PANTAI SEBONG PEREH, BINTAN
MARTABAK TELUR NF BERSAUDARA
Senja Temaran nan Tenteram
Resep Rahasia Tiga Dekade
H3
H5
29 JULI 2018 / 16 D ZUL -QAID AH 143 9H DZUL ZUL-QAID -QAIDAH 1439
DEWAN PERS
Rp. 3000 www.tanjungpinangpos.id
MEDIA TERVERIFIKASI
2018
Menampik
Sedotan Plastik Sampah plastik adalah ancaman nyata bagi umat manusia. Sama sekali menghindari penggunaan plastik bukan hal yang mudah dilakukan. Yang bisa sama-sama diupayakan adalah meminimalisasi. Dari sedotan plastik, misalnya. Kendati kecil belaka, alat bantu minum ini termasuk dalam 10 besar sampah yang mudah ditemui di laut. Beranikah kita mulai menampik sedotan plastik?
H2
SEDOTAN PLASTIK
500 juta sampah sedotan plastik dipakai setiap hari oleh warga Amerika Serikat. Jumlah ini setara untuk mengisi 127 unit bus besar. PENGGANTI SEDOTAN PLASTIK
10 Besar Sedotan plastik masuk dalam 10 besar sampah yang paling mencemari lautan.
100.000 Mamalia laut mati karena mengonsumsi sampah plastik.
- Sedotan Bambu - Sedotan Besi - Sedotan Arklirik - Sedotan Kertas - Sedotan Kaca - Sedotan Silikon
Kubisme Picasso PENGANUT kubisme menolak tunduk pada realitas alam semesta. Mereka membuat belokan yang tajam, keluar dari garis edar realisme, romantisme, dan naturalisme serta semacam itu lainnya. Mereka mengacak-acak objek menjadi faset-faset geometris-yang tampaknya sesuka hati- namun tema dasarnya tetap bertahan.
SELAKSA Kolom Muhammad Natsir Tahar
Genius tidak dilahirkan untuk mengulang romantisme usang. Tidak ada genius tanpa pikiran gila, kata Aristoteles. Seorang kubisme seolah berpura-pura melukis objek seperti wanita cantik, tapi hasilnya adalah kesembarangan yang mengagumkan. Semisal lukisan berjudul Tea Time karya Metzinger, memperlihatkan lukisan
cangkir yang separuh terlihat dari samping persis, dan separuh agak dari atas, mukanya sekali waktu terasa seperti terlihat dari samping dan di lain kali seperti dari depan dalam bentuk yang kompleks. Pembangkangan kepada realitas semesta itu dipelopori oleh seorang maestro dari Spanyol, Pablo Picasso.
redaksitanjungpinangpos@gmail.com REDAKTUR: FATIH
Mungkin dia ‘gila’ turunan, kalau tidak orangtuanya yang juga seniman eksentris tak mungkin memberi nama sepanjang ini: Pablo Diego José Francisco de Paula Juan Nepomuceno María de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz y Picasso. Seperti teori The Black Swan (Nassim Nicholas Taleb), sebuah fenomena yang baru tidaklah benar-benar baru ketika ia memiliki tinjauan ke belakang. Aliran kubisme duet Picasso - Georges Braque, sebenarnya telah didahului oleh pematung primitif Afrika, ribuan tahun sebelumnya. Orang Afrika sudah memulai pembangkangan kepada realitas semesta. Patung Negro Afrika memberikan ilham kebentu-
facebook/tanjungpinangpos
kan pada seniman modern Eropa terutama pada Kubisme Picasso. Tahap awal ialah proses pembentukan gaya Kubisme yang ditandai adanya deformasi bentuk alam menjadi bentuk geometris, dan penerapan konsep kebentukan patung primitif pada bidang dua dimensional. Di tangan Picasso, alam atau obyek diungkapkan melalui bentuk-bentuk geometris, seperti balok, silinder, limas, kerucut, dan lain-lain, dalam suatu kesatuan komposisi yang mempertimbangkan unsur-unsur estetik. Picasso adalah pelukis paling aktif dengan 20.000 lukisan seumur hidup. Di samping cakap dalam membuat patung, BERSAMBUNG KE HAL 7
@tpipos LAYOUT: DOBBY FACHRIZAL
2
Liputan Khusus
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
Berani Menampik Sedotan Plastik Gerakan untuk menampik sedotan plastik sudah marak sejak lima tahun terakhir di berbagai belahan dunia. Kesadaran ini berangkat dari dampak buruk yang timbul akibat limbahnya yang tak dapat diurai. Di Tanjungpinang, memang belum banyak kedai minum yang berani tidak menawarkan sedotan kepada pelangganya. Namun, ini merupakan langkah nyata mengurangi limbah sampah di laut kita.
FATIH MUFTIH, Tanjungpinang SEPASANG muda-mudi kebingungan. Matanya celingak-celinguk mencari tempat sedotan yang biasa disediakan. Kini yang tersedia di sana tinggal kran saus dan sambal. Sementara di tangan mereka ada segelas besar minuman soda dingin. Rasa-rasanya tidak mungkin meminumnya tanpa bantuan sedotan. Maka, yang laki-laki pun menanyakan kepada pramusaji, “Di mana ya sedotannya?” ujarnya. Antara pramusaji dan pemuda itu terlibat dalam sebuah obrolan singkat. Namun, di akhir pembicaraan tak sebiji pun sedotan plastik dibawa. Sementara yang perempuan yang sedang berdiri menanti semakin terlihat kebingungan. Yang laki-laki kemudian menjelaskan, “Sekarang kalau mau sedotan harus minta. Karena KFC sekarang sudah pakai gerakan bebas sedotan,” jelasnya lirih. Yang perempuan mengangguk. Sepasang muda-mudi ini lantas beranjak ke lantai dua dan menikmati makan siangnya lengkap dengan minuman soda tanpa sedotan. Kepada Tanjungpinang Pos, yang laki-laki bernama Arya ini mengaku sebenarnya tadi ditawari sedotan oleh pramusaji, namun ia menampik. “Tadi sempat dijelasin secara singkat soal #NoStrawMovement-nya KFC, jadi pilih tak usah pakai deh,” ujarnya. Arya kemudian secara ringkas pula menjelaskan kepada Indah, perempuan di hadapannya, perihal gerakan yang baru kali pertama ia dengar dari pramusaji restoran waralaba ayam goreng ini. Indah menyimak dengan baik penjelasan Arya sembari sesekali mengangguk kecil. “Baru dengar juga sih,” kata Indah di akhir penjelasan Arya. Kemudian keduanya mencoba meminum segelas minuman soda di hadapannya. Pengakuan mereka sama: ada ngilu di gigi. Itu kesan pertama. Sampai tegukan kedua dan seterusnya, mereka merasa baik-baik saja. Ternyata minum minuman soda dingin tanpa sedotan baik-baik saja. “Tetap bisa minum juga,” timpal Indah sambil menahan ngilu yang sedikit masih
Sedotan bambu di Barista Coffeeshop Tanjungpinang
terasa. Baik Arya maupun Indah mengaku tanpa edukasi dari pramusaji, mereka takkan pernah mendengar gerakan ini. Sebelumnya dan di mana-mana tempatnya mereka kongkow, memang minuman dingin yang dipesan selalu diberi sedotan plastik. “Sampai kalau kita pesan Aqua juga pakai itu sedotan plastik, padahal minum air putih biasa kan,” kata Arya. Arya dan Indah kemudian mencari tahu informasi perihal fakta-fakta limbah sedotan plastik dari Google. Indah terkejut mendapati artikel yang tayang di gawainya. Bahwasanya dalam sehari, di Amerika Serikat saja, penggunaan sedotan plastik mencapai lebih dari 500 juta. Jumlah berkali-kali lebih besar lagi jikalau dikalikan dengan penggunaannya di muka bumi. “Aku saja sehari bisa lima sampai enam sedotan, malah bisa juga lebih. Kalau dikali sebulan berapa ya limbahnya,” Indah mulai menengok konsumsi sedotan plastik pada hari-hari kemarin. Arya juga menimpali hal yang sama. “Sepele sih, tetapi rupanya dampaknya besar juga ya,” timpalnya. Sejak kemarin dan terus ke depan, Arya dan Indah bertekad sebisa mungkin menekan penggunaan plastik sekali pakai. Termasuk di antaranya sedotan plastik yang, menurut mereka, paling mudah untuk dimulai. “Kalau kresek kayaknya agak susah. Kalau sedotan, ini gampang sih, tinggal bilang pas pesan kan ya,” ucap Indah. Arya tersenyum menyepakati pendapat Indah. Berkurang 28 Persen Sejak setahun belakangan, KFC Indonesia memang sudah memulai gerakan kampanye tanpa sedotan. Kesadaran ini hadir setelah mereka mendapati fakta bahwa dalam setahun mereka menggunakan lebih dari 12 juta sedotan. Jumlah yang tidak sedikit dan diperkirakan terus bertambah setiap tahunnya. Dari gerakan ini, KFC Indonesia mengklaim telah terjadi pengurangan sedotan plastik hingga 28 persen lebih hemat. Walau begitu, KFC harus siap
DOK. TANJUNGPINANG POS
Sampah plastik yang berserakan di kawasan pelantar di Tanjungpinang.
mendapat komplain dari para pelanggannya. “Banyak keluhan yang masuk seperti marah karena tidak dikasih sedotan, hingga menuduh kami melakukan penghematan semata,” kata Hendra Yuniarto GM Marketing KFC Indonesia, sebagaimana dikutip dari beritagar.id. “Padahal pengurangan konsumsi sedotan hanya berkontribusi kecil ke pengeluaran kami.” Meski demikian itu adalah risiko yang mereka harus hadapi. Awal 2018 mereka telah menetapkan kebijakan tersebut di seluruh gerai mereka di Indonesia yang berjumlah 648 gerai, termasuk di antaranya dua gerai KFC di Tanjungpinang. #NoStrawMovement yang dikampanyekan KFC Indonesia merupakan ajakan untuk lebih peduli terhadap sampah plastik terutama sedotan plastik sekali pakai dengan mengubah kebiasaan minum menggunakan sedotan demi menyelamatkan laut dan biota laut di dalamnya. “Ini bagian dari tanggung jawab sosial PT Fast Food Indonesia yang memang fokus pada lingkungan dan pendidikan serta nutrisi anak-anak pedalaman Indonesia,” ujar Hendra.
Menurutnya, kesulitan dari kampanye ini ialah mengubah masyarakat Indonesia tidak menggunakan sedotan lagi, karena sudah terbiasa setiap membeli minum selalu diberikan sedotan. “Namun pegawai kami pasti memberi penjelasan kenapa tidak menggunakan sedotan lagi di store kami. Harapan kami dengan tidak menggunakan sedotan, kepulauan kita bebas dari sampah plastik, karena sampah tersebut sulit terurai, yang akan dimakan oleh ikan,” ungkapnya. Pakai Sedotan Bambu Ada banyak kedai minum di Tanjungpinang, namun hanya sangat sedikit yang berani menggalakkan kampanye tanpa sedotan. Satu yang paling serius dengan kampanye ini adalah Barista Coffeeshop. Kedai yang merupakan spesialis menyajikan biji kopi nusantara ini melakukan hal yang sama seperti dilakukan KFC. “Jadi kami baru berikan sedotan kalau ada pelanggan yang minta, tapi kalau pelanggan diam saja, ya kami nggak akan kasih,” kata Theresia Irna, pemilik Barista Coffeeshop, kemarin. Theresia atau yang akrab disapa Eno ini melanjutkan, edukasi kepada pelanggan adalah hal yang paling dikedepankan dalam menggalakkan kampanye tanpa sedotan plastik ini. Ia dan juga rekan kerjanya tak pernah lelah menjelaskan kepada para pelanggannya. Namun, sekiranya setelah dijelaskan, para pelanggan tetap ngotot meminta sedotan, tak ada lagi yang bisa dilakukan. “Ya kalau sudah begitu, baru kami berikan sedotan. Tapi biasanya yang sudah biasa ngopi di Barista sudah tahu kebiasaan kami,” ungkap Eno. Guna kian menyeriusi kampanye ini, dan juga dalam mengedukasi masyarakat, Eno punya strategi lain. Katanya, dalam waktu dekat ini, ia akan merancang sebuah peraturan khusus bahwa setiap pelanggan yang meminta sedotan akan dikenakan biaya tambahan. Walau memang kesannya memaksa, Eno menyatakan, kadang kali dengan aturan seperti ini baru orang bisa mengerti. “Sekarang sudah berlaku kalau belanja di mini market dan kreseknya dari mereka, kita kena biaya tambahan kan,” ujar perempuan yang juga aktivis pecinta alam ini. Tanpa solusikah ini semua? Eno menampiknya. Menurutnya untuk mengakali penggunaan sedotan plastik, bisa digunakan sedotan alternatif. Di Barista, kata Eno, sejak sebulan lalu sudah menerapkan juga penggunaan sedotan bambu, dan dalam waktu dekat akan datang pula sedotan berbahan dasar metal.
“
Lebih baik ikut mengurangi, daripada tidak sama sekali. Kita mau tunggu laut kita kotor seperti apa lagi baru sadar soal limbah plastik ini.” Theresia, Barista Coffeeshop.
Secara itung-itungan bisnis, memang ada biaya lebih yang dikeluarkan untuk memenuhi tindakan nyata kampanye tanpa sedotan ini. Tetapi, dalam itungitungan Eno, biaya lebih untuk membeli sedotan bambu atau metal itu masih masuk dalam logika bisnisnya. “Nggak sampai rugi banget kok. Lagian sedotan itu kan bisa dicuci dan dipakai lagi,” ujar Eno. Justru, sambung Eno, penggunaan sedotan bambu ini semacam menjadi daya tarik dan pembeda produk yang disajikan Eno ketimbang kompetitor lainnya. Eno berharap, akan semakin banyak kedai minum di Tanjungpinang yang mulai menyemarakkan kampanye tanpa sedotan plastik ini. Sampai sekarang, Eno tidak tahu seberapa besar dampak dari kebijakan tanpa sedotan yang diterapkannya di Barista dalam mengurangi limbah plastik di Tanjungpinang. Namun, satu yang ia yakini, walau sekadar mengurangi penggunaan sedotan, tetap ada dampaknya. Setidaknya, kata dia, dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya. “Lebih baik ikut mengurangi, daripada tidak sama sekali. Kita mau tunggu laut kita kotor seperti apa lagi baru sadar soal limbah plastik ini,” tegasnya.***
D-1St Female Station in Bintan Island Indonesia
Jl. Yos Sudarso No.63 Lantai 2-4 Batu Hitam, Tanjungpinang Telp. 0771 - 318 637. Fax. 0771 - 319 489 Email : radioonine@gmail.com
Marketing : 0812 7099 8897 (Fira Rewadi) 0852 6453 3303 (Andy)
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS
3
Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
Menikmati Senja di Pantai Sebong Pereh
Senja Temaram nan Tenteram
S
UDAH menjadi rahasia umum bahwasanya masa senja di tepi pantai adalah sesuatu yang layak diabadikan dari balik lensa. Rona jingga di langit menjadi daya pikat tersendiri untuk diabadikan, baik berupa lanskap alamnya maupun bersama orang tersayang. Bicara soal senja di Bintan, rasa-rasanya tidak akan ada habisnya. Nyaris di sepanjang pesisir pantai pulau ini menyajikan senja
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
yang aduhai dan amat sayang dilewatkan begitu saja. Terlebih bagi para penghobi fotografi. Mereka rela mencari lokasi-lokasi terbaik untuk memburu senja, membekukannya jadi imaji untuk kemudian dibagikan kepada khalayak. Di sisi utara Bintan, ada pantai Sebong Pereh. Memang, pantai ini belum sefamiliar dan seterkenal Lagoi, Trikora, maupun Sakera. Kendati begitu, mereka yang memburu
senja harus mencoba adu keberuntungan daalam membidik senja di pesisir pantai ini. Dengan kontur pantai yang cenderung landai membuat senja temaram di pantai Sebong Pereh terasa menenteramkan. Belum lagi ada banyak kelong milik nelayan setempat yang bisa dijadikan sebagai objek pembayang ketika memotret senja. Jika cuaca sedang cerah dan langit tak tertutup kabut atau mendung, maka
pemandangan senja yang indah pasti akan mudah dilihat. Apalagi dengan pantai yang terbentang panjang pastinya menjadi kombinasi yang tidak boleh dilewatkan. Arri, salah seorang pecinta fotografi yang tinggal di Sebong Pereh mengatakan, dirinya kerap memburu dan memotret senja yang ada di pantai tersebut. Menurutnya banyak hal yang dapat dieksplorasi untuk mengam-
bil gambar yang indah. Senja di Sebong Pereh ini, kata dua, merupakan salah satu lokasi yang patut dicoba untuk mengasah kemampuan fotografi. “Ya ini merupakan wilayah yang indah, kami bangga menjadi bagian di sini. Keindahan alam yang indah dan pantai yang berpasir putih pastinya akan membuat siapa saja ingin menikmati sore di sini sambil memandangi senja,” katanya. (jendaras)
FOTO-FOTO: JENDARAS KARLOAN/TANJUNGPINANG POS
Pengunjung berpose pada sebuah senja di pantai Sebong Pereh.
LAYOUT: SYAFRINALDI
4
Komunitas
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
Komunitas Motor 471 Karimun
J
IKA pada lumrahnya komunitas motor terbentuk lantaran satu jenama antarpengguna, lain halnya dengan Komunitas 471 Karimun. Di sini, tidak dibatasi jenama motor yang digunakan. Asal masih kendaraan bermotor roda dua, siapa pun boleh ikut bergabung. Perbedaan jenama hanya dianggap selera. Pasalnya, yang paling penting menghubungkan satu sama lain adalah silaturahmi antarpengendaranya. Memang, komunitas ini terbilang
Bersatu Lintas Jenama
baru. Kendati begitu kegiatannya tidak sekadar di pulau Karimun, melainkan sudah sampai lintas daerah dan bahkan mereka sudah bermotor sampai kabupaten Bintan. Penggagas Komunitas Motor 471 Karimun, Aji mengajak siapa pun warga yang ingin bergabung dan menambah teman di komunitasnya. Tidak ada syarat khusus yang dibebankan kepada calon anggota. “Asal kendaraannya memiliki kelengkapan dokumen serta SIM, mari. Motor modifikasi juga tidak mengapa, asal tidak melanggar ketentuan aturan berkendara yang
ada,” terang Aji. Sampai hari ini, sudah ada beberapa anggota yang rutin berkumpul dalam Komunitas Motor 471. Mereka terdiri dari pelbagai profesi. Niatan masing-masing tergabung dalam komunitas ini diakui sebagai ajang menyambung silaturahmi sesama pengendara motor. Kemudian, sambung Aji, ia berharap dari komunitas kecil ini kelak bisa memberi manfaat kepada warga yang lebih luas. “Itu keinginan kami semua. Tapi ya memang harus dimulai pelan-pelan,” pungkasnya. (alrion)
FOTO-FOTO: ALRION/TANJUNGPINANG POS
Anggota Komunitas Motor 471 Karimun ketika touring sampai ke Kijang, Kabupaten Bintan.
JADWAL KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN KAPAL PENUMPANG PT. PELNI DI PELABUHAN KIJANG, TANJUNGPINANG DAN BATAM
JULI/ AGUSTUS 18
Melintasi jalanan dengan motor lintas jenama.
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
DARI SENAYANG
RENCANA TIBA HARI TANGGAL KAMIS 19-Jul-18
KM. SABUK N-62
TAMBELAN
RABU
3
KM. SABUK N-30
TAMBELAN
4
KM. SABUK N-39
5
KM. SABUK N-80
6
KM. DOROLONDA
7 8
2018
JAM 16.00
RENCANA BERANGKAT DARI HARI TANGGAL TG.PINANG JUMAT 20-Jul-18
JAM 14.00
25-Jul-18
08.00
TG.PINANG
SABTU
28-Jul-18
11.00
SABTU
21-Jul-18
12.00
TG.PINANG
RABU
25-Jul-18
13.00
K. MARAS
KAMIS
12-Jul-18
06.00
KIJANG
KAMIS
19-Jul-18
12.00
TG. PRIOK
KAMIS
05-Jul-18
08.00
KIJANG
TG. PRIOK
SABTU
21-Jul-18
02.00
KIJANG
SABTU
21-Jul-18
04.00
KM. DOROLONDA
TG. PRIOK
JUMAT
03-Agust-18
15.00
KIJANG
JUMAT
03-Agust-18
17.00
KM. DOROLONDA
TG. PRIOK
JUMAT
17-Agust-18
06.00
KIJANG
JUMAT
17-Agust-18
08.00
9
KM. DOROLONDA
TG. PRIOK
JUMAT
31-Agust-18
02.00
KIJANG
JUMAT
31-Agust-18
04.00
10
KM. UMSINI
TG. PRIOK
SELASA
31-Jul-18
11.00
KIJANG
SELASA
31-Jul-18
14.00
11
KM. UMSINI
TG. PRIOK
RABU
15-Agust-18
11.00
KIJANG
RABU
15-Agust-18
14.00
12 13 14
KM. BUKIT RAYA KM. BUKIT RAYA KM. BUKIT RAYA
BLINYU LETUNG LETUNG
SABTU KAMIS SELASA
21-Jul-18 26-Jul-18 31-Jul-18
04.00 08.00 07.00
KIJANG KIJANG KIJANG
SABTU KAMIS SELASA
21-Jul-18 26-Jul-18 31-Jul-18
09.00 11.00 10.00
TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - BAU-BAU - NAMLEA - AMBON TERNATE - BITUNG (PP) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - BAU-BAU - NAMLEA - AMBON TERNATE - BITUNG (PP) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - BAU-BAU - NAMLEA - AMBON TERNATE - BITUNG (PP) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - BAU-BAU - NAMLEA - AMBON TERNATE - BITUNG (PP) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - MAUMERE - LARANTUKA - LEWOLEBA KUPANG - ENDE (PP) TG.PRIOK - SURABAYA - MAKASAR - MAUMERE - LARANTUKA - LEWOLEBA KUPANG - ENDE (PP) LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) LETUNG - TAREMPA - NATUNA - MIDAI - SERASAN - PONTIANAK (PP) BLINYU - TG.PRIOK (PP)
1 2 3 4 5
KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD KM. KELUD
TG. PRIOK TG. BALAI TG. PRIOK TG. BALAI TG. PRIOK
MINGGU RABU MINGGU RABU MINGGU
15-Jul-18 18-Jul-18 22-Jul-18 25-Jul-18 29-Jul-18
06.00 10.00 06.00 10.00 06.00
BATAM BATAM BATAM BATAM BATAM
MINGGU RABU MINGGU RABU MINGGU
15-Jul-18 18-Jul-18 22-Jul-18 25-Jul-18 29-Jul-18
11.00 13.00 11.00 13.00 11.00
TG. BALAI - BELAWAN TG. PRIOK TG. BALAI - BELAWAN TG. PRIOK TG. BALAI - BELAWAN
No.
NAMA KAPAL
1
KM. SABUK N-62
2
1. JADWAL SEWAKTU-WAKTU DAPAT BERUBAH, BILA ADA PERUBAHAN / KOREKSI AKAN KAMI BERITAHUKAN. 2. KEPADA CALON PENUMPANG PEMBELIAN TIKET AGAR SESUAI IDENTITAS/ KTP. 3. KETERANGAN LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI CALL CENTER 021 - 162 4. PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG TELP. 0771 - 21513 5. 2 (DUA) JAM SEBELUM KAPAL BERANGKAT SUDAH DI TERMINAL PELABUHAN
TUJUAN TAMBELAN - SINTETE SENAYANG - JAGOH/DABO - P.BERHALA - JAGOH/DABO - P.PEKAJANG BLINYU - P.PEKAJANG - JAGOH/DABO KUALA MARAS - TAREMPA - MIDAI - P.TIGA - SELAT LAMPA - SEDANAU P.LAUT - RANAI - SUBI - SERASAN - SINTETE - TAMBELAN TAMBELAN - PONTIANAK - SERASAN - SUBI - RANAI - P.LAUT - SEDANAU P.TIGA - MIDAI - TAREMPA - K.MARAS
TANJUNGPINANG, JULI 2018 TTD PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG
LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS
5
Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
Martabak Telur NF Bersaudara, Tanjunguban
Pilih Sendiri Jumlah Telurnya S
AJIAN martabak telur sudah pasti tidak asing di telinga. Sajian makanan ringan yang bikin kenyang ini sudah banyak dijumpai di wilayah Bintan. Namun bila ke Tanjunguban, tidak ada salahnya menikmati sajian martabak telur NF Bersaudara. Boleh dikatakan, sajian martabak telur NF Bersaudara cukup khas di wilayah Tanjunguban. Maklum saja. Bisnis ini sudah berjalan berdekade-dekade. Sejak tahun 1982 dan sudah dilanjutkan oleh generasi kedua, martabak ini masih setia melayani permintaan warga setiap pagi. Rasanya yang enak dan kesedapan kuah kari dengan citarasa khas daging sapi ini dijamin bikin siapa saja yang datang merasa tidak cukup sekali dan ingin mengulanginya lagi. Habibi (36), penjual Martabak NF Bersaudara mengatakan, martabak telur yang ia jual memang menonjolkan rasa telur dengan berbagai ukuran. Mulai martabak telur biasa dengan satu telur, martabak spesial dengan dua telur, super dengan tiga telur dan bahkan yang jumbo dengan lima telur. Daging, bawang bombay dan bumbu rempah yang digunakan memanjakan lidah para pelanggan setianya. Tidak hanya itu saja, tambahan kuah kari daging sapi sebagai pelengkap kudapan martabak, semakin membuat citarasa martabak telur ini semakin banyak
peminatnya. “Ciri khas kami yaitu ada di kuah karinya. Biasanya martabak telur menggunakan kuah cuka sebagai tambahan pelengkap. Namun kami membuat kuah karinya secara khusus, sehingga rasanya juga beda,” sebutnya. Ia mengatakan, sejak 36 tahun lalu, ayahnya sudah menjual martabak telur
resep keluarganya di Meja 7 Jalan Permaisuri Tanjunguban. Kini ia tetap melanjutkan usaha sang ayah di Kampung Kamboja namun masih di sepanjang Jalan Permaisuri Tanjunguban yang semakin hari semakin padat aktivitas warga sebagai kawasan pusat pertumbuhan ekonomi di Bintan bagian utara. (jendaras)
FOTO-FOTO: JENDARAS/TANJUNGPINANG POS
Telur yang dipakai sebagai bahan dasar martabak.
“
Ciri khas kami yaitu ada di kuah karinya. Biasanya martabak telur menggunakan kuah cuka sebagai tambahan pelengkap. Namun kami membuat kuah karinya secara khusus, sehingga rasanya juga beda,” Habibi, Penjual Martabak NF Bersaudara
Pelanggan dengan martabak telur NF Bersaudara.
Proses pembuatan martabak telur.
DIBUTUHKAN
DIBUTUHKAN SEGERA
Tenaga Pengasuh
1 sopir, pria umur max. 35 thn, pendidikan min SMU/SMK, memiliki SIM A, domisili sekitar bt 9, jujur dan rajin
di Taman Penitipan Anak “Melayu Bersinar” Persyaratan : þ Minimal tamatan SMP þ Sayang & sabar pada anakanak þ Tekun dan ulet bekerja
Lamaran dikirim ke alamat :
Jln. Sukaramai - Ruko Hangtuah Blok A No. 10 Telp : 081277502161
Lamaran diantar langsung Hub. Hp : 0819 9165 0305
LOWONGAN PEKERJAAN SD SURYA KEMULIAAN
Membutuhkan Guru Mata Pelajaran, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Pria / Wanita 2. Pendidikan S1 3. Berpenampilan Menarik 4. Kreatif dan Inovatif Lamaran dikirim langsung / diantar ke :
SD SURYA KEMULIAAN Jl. Mess Alumina, Kolong Enam, RT.001, RW.022, Kijang (samping Gereja HKBP). Contact Person : 0819 2239 100 (Mrs. Irene Ester) 0852 6492 3484 (Mrs. Ticha)
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
Mau pasang iklan?
IKLAN BARIS RUMAH INGIN MILIKI RUMAH SUBSIDI? DI KM 13 ARAH KIJANG. HUBUNGI : 0858 3477 3078 DI JUAL CEPAT RUMAH TYPE 105 LT. 96 M2, 2 KT, 2 KM, LISTRIK 1300 WATT, AIR PDAM. ALAMAT : HANGTUAH PERMAI KM. 11, BLOK H, GANG KASTURI 3 NO. 18 HUBUNGI : 0813 7220 7170 HARGA NEGO ANDA BUTUH RUMAH SUBSIDI? TYPE 36/98 (READY) DATANG LANGSUNG KE KANTOR PT. CAHAYA KRISTAL PROPERTI ALAMAT : JL. D.I. PANJAITAN KM 9. ATAU HUBUNGI : HP 0812 6891 0101 MAKANAN -----------------SELERA KITA---------------“MENERIMA PESANAN PECAL LELE“ PENGANTARAN DARI JAM 15.00 (SORE) S/D JAM 03.00 (MALAM). ALAMAT : JL. HANDJOYO PUTRO PERTOKAN GESYA
Hubungi : 0852 6404 0033 LAUNDRY CUCIAN MENUMPUK, LAUNDRY BOSS SOLUSINYA, NGELAUNDRY TANPA HARUS KEMANA-MANA, DRIVER JEMPUT PAKAIAN LANGSUNG DITIMBANG DIRUMAH PELANGGAN, SELESAI DILAUNDRY AKAN DIANTAR KEMBALI, FREE ONGKIR, HUBUNGI TLP/WA : 0822-8396-1617 (SITI), 0852-7199-9702 (FADILLAH) PINJAMAN PINJAMAN TANPA BI CHECKING CAIR SUPER CEPAT JAMINAN BPKB SEPEDA MOTOR, MOBIL, TRUK HUBUNGI RUSDI, HP 0821 5855 6420 TOKO BUKU ERDEKA BOOK STORE. MENJUAL BUKU SEJARAH & SASTRA MELAYU. WWW.ERDEKABOOKSTORE.COM
FOODY CV ORINEFA MENERIMA PESANAN KUE SNACK BOX, KUE KERING DAN NASI KOTAK, PEMESANAN WA/HP 08117016111, WA 08117709699, FB RIMAMELATI -AZZAHRAH, INSTAGRAM FOODY_ TANJUNGPINANG, EMAIL R I M A M E L AT I W R @ G M A I L . C O M
MENJUAL OBAT GAMAT. MENGATASI BERBAGAI PENYAKIT. BERMINAT BISA ANTAR KETEMPAT. HUB. : 0813 7209 4056
MENERIMA PESANAN BROWNIS KUKUS. SIAP ANTAR KE ALAMAT ANDA. #UK. 22 X 22 = RP.90.000# UK. 22 X 10 = RP. 45.000#. HUBUNGI : AMI. 0823 9297 9062
MENERIMA BELAJAR SILAT UNTUK PENGAJARAN DI HARI JUMAT MLM PUKUL 7.30 & MINGGU JAM 7.00 WIB PAGI. BERMINAT HUB. : HP. 0822 8816 6100
HERBAL
OLAHRAGA & BELADIRI
KEHILANGAN KEHILANGAN STNK, “NO POLISI BP 4738 RT“, NO BPKB F4512326, “NO RANGKA MH328D0029K572559, “NO MESIN 28D571175“, A.N PEMILIK : FATMAWATI TRAVEL BUANA SAWITTO PAKKAREZO TOUR & TRAVEL MELAYANI RENTAL MOBIL , JASA ANTAR JEMPUT CITY TOUR TANJUNGPINANG - BINTAN, SUPIR BERPENGALAMAN , HP. 0852 6498 9945 (DAENG MAPPATONRU) --------------------
SERBA-SERBI MASSAGENA ININNAWA KONSULTAN , MELAYANI JASA DESIGN BANGUNAN, JASA IT, JASA KONSULTING DOKUMEN LINGKUNGAN (UKL-UPL), JASA LAYANAN PERIZINAN. ----------------------------------HUB. 0853 5331 7949 (NURSYAMSI) TOPI DAN TOTEBAG BY DANNISA“, TERSEDIA DI...KEDAI OLEH2 SRI PINANG JL GANET BANDARA TPI, SOUVENIR SHOP BINTAN PARADISE JL PANCUR TPI. INFO ORDER CUSTOM DESAIN SILAHKAN KONTAK : 0853 3410 6699 MENERIMA ORDERAN HANDBOUQUET FLANEL DAN JASA UKIR HENNA, UNTUK KATALOG BISA CEK DI INSTAGRAM @SUHABOUQUET DAN @SUHAHENNA, PEMESANAN MELALUI WHATSAPP 0813 6530 1061 -----------------------------
LAYOUT: SYAFRINALDI
6
Goes to School
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
Mobil Baca Keliling Perpustakaan Daerah Kepri
Gugah Minat Baca Anak
Memilih koleksi di mobil baca keliling.
T
IDAK lagi bisa menunggu. Urusan peningkatan minat baca harus dijemput, harus dikejar, harus didatangi. Perpustakaan daerah sebagai lembaga resmi yang ‘bertanggung jawab’ perihal minat baca mulai memaksimalkan segala
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
sumber daya yang dipunya. Mempercantik ruang baca dan melengkapi koleksi buku bacaan itu pasti. Tetapi belum cukup. Mereka juga harus berani mengantar buku itu langsung ke pembacanya. Utamanya kepada anakanak.
Setiap tahunnya, perpustakaan daerah mengunjungi sekolahsekolah dasar yang ada di Tanjungpinang. Sebuah iktikad nyata agar anakanak bisa lebih dekat dan lebih kenal buku. Melalui mobil baca keliling, ratusan judul itu diangkut dan dibeber setiba di sekolah tujuan. Kontan hal ini menarik minat anak-anak untuk berdatangan. Di selasela jam belajar, guru mereka mendampingi kegiatan membaca di halaman sekolah bersama mobil baca keliling. Pada kesempatan sebelumnya, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kepri, Amir Husin menyatakan, program peningkatan minat baca anak merupakan agenda prioritas dan wajib ada. “Ini agar minat baca mereka tergugah. Jangan sampai
mereka lebih terlena dengan gim-gim di ponsel orangtuanya,” kata Amir. Urusan teknologi, sambung Amir, bukan berarti boleh memadamkan minat baca anak. Akan tetapi justru sebagai unsur penunjang. “Kalau anak sudah punya minat baca, ia juga akan mencari bacaan yang bagus dari Google,” tambahnya. Dalam seminggu terakhir, tercatat ada sekolah dasar yang ada di seluruh kecamatan di Tanjungpinang dikunjungi. Dari antusiasme siswa ketika mobil baca tiba, ada harapan bahwasanya minat baca anak masih bisa digugah sejak dini. Optimisme yang harus dirawat dengan lebih rutin menyediakan buku-buku bacaan lebih baru dan berkualitas pada setiap kunjungannya kembali. (fatih)
FOTO-FOTO: PERPUSTAKAAN DAERAH KEPRI
Suasana mengantre memilih buku bacaan di mobil baca keliling.
LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
7
MINGGU 29 JULI 2018
Cuma Bisa 70 Kartu Sekali Cetak
Sudah Satu Mesin, Tak Prima Pula
F-ANDRI DWI S/TANJUNGPINANG POS
Petugas sedang melakukan perekaman KTP-El untuk masyarakat Tanjungpinang di Kantor Disdukcapil Kota Tanjungpinang, belum lama ini.
TANJUNGPINANG Harapan warga Tanjungpinang bisa segera mengantongi Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-El) belum bisa terpenuhi dalam waktu dekat. Pasalnya, mesin cetak yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil masih belum dapat bekerja dengan maksimal. Kepala Disdukcapil Tanjungpinang, Irianto tak menampik kendala ini begitu memengaruhi kerja pencetakan KTP-El sejak beberapa waktu terakhir. Ia menjelaskan, kini tinggal satu mesin saja yang dapat difungsikan. Itu pun kondisinya tidak prima. “Semula ada tiga (mesin). Sekarang tinggal satu ini, dan kami tidak bisa menggunakannya secara maksimal,” tutur Irianto, kemarin. Kondisi mesin yang tersedia di kantor dinas memang sudah tidak bisa dipaksa memenuhi target pencetakan 300 lembar KTP-El dalam sehari. Paling
banter, kata Irianto, mesin yang ada itu hanya mampu mencetak 70 lembar saja. “Mesin ini kalau dibeli memakan biaya belum lagi pengeluaran untuk mendatangkan orang yang menginstalnya,” terang Irianto. Untuk satu unit mesin, kata Irianto, paling sedikit memakan biaya mencapai Rp 150 juta. Belum lagi ditambah ongkos instalasi yang bisa mencapai Rp 25 juta. Disdukcapil bukannya tidak berinisiasi mencari solusi atas permasalahan ini. Namun, lantaran keterbatasan alokasi anggaran, kebutuhan mendatangkan mesin baru ini belum juga bisa terealisasi. Irianto berharap sebelum masuk tahun depan sudah bisa ada solusi nyata dari kendala ini. “Saya sudah sampaikan ini, dan ini menjadi kendala terbesar untuk mencetak KPT-El seluruh warga Tanjungpinang jelang Pemilu 2019,” pungkasnya. (tih)
Bacaleg Diminta Tak Curi Start, Kampanye Dimulai Bulan September TANJUNGPINANG Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) kota Tanjungpinang, mengimbau para Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) agar bersabar dalam
mengkampanyekan dirinya. Komisioner Panwaslu Tanjungpinang, Muhammad Zaini menuturkan, segala bentuk kampanye yang belum memasuki
masanya, diharapkan untuk tidak dilakukan. Termasuk di antaranya menampilkan foto diri Bacaleg pada papan iklan, spanduk, selebaran dan lainnya.
“Sesuai arahan Bawaslu, bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan,” ucap Zaini kemarin. Penegasan juga ditekankan, pada iklan bacaleg
yang mencantumkan logo dan nomor urut partai politik. Bahkan termasuk di antaranya menampilkan citra diri yang disertai kalimat yang berbunyi harapan
dukungan sebagai Bacaleg. Oleh karena itu Panwaslu Kota Tanjungpinang menghimbau kepada Bacaleg agar bersabar untuk tidak melakukan
segala aktivitas berunsur kampanye. “Sebelum masuk masa kampanye pada tanggal 23 September 2018- 13 April 2019 nanti,” pungkas dia. (tih)
Kubisme......................................................................................................................dari halaman 1 grafis, keramik, kostum penari balet sampai tata panggung. Seorang gadis cantik akan mendatangi Picasso untuk melihat seaneh apa wajahnya jika berubah menjadi balok atau silinder. Konon, setiap wanita memberikan inspirasi berbeda baginya. Kebetulan ia seorang don juan. Dari Marie-Terese Walter kekasihnya, Picasso melahirkan karya La Reve (mimpi) yang laku terjual 48.402.500 dolar AS, sebuah nilai yang sangat fantastik untuk ukuran
abad 19. Dikutip dari biografi Picasso, dari kekasih yang lain lagi, Eva Gouel, terlahir lukisan Femme Assise Dans Un Fauteuil, yang termasuk salah satu adikarya kubistis. Picasso lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881. Ia adalah sebaris seniman yang terpengaruh oleh kehidupan sosial pada masa sulit dan peperangan. Hal yang kemudian terefleksi kepada obyek dan komposisi lukisan Kubisme. Obyek yang merepresen-
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Diterbitkan Oleh: PT Batam Intermedia Pers Terbit sejak tanggal 28 Oktober 2009 Alamat Redaksi: Komplek Pinlang Mas No.15 Lt 2-3 JL.DI Panjaitan-Batu IX Tanjungpinang, Telepon : (0771) 7447234 (hunting), Fax (0771) 7447085
tasikan kegelisahan dan penuh simbolis banyak diungkapkan para seniman sebelum perang. Suasana kekacauan sosial dan ketatanegaraan juga tidak lepas dari perhatian. Ketidaksetujuan terhadap kekejaman dan kekerasan perang muncul pula ke permukaan kanvas sebagai tema pilihan. Picasso seorang melankolis, berkepribadian kuat, egois dan hidupnya sangat bebas tercermin dari karyakaryanya yang kontroversial dan sangat ekspresif, beda dari yang pernah ada
sebelumnya. Di sisi lain, kemelankolisan Picasso terungkap dari sifatnya yang sangat sensitif serta rinci dalam menilai suatu kenyataan hidup. Ia sanggup membuat kenyataan hidup itu sebagai sumber inspirasi karyanya. Misalnya, lukisan Mesra Cinta (periode biru) yang bersuasana muram dan pesimis, mencerminkan masa-masa sulit Picasso di tengah situasi yang kompetitif. Lukisan Guernica yang menjadi pusat mata di Museum
Pimpinan Umum/GM/Penjab : M Nur Hakim Wakil Pimpinan Umum : Ramon Damora Pemimpin Redaksi : Ramon Damora Wakil Pemimpin Redaksi : Zakmi Pimpinan Perusahaan : M Nur Hakim Manajer Umum/Adm/Keu : Ari Istanti Manajer Pemasaran : M Nur Hakim Manajer Iklan : M Nur Hakim
PEMBINA MANAJEMEN : Rida K Liamsi, Suhendro Boroma
Dewan Redaksi : M Nur Hakim, Ramon Damora, Zakmi, Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih
Reina Sofia (Madrid) adalah goresan tangan dari hasil ingatannya pada tragedi berdarah awal tahun 1930-an. Picasso seolah menegur kepada kita yang terlalu memuja eksistensi. Bahwa fakta yang terlihat dari fenomena optik yang tertangkap oleh lensa mata kita hanyalah fakta kanvas alam semesta. Tidak mutlak sebagai esensi atau kebenaran. Seperti dipercaya Platonis, bahwa yang terlihat di alam semesta hanyalah bayangan dari
idea. Terungkap oleh Mitos Gua dalam Republic (Plato) bahwa objek yang terlihat di dunia adalah pantulan bayangan idea belaka. Untuk kembali mengingatkan kita bahwa di balik teks ada konteks, di balik fakta ada ketersembunyian. Di balik bayangan ada cermin, di balik negara fakta (distopia) ada negara filosofis (utopia). Dunia ini terlalu luas untuk sekadar berkutat pada ilusi optik dari sepenggal fakta yang kita terima itu ke itu saja. Guna memecah kebekuan dan
kebuntuan konservatif, ada baiknya kita membongkar cara berpikir kita seperti cara kubisme: pada awalnya obyek diuraikan atau dianalisis, kemudian menuju proses abstraksi lalu ditarik pada suatu sintesa. Bahkan obyek dikumpulkan pada suatu tempat, dan bertumpuk, saling menumpang, dan terkadang bertransparansi, menuju kepada realitas baru. Mengapa takut untuk membuat tikungan tajam dari jalur biasa? Bukankah Kubisme Picasso sudah dibayar mahal untuk itu. ***
DIVISI REDAKSI Redaktur Pelaksana Kompartemen: Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih. Redaktur: Martua P Butarbutar, Yusfreyendi, Adly Bara Hanani Reporter: Suhardi (Koordinator), Desi Liza Purba, Andri Dwi Sasmito, Raymon Sandy, Jendaras Karloan (Bintan Utara), Tengku Irwansyah (Lingga), Daniel Tambunan (Karimun), Hardiansyah (Natuna), Indra Gunawan (Anambas). Sekretaris Redaksi: Fauziatul Husna Ardelia
Tarif Iklan
Halaman Muka (FC) Rp 30.000,-/mm kolom. Halaman Muka (BW) Rp 25.000,-/mm kolom. Halaman DIVISI ONLINE Fatih Muftih (Penjab), Desi Liza Purba (Wakil Penjab) Dalam,- (FC) Rp 25.000,-/ mm kolom. DEPARTEMEN PRACETAK/LAYOUT/PERWAJAHAN: Dobby Fachrizal (Manajer), Syafrinaldi (Penjab Layout), Gilang Dhikapati, Agung Saputra Prastya (Staff). Halaman Dalam (BW) Jaringan/IT/Online: Rahmat Santoso (Penjab). Rp 15.000,-/mm DIVISI BISNIS kolom. Iklan Umum/ Departemen Umum, Adm, & Keuangan: Penjab: Dahlia , Kasir: Reynaldi Syah Display (BW) Rp Customer Service: Dilas Tari Umum: Irhamna. Departemen Iklan: Saifullah (Ass. Manager), 15.000,-/mm kolom. Penjab Desain Iklan: Kevin Perdana, Wira Harjuman. Penjab Adm Piutang: Dahlia Anna, Juni Ella. Penjab Penagihan: Jefri, Departemen Pemasaran & EO: Rijon Sitohang (Penjab Ekspedisi) Iklan Ucapan Selamat Yurika, Sri Wahyuni, Afriyanti (Penjab Adm Piutang dan Retur). (FC) Rp 7.000,-/mm Departemen Pemasaran Koran: kolom. Iklan Ucapan Rijon Sihotang (Penjab Ekspedisi), Eris Surahman, Pariadi. Selamat (BW) Rp Penjab Pemasaran Koran: Hardian, Sudiarta,Wahyu Gustianto, Isep Ilham, Tarmizi 3.500,-/mm kolom. Penjab Langganan Koran: Afriyanti, Sri Wahyuni (Staf) Iklan Dukacita Rp Perwakilan - Perwakilan 3.500,-/mm kolom. Batam (Martua Butar-butar, Tarmizi Rumahitam), Lingga (Tengku Irwansyah), Bintan Utara (Jendaras Karloan), Karimun (Alrion Tambunan), Natuna (Hardiansyah), Anambas (Indra Sport Color Rp 7.000,Gunawan), /mm kolom. Advertorial Kepala Biro Iklan Jakarta: Shanti Novita Rp 5.000,-/ mm kolom.
Dicetak pada : PT Ripos Bintana Press. Isi di luar tanggung jawab percetakan.
REDAKTUR: FATIH
LAYOUT: SYAFRINALDI
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
REDAKTUR: ADLY BARA
IKLAN
8
LAYOUT: SYAFRINALDI
Jembia
GM 29071941
“Kenapa selama ini orang praktis terlupa akan burung gereja, daun asam, harum tanah: benda-benda nyata yang, meskipun sepele, memberi getar pada hidup dengan tanpa cincong? Tidakkah itu juga sederet rahmat, sebuah bahan yang sah untuk percakapan, untuk pemikiran, untuk puisi—seperti kenyataan tentang cinta dan mati?”
Tuhan, kenapa kita bisa bahagia? Goenawan Mohamad, Dingin Tak Tercatat
“Mereka yang terbiasa dengan kekuasaan dan aturan memang umumnya sulit memahami puisi.” Goenawan Mohamad, Pagi dan Hal-Hal yang Dipungut Kembali
MINGGU 29 JULI 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Jembia terbuka untuk semua tulisan dan foto seni kreatif. Kirim naskah, biodata, foto terbaru Anda ke alamat email: jembiatanjungpinangpos@gmail.com
“Kesusastraan adalah hasil proses yang berjerih payah, dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu: ini bukan sekadar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin.” Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 5
“Seseorang pernah mengatakan, guna puisi adalah dengan hadir tanpa guna. Ia tak bisa dijual. Ia menegaskan tak semua bisa dijual.” Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 3
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 2
REDAKTUR: FATIH MUFTIH
LAYOUT: DOBBY F
10
hari puisi
MINGGU 29 JULI 2018
sajak-sajak GOENAWAN MOHAMAD Goenawan Mohamad mencapai usia 77 tahun pada 29 Juli hari ini. Bersempena itu Jembia telah memilih lima sajak yang menjadi penanda bahwa Goenawan adalah salah satu penyair penting dalam sejarah sastra Indonesia.
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Kwatrin tentang Sebuah Poci Pada keramik tanpa nama itu kulihat kembali wajahmu Mataku belum tolol, ternyata untuk sesuatu yang tak ada
Apa yang berharga pada tanah liat ini selain separuh ilusi? Sesuatu yang kelak retak dan kita membikinnya abadi 1973
Hari Terakhir seorang Penyair, Suatu Siang
Dingin Tak Tercatat Dingin tak tercatat pada termometer.
Di siang suram bertiup angin. Kuhitung pohon satu-satu Tak ada bumi yang jadi lain: daun pun luruh, lebih bisu Ada matahari lewat mengendap, jam memberat dan hari menunggu Segala akan lengkap, segala akan lengkap, Tuhanku.
Kota hanya basah. Angin sepanjang sungai mengusir, tapi kita tetap saja di sana. Seakan-akan gerimis raib dan cahaya berenang mempermainkan warna.
Kemudian Engkau pun tiba, menjemput sajak yang tak tersua Kemudian hari pun rembang dan tanpa cuaca Siang akan jadi dingin, Tuhan, dan angin telah sedia Biarkan aku hibuk dan cinta berangkat dalam rahasia.
TUSIRAN SUSENO
Tuhan, kenapa kita bisa bahagia?
1964
1971
Dongeng sebelum tidur Di Beranda ini Angin Tak Kedengaran Lagi
“Cicak itu, cintaku, berbicara tentang kita. Yaitu nonsense.” Itulah yang dikatakan baginda kepada permaisurinya, pada malam itu. Nafsu di ranjang telah jadi teduh dan senyap merayap antara sendi dan sprei. “Mengapa tak percaya? Mimpi akan meyakinkan seperti matahari pagi.” Perempuan itu terisak, ketika Anglingdarma menutupkan kembali kain ke dadanya dengan nafas yang dingin, meskipun ia mengecup rambutnya. Esokhari permaisuri membunuh diri dalam api. Dan baginda pun mendapatkan akal bagaimana ia harus melarikan diri — dengan pertolongan dewa-dewa entah dari mana — untuk tidak setia. “Batik Madrim, Batik Madrim, mengapa harus, patihku? Mengapa harus seorang mencintai kesetiaan lebih dari
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba Kudengar angin mendesak ke arah kita
Di piano bernyanyi baris dari Rubayat Di luar detik dan kereta telah berangkat Sebelum bait pertama. Sebelum selesai kata Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba Aku pun tahu: sepi kita semula bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela mengekalkan yang esok mungkin tak ada
kehidupan dan sebagainya dan sebagainya?” 1966 1971
Goenawan Mohamad, seorang sastrawan Indonesia. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo.
Klinik Puisi #16
Vitalisme, dari Chaotisch ke Kosmisch
REDAKTUR: FATIH
Ketika orang sakit, dengan mudah kita tahu sekiranya hendak ke mana dibawa. Lain halnya ketika puisi yang sakit. Tidak ada rumah sakit, puskesmas, tabib, mantri, atau dukun sekali pun, yang sanggup mengobati atau kasih jampi-jampi. Tapi bisakah puisi sakit? Tentu saja. Era ketika menulis puisi dengan sedemikian mudahnya bisa terpublikasi, sejalan dengan semakin minornya kepercayaan pada kerja kurasi. Puisi yang belum puisi, ditayangkan di laman-laman media sosial, juga diterbitkan di buku-buku, padahal belum tampak benar kata-kata yang ditampilkan di sana adalah puisi. Itulah puisi sakit.
OLEH: HASAN ASPAHANI
CHAIRIL ANWAR (1922-1949) betul-betul mempersiapkan diri untuk menjadi penyair besar. Itu dilakukannya antara lain dengan berusaha memahami bahkan memperdalam filsafat manusia. Ia membicarakan soal itu dengan sahabat dan mentornya LK Bohang (yang meninggal di tahun 1945), dan tentu dia juga membaca banyak buku. Ia memasuki kesenian, seni puisi, dengan semangat yang menyala. Seperti bertarung antara hidup dan mati. Berkesenian, bagi Chairil, adalah tindakan mempertaruhkan kehidupannya. Vitalisme, katanya, (adalah) semangat hidup yang berkobar-kobar. Vitalisme adalah aliran dalam filsafat manusia yang mendasarkan pemahamannya pada anggapan bahwa kenyataan sejati itu adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang irasional, di luar rasio. “Vitalisme! Tenaga hidup! Api hidup! Mata Ida bertanya, kulihat. Kalau-kalau vitalisme ini mungkin diresapkan dalam seni? Mengapa tidak, adik. Bahkan sifat ini tidak mungkin dihilangkan atau ditiadakan,” kata Chairil dalam pidato radionya pada 1 Juli 1943. Vitalisme berbeda dengan materialisme yang mengutamakan materi atau benda fisik, apa yang menempati ruang dan waktu. Vitalisme berbeda dengan idealisme yang menganggap kenyataan sejati adalah apa yang bersifat
TELAH DIBUKA: KLINIK PUISI!
Maka, Jembia kini telah membuka rubrik Klinik Puisi. Tempat penyakit yang diidap puisi bisa didiagnosa dan dicarikan obatnya. Hanya satu mantri yang praktik di sini. Namanya Hasan Aspahani. Kredibilitasnya dalam menekuni jalan puisi telah mengantarkannya pada ragam prestasi. Pada 2016 lalu, buku puisinya Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering menjadi buku puisi terbaik bersempena Hari Puisi Indonesia.
spititual, yang menganggap apa yang membenda hanyalah manifestasi dari roh, Roh Sejati. Menulis puisi bagi Chairil, dengan kerangka berpikir sebagai seorang vitalis, adalah mengendalikan aliran, deraan, hantaman dari energi, daya, kekuatan, dan nafsu, segala yang irasional itu menjadi keindahan. Katanya, bagiku keindahan adalah persetimbangan perpaduan dari getarangetaran hidup. Apa yang menggetarkan hidup itu? Ya, energi, daya, kekuatan, dan nafsu itulah. Vitalitas dan keindahan ada di dua ujung yang berbeda dari sebuah proses. Keindahan hanya bisa dicapai dengan vitalitas.
“Vitalitas adalah sesuatu yang tidak bisa dihelakkan dalam mencapai keindahan,” kata Chairil. Ia lalu membuat sebuah kesimpulan yang kuat dan indah, dan ini saya kira harus kita catat sebagai sumbangan pemikiran penting dalam sejarah puisi kita. Katanya Chairil, dalam seni: vitalitas itu chaotisch voorstadium dan keindahan adalah kosmisch eindstadium. Jadi, vitalitas dan keindahan itu adalah kondisi awal (yang chaotisch, yang kacau, yang berantakan) yang harus ditaklukkan oleh penyair untuk mencapai atau sampai pada wujud puisi sebagai kondisi akhir (yang kosmisch, yang damai tapi menyimpan gelegak, yang rumit tapi tersistem).***
Sekarang, ia membuka praktik di Klinik Puisi. Jika puisi Anda sedang sakit, Anda sudah tahu ke mana membawanya. Kepada Jembianis sekalian, jangan segan, bisa berkonsultasi suka-suka melalui surel jembiatanjungpinangpos@gmail.com dengan subjek Konsultasi Klinik Puisi untuk kemudian diteruskan kepada mantri yang bertugas. Kami percaya, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sekali pun itu penyakit puisi. Selamat menikmati.
LAYOUT: SYAFRINALDI
11
niskala
MINGGU 29 JULI 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
candubuku
“
Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca; sebuah kebahagiaan.” Goenawan Mohamad Seniman
Setelah Empat Dasawarsa Selama kurang lebih 40 tahun menekuni dunia jurnalistik, Goenawan Mohamad (GM) sudah menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan. Kumpulan esainya berturut turut: Potret Seorang Peyair Muda sebagai Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, Kita (1980), Kesusastraan dan Kekuasaan (1993), Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2001), Kata, Waktu (2001), Eksotopi (2002), Pada Masa Intoleransi (2017) tuhan, dan hal-hal yang Tak Selesai. Selain Esai dan Puisi, GM juga menulis lakon teater yang sudah dipentaskan. Tetapi lebih dari itu, tulisannya yang paling terkenal dan populer adalah Catatan Pinggir (Caping), sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang Majalah Tempo.
Tabung Tawa Cerpen
Tahun 2006, Goenawan dapat anugerah sastra Dan David Prize, Tahun 2005 ia bersama wartawan Joesoef Ishak mendapat Wertheim Award.
Ken Hanggara
S
EANDAINYA di bumi ini setiap manusia dijatah memiliki tawa dengan volume yang sangat terbatas. Misalnya, tawa satu orang manusia disimpan di dalam tabung tertentu, sehingga tidak ada yang sembarangan melempar tawanya, demi berjaga-jaga agar suatu ketika seseorang tidak kehabisan tawa untuk hal-hal yang tidak penting. Aku sudah membayangkan hal ini, sekalipun Tuhan tidak memberi tahu para nabi dan rasul bahwa setiap manusia memiliki jatah tawanya masing-masing. Jadi, menurut keyakinanku (dan semoga ini benar), tawa setiap jiwa disimpan dalam satu tabung yang tersembunyi di dalam tubuhnya. “Kamu sudah gila. Sebaiknya kamu bawa dirimu ke ahli saraf, atau mungkin sudah saatnya kamu resign. Pekerjaanmu yang gila benar-benar membuatmu gila!” kata satu orang temanku. Aku bekerja di sebuah kantor yang mengurus hitungan angka sampai berbelas digit, dan bukan cuma itu saja; jika salah, risiko besar menghabisiku. Aku tidak boleh salah hitung dan harus akurat. Aku memang selalu bisa diandalkan dalam urusan ini, tetapi karena inilah aku cepat tua. Kata ibuku, pekerjaanku gajinya gede, tetapi ibuku tahu di kepalaku telah tumbuh beberapa helai uban yang seharusnya belum waktunya ada di sana. Temanku berpendapat bahwa keyakinanku akan adanya tabung tertawa disebabkan oleh pekerjaanku. Setiap hari aku bertemu angka-angka dan jarang tertawa. Aku lebih sering diam dan hampir selalu bersitegang dengan siapa pun yang kuhadapi, kecuali bos tentu saja, ketimbang tertawa. Aku bersitegang dengan orangorang di luar kantor bahkan untuk halhal sepele. Aku bisa saja emosi menghadapi tukang sate pagi ini, dan nanti siang aku kembali emosi karena merasa ada tindakan yang kurang ajar dari seorang penjaga kios fotokopi. Kukira itu wajar pada mulanya; aku merasa marahku bukan tanpa alasan. Namun lama- lama orang menganggapku sombong. Semakin ke sini, aku malah dianggap robot. “Kamu manusia robot yang tidak bisa tertawa. Kamu manusia yang kaku dan tidak pandai berbasa-basi,” kata teman yang lain. Aku dianggap mudah tersinggung dan tidak tahu lelucon-lelucon dasar yang harusnya anak SD saja paham. Setelah tuduhan itu, aku tidak pernah tenang dalam tidur. Di kepalaku bukan cuma ada angka-angka, tetapi juga wajah orang-orang yang mencibir dan tertawa. Kupikir tak ada seorang pun yang seharusnya tertawa tanpa alasan. Bahkan, hal sekecil diriku-yang- dianggap-robot, mereka sangat gemar menertawakannya. Padahal, bukankah itu urusan diriku pribadi? Itulah yang kemudian mendasariku membayangkan bahwa setiap manusia punya jatah tawanya masing-masing. Jatah tawa itu disimpan Tuhan di dalam semacam tabung, dan tabung tersebut cukup diselipkan di sela-sela organ tubuh. Tidak ada dokter mana pun yang tahu, tentu saja atas kehendak Tuhan. Seandainya itu memang terjadi, kukira tidak akan ada lagi tawa sia-sia di muka bumi ini. Semua orang menertawakanku secara sia-sia. Itu karena mereka tidak tahu yang kualami di kantor dan risiko yang kutelan jika sampai salah hitung angka berbelas digit itu. Mereka REDAKTUR: FATIH MUFTIH
sesuka hati mengumbar tawa seakan aku robot betulan yang bisa mereka perbaiki dengan tawa basi itu. “Sekali-kali pergi cari cewek, Bung,” kata mereka. Aku tak pernah memikirkan hal lain secara serius selain pekerjaanku. Urusan apa aku tidak punya pacar, sekalipun umurku sudah menjelang angka tiga, itu bukan soal. Ibu saja tidak pernah mendesak-desakku untuk cepat kawin. Ibu hanya prihatin dengan uban yang satu demi satu mulai bertumbuhan di kepalaku. Ibu menyarankan agar aku sesekali tertawa agar uban-uban itu rontok. Ibu tahu aku enggan jika seseorang duduk di belakangku dan ia memegang pinset untuk mencabuti rambut-rambut putih yang tumbuh berpencar di kulit kepalaku. Aku tak suka karena itu membuatku tampak konyol. Aku sendiri bukan membenci tawa, dengan kondisiku yang seperti sekarang ini. Di awal bekerja dulu aku pernah tertawa beberapa kali di jam istirahat hanya agar aku tak jadi stress dan gila karena setiap hari menghadap angka-angka. Bahkan, orang pencinta matematika sepertiku saja butuh hiburan dan aku tahu itu. Tapi, ketika itu, tertawa membuatku celaka. Aku tertawa dan satu digit angka salah kumasukkan, sehingga bos memarahiku dan membawaku ke suatu tempat. Itu semacam kastil drakula, tetapi aku tahu di Indonesia tidak ada tempat semacam itu. Aku juga tahu mungkin tempat itu hanyalah rumah manusia biasa yang didesain mirip kastil drakula agar tidak ada maling yang berani menyatroni. Bos membawaku ke sana dan menghukumku. Memang benar di sana tak ada yang namanya makhluk sejenis drakula, tetapi di setiap ruangan terdapat berbagai macam alat siksa yang membuat otak seseorang kembang-kempis dan mungkin meledak. Ini tidak masuk akal. Memang tidak masuk akal. Dan tidak semua orang patut percaya, tetapi itu memang terjadi. Aku dihukum di salah satu alat dan merasa nyawaku di ujung pedang. Bos bilang, “Jika kamu masih mau hidup, sebaiknya nggak usah tertawatawa!” Sejak itu, aku berharap semoga Tuhan memang menciptakan tabung khusus guna menampung tawa setiap manusia. Jadi, tawa itu dijatah dan tidak ada orang yang bisa secara sembarangan tertawa lepas. Tertawa harus beralasan: dalam rangka komedi dan tidak membuat seseorang rugi besar. Bosku punya keyakinan, setiap angka yang salah, sama dengan selangkah kepada maut. Aku dan semua pegawai ketakutan, dan itulah yang membuat kami akhirnya jadi malas tertawa. Kami mulai merekayasa pikiran tertentu yang membuat kami tenang sebab tidak lagi tertawa, kecuali memang tepat waktunya tertawa, gara-gara mengalami ledekan tidak adil dari orang-orang luar pekerjaan. Kami dianggap robot dan tidak gaul dan tentu saja kurang piknik. Suatu ketika aku dan teman-teman sedesa pergi piknik untuk memuaskan hasrat tertawa mereka. Dalam sehari itu aku hanya tersenyum empat belas kali, dan tidak tertawa, sehingga orang pun tidak ragu menganggapku manusia mati rasa. Padahal semua tahu, pada hari itu, salah satu dari kami tak sengaja menginjak tahi sapi dan ia terpaksa pulang bertelanjang kaki. Banyak wanita di tempat wisata tertawa melihatnya yang konyol. Hanya aku yang tidak tertawa.
Sajak-sajaknya dibukukan dalam Parikesit (1971), Interlude (1973), Asmaradana (1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998), dan SajakSajak Lengkap 1961-2001 (2001), Don Quixote (2010), 70 puisi (2010), Gandari (2015) Fragmen (2017). Terjemahan sajak-sajak pilihannya ke dalam bahasa Inggris, oleh Laksmi Pamuntjak, terbit dengan judul Goenawan Mohamad: Selected Poems (2004).
Kepada seorang teman yang agak bisa dipercaya, kuungkapkan pemikiranku soal tabung tawa. Kukatakan padanya, “Aku sudah membayangkan, sekalipun Tuhan tidak memberi tahu nabi dan rasul bahwa setiap manusia memiliki jatah tawanya masing-masing. Jadi, menurut keyakinanku (dan semoga benar), tawa setiap jiwa disimpan dalam satu tabung yang tersembunyi di dalam tubuhnya.” Temanku malah menganggapku gila dan menyuruhku resign. Kubilang padanya, aku tidak makan kalau resign. Ia pergi dan memintaku jangan menghubunginya lagi. Ia tidak ingin orang-orang di desa mengucilkannya juga, karena menganggap membelaku yang tidak patut dibela. Kenyataan ini tidak cuma aku yang mengalami; teman-teman kantorku juga sama. Di satu tempat kami pun berkumpul dan sepakat membangun kelompok anti-tawa, yang isinya orang-orang serius dengan keyakinan: bahwa setiap manusia memiliki tabung tawa masing-masing, dan jika terlalu banyak tertawa selama hidup di bumi, maka suatu hari nanti, apabila masuk surga, ia tidak bisa tertawa, sekalipun di surga ada banyak kelucuan. Kami percaya hal itu dan memegang teguh hal itu. Kami terus menghadap belasan digit angka dan tidak pernah keliru. Kami tidak tertawa dan hari ke hari uban di kepala ini semakin bergerumbul. Satu demi satu, Ibu menghitungnya, sampai ada saatnya Ibu mulai malas, sebab matanya menua dan tidak sanggup lagi membedakan uban yang sudah dihitung dan uban yang baru bercokol. Itu karena saking banyaknya uban di kepalaku. Bukan cuma dikuasai uban di usia muda, kelompok anti-tawa ini orangorangnya mulai mengeriput, sebab barangsiapa benci tertawa, maka waktu menarik kuat kulit wajahnya ke bawah. Aku tidak percaya, tetapi suatu hari kusadari wajah kami memang mulai kisut. Ibu cemas tidak bisa punya cucu, karena aku anak semata wayang dan aku belum kawin. Dan beliau pun mulai ke sana kemari mencarikan jodoh untukku. Aku tidak peduli lagi omongan orang, dan aku terus mencari uang dengan angka- angka sebagai senjataku. Keyakinan bahwa tabung tawaku kelak akan berguna di surga tetap kujaga. Akhirnya dua bulan kemudian aku menikah dengan janda beranak lima; ia benar-benar sudah tua dan berumur hampir lima puluh, tetapi aku tidak peduli. Suatu hari, teman yang dulu menjauhiku, mampir ke rumah dan bertanya kabarku. Ia tampak prihatin melihat rambut di sekujur kepalaku memutih rata. Kukatakan bahwa aku baik-baik saja, dan bahwa aku kini sudah bisa bebas menjalani hidupku yang tanpa tawa, serta tentu saja tanpa mencemaskan omongan orang. Temanku meminta maaf. Ia sadari semua ini tidak perlu terjadi. Maksudnya, tidak perlu ada ledekan kepadaku, yang hidup sesuai caraku. Juga tidak perlu ada kecaman yang kelompok anti-tawa lakukan terhadap mereka yang suka menganggap hidup cuma sekadar bermain-main. “Bagaimanapun, kita semua butuh saling menghargai,” kataku menutup pertemuan sore itu.***
Berikut di antara karya-karya Goenawan setelah empat dasawarsa itu:
KEN HANGGARA, lahir di Sidoarjo, 21 Juni 1991. Menulis puisi, cerpen, novel, dan esai. LAYOUT: DOBBY F
12
perada
MINGGU 29 JULI 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Dua Taman dari Lingga Syair Taman Beradu & Hikayat Taman Permata
D
AIK-LINGGA adalah mata rantai yang penting dalam tradisi cetak Riau-Lingga sepanjang abad ke19 hingga awal abad ke-20. Sebuah percetakan milik kerajan Lingga-Riau di Daik telah menghasilkan sejumlah karya cetak sejak 1886: dua di antaranya berjudul Syair Taman Beradu dan Hikayat Taman Permata.
KUTUBKHANAH KOL OM OLOM
ASWANDI SYAHRI
Sejarawan Kepri
Buku Langka Judul lengkap Syair Taman Beradu adalah, Bahwa Ini Syair Taman Beradu Yakni Cermin Mata Bagi Segala Yang Awam Pelajaran Pada PerempuanPerempuan, dengan judul imbuhan, Di Dalamnya Beberapa Surah dan Bahas Boleh Menjadi Kesukaan Pada Yang Membaca Dia. Syair yang penulisnya tidak dikenal (anonymous) ini dicetak oleh Percetakan Kerajaan Lingga di Daik pada tahun 1889 pada zaman Sutan Abdulrahman Muazamsyah (1885-1911) bersemayam di Daik-Lingga. Ada pun judul lengkap Hikayat Taman Permata adalah, Bahwa Ini Hikayat Taman Permata Yakni Majlis Bagi Segala Raja-Raja dan Orang Besar-Besar, dengan tambahan judul imbuhan, Maka Didalamnya Beberapa Cerita Yang Indah-Indah dan Beberapa Nasehat yang Berpaedah Adanya. Hikayat ini dikarang oleh al-fakir alhakir al-mata’raf bi-al-danbi wa-altakshir Yaitu Tuan Haji Muhammad Yusuf ibni Puspa Teruna: dicetak oleh Percetakan Kerajaan Lingga pada 1889. Kedua Hikayat dan Syair ini adalah kepustakaan langka (rare books) yang telah dicatat sebagai Early Malay Printed Books oleh Ian Proudfoot (1992). Menurut Proudfoot, hanya tersisa tiga eksemplaar Hikayat Taman Permata, dan kini berada dalam simpanan perpustakaan Oxford Institute of Social Anthropology, School of African and Oriental Studies, dan Cambridge University Central Library di London. Sebaliknya, diketahui hanya ada satu eksemplar Syair Taman Beradu, dan kini berada dalam simpanan perpustakaan School of African and Oriental Studies, di London, Inggris. Saya beruntung mendapat “salinan digital” dua buku langka hasil cetakan Percetakan Kerajaan Lingga ini berkat budi baik saudara Jenni Mcculum di Inggris. Percetakan Kerajaan Lingga Syair Taman Beradu dan Hikayat Taman Permata adalah bukti otentik
tentang peran besar yang telah dimainkan oleh Daik-Linga dalam sejarah intelektual Riau-Lingga. Banyak penjelasan dan kejelasan yang dapat disauk dari Hikayat dan Syair ini! Mengapa? Syair dan Hikayat ini menyimpan rekam jejak sejarah percetakan tipography atau percetakan menggunakan huruf timah, sebagai bagian dari mata rantai penting dalam sejarah tradisi tulis dan tradisi cetak Riau-Lingga yang idenya telah digagas oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat sejak tahun 1860-an Singkatnya, realisasi ide besar Raja Ali Haji tentang pentingnya mesin cetak dan percetakan dalam sebuah tradisi tulis itu, terjadi di Daik-Lingga. Sekitar awal tahun 1860, sebuah percetakan tiphografi milik kerajaan dibuka di DaikLingga. Dalam perjalanan sejerahnya, percetakan ini sempat menggunakan beberapa nama resmi: Ofis Cap Kerajaan Lingga, Lingga & Straith Printing Office (1886), Ofis Cap Gabernemen Lingga (1887), dan Percetakan Kerajaan Lingga (1889) Karya pertama yang dicetak oleh Percetakan Kerajaan di Daik-Lingga ini adalah karya Raja Ali Haji yang berjudul Tsamarat al-Muhimmah (1867). Selain Syair Taman Beradu dan Hikayat Taman Permata, secara berturut-turut percetakan ini telah mencetak beberapa karya lainnya seperi, Tsamarat al Muhimmah karya Raja Ali Haja (1887), dua jilid Hikayat Napoleon Bonaparte (1887 dan 1888), Kisah Pelayan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1889), dan Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali Haji (1891). Menurut Jan Van der Putten dalam Printing in Riau Two Step Toward Modernity (1997:728), percetakan kerajaan di Daik-Lingga ini kemudian dipindahkan ke Pulau Penyengat, tempat kedudukan Yang Dipertuan Muda Riau, pada awal 1890-an. Syair Taman Beradu Syair Taman Beradu adalah sebuah syair yang berisikan pedoman bagi kaum perempuan dalam menjalankan beberapa kaidah dan amaliyah sesuai ajaran agama Islam: semacam ‘fikih perempuan’ yang memungkinkan dibaca kala senggang, atau menjelang terlelap (tidur atau beradu) di peraduan. Di dalamnya tersurat untaian syair yang dikemas dalam bentuk dialog beberapa perempuan istri pandita yang bernama Siti Rabiyah, Siti Diyanah, Encik Jamilah istri Haji Abdullah, Encik Meta, dan Siti Afifah yang alim
DOK. ASWANDI SYAHRI
Halaman judul Hikayat Taman Permata koleksi SOAS-London.
akan ilmu agama ketika mereka berhimpun berkata-kata membahas akan ilmu dan amalnya serta. Sepintas lalu, pola penulisan dan penyampaian dalam syair ini mengingatkan kita kepada beberapa syair Riau-Linga lainnya seperti, Syair Burung karya Raja Hasan yang juga menggunakan dialog sejumlah burung untuk menjelaskan perkara-perkara agama, tasawuf, dan hukum fiqih dalam Islam. Kandungan isi syair ini dibagi dalam lima bab. Dua bab di antaranya berisikan beberapa pasal, dan diakhiri dengan beberapa nasihat yang
DOK. ASWANDI SYAHRI
Halaman awal Syair Taman Beradu koleksi SOAS-London. REDAKTUR: FATIH MUFTIH
dikemas dalam untaian syair. Diawali dengan sembilan belas bait syair pengantar, lalu dilajutkan dengan Bab al-wudhuk yang menjelaskan peri membersihkan anggota tubuh sebelum beribadah. Bagian selanjutnya, adalah untaian syair tentang hukum mandi wajib yang diberi judul Mujib al-Asal. Lalu Bab al-Salat, yang berisikan Pasal Rukun Sembahyang, Pasal Membatalkan Sembahyang, Tarkah Sembahyang, Pasal Sembahyang Berjemaah, dan Pasal Kaparat. Selepas untaian syair yang menjelaskan perkara zakat, Bab al-Zakat, isi syair ini dilajutkan dengan untaian syair Bab al-Tasawuf yang mengandungi pasal penjelasan perihal: Al-‘ain, alYadain, Farj, Rijlain, Qalbu, Makna Takbir, Makna Riya’, Makna Ujub, Makna Hasad, Kebinasaan Dengki Makna Syamathahih, Makna Ghadhab, Soal Zann, Makan hub-aldunnia, Makna Tamak, Dawa’ alMadhkur, Husn al-Khalk ala-Jamilah Adab al-Waladain, Adab al-Ikhwan, Adab al-Walid, Adab al-Mamluk, dan Adab al-Zaujah ala al-Zauj. Hikayat Taman Permata Tidak seperti Taman Beradu yang digubah dalam bentuk puisi, maka Taman Permata dikemas dalam bentuk prosa, dan berisikan beberapa cerita atau hikayat dari tanah Arab; ikhwalnya beriskan kisah-kisah sejak zaman Nabi Muhammad S.A.W hingga zaman raja-raja sepeninggal Beliau, dan kaya dengan pengajaran-pengajaran agama serta moral dalam Islam. Hanya saja, berbeda dari Syair Taman Beradu, cerita-cerita dalam Hikayat Taman Permata ditujukan khusus sebagai ‘santapan rohani’ bagi para raja dan orang besar-besar. Fungsinya adalah ‘cermin’ tempat mengambil teladan sempena mengingatkan para raja dan orang besar-besar tentang kelemahan diri (manusia) sebagai makhluk Allah: Mengingatkan para raja dan orang besar-besar, serta semua manusia bahwa “…dunia ini tiadalah ia kekal, seperti orang tidur bermimpi dalam tidurnya…” Selengkapnya, maksud dan tujuan penulisan Hikayat Taman Permata, dijelaskan pada ‘bagian pembuka’ hikayat tersebut sebagai berikut: “… supaya boleh raja-raja dan orang besar-besar mengambil teladan dan insaf akan dirinya. Barang siapa lalai dengan kebesaran dan kemuliaan didalam dunia ini, hendaklah ia ingat akan hari yang kemudian di dalam akhirat, dan kemulian akhirat itu yang amat kekal dengan sebenar-benarnya.” Raja-raja yang dikisahkan dalam Hikayat Taman Permata, adalah rajaraja yang amat masyhur dengan kebesaran pada zamannya, yang hidup pada zaman Nabi Muhammad S.A.W dan sesudahnya: raja-raja besar dan masyhur yang adil serta memelihara rakyat di dalam negerinya, yang memuliakan alim dan ulam, serta fakir miskin. ‘Kumpulan’ hikayat dalam Taman Permata ditulis bersambung tanpa jeda. Diawali dengan kisah seorang Syekh bernama Abu Ali Daqaq Radhi-Allahanh dengan Sultan Muhammad dan Sultan Ya’qub di negeri Khurasan, yakni sebuah kerajaan besar yang wilayahnya kekuasaannya mencakupi Afghanistan, Iran, dan Turkmenistan sekarang.*** LAYOUT: SYAFRINALDI
perada
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
13
Jikalau Hendak Nama Terbilang N
JEMALA KOLOM ABDUL MALIK
AMA memang menjadi perkara yang amat mustahak dalam tamadun kita. Oleh sebab itu, bangsa kita mengidealkan orang-orang dengan nama baik atau memiliki nama terbilang. Dalam perjalanan hidup di dunia ini, misi utama manusia adalah mengumpulkan bekal secukup-cukupnya untuk menuju tempat bermastautin yang abadi. Alam akhirat pasti ditemui melalui peristiwa hidup setelah mati. Untuk itu, keterbilangan nama menjadi syarat mutlak yang mesti diperjuangkan oleh setiap manusia di dunia ini. Sebagai manusia, di ujung pengembaraan dunia, kita wajib meninggalkan sesuatu di dunia yang fana ini untuk selanjutnya membawanya ke alam akhirat yang abadi. Sesuatu yang paling mustahak itu tiada lain nama yang terbilang. Pasalnya, nama baik merupakan lambang (simbol) jati diri yang mesti diraih oleh setiap manusia karena sejalan dengan petunjuk Ilahi. Tentu ada alasan bagi kesemuanya itu? Ternyata, memang ada dan, bahkan, banyak. Di antaranya, “Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (Q.S. At-Tiin:4). Selanjutnya, “Dan, sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan,” (Q.S. Al-Isra’:70). Nukilan firman Allah itu merupakan alasan mustahaknya manusia memperjuangkan nama baik. Allah memang menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik, termulia, dan tersempurna di antara makhluk ciptaan-Nya. Atas dasar itu, manusia wajib memelihara segala kebaikan, kemuliaan, dan keistimewaan yang dianugerahkan oleh Allah itu agar keberadaannya sebagai makhluk terbaik dapat dipertahankan. Jika tidak, tentulah turun derajatnya sehingga tak berbedalah dia dengan hewan sekalipun. Berdasarkan petunjuk Allah itu, sangat tepat ketika Raja Ali Haji rahimahullah (selanjutnya disingkat RAH) memulai karya agungnya Gurindam Dua Belas (selanjutnya disingkat GDB) dengan persoalan nama. GDB Pasal yang Pertama, bait 1, langsung menyuratkan pernyataan ini.
sesuatu apa pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur,” (Q.S. Al-Nahl:78). Di antara firman Allah tentang penciptaan manusia yang tersurat di dalam Al-Quran adalah ayat 78 Surat Al-Nahl yang dikutip di atas. Ayat itu tak sekadar menjelaskan penciptaan manusia karena rahmat-Nya, tetapi manusia dianugerahkan tiga alat penting untuk memahami penciptaan dirinya oleh Allah. Dari makhluk yang sama sekali tak berdaya karena tak mengetahui sesuatu apa pun, manusia menjelma menjadi makhluk yang sempurna karena dianugerahkan pendengaran, penglihatan, dan yang paling utama hati. Dengan unsur-unsur diri itulah seyogianya manusia memahami, menghayati, dan menyadari posisinya sebagai makhluk yang paling istimewa diciptakan oleh Allah. Pada gilirannya, tak ada ungkapan lain yang patut diucapkannya selain bersyukur (berterima kasih) kepada Allah. Tanda kesyukuran itu harus dibuktikan dengan melaksanakan semua perintah Allah dan sudah barang tentu menjauhi dan atau meninggalkan segala
kebahagiaan sejati bagi mereka yang sungguh-sungguh mengikuti pedoman Ilahi. Soal karenah dunia yang memperdaya itu pun, GDB tak berganjak dari petunjuk Ilahi. Dalam hal ini, di antara firman Allah tentang dunia tersuratlah petunjuk ini. “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan yang bermegahmegah di antara kamu serta berbanggabangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian tanamtanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan, di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan, kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah kesenangan yang menipu,” (Q.S. Al-Hadid:20). Begitu jelasnya penjelasan sekaligus tuntunan Allah tentang kehidupan dunia. Intinya, Allah memperingatkan manusia bahwa dunia ciptaan-Nya itu memang cenderung memberikan kesenangan yang menipu. Hanya manusia yang pandai
Barang siapa mengenal yang empat Maka ia itulah orang yang makrifat Meyakini, mengetahui, memahami, dan menghayati hakikat Allah, diri, dunia, dan akhirat akan mengantarkan manusia kepada penyerahan dan penghambaan diri secara menyeluruh kepada Allah sampai ke peringkat yang tertinggi (makrifat). Itulah bukti keyakinan diri yang tak tergoyahkan oleh segala godaan dunia yang fana. Manusia yang mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkan keempat perkara itu pulalah yang akan mampu mencapai kualitas takwa (GDB, Pasal 2, bait 1). Kualitas takwa memang menjadi dambaan setiap insan yang setia kepada Sang Pencipta.
Barang siapa tiada mengenal agama Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama Jelas sekali RAH sengaja mengusung tema utama nama baik untuk didedahkan di dalam keseluruhan GDB. Nama baik merupakan penyerlah jati diri yang diidealkan setiap bangsa yang beradab. Selepas itu adalah perkara mewujudkannya. Jika hendak dibilangkan nama, manusia wajib mengenal agama (GDB, Pasal I, bait 1). Inilah pedoman yang berkaitan dengan mengenal agama itu. “Sesungguhnya, (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku,” (Q.S. Al-Anbiya’:92). Ayat ini merupakan salah satu rujukan untuk menjelaskan amanat yang terkandung di dalam GDB Pasal yang Pertama, bait 1. Dengan pedoman-Nya itu, Allah menganjurkan manusia untuk memeluk dan mengikuti ajaran agama yang satu yakni agama Tauhid yang disediakan-Nya untuk keselamatan dan kesempurnaan jati diri manusia. Apakah tanda mengenal agama? Pertama-tama, harus diperhatikan persoalan akidah. Dalam hal ini, yang terutama manusia harus mengenal Allah (GDB, Pasal I, bait 3).
Barang siapa mengenal yang tersebut Tahulah ia makna takut
Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tegah-Nya tiada ia menyalah Manusia yang mengenal Allah ditandai dengan ikhlas melaksanakan suruhan (perintah) dan taat menjauhi tegahan (larangan)-Nya. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah itu dilaksanakannya dengan cara yang benar (tiada ia menyalah). Lagi-lagi RAH memantapkan amanatnya melalui GDB dengan merujuk firman Allah. “Sesungguhnya, (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku,” (Q.S. Al-Mu’minuun:52). Di samping menyeru manusia supaya menyembah-Nya, melalui firman-Nya itu, Allah mewajibkan manusia bertakwa kepadaNya. Bertakwa kepada Allah tiada lain maksudnya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. RAH menyebutnya, “Suruh dan tegah-Nya tiada ia menyalah.” Persoalan akidah yang berkelindan dengan mengenal agama juga ditandai dengan mengenal diri (GDB, Pasal I, bait 4). Barang siapa mengenal diri Maka telah mengenal Tuhan Yang Bahari Mengenal diri bermakna menyadari kekurangan diri sebagai makhluk Allah walaupun manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna. Namun, manusia tak dapat membandingkan dirinya dengan Allah Yang Mahasempurna. Karena banyaknya sisi kelemahan itulah, manusia harus senantiasa waspada dengan mengharapkan pertolongan dari Tuhan Yang Bahari atau Tuhan Yang Mahabesar. Sangat banyak pedoman Allah yang disediakan oleh Allah untuk manusia untuk mengenal dirinya. Di antara petunjuk itu yang sejalan dengan GDB adalah ini, “Dan, Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tak mengetahui
REDAKTUR: RAMON DAMORA
Akhirat menyediakan kebahagiaan sejati bagi yang mengikuti petunjuk Ilahi, tetapi dapat menjadi penderitaan yang juga sejati bagi yang mengingkari. Akhirat jauh lebih bermanfaat daripada dunia, yang justeru lebih memberikan mudarat bagi mereka yang tak mengenal agama. Ringkasnya, bahagia dan nestapa akhirat yang abadi tak sebanding dengan dunia yang fana lagi memperdaya. Lagi-lagi GDB menyematkan amanat yang selaras dengan kalam Ilahi. Inilah di antara rujukannya yang pasti, “Dan, tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan, sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui,” (Q.S. Al-Ankabuut:64). Dunia, berdasarkan petunjuk Allah di atas, hanyalah semata-mata permainan dan sendagurau. Pasalnya, dunia dengan segala sukadukanya cuma sementara sifatnya. Oleh sebab itu, manusia yang serius memperjuangkan keterbilangan namanya tak boleh terjebak oleh permainan dunia. Kebahagiaan di akhiratlah yang mesti sungguh-sungguh diperjuangkan walaupun kita tak dianjurkan untuk menyia-nyiakan dunia. Karena apa? Karena, kehidupan sesungguhnya adalah akhirat. Di tempat itulah berlangsungnya kehidupan yang abadi. Karena ianya (akhirat) abadi, maka jika kebahagiaan yang diperoleh, maka bahagia itu pun abadi. Sebaliknya, jika penderitaan yang diderita, maka deraan itu juga abadi. Nah, tak terbantahkanlah bahwa dibandingkan akhirat, dunia ini hanyalah mudarat. Sama halnya dengan dibandingkan dunia, akhirat itu tak akan berhingga curahan nikmat Allah bagi sesiapa pun yang taat. Manusia yang memiliki empat pengetahuan yang memadai tentang Allah, diri, dunia, dan akhirat itulah yang mampu mencapai makrifat (GDB, Pasal I, bait 2).
laranganNya. Selanjutnya, manusia dapat dikatakan mengenal agama kalau dia mengenal dunia (GDB, Pasal I, bait 5). Beginilah tuturan RAH tentang perkara itu. Barang siapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terperdaya Dari tuntunan yang diberikan oleh agama kita menjadi sadar sesadar-sadarnya bahwa dunia ini penuh dengan tipu daya. Pengembaraan sementara di alam dunia menjadi penuh cabaran atau tantangan sehingga ketika manusia terleka lagi terlena, lari dari pedoman agama, dia boleh jadi lupa mengambil bekal untuk dibawa ke alam yang kekal, tempat yang menjanjikan
memanfaat pendengaran, penglihatan, dan hatinya dengan benarlah yang dapat terhindar dari tipuan dunia. Bagi mereka telah disediakan ampunan dan rida oleh Allah di akhirat kelak karena mereka benarbenar taat mengikuti petunjuk-Nya. Dengan demikian, sangat tepatlah GDB menyebutkan bahwa dunia ini hanyalah sekadar barang yang terperdaya karena dunia tak lebih dari sekadar permainan tipudaya. Jika lalai, manusia akan terperdaya. Masih dari sisi akidah, manusia dikatakan mengenal agama kalau dia mengenal akhirat (GDB, Pasal I, bait 6). Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudarat Akhirat adalah alam kekal yang menjadi tujuan akhir pengembaraan manusia.
Dengan mengenal, memahami, dan menghayati keberadaan dan kedudukan Allah, diri, dunia, dan akhirat; manusia akan dengan ikhlas melaksanakan perintah Allah. Dengan ketaatan yang berlandaskan keyakinan dan pengetahuan yang benar dari sumber Yang Mahabenar, dia dengan suka rela menjauhi segala laranganNya. Pasalnya, dia kini mengetahui bahwa yang diperintahkan atau yang dianjurkan itu memang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain serta semua yang dilarang itu memang mendatangkan kerugian kalau dilanggar. “Dan, barang siapa yang taat kepada Allah dan RasulNya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orangorang yang mendapat kemenangan,” (Q.S. AnNuur:52). Ayat yang dikutip di atas menjelaskan perihal orangorang yang takut dan bertakwa kepada Allah. Berdasarkan petunjuk Ilahi itu, mereka adalah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut GDB, orang yang mengenal makna takut itu mengenal Allah, mengenal diri, mengenal dunia, dan mengenal akhirat. Sudah barang tentu pengenalan itu sesuai dengan petunjuk dan tuntunan Allah yang telah disebutkan terdahulu. Manusia dengan kualitas itulah yang akan memperoleh kemenangan, baik di dunia maupun di akhirat, sesuai dengan jaminan dari Allah. Setiap manusia pastilah mendambakan nama yang terbilang. Keterbilangan nama tak semata-mata berdasarkan ukuran manusia, yang cenderung alpa karena pelbagai kecenderungan nafsu yang menggoda. Akan tetapi, dasar keterbilangan yang sesungguhnya menurut tuntunan agama karena bersumber dari kalam Ilahi. GDB menyarankan bahwa hanya manusia yang memegang teguh agamalah—dalam arti melaksanakan ajaran agama tanpa berbelah bagi—yang namanya boleh terbilang, bukan dan tak akan pernah karena yang lain. Ternyata, amanat GDB itu selaras dengan firman Allah. Berdasarkan kenyataan itu, nilai-nilai agama memang patut diikuti dan diimplementasikan dalam kehidupan ini agar manusia mampu mengusung nama yang terbilang. Tentu maknanya keterbilangan sejati, bukan keterbilangan yang menipu. Pasalnya, hanya keterbilangan sejati yang bermanfaat untuk kehidupan setelah meninggal dunia. Ingatlah, kehidupan kedua itu kekal adanya, sama ada bahagia ataupun derita.***
LAYOUT: SYAFRINALDI
14
imaji
MINGGU 29 JULI 2018
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
Tertawa
hingga Tua
M
ENJADI tua, kata sebagian orang, begitu mengerikan. Hari-hari akan menjadi lebih dingin. Pagi ke malam yang tersisa tinggal batuk dan letih di badan. Anak-anak sudah tumbuh dewasa. Mereka menjalani kehidupan sebagaimana seharusnya. Tidak lagi melulu harus di rumah. Bersama cucucucu, keriangan yang pernah ada dilanjutkan. Walau rumah sudah beda jalan. Maka, menjadi tua diperlukan siasat melawan ratapan yang sekonyongkonyong mudah datang sukar ditepikan. Kadang terbawa hujan, lebihlebih lagi diangkut kesendirian. Kepada siapa itu semua hendak disandarkan?
Narasi sedemikian memang tak bisa dinafikan. Namun, bukan berarti sebegitunya menyedihkan. Ada ruang-ruang lain dalam jiwa seorang tua yang bisa diwarnai dengan beragam rupa bahagia. Menerima adalah kata kuncinya. Rambut yang memutih, tenaga yang semakin ringkih itu pasti. Tetapi, jiwa bahagia yang menghadirkan tawa adalah sisi lain penuh keniscayaan. Menghadirkannya memang menuntut laku perjuangan. Tetapi, bukan hal yang tidak mungkin dilakukan. Ketika sekali bisa merasa bahagia dan tertawa, seketika itu pula menjadi tua bukan apa-apa. Berbahagialah mereka yang bisa terus tertawa sampai tua.***
ALRION, kelahiran Pantis, Pahae Julu. Reporter Tanjungpinang Pos di Karimun. Ikuti Instagram-nya di @putra_tambunan23. „ REDAKTUR: FATIH MUFTIH
„ LAYOUT: DOBBY F
jerumat
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
MINGGU 29 JULI 2018
15
Rida itu Sesuatu OLEH: ISBEDY STIAWAN ZS
Penyair, tinggal di Lampung
R
IDA K. Liamsi, nama dan tokoh yang tidak asing di Riau dan Kepulauan Riau. Ia datuk. Maestro Budaya Melayu Riau. Di grup Jawa Pos, siapa tak mengenal namanya: pengayom bagi jurnalis muda dan kawan buat yang sudah senior. Bahkan, di kalangan jurnalis Indonesia. Tidak heran, di ranah sastra Indonesia, hanya yang tak bergaul dipastikan tak mengenal nama dan ketokhan Rida. Kalau di Kepulauan Riau (juga Provinsi Riau), dia adalah “datuk” bagi kebudayaan, penggagas Anugerah Sagang dan Jembia. Ia juga inisator Hari Puisi Indonesia (HPI). Apa-apa yang digagasnya berlangsung lama secara kontinu. Rida, juga Sutardji Calzoum Bachri sebagai karib dia, boleh jadi yang menggelandangkan keMelayu-an di tingkat nasional dan negara jiran.
Pada 17 Juli 2018, 75 tahun usia Rida K. Liamsi. Dirayakan dan diramaikan di Kedai Puisi Biru milik Husnizar Hood dan istri di Tanjungpinang, Kepri. Para sastrawan/seniman Kepri tak mau absen turut meramaikan. Ada Ramon Damora, Husnizar Hood, dan lainnya. “Sayang jauh di pulau,” komentar Husnizar saat aku turut mengucapkan selamat pada Rida di status FB Hus. Pagi Minggu, aku membaca FB Ramon Damora; berhamburan ucapan selamat dan julukan untuk Datuk RKL. Ada yang menyebut Rida sebagai sesuatu. Lainnya, Maestro Budaya, Guru bagi jurnalis, dan banyak lagi. Aku, kalau boleh, mensejajarkan Rida dengan “bosnya” Dahlan Iskan di grup Jawa Pos. Dalam menulis pun, sama-sama nikmat disimak. Hanya Rida lebih kentara di sastra: puisi dan
prosa. Seperti juga Dahlan, Rida juga terkenal “tangan dingin” dalam menjalankan roda media massa. Sudah berapa Riau Pos melahirkan anak? Terakhir adalah Tanjungpinang Pos yang diawaki Ramon Damora. Dari media ini lahir pula Anugerah Jembia yang akan mengikuti kegemilangan Anugerah Sagang bagi Riau. Sudah 75 tahun atau 3/4 abad, Rida menapaki umur. Bukan lagi muda. Tetapi semangat berkarya, ia selalu muda. Dalam memajukan sastra, Rida benar-bemar ridha harus pergi-pulang Jakarta-Riau-Kepri, maupun kota-kota lain. Apalagi, HPI yang dibidaninya sampai kini masih berlanjut. Masih pula memberi penghargaan bagi buku puisi terbaik dan pilihan. Walaupun hadiahnya pada awal diberikan Indo Pos saat ia dipercaya Dahlan Iskan menjadi nakhoda di situ hingga tak lagi saat kini, dengan upaya lain masih
tetap mempertahankan anugerah di HPI. Rida itu sesuatu. Ia sesuatu yang menjadikan ada dari tiada. Membuat sesuatu bersejarah, padahal dulunya di angan-angan pun tiada. Mencipta yang mungkin dianggap aneh atau tak masuk pikiran orang kebanyakan, kemudian dipikirkan bersama. Dimulai dari bawah sekali, ia rintis dunia kewartawanan sampai melahirkan Riau Pos. Media terbesar di Provinsi Riau ini lalu beranak-pinak. Banyak rekan sastrawan yang direkrut di media dipimpinnya. Misal, Ramon Damora, Kazzaini KS, Hasan Aspahani, Hary B. Koriun, Yusrizal KW, dan banyak lagi. Semuanya adalah sastrawan terpandang. Rida yang memang sudah besar, dikelilingi pula oleh orang-orang hebat. Semakin besarlah ia, makin sesuatu ia. Bahkan, rekan karibnya, Sutardji Calzoum Bachri, dia rangkul ke Indo Pos. Sayang, media ini tak lagi membuka ruang puisi sehingga Presisen Penyair Indonesia kembali ke rumah dan selalu dijemput dalam berbagai kegiatan sastra di Tanah Air. Dan, Rida, sebagaimana penyair Riau (+ Kepri) lainnya yang pernah saya kenal seperti Ibrahim Sattah, Idrus Tintin, Taufik Ikram Jamil, Fakhrunmas MA Jabbar, Husnizar Hood, Mazzumi, Tarmizi Rumahitam, Marhalim Zaini yang hadir kemudian, adalah vitalitas dan semangat yang seakan tak pernah tamat! Sesuatu itu pada Rida, bukan saja berhasil di ranah jurnalistik. Tetapi ia juga sukses di medan sastra. Buku-buku sastra RKL masih terus bermunculan. Ia menggagas penerbitan buku antologi puisi HPI tertebal sepanjang masa. Begitulah Rida. Ia sesuatu bagi sastra Indonesia. Dia itu sesuatu (pakai banget) bagi sastra di Riau dan Kepulauan Riau. Dia adalah pencetus terhadap hari di mana perlu ada Hari Puisi di Indonesia. Usia 75 tahun belumlah tua. Itu
bagi orang yang punya mimpi ke depan lebih baik. Bagi mereka yang merasa mati jika tak punya karya dan berkarya. Kreativitas itu akan menepis ketuaan, dus kematian. Rida tiada henti melompat dan kian jauh. Saya tak pernah lihat wajahnya kelu, lelah, dan redup. Ia selalu tersenyum. Senang diajak cakap-cakap. Mudah memberi ingatan (nasihat) pada kawan dan yang lebih muda. Tatkala Perteman Penyair Nusantara di Tanjungpinang dan malam kita dijamu kerang, ia tak sungkan mengingatkan saya; “Isbedy, kau cukup 1 saja!” Rida tahu sesungguhnya aku mengidap asam urat. Ia 15 tahun di atas saya. Maka saya menyapa hormat dan santun: Abang Rida. Seperti juga saya menyapa Sutardji, Aspar, dan sastrawan lebih tua usianya dariku. Rida itu sesuatu. Ia tak pernah kulihat berwajah muram. Selalu meletakkan tangannya di atas tinimbang menadah di bawah. Ia bertutur lembut, namun juga kudengar dari kawan-kawan, ia tegas. Sebagaimana kutangkap dari puisi “Tangan”nya ini: Tangan (Kepada Melayu) Jangan bilang punya tangan Kalau cuma bisa tadah cuma bisa garuk cuma bisa raba cuma bisa kocok Sebab tangan barulah Tangan kalau bisa jadi TANGAN bisa tangkap bisa tepis bisa sepak bisa tumbuk bisa tampar Sebab Kalau Sebab Kalau Sebab
Tangan barulah Tangan tidak jadi t-a-n-g-a-n tangan barulah tangan malu pada Tuhan Tuhan tak tegah
Tangan jadi parang asal tak sembarang tetak jadi pedang asal tak sembarang tikam jadi besi asal tak sembarang keras Sebab Tuhan sudah Phuah! Sebab Tuhan sudah bilang Nah! Sebab Tangan adalah Anugerah Maka jangan sembarang Ah! (1981/1997/2000)***
Ada Gudang Buku di Sekolah (?) OLEH: FATIH MUFTIH
Sayap Kiri Jembia
M
ENCOLONG buku. Ini salah satu episode hidup dari penyair besar Chairil Anwar yang paling menggelitik. Terlebih ketika ia beraksi dengan Asrul Sani. Saat itu, dua penyair ini sambang ke toko buku. Senyum Asrul paling lebar. Ia mengabarkan pada Chairil sudah berhasil membawa keluar sebuah buku. Pengalaman pertama yang bikin Asrul degdegan sepanjang hari. Chairil menyelamati kawannya yang telah berhasil meloloskan sebuah buku dari toko tanpa ketahuan si penjual. Sayangnya, kekaguman Chairil hanya sekedip mata. Ketika buku di balik jaket Asrul dibuka, ternyata yang buku yang dicolong itu adalah Injil. Sontoloyo betul cerita satu ini. Lengkapnya Anda bisa membaca di biografi Chairil Anwar yang ditulis secara apik dan epik oleh penyair – yang kata banyak orang kegantengannya mirip saya – Hasan Aspahani. Di mana-mana, mengambil barang milik orang lain itu dosa. Sudut pandang semacam ini sah-sah saja dilekatkan untuk kemudian menyebut Chairil sebagai sang pendosa. Namun, jangan lupakan bahwa hidup ini penuh paradoks. Dalam cuitannya, Presiden Jancukers Sujiwo Tejo pernah mengurai panjang perihal ini. Dengan bola mata yang diputar ke arah knop bijaksana, segala perkara di dunia menyimpan dua sisi: baik dan buruk sekaligus. Ambil contoh misalnya, menutup pabrik rokok untuk mengurangi pecandu tembakau itu tindakan baik, tetapi berapa banyak pekerja yang akan menganggur karena menggantungkan hidupnya pada perusahaan rokok. Lalu misal lain, pembukaan tambang. Bagi sebagian orang hal ini akan membuka begitu banyak lapangan kerja baru, namun di sisi lain tidak terbayang kerusakan alam yang kelak diwariskan kepada anakcucu. Termasuk dalam kasus Chairil, jika anggapan kita hanya bertumpu bahwa yang dilakukan Chairil dan Asrul itu selesai pada urusan dosa, kurang lengkap rasanya sikap hidup sebagai REDAKTUR: FATIH MUFTIH
seorang manusia. Bagaimana jika sebenarnya dari episode hidup itu, kita sama-sama bisa melihat hasrat membaca yang tinggi dari seorang pemuda 20-an. Hasrat yang kemudian menuntut pemenuhan dengan bagaimana pun caranya. Kondisi kere bukan alasan yang melemahkan Chairil untuk tidak memenuhi hasrat membacanya. Hasrat semacam ini yang kemudian terlihat mengendur dari generasi muda kita hari ini, yang kalau ngopi tidak lagi untuk bercengkerama, tetapi sekadar mencari sinyal wifi gratis dan melakoni perang PUBG yang fana di dunia maya. Silakan pergi ke kedai kopi terdekat dari tempat tinggal Anda. Lihat saja sudah berapa banyak canda dan tawa (juga diskusi kalau perlu) yang hilang di sana. Seolah mereka lupa bahwasanya pembentukan provinsi ini tercetus dari meja kedai kopi. Tapi salahkah generasi muda yang lebih memilih Chicken Dinner ketimbang bersenda gurau dengan temannya itu? Tidak juga. Kalau pun salah, juga tidak sertamerta bisa dibebankan pada mereka. Sesungguhnya kondisi ini adalah puncak dari kegagapan sekolah menanamkan minat baca yang baik buat murid-muridnya. Salah sekolah saja? Tidak juga. Bagaimana sekolah akan menanamkan minat baca jikalau fasilitas perpustakaan tidak dibantu, dipenuhi oleh pemerintah, sehingga guru bahasa Indonesia sampai tidak bisa memberikan tugas membaca karena bukunya memang tidak tersedia. Jikalau ingin berterima kasih atas hasrat membaca yang saya punya hari
ini, selain kepada orang tua yang rela menyisihkan uang untuk membelikan majalah Bobo, saya juga harus berterima kasih kepada perpustakaan sekolah. Di awal abad milenium, saya sudah melakukan apa yang dilakukan Chairil walau saat itu guru saya tidak pernah berkisah apa pun tentang penyair besar itu. Ketika itu, walau sudah terdaftar sebagai anggota perpustakaan sekolah, saya tetap enggan meminjam. Lantaran dengan meminjam keasyikan saya dalam membaca jadi berkurang. Saya jadi punya batasan waktu untuk menikmati serial-serial Misteri Hilangnya Sepeda Anto sampai petualangan Lima Sekawan. Perpustakaan sekolah saat
itu hanya memberi tenggat tiga hari. Bagaimana mungkin waktu itu cukup. Karena saya juga harus membaca di tengah-tengah menumpuknya pekerjaan rumah. Alhasil, saya mencurinya. Namun tidak seekstrem Chairil. Karena saat itu saya tahu mencuri itu adalah sebuah dosa. Saya lebih senang menyebutnya dengan meminjam tanpa sepengetahuan untuk kemudian nanti dikembalikan. Dengan begitu, saya jadi punya waktu suka-suka membaca berulang-ulang sampai menulis kembali bagian-bagian yang saya suka. Sungguh kegembiraan yang sederhana bagi anak desa hari itu. Kalau sudah bosan dan pertanyaan dari misteri yang disajikan itu sudah terjawab, keesokan harinya saya membawa buku itu ke sekolah dengan menyelipkannya dalam baju dan meletakannya kembali di tempat semula. Tentu, tidak baik keluar perpustakaan sekolah dengan baju kosong. Saya kembali mengisinya dengan buku-buku cerita lain yang menggoda. Begitu dan begitu seterusnya bertahun-tahun. Sampai bangku SMA pun saya masih melakukan hal yang sama. Karena dari sekian buku tidak berkualitas yang disimpan perpustakaan sekolah, selalu ada satu-dua buku yang pasti menarik untuk dibaca. Hal ini pula yang kemudian sampai sekarang ikut membiasakan saya berkunjung ke perpustakaan daerah. Dalam timbunan berjuduljudul buku di sana, masih ada harta karun yang layak dibaca. Tapi percayalah, saya tidak lagi membiasakan membawa pulang tanpa izin. Melainkan kini sudah waktunya saya patuh dengan
peraturan untuk meminjam dengan mengurus izin di bagian depan. Maka, ketika banyak anak muda hari ini lebih gemar menekuri PUBG, pemerintah daerah tidak boleh lempar batu sembunyi tangan dan menuding kemajuan teknologi sebagai biang dari kelumpuhan syaraf membaca. Coba ditilik lagi, apakah buku-buku simpanan perpustakaan di sekolah sudah memancing minat membaca para siswa atau belum? Atau jangan-jangan yang tersimpan hari ini di sana sekadar bukubuku pelajaran dari tahun ke tahun. Jika benar demikian tentu telah bergeser fungsi perpustakaan dari tempat penyedia buku-buku bacaan menjadi gudang buku-buku. Ironi semacam ini sayangnya tidak pernah tersaji dalam narasi-narasi pembangunan pejabat daerah hari ini. Gubernur kita cuma gemar memasang wajahnya di samping baliho kampanye ajakan membaca dan mengulang frasa super kuna buku sebagai jendela dunia, tapi anggaran pembangunan dan kelengkapan koleksi perpustakaan tidak pernah lebih besar dari festival-festival yang sekali habis itu. Barangkali, sekarang kita bisa berharap dengan wali kota baru Tanjungpinang. Pasangan yang terpilih terdengar punya kepedulian yang baik dengan menggratiskan biaya pendidikan. Sebagai wali kota dengan latar belakang guru, kita punya harapan besar program semacam ini bisa terlaksana dengan lebih baik. Namun, akan lebih kaffah program itu jika nanti juga memperbanyak koleksi buku bacaan di perpustakaan sekolah. Jangan sampai, perpustakaan sekolah yang biasanya hanya menempati ruangan paling sudut itu semakin tersisih, tidak pernah terkunjungi, dipenuhi debu dan sarang laba-laba, sampai kemudian beralih menjadi gudang penyimpanan buku-buku belaka. Mari kita kawal dan galakkan bersama gerakan #2019PerpusSekolahBagus di kota kita. Secara konstitusional, pastinya.*** LAYOUT:SYAFRINALDI
16
MINGGU 29 JULI 2018
BAJINGAN
cindai
TANJUNGPINANG POS Koran Nasional dari Kepri
di Hati Popy IKA ada satu hari yang benar-benar kaubenci, jangan salahkan orang lain, tetapi dirimu. Ketakmampuan menikmati keadaan adalah penyebab ketaksenangan itu mencuat ke permukaan. Maka yang bisa kaulakan cuma satu: kendalikan dirimu. Belajarlah pada para bajingan. Kaum satu ini adalah mereka yang mudah berdamai dengan keadaan. Sekali pun yang sebenarnya terjadi di hadapan benar-benar bersinggungan dari harapan. Merayakan adalah kata kuncinya. Dalam setiap jengkal episode kehidupan ini perlu dirayakan dan, kalau perlu, ditertawakan. Itulah mengapa buku yang berada di tanganmu berjudul demikian. Lebih memikat lagi lantaran para bajingan di muka bumi ini tidak memeluk erat-erat kebahagian itu. Melainkan, mereka coba bagikan, tawarkan, kepada karibkerabat. Manis itu lelucon, pahit juga adalah sesuatu yang mesti bisa ditertawakan. “Bagaimana para bajingan ini kemudian bisa bahagia dan lebih-lebih lagi membahagiakan?” tanyamu. Pertanyaan yang sebenar-benar sukar. Sebelum orang atau bajingan itu membahagiakan liyan, sudah pasti mereka wajib berbahagia terlebih dahulu. Cara yang paling jitu adalah dengan menertawakan kehidupan. Bahwa hidup yang sedang kita jalani ini pada dasarnya sudah tertulis, sedang kita sekadar pelakon yang menuntaskan sampai garis finis. Maka, Popy, jangan tertipu oleh stigma bahwa bajingan itu adalah kaum menyedihkan. Barangkali, perlu dalam sekali, disediakan ruang kecil dalam hati guna memberi singgah pada para bajingan. “Ide gila! Bagaimana mungkin bajingan harus diberi tempat,” katamu kesal. Tunggu. Tunggu. Tentu bukan asal bajingan. Berikan ruang hatimu hanya pada bajingan yang bisa membahagiakan. Selebihnya, jangan.***
J
BIODATA POPY Nama TTL Profesi Alamat Instagram Buku Bacaan
: Popy Fachrunnisa Yus : Batang Kuis, 8 Juni 1993 : Guru : Jalan Nusantara Km. 13 : popyfs : Para Bajingan yang Menyenangkan karya Puthut EA
Air Mata dan Bubur Kacang Durian K TEMBERANG KOLOM HUSNIZAR HOOD
HUSNIZAR HOOD adalah Ketua Dewan Kesenian Kepri yang penyair dan politisi. Ia menulis kolom ini sejak 2004 dan telah menghasilkan lima buku kumpulan Kolom Temberang. REDAKTUR: FATIH
ENAPA air mata? Ah, itu pertanyaan yang begitu syahdu apalagi datangnya di bulan tua ini. Ah, apakah ada perbe-
daan nilai pertanyaan di antara bulan tua dan bulan muda? Aduh, itu menjadi pertanyaan baru lagi, sudahlah, yang jelas bulan muda itu terang dan bulan tua itu gelap dan malam kemarin adalah bulan gerhana merah. Banyak orang menunggu peristiwa langka Bulan Gerhana Merah itu tapi pada saya tidak. Saya tetap meneruskan mimpi saya dalam tidur yang manis. Ha ha ha, itu kata istri saya, katanya kalau saya tidur itu selalu nampak seperti memanis-maniskan diri dengan meletakkan dua tangan dibawah pipi. Oh, ya, saya jawab itu usaha membahagiakan orang lain, paling tidak bagi orang yang melihatnya. Bayangkan saja kalau tidur kita itu ternganga dengan mulut terbuka lebar seperti habis menelan bola, atau ada sebagian orang lagi yang tidur dengan mata setengah terbuka, napasnya macam napas dinosaurus, mengerikan, pernah lihat kan? He he he, bagaimanapun semuanya harus kita syukuri karena kita masih diberi nikmat tidur karena menurut kawan saya Mahmud ada seorang kawannya lagi, katanya sudah hampir sebulan ini dia tak dapat tidur, itu sangat menyiksanya. Di saat semua hening kita masih membuka mata. Tak ada kantuk sekalipun datang hingga matahari mulai naik dan tiba siang juga esoknya begitu tetap saja ia tak bisa memejamkan mata. Saya tanya ke Mahmud, “Ini tak bisa tidur karena penyakit gelisah atau karena risau akan kalah, ya tak? Ada tu katanya sekarang tak bisa tidur karena waktu semakin dekat dan lawan semakin kuat”. Mahmud kawan saya yang baik itu hanya mendelik. Dia tahu apa yang saya maksudkan. “Baguslah dia tak bisa tidur, Tok, jadi lebih banyak dia bisa melihat dan mendengarkan daripada dia berjalan konon terus berkerja tak tau rupanya dia sedang mengigau, jalu kata orang kampung saya, tidur tapi berjalan, bisa lingkup negeri ini.” Perihal tidur, kawan saya Mahmud juga tahu tentang tidur saya, yang seperti dikatakan oleh istri saya itu, “Tidur bayak gaya,” katanya. Mahmud kawan saya itu sempat membela akan diri saya, selanya “Biarlah bergaya dalam tidur, itu rasanya lebih jujur, daripada bergaya di gambargambar baliho itu rasanya siasat.” Tiba-tiba saya merasa benar-benar punya seorang kawan yang sejati, kawan yang berani membela diri kawannya sekalipun di depan istri kawannya sendiri. Tak banyak kawan yang seperti itu. Oh, ya kenapa air mata? Saya tak suka menangis. Bagi saya menangis itu tak menyelesaikan masalah, apalagi sebagai seorang lelaki rasanya pantang menumpahkan air mata. Hanya sudah beberapa hari ini, setiap malam ketika saya mau mulai ingin “bergaya” dalam tidur, ada terdengar sedu halus yang kemudian menyembabkan mata istri saya, apalagi kalau bukan dia sedang menangis, apalagi kalau bukan ia sedang menumpahkan air mata. Sudah puas dipujuk dan dihibur tetap saja dia
bersedih. Bukanlah menghadapi sebuah perkara besar, ini hanya soal anak bungsunya kemarin meninggalkan rumah untuk melanjutkan ke bangku kuliah di luar daerah. Saya pikir itu tahap perjalanan hidup yang memang harus dilewati banyak orang. Seperti yang dikatakan kawan saya Mahmud. “Awalnya riuh rendah, menikah, punya anak dan kemudian anak-anak membesar, kita ditinggalkan seterusnya mencoba beralih menyayangi cucu lalu juga begitu, cucu pun membesar dengan kesibukannya akhirnya kita kembali sepi tak ada riuh lagi.” Ah itu hanya cerita Mahmud saja pasti dia dapat cerita itu dari orang lain juga. Saya tahu kawan saya itu belum punya menantu bagaimana pula ia sudah merasa bercucu. Dan saya tahu anak Mahmud yang paling bungsu itu masih ada di rumahnya. Dia belum merasa ditinggalkan anak bungsu. Mungkin sedihnya seperti ditinggal oleh sahabat dekat yang pernah mengaku sehidup semati untuk berkoalisi kemudian tanpa pesan mereka pergi. Kalau sudah begitu pasti alasannya untuk masa depan bangsa, begitu juga kepergian si bungsu ini jawabnya adalah untuk generasi masa depan kami nanti. Itulah yang membuat saya serba salah di depan istri saya, mau tidur duluan takut dibilang tak punya perasaan, mau ditunggu sampai reda tapi terasa sangat lama dan mau dibiarkan tak dipujuk takut pulak dia merajuk. Sambil menunggu reda gundah sedih hatinya saya terus menyantap bubur kacang durian pada malam itu, ya itulah makanan kesukaan saya, cobalah kalau tak percaya bagaimana nikmatnya bubur kacang durian itu. Selalu istri yang pandai memasak itu mendeham atau batuk-batuk kecil sebagai kode memberitahu saya segera membuka kulkas bahwa dia sudah menyiapkan bubur kacang durian makanan kegemaran saya itu. Bukan sekejap waktu, sudah lama saya sangat menikmati bubur kacang durian. Setiap musim durian tiba, pastilah lebih 3 kali dalam sebulan dia memasakkannya untuk saya. Saya rasa kalau saja bubur durian itu dihidangkan kepada para petinggi politik Negara ini saya yakin koalisi yang mereka bina akan bersepakat kata, bukan lagi karena kepentingan semasa tapi kepentingan yang jauh lebih besar yaitu kepentingan negara. Setiap saya sebut tentang kepentingan negara, kawan saya itu selalu mengernyitkan gurat-gurat di keningnya. Saya tahu Mahmud selalu bertanya pentingnya negara ini di mana, dia bagai tak singgah ke rumah kita, kecuali KTP dan Kartu keluarga. Ya, bagi seorang Mahmud yang hidup hanya bermodalkan semangat ingin bahagia, baginya negara itu
tak begitu penting. Sekejap lagi juga kita akan merayakan peringatan kemerdekaan itu, dan ini perayaan kemerdekaan yang harus direnungkan oleh banyak orang juga kita semua. Kita ingin terus merajut Merah Putih itu atau memberinya berbagai warna. Negara bagai melupakan orang seperti Mahmud itu, ia hanya akan dipanggil ketika ada pemungutan suara, setelah itu suaranya tak pernah didengarkan, bukan dia tak berbicara tapi suaranya tenggelam dari bising suara para pelakon watak yang satu persatu di penjara itu. Saya ceritakan kepada istri saya, kalau menyaksikan carut-marut yang sedang dihadapi oleh bangsa ini dia akan bersedih dan menangis, mungkin akan saya temankan dia untuk menangis bersama. Tapi kalau hanya ditinggalkan anak bungsu untuk menuntut ilmu dia menangis, itu saya tak setuju. Diam-diam malam semakin dalam, diam-diam bubur kacang durian tinggal harumnya, diamdiam saya sudah mendengar dengkur lembut dari tidur istri saya. TV belum saya matikan, masih terus mengumbar nafsu syahwat kekuasaan, semua merasa paling benar, terbayang juga saya dengan anak bungsu saya itu. Diam-diam saya seka juga air mata. Saya pandang wajahnya. Saya tahu dia anak yang perkasa, meskipun dia seorang perempuan dan sebelum berangkat kemarin dia bilang cita-citanya ingin menjadi seperti ayahnya. Diam-diam, saya tahan genang air mata dan hanya malam yang tahu, sekali pun jangan tahu istri saya. *** (Selamat kuliah, Wisze.) LAYOUT: DOBBY F