1 APRIL 2018 /
14 RAJAB 1439 H
DEWAN PERS
MEDIA TERVERIFIKASI
Rp. 3000 www.tanjungpinangpos.id
2018
LAKSA KUAH KAK YUS
Rempah H3 Pemikat Lidah Sultan
TAMU TANJUNGPINANG POS
Wagub Baru Kita!
H7
Kuburan Lampau nan
Status sebagai Benda Cagar Budaya yang diemban kerkhof (kuburan) Belanda di Jalan Kamboja nyatanya tidak memberi dampak apa-apa. Areal pekuburan dari masa lampau di bawah tanggung jawab Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang ini tterliha erliha acau. erlihatt k kacau. Kondisinya kian tak terurus dan memprihatinkan.
Kacau
H2
FOTO: FATIHMUFTIH/TANJUNGPINANGPOS
Oase Batam Menari
SELAKSA
Batam itu kota maskulin. Membesar dengan gerigi-gerigi alat berat, tebas tebang, tembok-tembok, logam, pasar dan api yang menghanguskan. Batam adalah kota yang jantan, tanah-tanahnya dikawal penuh gertak, ditelingkahi muslihat sekaligus intan payung petinggi ibukota. Batam adalah kota yang gahar, tempat beradu para pendekar dan menghukum lanun. Batam adalah wilayah pertahanan perang dan basis laskar konfrontasi.
SEBELUM itu, Batam dilewatKolom kan Sang Nila Utama, dijentik Muhammad Natsir Tahar oleh Raffles dan diacuhkan Daendels. Herman W Daendels Sang Belanda bermental kontinental, Batam dan Singapura sesama emas, tapi siapa yang menyepuh emas,
redaksitanjungpinangpos@gmail.com REDAKTUR: FATIH
dia adalah Thomas Stamford Rafless, Sang Gubernur Jenderal dari Britania Raya, negara maritim utama dunia. Mirip Sang Nila Utama, Letnan Jenderal Soeharto pun melihat Singapura dari dataran tinggi. Di Tanjung Pinggir era
facebook/tanjungpinangpos
konfrontasi, teropong keramatnya menumbuk gedunggedung pencakar langit Singapura. Sejak itu Batam diemaskan karena ketahuan bertetangga dekat dengan kota penting dunia. Jenderal – jenderal turun gunung.
Sayangnya, DNA Daendels tak hilang-hilang, yang dilihat dari Batam adalah daratannya, tidak lebih dari 1 % dari seluruh laut Kepulauan Riau. Belanda selalu berpikir agraris, tidak memandang bagaimana besar nilai strategis maritim Singapura kala itu. Lalu membiarkan Raffles memanipulasi Tengku Husein, untuk membangun pelabuhan besar. Apa boleh buat, lewat Traktat London 1824, Singapura ditukar dengan Bengkulu, yang kebetulan cocok dengan selera Daendels. BERSAMBUNG KE HAL 7
@tpipos LAYOUT: DOBBY FACHRIZAL
2
Liputan Khusus
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
Adakah Peduli Kita pada Kherkof? Sejumlah laporan menyebutkan, area pekuburan Belanda di Jalan Kamboja ini sudah dibuka sejak 1840-an. Pada 1992 melalui Undang-Undang Nomor 5 kerkhof ditetapkan sebagai situs Benda Cagar Budaya. Hari ini, keadaannya memprihatinkan. Adakah peduli kita di sana?
FATIH MUFTIH, Tanjungpinang. SEKAWANAN burung gereja bertebaran seiring gerbang masuk ke area kerkhoff di Jalan Kamboja terbuka, Sabtu (31/3) siang kemarin. Namanya juga area pekuburan, sudah pasti tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Inikan lagi kuburan Belanda yang diperkirakan sudah dibuak sejak 174 tahun lalu. Namun, dari ujung terdengar canda dan tawa kanakkanak sedang main-main. Lokasi kerkhof di Tanjungpinang memang berdekatan dengan permukiman penduduk. Bahkan dindingnya bersebelahan. Gerbang dalam kondisi tidak terkunci. Siapa saja bisa masuk ke area kerkhoff. Tidak ada juga penjaga di sana. Tapi satu yang pasti ketika selangkah ke dalam area, akan didapati pemandangan yang tak mengenakkan. Ada dua gazebo di sana. Di sudut ujung kiri masih berdiri seadanya, tapi satu lagi di ujung lain sudah tumbang. Dilihat dari tumbuh rumput di sekitar puing atap gazebo, sudah cukup lama ini terjadi. Namun, belum ada ketanggapan lebih lanjut untuk membenahi. Kalau gazebo rusak, mudah saja untuk memperbaiki. Lain halnya dengan kuburan-kuburan dari masa lampau di sana yang usianya sebagian besar sudah lebih dari satu abad. Dengan cara memandang seadanya saja, sudah mudah tertangkap mata, kerusakan serius di sana. Di area pekuburan sayap kanan, beberapa nisan sudah ambruk. Nama-nama yang terpacak di nisan sudah tidak lagi terbaca. Sebagian berlumut, sebagian sudah rusak tiada berperi. Ditingkahi guguran daun yang terbiarkan, semakin menambah kesan pekuburan ini kian tak terurus. Sementara di area sayap kiri, sebenarnya pemandagannya tidak jauh berbeda. Rumput-rumput sudah setinggi lutut orang dewasa. Sebagian makam seolah tinggal menunggu waktu ambruk. Nyaris tidak terlihat upaya perawatan khusus terhadap makammakam yang telah lebih dari 25 tahun berstatus sebagai Benda Cagar Budaya. Tidak jelas memang, akankah kerusakan yang
terjadi di kerkhof ini lantaran lapuk dimakan usia atau ulah semena-mena orang tidak bertanggung jawab. Kalau sampai yang terjadi itu kemungkinan terakhir, Undang-Undang Nomor 5 tentang Cagar Budaya sudah melindunginya. Dalam Pasal 15 Ayat 1 & 2, dibunyikan barang siapa dengan sengaja merusak benda cagar budaya dan situs serta lingkungannya atau membawa, memindahkan, mengambil, mengubah bentuk dan atau warna, memugar, atau memisahkan benda cagar budaya tanpa izin dari pemerintah, bisa dipidana dengan penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta. Sejarawan Aswandi Syahri menyayangkan kondisi terkini kerkhof. Bagaimana tidak, kata dia, jika mendapatkan penanganan yang tepat, kerusakan parah di situs ini bisa dicegah. Dalam catatan Aswandi, kerkhof di Tanjungpinang sudah dibuka sejak dekade 1840an. “Dulunya merupakan pemakaman elite khusus orang Eropa dan mereka yang disetarakan dengan orang Belanda di Tanjungpinang pada zamannya,” terang Aswandi. Dikatakan elite bukan saja karena yang dimakamkan di situ adalah orang Eropa dan yang setara dengannya, tapi juga karena bangunan makam itu dulunya indah-indah dan mewah dari segi hiasan, serta material yang digunakan. Meskipun disebut kompleks pemakaman Belanda, sambung Aswandi, kerkhof adalah bagian dari sejarah dan sebuah bukti sejarah Tanjungpinang masa lalu. Dari sejumlah kecil nama-nama orang yang masih dapat dilihat dilihat pada sejumlah makam masih ada, terlihat betapa kosmopolitnya Tanjungpinang pada masa lalu jika dilihat dari komposisi penduduknya. Dari sejumlah inskripsi yang masih terdapat di makam yang ada di kerkhof Tanjungpinang, sedikit banyak dapat diketahui asal-usul mereka yang bermakam di situ. Ternyata tidak hanya orang Belanda,
F-FATIH MUFTIH/TANJUNGPINANG POS
Kondisi terkini kerkhof di Jalan Kamboja, Tanjungpinang, Sabtu (31/3).
tapi juga ada yang berdarah Prancis, Pertugis, Jerman, dan Inggris. “Bahkan berapa di antaranya ada yang beragama Islam yang lokasi makamnya pada tempat tinggi di bagian belakang,” ujar Aswandi. Orang Penting di Kerkhof Banyak orang Eropa yang penting dalam sejarah Tanjungpinang dimakamkan di kerkhof ini. Mulai dari perwira militer, guru, pendeta, residen, hingga pengusaha dan pedagang kaya. Beberapa di antaranya layak disebutkan karena sumbangan dalam sejarah Tanjungpinang. Yang pertama tentulah Hermann Theodor Friederich Karl Emil August Cassimir von de Wall (lebih dikenal sebgai von de de wall) seorang Belanda berdarah Jerman yang jabatan terakhirnya adalah Residen Riouw. Pada awalnya von de wall datang sebagai sebagai tall vorser (pegawai bahasa). Selama di Tanjungpinang, ia banyak menyalin naskah Melayu Riau-Lingga yang kini tersimpan di Perpustakaan Nasional. “Dan yang paling
penting dialah yang menyusun kamus Bahasa Melayu-Bahasa Belanda dengan bantuan Raja Ali Haji dan Haji Ibrahim dari Pulau Penyengat,” kata Aswandi. Pemikirannya tentang sebuah kamus, pada akhirnya telah memicu gagasan bernas Raja Ali Haji tentang kamus Melayu yang diwujudkannya dalam bentuk kamus ensiklopedia monolingual Kitab Pengetahuan Bahasa. Von de Wall wafat (overleden) di Tanjungpinang pada 2 Mei 1873 dalam usia 68 tahun. “Sayang, makamnya tak berbekas lagi di kerkhof,” sesal Aswandi. Di kerkhof ini juga bermakam Nikolaas Pluim Mentz, seorang pendeta (predikant) pertama di Tanjungpinang yang wafat pada 20 Februari 1855. Selain itu, di sini pula bermakam Jan Brouwers. Semasa hidupnya dia adalah seorang kepala sekolah Eropa di Tanjungpinang (in leven hoofd der school te Riouw), yang wafat di Tanjungpinang pada 13 Agustus 1897 dalam usia 32 tahun 11 bulan. Aswandi menjelaskan, Jan Brouwers adalah sosok yang menemukan keistimewaan yang pertama kalinya
PENGUMUMAN PENGAMBILALIHAN PT. YEYEN BINTAN PERMATA - Untuk memenuhi Ketentuan Pasal 127 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dengan ini Direktur Utama PT. YEYEN BINTAN PERMATA, suatu perseroan terbatas yang didirikan dan dijalankan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia berkedudukan di Jl. Raja Ali Haji RT.001 RW.005 Desa/Kel. Dabo Lama Kec. Singkep, Kabupaten Lingga 29871 (Perseroan) dengan ini mengumumkan bahwa pemegang saham Perseroan akan mengalihkan sebagian (50%) sahamnya kepada pihak lainnya yang akan ditunjukkan kemudian (Pengalihan Saham). - Pengalihan saham tersebut akan mengakibatkan perubahan pengendalian terhadap Perseroan dan akan diadakannya rapat RUPS bersama. - Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka setiap pihak yang keberatan atas rencana Pengalihan Saham dapat mengajukan keberatan kepada Perseroan beralamat sebagaimana tersebut diatas dengan bukti sah yang menyangkut k e p e m i l i k a n s a h a m P T. Y E Y E N BINTAN PERMATA paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pengumuman ini.
F-FATIH/TANJUNGPINANG POS
Sisi lain kerkhof yang mengalami kerusakan.
Tanjungpinang, 27 Maret 2018 Direktur Utama PT. YEYEN BINTAN PERMATA
memeberi laluan kepada seorang anak pribumi, seorang pelajar yang sangat istimewa di sekolah yang dipimpinnya. Pelajar paling genius se-Hindia Belanda pada akhir akhir abad ke-19 itu disebut oleh R.A. Kartini dalam salah suratnya sebagai putra Riau (Tanjungpinang) kelahiran Sumatra: yang kemudian dikenal sebagai Haji Agus Salim, dalam sejarah Indonesia. Tak kurang pentingnya, di kompleks kerkhof ini juga pernah ada makam pasangan suami istri S.W. Younge yang terkenal karena perusahaan listriknya yang terletak di Jalan Bakar Batu telah menerangi seantero Tanjungpinang sejak tahun 1920-an. “Tuan dan Nyonya Yong wafat secara berturut-turut pada tahun 1946 dan 1951. Sebagai orang kaya di Tanjungpinang pada zamannya, makam pasangan suami istri ini adalah salah satu makam yang paling indah dan mewah: beratap beton putih dan berlapis pualam putih Italia,” beber Aswandi. Alokasikan di APBD! Situasi memprihatinkan ini memantik perhatian Pepy Candra. Sebagai
Anggota DPRD Tanjungpinang yang punya atensi khusus terhadap sejarah dan kesenian, ia ikut menyayangkan mendapati kondisi terkini kerhof. “Padahal ada banyak hal yang bisa dilakukan jikalau kondisinya terawat,” kata Pepy, kemarin. Misalnya, kata Pepy, dijadikan wisata sejarah. Sejauh ini, seingatnya, masih ada sekali-sekala orang Eropa yang berziarah ke sana. Tentu selain sebagai sebuah bentuk upaya pelestarian cagar budaya, bisa disejalankan dengan program destinasi sejarah. Mengingat variannya orang penting yang dimakamkan di sana, Pepy yakin bisa menarik minat wisatawan dari Eropa. “Coba lihat kerkhof yang ada di Aceh, bagus sekali di sana,” kata Pepy. Tidak bisa tidak, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang, kata Pepy, harus ambil peduli. Ia sendiri yang dalam waktu dekat ini akan menanyakan secara langsung program perawatan terhadap kerkhof. “Kalau tidak ada dananya, ya dialokasikan dong di APBD. Jangan sampai nunggu semuanya berkecai,” ujarnya. Dalam perawatan ke
depan, sambung Pepy, kalau perlu digaet pihakpihak yang berkompeten. Agar perawatannya juga tidak menyalahi kaidah sebuah situs cagar budaya. Pepy tak ingin, kondisi ini semakin terabaikan dan tidak ada yang mau memedulikan. “Ajak sejarawan atau antropolog, lacak dokumen pemakamannya, lalu ditata kembali, saya yakin kerkhof bisa jadi salah satu destinasi wisata sejarah selain Penyengat,” tegasnya. Jika diselusur lebih jauh di Google, apa yang dibicarakan Pepy bukan bualan kosong. Sejumlah situsweb luar negeri berbahasa Belanda banyak menulis atau mengisahkan tentang kerkhof di Jalan Kamboja ini. Bahkan di mgbaltes.com, didokumentasikan satu per satu nama orang yang dimakamkan di sana. Apa jawaban dari dinas terkait? Kepala Bidang Sejarah Disparbud Tanjungpinang, Meitya Yulianti, melalui pesan singkatnya kepada Tanjungpinang Pos, percaya bahwa kerkhof bisa dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah. Namun, ketika disinggung perihal perawatannya, pesan tidak lagi terbalas.***
JADWAL KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN KAPAL PENUMPANG PT. PELNI DI PELABUHAN KIJANG, TANJUNGPINANG DAN BATAM
2018
MARET/ APRIL RENCANA TIBA HARI TANGGAL SABTU 24-Mar-18 SELASA 27-Mar-18
JAM 06.00 08.00
RENCANA BERANGKAT DARI HARI TANGGAL TG.PINANG MINGGU 25-Mar-18 SELASA KIJANG 27-Mar-18
JAM 13.00 10.00
28-Mar-18
10.00
TG.PINANG
13.00
JUMAT
30-Mar-18
07.00
TG.PINANG
SENIN
02-Apr-18
11.00
SABTU
31-Mar-18
04.00
KIJANG
SABTU
31-Mar-18
08.00
TG.PRIOK
MINGGU
01-Apr-18
01.00
KIJANG
MINGGU
01-Apr-18
18.00
K. MARAS
SENIN
02-Apr-18
06.00
KIJANG
RABU
04-Apr-18
13.00
SABTU SENIN
07-Apr-18 09-Apr-18
06.00 11.00
TG.PINANG KIJANG
MINGGU SENIN
08-Apr-18 09-Apr-18
13.00 13.00
TG.PINANG
RABU
11-Apr-18
13.00
TG.PINANG
SENIN
16-Apr-18
11.00
KIJANG
RABU
18-Apr-18
13.00
23.00
KIJANG
SENIN
16-Apr-18
01.00
06.00 10.00 06.00 10.00 06.00 10.00
TG.PINANG BATAM BATAM BATAM BATAM BATAM
RABU RABU MINGGU RABU MINGGU RABU
02-Mei-18 28-Mar-18 01-Apr-18 04-Apr-18 08-Apr-18 11-Apr-18
13.00 13.00 11.00 13.00 11.00 13.00
No.
NAMA KAPAL
1 2
KM. SABUK N-62 KM. BUKIT RAYA
DARI SENAYANG LETUNG
3
KM. SABUK N 30
TAMBELAN
RABU
4
KM. SABUK N-62
TAMBELAN
5
KM. BUKIT RAYA
BLINYU
6
KM. DOROLONDA
7
KM. SABUK N-39
8 9
KM. SABUK N-62 KM. BUKIT RAYA
SENAYANG LETUNG
10
KM. SABUK N 30
TAMBELAN
SENIN
09-Apr-18
08.00
11
KM. SABUK N-62
TAMBELAN
JUMAT
13-Apr-18
07.00
12
KM. SABUK N-39
K. MARAS
SABTU
14-Apr-18
06.00
13
KM. DOROLONDA
TG.PRIOK
MINGGU
15-Apr-18
14 1 2 3 4 5
KM. SABUK N-39 KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD
K. MARAS TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK TG.PRIOK
SABTU RABU MINGGU RABU MINGGU RABU
28-Apr-18 28-Mar-18 01-Apr-18 04-Apr-18 08-Apr-18 11-Apr-18
JUMAT
30-Mar-18
TUJUAN TAMBELAN - SINTETE BLINYU - TG.PRIOK (PP) KUALA MARAS - TAREMPA - MIDAI - P.TIGA - SELAT LAMPA - SEDANAU P.LAUT - RANAI - SUBI - SERASAN - SINTETE - TAMBELAN SENAYANG - JAGOH - P.BERHALA - JAGOH - P.PEKAJANG - BLINYU P.PEKAJANG - JAGOH - SENAYANG LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK SURABAYA (PP) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - BAU-BAU - NAMLEA - AMBON TERNATE - BITUNG (PP) TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS TAMBELAN - SINTETE BLINYU - TG.PRIOK (PP) KUALA MARAS - TAREMPA - MIDAI - P.TIGA - SELAT LAMPA - SEDANAU P.LAUT - RANAI - SUBI - SERASAN - SINTETE - TAMBELAN SENAYANG - JAGOH - P.BERHALA - JAGOH - P.PEKAJANG - BLINYU P.PEKAJANG - JAGOH - SENAYANG TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - BAU-BAU - NAMLEA - AMBON TERNATE - BITUNG (PP) TAMBELAN - SINTETE TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN TG.PRIOK (PP) TG.BALAI - BELAWAN TG.PRIOK (PP)
1. PERUBAHAN JADWAL TSB DIATAS BILA ADA PERUBAHAN / KOREKSI AKAN KAMI BERITAHUKAN. 2. KEPADA CALON PENUMPANG PEMBELIAN TIKET AGAR SESUAI IDENTITAS/ KTP. 3. KETERANGAN LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI CALL CENTER 021 - 162 4. PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG TELP. 0771 - 21513 5. 2 (DUA) JAM SEBELUM KAPAL BERANGKAT SUDAH DI TERMINAL PELABUHAN
TANJUNGPINANG, FEBRUARI 2018 TTD PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG
D-1St Female Station in Bintan Island Indonesia
Jl. Yos Sudarso No.63 Lantai 2-4 Batu Hitam, Tanjungpinang Telp. 0771 - 318 637. Fax. 0771 - 319 489 Email : radioonine@gmail.com
Marketing : 0812 7099 8897 (Fira Rewadi) 0852 6453 3303 (Andy)
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS
3
Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
Pantai Club Med, Bintan
Serasa Permadani Putih A
SPEK penting yang membuat pantai di Bintan memikat mata pelancong dari penjuru dunia adalah pasirnya. Selain terhimpun rapi dalam sebentang garis panjang, pasir pantai di Bintan terkenal putih dan bersih. Bahkan, telah sering terdengar pantai di Bintan boleh sejajar keindahannya jika dibandingkan dengan pantai di Bali. Cobalah berkunjung ke pantai yang berada di kawasan resor Club Med, Bintan. Sebagai sebuah destinasi kunjungan wisata kelas dunia, pasir pantai
ini disebut sebagai satu di antara yang terbersih. Saking bersihnya, seolah-olah tidak berlebihan jika mengibaratkan permadani putih. Tak heran jadi pemandangan lumrah sejumlah pelancong bermain dan berbaring di sana. Kebersihan memang jadi kunci di balik kenyamanan yang dicari para pelancong. “Kebersihan pantai memang prioritas nomor satu untuk dijaga,” kata Eddy, seorang staf penjaga kebersihan pertamanan dan pantai Club Med, Bintan, akhir pekan lalu. Hal itu pula yang menjadi
tanggung jawab Eddy saban hari. Atasannya selalu mengingatkan agar pantai dan taman di kawasan resor tertata rapi. Tidak boleh ada sampah yang berserakan. Hal ini yang selalu lekat dalam ingatan Eddy dalam menunaikan kerjanya. Namun, sungguh sayang beribu sayang, ketika pengelola sudah memerhatikan kebersihan pantai sebagai prioritas utama, justru hal tak terduga datang dan merusak segalanya. “Limbah hitam itu bikin tercemar pantai di sini,” ujar Eddy.
Beberapa waktu lalu, pihak tidak bertanggung jawab membuang limbah minyak hitam ke laut. Dampaknya yang amat terasa selain mencemari laut adalah merusak keindahan pantai. Dan ini yang membuat Eddy dkk harus bekerja ekstra agar permadani putih yang menjadi tanggung jawabnya harus terjaga. “Sangat disayangkan. Padahal Bintan terkenal karena pantainya yang bersih. Tapi justru sekarang malah terkena limbah. Hal ini harus jadi perhatian bersama,” ujar Eddy. (jendaras)
FOTO-FOTO: JENDARAS/TANJUNGPINANG POS
Lanskap pasir putih di Club Med, Bintan. REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT: SYAFRINALDI
4
Komunitas
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
Yayasan Masyarakat Layang-layang Indonesia Tanjungpinang
Menganjung di Kampung Sendiri Y
ANG terwariskan dari masa lalu, bukan berarti harus bertinggal di belakang. Selalu masih saja ada sesuatu yang bisa berguna atau setidaknya menyenangkan untuk hari ini dan masa depan. Permainan rakyat dari masa lampau begitu. Bukan berarti dengan kemajuan
zaman yang sedang ingarbingarnya lantas pantas ditinggalkan begitu saja. Justru, ketika dimainkan lagi hari ini dapat memberikan pengalaman tersendiri. Kalau sampai tidak, tidak mungkin terbentuk sebuah komuntas pecinta layanglayang dalam wadah Yayasa Masyarakat Layang-layang Indonesia (YMLI). Di sini, adalah wadah bagi para pecinta dan pegiat layang-layang. Kegiatannya tidak hanya dalam negeri, melainkan sampai ke negara
tetangga. Baru-baru ini, mereka urun tampil di festival layang-layang di Malaysia. Sejumlah prestasi bisa dibawa pulang ke Tanah Air. “Alhamdulillah, itu membuktikan layanglayang Kepri masih bisa bersaing di kancah internasional,” kata Rahmat Prawija, Ketua YMLI Tanjungpinang. Bagi Rahmat, geliat layang-layang di Tanjungpinang masih belum seperti yang diharapkan. Jikalau dibandingkan dengan antusiasme yang ia dapati di Malaysia, masih belum
boleh dikatakan sebanding. Padahal, kata Rahmat, layang-layang sudah pernah jadi bagian dari permainan rakyat sejak zaman lampau. Hal itu, kata dia, bisa dibuktikan dengan banyaknya varian layanglayang khas dari Kepri. “Juga ada namanya layangan Bulang Cahaya, yang ditampilkan Pak Rida di novelnya itu. Sebuah layang-layang tanda cinta Raja Jakfar dengan Tengku Buntat,” ucap Rahmat. Sebab itu, menurut Rahmat, layang-layang tidak hanya bisa dilihat dari unsur sukan belaka.
Melainkan juga ada nilai kebudayaan, sehingga patut mendapat tempat untuk dilestarikan. Peran para pegiat dan disokong pemerintah melalui pembinaan dan festival-festival, dinilai Rahmat, akan jadi sarana yang bagus dalam upaya menganjung layangan di kampung sendiri. “Dan perlu diingat juga, layang-layang ini juga bisa masuk dalam komponen penting ekonomi kreatif,” ucap pria yang baru dilantik sebagai Ketua YMLI Tanjungpinang, tengah bulan lalu ini. (fatih)
FOTO-FOTO: YMLI TANJUNGPINANG
Pelantikan pengurus YMLI Tanjungpinang, tengah bulan lalu.
IKLAN BARIS SELERA KITA -------------------------------“MENERIMA PESANAN PECAL LELE“ PENGANTARAN DARI JAM 15.00 (SORE) S/D JAM 03.00 (MALAM). ALAMAT : JL. HANDJOYO PUTRO PERTOKAN GESYA
DI JUAL CEPAT RUMAH TYPE 105 LT. 96 M2, 2 KT, 2 KM, LISTRIK 1300 WATT, AIR PDAM. ALAMAT : HANGTUAH PERMAI KM. 11, BLOK H, GANG KASTURI 3 NO. 18 HUBUNGI : 0813 7220 7170 HARGA NEGO
ANDA BUTUH RUMAH SUBSIDI? TYPE 36/ 98 (READY) DATANG LANGSUNG KE KANTOR PT. CAHAYA KRISTAL PROPERTI ALAMAT : JL. D.I. PANJAITAN KM 9. ATAU HUBUNGI : HP 0812 6891 0101
INGIN MILIKI RUMAH SUBSIDI? DI KM 13 ARAH KIJANG. HUBUNGI : 0858 3477 3078
ERDEKA BOOK STORE. MENJUAL BUKU SEJARAH & SASTRA MELAYU. WWW.ERDEKABOOKSTORE.COM
MENERIMA PESANAN BROWNIS KUKUS. SIAP ANTAR KE ALAMAT ANDA. #UK. 22 X 22 = RP.90.000# UK. 22 X 10 = RP. 45.000#. HUBUNGI : AMI. 0823 9297 9062
MENERIMA BELAJAR SILAT UNTUK PENGAJARAN DI HARI JUMAT MLM PUKUL 7.30 & MINGGU JAM 7.00 WIB PAGI. BERMINAT HUB. : HP. 0822 8816 6100
MENJUAL OBAT GAMAT. MENGATASI BERBAGAI PENYAKIT. BERMINAT BISA ANTAR KETEMPAT. HUB. : 0813 7209 4056
TOPI DAN TOTEBAG BY DANNISA“, TERSEDIA DI...KEDAI OLEH2 SRI PINANG JL GANET BANDARA TPI, SOUVENIR SHOP BINTAN PARADISE JL PANCUR TPI. INFO ORDER CUSTOM DESAIN SILAHKAN KONTAK : 0853 3410 6699
FOODY CV ORINEFA MENERIMA PESANAN KUE SNACK BOX, KUE KERING DAN NASI KOTAK, PEMESANAN WA/HP 08117016111, WA 08117709699, FB RIMAMELATI -AZZAHRAH, INSTAGRAM FOODY_ TANJUNGPINANG, EMAIL R I M A M E L AT I W R @ G M A I L . C O M
MENERIMA ORDERAN HANDBOUQUET FLANEL DAN JASA UKIR HENNA, UNTUK KATALOG BISA CEK DI INSTAGRAM @SUHABOUQUET DAN @SUHAHENNA, PEMESANAN MELALUI WHATSAPP 0 8 1 3 6 5 3 0 1 0 6 1
PINJAMAN TANPA BI CHECKING CAIR SUPER CEPAT JAMINAN BPKB SEPEDA MOTOR, MOBIL, TRUK HUBUNGI RUSDI, HP 0821 5855 6420
CUCIAN MENUMPUK, LAUNDRY BOSS SOLUSINYA, NGELAUNDRY TANPA HARUS KEMANA-MANA, DRIVER JEMPUT PAKAIAN LANGSUNG DITIMBANG DIRUMAH PELANGGAN, SELESAI DILAUNDRY AKAN DIANTAR KEMBALI, FREE ONGKIR, HUBUNGI TLP/WA : 0822-8396-1617 (SITI), 0852-7199-9702 (FADILLAH)
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
Mau pasang iklan?
Hubungi : 0852 6404 0033
LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS
5
Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
Rempah Pemikat Lidah Sultan Laksa Kak Yus, Penyengat JANGAN pernah anggap enteng kuliner rumahan. Nasib adalah kesunyian masing-masing. Ia datang dan bisa membawa orang pada sebuah kehidupan yang tanpa pernah diduga, pada sebuah patahan nasib yang membelokkan segala kemungkinan. Apalah arti seorang Yusnah. Ia adalah ibu rumah tangga sebagaimana perempuan lain. Namun, siapa sangka dari tangan perempuan kelahiran Senayang 15 Agustus 1970 ini
telah tercipta suatu citarasa yang memikat lidah. Bukan sembarang lidah pula, melainkan lidah seorang sultan dari Malaysia. Kak Yus, begini ia akrab disapa, sampai tidak menyangka. “Kata orang yang dengar, Sultan itu cakap, laksa kuah buatan saya beda dengan yang ada di Malaysia. Sedap sangat,” begitu kenangnya. Di sinilah patahan nasib itu. Kak Yus kemudian memperoleh undangan khusus dari sang
sultan yang kadung terpikat dengan laksa kuahnya. Ia diminta menyeberang ke negeri jiran dengan satu misi khusus: memasak laksa untuk sajian resepsi pesta pernikahan anak sultan. “Tapi beribu maaf, Kak Yus tak dapat penuhi permintaan Sultan itu karena di rumah ada orderan yang juga tidak mungkin ditinggalkan,” tutur Yusnah. Keterampilan tangan Yusnah meracik laksa kuah adalah buah
dari ketekunan 22 tahun. Selama lebih dari dua dekade itu, ia selalu setia dengan ragam rempah dan bumbu pilihan atas nama kenikmatan sajian sebuah laksa kuah. Bagi Yusnah, kuah adalah kunci. Maka, harus rempah-rempah terbaik dan ikan segar. “Saya belajar dari Ibu saya,” kenang Kak Yus. Kini, siapa yang tidak kenal laksa kuah Kak Yus. Sampai-
sampai ia seringkali diminta memasak laksa untuk acara resmi pemerintahan atau sekadar hajat pernikahan. Puncak dari segala pesanan, sambung Yus, kerap kali terjadi jelang Hari Raya Idul Fitri. Sejak tiga pekan sebelum lebaran, Yus sudah membuka kran orderan. “Karena tenaga terbatas, saya tidak bisa terima semua, harus dibagi,” ucapnya.
Jumlah orderan tiap lebaran tidak kurang dari lima ribu keping. Bahkan tahun lalu, ia mendapat orderan sebanyak 6 ribu keping laksa, dengan 1.500 di antaranya untuk tetangganya di Penyengat. “Semoga nanti bisa tambah tenaga kerja biar terpenuhi semua orderannya,” kata Yus yang kini hanya dibantu tiga anak laki-lakinya. (fatih)
Kak Yus tengah menyiapkan laksa kuah pesanan pelanggannya.
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT: SYAFRINALDI
6
Goes to School
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
Mobil Baca Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kepri
#AyoBacaBuku K
FOTO-FOTO: DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KEPRI
Di SDN 004 Binaan Tanjungpinang Timur.
Antusiasme anak-anak membaca di SDN 004 Binaan Tanjungpinang Timur.
„ REDAKTUR: FATIH MUFTIH
AMPANYE ajakan membaca, tidak bisa lagi cuma slogan. Perlu aksi nyata. Berdiam diri dan sekadar memekik lantang, tidak lagi didengar. Perlu urun tenaga jua. Peringkat minat baca bangsa ini yang sudah kadung ancur lebur tidak perlu diratapi berkelanjutan. Yang perlu dilakukan adalah bergerak maju, dan menyimpan asa optimisme bahwasanya minat baca bisa ditingkatkan dari waktu ke waktu. Siapa yang harus mulai pertama? Tidak ada yang harus diaju-ajukan. Pergerakan bersama justru kunci di balik mengerek peringkat minat baca anak-anak Indonesia. Mau itu pemerintahan atau swasta, punya tanggung jawab yang sama untuk mengajak masyarakat kembali gemar menyuntuki buku.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kepri punya sederet program. Satu yang paling nyata adalah menggelorakan gerakan #AyoBacaBuku melalui mobil baca yang tersedia. Mobil yang mengangkut ratusan judul buku ini dibawa keliling menyambangi sekolahsekolah dasar yang ada di Tanjungpinang. Pesimisme peringkat minat baca anak Indonesia seketika runtuh ketika menyaksikan semangat dan antusiasme bocah-bocah ini menyambut kedatangan mobil baca. Mereka berlari, mereka bergegas, mereka melesat, mereka menyongsong buku-buku itu dengan sukacita. Buku-buku yang semula tertata rapi jadi berantakan tak keruan. Tapi itu bukan masalah. Justru, di situ semakin terlihat ada antusiasme sebenarnya
dalam jiwa anak-anak akan kegiatan membaca. Dan ... kampanye yang digaungkan DPAD Provinsi Kepri melalui tagar #AyoBacaBuku itu baru permulaan. Terus bergantung saja pada kegiatan itu tidak cukup. Perlu urun
nyata bersama agar peringkat itu bisa meningkat dalam survey tahunan ke depannya. Tinggal, bagaimana mencari metode paling tepat dalam mengajak anak-anak kembali meraih buku bacaan. (fatih)
Di SDN 003 Pinang Kencana, Tanjungpinang Timur.
„ LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
7
MINGGU 1 APRIL 2018
Wagub Isdianto Bertamu ke Tanjungpinang Pos
Harus Benar dan Berimbang TANJUNGPINANG - Di antara kesibukan Isdianto di hari ketiga sebagai Wakil Gubernur Kepri adalah berkunjung ke kantor redaksi harian Tanjungpinang Pos, Kamis (29/3) lalu. Didampingi Andi Anhar dan Endi Maulidi, Isdianto disambut hangat Pembina Tanjungpinang Pos, Rida K Liamsi dan Manajer Umum M Nur Hakim.
Ada bungah merekah di wajah Isdianto. Proses berliku menuju amanah baru sebagai wakil gubernur, rupanya begitu menyita tenaga. Ada sederet proses dan tahapan demi tahapan hingga memakan waktu kurang lebih lima bulan. “Saya bahkan baru bisa tidur jam enam pagi,” tutur Isdianto. Bagi Isdianto, itulah fase pengalaman hidup yang
tidak mudah dilupakan. Adik almarhum Gubernur Sani ini berharap, amanah yang diemban sampai 2021 mendatang bisa memberi manfaat yang baik buat Provinsi Kepulauan Riau ke depannya. Di antara banyak pihak yang terlibat dalam proses panjang menuju kursi wakil gubernur, selain jajaran partai pengusung, anggota DPRD Kepri, serta
masyarakat luas, adalah media massa. Isdianto tak menampik itu. Inilah mengapa ia senang bisa berbagi kisah kepada Tanjungpinang Pos, sebagai harian yang banyak dibaca masyarakat Tanjungpinang. Di mata Isdianto, media massa punya peran sentral dalam membangun daerah. Maka, ia berharap bisa ada sinergi serius dan nyata antara pemerintahan
F-SUHARDI/TANJUNGPINANG POS
Isdianto berkunjung ke Tanjungpinang Pos, Kamis lalu.
dan media massa. “Makanya saya berharap (Tanjungpinang Pos, red) bisa terus menghadirkan berita yang benar dan
berimbang,” ucap Isdianto. Hal ini menjadi pondasi penting, karena, sambung dia, sampai berita itu salah dan kadung menyebar luas
di masyarakat, akan susah dibenahi. Benar dan berimbang menjadi patokan paling tinggi untuk sebuah kerja jurnalistik. Kepada Isdianto, Rida berharap pemerintah semakin punya kepedulian terhadap bidang kebudayaan, olahraga, dan pers. Tiga hal ini, sambung Rida, adalah elemen penting yang tidak lepas dari kerja pembangunan Kepri ke depannya. “Apalagi Kepri baru punya pahlawan nasional yang baru, saya harap Pemprov bisa memberikan perhatian kepada zuriatnya,” ucap Rida. (ais)
Oase............................................................................................................................dari halaman 1 Belanda tak juga membuka mata, ketika Pulau Sambu dibangun menjadi pangkalan minyak mereka, Royal Dutch Shell pada 1920-an. Sambu tetaplah semata oil base yang kemudian berganti jadi Pertamina Pulau Sambu. Dengan pendekatan militer dan sedikit copy paste dari kolonial, Batam kemudian melewati era babat alas. Ada empat fungsi utama Otorita Batam (OB) yang lahir dari kemunduran Pertamina, yakni industri, perdagangan, pariwisata dan alih kapal (transshipment). Industri dan perdagangan menjadi titik berat OB, sedangkan pariwisata dan
terutama alih kapal agak dicuaikan. Jika ingin serupa Singapura mestinya Batam di hari – hari awal sudah memikirkan bagaimana membangun pelabuhan berkelas internasional yang sama levelnya. Sampai hari ini tidak ada pelabuhan peti kemas bonafide milik Batam. Padahal bagaimana Singapura bisa direbut Raffles lalu mendunia, adalah berkat pelabuhannya. Bisikan hantu Daendels demikian kuat mempengaruhi cara berpikir para teknokrat pembangun Batam. Maka yang terjadi adalah politik tanah dengan cara memunggungi lautan
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Diterbitkan Oleh: PT Batam Intermedia Pers Terbit sejak tanggal 28 Oktober 2009 Alamat Redaksi: Komplek Pinlang Mas No.15 Lt 2-3 JL.DI Panjaitan-Batu IX Tanjungpinang, Telepon : (0771) 7447234 (hunting), Fax (0771) 7447085
emas. Namanya saja Batam sebagai etalase utama dan gerbang Indonesia, tapi peran yang dimainkan hanyalah sebentang halaman belakang untuk menampung muntahan Singapura. Industrialisasi dan politik tanah yang dikombinasikan dengan mindset kontinental sebagai penyediaan lapangan industri, melahirkan Teori Balon Habibie. Inilah dasar utama upaya penyambungan gugus kepulauan Barelang dengan enam jembatan yang kemudian vakum. Batam memilih mundur ke selatan untuk memperluas halaman belakang. Bila saja pembangunan
jembatan Barelang dialihkan untuk mendirikan pelabuhan – pelabuhan kelas dunia yang langsung berhadapan dengan peradaban ekonomi internasional, maka Batam tak perlu ditelikung oleh muridnya Port of Shenzhen dan tetangga dekat Johor Port Pasir Gudang. Tidak cukup ruang untuk menjelaskan sejarah industrialisasi Batam hingga kini kita sampai kepada fakta kekinian, tentang Batam yang sedang stagflasi. Seperti tersesat di padang pasir, Batam sedang mengejar oase. Salah satu oase itu adalah Batam Menari 2018. Tentu kita ingin bertanya
Pimpinan Umum/GM/Penjab : M Nur Hakim Wakil Pimpinan Umum : Ramon Damora Pemimpin Redaksi : Ramon Damora Wakil Pemimpin Redaksi : Zakmi Pimpinan Perusahaan : M Nur Hakim Manajer Umum/Adm/Keu : Ari Istanti Manajer Pemasaran : M Nur Hakim Manajer Iklan : M Nur Hakim
PEMBINA MANAJEMEN : Rida K Liamsi, Suhendro Boroma
Dewan Redaksi : M Nur Hakim, Ramon Damora, Zakmi, Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih
apa umpan balik dari helat ini? Batam yang maskulin mendadak feminim, bersolek di sana sini. Apakah kemudian akan menyelesaikan masalah? Apakah kita sedang berharap ribuan buruh buruh maskulin yang dipecat kemarin akan mendapat berkah dari tarian. Dari kunjungan wisata, sejauh ini Batam baik – baik saja. Dari 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional, Kepuluan Riau khususnya Batam selalu menempati urutan ketiga setelah Bali dan Jakarta. Ini diakui sendiri berkali-kali oleh Menteri Arief Yahya. Statistik ini menjadi anomali
jika faktanya ekonomi Batam tetap lesu. Batam Menari pun akan menjadi anomali ketika itu dilakukan untuk menjawab persoalan. Namun, sebagai sebuah terobosan, festival budaya Batam Menari dengan 16.000 peserta itu diharapkan dapat menjadi ikon baru. BP Batam yang selama puluhan tahun berurusan dengan tanah, besi dan tembok kini juga berhadapan dengan busana adat dan jemari lentik. Mungkin BP Batam akan melewati hari-hari penuh kecanggungan bahkan cibiran. Tapi jika itu sudah pilihan, kita perlu menuntut totalitas. Kita sudah gagal untuk
bersanding selevel dengan Singapura, Johor dan Shenzhen. Tapi tidak terlalu muluk memberikan ekspektasi tinggi untuk menjadikan Batam sebagai Kota Festival. Bila perlu Batam Menari kelak akan serupa dengan Rio Carnival yang menyedot jutaan turis asing saban tahun, atau Harbin Ice and Snow Festival di China, dan Holy Festival di India yang benar – benar mendunia. Pertanyaannya sudah sejauh mana dunia diberi tahu soal Batam Menari 2018? Atau Batam Menari hanya sekelas pesta rakyat yang hanya ditonton kita sama kita? ***
DIVISI REDAKSI Redaktur Pelaksana Kompartemen: Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih. Redaktur: Martua P Butarbutar, Yusfreyendi, Adly Bara Hanani Reporter: Suhardi (Koordinator), Desi Liza Purba, Andri Dwi Sasmito, Raymon Sandy, Jendaras Karloan (Bintan Utara), Tengku Irwansyah (Lingga), Daniel Tambunan (Karimun), Hardiansyah (Natuna), Indra Gunawan (Anambas). Sekretaris Redaksi: Fauziatul Husna Ardelia
Tarif Iklan
Halaman Muka (FC) Rp 30.000,-/mm kolom. Halaman Muka (BW) Rp 25.000,-/mm kolom. Halaman DIVISI ONLINE Fatih Muftih (Penjab), Desi Liza Purba (Wakil Penjab) Dalam,- (FC) Rp 25.000,-/ mm kolom. DEPARTEMEN PRACETAK/LAYOUT/PERWAJAHAN: Dobby Fachrizal (Manajer), Syafrinaldi (Penjab Layout), Gilang Dhikapati, Agung Saputra Prastya (Staff). Halaman Dalam (BW) Jaringan/IT/Online: Rahmat Santoso (Penjab). Rp 15.000,-/mm DIVISI BISNIS kolom. Iklan Umum/ Departemen Umum, Adm, & Keuangan: Penjab: Dahlia , Kasir: Reynaldi Syah Display (BW) Rp Customer Service: Dilas Tari Umum: Irhamna. Departemen Iklan: Saifullah (Ass. Manager), 15.000,-/mm kolom. Penjab Desain Iklan: Kevin Perdana, Wira Harjuman. Penjab Adm Piutang: Dahlia Anna, Juni Ella. Penjab Penagihan: Jefri, Departemen Pemasaran & EO: Rijon Sitohang (Penjab Ekspedisi) Iklan Ucapan Selamat Yurika, Sri Wahyuni, Afriyanti (Penjab Adm Piutang dan Retur). (FC) Rp 7.000,-/mm Departemen Pemasaran Koran: kolom. Iklan Ucapan Rijon Sihotang (Penjab Ekspedisi), Eris Surahman, Pariadi. Selamat (BW) Rp Penjab Pemasaran Koran: Hardian, Sudiarta,Wahyu Gustianto, Isep Ilham, Tarmizi 3.500,-/mm kolom. Penjab Langganan Koran: Afriyanti, Sri Wahyuni (Staf) Iklan Dukacita Rp Perwakilan - Perwakilan 3.500,-/mm kolom. Batam (Martua Butar-butar, Tarmizi Rumahitam), Lingga (Tengku Irwansyah), Bintan Utara (Jendaras Karloan), Karimun (Alrion Tambunan), Natuna (Hardiansyah), Anambas (Indra Sport Color Rp 7.000,Gunawan), /mm kolom. Advertorial Kepala Biro Iklan Jakarta: Shanti Novita Rp 5.000,-/ mm kolom.
Dicetak pada : PT Ripos Bintana Press. Isi di luar tanggung jawab percetakan.
REDAKTUR: FATIH
LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
REDAKTUR: ADLY BARA
IKLAN
8
LAYOUT: SYAFRINALDI
Jembia
MINGGU 1 APRIL 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Jembia terbuka untuk semua tulisan dan foto seni kreatif. Kirim naskah, biodata, foto terbaru Anda ke alamat email: jembiatanjungpinangpos@gmail.com
Kalam kuyat Kaman Syahi jahannam Kalam kisarbad Walad mir sanam Akrabad jantaba Syaddaman jadam Walikayakbar badaulat rasanam
“Berkata kalam aku ini raja memerintah akan dunia. Barangsiapa mengambil akan aku dengan tangannya tak dapat tiada aku sampaikan juga kepada kerajaan. Dan barangsiapa yang celaka tiadalah aku kenal akan dia. Tetapi sekali-kali jika dicapainya juga akan niscaya daku sampaikan juga pada kerajaan.” Syair Parsi dikutip Raja Ali Haji pada mukadimah Bustan al-Katibin. (1851)
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT: DOBBY F
10
MINGGU 1 APRIL 2018
hari puisi
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
sajak-sajak JUMARI HS Tongkat
Air Mata Membentur Batu
Berpeganglah aku di usia renta, begitu tulang-tulang kakimu merapuh tak mampu melangkah menyusuri huruf maupun angka-angka cinta yang berserakan di pelataran semesta, dan pandangan matamu mengabur
Aku melihat banyak airmatamu menetes di sepanjang jalan ia tak mampu menahan luka dari lemparan berpuluh jarum yang tajamnya diasah pengkianatan-pengkianatan
setiap orang pasti akan mengalami tua, bukan? Aku menjadi sahabat setiamu sebagaimana langit ditinggalkan matahari, lalu senja datang membawa kesepian dan kenangan-kenangan
airmatamu itu senantiasa berlinangan, dan aku merasakan sembilunya menyerupai bayang-bayang berlintasan di lubuk kesepian datang pergi seperti hantu menebarkan bermacam ketakutan
sebatang kayu itulah aku yang senantiasa menuntunmu ke rumah abadi, keringat dan airmata tak mungkin berdaya mengaruskanmu sebab aku menjelma alif tegak dalam cintamu.
aku mendengar denting airmatamu membentur bebatuan lalu meleleh tangis dari kelopaknya yang tak mampu menahan derita kehidupan silih berganti dalam wajah bopeng-bopeng dan sulit dikenali lagi.
Tidur Lagi Bangun pagi tidur lagi itulah kekuasaan, lalu lelap tak sadar dikejar mimpi-mimpi lewat mulut berjuta suara dibohongi lewat uang berjuta harga diri dibeli lewat kata berbual cinta pun dikencingi bangun pagi tidur lagi itulah kekuasaan jika kapas menyumpal telinga jika masker menutup mulut jika tali mengikat kaki jika cadar menutup mata bangun pagi tidur lagi tak bangun-bangun di ranjang kepentingan tak bangkit-bangkit di kursi ketidakadilan tak sungkan-sungkan menyulap diri jadi tuhan bangun pagi tidur lagi lalu melupa mati!
Kursi Suara Kami
Kudus, Maret 2018.
Kursi itu suara kami, lidahnya lentur buat proganda atas nama demokrasi empuk di pantat, ngantuk di mata membuat lupa sejarah undang-undang dijungkirbalikkan peraturan-peraturan dikemas untuk kepentingan keadilan dilacurkan
Memandang Persawahan Pandanglah petani mencangkul keringatnya sendiri di riuh suara mesin yang senantiasa menderu memecah hati siang malam srigala melolong begitu kerasnya dari dalam perumahan, maupun gedung-gedung industri
kursi itu suara kami, jeritannya melolong perih dan dibiarkan kesakitan dalam imunitas ketamakan tak peduli airmata meratap kursi itu suara kami, desahnya parau kehilangan mimpi dan harapan. Kudus, Maret 2018.
memandang pesawahan ada yang hilang di mata zaman hijau rumput dan ilalang tinggal kabel-kabel listirk membentang angkuh : capung, belalang maupun burung-burung pergi entah ke mana memandang pesawahan, memandang orang-orang mengubur masa depan. JUMARI HS, lahir di Kudus, 24 November 1965. Tahun 2011 diundang University Hangkuk Seoul Karea Selatan dan membacakan puisinya di Kota Ansan. Sekarang sebagai Ketua Teater Djarum.
Klinik Puisi #1
Alusi, karena Sajak tak Perlu Catatan Kaki
TELAH DIBUKA: KLINIK PUISI! Ketika orang sakit, dengan mudah kita tahu sekiranya hendak ke mana dibawa. Lain halnya ketika puisi yang sakit. Tidak ada rumah sakit, puskesmas, tabib, mantri, atau dukun sekali pun, yang sanggup mengobati atau kasih jampi-jampi. Tapi bisakah puisi sakit? Tentu saja. Era ketika menulis puisi dengan sedemikian mudahnya bisa terpublikasi, sejalan dengan semakin minornya kepercayaan pada kerja kurasi. Puisi yang belum puisi, ditayangkan di laman-laman media sosial, juga diterbitkan di buku-buku, padahal belum tampak benar kata-kata yang ditampilkan di sana adalah puisi. Itulah puisi sakit. Maka, Jembia kini telah membuka rubrik Klinik Puisi. Tempat penyakit yang diidap puisi bisa didiagnosa dan dicarikan obatnya. Hanya satu mantri yang praktik di sini. Namanya Hasan Aspahani. Kredibilitasnya dalam menekuni jalan puisi telah mengantarkannya pada ragam prestasi. Pada 2016 lalu, buku puisinya Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering menjadi buku puisi terbaik bersempena Hari Puisi Indonesia. Sekarang, ia membuka praktik di Klinik Puisi. Jika puisi Anda sedang sakit, Anda sudah tahu ke mana membawanya. Kepada Jembianis sekalian, jangan segan, bisa berkonsultasi suka-suka melalui surel jembiatanjungpinangpos@gmail.com dengan subjek Konsultasi Klinik Puisi untuk kemudian diteruskan kepada mantri yang bertugas. Kami percaya, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sekali pun itu penyakit puisi. Selamat menikmati.
hadap tokoh nyata, sosok fiktif, peristiwa bersejarah, kejadian heboh, suatu hal ihwal, atau bagian dari teks lain. Alusi adalah siasat teks yang bisa dipakai oleh penyair untuk oleh: HASAN ASPAHANI membangun kompleksitas dan muatan makna yang padat dalam puisinya. Aku kira Alusi hadir berupa sepotong kata Beginilah nanti jadinya atau sepenggal ungkapan yang kau kawin, beranak dan berbahagia untuk memanggil sesuatu ke dalam Sedang aku mengembara serupa Ahasveros pikiran, tanpa menyebutkan hal itu Dikutuk-disumpahi Eros secara eksplisit. Aku merangkaki dinding buta Alusi dipakai dengan asumsi Tak satu jua pintu terbuka bahwa telah ada bekal kumpulan pengetahuan yang dimiliki oleh (Chairil Anwar, “Tak Sepadan”, 1943) penulis dan pembaca dan karena itu pembaca akan memahami rujukan ALUSI bisa hadir dalam puisi, juga pengarangnya. Atau pengarangnya dalam prosa. Alusi adalah referensi yakin bahwa pembaca yang penatersirat atau tidak langsung tersaran akan dengan senang akan REDAKTUR: FATIH
mencari tahu tentang hal itu. Alusi adalah salah satu dari sekian bumbu dan rempah yang membuat rasa puisi menjadi kaya. Bukan sajian terang-benderang yang hambar belaka. Alusi berasal dari bahasa Latin yang berarti “permainan katakata”. Jika dirunut lebih jauh ke pangkal etimologinya, kata Latin berasal dari ‘alludere’, yang berarti “bermain-main” atau “mengacu pada mengejek.” Lihatlah, sejak dari asal katanya, alusi memang dianggap sebagai sebuah permainan dan seharusnya itu mengasyikkan dan menyenangkan. Seperti petak umpet, mungkin. Ada ketegangan dan kegembiraan ketika penyair sejak awal berniat menyembunyikan sesuatu, sekaligus memberi petunjuk di
mana ia menyembunyikan hal itu. Pembaca yang ingin ikut bermain akan menemukan kegembiraan yang sama ketika ia berhasil menemukan apa yang disembunyikan itu. Alusi adalah catatan kaki tanpa catatan kaki. Yang belum tahu siapa itu Ahasveros dan Eros tak akan mendapatkan nikmat yang lebih banyak ketika membaca sajak ”Tak Sepadan” yang ditulis Chairil Anwar pada 1943, yang membuka tulisan singkat ini. Itulah alusi. Cukup dengan menyebut dua nama itu Chairil membuat imaji dan uraian tentang siapa aku dalam sajaknya itu. Chairil tak perlu memberi catatan kaki pada dua kata yang hadir menjadi alusi dalam sajaknya tersebut.*** LAYOUT: SYAFRINALDI
11
niskala
MINGGU 1 APRIL 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
candubuku
“
Membaca semua buku yang bagus layaknya sebuah percakapan dengan pemikiran terbaik di abad-abad sebelumnya.
Nyala Lilin yang Menerangi Wanita itu di Kala Malam Cerpen: Fery Fansuri
Sore menjelang malam dalam ruangan mulai gelap tanpa cahaya, aku berpendar menerangi di dalamnya. Tiap malam seperti malam-malam yang lain aku selalu ada dan hadir, aku masih ingat dimana aku berada. Meja disudut kamar itu dekat jendela yang terbuat dari jati, bersebelahan dengan tempat tidur. Aku selalu diletakkan di samping buku-buku, kertas serta tinta, aku bisa melihat sekitarku dengan jelas dan tanpa aku semua buta. Inilah pekerjaanku dan tidak pernah bosan.
A
KU tidak sendiri di kamar itu dan berteman dengan banyak wujud, ada Zigi seekor kecoa yang mempunyai sarang dibalik kayu yang lapuk disisi ujung kamar atau dengan Bonti seekor tikur kecil tanpa mata yangs selalu merayap dipinggirpinggir untuk menemukan jalan keluar. Tapi wujud yang paling aku sukai adalah seorang manusia yang selalu menempati kamar ini. Manusia itu telah lama ada di sini, mulai dari ia remaja sampai dewasa. Aku mengikuti pertumbuhan dan tahu sejarahnya, manusia ini selalu memakai kebaya putih dan jarit bertektur batik. Rambutnya terkadang terurai harum tercium olehku atau sesekali disanggul untuk memperlihatkan keanggunan. Kusuka wajahnya begitu teduh dan menenangkan, kulitnya kuning langsat yang keset dan kencang membuat ingin menjamahnya. Gerak-geriknya begitu ningrat bak putri keraton, lemah lembut dalam bertutur dan tidak tergesa-gesa. Biarpun demikian terkadang liar, berbicara lantang dan berani menolak tanpa dengan batasnya. Semua ativitas ada di kamar ini, mulai pagi menyerobot dibalik jendela sampai matahari kembali ke peraduannya. Aku selalu disini menemaninya dan tak pernah lepas dari mataku, manusia berkebaya jika tiap malam selalu duduk dimeja itu. Disebelahnya ada aku yang menerangi, ia suka sekali membuka buku dan mempelototi satu persatu huruf didalamnya. Tapi aku tak tahu apa yang ia baca, terlihat hanya cover buku itu dalam berbahasa Belanda seperti De Hollandshce Lelie dan Semarang De Locomotief . Ia begitu membaca seksama huruf demi huruf, kata ke kata dan ini membuat alisnya berkerut atau matanya berbinar saat menemukan cerita dalam lembaranlembaran jurnal tersebut. Tidak hanya membaca tapi ia juga menulis, aku sedikit-sedikit melirik apa yang ia tulis. Ia menulis dengan tinta hitam, tulisan begitu indah dengan paragaf demi paragaf tersusun rapi terkesan manusia satu ini terpelajar. Kadang tak sengaja lirikan itu membuat percikan api yang membakar ujung kertas yang ia tulis bahkan membuat lubang-lubang kecil bekas percikanku. Begitu juga saat percikan-percikan apiku mengenai tangan, ia mengaduh kesakitan..maaf..tidak sengaja. Aku cuman penasaran untuk melihat apa yang kamu tulis karena aneh saat anak usia kamu dijaman ini tidak diperbolehkan sekolah atau dipingit tidak boleh keluar rumah. Belajar adat istiadat, bertutur ngoko, merawat diri dengan ramuan tradisional untuk diambil seorang manusia lainnya pilihan keluarga kalian. Tapi kau beda, apa yang kau baca dan tulis tidak mencerminkan itu semua. Tak jarang kulihat engkau menitikkan airmata saat membaca Max Havellar atau De Stille Kraach karya Louis Coperus. Kulihat dari matamu ada sebuah pergolakan batin dan perlawanan akan ketidaksesuaian jamanmu. Malam begitu larut, kaupun menguap sepertinya matamu mengantuk juga. Kau REDAKTUR: FATIH MUFTIH
beranjak dari meja itu dengan menggeser bangku dan mengarah ke tempat tidur itu. Dan tak lupa kau tiup aku seakan mengucapkan selamat tidur kepadaku dan semua jadi gelap dan akupun terlelap menemanimu. *** Suatu malam kau tambah terisak berlinang airmata, kau datang dari pintu itu dan menubruk bantal guling di tempat tidur. Terus menangis sesegukan dan aku tak tahu apa yang kau tangisi. Malam itu memang aku selalu menemani tapi kau tidak menyentuh meja di dekatku atau beraktivitasi seperti biasanya. Sepertinya kau enggan lagi untuk mendekati meja dan bangku yang jadi favoritmu tiap malam. Membaca dan menulis sesuatu kepada teman-temanmu di Holland sana. Aku rindu didekatmu lagi tapi malam kau acuh tak acuh. Begitu juga malam berikutnya kau tak menyentuhku lagi, kau langsung menuju peraduanmu untuk terlelap. Aku merindukan kamu seperti dulu dimana bisa memandangimu dan membikin diriku kasmaran. Ah..kemana kau yang dulu aku tak temukan jawaban sedikitpun. “Hei kau, kenapa tertunduk lesu?” suara tak asing bagiku, Zigi si kecoa sekonyong-konyong muncul dihadapanku. “Oh kau, ada urusan apa kau disini” jawab sekenaku tanpa memalingkan wajahku. “Pasti kau menanyakan manusia satu itu, kenapa tak menyentuhmu kan” kekeh Zigi. “Kau seperti tahu segalanya” sindirku “Pastilah tahu, kau kan hanya disini dan tidak bisa bergerak” “Aku bisa bergerak dan melihat mereka” Aku hanya diam akan perkataan Zigi si kecoa ini “Manusia itu berdebat dengan manusia yang membuahinya dan aku paham semua percakapan mereka” “Manusia yang kau sanjung itu punya keinginan besar” “Ia mau belajar diluar seberang laut sana tapi manusia satunya melarangnya” “Terjadi perdebatan hebat dari dua mulut manusia-manusia itu” Kecoa itu berlalu dihadapanku dengan meninggalkan tanda tanya besar yang tidak aku mengerti. Mengapa dia belajar di seberang negara ini? Kenapa tidak disini saja biar aku bisa terus menatap matanya terus? Ah..pikiranku kacau gara-gara kecoa satu ini. Malam sudah diujung, kerlip bintang berganti matahari. Di dalam pikiranku masih menunggumu tapi tak kunjung kau datang, ada apa denganmu? Hampir berhari-hari kau tidak menyentuh meja, buku atau tinta penamu. Aku sangat merindukanmu saat ini. “Hei kau melamun saja, apa yang kau pikirkan saat ini” lamunanku terhenyak saat Bonti si tikus melintas di depanku sambil dimulut mengerat sisa makanan entah ia dapat darimana. “Oh kamu Bonti. Tidak ada apa-apa, aku hanya jenuh dengan aktivitasku saja” “Jangan bohong. Aku tahu dari
matamu, kau mengharapkan kehadiran manusia itu kan ? Tikus tengil ini seakan tahu akan kegalauan diriku tapi aku tak mengiyakan pertanyaannya hanya memandang jendela didepanku. “ Kau tahu manusia itu tidak akan tinggal disini lagi, akan diboyong oleh manusia lain jenis dari kaumnya” Bonti tiba-tiba cerocos kepadaku. “Maksudmu apa ?” “Kau dengar tadi yang aku katakan kan, manusia pujaan itu akan dikawinkan untuk melahirkan serang bayi” “Kemarin saat aku sedang mengorekgorek sampah dibelakang dapur rumah ini. Aku mendegarkan percakapan keluarga manusia itu. Manusia idolamu itu akan dinikahkan tapi seperti ia tidak setuju tapi yang kudengar itu tradisi negeri ini yang tidak bisa ditolak olehnya” “Menikah ?” “Kawin ?” “Dibawa pergi?” “Apa katamu, benar dan tidak bohong? “ Bonti tidak menjawab malah ngeloyor meninggalkan pertanyaan yang belum ada jawaban bagiku. Hati ini terasa hancur mendengar berita itu, apakah aku cemburu? Ah tidak. Apalah aku buat dia. Hari demi hari, minggu ke minggu, bulan beranjak bulan berikutnya. Kau tak tampak dan kupikir kau tidak akan kembali ke tempat ini. Tapi pada suatu malam pintu kamar itu terbuka perlahan, kulihat engkau diujung pintu tersebut. Kau tampak anggun dengan balutan kebaya putih itu, aku girang akhirnya kau datang juga. Kau melangkah pelan-pelan ciri khasmu, kau menyalakan aku dimalam ini. Kau geser bangku kecil itu dan membersihkan debu ada dimeja yang lama kau tinggalkan. Dikit demi dikit kau buka lagi buku-buku milikmu, aku lihat bola matamu yang berbinar. Kertas di meja itu kau ambil dan pena tinta ada ditanganmu, dengan cekatan kau tuliskan kalimat seksama. Setelah selesai kau bubuhi tanda tangan, rutinitas malam mulai kau lakukan tiap hari. Ini yang membuatku gembira, kau menulis dan merangkai kata-kata. Setelah kau memasukan ke amplop surat dan dikirimkan tukang pos. Tidak hanya satu dan puluhan surat yang telah aku hasilkan bahkan suatu saat pernah kulihat engkau dengan antusias sambil menulis surat, kau berkata “Aku Mau !” Semangat itu menggelora dan berapiberapi dan aku bisa merasakan itu. Aku bergembira akan kamu. kau menemukan tujuan hidup lagi setelah kemarin hilang redup. Kau menulis itu seperti ingin menunjukkan kepada dunia luar sana akan keinginan, hasrat dan tujuanmu. Kau ingin mengubah tatanan lama menjadi baru, kau mau membuka pintu itu dari gelap menjadi terang. Dan itu bisa kulihat dari tulisanmu dan aku paham saat kulirik surat yang kau tulis di bait terakhir itu pada malam aku menerangimu. “…andaikata aku jatuh di tengahtengah perjalananku, aku akan mati bahagia, sebab bagaimanapun jalan telah terbuka dan aku telah ikut membantu membuka jalan itu yang menuju kepada kemerdekaan dan kebebasan wanita..” ~ Kartini kepada Abendanon 1902.***
Socrates Filsuf
Bologna Children’s Book Fair 2018
20 Lisensi Buku Anak Indonesia Terjual BOLOGNA Children’s Book Fair di Italia merupakan pameran buku anak terbesar di dunia. Penerbit buku anakanak dari hampir seluruh penjuru dunia berkumpul di Kota Bologna setiap akhir bulan Maret. Ribuan penulis dan illustrator juga ikut terlibat di sana. Di penyelenggaraan yang ke-55 tahun ini, selama 4 hari tepatnya pada tanggal 26-29 Maret kemarin, Indonesia sudah berhasil menjual lisensi 20 seri buku anak-anak yang ditulis oleh Wikan Satriati yaitu Good Habits dan Character Building masing dengan masing-masing 10 judul. 20 lisensi buku anak tersebut dibeli oleh salah satu penerbit besar di China, Sinolingua. Di luar penjualan tersebut, sebanyak 75 judul lainnya dan 4 seri juga menarik perhatian penerbit asing yang berminat untuk membeli hak penerbitan buku anak Indonesia. Penerbit asing ini datang dari berbagai negara seperti Italia, Spanyol, Perancis, Amerika Serikat, Azerbaijan, Khazakstan, Lebanon, Malta, Turki, Kolombia, China, Singapura dan Benin. Tak hanya penerbit namun banyak ilustrator asing yang berminat terhadap hasil karya ilustrator Indonesia terutama ilustrasi yang sangat khas tradisi Indonesia. Untuk mendorong lebih banyak penerbit asing meminati literatur Indonesia maka bantuan dana penerjemahan, LitRI, yang bernilai maksimum 7,000 dolar per judul buku menjadi salah satu program unggulan yang dipromosikan selama masa pameran. “Salah satu kunci sukses berkontribusi pada perkembangan peradaban adalah pembentukan jejaring internasional dalam pertukaran informasi termasuk melalui buku yang merangsang kreativitas dan inovasi bangsa terutama tentang kultur, sejarah, prinsip hidup dan tata nilai di Indonesia,” kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Perancis, Surya Rosa Putra seperti keterangan yang diterima redaksi akhir pekan ini.**
Susana Pameran Buku Anakanak di Bologna yang menarik ribuan pengunjung dari seluruh penjuru dunia.
FERRY FANSURI, kelahiran Surabaya. Mantan redaktur di sebuah majalah otomotif. Kini sedang menekuni travel writer, fotografer dan entreprenur. LAYOUT: DOBBY F
12
perada
MINGGU 1 APRIL 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Bustan al-Katibin Kitab Perkebunan Juru Tulis Karya Raja Ali Haji
D
KUTUBKHANAH KOL OM OLOM
ASWANDI SYAHRI
Sejarawan Kepri
ARI 147 Pahlawan Nasional Indonesia, Raja Ali Haji adalah satu-satunya sosok yang dianugerahi gelar kehormatan itu karena intelektualitasnya dalam bidang bahasa: Pahlawan Nasional dalam bidang bahasa. Sopistikasi dan pencapaiannya dalam bidang bahasa telah menempatkannya sebagai Munsyi Alam Melayu yang penting pada kurun ke-19. Melalui kitab Bustan al-Katibin yang menjelaskan tata bahasa Melayu dan kamus ekabahasa berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, Raja Ali Haji telah membuka laluan bagi pengetahuan yang sistematis tentang Bahasa Melayu, yang kemudian berevolusi menjadi Bahasa Indonesia Kutubkhanah minggu ini akan memperkenal kitab Bustan al-Katibin yang merupakan kitab tata bahasa pertama di Alam Melayu karya Raja Ali Haji: cendekiawan paling prolific dari Negeri Riau, Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau. Sebaran Manuskrip Judul lengkap kitab tata bahasa Melayu karya Raja Ali Haji ini adalah Bustan al-Katibin lis-Subyan-alMuta’alimin. Oleh Raja Ali Haji, judul utama yang menggunakan Bahasa Arab itu disandingkannya dengan judul imbuhan menggunakan bahasa Melayu, yaitu, Perkebunan Juru Tulis Bagi Kanak-Kanak Yang Hendak Belajar Akan Dia. Menurut Teuku Iskandar (1999:726), dalam manuskrip Bustan al-Katibin koleksi H.C. Klinkert (KI. 107) yang kini berada dalam simpanan Perpustakaan Universitas Leiden, terdapat catatan yang menyebutkan bahwa penulisan kitab ini diselesaikan oleh Raja Ali Haji ibn Raja Ahmad al-Haj ibn Yang Dipertuan Muda Raja Haji fisabilillah di Negeri Riau (Pulau Penyengat) pada pada 19 Zulkaidah 1267 AH, bersaman dengan 15 September 1851 CE. Manuskrip koleksi H.C. Klinkert tersebut ditulis dengan sangat indah menggunakan huruf huruf Arab Melayu atau huruf Melayu, menurut istilah Raja Ali Haji. Ditulis di atas lembaran-lebaran kertas Eropa dengan watermark (tanda air) W LEWIS dan angka 1850, yang biasanya menunjuk kepada tarikh pembuatan kertasnya. Dengan merujuk kepada tarikh yang tercantum dalam alinan Bustan al-Katibin koleksi H.C. Klinkert, maka manuskrip karya Raja Ali Haji koleksi Perpustakaan Universitas Leiden tersebut lebih tua usianya dari dua salinan Bustan al-Katibin koleksi Von de Wall yang kini berada dalam simpanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. T.E. Behren dalam Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantra Jilid 4 koleksi Perpustakaan Nasional (1998:332) mencatat ada dua manuksrip Bustan al-Katibin dengan nomor katalogus W 218 dan W 219 dalam simpanan Perpustakaan Nasional. Dua manuskrip ini berbeda dalam beberapa hal: jumlah halaman dan tarikh penyalinannya. Behren memerikan manuskrip Bustan al-Katibin W 218 selesai disalin pada tahun 1856. Sementara itu, tarikh selesai penyalinan manuskrip Bustan al-Katibin W 219 adalah tahun 1850.
DOK. ASWANDI SYAHRI
Kolofon kitab Bustan al-Katibin karya Raja Ali Haji edisi cetak litografi di Pulau Penyengat tahun 1857.
Selain tiga manuksrip Bustan alKatibin yang semuanya berada di luar Provinsi Kepulauan Riau, hanya tersisa sebuah manuskrip di tempat asalnya, di Pulau Penyengat, kampung Halaman Raja Ali Haji. Kolofon manuksrip yang ditulis menggunakan kalam dari batang resam (Gleichenia linearis CLARKE) dan tinta hitam dan kini berada dalam simpanan Balai Maklumat Kebudayaan Melayu Riau di Pulau Penyengat itu menyatakan ianya disalin pada tarik 1858 CE. Ragam tarikh penyalinan, dan banyaknya salinan yang tersebar menunjukkan menjadi penanda betapa penting arti manuskrip Bustan AlKatibin ini pada zamannya. Edisi Litografi Di sisi lain, mengacu kepada katalog buku-buku Melayu cetakan lama yang disusun oleh Ian Proudfoot, Early Malay Printed Books (1992: 184-185), dapat diketahui bahwa beberapa hanya tersisa delapan (8) eksemplaar edisi litografi (edisi cetak batu) Kitab
DOK. ASWANDI SYAHRI
Iluminasi kitab Bustan al-Katibin edisi cetak litografi di Pulau Penyengat tahun 1857. REDAKTUR: FATIH MUFTIH
Bustan al-Katibin karya Raja Ali Haji yang kini mejadi koleksi beberapa perpustakaan penting di dunia. Dua eksemplar di antaranya berada dalam simpanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) di Jakarta. Sisanya tersebar dalam simpanan perpustakaan School of Ariental and Africam Studies (SOAS) di Inggris; British Library, dan Perpustakaan Oriental and India Office Collections (BL OIOC) di Inggris; Koninkelijk Instituut voor Taal-, Land en Volkenkunde (KITLV) yang kini telah diserahkan kepada Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda; National Library of Singapore; dan perpustakaan Rijkuniversiteit te Leiden (RUL), Belanda. Edisi litografi ini muncul beberapa kali. Dicap atau dicetak pertama kalinya pada tahun 1857. Cetakan selanjutnya muncul tahun 1870 dan 1892. Edisi litografi pertama dicap atau dicetak di Pulau Penyngat pada tahun 1857. Sedangkan dua edisinya lainnya dicap di Singapura oleh Matbaah Haji Muhammad Said al-Jawi atau Haji Muhammad Said bin Haji Arsyad. Tiga (3) eksemplaar Bustan alKatibin edisi litografi tahun 1857 kini berada di PNRI Jakarta dan perpustakaan SOAS di Inggris. Pada kolofon edisi litografi pertama ini dinyatakan bahawa kitab itu dicap atau dicetak di Pulau Penyengat pada tarikh 20 Syakban 1273 AH bersamaan dengan 15 Apri 1857CE, yakni pada masa pemerintahan Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII dan pada masa Raja Ali Haji sedang subur-suburnya berkarya. Selengkapnya dalam kolofon tersebut dinyatakan sebagai berikut: “Telah selesailah al fakir al hakir illallah-ta’ala al-ma’traf bi-al-zanbi wa-al-taqsir al-Raja Ali Ghapur bin al Karim daripada mentaba’ akan kitab Bustan al Katibin ini di dalam negeri Riau di Pulau Penyengat pada zaman maulana al-Sulthan Yang Dipertuan Muda Raja Ali ibni almarhum Yang Dipertuan Muda Raja Ja’far kepada dua puluh hari bulan Sya’ban al Mukarram pada hari Arba’a waktu ‘Asyar jam pukul ampat pada hujrah al Nabi Salallallhu ‘Alaihi Wassalam sannah 1273.” Huruf Melayu dan Suratannya Apa isi Kitab Bustan al-Katibin? Mengenai kandungan isi Bustan alKatibin, Raja Ali Haji menjelaskan dengan ringkas dan padat pada bagian pengantar, sebelum uraian panjang lebar pada bagian Mukadimah, yang ia nyatakan sebagai berikut: “…inilah suatu kitab yang tersimpan bagi orang yang berkehendak atas mengenal segala huruf Melayu dan suratannya [cara menuliskannya]. Dan aku atur akan dia atas suatu mukadimah Pengantar, dan beberapa pasal, dan satu khatimah [penutup]…” Bila dijabarkan secara garis besar, isi kitab Bustan al-Katibin terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah Mukadimah yang menguraikan pertihal ilmu, kelebihan ilmu, adab menuntut ilmu, dan yang berkenaan dengannya. Pada bagian ini pula tercatum syair parsi yang disitir Raja Ali Haji, yaitu sebait syair yang penuh makna yang
ditulis dengan untaian “kata bersayap” perihal kekuatan pena atau kalam yang selalu dikutip oleh para pejangga masa kini, namun jauh dari terjemahan asli yang dibuat oleh Raja Ali Ali Haji. Lengkapnya, kalimat asli dalam bahasa Parsi dan terjebahan dalam bahasa Melayu oleh Raja Ali Haji adalah sebagai berikut: “Kalam kuyat Kaman Syahi jahannam/ Kalam kisarbad Walad mir sanam/ Akrabad jantaba/ Syaddaman jadam/ Walikayakbar badaulat rasanam”… ”…Berkata kalam aku ini raja memerintah akan dunia. Barangsiapa mengambil akan aku dengan tangannya tak dapat tiada aku sampaikan juga kepada kerajaan. Dan barangsiapa yang celaka tiadalah aku kenal akan dia. Tetapi sekali-kali jika dicapainya juga akan daku niscaya aku sampaikan juga pada kerajaan.” Bagian kedua isi kitab ini adalah bagian penjelasan tata bahasa Melayu yang mengadopsi tata bahasa Arab, yang berisikan penjelasan tentang huruf-hurut Melayu yang juga bersumber dari huruf-huruf Arab dan tambahan beberapa huruf yang ‘diciptakan’ khusus untuk bahasa Melayu, serta penjelasan panjang lebar dan rinci tentang cara menuliskan huruf-huruf tersebut menjadi kalimat-kalimat, menyuratkannya atau menuliskannya. Uraian teras utama pada ‘bagian kedua’ kitab ini dikemas dalam 31 pasal yang dicantumkan dalam sebuah fahrasat atau daftar. Diawali dengan, Pasal 1 pada menyatakan huruf yang tiada baginya makna yaitu awalnya alif dan akhirnya ya, serta bertambah lagi pula hurufnya itu yaitu cha, nga, ga, nya, pa”. Bagian teras utama ini diakhiri dengan Pasal 31 yang isinya pada menyatakan perkataan yang pincang dan yang pandak [pendek] pada hal syah maksudnya itu, dan menyatakan aturan membuat surat perkiriman pada barang yang layak dibahasakan didalamnya.” Bagian ketiga kita ini, adalah penutup atau Khatimah dari seluruh isi kitab Bustan al-Katibin yang terdiri dari tiga pesan Raja Ali Haji kepada siapa saja “…yang masuk belajar di dalam kitab(nya)…”, kepada siapa saja yang “…mengajarkan kitab ini…”, dan kepada siapa saja “…yang menyuruh menyalin kitab ini…”. Kepada siapa saja yang mempelajari kitab Bustan al-Katibin Raja Ali Haji antara lain berpesan, “…hendaklah ia memilih gurunya yang mengerti baikbaik pada bahasa Melayu, yang sudah biasa mengerjakan pada pekerjaan juru tulis, serta ada mengetahui daripada ilmu lisan yakni ilmu nahu dan dan sharaf dan lainnya adanya…”” Sebaliknya kepada siapa saja yang mengajarkan isi Bustan al-Katibin, Raja Ali Haji antara lain berpesan, “…hendaklah ia mengajarkan muridnya itu dengan tertibnya daripa tiaptiap pasalnya, jangan dipindahkan muridnya itu pada pasal yang lainnya sehingga selesailah muridnya daripada mempahamkan dan mahfazalkan pada pasal yang dibacanya itu…” *** LAYOUT: SYAFRINALDI
perada
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
13
Suka-Duka Segantang Lada Bagian Ketiga dari Tiga Tulisan
Y
JEMALA KOLOM ABDUL MALIK
REDAKTUR: RAMON DAMORA
UANDA Isha, dalam kumpulan ini, memberikan kontribusi puisi “Gedabah Ibu”. Puisi ini berkisah tentang suka-duka kehidupan Engku Puteri Raja Hamidah binti Raja Haji Fisabilillah, istri Sultan Mahmud Riayat Syah, Yang Dipertuan Besar Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang (1761— 1812). Jika merujuk kepada sejarahnya, ada beberapa peristiwa dinarasikan dalam puisi ini yang berbeda dengan fakta sejarahnya. Di antaranya adalah pernikahan Engku Puteri Raja Hamidah dan Sultan Mahmud Riayat Syah, yang menurut teks puisi ini atas permintaan Raja Haji Fisabilillah. Padahal, Engku Puteri menikah dengan Sultan Mahmud sekira 9 tahun setelah Raja Haji (ayahanda beliau) mangkat (wafat). Selain itu, puisi ini tak membedakan antara Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah I (1812—1832), saudara kandung Tengku Husin Syah yang diangkat oleh Inggris menjadi Sultan Singapura, dan Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah II (1885—1911), Sultan Riau-Lingga terakhir, yang dimakzulkan oleh Belanda. Adakah pembelokan fakta sejarah itu disengaja oleh penyairnya, tak diketahui secara pasti. Sebagai istri Sultan atau Yang Dipertuan Besar Kesultanan RiauLingga-Johor-Pahang, Engku Puteri Raja Hamidah diamanahkan oleh suaminya untuk memegang Regalia Kerajaan. Regalia adalah seperangkat alat kebesaran kerajaan yang, antara lain, digunakan untuk pengesahan penabalan (pelantikan) sultan. Tanpa regalia penabalan seseorang sultan tak sah. Regalia juga adalah simbol adatistiadat. Bahkan, regalia itulah simbol kerajaan. Artinya, selagi masih ada regalia, Kesultanan Riau-Lingga masih eksis dan pemegangnya merupakan penguasa yang sah. Dengan demikian, oleh suami beliau, Engku Puteri Raja Hamidah diberikan tanggung jawab yang besar. Beliau juga adalah putri Yang Dipertuan Muda IV Kesultanan RiauLingga-Johor-Pahang, Raja Haji Fisabilillah, dan adik Yang Dipertuan Muda VI, Raja Jaafar. Jabatan Yang Dipertuan Muda merupakan jabatan yang setingkat di bawah sultan (orang nomer 2) dalam tata pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga. Jika dilihat dari kedudukan tersebut, seyogianya Engku Puteri Raja Hamidah boleh hidup dalam serba kemewahan, kemegahan, dan ketesergaman istana. Akan tetapi, takdir dan perjalanan hidup beliau taklah berlangsung seperti itu. Pelbagai cabaran harus dihadapi beliau, termasuk harus ikut bersama rombongan ayahanda beliau ketika berperang dengan Belanda ketika Raja Haji Fisabilillah masih hidup dan Engku Puteri kala itu masih remaja. Dalam konteks itulah, beliau tampil sebagai seorang Srikandi yang membela marwah bangsa dan menyelamatkan keluarga besarnya. Puisi ini menampilkan perjuangan Engku Puteri Raja Hamidah, pertama, ketika menghadapi persengketaan karena berebut kuasa di antara saudarasaudara beliau sendiri, yakni antara keturunan Melayu (dari dinasti Yang Dipertuan Besar) dan keturunan Bugis (dari dinasti Yang Dipertuan Muda). Kedua, beliau harus berhadapan dengan kuasa asing, Belanda dan Inggris, yang sesungguhnya pembuat skenario dari pertelagahan saudarasaudara dan keturunan beliau. Di antara pertikaian itu yang paling puncak sehingga Kesultanan Riau-Lingga-JohorPahang harus terbelah dua terjadi antara Tengku Husin dan Tengku Abdul Rahman, yang kedua-duanya putra Sultan Mahmud Riayat Syah atau anak tiri Engku Puteri sekaligus anak-saudara (keponakan) beliau. Untuk mendapatkan regalia, Tengku Husin atau Sultan Husin Syah yang dilantik oleh Inggris menjadi Sultan Singapura sampai menggunakan taktik rasuah, yakni berupaya menyogok ibundanya itu dengan 5.000 ringgit Spanyol. Tujuannya tiada lain supaya penabalan Tengku Husin sebagai Sultan Singapura menjadi sah menurut adat-istiadat Diraja Melayu. Tentulah upaya Tengku Husin dan Inggris itu dikutuk keras oleh Engku Puteri dan beliau tak bersedia menyerahkan regalia kepada Tengku Husin dan Inggris. Dalam pada itu, dengan tujuan yang sama (mendapatkan regalia) untuk menyokong penabalan Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah I menjadi Sultan Riau-Lingga-JohorPahang yang bertahta di Lingga, Belanda mengepung istana Engku Puteri Raja Hamidah di Penyengat Indera Sakti. Bahkan, tentara Belanda menodongkan senjata kepada beliau untuk mendapatkan benda keramat itu secara paksa. Dengan tegar, beliau juga menolaknya dan mempersilakan tentara Belanda menembaknya. Regalia akhirnya diperoleh juga oleh Belanda setelah dilemparkan oleh Engku Puteri dari tingkap (jendela) istana beliau, yang menurut beliau, begitu benda sakti itu diambil secara paksa darinya, apatah lagi setelah direjam (dilempar) beliau,
tuahnya tiada lagi. Karena ketegaran, keteguhan hati, dan perjuangan gigih beliau dalam menjaga keutuhan bangsanya serta keberanian beliau melawan campur tangan pihak asing dalam pentadbiran negerinya, ketauladan Engku Puteri Raja Hamidah binti Raja Haji Fisabilillah tetap dikenang oleh orang Melayu sampai setakat ini. Nama beliau senantiasa harum dan dianggap sebagai satu di antara tokoh perempuan yang paling hebat dan perkasa dalam sejarah Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang. Makam beliau di Pulau Penyengat Indera Sakti setiap hari dikunjungi orang dari pelbagai penjuru negeri dan senantiasa mengesankan aroma semerbak wangi. Seperti yang diperikan di atas, karya kelima penyair yang terhimpun dalam buku kumpulan puisi ini berlatarkan sejarah Kepulauan Riau, sama ada sejak zaman kerajaan tradisional yang lalu ataupun yang lebih kemudian. Para penulisnya telah berupaya untuk benarbenar menyajikan gambaran kehidupan manusia yang mendiami daerah ini dengan pelbagai peristiwa dan realitas sosial yang mereka alami sekaligus yang diperjuangkan. Agar betul-betul dapat menggambarkan dinamika sosial dan karakter tokoh-tokohnya secara relatif lengkap dan memadai, puisi-puisi yang ditulis pun umumnya panjangpanjang dan cenderung berbabakbabak. Untuk memudahkan pembaca mengikuti dan memahami kisah yang diperikan, diksi yang digunakan relatif cenderung lugas, tanpa nuansa pelambangan dan kiasan yang multitafsir. Tambahan lagi, abstrak pada setiap awal puisi dan catatan kaki yang disediakan sangat membantu pemahaman terhadap wacana puisi yang ditampilkan. Dengan demikian, bahasa yang digunakan umumnya langsung dapat dipahami dengan mudah (lugas), bahkan oleh pembaca awam. Berdasarkan kenyataan di atas, sangat tepatlah puisi-puisi dalam kumpulan ini ditulis dalam bentuk puisi esai. Walau di sana-sini dijumpai diksi yang mengandungi beban makna yang cukup berat dan rumit juga untuk puisi jenis ini, hal itu dapat dimaklumi karena para penulis kumpulan puisi ini sebelumnya telah terbiasa dengan puisi lirik, yang padat dan sarat makna. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka telah sangat tepat dan berjaya memilih puisi esai untuk memerikan pikiran, gagasan, bahkan hasil penelitian (fakta sejarah) dan perenungan tentang fakta itu, dalam kumpulan ini. Dari perspektif estetika Melayu seri pantai, puisi-puisi dalam kumpulan lima penyair ini memang telah
memenuhi keindahan zahiriah (luaran). Semua pemikiran dan gagasan yang hendak disampaikan oleh penulisnya telah terpenuhi dalam kumpulan ini walaupun—seperti yang diperikan di atas—ada yang sedikit berbeda dengan fakta sejarah, yang kalau tak salah pemahaman tentang fakta sejarah itu tentulah memang disengajakan untuk memberikan penekanan makna tertentu, dampak perpecahan misalnya. Bagaimanapun puisi tetaplah karya sastra yang fiktif walaupun bersandar kepada peristiwa yang faktual. Jadi, hal itu sahsah saja. Yang terpenting makna yang akan disampaikan terpenuhi. Ditinjau dari unsur dalaman (batiniah)-nya dalam perspektif seri gunung, puisi-puisi dalam kumpulan ini pertama-tama menampilkan tema-tema kemanusiaan. Ke dalam tema-tema itu termasuklah perjuangan dan pengorbanan manusia tanpa pamrih demi menjulangkan marwah bangsa, kesetiaan terhadap nilai-nilai terala (mulia) yang dijunjung tinggi oleh bangsa yang bertamadun (beradab), serta ketegaran dan keteguhan sikap dalam memperjuangkan kebenaran. Kesetiaan terhadap nilai-nilai mulia itulah yang menjulangkan kejayaan Kepulauan Riau ketika menjadi pusat Kesultanan Riau-LinggaJohor-Pahang, yang melahirkan para pahlawan bangsa yang nama mereka tetap harum dan dikenang orang sampai sekarang. Tema tentang nilai-nilai terala itu dipertentangkan dengan tema-tema keserakahan, syahwat penguasaan terhadap bangsa dan puak lain, intrik politik demi mendapatkan kekuasaan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap bangsa dan negara, dan perilaku tak bertanggung jawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Jika kesetiaan terhadap nilai-nilai terala menyerlahkan (mengeksplisitkan) kehalusan atau ketinggian budi, yang memang dijunjung tinggi dalam tamadun Melayu; keserakahan, kerakusan, kecuaian, dan ketamakan merupakan indikator dari kerendahan budi, yang berdampak negatif terhadap bangsa dan negara sehingga sangat dikecam oleh bangsa yang bertamadun tinggi. Di samping tema-tema kemanusiaan, tema-tema ketuhanan (religius) juga ditemukan dalam kumpulan ini,
terutama dalam puisi Abdul Kadir Ibrahim (Akib), yang memang senantiasa memadukan tema kemanusiaan dan ketuhanan dalam puisi-puisi liriknya sebelum ini. Dalam kadar tertentu, tema religius juga dijumpai dalam puisi Irwanto Rawi Al Mudin. Ke dalam tema ketuhanan itu termasuklah, antara lain, rasa syukur kepada Allah atas anugerah keindahan alam, sumber daya alam yang berlimpah di darat dan laut, dan posisi strategis Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga yang relatif lebih maju, yang padahal dahulu menjadi bagian dari negeri ini; ketabahan menerima takdir Allah; dan keyakinan tentang akan datangnya balasan Allah kepada sesiapa pun yang berbuat aniaya dan melukai hati rakyat. Perusakan terhadap lingkungan, pengerukan dan pengurasan sumber daya alam secara besar-besaran atas nama pembangunan, dan perilaku tak bertimbang rasa terhadap masyarakat—yang padahal, di tempat merekalah sumber daya alam itu dikeruk dan dikuras—yang sangat berbeda perlakuannya jika dibandingkan dengan kearifan penguasa pada zaman kerajaan tradisional, membuat masyarakat Kepulauan Riau sangat menderita di tengah deru dan desingan mesin yang diberi label-semu pembangunan. Dengan kata lain, mereka nyaris tak menikmati hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan di kampung halaman mereka sendiri. Persis benar dengan judul kumpulan puisi ini. Semakin ke sini, Kepulauan Riau laksana istana yang berdiri tesergam. Malangnya, di dalam istana itu ada makhluk gaib yang jahat bangat. Makhluk jahat itulah yang mengusir keluar si pemilik istana dari sekaligus menghalanginya untuk masuk kembali ke istananya. Untuk menghalau makhluk gaib itu memang telah diketahui caranya, yakni diperlukan serapah (jampi, mantra) dari tujuh penjuru laut. Malangnya lagi, serapah itulah yang belum diperoleh si pemilik istana setakat ini. Akibatnya, dalam simbahan peluh dingin dan panas, si pemilik istana hanya dapat memandangi istananya yang molek dan tesergam itu dari kejauhan dengan linangan air mata. Kalau demikian keadaannya, semua kekayaan itu untuk siapa dan dibawa ke mana? Dalam konteks itulah, puisi-puisi dalam kumpulan ini menekankan keyakinan religius. Keyakinan itu tiada lain: akan datang juga balasan setimpal kepada sesiapa pun yang bertindak melawan Allah, cepat atau lambat. Dan, itulah seri gunungnya.***
LAYOUT: SYAFRINALDI
14
imaji
MINGGU 1 APRIL 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Gonggong dari Jemaja S
IAPA tak tahu gonggong? Biota laut ini jadi makanan favorit nan khas bagi masyarakat Kepulauan Riau dan juga para pelancong plesiran ke sini. Tanjungpinang dan Bintan disebut-sebut sebagai “surga” gonggong. Perairan dua daerah ini dikenal sebagai ekosistem terbaik gonggong. Tapi saujana Kepulauan Riau tidak melulu Tanjungpinang dan Bintan. Pun ekosistem gonggong juga tidak kalah melimpah di Jemaja, Anambas.
Gongong di Jemaja mempunyai ukuran lebih kecil dari yang ada di Pulau Bintan. Teksturnya juga lebih bersih. Selain itu, kelezatannya sama. Ukuran memang tidak melulu sejalan dengan kualitas rasa. Di Pulau Jemaja, hanya ada satu kedai makan yang menyajikan Gongong yaitu kedai makan milik Asril di pantai Padang Melang. Asril mengambil sendiri gongong dari tengah laut dengan perahu kayu atau sering disebut dengan jongkong.***
YULI SEPERI, mendokumentasikan banyak hal di Kepulauan Riau. Berkarya bersama Sijori Images.Simak galerinya di akun Instagram @yuliseperi. REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT: DOBBY F
jerumat
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 1 APRIL 2018
15
Hening OLEH: FATIH MUFTIH
Sayap Kiri Jembia KARENA kemajuan teknologi adalah keniscayaan, mustahil dari kita tidak terikut arus zaman. Bila dahulu yang kali pertama dicari orang sebangun dari tidurnya adalah kamar mandi, kini tidak lagi. Gawai adalah yang pertama dirabaraba. Entah itu tertimpa bantal atau terjatuh dari ranjang. Rasa-rasanya ada yang kurang lengkap saja bila tidak melihat gawai. Kebelet pun bisa ditunda sekian menit. Bila dahulu hanya sekadar memastikan panggilan atau pesan yang terlewat, sekarang tidak lagi. Mulai dari BBM, Line, Facebook, Twitter, Path, Snapchat, Instagram, surel, hingga Whatsapp. Satu jenis media sosial tidak cukup satu menit. Ditambah lagi BBM, Line, Whatsapp yang kini telah menyediakan fitur grup. Ruang maya berisi puluhan orang berbincang-bincang. Jumlah grup dibagi seiring kategori. Mulai dari teman-teman SD, SMP, SMA, hingga kuliah. belum lagi itu dibagi berdasarkan hobi. Pecinta film, buku, reptil, fotografi, atau kongkow-kongkow satu geng. Ditambah lagi grup berisikan rekan-rekan kerja. Lalu mereka yang aktif bersosialisasi melalui komunitas atau organisasi juga harus punya grup sebagai ruang obrolan. Belum lagi ditambah grup keluarga besar. Sebuah aplikasi yang pada mulanya hanya sepintas lajur komunikasi kini jadi bising sekali. Siapa yang dapat menghentikan bunyi-bunyi pemberitahuan obrolan di grup itu. Hampir tiap menit berbunyi. Jangan sesekali tak menimpali. Kalau tergabung dalam sebuah grup obrolan dan tidak pernah terlihat aktif akan dikira sombong. Kalau terlalu aktif sekali dinilai tidak punya kerjaan. Lalu bila merasa terganggu dan keluar dari grup, capnya meningkat jadi sombong kuadrat. Pada tataran sedemikian, hal renik pun bisa jadi gempa tektonik. Misalnya, bagi pengguna setia BBM, huruf D dan R bukan lagi cuma alfabet. Melainkan jarak sebuah penantian. Bila berjam-jam tetap D, artinya sang penerima pesan enggan membacanya. Lalu, lagi-lagi jatuh cap sombong. Hal yang sama bila pesan itu berubah menjadi R, ada kesal saja bila tidak dibalas sebarang oke atau siap.
Sementara bagi pengguna Whatsapp tanda satu centang (“) menghadirkan rasa debar. Ketika berubah menjadi dua centang ( d) tapi tidak juga menjadi biru, debar itu semakin menjadi. Padahal di sudut atas sudah tertera jam terakhir dilihat yang terlewat. Kalau sudah d dan biru dan tak berbalas, nasibnya sama; selamat, cap sombong kuadrat telah melekat. Betapa hari ini sudah tidak ada lagi kelonggaran tentang menjawab pesan. Mental manusia dibentuk agar selalu terburu-buru dan tidak sabaran, sekali pun itu hanya menanti jawaban pesan. Padahal, orang-orang dahulu bahkan harus menunggu berhari-hari untuk sekadar mendapatkan balasan dari surat rindunya. Tidak adanya kelonggaran semacam ini kemudian juga berimbas kepada kemampuan menulis. Apatah tidak, dahulu, mahasiswa mesti piawai menulis surat untuk berkabar tentang uang sakunya yang tipis dan bercerita tentang tagihan indekos yang sudah menumpuk. Semakin indah suatu surat jadi indikasi semakin cepat uang kiriman dari kampung halaman datang. Tapi kini, cukup satu kalimat untuk menyatakan pesan itu; uang adek habis, kirim cepat ya. Selesai semua perkara. Kalau seperti itu naskahnya masih beruntung. Ada orang tua yang mengaku anaknya hanya menulis yah/bu, cpt krm uang ya gpl!. Dua puluh tahun nanti, saya tentu akan mengelus dada ketika anak saya berkirim pesan begitu. Bising-bising yang dihadirkan grup itu juga menjadikan hening sesuatu yang mahal sekali. Terkadang, ketika sedang ingin duduk berdua menyesap kopi bersama orang terkasih atau keluarga, masih saja obrolan demi obrolan di grup berdenting. Mengacaukan obrolan dunia nyata yang sedang ada di depan muka. Yang tak kuat iman, biasanya meraih gawainya dan pilih menimpali obrolan tak kasat mata. Kalau sudah begini, jangan salahkan lagi jika kita semua mesti mengamini parafrasa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Untuk jadi manusia seutuhnya dibutuhkan rasa hening. Nabi Muhammad, manusia paling utama yang pernah tercipta, saja memerlukan hening dalam
gua Hira. Gemetar tubuhnya menerima wahyu ingin dihadapinya dalam hening. Kondisi sunyi, kosong, sepi, suwung itu yang membuka dimensidimensi lain kehidupan berupa dialog kontemplatif dengan diri sendiri. Sudah seberapa lama kita tidak bertegur sapa dengan diri kita sendiri? Dalam keheningan pula karya-karya paripurna tercipta. Pemusik, penyair, penulis, pelukis, perupa, dan segala kerja yang berkelindan dengan seni membutuhkan sepi. Maka karena itu, tak heran bilamana kemudian penyair Hasan Aspahani memilih menutup akun Facebook dan Twitternya. “Saya sudah tidak sanggup lagi melayani pesan-pesan di sana. Kalau sudah tidak terjadi dialog, untuk apa saya punya akun sosial media,” katanya medio 2013 silam. Hening yang kemudian memberikannya ruang luas. Terhindarkan dari gunjingan, kabar-kabar burung, fitnahfitnah yang bertebaran di dunia maya. Membuat energinya pula tidak terkuras untuk sekadar membalas komentarkomentar tidak penting di sosial media. Hening pula yang kemudian menemaninya membaca, menulis, dan terus berkarya. Percayalah, penulis-penulis yang tidak mampu mengambil jarak dengan dengan gawainya akan kesulitan menghasilkan karyakarya berkualitas. Jarak dengan gawai juga jadi sesuatu yang penting dalam urusan kesehatan. Menyelematkan tengkuk dari pegal-pegal, mata dari keletihan, juga kesehatan asmara. Jikalau tanganmu begitu lekat dengan gawai, bagaimana hendak menggamit tangan kekasihmu? Saya percaya sela-sela jemari, selain buat mengapit rokok, juga berfungsi sebagai ruang untuk diisi dengan jemari lain. Kapan kali terakhir tangan kalian saling menggamit dan menyatu?***
Pena yang Tak Kunjung Mengering Mengenang Hasan Junus bersempena Haul ke-6 30 Maret 2018 OLEH: UU HAMIDY
Budayawan Melayu
K
ALAU ada pengarang kreatif di Riau tidak mengenal nama Hasan Junus, maka akan diragukan kepengarangannya. Betapa tidak, sebab tokoh yang kita ketengahkan ini, sudah mengharu-biru belantara dunia kreatif di Riau. Mulai dari Kepulauan Riau (Tanjungpinang) sampai ke daratan Riau (Pekanbaru). Di Tanjungpinang, dalam tahun 1970-an, Hasan Junus bersama Eddy Mawuntu dan Iskandar Leo (nama pena Rida K Liamsi dewasa itu) telah menerbitkan buletin budaya bertajuk Solarium serta memulai karya kreatif dalam sastra dengan kumpulan sajak mereka Jelaga. Kemudian, setelah pindah dah ke Pekanbaru, Hasan Junus bersama Rida K Liamsi menerbitkan pula mingguan Genta. Selepas itu Hasan Junus masih terlibat dengan berbagai kegiatan budaya, di antaranya dengan majalah Menyimak. Kemudian hampir sepuluh tahun sampai dewasa ini Hasan Junus memegang teraju majalah budaya Sagang. Hasan Junus adalah pewaris darah pengarang besar Riau Raja Ali Haji. Ayahnya Raja Haji Muhammad Yunus Ahmad, masih terbilang anggota pengarang Rusydiah Klab. Rusydiah Klab adalah perkumpulan pengarang Riau yang berdiri pada penghujung abad ke 19, berjaya pada awal abad ke 20, lalu surut kegiatannya pada tahun 1920-an, setelah aktor intelektualisnya yakni Raja Ali Kelana, terpaksa pindah dari Riau ke Johor, karena Kerajaan Riau-Lingga dibubarkan oleh Belanda tahun 1913. Para pengarang Rusydiah Klab, disamping menulis berbagai kitab agama, bahasa, sastra, sejarah dan sebagainya, juga sempat menerbitkan majalah budaya dan masyarakat dengan tajuk Al Imam, yang diterbitkan di Singapura tahun 1906. Para pengarang Riau yang tergabung dalam Rusydiah Klab, terdiri dari anak jati Riau sebagai pengarang inti serta dilengkapi oleh berbagai pengarang dari
belahan Nusantara, seperti dari Minangkabau dan Patani. Semangat mereka telah ditempa oleh semangat jihad Raja Haji Fisabilillah, yang syahid di Teluk Ketapang tahun 1874. Raja Haji Fisabilillah, adalah datuk Raja Ali Haji, pengarang Riau yang cerdas lagi piawai pada abad ke 19. Raja Haji Muhammad Yunus Ahmad (ayah tokoh kita Hasan Junus) menerbitkan majalah Peringatan pada bulan Mei 1939 di Pulau Penyengat. Pada majalah itu Raja Haji Muhammad Yunus Ahmad tercantum sebagai Kepala Yang Menganggung Soal, sepadan agaknya dengan ketua redaksi sekarang ini. Dalam majalah itu dibentangkan beberapa pengarang Rusydiah Klab, di antaranya Raja Haji Abdullah alias Abu Muhammad Adnan, seorang pengarang yang banyak karyanya. Hasan Junus mengokohkan kehadiran-
Hasan Junus dipotret ketika di kunjungannya ke Penyengat.
nya di Pekanbaru dengan peristiwa budaya Sidang Sastra Pekanbaru 1981. Dalam Sidang Sastra Pekanbaru 1981 itu, Hasan Junus tampil pembawa makalah bersanding dengan Umar Junus dari Universiti Malaya, Kuala Lumpur serta Putu Wijaya dengan isterinya ketika itu Reni Jayusman dari Jakarta. Selepas itu Hasan Junus menjadi editor penerbit Bumi Pustaka di Pekanbaru, yakni penerbit yang didirikan oleh Ibrahim Sattah. Merambah pengarang dunia Satu di antara keunggulan Hasan Junus sebagai pengarang, ialah kemampuan penanya merambah kegiatan kreatif para pengarang dunia. Hasan Junus telah membukakan jendela kegiatan kreatif pengarang dunia kepada pengarang muda di Riau. Dengan penanya, Hasan Junus menghidangkan tulisan tentang pengarang dari berbagai belahan dunia terutama dari belahan Eropa. Tapi Hasan Junus juga dapat menulis tentang pengarang dari Amerika, Timur Tengah bahkan Amerika Latin. Cukup banyak peraih hadiah Nobel dalam sastra yang telah diulas oleh Hasan dalam karangannya. Di samping itu, karyakarya terkenal seperti Don Kisot de la Manca, Kisah Seribu Satu Malam, Mahabarata, Ramayana, dan Bhagavad Gita, semuanya terapresiasi dengan baik dalam tulisan Hasan. Ini semuanya tentu memberi apresiasi pula terhadap pengarang muda yang membaca karangannya. Sementara mengenai para pengarang besar Indonesia, apalagi para pengarang Rusydiah Klab tersaji dengan
sendirinya dalam berbagai tulisannya Tulisan Hasan Junus tentang dunia sastra itu memang cukup banyak ragamnya. Mulai dari komentar tentang tokoh pengarang, kegiatan kreatifnya, isi cerita atau karyanya sampai pada hal-hal yang masih menarik untuk ditulis, dihidangkan kepada pembaca. Tulisan Hasan Junus mengenai Syair Hukum Nikah yang dimuat kalau tidak silap dalam surat kabar Merdeka di Jakarta, mungkin merupakan tulisannya yang pertama, yang akan menandai dirinya sebagai seorang pengarang yang berbakat. Pena yang tak kunjung kering Hasan Junus telah membuktikan dengan jalan kehidupan yang ditempuhnya, bahwa untuk menjadi seorang pengarang yang berkualitas, tidaklah semata-mata bersandar pada bangku sekolah, yang kemudian memberikan gelar-gelar, seakan-¬akan mengakui keberhasilan yang bersangkutan. Hasan Junus telah memberi contoh nyata, jalan satu-satunya yang harus dilalui menjadi pengarang adalah menulis atau berkarya. Hasan Junus seakan-akan hendak mengatakan kepada kita, apa gunanya gelar-gelar, kalau tak ada karya yang mendukung gelar itu. Keadaan itu hanya membuat orang menjadi narsis (memuja diri) dengan gelarnya, sehingga akhirnya bisa jadi mengigau. Seseorang dianggap pernah hidup di muka bumi ini, pertamatama ditandai oleh karyanya, bukan oleh batu nisannya. Kemudian, jalan yang ditempuh oleh Hasan Junus menjadi pengarang yang sukses, telah memberi arah kepada siapa saja yang ingin menjadi pengarang yang Handal. Bagi calon pengarang — terutama pengarang kreatif bidang sastra — yang ingin berhasil, dari pengalaman Hasan Junus dapat kita simpulkan harus menguasai (beberapa) bahasa dengan baik serta banyak membaca. Hasan Junus telah membuktikan, betapa penguasaan bahasanya yang luas lagi baik, mulai dari bahasa Melayu (Indonesia) Arab, sampai bahasa Prancis, Inggris dan Jerman, bahkan bahasa daerah, sudah menjadi alat yang ampuh baginya untuk mengetahui seluk¬beluk dunia sastra, budaya dan masyarakat. Penguasaan bahasa yang bagus itu digunakan Hasan untuk membaca, mempelajari dan meneroka berbagai kitab, buku dan
tulisan apa saja, sehingga akhirnya dia mempunyai informasi, pengetahuan dan ilmu yang memadai, tanpa harus duduk di bangku sekolah bertahun-tahun, mendengar kuliah para guru yang belum tentu berkualitas. Hasan Junus, jangan¬jangan memang tak mau melanjutkan studinya, karena bosan mendengar celoteh dan bual para dosen, yang tidak mendorong untuk bekarya. Alat berupa penguasaan bahasa yang baik dan hasil bacaan yang luas lagi mendalam yang dimiliki oleh Hasan Junus tentu dengan mudah menggerakkan penanya untuk menulis, bila dan di mana saja. Dengan pikiran yang tajam, pembayangan yang sempurna, Hasan Junus dapat menampilkan tulisannya lewat rubrik Rampai pada Riau Pos, sekali dalam seminggu yang diturunkan tiap Ahad, dengan judul yang menarik serta bahasa yang indah. Pena Hasan yang tak pernah kering telah menampilkan beragam jenis karangan: esei, artikel, cerita pendek, naskah drama dan terjemahan karyakarya pengarang dunia. Dia juga ikut dalam, kegiatan penelitian budaya dan sejarah serta ikut menuliskannya. Karyanya Burung Tiung Sri Gading, sampai dipentaskan tujuh kali. Karangan kreatifnya menjadi bahan kajian untuk skripsi oleh para mahasiswa. Karena itu, karya-karya Hasan Junus layak dibuat dokumentasinya oleh pihak Pustaka Soeman Hs. Dibuatkan suatu bilik khusus, sehingga mudah bagi para peminat dan khalayak untuk membaca dan mempelajarinya. Pena Hasan Junus yang tak kunjung kering, tak diragukan lagi telah memberi semangat kreatif dan kekayaan ide kepada para penulis kreatif di Riau. Melalui rangkaian karangannya, dia telah membuat mata rantai yang indah dalam tiga gelombang besar pengarang Riau, mulai dari Raja Ali Haji, tiang mocu pengarang Melayu abad ke 19 sampai pengarang Riau tahun 2000-an ini. Keistimewaan pena Hasan yang tak kunjung kering juga diperlihatkan oleh semangat kepengarangannya, yang tiada pudar oleh usia. Potensinya mengarang bagaikan berlomba dengan tambahan usianya, sehingga di belakangnya, terbentanglah deretan panjang karangannya. Siapakah agaknya yang akan dapat meneruskannya? (terbit pertama di Riau Pos)***
F. ASWANDI SYAHRI REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT:SYAFRINALDI
16
MINGGU 1 APRIL 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
cindai
Komidi Putar Idora M
ASIH lekat dalam ingatan kita tentang Pasar Malam. Gelapnya langit bukan pertanda ingar-bingar dunia ini sudah usai. Justru baru akan mula. Pasar Malam dengan segenap lanskap permainannya mengajak orang-orang datang, beriang-riang, dan tertawa bersama, sebelum kemudian lelah menyergap dan dibawa pulang. Kata Pramoedya, “Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun pula kembali pulang ... seperti dunia dalam pasar malam.” Apa yang kamu ingat tentang Pasar Malam, Idora? “Komidi putar. Aku selalu antusias meminta diajak naik ke sana.”
Menyenangkan, bukan? Pasar Malam adalah wujud lain pelajaran kehidupan, Idora. Dari wahana komidi putar, kita diajak berpikir tentang putaran hidup. Bahwasanya segalanya tidak melulu diam dan statis. Melainkan sangat dinamis. Kadang kita di atas, bukan sekali di bawah. Kadang kita berdiri tinggi, seringkali juga duduk rendah. Pelajaran tentang keseimbangan ini ada di komidi putar yang bercahaya itu, Idora. “Ya,” katamu, “lagi di bawah pengin naik, sudah di atas pengin turun.” Manusia ... manusia ... begitulah kehidupan ini dalam skala kecil bernama pasar malam. Kalau ada di sekitar rumahmu, jangan ragu main ke sana lagi, Idora.***
BIODATA IDORA
Foto Narasi
: Nina Syahrian : Fatih Muftih
Nama TTL Alamat Sekolah Hobi Buku Bacaan
: Nina Idora : Bintan, 15 Juli 2001 : Teluk Bintan : SMA Negeri 1 Teluk Bintan : Membaca, Jalan-jalan : Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer
Pembohong yang Bisa Dipercaya S
TEMBERANG KOLOM HUSNIZAR HOOD
REDAKTUR: FATIH
ETELAH salat Subuh agenda kawan saya setiap hari Sabtu biasanya adalah
berlari. Ha? Berlari? Yang benar! Itulah yang selalu menjadi pertanyaan balik. Meskipun ada sekali dua diunggah foto kawan saya itu sedang berlari, komentar yang paling banyak didapatkan adalah mereka menulis “Itu hoax Mahmud”. Beberapa kali Mahmud sempat mengeluh kepada saya, katanya dia sedih, apalah artinya 4 atau 5 kilometer jarak yang ditempuhnya, itukan masih jarak yang tak seberapa, kecuali dia menempuh 42 kilometer itu bohong besar namanya. “Mahmud hoax”. “Mahmud, sok kuat”. “Mahmud sok kuasa…” dst, dst. Itulah yang kita hadapi hari ini, sebagian orang mengkampanyekan anti hoaks atau berita bohong tapi sebagian lagi semua dikatakannya bohong, padahal ini juga bahayanya sama. Tentulah bahaya, berita betul pun sudah tak dipercaya, bukan karena hari ini 1 April dan itu diingat oleh orang di Barat sana sebagai hari “April Mop”, hari yang kalau berbohong dianggap bercanda dan bohong berbohong pada hari itu dianggap tidak berdosa. Dulu saya selalu melakukannya tapi setelah saya tau bahwa April Mop itu dulu karena perayaan sebuah hari kemenangan antara kelompok yang menindas kelompok lain dengan cara berbohong, sekarang saya tak mau melakukanya. Hanya ini juga bukan soal sok tunjuk kekuatan apalagi pamer kekuasaan, apalah artinya kekuasaan di jalanan, sekali lagi saya katakan, jarak 4 sampai 5 kilometer, itu biasa, itu yang ditempuh Mahmud setiap ia berlari di pagi Sabtu dan kemudian nanti di pagi Minggu, ya, seminggu dua kali. Kenapa ia memilih olahraga berlari? Jawabnya karena olahraga lain dia tak bisa. Golf misalnya, baginya itu olahraga aneh, bepanas-panas, karena bola sebiji, dipukul lagi dan dikejar lagi, dan ya ampun selangit biayanya. Kenapa Mahmud harus berlari? Olahraga lari itu termasuk olahraga berat, padahal umur kawan saya itu lebih kurang tak jauh dengan umur saya, kami memang tak lagi termasuk dalam golongan kaum muda karena kaum muda itu maksimal sampai 35 tahun usianya, sementara kami termasuk golongan MLSA (Manusia Lebih Setengah Abad). Luar biasa. “Kita ini sudah banyak ketinggalan, Tok, di berbagai sektor kita sangat tercecer, tak ada jalan lain kalau ingin mengejar semua itu, satu-satunya kita harus berlari, jika tidak, kita akan semakin jauh tertinggal,” ungkap Mahmud menyampaikan alasan, kenapa dia memilih berlari dan membiasakan berlari menjadi olahraga rutinnya. “Terus kenapa kita yang sudah tua ini harus
berlari Mud?” tanya saya lagi. “Kalau orang tua tak mau dan atau tak bisa memberikan contoh terbaik dan mendidik bagaimana pula yang muda akan mengikutinya,” kata dia. Terlalu idealis pula saya dengar alasan kawan saya itu, seperti kalimat jawaban para pejabat hari ini atau para politisi yang terlalu banyak membaca buku teori politik atau mungkin juga membaca novel fiksi bahkan komik. Saya beritahukan itu kepada Mahmud semuanya, karena saya tahu kawan saya itu penggemar berat cerita-cerita fiksi, mendengar itu kawan saya itu malah terkekeh-kekeh, katanya dia sengaja mengunakan kalimatkalimat “fiksi” itu, karena memang yang kita hadapi hari ini rasanya lebih banyak fiksinya dari realita. Fiksi itu cerita rekaan, khayalan yang tidak beradasarkan kenyataan, fiksi itu adalah khayalan atau mungkin juga lamunan. Saya mengernyitkan kening dan pastilah alis mata saya terlihat naik meninggi melihat kawan saya Mahmud yang terkekeh-kekeh tadi. Walaupun rekaan, khayalan dan mungkin juga bohong tapi entah kenapa kita menikmati fiksi itu, karena visi dan misi kepala daerah atau kepala negara itu masuk dalam kategori fiksi juga karena dia hanyalah baru sebatas
angan-angan dan khayalan yang nanti jika kalau terpilih akan diterjemahkan dalam rencana pembangunannya. Banyak visi dan misi calon kepala daerah yang bagus-bagus tapi tak terpilih sementara yang visi dan misinya entah buaya entah katak, entah ape ke tidak, malahan terpilih pula.“Fiksi, visi dan misi semua harus diisi tapi yang paling penting adalah berisi piti,” sembur Mahmud kawan saya itu lagi. Saya pula terkekeh-kekeh mendengar Mahmud panjang lebar berceloteh. Lalu kenapa pula kita mentertawakan orang yang kebanyakan membaca cerita fiksi itu? Karena kita tak percaya dan rasa percaya kita sudah lama hilang. Memang membaca fiksi itu kita bukan sekedar dituntut harus dipercaya, dia memang hanya menjadi hiburan untuk kita semua, syukur-syukur kita bisa mengambil manfaatnya membanding-bandingkan dengan kenyataan yang ada. Hanya kalau orang seperti Mahmud yang mengaku paling seniman di kampungnya itu, fiksi memang menjadi makanan sehari-harinya tapi bagi orang lain membaca berdasarkan fiksi, mungkin mereka harus lebih hati-hati. “Maksud awak Tok, sebenarnya nak bilang kalau kalau saya berfoto dengan kaki sambil menginjak kursi atau menginjak meja itu biasa kalau orang lain harus berhati-hati bahkan tak boleh ya?” Mahmud bertanya mendesak saya. Saya katakan padanya, maksudnya adalah kalau Mahmud buat yang aneh-aneh orangkan sudah tau semua siapa dia dan kalau tak aneh malah ada yang protes dia bukan Mahmud namanya. “Apakah itu aneh?” tanya Mahmud segera. Saya malas menjawabnya, Kemarin kita mendengar kabar bahwa negeri ini sekarang sudah ada wakil gubernurnya, itu bukan hoaks tapi kenyataan. Sekian lama menunggu dengan susah payah dan juga letih, Alhamdulillah akhirnya kita sampai juga. Maka tak ada kabar bohong di sini. Bagi saya dan juga Mahmud, tutuplah cerita riuh rendah itu, kita beri kesempatan kepada mereka berdua dan selanjutnya kita jaga kemesraan mereka. Banyak kebohongan dan kebohongan yang kita terima hari ini, sebenarnya itu hanyalah pengulangan sejarah, dulu kita yang berbohong nanti kita pula yang dibohongi. Meskipun demikian dengan jelas kita melihat begitu banyak para pembohong yang dipercaya. Tak percaya? Carilah sendiri tak perlulah saya tunjuk batang hidungnya. Ada banyak di mana-mana dan mungkin mereka ada di depan batang hidung kita. Saya tak bisa mengelak, ketika di depan batang hidung saya, dia berdiri, bidadari 46 tahun yang mengepakkan sayapnya untuk cita dan cinta kami. (Selamat ulang tahun Pepy, pacar dan rinduku)*** LAYOUT: DOBBY F