Tanjungpinang pos 8 Januari 2017

Page 1

Koran Nasional dari Kepri MINGGU 3

8 JJANUARI ANUARI 201 7/ 9 RABIUL AKHIR 114 438 H 2017

KULINER/WISATA

Prestasi dan Kerja Sama Terus Ditingkatkan

Selamat Hari Jadi ke-233, Tanjungpinang!

Kakap Merah Penuh Gairah 4

RP 1.800

PENGHARGAAN: Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah menyerahkan penghargaan ke Kepala BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, di Perayaan Hari jadi Tanjungpinang ke 233.

KOMUNITAS

DESI LIZA PURBA, Tanjungpinang

Mencintai Bus yang Penuh Tanda Tanya 2

TANJUNGPINANG memasuki usia 233 tahun. Bukan se-

F-DOKUMEN/TANJUNGPINANG POS

PADAT: Permukiman Tanjungpinang yang makin tampak padat saat difoto dari udara.

buah usia yang lagi muda. Ada banyak harapan yang disematkan pada pertambahan usia tahun ini. Harapan yang kemudian ditampilkan

pada gemerlap kemeriahan puncak perayaan di Lapangan Pamedan, Jumat (6/1) malam. Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah ingin spirit perjuangan Raja Haji Fisabilillah bisa diteladani generasi muda kini. Menurut Lis, pahlawan nasional asal Tanjungpinang itu adalah teladan tak terbantahkan. Layak jadi panutan. Bagi siapa saja,

¾LANJUT KE HAL 7

pembangunan beberapa unit lainnya dari Satker Air Kepri. ”Di sini memang disediakan sumur bor, airnya masih payau tapi tidak seasin air laut. Inilah yang dikelola menjadi air minum menggunakan multimedia filter tersedia,” ujarnya kepada Tanjungpinang Pos, saat kunjungan. Pertimbangan meminta dibuat sumur bor sebagai alternatif. Hal ini dikarenakan kondisi air laut sangat jauh dijangkau saat air surut.

JUMLAH uang beredar terus digelembungkan oleh tiga pilar utama sistem moneter yang ganjil yakni: uang kertas tanpa jaminan, aturan cadangan wajib (fractional reserve requirement) sektor perbankan dan berlakunya sistem bunga. Tiga pilar ini kemudian menjadi musabab uang kertas - apalagi uang digital - tidak mewakili atau setara banyaknya KOLOM dengan cadangan emas dan SALUT perak, yang mestinya disimpan dalam bank sentral. Ketika bank mencipta- Muhammad Natsir Tahar kan uang melalui penggandaan deposit atau setoran nasabah, maka nilai suplai uang terus meningkat. Dengan kata lain, di sektor moneter terdapat penambahan jumlah uang beredar yang jauh meninggalkan sektor riil (benda dan jasa yang bisa dibeli dengan uang ilusi). Hal ini semakin mencengkam perekonomian dunia karena uang terus menggandakan diri seperti mikroba oleh pemberlakuan sistem bunga berikut denda dan macam - macam itu. Inilah sejarah kealfaan umat manusia yang terhuyunghuyung dan tak mampu mengendalikan diri. Makin terlihat naif ketika kita menyaksikan kenyataan nilai tukar untuk satu Dolar Amerika atau Euro harus ditebus dengan belasan ribu rupiah sejak Indonesia dilanda krisis moneter, sedangkan nenek moyang dari uang apapun sudah pasti sama, yakni emas dan perak atau apa saja yang setara dan nyata. Perhatikan pula Zimbabwe. Mata uang negara ketiga ini rusak parah sejak dilanda ultra inflasi 2009 lalu. Pada masa itu nilai tukar 1 USD Amerika sama dengan 35 kuardilium (35.000 triliun) Dolar Zimbabwe. Untuk membayar ongkos bis kota, mereka harus menyiapkan 100 triliun. Banyak contoh lain, seperti Jerman yang bangkrut pada tahun 1923, mereka harus membawa uang satu koper hanya untuk membeli sepotong roti. Indonesia juga pernah mengalami ini waktu di ujung Gestapu 1966, ketika itu nilai rupiah terjun bebas, dan harga semua kebutuhan naik enam hingga sembilan kali lipat. Ekonomi kapitalis yang dimotori riba sebagai dasarnya menciptakan pertumbuhan semu dan tinggal menunggu waktu kapan meledak. Namun dasar manusia tempatnya lupa, peringatan yang sudah beradab-abad itu mereka lupakan. Lihat: Al Quran (Al

¾LANJUT KE HAL 7

¾LANJUT KE HAL 7

Debar di Dada Guru Honorer

¾LANJUT KE HAL 2

ti menjadi cambukan bagi dirinya dan Syahrul agar dalam sisa periode kepemimpinannya dapat bekerja lebih cerdas dan lebih nyata. Masih ada sebentang harapan yang ingin diwujudkan. Masih ada sejuta asa yang diupayakan menjadi nyata. Begitu tekad dan harapan Lis. ”Untuk itu perlu kerja keras, kerja cerdas dan kerja nyata. Tidak bisa Lis dan Syahrul saja, tapi seluruh unsur pemerintahan dan elemen masyarakat. Saya

Dunia Disihir Dolar

LIPUTAN KHUSUS

PERALIHAN wewenang SMA sederajat dari kabupaten/kota ke provinsi membuat sejumlah kekhawatiran. Salah satunya adalah nasib Guru Tidak Tetap (GTT) provinsi. Untuk 2017 belum diketahui sumber gaji untuk para GTT ini. Pihak Pemerintah Kabupaten dan Kota enggan mengalokasikan dana untuk gaji GTT ini karena sesuai dengan peraturan bahwa tanggungjawab itu kini ada pada pihak provinsi. Lain halnya dengan provinsi yang tidak mau mengalokasikan anggaran karena yang menjadi tanggungjawab pemerintah provinsi hanya berupa aset dan para guru yang berstatus ASN saja. Ini membuat ribuan GTT di Kepri terancam kehilangan pekerjaan.

termasuk bagi dirinya. Usia 233 tahun adalah penanda kota ini telah sarat pengalaman. Suka maupun duka telah diarungi. “Baik suka maupun duka sudah dialami daerah ini. Awalnya Tanjungpinang hanya sebuah daerah kecamatan, namun berkat perkembangan dan kemajuan yang pesat, daerah ini menjelma menjadi kota sekaligus jantung ibu kota Provinsi Kepri,” sebut Lis. Suka-duka selama lebih dari dua abad ini, sambung Lis, mes-

F-DESI LIZA PURBA/TANJUNGPIANG POS

BUKA KRAN: Kabid Cipta Karya PU Tanjungpinang, M Ifran saat membuka kran air hasil penyulingan sumur bor menjadi siap minum yang menggunakan alat multimedia filter.

SWRO Penyengat Segera Difungsikan

Bahan Bakunya dari Sumur Bor TANJUNGPINANG - Mesin instalasi penyulingan Air laut menjadi air minum Sea Water Reverse Osmosi (SWRO) di Kampung Bulang RT 02/04 Pulau Penyengat pembangunannya sudah selesai. Rencananya, dalam seminggu atau dua pekan ke depan akan segera dioperasionalkan. Sehingga, masyarakat sudah dapat menikmati air bersih siap minum dengan harga terjangkau. Hal itu dikatakan Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya (CK) Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Tanjungpinang, M

Irfan yang melakukan kunjungan ke lokasi, Sabtu (7/1) bersama Tanjungpinang Pos dan stafnya Marliana dan Jon. Katanya, pengerjaan fisik hingga pengadaan filter air bukan dari APBD Pemko Tanjungpinang melainkan bersumber dari pusat melalui Satker Air PU Kepri bersama Satker Pengembangan Air Minum (PAM). Dari dua lembaga ini, pengerjaannya terbagi. Untuk pembangunan sumur bor sebagai sumber air, dikerjakan Satker PAM. Sedangkan, untuk filter dan

Tanjungpinang di Mata Para Tokoh

Banyak Prestasi, Tapi Harus Lebih Berani Wilayah yang memiliki luas 812,7 Km itu merayakan hari jadi yang ke 233 Tahun. 6 Januari adalah penanda kota kecil itu berulangtahun. Banyak harapan yang dititipkan di hari jadi yang ke-233 kali ini. Seperti apa Tanjungpianng Pos di mata para tokoh?

T Suryatati WEBSITE: www.tanjungpinangpos.co.id REDAKTUR: ZAKMI

Zamzami A Karim

EMAIL: redaksi@tanjungpinangpos.co.id

Endri Sanopaka

YOAN S NUGRAHA, Tanjungpinang

ANJUNGPINANG POS mencatat dari beberapa komentar yang dita mpung semuanya mengharapkan di tahun 2017 ini Tanjungpinang lebih bisa menunjukkan taring. Komentar tersebut datang dari mantan walikota perempuan Tanjungpinang,

FOLLOW US ON TWITTER @TgpinangPos

Suryatati A Manan, yang dikenal sebagai pengasah Tanji Tanjungpinang dalam bersolek. ”Saya menilai sejauh ini, Pemko sudah berada pada porosnya dalam menjalankan amanah rakyat, terlebih wali kota

¾LANJUT KE HAL 7

ADD US ON FACEBOOK Tanjungpinang Pos LAYOUT: SYAFRINALDI


2

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

APBD 2017 Selesai, Seleksi Dimulai

Debar di Dada Guru Honorer AWAL tahun seharusnya jadi waktu berbahagia. Ada semangat lebih untuk kembali bekerja. Apa pun profesinya. Tapi tidak bagi guru-guru honorer di Provinsi Kepri. Awal tahun lalu jadi waktu penuh debar. Mereka gusar. REDAKSI, Tanjungpinang.

D

ERISA adalah seor ang guru honorer di Natuna. Sudah setahun belakangan ini ia menjalani profesi itu dengan sukacita. Siapa yang tidak bahagia bisa bekerja sebagai tenaga pendidik. Selama dua belas bulan belakangan ini pula, Derisa merasakan setiap paginya dari Senin ke Sabtu sebagai hari-hari ceria. Ceria yang seharusnya kian bertambah seiring pergantian tahun. Tapi Derisa tak dapat menutupi kegusaran yang seketika ada dan membuat debar di dada. Dengar punya dengar, namanya masuk daftar guru honorer yang nasibnya bergantung pada hasil seleksi yang akan dilaksanakan Dinas Pendidikan Provinsi Kepri tahun ini. ”Saya sudah mengabdi lebih kurang 1 tahunan, namun masalahnya tidak ada akta IV sedangkan dalam seleksi tersebut persyaratan wajib yang diminta wajib sarjana dan memiliki Akta IV,” ujar Derisa. Ketiadaan dokumen Akta IV ini menghantui Derisa. Nasib dan keceriaannya berstatus sebagai pengajar bisa saja sirna jika sampai hari

seleksi itu digelar, tapi persyaratan yang mesti dikantongi tidak kunjung ada di tangan. Debar di dada Derisa menjalar. Tatik, Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris yang mengajar di sebuah sekolah menengah di Bintan pun punya debar yang sama. Dokumen Akta IV menjadi penyebabnya. Pasalnya, ijazah yang diterimanya dari perguruan tinggi swasta tempatnya menuntut ilmu, tidak ikut menyertakan Akta IV. ”Saya sempat tanya dengan pihak sekretariat kampus. Kata pihak kampus, Akta IV sudah menyatu dengan ijazah ini, syukurlah kalau itu benar nantinya,” kata Tatik. Baik Derisa maupun Tatik sama-sama rekrutan melalui komite sekolah. Jalur ini ditempuh karena keduanya mengaku memiliki akses dan mendaftar secara resmi di sekolah tersebut. Hanya saja, ketika itu status guru SMA maupun SMK tidak seperti saat ini. Aturan UU Nomor 23 tahun 2014 mengubah status mereka. Lantaran oleh negara status mereka wajib pindah ke provinsi

F-ADLY BARA HANANI/TANJUNGPINANG POS

MENGAJAR: Seorang guru sedang mengajar di salah satu sekolah di Tanjungpinang.

terhitung 2017 ini. ”Ya, isu soal seleksi ulang sudah disampaikan. Hanya waktunya dan tempatnya belum tahu,” ucap Tatik. Soal debar mengenai seleksi ini, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Arifin Nasir melalui Kepala Seksi Pendidikan Menengah, Juritno menyampaikan bahwa seleksi pasti akan dilaksanakan hanya saja pelaksanaannya dipastikan setelah pelantikan seluruh SOTK baru dan APBD 2017 berjalan. ”Sementara ini ada lebih

kurang 1900 guru, yang terdiri dari GTT, SMA-SMK dan SLB. Teknis pelaksanaannya, berkas-berkas mereka yang ikut tes dibawa waktu saat ujian,” jelas Juritno. Nanti pada saat seleksi, sambung Juritno, selain melampirkan bukti ijazah sarjana, Akta IV dan Sertifikasi, mereka pun wajib melampirkan bukti sah berupa Surat keputusan (SK) baik itu dari bupati/wali kota, jikalau kepala sekolah berstatus sebagai guru komite, dan juga SK gubernur.

Ada maksud di balik seleksi ini. ”Karena inikan kami sedang menertibkan administrasi,” ungkap Juritno. Seblumnya, memang ada disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kepri Arifin Nasir, bahwa seleksi guru honorer ini akan digelar pada Januari ini. Seleksi ini menjelma bak palagan bagi ribuan guru honorer di Provinsi Kepri. Tidak peduli masa pengabdian, tidak peduli prestasi. Siapa yang rendah nilainya, tersisihlah ia. ”Nah informasinya, akan

direkrut sesuai kuota 1.900 tersebut. Namun, semua tergantung anggaran, apakah di tahun 2017 ini ada atau tidak, kalau tidak ada, yang artinya pasti ada yang dikurangi,” kata Juritno. Perjuangan Dinas Pendidikan kini sedang dicoba dimaksimalkan. Ada kabar baik bahwasanya Gubernur Kepri Nurdin Basirun bakal mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan gaji ribuan honorer tersebut. Tapi siapa yang bisa menjamin pasti. Meski begitu, berulang kali Guber-

nur Nurdin menegaskan, bahwa guru adalah tanggung jawab pemerintah daerah. Tinggal bagaimana, kata dia, mencari konsep dan ketentuan yang berlaku jangan sampai timbul gejolak. Konon pembiayaan gaji ribuan guru honorer se-Kepri ini menelan anggaran sampai Rp 39 miliar setiap tahunnya. ”Dulu saja swasta kami bantu, tidak ada pendidikan itu milik pribadi atau kelompok, pendidikan itu adalah milik kita bersama,” tegas Nurdin.***

Nasib Guru GTT Diploma Masih Dilema PERALIHAN wewenang SMA sederajat dari kabupaten/kota ke provinsi membuat sejumlah kekhawatiran. Salah satunya adalah nasib Guru Tidak Tetap (GTT) provinsi. Sekadar diketahui, istilah yang dipakai sekarang ini untuk semua guru honor termasuk pegawai honor lainnya adalah PTT (Pegawai Tidak Tetap). Untuk guru, guru PTT ada tiga jenis yakni GTT yang gajinya dibayar Pemprov Kepri, guru Honor Daerah (Honda) yang SKnya diangkat bupati/wali kota dan gajinya dibayar bupati/wali kota serta guru komite yang diangkat dan digaji sekolah. Nah, yang jadi persoalan adalah GTT dengan lulusan diploma. Pihak pemprov berniat untuk tidak mengambil alih GTT lulusan diploma karena tidak bisa lagi mengajar di SMA sederajat. Nasib mereka ini diserahkan ke kabupaten/kota agar tetap dipakai menga-

jar di SD maupun SMP. Jika tidak diambil alih kabupaten/kota, maka bisa jadi GTT berubah menjadi guru komite. Sebab, daerah kalau mengambil alih mereka, maka harus menyediakan gajinya di APBD. Sementara saat ini, tidak ada pengangkatan PTT di daerah. Dalam perjalannya, sejak wewenang itu diserahkan ke kabupaten/kota sesuai UU No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, muncul polemik siapa yang akan menangani guru PTT. Awalnya, provinsi tidak mau menerima guru PTT dan tenaga nonpendidik di Kepri dengan alasan tidak sanggup membayar gajinya. Jumlahnya sekitar 2.000-an orang. Polemik ini akhirnya terjawab setelah para kepala daerah di Kepri bertemu dengan pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Batam akhir tahun lalu. Saat itu, Gubernur Kepri H Nurdin Basirun turut mendengar perbincangan para kepala daerah dengan pihak BPK. Kala itu, pihak BPK menegaskan, salah jika kabupaten/kota menyediakan anggaran untuk guru PTT di APBD. Alasannya, wewenang SMA sederajat sudah diserahkan ke provinsi. Sejak itu, gubernur langsung memerintahkan pejabat Dinas Pendidikan Provinsi Kepri untuk menghitung gaji guru PTT se-Kepri. Totalnya saat itu sekitar Rp 39 miliar setahun. Namun, jumlahnya tidak lagi mencapai 2.000-an orang. Itu karena GTT lulusan diploma kemungkinan tak diambil alih provinsi. Arifin Nasir, Kadis Pendidikan Provinsi Kepri dalam pertemuan singkat dengan Tanjungpinang Pos belum lama ini di Dompak mengatakan, kemungkinan gaji guru PTT SMA sederajat nanti di atas Rp 2 juta sebulan. (mas)

Arifin Nasir

F-SUHARDI/TANJUNGPINANG POS

MENGAJAR: Suasana belajar mengajar di SMKN I Tanjungpinang.

Perhatikan Kebutuhan Guru Semestinya Evaluasi, Bukan Seleksi SELEKSI Guru Tidak Tetap (GTT) atau honorer Provinsi Kepri yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Kepri, harus memperhatikan kebutuhan guru yang ada di setiap sekolah. Hal ini karena kebutuhan guru untuk pendidikan menengah atas dinilai masih kurang. Wiharjo, Kepala SMKN 1 Bintan menanggapi seleksi guru honorer yang berada dalam naungan Pemprov Kepri harus memperhatikan kebutuhan yang ada, karena saat ini jumlahnya masih kurang dan sebagai pendukung kekurangan guru PNS. ”Setahu saya dahulu ada GTT Kepri yang mengajar di sekolah di Bintan, mulai dari SD, SLTP hingga SLTA. Waktu saya menjadi ketua PGRI Bintan, jumlah GTT ini mencapai ratusan orang,” sebutnya, Jumat (6/1). Wiharjo mengatakan, seperti sekolahnya, jumlah GTT ada 10 orang dan keberadaannya sudah cukup lama membantu sekolah me-

menuhi kebutuhan tenaga guru. ”Kalau dikatakan kurang, itu jelas. Namun, seleksi ini juga harus memperhatikan GTT yang ada, jangan sampai yang sudah baik, berpengalaman dan mahir, justru tidak lolos seleksi,” jelasnya. Kebutuhan guru seperti guru bidang kejuruan, dirasakan cukup kurang dan sulit direkrut. Sejauh ini guruguru kejuruan masih didatangkan dari Jawa, Padang, Medan dan wilayah lainnya. Pada seleksi GTT nanti harusnya guru-guru seperti itu ditambah. Terpisah, Sunaryono, Kepala SMAN 5 Bintan mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan edaran terkait seleksi guru honorer provinsi. Kini ia juga mengusulkan tiga guru honorer provinsi dan tujuh belas honorer komite untuk diangkat kembali dan diterima menjadi guru honorer provinsi semuanya. ”Jangan sampai dikurangi, karena kebutuhannya sangat penting di saat kondisi guru PNS yang masih kurang. Kalau bisa lebih diperhatikan guru-guru bidang studi tertentu yang masih kurang atau bahkan belum ada, untuk direkrut pada seleksi tersebut,” katanya. Ia menyampaikan juga, berdasarkan informasi yang

ia dengar, seleksi tersebut masih bersifat pendataan guru honorer yang ada di setiap daerah, sehingga dipastikan guru-guru yang lama dan berkualitas masih dipertahankan. “Kalau yang lama dan terbaik masih dipertahankan, maka akan lebih baik. Nantinya proses belajar mengajar tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan membongkar dan mengganti dengan honorer baru, Namun kami tetap ingin guru-guru yang berpengalaman ini tetap mendapatkan tempat sebagai tenaga honorer,” tambahnya. Sementara itu, Aulia, seorang pengamat kebijakan publik dari Regalia Institute mengatakan, seleksi guru honorer yang akan dilakukan oleh Pemprov Kepri harus merujuk pada aturan dan juga kebutuhan guru. Karena mendengar kata seleksi saat ini, identik dengan bongkar pasang bahkan hingga penggantian. ”Seharusnya bukan seleksi, tetapi evaluasi. Karena dengan evaluasi sesuai dengan Analisa Jabatan (Anjab) dan Analisa Beban Kerja (ABK) maka akan didapati guru yang berkualitas. Jadi yang ada dievaluasi, bila bagus diteruskan, bila tidak sesuai kriteria ya mungkin tidak diteruskan,” sebutnya.

Seleksi, lanjutnya, bisa dilakukan ketika terjadi kekurangan tenaga honorer dan akan merekrut kembali atau tambahan, sehingga seleksi ini akan didapati hasil yang baik sesuai dengan kebutuhan yang ada. ”Jangan sampai seleksi honorer Pemprov sama dengan seleksi honorer Pemkab Bintan yang menjadi polemik dan menimbulkan permasalahan baru. Apalagi jika seleksi honorer Pemprov berbau politis, ini sama saja Pemprov tidak belajar dari polemik honorer Bintan,” jelasnya. Ia mengatakan, kewenangan guru SMA yang beralih ke Pemprov harus dijadikan pedoman untuk meningkatkan kualitas dan juga kuantitas sesuai dengan pendidikan yang ada. Sehingga tugas tenaga guru honorer sebagai pendukung guru PNS dapat terlaksana semaksimal mungkin. Terpisah, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Kepri, HZ Dadang AG, meminta para guru yang masih menyandang status honorer di Provinsi Kepri agar tetap tenang. ”Tetap tenang. PGRI Kepri akan selalu berjuang terhadap nasibnya (guru honorer, red),” kata Dadang. (ais/aan)


MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

3

Sup Ikan Aulia Jalan MT Haryono Tanjungpinang

Kakap Merah Penuh Gairah SEMBILAN tahun adalah bilangan masa yang tidak sebentar. Selama itu pula warung makan Sup Ikan Aulia sudah menjadi favorit masyarakat kota. Keramaian yang tidak pernah tanggung-tanggung. Dari pagi ke siang sampai petang, mejameja makan di warung makan yang sudah berdiri sejak 1997 ini nyaris tidak pernah sepi. Ketika sudah mengambil meja, ’mantra’ setiap orang yang datang sama; sup ikan kakap merah. Selepas menu diucap, ada waktu sekejap. Sepenantian sup ikan terhidang ini selalu dinanti sembari menahan nafsu makan yang sudah membuncah. Ada gairah yang tak tertahankan dalam menanti semangkuk sup itu tersaji di atas meja. Doli Boniara, seorang penikmat sup ikan Aulia menilai, kelebihan sup ini terletak pada kuah dan daging ikan kakap merah sebagai bahan utamanya. ”Teksturnya lembut. Tanpa pengawet. Ikannya pun kakap merah yang terkenal banyak gizinya,” ungkap Doli. Soal kuah, tidak ada kata lain untuk menjelaskannya selain memicu gairah. Di lidah Doli, benar terasa asam asin dan manis yang menjadi satu. Sentakan di lidah ketika suapan di sendok sudah berpindah.

MENU SUP: Seorang ibu rumah tangga memperlihatkan menu sup ikan merah di Kedai Aulia.

F-GAYUH/TANJUNGPINANG POS

Hidangan sup ikan merah dengan nasi.

Kelembutan tekstur ikan menjadi kian sempurna lewat sajian kuah panas. Tidak perlu ditiup untuk mendinginkannya. Justru selagi panas-panasnya itu racikan bumbu sup ikan Aulia semakin menggoda rasanya. ”Racikan bumbu yang kaya rempah ini jadi terasa segar di mulut sejak sendokan pertama. Susah juga mau menjelaskannya. Ada asam, asin, manis yang bergabung. Pedasnya juga pas,” kata pria yang juga Kepala Dinas Sosial Provinsi Kepri ini. Kepuasan pelanggan adalah kepuasan juru masak. Ini adalah keyakinan Hendri Nasution, pemilik warung makan Sup Ikan Aulia. Sejak 1997, Hendri sudah merintis usaha kulinernya ini dengan menjadikan sup ikan kakap merah sebagai daftar paling atas menu andalannya. ”Walau juga memang ada pilihan sup ayam, tapi tetap saja,

pelanggan saya rata-rata memesan sup ikan kakap merah ini,” tutur Hendri. Memilih ikan kakap merah yang segar adalah syarat mutlak memasak sup ikan kakap merah yang memancing gairah. Ikan yang masih segar adalah jaminan mutu bahwa kekayaan gizi yang terkandung masih dalam kondisi baik untuk dikonsumsi. Tentu hal tersebut bukan kendala bagi Hendri. Mengingat laut seputaran pulau Bintan dikenal sebagai penghasil kakap merah berkualitas. Warung Makan Sup Aulia buka dari pukul sebelum jam delapan hingga menjelang pukul lima petang. Tapi jika sedang benar-benar bergairah menyantap sup ikan di sini, jangan pernah mencoba datang jelang jam tutup. Nyaris bisa dipastikan, semangkuk sop ikan seharga Rp 30 ribu yang jadi andalan sudah pasti ludes. (gayuh mandasia)

F-GAYUH/TANJUNGPINANG POS

GRANITO AUSTRALIAN STYLE IN EVERY TILE

TM

DISCOUNT NORMAL 15% SPECIAL

KONSUMEN

Promo 01 - 30 Juni 2016 DISCOUNT 25% Kumpulkan struk belanja & nota pembelian Granito Tile KW 1 Periode : 01 - 30 2016, tukarkan dengan hadiah menarik.

EXTRA HADIAH :

5 DUS

40 DUS

1 PCS BOWL

1 PCS PORTABLE COOKER DP 7202 / 7203

20 DUS 45 DUS

1 PCS SANDWICH MAKER DT 2000

1 PCS RICE COOKER DR 1802

150 DUS

30 DUS

1 PCS SLIM EXHAUST DC 2701

1 PCS ORANGE JUICER DJ 2000

175 DUS

1 PCS WATER DISPENSER DI 2020

60 DUS

1 PAKET CANISTER + TRAVEL BAG

Syarat & Ketentuan 1. Berlaku Kelipatan, apabila sisa quantity tidak mencukupi untuk ditukar hadiah lebih kecil, maka dianggap hangus. 2. Apabila hadiah tidak tersedia di pasaran akan diganti dengan hadiah lain dengan nilai setara. 3. Tidak menerima return atas pembelian 01 - 30 Juni 2016 dengan alasan apapun. 4. Promo hanya berlaku mengikut Price List Granito 18-11-2015 dengan discount promo yg berlaku.

REDAKTUR: YUSFREYENDI

EXTRA BONUS TOTAL PEMBELIAN RP. 1.000.000 MENDAPATKAN 1 LBR VOUCHER FOOD CONTAINER SENILAI RP 25.000

JL. D.I. PANJAITAN KM.9, PLAZA BINTAN CENTER NO. 1 0771 7447168 TANJUNGPINANG

LAYOUT: AMRI


4

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

Komunitas Bismania Korwil Kepri

Mencintai Bus yang Penuh Tanda Tanya

BUS berbeda dengan moda angkutan umum yang lain. Bus melaju dengan segenap pukau. Bus melintas dengan membawa banyak tanda tanya. Bukan melulu tentang bodinya yang kelewat besar. Melainkan lebih kepada kecanggihan teknologi yang diusung dari setiap varian. Tanda tanya yang terus menyita jutaan kepala untuk mencari jawabannya. Rasa ingin tahu ini yang kemudian mempertemukan banyak orang sesama pengagum bus. Mereka menasbihkan diri sebagai barisan Bismania alias orang-orang yang punya perhatian khusus dengan bus. Sudah nyaris sepuluh tahun atau sejak 2007 silam, Di Provinsi Kepulauan Riau

pun juga ada Bismania. Walau memang jumlah bus besar yang melintas di jalan dapat dihitung dengan jari, bukan berarti kecintaan mereka dengan bus lantas ikut mati. ”Memang tidak banyak bus di sini. Tapi dengan beberapa perusahaan yang memiliki jasa angkutan bus, kami bekerja sama dan memnggelar sejumlah kegiatan,” kata Ketua Bismania Kordinator Wilayah (Korwil) Kepulauan Riau, Hasan yang kini sedang mukim di Yogyakarta. Saat ini, anggota Bismania Korwil Kepri di Batam berjumlah 120 orang. Jumlah tersebut tidak seluruhnya menetap di Batam. Namun, juga ada di beberapa kota di Pulau

F-ISTIMEWA

ANEKA BUS: Beberapa bus sedang parkir, dengan beraneka motif dan desain grafis pada bodi yang menarik.

Jawa, karena sedang menempuh studi tinggi di Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. Tak disangkal Hasan, bus adalah angkutan yang menyimpan sejuta tanda tanya. Walau pada dasarnya orang kebanyakan menilai apa yang diperbuat bismania ini hanya keisengan belaka, tapi tidak bagi Hasan cs. Desain kendaran, jenis mesin bus, serta bodi atau

karoseri, memang menjadi daya tarik paling utama. ”Bodi yang besar serta panjang, dan ditambah dengan desain mobil yang menarik perhatian. Bis itu penuh tanda tanya, apalagi seputar kemampuan sopirnya. Tentunya harus memiliki keterampilan yang teruji, untuk mengendarai mobil yang memiliki bodi panjang,” jelas Hasan. Seiring dengan kelihaian sopir adalah berkenaan

kecepatan. Semakin lihai, sudah tentu bus itu mampu melaju di atas rata-rata di jalan. Tapi ingat, cepat bukan berarti lantas sopir dan bus tersebut bisa menjadi primadona. Hasan menjelaskan, untuk bisa dipuja kalangan Bismania, sopir juga harus bisa memberikan rasa aman dan nyaman selama perjalanan. ”Karena itu kelak akan menjadi ulasan di kalangan teman-teman Bismania,”

ujar Hasan. Sudah dikatakan tadi bahwa bus melaju dengan sejuta tanda tanya. Setelah merampungkan pertanyaan perihal bodi, jenis mesin, kecepatan, kenyamanan, kelihaian sopir, tanda tanya selanjutnya adalah teknologi. Hasan menceritakan, bukan hanya mobil roda empat mahal yang sarat teknologi tinggi. Tetapi bus juga memiliki keberlimpahan kemajuan teknologi serupa. Hal ini dengan mudah bisa ditandai lewat tulisan yang terpampang di bodi kanankiri. Ada yang bertuliskan Euro 2 yang merujuk pada standar emisi gas buang dari mesin hasil produksi produsen, tujuannya adalah untuk menjaga kualias udara pada lingkungan. ”Itu salah satunya, bahkan ada menempel stiker bertuliskan 7 speed. Selain itu, pabrikan seperti Mercedes Benz dari Jerman dan Hino dari Jepang menjadi bintang utama

dalam perersaingan dalam kualitas kendaraan bus,” tutur Hasan. Persaingan dua pabrikan ini dari kualitas bodi dan mesin selalu jadi bahan obrolan sesama member Bismania. Terlebih saat menumpanginya dan kebetulan sedang melintasi jalan yang berbelok-belok. ”Manuver yang kita rasakan tentunya juga menjadi perbincangan, dan daya tarik lainnya yakni raungan sura mesin tak kalah menarik diperbincangkan,” jelas Hasan. Tidak selesai di situ. Obrolan mengenai bus masih akan terus berlanjut kendati sesama member sudah saling berjauhan. Ada rumah maya bernama bismania.org yang menjadi tempat para member berbagi pengalaman menaiki raja-raja jalanan penuh tanda tanya ini. ”Dari bus kami menjadi keluarga,” pungkas Hasan. (adly bara hanani)

F -I S T IM

F-ISTIMEWA

KOPDAR: Para anggota Bismania Kepri, saat kopi darat (kopdar) dengan member Bismania asal Jogja.

EWA

n dan eranga enyeb p l a in rm da di te at bera a s , ik r na ana me tu suas a S : G BERAN MENYE gu giliran. g n u men

HAMMER THOR ORIGINAL I

AL IN

AL IT

§ Memperbesar dan

IG

OR

§ § § § §

memperpanjang Mr. P Ereksi Lebih Kuat dan Tahan Lama Menambah Hasrat Libido Pria Menyembuhkan Lemah Syahwat Mengatasi EDI 100% Herbal

NEW BLACK STRONG

AZKA SHOP

PIN : 22D1B1FC ALAT BANTU PRIA

ALAT BANTU WANITA

DATANG DAN BUKTIKAN KEAMPUHAN “ANDA DIJAMIN TIDAK AKAN KECEWA” §

§

§

§ §

Isi 10 tablet, cukup satu tablet diminum 30 menit sebelum hubungan Peny langsung kencang, kuat, tahan lama dan 4 hari reaksi masih terasa Stamina meningkat dan mampu berulang-ulang tidak cepat keluar Aman bagi penderita Hipertensi dan Kinerja Jantung Herbal 100% aman juga obat lemah syahwat, impotensi dan ejakulasi dini

Vegi Getar Vegi Gyg Suara Vegi Center Vegi Bulu Boneka Full Body

Peni Getar

Peni Duduk Peni Ikat Pinggang Peni Mutiara

OBAT KUAT

Vakum + Oil Kondom Duri Penggetar Ms.V Obat Frigid

0813 1943 1112 / 0813 7577 5556 Jln. Dr. Sutomo No.22, Kampung Baru Tanjungpinang REDAKTUR: YUSFREYENDI

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS

HIBURAN

MINGGU 8 JANUARI 2017

Raline Shah Dikritik Netizen

RALINE Shah kerap membagikan pengalaman menyenangkan yang ia lewati melalui akun Instagram pribadinya. Mulai dari aktivitasnya di panggung hiburan hingga perjalanan liburan ke tempat-tempat menarik di berbagai belahan dunia. Pada musim liburan kali ini, Raline Shah menunjukkan perjalanannya ke Las Vegas, Amerika Serikat. Salah satu fotonya pun memperlihatkan keakrabannya dengan keluarga Nia Ramadhani yang

juga tengah berlibur ke tempat yang sama. Dalam foto tersebut, Raline Shah dan Nia Ramadhani tampak duduk di kereta bayi. Terlihat suami Nia Ramadhani, Ardi Bakrie, yang tengah menggengam pegangannya. ”Baby stroller for (emoticon anak perempuan). Surga yang Tak Dirindukan 3 (emoticon tertawa),” tulis Raline Shah dalam keterangan foto. Tulisan tersebut rupanya menarik perhatian netizen dan menimbul-

kan beberapa protes. Seperti yang diketahui, film Surga yang Tak Dirindukan yang dibintangi oleh Raline Shah bercerita tentang seorang pria yang melakukan poligami. Raline yang berperan sebagai Meirose menjadi perempuan kedua yang dinikahi Fedi. Rupanya netizen merasa takut kalau skenario yang tertulis untuk Surga yang Tak Dirindukan benar-benar terjadi di dunia nyata, khususnya rumah tangga

5

Nia Ramadhani dan suami. ”jgn ngomong gt doong..Nia n ardi udh bahagia udh serasi, smoga ga akan ada sytd dikehidupan mereka,” tulis pemilik akun @syifa1185. Komentar senada pun terlihat dari beberapa akun lain. Namun, terdapat pula netizen yang justru mengerti betul candaan Raline Shah di keterangan foto tersebut. ”Ketika aku melihat foto ini, yang aku lihat adalah persahabatan yang baik di antara ketiganya,” tulis @rhacel.awl. (net)

Once Tak Mau Dibantu Dhani

Ra

Sh line

JAKARTA - Once saat ini tengah mempersiapkan album baru. Di album tersebut, pelantun Hilang Naluri dibantu beberapa musisi terkenal seperti Pay BIP dan Gugun Blues Shelter. Namun ketika ditanya apakah ada kemungkinan ia bekerjasama dengan Ahmad Dhani, mantan rekannya di band Dewa. ”Enggak. Karena saya harus membedakan ini dengan Dewa. Tapi enggak menutup kemungkinan setelah saya punya satu, dua, atau tiga album, saya bakal kerja sama lagi dengan teman-teman Dewa. Itupun kalau mereka mau,” ujar Once sembari tertawa, saat ditemui di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara. Menurut penyanyi yang suaranya disebut-sebut mirip Sting itu, saat ini ia sudah mempunyai beberapa lagu untuk album terbarunya tersebut. Menurut Once, album barunya ini berbeda dari album sebelumnya. ”Mau coba bikin yang beda lah. Tapi yang jelas apapun konsepnya, saya harus bikin album yang terkonsep banget. Kan sekarang banyak banget album dan musik. Orang jadi bingung yang si A sebenarnya alirannya apa sih, warna musiknya apa, warna suaranya bagaimana sih. Warna tuh sekarang penting karena begi-

ah

JAKARTA - Sempat menyembunyikan kisah cintanya dari mata publik, Raisa kini sudah terang-terangan menunjukkan bahwa dia dan Hamish Daud adalah benar sepasang kekasih. Libur akhir tahun lalu, Raisa menggaet Hamish Daud,

untuk menghabiskan waktu bersama di Pulau Dewata, Bali. Mereka tak berdua, ada juga sanak keluarga yang ikut serta. Di antaranya kakak serta keponakannya, Raisa. Di awal tahun ini, Hamish Daud pun kembali berlibur ke

...untuk kredit Anda

PELUANG KARIR

kombinasi berbagai warna. Setelah ditelusuri, ternyata karya seni yang diunggah Raisa itu juga dipamerkan di Museum Stedelijk. Jika diperhatikan, benda tersebut juga hampir serupa dengan background dari foto Hamish Daud. Sejumlah netizen pun mulai menduga-duga bahwa Hamish Daud tak pergi seorang diri, melainkan juga ada Raisa yang ikut bersamanya. ”Okefix lukisan dibelakang mirip yang di instastorynya raisa .. jadi mereka barenggggg,” tulis pemilik akun @faradillarb. ”Itu kan lukisan yg di snapgram nya yaya.. Issshh si abang ketahuan liburan sm raisa,” tutur @novizumala. ”Oalaaah lagi barengan sm kak yaya,” tambah pemilik akun @pitatuuu. Raisa serta Hamish Daud sendiri, belum memberikan jawaban di akun masingmasing soal dugaan netizen tersebut. (net)

Kami salah satu Perusahaan Pembiayaan (Multi nance) sepeda motor dan mobil yang terbesar dan terbaik dengan total 200 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia membutuhkan tenagatenaga profesional SEGERA untuk penempatan di Cabang Tanjungpinang dan Bess Power Kijang untuk mengisi posisi :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Head Kios (HK) Head Marketing (HM) Head Collection (HC) Head Operation (HO) Credyt Analyst (CA) Administrasi (ADM) Collector (UBA)

Penempatan untuk wilayah : Tanjungpinang dan Kijang Persyaratan : 1. Pria / Wanita (4,5,6,9), Pria (1,2,3,7-13) 2. Usia maks. 35 tahun (1,2,3,7-14), maks. 28 tahun (4,5,6) 3. Pendidikan min. S1 (1-6), D-3 (6), SMU (7-14) 4. IPK min. 2,75 (1-6) skala 4 5. Fresh Graduate (5,6) atau berpengalaman kerja 1-2 tahun sesuai bidangnya (1-12) 6. Memiliki SIM C dan kendaraan sendiri (1-3, 7-13) 7. Mampu mengoperasikan Komputer dengan baik (1-6) 8. Memiliki motivasi kerja yang tinggi, jujur dan bertanggungjawab (1-14) 9. Bersedia bertempat tinggal di kantor (13,14)

terbarunya tersebut. ”Mungkin baru bulan-bulan Juni selesainya. Itu pun kalau saya bisa membagi waktu,” kata Once. (net)

Luna Maya Suka Balik ke Film JAKARTA - Luna Maya meniti kariernya dimulai dengan menjadi seorang model, sebelum kemudian terjun ke dunia akting dengan membintangi film-film seperti 30 Hari Mencari Cinta, Brownies, Bangsal 13, dan Cinta Silver di pertengahan 2000-an. Hingga akhirnya ia menjadi pembawa acara di berbagai program televisi. Lantas kini Luna Maya kembali aktif di dunia layar lebar dan baru-baru ini turut membin-

Raisa Gaet Hamish ke Belanda Negeri Kincir Angin, Belanda. Ia mengunjungi salah satu tempat, yakni Stedelijk Museum, Amsterdam. Di museum itu, Hamish Daud terinspirasi oleh karya arsitektur yang dibuat oleh Gerrit Rietveld. Baginya, Gerrit memiliki keunikan dan karakternya sendiri dalam setiap desainnya. Dan hal tersebut dapat menginspirasi aktor sekaligus presenter ini dalam berkarya. ”Ia adalah seniman yang mendahului masanya. Soal desain dan layout, Gerrit menulis bahasanya sendiri,” tulis Hamish Daud dalam bahasa Inggris di akun Instagramnya, Kamis (5/1) lalau. Dalam foto yang ia bagikan, Hamish Daud terlihat duduk sembari melihat instalasi karya Gerrit Rietveld. Sementara itu, dalam Instagram Stories Raisa, pelantun lagu "Kali Kedua" itu mengunggah salah satu karya seni lukisan dengan

tu banyak musik,” paparnya. Rencananya, album baru Once siap dirilis pada pertengahan 2017. Once pun menggodok sebaik mungkin album

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Surveyor Motor (AO UBA) Surveyor Mobil (AO UCA) Account Of cer Motor (AO UBA) Account Of cer Mobil (AO UCA) Remedial (REM) Security (Security) Of ce Boy (OB)

Kirim surat lamaran, CV, FC KTP, beserta foto terbaru ukuran 4x6 dan no. telp yang bisa dihubungi paling lambat 2 minggu setelah iklan ini dimuat. Lamaran dapat dikirmkan ke alamat :

HRD PT. BESS FINANCE CABANG TANJUNGPINANG Jl. D.I. PANJAITAN KM. 6 No. 2 (DEPAN HOTEL PELANGI) TELP. 0771-8080272 / 081261003277 “Harap cantumkan kode jabatan di sudut kiri atas amplop”

tangi film Filosofi Kopi: Ben & Jody. Di situ ia membintangi karakter bernama Tarra. ”Sudah lama juga enggak balik ke film, dan di awal tahun dimulai dengan kembali di film setelah sekian lama vakum,” ucap Luna Maya di kawasan Melawai, Jakarta Selatan. Kekasih Reino Barack itu menjelaskan, sebenarnya di tahun 2015 ia sempat syuting film yang ia produksi sendiri, dan akan tayang beberapa bulan lagi. ”Tapi saya sudah ingin balik ke film. Jadi pasti senang banget dan seru balik lagi ke film,” tuturnya. (net)

DIBUTUHKAN Perusahaan pengembangan kesehatan & ekspedisi yang berpusat di Surabaya, membuka c a b a n g d i Ta n j u n g p i n a n g , m e m b u t u h k a n Karyawan & Karyawati untuk menempati posisi : Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø

Wakil Kepala Cabang Supervisor Customer Service Operator Administrasi Gudang SPG Marketing

: : : : : : : :

5 orang 10 orang 15 orang 20 orang 20 orang 25 orang 30 orang 20 orang

Syarat : 1. Fotocopy Ijazah (terakhir) SMA/ SMK, D3 atau S1 (1 lembar) 2. Fotocopy KTP (1 lembar) 3. Pas Photo (1 lembar) ANTARKAN SURAT LAMARAN KERJA ANDA LANGSUNG KE :

PT. MANDIRI CIPTA HARMONI (Macho Group) Jl. Wiratno - Komp. Ruko Ramayana, Blok B No.19 - Tanjungpinang, HP : 0856 6826 6263 (HRD)

KEHILANGAN Surat Alashak Tanah a.n M. NASIB Alamat : Kp. Sumber Rejo 04/10 Kelurahan Pinang Kencana yang dipergunakan untuk perumahan/pertanian dengan luas sebelah utara sebelah selatan sebelah barat sebelah timur

± 157 m ± 50 m ± 240 m ± 95/125/81 m

D-1St Female Station in Bintan Island Indonesia

Jl. Yos Sudarso No.63 Lantai 2-4 Batu Hitam, Tanjungpinang Telp. 0771 - 318 637. Fax. 0771 - 319 489 Email : radioonine@gmail.com

Marketing : 0812 7099 8897 (Fira Rewadi) 0852 6453 3303 (Andy)

REDAKTUR: YUSFREYENDI

LAYOUT: SYAFRINALDI


MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

6

Goes to School

Perpustakaan Gudang Ilmu HAMPIR dapat dipastikan, seluruh pelajar pernah membaca buku. Hanya saja, berbeda-beda intetitas dan efektivitasnya. Semua kembali kepada orangnya masing-masing. Buku menjadi jendela dunia untuk mengetahui berbagai hal atau bisa dikatakan gudangnya ilmu. Namun masih banyak siswa tak memperhatikan dan mengamalkan membaca buku dengan rutin. Kebanyakan cukup puas dengan buku yang dimiliki pada proses belajar mengajar. Bahkan, tak memiliki niat untuk terus membaca dan mencari sumber-sumber lainnya. Di sini sekolah memiliki peran untuk meningkatkan minat membaca siswa. Mungkin ini bukan pekerjaan mudah, karena terdiri dari ratusan siswa yang memiliki karakter dan minat berbeda pula. Kepala Sekolah SMAN 2 Tan-

jungpinang, Encik Abdul Hajar, menuturkan, setiap sekolah pada umumnya memiliki Perpustakaan. Sebagai wadah bagi para siswa untuk membaca buku. Sekolah menyediakan berbagai referensi buku, itulah yang dapat digunakan siswa untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Selain itu perpustakaan di rancang senyaman mungkin, agar siswa betah berada di ruangan untuk waktu yang lama. ”Alhamdulillah perpustakaan SMAN 2 Tanjungpinang dipilih sebagai terbaik untuk tinggkat SMA. Mudahan bisa lebih baik,” ungkapnya. Selain itu, ia mengakui para siswa didiknya banyak yang memiliki minat membaca. Bahkan, sekolah ini sejak 2014 lalu, menjadi pelopor gemar membaca dengan mengharuskan siswa menyelesaikan minimal 5 buku dalam satu semeter.(desi)

F-

Kepala SMAN 2 Tanjungpinang, Encik Abdullah Hajar

Membaca Membunuh Rasa Bosan Amanda Rozi Kelas X IPA 1 SMAN 2 Tanjungpinang Hampir sama degan Jessica, Amanda juga suka membaca. Bahka, ia merasa, ada yang kurang bila tak membaca buku, meski hanya sekedar buku novel. Ia mengakui di zaman semakin canggih, banyak orang memanfaatkan membaca buku melalui online. Menurutnya, ini juga tidak masalah, tapi bagi ia pribadi lebih suka membaca buku yang dicetak (Hard copy). Ia bisa melihat gambar di buku, serta mata tidak berat karea cahaya HP.

Ahmad Dani Kelas II, Jurusan Bahasa SMAN 2 Tanjungpinang Saya mudah bosan jika tidak memiliki aktivitas. Dari pada hanya sekedar dudukduduk atau mengobrol di luar kelas maka memilih di Perpustakaan. Di Perpustakaan biasanya membaca buku dari berbagai hal.

REDAKTUR: TAUFIK A HABU

Jessica Kelas II Jurusan Bahasa SMAN 2 Tanjungpinang Saya sediri tergabung dalam komunitas Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Melalui komunitas ini, para anggota terlibat untuk rajin membaca buku. Jadi kami sudah tak asing lagi dengan Perpustakaan sekolah. Biasanya, banyak siswa yang datang untuk membaca buku. Kegiatannya mencari referensi buku untuk di baca di tempat.

Putri Sukmawati Ramadhani Kelas 11 IPA 3 SMAN 2 Tanjungpinang. Saya hobi membaca buku, ini menjadi alternatif ketika tak memiliki kerjaan. Awal mula tertarik ke perpustakaan sekolah karena meminjam buku untuk menyelesaikan berbagai tugas sekolah. Tetapi sekarang bukan hanya mencari buku keperluan belajar formal tetapi juga memilih bacaan buku-buku lainnya.

Yoenidea Sasenta Kelas X IPA 4 SMAN 2 Tanjungpinang Juga tergabung dalam komunitas GSL. Ia memang hobi membaca buku sebagai selingan pembunuh rasa bosan saat tidak ada kegiatan. Jika pelajaran sekolah disibukkan dengan rutinitas buku pelajaran, maka biasanya mengambil waktu untuk membaca novel.

LAYOUT: SYAFRINALDI


SAMBUNGAN 7 Dunia ..........dari halaman 1 Totok Irianto Jadi Danlanal Karimun

TANJUNGPINANG POS MINGGU 8 JANUARI 2017

Baqarah2:275),Taurat(Exodus22:25) danInjil(Leviticus25:36). Setiap kemajuan yang dicapai oleh sistem ekonomi kapitalis, seperti ditegaskan sendiri oleh ekonom, Joseph A Schumpeter, tak berarti selain kerusuhan dan huru - hara (turmoil). Selain uang ilusi yang sudah memenuhi permukaan bumi, kemudian diikuti pula oleh Dolar Amerika Serikat (AS) yang diilusikan sebagai hard currency. Hal ini dengan kesuksesan penuh dikampanyekan oleh para penguasa di Amerika melalui The Federal Reserve. Bagai Cenayang yang kalimat – kalimatnya berkekuatan magis, mereka menghipnotis penduduk bumi bahwa Dolar AS punya nilai sebaik dan berharga layaknya emas (as good as gold). Mereka hanya mengatakan dan orang – orang pun percaya. Itulah hebatnya Tuan Amerika. Mantra sihir bagi pencitraan Dolar AS ini di belakang hari terbukti ampuh menempatkannya sebagai satu-satunya Fiat Money yang tersukses sepanjang sejarah dunia. The Greenback, begitu orang ramai menjuluki Dolar, tentu tidak hanya digunakan di dalam negeri saja, bahkan menjadi cadangan devisa utama bagi negara-negara dunia. DiAkhir 1990-an, 70 persen cadangan devisa dunia dipenuhi dengan Dolar. Pamor Dolar memang agak sedikit surut ketika Euro - saudara mudanya sesama Fiat Moneymulai diperkenalkan. Euro telah mengambil share hampir 25 persen di akhir 2005, sementara Dolar sedikit menciut hingga tinggal sekitar 65 persen.

Dalam buku Satanic Finances, A. Riawan Amin disebutkan, peredaran Dolar yang dipompa keluar dari Amerika setiap harinya diperkirakan lebih dari USD 1,5 Miliar. Dengan menimbang produksi untuk satu dolarnya kurang dari satu sen, maka sudah pasti Dolar bukan sekadar mata uang, tapi telah menjadi produk ekspor paling unggul Amerika. Kita pun sedang hidup dalam ilusi besar yang dikendalikan oleh segelintir orang di dunia. Salah satu misal, di bawah payung Federal Reserve Act, 1913, The Fed lah yang berhak menerbitkan dan mencetak Dolar, bukan Departemen Keuangan (U.S.Treasury). Di sinilah keanehannya. The Fed menjadi sebuah institusi yang memiliki otoritas untuk mencetak uang, tapi bukan dimiliki oleh negara. Rakyat Amerika boleh bangga mata uangnya paling berpengaruh, tapi itu adalah kebanggaan semu, tepatnya ilusi. Chairman of the Committee on Banking and Currency, Louis T. Mc Fadden pada tanggal 10 Juni 1932 telah membongkar rahasia ini kepada publik: Sebagian orang mengira The Fed adalah institusi Pemerintah AS. Mereka bukan institusi Pemerintah. Mereka hanyalah swasta yang memegang monopoli kredit dan menerkam rakyat Amerika untuk keuntungan diri mereka sendiri dan penipu yang menjadi rekanan mereka. Tidak ada salahnya saat kita sedang berbulan madu dengan uang kertas baru aneka rupa ini, cintailah ia sepenuh jiwa. Lupakan Dolar kecuali terpaksa. ***

Bahan ..........dari halaman 1 Selain itu, masyarakat juga merasa lebih percaya mengkonsumsi bila bersumber dari sumur bor ketimbang dari air laut langsung. ”Atas pertimbangan ini, dibangun sumur bor sebagai sumber pengelolaan SWRO,” ungkapnya. Selain itu, sudah tersedia tiga depot air. Di antaranya di RW 4 tepatnya di kawasan Sumur Putri, RW 2 di kawasan Balai Kota berdampingan dengan Kampung Datok serta RW 5 di kawasan Mahkam Raja Jafar.Melalui depot air inilah nantinya masyarakat memperoleh airnya. Jadi tidak langsung dialiri menggunakan selang ke rumah warga. Penjualannya menggunakan galon isi ulang. Terkait harga nantinya masih akan dibahas bersama Lurah Penyengat serta perwakilan masyarakat. Rencananya akan dilaksanakan, Rabu (11/1) mendatang. Selain depot air disediakan juga dua kontes water filter. Dengan alat ini, hasil airnya tidak perlu di masak sudah dapat langsung di minum. Satu alat terletak di kawasan Kantor Lurah Penyengat dan Balai Adat. Tujuannya, agar para pengunjung yang datang dapat langsung menikmati air. ”Secara keseluruhan sudah selesai, Insyaallah segera difungsikan setelah serah terima

pengelolaanya dari Satker Air ke Pemko Tanjungpinang diselesaikan,” tambahnya. Terpenting, sembari menyelesaikan itu, PU akan menyiapkan pembentukan UPTD Air Minum. Meski demikian tetap berada dibawah koordinasi PU Pemko Tanjungpinang. Mesin itu nantinya belum menjadi aset Pemko. Ini sifatnya hanya pinjam pakai. Dengan demikian, jika ada alat yang rusak masih menjadi tanggung jawab Satker PU Kepri tersebut. ”Pemko diuntungkan jika demikian, hanya mengelola dan menyalurkan kepada masyarakat,” paparnya. Ditambahkannya, sumber tenaga penggerak yang digunakan untuk mengelola air sumur menjadi air siap minum menggunakan solar cell atau konversi cahaya sinar matahari. Meski demikian, Pemko dirasa perlu menyediakan listrik sebagai cadangan. Hal ini dikarenakan, agar para penjaga dapat melaksanakan tugasnya di malam hari. Kini di kawasan itu belum ada listrik, sehingga ketika malam hari belum dapat di jaga. Terkait ini nantinya kebijakan TAPD, namun sebelumnya sudah disampaikan. ”Kita melihat anggaran untuk pengadaan listrik, tapi sudah kami rencanakan,” tuturnya.(dlp)

TANJUNGPINANG POS Diterbitkan Oleh: PT Batam Intermedia Pers Terbit sejak tanggal 28 Oktober 2009 Alamat Redaksi: Komplek Pinlang Mas No.15 Lt 2-3 JL.DI Panjaitan-Batu IX Tanjungpinang, Telepon : (0771) 7447234 (hunting), Fax (0771) 7447085

Pembina Manajemen : Rida K Liamsi (ketua), Makmur Kasim, Marganas Nainggolan

F-ISTIMEWA

SALAM KOMANDO: Danlantamal IV Salam komando dengan Danlanal baru Karimun serta mantan Danlanal Karimun usai serah terima jabatan, kemarin

KARIMUN - Tongkat Komando Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tanjung Balai Karimun yang semula dijabat Letkol Laut (P) Bina Irawan Marpaung kini digantikan oleh Letkol Laut (P) Totok Irianto. Serah terima jabatan akan dilaksanakan dalam rangka-

ian upacara parade serah terima jabatan dengan Inspektur Upacara Komandan Lantamal IV Laksamana Pertama TNI S. Irawan, di lapangan apel Mako Lantamal IV jalan Yos Sudarso Batu Hitam Tanjungpinang, Sabtu (7/1). Komandan Lantamal IV

Laksamana Pertama TNI S. Irawan mengatakan, wilayah operasional Lanal Tanjung Balai Karimun memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi karena terletak di jalur pelayaran internasional selat Malaka, yang merupakan kawasan yang digunakan se-

bagai perlintasan berbagai jenis kapal dari berbagai negara yang sangat vital. ”Penggantian, pada hakekatnya merupakan mata rantai pembinaan personel dalam suatu organisasi, dalam rangka mendinamisasikan organisasi di jajaran TNI Angkatan Laut agar lebih mampu menjawab tantangan tugas ke depan,” katanya. Keberadaan Lanal Tanjung Balai Karimun harus mampu mengamankan lalu lintas pelayaran, pencemaran laut dan pelanggaran pelanggaran hukum di atau lewat laut wilayah Tanjung Balai Karimun sehingga pada akhirnya Lanal Tanjung Balai Karimun dapat melaksanakan pengendalian laut dan menciptakan terwujudnya keamanan laut di wilayah tersebut. Tugas-tugas tersebut tidaklah ringan karena out put dan out come kegiatan di Lanal Tanjung Balai Karimun merupakan tolak ukur keberhasilan pelaksanaan tugas pokok Lantamal IV yang membawahi Lanal Tanjung Balai Karimun selaku komando pelaksana dukungan Koarmabar. Secara obyektif harus diakui bahwa Lanal Tanjung Balai Karimun dibawah komando Danlanal yang lama Letkol Laut (P) Bina Irawan

Selamat .............................................................................. dari halaman 1 yakin, Tanjungpinang bisa menunjukkan eksistensinya bukan saja di daerah namun di tingkat nasional,” ucap Lis. Atas upaya mewujudkan visi misi RPJMD Kota Tanjungpinang tahun 2013-2018, beberapa prestasi capaian telah berhasil diraih Kota Tanjungpinang. Di antaranya prestasi Adipura Buana tahun 2016 dari Kementrian Lingkungan Hidup. Anugerah ini diraih berkat dukungan dan kerjasama masyarakat terhadap kepeduliannya menjaga kebersihan lingkungan. Lis berjanji Pemko Tanjungpinang akan terus berbenah dalam menciptakan kota nyaman dan indah dengan penambahan dan peningkatan ruang terbuka hijau. Saat ini sudah ada Taman Laman Boenda yang

dilengkapi ikon Gedung Gonggong di kawasan Tepi Laut. Kemudian juga sudah dibangun dengan tata rancang cantik Taman Batu Sepuluh di seputaran Batu Sembilan. Pembangunan tersebut sebagai upaya memberi pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengisi waktu luang sekaligus berkreasi bersama keluarga. Selain itu, penanganan banjir telah dilaksanakan yang sampai akhir tahun 2016 lalu telah ditangani 90,32 persen titik banjir. Penanganan banjir untuk tahun ini akan dibantu oleh Kementerian PU, sehingga diharapkan titik banjir dapat tuntas sampai akhir tahun 2018. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel serta melayani, adalah keinginan bersama. Kerja-kerja cer-

das pun digesa. Hingga Pemko Tanjungpinang berhasil mendapatkan predikat penilaian Baik pada tahun 2013 dan 2014 oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas Laporan Akuntabilitas Kinerja. ”Dalam pengelolaan keuangan daerah secara berturut-turut pemko berhasil mendapatkan predikat WTP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2014 dan 2015,” jelas Lis. Sepanjang empat tahun ini, dirinya menyadari masih banyak kekurangan dalam mewujudkan harapan masyarakat. Namun, ia bersama jajarannya akan terus berupaya dan bekerja untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan Kota Tanjungpinang yang cemerlang.

”Semoga dengan semangat hari jadi ke-233 ini dapat kita maknai dengan semangat persaudaraan dengan sikap toleransi dan saling menghargai, bahu-membahu satu sama lain dalam rangka membangun kota Tanjungpinang yang tercinta,” tutupnya. Pada malam yang berbahagia itu pula, turut dilaksanakan penandatanganan kerjasama dan nota kesepahaman antara Pemko Tanjungpinang dengan PT Pelindo I (persero). Bunyi kesepakatan ini adalah perihal kerjasama kepelabuhanan dan pengelolaan pass masuk pelabuhan. Lalu juga ada kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan tentang jaminan sosial bagi pegawai honorer di lingkup Pemko Tanjungpinang. Selain itu ada kerjasama Pem-

ko Tanjungpinang dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk cabang Batam mengenai bantuan penagihan dan pembayaran angsuran serta pemberian fasilitas BJB kredit guna bakti. Selanjutnya, ada penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Keuangan tentang penggunaan sistem informasi kredit program (SIKP). Malam itu juga wali kota berterima kasih kepada pihak perusahaan dengan memberi penghargaan karena sudah menyalurkan dana bakti lingkungan ke masyarakat Kota Tanjungpinang. Malam berbahagia sempena perayaan hari jadi ini pun ditutup dengan kemeriahan joget Dangkung yang diikuti semua tamu undangan. ***

Banyak ............................................................................... dari halaman 1 yang sekarang ini di bawah pimpinan Pak Lis Darmansyah dan Pak Syahrul yang selalu gigih menertibkan kota,” kata mantan wali kota perempuan ini. Dia melanjutkan panen kegigihan para pentolan Tanjungpinang itu dibuktikan dengan berhasil menggondol pulang beberapa penghargaan tingkat Nasional. "Semoga kegigihan beliau itu bisa menjadi motivasi untuk seluruh staf Pemerintah Tanjungpinang. Dirgahayu kampungku, terus berlayar dan pantang berbalik arah," ujarnya melalui konfirmasi pesan singkat, Jumat (6/1).

Mau tidak mau, dan suka tidak suka, selain pujian, Tanjungpinang juga harus menerima kritikan yang tentunya memiliki dampak positif ke depan. Seperti halnya yang disampaikan oleh mantan ketua Stisipol Tanjungpinang yang juga selaku pengamat politik, Zamzami A Karim. Kepada Awak media, Zamzami menyampaikan,Tanjungpinang hendaknya harus lebih berani menunjukkan kewibawaan dengan menyelesaikan beberapa PR yang ditinggal oleh para pemimpin sebelumnya. ”Saya dapat info langsung dari wali kotanya (Lis Darmansyah, Red) saat ini

tugas terberat Pemko adalah membenah sisa-sisa peninggalan dinasti Suryatati. Salah satunya tentang permasalahan pertanahan dan aset dai Bintan,” ujarnya yang menegaskan bahwa hingga saat ini masih banyak dokumen yang belum rampung. Kesulitan terbesar Pemko saat ini, menurut Zamzami, Pemko belum mengetahui dengan pasti berapa luas lahan bekas Antam. ”Maaf cakaplah, bahwa sampai sekarang ini saja Pemko masih tidak tahu berapa luas pasti lahan bekas Antam yang ada di beberapa titik. Di antaranya di Senggarang, Dom-

pak dan KM.18. Ini penting untuk diselesaikan, jika tidak nanti akan muncul klaim lahan dari warga,” paparnya mengkritik. Di matanya, Pemko harus jauh lebih tegas dalam mengelola kekuasaan. ”Ingat janji yang belum dilunasi, seperti kemarin ingin menertibkan ruko tanpa IMB. Nyatanya hingga sekarang membeku, termasuk juga penyelesaian sengketa lahan. Tegaslah sedikit jangan sampai kalah dengan kepentingan pemilik modal,” jelas dia ketika ditemui Tanjungpinang Pos, Jumat (6/1). Lain Zamzami, lain juga pandan-

gan Endri Sanopaka. Ia seakan tidak ingin berpanjang lebar mengkritik. Endri lebih menyarankan Lis Darmansyah untuk mengikuti arahan sesuai konstitusi. ”Ingatlah bahwa tanah,airdanudaramiliknegara.Poin itu saja sudah cukup menguatkan agar Pemko lebih berani. Belum lagi ditambah dengan Undang-undang pokok Agraria yang dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah berhak mengambil alih. Tinggal saat ini seberapa kuat niat untuk menjalani, itu saja,” papar Endri yang menilai secara umum Tanjungpinang semakin giat mewujudkan mimpi dan harapan masyarakat. ***

DIVISI REDAKSI

Pemimpin Redaksi Wakil Pemimpin Redaksi

: : : : :

Pimpinan Perusahaan Manajer Umum/Adm/Keu Manajer Pemasaran

: M Nur Hakim : Ari Istanti : Sigik Rahmat

Manajer Iklan

: M Nur Hakim

Pimpinan Umum/GM/Penjab Wakil Pimpinan Umum

M Nur Hakim. Ramon Damora, Sigik Rahmat. Ramon Damora Zakmi

Redaktur Pelaksana: Martunas Situmeang, Abbas, Fatih Muftih. Koordinator Liputan: Slamet Nofasusanto. Redaktur: Martua P Butarbutar, Taufik A Habu, Yusfreyendi, Adly Bara Hanani, Desi Liza Purba. Reporter: Andri Dwi Sasmito, Suhardi, Raymon Sandy, Yoan Sutrisna Nugraha, Gayuh Mandasia, Jendaras Karloan (Bintan Utara), Tengku Irwansyah (Lingga), Daniel Tambunan (Karimun), Hardiansyah (Natuna), Indra Gunawan (Anambas). Sekretariat Redaksi: Septia Aryani Rahmat (kepala). Departemen Pracetak/Layout/Perwajahan: Dobby Fachrizal (Manajer), Syafrul Amri (Koordinator), Syafrinaldi, Gilang Dhikapati. Jaringan/IT/Online: Rahmad.

DIVISI BISNIS Departemen Umum, Adm, & Keuangan: Dahlia (Kabag), Reynaldi Syah. Bagian Umum: Sudiarta Koordinator), Irhamna. Departemen Iklan : Saifullah (Ass. Manager), Penjab Desain dan Artistik : Kevin Perdana Wira Harjuman. Penjab Adm Piutang : Dahlia Anna, Juni Ella. Penjab Penagihan : Jefri, Angga Pratama, Departemen Pemasaran & EO: Rijon Sitohang (Penjab Ekspedisi), Asep Abdurrahman. Hardian, isep, Ilhami, Wahyu Gustianto, Andri Putra Sinaga (Penjab Sirkulasi / Penjualan). Yurika, Sri Wahyuni, Afriyanti (Penjab Adm Piutang dan Retur). Perwakilan - Perwakilan Batam (Martua Butar-butar), Lingga (Tengku Irwansyah), Bintan Utara (Jendaras Karloan), Karimun (Daniel Tambunan), Natuna (Hardiansyah), Anambas (Indra Gunawan).

Dicetak pada : PT Ripos Bintana Press. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

REDAKTUR: ZAKMI

Marpaung telah berupaya keras melaksanakan tugas pokoknya dengan tingkat keberhasilan yang membanggakan. Selanjutnya pejabat lama Letkol Laut (P) Bina Irawan Marpaung akan menempati jabatan baru sebagai Komandan KRI Sultan Hasanudin (SHN-366) jajaran Satkor Armatim. Letkol Laut (P) Totok Irianto merupakan putra kelahiran Pasuruan 41 tahun silam, menamatkan pendidikan militer sebagai alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan XLIV tahun 1998. Beberapa jabatan strategis pernah dijabat oleh suami dari Tri Handayani, S.Pd.diantaranya sebagai Komandan KRI SRG911, Kadep Ops KRI SHS-972, Palaksa KRI ABM-503, Kadep Senbah KRI TBY-502, Kasenart Dep Senbah KRI TBT. Adapun pendidikan militer yang pernah diikuti diantaranya Dikseskoal, KIBI, Sus PWO, Suspa Sandi dan Intelijen, Suspa Rengar, Diklapa Koum dan Diklapa-1. Acara serah terima jabatan dihadiri olehWadan Lantamal IV, para Asisten Danlantamal IV, para Danlanal Jajaran Lantamal IV, Kafasharkan Mentigi, Ketua Korcab IV DJAB beserta para Pengurus Jalasenastri. (cr27)

Tarif Iklan Halaman Muka (FC) Rp. 30.000,-/mm kolom. Halaman Muka ( BW) Rp. 25.000,-/ mm kolom. Halaman Dalam,- (FC) Rp. 25.000,-/ mm kolom. Halaman Dalam (BW) Rp. 15.000,-/ mm kolom. Iklan Umum/Display (BW) Rp. 15.000,-/mm kolom. Iklan Ucapan Selamat (FC) Rp. 7.000,-/mm kolom. Iklan Ucapan Selamat (BW) Rp. 3.500,-/ mm kolom. Iklan Dukacita Rp 3.500,-/mm kolom. Sport Color Rp 7.000,-/mm kolom. Advertorial Rp. 5.000,-/ mm kolom.

LAYOUT: SYAFRINALDI


TANJUNGPINANG POS MINGGU 8 JANUARI 2017

8

Warning, Negativity Detected! Cara Zetizen Hadapi Toxic Friend

Kristian Tanjung, 18, SMA Gracia Surabaya

Let’s Take a Quiz!

DOK. PRIBADI

1. Waktu istirahat tiba, gimana sih cara dia mengajakmu ke kantin? A. ’’Aku pengin merokok nih. Ke kantin, yuk!’’ (5 poin) B. ’’Duh, gurunya bosenin. Cabut ke kantin aja deh!’’ (4 poin) C. ’’Ada anak baru yang supercute loh! Siapa tahu ketemu!’’ (3 poin)

Kerja Keras Ubah ’’Demon’’ Jadi ’’Angel’’

WISE man said that you should surround yourself with good people. Tapi, kalau temanmu justru menebarkan aura negatif, gimana dong? Yap, si penebar aura negatif alias toxic friend nggak akan bikin hidupmu tenang. Bahkan, kamu bisa ikutan negatif. Nah, daripada kamu bingung menghadapinya, simak dulu deh pengalaman Zetizen berikut ini! (raf/rno/ c5/als)

’’Nggak semua teman yang negatif itu harus dijauhi kok. Menurutku, kita bisa mengubah mereka kalau mau menasihatinya dengan sabar. Jadi, dulu aku punya teman yang nakal parah. Kami berdua emang berteman sejak kecil. Jadi, aku tahu semua kebiasaannya. Tapi, aku kecewa waktu tahu dia punya gaya hidup yang kurang baik kayak mabuk-mabukan hingga dunia malam. Bahkan, dia pernah memamerkan obat terlarang ke aku. Wih, aku kaget banget! Awalnya, aku nggak begitu peduli karena menurutku itu adalah haknya. Tapi, lama-kelamaan dia mulai mengajakku mengikuti gaya hidupnya. Dia juga menawarkan obat terlarang ke aku yang langsung aku tolak. Saat itulah aku merasa kesal dan perlu mengingatkannya. Sayangnya, dia terlalu keras kepala dan merasa nggak bakal dapat masalah apa pun ke depannya. Suatu hari, dia mengalami kecelakaan cukup parah. Aku pun coba bilang ke dia bahwa musibah itu mungkin hukuman dari Tuhan. Aku ajak dia beribadah, tapi dia justru membelot. Aku sempat kesal juga sih dengan sikapnya yang nggak kapokkapok. Tapi, kemudian dia mulai dengar nasihatku dan meninggalkan kebiasaan buruknya. Aku lebih kaget lagi saat tahu dia jadi anak superalim yang rajin ikut pengabdian masyarakat. Wah, ternyata nasihatku juga bisa mengubah dia.’’

2. Pemilihan OSIS diadakan sebentar lagi. Waktu dia tahu kamu daftar, gimana sih responsnya? A. ’’Kutemani, yuk! Sekalian ketemu sama kakak ketua OSIS yang ganteng.’’ (3 poin) B. ’’Alaah, masak anak malas kayak kamu bakalan diterima jadi OSIS?’’ (5 poin) C. ’’Daripada sibuk jadi anak OSIS, mending hang out sama teman-teman.’’ (4 poin) 3. Kalian nggak sengaja lihat kecelakaan di jalan raya. Apa yang bakal dia lakukan? A. Memfoto korban dan di-upload ke medsos dengan caption ’’Like and share.’’ (4 poin) B. Ikut membantu menolong korban sebisanya. (3 poin) C. Pura-pura nggak tahu biar nggak ikutan ribet sama urusan si korban. (5 poin)

Syaidina Hamza Arifin, 18, Universitas Airlangga

MAININ kuis berikut ini yuk buat mengecek temanmu termasuk toxic friend atau nggak!

DOK. PRIBADI

4. Ada anak baru di kelas kalian. Gimana kira-kira tanggapannya tentang anak baru itu? A. ’’Wah, bakalan ada saingan baru buat dapat ranking I nih!’’ (5 poin) B. ’’Kayaknya anaknya asyik nih. Modusin dikit ah!’’ (3 poin) C. ’’Pasti dia dulu dikeluarkan dari sekolah lamanya karena nakal!’’ (4 poin)

Pilih Pergi daripada Makan Hati ’’Sebagai ketua angkatan, aku punya tugas khusus buat mengayomi anak seangkatanku. Tapi, nggak semua orang pantas diayomi. Misalnya, salah seorang temanku ini. Awalnya, kami berdua cukup akrab karena tergabung dalam kepanitiaan di himpunan mahasiswa yang sama. Bahkan, dia punya jabatan sentral yang perlu sering sharing sama aku. Sayangnya, lama-kelamaan sifat asli temanku itu makin terlihat. Dia sangat egois. Sikapnya tersebut membuat suasana organisasi kurang nyaman. Di dalam organisasi yang seharusnya kami kerja sama, dia justru malas-malasan dan nggak bertanggung jawab. Bahkan, untuk sekadar melengkapi daftar bujet logistik aja, dia nggak mau. Selalu aja ada alasan yang bikin dia lolos dari tanggung jawab. Usahaku buat mengingatkan dia pun selalu sia-sia. Tiap teman panitia lain berusaha menegurnya, selalu berujung dengan debat mulut. Makin lama, makin banyak yang nggak tahan dengan sikapnya. Di sisi lain, aku sebagai ketua akhirnya memilih menyerah. Daripada makin makan hati, aku pun memilih untuk menjauhinya. Capek juga ngurusin orang negatif yang superegois kayak dia. Karena sikapnya tersebut, aku susah percaya sama orang lain sekarang. Padahal, aku harus cari pengganti yang rela menggantikan tugas-tugas temanku tadi. Duh, sebal banget!’’

5. Dia baru aja dimarahi guru karena tugasnya mirip milikmu. Apa responsnya? A. ’’Ya elah, lain kali kita nggak usah ikut pelajaran guru ini deh!’’ (5 poin) B. ’’Nggak adil banget sih! Kok bukan kamu yang dimarahi? Aku repot nih!’’ (4 poin) C. ’’Hahaha, sial banget deh. Padahal, baru sekali ini aku sontek kamu.’’ (3 poin)

Dalam menghadapi toxic friend, mostly Zetizen di Jawa Timur, Lampung, dan Kalimantan Barat memilih untuk menasihati temannya itu. Beda lagi dengan 50 persen Zetizen di Nusa Tenggara Barat yang justru memilih untuk menghindarinya.

Wah, 7 di antara 10 Zetizen punya toxic friend nih!

• Punya gaya hidup negatif 36% • Egois dan nggak memikirkan orang lain

Jenis toxic friend yang dibenci Zetizen (3 tertinggi):

36% • Selalu memandang sesuatu dengan sinis

Ini nih tipe teman positif yang diinginkan Zetizen (3 tertinggi):

12%

Selalu punya pandangan positif 33%

Meski berteman dengan toxic friend, 75 persen Zetizen nggak merasa terpengaruh tuh. Sayangnya, 25 persen Zetizen lainnya justru ikut tertular negatif. Bahaya nih!

Mengajak melakukan kegiatan positif 24% Saling mengingatkan kalau salah 22%

MODEL: RIZKY ARGANANTA, RIZKY ARDANANTA (SMAN 1 SURABAYA), ILHAM MALIK (SMAN 2 SURABAYA). FOTOGRAFER: IVAN/ZETIZEN TEAM

Kenali Ciricirinya!

(15–17 Poin) Kritik Nggak Membangun

(17–19 Poin) Si Pesimis Paling Sinis Presiden Soekarno pernah bilang bahwa anak muda harus punya cita-cita setinggi langit. Buat mewujudkannya, tentu kita harus yakin dengan impian tersebut. Tapi, temanmu satu itu justru selalu pesimistis terhadap segala hal. Dia selalu memandang sesuatu dengan sinis. Well, sikap pesimistisnya itu bisa menular ke kamu loh kalau dibiarkan. Daripada kamu ikutan pesimistis, let’s take a step ahead deh!

Mengkritik emang salah satu tanda peduli. Tapi, gimana kalau temanmu mengkritik hal-hal yang positif? Misalnya, dia menilai gabungnya kamu di kegiatan organisasi justru bikin kamu kehilangan waktu bermain. Dia sering mengomentari apa pun yang kamu lakukan. Alhasil, kamu makin sulit berkembang karena khawatir dikritik dia. That’s why, kamu harus bisa memfilter kritik yang dia berikan supaya nggak ikutan negatif.

UDAH coba kuis di atas? Kalau kamu dapat poin kurang dari 15, berarti temanmu nggak termasuk toxic friend kok. Eits, kalau poinmu lebih dari 15 poin, kamu wajib hati-hati tuh. Nih, cek dulu deh ciri-ciri toxic friend di sekitarmu! (raf/c14/als)

(20–22 Poin) Superegois Bikin Bete

(23–25 Poin) Bawa Pengaruh Buruk You are what your friends are. Gaya hidup temanmu yang negatif bisa memengaruhimu loh. Mungkin awalnya kamu nggak sadar dia memberikan pengaruh buruk. Tapi, makin lama, sikapnya makin menyeretmu buat mengikuti gaya hidupnya yang negatif. Nah, kamu wajib ambil langkah tegas nih. Kamu harus berani menegurnya. Kalau nggak mempan, sebaiknya kamu jauhin aja deh supaya nggak tertular.

Maunya dingertiin terus, tapi sekalinya kamu butuh, eh dia nggak ada. Yap, salah satu ciri toxic friend adalah semau sendiri. Nggak heran kalau kamu makin merasa jengah sama sifatnya yang mau menang sendiri. Berteman sama orang tipe itu emang nggak mendatangkan keuntungan apa pun. Sebelum makin parah, kamu bisa langsung bilang nggak suka sama sifatnya tersebut. Siapa tahu dia sadar dan berubah. ILUSTRASI: RAMA/ZETIZEN TEAM

Pendidikan SMP 15%

PROFIL RESPONDEN

SMA

72%

KULIAH

13%

Jenis kelamin Cewek Cowok

67% 33%

Usia 12–15 tahun

31%

16–18 tahun

60%

19–20 tahun

9%

JUMLAH RESPONDEN 1.392 ORANG. POLLING DILAKUKAN DI 34 PROVINSI, MULAI ACEH HINGGA JAYAPURA. SAMPLING ERROR 4,5 PERSEN.

On the Web EXPLORE – DAILY LIFE

PUNYA TOXIC FRIEND JUGA BISA BERMANFAAT

SHEKNOWS

KAMU punya teman yang hobi nyebarin hal-hal negatif dalam kehidupanmu? Emang sih, rasanya mereka mengganggu. Tapi, jangan salah, kadang punya toxic friend itu bisa jadi bermanfaat loh! Apa dan kapan mereka dapat bermanfaat? Cek di Zetizen.com!

FASHION – TREND

KETIKA DUA BRAND SUPERMAHAL, LOUIS VUITTON DAN SUPREME, BERKOLABORASI

SUPREME

BAYANGKAN ada dua fashion brand yang terkenal karena kemewahan dan harganya yang fantastis berkolaborasi untuk menciptakan fashion item baru. Kolaborasi itulah yang dilakukan Louis Vuitton asal Prancis dan streetwear brand Supreme. Simak ceritanya, yuk!

WEEKLY CHALLENGE SESSION 21 MAKIN hari, make-up seolah menjadi hal paling penting sebelum cewek keluar rumah, bahkan ke sekolah. Menurutmu, seberapa penting sih make-up buat generasi Z? Yuk, share pendapatmu dan dapatkan produk make-up dari Cathy Doll! Cowok juga boleh ikut sharing kok. FIND MORE ON:

zetizen.com


Jembia

TANJUNGPINANG POS

MINGGU 8 JANUARI 2017

9

Jembia terbuka untuk semua tulisan seni kreatif. Kirim naskah, biodata, foto terbaru, dan nomor rekening Anda ke alamat email: jembia@tanjungpinangpos.co.id

Pakailah Tanjak pada Tempatnya YOAN SUTRISNA Tanjungpinang

J

IKA untuk sampah saja ada jargon serupa agar terlihat apik penataan lingkungan, apatah lagi tanjak yang merupakan barcode simbol keagungan bagi kaum melayu. Tentu di zaman tang serba kuota saat ini, sulit rasanya untuk mendudukan khazanah tradisi seutuhnya pada pundasi awal ianya berdiri, namun paling tidak khusus khazanah tradisi yang mengandung nilai marwah didalamnya tidaklah diberlakukan sembarang, dalam hal ini penggunaan tanjak misalnya. Sebelum jauh mengupas kandungan tanjak, hendak saya kabarkan terlebih dahulu, bahwa di kalangan masyarakat luas, selembar kain yang dilipat sedemikian rupa untuk menghiasi kepala tidak hanya disebut dengan tanjak, namun ada istilah dan nama-nama lain yang turut menyertainya, seperti Tengkolok, destar, untuk menyebutkan nama tanjak. Namun nyatanya tentu ada perbedaan diantara masing-masing nama tersebut. Kita contohkan dengan tengkolok yang memiliki kekhasan berupa lilitan yang meruncing keatas dengan lekhnik berlapislapis hingga membentuk ketebalan tertentu, bahan kain yang digunakan untuk „ REDAKTUR: RAMON DAMORA

merangkai tengkolok tentunya bahan yang bermutu. Berbeda dengan destar, yang lilitannya lebih rendah dan menipis, bahan kain yang dipakai juga tidah harus dengan harga yang tinggi. Sementara tanjak, lebih seperti tengkolok, namun juga mengadopsi dari destar, artinya dari segi bahan, anjak haruslah bahan yang berkualitas, dan atau tidak harus mahal namun menggunakan sejenis bahan yang bisa dijadikan untuk bergaya, dari segi lilitan yang berlapis juga demikian, tanjak lebih kental mengarah ke tengkolok. Namun untuk model lilitan dan ketinggian, tanjak lebih memilih destar sebagai acuannya. Itulah deskripsi ringkas sebagai pengantar perihal tanjak. Merujuk di era kekinian saat ini, khususnya di Kota Tanjungpinang yang konon sebagai kota gurindam dannegeri pantun, tanjak akhir-akhir ini mulai kembali populer. Di satu sisi metamorfosis tanjak yang sudah berbilang generasi menjadi ke pompong di tanjungpinang haruslah diberikanapresiasi yang layak, artinya negeri beradat ini masih menyimpan amunisi-amunisi cinta kashih yang begitu hebat dan mendalam terhadap keberlangsungan dan

atawa kelestarian budaya. Namun metamorfosis tanjak bukanlah semata-mata menghalalkan segala ragam model tanjak untuk dikenakan dikepala. Disinilah duduk persoalan yang mesti diberikan stabilo khusus, "pakailah tanjak pada tempatnya" saya rasa adalah kata yang pas untuk mengungkapkan kegundahan ini. Tempat yang dimaksud bukan hanya sebatas pengertian yang sebernarnya dalam sebuah perhelatan acara, namun juga bermaksud kepada kedudukan dan posisi tanjak itu sendiri yang bertengger di atas kepala siapa. Sebagai penambah paham ilmu kaji, saya hendak memapaparkan ulang ragam jenis tanjak yang sepintas oleh masyarakat bisa dipukul rata dengan model yang itu-itu saja, padahal tercatat kurang lebih ada 21 model tanjak yang sudah diberi barcode khusus sebagai trade mark melayu, antara lain; lang melayang, leng menyongsong angin, pari mudek, anak gajah menyusu, sering, buana, pucuk pisang, ayam patah kepak, balung ayam, cogan daun kopi, sekelongsang bunga, mumbang belah dua, solok timba, kacang dua helai daun, ketam budu, sarang kerangga, setanjak balung raja, belalai gajah, dendam tak sudah, tebing runtuh. Sudah sangat jelas, ragam nama yang diberikan kepada tanjak juga merupakan penggambaran yang jelas beragam juga model

lipatan dan penempatan dalam menggunakan tanjak, bukankah Atan berbeda dengan Ramlan? Bukankah juga Tina juga berbeda dengan Maimun? Inikan pula tanjak yang jelas nama, fungsi, serta derajat bagi sang pemakai penutup kepala tersebut. Tulisan ini bukanlah untuk mematahkan semangat para penggiat tanjak di Kota Gurindam, namun sebaliknya sudah saatnya metamorfosis tanjak memasuki fase yang lebih serius. Dari yang awal sekedar menghidupkan kembali khazanah yang hampir punah, kini kita memberikan kembali ruh kewibawaan tanjak sehingga tampak lebih hidup dan memesona. Khusus di Tanjungpinang misalnya, tanjak yang dihargai dengan rupiah dengan kisaran 80 ribu hingga 150 ribu sudah populer dikenakan. Tampak si pemakan tanpa sungkan dan merasa asing ketika membiarkan tanjak-tenjak bertengger di kepalanya, untuk corak warna juga beragam, dari yang polos hingga bercorak, dari yang kental tradisi hingga bernuansa live style seperti tanjak dengan bahan dasar jeans misalnya. Okey... Tahap pertama metamorfosis ini bisa kita katakan berhasil, dan saatnya masuk dalam tantangan kedua, tentu tak kalah tertantangnya dengan fase pertama yakni mendudukkan kembali kewibawaan tanjak, pada warna, lipatan dan tempat

tanjak itu berada, baik lokasi maupun kepala. Bukan tanpa alasan, sebab jenis tanjak yang populer di Tanjungpinang yang kini sudah merambah di seluruh kabupaten kota di Kepulauan Riau baru menganus paham 1 model, yakni tanjak 'tebing runtuh', dengan lipatan lingkar ganjil, dan lipatan miring berjumlah sama. Untuk diketahui, tanjak tebing runtuh di zaman dahulu, sangat familiar bertengger di kepala para laksmana, yang memiliki derajat di kalangan bangsawan kerajaan serta memiliki pasukan yang siap menggantungkan nyawa sebagai taruhan dalam melindungi daulat raja. Di era kekinian, mungkin laksmana yang dimaksud merupakan kemustahilan untuk bisa dijumpai, namun paling tidak, ruh laksmana bisa kita serupakan agar mendapat kemiripan, dalam hal ini saya mngambil istilah KW Super. Mungkin, juga kepala tempat bertenggernya tanjak kodel tebing runtuh ini tidak lagi di kepala anak muda atawa remaja yang masih dalam masa pubertas, atau juga seorang tua tanpa ada latar kuat dibelakangnya. Tanjak tebing runtuh sangat cocok di era sekarang ini, dikenakan oleh orang yang memiliki kuasa terhadap suatu pasukan, Kapolres misalnya, atawa Danrem, atau kadis, hingga se level

gubernur. Itu baru mengutip dari satu contoh model lipatan tanjak tebing runtuh, bagaimana dengan 20model lainnya? Apalagi jika mengaitkan tanjak sebagai cendera hati kepada tetamu dan atawa pendatang yang berkunjung ke negei bertuah ini. Elok kata, boleh dan sahsah saja untuk menyuguhkan tanjak sebagai bukti tulus, namun model yang bagaimana dan dikenakan di kepala siapa itulah yang menjadi sebuah runding rembuk yang harus didudukkan kembali. Saya misalkan begini, baru-baru ini, sejumlah wisatawan asing yang bertandang ke Tanjungpinang, disambut menggemuruh (itu tak masalah), dikalungkan bunga (juga tidak masalah) hinga adegan dimana si pendatang asing itu dikenakan tanjak oleh seseorang di kepalanya (baru bermasalah) sebab ada beberapa point krusial dan itu sangat sakral oleh puak melayu. Saya melihat tanjak yang dikenakan oleh wisatawan asing itu adalah tanjak dengan model dendam tak sudah serta elang menyongsong angin. Apakah yang memakaikan tanjak tidak menyadari atau tidak menyiasati terlebih dahulu makna yang terkandung dalam lipatannya? Dendan tak sudah adalah tanjak yang dipakai sultan dalam acara penabalan, artinya jika dikenakan oleh orang asing sama halnya

menyerahkan marwah dan daulat kepada si asing tersebut. Begitu juga dengan tanjak model lipatan elang menyongsong angin, yang sejatinya hanya dipakai oleh para pendekar ketika mengomandoi sejumlah pasukan yang berada dibawah daulat sultan dalam melaksanakan titah perintah, masih pantaslah dikenakan kepada pendatang yang asing? Lebih miris dan menyayat hati ketika mengetahui bahwa si pemakai tanjak (yang biasanya hanya dengan megalungkan bunga) ternyata tidak mengenakan tanjak melainkan peci, dahsyat bukan. Oke... Kita tidak mencari pembenaran dalam hal ini, juga tidak menunjuk kambing hitam atawa siapa dalang dibalik kecacatan adat ini. Jika dibilang salah, maka sudilah kita tanggung bersama, namun paling tidak keberanian untuk menunjukkan eksistensi dan jati diri sudah mulai muncul meski tidak pada tempatnya. Syukurnya, yang mengenakan tanjak dan yang dikenakan tanjak sama-sama tidak mengetahui. Mirisnya, hal ini jika tidak disiasati akan berlarut dan membentuk suatu kebiasaan baru yang dianggap sakral. Para ahlul pikir, ahlul sejarah, penggiat budaya dan puak melayu pada umumnya, menurut hemat saya, haruslah mngambil langkah bijak agar tanjak tak salah letak*** „ LAYOUT:DOBBY FACHRIZAL


10

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

hari puisi

SAJAK - SAJAK Anam Khoirul Anam PERIHAL NERACA BILA kau menatap pesona Yusuf, adakah wajah itu berpaling? ketika cahaya datang, enyahlah gelap menyimpan sepi dalam diri berjalanlah menuju kekasih tercinta, rindu akan merekah di dada Bila tak punya neraca, bagaimana cinta dan nafsu ditimbang keduanya adalah perkara yang berbeda, meski cinta butuh nafsu cinta adalah cahaya, sedangkan nafsu syahwat adalah rasa candu Bila kesadaran terpesona dan lepas, sayat pisau tak terasa jiwa yang mabuk dalam pesona, keindahan luar pun sirna bila kau menatap pesona Yusuf, adakah wajah itu berpaling? Yogyakarta, 19 Juni 2015

SUPRASEGMENTAL BERHENTILAH menduga letak bulan lewat kubang di malam hari tak perlu kasak-kusuk di belakang sekadar luahkan isi hati bukankah apa yang kau bicarakan berada jauh lebih tinggi?

KHALWAT MASIH adakah getar di dada saat rasa saling jumpa, apakah debar itu tetap sama walau tak lagi bersua? oh, betapa gelisah ini menyingkap segala getir begitu satire

Tanpa diperas, kau takkan tahu mana sari dan sepah bukankah ampas tebu hanya memberi sisa legit di lidah? tak usah mencampur madu dengan gula, karena tak berfaedah

Tersipu malu diri ini bila hendak bertemu denganmu, Pujaanku tak kuasa menatap segala pesona wajahmu nan rupawan itu setelah sedemikian lekat denganmu, ada ledak hebat dalam dada

Ah, jangan karena sekelumit keriangan lantas membuatmu lupa daratan tak perlu menuruti prasangka, di dalamnya tak ada kebahagiaan syak wasangka hanya akan menjauhkan diri dari hakikat kebenaran

Rasa manis dalam jiwa jauh lebih nikmat dari gula perjumpaan hikmat rindu tak selalu berakhir dengan cumbu rayu cinta yang telah sampai hakikat akan lepas dari syahwat

Yogyakarta, 05 Maret 2016

Yogyakarta, 17 September 2015

ANAFORA Anam Khoirul Anam: Novelis. Penyair kelahiran Ngawi, 26 Juni. Puitikromantik adalah titik lajunya berkarya. Saat ini bergiat dan mengasuh komunitas literasia: Anam Khoirul Anam Reader (AKAR).

HARUSKAH kuulangi ucap cinta maupun rindu yang sama padamu? padahal tiap waktu selalu kuseru namamu dalam iklim jiwaku apakah tak cukup segala pugar rasa yang kulakukan untukmu? Bagimu, mengulangi hal yang sama adalah bentuk dari pembaru melakukan sesuatu secara terus menerus adalah upaya menjaga mutu dan katamu pula, istikamah tak sama dengan laku melulu Telah kusimpan di dada segala keyakinan hidup atas adamu apakah tak cukup segala pugar rasa yang kulakukan untukmu? nyatanya, benarlah bahwa istikamah tak sama dengan laku melulu Yogyakarta, 20 Agustus 2016

Teduh Bersabar dalam Bermain Kata-kata Pembacaan atas karya Antologi Puisi “Teduh Bulan Maret” OLEH: BAMBANG KARIYAWAN YS BERPUISI butuh kesabaran. Sabar dalam mengawali kata. Sabar dalam menunggu kata. Sabar dalam mengakhiri kata. Dari kesabaran itulah lahir antologi puisi karya Rudi Rendra, penyair Tanjung Pinang yang pernah berproses di Forum Lingkar Pena Pekanbaru. Penyair sangat menyadari buku puisi yang diterbitkannya sebagai dokumentasi untuk mengujii perkembangan kedewasaannya dalam berbahasa. “Teduh Bulan Maret” berisi 76 puisi termasuk di dalamnya puisi yang dikemas dalam pola gurindam dan pantun. Judul Teduh Bulan Maret terlihat sebagai representasi dari judul puisi “Teduh Awan Maret: adalah Emak”. Judul ini dipilih penyair tentunya punya latar belakang tertentu. Apakah karena asal kata Maret itu “Mars” sebagai Dewa Perang Romawi. Penyair mencoba menyerang pembaca dengan kekuatan kata-katanya. Puisi Teduh Awan Maret ternyata “Maret” adalah simbolis untuk pengorbanan seorang emak yang tertulis pada alinea: Teduh awan Maret, membentangkan sabar. Tiada yang lebih indah, dari sisik awan Maret. Tiada yang lebih sabar, REDAKTUR: YUSFREYENDI

dari teduh awan Maret. Puisi-puisi penulis, Rudi Rendra mengusung waktu dengan mengambil waktu bulan Maret diperkuat dengan puisi lain yang berjudul “38 Menit yang Lalu” , “Terkenang Gerimis Bulan Juni” , “Suatu Hari Nanti di Bulan Juni”, “Di Balik Gerimis Malam Itu”, “Awan Maret”, “Telah Pagi”, “Dialog Senja Salju”, dan”Bulan Ramadhan”. Berpuisi adalah meremah waktu. Menuliskan tema waktu bagi penyair adalah sebuah kenikmatan mengingat keasyikan yang akan singgah ke dalam diri penyair tentang material yang akan ditulis dan keindahan bermain diksi tentang waktu. Berpuisi tidak lepas dari latar belakang penyair. Latar belakang Rudi Rendra yang religius dan pernah berproses kreatif di Forum Lingkar Pena Pekanbaru cukup mempengaruhi semangat berkaryanya. Hadir karya-karya bernuansa religius dengan puisipuisi seperti “Iklab”, “Pengakuan”, “Muhasabah”, “Mu”, “Perihal Doa”, “Gurindam Perihal Cahaya Hati” dan “Gurindam Perihal Syukur”. Berpuisi juga membangun interaksi sosial. Lewat kata-kata ,puisi menjadi sebuah bentuk perhatian

kepada relasi kita. Beberapa puisi persembahan ditulis dengan sangat indah namun mengandung beragam simbolis makna seperti “Ta: Mengapa Kau Sinis Tertawa?: Kepada Papa Iskandar”, “Yang Tak Mampu Kau Obati, Sekeras Apapun Usahamu: Buat Ana”, “Demi: Buat Pak De’Jo”, “Buat Engkau Jang”, “Dialog Senja Salju: Kepada Pengungsi Syiria di Selatan Lebanon”, “Jujur

dan Amanah: Menanggapi Pamflet Ahok dan Jokowi yang terlalu jujur dan amanah itu”, “Siyono Tetap Hidup”, dan “Teduh Awan Maret: adalah Emak” Berpuisi tidak terlepas pada setting tempat keberadaan penulis. Banyak penyair menjadikan tempat bumi berpijaknya sebagai sumber menuangkan kekaguman, kegundahan, kegelisahan, kepanikan, dan kepasrahan. Buku ini

pun hadir dengan tematema lokasi penyair berada seperti “Tanjung Batu”, “Tanjung Pinang” dan “Pelantar Usang Sungai Carang”. Berpuisi membutuhkan strategi. Strategi menulis

puisi yang indah salah satunya menggunakan kekuatan satu kata untuk membuat ketertarikan pada pembaca. Penyair menyusun strategi berkarya dengan 11 puisi yang berjudul dengan satu kata, yaitu “Atau”, “Kamu”, “Iklab”, “Pengakuan”, “Datar”, “Cirrucumulus”, “Bunga”, “Lethologika”, “Konon”, “Muhasabah”, “Mu”. Berpuisi terkadang memerlukan keteraturan dan terkadang keluar dari keteraturan. Penyair lebih banyak menggunakan pola teratur. Ada indikasi karena terpengaruh lokasi tempat tinggal sekarang di “Bumi Gurindam” dan “Bumi Pantun” atau karena penyair sangat menggemari polapola kepenulisan puisi klasik sehingga secara tidak sadar merasuk pada karyakaryanya saat ini. Berpuisi akan berkembang bila penyair mau berproses dan bereksperimen dengan cerdas dan sabar. Beberapa puisi yang dengan sabarnya keluar dari keteraturan antara lain, berpola puisi prosa dengan larik-larik yang panjang diuraikan sebuah makna dan pesan.

Terlihat pada puisi “Bulan Ramadhan”, “Pantai Usang Sungai Carang”, “Tanjung Pinang”, “Yang Tak Mampu Kau Obati, Sekeras Apapun Usahamu: Buat Ana”, “Kamu”, “Bercerai Kasih Bertalak Tidak”. Penyair juga bereksperimen dengan pola yang teratur namun unik, terlihat pada puisi “Aku Menunggumu dengan Sabar” dengan keunikannya tergambar pada pola puisinya: Di bawah air Berlumut Di atas awan Berkarat Di rendam ragi Lapuk Di bakar api Meleleh Di hembus angin Melayang Berpuisi itu menuntut kesabaran karenanya “Aku Menunggumu dengan Sabar”. Berpuisi itu mengolah kata karenanya “Yang Tak Mampu Kau Obati, Sekeras Apapun Usahamu”. Berpuisilah itu menggugah batin karenanya “Mari Berteduh”.

Bambang Kariyawan Ys, Guru Sosiologi SMA Cendana Pekanbaru. Aktif bergabung di Forum Lingkar Pena Riau. “Lelaki Pemanggul Gurindam” adalah buku puisi tunggal pertamanya. Penerima Anugerah Sagang 2011. LAYOUT: SYAFRINALDI


niskala J

ULUKAN “Hidup yang menyenangkan” merupakan hal yang pantas diberikan kepada Yuna, seorang gadis berumur tujuh belas tahun, salah satu siswa kelas dua belas yang menjadi kebanggaan sebuah SMA di Kota Tanjungpinang. Prestasinya di bidang seni lukis membuat banyak orang bangga padanya, namun apa jadinya jika ternyata ia berteman dengan seseorang yang dianggap memiliki sifat yang aneh? Singkat cerita—saat kelas sepuluh mengikuti kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa)—entah mengapa Yuna sulit bergabung dengan siswa lainnya, karena dia adalah orang yang tidak pandai berbicara duluan pada orang yang belum dikenalnya.Tetapi tiba-tiba saja ada seorang gadis cantik, berpenampilan aneh mengajaknya bicara, sehingga Yuna sempat bergidik ngeri melihat penampilan gadis tersebut. “Hai, namaku Belina.He he, kuharap kita bisa berteman.Ya walaupun aku tahu tatapanmu menjelaskan kau takut padaku.” Ujar Belina, si gadis aneh sambil mengangkat tangannya ingin berjabat tangan dengan Yuna. “Hah? Maafkan aku, tapi aku tak bermaksud…” jawab Yuna kaget. “Tidak apa, aku sudah terbiasa dilihat dengan tatapan seperti itu.”Potong Belina sambil tersenyum. Entah ada angin apa yang membuat Yuna ingin berteman dengan Belina, hingga tak terasa sudah dua tahun lebih kedunya sangat dekat. Dan anehnya selama di SMA keduanya selalu satu kelas, bahkan duduk bersebelahan pula. ~~ Suasana di pagi hari yang mendung dan di kaki langit terlihat awan bergumpal menyelimuti matahari.Angin terasa salju menyekap tubuh.Membuat banyak siswa memakai jaket dan berjalan lesu, karena belum rela hari minggu sudah berakhir dan harus bersekolah lagi pada hari senin. “Selamat datang!” Teriak Rita sambil memukul pelan kepala Yuna dengan buku saat ia hendak memasuki kelas dua belas ips empat. “Ada apa?”Jawab Yuna dengan wajah heran. “Sudah dengar berita terbaru?”Rita tersenyum licik. Ia merupakan salah seorang siswa yang berisik—ratunya gossip. “Tidak tertarik.”Yuna segera berjalan menuju kursinya.Ia tidak pernah mau mendengar gossip apalagi bergabung untuk membicarakan hal yang bukan urusannya. “Oh ayolah, ini tentang sahabatmu.”Rita terdiam lalu menarik pelan lengan Yuna, “Tentang Belina.”Bisiknya pelan. “Apa lagi?Dia itu orang baik, mengapa kalian selalu menyebarkan berita yang buruk tentangnya?”Yuna kembali berjalan. “Hei tunggu dulu! ‘Ntah ini benar atau tidak, tapi kudengar bahwa Belina itu sering memakan tisyu.Ia juga pernah meminum minyak kayu putih.”Ucap Rita dengan wajah yang serius.”Makanya akhir-akhir ini badannya terlihat sangat kurus.” “Lelucon yang lucu sekali, mana mungkin dia memakan hal yang bahkan tak patut disebut sebagai makanan.” “Terserah padamu… Ah tidak, Belina melihat ke arah kita!”Ujar Rita lalu pergi menuju kursinya sambil menundukkan wajah. Yuna melihat ke arah Belina yang sedang tersenyum ke arahnya dan Yuna pun membalas senyuman tersebut sambil memikirkan apa yang diucapkan oleh Rita. Akhir-akhir ini dia memang terlihat kurus, pikir Yuna dalam hati. “Hai sahabatku yang manis.” Rayu Yuna saat ia sudah sampai di samping Belina. “Oh ayolah, jangan menjadi puitis di pagi hari.”Jawab Belina sambil tertawa. “Bu Rose datang woi!” Teriak Riko, ketua kelas sebelas ips empat tiba-tiba berlari kencang memasuki kelas. Seketika suasana kelas menjadi ricuh, semua siswa—yang tadinya sedang mengerjakan tugas— segera berlari terbirit-birit menuju kursi mereka masing-masing, layaknya dikejar oleh seekor naga yang siap membakar siapa saja yang ada dipandangannya.Bu Rose, guru Matematika— yang bisa dimasukkan dalam kategori guru garang tersebut— masuk dengan santai namun langkah yang tegas. “Keluarkan kertas selembar, kita ulangan!”Ujar Bu Rose dengan nyaring. “Mampuslah aku.”Bisik Belina kepada Yuna. “Tanyakan saja rumusnya padaku, pasti aku bantu.” Jawab Yuna. “Oh wahai salah satu putri dari khayangan yang sedang duduk di sampingku ini, aku ucapkan terimakasih banyak.”Ujar Rita sambil tertawa. “Jangan berlebihan.”Yuna berusaha menahan tawa melihat tingkah temannya. “Itu yang berdua, mau sampai kapan tertawa?!”Teriak Bu Rose kepada Yuna dan Belina, “Mau ulangan di luar?!” “Maaf bu.”Jawab Yuna dan Belina secara bersamaan. Ulanganpun berlangsung dengan hening, hanya terdengar suara kipas angin dan bunyi jam yang berdenting disetiap detiknya.Terlihat juga siswa yang terkadang melihat ke kiri dan ke kanan karena ingin mencontek, hingga akhirnya tatapan Yuna berhenti kepada Belina yang sedang mengerjekan soal ulangan dengan serius sambil mengunyah sesuatu di mulutnya sehingga tidak terlalu dihiraukan oleh Yuna. Kembali terlintas di pikirannya atas apa yang sudah diucapkan oleh Rita tadi, ada rasa penasaran di hati Yuna mengapa ada rumor yang tidak masuk akal. Sudah dua tahun lebih mereka berteman, tetapi Belina tak pernah jujur soal keluarganya.Yuna juga sudah sering menanyakan bagaimana keadaan keluarga Belina dan sesekali ingin bermain di rumah Belina, namun Belina tak pernah mau mengajaknya. Kriiiiiing… Bunyi bel pun berhasil menyadarkan Yuna dari lamunannya dan kelas seketika menjadi ricuh karena Bu Rose sudah menyuruh mereka untuk mengumpulkan kertas ulangan.Beliau terus berjalan menuju keluar kelas sehingga membuat siswa-siswa berlari mengejarnya layaknya zombie yang sedang kelaparan mengejar mangsa.Untung sudah selesai, pikir Yuna dalam hati. “Bagaimana soalnya?Susah?”Tanya Yuna kepada Belina yang terlihat frustasi. “Yang benar saja, itu bagaikan neraka bagiku!” Jawab Belina. “Ng… Yuna… bisa temankan aku ke wc? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Ujar Belina sambil berbisik. “Tidak ke kantin dulu?Biasanya kau sudah lapar.” Jawab Yuna. “Kau mau ke kantin dulu?Ya sudah nanti saja

REDAKTUR: RAMON DAMORA

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

Gadis Pemakan Tisyu Cerpen Tiara Ayu Karmita

kita bicaranya.”Ucap Belina sambil menarik tangan Yuna menuju keluar kelas. “Haish… ayo ke wc.” Ujar Yuna sambil menarik tangan Belina. Sesampainya di wc yang sangat lengang dan sepi karena semua siswa terlalu sibuk pergi menuju kantin sekedar untuk mengisi perut yang sudah kelaparan, Belina segera menggenggam erat tangan Yuna. “Yuna.” kata Belina agak memelas, “aku percaya, kau pasti dapat menjadi temanku yang baik dan setia.Karena itu aku mau mengatakan hal yang sangat pribadi.Begitu rahasia kepadamu.” “Baiklah.” Jawab Yuna, “aku berjanji, apapun yang kau katakan, sampai kapanpun tetap menjadi rahasia kita berdua saja. Biar pecah di perut daripada pecah di mulut.” Belina tersenyum puas.Sekejap dia tercenung.Di langit tinggi terlihat gelombang awan menyembulnyembul.Di antara pepohonan dan atap sekolah terlihat sekawanan burung layang-layang terbang melintas.Nun di sudut sekolah terlihat beberapa siswa lelaki sedang asyik bermain guitar dan bernyanyi bersama.Terlihat mereka sedang gembira sekali. Sementara Belina lagi-lagi tersenyum lebih manis dibandingkan beragam kuntum bunga di taman sekolah yang sedang mekar. Yuna benar-benar tak paham apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Dia menggenggam tangan Yuna erat sekali.Terasa agak sejuk. “Orangtuaku bercerai saat aku masih duduk di kelas lima SD, dan aku sama sekali tak paham. Waktu itu aku hanya ikut larut dalam kesedihan, tetapi tetap aku tidak mengerti, kenapa jalan perceraian yang mesti kedua orangtuaku lakukan. Yang aku ingat benar, baik ayahku maupun ibuku berpisah dan mereka sama sekali tak hiraukan diriku. Maka, sejak saat itu aku tinggal dengan nenekku.” Ucap Belina dengan pelan, “orangtuaku tak ingin merawat diriku sebagai anak mereka, hanya karena sibuk dengan urusan masingmasing. Ayah yang hanya bekerja sebagai PNS biasa tanpa jabatan, tak sanggup melayani Ibu yang selalu sibuk mempercantik dirinya, dengan perawatan di salon-salon kecantikan. Kemudian pergi belanja di Mall, dan rutin ikut kumpulan sosialita, bahkan Ibu tak pernah peduli dengan suami dan anaknya di rumah. Hal itulah yang mungkin membuat mereka bercerai.” Belina menundukkan kepalanya. “Belina...” Ujar Yuna sambil mengelus punggung Belina. Rasanya Yuna juga ingin menangis, ia tak pernah menyangka bahwa sahabatnya yang selama ini ceria dan selalu tersenyum ternyata memiliki kisah yang sangat menyedihkan. Yuna bahkan merasa gagal menjadi sahabat karena tak tahu bagaimana kehidupan keluarga Belina. Kasihan sekali sahabatku. Kata Yuna dalam hati. Percakapan mereka pun terhenti. Bel tanda jam

pelajaran berikutnya sudah berbunyi. Yuna dan Belina beranjak, berjalan dan masuk kelas. Belina terlihat sangat lesu dan berusaha menutupi matanya yang lembab. Pelajaran selanjutnya adalah Seni Budaya, pelajaran yang sangat disukai oleh Yuna. Singkat kisah, pak Warno—guru Seni Budaya pun mulai mengajar. Sementara Belina dengan hatihati dan pelan-pelan membuka tasnya. Sekejap saja sudah nampak bungkusan tisyu kecil dalam genggamannya. Dia menoleh, menengok ke kirikanan. Matanya awas. Jemarinya bergerak perlahan, tapi pasti. Satu lembar tisyu sudah bergulung-gulung dalam genggamannya. Dikepit dengan jemarinya. Dalam hitungan detik, tisyu itupun berpindah ke dalam mulutnya dan ia segera mengunyah tisyu tersebut layaknya sedang memakan makanan yang sangat enak. “Apa yang kau lakukan?!” Bisik Yuna sambil menahan tangan Belina. “Sssttt... diam saja! Nanti jika ketahuan oleh teman-teman dan guru, bisa mampus aku!” Jawab Belina sambil tetap mengunyah. “Lihat saja kau nanti.” Yuna segera menarik bungkus tisyu dari tangan Belina lalu menyimpannya kedalam tas. “Yuna, kumohon, aku sangat lapar.” Belina kini hanya terdiam namun tetap mengunyah tisyu. “Kau ini bodoh ya?!” Teriak Yuna sehingga membuat seluruh orang yang berada di dalam kelas tersebut segera tertuju kepada Yuna. “Ada apa?” Tanya Pak Warno. “Tidak ada pak.” Jawab Yuna sambil menundukkan kepalanya. Pak Warno hanya terdiam namun menatap Yuna dengan tatapan sedikit marah, lalu kembali melanjutkan pelajaran. Yuna segera melihat jam tangannya, waktu istirahat masih dua jam lagi. Ingin rasanya ia menarik Belina menuju tempat yang sepi dan membentak Belina dengan suara keras bak petir. Dan, pada akhirnya Belina mendekatkan mulutnya ke telinga Yuna, lalu berbisik meminta agar Yuna mengembalikan tisyunya. Yuna tak berdaya, hatinya terasa hancur berkepingkeping dan berusaha menahan air mata yang mengeram di kelopak matanya, lalu dengan perlahan-lahan menyerahkan juga tisyu lagi kepada Belina. Belina tersenyum pahit. ~~ Selama pelajaran Seni Budaya berlangsung, Yuna benar-benar tidak bisa konstentrasi. Ia sangat khawatir kepada Belina. Hingga bunyi bel tanda istirahat pun kembali berdering dan Yuna segera menarik tangan Belina menuju taman di belakang sekolah yang bisa terbilang sangat sepi karena jauh dari kelas. Di kejauhan tampak daundaun layu berguguran seperti sedang berkejaran jatuh ke tanah. Angin, memeng sesekali menderu dan menerabas ruang-ruang di antara kelas.

11

Mendung belum berlalu, awan semakin gelap, dan pertanda hujan hendak turun. Hati siapa yang tengah gembira, duka atau kesal tak seorang pun yang tahu, kecuali masing-masing. “APA YANG KAU LAKUKAN TADI?!” Teriak Yuna kepada Belina. “Makan?” Jawab Belina dengan santai. “Itu bukan makanan!” Yuna kini mulai mendorong pelan Belina ke pohon. “Kenapa kau melakukan ini? Jika ada masalah cerita saja padaku!” “Berisik.” Belina kini mulai mengeluarkan bungkusan tisyu yang lain lagi dari sakunya lalu kembali memasukkan beberapa lembar tisyu tersebut ke dalam mulutnya dan dikunyahnya. “BELINA!” Yuna segera menepuk pipi Belina agar ia mengeluarkan tisyu tersebut hingga akhirnya Belina dapat memuntahkannya. Sayangnya, malahan tisyu tersebut sudah lenyap dari mulutnya masuk kerongkongan dan ditelan habis. “Hei, ini makananku dan aku sudah membelinya dengan uangku sendiri. Mengapa kau menyuruhku membuangnya?!” Belina kini terlihat pucat, bahkan pandangannya sudah tidak jelas. “Tolong jangan lakukan ini, kumohon... aku akan membelikan semua makanan yang kau inginkan, tapi berhenti memakan tisyu.” Ujar Yuna sambil menangis. Ia tak menyangka bahwa rumor yang beredar di kalangan teman-teman sekolah itu memang benar, sahabat yang selama ini ia sayangi ternyata seorang pemakan tisyu. Belina hanya terdiam, pikirannya terbang entah kemana. Hingga pandangannya berubah menjadi hitam dan akhirnya pingsan. Yuna yang melihat kejadian tersebut segera menangkap sahabatnya lalu berteriak histeris sehingga membuat siswa yang berada tak jauh dari mereka segera menolong Belina, lalu membawanya ke UKS. ~~ “Aku di mana?” Ucap Belina dengan suara yang sangat pelan karena tenggorokannya kering, tangannya terasa kebas, perut dan kepalanya terasa sakit. Ia pun segera duduk dari posisi baring karena ingin mengambil minum, namun terasa ada tali yang menahan tangannya dan ternyata itu adalah jarum infus. “Hah?” Ujarnya sambil melihat jarum infus tersebut. “Kau di rumah sakit.” Jawab Yuna yang ternyata sedari tadi sudah duduk di kursi di ruangan Belina dirawat. “Sejak kapan?” Belina masih merasa kepalanya sangat sakit. “Sejak kau usai menelan semua tisyu itu, tadinya kau dibawa ke UKS tapi nenekmu datang dan membawamu kemari. Sekarang nenekmu pulang sebentar untuk mengambil pakaian.” Yuna segera berdiri dan mengambil gelas, lalu memberikannya kepada Belina. “Oh begitu.” Belina menundukkan kepalanya. “Maafkan aku.” “Sejak kapan kau begini?” Yuna kini mendekati Belina, ia segera mengangkat wajah sahabatnya tersebut. Airmata sudah membasahi pipi keduanya. Dalam beberapa saat saja, keduanya pun menangis sampai tersedu-sedu. Keduanya berpekuk erat seumpama kerukut di sebuah pohon. “Aku tak ingat sejak kapan mulai memakan tisyu dan agaknya sudah bertahun-tahun, aku benarbenar putus asa. Seharusnya kau membiarkanku menelan lagi semua tisyu yang ada di tanganku dan jangan membawaku kemari, aku ingin mati!” Teriak Belina. “Berhenti berkata seperti itu! Kau percaya kepada Tuhan?! Allah tidak menyukai hamba-Nya berputus asa. Hidup ini pasti adakalanya pahit, tetapi kita harus tegar dan kuat. Sadar, Belina... Ada aku di sini! Nenekmu sangat sayang kepadamu! Kau adalah sahabatku! Kumohon jangan lakukan hal yang tidak masuk akal, dan jangan hanya karena kedua orangtuamu lalu kau merasa hidupmu tidak ada gunanya.” Yuna segera memeluk Belina dengan erat namun Belina mengerang dan meronta-ronta hendak lepas. “Kau pasti bisa kembali menjalani hidupmu yang lebih baik. Jadi berhentilah putus asa. Hidup bukan untuk mengeluh. Aku pasti akan membantumu!” Belina pun terdiam, air mata yang tadinya terus turun sekarang sudah tak bisa lagi ia keluarkan. Ia akhirnya menyadari bahwa yang dikatakan Yuna memang benar, harusnya ia tidak perlu melakukan hal dapat mencelakakan dirinya sendiri. “Kau benar, harusnya aku tidak melakukan semua ini. Aku matipun tidak akan bisa mengubah segalanya, yang ada aku malah masuk ke dalam neraka.” Ucap Belina sambil menghapus air matanya. PLAK! Yuna menjitak kepala Belina. “Dasar bodoh!” “Sakit!” Jawab Belina sambil mengelus kepalanya. “Bantu aku untuk kembali seperti semula, ya.” Belina kini menggenggam tangan Yuna. “Berjanjilah kau tak akan memakan tisyu lagi.” Yuna tersenyum. “Janji.” Belina dan Yuna pun akhirnya berpelukan. “Tapi tadi sebelum pingsan aku mendengar seseorang berjanji sambil berteriak akan membelikan makanan apapun yang aku minta.” Ujar Belina sambil tersenyum licik. “Ya ampun, kukira kau tak akan mengingat ucapanku tadi. Baiklah, aku akan membelikan semua makanan yang kau inginkan jika isi dompetku cukup.” Jawab Yuna dan mendapat sambutan tawa yang kuat dari Belina. Akhirnya mereka pun tertawa bersama sampai-sampai keduanya tidak menyadari bahwa sedari tadi nenek Belina sedang melihat dari sebalik pintu sambil mengembangkan senyuman yang lebar di bibirnya. ~~ Sudah sebulan semenjak kejadian yang menyedihkan itu berlalu. Yuna dan Belina kembali menjalani hidup seperti biasa bahkan bisa dibilang membahagiakan. Belina sudah berhenti melakukan hal-hal yang buruk, tidak lagi ketagihan memakan tisyu dan begitu juga dengan Yuna yang kapanpun siap membantu sahabatnya. Belina akhirnya menyadari, bahwa yang ia lakukan selama ini benar-benar hanya membuang tenaga, selalu berkutat dengan masa lalu yang kelam, sehingga membuatnya terpuruk ke dalam dunia yang gelap. Belina hanya memiliki satu harapan baru, ia ingin menjadi remaja yang memiliki masa lalu yang buruk, tetapi bisa tetap mempertahankan hidup berhasil dengan damai dan tenang tanpa harus memikirkan hal-hal aneh. Yuna, terimakasih. Engkau membuatku dapat tersenyum lebar dan melangkah pasti menghadapi masa depan! Bisik Belina sambil menatap ke angkasa, dan melepas pandangan kepada awan-awan yang bergumpalgumpal indah mempesona. Dunia adalah tempat impian disematkan dan diraih, sehingga hidup menjadi berarti. Gumamnya lagi. Tanjungpinang, 10 November 2016 LAYOUT:DOBBY FACHRIZAL


12

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

perada

Dansa Esai: Suryadi Sejarawan. Pengajar di Universitas Leiden, Belanda.

A

PA yang terlintas dalam pikiran keban yakan orang Indonesia jika mendengar kata ‘dansa’? Tentu yang terbayang adalah sepasang manusia berbeda jenis kelamin, sering juga dalam kerumunan, yang meliuk-liukkan tubuh, melekatkan tangan di pinggang pasangan sambil saling mendekatkan dada, mata dan hidung, bergerak berputar-putar sampai mendekati ambang trance. Kata dansa akan lekas dihubungkan dengan Barat, dengan ras orang putih yang lebih pintar yang perilaku hidup mereka harus disikapi dengan hati-hati dan terusmenerus dicurigai, bahkan tak jarang dibenci. Dansa memang bukan terlahir dari budaya Timur. Ia adalah produk Benua Dingin di utara sana. Ia mungkin tercipta karena tubuh yang memerlukan kehangatan karena hampir setiap hari didera udara sejuk yang bahkan sering membekukan. Bila orang putih memiliki kata ‘dansa’, kita memiliki kata ‘tari’ yang berkonotasi lain. Walau ada tarian-tarian yang menampilkan pasangan lelaki-perempuan dan tak kalah erotisnya dibanding dansa, seperti dikenal dalam budaya Jawa misalnya, tapi toh tetap terasa ada perbedaan antara keduanya. Bila kita membaca korankoran dan majalah-majalah lama, sering ditemukan berita yang merekam polemik tak berkeruncingan mengenai dansa di Negeri Angin Semilir Gemah Ripah Loh Jinawi ini. Pada suatu ketika unsur budaya Barat itu diterima, pada ketika lain ditolak. Pendek kata, masyarakat Indonesia selalu bersikap pro dan kontra dalam memaknai dansa. Sampai-sampai soal “”dansa” dibitjarakan kjai2 – partai2", demikian tajuk sebuah berita yang tersua oleh saya dalam salah satu edisi majalah Siasat yang terbit tahun 1955. Dalam laporan itu dikatakan: “Masalah “dansa” tg 8/9 [1955] malam dibitjarakan dalam pertemuan jang dihadiri oleh wakil2 golongan alim ulama, partai2, organisasi2, wakil2 pemerintah sipil dan militer di Surabaya. // Dalam prea-adviesnja Residen Winar-

no antaranja menjatakan, bahwa dlm hubungan kebudajaan bangsa Indonesia sendiri pengaruh dansa itu tidak menguntungkan. Sekalipun kita tidak usah “chauvinistis” sbg. bangsa jang berkebudajaan, wadjiblah kebudajaan jang sudah kita miliki sendiri dibina dan dipelihara sebaik2nja. Dari pengaruh asing dapatlah kiranja kita tapis apa jang baik bagi kepentingan nasional kita sadja, jaitu dalam ilmu pengetahuan, tehnik, dsb., demikian Winarno. // Djuga wakil dari Lekra mengutarakan suatu pandangan jang pada hakekatnja menolak dansa itu.” Laporan majalah Siasat itu memberi kesan bahwa di era 1950an, kelompok-kelompok yang secara idelogis berseberangan (seperti kaum ulama dan golongan Lekra) justru berpandangan sama mengenai dansa. Laku tubuh yang dianggap ‘liar’ itu dipandang ‘berbahaya’ bagi bangsa Indonesia. Layaknya godaan setan, ia diyakini bisa memberi pengaruh buruk dan “tidak menguntungkan” kepada pribadi dan masyarakat Indonesia. Keadaannya berbeda dengan zaman sekarang dimana kaum ulama sering dituduh ‘perbandangan sempit’ bila menanggapi ancaman (budaya dan politik) asing yang dianggap dapat membahayakan kepentingan atau indentitas nasional. Bacalah karya-karya sastra yang agak bernuansa pop yang terbit pada tahun 1940an dan 1950an dan juga yang terbit dalam dekade-dekade sebelumnya. Dalam karya-karya itu sering pembaca disuguhi cerita tentang wira yang hidupnya jadi kacau-balau karena pengaruh dansa dan unsur budaya modern lainnya yang datang dari Benua Utara sana. Di dalam banyak roman seperti itu sering digambarkan tokoh-tokoh antagonis perempuan pedansa, perokok, dan menyukai kehidupan malam. Mereka menyeret tokoh utama (protagonis) ke jalan hidup yang salah. Cerita roman-roman seperti itu sering berakhir dengan sad ending: para protagonisnya hidup sengsara atau mati dalam keadaan menjadi Timur tidak Barat pun bukan. Pengarang menyisipkan pesan moral: awas bahaya dansa! Ingat efek bu-

ruk budaya Barat! Mungkin dari karya sastra zaman itulah muncul istilah ‘dansa-dansi’. Kata itu cenderung diasosiasikan dengan wanita yang dianggap ketularan budaya Barat, lupa identitas ketimurannya, dan sering dianggap ‘berbahaya’ bagi kaum laki-laki. Akan tetapi, terhadap dansa(-dansi), orang Indonesia seperti ‘tobat’ makan sambal cabe: takut kepedasan tapi dicicipi juga. Kita pernah punya presiden yang mengeritik budaya Barat, tapi bila bertemu perempuan cantik ia segera mengajaknya berdansa. Banyak elit politik kita menjadi penggila dansa. Tapi usai berdansa mereka cepat dan tangkas mengingatkan rakyat agar menjauhi dansa. Sampai kini, dansa dalam masyarakat kita tetap seperti teman selingkuh: ia dirindukan, tapi sedapat mungkin jangan sampai diketahui publik. Ia hanya dapat ditemukan di kafe-kafe malam yang dijaga body guard atau di gedunggedung mewah tetutup dan penuh rahasia tempat berkumpulnya kelas elit, mirip dengan rumah bola di zaman kolonial. Dansa menjadi penanda antara ‘orang modern’ dan yang tidak, antara kelas atas dan kelas kawula. Ia memerlukan seperangkat penanda – baju mewah, parfum, minuman, arloji bermerek, bunyi musik, dekorasi interion gedung, dll. – jika tidak ingin jatuh pamor menjadi sekedar ngibing. Bagi orang Indonesia yang tinggal di Eropa, dansa juga menjadi semacam penanda keberhasilan ‘berintegrasi’ dengan budaya Barat, menghasilkan perempuan dan lelaki Timur yang bersalin rupa dan bertukar identitas. Tapi tidak semua orang Indonesia seperti itu. Ada yang tetap menjaga identitas ketimurannya. Hampir dua dekade saya tinggal di Eropa, belum sekalipun saya berdansa. Bukan tidak saya mau. Saya merasa tulang kaki dan tulang pinggang tradisional saya, yang dibikin di sebuah kampung di Sumatera sana, sama sekali tak cocok untuk aksi meliuk-liukkan tubuh dan berputar-putar kencang bagai gasing tengkorak itu. ***

Budaya Kopi Paste Esai: Beni Setia Sastrawan

REDAKTUR: RAMON DAMORA

L

EBIH dari enam tahun saya melakukan kegia tan aerobik, meski— lebih tepatnya karena unsur umur dan ketak-terbiasaan berolahraga—saya menghabiskan pagi dengan jalan kaki. Tak terlalu siang serta tak terlalu pagi, setengah menghindari banyak orang yang menyapa serta lalu mengajak mengobrol yang tak sudah-sudah, sekaligus lelaku berolaraga bareng yang lebih fokus kepada berbicara dari kepada berolahraga. Semula jalan kaki di daerah perkotaan, memilih jalurjalur perkampungan, tapi kini lebih suka memotong—paling jauh hanya 2 km dari rumah—ke luar (kota), dan menyusuri irigasi pinggir sawah. Ada kesisenyapan serta sekaligus kesegaran—selain tidak banyak orang—, yang menyebabkan saya lebih intesif melamun. Bahkan, ketika musim tanam padi dimulai saya lebih suka berjalan-jalan lebih siang, dengan menonton burung bangau mencocor di sawah yang baru digenangi serta si anak katak bersiap melepas phase berudu meski ekornya belum terputus— lantas mereka terkejut serta berterbangan berrombongan. Itu teramat bersipat nostalgik-sentimentalistik masakecil orang kampung. Sehingga olahraga yang semula dikejar serta jadi alasan bangun pagi, mendadak jadi penyegar momen buntu menulis malam serta mematangkan fantasi, sebelum siap menulis setelah berkeringat di dalam 1 jam aerobik—menurut temanku, yang memilih silat sebagai alternatif, merubah peredarbn darah jadi tak hanya di kepala tapi juga di kaki. Mungkin. Dan kebiasaan tiga kali seminggu itu persilahan menjadi kegiatan satu jam di setiap pagi di

setiap hari olahraga—dan melamun—ternyata bisa jadi adiksi. *** TAPI bukan itu titik persoalanna. Bila berjalan ke barat, lurus mengikuti jalan— lantas belok ke selatan, masuk kampung, dan muncul TPK dan hutan kota di belakang stasiun kereta api—: kami akan melewati sebuah warung kopi yang selalu dalam kea-daan ditutup. Warung itu bercat hitam, dengan tulisan merah, serta itu semakin tegas dengan dihia-

si kontras bayangan putih. Di sana ditulis: Kopi Paste—jangan tertawa, karena memang tertulisnya begitu, serta membuat keringat yang mulai membanjir itu terasa sia-sia dan jadi amat kampungan di hadapan lelucon cerdas itu. Pasti istilah itu diambil dari program computer, merujuk ke isitiah copy paste, ta-pi copy dalam Bahasa Inggris itu tak bermakna atau sejajar denang kopi dalam bahasa Indonesia. Copy di sana bermakna salin atau menyalin. [Dan salah satu arti paste itu

melekatkan, merekatkan, menempelkan. Sehingga itu bermakna lelaku menyalin serta menempelkan teks yang disasar dengan diarahkan ke teks atau areal tertentu]. Sedang-kan Kopi yang asli kopi tertulis dalam Bahasa Inggris, coffee. Jadi ada kekeliruan pemakaian kata, serta yang terkadang dijadikan lelucon oleh seorang teman, yang selalu spontan mengajak teman bulenya buat sejenak beristirahat saat melewati kios foto copy yang berjajar di jalan—

seperti satu kewajiban dari setiap jeda coffe break di seminar resmi. Tapi kata siapa si copy itu mirip dan identik dengan coffee? Saya selalu teringat itu kalau melewati warung kopi yang Kopi Paste itu. Dan saya selalu ingin terbahak meski sering kali saya melewati warung kopi itu—sekali di dalam seminggu, tapi tidak pernah jalan-jalan pagi di bulan Ramadhan. Meski begitu terkadang saya teringat kalau bule yang diajak berlelucon plesetan itu megernyit, dan ia tegas bilang, “Itu kalau terlalu rajin mengadopsi kata asing tanpa pernah mengerti ap arti yang sebenarnya.” *** KURANG ajar! Telak juga kata-kata si bule itu. Mungkin juga karena (ia) tidak lama dan terbiasa tinggal di Jogjakarta. Sumber dari lelaku keatif pensijenakaan serta sinisme akan gagasan dan ide dengan permainan plesetan kata? Tidak tahu kalau Cak Lontong serta kawanan pelawak Srimulat itu berjaya karena bermainan plesetan kata? Tapi tahukah ia tentang spirit asli Indonesia, yang melulu mensitertawkan diri sendiri, atau dengan sok pintar agar ia ditertawakan, atau mencemoohkan snobisme itu dengan isilah tak tepat karena saran dan konteksnya salah? Saya yakin ia tak pernah tahu. Bukankah Coffee adalah kewajiban meneguk minuman untuk rehat sejenak—bu-at bersantai dan abai—, sedangkan foto Copy itu adalah upaya enteng untuk memperbanyak teks tanpa perubahan apa-apa—seperti upaya pengkloning skripsi dan tesis de-ngan sadar, misalnya. Ya! Seakan-akan tak penah ada orang yang menulis begitu dan berpikiran begitu. Atau memang pernah ada

yang berpikir serta ditulis begitu, tapi si-apa yang pernah membacanya karena ia tak pernah lebih dari dua kali membacanya—terlebih bagi banyak orang, massa, yang pasif mengambang tidak punya waktu untuk membaca [Meski anehnya ia begitu kepada takut wartawan, takut diberitakan miring, meski yakin tak semua orang akan membacanya]. Dan di balik semua itu: tentu saja, karena omongan besar itu hanya cemoohan, hanya untuk dianggap snobisme serta melulu ditertawakan. Dan setelah itu? Tidak ada apa-apa; karena gagasan— seperti setiap teori selalu hadir buat segera disisihkan— cuma omong kosong, pantas dilupakan, dan kemudian kembali pada tradisi—segla hal yang telah terbiasa, yang cuma menguntungkan si orang tahu, sok tahu krena berada di te-ngah massa yang tak tahu, bodoh, dan gampang dibodohi. Memang! *** DAN, entah bagaimana, tradisi penggalakkan literasi—melewati phase lisan dan memasuki budaya membaca serta menulis, meski banyak orang yang balik ke tradisi lisan—, mendadak menjadi jalan ke luar untuk menghidupkan masa depan bangsa ini. Bahwa—meski bisa dibuat sendiri, dengan mencoba serta terus mencoba mencampur, kata Cak Lontong —, tapi softdrink S itu lebih baik dibeli langsung serta tidak dibuat dengan coba-coba. Memang! Menyenangkan—jadi konsumen itu menyenangkan meski tetap menjadi si bodoh serta selalu tertipu— , tapi kita sadar, bahwa kita harus membiasakan generasi muda di dalam kegiatan literasi dan bukan konsumsi.*** LAYOUT: SYAFRINALDI


perada

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

MASA DEPAN SASTRA: SEBUAH UTOPIA? hingga masa tua pun mereka akan tetap menyukai untuk membaca karya sastra. Kita pun sudah begitu menyadari bahwa jalur sekolah merupakan jalur yang paling efektif untuk memelajarkan sastra. Namun, kita pun menyadari bahwa banyak kendala menghadang terhadap keberhasilan pemelajaran sastra di sekolah. Pada titik inilah semua kesalahan yang mengakibatkan keterasingan sastra di masyarakat ditimpakan, seolah-olah institusi sekolah (terutama guru) merupakan satusatunya biang kerok kegagalan itu. Padahal, seperti pada awal tulisan ini telah saya nyatakan, salah satu saja sistem makrosastra tidak terkondisikan dengan baik, akan menyebabkan “kerusakan” pada sistem yang lain. Adapun pembaca yang diharapkan di masa depan bukan hanya sekadar pembaca yang membaca karya sastra (pembaca biasa), melainkan pembaca yang dapat mengapresiasi dan memberi penilaian (pembaca kritis). Dengan demikian, akan terjadi hubungan timbal-balik antara sastrawan dan pembaca. Penerbit merupakan sosok yang disyaratkan kehadirannya karena dapat dianggap sebagai “perantara” antara pengarang dan pembaca. Jika berbicara tentang penerbit, tidak selalu harus terbayang penerbit-penerbit besar seperti Balai Pustaka, Gramedia, Grafiti, dll. “Penerbit kacangan” yang diayomi lembaga atau institusi tertentu pun harus dimasukkan ke dalam hitungan karena bagaimanapun juga peran “penerbit” tersebut –yang tidak mempersoalkan keuntungan

materi—sangat besar dalam memublikasikan karya sastra. Pada masa mendatang, penerbitpenerbit (atau pencetakpencetak?) kecil harus lebih diberdayakan. Sistem yang masih berkaitan erat dengan sistem penerbit adalah sistem penyebaran (koran, majalah, internet, radio, televisi). Seperti dikemukakan oleh Jatman (1998), media massa berperan sangat vital dalam rangka menyebarkan karya sastra. Satu hal lagi yang diperlukan bagi masa depan sastra kita adalah kehadiran pengayom; dapat bersifat perseorangan dan dapat pula bersifat kelembagaan yang memodali atau mensupport kehadiran karya sastra. Pengayom yang paling menentukan dalam kehidupan sastra kita adalah pemerintah, dengan berbagai kebijakan politisnya (dan dana, tentu saja). Bagaimana sastra dapat berkembang dan sastrawannya dapat kreatif jika tidak didukung oleh situasi politik yang kondusif yang diciptakan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah? Pemerintah Orde Lama (dengan alasan menjaga roda revolusi) dan Orde Baru (dengan alasan menjaga stabilitas keamanan), sering memasung kreativitas para sastrawan. Orde Reformasi telah membuka keran kebebasan itu. Sekarang, tinggal bagaimana kita memanfaatkan kebebasan yang telah ditebus dengan darah dan nyawa. Dari pembicaraan di depan dapat disimpulkan bahwa masa depan sastra di Indonesia sangat bergantung kepada landasan yang terbangun pada masa lalu dan masa kini. Jika berbagai sistem itu dapat dibangun secara bersama-sama, insyaAllah prospek sastra di masa depan cukup cerah. Jika tidak, bayang-bayang buram yang membuat kita muram terhadap eksistensi sastra kita takkan pernah kunjung usai, sampai kapanpun! ***

lagi menjadi peradaban atau tamadun. Alhasil, manusia harus bertanggung jawab memperbaiki dan memperbaharui kehidupan sehingga sampai ke puncak tamadunnya yang tertinggi. Dalam konteks itulah, dapat dipahami bahwa Raja Ali Haji memiliki pandangan yang sangat maju dan modern. Bahkan, beliau mampu melampaui capaian makrifat keilmuan yang mungkin tak mampu diraih oleh seseorang ilmuwan yang menyebut dirinya modern sekalipun. Itulah sebabnya, banyak ilmuwan modern yang salah dalam memahami filsafat dan ilmu bahasa yang dikembangkan oleh Raja Ali Haji. Karena apa? Mereka meninjaunya dari sudut yang amat dangkal atau hanya dari paras terluar saja sehingga tak mampu menyelam ke kedalaman lautan kearifan (hikmah) keilmuan yang diterapkan untuk kemudian dikembangkan oleh Raja Ali Haji. Intinya, Raja Ali Haji mengkaji dan mengembangkan disiplin ilmu bukan semata-mata untuk pakaian hidup manusia di dunia sahaja, melainkan lebih daripada itu juga bermanfaat sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat. Bagi Raja Ali Haji, tanggung jawab ilmuwan yang sesungguhnya adalah menemukan dan mengembangkan ilmu untuk mengetahui, memahami, meyakini, dan pada gilirannya memuji kebesaran Allah dengan segala konsekuensi ikutannya: keimanan, ketakwaan, adab, sopan-santun, dan ketinggian budi pekerti. Alhasil, karena niat yang suci, tujuan yang mulia, strategi yang tepat, dan metode yang digunakannya benar, bahasa yang dibina oleh Raja Ali Haji menjadi bahasa nasional beberapa negara di Asia Tenggara karena rahmat yang dicurahkan oleh Allah SWT. Begitu pun ilmu yang dikembangkannya, Insya Allah, sangat berguna bagi kita, baik sebagai pedoman hidup di dunia, maupun sebagai bekal menuju ke akhirat. Tujuh keutamaan yang diperikan oleh Raja Ali Haji pada bagian awal karya kamus bahasa Melayu beliau itu sangat nyata bukanlah kebetulan semata. Itulah inti ilmu yang hendak dikembang-

kan dan didedikasikan beliau kepada umat manusia sejagat. Dengan mengetahui, memahami, mendalami, meyakini, dan pada gilirannya menerapkannya dalam hidup, Insya Allah, umat manusia akan menemukan jalan yang lempang, lebar, mulus, lagi indah dalam dua kehidupan yang pasti dijalani: sekarang dunia dan kelak akhirat. Serbatujuh, “pakaian” yang mengisi unsur zahiriah dan batiniah, itulah yang menentukan mutu manusia yang sesungguhnya. Serbatujuh itulah yang menjadi dasar bagi manusia untuk menemukan dan mengembangkan jati diri untuk menjadi manusia seutuhnya. Serbatujuh, yang jika dituntut, dipahami, diimplementasi, dan dikembangkan dalam kehidupan, akan mewujudkan manusia yang tak hanya berilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki akhlak alkarimah, budi-pekerti yang mulia. Serbatujuh sebagai pakaian zahiriah dan batiniah manusia, yang apabila disebut nama Allah sekujur tubuhnya bergetar dalam arti yang sesungguhnya, yang membuatnya takut sengeringerinya untuk berbuat aniaya kepada sesama manusia, termasuk kepada dirinya sendiri, dan kepada alam semesta. Pakaian serbatujuh itulah yang benar-benar menyelamatkan manusia. Pasalnya, derajatnya pasti ditinggikan Allah. Itulah kelengkapan pakaian serbatujuh yang didambakan oleh setiap manusia. Kepadanya boleh dianugerahkan mahkota tujuh bintang sebagai simbol kesempurnaan diri, zahir dan batin. Manusia berkelas dan bermutu tujuh bintang itu tiada lain adalah mereka yang berhasil memadukan dengan serasi dan mesra kedua-dua perkara utama: ilmu yang berfaedah dan budi-pekerti yang mulia. Dan, tujuh keutamaan itu diterapkan dalam hidup secara utuh demi kejayaan dunia dalam menyongsong kebahagiaan akhirat. Maka, berbahagialah orang-orang yang dianugerahi rahmat seri gunung dan seri pantai.***

Esai: Medri Oesnoe

Pengelola Kesusastraan di Kantor Bahasa Kepri

...Akib adalah seorang Kepala Disbudpar Kota Tanjungpinang. Bahkan, Hj. Suryatati A. Manan adalah Walikota Tanjungpinang. Agaknya, dunia kesastrawanan di Indonesia belum dapat dijadikan sebagai sumber utama–atau bahkan satusatunya sumber— mata pencaharian hidup seseorang.

JEMALA KOLOM ABDUL MALIK ADAT dan adab berpakaian bangsa Melayu mengenal ketentuan ini. Dalam acara adat dan atau upacara resmi, misalnya, sultan atau raja mengenakan pakaian yang disebut serbasembilan. Artinya, kelengkapan pakaian yang dikenakan sultan itu terdiri atas sembilan jenis barang seperti baju, celana, kain sampin, tanjak, dan sebagainya. Orang besar-besar (orang yang berpangkat tinggi) pula wajib mengenakan kelengkapan pakaian serbatujuh. Seterusnya, orang patutpatut berpakaian serbalima. Rakyat biasa cukup berpakaian serbatiga saja. Makin banyak keserbaannya, makin tinggi pula status sosial dan atau derajat seseorang dalam masyarakat serta makin dihormati pulalah orang yang mengenakan keserbaan pakaian itu. Dan, kesemuanya ini adalah rekaan manusia. Derajat dan kehormatan yang disimbolkan oleh keserbaan pakaian itu tak berdiri sendiri, tetapi wajib pula disertai dengan kualitas budi-pekertinya. Kelengkapan serbasembilan yang dikenakan oleh seseorang sultan menjadi tak bermakna jika dalam memimpin dan atau memerintah, dia berlaku zalim. Keserbaan pakaian adalah simbol zahiriah, sedangkan pakaian budipekerti adalah simbol batiniah. Jadi, kesebatian, keselarasan, keserasian, kesesuaian, dan kepatutan antara keserbaan pakaian REDAKTUR: RAMON DAMORA

KITA mafhum bagaimana kondisi sastra kita pada masa lalu dan masa kini. Memang tidak adil untuk menyamaratakan kondisi sastra Indonesia pada masing-masing waktu dan wilayah. Namun, secara umum, kondisi sastra kita dari waktu ke waktu dan di hampir semua wilayah cukup memprihatinkan. Padahal, mengingat betapa strategisnya sastra di dalam turut membentuk watak bangsa, tidak berlebihan jika kita yang merasa ikut bertanggung jawab terhadap generasi bangsa berupaya maksimal agar sastra tidak terpencil di tengah-tengah masyarakatnya. Keterpencilan sastra itu sesungguhnya membuktikan bahwa sastra masih dianggap kurang —atau tidak— bermanfaat di dalam kehidupan. Adalah hal yang realistis, jika seseorang tidak merasa memperoleh manfaat dari sesuatu tentu ia tidak akan melakukan sesuatu tersebut. Dalam hal ini, sesuatu itu adalah (membaca) karya sastra. Apalagi, jika manfaat itu selalu dikalkulasi dengan materi, tentu makin menjauhkannya dari sastra karena yang diperoleh dari sastra bukan materi, melainkan kekayaan batin. Agaknya, selama masyarakat merasa tidak memperoleh manfaat dari sastra, upaya memasyarakatkan sastra di masa mendatang hanya sebuah utopi. Untuk itu, tugas para pemerhati, pembina, dan pencinta sastra untuk terusmenerus “menyadarkan” masyarakat terhadap manfaat karya sastra. Setidaktidaknya kita berupaya agar sastra di masa depan turut memberi arti di tengah kehidupan yang serba

lahiriah dan pakaian batiniah itulah yang menentukan mutu dan keutamaan seseorang manusia. Dan, yang ini merupakan petunjuk Ilahi. Raja Ali Haji rahimahullah memerikan tujuh kata utama dalam Al-Bab al-Awwal (Bab Pertama) kamus ekabahasa Kitab Pengetahuan Bahasa (1858). Di dalam karya kamus itu, setelah dibahas ketujuh lema utama secara panjang lebar, Raja Ali Haji memerikan pula simpulannya. Jika dikaitkan dengan falsafah keserbaan zahiriah dan batiniah, pemahaman dan pengamalan serbatujuh pengetahuan yang diperikan itu menunjukkan keutamaan manusia. Pertama, Allah yakni nama zat Tuhan Yang Mahabesar dan Mahamulia. Dialah Tuhan yang wajib adanya, mustahil tiadanya. Keberadaannya tak disebabkan oleh sesuatu. Dialah yang menjadikan alam daripada tiada kepada ada. Allah memiliki sifatsifat Yang Mahasempurna, daripada-Nyalah segala makhluk dapat berwujud dari mulanya tiada. Kedua, al-Nabi yaitu Ahmad yang masyhur namanya Muhammad. Dialah Rasul Allah yang wajib diikuti dan haram atas segala makhluk mendustakan dan menyalahinya. Dengan mengikutinya, manusia akan memperoleh kesempurnaan, tetapi durhaka dan merugilah orang-orang yang menolaknya. Ketiga, al-Ashab yaitu semua sahabat Nabi Muhammad SAW. Mereka dimulai dari Saidina Abu Bakar Al-Siddiq, Saidina Umar ibn Al-Khatab, Saidina Umar ibn Affan, Saidina Ali ibn Abi Thalib, dan seterusnya. Segala sahabat itu kesemuanya menyertai pekerjaan dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW dalam mendirikan agama Islam. Keempat, al-Akhbar yaitu segala ulama yang besar-besar yang alim lagi muhtadi, yang menyebarkan agama Islam sampai ke akhir zaman. Orangorang yang mengikuti dan membesarkan segala ulama sama halnya dengan mengikuti dan membesarkan segala nabi dan rasul, yang berarti juga patuh terhadap Allah SWT. Kelima, al-Insan yaitu manusia yang tiada lain makhluk yang dijadikan Allah SWT dari tiada kepada ada. Jasadnya

materialistis. Atau, agar masyarakat mempunyai apresiasi yang positif terhadap sastra. Beberapa sistem makrosastra —menurut istilah Tanaka (1976)— yang perlu dibangun lebih kokoh seiring dengan penyadaran masyarakat tentang sastra, antara lain, adalah sistem pengarang (dan kepengarangan), sistem pembaca, sistem penerbit, sistem penyebaran, dan sistem pengayom. Setidaktidaknya jika kelima sistem itu telah diperbaiki, masa depan sastra kita akan menjadi lebih baik. Namun, jika salah satu saja sistem itu tidak terbangun, pasti akan ikut membuat ketimpangan sistem lainnya. Sistem pertama yang perlu kita bangun adalah pengarang karena dari merekalah karya sastra lahir. Dari waktu ke waktu selalu terjadi regenerasi. Namun, harus kita akui bahwa lahirnya sastrawan kita lebih disebabkan oleh bakat alam, kemauan, atau belajar sendiri (autodidak). Meskipun demikian, saya juga tidak menutup mata terhadap adanya sanggar, bengkel, atau organisasi pengarang yang ikut berjasa membesarkan sastrawan secara terorganisasi dan tersistematisasi. Namun, seberapa banyak perkumpulan tersebut? Karena itu, menurut saya, menjadi pengarang besar seyogianya tidak hanya mengandalkan bakat (yang merupakan modal pertama dan utama), tetapi juga harus dipoles dan ditingkatkan lewat berbagai pelatihan dan pendidikan khusus, seperti di Iowa University, AS, dengan

International Writing Program-nya. Pada saat ini memang belum banyak tempat pelatihan sebagai “kawah candradimuka” bagi calon sastrawan. Agaknya, adanya bengkel sastra ataupun sanggar sastra perlu didukung keberadaannya. Agak sukar untuk mengatakan dan menemukan bahwa “sastrawan” merupakan sebuah profesi mandiri sehingga seseorang dapat benar-benar menjadikannya sebagai sebuah profesi utama dan tunggal, apalagi sistem lainnya masih rapuh. Seperti dinyatakan oleh Nadjib (1984), manusia tidak dapat terbingkai dalam kotak kesastrawanannya sehingga kegiatan bersastra hanya merupakan salah satu aspek yang berkaitan erat dengan aspek lain. Sastrawansastrawan terkemuka, misalnya Goenawan Mohamad adalah juga

jurnalis, Darmanto Jatman dan Sapardi Djoko Damono adalah dosen, Akib adalah seorang Kepala Disbudpar Kota Tanjungpinang. Bahkan, Hj. Suryatati A. Manan adalah Walikota Tanjungpinang. Agaknya, dunia kesastrawanan di Indonesia belum dapat dijadikan sebagai sumber utama–atau bahkan satusatunya sumber—mata pencaharian hidup seseorang. Karya sastra menjadi tidak berarti kalau tidak ada yang membaca. Oleh karena itu, sistem pembaca mutlak harus diciptakan. Salah satu upaya yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pembaca sastra adalah melalui jalur sekolah karena jalur itu merupakan institusi yang dilewati oleh setiap manusia Indonesia. Apabila siswa sejak dini sudah diperkenalkan dengan keindahan dan manfaat karya sastra, insya-Allah

Tujuh Keutamaan Diri

dijadikan dari empat anasir: api, angin, air, dan tanah. Manusia terdiri atas jasad dan ruh atau nyawa yang menyebabkan tubuhnya dapat hidup. Manusia menjalani takdirnya masing-masing. Keenam, al-Awwali yaitu dunia yang juga dijadikan oleh Allah SWT daripada tiada. Ada yang nampak dipandang dengan mata dan pancaindera dan ada yang halus. Segala perbuatan dan kelakuan manusia sebelum dia mati yang tak berguna bagi akhirat, juga disebut dunia walaupun bentuknya seperti perbuatan akhirat. Sebaliknya, perbuatan dan kelakuan sebelum mati yang berguna bagi akhirat walaupun berbentuk dunia, tetaplah dinamai akhirat. Di antara syurah dunia yang tak berfaedah bagi akhirat seperti bermegah-megah, menumpuk harta kekayaan, takabur, dan pelbagai perbuatan tercela lainnya. Sebaliknya, berbuat adil dan menyenangkan hati rakyat, misalnya, akan jelas kebaikan dan pahalanya, sangat berfaedah bagi akhirat dan bermanfaat bagi dunia. Ketujuh, al-Akhirat yaitu kesudahan pekerjaan dan perjalanan manusia. Bermulanya dari keluarnya ruh dari badan, masuk ke alam barzah yang zahirnya kubur, yang dapat berupa kebun dari beberapa kebun surga atau satu galian dari beberapa galian api neraka. Yang hidup di dalam surga adalah mereka yang sa’adah, mati dalam husnul khatimah, yang diampuni Allah segala dosanya. Yang tinggal di dalam neraka adalah mereka yang syaqawah yakni yang mati tak beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Itulah ikhtisar ketujuh kata utama atau lema pada bab awal Kitab Pengetahuan Bahasa. Mengapakah ketujuh lema itu yang pertama sekali diperikan oleh Raja Ali Haji di dalam kamus karya beliau? Jawabnya tiada lain bahwa pengkajian bahasa adalah ilmu untuk mencapai makrifat yakni mengenali Allah dan segala kewujudannya, memperteguh keimanan dan ketakwaan, serta

mempertinggi adab-pekerti yang mulia. Itulah sandaran utama setiap ilmuwan Islam ketika mereka membahas ilmu bahasa. Dengan cara dan gaya yang khas, Raja Ali Haji menyimpulkan perkara itu. “… segala manusia itu apabila mengenal makrifat yang tujuh dan pengetahuan yang tujuh … itu serta beriman akan dia, nescaya sempurnalah akalnya dan berbedalah ia dengan binatang pada pihak pengetahuannya.” Padahal, kata Raja Ali Haji, tiada beda antara manusia dan binatang, kecuali pada akalbudi dan ilmu yang makrifat itulah. Itulah sebabnya, bahasa harus dipelajari dan diajarkan secara benar dan baik supaya diperoleh ilmu yang benar dan adab yang santun. Di dalam mukadimah satu lagi karya agung bidang bahasa yang ditulis oleh beliau lebih awal yakni Bustan al-Katibin (1851), Raja Ali Haji menegaskan perhubungan antara kemahiran berbahasa, ilmu yang tinggi, dan adabpekerti yang mulia. Untuk itu, beliau menegaskan pendiriannya yang memesona dalam pengembangan ilmupengetahuan yang sesungguhnya. “Bermula kehendak ilmu perkataan pada jalan berkatakata karena adab dan sopan itu daripada tutur kata juga asalnya, kemudian baharulah pada kelakuan. Bermula apabila berkehendak kepada menuturkan ilmu atau berkatakata yang beradab dan sopan, tak dapat tiada mengetahui ilmu yang dua itu yaitu ilmu wa al-kalam (ilmu dan pertuturan). Adapun kelebihan ilmu wa al-kalam amat besar …. Ini sangat zahir pada orang yang ahli nazar [atau peneliti, A.M.].” Sangat jelas pandangan Raja Ali Haji yang menegaskan begitu mustahaknya kedudukan bahasa bagi manusia. Untuk apa? Supaya manusia mampu mencapai taraf orang yang beradab sopan, berakal-budi, dan berilmu yang tinggi lagi

bermanfaat bagi seluruh alam. Oleh sebab itu, bahasa harus dipelajari, untuk kemudian dipergunakan secara benar dan baik. Tanpa itu, tak akan diperoleh ilmu yang benar dan bermanfaat, apatah lagi adab dan budi-pekerti yang baik lagi mulia. Masih di dalam mukadimah Bustan al-Katibin, lebih awal beliau telah menjelaskan hal yang berikut ini. “… kelebihan akal dan adab itu tiada sebab bangsa dan sebab asal. Jikalau beberapa pun bangsa [Maksudnya, asal-usul keturunan yang hebat, misalnya keturunan ningrat atau orang yang berpangkat dan atau berjabatan tinggi, A.M.] jika tiada ilmu dan akal dan adab, ke bawah juga jatuhnya yakni kehinaan juga diperolehnya…. Buah akal itu menaikkan ikhtiar…barang siapa jahat adabnya sia-sialah bangsanya…. Apabila tiada ilmu dan akal, alamat tiadalah ia mencium bau kemuliaan dan sangatlah jinak kehinaan kepadanya…. Maka tatkala itu hukumnya badan itu seperti binatang.” Karena apa? Akal telah keluar dari tubuh sehingga laknat Allah akan datang lantaran ketiadaan ilmu yang benar dan berfaedah. Atas dasar itu pulalah beliau menekankan pentingnya tertib bertutur dan berbahasa. Pasalnya, bahasa menjadi dasar pembinaan ilmu dan adab-pekerti. Oleh sebab itu, setiap orang harus memahiri bahasa secara benar dan baik, terutama harus dikaitkan pembelajaran bahasanya dengan matlamat untuk mencapai makrifat mengenali Allah, mengagungkan-Nya, dan mensyukuri nikmat dan rahmat ilmu dan akal yang dianugerahkan-Nya sehingga manusia menjadi makhluk yang lebih mulia dibandingkan dengan makhluk yang lain. Memang tak terbantahkan bahwa manusia menjadi berbeda dari hewan, misalnya, karena manusia memiliki bahasa. Dengan bahasanya, manusia memiliki kebudayaan untuk selanjutnya ditingkatkan

13

LAYOUT: DOBBY FACHRIZAL


14

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

rehal

(DOK: ASWANDI)

Letak Pulau Los, persis di sebelah utara Pulau Penyengat menurut Peta Selat Riau (Straat Riouw) tahun 1840.

Pulau Los 188 Tahun yang Lalu

KUTUB KHANAH ASWANDI SYAHRI Sejarawan Kepri HINGGA peringatan “hari jadi” Tanjungpinang mencecah angka 233 tahun pada tahun 2017 ini, Pulau Los yang letaknya berdepan-depan dengan Kota Tanjungpinang masih tak tersentuh dan dimanfaatkan oleh pemerimtah Kota Tanjungpinang. Kenyataan ini seakan mengkomfirmasikan makna nama pulau itu dalam bahasa Melayu sebagai pulau “lepas, bebas, yang dibiarkan tanpa pengawsan: Los”, yang selari dengan makna namanya dalam sebutan orang orang-orang Belanda sezaman, eiland Loos, pulau kosong, pulau hampa.

Sungguh sebuah kenyataan yang sangat disayangkan! Padalah banyak potensi besar yang di pulau itu. Beberapa bagian perairan di sekitarnya dalam. Sebuah informasi yang dipeloreh dari khazanah pustaka masa lalu juga menyebutkan bahwa pulau kosong itu pernah menjadi penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran untuk pasar Singapura pada seratus delapan puluh delapan tahun yang lalu. Bahkan Raja Ali Haji pernah enjadinya sebagai tempat pavorit untuk berburu menembak burung setelah menerima hadiah sepucuk senapang dari sahabatnya Hermann Von de Wall pada bulan Juni 1858. Beliau menjadikannya sebegai kawsan berkelah melepas penat dan lelah selama mengarang dan mengajar di Pulau Penyengat. Kutubkhanah minggu ini akan menyibak serba sedikit sejarah dan informasi tentang Pulau Los sejak tahun 1828, dengan memanfaatkan bahan-bahan pustaka klasik, berupa artikelartikel lama yang masih ditulis dalam bahasa Belanda. Cukup banyak laporan dan catatan masa lalu tentang Pulau Loos yang tersebar dalam berbagai jurnal terbitan abad 19. Selain artikel H.C. (Hillebrandus Cornelis) Klinkert yang bertajuk Poelau Loos (Tijdschrift voor Nederlandsch Idie,1869) yang sangat terkenal itu, seorang ahli botani dari Kebun Raya Bogor bernama J.E. Teysmann juga menulis perihal pulau ini dalam

publikasi ilmiahnya yang berjudul Verslag eener Botanische Reis naaar Bangka, Riow en Liengga van 10 Mei tot en Met 9 December 1872 (Laporan Sebuah Perjalanan Penelitian Botani ke Bangka, Riau dan Lingga dari tanggal 10 Mei dan sampai dengan 9 Desember 1872) yang diterbitkan tahun 1874. Sebelum menjadi Resident Riouw di Tanjungpinang, Eliza Netscher juga mendeskripsikan pulau ini secara ringkas dalam publikasinya berjudul Beschrijving van Een Gedeelte der Residentie Riouw (Sepotong Cerita Tentang Residensi Riouw) tahun 1854. Disamping itu, ada pula sebuah tulisan singkat berjudul Nog Iets Over Poelau Loos (Sesuatu Yang Lain Tentang Pula Loos) yang ditulis oleh seorang berinisial ‘E’ pada tahun 1869, sempena menanggapi tulisan H.C. Klinkert yang telah disebutkan sebelumnya. *** Menurut H.C. Klinkert, empat puluh (40) tahun sebelum ia menulis artikelnya pada 1869, Pulau Los tak berpenghuni. Pulau ini pada mulanya adalah kepunyaan Raja Jakfar, Yang Dipertuan Muda Riau (18081832) di Pulau Penyengat. Pada tanggal 22 September 1828, Pulau Los dihadiahkan oleh Yang Dipertuan Muda Raja Jakfar kepada mantan ajudan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Letnankolonel C.P.J. Elout, yang kemudian menjabat sebagai Resident

Riouw (1826-1830). Hadiah tersebut adalah sebagai bentuk ungkapan terimakasih dari Yang Dipetuan Muda Raja Jakfar kepada Resident Elout yang banyak membantu beliau secara politik pada masa-masa genting sebelum dan beberapa tahun setelah penandatangan Traktat London tahun 1824. Dan, penyerahan pulau itu kepada Resident Elout sekaligus sekaligus membebaskannya dari ancaman perompak-lanun yang selalu menyingahi Pulau Los. Sejak tahun 1828, babak baru dalam sejarah Pulau Los dimulai. Oleh Resident Elout, pulau kosong tersebut dijadikannya sebagai tempat mengusahakan tanaman yang dapat menghasilkan uang pada masa itu. Usaha pertanian tanaman komersial ini diikuti pula dengan menjadikan pulau itu sebagai sebuah kawasan resort tempat peristirahatan (eenuitspanningsoord) bagi orang-orang Eropa yang bermastautin di Tanjungpinang (Riouw) pada ketika itu. Dengan bantuan Padri Gutzlaff yang bertugas di Gereja Protestan (Hervormsche Kerk) Riouw di Tanjungpinang, Resident Elout juga berhasil membangun sebuah sekolah dan rumah sakit (school en hospital) di Pulau Los. Resident Elout tak lama menjadi pemilik Pulau Los, karena pemerintah Batavia berpendapat bahwa, sebagai Resident dan pegawai pemerin-

tah (ambtenaar), Elout tak patut menerima hadiah semacam itu: mungkin dianggap sebagai suatu bentuk gratifikasi yang kita kenal pada masa kini? Oleh karenanya, setahun kemudian, Resident Elout menjual Pulau Los dan segala sesuatu yang telah ia dirikan diatasnya seharga f 1600 kepada Nederlandsch Zendelinggenootschap (Lembaga Misionaris Belanda) yang berpusat di Rotterdam yang diwakili oleh Hendrik Wentink, seorang Padre Gereja Protestan Riouw di Tanjungpinang, pada bulan November 1829. Padre Hendrik Wenthink kemudian menglolanya bersama sebuah keluarga orang Bugis (een Boegineech Hhuisgezin). Cukup lama Wenthink tinggal di Pulau Los. Dibawah Padre Wenthink, sekali lagi Pulau Los dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif. Sejumlah hasil pernanian (buahbuah dan sayuran) dari pulau ini dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar Tanjungpinang dan Singapura. Sebagai ilustrasi, total pendapatan dari penjualan hasil pertanian dari Pulau Los pada tahun 1829 adalah sebesar f 1124.04 perak Belanda. Pulau Los dikelolan oleh Wenthink selama sekitar delapan atau sembilan tahun. Setalah itu, ia pindah ke Depok. Meninggalkan Pulau Los yang telah dihuni oleh sekitar 90 kepala keluarga. Selain potensi pertaniannya, Pulau Los ternyata juga menyim-

pan potensi alam yang indah. H.C. Klinkert yang selalu mengunjungi pulau ini pada tahun 1860-an, melaporkan adanya sebuah bukit yang indah dengan ketinggtian sekitar 100 kaki dan terletak di tengahtengah pulau itu. Bahkan Raja Ali Haji juga pernah menjadikankan Pulau Los sebagai tempat berkelah. Sebagaimana terungkap dalam sepucuk surat kepada sahabatnya Herman von de Wall, bertarikh 6 Juli 1858, “…ini hari tiada sempat berjumpa kita dengan sahabat kita, sebab ini hari kita menembak burung di pulau Los, mencoba senapang yang sahabat kita hadiahkan kepada kita itu...” Sejak ditinggal Padri Wenthink sekitar tahun 1838, tak jelas lagi siapa pemilik Pulau Los. Juga tak ada laporan apakah pulau itu dikembalikan kepada Yang Dipertuan Muda Riau. Dalam 1869, H.C. Klinkert hanya melaporkan bahwa pulau itu dijaga oleh seorang Melayu bernama Entjik Lannang bersama keluarganya yang hidup berkecupan dari hasil pertanian di pulau tersebut. Namun tiga tahun kemudian, sebagaimana dilaporkan oleh ahli Botani Kebun Raya Bogor, J.E. Teysmann, Pulau Los telah sepi dan tak lagi dihuni ketika ia berkunjung pada tahun 1872. Ada sebuah cerita samar-samar yang masih harus dibuktikan kebenarannya: konon, ‘telalu banyak ro-roh jahat di pulau’.***

Membaca Ular Keempat SAYA mendapatkan novel berstatus pemenang harapan pada Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2003 ini di hamparan buku diskon. Selain karena harganya yang amat terjangkau, saya membeli novel karangan Gus tf Sakai ini lantaran tulisan singkat di halaman belakangnya. Betulkah orang-orang kampungku beribadah bukan karena Allah? Sepintas tulisan itu terdengar biasa-biasa saja; sama memberi efek penasaran yang ada pada buku-buku kebanyakan. Tapi, pertanyaan (ataukah pernyataan?) itu benar-benar menampar pipi saya. Sebagai manusia yang beragama, selama ini saya selalu mengasosiasikan ibadah dengan Tuhan. Bahwasanya ibadah itu hanya ada untuk Tuhan. Lantas kalau bukan untuk-Nya, untuk siapakah ibadah itu dipersembahkan? Gus tf Sakai melanjutkannya, melainkan karena ibadah itu telah diwariskan turun-temurun? Setelah membaca kalimat itu, seketika saya berasumsi bahwa novel ini bercerita tentang spiritualitas. Praduga saya benar. Kisah ini bersettingkan polemik haji tahun 1970. Ketika pemerintah memonopoli aktifitas rukun islam kelima itu. Saya tidak tertarik dengan polemiknya. Saya tertarik dengan pergulatan batin tokoh utama yang

REDAKTUR: RAMON DAMORA

mendapati beragam pengalaman spiritual selama berhaji. Guru Muqri. Ia serupa Tabriz bagi Rumi. Bagi Janir, tokoh utama, Guru Muqri menjadi pelita yang menerangi gelap relung batinnya. Ia yang pergi haji kali kedua ini diberikan tiga kisah yang bertutur lewat kelebat mimpi. Dalam mimpi yang rancu dengan cerita itu, Guru Muqri berkisah tentang ular-ular. Ada banyak ular yang hidup panjang dalam sejarah manusia. Makhluk melata itu telah hidup jauh lebih lama dari peradaban manusia. Ia juga yang menggoda Hawa untuk meminta suaminya memetikkan buah quldi. Jadi, ular ini terus hidup beriringan bersama manusia. Ular itu lantas menggerogoti kesehatan manusia. Kesehatan iman. Ia menjelma sesuatu yang mengasyikkan. Tukang hasut yang hebat. Mampu menggoyahkan pilar keyakinan lewat lamunan-lamunan khayali bernapaskan ketuhanan. Saya pikir ular sejenis ini terus hidup hingga hari ini. Bisa jadi ia bersama saya, anda, atau mereka yang mengaku manusia beriman. Iman adalah makanan pokoknya. Karena itu, selama masih ada manusia yang menanam iman di dadanya, akan selalu didatangi oleh ular yang diciptakan dari api itu. Kisah ini menjadi menarik

setelah saya coba mesinkronisasikan dengan beragam pengalaman serta pertanyaan yang terus bergulir di kehidupan saya. Saya hanya berandai, bila saya terlahir sebagai non-muslim, maka apa saya juga akan belajar salat? Mengaji? Berpuasa? Islam saya hanya warisan orang tua. Saya bukan Ibrahim yang mencari Tuhannya. Maka tak heran, iman saya kerap goyah. Berbeda dengan Bapak Ismail yang bisa tegar saat berjumpa ular yang menghasut agar dirinya tak menyembelih Ismail, putra tersayang. Itu semua tak lain karena ia begitu amat mengenal Tuhannya. Ia mencari. Ia akrabi. Sehingga dengan jelas, Ibrahim bisa mendengar bahwa penyembelihan itu benarbenar perintah Tuhannya. Itulah Ibrahim yang memiliki keyakinan kokoh setelah pencarian. Kita? Bila seorang seperti Ibrahim yang hidup beribu-ribu tahun lalu saja mencari, apakah kita hanya berdiam diri? Saya terpekur mendapati pertanyaan yang saya lontarkan sendiri. Sedangkan saya sadar, ular itu takkan mati hingga sangkakala ditiup. Ular itu banyak menghasut lewat surga, neraka, pahala, dan dosa. Saya jadi teringat sebuah puisi Rabiah yang dikutip di novel ini; "Wahai Tuhanku, sesudah daku mati, masukkanlah daku ke

neraka. Dan jadikan jasmaniku memenuhi seluruh ruang neraka sehingga tak ada orang lain dapat dimasukkan ke sana. Wahai Tuhanku, bilamana daku menyembah-Mu karena gairah nikmat surga, maka tutupkan pintu surga selamanya bagiku." Maka, untuk siapa atau apakah ibadah Rabiah? Senada dengan lagu Alm. Chrisye yang digubah Ahmad Dhani; Jika surga dan neraka tak pernah ada Masihkah kau bersujud kepada-Nya Jika surga dan neraka tak pernah ada Masihkah kau menyebut namaNya Sampai detik ini pun saya masih mencari seperti Ibrahim. Pencarian yang takkan usai sampai ajal datang. Karena hidup, buat saya, adalah perjalanan menuju kesadaran. Kesadaran hingga mata tak lagi hanya melihat, telinga tak hanya mendengar, dan hati tak lagi hanya merasa. Penting bagi kita untuk mewaspadai ular keempat itu. Agar kita beribadah tak seperti adik saya, yang hanya mau salat dan mengaji bila diberi seribu rupiah saja. Naif. (fatih muftih)

LAYOUT: SYAFRINALDI


jerumat

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

15

Satu Buku Satu Minggu Catatan Fatih Muftih Sayap Kiri Jembia

BACALAH PUISIKU INI Catatan Teja Alhabd Presiden Penyair Tarung

M

ENGAWALI tahun 2017 ini, sahabatku bertanya tentang penyair. Kemudian bercerita juga tentang kekasihnya yang cantik, pintar dan wangi. Rasa kagum pada kekasihnya selalu melahirkan inspirasi baru, seperti lagu antara rentak dan irama, ditambah lagi sipedondang suara merdu menjadi peluh rindu dalam setiap tarikan nafasnya. Itupun ia ceritakan padaku. Suatu hal yang menarik dalam perayaan tahun baru ini adalah helaan nafas panjangnya ketika Ia mendapat kabar tentang tarif listrik yang naik menjulang tiang-tiang-tiang penyanggah kabel murahan, penerbitan tarif baru STNK, BPKB hingga ke Plat nomer membuat orang berbaris dan berbondong-bondong memperbaharui, sedangkan sahabatku ini, hanya mampu mengabadikan kerumunan orang-orang dengan nyanyian sajak yang aku tulis untuk “Tuan Presiden”, lalu ia jadikan obat pelipur lara, agar tak sesat dijalan yang terang.

TUAN PRESIDEN atas nama Indonesia Raya janganlah tidur nyenyak. mengajilah pada alif berbilang pada Esa bicaralah pada pangkal. 5 januari 2017 Mungkin karena sajak-sajak yang aku tulis ini jugalah, ia semakin ingin tahu tentang penyair, yang merupakan perpaduan kegembiraan, kepedihan dan ketakjuban dengan sedikit kamus. Kerana betapa pun tinggi jiwa mereka, mereka tetap diselubungi air mata. Mereka adalah raja yang tak bertahta. Jika Sutardji Calzoum Bachri (SCB) mengatakan, penyair adalah orang yang tidak bahagia yang duduk di dalam abu istananya dan cuba membangun khayalan daripada abu itu. Mereka adalah orang-orang yang lari dari kerajaan syurga lalu tiba di dunia ini untuk berkicau semerdu-merdunya dengan suara bergetar. Bila kita tidak memahaminya dengan cinta di hati, dia akan kembali mengepakkan sayapnya lalu terbang kembali ke negeri asalnya. Hanya sedikit yang mengerti dan diberi akal untuk berfikir dan rasa oleh Tuhan, bahwa penyair adalah burung yang membawa keajaiban. Manusia tanpa akal tak akan dapat melakukan sesuatu dengan baik, hanya saja kemampuan akal ini yang membe-

REDAKTUR: RAMON DAMORA

dakan antara satu dengan yang lainnya. Hal yang membahagiakan bahwasanya penyair selalu mememiliki kemampuan akal yang tersembunyi lagi bijak untuk untuk menulis ke arah kebaikan untuk disampaikan pada pembaca, apa yang yang menjadi hasrat hatinya. Jika kekuatan kekuatan penyair terletak kepada akal dan pena, maka hanya penyair yang tak berakal yang hanya mampu membuang kekuatan ini, ia gagal berhubungan dengan suatu perbaikan yang bersifat kualitatif dan menyangkut kondisi batin manusia hingga pada sesuatu yang bersifat faktual, material, relevan, dan konkret akan keberadaan hidup sebagai manusia. Mengutip pidato dan orasi SCB beberapa tahun yang lalu ketika perayaan Hari Puisi Indonesia, tiga tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2013, bahwa puisi bukanlah sekedar bercantikcantik dengan ungkapan metafora, berindah-indah dengan bahasa. Puisi juga bukan sekedar beraneh-aneh, nyentrik dengan metatafora, juga bukan sekedar untuk melucu dengan kata, bukan sekedar badut lirik yang menghibur. Dalam pidato dan orasinya itu juga Ia mengatakan; “Adam, setelah diajarkan Tuhan nama segala benda – yang menurut para penafsir ini termasuk namanama ikhwal perasaan, emosi, dan seterusnya – jadi meninggi dalam kemuliaan sehingga mau bersujud kepadanya kecuali iblis. Tanpa diberi pemahaman tentang nama segala benda, Adam adalah makhluk yang sekedar diciptakan dari tanah dan malaikat takkan mau bersujud padanya. Menurut hemat saya, dalam nama benda-benda yang diajarkan pada Adam itu meliputi puisi. Puisi adalah cermin demi upaya manusia meninggikan, memuliakan martabat kemanusiaan,keluhuran kemanusiaan.” Dan satu hal yang sangat mendalam yang selalu menjadi ingatanku dari seluruh isi pidato dan orasinya, bahwa barang siapa yang menganggap enteng puisi, kurang menghargai dan memahami apakah itu pemuda, anak, pejabat dan seterusnya – mereka mengandung kurang lebih sifat iblis di dalam dirinya. Mereka adalah iblis karena mereka tidak atau tidak mau menghargai apresiasi sisi batin dari manusia. Sisi batin yang meninggikan, memuliakan dan membedakan manusia dari kehewanannya. Bersyukurlah kita hari ini bertempat tinggal di Tanjungpinang ibukota Provinsi Kepulauan Riau (Riau dalam Arti sebenarnya) adalah sebuah Kota yang melekat dengan sebutan Tanjungpinang Kota Gurindam Negeri Pantun, yang mana suatu nama tersebut setelah

mengikut perkembangan zaman dari suatu bentuk puisi yakni gurindam dan pantun adalah sebuah kota yang menjadi pondasi sejumlah kaedah-kaedah makna kehidupan yang dapat memberikan pencerahan dan meningkatkan makna kehidupan bagi penduduknya yang memiliki tunjuk ajar kearifan bagi kemanusiaan. Rasanya jadi penyesalan jika kita tidak merenungkan dalam-dalam tentang segala kearifan yang hari ini, yang baru saja memperingati hari jadi ke -233 Tanjungpinang, sejak sebuah peristiwa perang Riau pada tahun 1782-1784, antara kerajaan Riau dengan Belanda pada masa Yang Dipertuan Muda Raja Haji Fisabilillah. Peperangan yang memakan masa lebih kurang 2 tahun lamanya mencapai puncak pada tanggal 6 januari 1784, dengan kemenangan pada pihak Kerjaan Melayu Riau yang ditandai dengan hancurnya kapal komando Belanda “Malaka’s Wal Faren”. Selamat menyambut hari jadi kotaku ke 233||6 januari 2017. Bacalah puisiku ini! KEMBALIKAN RIAU sebelum badai menyulam ombak bersanding karam hulu riau terlecut luka tembuninya terbongkar kehilangan makna disebabkan riau bukan siak bukan kampar bukan pekan tua atau senapelan merebah raga minum air dari batu yang bertakung ragu pada kebenaran sebagai dusta. mustahil jika ini yang jadi kecundang kenapa kita masih bungkam! mari berkaca pada sejarah sekali talam terletak, dipindah meruntuh muka patut dituju dari bawah angin

KALA sakit, apa yang Anda lakukan? Sebagian besar orang akan menjawab pergi ke dokter, konsultasi, dan pulang dengan resep yang tertulis di plastik obat. Masih ingatkah apa yang dokter tulis di kantong obat itu? Ada 3x1, 2x1, atau 1x1. Artinya, tiga kali sehari, dua kali sehari, atau sekali sehari. Meski ditulis dengan aksara tegak-sambung yang asimetris, mata tetap bisa menerjemahkan resep itu menjadi bagian hidup sehari-hari. Terutama ketika sakit. Setiap usai sarapan, obat itu ditelan. Makan siang juga begitu. Malam pun demikian. Rutinitas tiga kali sehari minum obat menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup selama sedang sakit. Meski bila tercecap lidah, obat itu terasa pahit. Orang takkan mengeluh dan mengaduh. Semua hal dilakukan agar bisa kembali lekas sembuh. Setelah sembuh, rutinitas tiga kali sehari itu ditinggalkan. Kemudian, ketika sakit itu datang lagi, mau tak mau kembali menekuni tiga kali sehari kembali. Akan tetapi, yang mesti diingat, tidak semua jenis penyakit takluk dengan rumusan tiga kali sehari. Seperti penyakit yang saya alami lebih-kurang dua tahun belakangan ini. Anda pasti sepakat, sakit bukan kondisi yang menyenangkan. Sebab itu, saya berulang kali menemui dokter. Nyatanya, tak satu pun dokter di Tanjungpinang ini yang mengerti jenis penyakit yang menjangkiti badan bongsor ini. Kemudian saya mendapat saran untuk berobat ke Singapura. Kata orang, negara yang dulunya bernama Tumasek itu canggih dalam hal pengobatan. Karena sakit ini sudah tak tertanggungkan, saya berangkat ke jiran. Setiba di sana, saya diarahkan menemui seorang dokter tua. Ini kesan awal yang buruk. Karena dalam kepala, saya telah membayangkan akan semeja dengan dokter muda, perempuan, rambut sehalus sutra, lagi cantik-jelita. Akan tetapi, sesosok yang ada di hadapan saya ini terjungkal dengan keinginan. Laki-laki, beruban, berkacamata, pendek, dan cara bicaranya agak terbata-bata. Baiklah. Sebagai orang yang mengharapkan kesembuhan, sudah seharusnya saya tak mempermasalahkan. Ketimbang saya mesti berkutat lebih lama dengan penyakit yang merongrong kesehatan saya selama lebih dua puluh empat bulan ini. Setelah bersitatap, saya pun mulai berkonsultasi. Selama mendengar keluhan saya, dokter beruban itu hanya manggut-manggut. Sesekali ia membenarkan kaca matanya. Saya khawatir ia tertidur. “Bapak mendengarkan keluhan saya kan?” Mendengar itu ia terkesiap. “Teruskan, anak muda. Teruskan ceritamu.” katanya dengan suara lirih. Saya menggaruk kepala dan meneruskan cerita. “Jadi, dok, apa yang mesti saya perbuat?” saya sudah tiba di pungkasan cerita. Dokter yang lupa mengenalkan namanya ini hanya mendeham. Ada kalanya diselingi batuk kecil. Barangkali, usia telah membuat pendengarannya sedikit terganggu. Saya ulangi dengan nada tinggi, “Dokter tua yang anggun, apa yang harus saya lakukan agar bisa sembuh?” Lantas, dokter pendek itu memajukan kepalanya, meminta saya mendekatkan kepala. Kemudian ia berbisik. “Bacalah satu buku satu minggu,” bisiknya. “Selama ini, berapa buku yang kamu baca dalam satu bulan?” todongnya. Saya ngik-ngok mendengar pertanyaan yang dilontarkannya. Kini, giliran saya yang hhmmm-hhmmm-hmmmm diselingi menggaruk kepala, yang sebenarnya tak gatal. “Satu bulan saya hanya baca satu buku. Itu pun jarang sekali begitu,” jawab saya dengan suara yang lebih lirih darinya. Mendengar jawaban saya, dokter tua itu tertawa terbahak membahana. Tangan berkerutnya kemudian mengusap rambut saya. Kemudian ia tertawa lagi. Kalau saja ini di Indonesia, sudah saya tampar bolak-balik dokter tua ini, gumam saya dalam hati. “Kamu kepengin jadi penulis hebat dan hanya mampu membaca satu buku dalam satu bulan? Ngimpi!!!” kemudian dokter tua itu kembali tertawa sambil memegangi perutnya. Lantas, dokter tua ini meraih secarik kertas. Ia menggambar lingkaran seukuran koin. Diisinya dengan huruf F, inisial nama saya. “Sekarang usiamu 22. Kalau usiamu itu bisa mencapai kepala delapan, tandanya dalam hidupmu kamu cuma membaca 696 judul buku saja. Itu pun kalau di usia 40-an matamu masih kuat untuk membaca.” Mendengar itu saya hanya bisa menunduk. Sakit yang saya derita kian menjadi-menjadi di ruangan praktik tanpa pendingin itu. Keringat dingin mengucur. Saya bergidik bila membayangkan selama hidup ini hanya mampu membaca 696 judul saja. Padahal, di setiap perpustakaan yang saya kunjungi, tak kurang dipajang lebih dari 10.000 judul buku. Angka yang saya punya tak lebih dari lima persennya saja. Dada terasa sesak menduga kenyataan itu. Saking sesaknya ingin menangis. Tapi, malu menangis di depan dokter tua ini. Saya berniat menangis setelah tiba di Indonesia. “Dengan membaca minimal satu buku satu minggu, akan banyak yang bisa kamu dapat. Sehingga bahan-bakar menulismu tak pernah krisis,” kata dokter tua itu. Kini, mengumpatnya saya tak berani, meski dalam hati. Kepada saya, dokter tua itu mengaku sudah gandrung membaca buku sastra sejak mengenal puisi Leaves of Grass karya Walt Whitman. Setelah itu, membaca buatnya sebagaimana makan untuk tubuhnya. Ia menceritakan, di usianya yang menuju kepala delapan, masih membaca buku. “Apa pun jenis buku itu,” tegasnya. Saya berniat pamit, menyudahi konsultasi ini. Pasalnya, waktu konsultasi telah usai. Bila terus berlanjut, saya khawatir isi dompet saya tak cukup membayarnya. Sebelum saya benar-benar beranjak dari hadapannya, ia kembali berpesan. “Membaca itu seperti makan. Pilihlah yang enak-enak lagi menyehatkan badanmu.” Seumpama seorang cucu kepada kakeknya, saya mengecup punggung tangannya ketika berjabat tangan. Ia lebih pantas dipanggil kakek ketimbang dokter. Seakan teringat sesuatu yang salah, kakek dokter ini membuka laci dan mengangsurkan selembar kartu nama. Saya menerimanya dengan sukacita. Sekali lagi, saya menjabat erat tangannya dan mengucapkan terima kasih tak terpermanai. Memang benar, belum sepenuhnya sakit saya hilang. Tapi, setidaknya saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan untuk menuju kesembuhan. Saya tak pungkiri, satu buku satu minggu itu kerja gila. Tapi, apa yang tak mungkin dilakukan di muka bumi ini selama ada keinginan. Toh, satu ngapel satu minggu saja bisa. Setiba di luar bilik konsultasi, saya mencomot kartu nama kakek dokter itu dari saku kemeja. Di situ tertera drh. Taufiq Ismail. APA?! Saya berkonsultasi dengan dokter hewan! Dipikirnya saya ini hewan ternak apa? Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang “Wahai Pak Guru, jangan kami disalahkan apalagi dicerca Bila kami tak mampu mengembangkan kosa kata Selama ini kami ‘kan diajar menghafal dan menghafal saja Mana ada dididik mengembangkan logika Mana ada diajar berargumentasi dengan pendapat berbeda Dan mengenai masalah membaca buku dan karya sastra Pak Guru sudah tahu lama sekali Mata kami rabun novel, rabun cerpen, rabun drama dan rabun puisi Tapi mata kami ‘kan nyalang bila menonton televisi.” Taufiq Ismail ~ 1997 ***

mari.. tabur beras beretih, gendangkan nobat tiupkan nafiri.! hari ini atas nama melayu aku istiharkan riuh anak dan cucu dari muara hulu riau berayahkan langit beribukan bumi kembalikan riau pada bundanya Tanjungpinang, 2006/2008 Begitulah sahabat! **** LAYOUT: DOBBY FACHRIZAL


16

MINGGU 8 JANUARI 2017

TANJUNGPINANG POS

cindai

BULAN MEMELUK ANI

TIDAK ada pungguk malam ini. Ranting-ranting pepohonan kering sepi. Angin malam sayup-sayup saja. Bulan berjaga terang di depan mata. Bersinar. Terangi bumi. Mencari pungguk, sang pendamba sekaligus perindu yang kini entah mana. Cinta begitu adanya. Yang dulu didambakan, bisa jadi seketika mendambakan. Peralihan dari pasif ke aktif ini seringkali bikin sakit. Menoreh luka. Tapi, sekali lagi, cinta memang begitu. Tak ada yang kuasa menolaknya. Sebenarnya dari bumi yang terangbenderang semacam ini, bulan tidak sendiri. Ada kamu, yang mau menemani. Ada kamu, Ani. Kamu yang membaca rajah-rajah pada wajah bulan. Olehnya kamu dijadikan teman. Jika belum merasa, perhatikan warna kulitmu yang

semakin kuning cemerlang. “Bulan ini menarik. Asyik. Bulan ini menyenangkan. Senang,” katamu. Tidak ada lagi pembantahan. Semua itu benar adanya. Mengakrabi bulan adalah menyebati dengan ketenangan. Seterangterang cahaya yang ia pancarkan tidak bakal menyengat, yang ada malah menghangatkan. Sebulat-bulat bulan sempurna itu membuka tangan. Memelukmu, Ani. “Bulan jua yang tidak pernah bosan mengajak bertualang,” ucapmu. Apapun itu. Selalu ada alasan untuk setia dengan bulan. Walau kadang ia terlihat lebih dini, bukan berarti ia alpa menepati janji. Walau kadang ia tidak sempurna benar, tetapi tidak pernah lupa memberi kabar. Biar bulan memelukmu penuh cinta dan petualangan yang sukacita.

Nama TTL

:

: Pekerjaan : Instagram : Hobi : Buku Bacaan :

Gusmarni Zulkifli Bulan Memeluk Ani Sungai Cangka,Solok Selatan, 15 Agustus 1988 Guru Bahasa Indonesia di SMA Pelita Nusantara Tanjungpinang gusmarnizulkifli Membaca dan memasak Novel-novel karya Tere Liye

NARASI : Fatih Muftih Foto : Koleksi Pribadi

SEKALI AIR BAH, SEKALI PASIR BERUBAH

TEMBERANG KOLOM HUSNIZAR HOOD

REDAKTUR: RAMON DAMORA

Kalau saja kawan saya Mahmud itu kemarin tidak menyebut pribahasa ini lagi, mungkin saya sudah lupa, ya, benar-benar saya tak ingat, padahal pribahasa ini sungguh sangat kuat, ia bisa mewakili apa yang terjadi pada hari ini, terjadi pada kami berdua dan mungkin saja pada kita semua. Hanya kawan saya itu menyebutnya dengan kalimat lain, “Sekali air pasang, sekali pantai berubah”, saya pikir maknanya sama saja. Cepat-cepat saya tunjuk jari saya lurus ke wajah Mahmud dengan satu kata “Itu!”, ya, menggunakan tanda seru supaya terkesan tegas. Apalagi kalau bukan untuk memuji kecerdasan akal budinya. “Mahmud memang hebat”. Mendapat pujian setulus hati yang keluar dari mulut saya kawan saya itu wajahnya langsung seperti bercahaya.” Ya, Tok, ada juga yang menyebutnya dengan “Sekali air pasang, sekali tepian beranjak, sekali air di dalam sekali pantai berubah”, ujar Mahmud sedikit bernada diwibawawibawakan. Aduh Mak, tercengang saya, bukan main indahnya orang Melayu, ingin menyampaikan sesuatu dengan singkat tapi begitu dalam maknanya. “Artinyaya hampir sama Tok, setiap yang berubah pasti sudah tidak sama, setiap pemimpin selalu beda kebijakannya, beda gayanya, beda seleranya dan bisa-bisa nanti berakhir

dengan beda juga nasib rakyatnya”, masih Mahmud bertutur dengan teratur. “Kalau beda nasib menjadi lebih baik, selamat badan ya Mud?”, tanya saya. Mahmud hanya tersenyum kecil, “Perlu tindakan nyata Tok, seperti motto kota ini mungkin, Jujur Bertutur Bijak Bertindak”, apa pandangan awak?”, tanya Mahmud pula. Saya diam tak menjawabnya. Lama saya bersahabat dengan Mahmud, rasanya saya sudah hafal keletah, kerenah kawan saya yang satu ini, lama juga dia menjadi kawan berdebat, kadang lebih banyak menjadi penasehat dan selalu ingin berada di depan untuk menjadi pemimpin kami hanya seingat saya belum pernah saya melihat dia bicara seemosional kemarin itu, bukan emosi, kalau emosi, dia melenting dengan suara tinggi, itu saya pikir sebuah konsekwensi jika ada yang tak berkenan diantara kami. Ini kawan saya Mahmud itu terlihat emosional sekali, ada pergolakan batin di dalam dadanya yang ingin ia lepasakan dan apa yang ada di dalam dada itu hanya dia dan Tuhanlah yang tau, mungkin juga saya yang mencari tau dengan mecoba meraba-raba suasana batinnya itu. “Walaupun terkial-kial, tertatih-tatih, kita tetap tegakkan marwah Melayu, walaupun sampai terduduk bengkrappun kita tetap menegakkan adat resam Melayu”, itu berulangulang dia ucapkan dan

kalau saya hitung tak kurang 5 kali diucapkannya maka lebih 5 kali juga tepuk tangan bergemuruh di ruangan kecil tanpa AC yang ketika itu tak lagi kami rasakan panas karena saking semangatnya. Aduhai kalau benar apa yang kita mimpikan bersama pada hari itu terwujud, mimpi-mimpi yang disemburkan Mahmud kawan saya itu keluar dari mulutnya bagai semburan Bomoh atau Pawang dengan mantera azimat, saya pikir negeri ini tak perlu mengejar identitas kemelayuannya dengan mencari-cari agar nanti tertempel sebagai bukti. Tak usah lagi kita tulis bahwa ini negeri Bunda Tanah Melayu tapi seantero dunia akan takzim kepada negeri ini sebagaimana kita takzim kepada seorang ibu. Biar saja “abang kandung” kita negeri Riau itu ingin menjadikan Pantun sebagai kebudayaan yang menjadi warisan dunia. Tak usah sedih walaupun kita dulu yang mengaku Tanjungpinang “kota Gurindam negeri Pantun”. Karena Riau dan Kepulauan Riau itu dulunya adalah adik beradik hanya terkadang kita lupa bersilaturahmi dengan keluarga sendiri, kita selalu menganggap keluarga sendiri itu bisa diselesaikan di belakang hari. “Oi..oi… Tok, tak boleh juga awak berpikir sedemikian rupa dengan membiarkannya, kita biarkan warisan-warisan nenek moyang kita itu

terlunta-lunta dan orang lain menjaganya, ini semua karena kita harus mengakuinya bahwa kita lupa, kita sibuk dengan membangun jalan-jalan, gedunggedung megah, tamantaman indah dan mobilmobil mewah, kita tak membangun peradaban…”, sampai disitu kawan saya Mahmud berhenti bicara. Itu yang saya ingin katakan, dia begitu terlihat emosional sekali sehingga seperti tak cukup nafasnya menyambung kalimat itu tadi. Mungkin kalau ia teruskan saya pikir seperti ini kalimatnya, “Peradaban itu tahan masa dan tak ternilai harganya, ia terwariskan turun temurun menjadi sebuah sejarah…”, he he he, saya tahu lanjutan kalimat itu karena selalu mendengar Mahmud mengatakannya kepada banyak orang dan saya selalu menjadi pendengarnya. “Kita tak paham akan sejarah atau mungkin kita tak menyukainya”, ucap Mahmud kini dengan nada pelan, dia bercerita tentang motto negeri ini yang dulu ia ikut andil memberikan gagasannya bertajuk BESTARI dengan uraiannya Bersih Semangat Tertib Aman Ramah dan Indah, kemudian sekarang disebut GURINDAM dengan uraian Gigih Unggul Ramah Indah Damai dan Aman. Kalaupun uraian ini tidak salah, karena kita telah dibuat melupakannya semua. Ya, ya, ya…kemarin

memang tanggal 6 Januari, adalah hari dimana hampir setiap tahun kami akan berdiskusi panjang pada hari itu karena hari itu adalah hari Jadi kota Tanjungpinang negeri timang-timangan kita ini. Hari yang ditahbizkan sebagai hari kemenangan Raja Haji Fisabilillah dalam perang Riau di laut antara Pulau penyengat dan Tanjungpinang. Jika sekarang kita berdiri disitu diatas perahu dengan melihat ke kiri dan kanan rasanya masih itu ke itu saja, mungkin sekarang ada gedung mungil dan juga rimbunan taman-taman kota. Untuk apa yang dilihatnya, selalu kawan saya Mahmud mencatatnya dalam puisi yang setiap tahun ia perbaharui dan perbaharui lagi, judulnya adalah “Kalau saja Raja Haji kini masih ada” isinya berubah dan terus berubah. Semua memang sudah berubah dan keniscayaan hidup ini adalah dari sebuah perubahan ke perubahan lain, bisa berubah menuju ke depan atau berubah seperti kita kembali ke belakang. “Ada yang menjanjikan lebih baik ada juga yang menjanjikan lebih kurang”, seru Mahmud lagi. Saya menahan tawa, saya pikir saya memang harus serius dan tak boleh tertawa, karena apa yang mau saya tertawakan, misalnya saya mentertawakan nasib nasib pegawai honor negeri tetangga kita itu yang

sekarang sedang termenung panjang atau beberapa kepala dinas yang masih berhati cemas karena jabatannya akan dilelang. “Jabatan itu hanya hiasan dunia ya Mud? Seperti yang selalu awak ungkapkan”, sengaja saya meniru dan mengulang kata-katanya. “Jangankan jabatan, nyawa yang dikandung badan inipun akan sirna nanti pada waktunya”, imbuh Mahmud dengan serta merta. Mungkin yang terjadi kita kehilangan kemudian kita mendapatkan lagi dan mungkin kelak hilang dan kemudian dia datang lagi, sandiwara hidup selalu seperti ingin mengecoh kita tapi kita harus tak boleh goyah dan tak berubah pada istiqomah dan kaffah menuju hakikat itu. Hari ini kita mungkin berada di sebuah laman main baru tak ada yang tau dan bisa menjanjikan laman ini lebih baik atau lebih buruk yang ada hanyalah mimpi dan citacita seperti yang digaungkan kawan saya itu dengan langkah-langkah bijaknya. Kita tau jika bah datang, jika pasang datang pasir dan pantai akan berubah tapi kita harus tau juga dia berubah bentuk tapi tak berubah niatnya kepada kita. “Biar tecungapcungap yakin kita sampai ke pulau yang kita harap”, itu kata-kata saya bukan kata-kata Mahmud. Tolong dicatat ya! LAYOUT:DOBBY FACHRIZAL


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.