8

Dan sebagaimana disebutkan lebih rinci berkaitan dengan lokasi Pengembangan Kawasan Wisata Rawapening pada Bab III mengenai Pembangunan Destinasi Wisata Kabupaten tertulis pada Pasal 14 ayat (1) dan (7) yang tertulis; (1) KPPK 2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b, terdiri dari: f. KSPK Kawasan Kebondowo dan sekitanya; (7) KSPK Kawasan Kebondowo dan sekitanya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f memiliki DTW andalan, meliputi: a. Bukit Cinta Brawijaya Rawa Pening (Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru); dan b. DTW andalan lainnya yang ditetapkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan yang ada. [3] Dalam peraturan daerah diatas disebutkan bahwa lokasi perancangan termasuk kedalam Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK) sehingga kriteria ini dapat mempengaruhi hasil rancangan lokasi terkait agar mengarah kepada klasifikasi sesuai peraturan yang berlaku dan juga lokasi perancangan telah diatur dan diakui oleh Negara sebagai kawasan wisata, yang berarti perizinan mengenai kegiatan dan mendirikan pariwisata di kawasan ini adalah legal. Sebagai referensi dan acuan dalam merancang diperlukan studi pustaka mengenai hal hal terkait kawasan wisata atau destinasi pariwisata salah satunya teori tipologi pariwisata berdasarkan letak geografis, mengenai teori tipologi berdasarkan letak geografis ini dapat diketahui bahwa klasifikasi terhadap lingkup kegiatan dan jenis wisatanya dibedakan menjadi 3 diantaranya: a.

Pariwisata lokal (local tourism)

Adalah pariwisata setempat dengan ruang lingkup yang terbatas pada tempat-tempat tertentu saja. Contoh : kepariwisataan di Bandung, Denpasar, Padang dan sebagainya. b.

.Pariwisata regional (regional tourism)

Pariwisata yang meliputi beberapa pariwisata lokal di suatu wilayah. Contoh : Bali, Sumatra Barat, Jawa Barat dan sebagainya.


c.

Pariwisata nasional (national tourism)

Adalah lingkup pariwisata yang berkembang dalam satu negara. [4] Terwujudnya suatu pariwisata yang baik dapat ditinjau dari tipologi salah satunya mengenai letak geografis dan objek dari wisata itu sendiri sebagai dasar dalam membentuk kegiatan yang ada didalamnya selain itu dengan adanya tipologi terhadap letak geografis ini dapat mengetahui jenis pengembangan atau perancangan yang akan digunakan sebagai acuan dan hasil akhir.

Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, dengan luas total ± 23,76 Ha. Terdiri dari zona permukiman warga, pertokoan, zona aktif edukasi, ruang terbuka hijau, yang memiliki batasan wilayah sebagai berikut:

METODOLOGI PERANCANGAN Terkait dengan waktu pelaksanaan perancangan terbagi menjadi 2, yang pertama waktu pelaksanaan penulisan terhitung dari tanggal 31 Agustus 2020 sampai dengan tanggal 11 Desember 2020 merupakan waktu pelaksanaan dalam penulisan yang telah disesuaikan dengan kalender akademik Fakultas Teknik Universitas Pancasila. Pada perancangan terkait judul diperlukan sebuah metode perancangan agar tahapannya lebih tersusun dan tersistematis dengan baik metode perancangan terdiri dari: 1. Metode Pengumpulan Data 2. Metode Analisis 3. Metode Penyusunan Konsep Secara umum perancangan ini mengambil lokasi di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia dan fokus perancangan sendiri berada di Kawasan Wisata Rawapening Ambarawa Kabupaten Semarang sebagai bahan perancangan pada skripsi ini. Kawasan ini merupakan kawasan yang cukup strategis, kawasan yang cukup ramai di kunjung wisatawan dan memiliki kelebihan juga kekurangan terkait fasilitas dan potensi, sehingga kawasan ini signifikan dan representative untuk dijadikan pilihan lokasi perancangan.

Area Perancangan Batas Wilayah Kecamatan Banyubiru Gambar 1 Delineasi Pengembangan Kawasan Wisata Rawapening Sumber Gambar: Google Earth, Data Pribadi Penulis 2020

b.

Struktur Peruntukan Lahan

struktur peruntukan lahan pada kawasan mengalami perkembangan lebih lanjut, untuk menyesuaikan dengan kegiatan yang ada pada lokasi ini dan menyesuaikan dengan Perda Kabupaten Semarang Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Semarang Tahun 2020-2025 yang menyatakan bahwa lokasi perancangan merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten. Keterangan : Rawa Zona Pertokoan Zona Permukiman Warga Jalur Hijau Ruang Terbuka Hijau Area Perlindungan Rawa Zona Campuran

PERANCANGAN Gambar 2 Struktur Peruntukan Lahan

Konsep terkait judul perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Rawapening, Ambarawa, Kabupaten Semarang Provinisi Jawa Tengah adalah Kawasan Wisata Berbasis Edukasi, yang berarti kawasan wisata ini dikembangkan dengan tujuan meningkatkan kualitas pariwisata dan mengembangkan potensi yang sesuai dengan manfaat yang didapatkan. Pengembangan kawasan wisata edukasi ini mengarah kepada kegiatan edukasi alam/outdoor, sesuai dengan potensi sekitar yang dimanfaatkan, selain itu, kegiatan edukasi yang akan didominasi oleh kegiatan alam/outdoor ini dapat menambah ilmu dan wawasan bagi wisatawan yang berkunjung terutama anak-anak. Konsep-konsep tersebut diwujudkan sebagai berikut: a.

Delineasi

Lokasi perancangan terletak di Jalan Muncul Raya, Danau Rawapening Kecamatan Banyubiru,

Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

c.

Intensitas Pemanfaatan Lahan

Intensitas pemanfaatan lahan Kawasan Wisata Rawapening ini memaksimalkan potensi dari danau rawa sebagai budidaya air tawar dan pertanian sebagai budidaya pertanian dan perkebunan, selain itu intensitas pemanfaatan lahan juga meyesuaikan dengan Perda Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031 tentang Ruang Terbuka Hijau, dan Kawasan Perlindungan Danau. Dengan area bangunan, dengan persentase keseluruhan sebesar 40% dari luas kawasan, dan area terbuka, dengan persentase keseluruhan sebesar 60% dari luas kawasan.


Skyline kawasan ini dibentuk berdasarkan garis alami permukaan kawasan tersebut, kemudian gradasi ketinggian bangunan yang tercipta berdasarkan elevasi bangunan dan permukaan tanah, rata-rata bangunan di kawasan ini memiliki ketinggian 1-2 lantai atau sekitar 5-8 meter.

Gambar 3 Intensitas Pemanfaatan Lahan Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

d.

Tata Bangunan Gambar 6 Langgam Arsitektur

Pengembangan pada tata bangunan berorientasi kepada tema perancangan yang bersifat edukatif, bangunan yang difokuskan akan menonjolkan nilai estetika budaya bergaya tradisional modern, bertujuan untuk tetap dapat mengedukasi sisi kebudayaan dengan teknologi modern. Konsep fasad tradisional modern ini menampilkan gaya bangunan dan penggunaan beberapa material modern tetapi tidak meninggalkan unsur yang bernuansa tradisional. konsep ini diambil berdasarkan tema, tujuan, dan juga manfaat perancangan yaitu menjadikan kawasan wisata yang berbasis edukasi, mengenalkan sisi rumah adat tradisional disamping modernitas yang ada pada saat ini, dan mengenalkan peran arsitektur dalam mengembangkan dan menata sebuah kawasan yang ramah.

Sumber Gambar: 3D Warehouse 2020

e.

Sirkulasi dan Jalur Penghubung

Sirkulasi eksisting pada kawasan ini hanya memiliki jalur entrance dengan perkerasan tanah, kemudian kondisi jalur pedestrian sendiri lebih mengarah kepada slasar atau plaza, perkerasan yang memiliki sedikit jalur hijau atau ruang ruang hijau menajdi kondisi eksisting pada sirkulasi kawasan. Sirkulasi pada kawasan dikembangkan berdasarkan hasil analisis dan keadaan eksisting lokasi perancangan, membuka sirkulasi side outrance, mengembangkan jalur pedestrian yang ramah disabilitas, mengembangkan jalur bagi pejalan kaki lebih luas, menyediakan akses sirkulasi kendaraan non-emisi

Gambar 4 Fasad Bangunan Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

Langgam arsitektur yang digunakan pada fasad bangunan di kawasan ini merupakan langgam asritektur khas jawa sebagai elemen pendukung dari konsep yang telah dirancang, elemen yang digunakan diantaranya adalah bubungan, bambu, ukiran jawa, kayu-kayuan, ukiran wayang, pintu joglo.

Gambar 7 Perencanaan Sirkulasi dan Jalur Penghubung Sumber Gambar:, Data Pribadi Penulis 2020

f.

Ruang Terbuka dan Jalur Penghubung

memaksimalkan lahan terbuka yang telah ada, namun fungsi yang dihasilkan berbeda. Ruang ruang terbuka ini dibagi menjadi 2 : a.

Gambar 5 Langgam Arsitektur Sumber Gambar: 3D Warehouse 2020

Ruang terbuka hijau menerapkan nature for education space ini dibentuk dengan tema dan tujuan pengembangan kawasan ini menjadi kawasan wisata edukatif, kemudian ruang terbuka hijau ini dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi pengunjung dengan


memaksimalkan penggunaan ruang terbuka hijau dengan kegiatan-kegiatan yang diadaptasi dari kegiatan edukasi.

Gambar 10 Tata Kualitas lingkungan Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

Gambar 8 Ruang Terbuka Hijau Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

h. b.

Ruang terbuka non hijau Ruang terbuka nonhijau pada kawasan ini dikembangkan menjadi plaza dan slasar untuk tempat menikmati pemandangan rawa dan pegunungan yang terhampar selain itu fungsi ruang terbuka non-hijau ini menjadi titik evakuasi bila terjadi bencana.

Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Berdasarkan pada tujuan manfaat dan perancangan, mengenalkan peran asritektur ramah terhadap lingkungan, selain untuk ramah lingkungan konsep ini juga mengupayakan ramah terhadap penggunanya.

tema yang untuk untuk

Gambar 9 Ruang Terbuka Non Hijau Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

g.

Tata Kualitas Lingkungan

Tata kualitas lingkungan pada Kawasan Wisata Rawapening ini sangat kurang, disebabkan banyaknya fasilitas penunjang yang tidak ada pada kawasan wisata ini. Berikut ini konsep tata kualitas lingkungan Kawasan Wisata Rawapening Ambarawa Kabupaten Semarang. Semua sarana dan elemen yang memenuhi tata kualitas lingkungan dikawasan ini dikembangkan dengan menambahkan jumlah dari jumlah eksisting sebelumnya berdasarkan kebutuhan, perluasan area pengembangan, kegiatan wisata, yang sesuai dengan tujuan dan konsep perancangan.

Gambar 11 Prasarana dan Utilitas Lingkungan Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

KESIMPULAN Perancangan kawasan wisata dengan tema edukasi yang didukung oleh potensi sekitar termasuk potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia merupakan upaya tepat dalam mengembangkan


kawasan wisata yang lebih atraktif, aktif, dan memiliki nilai estetika yang berkembang dari sebelumnya, karena kondisi eksisting di kawasan ini sebelumnya cukup pasif sebagai kegiatan wisata. Dalam proses perancangan konsep dan ide ide diterapkan dalam bagian bagian perancangan salah satunya ruang terbuka hijau yang dibentuk berdasarkan kegiatan edukasi seperti outbond, kegiatan agrowisata. Kemudian diterapkan pada tata kualitas lingkungan sebagai perancangan yang ramah lingkungan terhadap masyarakat contohnya, penerapan solar panel, signage dengan fitur smart led, PLTB, dan lainnya. Berikut masterplan kawasan wisata yang terbentuk setelah melewati proses pengumpulan data dan analisis.

Gambar 12 Masterplan Kawasan Wisata Sumber Gambar: Data Pribadi Penulis 2020

DAFTAR PUSTAKA [1] Suwantoro, Gamal. Dasar-DasarPariwisata. Yogyakarta 1997. [2] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. [3] Peraturan Daerah Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Semarang Tahun 2020-2025. [4] Gugun, Gunardi. Jurnal Identifikasi Potensi Kawasan Wisata Kali Pasir, Kota Tangerang. Tangerang. 2010.


SENTRA TENUN DI KAWASAN WISATA PANTAI LASIANA KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Christy Erliana Septiany Mesah, Ir.Kiki K Lestari,MT Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila erlymesah14@gmail.com, kiki_lestari@univpancasila.ac.id

Abstrak Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan adat dan budaya serta keindahan alam. Salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur, provinsi yang terletak di timur Indonesia ini terdiri dari beberapa pulau yang memiliki kekayaan adat dan budaya salah satu warisan budayanya adalah kain tradisionalnya yang dikenal dengan nama kain tenun. Seiring dengan perkembangannya zaman kebudayaan menenun mulai ditinggalkan oleh masyarakat perkotaan sehingga tidak banyak pengrajin tenun yang tersisa. Kawasan Wisata Pantai Lasiana adalah salah stau objek wisata yang ada di Kota Kupang yang memiliki keindahan alam yang indah tetapi belum tertata dengan baik. Pariwisata saat ini tidak lagi terbatas rekreasi, piknik dan hiburan saja tetapi dituntut untuk menampung kegiatan lainnya seperti acara sosial, acara adat, wisata budaya dan edukasi. Maka dari itu perancangan sentra tenun di kawasan wisata Pantai Lasiana ini memanfaatkan keindahan alam yang sudah ada ditata dengan maksimal serta wisata edukas dan budaya tentang tenun sehingga membantu melestarikan budaya Nusa Tenggara Timur. Perancangan Kawasan Sentra Tenun ini menyediakan sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, kegiatan edukasi tentang tenun dan praktek menenun serta kekhasan arsitektur lokal untuk menarik minat wisatawan. Kata Kunci: Pariwisata, Kawasan, Wisata, Pantai, Sentra Tenun

Abstract Indonesia is a country that has a lot of culture and natural resources. One of them is East Nusa Tenggara, a province located in eastern Indonesia which consists of several islands that have a wealth of customs and culture. One of its cultural heritage is its traditional fabric known as woven fabric. Along with the development of the era of weaving, culture began to be abandoned by urban communities so that not many weaving craftsmen remained. Lasiana Beach Tourism Area is one of the attractions in Kupang City which has a beautiful natural beauty but is not well organized. Tourism is no longer limited to recreation, picnics, and entertainment, but is required to accommodate other activities such as social events, traditional events, cultural and educational tours. Therefore, the design of the weaving center in the Lasiana Beach tourist area utilizes the natural beauty that already exists and is optimally arranged as well as educational and cultural tourism about weaving to help preserve the culture of East Nusa Tenggara. The design of the Weaving Center Area provides facilities and infrastructure for recreational activities, educational activities about weaving and weaving practices as well as the peculiarities of local architecture to attract tourists. Keywords : Tourism, Culture, Area, Travel, Beach, Weaving Center PENDAHULUAN Nusa.Tenggara.Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dan alam.Provinsi yang berada di timur Indonesia ini terdiri dari enam pulau yaitu Flores, Sumba , Timor, Alor, Rote, dan Sabu yang memiliki budaya dan adatnya masing-masing salah satunya adalah kain tenun khas Nusa Tenggara Timur. Kota Kupang adalah kotamadya dan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur dan merupakan kota terbesar di Pulau Timor yang berada di bagian barat laut pulau Timor. Luas wilayah Kota Kupang adalah 180,27 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 423.800 jiwa (2019). Lokasi tapak perancangan yang dipilih sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kupang, berada di zona ungu yaitu zona pariwisata. Penting juga lokasi didukung dengan aksesbilitas,pencapaian, dan lingkungan sekitar tapak yang mendukung kegiatan Kawasan. Kegiatan memproduksi tenun disebut menenun . Menenun sendiri adalah kegiatan menghasilkan kain tenun dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal. Benang terbuat dari bahan alami yaitu kapas,

yang telah diikat dan diwarnai menggunakan pewarna dari bahan alami. Kemudian ditenun dengan alat tradisional yang digerakkan naik turun berulang kali hingga membentuk motif dan kain yang diinginkan. Tingkat kesulitan dalam membuat tenun , waktu pengerjaan, dan motif yang ingin dihasilkan membuat harga tenunan khas NTT cukup mahal mulai dari ratusan hingga jutaan rupiah. Dahulu, kain tenun hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan berpakaian masyarakat sehari-hari yang kemudian berkembang menjadi pakaian untuk upcara dan tarian adat, mahar atau belis dalam perkawinan serta hadiah penghargaan untuk orang meninggal dan tamu penting yang dating. Banyak tersebar pengrajin tenun di seluruh wilayah di Nusa Tenggara Timur tetapi di Kupang yang merupakan ibukota provinsi hanya terdapat penjual tenun yang sudah dibeli terlebih dahulu dari pengrajin tenun di pedalaman dan seiring perkembangan jaman, tradisi menenun sudah banyak ditinggalkan dan tidak ada generasi muda yang mempelajari Teknik menenun karena tidak adanya ajaran dari orangtua dan tidak tersedia fasilitas yang mendukung kegiatan ini oleh karena itu direncanakan Kawasan wisata tenun sebagai wisata edukasi kearifan local sekaligus meningkatan kesempatan


kerja bagi masyarakat dan meningkatkan minat masyarakat untuk melestarikan tenun khas NTT. Dari data yang sudah dikumpulkan melalui survei lapangan dan studi literatur tertentu dan dianalisa pada bagian tata kawasan, sarana dan prasarana yang tersedia di kawasan belum memadai, kawasan ini juga berada di satu-satunya zona pariwisata di Kota Kupang. TINJAUAN PUSTAKA Menururt.Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009.definisi.pariwisata.adalah.berbagai.kegiatan.wisatay ang.didukung.olehfasilitas.dan.layanan yang disediakan oleh pemerintah daerah atau pusat, masyarakat dan pengusaha. Soekadijo (2000) mengatakan bahwa pariwisata.adalah sector yang berhubungan dengan wisatawan. Pariwisata adalah perubahan tempat tinggal seseorang secara sementara untuk kepentingan yang berhubungan dengan rekreasi, kesehatan, keagaman dan lain-lain.

dari kapas. Kemudia dilanjutkan dengan bertapa dan berdoa kepada leluhur agar mendapat motif dan corak yang akan dibentuk pada enunan, kemudian dilanjutkan dengan proses pewarnaan dengan cara mencelupkan benang ke pewarna yang terbuat dari daun Ru Dao yang menghasilkan warna nila, akar pohon Ka bo yang menghasilkan warna merah , kunyit yang menhasilkan warna kuning dan daun dari pohon mengkudu untuk menghasilkan warna hijau. Kemudia setelah diwarnai dibiarkan meresap kemudian dijemur lalu proses menenun dapat dimulai dengan mesin tenun tradisional yang disebut lana Her’ru. Benang yang sudah diwarnai diikat secara vertical pada mesin tenun yang digerakkan menggunakan tangan naik dan turun berulang-ulang hingga membentuk kain. Studi Preseden : 1.

Setiap destinasi wisata memerlukan sarana dan prasarana yang menunjang kebutuhan wisatawan seperti seperti sarana akomodasi, pelayanan public, utilitas , dan sebagainya. Pengembangan pariwisata sebagai saektor yang mempunyai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan negara saja melainkan penggabungan aneka produk, fasilitas, pelayanan dan sumber daya dan promosi yang berfungsi menggerakkan wisatawan menuju wilayah destinasi tertentu (Leiper, 1995). Menuru Soekadji (1996:86), terdapat tiga potensi Kepariwisataan, yaitu : 1. 2. 3.

Kampung Batik Giriloyo,Bantul,Yogyakarta. Kampung Wisata Batik Tulis Giriloyo adalah destinasi wisata sentral pengrajin batik tulis yang bertujuan untuk mengenal bati tulis Giriloyo. Fasilitas yang ditawarkan pada wisatawan adalah sejarah batik Giriloyo dan cara membatik yang akan diajarkan oleh pengrajin-pengrajin batik. Hasil membatik dapat dibawa pulang sebagai cinderamata serta makanan tradisional serta terdapat tempat membeli kain batik tulis Giriloyo di galeri. Fasilitas kampung Batik Giriloyo yaitu Galeri Batik, Joglo untuk workshop dan seminar, mushola, toilet dan tempat parker serta tempat makan.

Modal dan sumber daya alam Modal dan warisan budaya Modal dan sumber daya manusia

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bab 1 pasal 1 wisata adalah kegiatan perjalanan mengunjungi tempat wisata yang dilakukan individua tau berkelompok dengan tujuan untuk rekreasi, mempelajari keunikan atau daya Tarik ytempat wisata yang dikunjungi atau bertujuan untuk pengembangan pribadi yang bersifat sementara. Wisata dibagi menjadi wisata alam dan wisata budaya Kawasan wisata merupakan suatu daerah yang emiliki potensi sumber daya alam dan keanekaragaman alam, kekayaan alam dan budaya, nilai, sumber daya manusia dan daya Tarik untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata. Kain Tenun adalah kain yang dibuat dari proses menenun yaitu kegiatan membuat kain dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal pada benang-benang yang disusun sejajar, dan diikat terlebih dahulu serta sudah dicelupkan ke pewarna alami. Perancangan kawasan sentra tenun di Kawasan Wisata Pantai Lasiana ini mengambil tema Natural dengan sentuhan modern. Tema natural ini terinspirasi dari alam seperi gelombang laut yang bersifat dinamis, dengan material bangunan seperti kayu, bambu,dan alangalang, juga langgam tradisional yang diambil dari motifmotif tenu nuntuk menonjolkan citra kawasan sebagai sentra tenun. Sentuhan modern yang diterapkan dalam perancangan adalah bangunan bersifat fungsional, bentuk bangunan lebih sederhana. Proses Pembuatan tenun dimulai dengan identic sama. menyiapkan benang yang akan dipakai yang dipintal

Gambar 1 Kampung Batik Giriloyo ( sumber : batikgiriloyo,com ) 2.

Kampung Wisata Tenun Samarinda Kampung Tenun Samarnda merupakan sentra pengrajin sarung samarnda. Tampilan bangunan yang pada umumnya tidak berukutan besar dan memiliki pelataran kecil di depannya untuk aktivitas menenun sarung. Jalan lingkungan menuju di kampung ini memiliki Panjang 550 meter dengan lebar 1-2 meter dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang cukup memakan ruang pada pelataran rumah pengrajin tenun. Selain berfungsi sebagai tempat produksi hunian warga juga berfungsi sebagai showroom hasil tenunnya. Sejak dicanangkan sebagai daerah tujuan wisata nasional, Kampung Tenun Samarinda telah banyak berbenah diri dari segala aspek, meliputi infrastruktur, sarana dan prasarana, fasilitas umum, dan tentunya masyarakat itu sendiri. Akses jalan menuju Kampung Tenun, sudah diperbaiki dengan proyek semenisasi yang sudah berlangsung semenjak tahun 2013. Fasilitas instalasi pengolahan air limbah yang merupakan bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup untuk pengolahan dan pemanfaatan limbah rumah tangga sudah siap digunakan oleh masyarakat setempat.


wisata sentra tenun dapat berupa studi literatur yang lebih detail dengan cara mencari data, membandingkan dan menyimpulkan hasil dari beberapa studi preseden yang sesuai dengan perancangan. PERANCANGAN

Gambar 2 Peta Wilayah Administrasi Kampung Tenun Samarinda (sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/16177/3/MTA025672.pdf)

3.

Lokasi perancangan Kawasan wisata sentra tenun di Pantai Lasiana secara Kota Kupang adalah sebuah kota madya dan sekaligus ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kota madya ini adalah kota yang terbesar di Pulau Timor yang terletak di pesisir Teluk Kupang,bagian barat laut pulau Timor. Sebagai kota terbesar di provinsi Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang dipenuhi oleh berbagai suku bangsa. Suku yang signifikan jumlahnya di “Kota Kupang” adalah suku Timor, Rote, Sabu, Tionghoa, Flores dan sebagian kecil pendatang dari Bugis dan Jawa. Luas wilayah Kota Kupang adalah 180,27 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 423.800 jiwa (2019).

Kampung Batik Laweyan

Kampung batik laweyan suatu Kawasan unik , artistic dan bersejarah. Di Laweyan wisaatawan. Tak hanya dapat berbelanja batik, para wisatawan dapat melihat secara langsung proses pembuatan batik tulis di berbagai industri batik tulis batik capdan printing. Seperti paket-paket kursus membatik, selain itu terdapat juga wisata kuliner khas laweyan serta wisata sejarah arsitektur rumah laweyan, masjid laweyan dan makam Kyai Ageng Henisserta langar merdeka. Gambar 4 Peta RTRW Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur( sumber : Peta RTRW Kota Kupang ) Fokus kawasan perancangan wisata meliputi Kawasan Wisata Pantai Lasiana. Menurut RTRW Kota Kupang Pantai Lasiana terletak di zona Pariwisata dengan batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah utara berbatasan dengan Pantai Lasiana • Sebelah timur berbatasan dengan area persawahan • Sebelah selatan berbatasan dengan Pemukiman Warga • Sebelah barat berbatasan dengan lahan kosong Gambar 3 Kampung Batik Laweyan ( sumber : wonderfulsolo.com ) METODOLOGI PENELITIAN Metode perancangan menggunakan metode kualitatif yaitu yang bersifat deskriptif, proses dan tujuan dari perancangan. Menggunakan metode kualitatif dengan studi literatur dan studi bandng preseden yang berasal dari buku, ebook, jurnal dan website. 1.

Studi Literatur

Studi literatur yaitu menggunakan salah satu Teknik dalam mencari data dalam memenuhi proses perancangan Pengembangan Kawasan wisata sentra tenun dengan sumber yang berasal dari buku, e-book, jurnal dan website. Dilakukan dengan cara membaca, mengumpulkan dan meringkas data-data yang di dapat. 2. Studi Banding Preseden Studi banding preseden yaitu dengan menggunakan salah satu Teknik dalam mencari data dalam memenuhi proses perancangan Kawasan

Gambar 5 Lokasi Tapak (sumber : Google earth, 2020) Pada eksisting tapak perancangan terisi 30-40% dengan bangunan yang belum maksimal fungsinya dan belum tertata dengan baik, 10 % lapangan parkir untuk kendaraan wisatawan dan banyak ruang terbuka hijau yang belum dimanfaatkan dan di tata.


Gambar 8 Konsep Sirkulasi Kawasan

Gambar 6 Konsep Intensitas Tapak (sumber : Google earth, 2020) Perancangan Kawasan sentra tenun mengutamakan fasilitas untuk tenun sebesar 60 % memanfaatkan lahan kosong yang belum tertata, ditambahkan juga bangunan penunjang seperti Gedung pengelola, penginapan, area perdagangan, tempat ibadah, tempat pergelaran kesenian, dan tempat berkumpul. Sedangkan ruang terbuka pada tapak ditata dan dimaksimalkan fungsi dan estetikanya.

Pada eksisting belum tersedia ruang terbuka aktif maupun pasif yang memadai dan tertata untuk menunjang kegiatan pengunjung dan kebutuhan ruang terbuka hijau, sehingga ditata kembali ruang terbuka yang ada dan memanfaatkan dengan maksimal lahan-lahan yang masih kosong dijadikan ruang terbuka hijau pasif dan ruang terbuka yang aktif sebagai titik berkumpul serta untuk kebutuhan parkir.

Gambar 9 Konsep RTH Kawasan Pada kawasan perancangan utilitas seperti air dan listrik sudah tersedia di tapak tetapi belum dimanfaatkan dengan maksimal, fasilitas seperti toilet dan mushola jdalam keadaan yang tidak terurus sehingga perlu diperbaharui dan ditata kembali. Penerangan pada tapak juga terbatas belum menyeluruh ke semua area kawasan. Gerbang pada kawasan belum didesain dengan baik , serta tempat sampah dan gazebo juga dalam keadaan yang tidak terurus sehingga perlu ditata dan didesain ulang.

Gambar 7 Konsep Fasad Bangunan Tema perancangan sentra tenun adalah natural dan fungsi perancangan Kawasan wisata ini melestarikan budaya tradisional Nusa Tenggara Timur sehingga mengangkat material-material natural seperti kayu,batu, bambu dan alang-alang yang dipadukan dengan langgam atau motif dari tenun sehingga mencirikan kawasan wisata sentra tenun. Kondisi jalur sirkulasi di luar tapak sudah cukup memadai sedangkan kondisi jalur sirkulasi di dalam tapak hanya terdapat beberapa jalur untuk pejalan kaki sehingga ditambahkan jalur sirkulasi yang mengambil konsep sirkulasi pada kawasan terinspirasi dari gelombang laut yang dinamis sehingga tidak kaku dan menghubungkan semua area dalam kawasan.


Gambar 10 Masterplan Kawasan (sumber : Olahan Penulis, 2020)

Gambar 13 SirkulasiKawasan (sumber : Olahan Penulis, 2020

Gambar 11 Tampak Kawasan (sumber : Olahan Penulis, 2020

Gambar 14 Konsep RTH Kawasan (sumber : Olahan Penulis, 2020

KESIMPULAN

Gambar 12 Tampak Kawasan (sumber : Olahan Penulis, 2020

Gambar 13 Perspektif Kawasan (sumber : Olahan Penulis, 2020)

Sentra Tenun di Kawasan Wisata Pantai Lasiana bertujuan untuk meningkatkan minat pariwisata dengan menata kawasan wisata Pantai Lasiana yang belum memiliki fasilitas yang memadai dan belum dimanfaatkan dengan maksimal serta yang terutama adalah untuk melestarikan kebudayaan Nusa Tenggara Timur yaitu budaya menenun dengan fasilitas yang mendukung jalannya kegiatan di kawasan.wisata.


DAFTAR PUSTAKA Suprapto, rhisa A. Pengembangan Jawasan Wisata Pantai Siung. Surakarta : Universitas 11 Maret. 2009 https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/te nun-ntt-harta-keluarga-yang-bernilai-tinggi Batikgitiloyo.com http://ejournal.uajy.ac.id/16177/3/MTA025672.pdf Wonderfulsolo.com Nong, Y. Tenun Ikat NTT. 2012 Langgar, A. 2014. Kain Tenun NTT, Selayang Pandang



PUSAT SENI DAN KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA TIMUR BERTEMA MODERN VERNAKULAR DI LABUAN BAJO Alamsyah Bima Pratomo Program Studi Arsitektur, Universitas Pancasila Alamsyahbima07@gmail.com Jl. Raya Lenteng Agung No.56-80, RT.1/RW.3, Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640

ABSTRAK Pemajuan serta pelestarian kebudayaan adalah upaya dalam meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Kebudayaan merupakan identitas dari suatu wilayah tersebut yang kini perkembangannya perlahan tergerus oleh globalisasi, sehingga banyak dari kebudayaan perlahan-lahan memudar oleh perubahan dan pergerakan zaman. Untuk mewadahi dan memberikan fasilitas perlindungan dan pelestarian budaya, Pusat Seni dan Kebudayaan dapat merangkul aktivitas baik dari ketahanan kebudayaan, sosial maupun sisi kepariwisataannya sebagai bentuk dari memajukan kebudayaan dan keterhubungan terhadap destinasi wisata. Khususnya berada di pulau Nusa Tenggara Timur di Labuan Bajo yang fasilitasnya masih minim, hal ini tercantum dalam data Statistika Kebudayaan Tahun 2019. Sehubungan dengan ini, pemerintah juga mendukung Labuan Bajo dalam programnya sebagai pembangunan dan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Maka dengan hadirnya Pusat Seni dan Kebudayaan dapat menunjang kegiatan seperti ruang pameran karya seni, galeri, teater pertunjukan, pusat informasi, kelas seni, suvenir, dan ruang terbuka untuk memfasilitasi dan mendukung pemajuan kebudayaan, serta sektor pariwisata. Pusat Seni dan Kebudayaan ini hadir di Labuan Bajo dalam bentuk kombinasi berupa arsitektur modern dengan vernakular yang menjadi ciri untuk menandakan isi dan tujuan adanya pusat kebudayaan. Tema modern vernakular menggambarkan nilai dan tujuan pusat kebudayaan untuk menjaga serta melestarikan kebudayaan yang berjalan seiring dengan zaman. Kata kunci : Pusat Seni dan Kebudayaan, Kawasan Strategis Pariwisata, modern, vernakular, seni ABSTRACT The promotion and preservation of culture is an effort to increase the resilience of Indonesian culture and cultural contribution in the midst of world civilization. Culture is the identity of a region whose development is now slowly eroded by globalization, so many of the cultures are slowly fading by the changes and movements of the times. To accommodate and provide facilities for cultural protection and preservation, the Center for Arts and Culture can embrace activities both from the cultural, social and tourism resilience as a form of promoting culture and connectedness to tourist destinations. Especially located on the island of East Nusa Tenggara in Labuan Bajo whose facilities are still minimal, this is listed in the Data statistics of Culture year 2019. In connection with this, the government also supports Labuan Bajo in its program as The build and development of the National Tourism Strategic Area (KSPN) of Labuan Bajo, East Nusa Tenggara (NTT). Therefore, with the presence of arts and culture centers can support activities such as art exhibition halls, galleries, performance theatres, information centers, art classes, souvenirs, and open spaces to facilitate and support the promotion of culture, as well as the tourism sector. This Arts and Culture Center is present in Labuan Bajo in the form of a combination of modern architecture with vernacular that is characteristic to signify the content and purpose of the cultural center. The modern theme of vernacular describes the values and objectives of the cultural center to preserve and preserve the culture that goes hand in hand with the times. Keywords : Arts and Culture Center, Strategic Tourism Area, modern, vernacular, art PENDAHULUAN Kebudayaan merupakan suatu indikator atau identitas dari suku atau wilayah tersebut. Kini perkembangan kebudayaan perlahan memudar karena globalisasi dan perubahan arah budaya menjadi universal, sehingga banyak dari kebudayaan perlahan tergeser oleh perubahan zaman. Berdasarkan Pasal 1 ayat 3 UU No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan disebutkan bahwa Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan

kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan [1]. Mewujudkan nilai pemajuan kebudayaan, gambaran atau citra dari wajah kebudayaan itu sendiri dapat menjadi sebuah tema dan konsep pada pusat kebudayaan. Mangunwijaya (1988) berpendapat citra adalah lambang yang membahasakan segala yang manusiawi indah dan agung dari dia yang membangunnya, kesederhanaan, dan kewajarannya untuk memperteguh hati manusia [2].


Tema modern vernakular menggambarkan nilai dan tujuan pusat kebudayaan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan yang berjalan seiring dengan zaman. Arsitektur lokal setempat dan arsitektur tradisional dari Nusa Tenggara Timur akan menjadi keterkaitan dalam proses rancangan Pusat Seni dan Kebudayaan. Nilai tersebut dapat diambil dari kelokalan, budaya, dan materialnya. Arsitektur lokal yang menjadi pendekatan adalah arsitektur Wae Rebo, arsitektur Sumba, dan arsitektur Ende. Pendekatan arsitektur yang diambil merupakan keterkaitan dari wilayah tersebut yang memiliki karakter untuk menunjang Pusat Seni dan Kebudayaan. Fasilitas pusat kebudayaan ini terbatas ketersediaannya di Indonesia, berfokus pada Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur yang memiliki sektor ekonomi, budaya, dan kepariwisataannya yang sangat diminati oleh pengunjung masih tergolong minim menyediakan wadah untuk aktivitas kebudayaan. Berdasarkan data Statistika Kebudayaan Tahun 2019 disebutkan fasilitas seni dan budaya di Nusa Tenggara Timur seni baik seni teater, rupa, tari dan musik masing-masing hanya berjumlah 1 yang artinya dari 19 kabupaten di Nusa Tenggara Timur hanya ada 4 fasilitas seni dan kebudayaan. Menurut WAGUB NTT, dalam kaitannya dengan KEK serta Persiapan G-20 dan ASEAN Summit tahun 2023 yang akan berlangsung di Labuan Bajo, tenaga kerja asal NTT harus dapat diberdayakan secara maksimal. Dalam arahan WAGUB NTT yang secara lisan ditugaskan oleh Presiden untuk memantau Pembangunan dan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sekaligus mengajak dan menekankan semua pihak terkait, harus fokus bekerja sama untuk membangun Labuan Bajo secara optimal. Sebagai tempat yang disetujui atau direkomendasikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan sejumlah agenda Internasional [3]. Oleh karena itu suatu usaha untuk melestarikan kembali kebudayaan tradisional, yaitu dengan tersedianya pusat kebudayaan di Labuan Bajo sebagai pencarian dan pelestarian identitas nasional yang merupakan bagian penting untuk menjaga kebudayaan Indonesia serta sektor pariwisata yang menjangkau mancanegara. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Lokasi Perancangan Lokasi perancangan terletak di daerah tropis biasanya ditandai dengan kondisi iklim yang panas dan lembab, terutama perbedaan termal yang besar antara musimnya. Beberapa elemen

yang menjadi acuan dan pertimbangan terhadap lokasi seperti:      

Kelembaban udara Sinar dan pencahayaan Akustik dan zonasi Kecepatan angin Vegetasi Pemandangan

Ini membantu menyeleksi tampilan yang mengurangi pemandangan, serta identifikasi dari prioritas dalam orientasi kegiatan di luar harus ditempatkan, begitu juga dengan orientasi kegiatan di dalam agar tidak terjadi distraksi visual [4]. B. Pengertian Bangunan Bangunan juga dapat diartikan sebagai wujud fisik dari beberapa sistem dan subsistem yang saling berhubungan, terkoordinasi, terintegrasi satu sama lain sekaligus dengan wujud tiga dimensinya, serta organisasi spasialnya secara utuh [5]. Adapun aspek-aspek mengenai bangunan seperti: 

Perancangan Perancangan pusat kebudayaan adalah upaya untuk mewujudkan pemajuan kebudayaan sebagai bentuk meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Desain dalam KBBI berarti kerangka bentuk, rancangan [6]. Sedangkan perancangan memiliki arti melakukan rancangan atau kerangka bentuk, atau sebuah proses untuk membentuk. 

Kriteria perancangan Perancangan pusat kebudayaan merupakan rencana untuk memberikan usulan dan pengajuan untuk membangun fasilitas kebudayaan agar tersedianya wadah untuk menaungi kelanjutan kebudayaan, serta memberikan pemberdayaan terhadap manusia. Adapun pada tahap perancangan yaitu: a. Program rancangan Program rancangan yang disusun arsitek atau perancang berdasarkan pengolahan data primer maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai batasan tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan pembangunan yang berlaku. b. Konsep rancangan Konsep rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan semua bidang terkait (baik struktur, mekanikal, elektrikal, dan atau bidang keahlian lain bila diperlukan) yang melandasi


perwujudan gagasan rancangan yang menampung semua aspek, kebutuhan, tujuan, dan kendala proyek [7]. 

Pusat Kebudayaan Budaya atau kebudayaan merupakan sistem nilai yang dihayati oleh sekelompok manusia [8]. Pusat dalam KBBI memiliki arti tempat yang letaknya di bagian tengah, pokok pangkal atau yang menjadi pimpinan (berbagai-bagai urusan, hal, dan sebagainya) [6]. Pusat kebudayaan adalah wadah untuk memfasilitasi kebudayaan serta pemberdayaan masyarakat.

kubu yang terdiri dari penangkis dan pemukul [10]. D. Klasifikasi Bangunan Pusat Seni dan Kebudayaan Memakai pendekatan melalui jenis bangunan galeri seni, pusat seni dan kebudayaan dibedakan berdasarkan beberapa kategori yang diantaranya adalah:  

C. Kebudayaan 

Sejarah Manggarai Manggarai adalah salah satu kabupaten di NTT yang mempunyai sepuluh kecamatan dengan enam perwakilan yang dikoordinatori oleh pemerintahan Kota Ruteng. Di Nusa Tenggara Timur, istilah Kepulauan Flores artinya bunga. Arti tersebut merupakan nama yang diberikan para pelaut Portugis pada waktu itu. Sebutan untuk Flores dari masyarakat lokal, namanya Nusa Nipa. Masyarakat Manggarai menganggap bahwa leluhur mereka itu berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat, yang pernah berlayar ke Sulawesi mereka tiba di Manggarai yang dulunya bernama Nusa Lale, persisnya di daerah Warloka dekat Labuan Bajo. 

Mbaru Gendang Menurut kepercayaan para nenek moyang di Manggarai sejak dahulu kala, rumah orang Manggarai itu berbentuk panggung atau disebut mbaru gaung. Bagi masyarakat Manggarai, rumah adat juga sebagai tempat menyelenggarakannya pesta-pesta besar dalam kampung, seperti ucap syukur atas hasil panen atau disebut penti. Selain itu, juga sebagai tempat disimpannya gendang dan gong. Sekaligus generasi muda Manggarai melatih diri untuk mengetahui pukulan alat-alat musik gong dan gendang. 

Lingko Di Manggarai terdapat hamparan sawahnya berbentuk seperti jaring laba-laba raksasa. Pola persawahan berbentuk lingkaran dengan sebuah titik pusat yang disebut lodok pada pusat lingko [9]. 

Tarian caci Caci merupakan kesenian tradisional masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kata caci terdiri dari dua suku kata, yaitu ca yang berarti satu dan ci berarti paksa. Secara harfiah, caci berarti satu lawan satu, saling memukul dan menangkis. Permainan caci dilakukan oleh dua

  

Jenis cultural modern art centre. Jenis kepemilikan kombinasi dari kepemilikan privat dan terbuka untuk umum (publik). Isi galeri berupa tradisional dan modern. Jenis pameran kebudayaan bersifat tetap dan untuk modern bersifat temporer. Pusat seni ini memiliki jenis galeri yang bersifat regional tingkat provinsi.

E. Tema Modern vernakular menjadi tema sebagai ciri dan citra dari pusat kebudayaan, dalam KBBI kata modern adalah terbaru, mutakhir [6]. Arsitektur vernakular merupakan istilah mencerminkan hubungan antara desain, konstruksi, dan budaya masyarakat sebagai nilainilai dari keluhuran budaya. Vernacular architecture is the term reflects the link between design, construction, and the culture of the communities as an urban collective activity which practiced and learned to the new generations with some help from craftsmen [11]. Istilah 'vernakular' adalah bahasa linguistik, dan ketika diterapkan pada arsitektur itu menjadi bagian dari analogi linguistik yang akrab dari 'arsitektur sebagai bahasa bentuk', dan arsitektur vernakular dapat dikatakan sebagai 'bahasa arsitektur rakyat' dengan 'dialek' etnis, regional, dan lokalnya [12]. Artinya modern vernakular memiliki nilai etnis, regional maupun lokal dengan cara yang terbaru dan mutakhir. Tema yang menjadi gagasan desain adalah modern vernakular. Didasari oleh nilai ekspresi lokal, respons iklim tropis dengan penerapan desain modern yang menciptakan hubungan ekologi antara bangunan, aktivitas manusia dengan alam. Serta nilai-nilai dan simbol yang dipakai secara bentuk maupun non-bentuk sebagai nilai spiritual kebudayaan lokal.


METODOLOGI PERANCANGAN

c. Deskripsi Tapak

A. Metode Perancangan Pada metode perancangan membahas tata cara objek perancangan Pusat Seni dan Kebudayaan berkenaan dengan identifikasi karakter arsitektur dan kebudayaan lokal sebagai acuan pemikiran sebagai data, lalu data dianalisis dengan metode berdasarkan logika, rasional, dan ilmiah dengan disertai literatur yang mendukung argumentasi tersebut, lalu disintesa, dan hasilnya menjadi konsep. Tinjauan terhadap lokasi tapak untuk mendapatkan data-data terkait yang berhubungan dengan objek perancangan. B. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan dan pengolahan data dalam perancangan ini memiliki dua macam jenis data yaitu, data primer dan data sekunder. a. Data primer Menggunakan metode berupa survei ataupun observasi, metode ini yaitu melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan mengenai hal-hal penting yang berhubungan terhadap obyek serta pengamatan terhadap masalah-masalah yang berkaitan terhadap perancangan secara langsung. Seperti buku, foto, sketsa, dan diagram, survei ini digunakan untuk mendapatkan data berupa:  

 

Kondisi dan lokasi site di Labuan Bajo Data dimensi site, peredaran matahari, iklim, temperatur, kelembaban, topografi, dan pergerakan angin. Vegetasi dan sistem drainase pada tapak dan area sekitarnya. Transportasi yang mendukung aksesibilitas meliputi, jalur besaran jalan berikut jenis angkutan dan fasilitas pendukungnya. Kelokalan dan nilai-nilai budaya yang mendukung tema perancangan.

Gambar 1. Lokasi Tapak

Berada di Labuan Bajo, Macang Tanggar, Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur dengan luas 5,8 Ha. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki besaran tapak yang luas, potensi view pantai yang indah dan area pariwisata yang dimiliki pulau Nusa Tenggara Timur.

Gambar 2. Peta Pola Ruang dan RTBL Manggarai Barat

Berdasarkan RTBL Manggarai Barat. Peruntukan bangunan Pusat Seni dan Kebudayaan untuk kawasan kepariwisataan memiliki zona berwarna ungu muda, tapak dengan luas 5,8 Ha dengan KDB maksimal 40% serta KLB maksimal 1,8 dan KDH 60%. Memiliki garis sempadan pantai sejauh 75 meter sampai 100 meter dari titik pasang tertinggi, dan memiliki garis sempadan bangunan setengah dari lebar jalan. PERANCANGAN A. Lokasi Tapak

b. Data sekunder Data sekunder yang digunakan berupa kajian literatur, publikasi ilmiah, teori yang terkait, berita, pendapat para ahli, serta peraturan dan kebijakan pemerintah, informasi yang berkaitan secara langsung maupun yang tidak langsung terhadap obyek rancangan, sebagai pokok acuan yang mendukung dan memperdalam analisis pada proses perancangan. Gambar 3. Lokasi Tapak

Lokasi tapak ini memiliki keunggulan pada luasan tapaknya dan potensi yang baik dalam mendukung perancangan Pusat Seni dan Kebudayaan sebagai bangunan ikonik. Lokasi tapak berada di Labuan Bajo, Macang Tanggar,


Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan kawasan kepariwisataan dengan zona berwarna ungu muda, tapak dengan luas 5,8 Ha. Perhitungan tapak tersebut tersebut yaitu: KDB : 58.691 x 40% = 23.476,4 m2 KLB : 23.476,4 x 1,8 = 42.257,52 m2 KDH : 58.691 x 60% = 35.214,6 m2

B. Analisis Tapak 1. Dimensi tapak

4. Kontur

Gambar 7. Analisis Kontur

Gambar 4. Analisis Dimensi Tapak 

KDB : 58.691 x 40% = 23.476,4 m2 KLB : 23.476,4 x 1,8 = 42.257,52 m2 KDH : 58.691 x 60% = 35.214,6 m2 GSP : 75-100 m dari titik pasang. GSB : Setengah dari lebar jalan. Pada luasan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) akan menjadi lahan rencana untuk massa. Area sekelilingnya akan menjadi ruang terbuka sebagai sirkulasi dan elemen fungsi pendukung pada massa.

Ombak sebagai kebisingan alami dan white noise memiliki intensitas bising tertentu di waktu berbeda. Pada kebisingan kendaraan yang berasal dari jalan memiliki taraf bising yang rendah dan dapat dikontrol. Kebisingan ini dapat dimanfaatkan sebagai perilaku tapak yang membentuk massa. Kebisingan ombak dimanfaatkan sebagai ambience scenery dan suasana tapak.

2. Sinar matahari dan bayang

Kontur cenderung landai dengan penurunan level 1 meter setiap segmen rata-rata 45 meter. Pada lahan di bagian pantai level menurun ke level -5 meter. Memiliki level kontur namun cenderung landai dan bertahap. Kontur ini berpotensi memberikan massa bangun yang tidak stabil. Perataan kontur pada tapak sebagai respons terhadap level kontur yang bertahap, selain untuk menstabilkan keadaan tanah, juga untuk memberikan kesolidan pada massa.

5. Arah angin

Gambar 5. Analisis Sinar Matahari dan Bayang 

Penyinaran matahari dalam skema jalur azimuth pada bulan November-Desember menunjukkan jalur lengkung pada 70 derajat. Efek dari sinaran matahari akan menciptakan perilaku pembayangan terhadap tapak seperti matahari pagi, siang hingga sore terhadap masalah termal. Pencahayaan dapat direspons dengan penempatan bukaan massa, untuk filter panas menggunakan louvre atau kisi-kisi sebagai aksen arsitektural.

3. Vegetasi dan kebisingan

Gambar 6. Analisis Vegetasi dan Kebisingan

Gambar 8. Analisis Arah Angin 

Data dari BMKG menunjukkan angin muson barat sedang berlangsung di Indonesia. Angin muson barat ini menunjukkan musim penghujan di Indonesia. Selain itu angin laut dan angin darat memengaruhi tapak dalam penempatan dan bukaan massa terhadap dampak angin kencang. Maka pada tapak terdapat buffer untuk filter pola angin, dan massa dibuat bukaan sebagai respons untuk sirkulasi angin yang alami, dan bentuk massa dinamis sebagai respons memecah gaya dan dampak angin kencang.


6. Klimatologi

Gambar 9. Analisis Klimatologi 

Drainase terdapat pada saluran air sisi jalan, dan pada tapak ada beberapa titik genangan. Intensitas curah hujan melalui data BMKG ditunjukkan pada angka menengah 50-100 mm. Dengan curah hujan 50-100 mm level menengah, dan kondisi tapak berkontur bertahap aliran air yang besar dapat mengalir menuju tapak dan bermuara ke pantai. Bagian tapak terhadap massa dibuat rata dan stabil.

Potensi view dari luar ke dalam tapak yang menarik dapat dilihat pada sisi timur untuk entrance sebagai impresi fasad massa, dan bagian utara dan selatan tapak sebagai sisi angle yang memungkinkan view perspektif massa. Potensi titik tangkap yang penekanannya pada sisi tapak utara dan selatan terhadap massa dapat menarik dan membuat impresi, serta memberikan kejelasan terhadap entrance menuju massa.

10. Zonasi pada tapak

7. Sirkulasi

Gambar 13. Zonasi Tapak

Gambar 10. Analisis Sirkulasi 

Akses masuk pada tapak berada pada sisi jalan di timur tapak, yang juga menjadi akses major terhadap tapak untuk kendaraan dan pejalan kaki. Akses ini membentuk kemungkinan entrance dan pola sirkulasi pada tapak. Jenis sirkulasi yang memungkinkan adalah circle atau memutar. Selain sebagai flow berfungsi sebagai akses kendaraan darurat mencapai keliling tapak.

Berdasarkan hasil analisis data dari berbagai aspek dan yang ada pada tapak, bangunan memiliki beberapa bagian massa dengan berbagai fungsi, aktivitas, dan kebutuhan ruang yang terkoneksi satu sama lain. C. Konsep Perancangan Tapak

8. Frame view

Gambar 14. Konsep Tapak 

Gambar 11. Analisis Frame View 

Pemanfaatan elemen tapak dan sekitar tapak dapat dikembangkan untuk memperluas pandangan. View dari dalam keluar dapat dimanfaatkan dengan ketinggian massa, orientasi bukaan massa, serta penataan tapak untuk jangkauan pandangan terhadap massa.

9. Titik tangkap

Gambar 12. Analisis Titik Tangkap

Sirkulasi makro yang meliputi kendaraan, pengguna atau pejalan kaki ke dalam tapak dengan konsep cirle circulation. Sirkulasi kendaraan menuju bangunan hingga melakukan parkir memakai konsep sirkular. Pencapaian pengguna terhadap massa bangunan dengan border shape sebagai akses masuk, dengan entrance di timur tapak berhadapan jalan. Respons geometri massa bangunan dengan tapak membentuk geometri sebagai identitas dan harmoni. Sirkulasi darurat terbentuk dari geometri membuat alur sirkulasi darurat yang variatif untuk menghindari trafik dan memudahkan menjangkau bangunan.


Vegetasi dan perdu pada bangunan dengan jenis pepohonan sedang dan teduh.

Building form, hasil bentukan massa bangunan dari serangkaian proses massing dan permainan geometri.

D. Konsep Perancangan Bangunan a. Gubahan Massa

Gambar 16. Bentuk Bangunan

Gambar 15. Gubahan Massa 

Base volume, yaitu volume dasar atau bentuk dasar massa persegi panjang yang disesuaikan dengan rasio luasan terbangun. Divide mass, yaitu massa persegi panjang dibagi menjadi beberapa bagian untuk kebutuhan fungsi makro bangunan tiap-tiap massa. Program requirements, yaitu massa disesuaikan komposisinya terhadap rasio fungsi dan besaran luas, kemudian terbentuk ruang terbuka dari pemisahan massa. Mass volume, penambahan volume pada massa persegi sebagai lapis lantai, dan permainan level ketinggian dari massa. Bend mass context, yaitu bend pada massa untuk mendapat sisi massa yang atraktif dan respons massa sebagai konteks entrance pada massa. Connect Mass, ruang terbuka di tengah (compang) yang diadaptasi sebagai penghubung (nilai lingko) dari banyak massa dan sebagai pembentuk sirkulasi pengguna untuk mengakses bangunan. Expand mass, ekspansi massa sebagai bentuk atap meruncing, (mengambil nilai filosofi bentuk rumah Wae Rebo). Penggunaan geometri bentuk bulat dan kurvatif mengambil nilai-nilai dasar arsitektur vernakular. Taper mass, pelancipan pada massa untuk mempertegas geometri dan identitas massa. Membentuk harmoni antara geometri dasar persegi dan garis-garis kurvatif sederhana.

Bentuk bangunan yang sudah terbentuk dan terdiri dari beberapa massa yang tergabung, dan saling terkoneksi satu sama lain dengan ruang terbuka di tengahnya. E. Konsep Fungsi dan Tata Bangunan a. Konsep Fungsi Bangunan

Gambar 17. Fungsi Bangunan

Konsep bangunan mengenai fungsi pada tiaptiap massa bangunan yang mewadahi kegiatan dan aktivitas. Pada beberapa massa yaitu:       

Massa 1 (Pengelola dan Galeri kebudayaan) Massa 2 (Galeri temporer) Massa 3 (Restoran dan Suvenir) Massa 4 (Auditorium) Massa 5 (Perpustakaan) Massa 6 (Kelas seni) Massa 7 (Repositori)


b. Konsep Sirkulasi Bangunan 

Sirkulasi pengelola (staff loop)

- Langsung berdasarkan pengelola berjalan Sirkulasi pengunjung (visitor loop)

kaki menuju ke pintu masuk utama. Langsung berdasarkan pengelola menggunakan kendaraan drop-off dan menuju ke pintu masuk utama. Dari parkiran mobil dan motor, dengan menuju ke pintu masuk samping, lalu keluar bangunan. Sirkulasi bongkar muat (loading loop) - Memakai kendaraan mengangkut barang, menuju area parkir dan mengarah ke tempat bongkar muat.

c. Konsep Perancangan Struktur Gambar 18. Sirkulasi Pengunjung (visitor loop) 

Sirkulasi pengelola (staff loop)

Gambar 21. Konsep Struktur Gambar 19. Sirkulasi Pengelola (staff loop) 

Sirkulasi bongkar muat (loading loop)

Konsep struktur yang akan diterapkan pada bangunan Pusat Seni dan Kebudayaan di Labuan Bajo menggunakan sistem bentang lebar dengan rangka. Adapun bagian-bagian struktur yang menjadi penerapan pada bangunan: 

Superstruktur

- Menggunakan rangka atap berbahan baja

Gambar 20. Sirkulasi Bongkar Muat 

Sirkulasi pengunjung (visitor loop) berdasarkan pengunjung berjalan kaki menuju ke pintu masuk utama. Langsung berdasarkan pengunjung menggunakan kendaraan drop-off dan menuju ke pintu masuk utama. Dari parkiran mobil dan motor, dengan menuju ke pintu masuk utama, beraktivitas di dalam bangunan lalu keluar bangunan.

- Langsung

yang diperkuat dengan beton untuk membentuk geometri runcing. - Menggunakan rangka atap berbahan baja dengan rangka jejaring terbuka untuk bentangan lebar. Midstruktur - Pada midstruktur penggunaan material kolom dan balok memakai konstruksi kayu, baja, dan beton pada masing-masing kebutuhan massa sebagai karakter dan estetika ruangan. Substruktur - Penggunaan fondasi dangkal footing dan pile cap untuk penyaluran gaya dan beban dari bangunan. Penggunaan fondasi didasarkan kondisi tapak yang berpasir.


d. Konsep Fasad Bangunan

Utilitas plumbing

Gambar 22. Konsep Fasad dan Material

Konsep fasad dan penggunaan material pada bangunan Pusat Seni dan Kebudayaan di Labuan Bajo memakai sistem fasad yang memiliki lokalitas, menggunakan material lokal yang memiliki respons terhadap iklim tropis dan mendukung desain pasif. Penggunaan sistem fasad modern untuk mendukung desain aktif yang ramah lingkungan, efisiensi energi, estetika, dan ekologi.

Gambar 25. Konsep Utilitas Plumbing 

-

e. Konsep Utilitas Bangunan 

Transportasi vertikal Konsep mengenai transportasi vertikal merupakan untuk membantu alur perpindahan antar lantai. Adapun konsep transportasi vertikal dan ruang utilitas yang dipakai berupa:

Transportasi vertikal 

Utilitas elektrikal dan plumbing Konsep elektrikal dan plumbing yang digunakan pada bangunan Pusat Seni dan Kebudayaan memiliki kebutuhan berupa tenaga listrik yang mencakup: -

Gambar 23. Konsep Transportasi Vertikal 

Lift penumpang (mekanis) Lift barang (mekanis) Eskalator (mekanis) dan tangga Ruang utilitas berupa shaft utilitas Jalur sampah

-

Utilitas elektrikal dan plumbing -

-

Gambar 24. Konsep Utilitas Elektrikal dan Plumbing

-

Penerangan alami dan buatan Pada bagian ruang yang memiliki bukaan memakai pencahayaan alami. Sedangkan ruang display penerangan buatan seperti lampu LED dan lampu display. Keamanan bangunan Penggunaan CCTV untuk memantau keamanan pada area bangunan dan luar bangunan. Peralatan HVAC (heating, ventilating dan air condition) Penggunaan HVAC dalam bangunan untuk mengatasi kelembaban, dan untuk pendingin menggunakan sistem pendingin terpisah yaitu VRF. Peralatan plumbing (proteksi kebakaran) Penggunaan sprinkler, detektor, dan hydrant pada area luar bangunan dengan radius 30 meter. Elektrikal Penggunaan energi listrik didukung dari listrik PLN dengan daya cadangan berupa generator dan panel surya Jaringan internet


Jalur internet pada bangunan menggunakan jalur bawah tanah agar jaringan tertata, teratur, dan tampilan bangunan tidak terganggu. 

Utilitas plumbing (air bersih, air kotor, dan limbah padat) - Air bersih Penggunaan air bersih yaitu menggunakan artesis dengan filter bebas garam, dan pendukung air PDAM yang dapat didistribusikan ke area bangunan. - Air hujan Air yang hemat energi untuk menunjang kebutuhan air bersih. - Air kotor Sistem pembuangan air kotor adalah skema air buang dari sanitasi dan diolah sebelum mengalir ke saluran pembuangan air. - Limbah padat Sistem pembuangan limbah padat berasal dari sanitasi dan memasuki penampungan di STP kemudian diolah menjadi grey water dan layak untuk dibuang ke saluran riol.

Gambar 28. Perspektif Situasi Eksterior

Gambar 29. Perspektif Galeri Utama

f. Hasil Perancangan

Gambar 30. Perspektif Interior Galeri Utama

Gambar 26. Situation Plan

Gambar 31. Perspektif Galeri Temporer

Gambar 27. Gound Plan

Gambar 32. Perspektif Restoran


kebudayaan serta mendukung sektor pariwisata yang dapat menjangkau sampai mancanegara. DAFTAR PUSTAKA [1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan. Jakarta. [2] Mangunwijaya,Y.B., Wastu Citra Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur Sendi-Sendi Filsafatnya Beserta Contoh-Contoh Praktis. Cetakan kelima. Jakarta:

Gambar 33. Perspektif Auditorium

Gramedia, 2013. [3] https://indonesia.go.id/ragam/pariwisata/ekonomi/ labuan-bajo-go-international Online pada Oktober 17, 2020 08:23:33 PM. [4] Beer, Anne R dan Higgins, Catherine, Environmental Planning for Site Development a Manual for Sustainable

Gambar 34. Perspektif Perpustakaan

Local Planning and Design. Second edition. London: Taylor & Francis e-Library, 2000. [5] Ching, Francis D. K. Architecture Form, Space, and Order. Fourth edition. New Jersey: Wiley, 2014. [6] Suharso dan Retnoningsih, ana, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan kesembilan. Semarang: Widya Karya, 2014. [7] https://iai-jakarta.org/informasi/lingkup-pekerjaanarsitek. Online pada April 23, 2020 17:14:26 PM. [8] Kementrian

Kebudayaan

dan

Pariwisata.

Proyek

Pengembangan Kebijakan Nilai Budaya: Kebijakan

Gambar 35. Perspektif Kelas Seni

Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan. Jakarta: Proyek Pengembangan Kebijakan Nilai Budaya, 2004. [9] Moses, Ferdinandus, Mengenal Manggarai di Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2018. [10] https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/permainancaci/ Online pada Oktober 17, 2020 20.15:10 PM. [11] Mileto. C, et. al., Vernacular Architecture Towards a Sustainable Future. London: Taylor & Francis, 2015. [12] Oliver, Paul, Built to Meet Needs Cultural Issues in

Gambar 36. Perspektif Repositori

KESIMPULAN Pusat Seni dan Kebudayaan di Labuan Bajo menggunakan konsep perancangan dengan tema modern vernakular yang banyak mengangkat nilai filosofi arsitektur vernakular menjadi keragaman bentuk, makna, dan nilai yang dikombinasikan dengan adaptasi nilai modern. Bangunan Pusat Seni dan Kebudayaan ini memiliki tujuan untuk pelestarian budaya dan wadah untuk menaungi para pelaku seni dan masyarakat adat yang merupakan bagian penting dalam menjaga seni dan kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan Nusa Tenggara Timur. Dengan adanya Pusat Seni dan Kebudayaan ini diharapkan dapat memajukan seni dan

Vernacular Architecture. Oxford: Elsevier, 2006.


PERANCANGAN PUSAT MODE DI MEGA KUNINGAN, JAKARTA Febi Dwi Yanti1, Ramadhani Isna Putri2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 febidwiyanti.fd@gmail.com, 2 ramadhani.kuliah@gmail.com 1,2

________________________________________________________________________________ ABSTRAK Perkembangan industri mode tanpa disadari semakin hari meningkat pesat. Produk dan brand lokal yang mulai bermunculan juga menawarkan kualitas dan harga yang bersaing dengan produk import. Hal ini tentu membuka peluang bisnis dan usaha dengan banyaknya minat mode terutama kaum pemuda dan pemudi. Merk lokal yang mulai tumbuh dan berkembang tentunya memerlukan tempat mengelola dan mengembangkan bisnis dengan efisien. Bisnis yang berjalan semakin besar tentunya akan meningkatkan kegiatan dan kebutuhan ruang yang cukup besar dan kompleks. Kegiatan yang besar dengan banyak pelaku kegiatan menyebabkan timbulnya kebutuhan ruang.Untuk membuat mode lokal berkembang, maka peningkatan kualitas produk maupun sumber daya manusianya sangat dibutuhkan. Dan untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut, diperlukan tempat yang menjadi pusat dari segala aktifitas terkait dengan mode yang dapat menunjang kegiatan perusahaan mode tertentu agar lebih mudah dan efisien bagi konsumennya serta dapat berjalan dengan baik guna memperkenalkan dan memajukan trend mode Indonesia hingga ke mancanegara. Penyediaan ruang marketing dan studio dibuat lebih besar mengingat kebutuhan gallery gambar pada media penjualan online yang cukup diminati .Bangunan store yang berfungsi sebagai toko ofline terlihat langsung dari entrance utama untuk memamerkan hasil karya busana yang telah dirancang. Kata Kunci: fashion, store, office, mode, perbelanjaan, busana

ABSTRACT The development of the fashion industry without realizing it is increasing rapidly. Local products and brands that are starting to appear also offer quality and competitive prices with imported products. This certainly opens up business and business opportunities with many fashion interests, especially young people and women. Local brands that are starting to grow and develop, of course, need a place to manage and develop their business efficiently. A growing business will certainly increase the activities and space requirements that are quite large and complex. A large activity with many actors causes the need for space. To make local fashion develop, it is necessary to improve product quality and human resources. And to facilitate these needs, a place is needed that becomes the center of all fashion-related activities that can support the activities of certain fashion companies to make it easier and more efficient for consumers and can run well in order to introduce and advance Indonesian fashion trends to foreign countries. The provision of marketing and studio space is made bigger considering the need for image galleries in online sales media which are quite in demand. . Keywords: fashion, store, office, mode, perbelanjaan, busana

_________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Perkembangan mode di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Saat ini, merek dagang lokal yang bermunculan semakin marak dimana-mana. Kualitas yang disuguhkan juga tidak kalah dengan produk- produk impor dan tidak sedikit juga yang memasang harga terjangkau. Pengertian mode sebenarnya bukan hanya berfokus pada pakaian saja, melainkan segala hal yang dipakai mulai dari kepala hingga kaki yang memiliki fungsi tambahan sebagai aksesoris atau hiasan tubuh agar terlihat modis sesuai dengan perkembangan mode yang ada pada saat itu. Berbagai macam aliran pada mode sangat beragam sesuai dengan selera masing-masing individu.

Banyaknya peminat mode ini membuka peluang bisnis dan usaha untuk siapa saja, mulai dari tokotoko baju online ataupun offline hingga butik-butik ternama yang memang pakaiannya dirancang oleh desainer-desainer terkenal. Karena semakin banyaknya industry mode di Indonesia, maka muncullah persaingan produk dari yang lokal hingga produk luar negeri yang saat ini sudah banyak sekali diimpor ke Indonesia. Untuk membuat mode lokal berkembang, maka peningkatan kualitas produk maupun sumber daya manusianya sangat dibutuhkan. Dan untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut, diperlukan tempat yang menjadi pusat dari segala


aktifitas terkait dengan mode yang dapat menunjang kegiatan perusahaan mode tertentu agar lebih mudah dan efisien bagi konsumennya serta dapat berjalan dengan baik guna memperkenalkan dan memajukan trend mode Indonesia hingga ke mancanegara. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Lokasi Jakarta merupakan ibukota dari Indonesia yang menjadi pusat ekonomi, budaya dan politik dengan populasi penduduknya mencapai lebih dari sepuluh juta jiwa di tahun 2020. Peluang bisnis yang tinggi di Jakarta serta potensinya untuk standar hidup yang lebih tinggi membuat banyaknya masyarakat yang bermigrasi dari berbagai daerah di Indonesia. Jakarta terbagi menjadi lima bagian yaitu Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat. Jakarta sebagai ibukota menjadi kota terpadat di Indonesia dengan menjadi pusat dari segala kegiatan salah satunya yaitu kegiatan industri bisnis.

Gambar 1. Peta Jakarta Selatan Jakarta Selatan memiliki pusat pemerintahan di Kebayoran Baru dan merupakan kota administrasi yang paling kaya karena terdapat banyaknya perumahan warga kelas menengah keatas dan tempat bisnis utama. Pusat bisnis yang ada di Jakarta Selatan sebagian besar berpusat di kawasan Setiabudi, seperti Sudirman Central Business Dustrict (SCBD). Tinjauan Kebijakan

Gambar 2. Peruntukkan Lahan Jakarta Selatan

Tinjauan Kebijakan Sejarah Terbentuknya Mode Sejak zaman manusia purba, pakaian tidak langsung ada dan dimanfaatkan oleh mereka sebagai alat penutup tubuh yang berfungsi sebagai penghangat tubuh, pakaian dikenal dan dimanfaatkan manusia purba secara bertahap dan berkembang. Pada awalnya, manusia purba menutup tubuhnya dengan helaianhelaian daun dari alam dan dengan bulu-bulu hewan, hingga mereka mengenal tali dan benang yang terbuat dari tumbuhan berambut serta jerami yang biasa digunakan sebagai alat tidur [4]. Sejak saat itu, mulai muncul perkembangan penenunan benang dan pembuatan benang tenun tipis dari rambut manusia dan serat alam seperti serat sutra. Dari beberapa tahap percobaan yang dilakukan manusia purba itulah berhasil mengolah sehelai kain besar yang dapat dikerjakan oleh para penenun seingga kain telah dapat dibuat. Dalam penenunan kain, teknik penenunan mulai berkembang bersamaan dengan keahlian manusia membuat benang, pembuatan kain dari serat sabut seperti woll atau katun sangat berpengaruh besar. Manusia belajar dari pembuatan benang yang tidak putus-putus dengan terus meningkatkan mutunya sampai peningkatan produksi tekstil, dari sini melalui proses yang cukup lama hingga akhirnya manusia mengetahui cara untuk membuat tekstil dengan berbagai macam olahan dan bahan yang ada serta teknik yang semakin maju hingga berkembang sampai saat ini. Perkembangan ini terlihat dengan semakin banyak dan meluasnya bisnis-bisnis pakaian yang semakin meningkat. Perkembangan Mode di Dunia Perkembangan trend mode di dunia selalu berkembang seiring berjalannya waktu, trend terdahulu selalu berbeda hingga saat ini, sehingga semakin beragamnya jenis-jenis gaya busana yang ada. beberapa ciri khas dari tahun ke tahun mengenai perkembangan mode ini dapat dilihat sebagai berikut [10]: 1. Tahun 50-an Pada era 50-an ini, mode terlihat lebih urban namun tetap modis. Model busana yang digunakan pada pria yaitu celana ketat cutbray di bagian bawah, kaos polos ditambah jaket kulit, dan biasanya dilengkapi dengan aksesoris seperti kalung dan kacamata hitam besar, dan adapula model kerah baju yang menutupi sampai leher. Gaya rambut yang trend pada saat itu adalah gaya rambut jambul. Untuk mode wanita biasanya menggunakan celana atau rok yang lebar dipadupadankan dengan atasan kemeja yang dimasukkan. Model busana biasanya merupakan pakaian yang feminin. Mantel juga menjadi model busana yang populer dengan tambahan topi berukuran kecil sebagai penghias kepala. 2. Tahun 60-an Pada mode tahun 60-an, wanita bebas menggunakan rok di atas lutut yang


3.

4.

5.

6.

dipadukan dengan sepatu boots. Gaya busana lain yang juga dikenakan wanita seperti rok atau baju terusan dengan motif polkadot, celana ketat, legging, dan baju terusan dengan bahan wool. Tahun 70-an Pada era 70-an, perubahan sosial dan kebebasan mode semakin ramai dengan banyaknya wanita yang senang mencoba sesuatu yang baru untuk menjadi trend mode pada saat itu. Seperti menggunakan pakaian yang berwarna cerah dan bercorak hingga baju dan celana gombrong atau yang berukuran lebar. Tahun 80-an Pada tahun 80-an, wanita banyak mencari inspirasi trend mode dari berbagai film, televisi maupun video musik yang ada pada era tersebut. Sebagian besar wanita pada saat itu menjadi wanita karir sehingga mempengaruhi gaya pakaian yang dikenakan. Pakaian yang digunakan yaitu seperti baju terusan formal lengkap dengan bantalan bahu yang empuk dan potongan yang lurus yang dimana semakin lebar bahunya maka semakin kecil pinggang pada busana tersebut. Tahun 90-an Pada tahun 90-an, trend mode lebih dikenal urakan atau lebih bebas dengan perpaduan kaos, kemeja flanel kotak-kotak dipadukan dengan celana jeans. Adapula gaya ala anak metal yang memiliki ciri-ciri pakaian berwarna hitam. Trend mode pada saat ini lebih kepada gaya yang cocok untuk anak muda yang memang sedang ada pada masa-masa bebas berekspresi. Tahun 2000-an Pada era 2000-an, gaya berpakaian masih mengikuti gaya 90-an yang tetap mengikuti perkembangan zaman. Penggunaan gaya hip hop dengan celana lebar, jaket denim, tambahan aksesoris seperti bandana dan topi muncul pada awal tahun 2000. Pada pertengahan tahun mulai banyak gaya busana emo yang serba gothic atau terlihat mencolok dengan riasan wajah yang cukup tajam beserta ciri khas rambut kesamping hingga hampir menutupi mata dan adapula dengan poni. Gaya-gaya tersebut menjadi trend pada saat itu. Saat ini trend mode sudah semakin banyak mengalami berkembangan yang lebih modern, tetapi tidak dapat dipungkiri trend mode tahun terdahulu juga mulai bermunculan kembali dan menjadi trend lagi karena memang merupakan perpaduan yang bagus dan menarik di kalangan masyarakat.

Perkembangan Mode di Indonesia Dunia mode di Indonesia dapat dikatakan berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini didukung oleh berbagai sisi baik dari desainer lokal yang semakin potensial, tingkat

perekonomian yang baik, hingga sektor ritel yang berkembang pesat [8]. Dimulai dengan munculnya desainer-desainer lokal yang dikenal karena karyakarya dari merek mereka banyak digemari masyarakat lokal hingga mancaegara, sangat mendukung perkembangan mode Indonesia yang semakin baik dan tidak kalah dengan produk luar negeri. Dari desainerdesainer lokal yang sangat berpengaruh itulah mulai berkembang mode lokal dengan banyaknya produkproduk lokal yang mengisi pasar mode di Indonesia. Hingga saat ini perusahaan-perusahaan mode lokal Indonesia semakin banyak dikarenakan sistem pemasaran yang lebih mudah dan target pasar yang tepat, dengan memanfaatkan internet salah satunya. Sehingga produk-produk mode lokal Indonesia dapat semakin terekspos pada masyarakat luas dan memiliki banyak konsumen tetap. Pengertian Pusat Mode Pusat merupakan inti dari segala hal, sentral dari kegiatan, tempat suatu kelompok. Pusat merupakan tempat yang menjadi kedudukan atau tempat berkumpul, tempat pokok, pangkal atau menjadi himpunan berbagai tempat [1]. Dalam bangunan, pusat dapat diartikan sebagai satu titik tempat khusus untuk aktivitas atau kegiatan tertentu yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan beberapa kegiatan yang saling berkaitan untuk berada di satu tempat dalam bangunan tersebut. Sehingga mobilitas lebih mudah untuk pengunjung dalam melakukan kegiatannya atau mencari sesuatu yang diinginkan. Mode merupakan suatu ragam (cara, bentuk) yang terbaru pada suatu waktu tertentu (tentang pakaian, rambut, corak, hiasan, dan sebagainya). Mode dapat diartikan sebagai cara berbusana yang sedang digemari banyak orang. Mode juga merupakan suatu identitas dari perubahan era atau zaman [2]. Mode juga didefinisikan sebagai gaya hidup seseorang di lingkungannya yang dapat menjadi bagian penting dalam pembentukan identitas diri. Dari pengertian-pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pusat mode merupakan wadah atau tempat sebagai pusat diadakannya segala kegiatan yang berhubungan dengan cara berbusana dan perlengkapan yang sedang digemari. Dalam pusat mode diharapkan dapat sebagai tempat bertemu dan komunikasi masyarakat mode dengan konsumen atau kalangan sendiri dan sebagai wadah kecantikan serta aktivitas informasi, produksi, promosi, pemasaran, eksibisi, rekreasi dan pengembangan. Jadi dapat disimpulkan pengertian pusat mode adalah pusat wadah informasi, promosi dan transaksi serta pengembangan di bidang mode dengan segala aktivitas dan fasilitas yang mendukung untuk membantu masyarakat dan pelaku mode mendapatkan segala informasi dan konsumen mode sehingga dapat membawa Jakarta sebagai salah satu pusat mode dunia. Aliran Mode Dalam dunia mode atau fashion, terdapat beberapa aliran yang ada, diantaranya adalah sebagai berikut:


1.

2.

3.

4.

Aliran Klasik Aliran klasik adalah satu tema yang tetap digemari dari masa ke masa dan tidak mengalami perubahan dalam penmpilannya. Contoh pada aliran ini yaitu seragam militer, pakaian adat, dan lain-lain. Aliran klasik juga dapat disebut sebagai tema mode tradisional. Aliran New Klasik Aliran new klasik merupakan tema mode yang lambat mengalami perubahan dalam penampilannya. Perubahannya bisa setiap puluhan tahun sekali. Contoh untuk aliran ini adalah busana pria dan wanita dewasa, dengan berbagai pengaruh kegemaran didalamnya. Aliran ini juga dapat disebut dengan tema mode vintage. Trend Trend merupakan suatu tema yang sering mengalami perubahan, baik itu setahun sekali, bahkan sering terjadi beberapa gaya mode. Aliran New Waves Aliran new waves merupakan aliran yang mengalami perubahan cepat sekali, sekitar hitungan tiga bulan sekali. Aliran trend dengan aliran new waves memiliki kesamaan karakteristik, oleh karena itu kedua aliran tersebut dapat disebut sebagai tema mode urban atau kontemporer.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Trend Mode Mode di dunia mengikuti perkembangan zaman yang terus bergerak yang berubah-ubah setiap tahun atau setiap masanya. Hal ini dipengaruhi oleh keinginan setiap orang untuk mengganti model pakaian yang gunakan agar selalu tampak berbeda. Perubahan trend mode ini sangat beragam mulai dari pakaian sehari-hari hingga pakaian muslim. Dan seiring berjalannya waktu, trend mode ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Adapula hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan trend mode tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut [9]: 1. Media Massa Media massa memang sudah menjadi hal yang berpengaruh dalam berbagai bidang di dunia termasuk trend mode. Media massa baik cetak ataupun elektronik selalu menyajikan berbagai informasi seputar dunia mode. Dengan adanya media ini, trend mode seakan disosialisasikan kepada masyarakat berdasarkan waktu tertentu yang itulah menjadi trend mode yang sedang diminati dan harus diikuti. Masyarakat sudah melihat trend mode tersebut dari berbagai macam acara yang disalurkan melalui media massa termasuk di televisi. 2. Dunia Entertainment Dunia intertainment sudah menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyebarluasan trend mode di masyarakat. Para selebritis lokal maupun dunia yang selalu muncul di berbagai media dan menjadi

3.

4.

idola masyarakat terlihat selalu tampil modis dengan berganti-ganti mode busana sesuai perkembangan zaman. Hal tersebut menjadi penyebab masyarakat mengetahui mode yang sedang diminati sehingga mengikuti mode tersebut. Tidak dapat dipungkiri para idola masyarakat memang selalu menjadi pusat perhatian termasuk model busana yang dikenakan untuk diikuti. Media Internet Tanpa disadari juga media internet sudah menjadi faktor penyebarluasan trend mode yang berkembang. Contohnya seperti website-website yang tersedia yang menyediakan informasi terbaru mengenai mode seperti tips-tips dan trend yang sedang diminati. Tentu saja informasi-informasi tersebut sangat cepat menyebarluas di kalangan masyarakat. Peran lain juga ada pada penyedia busana online yang menyediakan berbagai macam busana yang selalu mengikuti trend mode. Sehingga mau tidak mau masyarakat akan selalu mengikuti trend mode yang ada. Dunia Bisnis Dunia bisnis merupakan salah satu faktor dari berkembangnya trend mode di Indonesia. Banyaknya permintaan di pasar mengenai trend mode yang sedang berkembang. Untuk mendapatkan keuntungan, pihak penjual selalu berlomba memanfaatkan trend yang ada untuk menarik para pembeli. Dengan ide kreatif yang ditambahkan pada trend mode yang ada akan semakin memudahkan perkembangan penjualan karena peminatnya pun yang tidak sedikit. Langkah-langkah tersebut lantas diikuti oleh penjual busana yang lain sehingga semakin berkembang luas dan beraneka ragam jenisnya.

Jenis-Jenis Produk Mode Dalam dunia mode, terdapat banyak jenis produkproduk yang tersedia, diantaranya sebagai berikut [7]: 1.

2.

3.

Pakaian Pakaian terdiri dari banyak macam, diantaranya pakaian atas yang berupa kemeja dan kaos, pakaian bawah yang berupa celana dan rok, pakaian formal seperti dress dan kebaya, pakaian olahraga, hingga pakaianpakaian panjang seperti baju muslim. Perhiasan dan Aksesoris Aksesoris merupakan salah satu produk pendukung yang dapat mempercantik dan melengkapi penampilan mode seseorang. Aksesoris juga sangat bervariasi mulai dari cincin, kalung, gelang, anting-anting, dan lain-lain. Aksesoris lainnya yang dapat dipakai untuk menambah kesan modis adalah topi dan bandana. Sepatu dan Sandal


4.

5.

Sepatu dan sandal merupakan salah satu elemen penting dalam mode. Pemakaian produk ini akan melengkapi penampilan seseorang dalam bermode. Jenis-jenisnya pun sangat beragam yang dapat disesuaikan dengan pakaian yang dikenakan. Tas Selain memiliki fungsi untuk menyimpan barang-barang saat bepergian, tas juga merupakan elemen penting untuk melengkapi penampilan. Banyak orang terutama perempuan yang gemar membeli dan mengoleksi tas. Tas ini juga memiliki berbagai macam jenis yang dapat disesuaikan dengan kegunaan dan penampilan seseorang. Jam Tangan Jam tangan memiliki peran yang cukup penting dalam berpakaian. Selain memiliki fungsi utama sebagai penunjuk waktu, jam tangan juga berperan penting menjadi aksesoris mode agar tampilan seseorang dapat lebih modis.

Tinjauan Tema Perancangan Tema yang digunakan pada perancangan pusat mode ini adalah tema Arsitektur Modern. Karena menyesuaikan dengan lokasi perancangan yang memang merupakan pusat bisnis di Jakarta yang mayoritas bangunan tinggi dengan gaya arsitektur yang sudah modern baik dari bentuk bangunan dan material yang digunakan. Arsitektur modern juga lebih mengutamakan fungsinya sehingga penggunaan ruang sangat efektif dan efisien. Pengertian Arsitektur Modern Arsitektur modern merupakan salah satu aliran arsitektur dalam perkembangan arsitektur yang dimana ruang menjadi objek utama untuk diolah dari hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih manusiawi yang diterapkan pada bangunan [3]. Arsitektur modern adalah suatu upaya dan karya dalam arsitektur yang berasal dari pemikiran yang sudah maju dengan bercirikan adanya sisipan hal-hal baru, progresif, hebat dan kontemporer sebagai pengganti tradisi dahulu dan segala macam bentuk pranatanya. Arsitektur modern juga dapat diartikan sebagai arsitektur yang artistik dan estetik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dikarenakan memiliki bentuk yang cukup sederhana tetapi elegan. Pada masa sebelumnya, arsitektur lebih menekankan pada cara mengolah fasad dan ornamen serta aspek lainnya yang bersifat kualitas fisik. Tetapi pada arsitektur modern ini kualitas non-fisik lebih diutamakan yaitu berupa gagasan-gagasan atau ide ruang yang diolah sedemikian rupa hingga membentuk susunan elemen ruang yang nyata. Perkembangan aliran arsitektur modern ini menekankan pada bentuk desain yang sederhana. Salah satu hal yang mendasari arsitektur modern adalah “Form Follows Function” yang berarti bentuk mengikuti fungsi. Bentuk yang rata-rata digunakan yaitu bentuk-bentuk dasar sederhana seperti bentuk

serba kotak dan tanpa adanya dekorasi-dekorasi rumit dalam desainnya. Dengan adanya bentuk desain yang mengikuti fungsi, bangunan dengan aliran arsitektur modern memiliki banyak keuntungan dan dapat menciptakan kenyamanan tersendiri bagi penggunanya. Ciri-ciri Arsitektur Modern Arsitektur modern pada umumnya memiliki beberapa ciri khas yaitu sebagai berikut [3]:

- Desain yang bersifat fungsional yaitu lebih mengutamakan fungsi dari bangunannya dengan semaksimal mungkin. - Bentuk bangunan yang sederhana dan memiliki kesan bersih dengan penggunaan bentuk-bentuk sederhana dan warna yang netral. - Tidak terdapat tambahan ornamen dalam desain. - Interior dan eksterior bangunan rata-rata terdiri dari garis vertikal dan horizontal. - Memiliki konsep yang terbagi dalam bentuk elemen-elemen struktur primer dan sekunder dengan tujuan untuk mendapat suatu fleksibilitas dan variasi dalam bangunan yang dirancang. Studi Preseden Beberapa studi preseden yang dijadikan acuan dalam perancangan pusat mode ini adalah: Xinhee Design Center Xinhee Design Center berlokasi di kota Xiamen, Cina. Dirancang oleh MAD Architects sebagai enam kelopak yang tumbuh dari atrium pusat dengan luas bangunan 61.000 m² diatas lahan seluas 15.000 m². Bangunan ini berfungsi sebagai kantor bagi perusahaan Xinhee dan beberapa merek lain dibawah naungannya. Bentuk dari denah bangunan ini yaitu bintang berujung enam yang memadukan antara ruang kantor dan taman. Desain bangunan ini terinspirasi dari anatomi manusia, khususnya kulit dan tulang yang diinterpretasikan ke dalam bangunan dengan penggunaan fasad PTFE yang menyelubungi bangunan [5]. Aimer Fashion Factory Aimer Fashion Factory berlokasi di Beijing, Cina. Dirancang oleh Crossboundaries dengan luas bangunan sebesar 23.000 m² diatas lahan seluas 53.000 m². Bangunan ini memiliki fungsi sebagai pabrik industri dan perkantoran. Pada awalnya, Aimer hanya membangun kompleks pabrik seluas 14.000 m² yang dapat menampung penyimpanan konvensional, manufaktur, dan asrama dengan fungsi individu. Namun, seiring bertumbuh pesatnya perusahaan ini di Cina, Aimer meningkatkan operasinya dari bisnis dalam produksi menjadi merek mode tersendiri. Maka dari itu diperluas untuk tambahan kantor penelitian dan pengembangan serta pusat distribusi hingga seluas 23.000 m² [6]. Kesimpulan


Gaya arsitektur yang digunakan sama yaitu modern. Dilihat dari ruang yang ada, pada bangunan Aimer terdapat banyak ruang yang digunakan untuk memperkenalkan dan mengembangkan produknya seperti beberapa ruang workshop yang tersedia dan cukup luas. Tetapi, pada Xinhee walaupun fungsi utamanya perkantoran, bangunan ini memiliki atrium yang multifungsi menjadi tempat pameran mode. Pola sirkulasi yang sangat berbeda tetapi memiliki kelebihan masing-masing dan dapat menyesuaikan bentuk dan pola ruang yang ada. Tabel 1. Kesimpulan Preseden

berdasarkan kesimpulan tersebut dan ketentuanketentuan yang ada. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan konsep perancangan yang sesuai dan dapat memaksimalkan potensi yang ada pada tapak maupun kawasan sekitar untuk dikembangkan lebih jauh, dapat juga mengatasi permasalahan yang ada sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. PERANCANGAN Filosofi Perancangan Mode merupakan suatu cara berbusana yang sedang digemari banyak orang. Pengertian mode tidak hanya untuk pakaian saja, melainkan segala hal yang dikenakan manusia dari atas kepala hingga kaki. Mode utamanya yang dikenal adalah busana. Dalam busana hal yang menjadi bahan utama adalah kain. Kain tersebut memiliki bentuk yang bisa dikatakan fleksibel karena berasal dari suatu bahan tertentu yang di produksi menjadi pakaian yang dapat dikenakan manusia. Bahan kain yang ada untuk produksi pakaian sangatlah beragam, perbedaan tekstur dan warna menyesuaikan jenis pakaian apa yang akan dibuat. Dari sifat kain tersebut dapat diterapkan pada bangunan dengan menambahkan bentuk-bentuk yang lebih lentur dan tidak kaku. Bentuk-bentuk tersebut dapat diaplikasikan pada fasad bangunan. Penggunaan secondary skin pada bangunan sudah tidak asing lagi dengan berbagai macam material yang dapat digunakan dan dapat membuat bentuk yang sesuai dengan desain yang diinginkan. Tema Perancangan Tema perancangan pusat mode ini adalah “Fashionable Environment dengan Pendekatan Arsitektur Modern”. Fashionable Environment memiliki arti lingkungan modis sebagai pusat mode lokal. Tema ini diwujudkan dengan pendekatan arsitektur modern yang lebih mengutamakan ruang untuk fungsinya dan memiliki bentuk cenderung sederhana tanpa dekorasi. Konsep Perancangan Tapak Zonasi Tapak

Dari studi preseden pusat mode diatas, terdapat beberapa ruang yang mendukung kegiatan pusat mode didalamnya. Ada pula ruang-ruang tambahan yang dibutuhkan untuk perancangan pusat mode yang sesuai, seperti ruang kantor, ruang workshop, ruang konferensi, ruang penyimpanan, ruang produksi, ruang penjualan (butik), ruang pameran, dan lain-lain. METODOLOGI PERANCANGAN Perancangan dilakukan setelah selesai menganalisis yang menghasilkan suatu kesimpulankesimpulan. Perancangan pusat mode di Mega Kuningan ini dilakukan dengan metode eksploratif

Gambar 3. Zonasi Tapak Berdasarkan analisis-analisis tapak yang dilakukan, didapatkan hasil berupa konsep perancangan tapak. Dalam tapak, dapat mulai menentukan zona-zona yang ada pada tapak. Terlihat


pada Gambar 5, area berwarna hijau pada bagian depan tapak merupakan area publik. Pada area tersebut dapat dijadikan area parkir, drop off kendaraan, dan area terbuka hijau. Pada area berwarna kuning merupakan area semi private yang dapat dijadikan food court, lobby bangunan, butik, dan lainnya. Untuk area berwarna oranye merupakan area private yang dimanfaatkan untuk ruang yang lebih bersifat tertutup seperti area produksi dan area kantor managemen dalam bangunan. Pada area berwarna merah merupakan area servis bangunan yang dapat dimanfaatkan untuk ruang penyimpanan barang dan ruang loading dock.

Gambar 7. Konsep Sirkulasi Kendaraan Umum

Konsep Tapak Hasil analisis-analisis yang sudah dilakukan akan menghasilkan sintesa. Sintesa yang ada akan menghasilkan suatu dasar konsep perancangan. Dilihat pada Gambar 5 sintesa tersebut menghasilkan konsep yang mempengaruhi gubahan massa. Sisi bangunan arah timur terkena sinar matahari pagi lebih banyak. Oleh karena itu, bentuk bangunan menyesuaikan agar bagian dalam bangunan mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan memberikan lebih banyak bukaan atau jendela kaca. Angin yang berhembus dari barat mempengaruhi bangunan dengan membuat bukaan yang cukup mengikuti aliran arah angin agar sirkulasi udara menjadi baik.

Gambar 5. Konsep Taman Sirkulasi Pejalan Kaki Konsep Perancangan Bangunan

Gambar 4. Konsep Sirkulasi Sirkulasi kendaraan pribadi di dalam tapak mengelilingi bangunan, sirkulasi kendaraan umum seperti taksi memiliki jalur yang lebih singkat, dan sirkulasi pejalan kaki yang memiliki titik temu di tengah tapak depan bangunan yang kemudian mengarah ke bangunan. View terbaik ke dalam tapak yaitu dari arah jalan utama. Maka dari itu, bentuk bangunan dan fasad pada bagian tersebut dapat diutamakan keindahannya.

Gambar 6. Konsep Pembagian Masa Bangunan Dalam konsep bangunan, zonasi merupakan hal penting. Pada bangunan tinggi, analisis zona vertikal sangat diperlukan untuk menentukan zona ruang perlantai bangunan. Pada Gambar 5, zonasi vertikal terhadap gubahan massa terbagi menjadi tiga bagian utama. Masing-masing bagian tidak hanya untuk satu zonasi saja, tetap menyesuaikan terhadap fungsi dan hubungan ruangnya.


Perancangan ruang dalam dengan pendekatan arsitektur modern adalah konsep dari bangunan ini. Dengan menonjolkan warna dan karakter dari material dapat memunculkan kesan modern. Perencanaan bukaan ruang yang besar dan lebar demi memaksimalkan cahaya alami diterapkan dalam ruang-ruang primer pada bangunan. Penggunaan warna netral dan monokrom seperti hitam dan putih. Penggunaan warna monokrom ini dapat menampilkan kesan clean dan bersih namun tetap modern jika dipadukan dengan material lainnya. Area kantor dengan desain open space pada tengah bangunan lebih membuat terlihat luas dan daya tangkap visual yang lebih lebar Konsep Perancangan Strukturr

Gambar 7. Konsep Zonasi Ruang Pada lantai bawah merupakan area semi publik seperti lobby dan food court, dan area private seperti ruang produksi pada bagian belakang bangunan. Pada lantai tengah bangunan dijadikan area semi private dan private yang lebih mengutamakan fungsi pameran seperti stage catwalk, ruang pameran, hingga ruang seminar. Pada lantai atas bangunan dijadikan area private karena sebagai area kantor managemen perusahaan. Konsep Perancangan Ruang Dalam

Gambar 8. Konsep Perancangan Ruang Dalam

Gambar 9. Konsep Struktur Struktur menjadi peran penting dalam perancangan bangunan. Dalam perancangan pusat mode ini, bangunan menggunakan struktur rangka dengan material beton. Dengan menggunakan pola grid dan sistem modular pada struktur. Dengan ketinggian bangunan hingga 8 lantai dan bentangan sedang digunakan pada perancangan ini. Pada struktur atas menggunakan penutup dak beton, struktur tengah grid kolom dan balok, struktur bawah menggunakan pondasi bored pile. Pondasi bored pile atau tiang pancang yang berbahan utama beton dengan pembesian terdiri dari pilcap dan juga tiang pancang. Pada area basement menggunakan konstruksi dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah dengan tulangan yang terbuat dari rangkaian besi beton bertulang yang dicor di tempat atau dengan sistem modular yang dibuat untuk membendung (cover) suatu konstruksi bawah tanah (sub structure) khususnya pada konstruksi basement bangunan.


Konsep Perancangan Kelengkapan Bangunan

Gambar 10. Konsep Kelengkapan Bangunan Dalam perancangan bangunan tinggi, hal yang perlu diperhatikan yaitu kelengkapan bangunan. Untuk memudahkan mobilitas dalam bangunan diperlukan transportasi bangunan seperti lift. Terdapat dua titik penempatan lift pada perancangan untuk membedakan akses lift ke area private atau area semi publik. Penghawaan alami dan buatan tetap diperlukan. Dapat disesuaikan dengan ruang pada bangunan area mana yang memerlukan penghawaan buatan dan yang dapat dibuat penghawaan alami. Letak tangga darurat sebagai keselamatan bangunan menjadi hal penting. Tangga darurat terletak di tengah bangunan. Jika memungkinkan untuk jarak ukur yang cukup, tangga darurat dapat ditambahkan pada bagian belakang bangunan.

KESIMPULAN Perancangan pusat mode memperhatikan kebutuhan ruang yang timbul akibat perkembangan dari industri mode. Pembagian masa bangunan dilakukan dengan memisahkan dua kegiatan utama, yaitu area produksi dan area penjualan. Perancangan area kantor dan studio fashion dibuat sama besar dengan area store, dengan mempertimbangkan penjualan di online store. Kebutuhan akan ruang kantor untuk pengelola website pun direspon dengan diperluasnya ruang marketing. Dengan perancangan ini industri fashion pada satu brand akan berjalan dengan layak dan terstruktur. Desainer, Marketing, Penjahit, dan pelaku lainnya dapat menjalankan dan mengembangkan bisnis mode dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA [1] Pusat Mode di Jakarta. Online di: http://eprints.undip.ac.id/2218/; Diakses pada 26 Maret 2020 [2] Perancangan Pusat Mode. Online di: http://etheses.uinmalang.ac.id/12370/1/11660045.pdf; Diakses pada 26 Maret 2020

[3] Arsitektur Modern. Online di : http://ejournal.uajy.ac.id/8458/5/TA413475.pdf; Diakses pada 26 Maret 2020 [4] Sejarah mode. Online di: http://etheses.uinmalang.ac.id/12370/1/11660045.pdf; Diakses pada 26 Maret 2020 [5] Xinhee Design Center. Online di: https://www.designbuildnetwork.com/projects/xinhee-designcenterxiamen/; Diakses pada 16 September 2020 [6] Aimer Fashion Factory. Online di: https://www.arch2o.com/aimer-fashion-factorycrossboundaries/; Diakses pada 16 September 2020 [7] Jenis-Jenis Produk Mode. Online di: https://highlight.id/jenis-macam-model-koleksiitem-fashion-wanita-yang-harus-dimiliki/; Diakses pada 01 Desember 2020 [8] Perkembangan Mode di Indonesia. Online di: http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/1266586027-Pola%20perilaku-Analisis.pdf; Diakses pada 03 Desember 2020


DESAIN HOTEL RESORT DI PANTAI PANJANG BENGKULU Komang Tisa Oktriana Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila tisaoktriana31@gmail.com l. Raya Lenteng Agung No. 56-80, RT.1/RW.3, Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640

Abstrak Berkembangnya pariwisata di Bengkulu telah menjadi sektor yang sangat menjanjikan dalam mendatangkan keuntungan bagi kota Bengkulu. Mewadahi pengunjung yang ingin berwisata, saat ini pembangunan hotel di Bengkulu sudah bertambah cukup pesat terutama hotel resort. Namun desain hotel yang digunakan masih terlihat sederhana, sehingga pengunjung belum merasakan fasilitas rekreasi yang sebenarnya. Perlu adanya aspek yang mendukung untuk terciptanya suatu hotel resort, guna menarik para wisatawan untuk menginap. Metode dalam perancangan ini dimulai dengan studi literatur dan survei lapangan agar memperoleh data yang lengkap. Data di analisis dengan mencari sintesa atau solusi dari permasalahan yang ada. Sintesa ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan konsep yang akan di terapkan pada perancangan hotel resort di Pantai Panjang Bengkulu. Konsep tersebut dapat diwujudkan melalui tema eklektik yang mengandung kearifan lokal Bangkulu dan dikombinasikan dalam unsur modern. Hasil dari perancangan ini berupa hotel resort dengan desain resort yang menciptakan suasana rekreasi yang menyenangkan. Arah bukaan menghadap ke pantai dengan desain yang tidak meninggalkan filosofi dari air ombak yang di terapkan pada massa bangunan. Hotel resort berbintang empat merupakan gagasan yang tepat untuk membangun sebuah hotel resort di kawasan pesisir pantai. Dalam perancangan ini diharapkan pengunjung dapat merasakan hotel resort yang unggul dengan meningkatkan kualitas penginapan dengan fasilitas terbaik serta menyediakan area pemandangan alam yang indah. Kata kunci: Hotel, hotel Resort, Pantai Panjang Bengkulu, eklektik The development of tourism in Bengkulu has become a very promising sector in bringing profits to the city of Bengkulu. Accommodating visitors who want to travel, currently the construction of hotels in Bengkulu has grown quite rapidly, especially resort hotels. However, the hotel design used still looks simple, so that visitors have not experienced the actual recreational facilities. There needs to be aspects that support the creation of a resort hotel, in order to attract tourists to stay. The method in this design begins with a literature study and field survey in order to obtain complete data. Data is analyzed by looking for synthesis or solutions to existing problems. This synthesis will be used as the basis for developing a concept that will be applied to the design of a resort hotel in Pantai Panjang Bengkulu. This concept can be realized through an eclectic theme that contains local Bangkulu wisdom and is combined with modern elements. The result of this design is a resort hotel with a resort design that creates a pleasant recreational atmosphere. The direction of the opening faces the beach with a design that does not leave the philosophy of wave water applied to the mass of the building. A four-star resort hotel is the right idea to build a resort hotel in the coastal area. In this design, it is hoped that visitors can experience a superior resort hotel by improving the quality of lodging with the best facilities and providing areas of beautiful natural scenery. Keywords: Hotel, Resort hotel, Bengkulu Panjang Beach, eclectic

PENDAHULUAN Provinsi Bengkulu merupakan bagian dari pulau Sumatra yang terletak di bagian barat daya Pulau Sumatra. Bengkulu memiliki banyak tujuan wisata untuk berlibur maupun berekreasi, salah satunya adalah wisata Pantai Panjang. Pantai Panjang yang dikenal sebagai landmark ini memiliki panjang garis pantai sekitar 7 km yang merupakan pantai terpanjang di Asia Tenggara dan memiliki pulau-pulau kecil yang sekarang menjadi tempat wisata kepulauan [1]. Saat ini terkenalnya pantai Panjang Bengkulu telah mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga membutuhkan sebuah penginapan yang mengutamakan suasana rekreasi yang menyenangkan.

Pembangunan hotel merupakan alternatif untuk menambah akomodasi penampungan para wisatawan. Hotel merupakan fasilitas akomodasi yang menyediakan sarana penginapan sekaligus menyediakan pelayanan makan dan minum yang bersifat komersil [2]. Jika dilihat dari kondisi saat ini, pembangunan hotel wilayah kota Bengkulu tepatnya di kawasan yang berdekatan dengan pesisir pantai, banyak hotel yang menerapkan unsur modern dan meninggalkan unsur tradisional daerah Bengkulu. yang memiliki nuansa yang berbeda. Untuk memecahkan masalah ini, maka akan di rancang hotel resort yang menciptakan suasana yang belum pernah ada di Bengkulu yaitu hotel Resort dengan pendekatan


arsitektur eklektik, dimana tema ini merupakan keterpaduan antara unsur modern dengan unsur tradisional. Dalam segi arsitektur, hotel resort yang akan di bangun ini memiliki ciri arsitektur campuran yang lebih dari satu gaya dan memiliki arti di setiap ornament bangunan dengan konsep yang lebih modern [3]. Adanya pembangunan hotel dengan konsep eklektik ini, diharapkan wisatawan mengetahui dan mengenal ciri khas arsitektur teradisional Bengkulu dalam masa modern saat ini. Desain pembangunan hotel kali ini juga mengutamakan bangunan penunjang yang memperkenalkan hasil budaya Bengkulu di karenakan keberadaan hotel yang berlokasi di Bengkulu tidak akan meninggalkan ciri khas daerah tersebut.

Konsep dan Masterplan Eksterior putih dan biru cerah berpadu dengan gaya tradisional Arab dan taman yang rimbun. Jika dilihat bangunan ini berbentuk seperti masjid yang berjejer panjang di pinggir pantai. Hotel ini berbintang 5 di mana semua yang ada di kawasan hotel ini serba mewah

Gambar 1. Hilton Salwa, Arab Sumber : www.hilton.com

2. Sofitel Resort Nusa Dua, Bali Bangunan penunjang/fasilitas [7]:

TINJAUAN PUSTAKA Desain perancangan ini meninjau dari berbagai referensi yang berhubungan dengan desain hotel resort. Tinjauan ini terdiri dari : A. Definisi Hotel Resort Hotel resort adalah tempat penginapan sementara yang berlokasi di pegunungan atau pantai dengan pemandangan alam yang sering dijadikan tujuan untuk berlibur [2]. Klasifikasi hotel berdasarkan kelas berbintang dinilai berdasarkan jumlah kamar, fasilitas dan mutu pelayanan. Hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan hotel resort yang mencakup lokasi, aksesbilitas, fasilitas disemua kalangan, syarat perizinan pembangunan dan tata ruang [4]. B. Tema Perancangan Tema perancangan menerapkan aliran arsitektur eklektik yang megkombinasikan berbagai aspek, teori, ide maupun gaya rancangan untuk membuat arsitektur terbaik dengan kombinasi yang ada. Sentimen dan nostalgia pada keindahan gaya arsitektur masa lampau juga termasuk ciri Eklektik dengan menggabungkan unsur tradisional dan modern kedalam suatu bangunan yang dianggap sesuai untuk menampilkan keindahan masa lalu [5].

o o o o

Spa Papan seluncur Gym Yoga

3. Burj Al Arab, Dhubai Bangunan penunjang/fasilitas [8]:

1. Hilton Salwa, Arab Bangunan penunjang/fasilitas [6]:

• • • • • •

Restoran Kolam renang Taman air Helipad 202 kamar Kamar tidur aquarium

o o o o

Gym Spa Yoga dan paddle-boarding Penyewaan kendaraan

Bangunan mengambil konsep daru huruf “V”, yang bermakna selamat datang di kota Dubai. Menggunakan struktur beton bertulang dengan ketinggian bangunan mencapai 321 meter. Atap dan dinding menggunakan beton prafebrikasi.

Restoran Kolam renang indoor Ball room Lapangan olahraga Ruang main anak Ruang kesehatan

o Petualangan air o Spa o Gym o Taman air o Berkebun

Meeting room Ballroom Restoran Taman Villa Kolam renang Aula 450 kamar

Konsep desain memadukan nilai-nilai kemewahan khas Prancis dengan sentuhan lokal tradisi Bali. Menggunakan elemen-elemen hotel yang memiliki estetika Bali dan arsitektur menjadikan resor ini berbintang dan berkelas. Gambar 2. Sofitel, Bali Sumber : Hotel.Indonesia Paduan warna yang lembut, batu gamping dan basal yang asli serta kayu memberikan efek harmonis nilai- nilai khas Bali.

C. Studi Preseden Perancangan Perancangan yang berjudul Hotel Resort di Pantai Panjang Bengkulu ini juga meninjau dari beberapa perancangan sejenis yang sudah dibangun.

• • • • • •

• • • • • • • •

Gambar 3. Burj Al Arab Sumber : www.jumeirah.com


208.0 0

Kesimpulan Preseden Konsep yang diterapkan pada masing-masing bangunan hotel resort memperlihatkan kemewahan dari bangunan modern yang berkolaborasi dengan desain lingkungan sekitar.

KDB : 30%

39

5. 00

Gambar 6. Dimensi Tapak 80

Peraturan Daerah dan Dimensi Tapak

Panjang Bengkulu nantinya. Dengan Sumber : Neufert, 2021 bantuan sekema atau gambar dari Neufert juga bisa memperkirakan pola sirkulasi yang akan terjadi [10].

Proses perancangan hotel resort pada laporan yang berjudul Desain Hotel Resort di Pantai Panjang Bengkulu dilakukan secara kualitatif, metode yang dipahami melalui fenomena yang ada. Perancangan ini dihasilkan dari pengumpulan data dan memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan untuk menganalisis, sehingga menghasilkan sebuah perancangan baru. Berikut metodologi perancangan dalam bentuk bagan :

.0 0

Sumber : Komang Tisa, 2021

Gambar 4. Skema Hotel Resort

METODOLOGI PERANCANGAN

0 5 .0

57

D. Skema Ruang Hotel Resort Pembahasan skema ruang hotel resort, dalam acuan skema ini pembagian zonasi pada ruang publik dan privat dapat tertata dengan baik yang akan berujung pada pola sirkulasi yang akan terjadi nantinya [9].

U

KDB

:

30%

GSB

:

6 Meter

KLB

:

1

Tinggian Max : 8 Lantai B. Analisis Potensi dan Lingkungan Tapak

Skema 1. Bagan Metodologi Perancangan Sumner : Komang Tisa, 2021

PERANCANGAN A. Data Lokasi Perancangan Lokasi tapak : Jl. Pariwisata, Pantai Panjang, Kota Bengkulu Luas tapak : ± 53.000 m2 batas lokasi tapak ini dijabarkan sebagai berikut: • Utara : Taman Berkas • Timur : Jl. Pariwisata (jalan utama) • Selatan : RTH Pantai Panjang • Barat : Pantai Panjang Bengkulu

Gambar 7. Potensi dan Lingkungan Tapak Sumber : Komang Tisa, 2021

(+) Terdapat 7 keuntungan dari potensi tapak, keuntungan yang di maksud adalah kawasan yang banyak didatangi pengunjung dan menjadi daya dukung sarana prasarana dari tapak perancangan (-)

Terdapat 1 hal yang tidak menguntungkan pada tapak perancangan, yaitu bangunan hotel yang berlokasi tepat di bagian timur tapak dan akan menjadi daya saing saat perancangan hotel resort ini telah dibangun.

Analisis Matahari, Angin dan Vegetasi

Gambar 5. Peta Pantai Panjang Bengkulu Sumber : Google Earth, 2021

Cara menanggapi interaksi sinar matahari langsung atau debu terhadap bangunan bisa diatasi dengan cara di bawah ini:


• Menggunakan sun shading, kisi-kisi atau menggunakan kaca film, • Menggunakan double skin façade atau menggunakan dinding padat untuk meredam panas, • Memanfaatkan tanaman atau membuat taman sebagai penghalang sinar matahari langsung. Menggunakan screen mesh sebagai pengubah arah angin, memperlambat tenaga angin, mengontrol kebisingan dan bisa juga sebagai penghalang debu.

Bentuk Bangunan dan Dekorasi - Ide Bentuk : Ombak pantai - Transformasi gubahan massa

Tipografi dan Drainase Iklim kawasan Pantai Panjang Bengkulu adalah tropis dengan suhu 230C – 310C [11]. Pantai ini memiliki kontur yang cukup landai hingga ke tepian air pantai sehingga kontur pada tapak perancangan cendrung rata. Tanah perancangan hotel resot ini adalah jenis tanah berpasi View dan Kebisingan Kebisingan berasal dari pergerakan ombak pantai dan tapak berada di pinggir jalan sehingga kebisingan juga timbul dari kendaraan yang melintas Sirkulasi dan Entrance Entrance berada di sebelah timur, berada pada jalan yang lurus. Exit berada di sebelah utara yang menuju jalan Pariwisata. Sirkulasi pada tapak ini menggunakan pola grid dan radial agar tertata dengan rapid an mudah diingat oleh pengunjung

Gambar 8. Gubahan Massa Sumber : Komang Tisa, 2021

Bentuk Bangunan - Dekorasi rumah adat Bengkulu salah satu terapan eklektik pada bangunan hotel resort adalah rumah adat Bengkulu atau yang disebut dengan bubungan lima.

Program Ruang

Gambar 9. Rumah Adat Bengkulu Sumber : Komang Tisa, 2021

Mekanikal Elektrikal Tabel 1. Program Ruang Sumber : Komang Tisa, 2021

Hubungan Ruang Tabel 2. Mekanikal Elektrikal Bangunan Sumber : Komang Tisa, 2021

Plumbing Sistem Air Bersih - PDAM disalurkan melalui down feed dan up feed

Skema 3. Sistem Air Bersih Sumber : Komang Tisa, 2021

Sistem pembuangan air kotor

Skema 2. Program Ruang Sumber : Komang Tisa, 2021


a

Skema 4. Sistem Pembuangan Air Kotor Sumber : Komang Tisa, 2021

Sistem Pembuangan Sampah

Skema 5. Sistem Pembuangan Sampah Sumber : Komang tisa, 2021

Tata Udara

Gambar 12. Konsep Zoning Sumber : Komang Tisa, 2021

Gambar 10. Tata Udara Sumber : Penghawaan, 2021

Konsep Bangunan

Pencegahan Kebakaran

Skema 6. Sistem Kebakaran Sumber : Komang Tisa, 2021

Jaringan Komunikasi

Skema 6. Sistem Jaringan Komunikasi Sumber : Komang Tisa, 2021

Sistem Penangkal Petir

Gambar 13. Konsep Bangunan Sumber : Komang tisa, 2021

Skema 7. Sistem Penangkal Petir

Konsep Zoning Ruang

Sumber : Komang Tisa, 2021

Konsep Perancangan Konsep Tapak dan Zoning

Zonasi ruang vertikal dengan ketinggian 8 lantai, yang di kelompokkan berdasarkan alur kegiatan dalam hotel resort.

Gambar 11. Konsep Tapak Sumber : Komang Tisa, 2021

Gambar 14. Konsep Zoning Ruang Sumber : Komang Tisa, 2021


Konsep Struktur Bangunan Teknologi Penunjang

Denah dan Potongan Bangunan Utama

Menggunakan teknologi anti gempa The Levitating Foundation Prinsipnya adalah bangunan melayang di atas fondasi dan bantalan karet timbal, yang mengandung inti timah padat yang dibungkus dalam lapisan karet dan baja. Pelat baja kemudian menempelkan bantalan ke bangunan dan fondasinya. Kemudian, ketika terjadi gempa bumi, pondasinya bergerak tanpa memindahkan struktur di atasnya. Pondasi Bor Pile

Atap

Gambar 15. Konsep Sktruktur Sumber : nps.giv, 2021)

Konsep yang telah dibuat menjadi dasar untuk proses perancangan hotel resort. Hasil dari perancangan tersebut berupa gambar kerja yang terlihat pada gambar di bawah ini: KESIMPULAN Perancangan Hotel Resort di Pantai Panjang Bengkulu merupakan tempat penginapan demgan menyediakan fasilitas rekreasi di pinggir pantai. Desain hotel ini menggunakan aliran arsitektur eklektik. Diharapkan dengan adanya hotel ini para wisatawan mendapatkan tempat penginapan yang memberikan ketenangan untuk berlibur dan berekreasi di Pantai Panjang Bengkulu.

Gambar 18. Denah Bangunan Utama Sumber : Komang Tisa, 2021

Perspektif Bangunan Utama

Site dan Blok Plan Gambar 19. Perspektif Bangunan Utama Sumber : Komang Tisa, 2021

Axonometri Utilitas Bangunan

Gambar 16. Site dan Blok Plan Sumber : Komang Tisa, 2021

Axonometri Struktur Bangunan

Gambar 17. Axonometri Struktur Bangunan Sumber : Komang Tisa, 2021

Gambar 20. axonometri utilitas bangunan Sumber : Komang Tisa, 2021


Detail Arsitektur dan Struktur Bangunan DAFTAR PUSTAKA [1]

Diskominfotik. Sekilas Benglulu, Pemerintah rovinsi Bengkulu. (Diakses 19 Oktober 2020) Online di : https://bengkuluprov.go.id/sekilas.bengkulu/#:~:text= Bengkulu%:

[2]

Putra. Salamadian, Pengertian Hotel. (Diakses pada 20 Oktober 2020) Online di: https://salamadiancom /pengertian-hotel/

[3]

Vincentius, Royke. Bentuk Baru Gaya Eklektik dalam Trend Desain Produk Furniture Masa Kini: Bentuk Kreativitas dan Efek Dromologi Dalam Desain di Era Teknologi Informasi. Jurnal Archives, Vol. No.2, April 2019

[4]

Jenis hotel, Klasifikasi Hotel Berdasarkan Bintang. (Diakses pada 29 September 2020) Online di: https://jenishotel.info/klasifikasi-hotel-berdasarkanbintang

[5]

Hindarto, Probo. Arsitektur Eklektik. Studio Architect. September 2019.

[6]

Hilton Salwa Beach Resort & Villas. Exspedia. 2021. (Diakses pada 29 September 2020) Online di: https://www.expedia.co.id/Abu-Samra-Hotels-HiltonSalwa-Beach-Resort-Villas.h.Hotel-Information

[7]

Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, Nusa Dua, Bali Indonesia. Hotels. 2021. (Diakses pada 29 September 2020) Online di: https://id.hotels.com/ho441813 /sofitel-bali-nusa-dua-beach-resort-nusa-duaindonesia/

[8]

Burj Al Arab. Phantasm of Asce. Maret 2017. (Diakses pada 29 September 2020) Online di: http://hasyapudjadi.blogspot.com/2017/03/burj-alarab.html

Gambar 21. Detail Arsitektur dan Struktur Sumber : Komang Tisa, 2021

Denah, Tampak, Potongan Cottage 1 dan 2

Gambar 22. Denah Tampak Potongan Cottage 1 dan 2 Sumber : Komang Tisa, 2021

[9] Skema Hotel Resort. Buku Newfert, halaman 127. 2012

Perspektif

[10] Kando, BDS. Tinjauan Pustaka Hotel Resort. Etheses. 2014. (Diakses pada 20 Oktober 2020) Online di: http://etheses.uinmalang.ac.id/1174/8/BAB%20II%20revisi.pdf [11] Prakiraan Cuaca. BMKG Bengkulu. 2021. (Diakses pada 24 Oktober 2020) Online di: https://www.bmkg .go.id/cuaca/prakiraan-cuacaindonesia.bmkg?Prov= 05&NamaProv=Bengkul

Gambar 23. Perspektif Cottage Sumber : Komang Tisa, 2021


RESORT HOTEL DI TANJUNG LESUNG, BANTEN Qiwa Husy Aisyah, Ashri Prawesthi Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila qiwahusyi@gmail.com 2 ashribulo2020@gmail.com

__________________________________________________________________________________ Abstrak Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Kawasan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012. KEK yang telah diresmikan dan beroperasi pada tahun 2020 ini, memiliki letak yang strategis dan akses yang mudah dijangkau, yaitu 170 km dari Ibukota Jakarta. Kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung, dapat dilihat dari data statistik sebagai berikut jumlah wisatawan lokal sebanyak 2.863.460 orang dan internasional sebanyak 843.360 orang (Sumber Banten Dalam Angka 2019). Sedangkan untuk total wisatwan yang berkunjung ke Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2018 adalah 90.169 (Sumber Pandeglang dalam angka 2019). Di Kecamatan Panimbang Desa Tanjung Jaya lokasi Pantai Tanjung Lesung hanya ada 18 Hotel dan 2 diantaranya merupakan hotel berbintang (Sumber Pandeglang dalam angka 2019). Dengan ini ketersediaan Fasilitas penginapan sangat penting untuk menunjang potensi yang ada di Tanjungs Lesung, rekreasi menenangkan diri, berkumpul Bersama kerabat dengan suasana daerah sekitarnya yang memiliki objek yang mendukung. dengan ini dibutuhkan desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya, dalam kaitannya iklim daerah tersebut. Dan pada akhirnya bentuk arsitektur yang dihasilkan juga dipengaruhi budaya setempat, dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber energi yang tidak dipengaruhi. Pada perancangan ini perancang menggunakan beberapa metode yaitu pengumpulan data lokasi, site, analisis site, analisis bangunan,lalu analisis Program Ruang dan kegiatan, hasil dari perancangan ini yaitu Resort hotel yang mencirikan salah satu corak Arsitektur setempat, dengan tema pendekatan arsitektur Bioklinatik yang dapat merespon alam. Kata Kunci: Tanjung Lesung, KEK, Pariwisata, Wisatawan, Bioclimatic, Resort Hotel Abstrack The Government of the Republic of Indonesia has designated the Tanjung Lesung area as a Special Economic Zone (SEZ) for Tourism through Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 26 of 2012. The SEZ, which was inaugurated and operated in 2020, has a strategic location and easy access, which is 170 km from the capital city of Jakarta. Tourist visits to Tanjung Lesung can be seen from the statistical data as follows: the number of local tourists is 2,863,460 people and international tourists are 843,360 people (Source Banten in 2019 Figures). As for the total tourists visiting Pandeglang Regency, in 2018 it was 90,169 (Source of Pandeglang in 2019 figures). In Panimbang District, Tanjung Jaya Village, Tanjung Lesung Beach, there are only 18 hotels and 2 of them are star hotels (Source Pandeglang in 2019 figures). With this, the availability of lodging facilities is very important to support the potential that exists in Tanjung Lesung, relax yourself, gather with relatives with the atmosphere of the surrounding area that has a supporting object. With this, a design is needed by taking into account the relationship between architectural forms and their environment, in relation to the climate of the area. And in the end the resulting architectural form is also influenced by local culture, and reduces dependence on energy sources that are not influenced. In this design, the designer uses several methods, namely location data collection, site analysis, site analysis, building analysis, then space and activity program analysis, the results of this design are Resort hotels which characterize one of the local architectural styles, with the theme of a Bioclinatic architectural approach that can respond natural. Key Words : Tanjung Lesung, SEZ, Tourism, Tourist, Bioclimatic, Resort Hotel

_________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Kawasan TanjungxLesung sebagai KawasanxEkonomi Khususx(KEK)xPariwisata melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012. KEK yang telah diresmikan dan beroperasi pada tahun 2020 ini, memiliki letak yang strategis dan akses yang mudah dijangkau, yaitu 170 km dari Ibukota Jakarta[1].

Kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung, dapat dilihat dari data statistik sebagai berikut jumlah wisatawan lokal sebanyak 2.863.460 orang dan internasional sebanyak 843.360 orang (Sumber Banten Dalam Angka 2019). Sedangkan untuk total wisatwan yang berkunjung ke Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2018 adalah 90.169 (Sumber Pandeglang dalam angka 2019). Saat ini, dukungan Pemerintah terhadapa KEK Tanjung Lesung adalah dibangunnya infrastruktur Di Kecamatan Panimbang Desa Tanjung Jaya lokasi


Pantai Tanjung Lesung hanya ada 18 Hotel dan 2 diantaranya merupakan hotel berbintang (Sumber Pandeglang dalam angka 2019) [2]. Berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan dan ketersediaan sarana penginapan di Tanjung Lesung ini, maka diperlukan perencanaan dan perancangan sarana hotel Resort yang mendukung lingkungan dipengaruhi budaya setempat untuk kebutuhan wisata. Dengan ditunjang oleh potensi alam yang menarik yaitu pantai dengan panorama Gunung Krakatau yang indah, maka kebutuhan akan sebuah resort hotel sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan pelayanan dalam bidang pariwisata Khususnya ditanjung Lesung. Pada tema perancangan nantinya, penulis mengambil tema Arsitektur Bioklimatik, yakni arsitektur yang memfokuskan pada bukaan, pencahayaan, material, pemanfaatan energi, dan juga yang dipengaruhi oleh budaya arsitektur Baduy pada ornament nya. TINJAUAN PUSTAKA Lokasi yang akan dipilih sebagai lahan Resort Hotel nantinya berada di Pantai Tanjung Lesung di Desa Tanjung JayaxKecamatan Panimbang,Kabupaten Pandeglang ProvinsixBanten, yang merupakan wilaya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Di Tanjung Lesung sendiri sangat strategis sesuai Peruntukan Masterplan KEK Tanjung Lesung lokasi ini sesuai dengan peruntukan Hotel. [3]

Gambar 1. Peta MasterPlan KEK Tanjung Lesung Sumber :kek.go.id/kawasan/KEK-Tanjung-Lesung

Pengertian Resort Resort ialaah Kawasan yang didalamnya terdiri dari sarana hiburan akomodasi, untuk menunjang kegiatan wisata, menurut Mill (2002:27)[4 Resort adalah tempat orang dimana orang pergi kesana untuk berwisata dan berkreasi No. PM.10/ PW.301/ Pbd-77 tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwaxpenilaian klasifikasi hotelxsecara minimum didasarkan pada jumlah kamar, fasilitas, peralatan yang tersedia, dan mutu pelayanan. Karakteristik dari resort hotel ini ada 3 aspek, yaitu segmentasi pasar, kategori bagaimana pengunjung fasilitas yang disediakan, dan dimana lokasi tersebut. Dan aspek inilah yang memberikan perbedaan pada setiap resort hotel dengan

yang lainnya. Resort sendiri merupakan bangunan yang memiliki fungsi dan beberapa fasilitas seperti pada umumnya, memiliki klasifikasi yang mempunyai dasar pada “Keputusan Menparpostel No. 1410/11/1988 tanggal 25 Februari 1988, tentang kententuan usaha dan penggolongan hotel. Klasifikasi Resort berdasarkan kelas dan minimal kamar tidur yang harus tersedia a) Resort Bintang 1 • Dikelola Oleh pemiliki secara langsung. • Memiliki minma 15 kamar. • Memiliki luas kamar standard minimal 20 m2. b) Resort Bintang 2 • Memiliki minimal 20 kamar . • Memiliki luas kamar standard minmal 22 m2. • Memiliki 1 suite room dengan luas 48 m2. • Memiliki telepon dan TV. • Memiliki keamanan lebih. • Memiliki Restaurant dan Bar. • Terdapat area olahraga. c) Resort Bintang 3 • Memiliki minimal 30 kamar tidur. • Memiliki luas kamar standard minimal 24 m2. • Memiliki minmal 2 Suite room dengan luas 48 m2. • Memiliki Resaturant dan Concierge staf. • Memiliki air conditioner. d) Resort Bintang 4 • Memiliki Minimal 50 kamar tidur standard dengan luas 24 m2. • Memiliki minmal 3 suite room dengan luas 48 m2. • Memilliki Rest Area. • Memiliki Hot and cold Running water. • Memiliki Restarant dan kolam renang. • Memiliki tempat rekreasi dan area olahraga. e) Resort Bintang 5 • Memiliki minimal 100 kamar tidur standard dengan luas 26 m2. • Memiliki minimal 4 suite room dengan luas 52 m2. • Memiliki roomservice 24 jam. • Memiliki Restaurant, bar,welcome drink,concierge staf, area rekreasi dan masih banyak lagi[5]. Pengertian Arsitektur Bioclimatik Arsitektur bioclimatic adalah pendekatan yang memiliki arah untuk arsitek mendapatkan beberapa penyelesaian design dengan menitik beratkan pada hubungan bentuk arsitektur dengan bagaimana lingkungan sekitarnya, dalam artian iklim tersebut. Yang akhirnya dari bentuk arsitektur tersebut dihasilkan dan dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya setempat, ini akan sangat mempengaruhi ekspresi arsitektur yang akan diberikan atau ditampilkan dari bangunan tersebut. Selain itu pada pendekatan bioklimatik ini mengurangi ketergantungan hasil karya arsitektur terhadap sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi. [6]. Kegiatan dan Pelaku Kegiatan


Pelaku kegiatan pada bangunan Resort Hotel di Tanjung Lesung,Banten ini. Adalah : a) Pengunjung hanya berekreasi Datangx- menunggu - check in -xistirahat/ rekreasi/ makan/ meeting - check out - pulang. b) PengunjungxMenginap Datangx- checkxin - menunggu -xistirahat/ makan/ rekreasi -xcheck out c) PengelolaxDatang - penerima - loker - kerja istirahatx-xlokerx-xpenerimax-xpulang/ mengin[7].

N o

Indikato r Denah

Studi Banding

2

fasilitas

Pool

Studi Preseden Resort Hotel Ayana Resort Bali No

Indikator fasilitas

Studi Banding Spa

ayana resort ini terdapat Kubu Beach, Recreation, farm, pools, jogging track Tabel 1. Studi Preseden Resort Hotel Sumber ayanaresort.com

Resort Villas

Hotel Marquis Los Cabos Mexico No

Indikator Konsep

Studi Banding

dengan konsep konservasi energi, daur ulang sampah, integrasi dengan lingkungan alam 2

fasilitas

desain pools yang menuju pantai 3

Denah

Tabel 2 Studi Preseden Sumber: MarquisMexicoResort.com

The St Regis Balis Resort

Tabel 3 Studi Preeden Sumber : MarriotStReggis.com

Standar Lokasi Perancangan a) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDBxyang diperbolehkanxmemiliki maksimal sebesar 60% Maka LuasxLantai Dasar Maksimum yang diizinkan adalah: 60/100 X 31.000 =x18.600 m2 = 1.8 Ha KDB Menurut Perda Nomor 2 Tahunx2008 Pasalx10 Tentang Koefisien Dasar Bangunanx (KDB) yang diperoleh maksimal sebesar 60 % Maka Luas Lantai Dasar Maksimum yang diizinkan adalah 1,8 Ha b) Garis Sepadan Bangunan (GSB) Lebar Jalan / 2+1 = 4 /2+1 = 2 + 1 = 3 Meter c) Koefisien Lantai Bangunan MenurutxPERDA nomorx2 Tahun 2008 tentang BangunanxPasal 13 KLB (Koefisien Lantai Bangunan Maksimal ) KLB maksimal 4 x LL : LDB 4 X 31.000 : 18.600 = 6,6 = 6 Lantai, Berdasarkan Peraturan Daerah ProvinsixBanten Nomor 2c Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030, pasal 92 nomor 8c, tentang peraturanxzonasi untukxsempadan pantai :


d) GarisxSepadanxPantai: 100 M dari pasang Tertinggi e) GarisxSempadan Sunga : 50 M[8].

Ketinggian Bangunan yang akan dibangun : 5 lantai karena bangunan bangunan tertinggi di Kawasan ini adalah 6 lantai swhingga Resort Hotel ini akan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan.

METODOLOGI PERANCANGAN Konsep Site a) Waktu Pelaksanaan Perancangan Penulisan rancangan ini di mulai pada bulan September 2020 hingga pengumpulan skripsi, dan kemudian di lanjutkan siding. b) Metode Perancangan Metode perancangan dalam pencarian data yang di gunakan penulis untuk membuat Resort Hotel di Tanjung Lesung ini yaitu menggunakan 2 metode, yaitu. • Data Primer Observasi dan pengamatan langsung ke lokasi Pantai Tanjung Lesung dan pengumpulan data ke Dinas perhubungan Kabupaten Pandeglang, atau karena keadaan pandemic kita mencari sumber lewat internet • Data Sekunder Studi literatur dari beberapa buku dan jurnal mengenai standar-standar Perancangan Resort Hotel, Analisa Bangunan Simon Unwin (2003), Edward T white. • Analisa Melakukan analisis yang berhubungan langsung dengan site yang terpilih. Analisis tersebut berupa analisis makro (Sekitar Site) dan mikro (di dalam Site). Data yang sudah diperoleh akan langsung dimasukan kedalam proses perancangan sehingga akan menghasilkan konsep dan desain yang akan dirancang nantinya.

Gambar 3. Konsep Zonasi Tapak Sumber : Analisis Pribadi, 2021

Berdasarkan analisis dan respon desain yang didapat pada tapak , maka didapatkan beberapa zona yang dapat dibagi didalam tapak, sesuai dengan kebutuhan dan olah fungsi Resort Hotel dibagi menjadi 7 Area. Konsep Sirkulasi Tapak

PERANCANGAN

Gambar 4. Konsep Sirkulasi Tapak Sumber : Analisis Pribadi Gambar 2. Bentuk Site Sumber : Analisis PRibadi,2021

Pemilihan Bentuk tapak ini berdasarkan Peruntukan pada Masterplan KEK Tanjung Lesung, diharapkan penataan masa,sirkulas, serta aspek lainnya dapat diolah secara maksimal, untuk akses menuju site kurang adanya penerangan cukup baik dengan kondisi jalan di aspal, hanya saja belum adanya shelter terdekat untuk menjadi pemberhentian di sekitar site. Luas Lahan : 3,1 Ha Lebar Jalan : 8 m KDB : 6,6 GSB : 4 m KDH : 30% GSP : 100 m dari pasang tertinggi

penerapan konsep sustainable movement. yaitu sebuah konsep dimana lokasi parkir yang letaknya jauh dari pusat bangunan memperlihatkan keindahan dan keasrian disekitar site dengan naik bogy car, berjalan kaki,dan bersepeda Pada Konsep Sirkulasi ditapak ini disesuaikan dengan kebutuhan fungsi Resort Hotel Dibagi menjadi 2 Entrance dan 2 Lahan Parkir, sehingga mempermudah bagi pengunjung maupun penghuni untuk keluar masuk Resort ini, dibagi menjadi jalur Sepeda,Jalur kendaraan dan jalur bgye car. Konsep Penanggulangan Bencana


mendapatkan vegetasi. Sistem Limbah.

Gambar 5 Konsep penanggulangan Bencana Sumber : Penulis 2021

Tata massa yang memiliki konsep terpisah ini memiliki tujuan untuk lebih memudahkan evakuasi. Semua jalur sirkulasi berfungsi sebagai jalur evakuasi dan dilengkapi dengan titik titik untuk berkumpul, dan juga ditutup atau ditata sebagai taman agar tetap lebih aesthetic. Dan prinsip inilah prinsip yang memecah bangunan dalam beberapa bangunan yang lebih kecil sehingga struktur tidak terlalu besar. Karena jika terkena gempa dapat merdedam getaran yang lebih besar lagi. Tiap zona bangunan mempunyai Rth yang berfungsi sebagai titik kumpul, yang didalamnya ada beberapa fasilitas tambahan seperti amphitheater. Konsep Utilitas Tapak Daur Ulang Dan pemanfaatan Air Laut maupun air hujan, Air Hujan dengan mengalirkannya ke dalam kolam buatan yang sekaligus difungsikan sebagai cooling effect pada tapak (water fountain area ).

Kepentingan tentang kebutuhan air bersih sangat lah penting di Pantai Tanjung Lesung ini, karena masih tercampurnya dengan air laut. Penting sekali adanya pengolahan secara khusus agar air bersih bsia digunakan Kembali untuk berbagai kebutuhan wisatawan maupun penghuni dari resort tersebut. Dan agar memehuni kebutuhan resort, cara yang baik adalah menggunakan system pengolahan limbah menggunakan IPAL yang nanti hasilnya dari pengolahan limbah tersebut bisa digunakan Kembali menjadi sumber air yang dapat dipakai, dan pengolahan ini sesuai dengan kebutuhan dari resort ini, melalui kokmbinasi proses biofilter anaerob aerob. anaerobaerob. Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-Aerob • Tahan fluktasi air limbah dan fluktasi konsentrasi • Memiliki operasional dan perawatan yang mudah dan lebih sederhana • Keperluan konsumsi listtrik lebih rendah • Bisa tahan terhadap dluktasi jumlah debit maupun konsentrasi • Bisa diaplikasikan pada pengolahan berbagai macam air, baik limbah domestic atau industry • Bisa dirancang bagi skala kecil maupun besar. Konsep Bangunan

Gambar 7 Konsep Bangunan Hotel Sumber : Penulis 2021

Gambar 6. Konsep Utilitas Tapak Sumber Penulis 2021

Sistem distribusi Air Bersih untuk pembayangan dominan berada di sebelah Barat maka tandon diletakan pada bagian Timur yang sedikit memperoleh cahaya agar tidak lembab. Sistem distribusi Air Kotor. septitank akan diletakan diarea yang banyak

pada bentuk inixterinspirasi dari pola Batik Tapak Kebo, untuk bagian Kepaa lKerbau ditengah membentuk bentuk hexagonal lalu diubah sedemekian rupa, Batik Banten merupakan kearifan lokal yang memiliki ‘banyak arti dan filosofi, bersudut dan menurut sejarahnya, batik banten memiliki arti pola kehidupan masyarakat, tata ruang dan bangunan di Provinsi Banten. sesuai dengan analisis orientasi Bangunan,view, Angin, matahari, terbentuklah sebuah orientasi bentuk gubahan seperti berundak undak sesuai dengan konsep bioclimatic zone, bagaimana merespon angin, mataharixkedalam tapak tapi tetap


mementingkan elemen kenyamanan pada bangunan maka terbentuklah seperti ini.

ini adalah 0,8 Ha. Proyek perancangan ini merupakan proyek Multi massa, Bangunan yang didirikan dari bangunan Resort jenis Villa dengan 2 tipe hunian, dan Bangunan 5 Lantai Hotel and Facility, yang terdiri dari Area service,Fasilitas dan Hotel beachfront dan gardenFront.

Gambar 8. Konsep Bangunan Hunian Resort Sumber : Penulis 2021

untuk hunian ini terisnpirasi dari tampak depan rumah adat Provinsi banten, suluh nyanda bagaimana rumah adat ini mementingkan keadaan tropis alam, Bagaimana menciptakan sebuah bentuk bangunan yang sesuai dengan keadaan alam di Provinsi Banten, dengan memanfaatkan material Lokal Yang ada.sesuai dengan prinsip dari Arsitektur Bioclimate, bagaimana dapat berkesinambungan dengan lingkungan sekitar. Konsep Ruang

Gambar 10 Konsep Ruang Bangunan Sumber Penulis 2021

Gambar 9. Konsep Ruang Sumber Penulis 2021

Luas Lahan : 3,1xHa Peraturan KoefisienxDasarxBangunan (KDB) : 60% = 1,8 HA KoefisienxLantai Bangunan (KLB) : 6,6 KDH : 30% sesuai dengan KDB dari Peraturan Daerah, maka didapat hasil Max Dasar bangunan adalah 1,8 Ha, Dengan jumlah Program Ruang yang dibutuhkan dalam Perancangan Resort

Konsep Struktur Strukur bangunan adalah struktur yang harus mampu menerima beban vertical yang berasal dari gaya gravitasi, beban hidup, beban mati, beban sementara, dan beban horizontal dari gaya lateral yaitu berasal dari angin dan gempa di Kabupaten Pandeglang sendiri memiliki KLB 6,6 ini mempermudah kita dalam memilih bahan material dan Kekuatan yang perlu untuk menunjang Bangunan Hotel Resort agar selaras dengan konsep bioclimatic, dengan memanfaatkan material lokal Pohon Jati sebagai penguat struktur villa Resort


Konsep Utilitas.

Gambar 11xKonsep Struktur Bangunaxhotel SumberxPenulis 2021

Gambar 13. Konsep Utilitas Bangunan Sumber : Penulis 2021

Konsep Ornamen Bangunan

Gambar 14 Ornamen Bangunan Sumber Penulis 2021

Gambar 12.xKonsep struktur BangunanxResort SumberxPenulis 2021

setiap ornamen pada bangunan menggunakan ragam hias pola daribatik Banten, terdapat 75 ragam


hias Pola di Provinsi Banten, dan pada Bangunan ini hanya menggunakan beberapa pola ragam hias saja, 75 ragam hias peninggalan Kerajaan Islam Banten ini menjadi inspirasi bagi Dr. Uka Tjandrasasmita dalam menlestarikan ragam hias ini dengan cara ditransformasikan menjadi Batik Banten. Batik Banten memiliki filosofi dari sejarah Provinsi Banten, oleh karena itu nama Batik Banten ini diambil dari toponim nama desa di Banten, tata ruang Kerajaan Islam Banten, dan nama gelar kesultanan Banten. Berikut merupakan Batik Banten: untuk bangunan utama sendiri atau hotelnya, memang diambil dari bentuk Pola yang ada pada Batik Banten dan dikombinasi dengan Pendekatan Bioklimatikuntuk bagian dasar pola nya, fungsi ini sebagai sirkulasi udara agar tetap bisa keluar masuk, terdapat lubang lubang kecil membentuk pola batik banten

Gambar 15 Material kayu Sumber Penulis 2021

untuk setiap material dari bangunan resort villas nya kita menggunakan material kayu jati karena memiliki tingkat kekuatan no 1 menurut SNI, menggunakan kayu karena pembuatanya ramah lingkungan. Gambar Teknik

Gambar 17 Denah Hotel Gambar 16 Site Plan Sumber Penulis 2021

Sumber Penulis 2021


Gambar 21 Tampak Resort Suitte Sumber Penulis 2021

Gambar 18 Denah Resort

Gambar 22 Tampak Resort deluxe

Sumber Penulis 2021

Sumber Penulis 2021

Gambar 19 Denah Bangunan Pennunjang Sumber Penulis 2021

Gambar 23 Potongan Hotel Sumber Penulis 2021

Gambar 20 Tampak Hotel Sumber Penulis 2021

Gambar 24 Potongan Resort Sumber Penulis 2021


Gambar 25 Potongan bangunan Informasi Sumber Penulis 2021

Gambar 26 Prespektif Sumber Penulis 2021

KESIMPULAN Dalam merancang dan merencanakan sebuah Resort Hotel dibutuhkan banyak studi Banding dan studi Preseden, disamping itu dibutuhkannya Analisis dan Konsep yang matang, pemilihan tema pendekatan yang sesuai dengan lingkungan sekitar, membuat lingkungan resort hotel yang nyaman, memiliki fasilitas yang baik sesuai dengan kebutuhan, dengan acuan standar kebutuhan Resort Hotel, dengan desain bangunan yang dibuat menarik dan nyaman. DAFTAR PUSTAKA

[1]

[1] [2] [3] [4]

[5]

[6]

Inisial Nama Belakang. Nama Depan, “Judul Buku”. Edisi. Kota Terbit: Nama Penerbit. Tahun Terbit. https://kek.go.id/kawasan/KEK-TanjungLesung Badan Pusat statistic Kabupaten Pandeglang “Pandeglang dalam angka 2019” BPS-2019 https://kek.go.id/kawasan/KEK-TanjungLesung Bromberek, Z. (2009). Eco Resort Planning and Design For The Tropics. Oxford: Architectural Press. Keputusan Menparpostel No. 1410/11/1988 tgl 25 februari 1988, tentang ketentuan usaha dan penggolongan hotel. Bab IV pasal 15, yang berisi Penentuan Tingkat Pelayanan Resort digolongkan ke dalam 5 golongan kelas bintang) Manuel Correia Guedes “Bioclimatic Architecture in Warm Climates” Gustavo Cantuaria · 2019

[7]

Neufert,Ernest. 1992. Data Arsitek edisi kedua. Jakarta : Erlangga.

[8]

Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Pandeglang KEcamatan Panimbang


RUMAH SAKIT JANTUNG TIPE B DI JAKARTA SELATAN Rahma Sofia Yasmine1, Atiek Untarti2 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 rahmaasofia@gmail.com, ______________________________________________________________________________________________ Abstrak Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 menunjukkan 1,5% penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Adapun jika dipantau dari penyebab kematian paling tinggi di Indonesia, berdasarkan hasil survei Sample Registration System pada tahun 2014 menunjukkan sebesar 12,9% kematian dikarenakan Penyakit Jantung Koroner. Dan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan jantung yang professional dibutuhkan penataan standar pelayanan jantung yang menjadi standar untuk penyelenggara pelayanan rumah sakit jantung di semua pelayanan kesehatan di Indonesia. Implementasi standar tersebut di atas diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan jantung, sehingga angka kematian akibat penyakit jantung pun dapat diturunkan dan meningkatkan derajat kesehatan bagi bangsa Indonesia. Healing Environment akan menjadi ide gagasan atau tema perancangan yang sesuai untuk Rumah Sakit Jantung Tipe B di Jakarta Selatan. Healing Environment adalah tema desain dengan lingkungan terapi yang menggabungkan antara unsur alam, indra, dan psikologis. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan sangat banyak berperan dalam proses penyembuhan manusia yaitu sebesar 40%, adapun faktor medis sebesar 10%, faktor genetis sebesar 20% dan faktor lain sebesar 30%. Pendekatan arsitektur yang tepat untuk mendukung ide gagasan tersebut adalah Green Architecture atau Arsitektur Hijau. Dengan ide gagasan atau tema Healing Environment dan pendekatan Arsitektur Hijau ini, maka lokasi yang memungkinkan untuk mendukung faktor lingkungan adalah di daerah Jakarta Selatan. Kata Kunci: Arsitektur Hijau, Healing Environment, Rumah Sakit Jantung Tipe B In Indonesia, according to the results of Basic Health Research in 2018 showed that 1.5% of the Indonesian population suffered from coronary heart disease. Meanwhile, if it is monitored from the highest cause of death in Indonesia, according to the results of the Sample Registration System survey in 2014 it showed that 12.9% of deaths were due to Coronary Heart Disease. And to answer the challenges and needs of the community for professional cardiac services, it is necessary to arrange cardiac service standards which become the standard for heart hospital service providers in all health services in Indonesia. The implementation of the above standards is expected to improve the quality of cardiac services, so that the death rate from heart disease can be reduced and improve the health status of the Indonesian people. Healing Environment will be a suitable design idea or theme for the Type B Heart Hospital in South Jakarta. Healing Environment is a design theme with a therapeutic environment that combines elements of nature, senses, and psychology. This is because environmental factors play a very large role in the human healing process, which is 40%, medical factors are 10%, genetic factors are 20% and other factors are 30%. The right architectural approach to support these ideas is Green Architecture. With the idea or theme of Healing Environment and this Green Architecture approach, a possible location to support environmental factors is in the South Jakarta area. Keyword: Green Architecture, Healing Environment, Type B of Heart Hospital ______________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Penyakit Jantung merupakan suatu penyakit yang menyebabkan kematian paling tinggi di dunia. Menurut Data WHO (Wordl Health Organization) pada tahun 2015 menyatakan sudah sekitar 17 juta lebih manusia di dunia mengalami kematian dikarenakan penyakit ini, ataupun sebesar 31% berdasarkan kematian diseluruh dunia, sebagian besar sekitar 8,7 juta diakibatkan penyakit jantung koroner. Lebih dari 75% orang yang meninggal karena penyakit jantung umumnya terjadi di negara berkembang dengan berpendapatan sedang ataupun rendah [1]. Di Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar di Indonesia tahun 2018 memperlihatkan 1,5%

masyarakat memiliki penyakit jantung koroner. Adapun apabila dipantau berdasarkan faktor yang menyebabkan kematian paling tinggi di Indonesia, menurut hasil survey Sample Registration System pada tahun 2014 memperlihatkan 12,9% kematian dikarenakan penyakit tersebut. Untuk memberi jawaban kebutuhan publik dan tantangan terhadap layanan jantung secara professional, dibutuhkan perancangan standart layanan jantung yang merupakan standard untuk pelaksana layanan rumah sakit jantung di semua layanan kesehatan. Penggunaan standart tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu layanan jantung, dengan demikian tingkat kematian karena


penyakit jantung bisa dikurangi dan meningkatkan derajat kesehatan bagi bangsa Indonesia. [2]. Healing Environment akan menjadi ide gagasan atau tema perancangan yang sesuai untuk Rumah Sakit Jantung Tipe B di Jakarta Selatan. Healing Environment merupakan tema rancangan dengan lingkungan terapi yang menggabungkan unsur psikologis, alam, dan indera. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan sangat banyak berperan untuk menyembuhkan penyakit yakni mencapai 40%, adapun faktor genetis yaitu 20%, faktor medisnya mencapai 10%, dan faktosr lain mencapai 30%. Pendekatan arsitektur yang tepat untuk mendukung ide gagasan tersebut adalah Green Architecture atau Arsitektur Hijau. Dengan ide gagasan atau tema Healing Environment dan pendekatan Arsitektur Hijau ini, maka lokasi yang memungkinkan untuk mendukung faktor lingkungan adalah di daerah Jakarta Selatan. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Healing Environment ini dikembangkan Robert Ulrich, direktur asal di Texas A&M University, Amerika Serikat dari Center of Health Systems and Design. Pada peneltiian tersebut, tema utamanya ialah tentang dampak desain yang menekankan pada kebutuhan pasien terhadap sarana layanan kesehatan. Penelitian itu telah memberi bukti bahwasannya lingkungan pada suatu fasilitas layanan medis sangatlah memberi pengaruh terhadap mutu pemulihan pasien.[8] Healing Environment merupakan tempat dengan layanan medis yang bisa memberi waktu lebih cepat pada penyembuhan penderita yang menghubungkan dampak psikologis pasien. Implementasi konsp tersebut terhadap tempat perawatannya bisa tampak dari kesehatan pasien, yakni menumbuhkan motivasi untuk sembuh, memberi kondisi hati yang bagus, meminimalisir rasa stres atau penekanan pikiran, meminimalisir biaya pengobatan, dan percepatan waktu penyembuhan..

Tabel 1. RUMAH SAKIT PUSAT JANTUNG NASIONAL HARAPAN KITA, JAKARTA BARAT Luas 223.000M2 Tahun dibangu 1985 n A. Kelas 1 di Gedung II lt 5, Fasilitas : 2 tempat tidur elektrik, oksigen dinding, TV LCD 20“, AC, lemari pakaian, lampu baca, oksigen dinding, nakas, kamar mandi dengan air panas dan dingin, dan Wi-Fi. B. Kelas 2 di Gedung II lt 4, Fasilitas : 4 tempat tidur, lemari penyimpanan barang, kamar mandi Fasilitas dengan air panas dan dingin, AC sentral, 1 kursi tunggu, nakas, lampu baca, oksigen dinding, dan Wi-Fi. C. Kelas 3 di Gedung II lt 3 (2302, 2310) Fasilitas : 5 tempat tidur standar, kamar mandi dengan air panas dan dingin , meja makan pasien,1 kursi tunggu, meja nakas, AC sentral, lampu baca, oksigen dinding, dan Wi-Fi.

Interior

Gambar 2. Farmasi Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

Gambar 3. Lobby Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

Eksterior Gambar 1. Environment

Contoh

Bangunan

Healing

Adapun studi preseden yang telah di analisis dibawah ini maka dapat diambil acuan untuk kebutuhan ruang pada rumah sakit jantung, dilihat dari fasilitas yang tersedia, sebagai berikut :

Gambar 4. Fasad Bangunan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita


Tabel 2. JAKARTA HEART CENTER

dibangun

10.000m2

Luas Tahun dibangun

Fasilitas

2008 • • • • • • • • • •

Keteterisasi Jantung Anak Keteterisasi Jantung Dewasa Operasi Jantung Anak Operasi Jantung Dewasa Unit Gawat Darurat Rehabilitasi Jantung CT-Scan dan Echocardiography Poli Gigi Catering Sehat Poliklinik Griya Kardia

Fasilitas

Gambar 5. Ruang Tunggu Jakarta Heart Center Interior

Perawatan: • IGD • Rawat Jalan • Rawat Inap • ICU • Hostel • Pemeriksaan penunjang jantung Operasi Pembedahan: • Cath laboratorium • Bedah jantung Medical Check Up Jantung: • Konsultasi • Laboratorium • Treadmill • Tes

Gambar 8. Hostel Rumah Sakit Jantung Binawaluya Interior

Gambar 9. Farmasi Rumah Sakit Jantung Binawaluya

Gambar 6. Lobby Jakarta Heart Center

Eksterior

Eksterior

Gambar 10. Fasad Rumah Sakit Jantung Binawaluya METODOLOGI PERANCANGAN Gambar 7. Fasad Bangunan Jakarta Heart Center

Tabel 3. RUMAH SAKIT JANTUNG BINAWALUYA Luas Tahun

10.000m2 2004

1. STUDI LITERATUR Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur digunakan untuk mendapatkan data berupa fakta dan teori yang relevan dengan permasalahan yang ditemukan. Studi literatur menghasilkan hasil sebuah referensi, yang berisikan mengenai: • Tinjauan Lokasi Perancangan • Tinjauan Rumah Sakit Jantung • Tinjauan Tema Perancangan


2. SURVEI DAN OBSERVASI Pengumpulan data yang dilakukan melalui studi literatur dari web https://jakartasatu.jakarta.go.id/ Secara online. Survei dan observasi dilakukan mengamati tapak yang akan dibangun dan pengamatan pada preseden bangunan yang terkait. Berdasarkan analisis dari peraturan yang ada di DKI Jakarta Sub Zona untuk Rumah Sakit, masuk ke dalam Sub Zona S.2 (Prasarana Kesehatan). Dengan Zona nya Pelayanan Umum dan Sosial. PERANCANGAN Berdasarkan hasil analisa dari dua alternatif tapak yang berdasarkan Analisa dalam bentuk tabel penilaian, lokasi terpilih pembangunan Rumah Sakit Jantung Tipe B di Jakarta Selatan adalah alternatif tapak 2 yang berada di Jl. Tulodong Atas, Senayan Kec.Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta dengan luas tapak sebesar 11.277,44 m2. Memiliki akses yang mudah dicapai dengan kendaraan pribadi dan alternatif kendaraan umum menggunakan taksi dan kendaraan online. Peruntukan tapak berada pada kawasan Perumahan KDB Sedang-Tinggi dan Kawasan Perkantoran, Perdagangan, dan Jasa. Lokasi sekitar sangat mendukung guna potensi pengguna bangunan yaitu berdekatan dengan kawasan perumahan penduduk dan kawasan komersil.

Fasade mengahadap kearah Barat. Oleh karena itu, fasade pada bangunan ditambahkan tanaman gantung dan pilat rigid yang berfungsi mereduksi panas matahari.

Gambar 13. Konsep Fasade Vegetasi pada area site ditandai dengan bidang dengan warna rumput/ hijau.

Gambar 14. Konsep Vegetasi Pada Lahan Sirkulasi pada area site menggunakan lajur searah jarum jam, dengan pintu masuk dari sisi depan dan samping, lalu keluar pada sisi depan yang lain.

Gambar 11. Lokasi Tapak Rumah Sakit Jantung Tipe B di Jakarta Selatan Drainase dialirkan melalui saluran sekitar bangunan, kemudian diarahkan ke araah bak control dan disalurkan ke Riol Kota. Gambar 15. Konsep Sirkulasi STRUKTUR DAN KONSTRUKSI a.

Sistem Struktur Bawah Pondasi yang dapat digunakan adalah pile cap dan bor pile.

Gambar 12. Konsep Drainase


pengantarnya penumpang bersifat konvensional yang digunakan untuk lalu lintas dalam bangunan. b. Tangga darurat Tangga darurat berfungsi untuk mempermudah evakuasi ketika terjadinya hal darurat. Tangga darurat harus tahan api dengan pintu bukaan kearah luar. 2.

Distribusi air Air bersih Sumber air bersih berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan penyimpanan air (roof tank and ground tank) yang disalurkan ke setiap unit ruang yang membutuhkan a.

Gambar 16. Struktur pondasi pile cap dan bore pile b.

Sistem Struktur Tengah Pada sistem struktur tengah menggunakan kolom dan balok beton bertulang.

Gambar 17. Sistem Struktur Tengah

Gambar 19. Sistem Distribusi Air Bersih b.

Air Kotor Jalur distribusi air kotor pada bangunan Rumah Sakit ini berada pada bak kontrol kemudian di alirkan ke septic tank. Air kotor pada setiap bangunan berasal dari toilet, floor drain, wastafel dan kitchen sink.

c.

Sistem Struktur Atas Struktur atas bangunan menggunakan dak beton.

Gambar 20. Sistem Distribusi Air Kotor Gambar 18. Atap Dak Beton

c.

Air hujan Air hujan akan dialirkan menuju bak penampungan yang selanjutnya dipakai.

MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING Analisis bagian-bagian MEP yaitu: sistem transportasi bangunan, plumbing (distribusi air), tata udara,tata suara, fire alarm, komunikasi, penangkal petir dan system keamanan. 1.

Transportasi bangunan. Lift penumpang Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar pintunya tidak kurang dari 1,20 m untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan stretcher bersama-sama dengan a.

3.

Tata udara Penghawaan alami yang digunakan adalah dengan dibuat bukaan-bukaan pada arah datangnya angin dan akan dibuat jalur angin dengan sistem ventilasi. Penghawaan buatan menggunaan AC.. 4.

Tata cahaya Pencahayaan alami menggunakan bukaan bangunan pada sisi barat bangunan. Pencahayaan buatan menggunakan lampu didalam bangunan


5.

Sistem fire alarm • Adanya penunjuk arah berupa papan titik kumpul. • Adanya saluran ventilasi dengan sistem pengendalian asap secara otomatis. • Adanya alat pendektesi kebakaran, hidran, pore hidran, sprinkle, dan pasokan air.

6.

Jaringan komunikasi Jaringan komunikasi internal menggunakan media pengeras suara sebagai panggilan otomatis. jaringan komunikasi eksternal menggunakan telepon dan internet.

Gambar 22. Denah Bangunan

7.

Jaringan penangkal petir Penempatan penangkal petir pada beberapa titik atap bangunan. 8.

Sistem Keamanan Sistem keamanan menggunakan CCTV pada beberapa titik ruangan yang membutuhkan sistem keamanan lebih. Konsep yang telah dibuat menjadi dasar yang digunakan dalam proses perancangan. Hasil dari perancangan berupa gambar kerja, seperti blokplan, siteplan, denah, tampak, potongan, detail dan disertai dengan gambar perspektif.

Gambar 23. Tampak Bangunan (1)

Gambar 24. Tampak Bangunan (2)

Gambar 20. Blokplan Bangunan

Gambar 25. Tampak Bangunan (3)

Gambar 21. Siteplan Bangunan

Gambar 26. Tampak Bangunan (4)


Gambar 31. Detail Interior (3) Gambar 27. Potongan Bangunan (1 dan 2)

Gambar 32. Detail Interior (4)

Gambar 28. Potongan Bangunan (3 dan 4)

Gambar 33. Perspektif Interior (1) Gambar 29. Detail Interior (1)

Gambar 34. Perspektif Interior (2) Gambar 30. Detail Interior (2)


Gambar 35. Perspektif Mata Manusia

Gambar 36. Perspektif Mata Burung

KESIMPULAN Rumah Sakit Jantung Tipe B di Jakarta Selatan ini menggunakan konsep perancangan dengan tema Healing Environment yang merupakan lingkungan fisik fasilitas kesehatan yang dapat mempercepat waktu pemulihan kesehatan pasien atau mempercepat proses adaptasi pasien dari kondisi kronis serta akut dengan melibatkan efek psikologis pasien di dalamnya. Dengan membuat Ruang terbuka hijau di dalam bangunan, serta menambahkan tanaman rambat pada sekitar dinding rumah sakit yang bertujuan untuk mereduksi panas dari sinar matahari. DAFTAR PUSTAKA Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Online di: https://www.kemkes.go.id/article/view/18111200002/ rs-jantung-harapan-kita-pengampu-rujukankardiovaskular.html; Diakses pada 16 Oktober 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Khusus. Online di: https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/p mk102015.pdf; Diakses pada 16 Oktober 2020. Rencana Strategis Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2017-2022. Online di: https://selatan.jakarta.go.id/files/files-renstrawalikota-jaksel-final20190917.pdf; Diakses pada 16 Oktober 2020.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Online di: https://kesmas.kemkes.go.id/perpu/konten/uu/uunomor-44-tahun-2009-ttg-rs; Diakses pada 16 Oktober 2020. Dharmatanna, Stephanus Wirawan. 2016. LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT. S1 Thesis, UAJY. Lidayana, V., Alhamdani, M., & Pebriano, V. 2013. Konsep dan Aplikasi Healing Environment dalam Fasilitas Rumah Sakit. Jurnal Teknik Sipil UNTAN, 417-428. Murphy, Jenna. 2008. The Healing Environment. Pinterest. Online di: http://pinterest.com; Diakses pada 16 Oktober 2020. Siregar, Muhammad Ihsan (2011) Rumah Sakit Pendidikan(Kelas Satelit) Tema: Green Architecture. S1 thesis, Universitas Mercu Buana. Pinterest. Online di: https://www.pinterest.se/pin/540432024013336841; Diakses pada 16 Oktober 2020. Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Online di: https://www.pjnhk.go.id/profil/tentang-kami; Diakses pada 16 Oktober 2020. Google Earth. Online di: https://www.google.com/maps/place/National+Cardi ovascular+Center+Harapan+Kita/; Diakses pada 16 Oktober 2020. Jakarta Heart Center. Online di: https://www.jakartaheartcenter.com/tentang-kami; Diakses pada 16 Oktober 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016. Online di: https://kesmas.kemkes.go.id/perpu/konten/permenkes /pmk-no.24-tahun-2016; Diakses pada 3 Maret 2020.


PERANCANGAN PACUAN KUDA DI KUNINGAN JAWA BARAT 𝐑𝐞𝐤𝐚𝐬 𝐃𝐰𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐦𝐚𝐧𝐚𝟏 𝐊𝐢𝐤𝐢 𝐊 𝐋𝐞𝐬𝐭𝐚𝐫𝐢𝟐 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila rekasdwip16@gmail. com1 kiki_lestari@univpancasila. ac. id2

Abstrak Pacuan Kuda merupakan salah satu fasilitas yang digunakan untuk pertandingan balap kuda atau gelanggang tempat kuda berpacu. Kuningan menjadi salah satu kota dengan jumlah kuda terbanyak, oleh karena itu Kuningan memiliki tradisi pertandingan pacuan kuda setiap tahunnya. Akan tetapi belakangan ini tradisi tersebut sudah mulai ditinggalkan karena Kuningan tidak lagi memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk melaksanakan pertandingan tersebut, untuk itu perlunya rancangan desain pacuan kuda yang baik dengan fasilitas yang memadai segala kebutuhan untuk pacuan kuda, sehingga pacuan kuda ini juga bisa menjadi objek wisata Kuningan yang bisa menarik pengunjung dari warga dalam maupun luar kota. Kata Kunci: pacuan kuda, objek wisata, ramah lingkungan Abstract Horse Racing is one of the facilities used for horse racing matches or an arena where horses race. Kuningan is one of the cities with the highest number of horses, therefore Kuningan has a tradition of horse racing competitions every year. However, lately this tradition has begun to be abandoned because Kuningan no longer has adequate facilities to carry out the competition, for that it is necessary to design a good horse racing design with adequate facilities for all needs for horse racing, so that this horse race can also be a Kuningan tourist attraction that can attract visitors from inside and outside the city. Keywords: hourse racing, tourist attraction, eco-friendly

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

Kota Kuningan merupakan suatu kota yang berada di wilayah Jawa Barat. Kota kuningan sendiri memiliki maskot berbentuk kuda. Salah satu kebudayaan yang dari dulu hingga sekarang masih diselenggarakan yaitu pacauan kudanya yang setiap tahunnya diselenggarkan untuk memperingati hari jadinya Kota Kuningan. Akan tetapi kurangnya upaya dari pemerintah membuat pacuan kuda Kuningan terlihat kumuh dan berdebu, kurangnya fasilitas pun membuat masyarakat enggan untuk melihat lomba pacuan kuda.

Kabupaten Kuningan merupakan bagian dari wilayah bagian Provinsi Jawa Barat yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan UndangUndang No. 14 Tahun 1950. Secara geografis Kabupaten Kuningan terletak pada 60 46’53,935”-70 11’42,601” Lintang Selatan 1080 23’2,088”-1080 47’40,946” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukannya sebuah fasilitas pacuan kuda di Kota Kuningan termasuk juga fasilitas yang ada di dalamnya agar masyarakat tertarik untuk myaksikannya. Oleh karena saat ini merupakan era modern, maka perlu pemikiran untuk memadukan zaman modern dengan tradisi balap kuda yang teah ada untuk menarik perhatian masyarakat untuk mengunjungi pacuan kuda tersebut. Perancangan pacuan kuda ini seharusnya mampu menarik pengunjung dari berbagai daerah baik di Kuningan sendiri maupun diluar kota, sebab kota Kuningan sudah mulai memiliki berbagai wisata dan menjadi kota wisata sehingga memiliki potensi pacuan kuda ini bisa menjadi tempat wisata

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat

Secara administratif, Kabupaten Kuningan mempunyai luas 1.195,71 km2 atau 3,38% dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat., yang terbagi dalam 32 kecamatan dan 376 desa/kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Cibingbin dengan luas 70,91 km2 atau 5,93% dari luas Kabupaten Kuningan. Sedangkan


yang memiliki wilayah terkecil adalah Kecamatan Sindangagung dengan luas 3,12 km2 atau 1,10% dari luas Kabupaten Kuningan [1].

Gambar 1 Peta Administrasi Kota Kuningan Sumber : Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Kuningan Tahun 2015 - 2019

Pengertian Bangunan Pacuan Kuda Pacuan kuda adalah lomba dimana seorang joki mengendarai atau menunggangi kuda untuk mencapai garis finish secepatnya dengan lintasan yang telah ditentukan. Awalnya pacuan kuda sering menggunakan kereta-kereta, dan ini biasa dilakukan pada zaman kekaisaran romawi. Selain itu pacuan kereta kuda ini juga terdapat dalam berbagai mitologi di wilayah Eropa. Pacuan kuda sering berkaitan dengan judi, kerena dari sanalah pendapatan utama bagi penyelenggara. Selain itu pacuan kuda juga disebut dengan Olahraga Raja [2]. Macam-macam Pacuan Kuda • Polo Berkuda Sejak tahun 525 SM beberapa negara di Timur Tengah telah mengenal permainan polo berkuda. Kemudian olahraga ini dikenalkan ke Amerika pada tahun 1883. Objek dari permainan ini adalah memasukan bola ke gawang tim musuh dengan menggunakan tongkat kayu, yang setiap timnya terdiri dari empat orang dimana masing-masing pemain berada di atas kuda. • Gymkhana Berkuda Gymkhana merupakan permainan berkuda yang kebanyakan dilakukan oleh penunggang remaja. Dalam kecepatan tinggi penunggang melewati atau mengitari rintangan (Barrel Race) atau melakukan permainanpermainan lainnya dengan menunggang kuda. • Equestrian Seperti halnya olahraga berkuda lainnya ketangkasan berkuda adalah olahraga yang melibatkan kuda dan atlitnya harus sering berinteraksi agar terjalin kerja sama dan kasih saying antara keduanya serta tercipta kedisiplinan dan perhatian satu sama lain [3]. Syarat Arena Berkuda Syarat arena pacuan kuda sesuai standar track pacu nasional yaitu harus memiliki Panjang track 1200 M dan lebar 10 – 16 M, dengan alternatif landasan bisa

menggunakan pasir, rumput. Dan juga tanah basah. Adapun fasilitas-fasilitas utamanya yang diperlukan pada arena pacuan kuda diantarnya: • Track Pacu Track Pacu adalah jalur melingkar berbentuk oval, lebarnya antara 10 -16 M dengan Panjang 1200M sebagai jalur pacuan kuda. Sesuai aturan PORDASI kuda lari mengelilingi track dengan arah searah jarum jam.. • Tribun Penonton Tribun penonton yaitu tempat berkumpulnya para pengunjung atau penonton dengan menduduki kursi yang sudah disiapkan. • Stall Paddock Adalah suatu area di lapangan pacuan kuda dimana kuda-kuda menunggu pacuan dimulai. Kuda-kuda akan berjalan beriringan sesuai dengan nomor punggung masing-masing. • Kandang Kandang sangat dibutuhkan untuk menampung kudakuda yang berada di lapangan baik dari kuda ternak maupun kuda peserta lomba balap kuda sebagai tempat sementara, sehingga kadnang ini dibagi menjadi 2 yaitu kendang permanen dan kendang sementara. • Startgate Startgate adalah peralatan untuk melakukan start dalam suatu lomba. Bentuknya adalah rangkaian besi untuk memasukan kuda dan atlitnya sebelum aba-abar “start” dilakukan. • Band Band adalah pembatas track pacu terbuat dari kayu, fiber, beton atau besi atau bahkan tali temali yang terangkai mengelilingi track pacu. • Photo Finish Photo Finish adalah suatu peralatan photography yang dipasang di garis finish untuk merekam kuda-kuda yang masuk garis finish. • Control Tower Control Tower adalah Menara untuk Dewan Steward sebagai tempat melakukan control atas jalannya lomba [4]. Syarat Pacuan Kuda Saat ini PORDASI menerapkan peraturan baru hasil Revisi Rakermas PORDASI Tahun 2014 yang di selarskan dengan Peraturan Pacuan Kuda Nomer : 05 A/PP/KP/2003 Tentang ketentuan ukuran ketinggian sebagai berikut: • Kelas A : 159 – 163,5 cm • Kelas B : 154 – 158,9 cm • Kelas C : 149 – 153,9 cm • Kelas D : 144 – 148,9 cm • Kelas E : 140 – 143,9 cm • Kelas F : 135 – 139,9 cm Dengan adanya peraturan ukuran ketinggian kuda maka pemilik kuda tidak perlu khawatir akan terjadinya kecuarangan karena sebelum dilakukan pertandingan kuda-kuda tersebut diukur terlebih dahulu lalu di kelaskan sesuai dengan ketinggian kuda, sehingga dapat bersaing dengan adil dan sportif [5].


Tema Back to Nature dan Pendekatan Biophilic Konsep Kembali ke Alam atau Back to Nature adalah konsep arsitektur dengan pemanfaatan potensi alam untuk menjaga dan mengembangkan sumber daya alam yang ada serta pengaplikasiannya terhadap perancangan bangunan yang ramah lingkungan dan menggunakan aksen alam [6].

- Tempat Pelatihan Kuda Tabel 1. Studi Preseden Pacuan Kuda Sumber : Journal.untar.ac.id, Google Image, dan Analisis Pribadi, 2021.

The Meydan Racecourse NO INDIKATOR 1. Konsep

Biofilia, merupakan kecenderungan manusia menyukai alam sebagai bawaan alamiah manusia dalam berafiliasi melalui proses yang terjadi dengan alam seperti ketergantungannya dengan kehidupan dan benda yang menjadi sumber kehidupannya yang semuanya itu merupakan lingkungan yang asli dan bukan buatan manusia. [7]. Dengan pendekatan tema Biophilic Design yang dapat menciptakan ruang-ruang yang restoratif bagi fisik manusia, menyehatkan sistem syaraf, dan menampilkan vitalitas kehidupan yang estetik. Pemenuhan kebutuhan fisiologis manusia (kenyamanan) melalui pendekatan desain bioklimatik, sedangkan pemenuhan kebutuhan psikologis manusia (kesehatan dan ketenangan) melalui pendekatan desain biophilik [8].

STUDI BANDING

Konsep berasal dari burung elang yang melambangkan kecepatan dan ketegasan. 2.

Fasad

3.

Siteplan

4.

Fasilitas

Fasad yang menonjol dalam pacuankuda ini adalah curtain wall yang melengkung, serta railing dari kaca.

Studi Preseden Pacuan Kuda Jakarta International Equestrian Park NO INDIKATOR STUDI BANDING 1. Konsep

2.

3.

4.

Fasad

Penerapan konsep green dengan material dan desain yang dibuat ramah lingkungan dan tidak merusak sekitar. Unsur yang paling menonjol pada JIEP ialah penggunaan material yang mendominasi seluruh permukaan bangunan yang terdiri dari Baja, kaca, dan ACP.

-Istal kuda mewah -Museum balap -20000 tempat duduk -Arena Balap Kuda Tabel 2. Studi Preseden Pacuan Kuda Sumber : Archdaily.com, Google Image, dan Analisis Pribadi, 2021.

Royal Ascot NO INDIKATOR 1. Konsep

Siteplan

Fasilitas

-Hotel bintang 5

2.

Fasad

3.

Siteplan

4.

Fasilitas

STUDI BANDING

Konsep menyerupai bentuk cincin parade Penggunaan fasade curtain wall yang memanjang.

- 1500 Tempat - duduk 156 Kandang kuda - Rumah Sakit Hewan - Hotel -Arena Balap Kuda - Arena Sepeda - Taman

-30000 tempatduduk -Restoran -Arena balap kuda

Tabel 3. Studi Preseden Pacuan Kuda Sumber : Archdaily.com, Google Image, dan Analisis Pribadi, 2021.


PERANCANGAN Standar Lokasi Perancangan Sebagai standar lokasi perancangan, RTRW Kota Kuningan sangat penting sebagai pedoman dalam standar – standar luasan dan sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan pembangunan yang ada di wilayah Kota Kuningan [13]. Kedudukan RTRW Kabupaten adalah sebagai pedoman : a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten dan rencana sektoral lainnya; b. pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah Kabupaten; c. perwujudan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kabupaten; d. penetapan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan Pemerintah Kabupaten, masyarakat, dan swasta; e. penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten; f. pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi; dan g. administrasi pertanahan. Ketentuan umum untuk intensitas pemanfaatan ruang lahan meliputi: a. KDB maksimal 70% b. KLB ketinggian bangunan maksimal 3 lantai c. GSB bagian depan bangunan 7 – 12 meter, bagian sisi dan belakang 4 – 8 meter. d. KDH minimal 30% 15% [9].

Gambar 2. Bentuk Site Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Pemilihan site berdasarkan analisis potensi site dari beberapa alternatif site, terpilihnya site ini dikarenakan potensi site yang lebih baik dari alternatif lainnya. Bentuk site berdasarkan fleksibilitas lahan, dengan terbentuknya site ini diharapkan bisa digunakan semaksimal mungkin. Lokasi : Jl. Bojong Linggajati Sangkhanurip , Kecamatan Cigandamekar, Kuningan. Luas Lahan : 116000 m2 Lebar Jalan : 10 meter GSB : 7 meter KDB : 70% = 81200 m2 KLB : 3 m2 KDH : 30% KB : 4 lantai Peruntukan tapak berada di Kawasan wisata, dan lokasi sekitar sangat mendukung guna potensi pengguna bangunan yaitu berdekatan dengan pemukiman dan area wisata. Konsep Site

METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan untuk menyusun skripsi yang berjudul “Perancangan Pacuan Kuda di Kuningan, Jawa Barat” dengan menggunakan studi literatur, serta survey dan observasi lapangan, berikut penjelasan mengenai metode yang digunakan: • Studi Literatur serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian yang sesuai dengan topik yang dipakai. Dalam penyusunan skripsi ini, studi literatur yang dicari berkaitan dengan Perancangan Pacaun Kuda di Kuningan, Jawa Barat. • Survey dan Observasi Lapangan Kegiatan mengamati dan mencari data yang di perlukan untuk skripsi secara langsung di lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk mencari lokasi tapak perancangan dengan memperhatikan ukuran tapak, kondisi tapak, kondisi sekitar tapak, dan lain-lain.

Gambar 3. Zonasi Site Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Zonasi dibagi menjadi 4 bagian Zona public hijau, yang diperuntukan sebagai taman dan juga dibuat untu are kuda beristirahat, Lalu berikutnya zona servis, berada di dalam bangunan seperti entrance, exit, dan servis lainnya. Lalu ada pada site seperti entrance, exit, dan area parkir. Lalu ada zona semi public, yang berada di dalam bangunan yang memuat fasilitas-fasilitas bangunan. Yang terakhir ada zona private, yang akan dijadikan stable dan track pacunya.


Konsep Vegetasi

View terbaik dari dalam keluar berada di bagian barat tapak, yaitu view berupa gunung ciremai, sehingga pada bagian barat akan dibuat banyak bukaan. Lalu untuk view dari luar ke dalam berada pada bagian utara dan timur, karena bagian tersebut menjadi lalu Lalang kendaraan dan dilihat banyak orang, oleh karena itu pada bagian tersebut akan dijadikan muka bangunan.

Gambar 7. Konsep Drainase Sumber: Diolah Pribadi, 2021 Gambar 4. Konsep Vegetasi Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Sudah terdapatnya pepohonan pada site, sehingga hal tersebut dimanfaatkan sebagai buffer bangunan, lalu pada site dibuat banyak zona hijau, baik taman maupun area kuda, untuk mendukung tema back to nature.

Limbah pada bangunan sebelum dibuang akan dilakukan filtrasi terlebih dahulu, sehingga air yang dibuang menjadi bersih dan bisa di pakai kembali. Konsep Bangunan

Konsep Sirkulasi

Gambar 8. Gubahan Massa Sumber: Diolah Pribadi, 2021

U Gambar 5. Konsep Sirkulasi Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Entrance dan exit diletakan pada bagian utara tapak, karena pada daerah tersebut sangat minim lalu lalang kendaraan. Setelah masuk site sirkulasi dibuat beberapa arah, ada yang langsung menuju parkir, ada juga ada yang langsung menuju drop off, dan juga loading dock. Area parkir diletakan di depan tribun dan di sebelah tribun agar memudahkan pengunjung yang masuk.

Gambar 9. Fasade Sumber: Analisis Pribadi, 2021 Gambar 6. Konsep View Sumber: Diolah Pribadi, 2021

U

Bentuk dasar yang diambil yaitu berupa track pacu kuda yang berbentuk oval, bantuk ini bukan hanya untuk satu massa bangunan, melainkan untuk beberapa massa bangunan yaitu tribun, stable, wisma atlet, dan galeri. Fasad

Gambar 9. Poly Wood Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Fasad berupa poly wood, yang digunakan sebagai sun shading, tidak menggunakan kayu asli dikarenakan untuk mencega banyaknya pohon yang dutebang untuk kayu tersebut.


cahaya yang masuk pada siang hari dan tidak memerlukan lampu lagi. Konsep Struktur

Gambar 10. Curtain Wall Sumber: Google Image, 2021

Curtain wall digunakan sebagai bukaan dan cahaya matahari masuk. Ornamen Gambar 14. Pondasi Sumber: Google Image, 2021

Gambar 11. Ornamen Kuda Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Ornamen berupa patung kuda yang diletakan paa bagian entrance tapak yang berguna untuk melambangkan dari kuningan itu sendiri, yang terkenal sebagai Kota Kuda.

Ada dua jenis pondasi yang akan digunakan yaitu pondasi tiang pancang dan plat setempat, pondasi tersebut digunakan karena Sebagian site adalah tanah persawahan sehingga pondasi ini diperlukan untuk mencapai tanah terdalam yang cukup keras, sehingga pondasi menjadi lebih kokoh. Penggunaan pondasi tiang pancang yaitu pada bangunan tribun dan wisma atlet, sedangkan pondasi plat setempat akan di terapkan untuk bangunan galeri dan stable.

Gambar 15. Atap Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Atap menggunakan struktur rangka batang, dengan dibuat memanjang kebagian depan dan belakang bangunan, sehingga bagian tribun dan entrance akan tertutupi secara penuh. Atap ini di terapkan untuk bangunan tribun dan stable. Gambar 12. Roof Garden Sumber: Google image, 2021

Dibuatnya roof garden untuk mendukung tema back to nature dengan pendekatan biophilic, roof garden ini akan membuat bangunan lebih hijau dan sejuk. Roof garden ini akan diterapkan pada rooftop wisma atlet dan galeri. Gambar 16. Sistem Roof Garden Sumber: Google image, 2021

Gambar 13. Panel Surya Sumber: Google Image, 2021

Penggunaan panel surya untuk meminimalisir penggunaan listrik, ditambah dengan adanya bukaan bangunan yang cukup banyak sehingga banyaknya

Pada bagian dak bangunan nantinya akan dibuat roof garden menggunakan system resapan air tersebut, sehingga bangunan bisa menampung air hujan yang turun untuk tumbuhan pada roof garden. Sistem ini diterapkan pada bangunan wisma atlet dan galeri.


Konsep Utilitas Bangunan

Lokasi site berada pada tanah lapang berupa persawahan sehingga petir memungkinkan untuk menyambar sekitar tapak, oleh karena itu penggunaan penangkal petir pada bangunan sangat dibutuhkan untuk keamanan bangunan dan juga sekitar

Gambar 21. Utilitas tapak Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 17. Sistem Transportasi Vertikal Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Transportasi vertikal menggunakan lift, elevator, dan tangga. Pada bagian yang ditandai merah bagian tersebut letak dimana lift, elevator dan tangga utama beroperasi, untuk bagian biru merupakan tempat tangga darurat beroperasi

Gambar 18. Panel Sumber: Google image, 2021

Mekanikal elektrikal akan menuju sub panel, lalu listrik dialirkan menuju lampu jalan and lampu taman pada site, Lalu pompa air menuju water tank lalu dialirkan ke setiap tapak untuk sprinkle penyiram tanaman dan hydrant. Lalu shaft air kotor menuju septick tank dan di filtrasi terlbih dahulu baru dibuang menuju drainase atau dimanfaatkan kembali.

Gambar 17. Panel Sumber: Google image, 2021

Akan dibuat panel yang diletakan pada lantai satu tribun yang digunakan untuk kebutuhan, dan juga sebagai tempat menyimpan genset untuk simpanan listrik dari panel surya.

Gambar 22. Alarm Kebakaran Sumber: Google image, 2021

Gambar 21. Alarm Kebakaran Sumber: Google image, 2021

Gambar 19. AHU dan Plumbing Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Alarm kebakaran berada di setiap massa bangunan, yang di alirkan menggunakan sprinkle yang tersebar di setiap plafon bangunan. Gambar Teknik

AHU dan plumbing diletakan pada core bangungan untuk mempermudah jalur utilitas.

Gambar 19. Sistem penangkal listrik Sumber: Data Pribadi, 2021

Gambar 20. Penangkal Petir Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 23. Masterplan Sumber: Data Pribadi, 2021


Denah Tribun

Denah Galeri

Gambar 26. Galeri Sumber: Data Pribadi, 2021

Gambar 27. Denah Galeri Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Potongan Tribun

Gambar 24. Denah Tribun Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Denah Stable

Gambar 29. Potongan Tribun Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 25. Denah Stable Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Potongan Stable

Denah Wisma Atlet

Gambar 26. Denh Wisma Atlet Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 28. Potongan Stable Sumber: Data Pribadi, 2021


Potongan Wisma Atlet

Tampak Stable

Gambar 32. Tampak Stable Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Tampak Wisma Atlet Gambar 29. Potongan Wisma Atlet Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Potongan Galeri

Gambar 33. Tampak Wisma Atlet Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Tampak Galeri

Gambar 30. Potongan Galeri Sumber: D Pribadi, 2021

Gambar 34. Tampak Galeri Sumber: Data Pribadi, 2021

Perspsektif Eksterior Tampak Tribun

Gambar 31. Tampak Tribun Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 35. Mata Burung Sumber: Diolah Pribadi, 2021


Gambar 36. Tribun Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 42. Kamar Wisma Atlet Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 37. Stable Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 43. Stable Sumber: Diolah Pribadi, 2021

KESIMPULAN Untuk merancang sebuah pacuan kuda sangat dibutuhkan banyaknya studi banding dan juga harus memikirkan bagaimana mengkombinasikan pacuan kuda dengan fasilitas yang lain dan teap menjaga alam agar menarik perhatian masyarakat baik dalam kota maupun luar kota. Gambar 38. Wisma Atlet Sumber: Diolah Pribadi, 2021

DAFTAR PUSTAKA [1] P.K. Kuningan, "Rencana Program Investasi Jangka

Gambar 39. Galeri Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Gambar 40. Taman Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Perspektif Interior

Gambar 41. Ruang VIP Tribun Sumber: Diolah Pribadi, 2021

Menengah (RPIJM)," Bab II Profil Kabupaten Kuningan, Tahun 2015 – 2019 [2] Grolier, The New Grolier Webster International Dictionary of The English Language; 1972, New York [3] Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek, Jilid 2, Edisi 33. Alih bahasa Dr. Ing Sunarto Tjahjadi. Jakarta. Erlangga. [4] Wardana Fradyanto, Perancangan Arena Pacuan Kuda Bima di Kota Bima, 2017 Malang [5] PP Pordasi No.05/A/PP/KP/2003 tentang Peraturan Pacuan dan Petunjuk Pelaksanaan Kejuaran Nasional Pacuan Kuda [6] Habriani, Fina. 2013. Acuan Perancangan Perencanaan Hotel Wisata Pantai Nirwana dengan Pendekatan Konsep Back to Nature. Kendari [7] Mangunjaya, Fachruddin M. 2008. Bertahan di Bumi, Gaya Hidup Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. [8] Ir. Jimmy Priatman.,MArch, LEED GA.Konsep Desain Biophiliasebagai dimensi hijau pada asritektur berempatik.Makalah seminar nasional 2012 hal : 35. [9] Populous.com, diakses pada 21 Oktober 2020



PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU Inggrid Pansya Ayuningrum1 Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila 1 inggridayuningrum26@gmail.com

_________________________________________________________________________________ Abstrak Pada tempo dulu Citayam adalah sebuah nama area di Kota Depok. Area ini di masa kini bisa disebut mencakup seluruh lahan yang berada di Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Kecamatan ini terdiri dari Kelurahan Pondok Terong, Ratu Jaya, Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya. Pada tahun 1999 lima desa ini (yang kini telah berstatus kelurahan) dipisahkan dari kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor dan digabungkan menjadi bagian dari Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Kemudian tahun 2011 lima desa ini menjadi Kecamatan Cipayung.. penataan kawasan desa raga jaya citayam kota depok ini adalah kawasan hijau. Tema kawasan hijau ini dipilih berfungsi dan menjadi peran khusus pada kawasan raga jaya citayam kota depok Yang direncanakan dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman dan vegetasi agar dapat berperan dalam mendukung fungsi ekologis, sosial budaya dan arsitektural sehingga dapat memberi manfaat yang baik bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pada kawasan raga jaya citayam kota depok ini termasik kawasan dengan ciri kekotaan yang senantiasa diharapkan kondisi ini menurunnya kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau yang dapat di alokasikan, karena desakan pertumbuhan sarana dan prasarana kota, sebagai konsekuensi nya meningkatnya kebutuhan warga kota akan tempat kegiatan. Maka dari itu ada beberapa manfaat yang di harapkan dari penataan kawasan desa raga jaya yang bertema kawasan hijau adalah menjadikan sarana untuk mencerminkan identitas (citra) daerah, sarana penelitian, Pendidikan dan penyuluhan, sarana rekreasi aktif dan rekreasi pasif serta interaksi sosial, meningkatkan nilai ekonomis lahan perkotaan, menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah, sarana aktivitas sosial bagi semua kalangan, memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. Upaya perencanaan kawasan hijau dilakukan melalui pengaturan dan uapaya memberi arah pada berbagai kegiataan pembangunan Kata Kunci: kawasan hijau, Penataan, Situ Citayam __________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN [Times New Romas 10, Bold] Pada tempo dulu Citayam adalah sebuah nama area di Kota Depok. Area ini di masa kini bisa disebut mencakup seluruh lahan yang berada di Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Kecamatan ini terdiri dari Kelurahan Pondok Terong, Ratu Jaya, Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya. Pada tahun 1999 lima desa ini (yang kini telah berstatus kelurahan) dipisahkan dari kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor dan digabungkan menjadi bagian dari Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Kemudian tahun 2011 lima desa ini menjadi Kecamatan Cipayung

Gambar 1.Peta Citayam Tempo Dulu Sumber: Poesta Depok

Memerhatikan potensi serta peningkatan pertumbuhan fisik secara pesat sering terjadi di daerah perkotaan, maka dilakukan penanganan atau penataan yang mengutamakan pada Kawasan yang padat, yaitu Kawasan pesisir, Kawasan pusat perdagangan, pemukiman campuran, atau pada Kawasan yang kondisi geografisnya membutuhkan perhatian khusus. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar Kawasan lindung, baik berupa Kawasan perkotaan maupun pedesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.. Berkembangnya pemukiman di Kawasan depok. Depok merupakan Kawasan yang sangat stategis karena letaknya dilalui oleh sungai ciliwung serta berada di tengah-tengah Jakarta dan bogor. Sebuah Kawasan yang ramai dilalui. Lokasi yang strategis ini juga mengakibatkan permukiman di Kawasan depok cepat berkembang. Citayam adalah sebuah nama area di kota depok yang berada di kecamatan cipayung, kota depok. Citayam sendiri di masa doeloe adalah sebuah kampung yang bertetangga dengan kampung cipayung.di satu pihak kampung cipayung kini menjadi kelurahan cipayung, kecamatan cipayung, kota depok, kampung citayam sendiri bagian dari Desa Raga Jaya, Kecamatan Bojong Gede. Didalam perkembangannya,


desa citayam dimekarkan. Desa induk bernama Desa Citayam, sedangkan Desa pemekaran bernama Desa Raga Jaya. Artinya Desa Citayam menjadi bagian dari Desa Raga Jaya. Lokasi Kawasan desa raga jaya – citayam kota depok merupakan daerah pemukiman, perdagangan dan pusat perbelanjaan. Stasiun citayam sebagai fasilitas umum yang berlokasi satu Kawasan dengan desa raga jaya. Masih banyak pemukiman yang tidak terawat dan tidak selesai. Bangunan yang terlalu padat sehingga tidak seimbang, sirkulasi yang tupang tindih seperti akses pejalan kaki, akses kendaraan umum dan akses kendaraan pribadi. Berdirinya ruko dilahan pedestrian sehingga mengganggu pengguna pejalan kaki. Pemilihan lokasi terdapat beberapa nama jalan yaitu: Jalan Raya citayam yang terdapat pemukiman dan jalur rel kereta api, Jalan Situ citayam terdapat pemukiman dan ruko yang di batasi setu citayam, dan Jalan pasar citayam adanya pasar citayam dan pusat perbelanjaan lainnya.. Yang akan di tata ulang agar Kawasan tersebut menjadi lebih rapih, bersih dan nyaman

Gambar 2. Peta Lokasi kawasan Saat ini Sumber: Google Earth TINJAUAN PUSTAKA Tema yang akan diteteapkan pada proses perancangan ini adalah kawasan hijau merupakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administrasi Kota Depok menetapkan kawasan raga jaya citayam sebagaii kawasan Perumahan dengan kepadatan Rendah. Sehingga kawasan ini merupakan kawasan yang padat pemukiman. selain menjadi kawasan perumahan dengan kepadatan rendah di kawasan raga jaya ini juga menjadi pusat perdagangan tradisional sehingga kawasan ini merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi, kawasan perdagangan tradisional ini menjadi pusat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kawasan perdagangan di kawasan Raga Jaya Citayam Kota Depok merupakan lokasi yang strategis dan terintegritasi dengan transportasi umum seperti Rel Kereta Api Citayam Jurusan (Jakarta-Bogor/BogorJakarta), Angkutan Kota (Angkot) Jurusan CitayamDepok), dan Transportasi Online (taxi online/ojek online). Selain itu di kawasan raga jay aini terdapat transportasi air yang berada di situ citayam, adanya jalur penghubung menggunakan perahu rakit (perahu bambu). Perahu rakit ini merukan transportasi air di situ citayam untuk kegiatan masyarakat sehari-hari menuju ke tempat tujuan seperti pasar tradisional, stasiun kereta api citayam, dan pemukiman

Tabel 1.Pencapaian Jarak dan Tempuh Sumber: Google Maps Kawasan hijau adalah suatu ruang atau laahn terbuka yang kawasannya terdiri dari vegetasi berupa pepohonan, semak, rerumputan, serta vegetasi penutup tanah lainnya. Tujuan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Pada dasarnya penyediaan ruang terbuka hijau memiliki berbagai macam tujuan yang diharapkan dapat terwujud. Berikut ini adalah beberapa tujuan utama dari penyediaan ruang hijau di suatu kawasan: • Untuk menjaga ketersediaan lahan terbuka yang dapat menjadi daerah resapan air, sehingga memperkecil potensi banjir dan meningkatkan kesejahteraan lingkungan. • Untuk menciptakan aspek planologis di dalam sebuah perkotaan, sehingga tercipta keseimbangan di dalam lingkungan binaan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan menjamin kepentingannya. • Untuk meningkatkan keasrian dan keserasian lingkungan di perkotaan, sehingga muncul suasana yang lebih bersih, sejuk, teduh, nyaman, dan terasa lebih dekat dengan alam. Tema yang di gunakan pada penataan kawasan desa raga jaya citayam kota depok ini adalah kawasan hijau. Tema kawasan hijau ini dipilih berfungsi dan menjadi peran khusus pada kawasan raga jaya citayam kota depok Yang direncanakan dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman dan vegetasi agar dapat berperan dalam mendukung fungsi ekologis, sosial budaya dan arsitektural sehingga dapat memberi manfaat yang baik bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pada kawasan raga jaya citayam kota depok ini termasik kawasan dengan ciri kekotaan yang senantiasa diharapkan kondisi ini menurunnya kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau yang dapat di alokasikan, karena desakan pertumbuhan sarana dan prasarana kota, sebagai konsekuensi nya meningkatnya kebutuhan warga kota akan tempat kegiatan. Maka dari itu ada beberapa manfaat yang di harapkan dari penataan kawasan desa raga jaya yang bertema kawasan hijau adalah menjadikan sarana untuk mencerminkan identitas (citra) daerah, sarana penelitian, Pendidikan dan penyuluhan, sarana rekreasi aktif dan rekreasi pasif serta interaksi sosial, meningkatkan nilai ekonomis lahan perkotaan, menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah, sarana aktivitas sosial bagi semua kalangan, memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. Upaya perencanaan kawasan hijau dilakukan melalui pengaturan dan uapaya memberi arah pada berbagai kegiataan


pembangunan agar perubahan yang terjadi dapat berkembang pada kondisi yang lebih baik dari saat ini. Oleh karena itu dapat disimpulkan dari ketiga studi banding tersebut, menjelaskan jenis-jenis fasilitas dan kegunaan

– 2038. Dimana zona tersebut terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan fungsinya meliputi zona perdagangan dan jasa, zona permukiman, zona taman kota/lingkungan dan zona prasarana terminal/stasiun. Peruntukan lahan pada kawasan tesebut menyesuaikan dengan peruntukan lahan yang telah di tetapkan oleh Rencana Detai Tata Ruang yang ada.

METODOLOGI PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam proses perancangan menggunakan data yang diperoleh dengan beberapa cara, yaitu: a. Studi literatur, berfungsi untuk memperoleh datadata sekunder melalui referensi yang berkaitan dengan perancangan, seperti teori-teori arsitektur dan preseden dari proyek sejenis. b. Survey lapangan, berfungsi untuk memperoleh datadata primer yang berkaitan dengan kondisi yang ada pada lokasi tapak terpilih yang diamati secara langsung. Datayang sudah diperoleh kemudian dianalisis permasalahan yang terjadi pada proses perancangan. Hasil analisis kemudian menghasilkan sintesis yang akan digunakan dalam membuat konsep perancangan. Konsep perancangan menjadi dasar yang digunakan dalam proses perancangan ini.

Gambar 5. Peta Peruntukan Lahan Sumber: gistaru.atrbpn.co.id Intensitas Pemanfaatan lahan kawasan Raga Jaya Citayam kota Depok menyesuaikan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 4 Tahun 2018 tentang Rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi kota depok tahun 2018-2038.

PERANCANGAN Lokasi Penataan Kawasan ini terletak diawasan Raga jaya Citayam Bojong Pondok Terong kecamatan Cipayung Kota Depok. Lahan yang akan di lakukukan penataan memiliki luas 25Ha yang terdiri dari blok perumahan dengan kepadatan rendah, blok perdagangan dan jasa, blok pasar Tradisional, blok stasiun kereta api citayam, dam blok situ citayam.

Gambar 6. Perencanaan Peruntukan Intensitas Pemanfaatan Lahan. Sumber: gistaru.atrbpn.co.id

Gambar 4. Lokasi Penataan Kawasan Sumber: Diolah dari Google Earth 2020 Lokasi kawasan Raga jaya dilalui jalan arteri jalan raya citayam, jalan situ citayam dan jalan Raya Cipayung. Batasan Kawasan tersebut sebagai berikut: Wilayah utara terdapar pemukiman warga, Wilayah barat terdapat pemukiman warga dan situ citayam, Wilayah selatan terdapat perdagangan dan jasa, dan Wilayah timur terdapat stasiun kereta api dan pemukiman warga.

Gambar 7. Konsep Intensitas Kawasan

Konsep struktur peruntukan lahan akan sesuai dengan pedoman pada Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Depok Tahun 2018

Perbaikan pemanfaatan lahan dilakukan di zona-zona yang bermasalah seperti di zona sempadan rel kereta api, permukiman, perdagangan dan jasa dan


sempadan situ. Dikawasan Raga Jaya Citayam Kota depok zona yang bermasalah seperti adanya pembangunan permukiman pada zona sempadan situ citayam akan pindahkan kedalam zona permukiman dengan kepadatan rendah. Ada beberapa lokasi yang dengan peruntukan lahan permukiman akan tetapi dibiarkan saja sehingga lahan tersebut menjadi tidak terawat oleh sebab itu di wilayah situ citayam akan menjadi suatu potensi untuk kawasan raga jaya menjadi tempat rekreasi untuk masyarakat setempat ataupun pengunjung. Pada zona sempadanan rel kereta api adanya bangunan yang didirikan seperti adanya banguanan perdagangan akan di pindahkan ke zona perdagangan dan jasa sehingga sempadahan rel kereta di tata Kembali sesuai peruntukannya. Pada zona perdagangan dan jasa yang di dalamnya masih adanya permukiman penduduk akan di tata Kembali dan di pindahkan ke dalam zona dan fungsinya sesuai peruntukan lahan. Oleh karena itu ketinggian bangunan akan ditambah menyesuaikan peraturan yang ada dan harus menyisihkan sebagai lahannya. Konsep struktur peruntukan lahan akan sesuai dengan pedoman pada Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Depok Tahun 2018 – 2038. Dimana zona tersebut terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan fungsinya meliputi zona perdagangan dan jasa, zona permukiman, zona taman kota/lingkungan dan zona prasarana terminal/stasiun. Peruntukan lahan pada kawasan tesebut menyesuaikan dengan peruntukan lahan yang telah di tetapkan oleh Rencana Detai Tata Ruang yang ada. KONSEP TATA BANGUNAN ZONA YABF AKAN DITERAPKAN TERHADAP ZONA PERUNTUKAN LAHAN

HUNIAN

ZONA PEMUKIMAN DENGAN KEPADATAN RENDAH

RTH

PASAR TRADISIONAL

PEMUKIMAN DENGAN KEPADATAN RENDAH ZONA PERDAGANGAN DAN JASA

SITU CITAYAM

ZONA HUNIAN PERDAGANGAN DAN JASA

SITU CITAYAM ZONA HIJAU

PASAR TRADISIONAL

PERKARANGAN DARI SETIAO BANGUNAN

PRESENTASE INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN

TAMAN

SEPADAN SITU CITAYAM

BUFFER

HUTAN KOTA

18

30

12

10

14

PETA KONSEP PERANCANGAN (RANCANGAN PENULIS)

16

LAHAN YANG DI MANFAATKAN UNTUK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN RAGA JAYA 30% DIMANFAATKAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU

TUGAS

UNIVERSITAS PANCASILA

30% DARI ZONA HIJAU TERBAGI DARI TAMAN, BUFFER, HUTAN KOTA, SEPADAN SITU CITAYAM DAN PERKARANGAN DARI SETIAP BANGUNAN DAN SEPADAN REL KERETA API SERTA PEDESTRIAN

NAMA

NAMA TUGAS

INGGRID PANSYA AYUNINGRUM

EVALUASI 1 TUGAS AKHIR PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU

PROGRAM RUANG KAWASAN

PRESENTASE INTENSITAS PERUNTUKAN LAHAN BERDASARKAN KEBUTUHAN LAHAN DAN JENIS KEGIATAN YANG DITERAPKAN PADA KAWASAN

NPM

DOSEN

PARAF

AGUS SURYA SADANA, ST, M.M, M.T. TIM PENGAJAR

NAMA GAMBAR

SKALA

7 2

1

1 2

4

4

3

1

1

3

4

4

TAMPAK FASAD PERDAGANGAN DAN JASA (RUKO)

7

6 5

1

• Fasad menonjolkan warna- warna betawi seperti warnawarna cerah yaitu hijau, Merah dan kuning. serta pola jendela, ukiran/Ornamen seperti gigi balang dan ukiran bunga melati pada unsur fasad.

1

6

5

1

1

1

3 7

1 4

4 5 1

ST 1

JALAN

RUKO

RUKO

ORNAMEN BETAWI Ornamen gigi balang adalah hiasan yang berupa papan kayu yang berbentuk segiti terbalik berjajar yang terpasang di bawah atap rumah atau di lisplang.(Ornamen gigi balang diambil dari frasa gigi belalang karena sepintas mirip dengan gigi belalang.) Ukiran bunga melati yang biasanya di aplikasikan di tempat tiang ruang rumah, yang mempunyai arti bahwa kehidupan pemiliki rumah tersebut harus mempunyai perasaan dan hari yang harum seperti bunga melati yang sudah mekar.

TUGAS

UNIVERSITAS PANCASILA

TAMPAK FASAD PEMUKIMAN KEPADATAN RENDAH

PEMUKIMAN

JALAN

NAMA

NAMA TUGAS

FASAD BANGUNAN

PARAF

DOSEN

INGGRID PANSYA AYUNINGRUM

EVALUASI 1 TUGAS AKHIR PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

PEMUKIMAN

JALAN

COLOUR SCAME

NAMA GAMBAR

AGUS SURYA SADANA, ST, M.M, M.T.

NPM

SKALA

NO. GAMBAR

0 KLIMATOLOGI

TIM PENGAJAR

PARAF

TANGGAL

4116210027

JML. GAMBAR

Gambar 9. Konsep fasad Bangunan

Fasad bangunan pada zona perdagangan di sisi jalan raya citayam akan menggunakan fasar sesuai hasil dari alternatif desain 1 yang di kombinasikan dengan aternatif desain 2. Fasar tersebut akan di rancang ulang di karenakan fasad bangunan perdagangan dan jasa saat ini sudah tidak terawat. Pada kawasan raga jaya tersebut fasad saat ini tidak adanya ornament atau sesuatu yang di tonjolkan terhadap pasad bangunan di zona perdagangan dan jasa. Selain itu pada zona permukiman dengan kepadatan rendah fasad bangunan yang saat ini campuran, ada beberapa rumah yang bagus dan minimalis ada juga rumah yang sederhana. Akan tetapi di kawasan raga jaya ini khususnya pada permukiman fasad bangunan dangan tidak terawat dan banyak bangunan permukiman yang sudah tidak layak untuk tempat tinggal. Oleh sebab itu untuk permukiman akan di tata Kembali fasad bangunan seperti hasil dari analisis dan alternatif 1 dan alternatif 2.

NO. GAMBAR

0 TANGGAL

SIRKULASI KAWASAN

JML. GAMBAR

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

7 2

1 7 1

2

2

1

1 2

4

4

4

3

4 1 3 1

1 3 1

4 3

4

7

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

4

XSIZE YSIZE

4

7

XSIZE YSIZE

6

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

5

XSIZE YSIZE

6 XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

5

XSIZE

1

YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

YSIZE

XSIZE

1 1

PARKIRAN

5 XSIZE YSIZE

AREA OLAHRAGA

PARKIRAN AREA OLAHRAGA

1

1

PARKIRAN

5

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

AREA OLAHRAGA

XSIZE YSIZE

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

AREA OLAHRAGA

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1 1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PARKIRAN

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

3

4

XSIZE YSIZE

7

4

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

7

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

XSIZE YSIZE

Pada kawasan raga jaya adanya penataan tata letak bangunan, mulai dari zona pemukiman, perdagangan dan jasa, pasar tradisional dan wilayah pemukiman situ citayam. Di dalam kawasan raga jaya permukiman dibagi dua zona yaitu permukiman dengan kepadatan sedang dan permukiman dengan kepadatan rendah. Didalam perancangan penataan kawasan raga jaya citayam kota depok adanya perubahan tat aletak bangunan dan pemidahan fungsi bangunan sesuai peruntukan lahan yang sudah duterapkan.

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

4116210027

KONSEP TATA BANGUNAN • Fasad kawasan Raga Jaya Citayam Kota Depok memiliki Tema “Lokalitas Betawi” hal ini untuk memberi citra pada kawasan Raga Jaya Citayam Kota Depok.

KLIMATOLOGI PARAF

Gambar 8. Konsep Tata Bangunan

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

Kawasan raga jaya citayam kota depok akan menerapkan dua pola tata letak bangunan. Pola pertama menggunakan pola sejajar (linier dua sisi) merupakan tata letak bangunan yang memanjang di sepanjang jalan. Pola kedua menggunakan pola tat aletak bangunan curvalinier merupakan tata letak bangunan yang tumbuh di daerah sebelah kiri fan kanan jalan yang membentuk kurva.

3

1 4

5 1 4 5

ST 1 1

ST 1

JALUR SIRKULASI MENUJU KAWASAN JALUR SIRKULASI DIDALAM KAWASAN

JALUR KENDARAAN 2 ARAH JALUR KENDARAAN 1 ARAH

DENAH KAWASAN

DENAH KAWASAN

SKALA 1 : 1500

TUGAS

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

NAMA

NAMA TUGAS

EVALUASI 1 TUGAS AKHIR PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU

SKALA 1 : 1500

SIRKULASI KAWASAN

INGGRID PANSYA AYUNINGRUM NPM

DOSEN

PARAF

AGUS SURYA SADANA, ST, M.M, M.T. TIM PENGAJAR

4116210027

NAMA GAMBAR

SKALA

NO. GAMBAR

0 KLIMATOLOGI PARAF

Gambar 10. Konsep Utilitas Kawasan

TANGGAL JML. GAMBAR


SIRKULASI KAWASAN

UTILITAS KAWASAN

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PLN XSIZE YSIZE

PLN XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PDAM

7 2

7

1

7 2

7

2 2

1

1

2 1

1 1

1

1

2

2

2

GARDU INDUK

4

4 4

4 4

3

4 4

4 3

3

3

1

1

1 1

1 1 1

1

3

4

3

3

3 4 4

4 7

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

4

4

XSIZE YSIZE XSIZE YSIZE

4

XSIZE YSIZE

7

7

7

GARDU INDUK

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

4

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

6

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

5

XSIZE YSIZE

6

XSIZE YSIZE

6

XSIZE YSIZE

5

5

5

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

6

YSIZE

XSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

XSIZE

1

YSIZE

1

YSIZE

XSIZE

1

1

1

XSIZE YSIZE

YSIZE

XSIZE

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PARKIRAN

5

AREA OLAHRAGA

PARKIRAN

GARDU INDUK PARKIRAN

AREA OLAHRAGA

PARKIRAN

PARKIRAN

5

AREA OLAHRAGA

1

1

5

AREA OLAHRAGA

PARKIRAN

5

AREA OLAHRAGA

PARKIRAN

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

AREA OLAHRAGA

AREA OLAHRAGA

1

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

1 PARKIRAN

1

1

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

AREA OLAHRAGA

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

4

3

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

3

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

XSIZE YSIZE

3

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

7

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE XSIZE YSIZE XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

3

1 XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PDAM

1

7

4

1

1 7

7

4

4

4 5

4

1

4

4 5

5

5 1

ST

1

1

1

ST

ST

ST 1

1

1

PDAM SUMUR AIR BERSIH (PDAM) JALUR PEJALAN KAKI SEGRASI DENAH KAWASAN

DENAH KAWASAN

DENAH KAWASAN TUGAS

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

NAMA

NAMA TUGAS

INGGRID PANSYA AYUNINGRUM

EVALUASI 1 TUGAS AKHIR SIRKULASI KAWASAN

PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU

NPM

DOSEN

PARAF

AGUS SURYA SADANA, ST, M.M, M.T. TIM PENGAJAR

NAMA GAMBAR

NO. GAMBAR

SKALA

SKALA 1 : 1500

TANGGAL

Gambar 11. Konsep Sirkulasi Kawasan

SUMBER LISTRIK (PLN)

Gambar 13. Konsep Utilitas Kawasan TUGAS

UNIVERSITAS PANCASILA

0 KLIMATOLOGI PARAF

4116210027

NAMA TUGAS

SKALA 1 : 1500

NAMA

UTILITAS KAWASAN

PARAF

DOSEN

INGGRID PANSYA AYUNINGRUM

EVALUASI 1 TUGAS AKHIR

PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

JML. GAMBAR

GARDU INDUK SALURAN LISTRIK

PLN

DENAH KAWASAN

SKALA 1 : 1500 SKALA 1 : 1500

GARDU INDUK

SUMUR RESAPAN SALURAN AIR BERSIH SALURAN AIR KOTOR

JALUR PENYEBRANGAN

NAMA GAMBAR

AGUS SURYA SADANA, ST, M.M, M.T.

NPM

SKALA

NO. GAMBAR

0

KLIMATOLOGI

TIM PENGAJAR

PARAF

TANGGAL

4116210027

JML. GAMBAR

UTILITAS KAWASAN TPS

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

Sistem sirkulasi pada jalan utama akan di tata Kembali dengan menyedikan ruang khusus untuk jalur pejalan kaki dan perabot jalan seperti lampu jalan, tempat sampah, bangku taman, penunjuk jalan dan sebagainya. Selain itu terdapat area khusus yang hanya dapat dilalui oleh pejaan kaki sehingga jalan tersebut bebas kendaraan bermotor.

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

TPS

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

TPS

7 2 7 1

2 1

1

2 1 2

4

4

4

3

4

3 1

1

1

TPS

1 3

3

4

4

7

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

4

7

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

4

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

6 XSIZE YSIZE

5 XSIZE YSIZE

6

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

5

XSIZE YSIZE

YSIZE

XSIZE

1

XSIZE YSIZE

1 YSIZE

XSIZE

1

XSIZE YSIZE

1

PARKIRAN

5

AREA OLAHRAGA PARKIRAN

PARKIRAN

5

AREA OLAHRAGA PARKIRAN

AREA OLAHRAGA

1

1 PARKIRAN

XSIZE YSIZE

AREA OLAHRAGA

1 XSIZE YSIZE

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

3

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

7

7

3

1

4

4

4 5 4 1

5 1

ST ST 1

1

TPS

adanya pelebaran jalan pada jalur di jalan utama tepatnya di jalan raya citayam. Di sepanjang jalan raya citayam akan dibuat pedestrian untuk pejalan kaki. Yang di harapkan dengan di terapkannya jalur khusus pejalan kaki (pedestrian) membuat kawasan raga jaya menjadi lebih tertata dan teratur. Selain itu di sepanjang jalan raya citayam adanya pelebaran jalan agar mengurangi kemacetan di jalan raya citayam. pada kawasan raga jaya akan di terapkan underpass, ada dua titik yang akan diterapkan konsep underpass. Karena pada kawasan raga jaya citayam kota depok diharapkan dengan di terapkan konsep underpass membuat sirkulasi kendaraan tidak tupang tindi

RUANG TERBUKA DAN VEGETASI KAWASAN

TITIK HYDRANT JALUR EVAKUASI BENCANA TITIK KUMPUL EVAKUASI BENCANA

TITIK TEMPAT SAMPAH TPS

TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA (TPS)

DENAH KAWASAN

DENAH KAWASAN

SKALA 1 : 1500 SKALA 1 : 1500

TUGAS

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

NAMA

NAMA TUGAS

INGGRID PANSYA AYUNINGRUM

EVALUASI 1 TUGAS AKHIR PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU

UTILITAS KAWASAN

NPM

DOSEN

PARAF

AGUS SURYA SADANA, ST, M.M, M.T. TIM PENGAJAR

NAMA GAMBAR

SKALA

NO. GAMBAR

0 KLIMATOLOGI PARAF

4116210027

TANGGAL JML. GAMBAR

Gambar 13. Konsep Utilitas Kawasan Distribusi air bersih Distribusi air besih pada kawasan raga jaya citayam kota depok menggunakan PDAM, hal ini dilakukan untukmenghentikan penggunaan air tanah. Pipa jaringan distribusi air bersih oleh PDAM berada di bawah tanah sepanjang jalan. Sistem pendistribusan dari pipaPDAM menggunakan meteran yang merupakan alat untuk mengurus intensitas pengunaan air setelah itu disalurkan ke toren untuk ditampung selanjutnya dialurkan ke pipa keran rumah.

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

Drainase dan Pengolahan Limbah 7 2

1

1 2

4

4

3

1

1

3

4

7

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

4

XSIZE YSIZE

6

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

5

YSIZE

XSIZE

1

XSIZE YSIZE

1

PARKIRAN

5

AREA OLAHRAGA

PARKIRAN AREA OLAHRAGA

1

1

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

PARKIRAN

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

XSIZE YSIZE

1

7

3

1 4

4 5 1

ST 1

DENAH KAWASAN SKALA 1 : 1500

Gambar 12 Konsep Ruang Terbuka Hijau TUGAS

UNIVERSITAS PANCASILA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

NAMA TUGAS

NAMA

INGGRID PANSYA AYUNINGRUM

EVALUASI 1 TUGAS AKHIR

PENATAAN KAWASAN RAGA JAYA CITAYAM KOTA DEPOK SEBAGAI KAWASAN HIJAU

RUANG TERBUKA DAN VEGETASI KAWASAN

NPM

DOSEN

PARAF

AGUS SURYA SADANA, ST, M.M, M.T.

TIM PENGAJAR

4116210027

NAMA GAMBAR

SKALA

NO. GAMBAR

0

KLIMATOLOGI

PARAF

TANGGAL

limbah hasul potongan hewan ayam seperti lemak dan darah diolah terlebih dahulu menggunakan teknologi biofiler dan anaerob- aerob sehingga tidak mencemari jaringan drainase pada kawasan tersebut.oleh karena itu pada kawasan tersebut akan menerapkan alternatif. 2 sebagai desain jaringan air limbah merupakan pengolahan limbah yang dapat digunakan Kembali seperti unuk menyiram tanaman ataupun untuk hydran.

JML. GAMBAR

Pada kawasan raga jaya citayam kota depok akan di tata rancang ruang terbuka hijau dan tata hijau pada area yang sudah di tentukan. Di dalam ruang terbuka hijau dan tata hijau akan di beri vegetasi terdiri dari pohon rindang dan tanaman. Jenis jenis vegetasi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Distribusi Energi dan Telekomunikasi Distribusi ebnergi utama pada kawasan raga jaya citayam perdagangan di citayam kota depok yaitu berasal dari PLN. Selain itu terdapat energi alternatif yang menggunakan panel surya yang dapat digunakan untuk mengurangi lampu jalan,memperkuat jaringan telekomunikasi selain di pancarkan dari tower induk sinyal juga dipancarkan dari tower area. Pada kawasan raga jaya citayam kota depok adanya jaringan


telekomunikasi yang akan diterapkan. Pada kawasan tersebut menggunakan hasil dari analisis dan menerapkan desain sebagai sistem telekomunikasi merupakan sistem telekomunikasi yang terdapat tower tambahan setelah tower pemancar. Sehingga memungkinkan jarak lebih dekat dengan sehingga sinyal lebih kuat. Pada kawasan tersebut selain adanya jaringan sistem telekomunikasi, Adapun sistem enegergi lisrik yang menurut hasil dari desain alternatif yang ada akan menggunakan desain analternatif kombinasi alternatif 1 dan 2 yaitu distribusi energi akan menggunakan PLN sebagai distribusi Utama dengan alternatif distribusi energi tambahan menggunakan panel surya yang bisa digunakan untuk energi fasilitas public seprti lampu jalan dan lampu billboard atau reklame.

Maka dari itu ada beberapa manfaat yang di harapkan dari penataan kawasan desa raga jaya yang bertema kawasan hijau adalah menjadikan sarana untuk mencerminkan identitas (citra) daerah, sarana penelitian, Pendidikan dan penyuluhan, sarana rekreasi aktif dan rekreasi pasif serta interaksi sosial, meningkatkan nilai ekonomis lahan perkotaan, menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah, sarana aktivitas sosial bagi semua kalangan, memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. Upaya perencanaan kawasan hijau dilakukan melalui pengaturan dan uapaya memberi arah pada berbagai kegiataan pembangunan agar perubahan yang terjadi dapat berkembang pada kondisi yang lebih baik dari saat ini.

Jaringan Pemadam kebakaran dan Jalur Evakuasi Jaringan pemadam kebakaran menggunakan hydrant yang tersebar di sisi jalan sehingga dapat digunakan oleh pemadam kebakaran. Air hydrant berasal dari penampunganair hujan yang dialirkan kepipa bawah tanah. Titik kumpul digunakan sebagai titik untuk memudahkan evakuasi, titik kumpul berada di ruang terbuka. diterapkannya jaringan kebakaran Adapun jalur evakuasi di kasawan raga jaya, jalur evakuasi yang akan diterapkan pada kawasan tersebut menggunakan alternatif 2 yaitu untuk mempermuddah evakuasi oleh tim sar terdapat titik kumpul besar pada kawasan tersebut untuk mempermudah evakuasi.

Gambar 14. Detail Kawasan

Sistem Pembuangan Sampah Pada kawasan raga jaya citayam kota depok akan diterapkan sistem pembuangan sampah seperti alternatif desain 2 yaitu sampah saat di tempat pembuangan sementara dilakukan sementara dilakukan pemilahan untuk id daur ataupun di jadikan kompos sehingga sampah yang di kirim ke tempat pembuangan sampah akhir lebih sedikit.

Gambar 15. Potongan dan Tampak Kawasan

KESIMPULAN Pada penataan kawasan desa raga jaya citayam kota depok ini adalah kawasan hijau. Tema kawasan hijau ini dipilih berfungsi dan menjadi peran khusus pada kawasan raga jaya citayam kota depok Yang direncanakan dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman dan vegetasi agar dapat berperan dalam mendukung fungsi ekologis, sosial budaya dan arsitektural sehingga dapat memberi manfaat yang baik bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pada kawasan raga jaya citayam kota depok ini termasik kawasan dengan ciri kekotaan yang senantiasa diharapkan kondisi ini menurunnya kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau yang dapat di alokasikan, karena desakan pertumbuhan sarana dan prasarana kota, sebagai konsekuensi nya meningkatnya kebutuhan warga kota akan tempat kegiatan.

Gambar 16. Potongan dan Tampak Kawasan


Gambar 17/ Potongan dan Tampak Kawasan

Gambar 18. Presfektif

Gambar 18. Presfektif

Gambar 18. Presfektif DAFTAR PUSTAKA

[1]Ratih, Eddi, 2010.” Penataan Permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan Kota Surabaya”. Jurnal Tata Kota dan Daerah Desember 2010. [2] Mereta Cora, 2012.” Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Cilacap Kabupaten

Cilacap Melalui Peningkatan Kualitas Fisik Lingkungan”. [3] Suryo Anggoro, 2008. “Eco-Design dan Konstruksi untuk Kawasan Eco Industrial Park (EIP)”. Jurnal Teknologi Lingkungan. [4] Desy Aryanti, 2018. “Konsep Penataan Permukiman Kawasan Bantaran Kalimati Kelurahan Berok Nipah Kota Padang”. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia 7 (3), September 2018. [5] Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032. [6] Undang- undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang [7] Google Maps. HR22+FX Bojong Pd. Terong, Kota Depok, Jawa Barat [8] Google Earth. [9] Nunung Siwi Utari, Pentingnya Ruang Terbuka Hijau dalam Tata Ruang Perkotaan Sebagai Sudut Pandang Pembangunan Berkelanjutan Serta Aspek Kelestarian Ekologi, Departement Of Goverment Affair and Administration, Jusuf Kalla School of Goverment (JKSG), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. [10] https://www.kompasiana.com/alifianorezkaadi/5587b 6bbe422bd69068b456c/penataan- kawasan-bantaransungai-menjadi-lebih-ekologis-kasus-bantaran-sungaicode





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.